FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI PADA SAAT MENARCHE DI MTS BANTARUJEG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015
Oleh : Arni Wianti
ABSTRAK Menarche merupakan peristiwa paling penting bagi remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai. Salah satu yang sangat ditekankan bagi perempuan yang tengah mengalami menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan diri. Hasil studi pendahuluan di MTS Bantarujeg terhadap 20 siswi tentang perilaku personal hygiene saat menarche didapatkan sebanyak 9 orang (45%) kurang baik dalam kebersihan diri pada saat menarche. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII dan kelas VIII MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun ajar 2013-2015 yang sudah mengalami menarch yaitu sebanyak 78 siswi. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi square dengan α = (0,05) Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengahnya (82.1%) siswi berperilaku baik pada saat menarch, lebih dari setengahnya (69.2%) siswi berpengetahuan baik tentang Personal Hygiene, lebih dari setenghanya (61.5%) siswi tidak pernah terpapar informasi tentang personal hygiene saat menarch, kurang dari setengahnya (43.6%) siswi dengan peran orang tua kurang baik. Ada hubungan antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch. Tidak ada hubungan antara keterpaparan informasi tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch. Tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch. Saran diajukan bagi sekolah agar bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk mensosialisasikan tentang kebersihan diri saat Menarch, dengan memberikan penyuluhan kepada siswi-siswi secara berkala atau setiap ajaran baru
ABSTRACT
Menarche is the most important event for young women as a sign of fertility cycle has begun. One of the highly emphasized for women who are menstruating are maintaining personal hygiene. Results of preliminary studies in MTS Bantarujeg to 20 female students on personal hygiene behavior at menarche earned by 9 people (45%) are less good in personal hygiene at the time of menarche. The purpose of this study was to determine the factors associated with personal hygiene behavior at menarche in girls at MTS Bantarujeg Majalengka 2015. This research is a quantitative study using a cross sectional design. The population in this study were all female students of class VII and class VIII MTS Bantarujeg Majalengka years teaching experience menarch 2013-2015 who had as many as 78 female students. Research instrument used was a questionnaire. Data analysis included univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using chi square test with α = (0.05) The results showed more than half (82.1%) female students are well behaved when menarch, more than half (69.2%) female students good knowledge about the Personal Hygiene, more than setenghanya (61.5%) female students were never exposed to information about the personal hygiene when menarch, less than half (43.6%) female students with the role of parents is not good. There is a relationship between knowledge about personal hygiene personal hygiene student behavior during menarch. There is no relationship between exposure to information about the personal hygiene personal hygiene student behavior during menarch. There is no relationship between the role of parents with personal hygiene student behavior during menarch. Suggestions put forward for schools to cooperate with health workers to socialize about personal hygiene when Menarch, by providing counseling to female students on a regular basis or each new school PENDAHULUAN Pada masa remaja, datanganya menstruasi untuk pertama kalinya (menarche) merupakan suatu tanda bahwa remaja tersebut mulai mengalami masa masa dewasa. Sarwono (2005:103) mengemukakan bahwa menarche merupakan peristiwa paling penting bagi remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai. Akan tetapi datangnya menarche dapat membuat sebagian remaja takut dan gelisah, karena beranggapan bahwa darah haid merupakan suatu penyakit, namun beberapa remaja justru merasa senang sewaktu mendapatkan menarche, terutama mereka yang telah mengetahui tentang menarche. Salah satu yang sangat ditekankan bagi perempuan yang tengah mengalami menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan diri. Kebersihan diri pada saat menstruasi merupakan komponen hygiene perorangan yang memegang peranan
penting dalam perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya gangguan pada fungsi alat kelamin. Hal ini seperti yang dijelaskan menurut Rosidah (2006:98) menyatakan bahwa pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan infeksi saluran reproduksi. Secara umum dampak apabila tidak menjaga menjaga kebersihan diri, terutama menjaga kebersihan organ reproduksi dijelaskan menurut Surjadi (2002:79) yaitu udara panas cenderung lembab dan berkeringat membuat tubuh menjadi lembab, terutama daerah alat reproduksi yang menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan mudah menimbulkan penyakit seperti kanker rahim.
