DAFTAR ISI Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Lampiran Daftar Singkatan Ringkasan I. Laporan Realisasi Anggaran II. Neraca III. Catatan atas Laporan Keuangan A. Penjelasan Umum A.1. Dasar Hukum A.2. Kebijakan Teknis Kementerian Keuangan A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan A.4. Kebijakan Akuntansi B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran B.1. Pendapatan Negara dan Hibah B.2. Belanja Negara B.3. Catatan Penting Lainnya C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca C.1. Aset Lancar C.2. Aset Tetap C.3. Piutang Jangka Panjang C.4. Aset Lainnya C.5. Kewajiban Jangka Pendek C.6. Ekuitas Dana Lancar C.7. Ekuitas Dana Investasi C.8. Catatan Penting Lainnya D. Pengungkapan Penting Lainnya D.1. Rekening Pemerintah D.2. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual D.3. Rekapitulasi Piutang Negara Instansi Pemerintah/Lembaga Negara yang aktif diurus oleh PUPN/DJKN D.4. Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013
Halaman i ii iii iv viii ix x
1 4 5 7 7 7 11 20 21 32 32 50 66 74 75 97 118 120 126 130 132 134 158 158 158 160 160
Daftar Isi - Halaman iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 33 Tabel 34 Tabel 35 Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Tabel 40 Tabel 41 Tabel 42 Tabel 43 Tabel 44 Tabel 45 Tabel 46 Tabel 47 Tabel 48 Tabel 49
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut Eselon 1 Penggolongan Kualitas Piutang Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2013 Rincian Realisasi Pendapatan Bruto TA 2013 Perbandingan Pendapatan Negara dan Hibah Neto TA 2013 dan TA 2012 Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 Realisasi Pendapatan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan TA 2013 dan 2012 Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013 dan 2012 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2013 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Neto TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 dan TA 2012 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2013 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan 2012 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto Realisasi Bruto Pendapatan dan Pengembalian Pajak Perdagangan Internasional TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2013 dan 2012 Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 Realisasi dan Pengembalian Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2013 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012 Rincian Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 Rincian Realisasi Bruto dan Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 dan 2012 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 dan 2012 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 Berdasarkan Satuan Kerja Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 dan 2012 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2013 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 dan TA 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2013 Perbandingan Belanja Pegawai per Eselon I TA 2013 dan TA 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 dan TA 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012
Halaman 2 3 20 25 32 32 33 33 34 34 34 35 36 36 37 38 43 43 43 44 44 46 46 46 47 48 48 49 49 49 51 52 52 53 53 54 55 55 57 57 58 59 59 60 61 61 62 62 63
Tabel 50 Tabel 51 Tabel 52 Tabel 53 Tabel 54 Tabel 55 Tabel 56 Tabel 57 Tabel 58 Tabel 59 Tabel 60 Tabel 61 Tabel 62 Tabel 63 Tabel 64 Tabel 65 Tabel 66 Tabel 67 Tabel 68 Tabel 69 Tabel 70 Tabel 71 Tabel 72 Tabel 73 Tabel 74 Tabel 75 Tabel 76 Tabel 77 Tabel 78 Tabel 79 Tabel 80 Tabel 81 Tabel 82 Tabel 83 Tabel 84 Tabel 85 Tabel 86 Tabel 87 Tabel 88
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal Per Eselon I TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Aset Lancar Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Kas pada BLU Sekretariat Jenderal Rincian Kas pada BLU STAN Belanja Dibayar Dimuka Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Uang Muka Belanja Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2013 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC Per 31 Desember 2013 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2013 Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I Per 31 Desember 2013 Rincian Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Kualitas Piutang Per 31 Desember 2013 Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2013 Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2013 Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN Per 31 Desember 2013 Persediaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2013 Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Per 31 Desember 2013
64 64 72 73 74 74 75 75 76 76 77 77 78 78 79 80 81 82 83 84 84 87 87 88 88 89 89 90 90 91 91 92 92 93 93 94 94 95 97
Tabel 89 Tabel 90 Tabel 91 Tabel 92 Tabel 93 Tabel 94 Tabel 95 Tabel 96 Tabel 97 Tabel 98 Tabel 99 Tabel 100 Tabel 101 Tabel 102 Tabel 103 Tabel 104 Tabel 105 Tabel 106 Tabel 107 Tabel 108 Tabel 109 Tabel 110 Tabel 111 Tabel 112 Tabel 113 Tabel 114 Tabel 115 Tabel 116 Tabel 117 Tabel 118 Tabel 119 Tabel 120 Tabel 121 Tabel 122 Tabel 123 Tabel 124 Tabel 125 Tabel 126 Tabel 127 Tabel 128 Tabel 129
Rincian Belanja Modal Sampai dengan 31 Desember 2013 Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 1 Januari 2013 Perbandingan Posisi Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Tanah Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Tanah Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Tanah BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Tanah BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Tetap Lainnya Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Lainnya BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per 31 Desember 2013 Komposisi Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2013 dan 2012 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Mutasi TP/TGR sampai dengan 31 Desember 2013 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 Rincian Penyisihan Piutang tak Tertagih Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 Aset Tak Berwujud per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud
98 98 100 101 102 102 103 103 104 105 106 106 107 107 108 109 109 110 110 111 111 112 112 113 114 114 115 115 116 116 117 117 118 118 119 120 120 120 121 122 122
Tabel 130 Tabel 131 Tabel 132 Tabel 133 Tabel 134 Tabel 135 Tabel 136 Tabel 137 Tabel 138 Tabel 139 Tabel 140 Tabel 141 Tabel 142 Tabel 143 Tabel 144 Tabel 145 Tabel 146 Tabel 147 Tabel 148 Tabel 149 Tabel 150 Tabel 151
Aset Tak Berwujud - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Aset Tak Berwujud - BLU Per Jenis Aset Aset Lain-lain per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap yang Tidak Digunakan Dalam Kegiatan Operasional Pemerintahan pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca Aset Lain-lain - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Mutasi Aset Lain-lain – BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2013 dan 2012 Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Utang Kepada Pihak Ketiga per Akun per 31 Desember 2013 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Akun per 31 Desember 2013 Pendapatan Diterima Dimuka per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Uang Muka dari KPPN per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Pendapatan yang Ditangguhkan per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Cadangan Piutang per 31 Desember 2013 Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2013 Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2013 dan 2012 Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2013 Rekapitulasi Piutang Negara Per 31 Desember 2013 Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013
122 123 124 124 125 126 126 127 127 128 128 129 130 130 131 131 132 133 156 157 158 159
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Grafik 2 Grafik 3 Grafik 4 Grafik 5 Grafik 6 Grafik 7 Grafik 8 Grafik 9 Grafik 10 Grafik 11 Grafik 12 Grafik 13 Grafik 14 Grafik 15 Grafik 16 Grafik 17 Grafik 18 Grafik 19 Grafik 20
Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Neto TA 2013 Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan 2012 Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012 Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 Komposisi Realisasi Belanja Barang TA 2013 Komposisi Realisasi Belanja Modal TA 2013 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak Per 31 Desember 2013 Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset per 31 Desember 2013
Halaman 32 35 37 38 38 46 47 50 51 54 56 56 58 60 63 72 79 95 95 121
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
Piutang Pajak Berdasarkan Jenis Pajak
Lampiran II
Piutang Pajak Berdasarkan Kanwil DJP dan Jenis Pajak
Lampiran III
Piutang Pajak Berdasarkan Kanwil DJP dan Umur Pajak
Lampiran IV
Penyisihan Piutang Pajak, Piutang Pajak Daluarsa, Usul Penghapusan Piutang Pajak dan Piutang Pajak yang Dihapuskan
Lampiran V
Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diajukan Sengketa Pajak
Lampiran VI
Piutang Pajak yang Dilakukan Upaya Hukum
Lampiran VII
Rincian SP3DRI
Lampiran VIII
Informasi Akrual
Lampiran IX
Berita Acara Rekonsiliasi TP/TGR
DAFTAR SINGKATAN APBN
:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBN-P
:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
BLU
:
Badan Layanan Umum
BMDTP
:
Bea masuk Ditanggung Pemerintah
BPK
:
Badan Pemeriksa Keuangan
BUN
:
Bendahara Umum Negara
DIPA
:
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DPPN
:
Dana Pengembangan Pendidikan Nasional
LRA
:
Laporan Realisasi Anggaran
MA
:
Mata Anggaran Penerimaan / Pengeluaran
MPN
:
Modul Penerimaan Negara
PNBP
:
Penerimaan Negara Bukan Pajak
SIMAK-BMN
:
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
SAI
:
Sistem Akuntansi Instansi
SAK
:
Sistem Akuntansi Keuangan
SAP
:
Standar Akuntansi Pemerintahan
SKPA
:
Surat Kuasa Pengguna Anggaran
UP
:
Uang Persediaan
TA
:
Tahun Anggaran
TAB
:
Tahun Anggaran Berjalan
TAYL
:
Tahun Anggaran Yang Lalu
TGR
:
Tuntutan Ganti Rugi
TPA
:
Tagihan Penjualan Angsuran
UP
:
Uang Persediaan
TNP
:
Treasury Notional Pooling
SETJEN
:
Sekretariat Jenderal
ITJEN
:
Inspektorat Jenderal
DJA
:
Direktorat Jenderal Anggaran
DJP
:
Direktorat Jenderal Pajak
DJBC
:
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
DJPK
:
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
DJPU
:
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
DJPB
:
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
DJKN
:
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
BPPK
:
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
BKF
:
Badan Kebijakan Fiskal
PIP
:
Pusat Investasi Pemerintah
STAN
:
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
NERACA TINGKAT KEMENTERIAN/ LEMBAGA PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (DALAM RUPIAH) KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 015 NAMA PERKIRAAN 1
JUMLAH
Kenaikan (Penurunan)
2013
2012
Jumlah
%
2
3
4
5
ASET ASET LANCAR Kas di Bendahara Pengeluaran
3,185,018,342
8,796,459,747
(5,611,441,405)
Kas di Bendahara Penerimaan
8,612,212,342
6,659,080,618
1,953,131,724
29.33
64,892,258,341
20,739,677,126
44,152,581,215
212.89
2,845,277,111,289
3,641,157,122,268
72,072,741,956
23,212,842,494
Kas Lainnya dan Setara Kas Kas pada Badan Layanan Umum Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) Uang muka belanja (prepayment)
(63.79)
(795,880,010,979)
(21.86)
48,859,899,462
210.49
(3,631,678,772)
(97.54)
91,572,000
3,723,250,772
Piutang Perpajakan
103,240,249,433,833
93,468,526,344,200
9,771,723,089,633
10.45
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Perpajakan
(50,480,277,068,155)
(44,550,942,630,944)
(5,929,334,437,211)
13.31
52,759,972,365,678
48,917,583,713,256
3,842,388,652,422
67,006,879,145
96,450,818,001
(46,363,232,047) 20,643,647,098 10,574,192,619
9,625,650,721
948,541,898
9.85
(9,568,068,047)
(9,414,674,698)
(153,393,349)
1.63
Piutang Perpajakan (Netto) Piutang Bukan Pajak Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak Piutang Bukan Pajak (Netto) Bagihan Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto)
7.85
(29,443,938,856)
(30.53)
(51,808,973,643)
5,445,741,596
(10.51)
44,641,844,358
(23,998,197,260)
(53.76)
1,006,124,572
210,976,023
795,148,549
Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Operasional BLU
34,772,216,529
20,520,519,164
14,251,697,365
Piutang dari Kegiatan Operasional BLU (Netto)
34,491,581,471
20,408,376,193
14,083,205,278
69.01
Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum
37,689,339,104
32,766,356,150
4,922,982,954
15.02
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU (Netto) Persediaan Persediaan Badan Layanan Umum JUMLAH ASET LANCAR
(280,635,058)
(653,445,133)
(112,142,971)
(633,092,250)
(168,492,087)
(20,352,883)
376.89 69.45 150.25
3.21
37,035,893,971
32,133,263,900
4,902,630,071
282,569,446,845
284,672,873,440
(2,103,426,595)
15.26
1,206,628,616
913,269,070
293,359,546
32.12
56,131,056,602,521
53,004,852,749,265
3,126,203,853,256
5.90
18,305,298,530,619
17,296,534,823,816
1,008,763,706,803
5.83
545,355,589,927
545,192,062,827
163,527,100
0.03
9,281,994,108,652
8,849,450,471,389
432,543,637,263
4.89
58,757,128,310
51,293,956,632
7,463,171,678
14.55
(0.74)
ASET TETAP Tanah Tanah Badan Layanan Umum Peralatan dan Mesin Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum Gedung dan Bangunan
12,220,156,775,183
11,211,918,159,435
1,008,238,615,748
8.99
Gedung dan Bangunan Badan Layanan Umum
216,874,887,239
196,710,647,484
20,164,239,755
10.25
Jalan, Irigasi dan Jaringan
376,594,636,513
348,573,649,280
28,020,987,233
8.04
Jalan,Irigasi, dan Jaringan Badan Layanan Umum
19,157,870,618
18,437,121,332
720,749,286
3.91
Aset Tetap Lainnya
28,063,850,892
26,339,299,995
1,724,550,897
6.55
Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum
13,801,033,266
11,807,907,831
1,993,125,435
16.88
457,589,043,017
677,317,480,494
(219,728,437,477)
(32.44)
-
10,887,286,730
(10,887,286,730)
(100.00)
Konstruksi Dalam Pengerjaan Konstruksi Dalam Pengerjaan Badan Layanan Umum Akumulasi Penyusutan
(10,075,131,483,866)
-
(10,075,131,483,866)
JUMLAH ASET TETAP
31,448,511,970,370
39,244,462,867,245
(7,795,950,896,875)
2,238,991,501
171,642,005
(19.87)
PIUTANG JANGKA PANJANG Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto)
(14,288,710) 2,224,702,791
(858,210) 170,783,795
2,067,349,496 (13,430,500) 2,053,918,996
1,204.45 1,564.94 1,202.64
LAPORAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (DALAM RUPIAH)
REALISASI
9
REALISASI DI ATAS (BAWAH) ANGGARAN
10
% REAL. ANGG.
: LRAKT : 14 Mei 2014 1 : : lu_pauait
ANGGARAN
8
: 015 KEMENTERIAN KEUANGAN
Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id
% REAL. ANGG.
7
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA -
REALISASI DI ATAS (BAWAH) ANGGARAN
6
2012
REALISASI 5
2013 ANGGARAN 4
: -
URAIAN
2
3
BAGIAN ANGGARAN PELAKSANA
No
1
96.60
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
96.60
A
93.86 1,017,371,947,232,192 982,829,932,056,170 ( 34,542,015,176,022)
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH TRANSAKSI KAS
1,150,880,499,728,436 1,080,211,519,265,721 ( 70,668,980,462,715)
A.I
0.00
207.92
96.48
1,224,504,237,091
0.00
93.86 1,017,371,947,232,192 982,829,932,056,170 ( 34,542,015,176,022)
2,359,109,958,283
0
0.00
93.81 1,016,237,341,511,000 980,470,822,097,887 ( 35,766,519,413,113) 1,134,605,721,192
0
0
0.00
1,150,880,499,728,436 1,080,211,519,265,721 ( 70,668,980,462,715)
115.36
0
0
0
0.00
1,148,364,681,288,000 1,077,309,220,752,239 ( 71,055,460,535,761) 386,480,073,046
0.00
0
0
0
Penerimaan Perpajakan
2,902,298,513,482
0
0.00
0
0
PENERIMAAN NEGARA 2,515,818,440,436
0
0
0.00
0
A.I.1
0
0
0
0.00
0
A.I.1.a
0
0
0
0
A.II
Penerimaan Negara Bukan Pajak
0
0
0
A.I.1.b
PENERIMAAN NEGARA NON KAS 0
0.00
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH TRANSAKSI NON KAS
HIBAH
A.II.1 Penerimaan Perpajakan Non Kas
0
A.I.2
A.II.1.a
0
92.61
8,375,082,920,608
17,217,079,527,000
17,402,097,003,000
5,998,821,296,389 (
7,976,346,217,823
(
16,199,881,727,924 (
16,325,448,043,171 (
1,014,093,697,636)
398,736,702,785)
1,017,197,799,076)
1,076,648,959,829)
93.86 1,017,371,947,232,192 982,829,932,056,170 ( 34,542,015,176,022)
85.54
95.24
94.09
93.81
96.60
0.00
0
92.70
7,012,914,994,025
0
1,361,104,763,665)
94.32
0
1,331,904,537,206)
88.72
0
17,047,571,631,335 (
485,950,647,754)
0.00
16,912,952,223,794 (
865,990,898,657)
0
(
1,150,880,499,728,436 1,080,211,519,265,721 ( 70,668,980,462,715)
18,408,676,395,000
(
0
Penerimaan Negara Bukan Pajak Non Kas HIBAH NON KAS
18,244,856,761,000
8,066,062,119,782
0
A.II.1.b A.II.2
BELANJA NEGARA
JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH (A.I + A. II) B BELANJA TRANSAKSI KAS Rupiah Murni
B.I B.I.1
6,812,529,932,807
8,552,012,767,536
0.00
87.97
7,678,520,831,464
220,002,145,906)
Belanja Pegawai
(
Belanja Barang
1,609,079,466,461
B.I.1.a
1,829,081,612,367
B.I.1.b
81.26
1,636,815,690,767
377,507,471,233)
2,014,323,162,000
(
Belanja Modal
0.00
B.I.1.c
615,634,747,251
86.21
615,634,747,251
397,544,480,438
15,840,681,386)
0
0
0
125,566,315,247
(
0.00
Pembayaran Bunga Utang
0.00
0
0
397,544,480,438
B.I.1.d
0
0.00
185,017,476,000
99,026,124,614
0.00
37.83
0.00
0
0.00
0
43,610,479,367)
0.00
0
0
0
82.18
114,866,806,000
(
0
0.00
0
0
0
0.00
26,540,190,633
0
0.00
0
Subsidi
0
29,200,226,459)
90.16
0
0
0.00
0.00
B.I.1.e
0
0
70,150,670,000
0
0
0.00
0.00
0
0
13,502,671,238)
0
0
0
0 0
134,619,407,541
(
41.04
0
0
0
0
Hibah
0
0
0.00
0
0
0
B.I.1.f Bantuan Sosial
163,819,634,000
123,690,736,762
15,697,555,221)
0.00
0
0
0.00
Belanja Lain-lain
0
(
0
0.00
0
0
B.I.1.g Pinjaman dan Hibah
137,193,408,000
10,928,670,779
0
0.00
0
0
B.I.1.h Belanja Pegawai
0
0
0.00
0
B.I.2 Belanja Barang
26,626,226,000
0
0
0.00
0
B.I.2.a
0
0
0
0.00
B.I.2.b Belanja Modal
0
0
28,315,862,890
67.87
B.I.2.c
Pembayaran Bunga Utang
0
0
59,451,160,753)
B.I.2.d Subsidi
0
28,315,862,890
(
B.I.2.e Hibah
0
(
B.I.2.f
Bantuan Sosial
0
0
B.I.2.g
Belanja Lain-lain BELANJA TRANSAKSI NON KAS
B.I.2.h B.II
DAFTAR ISI Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Lampiran Daftar Singkatan Ringkasan I. Laporan Realisasi Anggaran II. Neraca III. Catatan atas Laporan Keuangan A. Penjelasan Umum A.1. Dasar Hukum A.2. Kebijakan Teknis Kementerian Keuangan A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan A.4. Kebijakan Akuntansi B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran B.1. Pendapatan Negara dan Hibah B.2. Belanja Negara B.3. Catatan Penting Lainnya C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca C.1. Aset Lancar C.2. Aset Tetap C.3. Piutang Jangka Panjang C.4. Aset Lainnya C.5. Kewajiban Jangka Pendek C.6. Ekuitas Dana Lancar C.7. Ekuitas Dana Investasi C.8. Catatan Penting Lainnya D. Pengungkapan Penting Lainnya D.1. Temuan dan Tindak Lanjut Temuan BPK D.2. Rekening Pemerintah D.3. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual D.4. Rekapitulasi Piutang Negara Instansi Pemerintah/Lembaga Negara yang aktif diurus oleh PUPN/DJKN D.5. Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013
Halaman i ii iii v ix x xi
1 4 5 7 7 7 11 20 21 32 32 50 66 74 75 97 118 120 126 130 132 134 158 158 158 158 160 160
Daftar Isi - Halaman iii
Laporan-laporan Pendukung sesuai Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 LRA Pendapatan dan LRA Pengembalian Pendapatan LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja Neraca Percobaan Laporan Barang Pengguna Laporan Barang Pengguna Tahunan Laporan Posisi BMN di Neraca Lampiran Tindak Lanjut atas Temuan BPK Daftar Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual Lampiran-Lampiran Lain: 1. Laporan Keuangan BLU: i) Pusat Investasi Pemerintah (PIP) ii) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) iii) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) 2. Laporan Keuangan Lembaga Non Struktural: Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) 3. Laporan Rekening Pemerintah 4. Berita Acara Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan 5. Berita Acara Rekonsiliasi Belanja 6. Berita Acara Rekonsiliasi Aset Tetap 7. Berita Acara Rekonsiliasi TP/TGR 8. Rincian Piutang Pajak 9. Rincian SP3DRI 10. Daftar Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Pemungutan PBB-P2
Daftar Isi - Halaman iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 33 Tabel 34 Tabel 35 Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Tabel 40 Tabel 41 Tabel 42 Tabel 43 Tabel 44 Tabel 45 Tabel 46 Tabel 47 Tabel 48 Tabel 49
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut Eselon 1 Penggolongan Kualitas Piutang Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2013 Rincian Realisasi Pendapatan Bruto TA 2013 Perbandingan Pendapatan Negara dan Hibah Neto TA 2013 dan TA 2012 Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 Realisasi Pendapatan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan TA 2013 dan 2012 Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013 dan 2012 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2013 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Neto TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 dan TA 2012 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2013 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan 2012 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto Realisasi Bruto Pendapatan dan Pengembalian Pajak Perdagangan Internasional TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2013 dan 2012 Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 Realisasi dan Pengembalian Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2013 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012 Rincian Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 Rincian Realisasi Bruto dan Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 dan 2012 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 dan 2012 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 Berdasarkan Satuan Kerja Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 dan 2012 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2013 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 dan TA 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2013 Perbandingan Belanja Pegawai per Eselon I TA 2013 dan TA 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 dan TA 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012
Halaman 2 3 20 25 32 32 33 33 34 34 34 35 36 36 37 38 43 43 43 44 44 46 46 46 47 48 48 49 49 49 51 52 52 53 53 54 55 55 57 57 58 59 59 60 61 61 62 62 63
Daftar Tabel-Halaman. v
Tabel 50 Tabel 51 Tabel 52 Tabel 53 Tabel 54
64 64 74 75 76
Tabel 84
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal Per Eselon I TA 2013 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Aset Lancar Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Kas pada BLU Sekretariat Jenderal Rincian Kas pada BLU STAN Belanja Dibayar Dimuka Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Uang Muka Belanja Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2013 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC Per 31 Desember 2013 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2013 Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I Per 31 Desember 2013 Rincian Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Kualitas Piutang Per 31 Desember 2013 Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2013 Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2013 Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN Per 31 Desember 2013 Persediaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
Tabel 85 Tabel 86 Tabel 87 Tabel 88
Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2013 Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Rincian Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Per 31 Desember 2013
96 96 97 99
Tabel 55 Tabel 56 Tabel 57 Tabel 58 Tabel 59 Tabel 60 Tabel 61 Tabel 62 Tabel 63 Tabel 64 Tabel 65 Tabel 66 Tabel 67 Tabel 68 Tabel 69 Tabel 70 Tabel 71 Tabel 72 Tabel 73 Tabel 74 Tabel 75 Tabel 76 Tabel 77 Tabel 78 Tabel 79 Tabel 80 Tabel 81 Tabel 82 Tabel 83
76 77 77 78 78 79 79 80 80 81 82 83 84 86 86 87 89 89 90 90 91 91 92 92 93 93 94 94 95 95
Daftar Tabel-Halaman. vi
Tabel 89 Tabel 90 Tabel 91 Tabel 92 Tabel 93 Tabel 94 Tabel 95 Tabel 96 Tabel 97 Tabel 98 Tabel 99 Tabel 100 Tabel 101 Tabel 102 Tabel 103 Tabel 104 Tabel 105 Tabel 106 Tabel 107 Tabel 108 Tabel 109 Tabel 110 Tabel 111 Tabel 112 Tabel 113 Tabel 114 Tabel 115 Tabel 116 Tabel 117 Tabel 118 Tabel 119 Tabel 120 Tabel 121 Tabel 122 Tabel 123 Tabel 124 Tabel 125 Tabel 126 Tabel 127 Tabel 128 Tabel 129
Rincian Belanja Modal Sampai dengan 31 Desember 2013 Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 1 Januari 2013 Perbandingan Posisi Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Tanah Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Tanah Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Tanah BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Tanah BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Tetap Lainnya Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya Per 31 Desember 2013 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Lainnya BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan Per 31 Desember 2013 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per 31 Desember 2013 Komposisi Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2013 dan 2012 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Mutasi TP/TGR sampai dengan 31 Desember 2013 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 Rincian Penyisihan Piutang tak Tertagih Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 Aset Tak Berwujud per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud
100 100 102 103 104 104 105 105 106 106 107 107 108 108 109 110 110 111 111 112 112 113 113 114 114 115 115 116 116 117 117 117 118 118 119 120 120 120 121 122 122
Daftar Tabel-Halaman. vii
Tabel 130 Tabel 131 Tabel 132 Tabel 133 Tabel 134 Tabel 135 Tabel 136 Tabel 137 Tabel 138 Tabel 139 Tabel 140 Tabel 141 Tabel 142 Tabel 143 Tabel 144 Tabel 145 Tabel 146 Tabel 147 Tabel 148 Tabel 149 Tabel 150 Tabel 151
Aset Tak Berwujud - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Aset Tak Berwujud - BLU Per Jenis Aset Aset Lain-lain per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap yang Tidak Digunakan Dalam Kegiatan Operasional Pemerintahan pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca Aset Lain-lain - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Mutasi Aset Lain-lain – BLU Per 31 Desember 2013 Rincian Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2013 dan 2012 Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Utang Kepada Pihak Ketiga per Akun per 31 Desember 2013 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Akun per 31 Desember 2013 Pendapatan Diterima Dimuka per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Uang Muka dari KPPN per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Pendapatan yang Ditangguhkan per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2013 dan 2012 Rincian Cadangan Piutang per 31 Desember 2013 Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2013 Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2013 dan 2012 Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2013 Rekapitulasi Piutang Negara Per 31 Desember 2013 Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013
123 123 123 124 125 126 126 127 127 128 128 128 129 130 130 131 131 132 158 159 160 161
Daftar Tabel-Halaman. viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Grafik 2 Grafik 3 Grafik 4 Grafik 5 Grafik 6 Grafik 7 Grafik 8 Grafik 9 Grafik 10 Grafik 11 Grafik 12 Grafik 13 Grafik 14 Grafik 15 Grafik 16 Grafik 17 Grafik 18 Grafik 19 Grafik 20
Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Neto TA 2013 Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan 2012 Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012 Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2013 dan 2012 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 Komposisi Realisasi Belanja Barang TA 2013 Komposisi Realisasi Belanja Modal TA 2013 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak Per 31 Desember 2013 Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset per 31 Desember 2013
Halaman 32 35 37 38 38 46 47 50 51 54 56 56 58 60 63 74 81 98 98 121
Daftar Grafik– Halaman ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
Neraca Percobaan LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja LRA Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan Laporan Kuasa Pengguna Barang Berita Acara Rekonsiliasi Aset Tetap Berita Acara Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan Berita Acara Rekonsiliasi Belanja Berita Acara Rekonsiliasi TP/TGR
Lampiran II
Rincian Piutang Pajak Rincian SP3DRI Laporan Rekening Pemerintah Informasi Akrual Matriks Tindak Lanjut Temuan BPK RI Daftar Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Pemungutan PBB-P2
Lampiran III
Laporan Keuangan KSAP Laporan Keuangan PIP Laporan Keuangan LPDP Laporan Keuangan STAN
Daftar Lampiran
Halaman xi
DAFTAR SINGKATAN APBN
:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBN-P
:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
BLU
:
Badan Layanan Umum
BMDTP
:
Bea masuk Ditanggung Pemerintah
BPK
:
Badan Pemeriksa Keuangan
BUN
:
Bendahara Umum Negara
DIPA
:
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DPPN
:
Dana Pengembangan Pendidikan Nasional
LRA
:
Laporan Realisasi Anggaran
MA
:
Mata Anggaran Penerimaan / Pengeluaran
MPN
:
Modul Penerimaan Negara
PNBP
:
Penerimaan Negara Bukan Pajak
SIMAK-BMN
:
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
SAI
:
Sistem Akuntansi Instansi
SAK
:
Sistem Akuntansi Keuangan
SAP
:
Standar Akuntansi Pemerintahan
SKPA
:
Surat Kuasa Pengguna Anggaran
UP
:
Uang Persediaan
TA
:
Tahun Anggaran
TAB
:
Tahun Anggaran Berjalan
TAYL
:
Tahun Anggaran Yang Lalu
TGR
:
Tuntutan Ganti Rugi
TPA
:
Tagihan Penjualan Angsuran
UP
:
Uang Persediaan
TNP
:
Treasury Notional Pooling
SETJEN
:
Sekretariat Jenderal
ITJEN
:
Inspektorat Jenderal
Daftar Singkatan– Halaman.xi
DJA
:
Direktorat Jenderal Anggaran
DJP
:
Direktorat Jenderal Pajak
DJBC
:
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
DJPK
:
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
DJPU
:
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
DJPB
:
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
DJKN
:
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
BPPK
:
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
BKF
:
Badan Kebijakan Fiskal
PIP
:
Pusat Investasi Pemerintah
STAN
:
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Daftar Singkatan– Halaman.xii
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal, dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2013 Audited ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2013. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2013 sebesar Rp1.080.211.519.265.721,00 atau 93,86 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp1.150.880.499.728.436,00. Jumlah tersebut terdiri dari Penerimaan Pajak sebesar Rp1.077.309.220.752.239,00 atau mencapai 93,81 persen dari target yang ditetapkan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp2.902.298.513.482,00 atau mencapai 115,36 persen dari target yang ditetapkan. Realisasi Belanja Negara termasuk Imbalan Bunga pada TA 2013 sebesar Rp17.075.887.494.225,00 atau mencapai 92,76 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.912.952.223.794,00 (termasuk didalamnya realisasi belanja Imbalan Bunga yang tidak tersedia pagu anggarannya dalam DIPA sebesar Rp397.544.480.438,00) atau 92,70 persen dari anggarannya, Belanja Pinjaman dan Hibah sebesar Rp134.619.407.541,00 atau 82,18 persen dari anggarannya dan Belanja Transaksi Non Kas sebesar Rp28.315.862.890,00. Adapun realisasi Belanja Negara tanpa Imbalan Bunga pada TA 2013 adalah sebesar Rp16.678.343.013.787,00 atau mencapai 90,60 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.515.407.743.356,00 atau 90,52 persen dari anggarannya, Belanja Pinjaman dan Hibah sebesar Rp134.619.407.541,00 atau 82,18 persen dari anggarannya dan Belanja Transaksi Non Kas sebesar Rp28.315.862.890,00.
Ringkasan
Halaman 1
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah) TA 2013
TA 2012
URAIAN
% REALISASI TERHADAP ANGGARAN
ANGGARAN
REALISASI
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH KAS
1.150.880.499.728.436
1.080.211.519.265.721
Penerimaan Perpajakan
REALISASI
93,86
982.829.932.056.170
1.148.364.681.288.000
1.077.309.220.752.239
93,81
980.470.822.097.887
PNBP
2.515.818.440.436
2.902.298.513.482
115,36
2.359.109.958.283
Hibah
0
0
0
0
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH TRANSAKSI NON KAS
0
0
0
0
Penerimaan Perpajakan
0
0
0
0
PNBP
0
0
0
0
1.150.880.499.728.436
1.080.211.519.265.721
93,86
982.829.932.056.170
BELANJA TRANSAKSI KAS
18.408.676.395.000
17.047.571.631.335
92,61
16.325.448.043.171
Belanja Rupiah Murni
18.244.856.761.000
16.912.952.223.794
92,70
16.199.881.727.924
163.819.634.000
134.619.407.541
82,18
125.566.315.247
BELANJA TRANSAKSI NON KAS
0
28.315.862.890
0
0
Belanja Barang Non Kas
0
28.065.862.890
0
0
Belanja Modal Non Kas
0
250.000.000
0
0
18.408.676.395.000
17.075.887.494.225
92,76
16.325.448.043.171
JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH
Belanja PHLN
JUMLAH BELANJA
2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012. Nilai Aset adalah sebesar Rp88.300.836.601.379,00 yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp56.131.056.602.521,00, Aset Tetap sebesar Rp31.448.511.970.370,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2.224.702.791,00, dan Aset Lainnya sebesar Rp719.043.325.697,00. Nilai Kewajiban adalah sebesar Rp253.796.566.666,00 yang seluruhnya merupakan Kewajiban Jangka Pendek. Sementara itu, nilai Ekuitas Dana adalah sebesar Rp88.047.040.034.713,00 yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp55.877.260.035.855,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp32.169.779.998.858,00.
Ringkasan
Halaman 2
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 2 Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Tanggal Neraca Uraian
31 Desember 2013 (Rp)
Kenaikan/ (penurunan)
31 Desember 2012 (Rp)
(Rp)
%
Aset Aset Lancar
56.131.056.602.521
53.004.852.749.265
3.126.203.853.256
5,90
Aset Tetap
31.448.511.970.370
39.244.462.867.245
(7.795.950.896.875)
(19,87)
2.224.702.791
170.783.795
2.053.918.996
1.202,64
Piutang Jangka Panjang Aset Lainnya
719.043.325.697
900.837.494.078
(181.794.168.381)
(20,18)
88.300.836.601.379
93.150.323.894.383
(4.849.487.293.004)
(5,21)
Kewajiban Jangka Pendek
253.796.566.666
814.697.948.478
(560.901.381.812)
(68,85)
Jumlah Kewajiban
253.796.566.666
814.697.948.478
(560.901.381.812)
(68,85)
Ekuitas Dana Lancar
55.877.260.035.855
52.190.154.800.787
3.687.105.235.068
7,06
Ekuitas Dana Investasi
32.169.779.998.858
40.145.471.145.118
(7.975.691.146.260)
(19,87)
Jumlah Aset Kewajiban
Ekuitas Dana
Jumlah Ekuitas Dana Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
88.047.040.034.713
92.335.625.945.905
(4.288.585.911.192)
(4,64)
88.300.836.601.379
93.150.323.894.383
(4.849.487.293.004)
(5,21)
3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Ringkasan
Halaman 3
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (dalam Rupiah) 31 DESEMBER 2013 URAIAN A.PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 1. PENERIMAAN DALAM NEGERI a. Penerimaan Perpajakan i. Pendapatan Pajak Dalam Negeri ii. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional b. Penerimaan Negara Bukan Pajak i. Pendapatan PNBP Lainnya ii. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) 2. HIBAH JUMLAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH B. BELANJA TRANSAKSI KAS 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembayaran Bunga Utang C. BELANJA TRANSAKSI NON KAS 1. Belanja Pegawai Non Kas 2. Belanja Barang Non Kas 3. Belanja Modal Non Kas JUMLAH BELANJA
Ringkasan
CATATAN B.1 B.1.1 B.1.1.1 B.1.1.1.1
Anggaran
31 DESEMBER 2012 % Realisasi Anggaran
Realisasi
1.150.880.499.728.436 1.148.364.681.288.000 1.099.943.585.138.000
Realisasi
1.080.211.519.265.721 1.077.309.220.752.239 1.029.850.272.828.329
93,86 93,81 93,63
982.829.932.056.170 980.470.822.097.887 930.855.230.106.189
B.1.1.1.2
48.421.096.150.000
47.458.947.923.910
98,01
49.615.591.991.698
B.1.1.2 B.1.1.2.1
2.515.818.440.436 350.920.517.436
2.902.298.513.482 520.913.047.356
115,36 148,44
2.359.109.958.283 856.424.264.729
B.1.1.2.2
2.164.897.923.000
2.381.385.466.126
110,00
1.502.685.693.554
-
-
-
-
1.150.880.499.728.436
1.080.211.519.265.721
93,86
982.829.932.056.170
18.408.676.395.000 8.552.012.767.536 7.815.714.239.464 2.040.949.388.000 0 0 0 0 0 18.408.676.395.000
17.047.571.631.335 8.066.062.119.782 6.936.220.669.569 1.647.744.361.546 397.544.480.438 28.315.862.890 0 28.065.862.890 250.000.000 17.075.887.494.225
92,61 94,32 88,75 80,73 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 92,76
16.325.448.043.171 7.976.346.217.823 6.097.847.421.003 1.635.619.657.094 615.634.747.251 0 0 0 0 16.325.448.043.171
B.1.2
B.2 B.2.1 B.2.2 B.2.3 B.2.4 B.2 B.2.1 B.2.2 B.2.3
Halaman 4
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
II. NERACA KEMENTERIAN KEUANGAN NERACA PER 31 DESEMBER 2013 DAN 31 DESEMBER 2012 (dalam Rupiah) NAMA PERKIRAAN
CAT AT AN
31 DESEMBER 2013
31 DESEMBER 2012
ASET ASET LANCAR
C.1
Kas di Bendahara Pengeluaran
C.1.1
3.185.018.342
Kas di Bendahara Penerimaan
C.1.2
8.612.212.342
6.659.080.618
Kas Lainnya dan Setara Kas
C.1.3
64.892.258.341
20.739.677.126
Kas pada Badan Layanan Umum
C.1.4
2.845.277.111.289
3.641.157.122.268
Belanja Dibayar Dimuka (prepaid)
C.1.5
72.072.741.956
23.212.842.494
Uang muka belanja (prepayment)
8.796.459.747
C.1.6
91.572.000
3.723.250.772
Piutang Perpajakan
C.1.7
103.240.249.433.833
93.468.526.344.200
Penyisihan Piutang T idak T ertagih - Piutang Perpajakan
C.1.8
(50.480.277.068.155)
(44.550.942.630.944)
52.759.972.365.678
48.917.583.713.256
Piutang Perpajakan (Netto) Piutang Bukan Pajak
C.1.9
67.006.879.145
96.450.818.001
Penyisihan Piutang T idak T ertagih - Piutang Bukan Pajak
C.1.10
(46.363.232.047)
(51.808.973.643)
20.643.647.098
44.641.844.358
C.1.11
10.574.192.619
9.625.650.721
C.1.12
(9.568.068.047)
Piutang Bukan Pajak (Netto) Bagihan Lancar T agihan T untutan Perbendaharaan/T untutan Ganti Rugi Penyisihan Piutang T idak T ertagih - Bagian Lancar T agihan T untutan Perbendaharaan/T untutan Ganti Rugi Bagian Lancar T agihan T untutan Perbendaharaan/T untutan Ganti Rugi (Netto) Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum Penyisihan Piutang T idak T ertagih - Piutang dari Kegiatan Operasional BLU
C.1.13 C.1.14
Piutang dari Kegiatan Operasional BLU (Netto) Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum
C.1.15
Penyisihan Piutang T idak T ertagih - Piutang dari Kegiatan Non C.1.16 Operasional BLU Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU (Netto) C.1.17
Persediaan Persediaan Badan Layanan Umum
C.1.18
JUMLAH ASET LANCAR ASET T ET AP
(9.414.674.698)
1.006.124.572
210.976.023
34.772.216.529
20.520.519.164
(280.635.058)
(112.142.971)
34.491.581.471
20.408.376.193
37.689.339.104
32.766.356.150
(653.445.133)
(633.092.250)
37.035.893.971
32.133.263.900
282.569.446.845
284.672.873.440
1.206.628.616
913.269.070
56.131.056.602.521
53.004.852.749.265
C .2
T anah
C.2.1
18.305.298.530.619
17.296.534.823.816
T anah Badan Layanan Umum
C.2.2
545.355.589.927
545.192.062.827
Peralatan dan Mesin
C.2.3
9.281.994.108.652
8.849.450.471.389
Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum
C.2.4
58.757.128.310
51.293.956.632
Gedung dan Bangunan
C.2.5
12.220.156.775.183
11.211.918.159.435
Gedung dan Bangunan Badan Layanan Umum
C.2.6
216.874.887.239
196.710.647.484
Jalan, Irigasi dan Jaringan
C.2.7
376.594.636.513
348.573.649.280
Jalan,Irigasi, dan Jaringan Badan Layanan Umum
C.2.8
19.157.870.618
18.437.121.332
Aset T etap Lainnya
C.2.9
28.063.850.892
26.339.299.995
Aset T etap Lainnya Badan Layanan Umum
C.2.10
13.801.033.266
11.807.907.831
Konstruksi Dalam Pengerjaan
C.2.11
457.589.043.017
677.317.480.494
Konstruksi Dalam Pengerjaan Badan Layanan Umum
C.2.12
0
10.887.286.730
Akumulasi Penyusutan JUMLAH ASET T ET AP
Ringkasan
(10.075.131.483.866) 31.448.511.970.370
0 39.244.462.867.245
Halaman 5
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited PIUT ANG JANGKA PANJANG T agihan T untutan Perbendaharaan/T untutan Ganti Rugi Penyisihan Piutang T idak T ertagih - T agihan T untutan Perbendaharaan/T untutan Ganti Rugi
C .3 C.3.1 C.3.2
T agihan T untutan Perbendaharaan/T untutan Ganti Rugi (Netto) JUMLAH PIUT ANG JANGKA PANJANG ASET LAINNYA
2.238.991.501 (14.288.710)
171.642.005 (858.210)
2.224.702.791
170.783.795
2.224.702.791
170.783.795
580.754.434.414
518.108.669.309
C .4
Aset T ak Berwujud
C.4.1
Aset T ak Berwujud- Badan Layanan Umum
C.4.2
3.177.745.040
3.177.745.040
Aset Lain-lain
C.4.3
467.500.264.865
379.512.337.729
Aset Lain-lain-Badan Layanan Umum
C.4.4
2.559.644.240
38.742.000
Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya
C.4.5
JUMLAH ASET LAINNYA JUMLAH ASET
(334.948.762.862)
0
719.043.325.697
900.837.494.078
88.300.836.601.379
93.150.323.894.383
KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
C .5
Utang kepada Pihak Ketiga
C.5.1
72.908.198.523
39.060.216.445
Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan
C.5.2
134.250.995.588
753.033.696.543
Pendapatan Diterima Dimuka
C.5.3
31.151.192.877
4.367.814.771
Uang Muka dari KPPN
C.5.4
3.199.121.022
8.796.376.249
Pendapatan Yang Ditangguhkan
C.5.5
12.287.058.656
9.439.844.470
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
253.796.566.666
814.697.948.478
JUMLAH KEWAJIBAN
253.796.566.666
814.697.948.478
EKUIT AS DANA EKUIT AS DANA LANCAR
C .6
Cadangan Piutang
C.6.1
52.855.003.383.446
49.016.779.361.599
Cadangan Persediaan
C.6.2
283.776.075.461
285.586.142.510
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek
C.6.3
(145.941.782.084)
(774.134.999.714)
Keuntungan/Kerugian yang belum terealisasi
C.6.4
Dana Lancar BLU
C.6.5
Barang/Jasa yang Harus Diterima Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan
83.498 3.641.157.122.268
C.6.6
70.310.543.300
25.134.905.397
C.6.7
(31.151.192.877)
JUMLAH EKUIT AS DANA LANCAR EKUIT AS DANA INVEST ASI
(14.102.680) 2.845.277.111.289
(4.367.814.771)
55.877.260.035.855
52.190.154.800.787
39.244.462.867.245
C .7
Diinvestasikan Dalam Aset T etap
C.7.1
31.448.511.970.370
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
C.7.2
721.268.028.488
901.008.277.873
JUMLAH EKUIT AS DANA INVEST ASI
32.169.779.998.858
40.145.471.145.118
JUMLAH EKUIT AS DANA
88.047.040.034.713
92.335.625.945.905
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUIT AS DANA
88.300.836.601.379
93.150.323.894.383
Ringkasan
Halaman 6
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum
A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; 2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan; 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (1) menetapkan bahwa Presiden menyampaikan Rancangan UndangUndang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir; 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 55 ayat (4) menetapkan bahwa Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa Pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan; 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menetapkan bahwa Laporan Keuangan (Audited) disusun berdasarkan Laporan Keuangan (Unaudited) yang telah dikoreksi atau disesuaikan menurut hasil pemeriksaan BPK; 7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan; 8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2005 tentang Pungutan Ekspor atas Barang Ekspor Tertentu; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Penghapusan Piutang Negara/Daerah;
Cara
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 7
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
14. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Keuangan; 16. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 1991 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan PungutanPungutan Lainnya terhadap Pelaksanaan Kuasa dan Ijin Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik; 17. Instruksi Presiden RI Nomor 12 Tahun 1975 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara yang berasal dari pelaksanaan Kontrak Karya, Kontrak Production Sharing dan kegiatan Pertamina sendiri; 18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.02/2005 tentang Tata Cara Pembayaran Kembali Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Perolehan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang Digunakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dalam Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi; 19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.010/2005 tentang Penetapan Tarif Pungutan Ekspor atas Batubara; 20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.05/2007 tentang Modul Penerimaan Negara; 21. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; 22. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; 23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar; 24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.05/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara; 25. Peraturan Menteri Keuangan Nomor Penatausahaan Barang Milik Negara;
120/KM.05/2007
tentang
26. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011; 27. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09/PMK.011/2008 tentang Perubahan Kedelapan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.02/2005 tentang Penetapan Jenis Barang Ekspor Tertentu dan Besaran Tarif Pungutan Ekspor; 28. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum; 29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165/PMK.03/2008 tanggal 4 November 2008 tentang Mekanisme Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah dan Penghitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Hasil Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik; Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 8
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
30. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara dalam Rangka Ekspor, Penerimaan atas Barang Kena Cukai, dan Penerimaan Negara yang berasal dari Pengenaan Denda Administrasi atas Pengangkutan Barang Tertentu; 31. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2009 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja pada Kategori Usaha Tertentu; 32. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.05/2009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat; 33. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 34. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara;
tentang
35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga; 36. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih; 37. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Dana Operasional Khusus Pengamanan Penerimaan Negara; 38. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah; 39. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 236/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Atas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah; 40. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.05/2012 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga; 41. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat; 42. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 766/KMK.04/1992 tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Bagian Pemerintah, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pungutan-Pungutan Lainnya atas Hasil Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik; 43. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat; 44. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.06/2013 tentang Modul Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat; 45. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-07/PB/2005 tentang Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran; Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 9
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
46. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-38/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan; 47. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-40/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Persediaan; 48. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-48/PB/2006 tentang SP3; 49. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-67/PB/2006 tentang Tata Cara Pembukaan dan Pengesahan atas Realisasi Hibah Luar Negeri Pemerintah yang Dilaksanakan Secara Langsung; 50. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-69/PB/2006 tentang Pedoman Koreksi Kesalahan Laporan Keuangan; 51. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-78/PB/2006 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara Melalui Modul Penerimaan Negara; 52. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-02/PB/2007 tentang Pedoman Penatausahaan dan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 53. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga; 54. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-08/PB/2009 tentang Penambahan dan Perubahan BAS; 55. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-62/PB/2009 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada Laporan Keuangan; 56. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga; 57. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-90/PB/2011 tentang Rekonsiliasi Data Transaksi Penerimaan Negara pada Sistem Modul Penerimaan Negara; 58. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: PER-58/BC/2011 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang di Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai; 59. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-02/PJ/2012 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak; 60. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-57/PB/2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 10
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Kebijakan Teknis Kementerian Keuangan
A.2. KEBIJAKAN TEKNIS KEMENTERIAN KEUANGAN A.2.1. Visi Kementerian Keuangan Visi Kementerian Keuangan adalah Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Terpercaya, Akuntabel, dan Terbaik di Tingkat Regional untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Dari visi yang ditetapkan tersebut, yang dimaksud dengan pengelola keuangan dan kekayaan negara adalah Kementerian Keuangan sebagai lembaga/institusi yang mempunyai tugas menghimpun dan mengalokasikan keuangan negara dan mengelola kekayaan negara. Terpercaya adalah semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dilakukan secara transparan, yaitu semua penerimaan negara, belanja negara, dan pembiayaan defisit anggaran dilakukan melalui mekanisme APBN. Akuntabel adalah pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang mengacu pada praktik terbaik internasional yang berlandaskan asas profesionalitas, proporsionalitas, dan keterbukaan. Terbaik di Tingkat Regional adalah semakin meningkatnya kualitas perumusan kebijakan maupun implementasinya sehingga menjadi acuan governance di Asia Tenggara. A.2.2. Misi Kementerian Keuangan Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan, maka Kementerian Keuangan memiliki misi: 1. Misi Fiskal adalah mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati (prudent), dan bertanggung jawab guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan menjaga stabilitas ekonomi; 2. Misi Kekayaan Negara adalah mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien, dan bertanggung jawab; 3. Misi Stabilitas Sektor Keuangan adalah menciptakan dan memelihara stabilitas sektor keuangan untuk penanganan pencegahan krisis melalui koordinasi dengan lembaga terkait; 4. Misi Penguatan Kelembagaan adalah: i. Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan tuntutan masyarakat. ii. Membangun dan mengembangkan SDM berintegritas tinggi dan bertanggung jawab.
