BOKS 2
HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI DAN PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2007
Pada tahun 2007, Kantor Bank Indonesia Bengkulu melakukan dua survei yaitu Survei Kredit Konsumsi dan Survei Survei Kredit Pertanian dengan target responden seluruh kantor cabang bank umum pelapor di Provinsi Bengkulu. Kedua survei tersebut dilakukan untuk mengetahui perkembangan dunia perbankan dalam penyaluran kredit, permasalahan yang dihadapi, karakteristik debitur, serta perkiraan penyaluran kredit di masa mendatang. Kredit konsumsi dipilih karena jenis penggunaan kredit terbesar yang disalurkan perbankan di daerah ini adalah kredit konsumsi. Sehingga dipandang perlu untuk diketahui perkembangan saat ini dan perkiraan kedepan. Sedangkan sektor pertanian dipilih karena menjadi sektor utama dalam perekonomian Bengkulu, sehingga perlu dilihat perkembangan pembiayaan sektor ini oleh perbankan.
HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank Seluruh
responden
menyatakan
bahwa
mereka
menyalurkan
kredit
konsumsi, dimana hingga bulan Oktober 2007, kredit konsumsi yang telah disalurkan responden berada pada kisaran Rp4,45 miliar hingga Rp128,16 miliar. Plafon maksimal kredit yang telah disalurkan perbankan sebagian besar antara Rp50 – 250 juta. Grafik 1. Proporsi Konsumsi terhadap Jenis Kredit Lain proporsi > 50%, 35%
proporsi < 30%, 41%
antara 30%50%, 24%
Grafik 2. Faktor Pendorong, jika proporsi > 30% Permintaan Banyak, 71%
Proses Mudah, 7%
Kegagalan Rendah, 14%
Lainnya, 8%
Proporsi kredit konsumsi dibandingkan total kredit, saat ini sebagian besar kurang dari 30%. Bagi responden yang memiliki proporsi kredit konsumsi diatas atau sama dengan 30% terutama didorong adanya permintaan masyarakat yang tinggi, tingkat kegagalan pembayaran debitur yang rendah dan proses
penyalurannya lebih mudah dibanding jenis kredit lainnya. Untuk meminimalisir risiko gagal bayar oleh debitur dilakukan responden dengan meminta agunan dari nasabah dalam bentuk rumah, tanah dan agunan lainnya seperti Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB).
B. Karakteristik Debitur Kredit Konsumsi Grafik 5. Mayoritas Profesi Debitur
Lainnya, 6%
Pegawai Negeri, 72%
Grafik 6. Penggunaan Kredit Konsumsi
Wira usaha, 11%
Lainnya, 3%
Pegawai Swasta, 11%
Pendidikan , 13%
Pembelian Kendaraan, 13%
Pembelian/ Renovasi Rumah, 71%
Debitur yang mengajukan kredit ke bank umum yang menjadi responden adalah sebagian besar perorangan dengan profesi sebagai pegawai negeri, wirausahawan, pegawai swasta dan sisanya memiliki profesi lain-lain. Umumnya debitur mengajukan kredit konsumsi untuk membiayai pembelian atau renovasi rumah, biaya pendidikan dan pembelian kendaraan bermotor. Selain itu, debitur tersebut umumnya hanya memiliki satu fasilitas pembiayaan saja.
C. Perkiraan Kedepan Grafik 7. Perkiraan Tahun 2008
Turun, 18%
Grafik 8. Tingkat Suku Bunga Tahun 2008
15%20%, 12%
5%-10%, 6%
Tetap, 6% Naik, 76%
10%15%, 82%
Sebagian besar responden memperkirakan kredit konsumsi pada tahun 2008 akan mengalami peningkatan. Peningkatan diperkirakan akan melebihi 10% dibanding tahun sebelumnya. Dengan suku bunga diperkirakan akan berada di kisaran 10%-15%. Komposisi penyaluran kredit antara kredit konsumsi, modal kerja, dan investasi saat ini belum berada pada kisaran yang ideal. Responden berpendapat,
untuk mencapai komposisi kredit yang ideal tersebut diperlukan beberapa langkah antara lain : •
Penurunan suku bunga ke level yang lebih kompetitif dan dapat memacu pertumbuhan.
•
Meningkatkan pemasaran produk-produk kredit konsumsi, antara lain dengan bekerjasama dengan pihak perusahaan swasta.
•
Peningkatan dukungan pemerintah daerah antara lain melalui kepastian berinvestasi dan hukum serta dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi.
•
Perbaikan prosedur kredit antara lain memperjelas sistem dan ketentuan perkreditan dan tidak memberatkan calon debitur.
HASIL SURVEI KREDIT PERTANIAN A. Kondisi Saat Ini Hasil survei menunjukkan bahwa kredit pertanian yang telah disalurkan oleh perbankan di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan. Adapun sebagian besar jumlah kredit yang telah disalurkan masing-masing bank kurang dari Rp1 miliar dengan subsektor perkebunan menerima porsi penyaluran kredit terbesar. Grafik 1. Perkembangan Penyaluran Kredit
Tanaman Pangan, 20%
Lainnya, 20%
Menurun, 29%
Sama, 7%
Grafik 2. Subsektor Penerima Kredit
Meningkat, 64%
Perkebunan , 60%
Debitur utama penerima kredit adalah petani langsung, dimana 73% responden langsung menyalurkan kredit ke petani dan sisanya ke para pengumpul tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan kelompok petani. Debitur umumnya menggunakan kredit yang diterima untuk kegiatan perawatan tanaman. Tingkat suku bunga kredit pertanian yang diberikan responden dibanding sektor lainnya umumnya sama. Sebagian besar bank, juga menyatakan bahwa kredit untuk sektor ini telah disalurkan sesuai dengan rencana.