Menurut Progestian (2009, dalam : http://repository.usu.ac.id) mengemukakan bahwa berdasarkan data dari badan kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks merupakan kanker nomor dua terbanyak pada perempuan berusia 15–45 tahun setelah kanker payudara. Tidak kurang dari 500.000 kasus baru dengan kematian 280.000 penderita terjadi setiap tahun diseluruh dunia. Bisa dikatakan, setiap dua menit seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks. Di Wilayah Asia Pasifik dan Timur Tengah ada 1,3 Milyar perempuan berusia 13 tahun ke atas yang beresiko terkena kanker serviks. WHO memperkirakan ada lebih dari 265.000 kasus kanker serviks dengan kematian 140.000 penderita setiap tahun di wilayah ini. Menurut data Globocan 2002, terdapat lebih dari 40.000 kasus baru kanker serviks dengan sekitar 22.000 kematian karenanya pada wanita di Asia Tenggara. Angka kejadian kanker serviks di Indonesia menurut Nurwijaya dkk (2010, dalam : http://library.upnvj.ac.id) mengemukakan bahwa menurut Yayasan Kanker Indonesia, kanker serviks merupakan angka kematian terbanyak di antara jenis kanker lain di kalangan perempuan. Diperkirakan, 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks, sementara 36 persen perempuan dari seluruh penderita kanker adalah kanker serviks. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8.000 orang pertahun Di Jawa Barat berdasarrkan data dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) tahun 1987 – 1988 sebanyak 20,09 penderita kanker merupakan penderita kanker serviks. (Susanto, 2008 dalam :http://female.kompas.com). Angka kejadian kanker serviks di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 sebanyak 7 orang (1,3%) dari semua penderita yang dirawat, terdiri dari 4 orang di RSUD Cideres dan 3 orang di RSUD Majalengka (Rekam Medik RSUD Cideres dan Majalengka, 2015). Salah satu upaya bentuk pencegahan dini kanker servisk adalah
dengan pemeriksaan papsmear dan memperbaiki perilaku kebersihan diri terutama pada saat menstruasi. Perilaku higienis perlu dibahas secara mendalam, hal ini karena berdasarkan studi pustaka yang ada yaitu menurut Indriastuti (2009:38) menjelaskan bahwa salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Namun demikian perilaku higienis pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi. Menurut Notoatmodjo (2007 : 144) menjelaskan bahwa “Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan”. Peran orang tua dalam perilaku kebersihan remaja pada saat menarch sangat penting, hal ini dijelaskan menurut Sotjiningsih (2004:52) bahwa orang tua memiliki peranan penting terhadap remaja putrinya, apalagi hal ini menyangkut menarche dimana pada proses menstruasi ini akan menjadikan sesuatu yang membuat remaja putri waswas dan risau manakala kedua orang tua (terutama ibu) tidak memberikan penjelasan secara proporsional tentang kebersihan diri saat menstruasi. Keterpaparan informasi dapat mempengaruhi perilaku kebersihan diri pada remaja saat mesntruasi pertama kali, seperti dijelaskan menurut Notoatmodjo (2007:148) bahwa semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan data dari UPTD Puskesmas Bantarujeg pada bulan Januari tahun 2015 ditemukan angka kejadian keputihan pada remaja usia > 14 sebanyak 2 orang dan angka kejadian dismenorhoe sebanyak 3 orang. Hasil
studi pendahuluan di MTS Bantarujeg yang dialkukan pada bulan April tahun 2015 dengan cara membagikan kuesioner terhadap 20 siswi tentang perilaku personal hygiene saat menarche didapatkan sebanyak 9 orang (45%) kurang baik dalam kebersihan diri pada saat menarche dan sebanyak 11 orang (65%) siswi sudah baik dalam personal hygiene saat menarche. Berdasarkan latar belakang masalah peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “FaktorFaktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarche di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015, secara rinci : 1. Untuk mengetahui gambaran perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang personal hygene saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015 3. Untuk mengetahui gambaran keterpaparan informasi tentang personal hygiene saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015 4. Untuk mengetahui gambaran peran orang tua di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015 5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015 6. Untuk mengetahui hubungan keterpaparan informasi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015 7. Untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarche di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII dan kelas VIII MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun ajar 2013-2015 yang
