RELEVANSI KURIKULUM AQIDAH AKHLAK DENGAN KEBUTUHAN BELAJAR PESERTA DIDIK (STUDI KASUS PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SALATIGA TAHUN 2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh SRI SUMIYARSIH NIM 121 07 045
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:Sri Sumiyarsih
NIM
:12107045
Jurusan
:Tarbiyah
Program Studi :Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujukberdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 28 februari2011 Yang menyatakan,
Sri Sumiyarsih NIM :121 07 045
ii
iii
iv
MOTTO
من سلك طريقا يلتمس فيه علم ا سهل هللا له طر يقا الئ الجنه
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan bagi orang itu jalan menuju surga”. (H.R Muslim)
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1. Bapakku (Masyhuri alm) dan ibuku (Khomsah) tersayang yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun moral hingga selesai studi penulis 2. Suamiku tersayang (Mas Marijo) yang selalu mendampingi, membantu dan memotivasi hingga selesai skripsi ini. 3. Buah hatiku (Nasywa Aulia Fathul Jannah) 4. Bpk. Drs. Miftahuddin, M.Ag yang saya hormati yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar. 5. Adikku terkasih (Fitri Fauziah Ulfa dan Lukman Hakim) yang telah ikut membantu kelancaran skripsi penulis, ikut menjaga dan menjadi teman bermain sikecil.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menuntut ummatnya menuju jalan yang haq. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah RELEVANSI KURIKULUM AQIDAH AKHLAK DENGAN KEBUTUHAN BELAJAR PESERTA DIDIK (STUDI KASUS PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SALATIGA TAHUN 2010). Penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik moral maupun spiriual sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 3. Drs. Miftahuddin, M.Ag selaku pembimbing yang telah dengan sabar dan ikhlas
mencurahkan
pikiran
dan
penyelesaian penulisan skripsi ini.
vii
waktunya
dalam
membimbing
4. Seganap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal dan pelayanan hingga studi ini selesai. 5. Bapakku (Masyhuri alm) dan ibuku (Khomsah) tersayang yang telah mengorbankan apa yang dimiliki demi anak-anaknya. 7
Suamiku tersayang (mas marijo) yang selalu mendampingi,membantu dan memotivasi hingga selesai skripsi ini, serta Buah hatiku (Nasywa aulia Fathul Jannah) sebagai motivator penulis.
8
Kepala, Guru, dan karyawan Madrasah Aliyah Negeri Salatiga yang telah memberi ijin serta membantu penulis selama proses penelitian. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah disisi Allah SWT dan mendapat balasan yang berlipat ganda, amin Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun terhadap skripsi ini sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan islam.
Salatiga, 28 Februari 2011
Penulis
viii
ABSTRAK
Sumiyarsih, Sri. 2011. Relevansi Kurikulum Aqidah Akhlak Dengan Kebutuhan Belajar Peserta didik (Studi Kasus Pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Tahun 2010). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Miftahuddin, M.Ag. Kata kunci : Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui relevansi antara kurikulum dengan kebutuhan belajar peserta didik terkait materi aqidah akhlak. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana deskripsi kurikulum aqidah akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga (2) bagaimana kebutuhan belajar peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga (3) bagaimana relevansi kurikulum aqidah akhlak dengan kebutuhan belajar peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan pada materi aqidah akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga adalah KTSP,kebutuhan siswa terkait materi aqidah akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga adalah materi yang sesuai dengan perkembangan usia peserta didik, yang dapat menuntun peserta didik berbudi pekerti luhur, yang dapat dijadikan pedoman secara praktis,yang menjadikan peserta didik menjadi tawadhu’, yang lebih luas dan mendalam bahasannya. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan guru yang kompeten, guru yang memberi teladan, guru yang berwibawa dan suasana belajar yang nyaman, serta metode pembelajaran yang bervariasi. Setelah dianalisa disimpulkan bahwa kurikulum aqidah akhlak yang diterapkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga belum relevan dengan kebutuhan belajar peserta didik, karena ukuran relevansinya adalah : (1) kapahaman peserta didik tentang materi aqidah akhlak, (2) pembiasaan akhlak peserta didik. Pada poin pembiasaan akhlak menjadi persoalan serius yang menghambat tercapainya tujuan dari pendidikan aqidah akhlak jadi dengan kata lain untuk aspek afeksi belum tercapai secara maksimal.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
(i)
KEASLIAN TULISAN .............................................................................................
(ii)
PERSETUJUAN PEMBIBING ................................................................................
(iii)
PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................................................
(iv)
MOTTO .....................................................................................................................
(v)
PERSEMBAHAN ....................................................................................................
(vi)
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
(vii)
ABSTRAK ................................................................................................................
(ix)
DAFTAR ISI .............................................................................................................
(x)
DAFTAR TABEL .....................................................................................................
(xiv)
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. ............ 1 B. Fokus Penelitian .......................................................................... ........... 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ ........... 4 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... ........... 5 E. Penegasan Istilah ......................................................................... ........... 6 F. Metode Penelitian.................................................................................... 7 G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................... ............. 11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum ........................................................... ........... 13 2. Fungsi Kurikulum ................................................................. ........... 15 x
3. Organisasi Kuriklum ............................................................. ........... 17 4. Landasan Kurikulum ............................................................. ........... 23 5. Komponen- Komponen kurikulum ....................................... ........... 25 B. Materi Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah 1. Pengertian Aqidah Akhlak .................................................... ........... 26 2. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak............................................. ........... 26 3. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah ............................................................................... 27 C. Kebutuhan Belajar Peserta Didik ............................................... ............ 39 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi ................................................................................... ............ 44 2. Sejarah ................................................................................... ........... 44 3. Visi dan Misi ......................................................................... ........... 45 4. Ciri Khas dan Keunggulan ................................................... ............ 46 B. Susunan Organisasi Sekolah dan Data keadaan guru 1. Susunan Organisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga ... .......................................................................................... 47 2. Data keadaan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga ..... ........................................................................................ 49 3. Data Komite Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga a. Data komite .................................................................... ............ 54 b. Peran dan fungsi komite ................................................. ............ 55 C. Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga 1. Kurikulum yang digunakan .................................................. ............ 56 2. Muatan kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga ................................................................................. 58 3. StandarIsi...........................................................................................58 4. Standar Kompetensi dan kompetensi dasar....................................... 62
xi
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)....................................... 76 D. Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga.....................................................................................................83 E. Kebutuhan Peserta Didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga terhadap Materi Aqidah Akhlak .............................. ................. 85
BAB IV
PEMBAHASAN A. Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga ....................................................... ............................................ 93 B. Kebutuhan belajar peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga terhadap Materi Aqidah akhlak ... ................................ 96 C. Kesesuaian Kurikulum dengan kebutuhan peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga terhadap materi aqidah Akhlak ............. 101
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................... ................................... 104 B. Saran- Saran ............................................................... ........................... 106
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah kelas X semester 1.................................................................... 27 Tabel 1.2 Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah kelas X semester 2.................................................................... 29 Tabel 2.1 Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah kelas XI semester 1................................................................... 31 Tabel 2.2 Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah kelas XI semester 2................................................................... 33 Tabel 3.1 Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah kelas XII semester 1................................................................. 35 Tabel 3.2 Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah kelas XII semester 2................................................................. 37 Tabel 4 Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga............... 47 Tabel 5 Data Keadaan Guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatig................ 49 Tabel 6.1 Data komite Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga ....................... 54 Tabel 6.2 Peran dan Fungsi Komite ..................................................................... 55 Tabel 7.1 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Kelas X Semester 1............................ 62 Tabel 7.2 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Kelas X Semester 2............................ 64 Tabel 7.3 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Kelas XI Semester 1.......................... 66
xiii
Tabel 7.4 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Kelas XI Semester 2.......................... 67 Tabel 7.5 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Kelas XI Semester r 1 jurusan Agama................................................................................................................... 69 Tabel 7.6 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Kelas XI Semester 2 jurusan Agama ............................................................................................................................. .72 Tabel 7.7 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Kelas XII Smstr 1..............................74 Tabel 7.8 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Kelas XII Semester 2.........................75 Tabel 8 Kebutuhan Peserta didik Kelas X, XI, dan XII.......................................99
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kurikulum yang ada saat ini adalah kurikulum yang telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu sehingga diharapkan mampu menjawab tantangan perubahan zaman dan agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik sesuai perkembangannya. Disebutkan dalam butir-butir inti kurikulum oleh Nurgiyantoro (1988: 16) bahwa kurikulum merupakan suatu hal yang esensial bagi pelaksanaan pendidikan. Kebutuhan akan adanya aktivitas pendidikan selalu berarti kebutuhan adanya kurikulum, hubungan antara pendidikan dan kurikulum adalah hubungan antara tujuan dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan dimungkinkan tercapai jika kurikulum yang dijadikan dasar acuan kegiatan relevan. Bila antara tujuan pendidkan dan kurikulum telah ada kesesuaian, persoalan berikutnya adalah pada peserta didik yang merupakan komponen penting dalam pendidikan yaitu sebagai obyek sekaligus subyek dari kurikulum. Maka perlu adanya kesesuaian antara kuikulum dengan kebutuhan peserta didik. Dalam bukunya S. Nasution (1993: 86) menyebutkan bahwa kurikulum bagaimanapun bentuknya tidak dapat tiada harus mempertimbangkan kebutuhan anak.
2
Peserta didik adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti : bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran disekolah sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. (Hamalik, 1995; 7) Diantara potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tersebut kebutuhan peserta didik adalah satu hal yang penting tanpa mengesampingkan pentingnya potensi-potensi yang lain, bahwa peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang komplek dan unik seiring dengan perkembangannya. Anak menduduki peranan sentral dalam penyusunan kurikulum, sebab pada dasarnya sekolah dan kurikulum memang dipersiapkan untuk kepentingan anak dalam proses menuju kedewasaan dan kematangan. Pengetahuan tentang anak mutlak diperlukan karena dari situlah akan diketahui minat dan kebutuhannya sesuai tingkat perkembangan jiwanya. Kurikulum yang disusun harus didasarkan pada tingkat perkembangan minat demi kebutuhan anak tersebut. (Nurgiyantoro, 1988 ; 16) jadi kesesuaian antara kurikulum dan kebutuhan peserta didik adalah dua hal yang sangat penting. Menurut Hamalik (1995; 7) bahwa peserta didik pada masa remaja memiliki kebutuhan tertentu yang dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 11 kelompok kebutuhan yang diantaranya adalah kebutuhan
3
hubungan antara laki-laki dan perempuan, kebutuhan akan menemukan filsafat hidup, kebutuhan akan perkawinan dan kehidupan keluarga. Tidak mudah bagi anak usia remaja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut,
mereka
membutuhkan
pengarahan,
pendampingan,
dan
pengertian dari orang dewasa. Perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini sangat rentan dengan pengaruh negatif bagi remaja, dimana mereka membutuhkan pengarahan dan pengertian dalam hubungannya dengan lawan jenis, bagaimana menemukan filsafat hidup yang benar dan juga masa-masa remaja ini adalah tahap-tahap dimana mereka mengenal apa yang disebut perkawinan dan membangun kehidupan keluarga dan hal-hal lain yang menjadi persoalan remaja. Dari semua itu bermuara pada pembangunan moral. Untuk remaja, moral adalah merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. Pedoman ini juga untuk menumbuhkan identitas dirinya menuju kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi ini. (Sunarto, Agung Hartono, 1999; 180) Sekolah sebagai rumah kedua bagi anak memiliki peran penting untuk
melakukan
pengarahan,
pendampingan,
pembinaan
dalam
membangun dan memperbaiki moral mereka. Dalam hal ini sekolah madrasah yang didalamnya ada pendidikan Aqidah dan Akhlak apakah
4
dapat melaksanakan perannya dalam mengimplementasikan kurikulum Aqidah Akhlak sehingga relevan dengan kebutuhan peserta didik ? Untuk mengetahui semua itu, maka penulis yang juga sebagai peneliti mengambil judul : “RELEVANSI KURIKULUM AQIDAH AKHLAK DENGAN KEBUTUHAN BALAJAR PESERTA DIDIK (STUDI KASUS PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SALATIGA TAHUN 2010)”.
B. Fokus Penelitian Peserta didik merupakan subyek sekaligus obyek bagi kurikulum, dengan kata lain kurikulum yang diterapkan disekolah adalah
untuk
Peserta didik semata. Peserta didik bukan benda mati, Peserta didik adalah seseorang yang memiliki kebutuhan dalam belajar seiring dengan perkembangannya. Maka apakah kurikulum yang diterapkan disekolah telah relevan dengan kebutuhan peserta didik ? berdasarkan
pokok
permasalahan tersebut dapat dirumuskan beberapa fokus permasalahan : 1. Bagaimana deskripsi kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga tahun 2010 ? 2. Bagaimana kebutuhan belajar peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga tahun 2010 ? 3. Bagaimana relevansi kurikulum Aqidah Akhlak dengan kebutuhan belajar peserta didik Madrasah Aliyah Negeri salatiga tahun 2010 ?
5
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui muatan kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga tahun 2010. 2. Untuk mengetahui kebutuhan belajar peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga tahun 2010. 3. Untuk mengetahui relevansi kurikulum Aqidah Akhlak dengan kebutuhan belajar peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian Diharapkan oleh peneliti dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan Islam terutama pada pendidikan Aqidah Akhlak agar dapat menyajikan materi pembelajaran yang sesuai kebutuhan peserta didik. 2. Manfaat praktis a. Bagi Kementerian Agama Menjadi koreksi untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, agar terjadi keselarasan antara keduanya.
6
b. Bagi Sekolah Bagi sekolah untuk lebih jeli dengan kurikulum yang ada, sehingga tidak akan terjadi kesenjangan antara kebutuhan peserta didik dengan kurikulum yang diterapkan. c. Bagi Guru Untuk lebih teliti dan memahami kurikulum yang akan diimplementasikan dikelas untuk peserta didiknya, sehingga lebih mudah bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. d. Bagi peserta didik Peserta didik akan memperoleh pendidikan yang sesuai
dengan
kebutuhan
belajarnya
seiring
agar
terjadi
perkembangannya.
