Status Menarche dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Siswi SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta Tahun 2013 Ade Rosanti dan Yvonne Magdalena I Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui hubungan antara status gizi, persen lemak tubuh, asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak, usia menarche ibu, sosial ekonomi, aktvitas fisik, dan keterpaparan media cetak, elektronik dan lawan jenis dengan status menarche. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional pada 130 orang, kelas IV – VI SDN Cijantung 03 dan kelas VII – VIII SMPN 103 Jakarta yang berumur 9-15 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratifikasi dan dilanjutkan dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 69,2% siswi sudah mendapat menarche, dengan rata-rata usia menarche 11,60 ± 1,00 tahun. Usia termuda yang mengalami menarche 9 tahun, dan usia tertua adalah 14 tahun. Persen lemak tubuh, aktivitas fisik, keterpaparan media elektronik dan keterpaparan lawan jenis berhubungan dengan status menarche, dan persen lemak tubuh merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan menarche. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak sekolah untuk melakukan pengukuran status gizi dan persen lemak tubuh secara berkala, melakukan kompetisi olahraga serta perlu diadakannya edukasi mengenai reproduksi dan juga gizi seimbang. Kata kunci: aktivitas fisik, keterpaparan lawan jenis, menarche, persen lemak tubuh. Abstract The purpose of this research was to determine the correlation among nutrient status, the percentage of body fat, the intake of energy, carbohydrate, protein and fat, mother’s menarcheal age, social economic, physical activity, and electronic media, printed media, and the relation with the opposite sex with menarche status. The design of this research was cross sectional study on 130 female students, 4th – 6th grade of SDN Cijantung 03 and 7th – 8th grade of SMPN 103 Jakarta around nine to fifteen years old. Samples were taken by stratified method and simple random. The result showed that 69,2% had menarche by the average of menarche age 11,60 ± 1,00 year. The youngest age of menarche age was 9 years old and the oldest age was 14 years old. Percentage of body fat, physical activity, the influence of electronics media and relation with opposite sex has significant correlation with menarche status, and percentage of body fat was dominant factors that related to menarche status. Therefore, the school suggested to measures students nutritional status and percentage of body fat regularly, held sports competition, and education about reproduction and nutrition. Key words: Menarche, Opposite Gender Exposure, Percentage of Body Fat, Physical Activity.
1
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
Pendahuluan Menarche, menstruasi pertama, berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan yang ditandai dengan pematangan organ reproduksi pada wanita (Blell, 2005). Menarche terjadi pada rentang usia 10 sampai 16 tahun. Namun, dalam beberapa dekade terakhir terjadi pergeseran usia menarche ke usia yang lebih muda (Thomas, 2001). Pergeseran usia menarche ini dapat menimbulkan dampak cukup besar, karena kecepatan kematangan organ reproduksi tidak diikuti dengan kecepatan kematangan mental dapat menimbulkan penyimpangan
seksual
dan
meningkatnya
kejadian
pernikahan
dini
yang
dapat
mengakibatkan kehamilan di usia muda dan beresiko pada janin (Wathgrey, 1999 dalam Aryati, 2002; Tiwari, 2005). Selain itu juga dapat meningkatkan angka kematian ibu di Indonesia (Iskandar, 1998). Penelitian mengenai usia menarche telah dilakukan di beberapa negara dan hasilnya menunjukkan telah terjadi penurunan usia menarche. Berdasarkan penelitian di 67 negara diketahui terjadinya pergeseran usia menarche dari usia 16 tahun menjadi 13 tahun. Penelitian yang dilakukan di Surabaya pada tahun 1976, menemukan bahwa pergeseran usia menarche terjadi lebih awal 1 tahun dibandingkan dengan data pada tahun 1956 (Myrtati, 1992). Pergeseran usia menarche diketahui berhubungan dengan beberapa faktor, salah satunya adalah asupan zat gizi. Dalam beberapa tahun terakhir, pola konsumsi masyarakat telah mengalami perubahan dan penyimpangan. Perubahan dan penyimpangan pola makan masyarakat tersebut ditandai dengan mulai terbiasanya masyarakat mengonsumsi makanan tinggi energi, karbohidrat, protein dan lemak. Tingginya asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dapat menyebabkan tingginya simpanan lemak dalam tubuh. Tingginya simpanan lemak tubuh ini kemudian dapat meningkatkan hormon gonadotropin sehingga menyebabkan percepatan kejadian menarche (Muthmainnah, 1999; Aswin 1982). Selain itu, status gizi dan persen lemak tubuh juga diketahui berhubungan dengan kejadian menarche. Seseorang dengan status gizi dan persen lemak tubuh yang baik akan cenderung mengalami menarche lebih cepat dibandingkan yang memiliki status gizi dan persen lemak tubuh kurang (Dietz et al, 2005). Perubahan tersebut juga akan menjurus pada penurunan aktivitas fisik. Seseorang yang jarang melakukan aktivitas fisik atau olahraga akan mengalami menarche lebih cepat dibandingkan dengan siswi yang aktif melakukan aktivitas fisik atau olahraga (Dietz et al, 2005).
2
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
Lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya menarche. Siswi dengan lingkungan sosial ekonomi yang tinggi akan memudahkan akses untuk menjangkau segala informasi termasuk informasi seksual melalui media elektronik, cetak. Pengaruh rangsangan ini akan memacu
hormon-hormon
yang
dapat
menimbulkan
imajinasi
seksual
dan
dapat
mengakibatkan proses kedewasaan yang terlalu dini sehingga pada akhirnya akan menimbulkan menarche (Syamsuar, 1984). Berdasarkan beberapa data yang telah dikemukakan sebelumnya, terlihat bahwa adanya pergeseran usia menarche. Berdasarkan survei pendahuluan terdapat 40% siswa yang mengalami menarche dini (< 11 tahun) (Rosanti, 2013). Hal tersebut yang mendorong penulis melakukan penelitian mengenai status menarche pada siswi SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan status menarche. Tinjauan Teoritis Remaja (dalam bahasa latin disebut “adolescer” yang berarti tumbuh) adalah suatu masa dimana dimulainya masa pubertas dan pertumbuhan, kematangan fisik serta perkembangan untuk menjadi dewasa (Krummel, & Penny, 1996). Masa remaja biasanya identik dengan masa pubertas. Pubertas adalah masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini juga terjadi proses pematangan fisik, hormonal dan pertumbuhan yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ-organ reproduksi, munculnya ciri-ciri kelamin sekunder dan terjadinya menarche (Wong, 2001). Pada saat memasuki masa pubertas, hipotalamus akan memengaruhi hipofisis untuk mensekresikan hormon gonadotropin. Hormon gonadotropin akan menstimulasi pengeluaran FSH dari kelenjar hipofisis anterior. FSH akan menstimulasi folikel de graff sampai matang yang banyak mengandung estrogen. Setelah pematangan folikel, kelenjar pituitary akan mengeluarkan LH (Luitenizing Hormone) yang kemudian menyebabkan folikel pecah dan sel telur keluar. Peristiwa ini yang disebut ovulasi. Setelah terjadinya ovulasi maka terbentuklah korpus luteum yang menghasilkan progesteron. Adanya progesteron akan menyebabkan terjadinya proliferasi endometrium. Namun bila tidak terjadi pembuahan, kadar estrogen dan progesterone akan menurun sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah dan pendarahan akibat peluruhan endometrium, proses ini disebut menstruasi/haid. Menstruasi yang terjadi pertama kali disebut menarche (Wiknjosastro, 1997). M. Menarche biasanya terjadi pada ratarata usia 12,4 tahun, namun menarche dapat terjadi antara usia 9 sampai 17 tahun (Mahan, et.al. 2008). Dalam beberapa dekade terakhir terjadi pergeseran usia menarche ke usia yang 3
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
lebih muda. Penelitian yang dilakukan oleh Lindayati (2007), menunjukkan hasil bahwa ratarata menarche terjadi pada usia 12,1 ± 0,91 tahun, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ginarhayu (2002), rata-rata usia menarche 12,27 ± 1,11 tahun. Penelitian yang dilakukan di beberapa Negara di dunia juga memperlihatkan kecenderungan penurunan ke usia yang lebih muda. Hal ini dibuktikan dari penelitian Rosenberg (1991), di Norwegia yang menyatakan bahwa terjadinya penurunan dari usia 15,6 tahun menjadi 13,3 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anarney (2003), di Amerika terjadi penurunan usia menarche dari usia 12,75 tahun menjadi 12,54 tahun (Eveleth, 1990). Status menarche diketahui berhubungan dengan beberapa faktor, salah satunya adalah asupan zat gizi. Seiring dengan terjadinya peningkatan asupan zat gizi seperti energi, karbohidrat, protein dan lemak juga terjadi peningkatan status gizi. Berdasarkan beberapa penelitian Bagga et al (2000), menyatakan bahwa seseorang dengan status gizi baik akan mengalami menarche dua bulan lebih awal dibandingkan dengan remaja putri yang berstatus gizi kurang. Hal ini berkaitan dengan persen lemak tubuh. Remaja putri yang memiliki persen lemak tubuh tinggi maka kadar leptin yang disekresikan dalam darahnya juga akan semakin tinggi. Leptin ini berpengaruh terhadap metabolisme Gonadothropin Releazing Hormone (GnRH). Pelepasan GnRH ini akan mempengaruhi kematangan reproduksi yang selanjutnya memicu pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Letuinizing Hormone (LH) di ovarium sehingga terjadi pematangan folikel dan pembentukan esterogen (Quennel, 2009). Faktor lainnya yang juga mempengaruhi status menarche adalah faktor lingkungan salah satunya lingkungan sosial ekonomi. Sosial ekonomi tinggi akan memberikan kemudahan masyarakat untuk mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Kemudahan akses ini dapat memberikan dampak bagi anak-anak dan remaja dapat mengakses segala informasi termasuk informasi yang diperuntukkan untuk orang dewasa seperti film porno, majalah/buku bergambar porno, serta rangsangan dari lawan jenis yang akan dapat mempercepat pematangan seksual (Syamsuar, 1984). Rangsangan yang kuat dari luar berupa film, buku bacaan, majalah bergambar seksi, dan rangsangan dari kaum pria akan meningkatkan kematangan seksual yang lebih cepat (Kartono, 1995). Keterpaparan lawan jenis dan juga film dewasa tersebut dapat meningkatkan reaksi seksual (Aisyah, 2003 dan Kartono, 1995). Penelitian yang dilakukan oleh Barus (2007) juga memperlihatkan bahwa remaja putri yang terpapar media elektronik dewasa akan cenderung mengalami menarche yang lebih cepat dibandingkan dengan remaja yang tidak terpapar. Adanya hubungan antara keterpaparan media elektronik dikarenakan remaja tersebut sudah dapat membuat keputusan dan rasa ingin tahu mengenai seksual jauh lebih tinggi (Dickey, 2007). Selain itu, seorang 4
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
remaja yang sering melihat dan membaca media massa (elektronik dan cetak) akan mempengaruhi kerja otak dimana terdapat hormon FSH (follicle stimulating hormone) yang akan mempercepat pubertas yang kemudian akan mempercepat menarche (Brown et al, 2005). Selain itu, sosial ekonomi yang tinggi juga akan merubah merubah gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktivitas fisik. Aktivitas fisik seperti olahraga juga diketahui dapat memengaruhi usia menarche. Bagga (2000) mengungkapkan bahwa penurunan usia menarche pada remaja putri (9-11) tahun terjadi pada remaja yang aktif melakukan olahraga. Hal ini disebabkan oleh aktivitas fisik yang berat akan menunda menarche melalui mekanisme hormonal dengan menurunkan produksi progesterone yang menyebabkan adanya penundaan kematangan endometrium (Karapanou, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Dietz et al (2005) mengungkapkan bahwa remaja putri yang jarang melakukan aktivitas fisik akan mengalami menarche lebih cepat. Hal ini berkaitan dengan peningkatan massa tubuh dan lemak tubuh yang juga merupakan salah satu faktor terjadinya menarche. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta pada bulan Maret – April 2013. Variabel dependen yang diteliti yaitu status menarche. Sementara itu independen yang diteliti yaitu usia menarche ibu, status gizi, persen lemak tubuh, asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak, aktivitas fisik, sosial ekonomi, iklim, aktivitas fisik dan stimulan psikis. Subjek Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswi SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta kelas IV-VIII. Berdasarkan perhitungan besar sampel dengan pendekatan uji beda dua proporsi dua kelompok independen, didapatkan jumlah minimal sampel sebesar 120 siswi. Untuk menghindari kemungkinan adanya data yang tidak valid, maka peneliti menambahkan sample sebesar 10% sehingga didapatkan 135 siswi. Dari 135 siswi tersebut akan diambil dengan cara stratified random sampling berdasarkan strata jenjang pendidikan SD dan SMP. Berdasarkan perhitungan besar sampel untuk tiap strata diatas, didapatkan sampel sebesar 40 orang untuk strata jenjang pendidikan SD dan 95 orang untuk strata jenjang pendidikan SMP. Setelah itu dilakukan random sampling untuk didapatkan sampel. Sistem random sampling dalam penelitian ini menggunakan daftar nama yang telah diurutkan kemudian dilakukan pengocokan sebanyak 40 kali untuk jenjang SD dan 95 kali untuk jenjang SMP. 5
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data penelitian ini, tahap pertama adalah pengukuran berat badan, tinggi badan, dan persen lemak tubuh. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital camry dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise. Untuk pengukuran persen lemak tubuh menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein dan lemak) dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam. Tahap terakhir adalah pengisian kuesioner. Kuesioner ini berisi mengenai identitas individu, data orang tua dan beberapa pertanyaan dari variabel penelitian diantaranya stimulan psikis dan aktvitas fisik. Untuk data Aktivitas fisik diperoleh dengan pengisian kuesioner aktivitas fisik PAQ-C (Physical Activity for Children) yang merupakan kuesioner recall aktivtias fisik selama 7 hari dan telah dimodifikasi sesuai dengan uji validasi dan realibilitas. Kuesioner PAQ-C dikembangkan untuk remaja usia 9-14 tahun, sehingga sesuai dengan responden pada penelitian ini. Kuesioner ini juga telah terbukti valid untuk menilai aktivitas fisik pada remaja (Kowalski et al., 2004). Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran setiap variabel dalam penelitian. Hasilnya dipaparkan pada tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi tersebut berisi jumlah sampel, persentase, dan nilai rata-rata dari data pendukung yaitu status gizi, persen lemak tubuh, asupan zat gizi, usia menarche ibu dan usia menarche responden. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Uji regresi logistik ganda merupakan uji statistic yang digunakan untuk uji multivariat untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian menarche. Hasil Penelitian Berikut merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan baik hasil analisis univariat maupun bivariat dari semua variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
