Haamliateon ni rohangku t u Bapa dohot Inong Angkang, Lae, i b o t o dohot Anggiku.
ANALISIS FAKTOR-FAKHOR YAHG MEMPENGARUQII PENDAPBPTAN, DlSTRiBUSl PENDAPATAH PADA PETANl PESERTA PROGRAM PERHUTANAN SOSlAl ( Studi [
KPH Tuban Jawa Timur )
Oleh BANPER SIREGAR A 24.1158
J U R U S A N ILMU
- ILMU
S O S I A L EKONOMI PERTANIAN
F A K U L T A S PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992
RINGKASAN
BANPER SIREGAR. PENDAPATAN,
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DISTRIBUSI
PENDAPATAN
PADA
PETANI. PESERTA
PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL, Studi Kasus di RPH Becok, BKPH Merakurak, KPH Tuban, Jawa Timur (dibawah bimbingan Umar A. S Tuanaya )
.
Dewasa ini tidak kurang dari 20 persen
lahan hutan di Indonesia dalam keadaan tidak produktif merupakan lahan kritis. mampu
lagi
berperan
Lahan tersebut bukan saja tidak sebagai
unsur
produksi
tetapi
sebaliknya lahan jadi penyebab terganggunya tata air yang menimbulkan berbagai bencana. Di
lain
pihak
jumlah penduduk
semakin bertambah,
sedangkan jumlah luas lahan pertanian terbatas kan
kecenderungan perluasan kebutuhan lahan
menyebabpertanian,
secara perlahan-lahan bergeser ke kawasan hutan. menyebabkan
tekanan
terhadap
hutan
seperti
Hal ini
penebangan
hutan secara liar, perencekan (pengambilan ranting pohon) untuk hutan,
kayu bakar, pengambilan rumput, rusaknya tegakan rusaknya
sehingga
fungsi
struktur hutan
tanah
dan
gagalnya
sebagai pengatur
reboisasi
lingkungan yang
baik tidak tercapai. Menyadari
permasalahan
tersebut,
Perum
Perhutani
bekerjasama dengan Ford Foundation dan Pusat Studi Pengem-
bartgurr 1 n ~ L i t u t Pertanian Bogor (PSP-IPB) telah berupaya memecahkan masalah ini dengan melaksanakan program yang
bersifat
menyentuh
kebutuhan
dasar
kelompok
program ini dikenal dengan Social Forestry. bertujuan
untuk
meningkatkan pendapatan
sekaligus
menghutankan
lahan
hutan
sasaran,
Program ini miskin,
petani
yang
rusak,
serta
memperbaiki hubungan antara petugas Perum Perhutani dengan para petani. Adapun
tujuan
penelitian
ini
adalah
menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dari perhutanan sosial pada petani peserta program, mengetahui proporsi pendapatan dari program perhutanan sosial terhadap total pendapatan
keluarga, menganalisis distribusi pendapatan
petani peserta program perhutanan sosial dan mempelajari tingkat kesejahteraan petani peserta program perhutanan sosial
.
Dari
hasil
penelitian
bahwa
pendapatan
pesanggem
berasal dari berbagai sumber seperti: buruh batu kumbung, buruh tani, dagang / lainnya dan perhutanan sosial. Untuk stratum I sumber pendapatan tertinggi berasal dari buruh batu kumbung ( 4 7 . 0 9 persen), perhutanan sosial (25.67
persen), dagang /lainnya ( 1 6 . 8 9
tani ( 1 0 . 3 5 tertinggi
persen).
persen) dan buruh
Untuk stratum I1 sumber pendapatan
berasal dari perhutanan sosial ( 3 6 . 6 6
persen)
diikuti dengan buruh batu kumbung ( 2 8 . 0 7 persen),
tegalan
(21.35
persen), buruh tani ( 1 2 . 1 6 persen) dan dagang/lain-
nya ( 1 . 7 6
persen).
Untuk
stratum I11 sumber pendapatan
tertinggi dari tegalan ( 4 3 . 3 6
persen), perhutanan sosial
(31.59
persen),
dagang/lainnya
buruh
batu
kumbung
(16.89
persen),
( 4 . 7 6 p e r s e n ) dan buruh t a n i (3.40 p e r s e n ) .
Untuk s t r a t u m I V sumber pendapatan t e r t i n g g i b e r a s a l d a r i tegalan
(48.53 persen),
perhutanan
sosial
(39.08 persen)
dan terendahnya berasal d a r i dagang/lainnya (4.81 persen). P e r h u t a n a n s o s i a l memberikan p r o p o r s i t e r h a d a p masing-masing hasil
Dari
berpengaruh
keluarga,
sosial
penduga
pendapatan
sarana produksi,
pendapatan
curahan
jumlah
regresi
terhadap
s o s i a l adalah biaya luar
stratum.
analisis
nyata
yang cukup b e r p e r a n
tenaga
luar
kerja
faktor
dari
biaya
perhutanan
tenaga
perhutanan
keluarga
yang
kerja
sosial
dalam
dan
perhutanan
.
D a r i a n a l i s i s angka Gini Ratio lahan
lahan adalah 0.67,
d i s t r i b u s i penguasaan
angka g i n i d i s t r i b u s i pendapat-
a n t a n p a memperhitungkan pendapatan d a r i perhutanan s o s i a l adalah 0.67, dengan
memperhitungkan pendapatan d a r i perhutanan s o s i a l
adalah 0.66. berat
sedangkan angka g i n i d i s t r i b u s i pendapatan
Angka-angka
i n i termasuk kepada ketimpangan
( t i n g g i ) menurut 0shima
i n i menunjukkan tribusi
perhutanan
pendapatan
dalam
sosial
walaupun
Sinaga
(1989).
Hal
d a p a t memperbaiki
sangat
kecil
yaitu
dis-
sebesar
0.01. Tingkat
kesejahteraan
menunjukkan
tanpa
memperhi-
t u n g k a n p e n d a p a t a n d a r i p e r h u t a n a n s o s i a l , pesanggem yang berada d i
atas g a r i s
k e m i s k i n a n h a n y a 20 p e r s e n .
Dengan
memperhitungkan pendapatan dari perhutanan sosial
pesang-
gem yang berada di atas garis kemiskinan sebesar 42 persen.
Hal ini menunjukkan dengan adanya perhutanan sosial
tingkat kesejahteraan pesanggem semakin baik.
A N A L I S I S PAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI P E N D A P A T A N ,
D I S T R I B U S l P E N D A P A T A N PADA P E T A N I P E S E R T A PROGRAM PERHUTANAN S O S I A L ( S t u d j K a s u s d i RPH B e c o k BKPH Merakurak KPH T u b a n J a w a T i m u r )
Oleh: B a n p e r Siregar A24.1158
LAPORAN P R A K T E K LAPANG Sebagai salah s a t u syarat m e m p e r o l e h g e l a r SARJANA PERTANIAN pads
Fakultas Pertanian,
J[.-RES.AN
ILMU-ILMU
Institut Pertanian B o g o r
S O S I A L EKONOMI P E R T A N I A N
FAKULTAS P E R T A N I A N I N S ' r l T U T P E R T A N I A N BOGOR 1992
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
DENGAN IN1 KAMI MENYATAKANl BAHWA LAPORAN PRAKTEK LAPANG YANG DITULIS OLEH : NAM A
: BANPER SIREGAR
NOMOR POKOK
: A. 24. 1158
JUDUL
: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
DAPAT
DITERIMA
YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA PETANI PESERTA PROGRAM PERHUTANAN PERHUTANAN SOSIAL (Studi Kasus di RPH Becok, BKPH Merakurak, KPH Tuban, Jawa Timur)
SEBAGAI
SYARAT
UNTUK
MEMPEROLEH
GELAR
SARJANA PERTANIAN PADA FAKULTAS PERTANIAN, INSTITUT PERTAN IAN BOGOR
Bogor, Januari 1992 Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. NIP. 130 345 012
NIP. 130 188 168
PERNYATAAN DENGAN
IN1
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
LAPORAN
PRAKTEK
LAPANGAN I N 1 MERUPAKAN H A S I L KARYA SAYA S E N D I R I YANG BELUM PERNAH D l A J U K A N S E B A G A I PRAKTEK LAPANGAN PADA SUATU PERGURUAN T I N G G I ATAU LEMBAGA MANAPUN.
m
BANPER S I R E G A R
RIWAYAT Penulis dilahirkan Nopember
1967
di
sebagai
HIDUP
Pearung, Tapanuli Utara, 11
putra
ketujuh
dari
sebelas
bersaudara dari Bapak Banua Siregar, Ibu Perak Sihombing. Menamatkan sekolah di SD Negeri Pearung,
SYP Negeri
2 Lingtongnihuta dan dan SMA Negeri Lingtongnihuta.
Pada
tahun 1987 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui
jalur
Penelusuran
Minat
dan
Kemampuan
(PMDK), tahun 1988 memasuki Fakultas Pertanian , Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi pada Tingkat Persiapan Bersama tahun 1990/1991.
Bogor, Januari 1992 Penulis
KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmatNya sehingga Laporan Praktek Lapangan ini dapat diselesaikan penulis dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimah
kasih kepada Bapak Umar
A.S Tuanaya
sebagai dosen
pembimbing yang selalu bersedia untuk membimbing penulis mulai dari pembuatan Rencana Kerja Praktek Lapangan sampai akhir penulisan laporan ini. Adapun kegunaan dari laporan praktek lapang ini diharapkan dapat memberikan
informasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan petani peserta
program perhutanan
sosial
tentang
serta
pendapatan
informasi
dari
gambaran
perhutanan
sosial
pendapatan pesanggem, mengenai
proporsi
terhadap
total
distribusi pendapatan di
daerah penelitian dan kesejahteraan pesanggem kepada semua pembaca, Perhutani
terutama dalam
memberikan mengambil
masukan
kebijakan
kepada dalam
Perum Program
Perhutanan Sosial. Tulisan ini jauh dari sempurna, kalau ada saran-saran atau kritik,
penulis dengan lapang dada menerimanya demi
kesempurnaan tulisan ini. Bogor, Januari 1992 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesepatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memungkinlcan
selesainya
Laporan
Praktek
Lapang
ini,
lchususnya kepada:
1. Ir. Umar A. S. Tuanaya sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
2. Drs. Noerdin N. Zen, MS
dan Ir. Heny Daryanto, MS se-
bagai dosen penguji yang sudah memberikan saran dan kritik dalam perbaikan tulisan ini.
3, Ir. Susetyaningsih sekeluarga, Surya Dharma Sitepu, Bakhrizal, Pantjawati dalam partisipasi dan bantuannya yang diberikan selama Praktek Lapang sampai selesainya tulisan ini. 4. Ford Foundation - Departemen Kehutanan RI - IPB selaku pengelola
Program
Perhutanan
Sosial
yang
telah
memberikan bantuan dana dalam Praktek Lapang ini.
5. Pimpinan dan Staf Perum Perhutani Unit I Jawa Timur, KPH Tuban, BKPH Merakurak dan RPH Becok.
6. Masyarakat Desa Tegalrejo serta anggota KTH khususnya Bapak
Kasturi
dan
keluarga
yang
telah
bersedia
membantu penulis selama Praktek Lapang ini. 7. Rekan-rekan Persekutuan Mahasiswa Kristen Khususnya
Komisi
Persekutuan
pang
selalu
(PMK) IPB membantu
dalam doa untuk kelancaran penulisan tulisan ini.
8. Teman-teman seperjuangan di Cidangiang 23 (David dan Kristanto)
yang
selalu
memberikan
dukungan
dalam
penyelesaian skripsi ini.
9. Petusas Perpustakaan Jurusan Sosial Ekonomi IPB dan Perpustakaan Perhutanan Sosial di jalan Widuri 5. 10. Rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan namanya satupersatu. Akhir bermanfaat
kata penulis mengharapkan bagi
yang
memerlukannya
tulisan
ini dapat
khususnya
dalam
pengembangan Program Perhutanan Sosial di masa yang akan datang .
DAFTAR IS1
Halaman
................................ DAFTAR IS1 ..................................... DAFTAR TABEL .................................. DAFTAR GAMBAR ................................. DAFTAR LAMPIRAN ...............................
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
................ Tujuan Penelitian .......................... Kegunaan Penelitian ....................... Latar Belakang Permasalahan
KERANGKA TEORITIS Pengertian dan Tujuan Perhutanan Sosial
.....................................
Agroforestry sebagai Paket Teknologi dari Perhutanan Sosial
....................
Dampak Perhutanan Sosial terhadap Pendapatan dan Distribusi Pendapatan
..........
Konsep Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
................... Konsep Distribusi Pendapatan .............. Kemiskinan ................................. Hipotesa Penelitian ....................... Defenisi Operasional ......................
i ii iii iv v
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
...............
................. Prosedur Pengamhilan Contoh ................ Pengolahan Data ............................ Metode Analisa ............................. Teknik Pengambilan Contoh
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
.................. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ......... Pola Tata Guna Tanah ......................
Keadaan Fisik Lingkungan
DESKRIPSI PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL Mekanisme Kerja Program Perhutanan Sosial
................................... Kelompok Tani Hutan (KTH) ................ Karakteristik Petani Contoh
..............
Pola Tanam Agroforestry Perhutanan Sosial Hasil
.................................... Kegiatan ...........................
Organisasi Pelaksana~Program
.............
HASIL DAN PEMBAHASAN Stratum I ( 0 - 0 . 2 5 Ha)
...................
Stratum I1 ( 0 . 2 6 - 0 . 5 0 Ha) Stratum I11 ( 0 . 5 1
-
0.75
Stratum IV ( > 0 . 7 5 Ha)
Ha)
.............. .............
..................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dari Program Perhutanan Sosial ......
.............. Distribusi Pendapatan .................... Analisis Tingkat Kemiskinan .............. Distribusi Penguasaan Lahan
KESIMPULAN DAN SARAN
............................... Saran .................................... DAFTAR PUSTAKA ................................ LAMPIRAN ..................................... Kesimpulan
79
81
82 85
DAFTAR TABEL
Teks
Nomor 1.
Halaman
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin, Desa Tegalrejo 1990
39
Penyebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Tegalrejo, 1990
40
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tegalrejo, 1990
41
Pola Tata Guna Tanah di Desa Tegalrejo, 1990
44
Tingkat Pendapatan Rata-rata Stratum I Perhutanan Sosial dari Berbagai Sumber..
57
Tingkat Pendapatan Rata-rata Stratum I1 Pesanggem Perhutanan Sosial dari Berbagai Sumber
..................................
60
Tingkat Pendapatan Rata-rata Stratum I11 Pesanggem Perhutanan Sosial dari Berbagai Sumber
..................................
62
Tingkat Pendapatan Rata-rata Stratum IV Pesanggem Perhutanan Sosial dari Berbagai Sumber
.................................
64
Analisa Regresi Penduga Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pendapatan dari Perhutanan Sosial di lokasi Penelitian
67
Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Tingkat Kemiskinan Tanpa Memperhitungkan Pendapatan dari Perhutanan Sosial
76
Distribusi Rumah Tangga Pesanggem Berdasarkan Kemiskinan Dengan Memperhitungkan Pendapatan Perhutanan Sosial
77
..................................
2. 3. 4.
5. 6.
7.
8.
9.
.........
............................
..................................
Hasil
..
10.
......
11.
........
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
Halaman Diagram Antara Peubah-Peubah Produksi Usahatani Perhutanan S o s i a l dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan P e t a n i
17
Pengukuran Gini R a t i o dengan Mempergunakan Kurva Lorenz
19
Bagan P o l a Tanam d i Lokasi Program Perhutanan S o s i a l , RPH Becok petak 5 2 f
54
Gini R a t i o D i s t r i b u s i tanan S o s i a l
74
........................
2.
3.
4.
.............................
...............
Pendapatan P e t a n i Perhu-
..............................
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Teks
Halaman
Banyaknya Rumah Tangga yang Memiliki Sawah dan Rata-rata Luasan Pemilikannya di Beberapa Desa di Jawa
...................
Bagan Mekanisme Kerja Program Perhutanan Sosial
..................................
Total Pendapatan Petani Peserta Perhutanan Sosia1 dari berbagai sumber pada Stratum I.... Total Pendapatan Petani Peserta Perhutanan Sosia1 dari Berbagai Sumber pada Stratum II... Total Pendapatan Petani Peserta Perhutanan Sosia1 dari Berbagai Sumber pada Stratum IV... Total Pendapatan Petani Peserta Perhutanan Sosia1 dari Berbagai Sumber pada Stratum V.... Perhitungan Gini Ratio Penguasaan Lahan Petani Petani Peserta Program Perhutanan Sosial.. Perhitungan Gini Ratio Pendapatan Tanpa MemperMemperhitungkan Pendapatan dari Perhutanan Sosial
..................................
Perhitungan Gini Ratio Pendapatan Total Petani Peserta Perhutanan Sosial
...............
PENDAHULUAN Latar BelakanR Permasalahan Menurut Alrasyid (1981), dewasa ini tidak kurang dari 20 persen
lahan hutan di
Indonesia dalam keadaan tidak
produktif merupakan lahan kritis. saja tidak mampu
lagi berperan
Lahan tersebut bukan
sebagai unsur produksi,
tetapi sebaliknya telah menjadi penyebab terganggunya tata air yang menimbulkan berbagai bencana. Jumlah
penduduk
yang
semakin
bertambah,
sedangkan
luas lahan pertanian terbatas, menyebabkan kecenderungan perluasan kebutuhan lahan pertanian, atau pertanian secara liar
bergeser
ke
kawasan
tekanan terhadap hutan
hutan.
Hal
ini
meyebabkan
misalnya, berupa penebangan hutan
secara liar, perencekan (pengambilan ranting pohon) untuk kayu bakar, pengambilan rumput di hutan dan penggembalaan Akibatnya adalah rusaknya tegakan hutan, rusaknya
liar.
struktur
tanah, dan
gagalnya
reboisasi
sehingga
fungsi
hutan sebagai pengatur lingkungan hidup yang baik tidak tercapai (Soematmadja, 1982). Para petani sekitar hutan secara umum adalah miskin (pendapatannya rendah) dan berpendidikan relatif rendah, perhubungan memiliki ini perlu yakan
sulit, masih banyak
terisolasi serta kurang
ketrampilan selain tani mendapat
penduduk
di
perhatian pedesaan
(masih subsisten). Hal
karena berarti bagi keba-
khususnya
yang
bermukim
di
sekitar hutan, lahan hutan masih merupakan satu-satunya alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menyadari
permasalahan
tersebut,
Perum
Perhutani
bekerjasama dengan Ford Foundation dan Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor (PSP-IPB), telah berupaya memecahkan masalah yang
bersifat
kelompok
menyentuh
sasaran.
ini dengan melaksanakan program kebutuhan
Program
dasar
(basic needs)
ini dikenal
sebagai
Social
Forestry. Program ini bertujuan untuk meningkatkan petani rusak
miskin,
pendapatan
sekaligus rnenghutankan lahan hutan
,serta memperbaiki
hubungan
antara
petugas
yang Perum
Perhutani dengan para petani (Perum Perhutani, 1984). Menurut Bratamihardja (1987) bahwa, Perhutanan Sosial merupakan kegiatan perhutanan yang bertujuan mensukseskan pembangunan hutan
dalam
arti
luas, dengan
peran
serta
aktif petani hutan, guna meningkatkan efektivitas fungsifungsi hutan dan kesejahteraan masyarakat. aspek
penting
masyarakat
dari
Perhutanan
agar menghayati
Sosial
dan memahami
Salah
ialah
satu
pembinaan
program-program
yang telah diberikan dan sebagai mitra sejajar agar masyarakat aktif berperan serta dalam program tersebut sejak dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya. Pada
umumnya
masyarakat
sekitar
hutan
merupakan
masyarakat miskin.