yang
amanah,
profesional,
iii. Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya. iv. Membangun dan mengembangkan sistem pengawasan untuk memperkuat tata kelola, manajemen risiko dan sistem pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan. A.2.3. Tujuan Kementerian Keuangan Guna mengaktualisasikan visi dan misi tersebut, maka Kementerian Keuangan menetapkan tujuan pencapaian organisasi sebagai berikut:
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 11
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
1.
Tujuan 1
2.
Tujuan 2
: Meningkatkan dan mengamankan pendapatan negara dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan keadilan masyarakat; : Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan belanja negara untuk mendukung penyelenggaraan tugas K/L dan pelaksanaan desentralisasi fiskal;
3.
Tujuan 3
4.
Tujuan 4
5.
Tujuan 5
6.
Tujuan 6
: Mewujudkan kapasitas pembiayaan yang mampu memberikan daya dukung bagi kesinambungan fiskal; : Pengelolaan perbendaharaan negara yang profesional dan akuntabel serta mengedepankan kepuasan stakeholders atas kinerja perbendaharaan negara; : Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal serta menjadikan nilai kekayaan negara sebagai acuan dalam berbagai keperluan; : Membangun otoritas pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional, yang mampu mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global.
A.2.4. Sasaran Strategis a.
Sasaran strategis dalam tema pendapatan negara adalah: 1. Tingkat pendapatan yang optimal; Tingkat pendapatan yang optimal adalah tingkat pencapaian penerimaan dalam negeri yang sesuai dengan target sebagaimana tercantum dalam APBN atau APBN- P. 2. Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi dan citra yang meningkat yang didukung oleh tingkat pelayanan yang handal; Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi diukur berdasarkan hasil survey kepuasan stakeholders oleh lembaga independen. Hasil survey yang positif akan meningkatkan citra Kementerian Keuangan dimata stakeholders. 3. Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai yang tinggi. Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai terhadap peraturan perundang-undangan yang pada akhirnya menunjukkan potensi pendapatan pajak, kepabeanan, dan cukai.
b.
Sasaran strategis dalam tema belanja negara: 1. Alokasi belanja negara yang tepat sasaran, tepat waktu, efektif, efisien, dan akuntabel; - Alokasi belanja negara yang tepat sasaran adalah alokasi anggaran yang dapat mencapai kinerja program dan kegiatan kementerian negara/lembaga yang telah ditetapkan dalam APBN; - Alokasi belanja negara yang tepat waktu adalah pengesahan DIPA yang dapat diselesaikan sesuai jadwal yang ditetapkan;
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 12
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
- Alokasi belanja negara yang efisien adalah penuangan anggaran pada DIPA yang dapat digunakan untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan; - Alokasi belanja negara yang akuntabel adalah alokasi belanja negara yang proporsional sesuai dengan prioritas rencana kerja pemerintah dan dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya. 2. Tata kelola yang yang tertib, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan belanja negara; -
Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan belanja negara sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangundangan;
-
Tata kelola yang transparan dan akuntabel adalah pengelolaan belanja negara yang dilakukan secara terbuka sehingga proses pengelolaannya dapat diketahui oleh stakeholders dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; Perimbangan keuangan adalah pelaksanaan kebijakan hubungan keuangan pusat dan daerah yang dapat menjamin keseimbangan keuangan terkait dengan besarnya beban, tanggung jawab, dan kewenangan yang dimiliki oleh pusat maupun daerah sesuai dengan norma dan standar yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 4. Terciptanya tata kelola yang tertib sesuai peraturan perundang-undangan, transparan, kredibel, akuntabel, dan profesional dalam pelaksanaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
c.
-
Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan transfer ke daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
-
Transparan adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat diakses oleh seluruh stakeholders;
-
Akuntabel adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat dipertanggungjawabkan.
Sasaran strategis dalam tema pembiayaan APBN adalah: 1. Terpenuhinya pembiayaan APBN melalui utang secara tepat waktu, cukup, dan efisien; Memenuhi target pembiayaan APBN melalui utang yang bersumber dari dalam negeri dan luar negeri, dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) dan Pinjaman, dengan mempertimbangkan biaya dan risiko untuk mendukung kesinambungan fiskal. 2. Terciptanya kepercayaan para pemangku kepentingan (investor, kreditor, dan pelaku pasar lainnya) terhadap pengelolaan utang yang transparan, akuntabel, dan kredibel; Tersedianya informasi terkait pengelolaan utang kepada publik secara transparan dan akurat, dan terjaganya kredibilitas pengelolaan utang dengan
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 13
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
melakukan pembayaran kewajiban secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. 3. Terciptanya struktur portofolio utang yang optimal; Mengoptimalkan struktur jatuh tempo SBN dengan memperhatikan jenis, tingkat bunga dan tenor, serta kondisi pasar keuangan. 4. Terciptanya pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid. Mengembangkan pasar SBN dengan menyediakan alternatif instrumen SBN yang variatif serta meningkatkan sebaran investor. d.
Sasaran strategis dalam tema perbendaharaan negara adalah: 1. Efisiensi dan akurasi pelaksanaan belanja negara; Penyaluran belanja negara untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan secara akurat dan tepat waktu berarti pelaksanaan penyaluran belanja dilakukan sesuai dengan norma waktu yang ditetapkan. 2. Optimalisasi pengelolaan kas; Optimalisasi pengelolaan kas negara meliputi perencanaan kas, pengendalian kas, dan pemanfaatan idle cash yang dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan kas dalam jumlah yang cukup. Optimalisasi pengelolaan kas negara adalah dalam rangka mewujudkan efisiensi pengelolaan kas dengan mengedepankan prinsip ”meminimumkan biaya” dan ”memaksimalkan manfaat” bila terjadi kekurangan kas (cash mismatch) atau pemanfaatan kelebihan kas (idle cash). 3. Optimalisasi tingkat pengembalian dana di bidang investasi dan pembiayaan lainnya; Salah satu bagian dari pengembalian dana di bidang investasi dan pembiayaan lainnya adalah pengembalian penerusan pinjaman. Dana penerusan pinjaman tersebut harus dioptimalkan pengembalian dan penyetorannya kembali ke APBN sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan pengembalian dana tersebut mempunyai kontribusi dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri dan penerimaan defisit APBN. 4. Peningkatan pelayanan masyarakat melalui penyempurnaan pengelolaan BLU; Melalui penyempurnaan regulasi terkait dengan pengelolaan BLU, peningkatan penilaian kinerja satker BLU serta pembinaan yang berkelanjutan, diharapkan satker yang menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU akan dapat melaksanakan fungsinya secara lebih efektif dan efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja keuangan pada satker BLU, sehingga selanjutnya akan dapat mendorong peningkatan kualitas pelayanannya kepada masyarakat.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 14
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
5. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara; Salah satu kebijakan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah melalui penerapan akuntansi pemerintah modern sebagai dasar penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Sampai dengan saat ini LKPP yang telah disusun masih berdasarkan basis Kas Menuju Akrual. Selanjutnya, secara bertahap LKPP akan disusun berdasarkan akrual basis sehingga diharapkan akan terwujud peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara serta peningkatan opini BPK (dari Disclaimer menjadi Wajar Tanpa Pengecualian) melalui LKPP yang lebih berkualitas. 6. Terciptanya sistem perbendaharaan negara yang modern, handal, dan terpadu. Untuk menciptakan sistem perbendaharaan negara yang modern, handal, dan terpadu mulai tahun anggaran 2009 telah dilaksanakan proyek penyempurnaan sistem perbendaharaan dan anggaran negara yang dikenal dengan Proyek Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). e.
Sasaran strategis dalam tema kekayaan negara adalah: 1. Terlaksananya perencanaan kebutuhan barang milik negara yang optimal; Mengoordinasikan pemberian data dan informasi keberadaan asset idle kementerian dan lembaga dalam rangka perencanaan pengadaan belanja modal dari kementerian dan lembaga serta penghematan penggunaan anggaran dengan mengoptimalkan BMN idle yang ada di kementerian dan lembaga. 2. Terlaksananya penatausahaan kekayaan negara yang handal dan akuntabel; Penatausahaan kekayaan negara yang handal dan akuntabel adalah tercatatnya seluruh kekayaan negara/BMN dalam daftar barang baik di kementerian dan lembaga sebagai pengguna dan di Kementerian Keuangan sebagai pengelola. 3. Terwujudnya pemanfaatan BMN berdasarkan prinsip the highest and best use; Pemanfaatan BMN adalah upaya penggunaan secara maksimal seluruh BMN untuk mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi penyelenggaraan negara. 4. Tercapainya peningkatan kualitas pelayanan pengelolaan kekayaan negara; Pelayanan pengelolaan kekayaan negara meliputi pelayanan permohonan penetapan status pemanfaatan, penggunaan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang milik negara. 5. Terwujudnya database nilai kekayaan negara yang kredibel. Mendapatkan, mengumpulkan, dan mengolah data kekayaan negara sehingga menjadi informasi eksekutif yang utuh, tepat waktu, akurat, dan dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan bagi pimpinan Kementerian Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 15
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
f.
g.
Sasaran strategis dalam tema pasar modal dan lembaga keuangan non bank adalah: 1. Terwujudnya regulator bidang pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional; 2. Terwujudnya pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai sumber pendanaan yang mudah diakses, efisien, dan kompetitif; 3. Terwujudnya pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai sarana investasi yang menarik dan kondusif dan sarana pengelolaan risiko yang handal; 4. Terwujudnya industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang stabil, resilience, dan liquid; 5. Tersedianya kerangka regulasi yang menjamin adanya kepastian hukum, keadilan dan keterbukaan (fairness and transparency); 6. Tersedianya infrastruktur pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang kredibel, dapat diandalkan, dan berstandar internasional. Sasaran strategis pembelajaran dan pertumbuhan dalam menunjang pencapaian tujuan strategis 6 tema pokok adalah: 1. Terwujudnya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi; Sistem rekruitmen yang kredibel dan pengembangan SDM yang tertata dan berkelanjutan diharapkan menghasilkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi dalam mengelola keuangan negara. 2. Terwujudnya organisasi yang handal dan modern; Pengembangan organisasi dilakukan berdasarkan fungsi masing-masing unit organisasi dan SOP yang dimiliki, yaitu: - Fungsi unit organisasi merupakan fungsi yang telah disusun berdasarkan keputusan menteri keuangan; - SOP (Standar Operating Procedure) adalah standar yang dijadikan panduan bagaimana suatu kegiatan dilaksanakan sehingga akan memberikan kepastian mengenai apa yang harus dilaksanakan, waktu penyelesaian, dan biaya (bila ada biaya). SOP yang disusun harus memenuhi prinsip efisiensi. 3. Terwujudnya good governance; Good governance adalah terciptanya tata kelola pemerintahan dalam menerapkan prinsip good governance (transparansi, akuntabilitas, responsiveness, responsibilitas, efektivitas, dan efisien). 4. Terwujudnya dan termanfaatkannya TIK yang terintegrasi; Sistem informasi/aplikasi yang ada di seluruh lingkungan Kementerian Keuangan diupayakan terintegrasi didukung dengan kualitas layanan infrastruktur yang prima. 5. Tercapainya akuntabilitas laporan keuangan. Sasaran strategis ini terkait dengan product/service yang dihasilkan oleh Inspektorat Jenderal yang difokuskan pada hasil pengawasan yang dapat memberikan nilai tambah bagi kinerja Kementerian Keuangan melalui asistensi, monitoring, dan review penyusunan laporan keuangan pada unitunit di lingkungan Kementerian Keuangan dan Laporan Keuangan Bagian Anggaran Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 16
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Selama TA 2013, terdapat 36 IKU, dari 36 IKU terdapat 25 IKU berstatus hijau, 10 IKU berstatus kuning, dan 1 IKU berstatus merah. Capaian kinerja utama pelaksanaan tugas dan fungsi oleh Kementerian Keuangan sebagai berikut: Sasaran Strategis/ UIC Target Realisasi Indikator Kinerja Utama Stakeholder Perspective (20% ) KK-1 Kondisi fiskal yang sehat, efektif, dan berkelanjutan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang KK-1.1 Rasio pajak terhadap PDB (20%) BKF 16% 15.32% (penyedia data) KK-1.2 Rasio utang terhadap PDB (20%) BKF 23% 26.02% (penyedia data) KK-1.3 Rasio Defisit APBN terhadap PDB (20%) BKF 2.38% 2.30% (penyedia data) KK-1.4 Indeks opini BPK atas LKPP (20%) DJPB 4 (WTP) 3 (WDP) (penyedia data) KK-1.5 Indeks pemerataan keuangan antar-daerah DJPK 0.76 0.75 (20%) Customer Perspective (20% ) KK-2 Kepuasan Pengguna Layanan yang Tinggi KK-2.1 Indeks kepuasan pengguna layanan DJA, DJP, DJBC, DJPB, DJKN, DJPK, 4 4.02 (100%) DJPU, Setjen KK-3 Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi KK-3.1 Rata-rata persentase kepatuhan pengguna DJA, DJP, DJBC, DJPB, DJKN, DJPK 88.17% 92.32% layanan (100%) KK-3.1.1 Persentase tingkat kepatuhan formal WP DJP 65% 60.86% KK-3.1.2 Persentase pengguna jasa kepabeanan DJBC 95% 96.92% yang tidak diblokir KK-3.1.3 Persentase Penerapan KPJM oleh DJA 80% 100% penanggung jawab program KK-3.1.4 Persentase rekonsiliasi realisasi APBN DJPB 97% 99.36% yang andal dan tepat waktu KK-3.1.5 Persentase penyampaian APBD tepat DJPK 97% 96.75% waktu KK-3.1.6 Persentase kepatuhan pelaporan BMN DJKN 95% 100% oleh K/L Internal Process Perspective (30% ) KK-4 Perencanaan dan rumusan kebijakan yang berkualitas KK-4.1 Deviasi proyeksi kebijakan fiskal (59%) BKF 6% 3.64% KK-4.2 Waktu rata-rata penyelesaian PMK/KMK Setjen 10 hari kerja 8,71 hari kerja konten kebijakan (41%) KK-5 Pendapatan yang optimal KK-5.1 Jumlah Pendapatan negara (Triliun) DJP, DJBC, DJA 1,497.53 1,426.92 (100%) KK-5.1.1 Jumlah penerimaan pajak (Triliun) DJP 995.214 921.269 KK-5.1.2 Jumlah Penerimaan Bea dan Cukai (Triliun) DJBC 153.15 155.71 Kode SS/IKU
KK-5.1.3 KK-6 KK-6.1 KK-6.2 KK-6.3
Catatan atas Laporan Keuangan
Jumlah PNBP Nasional (Triliun) Belanja yang optimal Persentase penyerapan Belanja Negara dalam DIPA K/L (33,33%) Persentase dana blokir (33,33%) Persentase ketepatan waktu penyelesaian revisi anggaran non APBN-P (33,33%)
Nilai 18.49% 92.46% 95.75% 86.87% 103.36% 75% 101.32% 20.52% 100.50% 100.50% 104.70% 104.70% 93.63% 102.02% 125.00% 102.43% 99.74% 105.26% 31.65% 117.10% 120.00% 112.90% 95.28% 95.28% 92.57% 101.67%
DJA
349.17
349.94
DJPB
90%
89.01%
100.22% 108.15% 98.90%
DJA DJA
2% 100%
0.17% 105.56%
120.00% 105.56%
Halaman 17
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Sasaran Strategis/ UIC Indikator Kinerja Utama KK-7 Pengelolaan Kekayaan Negara yang optimal KK-7.1 Nilai kekayaan negara yang diutilisasi DJKN (50%) KK-7.2 Persentase bidang tanah BMN yang DJKN direkomendasikan untuk disertifikatkan (50%) KK-8 Pembiayaan yang cukup, efisien, dan risiko yang terukur KK-8.1 Persentase pengadaan utang sesuai DJPU kebutuhan pembiayaan (33,33%) KK-8.2 Persentase pencapaian target effective DJPU cost (33,33%) KK-8.3 Persentase pemenuhan target risiko DJPU portofolio utang (33,33%) KK-9 Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang profesional dan transparan KK-9.1 Persentase ketepatan jumlah penyaluran DJPK dana transfer ke daerah (50%) KK-9.2 Persentase Perda PDRD yang sesuai DJPK dengan peraturan perundang-undangan (50%) Learning and Growth Perspective (30% ) KK-11 SDM yang berkompetensi tinggi KK-11.1 Persentase pejabat yang telah memenuhi Setjen standar kompetensi jabatannya (21%) KK-11.2 Persentase diklat yang berkontribusi BPPK terhadap peningkatan kompetensi (27%) KK-11.3 Persentase pegawai yang memenuhi Seluruh Unit Es. I standar jamlat (17%) KK-11.4 Persentase Akurasi data SIMPEG (17%) Seluruh unit es. I KK-12 Organisasi yang adaptif KK-12.1 Nilai reformasi birokrasi (26%) Seluruh unit es. I KK-12.2 Persentase policy recommendation hasil Itjen pengawasan yang ditindaklanjuti (26%) KK-12.3 Persentase penyelesaian blueprint Setjen Transformasi Kelembagaan (22%) KK-12.4 Tingkat kematangan implementasi Seluruh unit Es. I Koord: Itjen manajemen risiko (26%) KK- 13 Perwujudan TIK yang terintegrasi KK-13.1 Persentase integrasi TIK Kemenkeu (50%) Setjen Kode SS/IKU
KK-13.2
Persentase downtime layanan TIK (50%)
KK-14 KK-14.1
Pelaksanaan anggaran yang optimal Persentase Penyerapan DIPA Setjen (non belanja pegawai) (50%) Persentase penyelesaian kegiatan belanja Seluruh unit eselon modal dalam rencana pencairan DIPA (50%) Nilai Kinerja Organisasi
KK-14.2
Catatan atas Laporan Keuangan
Setjen
Target
Realisasi
Nilai
105 T
115,72 T
106.32% 110.21%
80% (1.600 81,95% (1.639 102.44% bidang) bidang)
110%
100.04%
105.12% 101.89%
100%
96.72%
103.28%
100%
104.91%
110.18%
100%
99.26%
102.32% 99.26%
93%
98%
105.38%
87%
88.52%
31.14% 107.59% 101.75%
90%
98.31%
109.23%
50%
66.21%
120.00%
100%
99.56%
92 90%
94.78 94.34%
99.56% 103.33% 103.02% 104.82%
100%
98%
98.00%
55 (risk defined)
58.66
106.65%
80%
80%
110.00% 100.00%
5%
0.04%
120.00%
95%
87.15%
94.28% 91.74%
98%
94.89%
96.83%
101,80%
Halaman 18
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
A.2.5. Program dan Kegiatan Kementerian Keuangan Berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis yang telah ditetapkan, dengan mengacu kepada RPJM Nasional 2010–2014, Kementerian Keuangan menetapkan 11 (sebelas) program. REALISASI DIPA PER PROGRAM KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2013
KODE
PROGRAM
01
Progra m Dukunga n da n Ma na jemen da n Pel a ks a na a n Tuga s Tekni s La i nnya Kementeri a n Keua nga n Progra m Penga wa s a n da n Peni ngka ta n Akunta bi l i ta s Apa ra tur Kementeri a n Keua nga n Progra m Pendi di ka n da n Pel a ti ha n Apa ra tur Kementeri a n Keua nga n Progra m Pengel ol a a n Angga ra n Nega ra Progra m Peni ngka ta n Pengel ol a a n Peri mba nga n Keua nga n a nta ra Pemeri nta h Pus a t da n Da era h Progra m Pengel ol a a n Perbenda ha ra a n Nega ra Progra m Pengel ol a a n Keka ya a n Nega ra Pengurus a n Pi uta ng Nega ra da n Pel a ya na n Lel a ng Progra m Perumus a n Kebi ja ka n Fi s ka l
7.072.556.804.000
6.157.210.138.425
87,06
106.474.323.000
100.099.618.061
94,01
542.123.873.000
525.675.471.451
96,97
134.101.327.000
126.069.556.919
94,01
121.738.090.000
111.265.447.424
91,40
1.759.378.366.000
1.637.099.213.163
93,05
674.743.520.000
617.034.925.252
91,45
157.592.478.000
138.489.980.231
87,88
Progra m Penga ma na n da n Penga ma na n Peneri ma a n Pa ja k Progra m Penga wa s a n Pel a ya na n da n Peneri ma a n di Bi da ng Kepa bea n da n Cuka i Progra m Pengel ol a a n da n Pembi a ya a n Uta ng
5.203.784.920.000
5.108.378.387.329
98,17
2.557.303.635.000
2.451.858.723.937
95,88
78.879.059.000
74.390.169.143
94,31
JUMLAH
18.408.676.395.000
17.047.571.631.335
92,61
03
04 07 08
09 10
11 12 13
14
Catatan atas Laporan Keuangan
ANGGARAN
REALISASI
%
Halaman 19
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Kementerian Keuangan. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga. Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited ini merupakan laporan konsolidasi dari seluruh jenjang struktural di bawah Kementerian Keuangan seperti eselon I, wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas anggaran yang diberikan. Kementerian Keuangan TA 2013 ini memperoleh anggaran yang berasal dari APBN-P sebesar Rp18.408.676.395.000,00 meliputi: Satuan kerja kantor pusat (KP) termasuk 2 satker BLU PIP dan LPDP sebesar Rp12.146.568.674.000,00 Satuan kerja kantor daerah (KD) termasuk 1 satker BLU STAN sebesar Rp6.262.107.721.000,00. Dari total anggaran di atas, rincian anggaran satuan kerja BLU adalah sebagai berikut: Tahun Anggaran
Jumlah Satker
2012 2013
3 3
Jenis Sumber Dana APBN-P 70.484.277.000 553.645.525.000
BLU 152.169.797.000 184.485.282.000
Jumlah satuan kerja lingkup Kementerian Keuangan adalah 1.071 satker termasuk 3 satker BLU. Dari jumlah tersebut, yang menyampaikan laporan keuangan dan dikonsolidasikan sejumlah 1.071 satker (100%). Rincian satuan kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut Eselon I Kode Eselon I 01 02 03 04 05 06 07 08 09 11 12
Uraian Sekretariat Jenderal Inspektorat Jenderal Ditjen Anggaran Ditjen Pajak Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Perimbangan Keuangan Ditjen Pengelolaan Utang Ditjen Perbendaharaan Ditjen Kekayaan Negara BPPK BKF Jumlah
KP M TM 10 1 1 4 6 1 -
Jumlah Jenis Kewenangan KD DK M TM M TM 19 570 138 -
M -
TP TM -
Jumlah Satker 29 1 1 574 144 1
1
-
-
-
-
-
-
-
1
4 1 7 1 37
-
207 87 13 1034
-
-
-
-
-
211 88 20 1 1071
Keterangan: M = Menyampaikan LK TM = Tidak menyampaikan LK
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 20
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Selain memperoleh dana dari DIPA BA 015 Kementerian Keuangan juga mengelola dana yang berasal dari BA 999.07 (Belanja Subsidi) sebesar Rp329.051.004.102.000,00 dan dari BA 999.08 (Belanja Lain-Lain) sebesar Rp50.844.163.000,00. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya. A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI Kebijakan Akuntansi
Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN. Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN. Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan TA 2013 Audited telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam penyusunan LKKL telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Keuangan adalah: (1) Pendapatan;
Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan. (2) Belanja;
Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di lembar muka (face) laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja, adapun di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 21
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
(3) Aset. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. a. Aset Lancar;
Aset Lancar
Aset lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2012 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak, Kualitas Piutang Pajak digolongkan menjadi kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet. Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas lancar apabila: a. belum jatuh tempo; b. telah jatuh tempo tetapi belum diberitahukan Surat Paksa; atau c. telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan Pembayaran Pajak dan belum melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut. Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas kurang lancar apabila: a. telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan Pembayaran Pajak tetapi telah melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut; b. telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; c. telah diberitahukan Surat Paksa; atau d. telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang Sitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak yang menjadi dasar penyitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 22
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas diragukan apabila: a.
b. c. d.
telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang Sitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak yang menjadi dasar penyitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita; sedang diajukan keberatan atau banding; Wajib Pajak Non Efektif (NE); hak penagihannya belum daluwarsa tetapi memenuhi syarat untuk dihapuskan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan belum diusulkan untuk dihapuskan.
Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas macet apabila: a. b.
hak penagihannya telah daluwarsa; atau hak penagihannya belum daluwarsa tetapi memenuhi syarat untuk dihapuskan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan dan telah diusulkan untuk dihapuskan.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-58/BC/2011 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang di Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai pasal 11 ayat (3), penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan: a. Jatuh tempo piutang; dan b. Upaya penagihan. Penilai kualitas piutang dilakukan dengan cara mengelompokkan piutang berdasarkan: a. Umur piutang; b. Status piutang; c. Status proses pelimpahan penagihan piutang. sejak timbulnya piutang sampai dengan akhir periode pelaporan. Kualitas piutang ditetapkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Lancar, ditetapkan apabila umur piutang belum lebih dari 1 tahun; 2. Kurang lancar, ditetapkan apabila umur piutang lebih dari 1 tahun sampai dengan 2 tahun; 3. Diragukan, ditetapkan apabila umur piutang lebih dari 2 tahun sampai dengan 3 tahun; 4. Macet, ditetapkan apabila: a. umur piutang lebih dari 3 tahun; b. proses penagihan telah dilimpahkan ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL); dan/atau c. kondisi debitur: i. orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan, dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak ditemukan; Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 23
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
ii. bubar, likuidasi, atau pailit, dan pengurus, direksi, komisaris, pemegang saham, pemilik modal, atau pihak lain yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator, atau kurator tidak dapat ditemukan; dan iii. tidak memiliki harta kekayaan lagi. Berdasarkan PMK 201/PMK.06/2010, Piutang PNBP dikelompokkan menjadi kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet. Kualitas lancar apabila sejak tanggal terjadinya transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo (diterbitkannya Surat Tagihan Pertama) belum dibayar, piutang lancar disisihkan lima permil dari total piutang. Piutang kurang lancar apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Pertama diterbitkan belum dibayar, piutang kurang lancar disisihkan sepuluh persen dari total piutang. Piutang diragukan apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Kedua diterbitkan belum dibayar, piutang diragukan disisihkan lima puluh persen dari total piutang. Piutang macet apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Ketiga diterbitkan belum dibayar atau piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN, piutang macet disisihkan seratus persen dari total piutang. Berdasarkan Buletin Teknis 06 tentang Akuntansi Piutang menyatakan bahwa Tagihan Ganti Rugi merupakan piutang yang timbul karena pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada pegawai negeri bukan bendahara, sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas yang menjadi kewajibannya. Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai bagian lancar TPA/TGR. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat di neraca berdasarkan harga pembelian terakhir apabila diperoleh melalui pembelian, harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, dan harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Kebijakan Akuntansi atas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Catatan atas Laporan Keuangan
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo dan perkembangan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi masingmasing piutang pada tanggal pelaporan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 201/PMK.06/2011 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih. Halaman 24
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 4 Penggolongan Kualitas Piutang Kualitas Piutang
Uraian
Penyisihan
Lancar
Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh tempo
0,5%
Kurang lancer
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan
10%
Diragukan
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan
50%
Macet
1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan 2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN
100%
Penyisihan piutang tidak tertagih ditetapkan sebesar: a. 5‰ (lima permil) dari piutang dengan kualitas lancar;; b. 10% (sepuluh perseratus) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; c. 50% (lima puluh perseratus) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; dan d. 100% (seratus perseratus) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.
b. Investasi Investasi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi pemerintah diklasifikasikan kedalam investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam kurun waktu setahun atau kurang, ditujukan dalam rangka manajemen kas, dan berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau pengurangan harga yang signifikan. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari setahun. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu non permanen dan permanen. (i) Investasi Non Permanen Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang tidak termasuk dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi non permanen sifatnya bukan
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 25
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
penyertaan modal saham melainkan berupa pinjaman jangka panjang yang dimaksudkan untuk pembiayaan investasi perusahaan negara/ daerah, pemerintah daerah, dan pihak ketiga lainnya, investasi dalam bentuk dana bergulir, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi non permanen lainnya. Investasi Non Permanen meliputi: Seluruh dana pemerintah yang bersumber dari dana pinjaman luar negeri yang diteruspinjamkan melalui Subsidiary Loan Agreement (SLA) dan dana dalam negeri dalam bentuk Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD) yang dipinjamkan kepada BUMN/BUMD dan Pemda. Seluruh dana pemerintah yang diberikan dalam bentuk Pinjaman Dana Bergulir kepada pengusaha kecil, anggota koperasi, anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), nasabah Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP), nasabah Usaha Simpan Pinjam/Tempat Simpan Pinjam (USP/TSP) atau nasabah BPR, dan pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dana pemerintah yang ditanamkan dalam bentuk surat berharga pada BUMN terjadi dalam rangka penyelamatan perekonomian. (ii) Investasi Permanen Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen dimaksudkan untuk mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Investasi permanen meliputi seluruh Penyertaan Modal Negara (PMN) pada perusahaan negara, lembaga internasional, dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara. PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang sama dengan atau lebih dari 51 persen disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Hukum Milik Negara (BHMN). PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang kurang dari 51 persen (minoritas) disebut sebagai Non BUMN. PMN dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga, yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan. Penilaian investasi jangka panjang diprioritaskan menggunakan metode ekuitas. Jika suatu investasi bisa dipastikan akan diperoleh kembali atau terdapat bukti bahwa investasi hendak dilepas, maka digunakan metode nilai bersih yang direalisasikan. Investasi dalam bentuk pinjaman jangka panjang kepada pihak ketiga dan non earning asset atau hanya sebagai bentuk partisipasi dalam suatu organisasi, seperti penyertaan pada lembaga-lembaga keuangan internasional, menggunakan metode biaya. Investasi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs tengah BI pada tanggal transaksi. Pada setiap tanggal neraca, pos investasi dalam mata uang asing dilaporkan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 26
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
c. Aset Tetap Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh Pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan pada neraca Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 berdasarkan harga perolehan. Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu: (a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); dan (b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Aset tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2004 disajikan berdasarkan hasil penilaian Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Terhadap aset tetap per 31 Desember 2004 yang belum dilakukan penilaian disajikan dengan harga perolehan. Berdasarkan Buletin Teknis 09 tentang akuntansi aset tetap menyatakan bahwa pengakuan aset tetap renovasi yang telah selesai pada akhir periode pelaporan harus segera diserahterimakan kepada satker kuasa pengguna barang. Apabila sampai dengan akhir periode pelaporan dokumen sumber penyerahan telah diterbitkan atau aset renovasi belum diserahkan, maka aset tetap renovasi tersebut dieliminasi dari neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporan akan mencatat dan menambahkannya sebagai aset tetap terkait. Aset Tetap Renovasi yang belum selesai pada akhir periode pelaporan maka Aset Tetap Renovasi tersebut dieliminasi dari neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporan akan mencatat dan menambahkannya sebagai Kontruksi Dalam Pengerjaan Aset Tetap terkait. Kebijakan Akuntansi atas Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan Aset Tetap
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 53/KMK.06/2012 tentang Penerapan Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat menyebutkan bahwa penerapan penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada seluruh entitas Pemerintah Pusat dilaksanakan mulai tahun 2013. Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No. 01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 27
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap: Tanah Tanah Dalam Renovasi dan Alat Musik Modern Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan. Nilai yang disusutkan pertama kali adalah nilai yang tercatat dalam pembukuan per 31 Desember 2012 untuk aset tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2012. Sedangkan untuk Aset Tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2012, nilai yang disusutkan adalah berdasarkan nilai perolehan. Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu. Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat. Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat tersebut adalah sebagai berikut: Kelompok Aset Tetap
Masa Manfaat
Peralatan dan Mesin
2 s.d. 20 tahun
Gedung dan Bangunan
10 s.d. 50 tahun
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
5 s.d. 40 tahun
Aset Tetap Lainnya (Alat musik modern)
4 tahun
d. Aset Lainnya Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, Dana Kelolaan BLU, dan Aset Lain-lain. TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran. TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 28
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. TPA dan TGR yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai aset lainnya. Selain itu kebijakan mengenai aset lain diatur dalam PMK Nomor: 201/ PMK.06/2010 tanggal 23 November 2010 tentang Kualitas Piutang pada Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih, antara lain: a. Pasal 5 ayat (1) poin d. Angka 2 menyatakan bahwa Piutang yang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara digolongkan dalam kualitas macet. b. Pasal 6 ayat (3) poin c. PMK tersebut menyatakan bahwa Penyisihan Piutang Tidak Tertagih atas piutang macet dibentuk “Penyisihan Piutang Tidak Tertagih” sebesar 100% dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan. c. Untuk dapat menyajikan informasi yang memadai berkenaan dengan piutang yang dapat direalisasikan Piutang PNBP pada K/L yang telah diserahkan ke PUPN/DJKN tidak disajikan pada akun Aset Lain-Lain, melainkan tetap disajikan pada akun piutangnya (baik piutang jangka pendek maupun piutang jangka panjang) dengan penyisihan piutang sebagaimana piutang dengan kualitas macet. Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan dana moratorium Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya; dan hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang. Dana Kelolaan BLU adalah bagian dari dana yang disediakan pada PIP, yang sampai dengan tanggal pelaporan belum direalisasikan sebagai pinjaman kepada pihak lain atau belum diinvestasikan.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 29
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset lain-lain dapat berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Di samping itu, piutang macet Kementerian Keuangan yang dialihkan penagihannya kepada Kementerian Keuangan c.q Ditjen Kekayaan Negara juga termasuk dalam kelompok Aset Lain-lain. Berdasarkan PSAP 07 PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, menyatakan bahwa “Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang”. Berdasarkan ketentuan tersebut maka terhadap aset rusak berat yang telah diusulkan penghapusan ke Pengelola BMN namun masih menunggu SK Penghapusan telah dikeluarkan dari SIMAK BMN dan tidak dilaporkan di neraca SAK. (4) Kewajiban Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. a. Kewajiban Jangka Pendek Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest), dan Utang Jangka Pendek Lainnya. b. Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 30
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
(5) Ekuitas Dana Ekuitas Dana
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan merupakan akun lawan dari Dana Cadangan.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 31
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 9 Perbandingan Realisasi Pendapatan Neto Per Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah) No.
