I
PENGARUH DOSIS ROOTONE-F TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK DAN STEK BATANG RASAMALA (Altingia excelsa)
HARIS RIFAI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
II
PENGARUH DOSIS ROOTONE-F TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK DAN STEK BATANG RASAMALA (Altingia excelsa)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
HARIS RIFAI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
III
Haris Rifai. Pengaruh Dosis Rootone-F Terhadap Keberhasilan Stek Pucuk dan Stek Batang Rasamala (Altingia excelsa). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto. RINGKASAN
Rasamala merupakan salah satu tanaman yang sangat cocok untuk merehabilitasi hutan pegunungan yaitu pada ketinggian 700 – 1700 m di atas permukaan laut (m dpl). Pembiakan Rasamala dapat dilakukan dengan cara generatif (menggunakan biji). Namun masalahnya, pembiakan rasamala dengan cara generatif tidak dapat dilakukan secara massal. Benih Rasamala juga bersifat rekalsitran (tidak dapat disimpan lama), yang berarti viabilitas beih akan menurun secara cepat. Oleh karena itu, perlu alternanif lain dalam pengembangbiakan Rasamala (A. excelsa) ini, yaitu dengan pembiakan cara vegetatif. Pembiakan rasamala secara vegetatif dapat menjadi alternatif lain dalam rangka penyediaakn bibit dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Teknik yang tergolong sederhana namun dapat digunakan untuk produksi massal bibit secara vegetatif adalah teknik stek pucuk (Kantarli, 1993 dan Zabala, 1993) karena stek pucuk dapat dilakukan sepanjang tahun. Tujuan dari penelitian ini yaitu mempelajari teknik yang cocok untuk pembiakan vegetatif rasamala (A. excelsa) dan mengetahui pengaruh dosis Rootone-F yang cocok untuk pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dan stek batang Rasamala (A. excelsa). Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca KOFFCO (Komatsu-Forda Fog Cooling System) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA) Bogor dan Laboratorium Penyakit Fakultas Kehutanan IPB dari bulan Maret sampai Juli 2009. Bahan dan alat yang digunakan yaitu bibit Rasamala (A. excelsa) berumur 2-3 bulan, zat pengatur tumbuh Rootone-F, kokopit dan sekam, aquades, fungisida Dithane M-45, gunting stek, alkohol 70%, gelas ukur, embrat, polybag, kamera, dan alat tulis. Metode penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan media tanam dan persiapan bahan stek, penempatan media tanam pada polybag, pemotongan bahan stek, bagian bawah (pangkal) dibuat sudut 45%, persiapan dosis Rootone-F, perendaman bahan stek selama 30 menit, penanaman bahan stek dan pemberian sungkup, pemeliharaan tanaman dan pengambilan data, pengolahan dan analisis data, sampai penulisan laporan skripsi. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial. Faktor pertama adalah bahan stek yang terdiri dari pucuk (S1) dan batang (S2) Rasamala (A. excelsa); sedangkan faktor kedua adalah dosis Rootone-F yang terdiri dari 5 tingkat konsentrasi (termasuk kontrol) Rootone-F yang berbeda yaitu 0 mg/100 ml (kontrol (D0)), 50 mg (D1), 100 mg/100 ml (D2), 150
IV
mg/100 ml (D3) dan 200 mg/100 ml (D4). Parameter stek yang diamati yaitu persentase hidup, persentase berakar, jumlah daun dan tinggi pucuk, jumlah dan panjang akar, berat basah dan kering pucuk, berat basah dan kering akar, serta nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor bahan stek yang digunakan yaitu pucuk (S1) dan batang (S2) berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar, rata-rata panjang akar, dan berat basah akar; faktor dosis RootoneF yaitu 0 mg (D0, kontrol)), 50 mg (D1), 100 mg (D2), 150 mg (D3) dan 200 mg (D4) berpengaruh nyata terhadap persentase berakar dan berat basah pucuk; dan faktor interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) hanya berpengaruh nyata terhadap persentase berakar. Stek pucuk (S1) menghasilkan persentase hidup yang lebih tinggi yaitu sebesar 97.33% dibandingkan stek batang (S2) yaitu sebesar 77%. Stek pucuk (S1) menghasilkan persentase berakar yang lebih tinggi yaitu sebesar 93.67% dibandingkan stek batang (S2) sebesar 63.67%. Stek pucuk (S1) menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak yaitu 5 buah dibandingkan stek batang (S2) sebesar 3 buah. Stek pucuk (S1) menghasilkan panjang akar yang lebih panjang yaitu 7.37 cm dibandingkan stek batang (S2) yaitu 4.96 cm. Stek pucuk (S1) menghasilkan berat basah akar yang lebih tinggi yaitu 0.758 gram dibandingkan stek batang (S2) sebesar 0.557 gram. Untuk pengaruh dosis Rootone-F, perlakuan D1 (Rootone-F
dosis 50 mg)
menghasilkan persentase berakar tertinggi sebesar 87.50%; sedangkan persentase berakar terendah dihasilkan oleh perlakuan D0 (kontrol, Rootone-F dosis 0 mg) sebesar 67.50%. perlakuan D3 (Rootone-F dosis 150 mg) menghasilkan berat basah pucuk stek terberat yaitu 2.419 gram; berat basah pucuk teringan dihasilkan oleh perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) sebesar 0.745 gram. Untuk pengaruh interaksi keduanya, perlakuan S1D4 (stek pucuk dengan RootoneF
dosis 200 mg) menghasilkan persentase berakar tertinggi yaitu sebesar 96,67%.
Sebaliknya, persentase berakar terendah dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S2D0 (stek batang dengan dosis 0 mg (kontrol)) yaitu sebesar 43.33%.
V
PENGARUH DOSIS ROOTONE-F TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK DAN STEK BATANG RASAMALA (Altingia excelsa) Oleh: Haris Rifai dan Supriyanto
PENDAHULUAN. Rasamala merupakan salah satu tanaman yang sangat cocok untuk merehabilitasi hutan pegunungan pada ketinggian 700 – 1700 m di atas permukaan laut. Pembiakan Rasamala dapat dilakukan secara generatif. Namun pembiakan Rasamala dengan cara generatif tidak dapat dilakukan secara massal. Pembiakan rasamala secara vegetatif dapat menjadi alternatif lain dalam rangka penyediaan bibit dalam jumlah besar, tepat waktu dan bermutu. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari teknik pembiakan vegetatif Rasamala (A. excelsa) dan mengetahui pengaruh dosis Rootone-F yang cocok untuk pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dan stek batang Rasamala (A. excelsa) untuk memproduksi bibit berkualitas. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca KOFFCO (KomatsuForda Fog Cooling System) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA) Bogor dari bulan Maret sampai Juli 2009. Bahan dan alat yang digunakan terdiri dari bibit Rasamala (A. excelsa), Rootone-F, aquades, Dithane M-45, kokopit dan sekam, sungkup, gunting stek, alkohol 70%, gelas ukur, embrat, polybag, kamera, alat tulis. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial. Faktor pertama adalah dosis Rootone-F yang terdiri dari 5 tingkat dosis Rootone-F yaitu 0 mg/100 ml, 50 mg/100 mg, 100 mg/100 ml, 150 mg/100 ml dan 200 mg/100 ml; faktor kedua adalah bahan stek yaitu pucuk dan batang. Parameter yang diamati yaitu persentase hidup (%), persentase berakar (%), jumlah daun, pertambahan tinggi pucuk (cm), jumlah akar, panjang akar, berat basah dan berat kering pucuk, berat basah dan berat kering akar, serta nisbah pucuk akar (NPA). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji F. Apabila terdapat peubah yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan. HASIL DAN KESIMPULAN. Faktor bahan stek yaitu pucuk dan batang berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar, rata-rata panjang akar, dan berat basah akar. Stek pucuk menghasilkan persentase hidup stek pucuk sebesar 97.33% dengan persentase berakar sebesar 93.67%, jumlah akar sebanyak 5 buah dan panjang akar 7.37 cm, dan berat basah akar sebesar 0.758 gram; sedangkan persentase hidup stek batang sebesar 77% dengan persentase berakar sebesar 63.67%, jumlah akar sebanyak 3 buah, panjang akar 4.96 cm, dan berat basah akar sebesar 0.557 gram. Faktor dosis Rootone- F hanya berpengaruh nyata terhadap persentase berakar dan berat basah pucuk. Perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) menghasilkan persentase berakar tertinggi sebesar 87.50%; sedangkan persentase berakar terendah dihasilkan oleh perlakuan D0 (kontrol, Rootone-F dosis 0 mg) sebesar 67.50%. perlakuan D3 (Rootone-F dosis 150 mg) menghasilkan berat basah pucuk terberat yaitu 2.419 gram; berat basah pucuk teringan dihasilkan oleh perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) sebesar 0.745 gram. interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) hanya berpengaruh nyata terhadap persentase berakar. Stek pucuk dengan Rootone-F dosis 200 mg menghasilkan persentase berakar tertinggi yaitu 96,67% dan terendah dihasilkan oleh stek batang dosis 0 mg (kontrol) yaitu 43.33%. Kata kunci: Rasamala, Altingia excelsa, Stek, Rootone-F
VI
EFFECTS OF ROOTONE-F ON SHOOT AND STEM CUTTINGS OF RASAMALA (Altingia excelsa) by Haris Rifai and Supriyanto
INTRODUCTION. Rasamala is one of forest tree species that is suitable for rehabilitation programs using generative propagation method. But, Rasamala seedling production cannot be done in sufficient quantity due to infertile seeds and its seed belongs to recalcitrant seeds. Vegetative propagation system can be used as an alternative method in order to produce seedlings in sufficient quantity, timingly manner and in good quality. The aim of this research was to study the vegetative propagation techniques of Rasamala and to find out the most suitable concentration of Rootone-F for Rasamala's vegetative propagation using shoot and stem cutting methods. MATERIAL AND METHOD. This research was carried out at Green House of KOFFCO (Komatsu-Forda Fog Cooling System) of the Forest Research and Development and Nature Conservation, the Ministry of Forestry from March to July 2009. The material and equipment used in this experiment consisted of Rasamala seedlings, Rootone-F, aquades, M-45 Dithane, rice-husk and cocopeat, mulch, alcohol 70%, cutter, beakers glass, soaking bath, polybags, and digital camera. The experimental design was Completely Randomized Design in Factorial. First factor was Rootone-F concentrations which consisted of 5 levels of Rootone-F, those were 0 mg/100ml, 50 mg/100 ml, 100 mg/100 ml, 150 mg/100 ml, and 200 mg/100 ml; the second factor was cutting materials, those were Rasamala's shoot and stem. The observed parameters consisted of survival percentage (%), rooting percentage (%), number of leaf, shoot growth (cm), number of root, root length, wet and dry weight of shoot, wet and dry weight of root, and root shoot ratio. The collected data was analyzed using F test followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT). RESULTS AND CONCLUSSION. Cutting material factor (shoot and stem) affected significantly to the survival percentage, rooting percentage, root length, and root's wet weight. Survival percentage of shoot cutting was 97.33%, rooting percentage was 93.67%, number of root was 5, and root length was 7.37 cm, and wet weight of root was 0.758 gram; survival percentage of stem cutting was 77%, rooting percentage was 63.67%, number of root is 3 and root length was 4.96 cm, and wet weight of root was 0.557 gram. Rootone-F concentration factor affected significantly to rooting percentage and wet weight of shoot. D1 treatment (500 mg of Root one-F) produced the highest rooting percentage (87.50%); the smallest rooting percentage was produced by D0 treatment (control, Rootone-F dose 0 mg) was 67.59%. D3 treatment (Rootone-F dose 150 mg) produced the heaviest of wet weight of shoot was 2.419 gram, the smallest wet weight of shoot obtained by D4 treatment (200 mg of Rootone-F) or 0.745 gram. Interactions of both (material of cutting and Rootone-F concentration) affected only significantly to rooting percentage. Interaction of shoot cutting and 200 mg of Rootone-F (S1D4 treatment) produced the highest rooting percentage (96.67%) and the smallest rooting percentage (43.33 %) was obtained by interaction of stem cutting and Rootone-F at 0 mg (S2D0, control). Key Words: Rasamala, Altingia excelsa, Cutting, Rootone-F
VII
PERNYATAAN
Dengan ini saya mengatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Dosis Rootone-F terhadap Keberhasilan Stek Pucuk dan Stek Batang Rasamala (Altingia excelsa)” adalah benar-benar karya saya sendiri dengan bimbingan Dr. Ir. Supriyanto belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguran tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Haris Rifai E14204040
VIII
Judul Skripsi
:
Pengaruh Dosis Rootone-F terhadap Keberhasilan Stek Pucuk dan Stek Batang Rasamala (Altingia excelsa).
Nama
: Haris Rifai
NIM
: E14204040
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Dr.Ir. Supriyanto NIP. 19550510 199203 1 001
Mengetahui Dekan Fakultas Kehutanan
Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr NIP. 19611126 198601 1 001
Tanggal lulus:
IX
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Juli 1985 di Pamekasan Madura, anak ke-9 dari 9 bersaudara dari pasangan Bapak H. Moh. Saffan dan Ibu Hj. Suharlina (Almarhumah). Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Barurambat Timur Negeri 1 Pamekasan pada tahun 1992/1993 dan lulus pada tahun 1997/1998. Pada tahun 1998/1999 penulis masuk ke SLTP Negeri 5 Pamekasan dan lulus pada tahun 2000/2001. Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Pamekasan pada tahun 2001/2002 dan berhasil lulus pada tahun 2003/2004. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI tahun 2004/2005 di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Instititut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H). Pengenalan Hutan pada jalur Cilacap-Baturaden, Jawa Tengah sedangkan Pengelolaan Hutan di Getas, Jawa Timur pada tahun 2007. Penulis juga pernah melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. ANTAM, Tbk. Cikotok pada tahun 2008. Penulis mengikuti Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) untuk menunjang ilmu kehutanan dan aplikasinya di lapangan. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Dosis Rootone-F terhadap Keberhasilan Stek Pucuk dan Stek Batang Rasamala (Altingia excelsa)” dibawah bimbingan Dr.Ir. Supriyanto.
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Dosis Rootone-F Terhadap Keberhasilan Stek Pucuk dan Stek Batang Rasamala (Altingia excelsa)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat serta para pengikutnya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan dibawah bimbingan Dr.Ir. Supriyanto. Semoga dengan adanya skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua dan khususnya untuk kemajuan Kehutanan di Indonesia. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Bogor, 2010
Penulis
Agustus
ii
UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih tidak lupa penulis ucapkan kepada berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, yaitu antara lain kepada: 1. Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr selaku Dekan Fakultas Kehutanan IPB. 2. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr. selaku Kepala Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. 3. Bapak Dr. Ir. Supriyanto selaku dosen pembimbing atas semua bimbingan, saran, kritik, nasihat dan ketulusan yang telah diberikan. 4. Semua Dosen dan Staff KPAP Departemen Silvikultur atas bantuan dan kesabarannya. 5. Bapak Atok dan semua staff Litbang atas sarana dan prasarana yang telah diberikan selama penelitian, kebaikan dan kemurahan hatinya. 6. Bapak Dr. Ir. Wayan Darmawan, M.S. selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si. selaku dosen penguji dari Depertemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 7. Orang tua penulis tercinta, H. Moh. Saffan dan Hj. Suharlina (Almarhumah); Mbak Herlianika (Anik) dan Om M. Hedir, Mbak Faris Tiana (Atik) dan Mas Suhartono, Mas Adi Triono dan Mbak Sisi, Nur Diana (Mbak Didin) dan Mas Sukiman, Mbak Ervin Merita dan Mas Syaiful, Mbak Nur Aini (Almarhumah), Mas Akh. Faizal dan Mbak Widya, serta Mas Harunul Lutfi dan Delta. 8. Teman-teman sebimbingan Delfy Lensari, Kaka Enindita Prakasa, Mba Mutia, Kak Dea dan dek Fidri. 9. Semua BDH’ers angkatan 41 dan rekan-rekan di Fahutan, serta tema-teman GASISMA yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Semoga kita dapat menjalankan amanah dengtan baik dan selalu dalam lindungan-Nya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan perkembangan ilmu silvikultur di Indonesia.
iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... i UCAPAN TERIMAKASIH.............................................................................. ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................. 1 1.2 Tujuan ........................................................................................ 3 1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Rasamala (Altingia excelsa) ........................... 2.1.1 Taksonomi Rasamala (Altingia excelsa) ........................... 2.1.2 Buah dan Benih ................................................................. 2.1.3 Penyebaran dan Habitat ..................................................... 2.1.4 Musim Berbunga, Berbuah dan Panen Buah ..................... 2.1.5 Pengolahan dan Penanganan Benih ................................... 2.1.6 Penyimpanan dan Viabilitas ............................................... 2.1.7 Penaburan dan Perkecambahan ......................................... 2.1.8 Kegunaan ........................................................................... 2.2 Pembiakan Vegetatif ................................................................... 2.2.1 Stek .................................................................................... 2.3 Zat Pengatur Tumbuh .................................................................
4 4 5 5 6 6 6 6 6 7 7 12
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 15 3.2 Bahan dan Alat .......................................................................... 15 3.2.1 Bahan ................................................................................ 15 3.2.2 Alat ................................................................................... 15 3.3 Metode Penelitian ....................................................................... 16 3.3.1 Penyiapan Tempat ............................................................. 16 3.3.2 Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) .......................... 16 3.3.3 Penyiapan Media Tumbuh ................................................ 16 3.3.4 Penyiapan dan Pemotongan bahan stek ............................ 16 3.3.5 Pemberian Zat Pengatur Tumbuh ..................................... 17 3.3.6 Penanaman Stek ................................................................ 17
iv
3.3.7 Pemasangan Sungkup ....................................................... 17 3.3.8 Pemeliharaan Stek ............................................................ 17 3.4 Peubah yang Diukur .................................................................. 18 3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data .................................. 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ............................................................................................ 21 4.1.1 Persentase Hidup .............................................................. 21 4.1.2 Persentase Berakar............................................................. 23 4.1.3 Jumlah Daun ...................................................................... 26 4.1.4 Tinggi Pucuk Baru ............................................................. 28 4.1.5 Jumlah Akar....................................................................... 31 4.1.6 Panjang Akar ..................................................................... 34 4.1.7 Berat Basah dan Berat Kering Pucuk ............................... 37 4.1.8 Berat Basah dan Berat Kering Akar ................................. 41 4.1.9 Nisbah Pucuk Akar .......................................................... 44 4.2 Pembahasan ............................................................................... 46 4.2.1 Pengaruh Bahan Stek ........................................................ 53 4.2.2 Pengaruh Dosis Rootone-F ............................................... 58 4.2.3 Pengaruh Interaksi Bahan Stek dan Dosis Rootone-F....... 62 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 65 5.2 Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66 LAMPIRAN ...................................................................................................... 68
v
DAFTAR TABEL No.
Teks
Halaman
1. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa) .. 24 2. Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ..................................... 24 3.
Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa)
26
4. Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .....................................
27
5. Uji Lanjutan Duncan pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek batang Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............ 27 6. Uji Lanjutan Duncan pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ......................................................................................................... 28 7. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap jumlah daun stek Rasamala (Altingia excelsa) ......... 31 8. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap tinggi pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) ......... 34 9. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) .......... 37 10. Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................
37
11. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa) .........
40
12. Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................
40
13. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa)
42
14. Uji Lanjutan Duncan pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ..........................
43
15. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa)
45
16. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) ...
47
17. Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .....................................
48
vi
18. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap berat kering akar stek Rasamala (Altingia excelsa) .. 50 19. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap nisbah pucuk akar stek Rasamala (Altingia excelsa) 52 20. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F, dan interaksi keduanya terhadap beberapa parameter ..............................
53
vii
DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1. Beberapa bagian tanaman Rasamala (Altingia excelsa) .............................. 5 2.
Bagan urutan pelaksanaan penelitian ........................................................... 18
3. Grafik pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 22 4.
Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................. 23
5. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ........... 23 6. Grafik pengaruh bahan stek terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 25 7.
Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................. 25
8. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ........ 26 9. Grafik pengaruh bahan stek terhadap jumlah daun stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................................................. 29 10. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap jumlah daun stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 29 11. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap jumlah daun stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .................. 30 12. Pengamatan pertambahan jumlah daun stek ............................................... 30 13. Grafik pengaruh bahan stek terhadap pertambahan tinggi pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................. 31 14. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap tinggi pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 32 15. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap tinggi pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .................. 32 16. Pertumbuhan stek Rasamala (Altingia excelsa) selama 18 MST ................ 33 17. Pengukuran pertambahan tinggi pucuk baru ............................................... 33 18. Pengamatan jumlah akar stek ...................................................................... 35 19. Grafik pengaruh bahan stek terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................................................. 35 20. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 36
viii
21. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ................... 36 22. Pengukuran panjang akar stek .................................................................... 38 23. Grafik pengaruh bahan stek terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 38 24. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 39 25. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ................. 39 26. Grafik pengaruh bahan stek terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 41 27. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................. 41 28. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .................. 42 29. Grafik pengaruh bahan stek terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 44 30. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................. 44 31. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ................. 45 32. Grafik pengaruh bahan stek terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 46 33. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................. 46 34. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ..................... 47 35. Grafik pengaruh bahan stek terhadap berat kering akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 49 36. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat kering akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................. 49 37. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat kering akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .................... 50 38. Grafik pengaruh bahan stek terhadap nisbah pucuk akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ............................................................... 51 39. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap nisbah pucuk akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST .............................................. 51 40. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap nisbah pucuk akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST ......... 52
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No
Teks
Halaman
1.
Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST ..................................................................... 68
2.
Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase hidup ....... 84
3.
Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase berakar .... 85
4.
Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap jumlah daun .............. 86
5.
Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap tinggi pucuk .............. 87
6.
Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap jumlah akar ............... 88
7.
Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap panjang akar ............. 89
8.
Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat basah pucuk ..... 90
9.
Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat kering pucuk .... 91
10. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat basah akar ........ 92 11. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat kering akar ....... 93 12. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap nisbah pucuk akar ..... 94
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi.
Berdasarkan fungsinya, hutan memiliki fungsi ekologis, fungsi sosial dan fungsi ekonomi (Badan Penelitian dan Pengembangan, 2008). Namun, dewasa ini keberadaan hutan di Indonesia sangat memprihatinkan karena terjadi degradasi sebagai akibat dari praktek illegal loging, perdagangan hasil hutan dan kegiatan pertambangan ilegal serta penjarahan, penyerobotan, dan kebakaran hutan. Degradasi hutan di Indonesia mencapai 2,8 juta Ha tiap tahunnya dan saat ini sekitar 59 juta Ha dari luas hutan 120,3 juta Ha telah kritis dan memprihatinkan (Purnama, 2007). Rehabilitasi merupakan penanaman hutan dengan jenis asli dan jenis eksotik. (Manurut Pamoengkas, 2000). Rehabilitasi perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan hutan pada kondisi stabil dan produktif. Kegiatan rehabilitasi hutan
tidak lepas dari kegiatan penyediaan bibit dalam jumlah dan kualitas yang memadai dan tepat waktu. Penyediaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara generatif dan vegetatif. Pembiakan tanaman secara generatif yaitu dengan melibatkan benih (biji) sedangkan pembiakan tanaman secara vegetatif yaitu pembiakan tanaman tanpa melibatkan biji, yaitu dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman yang nantinya akan berkembang menjadi individu baru. Rasamala merupakan salah satu tanaman yang sangat cocok untuk merehabilitasi hutan pegunungan yaitu pada ketinggian 700 – 1700 m di atas permukaan laut (m dpl). Pembiakan rasamala dapat dilakukan dengan cara generatif (menggunakan biji) (Beekman, 1995), namun masalahnya, pembiakan rasamala dengan cara generatif tidak dapat dilakukan secara massal karena pohon rasamala tidak setiap tahun berbunga (Snepvangaers dalam Beekman, 1995) kecuali di jawa (Pramono, 2006), tidak semua pohon rasamala menghasilkan buah, hanya 15% saja (Lorzing, 1990 dalam Beekman, 1995), serta tidak semua buah menjadi matang karena jatuh sebelum masak fisiologis. Teknik pembiakan Rasamala (Altingia excelsa) dengan cara generatif itu sendiri pun tidak banyak
2
diketahui oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu alternanif lain dalam pengembangbiakan Rasamala (Altingia excelsa) ini, yaitu dengan pembiakan cara vegetatif, misalnya dengan stek (Ferguson, 1992 dalam Beekman, 1995). Pembiakan rasamala secara vegetatif dapat menjadi alternatif lain dalam rangka penyediaan bibit dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Alasan lain dilakukannya pembiakan secara vegetatif yaitu diperoleh tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya, selain itu benih Rasamala (Altingia excelsa) bersifat rekalsitran atau tidak dapat disimpan lama (Ferguson, 1992 dalam Beekman, 1995). Pembiakan tanaman dengan cara stek, bahan stek dapat diambil dari pohon induk, bibit atau anakan dan juga dari kebun pangkas. Teknik yang tergolong sederhana namun dapat digunakan untuk produksi massal bibit secara vegetatif adalah teknik stek pucuk (Kantarli, 1993 dan Zabala, 1993) karena stek pucuk dapat dilakukan sepanjang tahun. Teknik yang digunakan dalam stek pucuk yaitu memanfaatkan potongan bagian pucuk juvenil dengan menyertakan bagian daunnya. Daun diperlukan untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesa yang menghasilkan karbohidrat yang diperlukan untuk pembentukan akar (Leakey, 1982). Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek (Widiarsih, 1998). Pertumbuhan bahan stek dan akar sangat dipengaruhi oleh jenis media tumbuh dan pemberian hormon/zat
pengatur
tumbuh
(ZPT).
Proses
pemberian
hormon
harus
memperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar perakaran tumbuh dengan yang baik. Salah satu ZPT yang sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar pada stek yaitu Rootone-F (Chandra, 2005) sedangkan media yang sering digunakan yaitu pasir (media yang memiliki aerasi yang baik).
3
1.2
Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu :
1.
Mempelajari teknik pembiakan vegetatif rasamala (Altingia excelsa) untuk produksi bibit berkualitas.
2.
Mengetahui pengaruh dosis Rootone-F yang cocok untuk pembiakan vegetatif melalui stek pucuk dan stek batang Rasamala (Altingia excelsa).
1.3 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang teknik pembiakan yang cocok serta tingkat dosis Rootone-F yang baik untuk pengembangan stek pucuk dan stek batang serta pembangunan kebun pangkas rasamala (Altingia excelsa) untuk memproduksi bibit berkualitas.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjaun Umum Rasamala (Altingia excelsa) 2.1.1 Taksonomi Rasamala (Altingia excelsa) Rasamala merupakan salah satu tanaman kehutanan yang dikenal dengan nama perdagangan rasamala, mala, tulasan, lumajau, mandung (Indonesia). Rasamala termasuk dalam famili Hamamelidaceae dengan nama botanisnya yaitu Altingia excelsa (Dephut, 2002).
Berdasarkan taksonominya, Rasamala digolongkan sebagai berikut : Domain
:
Eukaryota
Kingdom
:
Plantae/tumbuhan
Subkingdom
:
Viridaeplantae
Phylum
:
Tracheophyta
Subphylum
:
Euphyllophytina
Class
:
Magnoliopsida
Subclass
:
Hamamelididae
Superordo
:
Hamamelidanae
Ordo
:
Hamamelidales
Family
:
Altingiaceae
Genus
:
Altingia
Species
:
Altingia excelsa (ARS Systematic Botanists, 2007).
Rasamala merupakan tanaman dengan karakteristik yaitu pohon selalu hijau, tinggi dapat mencapai 40-60 m dengan tinggi bebas cabang 20-35 m, diameter hingga 80-150 cm. Kulit kayu halus, abu-abu, dan kayunya merah. Pohon yang masih muda bertajuk rapat dan berbentuk piramid, kemudian berangsur menjadi bulat setelah tua. Letak daun bergiliran, bentuknya lonjong, panjangnya 6-12 cm, dan lebarnya 2,5-5,5 cm, dengan tepi daun bergerigi halus. Bunga berkelamin satu. Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon yang sama. Malai betina terdiri dari 14-18 bunga, berkumpul menyerupai kepala (Dephut, 2002). Kayu Rasamala berwarna kuning, keras dan padat. Batang dan dahannya banyak mengeluarkan getah damar (BKKH, 2009).
5
Gambar 1. Beberapa bagian tanaman Rasamala (Altingia excelsa). Bentuk pohon (1), bunga jantan (2), ranting yang berbuah (3) (sumber : Plant Resources of South East Asia 5, 1994 dalam Dephut, (2002)).
2.1.2 Buah dan Benih Buah berdiameter 1,2-2,5 cm, berwarna coklat, seperti kapsul yang terdiri 4 ruang. Setiap ruang berisi 1-2 benih yang telah dibuahi. Selain benih yang dibuahi, dalam setiap ruang tersebut juga terdapat benih yang tidak dibuahi yang jumlahnya mencapai 35 butir. Benih pipih dan dikelilingi sayap yang berbau aromatic (Dephut, 2002). Pengumpulan buah harus segera dilakukan sebelum warnanya berubah menjadi hitam. Apabila terlambat, buah mungkin telah kosong karena benih sudah terpencar. Setiap kg benih berisi 177.000 butir atau 75.000 benih/liter. (Dephut, 2002). 2.1.3 Penyebaran dan Habitat Jenis ini menyebar mulai dari Himalaya menuju wilayah yang lembab di Myanmar hingga Semenanjung Malaysia, ke Sumatera dan Jawa. Di Jawa, jenis ini hanya tumbuh di wilayah barat dengan ketinggian 500-1.500 m dpl, di hutan bukit dan pegunungan lembab. Di Sumatera, A. excelsa tersebar di Bukit Barisan. Tumbuh alami terutama pada tapak lembab dengan curah hujan lebih 100 mm per bulan dan tanah vulkanik. Jenis ini digunakan untuk penanaman terutama di Jawa
6
Barat dan Jawa Tengah. Jenis ini ditanam pada jarak rapat, karena pohon muda cenderung bercabang jika mendapat banyak sinar matahari (Dephut, 2002). 2.2.4 Musim berbunga, Berbuah dan Panen Buah Di Jawa, jenis ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun, tetapi puncak pembungaannya April-Mei. Puncak pembuahan dan saat terbaik untuk pengumpulan benih adalah bulan Agustus-Oktober (Pramono, 2006). Vektor (perantara) penyerbukan belum diketahui, tetapi diduga perantara penyerbukannya adalah angin, berdasarkan tinjauan bahwa bunga tidak memiliki kelopak dan mahkota, benang sari sangat berlimpah, dan kepala putiknya berupa “papila”. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (Dephut, 2002). 2.1.5 Pengolahan dan Penanganan Benih Benih diekstraksi dengan teknik penjemuran selama 2 hari, atau dengan pengering benih dengan suhu 38-42o C selama 20 jam. Perlakuan ini mengakibatkan buah akan terbuka sehingga benih mudah diekstraksi. Meja sortasi benih mungkin dapat digunakan untuk memilah benih berdasarkan berat (Dephut, 2002). 2.1.6 Penyimpanan dan viabilitas Benih segar segera menurun vibilitasnya sehingga hendaknya segera ditabur. Hasil penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor menunjukkan bahwa viabilitas dapat dipertahankan hingga 12 minggu apabila benih dikeringkan hingga kadar air 5-8 % kemudian dimasukan wadah plastik kedap udara dan disimpan di dalam ruang sejuk suhu 5-8o C (Dephut, 2002). 2.1.7
Penaburan dan perkecambahan Benih hendaknya direndam di dalam air selama 24 jam sebelum ditabur.
Media tabur yang digunakan biasanya adalah campuran pasir-tanah 1:1. Perkecambahan mulai pada hari ke-10. Kecambah yang telah berumur 1 bulan dapat disapih ke polybag yang telah berisi media kaya bahan organik (Dephut, 2002). 2.1.8 Kegunaan Kayunya sangat awet walaupun langsung bersentuhan dengan tanah. Kayunya cocok untuk kerangka jembatan, tiang, konstruksi, tiang listrik dan
7
telpon, serta penyangga rel kereta api karena bebas cabangnya tinggi. Selain itu, kayunya dimanfaatkan untuk konstruksi berat, rangka kendaraan, perahu dan kapal, lantai, rakit, finir, dan plywood. Daun yang masih muda berwarna merah sering untuk sayur atau lalap. Di Jawa, daun yang telah ditumbuk halus digunakan sebagai obat batuk. Getahnya berbau aromatik sebagai pengharum ruangan (Dephut, 2002). Minyak dari Rasamala dapat dimanfaatkan untuk obat luka, koreng, encok dan panas (BKKH, 2009). 2.2 Pembiakan Vegetatif Pembiakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melibatkan proses perkawinan dan dengan cara ini sifat-sifat tanaman dapat dipertahankan (Darmawan dan Baharsjah, 1983 dalam Chandra 2005). Pembiakan vegetatif adalah salah satu cara untuk memperbanyak tumbuhan tanpa menggunakan biji. Tumbuhan dapat diperbanyak dari bagianbagian vegetatif yakni akar, batang, dan daun. Individu baru yang terbentuk mempunyai sifat yang sama dengan induknya (Harahap,1972). Kemampuan reproduksi secara vegetatif ini merupakan karakteristik dari sistem pertahanan hidup untuk jenis tumbuhan berkayu (Smith,1986). 2.2.1
Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegetatif dengan cara perlakuan
pemotongan pada bagian vegetatif untuk ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa secara mandiri dan terlepas dari induknya. Penggolongan stek berdasarkan bahan tanaman terdiri dari: stek pucuk, stek batang dan stek akar (Danu, Pramono, 2006). Stek adalah salah satu cara pembiakan vegetatif yang paling umum digunakan. Penyetekan didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan atau pelepasan dengan cara memotong bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973). Pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin yang mengakibatkan perakaran) baik dari tunas maupun dari daun. Zat-zat ini akan mengumpul yang selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar pada stek
8
tersebut. Akar adventif tumbuh dari dua macam sumber yaitu dari jaringan kalus dan dari akar morfologi atau akar primodia (Rochiman dan Harjadi,1973). Keuntungan dari cara stek adalah tanaman dapat diproduksi dalam jumlah dan waktu yang diinginkan, dapat digunakan untuk menganalisis tempat tumbuh, dan dapat memperbanyak genotipa-genotipa yang baik dari suatu jenis pohon. Selain itu juga penting dalam pembangunan hutan klonal (Kramer dan Kazlowski, 1960 dalam Chandra 2005). Hartmann dan Kester (1983) dalam Chandra (2005) menyebutkan bahwa kepentingan dan beberapa keuntungan dari perbanyakan dengan cara stek yaitu tanaman baru dapat dihasilkan dalam jumlah yang cukup banyak di tempat yang terbatas dari tanaman induk yang sedikit, tidak memerlukan biaya mahal, cepat, sederhana dan tidak memerlukan teknik-teknik khusus, serta tanaman induknya selalu diperbanyak identik sama tanpa perubahan genetik. Faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan stek, yaitu: (a) Faktor dalam, antara lain : 1) Jenis tanaman dan tipe bahan stek Jenis tanaman berpengaruh terhadap kemampuan stek menghasilkan akar dan tunas baru (Kramer dan Kozlowski, 1960). Proses perakaran pada stek dipengaruhi jenis spesies. Ada spesies yang mudah berakar cukup dengan air saja, tetapi ada pula pula yang susah berakar walaupun dengan perlakuan yang khusus (Kusumo,1984 dalam Rhochimi 2008). Jenis tanaman juga mempengaruhi tipe bahan stek (bagian dari tanaman) yang akan digunakan dalam pembuatan bahan stek. Ada jenis tanaman yang cocok dikembangkan degan stek batang tanpa pemberian ZPT, ada yang dengan stek pucuk serta ada pula yang cocok dengan stek akar. Kesalahan pemilihan tipe bahan stek dapat mengakibatkan kegagalan dalam pembiakan vegetatif. 2) Ketersediaan air Pemisahan bahan stek dari pohon induk atau semai dapat menyebabkan kehilangan air. Kehilangan air bahan stek dapat sedikit dikurangi dengan cara meletakan bahan stek yang telah dipotong dalam air dan memotong daun-daun
9
stek, serta menutup ujung-ujung daun dengan lilin (Kramer dan Kozlowski, 1960). 3) Kandungan cadangan makanan dalam jaringan stek Kandungan bahan makanan, terutama persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N) sangat mempengaruhi perkembangan akar dan tunas stek, umumnya membantu perakaran kecuali dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat perakaran. Pada rasio C/N yang tinggi akan mempercepat pembentukan akar primordial, sedangkan rasio C/N yang rendah akan pembentukan tunas (Kramer dan Kozlowski, 1960). 4) Hormon endogen di dalam jaringan stek Hormon endogen yang dikandung oleh tanaman dipengaruhi oleh jenis tanaman itu sendiri. Hormon endogen hanya diproduksi oleh bagian-bagian tertentu tanaman. Jika kandungan endogen mencukupi, maka hormon eksogen tidak perlu diberikan (Kramer dan Kozlowski, 1960). 5) Umur tanaman (semai atau pohon induk) Umur bahan stek (baik dari pohon induk maupun dari semai) mempengaruhi kemampuan bahan stek dalam pembentukan akar. Stek dari tanaman muda cenderung lebih mudah berakar dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua. Selain itu, jenis bahan stek dari jaringan tanaman yang masih muda lebih mudah diperbanyak dan lebih cepat terbentuk akar bila dibandingkan dengan jaringan tanaman yang sudah tua. Semakin tua jaringan tanaman, maka semakin menurun kemampuan untuk berakar pada banyak jenis tanaman (Moko, 2004). (b) Faktor luar, antara lain : 1) Suhu, kelembaban dan intensitas cahaya (Kramer dan Kozlowski, 1960 dalam Chandra, 2005) Suhu, kelembaban dan intensitas cahaya adalah unsur yang saling berhubungan. Secara umum, apabila intensitas cahaya tinggi akan menyebabkan suhu yang tinggi pula. Suhu yang tinggi akan menyebabkan kelembaban udara yang rendah. Cahaya berfungsi untuk pembentukan auksin dan karbohidrat (proses fotosintesis). Namun, cahaya yang diperlukan untuk proses sintesis stek
10
dapat meningkatkan perbedaan tekanan uap air dan udara. kebutuhan
cahaya
telah
mencukupi,
cahaya
dapat
Apabila
berpengaruh
menghambat pembentukan akar. Kisaran suhu lingkungan yang baik untuk merangsang pembentukan akar adalah 21 - 27 C (70 – 80 F) (Kramer dan Kozlowski, 1960) dengan kelembaban di dalam media stek harus tinggi dan dipertahankan mendekati 90 persen, agar tidak terjadi transpirasi yang besar pada stek (Irwanto, 2003). Pada umumnya suhu yang optimum digunakan adalah 29 C, sedangkan suhu media sekitar 24 C, karena pada kisaran suhu tersebut terjadi pembagian sel dalam daerah perakaran yang distimulir (Rochomi, 2008). 2) Media perakaran Media perakaran yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan vermikulit (Hartman, 1983 dalam Huik, 2004). Selain itu, media yang berasal dari sabut kelapa dan sekam padi sangat cocok untuk pertumbuhan stek (Moko, 2004). Pembiakan vegetatif dengan stek juga dapat dilakukan dengan menggunakan media air, yang dikenal dengan sistem water rooting. Untuk memberikan oksigen yang diperlukan dalam proses pembentukan ke dalam air digunakan kompresor sebagai sistem aerasinya. Sedangkan bak airnya dapat menggunakan bak yang terbuat dari semen. Tempat untuk menyimpan stek (standar) digunakan ijuk yang disusun sedemikian rupa (susunan ijuk dapat dibuka dan ditutup) sehingga stek dapat dengan mudah dikeluarkan tanpa mengganggu sistem perakarannya. Suhu air selama perakaran berkisar 27 oC – 90 oC. Untuk sistem ini diperlukan air yang semisteril agar stek tidak terganggu oleh serangan jamur atau bakteri. Selang-selang yang digunakan perlu disterilkan dengan cara membuka selang tersebut dan kemudian dijemur di bawah sinar matahari (Pramono dan Siregar, 2006).
11
Keberhasilan pembiakan secara vegetatif salah satunya ditentukan oleh kondisi lingkungan khususnya iklim mikro tempat pengakaran stek. Untuk itu pengakaran stek dilakukan pada ruangan (rumah tumbuh atau ruang pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan agar tetap optimal. Ruang pengakaran stek yang secara operasional sudah digunakan oleh beberapa perusahaan dan lembaga penelitian antara lain adalah rumah tumbuh ADH-1, system KOFFCO dan MS (Model Sungkup) (Pramono dan Siregar, 2006). 3) Teknik penyiapan stek Teknik penyiapan yang perlu diperhatikan dalam pembiakan vegetatif stek adalah perlakuan sebelum pengambilan stek, waktu pengambilan stek, pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan dan pemberian zat pengatur tumbuh, serta kebersihan dan pemeliharaan (Rochiman dan Harjadi, 1973). Hal ini terkait erat terhadap keberhasilan pertumbuhan akar stek dengan faktor mekanis (Kramer dan Kozlowski, 1960). Menurut Hartmann dan Kester (1968), bahan stek yang gagal tumbuh diakibatkan oleh : (a) Adanya penambahan produksi senyawa inhibitor yang muncul secara alami pada bagian tunas dan terangkut dalam reaksi metabolik menuju daerah perakaran. (b) Pengurangan senyawa fenolik yang bersifat kofaktor auksin dalam proses inisiasi akar. (c) Adanya rintangan struktur anatomi batang. Terkait pada cincin sklerenkim kontinyu yang melingkar antara floem dan korteks tempat akar terbentuk, akan mempengaruhi dan menghalangi pembentukan akar. Kondisi daun pada cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua. Dengan demikian seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan zat makanan dan karbohidrat. Pada proses berikut, zat ini akan disimpan dalam organ penyimpanan, antara lain di batang. Karbohidrat pada batang ini penting sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada waktu pembentukan akar baru (Prastowo, 2006).
