EVALUASI KESEHATAN POHON PENEDUH DI KOTA BANDAR LAMPUNG BERBASIS SONIC TOMOGRAPHY
BASA NOVA TRIA MP SIREGAR
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Evaluasi Kesehatan Pohon Peneduh di Kota Bandar Lampung Berbasis Sonic Tomography” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014 Basa Nova Tria MP Siregar NIM E24090002
ABSTRAK BASA NOVA TRIA MP SIREGAR. Evaluasi Kesehatan Pohon Peneduh di Kota Bandar Lampung Berbasis Sonic Tomography. Dibimbing oleh DODI NANDIKA dan LINA KARLINASARI. Pohon peneduh memegang peranan penting dalam ekosistem perkotaan baik secara sosial, ekonomi maupun ekologi. Bahkan kehadiran pohon peneduh dapat meningkatkan estetika suatu kota. Di pihak lain kondisi kesehatan pohon peneduh di kota-kota di Indonesia kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu pemantauan dan pengevaluasian kesehatan pohon menjadi penting sebagai bagian dari manajemen pohon. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan pohon peneduh di Kota Bandar Lampung secara visual dan secara Sonic Tomography. Delapanbelas ruas jalan dipilih sebagai jalan contoh berdasarkan kerapatan pohon peneduh yang berada di jalur hijau jalan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis pohon peneduh yang dominan dijumpai (53%) dari total seratus pohon contoh. Gejala deteriorasi yang paling banyak dijumpai adalah tumbuhan pengganggu (1%), keropos batang (1%), gerowong (2%), dan kanker (2%). Evaluasi non-destruktif dengan menggunakan PiCUS Sonic Tomograph menunjukkan bahwa 70% dari pohon contoh tergolong dalam kategori sehat yang diindikasikan oleh persentase solid wood diatas 75% dari citra tomogram. Kata kunci: citra tomogram, NDT, penilaian visual, pohon peneduh
ABSTRACT BASA NOVA TRIA MP SIREGAR. Health Evaluation of Shade Trees in Bandar Lampung Based on Sonic Tomography. Supervised by DODI NANDIKA and LINA KARLINASARI. Shade trees take an important role in urban ecosystem for its function on social, economy and ecology. It also have worth value to provide aesthetic, cool, and enjoyment in urban area. On the other hand the condition of this shade trees were lost attention. Therefor monitoring and evaluation of tree health is became important as a part of tree management. A study was conducted to evaluate health condition of shade trees in Bandar Lampung using visual assesment as well as sonic wave propagation measurement. Eighteen road were choosen as the sample road based on density of shade trees. The result showed that angsana (Pterocarpus indicus) was the dominant species that found 53% of one hundred sample of shade trees. The major deterioration symptoms that appear in trees were epiphytes attack (1%), hollow (1%), cavity (2%), and cancer (2%). Nondestructive evaluation by using PiCUS Sonic Tomograph showed that 70% of shade trees were in healthy condition as indicated with solid wood persentage above 75% from tomogram image. Keywords: NDT, shade trees, tomogram image, visual assesment
EVALUASI KESEHATAN POHON PENEDUH DI KOTA BANDAR LAMPUNG BERBASIS SONIC TOMOGRAPHY
BASA NOVA TRIA MP SIREGAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Evaluasi Kesehatan Pohon Peneduh di Kota Bandar Lampung Berbasis Sonic Tomography Nama : Basa Nova Tria Siregar NIM : E24090002
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS Pembimbing I
Dr. Lina Karlinasari, SHut, MscFTrop Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Didasari pengabdian dan kecintaan kepada daerah asal, Lampung, penelitian ini dilaksanakan. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Evaluasi Kesehatan Pohon Peneduh di Kota Bandar Lampung Berbasis Sonic Tomography ini dapat diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dodi Nandika dan Ibu Lina Karlinasari selaku pembimbing, dan pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung, terutama Ibu Rein Susinda Hesty atas perhatian dan bantuannya selama penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak John Hendri beserta tim dari Universitas Lampung; Heri, Dedi, Dio, Sinta, Depri, Melani, Roy, Feri dan Timbo, juga Anna yang telah membantu pengumpulan dan pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orangtua serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Basa Nova Tria MP Siregar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Alat
2
Pemilihan Jalan Contoh, Segmen Jalan Contoh dan Pohon Contoh
2
Pemetaan Posisi Geografis dan Pengukuran Dimensi Pohon Contoh
2
Evaluasi Kesehatan Pohon Berbasis Sonic Tomography
3
Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Karakteristik Pohon Sasaran
5
Kondisi Pohon Secara Visual
6
Kondisi Pohon Secara Sonic Tomography
7
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
19
DAFTAR TABEL 1 Jalan contoh, jumlah segmen contoh dan jumlah pohon contoh 2 Jenis, jumlah dan dimensi pohon sasaran 3 Jumlah pohon contoh berdasarkan proporsi solid wood
3 5 8
DAFTAR GAMBAR 1 Skema pemasangan alat PiCUS Sonic Tomograph pada batang pohon contoh 2 Variasi warna citra tomogram yang dihasilkan oleh alat PiCUS Sonic Tomograph 3 Gejala deteriorisasi pada pohon peneduh di Kota Bandar Lampung 4 Jumlah pohon dan rata-rata cepat rambat gelombang suara setiap kategori solidwood roporsi solidwood 5 Tomogram pohon angsana dengan solidwood 100% (a) dan penampak visualnya 6 Tomogram pohon angsana dengan solidwood 58% (a) dan penampak visualnya 7 Tomogram pohon angsana dengan solidwood 31% (a) dan penampak visualnya 8 Sebaran jumlah pohon contoh untuk setiap kelompok kecepatan gelombang suara