E. Penegasan Istilah Untuk
memudahkan
dan
menjaga
tidak
kesalahpahaman serta sebagai langkah awal dalam menyatukan persepsi terhadap pembahasan ini maka perlu diberi batasan dan penegasan dari judul skripsi ini sebagai berikut : 1. Relevansi Relevansi artinya sesuai. Secara umum istilah relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keselarasan pendidikan dengan tuntutan masyarakat dalam kehidupan (Ekosusilo,
7
kasihadi, 1990 ; 61). Sedang relevansi yang dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah : kesesuaian dari satu kurikulum yang telah diterapkan disekolah dengan kebutuhan peserta didik. Ukuran relevansi kaitannya dengan kurikulumaqidah akhlak adalah : (1) kepahaman peserta didik tentang materi aqidah akhlak, (2) pembiasaan akhlak. 2. Kurikulum Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 kurikulum didefinisikan sebagai : seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Nurdin, Usman, 2003 ;73) Kurikulum aqidah akhlak adalah : seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang didalamnya memuat tentang keimanan dan perilaku / akhlak. 3. Kebutuhan Peserta didik Kebutuhan dari kata dasar “butuh” mendapat imbuhan ke dan akhiran an yang artinya: perlu akan. (W.J.S Poerwadarminta, 2006; 199) yang dimaksud kebutuhan peserta didik disini adalah keperluan peserta didik dalam belajarnya. Ruang lingkup kebutuhannya adalah : kebutuhan berakhlakul karimah : (1) membentuk sikap tawadhu‟, (2) membentuk sikap jujur, (3) membentuk sikap berbakti kepada orang tua, (4) membentuk sikap bertanggung jawab, dan lain-lain.
8
F. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainlain (J. Moleong, 2008 ; 6). Maka berangkat dari judul pada skripsi ini, jelas bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
2.
Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai pengumpul data. Oleh karena itu kehadiran peneliti dilapangan untuk penelitian
kualitatif mutlak
diperlukan. Hanya manusia sajalah sebagai alat yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu
memahami kaitan kenyataan-kenyataan
dilapangan (J.Moleong, 2008 ; 9) 3.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga yang terletak di Jl K.H Wahid Hasyim no. 12 Salatiga
4.
Sumber Data Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan terbagi menjadi dua : a. Sumber data primer
9
Sumber data primer diperoleh dari orang yang terkait dengan topik penelitian antara lain : kepala sekolah, guru, orang tua dan peserta didik. b. Sumber data sekunder Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan kurikulum dan buku-buku tentang perkembangan peserta didik
5.
Prosedur Pengumpulan Data Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (J.Moleong, 2008 ; 9) Maka ketiga metode tersebut digunakan dalam memperoleh data yang dibutuhkan : a. Observasi
10
Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya (J.moleong, 2008 ; 175) Dalam hal ini peneliti melakukan pangamatan pada Madrasah Aliyah Negeri Salatiga tentang relevansi kurikulum Aqidah Akhlak dengan kebutuhan peserta didik serta hal-hal yang berkaitan dengan pokok masalah tersebut. b. Wawancara Yaitu metode untuk mengumpulkan data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan pendidikan (Hadi, XXIV ; 193) Metode wawancara ini dilakukan untuk mencari data tentang kesesuaian antara kurikulum aqidah akhlak dengan kebutuhan peserta didik dalam belajarnya. c. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi seperangkat pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri Salatiga, seperti silabus, RPP, KKM, dan arsip-arsip data sekolah. 6.
Analisis Data Proses analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen-dokumen, foto dan sebagainya. Kemudian
11
membuat rangkuman selanjutnya menyusunnya dalam satuan-satuan lalu dikategorisasikan pada langkah berikutnya kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding dan selanjutnya mengadakan pemeriksaan keabsahan data. (J. Moleong, 2008 ; 247) 7.
Pengecekan Keabsahan Data Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti melakukan
perpanjangan
keikutsertaan
peneliti
dilapangan,
memperdalam observasi serta analisis data yang terkumpul sampai data dapat diuji keabsahannya.
8.
Tahap-tahap Penelitian 1) Penelitian pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga serta buku-buku tentang perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 2) Pengembangan desain Setelah
peneliti
mengetahui
banyak
hal
tentang
kurikulum, kemudian peneliti melakukan observasi ke objek penelitian untuk melihat secara langsung kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga, dan hal-hal
12
yang berkaitan dengan kurikulum dengan kebutuhan belajar peserta didik. 3) Penelitian sebenarnya Pada tahapan ini, peneliti mengkaji relevansi kurikulum dengan kebutuhan peserta didik pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kemudian menyusun hasil kajian yang diperoleh dalam bentuk laporan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I : PENDAHULUAN Dalan bab pendahuluan dibahas mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan metode penelitian. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Mengkaji masalah kurikulum Aqidah Akhlak, kebutuhan peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga. BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Dalam paparan dan temuan data akan dijelaskan tentang gambaran umum, struktur organisasi sekolah, kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga, kebutuhan peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga terhadap materi Aqidah Akhlak.
13
BAB IV : PEMBAHASAN Dalam pembahasan, peneliti membahas kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga, kebutuhan peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga, kesesuaian antara kurikulum Aqidah Akhlak dengan kebutuhan peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga. BAB V : PENUTUP Penutup berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum Kurikulum bukan berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya adalah currere, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari, yang ada batas start dan batas finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian tersebut dijabarkan bahwa belajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai gelar. (Dakir, 2004; 2) Dalam kamus Webster tahun 1955 kurikulum diberi arti khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran disekolah atau mata kuliah diperguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat. Kurikulum juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan. (Nasution, 1995; 2) Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa : ”kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
15
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar”. (Dakir, 2004; 3) Oleh Subandijah (1992; 2) disebutkan beberapa pengertian kurikulum menurut beberapa ahli pendidikan antara lain : a. Hilda Taba, dalam bukunya Curriculum Development, theory and practice (1962), mendefinisakan kurikulum sebagai: “A plant for learning”. b. J.F. Kerr (1966) mendefinisikan kurikulum sebagai : “All the learning which is planned or guided by the school, whether it is carried on in groups or individually, inside or outside the school”. c. Rene Ochs (1964) mendefinisan kurikkulum yang lebih kompleks yaitu: “This term often to design equally a programme for a given subject matter for the entire cycle or even the whole range of cycles. Further the term curriculum is sometimes used in a wider sense to cover the various educational activities through which the content is conveyed as well as materials used and methods employed”. Dari ketiga definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan aktifitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah baik di dalam maupun di luar sekolah.
16
Perbedaan pengertian yang diungkapkan oleh para ahli pendidikan tersebut disebabkan karena perbedaan sudut pandang dan latar belakang keilmuannya. 2. Fungsi Kurikulum Muhammad Joko Susilo (2007; 83-85) menyebutkan bahwa Hendyat Soetopo dan Soemanto (1986) membagi fungsi kurikulum menjadi 7 bagian, yaitu : a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat dan penting untuk dicapai. b. Fungsi kurikulum bagi anak. Bahwa kurikulm sebagai organisasi belajar tersusun yang disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka. Dengan begitu diharapkan akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak. c. Fungsi kurikulum bagi guru ada 3 macam, yaitu : 1) Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar bagi anak didik.
17
2) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
anak
dalam
rangka
menyerap
sejumlah
pengalaman yang diberikan. 3) Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran. d. Kurikulum bagi Kepala Sekolah dan Pembina sekolah mempunyai beberapa fungsi, yaitu : 1) Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar. 2) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik. 3) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar. 4) Sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut. 5) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.
18
e. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid. Maksudnya orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam
memajukan
putra-putrinya. Bantuan orang tua ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah atau guru, dana dan sebagainya. f. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya. Ada dua jenis
berkaitan
dengan
fungsi
ini,
yaitu:
pemeliharaan
keseimbangan proses pendidikan dan penyimpangan tenaga guru. g. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah. Sekurang-kurangnya ada dua yang bias dilakukan dalam fungsi ini, yaitu
pemakai
memperlancar
lulusan
ikut
pelaksanaan
memberikan program
bantuan
pendidikan
guna yang
membutuhkan kerjasama dengan pihak orang tua atau masyarakat. Dan ikut memberikan kritikan atau saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar bisa lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja. Dari uraian ketujuh fungsi tersebut terlihat bahwa fungsi kurikulum menyentuh hampir disemua bagian baik didalam sekolah maupun di luar sekolah, dan bila ketujuh fungsi tersebut terlaksana dengan baik maka tujuh dari kurikulum akan tercapai dengan baik pula.
19
3. Organisai Kurikulum Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa. (Nurgiyantoro, 1988; 10) Menurut Nurgiyantoro (1988; 10) bahwa organisasi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Struktur Vertikal, berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum di sekolah, misalnya apakah kurikulum dilaksanakan dengan sistem kelas, tanpa, atau gabungan antara keduanya. Dengan sistem unit waktu, semester atau catur wulan termasuk juga masalah pembagian waktu masing-masing bidang studi. b. Struktur Horisontal, berhubungan dengan masalah pengorganisasian kurikulum dalam bentuk penyusunan bahan-bahan pegajaran yang akan disampaikan. Bentuk penyusunan mata-mata pelajaran itu dapat secara terpisah
(separate
subject),
kelompok-kelompok
mata
pelajaran
(correlated) atau penyatuan seluruh pelajaran (integrated) tercakup pula disini
adalah program
pendidikan umum,
akademis,
keguruan,
ketrampilan, dan lain-lain. Pada garis besarnya ada tiga pengorganisasian pokok (Dakir, 2004; 33) yaitu : 1) Separated subject curriculum
20
Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang oleh guru baik oleh guru bidang studi maupun oleh guru kelas. Ciri-ciri organisasi separated subject curriculum dilihat dari berbagai segi sebagai berikut : a) Dilihat dari segi tujuan Keuntungannya : dapat mencapai pengetahuan secara mendalam, dapat menstandarkan pengatahuan peserta didik yang terbesar dibanyak tempat, dapat menyeragamkan fasilitas yang disediakan. Kekurangannya : pengetahuan yang didapat kurang, sarana pendidikan jadi kaku, kurikulum kurang fleksibel. b) Dilihat dari sumber bahan Keuntungannya : disediakan dari pusat, luas bahan terbatas, GBPP dari pusat, bahan dapat diatur secara sistematis Kekurangannya : buku acuan
kurang diperhatikan,
bahan disusun urutannya oleh penulis buku, kadang-kadang kurang bersifat psikologis. c) Dilihat dari sudut metode mangajar Keuntungannya : bentuk pengajaran secara progresif linier, tidak banyak menggunakan metode yang bervariasi
21
Kekurangannya : metode yang digunakan bersifat teacher centered, banyak metode yang dilakukan bersifat tradisional, metode drill, ceramah dan hafalan kurang dapat membentuk perkembangan pribadi, kegiatan belajar bersifat ekspositorik. d) Dilihat dari segi guru Keuntungannya : persiapan bahan relatif mudah, bahan sudah siap pakai, tidak perlu mengadakan bahan banding Kekurangannya : kurang kreatif, kalau ketinggalan buku, guru tidak dapat mengajar, dibatasi waktu penyampaiannya, tunduk
pada
aturan
yang dibuat,
artinya
tidak
boleh
menyimpang dari kurikulum. e) Dilihat dari peserta didik Keuntungannya : bahan tugas tidak terlalu banyak, dapat belajar secara sistematis Kekurangannya
:
tidak
membedakan
perbedaan
individual, anak dianggap tong kosong yang akan ada kotakkotak ilmu pengetahuan yang akan di isi, tidak berinisiatif, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) tidak berlaku. 2) Correlated curriculum Berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang
22
lainnya. Jadi organisasi correlated curriculum adalah suatu pengaturan
/
penyusunan
mata
pelajaran
dengan
cara
menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran baik yang ada dalam bidang studi maupun yang ada diluar bidang studi. Misalnya dalam bidang studi bahasa meliputi berbagai mata pelajaran : membaca, tata bahasa, mengarang, bercerita dan sebagainya. Misal yang diluar bidang studi, pembahasan “Candi Borobudur” untuk membahasnya perlu pembahasan mengenai : letak candi dibahas dalam ilmu bumi, siapa yang mendirikan dibahas dalam ilmu sejarah, pemilihan batu dibahas dalam ilmu alam dan seterusnya. Ciri-ciri organisasi correlated curriculum dilihat dari berbagai segi sebagai berikut : a) Dilihat dari segi tujuan Keuntungannya : memecahkan masalah secara bulat, utuh dan luas Kekurangannya : kadang-kadang kabur karena komplek b) Dilihat dari segi bahan Keuntungannya : bahan dapat disusun secara fleksibel, sumber bahan tidak terbatas, penyusunan pokok bahasan tidak terpancang pada satu bidang pengetahuan. Kekurangannya : bahan tidak sistematis, luas bahan tidak ditentukan batasannya, sumber bahan tersebar. c) Dilihat dari segi metode mengajar
23
Keuntungannya : pendekatannya student centered, CBSA dapat terlaksana secara wajar, tidak membosankan. d) Dilihat dari segi guru Keuntungannya : guru lebih kreatif, inisiatif dan tidak terpancang pada waktu, guru akan mempunyai pengatahuan yang luas dan mendalam, secara team teaching tidak melelahkan. Kekurangannya : guru kurang bisa melaksanakan karena disekolah guru tidak dilatih correlates curriculum, pembagian tugas pada team teaching perlu penyesuaian, tidak semua guru sanggup malaksanakan. e) Dilihat dari segi peserta didik Keuntungannya : peserta didik mempunyai pengetahuan yang praktis dan luas, sesuai dengan minatnya, peserta didik tidak hanya diasah otaknya saja , tetapi secara keseluruhan. Kekurangannya : kurang mempunyai pengetahuan yang mendalam, kurang mempunyai pengetahuan yang seimbangantar bidang studi untuk setiap bidang studi pengetahuan. 3) Integrated curriculum Integrate curriculum adalah kurikulum yang pelaksanaannya disusun secara menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah tertentu. Pembahasan tersebut dapat dengan cara mengunakan berbagai mata pelajaran yang relevan dalam satu bidang studi atau
24
antar bidang studi. Pembahasan secara menyeluruh menjadi sasaran integrated curriculum, berbeda dengan correlated curriculum yang dalam pelaksanaannya peserta didik mempelajari bahan pelajaran yang lain tapi ternyata masih mementingkan peran mata pelajaran yang bersangkutan. Kalau Integrated curriculum dapat dilakukan dengan baik, maka peserta didik diharapkan dalam belajar dapat bersikap learn to know, learn to do, learn to live together , dan learn to be. Berbagai kesulitan dalam pelaksanaan Integrated curriculum diantaranya adalah sebagai berikut : a) Guru
kurang
siap
untuk
melaksanakan
Integrated
curriculum. b) Selama ujian ( terutama ujian Negara ) masih dilaksanakan dengan cara subject matter, Integrated curriculum tidak mungkin dilaksanakan. c) Disekolah negeri harus mengikuti berbagai peraturan yang seragam terutama pada kurikulumnya. d) Kadang-kadang terhambat karena terbatasnya sarana prasarananya yang diperlukan, misal : laboratorium e) Pelaksanaan mengajar secara tim masih belum bisa. Integrated curriculum dilaksanakan dalam bentuk unit yang merupakan satu kesatuan atau satu kebulatan.
25
Pelaksanaan pengajaran secara unit ini disebut metode proyek. 4. Landasan Kurikulum Menurut Nurdin dan Usman (2003 ; 35 ) ada 3 hal pokok yang menjadi landasan dalam pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan kurikulum, yakni : a.
