FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2015 Novita Candra Dwi Hapsari Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Email :
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang : AKI merupakan salah satu indikator dalam derajat kesehatan masyarakat. Salah satu penyebab tingginya AKI adalah preeklamsia. AKI Kabupaten Sragen tahun 2015 yang disebabkan oleh preeklamsia sebesar 27% dan Januari – Mei 2016 sebesar 100%. Faktor risiko preeklamsia yaitu umur, paritas, riwayat hipertensi, penyakit ginjal, obesitas, gemeli, dan DM. Tujuan : Penelitianinibertujuanmengetahuihubunganparitas, riwayat hipertensi, riwayat DM dan riwayat obesitas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2015. Metode : Populasidalampenelitianiniadalah sebanyak427 ibu hamil dan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 187 responden. Tekniksamplingyang digunakan adalahsystematic random samplingdengandesainpenelitiandeskriptif korelatifdanmenggunakanpendekatancross sectional. Hasil : Penelitian menunjukkan analisis univariat sebagian besar adalah multipara yaitu sebanyak 106 responden, yang memiliki riwayat hipertensi sebanyak 96 responden, tidak memiliki riwayat diabetes militus sebanyak 121 responden , tidak memiliki riwayat obesitas sebanyak 126 responden, tidak mengalami preeklamsia sebanyak 115 responden. Analisis Chi- Square menunjukkan ada hubungan paritas dengan kejadian preeklamsia dengan nilai p = 0,001 , riwayat hipertensi menunjukkan ada hubungan dengan kejadian preeklampsia dengan nilai p= 0,00, riwayat DM menunjukkan ada hubungan dengan kejadian preeklampsia dengan nilai p= 0,022 , riwayat obesitas menunjukkan ada hubungan dengan kejadian preeklampsia dengan nilai p= 0,00. Saran : Bidan lebih memperhatikan kesehatan ibu hamil dengan memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya kehamilan seperti mengontrol diet makanan, teratur berolahraga, menghindari hal-hal yang dapat menambah risiko sebagai tindakan pencegahan preeklamsia. Kata kunci
: Preeklamsia, Paritas, Riwayat Hipertensi, Riwayat Diabetes Militus, Riwayat Obesitas
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
ABSTRACT Background : Maternal Mortality Rate (MMR) is an indicator of the degree of public health. One of the causes of high maternal mortality rate is preeclampsia. In 2015, the MMR in Sragen Regency were caused by preeclampsia was 27% and January-May 2016 was 100%. The risc factors of preeclampsia including age, parity, history of chronic hypertension, kidney disease, obesity, gemelli, diabetes mellitus, and history of preeclampsia. This study aims to find the correlation between parity, history of hypertension, history of diabetes and history of obesity with the incidence of preeclampsia in pregnant women at the dr.Soehadi Prijonegoro Hospital of Sragen Regency in 2015. Method : The population in this study was 427 pregnant women. The data sampling used systematic random sampling technique as many as 187 respondents with the correlativedescriptive design and cross sectional approach. Result : Results of this study indicate that for the univariate analysis, most respondents is multipara as many as 106 respondents, 96 respondents have history of hypertension, 121 respondents have no history of diabetes mellitus, 126 respondents have no history of obesity, 115 respondents not suffered from preeclampsia. The result of Chi-square analysis indicates that there is a correlation between parity and the incidence of preeclampsia with p value of 0.003, there is a correlation between history of hypertension and the incidence of preeclampsia with p value of 0.00, there is a correlation between history of DM and the incidence of preeclampsia with p value of 0.022, there is a correlation between history of obesity and the incidence of preeclampsia with p value of 0.00. Suggestion : Midwife more attention to maternal health by providing health danger signs of pregnancy education such as controlling diet , regular exercise, avoiding things that can increase the risk of pre-eclampsia as a precaution. Keywords: Preeclampsia, Parity, History of hypertension, History of diabetes mellitus, history of obesity
PENDAHULUAN Kehamilan merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau menyatunya spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi yang berlangsung selama 40 minggu (Prawirohardjo, 2009). Meskipun merupakan suatu proses fisiologis banyak sekali penyulit yang biasanya menyertai kehamilan yang dapat mengakibatkan tingginya kematian maternal. Salah satu penyakit yang sering mengancam kehamilan adalah preeklamsia berat (Mayes, 2007). Kejadian preeklampsia merupakan salah satu faktor utama penyebab timbulnya eklampsia yang dapat mengancam kehidupan ibu hamil. Kejadian eklampsia sebagai akibat perkembangan dari preeklampsia yang tidak terkontrol memberikan kontribusi terhadap tingginya angka kematian ibu (Mayes, 2007). Preeklamsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau vaskuler yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema non dependen dan dijumpai protein urine 300 mg
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
per 24 jam atau 300 mg/dl ( 1) dengan nilai fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu (Broocks MD, 2011). Preeklampsia kadang muncul tanpa gejala pendahuluan. Tekanan darah tinggi bisa muncul secara perlahan, tapi umumnya timbul mendadak. Memonitor tekanan darah ibu hamil adalah bagian terpenting dalam pemeriksaan kehamilan, karena tanda paling awal preeklampsia biasanya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah > 140/90 mmHg, diperiksa dua kali dalam interval 4 jam adalah keadaan abnormal. Kenaikan tekanan diastolik lebih dapat dipercaya apabila tekanan Diastolik meningkat 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat . (Marmi, 2011). Penyebab pasti dari pre-eklampsia masih belum diketahui ,sehingga pre eklampsia disebut sebagai ―the disease of theories‖. Tetapi ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya preeklamsi yaitu primigravida/nulliparitas, usia ibu yang ekstrim (<20 th dan >35 th), riwayat keluarga pernah preeklamsi/eklamsi, penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, obesitas, diabetes melitus, penyakit trofoblas (70% terjadi pada kasus molahidatidosa) (Varney, 2006; Prawirohardjo, 2009). Wiknjosastro dalam kepustakaannya melaporkan berkisar antara 3-10%, pada primigravida frekuensi preeklamsi lebih tinggi bila di bandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Wiknjosastro, 2007). Menurut Bobak (2007), kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan resiko meningkat lagi pada grandemultigravida. Menurut Marmi (2011), kejadian preeklamsia terjadi biasanya timbul pada trimester ketiga dalam kehamilan. Semakin tua usia kehamilan ibu, semakin besar resiko terjadi preeklamsi. Tetapi juga dapat terjadi sebelum trimester ketiga, misalnya pada molahidatidosa. Selain itu, riwayat penyakit seperti hipertensi dan diebetes militus juga memperbesar resiko terjadinya preeklamsia. Selain itu menurut Prawirohardo (2009), asupan gizi dan riwayat penyakit sebelumnya juga merupakan faktor terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Penyakit yang diderita sebelumnya bisa berupa diabetes