PELAYANAN KESEHATAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Disampaikan pada: Pertemuan Forum Kawasan Timur Indonesia VI Palu, 24 September 2012
PETA SEBARAN DAERAH BERMASALAH KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KTI
Sumber : Riskesdas 2007
2
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KERANGKA PENYAJIAN
1. GAMBARAN PENCAPAIAN TARGET MDGS BESERTA PERMASALAHANNYA 2. PENYIAPAN BPJS KESEHATAN
3
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
1. GAMBARAN PENCAPAIAN TARGET MDGS BESERTA PERMASALAHANNYA
4
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
8 TUJUAN MDG’s Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Menurunkan Kematian Anak Meningkatkan Kesehatan Ibu Mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya (TB) Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup Mengembangkan Kemitraan Pembangunan di Tingkat Global
5
A. STATUS MDG’s BIDANG KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
• MDG 6: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan kasus baru Tuberkulosis • MDG 1: Menurunkan prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi • MDG 4: Menurunkan Angka kematian bayi & balita • MDG 6: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan kasus baru malaria • MDG 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup • MDG 5 : Menurunkan angka kematian ibu melahirkan • MDG 6 : Mengendalikan dan mulai menurunkan jumlah infeksi baru HIV
Target yang telah tercapai
Target yang diperkirakan akan dicapai
Target yang menjadi perhatian khusus 6
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN
7
Target 1C: Menurunkan prevalensi gizi kurang hingga setengah nya dalam kurun waktu (1990 – 2015) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
INDIKATOR
1.8 Prevalensi balita dengan berat badan rendah/ kekurangan gizi 1.8a Prevalensi Balita Gizi Buruk 1.8b Prevalensi balita gizi kurang
ACUAN DASAR TARGET CAPAIAN (SUSENAS, MDGS 2010 1989) 2015 (RISKESDAS)
31%
15,5%
17,9%
7,2%
3,6 %
4,9%
23,8 %
11,9%
13%
On Track 8
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PREVALENSI GIZI KURANG DI KTI TAHUN 2010 Target Nasional 15,0%
Riskesdas 2010
9
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PREVALENSI STUNTING DI KTI TAHUN 2010 Target Nasional 32 %
Riskesdas 2010
10
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK
11
Target 4.A. Menurunkan angka Kematian Bayi & Balita hingga 2/3 dalam kurun waktu 1990 - 2015 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
INDIKATOR 4.1. Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup
4.2. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup
4.2.a Angka Kematian Neonatal per 1000 Kelahiran Hidup
4.3
Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak
CAPAIAN
ACUAN DASAR (1991)
TARGET MDGS 2015
97
32
44
68
23
34
32
14
19
44,5%
95%
2007 (SDKI)
74,5% (2010) 12
CAKUPAN ANAK YANG MENDAPATKAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI KTI TAHUN 2010
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Target Nasional Cakupan Imunisasi Lengkap : 90% Riskesdas 2010
13
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENINGKATKAN KESEHATAN IBU
14
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 CAPAIAN
ACUAN DASAR (1991)
TARGET MDGS 2015
2007 (SDKI)
(RISKESDAS)
390
102
228
NA
5.2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih.
40,70%
90%
61,4%
82, 23 %
5.3.a Angka pemakaian kontrasepsi /CPR bagi perempuan menikah usia 15-49, semua cara
49,7%
65%
57,2%
55,8%
5.3 b Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun saat ini, cara modern
47,1%
60%
57,2%
55%
5.4 Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun) per 1000 perempuan usia 15-19 tahun
67
30 per 1000
35
53,9
- 1 kunjungan:
75%
95%
93,3%
92,8%
- 4 kunjungan:
56 %
90 %
65,2%
61,3%
12,7%
5%
9,1%
8,2%
INDIKATOR 5.1. Angka Kematian Ibu per 100,000 kelahiran hidup
2010
5.5. Cakupan pelayanan Antenatal (sedikitnya 1 kali kunjungan dan 4 kali kunjungan)
5.6 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/KB yang tidak terpenuhi)
15
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
CAKUPAN PELAYANAN ANTENATAL K1 & K4 TAHUN 2010 Target 2010 K1 : 95% K4 : 84% Target MDG 2015: K1 : 95% K4 : 90%
On Track Sumber: Riskesdas 2010
16
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Riskesdas 2010
CAKUPAN PERSALINAN NAKES DI KTI TAHUN 2010
17
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) DI KTI TAHUN 2010
Sumber: Laporan rutin KIA, 2010 & koreksi jumlah kematian ibu dg AKI menurut SDKI 2007
18
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENGENDALIKAN HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA
19
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Target 6.A. Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus HIV/AIDS hingga Tahun 2015 Target 6.B. Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 INDIKATOR
ACUAN DASAR
SAAT INI
TARGE T 2015
STA TUS
6A.1 Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-49 tahun
0,16% estimasi 2006
6A.2 Penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi, menjadi 35% pada perempuan dan 20% pada laki-laki
12,8% STBP dilakukan setiap 2 65% (P) SKRRI 2002/2003 tahun sekali. STBP 50% (L) terakhir adalah tahun 2009, dengan hasil 32,5% (Perempuan) 16% (Laki-Laki).
●
6A.3 Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS 6B.5 Persentase ODHA yang mendapatkan ART
P (38%) L (-) SDKI 1994
11,6% (Riskesdas 2010)
95%
●
71,2% Kemenkes RI 2005
76,1% (Inpres 3/2010 Th. 2010) dari target 2010 sebesar 70%
90%
●
Ket : ● On track ● Off track
0,2% (pemodelan matematika HIV di Indonesia Th. 2010)
<0,5%
●
20
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
SITUASI EPIDEMI DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS KTI
Prevalensi HIV 2009
Kabupaten/kota prioritas Jumlah kabupaten/kota prioritas = 173
Sumber data: Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV 2009, Kemkes RI Pemetaan dilakukan oleh KPAN, 2010 Catatan: Pemetaan dilakukan untuk 33 provinsi dan 440 kabupaten/kota
21
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DATA KUMULATIF KASUS AIDS DI KTI S/D JUNI 2012
Sumber: Dit. PPML – Ditjen PP dan PL
Nasional = 29.982
22
6.9 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Angka Kejadian, Prevalensi dan Tingkat Kematian akibat Tuberkulosis 6.10 Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi & diobati dalam program DOTS ACUAN DASAR
SAAT INI
TARGET MDG’S 2015
Angka Kejadian Tuberkulosis (semua kasus/1.000 penduduk/tahun)
343 (1990)
189 (2009)
Menurun
Tingkat Prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)
443 (1990)
285 (2009)
221
●
6.9c
Tingkat Kematian karena Tuberkulosis
92 (1990)
27 (2009)
46
●
6.10a
Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS
20% (2000)
78,3% (2010)
70%
●
Proporsi kasus Tuberkulosis yang diobati dan sembuh dalam program DOTS
87% (2000)
91,2% (2010)
85%
INDIKATOR
6.9a 6.9b
6.10b
Ket : ● On track ● Off track
STATUS SUMBER
●
●
Laporan TB Global WHO, 2010
Laporan Rutin Subdit TB, 2010
23
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN TB DI KTI TAHUN 2011 Target Nasional 86%
24
6.6. Angka Kejadian dan tingkat Kematian Akibat Malaria MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
INDIKATOR
6.6
6.7
Angka Kejadian Malaria/1000 penduduk Proporsi Anak Balita yang Tidur dengan kelambu berinsektisida
Ket : ● On track ● Off track
ACUAN DASAR
SAAT INI
TARGET MDG’S 2015
4,68
1,96
1,00
-
3,3
16,5
STATUS
SUMBER
●
●
BPS Riskesdas
25
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
35,00
ANGKA PENEMUAN PENDERITA MALARIA PER 1000 PENDUDUK DI KTI TAHUN 2011
33,25
30,00 25,00
23,34
20,00 15,00
API Nasional 1,75
14,75
10,00 5,00
3,97
3,08
2,52
2,37
1,91
0,00
API per 1000 Penduduk
1,90
1,36
0,52
0,38
26
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENJAMIN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
27
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Target 7c: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015 INDIKATOR
ACUAN DASAR
TARGE T MDGS CAPAIAN 2015
7.8
Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak, perkotaan dan pedesaan
37,73% (1993)
68,87%
42,76% (2011)
7.8a
Perkotaan
50,58% (1993)
75,29%
40,52% (2011)
7.8b
Pedesaan
31,61% (1993)
65,81%
44,96% (2011)
7.9
Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap fasilitas sanitasi dasar layak, perkotaan dan pedesaan
24,81% (1993)
62,41%
55,60 % (2011)
7.9a
Perkotaan
53,64% (1993)
76,82%
72,54% (2011)
7.9b
Pedesaan
11,10% (1993)
55,55%
38,97% (2011)
Sumber data: BPS, Susenas
28
DISTRIBUSI DESA STBM DI KTI TAHUN 2012
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
700
637
600 500 357
400
280
300 200 100
106
243 120
0
19
57
72
Nasional = 7.325 DesaKTI Sumber: Dit. PL – Ditjen PP dan PL
31
44
= 1.966 Desa 29
MENTERI KESEHATAN
B. UPAYA-UPAYA PENINGKATAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN
30
BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)
MENTERI KESEHATAN
(Dalam ribuan)
2011
2012
ALOKASI PER PUSKESMAS
PUSKESMAS
SULAWESI
100.000
1.126
112.600.000
1.185
137.171.400
NUSA TENGGARA
250.000
458
114.500.000
494
136.562.200
403
100.750.000
460
127.898.000
REGIONAL
MALUKU
PAPUA
JUMLAH:
200.000
250.000
256
2.243
TOTAL
51.200.000
379.050.000
PUSKESMAS
285
2.424
TOTAL
63.667.200
465.298.800
31
PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN MENTERI KESEHATAN
a.
Pilot Project Telemedicine di 10 provinsi, 3 diantaranya di KTI yaitu: 1) RS Atambua NTT, 2) RS Bima NTB 3) RSUD Sultan Daeng Radja Bulukumba Sulsel.
b. Diklat bagi tenaga kesehatan Pendidikan jarak jauh (e-learning) untuk Pendidikan dan Latihan Asisten Epidemiologi Lapangan (PAEL) di 7 Provinsi, salah satu-nya Provinsi Sulsel
32
MENTERI KESEHATAN
SARANA DAN PRASARANA PELAYANAN KESEHATAN
2.010 Rumah Sakit KTI : 311 RS 77.359 Pustu/ Polindes, 9.419 Puskesmas KTI : 2.343 Puskesmas
33
MENTERI KESEHATAN
NO 1.
2.
3.
SARANA PELAYANAN KESEHATAN SAMPAI DENGAN 2011
SARANA KESEHATAN Rumah Sakit Bergerak
Puskesmas Keliling Ambulan
JUMLAH INDONESIA
KTI
24
11
5.899
1.388
3.605
734
34
MENTERI KESEHATAN
NO 1
2
3 4
PEMENUHAN SDM KESEHATAN DI KTI TAHUN 2012 PROGRAM
JENIS
INDONESIA
Pegawai Tidak Tetap (PTT) Dr. Spesialis
62
25
3.244
1.728
1.009
487
Bidan
40.261
7.425
527
156
1.558
946
Obgyn
29
29
24
24
24
24
4.858
382
3.659
1.104
Dr. Umum
Penugasan Khusus
Dokter dengan Kewenangan Tambahan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan
Dr. Gigi
Residen
Diploma III
Kesehatan Anak Anestesiologi
Tugas Belajar
PPDS / PPDGS
KTI
35
MENTERI KESEHATAN
NO
UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN DI KTI PROGRAM
2011
KEGIATAN
INDONESIA
1.
2.
3.
HIV/AIDS
Malaria
Tuberculosis
2012 (SEMESTER I) KTI
INDONESIA
KTI
Layanan VCT
500
138
431
114
90
35
34
RS dan Satelit Layanan ARV
303
87
94
323
3.301
3.496
3.350
PMTCT
Pos Malaria Desa
3.416
Rapid Diagnostic Test
89
Distribusi Kelambu
3.720.254
2.788.278
909.612
2.120.080
1.075.266
670.968
652.077
Pos TB Desa
72
18
112
42
0
0
17
6
Pembentukan jaringan Peduli TB (Japeti)
728.826
36
MENTERI KESEHATAN
NO
4.
5.
UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN DI KTI
PROGRAM
PENYAKIT TIDAK MENULAR
PENYEHATAN LINGKUNGAN
KEGIATAN POSBINDU PTM
KAWASAN TANPA ROKOK
DESA DENGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
2011 INDONESIA 3.314 21
6.235
2012 (SEMESTER I) KTI
INDONESIA
282
5
1.283
KTI
5.314
912
23
7
7.325
1.966
PELATIHAN LIMBAH MEDIS DAN PEMBERIAN ALAT NEEDLE CUTTER (NTT, PAPUA, PAPUA BARAT DAN MALUKU)
Sumber : Data Ditjen PP dan PL
37
MENTERI KESEHATAN
Tahun 2011
KTI
38
MENTERI KESEHATAN
2. PENYIAPAN BPJS KESEHATAN TAHUN 2014
39
MENTERI KESEHATAN
PERSIAPAN IMPLEMENTASI SJSN: MENUJU UNIVERSAL HEALTH COVERAGE
UUD 1945
POKOK-POKOK PERSOALAN:
KERANGKA BERPIKIR
UU no 40/2004 UU No 17/2007 UU No 24/2011
KONDISI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN SAAT INI
PELUANG DAN KENDALA
PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
1.KESIAPAN FASKES 2.PENETAPAN PAKET PELAYANAN 3.PENETAPAN REGULASI 4.PEMENUHAN KEBUTUHAN NAKES 5.KETERSEDIAAN OBAT & ALKES 6.SOSIALISASI & PENGUATAN KOORDINASI DAN MONITORING
KESEJAHTERAAN UMUM
STRATEGI UPAYA
KONDISI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN YANG DIHARAPKAN (2014)
SJSN BIDANG KESEHATAN BERJALAN OPTIMAL
40
KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR RS DALAM RANGKA PERSIAPAN BPJS TAHUN 2014
MENTERI KESEHATAN
KEBUTUHAN JUMLAH TT (ASUMSI JUMLAH JUMLAH TOTAL KEKU NO PROVINSI TT DI TOTAL TT 1/1000 RS RANGAN TT TT DI RS PUSKES PENDUDUK) 3738 1 NTB 4500 22 2182 1556 -1485 4648 2 NTT 4684 39 3246 1402 -1298 4631 3 Sulut 2271 34 3840 791 -495 3206 4 Sulteng 2516 24 2540 666 -724 10233 5 Sulsel 7680 71 8351 1882 -1968 2273 6 Sultra 2233 22 1774 499 -908 1224 7 GTO 1040 10 1006 218 -317 942 8 Sulbar 1158 8 664 278 -221 2792 9 Maluku 1534 24 2138 654 -343 1321 10 Malut 1038 15 1118 203 -232 1556 11 Papbar 760 11 1128 428 -178 3611 12 Papua 2833 31 2679 932 -957
KTI
Indonesia
32248
237.167
311
2010
30,666
206.092
9509
32.719
40175 238.811
-9126
-77.795 41
MENTERI KESEHATAN
STANDARISASI DAN PEMBENAHAN SISTEM RUJUKAN
Tertiary
Secondary
Rujukan Kewenangan
Primary Care Tertiary Care Self Care 42
MENTERI KESEHATAN
ALOKASI ANGGARAN UNTUK PEMBANGUNAN KESEHATAN YANG DISALURKAN KE DAERAH KTI TAHUN 2011 DAN 2012
dalam milyar rupiah
NO 1
2
3 4
5
KEGIATAN Dekonsentrasi
Tugas Pembantuan
Anggaran yang disalurkan dari Kantor Pusat
Anggaran Kantor Pusat/UPT
DAK Bid. Kesehatan
Jumlah
2011 INDONESIA
670,15
2012 KTI
259,58
3.979,78 1.395,93
INDONESIA
896,17
5.234,29
KTI
339,23
1.834,11
8.649,65 1.614,18
4.504,86*)
704,25*)
9.642,74 1.257,29
10.363,69
1.368,32
25.943,12 5.793,89
24.004,94
3.000,80 1.266,91
*Tahun 2012 alokasi baru sampai triwulan II
3.005,93
1.031,69
5.277,59
43
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Terimakasih
44
FESTIVAL FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA VI
Palu - Sulawesi Tengah, 24-25 September 2012
Kewirausahaan Sosial untuk Kawasan Timur Indonesia Membangun SDM dengan Kewirausahaan 'Enterpreneur' dan melalui Sepak Bola 'Development Through Football
MENGAPA ENTERPRENEUR ? Ekonomi adalah Kekuatan sebuah Bangsa Pendidikan adalah Masa Depan sebuah Bangsa
SDM
BAGAIMANA ? Mulai dari PARADIGMA yang BERUBAH Dilanjutkan dengan Komunitas, Didampingi dan Dilatih. Apa yang menjadi keunggulan LOKAL Adalah MODAL Apa yang menjadi 'masalah' Adalah PELUANG
PAPUA PASTI BISA ! Transformasi dimulai dari 1 orang
17
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Oleh: Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat selaku Ketua Pokja PNPM Mandiri.
Palu, 25 September 2012
12 Propinsi, puluhan pulau, puluhan bahasa dan
budaya, ribuan jenis flora dan fauna
Memiliki potensi sangat BESAR
Program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. Diluncurkan oleh Pemerintah Indonesia di Palu, Sulawesi Tengah pada 30 April 2007. Setelah 5 tahun, kami kembali ke Palu Sejak 2009, Anggaran PNPM untuk seluruh Indonesia sekitar Rp 10-11 Triliun per tahun Mencakup lebih dari 6,600 kecamatan di 33 Propinsi
2.791.201.800.000 2.662.600.000.00 ,0 0,0 1.617.168.000.000 2.522.940.000.00 ,0 0,0 1.107.374.000.000 ,0 699.675.000.000, 0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Alokasi BLM PNPM di Kawasan Timur Indonesia 2007-
2012 mencapai Rp 11,4 Triliun Mencakup lebih dari 1,800 kecamatan di 12 Propinsi
Pengalaman PNPM di Kawasan Timur Indonesia
“Tenun ikat hanya digunakan saat upacara adat. Sebelumnya, hasil tenunan ini hanya dipakai sendiri. Berkat Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP), kini mereka bisa menenun berkelompok di setiap desa untuk mengerjakan pesanan dari luar.” Majalah Pesona, Juni 2012
“Satu kelompok perempuan memulai produksi kerajinan tangan dengan bahan dasar lokal yang ramah lingkungan. Melalui usaha kecil, perubahan ekonomi mulai terjadi dan lingkungan pun terselamatkan” Tempo, 20 April 2010
“ Setelah frustasi menunggu aliran listrik dari PLN selama puluhan tahun, masyarakat desa Nipah di Sulawesi Tengah memutuskan untuk memanfaatkan sumber air di wilayah mereka untuk menjadi sumber tenaga listrik” The Jakarta Post, 7 September 2008
“Bagi masyarakat Pulau Letti (Maluku Barat Daya), program PNPM seakan mampu menjawab kebutuhan dasar yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka. Banyak program pendidikan yang didanai (berasal) dari inisiatif masyarakat, mulai dari rehabilitasi sekolah, pemberian beasiswa, sampai pembangunan gedung taman kanak-kanak.” Kompas, 20 Juni 2012
“Musyawarah dalam mekanisme PNPM mampu melerai konflik” Kompas, 31 Agustus 2010
“Ratusan lelaki dan perempuan dewasa serta anak-anak dari yang berpakaian lengkap hingga yang berkoteka duduk tertib di lapangan Kampung Dolinggame, Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Terika matahari yang menyengat tidak menyurutkan warga untuk menggelar musyawarah” Kompas, 3 Maret 2009
RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KE-PU-AN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA
FESTIVAL FORUM KTI 24-25 September 2012
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
POSISI KAWASAN TIMUR INDONESIA
2
POSISI KAWASAN TIMUR INDONESIA
3
TANTANGAN 1. 2.
