GAMBARAN PEMAPARAN GAS AMONIAK TERHADAP GANGGUAN SITEM PERNAFASAN PADA TENAGA KERJA DI BULK STORAGE UNIT PENGANTONGAN PUPUK PT. PUPUK ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWE TAHUN 2007
SKRIPSI
Oleh :
ZARWAINI NIM : 041000224
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
ABSTRAK GAMBARAN PEMAPARAN GAS AMONIAK TERHADAP GANGGUAN SITEM PERNAFASAN PADA TENAGA KERJA DI BULK STORAGE UNIT PENGANTONGAN PUPUK PT. PUPUK ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWETAHUN 2007 Untuk mengetahui paparan gas amoniak terhadap gangguan sitem pernafasan pada tenaga kerja di Bulk storage UPP PT. PIM Lhokseumawe Tahun 2007 telah dilakukan penelitian bersifata deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah tenaga kerja yang bkerja di bulk storage yang jumlah 24 orang. Data primer diperoleh dengan cara pengambilan sampekl udara parameter NH 3 dengan menggunakan alat mini pulp impinger dan pengisian kuesioner oleh tenaga kerja. Data sekunder diperoleh dari biro perencanaan produksi dan pengawasan proses PT. Pupuk Iskandar Muda. Konsentrasi Amoniak yang berada di lokasi bulk storage adalah 17,2 mg/m3, ini melebihi Nilai Ambang batas sesuai dengan Surat edaran Mentri tenaga kerja No. SE-01/MEN/1997 yaitu 17 mg/m3. Dua orang tenaga kerja mengalami gangguan pernafasan (8,32%) dan 22 orang tenaga kerja (91,68%) tidak mengalami gangguan pernafasan. Kata kunci
: Amoiak, Gangguan Sitem Pernafasan.
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah atas Rahmad dan Karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan Pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT.Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007” yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1.
Ibu dr.Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2.
Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku Kepala Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan dosen pembimbing II.
3.
Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku dosen pembimbing I.
4.
Bapak dr. Mhd Makmur Sinaga MS dan Ibu Ir. Kalsum, MKes, selaku dosen penguji skripsi.
5.
Bapak Ir. Julizuar Effendi, selaku Kepala Bagian Hyperkes PT. Pupuk Iskandar Muda.
6.
Bapak Fachruddin, selaku Staf Bagian Diklat PT.Pupuk Iskandar Muda .
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Teristimewa penulis menghaturkan terima kasih kepada Isteriku, Ivo atas atensi dan supportnya, putraku tersayang Azzan dan Rayyan, sentuhan sayangmu sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini, Kanda Drs, Ismuhadi bin H.Abdullah atas bantuan materil kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat penulis harapkan, semoga dapat berguna.
Medan,
Agustus 2007
Penulis
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Kemajuan pembangunan pada saat sekarang ini sudah sedemikian pesat terutama di sektor industri. Hal ini terus diiringi dengan pemakaian teknologi canggih yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan hasil produksi serta produktivitas yang semaksimal mungkin. Disamping kemajuan tersebut kita harus menyadari bahwa walaupun bagaimana tinggi dan majunya penerapan teknologi, namun manusia harus dan terus digunakan minimal untuk mengendalikan teknologi tersebut. Oleh karena itu wajar kalau upaya perlindungan bagi mereka ditingkatkan. Pemerintah terus mengeluarkan ketentuan - ketentuan yang harus diikuti oleh perusahaan yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) antara lain : 1. Undang – Undang No. I Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja. 2. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per 02/MEN/1980
Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. 3. Insruksi Menteri Tenaga Kerja No.Ins 10/MEN/1985 Tentang Peningkatan Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan bidang Kesehatan. 4. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-01/MEN/1997, Tentang Nilai Ambang Batas di Lingkungan Kerja. Salah satu upaya K3 adalah memelihara faktor- faktor lingkungan kerja gar Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
1
senantiasa dalam batas-batas yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat menikmati derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Ini sesuai dengan Undang-undang No.9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan Bab I Pasal I yaitu : ”Tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan perlu diikut sertakan dalam usaha-usaha kesehatan pemerintah”.( Prof.Imam Soepomo, 2001) Ada 5 faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan tenaga kerja yaitu : 1. Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara. 2. Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut, dll. 3. Faktor biologi, baik dari golongan tumbuhan atau hewan. 4. Faktor ergonomis, seperti konstruksi mesin, sikap dan tata cara kerja. 5.
Faktor mental-psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan diantara pekerja
atau dengan pengusaha, pemilihan kerja dan lain-lain.(Suma ’mur, 1988) Suatu perusahaan sangat diharuskan untuk mengadakan peninjauan dan penilaian terhadap faktor-faktor tersebut diatas demi para tenaga kerja dan masyarakat terlindungi dari akibat-akibat buruk yang ditimbulkannya. Hal ini ditunjang pula oleh Undang-UndangNo. 14/1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja dalam Pasal 9 diyatakan bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral, moral kerja, perlakuan yang sesuai dengan martabat moral dan agama. Faktor-faktor lingkungan kerja dapat mempengaruhi kesehatan dan Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
keselamatan tenaga kerja, diantaranya adalah faktor kimia yang berupa gas. Seseorang pekerja yang terpapar terhadap unsur penyebab yang berbahaya adalah melalui penghirupan/ pernafasan, pencernaan dan penyerapan melalui kulit. (Nedved M. dan Imamkhasani S, 1991) Saluran pernafasan merupakan organ yang paling sering terkena penyakit akibat kerja karena organ ini merupakan pintu masuk bahan beracun. Dari tahun 1995 sampai
1996,
Klinik
Kesehatan
Kerja
Queen
Elisabeth
II
Inggris
mengungkapkan tentang tiga penyakit akibat kerja yang paling umum dirawat, salah satu diantaranya adalah gangguan pernafasan. (Suma’mur, 1998) Departemen Kesehatan Amerika Serikat (The Department of Health and Human Service) memperkirakan bahwa setiap tahun 400.000 orang menderita penyakit akibat kerja dan diperkirakan pula 100.000 penderita ini mengalami kematian, serta lebih dari setengah jumlah kematian tersebut disebabkan oleh penyakit pernafasan. Dalam Permission Exposure Limit (PEL) tahun 1988 yang dipublikasikan oleh National for Occupational Safety and Health (NIOSH) dijelaskan beberapa penelitian yang mengungkapkan pengaruh faktor kimia berupa gas yakni amoniak terhadap sistem pernafasan tenaga kerja. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Seeman (1980), menemukan bahwa amoniak dalam kadar dibawah 50 ppm menyebabkan gangguan mata dan iritasi pada saluran pernafasan atas. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Proctor, Hughes dan Fischman (1988) yang melaporkan bahwa adanya peningkatan jumlah tenaga kerja yang mengalami iritasi nasal bila kadar Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
amoniak di udara naik dari 32 ppm menjadi 50 ppm dalam waktu 5 menit pemaparan. Penelitian lain yang sama juga dilakukan oleh Stombough, Teague dan Roller (1960) yang mengungkapkan bahwa pemaparan
amoniak yang
kontinu selama 8 jam dalam sehari dengan kadar 103 sampai 145 ppm terhadap babi akan mengurangi konsumsinya akan makanan serta kehilangan berat badannya. Hal ini disebabkan bahwa amoniak tersebut mengiritasi saluran pernafasan
sehingga
tidak
tertarik
lagi
untuk
makan.
