HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Stek Pengamatan keadaan umum stek bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kualitas dan daya tumbuh stek selama penyimpanan. Keadaan umum stek yang diamati meliputi warna, bau, dan tekstur stek. Menurut Budiyanto (2002) pengawetan pada bahan pangan bertujuan untuk menjaga tekstur, rasa, aroma atau bau dan warna sehingga terjaga kualitasnya. Berdasarkan hal tersebut pada pengamatan warna stek untuk mengetahui adanya perubahan warna, apabila selama penyimpanan terjadi perubahan warna mengindikasikan adanya kontaminasi dari mikroorganisme. Pada pengamatan bau stek, stek yang tercium bau busuk mengindikasikan adanya kontaminasi mikroorganisme, sedangkan pengamatan tekstur untuk mengetahui kadar air selama penyimpanan. Stek yang mendapat perlakuan pengawetan gula sebagian stek mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan. Hal ini terlihat pada lama penyimpanan 9-15 hari, sebagian besar dari setiap kluster (1 kluster (pengulangan) = 5 stek) terdapat 35 stek berwarna kecoklatan, sedangkan pada lama penyimpanan 3-6 hari jumlah stek yang mengalami perubahan warna tidak sebanyak pada lama penyimpanan 9-15 hari (Gambar 2b). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan warna disebabkan adanya mikroorganisme yang memanfaatkan gula sebagai sumber nutrisinya. Stek yang kehilangan gula akan berwarna coklat dan kering. Menurut Suwijah (2011), mikroorganisme membutuhkan karbon dan nitrogen untuk pertumbuhannya, dimana kebutuhan akan karbon dapat diperoleh dalam bentuk karbohidrat sederhana, misalnya: sukrosa, glukosa, fruktosa, dll.
b a
Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel
Gambar 3. Stek dengan Tekstur Kering dan Berwarna Kecoklatan pada Perlakuan Silica gel
15
Pengujian bau stek tercium bau busuk pada lama penyimpanan 9-15 hari, hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan pengawetan gula terjadi kontaminasi cendawan (Gambar 2a). Pada pengujian tekstur, sebagian besar stek dengan pengawetan gula mengalami perubahan tekstur menjadi kering (Gambar 3). Hal ini terlihat dengan banyaknya stek yang berwarna kecoklatan. Ciri-ciri stek yang terkontaminasi mikroorganisme yaitu terlihat adanya lendir berbau apabila terserang bakteri atau terdapat bercak serta stek berubah warna dimulai dari warna kuning, coklat muda hingga coklat tua apabila terserang cendawan (Meilawati, 2008).
Gambar 4. Warna Stek Hijau dan Tidak terdapat Cendawan pada Perlakuan Lilin Stek dengan perlakuan pengawetan lilin selama masa penyimpanan 3-15 hari tidak mengalami perubahan warna dan bau serta tidak terdapat kontaminasi mikroorganisme (Gambar 4). Hal ini disebabkan lapisan lilin pada permukaan stek menghalangi mikroba masuk ke dalam jaringan sehingga tidak ada kontaminasi yang dapat menyebabkan perubahan warna dan bau. Hal yang berbeda pada pengamatan tekstur, tekstur stek terlihat kering karena stek tidak mengalami respirasi. Menurut Suhaidi (2008) salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran buah adalah dengan melapisi buah dengan lilin. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan menghambat laju respirasi. Stek yang banyak terdapat kontaminasi mikroorganisme yaitu pada pengawetan dengan menggunakan silica gel dan kontrol. Pada penggunaan bahan pengawet silica gel, stek banyak mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan pada masa penyimpanan 9-15 hari. Secara umum warna stek pada penyimpanan dengan perlakuan pengawetan silica gel berwarna kecoklatan, berjamur, dan lembab. Keadaan stek yang banyak berjamur karena kadar air yang masih tinggi. Kondisi ini 16
