FAKTOR PENENTU PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PANEN KELAPA SAWIT PT TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION, KALIMANTAN TIMUR
SEPTI NUR AFIFAH
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Septi Nur Afifah NIM A24090106
ABSTRAK SEPTI NUR AFIFAH. Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Kalimantan Timur. Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS.
Efektifitas tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh pembinaan, pengaturan, pendayagunaan dan pengembangan yang dilakukan perusahaan. Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mahasiswa serta mempersiapkan diri untuk menghadapi kerja nyata serta mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan menggunakan model regresi linear berganda untuk analisis. Berdasarkan analisis regresi linear berganda secara parsial didapatkan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan umur tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja panen, sedangkan lama kerja berpengaruh secara signifikan. Pengujian regresi secara simultan menunjukan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, umur dan lama kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja panen. Kata kunci: efektivitas, lama kerja, produktivitas tanaga kerja.
ABSTRACT SEPTI NUR AFIFAH. Determinants of Labor Productivity in Palm Oil Harvesting PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, East Kalimantan. Supervised by ISKANDAR LUBIS.
The effectiveness of labor was heavily influenced by development, arrangement, and utilization of labor by the company. The objective of internship to improve the knowledge, skills, experience of student and prepared to confront real job. The additional objective to study the factors that influence the labor productivity of palm oil harvesting. Descriptive and multiple linear regression method were used in data analysis. The multiple linear regression analysis partially showed level on education, the number of dependents and age had no significant effect on labor productivity, while length of work affect significantly. Simultaneous regression testing shows the education level, number of dependents, age and length of work have significant effect to labor productivity on harvesting. Keyword : effectiveness, labor productivity, length of work.
FAKTOR PENENTU PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PANEN KELAPA SAWIT PT TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION, KALIMANTAN TIMUR
SEPTI NUR AFIFAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Kalimantan Timur Nama : Septi Nur Afifah NIM : A24090106
Disetujui oleh
Dr Ir Iskandar Lubis, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, Msc. Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul magang yang dilaksanakan sejak Februari 2013 sampai Juni 2013 adalah Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Kelapa Sawit PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Kalimantan Timur. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Iskandar Lubis, Ms selaku dosen pembimbing skripsi dan Dr Ir Ani Kurniawati selaku dosen akademik, serta Raga Insani Gumilang, SST yang membimbing dan memberi saran selama magang. Penghargaan juga disampaikan kepada pihak PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, seluruh keluarga, dan teman-teman atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat, amin.
Bogor, September 2013 Septi Nur Afifah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
METODE
2
Waktu dan Tempat
2
Metode Pelaksanaan
2
Pengamatan dan Pengumpulan Data
2
Analisis Data dan Informasi
3
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
3
Letak Geografis dan Administratif
3
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
4
Kondisi Pokok dan Produksi
4
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
5
Pelaksanaan Pengelolaan Kebun dan Tenaga kerja
5
ASPEK TEKNIS
6
Pemupukan
6
Pengendalian Gulma
7
Pengendalian Hama dan Penyakit
8
Pemeliharaan Jalan
9
Panen HASIL DAN PEMBAHASAN
10 15
Tenaga Kerja Panen
15
Analisis Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen
16
Manajemen Tenaga Kerja Panen
21
SIMPULAN DAN SARAN
22
Simpulan
22
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
35
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Populasi kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Kebun Talisayan 1 Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Talisayan 1 Seksi panen afdeling 1 Kebun Talisayan 1 Alat panen dan fungsinya di Kebun Talisayan 1 Komposisi pemanen Kebun Talisayan 1 berdasarkan tingkat pendidikan Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan jumlah tanggungan Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan tingkat usia Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan lama kerja Koefisien regresi serta uji-t dari variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan suku daerah Komposisi pekerjaan panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan jenis pekerjaan sebelumnya Koefisien regresi serta uji F dari variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit
4 4 11 12 16 17 17 18 19 19 20 21
DAFTAR GAMBAR 1 Struktur organisasi Kebun Talisayan 1 5 2 Kegiatan pemupukan anorganik di Kebun Talisayan 1 7 3 Kegiatan dan kesalahan yang terjadi pada proses pemuatan buah di Kebun Talisayan 1 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di Kebun Talisayan 1 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Talisayan 1 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Talisayan 1 4 Peta areal Talisayan Estate
25 28 30 34
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional, terutama bagi penyedia lapangan pekerjaaan dan sebagai sumber pendapatan negara (Herman et al. 2009). Produksi kelapa sawit nasional sebanyak 21.96 juta ton pada tahun 2010 dan tahun 2011 produksinya meningkat menjadi 23.096 juta ton dan pada tahun 2012 mencapai 23.521 juta ton (Ditjenbun 2012). Masalah potensial yang dihadapi Indonesia adalah semakin ketatnya persaingan pasar ekspor minyak nabati dunia (Siahaan 2005). Masalah lainnya adalah regulasi yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Kegiatan produksi kelapa sawit diduga telah merusak lingkungan seperti pengalihfungsian hutan, meningkatnya emisi gas rumah kaca dan menurunnya konservasi dan biodeversitas (Simanjorang 2013). Peningkatan pengelolaan perkebunan memiliki peranan penting dalam pemanfaatan areal kelapa sawit di Indonesia. Tanto et al. (2012) mengemukakan bahwa sumber daya manusia yang memiliki keterampilan khusus diperlukan perusahaan dengan harapan memperoleh hasil yang terbaik. Tenaga kerja memiliki peran dalam penentuan mutu dan kualitas buah. Kesalahan akibat kelalaian tenaga kerja panen, misalnya kesalahan pemetikan kelapa sawit saat panen seperti memotong buah mentah, meninggalkan buah lepas di sekitar pokok dan tempat pengumpulan hasil (TPH), kesalahan saat pengangkutan tandan buah segar (TBS) menuju TPH dan kesalahan ketika melempar tandan ke alat transportasi yang menyebabkan mutu kelapa sawit berkurang. Pengukuran produktivitas tenaga kerja di lapang perlu dilakukan guna mengetahui tolak ukur produktivitas yang telah dicapai. Faktor penentu produktivitas kerja perlu diketahui sebab menentukan bentuk kebijakan yang dapat dilakukan perusahaan. Pengelolaan tenaga kerja yang baik dapat mengurangi tingkat kesalahan tenaga kerja panen kelapa sawit dan meningkatkan produktivitas kerja sehingga kualitas kelapa sawit yang dihasilkan menjadi baik dan memudahkan pencapaian tujuan perusahaan (Lubis 1992).
Tujuan Kegiatan magang bertujuan meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mahasiswa serta mempersiapkan diri untuk menghadapi kerja nyata. Selain itu, tujuan magang adalah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit.
2
METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan sejak tanggal 11 Februari sampai 10 Juni 2013. Tempat pelaksanaan magang di Kebun Talisayan 1 (TS1) PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation (TBPP), Desa Cepuak, Kecamatan Talisayan, Berau, Kalimantan Timur.
Metode Pelaksanaan Aspek yang dipelajari adalah manajemen tenaga kerja panen di perkebunan PT TBPP. Pelaksanaan magang mengikuti seluruh kegiatan teknis di lapang dan aspek manajerial pada berbagai tingkatan status seperti karyawan harian lepas selama 4 minggu, pendamping mandor selama 4 minggu, dan pendamping asisten afdeling selama 8 minggu. Kegiatan teknis yang dilaksanakan meliputi pemupukan, pengendalian gulma baik pengendalian secara manual maupun dengan cara kimiawi, sensus ulat api, sensus bunga jantan, pemanenan buah dan pengangkutan buah ke pabrik (Lampiran 1). Kegiatan saat menjadi pendamping mandor diantaranya dengan mengikuti apel pagi, pengawasan karyawan harian lepas (KHL), dan membantu membuat laporan kerja mandor (Lampiran 2). Saat menjadi mendamping asisten, kegiatan yang dilakukan diantaranya melakukan perencanaan kerja harian dan bulanan, memimpin lingkaran pagi, mempelajari manajerial tingkat divisi, membuat laporan harian asisten dan administrasi kebun (Lampiran 3).
Pengamatan dan Pengumpulan Data Magang dilaksanakan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapang yaitu melakukan pengamatan terhadap produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit. Data sekunder diperoleh dari rekapitulasi harian, bulanan, tahunan dan arsip kebun seperti peta kebun, luas areal pemanenan, data produksi tandan buah segar (TBS) 4 tahun terakhir dan struktur organisasi tenaga kerja. Pengamatan lapangan difokuskan untuk mengetahui produktivitas kerja pada kegiatan panen, terutama tenaga kerja panen kelapa sawit. Pengamatan panen meliputi angka kerapatan panen, kriteria matang buah, produksi per pemanenan, proses kegiatan panen, dan kebutuhan tenaga kerja panen serta pengamatan terhadap produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit dilakukan secara purpose sampling sebanyak 76 orang yang diambil dari 9 mandoran pada 3 afdeling yang dihubungkan dengan upah dan premi yang didapat tiap bulan. Pengambilan data upah dan premi dilakukan tiga kali yaitu bulan Februari, Maret dan April. Produktivitas kerja pemanen kelapa sawit dilihat dari perolehan upah dan premi yang diperoleh tiap bulan (Rahman 2012). Pengamatan terhadap keefektifan pengaturan tenaga pemanen berdasarkan variabel bebas seperti usia
3
yang dikategorikan menjadi 19-29 tahun, 30-41 tahun, 42-55 tahun, dan lebih dari 55 tahun, tingkat pendidikan yaitu tidak sekolah, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) atau sederajat, dan sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat. Variabel berikutnya adalah jumlah tanggungan keluarga, lama masa kerja yang dikategorikan menjadi 1-24 bulan, 25-48 bulan, 49-72 bulan dan 73-96 bulan, dan variabel penunjang yaitu asal daerah (suku asli) dan jenis pekerjaan sebelumnya serta variabel terikat berupa upah dan premi yang didapat atas tercapainya basis panen.
