UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN
PENGARUH SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan oleh :
RASTIOMA H.MANULLANG 050501037 EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2009 Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Abstrak
High economic growth is all government target. All government want to this goal because economic growth can discribe the society condition and can show us about welfare index in a country or region. The research analyzes how the effect or contribution of agriculture sector and services sector for Product Domestic Regional Bruto in North Sumatera. Theory of agriculture sector and services sector were used theory with Ordinary Least Square / OLS model to exhibite how many influence of independent variable to dependent variable. The result show that agriculture sector and services sector significant influence to Product Domerstic Regional Bruto by 0.81 coefficient of determinat (Rsquare). While each of the independent variables has the significant effect to dependent variable. Therefore, the scription concludes that the agriculture sector and services sector so important to increase economic growth North Sumatera. Key words : Product Domestic Regional Bruto, Agriculture Sector, Services Sector.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat penyertaan, kasih setia kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjanaa pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Adapun penulisan skripsi ini disusun dengan judul ”Pengaruh Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara”. Isi dan materi skripsi ini didasarkan pada penelitian kepustakaan serta perkembangan dan data-data sekunder yang yang teerkait dengan hal yang berkaitan. Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi oleh penulis baik itu materil maupun moril oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak yang terkait sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, khususnya : 1.
Bapak Jhon Tafbu Ritonga, SE, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku kepala Departemen Ekonomi pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Drs. Murbanto Sinaga selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulisan dalam penyempurnaan skripsi ini.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 2 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
4.
Ibu Ilyda Sudardjat, Msi dan Drs. Rahamad Sumanjaya, Msi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Prof. DR. Ramli MS selaku Dosen Wali, serta seluruh dosen pengajar mata kuliah di FE- USU yang sudah membantu, membimbing, mengarahkan serta mendidik dan membuka wawasan penulis selama mengikuti perkuliahan.
6.
Staf Administrasi FE- USU yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan urusan-urusan administrasi selama perkuliahan.
7.
Dengan
rasa
hormat
kepada
ayahanda
M.Manullang
dan
Ibunda
M.Tinambunan yang selalu mendukung dengan doa dan kasih sayang yang tidak ternilai mulai dari perkuliahan hingga selesai penulisan skripsi ini. 8.
Bapak Pastor Marianus Manullang OFM.Cap. yang telah memberikan perhatian dan motivasi dalam doa.
9.
Kakakku Rostime, Rostuyanti, Roy Herda yang telah memberikan perhatian, dukungan dan membantu penulis baik materil maupun non materil mulai dari perkuliahan hingga selesai penulisan skripsi ini.
10. Abang – abangku Jollin, Dalton, Bernatus, Maslin dan Adikku Donal yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa. 11. Temanku Samuel Manurung yang telah banyak memberikan perhatian, masukan waktu dan tenaga dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Sahabat – sahabat seperjuangan Valentina Siagian , Lisna pakpahan dan seluruh teman – teman Ekonomi Pembangunan 2005 dan semua teman yang tidak dapat
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 3 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan ide dan masukan serta inspirasi dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis menyadari masih banyak hal yang kurang dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat meningkatkan kualitas skripsi ini.
Medan,13 Maret 2009 Penulis
Rastioma H.Manullang
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 4 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRACT .............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................
6
URAIAN TEORITIS ..........................................................
8
2.1 Pembangunan Ekonomi.................................................
8
2.2 Pertumbuhan Ekonomi ..................................................
9
BAB II
2.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................
10
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ......................................... .
22
2.3 Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi.................................................
25
2.3.1. Kontribusi Ekonomi Sektor Pertanian .................
25
2.3.2 Pertanian Sebagai Sektor Pemimpin .....................
28
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 5 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
2.3.3 Peranan Pemerintah dalam
BAB III
BAB IV
Pembangunan Pertanian .......................................
30
2.3.4 Tujuan Pembangunan Pertanian............................
33
2.4 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .......................
33
2.4.1 Perdagangan .........................................................
33
2.4.2 Teori Perdagangan Internasional...........................
36
2.4.3 Hotel ...................................................................
38
2.4.4 Restoran ..............................................................
41
METODE PENELITIAN ................................................
44
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ......................................
44
3.2. Jenis dan Sumber Data. ..........................................
44
3.3. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data. .................
44
3.4. Pengolahan Data ....................................................
44
3.5 Model Analisis Data ...............................................
45
3.6 Test of Goodness of Fit (uji kesesuaian ) .................
46
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ...........................
49
3.8 Defenisi Operasional ..............................................
51
TINJAUAN UMUM ......................................................
52
4.1 Gambaran Umum Wilayah Propinsi Sumatera Utara.......................................................
52
4.2 Gambaran Umum Perekonomian Sumatera Utara........................................................
56
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 6 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
4.3 Perkembangan Sektor Pertanian Sumatera Utara........................................................
69
4.4 Perkembangan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Sumatera ...................................
70
4.5 Hasil Estimasi Dan Interprestasi ..............................
75
4.5.1 Analisis dan Pengumpulan Data Utara Interprestasi Model .........................................
75
4.5.3 Analisis Koefisien Determinasi
BAB V
Koefisien Determinasi R2 ....................................................
78
4.5.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik...................
87
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................
84
5.1 Kesimpulan ............................................................
84
5.2 Saran ......................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 7 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
1.1
judul
halaman
Kondisi Geografis Sumatera Utara berdasarkan Kabupaten/ Kotamadya .........................................................................
53
1.2 Perkembangan Inflasi Sumatera Utara Tahun 1985-2005 ......................
60
1.3 Perkembangan Inflasi Nasional dan Regional Sumut Tahun 2005-2007 ..................................................................................
61
1.4 Perkembangan PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1985-2007 ..................................................................................
62
1.5 PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Harga Konstan Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2005-2007 ...................................................................
63
1.6 PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Harga Konstan Menurut Sektor Ekonomi Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ........
64
1.7 Perkembangan PDRB Sumatera Utara dan PDRB Sektor Pertanian Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1985-2007 ......................................
70
1.8 Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara 2003-2007 ...........................
73
1.9 Ekspor Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi 2003-2007 ................
73
2.0 Impor Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi 2003-2007 .................
74
2.1 PDRB Sumatera Utara dan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1985-2007.......................
75
2.2 Hasil Analisa Regres .............................................................................
75
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 8 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar
judul
halaman
2.1 Uji t-Statistik ........................................................................................
47
2.2 Uji F-Statistik.......................................................................................
48
2.3 Pengujian Durwin Watson Statistik ......................................................
50
2.4 Uji t- Statistik terhadap Sektor Pertanian ..............................................
79
2.5 Uji t- Statistik terhadap Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran .........
79
2.6 Uji F-Statistik ...................................................................................... 2.7 Uji Darwin Watson Statisatik ...............................................................
81 83
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 9 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai lapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. Pembangunan nasional mempunyai beberapa tujuan, salah satu diantaranya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat agar menjadi manusia seutuhnya yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang 1945. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk megetahui dan mengevaluasi hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Ekonomi yang bertumbuh adalah ekonomi yang titik keseimbangan antara permintaan agregat (jumlah permintaan total terhadap barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama periode tertentu) dan penawaran agregatnya (jumlah produksi total barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama periode tertentu) semakin baik dibanding periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah maupun negara. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan gambaran dari hasil kerja pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah atau negara. Dengan tercapainya
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 10 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan, berarti secara langsung akan mengurangi jumlah penduduk yang miskin. Dalam konteks pembangunann daerah di indonesia diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kehidupan masyarakat, menggalakkan
prakarsa
dan
peran
aktif
masyarakat
serta
meningkatkan
pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mamperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Menurut Todaro(1983: 124) bahwa pembangunan haruslah diartikan sebagai proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk juga percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut. Pertumbuhan ekonomi akan menunjukkan sejauhmana kinerja atau aktivitas dari berbagai sektor ekonomi akan meghasilkan nilai tambah atau pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun digunakan PDRB atas dasar harga konstan secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan sebaliknya apabila pertumbuhan negatif menunjukkan penurunan dalam pembangunan. .
Pentingnya pertanian di dalam perekonomian nasional, tidak hanya diukur
dari kontribusi terhadap pembentukan atau pertumbuhan pendapatan nasional atau PDB, kesempatan kerja, dan sebagai salah satu sumber pendapatan devisa negeri, tetapi potensinya juga harus dilihat sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 11 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
output dan diversifikasi produksi di sektor-sektor ekonomi lainnya. Artinya semakin besar ketergantungan dari pada pertumbuhan output
disektor lain terhadap
pertumbuhan output disektor pertanian semakin besar peran pertanian sebagai sektor pemimpin. Sebelum terjadi krisis ekonomi tahun 1997/1998 perekonomian Sumatera Utara tidak terlalu buruk, misalnya pertumbuhan ekonomi tahun 1989 sebesar 9.91%. Pada saat ini kontribusi dari sektor ekonomi cukup berkembang selanjutnya tahun berikutnya megalami sedikit penurunan walaupun tidak terlalu signifikan sehingga pada tahun 1996 kembali pada posisi 9.0% jauh melebihi target yang ditetapkan sebesar 8.5%. Hal ini diakibatkan meningkatnya peranan dari beberapa sektor ekonomi seperti sektor pertanian, industri, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi. Sejak itu 1995, sektor pertanian kembali menjadi leading sektor di Sumatera Utara besarnya kontribusi sektor ini tidak lepas dari pergerakan yang ditimbulkan oleh subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan yang merupakan urat nadi sektor pertanian di Sumatera Utara Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pamerintah daerah dan masyarakat
mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, Lincolin :1999). Dimana dalam m asalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 12 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
kekhasan daerah yang
bersangkutan dengan menggunakan potensi SDM,
kelembagaan dan sumber fisik secara lokal Sebagian besar wilayah Sumatera Utara merupakan areal pertanian, oleh karena itu kegiatan terpenting masih mengandalkan sektor pertanian Di Sumatera Utara sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian, dimana sektor pertanian masih memegang peranan penting. Sektor ini mencakup sub-sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Berdasarkan perhitungan PDRB dengan seri tahunan dasar 2000 kontribusi sektor pertanian tahun 2005 sebesar 23,44% dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2004 yakni sebesar 24,47%. Walaupun kontribusi sektor pertanian terus mengalami penurunan sejak tahun 2000 dan mulai tergeser dominasinya dalam pembentukan PDRB sejak 2003 oleh sektor industri pengolahan tetapi sektor pertanian yang merupakan basis perekonomian rakyat di pedesaan ini diharapkan tetap dapat memainkan perannya sebagai penyangga kebutuhan konsumsi pangan masyarakat dan penyedia bahan baku pada industri pengolahan. Sebagai komoditi strategis dalam ekonomi, peranan sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara sangatlah penting terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian mencapai 55.56%. di pedesaan angka ini lebih tinggi lagi yaitu mencapai 79.49%. selain itu pertanian juga merupkan sektor utama penyumbang nilai tambah terbesar di Sumatera Utara. Selain sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel & restoran merupakan sektor penting dalam perekonomian Sumatera Utara yang menghasilkan barang dan
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 13 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
jasa. Secara keseluruhan nilai tambah bruto sektor ini tumbuh sebesar 6,11% pada tahun 2004 dan melambat menjadi 4,95% di tahun 2005. Proporsi sektor perdagangan hotel & restoran tahun 2001-2005 selalu menduduki urutan ketiga setelah sektor pertanian dan industri pengolahan, cenderung stabil dikisaran 18-19 persen
dengan andil sebesar 18,64% tahun 2001, kemudian menurun menjadi
18,49% tahun 2002. Pada tahun 2003 sedikit menurun
menjadi 18,48%, dan
kemudian meningkat di tahun 2004 menjadi 18,51% dan terakhir sedikit menurun menjadi 18,09% pada tahun 2005. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul ”Pengaruh Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan,Hotel & Restoran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara” 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh sektor pertanian terhadap pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara ? 2. Bagaimana
pengaruh
sektor
perdagangan
terhadap
pertumbuhan
Ekonomi Sumatera Utara ?