4 4 7 8 9 10 10 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Kota Bandar Lampung 2 Peta sebaran pohon contoh di Kota Bandar Lampung 3 Posisi geografis, kondisi secara sonic tomography dan kondisi visual pohon contoh kategori sehat (solidwood > 75%) 4 Posisi geografis, kondisi secara sonic tomography dan kondisi visual pohon contoh kategori sedang (solidwood 50 - 75%) 5 Posisi geografis, kondisi secara sonic tomography dan kondisi visual pohon contoh kategori sakit (solidwood < 50%)
13 14 15 17 18
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagaimana dimaklumi pohon merupakan elemen penting dalam tataruang perkotaan termasuk tata ruang permukiman. Hal ini terkait dengan besarnya manfaat pohon tersebut baik secara arsitektural, sosial, ekonomi, maupun ekologi. Menurut Nowak (2004) pohon peneduh antara lain berperan sebagai identitas kota, pelestarian lingkungan, penyaring udara kotor, peredam kebisingan, pengendali suhu kota, pewujud keindahan kota dan pelestarian tanah. Begitupun Hartman et al. (2000) meyatakan bahwa pohon menambahkan keindahan dan nilai pada properti. Lebih daripada itu peranan pohon dalam pengendalian perubahan iklim (climate changes) menjadi makin signifikan (Purwanto 2012). Oleh karena itu hampir seluruh kota utama di dunia menempatkan pohon peneduh sebagai salah satu infrastruktur kota. Di pihak lain karena berbagai faktor kesehatan pohon-pohon peneduh di perkotaan seringkali kurang mendapat perhatian. Hal ini menyebabkan banyaknya kasus pohon-pohon yang tumbang dan mengancam keselamatan pengguna jalan. Salah satu kasus pohon tumbang akibat hujan lebat dan angin kencang terjadi di Jalan Urip Sumoharjo, tepatnya di sebelah kanan RS Urip Sumoharjo, Bandar Lampung pada 4 Maret 2013 yang mengakibatkan lima unit mobil ringsek (Amri 2013). Kasus lain terjadi pada 18 Oktober 2013 di Jalan Gatot Subroto, Garuntang, Bandar Lampung yang mengakibatkan dua motor tertimpa dan tiga orang luka-luka (Kristianto 2013). Kejadian tersebut dapat diantisipasi apabila kondisi kesehatan masing-masing pohon diketahui sejak dini, termasuk tindakan perawatan yang diperlukan. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar kota-kota di Indonesia, termasuk di Bandar Lampung, belum memiliki data/informasi serta hasil pemetaan tentang kondisi kesehatan pohon peneduh. Akibatnya pengelolaan pohon peneduh di kota-kota tersebut kurang andal (reliable), termasuk dalam sistem pemantauan dan evaluasi, sistem perawatan, sistem pemeliharaan, dan pengembangan manfaatnya. Padahal di kota Bandar Lampung saat ini diperkirakan ada ratusan batang pohon peneduh yang berusia lebih dari 30 tahun yang berada dalam kondisi rawan tumbang (Maulana 2012). Dan sebagai kota pintu gerbang Pulau Sumatera yang dilalui banyak kendaraan untuk simpul koleksi dan distribusi barang dan jasa, kondisi ini tentu menjadi ancaman tersendiri. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dirasa perlu melakukan evaluasi terhadap kesehatan pohon peneduh di kota Bandar Lampung. Evaluasi visual yang biasa dilakukan sampai saat ini belum dapat mengungkap kondisi kesehatan secara keseluruhan terutama bagian dalam batang. Sementara itu, saat ini berbagai teknologi untuk mengetahui kondisi dalam batang pohon telah berkembang, salah satunya adalah teknologi berbasis kecepatan gelombang suara (sonic tomography). Teknologi ini sangat tepat digunakan karena tidak merusak pohon sasaran (non-destructive evaluation).
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data kesehatan pohon peneduh di jalan raya utama Kota Bandar Lampung berdasarkan pengamatan secara visual dan dengan menggunakan teknologi berbasis kecepatan rambatan gelombang suara. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi secara menyeluruh mengenai kesehatan pohon sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan sistem pengelolaan pohon peneduh di Kota Bandar Lampung, khususnya dalam upaya pemeliharaan pohon peneduh di Kota Bandar Lampung.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli dan Oktober 2013 berlokasi di jalan raya utama Kota Bandar Lampung. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat uji non destruktif Sonic Tomograph merk PiCUS (Argus Electronic Gmbh, Rostock, Jerman), global positioning system (GPS) Map 60 CSx Garmin, kamera digital, hypsometer merk HAGA, meteran pita dan alat tulis. Pemilihan Jalan Contoh, Segmen Jalan Contoh dan Pohon Contoh Jalan contoh dipilih secara sengaja berdasarkan kerapatan pohon yang tumbuh pada sisi kiri dan kanan jalan yang merupakan jalur hijau Kota Bandar Lampung (Lampiran 1). Setiap jalan contoh yang terpilih dibagi ke dalam segmen-segmen jalan (panjang satu segmen 500 m). Kemudian dilakukan pemilihan satu segmen jalan contoh secara sengaja berdasarkan keberadaan pohon contoh dengan diameter lebih dari atau sama dengan 35 cm. Daftar nama jalan contoh, segmen jalan contoh, dan jumlah pohon contoh disajikan pada Tabel 1. Pemetaaan Posisi Geografis dan Pengukuran Dimensi Pohon Contoh Setiap pohon contoh ditentukan posisi geografisnya menggunakan Global Positioning System (GPS) Garmin 60 CSx. Pemetaan posisi pohon contoh diolah dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS versi 9.3. Peta sebaran pohon contoh di Kota Bandar Lampung tersaji pada Lampiran 2. Masing-masing pohon contoh kemudian diukur dimensinya yaitu tinggi menggunakan hypsometer dan diameter batang pohon setinggi dada atau DBH (diameter at the breast height) menggunakan meteran pita.