Analisis Data dan Informasi Data yang didapat diuraikan secara kuantitatif dan kualitatif dengan mencari nilai rata-rata dan persentase yang kemudian diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan standar perusahaan dan studi pustaka. Analisis dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen menggunakan analisis regresi linear berganda dengan persamaan: Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4. Penjelasan persamaan regresi linear berganda yaitu Y= produktivitas tenaga kerja yang diukur berdasarkan upah dan premi yang didapat per bulan (Rp); b0= nilai konstanta; b1,b2,..b4= koefisien regresi atau perubahan nilai Y untuk setiap perubahan nilai X, X1= tingkat pendidikan; X2= jumlah tanggungan (orang); X3= usia (tahun); X4= masa kerja (bulan); suku daerah (suku asli) dan jenis pekerjaan sebelumnya. Analisis produktivitas kerja yang dilakukan menggunakan analisis regresi linear berganda terdiri atas dua uji yaitu uji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara terpisah-pisah dan uji koefisien regresi secara simultan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu produktivitas kerja tenaga kerja panen kelapa sawit.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis dan Administratif Kebun TS 1 terletak di desa Cepuak, kecamatan Talisayan, Berau, Kalimantan Timur. Lokasi perkebunan dapat ditempuh melalui jalan darat maupun jalur laut. Jarak Tanjung Redep ke Talisayan melalui jalur propinsi berjarak lebih kurang 153 km dengan waktu tempuh 4 jam dan jarak dari Talisayan ke kebun 21 km. Aksesbilitas melalui jalur laut dapat ditempuh dari Tanjung Redep menggunakan speed boat dengan waktu 3 jam. Batas geografis lokasi kebun inti Kebun TS 1 sebelah barat berbatasan dengan kebun plasma 01, sebelah timur berbatasan dengan kebun Talisayan 2, sebelah utara berbatasan dengan kebun Plasma 02 dan batas sebelah selatan yaitu kebun Plasma 05.
4
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Kebun TS 1 merupakan kebun pertama PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation dengan pola PIR-Trans dan bermitra dengan kebun Plasma. Luas areal kebun inti 3 257 ha dan kebun plasma seluas 762 ha. Terdapat pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) di Kebun TS 1 dengan kapasitas 60 ton jam-1. Kebun inti di Kebun TS 1 dibagi menjadi 3 afdeling, afdeling 1 memiliki luas 945 ha, afdeling 2 seluas 833 ha dan afdeling 3 seluas 920 ha. Pengoperasian kebun berawal tahun 2004 dan penanaman dilakukan tahun 2005, 2006, dan 2007. Kebun plasma terdiri atas 3 lokasi yaitu plasma 1 dengan luas 338 ha, plasma 2 seluas 76 ha dan plasma 3 seluas 348 ha, masing masing kebun plasma memiliki koperasi. Di kebun ini terdapat lima satuan pemukiman (SP) yang ditinggali oleh penduduk lokal maupun transmigran. Gambar areal Kebun TS 1 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Kondisi Pokok dan Produksi Jenis kelapa sawit yang ada di Kebun TS 1 adalah varietas Marihat, Socfin dan Topaz dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m. Populasi pokok rata-rata 143 pokok ha-1, tetapi fakta di lapangan berbeda. Perbedaan disebabkan adanya batas tepi dengan hutan (pringgan) atau rumpukan sisa kayu besar, parit dan serangan hama serta penyakit. Populasi kelapa sawit berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Populasi kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Kebun Talisayan 1a Tahun tanam Luas (ha) Jumlah pokok 2005 2 377 377 695 2006 257 36 890 2007 64 10 918 Sub total 2 698 385 503 a
Sumber: Kantor Besar Kebun TS 1 (April 2013)
Pembukaan dan penanaman kecambah kelapa sawit Kebun TS 1 pertama kali dilakukan pada tahun 2004. Penanaman kelapa sawit dilakukan secara tidak serempak yaitu tahun 2005, 2006 dan 2007. Kelapa sawit pertama berproduksi pada tahun 2008 untuk tahun tanam 2005. Data produksi dan produktivitas tahun 2008-2011 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Talisayan 1a Tahun Produksi (kg) Produktivitas (ton ha-1) 2008 8 172 825 3.029 2009 24 946 130 9.246 2010 56 841 700 21.068 2011 70 792 450 26.238 a
Sumber: Kantor Besar Kebun TS 1 (April 2013)
5
Produksi di Kebun TS 1 pada tahun pertama masih rendah yaitu 8 172 825 kg dengan produktivitas 3.029 ton ha-1. Hal ini disebabkan karena buah yang dihasilkan berukuran kecil dan bobot tandan sawit yang ringan. Pada tahun-tahun berikutnya produksi dan produktivitas kelapa sawit semakin meningkat. Peningkatan produksi dan produktivitas cukup signifikan meskipun umur tanaman masih tergolong muda.
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan Teladan Prima Group merupakan unit usaha gabungan kelapa sawit, salah satunya PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation (TBPP). Struktur organisasi berdasarkan pada pangkat dan jenis pekerjaan. Struktur organisasi Kebun TS 1 dapat dilihat pada Gambar 1.
a
Sumber: Kantor Besar Kebun TS 1 (April 2013)
Gambar 1 Struktur organisasi Kebun Talisayan 1
Pelaksanaan Pengelolaan Kebun dan Tenaga Kerja Pengelolaan kebun dilakukan oleh asisten yang membawahi sejumlah mandor yakni mandor panen, transportsi, pupuk, penunasan, perawatan, pengendalian gulma, mandor sensus dan taksasi, kerani panen dan kerani divisi. Tugas seorang mandor adalah membuat rencana harian kerja, melakukan pengawasan dan pemeriksaan kinerja karyawan di lapang, berkoordinasi dengan mandor lain dan kerani agar pencatatan administrasi segera dilaporkan selain itu, melakukan pengaturan dan membagi tugas kepada karyawan. Pengaturan ini bertujuan agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan harian. Setiap pukul 05.30 WITA dilakukan lingkaran pagi antara asisten kebun, para mandor dan kerani panen. Pada lingkaran pagi, asisten melakukan evaluasi
6
terhadap pekerjaan yang dilakukan pada hari sebelumnya, melakukan koreksi, memberikan arahan dan memotivasi agar semua karyawan bekerja dengan baik.
ASPEK TEKNIS Pemupukan Pemupukan di Kebun TS 1 terdiri atas dua macam yaitu pemupukan bahan anorganik dan bahan organik. Pupuk anorganik meliputi pupuk Urea, NPK, Kieserit, MOP, dan HGFB sementara pupuk organik yang umum diaplikasikan ke lahan adalah janjang kosong dan limbah cair pengolahan minyak sawit dari pabrik. Pemupukan di Kebun TS 1 umumnya sudah dilakukan dengan baik, akan tetapi masih terdapat kelalaian yang dilakukan oleh pekerja. Kelalaian tersebut diantaranya penanburan pupuk yang tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, pupuk anorganik dibuang ke parit atau rumpukan pelepah apabila terjadi kelebihan pupuk yang diecer. Penguntilan pupuk Penguntilan pupuk merupakan kegiatan membagikan pupuk dari karung besar ke karung kecil sesuai dengan dosis rekomendasi. Penguntilan pupuk bertujuan memudahkan pemupukan dan memudahkan dalam pengangkutan serta dosis aplikasi lebih tepat. Standar kerja pekerja until pupuk adalah 1 750 kg pada hari senin sampai sabtu kecuali hari jumat 1 500 kg. Penguntilan pupuk yang dilakukan belum sesuai dengan prosedur, pupuk yang di until masih berbentuk gumpalan sehingga bobot pupuk tidak sesuai dengan dosis rekomendasi. Pengeceran pupuk Pengeceran pupuk merupakan kegiatan menempatkan untilan-untilan pupuk pada baris-baris dalam blok. Pupuk diecer pada tiap 4 jalur atau baris, banyaknya untilan yang diecer didasarkan pada dosis pupuk yang digunakan. Kendala yang umum terjadi adalah angkutan yang digunakan untuk mengecer pupuk datang tidak tepat waktu sehingga menyebabkan kegiatan pemupukan pun terhambat. Perlu dilakukan koordinasi yang baik antara mandor transportasi dengan mandor pemupukan sehingga masalah tersebut bisa diantisipasi. Aplikasi pupuk anorganik Dosis aplikasi pupuk bergantung pada jenis pupuk rekomendasi. Rotasi aplikasi pupuk berdasarkan stok di gudang. Pemupukan NPK dilakukan 3 kali dalam setahun dengan dosis aplikasi 1.75 kg pokok-1, aplikasi urea sekali setahun begitu juga dengan MOP, Kieserit dan HGFB. Dosis aplikasi urea adalah 0.75 kg pokok-1, MOP sebanyak 0.5 kg pokok-1, Kieserit 0.75 kg pokok-1, dan HGFB 0.05 kg pokok-1. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur atau disebar diantara dua pokok sawit dan rumpukan pelepah sawit. Kegiatan pemupukan anorganik sering mengalami masalah diantaranya adalah pekerja mengaplikasikan pupuk tidak sesuai dosis yang telah diinstruksikan, apabila ada kelebihan pupuk akibat
7
kelalaian pekerja ecer pupuk maka tindakan yang dilakukan pemupuk adalah membuang dan menyebarnya di sekitar pokok sawit terdekat atau bahkan dibuang di parit. Pengawasan kegiatan pemupukan oleh mandor dan asisten harus dilakukan secara benar sebab dana yang paling besar dikeluarkan perusahaan adalah biaya untuk mengadakan pupuk anorganik. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Kegiatan pemupukan anorganik di Kebun Talisayan 1 Aplikasi janjang kosong Janjang kosong (JJK) merupakan salah satu produk dari pengolahan minyak di pabrik. Aplikasi dilakukan secara manual yaitu di tumpuk di gawangan mati atau di sekitar pokok sawit. Seorang karyawan harus menyelesaikan 3 ton JJK dalam 7 jam kerja. Dosis aplikasi JJK adalah 200 kg pokok-1. Pengaplikasian janjang kosong membutuhkan lahan yang luas dan memerlukan waktu yang lama untuk bisa terurai maka perlu dilakukan inovasi pengolahan JJK menjadi pupuk organik siap pakai. Inovasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan pupuk organik yang berasal dari janjang kosong. Aplikasi limbah cair Limbah cair adalah air limbah yang terbuang dari stasiun pengutipan minyak. Limbah cair dari pabrik mengandung minyak sekitar 0.5%, juga zat-zat organik lain sisa-sisa sel minyak, protein, senyawa anorganik, pasir dan lain-lain (Mangoensoekarjo dan Semangun 2000). Instalasi pengolahan limbah berupa kolam (aerobik dan anaerobik atau fakultatif). Limbah cair yang diaplikasikan ke lahan berguna mengembalikan unsur hara ke tanah, juga sebagai sumber humus dan mengurangi biaya pembelian pupuk anorganik. Aplikasi limbah cair (POME) tidak dilakukan pada seluruh blok pada kebun, karena mempertimbangkan pencemaran lingkungan yang dikhawatirkan terjadi. Blok yang mendapat aplikasi seluas 120 ha yang merupakan blok yang berada di sekitar pabrik yakni blok H19, H20, I19 dan I20.
Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan pengganggu dan merugikan bagi pertumbuhan tanaman utama khususnya bagi tanaman kelapa sawit, selain itu mengganggu pekerja dalam melakukan pekerjaan serta menurunkan nilai estetika kebun sehingga perlu dikendalikan. Pengendalian gulma di Kebun TS 1 dilakukan dengan cara kimiawi dan manual.
8
Penyemprotan (chemist) Penyemprotan adalah tindakan mengendalikan gulma secara kimiawi. Penyemprotan dilakukan oleh tim chemist yang beranggotakan 6-8 orang. Penyemprotan gulma dilakukan di piringan, pasar rintis, dan pasar tengah. Gulma yang banyak dijumpai adalah jenis gulma berdaun lebar dan rumput seperti Sida rombifolia, Micania micrantha, Ageratum conizoides, Setaria plicata, Cyperus rotundus dan lainnya. Herbisida yang digunakan adalah Ally dengan dosis 0.25 liter ha-1 dan Rambo dosis 0.25 liter ha-1. Standar yang digunakan untuk chemist per pekerja adalah 5.5 ha atau 22 baris tanaman, umumnya chemist dilakukan 2 kali dalam setahun. Aplikasi herbisida sinergis antara Rambo dan Ally akan terlihat pengaruhnya jangka waktu 3 hari. Herbisida ini merupakan herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh. Rotasi chemist yang lama menyebabkan gulma tumbuh subur sehingga sulit dikendalikan, rumpukan pelepah yang tidak teratur menyulitkan kegiatan penyemprotan. Jenis herbisida dan dosis yang di aplikasikan umumnya berdasarkan keputusan pihak atasan. Penggunaan herbisida sejenis pada putaran rotasi chemist berikutnya dapat menyebabkan gulma akan bersifat resisten dan lebih sulit untuk dikendalikan sehingga perlu dilakukan pengkombinasian jenis herbisida yang berbeda berdasarkan analisis lembaga riset kebun. Pengendalikan gulma lalang (Imperata cilindrica) di Kebun Talisayan 1 disebut dengan hand spraying. Teknik ini diterapkan pada kebun yang kondisi lalangnya sudah normal. Penyemprotan herbisida menggunakan hand sprayer ( volume laruran 1-2 liter) pada seluruh bagian lalang. Bahan yang digunakan adalah Glyphosat IPA dengan konsentrasi 0.01 (1 %). Prinsip penerapan teknik ini yakni lalang harus bebas dari legume cover crop (LCC) atau gulma lainnya agar penyemprotan larutan lebih merata membasahi helaian daun lalang. Pemakaian arit atau sabit mutlak diperlukan untuk memisahkan gulma lain dari lalang. Pengendalian manual Pengendalian manual menggunakan alat cados (cangkul kecil dengan lebar lebih kurang 14 cm) dengan cara membongkar gulma sampai perakarannya. Pengendalian manual bertujuan menjaga kebersihan pokok sawit dan areal disekitarnya dari gulma berkayu, tukulan (buah lepas yang tumbuh) ataupun benda lain yang mengganggu pertumbuhan sawit. Penggunaan parang babat tidak dibenarkan, akan tetapi karena jumlah cados yang terbatas maka pekerja menggunakan parang untuk membongkar gulma. Pengendalian ini dinilai kurang efektif, karena umumnya pekerja tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang berlaku seperti membongkar gulma berkayu tidak sampai perakarannya. Pengawasan yang ketat perlu dilakukan asisten dan mandor sehingga pekerja dapat bekerja dengan baik.
Pengendalian Hama dan Penyakit Deteksi hama dan penyakit segera mungkin perlu dilakukan guna mencegah terjadinya serangan yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Tindakan pencegahan akan mendukung palaksanaan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Pemanfaatan musuh alami sangat diutamakan sehingga dapat meminimalkan penggunaan pestisida yang dapat merusak lingkungan.
9
Pengendalian ulat api dan ulat kantong di Kebun TS 1 dilakukan dengan cara fogging dan pengendalian alami oleh burung hantu (Tyto alba) untuk mengendalikan tikus. Fogging Serangan ulat api dan ulat kantong dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan. Akibat serangan tersebut menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) yang berdampak pada penurunan produksi kelapa sawit. Ulat api yang umum dijumpai adalah Setothosea asigna, cara pengendaliannya dengan fogging atau pengasapan. Fogging dilakukan apabila dalam blok telah terserang hama golongan berat yaitu lebih dari 10 ekor. Fogging dilakukan saat malam hari karena ulat api merupakan hewan nocturnal. Insektisida sistemik yang digunakan adalah Decis dengan konsentrasi 6 % dan Siperi konsentrasi 8 %, banyaknya larutan yang diaplikasikan adalah 0.2 liter ha-1. Pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi populasi sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak terjadi secara tiba-tiba sehingga pengamatan yang baik perlu dilakukan. Semakin cepat diketahui gejala serangan hama, maka akan memudahkan dalam pengendalian dan luas areal yang terserang lebih terbatas. Burung hantu Tikus merupakan salah satu jenis hama yang sangat merugikan karena memakan buah yang masih berada pada pokok sawit. Pengendalian tikus secara alami dilakukan menggunakan burung hantu karena merupakan predator alami tikus. Jenis tikus yang banyak dijumpai pada perkebunan kelapa sawit adalah Rattus rattus tiomanicus, R. Argentiventer dan R. diardii. Seekor burung hantu mampu memangsa 5 ekor tikus tiap harinya. Burung ini ditempatkan pada kandang yang disebut gupon. Gupon ditempatkan pada tiga afdeling. Afdeling 1, gupon ditempatkan pada blok G14, H11, H15, I14, dan F13, afdeling 2 di blok H22, H23, I20 dan G19 sementara untuk afdeling 3 diletakan di blok G24, G26, H24, H25, H27, H29, H31, I24 dan I27. Monitoring keberadaan burung dilakukan setiap bulan dengan cara mengidentifikasi adanya kotoran di sekitar kandang. Sensus bunga jantan dan bunga betina Sensus bunga jantan dan bunga betina dilaksanakan sebulan sekali oleh pekerja sensus dilakukan pada blok yang produksinya paling rendah. Sensus bertujuan mendata jumlah bunga jantan dan bunga betina. Cara melakukan sensus adalah menandai bunga jantan, bunga betina dan buah yang baru muncul pada pokok sawit yang mendapat perlakuan stressing. Stressing adalah kegiatan menghilangkan sejumlah pelepah hingga menyisakan satu putaran pelepah atau sangga satu. Tujuan streesing adalah merangsang pembentukan bunga jantan pada pokok sawit. Pokok sawit yang tercekam akan membentuk bunga baru sebagai bentuk adaptasi.
Pemeliharaan Jalan Jalan merupakan aspek penting dalam perkebunan sebab sangat mempengaruhi kelancaran pengangkutan buah dari kebun menuju pabrik. Jalan
10
rusak menyebabkan terhambatnya buah masuk ke pabrik. Buah restan berpengaruh terhadap menurunnya nilai berat janjang rata-rata (BJR) dan meningkatkan nilai asam lemak bebas (ALB). Pemeliharaan jalan sangat diperlukan guna memperlancar, mempermudah dan mempercepat pengangkutan tandan buah segar (TBS). Kondisi jalan yang bagus adalah jalan yang tidak mengenal cuaca yang kondisinya baik saat kering maupun basah. Setiap selesai panen pada satu pasar rintis, maka TBS yang dipanen harus langsung dikeluarkan ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan transportasi TBS dapat segera dimulai . Kerani panen harus secepatnya memeriksa dan menerima buah di TPH.
Panen Panen merupakan kegiatan yang paling penting pada perkebunan kelapa sawit. Pekerjaan panen buah dapat menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan dan karyawan melalui penjualan minyak sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Kegiatan utama panen adalah memotong buah sebanyak-banyaknya dan mengantarnya ke pabrik dengan cara dan waktu yang tepat karena dapat mempengaruhi jumlah minyak yang dihasilkan dan kandungan asam lemak bebas (ALB). Produksi sawit akan maksimal jika tingkat kehilangan di lapang maupun di pabrik dapat diminimalkan. Sumber kehilangan di lapangan diantaranya: 1. Buah mentah 2. Buah masak yang ditinggal di pokok (tidak di panen) 3. Buah lepas tidak dipungut 4. Buah masak dicuri 5. Buah restan Produksi yang maksimal dan nilai ALB yang rendah erat kaitannya dengan rotasi panen sebab mempengaruhi transport buah dan pengolahan di pabrik. Usaha yang perlu dilakukan adalah menormalkan pusingan atau rotasi panen agar buah terpanen secara maksimal. Persiapan panen Kegiatan potong buah perlu direncanakan dengan baik agar tercapai keberhasilan produksi yang efektif dan efisien. Persiapan panen yang perlu dilakukan ialah taksiran produksi harian (taksasi), peralatan panen yang digunakan, alat perlindungan diri (APD), pembagian seksi panen, hancak panen dan kebutuhan pemanen. Tugas asisten adalah mengarahkan dan menghimbau agar karyawan dapat bekerja sesuai prosedur dan aturan yang telah ditetapkan, membahas dan mengevaluasi hasil kerja karyawan. Pemanenan sawit disusun menjadi 6 kelompok atau seksi tiap afdeling (Tabel 3). Seksi panen ialah luasan areal yang harus di panen dan diselesaikan dalam satu hari panen. Pembagian seksi panen bertujuan agar satu seksi dapat diselesaikan sehari sehingga rotasi panen normal, memudahkan pindah hancak dari satu blok ke blok yang lain, memudahkan kontrol mandor dan asisten, transportasi buah lebih efisien, serta output pemanen lebih tinggi. Rotasi yang digunakan adalah 6/7 yang berarti bahwa setiap satu minggu terdapat 6 hari kerja dan setiap hari harus dapat menyelesaikan satu seksi panen.
11
Seksi
a
Tabel 3 Seksi panen afdeling 1 Kebun Talisayan 1a Tahun tanam Blok Luas (ha)
A
2005, 2006
B
2005
C
2005, 2006
D
2005, 2006
E
2005
F
2005
I11, I12, I13, I14, I15, J16 H6, H7, H8, H9, H10, I7, I8, I9, I10 E12, E13,E14, F9, F10, G9, G10 F11, F12, F13, F14, F15 G11, G12, G13, G14, G15 H11, H12, H13, H14, H15
∑ pokok
162
23 378
187
31 151
152
21 934
144
21 477
148
21 142
152
21 711
Sumber: Kantor besar (April 2013)
Kriteria matang panen Pemotongan buah berdasarkan kriteria matang panen yaitu indikator buah sawit yang layak untuk dipanen secara tepat. Buah layak panen menurut perusahaan ialah terdapat satu buah lepas per tandan buah segar (TBS). Pemotongan buah mentah akan merugikan perusahaan sebab minyak yang dihasilkan sedikit dan dapat menyerap minyak yang sudah diolah sehingga meningkatkan losses minyak di pabrik, sementara itu juga menyebabkan pokok sawit mengalami cekaman akibat buah dipanen sebelum waktunya. Penerapan satu buah lepas per tandan sebagai kriteria matang panen ditujukan untuk menjaga rotasi panen tetap normal. Kerapatan matang panen Kerapatan matang panen merupakan persentase jumlah buah matang siap panen. Cara penentuan kerapatan matang panen adalah dengan menghitung banyaknya buah yang dapat dipanen pada beberapa sampel blok. Sampel yang digunakan sebanyak 10% dari luasan areal blok. Kerapatan matang panen pada saat pengamatan adalah 60% yang menunjukan bahwa kerapatan panen sangat tinggi. Rumus yang digunakan untuk menghitung kerapatan matang panen adalah sebagai berikut: Kerapatan matang panen =
x 100%
Taksiran produksi (Taksasi) Taksasi adalah kegiatan meramalkan jumlah produksi TBS pada suatu luasan tertentu yang umumnya dalam satu seksi panen. Kegiatan ini dilakukan setiap hari untuk dapat menentukan budget atau target produksi harian, keperluan jumlah pemanen dan jumlah unit pengangkut buah. Penentuan taksasi dilakukan dengan cara mengambil 3 sampel blok dalam setiap seksi panen dan setiap blok diambil 3 ha (10% dari luas blok). Taksiran produksi dapat ditentakan dengan rumus: Taksasi= L x K x P x B Keterangan: L= luas areal panen (ha)
12
K= kerapatan matang panen (%) P= jumlah rata-rata pokok per blok B= basis panen (kg) Umumnya, realisasi hasil produksi dan jumlah tenaga kerja panen tidak sesuai dengan taksasi yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan jumlah buah masak di pokok sawit berbeda dengan jumlah yang ditaksirkan serta pembatasan jumlah tenaga kerja panen yang dilakukan pihak kebun sehingga hasil produksi dapat melebihi target atau kurang target. Peralatan panen Pemanen diwajibkan membawa peralatan panen dan menggunakan alat perlindungan diri (APD) secara lengkap agar pelaksanaan panen berjalan lancar dan keselamatan kerja pun terjaga sehingga mendapatkan output yang maksimal. Daftar peralatan panen dan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Alat panen dan fungsinya di Kebun Talisayan 1a No Nama alat Fungsi Keterangan 1. Dodos potong buah pada pokok pisau lebar bergagang rendah panjang dengan ukuran 8-14 cm 2. egrek potong buah pada pokok berbentuk seperti sabit (harvesting tinggi dengan tiang panjang pole) sekitar 3-12 m 3. kereta sorong troli angkut buah ke TPH troli atau kereta dorong (angkong) beroda satu 4. Gancu mengangkat buah besi berbentuk mata kali 5. tojok/tombak memindahkan TBS ke alat besi beton yang transport panjangnya disesuaikan kebiasaan setempat 6. karung wadah untuk buah lepas 7. batu asah pengasah dodos dan egrek 8. sarung dodos membungkus mata pisau terbuat dari kain tebal dan egrek dodos dan egrek atau menggunakan karet ban 9. Helm pelindung kepala 10. sarung tangan pelindung tangan dari duri sawit 11. Parang memotong gagang buah 12. sepatu boot pelindung kaki a
Sumber: Data pengamatan (Februari 2013)
Alat-alat panen disediakan semua oleh pihak perusahaan, hanya kereta sorong yang pengadaannya oleh perusahaan akan tetapi pekerja harus membayar setengah harga. Di lapang terdapat pemanen yang melanggar peraturan yang berlaku, Peralatan panen sering ditinggalkan di rumah dan APD tidak dikenakan secara lengkap yang dapat menyebabkan pemanen terluka akibat kecelakaan dan kegiatan panen buah terhambat.
13
Kebutuhan Tenaga Kerja Panen Keselarasan antara luas area dan estimasi produksi dalam setiap seksi panen harus direncanakan dengan baik karena dapat menentukan keefektifan jumlah tenaga kerja panen yang dibutuhkan. Rasio untuk tenaga panen adalah 1:18, yang berarti bahwa seorang pemanen diharuskan menyelesaikan 18 ha dalam satu kali rotasi panen. Kualitas dari penanen perlu mendapat perhatian agar pemanen dapat bekerja secara optimal. Kebutuhan tenaga panen dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: T= (LxKxBxP)/Bp Keterangan: L= luas areal panen (ha) K= kerapatan matang panen (%) B= berat janjang rata-rata (kg) P= jumlah rata-rata pokok per blok Bp= basis panen (kg) Rotasi panen di Kebun TS 1 yang lambat akibat buah banyak menyebabkan terjadinya kekurangan jumlah tenaga panen. Kurangnya jumlah pemanen mempengaruhi jumlah buah yang dipanen. Penambahan jumlah tenaga kerja menjadi pertimbangan bagi perusahaan sebab berdampak pada penyediaan fasilitas. Pada bulan–bulan tertentu kondisi buah menurun sehingga kebutuhan pemanen lebih sedikit sehingga sebagian pemanen dialihkan ke pekerjaan lain. Pelaksanaan panen Pekerja panen diharuskan melakukan pekerjaan potong buah sesuai prosedur yang berlaku. Pemanen bertugas menuliskan nomor hanca pada pokok sawit sebelum panen, kemudian memotong buah matang, menurunkan semua pelepah sengkleh dan menumpuk di gawangan mati, memungut buah lepas, mengangkut buah dan buah lepas ke TPH. Pelanggaran masih sering terjadi di lapang diantaranya pemanen masih sering memotong buah mentah, buah lepas tidak dipungut, pelepah sengkleh tidak diturunkan dan pelepah tidak dirumpuk rapi. Kurangnya pengawasan mengakibatkan pelaksanaan panen tidak berjalan dengan baik, sehingga pengawasan dan pemeriksaan sangat diperlukan. Pengangkutan TBS Pengangkutan TBS terbagi menjadi dua bagian yaitu pemuatan ke TPH dan pengangkutan dari TPH menuju pabrik. Tandan buah yang sudah dipanen harus sesegera mungkin diangkut ke pabrik agar langsung diolah. Buah yang tertinggal didalam blok menyebabkan nilai ALB meningkat sehingga menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan. Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), menyatakan bahwa peningkatan nilai ALB dipengaruhi oleh tiga peristiwa yakni pertama degradasi biologis, buah menjadi lewat matang atau busuk. Kedua, jatuhnya buah saat dipenen yang menyebabkan buah menjadi tergores dan memar. Peristiwa ketiga, penanganan (handling) buah saat diangkut ke TPH dan pengangkutan menuju pabrik. Pengangkutan TBS yang lancar didukung oleh kondisi jalan yang bagus dapat menjaga kualitas minyak yang dihasilkan. Keadaan topografi dan kondisi jalan sangat berkaitan apalagi pada musim hujan dapat menjadi kendala yang penting. Kendala jalan akibat hujan menyebabkan panen tertunda, buah tidak terangkut pada hari panen dan banyak
14
yang busuk di lapangan. Pengangkutan tandan dilakukan oleh tim transportasi yang terdiri dari seorang driver dan 3 orang pemuat (peloading) pada tiap unit kendaraan. Setiap hari dilakukan rotasi atau pergiliran unit angkutan dan pemuatnya. Seorang supir harus memuat sebanyak 6 ton sedangkan peloading yakni 3 ton. Selain pemanen, tenaga angkut buah juga mendapat premi apabila mencapai basis angkut. Tenaga angkut mendapat Rp 8 000 untuk setiap satu ton lebih borong. Penanganan TBS oleh peloading di Kebun TS 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
a
b
Gambar 3 (a) Kegiatan dan (b) kesalahan yang terjadi pada proses pemuatan buah di Kebun Talisayan 1 Cara memuat tandan dilakukan secara manual, cara ini banyak menimbulkan kerusakan sebab buah memar. Mangoensoekarjo dan Semangun (2000) menyatakan cara yang banyak digunakan di Malaysia adalah menggunakan jaring yang terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan kuat dengan lubang besar pada bagian luar dan lapisan dalam yang berlubang kecil agar brondolan tidak keluar dari jaring plastik. Pemanen disediakan jaring untuk memuat tandan dan brondolan sehingga sampai lokasi pabrik masih dalam keadaan didalam jaring. Kelemahan cara ini adalah butuh biaya banyak untuk pengadaan jaring termasuk juga perawatannya sedangkan keuntungannya adalah gesekan antar buah yang terjadi lebih sedikit, tenaga kerja yang digunakan untuk muat buah lebih sedikit dan pemuatan ke kendaraan lebih cepat. Teknik seperti ini dapat dijadikan rekomendasi bagi perusahaan-perusahaan sawit di Indonesia. Sistem panen dan premi panen Sistem panen yang diterapkan di Kebun TS 1 adalah sistem panen hanca tetap tiap kemandoran, pekerja mendapat hanca yang sudah ditentukan. Pengaturan jumlah tenaga kerja kurang dilakukan, yaitu tidak dilakukan penambahan atau pengurangan meskipun nilai kerapatan panen berubah, hal ini dilakukan mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pekerja dan penyediaan fasilitas hidup selama jadi pekerja. Saat musim panen puncak, kebijakan yang diterapkan berupa familly harvesting yaitu mengikutsertakan istri pemanen menjadi pekerja panen dengan tujuan dapat meningkatkan output karena dilakukan pembagian tugas. Basis panen untuk sistem family harvesting yaitu dua kali basis panen biasa. Basis panen ialah jumlah output standar yang harus dicapai pemanen dalam satu hari kerja (HK). Pemanen akan mendapatkan premi atas prestasi kerjanya karena melebihi basis borong harian. Basis panen yang ditetapkan di afdeling 1
15
adalah 110 janjang. Pemanen yang mencapai basis akan mendapat premi sebesar Rp 8500, dan sebesar Rp 650 untuk tiap kelebihan janjang dari basis siap borong. Premi panen tidak hanya diberikan kepada tenaga kerja panen kelapa sawit, tetapi juga diberikan kepada kerani panen, mandor panen serta mandor 1. Perhitungan premi panen adalah sebagai berikut: 1. Kerani panen 2. Mandor panen 3. Mandor 1
(
(
)
(
) )
Penjelasan dari perhitungan premi yaitu bahwa total siap borong adalah jumlah tenaga kerja panen yang mencapai basis panen di kali rupiah basis panen. Premi adalah jumlah janjang lebih basis di kali dengan rupiah tiap janjang. Basis panen yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya pelanggaran seperti memanen buah mentah, meninggalkan buah lepas di TPH, meninggalkan pelepah sengkleh dan tidak menumpuk di gawangan mati demi mengejar basis panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen bertugas memotong buah, memungut buah lepas dan mengangkut ke TPH. Penentuan jumlah tenaga kerja adalah dengan mempertimbangkan estimasi produksi kelapa sawit (ton ha-1), output pemanen, keseragaman tanaman dan kondisis topografi lahan. Indeks tenaga panen yang digunakan di Kebun TS 1 adalah 0.08 ha-1. Kebutuhan tenaga kerja panen kelapa sawit di afdeling 1 dengan luas 945 ha adalah 75 orang, akan tetapi di lapang jumlah tenaga panen sebanyak 52 orang sehingga masih terjadi kekurangan tenaga kerja panen sebanyak 23 orang. Tenaga panen umumnya mendapat basis panen sehingga produktvitas kerja sebesar 1210 kg HK-1 yang didapat dari 110 janjang dikali bobot janjang rata-rata (BJR) 11 kg. Kondisi buah yang banyak dan basis panen yang tinggi menyebabkan pamanen meninggalkan buah lepas di piringan untuk memenuhi basis panen. Umumnya di perkebunan kelapa sawit menetapkan kebutuhan tenaga pemungut buah lepas yang jumlahnya sama dengan pemanen (1:1) yang bertujuan agar sinergi dalam menyelesaikan hanca kerja. Pekerjaan panen dilakukan sendiri oleh pemanen tanpa ada tenaga pembantu sebab di Kebun TS 1 tidak terdapat tenaga pemungut buah lepas. Saat terjadi panen puncak maka dilakukan sistem family harvesting yang mengikutsertakan istri pemanen untuk membantu pemanen dengan catatan basis panen menjadi dua kali lipat yaitu harus mendapat 220 janjang. Sistem ini lebih efektif karena perusahaan tidak perlu menyediakan atau melakukan penambahan fasilitas.
16
Analisis Faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja Panen Pengamatan produktivitas kerja yang dilakukan pada 76 orang tenaga kerja panen kelapa sawit di Kebun TS 1 diharapkan menunjukan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pemanen diantaranya pendidikan (X1), jumlah tanggungan (X2), umur (X3) lama kerja (X4), dan faktor penunjang yaitu suku daerah dan pekerjaan sebelumnya. Pendidikan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha yang secara sadar dalam menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran maupun dengan pelatihan bagi peranannya di masa mendatang. Kegiatan ini diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan luas, berpengalaman dan berkualitas. Potensi karyawan untuk melaksanakan pekerjaan erat hubungannya dengan pendidikan karena dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan tingkah laku. Menurut Tanto et al. (2012) pengetahuan yang tinggi, keterampilan dan kepercayaan diri dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan sehingga terwujud produktivitas kerja yang baik. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan prestasi pekerja panen kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Komposisi pekerja panen berdasarkan tingkat pendidikan di Kebun Talisayan 1a Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Total a
Jumlah (orang) 3 35 31 7 76
Persentase (%)
Rataan upah+premi (Rp)
3.94 46.06 40.78 9.22 100
2 226 365 2 612 222 2 587 410 2 239 187 9 665 184
Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa responden pekerja panen kelapa sawit di Kebun TS 1 umumnya berpendidikan SD/sederajat. Pendapatan tertinggi diraih pemanen yang berpendidikan SD/sederajat yaitu sebesar Rp 2 612 222 dan terjadi penurunan pendapatan dengan meningkatnya tingkat pendidikan. Pekerja yang berpendidikan SMP/sederajat mendapat upah dan premi sebesar Rp 2 587 410 sedangkan yang berpendidikan SMA/sederajat Rp 2 239 187. Pendapatan terendah didapat oleh tenaga kerja yang tidak sekolah. Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang negatif terhadap prestasi tenaga kerja panen. Semakin meningkat tingkat pendidikan, penghasilan yang didapat semakin menurun. Hal ini berbeda dengan pernyataan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka tinggi pula prestasi kerjanya. Keterampilan, kekuatan fisik, dan ketelitian sangat diutamakan dalam kegiatan panen kelapa sawit. Pemanen harus melakukan panen dengan cara yang tepat serta mengetahui tingkat kematangan buah agar mendapat hasil yang maksimal. Panen dengan cara yang tepat dapat mempengaruhi kuantitas output yang dihasilkan sedangkan panen dengan waktu yang tepat dapat mempengaruhi kualitas output yang dihasilkan (Suyastiri et al. 2007).
17
Jumlah tanggungan diasumsikan dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen. Semakin banyak jumlah orang yang di tanggung dalam keluarga maka semakin tinggi prestasi kerja pemanen sehingga pendapatannya semakin tinggi. Penghasilan yang didapat oleh pemanen berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan jumlah tanggungana Jumlah tanggungan Rataan upah + premi Jumlah (orang) Persentase (%) (orang) (Rp) 0 18 23.68 2 371 799 1 6 7.89 2 337 701 2 21 27.63 2 596 815 3 17 22.37 2 480 258 4 9 11.84 2 864 030 5 4 5.26 2 526 318 6 1 1.32 4 044 748 Total 76 100 19 221 669 a
Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)
Jumlah tanggungan akan mempengaruhi perekonomian keluarga. Hal ini berakibat pada meningkatnya kebutuhan ekonomi yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Kurniawati et al. 2008). Pekerja panen yang mempunyai tanggungan lebih banyak akan lebih bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas hidup dan menyejahterakan kehidupan keluarga sehingga memacu kerja lebih keras agar mendapat premi yang lebih banyak. Pekerja panen dengan jumlah tanggungan sebanyak 6 orang menunjukan prestasi yang paling tinggi yaitu memperoleh upah dan premi yang paling besar. Pekerja dengan jumlah tanggungan 4 orang mendapat upah dan premi yang lebih besar dibandingkan pekerja yang memiliki jumlah tanggungan 5 orang. Fakta ini menunjukkan kemungkinan adanya jumlah optimal tanggungan dari tenaga kerja panen. Pekerja panen yang belum memiliki tanggungan mendapatkan upah dan premi paling sedikit dibandingkan dengan yang lain. Usia mempunyai peranan yang cukup penting dalam melakukan aktivitas panen kelapa sawit. Kegiatan panen kelapa sawit merupakan jenis pekerjaan yang berat dan memerlukan kondisi fisik yang prima. Kondisi fisik erat kaitannya dengan tingkat usia (Tabel 7). Pada umumnya kinerja maupun produktivitas tenaga kerja akan menurun seiring dengan meningkatnya usia. Tabel 7 Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan tingkat usiaa Usia (tahun) Jumlah Persentase (%) Rataan upah+premi (Rp) (orang) 19-29 36 47.37 2 374 340 30-41 30 39.47 2 804 192 42-55 8 10.53 2 374 339 >55 2 2.63 1 951 038 Total 76 100 9 503 909 a
Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)
18
Tabel 7 menunjukkan persentase terbesar tenaga kerja panen berumur 19-29 tahun, akan tetapi dari segi pendapatan golongan usia 30-41 tahun yang memperoleh penghasilan tertinggi yaitu Rp 2 804 192 dan semakin menurun dengan bertambahnya usia. Pekerjaan panen memerlukan kondisi fisik yang kuat, jadi semakin meningkatnya usia kekuatan tubuhnya akan menurun. Pemanen berusia muda umumnya memiliki fisik kuat, akan tetapi sebagian belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan sehingga tidak terlalu berambisi untuk meningkatkan kinerja. Premi yang didapat sudah mencukupi kehidupannya. Produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit dipengaruhi oleh lama kerja. Lama kerja akan mempengaruhi tingkat ketrampilan dan pengalaman pekerja. Bertambahnya lama kerja akan diikuti dengan peningkatan kinerja sehingga produktivitas kerja pun akan meningkat. Pekerja panen di Kebun TS 1 didominasi oleh pekerja dengan lama kerja 1-24 bulan yaitu sebanyak 46 orang (59.74%) sementara terdapat sedikit pekerja dengan masa kerja yang lama. Pengaruh lama masa kerja terhadap produktivitas kerja ditunjukan pada Tabel 8. Tabel 8 Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan lam kerjaa Lama kerja Jumlah Persentase (%) Rataan upah + premi (bulan) (orang) (Rp) 01-24 45 59.21 2 459 295 25-48 22 28.95 2 654 635 49-72 5 6.58 2 737 812 73-96 4 5.26 2 807 893 Total 76 100 10 659 635 a
Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)
Masa kerja (lama kerja) berpengaruh terhadap produktivitas kerja pemanen, semakin lama bekerja maka pendapatan yang didapat pemanen semakin besar, hal tersebut menunjukan bahwa prestasi kerja semakin bagus dengan bertambahnya masa kerja. Pekerja dengan masa kerja yang lama memiliki banyak pengalaman, lebih terampil menyelesaikan pekerjaannya, lebih paham akan tugasnya dan lebih taat terhadap peraturan yang diterapkan perusahaan sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja. Analisis regresi dan uji-t dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran bahwa tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat usia dan lama kerja secara parsial dapat menentukan dan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit. Berdasarkan analisis regresi linear berganda didapat persamaan sebagai berikut: Y = 1,898 - 0,024 X1 + 0,259 X2 - 0,169 X3 + 0,519 X4 Konstanta bernilai positif yaitu sebesar 1.898 yang diartikan bahwa variabel terikat yaitu produktivitas tenaga kerja panen akan bernilai 1.898 jika variabel bebas tetap atau tidak mengalami penambahan dan pengurangan. Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit adalah lama masa kerja, dilihat dari nilai P yaitu 0.001 yang kurang dari taraf satu persen (1%). Adapun hasil analisis regresi produktivitas tenaga kerja panen dapat dilihat pada Tabel 9.
