FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI KALSIUM PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE KABUPATEN CIANJUR, TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH : RENI AGUSTIANI NIM 106101003719
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DA ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 Desember 2010
Reni Agustiani
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, November 2010 Reni Agustiani, NIM 106101003719 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 xxi + 109 halaman, 19 tabel, 5 bagan, 3 lampiran
ABSTRAK Pada masa remaja dibutuhkan asupan gizi terutama kalsium lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan massa tulang. Perempuan usia 10-12 mengalami percepatan pertumbuhan lebih awal daripada laki-laki, karena tubuh perempuan memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi. Namun umumnya perempuan kurang dalam asupan kalsiumnya daripada laki-laki. Padahal perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, karena itu perempuan lebih besar resikonya untuk terkena osteoporosis. Hasil studi pendahuluan terhadap siswi SMPN 1 Mande Cianjur didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsiumnya hanya sebesar 353 mg/hari atau hanya 35,3% AKG. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 122 orang siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium siswi masih kurang dari AKG yaitu sebesar 769,61 mg/hari atau hanya 76,96% AKG. Dan 77% siswi konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa keterpaparan informasi mengenai kalsium dan ketersediaan pangan sumber kaslium memiliki hubungan yang bermakna dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan adalah menyampaikan informasi kepada siswi melalui poster dan menambahkan materi tentang gizi khususnya kalsium ke dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi dan pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes). Penyampaian informasi juga dapat diberikan kepada orang tua siswi atau ibu sebagai penyelenggara makanan di rumah dalam bentuk penyuluhan atau membagikan leaflet dan pamflet pada saat pembagian raport. Daftar bacaan: 53 (1982-2010) ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduated Thesis, November 2010 Reni Agustiani, NIM 106101003719 FACTORS THAT ARE RELATED WITH CALCIUM CONSUMPTION ON FEMALE STUDENTS AT STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1 OF MANDE CIANJUR, IN 2010. xxi + 109 pages, 19 tables, 5 charts, 3 attachments ABSTRACT In adolescence needed nutrients especially calcium intake is higher than any other phase of life because it occurs during peak bone mass growth. Women ages 1012 experience the acceleration of growth earlier than men, because women's bodies require preparation ahead of reproductive age. But generally women are less calcium intake than men. Though women have peak bone mass is lower than men, because women had greater risk for osteoporosis. Preliminary study results on female students at State Junior High School 1 of Mande Cianjur found that average calcium intake only 353 mg / day or only 35.3% RDA. This research is to identify factors relating with calcium consumption on female students at State Junior High school 1 of Mande Cianjur in 2010. This research is quantitative research using cross-sectional study design. The sample totaled 122 students. Results of analys showed that the average calcium intake of female students is still less than the RDA that is equal to 769.61 mg/day or only 76.96% RDA. And 77% of girls consume less calcium. Results of bivariate analysis found that exposure to information about calcium and calcium food availability have a meaningful relating with calcium consumption on female students at State Junior High School 1 of Mande Cianjur in 2010. Based on the research, suggestions that can be given is to deliver information for students via posters and adding material about nutrition especially about calcium into learning such as biology and penjaskes. Information about Nutritions, especially about calcium can also be given to mother as a organizer of food at home in the form of counseling or distributing leaflets and pamphlet that distribution at the time of the divisions report cards. Reading list: 53 (1982-2010)
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI KALSIUM PADA SISWI DI SMPN 1 MANDE CIANJUR TAHUN 2010
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan penguji skripsi program studi kesehatan masyarakat fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 22 Desember 2010 Mengetahui
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 22 Desember 2010 Mengetahui,
Penguji I
Raihana Nadra Al Kaff, MMA
Penguji II
Catur Rosidati, MKM
Penguji III
Meilani Anwar, M. Epid
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama
:
Reni Agustiani
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
:
Cianjur, 1 Agustus 1988
Status
:
Belum Menikah
Agama
:
Islam
Alamat
:
Jalan Arif Rahman Hakim No 20 C RT 02/17 Cianjur, Jawa Barat 43215
Nomor Telepon/HP
:
085724211497
Email
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN 1993-1999
:
SDN IPPOR Selakopi 1 Cianjur
1999-2002
:
SMPN 1 Cianjur
2002-2003
:
Diniyah Wustho Pesantren Persatuan Islam 67 Benda Tasikmalaya
2003-2006
:
SMA Islamic Centre Muhammadiyah Cipanas
2006-2010
:
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI 2007-2008
: Sekertaris Departemen Kajian Strategis Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2007-2008
: Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2007-2008
: Anggota Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung Wilayah Jawa Bagian Barat
vi
2008-2010
: Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dan Bahwasanya setiap manusia itu tidak akan memperoleh hasil selain apa yang telah diusahakannya. (QS An-Najm: 39)
Kepuasan terletak pada usaha, bukan padahasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki. –MahatmaGandhi-
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Ibunda tersayang dan Almarhum Ayahanda tercinta….. Terimakasih telah sabar mendidik dan membesarkan ananda…..
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010”. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangannya. Namun berkat bimbingan Ibu Raihana Nadra Al Kaff,MMA dan Ibu Catur Rosidati, MKM serta dorongan dari berbagai pihak maka hambatan itu sedikit banyak dapat diatasi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang memerlukannya. Akhir kata pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat.
ix
3. Ayahanda (Alm) dan Ibunda yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis bisa tegak berdiri sampai sekarang dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga untuk Kakakku tersayang Iwan Gustiawan Fadwi,S.H, Teti Rahmayanti, Ahmad Komarudin, Neni Suryati, Eka Shantika, dan Isni Winarsih yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. 4. Bapak Kepala Sekolah SMPN 1 Mande Cianjur, Bapak Havid, staff pengajar, karyawan dan pengurus OSIS SMPN 1 Mande Cianjur yang telah memberikan kesempatan dan membantu saya dalam penelitiaan ini. Tak Lupa untuk adik Ayu Martiani yang telah membantu pengambilan data. 5. Kemenag RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Zulkifli dan Bapak Zulkifli, serta anak-anak kosan Bu Zul yang telah memberikan motivasi dan sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi. Alhamdulillah akhirnya kita bisa bersama-sama wisuda. 7. Sahabatku Yanti Kartika Larasati, D’Blz (Nadya, Afni, Indah, Winda, Nur, Iyum, Iik, Syaukat Aly, Lutfi, Yunus), 3G, dan teman-teman CSS MoRA UIN atas persahabatan dan persaudaraan kalian. 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ciputat, 22 Desember 2010
Penulis x
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………
i
ABSTRAK ………………………………………………………………..
ii
ABSTRACT ………………………………………………………………
iii
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………..
iv
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………...
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………..
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ……………………………………………
vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
xvii
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………….
xx
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
xxi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………...
1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………..
5
1.3 Pertanyaan Penelitian ………………………………………….
6
1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………..
8
1.4.1 Tujuan Umum …………………………………………..
8
xi
Halaman 1.4.2 Tujuan Khusus ………………………………………….
8
1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………….
9
1.5.1 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta …………..
9
1.5.2 Bagi SMPN 1 Mande Cianjur …………………………..
10
1.5.3 Bagi Siswa SMPN 1 Mande Cianjur ……………………
10
1.5.4 Bagi Peneliti …………………………………………….
10
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………..
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………
12
2.1 Konsumsi Kalsium Remaja ……………………………………
12
2.2 Angka Kecukupan Kalsium Remaja …………………………..
13
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Kalsium Remaja ……………………………………………….
14
2.4 Fungsi Kalsium ………………………………………………..
36
2.5 Pangan Sumber KalsiumTinggi ……………………………….
41
2.6 Akibat dari Kekurangan Kalsium ……………………………..
42
2.7 Akibat Kelebihan Kalsium …………………………………….
44
2.8 Metode Food Frequency Questionare ………………………...
44
2.9 Kerangka Teori ………………………………………………..
45
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS …………………………………………………….
xii
48
Halaman 3.1 Kerangka Konsep …………………………………………….
48
3.2 Definisi Operasional …………………………………………
50
3.2 Hipotesis ……………………………………………………..
52
BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………...
53
4.1 Desain Penelitian …………………………………………….
53
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………...
53
4.2.1 Lokasi Penelitian ………………………………………
53
4.2.2 Waktu Penelitian ………………………………………
53
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………...
54
4.3.1 Populasi Penelitian ……………………………………
54
4.3.2 Sampel penelitian ……………………………………..
54
4.4 Instrumen Penelitian …………………………………………
56
4.5 Pengumpulan Data …………………………………………..
56
4.6 Pengolahan Data Penelitian ………………………………….
58
4.7 Teknik dan Analisa Data Penelitian …………………………
61
4.7.1 Analisa Data Univariat ………………………………..
61
4.7.2 Analisa Data Bivariat …………………………………
61
BAB V HASIL ............................................................................................
63
5.1 Gambaran Umum SMPN 1 Mande Cianjur ………………….
63
5.2 Gambaran Hasil Analisis Univariat …………………………..
64
xiii
Halaman 5.2.1 Gambaran Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………………….
64
5.2.2 Gambaran Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………………………….
65
5.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………………….
66
5.2.4 Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………..
68
5.2.5 Gambaran Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………………………….
69
5.2.6 Gambaran Kesukaan Siswi SMPN 1 Mande Cianjur terhadap Makanan Sumber Kalsium Tahun 2010 ……...
70
5.2.7 Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber KalsiumPada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ……………
71
5.3 Gambaran Hasil Analisis Bivariat ……………………………
72
5.3.1 Gambaran antara Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010……………………………………………………..
xiv
73
Halaman 5.3.2 Gambaran antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010……………………………………………………
74
5.3.3 Gambaran antara Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ……………………………………
75
5.3.4 Gambaran antara Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1Mande Cianjur Tahun 2010 …………………………………………………….
76
5.3.5 Gambaran antara Kesukaan terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………………..
77
5.3.6 Gambaran antara Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ……………………………………
78
BAB VI PEMBAHASAN ……………………………………………….
79
6.1 Keterbatasan Penelitian ……………………………………..
79
6.2 Gambaran Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………………………………
xv
80
Halaman 6.3 Kebiasaan Jajan Siswi dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………
86
6.4 Pengetahuan Gizi Siswi dengan Konsumsi Kalsium di SMPN 1Mande Cianjur Tahun 2010 ………………………..
88
6.5 Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010………………….
91
6.6 Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ……………………….
93
6.7 Preferensi/ Kesukaan Siswi terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010………………………………….
95
6.8 Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …
97
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN…………………………………….
101
7.1 Simpulan …………………………………………………….
101
7.2 Saran …………………………………………………………
103
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
107
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Nama Tabel Tabel 2.1
Halaman Angka Kecukupan Gizi Kalsium Rata-rata yang dianjurkan untuk pria dan wanita (per orang per hari) Tahun 2004 ……………………………………………..
13
Tabel 2.2
Kebutuhan Kalsium Pada Setiap Fase …………………
19
Tabel 2.3
Nilai Kalsium Berbagai Jenis Pangan (mg/100 g) ……..
42
Tabel 3.1
Definisi Operasional …………………………………....
50
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa SMPN 1Mande Cianjur Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin……….
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kecukupan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010……….
Tabel 5.3
65
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi PadaSiswi SMPN 1Mande Cianjur Tahun 2010 …………………...
Tabel 5.5
64
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………...
Tabel 5.4
63
67
Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010……….
xvii
68
Nama Tabel Tabel 5.6
Halaman Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010…………….
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………..
Tabel 5.8
69
Distribusi
Frekuensi
Kesukaan
Terhadap
69
Pangan
Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 …………………………………………….. Tabel 5.9
70
Distribusi Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010……………………………………………………...
Tabel 5.10
Gambaran Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ………
Tabel 5.11
71
73
Gambaran antara Pengetahuan Gizi Siswi dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ……………………………………………..
Tabel 5.12
74
Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ……………………………………………..
Tabel5.13
75
Gambaran Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 ………
xviii
76
Nama Tabel Tabel 5.14
Halaman Gambaran
Kesukaan
Terhadap
Makanan
Sumber
Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010…………………………….. Tabel 5.15
77
Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010……………………………………..
xix
78
DAFTAR BAGAN
Nama Bagan Bagan 2.1
Halaman Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja ………………………………………………….
Bagan 2.2
15
Faktor-faktor yang Berperan dalam Menentukan Status Gizi Seseorang ………………………………………….
16
Bagan 2.3
Proses Pembentukan Fibrin …………………………….
39
Bagan 2.4
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
Bagan 3.1
Konsumsi Kalsium Remaja …………………………….
46
Kerangka Konsep………………………………………
49
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat izin penelitian Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Hasil Analisis Univariat dan Bivariat
xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kalsium adalah mineral yang sangat penting bagi manusia, antara lain bagi metabolisme tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, dan pergerakan otot. Kecukupan asupan kalsium sangat penting untuk mencapai massa tulang puncak optimal (Optimal Peak Bone Mass) dan mengurangi laju kehilangan tulang karena bertambahnya usia (National Institute of Health, 1994 dan Kwalkarf, et.al, 2003). Puncak massa tulang optimal terjadi sekitar umur 8-15 tahun, oleh karena itu kebutuhan gizi pada fase ini lebih tinggi dari fase kehidupan lainnya (Almatsier, 2004). Septrisya (2006) menyebutkan bahwa Peak Bone Mass dapat diibaratkan sebagai tabungan tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu dekade ketiga. Asupan kalsium biasanya diperoleh dari susu, keju, ikan, daging, telur, kacang-kacangan, dan sayuran. National Institute of Health dalam Worthington et.al (2000) menyebutkan bahwa di negara-negara maju seperti Amerika dan Australia angka kecukupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja adalah sebesar 1.200 sampai 1.500 mg/hari. Sedangkan standar Indonesia berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WKNPG VIII) tahun 2004
1
2
menetapkan kebutuhan kalsium bagi remaja Indonesia usia 13 sampai 19 tahun adalah sebesar 1.000 mg per hari. Menurut data dari beberapa penelitian asupan kalsium remaja saat ini masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan, yaitu baru mencapai 254 mg per hari. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syafiq dan Fikawati dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2010), remaja putri di beberapa negara dan di Indonesia mempunyai resiko paling besar terhadap asupan kalsium yang tidak adekuat, dan asupan tersebut semakin menurun pada usia 10 sampai 17 tahun. Penelitian Montomoli et.al dalam Puspasari (2004), menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium pada remaja di Itali hanya 829 mg/hari dan di Inggris sekitar 750-900 mg/hari dari 800-1000 mg/hari yang dianjurkan. Survey NHANES di Amerika Serikat (2001-2002) menyebutkan bahwa jumlah asupan kalsium remaja putra usia 9-13 tahun sebesar 1139 mg/hari dan usia 14-18 tahun sebesar 1142 mg/hari. Jumlah asupan remaja putri lebih rendah dari pada jumlah asupan remaja putra. Jumlah asupan remaja putri usia 9-13 tahun sebesar 865 mg/hari dan usia 14-18 tahun sebesar 804 mg/hari. Greenfield et al., dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2010) menyebutkan studi yang dilakukan pada 649 remaja putri usia 12-14 tahun di Cina menunjukkan bahwa asupan kalsium rata-rata hanya sebesar 356 mg/hari dan hanya 21% didapat dari susu dan produknya.
3
Berdasarkan hasil survey SEAMIC dalam Aprianda (2007), asupan kalsium masyarakat Indonesia hanya 254 mg/hari. Penelitian yang dilakukan oleh Syafiq dan Fikawati (2004) terhadap murid Sekolah Menengah Umum (SMUN) di Bogor menunjukkan bahwa asupan kalsium yang berasal dari susu dan hasil olahannya ditambah suplemen kalsium pada remaja masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan, yaitu hanya sebesar 526,9 mg/hari atau 52,7% dari Angka Kecukupan Gizi. Sementara itu studi konsumsi kalsium lainnya yang dilakukan oleh Puspasari tahun 2004 di Kota Bandung menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, yaitu rata-rata asupan kalsium remaja (dengan telah memperhitungkan asupan suplemen kalsium) masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu hanya 55,9% AKG (pada laki-laki sebesar 593,52 mg/hari dan perempuan sebesar 524,58 mg/hari). Bila tidak memperhitungkan suplemen kalsium rata-rata asupannya lebih rendah lagi, yaitu hanya 51,7% atau 517,23 mg/hari (pada laki-laki sebesar 545,81 mg/hari dan pada perempuan 488,65 mg/hari). Almatsier (2004) menyebutkan beberapa dampak dari kekurangan kalsium, antara lain menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok, mudah rapuh, osteomalasia atau riketsia, dan kejang otot. Witjaksono (2003) menyebutkan dampak lain dari kekurangan kalsium yaitu dapat menyebabkan sulit tidur, mudah tegang, emosi dan hiperaktif sebagai akibat dari terhambatnya pelepasan neurotransmiter dan rusaknya mekanisme pengaktifan dan pengistirahatan saraf
4
pesan ke otak. Selain itu bila tubuh kekurangan kalsium sistem imunitas pun akan menurun karena ion kalsium berperan sebagai sirene ketika tubuh diserang bakteri, virus atau racun. Kurangnya kalsium juga akan mengurangi daya kontraksi otot jantung dan menimbulkan asam lambung yang berlebihan. Sedangkan
dampak
jangka
panjang
dari
kekurangan
kalsium
adalah
menyebabkan terjadinya osteoporosis atau pengeroposan tulang di usia lanjut. Mengacu pada pendapat Worthington (2000) dan Apriadji (1986) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi remaja, terdapat beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja diantaranya yaitu karakteristik fisiologis yang terdiri dari umur dan jenis kelamin, tingkat pengetahuan gizi remaja, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan pola makan orang tua. Sedangkan menurut beberapa penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium diantaranya adalah pengetahuan gizi dan kalsium, pengaruh teman, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, dan pengetahuan gizi orang tua (Mulyani, 2009; Puspasari, 2004; Miller et al, 2001). Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten penghasil sayur-sayuran yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Letak geografisnya pun sangat strategis, yaitu berada diantara kota Jakarta dan Bandung sehingga akses terhadap berbagai bahan makanan serta ketersediaan bahan makanan khususnya sumber kalsium sangat mudah didapat. Kecamatan Mande terletak di Cianjur bagian utara yang kaya dengan hasil ikan, sayur-sayuran dan akses terhadap pangan sumber kalsiumnya pun sangat
5
mudah didapat. Sampai saat ini belum ada survei yang dilakukan di Kabupaten Cianjur mengenai konsumsi kalsium masyarakatnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti konsumsi kalsium di Kabupaten Cianjur khusunya pada remaja/siswi SMP di kecamatan Mande. Selanjutnya dilakukan studi pendahuluan pada bulan Mei 2010 terhadap siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsium 14 orang siswi SMPN 1 Mande Cianjur sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk remaja Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari. Berdasarkan fakta tersebut maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande, Kabupaten Cianjur tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah Pada periode remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone Mass yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya. Apabila pada masa ini kalsium yang dikonsumsi kurang maka puncak pertumbuhan massa tulang tidak akan terbentuk secara optimal. Tulang mudah patah dan rapuh, terjadi penurunan kekebalan tubuh, peningkatan asam lambung, terjadinya penurunan daya kontraksi otot jantung, riketsia, kejang otot dan dampak jangka panjangnya adalah osteoporosis/ pengeroposan tulang.
6
Di Indonesia hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 menetapkan Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan Kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19 tahun sebesar 1.000 mg/hari. Namun pada kenyataanya baik di negara-negara maju maupun di Indonesia asupan kalsium pada remaja masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Mei 2010 terhadap 14 orang siswi SMPN 1 Mande Cianjur didapatkan bahwa rata-rata asupan kalsium siswi hanya sebesar 353 mg/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk remaja Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari. Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja. Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih jauh lagi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande, Kabupaten Cianjur tahun 2010.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimana gambaran konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010?
2.
Bagaimana gambaran kebiasaan jajan siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010?
3.
Bagaimana gambaran pengetahuan gizi siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
7
4.
Bagaimana gambaran keterpaparan informasi mengenai kalsium pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
5.
Bagaimana gambaran pengaruh teman pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
6.
Bagaimana gambaran kesukaan terhadap makanan sumber kalsium pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
7.
Bagaimana gambaran ketersediaan pangan sumber kalsium pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
8.
Apakah ada hubungan antara kebiasaan jajan siswi dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
9.
Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
10. Apakah ada hubungan antara keterpaparan informasi mengenai kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 11. Apakah ada hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 12. Apakah ada hubungan antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010? 13. Apakah ada hubungan antara ketersediaan pangan sumber kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
8
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi di SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.
Diketahuinya gambaran konsumsi
kalsium pada siswi SMPN 1
Mande Cianjur tahun 2010. 2.
Diketahuinya gambaran kebiasaan jajan siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010.
3.
Diketahuinya gambaran pengetahuan gizi siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010?
4.
Diketahuinya gambaran keterpaparan informasi mengenai kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
5.
Diketahuinya gambaran pengaruh teman pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
6.
Diketahuinya gambaran kesukaan terhadap makanan sumber kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
7.
