POLA KONSUMSI PANGAN, HUBUNGANNYA DENGAN STATYS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR PADA PELAJAR SD DI DAERAH ENDEMIK GAKI DESA KUTA DAME KECAMATAN KERAJAAN KABUPATEN DAIRI PROPINSI SUMATERA UTARA EVAWANY ARITONANG EVINARIA Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Tujuan penelitian adalah : 1) mengetahui frekuensi konsumsi bahan makananpelajar SD,2) mengetaui jenis makanan yang dikonsumsi pelajar SD, 3). mengetahui jenis dan frekuensi konsumsi bahan makanan tinggi yodium dna makanan yang mengandung zat goitrogenik pada pelajar SD , 7). Mengetahui hubungan konsumsi pangan dengan status gizi dan prestasi belajar. Lokasi penelitian adalah SD di desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi. Sampel adalah semua pelajar SD kelas VI di salah satu SD di Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Dara Primer dikumpulkan dengan cara recall konsumsi 24 jam yang lalu dengan wawancara menggunakan kuesioner yang terdiri dari : konsumsi panganpelajar, karakteristik pelajar, anthoropometri (umur, tinggi babadan, berat badan). Data sekunder terdiri dari rapor pelajar SD , keadaan umum desa Kuta Dame, dan Sekolah Dasar. Analisa data dilakukan secara deskriptif menggunakan komputer program SPSS –PC dengan uji korelasi Spearman. Hail penelitian menunjukan bahwa pelajar sering (>1 – 3) kali/hari) mengkonsumsi nasi dan ubi kayu sebagai makanan pokok. Ikan asi merupakan konsumsi sumber protein hewani yang sering, sedangkan ikan laut segar sangat jarang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang mengandung goitrogenik sangant sering yaitu ubi kayu, daun singkong, kol dan asam. MAkanan dengan kandungan iodium tinggi jarang dikonsumsi. Pelajar yang mempunyai status gizi sedang 17 orang (68%), status gizi baik 2 orang (8%) , dan pelajar status gizi buruk 6 orang (24%) . Prestasi beljar pelajar SD adalah kategori cukup dengan rata-rata nilaio 6,5 cawu I sampai cawu III. Pelajar SD kebanyakan mempunyai prestasi belajar cukup dengan rata- rata nilai 6,0 –6,5. Analisa statistik antara konsumsi pangan dengan status gizi menunjukan adanya hubungan nyata (p<0,05) dengan taraf α0,05. Analisa statistik antara konsumsi pangan dengan prestasi belajar menunjukan adanya hubungan nyata (p<0,05) dengan taraf α 0,05.
© 2004 Digitized by USU digital library
1
PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 meletakkan titik berat pembangunan pada pembangunan ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang berwujud dengan hidup lebih sehat dan lebih lama, bertambah terdidik dan mandiri serta memiliki akses terhadap berbagai sumberdaya dan fasilitas social untuk memenuhi kebutuhan dasar.(UNDP, 1995 Jalal, 1996). Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menciptakan SDM yang berkualitas tertentunya banyak factor yang harus diperhatikan, antara lain factor pangan (unsur gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi, dan jasa pelayanan lainnya. Dari sekian banyak factor tersebut, unsur gizi memegang peranan yang paling penting. Kekurangan gizi dapat merusak kualitas SDM disamping dapat mencegah masyarakat untuk berkiprah dan berpartisipasi dalam pembangunan. Pada kelompok anak balita, satu dari tiga anak di dunia menderita kekurangan gizi dalam bentuk gangguan pertumbuhan karena energi dan protein. Sekitar satu milyar anak dan orang dewasa menderita berbagai bentuk kekurangan zat gizi mikro(vitamin dan mineral). Anak yang kekurangan makanan bergizi akan tertinggal pertumbuhan fisik, mental dan intelektualnya. Gangguan pertumbuhan ini selain menyebabkan tingginya angka kematian anak, juga menyebabkan kekurangannya potensi belajar dan daya tahan tubuh terhadap penyakit serta berkurangnya produktifitas kerja. Anak yang menderita kekurangan gizi juga cenderung lebih mudah menderita penyakit kronis dikemudian hari. Pada usia sekolah kekurangan gizi akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan, karenanya anak-anak seringkali absen serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan memahami pelajaran(Syarief, 1997). Banyakknya murid yang terpaksa mengulang kelas atau meninggalkan sekolah (drop out) sebagai akibat kuranf gizi dan merupakan hambatan yang serius bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. GAKI merupakan salah satu masalah gizi utama disamping masah gizi lainnya seperti KEP, KVA dan Anemia. Hubungan antara gizi yodium dengan kualitas SDM telah banyak diungkapkan oaleh para ahli. Namun demikian, kekurangan yodium sering hanya diasosiasikan dengan pembengkakan kelenjar thyroid pada leher (goiter). Yang menjadi masalah berbagai bentuk gangguan yang kekurangan yodium sering melairkan bayi kretin yaitu bayi yang terganggu fisik, mental dan intelektuanya. Salah satu masalah besar akibat kekurangan yodium adalah gangguan perkembangan intelektual. Anak-anak di daerah kekurangan yodium rata-rata mempunyai IQ 13,5 poin lebih rendah dari anak normal. Keadaan ini amat berpengaruh terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dari hasil survei pemetaan GAKI yang dilaksanakan pada bulan Novenber1997 sampai dengan November 1998 menyatakan bahwa ada 2 kabupaten di Sumatera Utara yang tergolong daerah endemis berat yaitu kabpaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Dairi yang secara geografis berada didaerah pegunungan; dimana kabupaten Dairi mempumyai hasil TGR 36,0% dan pada anak sekolah 17,7%.(Kanwil Depkes-Sumut, 1998). Kabupaten dairi terdiri dari 12 kecamatan dimana sebanyak 3 kecamatan tergolong ebdemis sedang, 6 kecamatan endemis ringan, dan hanya 2 kecamatan yang non endemis. Salah satu desa yang menjadi sample survei pemetaan GAKI pada tahun 1998 adalah Desa Kuta Dame. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan pola konsumsi pangan dengan sttus gizi dan prestasi belajar pada pelajar