3.
4.
Kondisi alam: geografi, geologi maupun ekologi serta perubahan iklim akibat pemanasan global merupakan nature wilayah Indonesia yg spesifik berbeda dgn negara lain serta demografi besar (240 juta) Pertumbuhan penduduk yg relatif tinggi dan makin padatnya daerah perkotaan (urbanisasi) dan tertinggalnya daerah perdesaan serta perbatasan menuntut kecepatan pemenuhan infrastruktur PU dan permukiman, sementara ada keterbatasan kemampuan Pemerintah Konektivitas antar wilayah dan Standard pelayanan minimal pelayanan infrastruktur PU dan Permukiman di berbagai daerah belum merata dan belum sepenuhnya dapat memuaskan semua pihak Penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman belum sepenuhnya dapat mendukung keseimbangan pembangunan wilayah (barat vs timur) sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan 4
ARAH DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN WILAYAH RKP 2013 WILAYAH KALIMANTAN - SULAWESI WILAYAH
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH
PRIORITAS PENGEMBANGAN BIDANG PU
Kalimantan
1. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah perkebunan, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil hutan; 2. Peningkatan nilai tambah hasil pertambangan dan berfungsi sebagai lumbung energi nasional dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem dan kaidah pembangunan yang berkelanjutan
1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) Khatulistiwa, DAS Kakab, Sasamba, dan Batulicin. 2. Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan perbatasan negara: pengembangan Kota Aruk, Jagoibabang, Nangabadau, Entikong, Jasa, Nunukan, Simanggaris, Long Midang, dan Long Pahangai; 3. Pengembangan Infrastruktur jalan & jembatan; 4. Pengembangan jaringan pengairan dan irigasi
Sulawesi
1. Lumbung pangan nasional 2. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan 3. Pengembangan bioenergi 4. Peningkatan dan perluasan perdagangan, jasa dan pariwisata bertaraf intenasional.
1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado-Bitung, Palapas, Pare-pare, dan Bank Sejahtera Sultra; 2. Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan perbatasan negara: Melanguane dan Tahuna; 3. Pengembangan infrastruktur Jalan; 4. Pengembangan jaringan pengairan dan irigasi. 5
ARAH DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN WILAYAH RKP 2013 WILAYAH NUSA TENGGARA WILAYAH
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH
Nusa Tenggara
1. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah perkebunan; 2. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah peternakan; 3. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah perikanan dan pariwisata; dengan memperhatikan keterkaitan wilayah-wilayah pulau
PRIORITAS PENGEMBANGAN BIDANG PU 1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bima dan Mbay; 2. Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan perbatasan negara: Atambua, Kafamenanu, dan Kalabahi; 3. Pengambangan infrastruktur jalan dan pelabuhan penyeberangan; 4. Pengembangan kawasan pariwisata; 5. Pengembangan pengairan dan irigasi. Dalam rangka percepatan pembangunan Nusa Tengggara Timur dilakukan dengan prioritas pengembangan infrastruktur yang penghubung antarkota, pulau-pulau, wilayah tertinggal dan wilayah terpencil,dan pulau-pulau terpencil dan terdepan/terluarsebagai berikut: (a) jaringan jalan lintas Nusa Tenggara Timur; (b) jaringan prasarana dan transportasi penyeberangan antar-pulau; (c) jaringan listrik dan irigasi. 6
ARAH DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN WILAYAH RKP 2013 WILAYAH MALUKU DAN PAPUA WILAYAH ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH
PRIORITAS PENGEMBANGAN BIDANG PU
Maluku
1. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah perikanan; 2. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah perkebunan; 3. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah peternakan; 4. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah pariwisata; dengan memperhatikan keterkaitan wilayah-wilayah pulau.
1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) Seram; 2. Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan perbatasan negara: Daruba, Dobo, Saumlaki, dan Ilwaki; 3. Pengembangan infrastruktur jalan.
Papua
1. Peningkatan mutu sumber daya manusia; 2. Peningkatanproduktivitas dan nilai tambah perkebunan; 3. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah peternakan; 4. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah perikanan; dengan memperhatikan keterkaitan wilayahwilayah pulau.
