STUDI TENTANG PERLAKUAN PERENDAMAN STEK BATANG KELOR (Moringa oleifera. L) PADA AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera) DAN PADA EKSTRAK REBUNG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper)
Oleh : DANNY CUSLIAN YAKUB NIM. 130500007
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
STUDI TENTANG PERLAKUAN PERENDAMAN STEK BATANG KELOR (Moringa oleifera. L) PADA AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera) DAN PADA EKSTRAK REBUNG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper)
Oleh : DANNY CUSLIAN YAKUB NIM. 130500007
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
STUDI TENTANG PERLAKUAN PERENDAMAN STEK BATANG KELOR (Moringa oleifera. L) PADA AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera) DAN PADA EKSTRAK REBUNG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper)
Oleh : DANNY CUSLIAN YAKUB NIM. 130500007
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: STUDI TENTANG PERLAKUAN PERENDAMAN
STEK BATANG KELOR (Moringa oleifera. L) PADA AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera ) DAN PADA EKSTRAK REBUNG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper)
Nama
: Danny CuslianYakub
NIM
: 130 500 007
Program Studi
: PengelolaanHutan
Jurusan
: ManajemenPertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Elisa Herawati, S. Hut, MP NIP.197103051995122001
Ir. Gunanto NIP. 195709051987031001
Ir. Muhammad. Nasir, MP NIP. 19611220 198803 1 002
Menyetujui,
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan
Ketua Jurusan Manajemen Petanian
Agustina Murniyati, S. Hut. MP NIP. 197208031998022001
Ir. M. Masrudy, MP NIP. 196008051988031003
Lulus ujian pada tanggal :
ABSTRAK
DANNY CUSLIAN YAKUB. Studi Tentang Perlakuan Perendaman Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L) Pada Air Kelapa Muda (Cocos nucifera) dan Pada Ekstrak Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper) (dibawah bimbingan Elisa Herawati). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tanaman kelor bagi komunitas masyarakat Indonesia umumnya belum jadi perhatian, walaupun ada yang secara individual memanfaatkan daunnya untuk sayur. Tujuan penelitian adalah untuk dapat mengetahui pengaruh perendaman pada larutan air kelapa muda, dan pada larutan ekstrak rebung bambu betung terhadap keberhasilan tumbuh stek batang tanaman kelor (Moringaoleifera. L). Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu, yaitu terhitung sejak tanggal 14 Juli 2016 sampai dengan 03 Agustus 2016. Tempat penelitian di areal persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jl. Samratulangi. RT 34, Kelurahan Gunung Panjang Kecamatan Samarinda Seberang. Penelitian ini terdiri dari tiga perlakuan yaitu, stek batang tanaman kelor dengan perendaman larutan air kelapa muda (K), perendaman dengan larutan ekstrak rebung bambu betung (R), dan tanpa perendaman (X). Jumlah stek batang tanaman kelor yang diamati sebanyak 105 stek dengan masing-masing perlakuan berjumlah 35 stek batang kelor. Pengamatan dilakukan setiap hari selama penelitian pada pukul 09.00 wita setelah ditanam. Adapun pengolahan data yang digunakan untuk mencari persentase hidupnya menggunakan rumus: P= perlakuan.
x100% dimana n adalah jumlah stek per
Untuk mencari nilai rata-ratanya menggunakan rumus: dimana n adalah jumlah stek per perlakuan. Dan untuk menghitung nilai rata-rata diameter stek per batang menggunakan rumus: = d1+d2 2 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perendaman pada larutan ekstrak rebung bambu betung (R) menunjukkan nilai tertinggi yaitu: 29 stek (tumbuh 68 tunas) dengan persentase hidup: 82,86%. Sedangkan kontrol (X) memiliki nilai terendah yaitu: 11 stek (tumbuh 31 tunas), dengan persentase hidup: 31,43% dan pada perendaman larutan air kelapa muda (K) diperoleh nilai: 21 stek (tumbuh 37 tunas), dengan persentase hidup: 60,00%. Kata kunci : Air kelapa muda, ekstrak Rebung bambu betung, Stek Batang, Tanaman Kelor
RIWAYAT HIDUP
Danny Cuslian Yakub, lahir pada tanggal 03 Desember 1992, di Kecamatan Loa Janan Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak Pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak almarhum Chusno
Ibu Elly Matni Njau.
Memulai pendidikan dasar pada tahun 1999 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 003 Loa Duri dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) ADVENT Samarinda
dan lulus pada tahun 2010. Kemudian
melanjutkan lagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Sendawar Kabupaten Kutai Barat dan lulus pada tahun 2013. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada Program Studi Pengelolaan Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian. Aktif dalam organisasi HIMA Pengelolaan Hutan sebagai Anggota periode 2014/2015. Pada tanggal 5 Maret sampai 5 Mei 2016 mengikuti program PKL (Praktik Kerja Lapang) di PT. Wana Bakti Persada Utama di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan
rahmat,
dan
hidayah-Nya.
Akhirnya
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah ini, dengan judul: Studi Tentang Perlakuan Perendaman Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L) Pada Air Kelapa Muda (Cocos nucifera) dan Pada Ekstrak Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper). Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis selama 21 hari, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Kehutanan pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, Penulis tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak , untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Elisa Herawati S.Hut, MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah 2. Bapak Ir. Gunanto, selaku Dosen Penguji I 3. Bapak Ir. Muhammad Nasir, MP selaku Dosen Penguji II 4. Ibu Agustina Murniyati,Shut, MP selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan. 5. Ir. M. Masrudy. MP, selaku Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan 6. Ir. Hasanudin. MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 7. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi moril maupun materil kepada penulis. 8. Kepada
teman-teman
angkatan
2013
yang
telah
membantu
dalam
pembuatan Karya Ilmiah Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Harapan penulis Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin
Danny Cuslian Yakub Kampus Gunung Panjang, 2016
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbanyakan Vegetatif Dengan Stek B. Tinjauan Umum Tanaman Kelor C. Zat Pengatur Tumbuh D. Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper) E. Pengertian Tunas F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stek
3 3 5 11 12 21 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Alat dan Bahan C. Prosedur Penelitian
25 25 25 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan
31 31 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran
35 35 35
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
39
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Lampiran
Halaman
1. Pengisian Polybag
47
2. Pengambilan Bahan Baku Batang Kelor
47
3. Pengukuran Panjang Stek Batang Kelor
48
4. Pengukuran Diameter Stek Batang Kelor
48
5. Proses Pemotongan Stek Batang Kelor
49
6. Stek Batang Kelor
49
7. Perendaman Stek Batang Kelor pada Air Kelapa Muda
50
8. Perendaman Stek Batang Kelor Pada Ekstrak Rebung Bambu Betung 50 9. Pembuatan Lubang Tanam
51
10. Penanaman
51
11. Pengukuran Suhu
52
12. Pemasangan Nomor Pada Polybag
52
13. Penyiangan
53
14. Pemasangan Tusuk Gigi
53
15. Pengambilan Data
54
16. Penyiraman
54
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Jumlah Stek Batang Kelor Yang Tumbuh
31
2. Jumlah Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Kelor
32
3. Persentase Hidup Stek Batang Kelor
33
4. Diameter Stek Batang Kelor
33
Lampiran 5. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Tanaman Kelor Dengan Menggunakan Air Kelapa Muda.
40
6. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor Dengan Menggunakan Air Kelapa Muda Selama 3 Minggu
41
7. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Tanaman Kelor Dengan Menggunakan Ekstrak Rebung. 42 8. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor Dengan Menggunakan Ekstrak Rebung.
43
9. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Tanaman Kelor Tanpa Menggunakan Apapun Sebagai Kontrol Selama 3 Minggu 44 10. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor (Moringa oleifera.L) 45 11. Pengukuran suhu di areal persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
46
BAB I PENDAHULUAN
Pohon kelor bagi komunitas masyarakat Indonesia umumnya belum jadi perhatian, walaupun ada yang secara individual memanfaatkan daunnya untuk sayur. Ini pun tujuannya sekedar untuk mendapatkan sayur murah yang tidak perlu membeli karena ti nggal memetik di kebun perkarangan rumah. Mereka memanfaatkan daun kelor terutama daunnya merupakan sumber gizi yang unggul. Kalau kita cermati penelitian - penelitian terhadap pohon kelor yang dilakukan di beberapa negara sedang berkembang maupun negara-negara maju, tidak termasuk Indonesia, sungguh sangat menarik bagian pohon kelor, teruta ma daun dan minyak biji kelor, merupakan komoditas perdagangan yang mempunyai nilai tinggi. Perkembangan yang akhir-akhir ini terjadi di Afrika, bahwa pohon kelor telah menjadi basis utama dalam memerangi kondisi gizi - kurang, lapar - gizi dan berbagai problem kesehatan masyarakat.
Hal itu tidak lepas dari apa yang
dicanangkan oleh Sekjen PBB, Kofi Annan, yang orang Afrika. Kofi Annan terobsesi untuk mengentaskan 200 juta penduduk Afrika dari berbagai masalah serius yang mereka hadapi. Tidak hanya kondisi gizi-kurang, tapi juga berbagai penyakit
menular
seperti
HIV-AIDS.
Dalam
program
MDGs
(Melinium
Development Goals) di Afrika ditargetkan bahwa di tahun 2015 akan terjadi perubahan yang lebih baik, keluar dari kondisi gizi - kurang dan kelaparan. Kofi Annan mencanangkan semboyan revolusi hijau (Green Revalution). Revolusi hijau di Afrika berbeda dengan pemahaman revolusi hijau di Eropa abad 19. Semboyannya adalah mengoptimalkan kekayaan hijauan indigenous sebagai basis dalam mengatasi kel aparan dan kondisi gizi kurang serta berbagai masalah kesehatan. Sumber daya hijauan pohon kelor menjadi prioritas untuk mendukung
2
seruan Kofi Annan. Gagasan ini di tindak lanjuti oleh masyarakat Afrika dalam program khusus pemerintah dan NGO. Jadi tidak mengherankan kalau saat ini pohon kelor dibudidayakan, baik dalam skala rumah tangga, perkebunan kecil maupun perkebunan besar yang terintergasi dengan industri pengelolaan dengan sasaran ekspor (Anonim, 2012). Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrein), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan. Zat Pengatur Tumbuh
terdiri dari 5, yaitu auksin
yang mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin dapat menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan atau keduanya, sitokinin mendukung terjadinya pembelahan sel,
ethilen berperan dalam proses
pematangan buah dan asam absisat. Zat Pengatur Tumbuh auksin secara garis besarnya dapat dibagi atas dua golongan, yaitu alami seperti urine sapi , air kelapa muda dan sintesis (buatan) dengan merk dagang seperti Atonik, Dekamon, Rootone F, Root Up (Abidin, 1993). Tujuan penelitian adalah untuk dapat mengetahui pengaruh perendaman pada larutan air kelapa muda dan pada larutan ekstrak rebung bambu betung terhadap keberhasilan
tumbuh stek batang
tanaman kelor (Moringa oleifera.
L). Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat untuk dapat memahami tentang bagaimana penggunaan larutan air kelapa muda dan larutan ekstrak rebung bambu betung secara tepat dan efisien terhadap tanaman kelor (Moringa oleifera. L).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbanyakan Vegetatif Dengan Stek Stek adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Stek dapat menggunakan potongan batang, pucuk batang, daun umbi maupun rimpang. Pada umumnya penyetekan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1.
Pilih tanaman induk yang sehat dari tanaman varietas unggul.
2.
Pada stek batang, pilih batang atau cabang pada diameter ± 1 cm, batang yang memiliki 3-5 mata tunas dipotong dengan panjang sekitar 10-15 cm.
3.
Rendam bagian pangkal stek dalam larutan hormon perangsang penumbuh akar.
4.
Bagian pangkal stek dibenamkan tegak berdiri ke dalam media persemaian kira-kira sepertiga dari panjang stek.
5.
Perawatan dilakukan dengan penyiraman secara rutin.
6.
Setelah 3-4 minggu stek akan bertunas dan berakar. Stek bisa dipindahkan ke polybag atau lahan setelah tumbuh 3-5 helai daun (Yuli. W, 2011). Menurut Hartmann et all (1997), stek batang, stek daun dan stek akar
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a.
Stek Batang Bahan awal perbanyakan tanaman berupa batang tanaman. Stek batang di kelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni : berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous. Bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras antara lain : apel, pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA
4
atau NAA 2500
5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10
76 cm atau
dua buku ( nodes ). b.
Stek Daun Semi berkayu, contohnya terdapat pada tanaman Citrus sp. Dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA dan NAA 1000 panjang stek 7,5
3000 ppm dan
15 cm. Pada stek batang semi berkayu ini, daun
daun
seharusnya dibuang unt mengendalikan transpirasi. Di samping itu, perlakuan sebelumnya mungkin dapat membantu pengakaran. Untuk stek batang berkayu lunak, contohnya terdapat pada tanaman Magnolia dengan perlakuan IBA atau NAA 500 -1250 ppm dan panjang stek 7,5
12,5 cm.
Pada stek batang berkayu lunak ini umumnya akar relatif cepat keluar (2 -5 minggu). Stek batang yang tergolong herbaceous, dilakukan pada tanaman Dieffenbachia, chrysanthemum, dan Ipomoea batatas. Pada dasarnya perlakuan auksin tidak di perlukan pada stek batang herbaceous ini, tetapi kadang diberikan IBA atau NAA 500 biasa digunakan adalah 7,5
1250 ppm dan panjang stek yang
12,5 cm. Stek daun juga dapat digunakan
untuk pembiakan tanaman. Pada tipe stek ini helaian daun digunakan dalam pembiakan untuk mendapatkan tanaman baru. Tumbuhnya tunas dan akar berasal dari bagian-bagian daun yang ditanam. c.
Stek Akar Pembiakan dengan stek akar cukup mudah dilakukan, tetapi ukuran daripada akar yang digunakan juga perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang baik.
5
B. Tinjauan Umum Tanaman Kelor Kelor atau merunggai (Moringa oleifera. L) adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae (tumbuhan berbunga). Tumbuhan ini memiliki ketinggian batang 7-11 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau; bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segitiga memanjang, juga dapat disayur, tanaman ini mempunyai beberapa nama yaitu nama umum Indonesia: Kelor, limaran (Jawa), Inggris : Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree, Melayu : kalor, merunggai, sajina, Vietnam : Chùm ngây, Thailand : ma-rum, Pilipina : Malunggay. Tahun 1980-an telah dimulai, ada sebuah laporan hasil penelitian kajian dan pengembangan terkait dengan pemanfaatan tanaman kelor untuk penghijauan serta penahan penggurunan di Etiopia, Somalia, dan Kenya Penelitian terhadap manfaat tanaman mulai dari daun, kulit batang, buah sampai bijinya, sejak awal oleh tim Jerman, di dala m berkala Institute for Scientific Cooperation. Laporan tersebut dikhususkan terhadap kawasan yang termasuk Etiopia, Somalia, dan Sudan, karena sejak lama sudah menjadi tradisi penduduknya untuk menanam pohon kelor, mengingat pohon tersebut dapat menjadi bagian di dalam kehidupan sehari -hari sebagai bahan sayuran, bahan baku obat-obatan, juga untuk diperdagangkan. Di kawasan Arba Minch dan Konso, pohon kelor justru digunakan sebagai tanaman untuk penahan longsor,konservasi tanah, dan terasering. Salah satu sifat yang menguntungkan untuk membudidayakan pohon kelor yang sudah diketahui sejak lama, yaitu minimnya penggunaan pupuk dan jarang diserang hama (oleh serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba).
6
Sehingga biaya untuk pemupukan dan pengontrolan hama dan penyakit relatif sangat murah. Bahkan, dari pengalaman para petani kelor yang sudah lama berkecimpung, diketahui bahwa pemupukan yang baik adalah berasal dari pupuk organik, khususnya berasal dari kacang-kacangan (misalnya kacang hijau, kacang kedelai ataupun kacang panjang) yang ditanamkan sekitar pohon kelor (Winarno, 2003). Sehingga pada musim hujan walau dalam jumlah yang paling minimal, jatuhan air hujan akan dapat ditahan oleh sistem akar kelor, dan pada musim kan menjadi sumber air bagi tanaman lain. Juga karena sistem akar kelor cukup rapat, bencana longsor jarang terjadi (Anonim, 2007). 1.
Klasifikasi dan Morfologi Kelor (Moringa oleifera. L) Kelor merupakan tanaman yang tinggi pohonnya dapat mencapai 12 meter dengan diameter 30 cm, berakar tunggang berwarna putih yang membesar seperti lobak, mempunyai batang bulat dengan arah tumbuh lurus ke atas dan permukaannya kasar. Percabangan pada batangnya terjadi secara simpodial; daun majemuk, bertangkai panj ang, tersusun berseling, helai daun saat muda berwarna hijau muda, setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, dan tepi daun rata, susunan pertulangan menyirip, pemukaan atas dan bawah halus, bunga berwarna putih agak krem, menebar aroma khas, buah berbentuk segitiga memanjang berwarna cokelat setelah tua, biji berbentuk bulat, ketika muda berwarna hijau terang dan berubah berwarna cokelat kehitaman ketika polong matang
7
dan kering serta bagian kayu berwarna coklat muda atau krem berserabut (Anonim, 2007). Menurut Anonim (2016), Kedudukan tanaman dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan di klasifikasikan sebagai berikut:
2.
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Capparales
Famili
: Moringaceae
Genus
: Moringa
Spesies
: Moringa oleifera
Syarat Tumbuh Kelor yang sering dikenal dengan kelor atau merunggai tidak hanya dapat tumbuh dan berkembang di India dan Indonesia saja, tetapi juga di berbagai kawasan tropis lainnya di dunia. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada `daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Karena tanaman kelor merupakan leguminosa, maka bagus ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain karena dapat menambah uns ur nitrogen dan lahan (Anonim, 2007). Pohon kelor dapat mudah tumbuh baik yang berasal dari biji atau stek. Biji kelor tidak mempunyai periode dormansi, jadi mereka dapat tumbuh
8
secepat mungkin setelah mereka matang. Biji kelor juga mempunyai kemampuan bertahan untuk dapat berkecambah selama 1 tahun. Selama tahun pertama pohon kelor akan tumbuh mencapai ketinggian 5 m dan menghasilkan bunga dan buah. Setelah berumur 3 tahun pohon ini akan menghasilkan 400-600 polong setiap tahunnya dan pohon dewasa menghasilkan 1600 polong.
Di India tumbuhan ini dibiakkan dengan
menggunakan stek (potongan dahan) sepanjang 1-2 cm dengan penanaman sekitar bulan Juni sampai dengan Agustus. Pohon akan keluar kelopak setelah 6-8 bulan penanaman, tetapi perawatan pertumbuhan reguler terjadi setelah tahun kedua. Pohon ini akan tumbuh memebesar setelah beberapa tahun kemudian. Secara umum, parameter lingkungan yang dibutuhkan tanaman kelor untuk tumbuh dengan baik adalah : Iklim
: Tropis atau sub-Tropis
Ketinggian
:0
Suhu
: 25
Curah Hujan
: 250 mm
2000 meter dpl 35 °C 2000 mm per tahun.
Irigasi yang baik diperlukan jika curah hujan kurang dari 800 mm Type tanah
: berpasir atau lempung berpasir
PH Tanah
:5
9
Lahan penanaman Kelor harus menjadi daerah terbuka untuk menerima sinar matahari penuh dan terlindungi dari hewan yang bebas berkeliaran dengan cara membuat pagar alami atau pagar buatan yang memadai (Fuglie, 2001).
9
3.
Manfaat Dan Kandungan Gizi Kelor a. Manfaat Kelor (Moringa oilefera. L) Kelor (Moringa oilefera. L) memiliki banyak khasiat untuk kesehatan manusia. Di Indonesia, tanaman kelor ini banyak ditanam sebagai pagar atau pembatas kebun. Banyak orang memanfaatkan daun dan buah kelor untuk sayuran. Ada pula yang mengaitkan tanaman ini dengan ilmu hitam seperti untuk mengusir setan. Namun, di balik mitos tersebut ternyata kelor adalah bagian paling umum digunakan. Bunganya dapat dimakan saat dimasak dan terasa seperti jamur. Kulit kayu, getah, akar, daun, biji, minyak, dan bunga digunakan dalam pengobatan tradisional di beberapa negara. Di Jamaika, getah digunakan untuk pewarna biru alami. Dalam dunia metafisika kayu kelor dianggap sebagai sesepuhnya kayu bertuah di jagat raya karena mempunyai
pancaran
daya
energi
supranatural
yang
tinggi
yang berguna untuk: 1) Menyadarkan orang yang kejang-kejang karena kesurupan atau sawan dari jenasah : Gosok tengkuk dan semua persendian tubuh dengan remasan daun kelor. 2) Sebagai pemusnah kesaktian karena Black Magic tertentu : Kesaktian Black Magic tertentu akan punah bila dipukul dengan cabang pohon kelor. Bayi dan anak-anak pada masa pertumbuhan dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengkonsumsi daun kelor. Perbandingan gram, daun kelor mengandung:7 x vitamin C pada jeruk 4 x calcium pada susu 4 x vitamin A pada wortel 2 x protein pada susu 3 x potasium pada
10
pisang. Organisasi ini juga menobatkan kelor sebagai pohon ajaib setelah melakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan ini berjasa sebagai penambah kesehatan berharga murah selama 40 tahun ini di negaranegara termiskin di dunia. Pohon kelor memang tersebar luas di padangpadang Afrika, Amerika Latin, dan Asia. National Institute of Health (NIH) pada 21 Maret 2008 mengatakan, bahwa pohon kelor telah digunakan sebagai obat oleh berbagai kelompok etnis asli untuk mencegah atau mengobati lebih dari 300 jenis penyakit. Tradisi pengobatan ayurveda India kuno menunjukkan bahwa 300 jenis penyakit dapat diobati dengan daun kelor (Moringa oleifera. L) (Anonim, 2005). Menurut Gembong, Tjitroesoepomo (1989), manfaat utama daun kelor adalah: 1)
Meningkatkan ketahanan alamiah tubuh.
2)
Menyegarkan mata dan otak.
3)
Meningkatkan metabolisme tubuh.
4)
Meningkatkan struktur sel tubuh.
5)
Meningkatkan serum kolesterol alamiah.
6)
Mengurangi kerutan dan garis-garis pada kulit.
7)
Meningkatkan fungsi normal hati dan ginjal.
8)
Memperindah kulit.
9)
Meningkatkan energy
10) Memudahkan pencernaan. 11) Antioksidan. 12) Memelihara sistem imunitas tubuh 13) Meningkatkan sistem sirkulasi yang menyehatkan.
11
14) Bersifat anti-peradangan. 15) Memberi perasaan sehat secara menyeluruh. 16) Mendukung kadar gula normal tubuh.
b. Kandungan Gizi Daun Kelor Daun kelor adalah bagian paling bergizi dari tanaman kelor sendiri, merupakan sumber penting vitamin B6, vitamin C, provitamin A sebagai beta-karoten, magnesium dan protein antara nutrisi lain yang telah diteliti di lab oleh USDA. Jika dibandingkan dengan makanan umum, daun kelor sangat tinggi dalam kandungan nutrisi nya, Secara tradisional daun kelor dimasak dan digunakan seperti bayam. Selain digunakan segar sebagai pengganti bayam, daun biasanya dikeringkan dan ditumbuk menjadi bubuk digunakan dalam sup dan saus (Winarno,2003). C. Zat Pengatur Tumbuh Hormon sering juga disebut dengan zat pengatur tumbuh adalah merupakan molekul -molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik penting, molekul-molekul tersebut terbentuk dalam organisme dengan proses metabolik dan tidak berfungsi sebagai nutrisi (Heddy, 1986). Menurut Lingga (1992), menyatakan fungsi dari hormon diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki sistem perakaran, mempercepat keluarnya akar bagi tanaman muda (bibit). 2. Membantu tanaman menyedot unsur hara dari tanah, termasuk pupuk yang diberikan. 3. Mencegah gugur daun, bunga dan buah. 4. Memperkaya pertumbuhan vegetatif dan anakan.
12
5. Mempercepat kematangan buah dengan warna yang seragam dengan hasil yang tinggi, dan meningkatkan proses fotosintesis. D. Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper) Rebung bambu betung (Dendrocalamus asper) adalah nama umum bagi terubus bambu yang baru tumbuh dan berasal dari batang bawah. Rebung yang baru keluar berbentuk lonjong, kokoh, dan terbungkus dalam kelopak daun yang rapat dan bermiang (duri-duri halus) banyak. Selama musim hujan, rebung bambu tumbuh dengan pesatnya, dalam beberapa minggu saja tunas tersebut sudah sudah tinggi. Dalam waktu 9-10 bulan rebung telah mencapai tinggi maksimal 25-30cm. Beberapa jenis rebung terbentuk pada permulaan musim hujan, selain itu ada yang terbentuk pada akhir musim hujan. Musim panen rebung biasanya jatuh sekitar bulan desember hingga februari atau maret (Kencana dkk, 2012). Pada tahap awal rebung terlihat pendek, terbungkus dalam pelepah batang yang rapat dan bermiang dengan warna miang coklat sampai kehitaman. Rebung tumbuh cepat menjadi batang bambu muda selama musim hujan. Setelah mencapai pertumbuhan maksimum, seludang buluh membuka dan diikuti dengan tumbuhnya primordial tunas lateral sebagai bakal cabang. Percabangan tumbuh mulai dari 1/3 buku bagian atas diikuti percabangan dibagian tengah buluh terus ke bagian bawah, percabangan bambu betung termasuk kelompok banyak cabang (bud multiple branching), yang dapat mencapai 10-20 anak cabang dalam satu buku. Mata cabang dalam buluh terdiri dari mata cabang yang besar di bagi an tengah (central bud) dan kelompok mata cabang yang lebih kecil di kiri kanannya. Rebung bambu merupakan makanan khas dari Asia Bagian Timur. Rebung bambu muda memiliki bentuk seperti taring badak.
13
Beberapa rebung diantaranya dapat dikonsumsi manusia, namun ada juga yang tidak bisa dikonsumsi manusia karena memiliki rasa pahit seperti rebung dari bambu apus. Jenis rebung bambu apus dapat menyebabkan orang menjadi mabuk karena mengandung kadar asam sianida yang tinggi. Beberapa jenis rebung juga mengandung senyawa toksik sianida dalam bentuk glukosida. Bila senyawa ini bereaksi dengan air maka akan terbentuk asam sianida. Asam sianida dapat dikeluarkan dari rebung mentah dengan merusak jaringan rebung melalui proses pemasakan. Kadar asam sianida dalam rebung dapat mencapai 800 mg setiap 100 gram Rasa pahit mungkin berhubungan dengan kandungan glukosida tersebut (Salahudin, 2004). 1.
Hormon Giberelin Yang Terkandung Dalam Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper) a. Pengertian dan Fungsi Hormon Giberelin. Giberelin adalah hormon pertumbuhan yang ditemukan pada tumbuhan dan juga kingdom fungi. Pada tumbuhan, hormon ini disintesis di meristem apeks akar dan daun muda tanaman, biji juga ditemukan sebagai tempat produksi hormon ini.
Awal penemuan
hormon ini ialah pada pertumbuhan dengan tinggi batang tidak normal. Pada tahun 1926, E. Kurosawa
peneliti
jepang
berhasil
mengisolasi
senyawa
yang
meyebabkan pertumbuhan pada tanaman padi tersebut. Senyawa tersebut dihasilkan oleh jamur dari marga Gibberella. Pada 1930, para ilmuwan
jepang
pemanjangan
meyakini
batang
bahwa
secara
fungilah
berlebihan
yang
melalui
menyebabkan senyawa
yang
disekresikannya, disebut dengan Giberelin. Penelitian lebih lanjut oleh
14
ilmuwan barat menunjukkan bahwa giberelin juga disintesis oleh tumbuhan meski jumlahnya jauh lebih sedikit (Anonim, 2013). Menurut Anonim (2013), Fungsi giberelin pada tumbuhan ialah sebagai berikut: 1) Pemanjangan Batang Giberelin merangsang pertumbuhan pada daun dan batang, dan sedikit berpengaruh pada pertumbuhan akar (meski
disintesis
diakar). Pada batang, giberelin merangsang pemanjangan sel dan pembelahan sel batang. Giberelin dan auksin bekerja secara sinergis pada batang yang sedang tumbuh, mempengaruhi pertumbuhan batang. Terapi giberelin dapat diberikan pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan kerdil. Giberelin akan memacu pertumbuhan tumbuhan kerdil tersebut. Ketika tumbuhan beralih ke pertumbuhan organ reproduktif, terjadi lonjakan giberelin yang akan memacu pemanjangan batang lebih cepat. Hal ini dimaksud untuk menopang jumlah bunga yang terbentuklebih banyak. 2) Pertumbuhan Buah. Kerjasama antara giberelin dan auksin juga berperan dalam pembentukan buah dan Perkecambahan. Giberelin dipercaya dapat mematahkan dormansi pada biji. Ditemukan kadar giverlin yang tinggi pada benih. Setelah imbibisi (masuknya air) pada biji, akan membebaskan giberelin dan merangsang biji untuk berkecambah yang ditandai dengan munculnya koleoptil pada biji, radikula (bakal akar) dan plumula (bakal batang dan daun). Untuk mendukung proses perkecambahan, maka dibutuhkan kondisi lingkungan khusus oleh
15
tumbuhan seperti faktor cahaya dan suhu. Intensitas cahaya dan suhu yang rendah akan membantu giberelin mengakhiri masa dormansi biji. Giberelin pada tanaman sereal membantu pertumbuhan benih -amilase, yang merupakan enzim pencernaan berfungsi memecah simpanan karbohidrat untuk pertumbuhan benih (Anonim, 2015). Hormon giberelin merupakan suatu hormon yang sangat berpengaruh pada perkembangan dan perkecambahan sel embrio dengan bantuan cahaya sinar matahari. Kemudian akan membantu untuk merangsang pembentukan enzim yang berpengaruh dalam pemecahan senyawa amilum. Enzim tersebut adalah enzim amylase. Pemecahan cadangan
senyawa makanan.
terjadi
pada
Mengapa
endosperm,
harus
dipecah?
yakni Agar
tempat bisa
menghasilkan senyawa glukosa yang mana merupakan senyawa penghasil energi. Hormon ini kerap di berikan pada tanaman-tanaman yang kerdil, sebab gunanya adalah untuk membantu menormalkan pertumbuhan tanaman tersebut agar besar seperti tanaman pada umumnya. Cara kerja hormon ini akan dibantu oleh hormon-hormon lainnya, seperti hormon auksin (Anonim, 2015). Disamping itu menurut Anonim (2015),
hormon giberelin
memiliki fungsi pada tumbuhan yang akan membantu proses pembentukan
sempurna
pada
tumbuhan.
penjelasannya mengenai fungsi hormon giberelin : 1) Membantu pertumbuhan tunas embrio. 2) Membantu perkecambahan embrio.
Berikut
adalah
16
3) Membantu merangsang pembentukan enzim amylase, maltase, dan pemecah protein. 4) Membantu pembentukan biji. 5) Mampu memecah senyawa amilum untuk menghasilkan senyawa glukosa. 6) Meninggikan tumbuhan kerdil menjadi tumbuhan normal. 7) Membantu dalam proses pembentukan biji. 8) Merangsang serbuk sari atau polen. 9) Membantu memperbesar ukuran pada buah. 10) Membantu merangsang pembentukan bunga. 11) Membantu menghentikan masa dorminasi biji (kebalikan hormon sitokinin). 12) Dengan konsentrasi rendah tidak merangsang pembentukan akar. 13) Dengan konsentrasi tinggi, bisa merangsang pembentukan akar. 14) Membantu pembentukan bunga. 15) Membantu mempercepat pertumbuhan. 16) Mampu menyebabkan tanaman berbunga sebelum musimnya. 17) Membantu mempercepat aktivitas cambium. 18) Membantu perkecambahan biji. Cara hormon ini bekerja adalah dengan mengenai bagian embrio atau tunas agar terkena air. Hal ini bisa menyebabkan tunas embrio menjadi aktif, yang mana memicu munculnya hormon giberelin (GA). Keluarnya hormon ini bisa memicu keluarnya aleuron yang nantinya mensintesis dan mengeluarkan enzim. Enzim yang bisa keluar berupa enzim amylase, maltase, serta enzim yang mampu
17
memecah protein. Selain itu, jika anda menambahkan hormon giberelin pada tanaman yang sedang berbunga pada bagian-bagian muda maka tumbuhlah buah tanpa biji. Sekarang ini sudah banyak berkembang adanya buah tanpa biji, seperti yang ada pada semangka. Hampir semua tanaman yang bisa bertambah tinggi dengan pemberian hormon giberelin. Misalnya pada tumbuhan yang kerdil, ketika diberikan hormon ini akan tumbuh dengan tinggi normal. Namun pada tanaman yang sudah tumbuh normal, diberikan hormon giberelin bisa menyebabkan tanaman tumbuh lebih cepat dari jenisnya yang biasanya. Anehnya, pemberian hormon giberelin ni i hasilnya sama saja ketika ditambahkan pada tanaman jagung (Anonim, 2015). b. Kandungan Nutrisi dan Mineral Pada R ebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper) Rebung bambu mengandung berbagai macam vitamin seperti vitamin A, vitamin B6, vitamin E, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat, dan asam pantotenat. Mineral yang terkandung dalam rebung yang baik untukpertumbuhan tanaman termasuk kalsium (Ca), magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn),selenium (se) dan zat besi (Fe).Rebung bambu
juga sumber
protein, dalam 100 gram rebung memiliki sekitar 2 sampai 2,5 gram protein. Protein yang terkandung dalam rebung terdiri dari 17 asam aminoesensial dan 2 asam amino semi esensial (Anonim, 2016).
18
2.
Hormon Sitokinin yang Terkandung Pada Air Kelapa Muda (Cocos nucifera) Hormon Sitokinin adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam pembelahan sel (sitokinesis). Senyawa sitokinin pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau dan disebut kinetin. Hormon sitokinin dibentuk pada bagian akar dan ditransportasikan ke seluruh bagian sel tanaman tembakau. Senyawa sitokinin juga terdapat pada tanaman jagung dan disebut zeatin. Menurut Anonim (2013), adapun fungsi hormon sitokinin adalah: 1. Mengatur pembentukan bunga dan buah. 2. Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk . 3. Memperbesar daun muda. 4. Merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang juga dapat menghambat proses penuaan dengan cara merangsang proses serta transportasi garam-garam mineral dan asam amino ke daun. Menurut Anonim (2013), adapun kandungan yang terdapat pada Air Kelapa Muda. Komposisi konsetrasi : 1)
Folate Acid 0,003 mg/l
2)
Nicotinate Acid 0,64 mg/l
3)
Panthotenate Acid 0,52 mg/l
4)
Biotin 0,02 mg/l
5)
Pyridoxine Very little
6)
Hyboflavine 0,01 mg/l
7)
Tyamin Very little
19
8)
Giberelat Acid Very little
9)
Auxins Very little
10) 1.3-difenilurea 5,8000 mg/l 11) M-inositol 0,01 mg/l 12) Silo-inositol 0,05 mg/l 13) Sorbitol 15 mg/l 14) C1 183 mg/100 gram 15) Cu 0,040 mg/100 gram 16) Fe 0,1 mg/100 gram 17) K 312 mg/100 gram 18) Mg 30 mg/100 gram 19) Na 105 mg/100 gram 20) P 37 mg/100 gram 21) S 15 mg/100 gram Dilihat dari komposisi yang terkandung didalamnya, terutama adanya zat tumbuh, maka penambahan air kelapa dalam media kultur dapat membantu mendorong pertumbuhan. Air kelapa adalah salah satu bahah alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan. Penggunaan air kelapa sampai 250 ml/l dapat mempercepat perkecambahan biji. Munculnya plb lebih cepat pada perlakuan kombinasi giberelin air kelapa yaitu pada kombinasi giberelin 2 ppm + air kelapa 250 ml/l dan giberelin 3 ppm + air kelapa 150 ml/l dengan rentang waktu 14-15 hari (Anonim, 2013).
20
Pada perlakuan tunggal air kelapa munculnya daun lebih cepat pada konsentrasi 250 ml/l dengan rentang waktu 31-48 hari. Hal ini diduga pada konsentrasi tersebut rasio sitokinin lebih tinggi daripada auksin dan juga disebabkan karena plb yang muncul lebih cepat sehingga munculnya daun juga akan cepat. Saat munculnya daun lebih cepat pada kombinasi giberelin 2 ppm + air kelapa 250 ml/l dengan rentang waktu 31 -33 hari, diduga karena hormon sebagai bahan dasar untuk pembentukan daun lebih tinggi sehingga akan mempercepat munculnya daun. Saat munculnya akar lebih cepat pada perlakuan tunggal giberelin konsentrasi 2 ppm dengan rentang waktu 49-58 hari setelah pengkulturan. Munculnya akar lebih cepat pada perlakuan ini ada hubungannya dengan saat munculnya daun yang cepat. Setelah daun terbentuk maka bagian radikula akan berdiferensiasi membentuk akar dengan bantuan hormon auksin yang disintesis oleh daun. Saat munculnya akar lebih cepat pada perlakuan tunggal air kelapa konsentrasi 250 ml/l dengan rentang waktu 49-58 hari. Hal ini disebabkan karena dal am air kelapa disamping mengandung auksin dan giberelin juga mengandung zeatin
yang
merupakan
kelompok
sitokinin.
Sitokinin
mempunyai
kemampuan dalam merangsang pembelahan sel dan diferensiasi terutama dalam hal pembentukan pucuk daun auksin merangsang pembentukan akar. Pada kombinasi perlakuan giberelin dan air kelapa, munculnya akar lebih cepat pada kombinasi giberelin 2 ppm + air kelapa 250 ml/l dengan rentang waktu 49-53 hari. Cepatnya akar yang terbentuk karena pada perlakuan ini plb dan daun yang terb entuk lebih cepat dari perlakuan lain sehingga mendorong untuk terbentuknya akar lebih cepat (Anonim, 2013).
21
E. Pengertian Tunas Tunas adalah bagian tumbuhan yang baru tumbuh dari kecambah atau kuncup yang berada di atas permukaan tanah/media. Tunas dapat terdiri dari batang, ditambah dengan daun muda, calon bunga, atau calon buah. Dalam peristilahan fisiologi tumbuhan, tunas juga berarti semua bagian tumbuhan yang bukan akar, yaitu bagian tumbuhan yang berkecenderungan memiliki geotropisme negatif atau heliotropisme positif (Anonim , 2013). F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek Berhasilnya pembiakan vegetatif dengan stek ditandai dengan munculnya akar pada stek. Menurut Hartmann et all (1997), secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: 1.
Faktor Dalam a. Jenis Tanaman Beberapa jenis pohon kehutanan dapat dibiakkan dengan metode stek, baik itu dengan stek akar, stek batang, stek pucuk ataupun stek daun, tetapi beberapa pohon justru tidak bisa dibiakkan dengan metode stek. b. Bahan Stek Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan stek, ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe bahan stek, kehadiran hama dan penyakit serta umur pohon induk dan umur bahan stek itu sendiri.
22
2.
Faktor Luar a. Sinar Matahari Sinar matahari besar pengaruhnya terhadap kelangsungan asimilasi zat karbondioksida dengan menghasilkan beberapa jenis zat asimilat. Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tumbuh memanjang namun lemah-lungai. Setiap tanaman membutuhkan volume sinar matahari tertentu. Bilamana cukup terang pertumbuhannya akan tegak, tegar dan subur. Ada jenis tanaman yang hanya dapat berbunga/berbuah bilamana tumbuh di daerah dengan sinar matahari lebih dari 10 jam ratarata dalam sehari. Sebaliknya, ada jenis tanaman yang hanya dapat berbuah/berbunga di daerah sinar matahari yang kurang dari 10 jam ratarata dalam sehari. Dari sini kemudian tanaman digolongkan atas jenisjenis tanaman yang berhari panjang dan pendek, disamping itu ada tanaman netral. b. Suhu Udara berjenis-jenis tanaman bilamana tumbuh di dataran rendah cepat tumbuhnya dan berbunga lebat, sebaliknya bilaman tumbuh di dataran tinggi yang rendah suhunya akan tunbuh perlahan-lahan dan kerdil, berbunganya pun lambat. Jenis-jenis tanaman pinus dapat tumbuh di dataran rendah tropis, namun dapat tumbuh pula di daerah yang beriklim empat alias menghadapi musim es (winter) tanpa mengalami gugur daun, untuk suhu siang 21°C-27°C dan suhu malam 16°C-21°C. c. Air dan Nutrisi Tumbuhan membutuhkan air dan nutrisi untuk
pertumbuhan dan
perkembangannya. Nutrisi ini harus tersedia dalam jumlah cukup dan
23
seimbang. Nutrisi diambil tumbuhan dari dalam tanah dan udara. Unsurunsur yang dibutuhkan tumbuhan dikelompokkan menjadi dua mac am, yaitu zat-zat organik dan anorganik. Zat organik, seperti C, H, O, dan N, sedangkan zat anorganik, seperti Fe, Mg, K, dan Ca. Pertumbuhan tanaman akan terganggu jika salah satu unsur yang dibutuhkan tidak terpenuhi. Misalnya, kurangnya unsur nitrogen dan fosfor pada tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Kekurangan magnesium dan kalsium menyebabkan tanaman mengalami klorosis (daun berwarna pucat). d. Media Perakaran Media pengakaran harus dapat memberikan kelembapan dan oksigen dan bebas penyakit tidak perlu media nutrisi dan hara sampai akar telah terbentuk, medium dapat berpengaruh kepada persentase stek yang berakar dan tipe akar yang terbentuk. Berbagai macam campuran seperti tanah, pasir, gambut dan bahan-bahan organik sepeti vermikulit dan perlit telah banyak digunakan. Perlit digunakan sendiri atau kombinasi dengan gambut cukup evektif karena sifat daya pegang airnya. Pasir atau arang sekam atau air saja juga cukup memuaskan untuk stek yang mudah berakar. e. Kelembapan Matinya batang stek akibat pengeringan sebelum perakaran merupakan salah satu kegagalan yang sering terjadi dalam pembuatan stek. Tanpa akar yang terbentuk, stek mudah kekurangan air dan daun akan tetap bertranspirasi sehingga kehilangan air.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Persemain Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang direncanakan dalam penelitian ini selama 3 minggu efektif mulai
tanggal 14 Juli
03 Agustus 2016, meliputi
persiapan media tanam, persiapan bahan, penyetekkan, pengambilan data dan pengolahan data. B. Alat dan Bahan 1.
Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, adalah: a. Parang. b. Cangkul. c. Gunting stek. d. Alat tulis menulis. e. Kamera. f. Ember. g. Alat siram (gembor). h. Penggaris. i. Hygrometer. j. Microcaliper. k. Staples.
2.
Bahan a. Batang tanaman kelor (Moringa oleifera), sebanyak 105 batang. b. Air kelapa muda. c. Ekstrak rebung bambu betung.
26
d. Polybag. e. Tanah f. Air untuk menyiram C. Prosedur Penelitian 1.
Persiapan Tempat Persemaian Penelitian ini dilaksanakan di areal persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang sudah lengkap dengan kotak polybag, naungan dan air untuk penyiraman.
2.
Persiapan Media Tanah top soil merupakan lapisan tanah yang tebalnya antara 10 cm, warnanya coklat sampai kehitam
13
hitaman, lebih gembur yang biasanya
disebut tanah olahan atau tanah pertanian. Sebelum tanah topsoil ini dimasukkan ke dalam polybag sebagai media tanam, maka dilakukan pembersihan kotoran
kotoran di atas tanah topsoil tersebut, dengan tujuan
agar tanah top soil tidak tercampur kotoran tadi, kemudian kita ambil tanah topsoil tadi dengan menggunakan cangkul dengan cara mengerik lapisan tanah setebal 10
13 cm, kemudian dimasukkan ke dalam 105 polybag
dengan ukuran diameter polybag sebesar 12 cm. 3.
Persiapan Batang Stek Kelor (Moringa oleifera. L) Persiapan Batang stek Kelor meliputi pemotongan dengan panjang ruas antara 3-5 ruas. Kemudian, diameter batang yang dijadikan stek : 3-5 cm, panjang batang stek antara 10 -15 cm. Selanjutnya mengurangi daun tanaman.
27
4.
Persiapan Pembuatan Larutan a. Air Kelapa Muda (Cocos nucifera) Kelapa muda didapatkan di pasar Kemuning, Loa Bakung sebanyak 2 buah kelapa muda. Kemudian kelapa muda dibelah lalu diambil airnya, sesudah itu dimasukkan ke dalam wadah. Kondisi air kelapa muda yang digunakan masih dalam keadaan segar (baru dibelah) tanpa harus disimpan selama satu minggu. b. Ekstrak Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper) Rebung bambu betung didapatkan di pasar kemuning, Loa Bakung sebanyak 5 ons. Selanjutnya, rebung bambu diblender dengan satu liter air. Setelah diblender, disaring lagi dengan kain atau saringan yang paling halus, agar serat-serat yang ada tidak ikut tercampur di larutan. Setelah larutan dasar telah siap, encerkan dengan menambahkan satu liter air lagi terus tambahkan 6 sendok gula pasir. Aduk hingga merata lalu, larutan disimpan dalam jerigen atau wadah lainnya selama satu minggu. Setelah itu larutan siap digunakan (Anonim, 2014).
5.
Pemberian Perlakuan Setelah dilakukan pemotongan, stek batang kelor direndam terlebih dahulu pada air kelapa muda dan pada ekstrak rebung bambu betung yang sudah siap digunakan. Pemberian larutan dilakukan secara langsung, yaitu bagian pangkal stek batang direndam. Masing-masing perlakuan terdiri dari 35 stek batang, dimana perlakuan perendaman pertama 35 stek batang direndam dengan kedalaman 5 cm pada air kelapa muda (K) selama satu jam, perlakuan kedua yaitu 35 stek batang direndam pada ekstrak rebung
28
bambu betung (R) pada kedalaman 5 cm selama satu jam dan 35 stek batang tanpa perlakuan sebagai kontrol (X). 6.
Penanaman Penanaman dilakukan setelah media tanam telah siap untuk ditanami batang stek yang telah dipersiapkan. Kemudian penanaman dilakukan secara perlahan lahan agar tidak merusak batang stek, karena akan mempengaruhi
pertumbuhan
dan
dapat
menimbulkan
pembusukan,
kemudian ambil batang stek dan ditancapkan. 7.
Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Jika hari sedang hujan jangan melakukan penyiraman lagi, karena akan menyebabkan tanah menjadi jenuh, dan membuat batang menjadi stres, busuk akar, layu, dan kemudian mati. b. Penyiangan Penyiangan sangat penting dilakukan, karena gulma di sekitar media tanam cepat sekali pertumbuhannya. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang berada di sekitar tanaman agar tidak mengundang hama dan penyakit.
8.
Pengendalian Hama dan Penyakit Mengendalikan hama dan penyakit dapat dilakukan secara man ual, yaitu mengambil atau mematikan langsung yang menyerang tanaman.
9.
Pengukuran Diameter Pengukuran diameter stek batang kelor dilakukan agar dapat mengetahui
diameter
stek
batang
dari
masing-masing
perlakuan.
29
Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yatu, pada awal penelitian dan akhir penelitian. Diameter stek batang diukur menggunakan alat Microcaliper pada dua sisi yang berbeda namun di titik yang sama. 10. Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap semua stek batang yang ditanam dari masing-masing perlakuan setelah stek ditanam. Data yang diambil berupa batang stek yang sudah muncul tunas pada setiap harinya, dimulai dari hari pertama, yaitu sesudah batang stek ditanam. a. Pengambilan data dilakukan terhadap semua perlakuan pada waktu yang sama, setiap hari pada jam 9 pagi. b. Data yang diambil berupa tunas yang telah tumbuh dari setiap stek batang pada masing-masing perlakuan. c. Pada penelitian ini stek yang hidup adalah stek batang yang telah berhasil memunculkan tunas sampai pada penelitian selesai. Sedangkan stek yang mati adalah stek batang yang tidak berhasil memunculkan tunas sampai pada penelitian selesai. 11. Pengolahan Data Menurut Anonim (2012), data yang diperoleh berupa jumlah stek yang memunculkan mata tunas harian untuk dihitung persentase hidupnya dengan menggunakan rumus berikut ini : a. Persentase Hidup Per Perlakuan
30
Keterangan: P
= Persentase Hidup Jumlah Stek Batang Yang Bertunas
n
= Jumlah Stek Per Perlakuan
b. Rata-rata Diameter Per Perlakuan
x
x n
Keterangan: = Rata-rata Diameter Total Diameter n = Jumlah Stek Per Perlakuan c. Penghitungan Rata-rata Diameter Stek 1
2
D = d +d 2 Keterangan:
D = Rata-rata Diameter d1= Pengukuran Diameter Pertama d2= Pengukuran Diameter Kedua 2 = Jumlah Pengukuran Per Stek
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dari hasil penelitian studi tentang perlakuan perendaman stek batang kelor (Moringa oleifera. L) pada air kelapa muda (Cocos nucifera) dan pada ekstrak rebung bambu betung (Dendrocalamus asper) selama 21 hari, dimulai pada tanggal 14 Juli 2016 sampai dengan 03 Agustus 2016 di persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 1.
Jumlah Stek Batang Kelor Yang Tumbuh Dari hasil pengamatan stek batang kelor dengan perendaman larutan yang berbeda, hasil tertinggi diperoleh dari perendaman pada larutan ekstrak rebung bambu betung (R) yaitu 29 stek batang yang tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam, sedangkan hasil terendah didapat pada kontrol (X) yaitu 11 stek batang yang tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam dan perendaman dengan air kelapa muda (K) menghasilkan 21 stek batang yang tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam. Hasil dari jumlah stek batang yang tumbuh dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Jumlah Stek Batang Kelor Yang Tumbuh Jumlah Stek Jumlah stek No Jenis Perlakuan Batang yang tumbuh 1 Air Kelapa Muda 35 21 2 Rebung Bambu 35 29 3 Kontrol 35 11
2.
Jumlah Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Kelor Dari hasil yang diperoleh dalam perendaman larutan yang berbeda terhadap jumlah tunas stek batang tanaman kelor
selama 21 hari
menunjukan bahwa tumbuhnya jumlah tunas tertinggi yaitu perendaman pada larutan ekstrak rebung bambu betung (R) sebanyak 68 tunas pada 29
32
stek batang yang tumbuh dan jumlah terendah terdapat pada kontrol (X) sebanyak
31 tunas pada 11 stek batang yang tumbuh dan pada
perendaman air kelapa muda (K) yaitu sebanyak 37 tunas pada 21 stek batang yang tumbuh. Hasil dari jumlah tunas yang tumbuh dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Tunas Yang Tumbuh Pada Masing-Masing No 1 2 3
3.
Perlakuan Stek Batang Kelor Jumlah Stek Perlakuan Yang Ditanam Air kelapa muda 35 Ekstrak rebung 35 Kontrol 35
Jumlah Tunas 37 68 31
Persentase Hidup Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L) Dari hasil penelitian ini persentase hidup yang tertinggi diperoleh dari perendaman menggunakan larutan ekstrak rebung bambu betung (R) yaitu sebesar 82,86% dengan persentase mati yang sedikit yaitu 17,14% sedangkan persentase hidup terendah diperoleh dari kontrol (X) yaitu sebesar 31,43% dengan persentase mati terbesar yaitu 68,57% dan perendaman air kelapa muda (K) mendapatkan hasil persentase hidup sebesar 60% dengan persentase mati sebesar 40%. Hasil persentase hidup stek batang kelor (Moringa oleifera. L) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Persentase Hidup Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L) No 1 2 3
Perlakuan Air kelapa muda Ekstrak rebung Kontrol
Jumlah Stek Yang Ditanam 35 35 35
Persentase Hidup (%) 60,00 82,86 31,43
33
4.
Diameter Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L)
Hasil pengukuran diameter stek batang kelor (Moringa oleifera. L) pada awal dan akhir penelitian didapat penyusutan diameter pada stek batang kelor (Moringa oleifera. L), pengukuran awal perendaman pada air kelapa muda (K) diperoleh rata-rata diameter 32,34 mm dan pada pengukuran akhir diperoleh
rata-rata 31,80 mm terjadi
penyusutan sebesar 0,54 mm, sedangkan untuk perendaman pada larutan ekstrak rebung bambu betung (R) pengukuran diameter awal diperoleh rata-rata 32,69 mm dan pada pengukuran akhir diperoleh rata-rata 31,89 terjadi penyusutan sebesar 0,74 mm dan pada pengukuran awal perlakuan kontrol (X) diperoleh rata-rata 32,69 mm dan pada pengukuran akhir diperoleh rata-rata 32,00 mm terjadi penyusutan sebesar 0,69 mm. Hasil dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Diameter Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L) No 1 2 3
Perlakuan Air kelapa muda Ekstrak rebung Kontrol
Rata-rata Diameter (mm) Awal Akhir 32,34 31,80 32,69 31,89 32,69 32,00
Penyusutan (mm) 0,54 0,74 0,69
B. Pembahasan Perendaman stek batang tanaman kelor pada larutan yang berbeda menunjukkan bahwa perendaman pada ekstrak rebung bambu betung (R) lebih baik dari perendaman air kelapa muda (K) dan kontrol (X), hal tersebut diduga karena rebung bambu betung memiliki hormon tumbuh yang lebih baik seperti giberelin. Giberelin adalah hormon perangsang pertumbuhan pada daun dan batang serta dapat merangsang pemanjangan sel dan pembelahan sel batang.
34
Giberelin dan auksin bekerja secara sinergis pada batang yang sedang tumbuh. Menurut Anonim (2015), sebagian fungsi dari
hormon giberelin yaitu dapat
membantu pertumbuhan tunas embrio, perkecambahan embrio, merangsang pembentukan enzim amylase, maltase, dan pemecah protein, membantu pembentukan biji, meninggikan tumbuhan kerdil menjadi tumbuhan normal, dapat merangsang pembentukan bunga, dan membantu mempercepat pertumbuhan. Disamping
itu
menurut
Anonim
(2016),
rebung
bambu
betung
(Dendrocalamus asper) mengandung mineral yang baik untuk pertumbuhan tanaman seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), s elenium (se) dan zat besi (Fe). Rebung bambu betung (Dendrocalamus asper)
juga sumber protein,
dalam 100 gram rebung memiliki sekitar 2 sampai 2,5 gram protein. Protein yang terkandung dalam rebung terdiri dari 17 asam amino esensial dan 2 asam amino semi esensial (Anonim, 2016).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian studi tentang perlakuan perendaman stek batang kelor (Moringa oleifera) pada larutan yang berbeda dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Perendaman pada larutan ekstrak rebung bambu betung menghasilkan nilai tertinggi, yaitu: 29 stek batang yang tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam, 68 tunas pada 29 stek batang yang tumbuh dan memiliki persentase tumbuh sebesar 82,86%.
2.
Perendaman pada larutan air kelapa muda menghasikan 21 stek batang yang tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam, 31 tunas pada 21 stek batang yang tumbuh dan memiliki persentase tumbuh sebesar 60.00%.
3.
Sedangkan perlakuan kontrol menghasilkan nilai terendah, yaitu: 11 stek batang yang tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam, 31 tunas pada 11 stek batang yang tumbuh dan memiliki persentase tumbuh sebesar 31,43%. B. Saran
1.
Perendaman untuk stek batang kelor disarankan menggunakan larutan ekstrak rebung bambu betung karena dari hasil nilai perendaman pada larutan ekstrak rebung bambu betung lebih tinggi dibandingkan perendaman pada larutan air kelapa muda.
2.
Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai perendaman menggunakan larutan ekstrak rebung bambu betung terhadap stek batang kelor karena penelitian ini hanya dilaksanakan selama 21 hari, bisa saja hasilnya akan lebih baik ataupun berbeda jika penelitian ini dilaksanakan lebih dari 21 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. Z, 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Perangsang Tumbuh. Percetakan Angkasa, Bandung. Anonim, 2005. .IPTEKnet. 2005 (Diunduh pada tanggal 1 September 2016). Anonim, 2007. Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia. http://kelorina.com/budidaya/perbanyakan-tanaman/ (Di unduh pada tanggal 27 Oktober 2015). Anonim, 2010. https://zaifbio.wordpress.com/2010/02/12/ pertumbuhan - danperkembangan/ (Diunduh pada tanggal 11 September 2016). Anonim, 2012. http/:www.plantamor.com/index.PHP?plant=868. (Diunduh pada tanggal 1 September 2016). Anonim, 2012. http://asagenerasiku.blogspot.co.id/2012/03/menentukan-nilai-ratarata-dari-sebuah.html (Diunduh pada tanggal 29 Agustus 2016). Anonim, 2013. https://id.wikipedia.org/wiki/Tunas (Diunduh pada tanggal 10 September 2016). Anonim, 2013.http://www.Writinganythink.com/2013/07/Hormon-Sitokinin.html (diunduh tanggal 5 Juli 2016) Anonim, 2014. http://rikirikardo07.blogspot.co.id/2014/07/tugas-kuliah. html. (Di unduh pada tanggal 5 Juli 2016 Anonim, 2015. http://dosenbiologi.com/tumbuhan/fungsi-hormon-giberelin (diunduh tanggal 5 Juli 2016) Anonim, 2015. http://www.Cara-Alami.net/2015/07/Manfaat Luar Biasa Air Kelapa Muda.html (diunduh tanggal 5 Juli 2016) Anonim, 2015. http://www.kelasipa.com/2015/03/pengertian-dan-fungsi-hormongiberelin-lengkap.html (diunduh tanggal 5 Juli 2016) Anonim, 2016. http://Fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-da un- kelor/ (Diunduh pada tanggal 1 September 2016). Anonim, 2016. http://cumaorganik.blogspot.co.id/2014/08/air-kelapa-sebagai -zat - pengatur-tumbuh.html (diunduh tanggal 5 Juli 2016) Anonim, 2016. https://organikilo.co/2016/03/kandungan-rebung-bambu-manfaatuntuk- pertanian.html (Diunduh pada tanggal 29 Agustus 2016)
38
Fugli, 2001. Manfaat Daun Kelor Untuk Pengobatan Bagi Tubuh, Diabetes,Kanker.http://disehat.com/manfaat-daun-kelor-untuk-pengobata-b agi- tubuh-diabetes-lkanker. (Di unduh pada tanggal 07 November 2015). Gembong, Tjitroesoepomo. 1989. Morfologi Tumbuhan Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hartmann, H. T. , D. E. Kester, F. T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation Principles and Pratices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N. J. Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuhan. Penerbit CV. Rajawali. Jakarta. Kencana, P, Widia, W, dan Antara, N. 2012. Praktik Baik Budidaya Bambu Rebung. Denpasar: Team UNUD-USAID-TPC Project. Lingga, P. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Salahudin. 2004. Kajian Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Winarno, 2003. Membudidayakan kelor. https://id.wikipedia.org/wiki/Kelor. (Di unduh pada tanggal 31 Oktober 2015). Yuli, W. 2011. Budidaya Tanaman Obat. Penerbit Kementerian kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Tradisional (B2P2TOOT).
40
Lampiran 1 Tabel 5. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Stek Batang Kelor Pada Perendaman Air Kelapa Muda. No Jumlah Tunas Yang No Tanggal/Hari Keterangan Polybag Tumbuh 1 K 16 20-7-2016/Rabu 2 Hidup 2 K 15 21-7-2016/Kamis 2 Hidup 3 K 34 21-7-2016/Kamis 1 Hidup 4 K 35 21-7-2016/Kamis 2 Hidup 5 K 26 22-7-2016/Jum'at 2 Hidup 6 K 1 23-7-2016/Sabtu 2 Hidup 7 K 20 23-7-2016/Sabtu 1 Hidup 8 K 27 23-7-2016/Sabtu 2 Hidup 9 K 7 24-7-2016/Minggu 2 Hidup 10 K 9 24-7-2016/Minggu 3 Hidup 11 K 14 24-7-2016/Minggu 2 Hidup 12 K 22 24-7-2016/Minggu 2 Hidup 13 K 2 24-7-2016/Minggu 2 Hidup 14 K 33 27-7-2016/Rabu 1 Hidup 15 K 10 30-7-2016/Sabtu 1 Hidup 16 K 28 30-7-2016/Sabtu 1 Hidup 17 K 30 30-7-2016/Sabtu 2 Hidup 18 K 6 1-8-2016/Senin 1 Hidup 19 K 3 1-8-2016/Senin 1 Hidup 20 K 5 2-8-2016/Selasa 3 Hidup 21 K 29 2-8-2016/Selasa 2 Hidup 22 K 4 Mati 23 K 8 Mati 24 K 11 Mati 25 K 12 Mati 26 K 13 Mati 27 K 17 Mati 28 K 18 Mati 29 K 19 Mati 30 K 21 Mati 31 K 23 Mati 32 K 24 Mati 33 K 25 Mati 34 K 31 Mati 35 K 32 Mati
41
Lampiran 2 Tabel 6. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor Pada Perendaman Air Kelapa Muda Selama 3 Minggu. Diameter Tinggi Jenis No. Perlakuan Awal Akhir Awal Akhir 1 Kelapa 32 30 15 15 2 Kelapa 31 30 15 15 3 Kelapa 31 31 14 14 4 Kelapa 34 34 15 15 5 Kelapa 30 30 13 13 6 Kelapa 31 30 14 14 7 Kelapa 33 33 15 15 8 Kelapa 30 30 15 15 9 Kelapa 30 29 15 15 10 Kelapa 30 29 14 14 11 Kelapa 30 30 15 15 12 Kelapa 30 29 15 15 13 Kelapa 31 31 13 13 14 Kelapa 30 29 13 13 15 Kelapa 40 39 14 14 16 Kelapa 40 40 14 14 17 Kelapa 32 32 15 15 18 Kelapa 30 29 15 15 19 Kelapa 31 31 13 13 20 Kelapa 30 29 12 12 21 Kelapa 30 30 14 14 22 Kelapa 42 41 13 13 23 Kelapa 30 29 15 15 24 Kelapa 30 29 15 15 25 Kelapa 30 29 15 15 26 Kelapa 30 30 15 15 27 Kelapa 30 30 15 15 28 Kelapa 30 29 14 14 29 Kelapa 30 30 15 15 30 Kelapa 30 30 14 14 31 Kelapa 41 40 15 15 32 Kelapa 39 39 13 13 33 Kelapa 40 39 13 13 34 Kelapa 34 33 15 15 35 Kelapa 30 30 15 15 Total 1132 1113 500 500 Rata-rata 32,34 31,80 14,29 14,29
42
Lampiran 3 Tabel 7. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Stek Batang Kelor Pada Perendaman Ekstrak Rebung Bambu Betung. No Jumlah Tunas Yang No Tanggal/Hari Keterangan Polybag Tumbuh 1 R 10 21-7-2016/Kamis 1 Hidup 2 R 30 21-7-2016/Kamis 2 Hidup 3 R 28 22-7-2016/Jum'at 1 Hidup 4 R 29 22-7-2016/Jum'at 2 Hidup 5 R 31 22-7-2016/Jum'at 4 Hidup 6 R 35 22-7-2016/Jum'at 2 Hidup 7 R 15 22-7-2016/Jum'at 1 Hidup 8 R 1 23-7-2016/Sabtu 2 Hidup 9 R 20 23-7-2016/Sabtu 3 Hidup 10 R 2 24-7-2016/Minggu 2 Hidup 11 R 18 24-7-2016/Minggu 7 Hidup 12 R 17 24-7-2016/Minggu 2 Hidup 13 R 22 24-7-2016/Minggu 3 Hidup 14 R 16 25-7-2016/Senin 3 Hidup 15 R 21 25-7-2016/Senin 2 Hidup 16 R 19 27-7-2016/Rabu 2 Hidup 17 R 33 27-7-2016/Rabu 5 Hidup 18 R 25 27-7-2016/Rabu 3 Hidup 19 R 4 27-7-2016/Rabu 1 Hidup 20 R 23 27-7-2016/Rabu 2 Hidup 21 R 5 28-7-2016/Kamis 3 Hidup 22 R 7 28-7-2016/Kamis 1 Hidup 23 R 26 28-7-2016/Kamis 2 Hidup 24 R 11 30-7-2016/Sabtu 3 Hidup 25 R 8 1-8-2016/Senin 2 Hidup 26 R 12 1-8-2016/Senin 2 Hidup 27 R 3 1-8-2016/Senin 2 Hidup 28 R 14 1-8-2016/Senin 1 Hidup 29 R 24 1-8-2016/Senin 2 Hidup 30 R 6 Mati 31 R 9 Mati 32 R 13 Mati 33 R 27 Mati 34 R 32 Mati 35 R 34 Mati
43
Lampiran 4 Tabel 8. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor Pada Perendaman Ekstrak Rebung Bambu Betung. Jenis Diameter Tinggi No. Perlakuan Awal Akhir Awal Akhir 1 Rebung 33 32 15 15 2 Rebung 35 34 15 15 3 Rebung 32 31 15 15 4 Rebung 34 34 15 15 5 Rebung 33 32 15 15 6 Rebung 31 30 15 15 7 Rebung 32 31 14 14 8 Rebung 32 32 12 12 9 Rebung 31 30 15 15 10 Rebung 35 34 15 15 11 Rebung 36 35 13 13 12 Rebung 34 33 14 14 13 Rebung 31 30 15 15 14 Rebung 30 30 15 15 15 Rebung 32 31 15 15 16 Rebung 31 30 14 14 17 Rebung 34 33 15 15 18 Rebung 30 30 15 15 19 Rebung 32 32 15 15 20 Rebung 33 32 14 14 21 Rebung 31 30 12 12 22 Rebung 30 30 15 15 23 Rebung 32 31 15 15 24 Rebung 36 35 14 14 25 Rebung 33 32 14 14 26 Rebung 32 31 15 15 27 Rebung 31 30 15 15 28 Rebung 32 31 15 15 29 Rebung 36 35 15 15 30 Rebung 33 32 12 12 31 Rebung 33 32 15 15 32 Rebung 31 30 15 15 33 Rebung 31 30 15 15 34 Rebung 31 30 15 15 35 Rebung 41 41 15 15 Total 1144 1116 508 508 Rata-rata 32,69 31,89 14,51 14,51
44
Lampiran 5 Tabel 9. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Stek Batang Kelor Tanpa Perendaman Sebagai Kontrol Selama 3 Minggu. No Jumlah Tunas No Tanggal/Hari Keterangan Polybag Yang Tumbuh 23-7-2016/Sabtu 1 X 20 2 Hidup 24-7-2016/Minggu 2 X 8 2 Hidup 24-7-2016/Minggu 3 X 18 3 Hidup 24-7-2016/Minggu 4 X 22 5 Hidup 24-7-2016/Minggu 5 X 29 5 Hidup 24-7-2016/Minggu 6 X30 2 Hidup 24-7-2016/Minggu 7 X 32 1 Hidup 24-7-2016/Minggu 8 X 35 3 Hidup 25-7-2016/Senin 9 X 26 4 Hidup 27-7-2016/Rabu 10 X 19 1 Hidup 28-7-2016/Kamis 11 X 4 3 Hidup 12 X 1 Mati 13 X 2 Mati 14 X 3 Mati 15 X 5 Mati 16 X 6 Mati 17 X 7 Mati 18 X 9 Mati 19 X 10 Mati 20 X 11 Mati 21 X 12 Mati 22 X 13 Mati 23 X 14 Mati 24 X 15 Mati 25 X 16 Mati 26 X 17 Mati 27 X 21 Mati 28 X 23 Mati 29 X 24 Mati 30 X 25 Mati 31 X 27 Mati 32 X 28 Mati 33 X 31 Mati 34 X 33 Mati 35 X 34 Mati
45
Lampiran 6 Tabel 10. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L) Tanpa Perendaman Sebagai Kontrol Selama 3 Minggu. Diameter Tinggi Jenis No. Perlakuan Awal Akhir Awal Akhir 1 Kontrol 34 34 15 15 2 Kontrol 30 30 15 15 3 Kontrol 30 30 14 14 4 Kontrol 31 31 12 12 5 Kontrol 30 29 13 13 6 Kontrol 30 29 12 12 7 Kontrol 31 30 14 14 8 Kontrol 32 31 15 15 9 Kontrol 30 29 15 15 10 Kontrol 31 30 15 15 11 Kontrol 33 32 14 14 12 Kontrol 30 29 14 14 13 Kontrol 34 34 15 15 14 Kontrol 30 29 15 15 15 Kontrol 34 34 13 13 16 Kontrol 31 31 13 13 17 Kontrol 35 34 14 14 18 Kontrol 43 42 14 14 19 Kontrol 30 29 15 15 20 Kontrol 30 29 15 15 21 Kontrol 34 33 15 15 22 Kontrol 30 29 15 15 23 Kontrol 36 35 14 14 24 Kontrol 32 31 15 15 25 Kontrol 30 29 15 15 26 Kontrol 30 29 15 15 27 Kontrol 31 30 15 15 28 Kontrol 32 31 13 13 29 Kontrol 45 44 15 15 30 Kontrol 34 34 15 15 31 Kontrol 30 29 14 14 32 Kontrol 31 30 14 14 33 Kontrol 39 39 15 15 34 Kontrol 41 41 13 13 35 Kontrol 30 30 15 15 Total 1144 1120.0 500 500 Rata-rata 32,69 32,00 14,29 14,29
46
Lampiran 7 Tabel 11. Pengukuran Suhu Di Preal Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Suhu (°C) No
Kelembapan (%)
Tanggal Pagi
Siang
Sore
Pagi
Siang
32
Sore
1
14-7-2016
86
2
15-7-2016
30
28
30
81
90
85
3
16-7-2016
28
35
30
90
65
92
4
17-7-2016
26
30
30
90
86
88
5
18-7-2016
26
28
30
93
90
87
6
19-7-2016
28
31
28
90
80
93
7
20-7-2016
28
30
26
92
78
88
8
21-7-2016
27
30
30
95
83
78
9
22-7-2016
33
31
31
70
84
81
10
23-7-2016
29
40
31
88
55
73
11
24-7-2016
29
28
27
70
88
99
12
25-7-2016
29
29
30
91
90
90
13
26-7-2016
26
30
29
100
92
96
14
27-7-2016
29
33
27
89
71
90
15
28-7-2016
28
30
30
76
80
90
16
29-7-2016
26
32
30
89
78
88
17
30-7-2016
30
34
30
84
70
82
18
31-7-2016
30
41
29
84
59
84
19
1/8/2016
35
32
28
65
76
82
20
2/8/2016
29
45
28
85
50
93
21
3/8/2016
40
40
30
60
50
95
Total
586
657
616
1682
1515
1840
Rata-rata
29,3
32,85
29,33
84,1
75,75
87,62
47
Gambar 1. Pengisian Polybag
Gambar 2. Pengambilan Bahan Baku Batang Kelor
48
Gambar 3. Pengukuran Panjang Stek Batang Kelor
Gambar 4. Pengukuran Diameter Stek Batang Kelor
49
Gambar 5. Proses Pemotongan Stek Batang Kelor
Gambar 6. Stek Batang Kelor
50
Gambar 7. Perendaman Stek Batang Kelor pada Air Kelapa Muda
Gambar 8. Perendaman Stek Batang Kelor Pada Ekstrak Rebung Bambu Betung
51
Gambar 9. Pembuatan Lubang Tanam
Gambar 10. Penanaman
52
Gambar 11. Pengukuran Suhu
Gambar 12. Pemasangan Nomor Pada Polybag
53
Gambar 13. Penyiangan
Gambar 14. Pemasangan Tusuk Gigi
54
Gambar 15. Pengambilan Data
Gambar 16. Penyiraman