3 Tabel 1 Jalan contoh, jumlah segmen contoh dan jumlah pohon
1
Ahmad Rivai
600
Segmen jalan contoh terpilih 1
2
Antara
450
1
7
3
3
Cut Nyak Din
3075
1
12
6
4
Pangeran Diponegoro
3450
1
5
2
5
Dr Susilo
1150
1
11
5
6
Gatot Subroto
2550
1
13
6
7
Raden Intan
1825
1
9
4
8
Sisingamangaraja
1350
1
12
4
9
Jendral Sudirman
1525
1
41
20
10
Sultan Agung
3475
1
14
7
11
Sumantri Brojonegoro
1050
1
11
5
12
Teuku Cik Ditiro
1800
1
19
9
13
Teuku Umar (Pos Plaza)
3025
1
9
5
14
Teuku Umar (Koga)
1125
1
9
4
15
Wolter Monginsidi
1850
1
13
7
16
WR Supratman
775
1
6
3
17
ZA Pagar Alam
3075
1
7
3
18
Sumpah Pemuda
1550
1
6
2
18
214
100
No
Nama jalan contoh
Jumlah
Panjang jalan (m)
Jumlah pohon
Jumlah pohon contoh
10
5
Evaluasi Kesehatan Pohon Berbasis Sonic Tomography Evaluasi kondisi internal setiap batang pohon contoh dilakukan dengan menggunakan alat PiCUS Sonic Tomograph. Skema pemasangan alat ini tersaji pada Gambar 1. Modul sensor dipasang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. Jumlah modul sensor yang digunakan disesuaikan dengan diameter batang pohon contoh. Agar alat dapat bekerja jumlah minimum sensor yaitu 6 buah dengan jarak antar sensor lebih dari atau sama dengan 10-20 cm. Setelah semua sensor terhubung satu sama lain dan terhubung dengan perangkat lunak PiCUS Sonic Tomograph, perambatan gelombang suara dilakukan. Gelombang suara dihasilkan dari pukulan palu elektronik pada paku yang ditancapkan ke dalam pohon contoh di dekat masing-masing modul sensor. Waktu perambatan gelombang antar titik pengirim ke titik penerima lainnya direkam oleh perangkat lunak PiCUS Sonic Tomograph. Perangkat lunak ini menghitung kepadatan pohon dengan menggabungkan geometri pohon dan kecepatan gelombang suara yang terekam selama pengukuran.
4 Variasi nilai kecepatan rambatan ini terlihat dalam variasi warna pada citra tomogram (Gambar 2). Selain itu dilakukan pula pengamatan secara visual pada pohon contoh.
Palu Elektronik
130 cm
Sensor 130 cm
Power Supply Perangkat lunakPiCUS PiCUS Sonic Tomograph pada batang pohon Gambar 1 Skema pemasangan alat contoh
Coklat – hitam merefleksikan cepat rambat gelombang suara yang tinggi Hijau merefleksikan cepat rambat gelombang suara yang sedang Biru – ungu merefleksikan cepat rambat gelombang suara yang rendah
Gambar 2 Variasi warna citra tomogram yang dihasilkan oleh alat PiCUS Sonic Tomograph
Analisis Data Data hasil pengamatan visual dan pengukuran kecepatan rambatan gelombang suara dianalisis berdasarkan statistik deskripsi dengan bantuan Microsoft Office Excel 2010. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui persentase pohon yang sehat dan mengalami deteriorasi berdasarkan jenis pohon. Hasil yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pohon Contoh Hasil penelitian menunjukkan jumlah pohon peneduh di seluruh segmen jalan contoh adalah 214 pohon. Seratus pohon diantaranya termasuk pohon contoh terpilih dengan diameter ≥ 35 cm. Terdapat 10 jenis pohon yang dijumpai dari keseluruhan pohon contoh (Tabel 2), dengan persentase tertinggi adalah angsana (Pterocarpus heterophyllus) yaitu sebesar 53%. Pohon jenis ini merupakan jenis yang dominan ditanam sebagai pohon peneduh di perkotaan (Karlinasari et al. 2013). Jenis lain adalah mahoni (Swietenia sp.) dan sengon (Falcataria moluccana) dengan persentase masing-masing adalah 10%. Tiga jenis pohon ini menjadi dominan terlihat di sisi jalan dengan tajuknya yang lebar dengan tinggi rata-rata di atas 10 m. Variasi jenis pohon peneduh di Bandar Lampung juga cukup tinggi dengan dijumpainya jenis nangka (Artocarpus heterophyllus) berupa semai dan pancang di Jl. ZA Pagar Alam. Tabel 2 Jenis, jumlah, dan dimensi pohon sasaran
No
Nama lokal
1
Akasia
2
Angsana
3
Beringin
4
Dadap Hutan Jati Mas
5 6
Nama ilmiah Acacia auriculiformis Pterocarpus indicus Ficus benjamina Erythrina variegata Cordia subcordata Caesalpinia pulcherrima Fellicium decipiens Swietenia sp.
Jumlah pohon 9
Rataan nilai Diameter (cm) 74.84
Tinggi (m) 13.4
Kelangsingan*) 17.90
53
69.42
14.0
20.17
1
152.09
23.0
15.12
1
62.68
15.5
24.73
2
46.30
9.3
20.09
8
136.18
20.8
7.34
2
47.73
10.0
43.58
10
51.13
10.8
21.12
10
65.67
14.1
19.49
4
62.36
12.8
22.61
Total
100
-
-
-
Rata-rata
-
72.63
14.0
21.22
7
Kembang Merak Krei Payung
8
Mahoni
9
Sengon
10
Sonokeling
Falcataria moluccana Dalbergia latifolia
*) Kelangsingan (slenderness) merupakan rasio tinggi dan diameter pohon (Rinn 2012)
6 Sementara itu kelangsingan pohon contoh berkisar antara 7.34 sampai dengan 43.58 dengan rata-rata 21.22. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pohon sasaran memiliki resiko kecil untuk tumbang karena badai. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rinn (2012) pada pohon oak (jenis kayu daun lebar) yang menyebutkan bahwa untuk pohon berdiri (soliter) resiko tumbang akibat badai akan tinggi jika rasio tinggi dan diameter lebih dari 50. Pohon contoh sebagian besar dijumpai di sisi kanan-kiri jalan raya, hanya pada tiga jalan dijumpai di median jalan yaitu di Jl. Sultan Agung (4 batang), Jl. Teuku Cik Ditiro (3 batang) dan Jl. Teuku Umar (4 batang). Dimensi pohon peneduh yang ditanam pada sisi kiri-kanan jalan memiliki perbedaan dengan pohon pada median jalan. Pohon contoh pada median jalan memiliki tinggi total rata-rata yang lebih rendah dibandingkan pohon pada sisi kiri-kanan jalan. Pohon dengan dimensi terbesar adalah jenis beringin dan kembang merak dengan diameter lebih dari 100 cm dan tinggi lebih dari 20 m. Pohon jenis ini terdapat pada sisi kiri-kanan jalan raya dengan tempat tumbuh yang luas dan tidak dibatasi trotoar. Kondisi Pohon Secara Visual Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi visual pohon secara keseluruhan (100%) mengalami kerusakan fisik berupa pemakuan. Rata-rata jumlah paku yang tertancap pada batang pohon contoh adalah sebanyak 63 buah dengan diameter bervariasi. Sebagian besar paku dalam kondisi berkarat dan tertanam cukup dalam di batang. Selain itu kertas iklan dan tali juga ditemui di hampir semua pohon contoh. Kerusakan fisik pohon akibat perilaku manusia ini nantinya diasumsikan tidak dihitung sebagai bagian persentase kondisi visual. Kerusakan fisik lain sebagai gejala deteriorasi yang paling banyak dijumpai adalah kanker dan gerowong, yaitu masing-masing sebanyak 2%. Kanker terlihat sebagai area dimana kulit dan kambium pada batang mati, gejala ini banyak dijumpai pada jenis angsana. Gerowong dapat dicirikan dengan adanya lubang pada pangkal batang pohon, gejala ini dijumpai pada pohon contoh jenis sengon. Sementara keropos batang dan tumbuhan pengganggu hanya didapati pada masing-masing satu pohon contoh yaitu pada jenis akasia dan beringin (Gambar 3). Menurut Mariyanti (2011) keropos merupakan kerusakan lebih lanjut dengan adanya tunnel sebagai indikator keberadaan rayap, namun tidak ditemukan hal yang sama pada pengamatan lapang. Keropos yang terjadi bisa merupakan sisa dari serangan rayap sehingga tidak terlihat lagi adanya koloni atau tunnel rayap di sekitar batang pohon. Sementara itu untuk tumbuhan pengganggu yang menyerang beringin merupakan jenis benalu semi parasit. Tumbuhan pengganggu ini hidup menempel dan mengambil sari makanan pada tanaman inangnya. Keberadaaan tumbuhan pengganggu ini bahkan dapat menimbulkan kematian pada tanaman inangnya (Najiyati dan Danarti 1999). Bentuk deteriorasi yang cukup mengganggu pemandangan dan mengurangi nilai estetika pohon peneduh adalah gerowong. Namun sejauh ini belum ada tindakan perbaikan baik dari masyarakat maupun dinas terkait. Hal yang dijumpai selama pengamatan lapang justru adanya pemanfaatan lubang gerowong sebagai tempat membakar sampah.
7
Gerowong
Keropos
Tumbuhan Pengganggu Kanker Gambar 3 Gejala deteriorisasi pada pohon peneduh di kota Bandar Lampung
Kondisi Pohon Secara Sonic Tomography Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70 pohon contoh (70%) memiliki proporsi solid wood lebih dari 75% (Tabel 3). Pohon contoh dengan proporsi solidwood lebih dari 75% dikategorikan sebagai pohon sehat. Kategori ini didominasi pohon jenis angsana dengan jumlah sebanyak 37 batang. Citra tomogram pada kategori ini memiliki proporsi solidwood rata-rata sebesar 93% dan cepat rambat gelombang suara rata-rata sebesar 1188.55 m/detik (Gambar 4).
8 Contoh pohon pada kategori ini adalah jenis angsana yang terdapat di Jl. Jendral Sudirman (Gambar 5). Kondisi visual batang (Gambar 5b) yang tampak bebas dari gejala deteriorasi didukung dengan rata-rata nilai kecepatan gelombang suara sebesar 1887.7 m/detik (Lampiran 3). Sebaran warna coklat gelap sampai kehitaman menunjukkan sebaran kerapatan kayu yang tinggi pada bagian melintang batang di titik pengamatan. Pengamatan visual mendukung evaluasi secara sonic tomograph pada contoh ini. Tabel 3 Jumlah pohon contoh berdasarkan proporsi solid wood No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis pohon Akasia Angsana Beringin Dadap Hutan Jati Mas Kembang Merak Krei Payung Mahoni Sengon Sonokeling Total
S<50% 1 6 1 0 0 2 0 0 2 0 12
Proporsi solidwood 50%<S<75% 2 9 0 0 0 2 0 2 1 2 18
80
S>75% 7 37 0 1 2 4 2 8 7 2 70 1250
Jumlah pohon (batang)
1188,55 1151,24
60
1200 1150
50
1100
40
1050
30
1000
993,96
18
20
950
12 10
900
0
Kecepatan gelombang suara (m detik-1)
70 70
850 S<50% Jumlah pohon (batang)
50%<S<75%
S>75%
(mdetik-1) detik-1) Kecepatan gelombang suara (m
Gambar 4 Jumlah pohon dan rata-rata cepat rambat gelombang suara setiap kategori solidwood
9
(a)
(b)
Gambar 5 Tomogram pohon angsana dengan solid wood 100% (a) dan penampak visualnya (b) Contoh lain pada Gambar 6 menunjukkan citra tomogram pohon jenis angsana yang terevaluasi sehat secara visual. Pohon ini masuk dalam kategori sedang secara sonic tomography dengan rata-rata cepat rambat gelombang suara sebesar 954.64 m/detik. Adanya bagian batang dengan kerapatan rendah antara sensor 1 dan 2 (ditunjukkan panah) tidak terlihat secara visual batang (Gambar 6b). Lokasi kerusakan yang terjadi aktual pada pohon sebenarnya dapat dipastikan dengan memotong batang secara melintang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gilbert dan Smiley (2004) bahwa akurasi tomogram dalam menunjukkan deteriorasi ditentukan dengan membandingkan lokasi aktual deteriorasi di foto potongan melintang batang dengan citra tomogram. Secara keseluruhan pohon kategori sakit dijumpai sebanyak 16% dari 100 batang pohon contoh. Rata-rata nilai kecepatan rambat gelombang suara pohon contoh pada kategori ini adalah sebesar 1151.24 m/detik dengan rata-rata proporsi solidwood sebesar 65% (Lampiran 4). Sementara itu untuk ketegori pohon sakit ditunjukkan dengan proporsi solid wood kurang dari 50%. Pohon contoh pada kategori ini memiliki nilai rata-rata kecepatan rambat gelombang suara sebesar 993.96 m/detik dengan rata-rata solidwood sebesar 41% (Lampiran 5). Tomogram pohon angsana pada Gambar 7 mengindikasikan adanya deteriorasi yang terjadi di internal batang. Titik sensor pengamatan nomor 8 dan nomor 9 pada gambar sebelah kanan direkam biru pada tomgram. Warna biru mengindikasikan adanya massa kayu yang hilang sehingga kecepatan yang tercatat hanya pada rata-rata 491.34 m/detik. Adanya crack juga terekam pada tomogram.
10
(a)
(b)
Gambar 6 Tomogram pohon angsana dengan solid wood 58% (a) dan penampak visualnya (b)
(a)
(b)
Gambar 7 Tomogram batang pohon angsana solid wood 31% (a) dan penampak visualnya (b) Kondisi kesehatan pohon hasil kategorisasi berdasarkan proporsi solidwood memiliki kesesuaian dengan data sebaran kelompok kecepatan. Sebaran jumlah pohon contoh tertinggi pada kecepatan rambatan gelombang suara kelompok 1200-1300 m/detik. Sebanyak 22 pohon pada kelompok kecepatan ini memiliki proporsi solidwood rata-rata sebesar 87%. Pohon contoh pada kelompok kecepatan ini secara keseluruhan masuk dalam kategori sehat begitupun pada kelompok kecepatan berikutnya. Sejalan dengan data ini, Wang et al. (2004) menyebutkan bahwa pohon sehat memiliki kecepatan gelombang suara 900-1600 m/detik. Pohon sakit dengan kecepatan gelombang suara kurang dari 900 m/detik sebanyak 12 batang pohon (Gambar 8).
Kecepatan gelombang suara (m detik-1)
11
>1600
5
1500-1600
2
1400-1500
6
1300-1400
19
1200-1300
22
1100-1200
14
1000-1100
12
900-1000
8
<900
12
0
5
10 15 Jumlah pohon (batang)
20
25
Gambar 8 Sebaran jumlah pohon contoh untuk setiap kelompok kecepatan gelombang suara
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan angsana merupakan jenis pohon peneduh yang dominan ditanam dan dominan mengalami kerusakan di Kota Bandar Lampung. Pohon peneduh yang mengalami deteriorasi (sakit) secara visual mencapai 6%, dengan gejala deteriorasi berupa kanker (2%), gerowong (2%), keropos (1%), dan tumbuhan pengganggu (1%). Sementara secara sonic tomography pohon peneduh yang tergolong sakit dengan proporsi solid wood dibawah 50% mencapai 12%. Pohon Sonokeling merupakan jenis yang paling tahan terhadap deteriorasi. Saran Luka mekanis akibat paku pada pohon peneduh seharusnya ditangani secara serius agar tidak menyebabkan deteriorasi lanjutan. Pohon peneduh yang terevaluasi sakit (solidwood kurang dari 50%) perlu mendapat perhatian intensif untuk menghindari bahaya tumbang. Jenis pohon sonokeling perlu dipertimbangkan untuk penanaman selanjutnya sebagai pohon peneduh. Evaluasi pohon berbasis Sonic Tomography juga perlu dilakukan di lebih dari satu titik untuk hasil yang lebih maksimal.
12
DAFTAR PUSTAKA
Amri A. 2013. Bandar Lampung : Pohon Tumbang, 5 Mobil Ringsek [Internet]. [diunduh 2013 Nop 1]. Tersedia pada : http://lampost.co.id. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Bandar Lampung dalam Angka [Internet]. [diunduh 2013 Okt 10]. Tersedia pada : http://bandarlampungkota.bps.go.id. Gilbert E, Smiley ET. 2004. Picus sonic tomography for the quantification of decay in white oak (Quercus alba) and hickory (Carya spp.). Journal of Arboriculture 30: 277-281. Hartman J, Pirone T, Sall M. 2000. Pirone’s Tree Maintenance: Seventh Edition. Oxford (UK): Oxford University Press. Karlinasari L, Mardiyanti IL, and Nandika D. 2011. Ultrasonic wave propagation characteristics of standing tree in urban area. Proceeding: The 17th International Nondestructive Testing and Evaluation of Wood Symposium. Editor: F. Divoz. 14-16 September 2011. Sopron, Hungary. Hal.: 151-157. Karlinasari L, Mariyanti IL, Batubara HN, Dhani RM, Nandika D. 2013 November. Evaluasi visual dan karakteristik kecepatan gelombang ultrasonik pohon peneduh di perkotaan dan hutan tanaman. ITHH, siap terbit. Kristianto. 2013. Hati-hati! Banyak Pohon Tumbang Masuki Musim Hujan [Internet]. [diunduh 2013 Nop 1]. Tersedia pada : http://lampost.co.id. Mariyanti IL. 2011. Evaluasi kesehatan pohon ornamental di kota Bogor menggunakan metode visual dan gelombang ultrasonik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Maulana S. 2012. Ruang terbuka hijau [Internet]. [diunduh 2013 Nop 3]. Tersedia pada: http://bip2b.lampungprov.go.id. Najiyati S dan Danarti. 1999. Memilih dan Merawat Tanaman Buah Di Pekarangan Sempit. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hlm: 129. Nowak DJ. 2004. The Effect of Urban Trees On Air Quality [Internet].[diunduh 2012 Nov 20]. Tersedia pada : www.earthowners.net/effect on urban areas.htm. Purwanto A. 2012. Manfaat dan guna pohon dan hutan kota [Internet]. [diunduh 2013 Apr 28]. Tersedia pada: portal.widyamandala.ac.id/jurnal/index.php. Rinn Frank. 2012. „TV-Oak‟ in Stockholm: Evaluation of wind load and tomographic measurements [Internet]. [Nop 2011]. Heidelberg (DE): Rinntech. [diunduh 2013 Nop 7] Tersedia pada: http://www.rinntech.com. Wang X, Divos F, Pilon C, Brashaw KB, Ross JR, Pellerin FR. 2004. Assessment of decay in standing timber using stress wave timing nondestructive evaluation tools. United States Department of Agriculture. Hlm: 149-171.
Lampiran 1. Peta Kota Bandar Lampung
Keterangan: Lingkaran menunjukkan wilayah yang dipilih sebagai lokasi penelitian.
Lampiran 2. Peta sebaran pohon contoh di Kota Bandar Lampung
Lampiran 3. Posisi geografis, kondisi secara sonic tomography dan kondisi visual pohon contoh kategori sehat (solidwood > 75%) Koordinat No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Jenis
Dadap Hutan Kembang Merak Kembang Merak Kembang Merak Angsana Angsana Angsana Angsana Mahoni Angsana Angsana Angsana Sengon Sengon Sengon Sengon Krei Payung Sonokeling Angsana Angsana Angsana Mahoni Angsana Angsana Angsana Angsana Angsana Akasia Angsana Angsana Akasia Angsana Akasia Angsana Angsana
LS
BT
5˚24‘10“ 5˚24‘07“ 5˚24‘37 “ 5˚24‘37“ 5˚22‘11“ 5˚24‘45“ 5˚24‘46“ 5˚24‘54“ 5˚24‘54“ 5˚25‘41“ 5˚25‘46“ 5˚25‘46“ 5˚25‘57“ 5˚25‘56“ 5˚26‘40“ 5˚25‘40“ 5˚24‘56“ 5˚24‘56“ 5˚24‘55“ 5˚24‘33“ 5˚24‘33“ 5˚24‘31“ 5˚24‘30“ 5˚25‘20“ 5˚25‘20“ 5˚25‘20“ 5˚25‘20“ 5˚25‘20“ 5˚25‘20“ 5˚25‘20“ 5˚25‘20“ 5˚25‘20“ 5˚25‘20“ 5˚25‘19“ 5˚25‘19“
105˚15‘33“ 105˚15‘37“ 105˚ 14‘52“ 105˚14‘52“ 105˚14‘27“ 105˚14‘27“ 105˚14‘49“ 105˚14‘48“ 105˚14‘48“ 105˚15‘36“ 105˚15‘47“ 105˚15‘56“ 105˚16‘32“ 105˚16‘32“ 105˚16‘42“ 105˚16‘32“ 105˚15‘31“ 105˚15‘30“ 105˚15‘29“ 105˚14‘39“ 105˚14‘39“ 105˚14‘38“ 105˚14‘37“ 105˚15‘37“ 105˚15‘36“ 105˚15‘36“ 105˚15‘36“ 105˚15‘36“ 105˚15‘35“ 105˚15‘35“ 105˚15‘35“ 105˚15‘35“ 105˚15‘34“ 105˚15‘34“ 105˚15‘34“
Kondisi Secara Sonic Tomography Kecepatan gelombang Solidwood suara (%) -1 (m detik ) 964.52 92 1383.16 92 1205.57 81 1098.77 94 1248.12 88 1390.83 79 1176.75 100 879.28 100 1151.31 100 1887.77 90 1376.64 94 1255 100 1055.31 81 1327.96 81 1498.64 80 1205.2 88 1485.61 100 1274.3 85 1392.92 97 1254.06 89 1208.4 100 1246.28 88 1145.94 100 1102.68 100 1256.08 92 1230.08 100 900.72 100 1067.5 86 1267.16 100 1201.31 100 1229.04 97 1613.8 100 1236.75 79 1630.76 88 1354.24 100
Kondisi Visual
Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
(Lanjutan) Koordinat No
Jenis LS
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Angsana Angsana Sonokeling Angsana Angsana Angsana Angsana Krei Payung Angsana Angsana Angsana Angsana Mahoni Akasia Akasia Jati Mas Mahoni Akasia Akasia Angsana Angsana Mahoni Angsana Angsana Angsana Angsana Sengon Sengon Mahoni Mahoni Jati Mas Mahoni Sengon Angsana Kembang Merak
5˚25‘19“ 5˚22‘46“ 5˚22‘45“ 5˚22‘57“ 5˚22‘53“ 5˚22‘50“ 5˚22‘50“ 5˚22‘01“ 5˚22‘09“ 5˚22‘10“ 5˚22‘11“ 5˚22‘11“ 5˚24‘00“ 5˚24‘00“ 5˚24‘00“ 5˚24‘00“ 5˚23‘58“ 5˚23‘58“ 5˚23‘56“ 5˚24‘28“ 5˚24‘27“ 5˚24‘24“ 5˚23‘24“ 5˚23‘24“ 5˚23‘52“ 5˚23‘52“ 5˚26‘27“ 5˚26‘27“ 5˚26‘27“ 5˚26‘27“ 5˚26‘28“ 5˚26‘28“ 5˚26‘29“ 5˚26‘43“ 5˚26‘41“ Rata-rata
BT 105˚15‘34“ 105˚15‘34“ 105˚15‘34“ 105˚16‘40“ 105˚16‘29“ 105˚16‘18“ 105˚16‘19“ 105˚14‘40“ 105˚14‘28“ 105˚14‘28“ 105˚14‘27“ 105˚14‘27“ 105˚12‘38“ 105˚12‘38“ 105˚12‘38“ 105˚12‘38“ 105˚12‘40“ 105˚12‘41“ 105˚12‘42“ 105˚15‘26“ 105˚15‘27“ 105˚15‘28“ 105˚15‘42“ 105˚15‘43“ 105˚15‘41“ 105˚15‘41“ 105˚15‘35“ 105˚15‘35“ 105˚15‘35“ 105˚15‘35“ 105˚15‘35“ 105˚15‘35“ 105˚15‘35“ 105˚15‘52“ 105˚15‘58“
Kondisi Secara Sonic Tomography Kecepatan gelombang Solidwood suara (%) (m detik-1) 1343.94 93 1295.94 85 1328 76 1651.49 84 1322.5 82 1607.94 94 1403.6 100 1314.4 100 1410.94 89 1345.17 100 1200 100 121.62 100 1233.31 100 1190.13 84 1014.08 100 1043.69 81 1067.19 81 1326.36 88 1284.04 88 1205.84 90 1179.92 100 1299.76 100 1303.81 100 1394.44 100 1108.69 100 935.69 100 902.19 100 950.12 100 933.4 100 1070.44 100 950.37 100 1135.5 100 1001.32 100 1382.26 95 1528.28 88 1188.55 93
Kondisi Visual
Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat -
Lampiran 4. Posisi geografis, kondisi secara sonic tomography dan kondisi visual pohon contoh kategori sedang (solidwood 50 - 75%) Koordinat No
Jenis LS
BT
Kondisi Secara Sonic Tomography Kecepatan gelombang Solidwood suara (%) -1 (m detik )
Kondisi Visual
1 Kembang Merak
5˚24‘06“
105˚15‘31“
1056.58
54
Sehat
2 Kembang Merak
5˚24‘10“
105˚15‘33“
1333.22
71
Sehat
3 Mahoni
5˚24‘46“
105˚14‘53“
1103.52
65
Sehat
4 Angsana
5˚24‘48“
105˚14‘48“
1400.49
69
Sehat
5 Angsana
5˚25‘40“
105˚15‘36“
1199.89
72
Sehat
6 Angsana
5˚25‘45“
105˚15‘46“
1385.67
62
Sehat
7 Angsana
5˚25‘45“
105˚15‘47“
1467.03
73
Sehat
8 Angsana
5˚25‘45“
105˚15‘46“
924.8
56
Sehat
9 Angsana
5˚25‘18“
105˚21‘37“
897.73
60
