EVALUASI SISTEM PENJUALAN TUNAI, PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGENDALIAN INTERNAL PADA UD. MAJU SEJAHTERA
Laurent Anggreini Email:
[email protected] Heri Sukendar
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sistem penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha yang sedang berjalan agar dapat meningkatkan pengendalian internal pada UD. Maju Sejahtera. Evaluasi yang dilakukan menggunakan metode wawancara, kuisioner dan observasi dengan menggunakan analisis pengendalian internal COSO. Hasil yang ingin dicapai adalah jika menemukan kelemahan dalam sistem penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha maka akan dievaluasi dan diberikan rekomendasi perbaikan. Simpulan yang didapat adalah berdasarkan evaluasi yang telah diperoleh atas sistem penjualan tunai/kredit dan piutang usaha, penulis menilai masih perlunya perbaikan dan dengan adanya pengendalian internal diharapkan sistem penjualan tunai/kredit dan piutang usaha diharapkan mampu meningkatkan aktivitas operasional perusahaan agar dapat berjalan secara efektif dan efisien.(LA) Kata Kunci: Pengendalian Internal, Sistem Penjualan Tunai, Penjualan Kredit dan Piutang Usaha.
ABSTRACT
The purpose of this study was to evaluate the system of cash sales, credit sales and account receivable that are running in order to improve internal controls at UD. Maju Sejahtera. Evaluations were conducted using interviews, questionnaires and observation using the COSO internal control analysis. Results to be achieved is if it finds a weakness in the system of cash sales, credit sales and accounts receivable will be evaluated and given recommendations for improvement. The conclusions obtained are based on the evaluation of a system that has been earned on cash sales / credit and accounts receivable, the author assesses still need repair and the presence of internal control systems are expected to cash sales / credit and accounts receivable are expected to increase the company's operational activities in order to be able to effectively and efficient.(LA) Keywords : Internal Controls, Cash Sales System, Credit Sales and Account Receivable
PENDAHULUAN Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimalkan laba dari hasil operasional bisnis yang dijalankan nya, sehingga segala daya dan upaya dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan juga perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memberikan dampak semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan-perusahaan sejenis. Untuk dapat tetap bersaing, perusahaan harus dapat terus berkembang dan tetap unggul. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai diperlukan suatu manajemen yang dapat mengatur segala sesuatu berkaitan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan supaya lebih baik. Untuk membantu manajemen dalam mengendalikan kegiatan operasional perusahaan diperlukan suatu struktur yang disebut dengan struktur pengendalian internal. Pengendalian internal tersebut terdiri dari suatu kebijakan dan prosedur yang dirancang agar dapat memberikan jaminan untuk mendorong efisiensi operasional perusahaan, menyediakan data yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan dan mendorong dilaksanakannya kebijakankebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengendalian internal digunakan untuk memaksimalkan seluruh kekuatan dan peluang yang dimiliki perusahaan dan meminimalkan kelemahan yang ada, serta menetralisasi hambatan-hambatan strategis dalam kegiatan bisnis yang dihadapi agar unggul dalam dunia persaingan. Dalam perusahaan dagang salah satu fungsi yang penting adalah fungsi penjualan baik penjualan tunai maupun penjualan kredit dan juga piutang usaha yang timbul karena adanya pnjualan kredit. Maka dari itu untuk memiliki sistem penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha yang baik maka diperlukanya pengendalian internal yang baik juga karena transaksi penjualan dan piutang usaha dalam suatu perusahaan sangat rentan terhadap terjadinya penyelewengan atau kredit macet dan ketidakefektifan serta ketidakefisienan yang dapat merugikan perusahaan secara keseluruhan. Seperti yang dikatakan oleh redaksi Jurnal Akuntansi Keuangan (2011) “Sudah menjadi cerita klasik bahwa dalam setiap operasional perusahaan, tindak penggelapan dan pencurian selalu ada. Hanya alat dan modusnya yang mengalami perubahan dari waktu-ke-waktu dan justru risiko penggelapan dan pencurian ini paling banyak timbul di perusahaan-perusahaan skala kecil dan pengendalian internal bisa diterapkan bahkan untuk home-industry, tentunya dengan tingkat kerumitan yang berbeda.” Pengelolan prosedur penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha yang terkendali dapat membantu perusahaan dalam mengelola pendapatan yang kemudian dapat digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dan hal-hal lainya terkait dengan pencapaian tujuan organisasi. Selain itu kegiatan penjualan tunai maupun kredit merupakan sumber dari terciptanya laba dan arus kas, yang akan dicapai secara optimal bila seluruh kegiatan perusahaan dapat dikelola dengan baik. Sistem pengendalian tersebut diharapkan dapat menjamin kelancaran aktivitas penjualan tunai/kredit dan pengelolaan piutang yang lebih baik, meminimalkan terjadinya penyalahgunaan dan penyelewengan yang terjadi dalam aktivitas penjualan, serta menekan biaya-biaya yang dikeluarkan jika terjadi penyelewengan atau kredit macet sehingga transaksi penjualan kredit dan piutang ussaha dapat diselesaikan dengan baik, benar, dan tepat waktu sehingga kredit macet yang selama ini terjadi dapat dikurangi dan dihilangkan. Penelitian terhadap fungsi penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha untuk meningkatkan pengendalian internal ini dilakukan di perusahaan UD. Maju Sejahtera Bandar Lampung. Untuk mengetahui bagaimana sistem penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha yang sedang berjalan dalam UD. Maju Sejahtera untuk meningkatkan pengendalian internal dengan membatasi ruang lingkup penelitian hanya kepada UD.Maju Sejahtera Bandar Lampung dalam ruang lingkup penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha dan bagaimana pelaksanaan nya atas prosedur yang ada dalam perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai didalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengevaluasi sistem penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha yang sedang berjalan untuk mengetahui kelemahan yang terjadi dan kemudian mendesign sistem penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha yang baru yang dapat meningkatkan pengendalian internal pada UD.Maju Sejahtera 2. Mengevaluasi kegiatan aktivitas operasional bagian penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha apakah telah sesuai dengan kebijakan yang berlaku pada UD.Maju Sejahtera. 3. Memberikan rekomendasi dan so l u s i - so l u si atas kelemahan yang ada didalam fungsi piutang usaha dan penjualan tunai/kredit perusahaan agar penjualan bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan saran untuk memperbaiki kelemahan yang dihadapi perusahaan dan untuk meningkatkan pengendalian internal khususnya dalam fungsi penjualan tunai dan kredit atau piutang usaha, perbaikan itu akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penjualan tunai/kredit dan piutang usaha pada perusahaan. 2. Untuk menambah pengetahuan tentang pengendalian internal terutama tentang fungsi penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha serta wawasan tentang teori-teori yang terkait. 3. Untuk memberikan informasi dan referensi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
METODE PENELITIAN Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengevaluasi sistem penjualan tunai, penjualan kreditdan piutang usaha untuk meningkatkan pengendalian internal pada UD. Maju Sejahtera. Karakteristik penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode analisis penelitian kualitatif 2. Jenis riset penelitian adalah metode studi kasus 3. Teknik pengambilan data adalah dengan wawancara, observasi dan survei dokumen 4. Dimensi waktu penelitianya adalah longitudinal research 5. Lingkungan riset adalah lingkungan riil 6. Pemecahan masalah dengan metode deskriptif dan metode komparatif
HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Evaluasi Pengendalian Internal Perencanaan evaluasi merupakan bagian yang paling penting dalam proses evaluasi secara keseluruhan. Kita harus memiliki perencanaan evaluasi yang baik sebelum hal tersebut diimplementasikan. Dengan perencanaan yang baik, diharapkan bahwa implementasi evaluasi akan berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengendalian internal atas penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha agar perusahaan dapat mengidentifikasi hambatan - hambatan yang terjadi dalam penerapan sistem penjualan dan piutang usaha dan dapat memberikan rekomendasi atau saran-saran yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan Survei pendahuluan adalah memperoleh pemahaman dan mendapatkan informasi mengenai objek pemeriksaan untuk mengetahui latar belakang perusahaan, struktur dan kegiatan operasional perusahaan dan prosedur penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha yang ditetapkan oleh perusahaan yang dilakukan dengan cara metode kuisioner (Internal Control Questionnaire), wawancara, observasi dan memeriksa dokumen yang terkait dengan bagian yang menangani penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha UD.Maju Sejahtera. Evaluasi Penerapan Pengendalian Internal atas Penjualan Tunai, Penjualan Kredit dan Piutang Usaha Media kuisoner atau yang lebih dikenal dengan Internal Control Questionnaire. ICQ adalah serangkaian pertanyaan mengenai pengendalian dalam setiap ruang lingkup audit untuk mendeteksi kekuatan dan kelemahan sistem pengendalian yang diteliti, ICQ disusun oleh penulis yang berupa daftar pertanyaan untuk mendeteksi kekuatan dan kelemahan dalam pengendalian internal Akan diperoleh kekuatan dan kelemahan pada pelaksanaan pengendalian internal UD. Maju Sejahtera. Kekuatan yang dimiliki perusahaan pada pelaksanaan pengendalian intern atas penjualan tunai/kredit dan piutang usaha adalah 1. Dokumen-dokumen yang terkait dengan fungsi penjualan tunai/kredit dan piutang usaha sudah bernomor urut tercetak dan disertai dengan tanggal kejadian transaksi. 2. Proses otorisasi secara umum diatur sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing bagian. 3. Perusahaan menggunakan daftar price list 4. Perusahaan memiliki target setiap tahun dan perusahaan berusaha agar target tersebut dapat dicapai dengan baik.
5. Bagian penjualan tunai terpisah dengan bagian keuangan, bagian gudang, bagian pembukuan dan bagian kredit. 6. Bagian penjualan kredit terpisah dengan bagian keuangan, bagian gudang, bagian pembukuan.\ 7. Sebelum melakukan penjualan, telah dilakukan pengecekan ketersediaan barang terlebih dahulu oleh bagian gudang sehingga bagian penjualan mengetahui stok barang yang akan dijual. 8. Perusahaan selalu melakukan survey mengenai pelanggan baru yang akan melakukan transaksi pembelian pertama kali nya. 9. Pengiriman barang berdasarkan faktur penjualan dan surat jalan sehingga menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari pihak yang berwenang. 10. Dilakukan pengecekan status piutang pelanggan sebelum melakukan transaksi berikutnya 11. Hasil penerimaan kas baik tunai maupun pembayaran piutang akan disetorkan ke bank paling lama 2-3 hari 12. Perusahaan selalu melakukan rekonsiliasi bank 13. Laporan penjualan dibuat setiap bulan dan diserahkan kepada pemilik perusahaan. 14. Data pelanggan, catatan piutang usaha pelanggan selalu terupdate setiap terjadi transaksi. . Berdasarkan jawaban-jawaban yang diperoleh dari kuisioner diatas terdapat beberapa kelemahan yang dimiliki perusahaan pada pelaksanaan pengendalian internal atas fungsi penjualan tunai/kredit dan piutang usaha yaitu sebagai berikut: 1. Perusahaan tidak memiliki pedoman yang tertulis untuk prosedur dan kebijakan atas fungsi penjualan tunai/kredit dan piutang usaha. Perusahaan mengatakan kebijakan dan prosedur hanya diberikan secara lisan kepada para karyawan, karena tidak adanya kebijakan dan prosedur yang tertulis maka akan berkurangnya ke-efektifan kegiatan operasional perusahaan. 2. Perusahaan tidak memiliki uraian tugas secara tertulis untuk para karyawan, hanya diberikan secara lisan juga seperti kebijakan dan prosedur 3. Perusahaan belum menerapkan sistem komputerisasi untuk kegiatan operasional dalam perusahaan 4. Tidak terdapat kebijakan manajemen atas penyisihan piutang tak tertagih sehingga mengakibatkan ada beberapa piutang yang tidak tertagih tetapi masih terus menerus dicatat sebagai piutang. 5. Tidak ada kebijakan potongan harga bagi piutang, harusnya ada agar pelanggan termotivasi untuk membayar piutang nya karena mendapatkan potongan harga 6. Perusahaan tidak menggunakan kwitansi sebagai bukti pembayaran atas piutang usaha, hanya mengembalikan faktur berwarna putih sebagai pelanggan sudah melakukan pembayaran sehingga nanti nya akan timbul kebingungan antara para pelanggan dan perusahaan misalnya kebingungan perusahaan apakah pelanggan sudah melunasi piutang nya atau belum karena tidak ada dokumen pendukung. 7. Bagian penjualan tidak mengkonfirmasi kembali sales order yang diberikan kasir kepada pelanggan yang akan melakukan pembelian. 8. Perusahaan belum memiliki bagian pengawasan yang terpisah dengan divisi operasional perusahaan. 9. Perusahaan tidak memiliki faktur yang berbeda antara faktur penjualan kredit dengan faktur penjualan tunai. 10. Perusahaan sering terlambat dalam melakukan pengiriman pesanan pelanggan A. Evaluasi Lingkungan Pengendalian 1. Intergritas dan Etika UD.Maju Sejahtera memiliki manajemen yang biasa mengkomunikasikan aturan dan standar perusahaan secara personal behavior (tindakan individu) sehingga nilai-nilai tesebut dapat dilihat oleh karyawan dan dapat dicontoh oleh karyawan 2. Komitmen terhadap Kompetensi Perusahaaan menempatkan keahlian dan kemampuan dibidang mereka masing-masing atau bisa disebut the right man on the right place. 3. Dewan Komisaris dan Komite audit Perusahaan tidak mempunyai Pemegang saham maupun komite audit pada UD. Maju Sejahtera, semua keuntungan hasil dari penjualan diberikan kepada pemilik, perusahaan hanya membuat laporan hasil penjualan dan piutang usaha yang sangat sederhana setiap harinya. 4. Filosofi manajemen dan jenis operasi Perusahaan sudah memiliki visi dan misi yang jelas dan berharap seluruh manajemen serta karyawan dapat berkerja sama untuk dapat mewujudkan misi dan visi yang merupakan tujuan dari perusahaan
5. Stuktur Organsisasi Stuktur organisasi UD.Maju sejahtera, perusahaan ini menggunakan stuktur organisasi lini. Struktur organisasinya sudah cukup baik dan jelas namun masih ada fungsi-fungsi yang digabungkan seperti bagian keuangan digabungkan dengan bagian kredit masih dikerjakan dalam satu tim padahal kedua bagian itu adalah suatu bagian hal yang berbeda 6. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia UD.Maju Sejahtera belum memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas dan tertulis mengenai perekrutan calon karyawan dan tidak adanya bagian HRD yang bertanggung jawab atas kegiatan merekrut karyawan baru sesuai dengan kebutuhan perusahaan wakil pemimpin yang merekrut para calon karyawan, kualifikasi dari pemimpin cukup sederhana biasanya mencari yang sudah berpengalaman bekerja dan berpendidikan sarjana atau SMA sesuai dengan kebutuhan perusahaan B. Evaluasi Penaksiran Resiko 1. Penjualan Kredit Penerapan transaksi penjualan kredit dalam perusahaan merupakan strategi perusahaan untuk meningkatkan penjualan namun dalam transaksi penjualan kredit terdapat kemungkinan nya resiko kredit yang tidak terbayarkan/kredit macet, untuk mencegah resiko itu, perusahaan dalam melakukan penjualan kredit nya sudah menetapkan kebijakan tentang credit limit sebesar 5 juta rupiah 2. Kompetitor Terdapat resiko adanya kompetitor, sangat memungkinkan munculnya pesaing dalam bisnis akan ada dan tidak bisa dihindari dan hal ini akan menyebabkan kerugian pada perusahaan maka dari itu untuk menghadapi resiko ini perusahaan harus memiliki strategi yang menggunguli para pesaingnya dan saat ini perusahaan belum memikirkan strategi apa yang akan dilakukan jika ada nya pesaing baru karena perusahaan meyakini pelanggan lama nya akan tetap setia dan tidak akan berpindah. 3. Karyawan baru Resiko internal yang akan dihadapai perusahaan adalah adanya karyawan baru karena kurangnya pemahaman karyawan baru tersebut akan job desk nya dan prosedur dan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan hal ini sangat merugikan perusahaan misalkan karyawan tersebut salah catat atau salah hitung atau karena tidak tahu kebijakan perusahaan atas pemberian kredit kepada pelanggan jadi karyawan tersebut memberikan kredit kepada pelanggan yang belum melunasi piutang yang sudah jatuh tempo.. 4. Kecurangan oleh karyawan Resiko kecurangan yang dilakukan oleh karyawan, misalnya pemalsuan laporan penjualan, pencurian penerimaan uang kas, hilangnya barang di gudang hal bisa terjadikarena kuarangan nya pengawasan dan pengendalian internal dalamperusahaan, untuk itu perusahaan perlu meningkatkan pengendalian dengan cara memeriksa laporan penjualan dan peneriman kas/pengeluaran kas setiap harinya dan menerapankan sistem whistle blower yaitu tindakan yang dilakukan karyawan untuk memberitahukan kecurangan yang ada kepada pihak manajemen atau pemimpin. 5. Resiko Bisnis Perusahaan juga memperhatikan faktor eksternal seperti resiko bisinis, seperti untuk meningkatkan peluang usaha nya dengan mencoba untuk mendistribusikan masih terkait bahan bangunan juga yaitu alumunium. Perusahaan berinsiatif untuk melebarkan peluang usaha nya karena saudara pemilik mengajak untuk berkerja sama dalam usaha itu dengan pembagian hasil dan modal bagi rata atau masing-masing 50%. C. Evaluasi Aktivitas Pengendalian 1. Pemisahan tugas Fungsi pencatatan akuntansi/pembukuan sudah dipisahkan dari fungsi penjualan tunai/kredit, piutang usaha dan penerimaan kas. Dalam UD. Maju Sejahtera sudah ada bagian sendiri yang mencatat akuntansi/pembukuan jadi seluruh laporan penjualan tunai/kredit dari manajer keuangan dan laporan penerimaan kas dari manajer keuangan per harinya diberikan kepada bagian pembukuan/akuntansi untuk dibuatkan laporan yang akan diserakan kepada pemimpin. Jadi laporan yang diserakan kepada pemimpin sudah handal dan sesuai dengan kejadian yang sebenarnya dan jika pemimpin ragu akan laporan itu maka pemimpin bisa meminta buktibukti transaksi yang ada dan tinggal membandingkan saja.
Fungsi penagihan dipisahkan dengan fungsi penerimaan kas. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis perusahaan melihat fungsi penagihan yang tugasnya menagih kepada pelanggan yang piutang sudah jatuh tempo sedangkan fungsi penerimaan kas dipegang oleh manajer keuangan jadi hal ini dilakukan agar bagian penagihan tidak melakukan penggelapan uang karena jika tidak dipisahkan bagian penagihan bisa merubah angka uang yang didapatkannya karena dia juga yang berfungsi sebagai penerima kas. 2. Pemberian Otorisasi Dalam perusahaan pemberian kredit kepada pelanggan harus diotorisasi terlebih dahulu oleh pemimpin atau wakil pemimpin jadi bagian kredit setelah membuat surat persetujuan kredit dan meminta pemimpin atau wakil pemimpin jika pemimpin sedang berhalangan masuk kantor untuk menandatangani nya yang berarti pemimpin setuju dengan transaksi penjualan kredit tersebut. Jika tidak dibubuhi tandatangan dari pemimpin/wakil pemilik dianggap penjualan kredit tersebut tidak sah. Serta faktur penjualan dan surat jalan di otorisasi oleh bagian penjualan, bagian gudang dan pemimpin/wakil pemimpin. Namun pada saat bagian kredit membuat surat penagihan piutang untuk pelanggan tidak disertai tandatangan dan cap dari pemimpin/wakil pemimpin ,bagian kredit hanya menandatangani sendiri surat tersebut. a. Dokumentasi dan pencatatan Perusahaan sudah dokumen dan pencatatan untuk kegiatan penjualan tunai/kredit dan piutang usaha, dokumen yang digunakan adalah surat order penjualan, faktur penjualan tunai maupun kredit dibuat 3 rangkap yang dilengkapi dengan nomor urut dan tanggal kejadian transaksi, surat jalan, dokumen data pelanggan, dokumen status kredit dan juga data barang di gudang. Untuk transaksi piutang usaha dokumen dan pencatatan yang dibutuhkan adalah surat penagihan piutang ke pelanggan dan dokumen pencatatan piutang usaha. Manajer keuangan membuat dokumen penerimaan kas dan bukti penyetoran uang ke bank. Jadi dokumen dan pencatatan merupakan unsur yang penting namun dokumen yang tidak memadai dapat menimbulkan masalah dalam perusahaan dalam UD.Maju Sejahtera yaitu pada bagian kasir tidak adanya pita register kas seharusnya terdapat mesin register kas yang dioperasikan oleh bagian kassa setelah terjadi transaksi pembayaran atas barang dan juga sebagai dokumen pendukung untuk meyakinkan bahwa faktur tersebut benar-benar telah dibayar dan dicatat dalam register kas. b. Pengawasan fisik atas aset dan pencatatan UD.Maju sejahtera sudah mengamankan aktiva secara baik bisa dilihat bahwa perusahaan dijaga 24 jam oleh 2 orang satpam untuk mencegah pencurian asset dan kunci kantor dipegang oleh pemilik/wakil pemilik dan juga tidak ada yang boleh memasuki kantor setelah jam berkerja selesai, laporan penting dan catatan penting disimpan didalam brangkas di rumah pemimpin dan membawa setiap hari ke perusahaan jika sewaktu waktu dibutuhkan. c. Independent check atas kinerja Pemeriksaan di setiap bagian dilakukan untuk memastikan bahwa setiap prosedur telah dilaksanakan dengan baik. Pada UD. Maju Sejahtera review kinerja dilakukan sebulan sekali oleh pemimpin dengan manajer keuangan dan manajer penjualan dengan membandingkan laporan keuangan setiap bulannya dan berusaha saling berdiskusi untuk tindakan perbaikan untuk meningkatkan penjualan perusahaan, dan pemimpin juga mengadakan review jika ada masalah dalam penjualan seperti komplain pelanggan seperti banyak barang yang di retur, barang pesanan terlambat sampai, pelayanan tidak ramah atau komplain karyawan seperti merasa diekploitasi oleh karyawan senior dan kurangan nya motivasi karyawan. D. Evaluasi Informasi dan Komunikasi Setelah melakukan wawancara dan observasi dalam UD.Maju Sejahtera sudah terdapat sistem informasi akuntansi yang berupa siklus-siklus penjualan secara tunai atau kredit dan piutang usaha,siklus ini menunjukan prosedur-prosedur akuntansi dan perusahaan sudah menerapkan dan merancang prosedur penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha yang dimulai dari pemesanan oleh pelanggan, otorasi kredit, proses pengiriman barang, penagihan sampai dengan penerimaan kas atas penjualan itu. Sistem akuntansi menggambarkan informasi dan aktivitas yang diterapkan perusahaan karena itu kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikann aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal.
Setiap karyawan yang berkerja di perusahaan sudah mengerti fungsi dan tanggung jawab mereka,dan sudah mendapatkan pemahaman atas job desk nya, para karyawan juga saling berkomunikasi dan berinteraksi tentang kegiatan yang berhubungan dengan penjualan dan saling membantu jika terdapat masalah Untuk komunikasi yang terjadi karyawan dengan atasan nya manajer dan pemimpin/wakil pemimpin terlah terjalin dengan sangat lancar. Jika terdapat masalah karyawan selalu mengkomunikasikan kepada manajer dan manajer sebisa mungkin untuk membantu dan memberikan saran yang terbaik. Dan manajer selalu berkomunikasi dengan pemimpin misalnya dalam hal pengambilan keputusan, merencanakan masa depan perusahaan dan me-review kegiatan peusahaan bersama-sama. E. Evaluasi Pemantauan Prosedur transaksi penjualan tunai/kredit dan piutang usaha di monitoring oleh wakil pemimpin dan dibantu oleh manajer keuangan dan manajer penjualan, proses pemantaun dilakukan secara langsung setiap harinya untuk mengetahui apakah prosedur dan kebijakan perusahaan sudah dijalankan dengan benar oleh para karyawan agar tidak terjadinya human error dan pengawasan lain seperti semua dokumen penjualan harus diberi otorisasi oleh pemimpin/wakil pemimpin, memantau barang yang keluar dari gudang apakah jumlah nya sudah sesuai dengan yang di faktur, mengawasi pemberian otorisasi kredit, dan mencocokan laporan penjualan per hari dengan transaksi yang benar terjadi. Tetapi perusahaan belum mempunyai internal audit karena perusahaan masih bisa mengawasi aktivitas penjualan tunai/kredit dan piutang usaha sendiri yaitu diawasi oleh wakil pemimpin beserta para manajer, perusahaan merasa masih belum mau untuk go public (terbuka). Namun menurut penulis setiap organisasi menyimpan resiko bahwa setiap bagian atau divisi bisa melakukan penyimpangan dalam menjalankan tugas masing-masing yang tingkat kecurangan bisa ringan hingga berat. Maka itu perusahaan perlu satu unit kerja yaitu internal audit yang bertugas untuk melakukan fungsi pengawasan. Internal audit adalah unit yang terpisah sama sekali dengan divisi operasional perusahaan, tugas internal audit ini adalah untuk membantu manajemen perusahaan dalam menjaga agar aktivitas organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien dan internak audit bisamelaporkan temuan-temuan di dalam aktivitas penjualan tunai/kredit dan piutan usaha langsung kepada pemimpin/wakil pemimpin dan memberikan rekomendasi untuk mengatasi temuan. Hasil Temuan atas Evaluasi Pengendalian Internal atas Penjualan Tunai, Penjualan Kredit dan Piutang Usaha pada UD. Maju Sejahtera 1. Perusahaan tidak memiliki prosedur dan kebijakan secara tertulis atas penjualan tunai, kredit maupun piutang usaha Kondisi : Perusahaan belum memiliki perdoman kebijakan dan prosedur penjualan tunai, kredit dan piutang usaha dalam perusahaan yang tertulis. Perusahaan hanya menyampaikan prosedur dan kebijakan tersebut secara lisan oleh para manajer kepada karyawan nya. Kriteria : Seharusnya perusahaan memilki prosedur dan kebijakan yang disampaikan secara tertulis. Dikarenakan prosedur penjualan tunai maupun kredit dapat membantu mempermudah perusahaan menjalankan kegiatan operasional nya yaitu dari awal mulai pemesanan oleh pelanggan hingga penerimaan kas atau pelunasan nya piutang. Karyawan juga pasti lebih mudah memahami tugas dan tanggung jawab nya masing-masing terkait dengan kegiatan penjualan tersebut. Jadi Prosedur dan kebijakan tertulis sangatlah penting dalam berjalannya kegiatan operasional pada suatu perusahaan agar kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sebab : Perusahaan menanggap tidak perlu membuat kebijakan dan prosedur yang tertulis karena menurut nya jika kebijakan dan prosedur tersebut lebih efektif jika dikomunikasikan dan langsung dipraktekan oleh manajer dan karyawan senior. Dan juga jika perusahaan mengalami suatu perubahan prosedur dan kebijakan maka perusahaan akan bisa langsung menerapkan dengan cepat nya tanpa harus merubah prosedur dan kebijakan yang sudah tertulis. Akibat : Kegiatan dalam fungsi penjualan tunai, kredit dan piutang usaha bisa saja menjadi kurang efektif seperti kemungkinan nya ada perangkapan fungsi kerja sehingga berdampak pada lemahnya pengendalian internal dalam perusahaan yang dikarenakan tidak adanya prosedur yang mengikat dan mengatur setiap bagian terkait dengan aktivitas operasional
perusahaan sehingga bisa berdampak terjadinya penyimpangan, atau kecurangan terhadap prosedur dan kebijakan yang seharusnya dilakukan. Rekomendasi : Sebaiknya perusahaan membuat pedoman prosedur penjualan tunai, kredit dan piutang usaha secara tertulis. Dengan adanya pedoman yang jelas akan meminimalkan penyimpangan-penyimpangan yang kemungkinan terjadi dalam kegiatan penjualan, serta karyawan memiliki pedoman yang pasti dalam melakukan setiap fungsi dan tanggung jawabnya.. Dengan adanya pedoman yang jelas diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja setiap karyawan. 2. Tidak adanya kebijakan potongan harga dalam penjualan kredit. Kondisi : Perusahaan tidak mempunyai kebijakan potongan harga yang diberikan kepada pelanggan yang melakukan penjualan kredit. Kriteria : Pada dasar nya memiliki kebijakan potongan harga atas penjualan kredit dapat membuat para pelanggan mempercepat pelunasan penjualan nya karena akan diberikan potongan harga sesuai kebijakan yang ditetapkan.. Pemberian potongan harga pada pelanggan akan mendorong para pelanggan untuk melakukan pembayaran tidak melebihi jatuh tempo. Sebab : Perusahaan tidak memberikan potongan harga kepada pelanggan yang melakukan pembelian secara kredit karena merupakan pelanggan lama dan sudah sering melakukan transaksi dengan perusahaan yang terpenting mereka dapat mendapatkan pelunasan piutang dari para pelanggan nya Akibat : Hal ini akan berimbas pada masih adanya pelanggan yang pembayaran nya melebihi jatuh tempo, kurang lancarnya pembayaran dari para pelanggan yang akan berdampak pada arus kas perusahaan yang tersendat dan timbulnya kredit macet Sehingga keuangan perusahaan menjadi tidak efektif. Rekomendasi : Sebaiknya perusahaan menetapkan kebijakan potongan harga kepada pelanggan yang melakukan penjualan kredit. Dengan adanya kebijakan misalnya 5%/10, n/30. Jadi jika membayar dalam waktu 10 hari setelah transaksi maka akan diberikan potongan harga sebanyak 5%, jika lebih dari 10 hari maka potongan harga sudah tidak berlaku lagi diharapkan pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan bisa meningkat , sehingga tidak ada kredit macet dan arus kas perusahaan bisa berjalan dengan efektif dan efisien. 3. Perusahaan tidak memberikan kwitansi sebagai tanda terima untuk pelanggan. Kondisi : Perusahaan tidak memiliki kwitansi sebagai bukti terima kas resmi untuk pelanggan. Kriteria : Pemberian kwitansi merupakan sebagai tanda bukti bahwa pelanggan sudah melakukan pembayaran atas transaksi nya. Kwitansi itu akan memberikan bukti untuk pencatatan kedua belah pihak yang melakukan transaksi penjualan tunai maupun penjualan kredit. Sebab : Perusahaan sekarang hanya memberikan pelanggan faktur berwarna putih sebagai tanda bukti bahwa pelanggan sudah melakukan pembayaran nya, dan perusahaan merasa faktur yang diberikan kepada pelanggan sudah cukup sebagai bukti dan kegiatan perusahaan belum ada yang terganggu dengan kebijakan tersebut. Akibat : Hal ini akan membuat kebingungan pada bagian pencatatan sebenarnya antara pembeli dengan penjual jadi kemungkinan akan timbul penagihan kembali atas pelanggan yang sudah membayar karena bukti kurang kuat dan juga pelanggan merasa terganggu jika ditagih kembali padahal sudah membayar yang berakibat perusahaan dapat kehilangan pelanggan. Rekomendasi : Sebaiknya perusahaan membuat kwitansi sebagai bukti peneriman kas yang resmi untuk pelanggan dan kwitansi juga bisa digunakan bagian pencatatan atas pelunasan piutang dan penerimaan kas. 4. Perusahaan belum memiliki bagian akuntansi Kondisi : Perusahaan belum memiliki bagian akuntansi. Fungsi ini bertugas untuk mencatat aktivitas piutang usaha dan mengeluarkan kartu piutang. Selama ini yang melakukan tugas tersebut adalah bagian keuangan sehingga bagian keuangan memiliki perangkapan tugas yaitu pencatatan aktivitas piutang, penyimpanan uang, serta membuat laporan keuangan dan juga yang memverifikasi pemberian kredit. Kriteria : Dalam hal ini seharusnya fungsi akuntansi dilakukan oleh bagian akuntansi, bukan bagian keuangan. Untuk aktivitas piutang yang efektif haruslah dilakukan pemisahan tugas antara yang mencatat piutang, menyimpan pembayaran dari
piutang dan yang mengotorisasi aktivitas piutang. Pengendalian atas aktivitas piutang usaha menjadi kurang efektif apabila fungsi akuntansi tidak terpisah dari bagian keuangan. Sebab : Perusahaan tidak melakukan pemisahan fungsi kredit dari bagian keuangan karena perusahaan tidak ingin terlalu banyak merekrut karyawan sehingga pengeluaran kas meningkat untuk gaji karyawan baru dan pemimpin sudah mempercayakan aktivitas piutang pada bagian keuangan. Akibat : Permasalahan ini jelas dapat menyebabkan kineija yang kurang optimal pada bagian keuangan karena mempunyai banyak tugas, antaranya adalah membuat laporan keuangan dan mencatat aktivitas piutang usaha . Selain itu, bagian keuangan jadi memiliki peluang besar untuk melakukan tindak kecurangan atau penyelewengan, apa lagi pemimpin sudah sangat mempercayakan sepenuhnya aktivitas piutang usaha pada bagian keuangan. Rekomendasi : Sebaiknya perusahaan perlu mengadakan bagian akuntansi agar pencatatan aktivitas piutang dilakukan terpisah dari bagian keuangam. Pengendalian internal seperti ini akan menjadi lebih efisien untuk aktivitas piutang usaha dan dapat mewujudkan kinerja perusahaan yang optimal. 5. Perusahaan tidak memiliki faktur penjulan tunai dan penjualan kredit yang berbeda. Kondisi : Dalam aktivitas penjualan kredit, perusahaan tidak memiliki faktur penjualan yang berbeda. Selama ini yang digunakan adalah nota penjualan, sehingga antara penjualan tunai dan penjualan kredit, formulir yang digunakan sama Kriteria : Pada aktivitas penjualan kredit, seharusnya perusahaan membuat faktur penjualan untuk transaksi penjualan kredit. Hal ini dimaksudkan untuk dapat membedakan antara penjualan tunai dan penjualan kredit dan juga sebagai bukti bahwa pelanggan tersebut melakukan pembelian secara kredit. Sebab : Perusahaan tidak membuat faktur penjualan yang berbeda dikarenakan perusahaan tidak ingin banyak mengeluarkan biaya pencetakan untuk pembuatan faktur yang berbeda. Perusahaan merasa cukup dengan menambah keterangan kredit/tunai didalam faktur penjualan. Akibat : Tidak adanya faktur penjualan yang dibedakan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pencatatan dan kemungkinan juga penerima order lupa untuk menuliskan keterangan kredit atau tunai pada faktur. Penjualan kredit dapat dicatat sebagai penjualan tunai sehingga bagian keuangan lalai untuk menagih piutang kepada pelanggan. Rekomendasi : Sebaiknya perusahaan membuat faktur penjualan agar tidak terjadi kesalahan pencatatan dan sebagai bukti kuat bahwa pelanggan melakukan pembelian secara kredit. 6. Perusahaan tidak memiliki bagian pengawasan yang terpisah dari divisi operasional Kondisi : Perusahaan tidak mempunyai bagian pengawasan yang tepisah dari divisi operasional perusahaan yaitu auditor internal, jadi pengawasan hanya dilakukan oleh wakil pemimpin dibantu oleh para manajer. Kriteria : Internal auditor ialah orang atau badan yang melaksanakan aktifitas audit internal. Internal auditor merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu perusahaan, maka daripada itu internal auditor memiliki peranan yang penting dalam perkembangan perusahaan. Peranan utama auditor internal adalah untuk mengawasi proses operasional perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan tersebut. Dalam hal ini posisi internal auditor sangat berpengaruh dalam penggunaan sumber daya yang ada dalam perusahaan yang efektif, efisien, dan ekonomis. Sebab : Perusahaan tidak memiliki auditor internal karena mereka mengira dengan adanya pengawasan oleh wakil pemimpin dibantu oleh para manajer saja sudah cukup. Akibat : Dengan tidak adanya internal auditor , pengawasan dan pengendalian dalam perusahaan menjadi kurang efektif, dan memungkinkan terdapat kelemahan-kelemahan pada pengendalian internal yang disebabkan tidak adanya pengawasan yang memadai. Rekomendasi: Sebaiknya perusahaan merekrut seorang internal auditor yang independent. Dengan adanya internal auditor diharapkan akan dapat membantu anggota menejemen dalam berbagai hal, misalnya dalam hal prosedur operasi dari berbagai unit dan melaporkan hal-hal yang menyangkut tingkat kepatuhan terhadap kebijakan yang dibuat oleh
perusahaan, efisiensi, unit usaha atau efektifitas pada sistem pengendalian internal perusahaan. 7. Perusahaan terlambat dalam pengiriman barang ke pelanggan. Kondisi : Perusahaan sering terlambat/tidak tepat waktu dalam melakukan pengiriman barang ke pelanggan dikarenakan kurang nya armada pengiriman. Kriteria : Tidak tepat waktu dalam pengiriman barang merupakan hal ini yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, Memuaskan kebutuhan pelanggan adalah keinginan setiap perusahaan. Selain faktor penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, memuaskan kebutuhan pelanggan dapat meningkatkan keunggulan dalam persaingan. Sebab : Perusahaan memang sudah sering mendapatkan keluhan dari pelanggan, namun perusahaan memberi alasan bahwa supir sudah mengantar nya sedari tadi dan juga terkadang mengatakan dikarenakan kondisi jalan atau kondisi cuaca. Jadi perusahaan merasa tidak perlu menambah armada karena memang pelanggan tidak sabar, pelanggan diperbolehkan untuk mengambil sendiri barang nya. Akibat : Dengan buruknya pelayanan yang diberikan perusahaan maka memungkinkan pelanggan kecewa, pelanggan yang tidak puas terhadap pelayanan cenderung untuk tidak membeli kembali produk dan m pada saat kebutuhan yang sama muncul kembali dikemudian hari. Hal ini dapat menimbulkan kerugian yang besar jika perusahan kehilangan pelanggan. Rekomendasi : Perusahaan sebaiknya menambah armada pengiriman agar pengiriman barang bisa tepat waktu sehingga pelanggan puas akan pelayanan dari perusahaan. 8. Bagian penjualan tidak mengkonfirmasikan kembali sales order pelanggan Kondisi : Setelah diterima sales order dari kasir, bagian penjualan tidak mengkonfirmasi kembali sales order nya jadi bagian penjualan langsung membuat faktur penjualan berdasarkan sales order tersebut. Kriteria : Konfirmasi pelanggan adalah upaya yang dilakukan pengusaha atau penjual untuk menguatkan dan memastikan tentang keputusan pembelian atau pembatalan pembelian dari calon pelanggan. Sebab : Bagian penjualan memang langsung membuat faktur penjualan berdasarkan sales order pelanggan, karena didalam sales order pelanggan sudah terdapat tanda tangan pelanggan yang berarti pelanggan sudah menyetujui transaksi tersebut Akibat : Dikarenakan perusahaan tidak mengkonfirmasi ulang pesanan pelanggan, bisa saja bagian penerima order melakukan kecurangan seperti membuat penjualan fiktif atau membuat pelanggan fiktif, atau salah catat oleh penerima order seperti jumlah pesanan dan nama pesanan tidak sesuai dengan yang diinginkan pelanggan maka dari itu diperlukan konfirmasi ulang kepada pelanggan atas transaksi penjualan. Rekomendasi :Bagian penjualan sebaiknya mengkonfirmasi ulang setiap transaksi pembelian oleh pelanggan untuk mengetahui apakah pelanggan benar-benar membuat permintaan pembelian atas barang. Konfirmasi bisa dengan cara telepon atau dengan fax. 9. Perusahaan tidak membuat penyisihan atas piutang tak tertagih Kondisi : Perusahaan tidak mencatat maupun mengestimasi penyisihan piutang tak tertagih. Perusahaan hanya menerapkan penghapusan piutang tak tertagih. Kriteria : Piutang tak tertagih terjadi karena ada nya kemungkinan pelanggan tidak melunasi penjualan kredit nya bisa karena pelanggan kabur, bangkrut atau meninggal dunia maka dari situ munculah penyisihan piutang tak tertagih yaitu cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang. Sebab : Perusahaan tidak mempunyai kebijakan penyisihan piutang usaha karena hal ini menyebabkan bertambahnya beban operasional dalam penjualan, karena penghapusan piutang ini akan mengurangi pendapatan perusahaan. Umur piutang yang sudah lama tetap akan dicatat sebagai piutang oleh perusahaan dan akan dihapus jika telah dilunasi oleh pelanggan. Akibat : Hal seperti ini akan membuat akun piutang dalam laporan keuangannya menjadi tidak wajar dan tidak benar dalam mencerminkan piutang yang seharusnya. Rekomendasi : Perusahaan ini seharusnya sudah mulai melakukan perkiraan piutang tak tertagih untuk mengurangi terjadinya piutang yang terhapus dengan umur yang lama, sehingga membuat pendapatan perusahaan berkurang. Jika perusahaan ini semakin besar dan berkembang, maka penyisihan piutang sangat penting dilakukan.
10. Perusahaan hanya memiliki 1 rangkap surat jalan. Kondisi : Perusahaan hanya membuat surat jalan sebanyak 1 rangkap saja. Kriteria : Dokumen yang berfungsi sebagai surat pengantar atas barang yang tercantum di dalamnya yang ditujukan kepada pelanggan atau penerima yang ditentukan oleh pembeli dan mempunyai kekuatan hukum atas legalitas yang diperlukan di jalan raya mulai dari keluar perusahaan sampai memasuki wilayah milik pelanggan sehingga barang dengan quantity, spesifikasi yang disertai dengan informasi lainnya diterima oleh customer. Surat jalan terkait langsung dengan persediaan Sebab : Perusahaan hanya merasa surat jalan hanya untuk ditujukan kepada pelanggan untuk ditanda tangani sebagai tanda bukti barang sudah diterima pelanggan dan untuk legalitas di jalan raja, jadi hanya membuat 1 rangkap saja. Akibat : Untuk memastikan bahwa barang yang diterima apakah sesuai dengan barang yang dikirim. Jadi apabila terjadi perbedaan, misalkan perbedaan jumlah/quantity, maka akan dengan mudah terdeteksi. Dengan begitu akan dapat ditentukan pihak mana yang bertanggung jawab atas perbedaan itu. Kemungkinan saja kesalahan pada saat proses pengiriman, karena sebelum barang dikirim tentu sudah dicek oleh pengirim dan kurir. Rekomendasi : Perusahaan sebaiknya membuat surat jalan sebanyak 3 rangkap yang pertama diberikan kepada manajer penjualan (untuk pembukuan), kedua untuk pelanggan (diserahkan bersama barang), ketiga kepada bagian gudang (untuk mengitung persedian barang yang ada di gudang)
PENUTUP Berdasarkan pembahasan dan analisa pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Untuk menjawab pertanyaan identifikasi masalah no. 1 yaitu mengenai pengendalian internal pada prosedur dan sistem penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha dalam UD. Maju Sejahtera sudah berjalan efektifitas dan efisiensi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian internal pada UD. Maju Sejahtera sudah cukup efektif dan efisien bisa dilihat dari : 1. Dokumen-dokumen yang terkait dengan fungsi penjualan tunai/kredit dan piutang usaha sudah bernomor urut tercetak 2. Karyawan sudah mengerti tugas dan wewenang masing-masing. 3. Bagian kredit selalu meng update data piutang pelanggan, 4. Perusahaan sudah memiliki kebijakan pemberian pembatasan kredit bagi pelanggan yang ingin melakukan penjualan kredit. 5. Dilakukan pengecekan status oleh bagian keuangan mengenai status piutang pelanggan sebelum perusahaan memberikan penjualan kredit kepada pelanggan tersebut. 6. Bagian keuangan selalu membuat laporan keuangan setiap bulan nya, dan membuat laporan transaksi penjulan tunai maupun kredit setiap harinya, 7. Pemimpin selalu mengotorisasi transaksi penjualan kredit. b.
Apakah terdapat kelemahan dalam melaksanakan kegiatan pengendalian internal atas sistem penjualan tunai, penjualan kredit dan piutang usaha ? Masih terdapat kelemahan dalam kegiatan operasional yang tidak efektif, efisien dan ekonomis sehingga tidak baik untuk kelancaran operasional perusahaan. Kelemahan nya diantara lain 1. Perusahaan tidak mempunyai prosedur dan kebijakan atas penjualan tunai/kredit dan piutang usaha yang tertulis 2. Bagian kredit tidak terpisah dari bagian keuangan 3. Bagian penagihan masih melakukan aktivitas penyetoran ke bank 4. Perusahaan tidak memberikan kwitansi sebagai bukti pembayaran 5. Perusahaan hanya membuat surat jalan satu rangkap saja. 6. Perusahaan tidak memberikan kode atas barang dan pelanggan. 7. Perusahaan tidak memberikan potongan harga bagi penjualan kredit. 8. Perusahaan terlambat dalam pengantaran pesanan barang pelanggan 9. Pemimpin tidak meng-otorisasi faktur penjualan dan surat jalan
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat oleh penulis maka dari itu penulis memberikan saran atau rekomendasi yang berguna bagi perusahaan agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien 1. Perusahaan seharusnya membuat kebijakan dan prosedur yang tertulis karena hal ini akan memberikan pedoman yang jelas dan pasti mengenai kegiatan penjualan dan piutang usaha 2. Perusahaan seharusnya membuat bagian kredit terpisah dari bagian keuangan dan meletakan bagian kredit tepat dibawah bagian keuangan. 3. Perusahaan disarankan bagian penagihan hanya menangani penagihan saja 4. Perusahaan perlu membuat kwitansi sebagai bukti pembayaran yang resmi agar tidak timbul kesalah pahaman antar pelanggan dan juga bagian keuangan 5. Perusahaan sebaiknya mempunyai surat jalan sebanyak 3 rangkap yang pertama diberikan kepada manajer penjualan, kepada pelanggan dan bagian gudang . 6. Perusahaan seharusnya membuat kode untuk barang dan kode untuk pelanggan hal ini akan memudahkan bagi penerima order dan bagi pembukuan. 7. Perusahaan diperlukan menambah armada pengiriman barang lebih banyak. 8. Pemimpin sebaiknya meng-otorisasi faktur penjualan dan surat jalan yang keluar.
REFERENSI Buku : Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. (2010). Auditing and Assurance Service, an Intergrated Approach. Amin Widjaja Tunggal, Ak,CPA,MBA. (2010). Dasar-Dasar Pengendalian Internal & Corporate Goverance: Harvindo. Amin Widjaja Tunggal, Ak,CPA,MBA. (2013). Pokok-Pokok Auditing & Jasa Asurans: Harvindo. IAPI. (2010). Standar Profesional Akuntan Publik. Mardi, M.Si. (2011). Sistem Informasi Akuntansi. Cetakan pertama. Ghalia Indonesia: Bogor. Mulyadi. (2010). Auditing buku 1 dan 2 (edisi ke-6). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Mulyadi. (2010). Sistem akuntansi (edisi ke-3). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Puspitawati, Lilis, dan Sri Dewi Anggadini. (2011). Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Raharjo, Susilo & Gudnapto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Noraa Media Enterpis. Samiaji Sarosa. (2009). Sistem Informasi Akuntansi: Grasindo Sawyer, L.B., Dittenhofer, M. A. & Scheiner, J. H. Alih bahasa oleh Adhariani, D.(2009). Audit Internal Sawyer Buku 1 (edisi 5). Jakarta: Penerbit Salemba Empat Sugiono, A. (2009). Akuntansi & Pelaporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Grasindo Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Warren,C.S, Reeve, J.M.,& Fees, P.E. (2009). Pengantar Akuntansi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat William F. Messier, Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt. (2012). Auditing and Assurance Services: A Systematic Approach, 8/e
Jurnal : Elisia, Stefanus Ariyanto. (2010). Pengaruh Kompetensi dan Pelaksanaan Audit Internal dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian Internal Penjualan. Jakarta : Jurnal Binus Business Review Kriswanto. (2010). Evaluasi Sistem Pengendalian Intern atas Penjualan Kredit, Piutang dan Penerimaan Kas pada PT. Equipindo Perkasa: Studi Kasus pada Cabang Jakarta. Jakarta : Jurnal Binus Business Review Heny Kuriawati. (2011). Sistem Pengendalian Intern pada Perusahaan Kecil dan Menengah. Jakarta : Jurnal Binus Business Review
RIWAYAT PENULIS Laurent. Anggreini lahir di Bandar Lampung , 01 Februari 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara Jurusan Akuntansu dan Keuangan dengan perminatan auditing pada tahun 2014