EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PIUTANG USAHA YANG BERDAMPAK TERHADAP KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT PADA PT BOGOR RAYA DEVELOPMENT Nina Susiyanti Tatang Komplek Perumda 1 Blok D nomor 6, RT 01/RW 02, Cipaku-Bogor Selatan 08999507133
[email protected] Nina Susiyanti Tatang, Dra. Engelwati Gani, Ak.,M.M
Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan pengendalian internal pada perusahaan telah berjalan secara efisien dan efektif, dan untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang dihadapi dan memberikan rekomendasi khususnya pada prosedur pemberian piutang usaha dan kebijakan penjualan kredit yang diberikan PT. Bogor Raya Development kepada calon pembeli rumah. Penelitian ini menganalisis dan mengevaluasi pengendalian internal pada penjualan, piutang usaha, dan kebijakan penjualan kredit berdasarkan 5 komponen COSO. Kata kunci : Pengendalian Internal, Piutang Usaha, Kebijakan Penjualan Kredit.
Abstract The purpose of this study was to evaluate whether the implementation of internal controls at the company has been run efficiently and effectively, and to identify the problems faced and provide recommendations on procedures for granting, especially accounts receivable and credit sales policy given PT. Bogor Raya Development to prospective home buyers. This study analyzes and evaluates internal controls on sales, accounts receivable and credit sales policy is based on five components of COSO. Keywords: Internal Control, Accounts Receivable, Credit Sales Policy.
Pendahuluan Latar Belakang Di era globalisasi ini dengan semakin pesat perkembangan dunia industri, maka semakin meningkat aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan harus dapat menentukan strategi yang tepat, agar dapat mencapai tujuan utama yaitu menghasilkan laba bagi sang pemilik, meningkatkan penghasilan dan mempertahankan nama baik perusahaan agar mampu bersaing dengan perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa yang sejenis. Persaingan tersebut banyak timbul dari berbagai macam aspek. Ada dari aspek bidang industri, tekstil, bidang sarana alat komunikasi, dan bidang properti yang setiap orang pasti membutuhkannya, seperti tempat untuk tinggal yaitu rumah atau apartemen dan tanah pun menjadi investasi di bidang properti yang sangat bagus, karena harga tanah akan selalu naik dari tahun ke tahun. Untuk menghasilkan laba, suatu perusahaan di bidang properti harus memiliki produk yang dapat dijual kepada masyarakat yang sesuai dengan lifesyle di kehidupan jaman sekarang. Barang yang menarik dan disukai sesuai dengan kebutuhan dan selera masyarakat untuk produk apa saja yang akan dijual dengan melihat berbagai peluang yang ada di dunia usaha. Pada proses menghasilkan sampai bisa memasarkan produk tersebut perusahaan perlu membuat perencanaan yang baik agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan keinginan.
Rumusan Masalah 1.
Apakah PT Bogor Raya Development telah mengimplementasikan lima komponen pengendalian internal menurut COSO?
2.
Apakah setiap customer yang terlambat membayar angsuran akan dikenakan sanksi / denda oleh PT Bogor Raya Development?
Kajian Pustaka 1.
Penelitian dilakukan oleh Hartati pada tahun 2009 mengenai analisis pengendalian intern piutang usaha pada PT SFI Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari unsur-unsur pengendalian intern menurut kerangka kerja COSO, unsur penentuan resiko dan unsur aktivitas kurang efektif, sedangkan unsur lingkungan, unsur informasi komunikasi, serta unsur pemantauan cukup efektif.
2.
Penelitian dilakukan oleh Saraswati pada tahun 2012 mengenai analisis efefektivitas penerapan struktur penerapan struktur pengendalian intern piutang usaha dalam meminimalkan kerugian dan memberikan informasi yang relevan dalam penyajian laporan keuangan pada PT Hasrat Multifinance Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pengendalian intern piutang usaha PT Hasrat Multifinance Manado sudah cukup efektif dalam menguji efektivitas penerapan struktur pengendalian intern piutang usaha.
3. Penelitian dilakukan oleh Dana R. Hermanson, Jason L. Smith dan Nathaniel M. Stephens pada tahun 2012 mengenai how effective are organizations’ internal controls? insights into specific internal control elements. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian perusahaan publik secara konsisten dinilai lebih efektif dibandingkan dengan organisasi lain. Kami juga menemukan sejumlah perbedaan yang menarik, terutama
dalam komponen monitoring, dimana bank-bank dan perusahaan jasa keuangan lainnya tampaknya memiliki kontrol pemantauan lebih kuat daripada perusahaan jasa lainnya.
Tujuan Penelitian 1.
Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal menurut COSO (The Organizations of Treadway Comission) pada PT. Bogor Raya Development
Committe of Sponsoring
2.
Menguji kelayakan calon pembeli rumah berdasarkan kebijakan kredit yang diberikan PT. Bogor Raya Development kepada pelanggan yang ingin membeli rumah.
3.
Memberikan rekomendasi dan saran untuk perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang ditemukan.
Metode Penelitian Jenis penelitian penulisan skripsi ini adalah kualitatif, metode ini menitikberatkan penjelasan dan penguraian untuk memperoleh informasi yang memadai dan mendukung bagi penelitian mengenai hasil dari evaluasi pengendalian internal atas piutang usaha yang berdampak terhadap kebijakan penjualan kredit pada PT. Bogor Raya Development.
Data yang digunakan adalah data primer yang meliputi, penjualan, pemberian kredit, penagihan piutang yang dilakukan dan pelaksanaan internal control yang sedang diterapkan dan dilaksanakan pada PT. Bogor Raya Development. Data yang diperoleh langsung dari perusahaan, yaitu data tahun 2012 dan 2013.
Hasil Penelitian Tahap Penelaahan dan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal Pada tahap ini dilakukan penilaian sistem pengendalian internal manajemen perusahaan. Evaluasi dilakukan prosedur dan peraturan umum yang diberlakukan pada fungsi penjualan, piutang usaha, dan kebijakan penjualan kredit yang nantinya akan menjadi tolak ukur bagi pemeriksa pada penentuan luasnya pemeriksaan yang dilakukan. Tahap ini dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada bagian-bagian yang terkait dengan aktivitas penjualan, piutang usaha, dan kebijakan penjualan kredit yang berisi beberapa pertanyaan tentang unsur pokok yang berkaitan dengan pengendalian internal yang berpedoman pada unsur COSO. Pertanyaan dalam kuisioner merupakan pertanyaan umum yang bersifat objektif dan disertai dengan jawaban / dapat dijawab dengan : 1.
“Ya”, menunjukan kekuatan dalam pelaksanaan pengendalian atas fungsi penjualan, piutang usaha dan kebijakan penjualan kredit.
2.
“Tidak”, berarti sistem dan prosedur belum diterapkan dengan baik sebagaimana mestinya dan menunjukkan adanya kelemahan dalam pengendalian atas fungsi penjualan, piutang usaha dan kebijakan penjualan kredit.
Jawaban dari kuesioner ini, akan diperoleh temuan yang dapat menunjukkan indikasi kuat atau lemah pelaksanaan pengendalian internal atas fungsi penjualan, piutang usaha dan kebijakan penjualan kredit. Kelemahan yang ditemukan akan dievaluasi dan diberikan saran-saran perbaikan. Kuesioner untuk pengendalian internal atas fungsi penjualan, piutang usaha dan kebijakan penjualan kredit pada PT. Bogor Raya Development disajikan di lampiran. Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh pihak yang bersangkutan di perusahaan, kelebihan pada prosedur penjualan, piutang usaha dan kebijakan penjualan kredit pada PT. Bogor Raya Development yaitu : 1.
Perusahaan sudah memiliki pedoman tertulis mengenai syarat pemesanan rumah, pemberian piutang usaha dan kebijakan penjualan kredit.
2.
Perusahaan sudah memiliki target penjualan yang diberlakukan kepada setiap salesman.
3.
Dokumen-dokumen terkait sudah bernomor urut tercetak (prenumbered).
4.
Perusahaan sudah menetapkan sanksi jika terjadi keterlambatan pembayaran piutang atas angsuran rumah.
5.
Perusahaan akan memberikan bonus kepada setiap sales yang dapat mencapai target penjualan.
6.
Perusahaan telah mengasuransikan aset-aset fisik perusahaan, seperti gedung kantor dan kendaraan (mobil dan bus antar jemput karyawan).
7.
Perusahaan membuat catatan akuntansi umur piutang (aging schedule)
Kelemahan yang ditemukan dari kuesioner yang diisi oleh pihak yang bersangkutan di perusahaan, yaitu : 1.
Kurangnya koordinasi antara bagian penjualan dengan bagian piutang perusahaan.
2.
Bagian kredit tidak dipisahkan dengan bagian piutang.
3.
Tidak adanya sanksi atas keterlambatan pelunasan piutang IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan) jika pelanggan telah membeli tanah / rumah.
4.
Kurangnya pemakaian CCTV pada bagian back office perusahaan.
5.
Pihak manajemen tidak melakukan pemantauan saat terjadi transaksi penjualan dengan calon pembeli rumah.
6.
Saat sales melakukan deal pemesanan rumah dengan calon pembeli, terkadang uang booking fee tidak langsung di setorkan ke bagian keuangan.
7.
Selain itu juga terkadang salesman terlambat memberikan sales order ke bagian finance. Sehingga menghambat terjadinya serah terima antara developer dan calon pembeli.
Evaluasi Pengendalian Internal Atas Piutang Usaha yang Berdampak Terhadap Kebijakan Penjualan Kredit Evaluasi Pengendalian Internal menurut COSO dibagi menjadi lima, yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Evaluasi atas lingkungan pengendalian dimaksudkan agar dapat memahami sikap, kesadaran serta tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin yang berhubungan dengan lingkungan pengendalian. Dengan metode wawancara dapat diketahui bagaimana keandalan setiap internal control dapat meminimalisasikan kelemahan yang ada pada perusahaan. Melalui wawancara yang dilakukan pada pihak penjualan, akuntansi dan keuangan PT. Bogor Raya Development dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendalian pada PT. Bogor Raya Development telah berjalan cukup baik, berikut akan diuraikan beberapa aspek dalam lingkungan pengendalian. a. Integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompentensi c. Dewan direksi dan komite audit d. Filosofi dan gaya operasi manajemen e. Penetepan wewenang dan tanggung jawab f. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
2.
Evaluasi Penaksiran Risiko (Risk Assessment) Manajemen perlu mempertimbangkan risiko yang akan terjadi dari banyak sebab yang tidak dapat diduga oleh pihak manajemen. Oleh karena itu diperlukan adanya penilaian risiko dalam pengendalian internal, agar manajemen dapat memiliki persiapan guna untuk memperbaiki risiko yang akan muncul di dalam perusahaan. Berikut merupakan penaksiran risiko-risiko yang mungkin muncul dan pengantisipasiannya, yaitu: a.
Risiko terhadap perubahan dalam organisasi
b.
Risiko adanya kecurangan karyawan
c.
Risiko adanya personel baru
d.
Risiko penggunaan sistem informasi yang baru atau dimodifikasi
3. Evaluasi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, pengolahan, dan penyampaian informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. Informasi dan komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang dihasilkan oleh pihak internal, tetapi
juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan beberapa hal terkait dengan penerapan informasi dan komunikasi pada perusahaan, yaitu: a.
Perusahaan telah memiliki sistem akuntansi yang memadai
b.
Pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab masing-masing telah diperoleh setiap karyawan di perusahaan, berkenaan dengan pengendalian internal fungsi yang dipegangnya.
c.
Di dalam perusahaan, komunikasi antara direktur dan karyawan sangat baik.
4. Evaluasi Aktivitas Pengendalian (Control Activities) Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menghadapi risiko-risiko yang tersangkut tercapai tujuan entitas. Berikut merupakan evaluasi kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan aktivitas pengendalian internal atas piutang usaha yang berdampak terhadap kebijakan penjualan kredit meliputi : a.
Evaluasi terhadap
pemisahan kewajiban yang memadai
b.
Evaluasi terhadap pengendalian pengolahan informasi
c.
Evaluasi terhadap pengendalian fisik atas aktiva
d.
Evaluasi terhadap kinerja Terdapat aging schedule piutang IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan) yang di buat oleh perusahaan setiap bulannya, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.4 Aging Schedule Piutang Usaha IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan)
Dalam 000 rupiah Customer
Jumlah
Belum Jatuh
Piutang
Tempo
Setelah Jatuh Tempo (hari) 1-30
31-60
61-90
91-180
181-365
Bapak A
12.780
320
320
320
320
11.500
Bapak B
60.350
350
350
350
350
58.950
0
300
300
300
0
Ibu C
0
Ibu D
6.290
250
250
250
250
5.290
Bapak E
39.500
320
320
320
320
38.220
Ibu F
1.000
250
250
250
250
0
700
350
0
0
0
0
Ibu H
5.500
100
100
100
100
5.100
Ibu I
150
150
0
0
0
0
1.200
100
100
100
100
800
Bapak G
Bapak J
900
Berdasarkan Aging Schedule Piutang Usaha IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan) yang dibuat perusahaan, dari 10 pemilik rumah yang terdaftar pada tabel di atas banyak para pemilik rumah yang menunggak pembayaran piutang IPL sampai berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun. Berdasarkan tabel diatas, Bapak B mempunyai tunggakan piutang IPL yang paling banyak dari pada customer yang lain, ini dikarenakan Bapak B tidak menempati rumahnya, dan Bapak B mempunyai rumah lain di Jakarta. Saat dihubungi oleh bagian keuangan perusahaan, yang mengangkat telpon selalu sekretaris di kantor Bapak B bekerja. Sehingga sulit bagi bagian keuangan untuk menagih tunggakan atas IPL rumah Bapak B. Memang tidak semua pemilik rumah terlambat membayar IPL, berdasarkan tabel diatas Ibu C tidak terlambat membayar IPL, tapi Ibu C melakukan deposit atas IPL rumah Ibu C. IPL yang ditetapkan perusahaan atas rumah Ibu C yaitu sebesar Rp. 300.000. Ibu C selalu membayar IPL sebelum jatuh tempo ini dikarenakan Ibu C ingin mendapatkan potongan harga jika membayar 6 bulan dimuka atau 1 tahun dimuka. Saran yang dapat diberikan mengenai kondisi piutang IPL yang mempunyai banyak tunggakan dari para pemilik rumah yaitu perusahaan seharusnya menetapkan denda bagi para pemilik rumah yang terlambat membayar IPL setiap bulan. Denda yang mungkin bisa ditetapkan perusahaan kepada para pemilik rumah yaitu 5% setiap bulan. Padahal perusahaan sudah memberikan potongan harga kepada semua pemilik rumah yang membayar IPL untuk 6 bulan atau 1 tahun ke depan. Potongan harga yang diberikan perusahaan jika ada pemilik rumah yang membayar 6 bulan ke depan yaitu potongan harga sebesar 1 bulan IPL, sedangkan potongan harga untuk pemilik rumah yang membayar 1 tahun ke depan yaitu potongan harga sebesar 2 bulan IPL. Contoh: Jika Ibu A mempunyai kewajiban IPL sebesar Rp 300.000 setiap bulan, lalu Ibu A ingin membayar IPL untuk 1 tahun kedepan (12 bulan), maka untuk IPL yang dibayarkan Ibu A kepada bagian keuangan perusahaan yaitu sebesar : Rp 300.000 x 10 bulan = Rp 3.000.000.
5. Evaluasi Pemantauan (Monitoring) Pemantauan merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian internal pada suatu waktu. Setiap perusahaan membutuhkan pengawasan terhadap kinerja para karyawan. Perusahaan perlu mengamati proses kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses pengawasan ini dilakukan dengan cara berkesinambungan. Selain itu, hasil dari pemantauan yang dilakukan membutuhkan solusi yang baik bagi perusahaan. Berarti solusi bisa tercipta apabila pamantauan di dalam perusahaan berlangsung dengan baik.
Analisis 5C Kredit dalam Menguji Kelayakan Calon Pembeli Dalam proses menganalisis kelayakan calon pembeli, PT. Bogor Raya Development tetap memperhatikan analisis 5C untuk memperkecil resiko terjadi kemacetan kredit. Yang dimana analisa 5C tersebut yaitu: 1.
Character (kepribadian) Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berhutang) sangat berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi hutang) dapat meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau tidak. Untuk itu kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan informasi dari lingkungan usahanya, misalnya dari rekan bisnis, seperti customer atau supplier yang berkaitan dengan debitur. Namun apabila
pihak kreditur memberikan kredit melalui bank maka pihak developer dapat lebih yakin dengan melihat Daftar Orang Tercela (DOT). 2.
Capacity (kapasitas) Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur untuk mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti kemampuan debitur dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan lain-lain. Dalam perusahaan, untuk menentukan kapasitas calon pembeli rumah, perusahaan dapat meminta bukti slip gaji calon pembeli rumah, dapat juga meminta bukti pembayaran air, telepon, dan listrik selama 3 bulan terakhir.
3.
Capital (modal) Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau melihat berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur dapat menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan dipandang semakin serius dalam menjalankan usahanya.
4.
Collateral (jaminan) Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah pinjaman. Contoh, jika kita ingin meminjam uang ke bank senilai Rp 200.000.000,00 maka jaminan yang pihak bank minta kepada calon peminjam uang yaitu lebih dari Rp 200.000.000,00 karena bank harus memikirkan risiko-risiko yang mungkin muncul jika peminjam uang tidak mengembalikan uang yang dipinjam beserta bunganya.
5.
Condition of economy (kondisi ekonomi) Keadaan perekonomian disekitar tempat tinggal calon debitur juga harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan terjadi di masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagianya.
Simpulan dan Saran Simpulan Dari hasil pembahasan dan evaluasi pengendalian internal atas piutang usaha yang berdampak terhadap kebijakan penjualan kredit pada PT. Bogor Raya Development yang terkait dengan lima komponen menurut COSO yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian dan pemantauan, penulis menyimpulkan bahwa : 1.
Masih kurangnya pengawasan dari pihak manajemen terhadap karyawan sehingga ada beberapa karyawan yang datang tidak tepat waktu. Perusahaan juga tidak memberikan uang lembur jika ada karyawan yang bekerja di luar jam kerja.
2.
Tidak terdapat bagian kredit di struktur organisasi untuk melakukan proses pemberian kredit kepada calon pembeli. Alasan perusahaan tidak melakukan penambahan bagian tersebut dikarenakan menambah biaya pengrekrutan karyawan baru untuk bagian kredit.
3.
Pengawasan tiap-tiap supervisor penjualan masih kurang dalam mengontrol anak buahnya. Karena saat ada event di mall, terkadang hanya ada orang sales saja, tidak di kontrol oleh supervisor bagian penjualan. Sehingga mungkin saja, saat ada customer yang melakukan booking fee, uang booking fee yang di dapat sales bisa saja di pakai dulu untuk keperluan pribadi si sales.
4.
Terdapat kelemahan pada kebijakan penagihan piutang. PT. Bogor Raya Development sulit melakukan penagihan piutang IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan) karena jika pemilik rumah telat bayar tidak dikenakan denda atau sanksi, padahal jika pemilik rumah membayar IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan) 6 bulan ke depan atau 1 tahun ke depan, maka pemilik rumah akan mendapatkan potongan harga. Namun,
tetap saja banyak pemilik rumah yang menunggang pembayaran piutang IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan). Hal ini dapat berdampak buruk dalam arus keuangan perusahaan, karena dari ratusan pemilik rumah hampir sebagian yang menunggak piutang IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan).
Saran 1.
Agar tidak banyak karyawan yang datang terlambat, seharusnya dalam 1 bulan karyawan yang sering terlambat lebih dari 5 kali akan di potong gaji. Misalnya jika karyawan yang terlambat lebih dari 30 menit, maka akan di potong gaji sebesar Rp 30.000,00. Jadi tiap 1 menit dipotong gaji Rp 1.000,00. Dan seharusnya perusahaan memberikan uang lembur jika ada karyawan yang bekerja di luar jam kerja, tentu karyawan itu rela lembur demi menyelesaikan pekerjaan agar cepat selesai.
2.
Disarankan pihak manajemen melakukan pencarian karyawan yang ada di dalam perusahaan yang memiliki potensi dan kemampuan kerja tinggi agar dapat diberikan rangkap jabatan dalam bagian struktur organisasi secara khusus untuk bagian kredit.
3.
Seharusnya tiap-tiap supervisor penjualan mengawasi anak buahnya jika dalam event penjualan di mall. Sehingga uang booking fee yang diberikan dapat langsung masuk ke bagian keuangan perusahaan. Agar tidak terjadi penyelewengan uang booking fee yang telah diberikan calon pembeli kepada sales.
4.
Disarankan agar pelunasan piutang IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan) tidak terhambat, lebih baik PT. Bogor Raya Development menetapkan kebijakan baru mengenai syarat pelunasan secara tertulis berupa surat yang diberikan kepada setiap pemilik rumah. Jika dalam 3 bulan piutang IPL tidak di bayar ke bagian keuangan, maka akan dikenakan denda setiap bulan sebesar Rp 50.000,00 dan maintenance untuk rumah yang ditempati pemilik rumah tidak akan dilaksananakan. Seperti pengawasan satpam, kebersihan sekitar rumah yang ditempati pemilik rumah yang belum membayar piutang IPL (Iuran Pemeliharaan Lingkungan).
Referensi Agoes, S. (2012). Praktikum Audit (Buku 1) Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Agoes, Sukrisno. (2007). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Arens, Alvin A., & James K. Loebbecke. (2003). Auditing An Integrated Approch jilid 1, Alih Bahasa Amir Abadi Jusuf, (edisi 8). New York, Prentice-Hall International, Inc., Arens, A. A., Randal, J.E., & Beasley, M.S. (2012). Auditing and Assurance Services an Integrated Approach. (14th Edition). New Jersey: Pearson. Boynton, Johnson, dan Kell. (2006). Modern Auditing. Unites Stated: Cram101 Incorporated. COSO, the Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision, Retrived March 2, 2007, http://www.coso.org/key.htm Hall, James A .(2011). Introduction to Accounting Information Systems, 7th Edition. English. Hermanson, R. Dana, Jason L. Smith & Nathaniel M. Stephens. (2012). How Effective are Organizations’ Internal Controls? Insight into Specific Internal Control Elements. American Accounting Association. Diakses 14 Mei 2014 dari http://aaajournals.org.pinnacle.allenpress.com/doi/abs/10.2308/ciia-50146 Himawati. (2008). Ekspolarasi Zahir Accounting. Jakarta: Elex Media Komputindo. Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Kuswandi. (2008). Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta: Elex Media Komputindo. Mardi, M.Si. (2011). Sistem Informasi Akuntansi. Bogor: Ghalia Indonesia. Mulyadi. (2008). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Rama, Dasaratha V & Jones, Frederick L. Ahli bahasa oleh M. Slamet Wibowo. (2009). Sistem Informasi Akuntansi. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Royan, Frans. (2009). Account Receivable Sales Force. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sugiono, Arief. Soenarno, Yanuar. Kusumawati, Synthia. (2009). Akuntansi & Pelaporan Keuangan. Jakarta: Grasindo. Tunggal. A. W., (2013). Pokok-pokok COSO Based Auditing. Jakarta: Harvindo. Waluyo. (2008). Akuntansi Pajak. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat. Warren, Reeve dan Fess (2008). Accounting. USA: South-Western Cengage Learning.
Riwayat Penulis Nina Susiyanti Tatang lahir di kota Bogor pada tanggal 28 Januari 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 pada tahun 2014 di Universitas Bina Nusantara fakultas Ekonomi dan Komunikasi jurusan Akuntansi peminatan Perpajakan.