Platform Kegiatan Dauroh Aktivis Terpusat GAMAIS ITB
OktoberDesember 2009
G-2010 : MAPPING THE FUTURE
“Satu Keluarga Menjadi Model Lembaga Dakwah Kampus Nasional Berbasis Pembinaan dan Kompetensi, Melingkupi Seluruh Sayap Dakwah Menuju Indonesia Islami”
PENGANTAR GAMAIS ITB DALAM PERSPEKTIF GANDA oleh: Gibran Hudzaifah (kepala Al-Hayaat)
Menganalisis kondisi GAMAIS ITB ibarat menakar kekokohan fondasi sebuah bangunan megah. Dilihat dalam perspektif yang sederhana, GAMAIS adalah organisasi besar yang anggota dan agendanya tersebar di seluruh penjuru ITB. Namun, jika kita mau menelisik lebih dalam dan teliti, ada sebuah lubang yang menganga di dalam asas fundamental GAMAIS yang tidak atau belum terpancang dengan kuat. Dan bila ini tidak segera direnovasi, bukan mustahil bangunan megah ini akan runtuh menjadi kepingan. Ya. Menganalisis kondisi GAMAIS ITB tidak cukup hanya dengan melihat keindahan yang tampak dari luar. Karena, jika kita melihat dalam perspektif eksternal, GAMAIS bisa jadi salah satu organisasi mahasiswa terbaik yang ada di ITB. Mau bukti? Baik, yang pertama, mari kita lihat dari segi kuantitas anggota. Jumlah anggota terdaftar yang ada di GAMAIS dari angkatan 2005 hingga 2009 mungkin bisa mencapai tiga ribu orang! Berlebihan? Tidak sama sekali. Karena, dalam dua tahun ini, di angkatan 2008 dan 2009, jumlah kader yang terdaftar di Open House Unit di masing-masing generasi mencapai angka di atas 700 orang. Belum lagi anggota yang terrekrut di wilayah, Penulis memprediksikan bisa mencapai 400 orang. Jumlah ini belum termasuk 3 angkatan lain di atasnya, yang walaupun lebih sedikit dari itu, tapi bukanlah nilai yang sedikit untuk ukuran anggota organisasi mahasiswa ITB. Selanjutnya, dari jumlah pelaksanaan agenda. Setiap pekannya, di dalam GAMAIS ITB, baik itu pusat maupun wilayah, selalu ada agenda yang dilaksanakan. Setidaknya acara kajian keislaman. Dan bukan hanya itu, agenda-agenda besar seperti syi’ar Ramadhan, Kajian Islam Terpusat, Pengabdian Masyarakat, mungkin tidak ada organisasi yang bisa melakukan agenda dengan skala sebesar itu namun dengan SDM sendiri yang terlibat dalam pelaksanaannya. Kabinet KM ITB yang sering mengadakan agenda besar masih tetap membuka rekrutmen terbuka bagi panitia non-anggota kabinet. Unit-unit kebudayaan pun, walaupun melakukan agenda yang besar, namun tidak dengan frekuensi sebanyak GAMAIS lakukan. Di poin ini, jelas saja GAMAIS unggul. Lalu, poin ketiga, dari segi ketersediaan dana. Bagi organisasi yang sama sekali tidak memiliki fokus dalam pengumpulan profit, GAMAIS patut diacungi jempol. Karena, aliran keluar masuk dana, di GAMAIS pusat bisa mencapai ratusan juta rupiah. Proyek seperti PASS TPB pun keuntungannya bisa mencapai 100 juta dengan omzet di atas 500 juta. Ini belum terhitung dengan pemasukan sponsor yang didapatkan melalui agenda besar, serta pemasukan dari masing-masing program dana di wilayah. Jika ditotal dan memperhitungkan GAMAIS sebagai unit rumpun agama, maka hal ini merupakan prestasi yang bukan sembarang. Dilihat dari tiga aspek kekuatan organisasi: kuantitas anggota, keberjalanan program, serta kemandirian finansial, GAMAIS memiliki keunggulan yang besar. Oleh karena itu, tidak salah jika kita menyebutnya organisasi mahasiswa yang baik, atau bahkan, terbaik di ITB. Namun, panorama tersebut bisa diterima jika kita memandangnya secara dangkal, dalam persepektif eksternal. Jika kita melihatnya lebih mendalam, mungkin kita bisa mengetahui bahwa masih ada hal yang perlu kita perbaiki di dalam GAMAIS ITB ini.