(http://
www.cdc.gov/niosh/pel88/7664-41.html) Sementara itu beberapa penelitian lain seperti Martin L.Dalton,.Jr. dan Donald Bricker (1978) serta T.P Milea, J.O. Kucan, E. Clyde Smot III (1989) mengungkapkan bahwa amoniak umumnya dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. (http ://www.cdc.gov/niosh/nasd/ni 10100.html) Pabrik pupuk urea merupakan salah satu pabrik yang menggunakan bahan kimia dalam produksinya. Salah satu bahan kimia yang terkandung dalam pupuk urea adalah amoniak (NH3). Sekitar 80% produksi amoniak digunakan dalam bahan baku pupuk.(http://www.group.com/list/perbapelijpkm-1) Secara umum produksi urea di Indonesia adalah dalam bentuk bulk (butiran) yang kemudian didistribusikan ke berbagai daerah tepatnya di unit-unit pengantongan pupuk (UPP) daerah. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sistem pernafasan pada tenaga kerja di Bulk storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007. Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
1.2.
Permasalahan Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah Gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sistem pernafasan pada tenaga kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Tahun 2007. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sistem pernafasan pada tenaga kerja di Bulk storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe tahun 2007. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sistem
pernafasan berdasarkan umur pekerja.
2. Untuk mengetahui gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sistem pernafasan berdasarkan pendidikan pekerja. 3. Untuk mengetahui gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sisitem pernafasan berdasarkan masa kerja pekerja. 1.4.
Mamfaat Penelitian
1. Memberikan informasi bagi pihak perusahaan tentang gambaran pemaparan gas Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
amoniak terhadap sistem pernafasan pada tenaga kerja di Bulk Storage PT.PIM Lhokseumawe. 2. Menambah pengetahuan bagi penulis serta para pembaca.
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Sistem Pernafasan 2.1.2.
Fungsi Pernafasan Adapun fungsi dari pernafasan yaitu :
1.
Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran.
2.
Mengeluarkan pembakaran
karbondioksida
yang
terjadi
sebagai
sisa
dari
kemudian dibawa oleh darah keparu-paru untuk dibuang
(karena tidak berguna lagi oleh tubuh). 3.
Menghangatkan dan melembabkan udara. Setelah udara dari luar di proses di dalam hidung masih memerlu
kan perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu bernafas epiglotis terbuka seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam faring maka kita mendapat serangan batuk untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring dan dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yang berfungsi untuk menyaring debu-debu, kotoran-kotoran dan benda – benda asing. Adanya benda asing tersebut memberikan ransangan kepada selaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang-kadang terjadi batuk, akibatnya benda asing tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian tersebut diatas udara Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
6
yang masuk ke dalam alat-alat pernafasan harus benar-benar bersih. Tapi kalau kita bernafas melalui mulut, udara yang masuk kedalam paru-paru tidak dapat disaring, dilembabkan/dihilangkan, ini bisa mengakibatkan gangguan terhadap tubuh. Dan sel-sel bersilia (bulu-bulu getar) dapat rusak apabila adanya gas beracun dan dalam keadaan dehidrasi. Namun dalam keadaan tertentu diharapkan kita bernafas melalui mulut, misalnya pada operasi hidung pengangkatan polip, karena setelah operasi pada kedua hidung di isi tampon sehingga bernafas melalui mulut tidak merugikan. (Syaifuddin, 1996) 2.1.3.
Proses Terjadinya Pernafasan Proses terjadinya pernafasan terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu :
1. Inspirasi (menarik nafas ). 2. Ekspirasi (menghembuskan nafas). Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan terus menerus. Bernafas merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernafasan. Reflek bernafas ini diatur oleh pusat pernafasan yang terletak di dalam sumsum penyambung ( Medulla Oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat atau mempercepat nafasnya, ini berarti bahwa reflek nafas ini juga di bawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernafasan sangat peka terhadap kelebihan kadar karbondioksida dalam darah dan kekurangan oksigen dalam daarah. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat ransangan dari nervus prenikus lalu mengkerut
datar. Muskulus interkostalis yang letaknya miring,
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
setelah mendapat ransangan kemudian mengkerut datar. Dengan demikian jarak antara stenum (tulang dada ) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, dengan demikian menarik paru-paru maka tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar. Ekspirasi pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. (Syaifuddin, 1996) 2.1.4
Mekanisme Patofisiologi Sebab penyakit pernafasan :
1.
Mikro organisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagotosis.
2.
Partikel-partikel
mineral
yang
menyebabkan
kerusakan/kematian
makrofag yang menelannya sehingga menghambat pembersihan dan meransang reaksi jaringan. 3.
Partikel-partikel organik yang merangsang respons imun .
4.
Kelebihan beban akibat paparan terus-menerus terhadap debu respirasi kadar meningkat yang menumpuk di sekitar saluran nafas terminal. Paparan jangka panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan dapat
menyebabkan gejala bronkhitis seperti batuk dengan atau tanpa sputum atau mengi.
Gejala dapat atau tidak disertai peningkatan reaktivitas bronkhus.
Paparan kadar tinggi (tidak disengaja) dapat menyebabkan bronkhitis akut Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
berat (sering hemoragik) dengan obstruksi saluran nafas dan atau edema paru. Gangguan fungsi paru tipe restriktif dapat timbul akibat kerusakan akut bila ada edema alveolar (misalnya akibat paparan uap seng). Gangguan ini biasanya sementara dan mereda dalam
beberapa
bulan. Paparan lain (misalnya
terhadap oksida nitrogen), dapat mengakibatkan kerusakan permanen saluran nafas kecil.(Syaifuddin, 1996). 2.2. 2.2.1.