Landasan Filosofis Filsafat diartikan sebagai cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, yakni suatu cara berfikir yang mengkaji obyek secara mendalam. Filsafat mengkaji tiga pokok persoalan, yakni; hakikat salah-benar (logika), hakikat baik-buruk (etika), dan hakikat indah-jelek (estetika). Kaitannya dengan kurikulum dari ketiga pandangan tersebut sangat diperlukan terutama dalam menetapkan arah dan tujuan pendidikan. Bagi bangsa Indonesia, falsafah pancasila yang menjadi acuan dasar dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk didalamnya dalam menentukan arah pendidikan. Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional terkandung nilai-nilai yang mendasar, yang berkenaan dengan iman, budi pekerti dan ilmu. Dalam konteknya yang lebih luas menyangkut masalah moral, ilmu, dan amal, yang kesemuanya itu bermuara pada azas Pancasila sebagai sumber dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
b.
Landasan Sosial Budaya
26
Melalui pendidikan pewarisan budaya bangsa akan terealisir dengan baik. Oleh karena itu anak didik dihadapkan pada budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya dan diarahkan kemampuan diri anak tersebut kearah manusia yang berbudaya. Semakin meningkatnya perkembangan sosial budaya manusia akibat majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang merupakan bagian dari budaya itu sendiri, maka semakin tinggi pulalah tuntutan hidup manusia. Untuk itulah diperlukan kesiapan sekolah atau lembaga
pendidikan
dalam
menjawab
segala
tantangan
akibat
perkembangan kebudayaan tersebut. Kurikulum pendidikan harus dan sewajarnya pula dapat menyasuaikan bahkan dapat mengantisipasi kondis-kondisi yang bakal terjadi disamping perlunya penyesuaian dengan kondisi masyarakat saat ini. c.
Landasan Psikologis Pada dasarnya pendidikan tidak terlepas kaitannya dengan unsurunsur psikologi, sebab pendidikan adalah menyangkut perilaku manusia itu sendiri, yakni merubah tingkah laku anak menuju kedewasaan. Oleh karena itu dalam proses belajar-mengajar selalu dikaitkan dengan teoriteori belajar : Behaviorisme, Psikologi Daya, Perkembangan Kognitif, Teori Gestalt, Teori Kepribadian.
27
Jadi bagaimanapun kurikulum akan diubah, asalkan tetap mengacu pada ketiga landasan tersebut maka akan selalu layak untuk diterapkan. 5. Komponen-Komponen Kurikulum S. Nasution (1993: 3) menyebutkan bahwa kurikulum mempunyai empat komponen utama yang bertalian erat satu sama lain : tujuan, bahan pelajaran, proses belajar-mengajar, penilaian. Kesalingterkaitan komponen-komponen tersebut dapat dilihat pada bagan berikut Tujuan Penilaian
Bahan Pelajaran
Proses belajar-mengajar Tanda panah dua arah melambangkan interrelasi antara komponenkomponen kurikulum. Kita lihat tiap komponen yang manapun ada hubungannya dengan semua komponen lainnya.
B. Materi Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah 1. Pengertian Aqidah Akhlak Didalam Silabusnya materi Aqidah Akhlak dijabarkan secara terpisah menjadi dua kelompok bahasan Aqidah dan Akhlak dengan lingkup
28
bahasan tersendiri. Maka dari segi pengertian menjadi sesuai jika didefinisikan secara terpisah. Aqidah adalah keyakinan atau kepercayaan tentang adanya Allah SWT dan Akhlak adalah sikap mental atau watak, terjabarkan dalam bentuk berfikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya, namun pengertian yang sesuai dalam konteks ini adalah Akhlak sebagai ilmu yang berarti ilmu yang membahas masalah kesusilaan (etika) baik tentang manusia pada umumnya maupun orang seorang secara terpisah. (Mujieb, Tholhah, Syafi‟ah AM, 1994; 21) Dalam hal ini kaitannya dengan Aqidah Akhlak sebagai ilmu yang diterapkan disekolah atau sebagai pendidikan, maka pengertian ini berkaitan dengan pendidikan yaitu bahwa pendidikan Aqidah Akhlak adalah : usaha sadar dan terencana dari guru / pendidik dalam mengembangkan potensi keimanan kepada Allah SWT dan membentuk peserta didik yang berbudi pekerti yang luhur. 2. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa materi Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah meliputi dua pokok bahasan yaitu : a. Aspek
Aqidah
yang
meliputi,
prinsip
Aqidah
dan
metode
peningkatannya, asma‟ul husna, macam-macam tauhid, syirik dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian dan fungsi ilmu kalam serta aliran-aliran dalam ilmu kalam.
29
b.
Aspek Akhlak yang meliputi, pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan tercela, metode peningkatan kualitas akhlak, macammacam akhlak terpuji seperti : khusnudhon, taubat, akhlak berpakaian dan seterusnya. Ruang lingkup akhlak tercela meliputi : riya, aniaya, diskriminasi, perbuatan dosa besar (mabuk-mabukan, berzina, mencuri, narkoba), isyraf, tabdir, dan fitnah.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah (sumber : Silabus Program Pembelajaran dan RPP MA / MAK Tahun 2008) Tabel 1.1 Kelas X (1) Semester 1 Standar Kompetensi 1. Memahami dan meyakini
Kompetensi Dasar Terbiasa dengan akhlak mulia dalam
pentingnya al-akhlak
kehidupan sehari-hari(mencintai
mulia(husn al-khulq),mampu
kebaikan, lembut, sabar, bertanggung
menganalisanya secara ilmiah
jawab, mulia, berani, adil, ihsan)
dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari 2. Membiasakan dan melatih diri dengan akhlak malu (dengan landasan Al-Quran dan Hadist), mampu mengaitkan malu
2.1 Terbiasa dengan akhlak malu dan iffah 2.2 Memahami korelasi antara malu dengan iman
30
dengan iman, mampu
2.3 Dapatmenempatkan diri kapan
menganalisisnya secara ilmiah
harus malu dan pada kondisi apa
dan mengamalkannya dalam
malu itu terlarang
kehidupan sehari-hari 3. Memahami
dan
meyakini
3.1 Termotivasi untuk bersungguh-
pentingnya sikap sabar dan
sungguh dalam memiliki sifat sabar
tabah
dan tabah fi dzatillah sehebat
fi
dzatillah,
mampu
menganalisanya secara ilmiah dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
apapun cobaan 3.2 Terbiasa untuk sabar dlam kehidupan sehari-hari 3.3 Dapat bersikap tabah dalam menanggung cobaan dan ujian Allah SWT
4. Memahami
makna
aqidah
Islam dan sumbernya
4.1 Menyebutkan pengertian aqidah secara bahasa dan istilah 4.2 Menyebutkan pentingnya mempelajari Aqidah Islam
5. Mengimani
Allah
dalam
Rububiyyah-Nya
5.1 Menyebutkan definisi Tauhid Rububiyyah 5.2 Menyebutkan hakekat Rububiyyah 5.3 Menjelaskan hubungan Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah
6. Mengimani
Allah
dalam
6.1 Menyebutkan definsi Tauhid
31
Uluhiyyah-Nya
Uluhiyyah dan kepentingannya 6.2 Menyebutkan makna, syarat, konsekuensi, dan pembatal syahadatain 6.3 Menyebutkan definisi ibadah dan syarat diterimanya ibadah
Tabel 1.2 Kelas X (1) semester 2 Standar Kompetensi 1. Memahami dan meyakini
Kompetensi Dasar 1.1 Termotivasi
pentingnya bersikap
sungguh
tawakkal dan percaya diri
tawakkal
yang sesuai dengan ajaran islam, mampu
1.2 Dapat
untuk
bersungguh-
dalam
memiliki
bersikap
tabah
sifat
dalam
menanggung cobaan dan ujian Allah
menganalisanya secara ilmiah, dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari 2. Memahami dan meyakini pentingnya bersikap itsar dan hubbul khair yang sesuai dengan ajaran Islam,
2.1 mengetahui ta‟rif itsar dan hubbul khair 2.2 terbiasa untuk bersikap itsar dan hubbul
khair
dalam
kehidupan
32
mampu menganalisanya
sehari-hari
secara ilmiah, dan membiasakannya dalam kehiduan sehari-hari 3. memahami dan meyakini
3.1 mengetahui ta‟rif „adl dan I‟tida
pentingnya bersikap „adl dan 3.2 terbiasa untuk bersikap „adl dan I‟tidal yang sesuai dengan
I‟tidal dalam kehidupan sehari-hari
ajaran Islam, mampu menganalisanya secara ilmiah, dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari Allah
dalam 4.1 menyebutkan definisi Tauhid Asma‟
Asma‟ wa sifat-Nya
wa sifat dan metode kaum salaf
4. mengimani
dalam memehami Asma‟ wa sifat 4.2 menjelaskan
beberapasifat
Allah
dan klasifikasinya 4.3 menyebutkan pengaruh iman kepada Asma‟ wa sifat dalam kehidupan manusia 5. al-Wala‟ wal Bara‟
5.1 menyebutkan definisi Al-wala‟ wal Bara‟ dan kedudukannya dalam Aqidah Islam
33
5.2 menjelaskan sikapmudahanah dan mudaratdalam kaitannya dengan AlWala‟ wal Bara‟ 5.3 menjelaskan hukum menghadiri dan ikut bergembira pada hari raya orang kafir 5.4 menjelaskan
hukum
meniru-niru
orang kafir
Tabel 2.1 Kelas XI (2) semester 1 Standar Kompetensi 1. Memahami dan meyakini
Kompetensi Dasar 1.1 Terbiasa
berakhlak
rahmah
pentingnya sikap rahmah
(berkasih sayang) dalam kehidupan
(berkasih sayang),
sehari-hari
mengetahui hakikatnya serta mampu menganalisa secara
1.2 Dapat
memberi
contoh
akhlak
mengamalkan
dengan
rahmah
ilmiah dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari 2. Membiasakan dan melatih 2.1 Berupaya diri dengan akhlak ihsan,
sungguh-sungguh
mengetahui hakikatnya serta
kepada Allah SWT
akhlak
ihsan
mampu menganalisa ilmiah 2.2 Terbiasa berakhlak ihsan dengan
34
dan membiasakannya dalam
sesame makhluk Allah SWT dalam
kehidupan sehari-hari
kehidupan.
3. Memahami
dan
keutamaan
meyakini 3.1 Berupaya
sikap
sidiq,
mengamalkan
dengan
sungguh-sungguh akhlak sidiq
mengetahui hakikatnya serta 3.2 Terbiasa berakhlak sidiq dalam mampu
menganalisanya
kehidupan
dalam kehidupan sehari-hari 4. Memahami
makna
iman 4.1 Menyebutkan pengertian iman
dalam konsep ahli sunah wal 4.2 Menyebutkan jama‟ah
rukun
iman
dan
cabang-cabangnya 4.3 Menyebutkan
hal-hal
yang
membatalkan keimanan 4.4 Menjelaskan pengaruh dosa besar terhadap keimanan 4.5 Menjelaskan pengaruh kemaksiatan terhadap keimanan 5. Meningkatkan
keimanan 5.1 Menyebutkan definisi malaikat dan
kepada malaikat Allah
definisi iman kepada malaikat 5.2 Menyebutkan nama-nama malaikat dan tugas-tugasnya 5.3 Menjelaskan
hubungan
manusia
dengan malaikat 6. Meningkatkan
keimanan 6.1 Menyebutkan definisi kitab dan
35
kepada kitab Allah
definisi iman kepada kitab 6.2 Menyebutkan
nama-nama
kitab
Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya 6.3 Menyebutkan
kedudukan
kitab
yang ada pada kaum Nasrani dan Yahudi 6.4 Menjelaskan
Al-Qur‟an
sebagai
kitab terakhir
Tabel 2.2 Kelas XI (2) semester 2 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami dan meyakini 1.1 Memahami arti dan korelasi antara pentingnya bersikap sakha
sakha dan karam
dan karam serta mampu 1.2 Dapat memberikan contoh sakha menganalisanyasecara ilmiah
dalam
dan karam dengan benar
kehidupan 1.3 Terbiasa untuk bersikap sakha dan
sehari-hari 2. Memahami dan meyakini
karam dalam kehidupan sehari-hari 2.1 Memahami
pentingnya
pentingnya tawadhu‟ serta
dengan
dibencinya sikap sombong
mengaplikasikannyadalam
dan mampu menganalisanya
kehidupan sehari-hari
tawadhu‟
batasan-batasannyadan
36
secara ilmiah dan
2.2 Mengetahui
murka
Allah
SWT
membiasakannya dalam
kepada orang yang bersikap kibr
kehidupan sehari-hari
serta mampu menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Meningkatkan
keimanan 3.1 Menyebutkan definisi Nabi, Rasul
kepada Rasul
dan definisi iman kepada Rasul 3.2 Menyebutkan sifat-sifat Rasul 3.3 Menjelaskan iman Nabi Muhammad
4. Meningkatkan
keimanan 4.1 Menyebutkan definisi hari akhir dan
kepada hari akhir
definisi iman kepada hari akhir 4.2 Menyebutkan peristiwa yang terjadi setelah kematian 4.3 Menjelaskan kiamat dan tandatandanya 4.4 Menyebutkan
peristiwa-peristiwa
dihari akhir 5. Meningkatkan
keimanan 5.1 Menyebutkan definisi Qadlo dan
kepada Qadlo dan Qadar
Qadar dan definisi iman kepada Qadlo dan Qadar 5.2 Menjelaskan tingkatan iman kepada Qadlo dan Qadar 5.3 Menyebutkan macam-macam takdir 5.4 Menjelaskan madzhabahli sunnah
37
wal jama‟ah dalam Qadlo dan Qadar
Tabel 3.1 Kelas XII (3) semester 1 Standar Kompetensi 1. Mengidentifikasi akhlak
Kompetensi Dasar 1.1 Kemampuan menjelaskan dan
dzamimah (zhulm),
mengidentifikasi perbuatan zhalim
mengetahui hakikatnya
serta menghindarinya dalam
sertamampu menganalisa
kehidupan sehari-hari
secara ilmiah dan mampu menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan Al-Quran dan hadist 2. Mengidentifikasi akhlak
2.1 Kemampuan
menjelaskan
dan
dzamimah (hasad),
mengidentifikasi perbuatan hasad
mengetahui hakikatnya serta
serta
mampu menganalisasecara
kehidupan sehari-hari
menghindarinya
dalam
ilmiah dmampu menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengidentifikasi akhlak dzamimah (curang),
3.1 Kemampuan mengidentifikasi perbuatan curang serta
38
mengetahui hakikatnya serta
menghidarinya dalam kehidupan
mampu menganalisa secara
sehari-hari
ilmiah dan mampu menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari 4. Memahami berbagai bentuk penyimpangan dari aqidah yang shahihah
4.1 Menjelaskan bahwa fitrah manusia adalah Islam 4.2 Menjelaskan hakekat syirik dan macam-macamnya 4.3 Menjelaskan hakekat kufur dan macam-macamnya 4.4 Menjelaskan hakekat nifaq dan macam-macamnya 4.5 Menjelaskan hakekat jahiliyah, fisq dan riddah
5. Menghindari berbagai bentuk tindakan dan kata-kata yang merusak keimanan (tauhid)
5.1 Menjelaskan pengetahuan tentang ilmu ghaib 5.2 Menjelaskan hakekat sihir dan perdukunan 5.3 Menghindari sikap menghina syiar islam 5.4 Menjelaskan kedudukan berhukum tidak
dengan
ketentuan
yang
39
diturunkan allah 5.5 Menjelaskan hukum orang yang mengaku berhak membuat tasyri‟ 5.6 Menghindari
bergabung
dengan
kelompok-kelompok sesat
Tabel 3.2 Kelas XII (3) semester 2 Standar Kompetensi 1. Mengidentifikasi
Kompetensi Dasar
akhlak 1.1 Kemampuan
menjelaskan
dzamimah (riya), mengetahui
mengidentifikasi
hakikatnya
serta
serta
mampu
menganalisa secara ilmiah
perbuatan
menghindarinya
dan riya dalam
kehidupan sehari-hari
dan mampu menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan Al-Quran dan hadist 2. Mengidentifikasi akhlak
2.1 Kemampuan
menjelaskan
dan
dzamimah (ujub / bangga
mengidentifikasi perbuatan ujub /
diri), mengetahui hakikatnya
bangga diri serta menghindarinya
serta mampu menganalisa
dalam kehidupan sehari-hari
secara ilmiah dan menghindarinya dalam
40
kehidupan sehari-hari sesuai dengan Al-Quran dan hadist 3. Mengidentifikasi akhlak
3.1 Kemampuan menjelaskan dan
dzamimah (kelemahan dan
mengidentifikasi perbuatan
kemalasan), mengetahui
kelemahan dan kemalasan serta
hakikatnya serta mampu
menghindarinya dalam kehidupan
menganalisa secara ilmiah
sehari-hari
dan menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan Al-Quran dan hadist 4. Menghindari berbagai bentuk 4.1 Menghindari pandangan tindakan dan kata-kata yang merusak keimanan (tauhid)
materialistik dalam kehidupan 4.2 Menjelaskan hakikat ruqyah dan tamimah (jimat) 4.3 Menjelaskan dan
hukum
bertawasul
bersumpah
dengan
nama
makhluk 5. Menunaikan
kewajiban 5.1 Menjelaskan kewajiban mencintai
terhadap Rasulullah dan para
Rasul
shahabatnya
lebihan
dengan
tidak
berlebih-
5.2 Menjelaskan kewajiban taat dan meneladani Rasulullah 5.3 Menjelaskan hal-hal yang berkaitan
41
dengan shalawat kepada Nabi SAW 5.4 Menjelaskan
sikap
yang layak
terhadap shahabat 6. Menghindari bid‟ah dalam 6.1 Menjelaskan hakikat bid‟ah agama Islam
6.2 Menjelaskan
latar
belakang
munculnya bid‟ah
C. Kebutuhan Belajar Peserta didik Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara teratur dan terencana melakukan pembinaan terhadap generasi muda, melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan pelatihan dalam rangka membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Yusuf
LN (2001:95) dalam bukunya menyebutkan bahwa menurut
Havighurs sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mencapai
perkembangannya.
Tugas-tugas
perkembangan
remaja
itu
menyangkut aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi sosial, kematangan personal, kematangan dalam mencapai filsafat hidup, dan kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
42
Dalam mewujudkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu, maka remaja seharusnya mengamalkan nilai-nilai aqidah, ibadah dan akhlakul karimah. (Yusuf LN, 2001; 94). Jadi untuk mencapai perkembangan kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT bagi remaja materi aqidah dan akhlak menjadi bagian yang sangat penting. Dalam hal ini kita akan membahas lebih spesifik lagi adalah kebutuhan peserta didik usia remaja, namun sebelum membahas bagaimana kebutuhan belajar peserta didik usia remaja, kita akan bahas tentang apa itu remaja dan seperti apa remaja. Usia remaja adalah usia yang penuh dengan kegoncangan atau usia pancaroba.Pada usia ini ia mencari jati dirinya. Lepas dari usia anak-anak ke usia remaja timbul sedikit kegoncangan. Kegoncangan yang terjadi karena perkembangan kejiwaan anak pada usia ini tidak sesuai dengan pertumbuhan fisik dan beban tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Contoh dahulu ketika SD si anak tidak pernah lepas dari bantuan orang tua, kepercayaan tidak diberikan. Setelah anak pada usia SMP bantuan orang tua sudah mulai berkurang, uang jajan sudah mulai jarang diberikan, walau anak butuh kadang segan untuk meminta karena sudah merasa besar. Sementara dulu tidak pernah dikasih kepercayaan untuk membawa motor sendiri, sekarang sudah diperbolehkan membawa motor menjemput adik-adiknya pulang sekolah. Remaja adalah masa peralihan dari anak menjelang dewasa. Usia Remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah antara 13 dan 21 tahun (Daradjat, 1975; 11)
43
Menurut Zakiyah Daradjat (1975: 13) bahwa anak usia remaja yang penuh dengan kegoncangan tersebut sangat memerlukan agama dan membutuhkan suatu pegangan atau kekuatan luar yang dapat membantu mereka dalam mengatasi dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan baru yang belum pernah mereka kenal sebelum itu. Dalam perkembangan keberagamaannya Yusuf
LN (2001:204)
membagi masa remaja menjadi dua dengan karakteristiknya yang berbeda. 1.
Masa remaja awal (sekitar usia 13-16 tahun) pada masa ini terjadi perubahan yang sangat cepat, sehingga memungkinkan
terjadinya
kegoncangan
emosi,
kecemasan,
dan
kekhawatiran bahkan kegoncangan dalam kepercayaan agama. Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul karena disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berkaitan dengan matangnya organ seks, yang mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun disisi lain ia tahu bahwa perbuatannya itu dilarang agama. Faktor internal lain adalah bersifat psikologis yaitu keinginan untuk bebas tidak mau terikat oleh normanorma keluarga (orang tua),maka muncul sikap-sikap bandel, oposisi, menentang, dan acuh tak acuh. Berkaitan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat, yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama, seperti beredarnya film-film dan foto-foto yang tidak senonoh (porno), minuman keras, ganja
44
atau obat-obatan terlarang. Hal ini semua mempunyai daya tasik yang sangat kuat bagi remaja untuk mencobanya 2.
Masa remaja akhir (sekitar usia 17-21 tahun) Secara psikologis, masa ini merupakan permulaan masa dewasa, emosinya mulai stabil dan pemikirannya mulai matang (kritis). Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan ada yang tidak shalih. Pengertian ini memungkinkan dia untuk tidak terpengaruh oleh orang-orang yang mengaku beragama, namun tidak melaksanakan ajaran agama atau perilakunya bertentangan dengan nilai agama. Dari uraian diatas maka yang dimaksud oleh peneliti adalah kelompok usia remaja pada masa usia remaja awal, dimana keberagamaan mereka masih labil, rentan dengan pengaruh-pengaruh negatif lingkungan, sehingga memerlukan pengertian dan arahan orang tua dan orang dewasa lain untuk mengatasi dorongan-dorongan serta keinginan-keinginan luar yang negatif. pada masa ini pula banyak muncul tingkah laku yang yang menyimpang sehingga membutuhkan pelurusan agar tidak semakin terjerumus. Maka penanaman agama sejak dini dan pemantapan nilai-nilai agama diusia remaja menjadi jawaban atas persoalan generasi muda kita. Dan sekolah merupakan lembaga pendidikan yang ikut berpengaruh
45
dalam penanaman agama sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagaman tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur, akhlak mulia dan keyakinan yang mantap.
46
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum 1. Lokasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga beralamat di Jl. K.H Wahid Hasyim no. 12 Salatiga Jawa Tengah. Lokasi sekolah ini berada diperempatan Jetis yang merupakan perempatan jalur utama arah Semarang-Solo dan masih termasuk didalam wilayah pusat Kota Salatiga. 2. Sejarah Pada tahun pelajaran 1988/1989 mulailah era baru dalam pelaksanaan
pendidikan
yang
dikelola
oleh
lembaga
milik
Departemen Agama menjadi Sekolah yang setara dengan SMA dengan bercirikan keagamaan dengan nama baru Madrasah Aliyah Negeri 1 Salatiga, yang beralamat di Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12 Salatiga Jawa Tengah. MAN Salatiga adalah merupakan lembaga pendidikan formal yang berciri khas Islam di samping membuka jurusan IPA, IPS, bahasa, agama, juga muatan lokal otomotif, tata busana, dan komputer.
47
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan sekolah umum, pihak manajemen MAN Salatiga menciptakan program pendidikan dengan bertujuan meningkatkan pelayanan kepada pihak stakeholders. Sesuai dengan penerapan kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), MAN SALATIGA sebagai lembaga
pendidikan
formal
berkomitmen
menyelenggarakan
pendidikan serta latihan sebagai pemenuhan kebutuhan pasar kerja dengan membentuk sumber manusia yang unggul, berdaya, sekaligus mandiri dan berwawasan ke depan. Tentunya didukung dengan Akreditasi Sekolah yang dilaksanakan oleh BAN SM. MAN Salatiga pada tanggal 11 Nopember 2009 telah ditetapkan oleh BAN SM sebagai
sekolah/madrasah
yang
terakeditasi
A
dengan
nilai
92,63.(Sumber : arsip MAN Salatiga) 3. Visi dan Misi MAN Salatiga a. Visi Memadukan zikir, fikir dan skill, unggul dalam prestasi dengan berparadigma al qur'an. b. Misi 1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik. 2. Membentuk perilaku Islami dalam kehidupan sehari-hari. 3. Melaksanakan pendidikan yang demokratis dan berkualitas.
48
4. Mempersipkan generasi Islam kedepan yang menguasai iptek dan ketrampilan sebagai bekal hidupnya. 5. Mampu mengembangkan krearivitas yang inovatif. 4. Ciri Khas dan Keunggulan Madrasah Aliyah Negeri Salatiga adalah merupakan lembaga pendidikan formal yang berciri khas Islam dengan jurusan IPA, IPS, bahasa, dan agama Islam juga muatan lokal otomotif, tata busana dan komputer. Sesuai dengan penerapan kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, MAN Salatiga sebagai lembaga pendidikan formal berkomitmen menyelenggarakan pendidikan serta latihan sebagai pemenuhan kebutuhan pasar kerja dengan membentuk sumber manusia yang unggul, berdaya, sekaligus mandiri dan berwawasan ke depan. Beberapa keunggulan yang dimiliki Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga terbagi menjadi dua program unggulan, yaitu program unggulan akademik dan non akademik. Program
unggulan
akademik
yaitu
bahasa
dan
pembentukan rumpun bidang studi, sedangkan program unggulan non akademik terdiri dari tata busana, otomotif, seni musik, olah raga yang terdiri basket dan bola voli, bela diri, pramuka, dan Palang Merah Remaja (PMR). (Sumber : arsip MAN Salatiga)
49
B. Susunan Organisasi Sekolah dan Data Keadaan Guru 1. Susunan Organisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Tabel 4 Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga
No
Nama
Tugas
1. Dr. Badaruddin, M.Ag
Kepala Madrasah
2. Joko Susilo, S.Pd
Waka. Kurikulum
3. Drs. H. Fahrurozi
Waka. Kesiswaan
4. Aris Handoyo Wibowo, S.Pd
Waka. Sarana Prasarana
5. M. Shidiq Purnomo, S.Pd
Waka. Humas
6. Drs. Hadi Mulyanto, M.Si
Kepala Lab. Ketrampilan dan Bengkel
7. Dra. Hj. Fathonah
Kepala Perpustakaan
8. Dra. Sumiyarti
Kepala Lab. IPA
9. Sudaryo, S.Pd
Kepala Lab. Komputer
10. Nur Ichsan, S.Pd
Kepala Puskom
11. Nur Jadid, S.PdI
Kepala Lab. Bahasa dan Multimedia
50
12. Dra. Nurul Isnaeni, S.Pd
Bendahara Pembantu Komite
13. Drs. Afifudin
Koordinator BK
14. Drs. Kastomo
Seksi Pengajaran dan Dokumentasi
15. M. Waston Al Hikami, S.Pd
Seksi Bina Prestasi
16. Jamaludin, S.Ag
Pembina OSIS
17. Dra. Hj. Anis Rosiqoh
Seksi Koperasi Siswa
18. Drs. H. Saifudin
Seksi Upacara
19. Misbakhul Munir, S.Ag
Seksi Upacara
20. Hanifah, S.Pd
Seksi UKS/PMR
21. Sukarman, S.Pd
Seksi Pembinaan Keagamaan/SKI
22. Farhan Budi Sutrisno, S.Pd
Seksi Ketertiban Siswa
23. Agus Kirno, S.Pd
Seksi Ketertiban Siswa
24. Imam Fauzi, S.Ag
Seksi Ketertiban Siswa
25. Drs. Nasuha
Seksi Olah Raga Siswa
26. Drs. M. Arief Ganifianto
Seksi Olah Raga Siswa
27. Dra. Sri Avrianita Budiani
Seksi Pembina KIR/Mading
Sumber data: Arsip Tata Usaha MAN Salatiga
51
2. Data Keadaan Guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Tabel 5 Data Keadaan Guru Madrasah Aliyah Negeri Salatiga No
Nama
Mata pelajaran
1
Dr. H.Badaruddin, M.Ag
Fiqih
2
Drs. Ishak
Hadis / Q.Hadis
3
Dra.Hj.Siti Mu‟tasimah
Q.Hadis / Tafsir
4
Dra.Siti Aisyah Zahir
Fiqih
5
Dra. Nur Nazilah
Pendidikan Kewarganegaraan
6
Drs. Nasuha
Penjaskes
7
Drs. M. Ariel Ghaninanto
Penjaskes
8
Drs. Hadi Mulyanto, M.Si
Kimia
9
H. Rodjiun, S.Pdi
SKI/Sejarah
10
Drs. Affifudin
BK
11
Dra. Hj.Fatonah
Fiqih
12
Dra. Hj.Anis Rosiqoh
Ekonomi
52
13
Drs. H. Fahrurozi
Fisika
14
Dra. Avrianita Budiani
Bahasa Indonesia
15
Dra. Nurul Isnaini, S.Pd
Sejarah
16
Dra. Hartatik SW
BK
17
Dra. Umi Hamimah
Aqidah Akhlak
18
Drs. H. Saefudin
Matematika
19
Joko Susilo, S.Pd
Biologi
20
Drs. Kastomo
Matematika
21
Dra. Trijatiyah
Matemtika
22
Aris Handoyo W. S.Pd
Matemtika
23
Siti Mudrikah S.Pd
Bahasa Inggris
24
Hanifah.S.Pd
Bahasa Inggris
25
Dra Siti Baroroh
Geografi
26
M. Shidiq Purnomo, S.Pd
Biologi
27
Dra Sumiyarti
Kimia
28
Sukarman, S.Pd
Sosiologi
29
M. Waston Alhikami S.Pd
Bahasa Inggris
53
30
Siti Maesaroh, S.Ag,
Bahasa Arab
31
Farhan Budiman S, S.Pd
Antropologi / Sosiologi
32
Alfiah Dyah E, S.Ag, M.Pd
Bahasa Arab
33
Irfiah Firoroh S.Pd,M.Si
Biologi
34
Agus Kirno S.Pd
Bahasa Indonesia
35
Desi Arsianti, S. Pd, M.A
Bahasa indonesia
36
Khusnul Hidayati, S. Pd
Pendidikan kewarganegaraan
37
Amelia Sari T. Kusuma, S.E.
