EVALUASI PENYELENGGARAAN PELATIHAN MANASIK HAJI PADA CALON JAMA’AH HAJI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA KOMUNIKASI ISLAM ( S. KOM. I )
Oleh
Muhammad ‘Antar Musallam 1110053100036
KONSENTERASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 / 1436 H
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu ( S-1 ) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 10 Februari 2015
Muhammad ‘Antar Musallam
ABSTRAK Muhammad ‘Antar Musallam ‘’Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji pada Calon Jama’ah Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Tahun 2014’’. Di bawah Bimbingan Prof. H. Syamsir Salam M.Si Ibadah Haji merupakan rukun Islam kelima yang selalu dilakukan Jama’ah Haji setiap tahun. Sepanjang sejarah Penyelenggaraan Ibadah Haji selalu mendapatkan perhatian Pemerintah. Banyak hak dan kewajiban Jama’ah Haji dalam Penyelenggaran Ibadah Haji. Hak dan Kewajiban Jam’ah Hajitersebut yaitu salah satunya Bimbingan Manasik Haji.Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan merupakan salah satu pelaksana dalam memberikan Pelatihan Manasik Haji pada Calon Jama’ah Haji. Karena Pelatihan Manasik Haji berguna untuk memberikan pengetahuan tentang tatacara pelaksanaan Ibadah Haji sebagai bekal para Jama’ah Haji dalam melaksanakan Penyelenggaraan Ibadah Haji. Namun dari tahun ke tahun masih mengalami berbagai macam kendala teknis dalam Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji tersebut. Untuk
itu
penulis
mengangkat
penelitian
tentang
Evaluasi
Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji Pada Calon Jama’ah Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Tahun 2014. Dengan maksud untuk mengetahui tolak ukur keberhasilan pelaksanaan dari suatu kegiatan atau program. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa wawancara dan pengambilan dokumentasi seperti data-data atau laporan tertulis. Hasil dari Penelitian ini adalah penulis bisa mengetahui langkah Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji. Serta bisa mengetahui tolak ukur tujuan untuk menilai tercapai atau tidak tercapainya tujuan yang dirumuskan dalam evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Tahun 2014
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, Segala Puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Mengetahui. Atas berbagai nikmat yang telah diberikan kepada kita berupa nikmat Iman, Jasmani dan Rohani. Shalawat berserta salam tak lupa pula kita haturkan Junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari Jalan Kejahiliyahan menuju kepada Jalan Keimanan Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa ada dukungan dan bantuan, baik dalam bentuk motivasi dan do’a dari keluarga, Arahan dari Pembimbing, kerjasama dan sumbangan informasi maupun semangat dari semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, Khususnya: 1. Ayahku bapak H. Bukrani Syarkani, S.Pd dan Ibu Tiri ku Ibu Hj. Neneng Kurniasi, S.Pd dan Do’a buat Alm. Mamahku Ibu Nur’Ainah, semoga mamah hidup tenang di Sisi-NYA. Senantiasa bersabar dalam membesarkan dan mendidik Penulis mulai dari Sekolah Dasar hingga sampai ke Perguruan Tinggi dan selalu memberikan Do’a dan Dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
2. Bapak Drs. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Kepala Jurusan Manajemen Dakwah/Manajemen Haji dan Umroh yang selalu memberikan dukungan untuk menyusun skripsi ini 4. Bapak H. Mulkanasir, BA, S.Pd. MM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah/Manajemen Haji dan Umroh yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Prof. H. Syamsir Salam, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk menjadi yang lebih baik dan selalu memberikan waktu, tenaga serta ilmu yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 6. Ibu Drs. Hj. Kalsum Minangsih, MA. selaku Dosen Akademik yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini. 7. Bapak Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Penguji dalam memimpin Sidang Skripsi ini. 8. Bapak Drs. Muhammad Zen, MA, selaku Dosen penguji I sidang skripsi dalam mengkoreksi skripsi penulis menjadi yang lebih baik 9. Bapak Dr. Sihabuddin Noor, MA, selaku Dosen penguji II sidang skripsi dalam mengkoreksi skripsi penulis menjadi yang lebi baik 10. Para Pegawai Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi dan Perpustakaan Umum yang melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai bahan referensi dalam penyusunan skripsi ini 11. Bapak H. Hamidullah, M.Si, selaku Kepala Kantor Kementerian Agama
iii
Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian. 12. Bapak TB. Muhaimin, S.Pd, selaku Koordinator Bimbingan Manasik Haji yang telah memberikan kesempatan dalam berwawancara dan diskusi mengenai Bimbingan Manasik Haji 13. Ibu Vitri Sarastuti, selaku staff Penyelenggaraan Haji dan Umroh yang telah memberikan bantuan Informasi berupa data-data dokumen yang mengenai Bimbingan Manasik Haji 14. Seluruh Jama’ah Haji yang mengikuti Pelatihan Manasik Haji dalam memberikan pernyataan melalui wawancara 15. Teman-teman Manajemen Dakwah/Manajemen Haji dan Umroh yang memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa kalian para sahabat penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini Semoga dukungan, motivasi dan semangat yang telah diberikan akan mendapatkan Pahala yang berlimpah dan balasan dari Allah SWT. Akhir Kata, penulis berharap skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca
dalam
menambah
Ilmu
pengetahuan
di
bidang
Manajemen
Dakwah/Manajemen Haji dan Umroh. Wassalamualaikum Wr.Wb Jakarta, Februari 2015
Muhammad ‘Antar Musallam
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK…………………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI......................................................................................................
v
DAFTAR TABLE ............................................................................................. vii BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..............................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................
5
D. Metode Penelitian............................................................
6
E. Tinjauan Pustaka .............................................................
9
F. Sistematika Penulisan ..................................................... 10 BAB II:
PENGERTIAN JUDUL A. Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi......................................................... 12 2. Model-model Evaluasi Program ..................................... 16 3. Kriteria Keberhasilan Evaluasi ....................................... 20 4. Tujuan Evaluasi............................................................... 21 B. Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan........................................................ 22 2. Faktor-faktor Penyusunan Program Pelatihan ................ 23 3. Prinsip-prinsip Penyusunan Program Pelatihan .............. 24 C. Manasik Haji 1. Pengertian Manasik Haji dalam pelaksanaan program Evaluasi ........................................................................... 26 2. Fungsi Manasik Haji dalam Pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji ...................................................................... 27 3. Tujuan Manasi Haji......................................................... 28
v
BAB III:
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan……… 29 B. Visi dan Misi Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan... 31 C. Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan……………………………………………………… 32 D. Struktur Panitia Penyelenggaraan Haji dan Umroh………. . 33 E. Data Jumlah Jama’ah Haji Jakarta Selatan dari segi Latar Pendidikan dan Pekerjaan………………………………… . 34 F. Fungsi dan Peranan Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji………………….. 36
BAB IV:
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-langkah Kementerian Agama kota Jakarta Selatan dalam melaksanakan Pelatihan Manasik Haji Tahun 2014.. 38 B. Evaluasi
Pelatihan
Manasik
Haji
tahun
2014
yang
dilaksanakan Kementerian Agama kota Jakarta Selatan…… 46 C. Pernyataan Peserta Jama’ah Haji ketika setelah mengikuti dalam Pelatihan Manasik Haji tahun 2014 yang dilakukan Kementerian Agama kota Jakarta Selatan............................ 48 BAB V:
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 53 B. Saran...................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Model Evaluasi............................................................................ 19
Tabel 3.1
Tabel Jurnal Jumlah Jama’ah Haji dari Segi Pendidikan ............ 34
Tabel 3.2
Tabel Jurnal Jumlah Jama’ah Haji dari Segi Pekerjaan .............. 35
Tabel 4.1
Jadwal Pelatihan Manasik Haji Tingkat Kota Se-Jakarta Selatan (Massal) Tahun 2014...................................................................
Tabel 4.2
42
Jadwal Pelatihan Manasik Haji Tingkat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Se-Jakarta Selatan Tahun 2014 .................... 43
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan Ibadah Haji sudah menjadi Tanggung Jawab Pemerintah,berdasarkan undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 pasal 6 menyebutkan
bahwaPemerintah
berkewajiban
melakukan
pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan pelayanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi, Transportasi, Pelayanan Kesehatan, Keamanan, dan hal-hal lainnya yang diperlukan oleh calon Jama’ah Haji.1 Karena itu, Ibadah Haji merupakan kegiatan yang penting yang memerlukan adanya pengelolaan khusus yang mengurusi masalah kegiatan haji yang menyangkut pelayanan-pelayanan yang akan diberikan pada calon Jama’ah Haji. Salah satunya yaitu pelayanan memberikan bimbingan Ibadah Haji. Bimbingan Ibadah Haji merupakan bagian dari pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah pada calon Jama’ah Haji. Bimbingan tersebut berupa pemberian pengetahuan tentang tatacara pelaksanaan Ibadah Haji yang sesuai tuntunan Agama. Agar supaya calon Jama’ah Haji lebih siap dan mandiri dalam menunaikan Ibadah Haji sehingga menjadi Ibadah Haji yang mabrur.
