ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN BATANG TAHUN 2010
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh : Ummul Mahmudah NIM. 6450406534
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN 2011
i
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang September 2010
ABSTRAK
Ummul Mahmudah. Analisis Faktor Ibu dan Bayi yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010, VI + 74 halaman + 25 tabel + 2 gambar + 10 lampiran Kematian perinatal adalah kematian janin pada usia kehamilan ≥28 minggu sampai dengan 7 hari pertama setelah bayi lahir dimana kematian perinatal mempunyai kontribusi terbesar pada angka kematian bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ibu dan bayi apa sajakah yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode survei dengan rancangan penelitian kasus kontrol (case control study). Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang lahir mulai umur kehamilan ≥28 minggu atau lebih dari tujuh hari yang tinggal di wilayah Kabupaten Batang. Kasus adalah semua kejadian kematian perinatal yaitu bayi yang meninggal pada umur kehamilan sudah mencapai 28 minggu sampai bayi berumur 7 hari. Sampel berjumlah 47 kasus dan 47 kontrol yang diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder dari puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan rumus statistik uji chi-square (α = 0,05) dengan penentuan Odds Ratio (OR). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang adalah pendidikan ibu (p= 0,006, OR= 3,878), pengetahuan ibu (p= 0,013, OR= 2,843), paritas (p= 0,016, OR= 2,988), BBLR (p= 0,001, OR= 7,570), asfiksia (p= 0,001, OR= 2,270), dan kelainan kongenital (p= 0,003, OR= 2,205). Saran yang diajukan adalah supaya ibu hamil aktif memeriksakan kehamilan kepada pelayanan kesehatan yang tersedia.
Kata Kunci : Kematian Perinatal Kepustakaan : 27 (1998 – 2009)
ii
Public Health Departement Sport Science Faculty Semarang State University Semptember 2010
ABSTRACT
Ummul Mahmudah. Analysis of Maternal and Infant Factors Related with Perinatal Mortality Events in Batang Year 2010, VI + 74 pages + 25 tables + 2 figures + 10 appendices Perinatal deaths are fetal deaths at ≥ 28 weeks gestation until the first seven days after birth in which perinatal mortality has the largest contribution to infant mortality. The purpose of this study is to determine what factors are the mother and baby associated with the incidence of perinatal mortality in Batang. This research is an analytical research with a survey method with casecontrol study. The population in this study is that all babies born alive from age more than seven days living in the area of Batang regency. Cases of perinatal death are all occurrences of a baby who died at the age of 28 weeks of pregnancy has reached up to 7 days old baby. The sample amounted to 47 cases and 47 controls obtained by using simple random sampling technique. The instrument used in this study are primary data and secondary. Primary data were obtained from interviews using questionnaires and secondary data from health centers and the Health Department Batang. Data obtained in this study were analyzed using a statistical formula chi-square test (α = 0.05) with determination of odds ratio (OR). The result showed that significant risk factors that related to perinatal mortality evens are maternal education (p = 0.006, OR = 3.878), knowledge of mother (p = 0.013, OR = 2.843), parity (p = 0.016, OR = 2.988), LBW (p= 0.001, OR = 7.570), asphyxia (p= 0,001, OR= 2,270), and congenital abnormalities (p= 0,003, OR= 2,205). Based on this research, the proposed suggestions for pregnant mothers to actively seek prenatal care to available health services.
Keywords : Perinatal mortality References : 27 (1998 – 2009)
iii
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan panitia sidang ujian skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama Ummul Mahmudah, NIM : 6450406534, dengan judul “Analisis Faktor Ibu dan Bayi yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010” Pada hari Tanggal
: Rabu : 19 Januari 2011
Panitia Ujian Ketua Panitia,
Sekretaris
Drs. H. Harry Pramono, M. Si NIP. 19591019 198503 1 001
Irwan Budiono, S. KM, M. Kes NIP. 19771227 200501 1 001
Dewan Penguji
Tanggal persetujuan
Ketua Penguji
1. dr. Arulita Ika Fibriana, M. Kes NIP. 19740202 200112 2 001
Anggota Penguji (Pembimbing Utama)
2. Widya Hary Cahyati, S.KM, M.Kes NIP. 19771227 200501 2 001
Anggota Penguji 3. dr. Anik Setyo Wahyuningsih (Pembimbing Pendamping) NIP. 19740903 200604 2 001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusanmu yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q. S. Al Insyiroh: 7 - 8). Orang yang memiliki banyak ilmu maka ia lebih kaya dari pada banyak harta, dan orang yang mewariskan ilmu kepada sesamanya maka ia lebih tinggi dari pada mewariskan emas perhiasannya (penulis).
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.
Ayahanda (Bp. Tjahjono) dan ibunda (Ibu Titik Murdiesti) tercinta yang selalu menyayangi dan mengasihi ananda
2.
Kakak (Arief Mufti. M) dan adikku tersayang (A. Fahmi Huda),
3.
Almamaterku Universitas Negeri Semarang, khususnya Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Ibu dan Bayi Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010” dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Keberhasilan penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Harry Pramono, M. Kes., atas ijin penelitian. 2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas persetujuan penelitian. 3. Pembimbing I, Widya Hary Cahyati, SKM, M. Kes., atas bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini. 4. Pembimbing II, dr. Anik Setyo Wahyuningsih, atas bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu pengetahuan yang diberikan selama di bangku kuliah.
vi
6. Seluruh staff TU FIK UNNES yang telah membantu dalam segala urusan administrasi dan surat perijinan penelitian. 7. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang, Ir. Johan Rudi Widhianto,M.Si., dalam urusan perijinan penelitian. 8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, Dr. H. Budi Utomo Raharjo beserta staf dan jajarannya atas bantuan dalam urusan perijinan penelitian. 9. Kepala Puskesmas Kabupaten Batang beserta staf dan jajarannya atas kerjasama dalam urusan perijinan dan pelaksanaan penelitian. 10. Masyarakat Kabupaten Batang atas bantuan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian. 11. Ayah (Bp. Tjahjono), ibunda (Ibu Titik Murdiesti), kakak (Arief Mufti. M), serta adik (Ahmad Fahmi Huda) tercinta yang telah memberi dorongan dan bantuan baik materiil maupun spiritual. 12. Mas Huda yang telah tulus ikhlas memberi dorongan lahir dan batin saat semangat ini sudah mulai hilang. 13. Teman-teman Wisma Mutiara dan teman-teman seperjuangan (Hani, Devi, Aci, Eva dan Dwi) yang selalu menghibur serta membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dalam laporan ini sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semarang, September 2010
Penyusun vii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ............................................................................................................
i
ABSTRAK ......................................................................................................
ii
ABSTRACT ....................................................................................................
iii
PENGESAHAN ..............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................
7
1.5 Keaslian Penelitian .....................................................................................
8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................
10
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................
11
2.1 Defini Kematian Perinatal ..........................................................................
11
2.2 Penyebab Kematian Perinatal ....................................................................
12
2.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kematian Bayi. .......................
14
2.4 Kerangka Teori...........................................................................................
32
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
33
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................
33
3.2 Variabel Penelitian .....................................................................................
34
3.3 Hipotesis Penelitian....................................................................................
35
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ..............................................
37
viii
3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................
38
3.6 Populasi dan Sampel ..................................................................................
39
3.7 Instrumen Penelitian...................................................................................
43
3.8 Validitas dan Reliabilitas ...........................................................................
44
3.9 Teknik Pengolahan Data ............................................................................
44
BAB IV HASIL PENELITIAN .....................................................................
47
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Batang ..........................................
48
4.2 Hasil Penelitian ..........................................................................................
50
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................
62
5.1 Pembahasan ................................................................................................
62
5.2 Hambatan dan keterbatasan penelitian .......................................................
71
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .............................................................
73
6.1 Simpulan ....................................................................................................
73
6.2 Saran...........................................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
75
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Keaslian Penelitian .....................................................................................
8
1.2 Matriks Perbedaan Penelitian .....................................................................
9
2.1 Skor APGAR ..............................................................................................
21
3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ...............................
37
4.1 Data Sarana Kesehatan Puskesmas dan Dinas Kesehatan ........................
48
4.2 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir .............
48
4.3 Data Kematian Neonatal, Lahir Mati, dan Lahir Hidup Berdasarkan Puskesmas Tahun 2009………………...…………………………………
49
4.4 Distribusi Responden menurut Umur Ibu .................................................
50
4.5 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu..........................................
51
4.6 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu .......................................
51
4.7 Distribusi Responden menurut Paritas .......................................................
52
4.8 Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran...............................
52
4.9 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan .................................
53
4.10 Distribusi Responden menurut BBLR .....................................................
53
4.11 Distribusi Responden menurut Asfiksia ..................................................
54
4.12 Distribusi Responden menurut Kelainan Kongenital ...............................
54
4.13 Tabulasi Silang Antara Umur Ibu dengan Kematian Perinatal ................
55
4.14 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Ibu dengan Kematian Perinatal .......
56
4.15 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Ibu dengan Kematian Perinatal .....
57
4.16 Tabulasi Silang Antara Paritas dengan Kematian Perinatal .....................
57
4.17 Tabulasi Silang Antara Jarak Antar Kelahiran dengan Kematian Perinatal 58 4.18 Tabulasi Silang Antara Penolong Persalinan dengan Kematian Perinatal
59
4.19 Tabulasi Silang Antara BBLR dengan Kematian Perinatal .....................
59
4.20 Tabulasi Silang Antara Asfiksia dengan Kematian Perinatal ..................
60
4.21 Tabulasi Silang Antara Kelainan Kongenital dengan Kematian Perinatal
61
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Teori...........................................................................................
32
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................
33
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Surat Keterangan Pembimbing .................................................................... 2. Surat Ijin Penelitian 1 ................................................................................... 3. Surat Ijin Penelitian 2 ................................................................................... 4. Surat Keterangan Penelitian ......................................................................... 5. Kuesioner Penelitian .................................................................................... 6. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................................... 7. Identitas Responden ..................................................................................... 8. Hasil Penelitian ............................................................................................ 9. Analisis Hasil Penelitian .............................................................................. 10. Dokumentasi Penelitian .............................................................................
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur
dengan menentukan tingggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam 100.000 persalinan hidup, namun pada kenyataannya angka kematian perinatal masih tinggi. Angka tersebut sesungguhnya dapat dihindari dengan cara memberikan pelayanan kesehatan terutama pada pertolongan pertama persalinan (Manuaba, 1998: 15). Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan dengan prioritas antara lain pada perbaikan tingkat kesehatan ibu dan anak. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan sebagai indeks pembangunan ekonomi, indikator kualitas hidup, dan komponen utama penentu angka harapan hidup suatu masyarakat. Bayi sebagai manusia yang baru lahir merupakan kelompok umur yang sangat rentan terhadap ketidakseimbangan berbagai faktor seperti faktor lingkungan dan sistem perawatan (Asnawi, 2005 dalam Ambarwati, 2007). Kematian perinatal adalah jumlah lahir mati dan kematian bayi dalam 7 hari pertama dalam hidupnya. Sedangkan yang disebut angka kematian perinatal
1
2
adalah jumlah kematian perinatal dikalikan 1.000 kemudian dibagi jumlah bayi lahir-hidup dan lahir-mati pada tahun yang sama (Wiknjosastro, 2006: 786). Pada tahun 2000, lebih dari 6.300.000 kematian perintal terjadi di seluruh dunia, dimana 75% kematian terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2006: 5). Angka kematian di Indonesia secara umum dari tahun ke tahun terjadi penurunan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) pada tahun 2007 diperoleh estimasi Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Hasil pengukuran angka SKDI tahun 2007 tersebut diperoleh AKB untuk periode tahun 2003-2007. Angka tersebut sedikit lebih menurun dibandingkan dengan tahun 2006 dari hasil pengukuran tahun 20022003 yaitu sebebsar 35 per 1000 kelahiran hidup. Kecenderungan penurunan AKB tersebut dapat dipengaruhi oleh pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2008: 26). Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survey yang menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian perinatal di rumah sakit-rumah sakit besar yang pada umumnya berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1.000 kelahiran hidup. Angka-angka tersebut dapat lebih tinggi daripada kenyataan sebenarnya karena rumah sakit sebagai referral hospital untuk daerahnya menampung kasus-kasus dalam keadaan darurat di daerah itu (Wiknjosastro, 2006: 785). Namun terdapat pendapat lain yang menyebutkan bahwa angka kematian perinatal di Indonesia sebesar 460 per 100.000 setiap tahunnya. Banyak faktor yang mempengaruhi angka tersebut, antara lain penyakit dan perkembangan kesehatan ibu dan janin serta semua hal yang berkaitan dengan pelayanan
3
kesehatan baik langsung maupun tidak langsung (Manuaba dalam Ambarwati, 2007: 3). Angka kematian bayi di Propinsi Jawa Tengah tahun 2006 dalam kurun waktu satu tahun sebesar 11,03 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat dibandingkan pada tahun 2007 yaitu 10,48 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2008 kembali mengalami penurunan sebesar 9,17% per 1.000 kelahiran hidup.
Apabila dibandingkan dengan target yang diharapkan dalam MDG (
Millenium Development Goals) ke-4 tahun 2010 yaitu 17 per seribu kelahiran hidup, berarti angka kematian bayi di Propinsi Jawa Tengah sudah di bawah angka tersebut (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2008). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ambarwati pada tahun 2007 hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas 95%, riwayat sakit 95%, kelengkapan pemeriksaan antenatal 95%, rujukan 95% dengan kejadian kematian perinatal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya empat faktor (paritas, riwayat sakit, kelengkapan pemeriksaan antenatal dan rujukan) yang mempengaruhi kejadian kematian perinatal di wilayah kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga (Ambarwati, 2007: 52). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zubaidah pada tahun 2005 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, asfiksia, dan BBLR terhadap kejadian kematian perinatal. Tidak ada hubungan variabel pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status keluarga, dan umur ibu terhadap kejadian kematian perinatal (Zubaidah, 2005). Di wilayah Jawa Tengah, Kabupaten Batang termasuk salah satu kabupaten dengan jumlah kematian bayi yang tinngi. Angka kematian bayi di
4
Kabupaten Batang selalu mengalami kenaikan selama empat tahun terakhir.. Gambaran mengenai penyebab secara langsung kematian bayi di Kabupaten Batang pada tahun 2005 sebesar 12,85 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2006 naik menjadi 14,86 per 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi pada tahun 2007 mengalami kenaikan lagi menjadi 17,38 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 21,30 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Kabupaten Batang pada tahun 2009, kematian sebesar 198 kasus, dimana 135 kasus kematian perinatal, 15 kasus kematian neonatal, 48 kasus kematian bayi 1-12 bulan. Kematian bayi tersebut tersebar di 21 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Batang. Penyebab kematian bayi pada tahun 2008 dan 2009 hampir sama, yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara pembuatan dan penggunaan metode kanguru yang sederhana dan tepat guna, serta belum terampilnya petugas kesehatan dalam manajemen asfiksia dan BBLR. Yang dimaksud dengan metode kangguru yang sederhana dan tepat guna yaitu malalui skin to skin, dimana kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu, dan dengan pembuatan boks menyerupai inkubator. Bagi petugas kesaehatan khusunya bidan hendaknya sudah mengikuti manajemen asfiksia dan BBLR, yaitu suatu program pemerintah yang berupa pelatihan tentang penanggulangan bagi bayi asfiksia dan BBLR (DKK Batang, 2009). Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Analisis faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010”.
5
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Permasalahan Umum Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
dapat diangkat dalam penelitian ini adalah faktor ibu dan bayi apa sajakah yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?. 1.2.2
Permasalahan Khusus Adapun masalah khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Adakah hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010? 2. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010? 3. Adakah hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010? 4. Adakah hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010? 5. Adakah hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010? 6. Adakah hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010? 7. Adakah hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?