Ekonomi
38
Muh. Kholil, S. Pd, M. Sc.
Fisika
39
Munjiati, S. Ag
Bahasa arab
40
Sofiana Rosidah, S.Psi.
BK
41
Nurul Jazimah, S. Pd, M.PdI
Bahasa inggris
42
Nur Ichsan, S. Pd.
Matemtika
43
Juminah, S. Pd.
Ekonomi
44
Dewi Fitria, s. Pd.
Ekonomi/ TIK
45
Maftuhatul Karim, S. Si.
Biologi
46
Siti Nurochmah, S. Ag
Fikih
54
47
Misbakhul Munir, S. Ag.
Bahasa arab/ mengetik arab
48
Nur Jadid, S. PdI
Bahasa inggris
49
Nining Sri Rejeki, S. Pd.
Seni budaya
50
Jamaluddin, S. Ag.
Akidah akhlak/ ilmu kalam
51
Ulfi Khoirotun, S. Pd
Ekonomi
52
Laila Musdalifah, S. Pd
Ketrampilan tata busana
53
Sudaryo, S. Pd
Kimia
54
Sriyanto, S. Ag.
Quran hadist/ SKI
55
Khoiru Rahman Abidin, S. Pd.
Bahasa inggris
56
Imam Fauzi, S. Ag.
Akhlak/ BK
57
Trimakno, S. Ag.
Fikih
58
Ilham Hamid Al Hakim, S. Ag.
TIK
59
Siti Fatimah, S. PdI
BTA/ Al- Quran Hadist
60
Makmun Ansori, S. Pd.
Geografi
61
Mukti Sri Rahayu, S. P.
Ketrampilan tata busana
62
Umi Sulistiorini, S. Pd.
Ekonomi
63
Ja‟far Shodiq, S. PdI
BK/ Fiqih
55
64
Harno, S. Com.
Ketrampilan komputer/ Mulok IT
65
Sarinah, S. Pd.
Bahasa jawa
66
Siti Khotijah, S. PdI
Mulok bahasa jawa
67
Ani Indri Janti, S. Pd.
Ketrampilan Tata Busana
68
Diah Nurul Martiana
Pd. Bahasa Jepang
69
Budi Suryanto, S. Pd.
Ketrampilan Otomotif
70
Agus Joko Widodo, S. Pd.
Ketrampilan Otomotif
71
Wiwik Hapsari, S. Pd
Bahasa Sastra Indonesia
72
Mayangsari Listiowati, S. Pd.
Ketrampilan Tata busana
73
Dewi Ariyanti, A. Md.
Pd. Bahasa Jepang
74
Wiwit Sholihati, S. Pd.
Mulok Bahasa Jawa
75
Nur Asrori, S. Com
Ketrampilan Komputer
Sumber data: Arsip Tata Usaha MAN Salatiga
56
3. Data Komite Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga a. Data komite Tabel 6.1 Data Komite Madrasah Aliyah Negeri Salatiga No.
Nama
Jabatan
1
Dr. H. Zulfa Mahasin, M.Ag
Penasehat
2
H. Zumri
Penasehat
3
Khomari
Penasehat
4
Drs. Kasmari
Penasehat
5
Dr. H. Sa‟adi, M.Ag
Ketua komite
6
Drs. H. Zaenuri, M.Pd
Wakil ketua
7
Drs. H. Nurudin, M.Ag
Sekretaris I
8.
M. Shidiq Purnomo, S.Pd
Sekretaris II
9.
H. Slemet Anwar
Bendahara I
10.
Kurnia Ariah
Bendahara II
11.
Suyanto
Sie. Perencanaan
12.
Drs. Muthoin
Sie. Perencanaan
13.
Joko Susilo, S.Pd
Sie. Perencanaan
14.
Drs. H. Nasafi
Sie. Penelitian
15.
Drs. H. Miftahudin, M.Ag
Sie. Penelitian
16.
Drs. Umar Farouk
Sie. Ketenagaan
17.
Drs. Afifudin
Sie. Ketenagaan
57
18.
Drs. Maemun
Sie. Pendidikan dan Humas
19.
Drs. M. Furqon
Sie. Pendidikan dan Humas
20.
Drs. H. Fahrurozi
Sie. Pendidikan dan Humas Sumber data: Arsip Tata Usaha MAN Salatiga
b. Peran dan fungsi komite Tabel 6.2 Data Komite Madrasah Aliyah Negeri Salatiga Peran 1. Pemberi pertimbangan
Fungsi Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi
kepada
Kepala
Sekolah
tentang : a. Kebijakan program pendidikan b. RAPBS c. Kriteria kinerja sekolah d. Kriteria tenaga pendidikan e. Kriteria fasilitas sekolah f. Hal-hal
yang
terkait
dengan
pendidikan 2. Pendukung (suporting)
a. Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi b. Menggalang dana masyarakat dalam
58
rangka pembinaan penyelenggaraan pendidikan c. Mendorong komite
tumbuhnya masyarakat
penyelenggaraan
perhatian terhadap
pendidikan
yang
bermutu 3. Pengontrol (controling)
Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan
4. Mediator
a. Melakukan
kerjasama
dengan
masyarakat b. Menampung
dan
menganalisis
aspirasi ide, tututan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat Sumber data: Arsip Tata Usaha MAN Salatiga
C. Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga 1. Kurikulum yang digunakan Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga menggunakan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu KTSP dimana kurikulum ini mengandalkan otonomi sekolah sepenuhnya. Sebagaimana disebutkan oleh bapak Imam Fauzi S.Ag
59
guru yang mengajar akhlak kelas XI bahwa kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum KTSP, termasuk juga untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) seperti yang disebutkan oleh Muslih (2007 : 17) KTSP yang merupakan penyempurnaan kurikulum KBK (2004) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan / sekolah. Mengacu pada pengertian diatas bahwa KTSP disusun dan dilaksanakan oleh sekolah, maka guru sebagai pelaksana pendidikan harus paham betul dengan KTSP. Hal ini senada dengan informasi yang penulis dapat bahwa para guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga mengetahui dan paham betul dengan KTSP bahkan para guru disini diikutsertakan dalam pelatihan untuk mendapat pemahaman yang mendalam mengenai KTSP. Maka tentunya dalam penerapan KTSP di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga khususnya pada materi Aqidah Akhlak mengacu pada salah satu diantara prinsip-prinsip KTSP yang disebutkan oleh Muslih (2007 : 18) yaitu : a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungan b. Beragam dan terpadu c. Tanggap terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
60
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan e. Menyeluruh dan berkesinambungan f. Belajar sepanjang hayat g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan dearah. Mengacu pada prinsip KTSP poin pertama yaitu berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungan dan poin keempat yaitu relevan dengan kebutuhan kehidupan maka mata pelajaranAqidah Akhlak merupakan kebutuhan pokok bagi peserta didik
sebagai pegangan untuk menjalankan
kehidupan mereka dengan baik. Sebagaimana telah saya sebutkan sebelumnya bahwa para guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga diikutsertakan dalan program pelatihan guru dalam menyongsong implementasi kurikulum berbasis KTSP, yang didalamnya membekali guru dengan model-model pembelajaran interaktif. 2. Muatan kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Muatan kurikulum di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga termuat dalam standar isi, standar kompetensi dan RPP.
61
a.
Standar isi Muatan KTSP pada Madrasah Aliyah (MA) tertuang dalam standar isi sebagaimana yang disebutkan dalam surat edaran nomor : DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006 tentang pelaksanaan standar isi dibedakan menjadi dua pengelompokan organisasi kelas yaitu program umum (untuk kelas X) dan program penjurusan yang terdiri dari progran IPA, IPS, bahasa, dan keagamaan (untuk kelas XI dan XII) Pada program penjurusan untuk kelas XI dan XII di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga ada pembentukan rumpun bidang studi sebagai berikut : (1) Rumpun bidang studi IPS ( Geografi, Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Sejarah, PPKn, dan Tata Negara ); (2) rumpun bidang studi IPA ( Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi); (3) rumpun bidang studi bahasa ( Indonesia, Inggris, Arab, dan Jepang); dan (4) Rumpun bidang studi agama ( ilmu kalam, ilmu hadist dan tafsir ) Sedangkan untuk mata pelajaran aqidah akhlak tidak termasuk dalam bidang studi jurusan tapi merupakan mata pelajaran umum sehingga dari kelas X sampai kelas XII peseta didik akan selalu mendapat kesempatan untuk terus menggali ilmu aqidah dan akhlak. Khusus untuk jurusan agama yaitu pada kelas XI agama mendapatkan materi yang berbeda dengan jurusan lain. Berikut dapat kita lihat standar isi mata pelajaran aqidah dan akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga pada tabel dibawah ini
62
Kelas
Semester
No
X
1
1
Materi Pokok
Pokok Bahasan
Prinsip-prinsip aqidah dan
Memahami Prinsip-
metode peningkatan kualitas
prinsip dan metode
aqidah
peningkatan kualitas aqidah
2.
Tauhid
Memahami tauhid
3.
Syirik dalam islam
Memahami syirik dalam islam
4
Akhlak dan metode
Memahami masalah
peningkatan kualitas akhlak
Akhlak dan metode peningkatan kualitas akhlak
2
1.
Iman kepada Allah melalui
Meningkatkan
sifat-sifatnya dalam asma‟ul
keimanan kepada
husna
Allah melalui sifatsifatnya dalam asma‟ul husna
2
Khusnudhon dan taubat
Membiasakan perilaku terpuji
3
Riya,aniaya dan diskriminasi
Menghindari perilaku tercela
XI
1
1
Pengertian dan fungsi ilmu
Memahami ilmu
63
2
kalam
kalam
Aliran-aliran ilmu kalam,
Memahami Aliran-
tokohnya dan pandangan-
aliran ilmu kalam,
pandangannya
tokohnya dan pandanganpandangannya
2
1
Pengertian dan pentingnya
Membiasakan perilaku
akhlak berpakaian, berhias,
terpuji
perjalanan, bertamu dan menerima tamu 2
Dosa besar (mabuk-mabukan,
Menghindari perilaku
berjudi, zina, mencuri dan
tercela
mengkonsumsi narkoba) XII
1
1
Pengertian, asal-usul dan
Memahami tasawuf
istilah-istilah dalam tasawuf 2
Pengertian dan pentingnya adil, Membiasakan perilaku ridho, amal sholeh, persatuan
terpuji
dan kerukunan 2
1
Pengertian dan pentingnya
Membiasakan perilaku
akhlak terpuji dalam pergaulan
terpuji
remaja 2
Pengertian isyraf, tabdir dan
Menghindari perilaku
fitnah
tercela
64
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 7.1 Kelas X semester ganjil Standar Kompetensi 1. Memahami
prinsip-prinsip
Kompetensi Dasar dan 1.1 Menjelaskan prinsip-prinsip
metode peningkatan kualitas aqidah
aqidah 1.2 Menjelaskan metode-metode peningkatan aqidah 1.3
Menerapkan prinsip-prinsip aqidah dalam kehidupan
1.4 Menerapkan metode-metode peningkatan aqidah dalam kehidupan 2. Memahami tauhid
2.1 Menjelaskan pengertian tauhid dan istilah-istilah lainnya 2.2 Menjelaskan macam-macam tauhid (uluhiyah, rubibiyah, mulkiyah, rahmaniyah, dan lain-lain) 2.3 Menunjukan perilaku orang
65
yang bertauhid 2.4 Menerapkan perilaku tauhid dalam kehidupan sehari-hari 3. Memahami syirik dalam Islam
3.1 Menjelaskan pengertian syirik 3.2 Mengidentifikasi macammacam syirik 3.3 Menunjukan perilaku orang yang berbuat syirik 3.4 Menjelaskan akibat berbuat syirik 3.5 Membiasakan diri menghindari hal-hal yang mengarah kepada perbuatan syirik dalam kehidupan sehari-hari
4. Memahami masalah akhlak
4.1 Menjelaskan pengertian akhlak 4.2 Menjelaskan induk-induk akhlak terpuji dan induk-induk akhlak tercela 4.3 Menjelaskan macam-macam metode peningkatan kualitas akhlak 4.4 Menerapkan metode-metode peningkatan kualitas akhlak
66
dalam kehidupan
Tabel 7.2 Kelas X semester genap Standar Kompetensi 1. Meningkatkan Keimanan Kepada
Kompetensi Dasar 1.1 Menguraikan 10 Asmaul husna
Allah melalui sifat-sifatnya dalam
(Al Muqsith, Al Warits, An
Asmaul Husna
NAfi‟, Al Basith, Al HAfidz, Al Waliy, Al Waduud, Ar Rofii, Al Muiz, dan Al Afuw) 1.2 Menunjukkan bukti kebenaran dan tanda-tanda kebesaran melalui sifat Allah dalam 10 Asmaul Husna (Al Muqsith, Al Warits, An NAfi‟, Al Basith, Al HAfidz, Al Waliy, Al Waduud, Ar Rofii, Al Muiz, dan Al Afuw) 1.3 Menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna (Al Muqsith, Al Warits,
67
An NAfi‟, Al Basith, Al HAfidz, Al Waliy, Al Waduud, Ar Rofii, Al Muiz, dan Al Afuw) dalam kehidupan sehari-hari 1.4 Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Al Muqsith, Al Warits, An NAfi‟, Al Basith, Al HAfidz, Al Waliy, Al Waduud, Ar Rofii, Al Muiz, dan Al Afuw) dalam kehidupan seharihari 2
Membiasakan Perilaku Terpuji
2.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya husnudzan dan bertaubat 2.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perilaku khusnudzan dan bertaubat 2.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari husnudzan dan bertaubat dalam fenomena kehidupan 2.4 Membiasakan perilaku
68
husnudzan dan bertaubat 3
Menghindari perilaku tercela
3.1
Menjelaskan pengertian riya, aniaya dan diskriminasi
3.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan riya, aniaya dan diskriminasi 3.3 Menunjukkan nilai-nilai negative akibat perbautan riya, aniaya dan diskriminasi 3.4 Membiasakan diri menghindari hal-hal yang mengarah pada perilaku riya, aniaya dan diskriminasi
Tabel 7.3 Kelas XI Semester ganjil Program : IPA, IPS, Bahasa Standar kompetensi 1. Memahami Ilmu kalam
Kompetensi dasar 1.1 Menjelaskan pengertian dan fungsi ilmu kalam 1.2 Menjelaskan hubungan ilmu kalam dengan ilmu lainnya 1.3 Menerapkan ilmu kalam dalam
69
mempertahankan akidah 2. Memahami aliran-aliran ilmu kalam dan tokoh-tokohnya
2.1 Menjelaskan aliran-aliran ilmu kalam, tokoh-tokoh dan pandangan-pandangannya (Khawarij, murji‟ah, syi‟ah, Jabariyah, Qadariyah, Asy‟ariyah, Al Maturidiyah, Mu‟tazilah dan lain-lain seperti theology transformatif dan theologi pembebasan) 2.2 Menganalisis perbedaan antara aliran ilmu kalam yang satu dengan yang lain 2.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku orang yang beraliran tertentu dalam ilmu kalam 2.4 Menghargai terhadap aliranaliran yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat
70
Tabel 7.4 Kelas XI Semester genap Program : IPA, IPS, Bahasa Standar kompetensi 1. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi dasar 1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu 1.2 Mengidentifikasi bentuk akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu 1.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu 1.4 . Membiasakan akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
