HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENANGANAN DEMAM DENGAN KEJADIAN KEJANG DEMAM BERULANG DI RUANG ANAK RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN Eny Susilowati1), Atiek Murharyati2), Ika Subekti Wulandari3) 1)
: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta : Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2), 3)
ABSTRAK Kejang demam merupakan penyakit yang cukup sering dijumpai pada balita. Setengah dari kejadian kejang demam terjadi kejang demam berulang, hal ini terjadi karena perkembangan otak anak masih belum cukup optimal dalam melakukan pertahanan diri terhadap adanya demam, sehingga terjadi bangkitan kejang demam, sehingga orang tua seringkali panik menghadapi peristiwa kejang demam. Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada peran orang tua. Pengetahuan orang tua yang berbeda akan mengakibatkan pengelolaan demam pada anak yang berbeda pula. Tujuan penelitian adalah mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang penanganan demam dengan kejadian kejang demam berulang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan Cross sectional dengan jumlah responden 30 orang tua dengan teknik quota sampling. Untuk mengetahui hubungan antara variabel pengetahuan dengan kejadian kejang demam berulang dengan menggunakan uji korelasi spearman rank dengan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua sebagian besar berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 26 orang (86,7%), sedangkan orang tua berpengetahuan cukup sebanyak 4 orang (13,3 %). Hasil statistik menunjukkan nilai koefisien r = -0,392 dengan p value =0,032, (p < 0,05). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang penanganan demam dengan kejadian kejang demam berulang. Kata Kunci: Pengetahuan orang tua, penanganan demam, kejang demam berulang ABSTRACT Febrile seizure commonly occurs in toddlers. Half of seizures in the toddlers are recurrent since their brain development is not yet optimal in self-defense against fever and therefore febrile seizure occurs. Parents often panic upon this incidence whereas in fact they play roles in treatment of fever. Different knowledge on the treatment may lead to different management of fever in children. The aim of this research is to find out the relationship between parents’ knowledge levels on the treatment of fever and incidence of recurrent febrile seizures. The present research used case control design with retrospective approach. Samples of 30 parents were taken using quota sampling technique. Data were then analyzed using Spearman’s rank correlation test with SPSS 16 to investigate the relationship between variables of knowledge levels and incidence of recurrent febrile seizures. The research findings indicate that most parents (26 respondents of 86.7%) have insufficient knowledge. Statistical results depict that there exists a significant relationship between parents’ knowledge levels on treatment of fever and incidence of recurrent febrile seizures (p-value of 0.032 < 0.05) with moderate strength of relationship, non-
1
recurrent incidence of 15 respondents (50%), and recurrent incidence of 15 respondents (50%). Negative correlation coefficient (r=-0.392) shows that as knowledge levels on treatment of fever increase, incidence of recurrent febrile seizures decreases. Keywords decreases
: parents’ knowledge, treatment of fever, recurrent febrile seizures (McDonal et al, 1999, cit. Najimi, et.al,
PENDAHULUAN Kejadian kejang demam berulang
2013).
dapat terjadi dengan prognosis 33%
Tingkat pengetahuan orang tua yang
anak akan mengalami satu kali rekurensi
berbeda
(kekambuhan), dan 9% anak mengalami
pencegahan kejang demam pada anak
rekurensi 3 kali atau lebih (Reza,
saat anak mengalami demam tinggi
Eftekhaari,
Beberapa
(Riandita, 2012). Kecemasan berlebihan
penelitian mengatakan rekurensi dari
disebabkan karena edukasi yang tidak
kejang demam akan meningkat jika
memadai
terdapat faktor risiko seperti kejang
(Tarigan, Harahap & Lubis, 2007).
Farah,
2008).
dapat
tentang
mempengaruhi
kejang
demam
demam pertama pada usia kurang dari
Berdasarkan data rekam medis tahun
12 bulan, terdapat riwayat keluarga
2014, insidensi demam pada anak adalah
dengan kejang demam, dan jika kejang
5 anak dan kejang demam pada tahun
pertama pada suhu <400C, atau terdapat
2014 adalah 76 (Data Rekam Medis,
kejang demam kompleks. (Waruitu, &
2014). Wawancara pada 2 orang ibu
Appleton, 2004).
dengan anak mengalami kejang demam
Kejang demam tidak berbahaya dan jarang
kali
di
ruang
Anggrek
kerusakan
didapatkan bahwa ibu merasa sangat
demam
cemas ketika anaknya tidak mau minum
berdampak pada kehidupan psikososial
susu, rewel dan hangat keningnya ketika
anak, ketidakmampuan kognitif, anak
disentuh. Ibu segera membawa anaknya
dirawat di rumah sakit, hari rawat yang
ke RS ketika anaknya panas tinggi dan
panjang,
biaya
kejang. Ibu tidak mengetahui cara
perawatan karena komplikasi kejang
penanganan demam selain memberikan
demam. Setelah 12 tahun kemudian
obat penurun panas.
anak yang mengalami kejang demam
Tujuan penelitian adalah mengetahui
dengan komplikasi neurologi ditemukan
adanya
bahwa 12% mengalami keterlambatan
pengetahuan
perkembangan
penanganan demam dengan kejadian
neurologi,
menimbulkan
pertama
tapi
dan
kejang
peningkatan
neurologi,
10%
mengalami kerusakan neurologi dan 5% mengalami
keterlambatan
hubungan
antara
tingkat
tua
tentang
orang
kejang demam berulang.
belajar
2
METODE PENELITIAN Dalam penelitian
penelitian
yang
retrospektif
HASIL DAN PEMBAHASAN ini,
desain
Analisa Univariat
digunakan
adalah
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur
dimana
peneliti
telah
Variabel Umur 17 – 25 Tahun 26 – 35 Tahun 36 – 45 Tahun >45 tahun Total
meneliti kembali pengetahuan orang tua tentang penanganan demam yang telah mereka dapatkan dan kejadian kejang demam berulang. Penelitian ini telah
Prijonegoro
Sragen
Prosentase
0 11 17 2
0 36,7 56,7 6,7
30
100
Sumber: data primer, 2015
dilaksanakan di Ruang Anak RSUD dr. Soehadi
Frekuensi
Semakin
pada
cukup
umur,
tingkat
Minggu ke 3 November sampai Minggu
kemampuan dan kematangan seseorang
ke 2 Desember 2015. Sampel dalam
akan lebih baik dalam berpikir dan
penelitian ini berjumlah 30 orang tua
menerima
informasi.
yeng mempunyai anak kejang demam.
diketahui
bahwa
Metode
berumur lebih tua tidak mutlak memiliki
pengambilan
sampel
pengetahuan
menggunakan teknik quota sampling.
Namun
perlu
seseorang
yang
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan seseorang yang
Alat pengumpul data yang adalah kuesioner dalam bentuk pernyataan-
lebih muda (Notoatmodjo, 2003).
pernyataan yang berkaitan dengan data
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
karakteristik demografi orang tua, dan
Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
kuesioner pengetahuan orang tua tentang penanganan demam yang dikembangkan oleh peneliti yang terdiri dari 22 item
6,7 93,3 100
disebagian besar keluarga mempunyai
0,909).
peran sebagai pemimpin kesehatan dan
Analisis dua
data
dalam
bagian dengan
yaitu
penelitian
pemberi asuhan. Ibu bertindak sebagai
analisis
sumber
menggunakan
menggunakan
Rumus
utama
dalam
memberikan
kenyamanan dan bantuan selama sakit
distribusi frekuensi, dan analisis bivariat dengan
2 28 30
Ibu adalah seorang wanita yang
sampai dengan 0,838 (alpha cronbach:
univariat
Prosentase
Sumber: data primer, 2015
pernyataan dengan nilai r antara 0,372
menjadi
Frekuensi
(Friedman, 2010).
Uji
Korelasi Spearman Rank
2
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Variabel Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMU PT Total
Frekuensi
Prosentase
2 11 8 5 4 30
6,7 36,7 26,7 16,7 13.3 100
dengan pekerjaan lebih mendukung anak yang mengalami hospitalisasi dibanding orang tua yang bekerja (Suriani & Faridah,
2009).
pendapat
Diperkuat
Kit-Fong
dengan
(2008)
yang
menyatakan bahwa orang tua bekerja tidak bisa meninggalkan pekerjaannya
Sumber: data primer, 2015 membawa
sehingga orang tuanya meminta bantuan
wawasan atau pengetahuan seseorang.
perawat untuk menjaga anaknya di
Pendidikan
ruang rawat selama orang tua dirawat.
Pendidikan
belajar.
dapat
mempengaruhi
Makin
tinggi
proses
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Penanganan Demam
pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut
Variabel Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan
sangat
erat
kaitannya
ditekankan
bahwa
berpendidikan mutlak
Namun seorang
rendah
tidak
berpengetahuan
(2012)
yang
yang
menyatakan
bahwa
sebagian besar ibu memiliki tingkat
berarti
pengetahuan
rendah
demam
yang
(52%),
rendah
tentang
sedangkan
sisanya
memiliki pengetahuan tinggi (25%) dan
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan Frekuensi
Prosentase
19 11 30
63,3 36,7 100
sedang (23%). Pengetahuan
sebagai
adalah
hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
Sumber: data primer, 2015 Pekerjaan
0 13,3 86,7 100
penelitian yang dilakukan oleh Riandita
perlu
(Notoatmodjo, 2003).
Variabel Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Total
0 4 26 30
Hasil ini hampir sama dengan
dengan pendidikan tinggi akan semakin pengetahuannya.
Prosentase
Sumber: data primer, 2015
dengan pendidikan dimana seseorang
luas
Frekuensi
dan sebagainya). Dengan sendirinya,
penopang
keluarga untuk kebutuhan finansial.
pada
Pekerjaan adalah keadaan yang harus
menghasilkan
dilakukan terutama untuk menunjang
sangat dipengaruhi intensitas perhatian
kehidupan dan kehidupan keluarganya.
dan persepsi terhadap objek. Sebagian
Orang tua yang tidak terlalu sibuk
besar pengetahuan seseorang diperoleh
3
waktu
penginderaan
sampai
pengetahuan
tersebut
melalui indera pendengaran (telinga), dan
indera
penglihatan
Kejang
(mata)
sebagai
formal.
berhubungan
sendiri
oleh infeksi sistem saraf pusat atau
faktor
pendidikan
gangguan elektrolit akut, riwayat dari
Pengetahuan
hubungannya
yang
itu
Pengetahuan oleh
kejang
didefinisikan
dengan demam yang tidak disebabkan
(Notoatmodjo, 2005).
dipengaruhi
demam
erat
kejang bukan karena demam (Saidler &
pendidikan,
Scheffer, 2007). Anak sering kehilangan
sangat
dengan
dengan
kesadaran selama kejang demam, dan
pendidikan yang tinggi maka orang
tampak bergetar, bergerak kaki di kedua
tersebut
sisi tubuh (NINDS, 2008).
dimana
diharapkan
akan
bahwa
semakin
pengetahuannya.
Akan
luas
pula
tetapi
perlu
Faktor
yang
mempengaruhi
ditekankan, bukan berarti seseorang
kejadian kejang demam berulang adalah:
yang
mutlak
riwayat kejang demam dalam keluarga,
pula.
usia kurang dari 18 bulan, temperatur
berpendidikan
berpengetahuan
rendah rendah
Pengetahuan seseorang tentang suatu
tubuh
objek mengandung dua aspek, yaitu
temperatur saat kejang makin sering
aspek positif dan negatif. Kedua aspek
berulang dan lamanya demam (IDAI,
ini
2013).
yang
akan
menentukan
sikap
saat
kejang.
Makin
rendah
seseorang semakin banyak aspek positif
Analisa Bivariat
dan objek yang diketahui, maka akan
Tabel 7. Hubungan Pengetahuan Orang Tua tentang Penanganan Demam dengan Kejadian Kejang Demam Berulang
menimbulkan terhadap
sikap
objek
makin
tertentu
positif
(Dewi
&
Variabel
Wawan, 2010).
Pengetahuan Orang Tua Penanganan Demam Kejadian Kejang Berulang
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kejadian Kejang Demam Berulang Variabel Kejadian Kejang Demam Berulang Berulang Tidak Berulang Total
Frekuensi
Prosentase
p value 0,032
p = 0,005 15 15 30
50 50 100
Hasil analisis yang didapatkan untuk variabel independen pengetahuan
Sumber: data primer, 2015 Jumlah
Koefisien Korelasi -0,392
responden
orang tua tentang penanganan demam yang
dengan
variabel
dependen
kejadian
mempunyai anak mengalami kejang
kejang demam berulang pada anak
demam berulang dan
tidak berulang
diperoleh r = -0,392 dengan p value =
adalah sama yaitu masing-masing 15
0,032 yang lebih kecil daripada nilai
responden (50%).
alpha (0,05). Keluaran utama penelitian
4
ini adalah ada hubungan yang bermakna
Peran orang tua dalam menjaga
antara pengetahuan orang tua tentang
kesehatan
penanganan demam dengan kejadian
pengasuh,
kejang demam berulang pada anak.
pengawas dan konselor. Orang tua
Berdasarkan hasil Uji Korelasi Rank
berperan mengasuh anak sesuai dengan
Spearman maka diperoleh nilai sig=
perilaku kesehatan yaitu mengajarkan
0,032
bahwa
anak pada perilaku hidup bersih dan
korelasi antara pengetahuan dengan
sehat, gosok gigi, cuci tangan sebelum
kejadian kejang demam berulang adalah
dan sesudah makan serta memberikan
bermakna. Nilai koefisien Korelasi Rank
petunjuk makanan yang sehat (Mubarok,
Spearman -0,392 menunjukkan bahwa
Chayatin & Santoso, 2006).
yang
korelasi
menunjukkan
dengan
yaitu
pendidik,
sebagai
pendorong,
kekuatan
Orang tua yang telah mendapatkan
korelasi yang sedang. Semakin tinggi
pengetahuan tentang suatu penyakit dan
pengetahuan
orang
tua
tentang
cara penanganan serta penanganannya
penanganan
demam
maka
semakin
kejang
demam
rendah
negatif
keluarga
terjadinya
dari
melakukan
penanganan yang baik sehingga akan
Kejadian kejang demam dapat dengan
kesehatan
perilaku atau tindakan pencegahan atau
berulang pada anak.
dicegah
petugas
berbagai
mencegah anak mendapatkan dampak
metode
yang
buruk (Gandhi,
et.al,
2013).
perilaku dalam penanganan demam.
Penelitian yang dilakukan oleh Riandita
Seseorang
perilaku
(2012) bahwa terdapat hubungan antara
didasarkan pada pengetahuan dan juga
tingkat pengetahuan ibu tentang demam
kesadaran yang positif, yang akan
dengan pengelolaan demam pada anak.
membuat perilaku berlangsung langgeng
Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah
(Notoatmodjo, 2012).
memiliki risiko tujuh kali lebih besar
mengadopsi
Faktor orang tua sangat berperan
untuk melakukan pengelolaan demam
dalam mencegah anak untuk terkena
anak yang buruk daripada ibu dengan
suatu
tingkat pengetahuan yang tinggi.
penyakit.
Orang
tua
adalah
komponen keluarga yang terdiri dari
Khikmah
(2012)
dalam
ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari
penelitiannya juga menemukan bahwa
sebuah ikatan perkawinan yang sah yang
ada
dapat
keluarga
pengetahuan ibu dengan kejadian diare
(Ridwan, 2008). Orang tua terdiri dari
pada anak usia dua sampai dengan lima
ayah dan ibu
tahun di wilayah kerja puskesmas
membentuk
sebuah
yang masing-masing
mempunyai peran dan fungsi.
hubungan
antara
tingkat
kecamatan Karanganyar. Lima puluh
5
tiga ibu yang mempunyai pengetahuan
membantu meningkatkan pengetahuan
baik, 18 anak mengalami diare dan 35
ibu-ibu tentang demam supaya dapat
anak tidak mengalami diare. Hasil yang
melakukan penanganan demam yang
sama juga ditemukan pada penelitian
baik terhadap anak
yang dilakukan oleh Kusumawardana DAFTAR PUSTAKA Friedman, M.M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori dan aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.
(2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan tentang
antara demam
pengetahuan berdarah
ibu
dengan
kejadian demam berdarah di wilayah Gandhi, P.K., Kenzik, K.M., Thompson, L.A., DeWalt, D.A., Revicki, D.A., Shenkman, E.A. and I-Chan Huang. (2013). Exploring factors influencing asthma control and asthma-specific health-related quality of life among children. Respiratory Research. 14(26).
kerja puskesmas Ngoresan Kecamatan Jebres Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berpendapat pengetahuan orang tua tentang penanganan demam perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2013). Konsensus penatalaksanaan kejang demam. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
kejang demam pada anak. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan yang meliputi etiologi,
definisi,
pencegahan,
faktor
risiko,
pengelolaan,
dan
Kusumawardana, I. (2012). Hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang demam berdarah dan kejadian demam berdarah di wilayah kerja puskesmas ngoresan kecamatan jebres surakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhmmadiyah Surakarta, Surakarta.
komplikasi tentang kejang demam.
SIMPULAN Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
orang
tua
tentang
penanganan demam dengan kejadian kejang
demam
berulang.
Mubarok, W.I., Chayatin, N., & Santosos, A.B. (2010). Buku ajar keperawatan komunitas, pengantar dan teori. Jakarta: Salemba Medika.
Perlu
dilakukan penelitian selanjutnya dengan jumlah subyek yang lebih besar dan populasi umum serta mengikutsertakan
Notoatmodjo. (2005). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka.
variabel-variabel lain yang belum diteliti untuk memperoleh hasil yang lebih
Notoatmodjo. (2010). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka.
akurat. Saran bagi RS adalah menyusun program
kegiatan
untuk
memberi
edukasi atau penyuluhan yang dapat
6
Reza, M., Eftekhaari, T. E., Farah, M. (2008). Febrile seizures: Faktors affecting risk of recurrence. J Pediatr Neurol. 6, 341-344. Riandika, A. (2012). Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan pengelolaan demam pada anak. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Dipnegoro, Semarang. Ridwan, A. (2008). Isu mutakhir imunisasi. http://ridwanamiruddin.wordpress .com. Diakses tanggal 26 Mei 2015. Sadleir, L.G. & Scheffer, I.E. (2007). Clinical review febrile seizures. BMJ. 334, 307-311.
7