militus dan hipertensi. Menurut Mochtar (2012), penyakit yang menyertai ibu hamil seperti diabetes militus dan kegemukan juga berpengaruh terhadap preeklamsia. Penyakit ini merupakan kelainan herediter dengan ciri berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Ada beberapa kejadian, preeklampsia bisa menyebabkan ibu hamil mengalami koma (Manuaba, 2008). Eklampsia (kejang) yang terjadi pada ibu hamil merupakan komplikasi dari preeklampsia berat yang mengancam jiwa ibu (Bobak, 2007). Besarnya pengaruh preeklampsia berat terhadap tingkat kematian ibu dan banyaknya dampak dari preeklampsia berat terhadap kesehatan ibu, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan menangani kasus-kasus preeklampsia (Betty, 2009). Upaya untuk menurunkan angka kejadian preeklampsia dapat dilakukan bila dapat diidentifikasi faktorfaktor resiko yang dimiliki oleh ibu. Ibu diharapkan mewaspadai faktor resiko yang ada pada dirinya sehingga dapat dilakukan pencegahan dan antisipasi dini sebelum memutuskan untuk menjalani kehamilan seperti mengatur pola asupan rendah lemak , garam dan mengatur berat badan (Bobak, 2007). Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penyuluhan dan pelaksanaan pengawasan pada ibu hamil (Prawirohardjo, 2009). Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda bahaya sedini mungkin, lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat, selalu waspada terhadap kemungkinan
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
terjadinya preeklamsia/eklamsia apabila terdapat faktor prediposisi, berikan penyuluhan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbonhidrat, juga menjaga kenaikan berat badan berlebihan (Prawirohardjo,2009). Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya ( tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas ( 42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan (Profil Kesehatan Jateng, 2014). WHO menyebutkan pada tahun 2014 angka kematian ibu didunia mencapai 289.000 jiwa. Asia Tenggara menempati posisi kedua penyumbang angka kematian ibu. Dan Indonesia merupakan negara penyumbang angka kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara dengan angka 214 per 100.000 kelahiran hidup . Sedangkan angka kematian ibu di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 mencapai 111,16/100.000 kelahiran hidup. Meskipun angka tersebut lebih kecil dari AKI Jawa Tengah pada tahun 2014 yaitu 126,55 /100.000 kelahiran hidup, tetapi angka kematian ibu tersebut masih tergolong tinggi. Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2014, penyebab kematian ibu di Indonesia didominasi oleh Hipertensi dalam kehamilan (28,10%) , perdarahan (22,93% diikuti oleh gangguan sistem peredaran darah (4,93%), dan infeksi (3,66%). Selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 42,33 % (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2014). Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen pada tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada Tahun 2014 terdapat kematian ibu sebanyak 13 kasus yakni disebabkan oleh preeklamsi yaitu sebanyak 2 ibu hamil , perdarahan sebanyak 1 ibu hamil, penyebab lain seperti CA, penyakit jantung dan emboli air ketuban sebanyak 3 ibu hamil, dan disebabkan oleh kematian langsung yaitu sebanyak 7 ibu hamil. Sedangkan pada tahun 2015 terdapat kematian ibu yaitu sebanyak 15 kasus. Kematian ibu pada tahun 2015 tersebut diantaranya diakibatkan oleh preeklamsia yaitu sebanyak 4 orang, hiperemesis gravidarum sebanyak 1 orang dan 10 orang diakibatkan penyakit –penyakit lainnya seperti penyakit jantung dan emboli air ketuban. Dan Pada periode Januari sampai Mei 2016 sudah terjadi kematian ibu sebanyak 6 orang yang disebabkan oleh preeklamsia (DKK Kab Sragen, 2016) . Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen pada tanggal 7 dan 8 Juni 2016 didapatkan hasil yaitu pada tahun 2015 terdapat 98 angka kejadian preeklamsia dan pada bulan Mei 2016 dari 84 ibu hamil yang dirawat di ruang Cempaka maupun yang periksa di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan terdapat 19 ibu hamil yang mengalami preeklamsi. Selain itu diperoleh hasil dari 12 ibu hamil yang dirawat di ruang kebidanan cempaka terdapat 3 ibu hamil dengan diagnosa preeklamsia dan 9 ibu hamil dengan diagnosa selain preeklamsia.Dari 9 ibu hamil yang didiagnosa selain preeklamsia terdapat ibu hamil primipara berjumlah 4 ibu hamil, multipara sebanyak 4 ibu hamil dan grandemultipara sebanyak 1 ibu hamil. Dan 3 diantaranya memiliki riwayat hipertensi dan 9 ibu hamil lainnya tidak memiliki riwayat hipertensi. Dan 4 ibu hamil tersebut memiliki riwayat diabetes militus dan 5 ibu hamil tidak memiliki riwayat diabetes militus. Selain itu dari 9 ibu hamil tersebut didapatkan pula hasil IMT yang tidak berlebih atau yang
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
tidak menderita riwayat obesitas sebanyak 6 ibu hamil dan yang memiliki IMT berlebih atau memiliki riwayat obesitas sebanyak 3 ibu hamil. Didapatkan pula dari 3 ibu hamil yang mengalami preeklamsi terdapat ibu hamil primipara berjumlah 2 ibu hamil, multipara sebanyak 1 ibu hamil. Dan 2 diantaranya memiliki riwayat hipertensi dan 1 ibu hamil lainnya tidak memiliki riwayat hipertensi. Dan 1 ibu hamil tersebut memiliki riwayat diabetes militus dan 2 ibu hamil tidak memiliki riwayat diabetes militus. Selain itu dari 3 ibu hamil tersebut didapatkan semua memiliki IMT yang berlebih atau mengalami riwayat obesitas. Dari hasil studi pendahuluan tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang ― Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Pre-Eklamsia pada Ibu Hamil di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 ―. Tujuan Umum : untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian PreEklamsia pada ibu hamil di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015. Tujuan Khusus : a. Untuk mengetahui gambaran paritas, riwayat hipertensi, riwayat diabetes militus, dan riwayat obesitas pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. b. Untuk mengetahui gambaran kejadian Preeklamsia di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. c. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. d. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat hipertensidengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. e. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat Diabetus Militus dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. f. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat Obesitas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian deskripsi korelatif merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya dimana peneliti akan menghubungkan faktor-faktor paritas, riwayat hipertensi kronis, riwayat diabetus militus dan riwayatobesitas berhubungan dengan kejadian preeklamsi atau tidak. Menurut Alimul (2011), pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, obeservasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point time approach) . LokasiPenelitiandanwaktupenelitian LokasiPenelitianinidilaksanakan di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen.WaktuPenelitianinidilaksanakanpadatanggal15-18 Juli 2016. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang dirawat inap dan periksadi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro tahun 2015 yaitu 427 ibu hamil. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).Dari hasil penghitungan dari rumus Michael and Issack didapatkan besar sampeldalampenelitianiniadalah 187ibuhamilyang dirawat dan periksa di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015. Teknik Sampling Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benarbenar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalahTeknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara acak menggunakan Random Sampling dengan teknik systematic random sampling yaitu dengan cara membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel (Notoatmodjo, 2010 ). Instrumen penelitian Alatpengumpulan data yang digunakandalampenelitianiniyaiturekam medik pada tahun 2015. Analisa Data Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisa yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian(Notoatmodjo, 2010). Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu paritas, riwayat hipertensi, riwayat DM, riwayat obesitas dan kejadian preeklamsia di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro tahun 2015. Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang saling berhubungan atau berkorelasi(Notoatmodjo, 2010). Analisisinibertujuanuntukmencarihubunganantaravariabelindependen (paritas, riwayat hipertensi, riwayat DM dan riwayat obesitas) denganvariabeldependen (kejadian preeklamsia).Uji statistic yang digunakanadalahdenganujikaikuadrat (Chi-square) dandenganmenggunakanjasa computer dengan software pengolahan data statistik. Ujichi-squareadalahsuatuteknik yang dimaksudkanuntukmengujihubunganantaraduavariabelatauadatidaknyahubunganantaravariab elbebasdanvariabelterikat. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Paritas Paritas Primipara dan grandemultipara multipara Jumlah
F 81 106 187
(%) 43,3 56,7 100,0
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 187 responden sebagian besar adalah paritas tidak beresiko (multipara) yaitu sebanyak 106 ibu hamil (56,7%). b. Riwayat Hipertensi Riwayat Hipertensi
F
(%)
Hipertensi 96 51,3 Tidak Hipertensi 91 48,7 Jumlah 187 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 187 responden sebagian besar adalah kelompok ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi yaitu sebanyak 96 ibu hamil (51,3%). c. Riwayat DM Riwayat DM
F (%) DM 66 19,8 Tidak DM 121 80,2 Jumlah 187 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 187 respoden sebagian besar adalah ibu hamil yang tidak memiliki riwayat diabetes militus yaitu sebanyak 121 ibu hamil (80,2%) d. Riwayat Obesitas Riwayat Obesitas Obesitas Tidak Obesitas
F 61 126
(%) 32,6 67,4
Jumlah 187 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 187 responden sebagian besar adalah ibu hamil yang tidak memiliki riwayat obesitas yaitu sebanyak 126 ibu hamil (67,4%). e. Kejadian Preeklamsia Kejadian Preeklamsia
F
(%)
Preeklamsia 69 36,9 Tidak Preeklamsia 118 63,1 Jumlah 187 100,0 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa ibu yang mengalami kejadian preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015 yaitu sebanyak 69 ibu hamil (36,9%). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
Paritas Ibu Hamil
Preeklamsia
F Beresiko 41 (Primipara dan Grandemultipara) Tidak Beresiko 28 (multipara) Total Sampel 69
% 59,4
Tidak Total pPreeklamsia value F % F % 40 33,9 81 43,3 0,001
40,6
78
66,1
95
56,7
36,9
118
63.1
187
100
OR
2,855
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 81 responden paritas beresiko (primipara dan grandemultipara) sebagian besar mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 41 ibu hamil (59,4%). Sedangkan dari 106 responden tidak beresiko (multipara) sebagian besar tidak mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 78 ibu hamil (66,1%). Berdasarkan Uji Chi Square didapat p-value 0,001. Oleh karena p-value =0,001 < α (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. Hasil analisa statistik didapatkan pula nilai OR sebesar 2,855. Dengan demikian ibu primipara dan grandemultipara memiliki risiko 2,8 kali lebih besar untuk mengalami preeklamsia dibandingkan ibu hamil multipara. b. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 Riwayat Hipertensi
Preeklamsia
Hipertensi
F 51
% 73,9
Tidak Preeklamsia F % 45 38,1
Tidak Hipertensi Total Sampel
18 69
26,1 36,9
73 118
61,9 63.1
Total F 96
% 51,3
91 48,7 187 100
pvalue 0,00
OR
4,596
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 96 responden ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi sebagian besar mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 51 ibu hamil (73,9 %). Sedangkan dari 91 responden ibu hamil yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebagian besar tidak mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 73 ibu hamil (61,9 %). Berdasarkan Uji Chi Square didapat p-value 0,00. Oleh karena p-value =0,000≤ α (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. Hasil analisa statistik didapatkan pula nilai OR sebesar 4,596. Dengan demikian ibu hamil dengan riwayat hipertensi memiliki risiko 4,5 kali lebih besar untuk mengalami preeklamsia dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat hipertensi.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
c. Hubungan Riwayat DM dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 Riwayat Diabetes Militus
Preeklamsia
Tidak Total pOR Preeklamsia value F % F % F % DM 49 74.2 17 25.8 66 100 0,022 2,425 Tidak DM 20 32.7 101 67.3 121 100 Total Sampel 69 36,9 118 63.1 187 100 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 66 responden ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes militus sebagian besar mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 49 ibu hamil (74,2 %). Sedangkan dari 121 responden ibu hamil yang tidak memiliki riwayat diabetes militus sebagian besar tidak mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 101 ibu hamil (67,3%) . Berdasarkan Uji Chi Square didapat p-value 0,022. Oleh karena p-value =0,022 < α (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat diabetes militus dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. Hasil analisa statistik didapatkan pula nilai OR sebesar 2,425. Dengan demikian ibu hamil dengan riwayat DM memiliki risiko 2,4 kali lebih besar untuk mengalami preeklamsia dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat DM. d. Hubungan Riwayat Obesitas dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 Riwayat Obesitas Preeklamsia
Obesitas
38
% 55,1
Tidak Preeklamsia F % 23 19,5
Tidak Obesitas Total Sampel
31 69
44,9 36,9
95 118
F
80,5 63.1
Total F 61
% 32,6
126 67,4 187 100
pvalue 0,00
OR
5,063
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 61 responden ibu hamil yang memiliki riwayat obesitas sebagian besar mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 38 ibu hamil (55,1%). Sedangkan dari 126 responden ibu hamil yang tidak memiliki riwayat obesitas sebagian besar tidak mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 95 ibu hamil (80,5%). Berdasarkan Uji Chi Square didapat p-value 0,00. Oleh karena p-value =0,00≤ α (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat obesitas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015.
