22
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Berat Jenis Berat jenis
volumenya.
merupakan perbandingan antara massa bahan terhadap
Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses
pengolahan, penanganan dan penyimpanan (Khalil, 1999 dalam Retnani dkk, 2011). Berdasarkan hasil perhitungan berat jenis pada uji fisik pelet dapat diperoleh data sidik ragam sebagai berikut. Tabel 2. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Tepung Limbah Ubi Jalar Sebagai Binder Pada Pembuatan Pelet Rumput Brachiaria humidicola Terhadap Berat Jenis Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 …..………g/cm3………….. 1 2,20 1,00 1,00 2,20 2 1,00 1,00 2,20 1,00 3 2,20 1,00 3,40 3,40 4 1,00 2,20 1,00 1,00 5 1,00 1,00 2,20 2,20 Rata-rata 1,48 ± 0,57 1,24 ± 0,50 1,96 ± 0,50 1,96 ± 0,50 Keterangan : P1 = 95% rumput Brachiaria humidicola + 5% tepung limbah ubi jalar P2 = 90% rumput Brachiaria humidicola + 10% tepung limbah ubi jalar P3 = 85% rumput Brachiaria humidicola + 15% tepung limbah ubi jalar P4 = 80% rumput Brachiaria humidicola + 20% tepung limbah ubi jalar Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan bahwa penggunaan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang berbeda pada pembuatan pelet rumput Brachiaria humidicola tidak memberikan pengaruh nyata (F<0,05) terhadap berat jenis.
23
Sehingga dapat diperoleh data dalam sidik ragam bahwa penggunaan tepung limbah ubi jalar dengan konsentrasi (5-20%) pada pembuatan pelet Brachiaria humidicola tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat jenis.
Hal ini didukung oleh
pernyataan Agustina (2005) bahwa berat jenis dan ukuran partikel tidak berpengaruh nyata sehingga ruang antar partikel bahan terisi oleh pengikat secara merata sehingga perbedaan berat jenis pada pelet tidak akan berbeda jauh. Hal ini diduga karena pemadatan yang terjadi di dalam mesin sama sehingga ruang antar partikel di dalam pelet tidak berbeda dan pelet tercetak dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Khalil (1999) dalam Retnani dkk (2010), pakan atau ransum yang terdiri atas partikel yang perbedaan berat jenisnya cukup besar maka campuran tidak stabil dan cenderung mudah terpisah kembali.
Kepadatan pelet
tersebut mempengaruhi volume pelet dan berat pelet, dengan pelet yang padat maka volume pelet lebih kecil dari berat pelet tersebut, sehingga berat jenis pelet akan semakin tinggi dan akan memudahkan dalam penanganan dan penyimpanan (Retnani dkk, 2011). Berat jenis berperan dalam proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan bahan. Kerapatan tumpukan dan daya ambang partikel ditentukan dari berat jenisnya. Bahan yang memiliki kandungan serat kasar yang tinggi akan mempengaruhi kehalusan dalam hasil pembuatan pelet. Kehalusan bahan yang akan dijadikan pelet sangat berpengaruh pada kualitas berat jenis pelet dan bahan dengan berat jenis yang seragam dapat disimpulkan bahwa bahan tersebut memiliki tingkat homogenitas yang tinggi (Khalil, 1999 dalam Retnani, 2011).
24
Menurut Dozier (2001) dalam Agustina (2005) Semakin kecil ukuran partikel maka semakin luas permukaan partikel sehingga dapat meningkatkan proses pematangan dan gelatinisasi dan semakin baik gelatinisasi pada saat pembuatan pelet akan meningkatkan nilai kerapatan tumpukan sehingga nilai berat jenis juga akan meningkat. Selain itu, berat jenis bersama dengan ukuran partikel bahan bertanggung jawab terhadap homogenitas penyebaran partikel dan stabilitasnya dalam suatu campuran pakan. Hasil yang didapat ini mendekati dengan yang dikemukakan oleh Agustina (2005) dalam Retnani dkk (2011) bahwa berat jenis pelet berkisar ± 1,35. Jadi berat jenis pelet yang dibuat sudah cukup baik. Nilai berat jenis pada pelet menunjukan tingkat kemudahan yang setara dalam pengangkutan, transportasi dan kapasitas ruang penyimpanan sehingga akan menekan biaya produksi (Retnani dkk, 2011).
4.2
Efesiensi Mesin Pelet Efisiensi mesin pelet dihitung dengan cara menghitung besarnya jumlah pelet
yang tebentuk pada satuan waktu tertentu (Muslim, 2011) dan pada penelitian ini efesiensi mesin dihitung dengan cara menjumlahkan berapa kilogram pelet yang dihasilkan oleh mesin pelet dalam waktu 1 jam. Berdasarkan hasil penghitungan waktu pada saat proses pencetakan pelet, maka diperoleh data sidik ragam sebagai berikut.