disebabkan jumlah silica gel yang ditambahkan kurang banyak sehingga tidak dapat menyerap kadar air secara maksimal. Rendahnya penyerapan air menyebabkan kondisi didalam karung menjadi lembab yang dapat mempermudah berkembangnya cendawan. Penyimpanan stek dengan menggunakan refrigerator tidak terjadi perubahan warna, bau dan tekstur selama 15 hari masa penyimpanan. Kondisi ini diindikasikan warna stek masih segar, bau khas dan tekstur stek tetap terjaga. Hal ini dikarenakan penyimpanan menggunakan refrigerator pada suhu 4ºC aktifitas dari mikroba terhambat sehingga stek tidak terkontaminasi, selain itu aktivitas hormon pertumbuhan terhambat karena stek mengalami dormansi. Witoyo (2001) menyatakan bahwa, mikroorganisme yang tumbuh pada jamur tiram putih yang disimpan pada suhu 16ºC lebih banyak daripada jamur tiram putih yang disimpan pada suhu 4ºC. Siregar (2011) menambahkan bahwa, salah satu faktor penghambat perkecambahan yaitu terjadinya dormansi pada benih. Keadaan umum stek yang baik yaitu perlakuan pengawetan lilin dan refrigerator. Pada penggunaan lilin terhambatnya respirasi menyebabkan kadar air yang hilang rendah sehingga warna stek masih segar. Rendahnya penguapan air meminimalkan kerusakan stek akibat kontaminasi mikroorganisme yang berpengaruh pada perubahan warna atau bau stek. Pada penggunaan refrigerator
aktivitas
mikroba terhambat pada suhu dingin sehingga tidak ada stek yang terkontaminasi. Pada suhu refrigerator, aktivitas mikroba akan semakin melemah bila tidak dilakukan penyegaran media yang mengandung nutrisi untuk mikroba (Thalib dan Widiawati, 2010). Selain itu, pada penyimpanan dengan menggunakan refrigerator, terhambatnya aktivitas hormon pertumbuhan yang menyebabkan stek tidak berubah warna menjadi kuning ataupun kecoklatan. Sehingga kondisi stek dengan penyimpanan menggunakan refrigerator atau lilin memiliki warna, tekstur, dan baunya masih segar seperti pada saat diambil dari kebun.
17
Penyusutan Bobot Stek Penyusutan bobot yang didapatkan diperhitungkan untuk mengetahui kekurangan bobot stek selama masa penyimpanan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan stek tersebut. Tabel 2. Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan Bahan pengawet
Lama penyimpanan (hari) Rata-rata 3
6
9
12
15
Kontrol
5,84±1,31bcd
11,76±1,57fgh
13,56±1,73hi
18,56±7,43jkl
17,96±1,06jk
13,54±5,18
Gula
6,24±1,19bcde
8,92±1,40cdef
12,92±1,69ghi
18,28±5,64jkl
22,12±4,83l
13,69±6,54
Lilin
5,32±1,12abc
9,56±2,02defg
11,48±0,93fgh
15,64±1,25ij
19,48±4,96jkl
12,29±5,47
Silica gel
5,44±1,85abc
10,00±2,33efgh
15,76±2,13ij
16,64±2,98ij
20,72±2,62kl
13,71±6,00
1,76±0,43a
2,64±0,52ab
3,04±0,73ab
3,60±1,32ab
5,80±1,56bcd
3,37±1,52
14,54±2,84
17,22±2,17
Refrigerator Rata-rata
4,92±0,23
8,58±0,82
11,35±0,51
Keterangan: Superskrip pada kolom dan baris menunjukkan hasil nyata (P<0.05)
Data pada Tabel 2 diketahui bahwa penggunaan refrigerator pada lama penyimpanan 3 hari (P<0,05) menunjukkan rataan penyusutan bobot yang paling baik jika dibandingkan bahan pengawet dan lama penyimpanan lainnya. Stek yang disimpan pada refrigerator dilihat dari kolom rataan penyusutan bobotnya paling kecil dibandingkan cara pengawetan yang lain. Pada semua perlakuan semakin lama stek disimpan maka semakin besar penyusutan bobotnya. Persentasi bobot stek selama penyimpanan menunjukkan persentasi penyusutan bobot stek tertinggi adalah stek dengan perlakuan pengawetan gula pada lama penyimpanan 15 hari (Gambar 5). Persentasi penyusutan bobot stek pada perlakuan ini sebesar >30% sehingga besar kemungkinan stek kehilangan cadangan energi untuk pertumbuhan, yang mengakibatkan pertumbuhan stek lambat. Pada pengawetan menggunakan refrigerator, persentasi penyusutan bobot stek sebelum dan sesudah pengawetan tidak banyak berkurang pada setiap waktu penyimpanan. Pengawetan menggunakan refrigerator, persentasi penyusutan bobot stek lebih rendah dibandingkan perlakuan pengawetan lainnya.
