FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA PESERTA DIDIK DI MAN INSAN CENDIKIA SERPONG TAHUN 2010
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh: SRI LESY SEPTIANA NIM: 106101003281
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTASKEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/ 1432 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Februari 2011
Sri Lesy Septiana
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Februari 2011 Sri Lesy Septiana, NIM : 106101003281 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Pada Peserta Didik Di MAN Insan Cendikia SerpongTahun 2010 xix + 114 halaman, 26 tabel, 3 lampiran ABSTRAK Upaya dalam meningkatkan kualitas SDM dapat dilakukan peningkatan dan perbaikan terhadap gizi dan kesehatan (Azinar, 2005). Salah satu upaya perbaikan terhadap gizi dan kesehatan adalah melalui makanan. Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Makanan baik kualitas maupun kuantitasnya diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Setiap orang memiliki kemampuan dalam mengkonsumsi makanan yang berbeda-beda, termasuk dalam mengkonsumsi energi dan protein. Ada tiga faktor yang membuat tiap orang memiliki konsumsi energi dan protein yang berbeda yaitu karakteristik individu yaitu yang berasal dari dalam diri si penerima seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi, keterampilan memasak, dan kesehatan. Penilaian makanan yaitu penampilan makanan, rasa makanan dan variasi menu. Dan karakteristik lingkungan yang terdiri dari musim, pekerjaan, mobilitas, perpindahan penduduk, jumlah keluarga dan tingkatan sosial pada masyarakat (Elizabeth dan Sanjur, 1981 dalam Suhardjo 1989). Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong 2010 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki hubungan terhadap rendahnya konsumsi energi dan protein pada remaja sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilaksanakan pada Juni- November 2010 di MAN Insan Cendikia Serpong dengan jenis penelitian kuantitatif dan disain studi yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner dan data sekunder diperoleh dari MAN Insan Cendikia Serpong.
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa 62% remaja di MAN Insan Cendikia Serpong memiliki konsumsi energi yang kurang dan 19% konsumsi proteinnya kurang. bberdasarkan hasil uji statistik citra tubuh berhubungan dengan konsumsi protein pada remaja. Sedangkan citra tubuh dengan konsumsi energi tidak terdapat hubungan yang bermakan secara statistik. Selain itu, jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku, rasa makanan, penampilan makanan, dan pengaruh teman sebaya berdasarkan hasil statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan konsumsi energi dan protein. Oleh karena itu diharapkan kepada pihak sekolah untuk memberikan pengetahuan dan pengawasan secara berkala kepada para remaja di MAN Insan Cendikia Serpong terhadap konsumsi protein. Selain itu memberikan pengetahuan kepada seluruh peserta didik akan pentingnya kebutuhan protein untuk usia remaja, baik kekurangan maupun kelebihan dalam mengkonsumsi protein Daftar bacaan: 41 (1983-2010)
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduate Thesis, February 2011 Sri Lesy Septiana, NIM: 106 101 003 281 Factors Associated With the Consumption of Energy and Protein In Student At MAN Insan Cendikia Serpong 2010 xix + 114 pages, 26 tables, 3 appendix ABSTRACT
Efforts to improve the quality of human resources can be enhanced and improved nutrition and health (Azinar, 2005). One effort to improve nutrition and health is through food. Food is one of the primary needs of man. Both the quality and quantity of food necessary for growth and physical and mental development. Every person has the ability to eat different foods, including in consuming energy and protein. There are three factors that make each person has a different energy consumption and proteins that are characteristic of individuals originating from the recipient such as age, gender, education, income, nutrition knowledge, cooking skills, and health. Assessment of food that looks, taste the food and menu variety. And environmental characteristics of the seasons, work, mobility, migration, the number of family and social levels in society (Elizabeth and Sanjur in Suhardjo). This research is the study of factors that associated with the consumption of energy and protein on student in MAN Insan Cendikia Serpong 2010, which purpose to determine the factors that have been associated with low consumption of energy and protein so it can be done on prevention of early adolescence. Research conducted by Syarif Hidayatullah Jakarta State Islamic University student held in JuneNovember 2010 in MAN Insan Cendikia Serpong with the type of quantitative research and the design study is Cross Sectional. The sample in this study were students in Serpong MAN Insan Cendikia. The data used are primary data obtained from questionnaires and secondary data obtained from MAN Insan Cendikia Serpong. The results of this study show that 62% of adolescents in MAN Insan Cendikia Serpong has less energy consumption and 19% consume less protein. Based on the results of statistical tests of body image associated with the consumption of
protein in young. While the image of the body with energy consumption no statistically significant relationship. In addition, gender, nutritional knowledge, pocket money, food flavor, food appearance, and peer influence on the results were not statistically significant relationship exists with the consumption of energy and protein. Therefore, schools are expected to provide knowledge and regular supervision to youth in MAN Insan Cendikia Serpong on energy consumption. In addition to providing knowledge to all students about the importance of the energy needs for adolescents, either deficiency or excess energy consumption. Reading list: 41 (1983-2010)
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA PESERTA DIDIK DI MAN INSAN CENDIKIA SERPONG TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 25 Februari 2011
Catur Rosidati, SKM, MKM Pembimbing Skripsi I
Dr.H. Arif Sumantri, SKM, MKes Pembimbing skripsi II
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA
Jakarta, 25 Februari 2011 Penguji I
Catur Rosidati , SKM, MKM Penguji II
Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes
Penguji III
Meilani Anwar, M. Epid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI Nama
: SRI LESY SEPTIANA
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Tangerang, 18 September 1988
Umur
: 22 Tahun
Status Menikah
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. H. SOM Rt 02/01 No. 87 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Tangerang Selatan- Banten
e-mail
:
[email protected]
No Telepon/HP
: 02199689741
PENDIDIKAN FORMAL 1. 1994 – 2000
: SDN 01 Pondok Pucung
2. 2000 – 2003
: SLTPN 2 Pondok Aren
3. 2003 – 2006
: SMAN 2 Ciputat/SMAN 4 Tangerang Selatan
4. 2006 – Sekarang
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalammualaikum Wr. Wb Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya yang telah memberikan kemampuan, kekuatan, kesabaran dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Pada Peserta Didik Di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010. Tidak lupa salawat beserta salam selalu tercurah untuk junjungan kita yakni baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran. Penyusunan skripsi ini bukan semata-mata hasil karya peneliti, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1.
Orang tua Qu tersayang yang selalu mendoakan, memberikan semangat, motivasi, moril dan materil serta kasih sayang hingga sekarang. Buat my sister and my brother yang slalu memberikan dukungan dan perhatiannya kepada Qu.....love U all.... my lovely parents.
2.
Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bu Iting selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bu Catur Rosidati, SKM, MKM dan Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, arahan dan ilmu dalam membimbing hingga skripsi ini selesai.
6.
Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
My best frens Setia Ningrum (Once) dan Maria febrianti, makasih banyak atas support dan do’a yang telah kalian berikan kepada Qu...luv U ^^
8.
Sahabat-sahabat di kejor@ (budes, nesya, pao2, ana, nita, rina, dan eka) makasih atas dukungan, kasih sayang, waktu, senyuman, kebersamaan dan kebahagiaan yang kalian berikan kepadaQu...smoga persahabatan Qt tak lekang oleh waktu (amin)....love U all. dan Sahabat-sahabat Qu di FamCraz (defriyan, uly, andri, pao2, nesya, ana n eka) makasih banyak atas smua yang kalian berikan kepada Qu slama ini.....aQ sayang kalian semua.
9.
Teman-teman Qu sepembimbing (bu catur) don’t give up guys always keep U’r spirit OK ^^
10. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat ’06 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tetap semangat teman-teman..... 11. Seluruh pihak yang terkait dalam pembuatan skripsi ini. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain.
Ciputat, 25 Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
COVER LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................
i
ABSTRAK....................................................................................................................
ii
ABSTRACT....................................................................................................................
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN...............................................................................
vi
LEMBAR PENGUJI ....................................................................................................
vii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
6
1.3 Pertanyaan Penelitian.............................................................................................
7
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................
9
1.2.1 Tujuan Umum .............................................................................................
9
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................................................
9
1.5 Manfaat .................................................................................................................
10
1.3.1 Bagi Peneliti ..............................................................................................
10
1.3.2 Bagi Institusi ..............................................................................................
10
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan ...........................................................................
11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Energi dan Protein..................................................................................
12
2.2 Remaja.....................................................................................................................
13
2.2.1 Definisi Remaja.............................................................................................
13
2.2.2 Kecukupan Energi dan Protein Pada Remaja...............................................
16
2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Pada Remaja......................................................................................................................
21
2.3.1 Karakteristik Individu .........................................................................................
21
2.3.1.1 Usia ...........................................................................................................
21
2.3.1.2 Jenis Kelamin............................................................................................
22
2.3.1.3 Pendidikan ................................................................................................
23
2.3.1.4 Uang Saku .................................................................................................
23
2.3.1.5 Pengetahuan Gizi ......................................................................................
24
2.3.1.6 Keterampilan Memasak ............................................................................
26
2.3.1.7 Kesehatan ..................................................................................................
26
2.3.1.8 Kebiasaan Makan......................................................................................
27
2.3.1.9 Kesukaan...................................................................................................
28
2.3.1.10 Citra Tubuh .............................................................................................
28
2.3.2 Penilaian Makanan ..............................................................................................
29
2.3.2.1 Penampilan Makanan................................................................................
30
2.3.2.2 Rasa Makanan ...........................................................................................
35
2.3.2.4 Penyajian Makanan ...................................................................................
40
2.3.3 Karakteristik Lingkungan ...................................................................................
42
2.3.3.1 Musim .......................................................................................................
42
2.3.3.2 Pekerjaan...................................................................................................
42
2.3.3.3 Jumlah Keluarga .......................................................................................
43
2.3.3.4 Tingkat sosial Pada Masyarakat ...............................................................
44
2.3.3.5 Pengaruh Teman Sebaya...........................................................................
44
2.4 Metode Pengukuran Konsumsi Makan...................................................................
45
2.4.1 Metode Kualitatif ...........................................................................................
45
2.4.2 Metode Kuantitatif .........................................................................................
46
2.5 Penyelenggaraan Makan Institusi................................................................................ 48 2.6 Pondok Pesantren......................................................................................................
48
2.7 Kerangka Teori.........................................................................................................
50
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep....................................................................................................
51
3.2 Definisi Operasional………………………………………………………………
53
3.3 Hipotesis………………………………………………………………………….
57
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian .........................................................................................................
58
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................................
58
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...............................................................................
58
4.4 Instrumen Penelitian.................................................................................................
60
4.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................................................
60
4.6 Pengukuran Data........................................................................................................ 61 4.7 Pengolahan Data.......................................................................................................
63
4.7 Analisis Data ............................................................................................................
65
BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum .....................................................................................................
67
5.2 Analisis Univariat.....................................................................................................
72
5.2.1 Konsumsi Energi Dan Protein ............................................................................
72
5.2.2 Gambaran Jenis Kelamin ....................................................................................
73
5.2.3 Gambaran Pengetahuan gizi ...............................................................................
73
5.2.4 Gambaran Uang Saku .......................................................................................
74
5.2.5 Gambaran Citra Tubuh .......................................................................................
75
5.2.6 Gambaran Penilaian Penampilan Makanan ........................................................ 75 5.2.7 Gambaran Penilaian Rasa Makanan ................................................................... 76 5.2.8 Gambaran Pengaruh Teman Sebaya ................................................................... 76 5.3 Analisis Bivariat ....................................................................................................... 77 5.3.1 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Konsumsi Energi Dan Protein ..................... 77 5.3.2 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Konsumsi Energi Dan Protein...............................................................................................................
78
5.3.3 Hubungan Uang Saku Dengan Konsumsi Energi Dan Protein ......................... 80 5.3.4 Hubungan Citra Tubuh Dengan Konsumsi Energi Dan Protein...................... 81 5.3.5 Hubungan Antara Penampilan Makanan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein..............................................................................................................
83
5.3.6 Hubungan Antara Rasa Makanan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein ........ 84 5.3.7 Hubungan Antara Pengaruh Teman Sebaya Dengan Konsumsi Energi Dan Protein ................................................................................................................ 86 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian...........................................................................................
88
6.2 Analisis Univariat....................................................................................................
89
6.2.1 Gambaran Konsumsi Energi dan Protein Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong..............................................................................................
89
6.2.2 Gambaran Jenis Kelamin Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong..............................................................................................................
91
6.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong.............................................................................................................. 6.2.4 Gambaran Uang Saku Peserta Didik
di MAN
92
Insan Cendikian
Serpong..............................................................................................................
93
6.2.5 Gambaran Citra Tubuh Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong.........
93
6.2.6 Gambaran Penilaian Penampilan Makanan Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong..............................................................................................
94
6.2.7 Gambaran Penilaian Rasa Makanan Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong..............................................................................................................
94
6.2.8 Gambaran Teman Sebaya Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong..............................................................................................................
95
6.3 Analisis Bivariat......................................................................................................
95
6.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Konsumsi Energi dan Protein......................
95
6.3.2 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Konsumsi Energi Dan Protein...............
96
6.3.3 Hubungan Uang Saku Dengan Konsumsi Energi Dan Protein.........................
99
6.3.4 Hubungan Citra Tubuh Dengan Konsumsi Energi Dan Protein........................
101
6.3.5 Hubungan Penilaian Penampilan Makanan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein...............................................................................................................
102
6.3.6 Hubungan Penilaian Rasa Makanan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein...............................................................................................................
104
6.3.7 Hubungan Teman Sebaya Dengan Konsumsi Energi Dan Protein.................... 105
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan............................................................................................................
107
7.2 Saran........................................................................................................................ 109 7.2.1 Bagi Instansi......................................................................................................
109
7.2.2 Bagi Peneliti lainnya........................................................................................
110
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
111
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
2.1
Angka Kecukupan Gizi Remaja Tahun 2005
21
3.1
Definisi Operasional
53
4.1
Jumlah Sampel Perkelas
60
5.3
Distribusi Jumlah Peserta Didik MAN Insan Cendikia Serpong
71
5.4
Gambaran Distribusi Konsumsi Energi Dan Protein Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
72
5.5
Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
73
5.6
Gambaran Distribusi Pengetahuan Gizi pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
74
5.7
Gambaran Distribusi Uang Saku pada Peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
74
5.8
Gambaran Distribusi Citra Tubuh pada Peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
75
5.9
Gambaran Distribusi Penampilan Makanan pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
75
5.10
Gambaran Distribusi Rasa Makanan pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
76
5.11
Gambaran Distribusi Teman Sebaya pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
77
5.12
Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
77
5.13
Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
78
5.14
Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Pengetahuan Gizi Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
79
5.15
Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Pengetahuan Gizi Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
79
5.16
Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Uang Saku Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
80
5.17
Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Uang Saku Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
81
5.18
Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Citra Tubuh Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
82
5.19
Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Citra Tubuh Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
82
5.20
Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Penampilan Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010.
83
5.21
Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Penampilan Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010.
84
5.22
Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Rasa Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
85
5.23
Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Rasa Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
85
5.24
Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Teman Sebaya Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
86
5.25
Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Teman Sebaya
87
Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
DAFTAR BAGAN
Halaman
Nomor Bagan
2.1
Kerangka Teori
50
3.1
Kerangka Konsep
52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
: Formulir Recall
Lampiran 3
: Output Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu upaya perbaikan terhadap gizi dan kesehatan adalah melalui makanan. Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Makanan baik kualitas maupun kuantitasnya diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Tanpa adanya makanan yang berkualitas baik dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan, maka seseorang akan terganggu kesehatannya dan akan terganggu aktifitasnya (Almatsier, 2004). Hal tersebut sangat jelas tertuang dalam firman Allah SWT ..............
yang artinya “wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik...." (Al Baqarah:168). Oleh karena itu dalam memakan makanan tidak hanya kuantitas yang diperhatikan tetapi juga kualitas dari makanan tersebut agar asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dapat terpenuhi. Untuk mendapatkan makanan yang baik kualitas maupun kuantitasnya diperlukan adanya penyelenggaraan makanan yang baik bagi semua orang termasuk bagi mereka yang berada di luar lingkungan keluarga seperti para peserta didik yang berada di pondok pesantren (Moehyi, 1992). Selain kuantitas dan kualitas makanan, konsumsi makan juga mempengaruhi asupan zat gizi
seseorang. Meskipun kualitas dan kuantitas makanan sudah mencukupi zat gizi yang diperlukan tubuh, apabila konsumsi makan tidak baik maka akan mempengaruhi zat gizi yang masuk ke dalam tubuh. Konsumsi makan adalah total asupan zat gizi yang dikonsumsi oleh seseorang setiap harinya dibandingkan dengan kecukupan zat gizi yang dianjurkan (Supariasa, 2001). Makanan yang dikonsumsi oleh seseorang terdiri dari zat gizi makro dan zat gizi mikro. Untuk zat gizi makro yang sangat penting yaitu energi yang digunakan sebagai zat tenaga dan protein yang digunakan sebagai zat pembangun dalam tubuh. Setiap orang memiliki kemampuan dalam mengkonsumsi energi dan protein yang berbeda-beda. Ada tiga faktor yang membuat tiap orang memiliki konsumsi energi dan protein yang berbeda yaitu karakteristik individu yaitu yang berasal dari dalam diri si penerima seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi, keterampilan memasak, dan kesehatan. Penilaian makanan yaitu penampilan makanan, rasa makanan dan variasi menu. Dan karakteristik lingkungan yang terdiri dari musim, pekerjaan, mobilitas, perpindahan penduduk, jumlah keluarga dan tingkatan sosial pada masyarakat (Elizabeth dan Sanjur, 1981 dalam Suhardjo 1989). Mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup berarti memperoleh semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan jaringan tubuh, terlaksananya fungsi normal dalam tubuh sehingga memungkinkan untuk bekerja secara maksimal (Moehji, 2003).
Remaja merupakan salah satu yang membutuhkan konsumsi makanan yang cukup karena kebiasaan makan yang diperoleh masa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Pada awal abad ke- 21, terjadi transisi demografi yang mengakibatkan perubahan pada struktur penduduk, terutama struktur penduduk menurut umur. Proporsi penduduk usia remaja (15-19 tahun) di Indonesia sebesar 19.796.921 jiwa (BPS, 2005). Oleh karena itu, di usia remaja perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan, mengingat remaja merupakan generasi penerus dan sebagai sumber daya pembangunan yang potensial. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun (Arisman, 2007). Remaja merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok rentan gizi adalah kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi jika suatu masyarakat mengalami kekurangan ketersediaan bahan makanan. Pada masa remaja terjadi fase pertumbuhan yang pesat atau “adolescence growth spurt”, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang relatif dalam jumlah yang besar (Sediaoetama, 2006). Salah satu masalah gizi adalah timbul akibat adanya ketidakseimbangan antara
asupan
energi
(energy
intake)
dan
protein
di
dalam
tubuh.