19
Tabel 9 Koefisien regresi serta uji-t dari faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawita Variabel
Koefisien regresi
T-hitung
P
Konstanta
1.898
3.02
0.004
Tingkat pendidikan(X1) Jumlah tanggungan(X2) Usia (X3) Lama kerja (X4) R2 R2 (adj)
-0.024 0.259 -0.168 0.519 16.4 % 11.6 %
-0.16 1.39 -0.82 3.39
0.876 0.168 0.416 0.001*
Hasil TSb TS TS SSc
a
Sumber: Analisis Data Primer (Mei 2013) * berpengaruh signifikan pada taraf 1%, bTS= tidak signifikan, cSS= sangat signifikan
Faktor penentu lain seperti tingkat pendidikan, usia, dan jumlah tanggungan bukan tidak mempunyai pengaruh akan tetapi nilainya kecil. Nilai koefisien regresi lama kerja sebesar 0.519 yang menunjukan bahwa dengan bertambahnya satu tahun lama kerja maka akan meningkatkan produktivitas pekerja sebesar 51.9 %. Perlu dilakukan pelatihan, pendidikan dan pemberian motivasi bagi pekerja panen sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja. Tenaga kerja panen kelapa sawit yang termotivasi akan berupaya mewujudkan keinginannya dengan bekerja lebih giat. Nilai koefisien determinasi (R2) yang didapat adalah 16.4 % yang menunjukan bahwa keragaman variabel tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, umur dan lama kerja menentukan produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit di Kebun TS 1 sebesar 16.4 %. Kinerja dan produktivitas tenaga kerja panen sebesar 83.6 % ditentukan oleh variabel-variabel lain di luar faktor penentu yang dimasukan dalam model. Faktor penunjang kinerja tenaga kerja panen adalah suku daerah dan jenis pekerjaan sebelum menjadi pemanen sawit. Kedua faktor penunjang kemudian dihubungkan dengan variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja panen yaitu lama kerja. Pengaruh suku daerah terhadap kinerja pemanen dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Komposisi pekerja panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan suku daeraha Jumlah Persentase Rataan Lama Rataan Suku daerah (orang) (%) kerja (bulan) upah+premi (Rp) Sunda 1 1.32 24.0 3 546 260 Bugis 27 35.53 28.8 2 450 895 Toraja 2 2.63 50.4 3 082 759 Timor 41 53.95 28.8 2 641 237 Lombok 5 6.57 18.0 1 929 611 a
Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)
Setiap individu mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Melalui sifat tersebut dapat dilihat karakter dan budaya yang berlaku. Budaya memberikan identitas bagi para anggota organisasi dan membangkitkan komitmen
20
terhadap keyakinan dan nilai yang lebih besar (Pratiwi 2012). Suku daerah mempunyai hubungan yang relatif terhadap produktivitas kerja pemanen. Tenaga kerja panen didominasi oleh suku Timor sebanyak 41 orang (53.95 %) dan Bugis sebanyak 27 orang (35.53 %) selebihnya berasal dari suku Lombok, Toraja dan Sunda. Pemanen asal sunda dengan lama kerja 24 bulan mendapat upah dan premi paling tinggi dibandingkan pekerja lain. Pekerja yang berasal dari suku Toraja dengan lama kerja 50.4 bulan mendapatkan upah dan premi terbanyak kedua setelah suku Sunda. Suku daerah hubungannya relatif terhadap kinerja pekerja panen kelapa sawit, dapat dikatakan subyektif akan tetapi jika didukung dengan masa kerja yang lama dapat meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja panen. Kinerja karyawan ditentukan oleh berat tidaknya jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan sebelumnya dapat mempengaruhi produktivitas kerja pemanen (Tabel 1). Pekerja yang berlatar belakang kerja di perkebunan sawit akan memiliki kinerja yang lebih bagus dibandingkan dengan pekerjaan lain. Noviarini (2011) menyatakan karakteristik pekerjaan berpengaruh terhadap kinerja karyawan, Hal ini disebabkan pekerjaan yang memiliki arti penting bagi pekerja dapat menciptakan ikatan emosional dan keterlibatan pekerja. Karakteristik pekerjaan akan menciptakan komitmen pekerja yang dapat meningkatkan kinerja. Tabel 11 Komposisi pekerjaan panen Kebun Talisayan 1 berdasarkan jenis pekerjaan sebelumnyaa Jenis pekerjaan Jumlah Persentase Rataan masa Rataan upah + (orang) (%) kerja (bulan) premi (Rp) petani 16 21.05 26.4 2 677 559 buruh bangunan buruh pabrik perawatan pruning pemanen sawit penambangan pelaut belum bekerja kayu log wiraswasta transportasi a
4
5.26
33.7
2 704 431
4 12 3 17 3 3 5 4 2 3
5.26 15.79 3.94 22.37 3.95 3.95 6.58 5.26 2.63 3.95
42.0 38.4 25.4 22.8 28.0 19.2 24.1 51.0 60.0 12.4
2 630 109 2 529 139 2 578 697 2 567 174 2 159 246 2 025 524 2 403 057 3 120 464 2 886 956 1 881 256
Sumber: Data Pengamatan lapang (Maret 2013)
Tabel 11 menunjukan bahwa pekerja panen yang sebelumnya bekerja sebagai petani dengan rata-rata lama kerja 26.4 bulan dan pemanen sawit 22.8 bulan memiliki persentase paling tinggi yaitu sebesar 22.08 %. Tenaga kerja panen kelapa sawit di Kebun TS 1 didominasi oleh pekerja yang sebelumnya bejerja sebagai petani dan pemanen sawit. Komposisi jenis pekerjaan yang paling sedikit ditempati oleh wiraswasta sebesar 2.63 % dengan lama kerja 60 bulan, sedangkan pendapatan yang paling tinggi Rp 3 120 464 di dapat pemanen yang sebelumnya bekerja di kayu log. Pekerja yang sebelumnya bekerja pada jenis pekerjaan berat dan didukung dengan masa kerja yang lama akan memiliki
21
prestasi kerja yang tinggi di banding jenis pekerjaan yang lebih ringan. Hal ini disebabkan proses adaptasi pada lingkungan dalam kondisi yang berat, sehingga mereka terbiasa dan berpengalaman. Uji koefisien regresi secara simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, umur dan lama kerja secara bersama terhadap produktivitas kerja pemanen. Berdasarkan analisis regresi linear berganda nilai F sebesar 3.47 sedangkan nilai P sebesar 0.012 yaitu P<0.05 sehingga variabel bebas secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pemanen. Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Koefisien regresi serta uji F dari variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawita Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F P bebas kuadrat tengah Regresi 4 18.89 4.72 3.47 0.012* Galat 71 96.64 1.36 Total 75 115.53 a
Sumber: Analisis Data Primer (Mei 2013); * signifikan pada taraf 5%
Manajemen Tenaga Kerja Panen Manajemen merupakan gabungan ilmu dan seni mutlak diperlukan sebagai langkah awal dalam usaha mencapai tujuan. Manajemen tenaga kerja panen meliputi pendayagunaan, pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengembangan unsur tenaga kerja dalam segala kegiatannya demi mencapai tujuan perusahaan. Trismiaty et al. (2008) menyatakan bahwa manajemen yang baik dapat mempermudah proses pemilihan alternatif, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan berupa rencana keuangan, pemasaran dan penetapan sumber daya manusia (SDM) pada bagian yang sesuai keterampilannya dengan tepat dan cepat. Manajemen tenaga kerja pada perusahaan perlu ditingkatkan dengan memberdayakan SDM unggul dan pengelolaan yang baik. Manajemen tenaga kerja yang baik adalah manajemen yang menciptakan keharmonisan diantara pekerja panen, pekerja pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan buah lepas serta pekerja pengolahan hasil kelapa sawit (Hasibuan 2009). Karyawan adalah penentu tercapainya tujuan perusahaan. Tenaga kerja yang handal akan memberi kontribusi yang besar terutama dalam menghasilkan produk yang baik dan kualitas yang baik. Cara yang dapat dilakukan agar terbentuk pekerja yang handal adalah dengan meningkatkan kinerja maupun produktivitas tenaga kerja. Secara tidak langsung dapat memberikan kepuasan kerja bagi pekerja. Produktivitas kerja menunjukkan kemampuan seorang pekerja. Sistem kinerja yang tepat, akurat serta obyektif akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan nyaman sehingga karyawan dapat menjalankan fungsi dan peran sesuai yang diharapkan. Kegiatan panen merupakan kegiatan terpenting dari seluruh kegiatan yang ada pada budidaya kelapa sawit. Keterampilan karyawan akan menunjang tercapainya keberhasilan perusahaan. Tenaga kerja panen diharuskan bekerja sesuai dengan standar dan ketetapan yang berlaku sehingga pekerja harus memiliki pengetahuan yang baik akan kriteria matang panen, teknik
22
panen dan penurunan pelepah dengan alat yang tepat dan cara yang benar. Tugas pemanen adalah memotong semua buah matang, buah mentah yang dipanen nol persen, buah disusun rapi di tempat pengumpulan hasil (TPH), pelepah disusun rapi di gawangan mati, memotong pelepah sengkleh dan administrasi diisi tepat waktu. Turn over (pergantian pekerja) sering terjadi di perkebunan, hal ini disebabkan pekerjaan panen yang tergolong berat. Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk memberikan pelayanan yang baik dan memberikan penghargaan kepada tenaga panen yang berprestasi agar mereka tetap bertahan kerja dan memacu pekerja agar lebih giat bekerja. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh berat dan ringannya suatu pekerjaan atau tanggung jawab yang harus dipikul. Faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan cukup sulit dinyatakan dengan tegas, konsistensi kinerja dapat berubah dari waktu ke waktu. Karyawan yang bekerja dengan disiplin mendapat penilaian yang tinggi dibandingkan karyawan yang tidak disiplin. Cahyono (2012) mengemukakan penilaian kerja mutlak dilakukan oleh perusahaan secara periodik, mengingat sistem penilaian dapat dijadikan sebagai pendukung keputusan manajemen dan agar dinilai sebagai aturan yang dapat dipahami. Produktivitas kerja tenaga kerja panen dipengaruhi oleh variabel bebas yang diamati yaitu tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, umur dan masa atau lama kerja. Perusahaan dapat menggunakan variabel-variabel tersebut sebagai pertimbangan dalam menetapkan aturan dan atau kebijakan sehingga dapat menguntungkan baik bagi perusahaan dan tenaga kerja. Pertimbangan tersebut diantaranya perusahaan menggunakan dan mempertahankan karyawan-karyawan yang telah lama bekerja.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Pengetahuan, kemampuan, serta keterampilan penulis secara umum meningkat setelah mengikuti kegiatan magang. Lama kerja ialah faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit di bandingkan faktor lain dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.519 dan nilai P sebesar 0.001. Semakin lama masa kerja maka produktivitas kerja tenaga kerja panen kelapa sawit akan meningkat. Pengujian regresi secara simultan menunjukan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, umur dan lama kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja panen.