Tinjauan Amoniak Sifat Fisik dan Kimia Amoniak Amoniak merupakan bahan kimia dengan formula molekul NH3. Molekul
amoniak mempunyai bentuk segi tiga. Amoniak mempunyai sifat fisik dengan titik didih
- 33,34 0 C, titik beku
-77,73
0
C. Amoniak adalah gas yang tidak
mempunyai warna (lutsinar) dengan bau yang tajam menyengat. Amoniak juga digunakan untuk produksi serat sintetik, plastik dan bahan peledak. Amoniak tidak bertahan lama dalam lingkungan karena amoniak tersebut di daur ulang secara alami. Alam mempunyai cara untuk menggabungkan dan mengubah amoniak. dalam tanah atau air, tanaman dan mikroorganisme dengan cepat mengambil amoniak. Setelah pupuk yang mengandung amoniak dipergunakan dalam tanah, jumlah amoniak dalam tanah menurun ke tingkat yang rendah dalam beberapa hari. Di udara amoniak paling lama bertahan kira-kira 1 minggu.(http://ms.wikipedia.org/wiki/Ammonia) Di dekat tempat pembuangan sampah, amoniak dapat ditemukan dalam bentuk gas. Amoniak dapat ditemukan larut dalam kolam atau badan air. Amoniak juga dapat ditemukan melekat di tanah pada tempat sampah. Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
2.2.2.
Pemaparan Amoniak Pemaparan amoniak terhadap manusia adalah melalui pernafasan dan
kontak dengan kulit serta mata. Amoniak juga dapat masuk kedalam tubuh melalui mulut yakni dengan makanan atau minuman yang mengandung amoniak. Adapun pemaparan amoniak terhadap manusia terbagi atas dua : 1. Pemaparan Akut Pemaparan gas amoniak atau larutan amoniak cair yang akut dapat menghasilkan kerusakan mata, kulit dan saluran pernafasan. Penelitian yang pernah dilakukan Anderson dan Hagard (1943) tentang efek amoniak akut terhadap manusia, bahwa toleransi pemaparan singkat maksimum amoniak adalah 300 - 500 ppm dalam waktu 0,5-1 jam. Peneliti lain yakni Silverman dkk (1946) juga melakukan penelitian yang sama dan ia menemukan bahwa terdapat perubahan rate pernafasan dan juga perubahan dari iritasi ringan ke iritasi sedang pada 7 subjek penelitiannya yang terpapar dengan konsentrasi amoniak sebesar 500 ppm dalam waktu 0,5 jam. Mulder dan Van der Zahm (1967) melaporkan bahwa pemaparan amoniak dengan kadar sebesar 5000 - 10.000 ppm adalah sangat fatal. Smyth (1956) melaporkan bahwa pemaparan amoniak dengan kadar 2500 - 6000 ppm dipertimbangkan berbahaya bagi kehidupan manusia. Beberapa institusi berikut ini juga mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang mengatur batas pemaparan singkat dari amoniak. Diantaranya American Industrial Hygiene Association (AIHA) tahun 1988 mengeluarkan berupa panduan terhadap pemaparan singkat amoniak yaitu Emergency Response Planning Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Guidel (ERPGs) dengan 3 tingkat : *
ERPG 1……………………………..25
ppm
*
ERPG 2……………………………200 ppm
*
ERPG 3………………………… .1000 ppm
U.S Navy Standard (sU.S Bureau of Ships 1962) mengeluarkan batas konsentrasi maksimum yang diizinkan (Maximum Allowable Concentrations) yaitu : *
Pemaparan kontinu ( 60 hari ) : 25
*
1 Jam
ppm
: 400 ppm
Batas pemaparan amoniak yang diklasifikasikan ke dalam bentuk tingkatan-tingkatan tersebut diatas menunjukkan tingkat keparahan yang akan ditimbulkan oleh amoniak. Sedangkan National Research Council (NRC) tahun 1987 juga mengeluarkan panduan berupa pemaparan singkat yakni Emergency Exposure Guidanc Levels (EEGLs): *
1
Jam EEGL
: 100 ppm
*
24 Jam EEGL
: 100 ppm
Berbeda dengan kedua panduan diatas yaitu yang dibuat oleh AIHA dan U.S. Navy Standar, dalam hal ini NRC membuat panduan batas pemaparan untuk amoniak yaitu sebesar 100 ppm untuk waktu pemaparan yang sama yakni 1 jam dam 24 jam. Sementara itu National Institute for Occupational Savety and Health (NIOSH), Occupational Savety Adminisration (OSHA) dan Amerika Conference Goverment IndustriaL Hygiene mengeluarkan pernyataan ketentuan Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
berupa STEL (Short Term Exposure Limit) yaitu sebesar 35 ppm dengan waktu pemaparan selama 15 menit.(http://www.cdc.gov/cdc.html). 2. Pemaparan Kronik Keracunan yang disebabkan oleh pemaparan kronik tidak sering terjadi. Pemaparan berulang dari amoniak dapat menyebabkan iritasi kronik dari saluran pernafasan. Bronkhitis kronik dan jalan nafas hiperaktif sering tercatat pada laporan kasus. Iritasi kronik dari konjugtiva juga dapat terjadi. Amoniak Tidak dipertimbangkan sebagai penyebab penyakit kanker. (http://www.Group.com/List/perbapeljpkm-1). Toleransi terhadap iritasi yang disebabkan pemaparan amoniak berulang akan menyebabkan adaptasi pekerja dapat terbiasa terhadap efek pemaparan amoniak tersebut.(Proctor N.H dan Hughes,1978). 2.2.3. Nilai Ambang Batas Nilai Ambang Batas (NAB) untuk pemaparan gas amoniak dalam waktu pemaparan 8 jam/hari yang sudah disepakati oleh NIOSH, OSHA, ACGIH adalah 25 ppm (18 mg/m3). Demikian juga halnya untuk Indonesia sendiri, NAB untuk kadar amoniak di udara seperti yang terdapat dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor SE-O1/MEN/1997 adalah 25 bds (17 mg/m3). (Depnaker, 1997) 2.2.4. Efek Terhadap Kesehatan Tabel 2.1. Efek Kesehatan Dari Menghirup Amoniak Bagi Manusia
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Masa Pemaparan yang Pendek (kurang dari 14 hari) Tingkatan di Udara (ppm) 0,5
Jarak Pemaparan -
50
Kurang dari 1 hari
500
30 menit
5000
Kurang dari 30 menit
Gambaran Bahaya Tingkat bahaya rendah Sedikit dan jarang terjadi iritasi mata, kerongkongan dan batuk Peningkatan kebutuhan udara keparu-paru, hidung tersumbat dan batuk Membunuh dengan cepat
Masa Pemaparan yang Panjang (lebih dari 14 hari) Tingkatan di Udara Jarak Pemaparan Gambaran Bahaya (ppm) _ Tingkat bahaya rendah 0,3 Iritasi mata, hidung dan 100 6 minggu kerongkongan Sumber : Ammonia Agency For Toxic Substances and Disease Registry 1990.(http://www.cdc.gov/Texprofiles/phs9003.html).