18
Gambar 5. Persentasi Penyusutan Bobot Stek Selama Penyimpanan Hal ini disebabkan aktivitas hormon pertumbuhan terhambat selama penyimpanan pada suhu dingin. Menurut Yunarti (2008), pada suhu tinggi aktivitas hormon pertumbuhan akan semakin meningkat sehingga menyebabkan laju respirasinya meningkat pula, dan semakin tinggi suhu maka laju respirasinya semakin tinggi. Laju respirasi yang paling rendah pada suhu 5ºC sedangkan laju respirasi tinggi yaitu pada suhu ruang. Kecilnya persentasi penyusutan bobot pada penggunaan refrigerator menunjukkan perlakuan ini paling efektif untuk tetap mempertahankan bobot stek. Stek dengan perlakuan pengawetan lilin pada lama penyimpanan 15 hari persentasi penyusutan bobot stek tidak jauh berbeda seperti pada lama penyimpanan 12 hari, hal ini dapat dimanfaatkan untuk pengawetan stek lebih dari 1 minggu. Pada perlakuan ini perlu penanganan khusus untuk menekan penyusutan bobot stek tidak mencapai sebesar >20% agar stek dapat tumbuh dengan baik. Awal Pertumbuhan Setelah Tanam Awal pertumbuhan setelah tanam pada stek rumput merupakan stek yang telah tumbuh tunas ataupun kuncup daun mulai 2 HST (Hari Setelah Tanam). Hal tersebut mengindikasikan pertumbuhan tanaman yang baik untuk pertumbuhan selanjutnya.
19
Rataan hari awal pertumbuhan setelah tanam merupakan rata-rata awal hari pertumbuhan stek setelah ditanam dengan indikasi tumbuhnya tunas ataupun kuncup daun, dapat dilihat pada Gambar 6.
a
b
Gambar 6. Pertumbuhan Kuncup Stek pada Perlakuan Gula (a), Pertumbuhan Kuncup Daun pada Perlakuan Lilin (b)
Pada perlakuan pengawetan gula dengan lama penyimpanan 12 hari, rataan tumbuh muncul daun pertama 2 HST. Hal disebabkan cadangan makanan yang dibutuhkan selama penyimpanan masih tersedia, sehingga saat penanaman stek lebih cepat tumbuh. Gambar 6 menunjukan beberapa contoh stek yang mulai tumbuh pada pengamatan 2 HST. Stek yang diambil data yaitu stek yang sudah tumbuh kuncup (Gambar 6a) ataupun stek yang sudah tumbuh daun yaitu pada (Gambar 6b), stek tersebut mengindikasikan stek yang memiliki kualitas tumbuh baik yaitu berwarna hijau segar. Tunas baru banyak tumbuh pada bagian pangkal stek (Gambar 6a). Pangkal stek mengandung karbohidrat dan nitrogen yang lebih banyak daripada bagian ujung stek sehingga dapat mempercepat proses inisiasi. Stek yang proses inisiasinya cepat cenderung resisten terhadap penyakit yang menyerangnya sehingga peresentase stek hidupnya menjadi lebih tinggi (Meilawati, 2008). Pada awal penanaman stek batang Euphorbia milii, stek masih memiliki cadangan makanan yang cukup sehingga mampu memenuhi nutrisi bahan stek agar tetap bertahan hidup dimana bahan stek masih terlihat segar dan tahan terhadap penyakit (Napitupulu, 2006).