Uraian
1
SETJEN
2
ITJEN
3
DJA
4 5
TA 2013
Kenaikan (Penurunan)
TA 2012
2.416.592.944.883
1.509.182.136.455
Rupiah 907.410.808.428
% 60,13
185.013.022
89.308.578
95.704.444
107,16
1.759.781.247
1.238.566.482
521.214.765
42,08
DJP DJBC
921.415.518.583.673 155.982.653.515.598
835.852.750.133.595 145.005.933.651.306
85.562.768.450.078 10.976.719.864.292
10,24 7,57
6
DJPK
1.040.849.454
710.608.590
330.240.864
46,47
7
DJPU
548.877.544
1.170.551.644
(621.674.100)
(53,11)
8 9
DJPB DJKN
31.525.978.100 325.608.837.582
102.728.682.896 249.162.825.011
(71.202.704.796) 76.446.012.571
(69,31) 30,68
10
BAPEPAM-LK
(100,00)
11
BPPK
12
BKF JUMLAH
0
88.750.639.852
(88.750.639.852)
34.774.050.708
17.910.018.810
16.864.031.898
94,16
1.310.833.910 1.080.211.519.265.721
304.932.951 982.829.932.056.170
1.005.900.959 97.381.587.209.551
329,88 9,91
2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Per Jenis Penerimaan
Pendapatan Kementerian Keuangan terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Komposisi realisasi pendapatan Neto per jenis penerimaan TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10 Realisasi Pendapatan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013
Uraian Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pend. Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP Lainnya PNBP BLU
Realisasi Bruto 1.146.178.550.542.228 1.097.961.212.946.574 48.217.337.595.654 2.902.798.286.224 521.412.820.098 2.381.385.466.126
(dalam rupiah) Realisasi Neto
Pengembalian
(68.869.329.789.989) 1.077.309.220.752.239 (68.110.940.118.245) 1.029.850.272.828.329 (758.389.671.744) 47.458.947.923.910 (499.772.742) 2.902.298.513.482 (499.772.742) 520.913.047.356 0 2.381.385.466.126
Perbandingan realisasi pendapatan per jenis penerimaan TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan TA 2013 dan 2012
Uraian Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pend. Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan Negara Bukan Pajak Jumlah
Catatan atas Laporan Keuangan
(dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan)
TA 2013
TA 2012
1.077.309.220.752.239
980.470.822.097.887
96.838.398.654.352
9,88
1.029.850.272.828.329
930.855.230.106.189
98.995.042.722.140
10,63
47.458.947.923.910 2.902.298.513.482
49.615.591.991.698 2.359.109.958.283
(2.156.644.067.788) 543.188.555.199
(4,35) 23,03
1.080.211.519.265.721
982.829.932.056.170
97.381.587.209.550
9,91
Rupiah
%
Halaman 34
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
B.1.1.
PENERIMAAN DALAM NEGERI
B.1.1.1. Penerimaan Perpajakan Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Rp 1.077.309.220.752.239,00
Penerimaan Perpajakan berasal dari Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 sebesar Rp1.077.309.220.752.239,00 atau 93,81 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp1.148.364.681.288.000,00. Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12 Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013
Uraian Pendapatan Pajak Dalam Negeri
Estimasi 1.099.943.585.138.000
Pend. Pajak Perdagangan Internasional Jumlah
48.421.096.150.000 1.148.364.681.288.000
(dalam rupiah) Realisasi % 1.029.850.272.828.329 93,63 47.458.947.923.910 98,01 1.077.309.220.752.239 93,81
Komposisi realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 per jenis penerimaan dapat dilihat pada Grafik 2 berikut. Grafik 2 Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013
Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp96.838.398.654.352,00 atau 9,88 persen dari realisasi Penerimaan Perpajakan TA 2012. Kenaikan Penerimaan Perpajakan terutama terjadi pada Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp41.372.206.786.336,00, Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp47.135.282.077.320,00, Pendapatan Cukai sebesar Rp13.424.859.480.145,00, Pajak Lainnya sebesar Rp726.203.774.470,00 dan Pendapatan Bea Masuk sebesar Rp3.240.880.218.197,00.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 35
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Perbandingan realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2013 dan 2012 per Jenis Penerimaan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Per Jenis Penerimaan TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah) Uraian Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pendapata n PPh Pendapata n PPN Pendapata n PBB Pendapata n Cukai Pendapata n Pa jak Lainnya Pend. Pajak Perdagangan Internasional Pendapata n Bea Masuk Pendapata n Bea Kelua r
TA 2013
TA 2012
1.077.309.220.752.239 1.029.850.272.828.329
980.470.822.097.887 930.855.230.106.189
Kenaikan (Penurunan) Rupiah 96.838.398.654.352 98.995.042.722.140
506.438.040.026.934 384.718.044.298.338 25.304.946.252.673 108.452.161.927.559
465.065.833.240.598 337.582.762.221.018 28.968.455.648.804 95.027.302.447.414
41.372.206.786.336 47.135.282.077.320 (3.663.509.396.131) 13.424.859.480.145
8,90 13,96 (12,65) 14,13
4.937.080.322.825 47.458.947.923.910 31.620.916.444.853 15.838.031.479.057
4.210.876.548.355 49.615.591.991.698 28.380.036.226.656 21.235.555.765.042
726.203.774.470 (2.156.644.067.788) 3.240.880.218.197 (5.397.524.285.985)
17,25 (4,35) 11,42 (25,42)
% 9,88 10,63
Realisasi Penerimaan Perpajakan Bruto TA 2013 sebesar Rp1.146.178.550.542.228,00 dan Pengembalian Penerimaan Perpajakan sebesar Rp68.869.329.789.989,00. Rincian Penerimaan Perpajakan Bruto dan Pengembalian Penerimaan Perpajakan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut. Tabel 14 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2013 (dalam rupiah) Uraian Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negeri
Pengembalian
Realisasi Neto
(68.869.329.789.989) 1.077.309.220.752.239
1.097.961.212.946.574
(68.110.940.118.245) 1.029.850.272.828.329
Pendapatan PPh
536.432.008.772.781
(29.993.968.745.847)
506.438.040.026.934
Pendapatan PPN
422.762.589.666.725
(38.044.545.368.387)
384.718.044.298.338
Pendapatan PBB
25.318.793.399.087
(13.847.146.414)
25.304.946.252.673
108.461.709.193.864
(9.547.266.305)
108.452.161.927.559
4.986.111.914.117
(49.031.591.292)
4.937.080.322.825
Pendapatan Cukai Pendapatan Pajak Lainnya Pend. Pajak Perdagangan Internasional
Pemindahbukuan (Pbk) Penerimaan Pajak
Realisasi Bruto 1.146.178.550.542.228
48.217.337.595.654
(758.389.671.744)
47.458.947.923.910
Pendapatan Bea Masuk
32.116.704.832.902
(495.788.388.049)
31.620.916.444.853
Pendapatan Bea Keluar
16.100.632.762.752
(262.601.283.695)
15.838.031.479.057
Pada TA 2013 terdapat transaksi Pemindahbukuan sebesar Rp817.579.356.699,00. Nilai tersebut merupakan pemindahbukuan yang disebabkan oleh perubahan Mata Anggaran Pendapatan (MAP) dan bukan merupakan pelunasan tunggakan pajak. Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud belum terakomodasi dalam nilai penerimaan perpajakan dalam laporan keuangan dikarenakan belum ada Peraturan dalam Pedoman Induk Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak (TUPRP) yang mengatur pemindahbukuan berdasarkan data MPN. Perubahan terhadap TUPRP (saat ini masih mengacu pada KEP-11/PJ./1994) masih dalam proses pembahasan.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 36
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
B.1.1.1.1. Pendapatan Pajak Dalam Negeri (Neto) Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto Rp 1.029.850.272.828.329,00
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 sebesar Rp1.029.850.272.828.329,00 atau 93,63 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp1.099.943.585.138.000,00. Penerimaan Perpajakan Dalam Negeri tersebut termasuk penerimaan atas Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah (PPh DTP) sebesar Rp3.886.193.422.937,00. Jika dibandingkan dengan realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 terjadi kenaikan sebesar Rp98.995.042.722.140,00 atau naik 10,63 persen. Rincian realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto dapat dilihat pada Tabel 15 dan Grafik 3 berikut. Tabel 15 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Neto TA 2013 (dalam rupiah)
Uraian
Estimasi
Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pendapatan PPh
Realisasi
%
1.099.943.585.138.000 538.772.306.818.902
1.029.850.272.828.329 506.438.040.026.934
93,63 94,00
Pendapatan PPN
423.695.803.998.360
384.718.044.298.338
90,80
Pendapatan PBB Pendapatan Cukai
27.343.799.970.868 104.729.689.950.000
25.304.946.252.673 108.452.161.927.559
92,54 103,55
5.401.984.399.870
4.937.080.322.825
91,39
Pendapatan Pajak Lainnya
Grafik 3 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013
Estimasi
Realisasi
Pendapatan PPN
Pendapatan PBB
dalam miliar rupiah
600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0
Pendapatan PPh
Pendapatan Cukai
Pendapatan Pajak Lainnya
Perbandingan realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 16 dan Grafik 4 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 37
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 16 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 dan TA 2012 (dalam rupiah)
Uraian
Kenaikan (Penurunan)
TA 2013
TA 2012
1.029.850.272.828.329 506.438.040.026.934
930.855.230.106.189 465.065.833.240.598
98.995.042.722.140 41.372.206.786.336
10,63 8,90
384.718.044.298.338
337.582.762.221.018
47.135.282.077.320
13,96
Pendapatan PBB
25.304.946.252.673
28.968.455.648.804
(3.663.509.396.131)
(12,65)
Pendapatan Cukai
108.452.161.927.559
95.027.302.447.414
13.424.859.480.145
14,13
4.937.080.322.825
4.210.876.548.355
726.203.774.470
17,25
Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pendapatan PPh Pendapatan PPN
Pendapatan Pajak Lainnya
Rupiah
%
Grafik 4 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan 2012
TA 2013
TA 2012
Pendapatan PPN
Pendapatan PBB
dalam miliar rupiah
600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0
Pendapatan PPh
Pendapatan Cukai
Pendapatan Pajak Lainnya
Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 5 berikut. Grafik 5 Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2013
Pendapatan Pajak Lainnya 0,48%
Pendapatan PPh 49,18%
Pendapatan Cukai 10,53% Pendapatan PPN 37,36% Pendapatan PBB 2,46%
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 38
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Jika dibandingkan dengan TA 2012, Pendapatan Pajak Dalam Negeri mengalami kenaikan, diantaranya disebabkan oleh kenaikan Pendapatan PPh sebesar Rp41.372.206.786.336,00 atau 8,90 persen, PPN sebesar Rp47.135.282.077.320,00 atau 13,96 persen, Pendapatan Cukai Rp13.424.859.480.145,00 atau 14,13 persen, dan Pendapatan Pajak Lainnya sebesar Rp726.203.774.470,00 atau 17,25 persen. Sedangkan Pendapatan PBB mengalami penurunan sebesar Rp3.663.509.396.131,00 atau 12,65 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan Pendapatan PBB disebabkan oleh pengalihan pengelolaan PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan (P2) ke Pemerintah Daerah, seiring dengan penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) yang mengamanatkan bahwa PBB P2 dikelola oleh Pemerintah Daerah. Realisasi Pendapatan Cukai TA 2013 sebesar Rp108.452.161.927.559,00 mengalami kenaikan sebesar Rp13.424.859.480.145,00 atau 14,13 persen dari realisasi TA 2012. Kenaikan pendapatan cukai ini disebabkan oleh: a. Meningkatnya rata-rata tarif cukai di tahun 2013 sebesar 8,5 persen; b. Meningkatnya volume produksi rokok dari 326,8 miliar batang SKM, SPM, dan SKT di tahun 2012 menjadi 341,9 miliar batang SKM, SPM, dan SKT di tahun 2013. Realisasi Penerimaan Neto termasuk PPh Migas TA 2013 sebesar Rp88,75 triliun. Kinerja penerimaan PPh Migas capaiannya diatas target APBN-P 2013 dengan angka capaian sebesar 119,48 persen. Beberapa hal yang berpengaruh secara positif terhadap kinerja penerimaan PPh Migas diantaranya adalah: 1. Kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan minyak mentah dunia, serta pengaruh dari kebijakan ekonomi Amerika Serikat untuk melanjutkan stimulus ekonomi; 2. Depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika. Sedangkan untuk kategori kontribusi penerimaan terbesar masih berasal dari PPh Non Migas, yaitu sebesar 45,33 persen dari total penerimaan TA 2013. Pertumbuhan realisasi PPh Non Migas TA 2013 sebesar Rp417,69 triliun atau sebesar 9,43 persen. Gambaran umum penerimaan pajak TA 2013 adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Realisasi penerimaan PPh terdiri dari penerimaan PPh Migas dan PPh Non Migas dalam TA 2013. Realisasi penerimaan PPh Migas mengalami pertumbuhan 6,33 persen. Sedangkan penerimaan PPh Non Migas mengalami pertumbuhan sebesar 9,43 persen. Secara lebih rinci, faktor yang mempengaruhi penerimaan PPh Non Migas antara lain: a. Penerimaan PPh Pasal 21 di tahun 2013 ditargetkan sebesar Rp101,92 triliun, namun realisasi 2013 sebesar Rp90,16 triliun atau mencapai 88,46 persen dari target APBN-P 2013. Penyebab tidak tercapainya target penerimaan PPh Pasal 21 adalah kenaikan PTKP di tahun 2013 yang mencapai 53,4 persen dari PTKP tahun sebelumnya. Namun demikian, terdapat beberapa faktor lain yang menjadi penopang pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 21 di tahun 2013 seperti: Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 39
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
1) Efek program pemeriksaan PPh Pasal 21 yang dilakukan pada tahun 2013; 2) Terdapat 28 Kementerian dan Lembaga yang menerima remunerasi di tahun 2013; 3) Peningkatan pembayaran gaji dan bonus beberapa perusahaan (misalnya di sektor Jasa Keuangan) sejalan dengan peningkatan kinerja perusahaan di sektor tersebut. b. Capaian penerimaan PPh Pasal 22 tahun 2013 tercatat sangat baik, dengan nilai realisasi sebesar Rp 6,84 triliun, atau setara 99,76 persen dari target APBN-P 2013. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, realisasi tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 24,16 persen. Beberapa faktor yang mempengaruhi capaian penerimaan PPh Pasal 22 di tahun 2013, antara lain: 1) Realisasi belanja negara tahun 2013 mencapai Rp 327,7 triliun (belanja barang & modal), tumbuh 21,1 persen dari realisasi belanja tahun 2012; 2) Penunjukkan BUMN sebagai pemungut PPh Pasal 22 melalui PMK224/PMK.011/2012 c. Penerimaan PPh Pasal 22 Impor di tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 14,94 persen dengan realisasi sebesar Rp36,33 triliun. Namun demikian penerimaan ini berada di bawah target, yaitu 94,06%. Faktor yang mempengaruhi kinerja penerimaan PPh Pasal 22 Impor di tahun 2013 adalah menurunnya realisasi impor non migas s.d. November 2013 yang mencapai US$ 137,2 miliar dengan penurunan 5,2 persen dibanding periode yang sama tahun 2012 seiring dengan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. d. Penerimaan PPh Pasal 23 sebesar Rp 22,20 triliun dengan pertumbuhan sebesar 9,37 persen atau mencapai 88,48 persen dari target APBN-P 2013. Hal ini diakibatkan oleh masih stagnannya kinerja WP sektor pertambangan, yang berdampak pada menurunnya penggunaan jasa yang merupakan obyek PPh Pasal 23, serta tidak dibaginya dividen oleh perusahaan-perusahaan besar di sektor pertambangan. e. Penerimaan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi di tahun 2013 sebesar Rp4,38 Triliun dengan pertumbuhan 16,47 persen; sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu sebesar 14,31 persen. Penyumbang terbesar pertumbuhan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi adalah kenaikan setoran dengan kode setoran 200 (Tahunan) yang terjadi di sepanjang tahun 2013 (mencapai Rp394 miliar). Hal ini disebabkan oleh upaya unit kerja berupa himbauan, yang sebagian besar berupa himbauan pembetulan SPT, dengan realisasi himbauan sebesar Rp347 miliar (sebanyak 16.186 WP). Capaian penerimaan PPh Pasal 25/29 OP masih lebih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan, disebabkan oleh imbas kenaikan batas PTKP di tahun 2013 yang mencapai 53,4 persen dari batas PTKP tahun sebelumnya. Disamping itu, implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 berdampak pada adanya shifting setoran pajak dari semula setoran masa PPh Pasal 25 OP menjadi setoran PPh Final.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 40
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
f.
Kinerja penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan di tahun 2013 masih belum membaik, hal ini dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan sebesar 1,42 persen dengan realisasi sebesar Rp154,29 triliun atau mencapai 86,56 persen. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan di tahun 2013, antara lain:
1) Kondisi perekonomian global yang melambat, menyebabkan turunnya permintaan negara-negara tujuan ekspor; 2) Kinerja keuangan WP besar penentu penerimaan yang belum membaik khususnya di sektor Pertambangan dan Penggalian, selain akibat turunnya harga komoditas, juga beberapa kejadian force majeur terhadap beberapa perusahaan besar penentu penerimaan, seperti adanya gangguan sosial (mogok kerja) dan kejadian longsor di lokasi pertambangan yang membuat terganggunya produksi, serta permasalahan perijinan peminjaman lahan untuk perluasan sequen tambang. g. Realisasi Penerimaan PPh Pasal 26 mencapai Rp27,98 triliun dengan pertumbuhan 13,71 persen atau mencapai 86,42 persen. Realisasi di tahun 2013 ini, baik capaian maupun pertumbuhannya diatas realisasi tahun 2012. h. Realisasi penerimaan PPh Final tahun 2013 sebesar Rp 71,57 triliun dan tumbuh 18,52 persen dari penerimaan tahun lalu serta mencapai 100,78 persen dari rencana APBN-P. Capaian penerimaan PPh Final ditopang oleh: 1) Pembayaran PPh Final atas Bunga Deposito/Tabungan yang mencapai Rp 18,97 triliun dan tumbuh 11,7 persen; 2) PPh Final atas Transaksi Saham di tahun 2013 mencapai Rp 1,7 triliun dan tumbuh 53 persen dibandingkan penerimaan tahun 2012, Kondisi ini ditunjukkan dengan volume perdagangan dan nilai transaksi di bursa yang s.d. Oktober 2013 masing-masing tumbuh sebesar 37,5 persen dan 45 persen (tahun 2012 masing-masing mengalami penurunan sebesar 12,3 persen dan 8,7 persen); 3) PPh Final Jasa Konstruksi dan Real Estate tahun ini tumbuh sebesar 23,2 persen turun jika dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun 2012 yang mencapai 34,4 persen. Penurunan ini diantaranya dipengaruhi oleh naiknya BI rate menjadi 7,5 persen tingginya laju inflasi, dan aturan Loan to Value; 4) PPh Final atas Dividen tumbuh sebesar 59,3 persen (meningkat dari Rp2,2 triliun menjadi Rp2,6 triliun) yang selain disebabkan oleh kinerja keuangan perusahaan di sektor Jasa Keuangan dan Industri Pengolahan, disebabkan pula upaya unit kerja. 2. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Pengenaan atas Barang Mewah (PPnBM) Penerimaan dari PPN dan PPnBM tahun 2013 terdiri dari jenis PPN Dalam Negeri, PPN Impor, PPnBM Dalam Negeri, PPnBM Impor, serta PPN dan PPnBM Lainnya. Realisasi penerimaan PPN dan PPnBM tahun 2013 sebesar Rp384,71 triliun atau mencapai 90,80 persen, lebih rendah dari target APBN-P 2013. Pertumbuhan penerimaan PPN dan PPnBM TA 2013 adalah sebesar 13,96 persen. Faktor yang mempengaruhi penerimaan PPN dan PPnBM dapat dijelaskan sebagai berikut: Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 41
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
a. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Dalam Negeri Kinerja penerimaan PPN Dalam Negeri dan PPnBM Dalam Negeri sebesar Rp226,76 triliun dan Rp11,55 triliun dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 18,15 persen dan 10,73 persen. Capaian penerimaan PPN DN dan PPnBM DN tahun 2013 sedikit mengalami penurunan pertumbuhan yang diakibatkan oleh kondisi perekonomian Indonesia yang pertumbuhannya dibawah target yang ditetapkan pada APBN-P 2013 (realisasi pertumbuhan ekonomi 5,62 persen dari target 6,30 persen). Namun demikian, dampak dari kondisi perekonomian yang melambat dapat ditutupi dengan permintaan pasar domestik yang relatif stabil, salah satu indikatornya adalah masih tingginya tingkat konsumsi rumah tangga menjadi salah satu faktor penopang pertumbuhan penerimaan PPN di tahun 2013. b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Impor Realisasi Penerimaan PPN Impor dan PPnBM Impor masing-masing sebesar Rp138,99 triliun dan Rp7,28 triliun dengan pertumbuhan 9,78 persen dan -13,55 persen atau mencapai 86,54 persen dan 69,91 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, realisasi di tahun 2013 ini mengalami perlambatan pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya impor di tahun 2013 yang diakibatkan oleh depresiasi nilai tukar Rupiah, serta stok impor tahun 2012 yang masih menumpuk. 3. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Penerimaan PBB TA 2013 sebesar Rp25,30 triliun dengan capaian sebesar 92,54 persen dari target APBN-P 2013. Jika dibandingkan penerimaan tahun 2012, penerimaan tahun 2013 mengalami penurunan 12,65 persen. Beberapa hal yang mempengaruhi capaian penerimaan PBB, antara lain: a. Penerimaan PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) mengalami penurunan karena adanya pengalihan pengelolaan PBB P2 ke Pemda; b. Penerimaan PBB Sektor Pertambangan Migas tidak mencapai target yang ditetapkan dalam APBN 2013, karena beberapa hal: 1) Pokok ketetapan PBB Migas 2013 di bawah target yang ditetapkan dalam APBN/APBN-P; 2) Verifikasi SPPT PBB Migas oleh Ditjen Anggaran menghasilkan beberapa SPPT tidak dapat dibayarkan di tahun 2013 (Rp1,4T); 3) Pembayaran PBB Migas yang harusnya disetorkan sendiri oleh Wajib Pajak ke Bank Persepsi masih sedikit, karena adanya penolakan dari Wajib Pajak. 4. Penerimaan Pajak lainnya Penerimaan dari Pajak Lainnya terdiri dari Penjualan Benda Materai, Bea Materai, Bunga Penagihan dan PPn Batubara. Realisasi dari penerimaan Pajak Lainnya sebesar Rp4,93 triliun atau mencapai 91,39 persen dari target APBN-P 2013 dengan pertumbuhan penerimaan sebesar 17,25 persen. Salah satu faktor yang menopang pertumbuhan penerimaan Pajak Lainnya adalah peningkatan penjualan Benda Materai maupun bea materai selama tahun 2013 yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia maupun penggunaan bea materai di sektor perbankan.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 42
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto Rp1.097.961.212.946.574,00
Pada TA 2013 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto sebesar Rp1.097.961.212.946.574,00 atau 99,81 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2013 sebesar Rp1.099.943.585.138.000,00. Hal ini berarti Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp98.995.042.722.140,00 atau naik 10,63 persen dari realisasi TA 2012. Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 17 berikut. Tabel 17 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2013 (dalam rupiah) Uraian Penerimaan Perpajakan Dalam Negeri Pendapatan PPh
Realisasi Bruto
Pengembalian
1.097.961.212.946.574 536.432.008.772.781
Realisasi Neto
(68.110.940.118.245) 1.029.850.272.828.329 (29.993.968.745.847) 506.438.040.026.934
Realisasi Pendapatan Pengembalian PPN Pendapatan Pajak 422.762.589.666.725 Dalam (38.044.545.368.387) Negeri TA 2013 384.718.044.298.338 sebesar Pendapatan PBB (13.847.146.414) 25.304.946.252.673 Rp68.110.940.118.245,00. Perbandingan 25.318.793.399.087 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Pendapatan Cukai 108.461.709.193.864 (9.547.266.305) 108.452.161.927.559 Dalam Negeri TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Pendapatan Pajak Lainnya
4.986.111.914.117
(49.031.591.292)
4.937.080.322.825
Tabel 18 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah) Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri Rp68.110.940.118.245,00
Uraian Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pendapata n PPh Pendapata n PPN Pendapata n PBB Pendapata n Cukai Pendapata n Pajak Lainnya
TA 2013 68.110.940.118.245 29.993.968.745.847 38.044.545.368.387 13.847.146.414 9.547.266.305 49.031.591.292
TA 2012 52.768.276.741.240 19.217.183.600.003 33.501.728.811.261 12.345.632.796 3.057.355.600 33.961.341.580
Kenaikan (Penurunan) Rupiah 15.342.663.377.005 10.776.785.145.844 4.542.816.557.126 1.501.513.618 6.489.910.705 15.070.249.712
% 29,08 56,08 13,56 12,16 212,27 44,37
B.1.1.1.2. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto Rp47.458.947.923.910,00
Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2013 sebesar Rp47.458.947.923.910,00 atau 98,01 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp48.421.096.150.000,00. Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional termasuk Penerimaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP) sebesar Rp191.616.754.144,00. Rincian realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. Tabel 19 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto
Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto Rp48.217.337.595.654,00
Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional bruto dan realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 20 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 43
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 20 Realisasi Bruto Pendapatan dan Pengembalian Pajak Perdagangan Internasional TA 2013 (dalam rupiah) Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Rp758.389.671.744,00
Adapun perbandingan realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 21 berikut. Tabel 21 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Kenaikan Bea Masuk TA 2013 sebesar Rp3.240.880.218.197,00
Penerimaan Bea Masuk Tahun Anggaran 2013 meningkat sebesar Rp3.240.880.218.197,00 (11,42%) dibandingkan Tahun Anggaran 2012, hal ini disebabkan oleh : a. Lebih tingginya realisasi rata-rata kurs pembayaran bea masuk sebesar Rp10.461,4 (asumsi di APBN-P 2013 sebesar Rp9.600,00); b. Meningkatnya nilai impor kena bea masuk (dutiable imports) menjadi sebesar US$171,68 juta, naik 2,32% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang sebesar US$167,79 juta; c. Extra efforts berupa peningkatan akurasi nilai pabean, klasifikasi barang, pemeriksaan fisik, konfirmasi CoO FTA, peningkatan efektivitas keberatan dan banding, joint audit dengan DJP, dll.
Penurunan Bea Keluar TA 2013 sebesar Rp5.397.524.285.985,00
Pendapatan Bea Keluar Tahun Anggaran 2013 menurun cukup signifikan yaitu dari sebesar Rp21.235.555.765.042,00 pada Tahun Anggaran 2012 menjadi sebesar Rp15.838.031.479.057,00 pada Tahun Anggaran 2013 (turun 25,42%). Penurunan Pendapatan Bea Keluar pada Tahun Anggaran 2013 antara lain disebabkan : a. Rendahnya harga CPO di pasar internasional sehingga tarif rata-rata bea keluar turun dari 15,0% (2012) menjadi 9,63% (2013); b. Terjadi pergeseran komoditas ekspor dari CPO ke produk turunannya yang tarif bea keluarnya lebih rendah. Tahun 2012, komposisi ekspor: CPO = 37%, produk turunan CPO = 63%, sedangkan tahun 2013, CPO = 29%, produk turunan CPO = 71%; c. Turunnya harga sebagian besar komoditas termasuk bijih mineral terutama karena global economic slowdown. Ekspor bijih mineral meningkat di 2013 dan menyumbang penerimaan bea keluar sebesar Rp5,53 triliun di 2013. Pada Tahun 2012, ekspor bijih mineral menyumbang penerimaan bea keluar sejumlah Rp1,75 triliun. Namun demikian penerimaan bea keluar bijih mineral ini segera berakhir, karena UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, melarang ekspor bijih mineral (unprocessed ores) mulai 12 Januari 2014.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 44
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tantangan dalam Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional
Adapun tantangan yang dihadapi dalam Pencapaian Target Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Tahun 2013 antara lain sebagai berikut: a. Sektor Bea Masuk 1. Konsekuensi Kerjasama Perdagangan Internasional melalui skema Free Trade Agreement (FTA) pada IJ-EPA, EFTA/CEITA ASEAN, China, Korea; 2. Adanya Fasilitas Pembebasan dan Keringanan Bea Masuk; 3. Tarif umum Bea Masuk (MFN) yang cenderung turun (tarif efektif rata-rata Bea Masuk menurun); 4. Kebijakan non tarif (Non Tarif Measure) yang berorientasi pada pengendalian dan pembatasan barang impor serta penggunaan produksi dalam negeri; 5. Implementasi Free Trade Zone (FTZ) di Kawasan Batam Bintan Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). b. Sektor Bea Keluar 1. Kebijakan Bea Keluar bukan diprioritaskan untuk penerimaan, melainkan instrumen untuk pengendalian harga dalam negeri komoditi tertentu, sehingga penetapan harga dan tarif ditentukan oleh pemerintah; 2. Tahun 2013 Tarif Bea Keluar untuk Crude Palm Oil (CPO) cenderung turun; 3. Wilayah pabean Indonesia yang luas, menimbulkan kerawanan penyimpangan.
Strategi dalam pencapaian target penerimaan
Dalam menghadapi tantangan tersebut diperlukan strategi dalam Pencapaian Target Penerimaan Tahun 2013 sebagai berikut: a. Optimalisasi di Bidang Kepabeanan 1. Peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang impor dan Peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang; 2. Perubahan kebijakan bea keluar, terutama berkaitan dengan tarif dan jenis barang kena bea keluar; 3. Optimalisasi fungsi unit pengawasan melalui peningkatan patroli darat dan laut dan peningkatan pengawasan di daerah perbatasan terutama jalur rawan penyelundupan. b. Peningkatan Sektor Pelayanan 1. Penyempurnaan implementasi Indonesia National Single Windows (INSW); 2. Pelayanan Kepabeanan 24 Jam sehari 7 hari seminggu di pelabuhan-pelabuhan utama dan implementasi Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) untuk mengurangi penumpukan barang di pelabuhan; 3. Pengembangan otomatisasi pelayanan di bidang kepabenanan dan cukai. B.1.1.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Neto)
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto Rp2.902.298.513.482,00
Penerimaan Negara Bukan Pajak berasal dari Pendapatan PNBP Lainnya dan Pendapatan Badan Layanan Umum. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Neto TA 2013 sebesar Rp2.902.298.513.482,00 atau 115,36 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013 sebesar Rp2.515.818.440.436,00. Rincian Realisasi PNBP dapat dilihat pada Tabel 22 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 45
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 22 Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 (dalam rupiah)
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto
Adapun realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Bruto TA 2013 sebesar Rp2.902.798.286.224,00 dengan Pengembalian PNBP sebesar Rp499.772.742,00.
Rp2.902.798.286.224,00
Rincian tersebut dapat dilihat dalam Tabel 23 berikut. Tabel 23 Realisasi dan Pengembalian Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2013 (dalam rupiah)
Apabila dibandingkan dengan TA 2012, PNBP Neto TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp543.188.555.199,00 atau 23,03 persen dari realisasi TA 2012. Kenaikan PNBP ini terjadi pada pos-pos PNBP yaitu Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) mengalami kenaikan sebesar Rp878.699.772.572,00 atau 58,48 persen dan Pendapatan PNBP lainnya mengalami penurunan sebesar Rp335.511.217.373,00 atau 39,18 persen. Perbandingan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 24 dan Grafik 6 berikut. Tabel 24 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Grafik 6 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dan 2012
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 46
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Komposisi realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 7. Grafik 7 Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Neto TA 2013
B.1.1.2.1. Pendapatan PNBP Lainnya (Neto) Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto Rp520.913.047.356,00
Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 sebesar Rp520.913.047.356,00 atau 148,44 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2013, yaitu sebesar Rp350.920.517.436,00. Rincian realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto dapat dilihat pada Tabel 25 berikut. Tabel 25 Rincian Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 (dalam rupiah)
Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto Rp521.412.820.098,00
Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2013 sebesar Rp521.412.820.098,00 dengan Pengembalian Pendapatan sebesar Rp499.772.742,00 sehingga realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 sebesar Rp520.913.047.356,00. Rincian Realisasi Bruto dan Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya dapat dilihat pada Tabel 26 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 47
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 26 Rincian Realisasi Bruto dan Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2013 (dalam rupiah)
Adapun perbandingan realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 27 berikut. Tabel 27 Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Jika dibandingkan dengan TA 2012, terjadi penurunan realisasi Pendapatan PNBP Lainnya pada TA 2013 sebesar Rp335.511.217.373,00 atau 39,18 persen. Penurunan yang signifikan terutama terjadi pada Pendapatan Iuran dan Denda dan Pendapatan Jasa. B.1.1.2.2. Pendapatan Badan Layanan Umum (Neto) Realisasi Pendapatan BLU Rp2.381.385.466.126,00
Realisasi Pendapatan BLU TA 2013 sebesar Rp2.381.385.466.126,00 atau mencapai 110 persen dari target yang ditetapkan dalam DIPA TA 2013 yaitu sebesar Rp2.164.897.923.000,00. Pada TA 2013, tidak terdapat Pengembalian Pendapatan BLU. Apabila dibandingkan dengan TA 2012, Pendapatan BLU TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp878.699.772.572,00 atau 58,48 persen dari realisasi TA 2012. Rincian Realisasi Pendapatan BLU Neto yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 28 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 48
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 28 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 (dalam rupiah)
Perbandingan realisasi Pendapatan BLU TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 29 berikut. Tabel 29 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 mencakup 3 (tiga) unit satker Badan Layanan Umum (BLU) yaitu Pusat Investasi Pemerintah (PIP), Lembaga Penjamin Dana Pendidikan (LPDP), dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Secara keseluruhan jika dibandingkan dengan TA 2012, Realisasi Pendapatan BLU TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp878.699.772.572,00 atau 58,48 persen karena adanya kenaikan Pendapatan Jasa Layanan Umum sebesar Rp584.807.930.082,00, Pendapatan Hasil Kerjasama BLU sebesar Rp3.722.790.200,00, dan pendapatan BLU Lainnya sebesar Rp290.182.552.290,00. Realisasi Pendapatan BLU Neto berdasarkan satuan kerja dapat dilihat pada Tabel 30 berikut. Tabel 30 Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2013 Berdasarkan Satuan Kerja (dalam rupiah)
Tidak terdapat Realisasi Pengembalian Pendapatan BLU TA 2013 dan 2012. B.1.2. HIBAH Realisasi Penerimaan Hibah Rp0,00
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2012 tentang Sistem Akuntansi Hibah, yang diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) mewakili Pemerintah dalam pencatatan Penerimaan Hibah adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, oleh karena itu di dalam Laporan Keuangan Bagian Anggaran 015 ini tidak ada Penerimaan Hibah.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 49
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
B.2. Realisasi Belanja Neto Rp17.075.887.494. 225,00
BELANJA NEGARA
Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Neto pada TA 2013 adalah sebesar Rp17.075.887.494.225,00 atau 92.76 persen dari pagu belanja dalam DIPA sebesar Rp18.408.676.395.000,00. Pada TA 2013 jumlah pengembalian belanja Kementerian Keuangan adalah sebesar Rp41.810.508.846,00. Realisasi belanja neto TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp750.439.451.054,00 atau 4.60 persen dari realisasi belanja neto TA 2012 sebesar Rp16.325.448.043.171,00. Realisasi belanja tersebut termasuk belanja pembayaran imbalan bunga sebesar Rp397.544.480.438,00. Apabila angka ini dikeluarkan maka realisasi belanja Kementerian Keuangan (tidak memperhitungkan pengembalian belanja) adalah sebesar Rp16.678.343.013.787,00 atau 90.60 persen dari pagu.
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Neto Kementerian Keuangan TA 2013 dan 2012
Perbandingan antara Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Grafik 8 berikut. Grafik 8 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2013 dan 2012 (dalam jutaan rupiah)
TA 2013
TA 2012
dalam jutaan rupiah
18,408,676 18,500,000
17,402,097
18,000,000
17,500,000
17,075,887
17,000,000
16,325,448
16,500,000 16,000,000
TA 2012
15,500,000 15,000,000
TA 2013
Pagu Realisasi Neto
Realisasi Belanja Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Keuangan. Belanja Kementerian Keuangan diklasifikasikan berdasarkan Sumber Dana, Unit Eselon I, Fungsi, Program dan Jenis Belanja.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 50
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Realisasi Belanja Neto TA 2013 Menurut Sumber Dana
1. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Sumber Dana Belanja Kementerian Keuangan dikelompokkan berdasarkan Sumber Dana. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan menurut Sumber Dana pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 31 dan Grafik 9 berikut. Tabel 31 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 (dalam rupiah)
Grafik 9 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 (dalam jutaan rupiah)
Pagu 17,684,170
20,000,000
Realisasi
16,728,699
15,000,000 10,000,000 5,000,000
132,992 156,588
0 Belanja Rupiah Murni
6,987 177,265 7,041 553,646
Belanja Pinjaman Luar Rupiah Murni Pendamping Negeri
Badan Layanan Umum
1,627 7,232
Hibah Luar Negeri
250 0
Hibah Langsung Barang Dalam Negeri
28,066
0 Hibah Langsung Jasa Luar Negeri
Perbandingan antara Realisasi Belanja TA 2013 dan 2012 menurut Sumber Dana dapat dilihat pada Tabel 32 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 51
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 32 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Realisasi Belanja Per Eselon I
2. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Unit Eselon I Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2013 dapat dirinci menurut Unit Eselon I sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar adalah pada Setjen sebesar Rp6.157.210.138.425,00 atau 36.06 persen dari total Realisasi Belanja Kementerian Keuangan. Berdasarkan realisasi TA 2013, penyerapan terbesar terdapat pada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebesar Rp5.108.378.387.329,00 atau 98.17 persen dari pagu belanja DJP. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja menurut Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 33 berikut. Tabel 33 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013
(dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 52
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Perbandingan antara Realisasi Belanja menurut Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 34 berikut. Tabel 34 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Realisasi Belanja Neto TA 2013 Menurut Fungsi
3. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Fungsi Belanja Kementerian Keuangan juga dapat dikelompokkan berdasarkan Fungsi. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan menurut Fungsi pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 35 dan Grafik 10 berikut. Tabel 35 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 53
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Grafik 10 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 (dalam jutaan rupiah)
Pagu 20,000,000
Realisasi
18,322,979 16,995,252
15,000,000 10,000,000 5,000,000 85,697
0 Belanja Pelayanan Umum
80,635
Belanja Pendidikan
Perbandingan Realisasi Belanja berdasarkan Fungsi dalam kurun waktu dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 36 berikut. Tabel 36 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Realisasi belanja Kementerian Keuangan TA 2013 menurut Fungsi yang terbesar digunakan untuk Fungsi Pelayanan Umum yaitu sebesar Rp16.995.252.389.494,00 atau 99.53 persen dari total realisasi belanja Kementerian K euangan. Realisasi Belanja Pendidikan pada Kementerian Keuangan adalah sebesar Rp80.635.104.731,00 merupakan belanja pada satker BLU Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Apabila dibandingkan dengan TA 2012, Realisasi Belanja Pendidikan bruto pada BLU STAN TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp11.087.392.573,00 atau 15.94 persen dari realisasi TA 2012. Kenaikan tersebut dikarenakan adanya pelaksanaan kegiatan Ujian Saringan Masuk dan perkuliahan STAN di TA 2013. Pada TA 2012 tidak ada penerimaan mahasiswa baru STAN. Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 54
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Realisasi Belanja Neto TA 2013 Menurut Program
4. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Program Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2013 menurut Program dapat dilihat pada Tabel 37 berikut ini: Tabel 37 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2013 (dalam rupiah)
Realisasi Belanja Neto TA 2013 Menurut Jenis Belanja
5. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Jenis Belanja Belanja Kementerian Keuangan menurut Jenis Belanja terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, dan Belanja Pembayaran Kewajiban Utang (SPM-IB Pajak). Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja menurut Jenis Belanja dapat dilihat pada Tabel 38 dan Grafik 11. Tabel 38 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 55
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja berdasarkan Jenis Belanja untuk TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 11 berikut. Grafik 11 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 (dalam jutaan rupiah)
Pagu 10,000,000
Realisasi
8,552,013 8,066,062 7,815,714
8,000,000
6,964,287
6,000,000 4,000,000
2,040,949 1,647,994
2,000,000 0 Belanja Pegawai
0 Belanja Barang
Belanja Modal
397,544
Pembayaran Kewajiban Utang (SPMIB Pajak)
Komposisi Realisasi Belanja berdasarkan Jenis Belanja untuk TA 2013 juga dapat dilihat pada Grafik 12 berikut. Grafik 12 Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013
Belanja Pegawai 47.24% Belanja Barang 40.78% Belanja Modal 9.65% Pembayaran Kewajiban Utang (SPM-IB Pajak) 2.33%
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 56
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Perbandingan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan menurut Jenis Belanja TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 39 berikut. Tabel 39 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2013 dan TA 2012 (dalam rupiah)
Realisasi Belanja Pegawai Neto TA 2013 Rp8.066.062.119.782 ,00
B.2.1. Belanja Pegawai Realisasi Belanja Pegawai Neto TA 2013 adalah sebesar Rp8.066.062.119.782,00 atau 94,32 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2013 sebesar Rp8.552.012.767.536,00 dan jumlah Pengembalian Belanja Pegawai pada TA 2013 adalah sebesar Rp 32.776.946.455,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2012, Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp89.715.901.959,00 atau 1,12 persen dari Realisasi TA 2012. Hal ini disebabkan oleh kenaikan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil dan penerimaan pegawai baru yang menyebabkan naiknya pembayaran gaji, TKPKN dan pembayaran uang makan. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013
Uraian Belanja Transaksi Kas Belanja Gaji dan Tunjangan PNS Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara Belanja Lembur B. Tunj. Khusus & B. Peg. Transito Jumlah Belanja Transaksi Kas
Catatan atas Laporan Keuangan
Pagu 3,140,896,192,536 7,483,726,000 152,886,703,000 5,250,746,146,000 8,552,012,767,536
Realisasi Bruto
Pengembalian
2,994,044,073,957 7,474,117,796 131,771,853,484 4,965,549,021,000 8,098,839,066,237
1,595,628,124 0 223,168,250 30,958,150,081 32,776,946,455
(dalam rupiah) Realisasi Neto %
2,992,448,445,833 7,474,117,796 131,548,685,234 4,934,590,870,919 8,066,062,119,782
95.27 99.87 86.04 93.98 94.32
Halaman 57
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 13 berikut. Grafik 13 Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2013
B. Tunj. Khusus & B. Peg. Transito 61.18% Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 37.10%
Belanja Lembur 1.63% Belanja Vakasi 0.00%
Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara 0.09% Belanja Honorarium 0.00% Belanja Gaji dan Tunj. Peg. Non PNS 0.00%
Perbandingan antara Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 41 berikut. Tabel 41 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai TA 2013 dan 2012
Uraian
TA 2013
TA 2012
Belanja Transaksi Kas Belanja Gaji dan Tunjangan PNS Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara Belanja Honorarium Belanja Lembur Belanja Vakasi B. Tunj. Khusus & B. Peg. Transito Jumlah Belanja Transaksi Kas
2,992,448,445,833 7,474,117,796 0 131,548,685,234 0 4,934,590,870,919 8,066,062,119,782
2,845,186,375,224 7,044,300,920 643,500,000 128,912,380,155 4,036,560,075 4,990,523,101,449 7,976,346,217,823
(dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Rp % 147,262,070,609 429,816,876 (643,500,000) 2,636,305,079 (4,036,560,075) (55,932,230,530) 89,715,901,959
5.18 6.10 (100.00) 2.05 (100.00) (1.12) 1.12
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 42 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 58
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 42 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2013 (dalam rupiah)
No Unit Eselon I Belanja Transaksi Kas 1 SETJEN 2 ITJEN 3 DJA 4 DJP 5 DJBC 6 DJPK 7 DJPU 8 DJPB 9 DJKN 10 BAPEPAM-LK 11 BPPK 12 BKF Jumlah Belanja Transaksi Kas
Pagu 5,406,294,515,000 31,831,290,000 49,396,052,000 1,636,817,265,460 574,941,031,000 26,471,459,000 17,166,314,000 519,627,959,000 198,538,943,076 0 64,044,112,000 26,883,827,000 8,552,012,767,536
Realisasi 5,114,349,358,916 28,490,377,598 47,581,142,988 1,568,643,433,028 535,439,909,841 23,299,574,367 16,906,048,445 492,439,418,925 186,954,862,968 0 59,184,093,388 25,550,845,773 8,098,839,066,237
Pengembalian 31,076,075,905 29,385,917 6,967,906 717,807,302 392,611,928 11,676,517 34,374,303 204,574,567 215,022,170 0 52,856,236 35,593,704 32,776,946,455
Realisasi Neto
%
5,083,273,283,011 28,460,991,681 47,574,175,082 1,567,925,625,726 535,047,297,913 23,287,897,850 16,871,674,142 492,234,844,358 186,739,840,798 0 59,131,237,152 25,515,252,069 8,066,062,119,782
94.03 89.41 96.31 95.79 93.06 87.97 98.28 94.73 94.06 0.00 92.33 94.91 94.32
Perbandingan Belanja Pegawai Kementerian Keuangan per Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 43 berikut. Tabel 43 Perbandingan Belanja Pegawai per Eselon I TA 2013 dan TA 2012
(dalam rupiah) No
Unit Eselon I
Belanja Transaksi Kas 1 SETJEN 2 ITJEN 3 DJA 4 DJP 5 DJBC 6 DJPK 7 DJPU 8 DJPB 9 DJKN 10 BAPEPAM-LK 11 BPPK 12 BKF Jumlah Belanja Transaksi Kas
Realisasi Belanja Barang Neto TA 2013 Rp6.964.286.532.459 ,00
TA 2013
TA 2012
5,083,273,283,011 28,460,991,681 47,574,175,082 1,567,925,625,726 535,047,297,913 23,287,897,850 16,871,674,142 492,234,844,358 186,739,840,798 0 59,131,237,152 25,515,252,069 8,066,062,119,782
5,092,489,309,313 24,888,121,767 45,105,802,548 1,487,948,550,530 494,828,384,417 21,717,789,216 15,896,193,381 484,873,230,162 177,755,113,667 48,805,355,754 59,661,028,861 22,377,338,207 7,976,346,217,823
Kenaikan (Penurunan) Rp % (9,216,026,302) 3,572,869,914 2,468,372,534 79,977,075,196 40,218,913,496 1,570,108,634 975,480,761 7,361,614,196 8,984,727,131 (48,805,355,754) (529,791,709) 3,137,913,862 89,715,901,959
(0.18) 14.36 5.47 5.37 8.13 7.23 6.14 1.52 5.05 (100.00) (0.89) 14.02 1.12
B.2.2. Belanja Barang Realisasi Belanja Barang Neto TA 2013 adalah sebesar Rp6.964.286.532.459,00 yang berarti 89,11 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2013 sebesar Rp7.815.714.239.464,00 dan jumlah Pengembalian Belanja Barang TA 2013 adalah sebesar Rp8.592.948.568,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2012, realisasi Belanja Barang TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp866.439.111.456,00 atau 14,21 persen dari TA 2012. Kenaikan tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya hal-hal sebagai berikut:
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 59
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
a. Volume kerja/kegiatan dibandingkan tahun sebelumnya; b. Indeks/harga satuan sesuai dengan Standar Biaya Tahun 2013; c. Kebutuhan operasional perkantoran terkait dengan penambahan jumlah pegawai sehingga kebutuhan peralatan dan barang konsumsi (ATK dan bahan komputer) mengalami peningkatan; d. Belanja jasa atas kenaikan tarif dasar listrik; e. Pelaksanaan kegiatan transformasi kelembagaan. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 44 berikut. Tabel 44 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2013 (dalam rupiah)
Komposisi Belanja Barang TA 2013 dapat dilihat dalam Grafik 14. Grafik 14 Komposisi Realisasi Belanja Barang TA 2013 Belanja Jasa untuk Hibah 0.40% Belanja Jasa 19.34% Belanja Barang Non Operasional 17.93%
Belanja Barang Operasional 29.70%
Belanja Pemeliharaan 12.74%
Belanja Perjalanan Dalam Negeri 16.84%
Belanja Barang BLU 2.45%
Catatan atas Laporan Keuangan
Belanja Perjalanan Luar Negeri 0.60%
Halaman 60
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Perbandingan antara Realisasi Belanja Barang TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 45 berikut. Tabel 45 Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 46 berikut. Tabel 46 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 61
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Perbandingan Realisasi Belanja Barang per Unit Eselon I TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 47 berikut. Tabel 47 Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I TA 2013 dan TA 2012 (dalam rupiah)
B.2.3. Belanja Modal Realisasi Belanja Modal Neto TA 2013 Rp1,647,994,361,546 ,00
Realisasi Belanja Modal Neto TA 2013 adalah sebesar Rp1.647.994.361.546,00 yang berarti 80,75 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2013 sebesar Rp2.040.949.388.000,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2012, realisasi Belanja Modal TA 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp12.374.704.452,00 atau 0,76 persen dari TA 2012. Kenaikan terbesar berasal dari belanja modal peralatan & mesin dan belanja modal gedung & bangunan. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 48 berikut. Tabel 48 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal TA 2013 (dalam rupiah)
Uraian Belanja Transaksi Kas Belanja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan & Mesin Belanja Modal Gedung & Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi & Jaringan Belanja Modal Lainnya Belanja Modal BLU Jumlah Belanja Transaksi Kas
Pagu
Realisasi Bruto
Pengembalian
Realisasi Neto
10,349,085,000 984,225,727,000 956,562,891,000 15,581,266,000 65,679,351,000 8,551,068,000 2,040,949,388,000
8,506,900,150 837,270,867,913 729,715,045,170 14,309,469,790 51,446,228,701 6,936,463,645 1,648,184,975,369
1,200,000 28,493,000 399,523,823 0 11,397,000 0 440,613,823
8,505,700,150 837,242,374,913 729,315,521,347 14,309,469,790 51,434,831,701 6,936,463,645 1,647,744,361,546
82.19 85.07 76.24 91.84 78.31 81.12 80.73 0.00 0.00
0
250,000,000
0
250,000,000
0.00
0
250,000,000
0
250,000,000
2,040,949,388,000
1,648,434,975,369
440,613,823
1,647,994,361,546
0.00 0 80.75
Belanja Transaksi Non Kas Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari Hibah Jumlah Belanja Transaksi Non Kas Jumlah Belanja
Catatan atas Laporan Keuangan
%
Halaman 62
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Komposisi Belanja Modal TA 2013 dapat dilihat pada Grafik 15 berikut. Grafik 15 Komposisi Realisasi Belanja Modal TA 2013
Belanja Modal Peralatan & Mesin 50,80%
Belanja Modal Gedung & Bangunan 44,25%
Belanja Modal Tanah 0,53% Belanja Modal BLU Belanja Modal Lainnya 0,42% 3,12%
Belanja Modal Jalan, Irigasi & Jaringan 0,87%
Perbandingan antara Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 49 berikut. Tabel 49 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012
Uraian Belanja Transaksi Kas Belanja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan & Mesin
TA 2013
(dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Rp %
TA 2012
8.505.700.150 837.242.374.913
11.904.690.600 848.323.697.486
(3.398.990.450) (11.081.322.573)
(28,55) (1,31)
Belanja Modal Gedung & Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi & Jaringan Belanja Modal Lainnya Belanja Modal BLU Jumlah Belanja Transaksi Kas
729.315.521.347
710.639.370.076
14.309.469.790 51.434.831.701 6.936.463.645 1.647.744.361.546
3.961.122.061 57.994.367.946 2.796.408.925 1.635.619.657.094
18.676.151.271 10.348.347.729 (6.559.536.245) 4.140.054.720 12.124.704.452
2,63 261,25 (11,31) 148,05 0,74
Belanja Transaksi Non Kas Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dari Hibah Jumlah Belanja Transaksi Non Kas
250.000.000 250.000.000
0 0
250.000.000 250.000.000
0,00 0,00
1.647.994.361.546
1.635.619.657.094
12.374.704.452
0,76
Jumlah Belanja
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 50 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 63
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 50 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal Per Eselon I TA 2013 (dalam rupiah) No Unit Eselon I Belanja Transaksi Kas 1 SETJEN 2 ITJEN 3 DJA 4 DJP 5 DJBC 6 DJPK 7 DJPU 8 DJPB 9 DJKN 10 BAPEPAM-LK 11 BPPK 12 BKF Jumlah Belanja Transaksi Kas
Pagu
Realisasi Bruto
Pengembalian
384.018.353.000 277.446.075.614 6.005.798.000 5.994.340.355 7.859.486.000 7.425.899.307 553.999.773.000 332.471.570.821 534.929.743.000 522.811.873.410 10.624.563.000 9.979.859.417 7.098.358.000 5.849.002.980 280.390.901.000 252.568.904.792 151.986.337.000 131.750.448.030 0 0 99.166.201.000 97.794.820.348 4.869.875.000 4.092.180.295 2.040.949.388.000 1.648.184.975.369
Belanja Transaksi Non Kas 1 DJPB Jumlah Belanja Transaksi Non Kas Jumlah Belanja
0 0
33.522.000 277.412.553.614 0 5.994.340.355 1.240.300 7.424.659.007 82.547.725 332.389.023.096 37.503.388 522.774.370.022 0 9.979.859.417 0 5.849.002.980 116.579.023 252.452.325.769 8.377.000 131.742.071.030 0 0 150.284.387 97.644.535.961 10.560.000 4.081.620.295 440.613.823 1.647.744.361.546
250.000.000 250.000.000
2.040.949.388.000 1.648.434.975.369
Realisasi Neto
0 0
% 72,24 99,81 94,47 60,00 97,73 93,93 82,40 90,04 86,68 0,00 98,47 83,81 80,73
250.000.000 250.000.000
0,00 0,00
440.613.823 1.647.994.361.546
80,75
Perbandingan Belanja Modal per Unit Eselon I Kementerian Keuangan TA 2013 dan TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 51 berikut. Tabel 51 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2013 dan 2012
No
Unit Eselon I
Belanja Transaksi Kas 1 SETJEN 2 ITJEN 3 DJA 4 DJP 5 DJBC 6 DJPK 7 DJPU 8 DJPB 9 DJKN 10 BAPEPAM-LK 11 BPPK 12 BKF Jumlah Belanja Transaksi Kas Belanja Transaksi Non Kas 1 DJPB Jumlah Belanja Transaksi Non Kas Jumlah Belanja
Catatan atas Laporan Keuangan
(dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Rp %
TA 2013
TA 2012
277.412.553.614 5.994.340.355 7.424.659.007 332.389.023.096 522.774.370.022 9.979.859.417 5.849.002.980 252.452.325.769 131.742.071.030 0 97.644.535.961 4.081.620.295 1.647.744.361.546
455.668.635.309 6.380.411.945 16.168.162.356 293.618.971.320 339.569.817.317 17.594.658.104 10.110.385.511 281.301.058.983 113.893.258.012 25.197.541.112 54.466.598.725 21.650.158.400 1.635.619.657.094
(178.256.081.695) (386.071.590) (8.743.503.349) 38.770.051.776 183.204.552.705 (7.614.798.687) (4.261.382.531) (28.848.733.214) 17.848.813.018 (25.197.541.112) 43.177.937.236 (17.568.538.105) 12.124.704.452
(39,12) (6,05) (54,08) 13,20 53,95 (43,28) (42,15) (10,26) 15,67 (100,00) 79,27 (81,15) 0,74
250.000.000 250.000.000
0 0
250.000.000 250.000.000
0,00 0,00
1.647.994.361.546
1.635.619.657.094
12.374.704.452
0,76
Halaman 64
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
B.2.4. Pembayaran Bunga Utang Realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang TA 2013 Rp Rp397,544,480,438 ,00
Realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang TA 2013 adalah sebesar Rp397.544.480.438,00, yaitu merupakan Imbalan Bunga kepada Wajib Pajak atas keterlambatan pembayaran pengembalian kelebihan bayar pajak atau keputusan keberatan, putusan banding dan peninjauan kembali yang mengabulkan permohonan Wajib Pajak. Realisasi Pembayaran Bunga Utang TA 2013 mengalami penurunan sebesar Rp218.09.266.813,00 atau 35,43 persen apabila dibandingkan dengan pengeluaran yang sama untuk TA 2012 sebesar Rp615.634.747.251,00.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 65
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
B.3. CATATAN PENTING LAINNYA
B.3.1. Estimasi Pendapatan Pajak Estimasi pendapatan pada Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan menggunakan data estimasi pendapatan yang bersumber dari APBN-P TA 2013. B.3.2. Program PINTAR Direktorat Jenderal Pajak Pada Tahun Anggaran 2013, alokasi anggaran PHLN PINTAR mengalami proses Drop Loan dikarenakan keterlambatan yang substansial dalam proses pengadaan core tax PINTAR yang diperkirakan menelan biaya USD97.5 juta. Selain itu, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-334/PJ/2012 tanggal 23 November 2012 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013-2014, area-area strategis yang akan dikembangkan oleh Program PINTAR tidak termasuk di dalam sasaran strategis yang ingin dicapai di dalam Renstra tersebut. Atas DIPA satker PINTAR dan CTF-7 yang memiliki alokasi anggaran dalam DIPA TA 2013 sebesar Rp196.632.799.000,00, DJP telah menyampaikan usulan revisi anggaran untuk pengurangan alokasi PHLN kepada Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan sehingga anggaran tersebut menjadi Rp0,00. Direktur Jenderal Anggaran melalui surat nomor S-2306/AG/2013 tanggal 24 September 2013 hal Pencabutan DIPA Petikan Satker PINTAR dan CTF-7 (kode 692002) Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan kepada Kuasa pengguna Anggaran Satker PINTAR dan CTF-7 DJP bahwa alokasi pada DIPA Petikan Satker PINTAR dan CTF-7 menjadi Nihil. Saat ini, Kementerian Keuangan sedang melakukan identifikasi area-area strategis yang menjadi area pengembangan di bidang perpajakan yang dilakukan melalui program Transformasi Kelembagaan yang dilaksanakan oleh Pihak Ketiga (McKinsey), sehingga apabila PINTAR tetap dilaksanakan terdapat risiko tumpang tindih pekerjaan. B.3.3. Sensus Pajak Nasional Sensus Pajak Nasional (SPN) merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Kegiatan SPN merupakan program ekstensifikasi yang proaktif yaitu dengan mendatangi subjek pajak secara langsung di lokasi tempat usaha dan atau tempat tinggal mereka. Kegiatan SPN juga diikuti dengan kegiatan penyuluhan dan himbauan kepada wajib pajak untuk membayar dan melaporkan pajaknya. Dalam pidato Presiden pada penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2012 beserta Nota Keuangan tanggal 16 Agustus 2011 menyatakan bahwa dalam mengoptimalkan penggalian potensi perpajakan, pada bulan September 2011 Pemerintah berencana melakukan Sensus Pajak Nasional. Menindaklanjuti pidato Presiden tersebut, dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang SPN. Beberapa peraturan pelaksanaannya yaitu: 1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.03/2011 tentang Pembentukan Tim SPN. 2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2011 tentang Pedoman Teknis SPN. Launching SPN dilakukan pada 30 September 2011 oleh Menteri Keuangan Agus DW Martowardoyo. Metodologi yang digunakan dalam SPN secara umum sebagai berikut: 1. dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah tanah air Indonesia oleh 299 KPP Pratama. 2. pemilihan lokasi sensus menggunakan hasil pemetaan (mapping) dan monografi fiskal Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 66
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
dengan skala prioritas: sentra ekonomi/ kawasan bisnis, bangunan tingkat tinggi (high rise building) dan kawasan pemukiman (potensial). 3. pelaksanaan sensus dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. 4. pendataan terhadap seluruh subjek dan objek pada lokasi sensus menggunakan Formulir Isian Sensus (FIS) dan diikuti dengan penyuluhan dan himbauan. 5. Pemasangan sticker di tempat usaha dan/atau tempat tinggal WP setelah dilakukan sensus. 6. perekaman/ pemutakhiran data atau hasil sensus 7. pemilihan waktu sensus disesuaikan dengan kondisi subjek sensus (pagi, siang, sore atau malam hari). Dengan pelaksanaan SPN diharapkan seluruh Wajib Pajak terdaftar, seluruh objek pajak dikenakan pajak serta pelaksanaan kewajiban perpajakan tepat waktu dan tepat jumlah. Dengan demikian basis pajak akan semakin luas, kepatuhan penyampaian SPT akan semakin meningkat, penerimaan pajak akan semakin meningkat dan basis data perpajakan akan semakin mutakhir. B.3.4. Metode Pemotongan PPh Pasal 21 dan Pasal 23 untuk Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Karya Pertambangan Pasal 33A UU PPh mengatur bahwa kewajiban perpajakan Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Karya Pertambangan mengikuti ketentuan yang diatur dalam kontrak karya. Beberapa kontrak karya mengatur bahwa pemotongan/pemungutan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 menggunakan ketentuan dalam UU PPh pada saat kontrak karya ditandatangani. Dengan adanya klausul ini, apabila UU PPh yang berlaku saat kontrak karya ditandatangani mengalami perubahan baik dasar pengenaan pajak, tarif, maupun objek pajaknya, maka WP Kontraktor Kontrak Karya Pertambangan tetap harus melakukan pemotongan/pemungutan PPh Pasal 21 kepada karyawan dan PPh Pasal 23 pada penyedia jasa berdasarkan undang-undang yang berlaku pada saat kontrak ditandatangani. Metode pemotongan/pemungutan dengan cara seperti ini disebut metode naildown. Di lain pihak, Kontraktor Kontrak Karya Pertambangan melakukan pemotongan/pemungutan PPh pasal 21 kepada karyawan dan PPh Pasal 23 kepada penyedia jasa dengan menggunakan UU PPh yang berlaku saat pemotongan/pemungutan dilakukan. Metode pemotongan/pemungutan dengan cara seperti ini disebut metode prevailling. UU PPh Tahun 1983 telah diubah beberapa kali yaitu pada tahun 1994, tahun 2000, dan tahun 2008. Dalam perubahan-perubahan tersebut, tarif PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 cenderung menurun. Dengan demikian, penerapan metode prevailling menghasilkan jumlah PPh yang dipotong/dipungut lebih kecil jika dibandingkan dengan penerapan metode naildown. Untuk memberikan kepastian hukum terkait metode yang diterapkan tersebut, Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.11/2013. Namun, dalam PMK ini masih dapat menimbulkan multi tafsir, karena terdapat klausa mengenai masa pemberlakuan 60 hari sejak diundangkan. Hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan interpretasi terhadap metode yang seharusnya digunakan sebelum PMK ini diundangkan. Kementerian Keuangan sedang memproses penegasan atau perubahan PMK Nomor 39/PMK.11/2013 tahun 2013 supaya tidak timbul lagi perbedaan interpretasi baik di internal maupun eksternal DJP. B.3.5. Rekonsiliasi Penerimaan dan Pengembalian Penerimaan pada DJP Dalam rangka menjaga validitas data realisasi pendapatan khususnya untuk data penerimaan pajak telah dilakukan rekonsiliasi antara Direktorat Jenderal Pajak selaku Pengguna Anggaran dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Bendahara Umum Negara sesuai dengan BAR Penerimaan Pajak nomor BAR-006/PN/12/PB.64/2014 tanggal 2 Mei 2014. Rekonsiliasi dilaksanakan dengan tujuan Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 67
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
untuk menguji bahwa jumlah penerimaan pajak yang disajikan Rp921.398.110.900.770,00 telah didukung uang (kas) yang masuk ke negara dengan jumlah yang sama. Hasil rekonsiliasi dapat dijelaskan sebagai berikut: SAU
SAI
Selisih
Rupiah
Rupiah
Rupiah
Uraian MPN
819.727.570.152.285
819.726.899.684.494
670.467.791
55.784.115.158.010
55.784.115.158.010
0
113.988.488.910.207
113.988.488.910.207
0
68.102.192.340.068
68.101.392.851.940
799.488.128
989.500.174.220.502
989.499.503.752.711
670.467.791
921.397.981.880.434
921.398.110.900.771
(129.020.337)
Pemotongan SPM BUN Pengembalian Pajak Total Penerimaan Bruto Total Penerimaan Netto
Dalam rangka menjaga validitas data pengembalian pendapatan pajak dilakukan rekonsiliasi pengembalian pendapatan pajak sebesar Rp68.111.398.543.069,00 antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan seperti yang tercantum dalam Berita Acara Rekonsiliasi Nomor: BAR-002/PN/12/PB.64/2014 tanggal 14 Februari 2014. Rekonsiliasi dilakukan dengan membandingkan data transaksi pengembalian pendapatan pajak berupa daftar SP2D pengembalian pendapatan pajak antara data SAI dengan data SAU. Rincian pengembalian pendapatan pajak berdasarkan hasil rekonsiliasi antara SAI dan SAU sebagai berikut: Uraian 1. SAI dan SAU sama (semua elemen)
SAU
SAI
Selisih
68.065.211.703.265
68.065.211.703.265
0
2. SAI dan SAU beda MAP (nilai sama)
6.107.830.321
6.107.830.321
0
3. SAI dan SAU beda nomor dokumen (nilai sama)
18.474.665.026
18.474.665.026
0
4. SAI dan SAU beda tanggal dokumen (nilai sama) 5. SAI dan SAU beda nomor KPPN (nilai sama) 6. SAI dan SAU beda nominal 7. Data Hanya ada di SAI 8. Data Hanya ada di SAU
6.417.827.260
6.417.827.260
0
4.860.045.149
4.860.145.149
0
8.033.579.941 0 251.134.603
8.033.579.941 72.048.178 0
0 (72.048.178) 251.134.603
1.228.541
1.228.541
0
25.033.315
25.033.315
0
2.194.482.073
2.194.482.073
0
12. Bukan satker DJP
804.314.685
0
804.314.685
Total
68.112.381.944.179
68.111.398.543.069
983.401.110
9. Data Hanya beda kode Eselon 1 10. Data Hanya beda kode satuan kerja 11. SAU/SAI beda dua variabel/lebih
Rincian di atas merupakan nilai pengembalian pendapatan sampai dengan 31 Desember 2013 Unaudited, berdasarkan hasil rekonsiliasi di atas dilakukan klarifikasi ke seluruh satuan kerja DJP. Melalui Surat Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak Nomor S-43/PJ.013/2014 tanggal 27 Februari 2014 hal Klarifikasi Hasil Rekonsiliasi SAI dan SAU Direktorat Jenderal Pajak Tahun Anggaran 2013. Hasil Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 68
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
klarifikasi tersebut juga tertuang dalam Berita Acara Rekonsiliasi Nomor: BAR-006/PN/12/PB.64/2014 tanggal 2 Mei 2014 dengan rincian sebagai berikut: Uraian 1. SAI dan SAU sama (semua elemen) 2. Bukan satker DJP Total
SAU
SAI
Selisih
68.101.392.851.940
68.101.392.851.940
0
799.488.128
0
799.488.128
68.102.192.340.068
68.101.392.851.940
799.488.128
Nilai pengembalian pendapatan pajak untuk periode yang berakhir per 31 Desember 2013 sebesar Rp68.101.392.851.940,00 serta pengembalian pendapatan periode-periode sebelumnya merupakan produk dari Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Nominal Surat Ketetapan Pajak (SKPLB)/keputusan/putusan yang menyatakan lebih bayar yang diajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau Surat Ketetapan Pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali yang belum diterbitkan keputusan atau putusan per tanggal 31 Desember 2013 adalah Rp34.360.404.394.438,00.
B.3.5. Rekonsiliasi Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan pada DJBC Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah mencatat penerimaan berdasarkan bukti setor SSPCP/SSBP secara berjenjang (bottom-up) dari tingkat UAKPA ke UAPPA-W dan ke UAPPA-Es-1, dan telah dilakukan rekonsiliasi internal secara periodik dan berjenjang dari tingkat Satker, Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-58/BC/2012. Rekonsiliasi Penerimaan dan Pengembalian Penerimaan Perpajakan tingkat Eselon I TA 2013 antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA E1) dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai Bendahara Umum Negara telah dilakukan pada tanggal 3 Februari 2014 yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) Nomor : BAR-001/PN/12/PB.64/2014. Hasil rekonsiliasi SAU unmatch tersebut telah dibukukan, disisi lainnya SAI unmatch dikeluarkan dari Laporan Keuangan Kementerian Keuangan. Selanjutnya atas SAI SAU unmatch dimaksud akan dilakukan penelusuran lebih lanjut. 1. Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan antara SAI dengan SAU dilakukan dengan 8 metode dan key rekon unik dalam setiap metodenya. Key rekon unik dalam setiap level digunakan untuk menghindari hasil rekon ganda. 8 Metode tersebut yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Metode-1 dengan elemen kunci NTPN, TGL. NTPN, AKUN, NILAI; Metode-2 dengan elemen kunci NTPN, AKUN, NILAI; Metode-3 dengan elemen kunci NTPN, TGL. NTPN, NILAI; Metode-4 dengan elemen kunci NTB/NTP, AKUN, NILAI; Metode-5 dengan elemen kunci NTPN, NILAI; Metode-6 dengan elemen kunci TGL. NTPN, AKUN, NILAI; Metode-7 dengan elemen kunci BULAN NTPN, AKUN, NILAI; Metode-8 dengan elemen kunci NTPN.
Hasil Rekonsiliasi: Selisih antara SAI dan SAU sebesar Rp49.683.409.852,00 terdiri atas: a. SAI unmatch sebanyak 679 transaksi sebesar Rp12.316.507.249,00 dan beda nilai sebesar Rp260.980.376,00; Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 69
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
b. SAU unmatch sebanyak 22.222 transaksi sebesar Rp62.231.063.586,00 dan 29 transaksi potongan SPM sebesar Rp29.833.891,00. Terhadap selisih SAI dan SAU tersebut akan dilakukan penelusuran lebih lanjut. Rincian hasil rekonsiliasi penerimaan perpajakan DJBC (bruto) tanpa penerimaan dari potongan SPM per akun sebagai berikut: AKUN 411511 411512 411513 411514 411519 412111 412112 412113 412114 412115 412119 412211 412212 412213
NAMA AKUN
SAU
Pendapatan Cukai Hasil Tembakau Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol Pendapatan Cukai MMEA Pendapatan Denda Administrasi Cukai Pendapatan Cukai Lainnya Pendapatan Bea Masuk Pendapatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil) Pendapatan Denda Administrasi Pabean Pendapatan BM dalam rangka KITE Denda Atas Sanksi Administrasi Dari Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Barang Tertentu Yang Pengangkutannya Di Dalam Daerah Pabean (Antar Pulau) Pendapatan Pabean Lainnya Pendapatan Bea Keluar Pendapatan Denda Adm. Bea Keluar Pendapatan Bunga Bea Keluar JUM LA H
SAI
103.568.233.179.843 159.195.509.515 4.689.135.597.000 32.897.594.462 12.166.710.064 29.769.570.395.220
SELISIH
103.569.616.789.123 157.051.057.500 4.689.813.803.470 32.501.464.465 11.827.860.799 29.729.127.538.181
(1.383.609.280) 2.144.452.015 (678.206.470) 396.129.997 338.849.265 40.442.857.039
296.177.959
38.855.381
257.322.578
770.385.324.370 1.349.200.936.810
769.112.325.036 1.346.174.415.439
1.272.999.334 3.026.521.371
25.000.000
-
25.000.000
35.966.814.523 16.060.943.621.401 29.434.809.534 7.589.083.037
33.644.251.572 16.063.079.545.354 29.174.359.835 4.224.911.622
156.485.040.753.738
156.435.387.177.777
2.322.562.951 (2.135.923.953) 260.449.699 3.364.171.415 49.653.575.961
*) Data SAU tidak termasuk penerimaan yang bersumber dari potongan SPM senilai Rp191.602.014.891,00 (Bea Masuk senilai Rp29.833.891,00 dan Bea Masuk DTP senilai Rp191.572.181.000,00)
Rincian hasil rekonsiliasi penerimaan perpajakan DJBC yang bersumber dari potongan SPM sebagai berikut : AKUN
NAMA AKUN
412111 Pendapatan Bea Masuk 412116 Pendapatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah JUMLAH
SAU
SAI Nilai
trx
Nilai 29.833.891
trx (14)
Selisih Nilai (29.833.891)
-
-
trx 14
49
191.572.181.000
49
191.572.181.000
-
-
49
191.572.181.000
63
191.602.014.891
(14)
(29.833.891)
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: Per-05/PB/2010 tentang Pelaksanaan Rekonsiliasi dan Pelaporan Realisasi Anggaran Pendapatan Sektor Perpajakan pada Sistem Akuntansi Instansi: 1. Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal data penerimaan sektor perpajakan terdapat pada SAU/SAKUN dan tidak terdapat pada SAI (SAU unmatch perpajakan), data dimaksud dibukukan oleh Satuan Kerja Kantor Pusat DJP atau Kantor Pusat DJBC. 2. Pasal 7 ayat (3) menyatakan bahwa Satuan kerja Kantor Pusat DJBC membukukan penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan: a. Dalam hal tidak terdapat kode unit organisasi, kode unit organisasi yang digunakan adalah Bagian Anggaran Departemen Keuangan dan Eselon I DJBC (015.05) b. Dalam hal tidak terdapat kode satuan kerja, kode satuan kerja yang digunakan adalah kode satuan kerja Kantor Pusat DJBC c. Dalam hal tidak terdapat kode mata anggaran, mata anggaran yang digunakan adalah Pendapatan Pabean Lainnya (412119) d. Dalam hal tidak terdapat kode NTPN, kode NTPN yang digunakan kode NTPN dummy e. Dalam hal tidak terdapat tanggal transaksi, tanggal transaksi yang digunakan tanggal transaksi akhir periode penyusunan laporan; Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 70
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
f. Membukukan sebesar nilai rupiah selisih; g. Menginput dalam aplikasi SAI 3. Sejalan dengan hal tersebut, DJBC membukukan SAU unmatch pada satuan kerja Kantor Pusat DJBC sesuai Pasal 7 ayat 3 huruf (b). Hal ini disebabkan realisasi kegiatan pabean/cukai dapat dilaksanakan di seluruh kantor DJBC, bukan hanya di satker tempat pembayaran. Implikasi dari pembukuan SAU unmatch, maka atas SAI unmatch tidak dibukukan oleh DJBC pada Laporan Keuangan. 4. Data SAU unmatch DJBC sebesar Rp55.194.480.666,00 yang dimasukkan dalam Laporan Keuangan Kementerian Keuangan terdiri dari Rp13.179.761504,00 yang telah diperoleh dokumen sumbernya dan sebesar Rp42.014.719.162 belum divalidasi karena masih dalam proses konfirmasi. 2. Rekonsiliasi Pengembalian Penerimaan Perpajakan Adapun hasil rekonsiliasi Pengembalian Penerimaan Perpajakan Kepabeanan dan Cukai antara data SAU dan SAI terdapat perbedaan dengan rincian hasil sebagai berikut: AKUN
NAMA AKUN
411511 411512 411513 411514 411519 412111 412112
Pendapatan Cukai Hasil Tembakau Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol Pendapatan Cukai MMEA Pendapatan Denda Administrasi Cukai Pendapatan Cukai Lainnya Pendapatan Bea Masuk Pendapatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil)
412113 412114 412119 412211 412212 412213
Pendapatan Denda Administrasi Pabean Pendapatan BM dalam rangka KITE Pendapatan Pabean Lainnya Pendapatan Bea Keluar Pendapatan Denda Adm. Bea Keluar Pendapatan Bunga Bea Keluar JUMLAH
SAU
SAI trx 9 1 2 2 3 1.692 1
Nilai 8.040.124.960 104.000.000 959.100.000 402.449.800 41.591.545 207.705.094.296 6.883.800
trx 9 1 2 2 3 1.697 1
Nilai 8.040.124.960 104.000.000 959.100.000 402.449.800 41.591.545 209.494.314.291 6.883.800
909 824 16 363 7 -
86.806.480.051 200.892.013.643 377.916.259 244.692.768.337 17.908.515.358 -
909 824 16 363 7 -
3.829
767.936.938.049
3.834
Selisih Nilai
trx (5)
(1.789.219.995)
85.025.511.056 200.892.013.643 377.916.259 244.692.768.337 17.908.515.358 -
-
1.780.968.995 -
767.945.189.049
(5)
(8.251.000)
B.3.6. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP) Untuk meningkatkan daya beli masyarakat, menjaga daya tahan dunia usaha dan meningkatkan daya saing usaha dan industri, Pemerintah memberikan fasilitas bea masuk yang ditanggung pemerintah (BM DTP). Pemberian BM DTP diawali sejak krisis pertengahan tahun 2008 sampai dengan saat ini. Melalui pemberian BM DTP diharapkan penyediaan barang dan jasa bagi kepentingan umum dapat terpenuhi. Selain itu, sektor riil yang sempat terguncang dapat bertahan dan meningkatkan daya saingnya. Mekanisme Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Atas BM DTP diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.05/2010 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 72/PMK.05/2012. Pemberian Insentif Bea Masuk ditanggung pemerintah (BM DTP) Tahun 2013 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.011/2013 tanggal 2 Januari 2013. BM DTP diberikan kepada industri sektor tertentu dengan kriteria penilaian: a. memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum, dikonsumsi oleh masyarakat luas, dan/atau melindungi kepentingan konsumen; b. meningkatkan daya saing; c. meningkatkan penyerapan tenaga kerja; dan Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 71
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
d. meningkatkan pendapatan negara. BM DTP tidak diberikan atas: a. Barang dan Bahan yang dikenakan tarif umum bea masuk sebesar 0% (nol persen) b. Barang dan Bahan yang dikenakan tarif bea masuk sebesar 0% (nol persen) berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional c. Barang dan Bahan yang dikenakan Bea Masuk Anti Dumping/Bea Masuk Anti Dumping Sementara, Bea Masuk Tindakan Pengamanan/ Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara, Bea Masuk Imbalan, atau Bea Masuk Tindakan Pembalasan d. Barang dan Bahan yang diimpor ke dalam Kawasan Berikat menggunakan dokumen pemberitahuan pabean impor dengan mendapat penangguhan bea masuk dan pajak dalam rangka impor e. Barang dan Bahan yang diimpor dalam rangka pemanfaatan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.
Alokasi Pagu BM DTP Tahun 2013 Pagu BM DTP tahun 2013 sebesar Rp1 Trilyun. Sampai dengan saat ini Kementerian Keuangan berdasarkan usulan dari Instansi Pembina Sektor Industri telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan tentang alokasi BM DTP tahun 2013 yaitu: No.
PMK
SEKTOR
1
47/PMK.011/2013
TELEKOMUNIKASI
2
48/PMK. 011/2013
KARPET
3
49/PMK. 011/2013
RESIN
4
50/PMK. 011/2013
BALLPOINT
5
51/PMK. 011/2013
PUPUK
6
52/PMK. 011/2013
KENDARAAN BERMOTOR
7
53/PMK. 011/2013
PERKERETAAPIAN
8
54/PMK. 011/2013
ALAT BESAR
9
55/PMK. 011/2013
PERALATAN INDUSTRI
10
56/PMK. 011/2013
TURBIN UAP
11
57/PMK. 011/2013
KAPAL
12
58/PMK. 011/2013
ELEKTRONIKA
13
59/PMK. 011/2013
PERALATAN TELEKOMUNIKASI
14
60/PMK. 011/2013
KABEL SERAT OPTIK
15
61/PMK. 011/2013
TONER
16
62/PMK. 011/2013
SMART CARD
17
63/PMK. 011/2013
INFUS
Realisasi BM DTP 2013 Realisasi pemberian BM DTP tahun 2013 oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai sebesar Rp327.863.371.422,28,00. Dari jumlah tersebut direalisasikan impornya sebesar Rp191.572.181.000,00 atau sebesar 58.43 persen, dengan rincian sebagai berikut:
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 72
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
PMK 63/PMK.011/2013 62/PMK.011/2013 60/PMK.011/2013 59/PMK.011/2013 58/PMK.011/2013 57/PMK.011/2013 55/PMK.011/2013 54/PMK.011/2013 52/PMK.011/2013 50/PMK.011/2013 49/PMK.011/2013 48/PMK.011/2013 47/PMK.011/2013
IPS INDUSTRI BPOM INFUS Ditjen IUBTT SMART CARD Ditjen IUBTT KABEL SERAT OPTIK Ditjen IUBTT PERALATAN TELEKOMUNIKASI Ditjen IUBTT ELEKTRONIKA Ditjen IUBTT KAPAL Ditjen IUBTT PERALATAN INDUSTRI Ditjen IUBTT ALAT BESAR Ditjen IUBTT KENDARAAN BERMOTOR Ditjen Berbasis Industri Manufaktur BALLPOINT Ditjen Berbasis Industri Manufaktur RESIN Ditjen Berbasis Industri Manufaktur KARPET Ditjen Berbasis Industri Manufaktur TELEKOMUNIKASI JUMLAH
Catatan atas Laporan Keuangan
Nilai SKEP 9.889.714.433,00 3.978.493.896,74 2.617.749.901,54 2.018.751.192,00 11.070.328.906,00 3.035.368.888,00 33.134.901,84 10.492.416.737,51 95.129.358.818,80 953.449.306,00 1.856.604.825,96 39.943.939.248,85 146.844.060.366,04 327.863.371.422,28
Nilai Realisasi 9.770.565.000,00 818.531.000,00 662.306.000,00 1.082.641.000,00 4.959.244.000,00 3.103.468.000,00 0 6.510.729.000,00 41.501.347.000,00 783.765.000,00 1.393.303.000,00 30.956.455.000,00 90.029.827.000,00 191.572.181.000,00
% 98,80 20,57 25,30 53,63 44,80 102,24 62,05 43,63 82,20 75,05 77,50 61,31 58,43
Halaman 73
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA PENJELASAN UMUM NERACA Posisi Neraca Kementerian Keuangan pada tanggal 31 Desember 2013 terdiri dari Aset sebesar Rp88.300.836.601.379,00, Kewajiban sebesar Rp253.796.566.666,00, dan Ekuitas Dana sebesar Rp88.047.040.034.713,00. Nilai Aset per 31 Desember 2013 sebesar Rp88.300.836.601.379,00 terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp56.131.056.602.521,00, Aset Tetap sebesar Rp31.448.511.970.370,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2.224.702.791,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp719.037.291.949,00 . Nilai Kewajiban per 31 Desember 2013 sebesar Rp253.796.566.666,00 seluruhnya merupakan Kewajiban Jangka Pendek. Nilai Ekuitas Dana per 31 Desember 2013 sebesar Rp88.047.040.034.713,00 terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp55.877.260.035.855,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp32.169.779.998.858,00. Komposisi Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 52 berikut. Tabel 52 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian Aset Kewajiban Ekuitas Dana
31 Desember 2013 88.300.836.601.379 253.796.566.666 88.047.040.034.713
31 Desember 2012 93.150.323.894.383 814.697.948.478 92.335.625.945.905
Kenaikan (Penurunan) Rupiah % (4.849.487.293.004) (5,21) (560.901.381.812) (68,85) (4.288.585.911.192) (4,64)
Komposisi Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Grafik 16 berikut. Grafik 16 Komposisi Neraca Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 100.000.000
dalam jutaan rupiah
90.000.000 80.000.000 70.000.000 60.000.000 50.000.000 40.000.000 30.000.000 20.000.000 10.000.000 -
Aset 31 Desember 2013 Catatan atas Laporan Keuangan
Kewajiban
Ekuitas Dana
31 Desember 2012 Halaman 74
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
PENJELASAN PER POS NERACA C.1. Aset Lancar Nilai Aset Lancar per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 adalah masingmasing sebesar Rp56.131.056.602.521,00 dan Rp53.004.852.749.265,00 Aset Lancar merupakan aset yang diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Rincian Aset Lancar pada Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 53 berikut. Tabel 53 Aset Lancar Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Aset Lancar
31 Desember 2013
31 Desember 2012
Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Kas Lainnya dan Setara Kas Kas pada Badan Layanan Umum Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) Uang muka belanja (prepayment) Piutang Perpajakan (Netto) Piutang Bukan Pajak (Netto) Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto) Piutang dari Kegiatan Operasional BLU (Netto) Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU (Netto) Persediaan Persediaan Badan Layanan Umum Jumlah
3.185.018.342 8.612.212.342 64.892.258.341 2.845.277.111.289 72.072.741.956 91.572.000 52.759.972.365.678 20.643.647.098
8.796.459.747 6.659.080.618 20.739.677.126 3.641.157.122.268 23.212.842.494 3.723.250.772 48.917.583.713.256 44.641.844.358
1.006.124.572
210.976.023
34.491.581.471
20.408.376.193
37.035.893.971
32.133.263.900
282.569.446.845 1.206.628.616 56.131.056.602.521
284.672.873.440 913.269.070 53.004.852.749.265
C.1.1. Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Pengeluaran Rp3.185.018.342,00
Nilai Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp3.185.018.342,00 dan Rp8.796.459.747,00. Saldo tersebut merupakan saldo Uang Persediaan yang belum disetor dan bukti-bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan Bendahara Pengeluaran ke Kas Negara pada tanggal neraca. Posisi Kas di Bendahara Pengeluaran pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 54 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 75
Tabel 54 Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp3.185.018.942,00 merupakan saldo rekening koran bank yang dibuka oleh Bendahara Pengeluaran untuk kepentingan operasional, saldo kas tunai (brankas), dan kuitansi-kuitansi yang belum dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran. C.1.2. Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Rp8.612.212.342,00
Nilai Kas di Bendahara Penerimaan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp8.612.212.342,00 dan Rp6.659.080.618,00. Nilai tersebut mencakup seluruh kas, baik saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Penerimaan. Posisi Kas di Bendahara Penerimaan pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 55 berikut. Tabel 55 Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
C.1.3. Kas Lainnya dan Setara Kas Kas Lainnya dan Setara Kas Rp64.892.258.341,00
Nilai Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp64.892.258.341,00 dan Rp20.739.677.126,00. Nilai tersebut terdiri dari bunga dan jasa giro rekening Bendahara Pengeluaran yang belum menerapkan Treasury Notional Pooling (TNP) dan uang pihak ketiga yang belum dibayarkan kepada yang bersangkutan, baik saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran. Pendapatan bunga jasa giro yang berasal dari rekening Bendahara Penerimaan yang belum disetor dapat dilihat di akun Kas di Bendahara Penerimaan.