TABEL 2.2. EFEK KESEHATAN DARI MEMAKAN DAN MEMINUM AMONIAK BAGI MANUSIA Masa Pemaparan yang Pendek (Kurang dari 14 hari) Tingkatan Pemaparan Gambaran Bahaya
Tingkatan dalam Makanan
Tingkatan dalam air
Bahaya Kesehatan : Dihasilkan dari pemaparan singkat manusia terhadap makanan yang mengandung jumlah amoniak yang khusus yang tidak diketahui. Bahaya Kesehatan : Dihasilkan dari pemaparan singkat
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
manusia terhadap air yang terkontaminasi amoniak dalam jumlah khusus yang tidak diketahui.
Masa Pemaparan yang Panjang (Lebih dari 14 hari) Tingkatan Makanan
Gambaran Bahaya
Bahaya kesehatan: Dihasilkan dari pemaparan yang lama manusia terhadap makanan yang terkontaminasi amoniak yang tidak diketahui. Tingakatan pemaparan rendah Tingkatan dalam air (ppm) berdasarkan penelitian pada hewan 10 percobaan. Sumber: Ammonia.Agency For Toxic Substances and Disease Registry 1990. http://www.cdc.gov/Texprofiles/phs9003.html. Tingkatan dalam makanan
Tabel diatas menunjukkan efek kesehatan dari memakan dan minum amoniak bagi manusia yang dibagi kedalam 2 bagian yaitu untuk pemaparan yang singkat adalah kurang dari 14 hari dan untuk pemaparan yang lama yaitu lebih dari 14 hari. Tetapi rincian pembagian waktu pemaparan baik dalam waktu singkat dan lama serta batasan konsentrasinya di sini tidak dijelaskan. Untuk pemaparan yang singkat yaitu kurang dari 14 hari dalam makanan dan minuman efeknya belum diketahui. Dan efek pemaparan yang lama yaitu lebih dari 14 hari untuk makanan belum diketahui, begitu juga dalam minuman dalam konsentrasi 10 ppm menimbulkan efek yang minimum berdasarkan penelitian pada hewan percobaan. Amoniak mempunyai bau yang sangat khas dan tajam yang dapat tercium manusias. Oleh karena itu manusia dapat langsung mengenali amoniak sebelum Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
terpapar pada konsentrasi yang lebih tinggi. Amoniak yang tertelan meskipun dalam jumlah kecil, baik yang berasal dari pembersih rumah tangga, pembersih jendela atau di pabrik kimia dapat menyebabkan rasa terbakar di mulut dan tenggorokan. Beberapa tetes dari amoniak cair yang tertumpah ke kulit dan mata akan menyebabkan rasa sakit seperti terbakar jika tidak dibersihkan atau dicuci dengan cepat. Pemaparan amoniak yang lebih tinggi pada mata dapat menyebabkan kerusakan mata dan pada akhirnya dapat menimbulkan kebutaan. Kadar resiko minimal (Minimal Risk Level /MRLs) dapat terlihat pada tabel 2.1. Ketentuan kadar resiko minimal ini dapat berasal dari manusia yang berhasil didapat dari penelitian pengaruh amoniak, baik untuk pemaparan singkat maupun untuk pemaparan dalam jangka waktu yang lama. Pemaparan melalui inhalasi dari konsistensi dalam kadar 2500 - 6500 ppm dapat menyebabkan iritasi kornea yang berat, dyspnea, bronchospasme, chest pain, edema paru dan dapat lebih fatal lagi; produksi sputum pink frothy sering terjadi. Juga dapat terjadi bronkhitis atau pneumonia, serta beberapa penurunan fungsi paru pernah dilaporkan.(http ://www.cdc.gov/TexProfiles/phs 9003.html)
2.3.
Kerangka Konsep
Tenaga Kerja o Umur o Pendidikan o Masa Kerja
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Gas Amoniak (NH 3)
Gangguan Sistem Pernafasan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sistem pernafasan pada tenaga kerja di Bulk Storage unit pengantongan pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe. 3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di lokasi Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM) Lhokseumawe. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena belum pernah dilakukan penelitian yang sama di perusahaan tersebut. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2007. 3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Populasi meliputi seluruh tenaga kerja yang bekerja pada lokasi Bulk Storage Unit
Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Lhokseumawe yaitu 24 orang. 3.3.2. Sampel Jumlah sampel yang menjadi subjek penelitian adalah 24 orang
3.4.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data primer diperoleh dengan cara pengambilan sample udara parameter NH3 dengan menggunakan alat Mini Pump Impinger dengan bantuan petugas dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan, serta pengisian kuesioner oleh tenaga kerja di bagian Bulk Storage. 2. Data sekunder mencakup data umum perusahaan yang diperoleh dari
bagian
Diklat
dan
Biro
Perencanaan
Produksi
dan
Pengawasan Proses PT. Pupuk Iskanda Muda. 3.5
Definisi Operasional 1. Gas Amoniak adalah gas yang berasal dari pupuk urea di lokasi Bulk Storage. 2. Tenaga Kerja adalah pekerja yang bekerja di lokasi Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe. 3. Gangguan Sistem Pernafasan merupakan gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan adanya gejala-gejala gangguan pernafasan yang dialami oleh pekerja di lokasi Bulk Storage. 4. Umur adalah usia tenaga kerja yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir pada saat dilakukan penelitian.
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
5. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi pekerja yang telah diselesaikannya. 6. Masa kerja adalah jangka waktu (dalam tahun) yang dihitung pada saat tenaga kerja pertama kali bekerja sampai pada saat penelitian ini dilakukkan. 3.6. Aspek Pengukuran A.
Variabel yang diukur adalah pengambilan sample udara parameter
NH3
dengan menggunakan alat Mini Pump Impinger. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Bulk Storage. B.
Cara Kerja Alat Mini Pump Impinger 1.
Pastikan posisi alat pada keadan stabil dan datar.
2.
Lepaskan gabus/penutup tabung Impinger.
3. Tuangkan absorban sebanyak 10 cc kedalam tabung impinger. 4.
Hubungkan selang inlet-outlet dengan benar.
5.
Tekan tombol ”ON”.
6.
Jika waktu sampling telah berakhir tekan tombol ”ON/OFF”.
7.
Pindahkan absorban kedalam botol sampel berwarna gelap dan siap di analisa di laboratorium.
C.
Untuk mengetahui gambaran gas amoniak terhadap sistem pernafasan
diukur dengan jumlah skor yang dikumpulkan dari pertanyaan mengenai gejala gangguan pernafasan.Skor untuk pertanyaan 1-4 dan pertanyaan 11-31yang dijawab”ya”adalah 2, sedangkan skor untuk pertanyaan yang dijawab ”tidak” adalah 1.Adapun skor untuk pertanyaan 5-10 yang dijawab ”ya” adalah 1, sedangkan skor untuk pertanyaan yang dijawab ”tidak” adalah 2. Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Berdasarkan jumlah skor yang dikumpulkan, dapat dilihat bahwa : 1.
ada gangguan pernafasan bila skor yang terkumpul ≥ 50.
2.
tidak ada gangguan pernafasan bila skor yang terkumpul < 50.
3.7.
Teknik Analisa Data Data yang telah diolah kemudian dianalisa dengan langkah-langkah sebagai
berikut : 1.
Data yang telah terkumpul diseleksi kelengkapannya.
2.
Data yang diperoleh dengan menggunakan alat Mini Pump Impinger dianalisa di laboratorium .
3.
Data yang telah terseleksi kelengkapannya kemudian diberi penilaian sesuai dengan ketentuan penilaian.
4.
Data kemudian dianalisa secara deskriptif.
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Sejarah singkat Perusahaan Pupuk Iskandar Muda (PIM) didirikan pada tanggal 24 Februari 1982 dihadapan notaris Soelaiman radjasasmita sesuai Akte Notaris No 54 dengan nama PT. Pupuk Iskandar Muda, suatu Badan Usaha Milik Negara dibawah naungan Mentri Negara Pendayagunaan (BUMN). Pembangunan proyek pabrik PIM awalnya dirintis oleh PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI) Palembang sejak tahun 1981. Didukung dekat dengan sumber gas alam dan air yang merupakan bahan baku utama pembuatan pupuk urea.
Penandatanganan kontrak pembangunan pabrik
dilakukan pada tanggal 2 Oktober 1981 antara Pemerintah RI yang dilaksanakan oleh Departemen Perindustrian c/q Dirjen Industri Kimia Dasar dengan kontraktor utama PT. Rekayasa Industri dari Indonesia dan Toyo Engenering Corporation dari Jepang. Pembangunan pabrik dimulai pada tanggal 13 Maret 1982, dan dapat diselesaikan dalam waktu 3 bulan lebih awal dari rencana. Biaya pembangunan pabrik semula ditetapkan sebesar US$ 424.488.000,namun dalam pelaksanaan proyek ini
dapat menghemat biaya sampai US$
115.976.000,- karena pabrik ini dapat selesai lebih cepat dari schedule yang ditetapkan dengan hanya menelan biaya US$ 308.512.000,-. Pada akhir tahun 1984 pabrik mulai berproduksi, pengapalan perdana dilakukan pada tanggal 7 Februari Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
1985.Pada tanggal 20 Maret 195 pabrik diresmikan oleh Presiden RI dan beroperasi secara komersial dimulai tanggal 1 April 1985.
4.2. Lokasi PT. PIM
Lokasi pabrik PT. PIM terletak di wilayah Zona Industri Lhokseumawe (ZILS) ± 250 Km sebelah selatan Banda Aceh di Desa Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Lokasi pabrik di Lhokseumawe ini dipilih dengan pertimbangan yaitu : 1. Berdekatan dengan sumber bahan baku utama gas alam dari Lhoksukon dan pengilangan di PT. ARUN. 2. Berdekatan dengan sumber air baku disungai Peusangan 3. Sinergi sarana pelabuhan dengan PT. Asean Aceh Fertilizer. 4. Sinergi pipa gas alam dengan PT. Asean Aceh Fertilizer. 5. Di jalur lalulintas kapal internasional, selat malaka, sehingga sangat strategis terhadap negara sasaran ekspor. 4.3. Proses Produksi 4.3.1. Bahan Baku Pembuatan Amoniak Unit pembuatan amoniak berfungsi untuk menghasilkan amoniak cair dan gas karbondioksida yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea. Sebagai bahan baku pembuatan amoniak adalah gas alam, dan udara. Gas alam selain digunakan sewbagai bahan baku juga digunakan sebagai bahan bakar (fuel) yang berasal dari PT. ARUN. a. Gas Alam Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Penyediaan dan konversi gas alam PT. PIM dilaksanakan oleh PT. ARUN. Gas alam ini mengandung kotoran-kotoran yang dapat mengakibatkan gangguan selama operasi berlangsung. Kotoran-kotoran tersebut diantaranya zat padat, air, Heavy Hidro Carbon (HHC), senyawa-senyawa phosfor dan karbondioksida. b. Udara Udara pada unit amoniak dibutuhkan untuk oksidasi di secondary reformer, Udara proses suplay dari kompresor udara yang mengambil udara dari atmosfer dan disaring dengan filter udara untuk menghilangkan debu-debu. c. Air Air yang diperlukan adalah air dalam bentuk steam (uap air ).Steam diunit amoniak berasal dari pemamfaatan panas pembakaran yang dihasilkan di reformer. 4.3.2. Bahan Baku Pembuatan Urea a. Karbondioksida (CO 2 ) Karbondioksida mempunyai berat molekul 44 gr/mol. Pada tekanan atmosfer karbondioksida berbentuk gas yang tidak berwarna, berbau, dan berbasa lemah serta larut dalam air pada temperatur 15 0C dengan volume CO : H2O = 1:1 .
CO
2
perbandingan
tidak bersifat racun, akan tetapi dapat
menimbulkan efek sesak yang mengganggu keseimbangan tubuh. b. Amoniak (NH3) Amoniak mempunyai berat molekul 17,03 gr/mol. Pada tekanan atmosfer, amoniak berbentuk gas tidak berwarna, berbau menyengat serta sangat larut dalam air, alkohol, dan eter. Amoniak juga brsifat mudah meledak, beracun dan menyebabkan iritasi. Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
4.3.3. Produk yang dihasilkan Produk utama yang dihasilkan oleh PT. PIM adalah Pupuk Urea Priil denganm kapasitas produksi 1.725 ton/hari atau 570.000 ton/tahun, dengan kualitas Sebagai berikut :
- Kadar Nitrogen
: > 46,0 %
-
Kadar air
: < 0,5 %
-
Kadar Biuret
: < 1,0 ppm
-
Kadar besi
: 1,0 ppm (maksimal)
-
Amoniak bebas
: 150 ppm (maksimal )
Proses produksi pengolahan bahan baku menjadi pupuk urea di PT. Pupuk Iskandar Muda dibagi menjadi tiga unit yaitu : unit utility, unit amoniak dan unit urea. Adapun proses kerja dari tiap-tiap unit produksi antara lain : 1. Unit Utility Unit ini berfungsi memproses penyediaan bahan baku kebutuhan seperti air bersih untuk bahan baku, air untuk pendingin, air bebas mineral untuk ketel uap, uap air, uap udara, instrumen tenaga listrik, oksigen dan nitrogen.Bahan baku berupa air diperoleh dari Krueng Peusangan, tenaga listrik dibangkitkan oleh Gas Turbin Generaotor yang berkapasitas desain 15 MW. Bahan baku udara yang diperoleh dari udara bebas didalam fractionation Columb didinginkan dengan berdasarkan perbedaan titik embun, sehingga unsur oksigen dan nitrogen dapat dipisahkan. 2. Unit Amoniak Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Unit ini mampu memproduksi amoniak 1.170 ton/hari atau 386.000 ton/tahun, menggunakan proses kellog dari Amerika dengan bahan baku gas alam, uap, air, dan udara. Gas alam dibebaskan dari senyawa Impurities (senyawasenyawa ikutan) .Gas
kemudian diubah menjadi gas sintesa H2, CO2, dan N2.
sintesa kemudian dikonversikan menjadi amoniak, setelah beberapa
reaksi dan pemurnian amoniak siap dikirim untuk proses pabrik urea atau sebagai produk langsung amoniak.
3. Unit Urea
Dengan menggunakan proses Mitsui Toatsu Total Recycle C .Improved. unit ini mampu memproduksi urea butiran dengan kapasitasa terpasang 1.725 ton/hari atau 570.000 ton/tahun. Urea yang dihasilkan dimasukkan dalam Bulk Storage atau ke unit pengantongan. Urea dibuat dengan mereaksikan amoniak (NH3) dan karbondioksida (CO2) dengan menghasilkan panas yang sangat tinggi (reaksi eksotermis). Hasil reaksi ini menjadi ammonium karbamat, kemudian dehydrasi ammonium karbamat menghasilkan urea. Konversi untuk menghasilkan urea berkurang kalau air didalamnya bertambah, sedangkan konversi bertambah bila amoniak berlebihan. Reaksi kimia untuk menghasilkan urea berlangsung dalam reaktor urea yaitu suatu bejana tegak dengan tekanan dan temperatur tinggi. Waktu yang diizinkan dalam reaktor untuk berlangsung reaksi dengan baik adalah 25 menit, dikenal dengan istilah residence time. Larutan urea murni di kristalkan secara vakum, kemudian dilelehkan kembali dengan melter dengan Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
menggunakan steam sebagai pemanas, dari atas Prilling Tower lelehan urea diteteskan yang kemudian akan memadat setelah didinginkan dengan udara.
4. Unit Penunjang Produksi Pabik PT.PIM dilengkapi dengan unit penunjang produksi diantaranya : A. Sarana Penyimpan Pupuk Curah (Bulk Storage) Bulk Storage adalah gudang penyimpanan pupuk curah yang dialirkan dari
unit urea melalui conveyor.Kapasitas tampung Bulk Storage adalah
80.000 ton urea
dengan ukuran 215 x 25 x 10 m. Keadaan suhu di Bulk
Storasge adalah 35-40
0
C
ini untuk menjaga agar urea tidak mengalami
pengumpalan. Alur kerja ( Perpindahan urea dari Prilling Tower ke Bulk Storage ke unit pengantongan dan kekapal) sebagai berikut : a. Prill urea yang diproduksi dari prilling system dikirim ke Bulk Storage melalui conveyor 1. b. Urea dari conveyor 1 dipindahkan ke conveyor 2. c. Dari conveyor 2 urea dipindahkan ke conveyor 3. d. Dari conveyor 3 urea di curah ke Spiter
(Alat pemisah urea
kepengantongan atau ke kapal). e. Dari Spiter urea di curah ke Conveyor 4 atau langsung ke unit pengantongan. f. Dari Conveyor 4 urea di curah ke Bulk Storage melalui Tripper Winch (alat untuk mengatur susunan urea di Bulk Storage). g. Dari Bulk Storage urea dikeruk dengan menggunakan Portal Scrapper Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
(alat untuk mengeruk urea ke conveyor) h. Dengan menggunakan Portal Scrapper urea di keruk ke Conveyor 5. i.
Dari Conveyor 5 urea dipindahkan ke Spiter untuk dikirim ke unit pengantongan atau kedalam kapal.
k.
Dari conveyor 6 urea dipindahkan ke conveyor 7.
l.
Dari Conveyor 7 urea dipindahkan ke conveyor 8.
m. Dari Conveyor 8 urea dipindahkan ke Politizer (alat untuk menyusun urea diatas kapal)
B. Sarana Pengantongan Sarana Pengantongan terdiri dari 2 (dua) unit Conveyor dan 2 (dua) unit Bagging Machine. Alur kerja (Perpindahan urea dari Bulk Storage ke mesin pengantongan) sebagai berikut: a. Dari Spiter urea dipindahkan ke Conveyor 9. b. Dari Conveyor 9 urea dicurahkan ke Spiter yang berada di unit pengantongan. c. Dari Spiter urea dicurahkan ke Shut Oper 1 dan Shut Oper 2. d. Dari Shut Oper 1 urea dicurahkan ke Politizer e Dari Politizer urea dicurahkan ke dalam bin modul. f. Dari Bin Modul urea dialirkan ke masing-masing mesin pengantongan. C. Sarana Pelabuhan Sarana pelabuhan PT. PIM mampu di sandari kapal-kapal curah berbobot mati sampai 25.000 DWT. Kedalamam rata-rata 10,5 meter pada saat air surut dan dilengkapi dengan sarana Ship Loader, serta sarana air minum dan sarana Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
navigasi. D. Sarana Laboratorium Pengendalian Proses Produksi yang berada di unit utility, unit amoniak dan unit urea. E.
Sarana Laboratorium utama yang selalu memeriksa mutu hasil produksi
dan memonitor limbah. F.
Perbengkelan yang menunjang pemeliharaan pabrik dan bengkel perbaikan
alat-alat berat dan kendaraan.
4.4
Struktur Organisasi PT. Pupuk Iskandar Muda Semua unsur organisasi perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan wajib
menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik intern maupun ekstern untuk mencapai kesatuan gerak secara sinergi yang disesuaikan dengan tugas pokok masing-masing. Dewan Direksi (Board of Director) berfungsi mengelola perusahaan secara korporat sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh pemegang saham melalui kebujakan strategi korporasi dan strategi fungsianal seperti : Pemasaran, Produksi, Keuangan, Pengembangan dan Pemberdayaan seluruh aset dan potensi yang dimiliki. Secara struktural unit kerja dibawah Direksi sebagai eselon I adalah Kompoartemen, Sekretaris perusahaan dan Satuan Pengawasan Intern (SPI) dipimpin oleh kepala Kompartemen atau setingkat kepala kompartemen (Kakomp). Unit kerja dibawah Kompartemen disebut Departemen atau Biro.
Unsur organisasi PT. Pupuk Iskandar Muda terdiri dari: 1. Unsur Pimpinan adalah Direksi yang terdiri dari Direktur Utama, Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Direktur Umum, Direktur Produksi, Direktur Keuangan dan Komersil, Direktur
Teknik dan Pengembangan
2. Unsur Pembantu Pimpinan, terdiri dari Sekretaris Perusahaan, Satuan Pengawasan Intern (SPI), Kompartemen Umum, Kompartemen Produks i, Kompartemen Administrasi Keuangan, Kompartemen Pengembangan. 3.
Unsur Pelaksana adalah yang langsung melaksanakan proses produksi, pemeliharaan pabrik serta yang melaksanakan pemasaran produk, yaitu Departemen operasi, Depatemen pemeliharaan dan Departemen Pemasaran.
4.
Unsur Penunjang terdiri dari Biro lain yang menunjang
produktifitas.
5. Unsur Pengawasan merupakan unit kerja yang melakukan pengawasan dan inspeksi seluruh kegiatan perusahaan meliputi operasional dan keuangan yang terdiri dari Satuan pengawasan Intern (SPI), Biro Inspeksi dan K-3 serta Biro Perencanaan Produksi dan Pengawasan Proses. 4.5. Hasil Analisa Pengukuran (NH 3) Hasil analisa pengukuran NH
3
Pada lokasi Bulk Storage adalah 17,2
(mg/m3). Nilai Ambang Batas untuk parameter NH3 sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE –01/MEN/1997 adalah 17 (mg/m3). 4.6.
Karakteristik Tenaga kerja
4.6.1
Umur Keadaan umur tenaga kerja di Bulk Storage UPP PT.PIM Lhokseumawe
Tahun 2007 dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 4.6.1. Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Umur di Bulk Storage UPP PT.PIM Lhokseumawe Tahun 2007 Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
No 1 2
Umur (Tahun) < 44 ≥ 44 Jumlah
Jumlah 11 13 24
Persentase (%) 45,84 54,16 100
Umur tenaga kerja berada di antara 24-54 tahun. Umur dibedakan atas nilai tengah (median) umur tenaga kerja yaitu 44 tahun. Berdasarkan tabel diatas 11
orang
(45.84
%)
berusia
<44
tahun
dan
13
orang
(54,16 %) telah berusia ≥ 44 tahun.
4 .6.2 Pendidikan Keadaan
pendidikan tenaga kerja di Bulk Storage UPP PT.PIM
Lhokseumawe Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6.2. Distribusi Tenaga Kerja di Bulk Storage Berdasarkan Pendidikan UPP PT. PIM Lhokseumawe Tahun 2007
No 1 2
Pendidikan Sarjana/D-III SLTA Total
Jumlah 2 22 24
Persentase (%) 8,33 91,67 100
Berdasarkan tabel diatas 2 (dua) orang (8,33 %)
berpendidikan
Sarjana/D-III dan 22 orang (91,67 %) berpendidikan SLTA.
4.6.3 Masa Kerja Keadaan masa kerja tenaga kerja di Bulk Storage UPP PT.PIM Lhokseumawe Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6.3. Distribusi Tenaga kerja di Bulk Storage Berdasarkan Masa Kerja UPP PT. PIM Lhokseumawe Tahun 2007 Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
No 1 2
Masa Kerja (Tahun) < 24 ≥ 24 Total
Jumlah
Persentase (%)
11 13 24
45,84 54,16 100
Masa kerja berada antara 4 - 32 Tahun. Masa kerja dibedakan atas nilai tengah(median) yaitu 24 tahun. Berdasarkan tabel diatas 11 orang (45,84 %) bekerja selama < 24 tahun dan 13 orang (54,16 %) telah bekerja selama ≥ 24 tahun.
4.6.4 Gangguan Pernafasan Keadaan gangguan pernafasan Tenaga kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6.4. Gambaran Efek Pemaparan Gas Amoniak Berdasarkan Ada/Tidaknya gangguan Sistem Pernafasan Pada Tenaga Kerja di Bulk Storage UPP PT.PIM Lhokseumawe Tahun 2007
No 1 2
Gangguan Pernafasan
Jumlah
Persentase (%)
Ada Tidak ada Total
2 22 24
8,33 91,67 100
Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa 2 (dua) orang (8,33 %) mengalami gambaran gangguan pernafasan akibat paparan gas amoniak dibandingkan dengan 22 (dua puluh dua ) orang (91,67%) tidak mengalami gambaran gangguan pernafasan akibat paparan gas amoniak.
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
4.6.5. Tabulasi Silang Tabel 4.6.5. Tabulasi Silang Antara Umur Dengan Ada / Tidaknya Gangguan Sistem Pernafasan Pada Tenaga Kerja di Bulk Storage UPP PT.PIM Lhokseumawe Tahun 2007.
Gangguan
Pernafasan
No
Umur (Tahun)
1
< 44
1
4,16
11
2
≥ 44
1
4,16
Jumlah
2
8,32
Ada (%)
Tidak
(%)
Jumlah (orang)
(%)
45,84
12
50
11
45,84
12
50s
22
91,68
24
100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa 2 (dua) orang (8,32 %) mengalami gangguan pernafasan yang terdiri dari 1 (satu) orang berumur < 44 tahun dan 1 (satu) orang berumur ≥ 44 tahun. Dan 22 (dua puluh dua) orang (91,68 %) tidak mengalami gangguan pernafasan.