1.3. Hipotesis
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 14 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Sektor pertanian mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara 2. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. 1.4. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalah yang telah dirumuskan diatas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dibidang ekonomi. 2. Untuk menambah dan melengkapi sekaligus sebagai pembanding hasilhasil penelitian menyangkut topik yang sama. 3. Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya. 4. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah Sumatera Utara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi terutama di Sektor Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 15 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
BAB II URAIAN TEORITIS
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 16 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan
ekonomi
adalah
pertumbuhan
ekonomi
yang
dapat
menyebabkan perubahan-perubahan, terutama terjadi perubahan menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk dan perubahan dari struktur ekonomi, baik peranannya terhadap pembentukan pendapatan nasional, maupun peranannya dalam penyediaan lapangan kerja.(Ahmad Mahyudi,S.E,2004 : 1) Pembangunan mengandung arti yang luas. Peningkatan produksi memang merupakan salah satu ciri produk dalam proses pembangunan, selain segi peningkatan produksi secara kuantitatif, proses pembangunan mencakup perubahan komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan (alokasi), sumber daya produksi (productive resources) diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi), kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institusional framework) dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Defenisi
pembangunan
tidak
dapat
dipisahkan
dengan
pengertian
pembangunan ekonomi, karena pada dasarnya baik tujuan pembangunan maupun pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bedanya, pembangunan
ekonomi
mengembangkan
kegiatan
hanya
meliputi
ekonomi
dan
usaha
suatu
mempertinggi
masyarakat tingkat
untuk
pendapatan
masyarakat, sedangkan pembangunan itu dalam pengertian yang paling mendasar harus mencakup masalah materi dan finansial dalam kehidupan masyarakat.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 17 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Dengan demikian pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai :’suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang’(Todaro, 1995 : 139 ) Dengan demikian pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu: 1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus 2. Usaha-usaha menaikkan tingkat pendapatan perkapita. 3. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. 2.2 Pertumbuhan ekonomi Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan, jika jumlah produk barang dan jasanya meningkat atau dengan kata lain terjadi perkembangan GNP potensial pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi harus mencerminkan pertumbuhan output perkapita. Dengan pertumbuhan perkapita, berarti terjadi pertumbuhan upah riil dan meningkatnya standar hidup. Dengan demikian dapat dikemukakan defenisi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumya. Pengertian yang lain bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi terjadinya perkembangan GNP potensial yang mencerminkan adanya pertumbuhan output perkapita dan meningkatnya
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 18 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
standar hidup masyarakat. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai GNP yang digunakan adalah GNP riil atau GNP konstan. Sebab dengan menggunakan GNP harga konstan, pengaruh perubahan harga (inflasi) tidak ada lagi sudah dihilangkan. Perubahan GNP harga konstan benar-benar hanya menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa (GNP). Menurut Samuelson (2001), pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan GNP yang bersumber dari hal-hal berikut: 1) Pertumbuhan dalam tenaga kerja. 2) Pertumbuhan dalam modal 3) Pertumbuhan inovasi dan teknologi 2.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, yang ditekankan pada tiga aspek, yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ”proses”, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu waktu yang dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan”output perkapita”. Yang perlu diperhatikan adalah dari sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah kenaikan output total dibagi jumlah penduduk (Beodiono, 1998 : 1). Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 19 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
ekonomi dalam jangka panjang. Dalam satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan (Sadono Sukirno,2000, hal: 10) a. Teori Pertumbuhan Klasik Tokoh klasik ini dipelopori oleh Adam Smith, David Rikardo, Malthus, dan John Stuart Mill yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu faktor luas tanah, jumlah penduduk, jumlah barang modal, dan tehnologi yang digunakan. Para tokoh ini memfokuskan perhatiannya pada pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka mengasumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta tehnologi tidak mengalami perubahan. Teori yang menjelaskan hubungan antara pendapatan per kapita dengan jumlah penduduk disebut sebagai teori optimal penduduk. Menurut teori ini, pada awalnya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan mengubah keadaan pendapatan perkapita sama dengan produk marginal. b. Pendekatan Neoklasik Robert M. Solow.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 20 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Dalam teori Solow, model yang dikembangkan terdapat kemungkinan adanya perubahan pada tingkat bunga maupun pada tingkat upah. Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses yang berlangsung dengan pertimbangan –pertimbangan variabel diantara faktor-faktor produksi. Harga-harga faktor produksi adalah fleksibel sehingga ada kemungkinan substitusi diantara faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses faktor produksi. Dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja melebihi pasok modal, harga, tenaga kerja (tingkat upah) akan menurun terhadap harga modal (tingkat bunga). Sebaliknya jika pertambahan modal melampaui pertambahan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah akan meningkat. Dengan adanya perubahan pada harga faktor-faktor produksi dan melalui substitusi satu jenis faktor produksi lainnya, hal itu sama lain dapat membatasi kemungkingan terjadinya penyimpangan dari ekuilibrium pertumbuhan.
c. Pendekatan Keynes John Mayard Keynes Teori klasik yang beranggapan tanpa campur tangan pemerintah dalam ekonomi, maka pembangunan ekonomi berjalan maksimal. Tetapi ternyata tahun 1930-an terjadi pengangguran besar-besaran, sehingga timbullah kritik dari Keynes dengan pendekatan dari segi makro untuk mengatasi pengagguran yang terjadi yaitu melihat perekonomian secara keseluruhan, jadi untuk mengatasi pengangguran perlu
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 21 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
ditambah pengeluaran uang supaya pengusaha menaikkan investasi yang akan menaikkan tenaga kerja sehingga pengangguran dapat diatasi. Sehingga perlu campur tangan pemerintah dengan mencetak uang maka akhirnya daya beli bertambah dan respon pengusaha menaikkan produksi maka pengangguran berkurang. d. Pendekatan Neo keynes 1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi
sesudah
Keynes,
yaitu
Evsey
Domar
dan
R.F.Harrod.
Domar
mengemukakan teori tersebut untuk pertama kalinya dalam tahun 1947 dalam American Economic Review, sedangkan Harrod telah mengemukakannya pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Maka pada dasarnya teori tersebut sebenarnya dikembangkan oleh kedua ahli ekonomi tersebut secara terpisah. Tetapi, inti dari teori tersebut sangat lama, maka dewasa ini ia dikenal sebagai teori Harrod Domar.
a) Teori F. Harrod. Perhatian Harrod berkisar pada pertumbuhan ekonomi yang dapat berlangsung secara terus menerus dalam keadaan ekuilibrium yang stabil. Dalam hubungan ini oleh Harrod dipaparkan dua konsep pengertian perihal laju pertumbuhan yang menjadi kunci gagasannya yaitu : 1. Laju pertumbuhan produksi dan pendapatan pada tingkat yang dianggap memadai dari sudut pandangan para pengusaha / calon investor. Hal ini disebut Harrod sebagai The Warranted Rate of Growth. Pada laju yang
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 22 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
dianggap memadai itu, para pengusaha akan meneruskan usahanya dengan melaksanakan investasi secara kontinu. 2. Selain itu oleh Harrod juga ditunjukkan adanya The Natural of Growth, yang sifatnya berbeda dari Warranted Rate yang dimaksud diatas tadi. Dengan Natural Rate of Growth dimaksud laju pertumbuhan produksi dan pendapatan sebagaimana itu ditentukan oleh kondisi dasar (fundamental conditions) yang menyangkut : a) bertambahnya angkatan kerja karena penduduknya bertambah b) meningkatkan produktifitas kerja karena kemajuan tehnologi. Gagasan Harrod menyatakan bahwa jika dikehendaki adanya ekuilibrium dalam proses pertumbuhan, maka diperlukan intervensi kebijaksanaan untuk menanggulangi gangguan ketidakstabilan dan penyimpangan yang merupakan ciri pokok pada pertumbuhan itu sendiri.
b) Teori Evsey Domar Gagasan Domar berpangkal tolak pada berlakunya asas investment multiplier. Laju pertumbuhan pada permintaan efektif langsung dihadapkan pada pertumbuhan kapasitas produksi. Dalam modelnya diungkapkan bahwa pertumbuhan pada permintaan adalah sama dengan pertambahan investasi (I) dikalikan oleh miltiplier (I/s). Sedangkan, pertumbuhan pada kapasitas produksi adalah sama dengan investasi (I) dibagi oleh kapital output ratio(k). Hasil pertumbuhan pada permintaan adalah sama dengan pertumbuhan pada kapasitas produksi : ΔI/I=s/k.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 23 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Laju pertumbuhan yang tercermin pada persamaan diatas oleh Domar dianggap sebagai laju pertumbuhan yang kritis (critical rate of growth) yang analog dengan Warranted Rate of Growth dalam model Harrod. Didalam investasi melebihi laju pertumbuhannya yang dimaksud diatas tadi, maka penyimpangan tersebut menyebabkan bahwa ΔI/I (yang sama dengan pertumbuhan permintaan) akan lebih meningkat dibanding dengan s/k (pertumbuhan pada kapasitas produksi) : I/I >s/k. e. Lima Teori Pertumbuhan Rostow Prof W.W.Rostow memunculkan teori pertumbuhan yang memakai pendekatan perkembangan sejarah dalam menjelaskan proses perkembangan dan pembangunan ekonomi. Teori pertumbuhan Rostow ini muncul pada awalnya merupakan artikel yang dimuat dalam Economic Journal (Maret, 1956). Selanjutnya dikembangkan dalam bukunya yang
berjudul the Stages of Economic Growth
(1960). Teori perkembangan Rostow ini termasuk dalam linier dalam tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu memandang proses pembangunan sebagai tahap-tahap perkembangan yang harus dilalui oleh seluruh negara. Menurut Rostow proses pembangunan dan pertumbuhan dapat dibedakan dalam lima tahap dan posisi setiap negara didunia dapat digolongkan kedalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan. 1) Tahap masyarakat tradisional Rostow mengartikan bahwa tahap masyarakat tradisional adalah sebagai suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di dalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan kepada tehnologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat seperti sebelum masa newton. Yang dimaksudkan oleh Rostow dengan masyarakat
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 24 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
dalam masa newton adalah bahwa masyarakat yang masih menggunakan cara-cara berproduksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara pemikiran yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun-temurun. Menurut Rostow dalam suatu masyarakat tradisonal tingkat produksi per kapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih sangat terbatas, oleh sebab itu sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan untuk sektor pertanian. Dalam sektor ini struktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, yaitu anggota masyarakat mempunyai kemungkinan yang sangat kecil sekali untuk mengadakan mobilitas secara vertikal. Jadi hubungan keluarga dan kesukuan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap organisasi yang terdapat dalam masyarakat dan dalam menentukan kedudukan seseorang dalam masyarakat. Mengenai kegiatan politik dan pemerintahan dalam tahap masyarakat tradisional, Rostow menggambarkan bahwa walaupun kadang-kadang tedapat sentralisai dalam pemerintahan, pusat dari kekuasaan politik terdapat di daerahdaerah, ditangan tuan-tuan tanah yang berkuasa dalam berbagai daerah. Kebijaksanaan pemerintahan pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah diberbagai daerah di tempat tersebut. 2) Tahap Peletakan Dasar Untuk Tinggal Landas (The Precondition for Take Off) Tahap precondition atau disebut tahap peralihan (transisi) adalah merupakan tahap untuk meletakkan dasar atau syarat-syarat untuk beralih pada periode
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 25 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
berikutnya (tahap take off) dimana perekonomian akan dapat berkembang dengan cukup pesat. Pada tahap peralihan atau tahap meletakkan dasar ini, didalam perekonomian dan kehidupan masyarakat mulai banyak terdapat perubahan-perubahan yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat yang tradisional, maka mulai terdapat pembaharuan- pembaharuan dalam ilmu pengetahuan dan tehnologinya yang telah bertambah luas dan telah berkembang untuk dapat menyesuaiakan diri dengan kehidupan ekonomi yang lebih maju. 3) Tahap Tinggal landas (The Take Off) Tahap take off ini tahap dimana berbagai penghalang dan rintangan lama kearah kemajuan dan pertumbuhan perekonomian telah dapat diatasi dan dikuasai. Kekuatan-kekuatan dan faktor-faktor yang menuju kearah pembaruan dan kemajuan ekonomi, seperti : tingkat pendidikan dan ilmu pengetahuan, perkembangan tehnologi, perkembangan perbankan, perniagaan, perhubungan dan sebagainya telah meluas dan menguasai kehidupan masyarakat. Selama tahap lepas ladas ini, terdapat industri-industri baru yang merupakan leading sectors (sektor pemimpin dan penggerak) yang berkembang dengan pesat serta menghasilkan keuntungan-keuntungan besar, dimana keuntungan-keuntungan ini diinvestasikan kembali kedalam industri-industri yang baru maupun yang semula, dan demikian seterusnya perkembangan berbagai bidang industri ini dapat mendorong kemajuan dan pembaruan perekonomian nasional untuk selanjutnya. 4) Tahap Gerak Menuju Kematangan (The Drive to Maturity)
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 26 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Dalam tahap gerak menuju kematangan ini, perekonomian negara yang bersangkutan telah “matang”, dimana pemakaian ilmu pengetahuan dan tehnologi yang modern telah berkembang dan meluas ke seluruh bidang dan sektor perekonomian. Pada tahap ini, perekonomian nasional telah mencapai apa yang disebut sebagai keadaan “momentum” yaitu dimana perekonomian dalam masyarakat yang bersangkutan telah dapat berjalan dan berkembang atas kekuatan sendiri. Pada tahap ini telah tercapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran pada tingkat yang sangat tinggi, perekonomian telah maju ketingkat yang sedemikian rupa sehingga tingkat pendapatan dan konsumsinya telah sangat tinggi sekali. Pendapatan rata-rata tiap jiwa meningkat terus dan sangat tinggi sekali, pada umumnya setiap penduduk dalam masyarakat dan negaranya telah memiliki tingkat kosumsi berlebiihan yang sangat jauh melampaui pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam hal. Misalnyna, pakaian, perumahan dan lainnya. 5) Tahap Era Konsumsi Tinggi Secara Massa (The Age of High Mass Consumtion) Era konsumsi massa besar-besaran ini ditandai dengan migrasi penduduk ke wilayah pinggiran kota, pemakaian mobil secara luas, serta meluasnya pemakaian barang-barang konsumsi dan peralatan rumah tangga yang tahan lama. Pada tahap ini keseimbangan dan arah perhatian masyarakat beralih orientasi dari penawaran ke permintaan dari persoalan produksi ke persoalan konsumsi dan kesejahteraan dalam arti yang luas.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 27 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Kecenderungan kepada konsumsi besar-besaran atas barang yang tahan lama, ketiadaan pengangguran, dan peningkatan kesadaran akan jaminan sosial, dapat pula membawa masyarakatnya kepada laju pertumbuhan penduduk yang relatif semakin tinggi (Kamaluddin, 1998 : 94). f. Teori Pertumbuhan Kuznet Menurut Kuznet, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian tehnologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap bebagai tuntutan keadaan yang ada. Masingmasing dari ketiga komponen pokok dari defenisi itu sangat penting, yaitu : 1. Kenaikan out put secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) disuatu negara yang bersangkutan. 2. Perkembangan teknologi merupakan dasar atau pra kondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, tetapi tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktor-faktor lain. 3. Guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam teknologi, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi (Todaro, 2000 : 144).
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 28 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiganya adalah : 1. Akumulasi Modal Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi infrastruktur ekonomi dan sosial.
2. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja ( yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk ) secara tradisional dianggap sebagian salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar dometiknya lebih besar. Dimana positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada sistem perekonomian yang bersangkutan, adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi. 3. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi dapat terbagi atas tiga kelompok, yaitu :
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 29 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
a. Kemajuan teknologi yang netral, terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapi tingkat produksi yang lebih tinggi menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti pengelompokan tenaga kerja yang dapat mendorong peningkatan output atau kenaikan output masyarakat. b. Kemajuan tehnologi yang hemat tenaga kerja, sebagian besar kemajuan teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga kerja, jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai produksi mulai semakin sedikit. c. Kemajuan teknologi yang hemat modal, merupakan fenomena yang relatif langka, hal ini dikarenakan hampir semua penelitian dalam dunia ilmu pengertahuan dan tehnologi dilakukan di negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja dan bukan untuk menghemat modal. 2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (Kamaluddin, 1999: 21). (1)
Faktor Ekonomi a) Sumber Daya Alam Yang dimaksud dengan sumber daya alam atau ”tanah” meliputi luas dan
kesuburan tanah, letak dan susunannya , kekayaan hutan, sumber mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebgainya. Kekayaan alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan cuaca dan iklim, jumlah dan jenis hasil hutan,hasil laut, serta jumlah dan hasil kekayaan tambang. Kekayaan alam dapat mempermudah
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 30 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
usaha untuk mengembangkan perekonomian suatu negara terutama pada masa-masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Disetiap negara berkembang peranan barang-barang pertanian dan industri pertambangan minyak dan ekspor, menjadi pengerak pertama permulaan pertumbuhan ekonomi terutama di Asia. b) Sumber Daya Manusia atau Tenaga Kerja Sumber Daya Manusia merupakan tenaga kerja dalam proses produksi dan pembangunan dan memegang peranan yang penting juga. Dalam hal ini peranan Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dalam proses produksi dan pembangunan pertama-tama ditentukan oleh jumlah (kuantitas) serta mutu (kualitas) tenaga kerja yang tersedia. c) Permodalan dan Akumulasi Modal Permodalan merupakan faktor produksi yang secara fisik dapat dihasilkan maupun diproduksi. Jika stok modal meningkat dalam jangka waktu tertentu dikatakan terjadinya akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam pengertian ini pembentukan modal merupakan investasi yang menaikkan stok modal yang kemudian dapat meningkatkan output nasional dan pendapatan nasional. d) Tenaga Manajerial dan Tenaga Produksi Organisasi produksi merupakan bagian penting dalam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Organisasi ini berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam berbagai kegiatan perekonomian dan pembangunan. Organisasi ini bersifat melengkapi atau komplomenter terhadap tenaga kerja dan modal serta membantu meningkatkan produktifitas. Organisasi produksi ini dilaksanakan dan diatur oleh tenaga manajerial dalam berbagai kegiatannya sehari-hari.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 31 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
e) Kemajuan dan Pemanfaatan Teknologi Prof. Kuznet mengemukakan lima pola penting kemajuan temnologi dalam pertumbuhan ekonomi modern. Kelima pola tersebut adalah penemuan ilmiah yang menghasilkan
penyempurnaan
pengetahuan
teknik,
invensi,
inovasi,
penyempurnaannya, dan penyebarluasan (pemakaian) penemuan baru tesebut dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya dikemukakan bahwa
inovasi meliputi dua
macam hal, yaitu: 1). Terjadinya penurunan biaya yang tidak menghasilakan perubahan pada kualitas produk, 2). Berlangsungnya pembaharuan
yang
menciptakan produk baru terhadap produk tersebut. Kemajuan ekonomi yang
berlaku diberbagai negara secara umum
ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positf dalam pertumbuhan ekonomi. Efek yang utama adalah: 1. Dapat mempertinggi efisiensi dalam kegiatan produksi 2. Menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diproduksi
sebelumnya
3. Meninggikan mutu barang yang diproduksi tanpa meningkatkan harga f) Pembagian Kerja dan Skala Produksi Pembagian kerja dan spesialisai dalam produksi akan menimbulkan peningkatan produktivitas. Adam Smith menekankan arti pentingnya spesialisasi dan pembagian kerja bagi kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya pembagian kerja menghasilkan kemampuan produksi dan produktivitas tenaga kerja, sehingga akan menjadi lebih efisien daripada sebelumnya, disamping itu pembagian kerja tersebut
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 32 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
akan mampu pula menghasilkan ditemukannya mesin baru dan berbagai proses baru dalam berproduksi. (2)
Faktor Non Ekonomi Selain
faktor-faktor
ekonomi
yang
penting
dalam
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi adalah faktor non ekonomi, yaitu :
a) Faktor Sosial b) Faktor Manusia, dan c) Faktor Politik Kondisi politik suatu negara sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut, jika suatu negara mengalami krisis politik otomatis perekonomian akan terganggu dan pertumbuhan ekonomi tidak akan meningkat atau bahkan akan bisa mengalami penurunan. Budaya yang sudah mengalami kemajuan akan termotivasi untuk mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, semakin beragam, dan banyaknya kebutuhan akan mendorong manusia untuk mencari pendapatan. 2.3 Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi 2.3.1. Kontribusi Ekonomi Sektor Pertanian Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1974), pertanian di negara-negara berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yakni sebagai berikut : a. Kontribusi Produk
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 33 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Kuznets (1964) mencoba menganalisa kontribusi out put dari sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDB dengan melihat bagaimana keterkaitan antara pangsa out put dari sektor tersebut didalam pertumbuhan relatif dari produk-produk neto pertanian dan non pertanian. Setelah dilakukan suatu studi empiris di sejumlah negara sedang berkembang dengan formula Kuznets diperoleh dua hipotesis yakni: 1. Pangsa out put dari sektor pertanian dalam PDB menurun seiring waktu sebagai suatu konsekuensi dari pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. 2. Pangsa tersebut berkorelasi terbalik dengan tingkat pembangunan ekonomi yang diukur dalam bentuk PNB atau PDB perkapita. Hal ini bisa dilihat dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah lintas negara yang menunjukkan pertumbuhan PDB berbeda antar negara dengan tingkat pembangunan yang berbeda. Pendekatan kedua adalah deret waktu yang menunjukkan perubahan dari rasio tersebut disuatu negara dalam suatu periode tertentu. Didalam suatu perekonomian yang sedang berkembang dimana pendapatan perkapita meningkat, pertumbuhan di sektor pertanian dapat diharapkan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan output di sektor non pertanian dikarenakan oleh tiga alasan. Pertama elastisitas pendapatan dari permintaan makanan dan produk-produk pertanian lainnya pada umumnya lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan dari permintaan produk-produk non pertanian sesuai efek Engle. Kedua sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi di pertanian, petani-petani semakin tergantung pada imput-imput yang dibeli dari dektor-dektor ekonomi non pertanian , ini disebut efek
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 34 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
perubahan struktural sumberdaya dari pertanian. Ketiga, karena permintaan terhadap jasa-jasa pemasaran diluar permintaan terhadap produk-produk pertanian meningkat, pengeluaran pangsa petani untuk makanan pada harga eceran menurun seiring waktu (disebut efek urbanisasi).
b. Kontribusi Pasar Di negara seperti Indonesia dengan proporsi populasi petani-petani dan keluarganya sangat penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektorsektor non pertanian, khususnya industri. Pengeluaran petani untuk produk-produk industri baik barang-barang konsumsi (pakaian, alat-alat bangunan dan peralatan rumah tangga) dan barang-barang produsen (pupuk, pestisida, mesin alat-alat pertanian dan yang lainnya) memperlihatkan suatu aspek yang sangat penting dari kontribusi pasar sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi (melalui diversifikasi sektoral). Sektor pertanian berperan lewat kontribusi pasarnya terhadap diversifikasi dan pertumbuhan. Output dari sektor non pertanian seperti yang dijelaskan diatas sangat tergantung pada dua faktor penting yang dapat dianggap sebagai prasyarat. Pertama dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Kedua, jenis teknologi yang digunakan disektor pertanian yang menentukan tinggi rendahnya mekanisasi atau modernisasi
dari sektor tersebut. Permintaan terhadap barang-
barang produksi dari sektor pertanian tradisional lebih kecil (baik dari jumlah
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 35 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
maupun komposisinya menurut jenis barang) dibandingkan permintaan dari sektor pertanian modern. c. K.ontribusi Faktor-Faktor Produksi Faktor faktor yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor-sektor non pertanian tanpa harus mengurangi volume produksi (produktivitas) di sektor pertanian adalah tenaga kerja. Secara teoritis banyaknya tenaga kerja di sektor pertanian tidak akan menurun sampai pada suatu titik dimana laju pertumbuhan tenaga kerja di sektor non pertanian melewati tingkat pertumbuhan tenaga kerja. c. Kontribusi Devisa Kontribusi sektor pertanian disuatu negara terhadap pendapatan devisa adalah lewat petumbuhan ekspor dan pengurangan impor negara tesebut atas komoditikomoditi pertanian. Kontribusi sektor itu terhadap sektor juga bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor atau pengurangan impor produkproduk berbasis pertanian, seperti makanan,minuman, tekstil dan produk-produknya, barang-barang dari kulit, ban, mobil dan lain-lain. 2.3.2 Pertanian Sebagai Sektor Pemimpin Pentingnya pertanian didalam perekonomian nasional tidak hanya dari kontribusi terhadap pembentukan atau pertumbuhan, PDB atau pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan sebagai salah satu sumber pendapatan devisa negeri, tetapi potensinya juga harus dilihat sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan output dan divesifikasi produksi di sektor - sektor ekonomi lainnya. Dalam hal ini pertanian disebut sebagai sektor “pemimpin”. Artinya semakin besar ketergantungan
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 36 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
dari pertumbuhan output di sektor-sektor lain terhadap pertumbuhan output di sektor pertanian semakin besar peran pertanian sebagai sektor pemimpin. Pentingnya sektor pertanian sebagai motor penggerak pembangunan atau pertumbuhan ekonomi nasional dalam pernyataan Sari Simatupang dan Syafa’at (2000) sebagai berikut: Sektor andalan perekonomian adalah sektor yang mamiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi. Sektor andalan merupakan tulang punggung dan mesin penggerak perekonomian sehingga dapat pula disebut sebagai sekor kunci atau sektor pemimpin perekonomian nasional. Menurut mereka ada lima syarat yang harus dilihat sebagai kriteria dalam mengevaluasi pertanian sebagai sektor kunci dalam perekonomian nasional. Kelima syarat tersebut adalah : 1. Strategis, dalam arti essensial besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran dan tujuan –tujuan daripada pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, peningkatan devisa negara, pembangunan ekonomi daerah, dan sebagainya. 2. Tangguh, yang berarti unggul dalam persaingan baik dalam negeri maupun di pasar global dan mampu menghadapi gejolak ekonomi, politik maupun alam.pertanian sebagai sektor andalan harus memilki keunggulan kompetitif, berbasis pada kemampuan sendiri dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan strategis. 3. Artikulatif, yang artinya pertanian sebagai sektor andalan harus memiliki kemampuan besar sebagai dinamisator dan fasilisator bagi pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi lainnya.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 37 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
4. Progresif, yang berarti pertanian dapat tumbuh secara berkelanjutan tanpa menimbulkan efek-efek negatif terhadap kualitas lingkungan hidup. 5. Responsif, dalam arti pertanian sebagai sektor andalan mampu memberi respon yang cepat dan besar terhadap setiap kebijaksanaan pemerintah. 2.3.3 Peranan Pemerintah dalam Pembangunan Pertanian Peranan pemerintah dalam pembangunan pertanian
menyangkut hal-hal
sebagai berikut : 1. Kebijaksanaan Pertanian Kebijaksaan pertanian yang lebih spesifik meliputi berbagai bidang yang penting diantaranya adalah: a) Kebijaksanaan Harga Kebijaksanaan ini merupakan kebijasanaan yang terpenting di banyak negara dan biasanya digabung dengan kebijaksanaan pendapatan sehingga disebut kebijaksanaan harga dan pendapatan (price and income policy). Segi harga dari kebijaksanaan itu bertujuan untuk mengadakan stabilisasi harga, sedangkan segi pendapatanya bertujuan agar pendapatan petani tidak terlalu berfluktuasi dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun. Kebijaksanaan harga dapat mengandung suatu pemberian suatu penyangga atas harga-harga hasil pertanian supaya tidak terlalu merugikan para petani. Secara teoritis kebijaksanaan harga dapt dipakai mencapai tiga tujuan yaitu: a) Stabilisasi harga hasil-hasil pertanian terutama pada tingkat petani. b) Meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan dasar tukar. c) Memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 38 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
d) Kebijaksanaan pemasaran Untuk melindungi petani produsen, pemerintah dapat mengeluarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus dalam kelembagaan perdagangan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan tekanan pada perubahan mata rantai pemasaran dari produsen ke konsumen, dengan tujuan utama untuk memperkuat daya saing petani. Masalah yang dihadapi negara kita adalah kurangnya kegairahan dalam berproduksi pada tingkat petani, tiidak ada keinginan untuk mengadakan penanaman baru dan usaha-usaha lain untuk menaikkan produksi karena persentase harga yang diterima oleh petani relatif rendah dibandingkan dengan bagian yang diterima golongangolongan lain. Badan – badan pemasaran yang dibentuk dimaksudkan untuk memberikan jaminan harga minium yang stabil pada petani. b) Kebijaksanaan struktural Kebijaksanaan stuktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki sturktur produksi misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan pengusahan alatalat pertanian yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasaran fisik maupun sosial ekonomi. Kebijaksanaan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang dimaksud disini tidak mudah mencapainya dan biasanya memakan waktu yang lama karena sifat usaha tani yang tidak saja merupakan unit usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan petani dengan segala aspeknya. 2. Diversifikasi Pertanian
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 39 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Pada dasarnya yang dimaksud dengan divesifikasi atau penganekaragaman pertanian adalah usaha untuk mengganti atau meningkatkan hasil pertanian yang monokultur (satu jenis tanaman) ke arah pertanian yang bersifat multicultur (banyak macam). Diversifikasi yang demikian disebut diversifikasi horizontal. Disamping itu dikenal pula diversifikasi vertical yaitu usaha untuk memajukan industri-idustri pengolahan hasil-hasil pertanian yang bersangkutan. Salah satu pertimbangan utama dari usaha diversifikasi adalah stabilisasi dalam pendapatan pertanian dan menghindarkan ketergantungan pada satu atau dua jenis komoditi saja. Putusan untuk mengadakan diversifikasi harus didasarkan atas pertimbangan –pertimbangan harapan harga, permintaan, dan penawaran. Keputusan untuk mengadakan diversifikasi memerlukan perhitungan untung- rugi yang tidak mudah. Keuntungan – keuntungan yang mungkin didapat dari diversifikasi dapat dibagi empat yaitu : dari segi penawaran, permintaan, nutrisi,dan tujuan pembangunan. Dari segi penawaran diversifikasi dapat mendatangkan kenaikan pendapatan pada petani karen sistem tumpang- sari atau pertanian campuran semuanya dapat dilakukan pada tanah yang sama. Dari segi permintaan kenaikan dapat diharapkan baik dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri selama tanaman diversifikasi benar-benar mempunyai elastisits pendapatan yang lebih besar. Pada waktu yang besamaan produksi tanaman-tanaman yang mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi akan terdorong sehingga kesehatan penduduk dapat naik. Akhirnya dari segi tujuan pembangunan ekonomi keseluruhan, diversifikasi sangat bermanfaat. 3. Perencanaan Pertanian
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 40 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Perencanaan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak dilakukan pemerintah mengenai tiap kebijaksanaan dari kegiatan yang mepengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu. Perencanaan pertanian yang dilakukan pemerintah adalah menyangkut rencana kebijaksanaan produksi yang berhubungan dengan kebijaksanaan pertanian serta perencanaan nasional bidang pertanian dengan memperhatikan kondisi daerah. 2.3.4 Tujuan Pembangunan Pertanian Dalam garis-garis besar haluan negara (GBHN) dijelaskan bahwa pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien, dan tangguh. Pengertian maju, efisien, dan tangguh dalam ekonomi pertanian mencakup konsep-konsep mikro dan makro yaitu bagi sektor pertanian sendiri maupun hubungannya dengan sektor-sektor lain diluar pertanian, misalnya industri, transport, perdagangan, keuangan/perkreditan. Selanjutnya pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, peternak, nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta meningktkan ekspor. 2.4 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.4.1 Perdagangan Setiap negara berbeda dengan negara lainnya ditinjau dari sudut sumber alamnnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur ekonomi dan sosialnya. Perbedaan – perbedaan itu menimbulkan pula perbedaan barang yang dihasilkan, biaya yang diperlukan, serta
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 41 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
mutunya. Karena itu mudah dipahami adanya negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam memproduksi hasil tertentu. Hal ini dimungkinkan karena ada barang yang hanya dapat diproduksi di daerah dan pada iklim tertentu, atau karena suatu negeri mempunyai kombinasi faktor-faktor produksi lebih baik dari negara lainnya, sehingga negara itu dapat menghasilkan barang yang lebih bersaing. Bilamana keunggulan suatu negara dalam memproduksi suatu jenis barang disebabkan faktor alam, maka negara itu disebut mempunyai “keunggulan mutlak” (absolute advantage). Selanjutnya bilamana suatu negara dapat memproduksi suatu jenis barang lebih baik dan lebih murah disebabkan lebih baiknya kombinasi faktorfaktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan manajemennya) maka negara tersebut dapat pula memperoleh keunggulan, ini disebabkan karena produktivitasnya yang tinggi. Hal ini disebut sebagai keunggulan dalam proses perbandingan biaya (comparative advantage). Adakalanya produksi dari suatu negara belum dapat dikonsumsi seluruhnya didalam negeri, maka hal itu semenjak berabad-abad yang lalu telah mendorong orang untuk memperdagangkan hasil produksi itu sendiri ke negara lain di luar batas negaranya. Perdagangan barang-barang dari suatu negera ke negara lain di luar batas negaranya itulah yang dimaksud dengan perdagangan luar negeri (M.S, 2002). International
Bussiness
atau
perdagangan
internasional
dapat
juga
didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal (country of origin) yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan (country of destination)
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
multinasional
(multinational
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 42 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
corporation) untuk melakukan perpindahan barang dan jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan teknologi dan perpindahan merk dagang. Setiap negara memiliki tingkat kapasitas produksi yang berbeda baik secara kuantitas, kualitas dan jenis produksinya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya transaksi perdagangan internasional, antara lain : 1. Sumber daya alam (natural resources) 2. Sumber daya manusia (capital resources) 3. Tenaga kerja (human resources) 4. Teknologi Pada dasarnya, perdagangan timbul karena adanya dorongan atau motif untuk berdagang. Motif ini adalah kemungkinan diperolehnya manfaat dari perdagangan atau gains of trade. Dalam kasus pertukaran antara dua orang, manfaat ini ditujukan oleh kemungkinan untuk mencapai tingkat kepuasan atau indeferensi yang lebih tinggi. Beberapa faktor lain yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional selain motif gains of trade, yaitu : 1. Harga Ditentukan oleh biaya produksi akan menyebabkan perbedaan harga barang. Seseorang dapat membeli barang yang harganya lebih rendah dan mungkin dapat dijual keluar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi. 2. Pendapatan Meningkatnya pendapatan nasional menyebabkan meningkatnya pembelian barang dari luar negeri (impor) dan meningkan pendapatan nasional.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 43 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
3. Selera Misalnya seseorang lebih berselera produk luar negeri maka ia cenderung membeli produk-produk luar negeri. Namun untuk lebih singkatnya, ada dua faktor utama yang menyebabkan timbulnya perdagangan internasional, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran barang-barang dan jasa-jasa. Perdagangan internasional mempunyai banyak peran yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain : 1. Tukar menukar barang-barang dan jasa-jasa 2. Pergerakan sumber daya melampaui batas-batas negara 3. Pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat didalamnya 4. Bagi Indonesia, mempengaruhi perkembangan ekspor dan impor serta neraca pembayaran internasional (NPI) Indonesia. 2.4.2 Teori Perdagangan Internasional 2.4.2.1. Merkantilisme Merkantilisme
merupakan suatu
kelompok
aturan
yang
merupakan
pencerminan cita-cita atau ideology kapitalisme komersial. Kebijakan ekonomi pernah dianjurkan dan dilaksanakan oleh sekelompok negarawan Eropa pada abad keenam belas dan tujuh belas. Salah satu penganjur system ini adalah Thomas Mun. Dalam sektor perdagangan luar negeri, kebijakan merkantilisme berpusat pada dua ide pokok, yaitu pertama, penumpukan logam mulia. Tujuan utama kebijakan merkantilisme adalah pembentukan negara nasional yang kuat dan
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 44 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
pemupukan kemakmuran nasional untuk mempertahankan dan mengembangkan kekuatan negara itu. Kaum merkantilisme menganggap jalan yang paling baik untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan penumpukan logam mulia yang dianggapnya identik dengan kemakmuran. Kedua, hasrat yang besar untuk mencapai dan mempertahankan kelebihan nilai ekspor atas nilai impor. Bagi negara-negara yang tidak memiliki tambangtambang logam mulia sendiri, sumber utama logam mulia adalah kelebihan nilai ekspor atas nilai impor. 2.4.2.2 Absolute Advantage Teori keunggulan absolut dari Adam Smith sering disebut sebagai teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap dan ekspor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu dimana negara tersebut tidak mempunyai keunngulan absolut atas negara lain yang memproduksi jenis barang yang sama, atau suatu negara akan mengekspor (mengimpor) barang tersebut jika negara itu dapat (tidak dapat) memproduksinya lebih efisien atau lebih murni dibandingkan negara lain. Jadi teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan faktor produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari negara yang bersangkutan.