12
2.3 Zat Pengatur Tumbuh Hormon tumbuh akar adalah zat organik yang dihasilkan pada tanaman, yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis (Kehutanan Indonesia, 1987 dalam Budianto, 1995); sedangkan menurut Wudianto (2005) hormon sebenarnya adalah senyawa organik selain zat hara yang dalam jumlah sedikit dapat merangsang, menghambat, maupun mengubah berbagai proses fisiologis tanaman. Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu auksin, giberelin, cytokinin, ethylene dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis (Abidin, 1983 dalam Chandra, 2005). Dalam kultur jaringan terdapat dua macam zat pengatur tumbuh yang penting yaitu auksin dan sitokinin yang mengkontrol pembentukan pucuk, akar dan kalus (Hartman dan Kester, 1983 dalam Chandra 2005). Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas, bagian pangkal stek diberi zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin (IBA, IAA, NAA) dan yang banyak digunakan untuk pembuatan stek dan cangkok yang dikenal dengan nama dagang Rootone-F maupun Atonik, sedang dari kelompok sitokinin terutama Kinetin, Adenin, Zeatin. Rootone-F adalah salah satu hormon penumbuh sintetis dengan kandungan bahan aktif yang terdiri dari: 1-Napthalene Acetamida (0,067%), 2-Methyl -1Napthalene Acetic Acid (0,033%), 2-Methyl -1-Napthalene Acetamida (0,013%), Indole 3-Butyric Acid (0,057%), Tetra Methyl Thiram Disulfida (4,000%), dan Inert Ingredient (Kehutanan Indonesia, 1987 dalam Budianto, 1995). Tiga senyawa aktif pada Rootone-F yang mempunyai inti naphthalene berfungsi untuk memperbanyak atau memacu perakaran, sedangkan satu senyawa aktif yang mengandung indole berfungsi untuk memperbanyak atau mempercepat perakaran. Thiram berfungsi sebagai fungisida (Kusumo, 1989 dalam Chandra, 2005). Zat pengatur tumbuh Rootone-F termasuk dalam kelompok auksin. Secara teknis Rootone-F sangat aktif dalam mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar sehingga penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak dan dapat mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah dan
13
secara ekonomis penggunaan Rootone-F dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya (Soemarno, 1987 dalam Huaik, 2004). Menurut Manurung (1987), pengujian Rootone-F terhadap berbagai jenis tanaman telah dilakukan secara luas, mencakup tanaman perkebunan, tanaman industri, tanaman hortikultura dan tanaman hutan. Melihat masih tingginya kematian pada beberapa tanaman, maka masih diperlukan usaha-usaha tambahan untuk meningkatkan daya guna Rootone-F. Beberapa hasil penelitian penggunaan zat pengatur tumbuh Rootone–F terhadap stek : (1). Pemberian Rootone–F untuk stek pucuk tanaman meranti putih (Shorea asamica, Dyer) dan tanaman meranti merah (Shorea selanica, B. L.) pada kosentrasi 75 ppm Rootone–F/stek pucuk memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian kosentrasi 100 ppm dan 0 ppm Rootone–F/ stek pucuk. Pada pemberian kosentrasi 100 ppm Rootone–F/stek pucuk menunjukkan penurunan hasil, namun masih lebih baik dari pemberian kosentrasi 0 ppm Rootone–F/stek pucuk. Dalam penelitian ini pemberian Rootone–F sangat efektif dengan sistim perendaman sebab menghemat biaya, waktu dan tenaga ( Lewerissa, 1996). (2). Dalam penelitian lainnya untuk penggunaan Rootone–F terhadap stek batang Alstonia scholaris R. Br. yang terbaik dicapai pada dosis 60 mg dan pada ukuran diameter stek 2,6 – 3,5 cm. Dijelaskan pula bahwa makin sedikit dosis zat pengatur tumbuh Rooton –F yang diberikan dan makin kecil ukuran stek batang, akan menghasilkan pertumbuhan yang kurang optimal. Metode yang digunakan adalah dengan cara mengolesi Rootone–F yang terlebih dahulu telah dibuat dalam bentuk pasta (Puttileihalat, 2001 dalam Huik, 2004)). (3). Pengaruh penggunaan Rootone–F lainnya yang pernah diteliti terhadap pertumbuhan anakan Jelutung (Dyera costulata Hook F.) pada kosentrasi berkisar dari 0 mg Rootone – F/50 ml air (0 %) sampai 15 mg Rootone – F/50 ml air (30 %) dengan menggunakan metode pencelupan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap riap tinggi selama 5 bulan. Hal ini disebabkan pemberian kosentrasi Rootone – F relatif singkat, dengan melihat pula bahwa Jelutung (Dyera costulata Hook F.) termasuk dalam jenis
14
tanaman yang sistim perakarannya kurang aktif dalam menyerap hormon yang diberikan (Annonim, 1988 dalam Huik 2004). (4). Pengaruh perlakuan pemberian hormon Rootone-F pada stek Pinus merkusii dengan dosis tertentu memberikan respon pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol (Soedjoko, 1983; Suripto, 1984 dan Hermawan, 1985 dalam Budianto, 1995). (5). Pengaruh perlakuan ukuran stek dan level dosis Rootone-F pada stek E. urophylla melaporkan bahwa perlakuan pemberian hormon pada dosis tertentu dapat meningkatkan respon pertumbuhan secara nyata dibandingkan dengan kontrol. Ukuran panjang stek dan dosis maksimal untuk stek ini adalah panjang 25 – 30 sedangakan dosisnya 150 mg/stek (Warsito, 1984). (6). Perlakuan Rootone-F dengan dosis 100, 200, 300, 400 mg/stek tidak berpengaruh terhadap persentase bertunas, persentase berakar, panjang akar dan jumlah akar stek Gmelina arborea Linn (Balai Teknologi Perbenihan, 1993). (7). Dosis 100 mg Rootone-F tiap stek menghasilkan jumlah stek terbanyak, meningkatkan jumlah akar, menambah panjang akar dan meningkatkan tunas pada stek Dalbergia latifolia Roxb (Manurung, 1987). (8). Supriadi (1984) dalam Budianto (1995), bahwa pada percobaan cabutan Swiethenia macrophylla, memberikan hasil bahwa pada semua dosis Rootone-F yang digunakan dapat meningkatkan daya tumbuh cabutan. Dosis terbaik yaitu 50 mg/stek.
15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di rumah kaca KOFFCO (Komatsu-Forda Fog Cooling System) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA) Bogor dari bulan Maret sampai Juli 2009. Pengukuran sifat fisik hasil stek yaitu panjang akar, jumlah akar, berat pucuk dan akar dilakukan di Laboratorium Penyakit Fakultas Kehutanan IPB. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a) Bibit Rasamala (Altingia excelsa), b) Zat pengatur tumbuh Rootone-F, c) Aquades, d) Fungisida Dithane M-45 untuk pengendalian hama atau penyakit yang tumbuh pada stek dan pada media, e) Media semai stek berupa campuran kokopit dan sekam (2:1), f) Sungkup yang terbuat dari plastik transparan sebagai penutup stek. 3.2.2
Alat Alat -alat yang digunakan dalam penelitian yaitu
a) Gunting Stek untuk memotong bahan dan stek, b) Alkohol 70% untuk mensterilkan alat yang akan digunakan, c) Gelas ukur untuk mengukur banyaknya air yang dibutuhkan untuk melarutkan Rootone-F dan fungisida Benlate dan Dithane M-45, d) Embrat sebagai alat untuk menyiram stek, e) Tempat media semai (polybag) untuk tempat media tumbuh stek terbuat dari plastik, f) Kamera sebagai alat untuk pengambilan gambar, g) Alat tulis sebagai alat untuk mencatat data.
16
3.3 Metode Penelitian 3.3.1
Penyiapan Tempat Rumah tumbuh merupakan rumah kaca KOFFCO system. Polibag yang
telah ditanami bahan stek ditutup rapat dengan sungkup propagasi. Bahan stek yang telah ditanam diletakkan di dalam rumah kaca setinggi ± 1 meter. Dasar bak diberi lapisan berupa zeolit yang bertujuan untuk membantu mempertahankan kelembaban. 3.3.2
Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Jenis ZPT yang digunakan adalah Rootone-F dengan konsentrasi 0
mg/100 ml (kontrol), 50 mg/100 ml, 100mg/100 ml, 150 mg/100 ml dan 200 mg/100ml. Jenis pelarut yang digunakan yaitu aquades. Penentuan dosis tersebut didasarkan pada beberapa studi sebelumnya seperti pada halaman 13 sampai 14. 3.3.3
Penyiapan Media Tumbuh Media yang digunakan untuk pertumbuhan stek ini terdiri dari dua
macam yaitu campuran antara kokopit dan sekam (2:1). Kemudian media tersebut dimasukan ke dalam polybag. Polybag yang telah terisi media diletakkan di dalam tempat tumbuh dan disusun dengan nomor yang berurutan sesuai dengan pola rancangan yang digunakan. 3.3.4
Penyiapan dan Pemotongan bahan stek Bahan stek diambil dari pucuk dan batang orthotrop anakan rasamala
(Altingia excelsa) menggunakan gunting stek. Bahan stek pucuk sedikitnya memiliki 2-3 daun dengan tiga nodum. Bagian pangkal masing-masing stek dipotong miring (450). Hal tersebut dimaksudkan untuk memperluas permukaan penyerapan air/hormon dan memberi kesempatan permukaan akar yang seimbang. Selanjutnya pada daun yang terdapat pada stek juga dilakukan pemotongan sehingga tersisa sepertiga atau setengah dari panjang daun dengan tujuan untuk mengurangi pengupan. Bahan stek yang telah dipotong daunnya dibiarkan terendam dalam air sehingga perbedaan tekanan dalam batang atau daun tidak terjadi. Stek yang telah disiap ditanam harus tetap ditempatkan dalam air agar stek tidak layu
17
akibat kekeringan. Setelah semua stek siap, maka stek disusun rapi dan diikat dalam jumlah tertentu untuk mempermudah pemberian hormon. 3.3.5
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada stek dilakukan dengan cara
merendam ujung bawah bahan stek dengan ZPT yang sudah dilarutkan dalam air. Lama perendaman yaitu selama 30 menit. Bahan stek yang telah dipotong, sebelumnya diikat untuk tiap-tiap perlakuannya. 3.3.6
Penanaman Stek Sebelum stek ditanam, terlebih dahulu dilakukan penyiraman media stek
serta dibuat lubang penanaman pada media agar bahan stek tidak rusak. Hal itu juga dilakukan supaya zat pengatur tumbuh tidak terbuang percuma karena gesekan dengan media bagian atasnya. Setelah diberi zat pengatur tumbuh, stek batang dan stek pucuk dapat segera ditanam secara vertikal pada lubang yang telah disediakan. 3.3.7
Pemasangan Sungkup Pemasangan sungkup dilakukan setelah semua bahan stek selesai
ditanam. Sebelum pamasangan sungkup, bahan stek yang telah ditanam disiram terlebih dahulu. 3.3.8
Pemeliharaan Stek Kondisi yang optimum bagi proses perakaran dapat diperoleh melalui
pemeliharaan stek yang meliputi penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dua hari sekali pada 2 minggu pertama dan tiga hari sekali pada minggu-minggu berikutnya, media stek itu sendiri yang harus tetap dijaga kelembabannya. Stek yang ditanam dalam wadah tingkat kelembaban medianya dapat dilihat dari titik-titik air yang menempel pada plastik penutupnya. Penyiangan dilakukan sesekali bila tumbuh tanaman lain (rumput) dengan cara mencabuti tanaman yang tumbuh pada media tumbuh stek. Pengendalian hama dan penyakit pada stek dilakukan dengan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi ½ sendok teh (10 garam) perliter pada minggu ke- 4 setelah tanam. Pemberian dithane M-45 dilakukan jika terjadi pertumbuhan hama atau penyakit.
18
Persiapan tempat dan bahan stek
Persiapan media tanam
Pemotongan bahan stek, bagian bawah (pangkal) dibuat sudut 45%
Penanaman bahan stek
Perendaman bahan stek selama 30 menit
Persiapan dosis Rootone-F
Penyiraman bahan stek yang telah ditanam
Pemberian sungkup
Pemeliharaan tanaman dan Pengukuran
Penulisan
Analisis Data
Data
Laporan Skripsi Gambar 2. Bagan urutan pelaksanaan penelitian 3.4 Peubah yang Diukur Peubah yang diukur dan diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a)
Persentase Hidup Persentase hidup stek dihitung dengan membandingkan antara jumlah stek yang hidup pada akhir penelitian dengan jumlah stek yang ditanam pada awal penelitian. Pangambilan data dilakukan setiap minggu sampai akhir penelitian. Persentase stek hidup =
jumlah stek yang hidup jumlah stek yang ditanam
x 100%
b) Persentase Berakar Persentase berakar stek dihitung dengan membandingkan antara jumlah stek yang berakar pada akhir penelitian dengan jumlah stek yang hidup pada awal penelitian. Pangambilan data dilakukan pada akhir penelitian.
19
Persentase stek berakar = jumlah stek yang berakar jumlah stek yang ditanam
x 100%
c) Jumlah Daun dan Tinggi Pucuk Jumlah daun yang diamati yaitu jumlah daun yang muncul pada pucuk baru selama penelitian; sedangkan tinggi diukur yaitu dari pertambahan (pertumbuhan pucuk baru). d) Jumlah dan Panjang Akar Jumlah akar stek yaitu jumlah akar terbentuk dari setiap stek yang hidup pada akhir penelitian. e) Berat Basah dan Kering Pucuk Berat basah pucuk merupakan berat pucuk setelah pemanenan. Berat kering pucuk diukur dengan menimbang pucuk yang dihasilkan pada setiap stek yang hidup setelah dikeringkan pada oven pada suhu 70o C selama 72 jam. f) Berat Basah dan Kering Akar Berat basah akar merupakan berat akar setelah pemanenan. Berat kering akar diukur dengan menimbang akar yang dihasilkan pada setiap stek yang hidup setelah dikeringkan pada oven pada oven pada suhu 70o C selama 72 jam. g)
Nisbah Pucuk Akar (NPA) Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan berat kering pucuk dengan berat kering akar. NPA = berat kering pucuk berat kering akar
3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial. Faktor pertama adalah konsentrasi Rootone-F yang terdiri dari 5 tingkat konsentrasi Rootone-F yang berbeda, sedangkan faktor kedua adalah bahan stek yang terdiri dari pucuk dan batang Rasamala (Altingia excelsa). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan dalam setiap ulangan terdiri dari 20 bahan stek pucuk dan stek batang.
20
Bahan yang digunakan yaitu pucuk ( S1 ) dan batang ( S2 ), dengan tingkat konsentrasi hormon yang digunakan yaitu : D1 = 0
mg/100ml
D2 = 50
mg/100ml
D3 = 100 mg/100ml D4 = 150 mg/100ml D5 = 200 mg/100ml Model umum percobaan acak lengkap pola faktorial adalah sebagai berikut:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + Σijk Keterangan : Yijk
: Nilai pengamatan
Μ
: Nilai rata-rata pengamatan
αi
: Pengaruh perlakuan dosis Rootone-F ke-i pada pucuk
βj
: Pengaruh perlakuan dosis Rootone-F ke-j pada batang
(αβ)ij : Pengaruh interaksi dosis Rootone-F ke-i pada pucuk dengan dosis Rootone-F ke-j pada batang Σijk
: Galat percobaan Hipotesis dalam uji F adalah sebagai berikut :
H0 : perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter yang diamati H1 : perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati Pengambilan keputusan uji F adalah : Fhitung > Ftabel
Tolak H0
Fhitung < Ftabel
Terima H0
Pengolahan data hasil pengamatan pertumbuhan stek batang dihitung kemudian digunakan Sidik Ragam Pola Faktorial. Untuk keperluan Sidik Ragam maka semua data persentase dirubah ke dalam Arc Sin
Transfomasi
dilakukan jika tidak memenuhi pengujian kenormalan, pengujian kehomogenan ragam dan kebebasan galat. Transformasi yang biasa digunakan di antaranya adalah transformasi logaritma, akar kuadrat, dan arcsin (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Bilamana hasil F-hitung menunjukkan perbedaan yang nyata atau sangat nyata dengan F-tabel, maka lebih lanjut dengan pengujian Duncan.
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Hasil penelitian ini merupakan hasil pengamatan stek A. excelsa (stek pucuk dan stek batang) selama kurun waktu 18 minggu setelah tanam (MST). Parameter yang diukur meliputi persentase hidup (%), persentase berakar (%), jumlah pucuk, tinggi pucuk (cm), jumlah akar, panjang akar (cm), berat basah pucuk (gr), berat basah akar (gr), berat kering akar (gr) dan nisbah pucuk akar (NPA). Pengamatan visual meliputi awal pertumbuhan pucuk stek (tunas), proses kematian stek dan perubahan warna daun dan batang. Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program aplikasi minitab 15 dan SPSS 15. Dari hasil pengamatan visual yang dilakukan, pucuk baru pada stek Rasamala (A. excelsa) mulai muncul pada umur 2 MST (pengamatan pertama). Pertumbuhan pucuk tersebut terjadi baik pada stek yang menggunakan bahan stek pucuk maupun pada stek yang menggunakan bahan stek batang. Dalam hal ini, jumlah stek yang tumbuh pucuk baru sebanyak 18 stek pada stek pucuk dan 11 stek pada stek batang. Dari hasil ini terlihat bahwa jumlah stek pucuk yang bertunas lebih banyak daripada stek batang. Selama penelitian stek Rasamala (A. excelsa) juga ditemui beberapa stek yang mengalami pembusukan dan kematian serta tumbuhnya jamur pada media tanam. Pembusukan stek tersebut ditandai dengan daun-daun stek yang mengalami perubahan warna menjadi kekuningan, selanjutnya menjadi kuning, hingga akhirnya berubah warna lagi menjadi kehitaman. Daun-daun yang berwarna kehitaman tersebut selanjutnya gugur. Gugurnya daun juga ditemui terjadi pada daun yang belum berwarna kehitaman (masih berwarna kuning). Hal ini banyak terjadi pada stek batang Rasamala (A. excelsa), sedangkan stek pucuk, kejadian ini tidak ditemui.
22
4.1.1
Persentase Hidup Persentase hidup stek merupakan perbandingan antara jumlah stek yang
hidup pada akhir penelitian dengan jumlah bahan stek yang ditanam pada awal penelitian dikali dengan seratus persen. Pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup dapat dilihat pada Gambar 3, pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase hidup pada Gambar 4, dan pengaruh interaksi antara bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase hidup stek Rasamala (A. excelsa) dapat dilihat pada Gambar 5.
Persentase hidup (%)
120.00 100.00
97.33 77.00
80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 S1
S2 Bahan stek
Gambar 3. Grafik pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 3 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk (S1) menghasilkan persentase hidup stek yang lebih tinggi yaitu sebesar 97.33% dibandingkan stek yang berasal dari batang (S2) yaitu sebesar 77%. Pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase hidup stek Rasamala (A. excelsa) tertinggi (Gambar 4) ditunjukkan oleh perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) sebesar 91.67%; sedangkan persentase hidup terendah dihasilkan oleh perlakuan D0 (kontrol, Rootone-F dosis 0 mg) sebesar 80.83%.
Persentase hidup (%)
23
94.00 92.00 90.00 88.00 86.00 84.00 82.00 80.00 78.00 76.00 74.00
91.67 90.00 86.67
86.67
D3
D4
80.83
D0
D1
D2 Dosis
Gambar 4.
Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
Persentase Hidup
120.00 100.00 80.00
95.00 95.00 98.33 98.33100.00 66.67
88.33
81.67
75.00 73.33
60.00 40.00
20.00 0.00 S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 5. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Untuk pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) (Gambar 5), persentase hidup tertinggi stek Rasamala (A. excelsa) dihasilkan oleh perlakuan S1D4 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 200 mg) sebesar 100%, sedangkan persentase hidup terendah dihasilkan oleh perlakuan S2D0 (stek batang dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) sebesar 66.67%. Pada Gambar 5 terlihat bahwa stek pucuk secara keseluruhan menghasilkan persentase hidup yang lebih tinggi daripada stek batang. Hal ini juga ditunjang oleh data pada Gambar 3. Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 1), faktor bahan stek berpengaruh nyata terhadap persentase hidup stek Rasamala (A. excelsa); sedangkan faktor
24
pemberian dosis Rootone-F dan interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) berpengaruh tidak nyata terhadap persentase hidup stek pucuk Rasamala (A. excelsa). Tabel 1. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
3100.83
3100.83
65.28
0.000*
Dosis
4
413.33
103.33
2.18
0.109ns
Interaction
4
470.00
117.50
2.47
0.077ns
Error
20
950.00
47.50
Total
29
4934.17
Keterangan :
* = Berpengaruh nyata (p<0,05), ns = tidak berpengaruh nyata
Untuk mengetahui pengaruh bahan stek terbaik terhadap persentase hidup, maka perlu dilakukan uji lanjut Duncan (Tabel 2). Tabel 2. Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST Bahan Stek Persentase Hidup (%) S1
97.33a*
S2
77b
Keterangan : * = Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan.
Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 2) menunjukkan bahwa stek Rasamala (A. excelsa) dengan bahan stek pucuk (S1) menghasilkan persentase hidup yang lebih baik yaitu 97.33% daripada bahan stek batang (S2) yaitu 77%. Dengan demikian bahan stek pucuk lebih baikm daripada bahan stek batang. 4.1.2
Persentase Berakar Persentase berakar stek merupakan hasil perbandingan antara stek yang
hidup dan berakar pada akhir penelitian terhadap jumlah seluruh bahan stek yang ditanam dikali seratus persen. Pengamatan stek yang berakar dilakukan pada umur 10 MST (sebagai data contoh) dan pada umur 18 MST (akhir penelitian). Beberapa stek yang hidup memperlihatkan kondisi yang masih berkalus dan belum muncul akar. Hasil pengamatan pengaruh bahan stek terhadap persentase
25
berakar dapat dilihat pada Gambar 6, pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase berakar pada Gambar 7, dan pengaruh interaksi antara bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek Rasamala (A. excelsa) dapat dilihat pada Gambar 8. 93.67
Persentase berakar (%)
100.00
80.00
63.67
60.00
40.00 20.00
0.00 S1
S2
Bahan stek
Gambar 6.
Grafik pengaruh bahan stek terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
Gambar 6 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk (S1) menghasilkan persentase berakar stek yang lebih tinggi yaitu sebesar 93.67%
Persentase berakar (%)
dibandingkan stek yang berasal dari batang (S2) sebesar 63.67%. 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
87.50
83.33
75.83
79.17
D3
D4
67.50
D0
D1
D2 Dosis
Gambar 7.
Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
Pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek Rasamala (A. excelsa) tertinggi (Gambar 7) ditunjukan oleh perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) sebesar 87.50%; sedangkan persentase berakar terendah dihasilkan oleh
26
perlakuan D0 (kontrol, Rootone-F
dosis 0 mg) sebesar 67.50%. Hal ini
menunjukkan bahwa Rasamala (A. excelsa) dapat distek tanpa menggunakan hormon eksogen karena kandungan hormon endogen sudah cukup.
Persentase Berakar
120.00 100.00
91.67 95.00 95.00 90.00
96.67 80.00
80.00
71.67 61.67 61.67
60.00
43.33
40.00
20.00 0.00 S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 8. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Untuk pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) (Gambar 8), persentase berakar stek Rasamala (A. excelsa) tertinggi dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S1D4 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 200 mg) yaitu sebesar 96,67%. Sebaliknya, persentase berakar terendah dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S2D0 (stek batang dengan dosis 0 mg (kontrol)) yaitu sebesar 43.33%. Tabel 3. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
6750.00
6750.00
168.75
0.000*
Dosis
4
1396.67
349.17
8.73
0.000*
Interaction
4
950.00
237.50
5.94
0.003*
Error
20
800.00
40.00
Total
29
9896.67
Keterangan :
* = Berpengaruh nyata (p<0,05)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 3), faktor bahan stek,
dosis
Rootone-F dan interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) berpengaruh
27
nyata terhadap persentase berakar stek Rasamala (A. excelsa). Untuk mengetahui hasil terbaik dari pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F, serta interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek Rasamala (A. excelsa) perlu dilakukan Uji Duncan. Tabel 4. Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST Bahan Stek Persentase Hidup S1
93.67a*
S2
63.67b
Keterangan : * = Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan.
Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 4) menunjukkan bahwa stek Rasamala (A. excelsa) dengan bahan stek pucuk (S1) menghasilkan persentase berakar yang lebih baik yaitu 93.67% daripada bahan stek batang (S2) yaitu 63.67%. Tabel 5. Uji Lanjutan Duncan pengaruh dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek batang Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Dosis Persentase Berakar D0
67.5a*
D1
87.5b
D2
83.33b
D3
78.33b
D4
79.17b
Keterangan : * = Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan.
Hasil uji Duncan (Tabel 5) menunjukkan bahwa perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) menghasilkan persentase berakar tertinggi yaitu sebesar 87.5%. persentse berakar stek terendah dihasilkan oleh perlakuan D0 (kontrol, Rootone-F dosis 0 mg) yaitu sebesar 67.5%. Perlakuan D1, D2, D3 dan D4 tidak saling berbeda nyata. Hal ini berarti stek batang Rasamala (A. excelsa) juga cukup sensitive terhadap kehadiran hormon eksogen seperti Rootone-F.
28
Tabel 6. Uji Lanjutan Duncan pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase berakar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. S1 S2 D0
91.67d*
43.33a
D1
95.00d
80.00c
D2
95.00d
71.67bc
D3
95.00d
61.67b
D4
96.67d
61.67b
Keterangan : * = Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan.
Hasil uji Duncan (Tabel 6) menunjukkan stek pucuk dengan berapapun dosis yang diberikan menghasilkan persentase berakar yang tidak berbeda nyata, sedangkan stek dengan bahan stek batang menghasilkan persentase berakar yang cukup berbeda. Stek dengan perlakuan S1D4 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 200 mg) menghasilkan persentase berakar tertinggi yaitu 96.67%; sedangkan persentase berakar terendah dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S2D0 (stek batang, Rootone-F dosis 0 mg) yaitu sebesar 43.33%. 4.1.3
Pertambahan Jumlah Daun Pucuk stek Rasamala (A. excelsa) sudah mulai keluar saat stek berumur 2
MST (pengamatan pertama). Jumlah daun merupakan semua daun yang muncul waktu penelitian. Pengaruh perlakuan bahan stek terhadap jumlah pertambahan daun stek Rasamala (A. excelsa) pada akhir penelitian (18 MST) dapat dilihat pada Gambar 9, pengaruh dosis Rootone-F dapat dilihat pada Gambar 10 , dan interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap jumlah pertambahan daun stek Rasamala (A. excelsa) dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 9 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk menghasilkan jumlah daun stek yang lebih tinggi yaitu sebanyak 3 helai dibandingkan stek yang berasal dari batang yaitu sebanyak 2 helai.
29
3
3
Jumlah Daun
3 3 2 2
2
2 2 2 S1
S2 Bahan Stek
Gambar 9.
Grafik pengaruh bahan stek terhadap pertambahan jumlah daun stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. 3 3
3
3
3
3
Jumlah Daun
2 2 2
1 1 0 D0
D1
D2
D3
D4
Dosis
Gambar 10. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap pertambahan jumlah daun stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 10 menunjukkan bahwa pengaruh dosis Rootone-F terhadap jumlah daun stek Rasamala (A. excelsa) terbanyak dihasilkan oleh perlakuan D0 (kontrol, Rootone-F dosis 0 mg), D1 (Rootone-F dosis 50 mg), D2 (Rootone-F dosis 100 mg) dan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) sebanyak 3 helai, sedangkan perlakuan D3 (Rootone-F
dosis 150 mg) menghasilkan jumlah daun paling
sedikit yaitu sebanyak 2 helai.
30
4
3
Junlah Daun
3 3
3
3
3
2
2 2
2
2
2
2 2 1 1 0 S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 11. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap jumlah daun stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 11 menunjukkan pertambahan jumlah daun terbanyak ditunjukkan oleh stek dengan perlakuan S2D1 (stek batang dengan Rootone-F dosis 50 mg) sebanyak 3 helai. Jumlah pertambahan daun yang paling sedikit yaitu pada stek dengan perlakuan S1D3 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 150 mg) dan S2D0 (stek batang, Rootone-F dosis 0 mg) sebanyak 2 helai.
Daun 1
Daun 2 Daun 1
Daun 2
(a) (b) Gambar 12. Pengamatan pertambahan jumlah daun pada stek pucuk (a) dan stek batang (b).
31
Tabel 7. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap jumlah daun stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
0.03333
0.033333
0.14
0.709ns
Dosis
4
1.86667
0.466667
2.00
0.133ns
Interaction
4
0.80000
0.200000
0.86
0.506ns
Error
20
4.66667
0.233333
Total
29
7.36667
Keterangan :
ns = tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 7), faktor bahan stek,
dosis
Rootone-F dan interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun stek Rasamala (A. excelsa). 4.1.4
Pertambahan Tinggi Pucuk Baru Pertambahan tinggi pucuk baru stek merupakan selisih antara total tinggi
bibit stek saat pengamatan dengan tinggi stek pada saat awal penanaman. Pengaruh bahan stek terhadap pertambahan tinggi pucuk baru dapat dilihat pada Gambar 13, pengaruh pemberian dosis Rootone-F dapat dilihat pada Gambar 14, dan pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) terhadap
Tinggi Pucuk (cm)
tinggi pucuk baru stek Rasamala (A. excelsa) dapat dilihat pada Gambar 15. 2.55 2.54 2.53 2.52 2.51 2.50 2.49 2.48 2.47 2.46 2.45 2.44
2.54
2.48
S1
S2 Bahan Stek
Gambar 13. Grafik pengaruh bahan stek terhadap pertambahan tinggi pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
32
Gambar 13 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk (S1) menghasilkan tinggi pucuk baru yang lebih tinggi yaitu 2.54 cm dibandingkan
Tinggi Pucuk (cm)
stek yang berasal dari batang (S2) yaitu 2.48 cm. 2.75 2.70 2.65 2.60 2.55 2.50 2.45 2.40 2.35 2.30 2.25 2.20
2.68
2.63
2.43
D0
2.42
2.39
D1
D2
D3
D4
Dosis
Gambar 14. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap pertambahan tinggi pucuk baru stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 14 menunjukkan bahwa tinggi stek Rasamala (A. excelsa) terpanjang stek dihasilkan oleh perlakuan D2 (Rootone-F dosis 50 mg) sebesar 2.68 cm; sedangkan tinggi pucuk terpendek dihasilkan oleh perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) sebesar 2.39 cm. 2.79
Tinggi Pucuk Baru (cm)
3.00 2.50
2.43
2.23
2.52 2.41 2.44 2.60 2.57
2.74 2.37
2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 15. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap tinggi pucuk baru stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
33
Gambar 15 menunjukkan bahwa tinggi pucuk terpanjang dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S1D2 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 100 mg) sebesar 2.79 cm; sedangkan tinggi pucuk terpendek dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S1D1 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 50 mg) sebesar 2.23 cm. Tahapan pertumbuhan tinggi pucuk stek Rasamala (A. excelsa) dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 menunjukkan bahwa stek rasamala selalu mengalami pertambahan tinggi stek. Pertumbuhan pucuk tertinggi diperoleh oleh stek dengan perlakuan S1D2 yaitu 2.79 cm dan terkecil diperoleh oleh stek
Tinggi (cm)
dengan perlakuan S1D1 yaitu 2.23 cm. 3.00 S1D0
2.50
S1D1
2.00
S1D2
1.50
S1D3
1.00
S1D4
0.50
S2D0
0.00 2
4
6
8
10
12
14
16
S2D1
18
S2D2 Minggu ke-
Gambar 16. Pertumbuhan stek Rasamala (Altingia excelsa) selama 18 MST. Pertambahan Pertambahan
Tinggi
Tinggi
Pucuk baru
Pucuk baru
(a) (b) Gambar 17. Pengukuran pertambahan tinggi pucuk baru stek pucuk (a) dan stek batang (b) Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
34
Tabel 8. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap tinggi pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
0.03008
0.030083
0.07
0.792ns
Dosis
4
0.44145
0.110362
0.26
0.898ns
Interaction
4
0.31650
0.079125
0.19
0.942ns
Error
20
8.40607
0.420303
Total
29
9.19410
Keterangan :
ns = tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 8), faktor bahan stek,
dosis
Rootone-F dan interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi pucuk baru stek Rasamala (A. excelsa). 4.1.5
Jumlah Akar Pengamatan jumlah akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah
dilakukan pencabutan tanaman hasil stek. Akar yang diamati yaitu akar yang memiliki panjang ≥ 1 cm. Dalam hal ini akar yang diamati merupakan akar sekunder karena akar primer belum keluar. Jumlah berhubungan dengan banyak sedikitnya air dan unsur hara yang diserap tanaman. semakin banyak jumlah akar maka semakin banyak pula air dan unsur hara yang diserap tanaman. Pada awal pertumbuhan stek, akar yang terbentuk adalah akar serabut, namun setelah stek sewasa satu atau beberapa akar yang terbetuk akan berfungsi sebagai akar tunggang. Hal ini dapat dikatakan bahwa setelah stek dewasa akar yang terbentuk merupakan akar tunggang. Pengaruh bahan stek terhadap jumlah akar dapat dilihat pada Gambar 19, pengaruh dosis Rootone-F terhadap jumlah akar dapat dilihat pada Gambar 20, dan pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) terhadap jumlah akar dapat dilihat pada Gambar 21.
35
1
1
2 3 2 4
3 4
Jumlah Akar
(a) (b) Gambar 18. Pengamatan jumlah akar stek pucuk (a) dan stek batang (b) Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.. 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0
5
3
S1
S2 Bahan Stek
Gambar 19. Grafik pengaruh bahan stek terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 19 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk (S1) menghasilkan jumlah akar stek yang lebih banyak yaitu 5 buah dibandingkan stek yang berasal dari batang (S2) sebesar 3 buah.
Jumlah Akar
36
5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0
4 4
4
4
D3
D4
3
D0
D1
D2 Dosis
Gambar 20.
Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
Gambar 20 menunjukkan bahwa jumlah akar stek Rasamala (A. excelsa) terbanyak ditunjukkan oleh perlakuan D2 (Rootone-F dosis 50 mg) sebanyak 4 buah; sedangkan jumlah akar paling sedikit dihasilkan oleh perlakuan D0 (kontrol, Rootone-F dosis 0 mg) sebanyak 3 buah. 6
Jumlah Akar
5
5 4
4
5
5
4 3
3
3
3
3
2
2 1 0 S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 21. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 21 menunjukkan jumlah akar terbanyak dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S1D2 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 100 mg), S1D3 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 150 mg) dan S1D4 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 200 mg) sebanyak 5 buah. Jumlah akar paling sedikit dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S2D0 (stek batang dengan Rootone-F dosis 0 mg
37
(kontrol)) sebanyak 2 buah. Secara umum jumlah akar stek pucuk lebih banyak daripada akar pada stek batang. Hal ini menunjukkan bahwa pucuk lebih mudah berakar. Tabel 9. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
20.8333
20.8333
31.25
0.000*
Dosis
4
3.0000
0.7500
1.13
0.373ns
Interaction
4
1.0000
0.2500
0.38
0.824ns
Error
20
13.3333
0.6667
Total
29
38.1667
Keterangan :
* = berpengaruh nyata (p<0,05), ns = tidak berpengaruh nyata
Hasil sidik ragam (Tabel 9) menunjukkan bahwa bahan stek yang digunakan berpengaruh nyata terhadap jumlah akar; sedangkan pemberian dosis serta interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah akar stek Rasamala (A. excelsa). Untuk mengetahui bahan stek mana yang lebih baik, maka perlu uji lanjut Duncan (Tabel 10). Tabel 10. Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap jumlah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Bahan Stek Jumlah Akar S1
4.667b*
S2
3a
Keterangan : * = Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan.
Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 10) menunjukkan bahwa stek Rasamala (A. excelsa) dengan bahan stek S1 (stek pucuk) menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak yaitu 4.67 (= 5 buah) daripada stek dengan bahan stek S2 (stek batang) yaitu sebanyak 3 buah. 4.1.6
Panjang Akar Pengukuran panjang akar juga dilakukan pada akhir penelitian. Panjang
akar diamati pada akar dengan panjang ≥ 1 cm. Tanaman hasil stek yang memiliki lebih dari satu buah akar, maka panjang akar tanaman merupakan rata-rata dari nilai total panjang akar. Panjang akar berpengaruh terhadap luas jangkauan
38
tanaman dalam tanah untuk memperoleh air dan unsur hara (makanan) dalam tanah. Semakin panjang akar tanaman maka semakin luas jangkauan tanaman dan semakin banyak pula air dan unsur hara yang diserap tanaman. Pengaruh bahan stek terhadap panjang akar dapat dilihat pada Gambar 23, pengaruh dosis Rootone-F terhadap panjang akar dapat dilihat pada Gambar 24, dan pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) terhadap panjang akar dapat dilihat pada Gambar 24.
1
1
2 3 2 4
3 4 (b) (b) Gambar 22. Pengukuran panjang akar stek pucuk (a) dan stek batang (b). 8.00
7.37
7.00 Anjang Akar
6.00
4.96
5.00 4.00 3.00
2.00 1.00 0.00 S1
S2 Bahan Stek
Gambar 23. Grafik pengaruh bahan stek terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
39
Gambar 23 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk (S1) menghasilkan panjang akar yang lebih panjang yaitu 7.37 cm dibandingkan stek
Panjang Akar
yang berasal dari batang (S2) yaitu 4.96 cm. 6.50 6.40 6.30 6.20 6.10 6.00 5.90 5.80 5.70 5.60 5.50
6.38
6.38 6.18
6.08 5.83
D0
D1
D2
D3
D4
Dosis
Gambar 24. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 24 menunjukkan bahwa perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) dan D2 (Rootone-F dosis 100 mg) menghasilkan panjang akar terpanjang yaitu 6.38 cm; sedangkan panjang akar terpendek dihasilkan oleh perlakuan D3
Panjang Akar
(Rootone-F dosis 150 mg) yaitu 5.83 cm. 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
8.30 6.96
7.43
6.75
7.44 5.79
5.32
4.92 4.93
3.86
S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 25. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
40
Gambar 25 menunjukkan rata-rata panjang akar tertinggi dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S1D0 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) dengan panjang 8.30 cm. Rata-rata panjang akar terpendek dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S2D0 (stek batang dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) dengan panjang 3.86 cm. Tabel 11. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
43.6090
43.6090
32.17
0.000*
Dosis
4
1.2338
0.3084
0.23
0.920ns
Interaction
4
9.2082
2.3020
1.70
0.190ns
Error
20
27.1142
1.3557
Total
29
81.1651
Keterangan :
* = Berpengaruh nyata (p<0,05), ns = tidak berpengaruh nyata
Hasil sidik ragam (Tabel 11) menunjukkan bahwa bahan stek yang digunakan berpengaruh nyata terhadap panjang akar; sedangkan pemberian dosis dan interaksi bahan keduanya (stek dan dosis Rootone-F) memberikan pengaruh tidak nyata terhadap panjang akar stek Rasamala (A. excelsa). Untuk mengetahui bahan stek mana yang lebih baik, maka perlu uji lanjut Duncan (Tabel 12). Tabel 12.
Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap panjang akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Bahan Stek Panjang Akar S1
7.367b*
S2
4.963a
Keterangan : * = Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan.
Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 12) menunjukkan bahwa stek Rasamala (A. excelsa) dengan bahan stek S1 (stek pucuk) menghasilkan panjang akar yang lebih panjang yaitu 7.367 cm daripada bahan stek S2 (stek batang) yaitu 4.963 cm. 4.1.7
Berat Basah Pucuk Pengukuran berat pucuk dilakukan pada pucuk yang tumbuh selama
penelitian (18 MST). Bagian pucuk dipotong lalu ditimbang menggunakan
41
timbangan analitik. Berat basah pucuk merupakan berat pucuk setelah pemanenan. Pengaruh bahan stek terhadap berat basah pucuk dapat dilihat pada Gambar 26, pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat basah pucuk dapat dilihat pada Gambar 27, dan pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) terhadap berat basah pucuk dapat dilihat pada Gambar 28.