Hal ini mendorong para ahli kehutanan
untuk
cara-cara
memikirkan
pengelolaan
hutan
agar
bermanfaat ganda, baik bagi kelestarian hutan maupun bagi kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Salah satu bentuk
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melibatkan petani ikut serta dalam mengelola hutan, melalui penanaman tanaman semusim diantara tanaman pokok yang bertujuan agar pendapatan petani meningkat, dan kelestarian hutan
terja-
min. Peningkatan pendapatan ini akan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani dan pada akhirnya distribusi pendapatan akan tercapai (Abdurahman, 1 9 8 7 ) . Siagian ( 1 9 8 4 ) alternatif yang digunakan atau yang ditempuh untuk memperoleh sejumlah pendapatan antara lain adalah: menambah jumlah jam kerja dari jenis kegiatan yang ada
dengan
melakukan
sebagai tambahan.
jenis-jenis
kegiatan
yang
lain
Sehubungan dengan alternatif yang kedua
maka didalam masyarakat dapat ditemukan seorang anggota rumah tangga mengerjakan lebih dari lebih-lebih
dikalangan
berpenghasilan jenis
kegiatan
satu jenis kegiatan
masyarakar
rendah.
Jadi
ha1
adalah
kegiatan
ini
usaha
pedesaan sebagai tani
yang
tambahan
di
program
perhutanan sosial oleh petani desa. Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui peranan pendapatan darl program perhutanan sosial
2.
terhadap
total
pendapatan
keluarga.
Menganalisis faktor-faktor yang mempen9aruhi pendapatan dari perhutanan sosial pada pesanggem.
3.
Menganalisis
distribusi
pendapatan
petani
peserta
program perhutanan sosial.
4.
Mempelajari program
tingkat
kesejahteraan
petani
peserta
perhutanan sosial. KeRunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan adalah diperolehnya informasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
peserta program perhutanan gambaran
pendapatan
perhutanan sosial
.
petani
sosial serta informasi atau
petani Selain
pendapatan
dari itu
pendapatan
program
mengetahui distribusi
pendapatan petani perserta program.
Khususnya bagi Perum
Perhutani sebagai masukan untuk membuat suatu kebijakan di
daerah
lainnya.
penelitian
dan
program
perhutanan
sosial
KERANGKA T E O R I T I S
Indonesia pada tahun 1 9 8 4 diperkirakan mempunyai jumlah penduduk pertahun
2.34
juta
165
persen.
jiwa dengan
laju pertumbuhan
Persoalan penduduk
ini kompleks
karena penyebaran penduduk yang tidak merata.
Pulau Jawa
dengan luas wilayah 6.9 persen dari luas wilayah Indonesia dihuni oleh 6 0 persen dari total penduduk Indonesia, yang berarti kepadatan penduduk mencapai 7 4 5 orang perkilometer persegi (Wiradinata, 1 9 8 7 ) .
Untuk luar pulau Jawa jumlah
penduduk relatif sedikit sehingga kepadatannya juga kecil, bahkan
di
Irian Jaya kepadatan penduduk
hanya
3 orang
perkilometer persegi (Nasendi, 1 9 8 3 ) . Peningkatan jumlah penduduk yang pesat berakibat meningkatnya kebutuhan manusia baik jumlah maupun ragamnya.
Oleh karenanya terjadi tekanan terhadap sumberdaya
alam sehingga tidak mampu memberikan manfaat yang optimal bahkan sebaliknya terjadi kerusakan sumberdaya alam khususnya hutan (Anonim, 1 9 8 6 ) . Di tinggi
Jawa serta
mengakibatkan
yang
mempunyai
ketersediaan
kepadatan
lahan
pengeksplotasian
yang
lahan
penduduk relatif
secara
cukup sempit,
berlebihan
sudah mengarah pada pengrusakan lingkungan sehingga sering menyebabkan bencana (Anonim, 1 9 8 6 ) . Menurut Siagian 1 1 9 8 4 ) bahwa pembangunan subsektor kehutanan
mempunyai
dua
sisi
yang
karenanya harus mendapat perhatian.
saling
berkaitan,
Di satu pihak hutan
dengan
berbagai
hasilnya
dibidang
ekonomi,
baik
untuk
dipergunakan sendiri dalam negeri maupun untuk di eksport. Dengan pengolahan yang tepat, menjamin mutu hasil hutan yang
tinggi, berbagai
sumber
penghasilan
hasil
yang
hutan
akan
itu
dapat
diperoleh
merupakan
oleh
berbagai
kelompok yang mengusahakannya.
Akan tetapi berbarengan
dengan
semakin
itu
dilain
pihak
,hutan
pemanfaatan
kini
dengan
berbagai
disadari
bahwa
hasilnya
harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak hutan dan
ekosistem
dengan
berbagai
dampak
negatif
seperti
erosi, banjir, pendangkalan sungai dan punahnya berbagai binatang dihutan dan sebagainya. Dengan permasalahan di atas maka timbul Program Perhutanan Sosial. Pengertian Dan Tu,iuan Perhutanan Sosial Kata "forest" (hutan) berasal dari kata latin "fores" yang berarti "di luar", jadi forest artinya luar kegiatan usahatani,
sehingga
yang
dimaksud
dengan
hutan
adalah
areal yang ditumbuhi oleh pohon-pohonan yang agak tinggi dan rimba (jungle). yang
Hutan juga dimaksudkan sebagai areal
diperuntultkan bagi
produksi
kayu
dan
hasil
hutan
lainnya, ruang d i bawah tegakan dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk kepentingan masyarakat.
Forestry mengandung'
makna kehutanan atau perhutanan sebagai isinya. an dalam
ha1 ini
merupakan
tatanan sistem
Perhutanltegiatan
l~embang'unanhutan, tanah, air dan masyarakat melalui tata
nilai dan aturan tertentu baik teknis, ekonomis, politis dan sebagainya melalui fungsi manajemen tertentu seperti perencanaan, pengorganisasian, maupun pengawasan. dimaksudkan
tidak
semata-mata mencari
Social
keuntungan tetapi
lebih mengarah pada penggarapan potensi masyarakat melalui kesadaran, persepsi,
keswadayaan
dan
kewaspadaan
dalam
rangka mendukung aktivitas-aktivitas dasar ekonomi pedesaan dalam
skala kecil dan sedang
(Undang-undang Pokok
Kehutanan No. 5 Tahun 1967). Perhutanan sosial adalah suatu aktivitas kehutanan yang berorientasi kepada pengembangan masyarakat pedesaan. Perhutanan sosial memberikan
tanggung jawab pengelolaan
hutan sekitar desa kepada masyarakat (organisasi masyarakat) sendiri dalam upaya memenuhi kebutuhannya akan energi,
air,
makanan,
binatang
buruan
(protein), mencegah
kerusakan dan kebakaran hutan, wadah penyaluran kesempatan kerja, wadah
pertumbuhan
dan pengembangan
ekonomi
desa
yang kuat dan tangguh dan sebagainya (Departemen Kehutannan, 1987). Kartasubrata 11987), meranglium perumusan yang dikemukakan Noronha dan Tiwara yang dalam garis besarnya menekankan pada : 1.
Pemenuhan
kebutuhan
dasar
(basic
needs)
masyarakt
disekitar kawasan hutan dengan benda dan jasa dari hutan berupa kayu bakar, makanan, pakan ternak, kesempatan kerja, pendapatan dan lingkungan yang baik. 2.
Pemanfaatan hasil hutan yang tidak bersifat komersil.
3.
Partisipasi
langsung
pihak
penerima
manfaat
hasil
hutan.
4.
Pendekatan baru dari petugas kehutanan bukanlah bertugas sebagai pelindung hutan terhadap serobotan masyarakat, melainkan dalam
budidaya
harus
mampu
pohon-pohonan
menjadi baik
patner
rakyat
secara perorangan
maupun kelompok. Menurut Seymour dan Fisher ( 1 9 8 7 ) , perhutanan sosial merupakan suatu istilah yang diterapkan pada pengelolaan hutan tanaman atau hutan alam dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok dari penduduk pedesaan terhadap hutan. Program perhutanan sosial bertujuan untuk : a. Memperoleh manfaat optimal dari hutan bagi kesejahteraan masyarakat di satu pihak dan bagi kehutanan di pihak lain. b. Meningkatkan kemampuan, ketrampilan dari peran serta aktif dari masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan dan
pengolahan
secara
efisien
baik
dikawasan
hutan
maupun di luar kawasan hutan. c.
?femelihara kelestarian hutan,
tanah dan air bagi
pe-
merataan, pendapatan, pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Secara garis besar maltsud perhutanan sosial adalah menzimbanglcan tingkah laku kesehatian masyarakat pedesaan di
dalam
dan sekitar hutan dalam mendukung
kelestarian
hutan
dan
menciptakan
wilayah
usaha-usaha pengelolaan
hutan
terpadu
desa
yaitu
(Anonim, 1987).
buffer
development
Wiersum (1984) memberi batasan bahwa
sosial meliputi :
perhutanan
1.
semacam
Perhutanan Peran Serta (Particifatorp Forestry). Tipe ini pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah dan diatur
secara
terpisah
pada
kawasan
hutan
negara.
Masyarakat ikut didalamnya hanya sebagai buruh, bukan pemilik.
Tipe
ini lebih banyak ditemui
di
daerah
berpenduduk padat seperti pulau Jawa.
2.
Perhutanan Desa
(
Village Forestry).
Pengelolaannya pada masyarakat melalui lembaga-lembaga pranata sosial yang ada, seperti lembaga adat, koperasi, agama dan organisasi masyarakat lainnya.
Profesi
kehutanan dan pemerintah menberikan bimbin'gan secara tidak langsung. Tipe ini cocok untuk daerah berpenduduk jarang.
3.
Hutan Kemasyarakatan (Community Forestry). Dilrelola oleh pemilil; hutan.
Tipe ini sesuai untuk
daerah yang berpenduduk padat maupun jarang. 4.
Perhutanan Petani
(
Farmers Forestl-r-1 .
Dikelola oleh rnasyarakat petani rnelalui koperasi dalam slrala kecil dan lebih formal, rnenghasilkan buah/rnakanan sebagai hasil sampingan.
Agroforestrv Sosial
Sebagai Paket Teknologi Dari Perhutanan
Menurut King dan Chandler
dalam Sinaga (1989),Agro-
forestry adalah merupakan bentuk pemanfaatan
lahan atau
pola pengelolaan hutan yang dapat mempertahanlran bahkan meningkatkan produktivitas lahan. usahatani
terpadu
beberapa
Agroforestry merupakan
cabang
usaha:
kehutanan,
peternakan, perikanan dan pertanian yang diusahakan baik bersamaan maupun bergiliran dengan manajemen praktis yang sesuai dengan pola budaya masyarakat setempat. Satjapradja (1981) menegaskan dengan menanam berbagai jenis pohon dicampur dengan tanaman pertanian secara bersamaan
maupun
bergilir
akan
diperoleh
keuntungan
seperti : 1.
Keuntungan sosial, yakni memperluas kesempatan kerja sepanjang tahun, menghasilkan panenan kayu pada musim paceklik,
produksi
dapat
diarahkan
sendiri atau kebutuhan pasar
pada
keperluan
(subsistence or market
oriented). 2.
Keuntungan ekonomis yakni meningkatkan jumlah produksi dan menurunkan biaya pemeliharaan tegakan kayu.
3. Keuntungan politis, yakni memberikan pelayanan sosial yang
lebih baik
sehingga ha1
ini dapat
mempertebal
rasa aman karena dapat mengurangi pertentangan
(kon-
flik) dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum seharihari .
4. Keuntungan ekologis yakni penggunaan
sumberdaya yang
lebih efisien. 5.
Keuntungan
psikologis
yakni
perubahan
kecil dari cara-cara produksi muda
diterima
masyarakat
yang
relatif
tradisional dan lebih teknik-telcnik
dibanding
monokultur. Sistem pola tanam
agroforestry ini telah lama
rapkan dalam rangka reboisasi lahan bekas
tebang
ditehabis
oleh Perhutani, yang dikenal sebagai sistem tumpangsari. Sistem tumpangsari dapat memberikan keuntungan yang besar
karena dapat
dapat
dikatakan
pengelolaan
menurunkan
bahwa
lahan
biaya.
sistem
secara
ini
kehutanan
Dengan
merupakan dan
demikian kombinasi
pertanian
yang
saling menguntungkan bagi pihak kehutanan maupun pertanian. Dalam reboisasi secara tumpangsari terdapat perpaduan dua lcepentingan; bagi pihalc perhutani menghendaki penanaman kembali lahan hutan
kosong dengan tanaman lrayu yang
ditentukan
yang
biaya
dalam
waktu
serendah-rendahnya:
telah
bagi
sebidang lahan untuk menunjang
direncanakan
penqgarap, kehidupannya.
dengan
membutuhkan Dari
dua
kepentingan ini perusahaan memanfaatkan lahan hutan sebagai modal sedemikian rupa sehingga pelaksanaan reboisasi berhasil baik (Sudarlan, 1 9 ' 7 7 ) . Bentuk-bentuk 1.
kegiatan
agroforestry ini meliputi :
Agrisilvikul tur; suatu bentuk agroforestr?. yang meru-
pakan
usaha
campuran
antara
tanaman
pangan
(padi,
jagung
sayuran, dll) dengan
tanaman
kehutanan
pada
lahan yang sama. 2.
Silvipasture, kombinasi tanaman pohon dengan penghasil
dan peternakan pada lahan yang sama. 3.
Silviagripasture, kombinasi komponen kehutanan, perta-
nian dan peternakan pada lahan yang sama. 4.
Silvifisheri,
kombinasi
tanaman
hutan
dengan
usaha
perikanan tambak pada lahan yang sama. 5.
Silviagrifisheri, suatu bentuk perpaduan usaha kehu-
tanan, pertanian dan perikanan pada lahan yang sama. Dampak Perhutanan Sosial Distribusi Pendapatan Menurut Hadipurnomo agroforestry
Terhadap
Pendapatan
Dan
(1980), kegagalan pelaksanaan
sebagai teknik dari pelaksanaan perhutanan
sosial disebabkan
oleh, antara lain
:
rendahnga
kultur
teknik dan keahlian manajer, adanya sifat konsumtif petani,
pemasaran
hasil
produksi
yang
kurang
lancar
serta
adanya persaingan dan beberapa tindakan ilegal dari petani tertentu. Yosher
(1966) mengatakan
tani memerlukan syarat-syarat
bahwa :
keberhasilan
ada pasar, subsidi, dan
input mudah diperoleh, harga komoditi yang mantap. terkecuali
pada
agroforestry,
usaha
syarat-syarat
Tak
tersebut
sangat dibutuhkan. Pelaksanaan perhutanan sosial dihadapakan pada bangak kendala dari segi fisik, teknis, budaya dan sosial ekonomi
masyarakat
yang
terlibat.
Kendala
dari
segi
sosial
ekonomi dapat berupa kebutuhan pangan yang semakin terdesak, tingkat pengetahuan yang rendah, tingkat pertumbuhan penduduk
pedesaan
yang
masih
tinggi, minimnya
semangat
wiraswasta. Haeruman
(1985)
mengatakan bahwa pengembangan hutan
kemasyarakatan memerlukan pengetahuan yang cukup tentang kondisi masyarakat
setempat, kemampuan lahan, kemampuan
pasar, serta kelakuan institusi yang terkait. dikatakan,
sebelum
bentuk
hutan
Selanjutnya
ditentukan
hendaknya
terlebih dahulu diketahui kelakuan dan kebutuhan masyarakat
,
industri, serta pasar yang menjamin antara interaksi
mantap yang tentunya berbeda menurut tempat. Pengembangan pasar yang merupakan kunci keberhasilan ekonomi dari perhutanan terarah,
karena
sosial perlu dikembangkan lebih
keadaan
pasar
sangat
menentukan
taraf
pencarian dan penggunaan teknologi. Dengan
memperhatikan
berbagai
keadaan
diatas
maka
penerapan program perhutanan sosial diharapkan berpengaruh positif
terhadap
tingkat
pendapatan
dan
distribusinya
serta tingkat kemiskinan masyarakat sekitar kawasan hutan. Konsep Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan. Untuk menshitung penghasilari menurut Soekarta~iet a1 (1983)
dapat dihitung
dnn pendapatan, yaitu
beberapa komponen hasil produlisi :
1.
Pendapatan usahatani
kotor
dalam
uasahatani, yaltni
janglca waktu
produksi
tertentu
baik
total dijual
maupun yang tidak dijual. 2.
Pengeluaran total usahatani, yakni semua masukan yang harus dipakai atau dikeluarkan dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.
3.
Pendapatan
bersih
usahatani
yakni
selisih
antara
pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani.
4.
Penghasilan bersih usahatani yakni pendapatan bersih usahatani dikurangi modal pinjaman dan lain-lain.
5.
Penghasilan petani (penghasilan rumah tangga keluarga) yakni penghasilan bersih usahatani ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usahatani, baik dalam bentuk uang maupun barang. Hal ini digunakan dalam penelitian untuk menghitung
pendapatan
petani
petani peserta
peserta
program,
karena
usahatani
masih merupakan usahatani subsisten yang
terkait dengan penggunaan tenaga kerja yang berlebihan,dan penggunaan
tenaga
kerja
tak
kentara,
dalam
ha1
ini
penilaian tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar sangat sukar. Dalam
upaya
meningkatkan
pendapatan
total, petani
disamping melakulcan program perhutanan sosial bekerja pula di kegiatan lainnya seperti buruh tani, berdagang, pegaxcai dan bertani pada lahan milik sendiri. kemungkinan besarnya
akan
tingkat
terjadi
saling
pendapatan
Dengan demikian ada
memepengaruhi
program
perhutanan
antara sosial
dengan
tingkat
pendapatan
dari
sumber
lain
atau
kemungkinan terjadi saling mempengaruhi, antara kesempatan kerja pada program
perhutanan
sosial
dengan
kesempatan
kerja di tempat lain (Abdurachman, 1 9 8 7 ) Menurut Abdurachman ( 1 9 8 7 ) faktor-faktor yang
mempe-
ngaruhi pendapatan tumpangsari hutan adalah luas bidang dasar
pohon,
telcnologi, biaya
tenaga kerja keluarga
sarana
produksi
curahan
dalam kegiatan tumpangsari hutan.
Dalam penelitian ini faktor-falrtor yang diduga mempengaruhi
variasi
pendapatan
perhutanan
sosial
sebagai
berikut : Biaya Input Produksi
Penggunaan
input
produksi
tingkat produksi total. dalam
alokasi
produksi
yang
dengan
akan
banyak
menentukan
Apabila input produksi digunakan
optimal, maka
keuntungan
akan dicapai
maksimal.
tinglcat
Perbedaan
dalam
alokasi input produksi akan mempengaruhi keuntungan petani yang
pada
Beberapa
gilirannya jenis
berpengaruh
pendapatanpun
input
dalam
produksi
itsaha tani
akan
sebagai
program
dipengaruhi. peubah
perhutanan
yang sosial
adalah : biaya tenaga kerja luar, pupuk, obat-obatan dan benih.
Dalam penelitian ini dibedakan antara biaya sarana
prodttksi
(
pupuk,
bibit,
obat-obatan,
alat-alat,
pengangkutan dan kreditl dengan biaya tenaga kerja luar keluarga.
Pendapatan D a r i Luar Program Perhutanan S o s i a l Pendapatan p e t a n i dapat
menggambarkan
dicurahkan
kepada
mengurangi
luar
besar
perhatian
program perhutanan
kecilnya
pekerjaan
Makin t i n g g i
sosial.
di
di
kesempatan k e r j a yang
luar
pendapatan d i terhadap
sosial
program
perhutanan
l u a r program d i duga
kegiatan
atau
pekerjaan
program perhutanan s o s i a l . Luas Lahan Garapan Program P e r h u t a n a n S o s i a l Dengan tetap,
peubah-peubah
maka
peubah
luas
produksi lahan
akan menentukan p e n d a p a t a n . produksi berubah,
yang
garapan
lain
besar
dianggap
kemungkinan
Pada h a r g a yang t e t a p , t e t a p i
jelas h a 1 i n i a k a n b e r p e n g a r u h t e r h a d a p
p e n d a p a t a n p e t a n i yang b e r s a n g k u t a n . Curahan Tenaga K e r j a Pola
curahan
mempengaruhi
tenaga
tingkat
perhutanan s o s i a l . pekerjaan
tertentu
kerja
pendapatan
petani
petani
diduga
peserta
program
S e t i a p pencurahan tenaga k e r j a a k a n mempunyai
konsekuensi
akan
jenis
pendapatan
yang b e r b e d a dengan j e n i s p e k e r j a a n l a i n n y a . D a r i Gambar 1 d i b a w a h , t e r l i h a t bahwa c u r a h a n t e n a g a
kerja
keluarga,
teknologi,
kualitas
produktivitas produksi
tenaga
lahan
lahan.
usahatani
mempengaruhi
biaya
kerja
akan
mempengaruhi
Produktivitas perhutanan
pendapatan
sosial
perhutanan
luar
lahan dan
iceluarga, tingkat
mempengaruhi pada
sosial
meningkatkan t o t a l p e n d a p a t a n p e s e r t a program.
akhirnya sehingga
Dalam
bahwa
model
analisis
teknologi,
kualitas
tersebut
peubah
bagi
regresi lahan
petani
berganda
tidak
peserta
sederhana,
dimasukltan
karena
diasumsikan
sama,
teknologi d i b e r i k a n kepada p e t a n i adalah s a m a karena lahan andil yang
dari
petani
kualitasnya
terdapat
peserta
sama,
luas
yaitu 0.25 ha per peserta
lahan
dalam
satu
andilnya
hamparan
hampir
sama
program.