Diketahuinya gambaran ketersediaan pangan sumber kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
8.
Diketahuinya hubungan antara kebiasaan jajan siswi dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
9
9.
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
10. Diketahuinya hubungan antara keterpaparan informasi mengenai kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 11. Diketahuinya hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 12. Diketahuinya hubungan antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 13. Diketahuinya hubungan antara ketersediaan pangan sumber kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang lingkupnya.
10
1.5.2 Bagi SMPN 1 Mande Cianjur Diperolehnya informasi mengenai gambaran konsumsi kalsium siswi serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar guru-guru memberikan informasi mengenai zat gizi secara umum serta kalsium dan manfaatnya kepada seluruh siswa SMPN 1 Mande setiap kali masuk kelas khususnya pada mata pelajaran biologi dan pendidikan jasmani kesehatan. 1.5.3 Bagi siswa SMPN 1 Mande Cianjur Diperolehnya informasi mengenai gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium mereka pada tahun 2010. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian sesuai anjuran sebagai salah satu pencegahan terhadap terjadinya osteoporosis di masa mendatang. 1.5.4 Bagi Puskesmas Mande Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat program-program di lingkungan wilayah kerja. Sehingga tidak hanya individu atau lingkungan rumah, tetapi juga melibatkan lingkungan sekolah dan tidak hanya tingkat SD saja yang diintervensi tetapi juga tingkat SLTP.
11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian
mengenai faktor-faktor
yang
berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur. Mahasiswi peminatan gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat merupakan peneliti. Alasan dilakukan penelitian ini karena berdasarkan studi pendahuluan asupan kalsium rata-rata siswi SMPN 1 Mande Cianjur sebesar 353 mg/hari, padahal asupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) orang Indonesia yaitu sebesar 1.000 mg/hari. Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli tahun 2010 di SMPN 1 Mande Cianjur dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan desain studi cross sectional.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsumsi Kalsium Remaja Brown (2005) mengatakan konsumsi kalsium pada remaja sangatlah penting untuk menambah kepadatan massa tulang dan mengurangi resiko patah tulang/ fraktur dan pengeroposan tulang/osteoporosis. Kurang lebih 45% massa tulang dewasa dibentuk dan 20% tinggi badan dewasa dicapai pada saat remaja. Brown (2005) juga mengatakan bahwa remaja mampu menyimpan kalsium empat kali lebih banyak daripada orang dewasa. Penambahan kalsium pada tulang hampir tidak ada pada usia 26 tahun pada laki-laki dan 24 tahun pada perempuan. Sehingga jelas asupan kalsium terpenting yaitu pada masa remaja. Selain itu Almatsier (2004) menyatakan bahwa pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone Mass (PBM) yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya. Septrisya (2006) menyatakan bahwa PBM dapat diibaratkan sebagai tabungan tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu sekitar dekade ketiga, karenanya orang berusia dibawah 30 tahun harus memperhatikan asupan kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas atau massa tulang akan semakin berkurang.
12
13
2.2 Angka Kecukupan Kalsium Remaja Asupan kalsium yang memadai adalah penting untuk mencapai massa tulang yang optimal (optimal peak bone mass). Kartono dan Soekatri (2004) menyebutkan bahwa Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 menetapkan Angka Kecukupan Gizi untuk kebutuhan Kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19 tahun adalah sebesar 1.000 mg/hari. Pada teori lain yaitu teori Piliang, dkk (2006) menyebutkan bahwa kebutuhan kalsium sebesar 800 mg/hari. Berikut ini disajikan tabel angka kecukupan gizi kalsium rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari) dalam Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB (2009): Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Kalsium Rata-rata yang Dianjurkan Untuk Pria dan Wanita (per orang per hari) Tahun 2004 Umur 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun ≥ 65 tahun
Kalsium (mg) 1000 1000 1000 800 800 800 800
Sumber : Departemen Gizi Masyarakat FEMA Institut Pertanian Bogor, Ilmu Gizi Dasar (2009).
14
2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Kalsium Remaja Worthington-Robert
(2000)
menyebutkan
banyak
faktor
yang
mempengaruhi kebiasaan makan. Pertumbuhan remaja meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial, dan aktivitas remaja dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja. Remaja mulai dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar rumah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi remaja digambarkan dalam bagan dibawah ini:
15
Bagan 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja Sosial- ekonomi-politik, ketersediaan makanan, produksi, sistem distribusi
Faktor eksternal : -
Faktor internal :
Jumlah dan karakteristik keluarga Peran orang tua Teman sebaya Sosial budaya Nilai dan norma Media massa Fast food Pengetahuan gizi Pengalaman individu
-
Kebutuhan fisiologis tubuh Body image Self concept Keyakinan dan individu Pemilihan dan arti makanan Perkembangan psikososial kesehatan
Gaya hidup Perilaku makan individu
Sumber : Worthington,2000. Apriadji (1986) juga menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi makan seseorang dikaitkan dengan status gizi diantaranya adalah pendapatan keluarga, harga bahan makanan, tingkat pengelolaan sumberdaya lahan dan pekarangan, daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, dan jumlah anggota keluarga. Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam bagan berikut:
16
Bagan 2.2 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Menentukan Status Gizi Seseorang Pendapatan Keluarga Harga Bahan Makanan Tingkat Pengelolaan Sumberdaya Pekarangan
Daya Beli Keluarga
Latar Belakang Sosial Budaya
Tingkat Pendidikan Gizi dan Pengetahuan Gizi
Konsumsi Makanan
Jumlah Makanan
Jumlah Anggota Keluarga
Kebersihan Lingkungan
Mutu Makanan
STATUS GIZI SESEORANG
Infeksi Internal: - Cacingan - Diare
Sumber: Apriadji (1986), Gizi Keluarga
Berdasarkan teori Apriadji (1986) dan Worthington (2000) faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium remaja, diantaranya adalah: 1. Umur Worthington (2000) mengatakan bahwa umur mempunyai peranan penting dalam menentukan pemilihan makanan. Saat bayi tidak mempunyai
17
pilihan terhadap yang akan dimakan, akan tetapi setelah dewasa orang mempunyai kontrol terhadap yang akan dimakan. Proses ini sudah mulai pada masa anak-anak, karena pada masa ini mereka mulai memiliki kesukaan terhadap makanan tertentu. Saat seseorang tumbuh menjadi remaja dan dewasa, pengaruh kebiasaan makan mereka sangat kompleks. Dalam penelitian Rita (2002) ditemukan bahwa umur berpengaruh terhadap kecepatan seseorang untuk menerima dan merespon informasi yang diterima dan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan preferensi/kesukaan terhadap konsumsi pangan. Berdasarkan Penelitian Novianty (2007) ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kecukupan kalsium pada anak sekolah dasar di Depok.
2. Jenis Kelamin Jenis kelamin menentukkan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan (Worthington, 2000). Whiting et al (2004) menyatakan anak laki-laki dan perempuan berbeda dalam penyimpanan kalsium dalam tubuh. Perbedaan ini terletak dalam hal keefektifan penyerapan kalsium dan kehilangan kalsium dalam tubuh. Pada rentang usia yang sama, laki-laki lebih banyak asupan kalsiumnya dibandingkan dengan perempuan.
18
Hasil penelitian Puspasari (2004) terhadap siswa-siswi SMUN di kota Bandung menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara asupan kalsium pada anak perempuan dan anak laki-laki. Asupan kalsium yang kurang lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (79,4%) dibandingkan pada anak laki-laki (72,9%) dengan nilai odds rasio sebesar 1,44. Artinya remaja putri mempunyai peluang memiliki asupan kalsium yang kurang sebesar 1,44 kali dibanding remaja laki-laki.
3. Kebutuhan Fisiologis Tubuh Setiap individu memiliki kebutuhan fisiologis tubuh yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan tingkat kebutuhan gizi setiap individu berbeda. Sebagai contoh, kebutuhan fisiologis ibu hamil, dan ibu menyusui akan berbeda dengan kebutuhan fisiologis anak balita, atau kebutuhan gizi orang yang sedang sakit akan berbeda dengan kebutuhan gizi orang yang sehat. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis tubuh berperan dalam menentukan perilaku konsumsi individu dan pemilihan makanan apa saja yang dikonsumsi (Suhardjo, 2006). Kebutuhan kalsium setiap individu pun berbeda. Kebutuhan kalsium pada masa remaja lebih tinggi daripada kebutuhan kalsium pada masa lainnya, karena pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang (Almatsier, 2004). Berikut ini disajikan tabel kebutuhan kalsium pada setiap fase:
19
Tabel 2.2 Kebutuhan Kalsium Pada Setiap Fase Fase Anak-Anak 0-6 bulan 7-12 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun Remaja (Usia 10-18 tahun) Laki-laki Perempuan Dewasa (Usia 19-49 tahun) Laki-laki Perempuan Lansia (≥ 50 tahun) Laki-laki Perempuan Ibu Hamil Ibu Menyusui
Kebutuhan Kalsium (mg/hari) 200 400 500 500 600 1000 1000 800 800 800 800 +150 +150
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004)
4. Body Image/Citra Tubuh Rice (2001) dalam Meliana (2006) mendefinisikan citra tubuh sebagai pandangan seseorang tentang tubuhnya, suatu gambaran mental seseorang mencakup pikiran, persepsi, perasaan, emosi, imajinasi, penilaian, sensasi fisik, keadaan dan perilaku mengenai bentuk tubuhnya yang dipengaruhi oleh idealisasi pencitraan tubuh di masyarakat dan interaksi sosial seseorang dalam lingkungannyandaan dapat mengalami perubahan.
20
Purwaningrum (2008), remaja yang mempunyai perilaku makan negatif dikaitkan dengan citra raga yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan penampilannya sendiri. Remaja cenderung menginginkan penampilan yang ideal seperti bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai body image pada remaja putri menunjukkan bahwa 70 % subjek mengungkapkan keinginan untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing. Padahal hanya 15 % di antara mereka yang menderita overweight.
5. Konsep Diri Yayasan Peduli Proriasis Indonesia (2006) dalam Handayani (2009) menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Bila terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep dirinya akan berubah dan akan mempengaruhi perilaku konsumsi individu tersebut. Penelitian Handayani (2009) ditemukan bahwa konsep diri berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dengan semakin baik konsep diri seseorang, maka akan semakin baik perilaku konsumsi orang tersebut.
21
6. Keyakinan, Nilai dan Norma Suhardjo (2006) menyatakan bahwa pada masyarakat tertentu, terdapat satu pameo yaitu semakin tinggi tingkat keprihatinan seseorang maka akan semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf sosial yang dicapainya. Keprihatinan ini dapat dicapai dengan tirakat yaitu suatu kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau berpantang melakukan sesuatu. Sediaoetama (1996) menyatakan bahwa kepercayaan atau keyakinan masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Suhardjo (1996) juga menyatakan bahwa pola konsumsi makanan merupakan hasil kepercayaan masyarakat
yang
bersangkutan, dan mengalami perubahan terus menerus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat tersebut. Dalam penelitian Suhardjo (1996) ditemukan bahwa keyakinan dan norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat.
7. Pemilihan dan Arti Makanan (Preference) Preferensi pangan diasumsikan bahwa sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Pangan yang dikenal dan dipelajari untuk disenangi pada masa kanak-kanak
22
pada umumnya dilanjutkan menjadi preferensinya sampai tumbuh dewasa (Suhardjo, 1996). Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan. Interaksi dengan keluarga dan teman-teman akan mempengaruhi preferensi terhadap pangan. Preferensi yang bersifat positif berarti penerimaan terhadap pangan tersebut. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis, terutama pada orang-orang muda dan akan permanen bila seseorang telah memiliki gaya hidup yang kuat (Sanjur, 1982). Selain pengaruh reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi makin terpengaruh oleh pendekatan melalui media radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media massa lain (Suhardjo, 1996). Kesukaan terhadap makanan dianggap sebagai faktor penentu dalam mengonsumsi makanan termasuk kalsium. Suhardjo (2006) mengatakan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa karena rasa merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi bau, tekstur dan suhu. Anak-anak dapat menilai rasa tersebut berdasarkan pengalamannya dan cenderung akan mempengaruhi pemilihan makan saat dewasa. Namun pada penelitian lain kesukaan dapat dipengaruhi oleh teman sebaya. Kesukaan terhadap makanan mempunyai pengaruh terhadap pemilihan makanan.
23
Dalam melakukan pengukuran terhadap preferensi makanan dapat digunakan skala, dimana contoh ditanya untuk dapat mengindikasikan seberapa besar dia menyukai makanan berdasarkan kriteria. Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka, dan sangat suka. Skala hedonik adalah salah satu cara untuk mengukur derajat suka atau tidak suka seseorang. Derajat kesukaan seseorang diperoleh dari pengalamannya terhadap makanan yang akan memberikan pengaruh yang kuat pada angka preferensinya (Sanjur, 1982).
8. Perkembangan Psikososial Menurut Chaplin (2004) perkembangan psikososial merupakan berbagai kejadian yang berkaitan dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan dan mencakup faktor-faktor psikologis dari seseorang. Keadaan psikososial individu akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut, salah satunya adalah perilaku konsumsi. Seseorang dengan kondisi psikososial yang baik akan cenderung lebih teratur dalam mengkonsumsi dan memilih makanan.
9. Kesehatan Definisi sehat menurut WHO 1990 dalam Alamtsier (2004) yaitu keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Kesehatan no. 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial
24
yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitarani (2006) ditemukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kesehatan individu dengan perilaku konsumsi, yaitu walaupun seseorang sedang sakit, terkadang tidak terlalu memperhatikan pola konsumsinya.
10. Jumlah dan Karakteristik Keluarga Sediaoetama (2006) menyebutkan keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak amat dekat akan menimbulkan masalah. Dalam hal ini, jumlah keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada rumah tangga. Suhardjo (1996) menyebutkan semakin besar jumlah anggota keluarga, maka alokasi pangan untuk individu akan semakin berkurang. Hasil penelitian Pratiwi (2006) diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keluarga kecil dan keluarga besar terhadap perilaku konsumsi individu. Namun penelitian Srimaryani (2010), diketahui bahwa ada hubungan antara jumlah keluarga dengan perilaku konsumsi individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin banyak pangan yang dikonsumsi dan pembagian makanan dalam keluarga tersebut akan lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga yang jumlahnya sedikit.
25
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah karakteristik keluarga yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Suhardjo (1986) menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu kurang mampu dalam pemilihan makanan yang baik, jika orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan atau informasi mengenai gizi. Menurut Berg (1986) latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai. Selanjutnya Apriadji (1986) menyatakan faktor pendidikan turut pula menentukan
mudah
tidaknya
seseorang
menyerap
dan
memahami
pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya. Akan tetapi, seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik.
26
Pada penelitian ini salah satu variabel yang diambil adalah pendidikan ibu. Nizar dalam Ikhsan (2004) menyebutkan tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi keluarga karena ibu memegang peranan penting dalam pengelolaan rumah tangga. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai sikap yang positif terhadap gizi sehingga pada akhirnya akan semakin baik kuantitas dan kualitas gizi yang dikonsumsi keluarga. Penelitian Puspasari (2004) menyebutkan bahwa pendidikan orang tua yang rendah, asupan kalsium yang kurang sebesar 77,9% sedangkan pada pendidikan orang tua yang tinggi, asupan kalsium yang kurang sebesar 75,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan orang tua yang rendah asupan kalsium yang kurang lebih tinggi 2,2% dibandingkan dengan pendidikan orang tua yang tinggi. Pekerjaan orang tua pun turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga. Berg (1986) berpendapat bahwa pekerjaan berhubungan dengan jumlah gaji atau pendapatan yang diterima. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang dibeli (Apriadji, 1986). Menurut penelitian Puone dalam Guthrie (1995) diketahui bahwa ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan tingkat konsumsi masyarakat. Terutama pada makanan sumber kalsium utama yaitu susu dan hasil olahannya yang masih merupakan makanan mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.
27
Selanjutnya Sukarbi dalam Gabriel (2008) menyebutkan pekerjaan memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan. Salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu. Hasil penelitian Mulyani (2009) tentang konsumsi konsumsi kalsium pada remaja di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa konsumsi kalsium yang kurang lebih besar didapatkan pada ibu yang bekerja (sebesar 58,3%) dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja (sebesar 45,9%). Sedangkan konsumsi kalsium yang baik lebih besar didapatkan pada ibu yang tidak bekerja (sebesar 54,1%) dibandingkan dengan ibu yang bekerja (sebesar 47,1%). Berdasarkan hasil penelitian Ikhsan (2004) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja di SMUN 28 Jakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan asupan kalsium. Proporsi responden dengan asupan kalsium <600 mg/hari terjadi pada ibu yang tidak bekerja sebesar 54,3% lebih besar dibandingkan pada ibu bekerja.
11. Peran Orang Tua Pola kebiasaan makan anak berawal dari keluarga. Khomsan (2007) menyatakan selama masa anak-anak, orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sikap tentang makanan, pemilihan makanan dan pola
28
makan. Tetapi jika sudah menganjak remaja mereka menunjukkan kemandiriannya dan dapat memilih makanan sekehendak mereka. Oleh karena itu pengaruh keluarga terhadap perilaku makan mulai berkurang. Khomsan pun menyatakan pada zaman modern seperti sekarang ini, orang tua memang telah menjadi manusia sibuk karena urusan di luar rumah tangga. Oleh karena itu, peran orang tua saat ini sangat penting dalam mendorong kebiasaan makan sehat bagi anak-anaknya.
12. Teman Sebaya (Peer Group) Gifft, et al dan Hurlock dalam Mulyani (2009) menyebutkan pengaruh peer group adalah yang terpenting selama masa remaja di sekolah. Pada situasi tertentu pengaruh peer group lebih besar daripada pengaruh keluarga . Ketika anak mulai sekolah tekanan teman sebaya mulai mempengaruhi pemilihan makanan yang menyebabkan pengabaian terhadap kebutuhan gizi. Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan perilaku sosial, serta berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Pemilihan makanan menjadi penting supaya mereka diterima oleh teman sebayanya. Menurut Nimpoeno dalam Mulyani (2009), terdapat rasa kekamian yang menyebabkan anggota-anggota peer group bertindak sama satu dengan yang lainnya. Selanjutnya Hurlock dalam Mulyani (2009) mengemukakan bahwa pengaruh peer group semakin kuat pada remaja untuk dapat diterima
29
sebagai anggota peer group, untuk itu ia akan menyesuaikan tingkah lakunya dengan aturan-aturan dalam peer group tersebut. Mulyani (2009) mengatakan pengaruh peer group terhadap konsumsi terjadi terutama karena kepatuhan anggota untuk melakukan tindakan yang sama dengan anggota lainnya serta upaya yang kuat untuk tidak melanggar aturan dalam peer group tersebut. Disamping itu peer group juga dapat berpengaruh terhadap konsumsi jajanan. Mc Williams (1993) menyatakan bahwa remaja SMP cenderung memiliki perilaku makan yang labil, karena selain masih dipengaruhi keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh ini akan menentukan perilaku makan remaja selanjutnya. Miller et al (2001) menyatakan teman juga berpengaruh terhadap konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam memilih makanan namun pengaruh teman sebaya semakin berpengaruh terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih memilih makanan populer yang rendah kalsium daripada makanan yang sehat kaya kalsium. Dalam penelitian Savitri (2009), ditemukan bahwa teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dalam memilih jenis makanan.
30
13. Informasi/Media Massa Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya. Menurut Fisher dan Diane (2003) dalam Bahria (2009) media massa berpengaruh positif mempromosikan informasi kesehatan dan peningkatan kesadaran atau pemilihan makanan yang tepat. Berg (1986) berpendapat bahwa media massa terutama iklan-iklan perdagangan dan promosi penjualan sangat mempengaruhi pada pemilihan susunan makanan. Keunggulan pemakaian media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk yang sama dan dapat menimbulkan pengalaman yang sama. Suhardjo (1986) juga mengatakan bahwa media massa sebagai salah satu sarana komunikasi berpengaruh besar membentuk opini dan kepercayaan seseorang. Ewles dalam Afianti (2008) menyebutkan televisi, radio, majalah, koran dan buku dapat dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang. Lastariwati dan Ratnaningsih (2006) dalam Yunaeni (2009) menyebutkan remaja yang masih dalam proses mencari jati diri, sering kali menjadi sasaran empuk bagi produsen yang menawarkan produknya. Hal ini dikarenakan remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Khomsan (2003) dalam Bahria (2009) menyebutkan rata-rata remaja menghabiskan waktunya selama 2,5 jam per hari di depan pesawat TV. Pada kesempatan ini mereka dijejali berbagai iklan tentang makanan atau minuman. Iklan makanan atau minuman yang menggunakan seorang bintang
31
sebagai model akan lebih mudah memikat mereka. Mereka langsung menjadi penggemar “berat”, terlepas apakah minuman itu bergizi atau tidak. Survei di AS menunjukkan 65% makanan yang diiklankan melalui TV berwujud minuman atau makanan manis (berkalori tinggi).
Iklan di TV sering
menampilkan makanan snack ringan yang rendah gizinya, makanan instant yang bisa disajikan secara cepat dan aspek lain yang tidak mendukung makanan gizi seimbang. Menurut Schlenker (2007) dalam Bahria (2009) perkembangan teknologi dan media massa juga mempunyai peran dalam pemilihan makanan. Akan tetapi hasil penelitian Srimaryani (2010), menunjukkan bahwa iklan atau media massa tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu.
14. Fast Food Worthington (2000) menyebutkan bahwa pertumbuhan remaja meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial, dan aktivitas remaja dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja. Remaja mulai dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar rumah seperti fast food. Fast food mengandung zat gizi yang terbatas atau rendah, diantaranya adalah kalsium, ribovlafin, vitamin A, magnesium,
32
vitamin C, folat, dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup tinggi pada berbagai fast food. Menurut Sekarindah (2008) alasan seseorang memilih makanan cepat saji/fast food yaitu karena praktis, rasanya enak, mudah didapat dan tingkat kesibukan yang tinggi sehingga tidak sempat menyiapkan makanan yang sehat dan alami.
15. Pengetahuan Gizi Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang dilakukan dengan berdasarkan pada pengetahuan akan bertahan lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku yang melekat pada seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan pengetahuan. Khomsan (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi pangan individu. Jika seseorang memiliki pengetahuan gizi yang baik maka cenderung untuk memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Selain itu, pengetahuan gizi dapat meingkatkan seseorang dalam menerapkan pengetahuan gizinya dalam memilih maupun mengolah bahan makanan sehingga kebutuhan gizi tercukupi. Sedangkan Suhardjo (1986) berpendapat bahwa penyebab penting
33
gangguan gizi karena kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian Mulyani (2009) tentang konsumsi kalsium pada remaja di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium pada remaja (nilai P = 0,035) dengan nilai odds rasio sebesar 2,597 yang artinya remaja yang pengetahuan tentang kalsiumnya kurang mempunyai peluang 2,6 kali mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat. Remaja yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dan konsumsi kalsiumnya juga kurang sebesar 58,6%, sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya kurang dan konsumsi kalsiumnya baik sebesar 41,4%. Remaja yang tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya baik sebesar 64,7%, sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya kurang sebesar 35,3%. Puspasari (2004) menyatakan bahwa pengetahuan kalsium terutama yang berasal dari makanan dan sumber-sumbernya merupakan langkah awal untuk meningkatkan asupan kalsium, karena remaja yang asupan kalsiumnya kurang masih memerlukan informasi yang spesifik mengenai sumber-sumber kalsium.
34
16. Pengalaman Individu Dalam perjalanan hidup manusia, terjadi berbagai macam pengalaman. Salah satunya adalah pengalaman dalam mengkonsumsi makanan. Seseorang tentu memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis makanan tertentu. Ada yang tiak mau mengkonsumsi makanan tertentu karena berdasarkan pengalaman pribadi bahwa makanan tersebut menimbulkan alergi atau memiliki rasa yang kurang enak, penampilan kurang menarik dan lain-lain (Suhardjo, 2006).
17. Sosial, Ekonomi, Politik Sistem sosial, ekonomi, potitik dalam suatu Negara merupakan salah satu penyebab mendasar yang mempengaruhi perilaku konsumsi di masyarakat. Negara dengan sistem sosial, ekonomi dan politik, maka ketersediaan pangana bagi masyarakat akan mengalami gangguan bahkan kekurangan pangan yang dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan (Suhardjo, 2006).
18. Ketersediaan Makanan Ulrich
(1996)
dalam
Anastasia
(2008),
menyebutkan
bahwa
ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dapat meningkatkan asupan kalsium remaja. Sebuah studi menemukan bahwa ibu yang menyediakan susu dan biasa minum susu, memiliki anak yang juga cenderung gemar mengkonsumsi susu.
35
Suhardjo (1986), menyebutkan bahwa peranan ibu dalam menyediakan makanan banyak berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan anakanak didalam rumah, karena ibu yang mempersiapkan makanan, mulai dari mengatur
menu,
berbelanja,
memasak,
menyiapkan/menghidangkan
makanan, mendistribusikan makanan serta megajarkan tata cara makan terhadap anaknya.
19. Produksi Produksi pangan di Negara berkembang masih tergolong rendah, rendahnya produksi pangan dapat disebabkan oleh produktivitas lahan yang kurang dan harus ditanggulangi dengan intensifikasi pertanian. Sebab lain yaitu karena petani beralih ke tanaman non pangan atau mengubah lahan pertanian yang ada menjadi lahan untuk industry atau pemukiman. Rendahnya produksi dapat berakibat pada rendahnya ketersediaan pangan bagi penduduk dan mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat (Suhardjo, 2006).
20. Sistem Distribusi Barker (2002) dalam Rahmawati (2000) menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumsi individu adalah adanya sistem distribusi pangan ke masyarakat. Salah satu contoh kasus yaitu tidak tersedianya makanan terjadi karena persediaan di gudang habis dan tidak ada
36
transportasi disekitarnya atau sistem distribusi mengalami gangguan. Hal inilah yang menyebabkan mal nutrisi, karena penduduk kekurangan bahan pangan untuk dikonsumsi.
21. Gaya Hidup Suhardjo (2006), menebutkan bahwa gaya hidup merupaka suatu konsep cara hidup dalam masyarakat yang berasal dari berbagai maca interaksi sosial, budaya dan keadaan lingkungan. Gaya hidup dipengaruhi oleh beragam hal yang terjadi didalam keluarga atau rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa keluarga atau rumah tangga merupakan faktor utama dalam pembentukan gaya hidup terkait pola perilaku makan dan juga dalam pembinaan kesehatan keluarga. Suhardjo juga menyatakan bahwa orang dengan gaya hidup modern akan terbiasa mengkonsumsi makanan dengan harga yang mahal, sedangkan orang kelas menengah kebawah atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal, karena dipengaruhi oleh gaya hidup sederhana, termasuk untuk membeli susu.
2.4 Fungsi Kalsium Kalsium mempunyai peranan penting di dalam tubuh. Beberapa fungsi kalsium diantaranya adalah :
37
1. Pembentukan Tulang Kalsium memberikan kekuatan mekanis pada tulang dan gigi. Almatsier (2004) menyebutkan bahwa kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai tempat menyimpan kalsium. Guthrie dan Picciano (1995) menyatakan proses pembentukan tulang dimulai pada awal perkembangan janin, dengan membentuk matriks yang kuat, tetapi masih lunak dan lentur yang merupakan cikal bakal tulang tubuh. Matriks yang merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang terbuat dari kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin. Segera setelah matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral yang mengandung senyawa kalsium. Kristal ini terdiri dari kalsium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan kalsium hidroksida yang dinamakan hidroksipatit [(3Ca(PO4)2.Ca(OH)2)]. Kalsium merupakan mineral yang utama dalam ikatan ini, keduanya harus berada dalam jumlah yang cukup didalam cairan yang mengelilingi matriks tulang. Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks, mengandung kalsium, fosfat, magnesium, seng, natrium karbonat dan fluor disamping hidroksiapatit. 2. Membantu Pertumbuhan Guthrie dan Picciano (1995) menyatakan bahwa kalsium secara nyata diperlukan untuk pertumbuhan karena merupakan bagian penting dalam pembentukan tulang dan gigi, juga dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil
38
untuk mendukung fungsi sel dalam tubuh. Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa orang yang diet rendah kalsium lebih pendek dibandingkan dengan diet kalsium yang adekuat. Diet rendah kalsium berarti rendah protein, sedangkan protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, secara jelas belum dapat dibuktikan bahwa kekurangan kalsium menyebabkan
gagal
pertumbuhan
karena
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya. Garrow dan James (1993) dalam Puspasari (2004) menyebutkan dalam masa pertumbuhan ukuran tulang, kandungan kalsium dan kebutuhan kalsium meningkat. Setelah pertumbuhan berhenti, kemungkinan fase dimana penambahan jumlah tulang dan kalsium bersama akan tetap bertambah sampai usia sekitar 30 tahun. Setelah peak bone mass tercapai, jumlah tulang akan menurun, yang akan menyebabkan ketidakseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang. 3. Pembentukan gigi Almatsier (2004) menyatakan mineral yang membentuk dentin (bagian tengah gigi) dan email (bagian luar gigi) adalah mineral yang sama dengan membentuk tulang. Akan tetapi, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah. Protein dalam email gigi adalah keratin, sedangkan dalam dentin adalah kolagen. Berbeda dengan tulang, gigi sedikit sekali mengalami perubahan setelah muncul dalam rongga mulut. Pertukaran antara kalsium gigi dan kalsium tubuh berlangsung lambat dan terbatas pada kalsium yang
39
terdapat dalam lapisan dentin. Sedikit pertukaran mungkin juga terjadi antara saliva (ludah) dan email gigi. Kerusakan kalsium pada massa pembentukan gigi dapat menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap kerusakan gigi. 4. Mengatur Pembekuan Darah Menurut Almatsier (2004) pada saat terjadi luka, ion kalsium di dalam darah merangsang pembebasan fosfolipida tromboplastin dari platelet darah yang terluka. Tromboplastin ini mengkatalis perubahan prothombin (bagian darah normal), menjadi thrombin. Thrombin kemudian membantu peerubahan fibrinogen menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah. Proses pembentukan fibrin dapat dilihat dalam bagan berikut : Bagan 2.3 Proses Pembentukan fibrin Luka pada sel
Protombin
Fibrinogen
tromboplastin
Fibrin
trombin Platelet darah kalsium darah
Thrombin
(gumpalan darah)
Tromboplastin
Sumber : Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi (2004). 5. Katalisator reaksi-reaksi biologik Almatsier (2004) mengatakan bahwa kalsium berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi biologik, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pancreas, ekskresi insulin oleh
pankreas,
40
pembentukan dan pemecahan asetilkolin. Asetilkolin yaitu bahan yang diperlukan dalam transmisi suatu rangsangan dari suatu serabut saraf ke serabut saraf yang lain. Kalsium diperlukan untuk mengkatalis reaksi-reaksi ini yang diambil dari persediaan kalsium di dalam tubuh. 6. Kontraksi otot Menurut Almatsier (2004) kalsium berperan dalam interaksi protein dalam otot yaitu aktin dan miotin, pada saat otot berkontraksi. Bila darah kalsium kurang dari normal, otot tidak bisa mengendur setelah berkontraksi. Akibatnya tubuh akan kaku dan akan menimbulkan kejang. Winarno (1997) menyatakan dalam proses kontraksi otot, rangsangan yang menghasilkan kontraksi otot merupakan impuls listrik yang diangkut oleh serabut urat saraf. Diperkirakan stimulasi kimia dari ujung saraf ke tenunan otot yang menyebabkan terjadinya kontraksi adalah lepasnya ion-ion kalsium dari tempat penyimpanannya dalam sel. Keluarnya ion kalsium menstimulasi enzim ATP-ase dalam myosin, yang mengakibatkan pecahnya ATP yang menghasilkan energi dan terbentuknya ikatan silang antara myosin dan actin yang disebut actomiosin dan terjadilah kontraksi. Setelah terjadi pengenduran otot, ion kalsium dipompa kembali ke tempat penyimpanannya dalam sel. Surono (1999) mengatakan, selain fungsi-fungsi di atas peran kalsium terutama pada perempuan adalah dapat meringankan gejala sindrom premenstruasi (PMS). Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
41
Susan Thys Jacobs, pakar kelenjar endokrin bersama rekan-rekannya terhadap 500 wanita penderita PMS. Secara acak, sebagian dari 500 wanita tersebut diberi 1.200 mg kalsium per hari. Ternyata pada siklus haid ketiga, gejala PMS dapat dikurangi 48% pada wanita yang diberikan suplemen kalsium.
2.5 Pangan Sumber Kalsium Tinggi Almatsier (2004) menyebutkan pangan sumber kalsium yang baik diantaranya adalah ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering, serealia, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe. Sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat, dan oksalat. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi apabila mengonsumsi makanan yang seimbang setiap hari. Holman (1997) dalam Lutfiah (2007) menyebutkan sumber kalsium utama yang lain adalah sarden, salmon, dan biji wijen. Khomsan (2003) dalam Lutfiah (2007) menyatakan bahwa sarden, sayuran hijau tua, kedelai, dan produk olahannya serta biji bunga matahari merupakan pangan yang banyak mengandung kalsium. Jus wortel mengandung kalsium sama banyak dengan segelas susu. Bender (1993) dalam Almatsier (2004) menyatakan bahwa sumber kalsium utama adalah susu dan keju. Sumber terbaik kalsium adalah susu non fat karena memilki ketersediaan biologik yang tinggi. Berikut ini disajikan tabel kandungan
42
kalsium berbagai jenis pangan menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) dalam Lutfiah (2007). Tabel 2.3 Nilai kalsium berbagai jenis pangan (mg/100g) Jenis Pangan Tepung susu Skim Susu Skim Tepung Susu Keju Susu Sapi segar Yogurt Susu Kental Manis Susu Kental tak manis Susu Kerbau Es krim Mentega Jenis Pangan Susu Kambing Sarden Kaleng Tempe Kedelai Tahu Oncom
Mg 1300 123 904 777 143 120 275 243 206 123 15 Mg 98 354 129 124 96
Jenis Pangan Udang Kering Udang Segar Teri Kering tawar Bayam Kacang Ijo Kacang Panjang Mujair Goreng Mujair Segar Telur Ayam Telur Asin Empal Goreng Jenis Pangan Sawi Daun Singkong Kangkung Kacang Merah Kacang Tanah
Mg 1209 136 2381 267 125 163 346 96 54 120 151 Mg 220 165 73 80 58
Sumber : Hardinsyah dan Briawan (1994) dalam Skripsi Lutfiah (2007)
2.6 Akibat dari Kekurangan Kalsium Beberapa akibat yang timbul apabila seseorang kekurangan kalsium menurut Almatsier (2004) dan Witjaksono (2003), diantaranya adalah: 1. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.
43
2. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium atau terlalu tinggi mengandung fosfor. Tetani kadang terjadi pada bayi baru lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak diencerkan yang mempunyai rasio kalsium : fosfor rendah. 3. Kurangnya kalsium dan paparan sinar matahari pagi dan sore akan menyebabkan elemen tulang tidak dapat mengendap secara normal, sehingga timbul penyakit rachitis. Ciri-ciri utamanya adalah kelainan pada tulang rusuk (dada ayam), kaki tipe O atau X. 4. Kekurangan kalsium menyebabkan sistem imunitas akan menurun dan kacau, akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Ketika tubuh diserang bakteri, virus, dan racun, ion kalsium berperan sebagai sirene tanda bahaya di dalam tubuh. 5. Kekurangan kalsium menyebabkan dengdosignal saraf mengalami hambatan. Akibatnya mekanisme rangsangan dalam tubuh akan terganggu. Kondisi tersebut pada anak akan menimbulkan gejala mudah kaget, resah, sulit tidur, menangis di malam hari, dan hiperaktif. Gejala pada orang tua yakni mudah tegang, emosi dan merosotnya daya koordinasi saraf. 6. Kurangnya kadar kalsium akan mengurangi daya kontraksi otot jantung. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jantung.
44
7. Kehilangan kalsium dari tulang sesudah usia 50 tahun akan menyebabkan osteoporosis.
2.7 Akibat kelebihan kalsium Menurut Almatsier (2004) konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg/hari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Disamping itu dapat menyebabkan konstipasi atau susah buang air besar. Kelebihan kalsium bisa terjadi jika menggunakan suplemen kalsium.
2.8 Metode Food Frequency Questionare (FFQ) Supariasa (2002) menyebutkan Food Frequency Questionare (FFQ) atai kuesioner frekuensi makanan adalah salah satu metode survey konsumsi makanan yang bersifat kualitatif karena dapat menggambarkan tentang frekuensi responden dalam mengkonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman, dapat menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) FFQ dapat dilihat dalam satu hari atau minggu, bulan, tahun. Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan. Menurut Supariasa (2002) ada beberapa jenis FFQ yaitu sebagai berikut: a. Simple or nonquantitative FFQ, tidak memberikan pilihan tentang porsi yang biasa dikonsumsi sehingga menggunakan standar porsi. b. Semiquantitative FFQ, memberikan porsi yang dikonsumsi, misalnya sepotong nasi, secangkir kopi.
45
c. Quantitative FFQ, memberikan pilihan porsi yang biasa dikonsumsi respnden seperti kecil, sedang, atau besar. Gibson (1993) dalam Mulyani (2009) menyebutkan kebanyakan FFQ sering dilengkapi dengan ukuran khas setiap porsi dan jenis makanan. Oleh karena itu FFQ tidak jarang ditulis sebagai riwayat pangan semi kuantitatif (semiquantitative food history). Selanjutnya Willet (1998) dalam Mulyani (2009) menyatakan ukuran porsi ini dapat memberikan informasi tentang jumlah asupan makanan tertentu. Namun metode ini memerlukan adanya persamaan persepsi dalam menggunakan ukuran porsi pada FFQ semi kuantitatif antara peneliti dan responden. Menurut Supariasa (2002) kelebihan FFQ adalah dapat diisi sendiri oleh responden, relatif murah untuk populasi besar, dapat digunakan untuk melihat hubungan diet dengan penyakit dan data usual intake lebih representatif dibandingkan dengan record beberapa hari. Sedangkan keterbatasan FFQ adalah kemungkinan tidak menggambarkan usual food atau porsi yang dipilih oleh responden dan tergantung responden untuk mendeskripsikan dirinya.
2.9 Kerangka Teori Berdasarkan Kerangka Teori yang diambil dari teori Worthington (2000), dan Apriadji (1986), faktor-faktor yang diduga berhungan dengan tingkat konsumsi kalsium remaja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor interal meliputi pengetahuan gizi remaja, umur, jenis kelamin, status kesehatan,
46
serta pemilihan dan arti makanan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari jumlah keluarga, pola makan keluarga, pengetahuan gizi orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, teman sebaya, makanan jajanan, pengaruh informasi/media kesehatan, dan ketersediaan makanan. Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam bagan berikut: Bagan 2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Konsumsi Kalsium Remaja Faktor Internal
Faktor Eksternal
Pengetahuan Gizi Remaja
Jumlah Keluarga Pola Makan Keluarga
Umur Pengetahuan Gizi Orang Tua Pendidikan Orang Tua
Jenis Kelamin
Pendapatan Orang Tua Teman Sebaya
Status Kesehatan
Makanan Jajanan Pengaruh Informasi/Media Kesukaan terhadap Makanan
Ketersedian Makanan
Tingkat Konsumsi Kalsium Remaja Sumber: Modifikasi Teori Apriadji (1986), Mc. Williams (1993) dan Wortingthon (2000).
47
Ada beberapa variabel yang tidak diikutsertakan atau tidak diteliti yaitu umur, jenis kelamin, status kesehatan, jumlah keluarga, pola makan keluarga, pengetahuan gizi orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua. Variabel jenis kelamin dan umur tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena bersifat homogen. Seluruh sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perempuan, karena berdasarkan beberapa teori perempuan lebih beresiko untuk mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan untuk variabel umur, seluruh sampel yang diambil pada penelitian ini umurnya berkisar antara 13-15 tahun dan masuk kedalam kategori remaja. Variabel status kesehatan tidak diikutsertakan karena belum pernah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan konsumsi kalsium sisiwi. Selanjutnya variabel pengetahuan orang tua tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena penelitian ini dilakukan terhadap siswi sehingga jika kuesioner pengetahuan orang tua dibawa ke rumah untuk diisi oleh orang tuanya, kemungkinan akan terjadi bias yang tinggi.
Begitupula dengan variabel
pendapatan orang tua tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena akan menimbulkan bias yang tinggi jika ditanyakan kepada siswi. Variabel pendidikan orang tua tidak diikutsertakan dengan pertimbangan variabel ini tidak terlalu berhubungan dengan tingkat konsumsi kalsium siswi.
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep Banyak faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium seseorang. Berdasarkan kerangka teori yang diambil dari Apriadji (1986), Worthington (2000) dan Mc.Williams (1993) ada beberapa kerangka konsep yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konsumsi kalsium siswi, sedangkan variabel independennya adalah kebiasaan jajan siswi, pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi mengenai kalsium, pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dan ketersediaan makanan sumber kalsium.
48
49
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Pengetahuan gizi siswi Keterpaparan informasi/media massa mengenai kalsium Pengaruh Teman Konsumsi Kalsium Siswi Kesukaan terhadap makanan sumber kalsium Kebiasaan Jajan Ketersediaan makanan sumber kalsium
3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Nama Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
1.
Tingkat Konsumsi Kalsium siswi Kebiasaan jajan
Jumlah asupan kalsium yang dikonsumsi siswi dalam sehari. Frekuensi makanan atau minuman jajanan yang dibeli dan dimakan oleh siswi di sekolah maupun di luar sekolah. Kemampuan siswi dalam menjawab pertanyaan tentang gizi dan kalsium.