25
Tabel 3. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Tepung Limbah Ubi Jalar Sebagai Binder Pada Pembuatan Pelet Rumput Brachiaria humidicola Terhadap Efesiensi Mesin Pelet Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 ……………kg/jam………….. 1 2,60 5,00 6,00 8,00 2 3,00 4,61 6,66 10,00 3 2,85 4,61 6,00 8,57 4 2,85 5,00 5,45 8,00 5 3,00 4,00 6,00 8,57 Rata-rata 2,86 ± 1,83 4,64 ± 2,95 6,02 ± 3,85 8,62 ± 5,48 Keterangan : P1 = 95% rumput Brachiaria humidicola + 5% tepung ubi jalar P2 = 90% rumput Brachiaria humidicola + 10% tepung ubi jalar P3 = 85% rumput Brachiaria humidicola + 15% tepung ubi jalar P4 = 80% rumput Brachiaria humidicola + 20% tepung ubi jalar
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa terjadi kenaikan jumlah pelet yang dihasilkan dalam waktu satu jam mulai dari yang terendah berturut turut menuju ke yang tertinggi yaitu P1 (2,86), P2 (4,46), P3 (6,02) dan P4 (8,62). Rata-rata terendah diperoleh pada P1 yaitu sebesar 2,86 kg/jam dan yang tertinggi diperoleh pada P4 yaitu sebesar 8,62 kg/jam. Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam menunjukan bahwa penggunaan tepung ubi jalar dengan konsentrasi yang berbeda (5-20%) pada pembuatan pelet rumput Brachiaria humidicola memberikan pengaruh nyata (F>0,01) meningkatkan efesiensi mesin pelet. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh mana yang paling
26
optimal terhadap efesiensi mesin maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Berbagai Konsentrasi Tepung Limbah Ubi Jalar Sebagai Binder Pada Pembuatan Pelet Rumput Brachiaria humidicola Terhadap Efesiensi Mesin Pelet (kg/jam) Perlakuan Rataan Signifikasi P4 8,62 ± 5,48 a P3 6,02 ± 3,85 b P2 4,64 ± 2,95 c P1 2,86 ± 1,83 d Keterangan : Huruf yang berbeda nyata pada kolom signifikasi menunjukkan pengaruh masing-masing perlakuan berbeda nyata Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada Tabel 4 menunjukan bahwa P4 (8,62) memiliki hasil paling tinggi dan berbeda nyata terhadap P1 (2,86), P2 (4,64) dan P3 (6,02). P3 (2,86) dengan konsentrasi tepung limbah ubi jalar 15% memberi pengaruh nyata terhadap P2 (4,64) dan P1 (2,86). P2 (4,64) juga dengan konsentrasi tepung limbah ubi jalar sebesar 10% memberi pengaruh nyata terhadap P1 (2,86). Hal ini disebabkan karena jumlah konsentrasi tepung limbah ubi jalar yang digunakan berpengaruh pada proses gelatinisasi sehingga memudahkan dalam proses pencetakan pelet rumput Brachiaria humidicola. Semakin tinggi kandungan pati yang digunakan pada saat proses pembuatan pelet maka semakin baik proses gelatinisasinya seperti yang dikatakan Susilawati dkk (2012), bahan yang dapat menjadi binder adalah bahan-bahan yang tinggi akan kandungan patinya agar dapat mengikat pelet dengan baik dan menghasilkan pelet dengan kualitas yang baik dan
27
hal tersebut didukung seperti yang dikatakan Imanningsih (2012) bahwa jumlah fraksi amilosa-amilopektin sangat berpengaruh pada profil gelatinisasi pati. Komponen
penyusun
utama
pati
adalah
amilosa
dan
amilopektin.
Amilopektin dapat dipisahkan dari amilosa dengan cara melarutkannya dalam air panas dibawah temperatur gelatinisasi. Fraksi terlarut dalam air panas adalah amilosa dan fraksi tidak larut adalah amilopektin (Puspitasari, 2008). Amilosa dapat membentuk gel dengan mudah karena bentuk rantainya lurus sehingga pembentukan jaringan tiga dimensi berlangsung dengan mudah, molekul-molekul amilosa juga mudah bergabung dan mengkristal (Meyer, 1979 dalam Puspitasari, 2008). Mekanisme pembentukan gel dimulai jika larutan pati dipanaskan. Butir-butir pati akan mengembang sehingga ikatan hidrogen pada unit amorphous akan rusak dan pada suhu tertentu dan granula akan pecah (Hodge dan Osman, 1976 dalam Uhi, 2006). Pati tergelatinisasi dengan adanya air dan membentuk struktur pasta pati, akan bercampur dengan granula pati yang belum tergelatinisasi (Hariyadi, 1984 dalam Uhi, 2006). Menurut Agustina (2005) perbedaan ukuran partikel dalam ransum mempengaruhi kualitas dan kelancaran produksi pelet.
Dalam penelitian ini
penggilingan menggunakan screen 2 mm sehingga menghasilkan ukuran pelet yang halus maka sangat mendukung untuk kelancaran produksi pelet. Sehingga dapat diperoleh data bahwa P4 dengan konsentrasi ubi jalar sebanyak 20% adalah hasil yang efisien terhadap mesin pelet.