Sehat
10 Angsana
5˚25‘19“
105˚15‘36“
1308.75
71
Sehat
11 Angsana
5˚25‘20“
105˚15‘35“
1347.37
62
Sehat
12 Sonokeling
5˚22‘45“
105˚15‘34“
1227.86
58
Sehat
13 Mahoni
5˚24‘00“
105˚12‘38“
954.64
62
Sehat
14 Sonokeling
5˚23‘58“
105˚12‘40“
1138.64
68
Sehat
15 Angsana
5˚24‘27“
105˚15‘27“
969.69
68
Sehat
16 Akasia
5˚22‘50“
105˚16‘43“
1045.85
65
Sehat
17 Akasia
5˚22‘48“
105˚16‘45“
1280.7
65
Sehat
18 Sengon
5˚22‘10“ Rata-rata
105˚14‘14“
679.8
70
Sehat
1151.24
65
-
Lampiran 5. Posisi geografis, kondisi secara sonic tomography dan kondisi visual pohon contoh kategori sakit (solidwood < 50%) Koordinat No
Jenis LS
BT
Kondisi Secara Sonic Tomography Kecepatan gelombang Solidwood suara (%) (m detik-1)
Kondisi Visual
1
Kembang Merak
5˚24‘10“
105˚15‘33“
1544.78
48
Sehat
2
Beringin
5˚25‘46“
105˚15‘57“
647.15
23
Tumbuhan Pengganggu
3
Sengon
5˚25‘56“
105˚16‘32“
877.19
38
Gerowong
4
Angsana
5˚24‘53“
105˚15‘29“
1121.04
43
Sehat
5
Angsana
5˚25‘17“
105˚15‘37“
1104.53
39
Sehat
6
Angsana
5˚25‘18“
105˚15‘36“
1036.69
41
Kanker
7
Akasia
5˚25‘19“
105˚15‘37“
1080.69
57
Keropos
8
Angsana
5˚25‘19“
105˚15‘37“
1179.61
61
Sehat
9
Angsana
5˚24‘26“
105˚15‘27“
491.34
31
Kanker
10
Kembang Merak
5˚26‘43“
105˚15‘42“
770.03
27
Sehat
11
Angsana
5˚22‘04“
105˚14‘03“
1272.89
44
Sehat
12
Sengon
5˚22‘05“
105˚14‘09“
801.53
48
Gerowong
993.96
41
-
Rata-rata
19 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Liwa (Lampung Barat) pada tanggal 7 Nopember 1991 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Juanda Siregar dan Lusdiana Marbun. Penulis menempuh jalur pendidikan sejak tahun 1997 di SDN 2 Liwa, kemudian melanjutkan pendidikan pada tahun 2003 di SMPN 1 Liwa. Setelah itu pada tahun 2009 penulis telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Liwa. Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun yang sama penulis menjadi mahasiswa baru di Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu (TPMK) dipilih penulis pada tahun 2011 sebagai bidang keahlian yang juga menjadi topik penelitian tugas akhir. Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan dan kepanitian baik dalam maupun luar kampus. Organisasi dalam kampus yang pernah diikuti penulis adalah anggota divisi kesejahteraan anggota dan bendahara di UKM KEMAKI periode 2011-2012, divisi internal Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) periode 2009-2010, dan staf Public Relation (PR) di International Forestry Student Association Local Committee IPB (IFSA LC IPB) periode 2011-2012. Selain itu penulis sebagai panitia atau fasilitator seperti menjadi PR pada SEAFYM 2011, tim fundrising pada MATA 2012 KEMAKI IPB dan tim dekorasi pada IPB Festival 2013. Disamping itu penulis aktif sebagai anggota paduan suara di Puella Domini Choir dan Vera Laude Choir dan telah meraih medali perak dalam kompetisi Magnificiat Choir Competition di Unika Atmajaya pada tahun 2011. Penulis juga pernah menjadi penyaji karya tulis dalam International Conference on Advances in Plant Science (ICAPS) di Chiang Mai, Thailand pada tahun 2012, dan menjadi pemenang dalam acara MOVE Challenge yang diselenggarakan harian Media Indonesia pada Maret 2013. Kegiatan luar kampus yang diikuti penulis diantaranya menjadi pengajar di YS Bimbel dan King Les Private, serta aktif di Yayasan DETARA. Melalui organisasi ini penulis pernah menjadi tim fasilitator di acara Kemah Hijau 2013 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Kegiatan praktek lapang terkait bidang kehutanan juga diikuti oleh penulis yakni Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Hutan Gunung Tangkuban Parahu, Bandung pada tahun 2011. Kemudian pada tahun 2012, penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi. Penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang di pabrik biola Madani Corporation di Kudus, Jawa Tengah pada tahun 2013. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun karya ilmiah yang berjudul “Evaluasi Kesehatan Pohon Peneduh di Kota Bandar Lampung Berbasis Kecepatan Rambatan Gelombang Suara”. Selama penyelesaian skripsi penulis dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS dan Dr. Lina Karlinasari, SHut, MScFTrop.