Wawancara
FFQ semi 1. Kurang: < 100% AKG kuantitatif 2. Cukup: ≥100% AKG (WKNPG VIII, 2004) Kuesioner 1. Jarang: Skor < mean (<25) 2. Sering: Skor ≥ mean (≥25)
Ordinal
Wawancara
Kuesioner 1. Kurang : < median (<8) 2. Baik : ≥ median (≥8).
Ordinal
Pernyataan siswi mengenai sering atau jarang mendapatkan informasi mengenai kalsium baik melalui media komunikasi massa (TV, koran, radio,poster) maupun media komunikasi personal (guru,orang tua,petugas kesehatan, tokoh masyarakat) dalam satu minggu. Definisi Operasional
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Cara Ukur
Alat Ukur
2.
3.
Pengetahuan Gizi siswi
4.
Keterpaparan media/informasi mengenai kalsium
No
Nama Variabel
Wawancara
48
Hasil Ukur
1. Jarang: jika < 3 kali/minggu 2. Sering: jika ≥3 kali/minggu
Hasil Ukur
Skala
Ordinal
Skala
49
5.
Pengaruh teman
6.
Kesukaan terhadap makanan sumber kalsium
7.
Ketersediaan Pangan sumber kalsium
Pengakuan siswi mengenai ada atau tidaknya pengaruh teman siswi terhadap pemilihan makanan jajanan sumber kalsium, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah dalam satu bulan terakhir. Penilaian siswi terhadap kesukaan dalam mengkonsumsi pangan sumber kalsium.
Wawancara
Kuesioner
1. Tidak ada pengaruh : Jika skor < median (<9) 2. Ada pengaruh: Jika Skor ≥ median (≥9)
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
1. Tidak suka: Jika skor < mean (<70) 2. Suka: Jika skor ≥ mean (≥70)
Nominal
Frekuensi tersedianya bahan makanan sumber kalsium di rumah untuk konsumsi anggota keluarga siswi.
Wawancara
Kuesioner
1. Jarang: Jika skor < mean (<41) 2. Sering: Jika skor ≥ mean (≥41)
Ordinal
3.3 Hipotesis 1. Adanya hubungan antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 2. Adanya hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 3. Adanya hubungan antara keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium dengan konsumsi kalsium sisiwi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 4. Adanya hubungan antara pengaruh teman terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 5. Adanya hubungan antara kesukaan makanan sumber kalsium terhadap konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010. 6. Adanya hubungan antara ketersediaan makanan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010.
48
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, yaitu data yang menyangkut variabel dependen dan variabel independen dikumpulkan dan diamati dalam waktu yang bersamaan. Variabel dependen yang diteliti adalah konsumsi kalsium, sedangkan variabel independen yang diteliti adalah pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium, pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium, kebiasaan jajan, dan ketersediaan makanan sumber kalsium. Desain cross sectional digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada siswi di SMPN 1 Mande Cianjur, Tahun 2010.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Mande Cianjur, Jawa Barat. 4.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan November 2010.
53
54
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang akan dilakukan (Sabri, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi yang terdaftar sebagai siswa SMPN 1 Mande Cianjur. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanya 505 orang siswi. 4.3.2 Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sabri, 2008). Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998), yaitu:
Z 2 P1 P Z 1 P 1 1 P1 P2 1 P2 1 / 2 n 2 P1 P2
2
Keterangan: n
= Besar sampel
Z1- α /2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1.96. Z1-β
= Nilai Z pada kekuatan uji 1- β, yaitu sebesar 80% = 0.84.
P
= Proporsi rata-rata = (P1-P2)/2.
P1
= Proporsi anak yang kecukupan asupan kalsiumnya kurang dan
55
frekuensi konsumsi susunya kurang sebesar 77,3% (Novianty, 2007). P2
= Proporsi anak yang kecukupan asupan kalsiumnya kurang dan frekuensi konsumsi susunya baik sebesar 53,2% (Novianty, 2007).
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh bahwa besar sampel minimal yang harus diambil sebanyak 122 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyusun frame sampling yang berisi daftar nama seluruh siswi SMPN 1 Mande Cianjur. 2. Melakukan pengambilan secara acak/pengundian terhadap beberapa siswi sebagaimana terdaftar dalam kerangka sampel sampai terambil 122 orang siswi. Nama-nama siswi yang terambil merupakan sampel dalam penelitian ini. 4.4
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen Penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kuesioner Kuesioner digunakan untuk mengisi pertanyaan mengenai pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium, pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium, dan kebiasaan jajan.
56
2. Formulir FFQ semi kuantitatif Formulir FFQ semi kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat konsumsi kalsium siswi dan ketersediaan makanan sumber kalsium dengan menggunakan bantuan
food model dan alat saji rumah tangga untuk
mempermudah dalam menjawab ukuran rumah tangga (URT) atau ukuran makanan yang dikonsumsi.
4.5
Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner langsung oleh siswi. Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu: 1. Responden yang terpilih diminta kesediaannya untuk mengisi kuesioner yang meliputi variabel kebiasaan jajan, pengetahuan, keterpaparan informasi kalsium, pengaruh teman dan kesukaan. Penyebaran kuesioner dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh beberapa orang mahasiswa non gizi untuk menjaga agar siswi tidak saling melihat jawaban temannya. a. Variabel kebiasaan jajan didapatkan dari kemampuan siswi menjawab kuesioner bagian F. b. Variabel pengetahuan gizi didapatkan dari hasil kemampuan siswi menjawab 15 pertanyaan
berkaitan dengan gizi dan kalsium. semua
pertanyaan bersifat tertutup. c. Variabel keterpaparan informasi kalsium didapatkan dari kemampuan siswi menjawab pertanyaan bagian C.
57
d. Variabel pengaruh teman didapatkan dari kemampuan siswi dalam menjawab pertanyaan bagian D. e. Variabel kesukaan didapatkan dari kemampuan siswi dalam menjawab pertanyaan bagian E. 2. Setelah mengisi kuesioner, responden diwawancara oleh peneliti. Pertanyaan yang diajukan adalah untuk mengisi variabel ketersediaan sumber kalsium di rumah dan konsumsi kalsium siswi. Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, peneliti melakukan uji coba kuesioner terlebih dahulu. Uji coba kuesioner dilakukan terhadap siswi dari SMP lain yang bukan sampel. Uji coba ini dilakukan untuk mendapat kejelasan dari setiap pertanyaan.
4.6 Pengolahan Data Penelitian Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer. Gambaran konsumsi kalsium responden diperoleh dari formulir food frequency questionare (FFQ) yang dikonversikan ke dalam kalsium per 100 gram dan dibandingkan dengan tingkat kecukupan kalsium yang dianjurkan untuk orang Indonesia, selanjutnya dikategorikan sesuai kategori yang telah ditentukan. Sebagai contoh, si A biasa mengkonsumsi susu bubuk empat kali dalam seminggu dan satu kali minum susu diperlukan 42 g susu bubuk. Perhitungan susu bubuk yang dikonsumsi per hari adalah sebagai berikut: 42 g x 4 = 168 g, lalu 168 g / 7 hari = 24 g.
58
Sehingga didapat hasil bahwa siswi mengkonsumsi susu bubuk sebanyak 24 g per hari. Selanjutnya diketahui bahwa kandungan kalsium dalam susu bubuk sebesar 1300 mg/100 g. Sehingga dapat diketahui kalsium yang siswi peroleh dari susu bubuk dalam sehari adalah: (24/100) x 1300 = 312 mg. Pengolahan data untuk variabel kebiasaan jajan, pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi kalsium, pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan, dan ketersediaan makanan sumber kalsium dilakukan dengan menggunakan program soft ware komputer. Adapun untuk tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data primer dari variabel dependen dan variabel independen adalah sebagai berikut: 1. Menyunting data (data editing), yaitu kuesioner yang telah diisi dilihat kelengkapan jawabannya. 2. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam komputer. a. Konsumsi kalsium, diberikan kode 1 untuk siswi yang mengkonsumsi kalsium kurang dari 100% AKG, dan diberi kode 2 untuk siswi yang mengkonsumsi kalsium cukup ( ≥100% AKG). b. Variabel kebiasaan jajan, diberikan kode 1 jika siswi jajan 1 kali per minggu, kode 2 jika siswi jajan 2 kali per minggu, kode 3 jika siswi jajan 3 kali per minggu, kode 4 jika siswi jajan 4 kali per minggu, kode 5 jika siswi jajan 5 kali per minggu, kode 6 jika siswi jajan 6 kali
59
per minggu, kode 7 jika siswi jajan 7 kali per minggu dan kode 8 jika siswi jajan > 7 kali per minggu. Nilai total kebiasaan jajan responden diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban responden. c. Variabel pengetahuan, diberikan kode 0 jika siswi menjawab salah dan kode 1 jika siswi menjawab benar. Nilai total pengetahuan responden diperoleh dengan cara menjumlahkan skor jawaban. d. Variabel keterpaparan informasi kalsium, diberikan kode 1 jika siswi terpapar informasi < 3 kali dalam satu minggu terakhir dan kode 2 jika siswi terpapar informasi ≥ 3 kali dalam satu minggu terakhir. e. Variabel pengaruh teman, diberikan kode 0 jika memilih jawaban a pada pertanyaan D1 dan D2, memilih jawaban b pada pertanyaan D3, memilih jawaban c pada pertanyaan D4, dan memilih jawaban a pada pertanyaan D5. Diberi kode 1 jika memilih jawaban b pada pertanyaan D1, D2, D4 dan D5, serta memilih jawaban a pada pertanyaan D3. Diberi kode 2 jika memilih jawaban c pada pertanyaan D2, memilih a pada pertanyaan D4 dan memilih c pada pertanyaan D5. f. Variabel kesukaan, diberikan kode 1 jika pernyataan siswi “sangat tidak suka”, kode 2 jika pernyataan siswi “tidak suka”, kode 3 jika pernyataan siwi “netral”, kode 4 jika pernyataan siswi “suka” dan kode 5 jika pernyataan siswi “sangat suka”. g. Variabel ketersediaan makanan sumber kalsium, diberikan kode 0 jika tidak pernah tersedia makanan sumber kalsium, kode 1 jika tersedia makanan sumber kalsium 1-3 kali per bulan, kode 2 jika tersedia
60
makanan sumber kalsium 1-3 kali per minggu, kode 3 jika tersedia makanan sumber kalsium 4-6 kali per minggu, kode 4 jika tersedia makanan sumber kalsium 1 kali sehari dan kode 5 jika tersedia makanan sumber kalsium >2 kali sehari. 3. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu membuat tamplate sesuai dengan format kuisioner yang digunakan 4. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam tamplate yang telah dibuat. Daftar pertanyaan yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam software komputer. 5. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.
4.7 Teknik dan Analisa Data Penelitian Analisa data dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan analisis bivariat. 4.7.1 Analisa Data Univariat Analisa data univariat dilakukan pada setiap variabel, baik variabel dependen yaitu tingkat konsumsi kalsium maupun variabel independen (kebiasaan jajan, pengetahuan gizi siswi, keterpaparan informasi kesehatan mengenai kalsium, pengaruh teman, kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dan ketersediaan makanan sumber kalsium). Analisis ini
61
digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi masingmasing variabel yang diteliti. 4.7.2 Analisa Data Bivariat Analisa data bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-square (X2). Uji Chi-square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan frekuensi harapan sama, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Pembuktian dengan uji kai kuadrat dapat menggunakan rumus: (Hastono, 2007). (O - E)2 X2 = ∑ E DF = (k-1)(b-1) Keterangan: X2 = Chi square O
= Nilai observasi
E
= Nilai Ekspektasi
k
= Jumlah kolom
b
= Jumlah baris Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0.05. Penelitian antara dua variabel dikatakan berhubungan jika mempunyai nilai p ≤ 0.05 dan dikatakan tidak berhubungan jika mempunyai nilai p ≥ 0.05.
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum SMPN 1 Mande Cianjur SMPN 1 Mande Cianjur terletak di Kecamatan Mande yang jaraknya 14 km dari pusat kota Cianjur ke arah timur. Jumlah seluruh siswa di SMPN 1 Mande tahun 2010 adalah 982 orang. Jumlah siswa laki-laki sebesar 477 orang dan siswa perempuan sebesar 505 orang. Dibawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi siswa SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Laki-laki 477 Perempuan 505 Total 982 Sumber: Data SMPN 1 Mande Tahun 2010
% 48,57 51,43 100,00
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah siswi kelas VII sampai dengan kelas IX. Kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 6 hari (Senin sampai Sabtu) yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00.
63
64
5.2 Gambaran Hasil Analisis Univariat Analisis univariat adalah distribusi frekuensi untuk mendapatkan gambaran dari variabel dependen dan variabel independen. 5.2.1 Gambaran Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Konsumsi
kalsium
didapatkan
dengan
cara
wawancara
menggunakan metode Food Frequency Questionare Semi Quantitative. Hasil wawancara tersebut dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk orang Indonesia tahun 2004. Rata-rata asupan kalsium siswi masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yaitu hanya 769,61 mg/hari (76,96% AKG), dengan standar deviasi 297,31 mg. Selain itu diketahui pula konsumsi kalsium terendah yaitu 226,06 mg dan konsumsi kalsium tertinggi yaitu 1450,22 mg. Adapun gambaran kecukupan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kecukupan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Kecukupan Konsumsi Kalsium Jumlah Persentase berdasarkan 80% AKG Kurang (<100% AKG) 94 77 Cukup (≥100% AKG) 28 23 Total 122 100 Sumber : Data Primer
65
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa proporsi siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang (77%) lebih banyak dibandingkan dengan dengan proporsi siswi yang konsumsi kalsiumnya cukup (23%). Selain itu berdasarkan hasil analisis diketahui pula terdapat 32% siswi mengkonsumsi susu kental manis lebih dari satu kali sehari. Sedangkan yang dikonsumsi oleh 59,8% siswi setiap hari adalah tahu dan 54,9% siswi mengkonsumsi tempe. Sebagaimana diketahui bahwa tahu merupakan pangan tinggi kalsium yang murah dan mudah didapat. Selanjutnya terdapat 86 % siswi tidak menkonsumsi rebon segar. Padahal rebon segar merupakan makanan sumber tinggi kalsium yang memiliki kandungan kalsium sebesar 757 mg/100 g. 5.2.2 Gambaran Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran distribusi kebiasaan jajan pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jajan Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Kebiasaan Jajan Jumlah Persentase Jarang 53 43,4 Sering 69 56,6 Total 122 100 Sumber : Data Primer
66
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa siswi yang memiliki kebiasaan jajan sering (56,6%) lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang memiliki kebiasaan jajan jarang (43,4%). Berdasarkan hasil analisis diketahui juga makanan jajanan bukan sumber tinggi kalsium yang setiap hari dibeli oleh 17,8% siswi adalah cilok/bakso tusuk. Cilok/ bakso tusuk merupakan makanan yang dibuat dari tepung kanji. Kandungan gizi yang terdapat pada tepung kanji adalah pati atau karbohidrat. Sedangkan minuman jajanan bukan sumber kalsium yang dibeli oleh 10,1% siswi adalah es teh. Di dalam es teh diketahui terdapat zat yang dapat menghambat penyerapan kalsium. Selain itu diketahui pula jajanan sumber kalsium yang setiap hari dibeli oleh 17,8% siswi adalah yogurt. Diketahui yogurt memiliki kandungan kalsium sebesar 120 mg/100 g (Depkes RI, 1996). Sedangkan yang jarang dibeli oleh 45% siswi adalah ice cream. Padahal ice cream memiliki kandungan kalsium sebanyak 123 mg/100 g (Depkes RI, 1996). 5.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran distribusi frekuensi pengetahuan gizi pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
67
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Pengetahuan Gizi Jumlah Persentase Kurang 48 39,3 Baik 74 60,7 Total 122 100,0 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebanyak 74 siswi (60,7%) memiliki pengetahuan gizi yang baik. Hasil tersebut menunjukkan proporsi siswi yang pengetahuan gizinya baik lebih banyak daripada proporsi siswi yang pengetahuan gizinya kurang. Selanjutnya hasil analisis menunjukkan terdapat 80,3% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai kalsium termasuk kedalam golongan mineral, 96,7% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai bahan makanan yang paling banyak mengandung kalsium, 54,9% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai pembantu penyerapan kalsium, 74,6% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, 95,1% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai masa atau periode yang paling banyak membutuhkan kalsium, 60,7% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai makanan atau minuman penghambat penyerapan kalsium, 89,3% siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai akibat kelebihan kalsium.
68
5.2.4 Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran distribusi keterpaparan informasi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keterpaparan Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Keterpaparan Jumlah Persentase Informasi Kalsium Jarang 19 15,6 Sering 103 84,4 Total 122 100,0 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebanyak 103 siswi (84,4%) jarang terpapar informasi kalsium dalam seminggu terakhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang sering terpapar informasi kalsium lebih besar dari pada responden yang jarang terpapar informasi kalsium. Selanjutnya dalam penelitian ini juga ditanyakan mengenai sumber yang digunakan oleh siswi dalam memperoleh informasi mengenai kalsium. Gambaran distribusi frekuensi sumber informasi kalsium responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
69
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Sumber Informasi Jumlah Persentase Televisi 113 92,6 Radio 9 7,4 Total 122 100 Sumber : Data primer Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar siswi yang mendapatkan informasi kalsium dari televisi (92,6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa televisi merupakan sumber informasi yang paling sering digunakan oleh sebagian besar siswi. 5.2.5 Gambaran Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran distribusi frekuensi pengaruh teman dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini: Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Pengaruh Teman Jumlah Persentase Tidak ada pengaruh 46 37,7 Ada pengaruh 76 62,3 Total 122 100,0 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa sebanyak 76 siswi (62,3%) mendapatkan pengaruh dari temannya dalam pemilihan makanan jajanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa proporsi siswi yang mendapatkan
70
pengaruh dari teman lebih besar daripada proporsi siswi yang tidak mendapatkan pengaruh dari teman. Selanjutnya terdapat 46 siswi (37,7%) selalu jajan bersama teman, 38 siswi (31,1%) memilih makanan jajanan yang sama seperti teman, 43 siswi (35,2%) membeli makanan atas usul teman. Selanjutnya 44 orang (36,1%) teman siswi tidak mengusulkan membeli makanan sumber kalsium dan hanya 10 orang saja (8,2%) teman siswi yang mengusulkan membeli makanan sumber kalsium. Sebanyak 33 orang (27%) teman siswi mengusulkan membeli minuman bersoda, teh atau kopi dan sebanyak 45 orang (36,9%) teman siswi tidak mengusulkan membeli minuman bersoda, teh atau kopi. 5.2.6 Gambaran Kesukaan Siswi SMPN 1 Mande Cianjur
terhadap
Makanan Sumber Kalsium Tahun 2010 Dibawah terdapat tabel 5.8 tentang distribusi frekuensi kesukaan terhadap makanan. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kesukaan terhadap Pangan Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Kesukaan terhadap Pangan Jumlah Persentase Sumber Kalsium Tidak Suka 59 48,4 Suka 63 51,6 Total 122 100,0 Sumber: Data Primer
71
Berdasarkan tabel 5.8 di atas diketahui bahwa siswi yang suka terhadap makanan sumber kalsium sebanyak 63 orang (51,6%). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa proporsi siswi yang suka terhadap makanan sumber kalsium lebih banyak dibandingkan dengan proporsi siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 99,2% siswi menyukai sarden sebagai makanan sumber tinggi kalsium, 93,4% siswi menyukai susu kental manis, 91% siswi menyukai kacang merah, 89,3% siswi menyukai tempe dan 84,4% siswi menyukai es krim. Sedangkan makanan tinggi kalsium yang disukai siswi dan proporsinya paling kecil adalah keju. Keju hanya disukai oleh oleh 3,3% siswi saja. 5.2.7 Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran distribusi frekuensi ketersediaan pangan sumber kalsium responden dapat dilihat pada tabel 5.11. Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Ketersediaan Pangan Jumlah Persentase Sumber Kalsium Jarang 63 51,6 Sering 59 48,4 Total 122 100,0 Sumber: Data Primer
72
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa siswi yang pangan sumber kalsiumnya sering tersedia di rumah sebanyak 59 orang (48,4%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswi yang pangan sumber kalsiumnya sering tersedia di rumah lebih banyak daripada siswi yang pangan sumber kalsiumnya jarang tersedia di rumah, meskipun proporsinya tidak terlalu berbeda jauh. Selanjutnya, dari hasil analisis juga diketahui pangan sumber kalsium dari golongan susu dan olahannya yang setiap hari tersedia pada 31,8% siswi adalah susu kental manis. Pangan sumber kalsium tinggi dari golongan ikan dan telur yang tersedia setiap hari pada 42,6% siswi adalah telur ayam, sedangkan pangan sumber kalsium tinggi golongan kacangkacangan yang tersedia setiap hari pada 60,5% siswi adalah tahu. Selain itu terdapat pula 89% siswi yang dirumahnya tidak tersedia rebon segar, padahal rebon segar merupakan salah satu pangan sumber kalsium tinggi yang mempunyai kandungan kalsium 757 mg/ 100 g.