© 2004 Digitized by USU digital library
2
SD yang ada di desa Duta Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakng masalah maka penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pola konsumsi pangan pelajar SD Desa Kuta Dame. 2. Bagaimana status gizi pelajar SD Desa Kuta Dame. 3. Bagaimana prestasi belajar pelajar SD Desa Kuta Dame. 4. Bagaimana hubungan konsumsi pangan dengan status gizi dan prestasi belajar. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum Untuk mengetahui pola konsumsi pangan, hubungannya dengan status gizi dan prestasi belajar SD di desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Dairi Propinsi Sumatera Utara. Tujuan Khusus : 1. Mengetahui frekuensi konsumsi makanan pelajar SD 2. Mengetahui jenis bahan makanan yang dikonsumsi pelajar SD 3. Mengetahui jenis dan frekuensi konsumsi bahan makanan tinggi yodium dan makanan yang mengandung zat gitrogenik pada pelajar SD 4. Mengetahui status gizi pelajar SD 5. Mengetahui prestasi pelajar SD 6. Mengetahui hubungan konsumsi pangan edngan status gizi dan prestasi belajar. MANFAAT PENELITIAN 1. Sebagai alternatif pemecahan masalah terhadap upaya penurunan prevalensi GAKI di daerah endemic GAKI melalui pendekatan konsumsi pangan. 2. Sebagai upaya memperbaiki pola konsumsi pangan, status gizi, dan peningkatan prestasi belajar pada pelajar SD. 3. Sebagai bahan masukan bagi tim penanggulangan GAKI propinsi Sumut, khususnya sector kesehatan yang bertugas dalam peningkatan komunikasi, informasi, edukasi (KE=IE) GAKI. TINJAUAN PUSTAKA GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) Yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan komponen dari hormon Thyroxin. GAKI adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh mengalami kekurangan yodium secara teru-menerus dalam waktu lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (Depkes RI, 1996). Makin tinggi tingkat kekuranagan yodium yang dialami akan semakin banyak komplikasi atau atau kelainan yang ditimbulkan. Kelainaan yang dimaksud seperti pembesaran kelenjar gondok (kelenjat tiroid) dan berbagai stdium sampai timbulnya bisa tuli dan gangguan mental akibat kretinisme. GAKY ini umumnya lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan estempat yang berasal dari tanaman yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar yodium rendah (Kodyat,, 1996).
© 2004 Digitized by USU digital library
3
PENYEBAB GAKI 1. Defisiensi loduim Kekurangan lodium sebagai intake disebabkan karena factor lingkungan seperti air dan tanah dengan kandungan iodium rendah akibat iodium terkikis dari tanah, sehingga seluruh hewan dan tumbuhan yang digunakan sebagai sumber bahan makanan bagi manusia akan kekurangan yodium. Apabila hasil produksi tersebut sebagian besar atau satu-satunya sebagai bahan sumber makanan terusmenerus dapat menyebabkan masalh GAKI. Diketahui dari hasil penelitian bahwa beberapa cara pengolahan bahan makanan akan mengakibatkan kerusakan iodoum dalam bahan makanan tersebut. Besarnya kerusakan iodium tergantung adri tipe dan jenis masakan serta waktu pengolahan dari variasi bumbu(Dahro A. Muhdiah dkk, 1996). 4. Makanan yang mengandung zat goitrogenik Zat goitrogenik dapat menghambat pengambilan iodium oleh lkelenjar tiroid dan dapat juga menghalangai pembentukan iakatan organic antara iodium dan tyrosine untuk menjadi hormon tiroid. 5. Air minum Didalam air yang kotor terdapat zat goitrogenik alami berasal dari sedimen organic goitronik di dalam air tanah. Hasil-hasil bakteri Eschherichia yodium wanita usia subur(WUS), IBU HAMIL, ANAK BALITA, DAN ANAK USIA SEKOLAH. Bagi ibu hamil yang menderita kekurangan yodium akan melahirkan mati saat setelah dilahirkan ataupun bayi yang bisu dantuli (Jalaa, 1998). Masalah GAKI sangat erat pengaruhnya terhadap perkembangan mental yang terlihat dengan adanya defisit IQ, poin sebesar 50 dibawah normal setiap penderitakretin (kekerdilan ). Pada penderita GAKY bukan kretin akan mengalami penurunan IQ poin sebesar 5 dibawah normal. Dengan demikian jumlah seluruh defisit mental di Indonesia yang disebabkan GAKI adalah 122,5-130 juta IQ poin (Jalal, 1998). Penderita GAKY akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya merasa dingin dan lesu yang akan berakibatkan priduktivitas kerja. DAMPAK DEFISIENSI YODIUM Masalh GAKI merupakan maslah serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumbar daya manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah damapak defisiensi yodium adalah wanita usia subur (WUS), hamil , anka balita dan anak usia sekolah. Bagi ibu hamil yang menderita kekurangan yodium akan melahirkan bayi yang terganggu pertumbuhan fisik, mental dan intelektualnya, yang dilahirkan mati sesaat setelah dilahirkan ataupun bayi yang bisu dan tuli (jalal, 1998) Masalah GAKY sangat erat pengaruhnya terhadap perkembangan mental yang terlihat dengan adanya defisist IQ, yaitu adanya defisit IQ poin sebesar 50 dibawah normal pada setiap penderita kretin (kekerdilan). Pada penderita GAKY bukan kretin akan mengalami penurunan poin sebesar 10 dibawah normal sedangkan pada penderit agondok akan mengalami penurunan sebesar 5 dibawah normal. Dengan demikian jumlah seluruh defisit mental di Indonesia disebabkan GAKY adalah 122,5130 juta IQ poin (Jalal,1998).Penderita GAKY akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya merasa dingin dan lesu akan berat rendahnya produktivitas kerja.