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Posisi Kas Lainnya dan Setara Kas pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 56 berikut. Tabel 56 Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Uraian SETJEN
31 Desember 2013
31 Desember 2012
(dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Rupiah
%
21.851.622.534
1.373.855.852
DJA
2.233.422.968
1.415.967.753
817.455.215
57,73
DJP
6.058.323.687
682.852.812
5.375.470.875
787,21
DJBC
1.186.418.058
60.985.716
1.125.432.342
1.845,40
DJPK
296.824.000
374.788.740
(77.964.740)
(20,80)
DJPU
1.541.523.129
DJPB
18.926.830.620
DJKN
3.535.393.685
BAPEPAM-LK
-
BPPK
1.490,53
1.541.523.129
-
15.020.274.450
3.906.556.170
26,01
62.087.803
3.473.305.882
5.594,18
938.841.656
(938.841.656)
(100,00)
9.834.002
4.446.804
5.387.198
121,15
9.252.065.658
805.575.540
8.446.490.118
1.048,50
64.892.258.341
20.739.677.126
44.152.581.215
212,89
BKF JUMLAH
-
20.477.766.682
C.1.4. Kas pada BLU Kas pada BLU Rp2.845.277.111.289,00
Nilai Kas pada Badan Layanan Umum per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp2.845.277.111.289,00 dan Rp3.641.157.122.268,00. Posisi Kas pada Badan Layanan Umum pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 57 berikut. Tabel 57 Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian SETJEN BPPK JUMLAH
2.807.458.664.713 37.818.446.576
3.616.542.724.834 24.614.397.434
Kenaikan (Penurunan) Rupiah % (809.084.060.121) (22,37) 13.204.049.142 53,64
2.845.277.111.289
3.641.157.122.268
(795.880.010.979)
31 Desember 2013 31 Desember 2012
(21,86)
Penjelasan Kas pada Badan Layanan Umum 1. Kas pada Badan Layanan Umum pada Setjen terdiri dari Kas Pada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebesar Rp1.536.092.479.351,00 dan Kas Pada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebesar Rp1.271.366.185.362,00 . Rincian Kas pada Badan Layanan Umum pada Setjen dapat dilihat pada tabel 58 berikut ini:
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 77
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 58 Rincian Kas pada BLU Sekretariat Jenderal (dalam rupiah)
Kas pada PIP sebesar Rp1.536.092.479.351,00 terdiri atas Kas pada BLU dan Kas di Bendahara Penerimaan yang disimpan dalam bentuk giro, deposito pada bank umum maupun kas pada pihak ketiga untuk pembayaran belanja yang sudah dibayar secara kas oleh PIP dan seluruhnya telah disahkan oleh KPPN. Nilai tersebut merupakan besaran kas milik PIP (baik dalam bentuk giro maupun deposito jangka pendek) yang terdiri dari kas tunai, kas di rekening pendapatan giro dollar AS (bank BRI dengan nomor rekening 0329.02.0002255.30.2), kas di rekening bendahara penerimaan (bank BRI dengan nomor rekening 0329.01.002911.30.6) dan tercatat pada kas Negara serta kas di bendahara pengeluaran. Pengelolaan kas untuk pendapatan dan belanja yang telah disahkan dan belum disahkan dikelola dalam rekening bersama. Untuk pendapatan dikelola dalam rekening pendapatan dan untuk belanja dikelola dalam rekening bendahara pengeluaran. Kas pada BLU-LPDP sebesar Rp1.271.366.185.362,00 disimpan dalam bentuk tunai, giro, dan deposito pada bank umum. 2. Nilai sebesar Rp37.818.446.576,00 di BPPK merupakan Saldo Kas pada BLU STAN. Rincian Saldo Kas pada BLU STAN disajikan pada Tabel 59 berikut. Tabel 59 Rincian Kas pada BLU STAN (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 78
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.1.5. Belanja Dibayar Dimuka Belanja Dibayar Di Muka Rp72.072.741.956,00
Nilai Belanja Dibayar Dimuka per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp72.072.741.956,00 dan Rp23.212.842.494,00. Posisi Belanja Dibayar Dimuka per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 60 berikut. Tabel 60 Belanja Dibayar Dimuka Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
Uraian SETJEN ITJEN DJP DJBC DJPB DJKN BPPK BKF JUMLAH
31 Desember 2013
31 Desember 2012
45.149.836.375 809.063 23.711.631.982
2.724.137.221 17.724.276.407
42.425.699.154 809.063 5.987.355.575
1.557,40 33,78
84.703.798 2.361.667.443 573.462.498 190.630.797 -
78.733.696 1.808.910.061 709.210.065 167.575.044
5.970.102 552.757.382 (135.747.567) 190.630.797 (167.575.044)
7,58 30,56 (19,14) (100,00)
72.072.741.956
23.212.842.494
48.859.899.462
210,49
Nilai Belanja Dibayar Dimuka Rp72.397.350.664,00 terdiri dari: -
(dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Rupiah %
per
31
Belanja Pegawai Dibayar Dimuka (prepaid) Belanja Barang yang Dibayar Dimuka (prepaid)
Desember
2013
sebesar
Rp 1.853.770.656,00 Rp 70.218.971.300,00
C.1.6. Uang Muka Belanja Uang Muka Belanja Rp91.572.000,00
Nilai Uang Muka Belanja per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masingmasing sebesar Rp91.572.000,00 dan Rp3.723.250.772,00. Posisi Uang Muka Belanja per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 61 berikut. Tabel 61 Uang Muka Belanja Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian DJP BPPK JUMLAH
31 Desember 2013
31 Desember 2012
91.572.000
3.723.250.772 -
Kenaikan (Penurunan) Rupiah % (3.723.250.772) (100,00) 91.572.000 -
91.572.000
3.723.250.772
(3.631.678.772)
(97,54)
Uang muka belanja pada unit Eselon I BPPK merupakan pengeluaran belanja sebagai pembayaran awal yang dilakukan atas Pengadaan Buku Perpustakaan dengan nomor Surat Perjanjian: PRJ-011/AK.1/PPK/2013
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 79
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.1.7. Piutang Pajak Piutang Pajak Rp103.240.249.433.833,00
Nilai Piutang Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp103.240.249.433.833,00 dan Rp93.468.526.344.200,00. Apabila dibandingkan dengan saldo per 31 Desember 2012, Piutang Pajak mengalami kenaikan sebesar Rp9.771.723.089.633,00 atau 10,42 persen. Posisi Piutang Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 62 berikut. Tabel 62 Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Uraian DJP DJBC JUMLAH
31 Desember 2013
31 Desember 2012
77.366.561.749.071 25.873.687.684.762 103.240.249.433.833
70.721.181.887.660 22.747.344.456.540 93.468.526.344.200
Kenaikan (Penurunan) Rupiah % 6.645.379.861.411 9,40 3.126.343.228.222 13,74 9.771.723.089.633 10,45
Sedangkan Nilai Piutang Pajak per 31 Desember 2013 setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang dapat dilihat pada Tabel 63 berikut. Tabel 63 Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian DJP DJBC JUMLAH
31 Desember 2013 28.581.451.198.172 24.178.521.167.506 52.759.972.365.678
31 Desember 2012 27.792.164.525.637 21.125.419.187.619 48.917.583.713.256
Kenaikan (Penurunan) Rupiah % 789.286.672.535 2,84 3.053.101.979.887 14,45 3.842.388.652.422 7,85
Nilai Piutang Pajak per 31 Desember 2013 sebesar Rp52.759.972.365.678,00 merupakan nilai neto setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang. Adapun nilai Piutang Pajak bruto per 31 Desember 2013 sebesar Rp103.240.249.433.833,00 dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Nilai Piutang Pajak bruto pada DJP per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp77.366.561.749.071,00 dan Rp70.721.181.887.660,00 merupakan tagihan pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang belum mendapat pelunasan sampai dengan 31 Desember 2013. Sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pembayaran setoran masa dan STP bunga penagihan atas SKPKB/SKPKBT yang dibayar melewati tanggal jatuh tempo belum termasuk dalam angka Piutang Pajak di Neraca sebesar Rp482.758.038.598,68 karena masih dalam proses penelitian dan verifikasi oleh Kementerian Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 80
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Rincian Piutang Pajak per Jenis Pajak per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 64 berikut. Tabel 64 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
1.196.082.304.338
1.391.617.937.283
Kenaikan (Penurunan) Rupiah % (195.535.632.945) (14,05)
22 23 25/29 OP 25/29 Ba da n
474.859.038.112 2.073.653.402.146 1.464.443.087.320 26.484.631.354.502
468.432.815.179 4.918.350.082.956 1.218.354.326.211 18.473.224.608.353
6.426.222.933 1,37 (2.844.696.680.810) (57,84) 246.088.761.109 20,20 8.011.406.746.149 43,37
Pi utang PPh Pa s a l 26 Pi utang PPh Fi na l Jumlah Piutang PPh Non Migas Pi utang PPN Da l a m Negeri
2.654.047.893.334 847.587.668.063 35.195.304.747.815 19.086.728.575.262
2.093.962.968.364 589.715.652.211 29.153.658.390.557 15.704.901.728.808
Jumlah Piutang PPN Pi utang PPnBM da l a m Negeri Jumlah Piutang PPnBM Pi utang PBB Pedes a a n
19.086.728.575.262 385.509.016.104 385.509.016.104 1.992.878.656.086
15.704.901.728.808 176.236.958.386 176.236.958.386 2.996.934.810.829
3.381.826.846.454 21,53 209.272.057.718 118,74 209.272.057.718 118,74 (1.004.056.154.743) (33,50)
Pi utang PBB Perkotaa n Pi utang PBB Perkebuna n Pi utang PBB Kehutana n Pi utang PBB Pertamba nga n
3.894.949.763.751 607.271.063.282 442.641.257.932 12.217.284.060.116
11.591.237.794.772 661.307.597.823 558.001.107.117 7.587.645.821.758
(7.696.288.031.021) (66,40) (54.036.534.541) (8,17) (115.359.849.185) (20,67) 4.629.638.238.358 61,02
Jumlah Piutang PBB 19.155.024.801.167 Pi utang Pa ja k Ti da k La ngs ung La i n 4.148.450 Pi utang Bunga Pena gi ha n PPh 3.543.990.460.273 Jumlah Piutang Pajak Lainnya 3.543.994.608.723
23.395.127.132.299 15.396.781 2.291.242.280.829 2.291.257.677.610
(4.240.102.331.132) (18,12) (11.248.331) (73,06) 1.252.748.179.444 54,68 1.252.736.931.113 54,67
Uraian
31 Desember 2013
31 Desember 2012
Pi utang PPh Pa s a l 21 Pi utang PPh Pi utang PPh Pi utang PPh Pi utang PPh
Pa s a l Pa s a l Pa s a l Pa s a l
JUMLAH
77.366.561.749.071
70.721.181.887.660
560.084.924.970 257.872.015.852 6.041.646.357.258 3.381.826.846.454
6.645.379.861.411
26,75 43,73 20,72 21,53
9,40
Komposisi Piutang Pajak per Jenis Pajak pada DJP per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Grafik 17 berikut. Grafik 17 Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak Per 31 Desember 2013 PPN 24,67%
PPh Non Migas 45,49%
PPnBM 0,50%
PBB 24,76%
Pajak Tidak Langsung Lainnya 4,58%
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 81
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 65 berikut. Tabel 65 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah) Umur Piutang
Jumlah
Sampai dengan 1 Tahun
27.232.821.682.563
Lebih dari 1 Tahun sampai dengan 2 Tahun
11.151.967.175.545
Lebih dari 2 Tahun sampai dengan 3 Tahun
3.871.558.894.727
Lebih dari 3 Tahun sampai dengan 4 Tahun
4.849.419.801.291
Lebih dari 4 Tahun sampai dengan 5 Tahun
6.858.907.404.606 23.401.886.790.342
Lebih dari 5 Tahun Jumlah*)
77.366.561.749.074
* Terdapat selisihantara data piutang dan SAI karena pembulatan sebesar Rp3,00
Barang Sitaan dalam Rangka Penagihan Pajak
SP3DRI
Dalam rangka melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan penyitaan terhadap harta benda Wajib Pajak sebagai jaminan piutang pajak yang tidak dilunasi Wajib Pajak sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Nilai estimasi harga pasar aset Wajib Pajak yang dilakukan penyitaan yang belum dilakukan penjualan secara lelang dan atau penjualan yang dikecualikan dari lelang sebesar Rp87.128.511.676,00 dan dari piutang pajak sebesar Rp40.333.498.328,00. Dari aset Wajib Pajak tersebut dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih sebesar Rp23.230.148.195,00. DJBC telah menyampaikan data SP3DRI selama tahun 2013 dari DJBC kepada DJP sebagai berikut: a. DJBC telah menyampaikan data SP3DRI kepada DJP yang dikompilasi dari hasil validasi piutang selama tahun 2013 di lingkungan DJBC yaitu sebanyak 195 dokumen, dengan nilai sebesar Rp89.545.192.197,00 dengan rincian sebagai berikut: Nama Akun
Akun
Nilai (Rp)
PPN Impor
115132
27.486.308.943
PPN Lain
115139
-
PPnBM
115142
53.917.334.000
PPh Pasal 22 Impor
115123
2.629.041.059
Piutang Bunga Penagihan PPnBM
115173
-
Piutang Bunga Penagihan PPN
115174
5.512.508.195
Piutang Bunga Penagihan PPh
115175
JUMLAH
89.545.192.197
b. Data SP3DRI dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang diterima Direktorat Jenderal Pajak selama Tahun 2013 senilai Rp89.545.192.197,00. Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 82
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Atas nilai tersebut dapat dijelaskan dengan data sebagai berikut: Tahun 2013 Tindak Lanjut
Jml SP3DRI
Tahun 2012 Jml SP3DRI
Nilai (Rp)
Tahun 2011
Nilai (Rp)
Jml SP3DRI
Lunas
3
45.102.000
31
5.419.426.389
38
Telah diterbitkan SKPKB
2
445.336.000
10
10.307.536.360
42
Himbauan
-
-
8
Masih dalam proses penelitian
190
89.054.754.197
390
Total
195
89.545.192.197
439
Nilai (Rp) 4.665.761.528
63.186.748.159
Tahun 2010 Jml SP3DRI 37 84
12
10.120.223.058
13
60.579.124.937
155
247.675.079.078
311
76.346.618.686
247
325.647.811.823
445
40.531.000
Nilai (Rp) 15.248.688.112 19.680.125.824 4.271.135.559
23.742.697.798 62.942.647.293
2. Nilai Piutang Pajak bruto pada DJBC per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp25.873.583.662.721,00 dan Rp22.747.344.456.540,00. Piutang pajak merupakan tagihan pajak yang telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Rincian Piutang Pajak per Jenis Pajak per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 66 berikut. Tabel 66 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah) Uraian Piutang PPh Pasal 22 Piutang PPh Pasal 22 Impor Piutang PPN Dalam Negeri Piutang PPN Impor Piutang PPN Lainnya Piutang PPnBM Impor Piutang Cukai Hasil Tembakau Piutang Cukai Ethyl Alkohol Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol Piutang Pendapatan Denda Administrasi Cukai Piutang Pendapatan Cukai Lainnya Piutang Bunga Penagihan PPH Piutang Bunga Penagihan PPN Piutang Bunga Penagihan PPnBM Piutang Bea masuk Piutang Pendapatan Denda Administrasi Pabean Piutang Pendapatan Pabean Lainnya Piutang Pajak/pungutan ekspor Piutang Pendapatan Denda Administrasi Bea Keluar Piutang Pendapatan Bunga Bea Keluar Jumlah
Kenaikan (Penurunan)
31 Desember 2013
31 Desember 2012
10.756.000 49.284.114.651 3.702.269.055.842 211.812.715.177
6.545.000 38.935.638.305 3.208.801.445.758 203.237.408.922
0 28.514.228.911 19.816.801.760.259
0 62.468.918.221 17.033.037.355.284
0 0,00 (33.954.689.310) (54,35) 2.783.764.404.975 16,34
889.000.000 3.108.825.600 29.453.271.760
889.000.000 3.130.764.100 106.520.802.678
0 0,00 (21.938.500) (0,70) (77.067.530.918) (72,35)
9.205.833.909 0 736.577.629 0
46.852.066.615 0 4.652.265.594 0
(37.646.232.706) (80,35) 0 0,00 (3.915.687.965) (84,17) 0 0,00
865.348.447.579 779.818.787.420 181.537.096.668
902.381.234.997 800.768.267.334 177.749.777.036
(37.032.787.418) (20.949.479.914) 3.787.319.632
(4,10) (2,62) 2,13
185.431.335.397 9.089.814.480 376.063.480 25.873.687.684.762
149.477.642.624 8.143.652.172 291.671.900 22.747.344.456.540
35.953.692.773 946.162.308 84.391.580 3.126.343.228.222
24,05 11,62 28,93 13,74
Rupiah
%
4.211.000 10.348.476.346 493.467.610.084 8.575.306.255
64,34 26,58 15,38 4,22
Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 67 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 83
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 67 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang (dalam rupiah) Akun
Uraian
0 s.d. 1 Tahun
115181 Piutang Bea Masuk
272.515.990.104
115169 Piutang Pendapatan Cukai Lainnya 115183 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Pabean
1 s.d. 2 Tahun
2 s.d. 3 Tahun
>3 Tahun
19.977.494.656
52.114.973.094
Jumlah
520.739.989.725
865.348.447.579
244.857.750
267.951.055
725.445.500
7.967.579.604
9.205.833.909
111.881.246.803
9.968.330.913
332.171.291.914
325.797.917.790
779.818.787.420
115123 Piutang PPh Pasal 22 impor
27.855.518.082
901.356.569
34.076.000
20.464.630.999
49.255.581.650
115174 Piutang Bunga Penagihan PPN
662.246.511
74.331.118
-
-
736.577.629
115173 Piutang Bunga Penagihan PPh
-
-
-
-
-
1.934.640.140
210.640.000
769.897.680
26.538.093.940
29.453.271.760
115164 Piutang Pendapatan Denda Adminstrasi Cukai 115175 Piutang Bunga Penagihan PPnBM 115186 Piutang Pendapatan Denda Administrasi Bea Keluar 115187 Piutang Pendapatan Bunga Bea Keluar
-
-
-
-
-
3.156.605.939
50.610.850
2.874.471.853
3.008.125.837
9.089.814.479
84.932.120
97.895.833
1.388.000
191.847.527
376.063.480
-
-
-
-
-
46.713.696.857
7.689.708.671
4.935.080.026
126.092.849.843
185.431.335.398
115139 Piutang PPN Lainnya 115185 Piutang Pajak/Pungutan Ekspor 115122 Piutang PPh Pasal 22 115161 Piutang Cukai Hasil Tembakau
39.243.000
46.000
-
-
39.289.000
19.799.530.624.790
-
-
17.271.135.469
19.816.801.760.259
25.936.736.190
389.037.000
-
2.188.455.721
28.514.228.911
3.702.269.055.842
-
-
-
3.702.269.055.842
115142 Piutang PPnBM Impor 115131 Piutang PPN Dalam Negeri 115163 Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol 115184 Piutang Pendapatan Pabean Lainnya
779.000
-
146.592.000
2.961.454.600
3.108.825.600
2.742.896.200
1.207.599.188
27.876.001.614
149.710.599.665
181.537.096.667
115162 Piutang cukai Ethyl Alkohol
-
-
889.000.000
-
889.000.000
110.198.661.936
3.354.651.326
109.000.500
98.150.401.415
211.812.715.177
24.105.767.731.264
44.189.653.179
422.647.218.182
1.301.083.082.135
25.873.687.684.762
115132 Piutang PPN Impor Total
C.1.8. Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Perpajakan Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak Rp50.480.277.068.155,00
Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp50.480.277.068.155,00 dan Rp44.550.942.630.944,00 yang terdiri atas Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Pajak pada DJP sebesar Rp48.785.110.550.899,00 dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJBC sebesar Rp1.695.166.517.256,00. Adapun nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak per 31 Desember 2013 sebesar Rp50.480.277.068.155,00 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJP sebesar Rp48.785.110.550.899,00 per 31 Desember 2013. Perhitungan nilai penyisihan piutang tidak tertagih per 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut: Uraian
Kualitas Piutang Lancar
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Total
Piutang Pajak (Rp)
15.289.951.266.718
8.990.249.699.914
10.512.446.787.192
42.573.913.995.249
77.366.561.749.074*
Barang Sitaan/Agunan yang dapat dikurangkan
-
-
5.457.167.840
17.772.980.355
23.230.148.195
15.289.951.266.718
8.990.249.699.914
10.506.989.619.352
42.556.141.014.895
77.343.331.600.879
Dasar Penghitungan Penyisihan Prosentasi Penyisihan Nilai Penyisihan Piutang Pajak
0,50% 76.449.756.334
10% 899.024.969.991
50% 5.253.494.809.676
100% 42.556.141.014.895
48.785.110.550.896*
Keterangan: * terdapat selisih antara data piutang dan SAI karena pembulatan sebesar Rp3,00 * terdapat selisih antara data penyisihan piutang dan SAI karena pembulatan sebesar Rp3,00
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 84
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Penyisihan, Daluwarsa, Penghapusan Piutang Pajak, dan Sengketa Pajak
Dari nilai piutang pajak kualitas macet sebesar Rp42.573.913.995.249,00 tersebut termasuk piutang yang telah daluwarsa penagihannya sebesar Rp15.331.353.474.096,00 Selama Tahun Anggaran 2013 telah diusulkan penghapusan sebesar Rp860.980.213.205,00. Atas usulan penghapusan piutang pajak tersebut, belum diputuskan apakah nilai piutang pajak tersebut dapat dihapusbukukan. Dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali. Nominal ketetapan pajak kurang bayar yang menjadi sengketa pajak, yang belum diterbitkan keputusan atau putusan sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 adalah Rp80.828.962.394.318,00. Nilai nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan nilai piutang pajak Per 31 Desember 2013. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, nilai nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak tersebut adalah atas nilai ketetapan pajak awal, bukan atas nilai piutang pajak atau tunggakan pajak yang belum dibayar. Kedua, nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak untuk SKPKB/SKPKBT hasil pemeriksaan tahun pajak 2008 dan seterusnya, sebagian nilai dalam SKPKB/SKPKBT tersebut yang tidak disetujui oleh Wajib Pajak belum diakui sebagai piutang pajak. Dari nilai piutang pajak kualitas macet di atas, terdapat piutang pajak sebesar Rp554.522.684.740,00 yang berada dalam sengketa di luar peradilan pajak. Piutang pajak tersebut telah berstatus inkracht pada mekanisme penyelesaian sengketa perpajakan melalui peradilan pajak dengan putusan Peninjauan Kembali. Berdasarkan putusan Peninjauan Kembali, Kementerian Keuangan dhi. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan sita aset atas piutang pajak tersebut dengan nilai estimasi aset sitaan Rp259.067.541.000,00, Wajib pajak mengajukan piutang pajak dan tindakan sita tersebut sebagai sengketa ke peradilan umum. Status sengketa di luar mekanisme peradilan pajak tersebut sudah berada pada tahap kasasi. 2. Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJBC sebesar Rp1.695.166.517.256,00 per 31 Desember 2013. Rincian Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada DJBC per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 68.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 85
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 68 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah) Akun
Uraian
Lancar
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
115181
Piutang Bea Masuk
1.311.979.927
1.436.845.136
24.375.719.145
537.463.506.942
564.588.051.150
115185 115161
Piutang Pajak/Pungutan Ekspor
206.476.787
67.406.300
-
143.461.915.084
143.735.798.171
Piutang Cukai Hasil Tembakau
98.997.653.124
-
-
17.271.135.469
115162
Piutang cukai Ethyl Alkohol
116.268.788.593
-
-
444.500.000
-
115163
Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol
444.500.000
3.895
-
73.296.000
2.961.454.600
3.034.754.495
115184
Piutang Pendapatan Pabean Lainnya
115169
Piutang Pendapatan Cukai Lainnya
12.076.601
101.292.847
13.692.473.654
150.723.900.689
164.529.743.791
1.044.229
413.910
271.282.727
8.450.283.605
115183
Piutang Pendapatan Denda Administrasi Pabean
8.723.024.471
558.500.512
739.012.081
159.770.892.796
341.129.115.613
502.197.521.002
115186
Piutang Pendapatan Denda Administrasi Bea Keluar
115164
Piutang Pendapatan Denda Adminstrasi Cukai
115187
Piutang Pendapatan Bunga Bea Keluar
115132
Piutang PPN Impor
115139
Piutang PPN Lainnya
115131
Piutang PPN Dalam Negeri
115142
Piutang PPnBM Impor
115122
Piutang PPh Pasal 22
115123
Piutang PPh Pasal 22 impor
115175
Piutang Bunga Penagihan PPnBM
115174
Piutang Bunga Penagihan PPN
115173
Piutang Bunga Penagihan PPh
-
-
-
-
-
Total
120.369.217.585
2.603.914.236
198.957.183.412
1.373.236.202.024
1.695.166.517.257
15.226.851
5.061.085
-
5.993.833.500
6.014.121.436
9.664.201
13.364.000
261.198.840
26.864.393.940
27.148.620.981
-
-
-
376.063.480
376.063.480
488.420.640
150.326.415
51.525.750
112.340.088.188
113.030.360.993
-
-
-
-
-
18.511.345.279
-
-
-
18.511.345.279
129.683.681
38.903.700
-
2.188.455.721
2.357.043.102
196.215
4.600
-
-
200.815
123.634.410
43.851.050
16.294.500
24.012.055.193
24.195.835.153
-
-
-
-
-
3.311.233
7.433.112
-
-
10.744.345
Keterangan: * terdapat selisih antara data penyisihan piutang dan SAI karena pembulatan sebesar Rp1,00
C.1.9. Piutang Bukan Pajak Piutang Bukan Pajak Rp67.006.879.145,00
Nilai Piutang Bukan Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp67.006.879.145,00 dan Rp96.450.818.001,00. Piutang Bukan Pajak merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada akhir tahun anggaran dan diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Posisi Piutang Bukan Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 69 berikut. Tabel 69 Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012
Uraian SETJEN DJA DJP DJBC DJPK DJPU DJPB DJKN BAPEPAM-LK BPPK JUMLAH
Catatan atas Laporan Keuangan
31 Desember 2013
31 Desember 2012
50.576.144.280 13.095.486 13.964.825.000 52.552.088 13.088.700 1.775.270.529 57.765.463 554.137.599 67.006.879.145
66.292.680 6.708.240 18.021.785.000 100.803.067 14.485.227.455 63.379.536.332 390.465.227 96.450.818.001
(dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Rupiah % 50.509.851.600 76.192,20 13.095.486 (6.708.240) (100,00) (4.056.960.000) (22,51) (48.250.979) (47,87) 13.088.700 (12.709.956.926) (87,74) 57.765.463 (63.379.536.332) (100,00) 163.672.372 41,92 (29.443.938.856) (30,53)
Halaman 86
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Sedangkan Nilai Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2013 setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang dapat dilihat pada Tabel 70 berikut Tabel 70 Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian
31 Desember 2013
31 Desember 2012
10.743.131.670 13.030.009 7.736.333.275 13.023.257 1.766.394.178 57.476.636 314.258.073 20.643.647.098
65.961.217 6.674.789 7.790.755.075 100.299.052 14.412.801.301 22.114.233.860 151.119.064 44.641.844.358
SETJEN DJA DJP DJBC DJPK DJPU DJPB DJKN BAPEPAM-LK BPPK JUMLAH
Kenaikan (Penurunan) Rupiah % 10.677.170.453 16.187,04 13.030.009 (6.674.789) (100,00) (54.421.800) (0,70) (100.299.052) (100,00) 13.023.257 (12.646.407.123) (87,74) 57.476.636 (22.114.233.860) (100,00) 163.139.009 107,95 (23.998.197.260) (53,76)
Nilai Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2013 sebesar Rp20.643.647.098,00 merupakan nilai neto setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang. Saldo Piutang Bukan Pajak bruto per Eselon I per 31 Desember 2013 sebesar Rp67.006.879.145,00 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Saldo Piutang Bukan Pajak di Setjen per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp50.576.144.280,00 dan Rp66.292.680,00. Piutang Bukan Pajak tersebut merupakan pengakuan PNBP atas Piutang Bukan Pajak Eks Bapepam LK dan Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan KPTIK dan BMN Semarang. URAIAN KP Sekretariat Jenderal Pusintek KPTIK dan BM N Semarang GKN M akassar S aldo
31 Desember 2013
31 Desember 2012
40.426.309.299
33.324.619
9.515.252.185
31.288.061
634.582.796
0
0
1.680.000
50.576.144.280
66.292.680
Jumlah Piutang Bukan Pajak (neto) per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp10.743.131.670,00 dan Rp65.961.217,00 merupakan nilai Piutang Bukan Pajak yang dihitung setelah dikurangi dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih –Piutang Bukan Pajak. 2. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJA per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp13.095.486,00 dan Rp0,00. Piutang Bukan Pajak tersebut merupakan kekurangan pembayaran atas kelebihan pembayaran hasil pekerjaan renovasi pada Direktorat Jenderal Anggaran. 3. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJP per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp0,00 dan Rp6.708.240,00. Piutang Penerimaan Negara Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 87
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Bukan Pajak merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada akhir tahun anggaran diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Selain itu, terdapat penyisihan piutang bukan pajak yang dikategorikan lancar karena diharapkan dapat dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan pada tahun berikutnya. Uraian
31 Des 2013
Piutang PNBP
31 Des 2012 0
6.708.240
Kenaikan/ (Penurunan) (6.708.240)
% (100,00)
4. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJBC per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp13.964.825.000,00 dan Rp18.021.785.000,00. Piutang PNBP pada DJBC pada umumnya disebabkan adanya fasilitas penundaan pembayaran pita cukai dimana PNBP atas penerimaan cukai tersebut juga dibayarkan bersamaan dengan pembayaran piutang cukai hasil tembakau. Selain itu juga disebabkan adanya fasilitas PNBP berkala kepada beberapa importir. Daftar Nilai Piutang PNBP pada DJBC per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut: Kode Kanwil
UAPPAW
Nilai Piutang
007
JAKARTA
008
JAWA BARAT
009
JAWA TENGAH DIY
010
JAWA TIMUR I
76.980.000
011
JAWA TIMUR II
1.980.000
012
BALI, NTB, NTT
017
KPU PRIOK JUMLAH
600.000 21.480.000 3.690.000
3.660.000 13.856.160.000 13.964.550.000
5. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPK per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp52.552.088,00 dan Rp100.803.067,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan kelebihan pembayaran belanja modal a.n. PT. Aek Sibundong Nauli sebesar Rp41.603.288,00 dan kelebihan pembayaran perjalanan dinas a.n. Sanjaya Wiratama sebesar Rp10.948.800,00. 6. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp13.088.700,00 dan Rp0,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan tagihan kelebihan pembayaran gaji pegawai DJPU yang mengajukan pensiun dini. 7. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPB per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp1.775.270.529,00 dan Rp14.485.227.455,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan hak atau pengakuan pemerintah atas uang atau jasa terhadap pelayanan yang telah diberikan dan belum diselesaikan pembayaran atau serah terimanya pada akhir tahun anggaran per tanggal neraca. 8. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJKN per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp57.765.463,00 dan Rp0,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan kekurangan pembayaran denda keterlambatan berdasarkan hasil temuan BPK RI TA 2012 atas kegiatan Pekerjaan Renovasi Gedung KPKNL Palembang.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 88
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
9. Piutang Bukan Pajak di BPPK per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp554.137.599,00 dan Rp390.465.227,00. Piutang bukan pajak tersebut merupakan piutang sewa dan piutang atas denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Mutasi piutang PNBP dapat dilihat pada Tabel 71 berikut. Tabel 71 Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Nilai Piutang Bukan Pajak sebesar Rp554.137.599,00 diatas merupakan nilai bruto, sedangkan Nilai Piutang Bukan Pajak neto adalah Rp314.258.073,00 setelah dikurangi penyisihan piutang tidak tertagih sebesar Rp239.879.526,00. Rincian penyisihan piutang bukan pajak adalah sebagaimana Tabel 72 berikut. Tabel 72 Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.1.10. Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Bukan Pajak Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Piutang Bukan Pajak Rp46.363.232.047,00
Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar sebesar Rp46.363.232.047,00 dan Rp51.808.973.643,00.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 89
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak Berdasarkan Kualitas Piutang per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 73 berikut. Tabel 73 Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian
31 Desember 2013
SETJEN DJA DJP DJBC DJPK DJPU DJPB DJKN BAPEPAM-LK BPPK JUMLAH
31 Desember 2012
(39.833.012.610) (65.477) (6.228.491.725) (52.552.088) (65.443) (8.876.351) (288.827) (239.879.526) (46.363.232.047)
(331.463) (33.451) (10.231.029.925) (504.015) (72.426.154) (41.265.302.472) (239.346.163) (51.808.973.643)
Kenaikan (Penurunan) Rupiah % (39.832.681.147) 12.017.233,04 (65.477) 33.451 (100,00) 4.002.538.200 (39,12) (52.048.073) 10.326,69 (65.443) 63.549.803 (87,74) (288.827) 41.265.302.472 (100,00) (533.363) 0,22 5.445.741.596 (10,51)
C.1.11. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Bagian Lancar TGR Rp10.574.192.619,00
Nilai Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp10.574.192.619,00 dan Rp9.625.650.721,00. Saldo per 31 Desember 2013 merupakan saldo Tagihan TGR Kementerian Keuangan yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal neraca (sampai dengan 31 Desember 2013) dengan memperhitungkan penyisihan nilai piutang. Posisi Bagian Lancar TGR bruto per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 74 berikut Tabel 74 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 Uraian SETJEN ITJEN DJP DJBC DJPB DJKN BAPEPAM-LK BPPK JUMLAH
31 Desember 2013
31 Desember 2012
1.891.067.365 38.022.100 841.378.808 4.344.800.318 2.215.737.454 17.112.504
1.813.534.683 38.622.100 570.740.541 3.950.057.583 2.149.670.048 11.519.600
1.226.074.070 10.574.192.619
79.983.182 1.011.522.984 9.625.650.721
(dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Rupiah 77.532.682 (600.000) 270.638.267 394.742.735 66.067.406 5.592.904
% 4,28 (1,55) 47,42 9,99 3,07 48,55
(79.983.182) (100,00) 214.551.086 21,21 948.541.898 9,85
Nilai Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2013 sebesar Rp10.574.192.619,00 merupakan nilai bruto, adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan Bagian lancar TGR adalah sebesar Rp1.006.124.572,00. Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 90
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.1.12. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar TGR Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar TGR Rp9.568.068.047,00
Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp9.568.068.047,00 dan Rp9.414.674.698,00. Adapun rincian nilai bruto dan penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) dapat dilihat pada Tabel 75 berikut. Tabel 75 Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Rincian penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per kualitas piutang dapat dilihat pada Tabel 76 berikut. Tabel 76 Rincian Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Kualitas Piutang Per 31 Desember 2013
Kualitas
Nilai Bruto
Penyisihan
Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet JUMLAH
998.617.663 24.999.996 9.550.574.960 10.574.192.619
0,50% 10% 50% 100%
Nilai Penyisihan 4.993.089 12.499.998,00 9.550.574.960 9.568.068.047
(dalam rupiah) Nilai Neto
993.624.574 12.499.998 1.006.124.572
C.1.13. Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Rp34.772.216.529,00
Nilai Piutang dari Kegiatan Operasional BLU bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp34.772.216.529,00 dan Rp20.520.519.164,00. Posisi Piutang dari Kegiatan Operasional BLU bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 77 berikut
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 91
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 77 Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian SETJEN BPPK JUMLAH
Kenaikan (Penurunan) Rupiah %
31 Desember 2013
31 Desember 2012
33.262.762.214 1.509.454.315
16.576.174.712 3.944.344.452
16.686.587.502 100,67 (2.434.890.137) (61,73)
34.772.216.529
20.520.519.164
14.251.697.365
69,45
Nilai Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2013 sebesar Rp34.772.216.529,00 merupakan nilai bruto, adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU adalah sebesar Rp34.491.581.471,00. Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2013 sebesar Rp33.262.762.214,00. Nilai tersebut merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Operasional PIP dan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Operasional LPDP Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember 2013 merupakan piutang penerimaan bukan pajak dari Kegiatan Operasional BLU STAN sebesar Rp1.509.454.315,00.
C.1.14. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -Piutang dari Kegiatan Operasional BLU
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Rp280.635.058,00
Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp280.635.058,00 dan Rp112.142.971,00. Adapun nilai bruto dan penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 78 berikut. Tabel 78 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 Eselon I SETJEN BPPK
Nilai Bruto 33.262.762.214 1.509.454.315
Penyisihan (166.313.811) (114.321.247)
JUMLAH
34.772.216.529
(280.635.058)
(dalam rupiah) Nilai Neto 33.096.448.403 1.395.133.068 34.491.581.471
Piutang neto dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2013 sebesar Rp33.096.448.403,00 setelah dikurangi Penyisihan Piutang Sebesar Rp166.313.811,00. Rincian Piutang dan Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 79 dan Tabel 80.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 92
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 79 Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Debitur
Jumlah
Peserta Diklat Brevet A dan B Terpadu Peserta Diklat Brevet C Peserta Diklat Akuntansi Terapan PT Kawasan Berikat Nusantara Mahasiswa Prodip I Penilai dan OC PBB P2 Angk. III Mahasiswa Prodip I Penilai dan OC PBB P2 Angk. IV Mahasiswa Prodip I Kebendaharaan Negara Bank Tabungan Negara Bank Mandiri Jumlah Piutang
20.850.000 11.250.000 16.350.000 275.000.000 177.900.000 919.450.000 37.805.000 46.904.110 3.945.205 Rp1.509.454.315
Tabel 80 Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2013 Debitur
Kualitas
Nilai Piutang
Penyisihan
Nilai Penyisihan
Tahun 2013
Peserta Diklat Brevet A dan B Terpadu Peserta Diklat Brevet C Peserta Diklat Akuntansi Terapan PT Kawasan Berikat Nusantara Mahasiswa Prodip I Penilai dan OC PBB P2 Angk. III Mahasiswa Prodip I Penilai dan OC PBB P2 Angk. IV Mahasiswa Prodip I Kebendaharaan Negara BTN Bank Mandiri Total
Lancar Lancar
20.850.000 11.250.000
0,50% 0,50%
104.250 56.250
Lancar
16.350.000
0,50%
81.750
Lancar
275.000.000
0,50%
1.375.000
Diragukan
177.900.000
50,00%
88.950.000
Lancar
919.450.000
0,50%
4.597.250
37.805.000 46.904.110 3.945.205 1.509.454.315
50,00% 0,50% 0,50%
18.902.500 234.521 19.726 114.321.247
Diragukan Lancar Lancar
C.1.15. Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Rp37.689.339.104,00
Nilai Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU bruto yang diperkirakan terealisasi per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp37.689.339.104,00 dan Rp32.766.356.150,00. Posisi Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU bruto yang diperkirakan terealisasi per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 disajikan pada Tabel 81 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 93
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 81 Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Nilai Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2013 sebesar Rp37.689.339.104,00 merupakan nilai bruto adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang adalah sebesar Rp37.035.893.971,00. Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2013 merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional PIP sebesar Rp37.158.862.642,00. Piutang tersebut merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal Neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun sehingga memiliki penyisihan dengan kategori lancar (5 permil). Nilai Bruto Piutang dari Kegiatan Non Operasional pada Eselon I BPPK per 31 Desember 2013 sebesar Rp530.476.462,00 yang merupakan hak atau klaim terhadap pihak lain yang belum diselesaikan pada tanggal neraca dari kegiatan non operasional BLU. Rincian Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per tanggal 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut: No. 1 2 3 4 5
De bitur PT Sarana Karya Jasa (sudah dilimpahkan kepada DJKN) PT Nugraha Adi Taruna CV. Rima Tripeda CV. Armas Agricinal PT. Cahaya Nusantara Jum la h
Jum la h Rp286,664,703 Rp180,670,410 Rp15,360,052 Rp17,820,097 Rp29,961,200 Rp530,476,462
C.1.16. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Rp653.445.133,00
Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp653.445.133,00 dan Rp633.092.250,00. Adapun nilai bruto dan penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 82. Tabel 82 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 94
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Piutang neto dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per Desember 2013 sebesar Rp36.973.068.329,00 setelah dikurangi Penyisihan Piutang Sebesar Rp185.794.313,00. Rincian Piutang dari Kegiatan Non Operasional per Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 83 berikut.