1
Undang-Undang No 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pasal 6, Diterbitkan Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2008
1
2
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 200:
Artinya: Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berdzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan berdzikirlah lebih dari itu. Maka diantara manusia ada yang berdoa.’’Yaa Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) didunia, dan diakhirat dia tidak memperoleh bagian apapun’’.(Q.S Al-Baqarah: 200) Maka, sudah menjadi kewajiban bagi kalian (umat muslim) menyelesaikan manasik haji dan meninggalkan sikap berbangga-bangga terhadap leluhur sebagaimana biasa kalian lakukan pada masa Jahiliyah, kini berdzikirlah dan Agungkanlah Tuhan kalian.2 Seiring dengan Firman Allah SWT tersebut maka baginda Nabi Muhammad SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:
ﻣﻚكس اﻧﻢ ﯾﻨﻌﺎوذخأﺗﻞ Artinya: Ambillah dariku tatacara haji (manasik) kamu.(H.R Muslim) Karena itu, umat muslim wajib untuk meneladani RasulullahSAW,
2
Imam Jalaluddin Al Mahalliy dan Imam Jalaluddin As Suyuthi, Tafsir Jalalain.(PT. CV Sinar Baru) hal. 109
3
dengan melaksanakan Manasik Haji yang telah di ajarkannya.3Dalam pelaksanaan Ibadah Haji selayaknya ada bimbingan pendahuluan terhadap seluruh calon Jama’ah Haji yang dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama kota Jakarta Selatan sebagai konsekuensi Pemerintah terhadap Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji sekaligus menjadi tolak ukur kualitas pemahaman Manasik Haji bagi calon Jama’ah Haji dan juga menjadi Evaluasi pelayanan Pemerintah terhadap calon Jama’ah Haji. Setiap penyelenggaraan dalam sebuah kegiatan diperlukan sebuah sistem evaluasi. Evaluasi adalah sebuah proses penilaian.4dimana terjadinya sebuah pengukuran terhadap efektifitas rencana dalam sebuah program yang pada hasil akhirnya akan dijadikan tolak ukur keberhasilan dan dijadikan rancangan atau standarisasi untuk melakukan sebuah kegiatan yang selanjutnya.Begitu juga dengan Penyelenggaraan Bimbingan Manasik Haji, diperlukan evaluasi yang dimana untuk menentukan tingkat ketercapaian program terhadap tujuan yang telah ditetapkan dan mencari penyebab dari berbagai masalah yang terjadi dan mengatasi semua masalah yang timbul serta merancang gagasan atau solusi agar pada Penyelenggaraan Bimbingan Manasik Haji selanjutnya bisa berlangsung dengan keadaan yang lebih baik dan ideal, sesuai dengan yang tertera undang-undang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang dijadikan sebagai Standarisasi Penyelenggaraan Ibadah Haji yang seharusnya. 3
Muhammad bin Abdul Aziz al Musnad, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah.(Jakarta; PT. Imam Asy-Syafi’i, 2007) hal.4 4 Dan B.Curtis; James J. Floyd; Ferry L.Winsor, Komunikasi Bisnis dan Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996) h.414
4
Berdasarkan berbagai uraian diatas yang tertulis, maka penulis telah membuat
dan
mengkaji
sebuah
penelitian
yang
berjudul.’’Evaluasi
Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji pada Calon Jama’ah Haji Kantor KementerianAgama Jakarta Selatan Tahun 2014’’
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Permasalahan yang berkembang dengan pelaksanaan Ibadah Haji cukup banyak antara lain Akomodasi, Konsumsi, Transportasi dan Kesehatan Jama’ah. Maka, Penulis membatasi permasalahan lebih memfokuskan dalam upaya Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam melaksanakan Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji dan Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji pada Calon Jama’ah Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Tahun 2014. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan Pembatasan Masalah diatas, maka Perumusan Masalahnya adalah: a. Bagaimana langkah-langkah Kementerian Agama kota Jakarta Selatan dalam melaksanakan Pelatihan Manasik Haji Tahun 2014. b. Bagaimana Evaluasi Pelatihan Manasik Haji tahun 2014 yang dilaksanakan Kementerian Agama Jakarta Selatan. c. Bagaimana pernyataan Jama’ah Haji ketika mengikuti dalam Pelatihan Manasik Haji tahun 2014 yang dilaksanakan Kementerian Agama kotaJakarta Selatan
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok masalah yang penulis jelaskan diatas, maka tujuan dari penulis ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana langkah upaya Penyelenggaraan Pelatihan Manasik haji pada calon Jama’ah Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan. b. Untuk mengetahui bagaimana Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam mengevaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji pada Calon Jama’ah Haji. c. Untuk
mengetahui
pernyataan
Calon
Jama’ah
Haji
Kantor
Kementerian Agama Jakarta dalam mengikuti pelatihan manasik haji 2014 2. Manfaat Penelitian a. Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis dan dapat
berguna
bagi
pengembangan
pengetahuan
dalam
Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji. b. Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi khazanah keilmuan dalam Manajemen Dakwah
dalam ruang lingkup Manajemen Haji oleh
Kementerian Agama Jakarta Selatan dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam berbagai penulisan karya ilmiah.
6
c. Praktisi / Masyarakat Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat umum, khususnya pada mahasiswa-mahasiswi Manajemen Dakwah Haji dan Umrah (M.D.H.U). bagaimana bentuk langkah upaya dan evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan untuk semua aspek dalam Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji. d. Sebagai syarat akhir untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 (S.1) dalam bidang Manajemen Dakwah.
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
menggunakan metode kualitatif. Metode Kualitatif adalah suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupaya kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, untuk memahami istilah penelitian ini, perlu kiranya dikemukakan teori menurut Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi penelitian adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.5 Dengan memilih metode penelitian kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.
5
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Rosdakarya 2000) hal.3
7
2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek Penelitian adalah bagian seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji pada Kementerian Agama kota Jakarta Selatan. Sedangkan yang dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji akan bertitik tolak dari tujuan untuk menilai tercapai atau tidak tercapai tujuan Kementerian Agama Jakarta Selatan 3. Waktu dan Penelitian Penulis melakukan penelitian pada bulan Agustus 2014 sampai dengan November 2014. Adapun tempat penelitian di Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Jalan. Buncit Raya No. 2 Pejaten Barat Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12510, Telp ( 021-7994007) Fax (021-79402177) 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik
Pengumpulan
data
yang
penulis
lakukan
adalah
menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif, data yang dilakukan dalam penulisan ini melalui: a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.6
Cara yang dilakukan yaitu
mengamati secara langsung aktifitas kegiatan Bimbingan Manasik Haji tersebut. terhadap segala sesuatu yang terkait dengan Kantor Kemeterian Agama Jakarta Selatan dalam melaksanakan Bimbingan Manasik Haji 6
Husin Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003) cet ke 4, hal. 53
8
b. Wawancara Wawancara atau Interview adalah percakapan langsung antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi. Wawancara yang dilakukan secara mendalam yaitu menggunakan teknik wawancara terstruktur atau tidak terstruktur.7 Dengan dituntun oleh pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Data yang diperoleh dari wawancara terdiri: Kepala Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji. Staff. Aktifitas Peserta Jama’ah.
c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.8 Yang ada hubungannya dengan masalah yang akan di teliti. Dan sebagai sumber data yaitu Penulis memperoleh dari buku-buku,
company,
dan
arsip-arsip
yang
berkaitan
dengan
Penyelenggaraan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan. Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis berusaha memaparkan kerangka awal mengenai objek, sesuai yang ditulis dengan memahami seksama kemudian memberikan interpresentasi sesuai kecenderungan dan frame of think
7
Sugioyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: ALFABETA, 2008) hal. 140s 8 Husin Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2003) cet ke 4, hal. 73
9
E. Tinjauan Pustaka Dalam beberapa skripsi yang penulis baca dengan seksama, banyak pendapat yang harus diperhatikan dan menjadi perbanding. Adapun setelah penulis mengadakan kajian pustaka, penulis akhirnya menemukan sebuah skripsi yang mempunyai judul yang hampir sama dengan akan penulis teliti. Judul tersebut dalam karya: 1. Strategi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Manasik Haji pada Calon Jama’ah haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan oleh Agus Supriyadi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah dengan NIM 107053002169, skripsi ini membahas tentang Strategi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Manasik Haji dan juga Formulasi Strategi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama kota Jakarta Selatan 2. Evaluasi
Penyelenggaraan
Ibadah
Haji
oleh
Direktorat
Jenderal
Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2010-2011 oleh Abdus Somad mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah dengan NIM 10805300021, skripsi ini membahas tentang Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji oleh Kementerian Agama R.I tahun 2010 dan 2011 dan juga Perbandingan Pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji Kementerian Agama R.I 3. Respon Jama’ah Haji Tahun 2013 terhadap Bimbingan Manasik Haji KBIH DarunNisa Ciputat Timur kota Tangerang Selatan oleh Firdaus
10
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah dengan NIM 109053100010, skripsi ini membahas Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji yang dilakukan oleh KBIH DarunNisa Ciputat Timur kota Tangerang Selatan dan juga Respon Jama’ah Haji terhadap kegiatan Bimbingan Manasik Haji yang dilaksanakan oleh KBIH DarunNisa Ciputat Timur kota Tangerang Selatan. Dari Tinjauan Pustaka yang tertulis diatas, telah jelas bahwa penulis judul skripsi adalah Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji pada Calon Jama’ah Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Tahun 2014. Dalam hal ini dilihat dari segi judul berbeda yaitu materi yang penulis bahas fokus pada penelitian kepada bentuk langkah upaya dan evaluasi untuk semua aspek yang ada dalam Proses Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Tahun 2014. F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan, penelitian ini terdiri dari lima bab penulisan, yang terperinci sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN, yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian yang berisi tentang pendekatan penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan. BAB II PENGERTIAN JUDUL, yang berisi tentang Pengertian Evaluasi, Model-model Evaluasi Program, Kriteria Keberhasilan Evaluasi, Pengertian Pelatihan, Faktor-faktor Penyusunan Program Pelatihan, Prinsip-prinsip
11
Penyusunan Program Pelatihan, Pengertian Manasik Haji dalam Pelaksanaan Evaluasi Program, Fungsi Manasik Haji dalam Pelaksanaan Ibadah Haji, Tujuan Manasik Haji. BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, yang berisi tentang Sejarah Perkembangan Manasik Haji, Jumlah Jama’ah Haji dari segi Pendidikan dan Pekerjaan dalam Manasik Haji, Fungsi dan Peranan Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelaksanaan Manasik Haji. BAB IV PEMBAHASAN, yang berisi tentang Langkah-langkah Kementerian Agama kota Jakarta Selatan dalam melaksanakan Pelatihan Manasik Haji Tahun 2014, Evaluasi Pelatihan Manasik Haji tahun 2014 yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama kota Jakarta Selatan, Pernyataan Calon Jama’ah Haji yang mengikuti dalam Pelatihan Manasik Haji tahun 2014 oleh Kementerian Agama kota Jakarta Selatan. BAB V PENUTUP, yang berisi tentang hasil kesimpulan terkait penelitian ini dan saran untuk lembaga terkait
BAB II PENGERTIAN JUDUL
A. EVALUASI PROGRAM 1. Pengertian Evaluasi Program Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya memberikan penilaian atau menilai.1 Sedangkan secara etimologi menurut Arikunto, Evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut.2 Dengan kata lain evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan dari suatu kegiatan atau program. Kata Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu: to evaluate yang diberi awalan e- dan akhiran –tion yang secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari segi istilah ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni: a. Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu. b. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematika dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke dua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4 2 Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan,(Jakarta:PT. Bina Aksara, 1998), Cet Ke-1, h.8
12
13
c. Proses penelitian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilam keputusan.3 Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dicapai. Devinisi tersebut menerangkan langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapai. Sebenarnya evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambilan keputusan.4 Menurut Prof. Sukardi, Evaluasi Program untuk menentukan tingkat ketercapaian program terhadap tujuan yang ditetapkan. Jadi, Evaluasi Program merupakan evaluasi yang berkaitan erat dengan suatu program atau kegiatan pendidikan, termasuk diantaranya tentang Kurikulum, Sumber Daya Manusia, Penyelenggaraan Program, Proyek penelitian dalam suatu lembaga. 5 Evaluasi Program pada umumnya sangat memperhatikan semuan elemen diklat yang berperan mendukung tercapainya tujuan lembaga. Menurut H.D Sudjana, evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.6 3
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanuddin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1 h.3 4 M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Edisi 1, Cet. Ke-3 hal.1 5 Sukardi. Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), Cet Pertama, Mei 2014. hal. 3 6 H.D Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Evaluasi Program, (Bandung: Falah Production, 2000), hal. 281
14
Sementara itu, Ralph Tyler yang dikutip oleh Farida Yusuf Tayibnafis dalam bukunya Evaluasi Program. Mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai.7 Maka secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam pelaksanaan program agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran yang dituju sudah dapat tercapai atau belum tercapai. Segala bentuk program apapum baik itu dalam hal profit maupun non profit ataupun nirlaba dalam pelaksanaan manajerial sangatlah diisyaratkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Fungsi pengawas pada organisasi pada umumnya terkait dengan proses pemantauan (Monitoring) dan evaluasi (Evaluation).8 Monitoring atau usaha pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus agar dapat diketahui proses perkembangan kegiatan yang dilakukan. Begitu juga halnya dengan kegiatan evaluasi yang berupa penilaian program baik dari awal hingga akhir. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi adalah suatu kesatuan yang saling mengisi satu dengan yang lainnyadan juga sesuatu yang wajib dilakukan dalam suatu program atau organisasi. Maka sudah dipastikan bahwa melakukan evaluasi tidak terlepas dari pelaksanaan monitoring atau pemantauan bisa dilakukan pada proses pelaksanaan program, maka evaluasi adalah Penilaian akhir pelaksanaan program. 7
Tayibnafis Yusuf Farida, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 3 8 Isbandi Rukminto Adi, Permbedayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: FEUI Press), Cet. Ke-3 Edisi Revisi, hal.187
15
Pengertian Evaluasi dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program tidaklah suatu mutlak harus dilakukan sedemikian rupa. Melakukan evaluasi tidak harus dilakukan menunggu tahap akhir program, tetapi juga bisa dilakukan pertengahan program kegiatan apabila ditemukan indikasi-indikasi kejanggalan atau penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan juga hanya dilakukan pada akhir kegiatan, maka kesalahan dan kekurangan pada proses pelaksanaan kegiatan semakin lama menjadi besar dan semakin berat perbaikannya. Oleh karena itu, melalui evaluasi terhadap kekurangan dari yang kecil ini akan lebih mudah pemecahannya dan tidak akan mengganggu kelancaran proses dan tahapan kegiatan berikutnya. Penilaian hasil fungsinya adalah untuk membantu penanggung jawab program dalam mengambil keputusan, meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program, penilaian hasil memerlukan perbandingan hasil program dengan tujuan yang telah ditetapkan.9 Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa, evaluasi program adalah proses penilaian suatu program apakah hasil sesuai dengan rencana dan tujuan, apakah pelaksanaan program itu efektif dan efisien, serta apakah program tersebut layak dilanjutkan, dimodifikasi, atau bahkan dihentikan.