2. Menghindari perilaku tercela
2.1 Menjelaskan pengertian dosa besar (mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri,
71
mengkonsumsi narkoba) 2.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh dosa besar (mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba) 2.3 Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan dosa besar (mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba) 2.4 Membiasakan diri untuk menghindari perilaku dosa besar (mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba)
Tabel 7.5 Kelas XI Semester Ganjil Program : Agama ( materi akhlak) Standar Kompetensi 1. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan akhlak berpakaian dan berhias
72
1.2 Menjelaskan contoh orang yang berakhlak baik dalam berpakaian dan berhias 1.3 Membiasakan akhlak yang baik dalam berpakaian dan berhias 1.4 Menjelaskan akhlak dalam perjalanan 1.5 Menjelaskan contoh orang yang berakhlak baik dalam perjalanan 1.6 Membiasakan akhlak yang baik dalam perjalanan 1.7 Menjelaskan akhlak bertamu dan menerima tamu 1.8 Menjelaskan akhlak yang baik dalam bertamu dan menerima tamu 1.9 Membiasakan akhlak yang baik dalam bertamu dan menerima tamu 2. Menghindari akhlak tercela
2.1 Menjelasan masalah isyraf dan tabdir
73
2.2 Menjelaskan contoh orang yang berperilaku isyraf dan tabdir 2.3 Menjelaskan bahaya isyraf dan tabdir 2.4 Menghindari perilaku isyraf dan tabdir 2.5 Menjelaskan masalah mencaci, ghibah, dan namimah 2.6 Menjelaskan contoh orang yang mencaci, ghibah, dan namimah 2.7 Menjelaskan bahaya perilaku mencaci, ghibah, dan namimah 2.8 Menghindari perilaku mencaci, ghibah, dan namimah 3. Memahami kisah orangorang shalih
3.1 menjelaskan nasehat-nasehat Luqman Hakim 3.2 Mengamalkan nasehatnasehat Luqman Hakim
74
dalam kahidupan sehari-hari 3.3 Menjelaskan akhlak Ashabul Kahfi 3.4 Meneladani akhlak Ashabul Kshfi 3.5 Menjelaskan akhlak Siti Maryam 3.6 Meneladani akhlak Siti Maryam
Tabel 7.6 Kelas XI Semester genap Program : Agama ( materi akhlak) Standar Kompetensi 1. Memahami tasawuf
Kompetensi dasar 1.1 Menjelaskan pengertian tasawuf 1.2 Menjelaskan sumber tasawuf dari al-Qur‟an dan asSunnah 1.3 Menjelaskan esensi tasawuf 1.4 Menjelaskan teladan sufi Nabi dan sahabat Nabi 1.5 Menjelaskan hubungan
75
antara tasawuf dengan akhlak 2. Memahami istilah-istulah dalam tasawuf
2.1 Menjelaskan pengertian maqamat, dan al-ahwal dalam tasawuf 2.2 menunjukkan contoh orang yang memilik maqamat, dan al-ahwal dalam tasawuf 2.3 Mengaitkan maqamat, dan al-ahwal dalam tasawuf dengan fenomena sosial
3. Mengenal tasawuf sufi dan
3.1 Menjelaskan tasawuf sufi
tasawuf falsafi serta tokoh-
dan tasawuf falsafi serta
tokohnya
tokoh-tokohnya 3.2 Menjelaskan Hasan Basri dan ajaarannya 3.3 Menjelaskan Rabi‟ah alAdawiyah dan ajarannya 3.4 Menjelaskan Dzun nun AlMisri dan ajarannya 3.5 Menjelaskan Al-Ghazali dan ajarannya 3.6 Menjelaskan Abu Yazid al-
76
Bustami dan ajarannya 3.7 Menjelaskan Al-Hallaj dan ajarannya 3.8 Menjelaskan Muhy al-Din ibn „araby dan ajarannya
Tabel 7.7 Kelas XII Semester ganjil Program : IPA, IPS, Bahasa Standar kompetensi 1. Memahami Tasawuf
Kompetensi dasar 1.1 Menjelasakan pengertian, asalusul dan istilah-istilah dan tasawuf 1.2 Menjelaskan fungsi dan peranan tasawuf dalam kehidupan modern 1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku bertasawuf 1.4 Menerapkan tasawuf dalam kehidupan modern
2. membiasakan perilaku terpuji
2.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya adil, ridha, amal
77
sholeh, persatuan dan kerukunan 2.2 Mengidentifikasi perilaku orang yang berbuat ridha, amal sholeh, persatuan dan kerukuanan 2.3 menunjukkan nilai-nilai positif dari adil, ridha, amal shaleh, persatuan dan kerukunan dalam fenomena kehidupan 2.4 membiasakan perilaku adil, ridha, amal shaleh, persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari
Tabel 7.8 Kelas XII Semester genap Program : IPA, IPS, Bahasa Standar kompetensi 1. Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi dasar 1.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya akhlaq terpuji dalam pergaulan remaja
78
1.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perilaku terpuji dalam pergaulan remaja 1.3 Menunjukkan nilai negatif akibat perilaku pergaulan remaja yang tidak sesuai dengan akhlaq islam dalam fenomena kehidupan 1.4 Menerapkan akhlaq terpuji dalam pergaulan remaja dalam kehidupa sehari-hari 2. Menghindari perilaku tercela
2.1 Menjelaskan pengertian ishraf, tabdir dan fitnah 2.2 Mengidentifikasi bentuk contoh-contoh perbuatan ishraf, tabdzir dan fitnah 2.3 Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan ishraf, tabdzir dan fitnah 2.4 Membiasakan diri untuk menghindari perilaku ishraf, tabdzir dan fitnah
79
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran dikelas (Muslich, 2007: 53). RPP yang akan diterapkan guru dikelas tersebut disusun oleh guru mapel yang bersangkutan atau dapat pula guru mapel bekerjasama dengan guru-guru yang lain dalam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), sedang untuk penyusunan RPP di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga setiap guru menyusun sendiri sebagaimana diungkapkan oleh bapak Jamaluddin, S.Ag bahwa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga memberikan kebebasan guru dalam menyusun RPP dan
diharapkan RPP yang dibuat guru adalah
pengembangan silabus yang lebih luas karena apa yang ada pada silabus adalah standar minimal jadi bagaimana guru bisa membuat pengembangan silabus yang seluas-luasnya. Dengan peyusunan RPP tersebut maka diharapkan guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan terprogram, oleh karena itu RPP harus mempunyai daya terap yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang mustahil target pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Disinilah dapat diketahui tingkat kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Secara teknis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) minimal mencakup komponen-komponen sebagai berikut :
80
a. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar b. Tujuan pembelajaran c. Materi pembelajaran d. Pendekatan dan metode pembelajaran e. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran f. Alat dan sumber belajar g. Evaluasi pembelajaran Selain harus memenuhi komponen-komponen diatas dalam penyusunan RPP seorang guru harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Ambil satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran
b.
Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasarnya
c.
Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut
d.
Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indiktor
e.
Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
f.
Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan
g.
Pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran
h.
Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada tiap satuan rumusan tujuan pembelajaranm, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup
81
i.
Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan
j.
Sebutkan sumber / media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara kongkret
k.
Tentukan teknik penilaian, bentuk dan contoh penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat contoh RPP mata pelajaran aqidah
akhlak yang digunakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri Salatiga
Kelas/Semester
: X/Gasal
Mata Pelajaran
: Aqidah Akhlak
Waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi (1)
: Memahami prinsip dan metode peningkatan aqidah
Kompetensi Dasar (1.1)
: Menjelaskan prinsip-prinsip aqidah
Indikator 1.1.1
Mendeskripsikan syahadat tauhid
82
1.1.2
Menjelaskan tentang kebenaran agama Islam
1.1.3
Menganalisis bahwa Al Quran kitab terakhir sebagai penyempurna kitabkitab sebelumnya
1.1.4
Menjelaskan bahwa Nabi Muhammad sebagai penutup segenap nabi dan rasul
A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: 1. Menjelaskan pengertian syahadat tauhid 2. Membuktikan tentang kebenaran agama Islam 3. Menganalisa bahwa Al Quran kitab terakhir sebagai penyempurna kitabkitab sebelumnya 4. Menjelaskan bahwa Nabi Muhammad sebagai penutup segenap Nabi dan Rasul B. Materi Ajar Prinsip-prinsip Aqidah: 1. Syahadat tauhid 2. Tentang kebenaran agama Islam 3. Al Quran kitab terakhir sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya 4. Nabi Muhammad sebagai penutup segenap Nabi dan Rasul. C. Metode
Diskusi
D. Langkah-langkah Pembelajaran
83
No 1
Kegiatan Belajar
Waktu
Kegiatan Awal
Memberikan salam pembuka
Memotivasi
Peserta
15 menit
didik
untuk
mempelajari prinsip-prinsip aqidah 2
Kegiatan Inti Eksplorasi:
Tanya jawab tentang prinsip-prinsip 60 menit aqidah
Guru
memberikan
prinsip-prinsip
ilustrasi
aqidah
tentang
dan
macam-
macamnya Elaborasi:
Peserta
didik
membagi
diri
dalam
beberapa kelompok
Peserta
didik
menyusun
makalah
sederhana
Peserta didik mempresentasikan hasil kelompok tentang prinsip-prinsip aqidah di depan kelas secara bergantian.
Guru bertindak sebagai fasilitator.
Konfirmasi:
Mengajak Peserta didik untuk membuat
Media
84
kesimpulan
tentang
prinsip-prinsip
aqidah. 3
Kegiatan akhir
Memberikan kesempatan Peserta didik 15 menit mengerjakan soal-soal latihan prinsipprinsip aqidah
Memberikan salam penutup
E. Sumber Belajar
Buku paket aqidah akhlak yang relevan
Buku suplemen aqidah akhlak
F. Penilaian 1. Teknik Penilaian
Tugas kelompok
Ulangan harian
2. Bentuk Instrumen
Lembar pengamatan (proses)
Tes subyektif (hasil)
Multiple choice (hasil)
Salatiga, Agustus 2010 Mengetahui
85
Kepala Madrasah
Guru Mata Pelajaran
Dr. H. Badaruddin, M.Ag
Dra. Umi Hamimah
NIP. 195012111979031003
NIP. 196402151993032002
D. Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Hasil temuan penulis mengenai proses pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga dari wawancara dengan guru aqidah akhlak dari segi metode bahwa guru menerapkan metode pembelajaran mengacu pada silabus dan kesesuaian dengan materi, metode-metode yang diterapkan antara lain : metode ceramah, diskusi, reading guide, tanya jawab, dan seterusnya. Berikut kutipan jawaban salah satu guru aqidah akhlak tentang metode, yaitu Bapak IF beliau mengatakan bahwa :”Metode yang saya gunakan selama ini bervariasi dan selalu mengacu pada silabus”, lebih lanjut beliau mengatakan :”dan dalam menyampaikan materi saya bersikap obyektif artinya saya tidak memaksa peserta didik untuk melakukan apa yang yang saya ajarkan tapi saya hanya bersikap menyampaikan dan memotivasi saja”, kemudian penulis tanya mengenai kendala apa yang guru temui dalam pembelajaran, jawaban bapak IF :”Ada satu dua peserta didik yang tidak suka mengikuti palajaran saya lalu membuat ulah dengan ramai, guyon dikelas dan saya tahu peserta didik
tersebut
memang anaknya
nakal”, lalu
bagaimana
bapak
86
mengatasinya?, jawabnya :”Saya pindah tempat duduknya agar dia malu dan sungkan bila ingin berbuat onar lagi dan agar dia tahu kalau dia saya perhatikan”. Berbeda lagi dengan jawaban dari Ibu UH mengenai kendala yang dihadapi dalam pembelajaran, beliau mengatakan / :”Dari aspek afeksi pembentukan pribadi masih sulit, kadang saya heran untuk sholat saja peserta didik harus dioyak-oyak dan hal yang sepele makan / jajan masih ada juga yang makan sambil jalan, itukan bukan akhlak yang baik, maka harus saya tegur dan ingatkan”. Dari
peserta
didik
penulis
memperoleh
data
mengenai
pembelajaran yang menyenangkan pada mata pelajaran aqidah akhlak adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selain berkaitan dengan metode didalamnya ada teknik penilaian. Pada mata pelajaran aqidah akhlak terdapat tiga aspek yang dinilai dengan teknik penilaian yang berbeda, ketiga aspek tersebut adalah aspek kognitif, afeksi, dan psikomotor, dari ketiga aspek tersebut yang utama adalah aspek kognitif dan aspek afeksi, kognitif penting untuk mengetahui prestasi akademik peserta didik atau kepahaman peserta didik terhadap materi,dan aspek afeksi yang lebih penting lagi dan yang ditekankan karena berkaitan erat dengan tujuan pendidikan aqidah akhlak itu sendiri Diketahui penulis bahwa teknik penilaian pada aspek afeksi oleh guru aqidah akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga dilakukan
87
dengan cara pengamatan langsung pada peserta didik, hal-hal yang diamati antara lain : kedisiplinan, keaktifan dalam pembelajaran, ketaatan terhadap guru, dan perilaku / akhlak peserta didik dilingkungan sekolah. Berikut kutipan wawancara penulis dengan salah satu guru aqidah akhlak, bagaimana cara mengukur pada aspek kognitif dan aspek afeksi ? Narasumber menjawab :”aspek kognitif diukur dengan soal tes harian, UTS, sedang aspek afeksi penilaian dengan pegamatan langsung seperti kedisiplinan, keaktifan dalam pembelajaran, ketaatan terhadap guru dan seterusnya dan nilai tersebut masuk dalam nilai kepribadian, yang berwenang memberi nilai adalah guru agama, guru BP dan guru PPKn”.