20
Gambar 7. Rataan Hari Awal Pertumbuhan setelah Tanam Grafik pada gambar 7 menunjukkan kontrol dan perlakuan pengawetan lainnya rataan tumbuh muncul daun pertama 4 HST. Hal ini disebabkan rendahnya kemampuan tumbuh pada awal pertumbuhan setelah tanam. Rendahnya kemampuan tumbuh pada awal pertumbuhan disebabkan sebagian besar cadangan makanan yang diperlukan sebagai faktor yang membantu pertumbuhan sudah dipergunakan pada saat masa penyimpanan. Tanaman yang mengandung rasio karbohidrat-nitrogen yang tinggi dapat mempercepat proses inisiasi pada pertumbuhan awalnya (Hartman dan Kester 1997). Stek dengan perlakuan menggunakan refrigerator memiliki kemampuan ratarata tumbuh awal yang lebih lambat dibandingkan perlakuan lain karena memerlukan waktu lebih lama untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan pada suhu tumbuh normal (sekitar suhu 25ºC), karena hormon pertumbuhan tersebut terhambat aktivitasnya pada suhu rendah. Pada stek perlakuan silica gel, memiliki kemampuan rata-rata tumbuh 10 HST dengan lama penyimpanan 3 dan 6 hari, sedangkan pada masa simpan 9-15 hari tidak ada stek yang tumbuh. Hal ini disebabkan stek dengan pelakuan silica gel banyak yang terkontaminasi cendawan sehingga mempengaruhi kemampuan tumbuhnya. Hartman et al (1997) menyatakan bahwa serangan cendawan pada stek dapat langsung menurunkan daya tumbuh dan kemampuan stek
21
untuk bertahan hidup sehingga stek mengalami kematian. Menurut Edi (2001), kecepatan tumbuh stek yang semakin menurun dikarenakan cadangan karbohidrat yang diperlukan untuk energi oleh stek saat pertumbuhan tunas semakin berkurang, baik akibat respirasi ataupun fermentasi yang dilakukan oleh stek untuk mempertahankan jaringan maupun fermentasi yang dilakukan oleh bakteri atau cendawan yang terdapat pada stek. Daya Tumbuh Stek Daya tumbuh stek diamati untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan pengawetan dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan stek. Dari pengamatan tersebut dapat diketahui perlakuan pengawetan dan lama penyimpanan yang efektif untuk menyimpan stek sehingga akan mempermudah dalam pendistribusian pada usaha penjualan stek rumput. Pada perlakuan pengawetan lilin dengan lama penyimpanan 3 hari, kuncup daun mulai tumbuh 2 HST. Hal ini disebabkan
stek
masih
tersedia
cadangan
energi
(karbohidrat)
untuk
pertumbuhannya. Menurut Edi (2001), semakin lama penyimpanan maka daya tumbuh stek mengalami penurunan, hal ini disebabkan stek telah kehabisan cadangan energi (karbohidrat) untuk pertumbuhannya.
a
b
Gambar 8. Tumbuh 2 Daun Sempurna (a) pada Perlakuan Refrigerator, Tidak Tumbuh Daun (b) pada Perlakuan Silica gel Stek yang memiliki pertumbuhan cepat pada pengamatan 2 minggu setelah penanaman sudah muncul dua daun sempurna (Gambar 8a), membuktikan bahwa kedua stek memiliki daya tumbuh yang baik. Hal yang berbeda ditunjukkan stek yang memiliki pertumbuhan lambat (Gambar 8b), pada rentang waktu pengamatan yang sama stek belum tumbuh tunas, kuncup, maupun daun. 22