Berat Basah Pucuk (gr)
1.600
1.560
1.550 1.500 1.430
1.450 1.400 1.350 S1
S2 Bahan Stek
Gambar 26. Grafik pengaruh bahan stek terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 26 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk (S1) menghasilkan berat basah pucuk stek yang lebih tinggi yaitu 1.560 gram dibandingkan stek yang berasal dari batang (S2) yaitu 1.430 gram. Hal ini berarti pertumbuhan bibit dari stek pucuk Rasamala (A. excelsa) lebih cepat daripada bibit dari stek batang. . Berat Basah Pucuk (gr)
3.000 2.419
2.500 2.000
1.677 1.317
1.500
1.316
1.000
0.745
0.500 0.000 D0
D1
D2 Dosis
D3
D4
42
Gambar 27. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 27 menunjukkan bahwa perlakuan D3 (Rootone-F dosis 150 mg) menghasilkan berat basah pucuk stek Rasamala (A. excelsa) terberat yaitu 2.419 gram; sedangkan berat basah pucuk teringan dihasilkan oleh perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) sebesar 0.745 gram. 3.000
Berat Basah Pucuk
2.500
2.686 2.317
2.153
2.000 1.323
1.500
1.312
1.150 0.855
1.000
1.483
1.037 0.635
0.500 0.000 S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 28. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 28 menunjukkan bahwa berat basah pucuk terberat dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S2D3 (stek batang dengan Rootone-F dosis 150 mg) yaitu 2.686 gram. Berat basah pucuk teringan dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S2D4 (stek batang dengan Rootone-F dosis 200 mg) yaitu 0.635 gram. Tabel 13. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
0.02033
0.020332
0.48
0.498ns
Dosis
4
0.83696
0.209240
4.90
0.006*
Interaction
4
0.25196
0.062991
1.47
0.247ns
Error
20
0.85448
0.042724
Total
29
1.96373
Keterangan :
* = Berpengaruh nyata (p<0,05), ns = tidak berpengaruh nyata
43
Hasil sidik ragam (Tabel 13) menunjukkan bahwa dosis Rootone-F berpengaruh nyata terhadap berat basah pucuk; sedangkan bahan stek dan interaksi bahan keduanya (stek dan dosis Rootone-F) memberikan pengaruh tidak nyata terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (A. excelsa). Untuk mengetahui pengaruh dosis Rootone-F yang lebih baik, maka perlu dilakukan uji lanjut Duncan (Tabel 14). Tabel 14. Uji Lanjutan Duncan pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat basah pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Dosis Rootone-F Berat Basah Pucuk D0
1.677ab*
D1
1.318a
D2
1.317a
D3
2.419b
D4
0.745a
Keterangan : * = Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan.
Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 14) menunjukkan bahwa stek Rasamala (A. excelsa) dengan dosis D3 (dosis Rootone-F 150 mg) menghasilkan berat basah pucuk terberat yaitu 4.963 gram. Berat basah pucuk terendah dihasilkan oleh stek dengan dosis D4 (Rootone-F dosis 200 mg) yaitu 0.745 gram. Berat basah pucuk dengan perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg), D2 (Rootone-F dosis 100 mg) dan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) menghasilkan berat yang tidak saling berbeda. 4.1.8
Berat Kering Pucuk Berat kering pucuk merupakan berat pucuk setelah dioven dengan suhu
70o C selama 72 jam. Pengaruh bahan stek terhadap berat kering pucuk dapat dilihat pada Gambar 29, pengaruh pemberian dosis Rootone-F terhadap berat kering pucuk dapat dilihat pada Gambar 30, dan pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) terhadap berat kering pucuk dapat dilihat pada Gambar 31.
44
Berat Kering Pucuk (gr)
0.700
0.635
0.600
0.493
0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 S1
S2 Bahan Stek
Gambar 29.
Grafik pengaruh bahan stek terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST.
Gambar 29 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk (S1) menghasilkan berat kering pucuk yang lebih tinggi yaitu 0.635 gram dibandingkan stek yang berasal dari batang (S2) sebesar 0.493 gram.
Berat Kering Pucuk (gr)
0.700 0.600
0.625 0.558
0.543
0.605 0.489
0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 D0
D1
D2
D3
D4
Dosis
Gambar 30. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 30 menunjukkan bahwa perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) menghasilkan berat kering pucuk stek Rasamala (A. excelsa) terberat yaitu 0.625 gram; sedangkan berat kering pucuk teringan dihasilkan oleh perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) yaitu sebesar 0.489 gram.
Berat Kering Pucuk
45
0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
0.700 0.605
0.557
0.497
0.441 0.302
0.276 0.256 0.140
0.137
S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 31. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Pada Gambar 31, dapat dilihat bahwa berat kering pucuk terberat dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S1D0 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) yaitu 0.700 gram. Berat kering pucuk teringan dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S2D4 (stek batang dengan Rootone-F dosis 200 mg) yaitu 0.137 gram. Tabel 15. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
0.00915
0.009153
0.26
0.615ns
Dosis
4
0.68198
0.017049
0.49
0.070ns
Interaction
4
0.16900
0.042251
1.20
0.340ns
Error
20
0.70239
0.035120
Total
29
1.56253
Keterangan :
ns = tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 15), faktor bahan stek,
dosis
Rootone-F dan interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (A. excelsa).
4.1.9
Berat Basah Akar Pengukuran berat akar dilakukan pada akhir penelitian (18 MST). Semua
akar tanaman dipotong dan ditimbang menggunakan timbangan anilitik. Pengaruh
46
bahan stek terhadap berat basah akar dapat dilihat pada Gambar 32, pengaruh pemberian dosis Rootone-F terhadap berat basah akar dapat dilihat pada Gambar 33, dan pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) terhadap
Berat Basah Akar (gr)
berat basah akar dapat dilihat pada Gambar 34. 0.758
0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
0.557
S1
S2 Bahan Stek
Gambar 32. Grafik pengaruh bahan stek terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 32 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk (S1) menghasilkan berat basah akar yang lebih tinggi yaitu 0.758 gram dibandingkan stek yang berasal dari batang (S2) sebesar 0.557 gram. 0.740
Berat Basah Akar (gr)
0.800 0.700
0.644
0.643
0.707 0.553
0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 D0
D1
D2
D3
D4
Dosis
Gambar 33. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 33 menunjukkan bahwa perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) menghasilkan berat basah akar stek Rasamala (A. excelsa) terberat yaitu 0.740
47
gram; sedangkan berat basah akar teringan dihasilkan oleh perlakuan D4
Berat Basah Akar
(Rootone-F dosis 0 mg) yaitu sebesar 0.553 gram. 1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
0.878
0.820
0.772
0.743
0.648 0.670
0.659 0.637 0.410 0.335
S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 34. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 34 menunjukkan berat basah akar terberat ditunjukkan oleh stek dengan interaksi perlakuan S1D0 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) yaitu 0.878 gram. Berat basah akar terendah dihasilkan oleh stek dengan interaksi perlakuan S2D0 (stek batang dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) yaitu 0.410 gram. Tabel 16. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
0.30240
0.302405
6.64
0.018*
Dosis
4
0.12234
0.030584
0.67
0.619ns
Interaction
4
0.35969
0.089924
1.98
0.137ns
Error
20
0.91056
0.045528
Total
29
1.69500
Keterangan :
* = Berpengaruh nyata (p<0,05), ns = tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 16) faktor bahan stek berpengaruh nyata terhadap persentase hidup stek Rasamala (A. excelsa); sedangkan faktor pemberian dosis Rootone-F dan interaksi keduanya (bahan stek dan dosis
48
Rootone-F) berpengaruh tidak nyata terhadap persentase hidup stek pucuk Rasamala (A. excelsa). Untuk mengetahui pengaruh bahan stek terbaik terhadap berat asah akar, maka perlu dilakukan uji lanjut Duncan (Tabel 17). Tabel 17. Uji Lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap berat basah akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Bahan Stek Berat Basah Akar S1
0.130a*
S2
0.100b
Keterangan : * = Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan.
Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 17) menunjukkan bahwa stek Rasamala (A. excelsa) dengan bahan stek S1 (stek pucuk) menghasilkan berat basah akar yang lebih berat yaitu 0.130 gram daripada bahan stek S2 (stek batang) yaitu 0.100 gram.
4.1.10 Berat Kering Akar Pengukuran berat kering akar sama halnya dengan metode pengukuran berat kering akar yaitu merupakan berat akar setelah dioven dengan suhu 70o C selama 72 jam seperti halnya pada . Pengaruh bahan stek terhadap berat kering akar dapat dilihat pada Gambar 35, pengaruh pemberian dosis Rootone-F terhadap berat kering akar dapat dilihat pada Gambar 36, dan pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) terhadap berat kering akar dapat dilihat pada Gambar 37.
49
0.130
Berat Kering Akar (gr)
0.140 0.120
0.100
0.100 0.080 0.060 0.040 0.020 0.000 S1
S2 Bahan Stek
Gambar 35. Grafik pengaruh bahan stek terhadap berat kering akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 35 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari pucuk (S1) menghasilkan berat kering akar yang lebih tinggi yaitu 0.130 gram dibandingkan stek yang berasal dari batang (S2) sebesar 0.100 gram. 0.133
Berat Kering Akar (gr)
0.140 0.120
0.124
0.117 0.106
0.095
0.100 0.080 0.060 0.040 0.020 0.000 D0
D1
D2
D3
D4
Dosis
Gambar 36. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap berat kering akar Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 36 menunjukkan bahwa perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) menghasilkan berat kering akar stek Rasamala (A. excelsa) terberat yaitu 0.133 gram; sedangkan berat kering akar teringan dihasilkan oleh perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) yaitu sebesar 0.095 gram.
Berat Kering Akar
50
0.180 0.160 0.140 0.120 0.100 0.080 0.060 0.040 0.020 0.000
0.162 0.143 0.122 0.126
0.123
0.114
0.126
0.098 0.073
0.064
S1D0 S1D1 S1D2 S1D3 S1D4 S2D0 S2D1 S2D2 S2D3 S2D4 Perlakuan
Gambar 37. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 37 menunjukkan bahwa berat kering akar tertinggi dihasilkan oleh stek dengan interaksi perlakuan S1D0 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 0 mg) yaitu 0.162 gram. Berat basah akar teringan dihasilkan oleh stek dengan interaksi perlakuan S2D0 (stek batang dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) yaitu 0.073 gram. Tabel 18. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap berat kering akar stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
0.0069008
0.0069008
4.06
0.058ns
Dosis
4
0.0053308
0.0013327
0.78
0.549ns
Interaction
4
0.0118353
0.0029588
1.74
0.181ns
Error
20
0.0340220
0.0017011
Total
29
0.0580890
Keterangan :
ns = tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 18), faktor bahan stek,
dosis
Rootone-F dan interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering pucuk stek Rasamala (A. excelsa).
4.1.11 Nisbah Pucuk Akar Nisbah pucuk akar merupakan perbandingan antara berat kering pucuk dengan berat kering akar stek Rasamala (A. excelsa) pada akhir penelitian (18
51
MST). Pengaruh bahan stek terhadap nisbah pucuk akar dapat dilihat pada Gambar 38, pengaruh pemberian dosis Rootone-F terhadap nisbah pucuk akar dapat dilihat pada Gambar 39, dan pengaruh interaksi keduanya (bahan stek dan
Nisbah Pucuk - Akar
dosis Rootone-F) terhadap nisbah pucuk akar dapat dilihat pada Gambar 40. 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
4.07 3.38
S1
S2 Bahan Stek
Gambar 38. Grafik pengaruh bahan stek terhadap nisbah pucuk – akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 38 menunjukkan bahwa bahan stek yang berasal dari batang (S2) menghasilkan nisbah pucuk akar yang lebih tinggi yaitu sebesar 4.07 dibandingkan stek yang berasal dari pucuk (S1) sebesar 3.38.
Nisbah Pucuk - Akar
6.00 5.00
5.11 4.39
4.87
4.00 2.53
3.00
1.72
2.00 1.00 0.00 D0
D1
D2
D3
D4
Dosis
Gambar 39. Grafik pengaruh dosis Rootone-F terhadap nisbah pucuk – akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 36 menunjukkan bahwa perlakuan D2 (Rootone-F dosis 100 mg) menghasilkan nisah pucuk akar stek Rasamala (A. excelsa) tertinggi yaitu 5.11; sedangkan nisbah pucuk akar terkecil dihasilkan oleh perlakuan D4 (Rootone-F
52
dosis 200 mg) yaitu sebesar 1.72. Nisbah pucuk akar yang baik berkisar antara 1-3 (Barnet, 1983 dalam Rahadian, 2000), dengan demikian maka NPA yang terbaik adalah pada perlakuan D4 sebesar 1.72 dan D1 sebesar 2.53.
Gambar 40. Grafik pengaruh interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap nisbah pucuk-akar stek Rasamala (Altingia excelsa) umur 18 MST. Gambar 40 menunjukkan nisbah pucuk akar tertinggi dihasilkan oleh stek pucuk dengan perlakuan S2D2 (stek batang dengan Rootone-F dosis 100 mg) yaitu sebesar 5.70. Nisbah pucuk-akar terendah dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S1D4 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 200 mg) yaitu 1.12. NPA terbaik adalah S1D1 sebesar 2.24; S2D1 sebesar 2.83 dan S2D4 sebesar 2.33. Tabel 19. Hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksi keduanya terhadap nisbah pucuk akar stek Rasamala (Altingia excelsa). Sumber DF JK KT F hitung Sig Bahan Stek
1
3.585
3.5846
0.40
0.532ns
Dosis
4
54.534
13.6335
1.54
0.229ns
Interaction
4
1.759
0.4397
0.05
0.995ns
Error
20
177.058
8.8529
Total
29
236.936
Keterangan :
ns = tidak berpengaruh nyata
Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 19), faktor bahan stek,
dosis
Rootone-F dan interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah pucuk akar stek Rasamala (A. excelsa).
53
4.2
Pembahasan Rekapitulasi pengaruh bahan stek (pucuk dan batang), dosis Rootone-F (0
mg, 50 mg, 100 mg, 150 mg dan 200 mg), dan interaksi keduanya (bahan stek dan dosis Rootone-F) terhadap parameter stek yang ukur dan dianalisis dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh bahan stek, dosis Rootone-F, dan interaksi keduanya terhadap beberapa parameter. Sumber Keragaman Parameter Bahan Stek (S) Dosis Rootone-F (D) Interaksi (S*D) Persentase Hidup * ns ns Persentase Berakar * * * Jumlah Daun ns ns ns Tinggi Pucuk Baru ns ns ns Jumlah Akar * ns ns Panjang Akar * ns ns Berat Basah Pucuk ns * ns Berat Kering Pucuk ns ns ns Berat Basah Akar * ns ns Berat Kering Akar ns ns ns Nisbah Pucuk Akar ns ns ns Keterangan : ns = tidak berpengaruh nyata, * = berpengaruh nyata (p<0,05). Tabel 20 menunjukkan bahwa bahan stek (pucuk dan batang) berpengaruh
nyata terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar, rata-rata panjang akar, dan berat basah akar; sedangkan dosis Rootone-F yaitu 0 mg (D0, kontrol), 50 mg (D1), 100 mg (D2), 150 mg (D3) dan 200 mg (D4) hanya berpengaruh nyata terhadap persentase berakar dan berat basah pucuk; sementara itu interaksi bahan stek dan dosis Rootone-F hanya berpengaruh nyata terhadap persentase berakar. Dengan demikian parameter persentase berakar dipengaruhi oleh bahan stek, dosis Rootone-F dan interaksinya. 4.2.1 Pengaruh Bahan Stek Pada Tabel 20, dapat dilihat bahwa faktor bahan stek yang digunakan yaitu pucuk (S1) dan batang (S2) berpengaruh
nyata terhadap persentase hidup,
persentase berakar, jumlah akar, rata-rata panjang akar, dan berat basah akar; bahan stek tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, tinggi pucuk baru, berat basah pucuk, berat kering pucuk, berat kering akar dan nisbah pucuk akar
54
stek Rasamala (A. excelsa). Bahan stek dari pucuk lebih baik daripada bahan stek dari batang, namun demikian bahan stek dari batang juga dapat digunakan untuk perbanyakan Rasamala (A. excelsa). Hartmann et al. (1997) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan pembiakan vegetatif tanaman dengan stek sangat tergantung kemampuan tanaman untuk dapat membentuk tunas dan sistem perakaran baru. Perkembangan akar sangat erat kaitannya dengan perkembangan tunas. Tunas yang baik akan mendukung perkembangan perakaran yang baik pula, sehingga dalam tanaman terdapat suatu korelasi antara tunas dan akar (Kramer dan Kozlowski 1960). Pembiakan tanaman dengan stek dikatakan berhasil apabila stek yang tumbuh diatas 85% (Rochiman dan Harjadi, 1973 dan Hartmann et al. 1997). Faktor bahan stek yang digunakan yaitu pucuk dan batang menghasilkan persentase hidup dan persentase berakar yang cukup baik. Stek pucuk Rasamala (A. excelsa) menghasilkan persentase hidup dan persentase berakar yang lebih tinggi dibandingkan dengan stek batang. Stek pucuk Rasamala (A. excelsa) menghasilkan persentase hidup sebesar 97.33% dan persentase berakar sebesar 93.67%; sedangkan stek batang Rasamala (A. excelsa) menghasilkan persentase hidup sebesar 77% dan persentase berakar sebesar 63.67%. Dari hasil ini, maka stek pucuk Rasamala (A. excelsa) dapat dikatakan berhasil karena stek yang tumbuh diatas 85%, sedangkan stek batang Rasamala (A. excelsa) dikatakan kurang berhasil karena stek yang tumbuh kurang dari 85%. Stek Rasamala (A. excelsa) menggunakan bahan stek pucuk lebih baik daripada stek menggunakan bahan stek batang karena bahan stek pucuk memiliki sel-sel yang masih muda yang masih aktif dalam melakukan pembelahan dan pertumbuhan sel, sedangkan bahan stek batang merupakan sel-sel yang sudah mulai menua, sehingga pembelahan dan pertumbuhan sedikit menurun. Menurut Agromedia (2008) dalam Rochimi (2008), kemampuan perkembangan fisiologis tanaman didukung oleh kandungan karbohidrat, vitamin, mineral dan unsur hara lain yang mampu merangsang pertumbuhan stek. Cabang yang terlalu tua tidak baik digunakan untuk bahan stek karena sangat sulit menumbuhkan akar, sedangkan cabang yang terlalu muda akan cepat layu dan mati kekeringan karena penguapan yang berlangsung cepat.
Menurut Moko (2004), penurunan
55
kemampuan
berakar
pada
jaringan
tanaman
tua
kemungkinan
karena
berkurangnya kandungan senyawa fenol yang berfungsi sebagai kofaktor auksin. Selain itu, pada jaringan tanaman tua secara anatomi telah terbentuk sel schlerenchym yang sering menghambat inisiasi akar adventif. Tingginya kemampuan hidup stek pucuk Rasamala (A. excelsa) juga disebabkan pada bagian pucuk terdapat akumulasi karbohidrat terbesar hasil fotosintesis yang akan disalurkan ke bagian tanaman lainnya. Pertumbuhan stek untuk membentuk tunas dan akar sangat membutuhkan cadangan makanan seperti karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Pada awal proses metabolisme, stek masih sedikit menghasilkan karbohidrat karena proses fotosintesis berlangsung lambat akibat translokasi air dan perkembangan daun yang belum sempurna. Dalam hal pertambahan jumlah daun dan tinggi pucuk, bahan stek yang digunakan menghasilkan pertambahan jumlah daun dan tinggi yang relatif sama. Pertambahan jumlah daun stek pucuk dan stek batang Rasamala (A. excelsa) sekitar 2 helai. Pertambahan tinggi pucuk baru pada stek pucuk sekitar 2.45 cm dan pada stek batang sekitar 2.54 cm. Dari hasil ini, dapat dilihat bahwa stek batang hanya menghasilkan pucuk baru yang sedikit lebih panjang daripada stek pucuk, sedangkan dalam hal pertambahan jumlah daun relatif sama. Perbedaan jenis bahan stek yang digunakan yaitu stek pucuk dan stek batang memberikan pengaruh yang cukup nyata terhadap jumlah dan panjang akar. Stek pucuk Rasamala (A. excelsa) menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak dan panjang akar yang lebih panjang dibandingkan dengan stek batang. Jumlah akar stek pucuk Rasamala (A. excelsa) yaitu sekitar 5 buah dengan ratarata panjang akar 7.37 cm; sedangkan pada stek batang menghasilkan jumlah akar sebanyak 3 buah dengan rata-rata panjang 4.96 cm. Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa stek pucuk Rasamala (A. excelsa) lebih baik dibandingkan dengan stek batang. Hal ini terjadi karena katerkaitan antara sistem perakaran dan tunas stek (daun). Pertumbuhan tunas (daun) yang baik akan mendorong pertumbuhan akar yang baik pula. Pertumbuhan akar yang cukup banyak akan memperluas bidang penyerapan unsur hara dan air sehingga bibit memiliki pertumbuhan yang cepat. Meristem pucuk tumbuh dengan baik karena meneruskan pertumbuhan meristem
56
yang sedang aktif, sementara itu tunas dari bahan stek batang merupakan meristem dorman (tidur) sehingga memerlukan waktu inisiasi yang lebih lama. Berat basah dan berat kering pucuk yang dihasilkan stek pucuk Rasamala (A. excelsa) relatif sama dengan stek batang. Berat basah dan berat kering pucuk pada stek pucuk yaitu berturut-turut 1.560 gram dan 0.635 gram; sedangkan berat basah dan berat kering pucuk stek batang yaitu berturut-turut 1.430 gram dan 0.493 gram. Hal ini disebabkan jumlah daun dan tinggi pucuk pada stek pucuk relatif sama dengan stek batang. Berat basah akar stek Rasamala (A. excelsa) dari bahan stek pucuk sebesar 0.758 gram dengan berat kering akar sebesar 0.130 gram; sedangkan stek dari bahan stek batang menghasikan berat badah akar sebesar 0.557 gram dengan berat kering akar sebesar 0.100 gram. Bahan stek yang digunakan (pucuk dan batang) hanya menghasilkan nilai berat basah akar yang berbeda. Dari hasil berat basah akar yang dihasilkan, terlihat bahwa berat basah akar stek pucuk lebih berat dibandingkan dengan berat basah stek batang (meningkat 36.09%). Nisbah pucuk akar menunjukkan indeks pertumbuhan suatu tanaman dalam perimbangan pucuk dan akar. Sistem perakaran yang tidak berkembang baik menyebabkan pertumbuhan tunas yang terbatas karena suplai unsur hara dan mineral yang kurang, sedangkan penurunan kegiatan fotosintesis dapat menghambat pertumbuhan akar karena berkurangnya karbohidrat. Nisbah pucuk akar yang menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan hidup yang baik di lapangan berkisar antara 1-3 (Barnet, 1983 dalam Rahadian, 2000). Nisbah pucuk akar stek pucuk Rasamala (A. excelsa) sebesar 3.74; sedangkan nisbah pucuk akar stek batang Rasamala (A. excelsa) sebesar 3.90. Kegagalan stek pucuk untuk bertahan hidup diduga akibat faktor eksternal berupa kondisi lingkungan, teknik pelaksanaan penyetekan dan pemeliharaan stek. Kondisi lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan yaitu adanya sinar matahari yang masuk sehingga daun tanaman menjadi kemerah-merahan dan lambat laun menunjukkan tanda-tanda kematian seperti rontoknya daun. Teknik pelaksanaan yang menjadi penyebab kegagalan stek yaitu persiapan dan pemotongan bahan stek. Untuk persiapan (pemotongan) bahan stek batang Rasamala (Altingia excelsa), hal yang sangat perlu diperhatikan yaitu
57
jumlah daun dan jumlah mata tunas (ruas batang). Adanya daun pada stek berpengaruh baik terhadap pembentukan akar karena menghasilkan karbohidrat sebagai hasil fotosintesis dan tunas sebagai sumber auksin endogen (Janick, 1972 dalam Kusuma, 2003). Setiap bahan stek harus memiliki sedikitnya 1 buah daun dan 2 buah mata tunas. Jumlah mata tunas yang ideal yaitu sebanyak 3-4 buah setiap bahan stek. Menurut Sudomo et al. (2007), ukuran jumlah mata tunas stek yang sedikit cenderung disebabkan oleh pendek panjang steknya sehingga diduga hanya mempunyai persediaan makanan (karbohidrat) yang relatif kecil pula, yang mengakibatkan kemampuan untuk bercabang dan berakar lebih kecil. Pemotongan bahan stek dilakukan dari pukul 08.00 WIB dan selesai pukul 11.00 WIB. Hal ini menyebabkan bahan stek mengalami transpirasi yang cukup tinggi akibat lingkungan yang mulai panas. Untuk mengurangi terjadinya transpirasi yang berlebih maka dilakukan perendaman dalam air pada bahan stek yang telah dipotong. Perendaman ini dilakukan sampai lingkungan mulai dingin kembali sehingga dapat dilakukan pananaman. Dalam
pemotongan
bahan
stek
menggunakan
pucuk,
sebaiknya
memperhatikan bagian batang yang akan dipotong. Bahan stek pucuk harus memiliki batang yang sudah agak keras (tidak sekulen) khususnya bagian pangkal. Hal ini dimaksudkan agar tanaman tetap kuat berdiri setelah penanaman dan juga agar akar tananam dapat tumbuh karena jika pangkal bahan stek merupakan bagian batang yang belum keras maka tumbuhnya akar terhambat. Hal lain yang harus diperhatikan dalam persiapan stek pucuk yaitu jumlah daun dan luas daun. Daun pada bahan stek sebaiknya dilakukan pemotongan 2/3-1/2 bagian sehingga luas daun pada bahan stek tersisa 1/3-1/2 bagian. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi transpirasi tanaman setelah ditanam. Namun, hal yang paling penting dilakukan yaitu daun jangan seluruhnya dibuang karena daun merupakan sumber makanan dan tempat melakukan fotosintesis pada stek; sedangkan dalam pemotongan bahan stek menggunakan batang, yang harus diperhatikan adalah jumlah (ada tidaknya) daun dan jumlah mata ruas. Stek Rasamala (A. excelsa) dengan bahan stek batang minimal harus disertai satu helai daun. Hal ini bertujuan agar proses fotosintesis tetap berlangsung sehingga pertumbuhan tetap berlangsung. Keberhasilan stek Rasamala (A. excelsa) menggunakan bahan stek
58
batang pada penelitian ini terjadi karena beberapa bahan stek yang ditanam tidak memiliki sehelai daun pun, akibatnya bahan stek tadi mengalami kematian. Perlakuan pemeliharaan yang mempengaruhi keberhasilan stek yaitu intensitas dan kapasitas penyiraman. Intensitas penyiraman yang pada awalnya direncanakan dilakukan 2 hari sekali pada 2 minggu pertama dan 3 hari sekali pada minggu-minggu berikutnya berubah menjadi 3 hari sekali pada 2 minggu pertama dan 5 hari sekali pada minggu-minggu berikutnya. Hal ini disebabkan karena minggu awal setelah dilakukannya penyiraman 2 hari sekali, beberapa stek mengalami pembusukan yang pada akhirnya layu dan mati. Volume penyiraman dalam stek rasamala sebaiknya jangan terlalu banyak. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pembusukan stek, dan juga menghindari munculnya jamur karena terlalu lembab. Teknik persiapan bahan stek dan pemeliharaan (intensitas dan kapasitas penyiraman) ini merupakan faktor utama dalam hal kegagalan stek batang. Intensitas penyiraman (2 hari sekali pada 1 minggu pertama) menyebabkan banyak stek batang Rasamala yang mengalami pembusukan. Pembusukan ini umumnya terjadi pada stek batang yang tidak memiliki daun. Beberapa stek batang juga tidak berakar karena pemotongan bagian pangkal tidak dilakukan di bawah buku batang. pembusukan tanaman berangsur-angsur berkurang setelah intensitas dan frekuensi penyiraman dikurangi. Pertumbuhan stek terganggu diduga karena adanya pertumbuhan jamur. Jamur mulai muncul saat stek berumur 12 MST. Jamur ini tumbuh diatas media. Gejala patogen jamur yang menyerang stek adalah gejala pencoklatan. Tandatanda muncul gejala penyakit tersebut diawali dengan membusuknya bagian pangkal hingga menyebar ke seluruh bagian stek. Berdasarkan beberapa aspek pembahasan di atas maka dalam pengembangbiakan Rasamala (A. excelsa) dapat dilakukan dengan menggunakan stek pucuk. Untuk itu perlu dibuat kebun pangkas Rasamala (A. excelsa). 4.2.1 Pengaruh Dosis Rootone-F Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik yang disintesis oleh ahli kimia atau organisme selain tumbuhan yang dapat mengatur proses fisiologis suatu tanaman (Salibury dan Ross, 1995 dalam Kusuma, 2003). Untuk
59
memperoleh keberhasilan stek yang tinggi, maka jumlah dan konsentrasi hormon yang diberikan harus tepat agar didapatkan waktu dan sistem perakaran yang baik (Yasman dan Smits, 1985). Rootone-F adalah salah satu hormon penumbuh sintetis dengan kandungan bahan aktif yang terdiri dari: 1-Napthalene Acetamida (0,067%), 2-Methyl -1Napthalene Acetic Acid (0,033%), 2-Methyl -1-Napthalene Acetamida (0,013%), Indole 3-Butyric Acid (0,057%), Tetra Methyl Thiram Disulfida (4,000%), dan Inert Ingredient (Kehutanan Indonesia, 1987 dalam Budianto, 1995). Tiga senyawa aktif pada Rootone-F yang mempunyai inti naphthalene berfungsi untuk memperbanyak atau memacu perakaran, sedangkan satu senyawa aktif yang mengandung indole berfungsi untuk memperbanyak atau mempercepat perakaaran (Kusumo, 1989 dalam Chandra, 2005). Pada Tabel 20, menunjukkan bahwa faktor dosis Rootone-F yaitu 0 mg (D0, kontrol), 50 mg (D1), 100 mg (D2), 150 mg (D3) dan 200 mg (D4) berpegaruh nyata terhadap persentase berakar dan berat basah pucuk; dosis Rootone-F tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, jumlah akar, ratarata panjang akar, jumlah daun, tinggi pucuk baru, berat kering pucuk, berat basah akar, berat kering akar dan nisbah pucuk akar stek Rasamala (A. excelsa). Perlakuan pemberian dosis Rootone-F menghasilkan persentase hidup stek Rasamala (A. excelsa) yang cenderung sama (tidak berbeda nyata). Hasil ini menunjukkan bahwa dosis Rootone-F hanya memberikan sidikit pengaruh terhadap persentase hidup dibandingkan kontrol. Hal ini diduga terdapat hormon endogen yang mampu mestimulir perakaran. Persentase hidup stek Rasamala (A. excelsa) tertinggi ditunjukan oleh stek dengan perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) sebesar 91.67%, dikuti stek dengan perlakuan D2 (Rootone-F dosis 100 mg) sebesar 90%, D4 (Rootone-F dosis 200 mg) dan D3 (Rootone-F dosis 150 mg/) sebesar 86.677%; persentase hidup terendah dihasilkan oleh stek dengan perlakuan D0 (kontrol, dosis 0 mg) sebesar 80.83%. Hal ini menunjukkan bahwa stek dengan pemberian hormon Rootone-F (50 mg, 100 mg, 150 mg dan 200 mg) menghasilkan persentase hidup stek di atas 85%. Nilai persentase hidup sedikit berbeda pada stek tanpa Rootone-F (0 mg) yang menghasilkan persentase hidup di bawah 85%. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa pembiakan vegetatif Rasamala (A.
60
excelsa) dengan teknik stek dapat dilakukan tanpa pemberian hormon, namun untuk menghasilkan keberhasilan stek yang optimal perlu diberikan hormon (ZPT) pada tanaman. Dosis Rootone-F yang dianjurkan yaitu 50 mg karena menghasilkan hasil yang paling tinggi yaitu sebesar 91.67%. Pemberian RootoneF lebih dari 50 mg akan menurunkan keberhasilan stek Rasamala (A. excelsa). Menurut Wudianto (1993), konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak bagian yang terluka berupa pembelahan sel dan kalus yang berlebihan dan mencegah cabang dan akar, sedangkan konsentrasi di bawah optimum menjadi tidak efektif. Terbentuknya perakaran pada stek dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya yaitu jenis ZPT, dosis ZPT dan jenis media yang digunakan (Rochimi, 2008). Pemberian ZPT dan dosis ZPT yang tepat akan mempercepat munculnya akar dan memaksimalkan pertumbuhan akar. Adanya daun pada tunas juga berpengaruh terhadap pembentukan akar, karena karbohidrat yang dihasilkan oleh daun ditambah dengan karbohidrat yang ada dalam stek akan mampu menstimulir pembentukan akar. Untuk menumbuhkan akar pada stek, diperlukan energi yang diperoleh dari karbohidrat dan protein yang dikandung oleh stek (Rismunandar, 1988 dalam Hidayanto, Nurjanah, dan Yossita 2003). Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan perakaran yaitu teknik pemberian ZPT pada bahan stek. Dalam hal persentase berakar stek, dosis Rootone-F memperloleh hasil yang cukup berbeda. Persentase berakar stek Rasamala (A. excelsa) tertinggi dihasilkan oleh stek dengan perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) sebesar 87.5%, dikuti stek dengan perlakuan D2 (Rootone-F dosis 100 mg) sebesar 83.33%, D4 (Rootone-F dosis 200 mg) sebesar 79.17%, D3 (Rootone-F dosis 150 mg) sebesar 75.83; persentase berakar terendah dihasilkan oleh stek dengan perlakuan D0 (kontrol, Rootone-F dosis 0 mg) sebesar 67.5%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pertumbuhan akar, stek Rasamala (Altingia excelsa) dapat menumbuhkan akar tanpa pemberian Rootone-F, namun hasil yang diperoleh relatif kecil. Untuk menghasilkan pertumbuhan akar yang optimal, stek Rasamala (A. excelsa)
membutuhkan hormon eksogen seperti Rootone-F.
Penggunaan hormon tumbuh bertujuan untuk merangsang pembentukan akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).
61
Stek Rasamala (A. excelsa) hanya manghasilkan pertambahan daun 2-3 helai daun. Pertambahan tinggi pucuk baru stek terpanjang ditunjukkan oleh stek dengan perlakuan D2 (Rootone-F dosis 100 mg) yaitu 2.68 cm, dan terpendek dihasilkan oleh stek dengan perlakukan (Rootone-F dosis 200 mg) yaitu 2.39 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Rootone-F tidak memberikan hasil yang signifikan. Dosis Rootone-F juga memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah dan panjang akar. Jumlah akar stek Rasamala (A. excelsa) dengan perlakuan Rootone-F berkisar antara 3-4 buah. Jumlah akar stek Rasamala (A. excelsa) terbanyak dihasilkan oleh stek dengan perlakuan D2 (Rootone-F dosis 100 mg), D1 (Rootone-F dosis 50 mg), D3 (Rootone-F dosis 150 mg), dan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) sebanyak 4 buah; sedangkan perlakuan D0 (kontrol, Rootone-F dosis 0 mg) menghasilkan jumlah akar paling sedikit yaitu sebanyak 3 buah. Untuk panjang akar, panjang akar stek Rasamala (A. excelsa) terbanyak dihasilkan oleh stek dengan perlakuan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) dan D2 (Rootone-F dosis 100 mg) dengan panjang 6.38 cm, perlakuan D3 (Rootone-F dosis 150 mg) menghasilkan panjang akar terpendek yaitu 5.83 cm. Hal ini berarti pemberian Rootone-F ternyata hanya sebagai perangsang terbentuknya perakaran. Hal ini dibuktikan dengan pemberian Rootone-F nilai persentase berakar stek lebih tinggi dari pada kontrol (tanpa Rootone-F). Pemberian dosis Rootone-F memberikan pengaruh nyata terhadap berat basah pucuk, namun tidak berpengaruh terhadap berat kering pucuk, berat basah akar, berat karing akar dan nisbah pucuk akar. Berat basah pucuk terberat dihasilkan oleh stek dengan perlakuan D3 (Rootone-F dosis 150 mg) yaitu 2.419 gram, sedangkan berat basah pucuk teringan dihasilkan oleh stek dengan perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) yaitu 0.745 gram. Stek dengan perlakuan D4 (Rootone-F dosis 200 mg) dan D1 (Rootone-F dosis 50 mg) menghasilkan nisbah pucuk akar terbaik yaitu berturut-turut sebesar 1.72 dan 2.54. Stek Rasamala (A.excelsa) dengan perlakuan pemberian Rootone-F menghasilkan persentase hidup sebesar 80.83% - 91.67% dengan persentase berakar sebesar 67.5% - 87.5%. Hal ini menunjukkan bahwa stek Rasamala (A. excelsa) tanpa atau dengan pemberian Rootone-F menghasilkan hasil yang cukup baik. Stek Rasamala (A. excelsa) tanpa pemberian Rootone-F (ZPT)
62
mengindikasikan bahwa stek Rasamala (A. excelsa) dapat dilakukan dengan mudah, tanpa repot-repot memberikan perlakuan pada bahan stek yang akan ditanam. Selain itu, stek Rasamala (A. excelsa) tanpa pemberian Rootone-F (ZPT) dapat menjadi altertatif yang bisa dipilih untuk menekan biaya yang dikeluarkan. Namun, untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal, maka stek perlu diberikan Rootone-F dengan dosis 50 mg. Pemberian Rootone-F yang lebih tinggi dari dosis 50 mg akan menurunkan keberhasilan stek. Hal ini terjadi karena pemberian Rootone-F yang terlalu banyak akan bersifat inhibitor pada tanaman. 4.2.1 Pengaruh Interaksi Bahan Stek dan Dosis Rootone-F Pada Tabel 20, dapat dilihat bahwa interaksi keduanya (bahan stek dan dosis
Rootone-F)
tidak
berpengaruh
nyata
terhadap
semua
parameter
pertumbuhan dan hanya berpengaruh nyata terhadap persentase berakar. Persentase hidup stek tertinggi dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S1D4 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 200 mg) yaitu sebesar 100%; diikuti perlakuan S1D2 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 100 mg) dan S1D3 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 150 mg) sebesar 98.33%; S1D0 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) dan S1D1 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 50 mg) sebesar 95%; S2S1(stek batang dengan Rootone-F dosis 50 mg) sebesar 88.33%; S2D2 (stek batang dengan Rootone-F dosis 100 mg) sebesar 81.67%; S2D3 (stek batang dengan Rootone-F dosis 150 mg) sebesar 75%; S2D4 (stek batang dengan Rootone-F dosis 200 mg) sebesar 73.33%, dan terendah dihasilkan oleh stek dengan interakasi perlakuan S2D0 (stek batang dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) yaitu sebesar 66.67%. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa pada stek pucuk berapapun dosis Rootone-F yang diberikan akan menghasilkan persentase hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pada stek batang. Pada stek pucuk, dapat dilihat bahwa semakin besar dosis Rootone-F yang diberikan menghasilkan persentase hidup yang relatif meningkat. Persentase hidup yang paling maksimal diperoleh stek pada interaksi S1D4 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 200 mg) yaitu 100%. Untuk stek batang, interaksi S2D1 (stek batang dengan pemberian Rootone-F dosis 50 mg) menghasilkan persentase hidup yang terbesar yaitu 88.33%. Pemberian Rootone-F lebih dari dosis 50 mg menghasilkan persentase
63
hidup yang relatif semakin rendah. Persentase hidup terendah diperoleh oleh stek batang tanpa pemberian Rootone-F (kontrol). Dari hasil ini, untuk memperoleh hasil yang optimal pada stek pucuk Rasamala (A. excelsa) maka dosis Rootone-F yang diberikan yaitu sebanyak 200 mg; sedangkan pada stek batang dosis maksimal yang diberikan yaitu 50 mg. Stek batang dengan pemberian Rootone-F melebihi dosis tersebut tidak dianjurkan karena akan menurunkan persentase hidup. Stek batang tanpa pemberian Rootone-F sangat tidak dianjurkan karena menghasilkan persentase hidup yang paling sedikit. Persentase berakar stek tertinggi dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S1D4 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 200 mg) yaitu sebesar 96.67%; diikuti S1D1 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 50 mg) dan S1D2 (stek pucuk dengan Rootone-F dosis 100 mg) yaitu sebesar 95%; S1D0 (stek pucuk dengan RootoneF dosis 0 mg (kontrol)) yaitu sebesar 91.67%; S1D3 (stek pucuk dengan RootoneF dosis 150 mg) yaitu sebesar 90%; S2D1 (stek batang dengan Rootone-F dosis 50 mg) yaitu sebesar 80%; S2D2 (stek batang dengan Rootone-F dosis 100 mg) yaitu sebesar 71.67%; S2D3 (stek batang dengan Rootone-F dosis 150 mg) dan S2D4 (stek batang dengan Rootone-F dosis 200 mg) yaitu sebesar 61.67%; dan terendah dihasilkan oleh stek dengan perlakuan S2D0 (stek batang dengan Rootone-F dosis 0 mg (kontrol)) yaitu sebesar 43.33%. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa pada stek pucuk, interaksi S1D4 (stek pucuk dengan pemberian Rootone-F dengan dosis 200 mg) menghasilkan persentase berakar terbesar; sedangkan pada stek batang, interaksi S2D1 (stek batang dengan pemberian Rootone-F dosis 50 mg) menghasilkan persentase berakar terbesar. Hasil ini menguatkan bahwa untuk memperoleh hasil yang maksimal menggunakan bahan stek pucuk maka dosis Rootone-F yang digunakan adalah 200 mg; sedangkan jika menggunakan bahan stek batang maka dosis Rootone-F yang digunakan adalah 50 mg. Pengguaan dosis Rootone-F diluar dosis tersebut pada masing-masing bahan stek yang digunakan di atas tidak dianjurkan karena menurunkan persentase berakar stek. Interaksi antara bahan stek dan dosis Rootone-F tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, tinggi pucuk baru, jumlah akar, rata-rata panjang akar,
64
berat basah pucuk, berat kering pucuk, berat basah akar, berat kering akar dan nisbah pucuk (NPA) akar stek Rasamala (A. excelsa) (Tabel 20). Pada Gambar 40 dapat dilihat bahwa NPA tertinggi dihasilkan oleh perlakuan S2D2 (stek batang dengan Rootone-F dosis 100 mg) yaitu 5.70; sedangkan terendah dihasilkan oleh perlakuan S1D4 (stek pucuk dengan RootoneF dosis 200 mg) yaitu 1.12. nilai NPA yang tinggi menunjukkan bahwa tunas cenderung lebih berkembang daripada akar. Perkembangan tunas yang jauh melebihi perkembagan akar dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam proses adaptasi terhadap lingkungan baru baik pada waktu aklimatisasi atau pada penanaman di lapangan. Hal ini berkaitan dengan kurang seimbangnya laju transpirasi dan penyerapan hara oleh akar dari dalam tanah. Pada kondisi NPA yang besar, umumnya stek memiliki kemampuan hidup di lapangan yang rendah apabila dibandingkan dengan stek dengan NPA yang lebih kecil. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa stek menggunakan bahan stek pucuk berapapun dosis Rootone-F yang diberikan menghasilkan persentase hidup >85%. Hal ini menunjukkan bahwa stek dengan bahan stek pucuk dapat dikatakan cukup berhasil walaupun tanpa pemberian Rootone-F sekalipun. Untuk stek yang menggunakan bahan stek batang, dapat dilihat bahwa stek dengan Rootone-F dosis 50 saja yang menghasilkan persentase hidup 80%, sedang yang lainnya menghasilkan persentase hidup <80% yaitu sebesar 43.3%-71.67%. Hal ini menunjukkan bahwa, untuk melakukan pembiakan vegetatif Rasamala (A. excelsa) menggunakan bahan stek batang harus diberikan Rootone-F dosis 50 mg agar optimal. Pemberian Rootone-F diluar dosis tersebut sangat tidak dianjurkan dalam stek Rasamala (A. excelsa) menggunakan bahan stek batang karena hormon menjadi bersifat inhibitor.