6
8. Adakah hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010? 9. Adakah hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 2. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 4. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 5. Untuk mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 6. Untuk mengetahui hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
7
7. Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 8. Untuk mengetahui hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 9. Untuk mengetahui hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Memberikan informasi mengenai faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kematian perinatal, sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program Dinas Kesehatan Kabupaten selanjutnya, khususnya bidang KIA. 1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Memberikan tambahan pustaka tentang penyebab kematian perinatal. 1.4.3 Bagi Peneliti Menambah wawasan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak.
1.5
Keaslian Penelitian Keaslian penelitian merupakan matriks yang memuat tentang judul
penelitian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, rancangan penelitian, variabel yang diteliti, dan hasil penelitian.
8
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul/Peneliti/ Tahun Lokasi Penelitian Beberapa faktor 2003 yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Kulon Progo/ Suparjono/ Kulon Progo.
Hubungan antara 2006 karakteristik ibu dan pelayanan kesehatan dengan kejadian kematian perinatal di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga tahun 2006/ Ambarwati/ Purbalingga.
Desain
Variabel
Hasil
Case control
Variabel bebas : umur ibu, pendidikan ibu, paritas ibu, jarak antar kelahiran, perawatan antenatal, penolong persalinan, keterjangkauan tempat tinggal ke pelayanan kesehatan. Variabel terikat : kejadian kematian perinatal.
Ada hubunngan antara umur ibu (p=0,004:OR=3,97), pendidikan ibu (p=0,013;OR= 3,97), dan perawatan antenatal (p=0,004:OR=3,046) dengan kejadian kematian perinatal.
Case control
Variabel bebas: umur ibu, pendidikan, paritas, riwayat sakit, kelengkapan pemeriksaan antenatal, penolong persalinan, rujukan.
Ada hubungan antara paritas (p=0,037 OR=4,600), riwayat sakit (p=0,049 OR=3,769), kelengkapan pemeriksaan antenatal (p=0,029 Variabel terikat: OR=4,037, dan kematian perinatal rujukan (p=0,002 OR=7,480) dengan kejadian kematian perinatal
9
1.5.1
Perbedaan Penelitian
Tabel 1.2 Matriks Perbedaan Penelitian Perbedaan Judul penelitian
Suparjono
Ambarwati
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Kulon Progo.
Hubungan antara karakteristik ibu dan pelayanan kesehatan dengan kejadian kematian perinatal di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga tahun 2006
Ummul Mahmudah Analisis faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010.
Tahun dan 2003, Kabupaten 2006, Kecamatan 2010, Kabupaten tempat Kulon Progo Rembang Kabupaten Batang penelitian Purbalingga Variabel penelitian
Variabel bebas : umur ibu, pendidikan ibu, paritas ibu, jarak antar kelahiran, perawatan antenatal, penolong persalinan, keterjangkauan tempat tinggal ke pelayanan kesehatan. Variabel terikat : kejadian kematian perinatal.
Variabel bebas : umur ibu, pendidikan, paritas, riwayat sakit, kelengkapan pemeriksaan antenatal, penolong persalinan, rujukan. Variabel terikat: kematian perinatal.
Variabel bebas: umur ibu, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, paritas, jarak antar kehamilan, penolong persalinan, BBLR, asfiksia, kelainan kongenital Variabel terikat : kematian perinatal
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat perbedaaan variabel bebas yang diteliti (pengetahuan ibu, BBLR, dan kelainan kongenital).
10
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1
Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Batang.
1.6.2
Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Juli tahun 2010.
1.6.3
Ruang Lingkup Materi Penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan masyarakat, khususnya dalam kajian epidemiologi tentang kematian perinatal.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Kematian Perinatal Menurut Abdul Basri dalam Ambarwati (2006), istilah kematian perinatal
pertama kali didefinisikan oleh seorang dokter ahli kesehatan anak berkebangsaan Jerman yaitu Pfaundler pada tahun 1936. Menurutnya, periode perinatal merupakan interval waktu sebelum, selama, dan sesudah saat kelahiran yang ditandai dengan kematian janin dan bayi baru lahir. Sementara itu seorang dokter ahli kesehatan anak berkebangsaan Austria Peller pada tahun 1965 menyatakan bahwa lahir mati dan kematian pada minggu pertama kehidupan dapat dianalisis secara statistik dan epidemiologis untuk menentukan penyebab kematian yang diduga sangat komplek dan multifaktor dengan tingkat pola
yang bervariasi
perbedaannya (Ambarwati, 2007: 1). Kelahiran mati ialah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1.000 gram). Kematian perinatal dini adalah (early neonatal death) ialah kematian bayi dalam 7 hari pertama kehidupannya. Sedangkan yang disebut kematian perinatal (perinatal mortality) ialah jumlah bayi lahir mati dan kematian bayi dalam 7 hari pertama sesudah lahir (Wiknjosastro, 2006: 786). Angka kematian perinatal ialah jumlah kematian perinatal dikalikan 1.000 dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. Perlu diperhatikan bahwa dalam definisi tersebut, WHO 11
12
menganjurkan untuk kelahiran hidup dan kelahiran mati berat badan minimum adalah 1.000 gram (Wiknjosastro, 2006: 786).
2.2
Penyebab Kematian Perinatal Angka kematian perinatal dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai
tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan pada masa perinatal. Perbaikan dalam angka kematian perinatal dapat dicapai dengan pemberian pengawasan antenatal untuk semua wanita hamil dan dengan menemukan dan memperbaiki faktorfaktor yang mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus. Untuk mengetahui sebab kematian kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat. Tetapi bedah mayat sangat susah dilakukan di Indonesia, sehingga kematian janin dan neonatus hanya didasarkan pada pemeriksaan klinik dan laboratorium (Wiknjosastro, 2006: 787). Penyebab kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kematian perinatal tidak banyak berbeda, yaitu faktor yang disebabkan oleh ibu dan faktor yang disebabkan oleh bayi. 2.2.1
Faktor Ibu yang Memperbesar Risiko Kematian Perinatal (High Risk Mother). 1.
Status sosial ekonomi yang rendah
2.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah
3.
Umur ibu lebih dari 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
4.
Paritas pertama dan paritas ke lima atau lebih
13
5.
Tinggi badan ibu dan berat badan ibu (pengaruh kedua fator ini pada angka kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia tidak jelas).
6.
Kehamilan di luar perkawinan
7.
Gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan
8.
Ibu dengan anamnesis kehamilan dan persalinan yang sebelumnya yang tidak baik, misalnya kehamilan dan persalinan berakhir dengan kematian janin, kematian bayi dini, atau kelahiran bayi berat lahir rendah.
2.2.2
Faktor Bayi yang Mempertinggi Kematian Perinatal (High Risk Infans). 1.
Bayi yang lahir dari kehamilan yang bersifat high risk
2.
Bayi yang berat badan lahir kurang dari 2.500 gram
3.
Bayi yang berat lahir lebih dari 4.000 gram
4.
Bayi yang dilahirkan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42 minggu
5.
Bayi yang berat badan lahir kurang dari berat badan lahir menurut masa kehamilannya (small for gestational age)
6.
Bayi yang nilai APGARnya kurang dari 7
7.
Bayi yang lahir dengan infeksi intrapartum, trauma kelahiran, atau kelainan kongenital
8.
Bayi yang lahir dalam keluarga yang mempunyai problema sosial (perceraian, perkawian dengan lebih dari satu istri, dan perkawinan tidak sah) (Winkjosastro, 2006: 788).
14
2.3 2.3.1
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kematian Bayi Faktor Ibu
2.3.1.1 Status Ekonomi Faktor sosial ekonomi tidak berpengaruh langsung terhadap terjadinya kematian bayi, tetapi sosial ekonomi yang buruk akan mempengaruhi seseorang dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi yang baik selama kehamilan. Keadaan sosial ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan malnutrisi dan bermacam-macam penyakit infeksi seperti malaria, cacingan, dan tuberkulosis (Manuaba, 1998). 2.3.1.2 Tingkat Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan ibu tidak berpengaruh secara langsung terhadap kematian bayi, akan tetapi akan berpengaruh terhadap kesadaran ibu dalam memanfaatkan sarana kesehatan, frekuensi pemeriksaan kehamilan, dan kewaspadaannya dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan yang mungkin dijumpai selama kehamilan. Tingkat pendidikan ibu juga bisa mempengaruhi kepercayaan dan kebiasaan ibu, serta perhatian dan perawatan terhadap dirinya dan bayinya (Manuaba, 1998). Hasil penelitian Simbolon (2006) menyatakan bahwa probabilitas kelangsungan hidup bayi lebih tinggi pada bayi yang lahir dari ibu yang berpendidikan tinggi yaitu sebesar 98,38%. 2.3.1.3 Umur Ibu Umur yang dianjurkan Depkes RI (1999) untuk hamil dan persalinan yang aman adalah pada rentang usia 20 tahun hingga usia 35 tahun. Pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun risiko terjadinya prematuritas dan
15
komplikasi kehamilan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada usia kurang dari 20 tahun kondisi ibu masih dalam masa pertumbuhan sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun seorang ibu sudah mulai dihinggapi berbagai macam penyakit ditambah dengan menurunnya kekuatan ibu untuk melakukan proses persalinan bayi karena faktor usia maupun penyakit yang dideritanya (Manuaba, 1998: 36). Raymond dkk (1994) menyatakan bahwa usia lanjut (≥35 tahun) akan meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi mati. Cattingius dkk (1993) juga menyatakan bahwa umur ibu yang semakin lanjut (≥35 tahun) memiliki risiko untuk melahirkan bayi kecil masa kehamilan (KMK). Hasil penelitian Adimoelja (2004), pada periode 1 Januari 2002–31 Desember 2003 di Rumah Sakit Umum Pusat Manado didapatkan angka kematian perinatal yang tinggi pada kelompok umur < 20 tahun dan ≥ 40 tahun, masing-masing 67,34% dan 64,52% (Ambarwati, 2006: 22). 2.3.1.4 Pengetahuan Ibu Pengetahuan ibu memegang peranan penting untuk mewujudkan kesehatan ibu dan bayi. Pengetahuan ibu diantaranya meliputi pengetahuan ibu tentang kesehatan kehamilan, penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan, pemeriksaan kehamilan yang harus dilakukan, dan imunisasi yang harus dilakukan selama masa kehamilan (Manuaba, 1998: 20).
16
2.3.1.5 Paritas Seorang ibu yang sudah mempunyai empat anak atau lebih dan menjadi hamil lagi keadaan kesehatannya sudah tampak menurun dan sering mengalami kurang darah (anemia). Selama hamil sering terjadi perdarahan jalan lahir dan letak bayi sungsang atau melintang. Akibat keadaan tersebut maka persalinan menjadi sulit dan lama, bahkan mengalami perdarahan dan infeksi. Paritas di atas lima merupakan faktor risiko penyebab kematian perinatal (Manuaba, 1998: 333). Menurut Lubis dalam Ambarwati menyatakan bahwa paritas berkaitan dengan jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu. Jumlah kelahiran yang berhubungan dengan terjadinya risiko kematian ibu adalah kelahiran lebih dari empat. Kelahiran pertama pada umumnya mempunyai risiko relatif tinggi karena dipengaruhi oleh kemungkinan adanya kelemahan atau kelainan-kelainan bawaan dari ibu. Kelahiran ke dua dan ke tiga adalah yang paling kurang risikonya. Mulai kelahiran keempat risiko kematian akan meningkat termasuk kelahiran-kelahiran berikutnya (Lubis dalam Ambarwati, 2006: 22). 2.3.1.6 Jarak Antar Kelahiran Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan membawa risiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan berisiko rendah. 2.3.1.7 Hamil dengan Penyakit Hamil disertai dengan penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan dan menjadi lebih berat karena pengaruh kehamilan itu, atau karena penyakit yang
17
timbul selama kehamilan itu sendiri. Penyakit yang menyertai antara lain penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, penyakit paru, infeksi, dan penyakit endokrin (Wiknjosastro, 1999). 2.3.1.8 Hamil dengan Komplikasi Beberapa wanita ada kemungkinan mengalami penyimpangan dalam perjalanan kehamilannya. Komplikasi yang dapat dialami wanita hamil dibagi sesuai masa kehamilannya yaitu pada kehamilan muda atau kehamilan trimester ketiga (Manuaba, 1999). 2.3.1.9 Komplikasi Persalinan Komplikasi dalam persalinan antara lain : 1) Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Makin lama periode laten makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas, dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 1998: 228). 2) Pre-eklampsi / Eklampsi Pre-eklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Pre-eklampsi dibagi dalam golongan ringan dan berat, sedangkan eklampsi merupakan kelanjutan dari pre-eklampsi berat
18
ditambah dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak (Wiknjosastro, 2006: 241). Pre-eklampsi dikatakan berat jika satu atau lebih tanda atau gejala di bawah ini ditemukan : (1) Tekanan sistolik ≥ 160 mm Hg atau lebih atau tekanan diastolik ≥ 110 mm Hg atau lebih. (2) Proteinuria lebih 5 g/ 24 jam 4 + pada pemeriksaan kualitatif. (3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/ 24 jam. (4) Kenaikan kadar kreatinin plasma (5) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium. (6) Edema paru-paru atau sianosis. (7) Trombositopenia berat, < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat. (8) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat (Wiknjosastro, 2008: 545). 3) Kala II Tak Maju Persalinan dengan syarat yang adekuat tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar faksi selama 2 jam terakhir berakhir. Hal ini dapat meningkatkan kejadian asfiksia dan Intra Uterine Fetal Distress (IUFD) (Muchtar, 1998).
19
4) Persalinan Lama Persalinan pada primigravida (kehamilan pertama) umumnya berlangsung dalam waktu 18-20 jam dan pada multigravida (kehamilan lebih dari satu) selama 12-14 jam, mereka yang lebih lama dari 24 jam disebut persalinan lama. Kontraksi rahim selama 24 jam tersebut telah dapat mengganggu aliran darah menuju janin, sehingga janin dalam rahim menjadi dalam situasi yang berbahaya (Manuaba, 1998: 292). 5) Perlukaan Kelahiran dalam Persalinan Persalinan selalu memberikan perlukaan pada bayi akibat kelahiran. Perlukaan ini diantaranya adalah cephalhematoma yang terjadi akibat persalinan normal dan terutama pada persalinan dengan cunam (Manuaba,1998: 320). 2.3.2 2.3.2.1
Faktor Bayi Asfiksia Neonatorum Asfiksia neonatorum menurut Manuaba (1998) merupakan suatu keadaan
bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
20
berkurang. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah : 1. Faktor Ibu - Preeklamsia dan eklamsia. - Perdarahan abnormal. - Partus lama atau partus macet. - Demam selama persalinan. - Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV). - Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan ibu). - Penyakit ibu. 2. Faktor Tali Pusat - Lilitan tali pusat. - Tali pusat pendek. - Simpul tali pusat. - Prolapsus tali pusat. 3. Faktor Bayi - Bayi prematur (sebelum 37 minggu umur kehamilan). - Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar). - Kelainan bawaan (kongenital). - Air ketuban bercampur mekonium (berwarna hijau) (JNPK-KR/POGI, 2007: 108). Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita
21
asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung (heart rate), usaha napas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour), dan reaksi terhadap rangsangan (response to stimuli). Skor APGAR biasanya dinilai satu menit setelah bayi lahir yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik, serta telah dilakukan penghisapan lendir dengan sempurna. Skor APGAR satu menit pertama menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi, sedangkan skor APGAR yang dinilai setelah lima menit bayi lahir mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal (Wiknjosastro, 1999). Adapun tabel skor APGAR adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Skor APGAR 0
1
Apperance (warna kulit)
Pucat
Pulse Rate (frekuensi nadi)
Tidak ada
Badan merah, Seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahmerahan Kurang dari 100 Lebih dari 100
Grimace (reaksi rangsangan)
Tidak ada
Sedikit gerakan Batuk/bersin mimik (grimace)
Activity (tonus otot) Respiration (pernapasan)
Tidak ada
Ekstremitas dalam Gerakan aktif sedikit fleksi Lemah/tidak Baik/menangis teratur
Tidak ada
2
NA
Jumlah Sumber : Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Keempat, 1999. Catatan : NA 1 menit lebih/sama dengan tidak perlu resusitasi NA 1 menit 4 – 6 bag and mask ventilation NA 1 menit 0 – 3 lakukan intubasi
22
Atas dasar pengalaman klinis asfiksia neonatorum dapat dibagi : 1) Vigorous baby, skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 2) Mild moderate asfiksia (asfiksia sedang), skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung >100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. 3) Asfiksia berat, skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada (Wiknjosastro, 1999). 2.3.2.2 Berat Badan Lahir Berat badan bayi baru lahir pada saat kelahiran dicatat. Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram disebabkan umur kelahiran kurang dari 37 mingggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun umur cukup atau karena kombinasi keduanya. Pembagian kehamilan menurut WHO 1979 adalah sebagai berikut : -
Preterm : umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari).