2.4.2.3. Comparative Advantage
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 45 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Dasar pemikiran dari David Ricardo adalah bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil (atau produktivitas tenaga kerja relatif yang terbesar) untuk jenis barang yang berbeda. Jadi, penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau produktivitas relatif antar negara dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional. Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara mengalami kerugian atau ketidakunggulan (disadvantage) absolut dalam memproduksi kedua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil. Dari komoditi inilah negara tadi mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage). Di lain pihak, negara tersebut sebaliknya mengimpor komoditi yang mempunyai kerugian absolut paling besar. Dari komoditi inilah negara tersebut mengalami kerugian komparatif. Hal ini dikenal sabagai hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage). 2.4.3 Hotel Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi yang paling banyak di dunia terbukti jumlah kamar yang terbanyak dari semua jenis akomodasi adalah disediakan oleh hotel. Ada dua defenisi mengenai hotel, yang satu secara internasional,sedangkan yang satu lagi dikeluarkan oleh menparpostel dengan SK-nya.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 46 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Defenisi hotel menurut buku Managing Front Office Operation dari AHMA (American Hotel & Motel Assosiation) yang ditulis oleh Charles E. Steadmon dan Michael L. Kasavana, yakni bahwa hotel adalah sebuah bangunan yang dikelola secara komersial dengan memberikan fasilitas penginapan untuk umum dengan fasilistas pelayanan sebagai berikut :pelayanan makan dan minum, pelayanan kamar, pelayanan barang bawaan, pencucian pakaian dan dapat menggunakan fasilitas perabotan dan menikmati hiasan-hiasan yang ada didalamnya. Sedangkan
defenisi
hotel
menurut
SK
menparpostel
nomor
KM34/HK103/MPPT-87, adalah sebagai berikut: Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan., makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan didalam keputusan pemerintah. 2.4.3.1 Kriteria Klasifikasi Hotel Kriteri klasifikasi hotel di indonesia secara resmi dikeluarkan oleh peraturan pemerintah , dalam hal ini dibawah deparpostel dan dibuat oleh dirjen pariwisata dengan SK: kep -22/U/VI/78. untuk mengklasifikasikan sebuah hotel dapat ditinjau dari berbagai faktor yang satu sama lain ada kaitannya. Faktor – faktor pengklasifikasian hotel tersebut, antara lain faktor tingkatan atau binatang dari hotel, faktor tujuan pemakaian, faktor lokasi hotel, faktor daya jual, dan perencanaan penggunaan, faktor jumlah kamarnya, faktor ukuran hotel, menginap,
faktor tamu selama
faktor kegiatan tamu selama menginap dan faktor jenis tamu yang
menginap.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 47 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan keputusan direktur jenderal pariwisata no.14/U/11/88 mengnai ketentuan usaha dan penggolongan hotel tahun 1988 maka pengertian hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mnggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan minum serta lainnya baik umum yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan. Berdasarkan fasilitas yang dimiliki hotel dikelompokkan dalam hotel bintang dan non bintang. Hotel bintang dibagi lagi sesuai hasil penilaian terhadap fasilitas dan layanan yang ada yaitu mulai dari bintang 1 sampai bintang 5. Peran hotel dalam pembangunanp pariwisata sangat strategis. Dari komposisi pengeluaran wisman yang berkunjung ke indonesia selama ini , 30% dikonsumsi oleh jasa akomodasi. Pada tahun 1997 jumlah pengeluaran wisman sebesar US$5.32 miliar. Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk juga kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan menagemen dengan penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan. NTB subsektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan jumlah malam kamar dan indikator harganya adalah rata-rata tarif per malam kamar. Output atas dasar harga belaku diperoleh
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 48 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
berdasarkan perkalian indikator peroduksi dengan indikator harga. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian output dengan rasio NTBnya output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metoda ekstrapolasi. 2.4.4 Restoran Dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata restoran merupakan salah satu unsur produk wisata yang memegang peranan penting, berdasarkan hasil survei Biro Pusat Statistik terhadap pengeluaran wisatawan mencanegara menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan untuk makanan dan minuman menduduki tempat kedua setelah akomodasi sebesar 17,66 % dari seluruh pengeluaran. Berdasarkan keputusan menteri parpostel No.KM.95/KH.103/MPPT-87 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan restoran adalah salah satu jenis usaha pangan yang bertempat di sebagian seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk peoses pembuatan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya. Pengertian tersebut mengandung 5 unsur: 1. Bangunan dan tempat usaha adalah bangunan khusus yang permanen untuk kepentingan usaha, baik berupa bangunan tersendiri / terpisah atau bangunan termasuk bagian dari suatu bangunan induk tertentu. 2. Usaha adalah usaha komersial untuk mendapatkan keuntungan tertentu yakni dari penjualan makana dan minuman. 3. Makanan adalah hasil dari suatu proses pengolahan makanan dari bahan pangan mentah menjadi bahan pangan siap untuk dikonsumsi di tempat tersebut, atau dibawa keluar dari tempat tersebut.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 49 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
4. Minuman adalah suatu proses pembuatan minuman campuran atau minuman yang sudah jadi, baik beralkohol atau tidak beralkohol untuk siap dikonsumsi ditempat atau dibawa keluar dari tempat tersebut. 5. Peralatan dan perlengkapan yaitu berbagai jenis pralatan / perlengkapan yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses pengolahan, penyimpanan, dan penyajian makanan atau minuman. Dalam pengembangan pariwisata , restoran merupakan salah satu produk yang perlu mendapatkan penanganan karena dapat memberikan masukan dan sumbangan: Peningkatan Devisa Berdasarkan hasil survei Biro Pusat Statistik terhadap pengeluaran wisatawan mancanegara selama berada di Indonesia, menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan untuk makanan dan minuman menduduki urutan kedua setelah akomodasi sebesar 17,66% dari seluruh pengeluaran wisatawan. Sarana Promosi Pariwisata Keanekaragaman dan kelezatan makanan ternyata mampu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan untu berkunjung. Penyerapan Tenaga Kerja Usaha restoran bersifat padat karya sehingga menyerap tenaga kerja yang jumlahnya banyak Pengembangan dan Pelestarian Seni Budaya Restoran merupakan salah satu tempat terbaik dalam mengembangkan, memperkenalkan dan melestarikan seni budaya Indonesia, khususnya dibidang
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 50 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
masak- memasak sekaligus juga tempat untuk menghasilkan pakar-pakar boga yang dapat ditampilkan di dunia internasional. Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman. Jadi pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam subsektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, catering dan kantin. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB subsektor restoran yaitu pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 51 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
menguji hipotesis penelitain. Adapun metode penelitan yang digunakan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menitikberatkan pada pengaruh sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
terhadap pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara. 3.2. Jenis dan Sumber Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Sumber data-data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara periode 1985-2007. 3.3. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan secara langsung pencatatan berupa data time series yaitu dari tahun 19852007. 3.4. Pengolahan Data Penulis menggunakan program E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penelitian ini. 3.5 Model Analisis Data Model analisa yang digunakan dalam menganalisa data adalah model ekonometrika,dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Adapun fungsi matematis adalah : Y=f(X1,X2)……………………………………………..(1)
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 52 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Fungsi tersebut dapat dispesifikasikan kedalam model ekonometrika sebagai berikut : Y= α + β1X1 + β2X2 + µ………………………………..(2) Dimana : Y
= Pertumbuhan ekonomi yang diproxy dengan PDRB atas dasar harga
konstan (jutaan rupiah)
X1
= Sektor pertanian (jutaan rupiah)
X2
= Sektor perdagangan (jutaan rupiah)
α
= Intercept
β1 β2
= Koefisien regresi
µ
= Term of Error
Dengan hipotesis sebagai berikut
:
∂X 1 > 0 artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (sektor pertanian) maka Y ∂Y1 (pertumbuhan
ekonomi/ PDRB) akan mengalami kenaikan, cateris
paribus.
∂X 2 > 0 artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (sektor perdagangan, hotel dan ∂Y2 restoran) maka Y (pertumbuhan ekonomi / PDRB) akan mengalami kenaikan, cateris paribus. 3.6 Test of Goodness of Fit (uji kesesuaian ) 3.7.1. koefisien determinasi (R-Square)
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 53 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variasi variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan terhadap variabel dependen. 3.7.2. Uji t-statistik(uji parsial) Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen signifikan atau tidak terhadap veriabel dependen. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : bi = b Ha : bi ≠ b Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-1 nilai parameter hipotesis. Biasanya b dianggap = 0, artinya tidak ada variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini bararti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap veriabel dependen. Rumus untuk mencari t-hitung(t*)adalah : t-hitung = ( bi-b ) sbi keterangan : bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol Kriteria Pengambilan Keputusan: Ho : β = 0
Ho diterima (t* < t tabel ), artinya variabel independen secara parsial tidak berpangaruh nyata terhadap variabel dependen.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 54 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Ha : β ≠ 0
Ha ditolak (t* > t tabel ), artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ho ditolak,Ha diterima
Hoditolak,Haditerima
Ho diterima, Ha ditolak 0 Gambar 1: kurva uji t-statistik
3.7.3. Uji F-statistik Uji F-statistik ini dilakukakn untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Rumus untuk menghitung f-statistik(f*) f-hitung = R2 / k-1 (1-R2) / (n-k)
Dimana : R2 = koefisien determinan K = jumlah variabel dependen ditambah intercept dari suatu model persamaan. n = jumlah sampel Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 55 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Ho : bi = b2 = bk………………………………………..bk = 0(tidak ada pengaruh) Ha : b2 ≠ 0………………………………………………i ≠ 1 (ada pengaruh)
Kriteria pengambilan keputusan : 1. Ho : β1 = β2= β3= β4= β5=0 Ho diterima (F*
F tabel ), artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ho ditolak,Ha diterima
Ho diterima, Ha ditolak 0 Gambar 2: kurva uji F-statistik 3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.8.1. Multicollinearitas Multicollinearitas adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari R-square, F- hitung, t-hitung serta standar error. Adanya multicollinearitas ditandai dengan:
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 56 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
a. Standart error tak terhingga b. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α =5%, α =10%, α =1% c. Terjadi perubahan tanda d. R2 sangat tinggi. 3.8.2. Autokolerasi Autokolerasi terjadi jika error term (µ) dari waktu yang berbeda berkolerasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila : Variabel (єi.єj) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mengetahi keberadaan autokorelasi yaitu : a. Dengan memplot grafik b. Dengan Durbin-Watson(uji D-W test)
D-hittung =
Σ(et − (et −1 )) 2 Σe t
2
Dengan hipotesis sebgai berikut : H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : p ≠0, artinya ada autokorelasi Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi durbin watson untuk nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah : Kurva D-W test dapat dilihat sebagai berikut: Autokorelasi (+)
Autokorelasi (-)
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 57 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
inconclusive
inconclusive
Ho accept 0
dl du
2
4-du
4-dl
4
Gambar 3. Pengujian Durwin Watson Statistik Dimana : Ho
: Tidak ada autokorelasi
Dw < du
: Tolak Ho (ada korelasi positif)
Dw <4du
: Tolak Ho (ada korelasi negatif)
Du
: Tolak Ho (tidak ada autokorelasi)
Dl ≤Dw≥du
: Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
(4-du) ≤Dw ≤(4-dl)
: Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
3.8 Defenisi Operasional 1 Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan pada suatu tahun tertentu yang besarnya dinyatakan dalam jutaan rupiah. 2. Sektor pertanian merupakan sektor yang mencakup sub-sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan yang dinyatakan dalam jutaan rupiah.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 58 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
3. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor penting dalam
perekonomian yang menghasilkan barang dan jasa yang dinyatakan dalam jutaan rupiah.
BAB IV TINJAUAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Wilayah Propinsi Sumatera Utara 4.1.1. Kondisi Geografis Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang terdapat di bagian barat Indonesia yang terletak pada garis 10 – 40 LU dan 980 – 1000 BT. Batas –batas propinsi Sumatera Utara adalah sebelah utara : Nanggroe Aceh Darussalam
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 59 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
(NAD), sebelah selatan : Riau dan Sumatera Barat, Sebelah Timur : Selat Malaka / Malaysia dan Sebelah Barat : Samudera Hindia. Luas daratan propinsi Sumatera Utara sekitar 71.680 km2, sebagian besar berada di Sumatera dan sebagian lainnya di Pulau Nias, kepulauan batu-batu dan pulau-pulau kecil yang berada di sekitar pulau Sumatera. Berdasarkan letak dan kondisi alamnya propinsi Sumatera Utara terbagi dalam tiga kelompok wilayah yaitu : Pantai Barat yang terdiri dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias. Pantai Timur terdiri dari Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu, sedangkan dataran tinggi terdiri dari Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo dan Dairi. Berdasarkan undang-undang darurat no. 7 tahun 1956, peraturan pemerintah (PP) pengganti undang-undang no.4 tahun 1964 porpinsi Sumatera Utara terdiri dari 11 Kabupaten dan 6 Kota Madya. Namun sesuai dengan undang-undang no.12 1998 tentang pembentukan Kabupaten baru, maka Sumatera Utara terdiri dari 16 Kabupaten dan 7 Kotamadya. Tabel 1. Kondisi Geografis Sumatera Utara berdasarkan Kabupaten/ Kotamadya No A.
Kabupaten/ Kota Kabupaten
Luas (km2)
Luas (Dpl)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nias Mandailing natal Tapanuli selatan Tapanuli tengah Tapanuli utara Toba damosir Labuhan batu
5.138 6.620 12.227 2.188 7.165 3.440 9.323
0-800 m 0-500 m 0-1915 m 0- 1226 m 300-800 m 0-1300 m 0-1300 m
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 60 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Asahan 4.581 0-1500 m Simalungun 4.369 200-1500 m Dairi 3.146 400-1700 m Karo 2.127 140-1400 m Seli serdang 4.435 0-1500 m Langkat 6.262 0-1200 m Humbang hasundutan 1.762 Pakpak barat 2.730 Samosir 1.218 Kota Padang sidempuan 50 Sibolga 11 0-100 m Tanjung balai 58 0-4 m Pematang siantar 70 400 m Tebing ringgi 31 26-34 m Medan 265 0-14 m Binjai 90 28 m Total 70.681 Sumber : Sumatera Utara dalam angka tahun 2004, BPS Sumut
4.1.2. Kondisi Iklim dan Topografi Karena letaknya yang dekat dengan garis khatulistiwa mengakibatkan daerah propinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin pasat dan angin muson dengan curah hujan angin berkisar antara 1.800-4000 mm per tahun, dan suhu udara beragam antara 12.20 – 330 C. Ketinggian permukaan darat sangat bervariasi, yaitu daerah datar, bisa mencapai 350 C, daerah berbukit dengan kemiringan yang landai dan sebagian lagi daerah pada ketinggian dan suhu minimalnya bias mencapai 140C. Propinsi Sumatera Utara mengalami dua musim yakni musim kemarau yang terjadi pada bulan Juni dan September dan musim hujan yang terjadi pada bulan November sampai Maret. Diantara dua musim ini diselingi dengan musim pancaroba. Curah hujan mencapai 1.965 mm pertahun, dimana yang tertinggi
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 61 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
terdapat di daerah Karo dan Terendah di daerah Tapanuli Utara. Kelembaban ratarata pertahun kurang lebih 82.9 %, temperatur rata-rata pertahun 26.070 C. 4.1.3. Kondisi Demografi Propinsi Sumatera Utara didiami oleh berbagai penduduk dari berbagai suku seperti : suku batak ( Karo, Simalungun, Pakpak, Toba, Mandailing) sebesar 44.75% dan sebesar 33.40% lainnya merupakan suku yang berasal dari etnis lain seperti Betawi, Banten, Sunda,Jawa, Melayu, Madura, India, Cina dan lain-lain. Dilihat dari jumlah penduduknya , Sumatera Utara termasuk propinsi yang jumlah penduduknya terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11.506 juta jiwa.dari jumlah ini sebanyak 57.36% tinggal di daerah pedesaan dan 42.64 % tinggal ke perkotaan. Kepadatan penduduk mencapai 143 jiwa per km2dengan laju pertumbuhan penduduk 1.04 % per tahun (kurun waktu 1999-2004). Berdasarkan agama dan kepercayaan pada tahun 2000, penduduk Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 7.530 juta jiwa menganut agama Islam (65.54 %). Kristen Katolik sebesar 0.55 juta jiwa (4.78 %), Kristen Protestan sebesar 3.062 juta jiwa (26.6 %), Hindu sebesar 0.19%, Budha sebesar 3.33 % dan kepercayaan lain 0.23 %. 4.1.4. Potensi Wilayah Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang sangat luas dan potensial yang dapat dikembangkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sebagian besar wilayah ini merupakan areal pertanian, oleh karena itu kegiatan terpenting perekonomian masih mengandalkan sektor pertanian. Di samping itu laut,
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 62 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
danau dan sungai merupakan potensi yang tidak kalah pentingnya. Ini digunakan sebagai potensi perikanan dan perhubungan sedangkan keindahan alamnya merupakan keindahan energik untuk pengembangan industri, perdagangan dan lainlain. Wilayah Sumatera Utara juga menyimpan banyak bahan galian seperti, kapur, belerang, pasir kuarsa, gasolin, emas, batubara, minyak dan gasbumi dan yang lainnya. Posisi yang strategis yang terletak di jalur perdagangan internasional membawa keuntugan Sumatera Utara terutama dalam menunjang perekonomian daerah. Hal ini juga didukung dengan adanya sarana pelabuhan baik pelabuhan udara seperti Polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang, maupun pelabuhan laut seperti Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung. Disamping fasilitas pelabuhan ini perekonomian Sumatera Utara tidak terlepas dari peranan sektor perbankan dengan ketersediaan berbagai fasilitas jasa perbankan, jasa perdagangan, komunikasi dan transportasi. Hal ini mendorong perekonomian rakyat semakin berkembang, sehingga dapat menunjang tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kota Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara yang merupakan pusat dari seluruh aktivitas masyarakat. Selain sebagai pusat pemerintahan, kota Medan memiliki berbagai fasilitas yang dapat menunjang perekonomian seperti komunikasi, perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya, bahkan juga dapat diharapkan akan mendorong petumbuhan ekonomi wilayah terbelakang lainnya di Sumatera Utara.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 63 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian seperti perguruan tinggi, balai penelitian, dan balai latihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah. 4.2. Gambaran Umum Perekonomian Sumatera Utara. Setiap tahun perekonomian di Sumatera Utara diwarnai dengan berbagai perkembangan berdasarkan berbagai indikator ekonomi. Perkembangan ini dapat terlihat pada masa sebelum dan sesudah krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Sebelum terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997/1998 perkonomian Sumatera Utara tidak terlalu buruk. Misalnya pertumbuhan ekonomi tahun 1989 sebesar 9.91 %. Pada saat ini kontribusi dari sektor ekonomi cukup berkembang, saelanjutnya tahun berikutnya mengalami sedikit penurunan walaupun tidak terlalu signifikan, hingga pada tahun 1996 kembali pada posisi 9.0 % jauh melebihi target yng ditetapkan sebesar 8.5 %. Hal ini diakibatkan meningkatnya peranan dari bebrapa sektor ekonomi seperti pertanian, industri, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi. Namun sejak krisis melanda Indonesia terjadi perubahan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya. Perekonomian mengalami perlambatan. Dampak krisis moneter yang berlangsung sejak semester II 1997 sampai dengan I tahun 1998 tersebut berpengaruh terhadap perekonomian misalnya terlihat dari terdepresiasinya nilai rupiah terhadap dollar, inflasi yang melonjak hingga posisi 40.79 % pada semester I tahun 1998 meningkat dari tahun 1997 yang berada pada level 9.96 %.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 64 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Disamping itu pengaruh dari sektor non ekonomi juga turut mempengaruhi perekonoian Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap perekonomian Sumatera Utara, seperti terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan, dan kondisis polotik yang tidak stabil. Dalam perkembangan selanjutnya aktivitas perekonomian Sumatera Utara berusaha bangkit dengan berbagai indikator ekonomi yang nantinya akan mempengaruhi perekonomian Sumatera Utara ke arah yang lebih baik. Seperti yang tejadi pada tahun 2003 sampai tahun 2004 pertumbuhan ekonomi tahun 2004 tumbuh 5.74 % lebih tinggi dari tahun 2003 sebesar 4.31 %, disamping itu indikator ekonomi. Sumatera Utara relatif mengalami perbaikan, sehingga turut mempengaruhi roda pemerintahan Sumatara Utara secara keseluruhan. Begitu juga memasuki tahun 2005, tidak terlalu banyak mengalami perubahan dari tahun 2003, walaupun sedikit diwarnai perkembangan yang cukup ketat akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Pada tahun 2005 terjadi penurunan perekonomian dari tahun sebelumnya. Beberapa indikator ekonomi tersebut misalnya dapat dilihat dari: a. Laju Inflasi Perkembangan suatu daerah dapat dilihat dari kenaikan harga-harga barang dan jasa (inflasi) di daerah tersebut. Pada dasarnya inflasi berkaitan dengan fenomena interaksi permintaan dan penawaran. Namun pada kenyataannya tidak terlepas dari faktor-faktor lainnya, seperti tata niaga dan kelancaran dalam arus lalu lintas barang serta peranan kebijakan pemerintah.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 65 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Inflasi adalah kecenderungan harga-harga naik secara terus-menerus, sehingga dalam memproduksi suatu produk yang di ekspor akan mengalami kenaikan biaya produksi (cost production) sehingga berpengaruh pada volume ekspor terutama pada ekspor manufaktur. Tingkat inflasi yang sangat tinggi jelas merupakan hal yang sangat merugikan perekonomian suatu negara. Disamping memperkecil nilai riil dari pendapatan juga akan memperlambat perkembangan produksi yang akhirnya akan menghambat perkembangan produksi yang akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Inflasi di Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Pada tahun 1992 inflasi Sumatera Utara turun menjadi 8.56 % dari tahun sebelumnya (1991) sebesar 8,99 %. Penurunan perlahan terjadi tahun 1994,1995 dan 1996 walaupun tingkat inflasi masih tinggi yakni 8,28 %, 7,24 %, 8,7 %. Sejak krisis moneter memporakporandakan perekonomian bangsa Indonesia mulai tahun 1997, inflasi Sumatera Utara naik menjadi 13,1 % dan puncaknya pada tahun 1998 setelah kejadian lengsernya Presiden Suharto sehingga keamanan di Indonesia dan Sumatera Utara menjadi sedikit terganggu sehingga mengakibatkan meroketnya inflasi hingga 83,56 %. Seiring dengan membaiknya perekonomian, laju inflasi Sumatera Utara juga cukup rendah. Inflasi tahun 2003 sebesar 9.66 % lebih rendah daripada tahun 2002 yang sebesar 10,49 %. Sebelum krisis moneter terjadi inflasi di Sumatera Utara masih berada pada posisi yang tidak terlalu parah, namun pada tahun 1998 sejak krisis melanda perekonomian inflasi melonjak tajam mencapai 83.56 %. Ini menjadi tingkat inflasi yang paling parah yang pernah terjadi dalam perekonomian Sumatera Utara. Kondisi
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 66 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
ini turut mempengaruhi kurs rupiah yang mencapai angka Rp 18.000 per US dollar. Terjadi lonjakan harga yang sangat tinggi mengakibatkan biaya produksi meningkat tajam. Namun seiring perkembangannya laju inflasi dapat menurun perlahan –lahan pada posisi 11.37 % tahun 1999 ketika secara lambat laun perekonomian bangkit kembali.Pada posisi Desember 2005, inflasi Sumatera Utara mencapai 22.41 %. Angka ini meningkat dari tahun 2004 yang berada pada posisi 6.81 %. Sebelumnya pada tahun 2003 inflasi Sumatera Utara mencapai 9.66% turun dari posisi 10.49% pada tahun 2002.
Tabel 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Utara Tahun 1985-2005 ( 0% ) Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999
Inflasi (%) 4.61 3.82 4.40 6.78 6.64 7.56 8.99 8.56 9.75 8.28 7.24 8.70 13.10 83.56 11.37
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 67 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
2000 15.73 2001 15.50 2002 10.49 2003 9.66 2004 6.81 2005 22.41 2006 6.11 2007 6.60 Sumber : Keuangan Daerah Sumut 2005, Bank Indonesia Medan Dari kondisi ini tergambar bahwa laju inflasi di Sumatera Utara masih belum stabil, tergantung pada kondisi yang terjadi baik karena faktor ekonomi maupun non ekonomi. Misalnya secara fundamental tingginya inflasi tahun 2005 dapat terjadi karena kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sehingga memberi dampak makro yang cukup besar. Kondisi ini telah membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap harga terpuruk. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, inflasi di Sumatera Utara terkhusus tahun 2005 jauh di atas inflasi secara nasional yang berkisar 7,43%. Tingginya tingkat inflasi di Propinsi Sumatera Utara terkhusus beberapa tahun belakangan ini terlihat dari beberapa faktor seperti tingginya permintaan akan kelompok barang makanan akibat pelaksanaan hari besar keagamaan, sementara untuk kelompok diluar barang makanan terlihat pada keadaan kenaikan harga barang seperti perumahan, listrik, gas, air minum dan lain-lain. Namun demikian jika dibandingkan dengan tahun 2004, inflasi di Sumatera Utara dan inflasi secara nasional telah mengalami penurunan pada tahun 2005. Tabel 3 Perkembangan Inflasi Nasional dan Regional Sumut Tahun 2005-2007 Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 68 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
(%) Wilayah
2005
2006
2007
Indonesia
17.11
6.60
6.59
SUMUT
22.41
6.11
6.60
Sumber : Laporan Perekonomian Sumatera Utara 2007, BPS Sumut b. PDRB Ditinjau dari kontribusi PDRB terhadap perekonomian Sumatera Utara tidak terlalu buruk. Sebelum krisis ekonomi kontribusi PDRB terhadap perekonomian sebagai salah satu indikator tidak terlalu menurun, hal ini disebabkan pada masa ini kontribusi dari semua sektor perekonomian mengalami perbaikan. Namun dampak krisis yang terjadi ternyata juga berpengaruh pada peningkatan PDRB, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 4 Perkembangan PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1985-2007 Tahun Dasar 1983 ( juta rupiah ) Tahun PDRB 1985 3 886 496 1986 4 131 717 1987 4 492 442 1988 4 999 245 1989 5 478 875 1990 5 934 566 1991 6 364 634 1992 6 832 672 1993 18 215 459 1994 19 942 024 1995 21 753 806 1996 23 714 738 1997 25 065 405 1998 22 332 690 Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 69 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
1999 22 910 086 2000 69 154 112 2001 71 908 359 2002 75 189 141 2003 78 805 609 2004 83 328 949 2005 87 897 791 2006 93 347 404 2007 99 792 273 Sumber : Lapaoran Perekonomian Sumut 2005, BPS Sumut Jika dilihat dari perkembangannya PDRB mengalami trend yang cukup baik, misalnya pada tahun 2003 PDRB Sumatera Utara mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dengan besar peningkatan 0,65%. Begitu juga dengan yang terlihat pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 0,69%.
Tabel 5 PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Harga Konstan Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2005-2007 ( Juta Rupiah ) Sektor Ekonomi 2005 2006 2007 1. Pertanian 22 191 304 22 724 491 23 856 154 2. Pertambangan dan 1.074.750 1 119 581 1 229 049 Penggalian 3. Industri Pengolahan 21.305.368 22 470 565 23 615 200 4. Listrik, gas dan air 716.250 738 314 739 918 minum 5. Bangunan 5.515.982 6 085 612 6 559 295 6. Perdagangan,hotel dan 15.984.925 17 095 259 18 386 279 restoran 7. Pengangkutan dan 7 397 922 8 259 198 9 076 562 Komunikasi 8. Keuangan dan Jasa 5 440 496 5 977 573 6 720 615 Perusahaan 9. Jasa-jasa 8 288 790 8 876 806 9 609 179 PDRB 87 897 791 93 347 404 99 792 273 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2005-2007, BPS Sumut
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 70 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Secara umum terlihat bahwa peningkatan PDRB berasal dari sumbangan dari berbagai sektor usaha seperti yang terlihat pada tabel 5. Bila dibandingkan dengan tahun 2005, bahwa PDRB tahun 2006 tumbuh sebesar 4,50%. Pertumbuhan tertinggi berasal dari Sektor Pertanian , diikuti Industri Pengolahan , Sektor perdagangan, hotel dan restoran, Sektor Jasa, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan Sektor Bangunan, Sektor Pertambangan dan Penggalian dan Sektor Listrik, Gas dan Air Minum serta Sektor Bangunan.
Tabel 6 PDRB Sumatera Utara Berdasarkan Harga Konstan Menurut Sektor Ekonomi Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (Juta Rupiah ) tahun Lapangan usaha Sektor pertanian Sektor perdagangan,hotel & restoran 1985 1 334 030 550.243 1986 1 438 373 594.574 1987 1 548 413 705.901 1988 2 822 621 1 326 602 1989 6 640 157 1 551 334 1990 3 720 666 1 789 377 1991 4 141 870 1 971 447 1992 4 995 021 2 292 944 1993 5 526 769 2 906 133 1994 5 249 345 3 744 438 1995 5 701 576 4 094 268 1996 6 197 978 4 453 035 1997 6 754 526 4 699 082 1998 6 761 596 3 859 892 1999 7 153 614 3 991 368 2000 7 480 207 4 125 231 2001 7 749 605 4 257 106 Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 71 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
2002 7 924 480 1 165 331 2003 8 211 364 4 632 712 2004 21.465.423 15 230 316 2005 22.191.304 15 984 925 2006 22.724.491 17 095 259 2007 23.856.154 18 386 279 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 1985-2007, BPS Sumut a) Metoda penghitungan PDRB Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB yaitu 1. Metode Langsung Dalam
metode
ini
penghitungan
didasarkan
pada
daerah,
hasil
penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metoda ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : a) Pendekatan Produksi PDRB merupakan nilai tambah bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dihasilkan di suatu wilayah atau daerah dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. NTB adalah nilai produksi bruto (NPB/ out put) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. b)
Pendekatan Pendapatan
PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah atau region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungankeuntungan semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 72 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tal langsung neto. c)
Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, dan Lembaga Swasta Nirlaba, Pengeluaran Konsumsi Pemeritah, Pembentukan Modal tetap Domestik Bruto, Perubahan Investasi dan Ekspor neto (ekspor neto merupakan eksor dikurangi impor), didalam suatu wilayah / region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan penghitungan metode NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang da jasa yang diproduksi. 2. Metode tidak langsung / alokasi. Meghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian masing-masing metoda pendekatan pada data yang tersedia pada kenyataannya pemakaian kedua metoda tersebut saling menunjang satu sama lain, karena metoda langsung akan mendororng peningkatan kualitas data daerah. 1. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku Hasil penghitungan atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit- unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 73 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
NTB atas harga dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB / output dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan perubahan volume/ kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat perubahan dari masing-masing kegiatan subsektor dan sektor. Mengingat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor maka penilaian NPB/output dilakukan sebagai berikut : a.
Untuk sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam seperti ; Pertanian, Pertambangan, Penggalian pertamakali dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan.
b.
Untuk sektor sekunder yang terdiri dari Sektor Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Minum, dan Sektor Bangunan, Penghitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing- masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan.
c.
Untuk sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel, Pengangkutan dan Komunikasi, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Sewa rumah dan Jasa pemerintah dan jasa –jasa untuk penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor.
d.
Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan Penghitunga atas dasar harga konstan pengertianyya sama dengan atas dasar
harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 74 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
NTB berdasarkan atas harga konstan menggambarkan perubahan volume/ kuantum produksi saja. Pada dasarnya dikenal 4 cara penghitungan nilai tambah ADH konstan antara lain : 1) Revaluasi Dilakukan dengan cara menilai prduksi dan biaya antara masing- masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan selanjutnya nilai tambah ADH kostan diperoleh dari selisih antara output da biaya antara atas dasar harga konstan. 2) Ekstrapolasi Niali tambah maing-masing tahun atas tahun dasar konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari masing-masing produksi ataupun indeks dari nberbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan sebagainya tegantung mana yang lebih cocok dengan jenis kegiatan subsektor dan sektor yang dihitung. 3) Deflasi Nilai tambah ADH konstan diperoleh dengan membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harganya digunakan sebagai deflator biasanya menggunakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya tergantung mana yang lebih cocok.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 75 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Indeks harga diatas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga konstan justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah ADH konstan dengan indeks harga tersebut. 4) Deflasi Berganda. Dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan adalah IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Dalam kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan deflasi berganda belum banyak dipakai. 4.3. Perkembangan Sektor Pertanian Sumatera Utara Sebagai komoditi strategis dalam ekonomi, peranaan Sektor Pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara sangatlah penting terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja. Penduduk yang menggantungkan hidupnya pada Sektor Pertanian mencapai 55.56 %. Di daerah pedesaan angka ini lebih tinggi lagi yaitu mencapai 79.49 %. Selain itu Pertanian juga merupakan sektor utama penyumbang nilai tambah terbesar di Sumatera Utara. Kenyataan tersebut dapat dilihat dengan membandingkan PDRB Sumatera Utara dengan PDRB Sektor Pertanian Sumatera Utara pada tabel 6 berikut.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 76 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 6 Perkembangan PDRB Sumatera Utara dan PDRB Sektor Pertanian Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1985-2007 (Juta Rupiah) Tahun PDRB Sumatera Utara PDRB Sektor Pertanian 1985 3 886 496 1.334.030 1986 4 131 717 1.438.373 1987 4 492 442 1.548.413 1988 4 999 245 1.706.782 1989 5 478 875 1.820.046 1990 5 934 566 1.951.908 1991 6 364 634 2.097.647,58 1992 6 832 672 2.266.665,53 1993 18 215 459 2.465.261,66 1994 19 942 024 5.249.345,49 1995 21 753 806 5.701.575,59 1996 23 714 738 6.197.977,91 1997 25 065 405 6.754.524.07 1998 22 332 690 6.896.115,62 1999 22 910 086 7.288.312,09 2000 69 154 112 7.617.422,66 2001 71 908 359 19.683.516,27 2002 75 189 141 20.182.423.94 2003 78 805 609 20.689.486,29 2004 83 328 949 21.465.423,27 2005 87 897 791 22.191.304,61 2006 93 347 404 22.724.491,30 2007 99 792 273 23.856.154,64 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 1985-2007, BPS Sumut 4.4. Perkembangan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Sumatera Utara
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 77 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Kegiatan yang dicakup subsektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baku maupun barang bekas, untuk tujuan penyaluran / pendistribusian tanpa mengubah sifat barang tersebut. Subsektor pedagangan dalam perhitungannya dikelompokkan kedalam dua jenis kegiatan yaitu Perdagangan Besar, Perdagangan Eceran. Perdagangan Besar meliputi kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau barang bekas dari oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan Pedagang Eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa menambah sifat, baik barang baru maupun barang bekas. Metoda yang digunakan yaitu metoda arus barang, input atau margin perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dengan nilai beli barang yang diperdagangan setelah dikurangi dengan biaya angkut
barang dagangan yang
dikeluarkan oleh pedagang. Dengan cara arus barang output dihitung berdasarkan margin perdagangan yang timbul akibat memperdagangkan barang-barang dari Sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri serta barang –barang yang berasal dari impor. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk memperoleh total NTB Subsektor Perdagangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan pajak penjualan dan bea masuk barang impor. Sektor ini berperan sebagai penunjang kegiatan ekonomi yang menghasilkan produk barang dan jasa. Secara keseluruhan Nilai Tambah Bruto sektor ini tumbuh sebesar 2.88% pada tahun 2003 dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 6.11%.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 78 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
peningkatan ini utamanya diakibatkan pertumbuhan subsektor Hotel yaitu dari 7.45% pada tahun 2003 menjadi 7.33% pada tahun 2004. Terdapat kaitan yang erat antara Subsektor Hotel dengan wisatawan asing maupun wisatawan nusantara, sehingga perkembangan perhotelan sangat dipengaruhi kunjungan wisatawan , terutama lama nginap wisatawan selama berkunjung di Sumatera Utara. Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh sebesar 6.09% pada tahun 2004 meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 2.66%. Sementara pada Subsektor Restoran tumbuh sebesar 6.12% tahun 2004, lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang meningkat sebesar 6.96%. Peningkatan pendapatan masyarakat juga berpegaruh pada konsumsi makanan. Jadi diluar rumah pada akhirnya berpengaruh terhadap kegiatan Restoran. Sumbangan terbesar disektor ini diberikan oleh Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 16.23% tahun 2003 dan sedikit meningkat menjadi 16.33% pada tahun 2004. Kemudian subsektor memberikan 0.29% ditahun 2003 dan 0.27% di tahun 2004. Subsektor Restoran 1.96% ditahun 2003 menurun menjadi 1.91% pada tahu 2004. Pada tahun 2007 volume ekspor Sumatera Utara mencapai 7.84 juta ton dan volume impor sebesar 4.74 juta ton. Hal ini berarti terjadi penurunan 9.88 % pada ekspor sedangkan pada impor terjadi kenaikan 7.28 %. nilai ekspor Sumatera Utara pada tahun yang sama mencapai US$7.082,9 juta dan nilai impor mencapai US$2.109,9 juta. Dengan demikian Sumatera Utara mempunyai surplus perdagangan luar negeri sebesar 22,28 % dibandingkan tahun lalu. Komoditi utama ekspor Sumatera Utara adalah minyak lemak nabati dan hewani yang mencapai US$3.132,88 juta
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 79 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
(44,23 %) dan diikuti oleh bahan baku sebesar US$1.577,78 juta serta baha makanan dan binatang hidup sebesar US$ 844,71 juta. Sumatera Utara pada umumnya mengekspor komoditinya ke Jepang yang mencapai US$949,38 juta (13,41 %) dan India yang mencapai US$ 907,38 juta (12.81%). Nilai impor Sumatera Utara yang bernialai US$2.109,88 juta mengalalmi kenaikan sebesar 44,81 % dari tahun 2006. impor Sumatera Utara menurut kelompok barang ekonomi sebagian besar berupa bahan baku / penolong yang mencapai US$1.231,54 juta (58,37 %) sedangkan yang berupa barang konsumsi sebesar US$523,64 juta (24.82 %) dan sisanya berupa barang modal. Tabel 7
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007
Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara 2003-2007 Ekspor Impor Berat bersih Nilai FOB Berat bersih Nilai CIF 5 490 113 2 687 877 2 343 112 679811 7 512 890 4 239 409 3 221 858 953359 8 174 804 4 563 075 3 717 117 1 178 066 8 704 825 5 523 900 4 404 172 1 456 987 7 841 872 7 082 899 4 745 767 2 109 879
Tabel 8 Ekspor Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi 2003-2007 2003 2004 2005 2006
Sektor ekonomi Minyak, gas dan bumi Pertanian 838 057 Pertambangan 367 985 dan penggalian Industri 6 761 771 Lainnya 56 Jumlah 8 174 804
2007
-
--
-
-
1 024 946 646 381
1 044 992 104 882
1 077 964 472 635
1 107 505 109 313
6 980 430 45 8 704 825
6 629 469 19 7 841 872
4 179 345 75 5 490 113
6 378 576 52 7 152 890
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 80 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 9 Impor Sumatera Utara Menurut Sektor Ekonomi 2003-2007 Sektor 2003 ekonomi Minyak, gas 20 dan bumi Pertanian 230 807 Pertambangan 379 671 dan penggalian Industri 1 732 586 Lainnya 27 Jumlah 2 343 112
2004 37
2005
2006
2007
-
-
-
197 687 726 922
121 405 316 026
278 291 383 468
294 244 346 010
2 297 180 35 3 221 858
3 279 565 124 3 717 119
3 742 273 140 4 404 172
4 105 259 240 4 745 767
Proporsi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tahun 2000-2004 selalu menduduki urutan ketiga setelah Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolahan, cenderung stabil dikisaran 18-19 % dengan andil sebesar 18.45 % tahun 2000, kemudian naik menjadi 19.64% pada tahun 2001. Pendapatan 2002 kembali menurun 18.49% dan menurun terus di tahun 2003 menjadi 18.48% dan meningkat menjadi 18.51% pada tahun 2004. mulai dari tahun 2004 sampai tahun 2007 sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami peningkatan. Selain itu merupakan sektor penyumbang nilai tambah di Sumatera Utara. Kenyataan tersebut dapat dilihat dengan membandingkan PDRB Sumatera Utara dengan PDRB sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumatera Utara pada tabel 6 berikut.
Tabel 10 Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 81 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
PDRB Sumatera Utara dan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1985-2007 (Juta Rupiah) Tahun
PDRB Sumatera Utara
PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 1985 3 886 496 550.243 1986 4 131 717 594.574 1987 4 492 442 705.901 1988 4 999 245 1 326 602 1989 5 478 875 1 551 334 1990 5 934 566 1 789 377 1991 6 364 634 1 971 447 1992 6 832 672 2 292 944 1993 18 215 459 2 906 133 1994 19 942 024 3 744 438 1995 21 753 806 4 094 268 1996 23 714 738 4 453 035 1997 25 065 405 4 699 082 1998 22 332 690 3 859 892 1999 22 910 086 3 991 368 2000 69 154 112 4 125 231 2001 71 908 359 4 257 106 2002 75 189 141 1 165 331 2003 78 805 609 4 632 712 2004 83 328 949 15 230 316 2005 87 897 791 15 984 925 2006 93 347 404 17 095 259 2007 99 792 273 18 386 279 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 1985-2007, BPS Sumut 4.5 Hasil Estimasi Dan Interprestasi 4.5.1 Analisis dan Pengumpulan Data Dengan melihat hubungan antara variabel bebas (independent variabel) yaitu Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang merupakan penyumbang terhadap variabel terikat (dependent variabel) dalam pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, maka digunakan model ekonometrika dengan metoda analisis data yang menggunakan model kuadrat terkecil biasa.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 82 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Analisis pembahasan ini dimaksud untuk mengetahui korelasi antarakedua variabel yakni variabel bebas dan terikat. Untuk membukt ikan kebenaran hipotesis yang dibuat, penulis mengajukan dalam bentuk analisis matematik apakah Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Seberapa jauh tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian terhadap masing- masing koefisien regresi yaitu uji t, uji F, yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program komputer eviews 4.1 dapat dilihat hasilnya dalam tabel dibawah ini: Tabel 1 Hasil Analisa Regres Dependent Variable: Y Variable Coefficient C X1 X2
617832.1 2.215821 3.794693
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.817630 0.799393 15795622 4.99E+15 -412.2589 1.731889
Std. Error
t-Statistic
Prob.
5074451. 0.474583 0.653747
0.121753 4.668988 5.804530
0.9043 0.0001 0.0000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
36956743 35266613 36.10947 36.25758 44.83359 0.000000
4.5.2 Interprestasi Model Berdasarkan hasil regresi linear berganda dengan menggunakan program eviews 4.1 diperoleh estimasi sebagai berikut: Y= 6717832 + 2.215821 X1 + 3.794693X2 Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 83 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Hasil estimasi diatas dapat dijelaskan oleh pengaruh variabel independen yaitu Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Sumatera Utara adalah sebagai berikut : a.
Sektor Pertanian Sektor pertanian mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dan besarnya koefisien 2.215821, artinya jika terjadi kenaikan pada Sektor Pertanian di Sumatera Utara sebesar 1 % maka akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar 2.21 %
b.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dan besarnya koefisien 3.794693, artinya jika terjadi kenaikan pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumatera Utara sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebesar 3.79 %.
4.5.3 Analisis Koefisien Determinasi. a. Uji t-statistik 1. Ho : b = 0 Ha : b ≠ 0 2. α = 1%, df = n-k-1 =23-2-1=20 3. Statistik Penguji X1 = 2.215821 X2 = 3.794693
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 84 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
4. Kriteria pengambilan keputusan. 1. Variabel X1 (sektor pertanian) a). Ho : b = 0 ha : b ≠ 0 b). α = 1% c). t-tabel =2.845 d). t- hitung = 4.668
e).Keputusan Berdasarkan data dapat diketahui bahwa t-hitung >t- tabel dimana nilainya 4.668 > 2845, dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) diterima. Artinya Sektor Pertanian berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99% (α =1%).
Ha diterima
Ha diterima
Ho diterima, -4.668 -2.845
2.845
4.668
Gambar 1. uji t- statistik terhadap Sektor Pertanian 2. Variabel X2 ( Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ) a). Ho : b = 0
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 85 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Ha : b ≠ 0 b). α = 1% c). t-tabel = 2.845 d). t- hitung =5.804 e). keputusan : Berdasarkan data dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel dimana nilainya 5.804 > 2.845 dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) diterima. Artinya Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99%(α = 1%)
Ha diterima
Ha diterima
Ho diterima, -5.804
2.845
2.845
5.804
Gambar 2. uji t- statistik terhadap sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. b. Uji F-statistik Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yakni Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mampu secara bersama mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Kriteria pengambilan keputusan: Ho ditolak jika F-hitung > F-tabel Ha diterima jika F-hitung < F-tabel a. Ho : b = 0
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 86 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Ha : b ≠ 0 b. α = 1% c. V1 = 3-1= 2 d.V2 =23-3 =20 e. F-hitung = 44.83359 f. F-tabel =3.49 g. Kesimpulan : berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel , yaitu 44.833 > 3.49, dengan demikian hipotesa alternatif (Ha) diterima. Artinya secara bersama- sama variabel independen yakni sektor pertanian dan sektor pedagangan, hotel dan restoran berpengaruh nyata pada peningkatan pertumbuhan ekonomi sumatera utara pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).
Ha diterima
Ho diterima, 3.49
44.833
Gambar 3. uji F-statistik
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 87 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
4.5.4 Koefisien Determinasi R2 Dari hasil regresi diatas diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.81 atau R2 = 81 %, yang memberikan arti bahwa Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran secara bersama mampu memberikan penjelasan sebesar 81% sementara sisanya 19% dijelaskan oleh variabel yang lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. 4.5.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik. a.Adanya Multicolinearitas Yaitu adanya korelasi yang kuat diantara variabel dependen dalam suatu model estimasi. Dalam penelitian ini tidak terdapat adanya multicolinearity. Ini terlihat dari setiap koefisien sesuai hipotesa, R2 yang tidak terlalu tinggi dan tidak terdapat adanya perubahan tanda. Dari model analisis : Y= α + β1X1 + β2X2 + µ………………………………(1) Dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independen sebagai berikut: X1 = α + β2X2 + µ..................................................................(2) Diperoleh R2 sebesar 0.14 dan F-hitung 3.65 X2 = α + β1 X1 + µ…………………………………………..(3) Diperoleh R2 sebesar 0.14 dan F-hitung 3.65 Dari hasil regresi diantara variabel independen terlihat bahwa koefisien determnasi atau R2 dari asing- masing persamaan 1,2, dan 3 masih lebih kecil dari hasil regresi antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen, yaitu sebesar 0, 81. Demikian juga dengan F- hitung dari masing- masing persamaan 1,2 dan 3
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 88 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
masih lebih kecil dari F-hitung hasil regres antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen, yaitu sebesar 44.83. Hal ini berarti bahwa diantara variabel independen tidak terdapat multicolinearitas. b. Serial Korelasi dan Autokorelasi Auto korelasi atau serial korelasi terjadi apabila term of error (µ) dari periode waktu yang bebeda berkorelasi. Untuk menguji keberadaan auto korelasi dapat digunakan dengan uji Durbbin Watson. Berdasarkan perhitungan diperoleh DWstatistik sebesar 1.731, artinya bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi pada odel estimasi (Ho diterima).
Autokorelasi (+)
Autokorelasi (-)
inconclusive
inconclusive
Ho accept 0 1.10
1.54
2
2.46
2.9
4
Gambar 4. Uji Darwin Watson Statisatik
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 89 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulam mengenai pengaruh sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Sektor pertanian mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. 2. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. 6.2 Saran Sebagai penutup skripsi ini, penulis memberikan saran pada semua pihak yang terkait dengan penulisan skripsi ini: 1. Agar pemerintah daerah Sumatera Utara lebih menggalakkan pembangunan di sektor pertanian dan membenahi komponen-komponen pendukung pembangunan pertanian mengingat perkembangan sektor pertanian pasca krisis ekonomi tetap bertahan bahkan mengalami peningkatan produksi. Disamping itu sektor pertanian dianggap mampu sebagai penyelamat perekonomian pada masa krisis. 2. Agar masyarakat dapat melihat dan mengambil kesempatan ekonomi yang lebih besar dari sektor pertanian melalui usaha bisnis pertanian yakni
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 90 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
agroindustri maupun agribisnis untuk meningkatkan produksi dan daya saing produk pertanian. 3. Agar menjadi masukan bagi penyusun kebijakan pemerintahan daerah Sumatera Utara dalam rangka pengembangan sektor riil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. 4. Untuk menunjang kegiatan ekonomi Sumatera Utara pemerintah sebaiknya terus mengadakan peningkatan kuantitas dan kualitas sarana publik yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi terutama saarana-sarana untuk sektor – sektor yang berpotensi.
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 91 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Sritua. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta :UI press Arsyad,
Lincolin.1999.
Pengantar
Perencanaan
Pembangunan
Ekonomi
Daerah.Yogyakarta :BPFE BPS.2005.
Laporan
Pertanian
Sumatera
Utara
(2001-2005).Medan:BPS
SumateraUtara BPS.2005. Laporan Perekonomian Sumatera Utara (1985-2005). Medan : BPS Sumatera Utara BPS. 2005. Sumatera Utara Dalam Angka. Medan : BPS Sumatera Utara. Direktorat Pangan dan Pertanian. 2005. Kajian Model Pertumbuhan Sektor Pertanian Untuk Menyusun Strategi Pembangunan Pertanian. Jakarta: Bappenas. Gujarati Damodar dan Sumarno Zain,1997. Ekonometrika Dasar.Jakarta: Erlangga Kamaluddin Rustian,1998. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI Mahyudi, Ahmad. 2004. Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Erlangga
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 92 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yokyakarta: LP3ES Mosher A.T. 1969. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta : Yasaguma Nawawi Hadari, 1991. Metode Penelitian. Yogyakarta: Gajahmada University Press Mangkuwerdoyo Sudiarto. 1999. Perkembangan Pengelolaan Industri Akomodasi & Restoran. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI Samuelson Paul. 1992. Makro Ekonomi. Alih Bahasa Haris Munandar. Jakarta : Erlangga Soekartawi.1994. Pembangunan Pertanian. Jakarta: Rajagrafindo Persada Sugiarto Endar. 1996. Pengantar Akomodasi & Restoran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematik dan Pendekatan. Jakarta : Penerbit Salemba Empat Tambunan Tulus,2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Penerbit Ghalia. Todaro M.P, 1983. Pembangunan di Dunia Ketiga Jilid I. Terjemahan H
Rastioma H. Manullang : Pengaruh Sektor Pertanian Dan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Terhadap 93 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009