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian yaitu : 1. Pembiakan vegetatif Rasamala (A. excelsa) menggunakan stek pucuk lebih baik dibandingkan dengan stek batang. Stek pucuk Rasamala (A. excelsa) menghasilkan persentase hidup sebesar 97.33% dengan persentase berakar sebesar 93.67%; sedangkan stek batang Rasamala (A. excelsa) menghasilkan persentase hidup sebesar 77% dengan persentase berakar sebesar 63.67%. 2. Pemberian dosis Rootone-F pada stek Rasamala (A. excelsa) dengan dosis 50 mg menghasilkan persentase hidup (91.67%) dan persentase berakar (67.50%) yang terbaik. 3. Pembiakan vegetatif Rasamala (A. excelsa) dengan stek pucuk dapat dilakukan tanpa pemberian Rootone-F. Stek pucuk dengan pemberian Rootone-F menghasilkan persentase hidup sebesar 95%-100% dan persentase berakar sebesar 90%-96.67%. Pembiakan vegetatif Rasamala (A. excelsa) dengan stek batang dapat dilakukan dengan menggunakan Rootone-F dosis 50 mg untuk memperoleh hasil yang maksimal yaitu persentase hidup sebesar 88.33% dengan persentase berakar sebesar 80%. 5.2 Saran 1. Dalam
pembiakan
vegetatif
Rasamala
(A.
excelsa)
sebaiknya
menggunakan stek pucuk untuk memperoleh hasil yang optimal. Selain keberhasilannya yang cukup baik, stek Rasamala (A. excelsa) dengan stek pucuk dapat dilakukan tanpa pemberian hormon tambahan. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh media tanam terhadap keberhasilan pembiakan vegetatif Rasamala (A. excelsa) serta penelitian di lapangan tentang persentase hidup di lapangan hasil pembiakan vegetatif Rasamala (A. excelsa) setelah tahap aklimatisasi.
66
DAFTAR PUSTAKA ARS Systematic Botanists. 2007. Altingia excelsa. Kunsten. ed. 1,5, art. 2:9. 1790.
Verh. Batav: Genootsch.
Balai Kliring Keanekaragaman Hayati (BKKH). 2009. Rasamala (Altingia excelsa Noronha). http://clearinghouse.bplhdjabar.go.id/index.php?option=com content &view= article&id=293:rasamala&catid=58:cagar-alam-gunungtilu&Itemid=182. [ 12 Oktober 2009 ]. Budianto A. 1995. Studi Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Meranti Perang (Shorea leprosula Miq.) dengan Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh Tootone-F pada berbagai Media di HTI-Trans PT. Rimba Rokan Hulu Riau [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Chandra Y. 2005. Pengaruh Pemberian Rootone-F dan bahan stek terhadap Pertumbuhan Stek Mahoni Daun Besar (Swiethenia macrophylla King.) [skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Danu, Pramono AA, Siregar N. 2006. Atlas Benih Jilid VI: Perbanyakan Vegetatif Beberapa Jenis Tanaman Hutan. Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Perbenihan. Dephut. 2002. Informasi Singkat Benih. www.dephut.go.id [2 September 2008]. Hamidin, E. 1983. Pedoman Teknologi Benih. Jakarta: Pembimbing Masa. Harahap R. 1972. Percobaan Orientasi Pembiakan vegetatif Beberapa Jenis Pohon. Laporan No. 155. Bogor: Laporan Penelitian Hutan. Hartmann HT dan DE Kester. 1997. Plant Propagation Principle and Practise. 6th Ed. New Delhi : Prentice Hall International Inc. Englewood. Hidayanto M, Nurjanah S, Yossita F. 2003. Pengaruh Panjang Stek Akar dan Konsentrasi Natrium-Nitrofenol Terhadap Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis F.). http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id/FileUpload/ files/publikasi/jpptp62036.pdf. [24 Juli 2009]. Kramer PJ dan TT Kozlowski. 1960. Physiology of Trees. New York : Mc GrawHill Book Co. Inc. Kusuma AS. 2003. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F dan NAA terhadap Keberhasilan Tumbuh Stek Manglid (Magnolia blumei Prantl) [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
67
Mattjik AA dan Sumertanegara IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor : IPBPRESS Moko H. 2004. Teknik Perbanyakan Tanaman Hutan Secara Vegetatif. Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Informasi teknis Vol.2 No.1 Prastowo NH, JM Roshetko, GES Manurung, E Nugraha, JM. Tukan dan F Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. http://www.worldagroforestrycentre.org/sea. [16 Jui 2009]. Rochimi DK. 2008. Stek Pucuk dan Batang Biti Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Rohadi D, Djam’an DF, Aminah A, Sitorus R. 2005. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia, Jilid V. Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Perbenihan. Rohiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor: IPB. Smith WTM, Yasman L. 1988. System Stek dan Cabuatan untuk Pengadaan Bibit Dipterocarpaceae. Jakarta: balai Penelitian dan Pengambangan Kehutanan. Widiarsih S, Minarsih, Dzurrahmah, Wirawan B, Suwarno WB. 2008. Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Buatan. http://willy.situshijau.co.id. [15 September 2008]. Wudianto R. 2005. Membuat Stek, Cangkok dan Okuasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
68
LAMPIRAN
68
Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 2 2.5 3 10.60 2 3 3.2 1 10.80 3 2 4.5 4 6.60 4 3 2.5 2 9.55 5 2 4 2 11.35 6 2 3.5 4 4.78 7 3 1 3 7.8 8 2 2.4 4 5.58 9 3 3.2 4 13.5 10 2 2.4 6 5.7 1 11 2 3.1 5 6.88 12 M M M M 13 1 0.3 4 3.43 14 2 3.7 4 4.05 15 2 2 5 10.9 16 1 2.6 2 7.25 17 3 4 3 4.67 18 1 2.4 3 9.43 19 2 2.2 2 7.55 20 1 0.4 1 3.2 Rata-rata 2 2.79 4 7.74 S1D1 1 2 3.1 4 5.13 2 3 2.6 2 7.15 3 2 2.2 5 4.8 4 2 4.3 3 5.07 5 M M M M 6 2 1.9 6 4.68 7 1 0.2 3 4.03 8 4 2.3 3 4.73 9 2 3.2 1 6.7 10 1 0.4 4 4.23 2 11 3 4.4 7 5.76 12 2 2.3 5 6 13 2 3.7 1 8.4 14 2 1.3 2 6.25 15 3 3.6 2 5.6 16 2 3.4 3 4.6 17 M M M M 18 2 2.3 4 4.68 19 2 2.6 4 5.1 20 2 3.8 5 5.6 Rata-rata 2 2.64 4 5.47
69
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST.. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 2 2.8 10 13.31 2 3 4.8 2 19.53 3 4 3.6 6 14.20 4 2 2.8 4 7.80 5 3 2.6 6 15.14 6 2 2.8 9 8.34 7 2 3.2 3 13.00 8 3 2.7 6 9.71 9 3 5.9 9 17.18 10 3 3.2 2 6.13 3 11 3 5.5 1 9.20 S1D1 12 3 4 6 14.83 13 2 4.4 6 12.26 14 4 4.2 8 9.33 15 2 3.8 5 16.77 16 2 2.4 4 14.00 17 3 2.7 7 12.60 18 3 2.6 5 11.87 19 4 2.3 6 6.31 20 4 2.6 5 6.00 Rata-rata 3 3.45 6 11.88 1 2 1.5 3 4.17 2 3 1.5 3 5.20 3 3 1.6 4 8.35 4 3 3.2 9 4.74 5 3 2.5 8 10.39 6 4 2.8 3 4.73 7 2 3.4 2 3.45 8 3 3.2 2 8.95 9 2 3.8 2 7.80 10 2 3.1 5 7.78 1 S1D2 11 3 3.4 4 8.53 12 2 1.5 3 6.97 13 3 3.8 8 8.14 14 2 3 4 8.08 15 3 2.8 3 9.60 16 3 1.9 3 6.73 17 2 2.1 4 7.53 18 3 1.6 3 4.37 19 2 2.3 6 3.40 20 2 2 1 13.3 Rata-rata 3 2.55 4 7.11
70
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST.. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 2 2.5 1 3.2 2 2 3.2 7 4.63 3 3 1.4 6 7.64 4 2 1 4 7.88 5 3 2.5 3 14.6 6 3 3.3 3 11.4 7 3 3.2 5 9.44 8 M M M M 9 3 1.3 5 8.74 10 2 3.7 7 8.13 2 11 M M M M 12 1 0.3 2 8.75 13 2 2.1 4 4.33 14 3 2.5 5 9.64 15 3 3.4 2 10.35 16 2 1.3 6 6.63 17 2 0.8 6 4.55 18 2 1.8 5 2.04 19 3 2.3 9 5.19 20 2 1.8 5 4 Rata-rata 2 2.13 5 7.29 S1D2 1 3 3.8 2 12.2 2 3 2.2 6 7.22 3 3 3.6 8 4.64 4 1 0.5 3 4.03 5 3 3.4 5 5.84 6 2 1.5 1 3 7 3 3.6 2 13.5 8 1 1.6 0 0 9 2 3.6 4 6.65 10 3 1.4 5 6.84 3 11 2 1.2 2 3.8 12 3 3.5 7 7.19 13 4 2.5 5 8.5 14 3 2 4 7.95 15 3 3.9 5 7.58 16 2 1.7 4 6.85 17 3 1.3 5 13.08 18 2 2 4 4.2 19 3 2.4 2 2.05 20 3 2.2 3 4.43 Rata-rata 3 2.40 4 6.48
71
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST.. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 2 4.3 4 11.83 2 2 7.1 6 9.37 3 2 7.2 6 7.83 4 2 7.5 10 7.93 5 3 6 3 12.7 6 3 2.2 6 12.02 7 2 2.8 6 12.93 8 3 3.8 6 8.65 9 2 2.5 4 7 10 3 4 8 6.29 1 11 3 7 2 9.85 12 M M M M 13 2 1.9 3 2.47 14 2 1.5 4 10.1 15 2 3.6 3 7.23 16 2 2.4 4 5.63 17 3 5.6 5 8.38 18 2 0.8 6 7.07 19 2 3.2 6 5.15 20 3 2.2 5 4.62 Rata-rata 2 3.98 5 8.27 S1D3 1 3 3.4 7 7.84 2 3 2.1 4 6.75 3 3 3.1 7 7.13 4 2 3.5 3 7.93 5 3 2.4 6 7.8 6 3 2.2 3 6.07 7 2 1.8 7 7.96 8 M M M M 9 2 2.4 6 5.88 10 3 2.5 5 5.62 2 11 3 1.8 3 4.83 12 2 3.2 4 7.05 13 2 2.2 1 11.2 14 2 3.6 8 8.66 15 2 1.6 2 14.15 16 2 1.6 0 0 17 3 3.6 5 7.62 18 3 4.5 4 3.8 19 3 2.6 6 5.55 20 3 1.4 4 5.5 Rata-rata 3 2.61 4 6.91
72
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST.. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 3 3.2 7 8.11 2 3 3.6 7 9.34 3 4 3.5 6 6.53 4 3 4.3 6 7.45 5 3 2.6 5 8.76 6 2 3.7 9 6.64 7 3 2.8 7 10.71 8 2 5.6 9 5.93 9 3 3.2 6 8.38 10 3 5.8 5 8.92 3 11 2 3.1 5 4.44 S1D3 12 3 2.6 8 8.64 13 3 3.6 10 10.21 14 3 4.2 8 7.71 15 3 2.7 9 7.4 16 3 2.2 4 7.85 17 4 3.6 9 5.4 18 2 1.4 6 1.88 19 3 3.2 7 4.61 20 2 2.8 10 3.24 Rata-rata 3 3.39 7 7.11 1 3 2.6 3 11.47 2 2 2.4 6 8.25 3 2 7.5 5 4.1 4 2 7 4 6.6 5 2 3.2 2 7.25 6 3 4.3 5 6.6 7 2 2.4 7 7.34 8 3 4.8 4 5.38 9 2 1.9 3 11.9 10 2 2.4 7 7.07 1 11 2 2.8 4 10 S1D4 12 3 4.3 7 9.91 13 2 2.2 6 5.68 14 2 2.8 4 6.86 15 2 0.4 0 0 16 2 3 4 6.53 17 2 2.4 0 0 18 3 1.2 2 4.85 19 1 1.2 6 6.97 20 2 1 5 5.22 Rata-rata 2 2.99 4 6.60
73
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 2 4.2 6 10.4 2 3 2.6 6 8.95 3 3 3.4 7 8.03 4 3 4.4 8 10.56 5 2 1.8 7 11.54 6 3 3.2 8 8.8 7 2 2.8 1 2.3 8 3 3.5 9 7.48 9 2 1.6 8 5.59 10 2 2.3 5 7.3 2 11 2 2 6 7.77 12 2 1.5 3 3.33 13 2 1.6 0 0 14 3 2.1 10 7.62 15 2 1.8 0 0 16 2 1.3 3 6.83 17 2 1.8 3 9.43 18 2 2.1 5 5.74 19 3 3.32 3 3.4 20 2 1.57 4 4.45 Rata-rata 2 2.44 5 6.48 S1D4 1 3 5.1 5 11.48 2 3 4.2 6 8.82 3 3 5.6 8 8.45 4 3 3.4 7 8.84 5 3 3.2 4 4.45 6 2 4 1 9.8 7 2 3.6 7 8.61 8 3 3.8 6 8.33 9 1 3 5 8.6 10 2 3.3 4 8.75 3 11 3 2 0 0 12 3 2.3 7 7.8 13 2 3.4 3 4.57 14 3 3.2 4 6.83 15 1 3.5 4 7.93 16 0 0 4 4.28 17 2 3.14 3 11.67 18 2 2.2 3 3.03 19 3 2.1 3 2.73 20 3 2 6 6.78 Rata-rata 2 3.15 5 7.09
74
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 2 3.5 5 9 2 2 3.8 5 4.82 3 3 2.3 4 14.93 4 2 2.7 8 7.44 5 2 1.2 6 5.58 6 3 4.6 4 7.5 7 2 1.3 5 7.76 8 2 0.8 4 8.7 9 3 1 3 5.63 10 2 1 2 10.8 1 11 3 1.7 3 7.5 12 3 0.5 3 11.43 13 3 0.6 7 6.86 14 2 1.3 5 7.28 15 2 0.5 7 8.83 16 3 2.4 4 9.45 17 2 1.2 5 9.2 18 3 1.9 4 4.28 19 3 2.5 7 4.77 20 2 4.3 1 12.3 Rata-rata 2 1.96 5 8.20 S1D5 1 4 5.5 5 8.68 2 2 1 3 5.67 3 2 3.5 4 7.73 4 2 5.4 5 8 5 2 2.4 3 5.3 6 2 2.6 7 4.4 7 3 2.3 8 9.24 8 2 4.5 7 10.31 9 2 2.1 7 9.51 10 3 3.6 5 6.04 2 11 3 3.1 5 7.3 12 2 1.6 4 8.4 13 2 1.8 5 8.72 14 2 3.6 1 10.9 15 3 2.3 3 6.63 16 2 6 2 12.3 17 2 1 4 4.85 18 3 1.2 0 0 19 2 3.5 4 3.28 20 2 4.8 6 3.85 Rata-rata 2 3.09 4 7.06
75
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 3 2.4 4 7.68 2 3 1.6 6 4.5 3 3 4.1 4 4.7 4 3 2.6 8 8.98 5 3 5.5 4 3.93 6 2 3.1 5 10.1 7 M M M M 8 3 2.6 4 5.6 9 2 1.6 4 8.38 10 3 2.3 4 9.63 3 11 3 2.5 5 6.12 S1D5 12 3 3.8 7 12.09 13 2 2 2 5.55 14 3 2 5 7.7 15 2 2.8 5 7.68 16 2 3.6 4 12.53 17 3 2.4 5 5.6 18 2 1.8 5 4.12 19 2 1.9 4 2.93 20 2 2.3 4 6.23 Rata-rata 3 2.68 5 7.06 1 1 0.3 0 0 2 2 2.6 3 8.07 3 3 2 2 8.25 4 2 2.6 4 7.75 5 3 2.3 4 3.93 6 M M M M 7 M M M M 8 1 0.2 0 0 9 3 1.4 0 0 10 2 1.3 1 5.4 1 11 M M M M S2D1 12 M M M M 13 2 1.8 2 2.9 14 M M M M 15 0 0 0 0 16 3 2.1 3 3.9 17 4 1.42 5 4.28 18 0 0 0 0 19 M M M M 20 M M M M Rata-rata 2 1.39 2 3.42
76
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 1 0.2 0 0 2 M M M M 3 2 1.2 5 5.88 4 2 1.3 5 10.1 5 M M M M 6 2 3.2 6 7.28 7 2 1.4 3 4.83 8 M M M M 9 M M M M 10 M M M M 2 11 1 0.1 0 0 12 M M M M 13 M M M M 14 M M M M 15 3 3.4 6 8.32 16 2 1.2 1 10.8 17 0 0 0 0 18 M M M M 19 M M M M 20 3 3.6 1 2 Rata-rata 2 1.33 3 5.25 S2D1 1 3 2.4 5 10.14 2 2 5.8 2 2.55 3 3 3.2 2 8.3 4 3 3.4 2 8.35 5 4 4.6 6 7.27 6 0 0 0 0 7 0 0 2 3.2 8 3 3.6 3 3 9 M M M M 10 M M M M 3 11 2 1.8 1 2 12 3 2.4 2 2.55 13 1 0.2 5 5.3 14 1 0.1 3 2.23 15 2 0.6 0 0 16 M M M M 17 0 0 0 0 18 2 2.4 0 0 19 2 2 0 0 20 4 3.7 0 0 Rata-rata 2 2.13 2 3.23
77
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 M M M M 2 1 0.3 1 5 3 4 2.5 3 8.73 4 M M M M 5 3 1.9 2 5.2 6 2 1.5 2 4 7 3 1.4 1 5.8 8 2 0.3 0 0 9 3 1.2 2 11.5 10 M M M M 1 11 4 2.3 3 4.57 12 3 4 3 4.8 13 2 3.8 3 6.9 14 2 1.8 3 5.83 15 2 1.2 3 9.07 16 2 1.6 2 5.83 17 2 1.4 2 9.25 18 1 2.8 6 1.7 19 2 2.32 9 3.86 20 M M M M Rata-rata 2 2.05 0 0.65 S2D2 1 3 3.2 1 3.2 2 M M M M 3 2 5.6 9 7.93 4 2 3 6 3.98 5 3 3.5 3 6.67 6 2 2.8 2 6.45 7 M M M M 8 2 3.8 3 5.37 9 3 1.7 4 8.13 10 3 2.1 5 4.6 2 11 2 2.6 2 5.65 12 2 2.4 1 11.9 13 4 0.8 5 5.12 14 3 3.8 4 10.48 15 M M M M 16 2 3.3 3 8 17 2 1.1 1 2.3 18 3 2.1 0 0 19 2 2.8 1 8.4 20 3 2.8 3 3.63 Rata-rata 3 2.79 3 5.99
78
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 3 2.2 2 12 2 2 0.3 0 0 3 4 5.2 6 5.32 4 M M M M 5 4 2.2 4 8.28 6 3 4.6 3 7.4 7 4 5.2 2 4.7 8 M M M M 9 2 1.6 1 10.2 10 3 1.7 5 2.82 3 11 2 1.2 5 3.78 S2D2 12 3 3 5 8.32 13 3 5.3 8 6.64 14 3 2.4 4 6.78 15 4 1.8 1 3.2 16 3 3.2 5 9.62 17 1 0.1 3 4.83 18 2 3.2 8 4.66 19 2 2 1 1.4 20 2 2.4 1 1.6 Rata-rata 3 2.64 4 5.64 1 2 1.9 0 0 2 2 2.5 4 4.75 3 1 0.5 1 1.2 4 3 1.8 3 9.83 5 M M M M 6 M M M M 7 3 2.6 4 7.35 8 M M M M 9 2 2.2 5 10.6 10 2 1.2 3 6.9 1 11 3 2.2 5 7.75 S2D3 12 3 2.3 4 4.23 13 1 1.3 0 0 14 3 2.8 6 3.72 15 M M M M 16 1 0.2 0 0 17 2 1.7 3 6.73 18 3 1 1 10.6 19 1 0.4 6 4.15 20 2 4 3 2.97 Rata-rata 2 1.79 3 5.05
79
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 4 3 4 3.9 2 3 2.4 4 7.66 3 3 4.2 3 8.47 4 3 4.4 9 8.67 5 0 0 0 0 6 M M M M 7 M M M M 8 3 1.6 5 4.36 9 6 1.8 5 5.18 10 3 2.8 2 7.5 2 11 2 1.6 4 7.15 12 2 1 5 5.32 13 3 2.4 2 9.3 14 3 2.1 5 8.26 15 3 2.2 2 7.9 16 2 1.1 3 4.07 17 3 1.6 3 3.57 18 2 2 3 5.8 19 2 2.3 3 3.3 20 M M M M Rata-rata 3 2.15 4 5.91 S2D3 1 2 3.8 5 8.22 2 3 2.5 2 11.5 3 2 2.6 2 5.1 4 3 1.8 4 1.58 5 4 3.5 6 5.68 6 3 1.6 5 10.5 7 M M M M 8 M M M M 9 2 1.9 4 4.1 10 M M M M 3 11 M M M M 12 1 0.7 5 3.7 13 2 3.3 3 4.23 14 0 0 0 0 15 2 1.5 2 4.1 16 3 3 1 5.6 17 2 4.1 6 8.48 18 1 0.2 0 0 19 4 2.5 3 3.5 20 3 1.7 2 3.85 Rata-rata 2 2.17 3 5.01
80
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 1 0.1 0 0 2 3 2.6 6 5.83 3 3 2.5 5 8.38 4 M M M M 5 M M M M 6 M M M M 7 1 0.3 1 1.5 8 3 5 7 7.91 9 3 1.8 6 5.62 10 M M M M 1 11 2 1.4 0 0 12 2 0.8 0 0 13 1 0.2 2 3.5 14 2 3.1 2 4.5 15 M M M M 16 M M M M 17 2 2.4 1 7.1 18 3 2.1 5 9.94 19 2 2.6 4 4.8 20 3 5 5 4.55 Rata-rata 2 2.14 3 4.55 S2D4 1 4 2.1 1 4.5 2 3 2.2 9 7.73 3 3 5.6 4 8.05 4 2 5.4 5 7.4 5 M M M M 6 2 3.2 4 8.28 7 M M M M 8 3 2.6 4 4.13 9 3 4 6 4.8 10 M M M M 2 11 2 0.9 1 1.5 12 0 0 0 0 13 2 2.5 0 0 14 2 1.2 0 0 15 2 1.2 1 5.3 16 M M M M 17 2 3.2 1 4.5 18 3 2.7 1 5.9 19 2 1.6 4 7.58 20 M M M M Rata-rata 2 2.53 3 4.64
81
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun Pucuk (cm) Akar Akar (cm) 1 3 4.5 6 6.25 2 3 3.6 7 6.69 3 3 2.6 6 7.68 4 4 5.6 5 8.02 5 1 0.3 2 7.1 6 1 0.2 0 0 7 2 1.6 2 5.5 8 4 3.2 2 7 9 M M M M 10 3 1.4 3 10.6 3 11 2 4.1 5 7.4 S2D4 12 3 2.4 2 2.85 13 3 3.8 4 5.9 14 1 0.3 0 0 15 M M M M 16 M M M M 17 M M M M 18 5 2.6 1 8.4 19 2 1.5 1 1.8 20 2 1.6 3 3.87 Rata-rata 3 2.46 3 5.57 1 4 3.5 4 3.8 2 3 2.1 0 0 3 3 2 0 0 4 M M M M 5 3 3 2 7.05 6 3 2.3 3 2.37 7 3 1.5 3 3.8 8 2 2.3 1 3 9 M M M M 10 0 0 4 9.85 1 11 4 1.3 0 0 S2D5 12 5 4 8 9.76 13 2 2.3 2 11.65 14 2 4.1 4 2.95 15 2 1.6 4 4.43 16 M M M M 17 M M M M 18 4 1.9 0 0 19 3 3.2 2 4.65 20 0 0 3 7.07 Rata-rata 3 2.19 3 4.40
82
Lanjutan Lampiran 1. Pengamatan jumlah daun, tinggi pucuk, jumlah akar dan panjang akar stek Rasamala umur 18 MST. Unit Jumlah Tinggi Pucuk Jumlah Panjang Perlakuan Ulangan Ulangan Daun (cm) Akar Akar (cm) 1 3 3.2 2 9.35 2 3 3.3 2 4.35 3 M M M M 4 M M M M 5 3 2.5 6 5.42 6 3 1.7 6 6.25 7 M M M M 8 5 9.6 4 6.6 9 0 0 0 0 10 1 1.5 2 7 2 11 M M M M 12 3 1.6 4 8.13 13 M M M M 14 3 1.7 4 10.5 15 3 2.3 4 3.78 16 2 2 3 4.2 17 3 3 2 5.9 18 2 2 0 0 19 2 0.8 3 2.47 20 4 3.2 1 3 Rata-rata 3 2.56 3 5.13 S2D5 1 3 1.8 2 4.35 2 M M M M 3 0 0 0 0 4 2 1 2 3.95 5 4 3.6 7 6.24 6 2 3.4 3 9 7 M M M M 8 3 2.8 4 1.95 9 1 0.1 1 11.4 10 M M M M 3 11 M M M M 12 2 1.2 1 10.8 13 2 2.1 4 7.65 14 3 2.8 3 5.1 15 2 1.8 4 5.25 16 M M M M 17 M M M M 18 4 3.2 3 0.7 19 2 1.2 2 1.1 20 2 1 0 0 Rata-rata 2 1.86 3 4.82
83
Keterangan : S1 : Stek Pucuk S2 : Stek Batang
; ;
D1: Rootone-F 0 gram/100 ml D2: Rootone-F 50 gram/100 ml D3: Rootone-F 100 gram/100 ml D4: Rootone-F 150 gram/100 ml D5 : Rootone-F 200 gram/100 ml
84
Lampiran 2. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase hidup (%). Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 95 65 160.00 80.00 D0 2 90 50 140.00 70.00 80.83 3 100 85 185.00 92.50 Jumlah 285.00 200.00 Rata-rata 95.00 66.67 1 100 90 190.00 95.00 D1 2 90 85 175.00 87.50 91.67 3 95 90 185.00 92.50 Jumlah 285.00 265.00 Rata-rata 95.00 88.33 1 100 80 180.00 90.00 D2 2 95 85 180.00 90.00 90.00 3 100 80 180.00 90.00 Jumlah 295.00 245.00 Rata-rata 98.33 81.67 1 100 70 170.00 85.00 D3 2 100 75 175.00 87.50 86.67 3 95 80 175.00 87.50 Jumlah 295.00 225.00 Rata-rata 98.33 75.00 1 100 80 180.00 90.00 D4 2 100 75 175.00 87.50 86.67 3 100 65 165.00 82.50 Jumlah 300.00 220.00 871.67 Rata-rata 100.00 73.33 87.17 Rata-rata total
97.33
77.00
87.17
85
Lampiran 3. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap persentase berakar (%). Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 85 40 125.00 62.50 D0 2 90 35 125.00 62.50 67.50 3 100 55 155.00 77.50 Jumlah 275.00 130.00 Rata-rata 91.67 43.33 1 100 75 175.00 87.50 D1 2 90 80 170.00 85.00 87.50 3 95 85 180.00 90.00 Jumlah 285.00 240.00 Rata-rata 95.00 80.00 1 95 65 160.00 80.00 D2 2 90 80 170.00 85.00 83.33 3 100 70 170.00 85.00 Jumlah 285.00 215.00 Rata-rata 95.00 71.67 1 95 55 150.00 75.00 D3 2 90 60 150.00 75.00 75.83 3 100 70 170.00 85.00 Jumlah 285.00 185.00 Rata-rata 95.00 61.67 1 100 60 160.00 80.00 D4 2 95 65 160.00 80.00 79.17 3 95 60 155.00 77.50 Jumlah 290.00 185.00 786.67 Rata-rata 96.67 61.67 79.17 Rata-rata total
93.67
63.67
79.17
86
Lampiran 4. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap jumlah daun. Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 2 2 4 2 D0 2 2 2 4 2 3 3 3 2 5 3 Jumlah 7 6 Rata-rata 2 2 1 3 3 6 3 D1 2 2 3 5 3 3 3 3 3 6 3 Jumlah 8 9 Rata-rata 3 3 1 2 2 4 2 D2 2 3 3 6 3 3 3 3 2 5 3 Jumlah 8 7 Rata-rata 3 2 1 2 2 4 2 D3 2 2 2 4 2 2 3 2 3 5 3 Jumlah 6 7 Rata-rata 2 2 1 2 3 5 3 D4 2 2 3 5 3 3 3 3 2 5 3 Jumlah 7 8 Rata-rata 2 3 2 Rata-rata total
2
3
2
87
Lampiran 5. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap tinggi pucuk (cm). Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 2.84 1.73 4.57 2.29 D0 2 1.51 3.45 4.96 2.48 2.43 3 2.94 2.13 5.07 2.54 Jumlah 7.29 7.31 Rata-rata 2.43 2.44 1 2.59 2.75 5.34 2.67 D1 2 1.87 2.40 4.27 2.14 2.42 3 2.24 2.64 4.88 2.44 Jumlah 6.70 7.79 Rata-rata 2.23 2.60 1 3.98 2.15 6.13 3.07 D2 2 1.79 3.39 5.18 2.59 2.68 3 2.61 2.17 4.78 2.39 Jumlah 8.38 7.71 Rata-rata 2.79 2.57 1 2.99 2.56 5.55 2.78 D3 2 2.14 3.15 5.29 2.65 2.63 3 2.44 2.51 4.95 2.48 Jumlah 7.57 8.22 Rata-rata 2.52 2.74 1 1.96 2.56 4.52 2.26 D4 2 2.19 2.68 4.87 2.44 2.39 3 3.09 1.86 4.95 2.48 Jumlah 7.24 7.10 25.10 Rata-rata 2.41 2.37 25.10 2.51 Rata-rata total
2.48
2.54
2.51
88
Lampiran 6. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap jumlah akar. Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 3 2 5 3 D0 2 4 3 7 4 3 3 6 2 8 4 Jumlah 13 7 Rata-rata 4 2 1 4 3 7 4 D1 2 5 3 8 4 4 3 4 4 8 4 Jumlah 13 10 Rata-rata 4 3 1 5 3 8 4 D2 2 4 4 8 4 4 3 7 3 10 5 Jumlah 16 10 Rata-rata 5 3 1 4 3 7 4 D3 2 5 3 8 4 4 3 5 3 8 4 Jumlah 14 9 Rata-rata 5 3 1 5 3 8 4 D4 2 4 3 7 4 4 3 5 3 8 4 Jumlah 14 9 38 Rata-rata 5 3 4 Rata-rata total
5
3
4
89
Lampiran 7. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap panjang akar (cm). Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 7.56 3.42 10.98 5.49 D0 2 5.47 4.92 10.39 5.20 6.08 3 11.88 3.23 15.11 7.56 Jumlah 24.91 11.57 Rata-rata 8.30 3.86 1 7.11 5.75 12.86 6.43 D1 2 7.28 5.99 13.27 6.64 6.38 3 6.48 5.64 12.12 6.06 Jumlah 20.87 17.38 Rata-rata 6.96 5.79 1 8.26 5.05 13.31 6.66 D2 2 6.91 5.91 12.82 6.41 6.38 3 7.11 5.01 12.12 6.06 Jumlah 22.28 15.97 Rata-rata 7.43 5.32 1 6.67 4.55 11.22 5.61 D0 2 6.48 4.64 11.12 5.56 5.83 3 7.10 5.56 12.66 6.33 Jumlah 20.25 14.75 Rata-rata 6.75 4.92 1 8.20 4.46 12.66 6.33 D4D3 2 7.06 5.13 12.19 6.10 6.18 3 7.05 5.19 12.24 6.12 Jumlah 22.31 14.78 61.69 Rata-rata 7.44 4.93 6.17 Rata-rata total
7.37
4.96
6.17
90
Lampiran 8. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat basah pucuk (gram). Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 1.738 1.583 3.321 1.661 D0 2 3.362 0.536 3.898 1.949 1.677 3 1.85 0.993 2.843 1.422 Jumlah 6.950 3.112 Rata-rata 2.317 1.037 1 0.573 0.749 1.322 0.661 D1 2 2.683 0.837 3.520 1.760 1.318 3 0.714 2.349 3.063 1.532 Jumlah 3.970 3.935 Rata-rata 1.323 1.312 1 1.431 1.923 3.354 1.677 D2 2 0.752 0.947 1.699 0.850 1.316 3 1.267 1.578 2.845 1.423 Jumlah 3.450 4.448 Rata-rata 1.150 1.483 1 3.168 3.672 6.840 3.420 D3 2 1.416 1.638 3.054 1.527 2.419 3 1.874 2.748 4.622 2.311 Jumlah 6.458 8.058 Rata-rata 2.153 2.686 1 0.632 0.648 1.280 0.640 D4 2 0.898 0.572 1.470 0.735 0.745 3 1.035 0.684 1.719 0.860 Jumlah 2.565 1.904 14.950 Rata-rata 0.855 0.635 1.495 Rata-rata total
1.560
1.430
1.495
91
Lampiran 9. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat kering pucuk (gram). Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 0.890 0.344 1.234 0.617 D0 2 0.711 0.486 1.197 0.599 0.543 3 0.494 0.332 0.826 0.413 Jumlah 2.095 1.162 Rata-rata 0.698 0.387 1 0.568 0.747 1.315 0.657 D1 2 0.692 0.558 1.250 0.625 0.625 3 0.782 0.404 1.185 0.593 Jumlah 2.042 1.708 Rata-rata 0.681 0.569 1 0.343 0.627 0.970 0.485 D2 2 0.645 0.690 1.335 0.668 0.558 3 0.696 0.347 1.043 0.522 Jumlah 1.684 1.664 Rata-rata 0.561 0.555 1 0.752 0.568 1.320 0.660 D3 2 0.568 0.581 1.148 0.574 0.605 3 0.412 0.752 1.164 0.582 Jumlah 1.732 1.901 Rata-rata 0.577 0.634 1 0.610 0.231 0.841 0.420 D4 2 0.690 0.330 1.019 0.510 0.489 3 0.670 0.404 1.073 0.537 Jumlah 1.970 0.964 5.640 Rata-rata 0.657 0.321 0.564 Rata-rata total
0.635
0.493
0.564
92
Lampiran 10. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat basah akar (gram). Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 1.234 0.358 1.592 0.796 D0 2 0.862 0.528 1.390 0.695 0.644 3 0.538 0.345 0.883 0.442 Jumlah 2.634 1.231 Rata-rata 0.878 0.410 1 0.638 0.926 1.564 0.782 D1 2 0.829 0.624 1.453 0.727 0.740 3 0.993 0.427 1.420 0.710 Jumlah 2.460 1.977 Rata-rata 0.820 0.659 1 0.357 0.724 1.081 0.541 D2 2 0.753 0.825 1.578 0.789 0.643 3 0.835 0.362 1.197 0.599 Jumlah 1.945 1.911 Rata-rata 0.648 0.637 1 0.935 0.638 1.573 0.787 D3 2 0.638 0.656 1.294 0.647 0.707 3 0.437 0.936 1.373 0.687 Jumlah 2.010 2.230 Rata-rata 0.670 0.743 1 0.699 0.235 0.934 0.467 D4 2 0.825 0.342 1.167 0.584 0.553 3 0.792 0.427 1.219 0.610 Jumlah 2.316 1.004 6.573 Rata-rata 0.772 0.335 0.657 Rata-rata total
0.758
0.557
0.657
93
Lampiran 11. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap berat kering akar (gram). Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 0.227 0.053 0.280 0.140 D0 2 0.163 0.093 0.256 0.128 0.117 3 0.095 0.073 0.168 0.084 Jumlah 0.485 0.219 Rata-rata 0.162 0.073 1 0.112 0.159 0.271 0.136 D1 2 0.135 0.135 0.270 0.135 0.133 3 0.183 0.074 0.257 0.129 Jumlah 0.430 0.368 Rata-rata 0.143 0.123 1 0.053 0.122 0.175 0.088 D2 2 0.104 0.163 0.267 0.134 0.106 3 0.137 0.057 0.194 0.097 Jumlah 0.294 0.342 Rata-rata 0.098 0.114 1 0.177 0.112 0.289 0.145 D3 2 0.104 0.118 0.222 0.111 0.124 3 0.084 0.148 0.232 0.116 Jumlah 0.365 0.378 Rata-rata 0.122 0.126 1 0.094 0.068 0.162 0.081 D4 2 0.168 0.049 0.217 0.109 0.095 3 0.117 0.074 0.191 0.096 Jumlah 0.379 0.191 1.150 Rata-rata 0.126 0.064 0.115 Rata-rata total
0.130
0.100
0.115
94
Lampiran 12. Pengaruh bahan stek dan dosis Rootone-F terhadap nisbah pucuk akar. Bahan Stek Dosis Ulangan Jumlah Rata-rata Rata-rata total S1 S2 1 2.10 10.81 12.91 6.46 D0 2 4.59 0.89 5.48 2.74 4.39 3 5.60 2.37 7.97 3.98 Jumlah 12.29 14.07 Rata-rata 4.10 4.69 1 1.64 0.77 2.41 1.21 D1 2 4.32 1.21 5.53 2.76 2.53 3 0.76 6.51 7.27 3.64 Jumlah 6.72 8.49 Rata-rata 2.24 2.83 1 8.75 5.21 13.97 6.98 D2 2 1.32 1.67 2.99 1.50 5.11 3 3.51 10.21 13.72 6.86 Jumlah 13.58 17.10 Rata-rata 4.53 5.70 1 3.92 6.45 10.36 5.18 D3 2 3.36 2.93 6.29 3.14 4.87 3 7.49 5.05 12.54 6.27 Jumlah 14.76 14.43 Rata-rata 4.92 4.81 1 1.13 1.97 3.10 1.55 D4 2 1.09 3.84 4.93 2.46 1.72 3 1.13 1.19 2.32 1.16 Jumlah 3.35 7.00 37.26 Rata-rata 1.12 2.33 3.73 Rata-rata total
3.38
Keterangan : S1 : Stek Pucuk S2 : Stek Batang
4.07 ; ;
3.73 D1: Rootone-F 0 gram/100 ml D2: Rootone-F 50 gram/100 ml D3: Rootone-F 100 gram/100 ml D4: Rootone-F 150 gram/100 ml D5 : Rootone-F 200 gram/100 ml