1. Pengembangan Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) Teluk Cenderawasih; 2. Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di kawasan perbatasan negara: Jayapura, Tanah Merah, Merauke; 3. Pengembangan Infrastruktur Jalan. Dalam rangka percepatan pembangunan Papua, prioritas kebijakan adalah penguatan ketahanan pangan di Kabupaten Jayawijaya, Lani Jaya, Paniai, Nabire, Tolikara, Pegunungan Bintang (Papua) dan Kabupaten Fak Fak dan Manokwari (Papua Barat) serta penanggulangan kemiskinan. 7
KONDISI INFRASTRUKTUR BIDANG SUMBER DAYA AIR ( IRIGASI UNT DUKUNG KETAHANAN PANGAN ) LUAS AREAL IRIGASI (JUTA HA)
SUMBER AIR
3.0
3.00
Keterangan: 21 - Kalimantan Tengah
1 - Aceh
22 - Kalimantan Selatan
2 - Sumatera Utara
23 - Kalimantan Timur
3 - Sumatera barat
2.50
24 - Sulawesi Utara
4 - Riau
Waduk
25 - Sulawesi Tengah
5 - Jambi 6 - Sumatera Selatan
2.00
27 - Sulawesi Tenggara
7 - Bengkulu
1.9
28 - Gorontalo
8 - Lampung
29 - Sulawesi Barat
9 - Bangka Belitung
Non-Waduk
30 - Maluku
10 - Kepulauan Riau
1.50
31 - Maluku Utara
11 - DKI Jakarta
32 - Papua Barat
12 - Jawa Barat
1.0
33 - Papua
13 - Jawa Tengah
1.00
26 - Sulawesi Selatan
14 - DI Yogyakarta
0.63 0.50
15 - Jawa Timur 16 - Banten
0.48
17 - Bali
0.15
18 - Nusa Tenggara Barat
0.04
19 - Nusa Tenggara Timur 20 - Kalimantan Barat
0.00 SUMATERA
JAWA
BALI - NT
SULAWESI
MALUKU
PAPUA
KALIMANTAN
PULAU
Sumatera
Jawa
Index Penanaman - IP Produktivitas (Ton/Ha)
1.3 4.3
1.9 5.5
Bali & NT Kalimantan Sulawesi 1.4 4.8
1.0 4.0
1.3 4.8
Sumber : Rapid Assessment – Audit Teknis Irigasi, 2010)
Maluku
Papua
Rata - Rata
1.4 4.2
1.0 3.8
1.4 4.6
8
CAPAIAN DAN SASARAN KEMANTAPAN DAN KONDISI JARINGAN JALAN NASIONAL DI KTI URAIAN
REALISASI
REALISASI
RENCANA
RENCANA
RENCANA
2010
2011
2012
2013
2014
87,00
87,72
90,50
92,50
94,00
Sasaran Kemantapan Jalan (%) STATUS: 05 JANUARI 2012 KODE PROV
PROVINSI WILAYAH/BALAI
CAPAIAN KEMANTAPAN
2010 PANJANG SEMESTER -II TOTAL (KM) MANTAP %
TARGET KEMANTAPAN
2011 SEMESTER -I MANTAP
%
RENSTRA BINA MARGA SEMESTER -II
MANTAP
%
2010 (%)
2011 (%)
2012 (%)
2013 (%)
2014 (%)
52 SULAWESI TENGAH 53 SULAWESI BARAT 54 SULAWESI SELATAN 56 SULAWESI TENGGARA BALAI VI 60 MALUKU 61 MALUKU UTARA BALAI IX
2.181,95 571,98 1.722,86 1.397,05 5.873,83 1.066,65 511,89 1.578,54
1.922,95 541,95 1.596,05 859,75 4.920,70 733,54 441,35 1.174,89
88,13 94,75 92,64 61,54 83,77 68,77 86,22 74,43
1.906,58 522,45 1.543,85 1.082,16 5.055,04 788,47 432,19 1.220,66
87,38 91,34 89,61 77,46 86,06 73,92 84,43 77,33
1.952,63 549,54 1.590,83 1.002,17 5.095,17 824,53 486,20 1.310,73
89,49 96,08 92,34 71,73 86,74 77,30 94,98 83,03
83,86 89,35 85,93 73,06 82,43 95,19 94,45 94,95
85,94 97,72 84,24 72,52 83,40 96,74 95,90 96,47
88,18 99,72 85,23 74,09 85,09 97,65 96,87 97,40
90,67 99,78 88,34 79,54 88,23 98,14 97,53 97,94
92,53 99,82 90,67 83,64 90,58 98,52 98,03 98,36
62 PAPUA 63 PAPUA BARAT BALAI X
2.111,44 963,24 3.074,68
1.243,21 566,67 1.809,89
58,88 58,83 58,86
1.415,72 575,82 1.991,54
67,05 59,78 64,77
1.490,38 582,02 2.072,39
70,59 60,42 67,40
74,03 48,55 66,05
74,03 60,58 69,82
75,90 64,04 72,18
80,97 71,61 78,04
84,78 77,29 82,43
50 SULAWESI UTARA 51 GORONTALO BALAI XI
1.319,23 606,70 1.925,93
948,66 567,26 1.515,92
71,91 93,50 78,71
1.148,52 536,32 1.684,84
87,06 88,40 87,48
1.171,49 596,59 1.768,08
88,80 98,33 91,80
95,93 93,67 95,22
94,70 94,75 94,72
95,27 98,16 96,18
96,26 98,55 96,98
97,01 98,84 97,59
83,47 33.833,72
87,72
87,00
88,50
90,50
92,50
94,00
TOTAL NASIONAL
38.569,82 31.730,03
82,27 32.194,57
9
KONDISI INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA (MDG’S DAN IPM)
No A
B
C
D E
Indikator (%) Penduduk Mendapat Akses Air Bersih o Sumber air terlindungi (Perkotaan) o Sumber air terlindungi (Pedesaan) Rata-rata (%) Penduduk Dilayani Perpipaan o Air minum perpipaan (Perkotaan) o Air minum perpipaan (Pedesaan) Rata-rata (%) Rumah Tangga Bersanitasi o Rumah tangga (Perkotaan) o Rumah tangga (Pedesaan) Rata-rata (%) Rumah Tangga Kumuh Perkotaan o Rumah tangga kumuh perkotaan Usia/Angka Harapan Hidup Indonesia o Usia/angka harapan hidup
Pencapaian 2007
2008
Target MDGs 2009
2015
2020
54,10 50,20 49,80 57,40 43,90 43,00 45,70 61,60 48,30 46,50 47,70 60,30 30,03 47,39 14,29 19.76 25,61 36,36
30,80 9,00
66,70 69,55 78,30 31,40 34,00 55,54 48,60 51,02 62,37 12,12 70,4
70,5
70,6
6,00 10
PERAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN
STRATEGI
Peningkatan Aksesibilitas Barang/Penumpang [6] Dukungan Ketahanan Pangan [5] Peningkatan Investasi & Eksport [7]
Bidang Sumber Daya Air Bidang Bina Marga (Jalan) Bidang Kecipta Karyaan (Infrastruktur Permukiman)
Bidang Penataan Ruang Penelitian dan Pengembangan Bidang Jasa Konstruksi
KEGIATAN PRIORITAS
Pro Poor Pro Growth Pro Job Pro Green
Penanggulangan Kemiskinan, Peningkatan Kesempatan Kerja [4] Mengurangi Kesenjangan antar Wilayah, Dukungan terhadap Kawasan Perbatasan, Tertinggal, Terpencil, dan Terisolir [10] Pembangunan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat [4] Penerapan Green Construction [9] Pembangunan Berbasis Penataan Ruang [9] Adaptasi terhadap Perubahan Iklim [9]
TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL
MENINGKATNYA PERTUMBUHAN EKONOMI
MENINGKATNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KEMAKMURAN DAN KESEJAHTERAAN
MENINGKATNYA KUALITAS LINGKUNGAN
11
KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PU & PERMUKIMAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Aksesibilitas Barang/Penumpang Ketahanan Pangan Investasi & Eksport Penanggulangan Kemiskinan, Peningkatan Kesempatan Kerja
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pembangunan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Kesenjangan Wilayah, Dukungan terhadap Kawasan Perbatasan Terpencil & Terisolir Green Construction
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN
Pembangunan Berbasis Penataan Ruang Adaptasi terhadap Perubahan Iklim
Irigasi dan Rawa Jalan Toll/Akses Kawasan Produksi, Industri & Pelabuhan Pengendalian Banjir PNPM Mandiri: P2KP PPIP RISE Pamsimas Sanimas
Air Minum & Sanitasi Manajemen Persampahan Perbaikan Lingkungan Permukiman PSD PU untuk MBR RTRWN, RTRW Pulau, RTRW Provinsi dan RTRW Kab/Kota Pengendalian Banjir
Pro Poor Pro Growth Pro Job Pro Green
Pada Wilayah: 1. Perkotaan 2. Perdesaan 3. Terisolir/Terpencil 4. Perbatasan 5. Kampung Nelayan
KEMAKMURAN & KESEJAHTERAAN RAKYAT
PERTUMBUHAN EKONOMI
Jalan dan Jembatan
12
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PU
Kebijakan sesuai RPJMN
• Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang • Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur jalan dan jembatan serta pengelolaan sumber daya air • Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman • Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan dan akuntabilitas kinerja bidang pekerjaan umum • Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan permukiman
Penajaman
• Implementasi MP3EI • Implementasi MP3KI • Percepatan pembangunan Papua, Papua Barat dan NTT • Peningkatan Program Pro Rakyat • Ketahanan Pangan
Kebijakan dan Strategi Kementerian PU
Catatan: Prosesnya melalui Konsultasi Regional, Musrenbangnas, dan Konsultasi DPR dan DPD
13
DUKUNGAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENDEKATAN| PRO GROWTH| PRO JOB | PRO POOR | PRO GREEN
MP3EI UNT MENDUKUNG PRO GROWTH & PRO JOB
(Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)
TUJUAN: STRATEGI UTAMA
Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan Mengembangkan Koridor Ekonomi Indonesia: Membangun pusat-pusat pertumbuhan dengan mengembangkan klaster industri berbasis sumberdaya Komoditi/sektor unggulan
Memperkuat konektivitas nasional Mengurangi transaction cost dan mewujudkan sinergi antar pusat Pertumbuhan dengan: • Konektivitas intra dan inter pusat pertumbuhan di dalam koridor • Konektivitas internasional dari hub koridor • Konektivitas lokal untuk pembangunan inklusif (pemerataan)
Mempercepat Kemampuan SDM dan IPTEK Nasional STRATEGI PENDUKUNG
Mengembangkan kebijakan investasi, kebijakan perdagangan, kebijakan pembiayaan, dan pengembangan KPS/PPP 15
DUKUNGAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN PADA KORIDOR EKONOMI NASIONAL 1. 2. 3.
4. 5.
Penyelesaian RTRW Kawasan Koridor Ekonomi Penyediaan Air Baku dan Air Bersih Penyediaan Infrastruktur Jalan a) Jalan Nasional b) Jalan Provinsi c) Jalan Kabupaten d) Jalan Tol Pengendalian Banjir Pengolahan Air Limbah
16
MP3EI - KORIDOR EKONOMI SUMATERA “Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil
Bumi dan Lumbung Energi Nasional”
Komoditas Utama
• Kelapa Sawit Fokus pada industri hulu melalui peningkatan panen dan konversi mature plantation • KaretMeningkatkan hasil panen dan memperluas industri hilir • BatubaraMeningkatkan produksi pertambangan melalui percepatan infrastruktur rel kereta api
Pusat Kegiatan Ekonomi dan Pelabuhan
• Metropolitan Mebidangro Pelabuhan Utama Kuala Tanjung • Metropolitan Palembang Pelabuhan Utama Tanjung Api-Api • Dumai Pelabuhan Dumai dan Kuala Enok
Infrastruktur PU
• Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tb.Tinggi, (60 km), Tol Palembang – Indralaya (22 km), Tol Medan – Binjai (15,8 km), Tol Pekanbaru – Dumai (135 km), dan Tol Bakauheuni-Terbanggi Besar (100 km) • Jalan Sp.Inalum – Kuala Tanjung (17 km), Kws. Sei Mangke-Sp.Mayang (3 km), Akses Pelabuhan Dumai (76 km), Akses Belawan (8 km), Akses Kualanamu (8 km), Lingkar Jambi, (23,6 km), Muaraenim-Palembang (174,9 km), dan ruas-ruas Lintas Timur Sumatera • SPAM Bandar Lampung 500 l/s (IPA+Pipa), SPAM Kota Limapuluh 50 l/s, dan SPAM Kawasan Industri DumaiTj.Buton-Kuala Enok 30 l/s • Bendungan Karian 10.000 l/s 17
MP3EI - KORIDOR EKONOMI JAWA “Pendorong Industri dan Jasa Nasional”
Komoditas Utama
• Produk Makanan Fokus untuk memindahkan hambatan untuk mengkapitalisasi tumbuhnya permintaan domestik • TekstilMerebut pasar domestik dari impor dan memperkuat sebagai negara pilihan sumber produksi • Industri Alat AngkutMengembangkan kapabilitas untuk nilai tambah pengolahan yang lebih tinggi