9
Elly, DKK, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995). hal. 43
16
2. Model Evaluasi Program Sebelum
melakukan
evaluasi
program,
terlebih
dahulu
kita
menentukan model evaluasi yang akan kita gunakan. Model evaluasi program menurut Steele (1997), mencakup lebih dari 50 jenis yang telah dan sedang digunakan dalam evaluasi program. Sebagai model berupa rancangan teoritis yang disusun para pakar, sebagian dikembangkan dari pengalaman evaluasi dilapangan, dan sebagian lagi berupa konsep, pedoman, dan petunjuk teknis untuk menyelenggarakan evaluasi program. Model-model evaluasi program dapat dikelompokkan kedalam enam kategori yaitu: 1. Model evaluasi terfokus pada pengambilan keputusan 2. Model evaluasi terhadap unsur-unsur program 3. Model evaluasi terhadap jenis / tipe kegiatan program 4. Model evaluasi terhadap proses pelaksanaan program 5. Model evaluasi terhadap pencapaian tujuan program 6. Model evaluasi terhadap hasil dan pengaruh program.10 Menurut pendapat lain, Setidaknya ada delapan model evaluasi yang dikemukakan oleh Arikunto dalam salah satu bukunya. Hanya saja dalam konteks ini, penulis akan membahas model evaluasi seperti yang dikemukakan oleh Peitrzak, Ramler, Ranner, Ford dan Gilbert yang meliputi: evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil.11
10
Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 51-52 11 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi. (Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2003), hal. 189
17
A. Evaluasi Input Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program, Setidaknya ada tiga variabel utama yang terkait dengan evaluasi ini, Yaitu: Masyarakat (peserta program), Tim atau Staff, dan Program. 1. Peserta program, meliputi: susunan keluarga dan berapa anggota keluarga yang ditanggung 2. Tim atau Staff, meliputi: aspek demokrafi staff, seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman staff 3. Program, meliputi: lama(waktu) pelaksanaan program, dan sumbersumber rujukan yang tersedia Terkait dengan input program ini, ada empat kriteria yang dapat dikaji: a) Tujuan Program b) Penilaian terhadap keperluan komunitas c) Standar dari suatu praktek yang baik d) Biaya untuk pelaksanaan program B. Evaluasi Proses Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.12 Evaluasi ini memfokuskan pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara masyarakat dengan staff. Tipe evaluasi ini 12
Elly Irawan, DKK, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), Cet. 1, hal.18
18
diawali dengan analisa terhadap sistem pemberian bantuan atau kegiatan program. Yang menjadi kata kunci dalam evaluasi proses ini adalah apa yang dilakukan dan seberapa baik itu dilakukan?. dengan kata lain apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran kegiatan program (peserta program)?. C. Evaluasi Hasil Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai.13 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima (masyarakat peserta program). Sehingga, pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah: 1. Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya? 2. Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima bantuan program tersebut? Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup: a. Berorientasi
pada
program
Kriteria
keberhasilan,
pada
umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program. Misalnya, presentase cakupan program terhadap populasi sasaran b. Berorientasi pada masyarakat. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan pada perubahan perilaku
13
Irawan, DKK, Pengembangan Masyarakat. hal.18
19
masyarakat. Misalnya, munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya.14 Sementara itu, menurut pendapat lain. Model secara umum dapat berarti pola suatu hal yang akan di buat (Pius Abbdillah dan Danu Prasetyo, 2009; Good, 1977) yang dikutip oleh Prof. Sukardi didalam bukunya berjudul Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan. Bahwa Model juga merupakan struktur sejenis yang berfungsi sebagai penyederhana yang digunakan para evaluator untuk memperoleh pemahaman. Model evaluasi muncul karena adanya usaha eksplanasi secara kontinu yang diturunkan dari perkembangan pengukuran dan keinginan manusia untuk berusaha menerapkan prinsipprinsip evaluasi pada cakupan yang lebih abstrak, termasuk pada bidang ilmu pendidikan, perilaku dan seni.15 Ringkasan beberapa model evaluasi di antaranya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut: No
1.
2.
14
Nama Model Goal Oriented Model atau Model Tyler Evaluasi berorientasi pada keputusan
Penekanan dalam Penilaian Evaluasi ditekankan tercapainya tujuan pada perkembangan dan efektivitas inovasi pendidikan Evaluasi ditekankan pada memfasilitasi pertimbangan cerdas terhadap pembuatan keputusanyang ditentukan
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi (Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2003), hal.160 15 Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan Dan Kepelatihan,. (Jakarta: PT. Bumi Aksara) Cet. Pertama, Mei 2014. hal. 34-35
20
3.
4.
Penilaian Transaksional Goal Free Evaluation
Evaluasi yang ditekankan pada penjabaran dan penerangan proses dan nilai perspektif subjek kunci Evaluasi didasari pada pengaruh program pada kriteria dari konsep kisi-kisi kerja itu sendiri Evaluasi ditekankan pada kasus
5.
Advisory
komparatif yang dihadirkan untuk
Evaluation
mendapatkan informasi unggulan program diambil Evaluasi formatif merupakan evaluasi dengan tujuan peningkatan mutu
6.
Evaluasi Sumatif dan
pelayanan, sedangkan evaluasi sumatif
Formatif
memiliki tujuan yang berkaitan dengan tingkatan kompetensi yang dicapai para lulusan
3. Kriteria Keberhasilan Evaluasi Kriteria dapat dilihat: a. Berorientasi pada program dan pelayanan, kriteria keberhasilan. Pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program (kegiatan). b. Berorientasi pada Jama’ah Haji, pada umumnya dikembangkan berdasarkan perilaku Jama’ah. Misalkan Pernyataan Jama’ah Haji
21
4. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Sebuah Program dibuat kemudian nantinya dilakukan proses evaluasi, untuk itu tujuan dan manfaat sangat penting untuk diketahui. Untuk melihat sejauh mana tujuan serta manfaat evaluasi ini Tujuannnya adalah: 1. Mendeskripsikan kemampuan para staff 2. Mengetahui tingkat keberhasilan dalam pelayanan 3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian 4. Memberikan kepercayaan kepada lembaga 5. Memberikan pertanggung jawaban.16 Dari tujuan evaluasi di atas dapat diartikan bahwa evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses, Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan sistematis dan seobjektif mungkin. Dengan datadata yang sudah ada, dapat digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang untuk peningkatan yang lebih baik. Secara umum manfaat yang didapat dari kegiatan evaluasi dalam pelayanan, yaitu: 1) Memahami sesuatu yang diinginkan dari Customer 2) Membuat keputusan tindak lanjut 3) Meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik.
16
Ulfi Rahmi, Evaluasi Hasil Belajar. http://ulfiarahmi.wordpress.com/evaluasi-hasilbelajar/, Tanggal 15 Oktober 2014
22
B. Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan Pelatihan merupakan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upaya untuk mentransfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.17 Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan kepelatihan dilakukan secara benar, pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap dengan masing-masing kadar kemampuannya. Menurut Prof. Soekidjo Notatmodjo dalam bukunya Pengembangan Sumber Daya Manusia, yang dimaksud dengan pelatihan ialah upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.18 Pelatihan merupakan wahana untuk membangun sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Karena itu, kegiatan kepelatihan tidak dapat diabaikan begitu saja terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat pada abad ini. Berkaitan dengan hal tersebut pelatihan merupakan salah satu cara untuk memberdayakan masyarakat.
17
Abdurrahmat Fathoni. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet Ke 1 hal. 147 18 Soekidjo Notatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) hal. 25
23
Menurut Dr. Oemar Hamalik, melihat dari segi operasional pelatihan dapat diartikan, bahwa pelatihan sebagai suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan secara sengaja dalam bentuk kepribadian kepada tenaga kerja oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satu waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.19 Begitu juga menurut Vethzal Rivai, bahwa Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dibandingkan dengan teori.20 2. Faktor-faktor Penyusunan Program Program Pelatihan perlu disiapkan secara matang oleh tenaga berwenang dengan bantuan tenaga ahli dalam bidangnya. ada 7 (tujuh) faktor yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menetapkan isi program pelatihan, ialah:21 1) Keperluan pelatihan: Berdasarkan Penjajagan keperluan dapat ditentukan jenis dan jumlah pelatihan yang diperlukan.
19
Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Manajemen Kepelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) hal. 10 20 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek.(Jakarta: P.T Grafindo Persada, 2004) hal, 226 21 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Manajemen Kepelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. hal. 34
24
2) Cara
penyelenggaraan
pelatihan:
Cara
memberikan
pelatihan
diserasikan dengan tujuan, jenis kegiatan, materi, dan peserta pelatihan yang bersangkutan. 3) Biaya pelatihan: Tetapkan besarnya biaya yang diperlukan dan disesuaikan dengan keperluan latihan dan sumber dana yang tersedia. 4) Hambatan-hambatan: Pertimbangan hambatan / rintangan yang mungkin terjadi terhadap pekerjaan sebagai akibat pelatihan tersebut. 5) Peserta latihan: Tetapkan jumlah tenaga yang tepat untuk mengikuti pelatihan, dilihat dari sudut keperluan organisasi. 6) Fasilitas latihan: Pertimbangan fasilitas-fasilitas latihan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelatihan tersebut. 7) Pengawasan pelatihan: Pertimbangan hal-hal yang perlu mendapat pengawasan (misal: biaya, nama peserta, hasil ujian), dan teknik pengawasan yang diperlukan. 3. Prinsip-prinsip Penyusunan Program Pelatihan Suatu program pelatihan disusun berdasarkan asumsi, bahwa pelatihan merupakan suatu fungsi manajemen; setiap orang memerlukan latihan dan setiap tenaga pemimpin harus mampu dan bersedia bertindak sebagai pelatih. Implikasinya ialah, bahwa setiap program pelatihan setidaknya didukung dan di bantu oleh semua tingkatan manajemen. Tanggung jawab penyelenggaraan pelatihan ada ditangan tenaga lini (panitia). Karena itu staff tidak berwenang melakukan kekuasaan lini melainkan bertugas memberikan nasihat dan pelayanan.