Curahan Tenaga Kerja Keluarga
......................
Pdulrtivitaa Iahan
Tehologi
......................
Produksi Uaahatani Perhutanan Soaial
Kualitaa Lahan
..................... Biaya ProduLsi
6 Pendapatan Luar Perhutanan Soaial
Pendapatan P e r h u t m Soaial
Pendapatan Total Petani Sosial Peserta Perhut-
Gslbar 1.
Diagram hntara Peubah-peubah Produksi Usahntani Perhutnnan Sosial dun Pengaruhnya terhadap Pendapatan Peserta Program
Konsep D i s t r i b u s i P e n d a p a t a n Distribusi K i n g d a n Weidon kan
vaktu,
pendapatan
dalam
baik
dan
Sarasutha
secara
absolut
tingkatan (
hidup
menurut
1985 ) d i d e l c a t i b e r d a s a r maupun
secara
relatif.
Pengelompokan penduduk b e r d a s a r k a n g o i o n g a n - g o l o n s a n sama d i l a k u k a n u n t u k m e n g a d a k a n
urutan-urutan
?an%
berdasarlcan
p e r b a n d i n g a n d a r i keuntungannya, y a i t u b a g i a n d a r i pendapatan duk,
s u a t u kelompoli d i b a g i p e n d a p a t a n d a r i
C a r a l a i n a d a l a h d e n g a n mempergu-
nakan Kurva Lorenz yang deciles
untuk
yang
mengukur
dipegang selalu
p r i n s i p n y a sama d e n g a n q u i n t i l e s
urut,
sehingga
bagian-bagian
oleh
berbagai
dikaitkan
(Gini dari
pendu-
m e r u p a k a n cara a t a u m e t o d e pertama d a l a m p e n g u k u r a n
d i s t r i b u s i pendapatan.
atau
total
Concentration l u a s yang
dari
nilai-nilai
kelompok
dengan
yang
oleh
Uliuran
terpusat
merupakan
kurva
peneliti
total
penduduk.
perbandingan
Ratio)
dibatasi
memungliinkan
dari
yang ini Gini
perbandingan
Lorenz
terhadap
luas
d a r i s e g i t i g a (Gambar 2 ) . G a r i s 4 5 d e r a j a t p a d a Gambar 2
ukuran kesamarataan yang sempurna.
( g a r i s XY) menyatakan Garis
ini
menyatakan
bagaimana s e h a r u s n y a pendapatan t e r b a g i j i k a b a g i a n pendapatan
setiap
orang
adalah
p e n d u d u k secara m e n y e l u r u h .
sama
dengan
rata-rat'a
bagian
G i n i r a t i o merupakan perban-
d i n g a n a n t a r a XAY d e n g a n d a e r a h XYZ ( s e g i t i g a ) y a n g menghasilkan Gini
suatu
berkisar
rendah
indeks
angka antara Gini
s a t u a n penerimaannya
yang 0
-
adalah
disebut
1,
yang
no1
Indeks
berarti
yang
akan menerima
Gini.
bahr~a b a t a s
menyatakan
pendapatan
dan b a t a s a t a s n y a a d a l a h s a t u b e r a r t i
bahwa
Indeks
yang
setiap sama,
semua p e n d a -
p a t a n dalam k e s e l u r u h a n penduduk d i t e r i m a o l e h s a t u s a t u a n penerima no1
saja.
anzka
gini
Dengan k a t a l a i n s e m a l i i n m e n d e k a t i yang
diperoleh
semakin
baik
titik
distribusi
pendapatannya, sedang semakin mendekati
satu angka Gini
yang diperoleh semakin tidak merata distribusi pendapatannya. Dengan demikian Gini Ratio merupakan suatu indikator dari ketimpangan relatif atau ketimpangan pendapatan
antara
berbagai
golongan
dalam pembagian
pendapatan,
gang
diukur dari pendapatan rumah tangga.
Persen kumulatif pendapatan
X
100 Persen Komulatif Penduduk
Gambar 2 . Pengukuran Gini Ratio Dengan Menggunakan Kurva Lorenz Wie
(1977) meriyatakan ukuran
kepincangan pembagian
pendapatan yang rendah jika 40 persen dari penduduk :-an2 berpenduduli
rendah
menerima
lebih
dari
17
persen
dari
seluruh pendapatan, sedanglran kepincangan pembagian disebut tingsi jika kelompok penduduk in1 menerima kurans dari
12 persen d a r ~ seluruh pendapatan. pendapatan
disebut
sedang
jika
Xepincangan pembasian kelompok
penduduk
~ n i
menerima antara 12 dan 17 persen darl seluruh pendapatan.
Cara ini merupakan ukuran lain dari distribusi pendapatan dan terkenal dengan
sebutan Ukuran Standard Bank Dunia.
Hananto (1980) berpendapat bahwa persoalan pembagian pendapatan ekonomi.
dipermasalahkan
sejalan
dengan
pertumbuhan
Masalah pembagian pendapatan sering timbul pada
saat terjadinya perubahan struktur berupa pergeseran dari sektor pertanian ke sektor non pertanian yang hannya lain
lebih cepat dibanding sektor pertanian. dari pembagian pendapatan
employment
dan
urban-rural) tidak
pertumbu-
pendapatan
yang
meratanya
Penyebab
adanya perbedaan status
kondisi
regional
mempunyai
kontribusi
distribusi
pendapatan.
(pulau atau
dalam
menentukan
Dikemukakannya
bahwa terdapat dua segi dalam pemerataan pendapatan antar penduduk atau rumah tangga yaitu : 1 ) meningkatkan tingkat hidup penduduk
atau
rumah tangga yang
masih
berada
di
bawah garis kemiskinan dan 2) pemerataan pendapatan secara menyeluruh
dalam
arti
mempersempit
pendapatan antar rumah tangga.
perbedaan
tingkat
Kedua segi itu tidak perlu
saling berhubungan karena peningkatan taraf hidup golongan bawah tidak selalu beraliiba~ pada lebih tribusi pendapatan
meratanya, dis-
dipedesaan sebagian besar ditentukan
oleh luas penguasaan lahan atau pemilikan lahan usahatani. Akibatnya pencuasaan
terdapat
golongan-golongan
lahan yang mendorong
daan-perbedaan
yang
terjadi
atau
status-status
lebih melebarnga perbe-
sehingga menimbulkan
adanya
golongan atas seperti pemilik tanah luas, serta golongan bawah seperti buruh-buruh tani dan penyakap. Beberapa Indikator Distribusi Pendapatan Pengukuran
distribusi
dengan berbagai cara.
pendapatan
dapat
dilakukan
Cara statistik yang dikembangkan
untuk mengukur distribusi pada prinsipnya untuk hal-ha1 tertentu
dapat
digunakan
(Hananto, 1980).
mengukur
penyebaran/kemerataan
Beberapa contoh ukuran distribusi adalah
range, kuartil, kuantil, desil, mean deviasi dan koefisien variasi.
deviasi, standard
Namun cara statistik ini
dalam banyak hai kurang memuaskan karena kurang praktis dan banyak kelemahannya. Kuantil adalah empat buah nilai yang membagi kelompok pendapatan penduduk dalam lima sub kelompok yang
sama jumiahnya.
Dengan demikian ada 20
persen penduduk yang berpendapatan masing-masing kurang K1 (kuantil pertama) atau berpendapatan terendah, 20 persen berpendapatan diantara K1 dan K2 (berpendapatan rendah), 20 persen
berikutnya
(berpendapatan sedan:), K 3 dan K 4
patan Kuartil
berpendapatan
diantara
K2
dan K 3
20 persen berpendapatan diantara
(berpendapatan tinggi) dan 20 persen berpenda-
lebih
besar
adalah
tiga
dari buah
K4
(berpendapatan
nilai
penduduk yang diteliti menjadi
yang
tertinggi).
membagi
4 sub lielompok.
kelompok Des i 1
adalah 9 buah nilai kelompok penduduk ke dalam sepuluh sub kelompok pendapatan yang sama jumlahnya.
Khusus
untuk
analisa
distribusi
pendapatan
selalu
dikembangkan berbagai cara antara lain yang lazim dipakai adalah Gini Ratio (paling banyak dipakai). Sebagai ukuran distribusi pendapatan kelemahan utama cara ini adalah tidak bisa diperoleh satu nilai saja yang dapat menunjukkan keadaan distribusinya tapi harus menggunakan beberapa nilai, menjadi perhatian biasanya adalah kelompok kelas bawah, atau kelompok kelas atas Dengan anggapan bahwa penyebab ketidakmerataan adalah karena
penduduk
kelas
bawah
menerima
pendapatan
yang
sangat rendah, maka Bank Dunia (World Bank) dalam Hananto (1980) menentukan kriteria : "Tingkat ketidakmerataan tinggi jika 40 persen penduduk terbawah menerima jumlah pendapatan lebih kecil dari 12 persen dari total pendapatan. Jika share pendapatan antara 12 persen sampai 17 persen dimana tingkat ketidakmerataan sedang. Jika lebih dari 17 persen disebut tingkat ketidakmerataan rendah". Kuznets dalam
Hananto
(1980) lebih
melihat
pada
kelompok atas sebagai penyebab ketidakmerataan pendapatan. Karenanya ia memakai persentase jumlah penduduk 10 persen teratas
sebagai
kriteria
ketidakmerataan.
Di
negara-
negara yang distribusi pendapatannya sangat tidak merata, kelompok 10 persen penduduk
teratas
ini menerima
dari 40 persen dari total pendapatan. Kuznets Indeks dihitung dengan
rumus :
lebih
f i =
dimana :
p r o p o r s i ,jumlah r u m a h t a n g g a d a l a m k e l a s pendapatan ke-i.
yi =
p r o p o r s i j u m l a h p e n d a p a t a n d a r i rumah tangga kelas pendapatan ke-i
k Jika
=
jumlah k e l a s .
distribusi
pendapatan
merata
f i = y i u n t u k semua k e l a s p e n d a p a t a n ,
sempurna,
maka
s e h i n g g a K I = 0 dan
dalam k e a d a a n e k s t r i r n , y a k n i j i k a s e l u r u h p e n d a p a t a n h a n y a
diterima o l e h s a t u o r a n g
a t a u s e k e l o m p o k s a j a , maka n i l a i
K I mendekati 2. Oshima
dalam
Sinaga
(1989) menyesuaikan
i n d e k s Kuz-
n e t s d e n g a n h a n y a membagi m e n j a d i 1 0 k e l o m p o k k e l a s p e n d a patan,
sehingga
nilai
tertinggi
KI
akan
rnendekati
1.8,
o l e h k a r e n a i t u d e n g a n membagi K I d e n g a n 1 . 8 a k a n d i p e r o l e h i n d e k s y a n g n i l a i n y a a n t a r a 0 d a n 1.
Rumus p e r h i t u n g -
a n Oshima I n d e k s o f D e c i l e I n e q u a l i t y ( I D I ) a d a l a h :
'uznets
I n d e k s d a n Oshima I n d e k s k u r a n g d i k e n a l d a n j a r a n g
dipakai.
Kedua cara i n i m e r u p a k a n m o d i f i k a s i g i n i r a t i o ,
s e h i n g q a k e l e m a h a n y a n g a d a p a d a g i n i r a t i o rnasih t e r b a w a . Masalah D a l a m P e r h i t u n g a n D i s t r i b u s i Pendapatan Masalah angka yang
gini dapat
pertama ratio
yang
yang
dianggap
perlu
dapat untuli
ditanyalian adalah berapa
diterirna, menunjukkan
dan
batas
berapa
ketidalimerataan
rendah,
sedang, dan
tinggi
(serius) jawabannnya
sukar
dipastikan karena gini ratio hanya merupakan ukuran relatif. sukarnya, banyak
Karena
peneliti
hanya
menekankan
pada garis perkembangan pembagian pendapatan saja, apakah membaik atau memburuk atau apakah mengecil atau membesar. Di samping
distribusi pendapatan dilakukan dengan memban-
dingkan antar tempat atau antar waktu.
Kemudian peneliti
mencari sebab-sebab. Menurut Oshima
dalam
Sinaga
(1989) angka Gini
0.3
menunjukkan ketimpangan ringan, angka Gini 0.4 menunjukkan ketimpangan moderat
dan
angka
Gini
0.5
menun jukkan
ketimpangan tinggi. Masalah lain dalam penentuan angka gini adalah penggunaan data.
Penggunaan data pengeluaran seringkali under
estimate karena adanya
tabungan
untuk
golongan
atas.
Pengeluaran konsumsi untuk golongan paling bawah, batasannya sudah mewakili dipenuhi,
kebutuhan
hidup
minimum
yang
harus
karena itu jika penghasilan mereka kurang ada
atensi mereka
akan menutupi
kekurangan tersebut
dengan
berbagai jalan dan hasilnya adalah meminjam atau berhutang. Tiga Kelemahan Dasar Gini Ratio Disamping beberapa masalah diatas yang juga menjadi masalah atau lielemahan indikator gini ratio sebagai aiat hitung distribusi pendapatan masih ada kelemahan lain yang bersifat mendasar :
a.
Indeks tersebut tidak peka terhadap perubahan-perubahan kecil tetapi yang penting dalam penyebaran.
b.
tersebut
Indeks absolut
secara
memperlakukan samarata
perbedaan-perbedaan
dengan tidak
memperdulikan
dimana lembutnya dalam spektrum pendapatan, umpamanya perbedaan penerima
pendapatan
sekitar
pendapatan
Rp
berpendapatan
5000
diantara
tinggi
dua
diberikan
bobot yang sama dengan perbedaan Rp 5 0 0 0 antara dua penerima pendapatan rendah. c. Indeks tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai rata-rata
yang dipilih untuk kelompok pendapatan teratas. Keadaan Distribusi Pendapatan dan Penguasaan Lahan di Jawa Berdasarkan
hasil
Survey
Sosial
Ekonomi
Nasional
(Susenas), Survey Biaya Hidup dalam King dan Peter Weldon (1975)
mengatakan,
bahwa
pola
distribusi pendapatan
di
daerah pedesaan Jawa, menunjukkan ketidakmerataan relatif, sebagai berikut : 2 0 persen kuartil tertinggi memperoleh lebih dari 3 6 persen total pendapatan, sementara kuartil terendah hanya memperoleh kurang dari 1 0 persen dari total pendapatan.
Bagian dari kuartil tertinggi telah mengalami
kenaikan dari 3 6 persen pada tahun 1 9 6 3 / 1 9 6 4 menjadi 3 9 . 8 persen pada tahun pendapatan persen
terendah
tahun
1969/1970.
1969/1970.
juga
1963/1964
Baik
Golongan penduduk dengan
mengalami
menjadi
8.7
kenaikan persen
dari pada
7.6
tahun
standar penyimpangan maupun Gini Ratio
menunjukkan adanya perbedaan dalam ketidakmerataan sekalipun tidak begitu besar.
Gini ratio mengalami penurunan
dari 0.328 pada tahun 1963/1964 menjadi 0.309 pada tahun 1969/1970. Menurut Survey Agro Ekonomi dalam Simatupang, et a1 (1981) di tiga Desa di Jawa Timur, menunjukkan ~endapatanyang masih timpang. but
Masing-masing Desa terse-
adalah Desa Geneng, Desa Janti
Angka
Gini
di
distribusi
dan
Desa Sukasari.
Desa berturut-turut
masing-masing
adalah
0.48, 0.49 dan 0.60. Masalah
penguasaan
lahan
penguasan dan penyebarannya. pada
sekelompok
~ e r t a n d a adanya selanjutnya distribusi perbedaan
kecil
anggota
pendapatan
masyarakat
dalam
Dengan
yang
luas
ketimpangan
kata
tajam
merupakan
penyebarannya,
mengakibatkan
pendapatan.
masalah
Pemusatan penguasan lahan
ketimpangan
dapat
meliputi
lain
yang dalam
akan terjadi
antara petani
penguasa
lahan luas dengan petani gurem, buruh tani dan petani tuna kisma. Salah satu ciri umum struktur dasar pertanian di Jawa adalah terdapatnya satuan usahatani
yang
relatif kecil,
sedangkan jumlah petani kecil relatif padat dan menyebar. Hasil-hasil Kasryono
penelitian
Survey
(1983), menunjulrkan bahwa
lahan sawah
di
(Lampiran 1 1 .
desa-desa Gini
ratio
nunjukkan ketimpangan berat
di
> .
Jawa
hampir
.
dikatakan bahwa hampir di semua desa, Lebih dari rumah
tangga tidak
Ekonomi
&&?$
distribusi pemilikan
pulau
pada (
Agro
masih
timpans
semua desa
me-
Secara umum dapat 30 persen atau
memiliki lahan, sedangkan
kurang total
20
dari
persen
memiliki
separoh
atau
lebih
dari
l u a s l a h a n yang a d a . Kenyataan t e r s e b u t meyakinkan k i t a pada s a t u masalah
y a n g c u k u p r u m i t , bahwa p r o s e s p o l a r i s a s i d a n d i f e r e n s i a s i k e l a s d a l a m p e m i l i k a n l a h a n d i Jawa t e r u s b e r l a n g s u n g . Menurut
l a p o r a n S i n a g a dan White
(1979),
menyebutkan
bahwa p e n g u a s a a n Lahan u s a h a t a n i mempunyai h u b u n g a n p o s i tif
dengan
besarnya
pendapatan
Malrin
non-pertanian.
luas
yang
berasal
penguasaan
dari
lahan
sektor
pertanian,
makin b e s a r pendapatan d a r i l u a r k e g i a t a n p e r t a n i a n .
Ke-
a d a a n i n i d i s e b a b k a n adanya p e r b e d a a n p e m i l i k a n asset yang d a p a t d i g u n a k a n u n t u k modal u s a h a p a d a k e g i a t a n p e r t a n i a n . ha1 t e r s e b u t
Jika
menyebabkan
ternyata
makin
benar,
timpangnya
maka
keadaan
distribusi
ini
akan
pendapatan
di-
a n t a r a penduduk p e d e s a a n . Kerniskinan Menurut bentuk dan
S i n a g a dan
kemiskinan
kemiskinan
karena lahan
.
menquasai
yakni
gang
kemisliinan ada
sarana
alamiah
rendahnya
strulitural
mernbuat el
macam
alamiah terjadi
produktivitas terjadi
sekelompok dan
dua
ltemisltinan
Remiskinan
si~mberdaya dan
Sedangkan
terdapat
(1979)
pedesaan,
struktural.
langkanya
lembaga-lembaga tidak
di
White
karena
masyarakat
fasilitas
lainnya
secara m e r a t a .