6
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Status Menarche dan Usia Menarche pada Siswi SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta Tahun 2013 Variabel
Kategori Sudah Menarche Belum Menarche 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun
Status Menarche
Usia Menarche
Jumlah n 90 40 4 16 30 31 8 1
% 69,2 30,8 4,4 17,8 33,3 34,5 8,9 1,1
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Menarche pada Siswi SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta Tahun 2013 No
Variabel
Kategori
1
Status Gizi
2
Persen Lemak Tubuh
3
Asupan Energi
4
Asupan Karbohidrat
5
Asupan Protein
6
Asupan Lemak
7
Aktivitas Fisik
8
Usia Menarche Ibu
9
Pendidikan Ibu
10
Pendidikan Ayah
11
Pekerjaan Ibu
12
Pekerjaan Ayah
13
Penghasilan Orang Tua
14
Keterpaparan Media Cetak
15
Keterpaparan Media Elektronik
16
Keterpaparan Lawan Jenis
Gizi Lebih (> +1 s/d +2 SD) Normal (-2 s/d +1 SD) Rendah (< 20%) Normal (20-30%) Tinggi ( > 30%) Tinggi (≥70% AKG) Rendah (< 70% AKG) Tinggi (≥ 60% Energi) Rendah (< 60% Energi) Tinggi (≥ 80% AKG) Rendah (< 80% AKG) Tinggi (≥ 25% Energi) Rendah (< 25% Energi) Tidak Aktif (≤ 1,81) Aktif ( > 1,81) Cepat ( < 13 tahun) Lambat ( ≥ 13 tahun) Rendah (SD/SMP/SMA) Tinggi (Diploma/PT) Rendah (SD/SMP/SMA) Tinggi (Diploma/PT) Tidak Bekerja Bekerja PNS/TNI/POLRI/BUMN/GURU Bukan PNS/TNI/POLRI/BUMN/GURU Tinggi Rendah Terpapar Tidak Terpapar Terpapar Tidak Terpapar Terpapar Tidak Terpapar
Jumlah n % 63 48,5 67 51,5 14 10,8 69 53,1 47 36,2 105 80,8 25 19,2 111 85,4 19 14,6 116 89,2 14 10,8 95 73,1 35 26,9 67 51,5 63 48,5 81 62,3 49 37,7 55 42,3 75 57,7 51 39,2 79 60,8 70 53,8 60 46,2 80 61,5 50
38,5
80 50 100 30 116 14 116 14
61,5 38,5 76,9 23,1 89,2 10,8 89,2 10,4
7
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini sudah mengalami menarche yaitu sebanyak 90 orang (69,2%), sedangkan 40 orang lainnya belum mengalami menarche. Dari 90 orang yang sudah mengalami menarche, dapat diketahui ratarata usia menarche sebesar 139.26 ± 12,027 bulan atau 11,60 ± 1,00 tahun. Usia termuda yang mengalami menarche adalah 108 bulan (9 tahun), dan usia tertua yang mengalami menarche adalah 168 bulan (14 tahun). Kemudian distribusi responden berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan status menarche dapat dilihat pada tabel berikutnya. Tabel 3 Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Menarche pada Siswi SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta Tahun 2013 No
Variabel
1
Status gizi
2
Persen lemak tubuh
3
Asupan energi
4
Asupan karbohidrat
5
Asupan Protein
6
Asupan Lemak
7
Aktivitas fisik
8
Usia menarche ibu
9
Pendidikan ibu
10
Pendidikan Ayah
11
Pekerjaan ibu
12
Pekerjaan Ayah
13
Penghasilan Orang Tua
14
Keterpaparan media elektronik
15
Keterpaparan media cetak
16
Keterpaparan lawan jenis
Kategori Gizi Lebih Normal Tinggi Normal Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tidak aktif Aktif Cepat Lambat Tinggi Rendah Tinggi Rendah Bekerja Tidak bekerja
Status Menarche Sudah Belum N % N % 45 71,4 18 28,6 45 67,2 22 32,8 38 80,9 9 19,1 49 71,0 20 29,0 3 21,4 11 78,6 72 68,6 33 31,4 18 72,0 7 28,0 73 89,5 38 34,2 17 89,5 2 10,5 78 67,2 38 32,8 12 85,7 2 14,3 69 72,6 26 27,4 21 60,0 14 40,0 55 82,1 12 17,9 35 55,6 28 44,1 56 69,1 25 30,9 34 69,4 15 30,6 51 68,0 24 32,0 39 83,3 16 29,1 55 69,6 24 30,4 35 68,6 16 31,4 41 68,3 19 31,7 49 70,0 21 30,0
PNS/TNI/POLRI/ BUMN/GURU Bukan PNS/TNI/POLRI/ BUMN/GURU
52 38
76,0
12
24,0
Tinggi Rendah Terpapar Tidak Terpapar Terpapar Tidak terpapar Terpapar Tidak terpapar
56 34 84 6 71 19 85 5
70,0 68,0 72,4 42,9 71,0 63,3 73,3 35,7
24 16 32 8 29 11 31 9
30,0 32,0 27,6 57,1 29,0 36,7 26,7 64,3
65,0
28
P Value OR (95% CI) 0,737 0,001*
0,818 (0,387 - 1,728) -
0,926
1,179 (0.449-2.752)
0,072
4,425 (0.971-20,164)
0,224
2,923 (0.623-13,722)
0,166
0.565 (0.251-1.274)
0,002*
3,667 (1,651-8,145)
1,000
0,988 (0.458-2,132)
0,736
1,147 (0,538 – 2,447) 0,955 (0,446 – 2,044) 1.081 (0.513-2.281)
1,000 0,988
35,0
0,586 0,260
(0,265-1,299)
0,964
0,911 (0,425-1.953) 3.500 (1,126-10,879)
0,033* 0,567
1.417 (0.600-3.346)
0,011*
4,935 (1.535-15,870)
8
