HASIL DA PEMBAHASA Keadaan Umum Kondisi Hewan Kondisi kancil betina selama penelitian secara keseluruhan dapat dikatakan baik dan sehat. Kondisi yang sehat dapat dilihat dari bulunya yang mengkilat, cara berjalannya yang normal, aktivitasnya normal, nafsu makannya lahap, sorot matanya tajam, feses dan urinnya normal (tidak mencret), serta tubuhnya yang gemuk. Kondisi Kandang Kandang kancil dibuat dari kerangka besi berdinding kawat loket sehingga udara mengalir bebas. Kandang berventilasi baik akan menjamin aliran udara yang terus menerus melewati kandang dan sekitar hewan (Tillman et al., 1991). Ventilasi yang baik juga akan mencegah seminimal mungkin debu dan menurunkan kadar bau-bauan yang berhubungan langsung dengan keadaan kesehatan hewan (Anggraeni, 2006). Tumbuhan dan pepohonan banyak tumbuh di sekitar kandang, salah satunya adalah tumbuhan granadila merah (Passiflora coccinea) yang tumbuh menjalar di atas kandang. Tumbuhan tersebut secara tidak langsung mempengaruhi suplai oksigen dan mengurangi cekaman suhu di sekitar kandang. Kisaran suhu di Penangkaran Mamalia selama pengamatan antara 22-31 oC dan kelembaban antara 60-99%. Rataan suhu dan kelembaban dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Suhu dan Kelembaban di Penangkaran Waktu Pagi Siang Sore Malam Fajar
Temperatur (0C) 23,75 30,13 25,08 24,04 23,54
Rh (%) 90,83 69,67 86,25 96,21 96,54
Kondisi suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada pagi dan malam hari, serta suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari akan berpengaruh terhadap kondisi dan aktivitas kancil, seperti aktivitas makan, lokomosi, dan istirahat.
20
Kondisi Lingkungan Lokasi kandang, tingkat kebisingan, suhu, kelembaban, bau-bauan, dan aktivitas makhluk hidup lain yang merupakan bagian dari lingkungan sekitar adalah faktor-faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan selama pengamatan karena akan mempengaruhi perilaku kancil yang diamati. Mukhtar (1986), menyatakan perilaku satwa dipengaruhi oleh dua macam rangsangan yaitu rangsangan dalam dan rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis, sekresi hormon, dan faktor motivasi. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan, tenaga mekanis, dan rangsangan kimia. Kancil merupakan hewan nokturnal yang bersifat aktif pada malam hari, tidak banyak mengeluarkan suara, mudah stres, dan sangat peka terhadap lingkungan sekitar. Kebisingan maupun cekaman lingkungan lain di sekitar penangkaran mempengaruhi aktivitas yang diamati. Kebisingan ditimbulkan oleh suara-suara yang berasal dari lingkungan sekitar seperti suara satwa, suara manusia, dan suara yang berasal dari kendaraaan bermotor yang lewat di sekitar kandang. Tanggapan kancil terhadap gangguan ini ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tiba-tiba lari menuju tempat persembunyian (gorong-gorong) untuk menghindar dari bahaya. Kancil termasuk hewan yang peka terhadap aktivitas makhluk hidup maupun benda lain yang berada di sekitar lingkungannya. Kancil mengenali lingkungan dan memberi tanggapan terhadap kondisi lingkungan dengan menggunakan indra pendengaran dan indra penciuman. Telinga akan digerak-gerakkan untuk mendeteksi suara. Bau-bauan dideteksi dengan cara menggerak-gerakkan kepalanya ke atas, ke bawah, ke kiri, dan ke kanan (seperti gerakan mencari sumber bau atau menciumcium). Kancil menoleh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang untuk melihat objek. Hewan ini sesekali keluar dari tempat persembunyian untuk memeriksa lingkungannya dengan cara berputar-putar di kandang sambil mengendus-endus dan menggerak-gerakkan telinga. Jumailah (1999) melaporkan bahwa perilaku memeriksa situasi dilakukan jika kancil mencurigai sesuatu yang asing atau ingin mengetahui keadaan sekitarnya. Pemeriksaan dilakukan biasanya dengan cara mengendus-endus atau kepala didongakkan dan lubang hidung dibuka lebar. Aktifnya penggunaan indra penciuman ini, menurut Nurhidayat et al. (1992) dikarenakan kancil mempunyai otot M. Dilatator nares lateralis menuju ke lateral
21
cuping hidung. Otot ini sangat berperan dalam mendilatasikan cuping hidung sehingga kancil dapat dengan mudah mengendus-endus untuk memeriksa lingkungan sekitar. Aktivitas dan Tingkah Laku Kancil Aktivitas kancil yang diamati terdiri atas tingkah laku yang berhubungan langsung dengan makan, yaitu: makan, minum, urinasi, dan defekasi. Aktivitas lain yang diamati adalah tingkah laku yang mempengaruhi pola makan (lokomosi, grooming, memamahbiak, dan istirahat). Pengamatan kancil dilakukan mulai pukul 06.00 sampai pukul 06.00 WIB pagi berikutnya. Kancil memulai aktivitasnya dengan berjalan keluar dari gorong-gorong (bangun tidur) kemudian melakukan aktivitas lokomosi mengelilingi kandang. Tingkah laku berputar-putar ini bertujuan memeriksa keadaan sekitar. Aktivitas lokomosi ini juga penting untuk menyesuaikan diri terhadap suhu udara yang dingin sehingga panas tubuhnya meningkat dan kancil tidak kedinginan. Hewan ini akan mendekati tempat pakan jika keadaan sekitar dirasa aman. Persentase aktivitas kancil selama 24 jam disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Persentase Harian Aktivitas Kancil Selama Penelitian Aktivitas kancil yang paling dominan selama di penangkaran adalah istirahat, yaitu 36,371% atau sekitar 8,72 jam dari total aktivitas kancil selama 24 jam. Aktivitas istirahat yang tinggi ini dipengaruhi oleh suhu udara lingkungan sekitar. Aktivitas lain yang cukup tinggi adalah lokomosi (15,558% atau 3,73 jam). Kancil merupakan binatang ruminansia yang melakukan aktivitas memamahbiak untuk mencerna makanannya. Nilai persentase aktivitas memamahbiak adalah 15,312%
22
atau 3,67 jam dari total semua aktivitas. Aktivitas memamahbiak biasanya dilakukan saat kancil sedang istirahat. Aktivitas lain yang banyak dilakukan kancil dalam sehari-harinya adalah grooming, yaitu 13,814% atau 3,31 jam sehari. Grooming memiliki peranan penting sebagai bentuk perawatan tubuh. Aktivitas makan mempunyai nilai persentase sebesar (12,603% atau 3,03 jam), defekasi (3,058% atau 0,73 jam), urinasi (3,284% atau 0,79 jam), dan minum (0%). Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Aktivitas Makan Kancil Aktivitas Makan Aktivitas makan dimulai dengan proses pemilihan pakan yang diberikan. Kancil memilih jenis pakan menggunakan indra penciumannya, yaitu dengan mengendus-endus pakan yang disediakan. Hewan ini mengambil pakan dengan menggunakan bibir atas dan bibir bawah untuk selanjutnya dikunyah sebentar menggunakan gigi geraham sebelum ditelan. Pengunyahan yang dilakukan oleh kancil sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh hewan ruminansia lainnya. Pakan cenderung seperti di dorong ke kerongkongan yang diikuti dengan gerakan kepala ke atas dan ke bawah (seperti gerakan manggut-manggut atau menelan pakan dengan keras). Pakan akan dikunyah beberapa saat sesuai ukuran, keras lunaknya, dan jenis pakan yang dipilih. Menurut Nurhidayat et al. (1992), keadaan makan tersebut terjadi akibat otot-otot bibir kancil relatif kurang berkembang, yang menyebabkan pasifnya gerakan bibir dalam menangkap pakan. Bibir pada kancil berfungsi untuk mengambil dan menahan pakan untuk dimasukkan ke dalam mulut. Winarto et al. (1991) menyatakan penggunaan otot bibir pada kancil dalam mengambil pakan tidak terlalu aktif dibandingkan pada domba. Penggunaan bibir pada kancil hanya untuk mengangkat pakan, sedangkan pemotongan pakan dilakukan oleh gigi geraham. Pakan yang dipotong-potong menjadi bagian yang kecil dapat memudahkan proses pengambilan, pengunyahan, dan penelanan pakan oleh kancil. Aktivitas makan pada kancil biasanya dilakukan ketika keadaan lingkungan sekitar telah sepi. Kancil merupakan hewan yang sangat peka terhadap gangguan dari lingkungan luar. Kancil bersifat pemalu dan selalu berusaha untuk tidak terlihat. Hewan ini akan lari dan bersembunyi di gorong-gorong jika merasa terancam. Aktivitas makan kancil biasanya dilakukan terpisah dari tempat fesesnya. Kancil 23