Saran Saran yang diajukan bagi perusahaan adalah pemberian pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kinerja tenaga kerja panen. Selain itu, pemberian motivasi dan pembinaan disiplin perlu dilakukan secara berulang-ulang. Saran bagi penelitian berikutnya adalah menambahkan variabel
23
jumlah pembantu panen dan absensi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap produktivitas kerja pemanen kelapa sawit dan perlu dilakukan pengamatan lanjut terhadap suku dan jenis pekerjaan sebelumnya dengan lama kerja yang sama.
DAFTAR PUSTAKA Cahyono H. 2012. Dispersi penilaian kerja. TPG Media. Rubrik Opini: 25 (kolom 1-5). [Ditjenbun] Direktur Jenderal Perkebunan. 2012. Produksi Kelapa Sawit menurut Propinsi di Indonesia 2008-2012. Jakarta (ID): Direktor Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Hasibuan MAM. 2009. Manajemen tenaga kerja kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun Mentawak, PT Jambi Agro Wijaya, Bakrie Sumatra Plantation, Sorolangun, Jambi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Herman F, Agus, Las I. 2009. Analisis finansial dan keuntungan yang hilang dari pengurangan emisi karbondioksida pada perkebunan kelapa sawit. J Litbang Pertanian. 28:127-133. [Kemendiknas] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 1989. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional. Jakarta(ID): Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Kurniawati F, Manumono D, Panjang SH. 2008. Kajian sosial ekonomi masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit PTPN III di kab Labuan Batu kec. Bilah Hulu Sumatra Utara. Bul Ilmiah INSTIPER. 15(1): 6-14 Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis L) di Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Mangoensoekarjo S, Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Noviarini DA. 2011. Analisis pengaruh karakteristik pekerjaan, kepuasan kerja, dan komitmen terhadap kinerja karyawan Bank Perkreditan Rakyat di kota Malang [internet]. [Waktu dan tempat tidak diketahui]. Malang (ID): OSREL. hml 1; [diunduh 2013 Juli 12]. Tersedia pada : http://osrel.stiemce.ac.id/?page=thesis&level=s2&id=00083 Pratiwi R. 2012. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada kantor pelayanan kekayaan negara dan lelang Makassar [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin. Rahman M. 2012. Manajemen tenaga kerja panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Intisawit Perkasa, kebun Sei Air Hitam, kabupaten Rokan Hulu, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siahaan D, Erningpraja L. 2005. Penerapan good agriculture practice dan good manufacture practice dalam meningkatkan mutu dan keamanan pangan minyak kelapa sawit. J Penelitian Kelapa Sawit. 13: 65-78. Simanjorang R. 2013. Masalah kelapa sawit Indonesia: lingkungan, ketahanan pangan, dan konflik agraria. Kompasiana [internet]. [Waktu dan tempat tidak diketahui]. [diunduh 2013 Juli 16]. Tersedia pada:
24
http://m.kompasiana.com/post/agrobisnis/2013/6/27/masalah-kelapa-sawitindonesia-lingkungan-ketakanan-pangan-dan-konflik-agraria Suyastiri NMYP, Vandrias D, Cendeni KD. 2007. Efektivitas sistem premi potong buah terhadap biaya panen buah kelapa sawit di PT Serikat Putra di perkebunan Lubuk Raja Riau. J Dinamika Sosial Ekonomi. 1(1):1-13. Tanto D, Dewi SM, Budio SP. 2012. Faktor-faktor yang mempengengaruhi produktivitas pekerja pada pengerjaan atap baja ringan di perumahan Green Hills Malang. J Rekayasa Sipil. 6 (1):69-82. Trismiaty, Listiyani, Mubaraq TZ. 2008. Manajemen tenaga kerja panen kelapa sawit di PT Perkebunan III (Persero) Kebun Aek Nabara Selatan Labuhan Batu Sumatera Utara. Bul Ilmiah INSTIPER. 15(1):15-23. Yahya S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Kebun Talisayan 1 Tanggal 11 Februari 2013
12 Februari 2013 13 Februari 2013 14 Februari 2013 15 Februari 2013
16 Februari 2013 17 Februari 2013 18 Februari 2013 19 Februari 2013
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis
Pekerja
Standar
-
-
-
6.5 jam HK-1
6.5 jam
7 jam
-
152 janjang 219 janjang
100 janjang 100 janjang
-
115 janjang
72 janjang
studi pustaka
-
-
-
libur
-
-
-
kegiatan
-
kegiatan
-
250 janjang 200 janjang
100 janjang 100 janjang
orientsi lapang: perkenalan dengan asisten dan pembagian afdeling melangsir buah dan memungut brondolan pengamatan kegiatan panen menghadap manager dan mengikuti kegiatan panen pengamatan kegiatan panen dan kunjungan ke training centre
pengamatan panen pengamatan panen
-
Lokasi
Keterangan
blok H13 dan jalan rusak blok H14 blok H jalan rusak dan pusingan panen tinggi blok G21- tidak semua pemanen G23 menggunakan egrek saat memanen blok G22- hujan lebat G23 dan training centre training centre blok G16 dan blok G17 blok G11 dan blok G12
25
Tanggal 20 Februari 2013 21 Februari 2013 22 Februari 2013 23 Februari 2013 24 Februari 2013 25 Februari 2013 26 Februari 2013 27 Februari 2013 28 Februari 2013 1 Maret 2013
Uraian kegiatan taksasi panen pengamatan panen aplikasi (chemist) studi pustaka
Prestasi Kerja (satuan/HK) Penulis Pekerja Standar 4 jam 4 jam 7 jam
kegiatan -
129 janjang 4 ha
100 janjang 4 ha
-
-
-
libur
-
-
-
kunjungan ke pabrik
-
-
-
sensus ulat api
5.5 jam
5.5 jam
7 jam
herbisida 0.5 ha
pemeriksaan mutu buah 17 pokok dan 17 pokok 200 pokok dan hancak panen 4 TPH dan 4 TPH dan 10 TPH pemeriksaan mutu buah 108 pokok 108 pokok 200 pokok dan hancak panen dan 10 TPH dan 10 dan 10 TPH TPH menguntil pupuk urea 30 karung 30 karung
Lokasi
Keterangan
blok J23-J24
blok I7-I9
sebagian areal blok tidak bisa di lewati rambo dan ally, herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh
training centre talisayan mill blok H23
serangan ulat api tergolong berat (> 10 ekor)
blok G22 dan G23 blok G17
gudang pupuk
penguntilan dilakukan pertama kali setelah 2 bulan tidak dilakukan penguntilan.
26 26
Lampiran 1 (Lanjutan)
Lampiran 1 (Lanjutan) Tanggal
Uraian kegiatan
2 Maret 2013
studi pustaka
3 Maret 2013 4 Maret 2013
libur pemupukan urea
5 Maret 2013
Prestasi kerja (satuan/HK) Penulis Pekerja Standar -
-
7 jam
7 jam
penguntilan pupuk urea dan NPK pengeceran pupuk NPK
-
30 karung
30 karung
-
3 blok
3 blok
6 jam
7 jam
7 jam
5 jam
5 jam
5 jam
9 Maret 2013 10 Maret 2013 11 Maret 2013
sensus hama tikus dan ulat api sensus hama tikus dan ulat api libur libur studi pustaka
-
-
-
12 Maret 2013
libur
-
-
-
6 Maret 2013 7 Maret 2013 8 Maret 2013
Lokasi
Keterangan
training centre blok H11 dan H12 gudang until pupuk blok H8 afdeling 1 blok H12 afdeling 1 blok I23 afdeling 2 training centre -
dosis 0.75 kg pokok-1, jumlah tenaga kerja 14 orang dosis urea 0.75 kg pokok-1, dosis NPK 2.5 kg pokok-1
serangan hama yang tergolong ringan (<6 ekor)
ada
vademecum pemeliharaan TBM dan TM
27
11 Maret 2013 12 Maret 2013 13 Maret 2013 14 Maret 2013 15 Maret 2013 16 Maret 2013 17 Maret 2013 18 Maret 2012 19 Maret 2013 20 Maret 2013 21 Maret 2013 22 Maret 2013 23 Maret 2013 24 Maret 2013 25 Maret 2013 26 Maret 2013 27 Maret 2013 28 Maret 2013 29 Maret 2013 30 Maret 2013
28
Tanggal
Lapiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Talisayan 1 Prestasi kerja (satuan/HK) Uraian kegiatan Lokasi Keterangan Penulis Pekerja Standar studi pustaka 4 jam training center Libur - hari raya nyepi pengawasan panen 12 orang 60 ha 7 jam blok H19-H18 afdeling 2 pengawasan panen 8 orang 30 ha 7 jam blok H15 afdeling 1 pengawasan panen 11 orang 30 ha 5.5 jam blok H11 afdeling 1 studi pustaka - training center libur - pengawasan panen 12 orang 45 ha 7 jam blok I11 pengawasan panen 11 orang 33 ha 6 jam blok H13-H14 pengawasan panen 17 orang 43.5 ha 6.5 jam blok H10-H11 afdeling 1 pengawasan panen 14 orang 28 ha 6.5 jam blok H5-H6 afdeling 1 pengawasan panen 16 orang 22 ha 5.5 jam blok H8 Afdeling 1 studi pustaka 3.5 jam training center libur - penguntilan pupuk 10 orang 6 jam gudang until pekerja penguntil baru NPK talisayan pemupukan 16 orang 32 ha 5.5 jam blok I22-I21 jenis pupuk NPK penguntilan pupuk 7 orang 6.5 jam gudang until output pekerja 35 karung HK-1 Chemist 7 orang 30 ha 6,5 jam blok E13, F13 libur - libur hari paskah studi pustaka 3 jam kantor afdeling 2 data monitoring produksi kebun
Lampiran 2 (Lanjutan) Tanggal 30 Maret 2013
1 April 2013
Uraian kegiatan studi pustaka
Prestasi kerja (satuan/ HK) Pekerja Lokasi Lama yang Luasan kegiatan diawasi 3 jam kantor afdeling 2
2 orang
30 ha
-
-
3 April 2013 4 April 2013
sensus bunga jantan dan betina kunjungan ke kebun plasma wipping loading buah
4 orang 4 orang
60 ha 30 ha
6 jam blok E12-E13 3.5 jam blok H12
5 April 2013 6 April 2013
mandor panen libur
7 orang -
30 ha -
4 jam blok H13-H14 -
7 April 2013 8 April 2013 9 April 2013
libur administrasi kebun kunjungan ke pabrik
-
-
- 7 jam kantor afdeling 1 7 jam pabrik kebun TS 1
10 April 2013 11 April 2013
pengawasan panen pengamatan panen
8 HK 13 HK
-
3 jam blok E12-13 5 jam blok K30 afdeling 3
2 April 2013
5.5 jam blok H12 6 jam kantor kebun plasma
Keterangan
data monitoring kebun
produksi
jumlah bunga jantan dan betina sedikit sistem mitra perusahaan dan kebun plasma rambo konsentrasi 1% kondisi jalan rusak, pengangkutan harus menggunakan john deere proses pengambilan sampel dan pengukuran kualitas minyak
2 299
12 April 2013 13 April 2013 14 April 2013
Uraian kegiatan studi pustaka studi pustaka supervise libur
dan
Prestasi kerja (satuan/ HK) Keterangan Pekerja Lokasi Lama yang Luasan kegiatan diawasi 2 jam training center 5 jam training center dan supervisor pak herdata mess umum rekreasi ke labuan cermin
Jj
Tanggal
30
Lampiran 2 (Lanjutan)
Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Talisayan 1 Prestasi kerja penulis Tanggal
Uraian kegiatan
15 April 2013 16 April 2013
pengamatan panen pengawasan panen, pemupukan, gawangan dan rawat jalan administrasi afdeling administrasi afdeling
17 April 2013 18 April 2013
Lokasi
Keterangan
Jumlah mandor yang diawasi 9 HK 6 HK
Luasan areal
Lama kegiatan
25 ha 150 ha
4 jam 7 jam
blok I26 dan H27 serah terima GM dan Em baru blok H13, I13, G11, G13-14
-
-
7 jam 7 jam
kantor afdeling 1 kantor afdeling 1
penyusunan RKH pembuatan laporan asisten
harian
Lampiran 3 (Lanjutan) Tanggal
Uraian Kegiatan
19 April 2013
pengambilan data sekunder pengambilan data sekunder olah raga pengukuran ALB dan pembagian gaji karyawan pengmbilan data sekunder, kunjungan pabrik pengukuran ALB libur pengambilan data sekunder studi pustaka dan pengolahan data libur administrasi afdeling pengolahan data administrasi afdeling administrasi afdeling administrasi afdeling
20 April 2013 21 April 2013 22 April 2013
23 April 2013
24 April 2013 25 April 2013 26 April 2013 27 April 2013 28 April 2013 29 April 2013 30 April 2013 1 Mei 2013 2 Mei 2013 3 Mei 2013
Prestasi kerja penulis Jumlah Luasan Lama mandor yang areal kegiatan diawasi 5 jam
Lokasi
Keterangan
kantor afdeling 1
-
-
5 jam
kantor afdeling 3
temu GM dan EM baru
-
-
5 jam 7 jam
Talisayan joging bersama asisten PKS, kantor demo seluruh karyawan afdeling 2
-
-
7 jam
kantor PKS
-
-
14 jam 4 jam
PKS kantor afdeling 3
-
-
2 jam
training center
-
-
7 jam 5 jam 7 jam 5 jam 5 jam
kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1
afdeling,
-
sunatan masal di Biatan Estate
31
Tanggal
Uraian kegiatan
32
Lampiran 3 (Lanjutan) Prestasi kerja penulis Jumlah Luasan Lama mandor yang areal kegiatan diawasi 2 jam
Lokasi
Keterangan
4 Mei2013
studi pustaka
5 Mei 2013 6 Mei 2013 7 Mei 2013 8 Mei 2013 9 Mei 2013 10 Mei 2013 11 Mei 2013 12 Mei 2013 13 Mei 2013 14 Mei 2013
libur administrasi afdeling administrasi afdeling administrasi afdeling administrasi afdeling administrasi afdeling libur libur administrasi afdeling Administrasi afdeling administrasi afdeling
-
-
7 jam 7 jam 8 jam 7 jam 7 jam 8 jam 8 jam
-
-
7 jam
kantor afdeling 1
-
30 ha
9 jam
blok I20 dan PKS
17 Mei 2013 18 Mei 2013 19 Mei 2013 20 Mei 2013
pemantauan burung hantu dan grading buah administrasi afdeling libur libur administrsi afdeling
LHA, struktur organisasi afdeling 1 grading buah afdeling 1 TS2
-
-
6 jam 8 jam
kantor afdeling 1 kantor afdeling 1
rekreasi ke teluk Sulaiman -
21 Mei 2013
administrsi afdeling
-
-
9 jam
kantor afdeling 1
pimpin lingkaran pagi
15 Mei 2013 16 Mei 2013
training center kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1
prestasi afdeling mengerjakan meja miring
mengerjakan meja miring
Lampiran 3 (Lanjutan) Tanggal
22 Mei 2013 23 Mei 2013 24 Mei 2013 25 Mei 2013 26 Mei 2013 27 Mei 2013 28 Mei 2013 29 Mei 2013 30 Mei 2013 31 Mei 2013
1 Juni 2013
2 Juni 2013 3 Juni 2013 4 Juni 2013 5 Juni 2013 6 Juni 2013 7 Juni 2013 8 Juni 2013
Uraian kegiatan administrsi afdeling administrsi afdeling administrsi afdeling Libur libur rekreasi ke biduk administrasi afdeling administrasi afdeling administrasi afdeling Administrasi afdeling Persiapan presentasi persiapan presentasi presentasi hasil magang libur administrasi afdeling administrasi afdeling administrasi afdeling libur; berlibur ke pulau kanjungan administrasi afdeling perpisahan dan pamitan
Prestasi kerja penulis Jumlah Luasan Lama mandor yang areal kegiatan diawasi 9 jam 10 jam 6 jam 8 jam 8 jam 8 jam 8 jam 6 jam
Lokasi kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 Biduk-biduk kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1
mess umum ruang manager
Keterangan
bersama asisten
-
-
dihadiri Sr. Manager, 4 asisten afdeling dan askep TC
-
-
8 jam 9 jam 7 jam -
kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 kantor afdeling 1 pulau kanjungan
-
-
6 jam 7 jam
kantor afdeling 1 kantor afdeling perpisahan 1,2, kantor besar kebun
dengan
pihak
33
34
Lampiran 4 Peta areal Kebun Talisayan
35
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah pada tanggal 9 September 1990. Penulis adalah anak bungsu dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Moch. Suhad dan Ibu Sutarti. Penulis telah menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Rawalo dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri Jatilawang dan lulus pada tahun 2009, dan setelah itu pada tahun yang sama penulis diterima di Insitut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis aktif di unit kegiatan mahasiswa (UKM) sebagai anggota koperasi mahasiswa (KOPMA) IPB pada tahun 2009, selain itu penulis juga aktif dalam kepengurusan dan kepanitiaan himpunan mahasiswa agronomi dan hortikultura sebagai anggota divisi internal pada periode 2010-2011 dan anggota divisi kewirausahaan pada periode 2011-2013. Tahun 2011, penulis pernah menjadi peserta IPB Goes to Field di kabupaten Pekalongan dan pernah menjadi peserta program kreativitas mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan pada tahun 2012.