Dalam memperliiraiiari e a r i s k e m i s l i i n a n , menggunakan
tingkai
pendapatan
240
kg
Sayogyo
setara
(
1977 I
beras
per
k a p i t a p e r t a h u n u n t u k p e d e s a a n d a n 3 6 0 kg u n t u k p e r k o t a a n
Berdasarkan
patokan
tersebut,
diperkirakan
46
persen
p e n d u d u k p e d e s a a n d a n 49 p e r s e n p e n d u d u k p e r k o t a a n ,
hidup
d i bawah g a r i s k e m i s k i n a n p a d a t a h u n 1 9 6 9 . S e m e n t a r a R i n g d a n Weldon ( 1 9 7 5 ) , d e n g a n m e n g g u n a k a n k r i t e r i a y a n g sama, mendapatkan
bahwa
50
persen
penduduk
Indonesia
hidup
di
bawah g a r i s k e r n i s k i n a n . Both
dalam
H a n a n t o ( 1 9 8 0 ) , d e n g a n menggunakan konsum-
s i p a n g a n minimum, m e n d a p a t l c a n bahwa 5 1 . 2 0 p e r s e n p e n d u d u k
Indonesia
hidup
tersebut,
sebanyak 43.4
t a a n dan 37.8 tro,
dengan
di
bawah
garis
jumlah
p e r s e n merupakan penduduk perko-
p e r s e n penduduk menggunakan
Dari
kemiskinan.
US
pedesaan.
$
75
per
m e m p e r k i r a k a n bahwa 4 0 p e r s e n p e n d u d u k
S e d a n g k a n Sumikapita
per
tahun,
Indonesia hidup d i
bawah g a r i s k e m i s k i n a n . Menurut h a s i l p e n e l i t i a n Esmara ( 1 9 7 5 ) dengan berdasaskan
pada
data
SUSENAS
11,
menyebutkan
bahwa
faktor
p e r b e d a a n p e n d a p a t a n a n t a r d a e r a h t e l a h menyumbang s e k i t a r 5 persen t e r h a d a p ketimpangan pendapatan. keluarga
menyumbang
sekitar
24
persen,
Faktor anggota sementara
faktor
p e r b e d a a n l a p a n g a n u s a h a menyumbang 20 p e r s e n .
Hipotesa Penelitian 1.
Pendapatan proporsi
dari
perhutanan
sosial
yang b e s a r t e r h a d a p t o t a l
program p e r h u t a n a n s o s i a l .
d i d u g a rnemberiltan pendapatan p e s e r t a
2.
Adanya p e r b e d a a n d a l a m penggunaan i n p u t p r o d u k s i , pendapatan kerja
l u a r program
perhutanan
hutan,
turnpangsari
sosial,
biaya
tenaga
c u r a h a n t e n a g a k e r j a dalam
program
perhutanan
s o s i a l , curahan tenaga kerja l u a r
kegiatan
perhutanan
sosial
akan berpengaruh
terhadap
t i n g k a t pendapatan p e t a n i .
3.
D i s t r i b u s i pendapatan p e t a n i p e s e r t a program p e r h u t a nan s o s i a l gram
dengan memperhitungkan pendapatan
relatif
lebih
baik
memperhitungkan pendapatan 4.
dibandingkan
pro-
dengan
tanpa
program perhutanan s o s i a l .
T i n g k a t k e s e j a h t e r a a n p e t a n i p e s e r t a program perhutanan
sosial
dengan
perhutanan s o s i a l
memperhitungkan relatif
pendapatan
lebih baik dari
program
t a n p a mem-
p e r h i t u n g k a n pendapatan program p e r h u t a n a n s o s i a l . Definisi Operasional 1.
P e s e r t a program p e r h u t a n a n s o s i a l : Yasyaraiiat
desa hutan
aktif
terl ibat
sosial
terlarna y a i t u mulai
merupalian
dalam
yang
kepala
secara administratif
kegiatan
keluarga
program
perhutanan
i k u t serta tahun dalam
ha1
ini
dan
1988 dan
disebut
pe-
sanggem. 2.
Luas penguasaan l a h a n : L u a s l a h a n y a n g d i l ~ u a s a io l e h p e s e r t a y a n g d i k a t e g o r i kan menurut l a p i s a n s t r a t u m : 0 - 0 . 2 5 H a , Ha,
0.51 - 0.75
H a dan > 0.75 H a .
0.26
-
0.30
3.
Pendapatan rumahtangga: r i i l rumah-
P e n d a p a t a n yang d i s i n i a d a l a h p e n d a p a t a n tangga
baik
yang
berasal
dari
kegiatan
usahatani
maupun d a r i l u a r u s a h a t a n i , s e p e r t i u p a h d a r i b e r b u r u h Kriteria yang d i p a k a i untuk menentukan
dan l a i n - l a i n .
rumah t a n g g a a d a l a h m e r e k a y a n g makan d a r i s a t u d a p u r . 4.
Penghasilan keluarga: P e n g h a s i l a n yang d i p e r o l e h d a r i penjumlahan
bersih
usahatani
dengan pendapatan
berasal
dari
usahatani,
luar
rumahtangga
seperti
upah
yang
dalam
bentuk
uang
a t a u benda.
5.
Pendapatan kotor usahatani : Nilai
produk
tertentu
baik
Jangka waktu semua
produk
digunakan ternak
,
total yang
dijual
dalam
maupun
jangka
yang
tidak
waktu dijual.
pembukuan umumnya s e t a h u n d a n m e n c a k u p yaitu
dalam 4)
uasahatani
:
1) d i j u a l ,
usahatani
untuk
untuk
pembayaran
2)
dilionsumsi,
bibit
dan
atau
3)
makanan
5) disimpan
atau
digudang pada a k h i r tahun.
6.
Pengeluaran t o t a l usahatani
:
Y i l a i semua i n p u t yang h a b i s t e r p e k a i d a n d i k e l u a r k a n
di
dalam
tenaga
produksi
kerja
dalam
usahatani,
tetapi
tidak
termasuk
keluarga.
Tenaga
kerja
keluarga
tj d a k d i m a s u k k a n k a r e n a adan>-a penggunaan t e n a g a k e r j a
yang b e r l e b i h a n dan pengangguran t a k k e n t a r a merupakan g e j a l a umum d a l a m u s a h a t a n i s u b s i s t e n . H a l i n i b e r a r t i
dalam
penilaian
sangat
sulit
pi l i h a n
untuk
tenaga
dan
lterja
petani
investasi
lreluarga
subsisten sehingga
tidak
tidak
tidak
dibayar
mempunyai
ada
tingkat
k e u n t u n g a n yang d a p a t d i b a n d i n g k a n ( S u k a r t a w i , 1 9 8 5 ) . 7.
Curahan
tenaga
kerja
dalam
kegiatan
program
perhu-
tanan s o s i a l : J u m l a h j a m k e r j a yang d i c u r a h k a n d a l a m s u a t u k e g i a t s n u s a h a t a n i dalam program p e r h u t a n a n s o s i a l , b a i k t e n a g a k e r j a k e l u a r g a maupun l u a r k e l u a r g a , H a r i Orang k e r j a ( H O K ) .
d i h i t u n g dengan
Apabila terdapat tenaga k e r j a
w a n i t a d a n anak-analc d i k o n v e r s i k a n d a l a m t e n a g a k e r j a laki-laki
( 1 HKW = 0 . 8 HOK, 1 HKA = 0 . 5 H O K ) ,
(Sukartawi, 1985).
1 H a r i O r a n g Kerja ( H O K ) = d e l a p a n
j a m orang k e r j a .
8.
Curahan
tenaga
kerja
di
luar
kegiatan
program
perhutanan s o s i a l : Jumlah j a m
k e r j a yang
dicurahkan
dalam k e g i a t a n
di
l u a r usahatani perhutanan s o s i a l (HOK). 9.
P e n d a p a t a n non program p e r h u t a n a n S o s i a l : J u m l a h s e l u r u h p e n d a p a t a n yang d i t e r i m a p e t a n i s e l a i n d a r i perhutanan s o s i a l (Rupiah).
10. Pendapatan program p e r h u t a n a n s o s i a l : Jumlah
pendapatan
usahatani
yang
diterima
petani
dari
hasil
d a r i program p e r h u t a n a n s o s i a l ( R u p i a h ) .
11. D i s t r i b u s i pendapatan
:
Bagaimana t o t a l p e n d a p a t a n r u m a h t a n g g a p e t a n i p e s e r t a
perhutanan sosial secara keseluruhan terbagi diantara kelompok-kelompok rumah tangga peserta program perhutanan sosial ( % ) .
12. Distribusi penguasaan lahan : Bagaimana total luas lahan rumahtangga petani peserta perhutanan sosial secara keseluruhan terbagi diantara kelompok-kelompok
rumahtangga peserta program
perhu-
tanan sosial ( % ) . 13. Biaya sarana produksi : Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani program perhutanan sosial yaitu untuk
:
bibit, pestisida, alat-
alat, alat pengangkutan dan bayar kredit (Rupiah). 14. Biaya tenaga kerja luar keluarga : Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani untuk membayar nilai (
tenaga
Rupiah ) .
kerja
luar
keluarga
saat
musim
tanam
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi
penelitian
(sengaja), di petak
ini
ditentukan
secara
purposive
52f, Resort Pemangkuan Hutan
(RPH)
Becok, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Merakurak, Pemangkuan Hutan
Kesatuan
(KPH) Tuban, Perum
Perhutani
Unit I Jawa Timur, sejak tahun 1988 dilaksanakan Program Perhutanan Sosial. tiga
bulan
yaitu
Penelitian dari
ini
dilaksanakan
pertengahan
bulan
selama
Mei
sampai
cara
sensus
diambil
semua.
pertengahan bulan Agustus 1991. Teknik Pengarnbilan Contoh Pengambilan dimana
dalam
contoh
satu
dilakukan
petak
dengan
pesanggemnya
Setelah itu rumah tangga distratifikasi menurut luas penStratum tersebut adalah sebagai berikut :
guasaan lahan.
0 - 0.25 Ha
Stratum I
:
Stratum I1
: 0.26
Stratum I11
:
.Stratum I V
:
(10 RT)
- 0.50 Ha
(20 RT)
0.51 - 0.75 Ha
(12 RT)
>0.75Ha
(
8 RT)
Jumlah pesanggem pada petak 52f ada sebanyak 50 rumah tangga yang masing-masing dimasukkan dalam stratum berdasarkan luas penguasaan lahan. Prosedur Pengambilan Contoh Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer.
Data sekunder meliputi data potensi
desa
yang
diperoleh
dari
kantor
desa
serta
data
yang
berhubungan dengan pelaksanaan program perhutanan sosial, sedangkan
data
primer
(pesanggem) dengan
diperoleh
metode
dari
wawancara
dan
petani dibantu
peserta dengan
kuesioner tercatat. Data primer yang terkumpul adalah hasil recall dari responden.
Metode dipakai dengan referensi semusim yang
lalu yaitu menanyakan pendapatannya.
Biasanya ditanyakan
musim apitan dan l a b o h pada tahun yang lalu ( 1 9 9 0 - 1 9 9 1 ) . Pengolahan Data Tahap-tahap pengolahan data terdiri dari : 1 ) editing data,
2) transfer tabulasi,
3) analisis data secara des-
kriptif dan diperkaya dengan informasi data kualitatif. Untuk mendukung pernyataan hasil analisis data tabulasi, dikemukakan mengidentifikasikan
pula
analisa
berbagai
secara kuantitatif guna
faktor
yang
mempengaruhi
pendapatan dari perhutanan sosial dan analisa kurva untuk melihat gambaran distribusi pendapatan. Metode Analisa Untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dari perhutanan sosial digunakan metode ekonometrika.
Model analisis yang digunakan adalah model
d imana : Y
=
Tingkat pendapatan dari program perhutanan sosial (Rupiah/tahun)
X1
=
Biaya sarana produksi
X2
=
Biaya tenaga kerja luar rumah tangga
(Rupiah/tahun)
(Rupiah/tahun). =
X3
Pendapatan dari luar program perhutanan sosial (Rupiah/Tahun)
X4
=
Curahan tenaga kerja dalam kegiatan program perhutanan sosial (HOK/tahun)
=
X5
Curahan tenaga kerja diluar kegiatan program perhutanan sosial (HOK/tahunl
=
a Untuk
Konstanta (intersep)
menganalisa
analisa Gini
Ratio
distribusi
yang
pendapatan
digunakan
selalu dikaitkan dengan kurva
Lorenz. Untuk distribusi pendapatan rata-rata dalam kelompok dikatakan bahwa Yj = pendapatan rata-rata dalam kelompok ke-j, sedang Pj = kelompok
ke-j
kumulatif
dari
proporsi
terhadap
total,
=
C
individual di dalam
maka
kelompok-kelompok
j 0
jumlah
persen
dengan
Yj
pendapatan adalah
k Pj Yj
i=l
Pj Yj
2
i=l
d i mana : j = 1 , 2,
.......
k (merupakan jumlah kelompok)
:
Lebih lanjut Gini Ratio (GR) dihitung berdasarkan rumusan sebagai berikut : 5
GR = 1 -
+
Z Pj ( Oj
Oji
)
1 Dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi empat kelompok j =
I : 20 persen kelompok RT tingkat pendapatan
teren-
dah. j =
I 1 : 2 0 persen kelompok RT tingkat pendapatan rendah
j = I 1 1 : 20 persen kelompok RT tingkat pendapatan sedang j =
IV : 20 persen kelompok RT tingkat pendapatan tinggi
j =
V : 2 0 persen kelompok RT tingkat pendapatan tertinggi
Pj
= Proporsi Rumah Tangga dalam golongan pendapatan ke-j
Qj
= Proporsi kumulatif pendapatan golongan Rumah
tangga
golongan pendapatan ke-j Qji =
Qj bergeser. Alasan
tingkat
petani
pendapatan
pendapatannya,
dikelompokkan agar
karena
lebih
sebaran
menjadi
mudah
lima
kelompok
melihat distribusi
pendapatan
tidak
begitu
besar dan jumlah responden yang diambil adalah kecil hanya 5 0 orang.
Tingkat kesejahteraan digunakan klassifikasi tingkat kemiskinan pengeluaran
Sajogyo
(19771,
perkapita
per
didasarkan tahun,
pada
besarnya
disetarakan
dengan
tingkat harga beras setempat yaitu Rp 500 per kilogram pada saat penelitian.
Kriteria a. Miskin
untuk
daerah
pedesaan
sebagai
berikut:
: apabila pengeluaran perkapita pertahun lebih
rendah dari nilai tukar beras 3 2 0 kilogram. b. Miskin Sekali : apabila
pengeluaran perkapita pertahun
lebih rendah dari nilai tukar beras 2 4 0 kilogram. c.
Paling Miskin : apabila pengeluaran perkapita pertahun lebih
rendah
dari
nilai
tukar
180 kilogram
beras. d . Di Atas Garis Kemiskinan : apabila pengeluaran perkapi-
ta pertahun lebih besar atau sama dengan nilai tukar 3 2 0 kilogram beras.
GAMRARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Penelitian petak
52f
Becok,
yang
ini
dilakukan
terletak di
pada
Perhutananan
R e s o r t Pemangkuan H u t a n
Sosial (RPH)
B a g i a n K e s a t u a n P e m a n g k u a n H u t a n (BKPH) M e r a k u r a k ,
K e s a t u a n P e m a n g k u a n H u t a n (KPH) T u b a n .
Secara administra-
t i f p e m e r i n t a h a n , l o k a s i t e r s e b u t t e r m a s u k Desa T e g a l r e j o , Kecamatan M e r a k u r a k , K a b u p a t e n Tuban, P r o p i n s i J a w a T i m u r .
Keadaan Fisik L i n ~ k u n ~ a n Desa T e g a l r e j o t e r l e t a k 1 0 km d a r i i b u k o t a K a b u p a t e n
D a e r a h T i n g k a t I1 T u b a n , matan
sekitar
lima
sedangkan
kilometer.
jarak
Adapun
: Desa T a h u l u
b.
: Desa B o t o
Sebelah S e l a t a n
c. S e b e l a h Timur d.
:
: Desa Kapu
Desa T e g a l r e j o
luasnya adalah
topografi desa Tegalrejo dengan
laut.
desa
: Desa Sumurgung
S e b e l a h Barat
bang,
keca-
batas-batas
Tegalrejo tersebut adalah sebagai berikut a. Sebelah U t a r a
ibukota
ketinggian
802.64
Ha.
umumnpa a d a l a h d a t a r , rata-rata
50
Jenis tanah adalah latosol,
m
diatas
lieadaan bergelomperm~tkaan
m a r < a l i t campur
kapur
dan tanah mediteran c o k l a t tua. Curah tahun,
hujan
bulan
rata-rata
basah
Desember
J u n i s a m p a i November.
pertahun sampai
adalah >iei d a n
1 2 9 5 mm p e r bulan
kering
Tipe iklim adalah t i p e iklim D.
K e a d a a n S o s i ~ k o n o r n iM a s y a r a k a t B e r d a s a r k a n d a t a d a r i m o n o g r a f i d e s a , jumlah penduduk desa Tegalrejo adalah
4693
keluarga.
jumlah
Komposisi
jiwa
terdiri
penduduk
dari
974
menurut
kepala
umur
dan
j e n i s kelamin d a p a t d i l i h a t p a d a T a b e l 1. T a b e l 1.
Umur (Tahun )
K o m p o s i s i J u m l a h P e n d u d u k M e n u r u t Umur Dan J e n i s K e l a m i n , Desa T e g a l r e j o 1 9 9 0
Laki-laki
Jumlah
Perempuan
2294
2399
Sumber : M o n o g r a f i Desa T e g a l r e j o ,
Total
Persentase (%)
4693
100.00
1990
Dari d a t a t a b e l d i a t a s d a p a t d i l i h a t bahwa p e r s e n t a s e jumlah 76.67
penduduk persen.
besarnya untuk
yang
Besarnya
lapangan
memenuhi
berada
kerja
kebutuhan
pada
persentase yang
usia
produktif
tersebut
dibutuhkan
lapangan
kerja
di
adalah
menunjukkan daerah
bagi
itu,
penduduk
desa. Penyebaran
penduduk
desa
Tegalrejo
pencahariannsa dapat d i l i h a t pada Tabel 2 .
menurut
mata
Tabel 2 .
Penyebaran Penduduk Menurut Yata Pencah a r i a n Desa T e g a l r e j o , 1990
J e n i s Mata P e n c a h a r i a n
Banyaknq-a ( orang )
Persentase
3253
100.00
(%)
Petani sendiri ( P e t a n i pengqarap) Buruh t a n i Buruh i n d u s t r i Buruh bangunan Pedagang Pegawai/ABRI Lain-lain Jumlah
S u m b e r : M o n o g r a f i Desa T e g a l r e j o , Dari tani
di
Tabel desa
2
dapat
ini
dilihat
cukup
besar
1990 bahwa
(56.67
persentase
persen).
buruh
Hal
ini
m e n u n j u k k a n bahwa b a g i p e n d u d u k t e r s e b u t , m a t a p e n c a h a r i a n utama a d a l a h p e t a n i , mengakibatkan Adanya
b e s a r n y a p e r s e n t a s e buruh t a n i
besarnya
program
permintaan
perhutanan
sosial
akan di
akan
lahan
garapan.
daerah
tersebut
nampaknya d a p a t menjawab s e b a g i a n d a r i m a s a l a h keliurangan l a h a n g a r a p a n yang a d a . Secara
umum
lteadaan
aqak bailt walaupun kurang b a i k .
Hal
masih
.
ada
ekonomi
kondisi
penduduli
sosial
sudah
eltonomin:-a
i n i disebabkan pensuasaan lahan garapan
y a n g l i e c i l a t a u bahltan sekali
sosial
t.idak
nlemil i k i
lahan garapan
sama
Desa Tegalrejo
banyak yang penghasilannya bukan
pertanian tapi dari mengambil batu kumbung, dimana batu kumbung ini penghasilannya dapat mencapai antara Rp 2 0 0 0 sampai
Rp
3500
per
hari.
Penjualannya
mudah
karena
konsumen langsung datang ke tempat pengambilan batu kumbung. Di desa Tegalrejo taraf hidupnya masih rendah dan kemajuan
masih
rendahnya Adapun
kurang
kemampuan
ha1
ini
ditunjukkan
menyekolahkan
oleh
anak-anak
masih
mereka.
gambaran mengenai tinglcat pendidikan penduduk di
desa ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 . Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tegalrejo Tahun 1 9 9 0 . -
Tingkat Pendidikan
Banyaknya (orang )
Tamat PT/Akademi Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak Tamat SD Jumlah
4462
Sumber : Yonografi Desa Tegalrejo, 1 9 9 0 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata dikan di Sedangkan
desa tersebut adalah tamat SD yang
tamat
PT/Akademi,
SLTA
pendi-
(83.64 persenl. dan
SLTP
hanya
s e d i k it
sekali
SD d a n
buta
(
1.79 persen),
huruf
masih
banyak
t e l a h mencukupi,
pendidikan
sedangkan yang
semaksimal
muridnya masih
mungkin
sediltit,
persen).
Sarana
d i m a n a a d a 3 b u a h SD,
TK d a n 2 b u a h M a d r a s a h D i n i y a h . difungsikan
(14.57
tamat
tidak
2
buah
Tetapi sarana i n i kurang karena
rata-rata
sedangkan untuk
sekolah
jumlah lanjutan
hanya a d a d i i b u k o t a Kecamatan. S a r a n a perhubungan yang a d a d i Desa T e g a l r e j o a d a l a h j a l a n d e s a s e p a n j a n g 1 7 km b e r u p a j a l a n b e r b a t u , d a n a d a 3 buah jembatan. desa
adalah
J a r a k d a r i j a l a n a s p a l kecamatan ke p u s a t
1.5
km.
S a r a n a perhubungan yang
tersebut
mendukung
m o b i l i t a s d a r i penduduk
memenuhi
keperluan
maupun
baik
s e l t i t a r dalam
produknya.
Adanya
l i n t a s h u t a n y a n g d a p a t d i p e r g u n a k a n p e n d u d u k meru-
jalan
pakan s a l a h rakat
memasarkan
cukup
satu
bentuk
mendekatltan h u t a n dengan masya-
. Penduduk d e s a
i n i umumnya b e r a g a m a
Islam d a n h a n y a
a d a l i m a rumah t a n g g a b e r a g a m a K r i s t e n P r o t e s t a n . peribadatan
berupa
mesjid
(5
buah),
musholla
Sarana
I7
buahl
kios
dan
sedangkan g e r e j a hanya a d a d i i b u k o t a Kabuparen. S a r a n a perekonomian waratng. belanja hasil
Masyarakat pada toko,
pertanian,
yang a d a berupa t o k o ,
d a l a m memenuhi kios
dan
kebutuhannya
warung.
Untuk
biasanya
memasarkan
mereka m e n j u a l ke p a s a r yang t e r l e t a l c d i
i b u k o t a kecamat.an. Dilihat tersebut
dari
sudah
liondisi
perumahan,
menunjuliltan
pendtiduli
kesadaran
akan
didaerah perlunya
sanitasi tanah
yang
kosong,
kebutuhan
baik.
sekitar
l>i
d i t a n a m i dengan tanaman
sehari-hari
seperti
t e t r a g o n o l o b u s ) , Cabe r a w i t panjang
,
i Vigna
vul$aris). juga
dimakan,
dijumpai
jadi
pada
pola
sebagian
adanga t e r n a k yang
yang
tidak
berguna
ada
untuk
(Phsopbocarpus
( C a p s i c u m f r u t e s c e n s ) , Icacang dan
Buncis
(Phaseolus
s a y u r a n i n i a d a yang d i j u a l dan
penduduk
demikian
hampir
lCecipir
ungujculata)
Biasanya h a s i j
Sungguhpun
rumah
umumnya s u d a h makan
hidup kecil
yang
kurang
sayuran.
sehat
pendud~tk misalnya
masih dengan
serumah dengan manusia dan kandangnya
d e k a t rumah. R o n d i s i k e s e h a t a n penduduk sudah cukup b a i k .
D i desa
i n i a d a 2 buah p o s k e s e h a t a n yang s e t i a p minggu d i d a t a n g i oleh
petugas
PUSKESMAS
dari
d u s u n t e r d a p a t POS Y A N D U .
kecamatan.
Dan
di
setiap
Umumnya p e l a k s a n a a n p r o g r a m KB
s u d a h b e r h a s i l d i d e s a i n i k a r e n a d i l i h a t d a r i jumlah anak yang rata-rata hanya 2 orang p e r rumahtangga. P o l a T a t a Guna T a n a h Luas dan t a t a guna t a n a h
d i desa
penelitian
dapat.
d i i i h a t pada Tabel 4 . Tabel 4
menunjulikan bahlia d e s a
h u t a n . y a n g cukup b e s a r ( 2 5 . 2 p e r s e n l , desa sawxh desa Tarnah kapur
ini
adalah
hanya ini
sediltit
hanya
ini
tanah
kuranq
dan
(8.7
punya subur
berbatu,
(58.9
kering
persen).
lahan
milik
ltarena serta
ini.
mempunyai
luas
yanq p a l i n g l u a s d i persenl,
Umumnya yaitu
banyak
dan
lahan
masyarakat tanah
kering.
menqandun3
tanahnya
di
unsur
gersang.
Tabel 4.
P o l a T a t a Guna T a n a h d i Desa T e g a l r e j o Tahun 1 9 9 0
J e n i s Pemanfaatan
Luas Areal (Ha)
Persentase (%)
Sawah :
- Setengah Teknis - Tadah Hujan Tanah K e r i n g
Hutan Negara Jumlah
802.64
100.0
S u m b e r : M o n o g r a f i Desa T e g a l r e j o , 1 9 9 0 ( d i o l a h ) Hutan negara
seluas
201.77
Ha
dan sebagian lahan hutan
Perhutani,
m a t a p e n c a h a r i a n penduduk,
d i k e l o l a o l e h Perum i n i merupakan
sumber
s e b a g a i pesanggem d a l a m s i s t e m
a g r o f o r e s t r y yang d i t e r a p k a n pada Program Tumpangsari d a n Perhutanan terletak
Sosial.
di
Hutan
Dusun B e c o k ,
negara
yang
tersebut
merupakan s a l a h
seluruhnya satu
dari
t i g a d u s u n yang t e r d a p a t d i d e s a T e g a l r e j o . K o n d i s i k e s u b u r a n t a n a h t e r s e b u t s u d a h b a n y a k menurun di
yang
ditunjukkan
daerah
tersebut.
o l e h rendahnya Pada
musim
kering dan s u l i t untuk ditanami.
produkstivitas
kemarau
sebagian
lahan lahan
DESKRIPSI PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL Mekanisme Keria Program Perhutanan Sosial Program Perhutanan Sosial di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Becok merupakan kegiatan penanaman tanaman pokok, tanaman sela, tanaman sisipan, tanaman pengisi maupun tanaman kehutanan lainnya yang dikombinasikan dengan penanaman palawija diantara tanaman pokok
secara usahatani
tumpangsari, dengan melibatkan penduduk sekitar hutan yang berminat ikut serta telah mendapatkan persetujuan dari pihak Perum Perhutani setempat dalam trak kerja.
bentuk perjanjian kon-
Tanaman pokok yang diusahakan adalah tanaman
jati, dan kontrak kerja dapat diperpanjang setiap dua tahun sekali secara terus-menerus sampai tanaman pokok masa tebang.
Tetapi dalam ha1 ini tentang perpanjangan kontrak
kerja belum dilaksanakan sampai sekarang. Berdasarkan informasi dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tuban, pemilihan lokasi di petak 52f tersebut didasarkan pada kondisi sebelumnya dimana lokasi tersebut adalah merupakan bekas tebangan jati, ditanami lagi tanaman jati karena kondisi tanahnya dianggap masih cukup bagus (bonita 3.5).
Menurut pengamatan dilapang bahwa kondisi
tanahnya sudah cukup kritis dilihat dari
berbatu-batu dan
persentase tumbuh dari tanaman pokok yang sangat kecil.
Petak 52f ini dijadikan lokasi program Perhutanan Sosial pada bulan April 1988. mengeluarkan
Pihak Perum Perhutani sebelum
Surat Pembuatan
terlebih
dahulu mengadakan
pendekatan terhadap penduduk sekitar hutan yang akan menjadi calon peserta, bekerjasama
dengan aparat desa se-
tempat. Setelah surat pembuatan
tanaman dikeluarkan maka ta-
hap selanjutnya dibuat Surat Perjanjian Kontrak Kerja dengan para petani penggarap (pesanggem) yang telah dipilih (disetujui) oleh petugas perhutani.
Pemilihan diutamakan
kepada petani sekitar hutan yang memiliki bertani, dan bersedia
memenuhi
peraturan
lahan, rajin tertera
dalam
Surat Perjanjian Kontrak. Luas lahan
dijadikan lokasi program adalah 12.9 ha
dengan jumlah petani peserta
sebanyak 57 rumah
tangga.
Pesanggem rata-rata mendapat lahan 0.20 ha/pesanggem.
Ke-
pada setiap pesanggem yang tercatat sebagai peserta, Perum Perhutani memberikan
uang kontrak sebesar Rp
5
000/Ha.
Selain itu para pesanggem diberikan kesempatan untuk ikut memanfaatkan lahan hutan melalui cara usahatani tumpangsari yang
biasa
disebut
Agr0forestr.v
(pola tumpangsari
antara tanaman kehutanan dengan tanaman pertanianl. Biasanya
luas
lahan andil pada
program
Perhutanan
Sosial ini sudah ditentukan batas minumnya untuk setiap peserta, namun demikian pembagian
tersebut tidak
ber-
jalan dengan baik karena pesanggem ada mendapat 0.12 Ha,
juga kondisi dilapang menunjukkan tersebut oleh 2 atau 3 petani.
bahwa
seluas 0.20 Ha
Biasanya pembagian ini
dilakukan terhadap tetangga maupun keluarga yang juga membutuhkan
lahan garapan, namun belum berkesempatan untulc
memperoleh andil secara resmi karena keterbatasan lahan yang tersedia.
Pembagian lahan andil ini biasanya diten-
tukan oleh mandor dan Ketua Kelompok Tani Hutan
(KTH),
pengurus KTH sebagai insentif diberikan kesempatan untuk memilih lokasi garapan yang disukai, juga lebih luas sedikit dari pesanggem lainnya. Sebagai kewajiban dari pesanggem, sebelum memulai kegiatan usahatani tumpangsari dengan menanam tanaman semusim (palawija), pesanggem diwajibkan untuk ikut serta menanam jati serta tanaman kehutanan lainnya dengan mendapatkan pengawasan dari petugas Perum Perhutani (Kepala Resort Pemangkuan Hutan sebagai Penyuluh Lapang Perhutanan Sosial., Supervisor Lapangan dan Mandor Tanam).
Setiap pe-
serta bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan tanaman pokok maupun tanaman lainnya yang ada diatas andil garapannya. Tanaman
semusim
perjanjian
kontrak,
tertentu.
Tetapi
(tanaman palawija) yakni
hanya
pesanggem
pada
sebagian
ditanam
sesuai
bagian-bagian besar
kurang
memperhatikan ha1 tersebut sehingga tanaman semusim sering ditanami sembarangan dan sampai ada yang membabat tanaman sela untuk ditanami tanaman semusim.
Pada Program Perhutanan Sosial di lokasi penelitian ini Perum Perhutani memberikan berbagai macam bantuan atau tunjangan
kepada
usahataninya.
petani
Ini
peserta
dilakukan
di
untuk
dalam
menjalankan
menunjang
kegiatan
usahatani agar dapat memberikan hasil yang lebih baik. Adapun kegiatan
bentuk-bentuk
bantuan
yang
diberikan
dalam
usahatani tumpangsari hutan kepada petani adalah
sebagai berikut : a.
Uang kontrak kerja
sebesar Rp 5 000/Ha.
Uang ini
disampaikan melalui pengurus KTH yang segera di awal kegiatan program. b.
Bantuan benih tanaman semusim (jagung kuning) berupa kredit
100 persen
yang harus dikembalikan
panen tanaman pangan pertama. tahun berikutnya
setelah
Juga untuk musim tanam
juga dibantu dan dikembalikan
100
persen. c.
Bantuan pupuk berupa kredit dengan pengembalian 50 persen setelah panen.
d.
Bantuan bibit buah-buahan seperti jambu mente
diberikan
gratis
:
untuk
nangka, mangga, ditanam
dilahan
garapan. Petani diwajibkan untuk menggarap lahan sebaik mungkin dan rnernelihara tanaman milik Perhutani densan baik, tetapi dari
pihak
Perum
atau kurang dimonitor. dilapang
Perhutani Hal
ini
kurang terlihat
memperhatikan dari
bahwa dimana tanaman sela tidak ada lagi
kondisi karena
habis dibabat oleh petani dan ada yang mati.
Persentase
tumbuh tanaman pokok juga sudah (65.8 persen).
Tanaman
pagar pertumbuhannya sangat jelek karena tidak diurus oleh pesanggem.
Tanaman pokok banyak yang mati tidak disulami.
Pada musim apitan (1991), pesanggem banyak yang tidak menanam lahan garapannya alasan mereka adalah sudah tidak produktif lagi karena hasilnya sudah sangat rendah, jadi sudah
rugi kalau diusahakan.
Mereka kebanyakan lari ke
bukaaan baru yang hasilnya lebih besar. Kelompok Tani Hutan (KTH) Pembentukan
Kelompok Tani Hutan (KTH) sejak dibuka
petak 52f jadi seluruh peserta diwajibkan untuk memasuki Jumlah anggota KTH pada saat permulaan adalah 57
KTH. orang.
Jumlah ini terbagi atas empat kelompok yakni KTH
I, 11, 111, dan IV. Pada permulaan simpan pinjam.
kegiatan KTH
ini dibentuk koperasi
Modal awalnya adalah uang kontrak kerja
yang diterima dari Perum Perhutani. Selain itu ada simpanan pokok sebesar Rp 2000/pesanggem. lan hanya kira-kira setengah tahun
Kegiatan ini
.
berja-
Uang simpanan ini
dipinjam oleh anggota tetapi tidak dikembalikan akhirnya uangnya tinggal sedikit.
Disini petugas atau pengurus
tidak ada yang menagih, anggota juga tidak menuntut akan uangnya yang hilang. Petugas dari Perum Perhutani tidak pernah menyinggung tentang uang simpanan tersebut dan bagaimana mengelolanya,
sehingga pengurus simpan pinjam yang pendidiltannya rendah tidak mampu untuk mengelolanya dan berbuat lebih banyak untuk kemajuan simpan pinjamnya. Pertemuan anggota untuk setiap KTH hampir tidak ada hanya awal kegiatan
diadakan selapan sekali yaitu masing-
masing tiap KTH hari Rabu. pimpinan
karena
BKPH,
datang dalam pertemuan
Pertemuan ini tidak berjalan
Sup-Lap,
KRPH/PLPS
tidak
pernah
sebelumnya, sehingga para petani
merasa bosan dengan hanya temannya saja, artinya tidak ada yang
memberikan
inovasi
atau
hal-ha1
yang
baru
kepada
mereka. Karakteristik Petani Contoh Jumlah petani contoh yang diambil dari penelitian ini adalah
50
Sosial.
orang
semuanya
peserta
program
Perhutanan
Pengambilan petani contoh dilakukan secara sensus
dalam satu petak yaitu petak'52f.
Dari data petani contoh
diperoleh rata-rata penguasaan lahan petani peserta seluas 0.60 Ha (total penguasaan). perhutanan
Sedangkan khusus untuk lahan
sosial rata-rata penguasaan
adalah
0.32 Ha.
Lahan-lahan yang dimiliki umumnya merupakan lahan subur
dan
berbatu-batu
sehingga
sulit
ditanami.
kurang Ini
merupakan salah satu motivasi bagi peserta untuk mengikuti program perhutanan sosial. Pendidikan rata-rata petani contoh adalah tidak tamat Sekolah Dasar (SD).
Tingkat pendidikan merupakan salah
51
satu
indikator
menyerap
kemampuan petani contoh yang rendah untuk
teknologi
yang
diintroduksikan dalam
kegiatan
program perhutanan sosial. Usia rata-rata petani contoh adalah 37 tahun.
Hal
ini menunjukkan bahwa para petani contoh berada pada tahap usia
yang
cukup
memadai
untuk
mengelola
usahataninya
secara baik. Jumlah rats-rata anggota keluarga petani jiwa.
adalah 4
Keluarga yang cukup kecil akan memberikan kesempa-
tan yang baik bagi para petani untuk hidup secara baik sesuai dengan penguasaan lahan yang terbatas. Mengenai pertemuan kelompok tani hutan, petani menginginkan pertemuan itu dihadiri oleh petugas dari Perum Perhutani agar mereka dapat masukan dalam ha1 pertanian, pemeliharaan tanaman dan khususnya mengenai masalah simpan pinjam.
Petani belum mengerti bagaimana cara pengelolaan-
nya baik dari segi pembukuan, pembagian gian
hasil,
menyebabkan
simpan
bunga, dan pemba-
pinjam
tidak
berjalan
akibat dari tidak adanya pertemuan anggota. Petugas Perum Perhutani kurang memperhatikan masalah simpan pinjam pernah sosial.
karena
mendapat
tugasnya cukup
pelatihan
tentang
banyak program
dan
belum
perhutanan
Pola Tanam Agroforestr~Program Perhutanan Sosial Adapun
pola tanam agroforestry dalam program perhu-
tanan sosial di daerah penelitian lanjut
yaitu
tentang
jenis
akan diuraikan lebih
tanaman,
jarak
tanam.
1. Tanaman Kehutanan a.
Tanaman pokok
dalam program perhutanan sosial didae-
rah penelitian adalah jati (Tectonia grandis). b.
Tanaman tepi adalah tanaman yang ditanam ditepi jalan angkutan, jalan pemeriksaan, alur jurang, mata air, sungai dan dengan batas desa. tanaman tepi
Tujuan penanaman pohon
ialah mencegah tanah longsor
(tanaman
perlindungan), pencegahan gangguan keamanan dan sebagai tanaman hias. tanaman
tepi
Dalam program perhutanan sosial ini
yang
digunakan adalah
nangka
mucirata) dan mangga ( Mangifera indica) c.
(Annona
.
Tanaman pengisi adalah tanaman yang ditanam dengan tujuan
membantu
mengurangi
monokultur dan ditanam pada
segi-segi
negatif
dari
larikan tanaman pokok.
Jenis tanaman yang dipakai adalah kesambi (Schleichera 01 eosa) d.
.
Tanaman sela adalah tanaman yang ditanam dengan tujuan untuk
pengendalian
hanyutan
tanah
atau
erosi
dan
menambah kesuburan tanah, ditanami diantara larikan tanaman pokok.
Tanaman yang digunakan adalah rumput
hamil (Setaria s p p ) .
e.
Tanaman
sisipan
adalah
tanaman
yang
ditanam
pada
larikan tanaman sela, jenis tanaman ini harus bersifat pohonnya sisipan
tidak yang
menyaingi
digunakan
tanaman
adalah
pokok.
tanaman
Tanaman
jambu
mente
(Anacardiurn occidentale). f.
Tanaman pagar adalah tanaman yang ditanam disekeliling bidang tanam dengan jenis tanaman tertentu yang berfungsi sebagai pelindung/sebagai ternak dan lainnya.
Jenis tanamannya adalah secang
( Caesalpinia bonducellal
2.
pagar dari gangguan
.
Tanaman Palawija. Tanaman palawija diijinkan hingga tahun keempat dengan jenis petani
tanaman ddan
yang
secara
disesuaikan ekologis
menurut
cocok
untuk
kebutuhan ditanami.
Jenis tanaman palawija yang dipakai dalam program ini adalah jagung (Zea mays), kacang tanah (Arachis h.vpogeae) dan ubi kayu (Manihot esculenta).
3.
Jarak Tanam. Untuk tanaman pokok (jati) jarak tanam yang digunakan adalah 6 meter X 1 meter. Adapun bagan pola tanam agroforestry di lokasi pro-
gram
perhutanan
Gambar 3.
sosial
di
RPH
Becok
terlihat
dalam
Gambar 3 .