Perlakuan pengawetan gula yang mendapatkan asupan energi, stek yang tumbuh lebih sedikit daripada perlakuan pengawetan dengan lilin. Hal ini disebabkan mikroorganisme yang terdapat pada stek melakukan proses fermentasi dengan mengambil cadangan energi yang dibutuhkan stek selama masa penyimpanan. Pemanfaatan cadangan energi oleh mikroorganisme menyebabkan stek kekurangan sumber energi untuk tumbuh. Pada perlakuan pengawetan gula perlu ditambahkan zat atau bahan yang dapat mencegah pemanfaatan sumber energi oleh mikroorganisme. Ramadiana (2008) menyatakan bahwa, pemberian sukrosa ditambah perak nitrat (AgNO3) pada bunga Anggrek mampu mempertahankan daya tumbuh stek hingga 16 hari penyimpanan dengan kesegaran 58,7% dibandingkan kontrol. Stek dengan perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator, tumbuh pada umur 8 HST dan pada pengamatan selanjutnya hanya sedikit stek yang tumbuh. Hal ini disebabkan selama penyimpanan stek mengalami dormansi dan tidak ditambahkan zat pengatur tumbuh yang mampu merangsang pertumbuhan awalnya. Menurut Puspitasari (2008), ZPT (Zat Pengatur tumbuh) memberikan pengaruh nyata pada munculnya tunas, tunas dengan pemberian ZPT muncul pada 6 HST. Pada stek yang disimpan dengan menggunakan refrigerator, banyak stek yang baru tumbuh kuncup daun pada umur 21 HST. Perbedaan waktu tumbuh kuncup daun pertama pada perlakuan ini disebabkan stek memerlukan masa adaptasi setelah dormansi. Menurut Sallisbury dan Ross (1992b), kekurangan air dan rendahnya suhu merupakan faktor pendorong terjadinya dormansi pada tanaman. Keseluruhan perlakuan setelah pengamatan selama 2 minggu penanaman, masih banyak stek yang tumbuh tunas atau daun bahkan hingga 1 bulan setelah penanaman, karena stek telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan. Pada Tabel 3 terlihat bahwa lama penyimpanan 3 hari (P<0,05) pada semua perlakuan pengawetan menunjukkan rataan daya tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan lama penyimpanan 6, 9, 12, dan 15 hari. Hal ini disebabkan stek dengan lama penyimpanan 3 hari belum banyak kehilangan cadangan makanan dan terkontaminasi mikroorganisme sehingga dapat tumbuh dengan baik.
23
Tabel 3. Rataan Daya Tumbuh (%) Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama Penyimpanan Bahan pengawet
Lama penyimpanan (hari) Rata-rata 3
6
9
12
15
Kontrol
0,44±0,09
0,16±0,17
0,12±0,11
0,04±0,09
0,04±0,09
0,16±0,16
Gula
0,48±0,30
0,48±0,30
0,12±0,11
0,04±0,08
0,08±0,11
0,24±0,22
Lilin
0,56±0,17
0,08±0,11
0,16±0,17
0,20±0,20
0,12±0,11
0,22±0,19
Silica gel
0,60±0,20
0,28±0,27
0,04±0,09
0
0
0,18±0,26
Refrigerator
0,56±0,17
0,44±0,29
0,24±0,22
0,28±0,30
0,12±0,11
0,33±0,17
Rata-rata
0,53±0,04a
0,41±0,19b
0,14±0,09b
0,11±0,09b
0,07±0,04c
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05)
Data pada Tabel 3 dilihat dari kolom rata-rata, menunjukkan stek dengan perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator memiliki daya tumbuh paling baik dibandingkan perlakuan lain. Perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator banyak tumbuh setelah 2 minggu pengamatan, hal ini disebabkan stek mengalami dormansi. Kemampuan tumbuh yang baik setelah disimpan dengan menggunakan refrigerator didukung pada pengamatan penyusutan bobot, dimana stek yang mendapat perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator memiliki penyusutan bobot terkecil. Penyusutan bobot yang kecil menunjukkan stek dengan perlakuan ini memiliki cadangan makanan untuk pertumbuhannya. Stek perlakuan pengawetan lilin dengan lama penyimpanan 15 hari, memiliki rataan daya tumbuh yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan
dengan
menggunakan refrigerator. Hal ini dapat dikatakan penggunaan bahan pengawet lilin dapat digunakan sebagai alternatif bahan pengawet dengan daya tumbuh yang tidak jauh berbeda menggunakan refrigerator. Tinggi Vertikal Pengukuran tinggi vertikal dilakukan pada umur 15 HST kemudian dihitung rata-rata tinggi vertikal rumput yang tumbuh untuk mengetahui bahan pengawet yang memiliki kecepatan tumbuh dengan baik.