© 2004 Digitized by USU digital library
4
KEGITAN PENGGGULANGAN GAKI Kegiatan penggulangan GAKI yang dilaksanakan oleh pemerintah hingga sekarang ini meliputi prigram Jangka Pendek. Program Jangka Panjang 1. Iodiasi garam Program ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1997. Berbedanya kualitas garam yang dikonsumsi oleh masyarakat, maka dibuat suatu stndar garam konsumsi dengan no. SNI 01-3556-1994. Dalam SNI ditentukan bahwa kadar iodiym dalam garam 30-80 ppm dalam bentuk KIO3, Hal ini dengan jumlah garam ayng dikonsumsi tiap oaring per hari adalah 6-10 gr, sedangkan kebutuhan tubuh akan iodium adalah sekitar 100-150 mikrogram tiap orang per hari. SNI garam konsumen diterapkan secara wajib terhadap produsen, distributor/pedagang sesuai dengan Kepres No. 69 tahun 1994 tentang pengadaan garam beriodium untuk melindungi kesehatan masyarakat. 2. Iodiasi air minum Iodiasi air minum merupakan salah satu alternatif penaggulangan GAKI. Namun mengingat cara ini masih dalam tahap pengembangan maka pelaksanaanya masih terbatas hanya di beberapa propinsi. Program Jangka Pendek 1. Kapsul minyak beriodium Pemberian kapsul minyak beriodium merupakan pengganti dari cara pemberian suntikan larutan lipiodol yang telah dilaksanakan tahun 1974. Pemberian kapsul minyak beriodium mulai dilaksanakan pada tahun 1992-1993 dan akan teru dilaksanakan sampai garam beriodiun yang memenuhi persyaratan secara kontinu tersedia dan digunakan oleh masyarakat. 2. Penyuluhan Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan berbagai cara yang bertujuan untuk mensukseskan program penyuluhan GAKI. Dalam kegiatan distribusi kapsul iodium penyuluhan diarahkan untuk meningkatkan cakupan sedangkan dalam program iodisasi garam, penyuluhan diarahkan agar penduduk selalu menggunakan garam beriodium setiap hari. POLA KONSUMSI PANGAN Pola konsumsi pangan merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan cirri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi pangan merupakan factor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Harper, 1985). Dengan demikian diharapkan konsumsi pangan yang beraneka ragam dapat memperbaiki mutu gizi makanan seseorang. Tiap-tiap jenis pangan atau makanan mempunyai cita rasa, tekstur, bau, campuran zat gizi dan daya cerna masing-masing. Oleh sebab itu tiap-tiao jenis komoditi dapat memberikan sumbangan zat gizi yang unik (Suhardjo, 1989). Di negara-negat berkembang konsumsi yodium paling banyak diperoleh dari makanan yang berasal dari laut mengingat air laut mengandung yodium tinggi. Oleh karena itu bahan makanan seperti rumput laut, ikan, kepiting, udang dan tanaman yang ada didekat laut yang merupakan sumber yang baik akan yodium. Selain itu konsumsi yodium juga dapt diperoleh dari garam yang telah difortifikasiyodium dan air (Muhilal, 1985). GOITROGENIK Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan yodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar menjadi rendah.
© 2004 Digitized by USU digital library
5
Selain itu goitrogenik dapat menghambat perubahan yodium dari bentuk anorganik ke bentuk organic sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992). Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan yang terdapat pada table berikut : Tabel 1 Zat Goitrogenik pada beberapa Bahan Pangan Nama bahan pangan Singkong Gaplek Gadung Daun singkong Kol dan sawi Petau cina/Lamtoro Daun pepaya Rebung Daun ketela Kecipir Terung Petai Jengkol Bawang Asam Jeruk nipis Belimbing wuluh Cuka
Zat goitrogenik Sianida Sianida Sianida Sianida Sianida Mimosin Isothiosianat Sianida Sianida Sianida Sianida Belum diketahui Belum diketahui Disulf. Alipatik Zat asam Zat asam Asam Zat asam
Skor 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 10 10 10 10 10
Skor yang tertera pada table menandakan tingkat keberadaan dari zat goitrogenik yang bersifat membahayakan seperti misalnya skor 15 berbahaya dan skor 10 berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu salah satu SD di desa Kuta Dume Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi, karena kecamatan ini merupakan salah satu daerah endemis berat GAKI. Selain itu dengan mempertimbangkan biaya penelitian dan waktu sehingga hanya satu SD saja yang diambil sebagai tempat penelitian. 2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah sekat silang (cross sectional). 3. Populasi dan sample Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelajar SD kelas IV yang ada di Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara dengan pertimbangan pelajar kelas IV sudah lama bermukim di lokasi penelitian. Sampel adalah semua pelajar SD kelas IV di salah satu SD di Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Dairi Propinsi Sumatera Utara.
© 2004 Digitized by USU digital library
6
4. Jenis Data Berdasarkan cara memperoleh data, data yang dikumpulkan terdiri dari primer (data diperoleh dari hasil pengukuran/pencatatan peneliti) dan data skunder (data yang diperoleh dari mengutip catatan orang lain/instansi tertentu). Data primer terdiri dari : - konsumsin dengan pelajar SD - karakteristik koresponden - data antropometri pelajar SD (umur, berat badan, tinggi badan) Data skunder terdiri dari : - hasil belajar (rapor) pelajar SD - keadaan umum desa Kuta Dame dan SD tempat penelitian dilakukan 5. Cara Pengumpulan Data Data konsumsi pangan diperoleh dengan cara melakukan recall konsumsi yaitu mencatat semua jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pelajar SD selama 24 jam yang lalu terhitung sejak makan terahir dan wawancara menggunakan kuesioner. Data Anthropomtri diperoleh dengan menggunakan timbangan injak untuk berat badan dan microtoise tinggi badan menurut cara yang dianjurkan oleh Jelliffe (1989). 6. Analisis Data Proses pengolahan data dibantu dengan menggunakan perngkat lunak komputer program SPSS-PC for windows. Keseluruhan data yang ditabulasi (konsumsi pangan, status gizi, dan prestasi belajar) akan dianalisis secara deskriptif. Penilain status gizi digunakan antropometri dengan indicator berat badan menurut umur (bb/u) berdasarkan NCHS (1983) dengan criteria sebagai berikut : status gizi baik/normal jika hitung pada 70-80% status gizi sedang jika nilai hitung terletak pada 60-70% status gizi kurang jika nilai hitung terletak pada < 60% Uji korelasi Spearmen digunakan untuk menganalisa hubungan konsumsi pangan dengan status gizi dan hubungan konsumsi pangan dengan prestasi belajar. HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Geografi dan Topografi Desa Kuta Dame sering juga disebut Desa Parjaratan, merupakan satu desa di wilayah Kecamatan Kerajaan yang berada didaerah dataran tinggi dengan ketinggian dari permukaan laut kira-kira 9000 meter, luas daerah lebih kurang 1800 ha. Jarak dari ibu kota kecamatan 6 km, Batas-batas Desa Kuta Dame adalah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Desa Batang Beruh Kecamatan Sidikalang Sebelah Selatan dengan Desa Perpulungan Kecamatan Kerajaan Sebelah Barat dengan Desa Kuta Meriah Kecamatan Kerajaan Sebelah Timur dengan Desa Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Desa Kuta Dame terdiri dari 2 (dua) bahagian besar yang dipisah oleh bukti/hutan, yaitu Parjaratan dan Tanjung Rahu. Parjaratan dibagi menjadi 3 (tiga) dusun yaitu Parjaratan Sitio-tio, Parjaratan Kuta Raja dan Parjaratan Lumban Siregar. Sedangkan Tanjung Rahu dibagi menjadi 2 (dua) dusun yaitu Tanjung Rahu dan perenden.