-
Aterm : umur hamil antara 37 sampai 42 minggu (259-293).
-
Post-term : umur hamil di atas 42 minggu (294 hari).
Klasifikasi penggolongan bayi baru lahir menurut Surasmi dalam Ambarwati (2007), adalah sebagai berikut:
23
1.
Klasifikasi Berdasarkan Berat Badan Semua bayi yang lahir dengan berat badan yang sama atau kurang dari 2.500 gram disebut bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dikelompokkan sebagai berikut : 1) Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1.000 gram. 2) Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 gram. 3) Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1.500 - 2.500 gram.
2.
Klasifikasi Berdasarkan Umur Kehamilan 1) Bayi premature (preterm), adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum mencapai 37 minggu. 2) Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi yang lahir dengan umur 38-42 minggu. 3) Bayi lebih bulan (posterm), adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu.
3.
Klasifikasi Berdasarkan Umur dan Berat Badan 1) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau small for gestation age (SGA), yaitu bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intrauterine dengan berat badan terletak di bawah persentil ke-10 dalam grafik pertumbuhan intrauterine.
24
2) Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau appropriate for gestation age (AGA), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan intrauterine. 3) Bayi besar untuk masa kehamilan atau large for gestation age (LGA), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia kehamilan dengan berat badan terletak di atas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intrauterin. 4) Prematuritas murni, adalah bayi yang mempunyai masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan masa gestasinya atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilannya (NKB-SMK). 5) Dismaturitas, adalah bayi lahir dengan berat badan lahir kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi mengalami retardasi intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (Wiknjosastro, 2006: 781). 2.3.2.3 Kelainan Kongenital/ Bawaan Kelainan yang tampak sejak lahir dalam bentuk berbagai gangguan tumbuh kembang bayi baru lahir yang mencakup aspek fisik, intelektual, dan kepribadian. Sedangkan anomali kongenital atau yang umum disebut kelainan kongenital merupakan defek morfologis yang dijumpai sejak bayi lahir. Diagnosis
25
kelainan kongenital seringkali didasarkan atas ditemukannya kelainan pada bentuk tubuh dan struktur organ janin (Wiknjosastro, 2008: 261). Menurut Manuaba (1998), kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir mati, atau kematian setelah persalinan pada minggu pertama, dan dapat mencapai kehidupan yang lebih besar, karena itu pada setiap kehamilan perlu melakukan pemeriksaan antenatal untuk mengetahui kelainan kongenital diantaranya dengan pemeriksaan Ultra Sonografi (USG), pemeriksaan air ketuban, dan pemeriksaan darah janin. Faktor penyebab langsung kelainan kongenital seringkali sukar diketahui, sekitar 40% tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: faktor genetik, kromosom, infeksi, faktor ibu, faktor mekanik dan lingkungan, atau gabungan dari berbagai faktor secara bersama-sama sehingga bersifat multifaktor. Kelainan kongenital yang sering dijumpai antara lain : 1) Anensefali, tidak terbentuk otak/kepala janin sehingga bentuk janin seperti kodok. 2) Kelainan fungsi jaringan organ tubuh : spina bifida, labioskizis, palatoskizis, labiopalatoskizis. 3) Gangguan pembentukan alat tubuh : atresia ani, atresia vagina, gangguan migrasi alat tubuh seperti migrasi testis. 4) Hipospadia adalah saluran kemih yang tidak terbentuk pada tempatnya, biasanya di bagian bawah penis. 5) Atresia esophagus, adalah esophagus yang tidak terbentuk.
26
Dilihat dari pertumbuhan organ tubuh, kelainan kongenital dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu : 1) Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ, termasuk dalam golongan ini adalah tidak terbentuknya organ atau sebagian organ. 2) Gangguan
penyatuan
atau
fungsi
jaringan
tubuh,
misalnya
labiognatopalatoskizis, spina bifida. 3) Gangguan diferensiasi organ, misalnya sindaktili dan ginjal tapal kuda. 4) Gangguan menghilangnya atau berkurangnya jaringan yang seharusnya hilang pada pertumbuhan normal, misalnya hernia inguinalis persisten. 5) Gangguan invaginasi jaringan, misalnya atresia ani, atresia vagina. 6) Gangguan migrasi suatu alat, contohnya adalah testis tidak turun, mal rotasi usus. 7) Gangguan pembentukan saluran, misalnya hipospadia, atresia esophagus (Manuaba, 1998 : 322). 2.3.2.4 Infeksi Neonatorum Mikroorganisme jarang melewati plasenta atau menembus amnion yang intak (utuh). Dampak dari infeksi tergantung dari sifat organisme dan masa kehamilan. Infeksi yang terjadi sangat dini dapat menyebabkan kematian janin, aborsi, atau malformasi berat. Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap morbiditas dan mortalitas bayi. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan (Wiknjosastro, 2002).
27
Infeksi pada neonatus menurut Wiknjosastro (2007) dapat melalui beberapa cara antara lain : 1.
Infeksi intra uterine Infeksi intra uterine yang banyak terjadi adalah infeksi transplasenter melalui saluran darah. Secara teoritis dapat pula melalui jalan lain, yaitu melalui : 1) Ruang peritoneum menuju tuba dan kemudian uterus 2) Dinding uterus yang mengalami infeksi 3) Naik ke atas dari vagina melalui kulit ketuban yang pecah ataupun masih utuh dan melalui antara kulit ketuban dan dinding uterus. Infeksi intra uterine oleh bakteri atau virus dapat berlangsung dengan gejala atau tidak.
2.
Infeksi selama partus Sebagian akan berhubungan dengan bakteri atau toksinnya apabila bayi melalui vagina. Bakteri yang ditemukan adalah stafilokokus, difteri, bakteri an aerob, dan jarang E.coli. Flora di vagina akan berubah apabila selama persalinan ibu diberikan antibiotika. Pemberian ampicillin akan mematikan semua streptokokus, E.coli, dan proteus berkurang, sedangkan klebsiella dan lain bakteri gram negatif akan masih tetap hidup dalam jumlah besar. Listeria monocytogenis dan gonokokus yang melekat pada luka kronis di servik uteri dapat menumbuhkan infeksi yang berat pada bayi waktu ia melalui jalan lahir tersebut. Ibu sebagai pembawa bakteri usus
28
yang patogen dapat memberikan infeksi pada bayinya dan ibunya sendiri mungkin tidak menderita sakit. 3.
Infeksi postnatal (bayi berada di luar kandungan) Bayi sesudah lahir akan dipengaruhi oleh keadaan yang ada di sekitarnya yang merupakan sumber infeksi, antara lain : 1) Tangan yang merawat bayi. 2) Alat-alat yang berhubungan dengan cairan : alat resusitasi, alat pembantu pernafasan, isap lendir. 3) Minum dan obat-obatan yang kurang memperhatikan kebersihan.
4.
Infeksi sebelum dan waktu lahir Ibu yang sakit waktu hamil, bayi yang dilahirkan akan menderita sakit pula. Banyak terjadi pada infeksi intra uterine, ibu tidak nampak menderita sakit, diagnosis ibu baru ditemukan setelah bayi lahir abortus, preterm atau meninggal waktu lahir. Infeksi yang terjadi baik sebelum maupun waktu persalinan disebabkan oleh gonokokus, kandida albikan, herpes virus hominis, bakteri usus, dan cytomegali. Infeksi bakteri yang terjadi waktu bayi melalui jalan lahir, kadang-kadang dapat berkembang menjadi sepsis yang berat, dapat menyebabkan kematian bayi dalam waktu 48 jam.
2.3.3
Faktor Pelayanan Kesehatan
2.3.3.1 Perawatan Antenatal Pelaksanaan antenatal care
sangat penting karena dapat memberikan
gambaran keadaan ibu hamil, janin dalam kandungan, dan kesejahteraan umum.
29
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu: membangun rasa percaya antara ibu dan petugas kesehatan, terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi, memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya, mengidentifikasi kehamilan risiko tinggi, dan memberikan pendidikan kesehatan yang deperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan (Wiknjosastro, 2008: 278). Pemeriksaan kehamilan yang baik adalah apabila diperiksa pada tenaga kesehatan yang terlatih sejak dini dan dilakukan secara teratur karena akan terdeteksi masalah kesehatan dan implikasinya. Sesuai dengan anjuran Depkes RI (1999), pada triwulan I (konsepsi tiga bulan) minimal 1 kali ibu memeriksakan diri, triwulan II (4 – 6 bulan) minimal 1 kali, sedangkan triwulan III (7 – 9 bulan) minimal 2 kali memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. Hasil penelitian Ambarwati (2006) menunjukkan bahwa responden yang tidak lengkap pemeriksaan antenatal mempunyai risiko 4,037 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan ibu yang lengkap pemeriksaan antenatal (Ambarwati, 2006). 2.3.3.2 Penolong Persalinan Ibu yang mendapat pertolongan persalinan oleh dukun berisiko lebih besar untuk melahirkan bayi mati dibandingkan dengan ibu yang melahirkan oleh tenaga kesehatan. Tingginya kematian bayi diantaranya disebabkan oleh belum memadainya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan
30
penanganan kasus obstetri. Hasil penelitian Alisjahbana dalam Ambarwati (2006) menunjukkan bahwa hampir 90% persalinan berlangsung di rumah dan 80-90% persalinan ditolong oleh tenaga tidak terlatih. Faktor ini dapat mempengaruhi produk kehamilan dan kelangsungan hidup bayi. Pertolongan oleh dukun menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal (Manuaba, 1998: 19). 2.3.3.3 Rujukan Merupakan suatu sisitem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul secara horisontal maupun vertikal, baik untuk kegiatan pengiriman penderita, pendidikan, maupun penelitian (Wiknjosatro, 2008: 31). Indikasi rujukan harus mulai dipikirkan sejak bayi dalam kandungan, oleh karena tindakan penanganan kehamilan risiko tinggi maupun tindakan dan penanganan penyulit/ komplikasi persalinan yang kurang memadai akan sangat berpengaruh terhadap hidup bayi sehingga terhindar dari kematian pada masa neonatal. Rujukan bukanlah berarti satu kekurangan, tetapi satu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kepentingan masyarakat. Kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal (Manuaba,1998: 22). Tanda-tanda/ kondisi bayi baru lahir yang perlu dirujuk (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006), yaitu : 1. Bayi berat lahir rendah ≤ 2.000 gram. 2. Bayi tidak mau minum ASI.
31
3. Tangan dan kaki bayi teraba dingin. 4. Bayi mengalami gangguan kesulitan bernafas (asfiksia). 5. Bayi mengalami perdarahan. 6. Bayi mengalami kejang-kejang. 7. Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare, atau tidak buang air besar sama sekali dengan perut membuncit. 8. Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis. 9. Bayi menyandang kelainan bawaan.
32
2.4 Kerangka Teori FAKTOR IBU :
FAKTOR BAYI :
1. Sosial : - Pendidikan rendah - Status ekonomi rendah 2. Umur ≤ 20 tahun atau ≥ 35 tahun 3. Paritas di atas 4 4. Jarak antar kelahiran 5. Hamil dengan penyakit - Hipertensi - Diabetes Melitus - Jantung - Penyakit paru - Infeksi - Penyakit endokrin 6. Hamil dengan komplikasi 7. Komplikasi persalinan - Kehamilan ganda - Perdarahan - Ketuban Pecah Dini - Pre-eklamsi/Eklamsi - Perlukaan kelahiran dalam persalinan - Kala II tak maju - Persalinan lama
1. Bayi dengan risiko tinggi - BB ≤ 2.500 gr - BB ≥ 4.000 gr 2. Hamil umur kurang dari 37 minggu 3. Kelainan kongenital 4. Asfiksia
FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN : 1. Perawatan antenatal 2. Penolong persalinan 3. Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan
Kematian Perinatal
Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Perinatal Sumber : Modifikasi Manuaba (1998: 333) dan Wiknjosastro (2006).
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Kerangka Konsep Variabel Bebas
Variabel Terikat
1. Faktor Ibu: - Umur ibu - Pendidikan ibu - Pengetahuan ibu - Paritas - Jarak antar kehamilan - Penolong persalinan 2. Faktor Bayi: - Asfiksia - BBLR - Kelainan kongenital
Kematian perinatal
Variabel Perancu - Status ekonomi - Perawatan antenatal - Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan
Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konsep Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah status ekonomi, perawatan antenatal, jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan, dan tempat persalinan.
33
34
3.2
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 38). Varibel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat, dan variabel perancu. 3.2.1
Variabel Bebas Variabel bebas atau disebut sebagai variable independent adalah varibel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent) (Sugiyono, 2008: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu, umur ibu, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, paritas, jarak antar kelahiran, penolong persalinan, BBLR, asfiksia, dan kelainan kongenital. 3.2.2
Variabel Tetikat Variabel terikat juga biasa disebut sebagai dependent variable merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008: 39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematian perinatal.
35
3.2.3
Variabel Pengganggu Variabel
pengganggu
bukan
merupakan
variabel
bebas
tetapi
mempengaruhi timbulnya kejadian pada variabel terikat (Suharsimi Arikunto, 2006: 123). Yang termasuk variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah status ekonomi ibu, perawatan antenatal, jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan. Variabel pengganggu dalam penelitian ini sudah dikendalikan, yaitu dengan: 1. Satatus ekonomi ibu dalam penelitian ini dianggap sama atau disetarakan. 2. Cakupan perawatan antenatal yang meliputi K1 dan K4 di Kabupaten Batang sudah mencapai target. Cakupan K1 tahun 2009 adalah 102,56% (target 100%), sedangkan K4 92,78% (target 92%). 3. Jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan disetarakan karena hampir seluruh tempat tinggal responden dekat dengan pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan tempat praktek bidan desa setempat.
3.3 3.2.1
Hipotesis Penelitian Hipotesis Mayor Ada hubungan antara faktor ibu dan bayi dengan kejadian kematian
perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
36
3.2.2
Hipotesis Minor
1. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 3. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 4. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 5. Ada hubungan antara jarak antar kehamilan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 6. Ada hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 7. Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 8. Ada hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 9. Ada hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
37
3.4
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran.
3.3.1
Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak atau dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Tabel 3.1.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel
Kategori
Skala
Umur ibu pada saat Wawancara persalinan yang dihitung dengan dengan tahun (Manuaba, kuesioner 1998: 36).