akan melanjutkan aktivitas berikutnya seperti grooming, istirahat di gorong-gorong, defekasi, urinasi, maupun memamahbiak setelah selesai makan. Aktivitas makan kancil disajikan pada Gambar 7. Secara keseluruhan intensitas makan kancil terlihat lebih tinggi pada waktu malam hari dibandingkan dengan siang hari. Kondisi ini sesuai dengan sifat kancil sebagai hewan nokturnal (aktif pada malam hari). Aktivitas makan tertinggi terjadi pada pukul 18.00-19.00 WIB, yaitu sebesar 9,61% dari keseluruhan waktu yang diperlukan untuk makan dalam sehari. Pada waktu tersebut bertepatan dengan waktu pemberian pakan dan merupakan waktu pergantian dari siang ke malam. Peningkatan aktivitas makan juga terjadi pada pukul 23.00-04.00 WIB. Peningkatan aktivitas makan dapat juga diakibatkan oleh kondisi suhu lingkungan sekitar. Rata-rata suhu udara pada malam hari sebesar 24,04 oC dan pada waktu fajar 23,54 oC, sedangkan kelembaban pada malam hari sebesar 96,21% dan pada waktu fajar sebesar 96,54%. Kondisi udara tersebut cukup dingin. Hewan ini membutuhkan panas yang tinggi untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh sehingga dia akan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Temperatur lingkungan yang tinggi menurunkan konsumsi sedangkan penurunan temperatur merangsang pusat makan untuk meningkatkan konsumsi pakan (Arora, 1989). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Winarto et al. (1991) yang melaporkan aktivitas makan kancil yang terendah terjadi pada periode antara pukul 22.00-02.00 WIB.
Gambar 7. Tingkah Laku Makan Kancil di Penangkaran
24
Aktivitas memamahbiak Aktivitas memamahbiak memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan aktivitas lain yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan, yaitu sebesar 15,312%. Kancil termasuk golongan hewan ruminansia yang melakukan aktivitas memamahbiak. Aktivitas memamahbiak ini dilakukan pada saat suasana tenang baik dalam kondisi kancil duduk, istirahat maupun berdiri. Aktivitas memamahbiak pada kancil dilakukan dengan mengembalikan pakan yang telah ditelan dan disimpan di rumen ke dalam mulut (proses regurgitasi), yang kemudian dikunyah kembali (proses remastikasi) dan setelah proses remastikasi selesai maka pakan akan ditelan kembali (proses redeglutasi). Pakan tersebut selanjutnya dicerna lagi oleh enzim-enzim mikroba rumen (microbial attack) seperti pada hewan ruminansia lainnya. Jumlah kecapan dalam proses memamahbiak tergantung dengan besar kecilnya pakan dan jenis bahan pakan yang dikonsumsi. Kancil membutuhkan suasana yang tenang untuk memamahbiak. Suasana yang gaduh akan mngganggu aktivitas memamahbiak, kancil kadang-kadang akan berhenti memamahbiak jika merasa dirinya terancam. Aktivitas memamahbiak dilakukan selama ada waktu luang sehingga pada setiap periode pengamatan ditemukan aktivitas memamahbiak. Aktivitas memamahbiak tertinggi terjadi pada pukul 07.00-08.00 WIB yaitu sebesar 9,65% lalu menurun dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WIB dan naik kembali pada pukul 23.00 WIB seperti yang tampak pada Gambar 8. Jika dibandingkan dengan aktivitas makan (Gambar 7), tampak bahwa aktivitas memamahbiak dilakukan setelah aktivitas makan.
