Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016
PENGARUH KUALITAS DAN KOMITMEN KELOMPOK RELAWAN TERHADAP PRESTASI KERJA RELAWAN DALAM PROGRAM PALIATIF DI PUSKESMAS RANGKAH, KECAMATAN TAMBAKSARI, SURABAYA
Fitri Narindhi Aprilia1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga
Abstract The purpose of this study was to analyze the influence of the quality and commitment of volunteer groups Program Palliative on job performance can then be input into the evaluation program Palliative Care for the parties concerned, in this case for health centers so that Program Palliative held ultimately accountable implementation to the public and government. Type of study in this research is explanatory research type. The population in this study is voluntary palliative program, as well as employees at the health center Rangkah responsible for the implementation of palliative program. Determination of the number of samples used is simple random sampling. Instrument in this study was a questionnaire. Analysis and Interpretation ofthe data in this study is using regression. The results of this study demonstrate that the commitment of volunteers and the quality of the volunteers have a significant effect on the performance of the R value 0.810 square so that it can be concluded that 81% work performance is affected by the independent variable that consists of volunteers Commitment and Quality. From these results, it is expected to leave the health center training to volunteers so that volunteers have the skills and competencies that can be applied in practice the implementation of health care. Keywords : Quality, Commitment, Job Performance Pendahuluan Kesehatan adalah hak dan investasi, semua warga negara berhak atas kesehatannya karena dilindungi oleh konstitusi seperti yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat kedua dimana tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dengan berpedoman pada kalimat tersebut maka dapat dijelaskan bahwa semua warga negara tanpa kecuali mempunyai hak yang sama dalam penghidupan dan pekerjaan, penghidupan disini mengandung arti hak untuk memperoleh kebutuhan materiil seperti sandang, pangan dan papan yang layak dan juga kebutuhan immateri seperti kesehatan, kerohanian, dan lain-lain. Demikian juga halnya kesehatan dapat pula diartikan investasi karena kesehatan adalah modal dasar yang sangat diperlukan oleh segenap masyarakat untuk dapat beraktifitas sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing. Berdasarkan Undang-Undang no. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, Bab II Pasal 2 dan 3 : Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan kemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dan keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri (2). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (3). Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumberdaya manusia yang sehat, terampil dan ahli dalam satu program kesehatan. Pentingnya arti hidup sehat telah menjadikan kesehatan sebagai kebutuhan hidup manusia yang utama
disamping kebutuhan hidup lainnya. Pemenuhan kebutuhan kesehatan merupakan hak dari setiap orang sebagaimana yang tercantum didalam “Declaration of Human Right” Pasal 25 ayat 1: “Setiap orang berhak atas hidup yang menjamin kesehatan dan keadaan baik bagi dirinya dan keluarganya, termasuk soal makanan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatannya serta usaha-usaha sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan di waktu mengalami pengangguran, lanjut usia, atau mengalami kekurangan nafkah dan lain-lain, karena kendala di luar kekuasaannya”. Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan secara tepat diharapkan permasalahan masyarakat dapat diatasi. Pada tahun 2014 cakupan jaminan kesehatan penduduk kota Surabaya ada 701.349 dengan rincian peserta jaminan kesehatan nasional 679.079 orang meliputi penerima bantuan iuran (PBI) APBD 291.686 orang. Sedangkan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) ada 22.270 orang. Sumber daya kesehatan merupakan salah satu factor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang baik dari segi jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas dibutuhkan juga sumberdaya yang berkualitas pula. Puskesmas dengan poli paliatif adalah puskesmas yang mempunyai poli perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multi disiplin yang terintegrasi tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien kanker, memperpanjang usia pasien, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan
1 1. Korespondensi Fitri Narindhi Aprilia, Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jl Airlangga 4-6 Surabaya
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 support kepada keluarganya. Salah satu kegiatan dalam poli paliatif antara lain pendampingan pasien kanker, baik saat pasien berobat ke rumah sakit, puskesmas maupun dalam kunjungan ke rumah. Selain di rumah sakit Dr. Soetomo puskesmas sudah mampu melaksanakan program paliatif, yaitu ada 4 puskesmas yaitu puskesmas balongsari, puskesmas rangkah, puskesmas pacarkeling, puskesmas gading. Dulu puskesmas rangkah bersama puskesmas pacarkeling dan puskesmas gading bersama-sama mengelola program paliatif namun sekarang puskesmas tersebut jalan sendiri-sendiri menurut wilayahnya masing-masing. Puskesmas Rangkah Surabaya mewakili wilayah timur dan Balongsari sudah mewakili kawasan Surabaya Barat. Perawatan paliatif bisa dilakukan di puskesmas dan dilakukan di rumah (home care). Pelayanan paliatif memang menjadi perhatian banyak pihak, mulai pemerintah pusat, rumah sakit, yayasan, hingga pemerintah daerah. Selain itu, Pemkot Surabaya juga berkoordinasi dengan DKK (Dinas Kesehatan Kota) secara konsisten menunjukkan perhatiannya kepada para penderita kanker. Dengan menyediakan anggaran jamkesmas dan jamkesda. pelayanan paliatif dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Paliatif sendiri memiliki arti umum jenis pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Secara teknis, paliatif dapat diimplementasikan dalam bentuk peminimalan rasa nyeri yang dirasakan penderita. Pelayanan program paliatif di Puskesmas Rangkah pada hari selasa setiap minggunya pasien bisa datang ke puskesmas dengan memeriksakan keadaannya secara psikologis, dan konsultasi terhadap psikolog dan dokter, perawat yang menangani pasien paliatif. Serta diberikan obat penghilang nyeri, dan susu. Diantara penyakit-penyakit yang sering ditemukan di Puskesmas Rangkah: cancer mamal, cancer ovarium, cancer nasofaring, cancer mata. Pasienpasien yang ditangani di Puskesmas Rangkah sebenarnya sudah stadium lanjut karena pasien tidak menyadari sebelumnya, dan baru memeriksakan diri setelah stadium sudah lanjut ini yang menyebabkan keterlambatan penanganan, namun dengan semangat yang diberikan relawan, dokter, perawat serta dukungan keluarga pasien tetap semangat menjalani hidup. Mereka menginginkan hidup singkat namun bahagia daripada hidup lama tapi sakit. Ini tugas bagi relawan, perawat, keluarga untuk memberikan semangat. Palliative Care diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Palliative Care harus diberikan kepada penderita itu. Palliative Care tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Palliative Care tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan spiritual. Titik pusat dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara individu, namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien diberikan secara paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, sosial, dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan pasien mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat kemajuannya, apakah ada atau tidak harapan untuk sembuh.
2
perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien terminal yang dilakukan sederhana seringkali prioritas utama hidup pasien dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Pasien cenderung untuk hidup singkat namun bahagia daripada hidup panjang tapi dengan banyak keterbatasan. Bagi pasien pilihan terapi realistis hanyalah penghalang nyeri dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Di Surabaya ada Taman Paliatif, diresmikan pada tanggal 11 Februari 2012, Taman Paliatif diresmikan langsung oleh Ibu Tri Rismaharini, Walikota Surabaya. adalah taman bertajuk kesehatan yang khusus dipersembahkan untuk penderita kanker stadium berat. Terletak di komplek perumahan Jl. Raya Tambak Sari tidak jauh dari Gereja Kristus Raja dan juga Taman Mundu yang ada persis di depan Stadion Tambak Sari. Jika berada di Taman Mundu atau Tambak Sari, maka hanya perlu berjalan kira-kira 5 menitan. Mungkin sebagian besar dari warga Surabaya juga masih belum banyak yang tahu mengenai Taman Paliatif ini, Filosofi adanya bangunan ini adalah menindaklanjuti akan keseriusan deklarasi mengenai Surabaya Bebas Nyeri Kanker tahun 2010. Berbarengan dengan hal itu, maka dilakukanlah kampanye-kampanye mengenai pencegahan dini kanker dan juga penanganan akan penyakit ini, yakni dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para kader paliatif dan para relawan pendampingan paliatif yang ada di Puskesmas dan rumah sakit Kota Surabaya. Acara kampanye yang sebelumnya sudah pernah digelar bertemakan Surabaya Bebas Nyeri Kanker (SBNK) yang diproklamirkan pada tanggal 25 Oktober 2009 oleh Yayasan Paliatif Surabaya bertempat di Taman Bungkul Surabaya sebagai peringatan hari paliatif sedunia yang jatuh pada tanggal 11 Oktober. Taman Paliatif bisa dimanfaatkan masyarakat khususnya para penderita kanker maupun relawan di Surabaya untuk saling bertemu dan berbagi. Keberadaan Taman Paliatif sendiri merupakan pengembangan dari program Surabaya Bebas Nyeri Kanker dan Surabaya Kota Paliatif. Fasilitas di Taman Paliatif ini diantaranya terdapat air mancur yang hanya dinyalakan pada jam-jam tertentu saja, saat saya berkunjung, air mancur masih dalam keadaan tidak memuncratkan air. Di sisi jalur pejalan kaki terdapat jalur batu yang bisa digunakan untuk merefleksi kaki. dengan berjalan mengitari batu-batu ini, dengan sendirinya sudah melakukan terapi kesehatan pijat refleksi. Terakhir, terdapat fasilitas gazebo yang bisa digunakan sebagai ruang membaca, sosialisasi informasi mengenai kesehatan, atau bisa juga sebagai tempat diskusi. Dengan adanya taman ini, mengingatkan kita sebagai manusia harus saling membantu. kita harus saling peduli seperti yang sudah dilakukan oleh para kader dan relawan paliatif. Mereka rela meluangkan waktunya dengan ikhlas demi merawat para penderita kanker. Merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu, pada penelitian ini terdapat perbedaan dengan studi sebelumnya. Penelitian ini berfokus pada Kualitas dan Komitmen kelompok relawan dalam prestasi kerja dalam program paliatif. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kualitas dan komitmen kelompok relawan yang melakukan pendampingan di puskesmas dan rumah pasien berpengaruh terhadap prestasi kerja. Dimana dalam perawatan program paliatif terjalin antara interaksi antara relawan dengan pasien dalam hal ini pendekatan dengan pasien. Kemudian dalam hal mengurangi rasa nyeri yang di derita pasien, karena nyeri yang dirasakan pasien bukan hanya nyeri fisik menangani pasien memberikan semata namun juga nyeri psiko social, pasien yang menderita penyakit kanker dengan stadium lanjut
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 maka tingkat kekhawatiran akan kematian sangat tinggi dibandingkan penyakit kanker stadium dini serta memberikan semangat kepada pasien paliatif agar tetap hidup dan semangat menjalani pengobatannya, tujuan perawatan paliatif di Puskesmas Rangkah adalah menjaga kualitas hidup masyarakat yang terkena penyakit Ca (Kanker). Melalui beberapa kegiatan yang kami adakan bersama para donatur secara rutin mereka (para pasien) bisa merasa senang dan tidak lagi ada rasa bahwa mereka sendiri saja tetapi masih banyak yang peduli padanya. Dan perawatan paliatif ini merupakan salah satu bentuk inovasi, dalam kerangka upaya perbaikan kualitas pelayanan publik, yang mulai diadopsi dan diterapkan di era Otonomi daerah ini. Mengingat perawatan paliatif sudah merupakan program dalam Sistem Kesehatan Nasional yang berdasarkan SK Menkes No.812/Menkes/SK/VII/2007. Maka dalam implementasinya, di setiap institusi kesehatan diperlukan tenaga perawatan paliatif yang terlatih. Sebelum relawan diterjunkan untuk membantu pasien pelatihan pendampingan diselenggarakan untuk menyediakan tenaga relawan pendamping pasien kanker yang berkompeten. Bersama dengan tenaga kesehatan, para pendamping pasien diharapkan dapat membantu pasien kanker untuk mengatasi masalah mental emosional selama menjalani pengobatan dan terapi. Sikap dan cara pandang yang tepat terhadap kanker payudara adalah hal yang sangat penting. Dengan pendampingan oleh tenaga kesehatan dan relawan yang berpengalaman, pasien akan yakin bahwa mereka tidak sendiri. Sehingga pasien dan keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap pengobatan yang akan dijalaninya. Organisasi merupakan salah satu mata rantai perekonomian yang penting. Dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, organisasi harus dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi serta melakukan inovasi untuk mengembangkan organisasi. Salah satu sumber daya yang terpenting di dalam organisasi adalah SDM (sumber daya manusia). Untuk memudahkan dalam menjelaskan pengertian tentang pengembangan pendidik, maka terlebih dahulu perlu adanya penjelasan tentang sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah kemampuan dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Sumber daya manusia meliputi semua orang yang berstatus sebagai anggota dalam organisasi yang masing-masing memiliki peran dan fungsi. Sumber daya manusia merupakan elemen terpenting dalam mengoperasikan seluruh sumber daya lain yang terdapat di suatu organisasi. Organisasi perlu mengembangkan cara-cara baru untuk mengelola sumber daya manusia sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dalam usaha meningkatkan komitmen karyawan di organisasi. Salah satu dukungan yang dibutuhkan karyawan organisasi adalah komitmen karyawan pada organisasi tersebut. Karyawan yang memiliki komitmen rendah akan menghambat pencapaian tujuan organisasi. karyawan yang memiliki komitmen rendah dapat ditunjukkan dengan tidak adanya semangat kerja karyawan, dan keterlambatan tinggi, disiplin kerja yang rendah, menurunnya prestasi kerja dan tidak menutup kemungkinan terjadinya pemogokan kerja. Sebaliknya karyawan yang mempunyai semangat yang tinggi akan lebih termotivasi untuk menghindari ketidakhadiran sehingga tentu mempermudah tercapainya tujuan organisasi dan memiliki keinginan yang kuat untuk tetap tinggal dalam suatu organisasi sehingga dapat memperkecil turn over, serta
meningkatkan prestasi kerja. Pembangunan dan pelayanan dasar terhadap publik merupakan amanah yang harus terus tersebut. Keduanya mencakup aspek berlangsungnya kerjasama berorientasi pada kualitas, memberi perhatian pada pelanggan/pasien dan bersikap menghargai kepada individu. Metode Penelitian Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Tipe Penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian explanatory. Peneliti mengambil lokasi penelitian pada Puskesmas Rangkah, Kecamatan Tambaksari, Surabaya. Selain dikelola oleh Puskesmas Rangkah. Populasi dalam penelitian ini adalah relawan program paliatif dan pegawai di Puskesmas Rangkah Surabaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Sampel acak sederhana itu merupakan sampel kesempatan (probability sampling), sehingga dapat dievaluasi secara objektif. Teknik Pengumpulan Data Dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulandata dengan kuesioner (angket). Instrumen Penelitian Variabel yang akan diukur dijabarkan ke dalam indikator-indikator dan konsep operasional, selanjutnya pada setiap konsep operasional dijabarkan ke dalam Instrumen berupa kuesioner. Kuesioner diberikan kepada relawan paliatif dan staff di puskesmas Rangkah Surabaya. Kuesioner dibuat dengan pernyataan tertutup dengan kategori pilihan jawaban yang disediakan oleh peneliti. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana. Regresi linier sederhana digunakan untuk menentukan tingkat perubahan suatu variabel yang disebabkan oleh perubahan pada variabel lain. Setelah kita menentukan besarnya variabel tergantung, kita dapat meramal besarnya nilai dari pengamatan lain terhadap variabel tergantung cukup dengan mengetahui nilai variabel bebas. Asumsi yang mendasari pemilihan analisis regresi ini adalah : 1. Asumsi random sampling, yaitu bahwa cuplikan terbentuk menurut prinsip pencuplikan acak/random atau secara universal. 2. Asumsi normal distribution of the dependent variables, yaitu untuk melihat apakah sebaran data yang diperoleh dari jawaban responden per variabel mengikuti pola sebaran distribusi normal atau tidak. 3. Asumsi linear of correlation, yaitu bahwa korelasi antara X dan Y adalah linear. Hasil dan Pembahasan Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa indikator-indikator variabel yang digunakan dalam penelitian ini semuanya memiliki nilai korelasi di atas r tabel sebesar 0,553. Hal ini berarti bahwa semua indikator yang digunakan untuk mengukur semua variabel dalam penelitian ini dinyatakan valid. Hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa variabel bebas masing-masing memiliki nilai Alpha melebihi
3
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 0,6, maka hal ini memberikan arti bahwa seluruh variabel tersebut adalah reliabel dan dapat digunakan pada analisis selanjutnya. Uji Asumsi Klasik Uji normalitas dengan menggunakan grafik normal probably plot of standardized residual didapatkan hasil sebagai berikut :
Hasil pengujian Linieritas dapat diketahui bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai signifikansi Deviation from Linearity yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang linier antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sehingga persyaratan linieritas dari variabel penelitian ini telah terpenuhi.
Uji Kelayakan Model 1. Uji Anova Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji F Sum of Squares
Model 1 Regression
1.398
Residual Total
df
Mean Square
F
2
.699
.328 12
.027
25.553
Sig. .000a
1.726 14
Sumber: Data primer yang diolah penulis
Gambar 1. Grafik Uji Normalitas Hasil uji Normalitas dengan analisis grafik menunjukkan bahwa grafik memberikan pola distribusi normal dikarenakan terlihat titik-titik menyebar mengikuti garis diagonal. Sehingga model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini. Uji Multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF di bawah angka 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa regresi tidak terdapat gejala multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan metode grafik dengan hasil sebagai berikut :
Berdasarkan hasil uji anova pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi F memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana nilai tersebut kurang dari atau lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen layak untuk menjelaskan variabel dependen yang dianalisis. 2. Goodness of fit Tabel 2. Koefisien Determinasi Model
R .900a
1
R Square
Adjusted R Square
.810
Std. Error of the Estimate
.778
.16539
Sumber: Data primer yang diolah penulis Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Rsquare yaitu sebesar 0,810. Model tersebut memiliki nilai Rsquare antara nol dan satu artinya struktur tersebut mampu menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,810 atau 81% mengandung arti bahwa 81% prestasi kerja dipengaruhi oleh variabel bebas yang terdiri dari Kualitas (X1) dan Komitmen relawan (X2). Sedangkan sisanya sebesar 19% (100%-81%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Uji Hipotesis Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji t
Model 1 (Constant) Gambar 2. Grafik Uji Heteroskedastisitas 1. Berdasarkan grafik di atas, maka diketahui titiktitik data yang digunakan pada penelitian ini menyebar di sekitar garis horisontal (sumbu Y) sehingga tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
4
2.
t
Sig. 1.049
.315
Kualitas relawan (X1)
2.727
.018
Komitmen relawan (X2)
3.152
.008
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p) dari kualitas sebesar 0,018 yang lebih kecil dari (0,05) maka pengambilan keputusannya adalah Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya variabel kualitas relawan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel prestasi kerja. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p) dari komitmen sebesar 0,008 yang lebih kecil dari (0,05) maka pengambilan keputusannya
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 adalah Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya variabel komitmen relawan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel prestasi kerja. PengaruhKualitas Relawan TerhadapPrestasi Kerja Keberhasilan atau kemajuan suatu organisasi atau perusahaan tidaklah lepas dari peran karyawan itu sendiri, kinerja relawan dalam hal ini sangat mempunyai andil yang sangat besar demi tercapainya suatu tujuan organisasi atau perusahaan. Relawan atau sumber daya manusia yang baik akan menghasilkan prestasi relawan yang baik juga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kualitas relawan terhadap prestasi kerja. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang memberikan nilai signifikansi 0,018 yang berada di bawah 0,05. Adapun nilai korelasi parsial yang dihasilkan sebesar 0,619 menunjukkan pengaruh antara variabel kualitas relawan terhadap prestasi kerja sebesar (0,619)² atau 38,3%. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan sebuah organisasi, semakin tinggi kualitas sumber daya manusia semakin baik kinerja yang akan dihasilkan. Prestasi kerja relawan yang baik akan sangat mempermudah suatu perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber daya manusia memiliki posisi yang sangat penting bukan hanya sebagai objek manajemen tetapi lebih dari itu SDM menjadi subjek dan salah satu aspek yang sangat penting dalam manajemen sehingga dengan inovasi dan kemampuannya dapat menjadi ujung tombak untuk mengembangkan organisasi. Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang memiliki keahlian, profesionalitas, produktif serta mampu secara mandiri bersaing dengan sehat di dunia kerja. Saat ini tidak hanya sekedar itu saja yang dibutuhkan, akan tetapi lebih dari itu, yaitu Sumber Daya Manusia yang mempunyai wawasan tentang lingkungan. Porter dan lawler (1967) mengatakan bahwa prestasi kerja sebagai berikut: “Successful role achievement” yang diperoleh dari hasil pekerjaan yang dikerjakan oleh individ. Atas dasar ini dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai oleh individu untuk ukuran yang ditetapkan dalam suatu pekerjaan”. Prestasi kerja mempunyai 2 hal, yaitu: pertama, secara kuantitas mengacu pada hasil darinsuatu kerja yang dilakukan seperti jumlah pengeluaran barang oleh individu perjam. Kedua, dari sudut kualitas, juga prestasi kerja mengacu pada bagaimana sempurna seseorang itu melakukan pekerjaan. Misalnya, barang yang dikerjakan harus berkualitas. Prestasi kerja dinilai dari segi dimensi kualitas kerja, kuantitas kerja, keterikatan, keahlian merencanakan, daya usaha dalam pekerjaan dan prestasi secara keseluruhan. Prestasi kerja mempunyai 2 hal, yaitu: pertama, secara kuantitas mengacu pada hasil darinsuatu kerja yang dilakukan seperti jumlah pengeluaran barang oleh individu perjam. Kedua, dari sudut kualitas, juga prestasi kerja mengacu pada bagaimana sempurna seseorang itu melakukan pekerjaan. Misalnya, barang yang dikerjakan harus berkualitasPrestasi kerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakan. Prestasi kerja
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam instansi. Prestasi kerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya instansi untuk mencapai tujuan. Prestasi kerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi lebih baik. Prestasi kerja adalah semua tindakan atau prilaku yang dikontrol oleh individu dan memberikan kontribusi sebagai pencapaian tujuan-tujuan. Prestasi kerja terbagi dua jenis yaitu: Prestasi kerja tugas merupakan peran pekerjaan yang digambarkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas hasil dari pekerjaan tersebut. Prestasi kerja kontekstual memberikan sumbangan pada keefektipan organisasi dengan mendukung keadaan organisasional, sosial dan psikologis. Osland dalam penelitianya “pengaruh kualitas sumber daya manusia, budaya organisasi serta komitmen organisasi terhadap kinerja dan reward sebagai variabel moderating pada akademi pariwisata (akpar) medan” menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kualitas sumber daya manusia yang merupakan elemen organisasi yang sangat penting, karenanya harus dipastikan sumber daya manusia ini harus dikelola sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi yaitu Akademi Pariwisata Medan. Pengelolaan sumber daya manusia dapat berupa penempatan pegawai sesuai dengan latar belakang pendidikannya, kesempatan mendapatkan pelatihan dan pendidikan dan beasiswa pendidikan sesuai dengan bidangnya. PengaruhKomitmen Relawan dengan Prestasi Kerja Peranan komitmen adalah untuk menjaga keberlangsungan mekanisme dari fungsi-fungsi yang telah disepakati oleh organisasi dalam merealisasikan tujuan tujuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Steers : “Karyawan yang memiliki komitmen akan menjiwai pekerjaannya dan mereka akan bekerja dengan hati dan pikiranya dan memandang pekerjaannya bukan sebagai sebuah beban” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel komitmen relawan terhadap prestasi kerja. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t yang memberikan nilai signifikansi 0,008 yang berada di bawah 0,05. Adapun nilai korelasi parsial yang dihasilkan sebesar 0,673 menunjukkan pengaruh antara variabel komitmen relawan terhadap prestasi kerja sebesar (0,673)² atau 45,3%. Para pelaku organisasi adalah manusia yang mempunyai tingkah, sikap, kemampuan, pendidikan yang berbeda satu sama lain. Setiap individu mempunyai perbedaan dalam sikap (attitude), perilaku (behavior), pendidikan (education), kemampuan (ability), dan pengalaman (experiences) dibandingkan dengan individu lain yang bersama-sama melakukan kegiatan dalam suatu organisasi. Ini mencerminkan bahwa prinsipnya manusia berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan dari hal-hal tersebut diatas menyebabkan tiap individu yang melakukan kegiatan dalam suatu organisasi mempunyai kemampuan kerja atau kinerja (performance) masing-masing yang berbeda. Komitmen organisasional ialah sebagai sebuah keadaan psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan
5
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 karyawan dengan organisasi atau implikasinya yang mempengaruhi apakah karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, yang teridentifikasi dalam tiga komponen yaitu: 1. Komitmenafektif (affective commitment), yaituketerlibatanemosionalseseorangpadaorganisasinya berupaperasaancintapadaorganisasi. 2. Komitmenkontinyu (continuance commitment), yaitupersepsiseseorangatasbiayadanresikodenganmenin ggalkanorganisasisaatini. Artinya, terdapatduaaspekpadakomitmenkontinyu, yaitu: melibatkanpengorbananpribadiapabilameninggalkanorg anisasidanketiadaanalternatif yang tersediabagi orang tersebut. 3. Komitmennormatif (normative commitment), yaitusebuahdimensi moral yang didasarkanpadaperasaanwajibdantanggungjawabpadaor ganisasi yang mempekerjakannya. Tingkat konsistensi sikap bekerja adalah bagaimana relawan mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan kerja mereka serta sikap dan perilaku mereka baik dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam pelaksanaan tugas yang mencerminkan faktor keberhasilan instansi tersebut dalam bekerja. Untuk mengukur tingkat kualitas pelayanan, komitmen relawan, dan tingkat kepuasan terhadap hasil kerja. Petugas Relawan yang mempunyai pengetahuan, teknis/ ketrampilan dalam melayani pasien, tanggung jawab serta jaminan untuk pasien kemungkinan besar meningkatkan prestasi kerja. Adanya komitmen yang tinggi dari para karyawan terhadap masing-masing fungsi dan masa depan organisasi akan membawa dampak pada keuntungan organisasi secara umum dan juga pada pengalaman, serta perkembangan kemampuan dan prestasi masing-masing karyawan itu sendiri. Keberhasilan suatu organisasi tidak lepas dari prestasi kerja dari individu yang terlibat didalamnya. Produktifitas dan kualitas akan meningkat jika ditunjang dengan prestasi kerja yang bagus yang pada akhirnya dapat menunjang tercapainya tujuan organisasi. Apabila karyawan mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan standar kerja maka ia dapat dikatakan berprestasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibuan bahwa “Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”. Sedangkan prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh komitmen karyawan itu sendiri karena dengan komitmen yang tinggi karyawan akan bekerja dengan optimal sehingga hasil yang dicapai atau prestasi kerja akan meningkat. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan dapat dilakukan penarikan kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Pelayanan program paliatif di Puskesmas Rangkah Surabaya telah berjalan dengan baik, yang mana pada hari Selasa setiap minggunya pasien bisa datang ke puskesmas dengan memeriksakan keadaannya secara psikologis, dan konsultasi terhadap psikolog dan dokter, serta perawat dan relawan yang menangani pasien paliatif. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas relawan terhadap prestasi kerja, dimana nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar 0,018 yang lebih kecil dari 0,05. Pengaruh kualitas relawan terhadap prestasi kerja yang dihasilkan sebesar 38,3% dengan
6
hubungan yang bersifat positif (searah), yaitu jika variabel kualitas meningkat maka prestasi kerja akan meningkat. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara komitmen relawan terhadap prestasi kerja, dimana nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar 0,008 yang lebih kecil dari 0,05. Pengaruh komitmen relawan terhadap prestasi kerja yang dihasilkan sebesar 45,3% dengan hubungan yang bersifat positif (searah), yaitu jika variabel komitmen meningkat maka prestasi kerja akan meningkat. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pihak Puskesmas hendaknya memberikan pelatihanpelatihan kepada relawan agar relawan memiliki kemampuan dan kompetensi yang dapat diterapkan dalam praktek pelaksanaan pelayanan kesehatan. 2. Untuk meningkatkan keberhasilan program paliatif, pihak Puskesmas dapat memberikan insentif kepada relawan agar para relawan lebih termotivasi dan mempunyai komitmen yang tinggi dalam menjalankan pelayanan kepada pasien. 3. Pemimpin hendaknya menanamkan komitmen pada pegawai/relawan bahwa komitmen yang tinggi akan membawa hasil yang terbaik dalam pekerjaan. Untuk itu pemimpin memberikan pengarahan yang terarah agar terciptanya kerjasama yang baik antara karyawan bagian yang satu dengan karyawan bagian yang lainnya sehingga akan tercipta adanya koordinasi antar bagian (koordinasi horizontal). 4. Kepada peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian yang menyerupai penelitian ini di kemudian hari, hendaknya meneliti kualitas dan komitmen relawan pada lokasi yang berbeda sehingga hasil penelitian tersebut dapat memberikan gambaran lebih umum. Daftar Pustaka Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM. SPSS 19 (edisi kelima.) Semarang: Universitas Diponegoro Steers, Richard M. 1985. Organizational Effektiveness, A Behavioral View. Terjemahan Dra. Magdalena Jamin. Efektifitas organisasi seri manajemen no.47 cetakan kedua. Jakarta. Erlangga Hasibuan, Malayu S. P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :PT Bumi Aksara Ratminto dan Atik Septi Winarsih. Manajemen Pelayanan : Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal, Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2005 Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi industry dan organisasi. Kencana : Jakarta Kurniawan, agung. “Transformasi Pelayanan Publik”. Disarikan buku Reformasi Pelayanan Publik, ed. Prof.Dr.Lijan Poltak Sinambela, dkk., 3. Jakarta : PT Bumi Aksara., 2008 Allen, N. J. & Meyer, J. P., 1993, Organizational commitment: Evidence of career stage effects? Journal of Business Research, 26, Keith Davis & John W. Newstrom. Edisi ketujuh Perilaku dalam Organisasi. Erlangga Prawirosentono, suyadi,1999. Kebijakan kinerja karyawan.yogyakarta:BPFE Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005.hal 25 Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 1, Januari-April 2016 AA. Anwar Prabu Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. 2000. hal 55. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta ; Jakarta Charles O’Reilly, “Corporations, Culture, and Commitment: Motivation and Social Control in Organizations,” Psychological Dimensions of Organizational Behavior, ed. Barry M Staw (New Jersey: PrenticeHall, Inc., 1995), p. 322. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Moh.Nazir,2003, Metode Penelitian, Cetakan Kelima, Jakarta, Ghalia Indonesia Singarimbun dan Effendi . 1995. Metode Venelitian Survei.LP3ES.Jakarta Surakhmad, Winarno, (1994), Pengantar Penelitian Ilmiah dan Dasar Metode Teknik, Transito, Bandung Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta Todaro Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi jilid 1. Jakarta: Erlangga Siagian, Priska. 2014. Kami berani melawan kanker. PT Gramedia pustaka utama, Jakarta Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Widodo, Joko. 2007, Analisis Kebijakan public Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik, Bayumedia Publishing, Malang Winarno, Budi. 2007, Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Media Pressindo, Yogyakarta Dr. Rasjidi, imam, SpOG (k) Onk. Perawatanpaliatifsuportif&bebasnyeripadakanker. Jakarta. 2010. CV AgungSeto Dunham, R.B., Grube, J.A., & Castaneda, M.B. (1994), Organizational Commitment: the utility of an integrative definition, Journal of Applied Psychology, 79 (3), 370-380 Prawirosentono, Suyadi.1999. Kebijakan Kinerja Relawan. Yogyakarta. BPFE Goetsch, David L. dan Stanley B. Davis. 2002. Total Quality Management, diterjemahkan oleh Benyamin Molan. Total Kualitas Manajemen. Jakarta: Prenhallindo Pasolong, Harbani. 2002. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Koran http://www.koransindo.com/news.php?r=4&n=3&date=2016-02-23 diakses pada 8 maret 2016 http://www2.jawapos.com/baca/artikel/17940/terbuka-padaperawatan-paliatif, diakses pada 8 maret 2016 Skripsi Rini, Ana Krisna. 2010, Implementasi Program Paliatif: Studi Deskriptif Tentang Implementasi Program Paliatif di Puskesmas Balongsari, Tandes, Surabaya. Administrasi Negara FISIP UNAIR. Osland Herijon Lingga, “Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Budaya Organisasi Serta Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Dan Reward Sebagai Variabel Moderating Pada Akademi Pariwisata (Akpar) Medan”, Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan (2011), hlm. 115 Jurnal
Rizki Saputro Utomo Yusuf, Interaksi Relawan Dan Pasien Paliatif (Studi Tentang Bentuk Interaksi Antar Relawan Dengan Pasien Paliatif Dalam Pendampingan Lanjutan Perawatan Paliatif Penyakit Kanker Di RSUD. Dr. Soetomo Surabaya) Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga, 2011 Internet http://rumahkanker.com/paliatif/perawatanpaliatif/24perawatan-paliatif-apa-sih pukul 17.00, 22 agustus 2015 World Bank, Agustus, 2015 http://www.worldbank.org/data pukul 16.00, 25 oktober 2015 http://dinkes.surabaya.go.id/portal/index.php/uptdinas/puskesmas/diakses 7 maret 2016 https://store.tempo.co/foto/detail/P3105201200106/tamanpaliatif-surabaya#.Vt7fFuYfcxI diakses 7 maret 2016 http://majalahkesehatan.com/perawatan-paliatif-perawatanyang-tidak-untuk-menyembuhkan/ diakses 7 maret 2016 http://www.edukia.org/web/kbanak/9-7-perawatan-paliatifdan-fase-terminal/ diakses 10 maret 2016
7