1. Risiko tinggi (<20 tahun atau >35 tahun) 2. Risiko rendah (2035 tahun) (Manuaba, 1998: 333).
Ordinal
Tingkat pendidikan Wawancara formal terakhir yang dengan pernah diselesaikan oleh kuesioner ibu.
1. Rendah (< SLTP) 2. Tinggi (≥SLTP)
Nominal
Pengetahuan Pemahaman ibu tentang Wawancara ibu materi mengenai masalah dengan kehamilan dan persalinan kuesioner yang didapat dari sejumlah pertanyaan.
1. Rendah (Skor <17) 2.Tinggi (Skor ≥17) (Agus Irianto, 2004)
Ordinal
Paritas
1. Berisiko (1 kali atau ≥5 kali) 2. Tidak berisiko (2-4 kali) (Wiknjosastro, 2006:788)
Ordinal
1. < 2 tahun 2. ≥2 tahun
Nominal
Variabel Bebas : Umur ibu
Pendidikan ibu
Definisi
Cara Pengukuran
Jumlah persalinan yang Wawancara pernah dialami oleh ibu dengan termasuk yang kuesioner meninggal.
Jarak antar Rentang waktu antara Wawancara kelahiran kelahiran sebelumnya dengan dengan kelahiran terakhir. kuesioner
38
Penolong persalinan
Orang yang membantu Wawancara proses persalinan pada dengan saat melahirkan (dokter, kuesioner bidan, atau dukun).
1. Bukan tenaga kesehatan (dukun) 2. Tenaga kesehatan
Nominal
BBLR
Berat badan lahir rendah Kuesioner (BBLR) ialah kelahiran dan data bayi dengan berat badan sekunder kurang dari 2.500 gram.
Nominal
Asfiksia
Suatu keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2. Kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak kehidupan konsepsi selama dalam kandungan.
1. BBLR (BBL ≤ 2.500 gram) 2. Tidak BBLR (BBL > 2.500 gram) (Manuaba,1998: 332). 1. Asfiksia 2. Tidak asfiksia
Kelainan kongenital
Variabel Terikat Kematian perinatal
3.5
Kuesioner dan data sekunder
Nominal
Kuesioner 1. Mengalami kelainan Nominal dan data kongenital sekunder 2. Tidak mengalami kelainan kongenital
Jumlah kematian janin Kuesioner pada usia kehamilan ≥28 dan data minggu sampai dengan 7 sekunder hari pertama setelah bayi lahir (Wiknjosastro, 2006: 786).
1. Mengalami Nominal kematian perinatal 2. Tidak mengalami kematian perinatal.
Jenis Dan Rancangan Peneliti Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang
menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui pengujian hipotesis (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail : 2002). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah umur ibu, pengetahuan ibu,
39
pendidikan ibu, paritas, jarak antar kehamilan, penolong persalinan, BBLR, asfiksia, kelainan kongenital, dan yang menjadi variabel terikat adalah kematian perinatal. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan kasus kontrol yaitu penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara bayi yang mengalami kematian perinatal yaitu kematian bayi pada umur kehamilan 28 bulan sampai 7 hari setelah lahir (kelompok kasus) dan bayi yang lahir hidup (kelompok kontrol), kemudian secara retrospektif diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kasus mengalami kematian perinatal, sedang kontrol tidak mengalami kematian perinatal (Sudigdo Sostroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002:111).
3.6 3.5.1
Populasi Dan Sampel Populasi Populasi penelitian terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol yang
selanjutnya akan diambil sebagai sampel penelitian. 3.5.1.1 Populasi Kasus Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua bayi yang mengalami kematian perinatal yang terjadi di wilayah Kabupaten Batang antara periode bulan Januari s.d Desember tahun 2009 yaitu sejumlah 259 kasus, dengan responden adalah ibu.
40
3.5.1.2 Populasi Kontrol Populasi kontrol pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayi hidup yang tidak mengalami kematian perinatal selama periode bulan Januari s.d Desember tahun 2009. 3.5.2
Sampel Sampel penelitian dalam peneliti ini adalah simple random sampling, yaitu
setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 85). Pemilihan anggota atau unit dilakukan dengan sistem undian (Suharsimi Arikunto, 2006: 136). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol. 3.5.2.1 Sampel Kasus Sampel kasus pada penelitian ini yaitu kasus kematian perinatal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kasus, sebagai berikut: 3.5.2.1.1
Kriteria Inklusi
1. Responden yang bersedia melakukan perawatan antenatal pada pelayanan kesehatan yang tersedia. 2. Responden yang jarak tempat tinggalnya tidak terlalu jauh pelayanan kesehatan. 3. Tercatat dalam data kematian perinatal. 4. Bersedia untuk diteliti. 3.5.2.1.2
Kriteria Eksklusi
1. Telah pindah dari Kabupaten Batang. 2. Tidak bersedia mengikuti penelitian.
41
3.5.2.2 Sampel Kontrol Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi kontrol yang terpilih dalam seleksi dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kontrol, sebagai berikut: 3.5.2.2.1
Kriteria Inklusi
1. Responden yang bayinya tidak mengalami kematian perinatal di Kabupaten Batang selama periode bulan Januari s.d Desember tahun 2009. 2. Bertempat tinggal dan berada di Kabupaten Batang pada saat penelitian. 3. Berada dalam satu wilayah Puskesmas dengan kelompok kasus. 3.5.2.2.2
Kriteria Eksklusi
1. Telah pindah dari Kabupaten Batang. 2. Tidak bersedia mengikuti penelitian. 3.5.3
Besar Sampel Besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah dihitung dengan rumus
Sudigdo Sostroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002: 277).
n1 n2
P1
Z
2 PQ
Z P1
P1Q1 P2
OR P2 1 P2 OR P2
2
P2 Q2
2
42
nilai OR yaitu 3,769 nilai Q1
0,223 nilai Q2
0,519 nilai P =
0,629 nilai Q = 0,371 dan nilai P2 = 0,481 sehingga nilai P1 adalah :
(3,769)(0,481) 0,777 (1 0,481) (3,769)0,481
P1
Keterangan :
n1 n2 Perluasan besar sampel minimal P1
Proporsi paparan pada kelompok kasus
P2
Proporsi paparan pada kelompok kontrol
Z
Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan ( α = 0,05 yaitu 1,960)
Z
Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa sebesar yang diinginkan ( sebesar 80% yaitu 0,842)
OR = Odd Ratio Odd ratio dipertimbangkan menurut data rujukan dari penelitian terdahulu yang hampir sama, namun jika tidak diperoleh maka odd ratio dapat dipertimbangkan menurut perkiraan yang sesuai untuk penelitian yang akan dilaksanakan (Sudigdo, 2002: 87). Penentuan besar sampel minimal untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol, dengan berdasarkan pada penelitian terdahulu yaitu OR= 3,769 dengan tingkat kepercayaan (Zα) 95% yaitu 1,960.
43
Perhitungan :
n1 n 2
1,960 2(0,629 0,371)
0,842 (0,777 0,519) (0,481 0,519) 0,777 0,481
2
2
= 46,542 = 47 Dengan demikian diperlukan sebanyak 47 kasus dan 47 kontrol. Diambil perbandingan 1 : 1 sehingga sampel yang diamati sebanyak 94.
3.7
Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 2002:136). Instrumen dalam penelitian ini adalah: 1.
Kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari reponden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128). Kuesioner bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas, untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba di lapangan. 2.
Data kohort tentang kematian perinatal dan data audit maternal perinatal.
44
3.8 3.7.1
Validitas dan Reliabilitas Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Soekidjo, 2005: 129). 3.7.2
Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Soekidjo, 2005: 133). Reliabilitas menunjukkan bahwa pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut cukup baik (Suharsimi, 2002:154). Metode pengujiannya menggunakan rumus alpha memakai program SPSS versi 16 for Windows.
3.9
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.8.1
Editing Sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Data atau
keterangan yang telah dikumpulkan, dicatat dalam record book. Daftar pertanyaan ataupun pada lembar jawaban perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki jika dirasakan masih ada kesalahan dan keraguan data.
45
3.8.2
Koding Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat pendek atau panjang.
Sehingga dengan demikian untuk memudahkan analisis, maka jawaban-jawaban tersebut perlu diberi kode. 3.8.3
Entri Data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam
program komputer (SPSS versi 16) untuk selanjutnya akan diolah. 3.8.4
Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik
sebagai berikut: 3.8.4.1 Analisis Univariat Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hasil analisis ini berupa distribusi dan prosentase pada setiap variabel. 3.8.4.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan yaitu chi-square (x2) dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05 dan Convidence Interval (CI) 95%. Analisis bivariat yang dilakukan untuk mengetahui analisis faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
46
Untuk mengetahui estimasi risiko relatif, digunakan Ood Ratio (OR) dengan tabel 2x2 dan rumus sebagai berikut: (OR) = {α /(α + b) : b /(α + b)}/{c/(c + d) : d /(c + d)} = a/b:c/d = ad/bc Keterangan: a. Kasus yang mengalami paparan b. Kasus yang tidak terpapar c. Kontrol yang terpapar d. Kontrol yang tidak terpapar
47
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Batang
4.1.1
Keadaan Geografi Kabupaten Batang Kabupaten Batang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang
berada di jalur pantura Pulau Jawa, terletak pada antara 60 51”46’’ dan 7011’47’’ Lintang Selatan dan antara 1090 40’’19” dan 1100 03”06’’ Bujur Timur. Batasbatas wilayah Kabupaten Batang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Timur
: Kabupaten Kendal
Sebelah Selatan
: Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo
Sebelah Barat
: Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan
Luas wilayah Kabupaten Batang sebesar 788,64 km 2 terdiri dari 15 kecamatan dan 248 desa/ kelurahan. Daerah terluas adalah Kecamatan Subah dengan luas 83,52 km2, atau sekitar 10,59% dari luas total Kabupaten Batang, sedangkan Kecamatan Warungasem merupakan daerah yang luasnya paling kecil di Kabupaten Batang, yaitu seluas 23,55 km2 atau sekitar 2,99%. 4.1.2
Sarana Pelayanan Kesehatan Sarana kesehatan di Kabupaten Batang yang terbanyak adalah posyandu,
polindes, dan puskesmas pembantu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
47
48
Tabel 4.1 Data Sarana Kesehatan Puskesmas dan Dinas kesehatan No.
Jenis Sarana
Jumlah
1.
Rumah Sakit
1
2. 3. 4.
Puskesmas Rawat Jalan Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Pembantu
16 5 44
5.
Posyandu a. Pratama b. Madya c. Purnama
443 152 540 18
d. Mandiri 6. Gedung Farmasi 7. Polindes 8. Rumah Bersalin 9. Balai Pengobatan 10. Apotik 11. Toko Obat 12. Puskesling Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2008
4.1.3
1 143 2 1 10 7 24
Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir Jumlah kematian perinatal Kabupaten Batang dari tahun 2005 sampai
tahun 2008 selalu mengalami kenaikan. Jumlah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir No. Tahun Angka Kematian Bayi 1. 2005 12,85 per 1000 kelahiran hidup 2. 2006 14,86 per 1000 kelahiran hidup 3. 2007 17, 38 per 1000 kelahiran hidup 4. 2008 21,30 per 1000 kelahiran hidup Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2008
49
4.1.4
Data Kematian Neonatal Berdasarkan Wilayah Puskesmas Kematian neonatal tersebar di 21 puskesmas yang ada di wilayah
Kabupaten Batang. Adapun data kematian neonatal, lahir mati, dan lahir hidup tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Kematian Neonatal, Lahir Mati dan Lahir Hidup Berdasarkan Puskesmas Tahun 2009 No.
Puskesmas
Lahir Mati
Lahir Hidup
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Wonotunggal 11 557 Bandar I 10 697 Bandar II 2 288 Blado I 7 491 Blado II 4 201 Reban 2 627 Bawang 5 826 Tersono 1 630 Gringsing I 9 803 Gringsing II 1 253 Limpung 8 583 Banyuputih 6 472 Subah 6 722 Pecalungan 5 483 Tulis 2 632 Kandeman 7 824 Batang I 9 528 Batang II 11 543 Batang III 5 469 Batang IV 6 443 Warungasem 7 770 Total 124 11842 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Btang Tahun 2009
4.1.5
Mati Umur < 1 Minggu 10 9 5 3 4 9 16 5 3 3 4 5 9 2 11 6 7 11 6 3 4 135
Mati Umur 1 Minggu – 1 Bulan 0 2 2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 3 0 1 1 0 1 15
Karakteristik Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Batang Penyebab kematian bayi di Kabupaten Batang tahun 2009 diantaranya
disebabkan oleh BBLR 53 (10,52%), asfiksia 73 (0,61%), cacat bawaan 19 (0,16%), dan lain-lain 60 (0,050%) dengan tempat kejadian di rumah sakit dan di puskesmas atau di rumah, dan 124 mengalami lahir mati.
50
4.2
Hasil Penelitian
4.2.1
Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap variabel-variabel penelitian. Pada
analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap-tiap variabel yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. 4.2.1.1 Distribusi Responden menurut Umur Ibu Umur ibu waktu terjadi kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori yaitu umur yang berisiko tinggi (< 20 dan > 35) dan umur yang tidak berisiko rendah (20 - 35 tahun) terhadap kematian perinatal. Distribusi umur ibu dengan kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Distribusi Responden menurut Umur Ibu No. 1. 2.
Umur Ibu Risiko tinggi (<20 th atau >35 th) Risiko rendah (20 – 35 tahun) Total
Frekuensi 29 65 94
Prosentase (%) 31% 69% 100%
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa prosentase pada kelompok kasus yang melahirkan pada umur risiko tinggi sebanyak 29 responden (31 %), sedangkan yang melahirkan dengan umur yang memiliki risiko rendah sebanyak 65 responden (69%). Dari hasil penelitian umur ibu yang paling muda adalah 17 tahun dan yang paling tua adalah 42 tahun. 4.2.1.2 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu Pendidikan ibu dengan kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori yaitu berpendidikan rendah (<SLTP) dan berpendidikan tinggi (≥SLTP).
51
Distribusi pendidikan ibu dengan kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu No. 1. 2.
Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Total
Frekuensi 26 68 94
Prosentase (%) 28% 72% 100%
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan rendah sebanyak 26 responden (28%), sedangkan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 68 responden (72%). Responden yang berpendidikan paling rendah adalah tidak tamat SD, sedangkan yang paling tinggi adalah tingkat perguruan tinggi. 4.2.1.3 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu Pengetahuan ibu pada kematian perinatal dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan tinggi (skor ≥17) dan pengetahuan rendah (skor <17). Distribusi pengetahuan ibu dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu No. 1. 2.
Pengetahuan Ibu Rendah Tinggi Total
Berdasarkan
penelitian
Frekuensi 48 46 94
menunjukkan
Prosentase (%) 51% 49% 100%
bahwa
responden
yang
berpengetahuan rendah sebanyak 48 responden (51%), sedangkan responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 46 responden (49%).
52
4.2.1.4 Distribusi Responden menurut Paritas Paritas responden terhadap kejadian kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori yaitu paritas yang berisiko terhadap kematian perinatal (1 atau ≥5) dan paritas yang tidak berisiko terhadap kematian perinatal (2 - 4). Distribusi paritas terhadap kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Distribusi Responden menurut Paritas No. 1. 2.