Kontradiksi Pusat-Wilayah Mendefinisikan GAMAIS ITB, kita tidak boleh menghilangkan salah satu dari dua komponen ini: pusat dan wilayah. Pada dasarnya, ketika kalimat GAMAIS ITB diucapkan, maka itu telah meliputi struktur GAMAIS terpusat, LDF, LDS, serta LDPS yang bernaung di bawahnya. Namun, kenyataannya berkata lain. Selalu ada distorsi dan dikotomi dalam mengartikulasikan GAMAIS ITB. GAMAIS ITB terkadang hanya dianggap sebagai struktur pusat yang hanya melakukan agenda-agenda terpusat. Sedangkan LDF/S dan LDPS yang bergerak di wilayah tidak dianggap sebagai bagian dari GAMAIS. Hal ini mengakibatkan berbagai macam persoalan yang akan kita bahas nanti. Namun, ironisnya, ada sebuah opini kontradiktif di dalam GAMAIS pusat memandang struktur wilayah yang ada di dalamnya. Dan ini pun menumbuhkan bibit persoalan yang baru. LDF/S dan LDPS yang tidak memahami dengan baik bahwa dirinya adalah bagian dari GAMAIS ITB menimbulkan disonansi gerakan GAMAIS secara menyeluruh. Hal ini bisa berdampak luas, yakni lambatnya pencapaian visi dan misi bersama yang sudah dicanangkan sejak awal. Salah satu akibat dari distorsi pemahaman ini adalah tidak serempaknya pewarnaan syiar di dalam GAMAIS ITB. Ketika GAMAIS pusat menyuarakan satu tema syiar, tidak ada sambutan yang menggaungkan tema tersebut hingga syiar yang mampu menyentuh pelosok bisa tercapai. Yang ada, masing-masing LDF/S dan LDPS melakukan agendanya masing-masing. Sehingga, suara yang harusnya satu frekuensi malah menimbulkan banyak suara kecil yang bising. Alih-alih menghasilkan syiar harmonis, seruan berbisik-sporadis lah yang terjadi. Berlawanan dengan LDF/S dan LDPS yang tidak mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari GAMAIS ITB, struktur pusat GAMAIS justru berfikir bahwa syiar yang dilakukan terlalu terpusat. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pemantauan struktur pusat terhadap perkembangan di masing-masing wilayah. Jadi, jika disimpulkan, ada dua persepsi yang berlawanan di sini: bahwasanya struktur pusat menganggap GAMAIS pusat harus lebih meluas, dan struktur wilayah menganggap bahwa idealnya, semua wilayah bisa terkoordinasi secara terpusat. Dua persepsi ini sebenarnya bisa disolusikan dengan satu metode yang sama. Untuk membuat GAMAIS pusat lebih meluas, dan wilayah terkoordinasikan dengan baik, cukup dilakukan satu cara yang strategis: membuat alur koordinasi dan standardisasi wilayah secara terpusat. Dengan ini, syiar yang disampaikan oleh pusat akan mampu menyebar ke dalam wilayah dan semua wilayah pun dapat terkoordinasikan dengan baik.
GAMAIS Wilayah: Urgensi dan Koordinasi Berbicara tentang urgensi GAMAIS wilayah di dalam dakwah GAMAIS ITB secara keseluruhan, maka kita perlu kembali ke dalam tabiat dakwah yang sebenarnya. Dakwah, dalam tatanan aktivitas, merupakan sebuah kewajiban penyeruan yang mengutamakan kuantitas penerima dalam skala seluas-luasnya. Seperti yang tertulis di dalam surah Al-Maidah, bahwa dakwah dilakukan untuk manusia (da’watunnas), bukan untuk segolongan umat. Oleh karena itu, jika kita melakukan aktivitas dakwah, maka poin utama yang perlu diperhatikan adalah bagaimana seruan yang disampaikan tersebar secara meluas ke semua objek dakwah, karena sisanya, yaitu hidayah, bagian Allah yang mengkaruniakan. Dalam konteks ini, tanpa perlu dinyana, keberadaan GAMAIS wilayah merupakan hal yang sangat penting dalam dakwah di kampus ITB. Peran GAMAIS wilayah pada dasarnya serupa dengan PEMDA di dalam pemerintahan eksekutif Negara. PEMDA memiliki tanggung jawab serta otoritas penuh untuk: 1) mengembangkan potensi di daerahnya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi Negara, 2) membuat
perundang-undangan daerah, 3) merancang pengembangan daerah, 4) memantau kehidupan masyarakat di daerah tersebut, dan 4) sebagai kepanjangan tangan dari pemerintaha pusat. Nah, sama halnya dengan itu, GAMAIS wilayah memiliki fungsi yang berkesebangunan. GAMAIS wilayah sama-sama memiliki otoritas dan tanggung jawab untuk mengembangkan, merancang, memantau, serta melakukan koordinasi terpusat, terhadap segala macam potensi di wilayahnya masingmasing. Dan, berkaitan dengan permasalahan yang ada, GAMAIS wilayah memiliki peranan vital dalam menyemarakkan setiap agenda syiar dan melakukan perekrutan terhadap anggota masyarakat di wilayahnya yang mungkin sulit untuk tersentuh tangan GAMAIS pusat. Oleh karena itulah, keberadaan wilayah dengan standar yang sama serta terkoordinasi secara seksama merupakan suatu kebutuhan untuk dapat mencapai visi GAMAIS ITB yang dapat melingkupi seluruh sayap dakwah, dan mampu memberikan rahmat secara menyeluruh bagi masyarakat yang ada di kampus ITB.