Bagan P o l a Tanam d i Lokasi Program Perhutanan S o s i a l , RPH Becok
Keterangan : L>
o
0
7 7 9
9Y'y 4 7 . =e '
=
Tanaman Pagar
=
Tanaman Tepi
=
Tanaman ~ e l i
=
ana am an
Pokok
=
Tanaman P e n g i s i
=
Tanaman S i s i p a n
=
Tanaman P a l a w i j a
Sumber : RPH Becok, 1 9 9 1
Hasil Keeiatan Keberhasilan mencapai. 6 5 . 8
tumbuh
persen.
tanaman
pokok
Tinggi pohon
sampai
saat
ini
rata-rata mencapai
1.91 meter dan rata-rata diameter batanq pohon 6 . 8 6 Untuk tanaman sela, keberhasilan tumbuhnya hampir
cm.
tidak
ada (20 persen). Tanaman sisipan,tanaman pengisi, tanaman tepi dan tanaman pagar rata-rata 40 persen tumbuhnya. Kecilnya persen tumbuh ini disebabkan oleh tanahnya cukup
kritis dan
berbatu-batu,
juga
disebabkan
kerusakan dimakan rayap dan adanya pencurian. persen
tumbuh dari
oleh
Kecilnya
tanaman sela (rumput hamii atau seta-
ria) disebabkan oleh banyak mati dan dibabati oleh pesanggem untuk memperluas garapannya yang akan ditanami an semusim.
tanam-
Selain memperluas garapan alasan lain adalah
mereka berpikir kegunaan dari rumput hamil itu tidak ada. Kalau untuk makanan ternak masih banyak rumput dihutan. Persen
tumbuh
yang kecil juga disebabkan oleh peng-
awasan dari Perum Perhutani yang sangat kurang, misalnya pertemuan anggota atau pesanggem dengan petugas Perhutani hampir tidak ada. Tanaman palawija
yang
sudah dipanen adalah tanaman
jagung kuning, kacang tanah, jagung putih, dan ketela pohon.
Produksi rata-rata unt~ik jagung kilning adalah 1500
kg per hektar dengan harga jual seliitar R p 200 per lozram.
ki-
P e n g e m b a l i a n k r e d i t . m e n u r w t Mandor s e b a g a i p e n a g i h d i petak
ini
berjalan
semua k r e d i t
dilaksanakan Biasanya
dengan
pesanggem
haik,
sampai
saat
penelitian
Perhutanan S o s i a l sudah lunas.
membayar
kredit
kira-kira
seminggu
s a m p a i d u a minggu s e t e l a h p a n e n .
Pengembalian k r e d i t i n i
berhasil
mendatangi
karena
mandor
langsung
rumah-rumah
pesanggem u n t u k menagihnya. Kegiatan baiB karena
s i m p a n p i n j a m d i KTH t i d a k b e r j a l a n
hanya
simpan pinjamnya
pada
saat
berjalan.
s e m u a n y a a d a Rp 1 1 2 0 0 0 .
permulaan Pada
dibentuk
waktu
pertama
dengan
KTH
saja
simpanan
Uang t e r s e b u t d i p i n j a m a n g g o t a
d a n t i d a k d i k e m b a l i k a n , s e k a r a n g t i n g g a l Rp 2 2 0 0 0 . O r g a n i s a s i P e l a k s a n a Program P r o g r a m p e r h u t a n a n s o s i a l i n i mempunyai s u s u n a n o r g a n i s a s i .pelaksanan program
l e n g k a p m u l a i d a r i D i r e k s i Pe-
rum P e r h u t a n i m e l a l u i D e v i s i P r o d u k s i S u p e r v i s o r t i n g k a t I Administratur/KIiPH PLPS
s e b a g a i ujung
bungan
dan
terlibat
Surabaya,
Supervisor
tombak p e l a k s a n a d a l a m membina
tingkat
yang dan
KPH
langsung
mengawasi
dan
berhukelans-
sungan jal-annya program. Pihak
Ford
F o u n d a t i o n merupakan
pemberi
saria s e k a l i g u s b e r t i n d a k s e b a g a i p e n g a b a s ,
monitoring h a s i l - h a s i l
dana
pelak-
s u p e r v i s o r , dan
proyek.
Susunan o r s a n i s a s i
pelaksana
prosram
sial d i l o k a s i p e n e l i t i a n (Lampiran 2 ) .
perhutanan
so-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian buruh dan
batu
kumbung,
perhutanan
pendapatan
sumber p e n d a p a t a n b e r a s a l d a r i
buruh
tani,
sosial.
terhadap
dagang/lainnya,
Proporsi
total
dari
pendapatan
tegalan
setiap
sumber menurut
dibahas
stratum. Stratum I ( 0 - 0.25 H a ) Sumber p e n d a p a t a n s t r a t u m I i n i b e r a s a l d a r i batu
kumbung, b u r u h t a n i , d a g a n g d a n
sosial.
Sumber p e n d a p a t a n
d a r i b u r u h b a t u kumbung dapatan
adalah
o l e h perhutanan
cukup
proporsinya
besar
perhutanan
adalah
berasal
t e r h a d a p t o t a l pen-
besar
(47.09
persen)
s o s i a l 25.67
persen,
dagang
dan buruh t a n i 10.75 p e r s e n Tabel 5.
paling
program
: buruh
dan
diikuti
16.89 p e r s e n
(Tabel 5 ) .
T i n g k a t P e n d a p a t a n Rata-Rata S t r a t u m I Pesanggem P e r h u t a n a n S o s i a l D a r i b e r b a g a i Sumber ( 1 9 9 0 ) Tingkat Pendapatan
Sumber P e n d a p a t a n (RP)
( Persentase )
B u r u h B a t u Kumbung Buruh T a n i Dagang/Lainnya Perhutanan Sosial
4 7 3 525
Total Pendapatan p e r k a p i t a per orang per h a r i Sumber :
329
D a t a P r i m e r , 1991 ( d i o l a h )
100.00
-
: 1 ) s e t a h u n d i a n g g a p 360 h a r i 2 ) j u m l a h r a t a - r a t a a n g g o t a k e l u a r g a RT stratum I adalah 4 orang 3 ) Pendapatan p e r k a p i t a per h a r i d i p e r o l e h d a r i t o t a l pendapatan d i b a g i dengan (360 x jumlah rata-rata a n g g o t a RT)
Keterangan
S u a t u h a 1 y a n g m e n a r i k d a r i s t r a t u m i n i a d a l a h bahwa pesanggem i n i t i d a k memiliki t e g a l a n hanya menguasai l a h a n y a n g d i b e r i k a n o l e h Perum P e r h u t a n i . harian
utamanya bukan
bertani
Mereka
melainkan
m a t a penca-
sebagai
buruh
y a i t u b u r u h b a t u kumbung. Buruh
batu
kumbung
sebagai
t e r h a d a p t o t a l pendapatan batu
kumbung
yang
penyumbang
stratum i n i ,
digali
p e r h a r i d a r i b u r u h i n i a d a l a h Rp
mereka
liar.
secara
-
2 500
mulai d a r i j a m 7 p a g i sampai j a m 16 s o r e .
kumbung
ini
sangat
mudah
dan
cukup b e s a r
harganya
mengambil
Penghasilan 3 000, b e k e r j a Penjualan batu
stabil.
Para
pembeli biasanya langsung d a t a n g ke tempat p e n g g a l i a n dan mengangkutnya,
petani
t i d a k m e m i k i r k a n kemana m e r e k a mau
pasarkan. Perhutanan
sosial
sebagai
sumber
pendapatan
pokok
kedua mereka anggap s e b a g a i tambahan p e n g h a s i l a n meskipun keadaan
fisili lahan
Dengan
kondisi
lahan
sesuai
dengan
kontrak
Ternyata
perhutanan
tidak
mendukung
tidak
baik
kerja
sosial
predikat
mereka
dengan mampu
tetap pihak
memberikan
terhadap t o t a l pendapatan s e b e s a r 25.67 persen
tersebut. menggarap perhutani. proporsi
Dagang/lainnya memberi
proporsi
persen.
Dari
pencahariannya
sebagai
terhadap stratum I
dagang
sumber
total
ketiga
pendapatan sebesar
i n i hanya
atau
pendapatan
16.86
mata
s a t u o r a n g yang
lainnya
yaitu
buruh
tambak,
p e n d a p a t a n n y a a d a l a h Rp 800 0 0 0 p e r t a h u n . Sumber
pendapatan
keempat
adalah
s t r a t u m I i n i hanya d u a o r a n g
buruh
tani,
dari
menjadi buruh t a n i , penda-
p a t a n n y a a d a l a h Up 250 000 p e r t a h u n d a n 240 0 0 0 p e r t a h u n (Lampiran 3 ) . Dengan pendapatan tahun
berbagai
sumber
rata-rata
adalah
Rp
473
pendapatan
stratum
ini
525
tahun.
per
di
rumah
per
maka
atas,
tangga
per
rata-rata
Jumlah
a n g g o t a k e l u a r g a p e r rumah t a n g g a a d a l a h 4 o r a n g .
Jika
s e t a h u n d i a n g g a p 360 h a r i , maka p e n d a p a t a n p e r k a p i t a p e r hari
hanya
Up
329,
ha1
ini
menunjukkan
bahwa
tingkat
pendapatan p e t a n i masih t e r g o l o n g rendah. S t r a t u m I1 ( 0 . 2 6
-
0.50 H a )
Pada s t r a t u m i n i t e r d a p a t jumlah paling yaitu
pada
banyak dibandingkan dengan s t r a t u m 20
tinggi
rumah
RT
(39.22
dalam
total
persen).
stratum
pendapatan
ini
Sumber
sekaligus
adalah
I,
t a n g g a yang I11 d a n
pendapatan penyumbang
perhutanan
IV
paling terbesar
sosial
(36.66
p e r s e n ) , d i i k u t i d a r i p e n d a p a t a n b u r u h b a t u kumbung ( 2 8 . 0 7 p e r s e n ) , t e g a l a n (21.35 p e r s e n i , buruh t a n i (12.16 p e r s e n ) dan
dagang
atau
pada t a b e l 6.
lainnya
11.76
persen)
seperti
yang
ada
Tabel 6 .
Tingkat Pendapatan Rata-Rata Stratum I1 Pesanggem Perhutanan Sosial Dari Berbagai Sumber ( 1 9 9 0 ) Tingkat
Pendapatan
............................
Sumber Pendapatan
( RP)
(Persentasel
Buruh Batu Kumbung Buruh Tani Dagang/Lainnya Tegalan Perhutanan Sosial
149 64 9 114 195
900 975 375 045 785
28.07 12.16 1.76 21.35 36.66
Total
534 080
100.00
.........................................................
......................................................... 375.58
Pendapatan Perkapita per orang per hari
Sumber : Data Primer, 1 9 9 1 (diolah)
Sumber perhutanan
pendapatan
utama
pada
stratum
ini
adalah
sosial dimana jumlah total pendapatan adalah
Rp 3 9 1 5 7 0 0 (Lampiran 4 ) .
Pendapatan ini besar, karena
pesanggem ada yang mempunyai lahan andil yang lebih luas dari lahan yang dimilliki. Tegalan
penyumbang
Rp 2 2 8 0 9 0 0 .
kedua
dengan
total
pendapatan
Jumlah Rumah tangga yang mempunyai tegalan
ada sebanyak 1 5 RT ( 7 5 . 0 0 persen).
Tegalan ini ditanami
dua kali setahun dengan sistem tumpangsari antara jagung, kacang tanah, dan kacang hijau. Disamping
perhutanan sosial dan tegalan,
ini masih mempunyai pekerjaan batu kumbung.
pesanggem
lain yaitu sebagai buruh
Buruh batu kumbung ini sangat cepat mengha-
silkan uang tunai, karena dengan
langsung
mendapatkan
uang.
Jumlah
kumbung
rumah
pada
ihi
tangga
stratum
yang
I1
bekerja
11 RT
ada
mengambil (55.00
batu
persen).
T o t a l p e n d a p a t a n d a r i b u r u h m e n g a m b i l b a t u kumbung a d a l a h Rp 2 9 9 8 0 0 0 . B u r u h t a n i p a d a s t r a t u m i n i a d a 7 rumah t a n g g a ( 3 5 . 0 0 p e r s e n ) d e n g a n t o t a l p e n d a p a t a n Rp 1 2 9 9 500 d e n g a n u p a h buruh
tani
1 500
Rp
per
hari,
sedangkan
dagang/lainnya
h a n y a 1 rumah t a n g g a ( 5 . 0 0 p e r s e n ) d e n g a n t o t a l p e n d a p a t a n R p 187 500.
Dengan b e r b a g a i s u m b e r p e n d a p a t a n d i a t a s t o t a l p e n d a patan seluruhnya
pada stratum i n i
dengan
pendapatan
tangga.
rata-rata
adalah
adalah
Rp
534
Rp 1 0 6 8 1 600 080 per
rumah
Sedangkan rata-rata pendapatan p e r k a p i t a p e r o r a n g
p e r h a r i a d a l a h RP 3 7 5 . 5 8 p e r h a r i p e r o r a n g d e n g a n j u m l a h rata-rata a n g g o t a rumahtangga
adalah 3.95.
S t r a t u m I11 ( 0 . 5 1
-
0.75 H a l
J u m l a h r u m a h t a n g g a u n t u k s t r a t a i n i a d a l a h 1 2 rumah tangga
(23.5
penyumbang tegalan
yang
(43.36
perhutanan
3.4
tinggi persen)
sosial
16.89 persen, sebesar
persen).
31.59
Sumber terhadap
total
diikuti persen,
dagang/lainnga 4.76 persen (Tabel 7 ) .
pendapatan
sebagai
pendapatan
berturut-turut buruh
batu
persen dan
adalah adalah kumbung
buruh t a n i
Tabel 7.
T i n g k a t P e n d a p a t a n R a t a - R a t a S t r a t u m 111 Pesanggem P e r h u t a n a n S o s i a l D a r i B e r b a g a i Sumber ( 1 9 9 0 ) Tingkat Pendapatan
...............................
Sumber P e n d a p a t a n
(RP) B u r u h B a t u Kumbung Buruh T a n i Dagang/lainnya Tegalan Perhutanan Sosial
124 25 35 318 232
Total
(Persentase)
167 000 000 529 330
735 026 -
100.00
-
Pendapatan p e r k a p i t a per h a r i p e r o r a n g
480.41
Sumber : D a t a P r i m e r ,
1991 ( d i o l a h )
Dari
Tabel
7
terlihat
bahwa
pendapatan
s o s i a l d a r i p e t a k 5 2 f a d a l a h Rp 1 4 8 2 6 2 5 dan
pendapatan
dari
perhutanan
perhutanan
(15.39 p e r s e n )
sosial
lainnya
adalah
s e b e s a r Rp 3 1 3 8 5 0 ( 3 4 . 1 8 p e r s e n ) , mempunyai 2 l a h a n a n d i l p a d a s t r a t u m i n i a d a s e b a n y a k 5 RT ( 5 5 . 5 6 p e r s e n ) . Penyumbang p e n d a p a t a n p a d a rumah
tegalan,
tangga
stratum i n i
mempunyai
tangga (91.67 p e r s e n ) ,
tegalan
jumlah t o t a l
berasal ada
11
dari rumah
pendapatan t e g a l a n
Rp 3 8 2 2 3 5 0 . Perhutanan total
sosial
pendapatan.
pekerjaan ikutan Umumnya
sampingan,
turut
penyumbang
Pekerjaan kata
menshijaukan
keseriusan
mereka
ini
terbesar mereka
penggarap dan
kurang
anggap
hanya
karena untuk
kedua
untuk sebagai
sekedar
bujukan bekerja
ikut-
petugas. dilahan
a n d i l , h a n y a p a d a s a a t pembukaan m e r e k a r a j i n s e t e l a h i t u mereka hanya d a t a n g s e b e n t a r dan l e b i h banyak waktu u n t u k tegalan,
walaupun
mempunyai merelta,
arti
yang
karena
stratum
ini
demikian
perhutanan
penting
merupakan
sebagai
penyumbang
sosial
sumber
kedua
sangat
pendapatan
terbesar
pada
R p 2 787 950 ( L a m p i -
y a i t u t o t a l pendapatan
.
ran 5)
Untuk kumbung,
penyumbang
jumlah
terbesar
rumah
tangga
T o t a l pendapatan d a r i buruh buruh
tani,
dagang
terhadap t o t a l Rp 4 2 0 0 0 0 .
atau
ketiga adalah
adalah 6
buruh
(50.00
persen).
i n i a d a l a h Rp 1 490 lainnya
memberikan
pendapatan b e r t u r u t - t u r u t
batu
000 d a n
sumbangan
Rp 300 0 0 0
dan
U n t u k b u r u h t a n i a d a 2 RT ( 1 6 . 6 7 p e r s e n ) d a n
d a g a n g / l a i n n y a a d a 2 RT ( 1 6 . 6 7 p e r s e n ) . U n t u k s t r a t u m 111 i n i d a r i b e r b a g a i s u m b e r p e n d a p a t an,
rata-rata
jumlah
anggota
pendapatan
adalah
rumahtangga
Rp
adalah
735 4.25,
026. rata
Rata-rata
pendapatan
p e r k a p i t a p e r o r a n g p e r h a r i u n t u k s t r a t u m i n i a d a l a h Rp 480.41.
Pendapatan i n i masih t e r g o l o n g rendah. S t r a t u m I V ( > 0.75 H a l
Pada s t r a t u m i n i jumlah persen) batu
116.00
sumber p e n d a p a t a n n y a a d a l a h d a r i : t e g a l a n , b u r u h
kumbung,
sosial.
rumahtangga a d a l a h 8
buruh
tani,
dagang/lainnya
dan
perhutanan
Sumber p e n d a p a t a n t e r t i n g g i a d a l a h t e g a l a n ( 4 8 . 5 3
p e r s e n ) , sumber p e n d a p a t a n kedua a d a l a h p e r h u t a n a n s o s i a l ( 3 9 . 0 8 p e r s e n ) b e r i k u t n y a a d a l a h b u r u h b a t u kumbuns
10.55
persen,
dan
buruh
tani
pendapatan dagang/lainnya Tabel 8 .
1.84
persen,
sedangkan
sumber
t i d a k ada (Tabel 8 ) .
Tingkat Pendapatan R a t a - R a t a Stratum I V Pesanggem P e r h u t a n a n S o s i a l d a r i B e r b a g a i Sumber ( 1 9 9 0 ) Tingkat
Pendapatan
................................
Sumber P e n d a p a t a n
( RP)
(Persentase)
B u r u h B a t u Kumbung Buruh T a n i Dagang/Lainnya Tegalan Perhutanan S o s i a l
80 13 0 413 333
000 889 000 959 334
Total
841 182
Pendapatan perkapita p e r orang p e r h a r i
100.00
-
488.83
S u m b e r : Data P r i m e r , 1 9 9 1 ( d i o l a h ) Tegalan
sebagai
sumber
stratum i n i disebabkan
pendapatan
tertinggi
pada
bahwa h a m p i r s e m u a p e s a n g g e m p a d a
s t r a t u m i n i mempunyai t e g a l a n y a n g c u k u p l u a s d i b a n d i n g k a n dengan
stratum
jagung
putih,
lainnya. jagung
dan cabe r a w i t .
Tegalan
kuning,
ini
kacang
D a r i tegalan i n i ,
biasanya
tanah,
ditanami
kacanq
hijau
sumbangan u n t u k p e n d a -
p a t a n t o t a l s e b e s a r 3 311 675 ( 4 8 . 5 3 p e r s e n ) . Perhutanan stratum i n i ,
sosial
pengumbang
k a r e n a pesanggem
terbesar
menguasai
kedua
lahan andil
pada yang
lebih luas. Untuk
stratum
ini
dari
berbagai
r a t a - r a t a p e n d a p a t a n Rp 8 4 1 1 8 2 .
sumber
pendapatar.:
R a t a - r a t a jumlah a n g g o t a
rumah
tangga
adalah
4.78,
jadi
perltapita per orang p e r h a r i
Hal
488.83. baik
ini
rata-rata
u n t u k s t r a t u m i n i a d a l a h Rp
menunjukkan
stratum
ini
sudah
lebih
d a r i s t r a t u m I , I1 d a n 111 ( L a m p i r a n 6 ) . D a r i s t r a t u m I , 11, 111 d a n I V ,
pendapatan
bermacam-macam
a d a l a h pesanggem yang
pendapatan
mereka
Stratum
I1
dan
t e r l i h a t bahwa s u m b e r
khusus
untuk
stratum
t i d a k memiliki lahan s a m a s e k a l i ,
kuasai sumber
berasal
dari
pendapatan
I,
perhutanan
sosial.
Stratum
perhutanan
sosial
memberikan
perhutanan
tertinggi I11
dan
proporsi
dari
pendapatan
tertinggi
t e r h a d a p t o t a l p e n d a p a t a n p a d a masing-masing
lahan
sosial.
berasal IV
I
stratum.
kedua
F a k t o r - F a k t o r yang Mempen~aruhi Pendapatan P e r h u t a n a n S o s i a l p a d a Pesanzgem Persamaan dari
hasil
perhutanan
analisa
sosial
adalah sebagai berikut Y =
-307965.28 t
regresi
dengan
dari... P r o ~ r a r n
antara
faktor-faktor
pendapatan yang
diduga
:
+ 4 . 1 3 Xl - 3.32 X2
t
0 . 3 2 X3
3 3 2 1 . 3 1 X 4 - 1 0 8 . 8 5 X5
dimana: Y
=
Tingkat pendapatan petani peserta dari perhutanan s o s i a l (Rupiah)
program
XI =
Biaya sarana produksi perhutanan s o s i a l (Rupiah)
X2 =
Biaya
X3
=
Pendapatan p e s e r t a program d a r i sosial (Rupiah)
X4 = X5
tenaga k e r j a l u a r keluarga (Rupiah) l u a r perhutanan
Jumlah c u r a h a n t e n a g a k e r j a k e l u a r g a yang d i c u r a h kan dalam p e r h u t a n a n s o s i a l (HOK)
=
Jumlah t e n a g a k e r j a perhutanan s o s i a l (HOK).
Nilai
yang
F h i t u n g yang d i p e r o l e h
dicurahkan sangat
diluar
nyata
(0.01
p e r s e n ) , m e n u n j u k k a n bahwa s e c a r a s i m u l t a n v a r i a b e l b e b a s yanq
dimasukkan
ke
terhadap variabel determinasi
tidak
bebas.
mempunyai Terlihat
( R2 ) y a n g b e s a r n y a 0 . 9 1 ,
bahwa v a r i a b e l n e r a n g k a n 91
dalam model
pengaruh juqa
memberikan
koefisien petunjuk
y a n g d i m a s u k k a n k e d a l a m m o d e l mampu persen
dari
nyata
me-
v a r i a s i pendapatan d a r i perhu-
t a n a n s o s i a l pada p e s e r t a (pesanqgem), b e r p e n g a r u h yang d i d u g a a d a l a h b e n a r .
j a d i v a r i a b e i ?an$
Tabel 9 .
Variabel (XI) (X2) (X3) (X4) (X5)
Konstanta
Hasil Analisa Regresi Penduga faktorfaktor yang Mempengaruhi Pendapatan dari Perhutanan Sosial di Lokasi Penelitian. Koef isien regresi
Standard eror 0.99 0.82 0.11 560.51 184.67
1.13 -3.32 0.32 3321.31 -108.85 -307965.28
t hitung (DF=45)
-
4.171:; 4.035* 2.990** 5.925 -0.589
F hitung R~
Sumber : Data Primer. 1 9 9 1 (Diolah) Keterangan : nyata pada tingkat kepercayaan 9 9 persen nyata pada tingkat kepercayaan 9 5 persen
** *
Faktor biaya sarana produksi berpengaruh positif dan nyata terhadap pendapatan pesanggem dari perhutanan sial.
Hal tersebut menunjukkan
so-
bahwa semakin besar biaya
yang dikeluarkan untuk usahatani perhutanan sosial maka ada kecenderungan semakin besar atau semakin tinggi jumlah pendapatan dari perhutanan sosial sampai pada awal tahun ke empat.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ratna-
wati ( 1 9 8 9 ) dan Yanurung ( 1 9 8 9 ) bahwa pada tahun ke empat lahan andil perhutanan
sosial sudah tidak bisa ditanami
tanaman palawija (yang tidak tahan naungan) karena tanaman pokok tajuknya sudah merapat jadi sudah menaungi. Dengan
penggunaan sarana produksi yang baik dalam
ha1 ini berimbang
maka produksi usahatani akan
baik dan hasilnya akan meningkat.
berhasil
Bila kita hubungkan
dengan kondisi dilapang dimana tanahnya kurang subur maka
perlu pemupukan yang baik dan teratur untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Apabila dalam
alokasi
sang
input produksi digunakan
optimal, maka
akan
dicapai
tingkat
produksi dengan keuntungan maksimal yang pada gilirannya pendapatanpun
dapat
meningkat.
Dalam
penelitian
ini
bahwa setiap penambahan biaya Rp 1000 akan dapat meningkatkan pendapatan dari perhutanan sosial Rp 4130 pertahun, dengan asumsi faktor produksi lain tetap. Menurut Abdurachman (1987) produksi fisik
terutama
tanah,
pemupukan
yang
pada
peningkatan biaya sarana
akan
meningkatkan
gilirannya
dapat
kualitas
meningkatkan
produksi tanaman tumpangsari hutan atau dengan kata lain pendapatan petani tumpangsari hutan akan meningkat. Biaya sarana produksi
dalam penelitian
ini terdiri
dari biaya untuk bibit, pupuk, alat angkutan (cikar dan colt) dan juga kredit yang harus dibayar selama setahun. Pemupukan dan peningkatan
bibit
kualitan
yang
dapat
lahan. yang
langsung pada
mempengaruhi
gilirannya
dapat
meningkatkan produksi tanaman perhutanan sosial dan pada akhirnya peningkatan pendapatan perhutanan sosial. Biaya tenaga kerja untuk Perhutanan sosial berpengaruh negatif dan perhutanan
nyata terhadap pendapatan pesanggem dari
sosial, artinya
untitk perhutanan
besarnya
biaya
tenaza
kerja
sosial yang dikeluarkan oleh pesanggem
maka semakin kecil pendapatan dari perhutanan sosial.
Ini
dapat dibenarkan dimana pemakaian tenaga kerja di pedesaan
masih belum optimum.
Khususnya di daerah penelitian bahwa
untuk mengerjakan lahannya kebanyakan dengan sistem soyon artinya orang
bekerja
banyak
dengan
tetapi
sesama
yang
tetangga,
dikerjakan
dimana
sedikit,
jumlah terjadi
inefisiensi tenaga kerja. Pendapatan luar perhutanan sosial berpengaruh positif dan
nyata
artinya
terhadap
semakin
pendapatan
tinggi
dari
pendapatan
perhutanan di
luar
sosial
perhutanan
sosial semakin tinggi atau semakin besar juga pendapatan dari perhutanan sosial. Hal di atas dapat dibenarkan karena dengan tingginya pendapatan
di
luar
pendapatan
perhutanan
sosial
akan
memberikan modal yang besar untuk mengusahakan usahatani di perhutanan sosial.
Karena seperti yang disebutkan di
atas dengan pemupukan yang berimbang
maka hasil produksi
akan meningkat. Jadi ha1 ini membutuhkan modal yang yang besar khususnya pada daerah penelitian. Menurut Sinaga dan White ( 1 9 7 7 ) bahwa semakin besar pendapatan di luar
usahatani maka besar pula pendapatan
di dalam usahatani
karena
adanya perbedaan
aset
yang
dapat digunakan untuk modal di kegiatan usahatani. Jumlah
curahan
tenaga
kerja
keluarga
perhutanan
sosial berpengaruh positif dan nyata terhadap pendapatan darj pendapatan dari perhutanan sosial, artinya semakin besar jumlah curahan tenasa kerja keluarga yang dicurahkan semakin tinggi pendapatan dari perhutanan sosial.
Curahan
tenaga kerja keluarga akan usahatani pemeliharaan tas
akan
semakin besar, maka pemeliharaan semakin terjamin.
Karena dengan
baik maka produksi akan meningkat. Intensi-
semakin tinggi untuk mengunjungi lahan pertanian maka
resiko yang
ditanggung usahatani tersebut akan berkurang
misalnya gulma akan berkurang, dan pencurian alcan berkurang. Faktor jumlah curahan tenaga kerja diluar perhutanan sosial tidak
berpengaruh nyata terhadap
pendapatan dari
perhutanan sosial artinya bahwa jumlah tenaga kerja untuk luar perhutanan sosial tidak perhutanan
sosial
dalam
akan mempengaruhi pendapatan
ha1
ini
pendapatan
perhutanan
sosial tidak akan terpengaruh dengan perubahan
penggunaan
tenaga kerja di luar perhutanan sosial.
Hal ini mengingat
kegiatan di luar perhutanan sosial ternyata bukan merupakan kegiatan substitusi dari kegiatan tumpangsari hutan, tetapi beres
bersifat pelengkap
kegiatan petani dikala
kegiatan di perhutanan
sosial.
sudah
Oleh karena
itu
tidak menganggu kegiatan di perhutanan sosial. Penggunaan tenaga kerja keluarga
yang baik, sarana
produksi terutama pemupukan yang berimbang akan meningkatkan produksi tanaman perhutanan sosial atau dengan liata lain pendapatan petani dari perhutanan sosial akan meningkat. peubah
Oleh karena itu, adanya pengaruh
nyata dari peubah-
biaya produksi, curahan tenaga kerja, pendapatan
luar perhutanan sosial dan biaya
tenaga kerja terhadap
tingkat pendapatan dari perhutanan sosial adalah logis.
D i s t r i b u s i Penguasaan Lahan Masalah
pemilikan
distribusi ekonomi lahan
pendapatan,
dan
kekayaan,
penguasaan
oleh
sebagian
berkaitan
lahan
politik.
lcecil
sangat
dengan
masalah
berbagai
kesempatan
Konsentrasi
penguasaan
masyarakat
berpengaruh
dianggap
terhadap
sebagai
distribusi
ketimpangan
yang
pendapatan,
l e b i h l a n j u t masalah i n i akan menjurus p r o s e s
polarisasi
penguasaan
sejumlah ada
lrecil
(petani
sejumlah
yang
luas
besar
Di
lahan.
menguasai
komersil)
masyarakat
satu
sebagian dan
yang
pihak besar
dilain
menguasai
terdapat
lahan
yang
pihak
terdapat
hanya
sebagian
k e c i l l a h a n yang a d a ( m a s y a r a k a t tunakisma, buruh t a n i t a k b e r l a h a n a t a u p e t a n i gurem). D i d a e r a h p e n e l i t i a n bahwa p e n g u a s a a n
beda,
dimana
l a h a n berbeda-
b a n y a k y a n g t i d a k mempunyai l a h a n a t a u y a n g
d i s e b u t tunakisma.
Pesanggem yang menguasai l a h a n a n t a r a
-
0 - 0 . 2 5 H a a d a s e b a n y a k 1 0 RT ( 2 0 . 0 0 p e r s e n ) , 0 . 2 6 H a a d a s e b a n y a k 20 RT
(40.00 persen),
0 . 5 1 - 0.75
0.50
H a ada
s e b a n y a k 1 2 RT ( 2 4 . 0 0 p e r s e n ) , d a n > 0 . 7 5 H a a d a s e b a n y a k 8 RT ( 1 6 . 0 0 p e r s e n ) .
Lahan i n i b e r a s a l d a r i l a h a n perhutan-
a n s o s i a l dan t e g a l a n . Menurut distribusi 0.67
penguasaan
(Lampiran 7 ) .
disebabkan luas
perhitungan
dan
oleh
lahan
di
Ratio daerah
angka
gini
untuk
penelitian
adalah
H a l i n i menunjukkan ketimpangan b e r a t ,
sebagian
sebagian
Gini
besar
kecil
pesanggem
menguasai
dengan k a t a l a i n t i d a k merata.
lahan
menguasai sangat
lahan
sempit,
J i k a k i t a bandingkan dengan h a s i l Agroekonomi
dalam
penelitian
T j o n d r o n e g o r o , & gJ
Survey
( 1 9 8 4 ) menunjukkan
a n g k a g i n i d i s t r i b u s i p e m i l i k a n l a h a n sawah d i t i g a d e s a d i Timur y a i t u
Jawa
berturut-turut an
Desa
Geneng,
Janti
0.67 dan 0.85,
0.78.
sangat tinggi.
dalam
Oshima
dan
Sukosari
menunjukkan ketimpang-
S i n a g a ( 1 9 8 9 1 menggolong-
kan ketimpangan i n i kepada ketimpangan b e r a t , daerah
penelitian
masih
RPH
Becok
adalah
distribusi
l e b i h merata walapun masih
berarti
penguasaan
tergolong
di
lahan
kepada ketim-
pangan b e r a t . Memang di desa
jadi
masalah
ini
sangat
susah dikendalikan karena
o r a n g k a y a yang p u n y a u a n g u n t u k membeli t a n a h ,
tanahnya
miskin
akan
tanahnya
semakin
semakin
luas
habis
di
lain
dijual
pihak
petani
atau
diwariskan
bahwa
distribusi
kepada keturunannya. Distribusi Seperti pendapatan lahan,
erat
jika
mungkinan
telah
disebutkan
hubungannya
distribusi
akan
Pendapatan diatas
dengan
di.stribusi
penguasaan
berpengaruh
positif
lahan
penguasaan
timpang,
terhadap
ke-
ketimpangan
d i s t r i b u s i pendapatan. Pada analisa adalah
penelitian
gini 0.67.
ratio Angka
ini '
distribusi ini
S e d a n g k a n d a l a n ~d i s t r i b u s i kan pendapatan
pernyataan
perhutanan
benar,
penguasaan
menunjukkan pendapatan sosial
itu
gini
dengan
lahan
ketimpangan
lahan berat.
t a n p a rnernperhi t.11ngr a t i o sebesar
0.67
(Lampiran 8 ) dan dengan memperhitungkan pendapatan perhutanan
sosial
tanpa dan
adalah
0.66.
distribusi
pendapatan
dengan memperhit.ungkan pendapatan
perhutanan
(Lampiran 9 ) .
sosial hampir sama Menurut Oshima pendapatan
>
pendapatan
di
berat.
Hal
0.5
Jadi
Sinasa
terjadi
daerah
(
ketimpangan
penelitian
ini
ini dusebabkan oleh
timpang dan juga produktivitas Misalnya lahan
1989),
jika distribusi
berat, distribusi. adalah
ketimpangan
penguasaan
lahan yang
lahan yang berbeda-beda.
perhutanan sosial dengan tahun tanam 1 9 8 8
tidak sama produktivitasnya dengan tahun tanam 1 9 8 9 karena tanam
tahun
1988
sudah memasukj. tahun
tahun tanam 1 9 8 9 baru memasuki
ketiga sedangkan
tahun kedua, jadi unsur
hara yang ada di dalam tanah masih lebih banyak tersisa pada tanah tahun tanam 1 9 8 9 jadi produktivitasnya lebih tinggi. Distribusi
ini
juga
disebabkan
oleh
petani
gang
pendapatannya tinggi di dalam pertanian maka modal untuk mengembangkan usaha pada non pertanian akan lebih besar, sehingga ha1 ini akan menpertinggi ketidakmerataan pendapatan. Perhutanan sosial berperan juga dalam masalah distribusi pendapatan ini, walaupun ha1 itu masih sangat kecil yaitu
dapat
memperbaiki
jelasnya lihat
Gambar 4.
anska
gini
0.01
Untuk
lebih
Y Persen kumulatif pendapatan TMPPS DMPPS
z Persen Rumulatif Pesanggem Keterangan :
- TMPPS
: Tanpa Memperhitungkan Pendapatan Perhutanan
- DMPPS
: Dengan Memperhitungkan P e n d a p a t a n P e r h u t a n a n
Sosial Sosial Gambar 4 . G i n i R a t i o D i s t r i b u s i P e n d a p a t a n P e t a n i Pesanggem P e r h u t a n a n S o s i a l ( 1 9 9 1 ) Gambar
4
menunjukkan
bahwa
garis
( g r a f i k ) semakin
menjauh d a r i g a r i s l u r u s semakin timpang Menurut
penelitian
d r o n e g o r o fi desa
(1984) d i
Geneng,
tribrlsi
Survey
Janti
dan
pendapatan
t i ~ r u ta d a l a h 0 . 4 8 ,
moderat
sedikit,
bahwa
0.49 dan 0.60.
dan
tetapi
Tjon-
Timur
yaitu
angka
sini
desa
dis-
berturut-
J a d i yang p a l i n g
tim-
fietiga desa tersebut tergolong
lietimpan-gan b e r a t . bahwa
ha1
daLam
Jawa
i ~ n t u k masing-masing
dengan desa p e n e l i t i a n baik
t i g a desa d i
Suliosari
p a n 2 a d a l a h Desa S u k o s a r i . ketimpangan
Agroekonomi
ini
Dibandingkan
ketiga desa
ini
kurang
k i t a bandinskan
\ < a r e n a \
bisa
masih
lebih
A n a l i s i s T i n a a t , Kerniskinan Untuk
mengukur
itese.jahteraan
tingkat
selain
distri-
b u s i pendapatan a d a l a h t i n g l i a t liemiskinan a b s o l u t ( a b s o l t r t prorrert.v)
.
Kebutuhan
Ti ngkat Hinimum
dijelaskan Untuk
kemiskirlari menurut
i ni
diukur
Sajogyo
(
dengan
1977
Standar
seperti
yang
kali ini. menganalisa
tingkat
kemiskinan
akan
dibedakan
atas dua k o n d i s i y a i t u dengan k o n d i s i t a n p a memperhitungk a n p e n d a p a t a n d a r i p e r h u t a n a n s o s i a l d a n d e n g a n memperhitungkan pendapatan perhutanan s o s i a l . Kondisi
tanpa
s o s i a l hanya diatas
memperhitungkan
20.00
garis
pendapatan
persen d a r i t o t a l
kemiskinan
dan
gori
paling
persen
miskin,
miskin,
28.00
dapat
21.71 persen
berada
p a d a s t r a t u m 11.
pada
garis
berada
kemiskinan
p e r s e n termasuk k a t e -
persen
di1i.hat
r a k a t masih sangat rendah.
rumahtangga
dibawah
80.00 persen dengan p e r i n c i a n 46.00
perhutanan
miskin
tingkat
sekali,
pendapatan
6.00
masya-
Kelompok p a l i n g m i s k i n s e b e s a r stratum
I,
30.44
persen
berada
34.78 p e r s e n b e r a d a pada s t r a t u m 111 dan
1 3 . 0 4 p e r s e n b e r a d a pada s t r a t u m I V . Kelompok pada
stratum
mlskin I,
sekali,
71.43
persen
s e d a n g k a n p a d a s t r a t u m TI.! Kelompok
mi s k i n ,
sebesar
21.43
berada
pada
persen
berada
stratum
11,
dan I V tidak ada.
sebesar
33.33
persen
berada
pada
s t r a t u m 11, 6 6 . 6 7 p e r s e n b e r a d a p a d a s t r a t u m 111 s e d a n g k a n p a d a s t r a t u m I d a n I\- t i d a k a d a .
Kelompok kemiskinan, 20.00
rurnahtanzga
sebesar
20.00
yang
berada
persen
berada
diatas pada
garis
stratum
persen berada pada s t r a t u m 11, 10.00 persen
I,
berada
pada s t r a t u m I11 dan 50.00 persen berada pada s t r a t u m I V . H a l i n i dapat d i l i h a t pada Tabel 10.
T a b e l 10.
D i s t r i b u s i Burahtangga Pesonggem B e r d a s a r h T i n g k a t Kemiskinan Tempat P e n e l i t i a n t a n p a M e r p e r h i t u n g h Pendapatnn P e r h u t a n a n S o s i a l
T i n g k a t E m i s k i n a n E k u i v a l e n Berm ( k g )
...............................................................
strat-
(
180
180-239
>
240-320
320
Total
............................................................... (X)
(ow)
(ow)
(X)
(or8)
(Z)
(0%)
(X)
(OrE)
(X)
I
5
50.00
3
30.00
0
0.00
2
20.00
10
100.00
I1 111
7 8 3
35.00 66.67 37.50
10 1 0
50.00 8.33 0.00
1 2 0
5.00 16.61 0.00
2 1 5
10.00 8.33 62.50
20 12 8
100.00 100.00 100.00
IV
23 46.00
Total X
Surber :
14 28.00
3 6.00
10 20.00
50 100.00
D a t a Primer ( 1 9 9 1 )
Bila dilihat
perstratum
bahxa
stratum I
80
b e r a d a d i b a w a h saris k e m i s k i n a n
dengan p e r i n c i a n
miskin
30
50
persen,
miskin
sekali
atas g a r i s kemiskinan hanya 20
Stratum
I1
90
perseri
persen
persen paling
sedangltan
di
persen.
berada
pada
garis
kerniskinan
d e n g a n p e r i n c i a n 35 p e r s e n p a l i n g m i s k i n , 50 p e r s e n m i s k i n sekali
dan
5
persen
miskin,
sedangkan
diatas
Saris
S t r a t u m 111, 9 2 p e r s e n kinan
dengan
sekali
8
perincian
persen
dan
b e r a d a d i bawah
paling
miskin
miskin
17
67
persen,
g a r i s kemis-
persen,
miskin
sedangkan
berada
d i a t a s g a r i s k e m i s k i n a n h a n y a 33 p e r s e n b e r a d a d i b a w a h g a r i s k e m i s l ~ i n a n h a n y a 38
Stratum I V persen
b e r a d a p a d a kelompok p a l i n g m i s k i n s e d a n g k a n pang
b e r a d a d i a t a s g a r i s kemiskinari a d a l a h 62 p e r s e n . Bila
pendapatan
dari
perhutanan
sosial
digabunglian
dengan pendapatan l u a r p e r h u t a n a n s o s i a l , golongan p a l i n g miskin
a d a 14 p e r s e n ,
Untuk
golongan
yakni
sebesar
mengalami Golongan
miskin 28
ltenaikan berada
golongan sekali
persen, dari
diatas
i n i mengalami
tidak
mengalami
sedangkan
6
persen
garis
penurunan.
golongan
menjadi
kemisltinan
perubahan
16
juga
miskin persen.
mengalami
k e n a i k a n d a r i 20 p e r s e n menjadi 4 2 p e r s e n ( T a b e l 11)
Tabel 11.
D i a t r i b u e i Rumah Tangga Pesanggel Berdasarkan Tingkat K-iskinan
Dengan Herperhitungkan Pendapatan Perhutanan
Sosial
TingkaL K ~ i s k i n a nEkuivalen Beras (kg)
Stratw
............................................................. < 180
180-239
240-319
)
319
Totnl
P a d a kelompok rumah t a n g g a yanq b e r a d a d i a t a s g a r i s iiemiskinan
ter.jadi
mensalamj
stratum i n i persen)
peningkatan
dan
stratum
sekitar
peningkatan
I11
22 persen.
adalah stratum
(33 persen)
sedangkan
Dan
I1 ( 3 5
stratum
I
d a n IV t i d a k m e n g a l a m i p e r u b a h a n . Dengan perhutanan rumah
melihat
peningkatan
diatas
maka
s o s i a l t e l a h membawa p e n i n g k a t a n
tangga
peserta
perhutanan
sosial,
kehadiran
kesejahteraan karena
tingkat
kerniskinan berkurang s e t e l a h adanya p e r h u t a n a n s o s i a l .
K E S I M P U L A N DAN S A R A N
Kesimpulan Perhutanan
sosial
sebagian masalah
merupakan
alternatif
pemecahari
yang ada di pedesaan yaitu kekurangan
lahan garapan, dengan hadirnya perhutanan menambah penguasaan
lahan oleh
petani
sosial dapat
yang
ikut dalam
program perhutanan sosial. Sumber pendapatan petani di desa penelitian adalah buruh batu kumbung, buruh tani, dagang/lainnya, tegalan, dan perhutanan sosial.
Pada stratum I1 sumber pendapatan
tertinggi berasal dari perhutanan sosial (36.66 persen), diikuti oleh buruh batu kumbung, tegalan, buruh tani dan dagang/lainnya.
Untuk stratum I, I11 dan
IV
Proporsi
pendapatan dari perhutanan sosial menempati urutan kedua dari
sumber pendapatan
menunjukkan bahwa yang
masing-masing
stratum, ha1
ini
perhutanan sosial memberikan sumbangan
cukup berperan
terhadap
total pendapatan
masing-
masing stratum. Dari
hasil
regresi
mempengaruhi pendapatan
diperoleh
faktor-faktor yang
perhutanan sosial adalah biaya
sarana produksi, pendapatan luar perhutanan sosial, jumlah curahan
tenaga
kerja
keluarga
pada
perhutanan
sosial
berpengaruh nyata dan positif sedangkan biaya tenaga kerja luar keluarga berpengaruh nyata dan negatif, dengan 112 adalah 0.91.
Distribusi
penguasaan
lahan
di
daerah
adalah timpang, angka gini ratio sebesar 0 . 6 7 . an
ini
karena
kermasuk sebagian
ketimpangan berat, kecil
pesanggem
ini
yang
penelitian Ketimpang-
dapat
terjadi
menguasai
sangat luas dan sebaliknya banyak pesanggem
lahan
tidak mengua-
sai lahan (hanya lahan dari perhutanan sosial). Distribusi penguasaan lahan erat hubungannya dengan distribusi
pendapatan,
penguasaan pendapatan distribusi
lahan
.
Hal
dengan
akan
berpengaruh
ini
pendapatan
timpangnya
terjadi tanpa
terhadap
pada
distribusi distribusi
penelitian
memperhitungkan
ini,
pendapatan
dari perhutanan sosial angka gini ratio adalah 0 . 6 7
dan
dengan memperhitungkan pendapatan dari perhutanan sosial angka gini sebesar 0 . 6 6 ,
angka ini dua-duanya termasuk
dalam golongan ketimpangan berat. Dengan adanya perhutanan sosial distribusi pendapatan mengalami perbaikan sebesar 0 . 0 1 timpang
walaupun ha1 ini masih
.
Dari analisa kemiskinan
kesejahteraan petani mening-
kat dengan adanya program perhut,anan sosial, ini terlihat dari kenaikan jumlah peserta program
perhutanan sosial
berada di atas garis kemiskinan menurut kriteria Sajogyo (1977),
tanpa memperhitungkan pendapatan dari perhutanan
sosial petani yang berada diatas garis kemiskinan adalah 21.57 persen sedangkan dengan adanya program ~erhutanan
sosial naik menjadi 43.14 persen.
Perhutanan sosial sangat penting artinya bagi petani baik dari segi peningkatan pendapatan, distribusi pendapatan, distribusi penguasaan lahan dan mengurangi angka kemiskinan. S
Untuk sosial
meningkatkan
perlu
3
hasil
produksi
penggunaan input produksi
dari
perhutanan
yang berimbang
seperti pupuk dan bibit, sehingga perlu adanya penanganan dari
Perum
produksi antara
Perhutani yaitu dengan menyediakan
misalnya lain
menyediakan kepada
dengan
dengan
memberikan
kios-kios yang
masyarakat
penelitian
menyediakan
masih
dengan
atau
memberikan pelayanan
cepat, dan
produksi
bibit
pupuk,
dapat
terisolir
sarana
sarana
mengingat kesuburan
di
daerah
tanah
kurang
baik. Penanganan
KTH
pembinaan
diperlukan,
karena
umumnya
pengalaman
bertani rendah,
jenis-jenis
tanaman
yang
terhadap
mereka
masyarakat
berpendidikan
dan
terutama dalam pengenalan
baru
(unggul) ,seperti jagung
kuning. Penyeleksian akan anggota yang mau mengambil lahan andil
dari
perhutanan
sosial
perlu
diperbaiki, karena
dengan penyeleksian yang baik distribusi penguasaan lahan yang
timpang
tidak
akan
terjadi
seperti
dl
daerah
penelitian saat ini. Petani pemilik lahan luas mendapat andil perhutanan sosial yang luas, sebaliknya yang tidak mempunyai lahan hanya mendapat lahan andil yang sedikit (sempit).
DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, A. J. 1987. Tingkat Pendapatan Usahatani Tumpangsari Hutan di Perum Perhutani KPH Bojonegoro. Disertasi Magister Sains pada Fakultas Pasca Sarjana IPB. Tidak Dipublikasikan. Alrasyid. 1 9 8 1 . Manajemen Sumber Bahan Baku Untuk Menunjang Kelestaraian Industri Perkayuan. Proceeding Diskusi Perkayuan Balai Penelitian Hasil Huten. Jakarta. 1967. 1 9 6 7 . Jakarta
Undang-undang Pokok Kehutanan No. 5
1986.
Program Pengembangan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. Jakarta.
Anonymous.
di Indonesia.
.
1 9 8 7 . Program Pengembangan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Bratamihardja, M. 1987. Agroforestry of Forest Land in Java dalam Proceding Lokakarya Perhutanan Sosial Tingkat Administratur dan Kepala Seksi. Semarang 7 - 8 Nopember 1 9 8 9 . Halaman 5 1 - 6 0 .
.
Departemen Kehutanan 1987. Hutan untuk Masyarakat. Pameran Pertanian Pameran Pertanian dan Festival makanan Hari Pangan Sedunia VII. Jakarta. Esmara, H. 1 9 7 5 . Regional Income Disparaty in Indonesia. Income Distribution, Employment and Economic Development in Southeast and East Asia. The Japan Economic Research Centre. Tokyo. Gujarati. 1 9 8 8 . Ekonometrika Dasar. Jakarta. Terjemahan.
Penerbit Erlangsa.
Hananto, S. 1980. Masalah Perhitungan Distribi.isi Pendapatan di Indonesia. Prisma No. 1 tahun lZ, Januari 1 9 8 0 . Haeruman, H. 1985. Hutan Remasyarakatan. iiertas Kerja Disampaikan dalam Seminar Persatuan Sarjana Kehutanan. Tidak Dipublikasikan. IPB. Bogor Hadipurnomo. 1980. Asroforestry di Lingkungan Perhutani. Majalah Duta Rimba V I (42):li - 2 2
Perurn
I
Pelaksanaan
Proyek
Ratnawati, A. 1989. Evaluasi Proyek Perhutanan Sosial dan Analisa Optimalisasi Usahatani Tumpangsari Tanaman Pangan di RPH Hanjuang Tengah KPH Sukabumi. Jawa Barat. Disertasi Magister Sains pada Falcultas Pasca Sarjana IPB. Tidak Dipublilcasikan. Sajogyo. 1977. Golongan Miskin dan Partisipasi dalam Pembangunan Desa. Prisma No.3 tahun VI Maret 1977. Sarasutha, I.G.P. 1985. Pengaruh Padi Gogorancah Terhadap Peningkatan dan Distribusi Pendapatan Petani di Kabupaten Indramayu. Disertasi Magister Sains. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Tidak Dipublikasikan. 1981. Agroforestry di Indonesia PengerSatjapradja, 0. tian dan Implementasi. Makalah Seminar Agroforestry dan Perladangan. Jakarta Seymour, F and Fisher. 1987. Energing Lesson from Social Forestry Programs in Southest Asia (with Special Reference to Indonesia) in Planning and Implementation of Social Programes in Indonesia. Vol. 1 Workshop Organized by the Faculty of Forestry G?lV in Collaboration with Fonc and FAO/RWEDP. Jogyakarta.
Siagian. 1984. P r o s e s P e n g e l - o l a a n Pembangunan N a s i o n a l Gunung Agung. Jakarta
.
e t A. 1 9 8 1 . P o l a P e m i l i k a n Lahan P e r t a Simatupang, P. n i a n d i I n d o n e s i a dan Pengaruhnya Terhadap Sebaran Pendapatan dan Teknologi. PAE. Bogor. S i n a g a , S.M.T. 1989. Dampak P r o y e k P e r h u t a n a n S o s i a l Terhadap T i n g k a t Pendapatan dan D i s t r i b u s i n y a serta T i n g k a t Kemiskinan P e t a n i P e s e r t a Proyek ( S t u d i Kasus d i RPH B a n t e r a n , KPH Banyumas B a r a t , Perum P e r h u t a n i U n i t I J a w a T e n g a h ) . Makalah Seminar Proyek Perhutanan S o s i a l 1989. J a k a r t a White. 1979. B e b e r a p a Aspek KelembaS i n a g a , R. dan B. g a a n d i P e d e s a a n Jawa D a l a m H u b u n g a n n n y a Dengan K e m i s k i n a n S t r u k t u r a l . M a k a l a h K o n g r e s H I P I S 111. M a l a n g . K e l e s t a r i a n Hutan J a t i d i Soematmadja, S.A.S. 1982. W i l a y a h K e r j a Perum P e r h u t a n i . D u t a Rimba B u l e t i n No. 5 3 / V I I I / 1 9 8 2 h a l a m a n 9 - 1 7 . S o e k a r t a w i , A . S o e h a r d j o , D i l l o n d a n J . Brean H a r d a k e r . 1985. I l m u U s a h a t a n i d a n P e n e l i t i a n u n t u k Pengembangan Petani. K e c i l . Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sudarlan, D. 1977. Suatu Tinjauan Tentang Pelaksanaan S i s t e m T u r n p a n g s a r i p a d a A r e a l H u t a n Tanaman P i n u s M e r k u u s i d i BKPH M a l a y a n g B a r a t , KPH Bandung U t a r a . Bandung. T j o n d r o n e g o r o , S.M.P. d a n G . Wiradi. 1981. Dua Abad Penguasaan Tanah. P o l a Penguasaan Tanah. Pola P e n g u a s a a n P e r t a n i a n d a r i Masa k e Masa. PT G r a m e d i a . Jakarta. Wie,
T. K. 1977. F a k t o r - f a k t o r Pokok Pendapatan Indonesia. Prisma no. 3 1977.
Dalam tahun
Pembagian V I Maret
1984. Developing S t r a t e g i s f o r S o c i a l Wiersum, K . F. Forestry. A C o n c e p t u a l A p p r o a c h Working P a p e r E P I . E a s t West C e n t e r . Honolulu. Wiradinata, S. 1 9 8 7 . S o c i a l F o r e s t r y i n non F o r e s t A r e a Indonesia Experience. Paper Presented a t Regional Workshop o n S t r a t e g i e s f o r E f e v t i c e I m p l e m e n t a t i o n o f S o c i a l F o r e s t r y Program. Cos Banos Laguna, P h i l i p i n a . March 30 t o A p r i l . Philipines.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Banyaknya Rumah Tangga yong Hemiliki Sawah dan Rata-rata Luas Pemilikannya di Beberapa Desa di Jawa
Jumlah Rumah Tangga
Rata-rata Pemilikan
-------.....----------------------------CIXI
DeSa
Jumlah Res- Tak Hemiliki ponden 1RT) Sawah ( X )
Hemiliki Sawah ( X I
Per Rumah Per Pemilik Tangga ( H a ) (Ha)
RATIO
JAGA BARAI Sentul Nariuk Jati Sukaambit Balida Wargabinangun
107 114 128 148 140 138
30 70 32 23 59 73
70 30 68 77 41 27
0.38 0.5 0.39 0.16 0.28 0.55
0.54 1.67 0.57 0.21 0.69 2.05
0.63 0.87 0.71 0.57 0.85 0.91
143 138 106
58 28 64
42 72 36
0.29 0.32 0.31
0.68 0.44 0.87
0.84 0.61 0.85
131 132 114
60 56 50
40 44 50
0.37 0.22 0.37
0.95 0.51 0.73
0.78 0.67 0.85
JAWA TENCAH Kebanggan Wanarata Rowosari JAWA TIHUR Geneng Janti Sukosari
Sumber : Cunawan Wiradi dan Hakali. Penguasaan Tanah dan iielembagaan. Studi Dinamika Pedesaan. Survey Agro Ekonomi 119831
Lampiran 2. Bagan nekanisme Kerja Program Perhutanan Sosial 1KPH Tuban, 1991)
-----
0
----
F--i_I Ford Foundation ++++
Devisi Produksi
Biro Produksi
Bina Swadaya
Devisi Perencanaan
Biro
Perencanaan
lq++p 7 1 Kel. Kerja Tingkat Unit
Ajun Adm.
0 Kec.
+tt++
a Asper IKBKPH
Keterangan :
----------
L
+t++t+++++
=
KKPH KTKO KBKPH KRPH PLPS
: s z : :
Garis Komando Garis Konsultasi Garis Koordlnasi Kepala Kesatunn Pemangkuan Hutan Kepala Teknik Kehutanan timum Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutah Kepala Resort Polisi Hutan Penyuluh Lnpangan Perhutanan Sasial
~
i
~
---------
l---------d ~ ~
Lampiran 3.
Total Pendapatan Petani Peserta Perhutanan Sosial dari Berbagal Sumber pada Stratum I (19901 --
~p
Sumber Pendapatan
No. petani
--------.-----------------..----.-----...-
Perhutanan Sosial (Rpl
Persentase Sumher :
25.67
Tcgalan (Rpl
Buruh Batu
0
47.09
Data Primer, 1991 (diolahl
Rumbung ( R p )
Buruh Tani (Rp)
10.35
DagangILainnya 1 RP;
16.89
Total IRp)
100.00
LampIran
T o t a l Pendapatan Petan1 P e s e r t a Perhutanan S o s i a l d a r l Berbasal Sumber pada Stratum I 1 ! I 9 9 0 1
Sumber Prndapatan
P"Lilll,
----.....--.....-...-...-----------..-~-------.---........~.~~~-----------.. Perhutanan S o s i a l 1Rpl
Persentase Sumber :
36.65
Tcqvlvn !Rpl
21.35
Data Primer, 1991 r d i o l a h )
Buruh Batu
Buruh Tan,
Bumbung lRp1
!Rp>
26.07
12.16
DugangfLaihnya 1Rp1
1.76
Total IRpl
100.00
Lamplaran 5 .
T o t a l Pendapatan Petan, P e s c r t a Perl!otannr, S o s i a l d n r ~Berl,ayai Sumhcr pada Stratum 1 1 1 119901
Sumher Pe!ldnpatvn No,
pctunl
-----------------------------------..--
Perhutanan S o s i a l IRp)
Sumber :
'regalan IRp)
Data P r i m e r , 1991 l d i o l a l , l
Buruh Bat" Kumburlq IRpI
Buruh Tu~rl IRpI
DaganqILainnva (Rpl
Total
(Up;
i.&lmplrarr 6 .
Total Pendapvtan P e t a i l , P e s e r t n Pcrl~ulat>auS o s i a l d a r l Berbagai Sumber
['adu Stratum I\' 119901
Sumbel. Pendapatan h.,
Petnnl
................................................
Perhutanan S o s i a l (Rp1
Sunher :
Tcgalan IRpl
Data Prlmer, 1991 t d i o l a h l
Buruh BaLu liumbung IRpI
Buruli Tat11 IRpI
Uagang/Lainn).a (Ri'l
Total (Rpl
Lampiran 7 .
Stratum
Total Sumher :
P e r h i t u n g a n Gin1 R a t i o Penguasaan Lahan P e t a n i P e s e r t a Program P ~ r ) i l i t a ~ ~Saoi is i a l
rota1 I.uas Lahan (Ha)
27.080
Proporsi Total i::>as ialian
5
X
Qii
Qi
+
Oi i
(%)
1.00
Data Primer, 1991 ( d i o l a h ) GR = 1 -
Qi
P i ( Q i+ Q i i )
-
-
1.6584
Lampiran 8 .
Stratum
Total Sumber :
P e r h i t u n g a r ! t i i n i i i a t i o P e n d a p a t a n T a n p a Memperhitungkan Pendapat.an d a r i P e r h u t a n a n S o s i a l
Total l'endapatar~ (RP)
18 595 155
Proporsi Total Pendapatat~ i%)
1.00
Data P r i m e r , 1 9 9 1 i d i o l a h )
GR = 1 -
5 Z Pi ( Q i t Qii)
Qi
Qii
-
Qi t Q i i
-
1.6561
Lampiran 9.
Stratum
Total Sumber :
P e r h i t u n g a n G i n i R a t i o Pendapatan T o t a l P e t a n i P e s e r t a Program P e r t ~ u t a n a n S o s i a l
Total Pendapatan (RP)
Proporsi Total Pendapatan
1.00
D a t a P r i m e r , 1991 ( d i o l a h )
5
- Z P i (Qi 1
Qii
-
-
Qi+ Q i i
(%)
29 184 750
GR = 1
Qi
+
Qii)
1.6718