Hasil analisa statistik didapatkan pula nilai OR sebesar 5,063. Dengan demikian ibu hamil dengan riwayat obesitas memiliki risiko 5,0
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
kali lebih besar untuk mengalami preeklamsia dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat obesitas. PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Paritas pada Ibu hamil di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015 Hasil penelitian menunjukkan dari 187 responden, sebagian besar adalah kelompok paritas tidak beresiko (multipara) yaitu sejumlah 106 ibu hamil (56,7%). Pada ibu yang pernah hamil ataupun melahirkan sudah memiliki pengalaman dan akan memiliki kesiapan lebih dalam menghadapi perubahan-perubahan fisik maupun psikologis yang umumnya akan terjadi pada ibu hamil . Hal ini sesuai dengan teori Bobak (2007), multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak lebih dari satu kali. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut maternal. Pada wanita multipara, mereka memiliki pengalaman tersendiri dalam melahirkan dan bersalin yang mempengaruhi pendekatannya dalam mempersiapkan diri menghadapi persalinan kali ini. Menurut Prawirohardjo (2010), paritas adalah frekuensi ibu dalam melahirkan anak yang sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan anak, paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3 ) mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Hasil penelitian juga mendapatkan bahwa dari 187 responden hampir setengahnya adalah primipara dan grandemultipara yaitu sejumlah 81 ibu hamil (43,3%). Pada primipara, ibu belum pernah memiliki pengalaman dalam kehamilan maupun melahirkan. Hal ini berdampak akan kesiapan ibu dalam menghadapi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Sedangkan pada grandemultipara akan berdampak pada kurangnya nutrisi yang dapat diserap oleh janin dan menambah resiko komplikasi pada saat hamil dan bersalin karna tempat implantasi plasenta yang semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan teori Manuba (2010), paritas 2-3 adalah paritas paling aman. Paritas 1 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi . Menurut Rochjati (2008), setiap persalinan ibu akan mengeluarkan darah dalam jumlah banyak sehingga semakin sering ibu melahirkan akan semakin banyak kekurangan darah dan cadangan makanan yang berguna untuk janin. Grandemultipara ( terlalu banyak anak ) akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan yang dapat dialami oleh ibu hamil berupa anemia, kurang gizi, tekanan darah tinggi (preeklamsia), perdarahan dan KPD. 2. Gambaran Riwayat Hipertensi pada Ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian, dari 187 responden adalah ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi yaitu sejumlah 96 ibu hamil (51,3%). Hal ini menunjukkan bahwa banyak ibu hamil yang memiliki pola hidup dan pola makan yang kurang sehatseperti mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak dan asupan garam berlebih yang kurang baik untuk kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori Shills (2006), asam lemak tak jenuh (omega-3 dan omega-6) memegang peranan penting pada pengaturan tekanan darah karena dapat mengurangi resiko hipertensi. Konsumsi lemak tak jenuh yang tinggi dapat menurunkan tekanan darah. Sebaliknya, konsumsi lemak jenuh berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Makanan berlemak seperti daging dan jeroan mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Kadar lemak yang tinggi dalam darah dapat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada dinding-dinding pembuluh darah. Keadaan seperti ini dapat memicu jantung untuk memompa darah lebih kuat sehingga memicu kenaikan tekanan darah. Dari hasil penelitian didapatkan pula ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi sejumlah 91 ibu hamil (48,7%). Hal ini dapat disebabkan dari banyak faktor diantaranya pola hidup, olahraga dan pola makan yang sehat. Hal tersebut sesuai dengan teori Wahdah (2011), bahwa hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam peningkatan resiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti dan asupan garam yang dikurangi akan menurunkan risiko timbulnya hipertensi. Menurut Aris (2007), aktifitas fisik atau berolahraga secara teratur dapat menurunkan risiko menderita hipertensi karena menurunkan risiko kelebihan berat badan, orang yang berolahraga secara teratur atau melakukan aktifitas fisik yang aktif akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih rendah sehingga otot jantung tidak akan bekerja keras pada saat memompa, makin rendah tekanan yang dibebankan pada arteri. Menurut Suyono (2011), olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Teratur melakukan olahraga akan menurunkan kemungkinan timbulnya obesitas. dan asupan garam yang dikurangi akan menurunkan risiko timbulnya hipertensi. Menurut Soeharto (2004), Mengkonsumsi garam dapat meningkatkan volume darah di dalam tubuh, yang berarti jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat pada ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam sistem pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan lebih tinggi. Fadem (2009) mengatakan bahwa dinding pembuluh darah bereaksi dengan penebalan dan penyempitan, untuk menyediakan ruang yang lebih sempit di kapiler darah, dan meningkatkan ―resistensi‖ yang pada akhirnya membutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk memindahkan darah ke organ. Peningkatan tekanan darah yang dikirim kepada ginjal menyebabkan kerusakan sistem vaskularnya. Hal ini menyebabkan gangguan yang dikenal sebagai hipertensi nephrosclerosis penyebab utama penyakit ginjal. 3. Gambaran Riwayat Diabetes Militus pada Ibu hamil RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan dari 187 responden, sebagian besar adalah ibu hamil yang tidak memiliki riwayat diabetes militus yaitu sejumlah 121 ibu hamil (80,2%) .Hal ini dapat disebabkan dari banyak faktor diantaranya pola hidup yang baik, olahraga teratur dan pola makan yang sehat seperti konsumsi serat yang baik. Hal ini sesuai dengan teori Mochtar, R (2007) , aktifitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktifitas fisik. Aktifitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada saat orang teratur berolahraga, zat makanan yang masuk kedalam tubuh akan dibakar sebagai energi. Jika insulin mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka tidak akan timbul DM. Menurut Tutik (2012), Mekanisme serat terhadap penurunan kadar glukosa darah sangat dipengaruhi oleh penyerapan karbonhidrat yang diserap oleh tubuh maka Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
4.
semakin rendah kadar glukosanya, dalam hal ini serat dapat menurunkan efisiensi penyerapan karbonhidrat yang dapat menyebabkan menurunnya respon insulin. Apabila respon insulin menurun, kerja pankreas akan semakin ringan sehingga dapat memperbaiki fungsi pankreas dalam memproduksi insulin. Hasil penelitian juga mendapatkan bahwa dari 187 responden adalah ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes militus yaitu sejumlah 61 ibu hamil (32,6%). Hal ini dapat disebabkan dari banyak faktor diantaranya pola hidup yang buruk , genetik atau keturunan dan pola konsumsi makanan yang tidak sehat seperti konsumsi makanan manis dan karbonhidrat terlalu banyak.. Hal ini sesuai dengan teori Moechtar(2007), bahwa seringnya mengkonsumsi makanan/minuman manis akan meningkatkan risiko kejadian DM tipe 2 karena meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Riwayat pola makan yang kurang baik juga menjadi faktor resiko penyebab terjadinya DM pada wanita usia produktif. Makanan yang dikonsumsi diyakini menyebabkan meningkatnya gula darah. Perubahan diet, seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak menjadi penyebab terjadinya diabetes, terutama didaerah-daerah. Menurut pakar penyakit DM Soegondo (2007), bahwa meningkatnya jumlah penderita diabetes militus yang cukup tinggi dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat yakni gerakan fisik yang dilakukan kurang. Gaya hidup seperti ini mudah menimbulkan kegemukan. Dengan berat badan berlebih, risiko seseorang terkena diabetes militus juga semakin meningkat. Menurut American Diabetes Association (2015), faktor genentik merupakan faktor yang penting pada Diabetes Militus yang dapat mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuan untuk mengenali dan menyebarkan sel rangsang sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel pankreas. Menurut Yuniastuti (2007), tingkat konsumsi karbonhidrat yang cenderung berlebihan yang tidak diimbangi dengan kebutuhan atau pemakaiannya akan meningkatkan penyimpanan glikogen dalam tubuh. Karbonhidrat akan dipecah dan diserap dalam bentuk monosakarida, terutama gula. Penyerapan gula menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin. Gambaran Riwayat Obesitas pada Ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian, dari 187 responden adalah ibu hamil yang tidak memiliki riwayat obesitas yaitu sejumlah 126 ibu hamil (67,4%). Hal ini menunjukkan bahwa sudah banyak ibu hamil yang memiliki pola hidup baik dan pola makan yang sehat. Hal tersebut sesuai dengan teori Radomski (2007), bahwa melakukan aktivitas fisik, hormon dan hasil metabolisme akan meningkat di darah dan jaringan tubuh serta aktivitas otot menghasilkan panas dan peningkatan suhu inti yang juga dikenal sebagai hiperthermia akibat olahraga (exercise induced hyperthermia, EIH) . Aktivitas fisik tersebut. akan mengubah lemak menjadi panas sebagai energi dalam tubuh. Petersen, L (2006), dalam penelitiannya menyatakan bahwa aktivitas fisk memberi efek yang baik terhadap IMT. Thermogenesis yang dihasilkan dari aktivitas fisik yang ringan dan sedang memberi rintangan dalam peningkatan berat badan. Apabila seseorang itu memang sudah tergolong sebagai overrweight , aktivitas fisik yang terlalu banyak akan mengurangi penyimpanan energi pada badannya dan menyebabkan underweight. Dari hasil penelitian didapatkan pula ibu hamil yang memiliki riwayat obesitas sejumlah 61 ibu hamil (32,6%). Hal ini dapat disebabkan dari banyak faktor
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
diantaranya genetik dan pola makan yang kurang sehat seperti mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak berlebih yang kurang baik untuk kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori Walqvist, (2005), obesitas terjadi pada individu yang mempunyai kebiasaan makan lebih banyak terutama makanan yang berlemak dan mempunyai pengeluaran energi yang lebih rendah dibandingkan pada individu yang mempunyai berat badan normal. Lemak sering dianggap sebagai faktor yang berperan besar dalam terjadinya obesitas. Lemak merupakan makronutrien paling padat energi. Jika asupan lemak tidak diatur maka akan terjadi konsumsi energi yang berlebihan. Asupan energi dan lemak yang berlebihan menjadi salah satu penyebab obesitas. 5. Gambaran Kejadian Preeklamsia pada ibu hamil RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian, dari 187 responden didapatkan ibu yang mengalami preeklamsi yaitu sejumlah 69 ibu hamil (36,9%) dan tidak mengalami preeklamsi yaitu sejumlah 118 ibu hamil (63,1%). Keadaan ini belum diketahui secara pasti penyebabnya tetapi frekuensi kejadian preeklamsia sering terjadi pada primigravida muda, primipara, pada ibu dengan riwayat hipertensi sebelumnya, pada TM III, pada ibu dengan kegemukan. Prawirohardjo (2009) menyatakan bahwa, preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester ketiga kehamilan, tetapi bisa terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Apa yang menjadi penyebab preeklamsia dan eklamsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Telah terdapat banyak teori yanng mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus menerangkan hal—hal sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, Preeklamsia, Hipertensi , penyakit ginjal, dan hidramnion, sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan, sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus, sebab jarangya terjadi eklamsia pada kehamilan selanjutnya, sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 Berdasarkan uji chi Square didapat nilai p-value 0,001. Oleh karena p-value = 0,001 < α (0,05), maka H0 ditolak dan dapat disimpulakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015. Hasil analisa statistik didapatkan pula nilai OR sebesar 2,855. Dengan demikian ibu primipara dan grandemultipara memiliki risiko 2,8 kali lebih besar untuk mengalami preeklamsia dibandangkan ibu hamil multipara. Dari hasil penelitian tentang paritas ibu yang mengalami preeklamsia, didapatkan bahwa ibu primiparadan grandemultipara lebih berpeluang terjadi preeklamsia yaitu sejumlah 41 ibu hamil (59,4%) dibandingkan dengan multipara yaitu sejumlah 28 ibu hamil (40,6%). Pada ibu primipara pembentukaan antibody penghambat belum sempurna, sehingga terjadi penolakan terhadap hasil konsepsi yang berimplantasi pada rahim ibu. Selain itu ibu primipara cenderung memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dan dapat memicu peningkatan kortisol yang dapat menyebabkan tidak stabilnya tekanan darah yang akan memicu terjadinya preeklamsia pada ibu. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Corwin (2006), bahwa pada primipara sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
terjadi pada primipara menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh Hiphotalamus, yang kemudiaan menyebabkan peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespon terhadap semua stressor dengan meningkatkan respon simpatik, termasuk respon yang ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah. Pada wanita yang mengalami preeklamsi/eklamsia tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. Menurut Manuaba (2009), pada primigravida pembentukan antibody penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia. Secara internasional kejadian hipertensi dalam kehamilan dapat diperkirakan primigravida sekitar 7-12%. Selain itu menurut Angsar, D (2008), pada kehamilan pertama terjadi pembentukan ―Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA)” yang berperan penting dalam modulasi respon immune, sehingga ibu menolak hasil konsepsi (plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga terjadi preeklamsia. Menurut Sastrawinata (2008), kehamilan dan persalinan yang mempunyai resiko adalah anak pertama dan persalinan anak keempat atau lebih karena pada anak pertama adanya kekakuan dari otot atau cervik yang kaku memberikan tahan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang persalinan sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali diregangkan kehamilan, sehingga nutrisi yang dibutuhkan janin berkurang, dinding rahim dan dinding perut sudah kendor, kekencangan sudah kurang hingga kekuatan mendesak kebawah tidak seberapa sehingga dapat membuat plasenta mengalami iskemia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rian (2011) tentang hubungan antara primipara dengan preeklamsia di RSUD Bhakti Yudha Depok periode Januari 2006 - Desember 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara primipara dengan preeklamsia dan primipara memiliki resiko 2,3 kali lebih besar terkena preeklamsia dibandingkan dengan multigravida. Dari hasil penelitian didapatkan pula bahwa dari 95 ibu multipara juga ada yang mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 28 ibu hamil (40,6%). Hal ini dapat terjadi karna berbagai faktor yang dapat memperberat komplikasi pada ibu hamil seperti adanya riwayat hipertensi, jarak kehamilan yang lama, dan riwayat preeklamsi pada kehamilan sebelumnya. Menurut Sastrawinata (2008), semua wanita memiliki resiko mengalami preeklamsia selama hamil, bersalin dan nifas. Preeklamsia tidak hanya terjadi pada primigravida ataupun grandemultipara, pada multipara juga dapat mengalami preeklamsia karna beberapa faktor seperti usia, pendidikan, ekonomi, budaya, obesitas, penyakit ginjal dan riwayat preeklamsi pada kehamilan sebelumnya ataupun jarak kehamilan yang terlalu lama. Beberapa faktor penyebab preeklamsia disampaikan oleh Sudhaberata (2008) mengungkapkan bahwa pasangan yang berbeda pada kehamilan kedua menurunkan risiko preeklamsia bila jarak kelahiran pertama dengan kedua tidak terlalu panjang pada wanita tanpa riwayat preeklamsia. Risiko itu akan meningkat bila jarak kelahiran terlalu panjang. Sedangkan pada wanita dengan riwayat preeklamsia yang mempunyai pasangan berbeda resiko terjadinya preeklamsia kan menurun jika jarak kelahiran pertama dan kedua semakin panjang.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
2. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 Berdasarkan uji chi Square didapat nilai p-value 0,001. Oleh karena p-value = 0,00 < α (0,05), maka H0 ditolak dan dapat disimpulakan bahwa ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015. Hasil analisa statistik didapatkan pula nilai OR sebesar 4,596. Dengan demikian ibu hamil dengan riwayat hipertensi memiliki risiko 4,5 kali lebih besar untuk mengalami preeklamsia dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat hipertensi. Dari hasil penelitian tentang riwayat hipertensi pada ibu yang mengalami preeklamsia, didapatkan bahwa ibu hamil dengan riwayat hipertensi lebih berpeluang terjadi preeklamsia yaitu sejumlah 51 ibu hamil (73,9%) dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat hipertensi yaitu sejumlah 18 ibu hamil (26,1%). Ibu dengan riwayat hipertensi sebelumnya meningkatkan resiko untuk terjadi keracunan kehamilan (preeklamsi), karena tekanan darah ibu sebelum hamil sudah mengalami peningkatan dan akan menjadi lebih parah dengan adanya kehamilan. Kehamilan menyebabkan curah jantung meningkat karna hemodilusi sehingga mempengaruhi tekanan darah pada ibu. Hal ini sesuai dengan teori menurut Maryam (2009), ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit hipertensi sangat berpengaruh untuk terjadinya preeklamsia. Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya mempunyai tensi normal atau dapat memperberat hipertensinya pada mereka yang memiliki riwayat hipertensi. Riwayat hipertensi tersebut ternyata menyebabkan plasenta mengalami penurunan eksresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G didesidua daerah plasenta menghambat invasi trofoblas kedalam desidua dan inilah yang menyebabkan preeklamsi. Hal ini sesuai dengan teori Evans (2007), wanita hamil cenderung dan mudah mengalami preeklamsia bila mempunyai faktor prediposisi salah satunya adalah penyakit ginjal, hipertensi, dan DM yang sudah ada sejak sebelum kehamilan. Riwayat penyakit yang paling dominan dialami pada kejadian preeklamsia adalah riwayat hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rozikhan di RSUD Dr. H.Soewondo Kendal pada tahun 2007 dan menyatakan bahwa ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklamsia. Dari hasil penelitian didapatkan pula bahwa dari 91 ibu hamil tanpa riwayat hipertensi juga ada yang mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 18 ibu hamil (26,1%). Hal ini dapat terjadi karna berbagai faktor yang dapat menambah resiko terjadinya preeklamsia pada ibu hamil seperti faktor usia, paritas , riwayat penyakit jantung atau ginjal , obesitas dan riwayat preeklamsi pada kehamilan sebelumnya. Winkjosastro (2005), mengatakan bahwa riwayat hipertensi hanya merupakan salah satu faktor prediposisi terjadinya preeklamsia, masih ada faktor-faktor lain yaitu primigravida muda, hidramnion, hamil kembar, molahidatidosa, penyakit DM dan usia ibu lebih dari 35 tahun. 3. Hubungan Riwayat Diabetes Militus dengan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai p-value 0,022. Oleh karena p-value = 0.022 < α (0,05), maka H0 ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat diabetes militus dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015. Hasil analisa statistik Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
didapatkan pula nilai OR sebesar 2,425. Dengan demikian ibu hamil dengan riwayat DM memiliki risiko 2,4 kali lebih besar untuk mengalami preeklamsia dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat DM. Dari hasil penelitian tentang riwayat diabetes militus pada ibu yang mengalami preeklamsia, didapatkan bahwa ibu hamil dengan riwayat diabetes militus lebih berpeluang terjadi preeklamsia yaitu sejumlah 49 ibu hamil (71,0%) dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat obesitas yaitu sejumlah 20 ibu hamil (29,0%). Hal ini dapat disebabkan karna adanya penumpukan glukosa dalam pembuluh darah (hiperglikemia) sehingga aliran darah akan terhambat dan akan mempengaruhi kerja jantung dalam memompa darah yang akan menyebabkan tekanan darah meningkat. Hipertensi yang terjadi akan menambah resiko bagi ibu hamil untuk mengalami preeklamsia. Saifudin (2010), mengataan bahwa diabetes militus merupakan gangguan metabolisme yang dapat menyebabkan hiperglikemia sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia. Gibney (2009), mengatakan bahwa hipertensi merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita DM tipe 2. Pada pasien DM tipe 2, hiperglikemia sering dihubungkan dengan hiperinsulinemia, dislipidemia, dan hipertensi yang bersama-sama mengawali terjadinya penyakit kardiovaskuler dan stroke. Pada DM tipe ini, kadar insulin yang rendah merupakan prediposisi dari hipeinsulinemia, dimana untuk selanjutnya akan mempengaruhi terjadinya hiperinsulinemia. Apabila hiperinsulinemia ini tidak cukup kuat untuk mengkoreksi hiperglikemia, keadaan ini dapat dinyatakan sebagai DM tipe 2. Kadar insulin berlebih tersebut menimbulkan peningkatan retensi natrium oleh tubulus ginjal yang dapat menyebabkan hipertensi. Lebih lanjut kadar insulin yang tinggi bisa menyebabkan inisiasi ateorosklerosis, yaitu stimulasi proliferasi sel-sel endotel dan otot otot pembuluh darah. Menurut American Diabetes Association (2009) ,gula darah tinggi yang berulang dapat merusak serabut saraf halus, menyebabkan neuropati diabetes (kerusakan saraf). Meski penyebab tidak sepenuhnya jelas, namun kombinasi dri faktor hiperglikemia berpengaruh terhadap kerusakan kompleks antara saraf dan pembuluh darah. Gula darah yang tinggi mengganggu kemampuan saraf untuk mengirimkan sinyal yang melemahkan dinding pembuluh darah kapiler untuk memasok saraf dengan oksigen dan nutrisi. Kerusakan saraf ini mengakibatkan jantung bekerja lebih keras . aliran darah yang buruk yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah akan mengganggu sirkulasi yang mempengaruhi pembuluh darah dari jantung dan mempengaruhi tekanan darah menjadi tinggi. Dari hasil penelitian didapatkan pula bahwa dari 121 ibu hamil tanpa riwayat DM juga ada yang mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 20 ibu hamil (32,7%). Hal ini dapat terjadi karna berbagai faktor yang dapat menambah resiko terjadinya preeklamsia pada ibu hamil seperti faktor usia, paritas, pola hidup yang buruk seperti merokok, kurang berolahraga , riwayat penyakit hipertensi atau ginjal, obesitas dan riwayat preeklamsi pada kehamilan sebelumnya. Menurut pendapat Norwits (2007), bahwa kejadian preeklamsia untuk tiap negara berbeda-beda karena faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mepengaruhi adalah faktor usia dan paritas. Insiden preeklamsia tidak hanya dipengaruhi oleh kenaikan tekanan darah pada ibu sebelum hamil, tetapi didukung faktor-faktor prediposisi yang lain. Menurut Cunningham (2005) kejadian preeklamsia selama kehamilan dapat terjadi pada semua umur, baik dengan riwayat hipertensi ataupun tidak. Tetapi
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
terbanyak didapatkan pada kehamilan umur > 35 tahun akan memiliki banyak risiko komplikasi karena pada umur ini penyakit degeneratif mulai muncul. 4.