GAMAIS ITB: ANTARA PUSAT DAN WILAYAH oleh: Wahyu Eko Widodo (kepala Kamifa) Keluarga Mahasiswa Islam (Gamais) ITB. Seperti namanya, beranggotakan seluruh mahasiswa Islam di ITB yang jumlahnya ribuan dan semuanya harus dapat terlayani dengan baik. Di samping itu, status Gamais sekarang sebagai Lembaga Da’wah Kampus (LDK) yang sudah mapan (dibanding yang lain) di tingkat Nasional, membuat Gamais tidak lagi hanya melayani mahasiswa Islam ITB, tetapi juga LDK-LDK lain di seluruh Indonesia yang mencoba untuk menjadi LDK yang lebih baik dan mapan. Setidaknya itulah salah satu dari beberapa alasan Gamais kenapa memberikan semacam “otonomi daerah” kepada LDF/S/PS (disingkat LDW, wilayah) yang ada di ITB. Diharapkan LDW dapat lebih fokus untuk melakukan syiar dan kaderisasi di Fakultas/Sekolah atau Prodi masing-masing sedangkan Gamais dapat melebarkan sayapnya untuk membina LDK lain. Kondisi yang ada sekarang ini, khususnya berhubungan dengan Gamais (pusat) dan Gamais Wilayah (LDW) terasa belum begitu ideal, agenda-agenda terpusat juga masih stagnan, asset Gamais tidak meningkat dan tarik ulur kader masih terjadi. Misalkan, dengan difokuskannya syiar wilayah ke LDW ternyata Gamais juga belum menunjukkan kemajuan untuk membina LDK lain (dibanding kepengurusan Gamais Sebelumnya). Sedangkan di Gamais Wilayah terlihat beberapa LDW telah bangkit dan lebih terasa keberadaannya, namun di wilayah tertentu ternyata masih timpang, tidak sebaik LDW yang lain. Beberapa LDW telah mampu melakukan agenda besar seperti MSI yang dilakukan oleh LDFMIPA, InTechno Train oleh LDFTI , dan seminar-seminar yang dilakukan beberapa LDW. Agenda-agenda rutin juga telah berlangsung dengan baik, seperti ta’lim, bulletin, mentoring dll, bahkan ada LDW yang juga telah melebarkan sayapnya untuk berpartisipasi di agenda-agenda nasional. Namun di satu bagian lain dari ITB, ada LDW yang bahkan kadernya dapat dihitung dengan jari, saat musyawarah pimpinan tidak pernah (atau sangat jarang) hadir, agenda-agendanya sedikit sekali yang telah berjalan. Begitulah kondisi yang dapat saya lihat dari Gamais pusat dan wilayah sekarang, belum begitu ideal, namun beberapa LDW terus berusaha menjadi ideal. Lembaga Da’wah Wilayah (LDW) dapat kita bagi menjadi tiga bagian yang semuanya mempunyai peran yang sama, yaitu melaksanakan fungsi lembaga da’wah di wilayah masing-masing. Namun ada perbedaan dalam segmentasi sasarannya. Lembaga Da’wah Fakultas (LDF) mempunyai sasaran utama mahasiswa TPB di Fakultasnya, syiar dan kaderisasi kepada mahasiswa TPB sangatlah penting, mengingat TPB belum banyak disibukkan dengan agenda-agenda kampus baik akademik maupun non akademik sehingga lebih mudah untuk dirangkul.
Lembaga da’wah Program Studi (LDPS) akan lebih fokus kepada mahasiswa yang sudah masuk
program studi (> tingkat 1), Sedangkan Lembaga da’wah sekolah mempunyai sasaran dua-duanya, TPB maupun tingkat 2 keatas. Hal ini karena di sekolah, kulturnya tidak cukup banyak perbedaan, dari segi kuantitas juga masih bisa untuk dilayani oleh satu lembaga da’wah wilayah sehingga lebih efektif bila dilayani oleh satu LDS daripada harus ada LDPS di setiap prodi. Urgensi adanya LDW sendiri sebenarnya telah sedikit jelas dari penjelasan peran diatas, untuk lebih jelasnya ada beberapa hal yang harus kita tahu terkait urgensi LDW. Pertama, untuk menyentuh massa ammah di wilayah tidaklah cukup dengan hanya melakukan agendaagenda syiar terpusat di gamais, yang paling dapat menyentuh mereka tentu saja LDW masing-masing karena para pengurus LDW pastilah memunyai banyak persamaan dengan mad’u (orang yang dida’wahi) di Wilayah. Bisa persamaan dalam jadwal kuliah, cara berfikir, cara bergaul dan sebagainya, hal ini tentunya memudahkan Gamais dalam berda’wah. Saat ini banyak sekali fenomena dimana teman kita bukanlah kader gamais pusat (artinya tidak pernah mengalami kaderisasi di gamais) namun dia aktif di LDW, bahkan menjadi penggerak da’wah di LDW. Inilah salah satu bukti bahwa LDW-lah yang mampu menyentuh massa wilayah dengan baik. Kedua, Penjagaan kader yang berada di wilayah. Kader Gamais bukanlah hanya kader yang aktif di Gamais
saja, pada kenyataannya kader Gamais juga merupakan aktivis-aktivis KM, Himpunan atau Unit lain. Oleh karena itu untuk menjaga kader yang aktif diwilayah maka peran LDW sangatlah urgent. Ketiga, sebagai kepanjangan tangan dari Gamais. Tentu saja dengan adanya LDW, Gamais menjadi lebih mudah dalam berhubungan dengan mad’u di setiap wilayah, misalkan ketika ada publikasi di kelas atau di himpunan. Intinya ketika ada agenda da’wah ke massa kampus pastilah LDW dibutuhkan sebagai kepanjangan tangan. Gamais dan LDW pada dasarnya bukanlah elemen yang terpisah. ITB sendiri memang hanya mengakui satu unit Gamais, jadi LDW adalah Gamais, LDK ITB juga gamais atau dalam kata lain yang dimaksud Gamais adalah semua lembaga da’wah yang ada di ITB, baik pusat maupun wilayah. Oleh Karena itu sudah pasti kita harus mempunyai visi bersama, jika kita gunakan perumpamaan; sebuah lidi akan sangat mudah dipatahkan, namun bila lidi-lidi itu digabungkan menjadi sebuah sapu maka ia akan sangat kuat dan sukar dipatahkan, bahkan manfaatnya pun bertambah. Maka, agar Gamais (pusat & wilayah) mempunyai kemanfaatan yang lebih besar, visi bersama adalah solusi yang paling mungkin. Selanjutnya, sebuah visi bersaa haruslah didukung oleh sarana dan prasarana yang baik dari setiap elemen. Oleh karena itu setiap elemen gamais harus bisa terinternalisasikan oleh visi ini kemudian semuanya terintegrasi untuk mewujudkannya, tentunya disana dibutuhkan sebuah sinergisasi dalam bergerak agar gerak gamais menjadi efektif dan efisien. Terakhir, berkaca pada prinsip dasar dalam berorganisasi, bahwa hal yang pertama harus dilakukan adalah sebuah persiapan dan planning. Gamais dan banyak organisasi kampus yang lain adalah organisasi yang dinamis, dari segi kader dan kepengurusan pun setiap tahun berubah. Maka disana diperlukan sebuah persiapan, dimana transfer nilai, sharing pengalaman, soliditasi, visi bersama dan segala hal yang dibutuhkan dalam gerak da’wah gamais dilakukan disana. Dengan adanya persiapan yang lebih semoga kondisi yang ada dapat menjadi lebih baik nantinya, demi kemenangan dan kemuliaan Islam. AllahuAkbar! Wallahua’lam
LATAR BELAKANG
“Satu Keluarga Menjadi Model Lembaga Dakwah Kampus Nasional Berbasis Pembinaan dan Kompetensi, Melingkupi Seluruh Sayap Dakwah Menuju Indonesia Islami” ~ visi GAMAIS ITB 2013 ~ Beban yang berat harus diemban oleh orang yang kuat. Itu semakna dengan semboyan great power comes great responsibility. Maka jika kita memiliki suatu beban yang berat dan -mau tidak mau- kita harus mengembannya, hanya ada satu pilihan: meningkatkan kapasitas diri kita agar kita cukup pantas untuk mengembannya. GAMAIS ITB merupakan suatu organisasi besar yang memiliki struktur dan kinerja yang relatif kompleks dibandingkan dengan organisasi-organisasi lainnya di ITB. Alih-alih memandangnya sebagai suatu masalah yang menyulitkan kita, sebaiknya kita menempatkannya sebagai suatu tantangan yang harus kita jawab. Hingga nantinya tantangan tersebut justru menjadi sarana bagi kita untuk terus menjadi lebih baik. Mengutip kalimat pembuka dari Wahyu (kepala Kamifa): “Gamais dan banyak organisasi kampus yang lain adalah organisasi yang dinamis, dari segi kader dan kepengurusan pun setiap tahun berubah. Maka disana diperlukan sebuah persiapan, dimana transfer nilai, sharing pengalaman, soliditasi, visi bersama dan segala hal yang dibutuhkan dalam gerak da’wah gamais dilakukan disana. Dengan adanya persiapan yang lebih semoga kondisi yang ada dapat menjadi lebih baik nantinya, demi kemenangan dan kemuliaan Islam. AllahuAkbar!” Jika dipandang dari sudut pandang G-2009, masa kepengurusan G-2009 tinggal sekitar 4 bulan lagi. Jika dipandang dari sudut pandang G-2010, maka masa untuk mempersiapkan angkatan G-2010 mengemban amanah top manajemen di GAMAIS ITB adalah kurang dari 4 bulan lagi. Oleh karena itu, dalam waktu sekitar 4 bulan tersebut, ada dua hal yang harus dilakukan:
Optimalisasi masa kepengurusan G-2009 untuk mencapai target-targetnya (sesuai BP)
Persiapan G-2010 di seluruh wilayah (edukasi, kaderisasi, evaluasi, dan proyeksi)
Khususnya dalam hal penyiapan G-2010, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kepengurusan G-2010 nantinya dapat menjadi suatu kepengurusan yang solid dan matang dalam membawa tongkat estafet dakwah GAMAIS ITB. Hal-hal penting tersebut mencakup penyamaan pemahaman seluruh kader mengenai GAMAIS ITB dan penyamaan visi (sarananya adalah melalui edukasi PLDK), peningkatan ukhuwah dan penguatan sense satu GAMAIS ITB, peningkatan kapasitas skill kader (kaderisasi), serta proyeksi/ mapping (minimal) untuk satu tahun ke depan (mencakup refleksi-evaluasi-proyeksi).
Edukasi Blue Print BluePrint sebagai pedoman dakwah Gamais ITB sudah seharusnya terinternalisasi dan diaplikasikan di seluruh LD, baik LDP maupun LDW. Namun pada kenyataannya, penerapan dan fungsi kontrol terhadap pencapaiannya
dirasa masih minim (khususnya di LDW). Oleh karena itu, perlu adanya edukasi dan fungsi kontrol yang baik terhadap capaian-capaian BP tersebut, agar capaian tersebut tidak terhambat dan menjadi terakumulasi di kepengurusan-kepengurusan berikutnya. Visi GAMAIS ITB yang "...melingkupi seluruh sayap dakwah..." dirancang dan disepakati oleh seluruh kepala LDW, sehingga itu berarti, visi tersebut hanya akan tercapai jika seluruh GAMAIS ITB (baik pusat maupun wilayah) dapat bergerak dengan penuh sinergi serta koordinasi yang baik untuk bersama mencapai visi tersebut. Dalam kata lain, visi tersebut akan sulit tercapai jika tidak seluruh elemen dalam GAMAIS ITB menjalani perannya dengan optimal.
Ukhuwah SATU GAMAIS ITB Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS. Ash-Shaff: 4) Saat kita berbicara "GAMAIS ITB", tidak dapat disangkal bahwa kata tersebut masih identik dengan "Gamais Pusat". Sense SATU GAMAIS ITB yang dirasakan di LDW masih belum terlalu kuat. Tingkat koordinasi dan pengarahan pusat pun masih relatif lemah. Oleh karena itu, sinergi antara satu LD dengan LD lainnya masih belum optimal. Ukhuwah dan sense satu GAMAIS ITB ini harus mulai dipupuk sejak dini. Khususnya bagi para calon pengurus inti di setiap LD, mereka harus memiliki ukhuwah dan sense tersebut, agar dapat ditularkan kepada kader lain di lembaganya masing-masing. Jika ukhuwah dan sense ini sudah terbangun dengan baik sejak awal, maka saat pelaksanaannya nanti, akan sangat mempermudah alur informasi dan pola koordinasi sehingga pergerakan jamaah ini menjadi bersinergi.
Kaderisasi Konsekuensi dari SATU GAMAIS ITB adalah adanya standardisasi, salah satunya dalam hal kaderisasi. Kaderisasi, juga di dalamnya adalah rangkaian suksesi dan regenerasi, harus pula diusahakan untuk setara. Dalam hal ini, LDP harus mengusahakan adanya fasilitas yang sama agar kapasitas kader di tiap LD menjadi relatif sama.
Sinergi dan Mapping Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Hasyr: 18) Gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan. Dalam hampir setiap hal, perencanaan merupakan hal yang mutlak harus dilakukan. Ini penting untuk menjamin apa yang akan kita lakukan tersebut dapat berjalan seideal mungkin dan dapat terjaga dari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Dampak dari ke-empat poin di atas adalah akan tumbuhnya sinergi yang baik antara seluruh LD di Gamais ITB. Selain itu, dengan edukasi dan kaderisasi di awal, mapping the future untuk kepengurusan Gamais 2010 akan menjadi lebih optimal.
TUJUAN Dari beberapa latar belakang di atas, maka perlu diadakan suatu program yang bertujuan: 1.
Terbentuknya kader-kader Gamais ITB yang memiliki kapasitas internal baik
2.
Terbentuknya kader-kader Gamais ITB yang memiliki ukhuwah yang solid serta sinergi dalam bergerak
3.
Terbentuknya kader-kader Gamais ITB yang memiliki memiliki visi yang sama akan Gamais 2010
Secara rinci output setiap poinnya adalah sebagai berikut: 1.
2.
Kapasitas Kader
Kepemimpinan
Manajemen
Komitmen
Pemahaman BP (Wawasan tentang Gamais)
Bertanggung jawab
Sense Satu Gamais ITB (bersifat antar lembaga)
Ukhuwah yang erat
Soliditas antar kader sebagai kader G
Sinergi antara pusat dan wilayah
Terintegrasi (tidak terjadi groupping = no gap) antara pusat dan wilayah. Dalam hal ini terintegrasi dalam berkoordinasi dan bekerja sama dalam sistem yang sama. Pusat dan wilayah ada dalam langkah yang sama
3.
Penyiapan Infrastruktur (kelembagaan)
No
Realisasi BP dan RSJP (mapping) minimal 1 tahun
Output
Keterangan
Sebagai kader terbaik lembaganya, sekaligus sebagai calon masul-masulah, kader Gamais ITB harus memiliki kapasitas yang baik dalam hal kepemimpinan.
1
Kepemimpinan
Kapasitas ini harus diusahakan agar relatif sama sehingga pola/ sistem Gamais ITB dapat beroperasi dengan baik. Karena sistem yang besar ini membutuhkan suatu usaha agar pelaku-pelakunya juga memiliki kapasitas yang relatif sama, salah satunya dalam hal kepemimpinan
Selain kepemimpinan, kader Gamais juga harus memiliki skill manajemen yang 2
Manajemen
baik. Sistem kerja Gamais ITB merupakan sistem kerja yang relatif kompleks, dan oleh karenanya kader-kader Gamais harus memiliki bekal dalam hal manajemen, khususnya manajemen tim dan organisasi
Tanggung jawab yang dimaksud di sini adalah setiap perwakilan lembaga memiliki kesadaran akan tanggung jawab dirinya dan lembaganya dalam kerangka kerja satu Gamais ITB. 3
Tanggung jawab
Visi Gamais ITB yang ada di blue print, harus disadari, hanya akan terlaksana jika setiap lembaga menjalankan perannya dengan optimal. Jika salah satunya saja tidak berjalan optimal, maka akan memberikan dampak bagi keseluruhan Gamais ITB
4
Komitmen
5
Pemahaman BluePrint
Komitmen yang dimaksud di sini adalah tumbuh dan kuatnya komitmen pribadi terhadap lembaga, serta komitmen lembaga terhadap satu Gamais ITB
Pemahaman BP ini menyangkut pemahaman tentang visi, RSJP, dan standardisasi
Sinergi yang dimaksud di sini adalah keserasian dan keteraturan dalam 6
Sinergi
bergerak (kerja dakwah antar lembaga). Sinergi ini akan mampu menumbuhkan optimalitas kinerja
Jika berbicara sistem, Gamais ITB yang merupakan satu sistem besar harus mampu menjadikan elemen-elemennya terintegrasi dengan baik. Untuk itu, 7
Terintegrasi
kapasitas setiap elemennya serta pola hubungannya harus dibuat relatif sama. Integrasi disini akan difokuskan pada 3 kasus, yaitu pola koordinasi, alur informasi, dan standardisasi kaderisasi
Ini merupakan rangkaian dari refleksi, evaluasi, dan proyeksi. Kader 7
Realisasi blueprint
diharapkan mampu melakukan refleksi kondisi GAMAIS ITB saat ini,
(mapping)
mengevaluasinya berdasarkan kondisi ideal (dari BP), dan melakukan proyeksi/ perencanaan mengenai GAMAIS ITB minimal untuk 1 tahun ke depan
OBJEK KEGIATAN o
Khusus Perwakilan lembaga (kader terbaik lembaga dan calon mas’ul dan mas’ulah lembaga, serta 2008 sebagai perwakilan kader terbaik lembaga). Komposisi antara 2007 dan 2008 tergantung kondisi setiap lembaga.
o
Umum Kader Gamais ITB angkatan 2007 dan 2008
Nb: Keikutsertaan 2008 sebagai objek khusus dimaksudkan untuk mentrasnfer nilai sense satu gamais sejak awal dan agar termotivasi untuk aktif di lembaga terkait.
KONSEP UMUM KEGIATAN Pra Daurah o
Terdapat slot waktu ± 6 minggu
o
Objek: khusus dan umum Khusus: peserta perwakilan lembaga memiliki bekal ketika hari H daurah Umum : pengetahuan mengenai BP
o
Materi yang diberikan yaitu a.
Umum : Pemahaman Blue Print, ukhuwah, dan soliditas Output yang diharapkan di sisi adalah tumbuhnya sense satu G ITB, baik pola pikir maupun ikatan hati
b.
Khusus : Kepemimpinan, manajemen, dan tanggung jawab yang bersifat pemberian teori aktif (tidak membosankan). Ada kemungkinan diberikan ketika mengikuti DKT MSDA. Sehingga posisi disini adalah sebagai back up dan follow up DKT Materi pemahaman blueprint (wawasan tentang Gamais), komitmen, solid, ukhuwah, sinergi, dan terintegrasi dimana peserta diberikan sebuah refleksi (sharing) mengenai kondisi Gamais sekarang sehingga memunculkan kemauan untuk menjadi lebih baik 1 tahun ke depan.
Daurah o
Objek: Khusus
o
± 4 hari
o
Materi yang diberikan 1.
Kepemimpinan
2.
Manajemen
3.
Tanggung jawab
4.
Komitmen
5.
Sinergi
6.
Terintegrasi
7.
Mapping
KONSEP DETAIL PRA-DAURAH Pertemuan sektor:
o
Senin 16.30 – 18.00 (join bareng buka barengnya MSDA) Konten acara:
o
Pemaparan singkat mengenai agenda untuk pertemuan hari Sabtu
Taujih ( tentang BP)
Piket wilayah dan jika mau diusulkan ada pentas seni
Award wilayah terbaik dan terbanyak
Milad on the week
Buka puasa bersama
Sabtu 08.00 – 11.00 (tentative) Membahas agenda sesuai dengan rencana minggu tersebut
Rentang waktu
Tempat
Waktu
Deskripsi
Pengisi
Halal Bihalal 29 Sept - 4 Okt
Lap Perjuangan
08.00 - 11.00
Award PMBR terbaik
Kewilayahan
Brifing DAT ( Urgensi dan agenda terutama untuk perwakilan lembaga masing-masing)
Kewilayahan
Review BP secara umum, pembagian sektor 5 - 11 Oktober
Sektor Internal Sektor Kesekjenan Study Case about Internal sector and "kesekjenan bahasa inggris nya apa yah"
12 - 18 Oktober
Preview sektor Keuangan Preview sektor SPK
19 - 25 Oktober
UTS
26 - 1 nov
Sektor Annisa
2 - 8 Nov
DKT III
9 - 15 Nov
DKT II
16 - 22 Nov
DKT I Refreshing, Jalan-jalan sekalian review and mungkin share
23 - 29 Nov
30 - 6 Desember
Luar Kampus
Alternatif tempat : Ciwidey atau Tangkuban perahu Lembang, hiking ke Manglayang aja yuk? Pemaparan sektor Eksternal Pemaparan sektor Akademik dan Keprofesian
PJ
Review BP keseluruhan secara terpusat Family Gathering : Kekeluargaan , lomba, makan bareng 7 - 13 Desember
Jaulah ke LD luar ITB Luar Kampus : UI aja yah.. (strukturnya sama dengan Gamais jadi sekalian share sekalian jalan-jalan
Nb: untuk edukasi BP sektoral, setiap perwakilan akan dibagi ke dalam 2 kelompok yang nantinya akan dijelaskan BP sector tersebut. Diharapkan dengan metode ini, para perwakilan akan dapat memahami BP secara utuh. Minus: pelatihan kepemimpinan, manajemen, dan tanggung jawab nya dimana?
DAURAH Waktu: Jumat, 25 Desember 2009 s/d Senin, 28 Desember 2009
No
Output
Parameter Teori kepemimpinan (qiyadah jundiyah,
1
Kepemimpinan
kepemimpinan dalam amal jamai) > PRA
Metode
-
Training
-
Simulasi
Mengenal model/ karakter kepemimpinan dalam
Keterangan (detail)
Training tentang model/ karakter kepemimpinan dalam diri
Simulasi dileburkan saat simulasi dan diskusi
diri > PAS
2
Manajemen
Manajemen tim (fokus pada memahami siklus hidup
-
Training
Training tentang siklus tim dan budaya organisasi
tim)
-
Simulasi
Simulasi dileburkan saat simulasi dan diskusi
Manajemen SDM (fokus pada membangun dan
-
Ditekankan mengenai peran dan tanggung jawab
menginternalisasi budaya organisasi kepada
Tugas Baca (starbucks experience)
anggotanya)
Tidak ada metode khusus,
Memahami peran dan tanggung jawab diri dan 3
Tanggung jawab
lembaganya dalam amal jamai, khususnya dalam
materi ini dileburkan dalam
kesatuan Gamais ITB
simulasi proker dan mapping
Memiliki komitmen pribadi dan komitmen tim yang 4
Komitmen
kuat Siap menjadi masul/ masulah (atau pengurus inti) di lembaga masing-masing untuk 1 tahun ke depan
5
Sinergi
Memiliki gambaran bagaimana menerapkan dan
-
Kontrak belajar
-
Menarik komitmen pribadi
-
Agitasi
-
Simbol/ instalasi komitmen DAT-G 2009
pada saat materi realisasi blueprint
melaksanakan program secara sinergi (satu Gamais
-
ITB)
Simulasi (penyusunan
Teknis simulasi 3 menit 1 hari
proker dan proposal)
Peserta dibagi ke dalam kelompok dan berperan
-
sebagai LDW dan LDP
Mengetahui poin-poin krusial (sistem koordinasi, 6
Terintegrasi
alur informasi, dan standardisasi kaderisasi) dalam
-
Diskusi
-
Seminar (Gamais dari
membangun sistem satu Gamais ITB >>> kritis, sintesis, analisis, dan solusi Memiliki mimpi besar pencapaian G-2010 tingkat angkatan, pusat, dan wilayah (visi)
7
Realisasi blueprint (mapping)
Memiliki strategi untuk mencapai mimpi besar di atas (misi)
masa ke masa) -
Diskusi (bottom up)
-
Pentas seni
Peserta saling mengenal satu sama lain
-
Pengelompokkan
Peserta dekat antar mereka
-
Penyaudaraan
-
Pentas seni kelompok
-
Buku harian
Peserta mendapatkan feel daurah
-
Kontrak belajar
Peserta memahami tujuan daurah
-
Amalan Yaumiah
-
Piket kelompok
Memiliki gambaran proker-proker unggulan untuk mencapai mimpi yang ada (standardisasi BP dan inovasi)
8
9
Ukhuwah
Pensuasanaan
Masing-masing memiliki peran yang spesifik