Grafik 4. Suku Bunga Kredit Pertanian
Grafik 3. Alasan Pengajuan Kredit Lainnya, 26%
Sama , 57%
Perluasan Lahan, 32%
Lebih Rendah, 43%
Perawatan Tanaman, 42%
B. Permasalahan di Kredit Pertanian Meskipun sebagian besar perbankan setuju bahwa sektor pertanian merupakan sektor utama di daerah ini, namun belum menjadi sektor dominan penerima kredit dari perbankan. Kurangnya jaminan, umumnya menjadi kendala utama penyaluran kredit di sektor ini. Selain itu, tidak dapat memenuhi persyaratan administrasi, hasil penjualan panen kurang menjanjikan dan karakter petani yang kurang baik, juga menjadi kendala dalam menyalurkan kredit di sektor pertanian. Grafik 5. Pertanian Merupakan Sektor Utama
Grafik 6. Kredit Pertanian Menjadi Dominasi Ya, 19%
Tidak, 25% Ya, 75%
Tidak, 81%
Perbankan sebagai responden juga menyatakan bahwa kredit di sektor ini memiliki risiko tinggi. Hal ini terutama disebabkan kredit pertanian sering berpotensi menimbulkan non-performing loan (NPL) bagi bank tersebut. Untuk meningkatkan penyaluran kredit di sektor pertanian, responden menyatakan perlunya jaminan dari pemerintah dan adanya peningkatan produktivitas petani. Sementara hal lain yang di sarankan adalah peningkatan pemasaran hasil panen, peningkatan pengetahuan petani dalam mengajukan kredit, serta adanya upaya perbaikan karakter petani.
Grafik 7. Kendala Utama Kredit Pertanian
Grafik 8. Cara Meningkatkan Kredit Pertanian
P enjualan P anen Kurang B aik, 17%
Karakter Kurang B aik, 13%
Jaminan Pemerintah, 36%
Pengetahuan Petani, 14%
Kurangnya Jaminan, 39%
A dministrasi Tidak Dapat Dipenuhi, 31%
Peningkatan Produktivitas , 21%
Peningkatan Pemasaran, 18%
Perbaikan Karakter, 11%
C. Perkiraan Kedepan Grafik 9. Perkiraan Pertumbuhan Tahun 2008 Tetap, 14%
Naik, 86%
Grafik 10. Alasan Peningkatan Kredit A danya Kebijakan P emerintah, 21%
P ro duktivitas M eningkat, 17%
Ko ndisi Eko no mi M embaik, 14%
P ermintaan Ko mo ditas M eningkat, 24%
Harga Ko mo ditas M eningkat, 24%
Sebagian besar responden memperkirakan pada tahun 2008 sektor pertanian akan mengalami pertumbuhan. Menurut mereka, hal ini terutama karena adanya peningkatan harga komoditas diikuti dengan meningkatnya permintaan hasil pertanian serta perbaikan regulasi oleh pemerintah. Cukup tingginya
optimisme
perbankan
diikuti
juga
dengan
adanya
perkiraan
pertumbuhan kredit di sektor ini. Sebagian besar responden memperkirakan hal tersebut dimana peningkatan diperkirakan antara 6% hingga 10%. Adapun subsektor yang akan menerima penyaluran kredit terbesar dari responden adalah perkebunan dan tanaman pangan. Grafik 12. Perkiraan Suku Bunga Kredit Tahun 2008
Grafik 11. Subsektor Penerima Kredit 2008 Tanaman Pangan, 27%
Lainnya,
Turun, 29%
6%
Perkebunan 67%
Tetap, 71%
Suku bunga kredit pertanian yang diberikan perbankan pada tahun 2008 diperkirakan akan tetap. Hal ini dinyatakan oleh 71% responden. Hanya sedikit responden (29%) yang menyatakan suku bunga akan turun. Sedangkan suku bunga ideal untuk kredit pertanian tahun depan, menurut 57% responden, adalah pada kisaran 10% hingga 15%. Sebesar 36% responden mengatakan suku bunga ideal di bawah 10% dan sisanya menjawab suku bunga sebaiknya di atas 15%. Grafik 13. Rencana Kredit Revitalisasi Pertanian
Grafik 14. Perkiraan Kredit Revitalisasi >Rp5 Miliar, 16%
Tidak, 29%
Ya, 71%
Rp1-5 Miliar, 38%
< Rp1 Miliar, 46%
Informasi lainnya yang dapat diperoleh adalah adanya rencana sebagian besar responden untuk menyalurkan kredit dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Sebanyak 71% responden merencanakan untuk kegiatan tersebut. Adapun perkiraan kredit yang akan disalurkan masing-masing bank untuk kegiatan tersebut dengan besaran kurang dari Rp1 miliar.