Hubungan Riwayat Obesitas dengan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 Berdasarkan Uji Chi Square didapatkan nilai p-value 0,00. Oleh karena p-value = 0,00 < α (0,05), maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara riwayat obesitas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen tahun 2015. Hasil analisa statistik didapatkan pula nilai OR sebesar 5,063. Dengan demikian ibu hamil dengan riwayat obesitas memiliki risiko 5,0 kali lebih besar untuk mengalami preeklamsia dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat obesitas. Dari penelitian, didapatkan hasil bahwa kejadian preeklamsia lebih berpeluang terjadi pada ibu hamil dengan riwayat yaitu sejumlah 38 ibu hamil (55,1%) dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat obesitas yaitu sejumlah 31 ibu hamil (44,9%). Menurut Oetomo, K (2011), obesitas pada ibu hamil merupakan ancaman yang serius dan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyulit dalam kehamilan yaitu DM, hipertensi (preeklamsi), dan jantung. Misnadiarly (2007), obesitas memicu preeklamsia melalui beberapa mekanisme, yaitu berupa superimposed preeclamsia, maupun melaluii pemicu-pemicu metabolit maupun molekul-molekul mikro lainnya. Risiko preeklamsia meningkat sebesar 2 kali lipat setiap peningkatan berat badan sebesar 5-7 kg/m2, selain itu ditemukan adanya peningkatan resiko preeklamsia dengan adanya peningkatan IMT. Resiko terjadinya preeklamsia karena tingginya IMT kemungkinan disebabkan oleh hubungannya dengan peningkatan resiko terjadinya hipertensi. Pada seseorang baik dengan kehamilan maupun tidak, terjadi disfungsi endotel yang dipicu oleh adanya obesitas, dimana hal ini akan menyebabkan kerusakan endotel dan semakin menambah resiko terjadinya preekalmsia. Obesitas dapat meningkatkan preeklamsia dengan beberapa mekanisme. Pada wanita dengan preeklamsa ditemukan adanya lesi pada arteri uteroplasenta. Karakteristik lesinya adalah adanya daerah dengan nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh sel makrofag yang memfagosit lipis. Lesi mikroskopis ini mirip dengan lesi yang ada pada atherosklerosis. Penumpukan lemak juga dapat ditemukan pada glomerulus dari pasien dengan preeklamsia dan biasa disebut glomerular endhothelesis. Adanya lesi pada glomerular ini berhubungan dengan terjadinya proteinuria. Pada kadar LDL dan trigliserida yang tinggi juga berhubungan dengan kerusakan ginjal. Perubahan pada metabolisme lemak dapat berperan terhadap lesi endotel yang ditemukan pada pasien preeklamsia.keparahan dari hipertensi dan proteinuria mencerminkan keparahan dari kerusakan endotel yang terjadi (Oetomo K ,2011). Menurut Deborah, B (2011), hipertrigliseridemia yang terjadi berhubungan dengan patogenesis dari hipertensi yang terjadi saar kehamilan. Adanya lemak yang berlebihan juga berparan dalam patofisiologi kerusakan endotel pada preeklamsia. Tingginya trigliserida akan meningkatkan resiko kelainan pembuluh darah plasenta yang merangsang terjadinya kelainan endotel, atherosclerosis dan thrombosis. Atheroscelerosis pada wanita preeklamsia terjadi pada arteri spiralis pada plasenta. Dari hasil penelitian didapatkan pula bahwa dari 126 ibu hamil tanpa riwayat obesitas juga ada yang mengalami preeklamsia yaitu sejumlah 31 ibu hamil (44,9%). Hal ini dapat terjadi karna berbagai faktor terjadinya preeklamsia pada ibu hamil seperti faktor, riwayat penyakit hipertensi atau ginjal, DM dan riwayat preeklamsi pada
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
kehamilan sebelumnya. Preeklamsia dapat terjadi bukan hanya karna satu penyebab, melainkan dapat terjadi karna faktor prediposisi yang saling berkaitan satu sama lain. Penyakit diabetes militus ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Cunningham (2006), bahwa penyakit diabetes militus terjadi peningkatan substansial risiko pada ibu dan janin. Risiko pada ibu mencangkup kerusakan retina, ginjal dan jantung, infeksi saluran kemih, ketoasidosis diabetes, dan sectio sesarea. Hipertensi sering dijumpai dan wanita diabetes militus dengan penyakit ginjal sehingga beresiko tinggi mengalami preeklamsia. Menurut Cunningham (2006), faktor prediposisi terjadinya preeklamsia/eklamsia adalah riwayat hipertensi. Bahaya yang spesifik pada kehamilan yang disertai oleh hipertensi adalah resiko timbulnya preeklamsia yang hampir dijumpai 25 % pada wanita ini. Hipertensi dapat menyebabkan hipertropi ventrikel dan dekompensatio kordis, cedera serebrovaskular, atau kerusakan intrinsik ginjal. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 dengan jumlah sampel 187 responden, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran Paritas pada ibu hamil di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 yaitu sebagian besar adalah paritas tidak beresiko (multipara) dengan jumlah sebanyak 106 responden (56,7%). 2. Gambaran Riwayat Hipertensi pada ibu hamildi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 yaitu sebagian besar adalahibu hamil yang memiliki riwayat hipetensi dengan jumlah sebanyak 96 responden (51,3%). 3. Gambaran Riwayat Diabetes Militus pada ibu hamildi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 yaitu sebagian besar adalah ibu yang tidak memiliki riwayat diabetes militus dengan jumlah sebanyak 121 responden (80,2%). 4. Gambaran Riwayat Obesitas pada ibu hamil di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 yaitu sebagian besar adalah ibu hamil yang tidak memiliki riwayat obesitas dengan jumlah sebanyak 126 responden (67,4%). 5. Gambaran kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 yaitu sebanyak 69 responden (36,9%). 6. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamildi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015dengan p-value = 0,001< α (0,05). 7. Ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamildi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 dengan p-value = 0,00 < α (0,05). 8. Ada hubungan antara riwayat diabetes militus dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamildi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 dengan p-value = 0,022< α (0,05). 9. Ada hubungan antara riwayat obesitas dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamildi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015 dengan p-value = 0,00 < α (0,05). DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz H. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medik American Diabetes Association, 2009 Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus,Diabetes Care. diakses 17 Juli 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
American Diabetes Association, 2015, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus,Diabetes Care. diakses 19 Juli 2016. Angsar,D.2008. Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan : Edisi IV.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Arfian, S. 2007. Perbandingan Indeks Pulsasi Arteri Umbilikalis pada Pre-eklampsia dan Kehamilan Normal. Surabaya: Fak.Universitas Airlangga, RSUD Dr.Soetomo (diakses dariwww.scribd.com/Perbandingan-Indeks-Pulsasi-Arteri-Umbilikus-Pada-Preeklampsia-dan kehamilan Normal Aris Sugiharto, 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat. Universitas Diponegoro Semarang. Disertasi Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta BarclayL, 2010. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria Reviewed.Available from:http://www.medscape.com. (diakses tanggal 16 mei 2016). Bare, Brenda G, Suzanne C ,2002,Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner dan Suddarth(Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh AgungWaluyo...(dkk), EGC, Jakarta. Betty, F. 2009. Hubungan Interval Persalinan dengan Preeklamsia Rumah Sakit Islam Yayasan Kesehatan dan Kesejahteraan Islam (YAKSSI) Sragen.www.ums.ac.id/6444/1/J210070140.pdf.(diakses 20 Mei 2016) BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN Bobak, 2007. Buku Ajar Keperawatan Mtertnitas.Jakarta:EGC. Broocks MD., 2011. Pregnancy, Preeclampsia. Dalam:Wulan, S.K., 2012. Karakteristik Penderita Preeklampsia dan Eklampsia di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2009 – 2011.Medan Campbell.P.M.2006.Searching for genetic clues to the couses of preeclampcia: Clinical Science. (diakses 20 Mei 2016). Corwin E.2006.Buku saku patofisiologi.Jakarta.EGC Cunningham,Garry . 2010 . Obstetric Williams. Jakarta: EGC Cunningham,Garry dkk. 2006 . Obstetric Williams .Jakarta: EGC Deborah,B. 2010. Pre-eclampsia.http://emedicine.medscape.com/article/953579- overview (12 Juli 2016) Dekker G.A. and Sibai B.M. 1998. Ethiology and Pathogenesis of Preeclampsia: Current concept. Am. J. Obstet Gynecol; 179: 1359-75 Depkes (2014). Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2014. http://www.depkes.go.id/downloads/ProfilDataKesehatan IndonesiaTahun2014.pdf. Diakses tanggal 10 Mei 2016 Depkes (2014). Profil Data Kesehatan Jawa Tengah tahun 2014. http://www.depkes.go.id/downloads/ProfilDataKesehatan Jawa Tengah Tahun2014.pdf. Diakses tanggal 10 Mei 2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Sragen. Sragen: Dinkes Kabupaten Sragen. Dorland, W.A Newman. 2010.Kamus Kedokteran Dorland Ed.31(Alih Bahasa : AlbertusAgung Mahode ). Jakarta : EGC Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