Gambar 8. Tingkah Laku Memamahbiak Kancil di Penangkaran 25
Aktivitas memamahbiak terendah terjadi pada pukul 18.00-19.00 WIB dengan nilai sebesar 0,13% dari keseluruhan total memamahbiak. Nilai yang rendah ini dimungkinkan karena pada waku tersebut adalah waktu pemberian pakan sehingga kancil akan banyak melakukan aktivitas lokomosi dan makan. Aktivitas Minum Aktivitas minum adalah aktivitas memasukkan air atau cairan ke dalam tubuh melewati mulut. Selama penelitian tidak ditemukan aktivitas minum pada kancil. Kancil tidak melakukan aktivitas minum diduga karena kebutuhan akan air sudah terpenuhi dari pakan yang dikonsumsi. Kondisi kandang yang sejuk dan tingginya curah hujan diduga juga berpengaruh terhadap aktivitas minum kancil. Menurut Rosyidi (2005), kancil memiliki dinding sel yang cukup tebal sehingga diduga saat sel-sel kancil memetabolisme pakan dapat mengefisiensi penggunaan air. Keadaan ini menyebabkan kancil tahan tidak minum beberapa hari bahkan beberapa minggu, sehingga kebutuhan minum kancil hanya berasal dari kandungan air yang ada dalam pakan maupun dari hasil metabolisme tubuh. Aktivitas Defekasi Aktivitas defekasi merupakan aktivitas membuang kotoran yang berbentuk padat. Kancil termasuk hewan yang bersih, hal ini ditandai jika kancil melakukan aktivitas defekasi maupun urinasi maka sebagian besar kotoran kancil akan ditempatkan di tempat yang sama di salah satu bagian sudut atau pinggir kandang dan kadang-kadang agak terpisah. Jika melihat sifat atau tingkah laku defekasi atau urinasi kancil maka hewan ini berpotensi untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan untuk kesenangan (pets) seperti kelinci. Aktivitas defekasi pada kancil rata-rata diawali dengan aktivitas urinasi. Feses kancil yang normal berbentuk bulat panjang hampir mirip dengan kotoran domba atau kambing namun ukurannya lebih kecil. Ukuran feses kancil beragam, besarnya kurang lebih sebesar pentol korek api. Tingkah laku dan posisi tubuh saat melakukan defekasi pada kancil mirip domba atau kambing, yaitu dilakukan dengan melebarkan kedua kaki bagian belakang sehingga menyebabkan bagian punggung belakang agak tertarik ke bawah. Kancil akan diam berkonsentrasi sebelum mengeluarkan feses dan ketika proses pengeluaran feses berlangsung ekor diangkat agak ke atas seperti yang ditunjukkan 26
pada Gambar. 9 (a). Ekor kembali diturunkan ke bawah jika proses pengeluaran feses sudah selesai seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 9 (b). Rosyidi (2005) menyatakan bahwa dari cara urinasi dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin pada kancil yaitu kancil betina saat melakukan eliminasi paha kancil dibuka lebar-lebar serta pantat diturunkan sangat rendah sekali hampir menyentuh lantai kandang. Hewan jantan pada waktu defekasi paha tidak dibuka lebar-lebar dan pantat tidak terlalu diturunkan.
(a)
(b)
Gambar 9. (a) Kancil pada saat Defekasi (b) Kancil Selesai Defekasi Sumber : Bagus (2009)
Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas defekasi tertinggi terjadi pada pukul 24.00-01.00 WIB sebesar 13,42% dari keseluruhan waktu yang diperlukan untuk defekasi dalam sehari seperti yang terlihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tingkah Laku Defekasi Kancil di Penangkaran
27
Tingginya aktivitas defekasi ini disebabkan oleh hasil metabolisme konsumsi pakan pada waktu sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan. Aktivitas Urinasi Aktivitas urinasi dilakukan untuk membuang kotoran yang berbentuk cair. Tingkah laku urinasi pada kancil tidak jauh berbeda dengan tingkah laku defekasi. Total aktivitas urinasi sebesar 3,284% (0,79 jam) dari total aktivitas kancil selama 24 jam seperti yang tampak pada Gambar 11.
