Global Investment Perspective May 2010 Highlights
Outlook & Strategy
In April, fears of Greek debt default and contagion to other peripheral Eurozone countries caused sharp market volatility. The delay by Germany to approve the rescue package due to opposition at home created significant market swings in the last week of April.
To address the risk of contagion stemming from the crisis in Greece, a series of exceptional measures have been agreed by European Governments, IMF and the ECB. The sums involved in the rescue plans are large, amounting to a possible EUR 750bn of EU and IMF money; plus, the ECB will intervene in the secondary market for private and public sector debt securities to provide liquidity as needed. Such strong measures seem to have helped reassure investors, with both the equity markets and the debt of the so-called PIIGS rallying strongly as a response. While the measures definitely help with the immediate liquidity problem and reduce contagion risk, the medium-term challenges of restoring the public finances to health are still to be tackled and are likely to continue cause volatility in the market-place, especially for sovereign debt. Within fixed income, our preference remains for developed markets' corporate debt that continues to offer an attractive combination of improving fundamentals, good flows and reasonably good valuations.
Reflecting the market’s growing concern, the yield on Greek debt soared in April and credit rating agencies Moody’s and Standard & Poor’s downgraded Greece and Portugal’s debt ratings. Adding to investor uncertainty was the ongoing drive by US President Barack Obama to tighten the regulation of financial institutions. If implemented, it could restrict the level of risks that banks can take and the market is concerned that this may hurt global demand.
April Market Recap The MSCI World Index fell by 0.16% in April. Despite the deterioration in Eurozone debt markets, from a macroeconomic perspective, manufacturing data remained positive across most of the developed and emerging markets, with the latter continuing to lead growth, supported by encouraging retail sales and domestic demand. However, a contrasting inflation outlook for developed and emerging markets has intensified. While developed-market governments have pledged to maintain extremely low interest rates for an extended period, further monetary tightening was seen in emerging markets. For instance, in April, India raised interest rates in order to control inflation and to stop the economy from overheating.
We maintain a moderate underweight in equities versus cash. Our reasons are four-fold. First, equity markets could come under pressure if earnings do not meet expectations, as analyst forecasts for 2010-2011 remain optimistic despite subdued demand and high unemployment in developed markets. Second, while valuations are not demanding, they are considerably above the attractive levels seen in 1Q09. Third, fiscal austerity packages, such as the ones needed to repair the budget deficits in countries like Greece, may result in a slowdown of growth during the second half of the year. Fourth, monetary tightening in emerging markets could slow the pace of growth and affect global markets. As such, we maintain our preference for defensive sectors over cyclicals and financials as the more stable earnings profile of these companies are more attractive in the current economic cycle. Our preference for Latin-America equities over Emerging Asia has been beneficial. Although the valuation discount between Latin America and Emerging Asia has narrowed, our preference for Latin America over Emerging Asia remains. Latin America still has the potential for positive growth surprises, especially regarding Brazil due to robust domestic demand and strong export of commodities to Asia.
Perspektif Investasi Global Mei 2010 Hal-Hal Utama
Pandangan & Strategi
Di bulan April, kekuatiran pemerintah Yunani akan gagal membayar obligasinya tepat waktu dan kemungkinan kondisi tersebut dapat terjadi pada negara-negara kecil di wilayah Eropa mendorong pasar bergerak sangat fluktuatif. Keraguan pemerintah Jerman untuk ikut dalam dana bantuan tersebut karena belum ada suara bulat untuk setuju di dalam badan pemerintahan, mendorong pasar bergerak fluktuatif di akhir minggu di bulan April.
Pemerintah-pemerintah di Eropa bekerja sama dengan IMF dan bank sentral Eropa mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mencegah krisis di Yunani menyebar ke negara-negara Eropa lainnya. Salah satu langkah kebijakan adalah memberikan dana bantuan dalam jumlah yang sangat besar, sekitar 750 milyar euro yang berasal dari dana IMF dan dana gabungan negara-negara Uni Eropa. Selain itu, bank sentral Eropa akan melakukan intervensi di pasar sekunder dengan membeli obligasi pemerintah maupun korporasi untuk menyediakan likuiditas yang dibutuhkan. Langkah-langkah tersebut membantu mengembalikan kepercayaan investor-investor dan mendorong harga saham dan obligasi negara-negara PIGS (Portugal, Italia, Yunani, dan Spanyol) naik di bulan lalu, dan membantu mengatasi masalah likuiditas dan mengurangi risiko penyebaran krisis. Namun masih ada tantangan dalam memulihkan sektor finansial, sehingga pasar masih akan bergerak fluktuatif, terutama pada obligasi pemerintah denominasi mata uang asing. Untuk instrumen pendapatan tetap, kami lebih memilih obligasi korporasi negara-negara maju karena masih memberikan imbal hasil dan valuasi yang menarik. Selain itu, fundamental penerbit obligasi juga semakin positif dan permintaan masih besar.
Tingkat imbal hasil obligasi Yunani yang naik tajam di bulan April dan lembaga pemeringkat Moody’s dan Standard & Poor’s menurunkan peringkat kredit Yunani dan Portugal, mencerminkan kekuatiran pasar. Menambah berita negatif di pasar, president AS Barack Obama mengambil langkah untuk memperketat regulasi di sektor finansial. Jika langkah tersebut dijalankan, maka perbankan hanya boleh berinvetasi pada instrumen dengan tingkat risiko yang terbatas, dan situasi ini dapat menekan pertumbuhan kredit dan permintaan dunia.
Ulasan Pasar di Bulan April Indeks MSCI World turun sekitar 0,16% di bulan April. Walaupun terjadi koreksi yang cukup dalam di pasar obligasi Eropa yang disebabkan oleh naiknya aksi pengurangan risiko, namun dari sudut pandang makroekonomi, data manufaktur tetap positif di hampir semua negara maju dan berkembang, terutama negara-negara berkembang karena didukung oleh penjualan ritel dan permintaan domestik yang terus naik. Pandangan inflasi di negara maju dan negara berkembang semakin bertolak belakang. Di satu sisi pemerintah di negara-negara maju terus mempertahankan suku bunga di tingkat yang sangat rendah untuk jangka waktu yang panjang, sedangkan di negara-negara berkembang sudah mulai menaikkan tingkat suku bunga. Sebagai contoh, di bulan April India menaikkan suku bunga untuk menjaga tekanan inflasi dan menghindari ekonomi masuk ke kondisi overheating.
Kami tetap menganjurkan investor untuk berhati-hati dalam mengambil posisi yang besar pada instrumen berisiko seperti saham. Alasan pertama adalah pasar bisa tertekan jika laporan keuangan emiten ternyata lebih buruk dari perkiraan, apalagi perkiraan-perkiraan yang dibuat analis-analis untuk laba korporasi tahun 2010 – 2011 cukup optimis walaupun tingkat konsumsi domestik masih lemah dan angka pengangguran masih tinggi di negara-negara maju. Alasan kedua adalah valuasi sudah tidak serendah di kuartal pertama 2009. Alasan ketiga adalah, dana yang harus dikeluarkan cukup besar untuk mengatasi anggaran defisit yang besar seperti yang terlihat di Yunani, dan hal ini dapat menekan pertumbuhan ekonomi di semester kedua tahun ini. Alasan terakhir adalah, pengetatan kebijakan moneter di negara-negara berkembang juga dapat menekan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut dan memberikan efek negatif ke pasar saham dunia. Sehingga, kami tetap memilih untuk masuk ke saham-saham sektor divensif dibandingkan saham-saham di sektor siklikal dan finansial, karena pendapatan emiten sektor-sektor divensif biasanya lebih stabil untuk kondisi ekonomi sekarang ini. Kami tetap memilih saham-saham dari Amerika Latin dibandingkan saham-saham negara berkembang Asia karena wilayah Amerika Latin masih berpotensi untuk mempunyai pertumbuhan yang cepat, terutama di Brasil, karena konsumsi domestik yang kuat dan laju ekspor komoditas ke Asia yang masih tinggi.
Short-Term Investment Outlook (6-12 months) ASSET CLASS
EQUITY
CURRENT VIEW
Global Developed Market Equity
Neutral
While equity valuations are no longer as attractive as in 1Q09, strong liquidity remains a tailwind to support markets, given interest rates are likely to remain low for sometime yet in developed economies.
US Equity
Neutral
US economic activity is positive, but the pace of improvement is showing signs of slowing down and the risk from weak consumption and high unemployment persists. As such, the sustainability of US growth is in doubt.
Europe Equity (including the UK)
Neutral
While market liquidity support remains strong, high levels of unemployment, fiscal-debt issues and potential reduction of stimulus support in Europe add risk to the growth outlook.
Japan Equity
Neutral
Further JPY strength would add to Japan’s deflation pressure, although improvement in manufacturing and trade, low interest rates and ongoing government support are positive.
Asia ex-Japan Equity
Neutral
From a macroeconomic perspective the outlook remains generally positive given strong domestic consumption and ample liquidity. But from a valuation perspective, market prices have largely reflected the positive news flow.
Global Emerging Markets
Neutral
Emerging markets are likely to continue to lead the recovery due to robust domestic consumption and strong intra-regional trade. That said, the positive news flow is reflected in valuations and monetary tighten could slow the pace of growth.
Latin America Equity
Positive
Economic data remains strong in the region and there is potential for positive surprises, especially from Brazil, although the valuation discount to Emerging Asia has narrowed.
Middle East Equity
Neutral
Economic data from the region has been highly encouraging and 2010-2011 forecasts are positive. In addition, valuations remain reasonable. Key risks include US demand for oil could slow down and the increase in budget deficits among some of the countries in the region.
Eastern Europe Equity
Neutral
Similar to other emerging markets, manufacturing data has been encouraging. That said, weak labour market conditions and the high level of government debt are weighing on the outlook for the region. While valuations are not excessively cheap, it’s not overly demanding either.
Indonesia
Neutral
Fundamental outlook remain positive supported by strong domestic consumption, growing exports and investment, and manageable inflation pressure. However, uncertainty over Europe’s debt crisis and possibility of tighter monetary policies in most Asian countries, may drive risk aversion to rise and may pressure Indonesian market.
Sovereign USD
Negative
Despite heavy supply, macroeconomic headwinds have kept the demand for US government bonds fairly buoyant. However, within fixed-income assets, we prefer to own corporate debt, where we see greater total return opportunities.
Sovereign EUR
Negative
Sovereign credit quality concerns surrounding the peripheral European countries such as Greece and the risk of contagion are likely to continue to generate volatility for this asset class. Overall, within fixed-income, given the exceptionally low yields offered by government bonds, our preference remains for corporate debt on valuation grounds.
USD-denominated Emerging Markets Debt
Negative
Emerging-market debt continues to look less attractive than high-yield corporate debt on valuation grounds. Whilst not directly involved, emerging-market debt could suffer if the situation worsens in the Eurozone.
Neutral
Carefully fiscal management and low inflation pressure may provide room for BI to keep interest rates at low level. Combined with stable currency valuation, improving credit rating, and attractive yield, may support this assets class. However, global uncertainty driven by Europe’s debt crisis may drive market to fluctuate in short-term.
FIXED INCOME
Indonesia
IDR vs USD
CURRENCY
REASONING
Neutral
EUR vs USD
Neutral
Poundsterling vs Dolar AS
Neutral
Yen vs Dolar AS
Neutral
Positive economic outlook may attract overseas investors to enter the nation’s equity and bond market, supporting rupiah. Central bank said that it will guard the currency’s stability, particularly when risk aversion emerge in the market driven by negative sentiment from overseas such as debt crisis in Europe and/or tighter monetary policy in Asia.
The Euro is susceptible to both positive and negative surprises depending on how resolution of the ‘PIGS’ (Portugal, Italy, Greece, Spain) fiscal difficulties unfolds. Valuation indicators are not sending any signals at present so in the short term, we recommend a neutral Euro position overall. GBP is also susceptible to event risk from the resolution of the hung parliament situation. Nevertheless, on a medium term basis we continue to prefer the EUR to GBP given the weaker fiscal position of the UK compared to the core Euro zone countries.
Pandangan Jangka Pendek Investasi (6 – 12 bulan) ASSET CLASS
CURRENT VIEW
Negara Maju Dunia
Netral
Walaupun valuasi saham sudah tidak semurah seperti di kuartal pertama 2009, namun tingkat likuiditas yang tinggi masih memberikan dukungan ke pasar, terutama dengan suku bunga yang diperkirakan masih akan berada di tingkat yang rendah dalam jangka waktu yang lebih lama di negara-negara maju.
AS
Netral
Aktivitas ekonomi di AS semakin meningkat belakangan ini, namun laju perbaikannya menjadi lebih lambat, dan masih ada risiko yang datang dari tingkat konsumsi yang lemah dan angka pengangguran yang tinggi. Sehingga pertumbuhan ekonomi AS yang berlanjut mulai diragukan.
Netral
Walaupun tingkat likuiditas di pasar yang besar memberikan dukungan ke pasar, namun angka pengangguran yang tinggi, anggaran defisit yang besar, dan potensi pengurangan paket stimulus untuk mendukung ekonomi Eropa, menekan pandangan pertumbuhan ekonomi.
Jepang
Netral
Walaupun sudah ada perbaikan pada sektor manufaktur dan ekspor/impor, dan suku bunga yang rendah serta paket bantuan yang diberikan oleh pemerintah mendukung pasar, namun penguatan mata uang yen yang berlanjut terus menambah tekanan deflasi.
Asia di luar Jepang
Netral
Padangan makroekonomi secara umum masih positif karena konsumsi domestic yang kuat dan likuiditas yang besar di pasar. Namun dari sisi valuasi, harga saham-saham sudah mencerminkan sebagian besar berita-berita positif.
Negara-negara Berkembang
Netral
Negara-negara diperkirakan akan memimpin pertumbuhan ekonomi global karena konsumsi domestik yang kuat dan perdagangan di dalam wilayah yang kuat. Namun, berita-berita positif sudah tercermin pada harga sahamnya dan pengetatan kebijakan moneter dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
Amerika Latin
Positif
Data-data ekonomi tetap kuat di wilayah ini dan ada potensi kenaikan pada kondisi fundamental, terutama dari Brasil, walaupun selisih valuasinya dengan saham-saham dari negara berkembang Asia sudah mengecil.
Timur Tengah
Netral
Data-data ekonomi dari wilayah ini sangat positif termasuk perkiraan 2010-2011. Selain itu valuasi masih rendah. Risiko yang ada: permintaan minyak bumi oleh AS dapat menurun dan anggaran defisit di beberapa negara di wilayah tersebut membesar.
Eropa (termasuk Inggris)
Pasar Saham
Pendapatan Tetap
Eropa Timur
Netral
Indonesia
Netral
Mirip dengan kondisi ekonomi di negara-negara berkembang, dan data manufaktur cukup positif. Namun, pasar tenaga kerja yang lemah dan hutang pemerintah yang besar terlihat menekan pandangan ekonomi wilayah ini. Valuasi tidak terlalu murah dan minat investor terhadap saham di wilayah ini juga tidak terlalu besar. Pandangan fundamental tetap positif didukung oleh konsumsi domestik yang kuat, pertumbuhan ekspor dan investasi yang meningkat, serta tekanan inflasi yang terjaga. Namun, ketidakpastian seputar krisis hutang di Eropa dan kemungkinan pengetatan kebijakan monter di beberapa negara Asia, dapat mendorong aksi pengurangan risiko tetap ada dan berpotensi menekan pasar Indonesia.
Obligasi Pemerintah AS
Negatif
Walaupun suplai obligasi cukup besar di pasar, namun kondisi makroekonomi AS yang masih lemah membuat permintaan obligasi pemerintah AS tetap besar. Namun, kami lebih memilih obligasi korporasi karena melihat potensi tingkat pengembalian yang lebih besar.
Obligasi Pemerintah Eropa
Negatif
Peringkat kredit dari negara-negara kecil Eropa seperti Yunani yang semakin memburuk dan risiko penyebarannya, kemungkinan akan terus membuat pasar obligasi bergerak fluktuatif. Secara umum, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Eropa sangat rendah, sehingga kami tetap lebih memilih obligasi korporasi karena valuasinya yang masih lebih menarik.
Obligasi negara-negara berkembang (denominasi dolar AS)
Indonesia
Mata Uang
REASONING
Negatif
Netral
Rupiah Terhadap Dolar AS
Netral
Euro Terhadap Dolar AS
Netral
Poundsterling Terhadap Dolar AS
Netral
Yen Terhadap Dolar AS
Netral
Valuasi obligasi pemerintah negara berkembang terus terlihat kurang menarik dibandingkan obligasi korporasi imbal hasil tinggi. Walaupun krisis yang di wilayah Eropa tidak akan mempengaruhi secara langsung kelas aset ini, namun tetap akan tertekan jika krisis tersebut semakin memburuk. Pengelolaan kebijakan fiskal yang hati-hati dan tekanan inflasi yang rendah, memberikan ruang bagi BI untuk tetap mempertahankan suku bunga di tingkat yang rendah. Ditambah dengan nilai tukar mata uang yang stabil, membaiknya peringkat kredit, dan imbal hasil yang menarik, dapat mendukung pasar. Namun, ketidakpastian di pasar global yang disebabkan oleh krisis hutang di Eropa dapat membuat pasar bergerak fluktuatif. Pandangan ekonomi yang positif dapat mendorong dana-dana asing terus masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia. Hal ini dapat memberikan dukungan pada rupiah. BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, terutama pada saat aksi pengurangan risiko naik di pasar yang disebabkan oleh sentimen-sentimen negatif dari luar negeri seperti krisis hutang di Eropa dan/atau pengetatan kebijakan moneter di Asia.
Euro rentan terhadap baik positif dan negatif kejutan tergantung pada bagaimana keputusan 'PIG' (Portugal, Italia, Yunani, Spanyol) kesulitan fiskal terbentang. Penilaian indikator tidak mengirim sinyal apapun saat ini sehingga dalam jangka pendek, kami merekomendasikan posisi netral Euro secara keseluruhan. GBP juga rentan terhadap risiko peristiwa dari resolusi parlemen tergantung situasi. Namun demikian, secara jangka menengah kita terus memilih untuk GBP EUR diberikan posisi fiskal lebih lemah dari Inggris dibandingkan dengan negara-negara Euro zona inti.
2
Summary For equities, as a result of valuations and current growth concerns, we maintain our preference for defensive sectors, such as healthcare and telecommunication services, over financials and cyclical stocks. By region, we continue to see potential in Turkish equities on attractive valuations. We also maintain our preference for Latin America over Emerging Asia, although the valuation discount has narrowed. Within fixed income, we continue to recommend a neutral position on government bonds relative to cash. However, within this asset class, we prefer to own corporate debt, where we see greater value opportunities. For currencies, we continue to have some conviction on longerterm strengthening of the EUR versus the GBP because of the greater deterioration in the UK’s public sector finances compared with those of the major Eurozone countries. However, we prefer to hold a neutral position for the GBP versus the EUR, as Greece’s fiscal difficulties create uncertainty for the EUR.
Short-Term Investment Outlook (6-12 months)
OTHER INVESTMENTS
ASSET CLASS
CURRENT VIEW
Oil
Range of between US$65VIEW - US$85 per barrel
We expect oil price to keep fluctuating in the US$65-85 range as improved demand is balanced out by the clouded economic growth outlook. Fluctuation in risk appetite will also contribute to oil price volatility.
Gold
Neutral Range of between $1,000 - $1,200 per troy ounce
Inflation pressure and concern over the USD as a reserve currency make gold an investable long-term theme. But in the near term, gold price could be constrained by relative USD strength and supply concerns as the IMF intends to sell some of its gold reserves.
Commercial Real Estate
Neutral
REASONING
High unemployment, falling occupancy rates and declining rental values in the US and Europe warrant a cautious/negative outlook for these two markets in general. But within Europe, we have a positive view on the UK relative to other direct markets due to the increase in investor interest in UK properties and the lack of quality supply. The outlook for Asia Pacific is improving, although there is regional divergence and concern that price bubbles are forming in markets such as Hong Kong and China.
3
Ringkasan Karena valuasi yang sudah tidak semenarik awal tahun dan masih adanya kekuatiran seputar pertumbuhan ekonomi, maka kami tetap lebih memilih saham-saham divensif seperti saham-saham sektor layanan kesehatan dan telekomunikasi, dibandingkan saham-saham perbankan atau saham-saham siklikal. Kami melihat adanya potensi pada saham-saham Turki karena valuasinya yang masih menarik. Kami terus memilih saham-saham Amerika Latin dibandingkan saham-saham negara berkembang Asia, walaupun perbedaan valuasi saham antara ke-2 wilayah ini sudah tidak sebesar sebelumnya. Untuk pasar obligasi, kami tetap memberikan pandangan netral untuk obligasi pemerintah. Namun, kami lebih memilih obligasi korporasi karena berpotensi untuk mempunyai tingkat pengembalian yang lebih besar dari obligasi pemerintah. Untuk pasar mata uang, kami tetap melihat euro dapat menguat dalam jangka panjang dibandingkan poundsterling karena kondisi fiskal Inggris yang lebih buruk dibandingkan negara-negara utama Eropa. Namun, kami mempertahankan pandangan netral untuk euro terhadap poundsterling, karena masalah hutang di Yunani dapat menekan euro dalam jangka pendek.
Pandangan Jangka Pendek Investasi (6 – 12 bulan)
Instrumen Investasi Lainnya
ASSET CLASS CLASS ASSET
CURRENT VIEW
Minyak Bumi
Kisaran Harga 65 - 85 dolar AS per barel
Emas
Netral Kisaran Harga 1000 - 1200 per troy onz
Real Estat Komersial
Netral
REASONING Kami memperkirakan harga minyak bumi akan bergerak di kisaran 65 – 85 dolar AS per barel, dimana membaiknya permintaan ditutupi oleh pandangan pertumbuhan ekonomi yang mulai kurang positif. Pergerakan yang fluktuatif pada aksi ambil risiko dapat mendorong harga minyak bumi ikut bergerak fluktuatif. Tekanan inflasi dan kekuatiran akan pergerakan dolar AS sebagai mata uang cadangan (reserve currency) membuat emas menjadi instrumen alternatif investasi jangka panjang. Namun, penguatan dolar AS dan kekuatiran tingkat suplai yang dapat naik di pasar karena IMF bermaksud untuk menjual sebagian emasnya, dapat menekan harga emas dalam jangka pendek. Angka pengangguran yang tinggi, menurunnya jumlah orang yang menyewa rumah/apartemen, dan turunnya uang sewa di AS dan Eropa, membuat kami memberikan pandangan hati-hati/negatif untuk pasar real estat di kedua wilayah tersebut. Tetapi untuk pasar real estat di Inggris, pandangan kami masih positif karena minat investor yang besar dan suplai di pasar yang sedikit. Pandangan sektor real estat wilayah Asia Pasifik semakin membaik walaupun ada kekuatiran balon harga (price bubble) untuk Hong Kong dan Cina.
3
Macro Assesment The global economic recovery continues with a well-established lead from emerging markets, but risk remains as government debt issues intensify in developed economies. US
Japan
The US economic rebound is gaining momentum, but the risk from a fiscal drag and low consumer demand persists.
Difficult labour market conditions and rising government debt remain a concern in Japan, but overall economic activity is showing positive improvement.
Economic data was largely positive in April, as signs of a recovery continued. The ISM manufacturing index rose for the eighth month running in April to 60.4, beating consensus estimates and accelerating at its fastest pace since July 2004. Retail sales and real personal expenditure also improved, rising by 1.6% and 0.3% m-o-m respectively, with encouraging auto sales underlining the gradual progress in consumer activity. However, jobless claims failed to improve, with both continuing and initial claims coming in above consensus forecasts in April, suggesting the private sector is still tentative on hiring.
The Bank of Japan commented that the economy "has been picking up", after reporting that demand for bank loans had started recovering in 1Q 2010 That said, a couple of key factors remained a concern. For example, companies were still cautious about spending and reluctant to hire, as machine orders dropped in February, by 5.4% y-o-y, while unemployment rose to 5.0% in March, from 4.9% a month ago. Furthermore, despite some improvements in consumer confidence, with the nationwide index coming in at 41 in March from 40 in February, retail sales were still weak, with department store sales down 3.5% y-o-y in March.
Europe
Emerging Markets
The macroeconomic picture remains mixed for the Eurozone, amid fears of sovereign-risk contagion and disappointing labour data.
Economic activity remained strong, but potential acceleration in monetary policy tightening is causing concern.
The economic newsflow was mixed in April with good activity data but worrying development on the fiscal policy side.
China continued to drive the recovery in the region, as real GDP rose 11.9% y-o-y in 1Q 2010. That said, other Asian economies also showed strong performance, in manufacturing and trading activity.
The downgrades by Standard & Poor’s of Greece’s credit rating to “junk” status, and Portugal’s to A-, drew all market participants’ attention to the seriousness of fiscal challenges in the region. Regarding Greece, a provision of funds from a combination of the IMF and other Eurozone members was agreed at the beginning of May, but key concerns remain, such as the ability of Greece to balance their budgets deficit over the longer term.
In Latin America, Brazil remained a key driver of the economic rebound, with industrial production up 18.4% y-o-y in February. In Eastern Europe however, labour data was weak. For example in Russia, the unemployment rate remained at 8.6% in March. Furthermore, retail sales remained in negative territory for many countries.
Indonesia UK Economic activity improved but concerns regarding the country’s fiscal challenges continue to weigh on the outlook for growth. The economic data in April continued to reflect a manufacturing/industrial-led rebound in the UK. However, the strength of the rebound continued to disappoint, which was well reflected in the lower-than-expected GDP growth for 1Q, at 0.2% q-o-q, against consensus of 0.4% q-o-q. High unemployment remains the key concern for consumption, which was partly reflected in the sharp drop in the consumer confidence index, to 72 in March from 81 in February. The lack of clarity over the outcome of the elections continued to fuel uncertainty on the ability of the next government to rein in the spiralling deficit, particularly as it will have to implement some measures of fiscal austerity.
Strong domestic consumption and low inflation pressure support positive economic outlook. Difference from China and India, inflation pressure in Indonesia remained low in April. Consumer prices was reported rising slightly by 3.91% in April, but still below central bank’s target range of 4%-6% as food prices remained stable due to harvest season. At such, Bank Indonesia still has room to hold interest rates at low level of 6.5% and this may provide support to lending growth. Government forecasted credit growth to rise around 17% - 20% this year. Rising automotive sales and cement usage in April, combined with faster growth in imports rather than exports, added to signs of strong domestic consumption. Exports rose 46.6% in April, while imports rose 68.6% on the same month. Gross domestic product was reported to grow at 5.7% in the first quarter from a year earlier, faster than the 5.43% growth in the last quarter of 2009. All economic numbers point to positive economic outlook, and finance minister raised economic growth assumption in 2010 from 5.5% to 5.8%.
4
Penilaiaan Makro Perbaikan pada ekonomi global terus berlanjut dimana negara-negara berkembang terlihat bertumbuh paling besar, namun risiko masih ada terutama yang datangnya dari negara-negara maju dengan masalah hutang yang semakin membesar. Amerika Serikat
Jepang
Laju perbaikan ekonomi AS semakin cepat, namun risiko dari kondisi fiskal dan konsumsi domestik yang lemah masih ada.
Kondisi di pasar tenaga kerja yang masih lemah dan meningkatnya hutang pemerintah, terus menguatirkan pasar, namun aktivitas ekonomi secara umum sudah meningkat.
Sebagian besar data-data ekonomi yang dilaporkan di bulan April terlihat semakin positif. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kondisi ekonomi terus berlanjut. Angka indeks ISM manufaktur naik ke tingkat tertinggi dalam 8 bulan di bulan April menjadi 60,4, lebih tinggi dari perkiraan pasar dan naik dengan laju tercepat sejak Juli 2004. Penjualan ritel naik 1,6% dan belanja individu naik 0,3% dari bulan sebelumnya, serta penjualan otomotif semakin meningkat, menunjukkan perbaikan pada aktivitas belanja konsumen. Namun, angka klaim asuransi pengangguran tidak terlalu positif, naik melebihi perkiraan pasar di bulan April, menandakan korporasi masih berhati-hati dalam menambah jumlah tenaga kerja. Eropa Gambaran makroekonomi masih beragam untuk wilayah Uni Eropa, terutama risiko penyebaran krisis hutang dan data tenaga kerja yang mengecewakan Data-data ekonomi yang dilaporkan di bulan April cukup beragam, dimana aktivitas ekonomi meningkat namun ada kekuatiran seputar masalah fiskal . Peringkat kredit beberapa negara diturunkan oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor’s. Peringkat kredit Yunani diturunkan menjadi di bawah peringkat investasi dan Portugal diturunkan menjadi A-. Hal ini membuat pasar kuatir akan kondisi keuangan di wilayah tersebut. Ketentuan-ketentuan bagi Yunani untuk mendapatkan paket bantuan dari IMF dan negara-negara Uni Eropa sudah disetujui di awal bulan Mei, namun masih ada beberapa kekuatiran utama seperti kemampuan Yunani untuk mengurangi anggaran defisit dalam jangka panjang. Inggris Aktivitas ekonomi meningkat namun kekuatiran masalah fiskal masih berlanjut dan dapat menekan pandangan pertumbuhan ekonomi. Data-data ekonomi di bulan April terus menunjukkan perbaikan pada sektor manufaktur/industri di Inggris. Namun laju perbaikan ekonomi secara keseluruhan masih pelan, hal ini terlihat dari angka PDB kuartal pertama sebesar 0,2%, lebih rendah dari perkiraan konsensus pasar yaitu pertumbuhan sebesar 0,4%. Angka pengangguran yang tinggi terus menekan tingkat belanja konsumen, dan hal ini tercermin pada angka kepercayaan konsumen yang turun dari 81 di bulan Pebruari menjadi 72 di bulan Maret. Tidak jelasnya hasil pemilu terus mendorong adanya ketidakpastian apakah pemerintahan yang baru mampu mengendalikan anggaran defisit yang terus membesar.
Bank sentral Jepang mengatakan aktivitas ekonomi sudah meningkat, terlihat dari jumlah permintaan kredit bank yang meningkat di kuartal pertama 2010. Masih ada beberapa faktor yang menguatirkan pasar. Salah satunya adalah, perusahaan-perusahaan kelihatannya masih berhati-hati dalam mengeluarkan dana untuk investasi dan masih enggan untuk menambah jumlah tenaga kerja. Hal ini terlihat dari order mesin-mesin untuk produksi yang turun di bulan Pebruari sebesar 5,4% dari tahun sebelumnya, dan angka pengangguran naik menjadi 5% di bulan Maret, dari 4,9% di bulan sebelumnya. Walaupun indeks tingkat kepercayaan konsumen naik dari 40 di bulan Pebruari menjadi 41 di bulan Maret, namun penjualan ritel masih lemah, terutama setelah penjualan di department store dilaporkan turun 3,5% di bulan Maret dari bulan yang sama satu tahun sebelumnya. Negara-negara Berkembang Aktivitas ekonomi tetap kuat, namun pasar mulai kuatir akan potensi pengetatan kebijakan moneter. Ekonomi Cina terus menjadi motor pegerak pertumbuhan regional Asia, dimana PDB riil naik 11,9% di kuartal pertama 2010 dari periode yang sama satu tahun yang lalu. Ekonomi negara-negara Asia lainnya juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat, terutama di sektor manufaktur dan aktivitas perdagangan (ekspor/impor). Di wilayah Amerika Latin, Brazil tetap menjadi motor pengerak ekonomi wilayah, dimana produksi industri dilaporkan naik 18,4% di bulan Februari dari satu tahun sebelumnya. Di wilayah Eropa Timur, data tenaga kerja terlihat lemah. Sebagai contoh, Rusia mempunyai angka pengangguran yang tinggi di 8,6% di bulan Maret. Selain itu, penjualan ritel masih berada di teritori negatif untuk sebagian besar negara di wilayah tersebut. Indonesia Konsumsi domestik yang kuat dan tekanan inflasi yang rendah mendukung pandangan ekonomi yang positif. Berbeda dengan Cina dan India, tekanan inflasi di Indonesia masih rendah dan terjaga di bulan April. Pertumbuhan harga barang konsumen dilaporkan naik 3,91% di bulan April (dari tahun sebelumnya), sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya namun masih di bawah target pemerintah sebesar 4% - 6%, karena harga makanan yang stabil dibantu oleh musim panen raya. Hal ini memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga di tingkat yang rendah di 6,5%, yang dimana dapat memberikan dukungan pada pertumbuhan sektor kredit. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan kredit dapat naik sekitar 17% - 20% di tahun 2010. Meningkatnya penjualan otomotif dan pemakaian semen, serta pertumbuhan impor yang naik lebih cepat dari ekspor, menambah tanda-tanda bahwa konsumsi domestik semakin kuat. Ekspor dilaporkan naik 46,6% di bulan Maret, sedangkan impor naik 68,8%. Angka Produk Domestik Bruto dilaporkan bertumbuh 5,7% di kuartal pertama dari tahun sebelumnya, lebih cepat dari pertumbuhan di Q4-2009 sebesar 5,43%. Semua inidkator-indikator ekonomi menunjukkan pandangan ekonomi yang semakin positif. Menteri keuangan menaikkan asumsi pertumbuhan ekonomi 2010 dari 5,5% menjadi 5,8%.
4
Equity Markets Global Developed Markets We retain a moderately cautious view toward global developed market equities. The loose monetary policy bias of central banks is likely to remain for the medium term and should support equities. However our optimism is tempered by the risks posed to equity market appreciation by the current elevated equity valuations and analyst’s confident forecasts for earnings, which could be disappointed. US The economic recovery is on track, but employment and government fiscal balances remain a concern. Furthermore, until we see more progress in US labour markets, the outlook for consumption remains mixed. This increases the risk for disappointment in earnings growth, as analysts’ estimates remain overly optimistic for 2010, at 30%. Europe Concerns over the Eurozone debt situation pose a threat to the improvement in confidence and economic growth for the Eurozone and the UK. In addition, unemployment remains high and consumption weak, supporting our view of anaemic growth in 2010. We continue to feel that the current stock prices reflect an overly optimistic level of earnings growth, particularly as consumption may falter. Japan The deterioration in unemployment has eased in Japan, but it has not given way to improvement yet. In addition, prices continue to fall, reflecting a deflationary environment. Finally, fiscal challenges remain high. However, a normalisation of monetary policy is still some way off and we expect liquidity to remain supportive in 2010 and 2011. Global Emerging Markets While developed nations are struggling to bring their fiscal balances under control, many emerging nations do not share these difficulties which, coupled with better growth prospects, provides a favourable backdrop for their equity markets. However, rising inflation and tightening of monetary conditions are raising questions over the sustainability of the high levels of growth and the potential for negative earnings surprises.
Asia ex-Japan Asia ex Japan economies are likely to remain the driver of the global recovery, particularly as a rebound in domestic activity is now more established. However, such economic strength is creating some concerns, because inflation is rising quickly, pushing authorities to take measures to prevent overheating. Latin America Economic growth in the dominant Brazilian economy remained strong, with February industrial production rising 18.4% y-o-y and retail sales up 12.3% y-o-y in March. However, inflation has risen in the region and combined with the generally strong economic rebound, this has led Brazil’s central bank to start tightening monetary policy by raising interest rates by 0.75% to 9.5%. Middle East The economic outlook for the MENA economies is positive and improving. The IMF recently increased its forecast for 2010 GDP growth to 4.5% for the region. The key driver of the rebound remains the fiscal and monetary stimulus in place, with government investment programs, especially in infrastructure, boosting domestic demand in the near term. A number of headwinds to a sustainable recovery for the region remain, however. The key risks to economic growth continue to be the high levels of government indebtedness, particularly for the oil-importing economies like Egypt. Eastern Europe In Eastern Europe, labour data was weak and access to international credit is still limited. However, some readings improved. Industrial production rebounded, not only in Russia, but also in other countries like Poland, while in Russia real wages and disposable income growth surprised on the upside coming in at 3.4% y-o-y and 4.2% y-o-y in March respectively. Indonesia Indonesian market continued to outperformed other Asian market in April, driven by rising overseas fund flow to the market particularly after economic growth was reported to accelerate faster in the first quarter. Low inflation pressure supported market expectation that central bank will keep interest rates for the eight month time at low level of 6.5% and sent positive sentiment to interest rates sensitive shares. Combined with positive Q1-2010 earnings results, helped JCI to reach new record high at the end of April.
5
Ulasan Pasar Negara-negara Maju/Utama Dunia Kami tetap mempertahankan pandangan cautious (hati-hati) untuk saham-saham dari negara-negara maju dunia. Kebijakan moneter yang longgar yang diperkirakan akan berlanjut dalam jangka menegah dapat mendukung saham-saham. Namun, perkiraan analis terhadap laba korporasi yang terlalu optimis, dapat menekan pasar terutama jika laporan keuangan ternyata lebih buruk dari perkiraan. Selain itu pengetatan kebijakan fiskal juga berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi di semester kedua 2010 ini. Amerika Serikat Perbaikan ekonomi terus berlanjut di wilayah ini, namun angka pengangguran yang tinggi dan anggaran belanja pemerintah terus menjadi kekuatiran pasar. Pandangan untuk tingkat belanja konsumen masih tidak menentu, sampai adanya perbaikan yang lebih permanen pada kondisi pasar tenaga kerja AS. Hal ini meningkatkan risiko pertumbuhan laba yang mengecewakan terutama setelah analis-analis memberikan perkiraan yang sangat optimis untuk tahun 2010, yaitu laba korporasi naik 30%. Eropa Kekuatiran akan tingkat hutang di wilayah Uni Eropa terus menekan kepercayaan pasar dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Uni Eropa dan Inggris. Selain itu, angka pengangguran masih tinggi dan tingkat belanja domestik masih lemah, mendukung pandangan kami bahwa pertumbuhan ekonomi di wilayah ini masih lemah di tahun 2010. Kami terus melihat harga saham yang sekarang ini sudah mencerminkan pandangan yang sangat optimis untuk pertumbuhan laba koproasi, terutama karena tingkat belanja konsumen dapat melemah. Jepang Angka pengangguran sudah lebih turun di Jepang, namun kondisi sektor tenaga kerja belum pulih. Selain itu, harga-harga barang masih terus turun, menunjukkan tekanan deflasi terus berlanjut. Kondisi fiskal negara juga belum membaik. Kebijakan moneter masih akan tetap longgar dan kami memperkiran tingkat likuiditas yang besar terus mendukung pasar di tahun ini dan tahun depan. Negara-negara Berkembang Negara-negara berkembang tidak menghadapi kesulitan pada penanganan kebijakan fiskal seperti yang dihadapi oleh negara-negara maju. Ditambah dengan prospek pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan negara-negara maju, memberikan dukungan pada saham-saham di wilayah ini. Namun, naiknya tekanan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter meningkatkan kekuatiran pasar seberapa permanent pertumbuhan ekonomi yang kuat akan berlangsung. Selain itu juga masih ada kemungkinan hasil laba korporasi lebih buruk dari perkiraan.
Asia ex-Japan Ekonomi wilayah ini diperkirakan akan tetap menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi global, terutama konsumsi domestik yang semakin kuat. Namun, pertumbuhan ekonomi yang cepat mendorong tekanan inflasi juga naik dengan cepat, mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah pencegahan jangan sampai ekonomi menjadi overheating. Latin America Pertumbuhan ekonomi Brasil tetap kuat, dimana produksi industri di bulan Pebruari naik 18,4% dari bulan yang sama di tahun sebelumnya dan penjualan ritel naik 12,3% di bulan Maret dari bulan yang sama di tahun sebelumnya. Namun, tekanan inflasi juga meningkat di wilayah ini dan ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, mendorong bank sentral Brasil untuk mulai memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan tingkat suku bunga sebesar 75 basis point menjadi 9,5%. Timur Tengah Pandangan ekonomi negara-negara di wilayah ini semakin membaik dan positif. IMF baru-baru ini menaikkan perkiraan pertumbuhan 2010 untuk wilayah ini menjadi 4,5%. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah tetap adanya stimulus fiskal dan moneter ditambah dengan program-program investasi pemerintah, terutama di sektor infrasturktur, yang mendorong naik permintaan domestik dalam jangka pendek di sebagian besar negaranegara di wilayah ini. Eastern Europe Kondisi tenaga kerja di wilayah Eropa Timur masih lemah. Namun, produksi industri mulai meningkat, tidak hanya di Russia namun di negara-negara lainnya seperti Polandia. Pendapatan individu riil Rusia naik 3,4% dari tahun sebelumnya dan pendapatan setelah total pengeluaran (disposable income) naik 4,2% dari tahun sebelumnya di bulan Maret. Indonesia Kinerja pasar saham Indonesia tetap yang tertinggi di Asia di bulan April, dibantu oleh derasnya aliran dana asing yang masuk ke pasar, terutama setelah pertumbuhan ekonomi dilaporkan naik lebih cepat di kuartal pertama. Tekanan inflasi yang masih rendah mendukung ekspektasi pasar bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga untuk ke-8 kalinya di 6,5% dan memberikan positif sentimen ke saham-saham yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Ditambah dengan laporan keuangan emiten kuartal pertama yang positif, mendorong IHSG mencetak rekor tertinggi baru di bulan April.
5
Fixed Income Sovereign USD Rising risk aversion has kept the demand for US government bonds reasonably buoyant, despite heavy supply and increasing concerns regarding long-term deficits. We do not expect any changes to the Federal funds rate over the next six months and possibly longer, given our concerns surrounding the sustainability of current economic growth, coupled with an expectation of benign inflation during 2010. Sovereign EUR Sovereign credit quality across the developed world is coming under question as public finances worsen. Greece is particularly at risk while the negative sentiment has impacted other Eurozone countries perceived to be fiscally challenged, such as Portugal and Spain. Greece’s fiscal situation is likely to continue to generate volatility in markets, and the risk of contagion to other peripheral Eurozone nations is a concern, although this is not our central scenario. USD-denominated Emerging Markets On a valuation basis, emerging-market debt continues to look less attractive than high-yield corporate debt. Sovereign credit quality across the developed world is coming under question as public finances worsen. Whilst not directly involved, emerging-market debt could suffer if the situation worsens in the Eurozone. Indonesia Low inflation pressure helped central bank to keep interest rates at low level and sent positive sentiment to local bond market in April. Attractive yields, stable currency, and possibility of rating upgrade to investment grade in one to two years time, drove demand from overseas on local debts to rise and supported their prices.
Currency Market news in April was dominated by developments surrounding the proposed solutions to the fiscal difficulties of the southern Eurozone countries, particularly Greece, causing the EUR to continue its weak trend. In the UK, given uncertainty over the resolution of the hung parliament, this has raised concerns that the next government will not have a strong enough mandate to push through fiscal adjustments. But despite this potentially negative backdrop, the GBP was nevertheless stronger against the EUR in April Event risk remains high in Eurozone. The EUR is susceptible to both positive and negative surprises depending on how resolution of the ‘PIGS’ (Portugal, Italy, Greece, Spain) fiscal difficulties unfolds.
Valuation indicators are not sending any signals at present so in the short term, we recommend a neutral EUR position overall. The GBP is also susceptible to event risk from the general elections result. Nevertheless, on a medium-term basis we continue to prefer the EUR to the GBP given the weaker fiscal position of the UK compared to the core Eurozone countries and the possibility of ongoing political concerns if the next UK government is a coalition. That said, if events in the Eurozone worsen significantly, for example, with a default from Greece, this would place significant additional pressure on the EUR. Rupiah continued to strengthen in April driven by rising foreign inflow to the nation’s equity and bond markets. In addition, the nation’s foreign reserve continued to rise to a new record high of $ 78.58 bn in April, providing enough amunition for central bank to guard currency stability whenever there is sudden outflow in equity and bond markets driven by rising risk aversion due to global uncertainty over Europe’s debt crisis.
6
Pendapatan Tetap Obligasi Pemerintah AS Meningkatnya aksi pengurangan risiko mendorong naik permintaan obligasi pemerintah AS dan mendukung pasar, walaupun suplai obligasi cukup besar dan membesarnya kekuatiran investor seputar defisit anggaran negara jangka panjang. Kami tidak melihat adanya perubahan pada suku bunga acuan AS untuk 6 bulan ke depan ataupun dalam jangka yang lebih banyak, karena kondisi ekonomi yang masih belum stabil ditambah dengan tekanan inflasi yang rendah selama 2010. Obligasi Pemerintah Eropa Kualitas dari obligasi pemerintah di negara-negara maju masih dipertanyakan oleh investor-investor seiring dengan memburuknya kondisi sektor finansial. Yunani mempunyai risiko yang paling besar dan hal ini memberikan sentimen negatif pada obligasi pemerintah wilayah Eropa lainnya yang kondisi fiskalnya juga menguatirkan seperti Portugal dan Spanyol. Kondisi fiskal Yunani kemungkinan masih akan mendorong pasar bergerak fluktuatif, dan investor-investor kuatir apa yang terjadi di Yunani bisa menyebar ke negara-negara kecil lainnya di Eropa. Obligasi Negara Berkembang Denominasi Dolar AS Valuasi obligasi pemerintah negara-negara berkembang tidak semenarik valuasi obligasi korporasi imbal hasil tinggi. Peringkat kredit hutang negara-negara maju masih dipertanyakan oleh investor-investor karena kondisi sektor finansial yang memburuk. Walaupun pengaruhnya tidak langsung ke negara berkembang, namun memburuknya kondisi di wilayah Eropa dapat menekan pasar obligasi negara-negara berkembang Indonesia Tekanan inflasi yang rendah membantu Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga di tingkat yang rendah dan memberikan sentimen positif ke pasar obligasi di bulan April. Tingkat imbal hasil yang menarik, stabilnya nilai tukar rupiah, dan kemungkinan bahwa peringkat kredit Indonesia dapat mencapai peringkat investasi dalam 1-2 tahun ke depan mendorong dana asing untuk masuk lebih besar ke pasar dan mendukung harga-harga obligasi.
Mata Uang Berita-berita di pasar di bulan April didominasi oleh perkembangan seputar usulan-usulan untuk menghadapi kondisi fiskal yang memburuk di wilayah selatan Eropa, terutama Yunani, yang mendorong euro melanjutkan tren pelemahannya. Di Inggris, ketidakpastian akan perolehan suara yang hampir sama pada pemilu, meningkatkan kekuatiran bahwa pemerintah yang nanti terpilih mungkin tidak mempunyai mandat yang cukup kuat untuk memperbaiki kondisi fiskal. Walaupun terdapat faktor-faktor yang dapat menekan poundsterling, mata uang ini masih lebih kuat dibandingkan euro di bulan April. Risiko-risiko yang ada di wilayah Eropa masih besar dan sentimen pasar bisa positif atau negatif, tergantung pada solusi masalah fiskal negara-negara PIGS (Portugal, Italia, Yunani, dan Spanyol). Pergerakan mata uang belum terlalu jelas dalam jangka pendek, sehingga kami tetap memberikan pandangan netral untuk euro.
Pergerakan poundsterling akan rentan pada hasil dari pemilu. Namun, dalam jangka menengah kami masih lebih memilih euro dibandingkan poundsterling karena kondisi fiskal Inggris yang lebih lemah dibandingkan negara-negara utama Eropa. Selain itu juga poundsterling bisa mendapatkan tekanan dari kondisi politik terutama jika pemerintahan yang baru adalah pemerintah koalisi. Jika kondisi di wilayah Eropa sangat memburuk, misalnya Yunani gagal membayar obligasinya, maka hal ini dapat memberikan tekanan tambahan pada euro. Rupiah terus menguat di bulan April, dibantu oleh derasnya aliran dana asing yang masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia. Selain itu, cadangan devisa yang terus mencapai rekor tertinggi di bulan April sebesar 78,58 milyar dolar AS, memberikan amunisi yang cukup bagi bank sentral untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah jika dana asing tiba-tiba keluar dari Indonesia, seperti karena naiknya aksi pengurangan risiko di pasar global yang disebabkan oleh ketidakpastian seputar masalah krisis hutang Eropa.
6
DISCLAIMER. This document is prepared by HSBC Investment and distributed by HSBC through Indonesian office. The views, numbers and any information contained in this document have not been reviewed in the light of anybody personal financial circumstances. The information is not and should not be constructed as an offer to sell or a solicitation for an offer to buy financial products, and should not be considered as investment advice. Past performance figures shown are not indicative of future performance. The relevant product offering documents should be read for further detail. Any forecast. projection or target where provided is indicative only and is not guaranteed in any way. We shall not be reliable for any direct, indirect or consequential loss arising from the use of or reliance on the information of this document. The opinions in this document constitute our present judgement, which therefore is subject to change without notice.
7
CATATAN PENTING. Dokumen ini dipersiapkan oleh HSBC Investment dan didistribusikan oleh HSBC Indonesia. Gambaran-gambaran, angka-angka, dan seluruh informasi yang dimuat dalam dokumen ini tidak dipersiapkan sehubungan dengan keadaan keuangan perseorangan manapun. Informasi ini bukan dan tidak seharusnya dianggap sebagai suatu penawaran untuk menjual atau suatu ajakan untuk membeli suatu produk keuangan, dan tidak seharusnya dianggap sebagai suatu nasihat investasi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikasi kinerja masa depan. Dokumen penawaran atas produk terkait harus dipelajari secara lebih jauh. Setiap perkiraan, proyeksi, atau target yang ditampilkan disini hanya merupakan suatu indikasi dan tidak dijamin dalam bentuk apapun. Kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian baik langsung, tidak langsung, ataupun sebagai konsekuensi yang timbul karena penggunaan dari dan ketergantungan atas informasi yang berasal dari dokumen ini. Opini-opini yang terdapat dalam dokumen ini mencerminkan keadaan saat ini, dan karenanya, dapat berubah, tanpa pemberitahuan.
7