5.3 Gambaran Hasil Analisis Bivariat Pada analisis bivariat ini akan disajikan hubungan antara masing variabel independen dengan variabel independen.
masing-
73
5.3.1 Gambaran antara Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran antara kebiasaan jajan siswi dengan konsumsi kalsium dianalisis dengan menggunakan uji chi square. Hasil analisis tersebut disajikan pada tabel 5.10 di bawah ini: Tabel 5.10 Gambaran Kebiasaan Jajan dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Konsumsi Kalsium Total Kebiasaan Kurang Cukup P-value Jajan N % N % N % 42 79,2 11 20,8 53 100 Jarang 52 75,4 17 24,6 59 100 0,773 Sering 94 77,0 28 23,0 122 100 Total Sumber: Data Primer Hasil analisis antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 53 responden yang kebiasaan jajannya jarang, terdapat 42 responden (79,2%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 59 responden yang kebiasaan jajannya sering, terdapat 52 responden (75,4%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,773. Hal ini menunjukkan nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi.
74
5.3.2 Gambaran antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran antara pengetahuan gizi dengan konsumsi kalsium disajikan pada tabel 5.11 di bawah ini: Tabel 5.11 Gambaran Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Konsumsi Kalsium Total PPengetahuan Kurang Cukup value Gizi N % N % N % 34 70,8 14 29,2 48 100 Kurang 60 81,1 14 18,9 74 100 0,274 Baik 94 77,0 28 23,0 122 100 Total Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel di atas hasil analisis antara pengetahuan gizi dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 48 responden yang pengetahuan gizinya kurang, terdapat 34 responden (70,8%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 74 responden yang pengetahuan gizinya baik, terdapat 60 responden (81,1%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,274. Hal ini menunjukkan nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium siswi.
75
5.3.3 Gambaran antara Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran antara keterpaparan informasi mengenai kalisum dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.12 di bawah ini: Tabel 5.12 Gambaran Keterpaparan Informasi Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Konsumsi Kalsium Keterpaparan Total Informasi Kurang Cukup P-value Kalsium N % N % N % 19 95,0 1 5,0 20 100 Jarang 75 73,5 27 26,5 102 100 0,042 Sering 94 77,0 28 23,0 122 100 Total Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel di atas hasil analisis hubungan antara keterpaparan informasi mengenai kalsium dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 9 responden yang tidak pernah terpapar informasi kalsium dalam satu minggu terakhir, terdapat 8 responden (88,9%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Selanjutnya, diantara 89 responden yang jarang terpapar informasi mengenai kalsium, terdapat 69 responden (77,5%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 24 responden yang sering terpapart informasi mengani kalsium dalam satu minggu terakhir, terdapat 17 responden (70,8%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,042. Hal ini menunjukkan nilai Pvalue < dari 0.05, artinya ada hubungan yang
76
bermakna antara keterpaparan informasi menganai kalsium dengan konsumsi kalsium siswi. 5.3.4 Gambaran antara Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.13 di bawah ini: Tabel 5.13 Gambaran Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Konsumsi Kalsium Total Pengaruh Kurang Cukup P-value Teman N % N % N % Ada 63 82,9 13 17,1 76 100 pengaruh 0,080 Tidak ada 31 67,4 15 32,6 46 100 Pengaruh 94 77,0 28 23,0 122 100 Total Sumber: Data Primer Hasil analisis antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 76 responden yang ada pengaruh teman, terdapat 63 responden (82,9%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 46 responden yang tidak ada pengaruh dari teman, terdapat 31 responden (67,4%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,080. Hal ini menunjukkan nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi.
77
5.3.5 Gambaran antara Kesukaan terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.14 di bawah ini: Tabel 5.14 Gambaran Kesukaan terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Konsumsi Kalsium Total Kesukaan Kurang Cukup P-value N % N % N % 47 79,7 12 20,3 59 100 Tidak Suka 47 74,6 16 25,4 63 100 0,654 Suka 94 77,0 28 23,0 122 100 Total Sumber: Data Primer Hasil analisis antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 59 responden yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium, terdapat 47 responden (79,7%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 63 responden yang suka terhadap makanan sumber kalsium, terdapat 47 responden (54,5%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,654. Hal ini menunjukkan nilai Pvalue > dari 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi.
78
5.3.6 Gambaran antara Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Gambaran antara kesukaan terhadap makanan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi disajikan pada tabel 5.15 di bawah ini: Tabel 5.15 Gambaran Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Konsumsi Kalsium Total Ketersediaan Kurang Cukup P-value Pangan N % N % N % 57 90,5 6 9,5 63 100 Jarang 37 62,7 22 37,3 59 100 0,001 Sering 94 77,0 28 23,0 122 100 Total Sumber: Data Primer Hasil analisis antara ketersediaan pangan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi diperoleh bahwa diantara 63 responden yang ketersediaan pangan sumber kalsiumnya jarang, terdapat 57 responden (90,5%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Sedangkan diantara 59 responden yang ketersediaan pangan sumber kalsiumnya sering, terdapat 37 responden (62,7%) yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan nilai Pvalue < dari 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pangan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya adalah: 1. Penelitian ini hanya sebatas mengetahui ada atau tidak adanya hubungan, sehingga tidak dapat menjelaskan kekuatan hubungan. 2. Penggunaan Food Frequency Questionare Semi Quantitative dalam pengumpulan data untuk konsumsi kalsium yang memerlukan daya ingat siswi dalam mengkonsumsi sumber makanan berkalsium dalam sebulan yang lalu, sehingga siswi bisa saja lupa dengan makanan yang dikonsumsinya dan mengira-ngira dalam menjawab kuesioner tersebut. 3. Adanya kemungkinan flat syndrome yaitu siswi yang sebetulnya kurang dalam mengkonsumsi kalsium cenderung untuk melaporkan berlebih, sebaliknya siswi yang sebetulnya lebih dalam mengkonsumsi kalsium cenderung utuk melaporkan konsumsi kalsium yang kurang. Untuk mengatasi kelemahan pada nomor 2 (dua) di atas dilakukanlah langkah-langkah sebagai berukut: 1. Wawancara langsung kepada siswi mengenai konsumsi kalsium. 2. Probbing, untuk membantu siswi mengingat apa saja makanan yang dimakan.
79
80
3. Menggunakan Food Model sebagai alat bantu untuk mengingat seberapa banyak makanan yang siswi konsumsi.
6.2 Gambaran Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Remaja berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, pada masa itu terjadi puncak pertumbuhan massa tulang yang menyebabkan kebutuhan gizi lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya (Almatsier, 2004). Sementara pertumbuhan anak perempuan di usia 10 sampai 12 tahun mengalami percepatan pertumbuhan lebih dahulu daripada anak laki-laki, karena tubuh anak perempuan memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi (Arisman, 2002). Begitu pula dalam penyimpanan kalsium, Whiting et al dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2010) menyebutkan anak laki-laki dan perempuan berbeda dalam penyimpanan kalsium dalam tubuh. Perbedaan ini terletak dalam hal keefektifan penyerapan kalsium dan kehilangan kalsium dalam tubuh. Oleh karena itu konsumsi pangan menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan status kepadatan tulang. Worthington et.,al (2000) juga menyatakan bahwa remaja perempuan memiliki resiko terbesar terhadap ketidakcukupan intake kalsium. Penelitian Mulyani (2009) menyebutkan bahwa remaja laki-laki lebih besar asupan kalsiumnya dibandingkan dengan perempuan. Padahal perempuan lebih beresiko mengalami osteoporosis karena perempuan memiliki puncak massa
81
tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki (Smolin et al, 2000 dalam Mulyani, 2009). Standar yang direkomendasikan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WKNPG) tahun 2004, bahwa Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk kebutuhan kalsium bagi remaja usia 13 sampai 19 tahun adalah sebesar 1.000 mg/hari. Tingkat kebutuhan kalsium yang lebih tinggi dari fase lainnya ini dibutuhkan untuk mencapai massa tulang yang optimal (optimal peak bone mass). Septrisya (2006) menyatakan bahwa puncak massa tulang dapat diibaratkan
sebagai
tabungan
tulang
yang
mempunyai
batas
dalam
pencapaiannya, yaitu sekitar dekade ketiga, karenanya orang berusia dibawah 30 tahun harus memperhatikan asupan kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas atau massa tulang akan semakin berkurang. Pada penelitian ini, konsumsi kalsium dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu cukup, apabila konsumsi kalsium siswi ≥100% AKG dan kurang, apabila <100% AKG. Hasil penelitian di SMPN 1 Mande didapatkan nilai rata-rata siswi dalam mengkonsumsi kalsium sebesar 769,61 mg/hari (76,9% AKG). Kemudian berdasar penelitian tersebut diketahui bahwa proporsi siswi yang kurang dalam mengkonsumsi kalsium, jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang cukup dalam mengkonsumsi kalsium. Padahal jika pada masa pertumbuhan terjadi kekurangan kalsium akan berakibat pada gangguan pertumbuhan, tulang kurang kuat, dan mudah rapuh (Almatsier, 2004). Selain itu kurangnya konsumsi
82
kalsium pada saat remaja dapat meningkatkan resiko osteoporosis, terutama pada perempuan karena perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah daripada laki-laki. Hasil penelitian ini asupan kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Syafiq dan Fikawati (2004) pada remaja di Kota Bogor, yang rata-rata asupan kalsium pada perempuan hanya sebesar 501,7 mg/ hari. Pun demikian dibandingkan dengan Mulyani (2009), di SMPN 201 Jakarta Barat rata-rata asupan kalsium pada remaja hanya 75,9% AKG. Survei Departemen Pertanian Amerika Serikat (1995) juga menyebutkan bahwa remaja putri yang berusia 12-19 tahun hanya mengkonsumsi 777 mg kalsium sehari atau 77,7% AKG (Arisman, 2007). Pada kondisi tersebut di atas, jika kekurangan kalsium terjadi dalam waktu yang cukup lama dan terjadi pada seseorang yang sedang dalam masa pertumbuhan maka akan menimbulkan beberapa resiko. Almatsier (2004), Witjaksono (2003) dan Hardinsyah (2004) memaparkan resiko yang akan terjadi jika seseorang kekurangan kalsium. Resiko tersebut diantaranya adalah : a. Gangguan pertumbuhan yang menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. b. Tetani atau kejang, karena kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat. c. Sistem imunitas menurun, akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya, karena dalam hal ini kalsium berperan sebagai sirene
83
atau tanda bahaya dalam sistem imunitas ketika tubuh diserang oleh virus, bakteri dan racun. d. Dengdosignal saraf mengalami hambatan, akibatnya mekanisme rangsangan saraf akan terganggu. e. Daya kontraksi otot jantung akan berkurang, yang akan menimbulkan berbagai macam penyakit jantung. f. Osteoporosis atau keropos tulang. Resiko osteoporosis pada wanita lebih tinggi daripada pada laki-laki, karena perempuan memiliki puncak massa tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. g. Keluhan-keluhan yang terjadi pada saat sebelum maupun saat terjadinya menstruasi, seperti keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara, lemah, lesu, lebih emosional, jerawat, pusing, mual, sulit tidur dan stress. Pada umumnya siswi di SMPN 1 Mande Cianjur mengkonsumsi sumber makanan yang berkalsium, mulai dari kandungan kalsiumnya paling tinggi sampai dengan kandungan kalsiumnya paling rendah. Sumber kalsium yang paling banyak dikonsumsi oleh 32% siswi setiap harinya dengan frekuensi lebih dari satu kali adalah susu kental manis (32% siswi). Pada faktanya susu kental manis lebih mudah didapat dan harganya terjangkau, sehingga lebih disukai oleh siswi. Selain itu dapat diasumsikan bahwa rasa susu kental manis lebih enak dan lebih manis dari pada susu lainnya. Sehingga susu kental manis lebih banyak disukai oleh siswi.
84
Akan tetapi pada penelitian ini masih banyak ditemukan siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang dari AKG. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kandungan kalsium yang terdapat dalam susu kental manis lebih rendah daripada kandungan kalsium yang terdapat dalam susu bubuk atau susu lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa kandungan kalsium susu kental manis sebesar 275 mg/ 100 g, sedangkan kandungan kalsium yang terdapat dalam susu bubuk sebesar 1300 mg/100 g (Hardinsyah, 2004). Sehingga untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian, sebaiknya siswi menambah jumlah susu kental manis yang dikonsumsi atau bisa juga ditambahkan dengan makanan sumber kalsium tinggi lainnya. Selanjutnya diketahui pula makanan yang dikonsumsi oleh sebagian besar siswi setiap hari adalah tahu (59,8% siswi) dan tempe (54,9% siswi). Dan makanan tinggi kalsium yang jarang dikonsumsi oleh siswi adalah rebon segar (86,7% siswi). Tahu dan tempe merupakan pangan sumber tinggi kalsium yang murah dan mudah dijangkau. Selain itu jika dilihat dari ketersediaannya di rumah, tempe dan tahu hampir setiap hari tersedia di rumah siswi. Kandungan kalsium dari tahu dan tempe adalah 124 mg/100 g dan 129 mg/100 g (Hardinsyah dan Briawan, 1994). Dalam penelitian ini diketahui bahwa frekuensi siswi mengkonsumsi tempe dan tahu adalah setiap hari, akan tetapi sebagian besar siswi masih kurang asupan kalsiumnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah yang
85
dikonsumsi. Diketahui bahwa berat dari satu potong tahu dan tempe ukuran sedang yang banyak dijual di pasar adalah kurang lebih 25 g. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan kalsium siswi dalam sehari, mengkonsumsi tempe dan tahu harus ditambah serta dikombinasikan dengan makanan sumber kalsium yang lainnya. Sementara rebon segar yang memiliki kandungan kalsium yang sangat tinggi malah tidak dikonsumsi oleh 86 % siswi. Padahal dalam Hardinsyah dan Briawan (1994) diketahui kandungan kalsium dalam 100 g rebon segar adalah 757 mg. Rendahnya konsumsi rebon segar pada siswi dapat disebabkan oleh ketersediaan rebon segar di wilayah penelitian yang masih sangat jarang dan harganya pun masih sangat mahal. Sehingga makanan tersebut tidak menjadi makanan yang biasa disajikan di rumah-rumah siswi. Beberapa teori dan hasil penelitian telah mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi kalsium pada remaja, khususnya remaja putri. Diantaranya yaitu kebiasaan jajan, pengetahuan gizi remaja, keterpaparan informasi gizi, pengaruh teman sebaya, kesukaan terhadap makanan (preference), dan ketersediaan makanan di rumah tangga. Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan terdapat faktor yang disebutkan di atas yang berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010. Hubungan antara faktor dependen dan faktor independen tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.
86
6.3 Kebiasaan Jajan Siswi dengan Konsumsi Kalsium pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010 Berikut ini teori yang berkaitan dengan kebiasaan jajan remaja: 1. Guthrie, dkk (1995) menyebutkan bahwa kebiasaan jajan pada remaja merupakan salah satu masalah kebiasaan makan terkait dengan kesehatan. 2. Mc Williams (1993) berpendapat, remaja ketika bersama teman-teman, biasanya makan makanan jajanan dan mengurangi asupan makanan utama mereka. Akibatnya mungkin mereka memenuhi kalori setiap harinya, akan tetapi kurang dalam asupan vitamin dan mineral. Remaja yang kurang kalsium banyak ditemukan pada remaja yang sering jajan. 3. Brown dalam Anastasya (2008) menyebutkan bahwa jajanan remaja dapat memenuhi 25-33% energi per hari. Tapi sayang remaja umumnya memilih makanan yang tinggi gula, sodium, lemak serta rendah vitamin dan mineral. Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMPN 1 Mande Cianjur ini, menunjukkan bahwa sebagain besar siswi memiliki kebiasaan sering jajan, dan jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh siswi adalah cilok, cireng, gorengan tempe, gorengan tahu dan yogurt. Diketahui, cilok dan cireng terbuat dari tepung kanji yang mengandung tinggi karbohidrat akan tetapi rendah kandungan kalsiumnya. Sedangkan tahu dan tempe sebagaimana yang telah dijelaskan di atas merupakan makanan sumber kalsium yang memiliki kandungan kalsium 124 mg dan 129 mg per 100 g.
87
Selain cilok dan gorengan, siswi juga sering membeli es teh. Diketahui bahwa teh mengandung kafein yang dapat melemahkan ketersediaan kalsium tubuh (Khomsan, 1998). Konsumsi teh akan menyebabkan tubuh mengeluarkan kalsium dengan terpaksa (Khomsan, 2010). Selain itu dalam es teh juga mengandung gula. Teori gizi menyebutkan, gula akan menyebabkan penurunan kadar fospor (P) dalam darah sehingga rasionya tidak sebanding dengan kalsium (Ca). Rasio Ca:P sebesar 2:1 dapat dimanfaatkan secara optimal di dalam tubuh (Khomsan, 2010). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium pada siswi SMPN 1 Mande Cianjur. Pada penelitian ini juga terlihat bahwa siswi yang sering jajan cenderung mengkonsumsi kalsium yang cukup. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anastasya (2008) bahwa remaja yang sering jajan cenderung memiliki frekuensi sering mengkonsumsi bahan makanan sumber kalsium. Dengan kata lain, hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang berlawanan dengan teori-teori yang dikemukakan di atas. Hal tersebut disebabkan oleh jajanan yang dikonsumsi siswi merupakan jajanan sumber kalsium. Seperti diketahui dari hasil penelitian ini, jenis jajanan yang hampir setiap hari dibeli siswi adalah yogurt, gorengan tempe dan gorengan tahu. Casman (2009) menyebutkan bahwa yogurt mengandung kalsium yang jumlahnya setara dengan kalsium dalam produk-produk olahan susu sapi. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996) bahwa dalam 100 gram yogurt
88
mengandung 120 mg kalsium. Dengan demikian remaja yang mengkonsumsi tujuh gelas yogurt dalam sehari dapat memenuhi kebutuhan kalsium dalam sehari. Hardinsyah dan Briawan (1994) menyebutkan bahwa tahu dan tempe merupakan makanan sumber tinggi kalsium yang masing-masing memiliki kandungan kalsium 124 mg dan 129 mg per 100 g.
6.4 Pengetahuan Gizi Siswi dengan Konsumsi Kalsium di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi (Khomsan et al, 2007). Dengan dibekali pengetahuan gizi yang cukup diharapkan seseorang mampu menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1986). Pengetahuan tentang kalsium merupakan langkah awal untuk meningkatkan konsumsi kalsium. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Miller et al. (2001) bahwa remaja yang mengetahui bahwa kalsium penting bagi kesehatan tulang akan mengkonsumsi
kalsium
lebih
banyak
daripada
mereka
yang
tidak
mengetahuinya. Hasil beberapa studi menyatakan bahwa ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu (Winkel, 1984 dalam
89
Khomsan, et al, 2007). Sebagaimana penelitian yang dilakukan pada remaja di Rhode Island bahwa remaja yang mengetahui tentang kecukupan kalsium, manfaat kalsium bagi tulang dan masa remaja merupakan masa yang penting untuk meningkatkan massa tulang, mengkonsumsi kalsium lebih banyak daripada mereka yang tidak mengetahui informasi ini (Harel et al., 1998). Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki pengetahuan gizi yang baik yaitu sebesar 60,7%. Akan tetapi banyak siswi yang asupan kalsiumnya masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi. Hal tersebut dimungkinkan karena pengetahuan yang siswi miliki belum dipahami secara menyeluruh dan belum diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dari beberapa pertanyaan mengenai pengatahuan gizi dan kalsium yang diajukan kepada siswi, terdapat beberapa pertanyaan penting yang dijawab salah oleh siswi. Diantaranya adalah mengenai kalsium termasuk ke dalam golongan mineral, bahan makanan yang paling banyak mengandung kaslium, zat yang membantu penyerapan kalsium, sumber vitamin D yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, periode yang paling banyak membutuhkan kalsium, makanan dan minuman penghambat kalsium, dan akibat dari kelebihan kalsium. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspasari (2004), Sulistyorini (2004) dan Anastasia (2008) yang memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan asupan kalsium yang bermakna berdasarkan tingkat pengetahuan kalsium remaja.