BLU
di
BPPK-STAN
Tabel 83 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
No
Debitur
Kualitas
PT Sarana Karya Jasa (sudah dilimpahkan) Nugraha Adi Taruna CV. Rima Tripeda CV. Armas Agricinal PT, Cahaya Nusantara
1 2 3 4 5
Macet Macet Lancar Lancar Lancar Total
Nilai Piutang
Penyisihan Nilai Penyisihan
286.664.703 180.670.410 12.269.400 3.090.652 47.781.297
100,00% 100,00% 0,50% 0,50% 0,50%
286.664.703 180.670.410 61.347 15.453 238.906 467.650.820
C.1.17. Persediaan Persediaan Rp282.569.446.845,00
Nilai Persediaan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp282.569.446.845,00 dan Rp284.672.873.440,00. Nilai tersebut merupakan hasil stock opname yang dinilai berdasarkan harga pembelian/perolehan terakhir. Satuan kerja lingkup Kementerian Keuangan telah menyelenggarakan Akuntansi Persediaan melalui aplikasi yang merupakan bagian dari SIMAK BMN. Posisi Persediaan per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 84. Tabel 84 Persediaan Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian
31 Desember 2013
31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)
10.124.733.518
4.243.288.524
Rupiah 5.881.444.994
ITJEN
798.546.080
728.412.186
70.133.894
9,63
DJA
903.909.356
842.657.415
61.251.941
7,27
DJP
148.116.229.002
180.039.374.560
(31.923.145.558)
(17,73)
DJBC
74.733.013.586
66.905.917.117
7.827.096.469
11,70
DJPK
1.465.800.074
1.124.302.813
341.497.261
30,37
SETJEN
% 138,61
DJPU
3.545.686.618
2.386.784.473
1.158.902.145
48,55
DJPB
31.733.810.804
19.649.686.572
12.084.124.232
61,50
DJKN
7.726.328.309
5.366.720.077
2.359.608.232
43,97
BAPEPAM-LK
-
619.888.330
(619.888.330) (100,00)
BPPK
2.381.952.216
1.827.050.501
554.901.715
30,37
BKF
1.039.437.282
938.790.872
100.646.410
10,72
282.569.446.845
284.672.873.440
(2.103.426.595)
JUMLAH Catatan atas Laporan Keuangan
(0,74) Halaman 95
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Rincian saldo Persediaan per 31 Desember 2013 per jenis persediaan dapat dilihat pada Tabel 85 berikut. Tabel 85 Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2013 Kode Akun
(dalam rupiah) 31 Desember 2013
Uraian
115111
Barang kons ums i
115112
Amunis i
194.325.976.740
115113
Bahan untuk pemeliharaan
14.381.411.566
115114
Suku cadang
21.424.701.726
115121
Pita cukai, materai dan leges
28.467.467.149
115124
Peralatan dan mes in untuk dijual/dis erahkan ke mas yarakat
117126
As et Tetap Lainnya untuk dis erahkan kepada Mas yarakat
115127
As et lain-lain untuk dis erahkan kepada mas yarakat
115128
Barang pers ediaan lainnya untuk dijual/ dis erahkan ke mas yarakat
115131
Bahan baku
115191
Pers ediaan untuk tujuan s trategis /berjaga-jaga
115199
Pers ediaan lainnya
1.289.610.368
2.617.838.893 26.236.500 2.255.000 12.894.496.166 3.589.648.176 143.254.625 3.406.549.936
JUMLAH
282.569.446.845
C.1.18. Persediaan BLU Persediaan BLU Rp1.206.628.616,00
Nilai Persediaan BLU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp1.206.628.616,00 dan Rp913.269.070,00. Nilai tersebut merupakan hasil stock opname yang dinilai berdasarkan harga pembelian/perolehan terakhir. Satuan kerja BLU lingkup Kementerian Keuangan telah menyelenggarakan akuntansi persediaan melalui aplikasi yang merupakan bagian dari SIMAK BMN. Posisi Persediaan BLU per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 86. Tabel 86 Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian SETJEN BPPK JUMLAH
Catatan atas Laporan Keuangan
31 Desember 2013
31 Desember 2012
276.254.726 930.373.890 1.206.628.616
Kenaikan (Penurunan)
40.662.037 872.607.033
Rupiah 235.592.689 57.766.857
% 579,39 6,62
913.269.070
293.359.546
32,12
Halaman 96
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
ASET TETAP C.2. Aset Tetap Nilai Aset Tetap
Rp31.448.511.970. 370,00
Nilai Aset Tetap Per 31 Desember 2013 dan 2012 masing–masing sebesar Rp31.448.511.970.370,00 dan Rp39.244.462.867.245,00 yang merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan dan digunakan dalam kegiatan operasional entitas. Adapun rincian Aset Tetap Kementerian Keuangan menurut jenis Aset Tetap per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 87 berikut. Tabel 87 Rincian Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Komposisi Aset Tetap menurut Jenis Aset per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Grafik 18 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 97
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Grafik 18 Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2013
Tanah BLU 1,31%
Peralatan dan Mesin 22,35%
Tanah 44,08%
Peralatan dan Mesin BLU 0,14%
Gedung dan Bangunan 29,43% KDP BLU 0,00%
Konstruksi Dalam Pengerjaan 1,10% Aset Tetap Lainnya BLU 0,03% Aset Tetap Lainnya 0,07%
Jalan, Irigasi & Jaringan BLU 0,05%
Gedung dan Bangunan BLU 0,52% Jalan, Irigasi, dan Jaringan 0,91%
Perkembangan Aset Tetap per jenis Aset Tetap dapat dilihat pada Grafik 19 berikut. Grafik 19 Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap
dalam jutaan rupiah
31 Desember 2013
31 Desember 2012
20.000.000 18.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0
Mutasi Aset Tetap Kementerian Keuangan selama periode TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 88 berikut. Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 98
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 88 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Rincian belanja modal sampai dengan 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 89 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 99
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 89 Rincian Belanja Modal Sampai dengan 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Uraian Belanja Belanja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal JIJ Belanja Modal Lainnya Belanja Modal Peralatan dan Mesin BLU Belanja Modal Gedung dan Bangunan BLU Total
Jumlah 8.505.700.150 837.242.374.913 729.312.473.347 14.309.469.790 51.434.831.701 4.789.195.210 2.147.268.435 1.647.741.313.546
Posisi saldo awal aset tetap pada neraca SAK dibandingkan dengan posisi aset tetap pada SIMAK-BMN per 1 Januari 2013 dapat dilihat pada Tabel 90 berikut. Tabel 90 Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 1 Januari 2013 (dalam rupiah)
Penjelasan selisih aset tetap dalam neraca SAK dengan laporan posisi BMN di neraca SIMAK-BMN per 1 Januari 2013 adalah sebagai berikut. 1. Selisih kurang Tanah sebesar Rp545.192.062.827,00 merupakan nilai Tanah BLU. Akun Tanah pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK, Tanah diklasifikasikan sebagai Tanah (kode akun 131111) dan Tanah BLU (kode akun 131311). 2. Selisih kurang Peralatan dan Mesin sebesar Rp51.293.956.632,00 merupakan nilai Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 100
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Peralatan dan Mesin BLU. Akun Peralatan dan Mesin pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Peralatan dan Mesin diklasifikasikan sebagai Peralatan dan Mesin (kode akun 132111) dan Peralatan dan Mesin BLU (kode akun 132311). 3. Selisih kurang Gedung dan Bangunan sebesar Rp109.264.185.848,00 terdiri dari: - Selisih kurang sebesar Rp196.710.647.484,00 merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU. Akun Gedung dan Bangunan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Gedung dan Bangunan diklasifikasikan sebagai Gedung dan Bangunan dan Gedung dan Bangunan BLU. - Selisih lebih sebesar Rp87.446.461.636,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi. 4. Selisih kurang Jalan dan Jembatan, Irigasi, dan Jaringan sebesar Rp18.437.121.332,00 merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU. Akun Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Jalan, Irigasi, dan Jaringan diklasifikasikan sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan (kelompok akun 1341) dan Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU (kode akun 134311). 5. Selisih kurang Aset Tetap Renovasi Rp91.016.776.636,00 dan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.237.592.831,00 terdiri atas: - Selisih lebih sebesar Rp87.446.461.636,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi - Aset Tetap Renovasi yang dimiliki BLU sebesar Rp3.570.315.000 yang diklasifikasikan pada pada SAK menjadi Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211) - Selisih kurang Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.237.592.831,00 merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211). Akun Aset Tetap Lainnya pada SIMAKBMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Aset Tetap Lainnya diklasifikasikan sebagai Aset Tetap Lainnya (kode akun 135121) dan Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211). Posisi aset tetap pada neraca SAK dibandingkan dengan posisi aset tetap pada SIMAK BMN per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 91 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 101
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 91 Perbandingan Posisi Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Penjelasan selisih aset tetap dalam neraca SAK dengan laporan posisi BMN di neraca SIMAK-BMN per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut. 1. Selisih kurang Tanah sebesar Rp545.355.589.927,00 merupakan nilai Tanah BLU. Akun Tanah pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK, Tanah diklasifikasikan sebagai Tanah (kode akun 131111) dan Tanah BLU (kode akun 131311). 2. Selisih kurang Peralatan dan Mesin sebesar Rp58.814.128.310,00 terdiri dari: - Selisih kurang sebesar Rp58.757.128.310,00 merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU. Akun Peralatan dan Mesin pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Peralatan dan Mesin diklasifikasikan sebagai Peralatan dan Mesin (kode akun 132111) dan Peralatan dan Mesin BLU (kode akun 132311). - Selisih kurang sebesar Rp57.000.000,00 merupakan write-off nilai Peralatan dan Mesin yang hilang pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. 3. Selisih kurang Gedung dan Bangunan sebesar Rp130.056.613.134,00 terdiri dari: - Selisih kurang sebesar Rp216.874.887.239,00 merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU. Akun Gedung dan Bangunan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Gedung dan Bangunan diklasifikasikan sebagai Gedung dan Bangunan dan Gedung dan Bangunan BLU. - Selisih lebih sebesar Rp86.818.274.105,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi. Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 102
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
4. Selisih kurang Jalan dan Jembatan, Irigasi, dan Jaringan sebesar Rp19.157.870.618,00 merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU. Akun Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Jalan, Irigasi, dan Jaringan diklasifikasikan sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan (kelompok akun 1341) dan Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU (kode akun 134311). 5. Selisih kurang Aset Tetap Renovasi Rp92.580.696.940,00 dan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.038.610.431,00 terdiri atas: - Selisih kurang sebesar Rp86.818.274.105,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi - Aset Tetap Renovasi yang dimiliki BLU sebesar Rp5.762.422.835,00 yang diklasifikasikan pada SAK menjadi Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211) - Selisih kurang Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.038.610.431,00 merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211). Akun Aset Tetap Lainnya pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Aset Tetap Lainnya diklasifikasikan sebagai Aset Tetap Lainnya (kode akun 135121) dan Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135211).
C.2.1. Tanah Tanah
Rp18.305.298.530. 619,00
Nilai Aset Tetap berupa Tanah per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp18.305.298.530.619,00 dan Rp17.296.534.823.816,00. Terdapat peningkatan nilai aset tanah pada TA 2013 sebesar Rp1.008.763.706.803,00 atau 5,83 persen. Perbandingan rincian nilai Tanah yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 92 berikut. Tabel 92 Rincian Aset Tetap Tanah Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai Tanah pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 93 Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 103
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
berikut. Tabel 93 Mutasi/Perubahan Tanah Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Adapun rincian mutasi Tanah dari belanja modal pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 94 berikut. Tabel 94 Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 104
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.2.2. Tanah BLU Tanah BLU Rp545.355.589.927, 00
Nilai Aset Tetap berupa Tanah BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp545.355.589.927,00 dan Rp545.192.062.827,00 . Nilai tersebut merupakan nilai Tanah BLU STAN pada BPPK. Terdapat kenaikan nilai aset Tanah BLU pada TA 2013 sebesar Rp163.527.100,00 atau 0,03 persen. Perbandingan rincian Tanah BLU yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 95 berikut: Tabel 95 Rincian Aset Tetap Tanah BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai Tanah BLU pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 96 berikut. Tabel 96 Mutasi/Perubahan Tanah BLU Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.3. Peralatan dan Mesin Nilai Peralatan dan Mesin Rp9.281.994.108.652, 00
Nilai Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2013 dan 2012 masingmasing sebesar Rp9.281.994.108.652,00 dan Rp8.849.450.471.389,00 . Terdapat penurunan nilai aset peralatan dan mesin pada TA 2013 sebesar Rp432.543.637.263,00 atau 4,89 persen. Perbandingan rincian nilai Peralatan dan Mesin yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 97 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 105
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 97 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun mutasi/perubahan nilai aset Peralatan dan Mesin pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 98 berikut. Tabel 98 Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 106
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Rincian mutasi Peralatan dan Mesin dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 99 berikut. Tabel 99 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah) BELANJA ASET PERALATAN MESIN : 532 Belanja Modal Peralatan dan Mesin MUTASI : Pembelian Penyelesaian pembangunan langsung Pengembangan langsung Perolehan KDP Pengembangan KDP Koreksi pengembalian belanja modal TOTAL MUTASI ASET SELISIH PENJELASAN SELISIH: Pembelian Ekstrakomptabel BM Peralatan Mesin untuk Pengembangan/Perolehan Aset selain PM Perolehan/Pengembangan PM dari BM selain BM PM Perolehan/Pengembangan PM dari Non Belanja Modal Belanja Modal BLU Belanja modal Tidak Dikapitalisasi Kesalahan mata anggaran/Kesalahan input pada SPM
837.242.374.913 463.059.047.164 11.707.898.608 53.845.931.924 276.689.792.384 (8.718.000) 805.293.952.080 31.948.422.833
639.540.135 42.940.389.389 (14.712.494.846) (1.668.890.254) 4.789.195.210 (833.062.801) 793.746.000
C.2.4. Peralatan dan Mesin BLU Nilai Peralatan dan Mesin BLU Rp58.757.128.310,0 0
Nilai Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masingmasing sebesar Rp58.757.128.310,00 dan Rp51.293.956.632,00 . Nilai tersebut merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU pada PIP dan LPDP Setjen serta STAN BPPK. Terdapat peningkatan nilai aset Peralatan dan Mesin BLU pada TA 2013 sebesar Rp7.463.171.678,00 atau 14,55 persen. Perbandingan rincian nilai Peralatan dan Mesin BLU yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 100 berikut. Tabel 100 Rincian Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 107
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Mutasi/perubahan Peralatan dan Mesin BLU dapat dapat dilihat pada Tabel 101 berikut. Tabel 101 Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.5. Gedung dan Bangunan Nilai Gedung dan Bangunan
Rp12.220.156.775. 183,00
Nilai Aset Tetap berupa Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2013 dan 2012 masingmasing sebesar Rp12.220.156.775.183,00 dan Rp11.211.918.159.435,00. Terdapat penurunan nilai aset Gedung dan Bangunan pada TA 2013 sebesar Rp1.008.238.615.748,00 atau 8,99 persen. Perbandingan rincian nilai Gedung dan Bangunan yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 102 berikut. Tabel 102 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 108
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai aset Gedung dan Bangunan pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 103 berikut. Tabel 103 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Rincian mutasi Gedung dan Bangunan dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 104 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 109
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 104 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah) BELANJA ASET GEDUNG BANGUNAN : 533 Belanja Modal Gedung dan Bangunan MUTASI : Pembelian Penyelesaian pembangunan langsung Pengembangan langsung Perolehan KDP Pengembangan KDP Koreksi pengembalian belanja modal TOTAL MUTASI ASET SELISIH PENJELASAN SELISIH: Pembelian Ekstrakomptabel BM Gedung Bangunan untuk Pengembangan/Perolehan Aset selain GB Perolehan/Pengembangan GB dari BM selain BM GB Perolehan/Pengembangan GB dari Non Belanja Modal Belanja modal Tidak Dikapitalisasi Kesalahan mata anggaran
729.312.473.347 8.461.382.148 6.869.431.921 47.155.742.940 72.415.974.871 556.389.307.028 (180.800.508) 691.111.038.400 38.201.434.947
4.125.000 46.315.671.008 (3.458.627.654) (4.855.821.573) 47.038.706 149.049.460
C.2.6. Gedung dan Bangunan BLU Nilai Gedung dan Bangunan BLU Rp216.874.887.239, 00
Nilai Aset Tetap berupa Gedung dan Bangunan BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp216.874.887.239,00 dan Rp196.710.647.484,00. Terjadi kenaikan nilai Nilai Gedung dan Bangunan BLU sebesar Rp20.164.239.755,00 atau 10,25 persen. Keseluruhan nilai tersebut merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU STAN pada BPPK. Rincian Gedung dan Bangunan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 105 berikut. Tabel 105 Rincian Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Mutasi/perubahan Gedung dan Bangunan BLU TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 106 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 110
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 106 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.7. Jalan, Irigasi, dan Jaringan Nilai Jalan Irigrasi, dan Jaringan sebesar Rp376.594.636.513, 00
Nilai Aset Tetap Jalan dan Jembatan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp376.594.636.513,00 dan Rp348.573.649.280,00. Terdapat penurunan nilai aset Jalan dan Jembatan pada TA 2013 sebesar Rp28.020.987.233,00 atau 8,04 persen. Perbandingan rincian nilai Jalan dan Jembatan yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 107 berikut. Tabel 107 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai aset Jalan, irigasi dan jaringan dapat dilihat pada Tabel 108 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 111
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 108 Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Rincian mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 109 berikut. Tabel 109 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 112
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.2.8. Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU Nilai Jalan, irigasi, dan jaringan BLU Rp Rp19.157.870.618,00
Nilai Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp19.157.870.618,00 dan Rp18.437.121.332,00 . Nilai tersebut merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU pada PIP Setjen dan STAN BPPK. Rincian Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 110 berikut. Tabel 110 Rincian Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Rincian mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari belanja modal pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 111 berikut. Tabel 111 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.9. Aset Tetap Lainnya Nilai Aset Tetap Lainnya Rp28.063.850.892,00
Nilai Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp28.063.850.892,00 dan Rp26.339.299.995,00 . Terdapat peningkatan nilai aset tetap Lainnya pada TA 2013 sebesar Rp1.724.550.897,00 atau 6,55 persen. Perbandingan rincian nilai Aset Tetap Lainnya yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 112 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 113
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 112 Rincian Aset Tetap Tetap Lainnya Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun mutasi/perubahan Aset Tetap Lainnya pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 113 berikut. Tabel 113 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 114
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Rincian mutasi Aset Tetap Lainnya dari belanja modal pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 114 berikut. Tabel 114 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.2.10. Aset Tetap Lainnya BLU Nilai Aset Lainnya
Tetap BLU
Rp13.801.033.266,00
Nilai Aset Tetap Lainnya BLU per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2011 masingmasing sebesar Rp13.801.033.266,00 dan Rp11.807.907.831,00. Nilai tersebut merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU pada PIP Setjen dan STAN BPPK. Terdapat kenaikan nilai Aset Tetap Lainnya BLU pada TA 2013 sebesar Rp1.993.125.435,00 atau 16,88 persen. Rincian Aset Tetap Lainnya BLU per eselon I TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 115 berikut. Tabel 115 Rincian Aset Tetap Lainnya BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Mutasi/perubahan Aset Tetap Lainnya BLU TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 116 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 115
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 116 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
C.2.11. Konstruksi Dalam Pengerjaan Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp457.589.043.017, 00
Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp457.589.043.017,00 dan Rp677.317.480.494,00. Terdapat penurunan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada TA 2013 sebesar (Rp219.728.437.477,00) atau (32,44) persen. Perbandingan rincian nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan yang dimiliki UAPPA-EI lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel 117 berikut. Tabel 117 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun mutasi/perubahan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 118 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 116
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 118 Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
C.2.12. Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Rp0,00
Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masingmasing sebesar Rp0,00 dan Rp10.887.286.730,00. Nilai tersebut merupakan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU pada STAN BPPK. Rincian Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 119 berikut. Tabel 119 Rincian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Mutasi/perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU TA 2013 dapat dilihat pada Tabel 120 berikut. Tabel 120 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per 31 Desember 2013
(dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 117
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.3 Piutang Jangka Panjang Piutang Jangka Panjang Rp2.238.991.501,00
Nilai Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp2.238.991.501,00 dan Rp171.642.005,00 , seluruhnya merupakan saldo Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR). Rincian Piutang Jangka Panjang dapat dilihat pada Tabel 121 berikut. Tabel 121 Komposisi Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
C.3.1 Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi Rp2.238.991.501,00
Tuntutan Perbendaharaan adalah tagihan kepada bendahara akibat kelalaiannya atau tindakannya yang melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian negara. Sedangkan Tuntutan Ganti Rugi adalah tagihan kepada pegawai bukan bendahara untuk penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara karena kelalaiannya. Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi yang ada pada Kementerian Keuangan hanya berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi. Nilai Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR merupakan tagihan yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan mendatang. Nilai bruto Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp2.238.991.501,00 dan Rp171.642.005,00 . Bertambahnya nilai TGR tersebut dikarenakan adanya pelanggaran kontrak kerja/ikatan dinas program tugas belajar di dalam/luar negeri, dan kehilangan atas BMN. Rincian Tuntutan Perbendaharaan/ TGR Bruto dapat dilihat pada Tabel 122 berikut. Tabel 122 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I Bruto per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 118
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Adapun rincian Tuntutan Perbendaharaan/TGR Neto per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 123 berikut. Tabel 123 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I Neto per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Adapun daftar rincian Tuntutan Perbendaharaan/TGR dapat dilihat pada lampiran daftar Tagihan TGR Kementerian Keuangan TA 2013. C.3.2 Penyisihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Penyisihan Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (Rp14.288.710,00)
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – Tagihan TP/TGR adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun Tagihan TP/TGR berdasarkan penggolongan kualitas piutang. Penyajian akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga. Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih–Tagihan TP/TGR periode 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar (Rp14.288.710,00) dan (Rp858.210,00) dihitung berdasarkan persentase penyisihan piutang sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga. Rincian Penyisihan Piutang Tidak Tertagih –Tagihan TP/TGR dapat dilihat pada Tabel 124 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 119
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 124 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Tabel 125
Rincian Penyisihan Piutang tak Tertagih Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) (dalam rupiah) No.
Kualitas
Jumlah Debitur
Nilai Piutang Bruto
% Penyisihan
Nilai Penyisihan
Nilai Piutang Neto
1
Lancar
7
2.232.741.496
0,50%
11.163.707
2.221.577.789
2
Kurang Lancar
0
0
10,00%
0
0
3
Diragukan
1
6.250.005
50,00%
3.125.003
3.125.003
4
Macet*)
0
0
100,00%
8
2.238.991.501
Total
0
0
14,288,710
2.224.702.791
*) Piutang macet merupakan piutang yang dilimpahkan pemungutannya ke KPKNL yang telah direklasifikasi ke Bagian Lancar TGR
C.4. Aset Lainnya Aset Lainnya Rp719.043.325.697, 00
Nilai Aset Lainnya per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp719.043.325.697,00 dan Rp900.837.494.078,00 merupakan saldo Aset Tak Berwujud, Aset Tak Berwujud-Badan Layanan Umum, Aset Lain-lain dan Aset Lain-lain-Badan Layanan Umum. Rincian Aset Lainnya per Jenis Aset dapat dilihat pada Tabel 126 berikut. Tabel 126 Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 120
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset dapat dilihat pada Grafik 20 berikut. Grafik 20 Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset per 31 Desember 2013
C.4.1. Aset Tak Berwujud Aset Tak Berwujud Rp580.754.434.414, 00
Nilai Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp580.754.434.414,00 dan Rp518.108.669.309,00 . Aset Tak Berwujud terdiri dari Software, Lisensi, Hasil Kajian/Penelitian, dan Aset Tak Berwujud Lainnya. Rincian Aset Tak Berwujud dapat dilihat pada Tabel 127 berikut. Tabel 127 Aset Tak Berwujud per Jenis Aset per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Rincian Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 128 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 121
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tabel 128 Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Mutasi/perubahan Aset Tak Berwujud dapat dilihat pada Tabel 129 berikut. Tabel 129 Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud (dalam rupiah)
C.4.2. Aset Tak Berwujud - Badan Layanan Umum Aset Tak BerwujudBLU Rp3.177.745.040,0 0
Nilai Aset Tak Berwujud - BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp3.177.745.040,00 dan Rp3.177.745.040,00 . Aset Tak Berwujud - BLU tersebut merupakan Aset Tak Berwujud Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 122
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Rincian Aset Tak Berwujud- BLU dapat dilihat pada Tabel 130 berikut. Tabel 130 Aset Tak Berwujud - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Aset Tak Berwujud Sekretariat Jenderal Per 31 Desember 2013 sebesar Rp892.533.790,00 berupa perangkat sistem informasi manajemen PIP; aplikasi cash management dan investasi jangka pendek PIP; website dan webmail PIP serta sistem pengelolaan kinerja (pendekatan balanced scorecard) dan kompetensi berbasis web. Adapun Aset Tak Berwujud BPPK Per 31 Desember 2013 sebesar Rp2.285.211.250,00 merupakan Software Sistem Informasi Keuangan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Keuangan (STAN). Rincian Aset Tak Berwujud - BLU per jenis aset dapat dilihat pada Tabel 131 berikut. Tabel 131 Aset Tak Berwujud - BLU Per Jenis Aset (dalam rupiah)
C.4.3. Aset Lain-lain Aset Lain-lain Rp467.500.264.865, 00
Nilai Aset Lain-lain per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp467.500.264.865,00 dan Rp379.512.337.729,00 . Rincian Aset Lain-lain dapat dilihat pada Tabel 132 berikut. Tabel 132 Aset Lain-lain per Unit Eselon I Per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 123
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Aset Lain-lain sebesar Rp467.500.264.865,00 seluruhnya merupakan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan. Terdapat perbedaan saldo akhir akun Aset Tetap Per 31 Desember 2013 yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan (166112) pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca pada SIMAK-BMN sebesar Rp5.085.575.352,00 dengan rincian sebagaimana disajikan pada Tabel 133 berikut. Tabel 133 Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap yang Tidak Digunakan Dalam Kegiatan Operasional Pemerintahan pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca (dalam rupiah)
Uraian SETJEN ITJEN
Neraca SAK
SIMAK BMN
Selisih
18.992.112.475
19.039.505.770
(47.393.295)
1.410.271.922
1.410.271.922
-
DJA
-
-
-
DJP
240.763.749.172
240.763.749.172
-
DJBC
119.384.635.399
119.911.380.191
DJPK
400.028.135
400.028.135
DJPU
-
-
DJPB
57.523.458.809
58.226.599.009
DJKN
14.254.507.088
14.254.507.088
BPPK
14.694.039.865
18.502.336.930
BKF JUMLAH
77.462.000
77.462.000
467.500.264.865
472.585.840.217
(526.744.792) (703.140.200) (3.808.297.065) (5.085.575.352)
1. Selisih kurang pada Eselon I Setjen sebesar Rp47.393.295,00 merupakan write-off nilai aset rusak berat yang hilang pada GKN Denpasar I, GKN Denpasar II, dan Kantor Pusat Setjen; 2. Selisih pada Eselon I DJBC sebesar Rp526.744.792,00 merupakan aset tetap yang hilang namun belum mendapatkan Surat Keputusan Penghapusan dengan rincian sebagai berikut:
3. Selisih kurang pada Eselon I DJPB sebesar Rp703.140.200,00 merupakan write-off atas Kendaraan dinas senilai Rp231.400.200,00 pada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan (hilang/dicuri); BMN Compact Disk senilai Rp185.960.000,00 pada Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 124
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Kanwil DJPBN Provinsi Papua (tidak diketahui keberadaannya), mini bus senilai Rp31.500.000,00 pada Kanwil DJPBN Provinsi Maluku, station wagon yg hilang di KPPN Banjarnegara senilai Rp219.800.000,00 serta Rp34.480.000,00 dua buah sepeda motor yang hilang di KPPN Lhokseumawe; 4. Selisih kurang pada Eselon I Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan sebesar Rp3.808.297.065,00 merupakan write-off Gedung B STAN sebesar Rp1.232.052.825,00, Jurnal koreksi aset hilang yang belum dihapuskan pada BDPim Magelang sebesar Rp16.600.000,00 dan reklasifikasi ke aset yang dihentikan BLU sebesar Rp2.559.644.240,00. Pada tanggal pelaporan, nilai buku Aset Lain-lain sebesar Rp134.760.305.158,00 yang merupakan nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutan Aset Lain-lain.
C.4.4. Aset Lain-lain - Badan Layanan Umum Aset Lain-lain BLU Rp2.559.644.240,00
Nilai Aset Lain-lain - BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 Rp2.559.644.240,00 dan Rp38.742.000,00 .
masing-masing sebesar
Rincian Aset Lain-lain – BLU dapat dilihat pada Tabel 134 berikut. Tabel 134 Aset Lain-lain - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Saldo Aset Lain-Lain BLU pada BPPK sebesar Rp2.559.644.240,00 merupakan Barang Milik Negara (BMN) yang berada dalam kondisi rusak berat dan tidak lagi digunakan dalam operasional BPPK serta dalam proses penghapusan. Sedangkan nilai buku Aset Lain-lain BLU pada tanggal pelaporan yaitu nilai perolehan dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp2.208.803.155,00 adalah sebesar Rp350.841.085,00 . Apabila dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2012, Aset Lain-lain BLU mengalami kenaikan sebesar Rp2.520.902.240,00 . Rincian mutasi Aset Lain-Lain BLU TA 2013 adalah sebagai berikut:
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 125
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 135 Rincian Mutasi Aset Lain-lain - BLU Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
SALDO AWAL
38,742,000
MUTASI TAMBAH
2755965241
Reklasifikasi Dari Aset Tetap ke Aset Lainnya MUTASI KURANG Transaksi Normalisasi BMN (BMN yang dihentikan) Penghapusan (BMN yang dihentikan) Transfer Keluar (BMN yang dihentikan) Usulan Barang Rusak Berat ke Pengelola SALDO AKHIR SIMAK-BMN Penyesuaian Neraca SALDO AKHIR
2,755,965,241 (235,063,001) (181,000) (31,129,000) (111,100,000) (92,653,001) 3,791,697,065 (1,232,052,825) 2,559,644,240
C.5. Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Pendek Rp253.796.566.666, 00
Nilai Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp253.796.566.666,00 dan Rp814.697.948.478,00 . Kewajiban Jangka Pendek merupakan kelompok kewajiban yang diharapkan segera diselesaikan dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban Jangka Pendek ini terdiri dari Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan, Pendapatan Diterima Dimuka, Uang Muka dari KPPN, dan Pendapatan yang Ditangguhkan. Rincian Kewajiban Jangka Pendek dapat dilihat pada Tabel 136 berikut. Tabel 136 Rincian Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
C.5.1. Utang Kepada Pihak Ketiga Utang kepada Pihak Ketiga Rp729081985223,0 0
Nilai Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp72.908.198.523,00 dan Rp39.060.216.445,00 . Utang kepada Pihak Ketiga merupakan belanja yang masih harus dibayar dan merupakan kewajiban yang harus segera diselesaikan kepada pihak ketiga lainnya dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan dan merupakan akun penyeimbang dari akun Kas Lainnya dan Setara Kas. Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 137 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 126
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 137 Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Dibandingkan dengan periode 31 Desember 2012, Utang Kepada Pihak Ketiga mengalami kenaikan sebesar Rp33.847.982.078,00 atau 86,66 persen. Kenaikan terbesar terjadi pada unit Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebesar Rp6.798.748.674,00. Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga Per Akun dapat dilihat pada Tabel 138 berikut. Tabel 138 Utang Kepada Pihak Ketiga per Akun Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah) Akun
Uraian Akun
31 Desember 2013
212111
Belanja pegawai yang masih harus dibayar
1.862.702.279
212112
Belanja barang yang masih harus dibayar
9.230.760.186
212121
Utang kepada Pihak Ketiga BLU
212191
Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya Jumlah
89.551.835 61.725.184.223 72.908.198.523
C.5.2. Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Rp134.250.995.588,0 0
Nilai Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per 31 Desember 2013 dan 2012 masingmasing sebesar Rp134.250.995.588,00 dan Rp753.033.696.543,00 . Nilai tersebut merupakan SPMKP Per 31 Desember 2013 yang belum diterbitkan SP2D-nya di DJP dan pengembalian pungutan ekspor yang belum direalisasikan oleh eksportir di DJBC. Rincian Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 139 berikut.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 127
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Tabel 139 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Rincian Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Per Akun dapat dilihat pada Tabel 140 berikut. Tabel 140 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Akun Per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.5.3. Pendapatan Diterima Dimuka Pendapatan Diterima Dimuka Rp31.151.192.876,0 0
Nilai Pendapatan Diterima Dimuka per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp31.151.192.876,00 dan Rp4.367.814.771,00 . Pendapatan Diterima Dimuka merupakan pendapatan yang sudah disetor ke kas Negara, namun barang/jasa belum diserahkan kepada pihak ketiga dalam rangka PNBP. Rincian Pendapatan Diterima Dimuka dapat dilihat pada Tabel 141 berikut. Tabel 141 Pendapatan Diterima Dimuka per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 128
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
1. Pendapatan Diterima Dimuka Setjen sebesar Rp26.544.015.790,00 terdiri dari Pendapatan Sewa Diterima Dimuka pada Kantor Pusat Sekretariat Jenderal, GKN Yogyakarta, KPTIK dan BMN Surabaya, GKN Aceh, KPTIK dan BMN Medan, dan GKN Palembang; 2. Pendapatan Diterima Dimuka DJP sebesar Rp255.142.667,00 merupakan Pendapatan Sewa mesin ATM pada Kanwil DJP Banten; 3. Pendapatan Diterima Dimuka Ditjen Bea dan Cukai sebesar Rp1.609.385.284,00 merupakan Pendapatan Sewa Diterima Dimuka pada Kantor Pusat, KPPBC Purwakarta, Kanwil DJBC Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dan KPPBC Juanda berupa penyewaan BMN untuk kantin, ATM dan BTS; 4. Pendapatan Diterima Dimuka DJPU sebesar Rp336.614.528,00 merupakan Pendapatan Sewa Diterima Dimuka atas sewa ATM Bank Mandiri, BNI, BRI, dan sewa tanah PT Indosat; 5. Pendapatan Diterima Dimuka DJPB sebesar Rp20.958.333,00 merupakan Pendapatan Sewa Diterima Dimuka atas sewa ruangan kantor; 6. Pendapatan Diterima Dimuka BPPK pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara sebesar Rp2.376.269.691,00. C.5.4.Uang Muka dari KPPN Uang Muka dari KPPN Rp3.199.121.022,00
Uang Muka dari KPPN merupakan uang persediaan (UP) atau tambahan uang persediaan (TUP) diberikan KPPN sebagai uang muka kerja yang masih berada pada atau dikuasai oleh Bendahara Pengeluaran pada tanggal pelaporan. Nilai Uang Muka dari KPPN per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp3.199.121.022,00 dan Rp8.796.376.249,00 . Nilai tersebut merupakan saldo Uang Persediaan yang ada pada Bendahara Pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan dan selisih kurs yang belum terealisasi pada satker perwakilan/atase di luar negeri pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Uang Muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Pengeluaran. Rincian Uang Muka dari KPPN dapat dilihat pada Tabel 142 berikut. Tabel 142 Uang Muka dari KPPN per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
C.5.5. Pendapatan Yang Ditangguhkan Pendapatan yang Ditangguhkan
Nilai Pendapatan Yang Ditangguhkan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp12.287.058.656,00 dan Rp9.439.844.470,00 . Nilai tersebut merupakan PNBP
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 129
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Rp12.287.058.656,0 0
yang belum disetor ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan dan pendapatan BLU yang dibatasi penggunaannya yang belum disahkan per 31 Desember 2013. Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Penerimaan, Kas Lainnya dan Setara Kas, dan Kas BLU yang dibatasi penggunaannya. Rincian Pendapatan yang Ditangguhkan dapat dilihat pada Tabel 143 berikut. Tabel 143 Pendapatan yang Ditangguhkan per Unit Eselon I per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
C.6. Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Lancar Rp55.877.260.035.85 5,00
Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara nilai Aset Lancar dengan Kewajiban Jangka Pendek. Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp55.877.260.035.855,00 dan Rp52.190.154.800.787,00 . Rincian Ekuitas Dana Lancar dapat dilihat pada Tabel 144 berikut. Tabel 144 Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
C.6.1. Cadangan Piutang Cadangan Piutang Rp52.855.003.383.4 46,00
Cadangan Piutang per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp52.855.003.383.446,00 dan Rp49.016.779.361.599,00 merupakan akun penyeimbang dari
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 130
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
akun Piutang, Belanja Pegawai Dibayar Dimuka dan Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi. Rincian Cadangan Piutang dapat dilihat pada Tabel 145 berikut. Tabel 145 Rincian Cadangan Piutang per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
C.6.2. Cadangan Persediaan Cadangan Persediaan Rp283.776.075.461, 00
Cadangan Persediaan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing- masing sebesar Rp283.776.075.461,00 dan Rp285.586.142.510,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Persediaan. Jumlah tersebut terdiri dari Persediaan sebesar Rp282.569.446.845,00 dan Persediaan BLU sebesar Rp1.206.628.616,00 .
C.6.3. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek (Rp145.941.782.08 4,00)
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar (Rp145.941.782.084,00) dan (Rp774.134.999.714,00) merupakan akun penyeimbang dari akun Utang Pihak Ketiga dan Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan. Rincian Dana Yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek dapat dilihat pada Tabel 146 berikut. Tabel 146 Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 131
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Keuntungan/Kerugi an yang Belum Terealisasi (Rp14.102.680,00)
C.6.4. Keuntungan/Kerugian Yang Belum Terealisasi Keuntungan/Kerugian yang Belum Terealisasi per 31 Desember 2013 dan 2012 sebesar (Rp14.102.680,00) dan Rp83.498,00 merupakan akun penyeimbang dari Kas di Bendahara Pengeluaran yang berasal dari selisih kurs. C.6.5. Dana Lancar BLU
Dana Lancar BLU Rp2.845.277.111.28 9,00
Dana Lancar BLU per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp2.845.277.111.289,00 dan Rp3.641.157.122.268,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Kas pada BLU.
C.6.6. Barang/Jasa Yang Harus Diterima Barang/Jasa yang Harus Diterima Rp70.310.543.300,0 0
Barang/Jasa yang Harus Diterima per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp70.310.543.300,00 dan Rp25.134.905.397,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Belanja Dibayar Dimuka dan Uang Muka Belanja. C.6.7. Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan
Barang/Jasa yang Harus Diserahkan (Rp31.151.192.877, 00)
Barang/Jasa yang Harus Diserahkan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar (Rp31.151.192.877,00) dan (Rp4.367.814.771,00) merupakan akun penyeimbang dari akun Pendapatan Diterima Dimuka. C.7. Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Investasi Rp32.169.779.998.8 58,00
Ekuitas Dana Investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp32.169.779.998.858,00 dan Rp40.145.471.145.118,00 . Rincian Ekuitas Dana Investasi dapat dilihat pada Tabel 147 berikut. Tabel 147 Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2013 dan 2012 (dalam rupiah)
C.7.1. Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp31.448.511.970.3 70,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap yaitu jumlah ekuitas dana yang diinvestasikan dalam bentuk Aset Tetap. Diinvestasikan dalam Aset Tetap per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar sebesar Rp31.448.511.970.370,00 dan Rp39.244.462.867.245,00 . Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang Aset Tetap.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 132
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.7.2. Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Rp721.268.028.488, 00
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan jumlah ekuitas dana yang diinvestasikan dalam ben tuk Aset Lainnya. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp721.268.028.488,00 dan Rp901.008.277.873,00 . Diinvestasikan dalam Aset Lainnya merupakan akun penyeimbang dari Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2.224.702.791,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp719.043.325.697,00 .
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 133
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.8. CATATAN PENTING LAINNYA Barang Berat
Rusak
C.8.1. Penatausahaan Barang Rusak Berat Berdasarkan PSAP 07 PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, menyatakan bahwa “Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang”. Berdasarkan ketentuan tersebut maka terhadap aset rusak berat yang telah diusulkan penghapusan ke Pengelola BMN namun masih menunggu SK Penghapusan dan telah dikeluarkan dari SIMAK BMN dan tidak dilaporkan di neraca sebesar Rp39.017.076.648,00. Jumlah ini telah dilaporkan kembali dalam neraca SAK sebagai aset lainnya pada Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Unaudited. Namun demikian, Kementerian Keuangan c.q. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan konfirmasi kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara c.q. Direktorat Barang Milik Negara melalui Surat Nomor S-175/SJ.1/2014 tanggal 13 Maret 2014 hal Permasalahan Aset dan Penyusutan dalam Aplikasi SIMAK BMN 2013. Atas konfirmasi hal tersebut diperoleh tanggapan melalui Surat Nomor S-075/KN.2/2014 tanggal 25 Maret 2014 yang menyatakan bahwa aset rusak berat yang telah diusulkan penghapusan ke Pengelola BMN merupakan aset yang secara permanen dihentikan penggunaannya. Oleh karena itu aset dimaksud tidak disajikan dalam neraca baik SAK maupun SIMAK pada Laporan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited. C.8.2. Sengketa Pajak pada Ditjen Pajak
Sengketa Pajak
Tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis ketetapan pajak/keputusan/putusan per 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut: Jumlah Ketetapan/ Keputusan/ Putusan
Jenis Ketetapan
Nominal Ketetapan/Keputusan/Putusan Dalam Rp
Dalam USD
Total Rp
SKPKB/SKPKBT/ STP/SPPT/ Keputusan/ Putusan Kurang Bayar
27.770
62.684.203.717.900
1.488.617.497,45
80.828.962.394.318
SKPLB/Keputusan/Putusan Lebih Bayar
2.299
22.204.213.190.175
997.308.327,53
34.360.404.394.438
SKPN/Keputusan/ Putusan Nihil
2.233
0
0
0
32.302
84.888.416.908.075
2.485.925.824,98
115.189.366.788.756
Jumlah
Selanjutnya, tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis sengketa dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Jenis Sengketa Pajak
Jumlah Ketetapan/ Keputusan/ Putusan
Nominal Ketetapan Dalam Rp
Dalam USD
Total Rp
Non Keberatan
10.511
5.017.141.958.447
156.781.396,75
6.928.150.403.433
Keberatan
9.161
29.065.595.313.108
1.255.220.441,92
44.365.477.279.671
Banding/Gugatan
7.256
35.857.379.792.283
932.970.622,18
47.229.358.706.035
Peninjauan Kembali
5.374
14.948.299.844.237
140.953.364,13
16.666.380.399.618
32.302
84.888.416.908.075
2.485.925.824,98
115.189.366.788.756
Jumlah
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 134
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis pajak per 31 Desember 2013 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Jumlah Sengketa Pajak No.
Jenis Pajak
1
PPh Pasal 25 OP
2
Jumlah Ketetapan/ Keputusan/ Putusan
Nilai Dalam USD
Nilai Dalam Rp
Total Dalam Rp
564
494.147.269.579
12.906.289
651.462.030.466
PPh Pasal 25 Badan
4.021
32.485.576.714.840
1.719.730.222
53.447.368.394.260
3
PPh Pasal 21
1.718
1.274.489.183.691
0
1.274.489.183.691
4
PPh Pasal 22
130
52.676.940.775
0
52.676.940.775
5
PPh Pasal 23
1.728
2.011.192.021.896
0
2.011.192.021.896
6
PPh Pasal 26
1.190
6.430.437.894.350
292.951.726
10.001.226.487.440
7
PPh Final (Pasal 4(2), Pasal 15, Pasal 19 dsb)
1.267
1.679.594.710.638
448.139.124
7.141.962.488.321
8
PPN
19.710
33.317.300.519.447
8.194.475
33.417.182.975.222
9
PPn BM
245
812.296.438.903
0
812.296.438.903
10
Bunga Penagihan
660
539.552.176.373
3.042.642
576.638.939.711
11
PKK
48
0
0
0
12
PBB Sektor Pedesaan
18
3.396.933.311
0
3.396.933.311
13
PBB Sektor Perkotaan
36
36.079.950
0
36.079.950
14
PBB Sektor Perkebunan
167
93.460.991.670
0
93.460.991.670
15
PBB Sektor Perhutanan
559
23.678.119.501
0
23.678.119.501
16
PBB Sektor Pertambangan Non Migas
140
504.911.670.215
961.348
516.629.540.987
17
PBB Sektor Pertambangan Migas
101
5.165.669.242.936
0
5.165.669.242.936
18
BPHTB
-
0
0
0
32.302
84.888.416.908.075
2.485.925.827
115.189.366.809.040
Jumlah
* Jumlah Nilai keseluruhan dalam rupiah per jenis pajak dibandingkan dengan jumlah nilai keseluruhan per Kanwil terdapat selisih Rp20.282,- disebabkan oleh pembulatan-pembulatan dan konversi mata uang dollar ke rupiah.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 135
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Tunggakan sengketa pajak berdasarkan kantor wilayah per 31 Desember 2013 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: No
Kanwil DJP
Jumlah Ketetapan/Ke putusan /Putusan
1
Kanwil DJP Aceh
189
2
Kanwil DJP Sumatera Utara I
498
3
Kanwil DJP Sumatera Utara II
266
4
Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau
982
5
Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi
808
6
Kanwil DJP Sumatera Selatan Dan Kepulauan Bangka Belitung
762
7
Kanwil DJP Bengkulu Dan Lampung
406
8
Kanwil DJP Jakarta Pusat
2.030
9
Kanwil DJP Jakarta Barat
673
10
Kanwil DJP Jakarta Selatan
1.274
11
Kanwil DJP Jakarta Timur
1.041
12
Kanwil DJP Jakarta Utara
667
13
Kanwil DJP Jakarta Khusus
14
Kanwil DJP Banten
15
Kanwil DJP Jawa Barat I
2.039
16
Kanwil DJP Jawa Barat II
1.161
17
Kanwil DJP Jawa Tengah I
983
18
Kanwil DJP Jawa Tengah II
644
19
Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta
388
20
Kanwil DJP Jawa Timur I
1.376
21
Kanwil DJP Jawa Timur II
752
22
Kanwil DJP Jawa Timur III
527
23
Kanwil DJP Kalimantan Barat
330
24
Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah
738
25
Kanwil DJP Kalimantan Timur
798
26
Kanwil DJP Sulawesi Barat, Selatan dan Tenggara
560
27
Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara
460
28
Kanwil DJP Bali
743
Catatan atas Laporan Keuangan
6.569 525
Total Dalam Rp
262.497.226.267 591.939.982.246 318.328.235.898 1.686.211.007.564 325.160.453.975 758.074.233.444 193.330.588.701 2.712.777.801.957 535.200.409.509 2.797.302.040.078 790.294.459.299 695.991.843.103 35.532.079.610.570 459.699.512.679 739.270.711.006 1.116.074.304.165 368.104.244.458 164.954.537.327 23.600.229.983 343.708.549.389 230.221.966.009 92.035.597.880 91.356.351.959 693.759.334.550 870.216.413.483 364.486.755.337 59.772.348.984 148.121.690.440
Halaman 136
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited 29
Kanwil DJP Nusa Tenggara
306
30
Kanwil DJP Papua Dan Maluku
120
31
Kanwil DJP Wajib Pajak Besar
3.687
JUMLAH
32.302
70.390.582.335 719.488.102.662 61.434.917.663.499 115.189.366.788.756
Atas sengketa pajak berupa keberatan, dan non keberatan (pembetulan, pengurangan, penghapusan, dan pembatalan) ketetapan pajak, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan keputusan yang dapat mempengaruhi nominal ketetapan pajak semula dengan isi keputusan mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak, menambah, membetulkan, mengurangkan, menghapuskan, dan membatalkan. Atas sengketa banding dan gugatan yang diajukan ke Pengadilan Pajak, Majelis Hakim dapat menerbitkan putusan yang dapat mempengaruhi nominal ketetapan pajak sebelumnya dengan amar putusan menolak, mengabulkan sebagian atau seluruhnya, menambah pajak yang harus dibayar, tidak dapat diterima, membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung, dan membatalkan. Sedangkan, pengajuan peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung baik yang diajukan oleh Direktorat Jenderal Pajak maupun oleh Wajib Pajak akan diputuskan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung dengan amar putusan menerima atau menolak permohonan pemohon PK. C.8.3. PBB Pertambangan Migas PBB Pertambangan Migas
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pemungutan PBB terutang didahului dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kepada Wajib Pajak (WP), selanjutnya berdasarkan SPOP yang telah diisi dengan jelas, benar, lengkap, dan ditandatangani WP, DJP dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menerbitkan SPPT. Berdasarkan ketetapan yang tercantum dalam SPPT tersebut, Wajib Pajak melakukan pelunasan dengan membayar PBB terutang melalui bank persepsi yang ditunjuk. Khusus terhadap WP PBB Migas dan PBB Panas Bumi yaitu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau Pengusaha Panas Bumi, mekanisme pemungutan dan penagihannya dilaksanakan secara berbeda dari WP pada umumnya, karena WP terikat pada kontrak/izin dengan pemerintah (Kontrak Kerja Sama atau Izin Usaha Pertambangan) sehingga diberlakukan ketentuan yang bersifat lex specialist. Dalam pemungutannya pun, selain WP dan DJP, terdapat beberapa instansi lain yang terkait dalam proses pelaporan, penagihan dan pelunasan PBB terutang yaitu Kementerian ESDM, SKK Migas, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Pada mulanya, mekanisme pemungutan/pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi adalah melalui mekanisme pemindahbukuan dari rekening migas atau rekening panas bumi. Rekening migas merupakan rekening pemerintah yang menampung bagian pemerintah yang disetor oleh KKKS yang sudah berproduksi sesuai dengan kontrak, sedangkan rekening panas bumi merupakan rekening pemerintah yang digunakan untuk menampung bagian pemerintah yang disetor oleh pengusaha panas bumi yang telah mencapai net operating income (NOI).
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 137
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Namun, dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi dan Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2010 (PP 79/2010) tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, terdapat mekanisme baru pemungutan/pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi yaitu WP membayar sendiri PBB Migas atau PBB Panas Buminya. Khusus untuk WP PBB Migas, PBB Migas tersebut dapat dimintakan kembali sebagai cost recovery setelah WP/KKKS telah berproduksi. Secara umum, mekanisme pemungutan/pembayaran PBB Migas dan PBB Panas Bumi adalah sebagai berikut: 1. Mekanisme Pemindahbukuan untuk PBB Migas atas Kontrak Kerja Sama yang ditandatangani sebelum PP 79/2010 berlaku (sebelum 20 Desember 2010) atau untuk PBB Panas Bumi yang Izinnya ditandatangani sebelum UU 27/2003. a. Wajib Pajak PBB Migas yang sudah berproduksi, atau Wajib Pajak PBB Panas Bumi yang sudah berproduksi dan telah mencapai NOI, wajib menyetorkan bagian pemerintah (government share) sejumlah prosentase tertentu sesuai ketentuan; b. bagian pemerintah tersebut sebelum masuk sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terlebih dahulu dikurangi untuk pembayaran PPN reimbursement, PBB, dan PDRD; c. PBB yang dimaksud adalah PBB Migas atau PBB Panas Bumi yang dihitung oleh DJP sebagaimana diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2013 tentang Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.07/2013 tentang Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah; d. Setiap tahun, DJP menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang diterima dari WP; e. Dirjen Pajak menyampaikan permintaan pemindahbukuannya atas PBB Migas dan/atau PBB Panas Bumi baik yang belum maupun sudah berproduksi ke Dirjen Anggaran dengan dilengkapi salinan SPPT; f. Permintaan pemindahbukuan atas PBB Migas dan/atau PBB Panas Bumi yang belum menghasilkan sebagaimana huruf e di atas, mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.02/2009 tentang Rekening Minyak dan Gas Bumi, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 114/PMK.02/2009 tentang Rekening Panas Bumi; g. Direktur Jenderal Anggaran membuat surat permintaan pemindahbukuan ke Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan; h. Direktur Jenderal Perbendaharaan membuat permintaan pemindahbukuan dari Bank Indonesia ke Bank Mitra KPPN Jakarta II; i. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan mengeluarkan Surat Perintah Membayar (SPM) dari Bank Mitra KPPN Jakarta II ke rekening kas daerah maupun pusat.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 138
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
2. Mekanisme Pembayaran Langsung oleh Wajib Pajak untuk PBB Migas atas Kontrak Kerja Sama yang ditandatangani setelah PP 79/2010 berlaku (setelah 20 Desember 2010) atau untuk PBB Panas Bumi yang Izinnya ditandatangani setelah UU 27/2003. a. Setiap tahun, DJP menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang diterima dari WP; b. WP melunasi PBB terutang sebagaimana tercantum dalam SPPT dengan melakukan pembayaran melalui bank persepsi yang ditunjuk oleh Dirjen Perbendaharaan melalui KEP-127/PB/2013 tanggal 21 Juni 2013 tentang Penunjukan Bank Persepsi yang Melaksanakan Penatausahaan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi yaitu: 1) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Jakarta Kramat 2) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Utaa Kelapa Gading 3) PT Bank Mandiri (Persero), Tbk Kantor Cabang Jakarta Cikini Taman Ismail Marzuki 4) PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk Kantor Cabang Kelapa Gading Square; c. Khusus WP PBB Migas, PBB Migas yang telah dibayar dapat dilaporkan sebagai bagian dari biaya operasi yang dapat dikembalikan (cost recovery) setelah WP tersebut berproduksi/terdapat lifting migas; d. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan transfer Dana Bagi Hasil PBB Migas dan/atau PBB Panas Bumi sesuai ketentuan PMK 145/PMK.07/2013 ke rekening kas daerah maupun pusat.
Aturan terkait penatausahaan dan pengenaan PBB Migas dan PBB Panas Bumi adalah: 1.
2.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2013 tentang Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-45/PJ/2013 tanggal 20 Desember 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan Untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi.
Pengungkapan lain yang tidak kalah pentingnya mengenai PBB Migas dan PBB Panas Bumi sampai dengan 31 Desember 2013 sebagai berikut:
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 139
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.8.3.1 PBB Migas PBB Migas
Penerbitan ketetapan PBB Migas tahun 2013 sebesar Rp25.114.516.216.195,00, dengan rincian sebagai berikut: Uraian
Pemindahbukuan
Dibayar sendiri oleh KKKS
Jumlah
Onshore 2012
201.424.701.560
26.095.352.528
227.520.054.088
Onshore 2013
2.632.229.617.859
96.418.975.066
2.728.648.592.925
Offshore 2012
170.062.826
711.160.054.000
711.330.116.826
Offshore 2013
7.213.696.061.830
1.874.989.343.120
9.088.685.404.950
Tubuh Bumi 2012
5.107.540.267
36.875.889.965
41.983.430.232
Tubuh Bumi 2013
12.018.268.041.412
298.080.576.032
12.316.348.617.444
Total
22.070.896.025.754
3.043.620.190.711
25.114.516.216.465
Ketetapan PBB Migas yang belum dilunasi per 31 Desember 2013 sebesar Rp4.422.801.297.800,00 dengan rincian sebagai berikut:
Onshore 2012
200.435.685.000
Dibayar sendiri oleh KKKS 26.095.352.528
Onshore 2013
656.439.124.722
96.418.975.066
Offshore 2012
0
711.160.054.000
711.160.054.000
Offshore 2013
0
1.874.989.343.120
1.874.989.343.120
Tubuh Bumi 2012
0
25.978.570.122
25.978.570.122
Uraian
Tubuh Bumi 2013 Total
Pemindahbukuan
Jumlah 226.531.037.528 752.858.099.788
542.867.979.766
288.416.213.476
831.284.193.242
1.399.742.789.488
3.023.058.508.312
4.422.801.297.800
Dari ketetapan PBB Migas (SPPT) yang belum mendapat pelunasan sampai dengan 31 Desember 2013 tersebut diantaranya sebanyak 37 SPPT PBB Migas onshore senilai Rp856,87 miliar yang masih harus diklarifikasi oleh Kementerian Keuangan dhi. DJP dan SKK Migas terkait dengan luas wilayah kerja eksplorasi yang menjadi dasar penetepan PBB terutang. Hasil klarifikasi atas 37 SPPT adalah sebagai berikut: 1) 6 SPPT dengan ketetapan sebesar Rp105.092.312.000,00 telah dilakukan pembatalan secara jabatan melalui Keputusan Dirjen Pajak pada tahun 2014. 2) 2 SPPT dengan ketetapan sebesar Rp74.439.993.600,00 telah dilakukan pembetulan secara jabatan pada tahun 2014, sehingga berubah menjadi Rp9.610.726,00. 3) 29 SPPT dengan ketetapan sebesar Rp677.342.504.122,00 masih dalam proses penelitian. Dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembetulan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali. Nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp4.825.803.302.678,00 dengan rincian sebagai berikut:
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 140
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Uraian Onshore 2012 Onshore 2013 Offshore 2012 Offshore 2013 Tubuh Bumi2012 Tubuh Bumi 2013 Total
Keberatan
Banding/gugatan 0 0
0 0
711.160.054.000 1.874.989.343.120 28.406.258.759 284.127.670.799 2.898.683.326.678
1.927.119.976.000 0 0 0 1.927.119.976.000
Nilai keberatan tersebut merupakan keberatan yang dilakukan oleh KKKS yang tidak melalui mekanisme pemindahbukuan. Sedangkan permohonan pengajuan banding dari Wajib Pajak telah diputuskan oleh Pengadilan Pajak pada Tahun 2014 dengan putusan mengabulkan sebagian permohonan banding dari Wajib Pajak tersebut. PBB Panas Bumi
C.8.3.2 PBB Panas Bumi 1. Ketetapan PBB Panas Bumi tahun 2013 yang melalui mekanisme pemindahbukuan adalah sebesar Rp125.803.910.545,00 dengan rincian sebagai berikut: a. PBB Panas Bumi Onshore 2013
: Rp
21.471.345.233,00
b. PBB Panas Bumi Tubuh Bumi 2013
: Rp
104.332.565.312,00
: Rp
125.803.910.545,00
Total
2. Realisasi pembayaran PBB Panas Bumi tahun 2013 yang melalui mekanisme pemindahbukuan sebesar Rp125.803.910.545,00 dengan rincian sebagai berikut: a. PBB Panas Bumi Onshore 2013
: Rp
21.471.345.233,00
b. PBB Panas Bumi Tubuh Bumi 2013
: Rp
104.332.565.312,00
: Rp
125.803.910.545,00
Total
3. Ketetapan PBB Panas Bumi tahun 2013 yang tidak melalui mekanisme pemindahbukuan adalah sebesar Rp2.135.537.064,00 dengan rincian sebagai berikut: a. PBB Panas Bumi Onshore 2013
: Rp
102.133.884,00
b. PBB Panas Bumi Tubuh Bumi 2013
: Rp
1.714.969.220,00
c. PBB Panas Bumi Onshore 2012
: Rp
7.140,00
d. PBB Panas Bumi Tubuh Bumi 2012
: Rp
318.426.820,00
: Rp
2.135.537.064,00
Total
4. Realisasi pembayaran PBB Panas Bumi tahun 2013 yang tidak melalui mekanisme pemindahbukuan sebesar Rp151.264.000,00 atas PBB Panas Bumi Tubuh Bumi.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 141
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Pengalihan BPHTB dan PBB P2
C.8.4. Pengalihan BPHTB dan PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan Hal-hal penting terkait pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD), adalah sebagai berikut: a. PBB-P2 dan BPHTB merupakan 2 (dua) jenis Pajak Pusat yang dialihkan ke kabupaten/kota dan menjadi bagian dari 11 (sebelas) jenis Pajak kabupaten/kota yang diamanatkan UU PDRD; b. DJP masih tetap mengelola PBB-P2 sampai dengan 31 Desember 2013, sepanjang belum terbitnya Peraturan Daerah; c. DJP masih tetap mengelola BPHTB untuk tahun 2010, sejak tahun 2011 BPHTB menjadi Pajak Kabupaten/Kota; d. Tahapan pengalihan PBB-P2 serta BPHTB diatur bersama oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri; dan e. Secara umum pengaturan PBB-P2 serta BPHTB dalam UU PDRD adalah sama dengan yang diatur dalam UU PBB dan UU BPHTB, kecuali yang terkait dengan tarif pajak, NJOPTKP dan NPOPTKP. Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai Pajak Daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010, kewenangan pemungutan BPHTB dialihkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah mulai tanggal 1 Januari 2011. Sebagai bagian persiapan pengalihan tersebut, telah diterbitkan serangkaian ketentuan sebagai berikut: a)
Peraturan Bersama antara Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 127/PMK.07/2010 dan Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 186/PMK.07/2010 dan 53 Tahun 2010 tanggal 18 Oktober 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah;
b)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-47/PJ/2010 tanggal 22 Oktober 2010 tentang Tata Cara Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah;
c)
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 108/PJ/2010 tanggal 25 Oktober 2010 tentang Tindak Lanjut Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ke Pemerintah Kabupaten/Kota.
d)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-05/PJ/2013 Tentang Tata Cara Penyelesaian Pengajuan Keberatan, Permohonan Pelayanan Lainnya, Banding, Gugatan, dan Peninjauan Kembali Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Setelah Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagai Pajak Daerah.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 142
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Dengan mengacu pada ketentuan di atas, tahapan pengalihan BPHTB dijelaskan sebagai berikut: a)
Tahapan Persiapan Pengalihan BPHTB yang telah dilaksanakan yaitu: 1. Sosialisasi dan ToT Persiapan Pengalihan BPHTB; 2. Koordinasi dengan Kanwil DJP dan KPP Pratama seluruh Indonesia; 3. Monitoring dan Evaluasi pada Kanwil DJP dan KPP Pratama seluruh Indonesia; 4. Pembuatan Aplikasi Pengunduh dan Pembaca Data NJOP Tahun 2011; dan 5. Penyerahan data/berkas BPHTB ke Pemerintah Kabupaten/Kota.
b)
Pelaksanaan Pengalihan BPHTB tahun 2011 yaitu: 1. Sosialisasi dan ToT Persiapan Pengalihan BPHTB; 2. Koordinasi dengan Kanwil DJP dan KPP Pratama seluruh Indonesia; dan 3. Monitoring dan Evaluasi pada Kanwil DJP dan KPP Pratama seluruh Indonesia.
Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010, kewenangan pemungutan PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan dialihkan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah paling lambat tanggal 31 Desember 2013. Sebagai bagian persiapan pengalihan tersebut, telah diterbitkan serangkaian ketentuan sebagai berikut: a) Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 15/PMK.07/2014 dan 10 Tahun 2014 tanggal 24 Januari 2014 tentang Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah yang merupakan pengganti dari Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 213/PMK.07/2010 dan 58 Tahun 2010 tanggal 30 November 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah; b)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2010 tanggal 17 Desember 2010 tentang Tata Cara Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Sebagai Pajak Daerah;
c)
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-07/PJ/2014 tanggal 3 Februari 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah.
Dengan mengacu pada ketentuan di atas, piutang PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan Per 31 Desember 2013 tetap dilaporkan di Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan akan menjadi piutang pajak di Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sejak Berita Acara Serah Terima
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 143
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
ditandatangani antara KPP Pratama dan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat.
Progress Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah sebagai berikut: a)
b)
Tahapan Persiapan Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan: 1)
Koordinasi dengan Kanwil DJP dan KPP Pratama yang wilayah kerjanya akan dialihkan
2)
Monitoring dan Evaluasi pada Kanwil DJP dan KPP Pratama yang wilayah kerjanya akan dialihkan
3)
Workshop Informasi dan Teknologi (IT)
4)
Cleansing dan pemecahan database SISMIOP
5)
Penyerahan data/berkas PBB-P2 ke Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pelaksanaan Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan: 1)
Selama tahun 2013 telah dialihkan data piutang PBB-P2 kepada 105 Kabupaten/Kota
2)
Data Piutang PBB-P2 sampai dengan 31 Desember 2013 akan diserahkan paling lambat 31 Januari 2014
3)
Permohonan pelayanan PBB-P2 sampai dengan 31 Desember 2013 belum dapat diselesaikan DJP, tindak lanjut penyelesaiannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah dan DJP dapat memberikan asistensi atas permintaan Pemerintah Daerah
4)
Jumlah kabupaten/kota yang berencana melaksanakan pemungutan PBB-P2 yaitu sebagai berikut: i. Tahun 2011: 1 kota (Surabaya) ii. Tahun 2012: 17 kabupaten/kota iii. Tahun 2013: 105 kabupaten/kota iv. Tahun 2014: 369 kabupaten/kota.
Persiapan pengalihan PBB-P2 ke kabupaten/kota tahun 2013, dilaksanakan pada Kanwil DJP dan KPP Pratama yang wilayah kerjanya meliputi 369 (tiga ratus enam puluh sembilan) kabupaten/kota yang melaksanakan pemungutan PBB-P2 mulai 1 Januari 2014. Daftar kabupaten/kota serta wilayah Kanwil DJP dan KPP Pratama yang melaksanakaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan terlampir. C.8.5. Manajemen Penagihan Khusus Piutang Pajak Daluwarsa Manajemen Penagihan Khusus Piutang Pajak Daluwarsa
Sesuai dengan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, penagihan pajak tidak dilaksanakan apabila telah daluwarsa sebagaimana diatur dalam undang-undang dan peraturan daerah. Di satu sisi ketentuan tersebut memberikan aspek kepastian hukum bagi Wajib Pajak tetapi juga
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 144
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
memberikan dorongan bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk mengoptimalisasi tindakan penagihan pajak sebelum piutang pajak tersebut daluwarsa.Pasal 22 UndangUndang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 mengatur lebih lanjut batas waktu daluwarsa penagihan pajak sesuai dengan tahun pajak dari ketetapan yang menjadi dasar penagihan pajak. Direktorat Jenderal Pajak melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE29/PJ/2012 tentang Kebijakan Penagihan Pajak telah merumuskan strategi dan prioritas tindakan penagihan pajak, salah satunya adalah upaya penagihan secara optimal terhadap piutang pajak yang akan daluwarsa. Melalui sistem informasi yang memadai, data piutang pajak yang akan daluwarsa dapat dimonitor oleh Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Wilayah DJP serta Kantor Pusat DJP. Dengan dukungan sistem informasi tersebut, diharapkan akan dapat dilakukan penagihan pajak optimal sebelum piutang pajak tersebut menjadi daluwarsa. Direktur Jenderal Pajak telah menginstruksikan kepada masing-masing Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk melakukan reviu dan memastikan bahwa piutang pajak yang akan mendekati daluwarsa tersebut telah dilakukan penagihan pajak secara intensif dan optimal, khususnya sampai dengan pemberitahuan Surat Paksa yang dapat menangguhkan daluwarsa penagihan pajak. Tentu dalam kegiatan penagihan pajak yang akan daluwarsa juga memperhatikan aspek efesiensi dan skala prioritas khususnya penagihan pajak terhadap piutang pajak yang akan daluwarsa dengan nilai yang signifikan. Pertimbangan biaya penagihan dan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh negara dalam rangka penagihan juga perlu diperhatikan sehingga hasil pencairan piutang pajak melebihi jumlah biaya yang dikeluarkan dalam rangka penagihan pajak. Sesuai dengan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Dalam pelaksanaan penagihan pajak, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menghadapi kendala baik dari sisi eksternal maupun internal DJP. Kendala dari sisi eksternal yang dihadapi DJP di antaranya adalah: a. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak (level of taxpayers compliance) yang masih rendah terkait kewajiban; b. Terdapat benturan peraturan perundang-undangan (disharmonisasi regulasi) antara ketentuan penagihan pajak dengan peraturan lainnya, diantaranya hak mendahulu utang pajak dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang berbenturan dengan Hak Tanggungan dalam Undang-Undang tentang Hak Tanggungan, Undang-Undang tentang Kepailitan dan PKPU, dan Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas; c. Belum sepenuhnya diperoleh data dari berbagai pihak di luar DJP, khususnya untuk mendukung assets and debtor tracing, sebagai pelaksanaan ketentuan
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 145
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan Dengan Perpajakan; Terhadap piutang pajak yang telah daluwarsa dan mempertimbangkan bahwa piutang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi maka proses penghapusan piutang pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan merupakan prosedur berikutnya yang dapat dilakukan. Hal tersebut diatur dalam pasal 24 dan penjelasannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa Menteri Keuangan mengatur tata cara penghapusan dan menentukan besarnya jumlah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi, antara lain karena Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan, Wajib Pajak badan yang telah selesai proses pailitnya, atau Wajib Pajak yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subjek pajak dan hak untuk melakukan penagihan pajak telah daluwarsa. C.8.6. Pungutan Ekspor/Bea Keluar Pungutan Ekspor/Bea Keluar
Mutasi akun pungutan ekspor sampai dengan 31 Desember 2013 secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: Mutasi
Saldo Awal AKUN
Koreksi 31/12/2012
ASET LANCAR Piutang PE ASET LAIN-LAIN Piutang PE (DJKN) KEWAJIBAN UTANG KELEBIHAN PEMBAYARAN BK
1)
Penambahan
31/12/2013
-
115.969.183.337
115.969.183.337
-
-
1.233.795.102
Reklasifikasi
Saldo Akhir Pembayaran (Realisasi Restitusi)
-
-
-
1.233.795.102
-
Piutang Pungutan Ekspor Saldo piutang pungutan ekspor per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp115.969.183.337,00. Penyisihan Piutang Tak Tertagih Sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor SE-18/BC/2011 tentang Pelaksanaan Penyisihan Piutang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kualitas piutang PE per 31 Desember 2012 dikategorikan sebagai piutang macet karena telah dilimpahkan penagihannya ke KPKNL .
2)
Utang Kepada Pihak Ketiga (Utang Kelebihan Pembayaran Bea Keluar) Saldo utang kelebihan pembayaran bea keluar per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp0,00 dan Rp1.233.795.102,00 atau turun sebesar Rp1.233.795.102,00 karena adanya realisasi pengembalian pada KPPBC Dumai yang terdiri atas SP2D Nomor 514100C tanggal 14 Juni 2013 sebesar Rp116.000.280,00 dan SP2D Nomor 514099C tgl 14 Juni 2013 sebesar Rp144.581.797,00, dan KPPBC Balikpapan yang terdiri atas SP2D Nomor 170035Z tanggal 8 Juli 2013 sebesar Rp33.693.613,00 dan SP2D Nomor 170036Z tanggal 8 Juli 2013 sebesar Rp939.519.412,00 yaitu:
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 146
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited Satker
Perusahaan (Eksportir)
KPPBC Dumai
PT Bukit Kapur Reksa
KPPBC Balikpapan
PT Bayan Resources PT Gunung Bayan Pratama Coal
Jumlah
Catatan atas Laporan Keuangan
Persetujuan Pengembalian KEP-82/KM.02/2008 KEP-53/KM.02/2008 No.627 tgl 7/12/2009 No.659 tgl 16/12/2009
Nilai 116.000.280 144.581.797 939.519.412 33.693.613 1.233.795.102
Halaman 147
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.8.7. Pengelolaan Barang Hasil Tegahan, Sitaan/Rampasan, Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara, dan Barang yang Menjadi Milik Negara Pengelolaan Barang Hasil Tegahan, Sitaan/Rampasan, BDD, BDN dan BMN
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.04/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008, kriteria dari Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara dan Barang yang Menjadi Milik Negara adalah sebagai berikut. 1) Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai adalah: a. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Sementara yang berada di dalam area pelabuhan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penimbunannya; b. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Sementara yang berada di luar area pelabuhan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak penimbunannya; c. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat yang telah dicabut izinnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pencabutan izin; atau Barang yang dikirim melalui Pos : 1) yang ditolak oleh si alamat atau orang yang dituju dan tidak dapat dikirim kembali kepada pengirim di luar Daerah Pabean; 2) dengan tujuan luar Daerah Pabean yang diterima kembali karena ditolak atau tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju dan tidak diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya Pemberitahuan dari Kantor Pos. 2) Barang yang Dikuasai Negara adalah : a. Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam Pemberitahuan Pabean; b. Barang dan/atau sarana pengangkut yang dicegah oleh Pejabat Bea dan Cukai;atau c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal. 3) Barang yang Menjadi Milik Negara adalah: a. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai yang merupakan barang yang dilarang untuk diekspor atau diimpor, kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai yang merupakan barang yang dibatasi untuk diekspor atau diimpor, yang tidak diselesaikan oleh pemiliknya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean; c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang dicegah oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal; d. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal yang tidak diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean; e. Barang yang Dikuasai Negara yang merupakan barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor; atau f. Barang dan/atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim yang
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 148
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan dirampas untuk negara. Atas barang yang menjadi milik negara yang dinilai dan dicatat dalam laporan keuangan sebagai persediaan adalah barang yang telah memiliki status akan dilelang dan sudah mendapat keputusan dari Menteri Keuangan. Sedangkan barang yang berstatus dihibahkan, dimusnahkan dan barang yang belum ada peruntukannya hanya diungkapkan di Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sebagai lampiran. Hal ini karena barang-barang tersebut berada dibawah pengawasan Kantor Bea dan Cukai, tetapi belum ada keputusan dari Menteri Keuangan tentang peruntukannya. Berkenaan dengan penerimaan negara bukan pajak yang bersumber dari penjualan hasil sitaan/tegahan masih disajikan secara netto. Kebijakan tersebut diambil melalui surat Sekretaris DJBC ke Kementerian Keuangan nomor S-260/BC.1/2009 tanggal 12 Juni 2009, dan telah dijawab oleh Kepala Biro Hukum Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan dengan suratnya nomor S-684/SJ.3/2009, yang pada intinya menyatakan bahwa: a. Untuk barang yang tidak dikuasai dan barang yang dikuasai negara, berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB IV Pelelangan Permenkeu Nomor 13/PMK.04/2006 tentang Penyelesaian Terhadap Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara dan Barang Yang Menjadi Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008 yang mengatur bahwa : 1. Harga terendah untuk barang yang dinyatakan tidak dikuasai dan barang yang dikuasai negara yang akan dilelang paling sedikit, meliputi: a) b) c) d)
Bea Masuk, Cukai, PPN, PPnBM dan PPh Ps 22; Sewa gudang TPS untuk paling lama 2 (dua) bulan; Sewa gudang di TPP; Biaya pencacahan dan penimbunan di Tempat Penimbunan Pabean.
2. Hasil pelelangan setelah dikurangi bea masuk, cukai, PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22, sewa gudang serta biaya-biaya yang dikeluarkan, sisanya disediakan untuk pemiliknya. Apabila atas sisa hasil lelang barang tidak dikuasai dan atau barang dikuasai negara sampai dengan 90 hari sejak tanggal pelelangan tidak diambil oleh pemiliknya, maka atas hasil pelelangan tersebut disetor ke kas negara sebagai penerimaan negara bukan pajak. b. Untuk barang yang menjadi milik negara, sesuai ketentuan yang diatur dalam pasal 53 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, ditetapkan bahwa hasil penjualan barang milik negara/daerah wajib disetor seluruhnya ke rekening kas umum negara/daerah sebagai penerimaan negara/daerah. Merujuk rekomendasi tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut : 1) Bahwa terhadap pendapatan hasil penjualan hasil lelang barang yang tidak dikuasai dan barang dikuasai negara, dikecualikan dari azas bruto dalam pencatatan pendapatannya, karena terhadap barang tersebut masih melekat hak keuangan negara seperti pungutan pabean dan PDRI, dan utang pada pihak ketiga seperti sewa gudang, biaya lelang dsb, sehingga atas biaya biaya tersebut dikurangkan terlebih dahulu dari dari pendapatan penjualan hasil lelang (azas netto). Apabila atas sisa hasil lelang barang tidak dikuasai dan atau barang dikuasai negara sampai dengan 90 hari sejak tanggal pelelangan tidak diambil oleh pemiliknya, maka atas hasil pelelangan tersebut disetor ke kas negara Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 149
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
sebagai penerimaan negara bukan pajak. 2) Pemberlakuan azas bruto dalam pelaksanaaan penjualan barang tegahan/barang milik negara, DJBC mengalami kendala–kendala antara lain: a) Bahwa untuk pengalokasian biaya lelang harus menunggu tahun berikutnya, karena atas usulan RKAK/L harus dibuat pada awal tahun sebelumnya. b) Kesulitan dalam memprediksikan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk biaya lelang, karena frekuensi dan jumlah barang yang akan dilelang dalam satu tahun anggaran sulit untuk diprediksikan. c) Dengan mengalokasikan sebagian anggaran DJBC yang terbatas untuk biaya pelelangan, akan dapat mempengaruhi pembiayaan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi utama DJBC. Saat ini atas pelaksanaaan penjualan barang tegahan/barang milik negara telah menggunakan azaz bruto sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.04/2011 tanggal 30 Maret 2011 Tentang Penyelesaian terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, Barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara, di mana dalam pasal 22 disebutkan sebagai berikut: (1) Harga penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta Lelang yang telah disahkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat Lelang merupakan harga Lelang. (2) Harga Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. harga BMN; b. sewa gudang di TPS untuk paling lama 2 (dua) bulan; c. sewa gudang di TPP; d. biaya pencacahan dan penimbunan di TPP; dan e. biaya lain yang dipergunakan untuk keperluan Lelang BMN. (3) Jumlah penerimaan negara yang berasal dari lelang BMN sesuai harga Lelang BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disetor seluruhnya ke kas negara. (4) Hasil Lelang yang merupakan bagian dari harga Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, disediakan untuk yang berhak. Sebagai petunjuk pelaksanaan penyetoran PNBP dimaksud telah dikeluarkan Surat Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor S-1388/BC/2011 tanggal 30 Desember 2011 hal Petunjuk Pelaksanaan Penyetoran PNBP Atas Hasil Lelang Barang Menjadi Milik Negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada PSAP 02 paragraf 24 dinyatakan bahwa dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan LRA bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan. Merujuk pada PSAP tersebut maka penerimaan hasil lelang barang tegahan/barang menjadi milik negara pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang disajikan secara netto termasuk yang dikecualikan dari ketentuan penyajian pendapatan berdasarkan azaz bruto.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 150
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.8.8. Jaminan Tunai Jaminan Tunai
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 259/PMK.04/2010 tentang Jaminan dalam rangka Kepabeanan, definisi jaminan dalam rangka kepabeanan adalah garansi pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan dan/atau pemenuhan kewajiban yang disyaratkan dalam peraturan kepabeanan yang diserahkan kepada Kantor Pabean. Jaminan dalam rangka kepabeanan dapat berbentuk: a. Jaminan tunai; b. Jaminan bank; c. Jaminan dari perusahaan asuransi; atau d. Jaminan Indonesia Exim Bank; e. Jaminan perusahaan penjaminan; f. Jaminan perusahaan (corporate guarantee); atau g. Jaminan tertulis. Jaminan dapat digunakan untuk: a. menjamin pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan: 1) atas impor yang diberikan penundaan pembayaran; 2) atas pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menyerahkan Jaminan; 3) atas impor sementara; 4) atas pengajuan keberatan; 5) yang berdasarkan peraturan kepabeanan dipersyaratkan adanya Jaminan; b. memenuhi kewajiban penyerahan Jaminan yang dipersyaratkan dalam peraturan kepabeanan. Jumlah Jaminan yang diserahkan sebesar: a. pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan yang terutang; atau b. jumlah tertentu yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang mensyaratkan penyerahan Jaminan. Jangka waktu Jaminan yang diserahkan adalah selama jangka waktu: a. izin penundaan pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan; b. izin pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menyerahkan Jaminan; c. pembebasan ditambah jangka waktu paling lama penelitian realisasi ekspor barang dengan pembebasan impor tujuan ekspor; d. izin impor sementara ditambah jangka waktu paling lama realisasi ekspor; e. paling lama diputuskannya keberatan; atau f. yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang mensyaratkan penyerahan Jaminan. Jaminan tunai merupakan Jaminan berupa uang tunai yang diserahkan oleh Terjamin pada Kantor Pabean dan harus disimpan pada rekening khusus Jaminan Kantor Pabean. Dalam hal Jaminan tunai diserahkan untuk menjamin kegiatan kepabeanan oleh penumpang atau pelintas batas, Jaminan tunai dapat disimpan di Kantor Pabean. Penyerahan Jaminan tunai dapat dilakukan dengan cara: a. menyerahkan uang tunai kepada bendahara penerimaan di Kantor Pabean; dan/atau b. menyerahkan bukti pengkreditan rekening khusus Jaminan Kantor Pabean kepada bendahara penerimaan di Kantor Pabean. Atas setiap uang tunai yang diterima, bendahara penerimaan di Kantor Pabean harus menyimpan ke rekening khusus Jaminan Kantor Pabean paling lama pada hari kerja berikutnya. Pembukaan rekening khusus Jaminan di Kantor Pabean dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan rekening milik
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 151
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
kementerian negara/lembaga/kantor/satker. Penerimaan jasa giro perbankan dari rekening khusus Jaminan wajib disetorkan ke Kas Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak. Selain bertanggung jawab atas rekening Bendahara Penerimaan pada beberapa satker Bendahara Penerimaan juga bertanggung jawab atas rekening Jaminan Tunai. Jaminan tunai ini terkait dengan jaminan yang harus dipertaruhkan oleh importir apabila yang bersangkutan mengajukan keberatan atau banding atas penetapan DJBC. Atas uang jaminan ini tidak disajikan dalam neraca karena uang tersebut bukan hak negara. Adapun rincian jaminan tunai per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut. Jaminan Tunai per 31 Desember 2013 pada DJBC KODE KANWIL
KODE SATKER
002
410951
KPPBC MEDAN
002
410976
KPPBC TELUK NIBUNG
002
411651
KPPBC BELAWAN
3.025.108.123,00
003
411033
KPPBC DUMAI
3.804.000.000,00
003
411042
KPPBC PEKANBARU
213.646.000,00
004
411058
KPPBC TANJUNG PINANG
151.684.000,00
004
411667
KPPBC TANJUNG BALAI KARIMUN
005
411702
KPPBC PALEMBANG
006
410713
KPPBC MERAK
006
532530
KPPBC SOEKARNO HATTA
007
411611
KPPBC JAKARTA
007
447532
KPPBC SUNDA KELAPA
008
410707
KPPBC TMP A BANDUNG
008
613281
KPPBC TMP A PURWAKARTA
2.113.375.894,00
008
636736
KPPBC TMP A BEKASI
7.976.600.479,98
008
410722
KPPBC TMP A BOGOR
1.397.014.534,00
009
410810
KPPBC YOGYAKARTA
13.399.000,00
009
411620
KPPBC TANJUNG MAS
250.275.000,00
010
410832
KPPBC JUANDA
010
410857
KPPBC GRESIK
010
411636
KPPBC TANJUNG PERAK
010
526856
KPPBC PASURUAN
365.460.318,00
012
411384
KPPBC NGURAH RAI
132.219.000,00
012
561115
KPPBC BENOA
580.477.000,00
013
411560
KPPBC SINTETE
126.172.722,00
013
411718
KPPBC PONTIANAK
258.573.000,00
013
130558
KPPBC NANGA BADAU
39.467.913,00
014
411234
KPPBC BANJARMASIN
15.100.000,00
014
411259
KPPBC BALIKPAPAN
014
411265
KPPBC SAMARINDA
014
561288
KPPBC SANGATA
015
411296
KPPBC BITUNG
015
411300
KPPBC MANADO
015
411755
KPPBC MAKASSAR
017
447501
KPU BC TANJUNG PRIOK
018
447517
KPU BC BATAM
NAMA SATKER
JUMLAH JAMINAN TUNAI
Catatan atas Laporan Keuangan
NILAI
41.361.306,43 8.000.000,00
25.205.000,00 1.534.651.250,00 52.000.000,00 19.120.230.621,13 1.297.957.339,00 898.798.007,00 181.947.000,00
1.766.850.575,00 33.557.702,51 7.016.175.509,63
3.458.130.246,00 3.546.574,61 11.107.750,03 70.000.000,00 150.828.000,00 77.615.737,00 93.362.267.253,37 392.373.289,61 149.965.176.145,30
Halaman 152
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.8.9. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) TA 2013 Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
1) Pinjaman dan hibah pada Sekretariat Jenderal. Pada tahun anggaran 2013, Sekretariat Jenderal menerima pinjaman dan hibah sebagai berikut: a. Pinjaman terencana untuk proyek PSSU GFMRAP yang berasal dari World Bank dengan nomor register 10694001. Nilai pinjaman pada DIPA 2013 sebesar Rp2.466.360.000,00 dengan penyerapan sebesar Rp1.769.859.936,00 atau sebesar 71,76 persen. Pinjaman tersebut berupa Jasa Konsultan Monitoring dan Evaluasi, Bilingual Secretary, dan Jasa Konsultan Manajemen Proyek; b. Hibah terencana untuk proyek PFM MDTF dengan nomor register 70707101 tercatat dalam DIPA 2013 sebesar Rp398.438.000,00 dan telah diserap sebesar Rp385.170.014,60 atau sebesar 96,67 persen. Hibah tersebut berupa Jasa Konsultan Monitoring dan Evaluasi, Bilingual Secretary, dan Jasa Konsultan Manajemen; c. Hibah terencana untuk proyek PFM MDTF Pusintek dengan nomor register 70707101 tercatat dalam DIPA 2013 sebesar Rp3.740.912.000,00 dan telah terserap sebesar Rp940.839.368,00 atau sebesar 25,15 persen. Hibah tersebut berupa Jasa Konsultan dan Workshop and Training. 2) Pinjaman dan Hibah pada Badan Kebijakan Fiskal. Badan Kebijakan Fiskal memiliki Pinjaman dan Hibah terencana yang terdapat dalam DIPA tahun 2013, diantaranya sebagai berikut: a. Pinjaman untuk Proyek PIU GFMRAP dengan nilai pinjaman pada DIPA 2013 sebesar Rp977.233.000,00 dengan realisasi Rp567.093.066,00 atau sebesar 58,03 persen. Pinjaman berupa training pegawai BKF 5 orang pegawai di Malaysia, 3 orang pegawai di Amerika Serikat, dan 4 orang pegawai di Singapura; b. Hibah terencana berupa Technical Assistance (TA 4872 INO) dengan nilai hibah sebesar Rp2.754.279.000,00. Dari anggaran tersebut, sebesar Rp2,4 miliar tidak dapat diakui sebagai realisasi anggaran karena adanya kesalahan dalam administrasi. 3) Pinjaman dan Hibah pada Ditjen Perimbangan Keuangan. Ditjen Perimbangan Keuangan menerima pinjaman program (BA 999) dan hibah langsung dari luar negeri dalam bentuk barang/jasa atau technical assistance dan telah diterbitkan SP3HL-BJS dari DJPU dan persetujuan MPHL-BJS dari KPPN. Daftar Pinjaman dan hibah tersebut adalah: a. Local Government Development Project (Pinjaman Program BA 999) Pinjaman dari ADB dan Bank Dunia untuk proyek LGDP ini bernilai sebesar Rp2.155.250.000.000,00 dengan penyerapan kumulatif sebesar 55,46 persen; b. Australia Indonesia Partnership fo Decentralisation (AIPD) Hibah diperoleh dari Australian Aid (AusAID) untuk mendukung program Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) dengan nomor register 71483301. Sesuai dengan Berita Acara Nomor BA-1/PK.1/2013, AusAID menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai Rp7.588.645.230,00 dan telah diterbitkan SP3HL-BJS Nomor 02804 tanggal 8 November 2013 serta persetujuan MPHL-BJS Nomor 321597E tanggal 20 November 2013; c. TA 7184-INO Local Government Finance and Governance Reform 1 Hibah diperoleh dari Asian Development Bank (ADB) dalam rangka mendukung reformasi keuangan daerah melalui kegiatan TA 7184-INO Local Government Finance and Governance Reform 1 dengan nomor register 70859501. ADB menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 153
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Rp14.032.303.212,00 dan telah diterbitkan SP3HL-BJS Nomor 02294 tanggal 18 September 2013 serta persetujuan MPHL-BJS Nomor 298454E tanggal 07 Oktober 2013; d. TA 7452-INO Local Government Finance and Governance Reform 2 Hibah diperoleh dari Asian Development Bank (ADB) dalam rangka mendukung reformasi keuangan daerah melalui kegiatan TA 7452-INO Local Government Finance and Governance Reform 2 dengan nomor register 71040201. ADB menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai Rp6.444.914.448,00 dan telah diterbitkan SP3HL-BJS Nomor 02476 tanggal 9 Oktober 2013 serta persetujuan MPHL-BJS Nomor 302002E tanggal 11 Oktober 2013. 4) Pinjaman dan Hibah pada Ditjen Pengelolaan Utang. Ditjen Pengelolaan Utang pada tahun anggaran 2013 tidak memiliki pinjaman dan hibah, namun memiliki beberapa pinjaman program dan hibah. Daftar pinjaman dan hibah tersebut adalah: a. Pinjaman Program Proyek Precautinary Finance Facility ADB 2871 INO dengan nilai USD500.000.000,00 saat ini tercatat sebagai Stand By Loan; b. Pinjaman Program Proyek Economic Resillence Investment and Social Assistance in Indonesia (PERISAI) Development Policy Loan IBRD 8164 ID dengan nilai sebesar USD2.000.000.000,00 hingga akhir tahun 2013 tercatat sebagai Stand By Loan; c. Pinjaman Program Proyek INSTANSI (Institutional, Tax, Administration, Social, and Invesment) IBRD 8208 ID dengan nilai USD300.000.000,00. Pinjaman Program ini sudah di-disburse sebesar 100 persen; d. Pinjaman Program Proyek Financial Sector and Investment Climate Reform and Modernization (FMR) Development Policy (DPL) dengan nilai USD100.000.000,00 dan telah di-disburse sebesar 100 persen; e. Pinjaman Program Proyek Connectivity Development Policy Loan (DPL) sebesar USD100.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen; f. Pinjaman Program Proyek Climate Change Program Loan 3 JICA INP 39 dengan nilai JPY27.195.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen; g. Pinjaman Program Proyek Development Policy Loan (DPL) VII JICA INP 40 sebesar JPY8.391.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen; h. Kas Pinjaman Program Proyek Infrstructure REF SEC DEV Program III JICA INP 41 dengan nilai JPY8.391.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen; i. Pinjaman Program Proyek Development Policy Loan (DPL) VII JICA INP 42 sebesar JPY15.490.000.000,00 dan telah dilakukan penarikan sebesar 100 persen; j. Hibah Langsung Proyek Strengthening of Public Debt Management dengan nomor register 73091901 senilai USD1.159.311,00, hingga akhir tahun anggaran 2013 belum dilakukan penarikan. 5) Pinjaman dan Hibah pada Ditjen Kekayaan Negara. Ditjen Kekayaan Negara pada tahun 2013 tidak memiliki Pinjaman dan Hibah, namun terdapat alokasi pinjaman program dan hibah langsung sebagai berikut: a. Pinjaman Program (BA 999.03) IBRD 7731 ID senilai USD100.000.000,00 dan ADB 2516 INO senilai USD 100.000.000 untuk Pinjaman Program Indonesia Infrastructure Financing. Dalam hal ini Ditjen Kekayaan Negara c.q Direktorat KND (Kekayaan Negara yang Dipisahkan) sebagai Executing
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 154
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
Agency. Pinjaman ini kemudian diteruspinjamkan kepada PTSMI sebagai Implementing Unit; b. Hibah langsung pengelolaan investasi/Pengalihan Saham Bank Indonesia pada PT BPUI (BA 999.03) senilai Rp18.500.000.000,00; c. Hibah langsung pengelolaan investasi/Pengalihan Saham Bank Indonesia pada PT ASKRINDO (BA 999.03) senilai Rp220.000.000.000,00; d. Hibah langsung pengelolaan investasi/Pengalihan Saham dari PT PERTAMINA (BA 999.03) senilai Rp443.525.600.000,00. 6) Hibah yang diterima oleh Ditjen Bea dan Cukai. Ditjen Bea dan Cukai tidak memiliki kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman dan Hibah terencana yang terdapat dalam DIPA Tahun 2013. Namun Ditjen Bea dan Cukai menerima hibah langsung yang terdiri dari: a. Hibah Langsung Barang pada KPPBC Medan dari Australia Customs dengan nomor register 72435701 senilai Rp471.364.000,00 yang disahkan pada tahun 2013; b. Hibah Langsung Peralatan senilai USD18.679,50 dari Biro Keamanan Internasional Amerika Serikat (Bureau of International Security and Nonproliferation, United States Department of State) pada tanggal 16 Juli 2013, yang terdiri dari 25 Basic Inspection Tool Bag with Tools senilai USD13.399,50 dan 48 Rechargable Drill and Screwdriver senilai USD5.280,00; c. Hibah Langsung Barang KPPBC Makasar dari Bapak M. Amin dengan nomor register 73285701 senilai Rp2.700.000,00 pada Tahun Anggaran 2013. 7) Pinjaman dan Hibah yang diterima oleh Ditjen Perbendaharaan. Ditjen Perbendaharaan memiliki pinjaman dan hibah luar negeri serta hibah langsung yang terdiri dari: a. Pinjaman terencana untuk Proyek SPAN dengan nilai pagu pada DIPA tahun 2013 sebesar Rp56.790.500.000,00 dan realisasi penyerapan anggaran sebesar Rp34.467.831.049,00 (60,69 persen). Pinjaman ini terdaftar dengan nomor register 10694001 yang diterima dari Bank Dunia dengan kode referensi IBRD 4762 IND; b. Hibah terencana untuk Proyek SPAN dengan nilai pagu pada DIPA tahun 2013 sebesar Rp338.012.000,00 dan realisasi penyerapan anggaran sebesar Rp300.860.000,00 (89,01 persen). Hibah ini terdaftar dengan nomor register 70707101 yang diterima dari Bank Dunia dengan kode referensi TF 090047; c. Hibah Langsung berupa tanah seluas 5000 M2 dengan nilai Rp250.000.000,00 kode register 73982601 dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 8) Pinjaman dan Hibah Luar Negeri pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. BPPK memiliki kegiatan yang didanai dengan Pinjaman Luar Negeri terencana yang terdiri dari: a. Pinjaman terencana Proyek Scholarship Program For Strenghtening The Reforming Institution (SPIRIT) dengan nomor register 10818801. Nilai Pinjaman pada DIPA 2013 sebesar USD 112,650,000 atau Rp63.365.700.000,- dengan penyerapan anggaran 99,86 persen; b. Pinjaman terencana Proyek Professional Human Resources Development Project III (PHRDP III) dengan nomor register 21572601. Nilai Pinjaman pada DIPA 2013 sebesar JPY 9,717 (dalam juta JPY) atau Rp32.988.200.000,- dengan penyerapan anggaran 99,75 persen.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 155
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
C.8.10. Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pembentukan OJK
Pasca disahkannya UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 22 November 2011 (UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK), Bank Indonesia (BI) dan Bapepam-LK mulai berkoordinasi untuk membangun OJK. OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Adapun sasaran akhirnya adalah agar krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu tidak terulang kembali. Berdasarkan Bab XIII Ketentuan Peralihan Pasal 55 UU tersebut di atas, sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK. Sementara itu, sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka per 31 Desember 2012 telah dibuat Laporan Keuangan Penutup pada tanggal 8 Februari 2013 dan proses likuidasi telah dilakukan per 7 Mei 2013 dengan penerbitan Laporan Keuangan Likuidasi Bapepam-LK. Neraca Likuidasi telah diserahterimakan kepada Sekreariat Jenderal Kementerian Keuangan. C.8.11. Likuidasi pada Satker GKN menjadi KPTIK dan BMN lingkup Sekretariat Jenderal
Likuidasi GKN
Berdasarkan ketentuan pasal 3 PMK Nomor 198/PMK.05/2012 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Laporan pada Kementerian Negara/Lembaga, maka terhadap kondisi GKN lingkup Sekretariat Jenderal yang meliputi GKN Medan, GKN Semarang I dan II, GKN Surabaya I dan II, GKN Denpasar I dan II, GKN Makassar sebagai suatu entitas akuntansi di lingkungan Kementerian Keuangan yang tidak lagi beroperasi, maka per 31 Desember 2012 telah dibuat Laporan Keuangan Penutup pada Bulan Maret 2013 dan proses likuidasi telah dilakukan pada bulan Juni 2013 dengan penerbitan Laporan Likuidasi.
C.8.12. Perubahan nomenklatur unit organisasi eselon I pada Kementerian Keuangan
Perubahan Nomenklatur Eselon I
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014, telah mengubah nomenklatur unit organisasi eselon I pada Kementerian Keuangan, beberapa perubahan tersebut antara lain: 1) Ditjen Pengelolaan Utang (DJPU) berganti nama menjadi Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko, yang menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan pembiayaan dan risko; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko;
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 156
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2013 Audited
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko; e. Pelaksanaan administrasi Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko. 2) Melalui Perpres ini, juga dirumuskan kembali tugas Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan. Jika sebelumnya tugas BKF melaksanakan analisis bidang fiskal dan sektor keuangan saja, kini tugas BKF adalah melaksanakan analisis dan perumusan rekomendasi di bidang kebijakan fiskal dan sektor keuangan. Adapun fungsi BKF adalah: a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program analisis di bidang kebijakan fiskal dan sektor keuangan; b. Pelaksanaan analisis dan pemberian rekomendasi di bidang kebijakan fiskal dan sektor keuangan; c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan analisis di bidang kebijakan fiskal dan sektor keuangan; d. Pelaksanaan kerjasama ekonomi dan keuangan internasional; e. Pelaksanaan administrasi Badan Kebijakan Fiskal.
Catatan atas Laporan Keuangan
Halaman 157
D. PENGUNGKAPAN PENTING LAINNYA Pengungkapan Penting Lainnya
D.1. Rekening Pemerintah Jumlah rekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan yang terdata sampai dengan 31 Desember 2013 adalah 4.223 rekening dengan rincian 4.217 rekening senilai Rp29.446.441.246.277,60 dan 6 rekening senilai US$1.208.557,33. Rekapitulasi rekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan dapat dilihat pada Tabel 148 berikut. Tabel 148 Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2013 No. 1
Nama Unit Eselon I Sekretariat Jenderal
2
Inspektorat Jenderal
3
Ditjen Anggaran
4
Ditjen Pajak
5
Ditjen Bea dan Cukai
6
Ditjen Perimbangan Keuangan
7
Ditjen Pengelolaan Utang
8
Ditjen Perbendaharaan
9
Ditjen Kekayaan Negara
Badan Pendidikan dan 10 Pelatihan Keuangan 11 Badan Kebijakan Fiskal
JUMLAH
Jenis Rekening Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya Rekening Penerimaan Rekening Pengeluaran Rekening Lainnya
IDR Jumlah 31 124
Saldo
Jumlah
2.783.909.881,88 28.459.401.763.396,10
3
-
2
-
577 2.799 10 141 50
2
202.699,23
3
1.005.858,10
1.175.326.808,52 555.799.778,26 1.501.160.191,99 220.690.034.306,51
1
-
1 1
-
216
13.695.628.586,00
89 143 4 21 3
55.682.789,00 726.105.566.718,64 9.834.002,74 20.466.539.818,00
1
1
14 1.083 3.120
USD Saldo
555.799.778,26 19.221.542.260,13 29.426.663.904.239,25
6
-
1.208.557,33
D.2. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat hak dan/atau kewajiban timbul. Informasi pendapatan dan belanja secara akrual tingkat pemerintah pusat merupakan suplemen yang dilampirkan pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahunan, secara berjenjang dari mulai UAKPA sampai dengan UAPA, dimulai dari Laporan Keuangan Tahunan TA 2009. Transaksi pendapatan secara akrual terdiri dari: 1. Pendapatan yang masih harus diterima (disajikan sebagai penambah pada informasi pendapatan secara akrual dan sebagai piutang di neraca); dan/atau 2. Pendapatan diterima dimuka (disajikan sebagai pengurang pada informasi pendapatan secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca).
Sedangkan transaksi belanja secara akrual terdiri dari: 1. Belanja yang masih harus dibayar (disajikan sebagai penambah pada informasi belanja secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek di neraca); dan/atau 2. Belanja dibayar dimuka (disajikan sebagai pengurang pada informasi belanja secara akrual dan sebagai piutang pada neraca). Pendapatan dan belanja secara akrual Per 31 Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 149 berikut. Tabel 149 Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2013 (dalam rupiah)
Pendapatan / Belanja
Penyesuian Akrual
Realisasi Menurut Basis Kas
Realisasi Menurut Basis Akrual
(Rp) Tambah
(Rp)
Kurang (Rp)
A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Perpajakan 1.Pajak Dalam Negeri 2. Pajak Perdagangan Internasional
1.077.309.220.752.240
42.858.185.051.726 23.101.440.433.394 1.097.065.965.370.572
1.029.850.272.828.330
42.391.051.901.661 22.800.992.894.894 1.049.440.331.835.100
47.458.947.923.910
467.133.150.065
300.447.538.500
47.625.633.535.475
2.902.298.513.482
19.411.487.511
48.678.145.049
2.873.031.855.943
1. Penerimaan Sumber Daya Alam
0
0
0
0
2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN
0
0
0
0
520.913.047.356
727.841.059
18.073.103.672
503.567.784.742
2.381.385.466.126
18.683.646.452
30.605.041.377
2.369.464.071.201
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak
3. Pendapatan PNBP Lainnya 4. Pendapatan Badan Layanan Umum III. Penerimaan Hibah *) Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah
1.080.211.519.265.722
42.877.596.539.237 23.150.118.578.443 1.099.938.997.227.516
B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat
17.075.887.494.225
11.750.547.462
78.245.474.306
17.009.392.567.381
1. Belanja Pegawai
8.066.062.119.782
1.862.702.289
2.003.990.013
8.065.920.832.058
2. Belanja Barang
6.964.286.532.459
9.380.072.977
74.812.609.923
6.898.853.995.513
3. Belanja Modal
1.647.994.361.546
0
1.428.874.370
1.646.565.487.176
397.544.480.438
507.772.196
0
398.052.252.634
17.075.887.494.225
11.750.547.462
78.245.474.306
17.009.392.567.381
4. Pembayaran Bunga Utang 5. Belanja Hibah *) 6. Subsidi 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain - lain II. Transfer ke Daerah 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian a. Dana otonomi Khusus b. Dana penyesuaian Jumlah Belanja Negara
Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Realisasi pendapatan sampai dengan 31 Desember 2013 menurut basis kas adalah sebesar Rp1.080.211.519.265.722,00 terdapat penyesuaian akrual tambah sebesar Rp42.877.596.539.237,00 dan penyesuaian akrual kurang sebesar Rp23.150.118.578.443,00. Berdasarkan mutasi penyesuaian tersebut maka realisasi pendapatan Per 31 Desember 2013 secara akrual adalah sebesar Rp1.099.938.997.227.516,00. 2. Realisasi belanja sampai dengan 31 Desember 2013 menurut basis kas adalah sebesar Rp17.075.887.494.225,00 terdapat penyesuaian akrual tambah sebesar Rp11.750.547.462,00 dan penyesuaian akrual kurang sebesar Rp78.245.474.306,00. Berdasarkan mutasi penyesuaian tersebut maka realisasi belanja Per 31 Desember 2013 secara akrual adalah sebesar Rp17.009.392.567.381,00. Daftar Informasi pendapatan dan belanja secara akrual terlampir.
D.3. Rekapitulasi Piutang Negara Instansi Pemerintah/Lembaga Negara yang aktif diurus oleh PUPN/DJKN Jumlah Piutang Negara yang diserahkan oleh Instansi Pemerintah/Lembaga Negara kepada DJKN per 31 Desember 2013 sebesar Rp33,501 miliar dan yang lainnya dalam jumlah mata uang selain rupiah, jumlah tersebut seluruhnya merupakan piutang yang diserahkan oleh Kementerian Negara/Lembaga Rekapitulasi Piutang Negara dapat dilihat pada tabel 150 berikut. Tabel 150 Rekapitulasi Piutang Negara Per 31 Desember 2013 dalam jutaan rupiah Saldo Awal Per 01 Januari 2013 No.
Nama Kantor Wilayah BKPN
I Kanwil DJKN Aceh II Kanwil DJKN Sumatera Utara III Kanwil DJKN Riau, Sumbar dan Kepri IV V VI VII
VIII IX
X XI XII XIII
XIV XV XVI XVII
Mata Uang
730 IDR 1.093 IDR 486 IDR USD Kanwil DJKN Sumsel, Jambi dan Babel 354 IDR USD Kanwil DJKN Lampung dan Bengkulu 162 IDR Kanwil DJKN Banten 2.104 IDR Kanwil DJKN Jakarta 11.478 IDR USD EUR HKD SGD GBP JPY DEM AUD FRF NLG Kanwil DJKN Jawa Barat 2.926 IDR Kanwil DJKN Jawa Tengah dan DIY 4.556 IDR USD AUD Kanwil DJKN Jawa Timur 2.543 IDR USD Kanwil DJKN Kalimantan Barat 72 IDR Kanwil DJKN Kalimantan Selatan dan Tengah 111 IDR Kanwil DJKN Kalimantan Timur 372 IDR USD AUD Kanwil DJKN Bali dan Nusa Tenggara 752 IDR 2 USD Kanwil DJKN Sulsel, Tenggara dan Barat 490 IDR USD Kanwil DJKN Sulut, Tengah, Gorontalo dan Maluku Utara 1.418 IDR USD Kanwil DJKN Papua dan Maluku 54 IDR 29.703 IDR USD EUR HKD SGD TOTAL GBP JPY DEM AUD FRF NLG
Nilai
30.878.844.477,48 292.735.648.919,97 72.084.315.046,47 22.800.000,00 18.428.882.029,00 129.433,81 8.539.955.067,72 467.843.337.084,00 31.209.669.276.537,70 813.506.484,75 4.324.797,06 294.260,09 804.325,72 53.213,37 5.999.412.457,10 758.512,78 306.096,22 29.121.000,00 182.972,72 176.436.194.214,95 139.264.844.912,94 2.733.828,18 61.894,76 339.827.427.870,84 10.371.936,69 17.301.225.025,00 58.583.936.855,47 19.454.024.581,21 7.077,99 222.820,71 20.149.322.807,48 4.526.643,04 94.708.761.583,39 627.692,83 166.346.434.366,00 332.396,91 130.380.289.137,05 33.262.632.720.516,70 855.035.494,20 4.324.797,06 294.260,09 804.325,72 53.213,37 5.999.412.457,10 758.512,78 590.811,69 29.121.000,00 182.972,72
Mutasi Tambah BKPN
Mata Uang
Nilai
Saldo Akhir Per 31 Desember 2013
Mutasi Kurang BKPN
Mata Uang
Nilai
9 IDR 103 IDR
71.965.263.914,00 24.473.474.208,62
73 IDR 60 IDR 42 IDR
3.532.329.216,15 7.913.000.428,00 1.004.304.548,00
1.747 IDR USD 2 IDR 45 IDR 157 IDR USD EUR HKD SGD GBP JPY DEM AUD FRF NLG 136 IDR 2.036 IDR USD AUD 60 IDR USD
3.423.619.329,32 133.869.015.751,36 4.373.025.417,00 239.789.863.425,52 164.889.517,57 4.000.541.320,00 33.912.152.613,35 26.884.425.898,00 5.025.574,00
12 IDR 53 IDR USD AUD 358 IDR 1 USD 4 IDR USD 22 IDR USD 1 IDR 4.746 IDR USD EUR HKD SGD GBP JPY DEM AUD FRF NLG
29.131.455,00 13.237.732.374,00 11.633.243.093,67 1.550.206,74 27.681.025.121,82 34.125.090,00 22.105.074.954,19 617.411.713.965,85 171.465.298,31 -
1.559 IDR USD 6 IDR 504 IDR 194 IDR USD EUR HKD SGD GBP JPY DEM AUD FRF NLG 294 IDR 895 IDR USD AUD 168 IDR USD 13 IDR 28 IDR 28 IDR USD AUD 406 IDR - USD 59 IDR USD 10 IDR USD 5 IDR 4.344 IDR USD EUR HKD SGD GBP JPY DEM AUD FRF NLG
1.281.821.540,00 103.617.720,00 8.490.220.698,00 297.532.933.570,33 984.916,71 5.794.118.623,00 11.412.110.172,94 13.337.152.576,30 337.149,88 414.706.711,00 18.233.435.119,27 583.991.718,81 7.077,99 1.386.083.531,85 50.684,25 7.503.286.836,23 13.751.516,00 23.093.970,00 378.559.958.495,87 1.379.828,83 -
BKPN
Mata Uang
657 IDR 1.042 IDR 547 IDR USD 542 IDR USD 158 IDR 1.645 IDR 11.441 IDR USD EUR HKD SGD GBP JPY DEM AUD FRF NLG 2.768 IDR 5.697 IDR USD AUD 2.435 IDR USD 59 IDR 95 IDR 397 IDR USD AUD 704 IDR 3 USD 435 IDR USD 1.430 IDR USD 50 IDR 30.105 IDR USD EUR HKD SGD GBP JPY DEM AUD FRF NLG
Nilai
27.346.515.261,33 356.787.912.405,97 95.553.484.707,09 22.800.000,00 20.570.679.818,32 129.433,81 142.305.353.099,08 463.726.141.803,00 31.151.926.206.392,90 977.411.085,61 4.324.797,06 294.260,09 804.325,72 53.213,37 5.999.412.457,10 758.512,78 306.096,22 29.121.000,00 182.972,72 174.642.616.911,95 161.764.887.353,35 2.733.828,18 61.894,76 353.374.701.192,54 15.060.360,81 16.886.518.314,00 40.379.633.191,20 32.107.765.236,40 222.820,71 30.396.482.369,31 6.026.165,53 114.886.499.868,98 627.692,83 166.366.807.940,00 332.396,91 152.462.270.121,24 33.501.484.475.986,70 1.025.120.963,68 4.324.797,06 294.260,09 804.325,72 53.213,37 5.999.412.457,10 758.512,78 590.811,69 29.121.000,00 182.972,72
D.4. Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN) Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013 Jumlah Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013 sebanyak 3.005.701 unit. Jumlah tersebut terdiri dari: 1. Barang Bergerak sebanyak 3.001.441 unit 2. Barang Tidak Bergerak sebanyak 4.260 unit Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan dapat dilihat pada tabel 151 berikut.
Tabel 151
Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2013 Jumlah Barang Jaminan No.
1
2
Kanwil DJKN
Barang Bergerak
KANWIL SUMATERA UTARA KPKNL MEDAN KPKNL PEMATANGSIANTAR KPKNL KISARAN KPKNL PADANGSIDIMPUAN Kanwil DJKN Riau, Sumbar dan Kepri
64 53 2 -
KPKNL Pekanbaru KPKNL Dumai KPKNL Bukittinggi 3
KPKNL Padang Kanwil DJKN Sumsel, Jambi dan Babel KPKNL PALEMBANG KPKNL JAMBI
4
Kanwil DJKN DKI Jakarta KPKNL Jakarta I KPKNL Jakarta III
49 49
4 7
37 19
37
608
25
232
32
100
48
929
22 237 2
61 161 15
41
37
3
36
20
Kanwil DJKN Jawa Barat KPKNL Bekasi KPKNL Bandung KPKNL Tasikmalaya KPKNL Purwakarta
7
40 2 18 67
-
KPKNL Jakarta IV KPKNL Jakarta V 6
KPKNL Cirebon Kanwil DJKN Jawa Tengah dan DIY KPKNL PEKLONGAN
441
KPKNL YOGYAKARTA KPKNL SURAKARTA KPKNL TEGAL
1 72 2
13 1
102
7 48
3.000.216
163
6 5 11
44 50 4 18
9
153
16 6
71 14
2
338
KPKNL PURWOKERTO 8
KPKNL Kanwil KPKNL KPKNL
SEMARANG DJKN Jawa Timur Surabaya Malang
KPKNL Sidoarjo KPKNL Madiun KPKNL Jember KPKNL Pamekasan 9
Kanwil DJKN Kalimantan Barat KPKNL Pontianak KPKNL Singkawang
10
KANWIL DJKN KALSELTENG
11
KPKNL Palangka Raya KANWIL DJKN KALIMANTAN TIMUR
12
13
62 85
Kanwil DJKN Banten KPKNL TANGERANG
5
Barang Tidak Bergerak
KPKNL SAMARINDA
11
0
KPKNL Kanwil KPKNL KPKNL
24
124
TARAKAN DJKN Bali dan Nusa Tenggara Denpasar Kupang
KPKNL Singaraja Kanwil DJKN Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat KPKNL Makassar KPKNL Palopo JUMLAH
75 2 10
8
241
164
2 3.001.441
23 4.260
NO. Kanwil/KPU
KPPBC
TANGGAL
DOKUMEN SUMBER MUTASI PIUTANG NOMOR
PERUSAHAAN NAMA
NPWP
PPN Imp
AKUN
PPnBM Impor PPH 22 Imp
Piutang Bunga Penagihan PPN
JUMLAH
NO. Kanwil/KPU
KPPBC
TANGGAL
DOKUMEN SUMBER MUTASI PIUTANG NOMOR
PERUSAHAAN NAMA
NPWP
PPN Imp
AKUN
PPnBM Impor PPH 22 Imp
Piutang Bunga Penagihan PPN
JUMLAH
NO. Kanwil/KPU
KPPBC
TANGGAL
DOKUMEN SUMBER MUTASI PIUTANG NOMOR
PERUSAHAAN NAMA
NPWP
PPN Imp
AKUN
PPnBM Impor PPH 22 Imp
Piutang Bunga Penagihan PPN
JUMLAH
NO. Kanwil/KPU
KPPBC
TANGGAL
DOKUMEN SUMBER MUTASI PIUTANG NOMOR
PERUSAHAAN NAMA
NPWP
PPN Imp
AKUN
PPnBM Impor PPH 22 Imp
Piutang Bunga Penagihan PPN
JUMLAH
BA : (015) Kementerian Keuangan
Pendapatan / Belanja
Penyesuian Akrual
Realisasi Menurut Basis Kas
Realisasi Menurut Basis Akrual
(Rp) Tambah
(Rp)
Kurang (Rp)
A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Perpajakan
1.077.309.220.752.240
42.858.185.051.726
23.101.440.433.394
1.097.065.965.370.570
1.029.850.272.828.330
42.391.051.901.661
22.800.992.894.894
1.049.440.331.835.100
47.458.947.923.910
467.133.150.065
300.447.538.500
47.625.633.535.475
2.902.298.513.482
19.411.487.511
48.678.145.049
2.873.031.855.943
1. Penerimaan Sumber Daya Alam
0
0
0
0
2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN
0
0
0
0
520.913.047.356
727.841.059
18.073.103.672
503.567.784.742
2.381.385.466.126
18.683.646.452
30.605.041.377
2.369.464.071.201
1.080.211.519.265.720
42.877.596.539.236
23.150.118.578.443
1.099.938.997.226.510
1.Pajak Dalam Negeri 2. Pajak Perdagangan Internasional II. Penerimaan Negara Bukan Pajak
3. Pendapatan PNBP Lainnya 4. Pendapatan Badan Layanan Umum III. Penerimaan Hibah *) Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah
B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat
17.075.887.494.225
11.750.547.462
78.245.474.306
17.009.392.567.381
1. Belanja Pegawai
8.066.062.119.782
1.862.702.289
2.003.990.013
8.065.920.832.058
2. Belanja Barang
6.964.286.532.459
9.380.072.977
74.812.609.923
6.898.853.995.513
3. Belanja Modal
1.647.994.361.546
0
1.428.874.370
1.646.565.487.176
397.544.480.438
507.772.196
0
398.052.252.634
17.075.887.494.225
11.750.547.462
78.245.474.306
17.009.392.567.381
4. Pembayaran Bunga Utang 5. Belanja Hibah *) 6. Subsidi 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain - lain II. Transfer ke Daerah 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian a. Dana otonomi Khusus b. Dana penyesuaian Jumlah Belanja Negara
BA : (015) Kementerian Keuangan
Eselon I
Realisasi Menurut Basis Kas (Rp)
Penyesuian Akrual
Realisasi Menurut Basis Akrual
(Rp) Tambah
Kurang
(Rp)
PENDAPATAN Sekretariat Jenderal
2.416.592.944.883
17.681.126.425
26.026.696.136
2.408.247.375.171
Inspektorat Jenderal
185.013.022
0
0
185.013.022
Ditjen Anggaran
1.759.781.247
0
0
1.759.781.247
Ditjen Pajak
921.415.518.583.673
23.100.016.579.354
6.424.462.043.084
938.091.073.119.943
Ditjen Bea dan Cukai
155.982.653.515.598
19.758.234.828.804
16.679.929.622.853
159.060.958.721.549
Ditjen Perimbangan Keuangan
1.040.849.454
0
0
1.040.849.454
548.877.544
13.088.700
336.614.528
225.351.716
Ditjen Perbendaharaan
31.525.978.100
94.738.980
13.900.133.840
17.720.583.240
Ditjen Kekayaan Negara
325.608.837.582
0
8.806.583
325.600.030.999
34.774.050.708
1.556.176.974
5.454.659.195
30.875.568.487
1.310.833.910
0
2.224
1.310.831.686
1.080.211.519.265.720
42.877.596.539.236
23.150.118.578.443
1.099.938.997.226.510
Sekretariat Jenderal
6.157.210.138.425
239.990.982
45.746.880.861
6.111.703.248.546
Inspektorat Jenderal
100.099.618.061
23.829
809.063
100.098.832.827
Ditjen Anggaran
126.069.556.919
13.184.615
13.835.450
126.068.906.084
Ditjen Pajak
5.108.378.387.329
4.261.693.598
23.711.632.182
5.088.928.448.745
Ditjen Bea dan Cukai
2.451.858.723.937
1.003.255.152
1.677.951.540
2.451.184.027.549
139.331.310.314
4.160.177
385.906.482
138.949.564.009
74.390.169.143
179.630.146
154.377.805
74.415.421.484
Ditjen Pengelolaan Utang
BPPK BKF Jumlah Pendapatan BELANJA
Ditjen Perimbangan Keuangan Ditjen Pengelolaan Utang Ditjen Perbendaharaan
1.637.349.213.163
4.583.364.725
4.843.597.629
1.637.088.980.259
Ditjen Kekayaan Negara
617.034.925.252
274.474.937
685.640.863
616.623.759.326
BPPK
525.675.471.451
1.095.890.744
947.251.993
525.824.110.202
BKF
138.489.980.231
94.878.557
77.590.438
138.507.268.350
17.075.887.494.225
11.750.547.462
78.245.474.306
17.009.392.567.381
Jumlah Belanja
BA : (015) Kementerian Keuangan
Pendapatan / Belanja
Penyesuian Akrual
Realisasi Menurut Basis Kas
Realisasi Menurut Basis Akrual
(Rp) Tambah
(Rp)
Kurang (Rp)
A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Perpajakan
1.077.309.220.752.240
42.858.185.051.726
23.101.440.433.394
1.097.065.965.370.570
1.029.850.272.828.330
42.391.051.901.661
22.800.992.894.894
1.049.440.331.835.100
47.458.947.923.910
467.133.150.065
300.447.538.500
47.625.633.535.475
2.902.298.513.482
19.411.487.511
48.678.145.049
2.873.031.855.943
1. Penerimaan Sumber Daya Alam
0
0
0
0
2. Bagian Pemerintah atas Laba BUMN
0
0
0
0
520.913.047.356
727.841.059
18.073.103.672
503.567.784.742
2.381.385.466.126
18.683.646.452
30.605.041.377
2.369.464.071.201
1.080.211.519.265.720
42.877.596.539.236
23.150.118.578.443
1.099.938.997.226.510
1.Pajak Dalam Negeri 2. Pajak Perdagangan Internasional II. Penerimaan Negara Bukan Pajak
3. Pendapatan PNBP Lainnya 4. Pendapatan Badan Layanan Umum III. Penerimaan Hibah *) Jumlah Pendapatan Negara dan Hibah
B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat
17.075.887.494.225
11.750.547.462
78.245.474.306
17.009.392.567.381
1. Belanja Pegawai
8.066.062.119.782
1.862.702.289
2.003.990.013
8.065.920.832.058
2. Belanja Barang
6.964.286.532.459
9.380.072.977
74.812.609.923
6.898.853.995.513
3. Belanja Modal
1.647.994.361.546
0
1.428.874.370
1.646.565.487.176
397.544.480.438
507.772.196
0
398.052.252.634
17.075.887.494.225
11.750.547.462
78.245.474.306
17.009.392.567.381
4. Pembayaran Bunga Utang 5. Belanja Hibah *) 6. Subsidi 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain - lain II. Transfer ke Daerah 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian a. Dana otonomi Khusus b. Dana penyesuaian Jumlah Belanja Negara
BA : (015) Kementerian Keuangan
Eselon I
Realisasi Menurut Basis Kas (Rp)
Penyesuian Akrual
Realisasi Menurut Basis Akrual
(Rp) Tambah
Kurang
(Rp)
PENDAPATAN Sekretariat Jenderal
2.416.592.944.883
17.681.126.425
26.026.696.136
2.408.247.375.171
Inspektorat Jenderal
185.013.022
0
0
185.013.022
Ditjen Anggaran
1.759.781.247
0
0
1.759.781.247
Ditjen Pajak
921.415.518.583.673
23.100.016.579.354
6.424.462.043.084
938.091.073.119.943
Ditjen Bea dan Cukai
155.982.653.515.598
19.758.234.828.804
16.679.929.622.853
159.060.958.721.549
Ditjen Perimbangan Keuangan
1.040.849.454
0
0
1.040.849.454
548.877.544
13.088.700
336.614.528
225.351.716
Ditjen Perbendaharaan
31.525.978.100
94.738.980
13.900.133.840
17.720.583.240
Ditjen Kekayaan Negara
325.608.837.582
0
8.806.583
325.600.030.999
34.774.050.708
1.556.176.974
5.454.659.195
30.875.568.487
1.310.833.910
0
2.224
1.310.831.686
1.080.211.519.265.720
42.877.596.539.236
23.150.118.578.443
1.099.938.997.226.510
Sekretariat Jenderal
6.157.210.138.425
239.990.982
45.746.880.861
6.111.703.248.546
Inspektorat Jenderal
100.099.618.061
23.829
809.063
100.098.832.827
Ditjen Anggaran
126.069.556.919
13.184.615
13.835.450
126.068.906.084
Ditjen Pajak
5.108.378.387.329
4.261.693.598
23.711.632.182
5.088.928.448.745
Ditjen Bea dan Cukai
2.451.858.723.937
1.003.255.152
1.677.951.540
2.451.184.027.549
139.331.310.314
4.160.177
385.906.482
138.949.564.009
74.390.169.143
179.630.146
154.377.805
74.415.421.484
Ditjen Pengelolaan Utang
BPPK BKF Jumlah Pendapatan BELANJA
Ditjen Perimbangan Keuangan Ditjen Pengelolaan Utang Ditjen Perbendaharaan
1.637.349.213.163
4.583.364.725
4.843.597.629
1.637.088.980.259
Ditjen Kekayaan Negara
617.034.925.252
274.474.937
685.640.863
616.623.759.326
BPPK
525.675.471.451
1.095.890.744
947.251.993
525.824.110.202
BKF
138.489.980.231
94.878.557
77.590.438
138.507.268.350
17.075.887.494.225
11.750.547.462
78.245.474.306
17.009.392.567.381
Jumlah Belanja