Ketidakseimbangan positif terjadi apabila asupan energi dan protein lebih besar daripada kebutuhan sehingga mengakibatkan kelebihan berat badan atau gizi lebih. Sedangkan ketidakseimbangan negatif terjadi apabila asupan lebih sedikit
dari kebutuhan, sehingga menyebabkan kekurangan berat badan atau kurus yang diistilahkan dengan gizi kurang (Mardayanti, 2008). Selain itu kurangnya energi dan protein dapat mengakibatkan asupan zat gizi lain seperti zat besi, kalsium, seng dan sebagainya menjadi kurang, padahal zat gizi yang lain juga sangat penting peranannya untuk pertumbuhan dan perkembangan semasa remaja. Golongan remaja merupakan kelompok yang aktif maka kecukupan energi bagi golongan ini perlu mendapat perhatian (Krisdinamurtirin, 1994). Berdasarkan RISKESDAS (2007) diketahui bahwa rata-rata nasional penduduk Indonesia mengkonsumsi energi per kapita per hari adalah sebesar 1.735,5 kkal dan konsumsi protein sebesar 55,5 gram. Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang mempunyai konsumsi energi dan protein di bawah rata-rata nasional konsumsi energi dan protein nasional. Di Banten rata-rata konsumsi energi hanya sebesar 1.371,5 kkal dan protein sebesar 51,6 gram. Jumlah ini masih jauh dari rata-rata konsumsi energi dan protein penduduk indonesia. Penelitian Santy (2006) pada remaja puteri di bukit tinggi diketahui bahwa konsumsi energi sebesar 66,7% dari AKG yang dianjurkan. Pada penelitian lain di padang menemukan konsumsi energi dan protein remaja putri di dua Sekolah Menengah Atas hanya memenuhi sekitar 74,7% dan 56% dari AKG yang dianjurkan dan penelitian di SMUN 2 Bukit tinggi diketahui bahwa konsumsi energi dan proteinnya sebesar 71,3% dan 69,3% dari AKG yang dianjurkan. Dalam penelitian Elisa (2002) diperoleh bahwa remaja yang mengkonsumsi
energi kurang dari AKG ada sebanyak 47,1% dan konsumsi protein kurang dari AKG sebanyak 77,7%. Biasanya konsumsi makan remaja tergantung dari orang tuanya. Akan tetapi bagi remaja yang berada di luar lingkungan keluarga seperti di pondok pesantren konsumsi makannya tergantung dari dapur pondok pesantren tersebut oleh karena itu perlu adanya penyelenggaraan makan yang baik untuk mereka. Hal ini agar kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi (Moehyi, 1992). MAN Insan Cendikia Serpong merupakan sekolah yang semua peserta didiknya dibebaskan dari biaya pendidikan karena prestasi yang mereka miliki. MAN Insan Cendekia Serpong memiliki program penyetaran IPTEK STEP (Science and Technology Equity Program) bagi sekolah-sekolah yang berada di lingkungan pondok pesantren untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam penguasaan IPTEK yang di dasari nilai keimanan dan ketakwaan. Untuk menghasilkan generasi muda yang menguasi IPTEK dan IMTAK diperlukan adanya pemenuhan kebutuhan zat gizi yang baik terutama energi dan protein bagi peserta didiknya. Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 16 peserta didik diketahui bahwa 37,5% konsumsi energi dan 31,25% konsumsi proteinnya kurang dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi para peserta didik sehari-hari menjadi tanggung jawab pihak penyelenggara makanan, untuk itu sangat diperlukan penyelenggara makanan yang baik. Di MAN Insan Cendikia Serpong kebutuhan
energi dan protein telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya, akan tetapi dari hasil studi pendahuluan masih terdapat peserta didik yang konsumsi energi dan proteinnya kurang dari AKG yang diajurkan. Selain itu juga dari pengamatan yang peneliti lakukan banyak peserta didik yang tidak mengambil salah satu dari jenis makanan yang disajikan dan tidak menghabiskan makanan seperti lauk, pauk atau sayurnya. Selain makanan yang disediakan oleh kantin para peserta didik juga mengkonsumsi makanan jajan seperti biskuit, makanan ringan, soft drink dan sebagainya, pada umumya makanan jajanan yang di konsumsi oleh peserta didik sama dengan teman bermainnya. Dengan adanya variasi tersebut sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Termasuk bagi para peserta didik yang berada di pondok pesantren. Makanan untuk peserta didik sangat tergantung kepada dapur pondok pesantren atau pengelola kantin selaku institusi yang berwenang mendistribusikan makanan. MAN Insan Cendikia Serpong merupakan sebuah pondok pesantren yang peserta didiknya dibebaskan dari biaya pendidikan karena prestasi yang mereka miliki. Optimalnya prestasi dibutuhkan konsumsi energi dan protein yang cukup serta zat gizi lainnya. Konsumsi makan untuk para peserta didik menggunakan jasa
dari suatu instansi yang memiliki ahli gizi dan dari pihak MAN juga memiliki ahli gizi yang bertugas memantau kegiatan penyelenggaraan makanan Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 16 peserta didik diketahui bahwa 37,5% konsumsi energi dan 31,25% konsumsi proteinnya kurang dari 80% Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Padahal kebutuhan zat gizi dalam makanan yang diberikan kepada para peserta didik telah diperhitungkan oleh pengelola kantin sebagai pihak penyelenggara makanan. Kebutuhan zat gizi para peserta didik dapat terpenuhi apabila makanan yang telah diberikan dikonsumsi semua baik nasi, lauk, pauk, sayur maupun buah. Apabila ada makanan yang tidak dikonsumsi oleh peserta didik maka hal ini dapat menyebabkan para peserta didik mengalami kekurangan energi dan protein. Dan jika hal ini berlangsung secara terus menerus maka dapat menyebabkan terjadinya status gizi kurang, penurunan produktivitas kerja, penurunan kosentrasi belajar dan kekurangan zat gizi mikro seperti zat besi. Dengan adanya variasi dalam mengkonsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN dan dampak yang dapat ditimbulkan dari kurangnya konsumsi energi dan protein pada masa remaja maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010?
2. Bagaimana gambaran karakteristik individu yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku dan citra tubuh pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010? 3. Bagaimana gambaran penilaian makanan yaitu penampilan makanan, rasa makanan, dan variasi menu makanan untuk peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010? 4. Bagaimana gambaran karakteristik lingkungan yaitu pengaruh teman sebaya pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010? 5. Apakah ada hubungan jenis kelamin pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010? 6. Apakah ada hubungan pengetahuan gizi pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010? 7. Apakah ada hubungan uang saku pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010? 8. Apakah ada hubungan citra tubuh pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010? 9. Apakah ada hubungan penampilan makanan dengan konsumsi makan pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010? 10. Apakah ada hubungan rasa makanan dengan konsumsi makan pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010? 11. Apakah ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong 2010. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 2. Diketahuinya gambaran karakteristik individu yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku dan citra tubuh pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 3. Diketahuinya gambaran penilaian makanan yaitu penampilan makanan, rasa makanan, dan variasi menu makanan untuk peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 4. Diketahuinya gambaran karakteristik lingkungan yaitu pengaruh teman sebaya pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 5. Diketahuinya hubungan jenis kelamin dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 6. Diketahuinya hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 7. Diketahuinya hubungan uang saku dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010.
8. Diketahuinya hubungan citra tubuh dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 9. Diketahuinya hubungan penampilan makanan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 10. Diketahuinya hubungan rasa makanan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 11. Diketahuinya hubungan pengaruh teman sebaya dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Penelitian ini dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 1.5.2 Bagi Institusi a) Sebagai bahan masukan dan informasi untuk MAN Insan Cendikia Serpong mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didiknya dan sebagai bahan masukan agar MAN Insan Cendikia Serong lebih memperhatikan asupan makanan para peserta didiknya.
b) Sebagai bahan masukan untuk pengelola kantin agar penyelenggaraan makanan untuk para peserta didik menjadi lebih baik lagi dan kebutuhan zat gizi peserta didik dapat terpenuhi dengan baik.
1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan masukan ilmu yang berguna dan sebagai bahan pembelajaran dan memperkaya ilmu pengetahuan dari hasil penelitian.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
tentang
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong 2010 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki hubungan terhadap rendahnya konsumsi energi dan protein pada remaja sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilaksanakan pada Juni- November 2010 di MAN Insan Cendikia Serpong dengan jenis penelitian kuantitatif dan disain studi yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner dan data sekunder diperoleh dari MAN Insan Cendikia Serpong.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsumsi Energi dan Protein Konsumsi energi dan protein adalah total asupan energi dan protein yang dikonsumsi oleh seseorang setiap harinya dibandingkan dengan kecukupan energi dan protein yang dianjurkan (Supariasa, 2001). Manusia makan tidak hanya sekedar menghilangkan rasa lapar, tetapi juga memperhatikan konsumsi zat gizi yang diperoleh dari makanannya (Suhardjo, 1989). Menurut Sedioetama (1996), konsumsi energi dan protein lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi. Hal ini sesuai tertuang dalam firman Allah SWT
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya” (Al-Maidah: 88).
Ada tiga faktor yang membuat tiap orang memiliki konsumsi energi dan protein yang berbeda yaitu karakteristik individu yaitu yang berasal dari dalam diri si penerima seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi, keterampilan memasak, dan kesehatan. Penilaian makanan yaitu penampilan makanan, rasa makanan dan variasi menu. Dan karakteristik lingkungan yang terdiri dari musim, pekerjaan, mobilitas, perpindahan penduduk, jumlah keluarga dan tingkatan sosial pada masyarakat (Elizabeth dan Sanjur, 1981 dalam Suhardjo 1989). 2.2 Remaja 2.2.1 Definisi Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007). Remaja menurut World Health Organization (WHO) merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsurangsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa anak-anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri. Sedangkan menurut Mohammad (1994) mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-
25 tahun, di mana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya secara sosial dan psikologis mampu mandiri (Notoatmodjo, 2007). Konsumsi energi dan protein yang tidak baik semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Dampak negatif kekurangan mineral kerap tidak kelihatan sebelum mereka mencapai usia dewasa (Arisman, 2004). Ingersoll GM (1992) dan Brown (2002) dalam Estetika (2007) membagi periode remaja menjadi tiga bagian, yaitu: 1.
Early Adolescence (11-14 tahun) Pada periode ini remaja mulai memperhatikan body image mereka dan seksualitas. Cara mikir mereka juga menjadi konkret dan mulai membangun konsep awal dari moral mereka, pengaruh peer group juga sangat kuat.
2.
Middle Adolescence (15 sampai 17 tahun) Pada periode ini, remaja mulai agak menjauh dari orang tua mereka secara emosi. Untuk perkembangan kognitif, kemampuan verbal remaja semakin luas. Perilaku risiko mengenai kesehatan pada remaja periode ini juga meningkat dan remaja juga mulai tertarik pada peer group yang heterogen.
3.
Late Adolescence (18 sampai 21 tahun) Pada periode ini, remaja mulai membangun identifikasi diri dan juga mulai terpisah dari orang tua mereka. Cara pikir remaja pada periode ini juga menjadi lebih kompleks, selain itu mereka juga sudah memiliki ekonomi sosial. Menurut Anwar (2006) dalam Dilapanga (2008) Remaja putri pada
umur 10-13 tahun dan remaja putra pada umur 12-15 tahun mengalami masa akil baligh. Pada masa itu, terjadi pertumbuhan yang cepat disertai perubahan fisiologis dan mental. Sesudah itu derajat pertumbuhan berkurang sehingga remaja putra dan putri yang mendekati usia 19 tahun pertumbuhannya berhenti dan mereka memasuki usia remaja. Pada remaja terjadi perkembangan fisik yang meliputi pertumbuhan organ seksual baik primer maupun skunder & pertumbuhan otot & tulang, hormon-hormon serta perkembangan kejiwaan yang meliputi emosi, intelektual, sosial, dan moral. Terlalu cepat/terlalu lambat perkembangan remaja
akan
menjadi
masalah
bagi
remaja
dalam
menghadapi
kehidupannya. Perkembangan seksual ditandai dengan berfunsinya alat-alat reproduksi. Perkembangan otot & tulang diawali pada tungkai kaki dan tangan,oleh karena itu tidaklah mengherankan jika tubuh remaja sering kelihatan tidak proporsional. Perkembangan emosi erat kaitannya dengan perkembangan hormon dan ditandai dengan emosi yang intens dan labil. Perkembangan intelektual ditandai bahwa remaja sudah mampu berfikir
secara abstrak, kausalitas dan membuat proyeksi kemasa datang, berfikir kritis artinya tidak mau menerima begitu saja. Perkembangan social ditandai
oleh
keterkaitannya
pada
kelompok
sebaya,
hal
ini
mengembangkan rasa solidaritas, saling menghargai, saling menghormati yang sebelumnya tidak dimiliki ketika masa kanak-kanak (Bart, 1994 dalam Julianto 2002).
2.2.2 Kecukupan Energi Protein pada Remaja Kebutuhan zat gizi selama masa remaja dipengaruhi terutama oleh kecepatan pertumbuhan dan aktifitas fisik individu yang bersangkutan. Indikator lain yang perlu diperhatikan antara lain jenis kelamin, usia dan tumbuh kembang. Kebutuhan zat gizi berhubungan sangat erat dengan besarnya tubuh, hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat (Sayogyo, 1992). Remaja mempunyai kebutuhan gizi yang unik dari sisi biologis, psikologis dan sosial. Dari sisi biologis, zat gizi yang lebih banyak dibutuhkan pada saat remaja adalah zat gizi pelindung seperti protein, vitamin dan mineral per unit energi yang dikonsumsi, dibandingkan masa kanak-kanak dan dewasa (Asih, 2001). Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi lebih maupun gizi kurang.
2.2.2.1 Energi Energi diartikan sebagai suatu kapasitas untuk melakukan suatu pekerjaan. Jumlah energi yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan dan bentuk tubuh. Energi
dalam
tubuh
manusia
timbul
dikarenakan
adanya
pembakaran karbohidrat, protein dan lemak (Nurachmah, 2001 dalam dalam Azinar, 2005). Energi diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme, utilisasi bahan makanan, dan aktifitas sehari-hari. Kebutuhan rata-rata energi remaja adalah 40-60 kkal/kgBB/hari. Kebutuhan energi terutama disuplai dari karbohidrat dan lemak. Untuk menjaga agar tubuh remaja sehat dan bugar dibutuhkan banyak macam zat gizi yang terdapat dalam karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin dan mineral. Remaja sebaiknya mengkonsumsi energi kurang lebih 60%-70% dari karbohidrat, 20%-25% dari lemak dan 12%-15% dari protein dalam makanan sehari-harinya. Karbohidrat merupakan pondasi dari makanan bagi remaja yang banyak melakukan aktivitas fisik. Lemak mampu untuk mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol terutama lemak yang mengandung asam lemak esensial seperti asam linoleat, linoleat dan arakidonat. Protein dibutuhkan pada masa ini karena untuk pemeliharaan jaringan dan pembentukan jaringan baru. Air diperlukan untuk
mengangkut zat gizi ke dan dari otot-otot yang bekerja, membuang panas dan mengangkut sisa metabolisme (Sumosardjono, 1995 dalam Asih, 2001). Remaja yang mempunyai aktifitas banyak akan memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan remaja yang tidak banyak melakukan aktifitas (Nelson, 1995). Selain dari makanan pokok, ketersediaan zat-zat gizi juga bisa berasal dari makanan kudapan, selingan, suplemen atau camilan (snack). Camilan biasanya dikonsumsi di antara dua waktu makanan utama, yaitu antara makan pagi dan makan siang atau antara makan siang dan makan malam (Anonim, 2010 dalam Martaliza, 2010). Made Astawan mengatakan, makanan kudapan menyumbang 80% asupan gizi dalam tubuh. Menurut Hardinsyah dan Dodik Briawan (1990)
dalam Martaliza (2010) kontribusi
(sumbangan) energi dari makanan jajanan atau kudapan adalah 10%-25% dan sumbangan protein sebanyak 5%-10%. Oleh karena itu, makanan jajanan atau kudapan dibutuhkan juga untuk mencukupi kebutuhan enrgi dan mineral yang kadang-kadang masih kurang yang apabila zat gizi tersebut hanya dari makanan utama (pagi, siang, dan malam). 2.2.2.2 Protein Protein fungsi utamanya adalah untuk menyediakan asam amino bagi sintesis protein sel, hormon maupun enzim untuk
mengatur metabolisme (Pudjiadi, 2000). Ada dua sumber protein yaitu hewani dan nabati. Protein yang berasal dari hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutunya. Konsumsi protein yang seimbang dengan kebutuhan protein akan dapat menunjang status gizi, atau dengan kata lain tubuh akan mengalami pertumbuhan yang optimal. Kebutuhan protein remaja relative lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Pada masa remaja, protein terutama dibutuhkan untuk pemeliharaan jaringan dan pembentuk jaringan baru. Perhitungan protein diperoleh dari 15% total kalori (Elisa, 2002). Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh (Yulia, 2009). Protein dalam tubuh berfungsi untuk menyediakan energi apabila kebutuhan energi tidak tercukupi dari konsumsi karbohidrat dan lemak. 2.2.2.3 Dampak Kekurangan Energi Dan Protein Pada Remaja Kekurangan energi dan protein bagi remaja dampaknya sangat besar. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi
dan protein, pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja, penurunan kosentrasi belajar selain itu juga dapat menyebabkan kekurangan zat gizi lain seperti zat besi, kalsium dan sebagainya. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian (Hardinsyah dan Martianto, 1992). Bagi remaja wanita apabila kekurangan energi dan protein berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya Kurang Energi Kronis (KEK) dan jika asupan zat besi kurang makan dapat menyebabkan anemia gizi besi. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi bagi orang Indonesia diketahui bahwa kebutuhan energi dan protein bagi remaja dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Remaja Tahun 2005 No.
Jenis Kelamin
Usia
Energi (Kkal)
1
Laki-laki
13-15
2400
Protein (gram) 60
16-18
2600
65
13-15
2350
57
16-18
2200
50
2
Perempuan
Sumber: Widyakarya Pangan (2005)
2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi energi dan protein pada Remaja 2.3.1 Karakteristik Individu Konsumsi makan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh karakteristik individu usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan gizi dan pendapatan), nafsu makan, rasa bosan, makanan tambahan dari luar. 2.3.1.1 Usia Setiap orang memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda beda mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, sampai lansia. Pada umumnya remaja membutuhkan konsumsi makanan yang lebih karena usia remaja merupakan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga diperlukan asupan zat gizi yang lebih dibandingkan dengan dewasa (Arisman, 2010).
2.3.1.2 Jenis Kelamin Remaja putera dan remaja puteri memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda. Kebutuhan energi dan protein remaja putra berbeda dengan remaja putri. Remaja putra memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan remaja putri karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan. Menurut Suhardjo (1989) sebagian besar wanita mempunyai pantangan terhadap makanan sedangkan laki-laki cenderung lebih baik dalam penerimaan terhadap makanan. Menurut Gibney (2004) dalam Dilapanga (2008) jenis kelamin mempengaruhi tingkat konsumsi makanan seseorang. Berdasarkan survei konsumsi pangan di Eropa terdapat perbedaan konsumsi makan antara pria dan wanita. Para remaja terutama remaja putri mempunyai selera makan yang berubah-ubah, mereka cenderung lebih memperhatikan jumlah makanan yang mereka konsumsi. Berdasarkan penelitian Hakim (2001) diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan konsumsi energi pada remaja. Dalam penelitian Brisdon (1993) menyatakan bahwa remaja putera cenderung memiliki asupan energi lebih tinggi dibandingkan dengan remaja puteri. Sedangkan berdasarkan penelitian Matthys et al (2002) tidak ada perbedaan yang signifikan
antara supan energi pada remaja laki-laki maupun pada remaja perempuan.
2.3.1.3 Pendidikan Konsumsi makan seseorang sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikannya. Seseorang yang mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang cukup tentang gizi maka mempertimbangkan kebutuhan fisiologik akan lebih penting dari pada kepuasan psikis (Prajitno, 1994). Seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi umumnya mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi juga sehingga akan memilih makanan yang lebih murah dan bernilai gizi lebih tinggi (Suhardjo, 1989).
2.3.1.4 Uang Saku Uang saku merupakan bagian pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan kepada anak untuk keperluan harian, mingguan, atau bulanan. Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima oleh anak (Azizah, 2007 dalam Dilapanga, 2008). Uang saku sangat menentukan pemilihan makanan dan konsumsi makanan. Biasanya remaja memilih makanan sesuai dengan uang saku mereka. Dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja sering mengkonsumsi makananmakanan modern dengan pertimbangan prestice dan juga harapan akan diterima dikalangan peer group mereka.
Menurut Berg (1986) dalam Hela (2008) uang sangat mempengaruhi makanan yang dikonsumsi oleh seseorang. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi apa yang akan dibeli oleh seseorang dengan menggunakaan uang. 2.3.1.5 Pengetahuan Gizi Remaja umumnya memiliki pemahaman yang kurang baik terhadap kandungan gizi yang terdapat dalam berbagai makanan dan manfaatnya terhadap tubuh (McWilliams, 1993). Konsumsi makan juga berkaitan dengan pengetahuan gizi seseorang. Banyak orang yang menderita kekurangan gizi karena mereka tidak mengetahui manfaat makanan yang bervariasi dan mengandung zatzat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Mereka pada umumnya lebih memilih makanan yang terasa enak dan mengenyangkan tetapi rendah kandungan zat gizinya dan tidak mengerti akan pentingnya makanan untuk kesehatan (Simanjutak, 1995 dalam Iskandar, 2003). Menurut Suhardjo (1989) pengetahuan gizi sangat penting karena dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan status gizi baik sehingga penyediaan makanan yang bergizi dapat tercukupi dan pangan tersebut dapat diolah dan dikonsumsi guna perbaikan gizi. Sanjur dalam Kumary (2001) menyatakan bahwa pengetahuan gizi mempengaruhi praktek melalui sikap terhadap konsumsi
makan. Praktek konsumsi pangan merupakan hasil interaksi dari pengetahuan gizi dalam sikap terhadap gizi. Orang yang memiliki pengetahuan gizi yang tinggi terdapat kecenderungan untuk memilih makanan yang lebih murah dengan nilai gizi yang lebih tinggi (Yahya, 1993 dalam Julianto, 2002). Menurut Khomsan (2003) pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan. Instrumen ini merupakan bentuk tes objektif yang paling sering digunakan, di dalam menyusun instrumen ini digunakan jawaban-jawaban yang sudah tertera di dalam tes dan responden hanya memilih jawaban yang benar. Alternatif jawaban yang benar dari berbagai opsi disebut jawaban, sedangkan alternatif yang salah disebut distracter. Distracter yang baik mempunyai ciri karakteristik yang hampir mirip dengan jawaban. Dengan demikian responden harus berpikir dahulu sebelum menentukan pilihan jawaban yang benar. Dalam penelitian Juliato (2002) diketahui bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi sedangkan terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi protein. Periode remaja adalah periode perubahan yang sangat drastis baik fisik maupun psikologi. Sehingga pengetahuan baik tidak selalu mencerminkan perilaku
remaja tersebut dalam mengkonsumsi makanan. Pada penelitian Elnovriza (2008) diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi responden dengan asupan zat gizi. Sedangkan dalam penelitian Umri (2001) didapatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi energi dan ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi protein. 2.3.1.6 Keterampilan Memasak Konsumsi makan seseorang tergantung dari masakan yang dimasak, hal ini berarti dibutuhkan keterampilan memasak yang baik. Dengan keterampilan masak yang baik maka pemilihan bahan makanan dan pengolahan makanan yang baik dapat meningkatkan selera orang yang akan memakannya. Dalam rumah tangga keterampilan masak seorang ibu sangat diperlukan agar anakanaknya dapat mengkonsumsi makanan yang disediakan dengan baik. Sedangkan untuk orang-orang yang berada di luar rumah seperti pondok pesantren, lembaga pemasyarakatan dan sebagainya tergantung kepada juru masak tempat tersebut (Moehyi, 1992). 2.3.1.7 Kesehatan Tubuh memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dari penyakit infeksi apabila dalam keadaan gizi baik dan apabila keadaan gizi tidak baik atau buruk maka kemampuan tubuh dalam
mempertahankan diri dari penyakit infeksi akan menurun. Hal ini disebabkan kekebalan tubuh yang menurun akibat kurangnya asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Aritonang, 1996 dalam Amsirman 2001). Status kesehatan seseorang akan mempengaruhi konsumsi makannya. Pada orang dalam kondisi sakit cenderung memiliki konsumsi makan yang rendah dari pada orang dalam kondisi sehat. 2.3.1.8 Kebiasaan Makan Kebiasaan makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh sosial, budaya, fisiologis, dan psikologi. Menurut Khumaidi (1994) yang dimaksud kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai afektif yang berasal dari alam, budaya, sosial, ekonomi. Menurut Husaini (1989) dalam Elisa (2002) Kebiasaan makan merupakan refleksi dari pemenuhan kebutuhan fisik, keinginan, kepuasan dan ketenangan. Kebiasaan makan menentukan jumlah zat gizi yang dikonsumsi, baik dipandang dari segi kualitas maupun kuantitas. Remaja puteri mempunyai kebiasaan makan dan
pemilihan makan yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiri dari fisik, sosial, lingkungan, keluarga, teman sebaya dan psikologi (Story, 1995 dalam Amsirman, 2001). 2.3.1.9 Kesukaan ( Preferensi Makanan) Preferensi makanan adalah sebagai tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya terhadap makanan (Pilgrin, 1957 dalam Suhardjo, 1989). Pada remaja, kesukaan terhadap makanan tergantung pada lingkungan sekitar mereka. Pada umumnya pihak keluarga dan teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar bagi remaja terhadap makanan yang disukai dan tidak disukai. Menurut Khumaidi (1989) terbentuknya rasa suka terhadap makanan tertentu merupakan hasil dari kesenangan sebelumnya yang diperoleh pada saat mereka makan untuk memenuhi rasa laparnya. 2.3.1.10 Citra Tubuh (Body Image) Citra
tubuh
adalah
sikap,
persepsi,
keyakikan
dan
pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus baik masa lalu maupun sekarang (Harnawatiaj, 2002 dalam Handayani, 2009). Citra tubuh adalah sebuah istilah yang mengacu kepada persepsi seseorang mengenai bentuk dan tampilan fisik tubuhnya. Citra tubuh seringkali diukur dengan menanyakan kepada subjek bentuk
tubuhnya saat ini dengan bentuk tubuh ideal yang ditampilkan melalui serangkaian gambar. Perbedaan antara kedua nilai tersebut menggambarkan sejauh mana ketidakpuasaan subjek tersebut terhadap dirinya sendiri (Field, 1999).
2.3.2 Penilaian Makanan Kualitas hidangan merupakan salah satu yang mempengaruhi tingkat konsumsi makan seseorang. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam suatu hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lainnya (Sayogyo, 1994). Konsumsi makan seseorang yang berasal dari karakteristik makanan yaitu cita rasa makanan yang terdiri dari penampilan makanan dan rasa makanan. Menurut moehyi (1992) cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap berbagai indera dalam tubuh manusia, terutama indera penglihatan, indera penciuman, dan indera pengecap. Makanan yang memiliki cita rasa yang tinggi adalah makanan yang disajikan dengan menarik, menyebarkan bau yang sedap dan memberikan rasa yang lezat. Semakin banyak jumlah porsi makanan yang harus dimasak, semakin sukar untuk mempertahankan cita rasa makanan seperti yang diinginkan. Usaha untuk mendapatkan cita rasa makanan yang baik, dimulai sejak pemilihan bahan makanan yang akan digunakan dan kemudian menyiapkan bahan makanan itu untuk dimasak melalui berbagai cara, memotong, mengiris, menggiling, mengaduk, serta membuat bentuk-
bentuk tertentu agar menarik. Pengolahan yang tidak dilakukan secara professional, perencanaan yang kurang baik, tenaga pelaksana yang tidak professional, sistem pengawasan yang lemah, dan rendahnya dedikasi petugas penyelenggara menyebabkan mutu dan cita rasa makanan yang disajikan kurang baik. Cita rasa makanan yang khas dapat diciptakan dengan menggunakan bumbu-bumbu tertentu atau dapat juga dengan cara memasak makanan yang khusus. Selain itu mutu dan cita rasa makanan sangat tergantung pada tenaga ahli (juru masak). Cita rasa makanan mencakup dua aspek utama yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan waktu dimakan. Kedua aspek itu sama pentingnya untuk diperhatikan agar betulbetul dapat menghasilkan makanan yang memuaskan. 2.3.2.1 Penampilan Makanan Penampilan makanan sewaktu disajikan di meja makan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 2.3.2.1.1 Warna Makanan Betapapun
lezatnya
makanan,
apabila
penampilannya tidak menarik waktu disajikan akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang. Warna makanan memegang peranan penting dalam penampilan makanan. Untuk mendapatkan
warna makanan yang sesuai dan menarik harus digunakan teknik memasak tertentu (Moehyi, 1992). Menurut West dan Wood (1988) warna makanan yang menarik dapat meningkatkan cita rasa. Kombinasi warna menjadi sangat penting dalam membuat makan menjadi lebih menarik ketika disajikan. Oleh karena itu, suatu menu yang baik haruslah terdapat kombinasi warna yang menarik.
2.3.2.1.2 Konsistensi atau Tekstur Makanan Konsistensi makanan juga merupakan komponen yang turut menentukan cita rasa makanan karena sensitivitas indera cita rasa dipengaruhi oleh konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan memberikan rangsang yang lebih lambat terhadap indera kita. Cara memasak dan lama waktu memasak makanan akan menentukan pula konsistensi makanan. Jadi apabila seseorang memakan makanan dengan konsistensi dan tekstur yang sesuai dengan jenis makanannya maka dapat meningkatkan selera si pemakannya.
2.3.2.1.3 Bentuk Makanan yang disajikan Menurut Moehyi (1992) untuk membuat makanan menjadi lebih menarik biasanya disajikan dalam bentukbentuk tertentu. Bentuk makanan waktu disajikan dapat dibedakan menjadi beberapa macam bentuk seperti: 1) Bentuk sesuai dengan bentuk asli bahan makanan. Misalnya, ikan sering disajikan dalam bentuk aslinya dengan lengkap. 2) Bentuk yang menyerupai bentuk asli, tetapi bukan merupakan bahan makanan yang utuh. Ayam kodok misalnya, dibuat menyerupai asli ayam. 3) Bentuk yang diperoleh dengan cara memotong bahan makanan dengan teknik tertentu atau mengiris bahan makanan dengan cara tertentu. 4) Bentuk sajian khusus seperti bentuk nasi tumpeng atau bentuk lainnya yang khas. Bentuk makanan yang serasi akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan. 2.3.2.1.4 Porsi Makanan Pentingnya porsi makanan tidak hanya berkaitan dengan penampilan makanan waktu disajikan, tetapi juga berkaitan
dengan
perencanaan
dan
penghitungan
pemakaian bahan. Misalnya potongan daging atau ayam atau ikan yang terlalu besar atau terlalu kecil akan merugikan penampilan.
2.3.2.1.5 Variasi Menu Variasi menu adalah variasi menggunakan bahan makanan, resep makanan dan cara pengolahan dalam suatu hidangan. Variasi menu akan merangsang selera makan. Menu yang semakin bervariasi akan menambah gairah untuk makan sehingga makanan yang disajikan akan habis dimakan oleh konsumen. Suatu jenis makanan yang dihidangkan berkali-kali dalam jangka waktu yang singkat akan membosankan konsumen, begitu juga penggunaan bahan makanan dasar untuk membuat masakan berkali-kali dalam jangka waktu yang singkat akan membuat penerima merasa jenuh. Menurut Moehyi (1992) menu yang baik tidak berarti harus berasal dari bahan mewah dan mahal atau dimasak ala barat, tetapi yang penting adalah memenuhi syarat gizi, rasa enak, bervariasi dan menarik, karena faktor-faktor tersebut membangkitkan selera makan. Jenis masakan yang disajikan maupun bahan makanan dasar yang digunakan
disajikan berkali-kali dalm waktu yang singkat akan membuat konsumen merasa jenuh. Penganekaragaman menu perlu dilakukan untuk menghindari kebosanan para konsumen dan mengingat beragamnya konsumen yang dilayani serta mempunyai keinginan atau kesukaan yang berbeda pula. Berikut ini merupakan susunan hidangan yang terdapat di Indonesia (Moehyi, 1992): a. Hidangan makanan pokok yang umumnya terdiri dari nasi. Berbagai variasi masakan nasi sering juga digunakan seperti nasi uduk, nasi minyak, nasi kuning dan nasi tim. Disebut sebagi makanan pokok karena dari makanan inilah tubuh memperoleh sebagian besar zat gizi yang diperlukan tubuh. b. Hidangan lauk pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan hewani atau nabati atau gabungan keduanya. Bahan makanan hewani yang digunakan dapat berupa daging sapi, kerbau, atau unggas seperti ayam, burung dara, dan bebek. Selain itu, bahan makanan hewani dapat juga berupa ikan, udang, kepiting atau berbagai jebis hasil laut lainnya.
Lauk pauk nabati biasanya berupa lauk pauk yang terbuat dari kacang-kacangan atau hasil olahannya seperti tempe dan tahu. Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan berbagai cara, seperti masakan berkuah, masakan tanpa kuah, dipanggang, dibakar, digoreng atau jenis masakan lainnya. c. Hidangan berupa sayur mayor. Biasanya hidangan ini berupa masakan yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi agar mudah ditelan. Hidangan sayurmayur dapat lebih dari satu macam masakan yang biasanya terdiri dari gabungan maskaan berkuah atau tidak berkuah. d. Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, baik dalam bentuk buah-buahan segar atau buah-buahan yang sudah diolah seperti setup atau sari buah. Hidangan ini berfungsi sebagai penghilang rasa yang kurang sedap sehabis makan sehingga diberi nama pencuci mulut. 2.3.2.2 Rasa Makanan Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Apabila penampilan makanan yang disajikan merangsang saraf melalui indera penglihatan sehingga mampu membangkitkan selera untuk mencicipi makanan itu, maka pada tahap berikutnya cita rasa
makanan itu ditentukan oleh rangsangan terhadap indera pencium dan indera pengecap. Berikut ini komponen-komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan, yaitu: 2.3.2.2.1 Aroma Makanan Aroma makanan lebih banyak terpaut dengan indera penciuman sehingga apabila seseorang penciumannya mengalami
gangguan
maka
kemampuannya
untuk
mencium aroma makanan akan terpengaruh juga. Aroma yang disebarkan oleh makanan memiliki daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera pencium sehingga
membangkitkan
selera.
Timbulnya
aroma
makanan disebabkan oleh terbentuknya suatu senyawa yang mudah menguap. Terbentuknya senyawa yang mudah menguap itu dapat sebagai akibat reaksi karena senyawa enzim, tetapi dapat juga terbentuk tanpa terjadi reaksi enzim. Misalnya aroma jambu biji yang menyengat timbul karena reaksi enzimatik dalam buah jambu dan membentuk senyawa yang mudah menguap. Aroma yang dikeluarkan oleh setiap makanan berbeda-beda. Demikian pula cara memasak makanan akan memberikan aroma yang berbeda pula. Penggunaan panas yang tinggi dalam proses pemasakan makanan akan lebih
menghasilkan aroma yang kuat, seperti padamakanan yang digoreng, dibakar, atau dipanggang. Lain halnya dengan makanan
yang
direbus
yang
hamper-hampir
tidak
mengeluarkan aroma yang merangsang. Aroma makanan dapat juga ditimbulkan dengan menggunakan aroma sintetik. Berbagai macam aroma buah-buahan, seperti aroma apel, aroma pisang, bahkan aroma teh dan kopipun sudah dapat disintetiskan di pabrikpabrik dan dipasarkan dengan harga yang murah. 2.3.2.2.2 Bumbu Masakan dan Bahan Penyedap Cita rasa makanan yang khas dapat diciptakan dengan menggunakan bumbu-bumbu tertentu atau dapat juga dengan cara memasak makanan yang khusus. Berbagai bumbu yang digunakan dapat membangkitkan selera karena memberikan rasa makanan yang khas selain bau yang sedap. Bumbu yang digunakan pada makanan berasal dari minyak astirinya yang terdapat dalam rempahrempah sebesar 2% aroma yang timbul ketika terjadi pemanasan (Winarno, 2005). Bumbu masakan dan bahan penyedap, disamping bau yang sedap dapat mengakibatkan selera dari rasa makanan yang khas. Rasa makanan dapat diperbaiki dan dipertinggi
dengan
menambah
bahan
penyedap.
Penggunaan
standarisasi bumbu sangat penting untuk menjaga cita rasa makanan dari waktu ke waktu (Moehyi, 1992). 2.3.2.2.3 Keempukan Makanan Keempukan makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan juga ditentukan oleh cara memasak. Misalnya dalam memasak daging atau bahan makanan berprotein tinggi bila dimasak dengan suhu tinggi akan mengakibatkan makanan menjadi keras sesuai dengan sifat kimia protein yang akan menggumpal pada suhu tinggi. Hal yang sama juga berlaku untuk ayam, ikan, dan bahan makanan lainnya yang mengandung protein tinggi (Castonguay, 1987). 2.3.2.2.4 Kerenyahan Makanan Kerenyahan
makanan
menberikan
pengaruh
tersendiri terhadap cita rasa makanan. Untuk mendapatkan makanan yang renyah juga diperlukan cara memasak tersendiri. Cara masak yang salah, misalnya menggoreng kerupuk yang salah akan menghasilkan kerupuk yang keras dan tidak renyah. Yang dimaksud dengan kerenyahan makanan adalah makanan yang dimasak menjadi kering, tetapi tidak keras sehingga enak dimakan (Moehyi, 1992).
2.3.2.2.5 Tingkat Kematangan Tingkat kematangan masakan itu tentu saja akan mempengaruhi cita rasa makanan. Tingkat kematangan di Indonesia belum mendapat perhatian karena umumnya masakan Indonesia harus dimasak sampai matang benar, kecuali untuk masakan telur yang dibedakan menjadi telur yang dimasak setengah matang dan telur yang dimasak sampai matang (Moehyi, 1992). Berbeda dengan masakan eropa untuk beberapa jenis masakan,
misalnya
steak,
ada
perbedaan
tingkat
kematangan. Ada steak yang dimasak setengah matang yang disebut dengan istilah medium rare, matang (rare) dan matang benar yang disebut dengan istilah weldone. Tingkat kematangan itu tentu saja akan mempengaruhi cita rasa makanan. 2.3.2.2.6 Suhu Makanan Suhu makanan waktu disajikan memegang peranan dalam penentuan cita rasa makanan. Namun, makanan yang terlalu panas atau dingin akan sangat mengurangi sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa makanaan. Menurut Winarno (1991) makana yang terlalu panas akan membakar lidah dan merusak kuncup cecapan, sedangkan
makanan yang terlalu dingin dapat membius kuncup cecapan sehingga tidak peka lagi. Sensitivitas terhadap rasa akan berkurang bila suhu berada di bawah 200 C atau di atas 300 C. Makanan yang dihidangkan kepada konsumen sebaiknya sesuai suhu makanan tersebut seperti soto dan sop diberikan dalan keadaan hangat. Untuk menyajiakan makanan itu harus dipilih tempat yang bertutup atau dapat juga digunakan panci yang dilengkapi alat pemanas. Sebaliknya, makanan yang harus dihidangkan dalam keadaan dingin hendaknya dihidangkan dalam keadaan dingin seperti agar-agar (Moehyi, 1992).
2.3.2.3 Penyajian Makanan Penyajian
makanan
merupakan
faktor
penentu
dalam
penampilan hidangan yang disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik, seluruh upaya yang telah dilakukan guna menampilkan makanan denga cita rasa yang tinggi akan tidak berarti. Penampilan makanan waktu disajikan akan merangsang indera terutama indera penglihatan yang bertalian dengan cita rasa makanan. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan, yaitu sebagai berikut:
a) Pemilihan alat yang digunakan Untuk meyajikan makanan dibutuhkan alat seperti piring, mangkuk, atau tempat menyajikan makanan khusus yang lainnya. Alat yang digunakan harus sesuai dengan volume makanan yang disajikan. Makana yang berkuah banyak tentu tidak sesuai disajikan dengan menggunakan piring ceper. Sebaliknya, makanan yang tidak berkuah hendaknya tidak disajikan dengan menggunakan tempat yang cekung dan dalam, tetapi disajikan dengan menggunakan tempat yang agak datar. Makanan yang harus dimakan dalam keadaan hangat harus disajikan dengan menggunakan tempat yang bertutup atau dapat menggunakan panci khusus yang dilengkapi alat pemanas. b) Cara menyusun makanan dalam tempat penyajian makanan Cara menyusun hidangan perlu dilakukan dengan cermat sehingga memberikan kesan menarik. Misalnya irisan daging atau ikan hendaknya disusun serapi mungkin. c) Penghias hidangan Penghias hidangan sangat diperlukan untuk membuat makanan lebih menarik, dalam menghias hidangan diperlukan keahlian dan rasa seni tersendiri. Banyak ragam sayur-mayur
atau buah-buahan yang dapat digunakan sebagai penghias hidangan. Daun slada, buah tomat masak, cabai merah besar, wortel, daun sledri, daun peterseli, daun pandan, buah mentimun, dan buah jeruk nipis dapat digunakan sebagi penghias
hidangan
karena
dapat
menambah
menarik
penampilan makanan yang disajikan.
2.3.3 Karakteristik Lingkungan 2.3.3.1 Musim Bencana alam seperti banjir, gempa bumi dan terutama perubahan lingkungan hidup keluarga secara tidak langsung akan mengubah kebiasaan makan. Adanya bencana alam tersebut mengurangi bahkan meniadakan cadangan makanan keluarga (Suhardjo, 1989).
2.3.3.2 Pekerjaan Keluarga dengan pendapatan terbatas mempunyai kemungkinan yang besar bahwa akan mengalami kekurangan dalam memenuhi kebutuhan makanannya sesuai dengan kebutuhan, setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin karena dengan uang yang terbatas tidak akan banyak pilihan. Selanjutnya menurut Sumarno (Nurhayati, 2000) mengatakan bahwa hubungan semi logaritmik antara
konsumsi energi dan protein dengan pendapatan yang artinya peningkatan
pendapatan
keluarga
akan
meningkatkan
konsumsi energi. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian Nurhayati (2000), yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara pendapatan orang tua dengan konsumsi zat gizi. Menurut Jahar, Djumadias dan Tarwotjo (1988), tidak adanya hubungan antara pendapatan orang tua dengan konsumsi zat gizi, kemungkinan berkaitan dengan kurangnya pengetahuan gizi dalam menyediakan makanan bagi anak sehingga pemanfaatan pendapatan untuk keperluan pangan menjadi kurang efisien.
2.3.3.3 Jumlah Keluarga Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Hal ini dapat menyebabkan banyak anak-anak yang mengalami kurang gizi dan pola ini juga akan menjadi kebiasaan ketika mereka besar nanti sehingga sangat erat kaitannya dengan konsumsi makannya. Jadi jumlah anggota keluarga mempengaruhi konsumsi makan seseorang (Suharjo, 1989).
2.3.3.4 Tingkat Sosial Pada Masyarakat Tingkat
sosial
pada
masyarakat
mempengaruhi
konsumsi makanan seseorang sebab tingkat sosial berkaitan erat dengan pekerjaan dan pendapatan. Pada orang yang memiliki tingkat sosial yang tinggi lebih cenderung memilih makanan yang mahal dan memiliki nilai zat gizi yang tinggi dan orang yang memiliki tingkat sosial yang rendah cenderung memilih bahan makanan yang murah dan tidak mementingkan zat gizinya hal ini diberkaitan dengan uang yang dimiliki (Suhardjo, 1989). 2.3.3.5 Pengaruh Teman Sebaya (Peer Groups) Menurut Sartiningsih (1993) bahwa pola konsumsi remaja sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi teman sebayanya. Pada umumnya remaja akan merasa senang apabila makan bersama dengan orang terdekat dan biasanya remaja lebih suka menghabiskan waktu mereka di luar bersama teman-teman sebayanya. Menurut Krummel (1996) dalam Rachmiaty (2009) remaja menghabiskan banyak waktu dengan teman sebayanya dan sering kali berkelompok, maka biasanya
teman
sebaya
atau
teman
sekelompoknya
menentukan apa yang diterima dalam kelompoknya dan membentuk perilaku standar sesuai yang diharapkan. Pada
umumya remaja mendapatkan asupan energi dan protein tidak hanya dari makanan yang disediakan di rumah atau asrama tetapi juga dari jajanan yang mereka beli bersama dengan teman sebayanya. Pengaruh peer group adalah sangat penting selama masa remaja dan pada situasi tertentu pengaruh peer group lebih besar daripada pengaruh keluarga (Gift et al, 1978 dan nurlock, 1980 dalam Ulfa, 1998). Menurut Gunarsa dalam Mumtamhanah (2002) mengatakan bahwa semakin sedikit anggota suatu kelompok akan semakin kuat pengaruh kelompok
tersebut
dibandingkan
terhadap
dengan
suatu
anggotanya, kelompok
apalagi yang
bila
jumlah
anggotanya besar dan tidak tetap. Dalam penelitian Elisa (2002) diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara peer group dengan konsumsi energi dan protein. 2.4 Metode Pengukuran Konsumsi Makan Menurut Supariasa (2001) pengukuran konsumsi makan menghasilkan dua jenis data konsumsi yaitu kualitatif dan kuantitatif. 2.4.1 Metode kualitatif Metode kualitatif ini digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makan dan menggali informasi kebiasaan makan (food habits). Metode pengukuran konsumsi makanan
bersifat kualitatif yaitu frekuensi makan (food frequency), dietary history, telepon, pendaftaran makanan (food list). 2.4.2 Metode kuantitatif Menurut Supariasa (2001) Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan membandingkan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain. Metode kuantitatif terdiri dari: 1.
Metode inventaris (inventory method)
2.
Metode food account
3.
Pencatatan makanan rumah tangga (household food records)
4.
Metode recall 24 jam Mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Petugas menanyakan dan mencatat kembali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Kelebihan dari metode ini yaitu mudah dilaksanakan, murah, cepat, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf, memberikan gambaran nyata yang dikonsumsi responden (Supariasa, 2001).
5.
Estimated Food Record Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang dimakan dan minum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut) termasuk cara perisapan dan pengolahan. Adapun kelebihan dari metode ini yaitu murah, cepat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar, dapat diketahui jumlah zat gizi sehari, dan relative lebih akurat. Namun kelemahan dari metode ini yaitu membebani responden, tidak cocok untuk responden yang buta huruf, dan sangat tergantung dari kejujuran responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi (Supariasa, 2001).
6.
Penimbangan makanan (Food Weighing) Menurut Supariasa (2001) pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari. Bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi. Kelebihan dari metode ini adalah diperoleh data yang lebih akurat. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu lama dan biaya cukup mahal, penimbangan yang dilakukan dalam periode cukup lama maka
responden dapat merubah kebiasaan makan mereka, tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta memerlukan kerjasama yang baik dengan responden. 2.5 Penyelenggaraan Makanan Institusi Menurut Moehyi (1992), penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan makanan dalam jumlah besar dengan alasan tertentu. Sedangkan Depkes (2003), menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat. Menurut nursiah,dkk (1990), setiap pengelolaan makanan di berbagai institusi menganut tujuan yang hampir sama yaitu dengan tujuan agar institusi dapat menyediakan makanan yang berkualitas tinggi, dipersiapkan dan dimasak dengan baik, pelayanan cepat, tepat dan murah, gizi seimbang dengan menu yang bervariasi, harga tepat dan layak, fasilitas cukup dan nyaman, dan standar kebersihan dan sanitasi yang tinggi. 2.6 Pondok Pesantren Pesantren dengan pengertian sederhana yaitu tempat pendidikan santri untuk mempelajari pengetahuan agama Islam, di bawah bimbingan seorang guru/ustadz/kyai dengan tujuan untuk lebih menguasai ilmu agama Islam
(tafaqqquh fiddin). Santri diharapkan mampu menyebarkan agama Islam dan memperbanyak jumlah kader dakwah Islamiyah (Depkes RI, 1998). Sedangkan menurut Rahardjo (1995), pesantren adalah tempat anak-anak muda dan dewasa belajar secara lebih mendalam tentang agama Islam yang diajarkan secara sistematis, langsung dari bahasa Arab serta berdasarkan kitab-kitab klasik karangan ulama besar. 2.7 Kerangka Teori Berdasarkan Moehyi (1992), Elizabet dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) dan Call dan Levinson (1871) dalam Supariasa (2001) diperoleh kerangka teori dibawah ini. Bagan 2.1 Kerangka Teori Karakteristik Individu 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Usia Jenis kelamin Pendidikan Pendapatan Pengetahuan gizi Keterampilan memasak Kesehatan Kebiasaan Makan Kesukaan Citra tubuh Penilaian Makanan
1. Penampilan Makanan 2. Rasa Makanan 3. Variasi Menu
Karakteristik Lingkungan 1. 2. 3. 4.
Musim Pekerjaan Jumlah Keluarga Tingkat Sosial pada Masyarakat 5. Pengaruh Teman Sebaya
Konsumsi Energi dan Protein
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori gabungan dari Moehyi (1992), Elizabet dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989), call dan levinson (1871) dalam Supariasa (2001). Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu konsumsi energi dan protein, dan variabel independen yaitu karakteristik individu yang terdiri dari jenis kelamin, pengetahuan gizi, uang saku dan citra tubuh. Penilaian makanan yaitu penampilan makanan dan rasa makanan, dan karakteristik lingkungan yaitu pengaruh teman sebaya. Sedangkan variabel yang tidak diteliti yaitu variabel usia karena peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong berada pada rentang usia 15-18 tahun dan termasuk ke dalam masa remaja. Variabel pendidikan karena pendidikan responden sama atau homogen yaitu Madrasah Aliyah. Variabel keterampilan memasak karena para peserta didik tidak memasak sendiri melainkan ada kantin yang menyelenggarakan makanan. Variabel kesehatan karena apabila ada peserta didik yang sakit maka makanan yang disediakan berbeda dengan peserta didik yang lain sesuai dengan anjuran dari klinik. Variabel kebiasaan makan karena frekuensi makan para responden sudah diatur oleh pihak kantin yaitu makan pagi, makan siang, suplemen dan makan malam sehingga semua kebiasaan makan responden sama. Variabel kesukaan juga tidak diteliti karena sudah terwakili oleh penilaian makanan.
Variabel penyajian makanan tidak diteliti karena penyajian makanan yang dilakukan oleh MAN Insan Cendikia Serpong menggunakan sistem prasmanan dalam penyajian makan. Variabel musim karena berada dalam musim yang sama. Variabel pekerjaan karena para responden belum memiliki pekerjaan. Variabel jumlah keluarga karena responden tidak berada dalam lingkungan keluarga. Dan variabel tingkat sosial pada masyarakat karena karena meskipun berasal dari tingkat sosial yang berbeda-beda tetapi makanan yang diberikan kepada semua responden sama. Bagan 3.1 Kerangka Konsep Karakteristik Individu 1. 2. 3. 4.
Jenis Kelamin Pengetahuan Gizi Uang Saku Citra Tubuh (body image)
Penilaian Makanan 1. Penampilan Makanan 2. Rasa Makanan
Karakteristik Lingkungan Pengaruh Teman Sebaya
Konsumsi Energi dan Protein
3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1
Variabel Konsumsi Energi dan protein
2
Jenis Kelamin
3
Pengetahuan Gizi
4
Citra Tubuh
Definisi Operasional Total energi dan protein yang dikonsumsi oleh seseorang setiap harinya dibandingkan dengan kecukupan energi dan protein yang dianjurkan. (Supariasa, 2001) Perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan Pengetahuan responden mengenai gizi makanan dan hubungannya dengan Penilaian responden mengenai penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya, baik terhadap bagian-bagian tubuhnya maupun mengenai seluruh tubuhnya
Cara Ukur Food Recall
Alat ukur Formulir Recall 2 X 24 Jam
Hasil Ukur 0. Kurang, jika mengkonsumsi energi dan protein < 80% AKG. 1. Cukup, mengkonsumsi energi dan protein ≥ 80% AKG.
Skala Ordinal
Wawancara
Kuesioner
0. Perempuan 1. Laki-laki
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
0. Kurang baik (jika total skor < 16) 1. Baik (jika total skor ≥ 16)
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
0. Merasa gemuk 1. Tidak merasa gemuk
Ordinal
Tabel 3.1 Definisi Operasional (lanjutan) No 5
6
Variabel Uang Saku
Definisi Operasional Besarnya uang yang digunakan untuk membeli makanan per hari
Cara ukur Wawancara
Alat ukur Kuesioner
Hasil Ukur 1. Kecil (jika rata-rata perhari < 5000) 2. Besar (jika rata-rata perhari ≥ 5000)
Skala Ordinal
Penampilan makanan
Penilaian kumulatif responden tentang penampilan dengan kriteria warna dan bentuk makanan Penilaian responden mengenai kombinasi warna makanan yang terlihat saat makanan disajikan. Penilaian responden berkaitan dengan potongan/irisan dari makanan yang disajikan.
Wawancara
Kuesioner
0. Kurang baik (jika total skor < 34,50) 1. Baik (jika total skor ≥ 34,50)
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Penilaian responden berkaitan dengan kepadatan dan kekentalan dari suatu makanan yang sesuai
Wawancara
Kuesioner
1. Selalu Menarik (skor 3) 2. Kadang-kadang menarik (skor 2) 3. Tidak menarik (skor 1) (Moehyi,1992) 1. Selalu Menarik (skor 3) 2. Kadang-kadang menarik (skor 2) 3. Tidak menarik (skor 1) (Moehyi,1992) 1. Selalu sesuai (skor 3) 2. Kadang-kadang sesuai (skor 2) 3. Tidak sesuai (skor 1)
a. Warna makanan
b. Bentuk makanan
c. Konsistensi makanan
Tabel 3.1 Definisi Operasional (lanjutan) No
Variabel d. Porsi Makanan
e. Variasi Menu
7
Rasa makanan
a. Aroma makanan
b. Keempukan makanan
Definisi Operasional dengan jenis Penilaian responden terhadap porsi makanan yang diberikan sesuai dengan jenis makanannya. Penilaian resonden terhadap menu yang disajikan Penilaian kumulatif responden terhadap rasa makanan dengan kriteria aroma,bumbu, keempukan, tingkat kematangan, dan suhu makanan. Penilaian responden terhadap bau yang tercium pada saat makanan disajikan. Penilaian responden mengenai tingkat keempukan makanan yang disajikan.
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil Ukur
Wawancara
Kuesioner
1. Selalu banyak (skor 3) 2. Kadang-kadang banyak (skor 2) 3. Sedikit (skor 1)
Wawancara
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
1. Selalu Bervariasi(skor 3) 2. Kadang-Kadang Bervariasi(skor 2) 3. Tidak Bervariasi(skor 1) 0. Kurang Baik (jika total skor < 53,86) 1. Baik (jika total skor ≥ 53,86)
Wawancara
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
1. Selalu Sedap (skor 3) 2. Kadang-kadang sedap (skor 2) 3. Tidak sedap (skor 1) (Moehyi, 1992) 1. Selalu Empuk (skor 3) 2. Kadang-kadang empuk(skor 2) 3. Tidak empuk (skor 1)
Skala
Ordinal
Tabel 3.1 Definisi Operasional (lanjutan) No
8
Variabel c. Tingkat kematangan
Definisi Operasional Penilaian responden mengenai tingkat kematangan pemasakan bahan makanan yang
Cara ukur Wawancara
Alat ukur Kuesioner
Hasil Ukur 1. Selalu Matang (skor 3) 2. Kadang-Kadang Matang (skor 2) 3. Tidak matang (skor 1)
d. Suhu makanan
Penilaian responden mengenai suhu dari makanan pada saat makanan dihidangkan.
Wawancara
Kuesioner
Pengaruh teman sebaya
Pengaruh pemilihan makanan yang diberikan oleh teman dekat
Wawancara
Kuesioner
1. Selalu hangat (skor 3) 2. Kadang-kadang hangat (skor 2) 3. Tidak hangat (skor 1) (Moehyi, 1992) 0. Lemah (jika total skor < 8) 1. Kuat (jika total skor ≥ 8)
Skala
Ordinal
3.3 Hipotesis 1. Ada hubungan jenis kelamin dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 2. Ada hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 3. Ada hubungan citra tubuh dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 4. Ada hubungan uang saku dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 5. Ada hubungan penampilan makanan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 6. Ada hubungan rasa makanan dengan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. 7. Ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010.
BAB IV i
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu variabel dependen dan variabel independen yang terjadi pada objek yang diteliti, diukur dalam waktu yang bersamaan.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi pengumpulan data untuk penelitian ini adalah MAN Insan Cendikia Serpong yang terletak Serpong, Tangerang Selatan-Banten. Waktu penelitian dilaksanakan pada Juli - Desember 2010.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik MAN Insan Cendikian Serpong yaitu sebanyak 347 peserta didik yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII. 4.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian adalah peserta didik yang tidak dalam keadaan sakit dan bersedia untuk di wawancara.
a. Jumlah Sampel
Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus uji beda dua proporsi. Proporsi yang digunakan berasal dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Julianto (2002).
n = {Z1-α/2√2.P (1-P) + Z1-β √P1(1-P1) + P2(1-P2)}2 (P1-P2)2 Ket: n
= Besar Sampel
Z1-α/2
= Derajat Kepercayaan (95%=1,96)
Z1-β
= Kekuatan Uji (90%=1,28)
P1
= Proporsi konsumsi protein kurang < 80% AKG dan pengetahuan gizi kurang 78,6%= 0,786 dalam Julianto, 2002)
P2
= Proporsi konsumsi protein kurang < 80% AKG dan pengetahuan gizi baik 40,7%= 0,407 dalam Julianto, 2002)
Dari perhitungan sampel didapatkan hasil 68 orang. Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing jawaban dari responnden maka dilakukan pembulatan sampel menjadi 100 orang b. Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuota sampling. Sampel dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu kelas X, XI, dan XII. Adapun proporsi ketiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut: Jumlah Sampel = Jumlah Peserta Didik Perkelas X Jumlah Sampel Jumlah Populasi Tabel 4.1 Jumlah Sampel Perkelas
4.4 Instrumen Penelitian Jenis Kelamin Sampel No. Rombongan Total LakiPerempuan Laki- perempuan Belajar laki laki 1. Kelas X.1 11 13 24 3 4 2. Kelas X.2 11 13 24 3 4 3. Kelas X.3 13 11 24 4 3 4. Kelas X.4 11 13 24 3 4 5. Kelas X.5 11 13 24 3 4 6. Kelas XI IPA 1 8 11 19 2 3 7. Kelas XI IPA 2 9 10 19 3 3 8. Kelas XI IPA 3 11 11 22 3 3 9. Kelas XI IPA 4 8 11 19 2 3 10. Kelas XI IPA 5 10 9 19 3 3 11. Kelas XI IPS 1 11 9 20 3 3 12. Kelas XII IPA 1 11 9 20 3 3 13. Kelas XII IPA 2 10 10 20 3 3 14. Kelas XII IPA 3 11 9 20 3 3 15. Kelas XII IPA 4 11 9 20 3 3 16. Kelas XII IPS 1 7 8 15 2 2 17 Kelas XII IPS 2 6 8 14 1 2 JUMLAH 170 177 347 47 53 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (lampiran 1) dan
formulir recall 2x24 jam (lampiran 2) untuk mengetahui
konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan variabel-variabel independen yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi, penampilan makanan, rasa makanan variasi menu dan pengaruh teman sebaya.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh satu orang mahasiswa tingkat akhir jurusan kesehatan masyarakat peminatan gizi. Untuk mempermudah dalam pengumpulan data yang sebelumnya telah dilakukan pelatihan mengenai petunjuk pengisian kuesioner untuk responden. 4.5.1 Jenis Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer Data primer dalam penelitian ini berupa karakteristik individu yaitu jenis kelamin dan pengetahuan gizi, penilaian makanan yaitu penampilan makanan, rasa makanan, dan variasi menu dan karakteristik lingkungan yaitu pengaruh teman sebaya. 2. Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari MAN Insan Cendikia Serpong berupa data jumlah peserta didik, gambaran Umum MAN, dan gambaran umum penyelenggaraan makanan di MAN. 4.5.2 Pengukuran Data 1. Konsumsi energi dan protein Untuk mengetahui konsumsi energi dan protein responden, peneliti melakukan recall yaitu menanyakan kepada responden makanan apa saja yang telah dimakan dan berapa banyaknya dengan menggunakan bantuan food model. Setelah itu data yang terkumpul
diolah dengan menggunakan nutri survey untuk mengetahui energi dan protein yang telah dikonsumsi oleh responden selama 24 jam. Hasil dari nutri survey kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dikeluarkan oleh Depkes (2005). 2. Pengetahuan gizi Untuk
mengetahui
pengetahuan
gizi
responden,
peneliti
memberikan 20 pertanyaan yang berkaitan dengan gizi. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai 1 pada jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah atu tidak diisi. Kemudian total skor jawaban responden yang benar dikatagorikan menjadi 2 yaitu baik jika menjawab ≥80% atau 16 pertanyaan dan kurang baik jika menjawab <80% atau kurang dari 16 pertanyaan. Pertanyaan pengetahuan gizi sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. 3. Citra tubuh Variabel citra tubuh ditentukan melalui satu pertanyaan yang berisi penilaian responden terhadap bentuk tubuhnya. 4. Uang saku Variabel uang saku terdiri dari tiga pertanyaan yaitu besarnya uang saku yang dibrikan oleh orang tua atau wali dan berapa jumlah uang saku yang digunakan untuk membeli makanan. Apabila uang saku yang dimiliki oleh peserta didik < rata-rata uang saku peserta didik
maka maka dikatagorikan kurang dan dikatagorikan lebih jika uang saku ≥ dari rata-rata uang saku peserta didik. 5. Penampilan makanan Untuk variabel penampilan makanan peneliti memberikan 4 pertanyaan yang terdiri dari warna, bentuk, porsi, tekstur atau konsistensi makanan dan variasi menu. Setiap pertanyaan jenis makanan yang terdiri dari lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah dan suplemen diberi skor 1 sampai 3. Skor 3 untuk selalu menarik, 2 untuk kadangkadang menarik dan 1 untuk tidak menarik, skor tersebut digunakan untuk penilaian warna, bentuk dan porsi. Sedangkan untuk tekstur atau konsistensi makanan diberikan skor 3 untuk selalu sesuai, 2 untuk kadang-kadang sesuai dan 1 untuk tidak sesuai. Kemudian skor yang telah didapatkan dari setiap pertanyaan dijumlahkan dan dibuat tabel distribusi frekuensinya. Dari tabel distribusi frekuensi kemudian dicari nilai mean atau mediannya. Apabila total skor dari jawaban yang diberikan responden < dari nilai mean atau median maka dikatakan kurang baik. Dan apabila total skor ≥ dari nilai mean atau median maka dikatakan baik. 6. Rasa makanan Variabel rasa makanan terdiri dari beberapa pertanyaan yaitu aroma makanan, keempukan makanan, tingkat kematangan makanan, dan suhu makanan. Penilaian rasa makanan sama seperti penilaian
penampilan makanan yaitu dengan pemberian skor 1-3 pada setiap jenis makanan yang terdiri dari lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan suplemen. Kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi dari skor yang telah didapatkan, setelah itu dicari nilai mean atau mediannya. Apabila total skor dari jawaban yang diberikan responden < dari nilai mean atau median maka dikatakan kurang baik. Dan apabila total skor ≥ dari nilai mean atau median maka dikatakan baik. 7. Pengaruh teman sebaya Untuk variabel pengaruh teman sebaya, peneliti menggunakan 5 pertanyaan yang penilaiannya menggunakan sistem skoring. skor setiap pertanyaan terdiri dari 1 sampai 4, total skor kemudian ditentukan nilai mean atau mediannya. Apabila total skor ≥ nilai mean atau median maka dikatakan ada pengaruh teman sebaya dan apabila total skor < nilai mean atau median maka dikatakan tidak ada pengaruh teman sebaya.
4.6 Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah. Pengolahan data menggunakan software statistik. Adapun proses pengolahan data dilakukan sebagai berikut: a. Editing Kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir/kuesioner, apakah jawaban yang ada dikuesioner sudah:
1. Lengkap, semua pertanyaan sudah terisi jawaban 2. Jelas, jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca 3. Relevan, jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaannya 4. Konsisten, apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawabannya konsisten.
b. Coding Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari koding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Variabel yang dikoding yaitu karakteristik individu yang terdiri dari jenis kelamin dan pengetahuan gizi. Jenis kelamin diberikan kode 0 untuk perempuan dan 1 untuk laki-laki sedangkan variabel pengetahuan gizi diberikan kode 0 untuk kurang, 1 untuk untuk baik. Untuk variabel uang saku apabila uang saku yang dimiliki responden ≥ nilai mean atau median maka dapat dikatakan besar dan diberikan kode 0 dan diberikan kode 1 jika uang saku yang dimiliki responden < nilai mean atau median dan dikatagorikan kecil. Variabel citra tubuh diberikan kode 0 untuk merasa gemuk dan 1 jika merasa tidak gemuk. Variabel penilaian makanan diberikan kode 0 untuk kurang baik apabila nilai yang diberikan responden < dari nilai mean atau median maka dikatagorikan dan apabila nilai yang diberikan responden ≥ nilai mean atau median maka dikatagorikan baik dengan koding 1. Dan untuk
variabel karakteristik lingkungan yaitu pengaruh teman sebaya diberikan kode 0 apabila pengaruh teman sebaya lemah terhadap konsumsi energi dan protein dan 1 apabila pengaruh teman sebaya kuat terhadap konsumsi konsumsi energi dan protein. c. Entry Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah melewati pengkodingan maka langkah selanjutnya adalah mengentry data agar dapat dianalisa. Salah satu paket program yang sudah umum digunakan untuk entry data adalah paket program computer dengan menggunakan uji chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
d. Cleaning Kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry data ke komputer.
4.7 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan bivariat 1. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dan grafik dari setiap variabel yaitu variabel dependen
yaitu konsumsi energi dan protein dan variabel independen yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi, penampilan makanan rasa makanan, variasi menu dan pengaruh teman sebaya.
2. Analisis Bivariat Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel, kemudian dilanjutkan ke analisa bivariat. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dua variabel yaitu variabel independen yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi, penampilan makanan rasa makanan, variasi menu dan pengaruh teman sebaya dengan variabel dependen yaitu konsumsi energi dan protein. untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut digunakan pengujian statistik. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan uji chi square. Uji chi square dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik dengan variabel kategorik. Rumus chi square adalah sebagai berikut:
X2 = Melalui uji statistik diperoleh nilai P, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) sebesar 0,05. Hubungan kemaknaan antara variabel independen dan variabel dependen adalah: a. Hubungan bermakna atau secara statistik terdapat hubungan yang signifikan apabila nilai P < α.
b. Hubungan tidak bermakna atau secara statistik tidak terdapat hubungan signifikan, apabila nilai P ≥ α.
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum 5.1.1 Sejarah MAN Insan Cendikia Serpong Pada tahun 1996 BPPT mendirikan SMU Insan Cendekia di Serpong-Banten dan di Gorontalo melalui program penyetaran IPTEK STEP (Science and Technology Equity Program) bagi sekolah-sekolah yang berada di lingkungan pondok pesantren untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam penguasaan IPTEK yang di dasari nilai keimanan dan ketakwaan, Pada tahun pelajaran pertama (1996/1997), penerimaan siswa SMU Insan Cendekia diprioritaskan bagi siswa-siswi SMU/MA kelas satu dan siswa-siswi lulusan SMP/MTs berprestasi yang berasal dari pondok pesantren dan sekolah Islam lainnya. Akan tetapi, mulai tahun pelajaran kedua (1997/1998) SMU Insan Cendekia memberi kesempatan pula kepada siswa-siswi SLTP umum dan MTs baik negeri maupun swasta. Sejak tahun pelajaran 2000/2001, SMU Insan Cendekia baik yang berada
di
Serpong-Banten
maupun
di
Gorontalo
dilimpahkan
pengelolaannya oleh BPPT kepada Departemen Agama Republik Indonesia. Untuk tetap mempertahankan ciri khas penguasaan IPTEK dan IMTAK, maka dalam pengelolaan dan pembinaannya Departemen Agama dan BPPT terus melakukan kerjasama. Selanjutnya, nama SMU Insan Cendekia
ditransformasikan menjadi Madrasah Aliyah Insan Cendekia dengan tanpa mengurangi dan mengubah sistem pengajaran secara keseluruhan yang telah berjalan selama ini. Pada tahun 2001, dengan
SK Menteri Agama RI,
Nomor 490 Tahun 2001 MA Insan Cendekia Serpong berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Serpong. 5.1.2 Visi dan Misi MAN Insan Cendikia Serpong Visi MAN Insan Cendikia Serpong adalah mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketakwaan, menguasai
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
serta
mampu
mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan misinya adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif, dan mempunyai landasan iman dan takwa yang kuat. 2. Membentuk sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional. 3. Menjadikan MAN Insan Cendekia sebagai madrasah model dalam pengembangan pengajaran Iptek dan Imtak bagi lembaga pendidikan lainnya. 5.1.3 Motto MAN Insan Cendikia Serpong MAN Insan Cendikia Serpong memiliki Motto menjadikan kampus MAN Insan Cendikia sebagai ” Kampus Pretasi, Mandiri dan Islami”.
5.1.4 Kegiatan Belajar Mengajar dan Pembinaan Imtak Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah melalui student active learning. Proses belajar mengajar (PBM) ditunjang
dengan sarana yang memadai
seperti laboratorium, ruang
multimedia, perpustakaan, greenhouse dan lain-lain. Media pembelajaran seperti OHP, CD, TV, Video, LCD Projector, dan fasilitas internet tersedia sukup memadai bagi terselenggaranya PBM yang maksimal. 1.
Jam belajar di sekolah mulai pukul 07.00 s.d pukul. 15.35 wib.
2.
Jam belajar mandiri mulai pukul 20.00 s.d pukul 22.00 wib.
3.
Pembinaan IMTAK dilakukan baik di kelas maupun di luar kelas dalam bentuk kegiatan ibadah keseharian maupun melalui kajian kitab tematik, serta pengajian tutorial dengan sistem halaqah.
4.
Pengajaran perbaikan (remedial teaching) dilaksanakan melalui klinik mata pelajaran dan program matrikulasi (untuk bidang-bidang studi tertentu).
5.
Program pengayaan (enrichment program) diadakan melalui kegiatan bimbingan intensif (persiapan masuk perguruan tinggi dan persiapan UN), uji coba SPMB dan UN, serta pembinaan siswa dalam klub bidang studi (matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi, komputer, ekonomi, dan english debate)
6.
Evaluasi belajar memakai sistem evaluasi standar sekolah unggulan.
Madrasah Aliyah Insan Cendekia adalah merupakan lembaga pendidikan formal, yang berusaha menghidupkan ruh dan nuansa pesantren dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat umum yang meliputi : pelaksanaan shalat fardu berjamaah di masjid, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain dan berbudaya akhlaqul-karimah. Hal ini memungkinkan terciptanya suasana kehidupan yang islami di lingkungan kampus yang diperlihatkan dengan perilaku ikhlas, mandiri, sederhana, ukhuwah, dan bebas berkreasi. Sedangkan tujuan khusus dari pembinaan Imtak adalah untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap syariat Islam, dan nilai-nilai keimanan yang meliputi: takwa, syukur, sabar, dan hayya imani. 5.1.5 Jumlah Siswa MAN Insan Cendikia Serpong memiliki kapasitas maksimal 360 orang. Jumlah peserta didik tahun ajaran 2010/2011 ada sebanyak 347 peserta didik.
Tabel 5.3 Distribusi Jumlah Peserta Didik MAN Insan Cendikia Serpong
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17
Rombongan Belajar Kelas X.1 Kelas X.2 Kelas X.3 Kelas X.4 Kelas X.5 Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 3 Kelas XI IPA 4 Kelas XI IPA 5 Kelas XI IPS 1 Kelas XII IPA 1 Kelas XII IPA 2 Kelas XII IPA 3 Kelas XII IPA 4 Kelas XII IPS 1 Kelas XII IPS 2 JUMLAH
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
11 11 13 11 11 8 9 11 8 10 11 11 10 11 11 7 6 170
13 13 11 13 13 11 10 11 11 9 9 9 10 9 9 8 8 177
Total 24 24 24 24 24 19 19 22 19 19 20 20 20 20 20 15 14 347
5.1.6 Kantin MAN Insan Cendikia Serpong melakukan penyelenggaran makanan dengan menggunakan jasa dari suatu instansi penyelenggara makanan dengan cara sistem tender. Dalam penyelenggaraan makanan setiap harinya ada seorang ahli gizi yang berasal dari pihak penyelenggara dan seorang ahli gizi yang berasal dari puskesmas yang ditunjuk oleh pihak MAN Insan Cendikia Serpong untuk melakukan pengawasan setiap satu minggu sekali. Selain dari kantin utama, ada koperasi dan kantin yang menjual makanan selain dari makanan yang disediakan dari kantin utama. Makanan yang
dijual di koperasi biasanya berupa makanan dan minuman ringan, sedangkan yang dijual dikantin berupa makanan seperti bakso, mie, dan jus buah. ketika para peserta didik tidak ingin mengkonsumsi makanan di kantin utama, mereka biasanya membeli makanan di koperasi atau kantin.
5.2 Analisis Univariat 5.2.1 Konsumsi Energi dan Protein Konsumsi energi dan protein pada peserta didik dikatagorikan menjadi dua (2) yaitu kurang dan cukup. Gambaran konsumsi energy dan protein peserta didik MAN Insan Cendikia Serpong dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Konsumsi Energi Dan Protein Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010
Katagori
Konsumsi Energi
Konsumsi Protein
Jumlah
%
Jumlah
%
Kurang
62
62
19
19
Cukup
38
38
81
81
100
100
100
100
Total
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 100 responden, ada sebanyak 62% yang konsumsi energinya kurang dan ada sebanyak 19% yang konsumsi proteinnya kurang.
5.2.2 Gambaran Jenis Kelamin Analisis univariat jenis kelamin peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010. Gambaran jenis dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini: Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Jenis Kelamin Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Jenis Kelamin
Jumlah
%
Perempuan
53
53
Laki – Laki
47
47
100
100
Total
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 100 responden didapatkan lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 53 responden atau (53%). Sedangkan jenis kelamin laki-laki ada sebanyak 47 (47%).
5.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi dalam penelitian ini dikatagorikan menjadi dua (2) yaitu kurang dan baik. Gambaran pengetahuan gizi peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6 Gambaran Distribusi Pengetahuan Gizi Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Pengetahuan Gizi
Jumlah
%
Kurang
40
40
Baik
60
60
100
100
Total
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil bahwa dari 100 responden ada sebanyak 40 responden (40 %) yang memiliki pengetahuan gizi kurang.
5.2.4 Gambaran Uang Saku Dalam penelitian ini uang saku dikatagorikan menjadi dua yaitu kecil dan besar. Gambaran distribusi uang saku pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7 Gambaran Distribusi Uang Saku Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Uang Saku
Jumlah
%
Kecil
34
34
Besar
66
66
100
100
Total
Dai tabel 5.7, diketahui bahwadari 100 responden, ada sebanyak 34% responden yang memiliki uang saku dalam katagori kecil.
5.2.5 Gambaran Citra Tubuh Dalam penelitian ini citra tubuh dibagi menjadi dua (2) katagori yaitu merasa gemuk dan merasa tidak gemuk. Gambaran
citra tubuh pada
peserta didik MAN Insan Cendikia Serpong dapat dilihat pada tabel 5.8. Tabel 5.8 Gambaran Distribusi Citra Tubuh Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Penampilan Makanan
Jumlah
%
Merasa Gemuk
38
38
Merasa Tidak Gemuk
62
62
100
100
Total
Dari tabel 5.8 diketahui bahwa dari 100 responden, ada sebanyak 38 responden atau 38% yang merasa dirinya gemuk
5.2.6 Penilaian Penampilan Makanan Gambaran distribusi penilaian penampilan makanan pada peserta didik MAN Insan Cendikia Serpong dapat dilihat pada tabel 5.9. Tabel 5.9 Gambaran Distribusi Penilaian Penampilan Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Penampilan Makanan
Jumlah
%
Kurang
51
51
Cukup
49
49
100
100
Total
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 100 responden, ada sebanyak 51 responden atau 51% yang mengatakan penampilan makanan kurang.
5.2.6 Gambaran Penilaian Rasa Makanan Gambaran
distribusi penilaian rasa makanan pada peserta didik
MAN Insan Cendikia Serpong dapat dilihat pada tabel 5.10. Tabel 5.10 Gambaran Distribusi Rasa Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Rasa Makanan
Jumlah
%
Kurang
45
45
Cukup
55
55
100
100
Total
Dari tabel 5.10 diketahui bahwa dari 100 responden, ada sebanyak 45 responden atau 45% yang menyatakan rasa makanan yang disajikan kurang.
5.2.8 Gambaran Teman Sebaya Gambaran distribusi rasa makanan pada peserta didik MAN Insan Cendikia Serpong dapat dilihat pada tabel 5.11.
Tabel 5.11 Gambaran Distribusi Teman Sebaya Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Pengaruh Teman Sebaya
Jumlah
%
Lemah
35
35
Kuat
65
65
100
100
Total
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 100 responden, ada sebanyak 35 responden atau 35% yang pengaruh teman sebayanya lemah.
5.3 Analisis Bivariat 5.3.1 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010 dengan menggunakan uji chi square disajikan pada tabel 5.12 dan 5.13. Tabel 5.12 Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi energi Jenis Kelamin
Kurang
Total Cukup
P value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Perempuan
36
67,9
17
32,1
53
100
Laki-laki
26
55,3
21
44,7
47
100
0,276
Berdasarkan tabel 5.12 didapatkan hasil bahwa konsumsi energi kurang lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 36 responden atau 67,9%. Dari hasil uji chi square didapatkan P value = 0,276, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan konsumsi energi. Tabel 5.13 Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi Protein Jenis Kelamin
Kurang
Total
Cukup
P value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Perempuan
7
13,2
46
86,8
53
100
Laki-laki
12
25,5
35
74,5
47
100
0,189
Dari tabel 5.13didapatkan hasil bahwa konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 responden atau 25,5%. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan P value = 0,189. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan konsumsi protein.
5.3.2 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010 dengan menggunakan uji chi square disajikan pada tabel 5.14 dan 5.15.
Tabel 5.14 Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Pengetahuan Gizi Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi energi Pengetahuan Gizi
Kurang
Total
Cukup
P value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Kurang
23
57,5
17
42,5
40
100
Cukup
39
65
21
35
60
100
0,585
Dari tabel 5.14 diketahui bahwa ada sebanyak 23 responden atau 57,5% yang memiliki pengetahuan gizi kurang dan konsumsi energinya kurang. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan hasil P value = 0,585, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi.
Tabel 5.15 Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Pengetahuan Gizi Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi protein Pengetahuan Gizi
Kurang
P
Total
Cukup
value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Kurang
8
20
32
80
40
100
Cukup
11
18,3
49
81,7
60
100
1,000
Dari tabel 5.15 diketahui bahwa lebih banyak responden yang pengetahuan gizinya kurang dan konsumsi proteinnya kurang yaitu sebanyak 20 responden atau
20%. Berdasarkan hasil uji chi square
didapatkan Pvalue = 1,000, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi protein. 5.3.3 Hubungan Antara Uang Saku Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan uang saku dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010 dengan menggunakan uji chi square disajikan pada tabel 5.16 dan 5.17. Tabel 5.16 Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Uang Saku Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi energi Uang Saku
Kurang
P
Total Cukup
value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Kecil
20
58,8
14
41,2
34
100
Besar
42
63,6
24
36,4
66
100
0,801
Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa ada sebanyak 20 responden atau 58,8% yang memiliki uang saku dalam katagori kecil dan konsumsi energinya kurang. Hasil uji chi square didapatkan hasil P value = 0,801, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi energi.
Tabel 5.17 Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Uang Saku Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi protein Uang Saku
Kurang
P
Total
Cukup
value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Kecil
6
17,6
28
82,4
34
100
Besar
13
19,7
53
80,3
66
100
1,000
Dari tabel 5.17 diketahui bahwa ada sebanyak 6 responden atau 17,6% yang memiliki uang saku dalam katagori kecil dan konsumsi proteinnya kurang Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan P value = 1,000. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi protein.
5.3.4 Hubungan Citra Tubuh Dengan Konsumsi Energi dan Protein Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan citra tubuh dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010 dengan menggunakan uji chi square disajikan pada tabel 5.18 dan 5.19.
Tabel 5.18 Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Citra Tubuh Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi energi Citra Tubuh
Kurang
P
Total
Cukup
value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Merasa Gemuk
21
55,3
17
44,7
38
100
Merasa Tidak
41
66,1
21
33,9
62
100
0,382
Gemuk
Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa ada sebanyak 21 responden atau 55,3% yang merasa dirinya gemuk dan konsumsi energinya kurang. Dari
hasil uji chi square didapatkan hasil P value = 0,382,
hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dengan konsumsi energi.
Tabel 5.19 Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Citra Tubuh Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi Protein Citra Tubuh
Kurang
P
Total Cukup
value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Merasa Gemuk
3
7,9
35
92,1
38
100
Merasa Tidak
16
25,8
46
74,2
62
100
0,05
Gemuk
Dari tabel 5.19 diketahui bahwa ada sebanyak 3 responden atau 7,9% yang meras gemuk dan konsumsi proteinnya kurang. Berdasarkan hasil uji
chi square didapatkan P value = 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dengan konsumsi protein.
5.3.5 Hubungan Penampilan Makanan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan penampilan makanan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010 dengan menggunakan uji chi square disajikan pada tabel 5.20 dan 5.21. Tabel 5.20 Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Penampilan Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010. Konsumsi energi Penampilan Makanan
Kurang
Total Cukup
P value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Kurang
32
62,7
19
37,3
51
100
Cukup
30
61,2
19
38,8
49
100
1,000
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa diantara 51 responden yang menyatakan penampilan makanan yang disajikan kurang, ada sebanyak 32 responden atau 62,7% yang konsumsi energinya kurang. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan hasil P value = 1,000 hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penampilan makanan dengan konsumsi energi.
Tabel 5.21 Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Penampilan Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010. Konsumsi protein Penampilan Makanan
Total Kurang
Cukup
P value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Kurang
11
21,6
40
78,4
51
100
Cukup
8
16,3
41
83,7
49
100
0,680
Dari tabel 5.19 diketahui bahwa dari 51 responden yang menyatakan penampilan maknanan yang disajikan kurang, ada sebanyak 11 responden atau 21,6% yang konsumsi proteinnya kurang. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan Pvalue =0,680, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penampilan makanan dengan konsumsi protein.
5.3.6 Hubungan Rasa Makanan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan rasa makanan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010 dengan menggunakan uji chi square disajikan pada tabel 5.22 dan 5.23.
Tabel 5.22 Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Rasa Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi energi Rasa Makanan
Kurang
P
Total
Cukup
value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Kurang
30
66,7
15
33,3
55
100
Cukup
32
58,2
23
41,8
45
100
0,508
Berdasarkan tabel 5.22 diketahui bahwa dari 55 responden yang menyatakan rasa makanan yang disajikan kurang, ada sebanyak 30 responden atau 66,7% yang konsumsi energinya kurang. Dari hasil uji chi square didapatka Pvalue = 0,508, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna anatara rasa makanan dengan konsumsi energi. Tabel 5.23 Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Rasa Makanan Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi protein Rasa Makanan
Kurang
P
Total
Cukup
value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Kurang
11
24,4
34
75,6
55
100
Cukup
8
14,5
47
85,5
45
100
0,318
Berdasarkan tabel 5.23 diketahui bahwa dari 55 responden yang menyatakan rasa makanan yang disajikan kurang, ada sebanyak 11 responden atau 24,4% yang konsumsi proteinnya kurang. Dari hasil uji chi
square didapatkan Pvalue = 0,318, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara rasa makanan dengan konsumsi protein.
5.3.7 Hubungan Antara Teman Sebaya Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan penampilan makanan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong tahun 2010 dengan menggunakan uji chi square disajikan pada tabel 5.24 dan 5.25. Tabel 5.24 Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Teman Sebaya Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi energi
Pengaruh Teman Sebaya
P
Total Kurang
Cukup
value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Lemah
21
60
14
40
35
100
Kuat
41
63,1
22
36,9
65
100
0,931
Berdasarkan tabel 5.24 diketahui bahwa dari 35 responden yang pengaruh teman sebayanya lemah, ada sebanyak 21 responden atau 60% yang konsumsi energinya kurang. Dari hasil uji chi square didapatkan hasil P value = 0,931, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penampilan makanan dengan konsumsi energi.
Tabel 5.25 Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Teman Sebaya Pada Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Tahun 2010 Konsumsi protein
Pengaruh Teman Sebaya
Kurang
P
Total
Cukup
value
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Lemah
8
22,9
27
77,1
35
100 0,650
Kuat
11
16,9
54
83,1
65
100
Dari tabel 5.24 diketahui bahwa dari 35 responden yang pengaruh teman sebayanya lemah, ada sebanyak 8 responden atau 22,9% yang konsumsi proteinnya kurang. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan Pvalue = 0,650, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakan antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi protein.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian 6.1.1 Desain Studi Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dimana faktor risiko dan efek diteliti dalam waktu yang bersamaan. Desain studi ini tidak dapat menjelaskan secara pasti apakah faktor risiko mendahului efek karena hal tersebut menuntut sekuensi waktu yang jelas antara faktor risiko dan efek. Sehingga penggunaan desain studi ini untuk menganalisis hubungan faktor risiko dan efek terbatas. 6.1.2 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diambil dari peneliti lain. Berdasarkan teori banyak variabel yang berhubungan dengan konsumsi energi dan protein, namun karena beberapa keterbatasan maka peneliti hanya dapat meneliti beberapa variabel saja yaitu jenis kelamin, pengetahuan, uang saku, citra tubuh, penampilan makanan, rasa makanan dan teman sebaya. Akan tetapi diduga masih ada variabel yang mempengaruhi konsumsi energi dan protein seperti stress. Variabel tersebut tidak diteliti karena keterbatasan pengukuran dalam penelitian. 6.1.3 Pengambilan Data
Data penelitian diambil dengan pengisian sendiri oleh responden. Sehingga kemungkinan ada responden yang kurang memahami isi kuesioner. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini sangatlah terbatas sehingga dalam pengisian kuesioner hanya sebentar yaitu sabtu malam karena responden memiliki waktu luang pada saat itu sehingga ada kemungkinan responden tergesa-gesa dalam pengisian kuesioner. Selain itu metode pengambilan data menggunakan recall. Recall dilakukan pada hari minggu, pada hari ini merupakan hari kunjungan oleh orang tua sehingga ada kemungkinan responden tidak mengkonsumsi makanan yang disediakan di kantin tetapi mengkonsumsi makanan yang dibawakan oleh keluarga. 6.1.4 Analisis Data Dalam analisis data dalam penelitian ini terutama data recall ada kemungkinan terjadinya bias recall dan terjadinya flat slope syndrome yaitu responden yang kurus melebih-lebihkan makanan yang dikonsumsi dan responden yang gemuk mengurangi makanan yang dikonsumsi. Selain itu analisis data recall yang menggunakan nutri survey dan tidak semua jenis makanan yang dimakan ada di nutri survey sehingga peneliti menggunakan jenis makanan yang hampir mendekati jenisnya atau bahannya. Pada penelitian ini juga tidak menghitung kebutuhan energi dan protein secara individu tetapi menggunakan Angka Kecukupan Gizi masyarakat Indonesia pada usia remaja.
6.2 Analisis Univariat 6.2.1 Gambaran Konsumsi Energi dan Protein Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Konsumsi energi dan protein adalah total asupan energi dan protein yang dikonsumsi oleh seseorang setiap harinya dibandingkan dengan kecukupan energi dan protein yang dianjurkan (Supariasa, 2001). Konsumsi energi yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan terutama masa remaja karena pada masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik dan perubahan sosial. Konsumsi energi dan protein setiap orang berbeda-beda dan banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu karakteristik individu yaitu yang berasal dari dalam diri si penerima seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi, keterampilan memasak, dan kesehatan. Penilaian makanan yaitu penampilan makanan, rasa makanan dan penyajian makanan. Dan karakteristik lingkungan yang terdiri dari musim, pekerjaan, mobilitas, perpindahan penduduk, jumlah keluarga dan tingkatan sosial pada masyarakat (Elizabeth dan Sanjur, 1981 dalam Suhardjo 1989). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 62% peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong konsumsi energi kurang dan ada
sebanyak 19% yang konsumsi proteinnya kurang. Dari proporsi tersebut terlihat bahwa konsumsi energi kurang cukup tinggi. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Elisa (2002) diperoleh bahwa remaja yang mengkonsumsi energi kurang dari AKG ada sebanyak 47,1%
dan
konsumsi protein kurang dari AKG sebanyak 77,7%. Dan dalam penelitian Kirana (2007) konsumsi energi kurang pada remaja ada sebanyak 61% dan konsumsi protein kurang ada sebanyak 51%. Walaupun untuk konsumsi energi kurang sama besarnya dengan hasil yang didapat dalam penelitian ini. Hal ini dimungkinkan adanya faktor lain yang menyebabkan banyak responden yang konsumsi energi dan konsumsi proteinnya kurang terutama karena usia responden adalah usia remaja yang merupakan masa peralihan dari usia anak-anak menuju dewasa sehingga banyak pengaruh yang akan mereka dapatkan, salah satunya pemilihan dalam mengkonsumsi energi dan protein. Gizi selama masa remaja sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan untuk mencegah masalah kesehatan di masa depan karena kebiasaan konsumsi energi dan protein semasa remaja akan terbawa hingga mereka dewasa (Arisman, 2004). Kekurangan energi dan protein pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja, penurunan kosentrasi belajar selain itu juga dapat menyebabkan kekurangan zat gizi lain seperti zat besi, kalsium
dan lain-lain. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein dalam kurun waktu yang cepat, maka tubuh akan dengan mudah terserang penyakit infeksi dan dapat menyebabkan kematian (Hardiansyah dan Martianto, 1992). Kurangnya konsumsi energi dan protein disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kebiasaan makan sejak kecil. Menurut Moehji (2003) dalam Elnovriza (2009) kebiasaan makan yang kurang pada remaja berawal pada kebiasaan makan keluarga yang tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil dan akan terus terjadi pada usia remaja mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan zat-zat gizi dan dampak tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka. Selain itu dari hasil observasi ternyata karena aktifitas yang cukup padat membuat responden terkadang tidak mengkonsumsi makanan yang disedikan oleh pihak kantin dan lebih memilih mengkonsumsi makanan ringan yang mereka miliki di dalam asrama. Dan juga apabila responden merasa bosan dengan menu yang disediakan maka responden lebih memilih membeli makanan yang ada di terdapat di kantin yang menjual makanan seperti bakso, mie instan, jus, mie ayam, dan lainnya. 6.2.2 Gambaran Jenis Kelamin Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong
Remaja putera dan remaja puteri memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda. Kebutuhan energi dan protein remaja putra berbeda dengan remaja putri. Hasil penelitian ini diketahui bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak sebesar 53% dan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 47%. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa ada sebanyak 67,9% responden perempuan yang konsumsi energi kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Brisdon (1993) bahwa remaja puteri cenderung lebih sedikit konsumsi energinya dibandingkan dengan remaja putera. Menurut Arisman (2009) remaja putra memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan remaja putri karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan. Para remaja terutama remaja putri mempunyai selera makan yang berubah-ubah, mereka cenderung lebih memperhatikan jumlah makanan yang mereka konsumsi. Dalam Suhardjo (1989) menyatakan bahwa sebagian besar wanita mempunyai pantangan terhadap makanan sedangkan laki-laki cenderung lebih baik dalam penerimaan terhadap makanan. Berarti hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Brisdon (1993) yaitu remaja perempuan konsumsi energi lebih rendah dibandingkan dengan remaja laki-laki. 6.2.3 Gambaran Pengetahuan Gizi Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong
Pengetahuan gizi sangat penting karena dengan pengetahuan gizi yang cukup diharapkan status gizi baik sehingga penyediaan makanan yang bergizi dapat tercukupi dan pangan tersebut dapat diolah dan dikonsumsi guna perbaikan gizi. Praktek konsumsi pangan merupakan hasil interaksi dari pengetahuan gizi dalam sikap terhadap gizi. Sanjur dalam Kumary (2001) menyatakan bahwa pengetahuan gizi mempengaruhi praktek melalui sikap terhadap konsumsi makan. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan gizi baik lebih banyak yaitu sebesar 60%. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan gizi kurang sebesar 40%. Menurut WHO remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa anak-anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri. Para remaja umumnya memiliki pemahaman yang kurang baik terhadap kandungan gizi yang terdapat dalam berbagai makanan dan manfaatnya terhadap tubuh (Mc Williams, 1993). Periode remaja adalah periode perubahan yang sangat drastis baik fisik maupun psikologi. Sehingga pengetahuan baik tidak selalu mencerminkan perilaku remaja tersebut dalam mengkonsumsi makanan.
6.2.4 Gambaran Uang Saku Peserta Didik di MAN Insan Cendikian Serpong
Uang saku merupakan bagian pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan kepada anak untuk keperluan harian, mingguan, atau bulanan. Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima oleh anak (Azizah, 2007 dalam Dilapanga, 2008). Uang saku sangat menentukan pemilihan makanan dan konsumsi makanan. Biasanya remaja memilih makanan sesuai dengan uang saku mereka. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki uang saku besar proporsinya lebih besar yaitu 66%. Sedangkan responden yang memiliki uang saku kecil ada sebanyak 34%. Dari hasil observasi diketahui bahwa responden yang uang sakunya besar untuk konsumsi makan belum tentu membeli makanan yang mengandung zat gizi.
6.2.5 Gambaran Citra Tubuh Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakikan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus baik masa lalu maupun sekarang (Harnawatiaj, 2002 dalam Handayani, 2009). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih banyak responden yang merasa dirinya tidak gemuk yaitu sebesar 62%. Sedangkan responden yang merasa dirinya gemuk ada sebanyak 38%. Citra tubuh merupakan persepsi seseorang terhadap citra tubuhnya, banyak faktor yang
dapat mempengaruhi persepsi tersebut seperti teman sebaya. Persepsi remaja terhadap citra tubuhnya akan mempengaruhi konsumsi makannya sehingga memungkinkan terjadinya pembatasan terhadap beberapa jenis makanan bergizi padahal makanan tersebut sangat berguna bagi tubuh. Dalam tafsir Bakry (Al Maaidah: 87) dijelaskan bahwa orang mukmin disuruh memakan makanan yang halal dan menyehatkan (bergizi), tidak boleh menahan nafsu atau sama sekali tidak mengindahkan makanan karena untuk beribadah seperti yang pernah dilakukan oleh pendetapendeta. Ol
6.2.6 Gambaran Penilaian Penampilan Makanan Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Konsumsi energi dan protein seseorang salah satunya dipengaruhi oleh penampilan makanan yang disajikan (Moehyi, 1992). Penampilan makanan merupakan penilaian kumulatif dari warna makanan, bentuk makanan, tekstur makanan, porsi makanan dan variasi menu yang disajikan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih banyak responden yang menyatakan bahwa penampilan makanannya kurang yaitu sebesar 51% dan reponden yang menyatakan penampilan makanan cukup sebesar 49%. Menurut Moehyi (1992) Penampilan makanan yang disajikan harus merangsang saraf melalui indera penglihatan sehingga mampu
membangkitkan
selera
untuk
mencicipi
makanan
itu
mencukupi
kebutuhannya.
6.2.7 Gambaran Penilaian Rasa Makanan Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Rasa makanan itu ditentukan oleh rangsangan terhadap indera pencium dan indera pengecap. Rasa makanan merupakan penilaian kumulatif dari aroma makanan, tingkat kematangan, kerenyahan, bumbu makanan, keempukan makanan dan suhu makanan yang disajikan. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden yang menyatakan rasa makan yang disajikan kurang yaitu sebesar 55% dan yang menyatakan rasa makanan cukup sebesar 45%. Menurut Moehyi (1992) rasa makanan merupakan faktor yang juga sangat penting setelah penampilan makanan. Apabila aroma makanan, bumbu, suhu, kematangan dan kerenyahan makanan yang disajikan sesuai dengan jenis makanannya maka dapat membangkitkan selera yang memakannya, sebaliknya apabila tidak sesuai maka dapat timbul kurangnya selera makan seseorang.
6.2.8 Gambaran Teman Sebaya Peserta Didik di MAN Insan Cendikia Serpong
Usia remaja merupakan masa untuk mencari jati diri dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan sangat mudah terpengaruh oleh siapa saja termasuk teman pergaulan (Elnovriza dkk, 2009). Menurut Sartiningsih (1993) bahwa pola konsumsi remaja sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi teman sebayanya. Pada umumnya remaja akan merasa senang apabila makan bersama dengan orang terdekat dan biasanya remaja lebih suka menghabiskan waktu mereka di luar bersama teman-teman sebayanya. Menurut Krummel (1996) dalam Rachmiaty (2009) remaja menghabiskan banyak waktu dengan teman sebayanya dan sering kali berkelompok, maka biasanya teman sebaya atau teman sekelompoknya menentukan apa yang diterima dalam kelompoknya dan membentuk perilaku standar sesuai yang diharapkan. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih besar pada responden yang pengaruh teman sebayanya kuat yaitu sebesar 65% dan responden yang pengaruh teman sebaya lemah sebesar 35%. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kirana (2002), pada penelitiannya didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden yang pengaruh teman sebayanya lemah yaitu sebesar 82,2%.
6.3 Analisis Bivariat 6.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Konsumsi Energi dan Protein
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden perempuan yang konsumsi energinya kurang yaitu sebesar 67,9% dibandingkan
dengan
responden
laki-laki
yaitu
sebesar
55,3%.
Berdasarkan hasil uji satatistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan konsumsi energi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Matthys et all (2002) bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan konsumsi energi pada remaja laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2001) yaitu adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan konsumsi energi. Untuk konsumsi protein kurang, lebih banyak terjadi pada responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 25,5% dibandingkan dengan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 13,2%. Konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada remaja laki-laki daripada remaja perempuan, hal ini dimungkinkan bahwa pada remaja laki-laki cenderung lebih baik penerimaannya terhadap makanan. Akan tetapi lebih baik penerimaan ini belum tentu memenuhi semua zat gizi yang mereka butuhkan. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan konsumsi protein.
Tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan konsumsi energi dan tidak adanya hubungan jenis kelamin dengan konsumsi protein, hal ini dimungkinkan bahwa ada faktor lain yang memiliki hubungan langsung dengan konsumsi energi dan protein pada remaja laki-laki maupun perempuan seperti kebiasaan makan responden ketika sejak kecil, selain itu kondisi psikologis dan kesehatan responden juga dimungkinkan berhubungan dengan konsumsi energi dan proteinnya.
6.3.2 Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Dari hasil penelitian didapatkan bahwa konsumsi energi kurang lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki pengetahuan gizi cukup yaitu sebanyak 65% dibandingkan dengan konsumsi energi kurang dan pengetahuan gizinya kurang ada sebanyak 57,5%.
Dari 20
pertanyaan tentang pengetahuan gizi ada sebanyak 6 pertanyaan untuk konsumsi energi. Sebanyak 26% responden yang menjawab kurang dari rata-rata pertanyaan pengetahuan tentang energi yang dapat dijawab dengan benar oleh seluruh responden. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi pada remaja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliansyah (2007) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi. Selain itu juga penelitian ini sejalan dengan penelitian Amsirman (2001), Elisa
(2002), Elnovriza (2008) dan Ulfa (1998) yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi zat gizi pada remaja. Selain itu dari pertanyaan pengetahuan tentang energi, ada 60% responden yang menjawab dengan baik. Untuk konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada responden yang pengetahuan gizinya kurang yaitu sebesar 20% dibandingkan dengan konsumsi protein kurang dan pengetahuan gizi cukup yaitu sebesar 18,3%. Selain itu dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada 75 responden yang menjawab pertanyaan pengetahuan tentang protein dengan baik. Hal ini dimungkinkan bahwa pengetahuan yang baik belum tentu diaplikasikan dengan mengkonsumsi makanan yang baik pula, ini dapat disebabkan oleh kebiasaan konsumsi makanan sumber protein sejak kecil juga dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan sumber protein saat ini atau faktor kesukaan terhadap makanan sumber protein. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi protein. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliansyah (2007) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi protein. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Julianto (2002)
bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi protein. Jumlah responden yang pengetahuannya cukup dan konsumsi energinya kurang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang pengetahuan gizinya cukup dan konsumsi proteinnya kurang. Hal ini dimungkinkan karena menu yang disajikan untuk semua responden sama ukurannya kecuali nasi. Setiap responden diberikan kebebasan untuk mengambil nasi sesuai dengan keinginannya sehingga ada kemungkinan responden hanya memakan nasi sedikit dan dapat menyebabkan terjadinya konsumsi energi yang kurang. Sedangkan apabila ada responden yang
tidak mengambil makanan sumber protein yang
disediakan, maka akan diberikan makanan pengganti seperti telur sebagai alternatif. Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna
antara
pengetahuan
gizi
dengan
konsumsi
protein,
dimungkinkan bahwa meskipun para responden memiliki pengetahuan gizi yang cukup akan tetapi pengetahuan gizi tersebut tidak diaplikasikan dalam kebiasaan konsumsi energi dan protein mereka. Selain itu juga pengetahuan gizi pada masa remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka tinggal, kesukaan terhadap makanan, kebiasaan makan sejak kecil, kepercayaan (pantangan-pantangan), informasi media massa
yang menarik dan membuat para remaja tertarik untuk mengkonsumsinya (Suhardjo, 1989). Masa remaja adalah periode perubahan yang sangat drastis baik fisik
maupun
psikologis.
Khomsan
(2000)
menjelaskan
bahwa
pengetahuan gizi yang dimiliki seseorang belum berarti seseorang mau mengubah kebiasaan makannya, mereka mungkin memahami tentang protein, karbohidrat, vitamin, dan zat lainya yang diperlukan untuk keseimbangan dietnya tetapi tidak pernah diaplikasikan pengetahuan gizi tersebut didalam kehidupan sehari-hari. Suhardjo (1989), info pangan yang masuk ke seseorang akan diseleksi berdasarkan suatu nilai dasar yang ditentukan oleh 4 faktor, yaitu selera, nilai sosial makanan, manfaat kesehatan dan gizi serta harga pangan dengan pangan lain yang sejenis. Ditambahkan pula bahwa faktor pribadi yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah banyaknya sumber informasi yang dimiliki oleh seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi dan kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan gizi ke dalam pemilihan pangan dan perkembangan pemanfaatan pangan yang sesuai.
6.3.3 Hubungan Uang Saku Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Dalam penelitian didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden yang konsumsi energinya kurang dan memiliki uang saku dalam katagori
besar dibandingkan dengan responden yang konsumsi energinya kurang dan memiliki uang saku dalam katagori kecil yaitu sebesar 58,8%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara besarnya uang saku dengan konsumsi energi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kirana (2007) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi energi. Untuk konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki uang saku dalam katagori besar yaitu sebanyak 19,7% dibandingkan dengan responden yang memiliki uang saku dalam katagori kecil yaitu sebesar 17,6%. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi protein. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kirana (2007) bahwa ada hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi protein. Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi energi dan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi protein, hal ini dimungkinkan bahwa dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja dapat dengan mudah membeli makanan jajanan seperti kudapan. Selain mengkonsumsi makanan
yang disajikan dari kantin, biasanya responden juga
mengkonsumsi jajanan atau kudapan yang mereka beli dari koperasi
dengan menggunakan uang saku yang mereka miliki. Jajanan yang mereka beli belum tentu mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh mereka. Selain itu juga jajanan yang dibeli dengan menggunakan uang saku mereka dapat menyebabkan pola konsumsi responden berubah. Dalam penelitiannya Kirana (2007) mengatakan bahwa jenis jajanan yang dibeli oleh responden juga menentukan kecukupan energi dan protein seseorang, meskipun alokasi uang saku untuk membeli jajanan besar jumlahnya, akan tetapi tidak menentukan apakah jajanan yang dibeli memiliki kandungan energi dan protein yang tinggi. Jajanan yang dibeli oleh para responden pada umumnya tidak dikonsumsi sendiri oleh responden melainkan dikonsumsi bersama-sama dengan temanteman responden di asrama sehingga meskipun responden membeli jajanan yang cukup banyak tetapi energi dan protein yang dikonsumsi oleh responden hanya sedikit. Selain itu, dalam membeli jajanan juga dibutuhkan pengetahuan responden. Akan tetapi pada masa remaja pengetahuan yang baik belum tentu membuat responden membeli jajanan yang mempunyai zat gizi yang baik.
6.3.4 Hubungan Citra Tubuh Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa konsumsi energi kurang lebih banyak terjadi pada responden yang merasa dirinya tidak gemuk
yaitu sebesar 66,1% dibandingkan dengan responden yang merasa dirinya gemuk yaitu sebesar 55,3%. Pada uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dengan konsumsi energi. Tidak terdapatnya hubungan antara citra tubuh dengan konsumsi energi, dimungkinkan bahwa citra tubuh pada responden tidak menjadi bagian yang penting dalam pemilihan makanan. Selain itu citra tubuh identik dengan pengaruh dari media massa yang ada. Pada remaja yang tinggal di asrama akan sedikit sekali mendapatkan pengaruh dari media massa karena kesibukan mereka sebagai pelajar. Jadwal yang padat mulai dari hari senin hingga sabtu dan mulai dari pagi hingga sore hari membuat para responden hanya memiliki sedikit waktu luang untuk membaca koran, majalah dan menonton televisi. Waktu yang mereka punya hanya digunakan untuk kegiatan belajar dan mengerjakan tugas sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Menurut Suhardjo (1989) informasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, tidak terkecuali informasi tentang pangan. Infomasi pangan dapat diperoleh dari iklan, promosi, pengalaman masa lalu, keluarga maupun dari orangorang terkemuka atau terpandang dalam masyarakat. Peranan media massa dalam penjualan dan promosi pada saat ini disadari telah membawa
perubahan sikap, kekuatan media massa dapat mempengaruhi kebiasaan dan praktek hidup masyarakat. Untuk konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada responden yang yang merasa dirinya tidak gemuk yairu sebesar 25,8% dibandingkan dengan yang merasa dirinya gemuk yaitu sebesar 7,9%. Selain itu didapatkan hasil bahwa ada sebanyak 66% responden perempuan yang merasa gemuk dan konsumsi energinya kurang, sedangkan pada laki-laki yang konsumsi energinya kurang dan merasa gemuk ada sebanyak 33,3%. Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dengan konsumsi protein. Adanya hubungan yang bermakna dimungkinkan karena adanya kebiasaan makan yang kurang baik sejak kecil dan juga kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu. Menurut Moehji (2003) kebiasaan makan yang kurang pada remaja berawal pada kebiasaan makan keluarga yang tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil dan akan terus terjadi pada usia remaja mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan zat-zat gizi dan dampak tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka. Kebiasaan waktu muda sering terbawa sampai tua, tidak dapat diubah lagi (tafsir Bakry dalam surat Al Maaidah: 104). Menurut (Khomsan, 2001 dalam Anonim, 2010) sikap remaja terhadap citra tubuh mempunyai tindakan-tindakan yang mendasarkan
pada pertimbangan akal, pikiran, sikap dan kebutuhan pada masingmasing individu. sikap akan timbul karena adanya pengaruh hal-hal yang bersifat psikologis, keluarga dan kebudayaan.
6.3.5 Hubungan Penilaian Penampilan Makanan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Pada penelitian ini didapatkan bahwa lebih banyak konsumsi energi kurang terjadi pada responden yang menyatakan penampilan makanan yang disajikan kurang yaitu sebesar 62,7% dibandingkan dengan yang menyatakan penampilan makanan yang disajikan cukup yaitu sebesar 61,2%. Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penampilan makanan dengan konsumsi energi. Untuk konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada responden yang menyatakan penampilan makanan kurang yaitu sebesar 21,6% dibandingkan dengan responden yang menyatakan penampilan makanan yang disajikan cukup yaitu sebesar 16,3%. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penampilan makanan dengan konsumsi protein. Menurut Moehyi (1992) bahwa konsumsi makan seseorang tergantung kepada penampilan makanan yang disajikan. apabila makanan yang disajikan menarik maka akan membangkitkan selera makan seseorang. Apabila penampilan makanan yang disajikan kurang menarik maka selera orang yang akan memakannya juga akan berkurang.
Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara penampilan makanan dengan konsumsi energi dan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara penampilan makanan dengan konsumsi protein, dimungkinkan bahwa selain dari penampilan makanan, selera seseorang dalam mengkonsumsi energi dan protein dipengaruhi oleh kondisi psikologisnya misalnya dalam keadaan sedih dan kondisi yang kurang sehat membuat seseorang untuk malas makan meskipun disajikan makanan dengan penampilan yang sangat menarik (Story, 1995 dalam Amsirman, 2001). Berarti dalam penelitian ini penampilan makanan yang disajikan oleh pihak kantin tidak menjadi kendala dalam mengkonsumsi energi dan protein atau dengan kata lain responden menerima saja makanan apa yang disajikan oleh pihak kantin. Berdasarkan hasil dari crosstabs antara penampilan makanan dengan rasa makanan didapatkan ada hubungan yang bermakna antara penampilan makanan dengan rasa makanan. Berarti ada faktor lain yang lebih berhubungan dengan penampilan makanan yaitu rasa makanan. selain itu juga didapatkan bahwa lebih banyak responden yang menyatakan penampilan makanan dan rasa makanan yang disajikan kurang dan konsumsi energinya kurang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh moehyi (1992) bahwa penampilan makanan dan rasa makanan yang kurang akan mengurangi selera makan seseorang.
6.3.6 Hubungan Penilaian Rasa Makanan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa responden yang konsumsi energinya kurang dan yang menyatakan rasa makanan yang disajikan kurang ada sebanyak 21,6% dibandingkan dengan yang menyatakan rasa makanan yang disajikan cukup yaitu sebesar 16,3%. Selain itu, dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa penilaian makanan yang memiliki nilai paling rendah yang diberikan oleh responden adalah bumbu makanan. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara rasa makanan dengan konsumsi energi. Untuk konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada responden yang menyatakan rasa makanan yang disajikan kurang yaitu sebesar 24,4% dibandingkan dengan yang menyatakan rasa makanan yang disajikan cukup yaitu sebanyak 14,5%. Berdasarkan hasil uji statistik didapakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara rasa makanan dengan konsumsi protein. Penelitian ini sejalan dengan Moehyi (1992) yaitu aroma yang disebarkan oleh makanan memiliki daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera pencium sehingga membangkitkan selera makan, Berbagai bumbu yang digunakan dapat membangkitkan selera karena memberikan rasa makanan yang khas selain bau yang sedap.
Kerenyahan, kematangan, keempukan dan suhu makanan yang tepat dapat membangkitkan selera makan seseorang. Sehingga kebutuhan energi dan protein dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. Dan apabila sebaliknya akan menyebabkan kurangnya selera makan seseorang. Tidak terdapatnya hubungan antara rasa makanan dengan konsumsi energi dan tidak terdapatnya hubungan antara rasa makanan dengan konsumsi protein, dimungkinkan bahwa ada faktor lain yang lebih mempengaruhi rasa makanan yaitu penampilan makanan. Selain itu, faktor lingkungan juga dimungkinkan untuk para responden menerima apa adanya rasa makanan yang disajikan. Dari hasil pengamatan juga diketahui bahwa untuk menambahkan rasa makanan para responden menggunakan bumbu seperti sambal botol dan kecap manis yang disediakan oleh kantin.
6.3.7 Hubungan Teman Sebaya Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden yang konsumsi energinya kurang dan memiliki pengaruh teman sebaya yang kuat yaitu sebesar 63,1% dibandingkan dengan yang pengaruh teman sebayanya lemah yaitu sebesar 60%. Berdasarkan hasil uji statistik bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara teman sebaya dengan konsumsi energi. Untuk konsumsi protein kurang lebih banyak terjadi pada responden yang pengaruh teman sebayanya lemah yaitu sebesar 22,9%
dibandingkan dengan yang pengaruh teman sebayanya kuat yaitu 16,9%. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi protein. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ulfa (1998), Elisa (2002) dan Kirana (2007) bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara peer group dengan konsumsi energi dan protein. Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi energi dan tidak terdapatnya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi protein, dimungkinkan karena meskipun pengaruh teman sebayanya kuat, kondisi setiap individu berbeda satu dengan yang lainnya. Selain itu juga pengaruh dari orang tua masih memegang peranan penting karena setiap minggu banyak responden yang mendapatkan kunjungan dari keluarga masing-masing dan setiap kali kunjungan biasanya para orang tua membawakan makanan untuk anak mereka. Dari hasil crosstabs diketahui bahwa
ada sebanyak 38,1%
responden perempuan yang konsumsi energinya lemah dan pengaruh teman sebayanya lemah, sedangkan ada 61,9% responden laki-laki yang konsumsi energinya kurang dan pengaruh teman sebayanya lemah. Hal ini dimungkinkan karena pada laki-laki lebih banyak memiliki teman dan lebih banyak bergaul sedangkan pada perempuan cenderung memiliki sedikit teman atau berkelompok sehingga pengaruh yang diberikan oleh teman dalam mengkonsumsi makanan lebih kuat. Sedangkan untuk
konsumi protein kurang ada sebanyak 63,6% reponden perempuan yang pengaruh teman sebayanya kuat dan sebanyak 36,4% responden laki-laki yang konsumsi proteinnya kurang dan pengaruh teman sebayanya kuat. Hal ini dimungkinkan karena remaja perempuan cenderung memiliki sedikit teman dekat dan meski memiliki pengaruh yang kuat dalam mengkonsumsi makanan akan tetapi makanan yang dikonsumsi belum tentu makanan yang mengandung protein yang cukup.
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Terdapat 62% peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong yang konsumsi energinya kurang dan terdapat 19% yang konsumsi proteinnya kurang.
2.
Peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 53% dibandingkan dengan laki-laki.
3.
Peserta didik di MAN Insan Cendiia Serpong yang pengetahuan gizinya kurang ada sebanyak 40%, sedangkan yang pengetahuan gizinya baik ada sebanyak 60%.
4.
Peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong yang memiliki uang saku kecil ada sebanyak 34% sedangkan yang uang sakunya besar ada sebanyak 66%.
5.
Peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong yang citra tubuhnya merasa gemuk ada sebanyak 38% sedangkan yang merasa tidak gemuk ada sebanyak 68%
6.
Peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong yang memberikan penilaian untuk penampilan makanan kurang ada sebanyak 51% sedangkan yang mengatakan cukup ada sebanyak 49%.
7.
Peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong yang memberikan penilaian terhadap rasa makanan yang disajikan kurang ada sebanyak 45% sedangkan yang memberikan penilaian cukup ada sebanyak 55%.
8.
Peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong yang memiliki pengaruh teman sebaya lemah ada sebanyak 35% sedangkan yng pengaruh teman sebayanya kuat ada bsebanyak 65%.
9.
Berdasarkan hasil uji satistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (P value 0,276 dan 0,189) antara jenis kelamin dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong.
10. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (P value 0,585 dan 1,000) antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong. 11. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (P value 0,801 dan 1,000) antara uang saku dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong. 12. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (P value 0,382) antara citra tubuh dengan konsumsi energy dan terdapat hubungan yang bermakna (P value 0,05) antara citra tubuh dengan konsumsi protein.
13. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (P value 1,000 dan 0,680) antara penilaian penampilan makanan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong. 14. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (P value 0,508 dan 0,318) antara penilaian rasa makanan dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong. 15. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (P value 0,931 dan 0,650) antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi energi dan protein pada peserta didik di MAN Insan Cendikia Serpong.
7.2 Saran 7.2.1 Bagi Instansi 1. Mengadakan pemantauan secara berkala terhadap konsumsi makanan para peserta didik yang disajikan di kantin terutama makanan sumber energi. 2. Memberikan informasi kepada peserta didik tentang konsumsi energi yang seseuai dengan kebutuhan mereka dan dampak apa yang terjadi apabila konsumsi energinya berlebih atau kurang dari kebutuhan energi pada usia remaja.
3. Mengadakan studi banding ke berbagai pesantren mengenai konsumsi makanan peserta didik. 4. Sebaiknya pihak Depag mengadakan evaluasi bulanan tentang makanan yang di konsumsi oleh peserta didik sepeti makanan yang disukai dan makanan yang tidak disukai, untuk makanan yang tidak disukai dapat diganti dengan bahan makanan lain yang kandungan zat gizinya sama sehinggga para peserta didik tercukupi kebutuhan zat gizinya. 5. Memberikan sarana seperti kotak saran kepada peserta didik sehingga peserta dapat memberikan masukan terhadap makanan yang mereka makan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menjadi lebih baik. 6. Membuat “sign” berupa pesan tentang makanan dan fungsinya untuk kesehatan. 7. Memvariasikan menu dan bentuk makanan yang disajikan sehingga para peserta didik tertarik untuk memakannya.
7.2.2 Bagi Peneliti Lainnya 1. Pada penelitian selanjutnya terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi dan protein sebaiknya meneliti faktor-faktor lain yang dimungkinkan berhubungan dengan konsumsi energi dan protein diluar faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini. 2. Disarankan menggunakan pengukuran secara fakta untuk variabel citra tubuh yaitu dengan pegukuran IMT.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. FKM UI Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi:Gizi Dalam Daur Kehidupan.Jakarta:EGC Asih, Wiwin Fajar. 2001. Status Gizi Remaja Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pada Siswa SMUN 3 Bogor Tahun 2001. Skripsi. FKM UI Azinar, Muhammad.2005. Tingkat Konsumsi Energi Dan Konsumsi Protein Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Anak Asuh Usia 10-18 Tahun (Studi Pada Penyelenggaraan Makanan Di Panti Asuhan Pamardi Putra Kabupaten Demak) Tahun 2005. Skripsi. Universitas Negeri Semarang BPS.2005. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin. diakses dari www.ykai.net pada 5 maret 2011 pkl 17:13 Byers, Brenda A.1994.Food Service Manual for Health Care Institution.Amerika: American Hospital Association Company Costunguay, TW.1987.Pengetahuan Gizi Mutakhir: Energi dan Zat-Zat Gizi.Jakarta: Gramedia Departemen Kesehatan.1998.Food and Nutrition Guidelines for Healthy Adolescents.di akses dari www.moh.govt.nz.moh.nsf pada 09 Agustus 2010 Pkl 11:46 Departemen Kesehatan.Kecukupan Energi dan Pola Kegiatan Golongan Remaja Putra di Pedesaan.Bogor:Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi _________________.(1998). Buku Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah di Pondok Pesantren.Jakarta: Departemen Kesehatan RI _________________.(2003).Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Dilpanga, Alfira.2008.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Soft Drinks Pada Siswa SMP Negeri 1 Ciputat Tahun 2008.Skripsi UIN Jakarta
Elisa.2002.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi dan Protein pada Remaja Puteri Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun 2002.Skripsi FKM UI Elnovriza, Deni et all. 2008.Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Asupan Zat Gizi Mahasiswa Universitas Andalas yang Berdomisili di Asrama Mahasiswa.Skripsi Universitas Andalas Estetika, Shinta Laras. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Frekuensi Konsumsi Fast Food Pada Mahasiswa Program S1 Reguler Angkatan 2006 Di UI. Skripsi FKM UI Hakim, Lukman.2001. Tinjauan Tentang Konsumsi Energi Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Siswa Mts. Al Hamidiyah depok Tahun 2001. Skripsi. FKM UI Hela.2008.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Serat Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008.Skripsi UIN Jakarta Iskandar, Yuliana.2003.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Daya Terima Makan Siang Tenaga Kerja PT Aventis Pharma Jakarta Timur Tahun 2003.Skripsi FKM UI Kirana.2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecukupan energy dan protein pada peserta didik, SLTPN 57 Jakarta tahun 2007. Skripsi FKM UI Khumaidi, M.1989.Gizi Masyarakat.Bogor:IPB Krisdinamurtirin, Y. Kecukupan Energi Dan Pola Kegiatan Remaja Laki-Laki. Bogor. Puslitbang gizi. Banlitbangkes, Depkes RI,1990 Latifah, Melly.2008.Pertumbuhan Fisik Dan Kesehatan Remaja. http://tumbuhkembanganak.edublogs.org/2008/05/26/pertumbuhan-fisikkesehatan-remaja/ diakses pada 23 Juli 2010 Martaliza, Rira Wahdani.2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Lebih Pada Polisi Di Kepolisian Resort Kota Bogor Tahun 2010.Skripsi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Matthys et al.2002. Estimated Energy Intake, Macronutrient Intake and Meal Pattern of Flemish Adolescents. European Journal of Clinical Nutrition (2003) 57,
366–375. doi:10.1038/sj.ejcn.1601533 diakses pada 13 agustus 2010 10:57
Pkl
Moehyi, S.1992.Penyelenggaraan Makan Institusi dan Jasa Boga.Jakarta: Bharatara ________.2003.Ilmu Gizi 2.Jakarta: Bharatara Mukrie dan Nursiah A.1983. Manajemen Gizi Institusi Akademi Gizi, Departemen Kesehatan, Jakarta: Depkes Mulyanawati, Emi. 2002. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Serta Status Gizi Pada Keluarga Miskin Tahun 2002. Skripsi. FKM UI Mumtahanah, Siti. 2002. Gambaran frekuensi Konsumsi Makanan Siap Saji Tradisional Dan Modern Serta Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pada Remaja Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Di Wilayah Jakarta Selatan.Skripsi FKM UI. Nurhayati.2000. Gambaran komsumsi energi,protein,status gizi dan gaya hidup remaja SMUN di kota Bengkulu tahun 2000. Skripsi FKM UI Prajitno.1998.Daya Terima Mahasiswa STPDN Terhadap Makanan yang Disajikan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Rahardjo, M.D.1995.Dunia Pesantren Dalam Peta Pembangunan.Jakarta: LPES Santy, Rini.2006.Determinan Indeks Massa Tubuh Remaja Puteri di Kota Bukit Tinggi Tahun 2006.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional volume 1 Nomor 3 Desember 2006. Sayogo, Savitri.1992.Usia Adolesen di Tinjau dari Kebutuhan Aspek Zat Gizi.Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XX No.7:407-409 Sediaoetama, A.D.1991.Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid I.Jakarta: Dian Rakyat Suhardjo.1989.Sosio Budaya Gizi.Bogor: IPB Ulfa, Laila.1998.Pola Konsumsi Makanan dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Siswa di SMP Islam Harapan Ibu dan SMPN 87 Jakarta Selatan.Skripsi FKM UI
Umri, Hudayanah.2001.Hubungan Pengetahuan Gizi, Daya Beli Pangan Serta Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi Santri di Pondok Pesantren Tahfidz Wata'limil Quran Masjid Agung Surakarta. Diakses dari www.jurnal.dikti.go.id pada 8 September 2010 Pkl 14:49 West dan Wood.1988.Food Service in Institution.New York: Publishing Company Winarno, FG.2005.Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: PT Gramedia Yulianto, Deni.2002. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Zat Gizi Dikaitkan Dengan Status Gizi Pelajar SLTPN 5 Lahat Kab.Lahat. Prov Sumsel Tahun 2002. Skrisi FKM UI
KUISIONER PENELITIAN PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Perkenalkan nama saya Sri Lesy Septiana, mahasiswi S1 angkatan tahun 2006 program studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian tentang Gizi Siswa MAN Insan Cendikia Serpong. Saya akan menanyakan kepada adik beberapa hal yang berkaitan dengan gizi. Saya sangat mengharapkan adik menjawab dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban adik akan saya jaga kerahasiaannya. Jawaban adik tidak akan mempengaruhi nilai raport. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih. Peneliti
Responden
..............
...................
A. Identitas Responden No. Responden: A1 Nama Responden A2
Jenis Kelamin
A3
Kelas
A4
Tempat, tanggal lahir
B. Pengetahuan Gizi (Julianto, 2002 dan Elnovriza, 2008) B1 Apakah yang dimaksud dengan makanan yang bergizi? a. b. c. d. B2
Makanan yang enak dan mengenyangkan Makanan yang mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh Makanan yang mahal Makanan yang murah dan enak
Makanan yang seimbang (4 sehat 5 sempurna)adalah? a. Makanan yang jumlahnya banyak dan mahal b. Makanan yang cukup mengandung zat gizi c. Makanan yang enak d. Makanan yang banyak energinya
Diisi peneliti
B3
Zat gizi dalam makanan terdiri dari? a. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan air b. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral c. Karbohidrat, ikan, sayuran, buah dan vitamin d. Karbohidrat, vitamin dan mineral
B4
Makanan sehari-hari berfungsi sebagai? a. Pemberi rasa kenyang b. Sebagai sumber tenaga, pembangun dan pengatur c. Sebagai penambah semangat d. Jawaban a dan b benar Contoh dari menu seimbang adalah? a. Nasi, tahu, kacang, buah dan susu b. Nasi, tempe, sayur, buah dan susu c. Nasi, sayur, susu dan buah d. Nasi, ikan, sayur dan buah Makanan yang baik untuk kesehatan adalah? a. Makanan gorengan, buah-buahan, biscuit b. Sayuran dan buah-buahan c. Margarin, sayuran, buah-buahan kalengan d. Susu, roti, gorengan Zat gizi terdiri dari 2 macam yaitu? a. Makro dan sederhana b. Makro dan mikro c. Sederhana dan kompleks d. Mikro dan sederhana Bahan makanan yang tinggi kandungan energinya adalah? a. Tahu dan tempe b. Ubi dan kentang c. Kentang dan bayam d. Roti dan wortel Nasi dan mie banyak mengandung? a. Vitamin b. Energi c. Mineral d. Protein Kelompok makanan di bawah ini yang dapat menggantikan pangan nasi sebagai sumber zat tenaga adalah? a. Singkong, roti, pepaya, jagung b. Singkong, mie, roti, bihun c. Roti, bayam, ubi jalar, pepaya d. Nasi, roti, buah, sayur
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13
B14
B15
B16
B17
B18
Yang berperan sebagai zat tenaga adalah? a. Karbohidrat, kalsium dan lemak b. Karbohidrat, protein dan lemak c. Karbohidrat, lemak, dan vitamin d. Karbohidrat, lemak dan mineral Konsumsi energi yang kurang dari kecukupan energi secara berkelanjutan akan menyebabkan? a. Kelebihan berat badan b. Kekurangan energi kronis c. Peningkatan tenaga d. Lemah, letih, dan lesu Dampak dari mengkonsumsi energi secara berlebihan dapat mengakibatkan? a. Peningkatan produktivitas b. Kelebihan berat badan c. Mudah mengantuk d. Peningkatan tenaga Di bawah ini bahan makanan yang mengandung protein adalah? a. Ayam, mie, ubi, dan roti b. Ayam, daging, tahu, dan tempe c. Ayam, tempe, tahu, dan jeruk d. Ayam, kacang, pisang dan wortel Telur dan ikan merupakan bahan makanan yang paling banyak mengandung? a. Vitamin b. Protein c. Lemak d. Mineral Sumber makanan protein nabati terdapat pada? a. Ikan dan kacang b. Tempe dan tahu c. Daging dan ikan d. Kaca kedelai dan telur Sumber makanan protein hewani adalah? a. Tahu b. Telur c. Susu kedelai d. Kacang Fungsi protein adalah? a. Memberi rasa kenyang b. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan c. Memberi rasa manis pada makanan d. Pemberi zat tenaga
B19
Bahan makanan sumber zat pembangun adalah? a. Daging, roti, susu b. Ikan, tempe, ayam c. Gula, tepung, nasi d. Telur, sayur, nasi B20 Protein termasuk ke dalam zat gizi? a. Kompleks b. Makro c. Mikro d. Sederhana C. Uang Saku C1 Apakah Adik mendapatkan uang saku (uang jajan) dari orang tua/wali? 1. Ya 2. Tidak C2 Berapa uang saku yang Adik terima dari orang tua/wali? Rp. …………………........... hari/minggu/bulan (lingkari salah 1) C3 Berapakah uang saku yang adik pergunakan untuk membeli makanan? Rp. ………………….............hari/minggu/bulan (lingkari salah 1) D. Citra Tubuh D1 Apakah saat ini kamu merasa diri kamu gemuk?
D2
D3
a. Ya b. Tidak Apakah kamu merasa berat badan kamu tidak ideal? a. Ya b. Tidak Apakah kamu merasa tidak puas dengan bentuk tubuh dan berat badan kamu? a. Ya b. Tidak
E. Penampilan Makanan (Kurniah, 2010) D.1 Bagaimana pendapat saudara tentang warna makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu Menarik Kadang-Kadang Menarik Tidak Menarik Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen
D.2 Bagaimana pendapat saudara tentang bentuk makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu Menarik Kadang-Kadang Menarik Tidak Menarik Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen D.3 Bagaimana pendapat saudara tentang porsi makanan yang disajikan oleh kantin (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu Menarik Kadang-Kadang Menarik Tidak Menarik Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen D.4 Bagaimana pendapat saudara tentang tekstur/konsistensi makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu sesuai Kadang-Kadang sesuai Tidak sesuai Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen D.5 Bagaimana pendapat saudara tentang variasi menu makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu menarik Kadang-Kadang menarik Tidak menarik Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen
F. Rasa Makanan E.1 Bagaimana pendapat saudara tentang aroma makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu Sedap Kadang-Kadang Sedap Tidak Sedap Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen E.2 Bagaimana pendapat saudara tentang bumbu pada makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu Pas Kadang-Kadang Pas Tidak Pas Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen E.3 Bagaimana pendapat saudara tentang keempukan makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu Empuk Kadang-Kadang Empuk Tidak empuk Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen E.4 Bagaimana pendapat saudara tentang kematangan pada makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu Matang Kadang-Kadang Matang Tidak Matang Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen
E.5 Bagaimana pendapat saudara tentang kerenyahan makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu sesuai Kadang-Kadang sesuai Tidak sesuai Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen E.6 Bagaimana pendapat saudara tentang suhu makanan yang disajikan oleh kantin: (beri tanda √ pada kolom di bawah ini) Jenis Makanan Selalu Hangat Kadang-Kadang Hangat Tidak Hangat Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Suplemen
G. Teman Sebaya (Mumtamhanah) F1 Apakah adik mempunyai teman dekat a. Ya b. Tidak F2 Berapa jumlah teman dekat Adik? 1. Lebih dari 5 2. 5 orang 3. 2-4 orang 4. 1 orang F3 Pada saat teman dekat adik membeli makanan apakah adik ikut membeli 1. Tidak pernah ikut 2. Jarang ikut membeli 3. Hampir selalu ikut membeli 4. Selalu ikut membeli F4 Siapa biasanya yang mengajukan usul untuk membeli makanan? 1. Selalu saya 2. Lebih sering saya 3. Lebih sering teman 4. Selalu teman
F5
Siapa yang menetukan jenis makanan yang akan dibeli? 1. Selalu saya 2. Lebih sering saya 3. Lebih sering teman 4. Selalu teman
FORMULIR RECALL Nama Lengkap : Kelas
:
Jenis Kelamin : Waktu Makan
Jenis Makanan
Banyaknya makanan
Gram
1.
Analisis Univariat 1.1 Konsumsi energi dan protein Statistics konsumsi energi N Valid Mis sing
100 0 k onsum si ener gi
Valid
kurang cukup Total
Frequenc y 62 38 100
Percent 62,0 38,0 100,0
Valid Percent 62,0 38,0 100,0
Cumulativ e Percent 62,0 100,0
Statistics konsumsi protein N Valid Mis sing
100 0 k onsum si prote in
Valid
kurang cukup Total
Frequenc y 19 81 100
Percent 19,0 81,0 100,0
Valid Percent 19,0 81,0 100,0
Cumulativ e Percent 19,0 100,0
1.2 Jenis Kelamin Statistics jenis kelamin N Valid Mis sing
100 0 jenis k elam in
Valid
perempuan laki-laki Total
Frequenc y 53 47 100
Percent 53,0 47,0 100,0
Valid Percent 53,0 47,0 100,0
Cumulativ e Percent 53,0 100,0
1.3 Pengetahuan Gizi Statistics pengetahuan gizi N Valid Mis sing
100 0 penge tahuan gizi
Valid
kurang cukup Total
Frequenc y 40 60 100
Percent 40,0 60,0 100,0
Valid Percent 40,0 60,0 100,0
Cumulativ e Percent 40,0 100,0
1.4 Uang Saku Statistics uang s aku N Valid Mis sing
100 0 uang s ak u
Valid
kecil besar Total
Frequenc y 34 66 100
Percent 34,0 66,0 100,0
Valid Percent 34,0 66,0 100,0
Cumulativ e Percent 34,0 100,0
1.5 Citra Tubuh Statistics citra tubuh N Valid Mis sing
100 0 citra tubuh
V alid
merasa gemuk merasa tidak gemuk Total
Frequenc y 38 62 100
Percent 38,0 62,0 100,0
V alid Percent 38,0 62,0 100,0
Cumulativ e Percent 38,0 100,0
1.6 Penampilan Makanan Statistics penampilan makanan N Valid 100 Mis sing 0
penam pilan m ak anan
Valid
Frequenc y 51 49 100
kurang cukup Total
Percent 51,0 49,0 100,0
Valid Percent 51,0 49,0 100,0
Cumulativ e Percent 51,0 100,0
1.7 Rasa Makanan Statistics ras a makanan N Valid Mis sing
100 0 rasa m ak anan
Valid
kurang cukup Total
Frequenc y 45 55 100
Percent 45,0 55,0 100,0
Valid Percent 45,0 55,0 100,0
Cumulativ e Percent 45,0 100,0
1.8 Pengaruh Teman Sebaya Statistics teman s ebaya N Valid Mis sing
100 0 te m an se baya
V alid
lemah kuat Total
Frequenc y 35 65 100
Percent 35,0 65,0 100,0
V alid Percent 35,0 65,0 100,0
Cumulativ e Percent 35,0 100,0
2. Analisis Bivariat 2.1 Jenis Kelamin dengan konsumsi energi dan protein Cas e Proce ss ing Sum m ary
N jenis kelamin * konsumsi energi
Cases Mis sing N Percent
Valid Percent 100
100,0%
0
N
,0%
Total Percent 100
100,0%
jenis ke lam in * k ons um si ene rgi Cros stabulation
jenis kelamin
perempuan laki-laki
Total
Count % w ithin jenis kelamin Count % w ithin jenis kelamin Count % w ithin jenis kelamin
konsums i energi kurang cukup 36 17 67,9% 32,1% 26 21 55,3% 44,7% 62 38 62,0% 38,0%
Total 53 100,0% 47 100,0% 100 100,0%
Chi-Square Te s ts
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
Value 1,680b 1,188 1,682
1,663
df 1 1 1
1
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,195 ,276 ,195
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,220
,138
,197
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 17,86.
Ris k Estim ate 95% Conf idence Interval Low er Upper
Value Odds Ratio f or jenis kelamin (perempuan / laki-laki) For c ohort konsumsi energi = kurang For c ohort konsumsi energi = cukup N of Valid Cas es
1,710
,757
3,862
1,228
,895
1,685
,718
,433
1,189
100
Cas e Proce ss ing Sum m ary
Valid Percent
N jenis kelamin * konsumsi protein
100
100,0%
Cases Mis sing N Percent 0
N
,0%
Total Percent 100
100,0%
jenis ke lam in * k ons um si pr ote in Cr os stabulation
jenis kelamin
perempuan laki-laki
Total
Count % w ithin jenis kelamin Count % w ithin jenis kelamin Count % w ithin jenis kelamin
konsums i protein kurang cukup 7 46 13,2% 86,8% 12 35 25,5% 74,5% 19 81 19,0% 81,0%
Total 53 100,0% 47 100,0% 100 100,0%
Chi-Square Te s ts
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
Value 2,458b 1,723 2,470
df 1 1 1
2,434
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,117 ,189 ,116
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,133
,095
,119
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 8,93. Ris k Estim ate
Value Odds Ratio f or jenis kelamin (perempuan / laki-laki) For c ohort konsumsi protein = kurang For c ohort konsumsi protein = c ukup N of Valid Cas es
95% Conf idence Interval Low er Upper
,444
,158
1,244
,517
,222
1,205
1,165
,957
1,420
100
2.2 Pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan protein Cas e Proce ss ing Sum m ary
N pengetahuan gizi * konsumsi energi
Valid Percent 100
100,0%
Cases Mis sing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 100
100,0%
penge tahuan gizi * konsum s i e nergi Cros stabulation
pengetahuan gizi
kurang
cukup
Total
konsums i energi kurang cukup 23 17
Count % w ithin pengetahuan gizi Count % w ithin pengetahuan gizi Count % w ithin pengetahuan gizi
Total 40
57,5%
42,5%
100,0%
39
21
60
65,0%
35,0%
100,0%
62
38
100
62,0%
38,0%
100,0%
Chi-Square Te s ts
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
Value ,573 b ,299 ,571
,567
df 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,449 ,585 ,450
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,530
,292
,451
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 15,20.
Ris k Estim ate
Value Odds Ratio f or pengetahuan gizi (kurang / cukup) For c ohort konsumsi energi = kurang For c ohort konsumsi energi = cukup N of Valid Cas es
95% Conf idence Interval Low er Upper
,729
,320
1,656
,885
,639
1,224
1,214
,737
2,000
100
Cas e Proce ss ing Sum m ary
N pengetahuan gizi * konsumsi protein
Cases Mis sing N Percent
Valid Percent 100
100,0%
0
N
,0%
Total Percent 100
100,0%
penge tahuan gizi * konsum s i protein Cross tabulation
pengetahuan gizi
kurang
cukup
Total
konsums i protein kurang cukup 8 32
Count % w ithin pengetahuan gizi Count % w ithin pengetahuan gizi Count % w ithin pengetahuan gizi
Total 40
20,0%
80,0%
100,0%
11
49
60
18,3%
81,7%
100,0%
19
81
100
19,0%
81,0%
100,0%
Chi-Square Te s ts
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
Value ,043 b ,000 ,043
,043
df 1 1 1
1
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,835 1,000 ,835
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
1,000
,516
,836
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 7,60.
Ris k Estim ate 95% Conf idence Interval Low er Upper
Value Odds Ratio f or pengetahuan gizi (kurang / cukup) For c ohort konsumsi protein = kurang For c ohort konsumsi protein = c ukup N of Valid Cas es
1,114
,404
3,069
1,091
,481
2,472
,980
,805
1,192
100
2.3 Uang saku dengan konsumsi energi dan protein Cas e Proce ss ing Sum m ary
N uang s aku * konsumsi energi
Cases Mis sing N Percent
Valid Percent 100
100,0%
0
N
,0%
100
uang saku * k ons um s i e ne rgi Cros s tabulation
uang saku
kecil besar
Total
Count % w ithin uang saku Count % w ithin uang saku Count % w ithin uang saku
konsums i energi kurang cukup 20 14 58,8% 41,2% 42 24 63,6% 36,4% 62 38 62,0% 38,0%
Total Percent
Total 34 100,0% 66 100,0% 100 100,0%
100,0%
Chi-Square Te s ts Value ,221 b ,064 ,220
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
df 1 1 1
,218
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,639 ,801 ,639
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,668
,399
,640
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 12,92. Ris k Estim ate 95% Conf idence Interval Low er Upper
Value Odds Ratio f or uang saku (kec il / besar) For c ohort konsumsi energi = kurang For c ohort konsumsi energi = cukup N of Valid Cas es
,816
,350
1,905
,924
,661
1,292
1,132
,678
1,892
100 Cas e Proce ss ing Sum m ary
N uang s aku * konsumsi protein
Cases Mis sing N Percent
Valid Percent 100
100,0%
0
N
,0%
100
uang saku * k ons um s i prote in Cros s tabulation
uang saku
kecil besar
Total
Count % w ithin uang saku Count % w ithin uang saku Count % w ithin uang saku
konsums i protein kurang cukup 6 28 17,6% 82,4% 13 53 19,7% 80,3% 19 81 19,0% 81,0%
Total Percent
Total 34 100,0% 66 100,0% 100 100,0%
100,0%
Chi-Square Te s ts Value ,061 b ,000 ,062
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
df 1 1 1
,061
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,804 1,000 ,804
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
1,000
,516
,805
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 6,46. Ris k Estim ate
Value Odds Ratio f or uang saku (kec il / besar) For c ohort konsumsi protein = kurang For c ohort konsumsi protein = c ukup N of Valid Cas es
95% Conf idence Interval Low er Upper
,874
,300
2,548
,896
,374
2,148
1,026
,843
1,248
100
2.4 Citra tubuh dengan konsumsi energi dan protein Cas e Proce ss ing Sum m ary
Valid Percent
N citra tubuh * konsumsi energi
100
100,0%
Cases Mis sing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 100
100,0%
konsumsi energi kurang cukup 21 17 55,3% 44,7% 41 21 66,1% 33,9% 62 38 62,0% 38,0%
Total 38 100,0% 62 100,0% 100 100,0%
citra tubuh * k ons um si ene rgi Cros s tabulation
citra tubuh
merasa gemuk merasa tidak gemuk
Total
Count % w ithin c itra tubuh Count % w ithin c itra tubuh Count % w ithin c itra tubuh
Chi-Square Te s ts Value 1,181b ,765 1,174
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
df 1 1 1
1,169
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,277 ,382 ,279
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,296
,191
,280
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 14,44. Ris k Estim ate 95% Conf idence Interval Low er Upper
V alue Odds Ratio f or citra tubuh (meras a gemuk / merasa tidak gemuk) For c ohort konsumsi energi = kurang For c ohort konsumsi energi = cukup N of V alid Cas es
,633
,276
1,448
,836
,597
1,171
1,321
,804
2,169
100 Cas e Proce ss ing Sum m ary
Valid Percent
N citra tubuh * konsumsi protein
100
100,0%
Cases Mis sing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 100
100,0%
konsumsi protein kurang cukup 3 35 7,9% 92,1% 16 46 25,8% 74,2% 19 81 19,0% 81,0%
Total 38 100,0% 62 100,0% 100 100,0%
citra tubuh * k ons um si pr ote in Cros s tabulation
citra tubuh
merasa gemuk merasa tidak gemuk
Total
Count % w ithin c itra tubuh Count % w ithin c itra tubuh Count % w ithin c itra tubuh
Chi-Square Te s ts Value 4,911b 3,817 5,447
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
df 1 1 1
4,862
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,027 ,051 ,020
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,035
,022
,027
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 7,22. Ris k Estim ate
V alue Odds Ratio f or citra tubuh (meras a gemuk / merasa tidak gemuk) For c ohort konsumsi protein = kurang For c ohort konsumsi protein = c ukup N of V alid Cas es
95% Conf idence Interval Low er Upper
,246
,067
,913
,306
,095
,981
1,241
1,043
1,477
100
2.5 Penampilan makanan dengan konsumsi energi dan protein Cas e Proce ss ing Sum m ary
N penampilan makanan * konsums i energi
Valid Percent 100
100,0%
Cases Mis sing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 100
100,0%
penam pilan m ak anan * k ons um s i e ne rgi Cros s tabulation
penampilan makanan
kurang
cukup
Total
Count % w ithin penampilan makanan Count % w ithin penampilan makanan Count % w ithin penampilan makanan
konsumsi energi kurang cukup 32 19
Total 51
62,7%
37,3%
100,0%
30
19
49
61,2%
38,8%
100,0%
62
38
100
62,0%
38,0%
100,0%
Chi-Square Te s ts
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
Value ,025 b ,000 ,025
,024
df 1 1 1
1
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,876 1,000 ,876
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
1,000
,520
,876
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 18,62. Ris k Estim ate
Value Odds Ratio f or penampilan makanan (kurang / cukup) For c ohort kons umsi energi = kurang For c ohort kons umsi energi = cukup N of Valid Cases
95% Conf idence Interval Low er Upper
1,067
,476
2,392
1,025
,754
1,393
,961
,582
1,585
100
Cas e Proce ss ing Sum m ary
N penampilan makanan * konsums i protein
Cases Mis sing N Percent
Valid Percent 100
100,0%
0
Total Percent
N
,0%
100
100,0%
penam pilan m ak anan * k ons um s i prote in Cros s tabulation
penampilan makanan
kurang
cukup
Total
Count % w ithin penampilan makanan Count % w ithin penampilan makanan Count % w ithin penampilan makanan
konsumsi protein kurang cukup 11 40
Total 51
21,6%
78,4%
100,0%
8
41
49
16,3%
83,7%
100,0%
19
81
100
19,0%
81,0%
100,0%
Chi-Square Te s ts
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
Value ,446 b ,171 ,448
,442
df 1 1 1
1
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,504 ,680 ,503
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,613
,341
,506
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 9,31.
Ris k Estim ate
Value Odds Ratio f or penampilan makanan (kurang / cukup) For c ohort kons umsi protein = kurang For c ohort kons umsi protein = c ukup N of Valid Cases
95% Conf idence Interval Low er Upper
1,409
,514
3,868
1,321
,581
3,006
,937
,775
1,133
100
2.6 Rasa makanan dengan konsumsi energi dan protein Cas e Proce ss ing Sum m ary
N ras a makanan * konsumsi energi
Valid Percent 100
Cases Mis sing N Percent
100,0%
0
,0%
Total Percent
N
100
100,0%
rasa m ak anan * konsum s i e nergi Cross tabulation
ras a makanan
kurang cukup
Total
Count % w ithin rasa makanan Count % w ithin rasa makanan Count % w ithin rasa makanan
konsums i energi kurang cukup 30 15 66,7% 33,3% 32 23 58,2% 41,8% 62 38 62,0% 38,0%
Total 45 100,0% 55 100,0% 100 100,0%
Chi-Square Te s ts Value ,756 b ,439 ,760
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
df 1 1 1
,749
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,384 ,508 ,383
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,414
,254
,387
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 17,10. Ris k Estim ate
Value Odds Ratio f or rasa makanan (kurang / cukup) For c ohort konsumsi energi = kurang For c ohort konsumsi energi = cukup N of Valid Cas es
95% Conf idence Interval Low er Upper
1,438
,634
3,261
1,146
,845
1,554
,797
,475
1,338
100 Cas e Proce ss ing Sum m ary
N ras a makanan * konsumsi protein
Valid Percent 100
Cases Mis sing N Percent
100,0%
0
,0%
Total Percent
N
100
100,0%
rasa m ak anan * konsum s i protein Cross tabulation
ras a makanan
kurang cukup
Total
Count % w ithin rasa makanan Count % w ithin rasa makanan Count % w ithin rasa makanan
konsums i protein kurang cukup 11 34 24,4% 75,6% 8 47 14,5% 85,5% 19 81 19,0% 81,0%
Total 45 100,0% 55 100,0% 100 100,0%
Chi-Square Te s ts Value 1,576b ,998 1,569
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
df 1 1 1
1,560
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,209 ,318 ,210
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,306
,159
,212
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 8,55. Ris k Estim ate
Value Odds Ratio f or rasa makanan (kurang / cukup) For c ohort konsumsi protein = kurang For c ohort konsumsi protein = c ukup N of Valid Cas es
95% Conf idence Interval Low er Upper
1,901
,691
5,229
1,681
,739
3,820
,884
,725
1,079
100
2.7 Pengaruh teman sebaya dengan konsumsi energi dan protein Cas e Proce ss ing Sum m ary
N teman s ebaya * konsumsi energi
Valid Percent 100
100,0%
Cases Mis sing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 100
100,0%
te m an se baya * k onsum si ener gi Cr os stabulation
teman s ebaya
lemah
Count % w ithin teman sebay a Count % w ithin teman sebay a Count % w ithin teman sebay a
kuat Total
konsumsi energi kurang cukup 21 14 60,0% 40,0% 41 24 63,1% 36,9% 62 38 62,0% 38,0%
Total 35 100,0% 65 100,0% 100 100,0%
Chi-Square Te s ts Value ,091 b ,007 ,091
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
df 1 1 1
,091
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,762 ,931 ,763
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,830
,464
,764
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 13,30. Ris k Estim ate 95% Conf idence Interval Low er Upper
Value Odds Ratio f or teman sebaya (lemah / kuat) For c ohort konsumsi energi = kurang For c ohort konsumsi energi = cukup N of Valid Cas es
,878
,378
2,041
,951
,685
1,321
1,083
,647
1,814
100 Cas e Proce ss ing Sum m ary
N teman s ebaya * konsumsi protein
Valid Percent 100
100,0%
Cases Mis sing N Percent 0
,0%
N
Total Percent 100
100,0%
te m an se baya * k onsum si protein Cros stabulation
teman s ebaya
lemah kuat
Total
Count % w ithin teman sebay a Count % w ithin teman sebay a Count % w ithin teman sebay a
konsumsi protein kurang cukup 8 27 22,9% 77,1% 11 54 16,9% 83,1% 19 81 19,0% 81,0%
Total 35 100,0% 65 100,0% 100 100,0%
Chi-Square Te s ts
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Ass ociation N of Valid Cas es
Value ,521 b ,206 ,510
,515
df 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-s ided) ,471 ,650 ,475
1
Ex ac t Sig. (2-s ided)
Ex ac t Sig. (1-s ided)
,594
,320
,473
100
a. Computed only f or a 2x 2 table b. 0 cells (,0%) hav e ex pec ted count less than 5. The minimum expected c ount is 6,65. Ris k Estim ate
Value Odds Ratio f or teman sebaya (lemah / kuat) For c ohort konsumsi protein = kurang For c ohort konsumsi protein = c ukup N of Valid Cas es
95% Conf idence Interval Low er Upper
1,455
,524
4,039
1,351
,599
3,044
,929
,752
1,147
100