E. Kebutuhan Belajar Peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga 1. Materi Aqidah Akhlak Berbicara mengenai kebutuhan belajar peserta didik Madrasah Aliyah berarti berbicara mengenai kebutuhan remaja yang tidak bisa terlepas dari kebutuhan dalam kaitannya dengan tingkat perkembangan usia remaja, dan jika dikaitkan dengan materi aqidah dan akhlak hal ini sangat menarik untuk dikaji, karena seperti yang telah penulis sebutkan pada bab terdahulu bahwa masa remaja adalah masa mencari jati diri, masa yang rawan dengan kegoncangan sehingga membutuhkan pegangan yang kuat dalam mengatasi goncangan-goncangan tersebut.
88
Bagi anak usia remaja bergaul dengan teman sebaya merupakan kebutuhan utama. ST.Vembriarto (1990: 66) menyebutkan dalam bukunya bahwa Havighurst dan Neugarten menegaskan melalui kelompok sebaya anak belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai gambaran dan cita-cita masyarakat tentang kejujuran, keadilan, kerjasama, tanggung jawab, tentang peranan sosial sebagai pria atau wanita, memperoleh berbagai macam informasi, meskipun kadang-kadang informasi tersebut menyesatkan. Jadi ketika anak remaja belajar menjadi manusia yang baik itu berarti dengan sendirinya mereka belajar akhlak yang baik. Tapi kenyataan tidak sedikit remaja yang menjadi nakal hasil dari pergaulan itu sendiri, hal ini dikarenakan nilai-nilai yang terdapat pada masyarakat itu diberi tafsiran sendiri oleh kelompok remaja ini, misalnya : nilai keberanian
diartikan
sebagai
keberanian
untuk
berkelahi,
nilai
kesetiakawanan (solidaritas) diartikan kesetiakawanan untuk berbuat curang dan sebagainya. Maka disinilah materi akhlak mempunyai peranan penting dalam meluruskan tafsiran-tafsiran anak remaja yang cenderung keliru tersebut. Sama halnya ketika ditelevisi kita saat ini sedang marak iklan ramalanramalan melalui sms yang menurut penulis hal tersebut adalah tindakan pembodohan masyarakat tapi bagi anak-anak remaja hal itu adalah menarik untuk dicoba, entah kemudian ramalan tersebut dipercayai atau mereka mencoba hanya sekedar penasaran ataupun iseng-iseng membaca saja ada pula tren pacaran yang menurut penulis pacaran ini sudah
89
membudaya dalam masyarakat kita, sepintas dua hal tersebut sepele tapi itu adalah hal yang sangat vital untuk diperhatikan bagi para orang tua, guru dan orang dewasa lain. Maka disinipun
penting kiranya untuk
membangun aqidah yang benar agar anak-anak remaja kita tidak terjebak dalam kesesatan. Seperti yang berikut akan penulis paparkan dari hasil penelitian penulis di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga tentang kebutuhan belajar peserta didik kaitannya dengan materi aqidah akhlak bahwa peserta didik memiliki ketertarikan dengan materi aqidah dan akhlak, bahkan untuk materi akhlak peserta didik menyikapinya sebagai mata pelajaran yang bersifat aplikatif sebagaimana ketika penulis tanya tentang apa yang sebenarnya peserta didik inginkan mengenai materi aqidah akhlak ? mereka menjawab bahwa materi-materi dalam aqidah dan akhlak sudah sesuai dengan kebutuhan mereka hanya kurang dalam penerapannya, kekurangan dalam penerapan ini dipengaruhi oleh banyak faktor bisa faktor dari intern peserta didik maupun faktor ekstern peserta didik, faktor intern misalnya kepribadian anak, faktor ekstern misalnya cara orang tua memberi pendidikan dirumah dan seterusnya, sebagaimana yang penulis temukan dalam wawancara penulis dengan salah satu peserta didik kelas XI mengenai akhlak berpakaian, peserta didik tersebut mengatakan :” materi tersebut sangat baik dan bagus sekali bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tapi bagi saya masih sulit menerapkannya,seperti adab berjilbab bagi perempuan, saya sudah terbiasa tidak pakai jilbab
90
orang tua saya juga tidak menegur atau memarahi kalau saya tidak berjilbab, apalagi kalau disuruh pakai jilbab yang besar, teman-teman saya tidak ada yang pakai jilbab besar, sekolah pakai jilbab yang biasa aja”, dari jawaban itu terlihat sekali bahwa faktor budaya lebih berpengaruh pada diri peserta didik. Dari hasil wawancara penulis dengan peserta didik kelas X sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa pada mata pelajaran aqidah akhlak materi tentang akhlak lah yang paling menarik untuk mereka pelajari dan ketika penulis tanya alasannya, mereka menjawab :”karena dengan mempelajari akhlak saya dapat mengetahui mana yang baik untuk saya lakukan dan mana yang buruk untuk saya tinggalkan serta untuk membentuk kepribadian diri saya”.sebagian yang lain menjawab :”karena bab ini pembahasannya sangat menyangkut perbuatan sehari-hari saya”, lebih lanjut penulis menanyakan tentang apa yang sebenarnya peserta didik inginkan dalam mata pelajaran aqidah akhlak jawaban peserta didik adalah bahwa mereka menginginkan untuk materi akhlak supaya pembahasannya lebih luas dan aqidah lebih mendalam karena melihat kondisi seperti sekarang ini pergaulan yang semakin bebas dan kondisi keberagamaan
disini
(salatiga)
khususnya
sangat
rawan
dengan
kristenisasi. Jawaban tersebut bertolak belakang dengan jawaban peserta didik kelas XI, yang menyebutkan bahwa peserta didik merasa materi terlalu banyak sedang jam pelajaran hanya satu jam, namun setelah penulis tanya kembali apa materi-materi tersebut ada yang menurut peserta didik
91
tidak perlu untuk dipelajari, jawaban mereka tidak, semua materi tersebut penting. Maka analisa penulis adalah bahwa untuk mata pelajaran aqidah akhlak perlu ditambah jam dapat tersampaikan semua atau bahkan ada jam untuk materi tambahan. Dalam wawancara penulis dengan peserta didik kelas XI, penulis menanyakan tentang materi aqidah akhlak yang mereka suka dan perlu untuk dipahami mendalam, mereka menjawab materi ilmu kalam ketika ditanya alasannya mereka menjawab :” karena dengan mempelajari ilmu kalam bisa menumbuhkan rasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.” Ada pula yang menjawab :”dengan mempelajari ilmu kalam, menyadarkan kita bahwa didunia ini ada perbedaan sejak dahulu, maka harusnya kita saling menghormati”, dari temuan ini penulis menangkap bahwa ada rasa ingin tahu peserta didik tentang ilmu kalam yang tidak lain berisi sejarah munculnya aliran-aliran kepercayaan dalam Islam, dan ketika sudah ada ketertarikan akan materi tersebut maka mudah
bagi guru dan
menyampaikan dan memberi pengertian yang pada akhirnya bisa menjadi pondasi yang kuat untuk aqidah mereka. Penulis memahami bahwa pada usia ini adalah usia dimana anakanak remaja memiliki keingintahuan yang besar terhadap hal-hal baru dan dalam ilmu kalam tersebut peserta didik mendapat pengetahuan yang baru teologi yang membuka wawasan dan cara pandang peserta didik terhadap agama yang semula mereka memandang agama secara sempit, maka setelah mempelajari ilmu kalam peserta didik menjadi orang yang punya
92
wawasan luas, tidak fanatik dengan keyakinan sendiri sehingga bisa menghargai orang lain diluar keyakinan mereka. Temuan lain terkait dengan materi aqidah dan akhlak peserta didik kelas XII menunjukkan bahwa peserta didik lebih tertarik mempelajari akhlak yang mana dalam silabuspun disebutkan dalam bahasan perilaku terpuji dan perilaku tercela. Namun sekali lagi penulis tekankan bahwa mendidik akhlak indikator keberhasilannya pada aspek afeksi, karena dalam mangajarkan akhlak tidak seperti mengajar matematika misalnya, ketika anak sudah mengerjakan satu soal tahu rumusnya dan benar jawabannya, maka guru sudah bisa senang karena indikator telah tercapai dan guru sudah bisa dikatakan berhasil, namun berbeda dengan mengajarkan anak tentang akhlak, secara teori mereka pandai tapi jika tidak dipraktekkan itu sama saja guru gagal mendidik. Disinilah perbedaan antara mengajar dengan mendidik, mendidik lebih berat dibandingkan mengajar. Dilokasi penelitian penulis mendapati gejala tersebut, dari hasil wawancara dengan peserta didik kelas XII penulis mendapatkan suatu penyimpangan perilaku dan pandangan yang masih salah tentang pacaran, mereka menganggap pacaran suatu hal yang biasa dilakukan dan mereka juga mengatakan bahwa tidak gaul dan ketinggalan jaman kalau tidak punya pacar. Menurut penulis hal ini perlu diperhatikan guru dan penting untuk mendapat solusi sesegera mungkin, dengan melihat kondisi sosial masyarakat saat ini sudah tidak ada batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan maka pandai-pandainya guru dalam memberi pengertian secara
93
baik mengingatkan bahaya pacaran bahwa pacaran adalah bentuk lain dari zina yang merupakan dosa besar, karena untuk kelas XII tidak ada materi tentang zina karena materi ini telah diberikan dikelas XI. Jadi menurut pandangan penulis materi tersebut sangat perlu untuk dimunculkan kembali sebagai bentuk tindakan penekanan dan pelurusan bagi akhlak peserta didik. 2. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak Selain materi, yang berkaitan dengan kebutuhan belajar peserta didik adalah metode pembelajaran, dari hasil wawancara dengan peserta didik kelas X diketahui bahwa peserta didik antusias dan semangat dengan model pembelajaran yang memberikan ruang untuk peserta didik aktif berbicara seperti metode diskusi, sebagaimana yang disebutkan oeh peserta didik kelas X bernama AF yang mengatakan :”saya inginnya kalau pembelajaran aqidah akhlak, peserta didik aktif berbicara dikelas, kalau metodenya ceramah itu tidak menarik, membuat peserta didik ngantuk”. Dari jawaban tersebut lalu penulis teruskan kepada guru pengampu aqidah akhlak Kelas X ini dan beliau menjawab bahwa:” metode yang saya terapkan diantaranya dalah metode diskusi, hanya saja saya menerapkan metode bukan berdasarkan ketertarikan peserta didk tapi disesuaikan dengan materi”. Hasil temuan lain terkait dengan kebutuhan peserta didik kelas XI adalah mengenai metode pembelajarannya, disebutkan oleh guru mata pelajaran aqidah akhlak kelas XI bahwa metode yang diterapkan selama
94
ini bervariasi dengan mengacu pada silabus dan kesesuaian dengan materi seperti : diskusi, ceramah, tanya jawab, the power of two dan seterusnya”. Temuan tentang metode ini kemudian penulis teruskan kepada peserta didik, dengan menanyakan metode apa yang menarik bagi peserta didik dalam pembelajaran aqidah akhlak ? sebagian besar menjawab:‟bahwa metode ceramah menarik, karena disisipi cerita-cerita lucu, jadi santai dan meskipun dengan guyon kami faham dengan apa yang disampaikan, dengan guyon kita tidak bosan dan tidak ngantuk”, ada lagi yang mengatakan :”banyak menerangkan sedikit mencatat dan kami faham karena materi diringkas”, dan ada juga yang mengatakan :” saya suka dengan metode cerita fakta disambung dengan materi, itu menarik dan saya cepat faham”. Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa metode yang diterapkan sudah bagus, peserta didik suka dan antusias dalam pembelajaran, namun bagi penulis masih kurang pada penekanan aspek afeksinya, dalam aqidah akhlak tidak cukup hanya menyampaikan materi saja, tapi guru perlu memotivasi peserta didik sehingga masuk dalam hati dan dirasakan memang butuh untuk diimplementasikan.
95
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kurikulum Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Kurikulum aqidah akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga sama dengan kurikulum mata pelajaran yang lain yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP yang dilaksanakan mulai Tahun Pelajaran 2006/2007 melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KBK yang disosialisasikan sejak pertengahan tahun 2001 oleh Departemen Pendidikan Nasional yang diterapkan secara resmi pada Tahun Ajaran 2004/2005 ini dianggap gagal, terbukti ketika guru sebagai implementator kurikulum kurang paham dengan KBK, guru melakukan penjabaran materi dan program pengajaran tidak sesuai dengan harapan KBK, maka terlepas dari itu bahwa KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) diharapkan bisa menutupi kekurangan yang terdapat pada KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Hal ini berarti guru harus memahami dan mampu mengimplementasikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan baik salah satunya guru harus mempunyai wawasan yang cukup tentang strategi pembelajaran mata pelajaran yang diampunya.
96
Pada bab yang terdahulu telah penulis paparkan bahwa pelaksanaan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga telah terealisasi dengan baik seperti yang disampaikan oleh salah satu guru pengampu mata pelajaran aqidah akhlak dalam wawancara kami bahwa para guru telah mampu melaksanakan dan paham betul dengan KTSP karena guru-guru disini diikutsertakan dalam program peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia) dan program pelatihan guru untuk menyongsong implementasi kurikulum berbasis KTSP, yang didalamnya membekali guru-guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga dengan model-model pembelajaran interaktif. Lebih lanjut diungkapkan oleh Bapak J guru aqidah akhlak kelas XI dan XII yang mengatakan bahwa :”Dalam menyongsong implementasi kurikulum berbasis KTSP maka oleh Waka humas memprogramkan dana untuk profesionalisme mutu guru dengan mengadakan program pelatihan guru dan peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia), yang didalamnya membekali guru tentang strategi mengajar, penjabaran silabus, dan peningkatan pembuatan administrasi mengajar seperti membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ) dan seterusnya”. Program peningkatan mutu SDM dan program pelatihan guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga ini diadakan setiap tahun sehingga memungkinkan adanya pemerataan kesempatan mengikuti program tersebut bagi semua guru, baik guru lama maupun guru baru.
97
Selain guru, sarana prasarana termasuk komponen penting yang menunjang suksesnya implementasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dari hasil survey penulis dilokasi penelitian yaitu di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga untuk sarana prasarana bisa dibilang sudah memadai sesuai dengan jurusan yang ada dan juga untuk sarana dan prasarana kegiatan ekstra kurikuler juga sudah baik, misalnya jurusan bahasa telah memiliki laboratorium bahasa, untuk ekstra kurikuler tata busana telah memiliki mesin jahit, untuk ekstra seni musik telah ada studio musik dan seterusnya. Sedang dari segi peserta didik ada satu hambatan bagi pencapaian tujuan kurikulum aqidah akhlak yaitu kurang penerapan dalam tingkah laku. secara teori memang bagus dan menunjukkan ketertarikan peserta didik dengan materi yang diberikan, namun pada aspek afeksinya masih kurang. Dari segi orang tua adalah kurangnya kepedulian orang tua terhadap anak-anaknya, sebagaimana telah penulis jelaskan bahwa mendidik akhlak itu tidak mudah butuh adanya keteladanan serta pendampingan dari orang tua dan guru. Guru hanya beberapa jam saja menemani anak, memberi nasehat, teladan dan pengarahan sedang diluar itu orang tua dirumah yang harusnya ikut andil dalam penanaman akhlak ini. maka jika orang tua tidak peduli dalam pendidikan akhlak anakanaknya, tidak memilihkan dan mengarahkan pada lingkungan yang baik bagi anaknya maka akan sulit mencapai tujuan dari kurikulum ini.
98
Lingkungan adalah persoalan kedua diluar sekolah setelah orang tua karena bagi anak-anak remaja pergaulan merupakan kebutuhan pokok mereka. Maka menjadi tugas guru dan orang tua untuk memberi pengertian dan memilihkan lingkungan yang baik bagi peserta didik. Terakhir akan penulis paparkan mengenai kurikulum disini adalah bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga yang telah dijabarkan dalam silabus, secara muatan berbeda dengan yang penulis dapat dalam kajian pustaka namun pada intinya sama hanya saja dalam silabus di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga ada materi tasawuf sedang untuk materi bid‟ah tidak ada karena menurut penulis materi ini masih menjadi perselisihan, maka akan lebih sesuai untuk diberikan pada jenjang yang lebih tinggi. Untuk materi makna iman dalam konsep ahli sunnah wal jama‟ah diganti dengan materi ilmu kalam yang didalam mempelajari lebih banyak tentang aliran-aliran dalam Islam.
B. Kebutuhan Belajar Peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Terhadap Materi Aqidah Akhlak Kebutuhan peserta didik terhadap pendidikan aqidah akhlak adalah semua hal yang dapat membuat peserta didik berakhlak mulia dan beraqidah yang lurus dan benar.
99
kebutuhan tersebut akan tercapai bila komponen-komponen yang berkaitan dengan hal tersebut saling mendukung seperti kurikulum, guru, peserta didik, orang tua, dan lingkungan Kurikulum KTSP yang berlaku pada saat ini secara teori memiliki tujuan yang sangat positif bagi kebutuhan peserta didik termasuk dalam mata pelajaran aqidah akhlak, maka pemahaman akan maksud dari KTSP ini menjadi suatu keharusan agar sesuai dengan harapan dari kurikulum ini, yaitu menyajikan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kurikulum yang tepat tentunya akan menjadi faktor utama suksesnya tujuan dari proses pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah berlaku kurang lebih lima tahun, selayaknya telah diterapkan dengan baik sehingga ada perubahan yang signifikan terhadap pencapaian sasaran mata pelajaran aqidah akhlak dari kurikulum sebelumnya sampai kurikulum yang berlaku saat ini. Kebutuhan peserta didik terhadap materi aqidah akhlak sangatlah banyak, kebutuhan tersebut mereka peroleh dari pengalaman kehidupan beragama dan dari pengalaman bersosial masyarakat. Dari segi materi pemenuhan kebutuhan dilokasi penelitian oleh penulis bisa dikatakan sudah sesuai pada tiap tingkat kelasnya, misalnya untuk kelas X diantaranya diberikan materi tentang memahami prinsipprinsip aqidah dan induk-induk akhlak terpuji dan tercela sebagai lanjutan dari materi yang diberikan pada jenjang sebelumnya karena mata pelajaran
100
aqidah akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari aqidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/ SMP, untuk kelas XI diantaranya diberikan materi tentang adab bertamu dan menerima tamu, karena pada tahap ini peserta didik sudah lebih dewasa dan sudah mulai bersosialisasi kemudian kelas XII diantaranya diberikan materi tentang pentingnya akhlak terpuji dalam pergaulan remaja, karena pada tahap ini peserta didik sudah menjadi remaja yang memiliki pergaulan yang luas tidak sebatas pergaulan disekolah dan dirumah saja. Secara substansial mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Aliyah memiliki kontribusi dalam memotivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan aqidahnya dalam bentuk pembiasaan dan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, dari hasil pengamatan penulis dilokasi penelitian dalam praktiknya belum maksimal dan secara praktik pembelajarannya juga belum maksimal seperti yang penulis temukan dikelas X yang ternyata ada keinginan peserta didik untuk materi akhlak yang lebih luas dan materi aqidah yang lebih mendalam, dan kelas XI yang membutuhkan tambahan jam pelajaran karena dalam satu kali pertemuan hanya satu jam, materi tidak terselesaikan belum lagi jika guru tidak masuk kelas karena ada kepentingan lain.
101
Selain faktor kurikulum, peserta didik tentunya membutuhkan tenaga pendidik yang profesional dan kompeten dibidangnya yaitu dalam materi aqidah dan akhlak khususnya. Sejauh ini penilaian peserta didik terhadap potensi guru mereka cukup baik, apa yang mereka butuhkan dari seorang guru aqidah akhlak yang harus bisa menjadi teladan mereka dapatkan pada guru mereka sehingga peserta didik merasa nyaman belajar dikelas, selain itu kompetensi yang lain adalah ketrampilan dalam mengajar diantaranya adalah ketrampilan dalam menerapkan metode, dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa pada pembelajaran aqidah akhlak guru cenderung menggunakan metode ceramah, metode ini ternyata tidak membosankan bila guru kreatif dalam penyampaiannya sebagaimana yang diterapkan oleh guru aqidah akhlak kelas XI dan XII yang menerapkan metode ceramah dengan menyisipkan cerita-cerita lucu. Untuk lebih jelas mengenai kebutuhan peserta didik terhadap materi aqidah akhlak berikut penulis sajikan dalam bentuk tabel kebutuhan peserta didik per kelas
Tabel 8 Kebutuhan peseta didik kelas X, XI, XII Kelas Kelas X
Kebutuhan 1. Guru yang kompeten 2. Metode yang memberikan ruang
102
peserta didik aktif dalam pembelajaran 3. Suasana belajar yang menyenangkan 4. Mengetahui lebih detail tentang materi syirik 5. Pemahaman tentang materi akhlak ter puji dan tercela secara mendalam 6. Asmaul husna Kelas XI
1.
Pengetahuan yang lebih banyak tentang aliran-aliran ilmu kalam
2. Suasana belajar yang menyenangkan 3. Guru yang kompeten 4. Tambahan jam pelajaran 5. Metode yang variatif Kelas XII
1. Guru yang memberi teladan 2. Mengetahui lebih detail tentang materi zina 3. Guru yang berwibawa 4. Suasana belajar yang nyaman 5. Guru yang kompeten
103
C. Kesesuaian Kurikulum dengan Kebutuhan Peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga Terhadap Materi Aqidah Akhlak Pada bagian awal sudah penulis jabarkan tentang kurikulum dan kebutuhan peserta didik, keduanya harus relevan agar tidak terjadi kesenjangan dan tujuan kurikulum pun mudah dicapai, dan setelah kita telaah pada bab sebelunnya apakah keduanya sudah sesuai? bagi guru-guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga terutama guru yang mengampu mata pelajaran aqidah akhlak mengatakan bahwa antara kurikulum yang saat ini diterapkan dengan kebutuhan peserta didik sudah relevan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh guru pengampu mata pelajaran aqidah akhlak kelas X beliau mengatakan bahwa :”menurut saya kurikulum aqidah akhlak yang diterapkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga yang diterapkan saat ini sudah relevan dengan kebutuhan peserta didik”. Setelah penulis mengamati langsung di lokasi penelitian, penulis menemukan adanya ketidaksesuaian antara materi yang diberikan dengan gejala-gejala yang ada pada peserta didik yaitu adanya indikasi pada tingkah laku yang masih belum sesuai dengan apa yang diajarkan dalam aqidah akhlak, dengan kata lain bahwa aspek afeksi dari mata pelajaran aqidah akhlak belum tercapai secara maksimal seperti yang penulis temukan di kelas XII, bahwa peserta didik kelas XII yang menurut pandangan penulis adalah remaja yang sudah matang akhlak dan aqidahnya sejauh ini masih saja menganggap perilaku pacaran suatu hal
104
yang biasa, malah sebagian yang lain justru melegalkan, padahal secara ilmu teori sudah jelas bahwa pacaran adalah bentuk lain dari perilaku zina dan zina sudah jelas-jelas sebuah dosa besar, materi tersebut diberikan pada kelas XI. Maka persoalan yang muncul disini adalah persoalan penerapan dalam tingkah laku, karena memang materi aqidah akhlak berbeda dengan materi lain dibandingkan dengan materi fiqih misalnya yang sama-sama mata pelajaran agama dan materinya juga sangat penting dalam hidup beragama karena menyangkut tata cara dalam beribadah dan itu diterapkan secara nyata dalam tindakan, sedang untuk aqidah urusannya dengan keyakinan dalam hati dan akhlak itu nilai nya ada dalam penerapan, pandai dalam teori namun dalam penerapan tidak ada sama saja bohong. Membina akhlak memang sulit karena faktor yang mempengaruhi banyak dan kerjasama banyak pihak, dan kecenderungan anak juga berbeda-beda, sifat yang dimiliki tiap anak pun beda. Ketidaksesuaian yang kedua adalah adanya ketidaksesuaian antara materi yang ada dengan penerapan dalam pembelajaran, peserta didik butuh jam pelajaran tambahan Penulis salut dengan guru aqidah akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga yang ketika penulis tanya :” apakah menurut bapak /ibu guru mendidik akhlak itu berat ?”, jawaban mereka adalah tidak.
105
Semoga jawaban tersebut diikuti dengan upaya yang inovatif dan langkah nyata dalam mendidik peserta didik sehingga menjadi manusia yang sempurna dalam aqidah dan akhlaknya.
106
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan pembahasan sebagaimana yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut : 1. Kurikulum aqidah akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga adalah KTSP. Muatan KTSP pada Madrasah Aliyah (MA) tertuang dalam standar isi sebagaimana yang disebutkan dalam surat edaran nomor : DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006 tentang pelaksanaan standar isi. Standar isi dibedakan menjadi dua pengelompokan organisasi kelas yaitu program umum (untuk kelas X) dan program penjurusan yang terdiri dari progran IPA, IPS, bahasa, dan keagamaan (untuk kelas XI dan XII). Pada program penjurusan untuk kelas XI dan XII di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga ada pembentukan rumpun bidang studi sebagai berikut : (1) rumpun bidang studi IPS (Geografi, Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Sejarah, PPKn, dan Tata Negara); (2) rumpun bidang studi IPA (Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi); (3) rumpun bidang studi bahasa (Indonesia, Inggris, Arab, dan Jepang); dan (4) rumpun bidang studi agama (ilmu kalam, ilmu hadist dan tafsir). Sedangkan untuk mata pelajaran aqidah akhlak tidak termasuk dalam bidang studi jurusan tapi merupakan mata pelajaran umum. Dalam kurikulum aqidah akhlak di Madrasah Aliyah Negeri
107
(MAN) Salatiga meliputi dua pokok bahasan yaitu materi aqidah yang meliputi : memahami prinsip-prinsip dan metode peningkatan tauhid, memahami tauhid, meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, memahami ilmu kalam, memahami aliran-aliran ilmu kalam dan tokohnya, memahami tasawuf. Materi akhlak yang meliputi : memahami syirik, memahami masalah akhlak, membiasakan perilaku khusnudhon dan taubat, menghindari perilaku riya, aniaya, dan diskriminasi, pentingnya akhlak berhias, berpakaian dan menerima tamu, menghindari perilaku narkoba, mabuk, judi, zina dan mencuri, membiasakan perilaku adil, ridlo, amal shaleh, persatuan, kerukunan, menghindari ishraf, tabdir dan fitnah. 2. Kebutuhan peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga terhadap materi aqidah akhlak adalah : –
yang sesuai dengan perkembangan usia peserta didik
–
yang dapat menuntun peserta didik berbudi pekerti luhur
–
yang dapat dijadikan pedoman secara praktis
–
yang menjadikan peserta didik lebih tawadhu‟
–
yang lebih luas dan mendalam bahasannya
Dalam memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan guru yang kompeten, guru yang memberi teladan, guru yang berwibawa dan suasana belajar yang nyaman, serta metode yang bervariasi 3. Setelah dianalisa dapat disimpulkan bahwa kurikulum aqidah akhlak yang diterapkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga belum
108
relevan dengan kebutuhan belajar peserta didik, karena ukuran relevansi disini adalah : (1) kepahaman peserta didik tentang materi aqidah akhlak, (2) pembiasaan akhlak peserta didik. Dari segi kepahaman terhadap materi sudah baik dengan melihat hasil evaluasi guru, Namun dari segi pembiasaan akhlak masih butuh banyak pembenahan, dengan kata lain bahwa untuk aspek afeksi belum maksimal. Jika merujuk lagi pada tujuan pendidikan aqidah akhlak adalah mewujudkan manusia indonesia yang berakhlak mulia, maka antara kurikulum aqidah akhlak dengan kebutuhan belajar pesera didik belum relevan.
B. Saran – saran 1. Bagi sekolah a. Sekolah diharapkan melakukan pengawasan bagi peserta didik terhadap perilaku mereka didalam maupun diluar sekolah b. Bila perlu sekolah membuat peraturan tertulis yang berisi sanksi bagi kenakalan peserta didik c. Perlu adanya kegiatan tambahan diluar jam pelajaran sebagai sarana membantu ketercapaian dari tujuan mata pelajaran aqidah akhlak 2. Bagi guru mata pelajaran aqidah akhlak a. Dalam menyampaikan materi,agar selalu dikaitkan dengan keseharian peserta didik karena memang materi aqidah dan akhlak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari khususnya materi akhlak
109
b. Selalu menjaga sikap serta perilaku yang baik sehingga peserta didik menganggap pantas untuk menghormati dan menghargai semua yang diajarkan guru dikelas c. Buatlah variasi dalam mengajar sehingga peserta didik tidak jenuh belajar didalam kelas d. Perlu penekanan yang lebih pda aspek afeksi 3. Bagi komite sekolah dan masyarakat Komite dan masyarakat diharapkan lebih aktif membantu sekolah dalam menjalankan kurikulum. 4. Bagi orang tua / wali murid Orang tua hendaknya ikut andil dalam mendidik anak-anak dirumah dengan kesadaran bahwa rumah pada hakekatnya adalah tempat belajar yang pertama sebelum sekolah. 5. Bagi peserta didik Pelajari dan terapkan apa yang diajarkan guru kepadamu sehingga bisa dijadikan cerminan anak Madrasah yang beriman dan berakhlak mulia, membawa nama baik guru dan sekolah.