Paritas Berisiko (1 atau ≥5) Tidak berisiko (2 – 4) Total
Frekuensi 31 63 94
Prosentase (%) 33% 67% 100%
Tabel 4.7 menunjukkan responden dengan paritas yang berisiko terhadap kematian perinatal sebanyak 31 responden (33%), sedangkan responden dengan paritas yang tidak berisiko sebanyak 63 responden (67%). 4.2.1.5 Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran Jarak antar kelahiran anak terakhir dengan anak sebelumnya dibagi menjadi dua yaitu jarak kelahiran yang berisiko (<2 tahun) dan kelahiran yang tidak berisiko (≥2 tahun). Distribusi jarak antar kelahiran dengan kejadian kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran No. 1. 2.
Jarak Antar Kelahiran Berisiko Tidak berisiko Total
Frekuensi 12 82 94
Prosentase (%) 13% 87% 100%
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden yang melahirkan dengan jarak antar kelahiran yang berisiko sebanyak 12 responden (13%), sedangkan responden
53
yang melahirkan dengan jarak antar kelahiran yang tidak berisiko sebanyak 82 responden (87%). 4.2.1.6 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan Penolong persalinan pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori yaitu
bukan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan. Distribusi
penolong
persalinan pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan No. 1. 2.
Penolong Persalinan Bukan tenaga kesehatan Tenaga kesehatan Total
Frekuensi 8 86 94
Prosentase (%) 9% 91% 100%
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang penolong persalinannya bukan tenaga kesehatan sebanyak 8 responden (9%), sedangkan responden yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 86 responden (91%). Penolong persalinan bukan tenaga kesehatan terdiri dari dukun bayi dan bersalin sendiri. Sedangkan yang berasal dari tenaga kesehatan terdiri dari bidan dan dokter spesialis obstetri. 4.2.1.7 Distribusi Responden menurut BBLR Berat badan lahir pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori, yaitu BBLR (BBL ≤2.500 gram) dan tidak BBLR (BBL >2.500 gram). Distribusi BBLR pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut: Tabel 4.10 Distribusi Responden menurut BBLR No. 1. 2.
BBLR BBLR Tidak BBLR Total
Frekuensi 23 71 94
Prosentase (%) 24% 76% 100%
54
Tabel 4.10 menunjukkan bayi yang lahir dengan BBLR sebanyak 23 responden (24%), sedangkan bayi yang lahir tidak dengan BBLR sebanyak 71 responden (76%). 4.2.1.8 Distribusi Responden menurut Asfiksia Asfiksia pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori, yaitu bayi yang mengalami asfiksia dan bayi yang tidak mengalami asfiksia. Distribusi BBLR pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut: Tabel 4.11 Distribusi Responden menurut Asfiksia No. 1. 2.
Asfiksia Asfiksia Tidak asfiksia Total
Frekuensi 10 84 94
Prosentase (%) 11% 89% 100%
Tabel 4.11 menunjukkan bayi yang mangalami asfiksia sebanyak 10 responden (11%), sedangkan bayi yang tidak asfiksia sebanyak 84 responden (84%). 4.2.1.9 Distribusi Responden menurut Kelainan Kongenital Kelaian kongenital pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori, yaitu bayi yang mengalami kelainan kongenital dan bayi yang tidak mengalami kelainan kongenital. Distribusi kelainan pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut: Tabel 4.12 Distribusi Responden menurut Kelainan Kongenital No. 1. 2.
Kelainan Kongenital Mengalami kelainan kongenital Tidak mengalami kelainan kongenital Total
Frekuensi 8 86 94
Prosentase (%) 9% 91% 100%
55
Tabel 4.12 menunjukkan bayi yang mengalami kelainan kongenital sebanyak 8 responden (9%), sedangkan bayi yang tidak mengalami kelainan kongenital sebanyak 86 responden (91%).
4.2.2
Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan rumus chi-square,
dimana uji tersebut digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. 4.2.2.1 Hubungan Antara Umur Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.13 Tabulasi Silang Hubungan Antara Umur Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Kasus Kontrol Total P OR Umur Ibu N % N % N % <20 th atau 16 34,0% 13 27,7% 29 30,9% 0,503 1,350 >35 th 20 – 35 tahun 31 66,0% 34 72,3% 65 69,1% Total 47 100,0% 47 100,0% 94 100,0%
Berdasarkan tabel di atas, prosentase pada kelompok kasus yang melahirkan pada umur risiko tinggi sebesar 34,0%, sedangkan kelompok kontrol yaitu 27,7%. Prosentase pada kelompok kasus yang melahirkan pada umur risiko rendah sebesar 66,0%, sedangkan prosentase pada kelompok kontrol 72,3%. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan p value= 0,503 (>0,05), yang artinya tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
56
4.2.2.2 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.14 Tabulasi Silang Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Kasus Kontrol Total P OR Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Total
N 19 28 47
% 40,4% 59,6% 100,0%
N 7 40 47
% 14,9% 85,1% 100,0%
N 26 68 94
% 27,7% 72,3% 100,0%
0,006
3,878
Berdasarkan tabel di atas, prosentase pada kelompok kasus yang berpendidikan rendah sebesar 40,4%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 14,9%. Dan prosentase pada kelompok kasus yang berpendidikan tinggi sebesar 59,6%, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan prosentase pada kelompok kontrol yaitu 85,1%. Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan p value= 0,006 (<0,05), sehingga dengan demikian ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. Nilai odd ratio (OR) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 3,878, yang berarti bahwa responden yang berpendidikan rendah mempunyai risiko 3,878 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi.
57
4.2.2.3 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.15 Tabulasi Silang Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Kasus Kontrol Total P OR Pengetahuan Ibu Rendah Tinggi Total
N 30 17 47
% 63,8% 36,2% 100,0%
N 18 29 47
% 38,3% 61,7% 100,0%
N 48 46 94
% 51,1% 48,9% 100,0%
0,013
2,843
Berdasarkan tabel di atas, prosentase pada kelompok kasus untuk ibu yang berpengetahuan rendah sebesar 63,8%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan prosentase kelompok kontrol (38,3%). Prosentase kasus untuk ibu yang berpengetahuan tinggi sebesar 36,2%, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (61,7%). Hasil uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p= 0,013 (<0,05), yang artinya ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian kematian perinatal. Nilai OR= 2,843, yang berarti bahwa responden yang berpengetahuan rendah mempunyai risiko 2,843 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan ibu yang berpengetahuan tinggi. 4.2.2.4 Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.16 Tabulasi Silang Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Kasus Kontrol Total P OR Paritas N % N % N % Berisiko 21 44,7% 10 21,3% 31 33,0% 0,016 2,988 Tidak 26 55,3% 37 78,7% 63 67,0% berisisko Total 47 100,0% 47 100,0% 94 100,0%
58
Berdasarkan tabel di atas, prosentase pada kelompok kasus untuk ibu dengan paritas yang berisiko sebesar 44,7%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan prosentase kelompok kontrol (21,3%). Sedangkan prosentase kasus untuk ibu dengan paritas yang tidak berisiko sebesar 55,3%, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu ibu dengan paritas yang tidak berisiko (78,7%). Hasil statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p= 0,016 (<0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara paritas berisiko dengan kejadian kematian perinatal. Nilai OR= 2,988, berarti responden dengan paritas berisiko (1 atau ≥5) mempunyai risiko 2,988 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan ibu yang berparitas 2-4. 4.2.2.5 Hubungan Antara Jarak Antar Kelahiran dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.17 Tabulasi Silang Hubungan Antara Jarak Antar Kelahiran dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Jarak Antar Kelahiran Berisiko Tidak berisiko Total
Kasus N 9 38 47
% 19,1% 80,9% 100,0%
Kontrol N 3 44 47
% 6,4% 93,6% 100,0%
Total N 12 82 94
% 12,8% 87,2% 100,0%
P
OR
0,064
3,474
Berdasarkan tabel di atas, prosentase pada kelompok kasus yang berisiko (>2 tahun) sebesar 19,1%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (6,4%). Prosentase kelompok kasus dengan jarak kelahiran tidak berisisko (≥2 tahun) sebesar 80,9%, nilai tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol (93,6%). Hasil statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p= 0,064 (>0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak antar kelahiran dengan kejadian kematian perinatal.
59
4.2.2.6 Hubungan Antara Penolong Persalinan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.18 Tabulasi Silang Hubungan Antara Penolong Persalinan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Penolong Persalinan Bukan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Total
Kasus
Kontrol
Total
N 7
% 14,9%
N 1
% 2,1%
N 8
% 8,5%
40
85,1%
46
97,9%
86
91,5%
47
100,0%
47
100,0%
94
100,0%
P
OR
0,065
8,050
Berdasarkan tabel di atas, prosentase pada kelompok kasus pada ibu yang penolong persalinannya bukan tenaga kesehatan sebesar 14,9%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan prosentase kelompok kontrol (2,1%). Prosentase kasus pada ibu yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 85,1%, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (97,9%). Hasil statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p= 0,065 (>0,05), yang artinya tidak ada hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian kematian perinatal. 4.2.2.7 Hubungan Antara BBLR dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.19 Tabulasi Silang Hubungan Antara BBLR dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Kasus BBLR BBLR Tidak BBLR Total
N 16 31 47
% 42,6% 57,4% 100,0%
Kontrol N 3 44 47
% 6,4% 93,6% 100,0%
Total N 19 75 94
% 24,5% 75,5% 100,0%
P
OR
0,001 10,864
60
Berdasarkan tebel di atas, prosentase kasus bayi dengan BBLR sebesar 42,6%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (6,4%). Prosentase kasus yang tidak BBLR sebesar 57,4%, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (93,6%). Hasil statistik dapat diketahui bahwa nilai p= 0,001 (<0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal. Nilai OR= 10,864, berarti BBLR mempunyai risiko 10,864 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan dengan yang tidak BBLR. 4.2.2.8 Hubungan Antara Asfiksia dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.20 Tabulasi Silang Hubungan Antara Asfiksia dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Kasus Kontrol Total P OR Asfiksia N % N % N % Asfiksia 10 21,3% 0 0,0% 10 10,6% 0,001 2,270 Tidak Asfiksia 37 78,7% 47 100,0% 84 89,4% Total 47 100,0% 47 100,0% 94 100,0%
Berdasarkan tabel di atas, prosentase kasus bayi dengan asfiksia sebesar 21,3%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (0,0%). Sedangkan prosentase kasus bayi yang tidak dengan asfiksia sebesar 78,7%, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kontrol bayi yang tidak asfiksia (100,0%). Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p= 0,001 (<0,05) maka dapat dikatakan ada hubungan yang bermakna antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal. Nilai OR= 2,270, berarti bayi dengan asfiksia 2,270 kali lebih berisiko dibandingkan dengan bayi tidak dengan asfiksia.
61
4.2.2.9 Hubungan Antara Kelainan Kongenital dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.21 Tabulasi Silang Hubungan Antara Kelainan Kongenital dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Kasus Kontrol Total P OR Kelainan Kongenital Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Total
N 8
% 17,0%
N 0
% 0,0%
N 8
% 8,5%
39
83,0%
47
100,0%
86
91,5%
47
100,0%
47
100,0%
94
100,0%
0,006 2,205
Berdasarkan tabel di atas, prosentase kasus bayi dengan
kelainan
kongenital sebesar 17,0%, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (0,0%). Prosentase kasus yang tidak mengalami kelainan kongenital sebesar 83,0%, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yang tidak kelainan kongenital (100,0%). Dari uji chi-square dapat diketahui bahwa nilai p= 0,006 (<0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara kelainan kongenital dengan kematian perinatal. Hasil nilai OR= 2,205, berarti bayi yang mengalami kelainan kongenital mempunyai risiko 2,205 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan dengan bayi yang tidak mengalami kelainan kongenital.
62
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Pembahasan
5.1.1
Hubungan antara Umur Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal Berdasarkan hasil penelitian dari 47 kasus diketahui bahwa responden
dengan umur <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 16 responden (34,0%), sedangkan pada kontrol terdapat 13 responden (27,7%) yang melahirkan pada umur 20 – 35 tahun. Dari analisis bivariat menunjukkan nilai p value= 0,503 (>0,005), yang artinya tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. Walaupun hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kematian perinatal, tetapi umur ibu harus tetap diperhatikan, karena berdasarkan teori dari Herbert Hutabarat dalam Manuaba (1998), faktor kehamilan risiko tinggi ibu berdasarkan aplikasi obstetri adalah umur ibu yang kurang 19 tahun atau di atas 35 tahun. Umur ibu yang tidak berhubungan dengan kematian perinatal mungkin disebabkan karena ibu yang hamil pada umur <20 tahun atau >35 tahun rutin memeriksakan kehamilannya di sarana kesehatan dan rajin mencari informasi, baik berkonsultasi kepada bidan desa maupun membaca buku tentang kehamilan, sehingga risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal antara umur <20 tahun atau >35 tahun dengan kelompok umur 20 – 35 tahun sama.
62
63
Wanita yang melahirkan anak pada usia <20 tahun dan >35 tahun rentan terhadap perdarahan paska persalinan dan menimbulkan bahaya bagi ibu dan bayi yang dapat menyebabkan kematian perinatal. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian dr. Henri L, dalam kenyataan masih banyak terjadi perkawinan, kehamilan, dan persalinan di luar kurun waktu reproduksi sehat, terutama pada usia muda. Risiko kematian perinatal pada kelompok umur di bawah 20 tahun dan pada kelopok umur di atas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat (20-34 tahun) (Rustam Muchtar, 1998:192). 5.1.2
Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 47 responden,
proporsi ibu yang berpendidikan rendah pada kelompok kasus sebanyak 19 orang (73,1%), sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 7 orang (26,9%) yang berpendidikan tinggi. Hasil analisis bivariat dapat diketahui bahwa nilai p= 0,006 (<0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian kematian perinatal. Nilai OR= 3,878, yang berarti responden yang berpendidikan rendah mempunyai risiko 3,878 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. Berbagai
hasil
penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara
pendidikan ibu dengan kematian bayi. Ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai tingkat kematian bayi rendah dan sebaliknya ibu yang berpendidikan rendah mempunyai tingkat kematian bayi tinggi. Upaya deteksi yang rendah disebabkan karena tingkat pendidikan rendah (Notoadmodjo, 2003).
64
Tingkat pendidikan ibu akan banyak berpengaruh pada pemahaman dan kesadaran ibu hamil akan pentingnya arti kesehatan secara umum ataupun pada saat kehamilan dan persalinan. Penelitian serupa yang menyatakan terdapat hubungan antara pendidikan dengan kematian perinatal dilaksanakan oleh Ambarwati (2006), bahwa hampir seluruh responden sebagian besar kasus berpendidikan rendah sebanyak 25 (92%) dan kontrol sebesar 22 (81,4%) (Ambarwati, 2006: 53). Banyaknya responden dengan tingkat pendidikan dasar disebabkan karena dulu di daerah penelitian ini tidak semaju sekarang. Orang cenderung tidak memperdulikan pendidikan. Bila ibu dengan pendidikan rendah dan kemauan belajar juga sangat kurang, maka proses pengubahan sikap dan perilaku sesorang atau sekelompok orang untuk berusaha mencari informasi tentang bahaya-bahaya yang mungkin timbul pada bayi yang berada dikandungannya dan dirinya akan sulit. Sehingga pada ibu yang berpendidikan rendah lebih cenderung untuk terjadi kematian, terutama ibu hamil yang mengalami komplikasi, walaupun ibu dengan pendidikan lanjut juga berkemungkinan akan terjadi kematian. 5.1.3
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 47 responden
proporsi ibu yang berpengetahuan rendah pada kelompok kasus sebanyak 30 orang (62,5%), sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 18 orang (37,5%) yang berpengetahuan tinggi. Hasil analisis bivariat dapat diketahui bahwa nilai p= 0,013 (<0,005), yang artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
65
kejadian kematian perinatal. Nilai OR= 2,843, ini berarti responden yang berpengetahuan rendah mempunyai risiko 2,843 lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan ibu yang berpengetahuan tinggi. Hasil penelitian di atas sesuai dengan pernyataan Gastelazo Ayala dan J.S Lasinsky dalam Manuaba (1998), bahwa pendidikan dan sosial ekonomi merupakan faktor risiko tinggi, kedua faktor ini menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan mempengaruhi cara pemilihan tempat dan penolong persalinan sehingga dapat menimbulkan risiko saat persalinan atau saat hamil (Manuaba, 1998: 34). 5.1.4
Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Kematian Perinatal Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proporsi responden
berparitas 1 atau ≥5 pada kelompok kasus sebanyak 21 orang (67,7%). Dan responden yang berparitas 2 - 4
pada kelompok kontrol sebanyak 10 orang
(32,3%). Hasil statistik bivariat dapat diketahui bahwa nilai p= 0,016 (<0,05), maka secara statistik dapat dikatakan ada hubungan yang bermakna antara paritas 1 atau ≥5 dengan kejadian kematian perinatal. Hasil nilai OR= 2,988, berarti responden yang berparitas 1 atau ≥5 mempunyai risiko 2,988 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan ibu yang berparitas 2 - 4. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seorang ibu yang baru pertama kali melahirkan ataupun sering melahirkan mempunyai risiko mengalami kematian perinatal pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Jumlah paritas 1 atau ≥ 5 sangat berisiko terhadap kematian
66
perinatal karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan bayi yang dikandungnya (Ridwan Amiruddin, 2004). Teori serupa juga dinyatakan oleh Herbert Hutabarat yang membagi faktor kehamilan risiko tinggi berdasarkan paritas yaitu dengan primigravida tua primer atau sekunder dan grandemultipara (Manuaba.1998: 34). Paritas 1 dan umur muda berisiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental, sedangkan paritas di atas 4 dan umur tua, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan (Soemantri dkk, 2004: 43). 5.1.5
Hubungan Antara Jarak Antar Kelahiran dengan Kejadian Kematian Perinatal Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jarak antar kelahiran
<2 tahun pada kelompok kasus sebanyak 9 orang (19,1%), sedangkan jarak antar kelahiran ≥2 tahun pada kelompok kontrol sebanyak 3 orang (6,4%). Hasil statistik bivariat dapat diketahui bahwa nilai p= 0,064 (>0,05), maka secara statistik dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak antar kelahiran dengan kejadian kematian perinatal. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan faktor risiko yang tercantum dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yaitu salah satu penyebab terjadinya kematian perinatal adalah jarak antar kehamilan terakhir kurang dari 2 tahun (Manuaba, 1998: 40).
67
Jarak antar kelaihiran tidak berhubungan dengan kejadian kematian perinatal kemungkinan disebabkan karena ibu hamil dengan jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun rajin memeriksakan kehamilan ke sarana kesehatan dan senantiasa menjaga kesehatan diri dan bayi yang dikandungnya, karena setiap kehamilan membawa risiko kesehatan yang potensial bagi ibu walaupun ibu tersebut terlihat sehat. 5.1.6
Hubungan Antara Penolong Persalinan dengan Kejadian Kematian Perinatal Dalam meningkatkan cakupan persalinan bersih dan aman, maka
persalinan oleh tenaga kesehatan perlu ditingkatkan. Dengan demikian persalinan 3 bersih” dapat lebih terjamin dan bila terjadi komplikasi persalinan dapat segera dilakukan penanganan atau pertolongan pertama oleh bidan sebelum dirujuk ke rumah sakit (Depkes RI, 1997: 2). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proporsi responden pada kasus yang persalinannya tidak ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 7 responden (14,9%), sedangkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan pada kelompok kontrol sebanyak 1 responden (2,1%). Hasil statistik bivariat dapat diketahui bahwa nilai p= 0,065 (>0,05), yang berarti tidak ada hubungan yang antara penolong persalinan dengan kejadian kematian perinatal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Luluul Badriyah tahun 2008 dengan nilai p sebesar 0,756 (p= >0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara jarak antar kelahiran dengan kematian perinatal.
68
Hasil penelitian ini tidak sesuai oleh teori yang dinyatakan oleh Manuaba (1998), yang menyatakan bahwa pertolongan oleh dukun menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal (Manuaba, 1998: 19). Tidak ada hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian kematian perinatal mungkin dikarenakan hampir semua ibu hamil di wilayah Kabupaten Batang sudah mendapatkan program dari Dinas Kesehatan Kabupaten yang berupa poster P4K (Poster Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) yang diantaranya berisi tentang siapa yang akan menolong persalinan pada saat ibu melahirkan dan anjuran persalinan yang aman, sehingga ibu hamil terdorong untuk ditolong tenaga kesehatan pada proses peralinannaya. Masih terdapat ibu yang persalinannya ditolong bukan tenaga kesehatan disebabkan karena adanya kelahiran yang tidak sesuai dengan perkiraan (mengalami keguguran), sehingga mengalami keterlambatan untuk mendatangi atau memanggil tenaga kesehatan. Penolong persalinan membutuhkan keterampilan khusus dalam pelayanan obstetri. Persalinan akan berlangsung aman dan lancar bila dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional. Persalian yang ditolong atau didampingi oleh tenaga kesehatan dianggap memenuhi persyaratan sterilisasi dan aman, karena bila ibu mengalami komplikasi persalinan, maka penanganan atau pertolongan pertama pada rujukan dapat segera dilakukan (Depkes RI,1997:12). 5.1.7
Hubungan Antara BBLR dengan Kejadian Kematian Perinatal Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa BBLR kelompok
kasus sebesar 16 responden (34,0%). Dan pada kontrol yang tidak BBLR
69
sebanyak 3 responden (6,4%). Hasil statistik bivariat dapat diketahui bahwa nilai p= 0,001 (<0,05), maka secara statistik dapat dikatakan ada hubungan yang bermakna antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal. Hasil nilai OR= 7,570, berarti bayi dengan BBLR mempunyai risiko 7,570 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkkan bayi yang tidak BBLR. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Ida Bagus Gde Manuaba dan J.S. Lesinski bahwa faktor yang berisiko terjadinya kematian perinatal pada riwayat persalinan salah satunya adalah persalinan dengan berat bayi lahir rendah (Manuaba, 1998: 35). Perawatan BBLR sangat perlu dan memerlukan kecermatan karena bayi yang baru lahir masih sangat rentan sekali akan timbulnnya suatu penyakit yang dapat menyebabkan pertumbuhannya terganggu bahkan hingga fatal (meninggal). Bayi dengan BBLR juga sering terjadi hipotermi, karena penyesuaian suhu tubuh dengan lingkungan belum stabil. Dari hasil penelitian di beberapa negara sudah ditemukan jalan untuk keselamatan BBLR untuk kasus hipotermi yaitu dengan metode kangguru. Metode ini sangat bermanfaat sekali untuk kehidupan dan keselamatan bayi dengan berat lahir rendah. Faktor-faktor yang meyebabkan terjadinya berat badan lahir rendah menurut Manuaba (1998), adalah gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerja yang terlalu berat, hamil ganda, komplikasi hamil, cacat bawaan, dan infeksi dalam rahim (Manuaba,1998: 308).
70
5.1.8
Hubungan Antara Asfiksia dengan Kejadian Kematian Perinatal Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa asfiksia pada
kelompok kasus 10 responden (21,3%), sedangkan bayi yang tidak asfiksia pada kelompok kontrol yaitu 0 responden (0%). Hasil statistik bivariat dapat diketahui bahwa nilai p= 0,001 (<0,05), maka dapat dikatakan ada hubungan antara asfiksaia dengan kejadian kematian perinatal. Hasil nilai OR= 2,270, berarti bayi dengan asfiksia mempunyai risiko 2,270 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang tidak asfiksia. Penelitian tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Abdul Bari Saifuddin, bahwa dari 7,7 juta kematian bayi setiap tahun lebih dari separuh terjadi pada waktu perinatal atau usia di bawah satu bulan. Tiga perempat dari kematian ini terjadi pada minggu pertama kehidupan. Lebih jauh untuk setiap bayi baru lahir meninggal, terjadi pula satu lahir mati. Salah satu penyebab kematian adalah asfiksia (Abdul Bari Saifuddin, 2008: 58). 5.1.9
Hubungan Antara Kelainan Kongenital dengan Kejadian Kematian Perinatal Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proporsi bayi yang
mengalami kelainan kongenital pada kelompok kasus sebesar 8 responden (17,0%), sedangkan proporsi bayi yang tidak mengalami kelainan kongenital pada kelompok kontrol yaitu sebesar 0 (0%). Hasil statistik bivariat dapat diketahui bahwa nilai p= 0,006 (<0,05), maka dapat dikatakan ada hubungan antara bayi yang mengalami kelainan kongenital dengan kejadian kematian perinatal. Hasil nilai OR= 2,205, berarti bayi yang mengalami kelainan kongenital mempunyai
71
risiko 2,205 kali lebih tinggi untuk terjadi kematian perinatal dibandingkan dengan bayi yang tidak mengalami kematian perinatal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Abdul Bari Saifuddin yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab kematian perinatal adalah kelainan kongenital atau kelainan bawaan (Abdul Bari Saifuddin, 2008: 58).
5.2
Hambatan dalam Penelitian Penelitian yang telah dilaksanakan tentunya tidak terlepas dari hambatan
dan kelemahan penelitian. Adapun hambatan dalam penelitian ini adalah: 1.
Peneliti kesulitan dalam menjangkau daerah yang lingkungan fisiknya menanjak dan berbatu, namun kesulitan tersebut dapat teratasi karena peneliti menggunakan sepeda motor dalam menjangkau daerah-daerah tersebut.
2.
Peneliti kesulitan dalam mencari alamat responden karena alamat yang didapat kurang lengkap, namun kesulitan tersebut dapat teratasi karena dalam pencarian alamat peneliti dibantu oleh perangkat desa setempat.
Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah: 1.
Metode penelitian menggunakan kasus kontrol, yaitu merupakan penelitian yang mengumpulkan data retrospektif (penelusuran kebelakang), dimana responden harus mengingat-ingat jawaban yang akan diberikan, contohnya data tentang berapa kali ibu memeriksakan kandungan pada saat hamil, apakah pada saat dilahirkan bayi mengalami gangguan pernafasan, dan lain-
72
lain. Cara mengatasinya yaitu dengan metode kuesioner untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan dengan cara membantu responden untuk sedikit-demi sedikit mengingat kejadian tersebut dengan memberikan pertanyaan pendukung yang mudah dipahami responden. 2.
Pertanyaan tentang pengetahuan seharusnya diukur pada saat responden hamil atau setelah melahirkan, sedangkan pada penelitian ini pengetahuan diukur pada saat penelitian, padahal rentang waktu antara hamil atau melahirkan dengan waktu penelitian cukup lama. Hal ini menyebabkan bias akibat pengukuran yang kurang sensitif (Sudigdo, 1995: 261).
73
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis faktor ibu dan bayi yang
berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010 (p value= 0,006; OR= 3,878). 2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010 (p value= 0,013; OR= 2,843). 3. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010 (p value= 0,016; OR= 2,988). 4. Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010 (p value= 0,001; OR= 10,864). 5. Ada hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010 (p value= 0,001; OR= 2,270 ). 6. Ada hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010 (p value= 0,006; OR= 2,205). 7. Tidak ada hubungan antara umur ibu, jarak antar kelahiran, dan penolong persalinan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.
73
74
6.2
Saran Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat
diberikan antara lain: 1.
Kepada Dinas Kesehatan Petugas
kesehatan
diharapkan
melakukan
pemantauan
dan
pengawasan terhadap ibu-ibu hamil, khususnya ibu hamil dengan risiko tinggi dan penanganan komplikasi kehamilan sesegera mungkin. 2.
Kepada Masyarakat Ibu hamil diharapkan aktif memeriksakan kehamilan pada pelayanan kesehatan yang tersedia, sehingga faktor risiko kematian perinatal dapat deketahui secara dini.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Melakukan penelitian faktor-faktor selain faktor ibu dan faktor bayi yang dapat mempengaruhi kematian perinatal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin, dkk. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi Pertama Cetakan Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Agus Irianto. 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Prenada Media. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ambarwati. 2006. Hubungan Antara Karakteristik Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga Tahun 2006. Purwokerto: UNSUD. Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia. Dinas Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Batang-Propinsi Jawa Tengah. Profil Puskesmas Bawang Tahun 2009. Batang: DINKES. Dinas Kesehatan Pemerintah Povinsi Jawa Tengah. 2007. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2008. Semarang: DINKES. Eko Budiarto. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. FKM UNDIP. 2010. Pusat Data Jurnal Dan Skripsi. http://www.fkmundip.ac.id/ (18 Maret 2010). Hanifa Wiknjosastro. 1999. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. --------------------------. 2006. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Kedelapan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. --------------------------. 2007. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Kesembilan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. --------------------------. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo.
76
77
Ida Bagus Gde Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. IKM UNNES. 2007. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Luluul Badriyah. 2008. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kematian Bayi (0-1 tahun) di Kabupaten Banyumas. Skripsi: Universitas Jenderal Soederman. Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (JNPK-KR/POGI) dan JHPIEGO Corporation. 2007. Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Persalinan. Jakarta: JNPK-KR/POGI dan JHPIEGO Corporation. Notoatmodjo, S . 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. --------------------. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. PGI, IDAI, PERINASIA, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rustam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1. Jakarta: EGC. -----------------------. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri Sosial Jilid 2. Jakarta: EGC. Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismail, S. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. Suparjono. 2003. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kematian Perinatal Di Kabupaten Kulon Progo. Semarang: Universitas Diponegoro. Sopiyudin Dahlan. 2004. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT. ARKANS. Widya, HC dan Dina, N. 2008. Biostatistika Inferensial. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Zubaidah. 2005. Hubungan Karakteristik Ibu dan Bayi terhadap Kejadian Kematian Perinatal di Puskesmas Karangwelas Kabupaten Banyumas Maret 2005. Skripsi: Universitas Diponegoro.
76
Lampiran 5
86
DAFTAR KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN BATANG TAHUN 2010 Tanggal Pengisian: No. kuesioner : STATUS RESPONDEN
: KASUS/ KONTROL * (coret salah satu)
Petunjuk : a. Isi jawaban responden pada kolom-kolom yang tersedia dengan kodekode yang sesuai. b. Isi garis titik-titik sesuai jawaban responden. c. Selamat mengisi dan terimakasih.
A. DATA KELUARGA 1. Nama Ibu
:……………….
2. Alamat
:……………….
B. UMUR IBU 1. Berapakah umur ibu pada waktu melahirkan pada tahun 2009? .......tahun 2. Kriteria 1) < 20 tahun dan >35 tahun 2) Antara 20 s.d 35 tahun C. PENDIDIKAN IBU 1. Pendidikan yang ditamatkan ibu : 1) Akademi / PT 2) Tamat SLTA 3) Tamat SLTP
Lanjutan lampiran 5
87
4) Tamat SD 5) Tidak Sekolah 2. Kriteria 1) Pendidikan rendah (<SLTP) 2) Pendidikan tinggi (≥SLTP)
D. PENGETAHUAN IBU (Pertanyaan) 5 T merupakan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) atau pemeriksaan kehamilan yang terdiri dari: No.
Jenis Pemeriksaan
Pilihan
1.
Penimbangan berat badan
a. Tidak b. Tidak
2.
Imunisasi TT
a. Tidak b. Tidak
3.
Pemberian tablet Fe
a. Tidak b. Tidak
4.
Tekanan darah
a. Tidak b. Tidak
5.
Tinggi fundus
a. Tidak b. Tidak
Jawaban
6. Menurut Departemen Kesehatan RI, setiap ibu hamil sedikitnya harus memeriksakan kehamilan minimal: a. 2 – 3 kali b. 4 kali 7. Usia ibu hamil yang baik untuk masa kehamilan dan persalinan yaitu: a. 15 – 30 tahun b. 20 – 35 tahun 8. Jarak antar kelahiran anak pertama dengan selanjutnya yang baik sesuai kesehatan yaitu: a. ≤ 1 tahun b. ≥2 tahun
Lanjutan lampiran 5
88
9. Berat badan lahir bayi yang tidak termasuk risiko tinggi adalah: a. BBL ≤ 2.500 gram b. BBL > 2.500 - ≤ 4.000 gram 10. Zat gizi apakah yang penting untuk ibu hamil untuk mencegah anemia pada kehamilannya? a. Vitamin b. Besi
E. PARITAS 1. Berapa jumlah persalinan ibu sebelum tahun 2009?..... 2. Apakah ibu pernah mengalami keguguran? 1) Ya
2) Tidak
3. Kesimpulan paritas setelah ditambah persalinan terakhir: 1) Paritas 1 atau ≥ 5 2) Paritas 2 – 4
F. JARAK KELAHIRAN 1. Berapa bulan jarak antara kelahiran tahun 2009 dengan kelahiran sebelumnya? 1) < 24 bulan 2) ≥ 24 bulan
G. PENOLONG PERSALINAN 1. Pada saat ibu bersalin, siapa yang melakukan pertolongan persalinan : 1) Petugas kesehatan (dokter, bidan atau perawat *) salah satu 2) Dukun bayi 3) Lainnya…………….
.
*lingkari
Lanjutan lampiran 5
89
2. Kesimpulan Penolong Persalinan : 1) Bukan tenaga kesehatan 2) Tenaga kesehatan
H. ASFIKSIA 1. Apakah pada saat lahir bayi ibu mengalami gangguan pernafasan? 1) Ya
2) Tidak
2. Kesimpulan asfiksia: 1) Asfiksia
2) Tidak asfiksia
I. BBLR 1. Berapakah berat badan bayi ibu saat dilahirkan?......... 2. Kesimpulan BBLR: 1) BBLR
2) Tidak BBLR
J. KELAINAN KONGENITAL 1. Apakah pada saat lahir bayi ibu mengalami kelainan fisik? 1) Ya
2) Tidak
2. Kesimpulan kelainan kongenital: 1) Kelainan kongenital 2) Tidak mengalami kelainan kongenital 3) K. KEJADIAN KEMATIAN PERINATAL 1. Apakah bayi yang ibu lahirkan pada tahun 2009 dapat melewati umur 7 hari setelah lahir? 1) Ya (pertanyaan selesai) 2) Tidak 2. Berapa umur bayi pada saat meninggal?..........hari. 3. Apakah penyebab bayi meninggal?.........................
Lampiran 7
DAFTAR RESPONDEN PENELITIAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Nama Responden Nuraeni Fatonah Casmonah Sartinah Tarwiyah Pariyah Nur Khotin Suanah Mupeni Rahayu Sulastri Sri Eriyanti Wastiah Khodrujah Turyatinah Nuryanti Senirah Tjarumi Nadhiroh Sriyati Kusniawati Nur Halimah Sa'diyah Pardinah Julaetin Casmiati Mayaeroh Nuraeni Sri Adwiningrum Ririn Hartono Putri Eka Widiawati Yuliana Lisiana Nur Khasanah Musiam
Alamat Dk. Sukomangli, Kec. Reban Dk. Adiloyo, Ds. Tambakboyo Dk. Wonosari Kidul, Ds. Wonosobo Pringombo Rt 01/ Rw 05 Ngadirjo Dk. Adinuso, Desa Adinuso Dk. Sidomulyo, Desa Adinuso Desa Brayo, Wonotunggal Desa Sodong, Wonotunggal Desa Brayo, Wonotunggal Reban Rt 15 / Rw 01 Reban Rt 15 / Rw 01 Desa Kreyo, Kec. Wonotunggal Wonobodro, Blado Dk. Cokro, Kec. Blado Banaran, Selopajang Barat Desa Bawang, Kec. Blado Kepokoh, Kec. Blado Dk. Wales, Wonobodro Dk. Sidomulyo Ds. Deles, Bawang Dk. Sigemplong Ds. Pranten Desa Bawang Bawang Rt 26 Dracik Rt 03 / Rw III Ketandan Rt 04/ Rw I Katibayan Rt 01 Rw II Pecarikan Rt 03/ Rw III Dracik Rt 03/ Rw II Katibayan Rt 02/ Rw II Dk. Pejangkaran Rt 03/ Rw IV, Batang Klidang Lor Rt 04/ Rw 01 Ngaraan Rt 03/ Rw II Karangasem Utara Bangun Sari Timur Rt 02/ Rw VI Klidang Lor, Batang Karangasem Selatan
35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.
Sri Andiyati Tuyaemah Maria Ulfa Sri Munah Jumanah Munasri Musyarofah Simtiyah Winaningsih Musdalifah Maemunah Juariyah Mupintiyah Lesmiati Suemi Kartini Solekha Indah. R Rini Pujianti Waryuti RiskiYuniarsih Nurul Lanah Suanah Eka Noviantini Sumiati Ria Susanto Yuliana Hervina Nur Atiyah Rohayatun Dami'sri Siti Khotijah Uswatun Rohanah Imronah Saripah Sunu Wahyuningsih Rianah Mawarti Nasiroh Tuminah
Karangasem Utara Desa Pejambon Ds. Timbang Banyuputih Klidang Wetan Rt02/ Rw 02 Lokojoyo, Banyuputih Petamanan, Banyuputih Banyuputih Rt 01/ Rw 01 Desa Sukorejo Desa Tembok Rt 03/ Rw 01 Desa Donorejo Rt 03/ Rw 03 Desa Sukorejo Rt 02/ Rw 01, Bandungan Ds. Pungangan Rt 01/ Rw 04, Mojo Desa Sukorejo Rt 03/ Rw I, Bandungan Desa Wates, Kec. Wonotunggal Desa Wates, Kec. Wonotunggal Reban Rt 15 / Rw 01 Reban Tr 15 / Rw 01 Semampir Rt 05 Rw 02 Ds. Plolok Padomasan, Reban Semampir Rt 05/ Rw 02 Reban Wirosari II Rt 01/ Rw 08 Sambong Wirosari II Rt 01/ Rw 08 Sambong Wonosari Kidul Rt 4/ Rw 4 Ds. Luwung Banyuputih Dukuh Sikebo Ds. Dlimas Klidang Lor Rt 04/ Rw 01 Klidang Lor Rt 04 / Rw 01 Klidang Lor Rt 04 / Rw 01 Dk. Brajan, Kalisalak Klidang Lor Rt 04/ Rw 01 Klidang Lor Rt 04/ Rw 01 Desa Sempu, Kec. Limpung Limpung Rt 03/ Rw 02 Dk. Brajan, Kalisalak Desa Sempu, Kec. Limpung Gepor Rt 03/ Rw 03 Dk. Karanganyar, Donorejo Dk. Karanganyar, Donorejo Desa Rowosari, Pungangan Desa Rowosari, Pungangan
76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.
Heni Setyowati Puji Laksmono Werdiningsih Sri Hartati Deni Agustina Jariyati Yuli Rahayu Rasminten Surati Sutarni Fitrisani Eviyanti Nurhayati Damariyah Wasmundita Dwi Lestari Atik Karmila Dariyah Kunzainati
Klidang Lor Rt 03 / Rw II Klidang Lor Rt 03/ Rw II Dk. Sojomerto, Kec. Limpung Dk. Sojomerto, Kec. Limpung Tamanan, Kec. Banyuputih Desa Dlimas Desa Dlimas Karangasem Utara Ds. Bawang, Kec. Blado Kedungmalang, Wonotunggal Gepor Rt 02/ Rw III Gepor Rt 02/ Rw III Gringsingsari Rt 08, Wonotunggal Gringsingsari Rt 08, Wonotunggal Klidang Lor Rt 01/ Rw III Wirosari Rt 03/ Rw 02 Banaran Rt 01/ Rw III, Selopajang Sd. Wales Rt 01/ Rw 05 Pekuncen Rt 04/ Rw III
Lampiran 8
DATA MENTAH HASIL PENELITIAN
No. (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Rspn (2) R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08
Umur Pendidikan Pngthn Ibu Ibu Ibu (3) (4) (5)
Paritas (6)
Jrk.Antr. Klhrn (7)
Penolong Persalinan (8)
Asfiksia (9) Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
37 th
< SLTP
Rendah
1 atau ≥5
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
18 th
< SLTP
Rendah
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
30 th
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
19 th
< SLTP
Rendah
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
26 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
29 th
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
Asfiksia Tidak Asfiksia
40 th 24 th
≥ SLTP ≥ SLTP
Tinggi Tinggi
1 atau ≥5 2 sampai 4
≥ 2 tahun ≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan
Asfiksia Tidak
1 atau ≥5
BBLR (10) Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR BBLR
Kelainan Kongntl (11) Kelainan Kongenital Kelainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Kelainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20
1 atau ≥5
23 th
< SLTP
Rendah
42 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
38 th
< SLTP
Rendah
31 th
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
24 th
≥ SLTP
Tinggi
37 th
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
17 th
< SLTP
Rendah
32 th
< SLTP
40 th
1 atau ≥5
≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun
Bukan Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan
Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
Rendah 2 sampai 4
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
20 th
< SLTP
Tinggi
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
29 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
26 th
≥ SLTP
Tinggi
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan
Asfiksia Tidak Asfiksia
1 atau ≥5
1 atau ≥5
1 atau ≥5
2 sampai 4
Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
BBLR BBLR BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR BBLR BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR
Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Kelainan Kongenital Kelainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R28. R-29 R-30 R-31 R-32 R-33
27 th 36 tahun
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Bukan Tenaga Kesehatan
< SLTP
Rendah
1 atau ≥5
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
35 th
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
29 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
30 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
24 th
≥ SLTP
Tinggi
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
38 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
31 th
≥ SLTP
Rendah
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
19 th
≥ SLTP
Rendah
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
19 th
≥ SLTP
Tinggi
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
28 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
27 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
24 th
≥ SLTP
Tinggi
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Asfiksia Tidak Asfiksia Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
Tidak BBLR BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR BBLR
Kelainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Kelainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital
34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46.
R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46
30 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
33 th
≥ SLTP
Rendah
32 th 29 tahun
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ SLTP
Tinggi
21 th
< SLTP
Rendah
36 th
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
< 2 tahun
20 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan
25 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
35 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
40 th
≥ SLTP
Tinggi
1 atau ≥5
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
25 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
20 th
< SLTP
Rendah
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
33 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan
1 atau ≥5
Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR BBLR Tidak BBLR BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR BBLR BBLR Tidak BBLR BBLR BBLR
Tidak Kalainan Kongenital Kelainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital
47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59.
R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
29 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
37 th
≥ SLTP
Tinggi
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
32 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
27 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
31 th
≥ SLTP
Tinggi
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
38 th
≥ SLTP
Rendah
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
23 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
29 th
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
37 th
≥ SLTP
Tinggi
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
40 th
< SLTP
Rendah
1 atau ≥5
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
19 th
< SLTP
Rendah
36 th
≥ SLTP
29 th
1 atau ≥5
Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR
Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital
60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72.
R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72
36 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
32 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
18 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
34 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
31 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
37 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
26 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
20 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan
36 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
22 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
18 th
< SLTP
Rendah
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
33 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
< 2 tahun
Tenaga Kesehatan
24 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
Tidak BBLR Tidak BBLR BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR
Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital
73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85.
R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85
30 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
20 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
28 th
< SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
31 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
24 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
24 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
35 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
24 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
31 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
29 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
17 th
≥ SLTP
Rendah
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
32 th
≥ SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
38 th
< SLTP
Rendah
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
1 atau ≥5
Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR
Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital
86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.
R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92 R-93 R-94
30 th
≥ SLTP
Tinggi
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
32 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
25 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
26 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
36 th
≥ SLTP
Rendah
1 atau ≥5
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
23 th
≥ SLTP
Tinggi
2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
30 th
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
34 th
< SLTP
Rendah 2 sampai 4
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
26 th
≥ SLTP
Tinggi
≥ 2 tahun
Tenaga Kesehatan
2 sampai 4
Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia Tidak Asfiksia
Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR Tidak BBLR
Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital Tidak Kalainan Kongenital
HASIL PENELITIAN VARIABEL UMUR IBU
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Respn. R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28. R-29 R-30 R-31
Umur Ibu 37 tahun 18 tahun 30 tahun 19 tahun 26 tahun 29 tahun 40 tahun 24 tahun 23 tahun 42 tahun 38 tahun 31 tahun 24 tahun 37 tahun 17 tahun 32 tahun 40 tahun 20 tahun 29 tahun 26 tahun 27 tahun 36 tahun 35 tahun 29 tahun 30 tahun 24 tahun 38 tahun 31 tahun 19 tahun 19 tahun 28 tahun
Kriteria Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko
32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67.
R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R--37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67
27 tahun 24 tahun 30 tahun 33 tahun 32 tahun 29 tahun 21 tahun 36 tahun 20 tahun 25 tahun 35 tahun 40 tahun 25 tahun 20 tahun 33 tahun 19 tahun 36 tahun 29 tahun 29 tahun 37 tahun 32 tahun 27 tahun 31 tahun 38 tahun 23 tahun 29 tahun 37 tahun 40 tahun 36 tahun 32 tahun 18 tahun 34 tahun 31 tahun 37 tahun 26 tahun 20 tahun
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.
R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92 R-93 R-94
36 tahun 22 tahun 18 tahun 33 tahun 24 tahun 30 tahun 20 tahun 28 tahun 31 tahun 24 tahun 24 tahun 35 tahun 24 tahun 31 tahun 29 tahun 17 tahun 32 tahun 38 tahun 30 tahun 32 tahun 25 tahun 26 tahun 36 tahun 23 tahun 30 tahun 34 tahun 26 tahun
Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
HASIL PENELITIAN VARIABEL PENDIDIKAN IBU
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Respn. R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28. R-29 R-30
Pendidikan Ibu < SLTP < SLTP < SLTP < SLTP ≥ SLTP < SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP < SLTP ≥ SLTP < SLTP < SLTP ≥ SLTP < SLTP < SLTP < SLTP < SLTP < SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP < SLTP < SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP
Kriteria Berisiko Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.
R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R--37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66
≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP < SLTP < SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP < SLTP ≥ SLTP < SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP < SLTP ≥ SLTP < SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.
R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92 R-93 R-94
≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP < SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP < SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP < SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP ≥ SLTP < SLTP < SLTP ≥ SLTP
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko
HASIL PENELITIAN VARIABEL PENGETAHUAN IBU
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Rspnd P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Skor Kriteria R-01 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 15 Rendah R-02 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 14 Rendah R-03 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 15 Rendah R-04 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 13 Rendah R-05 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 14 Rendah R-06 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 15 Rendah R-07 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 18 Tinggi R-08 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 Tinggi R-09 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 16 Rendah R-10 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 13 Rendah R-11 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 15 Rendah R-12 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 16 Rendah R-13 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 18 Tinggi R-14 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 16 Rendah R-15 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 15 Rendah R-16 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 14 Rendah R-17 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 15 Rendah R-18 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 17 Tinggi R-19 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 16 Rendah R-20 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 18 Tinggi R-21 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 18 Tinggi R-22 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 14 Rendah R-23 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 15 Rendah R-24 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 13 Rendah R-25 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 14 Rendah R-26 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 18 Tinggi R-27 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 18 Tinggi R-28. 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 16 Rendah R-29 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 16 Rendah
30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65.
R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R--37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1
2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2
2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2
2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1
1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2
18 17 19 18 16 15 14 17 16 16 15 15 18 17 17 14 18 15 15 17 17 17 17 18 19 15 14 15 17 16 14 18 18 17 17 14
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.
R-66 R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92 R-93 R-94
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2
1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1
1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1
2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2
2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2
1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2
2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2
17 18 19 18 13 17 16 18 19 18 19 15 16 16 18 17 18 15 13 14 18 18 20 17 13 20 16 16 17
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi
HASIL PENELETIAN VARIABEL PARITAS
No. (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Responden (2) R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28.
Paritas (3) 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1
Kriteria (4)
Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko
29. 30. 31. (1) 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63.
R-29 R-30 R-31 (2) R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R—37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63
1 1 2 (3) 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2
Berisiko Berisiko Tidak Berisiko (4) Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
64. 65. 66. (1) 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.
R-64 R-65 R-66 (2) R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92 R-93 R-94
2 2 2 (3) 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko (4) Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
HASIL PENELITIAN VARIABEL JARAK ANTAR KELAHIRAN
No. (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Responden (2) R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28.
Jarak Antar Kelahiran (3) < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun
Keterangan (4) Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko
29. 30. 31. (1) 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63.
R-29 R-30 R-31 (2) R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R—37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63
≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun (3) ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko (4) Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
64. 65. 66. (1) 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.
R-64 R-65 R-66 (2) R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92 R-93 R-94
≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun (3) ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun < 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun ≥ 2 tahun
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko (4) Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
HASIL PENELITIAN VARIABEL PENOLONG PERSALINAN
No. (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Responden (2) R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28.
Penolong Persalinan (3) Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan
Kriteria (4) Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
29. 30. 31. (1) 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63.
R-29 R-30 R-31 (2) R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R--37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63
Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan (3) Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Bukan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko (4) Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
64. 65. 66. (1) 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94.
R-64 R-65 R-66 (2) R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92 R-93 R-94
Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan (3) Bukan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko (4) Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
HASIL PENELITIAN VARIABEL BBLR, ASFIKSIA, DAN KELAINAN KONGENITAL No. Rspndn (1) (2)
Asfiksia (3)
Kriteria (4)
BBLR (5)
Kriteria (6)
1.
R-01
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
2.
R-02
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
3.
R-03
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
4.
R-04
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
5.
R-05
Asfiksia
6.
R-06
Tidak Asfiksia
7.
R-07
Asfiksia
Berisiko
Tidak BBLR
Tidak Berisiko
8.
R-08
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
9.
R-09
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
10.
R-10
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
11.
R-11
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
12.
R-12
Asfiksia
Berisiko
Tidak BBLR
Tidak Berisiko
Berisiko
Tidak BBLR
Tidak Berisiko
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
Kelainan Kongntl (7) Kelaianan Kongenital Kelaianan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Kelaianan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital
Kriteria (8) Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
(1)
(2)
(3)
(4)
13.
R-13
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
14.
R-14
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
15.
R-15
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
16.
R-16
Asfiksia
Berisiko
Tidak BBLR
Tidak Berisiko
17.
R-17
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
18.
R-18
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
19.
R-19
Asfiksia
Berisiko
Tidak BBLR
Tidak Berisiko
20.
R-20
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
21.
R-21
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
22.
R-22
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
23.
R-23
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
24.
R-24
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
25.
R-25
Asfiksia
Berisiko
(5)
BBLR
Tidak BBLR
(6)
Berisiko
Tidak Berisiko
(7) Tidak Kelainan Kongenital Kelaianan Kongenital Kelaianan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Kelaianan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital
(8) Tidak Berisiko Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
(1)
(2)
(3)
26.
R-26
Tidak Asfiksia
27.
R-27
Asfiksia
28.
R-28.
29.
(4)
(5)
Tidak Berisiko Tidak BBLR Berisiko
(6)
(7)
(8)
Tidak Berisiko
Kelaianan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Kelaianan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital
Berisiko
Tidak BBLR
Tidak Berisiko
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
R-29
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
30.
R-30
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
31.
R-31
Asfiksia
32.
R-32
33.
Berisiko
BBLR
Berisiko Tidak Berisiko
Tidak BBLR
Tidak Berisiko
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
R-33
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
34.
R-34
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
35.
R-35
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
36.
R-36
Asfiksia
Berisiko
Tidak BBLR
Tidak Berisiko
37.
R--37
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
38.
R-38
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
Tidak Berisiko
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
39.
R-39
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
Tidak Berisiko
40.
R-40
Asfiksia
Berisiko
Tidak BBLR
Tidak Berisiko
41.
R-41
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
42.
R-42
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
43.
R-43
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
44.
R-44
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
45.
R-45
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
46.
R-46
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
47.
R-47
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
48.
R-48
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
49.
R-49
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
50.
R-50
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
51.
R-51
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital
Tidak Berisiko
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
52.
R-52
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
53.
R-53
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
54.
R-54
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
55.
R-55
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
56.
R-56
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
57.
R-57
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
58.
R-58
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
59.
R-59
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
60.
R-60
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
61.
R-61
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
62.
R-62
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
63.
R-63
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
64.
R-64
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
BBLR
(6)
Berisiko
(7) Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital
(8) Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
65.
R-65
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
BBLR
Berisiko
Tidak Berisiko
66.
R-66
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
67.
R-67
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
68.
R-68
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
69.
R-69
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
70.
R-70
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
71.
R-71
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
72.
R-72
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
73.
R-73
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
74.
R-74
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
75.
R-75
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
76.
R-76
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
77.
R-77
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
78.
R-78
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
79.
R-79
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
80.
R-80
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
81.
R-81
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
82.
R-82
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
83.
R-83
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko
84.
R-84
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
85.
R-85
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
86.
R-86
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
87.
R-87
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
88.
R-88
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
89.
R-89
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
90.
R-90
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
BBLR
(6)
Berisiko
(7) Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital
(8) Tidak Berisiko Tidak Berisiko
Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital
Tidak Berisiko
Tidak Kelainan Kongenital
Tidak Berisiko
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
91.
R-91
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
92.
R-92
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
93.
R-93
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
94.
R-94
Tidak Asfiksia
Tidak Berisiko Tidak BBLR
Tidak Berisiko
(7) Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital Tidak Kelainan Kongenital
(8) Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
Lampiran 10 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal
Crosstabs umur_ibu * Status_kematian Crosstabulation Status_kematian Kematian umur_ibu <20 tahun atau >=35 tahun
Count
13
29
14.5
14.5
29.0
34.0%
27.7%
30.9%
31
34
65
32.5
32.5
65.0
66.0%
72.3%
69.1%
47
47
94
47.0
47.0
94.0
100.0%
100.0%
100.0%
Expected Count Count Expected Count % within Status_kematian
Total
Count Expected Count % within Status_kematian
Total
16
% within Status_kematian 20 - 35 tahun
hidup
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (2-sided) sided) (1-sided)
df a
.449 .199 .449
1 1 1
.503 .655 .503 .656
.444
1
.505
94
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.50. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for umur_ibu (<20 tahun atau >=35 tahun / 20 - 35 tahun) For cohort Status_kematian = kematian For cohort Status_kematian = hidup N of Valid Cases
Lower
Upper
1.350
.561
3.251
1.157
.764
1.752
.857
.538
1.365
94
.328
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal Crosstabs pendidikan_ibu * Status_kematian Crosstabulation Status_kematian kematian pendidikan_ibu <SLTP
Count Expected Count % within Status_kematian
>=SLTP
% within Status_kematian Total
7
26
13.0
13.0
26.0
40.4%
14.9%
27.7%
28
40
68
34.0
34.0
68.0
59.6%
85.1%
72.3%
47
47
94
Count Expected Count % within Status_kematian
Total
19
Count Expected Count
hidup
47.0
47.0
94.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.656a 1 .006 Continuity Correctionb 6.433 1 .011 Likelihood Ratio 7.883 1 .005 Fisher's Exact Test .010 .005 Linear-by-Linear 7.575 1 .006 Association N of Valid Casesb 94 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.00.
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pendidikan_ibu (<SLTP / >=SLTP) For cohort Status_kematian = kematian For cohort Status_kematian = hidup N of Valid Cases
Lower
Upper
3.878
1.438
10.457
1.775
1.229
2.563
.458
.236
.889
94
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal Crosstabs Pengetahuan_Ibu * Status_kematian Crosstabulation Status_kematian kematian Pengetahuan_Ibu
Rendah Count
Tinggi
48
24.0
24.0
48.0
63.8%
38.3%
51.1%
17
29
46
23.0
23.0
46.0
36.2%
61.7%
48.9%
47
47
94
Count Expected Count % within Status_kematian
Total
Count Expected Count % within Status_kematian
Total 18
Expected Count % within Status_kematian
hidup
30
47.0
47.0
94.0
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2- Exact Sig. (1sided) sided)
a
1
.013
5.151
1
.023
6.199
1
.013
6.130 b
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Fisher's Exact Test
.023
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
6.065
b
1
.014
94
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pengetahuan_Ibu (Rendah / Tinggi) For cohort Status_kematian = kematian For cohort Status_kematian = hidup N of Valid Cases
Lower
Upper
2.843
1.232
6.563
1.691
1.093
2.617
.595
.388
.912
94
.011
Hubungan Paritas dengan Kejadian Kematian Perinatal Crosstabs paritas * Status_kematian Crosstabulation Status_kematian kematian paritas
1 kali atau >=5 kali
Count
2 - 4 kali
10
31
15.5
15.5
31.0
44.7%
21.3%
33.0%
26
37
63
31.5
31.5
63.0
55.3%
78.7%
67.0%
Count Expected Count % within Status_kematian
Total
Count
47
47
94
47.0
47.0
94.0
100.0%
100.0%
100.0%
Expected Count % within Status_kematian
Total
21
Expected Count % within Status_kematian
hidup
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Asymp. Sig. (2-sided)
df
5.824a 4.813 5.920
1 1 1
Exact Sig. (2-sided)
.016 .028 .015 .027
5.762
1
Exact Sig. (1-sided)
.014
.016
94
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.50. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for paritas (1 kali atau >=5 kali / 2 - 4 kali) For cohort Status_kematian = kematian For cohort Status_kematian = hidup N of Valid Cases
Lower
Upper
2.988
1.209
7.386
1.641
1.120
2.405
.549
.317
.953
94
Hubungan Jarak Antar Kelahiran dengan Kejadian Kematian Perinatal Crosstabs Jarak_antar_kelahiran * Status_kematian Crosstabulation Status_kematian kematian Jarak_antar_kelahiran < 2 tahun
Count
3
12
6.0
6.0
12.0
19.1%
6.4%
12.8%
38
44
82
41.0
41.0
82.0
80.9%
93.6%
87.2%
47
47
94
47.0
94.0
>= 2 tahun Count Expected Count % within Status_kematian Total
Count Expected Count
47.0
% within Status_kematian
Total
9
Expected Count % within Status_kematian
hidup
100.0%
100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi-Square 3.439a 1 .064 Continuity Correctionb 2.388 1 .122 Likelihood Ratio 3.579 1 .059 Fisher's Exact Test .120 .060 Linear-by-Linear 3.402 1 .065 Association b N of Valid Cases 94 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Jarak_antar_kelahiran (< 2 tahun / >= 2 tahun) For cohort Status_kematian = kematian For cohort Status_kematian = hidup N of Valid Cases
Lower
Upper
3.474
.877
13.764
1.618
1.084
2.417
.466
.171
1.267
94
Hubungan Penolong Persalinan dengan Kejadian Kematian Perinatal Crosstabs penolong_persalinan * Status_kematian Crosstabulation Status_kematian kematian penolong_persalinan Bukan Count Tenaga Expected Count Kesehatan % within Status_kematian Tenaga Count Kesehatan Expected Count % within Status_kematian Total
1
8
4.0
4.0
8.0
14.9%
2.1%
8.5%
40
46
86
43.0
43.0
86.0
97.9% 91.5%
47
47
94
47.0
47.0
94.0
100.0% 100.0%
100.0 %
Expected Count % within Status_kematian
Total
7
85.1%
Count
hidup
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.919a 1 .027 Continuity Correctionb 3.416 1 .065 Likelihood Ratio 5.481 1 .019 Fisher's Exact Test .059 .029 Linear-by-Linear 4.866 1 .027 Association b N of Valid Cases 94 a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for penolong_persalinan (Bukan Tenaga Kesehatan / Tenaga Kesehatan) For cohort Status_kematian = kematian For cohort Status_kematian = hidup N of Valid Cases
Lower
Upper
8.050
.949
68.264
1.881
1.331
2.660
.234
.037
1.477
94
Hubungan BBLR dengan Kejadian Kematian Perinatal Crosstabs BBLR * Status_kematian Crosstabulation Status_kematian kematian BBLR
BBLR (BBL <= 2.500 gram)
Count Expected Count % within Status_kematian
Tidak BBLR ( (BBL > 2.500 gram)
% within Status_kematian Total
3
23
11.5
11.5
23.0
42.6%
6.4%
24.5%
27
44
71
35.5
35.5
71.0
57.4%
93.6%
75.5%
47
47
94
47.0
47.0
94.0
Count Expected Count % within Status_kematian
Total
20
Count Expected Count
hidup
100.0%
100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 16.636a 1 .000 Continuity Correctionb 14.736 1 .000 Likelihood Ratio 18.183 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear 16.459 1 .000 Association b N of Valid Cases 94 a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for BBLR (BBLR (BBL <= 2.500 gram) / Tidak BBLR ( (BBL > 2.500 gram)) For cohort Status_kematian = kematian For cohort Status_kematian = hidup N of Valid Cases
Lower
Upper
10.864
2.947
40.050
2.287
1.633
3.201
.210
.072
.614
94
Hubungan Asfiksia dengan Kejadian Kematian Perinatal Crosstabs Asfiksia * Status_kematian Crosstabulation Status_kematian kematian Asfiksia
Asfiksia
Total
Count
10
0
10
Expected Count
5.0
5.0
10.0
21.3%
.0%
10.6%
37
47
84
42.0
42.0
84.0
78.7%
100.0%
89.4%
47
47
94
47.0
47.0
94.0
100.0%
100.0%
100.0%
% within Status_kematian Tidak Asfiksia Count Expected Count % within Status_kematian Total
hidup
Count Expected Count % within Status_kematian Chi-Square Tests Value
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. (2-sided)
df
11.190a
1
.001
9.064
1
.003
15.056
1
.000
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.001 11.071
1
Exact Sig. (1sided)
.001
.001
94
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort Status_kematian = kematian N of Valid Cases
Lower
2.270 94
1.784
Upper 2.889
Hubungan Kelainan Kongenital dengan Kematian Perinatal Crosstabs Kelainan_Kongenital * Status_kematian Crosstabulation Status_kematian kematian Kelainan_ Kongenital
Mengalami kelainan congenital
Count
Tidak Kelaian Kongenital
0
8
4.0
4.0
8.0
17.0%
.0%
8.5%
39
47
86
43.0
43.0
86.0
83.0% 100.0%
91.5%
Count Expected Count % within Status_kematian
Total
Count Expected Count % within Status_kematian
Total
8
Expected Count % within Status_kematian
hidup
47
47
94
47.0
47.0
94.0
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2-sided) sided)
df
8.744a
1
.003
6.695
1
.010
11.836
1
.001
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.006 8.651
1
Exact Sig. (1sided)
.003
.003
94
a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort Status_kematian = kematian N of Valid Cases
Lower
2.205 94
1.749
Upper 2.781
DOKUMENTASI
Gambar 1. Wawancara Dengan Responden (Kasus)
Gambar 2. Wawancara Dengan Responden (Kontrol)