90
Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa pengetahuan yang dimiliki siswi hanya pada tingkatan pengetahuan yang paling rendah yaitu siswi hanya tahu saja tetapi belum dipahami secara mendalam dan belum diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan seseorang memiliki lima tingkatan dan tingkatan terendah adalah tahu (know) yang diartikan sekedar dapat menyebutkan, tetapi belum sampai pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu memahami dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut. Miller (2001) juga mengatakan bahwa pengetahuan tentang kalsium memang
dapat
memberikan
informasi
kepada
remaja
untuk
mengimplementasikan perubahan perilaku, sehingga status kalsium akan meningkat. Akan tetapi perilaku dan kepercayaan remajalah yang menentukan remaja tersebut melakukan perubahan perilaku. Selanjutnya dari hasil penelitian diketahui bahwa siswi yang pengetahuan gizinya baik mempunyai kecenderungan kurang dalam konsumsi kalsium. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor kebiasaan makan di rumah yang terkait dengan kebiasaan ibu dalam menyediakan makanan sumber kalsium di rumah. Sebagaimana hasil tabulasi silang diketahui bahwa dari 39 siswi yang pengetahuannya cukup dan ketersediaan makanan sumber kalsiumnya jarang, terdapat 37 siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang. Berdasarkan hasil tersebut diatas, meskipun siswi memiliki pengetahuan gizi baik akan tetapi jika kebiasaan makan dan ketersediaan pangan sumber kalsium di rumahnya jarang, maka akan ada kemungkinan konsumsi kalsium
91
siswi tidak mencukupi atau kurang. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sanjur (1982) bahwa kebiasaan makan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan, akan tetapi dapat disebabkan pula oleh kebiasaan yang diturunkan oleh orang tua dan nenek moyang.
6.5 Hubungan antara Keterpaparan Informasi dengan Konsumsi Kalsium Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Menurut Notoatmodjo (2005), paparan informasi dapat menimbulkan kesadaran seseorang untuk berperilaku sehat. Kesadaran tersebut akan muncul dalam waktu yang lama. Namun setelah kesadaran itu muncul dalam diri seseorang maka akan menimbulkan perilaku yang berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng). Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa siswi yang sering terpapar informasi mengenai kalsium lebih banyak daripada siswi yang jarang terpapar informasi mengenai kalsium. Selanjutnya, berdasarkan hasil analsis bivariat diketahui bahwa 73,5% siswi yang sering terpapar informasi kalsium mempunyai kecenderungan untuk kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Hasil tabulasi silang antara keterpaparan informasi mengenai kalsium dengan ketersediaan makanan sumber kalsium diperoleh bahwa dari 56 siswi yang sering terpapar informasi mengenai kalsium dan jarang tersedia makanan sumber kalsium di rumahnya, terdapat 50 siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang.
92
Dalam
penelitian ini juga diketahui bahwa sebanyak 92,6% siswi
memperoleh informasi mengenai kalsium dari televisi. Pada faktanya informasi mengenai kalsium yang sering ditayangkan di televisi adalah melalui iklan susu atau suplemen kalsium. Informasi mengenai kalsium yang ditayangkan melalui iklan di televisi kurang lengkap, bahkan yang menjadi model dalam iklan tersebut adalah manula. Sehingga masyarakat menilai bahwa usia lanjutlah yang paling banyak membutuhkan kalsium. Dalam penelitian ini, hal tersebut diperkuat dengan hasil
jawaban dari pertanyaan pengetahuan gizi siswi
mengenai masa atau periode yang paling banyak membutuhkan kalsium. Sebanyak 61,5% siswi menjawab bahwa usia lanjutlah yang paling banyak membutuhkan kalsium. Padahal menurut Almatsier (2004) kebutuhan kalsium pada periode remaja lebih tinggi daripada kebutuhan kalsium periode lain. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi dengan konsumsi kalsium siswi. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2005) bahwa paparan informasi dapat menimbulkan kesadaran seseorang untuk berperilaku sehat. Pusat Teknologi dan Komunikasi Universitas Indonesia (Pustekkom UI, 2002) dalam Nurhayati (2002) menyebutkan bahwa dari beberapa penelitian, perubahan perilaku seseorang cenderung terjadi setelah seseorang memperoleh informasi sebanyak tiga kali, karena suatu informasi yang sama, senada dan berulang di dalam diri seseorang akan memberikan pengaruh kuat terhadap perubahan perilaku dibandingkan apabila informasi tersebut hanya sekali
93
diterima. Miller et al (2001) juga berpendapat bahwa paparan informasi dapat menambah pengetahuan seseorang. Sehingga, dengan dibekali pengetahuan dapat menjadi langkah awal untuk mengkonsumsi kalsium yang cukup. Oleh sebab itu untuk menambah informasi dan pengetahuan siswi mengenai kalsium penulis menyarankan agar para pengajar menambahkan materi tentang gizi yang lebih detail khususnya mengenai kalsium ke dalam mata pelajaran biologi dan pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dengan frekuensi yang sering. Hal tersebut bermanfaat untuk menambah informasi dan pengetahuan siswa mengenai gizi. Perlu juga dilakukan penyampaian informasi melalui majalah dan poster dalam rangka peningkatan informasi dan pengetahuan remaja mengenai gizi khususnya kalsium.
6.6 Pengaruh Teman dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Pengaruh teman sebaya didefinisikan sebagai penerimaan secara sosial dan membentuk patokan dan harapan perilaku. Seiring dengan bertambahnya umur, teman akan memberikan pengaruh lebih besar terhadap pilihan makan remaja dibandingkan dengan pengaruh orang tua (Miller et al, 2001). Remaja akan sering menghabiskan waktu bersama teman-teman dan makan akan menjadi suatu bentuk sosialisasi dan rekreasi. Remaja juga sangat ingin diterima oleh teman-temannya, sehingga pengaruh teman dan keseragaman kelompok cenderung dapat merubah pemilihan makanan remaja (Krummel et.al, 1996).
94
Pada penelitian ini diketahui bahwa siswi yang mendapatkan pengaruh dari teman jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang tidak mendapatkan pengaruh teman. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa siswi yang mendapatkan pengaruh dari temannya memiliki kecenderungan untuk kurang dalam mengkonsumsi kalsium dibandingkan dengan siswi yang tidak mendapatkan pengaruh dari teman. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Miller et al (2001) bahwa perilaku makan pada remaja masih sangat labil, sehingga teman akan mempengaruhi terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan. Selain itu, Miller juga berpendapat bahwa remaja lebih memilih makanan populer yang rendah kalsium daripada makanan yang kaya akan kalsium. Selanjutnya hasil uji statistik diperoleh hubungan yang tidak bermakna antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi. Dalam hal ini teman tidak mempengaruhi dalam pemilihan makanan sumber kaslium. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun siswi mempunyai teman dekat akan tetapi teman tidak berpengaruh terhadap pemilihan makanan atau minuman yang siswi konsumsi. Hal tersebut mungkin dapat disebabkan karena siswi memiliki pengetahuan gizi yang baik, sehingga pengetahuan yang dimilikinya berpengaruh terhadap pemilihan makanan sumber kalsium. Sebagaimana pendapat Miller et al. (2001) bahwa remaja yang mengetahui bahwa kalsium penting bagi kesehatan tulang akan mengkonsumsi kalsium lebih banyak daripada mereka yang tidak mengetahuinya.
95
6.7 Preferensi/ Kesukaan Siswi terhadap Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Preferensi pangan diasumsikan sebagai sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Pangan yang dikenal dan dipelajari untuk disenangi pada massa kanak-kanak pada umumnya dilanjutkan menjadi preferensinya sampai tumbuh dewasa (Suhardjo 1989). Fisiologi, perasaan, dan sikap terintegrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan (Sanjur, 1982). Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi yang suka terhadap makanan sumber kalsium lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 99,2% siswi menyukai sarden sebagai makanan sumber tinggi kalsium, 93,4% siswi menyukai susu kental manis, 91% siswi menyukai kacang merah, 89,3% siswi menyukai tempe dan 84,4% siswi menyukai es krim. Sedangkan makanan tinggi kalsium yang disukai siswi dan proporsinya paling kecil adalah keju. Keju hanya disukai oleh oleh 3,3% siswi saja. Dari hasil tersebut terlihat bahwa proporsi paling besar dari makanan sumber kalsium yang disukai siswi adalah sarden. Akan tetapi jika dilihat dari ketersediaan makanan di rumah sarden merupakan makanan sumber kalsium yang jarang tersedia di rumah siswi. Sehingga dapat disimpulkan meskipun siswi suka terhadap makanan sumber kalsium tetapi jika makanan tersebut jarang
96
tersedia di rumah maka akan mempengaruhi kurangnya konsumsi kalsium pada siswi. Hal lain yang menyebabkan jarang tersedianya sarden di rumah adalah karena orang tua siswi dalam hal ini ibu sebagai penyedia makanan tidak terbiasa menyediakan makanan olahan. Pada faktanya sebagian besar ibu siswi adalah ibu rumah tangga, sehingga ibu memiliki waktu yang lebih untuk menyiapkan makanan dan lebih memilih menyiapkan makanan segar dibandingkan dengan makanan olahan. Jika dilihat dari jenis makanan yang tidak disukai oleh siswi, sebesar 93% siswi tidak suka keju. Padahal keju merupakan salah satu sumber tinggi kalsium dari olahan susu yang memiliki kandungan kalsium sebesar 777 mg/ 100 g. Akibatnya banyak siswi yang masih tergolong kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Kurangnya konsumsi keju dimungkinkan karena faktor kebiasaan, rasa, serta harga yang mahal. Berdasarkan penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium memiliki kecenderungan untuk kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara preferensi/ kesukaan dengan konsumsi kalsium siswi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kebiasaan dan ketersediaan makanan sumber kalsium di rumah. Meskipun banyak siswi yang suka terhadap makanan sumber kalsium akan tetapi jika dirumahnya tidak tersedia makanan sumber kalsium, maka akan berpengaruh terhadap kurangnya konsumsi kalsium siswi.
97
Sebagaimana hasil studi pada remaja di Hawaii bahwa tersedianya makanan kaya kalsium di rumah dapat membantu meningkatkan asupan kalsium remaja (Miller et al, 2001).
6.8 Ketersediaan Makanan Sumber Kalsium dengan Konsumsi Kalsium Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Pondang (2010) menyatakan bahwa ketersediaan pangan di rumah dipengaruhi oleh faktor pengetahuan orang tua dan pendapatan orang tua sehingga mempengaruhi peranan ibu dalam mengolah pangan dan mengasuh anak-anaknya. Khomsan (2009) dan Hardinsyah (2007) menyatakan bahwa orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sikap tentang makanan, pemilihan makanan dan pola makan. Orang tua dalam hal ini ibu sangat berperan dalam memilih dan mempersiapkan pangan untuk konsumsi keluarganya. Sejalan dengan pendapat Sztainer et.al (1999) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan makanan pada remaja mengemukakan bahwa orang tua mempengaruhi pilihan makan mereka dari makanan yang mereka makan, masak, dan beli, peraturan terkait makanan, hubungan orang tua dengan anak, budaya dalam keluarga dan nilai keagamaan (Miller et al, 2001). Penelitian
MacFarlane dalam Bahria (2009) menyebutkan bahwa
ketersediaan makanan dapat dipengaruhi oleh level status ekonomi keluarga dan pendidikan ibu. Bagi keluarga yang tidak bekerja atau berpenghasilan rendah,
98
kenaikan harga pangan dapat mengancam ketahanan dan ketersediaan pangan rumah tangganya. Pada penelitian lain disebutkan bahwa rendahnya ketersediaan makanan di rumah bisa berpengaruh terhadap buruknya diet remaja yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Hasil penelitian didapatkan bahwa ketersediaan pangan yang jarang menunjukkan proporsi lebih besar dari pada siswi yang ketersediaan pangannya sering. Artinya di sebagian besar rumah siswi jarang tersedia makanan sumber kalsium. Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa semakin jarang tersedia bahan makanan sumber kalsium di rumah, maka siswi cenderung untuk kurang mengkonsumsi kalsium. Sebaliknya semakin sering tersedia bahan makanan sumber kalsium di rumah, maka siswi cenderung cukup dalam mengkonsumsi sumber kalsium. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan pangan sumber kalsium dengan konsumsi kalsium siswi. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Anastasia (2008) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dengan frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Ulrich dalam Anastasia (2008), menyebutkan bahwa ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dapat meningkatkan asupan kalsium remaja. Dalam sebuah studi ditemukan bahwa ibu yang menyediakan susu dan biasa minum susu,
99
memiliki anak yang juga cenderung gemar mengkonsumsi susu. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan studi pada remaja di Hawaii yang menemukan bahwa dengan meningkatkan konsumsi susu dan menyiapkan makanan kaya kalsium, dapat membantu meningkatkan asupan kalsium remaja (Miller, 2001). Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan makanan sumber kalsium diperoleh bahwa dari 39 orang yang pengetahuannya cukup dan dirumahnya jarang tersedia makanan sumber kalsium, terdapat 37 orang yang kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Selanjutnya hasil tabulasi silang antara variabel kesukaan dengan ketersediaan makanan sumber kalsium diperoleh bahwa dari 23 siswi yang suka terhadap makanan sumber kalsium dan jarang tersedia makanan sumber kalsium di rumahnya, maka semua siswi kurang dalam mengkonsumsi kalsium. Dari hasil tersebut terlihat bahwa meskipun sebagian besar siswi pengetahuannya cukup dan sebagian besar menyukai makanan sumber kalsium namun di rumahnya jarang tersedia makanan sumber kalsium, maka akan berpengaruh terhadap kecukupan konsumsi kalsium. Dengan demikian jelas bahwa peran orang tua dalam menyediakan makanan sumber kalsium sangatlah penting bagi kecukupan konsumsi kalsium anggota keluarganya. Sebaliknya dari 24 orang yang pengetahuannya kurang dan dirumahnya sering tersedia makanan sumber kalsium, terdapat 14 orang yang kurang dalam mengkonsumsi kaslium. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Khomsan (2007) yang menyebutkan bahwa pengetahuan gizi dapat menjadi landasan dalam
100
menentukan konsumsi pangan individu. Jika seseorang memiliki pengetahuan gizi yang baik maka cenderung untuk memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Dengan demikian jika seseorang memiliki pengetahuan kurang, maka akan cenderung untuk memilih makanan yang nilai gizinya lebih rendah. Selanjutnya dari 19 siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium dan di rumahnya sering tersedia makanan sumber kaslium, terdapat 13 orang yang kurang dalam mengkonsumsi sumber kalsium. Dalam hal ini jelas terlihat bahwa kesukaan seseorang terhadap makanan sumber kalsium akan mempengaruhi terhadap kecukupan konsumsinya. Sebagaimana yang dikatakan Suhardjo (2006) bahwa kesukaan terhadap makanan mempunyai pengaruh terhadap pemilihan makanan. Sehingga jika seseorang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium, maka akan cenderung tidak memilih makanan tersebut untuk dikonsumsi oleh dirinya.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang konsumsi kalsiumnya kurang lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang konsumsi kalsiumnya cukup. Ratarata asupan konsumsi kalsium siswi masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan yaitu sebesar 76,96% AKG. Makanan sumber kalsium yang setiap hari dikonsumsi adalah susu kental manis, tahu, dan tempe dengan proporsi yang cukup besar. Makanan lain yang setiap hari dikonsumsi siswi akan tetapi dengan proporsi yang tidak terlalu banyak adalah susu bubuk, yogurt dan telur ayam. Sedangkan makanan sumber kalsium yang tidak pernah dikonsumsi oleh sebagian besar siswi adalah rebon segar. 2. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang memiliki kebiasaan jajan dengan frekuensi sering jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang kebiasaan jajannya jarang. 3. Proporsi siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang memiliki pengetahuan gizi baik jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang memiliki pengetahuan gizi kurang. 101
102
4. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang jarang terpapar informasi kalsium jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang sering terpapar informasi kaslium, dan sumber informasi yang banyak digunakan untuk mengetahui informasi kalsium adalah televisi. 5. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang tidak mendapatkan pengaruh dari teman dalam pemilihan makanan jajanan sumber kaslium jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan siswi yang mendapatkan pengaruh dari temannya. 6. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang suka terhadap makanan sumber kalsium jumlahnya lebih banyak daripada siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium. Dalam hal ini makanan yang paling banyak disukai oleh siswi adalah sarden, susu kental manis, kacang merah, tempe dan es krim. Sedangkan yang tidak disukai oleh sebagian besar siswi adalah keju. 7. Siswi SMPN 1 Mande Cianjur yang dirumahnya sering tersedia makanan sumber kalsium jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan siswi yang dirumahnya jarang tersedia makanan sumber kalsium. Makanan yang setiap hari tersedia adalah tahu dan yang paling banyak tidak tersedia adalah rebon segar. 8. Tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. 9. Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi siswi dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang jumlahnya lebih banyak pada siswi yang pengetahuan gizinya baik.
103
10. Terdapat hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi kaslium dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang jumlahnya lebih banyak pada siswi yang sering terpapar informasi kalsium. 11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengaruh teman dengan konsumsi kalsium siswi. Siswi yang kurang dalam mengkonsumsi kalsium jumlahnya lebih banyak pada siswi yang mendapatkan pengaruh dari temannya. 12. Tidak ada hubungan yang bermakna antara preferensi/kesukaan dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010. Siswi yang konsumsi kalsiumnya kurang jumlahnya lebih banyak pada siswi yang tidak suka terhadap makanan sumber kalsium. 13. Terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dengan konsumsi kalsium siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010.
7.2 Saran 1.Bagi Puskesmas Mande Petugas
kesehatan
khusunya
petugas
gizi
hendaknya
aktif
menyelenggarakan penyuluhan kepada siswi dengan melibatkan atau memberdayakan anggota osis, anggota pramuka atau anggota PMR. Sehingga dalam penyampaiannya dapat dibantu oleh teman sebaya siswi. Akan tetapi
104
penyuluhan yang diselenggarakan harus rutin dan berkesinambungan, sehingga frekuensi siswi untuk terpapar informasi gizi semakin sering. Selanjutnya penyampaian informasi juga dapat dilakukan melalui poster yang berisi materi tentang gizi, khususnya tentang kalsium, manfaat kalsium bagi remaja, akibat-akibat yang dapat timbul jika kekurangan atau kelebihan kalsium, makanan dan minuman yang tinggi kalsium, dan jajanan sehat yang mengandung kalsium. 2. Bagi SMPN 1 Mande Cianjur Para guru hendaknya menambahkan materi mengenai gizi khususnya kalsium dengan lebih rinci ke dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi dan penjaskes dengan frekuensi yang sering. Materi yang disampaikan berupa materi tentang gizi secara umum dan khususnya tentang kalsium seperti manfaat kalsium bagi masa pertumbuhan atau masa remaja, kebutuhan kalsium untuk remaja, akibat yang dapat terjadi jika kekurangan atau kelebihan kalsium, makanan dan minuman tinggi kalsium serta hal lain yang mengenai kalsium. Sehingga diharapkan dengan disampaikannya materi tentang gizi khususnya kalsium pada saat pelajaran biologi atau penjaskes, dapat menambah informasi dan pengetahuan siswi mengenai gizi, dan siswi dapat mengaplikasikan informasi dan pengetahuannya tersebut kedalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian konsumsi kalsium pada siswi dapat meningkat.
105
Selain materi mengenai kalsium yang disampaikan dalam pelajaran biologi dan penjaskes, pesan-pesan mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan sumber kalsium dapat disampaikan pula dalam upacara bendera, peringatan hari-hari besar agama, ataupun pada acara kenaikan kelas. Penyampaian informasi dapat dilakukan pula terhadap orang tua siswi khususnya ibu sebagai penyelenggara makanan di rumah. Informasi tersebut dapat disampaikan dalam bentuk penyuluhan atau dalam bentuk leaflet atau famplet yang dibagikan ketika pembagian raport, yang berisi kampanye gerakan makan makanan
murah, mudah dijangkau, bergizi serta tinggi
kandungan kalsiumnya seperti ikan teri, rebon kering, tahu, tempe, wortel serta sayuran hijau. Pihak sekolah juga hendaknya dapat mengadakan kantin sehat, dengan menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan bergizi atau kantin menjual makanan yang biasa dikonsumsi oleh siswi tetapi dimodifikasi dengan bahan yang kaya akan nutrisi. Selain itu pihak sekolah hendaknya menerapkan kebijakan untuk menutup gerbang sekolah selama jam istirahat sehingga akses siswa ke pedagang kaki lima terbatas dan diharapkan siswa tidak jajan di luar sekolah. 3. Bagi Peneliti Lain a. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan konsumsi kalsium siswi, yang tidak dapat diteliti pada penelitian ini.
106
b. Peneliti selanjutnya diharapkan melaksanakan penelitian dengan populasi dan wilayah yang lebih besar misalnya satu kecamatan atau kabupaten sehingga dapat memberikan gambaran konsumsi kalsium remaja pada wilayah yang lebih luas dengan sampel yang lebih besar. c. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti konsumsi kalsium anak-anak usia Sekolah Dasar sebagai bentuk pencegahan lebih dini terhadap osteoporosis dan persiapan menjelang usia reproduksi/ remaja, karena periode remaja merupakan periode yang banyak membutuhkan kalsium.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Anastasia, Devi Lusiana. 2008. Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber Kalsium pada Remaja di Tiga Sekolah Menengah Pertama di Depok Tahun 2008. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Indonesia. Apriadji, WH. 1986. Gizi Keluarga. Seri Kesejahteraan Keluarga-xiii/93/86. Penerbit : PT Penebar Swadaya. Jakarta. Aprianda, Ratri. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium harian siswi kelas IV dan V SDN Grogol Selatan 05 dan 07 Pagi Kebayoran Lama Jakarta tahun 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ariawan, Iwan. 1998. Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Depok: Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Bahria. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi, Kesukaan dan Faktor Lain dengan Konsumsi Buah dan Sayur pada Remaja di 4 SMA di Jakarta Barat Tahun 2009. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Rajawali. Brown, Judith E. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. California: Thomson Wadsworth. Chaplin, JP. 2004. Kamus lengkap Psikologi cetakan ke-9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Press. Departemen Gizi Masyarakat. 2009. Ilmu Gizi Dasar. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Gabriel, Angelica. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Serta Hidup Bersih dan Sehat Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Desa Cikarawang Bogor. Skripsi. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB.
107
108
Gibney, Michael J et.al, alih bahasa dr.Andry Hartono. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Guthrie, Helen Andrews and Picciano. 1995. Human Nutrition. St. Louis, Missouri: Mosby-Year Book. Inc. Handayani, Miratna. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distorsi Citra Tubuh Siswa SMAN 1 Pamulang Tahun 2009. Skripsi: Jakarta: Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ikhsan, Muhammad. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja di SMUN 28 Jakarta Tahun 2004. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Kalkwarf HJ, Khoury JC, Lanphear BP. 2003. Milk Intake During Childhood and Adolescence, Adult Bone Density and Osteoporotic Fractures in US Women. American Journal of Clinical Nutrition, http://www.ajcn.org/cgi/reprint/77/1/257, diakses tanggal 14 Mei 2010, pkl 15.29 WIB. Kartono D, dan Soekatri M. 2004. AKG Mineral Makro dan Mikro. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta : LIPI. Khomsan, Ali. 1998. Vitamin Mineral Pelindung di Saat http://www.indomedia.com/intisari/1998/april/obat. [05 Juli 2010].
Stress.
________________. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Rajawali sport. ________________. 2007. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu serta Perbaikan Gizi Keluarga. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat IPB. Lutfiah, Vivi. 2007. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium Dengan Keluhan Menstruasi Pada Remaja. Skripsi. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB. Mc Williams, Margaret. 1993. Nutrition For The Growing Years. Edisi ke 5. California: Pylon Press. Melliana, Anastasia. 2006. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara. Miller, et al. 2001. The Importance of Meeting Calcium Needs With Foods. Journal of the American College of Nutritions, vol 20, pp. 168S-185S. www.jacn.org. Mulyani, Endang. 2009. Konsumsi Kalsium pada Remaja di SMPN 201 Jakarta Barat Tahun 2009. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
109
National Institute of Health. 1994. Hubungan Kalsium dan Kepadatan Tulang. www.smallcrab.com. Diakses tanggal 13 mei 2010, pukul 15.04 WIB. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. __________________. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. __________________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Novianty, Ella Nurmila. 2007. Konsumsi Susu Dan Faktor-faktor Lainnya yang Berhubungan Dengan Kecukupan Asupan Kalsium Pada Anak Sekolah Di SD Islam Terpadu Nurul Fikri Kota Depok Tahun 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Nurhayati. 2002. Hubungan Keterpaparan Media Massa, Orang Tua, dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa Kelas 3 di SLTP X Depok Tahun 2002. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Pratiwi, Wulan. 2006. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Sikap, dan Preferensi dengan Kebiasaan Makan Sayuran Ibu Rumah Tangga di Perkotaan dan Pedesaan Bogor. Skripsi. Bogor: IPB. Purwaningrum, Nur Fadjria. 2008. Hubungan Antara Cita Raga dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Puspasari, Puri. 2004. Gambaran Asupan Kalsium dan Beberapa faktor yang Berhubungan Pada Remaja SMAN Kota Bandung Tahun 2004.Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Puspitarani, Dinar. 2006. Gambaran Perilaku Konsumsi Serat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pada Remaja di SLTP Labschool Rawamangun Jakarta Timur Tahun 2006.Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Rahmawati. 2000. Perilaku Makan Sayur Berdasarkan Faktor Sosio Demografi, Self Effifacy, Sikap, Nilai, Preferensi, dan Ketersediaan Sayur Pada Murid Kelas VI SD Muhammadiyah Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang Tahun 2000. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Rita, E. 2002. Preferensi Konsumen terhadap Pangan Sumber Karbohidrat Non-Beras. Skripsi: Institut Pertanian Bogor Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Sabri, Luknis, dkk. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
110
Savitri, Rahma. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan yang Mengandung Pewarna Sintetik pada Siswi Kelas VIII dan IX SMP PGRI 1 dan SMP YMJ Ciputat Tahun 2009. Skripsi. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Sediaoetama, Achmad Jaeni. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat. Septrisya, Shiera. 2006. Remodelling Tulang dan Osteoporosis. www.elitha-eri.net. diakses tanggal 27 Juni 2010, pukul 15.48 WIB. Siswono, 2005. Susu Perbaiki Perkembangan Fisik Bangsa. http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1115009292,63471. Diakses tanggal 28 Oktober 2010, pukul 03.18 WIB. Soehardjo. 1996. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor PAU Pangan dan Gizi. ________. 2006. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press. Srimaryani, Diah Imas. 2010. Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Rumah Tangga Peserta Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota dan Kabupaten Bogor.Skripsi. Bogor: IPB. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Surono, A. 1999. Penuhi Kalsium dari Berbagai Sumber. www.indomedia.com/intisari. Whiting, S J, Hassanali et al. 2004. Factors That Affect Bone Mineral Accrual in The Adolescent Growth Spurt. Journal Nutrition. 134: 696 S-700 S. Maret 2004. The American Society for Nutritional Sciences. Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Witjaksono, Fiastuti. 2003. Akibat Kekurangan Kalsium. http://cyberwoman.cbn.net.id. Diakses tanggal 27 Juni 2010 pukul 15.43 WIB. Worthington, Bonnie S et.al. 2000. Nutrition Througthout The Life Cycle. Edisi ke-4. United States: McGraw-Hill Book Companies, Inc. Yunaeni. 2009. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral Pada Siswa-siswi SMA Negeri Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2009. Skripsi. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat. FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
Kelas [ ]
No. Resp [ ]
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN KALSIUM SISWI KELAS VII DAN VIII SMPN 1 MANDE KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2010 Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Saya Reni Agustiani, mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai “faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium siswi SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur Tahun 2010”. Oleh karena itu saya memohon kesediaan adik untuk mengisi kuesioner ini. Kejujuran adik dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. Identitas dan jawaban adik akan saya rahasiakan. Apakah adik bersedia? a. Ya b. Tidak Jika adik bersedia mohon adik menandatangani pernyataan di bawah ini: Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini. Tertanda, (.....................................)
Setelah menandatangani pernyataan tersebut, saya mohon kesediaan adik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jujur, tanpa bantuan orang lain dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya. Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Kelas [ ]
No. Resp [ ]
A. Identitas Responden A1 Nama
: .........................................................................
A2 Kelas
: ......................................................................... [
A3 TTL
: .........................................................................
A4 Umur
: ......................................................................... [
A5 No Telp/HP
:
]
][ ]
B. Pengetahuan Gizi Siswi B1
Zat gizi adalah ....
[
]
[
]
[
]
[
]
a. Makanan yang mahal harganya b. Zat yang terdapat dalam makanan yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya. c. Zat yang terdapat dalam makanan dapat mengenyangkan perut. d. Zat yang terdapat dalam makanan dan diperlukan oleh orang sakit saja. B2
Zat gizi diperlukan oleh .... a. Semua orang b. Orang tua saja c. Anak kecil saja d. Orang sakit saja
B3
Zat gizi diperoleh dari .... a. Dalam tubuh manusia b. Makanan sehari-hari c. Tumbuhan saja d. Hewani saja
B4
Kalsium merupakan zat gizi yang termasuk dalam golongan .... a. Vitamin b. Mineral c. Zat tenaga d. Semuanya benar
Kelas [ ]
B5
Kalsium dalam tubuh manusia banyak tersimpan di ....
No. Resp [ ]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
a. Saraf b. Kulit c. Tulang dan gigi d. Rambut B6
Bahan makanan yang paling banyak mengandung kalsium adalah .... a. Telur b. Daging Sapi c. Susu d. Ikan Teri
B7
Bahan makanan yang bukan sumber kalsium adalah .... a. Susu b. Ayam c. Soft drink d. Sarden
B8
Fungsi utama kalsium adalah .... a. Untuk pembentukan tulang dan gigi b. Untuk pembentukan tulang saja c. Untuk mencegah anemia/kurang darah d. Untuk mencegah dehidrasi/ kekurangan cairan
B9
Kekurangan kalsium dalam waktu yang lama akan menyebabkan ..... a. Anemia b. Penyakit jantung c. Osteoporosis/pengeroposan tulang d. Dehidrasi/ kurang cairan
B10 Pembantu penyerapan kalsium adalah .... a. Iodium b. Vitamin A c. Teh d. Vitamin D B11 Dalam kehidupan sehari-hari vitamin D diperoleh dari .... a. Mentega b. Susu
Kelas [ ]
No. Resp [ ]
c. Sinar matahari d. Semua jawaban benar B12 Kalsium lebih banyak dibutuhkan pada masa apa?
[
]
[
]
[
]
a. Lanjut Usia b. Remaja c. Bayi d. Semua benar B13 Dibawah ini merupakan makanan/ minuman penghambat penyerapan kalsium yang paling benar adalah.... a. Susu, teh, minuman bersoda/soft drink b. Kopi, teh, minuman bersoda c. Kopi, yogurt, teh, susu d. Ice Creame, kopi, yogurt, susu B14 Vitamin yang berfungsi untuk kesehatan tulang dan gigi yaitu.... a. Lemak b. Vitamin D c. Vitamin A d. Protein B15 Akibat kelebihan kalsium adalah.... a. Menyebabkan osteoporosis/keropos tulang b. Menyebabkan kegemukan/obesitas c. Menyebabkan susah buang air besar d. Semuanya salah
Kelas [ ]
No. Resp [ ]
C. Keterpaparan media/Informasi Kalsium C1
Apakah adik pernah mendengar informasi mengenai kalsium?
[
]
[
]
a. Ya pernah (lanjutkan ke pertanyaan D2) b. Tidak pernah (lanjutkan ke pertanyaan bagian E) C2
Berapa kali adik mendengar informasi tersebut dalam satu minggu terakhir? a. Tidak pernah b. 1-2x c. Lebih dari 3x
C3
Dari mana adik mendapatkan informasi mengenai kalsium? a. Televisi b. Radio c. Koran d. Majalah e. Internet f. Orang tua g. Guru h. Teman i. Lainnya, sebutkan.............................................................................
D. Pengaruh Teman D1. Apakah setiap kali jajan adik selalu bersama teman? a. Ya b. Tidak D2. Apakah makanan yang adik beli sama seperti yang dibeli oleh teman adik? a. Ya selalu sama b. Kadang-kadang c. Tidak sama D3. Siapakah yang mengusulkan jenis jajanan ketika adik dan teman adik jajan? a. Saya b. Teman
Kelas [ ]
No. Resp [ ]
D4. Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli makanan sumber kalsium seperti susu, es krim, yogurt, biskuit? a. Ya pernah b. Kadang-kadang c. Tidak pernah D5. Apakah teman adik pernah mengusulkan untuk membeli minuman bersoda (soft drink), teh atau kopi? a. Ya pernah b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
E. KESUKAAN TERHADAP MAKANAN **Isi pilihan makanan dibawah ini menurut tingkat kesukaan adik Keterangan : STS = Sangat Tidak Suka
No
TS
= Tidak Suka
N
= Netral
S
= Suka
SS
= Sangat Suka
JENIS MAKANAN
STS
TS
N
S
SS
Kode (diisi oleh peneliti)
1.
Susu Bubuk
2.
Susu Sapi (murni)
3.
Keju
4.
Yogurt
5.
Susu Kental Manis
6.
Es Krim
7.
Sarden
8.
Tahu
9.
Tempe
10. Oncom 11. Udang Segar
Kelas [ ]
No
JENIS MAKANAN
STS
TS
AS
S
SS
No. Resp [ ]
Kode (diisi oleh peneliti)
12. Teri 13. Ikan Mujair 14. Telur Ayam 15. Telur Asin 16. Bayam 17. Sawi/Cesin 18. Daun Singkong 19. Daun Katuk 20. Kangkung 21. Kacang Merah 22. Kacang Tanah
F. KEBIASAAN JAJANAN No
Makanan Jajanan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Batagor Gorengan Mie Bakso Mie Ayam Empek-empek Bakso Tusuk Es Cendol Yogurt Petis/Asinan Soft Drink (Coca cola,fanta, sprite) Biskuit, merk.................... Ice Cream Susu Teh Pop Ice Lainnya,.........................
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
....... kali per minggu
*keterangan: isi kolom dengan frekuensi jajan perminggu
Tidak pernah
Skor
Kelas [ ]
No. Resp [ ]
Kelas [ ]
FORMULIR FOOD FREKUENSI MAKANAN
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Jenis Makanan Susu Bubuk, Susu Cair, Susu Kental Manis, Susu Sapi Segar Keju, Susu Kedelai Ikan Teri Kering Ikan Teri Segar Sarden Rebon segar Rebon Kering Udang Segar Udang Kering Ikan Mujair goreng Telur Ayam Telur Asin Tahu Tempe Oncom Bayam Sawi/Cesin Katuk Selada Air Daun singkong Kangkung Kacang Merah Kacang Tanah
....... per Hari
....... per minggu
........ per bulan
Tidak Pernah
Jumlah yang dikonsumsi Ukuran Rumah Berat (gram) Tangga (URT)
No. Resp [ ]
Kelas [ ]
KETERSEDIAAN MAKANAN SUMBER KALSIUM
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Jenis Makanan Susu Bubuk, merk ............................... Susu Cair, merk ................................... Susu Kental Manis, merk ................... Susu Sapi Segar Keju, merk ........................................... Yogurt Es Krim Susu Kedelai Ikan Teri Kering Ikan Teri Segar Sarden Rebon segar Rebon Kering Udang Segar Udang Kering Ikan Mujair goreng Telur Ayam Telur Asin Tahu Tempe Oncom Bayam Sawi/Cesin Katuk Selada Air Daun singkong Kangkung Kacang Merah Kacang Tanah
>2x/ Hari
1x/ hari
4-6x/ minggu
1-3x/ minggu
1-3x/ bulan
Tidak Pernah
No. Resp [ ]
LAMPIRAN
Selanjutnya, pada tabel 5.4 dapat dilihat distribusi responden menurut frekuensi konsumsi pangan sumber kalsium. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Kalsium pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010
Jenis Makanan
>1x per hari
N % Teri Kering Rebon Kering Susu Bubuk 5 3,9 Udang Kering Keju Rebon Segar Mujair Goreng Sarden Susu Kental 19 14,7 Manis Bayam Susu UHT Sawi Daun Katuk Daun Singkong Susu Sapi Udang Segar Tempe Tahu Es krim Telur Asin Yogurt 4 3,1 Oncom Kacang Merah Kangkung Kacang Tanah Telur Ayam 1 0,8 Susu Kedele Sumber: Data Primer
1x per hari
3-6 x per minggu
1-2 x per minggu
1-3 x per bulan
Tidak Pernah
n 1 4 2 21
% 0,8 3,1 1,6 16,3
n 38 9 6 1 16 14
% 29,5 7,0 4,7 0,8 12,4 10,9
n 65 19 41 9 42 11 39 57 46
% 50,4 14,7 31,8 7,0 32,6 8,5 30,2 44,2 35,7
n 13 17 32 22 47 6 39 36 21
% n % 10,1 13 10,1 3,2 83 64,3 24,8 47 36,4 17,1 98 76,0 36,4 32 24,8 4,7 111 86,0 30,2 35 27,1 27,9 36 27,9 16,3 8 6,2
3 12 1 63 77 16 7 43 -
2,3 9,3 0,8 48,8 59,7 12,4 5,4 33,3 -
9 3 10 7 10 28 16 29 8 2 13 9 31 -
7,0 2,3 7,8 5,4 7,8 21,7 12,4 22,5 6,2 1,6 10,1 7 24 -
75 57 59 41 57 7 11 28 27 71 51 50 62 62 98 68 41 11
58,1 44,2 45,7 31,8 44,2 5,4 18,5 21,7 20,9 55 39,5 38,8 48,1 48,1 76 52,7 31,8 8,5
16 35 9 5 17 44 18 1 1 52 45 10 18 37 7 36 2 16
12,4 26 20,2 27,1 22 17,1 7,0 50 38,8 3,9 76 58,9 13,2 45 34,9 34,1 78 60,5 14 100 77,5 0,8 8 6,2 0,8 8 6,2 40,3 6 4,7 34,9 33 25,6 7,8 20 15,5 14 34 26,4 28,7 28 21,7 5,4 11 8,5 27,9 16 12,4 1,6 11 8,5 12,4 102 79,1
Adapun distribusi kebiasaan jajan menurut jenis makanan jajanan dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Kebiasaan Jajan Menurut Jenis Makanan Jajanan Pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Setiap 3-5x per- 1-2x perTidak Hari minggu minggu Pernah Jenis Jajanan N % n % n % n % Batagor 29 22,5 100 77,6 Gorengan 99 76,8 20 15,5 Bakso 29 22,5 100 77,6 Mie Ayam 50 38,8 79 61,2 Empek-empek 31 24,8 91 70,6 6 4,7 Cilok 23 17,8 78 60,6 21 16,3 7 5,4 Asinan 7 5,4 93 72,1 29 22,5 Pop Ice 1 0,8 27 20,9 80 62,0 21 16,3 Es Cendol 87 67,4 42 32,6 Jenis Jajanan Sumber Kalsium Biskuit 5 3,9 78 60,4 46 35,7 Ice Cream 71 55,1 58 45,0 Susu 85 65,9 44 34,1 Yogurt 23 17,8 78 60,6 21 16,3 7 5,4 Jenis Jajanan Penghambat Penyerapan Kalsium Es Teh 13 10,1 75 58,1 35 27,2 6 4,7 Soft Drink 1 0,8 27 20,9 80 62,0 21 16,3 Sumber : Data Primer Tingkat pengetahuan gizi ini dinilai dari hasil pertanyaan yang diajukan kepada responden. Responden yang tidak mengetahui bahwa kalsium termasuk ke dalam zat gizi golongan mineral adalah sebanyak 104 orang (80,6%). Sebanyak 125 responden (96,9%) tidak mengetahui bahwa ikan teri merupakan pangan yang banyak mengandung kalsium. Selanjutnya, responden yang tidak mengetahui bahwa vitamin D membantu penyerapan kalsium adalah sebanyak 72 orang (55,8%). Responden yang tidak mengetahui bahwa sinar matahari merupakan sumber vitamin D dalam kehidupan sehari-hari adalah sebanyak 98 orang (76,0%) dan sebanyak 68 responden (52,7%) tidak mengetahui bahwa vitamin D merupakan vitamin untuk kesehatan tulang dan gigi. Responden yang tidak
mengetahui bahwa masa remaja merupakan masa yang membutuhkan kalsium lebih banyak adalah sebanyak 122 orang (94,6%). Selanjutnya, sebanyak 80 responden (62%) tidak mengetahui makanan/ minuman penghambat penyerapan kalsium (kopi, teh, soft drink). Sedangkan responden yang tidak mengetahui akibat dari kelebihan kalsium sebanyak 116 orang (89,9%). Adapun jenis pertanyaan yang jawabannya paling banyak salah dapat dilihat pada tabel 5.8. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Siswi Berdasarkan Jawaban Salah di SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Jenis Pertanyaan Kalsium termasuk ke dalam golongan mineral Ikan teri merupakan pangan yang banyak mengandung kalsium Vitamin D membantu penyerapan kalsium Sinar matahari adalah sumber vitamin D dalam kehidupan sehari-hari Vitamin D adalah vitain untuk kesehatan tulang dan gigi Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan kalsium lebih banyak Kopi, teh, soft drink merupakan penghambat penyerapan kalsium Akibat kelebihan kalsium Sumber: Data Primer
Frekuensi 104 125
Persentase 80,6 96,9
72 98
55,8 76,0
68
52,7
122
94,6
80
62,0
116
89,9
Selanjutnya di bawah ini terdapat pula tabel mengenai distribusi jenis makanan sumber kalsium yang disukai oleh responden yang dikelompokkan berdasarkan makanan dengan kandungan kalsium tinggi (≥500 mg), makanan dengan kandungan kalsium antara 100-499 mg dan makanan dengan kandungan kalsium rendah (< 99 mg). Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Kesukaan Terhadap Makanan Sumber Kalsium pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur tahun 2010
Jenis Makanan Jumlah (n) Persentase Makanan dengan Kandungan Kalsium Tinggi (≥500 mg) Teri Kering 85 65,9 Rebon Kering 114 88,4 Susu Bubuk 96 74,4 Keju 9 7,0 Makanan dengan kandungan kalsium 100-499 mg Mujair Goreng 95 73,7 Sarden 128 99,2 Susu Kental Manis 117 90,7 Bayam 85 65,9 Sawi 110 85,3 Daun Katuk 74 57,4 Daun Singkong 70 54,3 Susu Sapi Murni 88 68,2 Udang Segar 57 44,2 Tempe 119 92,2 Jenis Makanan Jumlah (n) Persentase Tahu 94 72,9 Es Krim 119 92,2 Telur Asin 124 96,1 Yogurt 102 79,1 Makanan dengan kandungan kalsium < 99 mg Oncom 115 89,1 Kacang Merah 116 89,9 Kangkung 52 40,3 Kacang Tanah 84 65,1 Telur Ayam 78 60,5 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa makanan dengan kandungan kalsium tinggi (≥500 mg) yang banyak disukai responden adalah rebon kering sebanyak 114 orang (88,4%). Makanan dengan kandungan kalsium 100-499 mg yang paling banyak disukai responden adalah sarden sebanyak 128 orang (99,2%), sedangkan makanan dengan kandungan kalsium < 99 mg yang paling banyak disukai oleh responden adalah kacang merah sebanyak 116 (89,9%).
Distribusi ketersediaan pangan sumber kalsium yang dikelompokkan menjadi golongan susu dan hasil olahannya, golongan ikan dan telur, golongan kacang-kacangan dan golongan sayur mayur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium Golongan Susu dan Hasil Olahannya pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Setiap 1x per1-3x perTidak Hari minggu bulan tersedia Jenis Pangan N % n % n % n % Susu Bubuk 8 6,2 24 18,6 30 23,3 45 34,9 Susu UHT 3 2,3 57 44,2 38 29,5 24 18,6 Susu Kental Manis 41 31,8 27 20,9 18 13,9 10 7,8 Susu sapi segar 5 3,9 38 29,5 83 64,3 Keju 20 15,5 59 45,8 41 31,8 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa pangan golongan susu dan hasil olahannya yang paling banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah susu kental manis (41 orang atau 31,8%), dan yang paling banyak tidak tersedia di rumah adalah susu sapi segar (83 orang atau 64,3%). Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium Golongan Ikan dan Telur pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Setiap 1x per1-3x perTidak Hari minggu bulan tersedia Jenis Pangan N % n % n % n % Teri Kering 23 17,8 30 23,3 15 11,6 13 10,1 Teri Segar 17 13,2 23 17,9 80 62,0 Sarden 37 28,7 38 29,5 36 27,9 Rebon Segar 8 6,2 5 3,9 109 84,5 Rebon Kering 2 1,6 16 12,4 33 25,6 82 63,6 Udang Segar 8 6,2 16 12,4 101 78,3 Udang Kering 9 7,0 19 14,7 99 76,7 Mujair 32 24,8 42 32,6 38 29,5 Telur Ayam 55 42,6 18 14,0 4 3,2 9 7,0 Telur Asin 2 1,6 41 31,8 38 29,5 33 25,6 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.17 pangan golongan ikan dan telur yang paling banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah telur ayam (55 orang atau 42,6%),
sedangkan ikan teri yang kandungan kalsiumnya paling tinggi tersedia setiap hari hanya pada 23 responden (17,8%). Selanjutnya pangan golongan ikan dan telur yang paling banyak tidak tersedia adalah rebon segar (109 orang atau 84,5%). Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Jenis Pangan Sumber Kalsium Golongan Kacang-kacangan pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Setiap 1x per1-3x perTidak Hari minggu bulan tersedia Jenis Pangan N % n % n % n % Susu Kacang Kedelai 8 6,2 14 10,9 102 79,1 Tahu 78 60,5 20 15,5 2 1,6 7 5,4 Tempe 72 55,8 18 14,0 3 2,4 5 3,9 Oncom 4 3,1 51 39,5 28 14,0 36 27,9 Kacang Merah 35 27,1 37 28,7 28 21,7 Kacang Tanah 35 27,1 34 26,4 15 11,6 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.18 pangan sumber kalsium jenis kacang-kacangan yang paling banyak tersedia setiap harinya di rumah adalah tahu (78 orang atau 60,5%). Sedangkan yang paling banyak tidak tersedia di rumah adalah susu kacang kedelai (102 orang atau 79,1%). Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Ketersediaan Pangan Sumber Kalsium Golongan Sayur-sayuran pada Siswi SMPN 1 Mande Cianjur Tahun 2010 Setiap 1x per1-3x perTidak Hari minggu bulan tersedia Jenis Pangan N % n % n % n % Bayam 55 42,6 18 13,9 25 19,4 Sawi 41 31,8 6 4,7 51 39,5 Katuk 32 24,8 6 4,6 76 58,9 Selada Air 8 6,2 6 4,6 104 80,6 Daun Singkong 34 26,4 19 14,8 46 35,7 Kangkung 62 48,1 7 5,4 13 10,1 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5.19 pangan sumber kalsium golongan sayur-sayuran yang paling banyak tersedia setiap minggu di rumah adalah kangkung (66 orang
atau 48,1%). Sedangkan yang paling banyak tidak tersedia adalah selada air (104 orang atau 80,6%).
LAMPIRAN HASIL ANALISIS SPSS
1. KONSUMSI KALSIUM Descriptive Statistics N
Minimum
asupan_ca
122
Valid N (listwise)
122
226.06
Maximum
Mean
1450.22
Std. Deviation
769.6054
297.31086
kons_Ca Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
94
77.0
77.0
77.0
cukup
28
23.0
23.0
100.0
Total
122
100.0
100.0
2. KEBIASAAN JAJAN Descriptives Statistic Skor_jjn
Mean
25.11
95% Confidence Interval for Lower Bound
24.37
Mean
Upper Bound
25.86
5% Trimmed Mean
25.13
Median
25.00
Variance Std. Deviation
17.127 4.139
Minimum
16
Maximum
34
Std. Error .375
Range
18
Interquartile Range
6
Skewness Kurtosis
.038
.219
-.680
.435
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Skor_jjn
df
.071
Shapiro-Wilk
Sig. 122
Statistic
.200
*
df
.982
Sig. 122
.104
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
kat_biasaJJN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
jarang
53
43.4
43.4
43.4
sering
69
56.6
56.6
100.0
Total
122
100.0
100.0
kat_biasaJJN * kons_Ca Crosstabulation kons_Ca kurang kat_biasaJJN
Jarang
Count % within kat_biasaJJN
Sering
Count % within kat_biasaJJN
Total
Count % within kat_biasaJJN
cukup
Total
42
11
53
79.2%
20.8%
100.0%
52
17
69
75.4%
24.6%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.613
.083
1
.773
.257
1
.612
.256 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.669
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.253
1
.615
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,16. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kat_biasaJJN
Lower
Upper
1.248
.528
2.951
For cohort kons_Ca = kurang
1.052
.867
1.275
For cohort kons_Ca = cukup
.842
.432
1.644
N of Valid Cases
122
(jarang / sering)
.389
3. PENGETAHUAN GIZI Descriptives Statistic skor_tahu
Mean
Std. Error
7.89
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
7.52
Upper Bound
8.27
5% Trimmed Mean
7.89
Median
8.00
Variance
4.394
Std. Deviation
2.096
Minimum
3
Maximum
12
Range
9
Interquartile Range
4
.190
Skewness
-.065
.219
Kurtosis
-.728
.435
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skor_tahu
df
.127
Shapiro-Wilk
Sig. 122
Statistic
.000
.964
df
Sig. 122
.002
a. Lilliefors Significance Correction
Kat_tahu Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
48
39.3
39.3
39.3
cukup
74
60.7
60.7
100.0
Total
122
100.0
100.0
kat_tahu * kons_Ca Crosstabulation kons_Ca kurang kat_tahu
kurang
Count % within kat_tahu
cukup
Count % within kat_tahu
Total
Count % within kat_tahu
cukup
Total
34
14
48
70.8%
29.2%
100.0%
60
14
74
81.1%
18.9%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.189
1.198
1
.274
1.702
1
.192
1.729 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.196 1.715
1
.190
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,02. b. Computed only for a 2x2 table
.137
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kat_tahu
Lower
Upper
.567
.242
1.328
For cohort kons_Ca = kurang
.874
.707
1.080
For cohort kons_Ca = cukup
1.542
.808
2.940
(kurang / cukup)
N of Valid Cases
122
zat gizi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
4
3.3
3.3
3.3
benar
118
96.7
96.7
100.0
Total
122
100.0
100.0
zat gizi diperlukan oleh Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
1
.8
.8
.8
benar
121
99.2
99.2
100.0
Total
122
100.0
100.0
zat gizi diperoleh dari Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
8
6.6
6.6
6.6
benar
114
93.4
93.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
Ca termasuk golongan apa Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
98
80.3
80.3
80.3
benar
24
19.7
19.7
100.0
Total
122
100.0
100.0
dalam tubuh manusia Ca banyak tersimpan di Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
20
15.6
15.6
15.6
benar
102
83.6
83.6
99.2 100.0
Total
122
100.0
100.0
bahan makanan paling banyak mengandung Ca Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
118
96.7
96.7
96.7
benar
4
3.3
3.3
100.0
122
100.0
100.0
Total
bahan makanan bukan sumber Ca Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
25
20.5
20.5
20.5
benar
97
79.5
79.5
100.0
Total
122
100.0
100.0
fungsi Ca Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
38
31.1
31.1
31.1
benar
84
68.9
68.9
100.0
Total
122
100.0
100.0
Akibat kekurangan Ca dlm wktu lama Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
39
32.0
32.0
32.0
benar
83
68.0
68.0
100.0
Total
122
100.0
100.0
Pembantu penyerapan Ca Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
67
54.9
54.9
54.9
benar
55
45.1
45.1
100.0
Total
122
100.0
100.0
Sumber vit D dlm khdupan sehari-hari Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
91
74.6
74.6
74.6
benar
31
25.4
25.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
Pd masa apa Ca lbh bnyk dibutuhkan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
116
95.1
95.1
95.1
benar
6
4.9
4.9
100.0
122
100.0
100.0
Total
makanan/minuman penghambat penyerapan Ca Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
74
60.7
60.7
60.7
benar
48
39.3
39.3
100.0
Total
122
100.0
100.0
vit utk kesehatan tulang dan gigi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
61
50.0
50.0
50.0
benar
61
50.0
50.0
100.0
Total
122
100.0
100.0
akibat kelebihan ca Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
salah
109
89.3
89.3
89.3
benar
13
10.7
10.7
100.0
Total
122
100.0
100.0
4. KETERPAPARAN INFORMASI Kat_terpaparInfo Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
jarang
19
15.6
15.6
15.6
sering
103
84.4
84.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
Sumber media Cumulative Frequency Valid
televisi
Percent
Valid Percent
Percent
113
92.6
92.6
92.6
radio
9
7.4
7.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
terpaparInfo * kons_Ca Crosstabulation kons_Ca kurang trpprinfo jarang
Count % within c2
sering
Count % within c2
Total
Count % within c2
cukup
Total
19
1
20
95.0%
5.0%
100.0%
75
27
102
73.5%
26.5%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.037
3.229
1
.072
5.602
1
.018
4.359 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.042
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
4.323
b
1
.027
.038
122
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,59. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for c2 (jarang /
Lower
Upper
6.840
.873
53.582
For cohort kons_Ca = kurang
1.292
1.108
1.507
For cohort kons_Ca = cukup
.189
.027
1.311
N of Valid Cases
122
sering)
5. PENGARUH TEMAN Descriptives Statistic skor_pngruhTMN
Mean
9.2213
95% Confidence Interval for Lower Bound
8.9312
Mean
Upper Bound
9.5114
5% Trimmed Mean
9.2368
Median
9.0000
Variance
2.620
Std. Error .14655
Std. Deviation
1.61865
Minimum
6.00
Maximum
13.00
Range
7.00
Interquartile Range
2.25
Skewness
.002
.219
-.616
.435
Kurtosis
kat_pngruhTMN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ada pengaruh
76
62.3
62.3
62.3
tidak ada pengaruh
46
37.7
37.7
100.0
122
100.0
100.0
Total
kat_pngruhTMN * kons_Ca Crosstabulation kons_Ca kurang kat_pngruhTMN
ada pengaruh
Count % within kat_pngruhTMN
tidak ada pengaruh
Count % within kat_pngruhTMN
Total
Count % within kat_pngruhTMN
cukup
Total
63
13
76
82.9%
17.1%
100.0%
31
15
46
67.4%
32.6%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.048
3.068
1
.080
3.804
1
.051
3.895 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.074
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
3.863
1
.049
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,56. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for kat_pngruhTMN (ada
2.345
.994
5.531
For cohort kons_Ca = kurang
1.230
.982
1.541
For cohort kons_Ca = cukup
.525
.275
1.001
N of Valid Cases
122
pengaruh / tidak ada pengaruh)
.041
6. KESUKAAN/ PREFERENSI Descriptives Statistic skor_suka
Mean
Std. Error
69.5574
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
68.4119
Upper Bound
70.7029
5% Trimmed Mean
69.7195
Median
70.0000
Variance
.57861
40.844
Std. Deviation
6.39091
Minimum
51.00
Maximum
84.00
Range
33.00
Interquartile Range
9.00
Skewness Kurtosis
-.350
.219
.465
.435
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skor_suka
df
.066
Shapiro-Wilk
Sig. 122
.200
Statistic *
.985
df
Sig. 122
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
kat_suka Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
.178
Valid
tidak suka
59
48.4
48.4
48.4
suka
63
51.6
51.6
100.0
Total
122
100.0
100.0
kat_suka * kons_Ca Crosstabulation kons_Ca kurang kat_suka
tidak suka
Count % within kat_suka
Suka
Count % within kat_suka
Total
Count % within kat_suka
cukup
Total
47
12
59
79.7%
20.3%
100.0%
47
16
63
74.6%
25.4%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.507
.201
1
.654
.442
1
.506
.441 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.527
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.437
1
.509
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,54. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
.328
95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kat_suka
Lower
Upper
1.333
.569
3.122
For cohort kons_Ca = kurang
1.068
.880
1.296
For cohort kons_Ca = cukup
.801
.414
1.548
N of Valid Cases
122
(tidak suka / suka)
Susu_bubuk Cumulative Frequency Valid
STS
Percent
Valid Percent
Percent
4
3.3
3.3
3.3
TS
25
20.5
20.5
23.8
AS
37
30.3
30.3
54.1
S
56
45.9
45.9
100.0
122
100.0
100.0
Total
Sususapi_murni Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
38
31.1
31.1
31.1
AS
64
52.5
52.5
83.6
S
20
16.4
16.4
100.0
122
100.0
100.0
Total
keju Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
114
93.4
93.4
93.4
AS
4
3.3
3.3
96.7
S
4
3.3
3.3
100.0
122
100.0
100.0
Total
yogurt Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
27
22.1
22.1
22.1
S
95
77.9
77.9
100.0
122
100.0
100.0
Total
SKM Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
7
5.7
5.7
5.7
AS
1
.8
.8
6.6
S
114
93.4
93.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
Es_krim Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
9
7.4
7.4
7.4
AS
10
8.2
8.2
15.6
S
103
84.4
84.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
sarden Cumulative Frequency Valid
TS
Percent
Valid Percent
Percent
1
.8
.8
.8
S
121
99.2
99.2
100.0
Total
122
100.0
100.0
tahu Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
20
16.4
16.4
16.4
STS
65
53.3
53.3
69.7
TS
13
10.7
10.7
80.3
AS
4
3.3
3.3
83.6
20
16.4
16.4
100.0
122
100.0
100.0
S Total
tempe Cumulative Frequency Valid
0
Percent
Valid Percent
Percent
3
2.5
2.5
2.5
83
68.0
68.0
70.5
TS
6
4.9
4.9
75.4
AS
4
3.3
3.3
78.7
26
21.3
21.3
100.0
122
100.0
100.0
STS
S Total
oncom Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
16
13.1
13.1
13.1
AS
31
25.4
25.4
38.5
S
75
61.5
61.5
100.0
122
100.0
100.0
Total
Udang_segar Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
65
53.3
53.3
53.3
AS
9
7.4
7.4
60.7
48
39.3
39.3
100.0
122
100.0
100.0
S Total
teri Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
40
32.8
32.8
32.8
S
82
67.2
67.2
100.0
122
100.0
100.0
Total
mujair Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
30
24.6
24.6
24.6
S
92
75.4
75.4
100.0
122
100.0
100.0
Total
Telur_ayam Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
45
36.9
36.9
36.9
S
77
63.1
63.1
100.0
122
100.0
100.0
Total
Telur_asin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
6
4.9
4.9
4.9
AS
32
26.2
26.2
31.1
S
84
68.9
68.9
100.0
122
100.0
100.0
Total
bayam Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
41
33.6
33.6
33.6
AS
7
5.7
5.7
39.3
74
60.7
60.7
100.0
122
100.0
100.0
S Total
Sawi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
18
14.8
14.8
14.8
AS
11
9.0
9.0
23.8
S
93
76.2
76.2
100.0
122
100.0
100.0
Total
Daun_singkong Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
56
45.9
45.9
45.9
AS
2
1.6
1.6
47.5
64
52.5
52.5
100.0
122
100.0
100.0
S Total
Daun_katuk Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
51
41.8
41.8
41.8
AS
16
13.1
13.1
54.9
S
55
45.1
45.1
100.0
122
100.0
100.0
Total
katuk Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TS
72
59.0
59.0
59.0
AS
2
1.6
1.6
60.7
48
39.3
39.3
100.0
122
100.0
100.0
S Total
kangkung Cumulative Frequency Valid
TS
Percent
Valid Percent
Percent
11
9.0
9.0
9.0
S
111
91.0
91.0
100.0
Total
122
100.0
100.0
Kacang merah Cumulative Frequency
Percent
Valid Percent
Percent
Valid TS
4421
34.4
33.6
34.4
80
65.6
65.6
100.0
122
100.0
100.0
S Total
7. KETERSEDIAAN MAKANAN SUMBER KALSIUM Descriptives Statistic skor_ktrsediaan
Mean
41.13
95% Confidence Interval for Lower Bound
39.45
Mean
Upper Bound
40.93
Median
40.00
Std. Deviation
87.900 9.376
Minimum
17
Maximum
64
Range
47
Interquartile Range
11
Skewness Kurtosis
.849
42.81
5% Trimmed Mean
Variance
Std. Error
.308
.219
-.046
.435
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic skor_ktrsediaan
df
.069
Shapiro-Wilk
Sig. 122
Statistic
.200
*
df
.984
Sig. 122
.168
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
ktrsediaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
jarang
63
51.6
51.6
51.6
sering
59
48.4
48.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
ktrsediaan * kons_Ca Crosstabulation kons_Ca kurang ktrsediaan
jarang
Count % within ktrsediaan
sering
Count % within ktrsediaan
Total
Count % within ktrsediaan
cukup
Total
57
6
63
90.5%
9.5%
100.0%
37
22
59
62.7%
37.3%
100.0%
94
28
122
77.0%
23.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
11.758
1
.001
13.877
1
.000
13.281 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
13.172
1
.000
122
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,54. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for ktrsediaan
Lower
Upper
5.649
2.093
15.248
For cohort kons_Ca = kurang
1.443
1.167
1.784
For cohort kons_Ca = cukup
.255
.111
.586
N of Valid Cases
122
(jarang / sering)
.000
Distribusi jawaban variabel pengetahuan mengenai periode yang paling banyak membutuhkan kalsium. Pd masa apa Ca lbh bnyk dibutuhkan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
semua benar
18
14.8
14.8
14.8
bayi
22
18.0
18.0
32.8
lansia
75
61.5
61.5
94.3
remaja
7
5.7
5.7
100.0
122
100.0
100.0
Total
Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan makanan sumber kalsium di rumah Case Processing Summary Cases Valid N kat_tahu = 2 & ktrsediaan =
Percent 39
1 (FILTER) * kons_Ca
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
.0%
kat_tahu = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation Count kons_Ca kurang kat_tahu = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) Total
Selected
cukup
Total
37
2
39
37
2
39
N
Percent 39
100.0%
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
kat_tahu = 2 & ktrsediaan =
39
1 (FILTER) * kons_Ca
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 39
100.0%
kat_tahu = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation Count kons_Ca kurang kat_tahu = 2 & ktrsediaan =
Selected
1 (FILTER) Total
cukup
Total
37
2
39
37
2
39
Hasil tabulasi silang antara variabel pengetahuan dengan ketersediaan makanan sumber kalsium di rumah Case Processing Summary Cases Valid N kat_suka = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca
Missing
Percent 23
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 23
100.0%
kat_suka = 2 & ktrsediaan = 1 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation Count kons_Ca kurang kat_suka = 2 & ktrsediaan = Selected 1 (FILTER) Total
Total 23
23
23
23
Case Processing Summary Cases Valid N kat_suka = 1 & ktrsediaan = 2 (FILTER) * kons_Ca
Missing
Percent 19
N
100.0%
Total
Percent 0
.0%
kat_suka = 1 & ktrsediaan = 2 (FILTER) * kons_Ca Crosstabulation Count kons_Ca kurang kat_suka = 1 & ktrsediaan = Selected 2 (FILTER) Total
cukup
Total
13
6
19
13
6
19
N
Percent 19
100.0%