sudah mengalami menarch yaitu sebanyak 78 siswi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total sampling atau seluruh populasi dijadikan sampel penelitian, Pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara memberikan angket kepada siswi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS, meliputi analisa univariat dan analisa bivariat
HASIL PENELITIAN Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch Kurang baik Baik Total Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa siswi dengan perilaku personal hygiene kurang baik sebanyak 14 orang Tabel 4.2
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat siswi yang berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang (6.4%) dan siswi yang
14 64 78
17.9 82.1 100.0
(17.9%) dan siswi dengan perilaku personal hygine baik ebanyak 64 orang (82.1%).
f 5 19 54 78
% 6.4 24.4 69.2 100.0
berpengetahuan cukup sebanyak 19 orang (24.4%) dan siswi yang berpengetahuan baik sebanyak 54 orang (69.2%).
Distribusi Frekuensi Keterpaparan informasi Tentang Personal Hygiene di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Keterpaparan informasi Tidak Pernah Pernah Total
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa siswi yang tidak pernah terpapar informasi tentang personal hygiene saat menarch sebanyak 48 orang (61.5%) dan Tabel 4.4
%
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Personal Hygiene di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total
Tabel 4.3
f
f 48 30 78
% 61.5 38.5 100.0
siswi yang pernah terpapar informasi tentang personal hygiene saat menarch sebanyak 30 orang (38,5%).
Distribusi Frekuensi Peran Orang Tua di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Peran Orang Tua Kurang Baik Total
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa siswi dengan peran orang tua kurang baik sebanyak 34 orang (43.6%)
f 34 44 78
% 43.6 56.4 100.0
dan siswi dengan peran orang tua baik sebanyak 44 orang (56.4%).
Tabel 4.5
Hubungan Pengetahuan Tentang Personal Hygiene Dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah
Perilaku Kurang Baik Baik n % n % 3 60.0 2 40.0 5 26.3 14 73.7 6 11.1 48 88.9 14 17.9 64 82.1
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 5 siswi yang berpengetahuan kurang ada sebanyak 2 (40,0%) dengan perilaku baik, dari 19 siswi berpengetahuan cukup ada sebanyak 14 (73,7%) dengan perilaku baik dan dari 54 siswi ada sebanyak 48 (88,9%) siswi dengan perilaku baik.
Tabel 4.6
n 5 19 54 78
% 100.0 100.0 100.0 100.0
p value
0,013
Hasil analisis menunjukkan hasil yang bermakna dapat terlihat dari uji chi square, yakni p value = 0,013 kurang dari nilai α (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau ada hubungan antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015.
Hubungan Keterpaparan informasi tentang Personal Hygiene dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Keterpaparan informasi Tidak terpapar Terpapar Jumlah
Perilaku Kurang Baik Baik n % n % 11 22.9 37 77.1 3 10.0 27 90.0 14 17.9 64 82.1
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 48 siswi yang tidak terpapar informasi ada sebanyak 37 (77,1%) siswi dengan perilaku baik dan dari 30 orang siswi yang terpapar informasi ada sebanyak 27 (90,0%) siswi dengan perilaku baik. Hasil analisis menunjukkan hasil yang kurang bermakna dapat terlihat dari
Tabel 4.7
Total
Total n 48 30 78
% 100.0 100.0 100.0
p value
0,253
uji chi square, yakni p value = 0,253 > α (0,05) yang berarti hipotesis nol gagal ditolak atau tidak ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015.
Hubungan Peran Orang Tua Dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Peran Orang Tua
Perilaku Kurang Baik
Baik
Total
p value
Kurang Baik Jumlah
n 9 5 14
% 26.5 11.4 17.9
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 34 siswi yang kurang mendapat peran orang tua ada sebanyak 25 (73,5%) siswi dengan perilaku baik dan dari 44 orang siswi yang mendapat peran orang tua baik ada sebanyak 39 (88,6%) dengan perilaku baik. Hasil analisis menunjukkan hasil yang tidak bermakna dapat terlihat dari uji
n 25 39 64
% 73.5 88.6 82.1
n 34 44 78
% 100.0 100.0 100.0
0,154
chi square, yakni p value = 0,154 lebih dari nilai α (0,05) yang berarti hipotesis nol gagal ditolak atau tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015.
PEMBAHASAN a. Gambaran Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian pada faktor perilaku Personal Hygiene siswi pada saat Menarch didapatkan kurang dari setengahnya siswi di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015 sebagian kecil berperilaku kurang terhadap Personal Hygiene siswi. Pengetahuan dan keterpaparan informasi siswi yang kurang akan berdampak langsung pada perilaku siswi terhadap keberishan Menarch. Lingkungan pergaulan siswi disekolah atau lingkungan sekitar rumah akan berpengaruh terhadap perilaku siswi. Hasil ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003:127) menjelaskan bahwa perilaku pada manusia dipengaruhi beberapa faktor, yang meliputi faktor predisposisi (predisposing faktors) yang terwujud dalam pengetahuan, keterpaparan informasi, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, faktor pendukung (enabling faktors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat-alat steril dan sebagainya, dan faktor pendorong (reinforcing faktors) yang terwujud dalam
keterpaparan informasi dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Penelitian ini sejalan dengan teori Notoatrmodjo (2010:86) mengemukakan bahwa terbentuknya perilaku menjaga kebersihan organ genital, terutama pada remaja putri dimulai pada domain kognitif, dalam arti remaja putri tahu terlebih dahulu tehadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Sehingga menimbulklan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk keterpaparan informasi si subjek terhadap objek yang diketahui itu.
b. Gambaran Pengetahuan Tentang Personal Hygiene di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian pada faktor pengetahuan tentang Personal Hygiene didapatkan kurang dari setengahnya siswi di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015 berpengetahuan kurang tentang Personal Hygiene. Hal ini dikarenakan materi tentang personal hygiene tidak dipelajari secara khusus
di sekolah umum, sehingga banyak siswa yang masih awam dengan bahasa medis, selain itu UKS jarang mengadakan seminar tentang personal hygiene saat menarch. Hal ini sesuai dengan pendapat Alimul (2006:124) menyatakan bahwa “Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis”. Pendapat tersebut sejalan dengan Rasmun (2001:141) mengemukakan bahwa pengetahuan Personal Hygiene merupakan informasi yang menerangkan tentang berbagai aspek yang diketahui oleh remaja dalam lingkup Personal Hygiene meliputi reproduksi sehat, perkembangan seksual pada remaja, anatomi fisiologi alat reproduksi, proses kehamilan, masa subur seorang wanita, aborsi, penyakit menular seksual Hasil ini sejalan juga dengan pendapat Widiastuti (2009:72) menjelaskan bahwa pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang haid serta tentang alat reproduksi wanita perlu diperoleh setiap remaja wanita. Dengan melaksanakan berbagai metoda untuk memberikan pengetahuan pada remaja, mengenai Personal Hygiene, diharapkan akan tumbuh keadaan yang kondusif dalam peningkatan pengetahuan, kemudian keterpaparan informasi, dan perilaku kehidupan seksual sehat dan bertanggung jawab pada remaja. c. Gambaran Keterpaparan informasi Tentang Personal Hygiene di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian pada faktor keterpaparan informasi tentang personal hygiene didapatkan lebih dari setengahnya siswi di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka
tahun 2015 tidak terpapar informasi. Hal ini dapat disebabkan karena minimnya sarana dan prasaran infromasi tentang personal hygiene dan sosialisasi yang kurang dari UKS. Hal ini akan berdampak pada kurang baiknya perilaku personal hygine siswi terutama pada saat menstruasi. Keterpaparan informasi dapat mempengaruhi perilaku kebersihan diri pada remaja saat mesntruasi pertama kali, seperti dijelaskan menurut Notoatmodjo (2007:148) bahwa semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Soekanto (2002) mengemukakan bahwa “Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru”. d. Gambaran Peran Orang Tua di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian pada faktor peran orang tua didapatkan kurang dari setengahnya yaitu siswi di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015, kurang dari setengahnya dengan peran orang tua kurang. Siswa yang kurang mendapat peran dari orang tua dapat dikarenakan kurang terbukanya orang tua dalam komunikasi dengan anak tentang kebersihan pada saat menstruasi. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengantarkan anak-anaknya kealam dewasa. “Ayah dan ibu menjadi sumber utama, informasi mengenai pengetahuan tentang pubertas kepada remaja secara benar dan terpercaya” (Hurlock, 2005:425). Menurut Wulandari (2008 dalam :
www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.) menjelaskan bahwa peran orang tua yang salah akan berdampak pada pengetahuan dan perilaku remaja dalam menghadapi perkembangan reproduksi, dimana perilaku itu di pengaruhi oleh pengetahuan. Disini di perlukan peran orang tua dalam memberikan informasi agar remaja tidak memiliki persepsi yang salah tentang kesehatan reproduksi jika remaja tidak diberikan informasi yang benar dan tepat oleh orang tua maka remaja akan memiliki reaksi atau persepsi yang negative terhadap kesehatan reproduksi. e. Hubungan Pengetahuan Tentang Personal Hygiene Dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015. Hal ini dapat dimengerti karena pada sisiwi yang berpengetahuan baik pada umumnya lebih baik dalam perilaku personal hygiene. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2003:129) menyatakan bahwa terbentuknya perilaku menjaga kebersihan organ genital, terutama pada remaja putri dimulai pada domain kognitif, dalam arti remaja putri tahu terlebih dahulu tehadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Sehingga menimbulklan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk keterpaparan informasi si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Hasil ini sejalan dengan pendapat Skinner dalam Rasmun (2001:78) menyatakan bahwa hasil hubungan antara tahu dan input mengenai stimulus atau respon yang
datang dari individu dalam hal ini pengetahuan merupakan suatu stimulus yang akhirnya akan membentuk suatu keterpaparan informasi baik yang bersifat positif maupun negatif. f. Hubungan Keterpaparan Informasi tentang Personal Hygiene dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara keterpaparan informasi tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Hal ini dikarenakan pada siswi yang tidak terpapar informasi ada kecenderungan memiliki perilaku yang baik dalampersonal hygiene. Mudahnya akses informasi bagi remaja terutama tentang kesehatan reproduksi dapat meningkatkan pengetahuan sehingga mempengaruhi perilaku. Menurut Notoatmodjo, (2003) mengemukakan bahwa informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacammacam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lainlain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Menurut Soekanto (2002) mengemukakan bahwa “Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru”. g. Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015. Hal ini dikarenakan pada siswi yang kurang mendapat peran dari orang tua memiliki perilaku yang baik dalam personal hygiene pada saat menarch. Menurut Wulandari (2008 dalam : www.jurnal.stikesaisyiyah.ac.) menjelaskan bahwa peran orang tua yang salah akan berdampak pada pengetahuan dan perilaku remaja dalam menghadapi perkembangan
reproduksi, dimana perilaku itu di pengaruhi oleh pengetahuan. Disini di perlukan peran orang tua dalam memberikan informasi agar remaja tidak memiliki persepsi yang salah tentang kesehatan reproduksi jika remaja tidak diberikan informasi yang benar dan tepat oleh orang tua maka remaja akan memiliki reaksi atau persepsi yang negative terhadap kesehatan reproduksi. Pengaruh orang tua dalam personal hygiene siswi didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan (Maryatun 2012 dalam http://lib.unnes.ac.id/18753/1/160140 9035.pdf) diperoleh hasil bahwa remaja yang tinggal bersama dengan orang tuannya, memperlihatkan komunikasi antar orang tua dan remaja yang baik. Komunikasi tersebut menjadikan remaja mempunyai perilaku seksual yang rendah, komunikasi yang baik menunjukan peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Orang tua memegang peran sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan anak remaja pada umumnya dan kesehatan reproduksi pada khususnya.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Personal Hygiene Siswi Pada Saat Menarche di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015” dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Sebagian kecil (17,9%) siswi dengan perilaku kurang baik pada saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015. 2. Sebagian kecil (6,4%) siswi berpengetahuan kurang tentang personal hygiene di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015
3. Lebih dari setenghanya (61,5%) siswi tidak pernah terpapar informasi tentang personal hygiene saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015 4. Kurang dari setengahnya (43.6%) siswi dengan peran orang tua kurang baik di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015. 5. Ada hubungan antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene siswi pada saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka tahun 2015 6. Tidak ada hubungan antara keterpaparan informasi tentang personal hygiene dengan perilaku
personal hygiene siswi pada saat menarch di mts bantarujeg kabupaten majalengka tahun 2015 7. Tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan perilaku personal
hygiene siswi pada saat menarch di MTS Bantarujeg Kabupaten Majalengka Tahun 2015
SARAN 1. Perlunya upaya pihak sekolah agar bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk mensosialisasikan tentang kebersihan diri saat Menarch, dengan memberikan penyuluhan kepada siswi-siswi secara berkala atau setiap ajaran baru. 2. Meningkatkan pengetahuan siswi melalui diadakannya pendidikan kesehatan tentang Personal Hygiene atau pun mengadakan kegiatan konseling khusus siswi dengan guru BP. Menambah sumber informasi
DAFTAR PUSTAKA
tentang kebersihan diri pada saat Menarch melalui media internet atau buku-buku khusus tentang Personal Hygiene 3. Siswi agar lebih aktif lagi dalam pencarían informasi tentang personal hygiene pada saat menstruasi, memaksimalkan komunikasi dengan orang tua tentang personal hygiene saat menstruasi dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang mendukung personal hygiene.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta BKKBN. 2013. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta : BKKBN Barbara. 2008. Buku Ajar Fundamental keperawatan: Konsep,. Proses, dan Praktik, Edisi 7, Volume 1. Jakarta: EGC Deswita, 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Erna, 2005. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC Hidayat, 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika Indriastuti. 2009. Perilaku Hgienis Remaja Putri Saat Menstruasi. Jurnal. Surakarta : Universitas Muhammadiyah. Mubarak. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC Maulana, 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka. Cipta ________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ikmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineka. Cipta ________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta. Rineka Cipta Pinem. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM Prawirohardjo. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina. Pustaka Proverawati, 2010. Menopause dan Sindrome Premenopause. Yogyakarta : Nuha medika Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,. Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC Santrock, 2003. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Sarwono. 2005. Psikologi remaja. Edisi revisi 8. Jakarta : Raja Grafindo Pustaka. Soekanto. 2002. Sosiologi suara pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sotjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: Sagung Seto Surjadi. 2002. Kesehatan Reproduksi. Ed. 1. Jakarta : Jaringan Epidemiologi Nasional Suharti. 2008. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu. Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan, Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Widiastuti, 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya.