EVALUASI KESEHATAN POHON DI KAWASAN ASRAMA INTERNASINAL IPB Oleh : Andi Handoko S¹ (E34120079), Rizki Kurnia Tohir1 (E34120028), Yanuar Sutrisno1(E34120038), Dwitantian H Brillianti1(E34120054), Dita Tryfani1(E34120100), Putri Oktorina1(E34120105), Prima Yunita1(E34120114), Ai Nurlaela Hayati1(E34120126) ¹Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
[email protected]
Abstrak Kesehatan hutan merupakan salah satu tujuan pengelolaan hutan, Forest Health Monitoring (FHM) merupakan salah satu tindakan pemantauan hutan untuk menganalisis kondisi tegakan. Kegiatan ini sangat diperlukan guna menjadi bahan pertimbangan pengelolaan hutan. Kegiatan FHM dilakukan di sepanjang jalan Asrama Internasional IPB dengan tahapan pengambilan data mulai dari orientasi lapang, pengamatan dan pengukuran tingkat kerusakan pohon berdasarkan pedoman FHM, pengambilan sample pathogen, identifikasi pathogen dan evaluasi kerusakan oleh hama dan penyakit. Jumlah pohon yang diidentifikasi sebanyak enam pohon dan hasil pengamatan menyatakan bahwa tipe kerusakan pohon sebanyak lima tipe kerusakan dengan tipe kerusakan dominan yaitu cabang patah dan mati hal ini terjadi karena factor biotik dan abiotik. Bagian pohon yang rusak didominasi oleh bagian atas batang dikarenakan oleh factor angina, infeksi jamur, hama dan penyakit. Hasil klasifikasi tingkat kerusakan pohon terdiri dari 67% pohon sehat dan 33% pohon dengan tingkat kerusakan ringan. Adapun tindakan pemeliharaan yang dapat dilakukan pemangkasan, penebangan, perawatan luka, perawatan lubang kerusakan, penopangan, penyulaman dan pengendalian hama penyakit. Kata Kunci: FHM, Tingkat Kerusakan Pohon, Tipe Kerusakan PENDAHULUAN Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan kota yang terjadi disebabkan oleh aktivitas manusia sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan seiring bertambahnya populasi dan kegiatan manusia. Kualitas lingkungan yang buruk berdampak negatif terhadap kesehatan manusia khususnya di pemukiman perkotaan. pendekatan dalam pengelolaan kualitas lingkungan perkotaan salah satunya dengan cara mempertahankan dan memperluas ruang terbuka hijau minimal 30% dari kawasan perkotaan.hutan kota merupakan salah satu bagian dari ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan perkotaan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid. Salah satu bentuk hutan kota yang berkembang adalah hutan kota jalur hijau. Menurut
Dahlan (1992) hutan kota jalur hijau berupa tanaman yang di tanam di tepi jalan, kawasan riparian atau tempat lainnya yang terdiri dari tanaman pepohonan, tanaman perdu, tanaman merambat serta tanaman lainnya, sehingga diharapkan dengan adanya tanaman tersebut dapat menjaga dan memperbaiki kuantitas dan kualitas lingkungan. Jalur hijau tepi jalan memiliki manfaat sebagai peneduh jalan, penjerap dan penyerap polutan, peredam kebisingan, dan nilai estetika keindahan. Pohon sebagai komponen penyusun utama jalur hijau haruslah terjaga kesehatannya, sehingga fungsinya sebagai jalur hijau tetap terjaga serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi pemakai jalan. Namun kenyataannya kondisi di kawasan asrama internasional IPB rata-rata sudah berumur tua, rawan terhadap penyakit dan beberapa diantaranya sudah ada batang percabangan pohon yang sudah tumbang. Hal tersebut akan mengurangi fungsi pohon dalam menjaga kesehatan lingkungan bahkan pohon tersebut
sangat berpotensi tumbang sehingga dapat merugikan keselamatan masyarakat kerugian material yang cukup besar. Forets Health Monitoring (FHM) adalah Suatu tindakan pemantauan hutan untuk menganalisis kondisi tegakan di masa sekarang dan masa akan datang serta memberikan rekomendasi pengelolaan. Pemantauan dilakukan pada plot permanen, sistematis, periodik. Manfaat FHM sebagai alat untuk mengetahui status, perubahan dan kecenderungan kondisi suatu hutan untuk para pengelola atau pemilik hutan untuk keputusan manajemen berdasarkan angka-angka yang dapat dipercaya. Penerapan FHM ialah mengetahui semua kondisi hutan, semua sistem silvikultur, pemantauan kesehatan tegakan benih, penilaian kesehatan pohon plus, inventarisasi hutan secara menyeluruh dan berkala. Untuk mengetahui seberapa besar kerusakan suatu pohon terdapat beberapa indikator yaitu indikator tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan nilai ambang kerusakan. Tujuan 1.
2.
Mengetahui tingkat kerusakan pohon dengan melakukan pendekatan berdasarkan indikator kerusakan pohon di asrama internasional IPB Mengetahui nilai kerusakan pohon di asrama internasional IPB METODE
Lokasi dan waktu pengamatan Praktikum dilakukan di sepanjang pinggir jalan Asrama Internasional kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada tanggal 15 November 2015 pukul 10.00 s.d 12.00 WIB. Bahan dan Alat Alat yang digunakan selama pengamatan adalah tallysheet, alat tulis, kamera, dan meteran jahit , sedangkan bahan yang digunakan yakni pohon yang berada sekitar Asrama Internasional IPB. Metode Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan dengan Pemilihan lokasi pengmatan dilakukan dengan menentukan plot sampling berdasarkan keberadaan pohon yang mewakili kondisi pada lokasi pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengidentifikasi ciri-ciri kerusakan morfologi pohon berdasarkan Tipe Kerusakan, Lokasi Kerusakan dan Nilai Ambang Keparahan pada kondisi kesehatan pohon
Analisis Data Perhitungan nilai indeks kerusakannya (NIK) dengan menggunakan kode dan bobot nilai indeks kerusakan yang bertujuan untuk mengukur penilaian kerusakan pohon berdasarkan rumus dan kriteria sebagai berikut :
Keterangan : = Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon xi = Nilai bobot pada tipe kerusakan yi = Nilai bobot pada bagian pohon yang mengalami kerusakan zi = Nilai bobot pada keparahan kerusakan NIK
Selanjutnya diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot nilai indeks kerusakan dengan kriteria sebagai berikut : kelas sehat ; 0≤5 Kelas ringan ; 6 - 10 Kelas sedang ; 11 - 15 Kelas berat ; 16 ≥ 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Forest Health Monitoring (FHM) Forest Health Monitoring (FHM) adalah metode pemantauan kondisi kesehatan hutan yang diintroduksikan oleh USDA Forest Service untuk memonitor Nation Forest Health yang dirancang untuk temperate region. Menurut Alexander, Samuel A. and Joseph E Barnard (1995), ada 7 (tujuh) indikator utama yang digunakan dalam menilai kesehatan hutan, yaitu Nilai hutan, Klasifikasi Kondisi Tajuk, Penentuan Kerusakan dan Kematian, Radiasi Aktif Fotosintesis, Struktur Vegetasi, Jenis-jenis Tanaman Bioindikator Ozon, dan Komunitas Lumut Kerak, dimana metode, standar ukuran dan jaminan mutunya telah ditetapkan untuk masing-masing indicator. Dari hasil evaluasi dan uji kehandalan indikator (Haryadi dan Supriyanto 2001), terdapat empat indikator yang sesuai untuk hutan tropis indonesia, meliputi produksi, biodiversitas, vitalitas dan kesehatan, dan kualitas tapak. Parameter yang digunakan untuk mengetahui indikator tersebut antara lain : pertumbuhan pohon, permudaan dan kematian, kondisi tajuk dan struktur, struktur vegetasi, biodiversitas, kerusakan tegakan karena pembalakan, kerusakan abiotik, hama dan penyakit, dan sosial ekonomi.
Pelaksanaan FHM terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : 1) Detection monitoring (penentuan jenis gangguan terhadap kondisi ekosistem udara dan tanah untuk digunakan sebagai dasar evaluasi status dan perubahan dalam eksosistem hutan, 2) Evaluating Monitoring (menentukan luas, keparahan dan penyebab perubahan yang tidak diinginkan dalam kesehatan hutan yang telah diidentifikasi pada langkah sebelumnya), 3) Intensive Site Monitoring (ditentukan status faktor-faktor biotik), 4) Research on Monitoring Techniques (penelitian ttg indikator kesehatan dan metode deteksi) dan 5) Analysis and Reporting (data yang diperoleh perlu disajikan dalam format yang mudah dipahami oleh semua pemangku kepentingan serta dilaporkan secara baik. Tipe Kerusakan Pohon Menurut Khoiri (2004), kerusakan pohon merupakan suatu indikator atau pertanda dimana pohon-pohon dikatakan sehat atau sakit. Pohon dapat dikatakan sehat jika pada pohon tersebut tidak ditemui tipe kerusakan atau kelainan, dan dikatakan sakit atau rusak jika pohon tersebut mengalami tipe kerusakan berupa ganguanganguan fisiologis sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Kerusakan hanya akan terjadi jika pada satu waktu di satu tempat terdapat tiga komponen yaitu pohon rentan, penyebab kerusakan (biotik dan abiotik) dan lingkungan. Ketiga komponen ini saling berinteraksi satu sama lain. Kerusakan tidak akan terjadi jika penyebab kerusakan bertemu dengan bagian pohon yang rentan tetapi lingkungan tidak membantu perkembangannya dan tidak meningkatkan kerentanan pohon. Diagnosa kesehatan pohon merupakan suatu proses pengamatan berdasarkan gejala dan tanda secara alami yang disebabkan oleh penyebab apapun dalam hubungannya dengan perkembangan kesehatan hutan (Ebbels 2003). Kerusakan yang diamati timbul akibat terganggunya proses fisiologis pohon baik akibat penyakit, serangga dan penyebab abiotik lainnya. Beberapa gejala yang dapat diamati akibat terganggunya pertumbuhan tanaman yaitu terjadi perubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain. Berdasarkan definisi tipe kerusakan pohon terdapat 5 tipe kerusakan pohon di Asrama Internasional dari 13 definisi kerusakan yang dikemukakan oleh Manglod. Tipe kerusakan beserta persentase kasus yang dijumpai dapat dilihat pada tabel 1.
No 1
Tipe kerusakan
Jenis pohon Saga Flamboyan □
Kanker Busuk hati, tubuh buah (badan buah) dan 2 indikator lain tentang lapuk lanjut 3 Luka terbuka □ Eksudasi (resinosis 4 dan gumosis) Batang atau akar patah 5 kurang dari 0.91 m dari batang Brum pada akar dan 6 batang Akar patah dan mati 7 (di luar 0.91 m dari batang) Hilangnya ujung 8 □ dominan, mati ujung 9 Cabang patah dan mati □ □ Percabangan atau 10 □ brum yang berlebihan Daun, kuncup atau 11 tunas rusak Daun berubah warna 12 (tidah hijau) 13 Lain-lain Tabel 1. Tipe kerusakan pohon di sepanjang jalan Asrama Internasional
Pada tipe kerusakan ini cabang patah atau mati merupakan kerusakan yang banyak terjadi yaitu terdapat pada kedua pohon. Sedangkan pada kerusakan berupa kanker dan luka terbuka hanya ditemukan pada pohon saga dan kerusakan berupa hilangnya ujung dominan, mati ujung, dan percabangan brum hanya ditemukan pada pohon flamboyan. Berikut adalah persentase semua tipe kerusakan yang diperoleh saat pengamatan :
Gambar 1. Diagram Tipe Kerusakan Pohon sepanjang jalan Asrama Internasional
Secara alamiah, tanaman terganggu dan rusak disebabkan 2 (dua) faktor yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Berikut adalah faktor penggangu dan perusakan tanaman : 1. Faktor biotik (pengganggu yang termasuk jasad hidup) Faktor biotik perusak tanaman disebabkan oleh kelompok binatang seperti hama dan kelompok tumbuhan seperti gulma. Sebagian besar hama pada tanaman berasal dari kelompok serangga. Serangga dapat merusakan tanaman dengan cara: a) memakan bagian tanaman dengan cara menggerek batang, ranting, buah atau biji; b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama daun; c) menyebabkan bengkak pada bagian tertentu; d) menyebabkan kanker pada batang atau bagian berkayu; e) meletakkan telur pada bagian tanaman; mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang dan f) menularkan jasad pengganggu. 2. Faktor abiotik (pengganggu yang bukan jasad hidup) Faktor abiotik ini disebabkan oleh bencana alam lingkungan (seperti banjir, erosi, longsor), unsur iklim dan cuaca. Kondisi lingkungan yang tidak baik menyebabkan suatu tanaman menjadi terhambat pertumbuhan atau rentan untuk terjadi kerusakan hingga mati (Djafaruddin 1996). Praktikum mengenai Forest Health Monitoring (FHM) dilaksanakan di lokasi Asrama Internasional. Pada lokasi ini terdapat enam pohon yang dilakukan monitoring. Diantaranya empat individu dengan jenis saga dan dua individu dengan jenis flamboyan. Bagian pohon yang diamati kerusakannya diantaranya akar, batang bagian bawah, batang bagian atas, batang tajuk, dan cabang. Berikut adalah persentase bagian pohon yang mengalami kerusakan diperoleh saat pengamatan :
Pada bagian akar (terbuka) dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) mengalami kerusakan sebesar 23%.Kerusakan akar merupakan faktor penyebab lapuk atau keroposnya akar dan tunggak Haris et al (2004) menjelaskan bahwa akar berdasarkan fungsi mekanik, berfungsi sebagai jangkar untuk berdiri tegaknya suatu pohon, sehingga dengan rusak dan matinya akar akan membahayakan kestabilan tegaknya pohon. Hal inilah yang menyebabkan ancaman terhadap potensi pohon untuk tumbang. Pada batang bagian bawah (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup) kerusakan batang diperoleh sebesar 23%. Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup) kerusakan diperoleh sebesar 38%. Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup di atas dasar tajuk hidup) kerusakan ini diperoleh sebesar 8%. Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk hidup) kerusakan diperoleh sebesar 8%. Dari bagian pohon yang mengalami kerusakan, pada bagian atas batang, paling banyak mengalami kerusakan dibangdingkan dengan kerusakan lainnya. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor seperti angin pada saat hujan turun dan rusaknya cabang karena terinfeksi oleh jamur penyakit atau terserang hama sehingga cabang cenderung lemah dan mudah patah.
Tingkat Kerusakan Pohon Kelas kerusakan pohon digolongkan menjadi lima kelas kerusakan yaitu sangat sehat, sehat, ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan praktikum Forest Health Management yang dilakukan di Asrama Internasional yaitu sebanyak 6 pohon, terdiri dari 2 pohon flamboyant dan 4 pohon saga. Berdasarkan pengamatan diperoleh dua tingkat kerusakan pohon yaitu 4 pohon atau 67 % sehat dan 2 pohon atau 33 % tingkat kerusakan ringan.
Gambar 2. Bagian pohon yang mengalami kerusakan di asrama internasional Gambar 3. Diagram Tingkat Kerusakan Pohon di Asrama Internasional
Tingkat kerusakan pohon memiliki hubungan terhadap umur suatu pohon. Menurut Haris et al (2004), pohon yang berukuran besar dan berumur tua, lebih besar kemungkinannya untuk mengalami kerusakan dan tumbang dibandingkan pohon yang berukuran kecil dan berumur muda. Berdasarkan hasil pengamatan, semakin besar diameter pohon yang menunjukan umur suatu pohon, maka semakin besar pula Nilai Indeks Kerusakan (NIK) pohon. Berikut adalah Tabel Hubungan diameter pohon dengan Nilai Indeks Kerusakan (NIK). No.
Jenis Pohon
Diameter NIK
1 2 3 4
Saga Saga Saga Saga
21,66 27,07 35,67 38,50
1,76 6,73 4,4 4,73
5
Flamboyan
41,08
4,96
6
Flamboyan
51,91
5,94
Tabel 2. Hubungan diameter pohon dengan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) Berdasarkan hasil perhitungan NIK pada tabel 1 menunjukkan bahwa pepohonan di asrama internasional IPB termasuk dalam kriteria kelas sehat dan kelas ringan kerusakkan pohon. Menurut Miardini (2006) pohon pada kelas sangat sehat merupakan pohon yang tahan terhadap kerusakan dan dalam kondisi biasa dapat menyesuaikan diri terhadap patpgen maupun penyebab kerusakan lainnya pada jaringan tertentu. Kelas sehat menunjukan bahwa pohon cukup tahan terhadap kerusakan. Sedangkan kelas kerusakan ringan, sedang, dan berat menunjukan bahwa pohon tidak tahan terhadap kerusakan. Tindakan Pemeliharaan dan Perawatan Pohon Tindakan pemeliharaan dan perawatan pohon perlu dilakukan karena pohon yang mengalami kerusakan dapat menyebabkan bahaya. Pohon rawan bahaya didefinisikan sebagai pohon yang keberadaannya memiliki potensi untuk tumbang sehingga mengancam keselamatan manusia dan mengakibatkan kerugian material. Haris et al (2004) menyatakan bahwa suatu pohon dapat dipertimbangkan sebagai pohon beresiko tinggi (rawan bahaya) jika struktur yang tidak kokoh dan terletak di dekat objek yang kemungkinan dapat mengalami kerusakan apabila pohon tersebut tumbang.
Rikto (2010) menjelaskan kegiatan pemeliharaan dan perawatan pohon yang dapat dilakukan untuk mencegah pohon tumbang adalah pemeliharaan (maintenance), pemangkasan (pruning), penebangan (felling), perawatan luka (treatment of wound), perawatan lubang akibat kerusakan pada pohon (cavity treatments), penopangan (propping), pengendalian hama dan penyakit, pengendalian kerusakan dari tanaman pengganggu, dan penyulaman. Pemeliharaan (maintenance) merupakan suatu kegiatan untuk menjaga dan merawat pohon pada jalur hijau jalan terhadap seluruh pohon penyusunnya agar kondisi tetap terjaga dengan baik. Pemangkasan (pruning) adalah suatu cara untuk membuang bagian tanaman yang mengalami kerusakan biasanya pada bagian cabang dan tunas, dan terkadang pada bagian pucuk, akar, bunga, dan buah. Pemangkasan bagian pohon ini dilakukan pada bagian pohon tertentu yang mengalami kerusakan atau pohon yang memiliki potensial untuk mati dan tumbang seperti bagian pohon yang rusak dan sakit dan percabangan tajuk yang berlebihan. Menurut Rusdianto (2008) pemangkasan pohon di jalur hijau jalan umumnya dilakukan pada tinggi dan lebar tajuk. Penebangan (felling) dilakukan terhadap pohon yang sudah mengalami kerusakan tingkat lanjut dan tidak mungkin lagi dilakukan perawatan selain ditebang. Beberapa metode yang dilakukan dalam penebangan menurut Dahlan (1992) yaitu tumbangan (topping), penggalan (sectioniong), high-lining, dan potong bawah (bottoming). Perawatan luka pada bagian pohon dapat dilakukan dengan beberapa tahapan cara yaitu pembersihan, pembentukan, pengecatan atau pembalutan. Tujuan utama dari perawatan terhadap lubang adalah untuk meningkatkan penampilan serta kekuatan pohon dengan cara membuang bagian pohon yang rusak atau busuk dan lubang yang dilakukan oleh serangga serta membersihkan tempat yang digunakan untuk berkembang biak oleh serangga atau binatang pengerat yang berada pada bagian pohon. Kegiatan penopangan (propping) dilakukan pada pohon yang batang pohonnya sudah condong dan dikhawatirkan akan tumbang mendadak. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk mengurangi atau mencegah kerusakan lebih lanjut pada pohon yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Penyulaman merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan terhadaptanaman baru atau tanaman sudah ada sebelumnya yang mati atau mengalami kerusakan dengan mengganti tanaman baru.
SIMPULAN Forest Health Monitoring (FHM) adalah metode pemantauan kondisi kesehatan hutan. Metode ini sangat berguna bagi dasar pengelolaan suatu kawasan hutan ataupun non hutan. Hasil pengamatan menyatakan bahwa dari enam pohon yang berada dilokasi penelitian terdapat lima tipe kerusakan dengan tipe kerusakan dominan yaitu cabang patah dan mati sebesar 38% dari total keseluruhan. Hal ini terjadi karena factor biotik (perusak tanaman oleh kelompok binatang seperti hama dan kelompok tumbuhan seperti gulma) dan abiotic (bencana alam, unsur iklim dan cuaca). Persentase bagian pohon yang rusak terbesar adalah bagian atas batang dikarenakan oleh factor angin, infeksi jamur, hama dan penyakit. Hasil klasifikasi tingkat kerusakan pohon terdiri dari 67% pohon sehat dan 33% pohon dengan tingkat kerusakan ringan. Pohon pada kelas sangat sehat merupakan pohon yang tahan terhadap kerusakan dan dalam kondisi biasa dapat menyesuaikan diri terhadap patpgen maupun penyebab kerusakan lainnya pada jaringan tertentu Tingkat kerusakan pohon memiliki hubungan terhadap umur suatu pohon. Dari persentase kesehatan dan tingkat kerusakan pohon maka seharusnya pohon yang termasuk klasifikasi kerusakan pohon sedang mendapatkan tindakan pemeliharaan terdiri dari pemangkasan, penebangan, perawatan luka, perawatan lubang kerusakan, penopangan, penyulaman dan pengendalian hama penyakit. Dengan adanya data ini diharapkan pihak yang bersangkutan dengan lokasi melakukan pengelolaan yang telah direkomendasikan. DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Samuel A. and Joseph E Barnard, 1995. Forest Health Monitoring, Field Methods Guide. Las Vegas (US): Enviromental Monitoring Systems laboratory Dahlan EN. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. Jakarta (ID): APHI. Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Ebbels, D. L. 2003. Principles of Plant Health and Quarantine. CABI Publishing. Haris R, Clark J, Matheny N. 2004. Arboriculture : integrated management of landscape trees, shrubs, and vines. New jersey (US): Prentice Hall. Haryadi M, Supriyanto. 2001. Pengolahan Kakao Menjadi Bahan Pangan. Yogyakarta (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada. Khoiri S. 2004. Studi Tingkat Kerusakan Pohon Di Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Miardini A. 2006. Analisis Kesehatan Pohon Di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Rikto. 2010. Tipe Kerusakan Pohon Hutan Kota (Studi Kasus: Hutan Kota Bentuk Jalur Hijau, Kota Bogor-Jawa Barat). [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB. Rusdianto R. 2008. Sistem Informasi Pohon Pada Jalur Hijau Jalan Di Kota Bogor (Studi Kasus : Jalan Pajajaran) [skripsi]. Bogor: Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian IPB.
LAMPIRAN
Gambar 1. Cabang patah pada Saga Pohon
Gambar 2. Akar patah kurang dari 0.91 m dari batang pada Saga Pohon
Gambar 3. Akar Terluka (>0,91m dari batang) pada pohon Flamboyan
Gambar 4. Cabang terpotong pada Saga Pohon
Gambar 5. Kanker akar pada pohon Flamboyan