Gambar 11. Tingkah Laku Urinasi Kancil di Penangkaran Nilai ini menempati urutan ketiga terbesar dalam hasil persentase aktivitas yang berhubungan langsung dengan makan. Aktivitas urinasi kancil pada malam hari memiliki intensitas lebih tinggi daripada di siang hari (Gambar 11). Keadaan demikian dikarenakan suhu pada waktu malam hari adalah rendah (24,04oC) dan kelembaban tinggi (96,21%). Keadaan ini mengakibatkan suhu udara menjadi cukup dingin. Kondisi udara yang dingin akan merangsang tubuh kancil untuk memproduksi panas tubuh lebih tinggi, hal ini bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil. Jumlah urin akan meningkat akibat dari aktivitas tubuh tersebut sehingga kancil akan banyak melakukan aktivitas urinasi. Jumlah dan komposisi urin sangat berubah-ubah dan tergantung pemasukan bahan makanan, berat badan, usia, jenis kelamin, dan lingkungan hidup seperti temperatur, kelembaban, aktivitas tubuh dan, keadaan kesehatan (Koolman dan Rohm. 2000).
28
Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Kancil Aktivitas Lokomosi Bergerak adalah salah satu ciri makhluk hidup. Aktivitas gerak dibagi menjadi tiga yaitu gerak statis, gerak dinamis, dan gerak kombinasi. Gerak statis adalah gerakan-gerakan tubuh tanpa proses perpindahan tempat seperti gerakan mengangkat kaki, grooming, memamahbiak, menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, menggerakkan ekor dan lain sebagainya. Gerakan dinamis adalah gerakan pada hewan yang dilakukan dengan proses perpindahan tempat (lokomosi) seperti gerakan berjalan lurus tanpa dibarengi gerakan statis. Gerakan kombinasi adalah gerakan yang dilakukan hewan yang menggabungkan gerakan statis dan dinamis seperti gerakan menangkap mangsa dan gerakan mengitari daerah teritorial. Hasil pengamatan menunjukkan kancil lebih aktif pada malam hari dibandingkan dengan siang hari, hal ini dimungkinkan karena kancil di alam merupakan hewan malam (nokturnal). Suhu yang tinggi (30,13oC) dan kelembaban yang rendah (69,67%) di siang hari menyebabkan udara panas. Kondisi ini akan menyebabkan kancil tidak banyak melakukan aktivitas gerak untuk menjaga kestabilan suhu tubuhnya agar tetap nyaman. Aktivitas lokomosi kancil tertinggi terjadi pada pukul 24.00-01.00 WIB sebesar 9,23% seperti tampak pada Gambar 12.
Gambar 12. Tingkah Laku Lokomosi Kancil di Penangkaran Aktivitas lokomosi yang tinggi pada waktu tersebut terjadi akibat suhu udara yang rendah (24.04 oC) dan kelembaban yang tinggi (96.21%). Kondisi lingkungan
29
seperti ini akan menyebabkan udara yang sangat dingin, sehingga kancil banyak melakukan aktivitas lokomosi untuk menjaga panas tubuhnya agar tetap stabil. Nilai persentase lokomosi kancil pada pukul 18.00-19.00 WIB juga cukup tinggi sebesar 6,24%, hal ini diarenakan kancil mendapatkan rangsangan dari luar berupa pakan. Pemberian pakan yang dilakukan membuat kancil harus bergerak mendekati pakan yang diletakkan di depan gorong-gorong. Aroma pakan dan rasa lapar membuat kancil terangsang untuk bergerak mendapatkan makanan tersebut. Menurut Alikodra (1990) tingkah laku mendekati tempat pakan ini disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar (pakan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan atau lapar). Hewan ini sangat aktif, kancil akan berjalan kesana kemari untuk melihat keadaan sekitar. Berdasarkan tingkah laku dari kancil yang sangat aktif maka kandang untuk memelihara kancil harus cukup luas. Kandang yang luas memungkinkan kancil bergerak bebas, sehingga hewan ini tidak mengalami stres. Lantai kandang dari tanah memungkinkan terjadinya penyerapan urin ke tanah lebih bagus sehingga urin tidak menggenang. Urin yang menggenang dapat menjadi sarang penyakit sehingga dapat mengganggu kesehatan kancil. Lantai yang berupa tanah juga dapat mengurangi luka pada kaki kancil yang sangat kecil. Aktivitas Merawat Diri atau Grooming Tingkah laku perawatan tubuh (grooming) merupakan tingkah laku yang sangat penting diperhatikan oleh perawat satwa. Hewan yang sehat dan bahagia akan memperlihatkan kebiasaan grooming yang memakan waktu cukup banyak. Tingkah laku perawatan dilakukan oleh hewan seperti menjilati bulu atau rambut, menelisik (mencari kutu) dan mandi pasir. Aktivitas grooming pada kancil dilakukan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada tubuhnya dan untuk merapikan bulu yang kusut agar tampak rapi dan mengkilap. Hewan ini akan melakukan aktivitas grooming baik dalam posisi duduk atau rebah maupun berdiri yaitu dengan cara menjilati bulu, kaki, dan anggota tubuh lainnya dengan menggunakan lidahnya. Kancil juga sesekali menggosokgosokkan kepala ke dinding kandang hal ini di dukung oleh penelitian Jumailah (1999) yang menyatakan bahwa perawatan tubuh pada kancil dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan badannya (punggung dan kepala) ke benda keras. Hewan ini
30
hampir melakukan aktivitas grooming setiap jam selama pengamatan. Kancil merupakan hewan yang menyenangi kebersihan jika dilihat dari aktivitas yang suka merawat diri. Aktivitas grooming pada kancil cukup tinggi, yaitu 13,814% atau 3,31 jam sehari. Aktivitas grooming yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa kancil merasa bahagia dan sehat. Aktivitas grooming pada pukul 08.00 dan 11.00 WIB cukup tinggi sebesar 5,64% dan 5,79% (Gambar 13), hal ini dimungkinkan karena pada jam tersebut mendekati puncak pertengahan siang hari yang memiliki suhu tinggi sehingga kancil akan mendinginkan tubuhnya dan merelaksasi otot-ototnya dengan cara grooming. Aktivitas grooming pada selang waktu antara pukul 18.00-19.00 WIB tergolong tinggi yaitu sebesar 16,84%, hal ini dimungkinkan karena pada selang waktu tersebut terjadi peralihan dari siang ke malam sehingga kancil akan melakukan adaptasi suhu dan merelaksasi otot-ototnya untuk menghadapi aktivitas malam. Aktivitas grooming secara umum pada siang hari memiliki nilai persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan malam hari. Kancil pada siang hari banyak melakukan aktivitas istirahat sehingga akan lebih banyak memiliki waktu luang untuk merawat diri atau grooming.
Gambar 13. Tingkah Laku Grooming Kancil di Penangkaran Aktivitas Istirahat Aktivitas istirahat ini sangat penting dilakukan untuk memproduksi energi, mencerna pakan, memamah biak, dan memberikan kesempatan mengendurkan otototot yang tegang akibat aktivitas yang telah dilakukan oleh kancil. 31
Aktivitas istirahat pada kancil dibagi menjadi dua tipe yaitu istirahat total dan istirahat sementara. Istirahat total artinya kancil tidak melakukan aktivitas apa-apa yaitu kancil akan duduk dengan cara menekuk keempat kakinya dan kadang-kadang sambil menutup mata seperti orang mengantuk dengan meletakkan kepalanya di bawah, namun tetap dalam posisi duduk. Istirahat sementara artinya kancil akan berdiam beberapa menit untuk melepas lelah biasanya dilakukan dengan posisi tubuh berdiri. Kancil lebih suka beristirahat di dalam gorong-gorong (Gambar 14). Hewan ini menyukai habitat di tempat-tempat rimbun yang banyak jatuhan daun-daun kering yang diduga sebagai alas tidurnya dan juga di bawah rimbunan pohon-pohon salak dan umumnya tempat bersarang tidak jauh dari sungai (Farida et al., 2003). Sarang juga digunakan untuk berteduh dari hujan, berlindung dari teriknya sinar matahari, dan
bersembunyi.
Tempat
persembunyian
diperlukan
dalam
manajemen
perkandangan kancil karena sifat kancil yang suka bersembunyi di gorong-gorong.
Gambar 14. Kancil Istirahat di Gorong-Gorong Sumber : Bagus (2009)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kancil lebih banyak melakukan aktivitas istirahat pada siang dibanding pada malam hari seperti tampak pada Gambar 15. Hal ini diduga karena di alam kancil merupakan hewan malam (nokturnal). Aktivitas istirahat, memamahbiak, dan grooming cukup tinggi (lebih dari 50%). Ketiga aktivitas ini membutuhkan tempat yang aman dengan sedikit gangguan dan tenang. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, dalam kandang kancil sebaiknya disediakan tempat persembunyian misalnya gorong-gorong.
32
Gambar 15. Tingkah Laku Istirahat Kancil di Penangkaran Pemilihan Pakan Pakan diberikan dalam bentuk segar dan diletakkan dalam sebuah wadah, karena bila pakan sudah dalam keadaan layu dan kotor, maka kancil enggan memakannya. Rosyidi (2005) menyatakan bahwa kancil menyukai pakan yang segar, kandungan air tinggi, memiliki daya cerna tinggi, serta kandungan serat kasarnya rendah. Urutan pemilihan pakan digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui tingkat kesukaan (preferensi) pakan yang diberikan. Church (1976), mengatakan bahwa satwa memiliki sifat seleksi yang cukup tinggi terhadap pakan yang tersedia, sehingga satwa akan lebih banyak memakan jenis pakan yang paling disukainya. Jenis pakan yang diberikan pada penelitian ini ada 12 buah, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok siang dan kelompok malam. Pembagian ini didasarkan pada kecenderungan pakan yang dikonsumsi kancil pada siang dan malam hari. Bahan pakan pada kelompok siang adalah ubi jalar merah, jambu biji merah, oyong, labu siam, labu air, dan buncis. Bahan pakan pada kelompok malam adalah kecambah, sawi putih, kulit pisang, daun brojo lego, daun jaat liar, dan daun meniran. Ubi jalar merah, jambu biji merah, oyong, labu siyam, labu air, buncis, sawi putih, dan kulit pisang dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran kurang lebih sebesar dadu untuk memudahkan kancil dalam memakan pakan tersebut. Tumbuhan brojo lego dan jaat liar masing-masing hanya diambil daunnya. Kecambah diberikan secara langsung. Urutan ranking pakan atau ranking jenis pakan yang diberikan pada kancil dapat dilihat pada Tabel 4
33
Tabel 4. Urutan Pemilihan Pakan pada Kancil di Siang Hari Rangking 1 2 3 4 5 6 Keterangan :
Jenis Pakan Siang Ubi jalar merah Labu siam Jambu biji merah Oyong Labu air Buncis
Malam Kulit pisang Daun meniran Kecambah Sawi putih Daun brojo lego Daun jaat liar
Angka 1 sampai dengan angka 6 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi.
Pakan yang dipilih pertama kali pada pengamatan siang hari adalah ubi. Ubi dipilih karena sebagian besar umbinya terdiri atas karbohidrat yang mudah dicerna, sehingga dapat segera dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, teksturnya halus, dan kadar serat kasar yang rendah (2,56%) (Rosyidi, 2005). Labu siam menduduki peringkat kedua karena memiliki kandungan karbohidrat dan kadar air yang cukup tinggi masing-masing sebesar 6,7 g dan 92,3 g. Labu siam juga memiliki aroma yang khas dan kadar serat kasar yang rendah (Mahmud et al., 2009). Peringkat ketiga ditempati oleh jambu biji merah. Buah ini dipilih karena daging buahnya berbau harum, berkadar air tinggi 86,0 g, berwarna cerah, serta memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi sebesar 12,2 g (Rukmana, 2008). Peringkat keempat ditempati oleh oyong. Jenis pakan ini cukup disukai karena memiliki kandungan karbohidrat sebesar 4,1 g dan air sebesar 94,5 g. Peringkat kelima ditempati oleh labu air. Jenis pakan ini kurang disukai karena memiliki kandungan karbohidrat yang cukup rendah yaitu sebesar 3,8 g. Jenis pakan yang paling tidak disukai pada waktu siang hari adalah buncis. Jenis pakan ini tidak disukai diduga karena faktor aroma. Hasil pengamatan pemilihan pakan pada siang hari menunjukkan bahwa kancil memilih pakan berkadar air tinggi. Pilihan ini mencukupi kebutuhan air bagi kancil sehingga kancil tidak perlu minum. Hal ini didukung oleh aktivitas minum kancil yang 0%. Jenis pakan yang dipilih pertama kali pada periode malam hari adalah kulit pisang lampung. Pakan ini dipilih karena digunakan sebagai sumber karbohidrat, beraroma harum, berwarna cerah, dan bertekstur empuk. Jumailah (1999), melaporkan bahwa bahan pakan yang dipilih kancil pertama kali adalah pisang. Kecenderungan kancil terhadap pisang berkaitan dengan preferensi. Pisang
34
mempunyai aroma yang wangi, bentuk dan tekstur yang lunak. Hasil pengamatan Winarto et al. (1991) menyebutkan bahwa pakan yang paling disukai kancil adalah pisang. Peringkat kedua ditempati oleh daun meniran. Jenis pakan ini cukup disukai karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi 10,65%. Tekstur daun yang lembut dan aroma yang khas juga menjadi faktor penyebab pakan ini dipilih. Peringkat ketiga ditempati oleh kecambah. Kecambah dipilih karena memiliki kandungan air yang besar (90,4 g) dan protein yang cukup tinggi (3,7 g). Peringkat keempat ditempati oleh sawi putih. Pakan ini cukup disukai karena mengandung 1,7 g karbohidrat dan 96,6 g air. Peringkat kelima ditempati oleh daun brojo lego pakan ini tidak begitu disukai karena kandungan airnya rendah (10,58%) dan serat kasarnya cukup tinggi (17,44%). Jenis pakan yang paling tidak disukai adalah daun jaat liar. Jenis pakan ini tidak disukai karena memiliki kandungan air yang rendah sebesar 9,61% dan serat kasar yang cukup tinggi sebesar 20,02%. Kancil dalam memilih pakan cenderung pada pakan yang mengandung sedikit serat kasar dan cukup banyak mengandung air (Jumaliah, 1999). Peringkat selanjutnya berturut-turut ditempati oleh oyong, labu air, buncis. Hasil pengamatan pemilihan pakan pada malam hari menunjukkan bahwa kancil memilih pakan berkadar air rendah dengan kandungan karbohidrat, protein, dan serat kasar agak tinggi. Hal ini didukung oleh proses ruminasi yang tinggi di malam hari. Kancil merupakan satwa ruminansia yang memiliki alat pencernaan sederhana, lambung kancil hanya memiliki 3 ruangan yaitu rumen, retikulum, dan abomasum (Sigit, 1984) yang tidak mampu mencerna bahan pakan yang kadar serat kasarnya tinggi sehingga kancil sebaiknya diberikan pakan dengan kadar serat kasar rendah dan energi cukup tinggi. Jumailah (1999), menyatakan kancil dalam memilih pakan cenderung pada pakan yang mengandung sedikit serat kasar dan mengandung cukup banyak air. Pakan pilihan tersebut dapat dikatakan merupakan pakan yang berkualitas baik. Kancil juga termasuk dalam jenis kelompok satwa peranggas atau browsers atau concentrate selectors yang menyukai daun-daunan, umbi-umbian, bijibijian dan buah-buahan yang mudah dicerna (Kay et al., 1980). Hal ini dilakukan agar kancil dapat memperoleh nutrisi sesuai dengan habitat aslinya.
35