Evans C. L., 2007. Chapter 15. Preeclamcia Disorders of Pregnancy. In : Essential of Obstetri and Gynecology. 4th Ed. Philadelphia : Elsivlersaunders. Fadem, S. 2009. Why does salt cause high blood pressure?. [serial online]. http://www.aakp.org/aakp-library/why-does-salt-cause-high-blood-pressure- [20 Juli 2016]. Fadlun, dkk.2011. Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta; Salemba Media. Gibney, M.J., 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Hidayat. A.A.A. 2007.Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika Hoetomo.2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta.EGC. JNC VII.2003.The Seventh Report of The Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure Hypertension. (diakses sari http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/42/6/1206, 12 April 2016) Karkata,MK.2006.Faktor Resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan.Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecologi,vol 30. Lockhart R,2014.Keperawatan Medikal Bedah. Buku I,(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2008. Manuaba, Ida Bagus Gde.2009. Pengantar KULIAH Obstetri. Jakarta :EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde.2010. Obstetri dan Gynecology. Jakarta :EGC. Marmi. 2011.Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta :Salemba Medika Maryam, R. Siti. (2009). Mengenal Hipertensi pada Kehamilan. Jakarta :Salemba Medika Mayes PA. 2007. Pengangkutan dan penyimpanan lipid. In: Wulandari N, Rendy L, Dwijayanthi L, Liena, Dany L, Rachman LY,ed. B. Jakarta: EGC. Misnadiarly. 2007.Obesitas sebagai Faktor Resiko beberapa Penyakit.Jakarta: Pustaka Obor Populer. Mochtar, Rustam.2007.Synopsis Obstetric. Jilid II. Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran:EGC. Norwitz dan Schorge, 2007. Obestetri dan ginekologi . Erlangga, Jakarta. Notoatmodjo.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Novaria, A.L.2008.Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Oetomo,K. 2011. ”Pengendalin dan Pengobatan Obesitas”. Malang : UB Press. Peterson KE, Gortmaker SL..2006. Relationship between consumption of sugarsweetened drinks and childhood obesity: a prospective, observational analysis. Lancet. Diakses 12 Juli 2016
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
Potter,P.A,Perry,A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses, dan Praktek. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Prawirohardjo
Ilmu Kebidanan .Jakarta. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Prawirohardjo
Ilmu Kebidanan .Jakarta. Bina Pustaka Sarwono
Profil Kesehatan Jawa Tengah.2009.Profil Kesehatan Jawa Tengah :Sehat Kualitas Bangsa Meningkat. Semarang: DK Provinsi Jawa Tengah Purwanti, Susi. (2001).Menu Untuk Penderita Kegemukan (Obesitas).Jakarta: Penebar Swadaya. Purwanti,S, 2010, Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan.Penebar Swadaya. Jakarta Radomski, M.W., Cross, M. dan Bujuet A. 2007.Exercise– Induced Hyperthermia and Hormonal Responses to Exercise. Canadian Journal of Physiology and Pharmacology .diakses 19 Juli 2016 Rekam Medik RSUD Sragen Rian. 2011. Hubungan Paritas dengan kejadian Preeklamsia di RSUD Bhakti Husada Depok. Universitas Indonesia. Diakses 2 Juli 2016. Roberts, J dan Catov, J, 2008, ―Hypertension‖, American Heart Association Journals,vol. 51 pp. 989-990. Diakses 24 Mei 2016. Rochjati,Poedji. 2008. Skrinning Antenatal pada Ibu Hamil, Pengendalian Faktor Resiko, Deteksi Dini Ibu Hami Resiko Tinggi.Surabaya : Airlangga University. Roeshadi H.R., 2006. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka KematianIbu pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia disampaikan pada pengukuhan Jabatan Guru Besar tetap dalam Bidang ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Medan. Rozikhan. 2007. Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Preeklamsi Berat di RS Dr.H Soewondo Kendal.Semarang, Universitas Diponegoro. Saefuddin,A.B.2010.Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saryono. 2011. Metodologi penelitian kesehatan: penuntun praktis bagi pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Saryono.2010. Instrumen Penelitian Kesehatan.Jakarta:Nuha Medika. Sastrawinata, S., 2008. Wanita dalam Berbagai Masa Kehidupan. In: Winkjosastro, H., Saifuddin, A.B., dan Rachimhadhi, T., ed. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Scott,James.R,dkk.2006.Buku Saku Obstetri dan Gynekolog.Jakarta : Media Medika. Setiabudi, 2008. Referensi Kesehatan-Diabetes Melitus. Available from:http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-melitus/[diakses 18 Mei 2016]. Shills, MauriceE,Moshe Shike,A.Catharine Ross,Benjamin Caballero,and Robert J.Cousin.2006.Modern Nutrition in Healt and Disease.Baltimore.Lippincott Wiliams Sibai,B.M.2005.Diagnosis,Prevention, and Management of Eclamsia American Journal Obstetric Gynaecology.Vol:105:405-410.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015
Soegondo, Sidartawan.2007. Adakah Perkembangan Baru Pada Diabetes Mellitus ?. Dalam Simposium Hidup Sehat Dengan Diabetes Mellitus.. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusomo FKUI. Jakarta Soeharto, I. 2004. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Sudhaberata, Ketut, 2007, Profil Penderita Preeklampsia – Eklamsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur (internet) February, (diakses 12 Mei 2016). Sugiyono. 2010. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2011. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Sukaesih, Sri. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungandengan Pengetahuan Ibu Hamil MengenaiTanda Bahaya dalam Kehamilan di PuskesmasTegal Selatan Kota Tegal Tahun 2012. Skripsi. Program sarjana Kesehatan Masyarakat UniversitasIndonesia (diakses 27 Mei 2016) Sumanto, Agus. 2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: ArgoMedia Pustaka Sunarsih, Tri.2011.Asuhan Kehamilan Untuk Bidan.Jakarta.Salemba Medika Suyono-Slamet, 2011. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta: Balai Pustaka Tutik. Astawan, Made. Wresdiyati, 2012. Diet Sehat dengan Makanan Berserat. Tiga Serangkai. Solo Varney, H. 2007. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC. Wahdah, nurul . 2007. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes.Yogyakarta: Penerbit multipres Wahdah, Nurul. 2011. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multipress Walqvist, M.L,2005. Australia and New Zealand Food and Nutrition .Allen & Unwin Pty Ltd.Australia WHO. 2011. Global Prevalence of obesity in Epidemiology/ Health Services / Psychosocial Research, [Online]. Available from http :// www.Who.int/obesity /facts /en/ obesitycare 0504 .pdf[diaksesMei 2016]. Wijayarini.2002. Safe Motherhood Penanganan Eklamsi.Jakarta:EGC. Wiknjosastro, H, dkk, editor. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wirakusumah E. 2004. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Gramedia PustakaUtama. Jakarta. Yuniastuti, A., 2007. Gizi dan Kesehatan. Cetakan I. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen Tahun 2015