25
Pelatihan bagi tenaga ahli dan tenaga staff supaya diadakan garis batas waktu yang jelas.22 Penyusunan Program Pelatihan Berdasarkan Prinsip – Prinsip sebagai berikut: 1) Program pelatihan harus memiliki tujuan yang jelas sehubungan dengan upaya mencapai tujuan organisasi/lembaga, yakni memberikan kesempatan kepada tenaga organisasi pada semua jenjang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. 2) Program pelatihan disusun berdasarkan keperluan lapangan dan tujuan tertentu. Keperluan ditentukan melalui penjajagan keperluan pelatihan, sedangkan tujuan bersumber dari tujuan organisasi 3) Ruang lingkup program pelatihan ditentukan berdasarkan kebijakan dan tujuan guna menjadi landasan kesepakatan dan kerja sama. 4) Penetapan metode dan teknik serta proses-proses dalam suatu program pelatihan harus dikaitkan secara langsung dengan upaya memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pelatihan itu. 5) Berdasarkan kebutuhan dan tujuan manajemen, maka setiap orang yang berada dalam manajemen tersebut harus bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelatihan, sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. 6) Tenaga staff pelatihan berfungsi membantu tenaga lini, guna melakukan penjajagan kebutuhan pelatihan, mengembangkan program pelatihan,
22
Ibid. hal. 37-38
26
memberikan pelayanan administrasi, dan pelaksanaan tindak lanjut pelatihan. 7) Pelatihan yang efektif berdasarkan prinsip-prinsip belajar, antara lain belajar aktif, perpaduan antara teori dan praktek, pengalaman lapangan disamping belajar reseptif dan modifikasi tingkah laku. 8) Penyelenggaraan pelatihan sebaiknya dilakukan didalam lingkungan pekerjaan, sehingga benar-benar terkait dengan kebutuhan, kondisi dan situasi, serta tuntunan pekerjaan sesungguhnya.
C. Manasik Haji dalam Pelaksanaan Program Evaluasi 1. Pengertian Manasik Sedangkan Pengertian Haji adalah rukun Islam kelima yang pelaksanaannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu yaitu antara tanggal 8 Dzhulhijjah sampai dengan 13 Dzhulhijjah tiap tahunnya. Hukum dalam pelaksanaan menunaikan Ibadah Haji merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu mengerjakannya sekali dalam seumur hidup. Ibadah Haji ada berbagai macam yaitu sebagai berikut: a) Haji Tamattu’ ialah seseorang berihram untuk melaksanakan umroh
pada
bulan-bulan
haji,
memasuki
Makkah
lalu
menyelesaikan umrohnya dengan melaksanakan thawaf umroh, sa’i umroh kemudian bertahalull dari ihramnya dengan mencukur rambut kepala, lalu dia tetap dalam kondisi halal (tidak ber-ihram) hingga datangnya hari Tarwiyah, yaitu tanggal 8 Dzulhijjah.
27
b) Haji Qiran ialah seseorang berihram untuk melaksanakan umroh atau haji secara bersamaan, atau dia berihram untuk umroh, lalu berihram untuk haji sebelum memulai thawafnya, kemudian ia memasuki kota Makkah dan tetap pada ihramnya hingga selesai melaksanakan manasik hajinya (sampai tanggal 10 Dzulhijjah), dan wajib baginya untuk menyembelih ’’hadyu’’ c) Haji Ifrad ialah seseorang yang berihram untuk melaksanakan Ibadah Haji saja, dia tidak bertahallul dari ihramnya, kecuali setelah melempar Jumrah ‘Aqabah (pada tanggal 10 Dzulhijjah), dan tidak ada kewajiban untuk menyembelih ’’hadyu’’ baginya. 2. Fungsi Manasik Haji dalam Pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji Menurut A. Latif Hasan fungsi manasik adalah a) Agar calon Jama’ah haji mampu memahami semua informasi tentang pelaksanaan Ibadah Haji, tuntunan perjalanan, petunjuk kesehatan dan mampu mengamalkannya pada saat pelaksanaan Ibadah Haji di Tanah Suci. b) Agar Jama’ah Haji dapat mandiri dalam melaksanakan Ibadah Haji secara baik secara pribadi maupun dalam regu atau rombongan.
28
c) Agar para Jama’ah Haji mempunyai kesiapan menunaikan Ibadah Haji baik mental, fisik, kesehatan, maupun petunjuk perjalanan Ibadah yang lain.23 3. Tujuan Manasik Haji A.Latif Hasan juga mengemukakan bahwa tujuan manasik haji adalah supaya setiap Jama’ah Haji yang berniat menunaikan Ibadah Haji dapat melaksanakannya dengan tertib, sah dan aman. Aman dalam arti Jama’ah Haji melaksanakan perjalanannya dengan tenang, khusyu’, bebas dari kekhawatiran baik terhadap diri sendiri maupun terhadap harta bendanya. Tertib dalam arti, bahwa Jama’ah dapat memenuhi syarat, rukun dan wajib haji sesuai dengan tuntunan agama. Lancar dalam arti Jama’ah dapat melaksanakan Ibadahnya dengan baik, bebas dari segala bentuk hambatan dan gangguan. Sah dalam arti tidak ada kekurangan dalam Ibadah Haji dan kesalahan dalam manasik. Sempurna dalam arti Jama’ah Haji dapat melaksanakan Ibadahnya selain rukun dan wajib Ibadah lainnya yang memiliki keutamaan.24
23
A. Latif Hasan dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji. (Penerbit Zikrul Hakim, 2001)
Hal 18 24
Nuruddin Shiddiq. Tuntunan Manasik Haji. (Jakarta: 1993, Penerbit Zikrul Hakim, 2001) Hal.2
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Lahirnya Kementerian Agama merupakan Jawaban kongkrit atas tuntunan sejarah bangsa. Dan lebih dari itu hal ini merupakan jaminan atas pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945, terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan pasal 29 dari UUD 1945. Keberadaan Kementerian Agama yang ada mulanya bernama Kementerian Agama, awalnya diusulkan oleh Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Kepresidenan Banyumas (K.H Abu Dardiri, H.M Saleh Suaidy dan M. Sukeso Wirya Saputra) pada sidang pleno Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Jakarta pada tanggal 24-28 November 1945. Usulan mereka disetujui oleh sidang, kemudian putusan sidang tersebut diproses. Dan tanggal 3 Januari 1946, Pemerintah mengumumkan berdirinya Kementerian Agama R.I dengan Menteri Agamanya yaitu H.M Rasyidi, BA. Maka dari sejarah singkat itulah, tanggal 3 Januari diperingati sebagai Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama. Sejarah dengan perkembangan Kementerian Agama dalam menghadapi volume kerja yang semakin besar, di jawatan-jawatan di daerah bukan saja di koordinir, tetapi perlu dibimbing , dibina dan dikembangkan secara langsung, intensif dan terarah, maka dikeluarkan keputusan Mendagri Nomor 36 Tahun 1972 yang menyempurnakan struktur organisasi, tugas dan wewenang instansi Kementerian Agama di daerah-daerah. Atas dasar keputusan tersebut, maka di DKI Jakarta yang selama ini hanya ada perwakilan Kementerian Agama Provinsi, didirikanlah Kantor Perwakilan
29
30
Kabupaten/Kota. Kemudian diterbitkannya Kepres Nomor 44, 45 Tahun 1974 yang diikuti lagi dengan keluarnya KMA Nomor 18 Tahun 1975, maka terjadi lagi perubahan nama perwakilan itu menjadi Kantor Wilayah untuk tingkat Provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Serta Kantor Urusan Agama Kecamatan untuk tingkat kecamatan. Dan didirikannya Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan yang dipimpin H. Muhdi Yasin. Pada tahun 1974, H. Muhdi Yasin melakukan peresmian untuk awal pembentukan Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan yang dihadiri oleh para ‘alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat. Dalam isi pidato peresmiannya, H. Muhdi Yasin menekankan bahwa pada pokoknya tugas kita adalah membangun suasana masyarakat yang dipenuhi oleh insan-insan agamawan. Disamping itu hendaknya kepada para petugas Kantor Kementerian Agama agar senantiasa melakukan jalinan kerjasama dengan instansi lain, para pemimpin organisasi keagamaan dan terutama dengan ‘alim ulama, dengan segera menyusun program kegiatan dakwah agama dengan sebaik-baiknya. Puncaknya, H. Muhdi Yasin dengan mengetukkan palu yang didahului dengan mengucapkan
Bismillahirrohmanirrahim
meresmikan berdirinya sebuah
instansi Pemerintahan yang mengemban amanat Tuhan, membina dan mengembangkan jiwa umat atas keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan hidup seperti tercantum pada Sila Pertama dari Pancasila sebagai Dasar dan Falsafah Negara Republik Indonesia.1
1
Sumber brosur dan website Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan (Bagian Humas Kementerian Agama Jakarta Selatan) 23 Februari 2015
31
B. Visi dan Misi Kementerian Agama Jakarta Selatan Visi: ‘’ Terwujudnya Masyarakat Jakarta Selatan yang taat beragam, rukun, cerdas, mandiri, bermartabat dan partisipatif.” Misi: 1) Meningkatkan ketaatan umat beragama 2) Melestarikan kerukunan hidup beragama 3) Meningkatkan mutu Raudhatul Athfal/PAUD, Madrasah, Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. 4) Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan manasik haji, pengembangan wakaf dan zakat. 5) Meningkatkan tata kelola Pemerintahan yang baik dan bersih.2
2
Ibid
32
C. Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan.3 Kepala Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan H. Karsa Sukarsa
Kepala SUB. Bagian Tata Usaha Drs. H. Maksudi Alamsyah
KASI. Pendidikan Madrasah Drs. H. Sambas, M.Pd.I
KASI. Bimbingan Masyarakat Islam Drs. H. Ahmad Baihaqi. M.S
KASI. Pendidikan Diniyah dan Pontren H. Nasrudin, Lc
KASI. Penyelenggaraan Syari’ah H. Wahidin, S.Ag
KASI. Pendidikan Agama Islam Dra. Hj. Khadijah, M.A
KASI. Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh Drs. H. Hamidullah AR, M.Si
Sarana dan Prasarana
KUA Cilandak, KUA Keb, Baru. KUA Mampang Prapatan. KUA Jagakarsa. KUA Pesanggrahan. KUA Keb, Lama. KUA Pancoran. KUA Setia Budi. KUA Tebet. KUA Ps. Minggu 3
Ibid
Pembinaan Haji dan Umroh
Penyuluhan Haji dan Umroh
33
D. Struktur Susunan Panitia Penyelenggaraan Ibada Haji Tahun 2014 Penanggung Jawab: H. Maksudi Alamsyah (Kepala Sub. Bagian Tata Usaha) Ketua
: H. TB. Muhaimin, S.Pd
Sekretaris
: H. Ahmad Sulaiman, S.Ag
Anggota Pelaksana pada seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh: 1) Husni, S.H 2) Tree Agung Nugroho, S.Sos 3) Itrin Harameini, S.Psi 4) Sri Purwaningsih, SH 5) Riza Fadly, S.Kom 6) Drs. H. Ahmad Kasir 7) Arif Rahma. SH 8) Hj. Siti Lutfiyah, Bsc 9) Cecep Mahyudi 10) Sonia Melinda 11) Sukaryadi 12) Vitri Sarastuti, SH 13) Fadhillah, SEI 14) Ahmad Fikri 15) Dewi Posmasari, SE Pelaksana pada KUA Kecamatan Jagakarsa 16) Sri Fauziah Pelaksana pada KUA Kecamatan Setiabudi 17) Titik Tobaryati Pelaksana pada KUA Kecamatan Cilandak
34
E. Data Jumlah Jama’ah Haji Jakarta Selatan dari segi Latar Pendidikan dan Pekerjaan Adapun Jumlah Jama’ah Haji dari segi Pendidikan yang tercantum di Tabel berikut:4 Tabel 3.1 Tabel Jurnal Jumlah Jama’ah Haji Jakarta Selatan Dari Segi Pendidikan Pendidikan
Jumlah / Frekuensi
Persentase
S.D
209
15.91%
SMP SMA
147 440
11.19% 33.49%
D.3
107
8.14%
S.1 S.2
344 63
26.18% 4.79%
S.3
4
0.30%
Total Jumlah
1314
100%
Sumber diolah dari Kementerian Agama Jakarta Selatan
Tabel diatas menjelaskan Jumlah Jama’ah Haji dilihat darisegi Pendidikan yang mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan. Jumlah Jama’ah Haji yang paling terbanyak yaitu Lulusan Pendidikan SMA sebanyak 440 peserta. Sedangkan yang Lulusan Pendidikan Strata 1 (S.1) berada diurutan ke-2 dengan jumlah 344 peserta. Lulusan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) berada diurutan ke-3 denganjumlah 209 peserta. Lulusan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada di urutan ke-4 dengan jumlah 147 peserta. Lulusan Pendidikan Diploma 3 (D.3) berada diurutan ke-5 dengan jumlah 107 peserta. Lulusan Pendidikan Strata 2 (S.2) berada diurutan ke-6 dengan jumlah 63 peserta. Lalu Lulusan Pendidikan
4
Ibid
35
Strata 3 (S.3) diurutan ke-7 dengan jumlah 4 peserta. Perbedaan jumlah berdasarkan
Pendidikan
tidaklah
menunjukkan
besarnya
minat
dari
masyarakat tersebut untuk menunaikan Ibadah Haji Adapun Jumlah Jama’ah Haji dari segi Pekerjaan yang tercantum dalam Tabel berikut:5 Tabel 3.2 Tabel Jurnal Jumlah Jama’ah Haji Jakarta Selatan Dari Segi Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah / Frekuensi
Persentase
PNS TNI / POLRI PEDAGANG / WIRAUSAHA PETANI / NELAYAN PEGAWAI SWASTA IBU RUMAH TANGGA PELAJAR / MAHASISWA PEGAWAI BUMN PENSIUNAN Total Jumlah
190 8 117 3 337 488 14 43 114 1314
14% 1% 9% 0% 26% 37% 1% 3% 9% 100%
Sumber diolah dari Kementerian Agama Jakarta Selatan
Tabel diatas menjelaskan Jumlah Jama’ah Haji dilihat dari segi Pekerjaan yang mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan. Dan yang paling banyak dalam Pelatihan Manasik Haji yaitu Jama’ah yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 488 peserta. Sedangkan yang bekerja sebagai Pegawai Swasta ada diurutan ke2 dengan jumlah 337 peserta. Jama’ah yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil berada diurutan ke-3 dengan jumlah 190 peserta. Jama’ah yang bekerja sebagai Pedagang/Wirausaha berada ada diurutan ke-4 dengan jumlah 117
5
Ibid
36
peserta. Jama’ah yang Pensiunan berada di urutan ke-5 dengan jumlah 114 peserta. Jama’ah yang bekerja sebagai Pegawai BUMN berada diurutan ke-6 dengan jumlah 43 peserta. Jama’ah yang bekerja sebagai Pelajar/Mahasiswa berada diurutan ke-7 dengan jumlah 14 peserta. Jama’ah yang bekerja sebagai TNI / POLRI berada diurutan ke- 8 dengan jumlah 8 peserta. Jama’ah yang bekerja sebagai Tani/Nelayan berada diurutan ke-9 dengan jumlah 3 peserta. Ibu Rumah Tangga lebih banyak dari Petani/Nelayan bukan mencerminkan untuk melaksanakan Ibadah Haji. Karena Jumlah Ibu Rumah Tangga jauh lebih banyak dari petani/nelayan. Perbedaan berdasarkan Pekerjaan tidaklah menunjukkan besarnya minat dari masyarakat tersebut untuk menunaikan Ibadah Haji.
F. Fungsi Peranan Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelaksanaan Pelatihan Manasik Haji Fungsi Kementerian Agama Jakarta Selatan sangatlah penting, Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam melaksanakan Bimbingan Manasik Haji dilakukan di Kantor Urusan Agama dengan para pembimbing manasik haji yang sudah bersertifikat. Dari Jama’ah yang di KUA di berikan bimbingan manasik haji sebanyak 7 kali. Lalu kemudian, di tingkat Kota secara keselurahan atau massal sebanyak 3 kali bimbingan manasik haji. Dari sekian banyak Jama’ah Haji di Kementerian Agama Jakarta Selatan yang terdaftar sekitar 1.314 Jama’ah Haji. 80% (persen) Jama’ah Haji daftar di KBIH ataupun Yayasan, sedangkan yang 20% (persen) Jama’ah daftar mandiri ke Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan. Dari 20% (persen) itulah Jama’ah yang di hubungi Kementerian Agama Jakarta Selatan untuk bimbingan manasik haji ke Kantor Urusan Agama (KUA).Mungkin di antara
37
Jama’ah ada yang tidak terhubungi atau di hubungi karena sibuk tidak datang ke KUA. Maka Kementerian Agama Selatan memberikan Pelatihan Bimbingan Manasik Haji di Kantor Kementerian bagi Jama’ah yang tidak terhubungi atau dihubungi karena sibuk dengan pekerjaannya. Dan itu sudah tugas pokok Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam memberikan pelayanan. Dan setiap KUA di kecamatan pihak Kementerian Agama Jakarta Selatan datang langsung ke KUA untuk memberikan penjelasan tentang kebijakan-kebijakan Pemerintah. Karena para pembimbing Manasik Haji hanya menguasai tentang teknik, teori dan praktik Manasik Haji. Sedangkan tentang kebijakan adanya di Pemerintahan bagian seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji.6
6
Bpk Hamidullah(Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan), Dalam wawancara Skripsi di Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan. Kamis 23 Oktober 2014
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam Bab IV menjelaskan tentang dari Rumusan masalah yang ingin di teliti oleh penulis. Dalam rumusan tersebut berisi; Langkah-langkah Kementerian Agama Jakarta Selatan yang terdiri: rencana kebijakan Kementerian Agama Jakarta Selatan, Pelaksanaan Manasik Haji, Pencapaian tujuan dari rencana, kebijakan dan pelaksanaan Manasik Haji yang telah dilaksanakan. Evaluasi yang dilaksanakan Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji. Pernyataan Jama’ah Haji ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji. Dari hasil analisa yang telah diteliti oleh penulis menyatakan bahwa Langkah-langkah yang dilaksanakan Kementerian Agama Jakarta Selatan sudah mencapai standar minimum yang perlukan oleh Jama’ah Haji dengan hasil analisa sebagai berikut:
A. Langkah-langkah Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji.
1. Pelaksana Kebijakan Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan Kantor
Kementerian
Agama
Jakarta
Selatan
(khususnya
seksi
penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh bertugas sebagai pelaksana kebijakan bukan yang membuat kebijakan. Dalam Pelatihan manasik Haji itu berdasarkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah
Haji.
Pemerintah
berkewajiban
memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang diperlukan oleh Jama’ah.
38
39
Sedangkan yang membuat kebijakan itu Kementerian Agama Pusat. Seperti yang di ucapkan oleh kepala seksi bpk H. Hamidullah: ‘’Kami (seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh) disini sebagai pelaksana kebijakan bukan yang membuat kebijakan. Sedangkan yang membuat kebijakan itu Kementerian Agama Pusat. Jadi, pelatihan manasik haji itu berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 2008. Pemerintah berkewajiban memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang diperlukan oleh Jama’ah.’’1 Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Pasal 6 disebutkan tentang Kewajiban Pemerintah dalam memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi, Transportasi, Pelayanan Kesehatan, Keamanan dan hal-hal lain yang diperlukan oleh Jama’ah Haji. Selain itu, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Pasal 7 disebutkan tentang Hak Jama’ah Haji. Setiap Jama’ah Haji berhak memperoleh pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dalam menjalankan Ibadah Haji, yang meliputi:2 a) Pembimbing manasik Haji dan / atau materi lainnya, baik itu ditanah air, di perjalanan, maupun di Arab Saudi b) Pelayanan
Akomodasi,
Konsumsi,
Transportasi
dan
Pelayanan
Kesehatan yang memadai, baik di tanah air, selama di perjalanan, maupun di Arab Saudi c) Perlindungan sebagai Warga Negara Indonesia
1
Bpk H. Hamidullah (Kepala Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh Kementerian Agama Jakarta Selatan), Dalam Wawancara Skripsi di Kantor seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh, hari Kamis 23 Oktober 2014 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Penerbit Kementerian Agama R.I Tahun 2008
40
d) Penggunaan Paspor Haji dan dokumen lainnya yang dperlukan untuk pelaksanaan Ibadah Haji dan; e) Pemberian Kenyamanan Transportasi dan pemondokan selama di tanah air, di Arab Saudi dan saat kepulangan ke tanah air. Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan tugas nasional, karena jumlah Jama’ah Haji Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi dan lembaga, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan berkaitan dengan berbagai aspek, antara lain bimbingan Ibadah Haji, Transportasi, Pelayanan Kesehatan, Akomodasi dan Keamanan. Disamping itu, Penyelenggaraan Ibadah Haji dilaksanakan di negara lain dalam waktu yang sangat terbatas yang menyangkut martabat serta nama baik bangsa Indonesia di luar negeri, khususnya di Arab Saudi. Di sisi lain adanya upaya untuk melakukan peningkatan kualitas Penyelenggaraan Ibadah Haji merupakan tuntunan reformasi dalam penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan tata kelola Pemerintahan yang baik. 2. Perencanaan dalam Pelatihan Manasik Haji Perencanaan Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Haji harus sesuai dengan Jama’ah yang sudah melunasi BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Di Jakarta Selatan 80% persen Jama’ah Haji daftar di KBIH (Kelompok Bimbingan Manasik Haji) atau Yayasan. Sedangkan, Kementerian Agama Jakarta Selatan hanya 20% persen Jama’ah Haji yang dikelola atau mendaftar di Kementerian Agama Jakarta Selatan. Dari 20% yang terdaftar di Kementerian Agama Jakarta hanya 70% yang datang untuk ikut Pelatihan
41
Manasik Haji yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan. Seperti yang di ucapkan Bpk H. Hamidullah: ‘’Perencanaan Pelatihan Manasik Haji Kita disini (seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh) harus sesuai dengan Jama’ah yang berhak sudah melunasi BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji), kita di Jakarta Selatan ini hampir 80% persen Jama’ah Ikut ke KBIH atau Yayasan. Jadi yang kita kelola hanya 20%, sehingga yang datang dari 20% persen itu mungkin hanya 70% persen yang ikut Pelatihan Manasik Haji’’.3 3. Standar Minimun atas Penguasaan Materi dalam Pelatihan Manasik Haji Materi Manasik Haji yang sudah di susun oleh Kementerian Agama Republik Indonesia sesuai dengan Pendidikan dan Pelatihan (DikLat).Materi Manasik Haji yang didapat Kementerian Agama Jakarta Selatan langsung dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Dan Kementerian Agama Jakarta Selatan tidak mengada-ada dalam membuat materi manasik haji. Jadwal materi pelatihan manasik haji Kementerian Agama Jakarta Selatan yang menyiapkan dan mengatur sendiridalam membuat jadwal pelaksanaan manasik hajinya. Seperti yang di ucapkan Bpk H. TB. Muhaimin S.Pd; ‘’Materi Manasik Haji disusun oleh Kementerian Agama Pusat sesuai dengan Pendidikan dan Pelatihan (DikLat), Jadi kita disini (seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh) tidak mengada-ada dalam materi manasik haji. Jadwal kita (Kementerian Agama Jakarta Selatan seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh) yang menyiapkan dan mengatur sendiridalam membuat jadwal pelaksanaan manasik hajinya’’.4
3
Bpk H. Hamidullah (Kepala Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh Kementerian Agama Jakarta Selatan), Dalam Wawancara Skripsi di Kantor seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh, hari Kamis 23 Oktober 2014. 4 Bpk H. Tebe. Muhaimin (bagian koordinator bimbingan penyuluhan manasik haji), Dalam wawancara Skripsi di Kantor Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh. hari Rabu 15 Oktober 2014
42
4. Pertemuan tatap muka dalam Pelatihan Manasik Haji Peraturan Kementerian Agama Republik Indonesia dalam Pelaksanaan Pelatihan Manasik Haji yaitu 10 kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali tingkat kota Se-Jakarta Selatan dan 7 kali tingkat KUA Kecamatan Se-Jakarta Selatan. seperti yang di ucapkan oleh bpk H. TB. Muhaimin; ‘’Peraturan Pemerintah yang kita itu (Kementerian Agama Republik Indonesia) dalam memberi Pelatihan Manasik Haji sebanyak 10 yang terdiri dari 3 kali tingkat kota sejakarta selatan dan 7 kali tingkat KUA kecamatan’’.5 Adapun pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji tingkat Kota Se-Jakarta Selatan sebagai berikut: Tabel 4.1 Jadwal Pelatihan Manasik Haji Tingkat Kota Se-Jakarta Selatan (Massal) Tahun 2014
No
Hari / Tanggal
1.
Sabtu, 24 Mei 2014
Waktu
Tempat
07.00 s/d 12.00 Masjid Nurul
Materi a) Kebijakan
Iman, Komplek
Pemerintah tentang
Kementerian
Penyelenggaraan
Pertanian R.I.
Ibadah Haji
Ragunan
b) Ta’limatul Hajj (Peraturan Arab Saudi tentang Perhajian.
2.
Minggu, 22 Juni 2014
07.00 s/d 10.00 Ruang S.G II Asrama Haji Pondok Gede
a) Proses Perjalanan Haji b) Keselamatan Penerbangan c) Kelengkapan barang bawaaan
5
Bpk H. Tebe Muhaimin (bagian koordinator bimbingan penyuluhan manasik haji), Dalam wawancara Skripsi di Kantor Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh. hari Rabu 15 Oktober 2014
43
No
Hari / Tanggal
3.
Selasa, 12
Waktu
Tempat
10.00 s/d 12.00 Masjid Al
Agustus 2014
Materi d) Konsolidasi Kloter
Mabrur dan Tempat Praktek
Praktikum Manasik
Manasik Haji.
Haji dan Latihan
AsramaHaji,
Operasional
Pondok Gede. Tabel diatas menjelaskan tentang Jadwal Pelatihan Manasik Haji yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan yang dinamakan dengan Pelatihan Manasik Haji tingkat Kota Se-Jakarta Selatan (Massal) dengan diberikan Jadwal Pelatihan Manasik Haji tersebut Peserta Jama’ah Haji lebih bisa mengetahui dan jelas waktu, tempat, dan materi yang disampaikan oleh Pembina Haji. Adapun pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji pada TingkatKantor Urusan Agama Kecamatan serentak Se-Jakarta Selatan sebanyak 7 kali pertemuan sebagai berikut Tabel 4.2 Jadwal Pelatihan Manasik Haji Tingkat Kantor Urusan Agama Kecamatan Se-Jakarta Selatan Tahun 2014
NO
HARI / TANGGAL
1.
Minggu, 1 Juni 2014
MATERI Bimbingan Perjalanan Haji; a) Persiapan sebelum berangkat ke Asrama Haji (Asrama Haji Transit) b) Kegiatan di Asrama Haji (Embarkasi/Debarkasi) c) Kegiatan selama di dalam pesawat d) Kegiatan di Arab Saudi
44
NO
HARI / TANGGAL
MATERI (Madinah/Jeddah) pada saat kedatangan dan pemulangan e) Kegiatan dalam perjalanan menuju Pemondokan. f) Kegiatan di Pemondokan, Makkah/Madinah g) Kegiatan di Arafah, Muzdalifah dan Mina Bimbingan Kesehatan; a)
Pelayanan Kesehatan terhadap Jama’ah Haji di Tanah Air dan di Arab Saudi
b) Jenis-jenis obat-obatan yang boleh dibawa ke Tanah Suci c)
Penangan dini terhadap Jama’ah Risti
d) Asuransi bagi Jama’ah dan Petugas Haji 2.
Sabtu, 7 Juni 2014
Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Haji a) Etika dan Akhlakul Karimah selama pelaksanaan Ibadah Haji b) Pengertian Haji Ifrad, Haji Tamattu’ dan Haji Qiran c) Macam-macam dan Pelaksanaan Shalat‘Arbain
3.
Minggu, 8 Juni 2014
Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh a) Berpakaian dan shalat Sunnah Ihram b) Niat dan bacaan Talbiyah c) Thawaf d) Sa’i dan Tahalull
45
NO
HARI / TANGGAL
4
Sabtu, 14 Juni 2014
MATERI Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Haji a) Praktek memakai pakaian Ihram b) Praktek niat dan Shalat Sunnah Ihram c) Praktek Thawaf d) Praktek Sa’i e) Praktek Tahallul
5
Minggu, 15 Juni 2014
Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Haji / Manasik a) Ihram/Miqot b) Wukuf di Arafah c) Mabit di Muzdalifah d) Mabit di Mina e) Melontar Jumrah / Jamarat f) Thawaf Ifadhah g) Tahallul awwal dan Tahallul tsani
6
Sabtu, 21 Juni 2014
Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Haji / Manasik Haji a) Praktek memakai pakaian Ihram b) Praktek niat dan Shalat Sunnah Ihram c) Praktek Wukuf, Mabit di Muzdalifah dan Mina d) Praktek melempar Jumrah / Jamarat e) Praktek Thawaf Ifadhah f) Praktek Tahallul
7.
Minggu, 22 Juni 2014
Ibadah dan Kegiatan selama di pesawat a) Bersuci ( Wudhu / Tayamum di pesawat b) Shalat di pesawat c) Makan, minum, dan istirahat di pesawat d) Membaca Al-Qur’an Dzikir dan Do’a
46
NO
HARI / TANGGAL
MATERI e) Tatacara menggunakan fasilitas di pesawat f) Menjaga keselamatan penerbangan Bimbingan Kesehatan a) Pelayanan kesehatan terhadap Jama’ah Haji sebelum keberangkatan di Tanah Air b) Pelayanan kesehatan selama dalam perjalanan c) Pelayanan kesehatan Jama’ah Haji saat di Arab Saudi
Tabel diatas menjelaskan tentang Jadwal Pelatihan Manasik Haji yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan yang dinamakan dengan Pelatihan Manasik Haji tingkat Kantor Urusan Agama Kecamatan SeJakarta Selatan dengan diberikan Jadwal Pelatihan Manasik Haji tingkat Kantor Urusan Agama Kecamatan tersebut Peserta Jama’ah Haji lebih bisa mengetahui dan jelas waktu, tempat, dan materi yang disampaikan oleh Pembina Haji di Kantor Urusan Agama Kecamatan masing-masing. B. Evaluasi yang dilakukan Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji Dalam
melaksanakan
Evaluasi
Pelatihan
Manasik
Haji
Kantor
Kementerian Agama Jakarta Selatan menggunakan konsep yaitu Evaluasi Input, Evaluasi Proses dan Evaluasi Hasil
47
Evaluasi Input yang terdiri dari Peserta Program, Tim atau Staff dan Program. Evaluasi Proses untuk menilai proses kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dirumuskan. Evaluasi Hasil untuk menilai kepuasan pelayanan kepada jama’ah seberapa jauh tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai atau tidak tercapai. Evaluasi Pelatihan Manasik Haji yang dilakukan Kementerian Agama Jakarta Selatan pada setiap kegiatan Praktek Manasik Haji itu berlangsung. misalkan Minggu Pertama, tentang persiapan untuk pelaksanaan umroh. Besoknya dalam persiapan umroh, Kementerian Agama Jakarta Selatan khususnya seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh menyampaikan tentang Syara-syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji. Lalu, Minggu kedua, Kementerian Agama Jakarta Selatan seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh menyampaikan tentang pelaksanaan Thawaf, sebelum pelaksanaan Thawaf dilakukan. Pembimbing Haji menanyakan kembali kepada Jama’ah Haji tentang Syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji apa perbedaan antara Syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji. Kalau Jama’ah sudah paham dan mengerti tentang Syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji yang sudah pernah disampaikan oleh Pembimbing Haji maka materi pelaksanaan Thawaf bisa dilakukan. Dan apabila masih ada Jama’ah Haji yang belum paham. Pembimbing akan bahas kembali secara simbol. Seperti yang di ucapkan oleh bpk. H. Hamidullah:‘’Kita (seksi penyelenggaraan Ibadah Haji) evaluasi
48
pelatihan
manasik
Haji
setiap
kegiatan
berlangsung,
misalkan
kita
pembimbing haji pada minggu pertama memberikan bimbingan manasik haji tentang persiapan pelaksanaan Umroh, besok dalam persiapan pelaksanaan umroh, kita pembimbing haji menyampaikan tentang Syarat Haji, Rukun Haji, dan Wajib Haji. Besoknya Minggu kedua, kita pembimbing Haji memberikan bimbingan tentang pelaksanaan Thawaf, sebelum pelaksanaan Thawaf dilakukan. kita pembimbing Haji menanyakan kembali kepada Jama’ah Haji tentang Syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji apa perbedaan diantara Syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji yang telah disampaikan oleh pembimbing haji, kalau Jama’ah Haji sudah mengerti atau paham tentang tatacaranya haji yang disampaikan oleh pembimbing Haji, maka materi pelaksanaan Thawaf bisa dilakukan. Apabila Jama’ah masih ada yang kurang mengerti atau paham tentang Syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji. Maka pembimbing Haji akan bahas kembali secara simbol.6 C. Pernyataan Jama’ah Haji ketika mengikuti Pelaksanaan Pelatihan Manasik Haji oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan 1. Sarana dan Prasana yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji Zulkifli, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Pada 6
Bpk H. Hamidullah (Kepala Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh Kementerian Agama Jakarta Selatan), Dalam Wawancara Skripsi di Kantor seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh, hari Kamis 23 Oktober 2014.
49
dasarnya sarana dan prasarana yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan sudah cukup. Namun, kualitasnya yang masih rendah dalam perawatannya misalkan; Tempat Pelatihan Manasik Haji kurang terawat, air keran yang tidak berfungsi dengan baik. Dan kalau waktu Jama’ah manasik Haji dilaksanakan bersama-sama Se-Jakarta Selatan, kadang-kadang ruangan tidak ada penerangan yang memadai.7 Sedangkan Djamaluddin, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Fasilitas yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan saat Pelatihan Manasik Haji cukup memadai. Tetapi hanya perlu perbaikanperbaikan yang ringan pada saat fasilitas tersebut akan digunakan oleh Jama’ah Haji.8 Indra Kusumawardana, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana pelatihan Manasik Haji kadang-kadang memakai tempat milik masyarakat seperti masjid, aula kelurahan dan sebagainya. sehingga ada hal-hal yang kurang tertib dalam memakai sarana dan prasarana yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan.9
7
Bpk H. Zulkifli (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah Bpk Zulkifli Jalan H. Samali Ujung, Pancoran. Minggu, 19 Oktober 2014 8 Bpk H. Djamaluddin (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah bpk H. Djamaluddin Jalan, Kebagusan Raya. Sabtu, 25 Oktober 2014 9 Bpk H. Indra Kusumawardana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi
50
Arya Perdana, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Sarana dan Prasarana yang diberikan Kementerian Agama Jakarta Selatan kepada kami cukup bagus. Dan Alhamdulillah kami bisa tertampung dengan baik dan pelatihan pun dapat kami terima sampai saat keberangkatan Haji dan kembali lagi ke Tanah Air.10 2. Pelayanan Petugas Pembimbing Manasik Haji dalam menyampaikan materi Manasik Haji Zulkifli, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Alhamdulillah untuk Petugas Pembimbing Haji yang di amanahi dalam materi manasik haji disampaikan oleh Para Ustadz yang sudah berpengalaman dan bersertifikat haji dari Kementerian Agama Jakarta Selatan. Namun, petugas yang lain ada yang mengalami simpang siur dalam informasi yang berubahubah. Sehingga kami sering ketinggalan dalam materi manasik haji.11 Djamaluddin, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Pada
kediaman rumah Bpk H. Indra Kusumawardana. Jalan Timbul IV C Kav. DKI. Jagakarsa. Minggu 26 Oktober 2014 10 Bpk H. Arya Perdana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Bpk H. Arya Perdana. Jalan, Prof. Jokosutono SH/1B. Kebayoran Baru. Sabtu, 1 November 2014 11 Bpk H. Zulkifli (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah Bpk Zulkifli Jalan H. Samali Ujung, Pancoran. Minggu, 19 Oktober 2014
51
umumnya Pembina Manasik Haji ramah dan sopan. Walaupun kadangkadang ada Pembina yang kurang perhatiannya sama Jama’ah.12 Indra Kusumawardana, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Penyajian materi yang disampaikan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan kepada kami khususnya buku-buku petunjuk dan bimbingan manasik haji diberikan sudah terlalu dekat waktunya dengan pelaksanaan haji sehingga kami tidak sempat dibaca dan memahami dengan baik terhadap petunjuk yang ada didalam buku.13 Arya Perdana, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Pelayanan Petugas Haji yang diamanahkan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan dan yang diberikan kepada kami cukup memadai, layak untuk dapat kami ikuti dalam melaksanakan Ibadah Haji.14 3. Kendala apa saja yang menjadi hambatan Jama’ah dalam pelaksanaan Manasik Haji Zulkifli, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; kendala yang dialami dalam mengikuti manasik haji adalah sering lupa atas petunjuk-petunjuk
12
Bpk H. Djamaluddin (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah bpk H. Djamaluddin Jalan, Kebagusan Raya. Sabtu 25 Oktober 2014 13 Bpk H. Indra Kusumawardana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi kediaman rumah Bpk H. Indra Kusumawardana. Jalan Timbul IV C Kav. DKI. Jagakarsa. Minggu, 26 Oktober 2014 14 Bpk H. Arya Perdana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Bpk H. Arya Perdana. Jalan, Prof. Jokosutono SH/1B. Kebayoran Baru. Sabtu, 1 November 2014
52
yang disampaikan oleh Pembina Haji dan apabila kami menanyakan kembali kepada Pembina Sering tidak dilayani.15 Menurut Djamaluddin, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Yang jadi hambatan kami dalam mengikuti Pelatihan Manasik Haji yaitu buku pedoman haji terlambat disampaikan kepada kami. Sehingga kami sering tidak tahu dan tidak mengerti atas apa yang kami lakukan dalam mengikuti manasik haji.16 Indra Kusumawardana, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; kendala yang kami alami dan hambatan dalam pelaksanaan manasik haji adalah masalah kurangnya koordinasi dan informasi yang dipimpin oleh Kementerian
Agama
Jakarta
Selatan
yakni
keterlambatan
dalam
menetapkan ketua rombongan dan ketua regu.17 Arya Perdana, Jama’ah Haji yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan mengatakan; Dalam pelaksanaan Ibadah Haji terlalu banyak pemeriksaan yang menurut kami tidak ada kaitannya dengan Ibadah Haji. Seperti tidak boleh membawa gunting kuku
15
Bpk H. Zulkifli (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah Bpk Zulkifli Jalan H. Samali Ujung, Pancoran. Minggu, 19 Oktober 2014 16 Bpk H. Djamaluddin (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah bpk H. Djamaluddin Jalan, Kebagusan Raya. Sabtu, 25 Oktober 2014 17 Bpk H. Indra Kusumawardana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi kediaman rumah Bpk H. Indra Kusumawardana. Jalan Timbul IV C Kav. DKI. Jagakarsa. Minggu, 26 Oktober 2014
53
dan hal-hal kecil lainnya yang sebenarnya bermanfaat untuk kami. Tapi, tidak berpengaruh dengan pelaksanaan manasik haji.18
18
Bpk H. Arya Perdana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Bpk H. Arya Perdana. Jalan, Prof. Jokosutono SH/1B. Kebayoran Baru. Sabtu, 1 November 2014
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah penulis menganalisa Langkah-langkah pelaksanaan manasik haji, Evaluasi yang dilakukan Kementerian Agama Jakarta Selatan, Peryataan Jama’ah Haji ketika mengikuti pelaksanaan manasik haji dan melakukan serangkaian penelitian dalam pembahasan tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji pada Calon Jama’ah Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Tahun 2014. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Langkah-langkah Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji terdiri dari; Pelaksana Kebijakan Pelatihan Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan, Perencanaan dalam Pelatihan Manasik Haji, Standar Minimum atas Penguasaan Materi dalam Pelatihan Manasik Haji, Pertemuan Tatap muka dalam Pelatihan Manasik Haji. 2. Evaluasi yang dilakukan Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji menggunakan konsep yaitu; Evaluasi Input, Evaluasi Proses dan Evaluasi Hasil. 3. Peserta Jama’ah Haji menilai sarana dan prasarana yang disediakan Kementerian Agama Jakarta Selatan sudah cukup memadai. Tetapi, dalam perawatan sarana dan prasarana masih belum maksimal. Dan juga perlu ada perbaikan-perbaikan yang ringan pada sarana dan prasarana fasilitas pada saat dilaksanakan Pelatihan Manasik Haji.
53
54
B. Saran 1. Dari kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran untuk Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan yaitu agar jadwal pelaksanaan materi bimbingan manasik haji perlu ditambah dalam pertemuan tatap muka menjadi 15 kali pertemuan tatap muka. Terdiri dari 10 kali tingkat KUA kecamatan se-Jakarta Selatan dan 5 kali tingkat Kota se-Jakarta Selatan secara keseluruhan atau massal dari yang sebelumnya 10 kali pertemuan tatapmuka yang terdiri dari 7 kali di KUA kecamatan se-Jakarta Selatan dan 3 kali tingkat Kota se-Jakarta Selatan secara massal. Karena masih banyak Jama’ah Haji dalam mengikuti pelatihan manasik haji yang kurang paham dengan tatacara manasik haji 2. Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam melaksanakan Evaluasi Pelatihan Manasik Haji agar selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan masukan dari Jama’ah Haji ketika kegiatan Pelatihan Manasik Haji berlangsung. Agar Kementerian Agama Jakarta Selatan bisa mengetahui segala kekurangan dalam Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji untuk perbaikanpelaksanaan Pelatihan Manasik Haji yang akan datang. 3. Dalam menindak lanjutin saran penulis pada point 1 perlu bagi Kantor Kementerian pelaksanaan
Agama Jadwal
Jakarta
Selatan
MateriPelatihan
meningkatkan
Manasik
Haji
pengawasan dan
Kualitas
pembimbing Manasik Haji agar dapat menghantarkan Jama’ah Haji pada pemahaman Manasik Haji yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta:PT. Bina Aksara, 1998),Cet Ke-1. Adi, Isbandi Rukminto, Permbedayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: FEUI Press), Cet. Ke-3 Al Musnad Muhammad bin Abdul Aziz, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah.(Jakarta; PT. Imam Asy-Syafi’i, 2007) Curtis, B. James J. Floyd; Ferry L.Winsor, Komunikasi Bisnis dan Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996) h. Fathoni, Abdurrahmat, Manajemen Sumber Daya Manusia.(Jakarta: Rineka Cipta) Cet. 1 Farida, Tayibnafis Yusuf , Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000). Hasan, A. Latif dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji. Penerbit, Zikrul Hakim, 2001 Hamalik, Oemar, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Manajemen Kepelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005) Jalaluddin , Al Mahalliy Imam dan Imam Jalaluddin As Suyuthi, Tafsir Jalalain.(PT. CV Sinar Baru) hal. 109 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Rosdakarya 2000) Notatmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek.(Jakarta: P.T Grafindo Persada, 2004) Sofyan Ahmad, Tonih Feronika, Burhanuddin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1 Sudjana, H.D. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Evaluasi Program, (Bandung: Falah Production, 2000) Sukardi, M. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Edisi 1, Cet. Ke-3 Shiddiq, Nuruddin. Tuntunan Manasik Haji. (Jakarta: 1993, Penerbit Zikrul Hakim, 2001)
Sugioyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: ALFABETA, 2008) Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan. (Jakarta: PT. Bumi Aksara) Cet. 1, Mei 2014 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke dua, (Jakarta:Balai Pustaka,1995) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Diterbitkan Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2008 http://manasikhaji-mandiri.com/index.php/joomlaorg/sejarah-haji
Wawancara Bpk
H. Hamidullah, M.Si (Kepala Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh Kementerian Agama Jakarta Selatan), Dalam Wawancara Skripsi di Kantor seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh, hari Kamis 23 Oktober 2014
Bpk H. TB. Muhaimin, S.Pd (bagian koordinator bimbingan penyuluhan manasik haji), Dalam wawancara Skripsi di Kantor Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh. hari Rabu 15 Oktober 2014 Bpk H. Arya Perdana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Bpk H. Arya Perdana. Jalan, Prof. Jokosutono SH/1B. Kebayoran Baru. Tanggal 26 Oktober 2014 Bpk H. Djamaluddin (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah bpk H. Djamaluddin Jalan, Kebagusan Raya. Minggu, 26 Oktober 2014. Bpk H. Indra Kusumawardana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi kediaman rumah Bpk H. Indra Kusumawardana. Jalan Timbul IV C Kav. DKI. Jagakarsa. Sabtu, 25 Oktober 2014 Bpk H. Zulkifli (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah Bpk Zulkifli Jalan H. Samali Ujung, Pancoran. Minggu, 19 Oktober 2014
WAWANCARA Wawancara dengan Drs. H. Hamidullah, M.Si Kepala Seksi ( KASI ) Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh Di Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Gedung Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh Pada Kamis Tanggal 23 Oktober 2014 1) Bagaimana Fungsi Peranan Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji.? Jawaban: Fungsi sebetulnya besar dan tinggi. Kita disini Kementerian Agama Jakarta Selatan ( seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji) Bimbingan Manasik Haji dilakukan di Kantor Urusan Agama ( KUA ) dengan para pembimbing yang sudah bersertifikat. Dari mereka yang di KUA memberikan Bimbingan Manasik Haji sebanyak 7 kali. Kemudian di tingkat Kota secara keseluruhan atau massal sebanyak 3 kali Bimbingan Manasik Haji. Dari sekian banyak Jama’ah Haji di Kementerian Agama Jakarta Selatan yang terdaftar sekitar 1.314 Jama’ah Haji. 80% (persen) Jama’ah Haji daftar di KBIH ataupun Yayasan, sedangkan yang 20% (persen) Jama’ah daftar mandiri ke Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan. Dari 20% (persen) itulah Jama’ah yang di hubungi Kementerian Agama Jakarta Selatan untuk Bimbingan Manasik Haji di Kantor Urusan Agama (KUA). Maka kita disini (seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji ) memberikan Pelatihan Bimbingan Manasik Haji di kantor Kementerian bagi Jama’ah yang tidak terhubungi atau dihubungi karena sibuk dengan pekerjaannya. Dan itu sudah tugas pokok Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam memberikan pelayanan. Dan setiap KUA di
semua
kecamatan kita (seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji) datang langsung ke KUA
untuk
memberikan
penjelasan
tentang
kebijakan-kebijakan
Pemerintah. Karena para pembimbing Manasik Haji hanya menguasai
tentang teknik, teori dan praktik Manasik Haji. Sedangkan tentang kebijakan itu adanya di Pemerintahan bagian seksi Penylenggaraan Ibadah Haji
2) Kebijakan yang dilaksakan Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji.? Jawaban: Kita (seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh) disini sebagai pelaksana kebijakan bukan yang membuat kebijakan. Sedangkan yang membuat kebijakan itu Kementerian Agama Pusat. Jadi, pelatihan manasik haji itu berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 2008. Pemerintah berkewajiban memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang diperlukan oleh Jama’ah. 3) Bagaimana Perencanaan dalam pelatihan Manasik Haji.? Jawaban: Perencanaan dalam Pelatihan Manasik Haji Kita disini (seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh) harus sesuai dengan Jama’ah yang berhak sudah melunasi BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji), kita di Jakarta Selatan ini hampir 80% persen Jama’ah Ikut ke KBIH atau Yayasan. Jadi yang kita kelola hanya 20%, sehingga yang datang dari 20% persen itu mungkin hanya 70% persen yang ikut Pelatihan Manasik Haji
4) Bagaimana
Evaluasi
Pelatihan
Manasik
Haji
yang
dilaksanakan
Kementerian Agama Jakarta Selatan.? Jawaban: Kita (seksi penyelenggaraan Ibadah Haji) evaluasi pelatihan manasik Haji setiap kegiatan berlangsung, misalkan kita pembimbing haji pada minggu pertama memberikan bimbingan manasik haji tentang persiapan pelaksanaan Umroh, besok dalam persiapan pelaksanaan umroh, kita pembimbing haji menyampaikan tentang Syarat Haji, Rukun Haji, dan Wajib Haji. Besoknya Minggu kedua, kita pembimbing Haji memberikan bimbingan tentang pelaksanaan Thawaf, sebelum pelaksanaan Thawaf dilakukan. kita pembimbing Haji menanyakan kembali kepada Jama’ah
Haji tentang Syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji apa perbedaan diantara Syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji yang telah disampaikan oleh pembimbing haji, kalau Jama’ah Haji sudah mengerti atau paham tentang tatacaranya haji yang disampaikan oleh pembimbing Haji, maka materi pelaksanaan Thawaf bisa dilakukan. Apabila Jama’ah masih ada yang kurang mengerti atau paham tentang Syarat Haji, Rukun Haji dan Wajib Haji. Maka pembimbing Haji akan bahas kembali secara simbol.
Wawancara Bpk H. Tebe. Muhaimin, S.Pd Bagian Koordinator Bimbingan Penyuluhan Manasik Haji Di Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan Gedung Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh Pada Rabu Tanggal 15 Oktober 2014 1) Bagaimana Standar Minimum ketentuan Kementerian Agama Jakarta Selatan atas penguasaan materi manasik haji.? Jawaban: Materi Manasik Haji disusun oleh Kementerian Agama Pusat sesuai dengan Pendidikan dan Pelatihan (DikLat), Jadi kita disini (seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh) tidak mengada-ada dalam materi manasik haji. Jadwal kita (Kementerian Agama Jakarta Selatan seksi penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh) yang menyiapkan dan mengatur sendiri dalam membuat jadwal pelaksanaan manasik hajinya. 2) Berapa kali pertemuan tatap muka dalam pelaksanaan manasik haji tiba saat keberangkatan ke tanah suci Mekkah.? Jawaban: ’Peraturan Pemerintah yang kita itu (Kementerian Agama Republik Indonesia) dalam memberi Pelatihan Manasik Haji sebanyak 10 yang terdiri dari 3 kali tingkat kota se-jakarta selatan dan 7 kali tingkat KUA kecamatan
WAWANCARA Wawancara Bpk H. Zulkifli (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah Bpk Zulkifli Jalan H. Samali Ujung, Pancoran. Minggu, 19 Oktober 2014 a) Bagaimana sarana dan prasana yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji.? Jawaban; Pada dasarnya sarana dan prasarana yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan sudah cukup. Namun, kualitasnya yang masih rendah dalam perawatannya misalkan; Tempat Pelatihan Manasik Haji kurang terawat, air keran yang tidak berfungsi dengan baik. Dan kalau waktu Jama’ah manasik Haji dilaksanakan bersama-sama SeJakarta Selatan, kadang-kadang ruangan tidak ada penerangan yang memadai. b) Bagaimana Pelayanan Petugas Pembimbing Manasik Haji dalam menyampaikan materi Manasik Haji.? Jawaban; Alhamdulillah untuk Petugas Pembimbing Haji yang di amanahi dalam materi manasik haji disampaikan oleh Para Ustadz yang sudah berpengalaman dan bersertifikat haji dari Kementerian Agama Jakarta Selatan. Namun, petugas yang lain ada yang mengalami simpang siur dalam informasi yang berubah-ubah. Sehingga kami sering ketinggalan dalam materi manasik haji c) Kendala apa saja yang menjadi hambatan Jama’ah dalam pelaksanaan Manasik Haji.? Jawaban; kendala yang dialami dalam mengikuti manasik haji adalah sering lupa atas petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Pembina Haji dan apabila kami menanyakan kembali kepada Pembina Sering tidak dilayani.
Wawancara Bpk H. Djamaluddin (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Rumah bpk H. Djamaluddin Jalan, Kebagusan Raya. Sabtu, 25 Oktober 2014 a) Bagaimana sarana dan prasana yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji.? Jawaban; Fasilitas yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan saat Pelatihan Manasik Haji cukup memadai. Tetapi hanya perlu perbaikan-perbaikan yang ringan pada saat fasilitas tersebut akan digunakan oleh Jama’ah Haji. b) Bagaimana Pelayanan Petugas Pembimbing Manasik Haji dalam menyampaikan materi Manasik Haji.? Jawaban; Pada umumnya Pembina Manasik Haji ramah dan sopan. Walaupun kadang-kadang ada Pembina yang kurang perhatiannya sama Jama’ah. c) Kendala apa saja yang menjadi hambatan Jama’ah dalam pelaksanaan Manasik Haji.? Jawaban; Yang jadi hambatan kami dalam mengikuti Pelatihan Manasik Haji yaitu buku pedoman haji terlambat disampaikan kepada kami. Sehingga kami sering tidak tahu dan tidak mengerti atas apa yang kami lakukan dalam mengikuti manasik haji
Wawancara Bpk H. Indra Kusumawardana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kantor Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi kediaman rumah Bpk H. Indra Kusumawardana. Jalan Timbul IV C Kav. DKI. Jagakarsa. Minggu 26 Oktober 2014 a) Bagaimana sarana dan prasana yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji.? Jawaban; kendala yang kami alami dan hambatan dalam pelaksanaan manasik haji adalah masalah kurangnya koordinasi dan informasi yang dipimpin oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan yakni keterlambatan dalam menetapkan ketua rombongan dan ketua regu. b) Bagaimana Pelayanan
Petugas Pembimbing Manasik Haji
dalam
menyampaikan materi Manasik Haji.? Jawaban; Penyajian materi yang disampaikan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan kepada kami khususnya buku-buku petunjuk dan bimbingan manasik haji diberikan sudah terlalu dekat waktunya dengan pelaksanaan haji sehingga kami tidak sempat dibaca dan memahami dengan baik terhadap petunjuk yang ada didalam buku. c) Kendala apa saja yang menjadi hambatan Jama’ah dalam pelaksanaan Manasik Haji.? Jawaban; kendala yang kami alami dan hambatan dalam pelaksanaan manasik haji adalah masalah kurangnya koordinasi dan informasi yang dipimpin oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan yakni keterlambatan dalam menetapkan ketua rombongan dan ketua regu.
Wawancara Bpk H. Arya Perdana (Jama’ah Haji tahun 2014 yang ketika mengikuti Pelatihan Manasik Haji Kementerian Agama Jakarta Selatan) dalam wawancara skripsi Kediaman Bpk H. Arya Perdana. Jalan, Prof. Jokosutono SH/1B. Kebayoran Baru. Sabtu, 1 November 2014 a) Bagaimana sarana dan prasana yang disediakan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam Pelatihan Manasik Haji.? Jawaban; Sarana dan Prasarana yang diberikan Kementerian Agama Jakarta Selatan kepada kami cukup bagus. Dan Alhamdulillah kami bisa tertampung dengan baik dan pelatihan pun dapat kami terima sampai saat keberangkatan Haji dan kembali lagi ke Tanah Air. b) Bagaimana Pelayanan
Petugas Pembimbing Manasik Haji
dalam
menyampaikan materi Manasik Haji.? Jawaban; Pelayanan Petugas Haji yang diamanahkan oleh Kementerian Agama Jakarta Selatan dan yang diberikan kepada kami cukup memadai, layak untuk dapat kami ikuti dalam melaksanakan Ibadah Haji. c) Kendala apa saja yang menjadi hambatan Jama’ah dalam pelaksanaan Manasik Haji.? Jawaban; Dalam pelaksanaan Ibadah Haji terlalu banyak pemeriksaan yang menurut kami tidak ada kaitannya dengan Ibadah Haji. Seperti tidak boleh membawa gunting kuku dan hal-hal kecil lainnya yang sebenarnya bermanfaat untuk kami. Tapi, tidak berpengaruh dengan pelaksanaan manasik haji