24
Tabel 4. Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan Berbagai Jenis Bahan/Alat Pengawet Bahan/alat pengawet
Lama penyimpanan (hari) 3
6
9
Rata-rata 12
15
Kontrol
0,56±1,04
1,18±2,63
2,04±2,18
0,30±0,67
Gula
3,78±4,64
5,12±6,24
2,02±3,08
1,40±3,13
0,44±0,60
2,62±1,83
Lilin
4,55±4,66
1,54±3,44
2,76±2,98
2,90±3,44
0,74±1,08
2,50±1,45
Silica gel
5,60±4,70
3,80±7,23
Refrigerator
2,24±4,57
2,28±1,58
0,34±0,76
1,11±1,75
2,22±3,33
Rata-rata
3,35±1,49a
2,78±1,45b
1,43±0,49c
1,14±0,81c
0,68±0,63c
0
0
0
0
0,82±0,81
1,88±2,65 1,64±0,87
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Data pada Tabel 4 diketahui pada semua perlakuan pengawetan dengan lama penyimpanan 3 hari (P<0,05) menunjukkan rataan tinggi vertikal yang lebih baik jika dibandingkan lama penyimpanan 6, 9, 12, dan 15 hari. Perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator memiliki rata-rata tinggi vertikal paling rendah dibandingkan dengan penggunaan bahan pengawet yang lain. Hal ini disebabkan pada saat pengambilan data tinggi vertikal, stek masih dalam tahap adaptasi setelah dormansi. Pada tanaman yang mengalami dormansi membutuhkan waktu beradaptasi terhadap lingkungan sehingga pertumbuhan stek lebih lambat dibandingkan dengan penggunaan bahan pengawet yang lainnya. Stek akan tumbuh dengan normal setelah beradaptasi dengan lingkungannya. Data Tabel 4 menunjukkan semakin lama penyimpanan maka semakin rendah tinggi vertikal. Pembahasan Umum Pengamatan daya tumbuh stek merupakan pengamatan yang paling menentukan, hal tersebut menunjukkan bahwa bahan pengawet tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan stek. Pada lama penyimpanan 3 hari daya tumbuh terbaik yaitu pada penyimpanan menggunaan silica gel. Pada lama penyimpanan stek 6 hari daya tumbuh terbaik yaitu pada penyimpanan menggunakan gula. Pada lama penyimpanan 9 dan 12 hari daya tumbuh stek terbaik yaitu pada penyimpanan menggunakan refrigerator. Sedangkan pada lama penyimpanan 15 hari daya tumbuh terbaik yaitu pada pengawetan dengan menggunakan lilin dan refrigerator.
25
Keseluruhan pengamatan penggunaan refrigerator menunjukkan hasil yang baik dibandingkan perlakuan pengawetan yang lainnya karena dapat tumbuh dengan baik hingga lama penyimpanan 15 hari. Hal ini tampak pada kondisi fisik stek dilihat dari keadaan umum stek, setelah mendapat perlakuan pengawetan dan penyimpanan, stek pada perlakuan ini tidak mengalami perubahan fisik. Penelitian Edi (2001) menunjukkan bahwa daya tumbuh stek dengan perlakuan pengawetan silika dapat bertahan hingga lama penyimpanan 10 hari, sedangkan pada penggunaan refrigerator daya tumbuh stek dapat bertahan hingga lama penyimpanan 15 hari. Selain itu juga penggunaan refrigerator dapat mempertahankan kehilangan bobot stek yang berlebihan selama penyimpanan, sehingga pada saat penanaman stek masih memiliki cadangan makanan yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan tidak adanya kontaminasi dengan mikroorganisme. Stek yang masih tersedia cukup cadangan makanan selama masa penyimpanan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan memiliki pertumbuhan lebih baik, yang ditunjukkan dengan rata-rata tinggi vertikal. Menurut Tukiman (2000), semakin lama bibit disimpan maka tinggi vertikal semakin rendah, kondisi tersebut karena banyaknya cadangan makanan yang digunakan oleh bibit pada saat penyimpanan. Stek dengan perlakuan pengawetan lilin memiliki rata-rata tinggi vertikal lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya. Stek dengan perlakuan ini juga memiliki kemampuan tumbuh daun pertama yang cepat dan rataan daya tumbuh yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan menggunakan refrigerator sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet alternatif dengan harga yang murah serta mudah didapatkan.
26