EFEKTIVITAS BIMBINGAN MANASIK HAJI PADA KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA TANGERANG TAHUN 2016
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : DIDIN MUHIDIN NIM : 1112053100023
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
ABSTRAK
DidinMuhidin (111205310023), Efektivitas Bimbingan Manasik Haji Pada Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016, Dibawah bimbingan Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA
Haji merupakan bahasan yang sangat menarik untuk dikaji dalam hal pelaksanaannya, karena haji mengundang berbagai banyak polemik permasalahan disetiap kali penyelenggaraanya pada musim haji. Hal yang paling di soroti dalam pelaksanaan ibadah haji adalah dalam bimbingannya, baik ketika di tanah air maupun ketika berada di tanah suci. Tidak sedikit dari jemaah yang masih kebingungan dalam melaksanakan ibadahnya ketika berada di tanah suci. Kementrian Agama Kota Tangerang adalah sebuah lembaga Kementrian Agama tingkat daerah kota, yang melakukan penyelenggaraan ibadah haji, salah satunya adalah melakukan penyelenggaraan bimbingan manasik haji kepada calon jemaah haji, hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah tentang pelaksanaan bimbingan manasik haji yang dilaksanakan di Kemenag Kota Tangerang, hal ini bertujuan untuk mengetahui ke efektifan bimbingan manasik haji yang dilaksanakan Kemenag Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yang mana metode ini menghasilkan data deskriptif berupa wawancara dan pengambilan dokumentasi. Dari hasil penelitian penulis temukan bahwa bimbingan manasik yang diselenggarakan oleh kementrian Agama Kota Tangerang di nilai efektif. Hal tersebut di ukur dari segi kuantitas, kualitas, dan waktu. Kemudian suksesnya pelaksanaan bimbingan manasik ditingkat kecamatan dan tingkat kota sesuai Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah dan sesuai dengan rencana yang dibuat. ditambah lagi dengan hadirnya KBIH yang berada di kota Tangerang. Semua calon jemaah haji disarankan mengikuti dan bergabung dengan KBIH demi menambah pengetahuan ilmu manasiknya.
Kata Kunci: Efektivitas, Bimbingan Manasik Haji, Kementrian Agama
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang-Nya kepada setiap makhluknya serta menurunkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga tangan ini mampu menorehkan kata demi kata untuk menjadi sebuah karya yang bermakna. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah SAW penerima Al-qur’an dan pembawa Assunnah yang berisi petunjuk, rahmat, serta kabar gembira bagi seluruh kaumnya. Shalawat beserta salam mudah-mudahan Allah limpahkan pula pada keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
penghargaan
yang
setinggi-tingginya
dan
mengucapkan
terimakasih kepada: 1. Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
ii
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA dan Drs. Sugiharto, MA selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Konsentrasi Manajemen Haji danUmrah. 3. Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis dan telah ikhas meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan, petunjuk, dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuannya, semoga ilmu yang telah dibeikan bermanfaat bagi penulis dan penulis pun dapat mengamalkan kembali ilmu yang telah diberikan. 5. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu sabar mendidik penulis dari kecil sampai sekarang dan tidak bosan-bosannya mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibuku tercinta terimakasih untuk semua yang telah kalian berikan kepadaku dukungan materil, do’a dan semangat, semoga Allah SWT membalas dengan limpahan kasih sayang, keridhoan, kebarokahan dan kebaikan hidup didunia maupun akhirat. 7. Kakak tercinta yang selalu memotivasi disaat penulis merasa malas agar selalu segera menyelesaikan skripsinya.
iii
8. Bapak Drs. H. Dedi Mahfudin, M. Si selaku Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang yang telah mengizinkan penulis dalam meneliti dan memberikan banyak bantuan. 9. Bapak Drs A. H. Nahrowi A, M. Pd selaku Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. 10. Bapak H. Basuni, S. Pdi selaku Pembinaan Haji dan Umrah Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang yang selalu memberikan saran dan membantu penulis dalam memperoleh data. 11. Teman-teman UKHUYY : Faiq, Shandy, Deden, Abas, dan seluruh teman MHU angkatan 2012, yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis. Tanpa dukungan mereka semua, skripsi ini tidak akan terwujud. Semoga doa serta dukungan selama ini dibalas oleh Allah SWT. Akhir kata penulis sampaikan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca dalam menambah pengetahuannya dibidang Manajemen Haji dan Umrah. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Jakarta, 11 Juni 2016
Didin Muhidin
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK…………………………………………...............….......................... i KATA PENGANTAR………………………............................………….……. ii DAFTAR ISI…………......…………………………………......................……. v DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii DAFTAR TABEL............................................................................................... ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………...............................…… 1 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah…………….............................… 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………..................…..……… 9 D. Metodologi Penelitian…………………………………................… 10 E. Tinjauan Pustaka…………………………..............……………..… 13 F. Sistematika Penulisan…………………………...........…………….. 14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas…………...........………….........……….. 16 2. Pengukuran Efektivitas………………………...................……. 18 B. Bimbingan Manasik Haji 1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji……………….........…….. 21 2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji………………….. 26 3. Metode dan bentuk Bimbingan Manasik Haji…….....………… 27
v
BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA TANGERANG
A. Sejarah dan Perkembangannya………………………..........……… 32 B. Visi, Misi, dan Motto………………...................………………….. 34 C. Struktur Organisasi………………………………………........……. 35 D. Tugas Pokok dan Fungsi Kemenag Kota Tangerang………...…….. 37 E. Tujuan dan Sasaran............................................................................ 38 F. Sarana dan Prasarana Manasik Haji………………………...……… 40 G. Pembimbing Manasik Haji……………………........................……. 40 H. Peserta Bimbingan Manasik Haji…………….......................……… 41
BAB IV
ANALISIS BIMBINGAN MANASIK HAJI PADA KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA TANGERANG
A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Bimbingan Manasik Haji Kemenag Kota Tangerang……………….........……………………. 42 B. Mekanisme dan Prosedur Bimbingan Manasik Haji Kemenag Kota Tangerang……………………………….......................…………… 46 C. Unsur-unsur Bimbingan Manasik Haji............................................... 49 1. Pembimbing Manasik Haji………………...............…………… 49 2. Peserta Bimbingan Manasik Haji……………………...........….. 49 3. Materi……………………………………......................………. 49 4. Metode………………………………………........…………….. 50 5. Media………………………………………………..............….. 50 6. Tujuan dan Pengaruh………………………………......……….. 50 D. Analisis Efektivitas Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji............. 53
vi
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan………………………………………...............………. 64 B. Saran…………………………................................................…….. 65
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..66 LAMPIRAN……………………………………………...……...................….68
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3. 1 : Struktur Organisasi Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang……………………….......……............................................. 36 2. Gambar 3. 2 : Struktuk Organisasi Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama Kota Tangerang ….......……....................... 37
viii
DAFTAR TABEL 1. Tabel 4. 1 : Jumlah Jemaah Haji Kota Tangerang dari Segi Pekerjaan.... 53 2. Tabel 4. 2 : Jumlah Jemaah Haji Kota Tangerang dari Segi Pendidikan.. 59 3. Tabel 4. 3 : Materi Bimbingan Manasik Haji Massal............................... 63 4. Tabel 4. 4 : Materi Bimbingan Manasik Haji (KUA) Kecamatan........… 64
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Memeriahkan ka’bah setiap tahun dengan haji dan umrah merupakan fardhu kifayah bagi orang yang mampu, baik yang sudah pernah menjalankan kewajiban haji maupun yang belum menunaikannya. Jika ada sebagian orang yang melaksankannya, maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lain. Namun, jika tidak ada seorang pun yang melaksanakannya, maka mereka semua berdosa dan bisa diperangi sebagaimana halnya orang yang meninggalkan kewajiban shalat, zakat, dan kewajiban-kewajiban sejenisnya. Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan lainnya dari jalur AlHasan, ia berkata: Umar bin Khaththab r.a pernah berkata, “jikalau orangorang meninggalkan haji satu tahun, niscaya aku perangi mereka karenanya sebagaimana kami perangi mereka lantaran meninggalkan shalat dan zakat. Umar bin khaththab juga pernah berkeinginan menugaskan dan mewajibkan sejumlah orang dari kalangan kaum muslimin untuk menunaikan haji setiap tahun agar kaum muslimin tidak ketinggalan mengerjakan ritual ini dan menyegerakan diri menjalankannya. Hal ini menunjukan bahwa haji harus digelar setiap tahun. Dan jika diabaikan,
1
2
maka hal itu akan membuahkan penindakan keras dengan senjata sebagaimana halnya orang yang meninggalkan shalat, zakat, atau adzan, sebab adzan adalah fardhu kifayah yang jika diabaikan oleh penduduk suatu wilayah (ahl al-balad), mereka akan ditindak tegas karenanya. Dari sini, terpapar jelas bahwa ibadah haji hukumnya fardhu „ain atas orang yang berhaji dengan syarat-syaratnya, fardhu kifayah bagi orang-orang
hidup,
dan
sunnah
(tathawwu‟)
bagi
yang
pernah
menjalankannya. Disebut dalam Al-Mubdi‟ bahwa haji hukumnya fardhu kifayah tiap tahun.1 Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 196 Allah berfirman: Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah Karena Allah. (QS. Al-Baqoroh: 196)2 Ibadah Haji merupakan rukun Islam ke lima. Kepada kaum Muslimin, Allah SWT menjanjikan surga sebagai pahala bagi para Haji mabrur. Sedangkan Haji mabrur adalah karunia yang tidak dapat dinilai dengan materi karena kandungan hikmahnya sangat luar biasa, maka inilah balasan yang pantas diberikan kepada haji mabrur. Dan tidak berlebihan
1
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah: Thaharah, Shalat, zakat, Puasa, dan Haji (Jakarta: Amzah, t.t.), h. 495-496. 2 Sumber dari Al-Qur’an
3
jika dengan menunaikan ibadah Haji, seorang muslim merasa telah menyempurnakan agamanya.3 Menurut al-Qurtuby pakar Tafsir dan Hukum (wafat tahun 671 H), pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para pakar tentang Haji mabrur maknanya berdekatan. Simpulannya adalah bahwa haji mabrur adalah haji yang sempurna hukum-hukumnya sehingga terlaksana secara sempurna sebagaimana yang dituntut.4 Hadits riwayat Bukhori Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Pahala dari ibadah umrah ke umrah dapat menghapus dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan lain baginya kecuali balasan surga.” (H. R. Bukhari). Untuk dapat melaksanakan ibadah Haji dengan baik dan benar, yaitu khusyu’, sesuai syariah, aman dan selamat, selain diperlukan penguasaan dan pemahaman mansik secara benar, juga dibutuhkan kekuatan dan kesehatan fisik yang baik. Karena itu agar jemaah memiliki pemahaman yang benar dan utuh mengenai ibadah Haji, diperlukan bimbingan kepada jemaah secara kompherensif dan berkesinambungan, baik berupa penambahan waktu bimbingan manasik, ditambah dengan 3
Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Press, 2008), h. 1. M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah bersama M. Quraish Shihab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 519. 4
4
pengetahuan dasar tentang latar belakang sosio-historis ibadah Haji serta pemahaman sejarah hidup Rasul.5 Hadits riwayat Muslim Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Ambillah (ikutilah) kalian dari aku mengenai tatacara haji kalian, barang kali aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian setelah tahun ini”. (H. R. Muslim). Manasik haji yang dikenalkan oleh Rasulullah SAW adalah penyempurna dari manasik Haji para nabi sebelumnya, termasuk manasik haji Nabi Ibrahim as.6Manasik merupakan bimbingan dan latihan untuk pelaksanaan haji tersebut. Umumnya akan berlangsung 8-12 minggu sebelum keberangkatan. Semua informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan ibadah haji akan diberikan pada saat manasik ini, dan dipandu oleh ustadz, ustadzah, dan muthaif (pemandu/guide) yang akan membimbing
jemaah
selama
melaksanakan
ibadahnya.
Hal
ini
dimaksudkan untuk menjadi pedoman Jemaah haji dalam melaksanakan manasik sesuai dengan alur gerak dan tempat kegiatan haji.7 Untuk dapat memahami ibadah haji dengan benar dan baik, maka jamaah harus dapat memahami cara-cara pelaksanaannya, tujuan, dan 5
A. Chunaini Saleh, Penyelenggara Haji Era Reaformasi, (Jakarta: Pustaka Alvabet, November 2008), h. 92. 6 Aguk Irawan MN, Panduan Superlengkap Haji dan Umrah, (Jakarta: Qultum Media, 2011), cet. 1, h. 29-30. 7 K. H. Mudatsir Muslim, Panduan Lengkap Haji dan Umrah, (Surakarta: PT. Borobudur Inspira Nusantara, 2013), h. 47.
5
kandungan makna yang terdapat dalam ibadah haji tersebut. Itulah yang disebut ilmu manasik serta syarat-syarat wajib haji, maka ia harus mengetahui ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji, agar hajinya diterima oleh Allah SWT. mengingat betapa pentingnya ilmu manasik haji dan umrah ini bagi calon Jemaah haji maka mempelajari ilmu manasik haji dan umrah hukumnya wajib.8 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Junto Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan ibadah hajij, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh Jemaah Haji. Kewajiban Pemerintah ini adalah dalam rangka memenuhi hak Jemaah Haji, yaitu memperoleh pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dalam menjalankan ibadah Haji.9 Bimbingan jemaah haji bertujuan memberikan bekal pengetahuan tentang manasik haji, proses perjalanan haji, akhlakul karimah dan adat istiadat/budaya Arab Saudi agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji dengan tertib, dalam melaksanakan ibadahnya. Kementrian Agama Kota Tangerang adalah sebuah lembaga Kementrian Agama tingkat daerah kota, yang melakukan penyelenggaraan
8
Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umrah Lengkap, (Jakarta: Era Intermedia, 2006), h. 19. 9 Zainal Abidin Supi, Petunjuk Teknis Penyelenggara Ibadah Haji, (Jakarta: Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah 2011), h. 3.
6
ibadah Haji, salah satunya adalah melakukan penyelenggaraan bimbingan manasik haji kepada calon jemaah Haji. Dari pantauan di lapangan, masih banyak jamaah
yang
kebingungan dalam melaksanakan prosesi ibadah haji. Mulai dari memakai kain ihram, niat umrah, salat sunah, tawaf hingga sa'i. Dengan penambahan manasik, diharapkan jamaah mampu melaksanakan prosesi haji secara mandiri. Kasi Bimbingan Ibadah Haji dan Pengawasan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah, Tawwabuddin menuturkan, saat melaksanakan tawaf ada jamaah yang sudah berhenti sebelum putaran ke tujuh. "Kondisi ini menjadi masalah karena dari sisi ibadahnya seperti itu belum sah," katanya. Temuan lainnya diutarakan anggota tim bimbingan ibadah Daker Makkah, Janter Simanjutak. "Petugas bimbingan ibadah sempat bertemu dua jamaah yang memulai sa’i dari Bukit Marwah. Padahal seharusnya dari Bukit Safa," ujarnya. Sebenarnya, tim bimbingan ibadah haji sudah mengerahkan petugas selama 24 jam untuk membimbing jamaah saat tawaf dan sa'i. Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) sudah membuat kurikulum manasik dalam bentuk buku dan versi digital agar jamaah bisa beribadah haji secara mandiri. Namun, banyak yang belum dibaca dan dipraktikkan langsung.Salah seorang jamaah asal Ngawi, Jawa Timur, Dwi Kuntoro mengaku penyelenggaran manasik terlaku mepet dengan waktu keberangkatan. "Kalau dilaksanakan mepet dengan waktu berangkat itu kadang pikiran kita sedang tidak fokus. Akhirnya malah lupa
7
saat tiba di Mekkah," ujarnya. Tahun ini jamaah hanya mendapatkan 6 kali manasik. Rinciannya 4 kali di Kantor Urusam Agama (KUA) Kecamatan, dan 2 kali di tingkat Kabupaten. Sedangkan pada 2014, jamaah mendapatkan 10 kali manasik. Pengurangan jumlah manasik diputuskan dalam rapat pembahasan dengan DPR pada April 2015. Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat berharap pembiayaan manasik ditingkatkan agar tahun depan jemaah bisa memahami tata cara melaksanakan haji. "Banyak jemaah kita yang masih memerlukan penyuluhan," pungkasnya.10
Menurut Mentri Agama Lukman Hakim menyadari pentingnya manasik dilakukan lebih intensif, minimal sama dengan tahun 2014 dan tahun sebelumnya yang dilakukan sebanyak 10 kali. Menag mengaku bahwa pada 2015 karena alasan efisiensi, jumlah manasik dikurangi. “Hasil evaluasi kami, ternyata banyak yang mengeluhkan ini sehingga harus ditambah. Tahun 2016, kami menyampaikan usulan ke DPR agar jumlah manasik kembali menjadi 10 kali lagi. Mudah-mudahan DPR menyetujuinya,” jelas Menag. Selain masalah ibadah, Menag berharap manasik nantinya juga diisi dengan pengenalan terhadap kultur, budaya, dan tradisi masyarakat Saudi Arabia. Termasuk juga mengenai perbedaan antara cuaca di Tanah Air dengan di Tanah Suci. “Jadi ilmu
10
Dikutip dari http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnalhaji/15/09/03/nu3imy313-manasik-haji-perlu-ditambahdi akses senin 04/04/2016 jam 14.00 WIB
8
hidup di negara orang perlu juga dipahami oleh jemaah haji kita yang 34 persen masih lulusan SD,” tutur Menag.11
Melihat permasalahan tersebut, maka dari pada itu penulis akan menuangkan dalam sebuah karya ilmiah “skripsi” Efektivitas Bimbingan Manasik Haji Pada Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah Dalam hal ini penulis memberikan batasan dan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini diambil agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan terperinci, penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas yakni Efektivitas Bimbingan Manasik Haji Pada Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016 2. Rumusan Masalah Dari batasan masalah yang akan dibahas diatas penulis merumuskan masalah sebagaiberikut:
11
Dikutip darihttp://haji.kemenag.go.id/v2/content/kemenag-usul-manasik-haji-kembalimenjadi-10-kali di akses senin 04/04/2016 jam 14.00WIB
9
a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan manasik haji yang dilakukan di Kemenag Kota Tangerang. b. Bagaimana efektivitas bimbingan manasik yang dilaksanakan di Kemenag Kota Tangerang.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah: a. Mengetahui tujuan bimbingan yang telah diberikan petugas di Kemenag Kota Tangerang. b. Mengetahui ke efektifan bimbingan yang telah diberikan oleh petugas di Kemenag Kota Tangerang.
2. Manfaat Penelitian a. Teoritis Sebagai salah satu literatur dalam rangka mengembangkan wawasan terutama mengenai bimbingan manasik haji. b. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas bimbingan yang diberikan.
10
Disamping itu juga penulis ingin menyumbangkan hasil dari penelitian skripsi ini kepada perpustakan sebagai koleksi tulisan ilmiah yang bermanfaat.
D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu field research (penelitian lapangan), yang dimana penelitian langsung terjun ke lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini mengenai efektivitas bimbingan manasik haji di Kementrian Agama Kota Tangerang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.12 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. Sedangkan objek dari dari penelitian ini adalah Efektivitas Bimbingan Manasik Haji.
12
Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1998), hal. 12
11
3. Sumber Data Sumber data ini sangat penting untk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan benar atau tidaknya suatu penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan: a. Data Primer Marupakan data utama yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara, serta dokumentasi dari pihak Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. b. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang tertulis yang terdapat dalam buku dan literature terkait. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung kelapangan dengan mendatangi narasumber yakni pada Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. Hal ini guna mengetahui keadaan yang sebenarnya yang terjadi pada lokasi penelitian berkaitan dengan penyelenggaraan bimbingan manasik haji.
12
b. Wawancara Pada wawancara penulis mengadakan komunikasi langsung dan mengajukan beberpa pertanyaan ke beberapa pihak yang bersangkutan baik secara lisan maupun mendengarkan langsung keterangan atau informasi dari pihak Kantor kementrian Agama Kota Tangerang. Metode ini digunakan untuk mendapatkan dan menggali data tentang suatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan manasik haji khususnya dalam hal efektivitas bimbingan manasik haji yang ada di Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang.
c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.13Penulis menggunakan data dan sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.
5. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang penulis gunakan dalam mengolah data
penelitian
ini
adalah
dari
hasil
wawancara,
observasi,
dokumentasi dan bahan pustaka dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni peneliti mencoba memaparkan semua data dan 13
Husain Umar dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara,3) cet ke 4 h. 73.
13
informasi yang diperoleh kemudian menganalisa data dengan berpedoman dengan sumber-sumber tertulis. 6. Teknis Penulisan Adapun teknik penulisan dalam penulisan ini adalah menggunakan “Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”, karangan Hamid Nasuhi dkk,CeQDA UIN Syarif Hidayatullah, 2012. 7. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kantor Kementrian Agama Kota Tangerang, yang beralamatkan di Jl. Jend. A. Yani. No. 08 Kota Tangerang 15116 Tel./Fax. (021) 5523118.Adapun waktu penelitian ini dimulai pada bulan April-Juni 2016.
E. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini, langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terhadap pustakata-pustaka yang ada sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah. Adapun kajian pustaka yang memiliki judul hampir sama dengan yang ditulis oleh penulis adalah yang pertama milik Ayu Mayuroh, dalam penelitiannya yang berjudul “Optimalisasi Bimbingan dan pelayanan ibadah Jemaah Haji Khusus Pada PT. Alia Indah Wisata 2014” dalam penelitian ini tujuannya memberikan pelayanan secara maksimal tanpa harus mengurangi mutu dan kualitas. Yang kedua milik Ofik fikrurosyadi,
14
dalam penelitiannya yang berjudul “Pengawasan Kegiatan Bimbingan Manasik Haji pada KBIH Nurul Hikmah” dalam penelitian ini adapun tujuannya adalah mengetahui pengawasan dalam kegiatan bimbingan manasik haji di KBIH Nurul Hikmah.
F. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini penulis membahas dengan membagi beberapa bab dan kemudian penulis bagi lagi kepada beberapa sub bab. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan rumusan masalah, metode penelitian dan teknik analisa perumusan data, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: KAJIAN TEORI Bab ini merupakan rangkaian teori yang menguraikan tentang pengertian, efektivitas, pengukuran efektivitas, pengertian bimbingan manasik ibadah haji, fungsi dan tujuan bimbingan manasik ibadah haji, bentuk dan metode bimbingan manasik ibadah haji.
BAB III
:GAMBARAN
UMUM
KANTOR
AGAMA KOTA TANGERANG
KEMENTRIAN
15
Bab ini membahas tentang sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi, fungsi dan tugas pokok, sarana, pembimbing
manasik
haji,
kompetensi
pembimbing
manasik haji, dan jadwal pelaksanaan manasik haji. BAB IV
: TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA Bab ini merupakan inti pembahasan yang berisi tentang analisis data berupa deskripsi dari hasil penelitian tentang efektivitas bimbingan manasik haji pada kantor kemenag kota tangerang.
BAB V
: PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan, dan saran. Kemudian penulis sertakan daftar pustaka dan lampiran lampiran yang berkaitan dengan penelitian yang telah di lakukan.
BAB II KAJIAN TEORI A. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketetapan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentasi target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.13 Efektivitas juga menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dapat dikatakan efektif jika itu mencapai tujuanya.14 Pengertian efektivitas menurut Kartika Hadi yang dikutip oleh Sukirno Agoes adalah sebagai berikut: “Efektivitas adalah produk akhir kegiatan operasi telah mencapai tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas hasil, kualitas kerja, maupun batas waktu yang ditargetkan”.
13
Hidayat,EfektivitasDalamKinerjaKaryawan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986), h. 30. 14 Hasansadily, EnsiklopediaIndonesia Jilid II, CES-HAM, (Jakarta: IchtiarBanu- Van Hove, 1980), h. 134.
16
17
Sedangkan menurut Syahrul dan Muhammad Afdinizar pengertian efektivitas adalah “Tingkat dimana kinerja sesungguhnya (aktual) sebanding dengan kinerja yang di targetkan”. Istilah efektif (effektive) dan efisien (efficient) merupakan dua istilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Artinya pada pelaksanaannya diniai baik atau tidak sangat tergantung pada bagaimana tugas tersebut dapat diselesaikan dan terutama dapat menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya yang diperlukan atau dikeluarkan.15 H.
Emerson
yang
dikutip
langsung
oleh
Soewarno
Handayaningrat menjelaskan pengertian efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, jelasnya apabila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif.16 Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa efektivitas adalah tercapainya suatu
15
Sondang Siagin, Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi (Jakarta: CV Masagung, 1986), Cet-5, h. 149 16 Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990), cet. Ke-10, h. 16
18
tujuan akhir yang optimal dari harapan yang dibuat sebelumnya dalam waktu yang telah ditentukan, dalam kata lain adalah adanya suatu perubahan dari suatu kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 2. Pengukuran Efektivitas Dengan
melihat
pengertian
efektivitas
diatas,
maka
dalammencapai efektivitas haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan. b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa didalam usaha penyampaian efektif itu maka biaya, tenaga kerja, material, peralatan, waktu, ruangan dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta penyelewengan. c. Pelaksanaan
kerja
yang bertanggung jawab,
yakni
untuk
membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
19
d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia. e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus seimbang dengan tanggung jawab. Harus dihindari adanya dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya. f. Prosedur kerja yang praktis, maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.17 Menurut T. Hani Handoko ukuran efektivitas sebagai berikut: a. Kegunaan, yakni agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana. b. Ketepatan dan obyektivitas, maksudnya semua rencana harus di evaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata, dan akurat. c. Ruang lingkup, yakni perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan,
komprehensif
(comprehensivenees),
kepaduan
(unity), dan konsisten. d. Efektivitas biaya, dalam hal ini biasanya efektivitas menyangkut dalam usaha, waktu dan aliran emosional.
17
Sujadi F,X, Organisasi dan Manajemen, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen (Jakarta: CV, Masagung, 1990), Cet ke-3, h. 36-39
20
e. Akuntabilitas, terdapat dua aspek akuntabilitas: pertama tangung jawab atas pelaksanaan, kedua tanggung jawab atas implementasi. f. Ketepatan waktu, yakni suatu peerencanaan, perubahan-perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagi perbedaan waktu.18 Sedangkan
menurut
FX.Suwarto
dalam
buku
Perilaku
Organisasi, ada beberapa pendekatan untuk mengukur efektivitas, yaitu pendekatan tujuan, pendekatan teori sistem dan pendekatan teori multiple kontituensi.Namum dalam hal ini penulis hanya menjelaskan pendekatan teori tujuan, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan tujuan.Yang mana menekankan pada pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan. Menurut FX. Suwarto, pendekatan tujuan itu yang menekankan pada pentingnya
pencapaian
tujuan
sebagai
kriteria
penilaian
keefektifan.Pendekatan ini digunakan secara luas dalam usaha mengevaluasi dan mengukur tingkat keefektifan, dalam praktek pendekatan menurut tujuan yang banyak digunakan adalah manajemen berdasarkan sasaran (manajemen by objektif) adalah suatu program yang mencakup tujuan-tujuan yang khas ditentukan secara partisipatif untuk suatu kurun waktu tertentu dengan umpan balik mengenai kemajuan-kemajuan tujuan organisasi tersebut.19
18
T. Hani Handoko, Manajemen(Yogyakarta: BPPE, 2003), h. 103-105 FX. Suwarto, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999), h. 5-8. 19
21
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwatolak ukur efektivitas setidaknya ada empat komponen yang harus terpenuhi yaitu tepat guna, ekonomis, akuntabilitas dan ketepatan waktu.
B. Bimbingan Manasik Haji 1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji Bimbingan manasik haji terdiri dari tiga kata yaitu: Bimbingan, Manasik dan Haji. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu “guidance”.Kata guidance dalam masalah pendidikan disebut bantuan, selain itu bimbingan dapat diartikan arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance berasal dari kata dasar (to) guide, yang artinya menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan, menuntun orang kejalan yang benar.20 Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Years’s Book of Education 1995 yang menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menentukan dan mengembangkan kemampuan agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.21 Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan 20
H. M. Umar, Sartono, BimbingandanPenyuluhan, (Bandung: CV Pustakasetia 1998), Cet, ke-1, h.9 21 Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat pers, 2002), h. 3
22
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.(Rochman Natawidjaja, 1987:31).22 Menurut W.S Winkel Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntunantuntunan
hidup.Bantuan
itu
bersifat
psikis
(kejiwaan)
bukan
“pertolongan” finansial, media, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini, seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mapan untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak ini menjadi tujuan bimbingan. Jadi, yang memberikan bimbingan menganggap orang lain mampu menuntun dirinya sendiri, meskipun kemampuan itu mungkin harus digali dan dikembangkan melalui bimbingan.23 Menurut Crow & Crow (1960:7) bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memilki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seseorang 22
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,2008), h. 36 23 Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), h. 7
23
dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri.24 Definisi bimbingan yang dirumuskan oleh Bimo Walgito: Bimbingan adalah pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari dan mengatasi kesulitankesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.25 Menurut Aunur Rahim Faqih yaitu bimbingan lebih mengarah kepada ketentuan dan petunjuk Allah, karena menurutnya bimbingan islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.26 Menurut Athur J.Jones, seperti yang dikutip oleh DR. Tohari Musanmar (1985:4) bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal membantu pilihan-pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan ialah membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian dan kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.27
24
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat pers, 2002), h. 4 Bimo Wagito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu, 1975), cet
25
ke-1, h. 4 26
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), cet ke-2, h. 1-4. 27 Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat pers, 2002), h. 5
24
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah proses dimana pemberian arahan dan petunjuk terus-menerus yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan yang lebih atau kompeten dibidangnya kepada seseorang atau kelompok yang sedang mengalami permasalahan atau kesulitan sehingga menjadikannya kemandirian dalam melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan untuk pengertian manasik adalah tata cara pelaksanaan ibadah haji. Kata manasik merupakan bentuk jamak dari kata mansak yang memiliki makna perbuatan dan syiar dalam ibadah haji.28 Lalu menurut Kamus Istilah Haji dan Umrah, manasik adalah hal-hal peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji: melaksanakan ihram dari miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’I, wuquf di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, dan lain sebagainya.29 Jadi manasik merupakan tatacara pelaksanaan ibadah baik haji atau umrah sesuai dengan rukun dan syaratnya, dan merupakan hak yang tidak bisa diabaikan bagi seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah haji ke tanah suci, dilakukan sebelum perjalanan haji baik itu manasik yang diberikan oleh pemerintah (Kecamatan/kota) maupun lembaga swasta (KBIH). Dengan mengikuti manasik, setiap calon jemaah haji akan mendapatkan pengetahuan tatacara beribadah haji yang sesuai dengan anjuran Rasulullah. 28
DedeImadudin, Mengenal Haji ,(Jakarta: PT MitraAksaraPanaitan, 2011), h. 18 Dr. H. Sumuran Harahap, KamusIstilah Haji danUmrah,(Jakarta: MitraAbadi Press, 2008), h. 362 29
25
Kemudian untuk pengertian haji itu sendiri adalah menurut bahasa berarti menyengaja. Dalam bahasa Arab, haji dibaca dengan hajj atau hijj, meskipun pada dasarnya kata haji sering dibaca hajj. Jika dibaca hajj, berarti keterikatan kemampuan dengan gerakan-gerakan khusus. Jika di baca hijj, haji berarti gerakan-gerakan khusus. Jadi, najul mahjul berarti laki-laki yang menyengaja. Hanya saja kata hajj dan hijj kemudian biasa diartikan sebagai sengaja pergi ke Makkah untuk melangsungkan manasik haji.30 Adapun menurut istilah, haji artinya sengaja mengunjungi Baitullah (Kabah) untuk melaksanakan ibadah haji dengan syarat dan ketentuan yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, seseorang yang pergi ke Makkah untuk bekerja belum tentu ia dapat berhaji.31 Dari berbagai definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa bimbingan manasik haji itu adalah upaya pembekalan, arahan, petunjuk, pedoman serta pelatihan kepada para calon jemaah haji sesuai dengan syarat, rukun dan wajib haji. Sehingga diharapkan dalam pelaksanaannya tidak salah. Dengan mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji, jemaah akan mendapatkan pengetahuan tentang seputar ibadah haji, baik itu menyangkut soal ibadah, budaya orang arab, serta cuaca di tanah suci.
30
Al-jawhari, al-shahhah, Jilid 1, (al-jawhari, Ismail ibnHammad, al-shahhahTaj alLughahwaShahhah al-Arabiyyah, Kairo, 1376 H-1957 M), h. 303 31 Udin Wahyudin, Fiqih, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008), h. 81
26
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji Bimbingan manasik haji itu mempunyai fungsi dan tujuan, menurut Latif Hasan fungsi dari bimbingan manasik haji adalah: a. Agar semua calon jemaah mampu memahami semua informasi tentang pelaksanaan ibadah haji, tuntunan perjalanan, petunjuk kesehatan dan mampu mengamalkannya pada saat pelaksanaan ibadah haji di tanah suci. b. Agar jemaah haji dapat mandiri dalam melaksanakan ibadah haji, baik secara mandiri, regu atau rombongan. c. Agar para jemaah haji mempunyai kesiapan menunaikan ibadah haji baik mental, fisik, kesehatan maupun petunjuk ibadah haji lain.32 Adapun Tujuan Bimbingan Manasik Haji yaitu; Tujuan dalam bimbingan manasik adalah supaya jemaah yang niat berangkat menunaikan ibadah haji merasa aman, tertib dan sah.Aman dalam arti jemaah tidak merasa khawatir terhadap dirinya dan harta bendanya. Tertib dalam arti melaksanakan dan memenuhi syarat, rukun dan wajib sesuai dengan tuntunan agama. Sah dalam arti tidak ada kekurangan dalam menjalankan ibadah dan manasik.33
32
Latif Hasan dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), cet
ke-2 h. 17
33
Ibid. h. 19
27
Tujuan lainnya agar masyarakat umumnya dapat memahami manasik haji, disamping itu diharapkan calon jemaah haji dapat memahami tentang proses pelaksanaan haji dan dapat mempraktekkan manasik haji secara benar sesuai dengan syariat Islam. 3. Metode dan Bentuk Bimbingan Manasik Haji Bentuk dan metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan agar tercapai tujuan seperti yang telah ditentukan dan diharapkan. Dalam hal bimbingan manasik haji pun terdapat bentuk dan metode yang digunakan. Bimbingan jemaah haji dikelompokan menurut bentuknya, seperti dikemukakan Direktur Pembinaan Haji, bahwa bimbingan manasik haji oleh pemerintah menurut jenjang organisasi pelaksana yaitu: (a) Bimbingan kelompok yang dilaksanakan oleh KUA Kecamatan,
(b)
Bimbingan
massal
yang
dilaksanakan
Kabupaten/Kota.34 a. Bentuk Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok
orang
dengan
memanfaatkan
dinamika
kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya 34
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, Tuntunan Manasik Haji dan umrah, (Jakarta: Kemenag, 2013), h. 8
28
bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.35 Dalam bentuk bimbingan kelompok dilaksanakan di setiap KUA Kecamatan yang dilakukan dalam 7 (tujuh) kali pertemuan. Adapun jenis metode yang dipakai dalam bimbingan kelompok ini diantaranya metode ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi.36 1) Metode Ceramah Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relative besar.Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.37Dalam hal manasik haji
metode
ceramah
selalu
menjadi
unggulan
para
pembimbing dalam menjelaskan atau menerangkan materi tentang haji. 2) Metode Diskusi Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dana tau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah
35
H. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.
178
36
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, Tuntunan Manasik Haji dan umrah, (Jakarta: Kemenag, 2013), h. 7 37 Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h. 21
29
sehingga
didapatkan
kesepakatan
diantara
mereka.
Pembelajaran yang bersifat interaktif.38 Dalam bimbingan manasik haji metode ini dapat dikatakan baik karena dapat menggali pengetahuan lebih dalam lagi dari para jemaah tentang materi manasik haji yang telah disampaikan . 3) Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi. Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru.39 Dalam bimbingan manasik haji, metode ini merupakan strategi untuk mengukur sejauh mana pemahaman calon jemaah
terhadap
materi
yang telah disampaikan oleh
pembimbing, serta dapat membangkitkan respon para calon jemaah. 4) Metode Simulasi Dalam metode simulasi Udin Syaefudin menyatakan bahwa simulasi merupakan replikasi atau visualisasi dari perilaku 38
Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h. 21 39 Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h. 17
30
sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu.Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan
yang
sebenarnya.Simulasi
memungkinkan
keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utam itu bisa dimodifikasi secara nyata.40 Dalam
bimbingan
manasik
haji,
metode
simulasi
merupakan metode yang tepat untuk mengkondisikan keadaan pada saat berhaji seperti melaksanakan rukun dan wajib haji. Metode ini sangat membantu para jemaah dalam menambah pengetahuannya serta dapat mempunyai gambaran apa saja yang akan dilakukan selama ditanah suci. b. Bentuk Bimbingan Massal Bentuk bimbingan massal dilaksanakan di Kabupaten/kota oleh Kementrian Agama Kabupaten/Kota. Bimbingan massal ini dilakukan selama 3 (tiga) kali pertemuan.41 Adapun metode yang digunakan dalam bimbingan massal ini hampir sama dengan metode yang dipakai oleh bentuk bimbingan kelompok yang telah disebutkan 40
sebelumnya.
Metode
bimbingan
massal
hanya
Syaefudin, Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 129 41 Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, Tuntunan Manasik Haji dan umrah, (Jakarta: Kemenag, 2013), h. 8
31
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Dikarenakan bentuk bimbingan massal ini merupakan bentuk bimbingan umum yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah tingkat Kabupaten/Kota.
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA TANGERANG
A. Sejarah dan Perkembangannya Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang dibentuk berdasarkan KMA
No.
250/IX/1994
dan
keberadaannya
diresmikan
oleh
Walikotamadya Tangerang Drs. H. Zakaria Machmud pada bulan September 1994. Selanjutnya, atas nama Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, Walikota Tangerang melantik Kepala Kantor Departemen Agama Kotamadya Tangerang yang pertama, yaitu Drs. H. Suroh, M. Si.42 Berikut nama-nama kepala kantor departemen agama/kementrian agama Kota Tangerang dari masa-kemasa;43 1. Drs. H. M. Suroh, M. Si
Masa Bhakti 1994-1998
2. Drs. H. M. Atoullah Ahmad, MA
Masa Bhakti 1998-1999
3. Drs. H. Babun Abdullah
Masa Bhakti 1999-2002
4. Drs. KH. Saeful Millah, MM, M.BA Masa Bhakti 2002-2003
42 43
5. Drs. H. Iskandar Bunyamin, MM
Masa Bhakti 2003-2006
6. Drs. H. Zaenal, MM
Masa Bhakti 2006-2013
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
32
33
7. Drs. H. A. Nawawi, M. Si
Masa Bhakti 2013-2015
8. Drs. H. Dedi Mahfudin, M. Si
Masa Bhakti 2015- sekarang.
Pada awal berikutnya, Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang berkantor (sementara) dirumah dinas Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Tangerang, yang beralamat dijalan Ahmad Yani No. 8 Kota Tangerang selama kurang lebih satu tahun. Karena mengalami renovasi, maka Departemen Agama Kota Tangerang pada tahun 1995 menempati kantor (sementara) dijalan Sukasari. Setelah selesai renovasi, maka pindah kembali kejalan A. Yani No.8. pada tahun 2005 kantor di jalan A. Yani mengalami rehab total sehingga aktivitas kantor pindah kerumah dinas Sekda Kota Tangerang Jl. Nyimas Melati, Kota Tangerang. Selanjutnya pada tahun 2013 Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang berpindah ke Jl. Perintis Kemerdekaan II Cikokol menempati kantor lama Kementrian Agama Kantor Kabupaten Tangerang yang telah berpindah ke Tigaraksa.44 Kementrian Agama Kantor Kota Tangerang yang beralamat di Jl. A. Yani No.8 masih tetap ditempati oleh seksi Penyelenggara Haji dan Umrah, BAZDA Kota Tangerang, Sekretariat Dharma wanita, kelompok kerja pengawas, kelompok kerja penyuluh dan sekretariat IGRA Kota Tangerang, hal ini mengingat terbatasnya luas tanah dan pasilitas ruang
44
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
34
kerja pada kantor yang beralamat di Jl. Perintis Kemerdekaan II Cokokol.45
B. Visi, Misi, dan Motto 1. Visi “Terwujudnya Masyarakat Kota Tangerang yang taat beragama, Berakhlakul Karimah, Rukun, Cerdas, Mandiri, dan Sejahtera Lahir Batin”.46
2. Misi a. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa b. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan pada madrasah sekolah umum dan pondok pesantren, TPQ/TKQ, MDT dan majelis taklim. c. Mewujudkan keluarga sakinah. d. Meningkatkan pelayanan ibadah haji. e. Memberdayakan lembaga keagamaan. f. Memperkokoh kehidupan beragama dengan mengedepankan asas kerukunan antar umat beragama, intern umat beragama.47
45
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang 47 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang 46
35
3. Motto Melayani dengan pesona dan senyum dalam kerang kalima (5) nilai budaya kerja, yaitu: Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab, dan Keteladanan.48
C. Stuktur Organisasi Stuktur organisasi sangat penting dan sangat berperan. Hal ini agar suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya lebih terarah dan tidak saling berbenturan. Selain itu, stuktur organisasi juga diperlukan agar terja dipembagian tugas yang seimbang dan objektif yaitu memberikan tugas sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing anggotanya. Struktur organisasi yang baik yaitu menempatkan petugas yang tepat dan memiliki kompetensi. Hal ini dilakukan agar semua kegiatan lebih terarah, teratur dan terkontrol sehingga apabila terjadi persoalan dapat diselesaikan sendiri mungkin. Adapun struktur organisasi Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang dan seksi penyelenggaraan haji dan umrah Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang sebagai berikut:
48
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
36
Gambar 3. 1 Struktuk Organisasi Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
37
Gambar 3. 2 Struktuk Organisasi Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama Kota Tangerang.49
D. Tugas dan Fungsi Seksi penyelenggara Haji dan Umrah sebagai pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:50 1. Tugas Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah mempunyai tugas sebagai berikut. “Merencanakan dan melaksanakan pemberian pembinaan, 49
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
50
38
pelayanan
dan
perlindungan
kepada
masyarakat
di
bidang
penyelenggara haji serta mengawasi, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan teknis kepala Kantor Kementrian Agama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Fungsi a. Menetapkan dan merumuskan visi, misi, tujuan, sasaran, program, dan rencana Kerja Seksi Penyelenggara Haji danUmrah. b. Melakukan pembagian tugas, mengerahkan, membimbing dan mengkoordinasi pelaksanaan tugas Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah. c. Melakukan koordinasi dengan unit kerja terkait. d. Melakukan penyelesaian masalah yang timbul di lingkungan Seksi Penyelenggara Haji danUmrah. e. Melakukan usaha pengembangan dan peningkatan sistem teknis pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
E. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan a. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang optimal. b. Mendata calon jemaah yang telah melakukan setoran haji. c. Membina para pengurus KBIH agar lebih profesional.
39
d. Membimbing, melayani, dan melindungi calon jemaah haji dalam melaksanakan haji dan umrah. 2. Sasaran a. Melakukan verifikasi data KBIH dalam proses akreditasi KBIH. b. Mengadakan pembinaan calon jemaah haji ditingkat Kecamatan Kota Tangerang. c. Memverifikasi jumlah calon jemaah haji yang akan mendapat bimbingan manasik. Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, Seksi Penyelenggaraan Haji danUmrah membuat kebijakan dan program. Kebijakan yang diambil meliputi:51 1. Menyiapkan tenaga kerja yang tepat dan terampil. 2. Menyiapkan bimbingan yang berkualitas. 3. Menyiapkan tenaga pembimbing manasik haji. Program dan kegiatan yang dibuat yaitu: 1. Peningkatan kualitas penyelenggaraan haji danumrah. 2. Mendata calon jemaah haji. 3. Peningkatan kualitas SDM. 4. Peningkatan bimbingan manasik pada KUA dan KBIH.
51
Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
40
F. Sarana dan Prasarana Manasik Haji 1. Sarana Dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggra ibadah haji yakni melaksanakan
bimbingan
manasik
Kementrian
Agama
Kota
Tangerang dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan tersebut bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan kepada para calon jemaah haji yang akan berangkat untuk dilakasanakan dan dipatuhi. Pelaksanaan bimbingan manasik massal dilaksanakan di Masjid Agung Al-Ittihad Kota Tangerang. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan memilki aula Masjid yang cukup luas sehingga bisa menampung para calon jemaah dan lokasi yang trategis.52 2. Prasarana Dalam menunjang kegiatan, alat dan media yang digunakan saat bimbingan manasik haji yaitu Pengeras suara, Laptop, Infocus, buku bimbingan manasik haji dan miniatur Ka’bah.
G. Pembimbing Manasik Haji Berikut pembimbing yang menjadi narasumber ketika proses bimbingan manasik haji berlangsung di masjid Agung Al-Ittihad Kota Tangerang53 1. Walikota Kota Tangerang 52
Wawancara dengan H. Basuni, Tangerang, 01 Juni 2016 Dokumen Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang
53
41
2. Kepala Kanwil Kemenag Prov. Banten 3. Kepala Kantor kemenag Kota Tangerang 4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang 5. GM Hajj Plannig Dinas pelayanan Haji Garuda Indonesia 6. Kabid Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Prov. Banten 7. Ust. H. Ade Sutardi
H. Peserta Bimbingan Manasik Haji Dalam hal ini peserta bimbingan manasik yang dimaksud adalah para calon jemaah haji, pada Kementrian Agama Kota Tangerang peserta bimbingan manasik haji massal terdapat 1.442 jemaah (yang sudah melunasi BPIH) yang terdiri dari berbagai latar belakang, pekerjaan dan pendidikan.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab IV menjelaskan tentang analisis efektivitas bimbingan mananasik haji, dari tahapan-tahapan tersebut berisi tentang : Standar Operasional Prosedur, Mekanisme dan Prosedur, Unsur-Unsur Bimbingan dan Analisis Efektifitas bimbingan manasik. Tahapan-tahapan ini dibahas untuk mengetahui keefektifan bimbingan manasik haji pada Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Bimbingan Manasik Haji Kemenag Kota Tangerang Standar operasional prosedur adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi yang adalah anggota-anggota organisasi berjalan secara efektif (dan efisien), konsisten, standar dan sistematis.54 Menurut IR. M. Budiharjo standar operasional prosedur adalah suatu perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja tertentu. Oleh karena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah, prosedur kerja tersebut
54
Rudi M. Tambunan, Standar Operating Prosedures (SOP), Jakarta, 2008, h. 79
42
43
dilakukan menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai Standar Operating Procedure atau disingkat SOP.55 Diadakanya SOP memiliki fungsi dan tujuan 1. Fungsi : a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja. b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan. c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacalak. d. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja. e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin. 2. Tujuan : a. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja. b. Atau mengetahui dengan jelas peran dan funsi tiap-tiap posisi dalam organisasi. c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai terkait. d. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
55
M. Budiharjo, Menyusun SOP, Jakarta, 2014, h. 7
44
e. Untuk menghindari kegagalan dan kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.56
Dalam menjalankan suatu organisasi atau perusahaan tentunya memiliki standar operasional prosedur agar suatu kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan terarah. Dalam hal ini kementrian agama Kota Tangerang juga menerapkan standar operasional prosedur sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Kementrian Agama Pusat. Sesuai dengan keputusan Kementrian Agama Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, pemerintah memfasilitasi jemaah haji dengan menerbitkan buku panduan manasik haji adalah sebagai bentuk tanggungjawab pemerintah kepada para calon jemaah haji. Selain itu jemaah haji diharapkan meningkatkan pengetahuan, wawasan, serta pemahamannya secara mandiri tentang ibadah haji. Dalam
buku
panduan
manasik
haji
tersebut,
didalamnya
menjelaskan tentang keseluruhan petuntuk manasik haji dan umrah, tata cara pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan hokum dan hikmah haji dan umrah serta dilengkapi dengan Tanyajawab seputar manasik manasik haji dan umrah dan penjelasan beberapa tempat bersejarah serta syiar-syiar perhajian yang dianggap perlu. Seperti yang di kemukakan oleh H. Basuni “ Bimbingan yang diberikan oleh 56
Kementrian Agama Kota
Tangerang mempunyai
Diakses dari http://smeindonesia.org/manfaat-tujuan-dan-fungsi-sop/465/ di Unduh 30/05/16 Pukul 14.15 WIB
45
standarisasi yang telah ditetapkan oleh dirjen penyelenggaraan haji dan umrah, yaitu pembimbing, banyaknya bimbingan dan meteri bimbingan. Kami hanya tinggal menjalankannya saja”. 57 Standar Operasional Prosedur Bimbingan Manasik Haji anatara lain: 1. Pendataan Jumlah Jemaah Haji Kecamatan 2. Pembentukan panitia pelaksana 3. Pembuatan dan Distribusi Undangan Manasik Haji 4. Pendaftaran Peserta Manasik Haji 5. Pelaksanaan Manasik Haji 6. Pembuatan Mahram 7. Penyerahan Surat Mahrom 8. Pelaporan kegiatan Bimbingan Manasik Haji 9. Penyimpanan dan Pengarsipan Data Calon Jemaah Haji Yang Mengikuti Bimbingan Manasik Haji
Sejauh ini peneliti melihat Kementrian Agama Kota Tangerang telah melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai yang telah diamanatkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia dalam memberikan pelayanan kepada calon jemaah haji.
57
Wawancara Pribadi dengan H. Basuni, Tangerang, 02 Mei 2016
46
B. Mekanisme dan Prosedur Bimbingan Manasik Haji Kementrian Agama Kota Tangerang Mekanisme bimbingan manasik haji pada kementrian Agama Kota Tangerang dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama pelaksanaan bimbingan manasik haji ditingkat Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan sebanyak tujuh kali pertemuan, dan yang kedua pelaksanaan bimbingan
manasik
ditingkat
kabupaten/kota
sebanyak
tiga
kali
pertemuan. Langkah-langkah Kementrian Agama Kota Tangerang dalam pelatihan manasik haji terdiri dari:58 1. Pelaksana Kebijakan Pelatihan Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang 2. Perencanaan dalam Pelatihan Manasik Haji 3. Standar Minimum atas Penguasaan Materi dalam Pelatihan Manasik Haji 4. Pertemuan Tatap Muka dalam Pelatihan Manasik Haji
KUA yang berada di Kota Tangerang secara administratif berjumlah sebanyak 13 KUA. Anatara lain: KUA Tangerang, KUA Jatiuwung, KUA Batuceper, KUA Benda, KUA Cipondoh, KUA Ciledug, KUA Karawaci, KUA Periuk, KUA Cibodas, KUA Neglasari, KUA Pinang, KUA Karang Tengah, dan KUA Larangan. Semuanya KUA yang
58
Wawancara Pribadi dengan H. Basuni, Tangerang, 02 Juni 2016
47
ada di Kota Tangerang telah melaksanakan bimbingan manasik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dalam meningkatkan bimbingan manasik haji, pemerintah Kota Tangerang merangkul dan bekerja sama dengan bebepara KBIH untuk memberikan pemahaman tambahan mengenai ilmu manasik haji selain bimbingan manasik haji yang diberikan oleh pemerintah yakni tingkat KUA Kecamatan dan tingkat Kabupaten/Kota. Tercatat sebanyak 26 KBIH yang ada di Kota Tangerang yang telah memiliki izin dan terdaftar di Kementrian Agama Kota Tangerang melaksanakan bimbingan manasik haji sesuai dengan arahan Kementrian Agama Kota Tangerang. Calon jemaah haji yang akan berangkat tahun ini disarankan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang sebagaimana yang dikemukakan oleh H. Basuni “ Calon jemaah diarahkan agar ikut dan bergabung dengan KBIH terdekat yang ada di Kota Tangerang”59 diharapkan bagi calon jemaah haji mendapatkan pemahaman tentang ilmu manasiknya. Selain itu juga bergabungnya dengan KBIH mempererat persaudaraan antar jemaah kota Tangerang sekaligus memudahkan pelaksanaan haji di Arab Saudi. Bimbingan manasik haji merupakan bagian dari pembinaan yang dianggap perlu diberikan oleh pemerintah agar para calon jemaah haji yang akan berangkat mengetahui dan faham akan proses ibadah haji.
59
Wawancara Pribadi dengan H. Basuni. Tangerang, 02 Mei 2016
48
Selain itu juga para calon jemaah haji diharapkan mandiri ketika berlangsungnya prosesi haji dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, Kantor kementrian Agama melaksanakan bimbingan manasik haji telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Republik Indonesia. Yaitu dengan melaksanakan bimbingan manasik secara massal sebanyak tiga kali. Menurut H. Basuni “ Bimbingan Manasik dilaksanakan di Masjid Agung Al-Ittihad Kota Tangerang.”60 Ketika pelaksanaannya peneliti menyaksikan langsung kegiatan manasik haji di lokasi Masjid Agung AlIttihad Kota Tangerang yang beralamat di Jl. Ki Samaun No. 1, Sukasari Tangerang. Pemilihan ditempat masjid Al-Ittihad selain bisa menampung jumlah jemaah yang banyak, lokasi tersebut juga sangat strategis bisa diakses oleh jemaah dari berbagai kecamatan di Kota Tangerang. Dalam upaya memberikan pelayanan bimbingan manasik peneliti melihat Kementrian Agama Kota Tangerang telah melaksanakannya sesuai prosedur. Selain itu juga upaya pemerintah dalam meningkatkan bimbingan manasik haji, pemerintah bekerjasama dengan 26 KBIH yang ada di Kota Tangerang demi memantapkan pengetahuan dan membekali calon jemaah haji agar dalam melaksanakan ibadah haji, diperoleh keselamatan, kelancaran, ketertiban, dan kesejahteraan calon jemaah haji guna mencapai kesempurnaan ibadah haji untuk memperoleh haji mabrur.
60
Wawancara Pribadi dengan H. Basuni. Tangerang, 02 Mei 2016
49
C. Unsur-Unsur Bimbingan Manasik Haji Untuk mencapai bimbingan yang efektif, dalam hal ini bimbingan manasik mempunyai beberapa unsur-unsur terkait yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya agar semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Unsur-unsur tersebut antara lain: 1. Pembimbing Manaasik Haji Pembimbing merupakan hal yang sangat terpenting diutamakan dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji, dimana pembimbing merupakan salah satu yang sangat dibutuhkan oleh para calon jemaah haji agar para calon jemaah haji dapat mengetahui berbagai ilmu manasik haji yang harus dimiliki oleh para calon jemaah haji. 2. Peserta Bimbingan Manasik Haji Peserta bimbingan manasik haji adalah para calon jemaah haji itu sendiri, pada Kementrian Agama Kota Tangerang peserta bimbingan manasik haji terdapat 1.442 jemaah (yang melakukan pelunasan BPIH), yang terdiri dari berbagai macam latar belakang pendidikan, usia dan pendidikan. 3. Materi Bimbingan Manasik Haji Materi adalah salah satu hal pokok yang harus disampaikan oleh pihak penyelenggara kepada calon jemaah, dimana materi merupakan bekal yang harus diketahui oleh jemaah agar jemaah dapat
50
melaksanakan ritual ibadah Haji dengan lancer dan membuat jemaah itu lebih mandiri. 4. Metode Metode adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh narasumber atau pembimbing dalam menyampaikan materi agar proses bimbingan pada jemaah tercapai sesuai dengan tujuan. Suatu metode sangatlah penting bagi pembimbing agar jemaah merasa tidak jenuh dan bosan serta jemaah mudah memahami isi materi yang disampaikan. Metode yang digunakan saat pelaksanaan bimbingan manasik pada Kementrian Agama Kota Tangerang adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan praktek. 5. Media Media merupakan suatu wadah atau sarana dalam menyampaikan materi atau informasi. Media juga disebut sarana prasarana dalam sebuah kegaiatan. Dimana sarana prasarana ini untuk menunjang keberhasilan suatu kegiatan dalam menyampaikan sebuah materi yang akan disampaikan. 6. Tujuan dan Pengaruh Bimbingan manasik haji ini bertujuan untuk menjadikan jemaah haji yang mandiri, mematuhi semua peraturan, menjaga nama baik Negara, berakhlakul karimah, dan melaksanakan ibadah haji dengan baik sesuai dengan syariat.
51
Adapun pengaruh bimbingan manasik haji ini adalah teori yang diberikan selama ditanah air dapat dipraktekan secara benar ketika pelaksanaan ibadah haji ditanah suci serta mendapatkan predikat haji mabrur dan menjadi kepribadian yang lebih baik lagi untuk kedepannya. Menurut Ibu Sarginem salah satu calon jemaah haji mengatakan “Bimbingan manasik ini sangatlah penting dan membantu saya ketika proses pelaksanaan ibadah haji dan sudah mengetahui sedikit gambaran tentang kondisi di tanah suci karena saya sudah melaksanakan umrah sebelumnya.”61 Sedangkan menurut Bapak Tri Sulistio mengatakan “ Bimbingan manasik ini sangat bermanfaat sekali, karena sidalam setiap pertemuaannya mempunyai makna yang berbeda-beda sehingga dapat membantu saya untuk bekal nanti disana.”62 Hasil dari bimbingan ini tentunya sangatlah berguna bagi calon jemaah haji tidak hanya bimbingan manasik di Kota Tangerang saja, umumnya
melainkan
seluruh
jemaah
haji
Indonesia
untuk
melaksanakan ibadah haji di tanah suci dengan baik dan benar, serta melaksankan ibadah haji sesuai dengan syariat dan rukun dan wajibnya.
61
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sarginem, Tangerang, 04 Juni 2016 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tri Sulistio, Tangerang, 04 Juni 2016
62
52
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan dalam ibadah haji, maka hikmah yang dapat diperoleh dari ibadah haji adalah sebagi berikut:63 a. Mendorong kerja keras untuk mengusahakan biaya haji b. Melatih rela berkorban c. Mendidik untuk berani menghadapi kesulitan d. Melatih disiplin diri e. Mendorong untuk bertemu dengan bangsa-bangsa lain dari seluruh dunia f. Mewujudkan ukhuwah islamiyah g. Mewujudkan asas persamaan h. Menjadikan Baitullah sebagai lambing persatuan umat Islam i. Menapak tilas sejarah Nabi ibrahim AS dan sejarah Nabi Muhammad SAW j. Memperingati wahyu terakhir yang turun di Arafah k. Menghayati kebesaran ilahi dan menggambarkan betapa pertemuan yang akan terjadi di Padang Mahsyar kelak l. Mendapat jaminan dikabulkannya do’a-do’a m. Mendapat jaminan diampuninya dosa-dosa n. Mendapat jaminan masuk syurga
63
Hassan Saleh, Kajian Fiqih Nabawi & Fiqih Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 225
53
D. Analisis Efektivitas Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji Dilihat dari observasi langsung ke tempat penelitian dan juga berdasarkan data-data yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian mengenai bimbingan manasik haji melalui wawancara dan observasi selanjutnya adalah menganalisa anatara teori dengan praktek dilapangan. Menurut H. Emerson yang dikutip langsung oleh Soewarno Handayaningrat menjelaskan pengertian efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, jelasnya apabila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif.64 Setidak-tidaknya, ada tiga acuan kriteria utama untuk mengukur sukses tidaknya sebuah pelayanan. Hal itu tentu ada kaitannya dengan sertifikat ISO 900;2001. Pertama Profesional. Kedua Mengacu kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. Ketiga Berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat, khususnya jemaah haji. Bertugas dalam pelayanan haji tidak lain dari beribadah dan menjalankan amanah. Dalam kondisi lain, yang diperlukan bagi seorang petugas haji bukan hanya sekedar penguasaan terhadap tugas dan fungsi
64
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990), cet. Ke-10, h. 16
54
dilapangan, tetapi juga komitmen dan kesadaran untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada umat.65 Dalam melaksanakan tugasnya, peneliti melihat pelayanan ibadah Haji yang dilakukan Kementrian Agama Kota Tangerang berjalan sesuai dengan sertifikasi ISO 900;2001 yang pertama adalah Profesional. Ketika berbicara profesional, Kementrian Agama Kota Tangerang mempunyai tenaga Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dibidangnya mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing. Terbukti dengan suksesnya
menyelenggarakan
pelayanan
ibadah
Haji
mulai
dari
pendaftaran calon jemaah sampai dengan dengan pelayanan bimbingan manasik Haji. Kemudian yang kedua adalah mengacu kepada standar operasional prosedur. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, SDM yang ada di Kementrian Agama Kota Tangerang sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Kemudian yang ketiga adalah berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat, khususnya jemaah haji. Peneliti menilai dalam hal ini pemerintah Kota Tangerang memfokuskan kepada pelayanan ibadah Haji karena ibadah Haji merupakan pelayanan yang harus diberikan semaksimal mungkin kepada calon jemaah Haji karena mempunyai rangkaian ibadah yang begitu banyak akan dijalani oleh calon jemaah Haji. dari itu kebutuhan masyarakat saat ini adalah memberikan pelayanan
65
Dokumen Kementrian Agama Kota Tangerang
55
terbaik untuk calon jemaah Haji tanpa mengabaikan kebutuhan masyarakat yang lainnya. Selanjutnya adalah mengukur ke efektifan bimbingan manasik haji di Kementrian Agama Kota Tangerang. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentasi target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.66 Yang pertama adalah dari segi kuantitas, berarti dapat diartikan seberapa banyak jumlah. Baik itu jumlah pembimbing manasik, jumlah bimbingan manasik dan jumlah jemaah. Pada pelaksanaan bimbingan, yang menjadi narasumber bimbingan manasik Haji massal antara lain: a. Kepala Kanwil Kemenag Prov. Banten b. Kepala kantor Kemenag Kota Tangerang c. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang d. GM Hajj Planing Dinas Pelayanan Haji Garuda Indonesia e. Kabid Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Prov. Banten f. Ust. H. Ade Sutardi Pada pelaksanaan bimbingan tersebut bibagi menjadi tiga hari, hari pertama pengisi materi adalah: Kepala Kanwil Kemenag Prov. Banten menyampaikan 66
materi
seputar
kebijakan
pemerintah
tentang
Hidayat, Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986), h. 30.
56
penyelenggaraan ibadah haji tahun 2016, dan Kepala Kantor Kemenag Kota Tangerang menyampaikan materi tentang bimbingan perjalanan haji. Pada hari kedua pengisi materinya adalah: Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang menyampaikan materi tentang bimbingan tehnik pelayanan kesehatan haji, dan GM Hajj Planing Dinas Pelayanan Haji Garuda Indonesia menyampaikan materi tentang keselamatan penerbangan selama berada di pesawat. Untuk hari ketiga pengisi materinya adalah: Kabid Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Prov. Banten menyampaikan materi tentang tugas dan fungsi Ketua Regu, Ketua Rombongan dan perkenalan petugas Kloter (TPIH, TPHI, dan TKHI), dan pemateri terakhir Ust. H. Ade Sutardi menjelaskan tentang hikmah haji, pelestarian haji mabrur, dan praktikum manasik haji. 67 Kemudian jumlah bimbingan manasik. Menurut H. Basuni “untuk tahun ini bimbingan manasik haji kembali menjadi 10 kali bimbingan, 7 kali tingkat KUA Kecamatan dan 3 kali tingkat Kabupaten/Kota.” Hal ini peniliti menilai jumlah bimbingan manasik tahun ini kembali normal dari tahun sebelumnya sebanyak 6 kali bimbingan walaupun penulis anggap masih kurang dalam bimbingan manasik haji. Melihat hal tersebut Kementrian agama bekerjasama dengan 26 KBIH yang ada di Kota Tangerang untuk memberikan bimbingan tambahan selain yang diberikan oleh pemerintah. Ketika peneliti mendatangi salah satu KBIH yang ada di
67
Wawancara Pribadi dengan H. Basuni. Tangerang, 01 Juni 2016
57
Kota Tangerang dan melakukan wawancara dengan H. Ahmad Damanhuri mengatakan “KBIH disini mengadakan bimbingan manasik 24 kali untuk calon jemaah Haji yang dimulai dari bulan Desember sampai bulan Mei 2016”. Peneliti menilai hal ini sangat efektif menjadi alternatif dari kurangnya bimbingan yang diberikan oleh pemerintah, selain itu juga materi yang disampaikan jauh lebih banyak mengenai ibadah Haji. Kemudian dari jumlah jemaah haji Pada tahun ini kuota jemaah haji Provinsi Banten sekitar kurang lebih 6.788 orang yang terbagi dalam beberapa Kabupaten dan Kota. Sedangkan
jumlah jemaah haji Kota
Tangerang sebanyak 1.442.68 Dan telah melunasi BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji) Menurut H. Basuni sebagai pembinaan haji dan umrah Kota Tangerang “Calon jemaah haji Kota Tangerang berasal dari berbagai jenis profesi atau pekerjaan yang berbeda-beda, semuanya mengikuti bimbingan manasik haji dengan semangat.”69
68 69
Wawancara Pribadi dengan H. Basuni. Tangerang, 01 juni 2016 Wawancara Pribadi dengan H. Basuni, Tangerang, 01 Juni 2016
58
Tabel 4.1 Tabel Jumlah Jemaah Haji Kota Tangerang Dari Segi Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah
Persentase
PNS
157
10,88%
Pedagang/Wirausaha
130
9,01%
TNI/Polri
13
0,90%
Petani
5
0,34%
Pegawai Swasta
568
39,38%
Ibu Rumah Tangga
454
31,48%
Pelajar/Mahasiswa
5
0,34%
Pensiun
110
7,62%
Total Jumlah
1.442
100%
Sumber diolah dari Kementrian Agama Kota Tangerang
Tabel diatas menjelaskan jumlah jemaah haji dilihat dari segi pekerjaan yang terdaftar sebagai peserta yang akan mengikuti pelatihan bimbingan manasik haji di Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. Pegawai Swasta sebanyak 568 peserta. Sedangkan pekerjaan Ibu rumah tangga
sebanyak
454
peserta.
PNS
dengan
157
peserta.
Pedagang/Wirausaha dengan 130 peserta. Pensiun dengan 110 peserta. TNI/Polri dengan 13 peserta. Dan terakhir Petani dan Pelajar/Mahasiswa masing-masing dengan 5 peserta. Dari tabel diatas menunjukan pekerjaan bukanlah penghalang bagi mereka yang berniat dan berkeinginan untuk melaksanakan ibadah haji ke
59
tanah suci, masalah rezeki Allah yang telah mengaturnya. Tercatat pegawai swasta yang paling banyak yang akan pergi haji tahun ini.
Tabel 4.2 Tabel Jumlah Jemaah Haji Kota Tangerang Dari Segi Pendidikan Pendidikan
Jumlah
Persentase
SD
154
10,67%
SMP
189
13,10%
SMA
530
36,80%
D3
153
10,60%
S1
354
24,54%
S2
58
4,02%
S3
4
0,27%
Total Jumlah
1.442
100%
Sumber diolah dari Kementrian Agama Kota Tangerang
Tabel diatas menjelaskan jumlah jemaah haji dilihat dari pendidikan yang terdaftar sebagai peserta yang akan mengikuti pelatihan bimbingan manasik haji Kantor Kementrian Agama Kota Tangerang. Dan paling banyak yang akan mengikuti pelatihan bimbingan manasik adalah SMA sebanyak 530 peserta. Sedangkan S1 di urutan kedua sebanyak 354 peserta. SMP di urutan ketiga dengan 189 peserta. SD diurutan keempat dengan 154 peserta. D3 di urutan kelima dengan 153 peserta. S2 di urutan ke enam dengan 58 peserta. Dan di urutan terakhir S3 dengan 4 peserta.
60
Perbedaan pendidikan tidaklah menunjukan penghalang minat dari masyarakat tersebut untuk menunaikan ibadah haji. Pada pelaksanaannya, peneliti menilai peserta manasik haji yang hadir sekitar 90% mengikuti pelatihan manasik haji dari 1.442 jemaah Haji berhak menerima bimbingan manasik yang diadakan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang di Masjid Agung Al-Ittihad. Dari 90% yang hadir tersebut menunjukan tingkat ke efektifan. Setelah mengukur dari segi kuantitas selanjutnya adalah mengukur dari segi kualitas. Berbicara kualitas bimbingan manasik yang diberikan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang mencakup kualitas pembimbing, materi, dan tempat. Menurut H. Basuni “pembimbing manasik haji yang ada di Kementrian Agama Kota Tangerang sudah bersertifikasi Haji namun ada beberapa yang belum, masih dalam proses sertifikasi.” Pembimbing merupakan orang yang terpenting dalam hal ini karena pembimbing harus menyampaikan sebuah materi, sampai tidaknya materi itu kepada calon jemaah haji tergantung pembimbingnya. Oleh karena itu pembimbing manasik haji haruslah yang professional dan mengerti serta faham dibidang keilmuannya. Selain itu juga pembimbing harus memiliki keahlian dalam hal menyampaikan kepada jemaah. Menurut H. Basuni “Pembimbing manasik harus memiliki pengetahuan agama yang banyak, memiliki kepribadian yang baik,
61
mengetahui medan dilapangan, kemampuan bermasyarakat, serta takwa kepada Allah SWT”70 Setelah melakukan penelitian penulis membuktikan dan melihat langsung bahwa proses bimbingan manasik tersebut berjalan dengan baik dan sesuai dengan pemateri yang telah ditetapkan. Semua pemateri memberikan materi bimbingannya dengan jelas kepada jemaah. Menurut salah satu calon jemaah haji Bapak Yanis Hanifa “ Sikap pembimbing sangatlah baik dan penjelasannya sangaat detail, sehingga saya bisa memahami dengan mudah”71, bagi jemaah sendiri pembimbing merupakan guru bagi mereka, tempat bertanya, dan diskusi tentang perhajian. Selain itu juga pembimbing sosok sebagai teman ada ketika jemaah menghadapi kesulitan. Untuk menunjang ke efektifan pembimbing dalam menyampaikan materi bimbingan manasik, pembimbing menggunakan beberapa metode antara lain: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan praktek. Menurut H. Basuni “ Metode yang digunakan oleh pembimbing sejauh ini menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan praktek.”72 Pada pelaksanaannya peneliti melihat metode penyampaian yang diberikan oleh pembimbing memang benar, antara lain menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan praktek. Dengan
metode
tersebut
yang
digunakan
memudahkan
pembimbing dalam memberikan pemahaman kepada calon jemaah. 70
Wawancara Pribadi dengan H. Basuni. Tangerang, 02 Mei 2016 Wawancara Pribadi dengan Bapak Yanis Hanifa, Tangerang, 04 Juni 2016 72 Wawancara Pribadi dengan H. Basuni, Tangerang, 01 Juni 106 71
62
Menurut Ibu Sarginem salah seorang jemaah haji menyatankan bahwa “ Metode yang dipakai oleh pembimbing membantu saya untuk memahami materi yang disampaikan. Dari beberapa matode, yang saya mudah pahami adalah metode praktek.”73 Dari sekian banyaknya jemaah yang mengikuti bimbingan manasik ketika peneliti melakukan wawancara kebanyakan dari jemaah haji mengatakan metode prakteklah yang sangat mereka mudah pahami dari beberapa metode lainnya tanpa mengabaikan metode yang lainnya semuanya sangat penting. Pada metode praktek ini dilakukan setelah jemaah mendapatkan penjelasan tentang teori seputar perhajian. Metode ini diterapkan dari tahun-tahun sebelumnya karena masalah perhajian adalah mengenai ibadah fisik dimana semua kegiatannya melakukan praktek. Metode ini dianggap penting gambaran bagi jemaah yang akan melaksanakan ibadah haji. Pada metode praktik, peneliti melihat dilapangan pembimbing mempraktikan kemudian jemaah mengikutinya. Antara lain: Tatacara memakai kain ihram yang baik dan benar, praktik niat dan shalat sunah ihram, tatacara thawaf, sa’I, dan tahallul. Kemudian materi yang dberikan oleh pembimbing sesuai dengan kurikulum yang telah di buat. Adapun materi sebagai berikut:
73
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sarginem, Tangerang, 04 Juni 2016
63
Tabel 4.3 Tabel Materi Bimbingan Manasik Haji Massal di Kementrian Agama Kota Tangerang Pertemuan
Materi
Tempat
a) Kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan ibadah haji tahun 1 2016 b) Bimbingan perjalanan haji
2
a) Keselamatan penerbangan
Masjid Agung
b) Bimbingan tehnik pelayanan
Al-Ittihad Kota
kesehatan haji
Tangerang
a) Tugas dan fungsi ketua regu, ketua rombongan, dan perkenalan petugas 3
kloter (TPHI, TPIHI, dan TKHI) b) Hikmah haji, pelestarian haji mabrur dan praktikum manasik haji
Sumber dari Kementrian Agama Kota Tangerang
Tabel diatas menjelaskan tentang pelaksanaan sekaligus materi manasik haji yang dilaksanakan di Kementrian Agama Kota Tangerang. Dengan diberikan jadwal pelaksanaan bimbingan manasik tersebut jemaah haji lebih jelas mengetahui materi manasik yang akan diberikan oleh Pembina Haji.
64
Adapun materi bimbingan manasik haji yang diberikan ditingkat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Tabel Materi Bimbingan Manasik Haji di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pertemuan 1
Materi
Bimbingan Perjalanan Ibadah Haji a) Persiapan sebelum berangkat ke Asrama Haji (Asrama Haji Transit) b) Kegiatan
di
Asrama
Haji
(Embarkasi/Debarkasi) c) Kegiatan selama di Pesawat d) Kegiatan
di
Bandara
Arab
Saudi
(Madinah/Jeddah) pada saat kedatangan dan pemulangan e) Kegiatan
dalam
perjalanan
menuju
pemondokan f) Kegiatan di pemondokan Mekkah/Madinah g) Kegiatan di Arafah, Muzdalifah dan Mina h) Kegiatan ziarah di Mekkah dan Madinah 2
Bimbingan Kesehatan Haji a) Pelayanan kesehatan terhadap jemaah haji di Tanah Air dan Arab Saudi
65
b) Jenis obat-obatan yang boleh dibawa ke Tanah Suci c) Penanganan dini terhadap jemaah haji
Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Haji a) Etika
dan
akhlakul
karimah
selama
pelaksanaan ibadah haji b) Pengretian haji Ifrad, Tamattu, Qiran c) Macam-mcam Dam d) Pelaksanaan shalat Arba’in
3
Bimbingan Pelaksanaan Ibadah haji/Umrah a) Berpakaian dan Shalat Sunat Ihram b) Niat dan bacaan Talbiyah c) Thawaf d) Sa’i e) Tahallul
4
Bimbingan Pelaksanaan Ibadah Umrah a) Praktik memakai pakaian Ihram b) Praktik niat dan shalat sunnah ihram c) Praktik Thawaf d) Praktif Sa’i e) Praktik Tahallul
66
5
Binbingan Pelaksanaan Ibadah Haji/Manasik Haji a) Ihram/Miqot b) Wukuf di Arafah c) Mabit di Muzdalifah d) Mabit di Mina e) Melontar Jamarat f) Thawaf Ifadoh, Sa’i g) Tahallul Awal dan Tahallul Tsani
6
Bimbingan
Pelaksanaan
Ibadah
Haji/Manasik Haji a) Praktik memakai Ihram b) Praktik niat dan shalat sunat Ihram c) Praktik Wukuf, Mabit di Muzdalifah dan Mina d) Praktik melempar Jamarat e) Praktik Thawaf Ifadhah f) Praktik Tahallul/Memotong Rambut 7
Ibadah dan Kegiatan Selama di Pesawat a) Bersuci (Wudhu/Tayamum di pesawat) b) Shalat di pesawat c) Makan, minum dan istirahat di pesawat d) Membaca Al-Qur’an, zikir dan do’a
67
e) Tata cara menggunakan fasilitas di pesawat f) Menjaga keselamatan penerbangan
Hak dan Kewajiban Jemaah Hak a) Hak memperoleh bimbingan manasik b) Akomodasi dan konsumsi di Tanah Air dan Arab Saudi c) Gelang identitas d) Living cost e) Pelayanan kesehatan Kewajiban a) Mematuhi tata terbit dan aturan-aturan tentang penyelenggaraan haji b) Menjaga nama baik bangsa dan Negara selama di Arab Saudi
Sumber diolah dari Kementrian Agama Kota Tangerang
Tabel diatas menjelaskan tentang pelaksanaan sekaligus manteri bimbingan manasik haji ditingkat Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. Dengan adanya pelaksanaan bimbingan tersebut, para calon jemaah haji memperoleh pengetahuan dan bimbingan manasik bisa terarah dan tepat sasaran serta jemaah lebih bias mengetahui materi yang akan disampaikan oleh Pembina haji di Kantor Urusan Agama Kecamatan masing-masing.
68
Menurut Bapak Madali salah satu calon jemaah haji “ Materi yang diberikan oleh pembimbing haji sudah cukup jelas dan tidak itu-itu saja semua sudah ada jadwalnya sesuai kurikulum yang ada.”74 Setelah peneliti melakukan observasi dan mengikuti bimbingan manasik memang benar materi yang berikan kepada calon jemaah sesuai kurikulum yang ada. Pembahasannya fokus dan tidak melebar kemanamana sehingga calon jemaah tidak merasa kebingungan. Kemudian kualitas dari segi tempat, menurut Menurut H. Basuni “untuk tahun sekarang kami menggunakan tempat Masjid Agung AlIttihad Kota Tangerang sebagai tempat dilaksanakannya bimbingan manasik haji. Karena memiliki aula yang cukup lumayan luas, bisa menampung para calon jemaah haji.” sebelumnya kami menggunakan tempat manasik di Masjid Raya Al-Adzom Kota Tangerang, akan tetapi dari segi pengeras suara di Masjid Raya Al-Adzom dianggap kurang baik, sehingga jemaah kurang merasa nyaman.”75 Ketika penulis observasi dan datang melaihat langsung tempat kegiatan manasik tersebut memang benar yang dikatakan oleh Bapak H. Basuni selaku Pembinaan Haji dan Umrah Kota Tangerang, Masjid Agung Al-Ittihad Kota Tangerang memiliki tempat aula yang luas. Untuk menunjang keefektifan ditempat bimbingan manasik, Kementrian Agama Kota Tangerang menggunakan: Kain Ihram, Laptop,
74
Wawancara Pribadi dengan Bapak Madali, Tangerang, 04 Juni 2016 Wawancara Pribadi dengan H. Basuni, Tangerang 01 Juni 2016
75
69
Infocus, Pengeras Suara, dan miniatur ka’bah sebagai media untuk menyampaikan sebuah materi dalam bimbingan Menurut salah satu jemaah haji Ibu Sumini “ Sarana dan prasarana yang disediakan Kementrian Agama Kota Tangerang sudah cukup baik, dari segi tempat, pengeras suara dan kelengkapan lainnya.”76 Dalam proses bimbingan manasik haji tentunya membutuhkan sarana dan prasarana yang baik agar pembimbing dan jemaah merasa nyaman dalam bimbingan. Setelah penulis menjelaskan dari segi kuantitas dan kualitas, selanjutnya adalah dari segi waktu. Kegiatan manasik haji ini setiap pertemuannya dilakukan kurang lebih selama 4 jam lamanya. Dimulai dari jam 08.30 WIB sampai dengan jam 12.30 WIB. Ketika peneliti melakukan observasi dengan mengikuti kegiatan manasik haji, kegiatan bimbingan manasik Haji berjalan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan tanpa adanya saling menunggu antar para jemaah yang belum datang. Bagi jemaah yang terlambat datang langsung ikut mengikuti materi yang disampaikan pada saat itu. Dari segi waktu peneliti menilai pada setiap pertemuannya selama 4 jam sudah cukup. Ketika lebih dari itu dinilai tidak efektif juga jemaah akan merasakan kejenuhan. Meskipun dikatakan efektif, bukan berarti pelaksanaan bimbingan manasik ini tanpa hambatan. Ada ada faktor pendukung dan faktor penghambat.
76
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sumini, Tangerang 04 Juni 2016
70
1. Faktor Pendukung a. Faktor dari Luar Berbagai faktor pendukung dari luar seperti banyaknya jemaah haji yang mengikuti bimbingan manasik haji serta banyaknya jemaah yang hadir mengikuti bimbingan manasik haji. b. Faktor dari Dalam Pelayanan bimbingan manasik yang diberikan Kementrian Agama Kota Tangerang yang sangat baik serta di lingkungan Kantor mempunyai Tenaga SDM yang profesional.
2. Faktor penghambat Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan
bimbingan
manasik haji adalah dari segi pendidikan jemaah, usia, dan bahasa. Dari ketiga itu pembimbing merasa sedikit kesulitan dalam menyampaikan bimbingan manasiknya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya sebagai upaya dari hasil pembahasan penulisan skripsi ini dan melakukan pengamatan rangkaian bimbingan manasik haji pada Kementrian Agama Kota Tangerang Tahun 2016. Maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Bimbingan manasik haji yang dilaksanakan oleh Kementrian Agama Kota Tangerang dinilai efektif. Hal tersebut diukur dari segi kuantitas, kualitas, dan waktu. Serta kesuksesan dalam pelayanan yang sangat baik sesuai dengan acuan sertifikasi ISO 900;2001. Yaitu: Pertama Profesional. Kedua Mengacu kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. Ketiga Berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat. 2. Pelaksanaan bimbingan manasik haji di Kemenag Kota Tangerang berjalan sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan. 3. Keberhasilan bimbingan manasik haji yang dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan praktek. Karena dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis. Jemaah haji merasa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh pembimbing.
71
72
B. Saran 1. Dalam penyampaian materi agar Jemaah diberikan metode Audio visual, karena dengan melihat daya ingat Jemaah akan bertambah dan pemahamannya akan kuat. 2. Selalu memberikan bimbingan yang maksimal dan pelayanan yang semakin baik untuk tahun-tahun selanjutnya. 3. Hendaknya memasukan materi manasik haji ke kurikulum Sekolah Madrasah. 4. Untuk masyarakat yang hendak menunaikan ibadah haji, hendaknya mempersiapkan diri dan menjaga kesehatan, serta memantapkan pemahaman ilmu manasik hajinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Muhammad, Mengenal Metodologi Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2012. Amir, Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam Jakarta: Amzah, 2010.
Al-jawhari, al-shahhah, Jilid 1, al-jawhari, Ismail ibn Hammad, al-shahhah Taj alLughah wa Shahhah al-Arabiyyah, Kairo, 1376 H-1957 M. Bimo, Wagito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Bandung: CV. Ilmu, 1975.cet ke-1 Budiharjo, Muhammad, Menyusun SOP, Jakarta, 2014. Basyuni, Muhammad, Reformasi Manajemen Haji, Jakarta: FDK Press, 2008. Dimjati, Djamaluddin, Panduan Ibadah Haji dan Umrah Lengkap, Jakarta: Era Intermedia, 2006. Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001, cet ke-2 Hidayat, Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986. Handayaningrat, Soewarno, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990. cet. Ke-10 Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam Jakarta: Ciputat pers, 2002. Harahap, Sumuran, Kamus Istilah Haji dan Umrah, Jakarta: Mitra Abadi Press, 2008. Hasan, Latif dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji, Jakarta: Zikrul Hakim, 2003. Handoko, T. Hani, Manajemen Yogyakarta: BPPE, 2003.
73
74
Irawan, MN Aguk, Panduan Superlengkap Haji dan Umrah, Jakarta: Qultum Media, 2011, cet. 1 Imadudin, Dede, Mengenal Haji ,Jakarta: PT Mitra Aksara Panaitan, 2011. Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1998. Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta, Tuntunan Manasik Haji dan umrah, Jakarta: Kemenag, 2013. Muslim, Mudatsir, Panduan Lengkap Haji dan Umrah, Surakarta: PT. Borobudur Inspira Nusantara, 2013. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Supi, Zainal Abidin, Petunjuk Teknis Penyelenggara Ibadah Haji,Jakarta: Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah 2011. Shihab, M. Quraish, Haji dan Umrah bersama M. Quraish Shihab, Tangerang: Lentera Hati, 2012. Saleh, Chunaini, Penyelenggara Haji Era Reaformasi, Jakarta: Pustaka Alvabet, November 2008. Sadily, Hasan, Ensiklopedia Indonesia Jilid II, CES-HAM, Jakarta: IchtiarBanuVan Hove, 1980. Siagin, Sondang, Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi Jakarta: CV Masagung, 1986.Cet-5 Sujadi, FX, Organisasi dan Manajemen, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen Jakarta: CV, Masagung, 1990. Cet ke-3 Suwarto, FX, Perilaku Organisasi Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999. Sartono, M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV Pustakasetia 1998.Cet, ke
75
Sukardi, Ketut Dewa Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Jakarta: Rineka Cipta,2008. Syaefudin, Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Saleh,Hassan, Kajian Fiqih Nabawi & Fiqih Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Tambunan, Rudi M, Standar Operating Prosedures (SOP), Jakarta, 2008. Umar, Husain dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara,3.cet ke 4 Wahyudin, Udin, Fiqih, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.