© 2004 Digitized by USU digital library
7
Demeografi Jumlah penduduk Desa Kuta Dame menurut data monografi desa tahun 2001/2002 lebih kurang 1620 jiwa terdiri dari 794 laki-laki dan 826 wanita dengan jumlah kepala keluarga 310 KK. Tabel 2. Distribusi Penduduk menurut umur di Desa Kuta Dame 2001/2002. No Kelompok Umur (tahun) Jumlah % 1 0-3 89 5,5 2 4-6 118 7,3 3 7-12 286 17,6 4 13-15 136 8,4 5 16-18 187 11,5 6 19-29 300 18,5 7 30-39 180 11,1 8 40-50 174 10,8 9 >50 150 9,8 Jumlah 1620 100 Sumber : Data Demografi Desa Kuta Dame 2001/2002 Dari table 2 dapat dilihat bahwa kelompok umur 19-29 tahun merupakan persentase tertinggi yaitu 18,5% dari total penduduk. Penduduk Desa Kuta Dame mayoritas suku pak-pak Dairi 70% dan Batak Toba 30% Sebagaian besar 190 KK (61,3%) beragam Kristen dan 120 KK (38,7%) beragam islam. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah petani 68% wiraswasta 28,5% dan pegawai negeri 3,5%. Tabel 3. Fasilitas Umum dan fasilitas Sosial No Fasilitas Umum / Fasilitas Sosial Jumlah 1 Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 2 Madrasyah Ibtidaiyah (MI) 1 3 Puskesmas Pembantu 1 4 Gereja 2 5 Mesjid 1 6 Pasar 0 Sumber : Data Demografi Desa Kuta Dame 2001/2002 Gambaran Umum Responden Jumlah Murid Banyaknya murid SD Negeri yang ada di Desa Kuta Dame pada tahun ajaran 2002 adalah 189 orang dengan guru sebanyak 12 yang didistribusikan berdasarkan kelas pada table berikut. Tabel 4. Distribusi Murid berdasarkan Kelas di SD Negeri Kuta Dame Tahun 2002 No Kelas N % 1 I 34 17,9 2 II 34 17,9 3 III 30 15,9 4 IV 32 16,9 5 V 34 17,9 6 VI 25 13,5 Jumlah 189 100
© 2004 Digitized by USU digital library
8
Umum Pelajar SD Banyak murid SD kelas IV yang menjadi responden adalah 25 orang dengan umur 11-13 tahun. Tabel 5. Distribusi Responden berdasarkan Umur di Desa Kuta Dame tahun 2002 No Umur (tahun) N % 1 11 13 52,0 2 12 9 36,0 3 13 3 12,0 Jumlah 25 100 Dari Tabel 5 terlihat bahwa umur 11 tahun merupakan umur dengan presentase tertinggi yaitu 52%. Sebanyak 3 murid mempunyai umur 13 tahun yang menunjukkan bahwa murid tersebut pernah tidak naik kelas. Jenis Kelamin Pelajar SD kelas VI lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yang terlihat pada table 6. Tabel 6. Distribusi Responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Kuta Dame tahun 2002 No Jenis Kelamin N % 1 Laki-laki 14 56.0 2 Perempuan 11 44.0 Jumlah 25 100 Suku
Pelajar SD kelas VI mempunyai suku Batak Toba dan Pak-pak yang terlihat pada table 7 Tabel 7. Distribusi Responden berdasarkan Suku di Desa Kuta Dame tahun 2002 No Suku N % 1 Pak-pak 16 64,0 2 Batak Toba 9 36,0 Jumlah 25 100 Lama Tinggal di Desa Hampir seluruh responden tinggal di Desa Kuta Dame sejak lahir dan merupakan penduduk asli desa yang terlihat pada tabel8. No 1 2 3 4
Tabel 8. Distribusi Responden berdasarkan Lama Tinggal di Desa Lama Tinggal di Desa (tahun) N % 3 1 4,0 11 12 48,0 12 9 36,0 13 3 12,0 Jumlah 25 100
© 2004 Digitized by USU digital library
9
Tabel 9. Distribusi Responden berdasarkan Penduduk Asli Desa Kuta Dame tahun 2002 N % Penduduk Asli Desa 24 96,0 Bukan Penduduk Asli Jumlah
1
4,0
25
100
Jumlah Anggota Keluarga Tabel 10 Distribusi Responden berdasarkan jumlah anggota keluarga di Desa Kuta Dame tahun 2002 No Jumlah Anggota Keluarga N % 1 4 3 12,0 2 5 11 44,0 3 6 5 20,0 4 >- 7 6 24,0 Jumlah 25 100 Pada Tabel 10 terlihat bahwa persentase terbesar jumlah anggota keluarga adalah 5 orang yaitu 44%, Sedangkan persentase terkecil adalah jumlah anggota keluarga 4 orang sebanyak 12%. Dapat dikatakan bahwa umumnya responden berasal dari keluarga djumlah anggota keluarga relatif banyak. Berat Badan Pengukuran berat badan menngunakan timbangan injak (bath room scale). Dari hasil pengukuran diketahui bahwa pelajar SD Desa Kuta Dame mempunyai berat badan 20 kg – 38 kg yang terlihat pada table 11. Tabel 11. Distribusi Responden berdasarkan Berat Badan di Desa Kuta Dame tahun 2002. No Berat Badan (kg) N (orang) % Rata-rata Berat Badan (Kg) 1 20 2 8,0 24,9 2 21 4 16,0 3 22 2 8,0 4 23 4 16,0 5 24 7 28,0 6 25 1 4,0 7 26 1 4,0 8 30 3 4,0 9 38 1 12,0 Jumlah 25 100 Dari Tabel 11 terlihat bahwa reponden terbanyak mempunyai berat badan 25 kg (28%) dan rata-rata berat badan responden adalah 24,9 kg. Tinggi Badan Pengukuran Tinggi badan menggunakan microtoise kapasitas 2 meter. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa tinggi badan responden 120 cm-141,5 cm yang terlihat pada Tabel 12.