Tabel 4.6.6.Tabulasi Silang Antara Pendidikan Dengan Ada/Tidaknya Gangguan Pernafasan Pada Tenaga Kerja di Bulk Storage UPP PT. PIM Lhokseumawe Tahun 2007
Gangguan Pernafasan No
Pendidikan
1 2
Jumlah
Ada
(%)
Tidak
(%)
(orang)
(%)
Sarjana SLTA
1 1
4,16 4,16
0 22
0 91,68
1 23
4,16 95,84
Jumlah
2
8,32
22
91,68
24
100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa 2 (dua) orang (8,32 %) mengalami gangguan pernafasan yang terdiri dari 1 (satu) orang berpendidikan Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Sarjana dan 1 (satu) orang berpendidikan SLTA. Sedangkan 22 (dua puluh dua ) orang (91,68 %) berpendidikan SLTAtidak mengalami gangguan pernafasan. Tabel 4.6.7. Tabulasi Silang Antara Masa Kerja Dengan Ada/Tidaknya Gangguan Pernafasan Pada Tenaga Kerja di Bulk Storage UPP PT.PIM Lhokseumawe Tahun 2007.
No 1 2
Masa Kerja (Tahun) < 24 ≥ 24 Jumlah
Gangguan Pernafasan
Jumlah
ada
(%)
Tidak
(%)
(orang)
(%)
1 1 2
4,16 4,16 8,32
11 11 22
45,84 45,84 91,68
12 12 24
50 50 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh hasil bahwa 2 (dua) orang mengalami gangguan pernafasan yang terdiri dari 1 (satu) orang dengan masa kerja < 24 tahun dan 1(satu) orangs dengan masa kerja ≥ 24 Tahun.
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Gangguan Pernafasan Akibat Pemaparan Gas Amoniak Dari hasil penelitian
didapatkan
bahwa 2 (dua) orang (8,32 %)
menunjukkan adanya gambaran tentang gangguan pernafasan, sedangkan 22 (dua puluh dua) orang (91,68 %) tidak
menunjukkan
adanya
gambaran
gangguan pernafasan akibat pemaparan gas amoniak. Tenaga kerja di Bulk Storage selama bekerja berada di dalam Portal Scrapper yaitu alat berat yang dioperasikan oleh tenaga kerja untuk mengeruk urea kedalam conveyor. Kondisi dari Portal Scrapper tersebut
dilengkapi dengan air conditioner
dan dalam keadaan tertutup. Dengan pola kerja 3 (tiga) shif pekerja berada di dalam Portal Scrapper selama 2 (dua) jam setelah itu diganti dengan pekerja yang lain secara bergilir. Ini berdasarkan pesanan pupuk, kalau pesanannya tidak ada maka pekerja berada di ruang pengendalian penerimaan produk utama . Meskipun tenaga kerja yang bekerja di Bulk Storage tidak menggunakan masker sebagai alat pelindung diri namun dilihat dari sistim kerjanya yang menggunakan Portal Scrapper secara tidak langsung mereka telah memproteksi diri secara mekanik.
5.2.
Gangguan Pernafasan Berdasarkan Umur
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Dari tabel 4.6.5. tabulasi silang antara umur dengan ada/tidaknya gangguan pernafasan, menunjukkan 1(satu) 0rang (4,16 %) mengalami gangguan pernafasan yaitu tenaga kerja yang berumur < 44 tahun dan 1 (satu) orang yang berumur ≥ 44 tahun. 5.3.
Gangguan Pernafasan Berdasarkan Pendidikan Dari tabel 4.6.6. tabulasi silang antara pendidikan dengan ada/tidaknya
gangguan
pernafasan
menunjukkan gambaran antara pendidikan dengan
gangguan pernafasan terdapat 2 (dua) orang (8,32 %) yang terdiri dari 1 (satu) orang berpendidikan sarjana
(4,16 %) dan 1 (satu) orang berpendidikan
SLTA(4,16%). Sedangkan 22 (dua puluh dua) orang (91,68 %) tidak mengalami gangguan pernafasan.
5.4.
Gangguan Pernafasan Berdasarkan Masa Kerja Dari tabel 4.6.7. tabulasi silang antara masa kerja dengan ada/tidaknya
gangguan pernafasan, menunjukkan gambaran bahwa 2 (dua) orang (8,32%) yang mengalami gangguan sistem pernafasan terdiri dari 1(satu) orang (4,16%) dengan masa kerja < 24 tahun yaitu tenaga kerja yang memiliki masa kerja 5 (lima) tahun. Sedangkan 1 (satu) orang lagi dengan masa kerja ≥ 24 tahun yaitu tenaga kerja yang memiliki masa kerja 25 (dua puluh lima) tahun.
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Ammonia, Agency Toxic Subtance and Disease Registry (ATSDR) Publik Health Statemen December 1990, 2 Maret 2005 http://www.cdc.gov/TexProfiles/phs9003.html. Anonim, Ammonia, CSA:7664-7 : Chemical Formula : NH 3. 23 Maret 2001 http:/www.cdc.gov/niosh/pel88/7664-41.html. Anonim, Ammonia, Documentation For Immediately To Life or Health Concentration(IDHLs)86/96 http://www.cdc.gov/cdc.html Anonim,Chemical
Protocols Ammonia (NH3), 2 Maret http:/www.Group.com/list/perbapeljpkm-1
2005
Departemen tenaga Kerja R.I., 1997. Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja. Jakarta. Hundak C.dan Gallo M.B,1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume Satu, Penerbit Buku Kedokteran,ECG. Nedved M. dan Imamkhasani S. 1991. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar(Pengenalan Higiene Kerja oleh Nasrul Syarif) ILO.Jakarta. Poctor N.H. dan Hughes J.P., 1978. Chemical Hazard of the Workplace. JB. Lippincott Company, Philadelphia. Suma’mur P.K, 1998. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Penerbit C.V. Masagung, Jakarta. Khairul Fariz, 2005
Gambaran Gangguan Sistem Pernafasan Pada Pekerja Pengeleman Pembuatan Sepatu Di Pusat Industri Kecil (PIK) Medan 2005, Skripsi, FKM-USU, Medan
Syaifuddin, 1996.
Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Penerbit Buku
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009
Kedokteran, Jakarta. World Health Organization,1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran ECG. Anonim, Ammonia, Sejarah dan Kegunaan Ammonia,2 Maret 2005 http://ms.wikipedia.org/wiki/Ammonia.
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007 USU Repository © 2009