Pusat Kegiatan Ekonomi dan Pelabuhan Cirebon
• Metropolitan Jabodetabek Pelabuhan Tj.Priok • Metropolitan Semarang Pelabuhan Tj. Emas • Metropolitan Gerbangkertosusila Pel. Tj.Perak • Metropolitan Bandung Raya • Kawasan Pantura lainnya
Infrastruktur PU
Sumber: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia
• Jalan Tol Trans Jawa (617 km) dan Non-Trans Jawa (745,95 km) dan Jalan Tol Jabodetabek (271,82 km) • Water Conveyance Umbulan 4.000 l/s • IPA Jatiluhur 5.000 l/s • Rehabilitasi Kanal Tarum Barat (+ 5.000 l/s) • Bendungan Jatibarang 1.050 l/s • SPAM Kota Bekasi 300 l/s dan Kab. Bekasi 450 l/s • SPAM Semarang 1.050 l/s • SPAM Kab.Tangerang (IPA Sepatan) 900 l/s 18
MP3EI - KORIDOR EKONOMI KALIMANTAN “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional”
Komoditas Utama
• MIGAS Eksplorasi lebih banyak untuk memastikan pertumbuhan produksi yang stabil • Kelapa SawitMeningkatkan produksi panen, beralih ke produk dengan nilai tambah tinggi dan produk hilir • BatubaraMeningkatkaan produksi dengan membangun infrastruktur yang dapat mencapai tambang di pedalaman
Pusat Kegiatan Ekonomi dan Pelabuhan
• Pontianak-Samarinda Pelabuhan • Tayan-Mempawah-Pontianak • Batulicin-Kotabaru • Maloy, Sampit-Bagendang, Pangkalan Bun-Kumai
Infrastruktur PU
• Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (99 km) • Jalan Sei Pinyuh-Sei Duri, (98,5 km), Tayan-Pontianak, (263,8 km), Samarinda-Bontang-Sangatta-Maloy (304,5 km), dan Sampit-Sp.Runtu-Pangkalan Bun-Kumai (277,6 km) • Jembatan Tayan dan Jembatan Pulau Balang • Intake dan transmisi air baku Palingkau 220 l/s (Kalteng) • SPAM Kota Pontianak Timur (300 l/s) • Peningkatan kapasitas IPA Banjarmasin menjadi 1000 l/s 19
MP3EI - KORIDOR EKONOMI SULAWESI “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian,Perkebunan, Perikanan serta Pertambangan Nikel Nasional”
Komoditas Utama
• Tanaman Pangan (Padi dan Jagung)Meningkatkan produktivitas menjamin ketahanan pangan nasional • Perkebunan (Kakao)Beralih ke produk dengan nilai tambah tinggi • PerikananMengurangi tangkapan perikanan laut, dan membangun produksi akuakultur • Pertambangan NikelMeningkatkan ekspor nikel setengah jadi
Pusat Kegiatan Ekonomi dan Pelabuhan • Makassar Pelabuhan Makassar • Mamuju Pelabuhan Belang-Belang • Manado-BitungPelabuhan Bitung • Kendari
Infrastruktur PU
• Jalan Tol Manado-Bitung (30,86 km) • Jalan Kendari – Asera (125,4 km), Siwa-Pare-Pare-BarruMaros-Makassar (312,9 km), Parigi-Poso-TentenaTindantana (293,2 km), Kolaka-Lasusua (279,8 km), Majene-Tapalang-Mamuju (143,1 km), dan AtinggolaMaelang-Kaiya (121,5 km) • SPAM Kota Bitung 40 l/s, SPAM Kota Makassar dan SPAM Industri Makassar 1.000 l/s,
20
MP3EI - KORIDOR EKONOMI BALI NUSA TENGGARA “Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional”
Komoditas Utama
• PariwisataMeningkatkan jumlah kunjungan turis maupun pengeluaran pariwisata. Memanfaatkan Bali sebagai gerbang untuk mempromosikan kunjungan ke daerah tujuan wisata lain • Pertanian dan PeternakanMeningkatkan produktivitas lahan dan mengembangkan kegiatan produksi sampai dengan hilir
Pusat Kegiatan Ekonomi dan Pelabuhan
• Metropolitan SarbagitakuPelabuhan Tj.Benoa, Gilimanuk, dan Padang Bai • Lombok Pelabuhan Lembar • Kupang Pelabuhan Tenau • Labuan Bajo Pelabuhan Labuan Bajo
Infrastruktur PU
Sumber: Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia
• Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa (10 km) • Jalan Benete-Sp. Negara (72,1 km-Bali), Jalan TohpatiKosamba, (11,8 km-Bali), Akses Bandara Internasional Lombok (NTB), Jalan Ende-Maumere-Magepanda (172,6 km-NTT), Jalan Bolok-Kupang-Oesapa (59,4 km-P.Timor), dan Jalan Dompu-Raba-Lb.Bajo (159,2 km-NTB) • Bendungan Titab (359 l/s-Buleleng) dan Pandanduri (27 juta m3-Lombok) • IPA Petanu 300 l/s dan IPA Kabupaten Kupang 100 l/s 21
MP3EI - KORIDOR EKONOMI PAPUA – KEP. MALUKU “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Pertambangan Nasional”
SOFIFI
Komoditas Utama
• Pertambangan (Tembaga dan Emas)Mendorong eksplorasi lokasi tambang baru melalui dukungan infrastruktur. Mendorong forward integration melalui kegiatan produksi hilir • Pertanian dan PerkebunanMeningkatkan produksi melalui MIFEE dan menghasilkan produk bernilai tambah tinggi
Pusat Kegiatan Ekonomi dan Pelabuhan
SORONG
AMBON
• Merauke Pelabuhan Merauke dan Pelabuhan Khusus MIFEE (Wanam) • JayapuraPelabuhan Jayapura • MorotaiPelabuhan Morotai • SorongPelabuhan Sorong • Timika Pelabuhan Pomako
Infrastruktur PU
• Jalan Merauke-Muting (511,4 km), Merauke-OkabaBuraka-Wanam-Bian-Wogikel (152 km-MIFEE), MaruniBintuni (217,1 km), Manokwari-Kebar,-Sorong (606,2 km), Daruba-Wayabula (52 km), Daeo-Bere-Bere (55,7 km), Timika-Nabire, (427,7 km), dan Fak-fak-Bomberay (139,9 km) • Pengembangan Instalasi Air Bersih Morotai 13 l/s • Intake dan jaringan transmisi air baku Teluk Umar Nabire 150 l/s • SPAM Pemekaran Kota Timika 200 l/s • Rehabilitasi jaringan irigasi Pulau Buru dan Seram 22
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Diacu Diacu
Diacu Diacu
RPIIJM
UNTUK PEMB. INFRASTRUKTUR
Pedoman Rencana dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) untuk Pembangunan Infrastruktur ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional. 23
POLA PIKIR PENYIAPAN PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DAN PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
• KONREG (Maret) • MUSRENBANG (April) PERPRES (Mei)
24
PRINSIP PENYUSUNAN PROGRAM DAN ANGGARAN 1. EFEKTIF, memenuhi sasaran RPJMN, Prioritas Nasional, MP3EI, MP3KI, Surplus beras 10 juta tom, MDG’s, meningkatkan kinerja infrastruktur, peningkatan playanan masyarakat, dan peningkatan kapasitas kelembagaan; 2. EFISIEN, maksimalisasi output dengan mengupayakan tepat mutu, tepat waktu, dan tepat biaya; 3. SINERGIS, meningkatkan keterpaduan antar program, antar sektor, dan antar level kewenangan, (misalnya keterpaduan antara air baku, air minum, sanitasi, pencemaran sungai, banjir, erosi sungai, konstruksi jembatan, dll); 4. BERKELANJUTAN, memastikan capaian fungsional dan manfaat, serta menjamin pengoperasiannya berjalan dengan baik. 25
FAKTOR KEBERHASILAN RENCANA AKSI
1. Mempertimbangkan karakteristik wilayah, termasuk potensi 2. Realistis dalam perencanaansumber daya yang bisa disediakan dalam jangka waktu tertentu (3-5 tahun) 3. Ada kesepakatan prioritas dituangkan dalam dokumen resmi. 4. Konsisten dalam implementasi 5. Ada dukungan lintas sektor (listrik, telekomunikasi,dll) 6. Kelembagaan , regulasi untuk menarik investasi efektif. Ada kepemimpinan RENCANA dan kepemimpinan AKSI
26
Terima Kasih
27
Berangkat Dari Dan Menuju Kampung
Fary Djemy Francis Anggota DPR RI,
Pendidikan Informal
Japan
Philipine Singapore
Thailand
USA
Philipine
Japan
AsiaAfrika
Thailand
India
Japan
Turki
1989
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Pengalaman
Germany Philipina
Pendidikan Formal
Year
2008
2009
Sometimes in TAKAYAMA, 2002
Nishida Motoyuki
Day 1
Wada San : “Apa itu Masyarakat? Fary : “Masyarakat adalah kumpulan orang yang tinggal disatu wilayah dan saling berinteraksi untuk dapat bertahan hidup“ Wada San : “Mengapa Masyarakat Bertahan hidup?” Fary : “Karena masyarakat punya sumberdaya“ Wada San : “Sumberdaya apa yang dimiliki?” Fary : “Tanah, Air, Budaya?” Wada San : “Budaya apa?” Fary :…. ? Wada San : “Untuk apa Anda ke Masyarakat?” Fary : “Karena Masyarakat Miskin, Kita Perlu Bantu.” Wada San : “ Apa itu Miskin ?” Fary : “Miskin itu Pendapatannya Rendah.” Wada San : “ Berapa pendapatan masyarakat yang cukup?“
Wada San : “Anda tidak kenal siapa itu Masyarakat... Anda tidak tahu untuk apa ke Masyarakat “ Wada San : “Training SELESAI. Besok pergi ke masyarakat di sekitar Takayama dan kenali mereka secara dalam ? Fary : ….? Fary : (Bingung…Merasa tidak tahu apa-apa tentang masyarakat ?)
6
Sejauhmana Kita Memahami Daerah Kita Sendiri?
Semuanya mulai dari ‘miskin’, tetapi…
Miskin itu apa? Kapan dan mengapa masyarakat mulai mengakui dirinya sebagai orang miskin? Jika pendapatan per kapita rendah, apakah masyarakatnya miskin? Apakah orang ‘miskin’ harus selalu dibantu atau diberdayakan oleh orang kaya? Apakah pasti bahagia jika tidak miskin lagi?
Pengaruh Citra Pihak Luar Penilaian Pihak luar tertinggal belum maju jaraknya jauh SDM kurang tidak bisa apa-apa perlu diberdayakan
Perasaan (kita) dalam Kami… tak beruntung tidak mampu tidak pintar tak punya apa-apa wajar dibantu
Bukankah ‘miskin’ juga demikian?
Kita Selalu…
Kita selalu mencari apa yang kita tidak punya tanpa melihat apa yang kita punya. Kita selalu menganggap bahwa orang luar mempunyai hal-hal yang lebih bagus daripada yang kita punya. Kita selalu menjelekkan diri sendiri sambil dibandingkan dengan orang luar. Kita selalu lebih percaya hal-hal yang ada di luar daripada yang ada di dalam.
10
“Daerah kita tidak punya apa-apa ?” “Daerah kita miskin ?”
Ternyata Daerah memiliki: Keunggulan Laut
Kelemahan Makanan Khas
Gunung Sungai Manusia
Kekuatan
Budaya
Sejarah
Kejelekan
Kehidupan Sehari-hari
Sebetulnya kita miliki macam-macam !!!
ASSET WISATA - RINJANI NTB
ASSET WISATA – RAJA AMPAT PAPUA
ASSET WISATA – JAYA WIJAYA PAPUA
ASSET WISATA – KELIMUTU NTT
ASSET WISATA – BUNAKEN SULTRA
ASSET WISATA – TORAJA SULSEL
Kearifan lokal …
kami menyadari bahwa mereka memiliki pengetahuan yang hebat …
Bangga akan keaslian yang mereka miliki
Hasil karya mereka yang mengagumka
Keanekaragaman budaya dan kepercayaan ...
…pandangan jauh ke depan untuk menghadapi situasi baru
Dan siap sedia untuk bertarung Dengan masalahmasalah besar…
Untuk memelihara simbol-simbol kemandirian agar tetap hidup …
Dari Pemahaman ‘Apa yang ada’ ke Pembangunan Daerah Bekerja bersama di lapangan antara BUMI dan ANGIN Pemahaman bersama tentang realita & kekhasan daerah MIMPI bersama untuk 10 tahun yang akan datang Visi/Misi & rencana aksi bersama Pembagian peran antara stakeholder, Bahas anggaran Mewujudkan pembangunan daerah yang dimiliki bersama
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH