JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KECUKUPAN MODAL, KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF (KAP), DAN LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi pada Bank Umum Nasional yang terdaftar di BEI Periode 2008-2011) Febrianty Politeknik PalComTech Abstract This study entitled Effect Size Analysis Company, Capital Adequacy, Asset Quality (KAP), and the liquidity of the Financial Performance (Studies in National Commercial Bank listed on the Stock Exchange Period 2008-2011). The purpose of this study is : 1. to determine the effect of capital adequacy, KAP, and partial liquidity on Return On Assets (ROA), 2. to determine the effect of capital adequacy, KAP productive, and liquidity simultaneously on Return On Assets (ROA). This type of research in the form of empirical study. The population in this study were all commercial banks nationwide with sampling through purposive sampling to obtain the 8 banks that meet the characteristics of the samples have been determined. This study uses quantitative data. Methods of data collection in this study is library research methods and methods of documentation. Analysis techniques in this study is multiple regression analysis. During the observation period from 2008-2012, the largest CAR value in 2008 is owned by PT. Bank Pan Indonesia Tbk., While the smallest at. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. During the observation period from 2008-2012, the firm value is proxied by the biggest PPPAP in 2012 is owned by PT. Bank Pan Indonesia Tbk. While the smallest is owned by PT. Bank Mega Tbk. During the observation period from 2008-2012, showed that in 2010 the largest LDR is owned by PT. Bank Negara Indonesia Tbk., While the smallest in 2010 was PT. Bank Mega Tbk. During the observation period from 2008-2012, in 2011 the level of ROA largest owned by PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. and the smallest is PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. The test results for Capital Adequacy (CAR) had no significant effect on ROA company, with the direction of a positive relationship. Based on the results of statistical tests obtained value t = 1.023 and p = 0.313 (p > 0,05). Tests showed that the KAP (PPPAP) influence on ROA toward a positive relationship with the company, so that H2 is accepted. Based on the results of statistical tests obtained value t = 1,211 and p = 0.034 (p < 0,05). The test results indicate liquidity (LDR) had no significant effect on ROA company, with the direction of a negative relationship. Based on the results of statistical tests obtained value t = -0106 and p = 0.916 (p > 0.05) so that the H3 is rejected. Keywords : company size, capital adequacy, KAP, Liquidity, Financial Performance
PENDAHULUAN Pertengahan tahun 1990 sistem keuangan Indonesia masih didominasi oleh sektor perbankan. Komposisi penguasaan pangsa pasar berubah begitu memasuki tahun 1998 menyusul dikeluarkanya kebijakan pemerintah yang melikuidasi 16 bank swasta nasional nasional pada bulan November 1997 akibat krisis moneter. Namun tindakan pencabutan ijin usaha bank oleh pemerintah tidak berhenti sampai disitu, karena pada
282
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
tanggal 4 April 1998 pemerintah menghentikan operasi tujuh bank yang kinerjanya kurang baik dan tujuh bank lainnya ditempatkan dibawah pengawasan BPPN (Tarmidzi dan Wilyanto, 2003). Meski menghadapi tekanan akibat krisis keuangan global yang dampaknya semakin meluas, kinerja perbankan sepanjang tahun 2008 relatif stabil. Meningkatnya fungsi pengawasan dan kerjasama dengan otoritas terkait yang disertai penerbitan beberapa peraturan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah cukup efektif menjaga ketahanan perbankan dari dampak negatif gejolak pasar keuangan tersebut. Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank yang diteliti dalam penelitian ini adalah bank umum nasional. Alasan pemilihan bank umum nasional adalah bahwa profitabilitas pada bank umum nasional lebih berfluktuatif, dibandingkan dengan profitabilitas bank lain yang lebih bersifat homogen. Pengelolaan bank mempunyai dua tujuan yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang suatu bank adalah mencari keuntungan atau laba, sedangkan tujuan jangka pendek suatu bank adalah memenuhi cadangan minimum, pelayanan yang baik kepada langganan dan strategi dalam melakukan investasi (Nopirin, 1992:23). Suatu perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi seharusnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan secara transparan. Hal itu terlihat dari peningkatan aset perbankan komersial/umum menjadi 2,1% dari keseluruhan aset perbankan senilai Rp 50 triliun. Kredit yang disalurkan mencapai Rp 38 triliun dengan KUR (Kredit Usaha Rakyat) mencapai Rp 326 miliar. Sedangkan pembiayaan dari perbankan komersial/umum naik dari Rp 5 triliun pada tahun 2003 menjadi Rp 27,94 triliun pada tahun 2007, dan Rp 38,19 triliun pada tahun 2008. Berdasarkan prediksi Mc Kinsey tahun 2008, total aset pasar perbankan komersial/umum global pada tahun 2006 mencapai 0,75 miliar dolar AS. Diperkirakan pada tahun 2010 total aset mencapai satu miliar dolar AS. Perkembangan perbankan komersial/umum yang dilihat dari perkembangan total asset dan rata-rata rasio keuangan, Bank umum nasional dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini:
283
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Tabel 1. Total Asset dan Rata-rata Rasio Keuangan Bank Umum Nasional
Sumber : Statistik Perbankan Komersial/Umum, yang diolah 2010 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa total asset dan rasio keuangan Bank umum nasional berfluktuasi dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Perkembangan total asset tahun 2007 ke tahun 2008 tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar total aktiva yang merupakan salah satu alat ukuran perusahaan, akan meningkatkan ROA (Return On Assets). Pada tahun 2008 total asset BUS dan UUS (Bank umum nasional ) meningkat sebesar 13,017 miliar rupiah dari tahun 2007, namun ROA BUS dan UUS menunjukkan penurunan sebesar 0,65%. Begitu pula yang terjadi pada Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) seharusnya berbanding lurus dengan ROA, dimana apabila semakin tinggi CAR maka akan semakin baik kinerja suatu bank yang dalam hal ini diproksikan dengan ROA. CAR pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun 2006 sebesar 3,06%, namun ternyata pada tahun 2007 ROA meningkat sebesar 0,52% dari tahun 2006. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2009 dimana CAR turun sebesar 2,04% dari tahun 2008, tetapi ROA cenderung meningkat walaupun peningkatannya hanya sebesar 0,06% dari tahun 2008. Pembiayaan bermasalah yang diproksi dengan rasio NPF (Non Performing Financing) pada tabel 1.1 di atas juga kurang sesuai dengan teori, dimana semakin tinggi pembiayaan bermasalah (rasio NPF) seharusnya justru akan menurunkan ROA. Seperti pada tahun 2006, rasio NPF mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 1,93%, namun ROA mengalami peningkatan sebesar 0,2%. Tahun 2009 juga kembali terjadi ketidaksesuaian dengan teori dimana pada tahun 2009 pembiayaan bermasalah menunjukkan peningkatan sebesar 2,59% dari tahun 2008 yang diikuti dengan peningkatan rasio NPF sebesar 0,06% pada tahun 2009. Rasio likuiditas yang diproksikan dengan FDR (Financing to Deposit Ratio) juga menunjukkan arah yang berbeda dengan perkembangan rasio ROA (Return On Assets). Pada tahun 2008 FDR meningkat sebesar 3,89% dari tahun 2007, tetapi ROA menunjukkan penurunan sebesar 0,65%. Kondisi yang sama juga terjadi pada tahun 2009 dimana FDR mengalami penurunan sebesar 13,95% dari tahun 2008, namun ROA justru mengalami peningkatan sebesar 0,06% dari tahun 2008. Perkembangan perbankan nasional seperti yang telah diuraikan di atas tidak lepas dari peran pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan sektor perbankan yaitu Paket Deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 88) yang diperbaharui dengan paket deregulasi 29 Mei 1993. Pakto 88 ini antara lain berisi usaha yang harus dilakukan oleh sektor perbankan dalam peningkatan pengerahan dana
284
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
masyarakat dengan cara pendirian bank-bank baru atau pembukaan kantor-kantor cabang (Hastuti dan Kussudyarsana, 2007: 2). Kondisi persaingan antar bank yang begitu ketat dan ancaman likuidasi bagi bank-bank yang bermasalah membuat para bankir harus bekerja lebih keras untuk terus meningkatkan kinerjanya sehingga kesehatan bank dapat dijaga bahkan dipertahankan. Tingkat kesehatan bank merupakan suatu nilai yang harus dipertahankan oleh tiap bank, karena baik buruknya tingkat kesehatan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan pihak-pihak yang berhubungan dengan bank yang bersangkutan. Bank juga merupakan sebuah perusahaan, karena itu persoalan likuiditas dan solvabilitas adalah persoalan yang amat penting dan berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat, nasabah juga pemerintah. Oleh karena itu sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan publik terhadap kinerja perbankan. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi, dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Lemahnya kondisi bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau grup usaha sendiri serta modal yang tidak dapat meng-cover terhadap risiko-risiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja bank menurun. Penurunan kinerja bank dapat menurunkan pula kepercayaan masyarakat. Menurut Etty M. Naser dan Titik Aryati (2000:111) menyimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain: (1) Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan. (2) Dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran. (3) Semakin turunnya permodalan bank-bank dan bahkan diantaranya negative net worth, karena adanya kebutuhan pembentukan cadangan, negative spread, unprofitable, dan lain-lain. (4) Banyak bank tidak mampu menutup kewajibannya terutama karena menurunnya nilai tukar rupiah. (5) Pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). (6) Modal bank atau Capital Adequacy Ratio (CAR) belum mencerminkan kemampuan riil untuk menyerap berbagai risiko kerugian. (7) Manajemen tidak professional. (8) Moral hazard. Dendawijaya (2003:121) menyatakan bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return On Assets (ROA) dan tidak memasukkan unsur Return On Equity (ROE), hal ini dikarenakan Bank Indonesia, sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Ukuran profitabilitas Return On Equity (ROE) digunakan untuk perusahaan pada umumnya dan Return On Assets (ROA) pada industri perbankan. Return On Assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return On Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005: 85). Oleh karena itu, dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Alasan dipilihnya industri perbankan karena kegiatan bank sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Serta lebih dikhususkan pada perbankan komersial/umum karena penelitian tentang kinerja keuangan bank domestik masih jarang dilakukan. Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian
285
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998: 557). Sedangkan capital (modal) merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja bank. Besarnya suatu modal bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank (Mawardi, 2005: 87). Tingginya rasio capital dapat melindungi nasabah sehingga dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank (Werdaningtyas, 2002: 27). Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian Dietrich dan Wanzenried (2009) dimana kecukupan modal terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Namun hasil penelitian tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Almilia dan Herdaningtyas (2005) juga penelitian Limpphayom dan Polwitoon (2004) dimana CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank dalam bentuk rupiah maupun valuta asing, kredit yang diberikan, surat berharga yang diterbitkan serta penempatan pada bank lain. Simorangkir (2004: 141) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan bank untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Hasil penelitian Mabruroh (2004) menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perbankan yang diproksi dengan rasio Return On Assets (ROA). Akan tetapi penelitian tersebut kebanyakan masih berfokus pada bank konvensional, sedangkan yang menggunakan sampel perbankan syariah masih terbatas. Beberapa penelitian membuahkan hasil yang tidak konsisten. Adanya inkonsistensi hasil penelitian yang telah dilakukan dan adanya fenomena gap yaitu perbedaan perkembangan data keuangan dengan teori yang ada, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kinerja keuangan khususnya pada bank-bank umum nasional yang diproksi dengan rasio Return On Assets (ROA).
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Perbankan (Pengertian, Fungsi, dan Ruang Lingkup Usaha Bank) Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara umum, bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut undangundang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman (kredit) dan atau bentuk lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak. Menurut Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) dan kemudian menempatkannya
286
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
kembali pada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak (Taswan, 2006). Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya, 2005). Bank domestik adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan pada pemberian jasa dalam lalu lintas pembayaran (Awdeh, 2005). Perusahaan perbankan merupakan satu-satunya perusahaan yang mendapatkan jaminan dari pemerintah atas aktifitas usahanya. Dalam regulasi perbankan, bukan hanya produk dan layanan yang ditawarkan bank yang diregulasi, namun lembaga bank itu sendiri juga diatur dengan ketat. Regulasi yang sedemikian ketat perlu disusun mengingat kegagalan bank dapat memiliki dampak panjang yang mendalam terhadap perekonomian (Taswan, 2006). Sebagai lembaga keuangan, aset terbesar yang dimiliki oleh bank umum adalah aset finansial. Semakin besar aset yang dimiliki sebuah bank, biasanya porsi aktiva tetapnya semakin kecil. Fungsi dan peranan bank umum dalam perekonomian adalah (Manurung, 2004:135) : 1. Penciptaan Uang Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran melalui mekanisme pemindahbukuan (kliring). 2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran Mekanisme yang dilakukan oleh bank umum dalam transaksi pembayaran antara lain kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran dan lain-lain. 3. Penghimpunan Dana Simpanan Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri dari atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. 4. Mendukung kelancaran transaksi Internasional Bank umum sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. 5. Penyimpanan Barang-Barang dan Surat-Surat Berharga Penyimpanan barang-barang berharga adalah salah satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh bank umum. 6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya Saat sekarang ini peranan perbankan semakin luas dan memudahkan masyarakat dalam bertransaksi seperti adanya ATM, Kartu Kredit dan sebagainya. Mishkin (2001:8), secara sederhana menjelaskan bank sebagai lembaga keuangan yang menerima deposito dan memberikan pinjaman. Ia juga menjelaskan bahwa bank merupakan perantara keuangan (financial intermediaries), sehingga menimbulkan interaksi antara orang yang membutuhkan pinjaman untuk membiayai kebutuhan hidupnya, dengan orang yang memiliki kelebihan dana dan berusaha menjaga keuangannya dalam bentuk tabungan dan deposito lainnya di bank. Financial intermediation merupakan suatu aktivitas penting dalam perekonomian, karena ia menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak produktif kepada pihak yang produktif dalam mengelola dana. Selanjutnya, hal ini akan membantu mendorong perekonomian menjadi lebih efisien dan dinamis.
287
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Ketiga fungsi penting tersebut terkait dengan peran bank baik dari sisi mikro maupun makro. Dari sisi mikro, bank dibutuhkan sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan menyimpan dana, memperoleh kredit dan pembiayaan lain, maupun dalam melakukan berbagai transaksi ekonomi dan keuangan. Dari sisi makro, bank dibutuhkan karena peran pentingnya dalam proses penciptaan uang dan sistem pembayaran, serta dalam mendorong efektivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter dan efisiensi alokasi sumber dana dalam perekonomian (Warjiyo, 2006:431–433). Peran tersebut menempatkan bank sebagai lembaga keuangan yang berperan penting dalam pada sistem perekonomian kita. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Perbankan Pemilihan acuan yang digunakan dalam menyusun pedoman untuk industri perbankan didasarkan pada acuan-acuan yang relevan dengan industri perbankan. Adapun acuan-acuan tersebut adalah: 1. Peraturan Bank Indonesia (hingga akhir 2006). 2. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) yang berhubungan dengan akuntansi dan laporan keuangan. 3. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). 4. International Accounting Standard (IAS), Statement of Financial Accounting Standard (SFAS). 5. UU No. 7/92 yang direvisi dengan UU No.10/98 tentang Perbankan. 6. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan laporan keuangan. 7. Praktek-praktek akuntansi yang berlaku umum, kesepakatan antar negara, kebiasaan industri yang baru, dan standar akuntansi negara lain. Dalam hal terdapat perbedaan antara Peraturan Bank Indonesia, Bapepam dan LK dan PSAK dalam penyusunan laporan keuangan, maka acuan yang digunakan adalah peraturan Bapepam dan LK. Laporan Keuangan Bank Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yakni PSAK No. 31 Akuntansi Perbankan. Laporan keuangan bank terdiri atas: 1. Neraca 2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi 3. Laporan Laba Rugi 4. Laporan Arus Kas 5. Catatan atas Laporan Keuangan Penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu yang menyimpang dari SAK dan Pernyataan ini dapat dilaksanakan jika hal tersebut tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan bank. Sebaliknya apabila terdapat fakta atau pos tertentu yang belum diatur dalam SAK dan Pernyataan ini tetapi jumlahnya material, perlakuannya didasarkan pada praktek akuntansi yang lazim dan disajikan dalam suatu pos tersendiri. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sifat dan perkembangan bank dari waktu ke waktu, maka laporan keuangan disajikan secara komparatif untuk 2 (dua) tahun terakhir.
288
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Secara umum tujuan utama laporan keuangan memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan untuk pemambilan keputusan ekonomis (Tondowidjojo dan Purwaningsih, 2007:146). Laporan keuangan menunjukkan kondisi bank secara keseluruhan. Berdasarkan laporan tersebut akan terlihat bagaimana kondisi bank sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Analisis laporan keuangan adalah suatu analisis yang terdiri atas semua teknik yang digunakan oleh seluruh pemakai laporan keuangan untuk mengetahui hubungan-hubungan dalam laporan keuangan. Sedangkan menurut Bahtiar Usman (2003: 61), analisis laporan keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan. Tujuan analisis ini adalah untuk membantu memprediksi bagaimana prospek perusahaan di masa datang. Menurut Leopold A. Bernstein yang dikutip oleh Sinta Sudarini (2005: 198), analisis laporan keuangan merupakan suatu proses pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi saat ini dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan (Mahmud dan Abdul Halim, 2005). Zainudin dan Jogiyanto Hartono (1999: 68), menjelaskan SFAC No. 1 Objective of Financial Reporting by Business Enterprises (FASB 1978) bahwa tujuan pertama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditor, dan pemakai lainnya baik yang sekarang maupun potensial dalam pembuatan investasi, kredit, dan keputusan sejenis yang rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi untuk membantu para investor, kreditor, dan pemakai lainnya baik yang sekarang maupun yang potensial dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian dalam penerimaan kas dari deviden dan bunga di masa yang akan datang. Tujuan kedua pelaporan keuangan tersebut mengandung makna bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan resiko atas investasi yang dilakukan. SFAC No. 2 Qualitative Characteristics of Accounting Information menjelaskan bahwa salah satu karakteristik kualitatif yang harus dimiliki oleh informasi akuntansi agar tujuan pelaporan keuangan dapat tercapai adalah kemampuan prediksi. Hal ini menunjukkan bahwa informasi akuntansi seperti yang tercantum dalam pelaporan keuangan dapat digunakan oleh investor potensial dalam melakukan prediksi penerimaan deviden dan bunga di masa yang akan datang. Deviden yang akan diterima investor akan tergantung pada jumlah laba yang diperoleh perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, prediksi laba perusahaan dengan menggunakan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Menurut Mahmud dan Abdul Halim (2005), tujuan analisis laporan keuangan bagi investor atau calon investor dapat mengetahui tingkat keuntungan (return) yang diharapkan untuk masa mendatang relatif terhadap risiko perusahaan. Bagi kreditur untuk menilai kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang dibebankan. Bagi karyawan untuk memastikan apakah perusahaan atau perusahaan yang akan dimasuki mempunyai prospek keuangan yang bagus. Bagi pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang akan dibayar. Bagi manajemen untuk
289
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan pada masa datang. Kinerja Perbankan Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Rentabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam prosentase (Hasibuan, 2001). Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank (Dendawijaya, 2004:119). Faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank adalah manajemen. Seluruh manajemen suatu bank baik mencakup manajeman permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba perusahaan perbankan (Payamta dan Machfoedz, 1999). Analisis profitabilitas implementasinya adalah profitability ratio atau disebut juga dengan operating ratio. Salah satu rasio yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan yakni Return On Assets (ROA) yang biasanya disebut juga Return On Investment (ROI) (Mawardi, 2005:85). ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan (Mawardi, 2005:85). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi asset (Dendawijaya, 2004:120). Return On Assets (ROA) Dalam penelitian ini, ROA digunakan sebagai indikator performance atau kinerja bank. Menurut Riahi-Belkaoui seperti yang dikutip oleh Mawardi (2005:85), Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan-perusahaan multinasional khususnya dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan berinvestasi. ROA menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan asset yang dimiliki. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula ROA, yang berarti bahwa perusahaan semakin efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Mengukur tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi bank, karena rentabilitas (profitabilitas) yang tinggi merupakan tujuan setiap bank. Return On Assets (ROA) merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROA menggunakan laba sebagai salah satu cara untuk menilai efektivitas dalam penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba. laba sebelum pajak ROA = x 100% total aktiva ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan rata-rata total aktiva. Husnan dan Pudjiastuti (2002:120) menyatakan bahwa rasio rentabilitas ekonomi
290
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional. Bank dengan total asset relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total revenue yang relatif besar sebagai akibat penjualan produk yang meningkat. Dengan meningkatnya total revenue tersebut maka akan meningkatkan laba perusahaan sehingga kinerja keuangan akan lebih baik (Wisnu Mawardi, 2005: 84). Kecukupan Modal Modal merupakan aspek penting bagi suatu unit bisnis bank. Sebab beroperasi tidaknya atau dipercaya tidaknya suatu bank, salah satunya dipengaruhi oleh kondisi kecukupan modalnya. Penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan kemampuan permodalan dalam meng-cover risiko. 2. Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham. Dalam penelitian ini kecukupan modal diukur menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio atau perbandingan antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001) : mod al CAR = aktiva tertimbang menurut risiko ( ATMR ) Dalam prakteknya perhitungan CAR yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) tidaklah sederhana. Baik ATMR maupun modal bank memerlukan rincian dan kesamaan pengertian apa yang masuk sebagai komponen untuk menghitung ATMR dan bagaimana menghitungnya. Modal sendiri terdiri dari modal inti ditambah dengan pelengkap. ATMR dihitung dari aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif (tidak tercantum dalam neraca). Terhadap masing-masing pos dalam aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu atau golongan nasabah atau sifat agunan (Z. Dunil, dalam Ponttie Prananugraha 2007). Pada bank syariah perhitungan ATMR sedikit berbeda dengan bank konvensional. Aktiva pada bank syariah dibagi atas aktiva yang dibiayai dengan modal sendiri serta aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Muhammad, 2005). Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan hutang risikonya ditanggung modal sendiri, sedangkan yang didanai oleh rekening bagi hasil risikonya ditanggung oleh rekening bagi hasil itu sendiri. Pemilik rekening bagi hasil berhak menolak untuk menanggung risiko atas aktiva yang dibiayainya apabila kesalahan terletak pada pihak mudharib (bank).
291
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah ataupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dalam bentuk pembiayaan, piutang, qard, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif serta titipan sertifikat wadiah Bank Indonesia. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank. Kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur dan kemampuan membayar. Menurut Yunanto Adi Kusumo (2008: 112), ada empat macam aktiva produktif atau aktiva yang menghasilkan yaitu penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan. Perhitungan kualitas aktiva produktif (KAP) sangat berguna untuk mengetahui bagaimana pihak bank dapat mengelola aktiva yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menghasilkan pendapatan atau keuntungan semaksimal mungkin. Selain itu penilaian kualitas aktiva dimaksudkan untuk menilai kondisi asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul (Yunanto Adi Kusumo, 2008: 112). Perhitungan KAP (Kualitas Aktiva Produktif) bertujuan untuk mengukur kualitas aktiva produktif bank syariah. Adapun rasio untuk mengukur kualitas aktiva produktif (KAP) dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rasio PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif). Rasio PPAP menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menjaga kualitas aktiva produktif sehingga jumlah PPAP dapat dikelola dengan baik. Cakupan komponen aktiva produktif dan PPAP yang telah dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001): PPAP yang diberikan PPAP = x 100% total aktiva produktif Semakin tinggi prosentase rasio ini, semakin rendah kualitas aktiva produktif yang dimiliki oleh bank. (Hassan dan Bashir, 2003). Pembentukan PPAP merupakan salah satu upaya untuk membentuk cadangan dari kemungkinan tidak tertagihnya penempatan dana, sehingga PPAP merupakan beban bagi bank. Semakin besar PPAP menunjukkan kinerja dari aktiva produktif semakin menurun sehingga berakibat menurunkan ROA (Muljono, 1999).
Likuiditas Simorangkir (2004: 141) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan bank untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Secara lebih spesifik likuiditas adalah kesanggupan bank menyediakan alat-alat guna pembayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman (loan) kepada masyarakat yang memerlukan. Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: 1. Kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan.
292
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
2. Kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uang yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya, 2003). Menurut Dahlan Siamat (1999: 102), suatu bank dianggap likuid jika mempunyai sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya, mempunyai likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat-surat berharga yang dapat segera dialihkan menjadi kas, dan mempunyai kemampuan mendapatkan likuiditas dengan cara menciptakan utang. Sedangkan menurut Yunanto Adi Kusumo (2008: 113), suatu bank dinyatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi kewajiban hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Lebih banyak penelitian menggunakan obyek bank konvensional, sehingga rasio yang sering digunakan dengan istilah Loan yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR). total kredit LDR = x100% total dana pihak ketiga Pengaruh Kecukupan Modal terhadap Return On Assets (ROA) Modal bank merupakan “engine” dari pada kegiatan bank, apabila kapasitas mesinnya terbatas maka sulit bagi bank tersebut untuk meningkatkan kapasitas usahanya khususnya dalam penyaluran kredit. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari bank sumber-sumber diluar bank (Almilia dan Herdiningtyas, 2005: 12). Sedangkan menurut Yunanto Adi Kusumo (2008: 112), rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula digunakan untuk mengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kakayaan yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya. Pengaruh Likuiditas terhadap Return On Assets (ROA) Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar (Dendawijaya dalam Ahmad Yazid, 2009). Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar sehingga laba akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk LDR yang baik adalah 80% sampai dengan 110%. Apabila LDR suatu bank berada di atas atau di bawah dari batas yang ditetapkan oleh BI, maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Oleh karena
293
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Peningkatan kinerja likuiditas juga harus diwaspadai oleh manajemen bank, karena jika likuiditas yang dimiliki terlalu banyak akan menyebabkan terjadinya ketimpangan yang cukup besar antara simpanan dana pihak ketiga dengan pembiayaan yang disalurkan sehingga akan mengakibatkan bank menjadi tidak kompetitif lagi (Yunanto Adi Kusumo, 2008: 126). METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini berupa studi empiris, yaitu suatu jenis penelitian dengan mempelajari buku-buku, jurnal dan catatan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Dari hasil studi ini diharapkan akan diperoleh informasi dan data yang relevan serta akurat yang berkaitan dengan penelitian ini. Ruang Lingkup Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. 1. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan/dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu variabel Return On Assets (ROA) yang merupakan indikator performance atau kinerja bank. 2. Variabel Independen Penelitian ini menggunakan beberapa variabel independen yang terdiri dari kecukupan modal yang diproksi menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang diproksi dengan rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) terhadap total aktiva produktif, dan likuiditas yang diproksi menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Definisi Operasional Variabel Penelitian Kinerja Keuangan Menurut Riahi-Belkaoui seperti yang dikutip oleh Mawardi (2005: 85), Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan-perusahaan multinasional khususnya dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan berinvestasi. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2004: 120). ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Werdaningtyas (2002), Mawardi (2005), dan Bank Indonesia, 2001) : laba sebelum pajak ROA = x100% total aktiva Kecukupan Modal Menurut Dendawijaya (2003), Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Rasio
294
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
ini memperlihatkan seberapa besar jumlah aktiva yang sebagian besar mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001): mod al CAR = x100% aktiva tertimbang menurut risiko
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Penilaian kualitas aktiva dimaksudkan untuk menilai kondisi aset suatu bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan yang akan muncul. Adapun rasio untuk mengukur kualitas aktiva adalah dengan menggunakan rasio kualitas aktiva produktif (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001): PPAP yang diberikan PPPAP = x 100% total aktiva produktif Likuiditas Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menyediakan alat likuid untuk memenuhi dana yang ditarik oleh masyarakat. Semakin tinggi presentasenya, semakin likuid bank tersebut (Hassan dan Bashir, 2003). Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001): total kredit LDR = x100% total dana pihak ketiga Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2002: 72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum nasional. Sampel didefinisikan sebagai bagian atau keseluruhan populasi dengan metode tertentu sebagai bagian atau keseluruhan populasi dengan metode tertentu sebagai bagian representatif dari populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang didasakan pada beberapa pertimbangan atau kriteria tertentu. Dalam teknik ini, sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Seluruh bank umum nasional yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2011. 2) Seluruh bank umum nasional yang terdaftar secara konsisten di BEI dan tidak melakukan merger dan akusisi selama periode 2008-2011. 3) Seluruh bank umum nasional yang terdaftar secara konsisten di BEI yang memiliki rata-rata ROA positif selama periode 2008-2011. 4) Seluruh bank umum nasional yang terdaftar secara konsisten di BEI yang memiliki rata-rata ROA positif dan di atas 1,25% selama periode 2008-2011.
295
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Setelah diadakan penyaringan sesuai kriteria tersebut didapatkan gambaran sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel No 1 2
3
4
Keterangan Seluruh bank umum nasional yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2011. Seluruh bank umum nasional yang terdaftar secara konsisten di BEI dan tidak melakukan merger dan akusisi selama periode 2008-2011. Seluruh bank umum nasional yang terdaftar secara konsisten di BEI yang memiliki rata-rata ROA positif selama periode 2008-2011. Seluruh bank umum nasional yang terdaftar secara konsisten di BEI yang memiliki rata-rata ROA positif dan di atas 1,25% selama periode 2008-2011. Sampel
Jumlah 32 12
8
4
8
Sumber: Diolah dari data sekunder
Menunjukkan bahwa dari 32 bank umum nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2011 hanya terdapat 8 perusahaan yang memenuhi karakteristik sampel yang telah ditentukan. Adapun sampel penelitian tersebut sebagai berikut: Tabel 2. Nama-nama Sampel Bank Umum Nasional No. Nama Bank Umum Nasional 1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. 2.
PT. Bank Danamon Tbk.
3.
PT. Bank Pan Indonesia Tbk.
4.
PT. Bank Mandiri Tbk.
5. 6.
PT. Bank Bukopin, Tbk. PT. Bank Mega Tbk.
7.
PT. Bank Negara Indonesia Tbk.
8.
PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk.
Sumber: www.bei.go.id
Jenis dan Sumber data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi berupa publikasi. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam skala numerik (Kuncoro, 2001). Data kuantitatif yang diperoleh meliputi laporan keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., PT. Bank Danamon Tbk., PT. Bank Pan Indonesia Tbk., PT. Bank Mandiri Tbk., PT. Bank Bukopin, Tbk., PT. Bank Mega Tbk., PT. Bank Negara Indonesia Tbk., dan PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk, dari periode kuartal pertama tahun 2008 sampai tahun 2011. Sumber data
296
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Umum Nasional dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka dan metode dokumentasi. Metode studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data informasi dari artikel, jurnal, literatur, dan hasil penelitian terdahulu yang digunakan untuk mempelajari dan memahami literatur yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian. Metode dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yang diperoleh dari laporan keuangan bank yang menjadi sampel penelitian ini. Metode Analisis Data Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtoris dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2006:19).
Uji Asumsi Klasik Penulis melakukan Uji Asumsi Klasik yakni: Uji Multikolonieritas, Uji autokorelasi, Uji heterokedastisitas, dan Uji normalitas. Analisis Regresi Linear Berganda Adapun model dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e Dimana : Y : ROA (Return On Assets) a : konstanta persamaan regresi β1 – β5 : koefisien variabel independen X1 : Kecukupan Modal (CAR) X2 : KAP (PPPAP) X3 : Likuiditas (LDR) e : Variabel pengganggu atau faktor-faktor di luar variabel yang tidak dimasukkan sebagai variabel model di atas (kesalahan residual). Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Pengujian Hipotesis Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai koefisien determinan (R2), nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah
297
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima (Ghozali, 2006: 87). Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau : H0 : b1 = b2 =……= bk = 0 Artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: Ha : b1 ≠ b2 ≠……≠ bk ≠ 0 Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006: 88). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali, 2006: 88) : 1. Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesis sebagai berikut (Ghozali, 2006: 88) : a. Hipotesis nol atau H0 : bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Hipotesis alternatif atau Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila t hitung > t tabel maka menolak H0 dan menerima Ha (Sulaiman, 2004: 43), artinya ada pengaruh antara variabel dependen terhadap variabel independen dengan derajat keyakinan yang digunakan 5%, dan sebaliknya jika t hitung < t tabel berarti menerima H0 dan menolak Ha. Dalam menerima atau menolak hipotesis yang diajukan dengan melihat hasil output SPSS, kita dapat hanya melihat nilai dari signifikan uji t masing-masing variabel. Jika nilai signifikan < 0,05 maka dapat kita simpulkan bahwa menolak H0 dan menerima Ha (Ghozali, 2006: 89). HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Data Penelitian Statistik deskriptif untuk masing-masing variabel yaitu : kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, dan likuiditas serta Return On Assets (ROA) disajikan pada tabel 4.1. Statistik deskriptif ini berfungsi untuk memberikan gambaran umum tentang data yang akan digunakan sebagai dasar untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Berdasarkan
298
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
statistik deskriptif dapat diketahui karakteristik sampel yang digunakan meliputi nilai terendah, tertinggi, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Berikut data hasil statistik deskriptif : Tabel 3. Deskriptif Statistik N
Terendah
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
40
-1.71
4.33
2.0755
1.21956
CAR
40
7.70
104.00
21.2535
23.62356
LDR
40
52.39
111.69
73.8995
12.82711
PPPAP
40
.00
5.63
1.8500
1.61324
Valid N (listwise)
40
Sumber: data diolah Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 40 data. Terangkum pula nilai terendah, tertinggi, rata-rata dan standar deviasi dari data yang kita gunakan. Nilai standar deviasi di atas dianggap cukup baik karena tidak terlalu besar. Hal ini cukup membantu untuk melakukan penelitian lanjutan. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa n atau jumlah total data pada setiap variabel yaitu 40 buah yang berasal dari 8 sampel bank umum nasional yang terdaftar di BEI periode tahun 2008 sampai tahun 2012. Variabel Return On Assets (ROA) mempunyai nilai terendah -1.71% dan nilai tertinggi sebesar 4.33%. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai mean-nya menunjukkan rendahnya variasi antara nilai tertinggi dan terendah selama periode pengamatan, atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup besar dari Return On Assets (ROA) terendah dan tertinggi. Berdasarkan data pada tabel 3 di atas juga didapatkan gambaran mengenai Variabel kecukupan modal yang diproksi dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai nilai terendah 7.70 % dan nilai tertinggi sebesar 104%. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih besar dari nilai meannya menunjukkan tingginya variasi antara nilai tertinggi dan terendah selama periode pengamatan, atau dengan kata lain ada kesenjangan yang cukup besar dari variabel kecukupan modal terendah dan tertinggi. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) mempunyai nilai terendah 0.00% dan nilai tertinggi sebesar 5.63%. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai mean-nya menunjukkan rendahnya variasi antara nilai tertinggi dan terendah selama periode pengamatan, atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup besar dari kualitas aktiva produktif (KAP) terendah dan tertinggi. Variabel likuiditas yang diproksi dengan Loan to Deposit Rasio (LDR) mempunyai nilai terendah 52.39% dan nilai tertinggi sebesar 111.69%. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai mean-nya menunjukkan rendahnya variasi antara nilai tertinggi dan terendah selama periode pengamatan, atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup besar dari likuiditas terendah dan tertinggi. Gambaran Perkembangan Kecukupan Modal Perusahaan Sampel Tahun 2008-2012 Adapun tabel 4 di bawah ini akan menyajikan perkembangan kecukupan modal atau CAR masing-masing perusahaan sampel pada tahun 2008-2012.
299
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Tabel 4. Perkembangan Kecukupan Modal Perusahaan Sampel Periode 2008-2011 No Nama emiten Kecukupan Modal/CAR 2008 2009 2010 2011 2012 1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), 11,30 10,50 13,76 14,96 16,95 Tbk. 2. PT. Bank Danamon 14,90 23,60 21,00 25,00 27,50 Tbk. 3. PT. Bank Pan 104,00 21,53 16,65 17,45 16,59 Indonesia Tbk. 4. PT. Bank Mandiri 14,10 98,60 102,40 10,30 10,20 Tbk. 5. PT. Bank Bukopin, 11,19 14,37 11,82 12,71 16,34 Tbk. 6. PT. Bank Mega Tbk. 9,80 7,70 18,01 15,03 16,83 7. 8.
PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. tertinggi terendah
13,47
13,78
10,00
17,63
16,67
9,40
9,10
9,60
11,00
14,40
104 9,4
98,6 7,7
102,4 9,6
25 10,3
27,5 10,2
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4 di atas terlihat bahwa kinerja keuangan perbankan yang ditunjukkan dengan kecukupan modal selama periode pengamatan tahun 2008-2012 berfluktuatif. Rasio kecukupan modal atau modal untuk rasio aset berbobot risiko adalah suatu cara untuk mengukur modal bank, yang ditunjukkan sebagai pembukaan kredit berbobot risiko bank. Rasio ini digunakan untuk melindungi depositor dan menaikkan stabilitas dan efisiensi sistem keuangan di seluruh dunia. Nilai ini dinyatakan sebagai persentase, itu adalah ukuran dari kemampuan bank untuk menopang dirinya sendiri terhadap risiko kerugian yang timbul dari risiko kredit, risiko keuangan dan risiko operasional yang terkait dengan usahanya. Hal ini diperlukan oleh undang-undang setiap negara, bahwa jumlah minimal yang harus dijaga oleh setiap bank. Setiap negara memiliki nilai yang ditetapkan berbeda untuk CAR dan perlu dipertahankan. Nilai CAR terbesar pada tahun 2008 adalah dimiliki oleh PT. Bank Pan Indonesia Tbk. sedangkan yang terkecil pada PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. Nilai CAR tahun 2009 yang terbesar adalah dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk., sedang yang terkecil pada PT. Bank Mega Tbk. Tahun 2010 yang terbesar nilai CAR-nya adalah PT. Bank Mandiri Tbk. sedangkan yang terkecil adalah PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. Pada tahun 2011 nilai CAR yang terbesar adalah dimiliki oleh PT. Bank Danamon Tbk., sedangkan yang terkecil pada PT. Bank Mandiri Tbk. Tahun 2012, nilai CAR terbesar adalah dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk. Gambaran Perkembangan KAP Perusahaan Sampel Tahun 2008-2011
300
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Adapun tabel 5 di bawah ini akan menyajikan perkembangan KAP masing-masing perusahaan sampel pada tahun 2008-2012. Tabel 5. Perkembangan KAP Perusahaan Sampel Periode 2008-2012 No KAP/ PPPAP Nama emiten 2008 2009 2010 2011 2012 1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), 3,73 4,39 2,00 1,79 1,55 Tbk. 2. PT. Bank Danamon 2,73 3,53 0,12 0,12 0,13 Tbk. 3. PT. Bank Pan 2,49 2,14 4,53 5,33 5,63 Indonesia Tbk. 4. PT. Bank Mandiri 4,06 3,90 0,61 0,54 0,46 Tbk. 5. PT. Bank Bukopin, 1,42 1,22 1,25 1,03 0,96 Tbk. 6. PT. Bank Mega Tbk. 0,84 0,92 0,00 0,00 0,00 7. PT. Bank Negara 3,56 3,62 1,09 1,18 1,41 Indonesia Tbk. 8. PT. Bank Bumiputera 2,35 2,65 0,18 0,25 0,29 Indonesia Tbk. tertinggi 4,06 4,39 4,53 5,33 5,63 terendah 0,84 0,92 0,00 0,00 0,00 Sumber: data diolah
Dalam usaha menanamkan dana tersebut mengundang resiko dimana tidak terbayar kembali atas kredit yang telah diberikan. Sementara itu penanaman dalam bentuk kredit merupakan bagian terbesar dari aktiva operasional dan aktiva secara keseluruhan. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada bagian kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivas operasional perusahaan. Mungkin pula berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat penggunaan proses produksi alternatif. Sesuai dengan namanya aktiva produktif (earning assets) adalah aktiva yang menghasilkan suatu kontribusi pendapatan bagi bank. Berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia NO. 23/81/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991, jo SE Direksi Bank Indonesia NO. 26/ 22/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993, jo SK Direksi Bank Indonesia No. 30/ 267/KEP/DIR tanggal 27 Pebruari 1998, tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Cadangan, dijelaskan bahwa formula untuk memberikan penilaian atas Kualitas Aktiva Produktif yang hal kredit dan memiliki tingkat produktifitas dalam menghasilkan suatu pendapatan bagi bank yaitu bunga. Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa kinerja keuangan yang ditunjukkan dengan KAP selama periode pengamatan tahun 2008-2012 berfluktuatif untuk 8 bank
301
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
umum nasional yang terdaftar di BEI. Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2008-2012 kualitas aktiva produktif yang terkecil berturut-turut adalah dimiliki oleh PT. Bank Mega Tbk. Sedangkan kualitas aktiva produkti terbesar pada tahun 2008 adalah PT. Bank Mandiri Tbk., tahun 2009 adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2010-2012 adalah berturut-turut pada PT. Bank Pan Indonesia Tbk. Gambaran Perkembangan Likuiditas Perusahaan Sampel Tahun 2008-2012 Adapun tabel 6 di bawah ini akan menyajikan perkembangan likuiditas yang diproksikan dengan LDR masing-masing perusahaan sampel pada tahun 2008-2012. Tabel 6. Perkembangan Likuiditas Perusahaan Sampel Periode 2008-2012 No Nama emiten Likuiditas/LDR 2008 2009 2010 2011 2012 1. PT. Bank Rakyat Indonesia 73,10 70,90 67,10 67,10 72,50 (Persero), Tbk. 2. PT. Bank 81,30 82,20 87,20 89,30 87,60 Danamon Tbk. 3. PT. Bank Pan 69,80 66,50 67,60 73,50 79,60 Indonesia Tbk. 4. PT. Bank Mandiri 53,10 55,30 61,90 73,10 79,10 Tbk. 5. PT. Bank 75,80 70,80 67,10 79,50 76,60 Bukopin, Tbk. 6. PT. Bank Mega Tbk. 62,90 56,82 56,03 63,75 52,39 7. 8.
PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. tertinggi terendah
68,61
64,06
111,69
107,33 71,90
83,90
82,10
83,60
77,10
83,90 53,10
82,20 55,30
111,69 56,03
107,33 87,60 63,75 52,39
86,20
Sumber: data diolah
Kalangan bankir menilai tingkat Loan to Deposit Raatio (LDR) yang ideal sekitar 90% hingga 100%, sementara rasio kredit dan dana yang tinggi akan berbahaya bila kondisi ekonomi makro kurang baik. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Semakin tinggi rasio tersebut, maka makin rendah likuiditas bank tersebut. Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasiatau kegiatan usahanya. Dengan kata lain LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui
302
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
tingkat kerawanan suatu bank. Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa rasio keuangan likuiditas perbankan yang diproksikan dengan tingkat LDR, terlihat bahwa tingkat likuiditas untuk masing-masing perusahaan selama periode pengamatan berfluktuatif. Nilai LDR terkecil tahun 2008-2009 berturut-turut dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk., sedangkan yang terbesar untuk tahun 2008-2009 adalah PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. Tahun 2010-2011 tingkat LDR terbesar dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia Tbk., sedangkan yang terkecil tahun 2010-2011 adalah PT. Bank Mega Tbk. Tahun 2012, tingkat LDR terbesar adalah PT. Bank Danamon Tbk., sedangkan yang terkecil adalah PT. Bank Mega Tbk. Gambaran Perkembangan ROA Perusahaan Sampel Tahun 2008-2012 Adapun tabel 7 di bawah ini akan menyajikan perkembangan ROA masing-masing perusahaan sampel pada tahun 2008-2012. Tabel 7.Perkembangan ROA Perusahaan Sampel Periode 2008-2012 No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama emiten 2008
2009
ROA 2010
3,59
3,12
3,69
3,99
4,33
2,50
2,40
3,39
3,25
3,52
1,79
1,81
1,74
2,19
1,73
2,25
2,74
3,11
2,99
3,23
PT. Bank Bukopin, Tbk. PT. Bank Mega Tbk.
1,69
1,40
1,40
1,64
1,29
1,94
1,61
2,02
1,92
2,09
PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. tertinggi
0,96
1,51
2,21
2,49
2,67
0,09
0,16
0,2
-1,71
0,08
3,59
3,12
3,69
3,99
4,33
terendah
0,09
0,16
0,20
-1,71
0,08
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Pan Indonesia Tbk. PT. Bank Mandiri Tbk.
2011
2012
Sumber: data diolah
Tingkat ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka makin besar tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan assets. Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan dengan proksi ROA, terlihat bahwa tingkat ROA untuk masing-masing perusahaan selama periode pengamatan berfluktuatif. Tahun 2008-2012 tingkat ROA terbesar dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. secara berturut-turut. Sedangkan yang terkecil secara berturut-turut dari tahun 2008-2011 adalah PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk., bahkan
303
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
pada tahun 2011 tingkat ROA adalah -1,71%. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen keduanya memiliki distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah data normal atau mendekati normal. Caranya adalah dengan normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal. Data yang normal atau mendekati distribusi normal memiliki bentuk seperti lonceng. Alat analisis yang digunakan dalam uji ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan koreksi Lilliefors. Pengambilan keputusan mengenai normalitas adalah sebagai berikut : a. Jika p < 0,05 maka distribusi data tidak normal b. Jika p > 0,05 maka distribusi data normal Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Normalitas P-Plot dan grafik histogram digambarkan dalam gambar1 dan gambar 2 berikut ini:
Gambar 1. Uji Normalitas P-Plot
304
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Gambar 2. Grafik Histogram Berdasarkan grafik histogram di atas model regresi cenderung membentuk kurva normal yang cembung dengan angka standar deviasi mendekati satu yaitu sebesar 0,961 dan pada normal probability plot mengikuti garis diagonal. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal. Hasil Uji Asumsi Klasik Pengujian Asumsi Klasik Analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Sebelum digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu model regresi yang diperoleh dilakukan uji normalitas data dan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedositas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Dan jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas (Ghozali, 2006). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y’ adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-standardized (Ghozali, 2001). Hasil deteksi dengan melihat scatterplot disajikan dalam gambar 4.3. di bawah ini:
305
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan Gambar 3 terlihat titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dan juga terlihat titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t1 (sebelumnya) (Ghozali, 2006). Alat analisis yang digunakan adalah uji Durbin – Watson Statistik. Untuk mengetahui terjadi atau tidak autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik hitung Durbin-Watson pada perhitungan regresi dengan statistik tabel Durbin-Watson pada tabel. Hasil uji autokorelasi Durbin Watson yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Tabel 9. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson) Std. Error of the Model 1
R
R Square a
.184
Adjusted R Square
.034
-.047
Estimate 1.24777
Durbin-Watson 1.207
a. Predictors: (Constant), LDR, PPPAP, CAR b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 9 dimana pada hasil tersebut diperoleh nilai DW sebesar 1.207. Sedangkan berdasarkan tabel Durbin Watson, nilai dl yaitu sebesar 1.2848 dan du sebesar 1.7209. Oleh karena nilai DW 1.207 kurang dari batas atas (du) 1.7209 dan lebih dari dL sebesar 1.2848, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi autokorelasi. Multikoliniearitas Multikoliniearitas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen. Uji Multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali,
306
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
2001). Pada program SPSS, ada beberapa metode yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas. Salah satunya adalah dengan cara mengamati nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance Batas dari VIF adalah 10 dan nilai dari Tolerance adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance kurang dari 0,1 maka terjadi multikoliniearitas. Bila ada variabel independen yang terkena multikoliniearitas, maka penanggulangannya adalah salah satu variabel tersebut dikeluarkan (Ghozali, 2006). Adapun hasil pengujian dengan SPSS 16.0 untuk mendeteksi terjadinya gejala multikolinearitas disajikan sebagai berikut: Tabel 10. Hasil Uji Multikoliniearitas Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) CAR
.947
1.056
PPPAP
.973
1.027
LDR
.928
1.077
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 10 menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tolerance yang lebih dari 0,1 dan nilai VIF yang kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinearitas dalam model regresi. Pengujian-pengujian di atas telah membuktikan kalau data yang akan digunakan telah memenuhi syarat normalitas, tidak ada heteroskedastisitas, tidak ada autokorelasi, dan bebas multikolinearitas. Dengan 4 pengujian pendahuluan ini, maka pengujian atas persamaan multiple regression dapat dilakukan dengan hasil yang akurat. Analisis Regresi dan Hasil Pengujian Hipotesis Regresi adalah hubungan fungsional yang terjadi antara satu atau lebih variabel dependen dengan variabel independen, agar dapat diketahui nilai duga rata-rata variabel dependen atas pengaruh variabel independen tersebut. Dalam penelitian ini digunakan model regresi linier berganda. Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan program pengolah data statistik. Analisis regresi linier digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas (Ghozali, 2006). Adapun hasil pengolahan data sebagi berikut : Tabel 11. Hasil Analisis Regresi Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Beta
1.964
1.315
CAR
.009
.009
PPPAP
.026
.126
-.002
.016
LDR
Standardized Coefficients t
Sig.
1.494
.144
.172
1.023
.313
.035
1.211
.034
-.018
-.106
.916
a. Dependent Variable: ROA
Model persamaan regresi linier berganda dan hasil analisis yang diperoleh adalah: ROA = 1.964 + 0.009 (CAR) + 0.026 (PPPAP) – 0.002 (LDR) + e
307
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa ROA perusahaan dipengaruhi oleh CAR, PPPAP, dan LDR. Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Nilai konstanta bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa jika tidak ada pengukuran CAR, PPPAP, dan LDR maka nilai ROA perusahaan akan sebesar 1.964. Artinya ROA sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan asset. b. Nilai koefisien CAR yang menunjukkan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dan dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dan sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. Rasio ini merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dan kerugian - kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Nilai koefisien ini bernilai positif sebesar 0.009 dan tidak signifikan, artinya jika CAR meningkat 1%, maka tingkat ROA perusahaan akan meningkat sebesar 0.009 atau 9% begitu juga sebaliknya. c. Nilai koefisien PPPAP sebagai proksi dari kualitas aktiva produktif adalah earnings asset quality yaitu tolok ukur untuk menilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif (pokok termasuk bunga) berdasarkan kriteria tertentu; di Indonesia, kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan tingkat ketertagihannya, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan, atau kredit macet. Nilai koefisien ini bernilai positif dan signifikan sebesar 0.26 artinya jika tingkat PPPAP meningkat sebesar 1%, maka tingkat ROA perusahaan akan meningkat sebesar 0.26% atau 2.6% begitu juga sebaliknya. d. Nilai koefisien LDR yang merupakan rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwasuatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Nilai koefisien ini bernilai negatif sebesar -0.002 dan tidak signifikan, artinya jika tingkat LDR perusahaan meningkat sebesar 1%, maka ROA perusahaan akan menurun sebesar -0.002 atau 2%, begitu juga sebaliknya. Hasil Pengujian Hipotesis (Uji F) Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil pengujian simultan diperoleh sebagai berikut: Tabel 12. Hasil Uji F Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
1.957
3
.652
Residual
56.049
36
1.557
Total
58.006
39
308
Sig. 1.419
.040a
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011) Model
Sum of Squares
1
Regression
df
Mean Square
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
F
1.957
3
.652
Residual
56.049
36
1.557
Total
58.006
39
Sig. .040a
1.419
a. Predictors: (Constant), LDR, PPPAP, CAR b. Dependent Variable: ROA
Hasil pengolahan data terlihat bahwa variabel independen mempunyai signifikansi F hitung sebesar 1.419 dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yakni 0,040. Dengan demikian hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, dan likuiditas berpengaruh secara simultan (serempak) terhadap Return On Assets (ROA) bank umum nasional yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. Pengujian Determinan (R2) Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Dan berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (adjusted R2) diperoleh hanya sebesar 0.034 atau 3.4%. Hal ini menunjukkan bahwa 3.4% tingkat ROA perusahaan dipengaruhi oleh variabel kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, dan likuiditas. Sedangkan sisanya sebesar 96.6% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Hasil Uji Determinasi Model
R
R Square .184a
1
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
.034
-.047
Durbin-Watson
1.24777
1.207
a. Predictors: (Constant), LDR, PPPAP, CAR b. Dependent Variable: ROA
Hasil Pengujian Hipotesis (Uji Statistik t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2001). Hasil pengujian analisis regresi sebagaimana pada lampiran diketahui nilai t hitung pada Tabel 14 sebagai berikut: Tabel 14. Hasil Uji Statistik t Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant)
Std. Error 1.964
1.315
CAR
.009
.009
PPPAP
.026
.126
-.002
.016
LDR
309
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta 1.494
.144
.172
1.023
.313
.035
.211
.034
-.018
-.106
.916
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) CAR PPPAP LDR
Std. Error 1.964
1.315
.009
.009
.026
.126
-.002
.016
Standardized Coefficients
t
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Sig.
Beta 1.494
.144
1.023
.313
.035
.211
.034
-.018
-.106
.916
.172
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan hasil Uji t, maka dapat diambil keputusan berdasarkan Pengujian terhadap variabel ROA perusahaan. Secara keseluruhan hasil uji t menunjukkan bahwa hanya variabel PPPAP sebagai proksi atas kualitas aktiva produktif yang berpengaruh terhadap Tingkat ROA bank umum nasional yang terdaftar di BEI periode 2008-2012. Sedangkan kecukupan modal dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap ROA perusahaan. Pembahasan Hasil Hasil penelitian dengan berbagai pengujian yang dilakukan menyatakan kesimpulan akhir seperti disajikan dalam tabel 15 berikut ini: Tabel 15. Hasil Analisis Regresi Variabel CAR (X1)
Koefisien T p (sig) 1.023 0.313 0.009 PPPAP (X2) 0.026 1.211 0.034 LDR (X3) -0.002 -0.106 0.916 R Square = 0.034 F= 1.419 p (sig) = 0.040 Konstanta = 1.964 ROA = 1.964 + 0.009 (CAR) + 0.026 (PPPAP) – 0.002 (LDR)
Konfirmasi sig. Tidak Signifikan Signifikan Tidak signifikan
Sumber: data diolah
Berdasarkan pada hasil pengolahan data dan analisis statistik dengan model regresi berganda, maka sebagai upaya pendalaman dalam pembahasan ini yang dikaitkan dengan perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan maka berikut ini merupakan uraian pembahasannya. Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai adjusted R2. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (adjusted R2) diperoleh hanya sebesar 0.034 atau 3.4%. Hal ini menunjukkan bahwa 3.4% tingkat ROA perusahaan dipengaruhi oleh variabel kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, dan likuiditas. Sedangkan sisanya sebesar 96.6% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil pengolahan data terlihat bahwa variabel independen kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, dan likuiditas mempunyai signifikansi F hitung sebesar 1.419 dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, dan likuiditas berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap ROA bank umum nasional yang terdaftar di BEI periode 2008-2012.
310
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Tingkat ROA Perusahaan Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya kecukupan modal bank (CAR) belum tentu menyebabkan besar kecilnya keuntungan bank. Bank yang memiliki modal besar namun tidak dapat menggunakan modalnya itu secara efektif untuk menghasilkan laba, maka modal yang besar pun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank (Sutedja, 2008: 67). Tidak berpengaruhnya modal terhadap ROA dapat disebabkan karena bank-bank yang beroperasi pada tahun tersebut tidak mengoptimalkan modal yang ada. Hal ini terjadi karena peraturan Bank Indonesia yang mensyaratkan CAR minimal sebesar 8% mengakibatkan bank-bank selalu berusaha menjaga agar CAR yang dimiliki sesuai dengan ketentuan. Namun bank cenderung menjaga CAR-nya tidak lebih dari 8%. Menurut Mawardi (2005: 91), jika CAR lebih dari 8%, maka ini berarti idle money atau bahkan pemborosan, karena sebenarnya modal utama bank adalah kepercayaan, sedangkan CAR 8% hanya dimaksudkan Bank Indonesia untuk menyesuaikan kondisi dengan perbankan internasional sesuai BIS (Bank for International Settlements). Jadi secara realitas bisnis dapat saja bahwa bank yang profitable tidak hanya sekedar memiliki CAR 8%, namun yang lebih penting ada kepercayaan masyarakat (Wisnu Mawardi, 2005: 91). Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan juga disebabkan adanya jaminan pemerintah terhadap dana yang disimpan di bank. Lebih dari pada itu, jika dilihat kondisi empiris dari obyek penelitian maka akan tampak bahwa sebagian besar bank mempunyai CAR diatas 8% bahkan sampai melebihi angka 20%. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan modal untuk mengantisipasi perkembangan skala usaha yang berupa ekspansi kredit (pembiayaan) atau pinjaman yang diberikan. Namun pada kenyataannya sampai saat ini bank belum dapat melempar pinjaman/pembiayaan sesuai dengan yang diharapkan, atau dengan kata lain fungsi intermediasi masih belum optimal, dimana dana pihak ketiga yang berupa simpanan dana masyarakat oleh bank dibelikan Sertifikat Bank Indonesia dimana ATMR SBI oleh bank adalah 0. Dengan demikian ATMR bank relatif kecil sehingga Capital Adequacy Ratio (CAR) tetap besar (Mawardi, 2005: 91). Menurut Noviasari (2009:78), CAR merupakan salah satu rasio yang menggambarkan analisa rentabilitas, dimana secara teoritis peningkatan modal sendiri yang dimiliki oleh bank akan menurunkan biaya dana sehingga ROA perusahaan akan meningkat, namun apabila capital rendah maka dana dari pihak ketiga akan menjadi mahal dan biaya menjadi tingi sehingga ROA bank akan rendah. Jika tidak diikuti dengan peningkatan ekspansi manajemen bank, maka tidak akan membawa perubahan yang signifikan pada ROA perusahaan. Variabel Kecukupan Modal memiliki koefisien positif, ini berarti bahwa apabila kecukupan modal meningkat makan Tingkat ROA perusahaan akan meningkat pula. Akan tetapi berdasarkan hasil pengujian Hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Kecukupan Modal yang diproksi dengn tingkat CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan, sehingga H1 ditolak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t = 1.023 dan p = 0.313 (p > 0,05). Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arini (2009) yang menganalisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, KAP, Likuiditas Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah. Penelitian ini menggunakan sampel tiga bank umum syariah devisa periode 2005-2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP berpengaruh negatif terhadap ROA. Sebaliknya mendukung hasil penelitian
311
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Prasnanugraha (2007) menganalisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum Di Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel CAR ternyata terbukti tidak berpengaruh terhadap ROA. Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Tingkat ROA Perusahaan Kualitas aktiva produktif (KAP) diproksi dengan rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi prosentase rasio ini, semakin rendah kualitas aktiva produktif yang dimiliki oleh bank (Hassan dan Bashir, 2003). Pembentukan PPAP merupakan salah satu upaya untuk membentuk cadangan dari kemungkinan tidak tertagihnya penempatan dana, sehingga PPAP merupakan beban bagi bank. Semakin besar PPAP menunjukkan kinerja dari aktiva produktif semakin menurun sehingga berakibat menurunkan ROA (Muljono, 2005). Semakin besar PPAP maka semakin buruk aktiva produktif bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar (Almilia dan Herdiningtyas, 2005: 13). Adanya pencadangan yang semakin tinggi, mengindikasikan bahwa aktiva produktif yang dimiliki bank banyak yang memiliki kolektibilitas dalam perhatian khusus sampai dengan macet. Hal tersebut mengindikasikan bank kurang berhatihati dalam menyalurkan dananya sebagai pembiayaan. Semakin besar nilai yang ditunjukkan oleh variabel KAP, maka semakin besar pula bank harus mencadangkan keuntungan yang diperoleh untuk aktiva ini, sehingga laba bersih yang diperoleh bank akan semakin kecil (Simanjuntak, 2009: 66). Adanya dana cadangan ini dapat mengakibatkan bank kekurangan likuiditas dan kehilangan kesempatan berinvestasi. Kekurangan likuiditas dapat mengakibatkan masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap bank. Hilangnya kesempatan berinvestasi dalam bentuk pembiayaan mengakibatkan pendapatan potensial bank pun berkurang. Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis kedua (H2) didapatkan bahwa Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh terhadap ROA perusahaan, sehingga H2 diterima. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t = 1.211 dan p = 0.034 (p < 0,05). Jadi, hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas aktiva produktif (PPPAP) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Penelitian ini mendukung hasil yang dicapai pada penelitian Arini (2009) yang menganalisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, KAP, Likuiditas, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah. Penelitian ini menggunakan sampel tiga bank umum syariah devisa periode 2005-2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP berpengaruh negatif terhadap ROA. Begitu pula halnya hasil yang dicapai oleh Kosmidou (2008) dalam penelitiannya yang berjudul The Determinants of Bank Performance In China. Penelitian ini menganalisis pengaruh rasio biaya, permodalan, likuiditas, KAP, pertumbuhan DPK, pertumbuhan kredit relatif bank, pajak, pertumbuhan PDB, kapitalisasi pasar, konsentrasi terhadap ROA dan ROE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal dan pertumbuhan PDB berpengaruh terhadap ROA dan ROE. Pengaruh Likuiditas Terhadap Tingkat ROA Perusahaan Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang
312
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
digunakan. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100% atau menurut Kasmir (2004:272), batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah tertinggi 110 %. Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasiatau kegiatan usahanya. Dengan kata lain LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Perbankan nasional pernah mengalami kemerosotan jumlah kredit karena diserahkan ke BPPN untuk ditukar dengan obligasi rekapitalisasi. Begitu besarnya nilai kredit yang keluar dari sistem perbankan di satu sisi dan semakin meningkatnya jumlah DPK yang masuk ke perbankan, maka upaya ekspansi kredit yang dilakukan perbankan selama sepuluh tahun terakhir sepertinya belum berhasil mengangkat angka LDR secara signifikan. LDR pada saat ini berfungsi sebagai indikator intermediasi perbankan. Begitu pentingnya arti LDR bagi perbankan maka angka LDR pada saat ini telah dijadikan persyaratan antara lain : Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank; sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar (LDR terendah 50%); sebagai faktor penentu besar-kecilnya GWM (Giro Wajib Terendah) sebuah bank; sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi bank yang akan merger. Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Likuiditas (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan, ditolak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t = -0.106 dan p = 0.916 (p > 0,05) sehingga H3 ditolak. Likuiditas yang berarah negatif ini lebih dikarenakan risiko bagi hasil (dari pembiayaan yang diberikan) yang harus ditanggung pihak bank menjadi tambah besar, sehingga mengakibatkan ROA menurun. Hasil regresi ditemukan bahwa likuiditas yang diproksi dengan Financing to Deposit Ratio (FDR), menunjukkan seberapa besar dana bank dilepas untuk pembiayaan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Menurut Werdaningtyas (2002: 37), semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak likuid bank tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan profitabilitas. Makin tidak likuid suatu bank makin besar risiko likuiditas yang ditanggung bank, sehingga terdapat risiko tidak tersedianya aktiva likuid untuk memenuhi kewajiban segera pada nasabah. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dapat menyebabkan penarikan dana yang berdampak pada makin rendahnya likuiditas bank yang pada akhirnya menyebabkan penurunan likuiditas (Werdaningtyas, 2002: 37). Penelitian ini dapat membuktikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hesti Wedaningtyas (2002) menganalisis Pengaruh Pangsa Asset, Pangsa Dana, Pangsa Kredit, CAR dan LDR terhadap Profitabilitas Bank Take Over Premerger Di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap ROA. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang menganalisis manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan juga telah dilakukan oleh Mabruroh (2004). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan secara parsial. Begitu juga halnya dengan hasil
313
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
yang dicapai pada penelitian Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arini (2009) yang menganalisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, KAP, Likuiditas Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah. Penelitian ini menggunakan sampel tiga bank umum syariah devisa periode 2005-2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh terhadap ROA. Disamping itu, membantah hasil penelitian Prasnanugraha (2007) menganalisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Hasil untuk variabel LDR ternyata terbukti tidak berpengaruh terhadap ROA. PENUTUP Berdasarkan dari hasil analisis maka ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut Selama periode pengamatan tahun 2008-2012, Nilai CAR terbesar yakni pada tahun 2008 dimiliki oleh PT. Bank Pan Indonesia Tbk., sedangkan yang terkecil pada PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. Selama periode pengamatan tahun 2008-2012, Nilai Kualitas Akiva Produktif yang diproksikan dengan PPPAP terbesar adalah pada tahun 2012 dimiliki oleh PT. Bank Pan Indonesia Tbk. Sedangkan yang terkecil dimiliki oleh PT. Bank Mega Tbk. Selama periode pengamatan tahun 2008-2012, menunjukkan bahwa pada tahun 2010 tingkat LDR terbesar dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia Tbk., sedangkan yang terkecil tahun 2010 adalah PT. Bank Mega Tbk. Selama periode pengamatan tahun 2008-2012, pada tahun 2011 tingkat ROA terbesar dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. dan terkecil adalah PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. Hasil pengujian untuk Kecukupan Modal (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan, dengan arah hubungan positif. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t = 1.023 dan p = 0.313 (p > 0,05). Pengujian menunjukkan bahwa kualitas aktiva produktif (KAP/PPPAP) berpengaruh terhadap ROA perusahaan dengan arah hubungan positif, sehingga H2 diterima. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t = 1.211 dan p = 0.034 (p < 0,05). Hasil pengujian menunjukkan likuiditas (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan, dengan arah hubungan negatif. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai t = -0.106 dan p = 0.916 (p > 0,05) sehingga H3 ditolak. DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana dan Herdaningtyas. 2005. ”Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000- 2002”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2, November 2005. Awdeh, Ali, 2005, Domestic banks’ and Foreign Banks’ Profitability : Differences and Their Determinants, Journal of Banking and Finance, Cass Bussiness School, City of London. Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia Demirguc-Kunt, A. and A. Huizinga. 1998. Determinants Of Commercial Bank Interest Margins And Profitability: Some International Evidence. World Bank Economic Review 13, 379-408.
314
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Dietrich, Andreas and Gabrielle Wanzenried. 2009. What Determines The Profitabilityof Commercial Banks? New Evidence From Switzerland. http://www.fmpm.org/docs/12th/papers_2009_web/D1b.pdf. Diakses Tanggal 25 Januari 2010. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hasibuan, Malayu. 2001. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Hassan, M. Kabir dan Abdel-Hameed M. Bashir. (2002). “Determinants of Islamic Banking Profitabilitas”, International Journal. ERF paper, 2002. Husnan, Suad dan Endang Pujiastuti. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan: Teori Dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Yogyakarta: BPFE.
Kusumo, Yunanto Adi. 2008. “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 (dengan pendekatan PBI No.9/1/PBI/2007)”. Jurnal Ekonomi Islam- La Riba, Vol.II, No 1, Hal: 109-130, Juli 2008. M. Mahmud Hanafi, dan Abdul Halim, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi. Kedua, AMP, YKPN, Yogyakarta. Mabruroh. 2004. “Manfaat Dan Pengaruh Rasio Rasio Keuangan Dalam Analisis Kinerja Keuangan Perbankan”. Benefit, Vol. 8, No. 1, Hal: 37-51, Juni 2004. Mandala Manurung.2004. “Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter: Kajian Kontekstual Indonesia” Prathama Rahardja. Penerbitan Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Indonesia. Mawardi, Wisnu. 2005. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum Di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Asset Kurang Dari 1 Triliun)”. Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 14, No. 1, Hal: 83-93, Juli 2005. Mishkin, Frederic S, 2008. Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan (Buku I dan II)), Jakarta : Salemba Empat. Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
315
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP),dan Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)
VOL. 3 NO. 3 SEPT 2013
Naser, Etty M. dan Titik Aryati. 2000. “Model Analisis CAMEL Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Study Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ”. JAAI, Vol. 4, No.2. Payamta, Machfoed. 1999. ”Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum Menjadi Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta”. Kelola, No. 2/VIII. Siamat, Dahlan. 1999. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta. Taswan. 2006. Manajemen Perbankan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Werdaningtyas, Hesti. 2002. “Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over Pramerger Di Indonesia”. Jurnal Manajemen Indonesia, Vol. 1, No. 2, Hal: 24-39. Zainuddin dan Jogiyanto Hartono. 1999. “Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 2, No. 1, Hal: 66-90, Januari 1999.
316