© 2004 Digitized by USU digital library
10
Tabel 12. Distribusi Responden berdasarkan Tinggi Bdan di Desa Kuta Dame tahun 2002 No Tinggi Badan (cm) N (orang) % Rata-rata Tinggi Badan (Cm) 1 120-125 9 36,0 127,9 2 >125-130 10 40,0 3 >130-135 4 16,0 4 >135-140 1 4,0 5 >140-145 1 4,0 Jumlah 25 100 Dari table 12 terlihat bahwa responden terbanyak mempunyai tinggi badan >125-130 cm (40%) dan persentase rekecil pada tinggi badan >140-145 cm yaitu 4,0%. Rata-rata tinggi badan respin adalah 127,9 cm. Status Gizi Status gizi ditentukan dengan indicator berat badan dan tinggi badan berdasarkan umur. Pelajar SD Kuta Dame mempunyai sttus gizi baik, sedang dan buruk yang didistribusikan pada table 13. Tabel 13. Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi di Desa Kuta Dame tahun 2002 No Status Gizi N % 1 Baik 2 8,0 2 Sedang 17 68,0 3 Buruk 6 24,0 Jumlah 25 100 Prestasi Belajar Prestasi belajar pada pelajar SD Negeri Desa Kuta Dame dilihat dari nilai rapor catur wulan (cawu) I, II, dan III tahun ajaran 2001/2002 dengan kisaran nilai rata-rata 5,5-8,0 yang didistribusikan pada table 14. Tabel 14. Distribusi responden berdasarkan nilai Rata-rata Rapor cawu I, II dan III Cawu Nilai Rapor N % Rata-rata Cawu I 55,-6,0 1 4,0 6,4 > 6,0 - 6,5 14 56,0 > 6,5 – 7,0 7 28,0 > 7,0 - 7,5 2 8,0 > 7,5 – 8,0 1 4,0 Cawu II > 5,5 – 6,0 4 16,0 6,5 > 6,0 – 6,5 10 40,0 > 6,5 – 7,0 8 32,0 > 7,0 – 7,5 1 4,0 > 7,5 – 8,0 2 8,0 Cawu 5,5 – 6,0 2 8,0 6,7 III >6,0-6,5 8 32,0 >6,5-7,0 10 40,0 >7,0-7,5 2 8,0 >7,5-8,0 3 12,0 Dari table 14 terlihat bahwa pada cawu I responden terbanyak (56%) mempunyai nilai >6,0 – 6,5 – 7,0. Pada cawu II pelajar dengan nilai rendah (5,56,0) bertambah jumlahnya disbanding pada cawu I pelajar yaitu menjadi 4 orang
© 2004 Digitized by USU digital library
11
(16%). Rata-rata nilai pelajar SD pada cawu I adalah 6,4, cawu II 6,5 dan cawu III 6,7. Rata-rata nilai pelajar secara keseluruhan cawu I sampai cawu III adalah 6,5. Pernah Tidaknya Tinggal Kelas. Tabel 15. Distribusi Responden berdasarkan Pernah Tidaknya Tinggal Kelas N % Pernah Tinggal Kelas 4 16,0 Tidak Pernah Tinggal Kelas 21 84,0 Jumlah 25 100 Pola Konsumsi Pangan Berdasarkan hasil pengumpulan dari 25 orang responden yang diwawancarai dengan menggunakan daftar pola susunan makanan, maka diperoleh gambaran pola konsumsi pangan berdasarkan jenis dan frekwensi makanan sebagai berikut : Frekwensi dan Jenis Konsumsi Bahan Makanan Pokok Tabel 16. Distribusi frekwensi Makanan Responden berdasarkan Jenis Bahan Makanan sumber Karbohidrat di Desa Kuta Dame tahun 2002. Jenis Makanan Nasi Ubi Kayu Jagung Roti Mie
1-3x N 25 25 -
Frekwensi 1-3 x/ minggu 4-5 x/minggu N % N % -
/ hari % 100 100 -
1-3 x/ bulan N % 7 28,0 5 20,0 3 12,0
Dari Tabel 6 terlihat bahwa setiap hari semua responden mengkonsumi nasi dan ubi sebagai makanan pokok, 7 orang responden mengkonsumsi jagung, 5 orang responden mengkonsumsi roti dan 3 orang responden mengkonsumsi mie dengan frekwensi masing – masing 1-3 kai per bulan. Frekwensi dan Jenis Konsumsi Bahan Makanan Sumber Protein Hewani Tabel 17. Distribusi Frekwensi MAkanan Responden berdasarkan Bahan Makan sumber Protein Hewani di Desa Dame Tahun 2002
Jenis
Frekwensi Jenis Makanan Ikan Laut Segar Ikan Tawar Segar Ikan Asin Kering Daging Telur Ayam Susu
1-3 x /minggu
1-3 x/ hari
4-5 x / minggu
1 – 3 x/ bulan
N
%
N
%
N
%
N
%
25 -
100 -
1 -
4,0 -
-
-
24 24 1 -
96,0 96,0 4,0 -
© 2004 Digitized by USU digital library
12
Dari Tabel 17 terlihat bahwa responden setiap hari konsumsi ikan asin kering. Konsumsi ikan lau segar dan ikan tawar segar sangat jarang yaitu 24 orang mengkonsumsi ikan laut segar dan ikan tawar segar 1-3 kali perbulan . 1 orang responden mengkonsumsi telur 1-3 kali perbulan. Konsumsi daging, susu, dan ayam tidak pernah selama bulan terakhir dan cendrung sangat jarang dikonsumsi. Daging ataupun ayam hanya akan dikonsumsi jika ada pesta di desa tersebut. Frekwensi dan Jenis konsumsi Bahan MAkanan Sumber protein Nabaati Tabel 18. Distribusi MAkanan Responden berdasarkan Jenis Bahan Makanan sumber Protei Nabati di Desa Kuta Dame Tahun 2002. Jenis Makanan Tahu Tempe Kacang-kacangan
1-3x/hari N % -
Frekwensi 1-3x/minggu 4-5 x/minggu N % N % -
1-3 x/bulan N % 24 96,0 24 96,0 1 4,0
Dari Tabel 18 terlihat bahwa responden sangat jarang mengkonsumsi makanan sumber protein nabati. Frekwensi dan Jenis Konsumsi Bahan Makanan Sayuran dan Buah Tabel 19. Distribusi MAkanan responden dan berdasarkan Jenis Makanan Sayuran dan Buah di Desa Kuta Dame Tahun 2002 Jenis Makanan Daun Singkong Kol Bayam Sawi Putih Selada Air Daun Pepaya Jipang Pisang Pepaya
1-3x/hari N % 4,0 -
Frekwensi 1-3x/minggu 4-5 x/minggu N % N % 24 96,0 2 8,0 1 4,0 96,0 -
1-3 x/bulan N % 24 96,0 24 96,0 3 12,0 5 20,0 4 16,0
Dari tabel 19 terlihat daun ubi (daun singkong) merupakan sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh responden diikuti dengan sayuran jipang dan kol. Sayuran sawi putih dan ada air dikonsumsi jarang yaitu 1- - 3 kali per bulan. Buah pisang dan buah pepaya tergolong ada kelompok yang jarang dikonsumsi.
© 2004 Digitized by USU digital library
13
Frekwensi dan Jenis Konsumsi Bahan MAkanan Sumber Iodium Tabel 20 . Distribusi Frekwensi MAkanan responden berdasarkan Jenis Bahan Makanan Tinggi Kandungan Iodium di Desa Kuta Dame 2002 Frekwensi Jenis Makanan 1-3x/hari 1-3x/minggu 4-5 x/minggu 1-3 x/bulan N % N % N % N % Ikan Laut Segar 24 96,0 Ikan Asin Kering 25 100 Dari tabel 20 terlihat hampir semua responden (96%) tidak mengkonsumsi ikan laut segar setiap hari, melainkan 1-3 kali dalam sebulan. Sebaliknya ikan asin kering dikonsumsi oleh seluruh responden setiap hari. Frekwensi dan Jenis Konsumsi BAhan Makanan Bersifat Goitrogenik Tabel 21. Distribusi Frekwensi Makanan Responden berdasarkan Jenis Bahan Makanan Bersifat Goitrogenik di Desa Kuta Dame Tahun 2002 Jenis Makanan Ubi Kayu Daun Singkong Kol Sawi Putih Kacang Kedele Selada air Jengkol Asam
1-3x/hari N % 25 100 1 4,0 -
Frekwensi 1-3x/minggu 4-5 x/minggu N % N % 24 96,0 2 8,0 1 4,0 10 40,0 17 68,0
1-3 x/bulan N % 24 96,0 24 96,0 3 12,0 3 12,0 5 20,0
Dari Tabel 21 diketahui bahwa responden mengkonsumsi ubi kayu (singkong) setiap hari dan daun singkong sering dikonsumsi 4-5 kali per minggu oleh 24 responden (96%) . Konsumsi kacang kedele melalui hasil olahan yaitu tahu dan tempe adalah 1-3 kali perbulan oleh 24 responden (96%).
PEMBAHASAN Pola Makan Berdasarkan Susunan Makanan Dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu daftar susunan makanan ternyata seluruh pelajar mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok utama 3 kali sehari dan ubi kayu 3 kalii sehari. Konsumsi ubi kayu ini merupakan kebiasaan pada pelajar yang dilakukan sebelum makan nasi atau sebagai makanan selingan pada siang atau sore hari. Jagung, loti, dan mie dikelompokkan pada frekuensi konsumsi yang jarang walaupun jagung merupakan salah satu hasil pertanian masyarakat, tetapi jagung ini
© 2004 Digitized by USU digital library
14
dijual pada saat jagung sudah tua dan bukan untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan pokok sewaktu masih muda, Roti dan mie dikonsumsi pada waktu-waktu tertentu saja yaitu pada saat hari pekan (pasar) yang diadakan sekali seminggu ataupun pada saat diadakannya pesta di desa tersebut. Konsumsi loti dalam bentuk roti kering (biskuit atau crackers) dan berbagai jenis kue-kue basah.Konsumsi mie yaitu mie instant yang direbus atau digoreng. Konsumsi bahan makanan sumber protein hewani masih belum bervariasi baik dari segi jenis dan frekuensinya. Dari hasil wawancara diketahui bahwa sumber protein hewani yang dikonsumsi setiap hari adalah ikan asin yang diperoleh dengan cara membeli 1 kali dalam seminggu di pasar dalam jumlah yang diperkirakan cukup untuk kebutuhan anggota keluarga selama satu minggu. Hal ini disebabkan karena jarak antara desa dengan pasar lebih kurang 10 km sehingga jika membeli setiap hari akan mengganggu waktu bekerja di ladang. Ikan laut segar yang diharapkan sebagai sumber iodium rata-rata dikonsumsi pelajar 1-3 kali dalam sebulan, disebabkan ikan laut segar ini hanya dijumpai pada hari pekan saja yaitu hari Sabtu. Ikan laut segar didatangkan dari Belawan dan Tanjung Balai sehingga harganya relatif lebih mahal daripada ikan asin. Selain masalah tersebut ikan laut segar ini tidak tahan disimpan lebih dari satu hari saja hanya dibeli secukupnya untuk kebutuhan satu hari saja. Konsumsi ikan air tawar segar seperti ikan mas dan lele frekuensinya juga jarang yaitu 1-3 kali dalam sebulan. Ikan mas dan ikan lele banyak dipelihara di daerah sekitar desa Kuta Dame, tetapi hasilnya lebih sering dijual daripada dikonsumsi. Telur, daging, dan ayam dikategorikan kepada frekuensi konsumsi yang sangat jarang. 3 bulan terakhir pada saat penelitian telur, daging, dan ayam ini tidak pernah dikonsumsi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa konsumsi daging ataupun ayam hanya pada saat diadakanny acara keluarga ataupun pesta di desa tersebut. Bahan makanan sumber protein nabati seperti tempe dan tahu dikonsumsi dengan frekuensi 1-3 kali per bulan, karena harus diperoleh di pasar yang jaraknya 10 km dari desa.Disamping itu tempe dan tahu ini belum diminati disukai oleh masyarakat karena mayoritas pelajar tidak biasa menggunakan bahan makanan ini dalam menu makanan keluarga. Sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah daun singkong dimana hampir semua pelajar (96%) mengkonsumsinya 4-5 kali dalam seminggu. Sayuran ini dimasak satu kali yaitu ada pagi hari sebelum ibunya bekerja di ladang dan disediakan untuk konsumsi siang dan malam hari dengan masakan daun ubi tumbuk atau gulai daun ubi. Seringnya pelajar mengkonsumsi sayuran ini disebabkan ketersediaanya yang banyak, mudah didapatkan, dan tidak dibeli. Rata-rata keluarga di desa tersebut menanam singkong di halaman rumah ataupun di ladangnya" Sayuran labu jipang, kol, bayam, sawi puti, dan selada air dikonsumsi 1-3 kali seminggu ataupun 1-3 kali sebulan pada waktu hari pekan ataupun panen sayuran tertentu seperti jipang dan kol. Hal ini disebabkan sebagian orangtua pelajar adalah petani. Konsumsi buah dilakukan 1-3 kali dalam sebulan. Jenis buah yang dikonsumsi adalah pepaya dan pisang yang diperoleh dari hasil kebun sendiri ataupun dibeli pada hari pekan. Dari berbagai jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh pelajar berdasarkan bahan makanan tinggi kandungan iodium dan bahan makanan mengandung zat goitrogenik, diketahui bahwa konsumsi ikan laut segar sangat jarang sehingga intake iodium dari makanan laut sangat rendah. Keadaan ini juga diperberat dengan kondisi geografi dan topografi daerah yang berada di dataran tinggi dimana secara alami kandungan iodium pada lingkungan baik lingkungan air maupun lingkungan tanah sangat rendah.
© 2004 Digitized by USU digital library
15
Hal ini juga dipengaruhi dengan seringnya masyarakat mengkonsumsi makanan yang diduga mengandung zat goitrogenik seperti singkong, daun singkong, dan kol. Dari beberapa hasil penelitian pada kelinci percobaan diketahui bahwa famili kubis (kol) dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok setelah diberi pada kelinci selama 60 hari. Konsumsi jengkol dan asam juga relatif sering melalui jenis masakan khas daerah yaitu arsik yang benyak menggunakan asam sedangkan jengkol dan asam juga diketahui kandung goitrogenik. Zat goitrogenik dalam proses pembentukan hormon tiroid menghambat pengambilan ioudium oleh kelenjar tiroid atau menghalangi pembentukan ikatan organik antara iodium dan irosin untuk menjadi hormon tiroid. Desa Kuta Dame pada survey nasional GAKI tahun 1998 mempunyai TGR 36,0%,Apabila keadaan ini tidak cepat ditanggulangi dapat merupakan masalah yang berat. Sesuai dengan hasil seminar GAKI di New Delhi tahun 1967 mengatakan bahwa bila ada 30% diantara penduduk yang menderita GAKI maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah permasalahan yang lebih berat. Status Gizi Penentuan status gizi berdasarkan NCHS dengan indikator berat badan menurut umur diketahui bahwa pelajar yang mempunyai status gizi baik hanya 2 orang (8%), status gizi sedang 17 orang (68%),dan status gizi buruk 6 orang (24%), 17 orang pelajar yang mempunyai status gizi sedang berada pada batas rawan untuk menjadi status gizi buruk karena rata-rata berat badannya berada pada garis batas status gizi sedang dan status gizi buruk. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan pada pelajar tersebut kurang baik dalam arti jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi kurang. Rata-rata tinggi badan pelajar juga termasuk kategori pendek yaitu 127,9 cm. Sumber protein sebagai zat pembangun tubuh lebih banyak diperoleh dari ikan asin kering dan tidak pemah mengkonsumsi susu. Telur, daging, dan ikan laut frekuensinya sangat jarang. Bila melihat salah satu dampak GAKI adalah menghambat pertumbuhan maka dari survey konsurnsi pangan yang menemukan dikonsumsinya ubi kayu yang mengandung goitrogenik setiap hari maka pertumbuhan pelajar tersebut kemungkinan terhambat dengan banyaknya yang mempunyai status gizi sedang dan buruk. Berdasarkan uji statistik antara konsumsi pangan dengan status gizi menunjukkan hubungan yang nyata (p<0,05). Prestasi Belajar Pengukuran prestasi belajar pelajar SD didasarkan pada nilai rapor pada catur wulan(cawu) I, II, dan III yang lalu. Dari nilai rapor diketahui bahwa secara umum prestasi belajar pelajar tersebut termasuk kategori cukup dengan nilai rata-rata seluruh responden cawu I,II dan III juga kategori cukup yaitu cawu I-III : 6,5 . Rata-rata nilai pada cawu I, ll, dan III juga kategori cukup yaitu cawu I : 6,4, cawu II 6,5 dan cawu III : 6,7. Bila dilihat distribusi nilai rapor masing-masing pelajar maka diketahui bahwa hanya sedikit pelajar yang mempunyai prestasi baik yaitu nilai 7,0 -7,5. Kebanyakan pelajar mempunyai prestasi cukup (6,0 -6,5), bahkan ada yang mempunyai prestasi buruk (nilai 5,0 -5,5). Hal ini masih pada sekolah yang ada di desa yang kemungkinan mutu pendidikannya lebih rendah dibanding sekolah-sekolah yang ada di kota. Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia maka pendidikan yang dimulai dari pendidikan dasar minimal mempunyai nilai 7,0. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara status gizi dan kecerdasan. Bila dilihat dari status gizi pelajar tersebut maka rendahnya nilai pelajar
© 2004 Digitized by USU digital library
16
tersebut disebabkan kurang baiknya status gizi pelajar tersebut. Bila melihat salah satu dampak GAKI adalah menurunnya IQ point maka berdasarkan konsumsi pangan pelajar tersebut yang menunjukkan terhambatnya penyerapan iodium oleh goitrogenik dalam konsumsi pangan pelajar maka kemungkinan rendahnya prestasi pelajar tersebut disebabkan karena daya tangkap rendah akibat turunnya IQ point sebagai konsekuensi GAKI. Berdasarkan uji statistik antara konsumsi pangan dengan prestasi belajar menunjukkan hubungan yang nyata (p
1 -3 kali / hari ) adalah nasi dan ubi kayu. 2. Bahan makanan sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi pelajar adalah ikan asin kering, sedangkan sumber protein nabati (tahu, tempe) sangat jarang. 3. Konsumsi sayuran yang paling sering adalah daun singkong, kol, dan jipang, sedangkan konsumsi buahjarang. 4. Pelajar SD jarang mengkonsumsi makanan hasil laut segar (kandungan iodium tinggi) sedangkan konsumsi makanan yang mengandung zat goitrogenik tergolong sering. 5. Pelajar SD yang mempunyai status gizi baik 2 orang (8%) , status gizi sedang 17 orang (68%),dan status gizi buruk 6 orang (24%). 6. Rata-rata prestasi belajar pelajar SD cukup dengan nilai rata-rata cawu I sampai cawu III 6,5. Rata-rata nilai pada cawu I 6,4 ; cawu II 6,5 ; dan cawu III 6,7. Pelajar SD kebanyakan mempunyai prestasi belajar cukup dengan rata-rata nilai 6,0 -6,5. 7. Terdapat hubungan nyata antara konsumsi pangan dengan status gizi (p<0,05). 8. Terdapat hubungan nyata antara konsumsi pangan dengan prestasi belajar (p<0,05). SARAN Berdasarkan rendahnya konsumsi pangan sumber protein prestasi belajar dan tingginya konsumsi goitrogenik, maka saran yang diberikan antara lain: 1. Pelajar SD dapat menjadi sasaran program pendistribusian kapsul minyak beriodium. 2. Mengurangi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung goitrogenik dan meningkatkan konsumsi makanan tinggi iodium. 3. Pendidikan gizi atau penyuluhan tentang GAKI dan dampaknya kepada pelajar, guru, dan orang,tua murid. 4. Penyampaian informasi tentang makanan yang memenuhi Pedoman Umum Gizi Seimbang terhadap pelajar dan orangtua murid agar memperoleh status gizi yang baik. 5. Masukan kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan kualitas dan metode pengajaran agar menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada pelajar SD di desa Kuta Dame. 6. Bagi daerah endemis berat seperti desa Kuta Dame sebaiknya kandungan iodium dalam garam lebih ditingkatkan lagi ( > 40 ppm di tingkat konsumen ) agar tidak terjadi defisiensi pada masyarakat.
© 2004 Digitized by USU digital library
17
DAFTAR PUSTAKA Berutu, R. I. H. 2000. Gambaran pola konsumsi makanan keluarga dan kadar iodium dalam garam di daerah endemis GAKI Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi. Skripsi Sarjana FKM USU. Chapman, B. A. 1982. A Medical geography of ndemic Goiter in Central Java. A disertation Submited to The Garduate Division of University ofHawai. USA. Depkes R.I. 1996. Gangguan akibat kekurangan yodium dan garam beryodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. 2000. Evaluasi pelaksanaan kegiatan tahun 1999/2000 dan rencana kerja tahun 2000 pembinaan kesehatan keluarga. Makalah disampaikan pada Rakerkesda tahun 2000. Medan 27-30 Maret 2000. Harper, L. J. , Deaton, [dan] J. A. Driskel. 1985. Pangan, gizi dan pertanian (penerjemah : Suhardjo). UI Press. Jakarta Jalal, F. 1996. Gizi dan kualitas hidup. Makalah disampaikan pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Serpong, 17-20 February 1998 Syarief, H. 1997. Membangun sumberdaya manusia berkualitas : suatu telaahan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Makalah Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat & Sumberdaya keluarga pada Faperta -IPB. Bogor. 6 September 1997. Kodyat, B. 1996. Nutritional in Indonesia : problems, trends, strategy and program Directorate of Community Bnutrition, Department of Health. Jakarta. Linder, M.C, 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis (Penerjemah : Aminuddin Parakkasi) UI Press. Jakarta. Muhilal. 1985. Cara sederhana mendeteksi kekurangan kandungan yodium dalam garam. Vol.XIV. Jakarta. Picauly, I 1999. Kebiasaan pengolahan pangan, konsumsi pangan dan status yodium Ibu hamil di daerah Endemik GAKY Kecamatan Saparua, Maluku Tengah. Tesis Pascasarjana. IPB. Suhardjo. 1989. Sosio budaya gizi. PAU Pangan & Gizi. IPB Bogor
© 2004 Digitized by USU digital library
18