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan status menarche adalah persen lemak tubuh, aktivitas fisik, keterpaparan media elektronik dan lawan jenis. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status menarche memiliki nilai OR 4 yang artinya siswi yang tidak pernah atau jarang melakukan aktivitas fisik lebih beresiko 4 kali untuk mengalami menarche lebih cepat. Hubungan keterpaparan media elektronik dengan status menarche memiliki nilai OR 4 yang artinya siswi yang sebelum menarche pernah atau sering terpapar media elektronik akan memiliki peluang 4 kali lebih besar untuk mengalami menarche lebih cepat. Sementara itu hubungan antara keterpaparan lawan jenis dengan status menarche memiliki nilai OR 5 yang artinya siswi yang sebelum menarche pernah atau sering terpapar lawan jenis akan memiliki peluang 5 kali untuk mengalami kejadian menarche lebih cepat. Disamping analisis bivariat, dilakukan pula analisis multivariat. Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian menarche. Uji yang digunakan adalah uji regresi logistik ganda. Berdasarkan hasil analisis diperoleh variabel yang paling berpengaruh adalah persen lemak tubuh.hasil analisis multivariate dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 4. Tabel hasil analisis multivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan status menarche Variabel Persen Lemak Tubuh Persen Lemak Tubuh (1) Persen Lemak Tubuh (2) Asupan Karbohidrat Asupan Protein Asupan Lemak Aktivitas Fisik Keterpaparan Media Elektronik Keterpaparan Lawan Jenis
P value 0,004 0,001* 0,472 0,214 0,254 0,079 0,002* 0,418 0,024*
OR
95% CI
16,631 1,446 2,951 2,974 0,352 4,928 1,864 0,418
3,088-89,579 0,530-3,945 0,536-16,253 0,457-19,350 0,110-1,130 1,839-13,207 0,413-8,409 1,281-31,146
Berdasarkan tabel 4 diketahui variabel yang berhubungan bermakna yaitu persen lemak tubuh, aktivitas fisik, dan juga keterpaparan lawan jenis. Sedangkan variabel asupan karbohidrat, asupan protein dan asupan lemak serta keterapaparan media elektronik merupakan variabel konfounding. Dari hasil analisis didapatkan variabel yang paling berhubungan dengan status menarche yaitu persen lemak tubuh dengan OR sebesar 16,6, artinya remaja yang memiliki persen lemak tubuh tergolong normal akan memiliki peluang 16 kali mengalami menarche 9
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
lebih cepat dibandingkan dengan remaja dengan persen lemak tubuh tergolong rendah setelah dikontrol variabel aktivitas fisik dan keterpaparan lawan jenis. Pembahasan Karakteristik Subjek Responden dalam penelitian ini adalah siswi SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta yang berusia 9-14 tahun. Pemilihan rentang usia 9-14 tahun karena menarche dapat terjadi antara usia 9-16 tahun. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipilih siswi dengan rentang usia 9-15 tahun (kelas IV sampai kelas VIII) agar dapat mendekati usia datangnya menarche dan dapat menjadi peluang untuk mendapatkan usia menarche yang lebih bervariasi. Usia Menarche Dalam penelitian ini diketahui rata-rata usia menarche responden adalah 139.26 ± 12,027 bulan atau 11,60 ± 1,00 tahun. Usia termuda yang mengalami menarche adalah 108 bulan (9 tahun) sebesar 4,4%, dan usia tertua yang mengalami menarche adalah 168 bulan (14 tahun) sebesar 1,1%. Rata-rata usia menarche dalam penelitian ini lebih muda jika dibandingkan dengan rata-rata usia menarche penelitian lain. Penelitian yang dilakukan oleh Lindayati (2007), menunjukkan hasil bahwa rata-rata menarche terjadi pada usia 12,1 ± 0,91 tahun, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ginarhayu (2002), rata-rata usia menarche 12,27 ± 1,11 tahun. Penelitian yang dilakukan di beberapa Negara di dunia juga memperlihatkan kecenderungan penurunan ke usia yang lebih muda. Hal ini dibuktikan dari penelitian Rosenberg (1991), di Norwegia yang menyatakan bahwa terjadinya penurunan dari usia 15,6 tahun menjadi 13,3 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anarney (2003), di Amerika terjadi penurunan usia menarche dari usia 12,75 tahun menjadi 12,54 tahun (Eveleth, 1990). Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata usia menarche responden di SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta medukung teori bahwa telah terjadi percepatan kejadian menarche. Pergeseraan usia menarche ini merupakan akibat dari makin membaiknya status kesehatan dan nutrisi khususnya pada anak perempuan. Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Status Menarche Pada penelitian ini diketahui persen lemak tubuh adalah faktor paling dominan berhubungan dengan status menarche. Responden yang memiliki persen lemak tubuh
10
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
tergolong normal memiliki peluang 17 kali lebih cepat mengalami menarche dibandingkan dengan siswi dengan persen lemak tubuh yang tergolong rendah. Persen lemak tubuh merupakan salah satu faktor datangnya menarche. Remaja putri harus mencapai titik kritis lemak tubuh atau memiliki minimal 17% lemak tubuh agar dapat mencapai menarche (Frisch, 1971). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Menur (2006) pada siswi SD dan SMP Bunda Cinere mengemukakan bahwa responden yang sudah mengalami menarche persen lemak tubuhnya sudah mencapai titik kritis lemak tubuh atu berkisar antara 20-30%. Di dalam penelitian disimpulkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara persen lemak tubuh dan status menarche disebabkan karena rata-rata persen lemak tubuh pada responden yang sudah menarche lebih besar dibandingkan dengan responden yang belum menarche. Muthmainah (1999), juga menyatakan adanya hubungan bermakna antar persen lemak tubuh dengan status menarche pada remaja putri. Remaja putri dengan persen lemak tubuh yang tergolong overweight dan obesitas akan mengalami menarche lebih cepat dibandingkan dengan remaja putri dengan persen lemak tubuh tergolong underweight. Maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan kejadian menarche berhubungan dengan persen lemak tubuh yang tinggi, dan keterlambatan menarche berhubungan dengan persen lemak tubuh yang rendah. Remaja putri yang memiliki persen lemak tubuh tinggi maka kadar leptin yang disekresikan dalam darahnya juga akan semakin tinggi. Leptin ini berpengaruh terhadap metabolisme Gonadothropin Releazing Hormone (GnRH). Pelepasan GnRH ini akan mempengaruhi kematangan reproduksi yang selanjutnya memicu pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Letuinizing Hormone (LH) di ovarium sehingga terjadi pematangan folikel dan pembentukan esterogen (Quennel, 2009). Apabila terjadi penumpukan lemak pada usia yang dini, akan menyebabkan terjadinya pematangan folikel dan juga pembentukan esterogen pada usia yang dini pula. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya menarche dini. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Menarche Kegiatan fisik adalah kegiatan dalam bentuk olahraga, aktivitas yang dilakukan selama disekolah dan diluar sekolah dalam waktu seminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status menarche. Dengan kata lain, ada perbedaan antara responden yang sudah mengalami menarche dari responden yang belum dengan aktivitas fisik. Responden dengan aktivitas fisik tergolong tidak aktif
11
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
akan memiliki peluang sebesar 3,667 kali lebih besar untuk mengalami menarche lebih cepat dibandingkan dengan responden yang aktif melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagga (2000) juga mengungkapkan bahwa penurunan usia menarche pada remaja putri (9-11) tahun terjadi pada remaja yang aktif melakukan olahraga. Hal ini disebabkan oleh aktivitas fisik yang berat akan menunda menarche melalui mekanisme hormonal dengan menurunkan produksi progesterone yang menyebabkan adanya penundaan kematangan endometrium (Karapanou, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Dietz et al (2005) mengungkapkan bahwa remaja putri yang jarang melakukan aktivitas fisik akan menglami menarche lebih cepat. Hal ini berkaitan dengan peningkatan massa tubuh dan lemak tubuh yang juga merupakan salah satu faktor terjadinya menarche. Maka dapat disimpulkan penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal. Hipotesis awal penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status menarche pada siswi SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta. Hubungan Keterpaparan Media Elektronik dengan Status Menarche Pada penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara keterpaparan media elektronik dengan status menarche. Hal ini berarti kejadian menarche responden lebih banyak pada responden yang terpapar media eletronik dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar. Responden yang sebelum menarche pernah atau sering terpapar dengan media elektronik dewasa akan memiliki peluang 3,5 kali lebih besar untuk mengalami menarche lebih cepat dibandingkan dengan responden yang tidak pernah terpapar media elektronik dewasa sebelumnya. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aisyah (2003) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara keterpaparan media elektronik dengan status menarche responden. Dalam penelitiannya Kartono (1992), mengemukakan bahwa salah satu penyebab terjadinya menarche adalah rangsangan berupa keterpaparan media elektronik dan media cetak yang kuat dari lingkungan sekitarnya. Rangsangan yang ada dapat berupa film-film dewasa. Film dewasa tersebut dapat meningkatkan reaksi seksual, selain itu juga dapat menyebabkan percepatan seksual pada diri anak. Penelitian yang dilakukan oleh Barus (2007) juga memperlihatkan bahwa remaja putri yang terpapar media elektronik dewasa akan cenderung mengalami menarche yang lebih cepat dibandingkan dengan remaja yang tidak terpapar. Adanya hubungan antara keterpaparan media elektronik dikarenakan remaja tersebut sudah dapat membuat keputusan dan rasa ingin tahu mengenai 12
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
seksual jauh lebih tinggi (Dickey, 2007). Menurut Brown et al (2005), seorang remaja yang sering melihat dan membaca media massa (elektronik dan cetak) akan mempengaruhi kerja otak dimana terdapat hormon FSH (follicle stimulating hormone) yang akan mempercepat pubertas yang kemudian akan mempercepat menarche. Syamsuar (1984) juga mengemukakan bahwa informasi sekusal akan memacu hipotalamus untuk mempengaruhi hipofisis mensekresikan FSH yang dapat mempercepat datangnya menarche. Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yaitu adanya hubungan yang signifikan antara keterpaparan media elektronik dengan status menarche. Hubungan Keterpaparan Lawan Jenis dengan Status Menarche Analisis hubungan antara keterpaparan lawan jenis dengan status menarche menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini berarti responden yang sebelum menarche pernah atau sering terpapar dengan lawan jenis akan memiliki peluang 4,9 kali lebih besar untuk mengalami menarche lebih cepat dibandingkan dengan responden yang tidak pernah terpapar lawan jenis sebelumnya. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Damayanti yang mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara keterpaparan lawan jenis dengan status menarche. Namun, penelitian ini sejalan dengan penelitian Aisyah (2003), yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara keterpaparan lawan jenis dengan status menarche. Menurut Kartono (1995), rangsangan yang kuat dari luar berupa film, buku bacaan, majalah bergambar seksi, dan rangsangan dari kaum pria akan meningkatkan kematangan seksual yang lebih cepat. Brown et al (2005) menyatakan bahwa rangsangan luar secara tidak langsung dapat menyebabkan terjadinya menarche. Rangsangan dari luar akan mempengaruhi kerja otak dan berhubungan dengan hormon FSH yang ada di dalam otak sehingga dapat mempercepat pubertas dan menarche. Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yaitu adanya hubungan yang signifikan antara keterpaparan media elektronik dengan status menarche. Kesimpulan Sebagian besar responden sudah mengalami menarche yaitu sebesar 69,2% dengan rata-rata usia menarche 139.26 ± 12,027 bulan atau 11,60 ± 1,00 tahun dengan usia termuda yaitu 108 bulan (9 tahun), dan usia tertua yang mengalami menarche adalah 168 bulan (14 tahun). Persen lemak tubuh adalah faktor yang paling dominan dalam penelitian ini. 13
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
Responden dengan persen lemak tubuh tergolong normal mempunyai peluang untuk terjadinya menarche lebih cepat 17 kali dibandingkan dengan remaja putri dengan persen lemak tubuh tergolong rendah. Aktivitas fisik juga memiliki hubungan yang signifikan dengan status menarche pada siswa SDN Cijantung 03 dan SMPN 103 Jakarta. Responden dengan aktivitas fisik yang tergolong tidak aktif memiliki peluang 3,6 kali mengalami menarche lebih cepat dibandingkan dengan responden yang aktif melakukan aktivitas fisik. Adapun keterpaparan media elektronik dan lawan jenis juga berhubungan dengan status menarche dengan peluang untuk mengalami menarche lebih cepat yaitu 3,5 kali dan 4,9 kali. Saran Pergeseran kejadian menarche ke usia yang lebih muda perlu mendapat perhatian lebih dari pihak sekolah. Ada beberapa contoh hal yang bisa dilakukan pihak sekolah terkait pendidikan mengenai kesehatan reproduksi yaitu berupa informasi dan edukasi (KIE) dengan memasukkan materi-materi kesehatan dan reproduksi dalam mata pelajaran, bekerja sama dengan puskesmas melakukan pengukuran status gizi dan persen lemak secara berkala. Selain itu juga perlu diadakannya kegiatan untuk meningkatkan aktivitas fisik mislanya dengan melakukan olahraga bersama setiap hari sabtu atau kompetisi olahraga antar kelas. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk penelitian selanjutnya yaitu menggunakan variabel-variabel yang lain misalnya hubungan antara zat gizi mikro dan kebugaran dengan menarche. Sehingga didapatkan faktor-faktor lain yang lebih bervariasi dan paling mempengaruhi kejadian menarche. Kepustakaan Aisyah, Siti. (2003). Hubungan status gizi, stimulan psikis dengan status menarche siswi SD AlAzhar Syifa Budi Kemang Jakarta Selatan. Depok: Skripsi FKM UI. Aryati. (2002). Hubungan faktor genetik, status gizi dan rangsangan psikis dengan status menarche siswi sdi al-azhar 6 jakapermai bekasi tahun 2002. Depok: Skripsi FKM UI.
Aswin., et al. (1982). Laporan penelitian hubungan antara ukuran-ukuran antropometri dengan umur menarche pelajar-pelajar putri sekolah lanjutan tingkat pertama di kotamadya daerah istimewa yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Bagga, Amrita., & S. Kulkarni. (2000). Age at menarche and secular trend in maharasthrian (indian) girls. Acta Biologica Szeged 44(1-4): 53-57 Biro Pusat Statistik, 2001. (2000). Statistik Indonesia (statistical year book of Indonesia). Jakarta: BPS. 14
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
Blell, Mwenza T. (2005). Determinants of age at menarche in the Newcastle thousand families
study.
Durham:
Tesis,
Durham
University.
30
Desember
2012,
http://etheses.dur.ac.uk/2796/. Brown, Judith E. (2005). Nutrition through the life cycle. Wadsworth: USA. Dietz, Amy Trentham., et al. (2005). Correlates of age at menarche among sixth grade students in wisconsin. Winconsin Medical Journal 104: 7. Departemen Kesehatan. Pengukuran IMT. (14 Februari 2011). Diakses pada tanggal 25 Februari 2013 Pukul 15.27, http://www.gizikia.depkes.go.id. ___________________. (2004). Tabel angka kecukupan gizi 2004 bagi orang Indonesia. Departemen Kesehatan RI. ___________________. (2010). Riset kesehatan dasar (RISKESDAS 2010). Departemen Kesehatan RI. Eveleth, Phyllis B., & Tanner, James M. (1990). Worldwide variatons in human growth second edition. Cambridge: Cambridge University Press, http://books.google.co.id/books. Frisch, Rose E., Revelle, Roger. (1971). Height and weight at menarche and a hypothesis of menarche. Archives of Diseases in Childhood, Cambridge 46, 695. Gibson, Rosalind S. (2005). Principles of nutritional assessment. New York: Oxford University Press. Ginarhayu. (2002). Analisa faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menarche remaja putri (9-15 tahun) pada siswi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Jakarta Timur pada tahun 2002. Depok: Tesis. FKM UI. Gita, Putri. (2006). Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT), status gizi, asupan zat gizi dan persen lemak tubuh dengan status menarche pad asiswi SD dan SMP Permata Bunda Cinere Depok Tahun 2006. Depok: Skripsi FKM UI. Hastono, Susanto Priyo. (2006). Analisis data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Iskandar, Meiwita. (1998). dalam Kesehatan reproduksi remaja. YLJI and the food foundation. Jakarta. Karapanou, Olga., & Anastasios, Papadimitriou. (2010). Determinants of menarche. Reproductive Biology and Endocrinology 8:115. Kartono, Kartini. (1996). Psikologi wanita dalam mengenal gadis remaja. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 15
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Koo, Malcolm M., Rohan, Thomas E., Jain, Meera., Mclaughlin, John R., et al. (2001). A cohort study of dietary fibre intake and menarche. Public health nutrition: 5(2), 353-360. Krummel, Debra., & Kris-Etherton, Penny M. (1996). Nutrition in women’s health. Aspen : Maryland Lindayati. (2007). Berat badan lahir dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status menarche remaja putri (9-15 tahun) di Perumnas Kp Baru Kota Pariaman SUMBAR tahun 2007. Depok: Thesis FKM UI. Mahan, L. Kathleen., et al. (2008). Krause’s food & nutrition therapy. Elsevier : Canada Materi PIK R/M . 4 Januari 2012 pukul 20.00. www.ceriabkkbn.go.id. Meyer, F., J, Moisan., & C, Bouchard. (1990). Dietary and physical determinants of menarche. Epidemiology 377-81. Merzenich., Boeing., & Wahrendorf. (1993). Dietary fat and sports activity as determinants for age at menarche. American Journal of Epidemiology 138(4):217-24. Mudambi, Sumati R., Rajagopal. (2007). Fundamentals of Foods, Nutrition and Diet Therapy Fifth Edition. New Delhi: New Age International. Muthmainah, Reni R. (1999). Status gizi dan menarche siswi SD Muhammadiyah 24 pagi Jakarta Timur. Depok: Skripsi FKM UI. Mutia, R Leila. (2011). Hubungan antara status gizi dengan status menarche pada siswi SDN pancoran mas 2 Depok Tahun 2011. Depok: Skripsi FKM UI. Myrtati. (1992). Laporan penelitian hubungan antara faktor genetis, nomor kelahiran dan ibu melahirkan dengan usia menarche. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Prihantini, Intan. (2004). Faktor-faktor yang berhubungan dengan persen lemak tubuh pada staf administrasi wanita Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok: Skripsi FKM UI. Quennel, Jannete H., Mulligan Alicia C., Tups, Alexander., Liu Xinhuai., Phipps, Sarah J., et al. (2009). Leptin indirectly regulates gonadotropin-releasing hormone neuronal function. Endocrinology 150(6):2805–2812. Syamsuar, Yuharlisni. (1984). Laporan penelitian tentang umur menarche pada sekelompok pelajar putri di Kota Malang. Malang: Universitas Brawijaya. Tanner, James M. (1981). Growth and maturation during adolescence. Nutrition Reviews vol 39 No. 2. 16
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013
The Museums of Menstruation and Women Health. (2003). Average age at menarche in various cultures, 8 Maret 2013, www.mum.org. Thomas, Frederic., et al. (2001). International variability of ages at menarche and menopouse: patterns and main determinants. Human Biology volume 73 no. 2: 271-290. Tiwari, H., Tiwari R., & Oza, U.N. (2006). Age at menarche and its association with age at marriage and age at first birth. Indian Journal of Community Medicine Vol 30 No.1 U.S Department of Health & Human Services. What is adolescence?. 20 Desember 2012, http://www.hhs.gov. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. (1998). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. World
Health
Organization
(WHO).
Adolescent
health.
20
Desember
2012,
http://www.who.int. Wiknjosastro, Hanifa. (1997). Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta: penerbit FK UI. Wong, Donna L, et.al. (2001). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Volume 1. Jakarta : Buku Kodokteran EGC, http://books.google.co.id/books
17
Status menarche…, Ade Rosanti, FKM UI, 2013