PROFIL KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-Nya sehingga Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014 selesai disusun. Profil Kesehatan Kota Bandar lampung Tahun 2014 berisi data tahun 2013 merupakan gambaran kondisi kesehatan di wilayah Kota Bandar Lampung yang diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan kesehatan di Kota Bandar Lampung. Profil kesehatan berisi tentang visi dan misi Dinas Kesehatan, gambaran umum wilayah, gambaran pencapaian program, sarana prasarana kesehatan dan pola penyakit yang didapatkan dari kompilasi laporan seluruh sarana kesehatan di Kota Bandar Lampung dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Kami menyadari bahwa penyusunan profil ini masih banyak kekurangan dalam penyajian data, kelengkapan data, akurasi data serta ketepatan waktu penyajian. Untuk itu guna kesempurnaan penyusunan profil dimasa datang kritik dan saran pembaca kami harapkan. Demikian, atas bantuan berbagai pihak dalam penyusunan profil ini kami ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat. Kota Bandar Lampung, Agustus 2015 Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
dr. Amran. M.Kes Pembina Utama Muda, IV/c NIP. 19630716 198910 1 002
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
21
DAFTAR ISI Kata Pengantar BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Sistematis Penulisan 1.4 Keterbatasan Penelitian
o
Halaman 1 2 2 3
BAB II Gambaran Umum 2.1 Luas Wilayah dan Batas Administrasi Daerah 2.2 Kondisi Geografis dan Klimatologi 2.3 Kondisi Topologi 2.4 Hidropologi 2.5 Sumber Daya Alam 2.6 Demografi / Kependudukan 2.7 Agama 2.8 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 2.9 Sosial Ekonomi
4 6 7 8 9 10 14 14 15
BAB III Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan 3.1 Visi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
21
3.2 Misi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
23
3.3 3.4 3.5 3.6 3.7
27 29 31 34
Tujuan dan Sasaran Strategi Kebijakan Tugas Pokok dan Fungsi Issue-issue Strategis Pembangunan Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014 3.8 PROGRAM DAN KEGIATAN 3.9 Struktur Organisasi
35 40 44
BAB IV Situasi Upaya Kesehatan 4.1 Angka Kematian Bayi 4.2 Angka Kematian Anak Balita 4.3 Angka Kematian Ibu 4.4 Morbiditas (Angka Kesakitan) 4.5 Status Gizi Masyarakat
46 48 48 53 71
BAB V Situasi Derajat Kesehatan 5.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
74
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
22
5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7
Perbaikan Gizi Masyarakat Program Penyehatan Lingkungan Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat Program Peningkatan Upaya Kesehatan Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya Program Manajemen dan Kebijakan Kesehatan
78 84 87 89 91 92
BAB VI Situasi Sumber Daya Kesehatan 6.1 Sarana Kesehatan 6.2 Tenaga Kesehatan 6.3 Pembiayaan Kesehatan
96 102 104
BAB VII Simpulan dan Saran 7.1 Simpulan 7.2 Saran
106 108
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
23
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Data Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung
5
Tabel 2.2 Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung
9
Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2014 Tabel-2.4
10
Komposisi Struktur Penduduk Kota Bandar Lampung Dirinci menurut Kelompok Umur, Jenis kelamin, dan Sex Ratio Tahun 2014
11
Tabel-2.5
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Sasaran Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014
13
Tabel 2.6
Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2012
16
Tabel 2.7 Indeks Komponen IPM Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2012 Tabel-2.8
Tabel-2.9
17
Pendapatan Per Kapita Per Tahun Menurut ADHK dan ADHB Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2013
17
Jumlah Perusahaan Dan Tenaga Kerja Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2013
18
Tabel-2.10 Pembiayaan Sektor Kesehatan Menurut Sumber Anggaran Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2012 19
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
24
Tabel-2.11 Proporsi Anggaran Sektor Kesehatan Terhadap Total APBD Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
20
Tabel-3.01 Jumlah Kasus kematian Bayi Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2015
37
Tabel-3.02 Jumlah Kasus kematian Balita Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2015
37
Tabel-4.01 Penyebab Penderita Penyakit Diare di Kota Bandar Lampung Tahun 2013- 2014
56
Tabel.5.01 Jumlah Kunjungan ke Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
90
Tabel 5.02 Persentase Ketepatan dan Kelengkapan Laporan SP2TP di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
93
Tabel 6.01 Jumlah Puskesmas Per Kecamatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014
97
Tabel 6-02 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kategori di Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014
102
Tabel 6-03 Anggaran Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014
104
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
25
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.01 Peta Administrasi Kota Bandar Lampung
6
Gambar 2.02 Grafik Piramida Penduduk Kota Bandar Lampung Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2014
12
Gambar 2.03 Persentase Pencari Kerja Menurut Pendidikan Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
14
Gambar 4.01 Kasus Kematian Bayi Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014
46
Gambar 4.02 Penyebaran Kasus Kematian Bayi Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
47
Gambar 4.03 Kasus Kematian Anak Balita Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014
48
Gambar 4.04 Kasus Kematian Ibu Maternal Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
49
Gambar 4.05 Penyebab Kasus Kematian Ibu Maternal Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
50
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
26
Gambar 4.06 Kasus Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Wilayah Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014
51
Gambar 4.07 Trend Kasus Acute Flacid Paralysis Per 100.000 Anak Usia < 15 Tahun Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
53
Gambar 4.08 IR Diare Per 1.000 Penduduk Kota Bandar Lampung Tengah Tahun 2008-2014
55
Gambar 4.09 Distribusi Kasus Diare Per Gol. Umur Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
55
Gambar 4.10 Angka Kesembuhan Tahun 2014 Kota Bandar Lampung
58
Gambar 4.11 Jumlah Penemuan Suspek TB Paru Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
58
Gambar 4.12 Jumlah Kasus Penemuan TB Paru Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
58
Gambar 4.13 Kasus Pneumonia Menurut Jenis Kelamin Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
60
Gambar 4.14 Distribusi Kasus Kusta Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
64
Gambar 4.15 Jumlah Penderita Kusta Menurut Jenis Kelamin Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
64
Gambar 4.16 Kondisi Malaria Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
65
Gambar 4.17 IR DBD Per 100.000 Penduduk Di Kota Bandar Lampung Tahun 67
2010-2014
Gambar 4.18 CFR Demam Berdarah Dengue ( %) Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
67
Gambar 4.19 Penyebararan Kasus Dbd Menurut Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014
68
Gambar 4.20 Jumlah Kasus Suspec Campak Klinis Di Kota
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
27
Bandar Lampung Tahun 2008-2012
71
Gambar 4.21 Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah Di Kota BandarLampung Tahun 2014
72
Gambar 5.01 Jumlah RT ber PHBS 2014
88
Gambar 5.02 Strata Posyandu tahun 2014
89
Tabel 1
LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAHPENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
Tabel 2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
Tabel 3
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN
Tabel 4
JUMLAH KELAHIRAN MENURUT KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 5
JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, PUSKESMAS
Tabel 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
JENIS
KELAMIN, BALITA DAN
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
28
Tabel 7
KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 8
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 9
ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 10
PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 11
JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN
Tabel 12
PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN
Tabel 13
KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 14
JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 15
KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 16
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 17
PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 18
JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 19
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
JENIS
29
Tabel 20
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 21
JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 22
KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 23
PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 24
PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 25
PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 26
CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 27
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
Tabel 28
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM
Tabel 29
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 30
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 31
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 32
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 33
JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
KLB
30
Tabel 34
PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT KONTRASEPSI, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
JENIS
Tabel 35
PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
JENIS
Tabel 36
JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 37
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 38
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 39
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 40
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 41
CAKUPAN DESA/KELURAHAN KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 42
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 43
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 44
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 45
JUMLAH ANAK 0 – 23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 46
CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 47
JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 48
CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
UCI
JENIS
MENURUT
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
31
Tabel 49
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 50
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 51
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 52
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 53
CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
Tabel 54
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
Tabel 55
ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
Tabel 56
INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT
Tabel 57
PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BERPHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 58
PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 59
PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
Tabel 60
PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
Tabel 61
PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK(JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 62
DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
Tabel 63
PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
MENURUT
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
JENIS
32
Tabel 64
TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI
Tabel 65
TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK
Tabel 66
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
Tabel 67
JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN
Tabel 68
PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
Tabel 69
JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
Tabel 70
JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN
Tabel 71
JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN
Tabel 72
JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN
Tabel 73
JUMLAH TENAGA KESEHATAN
KEPERAWATAN
DI
FASILITAS
Tabel 74
JUMLAH TENAGA KESEHATAN
KEFARMASIAN
DI
FASILITAS
Tabel 75
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN
Tabel 76 Tabel 77
JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN
Tabel 78
JUMLAH TENAGA FASILITASKESEHATAN
Tabel 79
JUMLAH TENAGA KESEHATAN
Tabel 80
JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN
Tabel 81
ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
KETEKNISIAN
KESEHATAN
LAIN
MEDIS DI
DI
FASILITAS
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
33
BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG
P
rogram Pembangunan Kesehatan merupakan salah satu upaya untuk memenuhi hak atau kebutuhan masyarakat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
dengan amanat UUD 1945 pasal 28 ayat 1 dan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Pembangunan kesehatan diarahkan
untuk
meningkatkan
kesadaran,
kemauan,
dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
dengan
penekanan
pada
pencapaian
sasaran
yang
Lampung
juga
prorakyat, keadilan untuk semua (justice for all). Pembangunan dilaksanakan
kesehatan
dengan
di
Kota
memperhatikan
Bandar dinamika
kependudukan,
epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan, kerjasama lintas sektoral serta mendorong peran
serta
aktif
masyarakat,
swasta
maupun
pemerintah.
Pembangunan kesehatan pada tahun 2014 merupakan pembangunan kesehatan berkelanjutan dengan hasil yang sudah mulai menunjukkan kecenderungan membaik dibandingkan dengan keadaan tahun-tahun sebelumnya. Profil
Kesehatan
Kota
Bandar
Lampung
Tahun
2015
ini
merupakan salah sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
34
kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan Kota Bandar Lampung. Dengan kata lain, Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung ini pada intinya berisi mengenai data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di wilayah Kota Bandar Lampung. Pada Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2015 dapat diperoleh data dan informasi indikator kesehatan dan indikator yang terkait kesehatan yang meliputi antara lain : (1) indikator derajat kesehatan yang digambarkan melalui mortalitas (angka kematian), morbiditas (angka keasakitan) dan status gizi, (2) indikator upaya kesehatan yang dapat dilihat dari indikator pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat, akses dan mutu pelayanan serta keadaan lingkungan. Juga dapat dilihat indikator sumber daya kesehatan yang digambarkan melalui keberadaan sarana dan prasarana kesehatan, tenaga kesehatan dan besarnya pembiayaan kesehatan. Hal lainnya, pada Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung pun dapat dilihat kondisi umum seperti wilayah kerja, keadaan penduduk, tingkat pendidikan penduduk dan keadaan ekonomi. Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka keberadaan Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung yang terbit setiap tahun ini merupakan sumber daya yang sangat strategis bagi pimpinan dalam penyelenggaraan manajemen yaitu sebagai masukan dalam proses pengambilan
keputusan
mulai
dari
tahap penyusunan
rencana,
penggerakan pelaksanaan, monitoring sampai dengan evaluasi. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung ini dimaksudkan untuk menyediakan data dan informasi kesehatan yang lengkap, akurat dan up to date yang difungsikan sebagai pedoman resmi bagi Dinas Kesehatan dan jajarannya, lembaga pemerintah maupun swasta baik untuk
dasar perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
35
kegiatan atau program serta sebagai acuan kegiatan monitoring, pengendalian dan evaluasi dari berbagai program. 1.3 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematikan penyajian Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014, adalah sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung serta siste
matika penyajiannya.
BAB II GAMBARAN UMUM. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
Kota
Bandar
Lampung
yang
mencakup
letak
geografis,
demografis, pendidikan, ekonomi dan informasi umum lainnya. BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN. Bab ini berisi uraian tentang indikator
keberhasilan
pembangunan
kesehatan
yang
mencakup
tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan keadaan status gizi. BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang cakupan pelayanan kesehatan dasar, cakupan pelayanan kesehatan rujukan, pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan dan lain-lain. BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. Bab ini menguraikan tentang sumber daya yang yang mencakup sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. BAB VI KESIMPULAN. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014. 1.4 KETERBATASAN PENYUSUNAN PROFIL Penyusunan profil menggunakan data data dasar program namun tidak semua data yang dibutuhkan tersedia, meskipun sudah dilakukan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
36
pengumpulan
data diawal
tahun
dan pengulangan
pada bulan
berikutnya secara terus menerus tetapi tidak semua program dapat memberikan data yang diinginkan sesuai juknis profil salah satu contoh adalah data campak. Beberapa data seperti TB Paru, imunisasi belum dapat disajikan per jenis kelamin. Begitu juga data upaya kesehatan yang ada, tidak semua bidang dapat memberikan laporan evaluasi sebagai bahan penyusunan profil
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1
Luas Wilayah dan Batas Administrasi Daerah
K
ota Bandar Lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung. Kota
Bandar
Lampung
menjadi
pusat
kegiatan
pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan.
Kota Bandar Lampung juga merupakan pusat kegiatan perekonomian dari Provinsi Lampung, karena terletak diwilayah yang strategis dan merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antara pulau Sumatera dan pulau Jawa, sehingga secara ekonomis menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri, pariwisata. Kota Bandar Lampung juga memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi kota besar dalam skala regional, nasional bahkan interbasional. Potensi Kota Bandar Lampung yang mendukung antara lain adalah (1) lokasi geografis yang sangat strategis, (2) kedudukan yang dituju dalam kebijakan tingkat nasional dan regional, (3) pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan, (4) keanekaragaman suku bangsa (multi etric), (5) dukungan wilayah sekotarnya (hiterland) yag menunjang pertumbuhan dan perkembangan Kota Bandar Lampung, Berdasarkan kebijakan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
37
nasional dan regional, Kota Bandar Lampung ditetapkan sebagi pusat pertumbuhan
nasional
dan
merupakan
orientasi
bagi
pusat
pengembangan antar daerah, pusat pengembangan daerah dan pusat lokal. Selain daripada itu, Kota Bandar Lampung memiliki andil yang sangat vital dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya serta memiliki Pelabuhan Panjang yang beroperasi selama 24 jam untuk kegiatan ekspor impor dan Pelabuhan Srengsem yang melayani distribusi batubara dari Sumatera ke Jawa , untuk jalur udara memalui Bandara Radin Intan yang berjarak 18 km dari Kota Bandar Lampung sehingga secara
langsung
Kota
Bandar
Lampung
berkontribusi
dalam
mendukung pergerakan ekonomi nasional. Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah
197,22 km²
atau 19.722 hektar. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Perubhaan Atas Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04 Tahun 2012 Tentang Penataan dan pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, Kota Bandar Lampung terbagi
ke dalam 20 Kecamatan dan 126
Kelurahan dengan rincian per wilayah sebagai berikut : Tabel 2.1 Data Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung No
Kecamatan
Luas Wilayah (Km²)
Jumlah Kelurahan
Jumlah Lingkungan
Jumlah RT
11,02
5
14
98
14,83
6
14
99
1
Teluk Betung Barat
2
Teluk Betung Timur
3
Teluk Betung Selatan
3,79
6
14
141
4
Bumi Waras
3,75
5
12
153
5
Panjang
15,75
8
20
227
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
38
6
Tanjung Karang timur
2,03
5
11
109
7
Kedamaian
8,21
7
16
126
8
Teluk Betung Utara
4,33
6
12
161
9
Tanjung Karang Pusat
4,05
7
14
148
10
Enggal
3,49
6
13
119
11
Tanjung Karang Barat
14,99
7
16
130
12
Kemiling
24,24
9
20
240
13
Langkapura
6,12
5
11
73
14
Kedaton
4,79
7
16
136
15
Rajabasa
13,53
7
14
105
16
Tanjung Seneng
10,63
5
11
105
17
Labuhan Ratu
7,97
6
12
91
18
Sukarame
14,75
6
13
117
19
Sukabumi
23,60
7
16
157
20
Way Halim
5,35
6
16
184
197,22
126
286
2,719
Jumlah
Sumber : Kota Bandar Lampung Dalam Angka Tahun 2014 Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 520’- 530’ Lintang Selatan dan 10528’ - 10537’ Bujur Timur. Ibukota propinsi Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak diujung Selatan Pulau Sumatera.
2.2
Kondisi Geografis dan Klimatologi Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 520’- 530’
Lintang Selatan dan 10528’ - 10537’ Bujur Timur. Ibukota propinsi Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak diujung Selatan Pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung setiap tahunnya terjadi dua musim angin yaitu pada bulan November-Maret angin bertiup dari arah Barat dan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
39
Barat Laut, pada bulan Juli-Agustus angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara dengan kecepatan rata-rata 5,83 km/jam. Temperatur pada daerah daratan dengan ketinggian 30m–60m rata-rata berkisar antara 26C-28C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 33C
dan temperatur minimum 20C. Kelembaban udara rata-rata
berkisar antara 80% sampai 88% dan bahkan lebih tinggi di tempattempat yang lebih tinggi Gambar 2.01 Peta Administrasi Kota Bandar Lampung
Sumber : Bandarlampungkota.go.id.
Dari Gambar 2.1, terlihat bahwa Wilayah Kota Bandar Lampung Secara administratif batas daerah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk Lampung.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
40
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.
2.3
Kondisi Topologi
Topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :
Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau di bagian Selatan
Wilayah
landai/dataran
terdapat
disekitar
Kedaton
dan
Sukarame di bagian Utara
Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur.
Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan Rajabasa
merupakan
wilayah
dengan
ketinggian
paling
tinggi
dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada ketinggian maksimum 700 mdpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian masing-masing hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.
2.4 Hidropologi
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
41
Dilihat
secara
hidrologi
maka
Kota
Bandar
Lampung
mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar
Lampung
dan
sebagian
besar
bermuara
di
Teluk
Lampung. Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar
Lampung
dapat
dibagi
dalam
beberapa
bagian
berdasarkan pourusitas dan permaebilitas yaitu:
Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Selatan, dan Teluk Betung Barat.
Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling, bagian selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.
Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di bagian utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.
Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.
Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan Panjang, Tanjung Karang Timur, dan bagian barat Kecamatan Teluk Betung Selatan.
Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.
Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung terbagi ke dalam 6 wilayah, sebagai berikut : Tabel 2.2
Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
42
ZONA
KATEGORI RESAPAN
WILAYAH
I
Recharge Area
Kemiling dan Teluk Betung Barat
II
Area Penyangga
Kecamatan Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Timur, Panjang, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Selatan.
III
Resapan Rendah
Kedaton, Barat
IV
Resapan Sedang
Tanjung Karang Pusat, Tanjung Karang Timur
V
Resapan Tinggi
Sukabumi dan Sukarame
VI
Kawasan Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung Dipengaruhi Air Laut Selatan, Panjang, Teluk Betung Barat
Sukarame,
Tanjung
Karang
Sukabumi,
Sumber: Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Bandar Lampung, 2010.
2.5
Sumber Daya Alam
Selain memiliki wilayah yang luas, Kota Bandar Lampung juga memiliki potensi alam yang sangat rendah, terutama laut dan perbukitan. Kekhasan morfologinya mulai dari pegunungan, perbukitan, kekhasan morfologinya mulai di bagian dalam Teluk Lampung, menjadikan Kota Bandar Lampung sangat potensial untuk di kunjungi wisatawan. Citra endegonik “laut dan gunung” tersebut merupakan potensi keindahan dan daya tarik tersendiri bagi Kota Bandar Lampung. Pantai di Kota Bandar Lampung memiliki pemandangan yang mempesona dan memiliki keistimewaan tersendiri karena terletak di suatu teluk yang nyaman dengan keindahan panorama laut dan beberapa gugusan pulau kecil di tengah laut yang potensi untuk dikembangkan menjadi wisata rekreasi bahari sedang perbukitannya berfungsi untuk melindungi pelestarian tata air dan konversi tanah.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
43
2.6
Demografi / Kependudukan
2.6.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Adapun keadaan jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung periode tahun 2010 – 2014, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2014 TAHUN
JUMLAH PENDUDUK
SEX RATIO
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
TOTAL
2010
446.978
438.385
885.363
101,96
2011
456.285
448.037
904.322
101,84
2012
465.673
457.502
923.175
101,79
2013
475.039
467.000
942.039
101,72
2014
484.215
476.480
960.695
101,62
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2014
Dari Tabel-2.1 menunjukkan jumlah penduduk tahun 20102014 terjadi peningkatan yang signifikan. Penduduk laki-laki setiap tahunnya lebih tinggi dari penduduk perempuan. Tahun 2014 jumlah penduduk meningkat menjadi 960.695 jiwa dengan sex ratio 101,62. Angka ini menempatkan Kota Bandar Lampung di posisi 3 (tiga) populasi terbesar di Provinsi Lampung setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur. Tingkat kepadatan penduduk tahun 2014 tertinggi terdapat di Kecamatan Tanjungkarang Timur yakni 17.937 jiwa/km², sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sukabumi yaitu 2.384 jiwa/km². 2.6.2. Struktur/Komposisi Penduduk.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
44
Kondisi struktur/komposisi umur penduduk di Kota Bandar Lampung
dari
tahun
2010-2014
sehingga
pertumbuhan
terus
penduduk
mengalami
Kota
Bandar
peningkatan,
Lampung
juga
mengalami Kenaikan. Pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung disebabkan adanya fertilitas (pertumbuhan penduduk alami) dan pertumbuhan penduduk migrasi, dimana jumlah penduduk migrasi masuk lebih besar daripada migrasi luar (migrasi netto positif) atau dapat
diartikan
dibandingkan
bahwa
penduduk
penduduk yang
yang
keluar
datang
Kota
lebih
Bandar
banyak
Lampung.
Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat mendorong pertumbuhan aspek – aspek kehidupan yang meliputi aspek sosiak, ekonomi, politik, kebudayaan
dan
sebagainya.
Kondisi
struktur/komposisi
umur
penduduk di Kota Bandar Lampung dari tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel-2.3. Tabel-2.4 Komposisi Struktur Penduduk Kota Bandar Lampung Dirinci menurut Kelompok Umur, Jenis kelamin, dan Sex Ratio Tahun 2014 NO
KEL. UMUR
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
SEX RATIO
1.
0–4
47.129
45.263
92.812
104,12
2.
5–9
45.198
42.680
90.005
105,90
3.
10 – 14
39.452
38.106
78.608
103,53
4.
15 – 19
44.333
48.517
93.599
91,38
5.
20 – 24
51.040
50.316
101.833
101,44
6.
25 – 29
45.095
42.469
88.130
106,18
7.
30 – 34
40.199
38.540
79.314
104,30
8.
35 – 39
37.507
37.417
76.288
100,24
9.
40 – 44
35.180
34.507
71.910
101,95
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
45
NO
KEL. UMUR
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
SEX RATIO
10.
45 – 49
29.488
28.594
60.154
103,13
11.
50 – 54
24.781
23.829
50.766
104,00
12.
55 – 59
17.807
17.184
36.966
103,63
13.
60 – 64
11.915
10.878
24.393
109,53
14
65 – 69
7.214
7.715
15.677
93,51
15
70 –74
4.357
4.986
9.596
87,38
16
75+
3.520
5.479
9.236
64,25
960.695
101,62
TOTAL 2014
484.215
476.480
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung 2014
Berdasarkan
Tabel-2.3,
terlihat
komposisi
penduduk
Kota
Bandar Lampung pada tahun 2014 menurut kelompok umur dan sex ratio . Rata –rata Sex ratio pada umumnya penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan kecuali pada kelompok umur 15-19 tahun. Hal ini juga terlihat pada kelompok umur usila (>60 tahun) jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa umur harapan hidup wanita lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Hal ini dikarenakan wanita lebih peduli terhadap kesehatan dirinya. Wanita akan segera mencari fasilitas kesehatan apabila mengalami sakit. Pada tahun 2014 ini persentase penduduk usia 0-4 tahun 10,35% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan demikian angka kelahiran tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Komposisi penduduk Kota Bandar Lampung dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur produktif yaitu 20-24 tahun(9,43%), kelompok 15-19 tahun (10,26%), kelompok umur 25-29 (10,9%) tahun dan muncul kelompok balita 0-4
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
46
tahun
sebesar 10,35%. Gambaran komposisi penduduk secara rinci
terlihat pada gambar berikut : Gambar 2.02 Grafik Piramida Penduduk Kota Bandar Lampung Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2014
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung Tahun 2014
Berdasarkan gambar 2.2 bentuk piramida penduduk Kota Bandar Lampung menggambarkan komposisi penduduk muda dalam pertumbuhan. Jumlah angka kelahiran dan jumlah penduduk muda lebih besar dibandingkan dengan angka kematian.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
47
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun meningkat namun penghitungan jumlah penduduk terutama untuk kelompok umur sampai saat ini masih menggunakan angka estimasi. Sumber data BPS kemudian dioleh dan terbatas untuk kepentingan program bidang kesehatan karena setiap triwulan bidang kesehatan harus melaporan persentase capaian kegiatan. Hal ini menjadi kelemahan karena sering terjadi perbedaan antar program terkait dengan persentase pencapaian.
2.6.3. Penduduk Sasaran Pada
Tabel-2.4 berikut ini memperlihatkan jumlah penduduk
menurut kelompok sasaran di Kota Bandar Lampung Tahun 20092014. Tabel-2.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Sasaran Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014
NO
KELOMPOK SASARAN
TAHUN 2009
2010
2011
2012
2013
225.403
232.939
235.172
238.909
238.909
2014
1.
Wanita Usia Subur
2.
Bumil
23.237
18.432
24.142
20.664
20.664
25.839
3.
Bulin (Persalinan)
21.254
17.598
22.081
18.900
18.900
23.633
4.
Bayi
20.242
16.764
21.029
18.000
18.000
22.508
5.
Balita
100.351
80.649
104.700
106.363
106.363
6.
Anak Balita
80.109
63.885
83.670
88.363
88.363
89.552
7.
Batita
38.595
37.530
40.269
40.909
40.909
43.100
8.
Buteki
40.483
16.764
42.059
18.900
18.900
45.015
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
251.703
112.060
48
2009
2010
2011
2012
2013
Anak Pra Sekolah
46.316
31.442
48.323
49.091
49.091
51.720
Usia Lanjut
59.010
187.986
61.567
44.636
44.636
47.027
NO
9. 10.
TAHUN
KELOMPOK SASARAN
2014
Sumber : BPS (Data diolah terbatas untuk Kalangan Kesehatan), Tahun 2014
Jumlah penduduk menurut kelompok sasaran di Kota Bandar Lampung hampir setiap tahunnya menggunakan data estimasi, dan hanya
berlaku
terbatas
untuk
kegiatan
pelaksanaan
program
kesehatan saja. Data sasaran harus tersedia minimal pada tri wulan pertama, dikarenakan laporan dan evaluasi kegiatan harus sudah dilakukan baik di dinas maupun di puskesmas.
2.7
Agama Penduduk Kota Bandar Lampung sebagian besar adalah pemeluk
agama Islam, sedangkan jumlah tempat peribadatan yang ada di Kota Bandar Lampung pada tahun 2013 terdiri dari 703 Masjid, 839 Musholla, 13 Gereja Katolik, 26 Gereja Protestan, 21 Vihara, dan 3 Pura. Agama yang dianut penduduk Kota Bandar Lampung, dapat dilihat pada gambar berikut ini : 2.8
Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kecerdasan
dan
ketrampilan
pendidikan
merupakan
masyarakat/penduduk.
penyebab
mendasar
dari
Tingkat berbagai
permasalahan peristiwa morbiditas maupun mortalitas. Pencari kerja di Kota Bandar Lampung tahun 2013 dari tingkat paling bawah yaitu Tidak tamat SD tidak ada, Tamat SD sebanyak 13, Tamat SMP/sederajat sebanyak 109, tamat SMA/sederajat sebanyak
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
49
4.395, Tamat D I/II/III sebanyak 1.178, Sarjana S.1 berjumlah 4.400, Pasca Sarjana/S.2 berjumlah 96,
dan persentasenya seperti terlihat
pada gambar 2.4 berikut ini: Gambar 2.03 Persentase Pencari Kerja Menurut Pendidikan Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
0% 1%
0%
1%
41%
41%
16% Tdk Punya Ijazah SMU/MA/Sederajat S2 / S3
SD/MI/Sederajat Diploma I / II/DIII
SLTP/MTs/Sederajat D IV / Sarjana
Sumber : Bandar Lampung Dalam Angka, 2014.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa pencari kerja penduduk Kota Bandar Lampung seimbang antara lulusan SMU/MA/Sederajat dan lulusan DIV/Sarjana.
2.9
SOSIAL EKONOMI Disamping
lingkungan
Kesehatan,
dalam
Perencanaan
Pembangunan Kesehatan perlu pula diketahui Lingkungan Sosial Ekonomi, seperti : 2.9.1 Product Domestic Regional Brutto ( PDRB ) Pengertian pendapatan regional atau produk domestik regional bruto (PDRB) sering disalahtafsirkan dengan pendapatan pemerintah daerah. Pendapatan pemerintah daerah yaitu besarnya penerimaan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
50
pemerintah
daerah
dalam
bentuk
pajak
dan
non
pajak
dari
masyarakat. Sedangkan pendapatan regional adalah seluruh nilai netto barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu daerah pada waktu tertentu,
atau
dari
segi
arus
uangnya
adalah
jumlah
seluruh
pendapatan yang diterima oleh faktor produksi. Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi, selama lima tahun terakhir terus meningkat yaitu tahun tahun 2006 sebesar 6,30 persen; tahun 2007 sebesar 6,83 persen, tahun 2008 sebesar 6,93 persen, dan tahun 2009 sebesar 6,01 dan pada tahun 2011 angka sementara pertumbuhan ekonomi sebesar 6,33 persen. Pada tahun 2012 angka
Produk
Domestik Regional Brutto (PDRB) yang dihasilkan Kota Bandar Lampung sebesar 25,53 trilliyun rupiah. Gambaran Produk Domestik Regional Brutto di Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2010, seperti terlihat pada tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2.6 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2012
TAHUN
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTTO ADHK
PERTUMBUHAN
ADHB
PERTUMBUHAN
2010
6.540.521
6.33
19.437.165
100
2011
6.967.851
6.33
22.311.918
100
2012*
7.423.369
6.54
25.532.953
100
2013**
7.905.567
6,50
29.136.930
100
Sumber: Bandar Lampung dalam Angka 2014 ** angka sementara
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
51
2.9.2 Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu indeks komposit
yang
diharapkan
mampu
mencerminkan
kinerja
pembangunan manusia sehingga dapat dibandingkan antar wilayah atau bahkan antar waktu suatu ukuran tunggal dan sederhana yang memuat tiga aspek, yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan, yang menurut UNDP dapat menunjukkan tingkat pembangunan manusia suatu wilayah melalui pengukuran keadaan penduduk yang sehat dan berumur
panjang,
berpendidikan
dan
berketerampilan,
serta
mempunyai pendapatan yang memungkinkan untuk dapat hidup layak. Indeks Pembangunan Manusian Kota Bandar Lampung Tahun 2010 sebesar 75,7, tahun 2011 sebesar 76,29 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 76,83. Nilai IPM Kota Bandar Lampung lebih tinggi bila dibandingkan dengan IPM Propinsi Lampung 72,87. Apabila dilihat secara nasional, maka pada tahun 2013, Kota Metro dan Kota Bandar Lampung mempunyai nilai dan peringkat IPM yang dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan daerah Kota yang lain. Hal ini disebabkan
kedua
pendidikan
dan
kota
ini
perdagangan.
merupakan
sentra
Kondisi
geografis
pengembangan juga
sangat
berpengaruh baik secara langsung sebagai berikut:
Tabel 2.7 Indeks Komponen IPM Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2012 Uraian Angka Harapan Hidup (th) Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (th) Pengeluaran per Kapita (000 Rp.)
2010
2011
2012
70,87
71,24
71,61
98,44
98,47
98,50
9,89
9,91
9,91
632,60
634,96
638,04
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
52
IPM
75,7
76,29
76,83
Sumber : bandarlampungkota.bps.go.id.
2.9.3 Pendapatan Per Kapita
Pendapatan Per Kapita ini merupakan gambaran pendapatan yang
produksi dan dipakai sebagai ukuran makro kesejahteraan
masyarakat. Tabel-2.8 Pendapatan Per Kapita Per Tahun Menurut ADHK dan ADHB Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2013
PENDAPATAN PER KAPITA (Rupiah) ADHK
ADHB
(Atas Dasar Harga Konstan)
(Atas Dasar Harga Berlaku)
2010
6.540.521
19.437.165
2011
6.967.851
22.311.918
2012
7.423.369
25.532.953
2013
7.905.567
29.136.930
TAHUN
Sumber : Bandar Lampung Dalam Angka 2014
2.9.4 Tenaga Kerja Jumlah pencari kerja di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 meningkat secara signifikan. Dimana pada tahun 2011 sebesar 6.216, tahun 2012 sebesar 7.894 dan tahun 2013 meningkat menjadi 10.734 yang terdiri dari 4.949 laki-laki dan 5.785
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
53
perempuan. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah pencari kerja perempuan lebih tinggi dibanding jumlah pencari kerja laki-laki. Dari hasil tersebut bisa dilihat bahwa emansipasi wanita pada jaman sekarang sudah cukup tinggi. Tingkat partisipasi angkatan kerja menggambarkan
besarnya
keterlibatan penduduk secara aktif dalam kegiatan ekonomi. TPAK merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja (penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan) dengan jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Dengan semakin banyaknya pencari kerja pada suatu wilayah maka tingkat pengangguranpun dapat semakin berkurang. Tabel-2.9 Jumlah Perusahaan Dan Tenaga Kerja Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2013
TAHUN
PERUSAHAAN
TENAGA KERJA
UPAH MINIMUM KOTA (Rp)
2009
194
5.391
700.000
2010
214
7.017
776.500
2011
198
3.803
885.000
2012
152
3.203
981.500
2013
201
6.164
1.165.000
Sumber : Bandar Lampung dalam Angka 2014.
Dari tabel 2.8 tampak terjadi peningkatan partisipasi angkatan kerja tahun 2013. Demikian juga dengan upah minimum Kota Bandar Lampung (UMK) juga meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sebesar
Rp.885.500,-.
Tahun
2012
upah
minimun
regional
Rp.1.165.000,- perbulan, sedang Tahun 2013 mencapai Rp.1.165.000,-
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
54
namun jumlah perusahaan mengalami penurunan, diikuti dengan penurunan jumlah tenaga kerja. 2.9.
Anggaran Kesehatan
2.9.1 Sumber Biaya Kesehatan Pembiayaan Kesehatan di Kota Bandar Lampung berasal dari berbagai sumber keuangan yang berbeda. Tabel 2.10 Pembiayaan Sektor Kesehatan Menurut Sumber Anggaran Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2012
SUMBER APBD Kota
TAHUN ANGGARAN 2011
2012
2013
80.672.643.580
124.609.347.941,64
115.580.833.906,27
APBD Propinsi APBN Dekon
2.025.000.000
40.767.433.000
- DAU
-
- DAK BLN / PLN/PHP I Jamkesmas/ Jampersal
4.141.21.500
Askes Dana penguatan Desentralisasi dan Percepatan pembangunan Daerah (DPDF & PPD) Lain-Lain/Penyesuaian
2.474.647.150
Sumber: Subbag. Keuangan dan Pelaporan Dinkes, 2014.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
55
Dari Tabel 2.10 di atas, tampak bahwa pembiayaan kesehatan di Kota Bandar Lampung dalam tahun 2010-2013 sebagian besar masih bersumber dari APBD Kota. Jumlah ini secara nominal maupun presentase
terlihat
terjadi
peningkatan
dibandingkan
tahun
sebelumnya. Peningkatan jumlah ini salah satunya disebabkan karena adanya tambahan anggaran belanja tidak lansung yang berupa tambahan
penghasilan
berdasarkan
beban
kerja
sehingga
menyebabkan kenaikan pembiayaan di sektor kesehatan terutama yang bersumber dari anggaran APBD Kota.
2.9.2 Realisasi APBD Kota Untuk Pembiayaan Sektor Kesehatan
Proporsi
anggaran
dari
Pemerintah
Daerah
Kota
Bandar
Lampung untuk pembiayaan sektor kesehatan masih relatif kecil, yakni berkisar di antara 6,8 % dari total APBD Kota. Pada tabel- 2.10 memperlihatkan proporsi anggaran kesehatan terhadap Total APBD Kota Bandar Lampung dari tahun 2009 sampai dengan 2014.
Tabel 2.11 Proporsi Anggaran Sektor Kesehatan Terhadap Total APBD Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014 TAHUN
TOTAL APBD
KESEHATAN
2009
70.220.672.942,41,-
2010
57.207.903.787,00,-
2011
1.185.983.388.895,5
80.672.643.580,00,-
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
%
6,8
56
2012
892.962.989.014
124.609.347.941,64
2013
115,580,833,906.27
2014
170.166.129.428,94
13,95
Sumber : Subbag. Keuangan dan Pelaporan Dinkes. Bandar Lampung, 2014.
BAB III RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH BIDANG KESEHATAN
3.1 Visi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
D
alam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan harus dengan seksama memperhatikan dasardasar pembangunan kesehatan
sebagaimana tercantum
dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia
Sehat 2015, yaitu: (1) Perikemanusiaan: Setiap upaya kesehatan harus berlandaskan
perikemanusiaan
yang
dijiwai,
digerakkan,
dan
dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
57
Maha Esa; (2) Pemberdayaan dan Kemandirian: Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya; (3) Adil dan Merata: Dalam pembangunan kesehatan, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa memandang perbedaan suku, agama, dan status
sosial
ekonominya;
dan
(4)
Pengutamaan
dan
Manfaat:
Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan
IPTEK,
harus
lebih
mengutamakan
pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit. Upaya kesehatan diarahkan agar memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, serta dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan tersebut dan untuk mencapai sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah
pada
akhir
tahun
2015,
dan
mempertimbangkan
perkembangan serta masalah, dan kecenderungan yang dihadapi Dinas Kesehatan, maka Visi Dinas Kesehatan adalah: “ TERWUJUDNYA DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG YANG OPTIMAL TAHUN 2015 “ Dalam penyelenggaraan pembangunan Kota Bandar Lampung maka Dinas Kesehatan diharapkan dapat menjadi penggerak pembangunan kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
di
Kota
Bandar
Lampung
dan
mampu
membina,
mengembangkan, serta melaksanakan pembangunan kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan melibatkan secara aktif peran serta masyarakat. Dengan Defini operasional sebagai berikut ;
-
TERWUJUDNYA;
yaitu kondisi nyata yang dicapai.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
58
DERAJAT KESEHATAN Yaitu status kesehatan masyarakat
-
yang ditandai dengan; Kasus Kematian Ibu, Kasus Kematian Balita,
Kasus Kematian Bayi Neonatus ( 0-28 hr), Kasus
Kematian Bayi
(28 hr – 1 th), Kasus Gizi Buruk, Insident Rate
DBD, Case Fatality Ratio DBD, Angka bebas jentik, Penyakit Malaria,
Angka
Kesembuhan
TB
Paru,
Kasus
HIV/AIDS
ditangani. MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG yaitu penduduk yang
-
menjadi warga Kota Bandar L:ampung YANG
-
OPTIMAL
yaitu
keadaan
status
kesehatan
yang
diinginkan TAHUN 2015 yaitu tahun Kalender 2015
-
o 3.2.
Dalam
Misi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
rangka
mewujudkan
Visi
"
Terwujudnya
Derajat
Kesehatan Masyarakat Kota Bandar Lampung yang Optimal Tahun 2015, maka Misi Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Memantapkan Manajemen prasarana Kesehatan
Kesehatan,
sarana
&
serta
Keberhasilan pembangunan berwawasan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta kontribusi positif dari berbagai sektor pembangunan lainnya. Dinas
Kesehatan
memfasilitasi memberikan
berperan
sebagai
sektor-sektor kontribusi
yang
lain
penggerak agar
positif
segala
terhadap
utama
dan
upayanya perwujudan
pembangunan kota sehat berwawasan kesehatan.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
59
Dengan terciptanya manajemen kesehatan yang akuntabel di lingkungan Dinas Kesehatan, diharapkan fungsi-fungsi administrasi kesehatan dapat terselenggara secara efektif dan efisien yang didukung oleh sistem informasi, IPTEK, serta peraturan peraturan kesehatan. Melalui penyelenggaraan manajemen kesehatan yang akuntabel dengan menerapkan tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance), diharapkan upaya pembangunan kesehatan dapat dipertanggung-jawabkan dan kepada semua lapisan masyarakat, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Melalui transparansi publik. Yang didukung oleh sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang standart. 2. Meningkatkan Kesehatan
Kinerja
dan
Mutu
serta
Akses
Pelayanan
Peningkatan kinerja dan mutu serta akses pelayanan Kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui pengembangan kebijakan pembangunan kesehatan, yang meliputi kebijakan manajerial, dan kebijakan teknis, serta pengembangan standard dan pedoman berbagai upaya kesehatan. Disamping itu Dinas Kesehatan juga melakukan peningkatan sumberdaya
kesehatan,
baik
tenaga,
pembiayaan
kesehatan,
sumberdaya obat dan perbekalan kesehatan bagi para pelaku upaya/ pembangunan kesehatan. Dengan meningkatnya kinerja dan mutu serta akses pelayanan
kesehatan, diharapkan dapat terselenggara
pelayanan kesehatan dengan baik, dapat dicapai (accessible), dan dapat dijangkau
(affordable)
oleh
segenap
kalangan
masyarakat,
serta
terjamin mutunya (quality). Upaya kesehatan tersebut meliputi upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP).
3. Memberdayakan Masyarakat. Peran aktif masyarakat termasuk swasta. sangat penting dan akan menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Dinas Kesehatan melaksanakan pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperan sebagai subyek pembangunan kesehatan.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
60
Diharapkan
masyarakat
termasuk sektor swasta
dapat
berpartisipasi aktif dalam melayani (to serve), melaksanakan advokasi (to advocate), serta mengkritisi (to watch) pembangunan kesehatan baik secara individu, kelompok, maupun bersama masyarakat luas. Potensi masyarakat termasuk swasta, baik berupa organisasi, merupakan asset yang
cukup
besar
yang
perlu
digalang
dalam
pelaksanaan
desentralisasi di bidang kesehatan. Untuk itu perlu adanya regulasi dari Dinas Kesehatan, terutama kepada jajaran ditingkat puskesmas. Regulasi lebih diutamakan pada pengembangan kapasitas (capacity building), pelembagaan institusi di semua tataran, serta pengembangan Sistem
Kesehatan
Kota,
sehingga
ada
kesinambungan
program
kesehatan dari tingkat Nasional sampai Daerah, dan advokasi guna peningkatan sumberdaya kesehatan di daerah, khususnya dalam meningkatkan UKBM yang berbentuk Posyandu maupun Poskeskel. 4.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Peran pemerintah dalam manjalankan bebas biaya berobat sangat tepat terutama dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk meringankan masyarakat khususnya masyarakat miskin dari biaya sakit akan di lakukan melalui kegiatan bebas biaya berobat baik di tingkat puskesmas dan Rumah sakit baik swasta maupun pemerintah. Dalam upaya menangani pemeliharaan kesehatan masyakat ini Kota Bandar
Lampung
akan
bekerja
sama dengan
institusi
pemberi
pelayanan, dengan mengoptimalisasi kegiatan program dari pemerintah Pusat. Pola Asuransi atau Pola pembiayaan Health Financing tentunya akan lebih menguntungkan bagi pemerintah maupun masyarakat. Dengan konsep sistem Rujukan maka pelayanan Komperhenship akan di capai. 5. Penanggulangan Penyakit Menular, tidak menular, Surveilance Epidemiologi serta penanggulangan KLB dan bencana.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
61
Mobilisasi penduduk yang tinggi, akan menimbulkan kepadatan penduduk perkotaan dan dapat memunculkan penyakit penyakit baru di masyarakat, Degradasi dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif, akan menjadi hal penting yang perlu di tangani dalam kurun waktu sampai tahun 2015. Kondisi geografi
Kota Bandar Lampung yang
masuk kategori daerah bencana, menuntut kesiapan daerah untuk menghadapi hal hal yang mungkin terjadi, ditambah lagi adanya jalur merah yang menghubungkan antara ujung sumatra dengan pulau jawa yang bisa mengakibatkan epidemi/Pandemi suatu penyakit. Dengan demikian penanggulangan bencana dan penanggulangan Kejadian luar Biasa serta penanganan penyakit menular atau pun tidak menular harus menjadi hal yang serius di Kota Bandar Lampung khususnya penyakit demem berdarah (DBD) dengue . Ditambah lagi Kota Bandar Lampung yang memiliki daerah pantai yang merupakan endemis malaria.
6. Upaya meningkatkan penyehatan lingkungan untuk menuju Kota Sehat
Sebagai kota Pusat perdagangan dan jasa maka perencanaan Kota sehat menjadi pilihan, agar bisa memberikan kehidupan yang layak bagi penduduk maupun Warga yang tinggal di Kota Bandar Lampung.
Pemahaman
dan
pengetahuan
masyarakat
perlu
ditingkatkan. Pola hidup masyarakat juga harus sesuai dengan pola hidup sehat, karena itu pengembangan Pola Hidup bersih dan Sehat harus di tumbuh kembangkan baik di lingkungan perkantoran, sekolah maupun di rumah tangga sebagai dasar untuk tercapainya Kota sehat. Pengendalian Kualitas Air, udara, Kebisingan, karena polusi harus menjadi
perhatian
bersama.
Karenanya
pembangunan
yang
berlangsung di Kota Bandar Lampung haruslah berwawasan kesehatan.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
62
Dimulai dari penataan pemukiman dan perbaikan kualitas lingkungan serta kualitas pemukiman penduduk.
3.3 TUJUAN DAN SASARAN
o 1. TUJUAN Sebagai penjabaran dari Visi Dinas Kesehatan maka tujuan umum yang akan dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Adapun Tujuan khusus yang akan dicapai adalah sebagai berikut: 1. Terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna
dan
berdaya
guna
melalui
penyelenggaraan
manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel dengan menerapkan tata kelola Pemerintahan yang baik; 2. Terselenggaranya
upaya
pelayanan
kesehatan
yang
berkualitas dan dapat dicapai dan dapat dijangkau oleh segenap kalangan masyarkat dengan mutu yang terjamin; 3. Terselenggaranya
pembangunan
kesehatan
secara
maksimal melalui partisipasi aktif masyarakat termasuk swasta dalam melayani, melaksanakan dan mengkritisi pembangunan kesehatan. 4. Tersedianya Prosedur yang akurat dalam penanggulangan dan penanganan Gawat Darurat, kejadian bencana, serta kejadian Luar Biasa. 5. Terselenggaranya Kota sehat di Kota Bandar Lampung.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
63
3. SASARAN Agar pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil-guna dan berdaya-guna, maka sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan sampai pada akhir tahun 2015 adalah: 1)
Cakupan kunjungan ibu hamil 95%
2)
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangai 80%
3)
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 90%
4)
Cakupan pelayanan nifas 90%
5)
Cakupan neonatus komplikasi ditangani 80%
6)
Cakupan kunjungan bayi 90%
7)
Cakupan kelompok UCI 100%
8)
Cakupan anak balita 100%
9)
Cakupam MP-ASI 90%
10)
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100%
11)
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD 100%
12)
Cakupan KB aktif 100%
13)
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit: a. b. c. d. e.
14)
AFP rate per 100.000 penduduk < 15 th : < 5% Penemuan penderita pneumonia balita 100% Penemuan pasien baru TB BTA (+) 85% Penderita TBC yang ditangani 100% Penemuan penderita diare 100%
Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100%
15)
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan untuk masyarakat miskin 100%
16)
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kota Bandar Lampung 100%
17)
Cakupan kelurahan KLB yang dilakukan PE 24 jam 100%
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
64
18)
Cakupan desa siaga aktif 80%
3.4 STRATEGI Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan, dan sesuai Misi yang telah ditetapkan, maka dalam periode 2010-2015 akan ditempuh strategi sebagai berikut:
Misi 1 Memantapkan Manajemen Kesehatan serta Meningkatkan sarana dan prasarana 1. Pembiayaan kesehatan yang efektif dan efisien. 2. Penguatan SIK berbasis IT 3. Peran serta Publik dalam program dan kegiatan kesehatan. 4. Transparansi dalam pengelolaan biaya kesehatan.
Misi 2. Meningkatkan Kinerja dan Mutu serta Akses Pelayanan Kesehatan 1. Menyediakan
sarana
dan
prasaranan
untuk
pelayanan
di
Puskesmas dan jaringannya baik sarana medis maupun sarana non medis 2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk pelayanan di RSUD 3. Meningkatkan status dan Tipe RSUD dan Puskesmas. 4. Meningkatkan Kualitas SDM dan sumber daya kesehatan.
Misi 3.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
65
Memberdayakan Masyarakat. 1. Revitalisasi Posyandu 2. Revitalisasi Poskeskel. 3. Kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelayanan kesehatan kesehatan. 4. Rekrutmen tenaga sukarela. Misi 4 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. 1. Kerjasama operasional dengan RS Swasta, RB Swasta dan Institusi pemberi pelayanan persalinan. 2. Kerjasama operasional dengan seluruh rumah sakit baik RS Swasta maupun pemerintah untuk penanganan perawatan kelas 3. 3. Biaya Rawat inap di kelas 3 di tanggung pemerintah.
Misi 5 Penanggulangan Penyakit Menular dan tidak menular, Surveilance Epidemiologi serta penanggulangan KLB atau bencana. 1. Menyediakan alur protap ( SOP) dalam penanggulangan dan penanganan Penyakit menular. 2. Mendistribusikan
alat
penanggulangan
penyakit
di
tiap
sumber
daya
puskesmas/kecamatan/kelurahan. 3. Memberdayakan
masyarakat
untuk
menjadi
kesehatan. 4. Meningkatkan
SDM
dan
sarana
prasarana
dalam
penanggulangan penyakit menular dan bencana/ KLB. 5. Revitalisasi Infra struktur kesehatan dalam penanggulangan penyakit menular, KLB dan Bencana. 6. Penambahan Tenaga kesehatan dan sumber daya kesehatan.
Misi 6
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
66
Upaya meningkatkan penyehatan lingkungan menuju Kota Sehat. 1. Membuat Dokumen SKD 2. Membentuk MKK 3. Membuat blue print sistem penanggulangan dan penanganan bencana. 4. Pengendalian dampak lingkungan terhadap kesehatan. 5. Pembangunan berwawasan kesehatan
3.5 KEBIJAKAN Untuk tercapainya tujuan dan sasaran menuju terwujudnya Visi Dinas Kesehatan, maka peran Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan sebagai berikut;
1.
Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar & Rujukan Untuk
mengoptimalkan
pencapaian
tujuan
pembangunan
kesehatan, diperlukan sarana dan prasarana serta SDM yang handal, yang sesuai dengan kompetensi yang standar. Infrastruktur kesehatan harus mempunyai jaringan yang luas dan tertata. Fungsi Puskesmas pembantu, puskesmas rawat jalan dan rawat inap yang merupakan pusat
pelayanan
dasar handaklah menjadi gate kipper dalam
pelayanan Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) dan menjadi penggerak dalam kegiatan Usaha kesehatan masyarakat (UKM). Rumah sakit sebagai Pusat rujukan Tingkat II harus dapat berperan sesuai dengan fungsinya berarti kinerja rumah sakit umum daerah merupakan tonggak pendukung dalam pelayanan kuratif. Kebijakan bidang kesehatan di Tingkat Kota Bandar Lampung sebagai payung hukum pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan harus di tegakkan. Demi Menjamin kualitas pelayanan serta meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pembinaan dan pengendalian sektor swasta dalam peran serta pembangunan kesehatan akan menjadi potensi yang
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
67
menguntungkan bagi pemerintah, baik melalui kerja sama operasional maupun sharing dalam pembiayaan pembangunan bidang kesehatan. Untuk itu Blue Print Sistem Kesehatan Daerah dan Majelis kesehatan Kota sebagai second opini pemerintah sudah saatnya di bentuk, begitu juga
Peraturan
Daerah
yang
mengatur
tentang
pembangunan
kesehatan di Kota Bandar Lampung, agar Kota Bandar Lampung menjadi Kota sehat. 2. Penyediaan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jaminan kesehatan bagi masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan. Besarnya biaya kesehatan serta inflasi biaya kesehatan merupakan beban berat bagi masyarakat dapat ditanggulangi sistem
dengan adanya program bebas biaya berobat melalui
Health
Maintenance
Organitation
(jaminan
pemeliharaan
kesehatan). Jaminan pemberian pelayanan kesehatan khususnya dalam rawat
inap
di
Rumah
sakit
merupakan
kegiatan
yang
sangat
dibutuhkan oleh masyarakat khususnya masyarakat miskin. Dengan demikian kebijakan jamkesta/Jamkesda merupakan pilihan yang paling tepat dalam upaya menciptakan sistem pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat khususnya dalam pemerataan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan.
3.
Surveilance Epidemiologi & Penanggulangan KLB. Perubahan
penduduk
serta
struktur
sosial
heterogenitas
masyarakat, penduduk
tingginya
migrasi
merupakan
ciri-ciri
masyarakat Perkotaan. Gaya hidup perkotaan dapat menimbulkan masalah kesehatan baru, Meningkatnya penyakit degeneratif serta berubahnya jumlah penyakit infeksi
ke penyakit degeneratif karena
gaya hidup perlu diwaspadai, tingginya migrasi penduduk dapat mempercepat terjadinya epidemi penyakit bahkan bisa menjadi KLB
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
68
suatu penyakit, perubahan lingkungan atau perubahan kualitas lingkungan
karena
menimbulkan
bertambahnya
penyakit.
Apalagi
jika
lahan
pemukiman
terjadi
kerusakan
dapat kualitas
lingkungan, hal ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan penduduk. Ditambah
lagi
kondisi
Geografis
Kota
Bandar
Lampung
yang
merupakan kategori rawan bencana dan memiliki garis pantai sebagai endemis Malaria. Untuk mengantisipasi kemungkinan kemuningkinan karena kondisi yang ada maka penekanan kegiatan Surveilance Epidemiologi & penanggulangan KLB dan Bencana harus menjadi prioritas. Pemetaan permasalahan kesehatan di tingkat kelurahan, potensi sumber daya yang ada di tingkat kelurahan harus terdata dan terpantau. Sistem operasi untuk penanganan dan penanggulangan KLB, Gawat Darurat, serta Bencana harus segera dimiliki oleh Kota Bandar Lampung. Begitu pun penanganan dan penanggulangan Penyakit menular terutama ; Demam berdarah Denggue (DBD), Malaria, TBC, Diare, HIV/AIDS, Rabies, Tetanus, Rabies, dan lain sebagainya. Di samping itu upaya kesehatan bagi penduduk miskin, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, penanggulangan masalah gizi pada Bayi, balita dan ibu, serta pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang menjadi komitmen Nasional, Regional dan Global. Promosi kesehatan dan
pemberdayaan
tenaga
kesehatan
perlu
ditingkatkan,
tanpa
mengabaikan kerjasama yang sinergis dengan lintas sektor, dengan masyarakat termasuk sektor swasta. 4. Promosi Kesehatan dan Pengembangan Masyarakat. Agar
pembangunan
kesehatan
dapat
terselenggara
secara
berhasil-guna dan berdaya-guna, diperlukan diperlukan kerjasama yang baik antara Pemerintah dan Masyarakat. Peningkatan peran serta masyarakat baik melalui Posyandu dan Poskeskel serta kelompok sosial lainnya sangat diperlukan. Peningkatan Pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan harus terus ditingkatkan guna menghilangkan kesalahan informasi.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
69
Penggerakan
masyarakat,
peran
tokoh
masyarakat
dalam
pembangunan amat penting baik dari sisi proses perencanaan sampai dengan proses pelaksanaan. Aspirasi masyarakat amat dibutuhkan untuk mengukur kebutuhan masyarakat dalam penyelesaian masalah khususnya masalah kesehatan yang ada. Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Prilaku merupakan kunci untuk meningkatkan peran serta masyarakat. Dengan harapan terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dengan melakukan pokok-pokok Pedoman hidup bersih dan sehat ( PHBS). 3.6 Tugas Pokok Dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 06 Tahun 2008, diketahui bahwa Tugas Pokok Dinas Kesehatan adalah
melaksanakan
urusan
pemerintah
daerah
dibidang
kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Sedangkan fungsi Dinas Kesehatan adalah menyelenggarakan kegiatan, dalam bidang sebagai berikut: a. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan; b. Penyelenggaraan
urusan
pemerintahan
dan
pelayanan
umum sesuai dengan lingkup tugasnya; c.
Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya 3.7
ISSUE-ISSUE STRATEGIS PEMBANGUNAN KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Issue utama pada bidang kesehatan adalah pelayanan kesehatan masyarakat
yang
terjangkau
miskin.
Selain
dan itu
cepat
juga
terutama
bagaimana
kepada
jangkauan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
70
pelayanan kesehatan tersebut dapat merata ke seluruh pelosok dan daerah terpencil. Dengan demikian perlu dikembangkan sarana dan prasarana kesehatan di masyarakat. Sarana dan prasarana tersebut minimal berupa puskesmas pembantu, adanya pos kesehatan kelurahan (poskeskel) yang ditempat
di
setiap
kelurahan,
ataupun
peningkatan
operasionalisasi puskesmas keliling, posyandu dan poskeskel. Selain itu, juga senantiasa dikembangkan berbagai upaya guna mempermudah perolehan layanan kesehatan dan obat yang terjangkau, terutama untuk kalangan penduduk miskin. Salah satu konsep yang dapat dikembangkan adalah perluasan cakupan perserta asuransi kesehatan hingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Masalah pada bidang kesehatan juga meliputi upaya pencegahan dari penyebaran dan penyalahgunaan NAPZA serta berbagai penyakit menular seperti HIV/AIDS. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat posisi Provinsi Lampung yang tepat berada di persimpangan antara pulau jawa dan Sumatera, sehingga mobilitas barang dan manusia sebagai vektor penyakit menjadi sangat tinggi. Isu dalam bidang kesehatan adalah : 1. Penurunan kasus kematian ibu 2. Penurunan kasus kematian bayi dan balita 3. Penanggulangan gizi buruk 4. Pemberantasan penyakit menular Dan Tidak Menular 5. Peningkatan
kualitas
dan
akses
kesehatan
bagi
masyarakat PENURUNAN KASUS KEMATIAN IBU Kesehatan ibu merupakan indikator penting dalam pembangunan kesehatan,
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
71
selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota juga menjadi komitmen internasional dalam pencapaian MDGs (Goals 4 dan 5). Sasaran pelayanan kesehatan ibu
adalah
ibu
hamil,
ibu
melahirkan/bersalin
dan
Ibu
nifas/pasca melahirkan (bufas) atau dikenal dengan ibu maternal. Kelompok inilah yang begitu rentan dan peka terhadap gangguan kesehatan dan bahkan kematian. Dari target MDGs 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000 menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per 1000 KH, pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per 1000 menjadi 24 per 1000 KH. PENURUNAN KASUS KEMATIAN BAYI DAN BALITA Status kesehatan anak pada umumnya dilihat dari tinggi rendahnya indikator kematian bayi (AKB), kematian balita (AKABA) dan kematian neonatal (usia 0−28 hari). Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berumur tepat satu tahun. Jumlah kasus kematian bayi dari tahun 2010 sampai dengan 2014 sangat berfluktuatif namun ada kecenderungan menurun. Berikut gambaran perkembangan kasus kematian bayi
di Kota Bandar
Lampung tahun 2010-2014.
Tabel 3.1 Jumlah Kasus kematian Bayi Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2015 KOTA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010
2011
2012
2013
2014
195
167
204
168
169
Sumber : Subag.Sunprog,Monev
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
72
Sedangkan untuk kasus kematian Balita di Kota Bandar Lampung tahun 2010-2014, terlihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 3.2 Jumlah Kasus kematian Balita Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2015 KOTA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010
2011
2012
2013
2014
20
12
25
20
15
Sumber : Subag.Sunprog,Monev
PENANGGULANGAN
GIZI
BURUK
Disuatu
kelompok
masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu yang cukup lama. Keadaan gizi atau status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Anak yang kurang gizi akan menurun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami gangguan tumbuh kembang
yang
akan
mempengaruhi
tingkat
kesehatan,
kecerdasan, dan produktifitas di masa dewasa. Bila jumlah asupan zat gizinya sesuai dengan kebutuhan disebut gizi seimbang (gizi baik), bila asupan zat gizi lebih rendah dari
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
73
kebutuhan di sebut gizi kurang, sedangkan bila sangat kurang disebut gizi buruk. Anak balita yang sehat dan yang kurang gizi dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standart anak disebut gizi baik. Bila sedikit dibawah standart disebut gizi kurang, sedangkan jika jauh dibawah standart disebut gizi buruk. Meski
kondisi
Kota
Bandar
Lampung
tidak
terlalu
mengkhawatirkan, akan tetapi beberapa kejadian buruk yang masih ditemukan perlu dilakukan upaya-upaya sistematis oleh pemerintah Kota Bandar Lampung dalam mencegah gizi buruk melalui program-program ynag tertata dan berkelanjutan. Pembangunan Kota Bandar Lampung Lima Tahun ke depan terdapat
lima
kegiatan
yang
terkait
dengan
penyelesaian
persoalan gizi buruk anatara lain (1) Penanggulangan kekurangan energi protein (2) Pemberian makanan tambahan (3) Peningkatan IMD dan ASI Eksklusif (4) Penanggulangan kekurangan Vit. A (5) Anemia Gizi Besi. PEMBERANTASAN
PENYAKIT
MENULAR
dan
TIDAK
MENULAR Upaya pemberantasan penyakit menular dilakukan dengan
menerapkan
Manajemen
Kasus
dan
Manajemen
Kesehatan Masyarakat (Public Health). Manajemen Kasus dapat diterapkan
pada
penderita
agar
cepat
sembuh,
mencegah
kecacatan atau kematian. Manajemen kasus dapat diterapkan pada seseorang yang diperkirakan telah terpapar atau terinfeksi suatu agen penyakit yang belum menunjukkan gejala penyakit, agar tetap sehat maka diberikan obat atau pemberian serum anti penyakit (vaksinasi, perbaikan gizi, dsb).
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
74
Manajemen Kesehatan masyarakat di manfaatkan untuk menekan
kemungkinan
terjadinya
penularan
dan
penyebar
perluasan penyakit ke orang lain sehingga angka kesakitan (insident
rate)
dan
angka
kematian
(mortalite
rate)
dapat
diturunkan. Manajemen Kesehatan Masyarakat lebih menekankan pada upaya pencegahan penularan dengan cara memutus mata rantai penularan. Dalam konteks pembangunan jangka menengah Kota Bandar Lampung terdapat Program Surveilance Epidemiologi dan Penanggulangan KLB yang kegiatannya terkait erat dengan pemberantasan dan penanggulangan penyakit menular. Sehingga diharapkan persoalan penyakit menular di Kota Bandar Lampung akan dapat tereduksi dengan baik. PENINGKATAN KUALITAS DAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang tinggi. Pembangunan kesehatan dapat dipandang sebagai suatuinvestasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang anatara lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia. Kesehatan juga merupakan investasi untuk pembangunan ekonomi serta memiliki
peran
penting
dalam
upaya
penanggulangan
kemiskinan. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Bandar Lampung
sangat
penting
dalam
rangka
meningkatkan
produktivitas masyarakat. Beberapa indikator utama yang dapat dijadikan standar antaral lain mortalitas, morbiditas, status gizi masyarakat, keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat dan akses serta mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
75
kepada penduduk miskin masih sangat rendah, dari 59.183 jumlah keluarga miskin yang memiliki kartu sehat hanya 27.530 KK. artinya masih
terdapat 30% keluarga miskin yang belum
terjangkau Jamkesmas. Sedangkan yang mendapatkan pelayanan kesehatan hanya 38.783 KK serta jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal care dari 8.720 ibu hamil gakin hanya 3.327 ibu hamil yang mendapat pelayanan. Dalam
konteks
itu
terlihat
bahwa
persoalan
dasar
kesehatan masih merupakan masalah serius dalam konteks Bandar Lampung, oleh karena itu dalam RPJMD Kota Bandar Lampung 2010-2015 terdapat 23 (dua puluh tiga ) program yang terkait erat dengan pembenahan sektor dasar kesehatan di Kota Bandar Lampung, dengan banyknya kuantitas program tersebut maka diharapkan persoalan mendasar bidang kesehatan di Kota Bandra Lampung akan terselesaikan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan.
3.8
PROGRAM DAN KEGIATAN Program dan kegiatan pembangunan di bidang kesehatan pada
tahun
2014
diarahkan
untuk
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat yang ditandai dengan semakin meningkatnya indeks kelangsungan (74.70); Angka kematian Bayi (26 /1000 kelahiran hidup); menurunnya angka kematian ibu (226/ 100.000 kelahiran hidup); menurunnya kasus gizi buruk (20%). Adapun program kegiatan yang dilaksanakan meliputi : 1)
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2)
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
3)
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
4)
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
76
1. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan 2. Monitoring, evaluasi dan pelaporan 3. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan (APBD) 4. Pengadaaan
Obat
dan
Perbekalan
Kesehatan
(DAK
&
Pendamping DAK) 5. Peningkatan Mutu dan Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
5)
Program Upaya Kesehatan Masyarakat 1. Gema tapis Berseri (Posyandu dan Poskeskel) 2. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan 3. Kesiapsiagaan penanggulangan
petugas masalah
dalam
pelayanan
kesehatan
dan
dan bencana
kegawatdaruratan 4. Upaya pelayanan kesehatan anak sekolah 5. Peningkatan Mutu program pelayanan kesehatan dasar dan rujukan 6. Penilaian puskesmas berprestasi dan pemilihan tenaga kesehatan teladan di Kota Bandar Lampung 7. Belanja BLUD Puksesmas 8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kaliling 6)
Program Pengawasan Obat dan Makanan 1. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya di Sekolah
7)
Program pengembangan obat asli indonesia 1. Peningkatan promosi obat bahan alam Indonesia di dalam dan luar negeri 2. Peningkatan Pengawasan Keamanan Obat Trandisional 3. Pembinaan, pengawasan dan Promisi kesehatan Indonesia
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
77
4. Pembinaan
Pengawasan
dan
Penhendalian
Kesehatan
Tradisional 5. Pelarihan Selfcare Ramuan dan Pemanfaatan TOGA 6. Pembinaan dan Pengembangan TOGA 8)
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan 1. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat 2. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
9)
Program Perbaikan Gizi Masyarakat 1. Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi 2. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya 3. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.
10)
Program pengembangan lingkungan sehat 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat 2. Pembinaan peningkatan kualitas air dan sanitasi dasar
11)
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 1.
Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk
2.
Pengadaan bahan-bahan fogging
3.
Pengadaan vaksin penyakit menular
4.
Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah
5.
Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
6.
Peningkatan Imunisasi
7.
Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan wabah
8.
Peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC (pengadaan obat TBC)
9.
Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC (pelayanan TBC)
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
78
10. Pelayanan
pencegahan
dan
penanggulangan
penyakit
infeksi menular seksual (IMS) 11. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular malaria 12. Sistem kewaspadaan dini penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) 13. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA 14. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit Kusta 15. Surveilans epidemiologi/pengamatan penyakit campak dan ILI 16. Komisi Penanggulangan AIDS 12)
Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin 1.
Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk / busung lapar
2.
Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesmasda) Kota Bandar Lampung
13)
Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya 1. Pengadaan,
Peningkatan
Prasarana
Puskesmas,
dan
perbaikan
Puskesmas
sarana
dan
Pembantu
dan
Jaringannya 2. Pengadaan, Prasarana
Peningkatan Puskesmas,
dan
perbaikan
Puskesmas
sarana
dan
Pembantu
dan
Jaringannya (Pendamping DAK) 14)
Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/ Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit paru-paru/rumah sakit mata 1. Pengembangan Tipe Rumah Sakit
15)
Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita 1. Pelatihann dan pendidikan perawatan anak balita
16)
Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia 1. Pendidikan dan pelatihan perawatan kesehatan dan Kader
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
79
17)
Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan 1. Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil produksi rumah tangga 2. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya
18)
Program Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan dan anak 1.
19)
Evaluasi Program KIA
Program manajemen pelayanan kesehatan 1.
Monitoring dan evaluasi kesehatan
2.
Pengelolaan sistem informasi kesehatan
3.
Studi
Kelayakan
Pengembangan
Aplikasi
SP2TP,
Operasional Web Dinas 20)
3.9
Program Peningkatan dan Pengembangan SDM Kesehatan 1.
Pelatihan Jabatan Fungsional
2.
Tim Penilai Fungsional Dinkes
STRUKTUR ORGANISASI Untuk melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi tersebut, Dinas
Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang secara hukum berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota Bandar Lampung. Sedangkan untuk kelancaran pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan, maka Kepala Dinas dibantu oleh seorang Sekretaris sebagai fungsi staf dan 4 (empat) orang Kepala Bidang sebagai fungsi lini. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2011, adalah sebagai berikut : a. Kepala Dinas
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
80
b. Sekretariat, membawahi : 1. Sub Bagian Penyusunan Program, Monitoring dan Evaluasi 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 3. Sub Bagian Keuangan c. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, membawahi: 1. Seksi Bina Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan 2. Seksi Bina Pelayanan Kesehatan Keluarga 3. Seksi Bina Gizi Kesehatan Masyarakat d. Bidang Bina Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. membawahi: 1. Seksi Bina Pencegahan dan Pengamatan Penyakit 2. Seksi Bina Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit 3. Seksi Bina Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman e. Bidang Bina Manajemen Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, membawahi: 1. Seksi Bina Promosi Kesehatan 2. Seksi Bina Pemberdayaan Masyarakat Sehat 3. Seksi Bina Manajemen Kesehatan dan Pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan f.
Bidang Bina Sarana dan Prasarana Kesehatan, membawahi: 1. Seksi Bina Farmasi 2. Seksi Bina Kesehatan Tradisional dan Kosmetik 3. Seksi Bina Peralatan dan Perbekalan Kesehatan
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas 1. Instalasi Farmasi 2. Puskesmas h. Kelompok Jabatan Fungsional
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung |2014
81
BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN
4.1
ANGKA KEMATIAN BAYI
S
tatus kesehatan anak pada umumnya dilihat dari tinggi rendahnya indikator kematian bayi (AKB), kematian balita (AKABA) dan kematian neonatal (usia 0−28 hari). Kematian
bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berumur tepat satu tahun. Berikut dibawah ini gambaran perkembangan AKB di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2014. GAMBAR 4.01 Kasus Kematian Bayi Di Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014 195
167
168
250 200
127
150
169
204
100 50 0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak
Dari Gambar 4.01 di atas, Kasus kematian bayi di Kota Bandar Lampung selama tahun 2009-2014 fluktuatif. Kematian bayi tersebut tahun 2009 menjadi 127 kasus, dalam kurun waktu 2 tahun berikutnya, AKB di Kota Bandar Lampung dalam dua tahun terakhir meningkat. Tahun 2010 tercatat AKB menjadi 195 kasus. Tahun 2011 menurun menjadi 167 kasus, namun pada tahun 2012 ini meningkat kembali menjadi 204 kasus, tahun 2013 menurun 168 kasus dan tahun 2014 meningkat menjadi 169 kasus. Dari 169 kasus kematian bayi, bila dilihata berdasarkan kelompok umur maka kematian neonatal (0-28 hari) menyumbang angka tertinggi dari kematian bayi yang ada,
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
82
kematian neonatal tahun ini sebanyak 135 kasus dan kematian bayi 34 kasus. Beberapa penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang turut mempengaruhi kematian bayi adalah masih rendahnya status gizi ibu hamil, masih rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, buruknya kondisi kesehatan lingkungan, seperti rendahnya cakupan air bersih dan sanitasi serta kondisi perumahan yang tidak sehat, belum optimalnya pemanfaatan Posyandu di samping determinan sosial budaya lainnya. GAMBAR
4.02
Penyebaran
Kasus
Kematian
Bayi
Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 16
14
13
14
11
12 10
4 2
9 9
7
8 6
11
10
7
4 4 4
4 2
2
5 5 3
0
3 1
8
7 7 4
6
5
4 kasus 0 0
0
Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak
Dari Gambar 4.02, kasus kematian bayi tahun 2014 sebanyak 168 kasus tersebar di 30 puskesmas, dengan kasus tertinggi berada di Puskesmas Kemiling 14 kasus dan yang tidak meiliki kasus terdapat di Puskesmas Permata Sukarame, Korpri, dan Way Laga.. Kematian bayi ini meliputi kematian neonatal 135 kasus dan kematian bayi 34 kasus. Data jumlah kelahiran hidup pada tahun 2014 sebanyak 20.427 bayi. melihat target nasional sebanyak 23 per 1000 KH, maka kematian bayi yang tercatat di Bandar Lampung 169 per 20.427 KH (0,0082) masih Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
83
jauh di bawah angka nasional (0,023). Walaupun demikian masih diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi guna lebih menekan angka kematian bayi melalui berbagai kegiatan baik promotif, preventif maupun curative, dan meningkatkan peran serta masyarakat serta lintas sector tentunya.
4.2 ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA Kematian Anak Balita di Kota Bandar Lampung tahun 2009-2014, terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.03 Kasus Kematian Anak Balita Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2014 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
22
25 20 12 20 15
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak
Berdasarkan Gambar 4.03 kasus kematian bayi di Kota Bandar Lampung selama kurun waktu lima tahun terakhir dari 2010 sampai 2014 cenderung menurun, namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan kembali menjadi 25 kasus, tahun 2014 menurun menjadi 15 kasus. Kematian tertinggi terjadi di Puskesmas Sukaraja dan Puskesmas Kamiling sebanyak masing-masing 2 kasus.
4.3 ANGKA KEMATIAN IBU Kesehatan ibu merupakan indikator penting dalam pembangunan kesehatan, selain menunjukkan kinerja pelayanan kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota
juga
menjadi
komitmen
internasional
dalam
pencapaian MDGs (Goals 4 dan 5). Sasaran pelayanan kesehatan ibu adalah
ibu hamil, ibu
melahirkan/bersalin dan
Ibu
nifas/pasca
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
84
melahirkan (bufas) atau dikenal dengan ibu maternal. Kelompok inilah yang begitu rentan dan peka terhadap gangguan kesehatan dan bahkan kematian. Dari target MDGs 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan dari 228 per 100.000 menjadi 118 per 100.000 KH. Sedangkan target AKB pada MDGs 23 per 1000 KH, pada tahun yang sama tercatat mengalami penurunan dari 34 per 1000 menjadi 24 per 1000 KH. GAMBAR 4.04 Kasus Kematian Ibu Maternal Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014 GAMBAR 4.04 Kasus Kematian Ibu Maternal Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
30 25 20 15 10 5 0
30 19
19 9
2010
2011
7 2012
2013
2014
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Bina Yankes 2014.
Dari Gambar 4.04, tampak kasus kematian ibu maternal selama tahun 2010-2014 berfluktuatif dan pada tahun 2011 kasus kematian ibu maternal tercatat 9 kasus. Di tahun 2012 kasus kematian maternal tercatat paling tinggi sebesar 30 kasus. Namun dua tahun selanjutnya cenderung menurun yaitu tahun 2014 menjadi 7 kasus. Penyebab langsung kematian ibu maternal pada tahun 2012 terjadi karena eklampsia (11 kasus), perdarahan (5 kasus), infeksi (1 kasus) dan 13 kasus kematian dikarenakan sebab lain diantaranya (jantung, DM, gangguan jiwa emboli air ketuban, hepatitis dan KET.). Sedangkan Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
85
penyebab tidak langsung kematian ibu yang sering diabaikan oleh masyarakat seperti kondisi si ibu yang terlalu tua atau terlalu muda, terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak kehamilannya.
GAMBAR 4.05 Penyebab Kasus Kematian Ibu Maternal Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
7 6 5 4 3 2 1 0
7
6 4 2
Infeksi
Perdarahan
Hypertensi
Lain-lain
Berdasarkan gambar 4.05, Kematian Tahun 2014 kematian ibu cenderung turun menjadi 7 kasus dari 20.427 KH. Adapun yang menjadi penyebab kematian ibu di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 adalah gagal ginjal dan jantung 1 (satu) kasus, Ilius Paralitik 1 (satu) kasus, dikarenakan iklamsi 2 (dua) kasus, Perdarahan Post Partum 1 (satu) kasus, 1 (satu) kasus lagi karena hepatitis dan paru-paru, dan Impending Eklamsi sebanyak 1 (satu) kasus. Bila dilihat dari kelompok umur ibu, kematian terjadi pada ibu kelompok umur 20-34 tahun (5 kasus), usia >35 tahun sebanyak 2 kasus. Kasus kematian ibu maternal terjadi pada ibu nifas semua sebanyak 7 (tujuh) kasus. Faktor penyebab kematian ibu maternal secara umum adalah terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat membawa dan terlambat mendapat pelayanan kesehatan, masih rendahnya status gizi ibu terutama ibu hamil, terbatasnya sarana pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar, Poskeskel dan lain lain. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kasus kematian akibat eklampsi merupakan penyebab kematian terbanyak selama tiga Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
86
(3) tahun terakhir, hal ini dikarenakan pola penanganan kasus kegawatdaruratan ditekankan pada pencegahan perdarahan baik pada saat kehamilan sampai melahirkan yaitu dengan pelatihan-pelatihan yang mengacu pada penanganan perdarahan baik pra maupun pasca persalinan seperti APN, kegawatdaruratan obstetric neonatal. Sementara untuk pemeriksaan kehamilan dengan standar 7T dan deteksi dini risiko tinggi kehamilan kemungkinan sering diabaikan di fasilitas pelayanan dasar, sementara kejadian eklampsi baik selama kehamilan maupun melahirkan dapat dideteksi dengan pemeriksaan ANC standard an deteksi risiko tinggi selama kehamilan karena kenaikan tekanan darah biasanya dimulai pada saat kehmilan meginjak pada tri wulan ke I.I GAMBAR 4.06 Kasus Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Wilayah Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014 2,5
2
2 1,5
1
1 0,5 0
0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
1 1 0 0 0 0 0
kasus
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Bina Yankes 2014.
Berdasarkan Gambar 4.06 tampak kasus kematian ibu maternal dilaporkan tertinggi terjadi di Puskesmas Way Kandis sebanyak 2 kasus, sementara Puskesmas Kupang Kota, Way Halim, Way Laga, Labuhan Ratu dan Puskesmas Raja Basa Indah masing-masing 1 (satu) kasus . 4.4 MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN) Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
87
Morbiditas adalah angka kesakitan (insiden dan prevalensi) dari suatu penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas ini juga mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat yang ada didalamnya. Bahkan morbiditas penyakit menular tertentu yang terkait dengan komitmen internasional senantiasa menjadi sorotan dalam membandingkan kondisi kesehatan. A. Acute Flaccid Paralysis (AFP) Lumpuh layu (Acute Placid Paralysis) adalah suatu penyakit sejenis polio yang biasanya menyerang anak-anak bukan karena rudapaksa atau kecelakaan. Ciri-ciri lumpuh layu di antaranya menyerang anak usia <15 tahun, panas tinggi selama beberapa hari, tiba-tiba lumpuh, layu (tidak kaku) dan bukan karena trauma (seperti jatuh). Lumpuh layu merupakan penyakit yang disebabkan virus. Penyakit ini sumbernya di usus yang 12 keluar bersama tinja. Apabila terdapat anak usia < 15 tahun tidak mendapatkan imunisasi maka bisa tertular juga. Sifatnya menular dan terjadi lingkungan yang sanitasinya rendah. Jadi jika ada seseorang diduga terkena penyakit ini, harus segera dilaporkan untuk segera diberikan tindakan pencegahan/pemberian vaksin kepada anakanak dilingkungan tersebut. Penanganan kasus AFP ini dilakukan seperti penanganan KLB. Sebagaimana
diketahui
sebagian
besar
kasus
poliomyelitis
bersifat non paralitik atau tidak disertai manifestasi klinis yang jelas. Tahun 2010 ditemukan sebanyak 4 kasus, pada tahun 2011 ditemukan 4 kasus AFP dengan hasil laboratorium negative Polio yang berasal dari 4 kelurahan yaitu Sawah Brebes, Susunan Baru, Sukamenanti dan Bakung. Pada tahun 2013 ini diketemukan kembali kasus AFP sebanyak 7 kasus. Tahun 2014 kasus AFP sebanyak 4 yang berasal dari Puskesmas Sukaraja, Kupang Kota, Kebon Jahe dan Puskesmas Kemiling. Untuk
meningkatkan
sensitifitas
surveilans
AFP,
maka
pengamatan dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya flaccid (layuh). Strategi kinerja surveilans AFP dalam rangka eradikasi polio Kota Bandar Lampung tahun 2014 adalah : Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
88
AFP Rate 2/100.000 anak usia <15tahun (6 kasus/tahun) melalui surveilance aktif AFP di rumah sakit dan masyarakat
Rumah sakit, puskesmas dan dinas kesehatan membuat laporan zero report
Mengumpulkan 2 (dua) spesimen dari setiap kasus AFP dengan tenggang waktu >24 jam selambat-lambatnya 14 hari sejak kelumpuhan (adekuat)
Melakukan pemeriksaan spesimen Laboratorium Polio Nasional
Melakukan pemeriksaan residual paralisis setelah kelumpuhan pada kasus AFP yang tidak adekuat
Melibatkan dokter spesialis anak dan atau spesialis syaraf dalam memastikan kasus AFP dan menentukan diagnosa awal, menentukan adanya paralysis residual serta menentukan diagnosa pada saat kunjungan ulang 60 hari.
tinja
kasus
AFP 60
di hari
Pada tahun 2014 ini dilaporkan kasus AFP sebanyak 4 kasus dari yang ditargetkan 6 kasus, dengan kualitas spesimen 4 kasus adekuat yang terdiri dari hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan negative polio. Berikut terlihat trend kasus AFP per 100.000 anak usia dibawah 15 tahun di Kota Bandar Lampung Tahun 2008 s/d 2013: Gambar – 4.07 Trend Kasus Acute Flacid Paralysis Per 100.000 Anak Usia < 15 Tahun Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014 7
7 7 6 4
5
4
4 3 2 3
1 0 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2014
Berdasarkan gambar 4.07 terlihat bahwa selama 3 (tiga) tahun terakhir tidak ditemukan kasus AFP di Bandar Lampung dan pada tahun 2014 ditemukan 4 (empat) kasus, hal ini sejalan dengan keberhasilan imunisasi polio dan kelurahan UCI yang sudah mencapai target.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
89
Beberapa permasalahan seperti keterlambatan penemuan kasus sehingga spesimen yang adekuat belum bisa mencapai target ≥ 80%. Kunjungan
ulang
60
hari
juga
belum
mencapai
target ≥
80%
dikarenakan salah satu penderita kasus AFP dengan penyakit penyerta anemia
kronis
meninggal
sebelum
kunjungan
ulang
60
hari.
Pengetahuan masyarakat yang kuranf tentang AFP dan petugas AFP Puskesmas terlatih dialihtugaskan kepada yang belum terlatih turut menjadi penyebab keterlambatan penemuan kasus AFP. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung senantiasa melakukan peningkatan kinerja petugas surveilans aktif AFP baik di Rumah Sakit dan di Puskesmas melalui pelatihan dan pendampingan monitoring dan evaluasi, sosialisasi lintas sektor dan lintas program, memberikan
feedback
pada
setiap
laporan
yang
dikirim
serta
mengusulkan pendanaan melalui APBD dan atau bantuan WHO.
B. Penyakit Menular Langsung 1.) Penyakit Diare Diare seringkali dianggap sebagai penyakit ringan, sementara di tingkat
global
seringkali
dan
nasional
menimbulkan
menunjukkan
KLB/wabah.
WHO
sebaliknya.
Diare
menyebutkan
ini
diare
membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, diare sebagai penyebab kematian ke-2 terbesar pada balita. Insidens rate Diare pada lima tahun terakhir Kota Bandar Lampung cenderung menurun, tahun 2012 sebesar 2,09‰, namun pada tahun 2011 meningkat tajam yaitu 19,35‰. Tahun 2010 adalah 2.8‰ penduduk, ini lebih rendah bila dibandingkan pada tahun 2009 sebesar 2.98‰ penduduk. Jumlah ini lebih rendah jika dibandingkan tahun 2008 (3.66‰), seperti terlihat pada gambar berikut.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
90
Gambar- 4.08
Gambar- 4.09
IR Diare Per 1.000 Penduduk Kota Bandar Lampung Tengah Tahun 2008-2014
Dis1tribusi Kasus Diare Per Gol. Umur Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014
10498; 59%
20 19,35 Insidens Rate
15 5018; 28%
10 5
2389; 13%
2,8
2,13
2,09
0 2010
2011
2012
2013
2
< 1 Tahun
1-4 Tahun
> 5 Tahun
2014
Tahun
Sumber : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2014
Pada Gambar-4.08 memperlihatkan peningkatan insiden rate diare pada tahun 2011 dikarenakan perbedaan perhitungan saja, pada tahun ini perhitungan dilakukan pada semua kasus tidak memandang usia, sementara sebelumnya berdasarkan usia karena diare umumnya lebih berisiko pada usia bayi dan balita. Kasus Diare menurut kelompok umur pada tahun 2012, tertinggi pada kelompok umur > 5 tahun : 57 %, umur 1 – 4 tahun : 15 % dan umur < 1 tahun : 28 %. Pada tahun 2013 ini jumlah perkiraan kasus diare sebanyak 19.521 kasus, dengan kasus diare ditangani sebanyak 14.555 kasus (74,6%). Jumlah ini lebih rendah dibandingkan jumlah penderita diare 2012 sebesar 18.308, dan pada tahun 2013 ini pula ditemukan kematian akibat diare sebanyak 3 kasus kematian yang kesemuanya terjadi pada usia balita.Sedangkan pada tahun 2014 jumlah perkiraan diare meningkat dibanding tahun 2013 sebanyak 20.559 kasus dengan kasus yang ditangani sebanyak 17.957 kasus (87,3%). Setiap tahunnya, penderita diare ini selalu ditemukan dan dilaporkan Puskesmas serta menyebar merata di setiap Puskesmas, sebagaimana terlihat dari Gambar 3.06.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
91
TABEL 4.01 PENYEBARAN PENDERITA PENYAKIT DIARE DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013- 2014 PUSKESMAS
PENDERITA DIARE 2013
2014
0
0
2. Kotakarang
619
703
3. Sukamaju
491
1095
4. Pasar Ambon
448
991
5. Sukaraja
1009
1182
6. Panjang
636
783
7. Kampung Sawah
602
550
8. Satelit
264
301
9. Kupang Kota
193
329
10. Sumur Batu
403
506
11. Simpur
1023
1131
12. Palapa
708
705
13. Kebon Jahe
351
862
14. Gedong Air
494
488
15. Susunan Baru
279
264
1134
1139
17. Beringin Raya
370
281
18. Pinang Jaya
104
167
19. Segalamider
244
560
20. Kedaton
891
976
21. Rajabasa Indah
335
484
22. Way Kandis
670
743
0
0
551
458
25. Permata Sukarame
773331
343
26. Korpri
308242
186
27. Sukabumi
745
1024
28. Campang Raya
555
586
29. Way Laga
391
560
30. Way Halim
481
560
Bandar Lampung
14.555
20.559
Jumlah Kematian
3
0
1. Bakung
16. Kemiling
23. Labuhan Ratu 24. Sukarame
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit 2014
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
92
Dari tabel 4.01, penderita diare pada tahun ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi untuk tahun 2014 tidak ada kematian yang diakibatkan kasus diare. Kasus diare yang dilaporkan Puskesmas pada tahun 2014 tidak cukup merata, dengan kasus tertinggi di Puskesmas Sukaraja. Sementara
kasus terendah ada di
Puskesmas Korpri. Kasus yang ada kemungkinan mengikuti jumlah kunjungan, apabila kunjungan rawat jalan nihil maka penyakit diare juga. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk laki-laki lebih banyak yang sakit diare (9.389 kasus) dibandingkan dengan penduduk perempuan (8.568 kasus). Menurut Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan (2009), dikatakan penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Terdapat 2 faktor yang dominan menyebabkan terjadinya penyakit diare, yaitu keberadaan sarana air bersih dan keberadaan pembuangan tinja. Kedua faktor lingkungan inilah yang akan saling berinteraksi bersama dengan perilaku manusia atau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan PHBS yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
2.) Tuberkulosis (TB Paru) Millenium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB Paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan. TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Penemuan kasus TB di Kota Bandar Lampung Tahun 2013 masih di bawah target nasional yaitu 63,6 % di mana target nasional adalah 80 %. Dibanding dengan tahun 2013 mencapai 65% maka di tahun 2014 terdapat 978 kasus, ini mengalami penurunan penemuan kasus TB. Untuk angka kesembuhan mencapai target kesembuhan sebesar 64,3%. Hal ini bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
93
JUMLAH
Gambar 4.10 Angka Kesembuhan Tahun 2014 Kota Bandar Lampung 120 100 80 60 40 20 0
99
28 25
45
55 56 28
47 49 19
13
0
30 3
50
42 12
10 7
27
26 20 0
0
40 4 10
36 12
19
PUSKESMAS
Sementara penemuan kasus suspek TB paru dan penemuan kasus TB paru di kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar- 4.11 Jumlah Penemuan Suspek TB Paru Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014 13.533
13.533
Gambar- 4.12 Jumlah Kasus Penemuan TB Paru Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
13.533
1400 1200 Kasus TB Paru
Suspek TB Paru
9.425 7.476
1.353
1.353
1.454
972
1.353
1.353
966
1.454
1000
1.483
963
1.621
964
980
1000
978
800 600 400 200 0 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Tahun TARGET SUSPEK
REALISASI SUSPEK
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit 2014
TARGET
REALISASI
Berdasarkan gambar 4.10 dan 4.11 terlihat bahwa jumlah penderita TB Paru di Kota Bandar Lampung tahun 2010-2013 cenderung menurun baik pada penemuan suspek dan pada penemuan kasus baru tetapi pada tahun 2014 mengalami peningkatan. Mengingat proses penularan penyakit cukup tinggi ini maka diperlukan upaya promosi kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
94
masyarakat dan kedisiplinan dalam melakukan pengobatan sehingga penyakit ini tidak semakin meluas. Penemuan penderita TB Paru BTA (+) dengan merata di semua puskesmas dan tertinggi ditemukan di Puskesmas Panjang 108 kasus dan Puskesmas Sukaraja sebanyak 66 kasus. Berdasarkan laporan evaluasi program bidang bina P2PL seksi pencegahan dan pengamatan penyakit tahun 2014 disebutkan data kasus TB anak diambil dari laporan Surveilans Terpadu Puskesmas Dinkes Kota Bandar Lampung tahun 2014 golongan umur 0-14 tahun kasus TB+ sebesar 45 kasus dimana pada tahun 2013 hanya berjumlah 19 kasus. Kasus TB anak ditemukan di Puskesmas Panjang 9 (sembilan) kasus, Puskesmas Rajabasa 8 (delapan) kasus, Puskesmas Kedaton 6 (enam) kasus, Puskesmas
Gedong Air dan Puskesmas Kemiling
masing-masing 5 (lima) kasus. Penyakit TB anak dapat disebabkan karena tidak mendapatkan imunisasi BCG dan juga lingkungan yang tidak sehat.
3.) Pneumonia Balita ISPA adalah salah satu penyebab kematian anak di negara sedang berkembang dan menyebabkan 4 dari 15 juta kematian balita setiap tahunnya serta proporsi kematian mencakup 20-30%. ISPA mencakup penyakit saluran napas bagian atas dan saluran napas bagian bawah beserta
adneksanya.
Saluran
napas
bagian
atas
mengakibatkan
kematian anak dalam jumlah kecil, tetapi dapat menyebabkan kecacatan misalnya otitis media yang menyebabkan ketulian. Hampir seluruh kematian karena ISPA pada anak kecil disebabkan saluran napas bagian bawah akut, paling sering karena pneumonia. Kematian Pneumonia sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia 5 kasus diantara 1.000 balita. ISPA terutama Pneumonia merupakan penyebab kematian utama bayi dan anak balita. Hasil SKRT (2001), penyebab kematian pada bayi dan balita terjadi karena ISPA sebesar 27.6 % dan 22.8 % terjadi pada anak balita. Dari hasil survey tersebut, diketahui bahwa angka insiden penyakit ini sebesar 2,5‰ balita. Pneumonia merupakan infeksi akut Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
95
yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan menghirup cairan atau bahan kimia. Jumlah kasus pneumonia tahun 2014 yang ditemukan dn ditangani sebesar 2.693 kasus. Hal ini terjadi karena usia bayi merupakan usia paling berisiko penyakit karena beberapa faktor antara lain pelaksanaan tata laksana standart penanganan penderita yang belum sesuai dengan Standar operasional prosedur (SOP) dan sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Pada tahun 2014 ini jumlah kasus pneumonia jika dilihat berdasarakan jenis kelamin lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki – laki sebanyak 1.316 sedang untuk jenis kelamin perempuan berjumlah 2,693 kasus. Bisa dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar- 4.13 Kasus Pneumonia Menurut Jenis Kelamin Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 Perempuan 1160 45%
laki-Laki 1.393 55%
Sumber : : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2014
Dari Gambar-4.12 di atas, menunjukkan berdasarkan jenis kelamin jumlah penderita pneumonia hamper sama antara laki-laki (55%)
dengan
perempuan
(45%).
Sementara
realisasi
penemuan
pneumonia di Kota Bandar Lampung masih rendah dari target yang telah ditentukan. Dari tahun ke tahun realisasi penemuan pneumonia cenderung menurun. Beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya efektifitas penggalakan p2 ISPA antara lain :
1. Tatalaksana belum sesuai standar Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
96
2. Keterbatasan
pengetahuan
petugas
kes
dlm
menginformasikan bahaya pneumonia 3. Keterbatasan jml tenaga penyuluh & media penyuluh 4. Ketidak tahuan ibu balita akan gejala klinis , tindakan pengobatan & bahaya peny pneumonia balita
Ketidak
tahuan masyarakat umum tentang peny pnemonia 5. Promosi ISPA belum optimal 6. Dana penunjang P2 ISPA yang kurang Beberapa sumber menyebutkan beberapa faktor terjadinya pneumonia balita dikarenakan faktor ekstrinsik seperti ventilasi, kepadatan hunian, jenis lantai, luas jendela, letak dapur, penggunanaan jenis bahan bakar dan kepemilikan lubang asap.
Faktor intrinsik seperti umur, jenis
kelamin, status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A pada saat nifas/balita dan pemberian ASI. Berdasarkan wilayah kerja puskesmas, cakupan penemuan kasus Pneumonia Balita dengan persentase tertinggi ada di Puskesmas Kemiling, Panjang, Gedong Air, Simpur dan Sukaraja. sementara terendah di Pinang Jaya, Smur Batu dan Palapa
4.) HIV/AIDS Penyakit HIV/AIDS terjadi karena virus human immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga penderitanya mengalami penurunan ketahanan tubuh. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bergantian dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui. Di Kota Bandar Lampung kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan dari tahun 2002 sampai 2012 sebanyaj 679 kasus. Pada September 2010 Kota Bandar Lampung mendapat bantuan GF-ATM komponen HIV-AIDS sebagai salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan IMS/HIVProfil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
97
AIDS. Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan seiring dengan adanya pembiayaan tersebut salah satunya adalah adanya klinis IMS (infeksi Menular Seksual di 2 (dua) puskesmas yaitu Sukaraja dan Panjang serta klinik VCT (Voluntary Caounseling and Testing) atau disebut KTS (konseling dan Tes HIV Sukarela) yang dapat diakses di RSUD Dr.A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung dan VCT Puskesmas Sukaraja. Mengingat penyakit HIV/AIDS ini mudah menyebar, maka perlu kewaspadaan di Kota Bandar Lampung. Pemberantasan penyakit HIV/AIDS ini juga merupakan salah satu yang harus diturunkan dalam pencapaian MDGs. Beberapa kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit IMS-HIV/AIDS di Kota Bandar Lampung :
1. Program KIE=BBC=KKP; behavior change communication atau komunikasi perubahan perilaku merupakan kegiaan pendamping untuk memberikan informasi dan pendidikan keterampilan tenang HIV-AIDS serta promosi perilaku hidup bersih dan sehat bagi populasi berisiko yang dilakukan secara
teratur
dan
dalam
jangka
waktu
tertentu
bekerjasama dengan KPA Kota Bandar Lampung. 2. Program Kondom 100%; program pemakaian kondom 100% atau PPK 100% upaya menekan penularan infeksi menular seksual
termasuk
HIV-AIDS
terutama
dilakukan
di
kalangan populasi yang banyak pasangan seksual dengan menyediakan outlet kondom di ekslokalisasi Pantai Harapan dan Pemandangan berkerjasama dengan KPA. 3. Program IMS; merupakan pemeriksaan dan pengobatan rutin IMS bagi pekerja seks perempuan, pria, waria dengan fungsi kontrol terhadap penularan IMS dipopulasi berisiko dapat dipersempit. Layanan ini dapat diakses di Puskesmas Panjang dan Sukaraja. 4. Program
Harm
penanganan
Reduction;
HIV-AIDS
bagi
program IDUs
pencegahan
atau
dan
diterjemahkan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
98
menjadi pengurangan dampak buruk pengguna narkoba suntik. Program ini merupakan pendekatan pragmatis kesehatan guna merespon ledakan infeksi HIV-AIDS secara khusus dikalangan IDUs dengan memberikan layanan pertukaran alat dan jarum suntik steril yang dapat diakses di Puskesmas Kedaton dan Simpur. 5. Program
VCT;
adalah
program
pencegahan
sekaligus
jembatan untuk mengakses layanan Manajemen Kasus (MK) dan CST (perawatan, dukungan dan pengobatan bagi ODHA). Layanan VCT mencakup pre test konseling, testing HIV dan post test konseling yang dijalankan atas dasar prinsip kerahasiaan. Tahun 2014 jumlah penderita HIV tercatat 251 orang dengan rincian berdasarkan golongan umur ≤ 4 tahun sebanyak 12 orang, golongan umur 15-14 orang sebanyak 6 orang, golongan umur 20-24 umur tahun sebanyak 25 orang, golongan 25-49 tahun sebanyak 197 orang, golongan umur ≥ 50 tahun sebanyak 8 orang. 5.) Kusta Penyakit Kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan/ pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap Kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sifatnya kronis dan dapat menimbulkan masalah yang kompleks dengan penyebabnya Mycobaterium leprae. Terdapat 2 tipe penderita Kusta, yaitu tipe kusta PB (Pausi Basiler) dan kusta MB (multi basiler). Berikut perkembangan kasus Kusta di Kota Bandar Lampung tahun 2010-2014.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
99
Gambar- 4.14 Distribusi Kasus Kusta Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
Gambar – 4.15 Jumlah Penderita Kusta Menurut Jenis Kelamin Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
KASUS BARU KASUS LAMA
2010
2011
2012
2013
2014
14
22
24
29
22
20
14
T a 22 hun
24
Persentase
Prevalensi
30 25 20 15 10 5 0
17 19
20 15 10 5 0
9
19 20 10
6
5 5
2
20102 0112 0122 0132 014
Tahun Laki-laki
19
Perempuan
Sumber : P2PL 2014
New Case Detection Rate (NCDR) atau penemuan baru penderita Kusta di Kota Bandar Lampung tahun 2010-2014 cenderung meningkat (gambar 4-14). Dilihat menurut tipe Kusta, penderita Kusta dengan Tipe PB (Pausi Basiler) di Kota Bandar Lampung selama tahun 2013 sebanyak 5 kasus yang ditemukan, tahun 2014 ditemukan sebanyak 3 (tiga) kasus. Kusta tipe PB adalah penderita kusta dengan hasil BTA (-) pada pemeriksaan kerokan kulit yaitu tiope TT dan BT. Sedangkan untuk penderita Kusta dengan tipe MB (Multi Basiler) tahun 2013 sebanyak 24 kasus dan tahun 2014 sebanyak 19 kasus. Kusta tipe MB adalah penderita kusta tipe BB, BL dan LL atau apapun klasifikasi klinisnya dengan BTA (+). Bila dilihat menurut umur, penderita Kusta di Kota Bandar Lampung selama tahun 2008-2014 seluruhnya di atas usia 15 tahun. Penderita kusta tersebut tidak ada yang menderita cacat tingkat dua, yaitu terdapat cacat pada tangan dan kaki (kelainan anotomis) dan cacat pada mata (langoptalmus dan visus sangat terganggu).
C. Penyakit Menular Bersumber Binatang 1.) Penyakit Malaria Kasus
Malaria
merupakan
penyakit
menular
yang
upaya
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Penyakit Malaria ini sangat dominan di daerah tropis dan subtropis dan mematikan. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1-2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
100
Anopheles.1 Di Indonesia rata-rata kasus Malaria klinis sebesar 15 juta per tahun dan mengancam penduduk di daerah endemis, sebesar 60% diantaranya menyerang usia produktif. Kasus malaria ini menyebar di 27 wilayah puskesmas yang ada di Kota Bandar Lampung walaupun tidak merata di semua wilayah. Kota Bandar Lampung mempunyai wilayah endemis malaria yaitu wilayah puskesmas yang berada dipesisir pantai seperti wilayah Puskesmas Panjang, Kota Karang, Sukamaju, Pasar Ambon, Sukaraja. Namun juga daerah yang ada di wilayah datar seperti : Puskesmas Sumur Batu, Gedung Air, Kemiling, Kedaton, dan Rajabasa, juga masih ditemukannya kasus malaria klinis yang diobati tanpa konfirmasi laboratorium, khususnya di Puskesmas Pembantu. Sebagai
wilayah
yang
mempunyai
daerah
endemis
malaria,
Pemerintah Kota Bandar Lampung telah berusaha menanggulangi malaria secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, dan kuratif, hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah terjadinya KLB. Gambar 4.16 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 -
Kondisi Malaria Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
2010
2011
2012
2013
2014
KLINIS
8.884
7.097
7.337
8.510
8.263
KONFIRM
7.679
7.023
7.337
5.721
5.721
211
209
63
479
565
POSITIF
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit
Berdasarkan Gambar 4.17, tampak penduduk yang jatuh sakit karena Malaria klinis menunjukkan fluktuatif selama lima tahun terakhir,
namun
setelah
dikonfimasi
jumlah
penderita
malaria
mengalami penurunan. Tahun 2014 penderita malaria positif meningkat dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 565 kasus dibandingkan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
101
tahun 2013 sebanyak 479 kasus, namun tidak ada kasus kematian akibat malaria. Hasil pemeriksaan sediaan darah terhadap 565 penderita Malaria diperoleh penduduk tersebut sakit Malaria tertinggi oleh parasit Plasmodium Falcifarum sebanyak 302 kasus. Selebihnya, oleh parasit plasmodium Vivax
sebanyak 246 kasus dan Mix sebanyak 17 kasus.
Dibandingkan jenis parasit lainnya, Plasmodium Falcifarum lebih berbahaya, karena jenis ini seringkali menimbulkan kematian pada penderitanya. Sebagai
wilayah
yang
mempunyai
daerah
endemis
malaria,
Pemerintah Kota Bandar Lampung telah berusaha menanggulangi kasus malaria ini secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, dan kuratif denga tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah terjadinya KLB. Berdasarkan
wilayah
kerja,
kasus
malaria
positif
banyak
ditemukan Puskesmas Sukamaju 249 kasus, Puskesmas Kotakarang 93 kasus. yang kesemuanya berada di Puskesmas Kecamatan Telukbetung Timur, Puskesmas Panjang 6 kasus, Kemiling dan Sukabumi 6 kasus, Puskesmas Kedaton dan Gedong Air 3 kasus dan RSUD Kota 186 kasus. Tingginya kasus Malaria positif yang ditemukan di RSUD ADT rumah sakit rujukan
tingkat pertama dan
lokasinya yang
berada
di
telukbetung, selain itu karena faktor mobilitas penduduk yang tinggi, juga
karena
kondisi
alam
(pesisir
pantai)
yang
memungkinkan
banyaknya tempat perindukan nyamuk seperti hutan, lagun dan tambak terlantar. Faktor
lingkungan
yang
memberi
pengaruh
antara
lain
lingkungan fisik seperti suhu udara, kelembaban, hujan, angin, sinar matahari, arus air, lingkungan kimiawi, lingkungan biologi (flora dan fauna) dan lingkungan sosial budaya. Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena ia dapat menghalangi sinar matahari. Lebih lanjut kasus malaria tahun 2014 ini, diperoleh data Malaria laki-
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
102
laki lebih tinggi (353 kasus) dibandingkan dengan perempuan (212 kasus)
2.) Demam Berdarah Dengue (DBD) Mewabahnya
DBD
terkait erat
dengan
meledaknya populasi
nyamuk saat banyak turun hujan, sebab tingkat curah hujan yang tinggi turut memicu perkembangan populasi nyamuk. Karakter nyamuk Aedes aegyti dan Aedes albopictus yang menyukai bertelur di air bersih dan tergenang memang menjadi salah satu pemicu. Semula, Aedes biasanya hanya bertelur di bak-bak mandi (dimana ada air bersih yang lama tidak dikuras), namun ketika hujan tiba, tempat bersarang mereka bisa berpindah ke tempat-tempat saluran (got) yang airnya telah berganti akibat siraman hujan atau cekungan yang menampung air bersih. Karena itu, perubahan iklim ikut menimbulkan peningkatan kasus DBD yang kerap menimbulkan kepanikan karena penyebaran yang cepat dan menyebabkan kematian. Gambar- 4.17
Gambar- 4.18
IR DBD Per 100.000 Penduduk Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
CFR Demam Berdarah Dengue ( %) Di Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2014
179,2
5 4
150 100
90,08
63 35,5
46,4
50
CFR (%)
Insidens Rate
200
2,09
3
1,8
1,69 0,68
2 1 0
0 2010 2011 2012 2013 2014
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
Tahun
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit
Gambar 4.18, tampak penduduk yang sakit karena DBD (incident rate)
tahun 2011 tercatat 46,4 per 100.000 penduduk dan menurun
kembali secara signifikan tahun 2012 meningkat menjadi 179,2 per 100.000 penduduk. Namun akhirnya pada tahun 2013 turun menjadi 63 per 100.000 penduduk sedang pada tahun 2014 menjadi 35,5 per 100.000 penduduk. Kematian karena DBD atau case fatality rate (CFR) tahun 2007-2012
ditemukan dan dilaporkan setiap tahunnya, tahun
2012 sebanyak 11 kasus (CFR=179,2%), sedangkan di tahun 2013 Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
103
sebanyak 5 kasus kematian dan tahun 2014 sebanyak 6 kasus kematian karena DBD. Berbagai
kegiatan
pencegahan
dan
penanggulangan
telah
dilakukan meliputi pelacakan penderita (penyelidikan epidemiologi) dalam radius 100 meter, penemuan dan pertolongan penderita termasuk merujuk ke unit pelayanan kesehatan terdekat, abatisasio selektif (AS) atau larvasida selektif dengan memberikan atau menaburkan larvasida ke dalam penamapungan air yang positif terdapat jentik, fogging fokus dalam radius 1 RW per 400 rumah per dukuh, pemeriksaan jentik berkala (PJB) regular setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan cara randon sampel 100 rumah per kelurahan yang bertujuan mendapatkan angka kepadatan jentik atau House Indek, pembentukan kelompok kerja DBD dari level terendah yaitu kelurahan sampai tingkat pusat, penggerakan PSN atau pemberansatasan sarang nyamuk dengan 3M, dan penyuluhan tentang penyakit demam berdarah meliputi gejala awal penyakitm, pencegahan dan rujukan penderita. GAMBAR 4.19 Penyebararan Kasus Dbd Menurut Puskesmas
JUMLAH
Kota Bandar Lampung Tahun 2014 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
42
13 0 1 1
10
14 16
20
2
8 4 6 4
22
17 18
16 7 9
39
6 5
7
12
15 9 7
2
7
PUSKESMAS
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit
Penyakit DBD tersebut telah menyebar luas ke seluruh wilayah Puskesmas yang berada di Kota Bandar Lampung. Seperti terlihat dari Gambar 4.21, tampak bahwa pada tahun 2014 ini 29 puskesmas Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
104
melaporkan kasus DBD dengan keadaan kasus tertinggi terdapat di Puskesmas Rajabasa, puskesmas Sukabumi, Puskesmas Way Halim dan Satelit. Bila dilihat dari jenis kelamin jumlah penderita DBD laki laki dan perempuan hampir sama yaitu 295 dan 281. Bila kemudian dilihat dari kejadian kasus DBD selama kurun waktu 3 tahun (2009-2012), maka di Kota Bandar Lampung dengan 13 kecamatan kesemuanya termasuk dalam kategori kecamatan endemis DBD. Sementara dari 98 kelurahan yang ada,
terdapat 77 kelurahan
yang dapat dikatagorikan ke dalam daerah kelurahan endemis DBD, 18 kelurahan dalam kategori kelurahan sporadis dan 8 kelurahan potensial.
3.) Penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) PD3I
merupakan
diberantas/ditekan
dengan
penyakit
yang
pelaksanaan
diharapkan
program
imunisasi.
dapat Yang
termasuk PD3I adalah Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B.
3. 1.) Tetanus Neonatorum Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan Clostridium tetani, dengan tanda utama kekauan otot (spasme), tanpa disertai gangguan kesadaran. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak bersih/steril. Tetanus Neonatorun (TN) menyebabkan 50% kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7 per 100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23 per 100 kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian tetanus pada anak di Rumah Sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun, 1-4 tahun (30.0%), > 10 tahun (18.0%), dan selebihnya bayi < 12 bulan2. Data Kejadian Luar Biasa (KLB) Tetanus Neonatorum di Kota Bandar Lampung pada tahun 2005 terdapat 7 kasus dengan 4 kasus meninggal, tahun
2006 dan
2007 masing-masing
1 kasus
dan
meninggal, tahun 2008 ditemukan 3 kasus dan 2 meninggal. Pada tahun Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
105
2009 ditemukan 1 (satu) kasus TN di Kota Bandar Lampung yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kotakarang status dalam keadaan hidup, dengan
hasil
pelacakan
ibu
hamil
tidak
pernah
memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan, persalinan ditolong oleh dukun tidak terlatih dengan menggunakan sembilu sebagai alat pemotong tali pusat,
status
TT
ibu
tidak
mendapatkan
imunisasi
TT
selama
kehamilannya. Sejak tahun 2013 sampai tahun 2014 di Kota Bandar Lampung tidak ada lagi ditemukan kasus TN.
3. 2.) Penyakit Campak Penyakit campak atau yang lebih sering disebut tampek mudah sekali menular. Virusnya bisa hidup dan menyebar lewat udara, karenanya penyakit ini tetap mewabah sepanjang tahun di beberapa daerah, terutama di pemukiman padat. Penyakit campak yang dalam bahasa asing disebut measles, disebabkan virus campak atau morbili. Virus ini terdapat di udara bebas. Bila masuk ke dalam tubuh anak, terutama yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, maka sangat mungkin terjangkit campak. Sebaiknya jika ada satu orang anak terkena campak, maka anak lain dianjurkan untuk tidak berdekatan dengannya. Virusnya yang keluar melalui napas atau semburan ludah (droplet) bisa terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain. Sejak kampanye campak dilakukan di Indonesia, sejak itu angka kesakitam
campak
terlihat
menurun,
sehingga
upaya
program
pemberantasan campak dari tahap reduksi mulai diarahkan kepada tahap eliminasi dengan penguatan strategi imunisasi dan surveilans berbasis kasus individu (case based). Dengan memanfaatkan system survailans AFP yang sudah berjalan dengan baik, maka sejak tahun 2004 surveilans campak di Indonesia diintegrasikan dengan sistem surveilans AFP. Sejak vaksinasi campak diberikan secara luas, terjadi perubahan epidemiologi campak, terjadi penurunan insiden campak dan pergeseran ke umur yang lebih tua. Walaupun cakupan imunisasi cukup tinggi, KLB campak mungkin saja masih akan terjadi yang diantaranya disebabkan adanya akumulasi anak-anak rentan ditambah 15% anak yang tidak terbentuk imunitas. Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
106
Jumlah Kasus
Gambar- 4.20 Jumlah Kasus Suspec Campak Klinis Di Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012 400
210
176
178
300 150
200 100 0
2010
125 2012 Tah un
2011
2013
2014
Sumber : Seksi P2 Bidang P2PL Dinkes Kota Bandar Lampung 2012
Dari Gambar-4.21 di atas, tampak bahwa Kasus Campak klinis selama lima tahun terakhir meningkat fluktuatif, yakni 150 kasus (2010), tahun 2011 menjadi 178 kasus. Tahun 2012 kasus campak klinis turun menjadi 125 kasus, tahun 2014 meningkat kembali menjadi 210
kasus
yang
didalamnya
terdapat
27
kasus
campak
hasil
laboratorium positif, tahun 2013 ditemukan 176 kasus.
4.5 STATUS GIZI MASYARAKAT Status gizi masyarakat pada umumnya diukur melalui indikatorindikator, antara lain Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi Wanita Usia Kurang Energi Kronis dan Gangguan Akibat Kekurang Yodium (GAKY). A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Berat
badan
lahir
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
dan
perkembangan anak di masa yang akan datang. Bayi lahir dengan berat di bawah 2.500 gram dikategorikan bayi BBLR. Bayi dengan BBLR akan mengalami
gangguan
dan
pematangan organ atau
belum
sempurna
pertumbuhan
dan
alat-alat tubuh, akibatnya BBLR sering
mengalami komplikasi yang berakhir dengan kematian. GAMBAR 4.21 Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah Di Kota BandarLampung Tahun 2014
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
107
223; 1%
Lahir Hidup 20427; 99%
BBLR
Sumber : seksi Kesga 2014
Berdasarkan gambar BBLR di Kota Bandar Lampung tahun 2014 didapatkan 1,1% dari total bayi lahir Hidup (20.427). Bila dibandingkan tahun 2013 kasus BBLR juga 1% dari 17.052 kelahiran hidup. Adanya kasus BBLR ini menandakan masih adanya ibu hamil dengan status gizi kurang sehingga menlahirkan bayi dengan berat badan rendah atau kurang dari 2500 gram. Sementara pada kasus kematian bayi BBLR merupakan penyumbang kematian terbesar kedua pada usia perinatal setelah asfiksia. Kondisi ibu dengan bayi BBLR yang jumlahnya 1% menandakan kemampuan petugas semakin baik dalam mendeteksi. Hal ini tentu saja sangat penting, semakin baik petugas dalam mendeteksi kasus BBLR, kemungkinan bayi menderita gizi kurang, bahkan gizi buruk dapat diatasi dengan cepat dan baik. Faktor lainnya, dikarenakan sudah banyak ibu-ibu membawa bayinya ke sarana kesehatan, baik Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Poskeskel dan sarana kesehatan lainnya. Persentase Kasus BBLR di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 tertinggi berada di Puskesmas Panjang 26 kasus, Puskesmas Sukaraja dan Kedaton 21 kasus, Puskesmas Kemiling 20 kasus,. Bila dilihat secara absolut dan proporsi, jumlah BBLR tertinggi ada di Puskesmas Panjang sebanyak 26 kasus namun secara proporsi terhadap kelahiran hidup adalah 1,5%. Sementara Puskesmas Pinang Jaya dengan BBLR hanya 6 kasus namun secara proporsional mencapai 5,3%. BBLR laki-laki lebih tinggi (118 kasus) dibandingkan dengan bayi perempuan yang BBLR (105 kasus).
B. Status Gizi Balita Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
108
Masa balita merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi di setiap kilo gram berat badannya. Dalam keadaan seperti ini anak balita umumnya paling sering terjadi balita mengalami kekurangan gizi sehingga anak balita merupakan kelompok umur yang rentan menderita kekurangan gizi. Pemantauan status gizi balita dilakukan dengan melihat hasil penimbangan yang diselenggarakan baik di sarana kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu) ataupun Posyandu, Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) dan lain-lain. Pada tahun 2013 terdapat 6 balita gizi buruk dan yang mendapat perawatan yaitu 9 orang dari kasusu baru 6 orang dan kasus lama 3 orang, kesemuanya mendapat perawatan intensif dari perawatan di rumah sakit hingga homecare. Tahun 2014 jumlah gizi buruk sama dengan penemuan gizi buruk tahun 2013 drastis yaitu hanya 6 kasus gizi buruk. Jumlah kasus gizi buruk yang mendapat perawatan yaitu 9 orang berdasarkan jenis kelamin perempuan 6 orang dan laki - laki 3 orang.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
109
BAB V SITUASI DERAJAT KESEHATAN
U
ntuk
mewujudkan
peningkatan
status
kesehatan
masyarakat Kota Bandar Lampung memalui peran serta masyarakat, diperlukan suatu upaya pelayanan
kesehatan yang pelaksanaannya dituangkan dalam berbagai Program Pembangunan Kesehatan. 5.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan anak Peran seorang inu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
dan
bahkan
perkembangan
keluarga
kesehatan
ibu,
sangatlah
besar.
khususnya
ibu
Karena hamil
itu
perlu
dilakukan pemeriksaan secara rutin. A. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K_1) dan (K_4) Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator Cakupan K_1 dan K_4. Cakupan K1 adalah
jumlah
antenatal
ibu
pertama
hamil kali
yang
oleh
telahmemperoleh
tenaga
pelayanan
kesehatan,dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan
kehamilannya
ke
tenaga
kesehatan.
Cakupan K1 dan K4 yang secara umum telah mendekati target yang telah ditetapkan. Ini menunjukan semakin baiknya akses Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
110
masyarakat diberikan
terhadap oleh
pelayanan
tenaga
kesehatan
kesehatan.
ibu
Cakupan
hamil
K1
yang
angkanya
mengalami kenaikan dari 91,1 % pada tahun 2013 menjadi 95,4% pada
tahun
2014.
Begitu
juga
dengan
cakupan
K4
yang
mengalami kenaikan dari 85,6 % pada 2013 menjadi 90,6 % pada 2014. Target yang ditetapkan dalam SPM Kesehatan sebesar 95%, cakupan K_4 Kabupaten Kota Bandar Lampung masih dibawah target nasional namun dinas kesehatan tetap berupaya penuh untuk meningkatkan cakupan K4 dengan berbagai program inovasi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan. B. Persalinan Di Tolong Oleh Tenaga Kesehatan Persalinan oleh tenaga kesehatan atau yang sering disebut persalinan oleh nakes adalh ibu hamil yang persalinannya mendapatkan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Persalinan yang ditolong turunnya
tenagakesehatan risiko
kematian
terbukti ibu.
berkontribusi Demikian
pula
terhadap dengan
tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Cakupan
pertolongan
persalinan
oleh
tenaga
kesehatan
di
Kabupaten Kota Bandar Lampung tahun 2014 sebesar 90,9 % sedangkan di tahun 2013 juga jumlahnya hampir sama sebesar 90,5 %. Sedangkan target yang ditetapkan SPM Kesehatan indikator cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sebesar 90%. Kondisi saat ini persalinan yang dilakukan oleh dukun juga masih sering terjadi, pada tahun 2014 ada 13 ibu yang masih ditolong oleh bidan, dimana jumlah dukun yang bermitra 34 orang dari jumlah keseluruhan 36 orang. Ini perlu menjadi perhatian kita semua karena masih ditemuinya kasus kematian ibu dan bayi saat melahirkan. Diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
111
kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan. C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
pada
ibu
nifas
sesuai
standar,
yang
dilakukan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu) b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri) c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas. Di Kabupaten Kota Bandar Lampung pada tahun 2013 cakupan pelayanan ibu nifas sebesar 85,5 % sedangkan pada tahun 2014 sebesar 90,9 %, Dari target SPM Kesehatan yang telah ditetapkan sebesar 90%. Dari hasil tersebut bisa dilihat jika tahun 2014 cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas sudah melampaui target yang diinginkan.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
112
D.Penanganan Komplikasi Kebidanan Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi
kebidanan
perlindungan/pencegahan
dan
untuk
penanganan
mendapatkan definitif
sesuai
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK). Indikator
ini
mengukur
kemampuan
negara
dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. dapat diketahui bahwa secara umum, cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut Renstra Kemenkes 2010 – 2014 adalah sebesar 80%, di Kabupaten Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 untuk cakupan
penanganan
komplikasi
kebidanan
sebesar
3.147
(64,34%)
sedang cakupan penangan komplikasi neonatal baru
mencapai 913 (28,9%). Salah satu yang mempengaruhi rendahnya cakupan ini karena adanya pelaporan yang kurang baik. G. Pelayanan Kesehatan Bayi Kunjungan bayi adalah cakupan bayi post neonatal yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standart oleh dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehTn Pling sedikit 4 (kali) disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Standart pelayanan minimal yang diberikan yaitu Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
113
1 (satu) kali pada usia 29 hari sampai dengan 2 bulan, 1 (satu) kali pada usia 3-5 bulan, 1 (satu) kali pada usia 6-8 bulan, 1 (satu) kali pada usia 9-11 bulan. Capaian kunjungan kesehatan bayi Kota Bandar Lampung pada Tahun 2014 sebesar 19.560 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 sebesar 16.653. banyak faktor yang menjadi pendukung keberhasilan capaian kunjungan bayi, yaitu suksesnya program immunisasi dasar pada bayi, meningkatnya pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan sarana dan prasarana
kesehatan
oleh
masyarakat
seperti
Posyandu,
Poskeskel, dan sarana kesehatan lainnya. H. Keluarga Berencana (KB) Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu program yang bertujuan untuk menekan tingkat pertumbuhan penduduk. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dlihat dari indikator cakupan peserta KB baru dan peserta KB aktif. Cakupan peserta KB aktif di Kota Bandar Lampung tahun 2014 sebesar 75.155. Dengan Metode Kontrasepsi yang terbanyak adalah suntik
sebanyak 30,117 (40,1%). Adapun metode yang
tidak dipilih adalah obat vagina. 5.2 Perbaikan Gizi Masyarakat Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani
permasalahan
gizi
yang
dihadapi
masyarakat.
Berdasarkan pemantauan gizi yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat antara lain kekurangan Vitamin A dan Anemia Gizi besi. A. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
114
Kasus gizi buruk yang ditemukan dan dipantau sepanjang tahun 2014 sebanyak 6 (enam) orang dan 5 (lima) orang dirujuk dan mendapatkan perawatan di RSUD Kota Bandar lampung, dan sisanya sebanyak 1 orang di rawat jalan. Adapun perkembangan sampai dengan akhir tahun 2014 sebagai berikut : -
Status gizi membaik sebanyak 3 (tiga) orang (BB/TB Normal/Kurus)
-
Status gizi masih buruk sebanyak 3 (tiga) orang
-
Pindah dari Kota Bandar Lampung sebanyak 0 orang
-
Keluar karena usia telah lebih dari 5 (lima) tahun sebanyak 0 orang
-
Meninggal sebanyak 0 orang
-
Jumlah kasus baru yang ditemukan sepanjang tahun 2014 adalah 6 (enam) kasus. Berdasarkan analisa angka kejadian kematian dengan
status gizi kurus sekali didapatkan Case Fatality Rate (CFR) tahun 2014 sebesar 0%. CRF tahun 2014 dibandingkan tahun 2013 yaitu 16.6% mengalami penurunan yang signifikan. Kasus gizi buruk yang ditemukan mayoritas mempunyai penyakit penyerta, kelainan bawaan atau adanya pola asuh yang salah serta berasal dai keluarga miskin yang kurang berpendidikan. Selain itu kasus gizi buruk diketemukan karena tidak diberikannya ASI secara eksklusif.
Menyusui
memberikan
anak
awal
terbaik
dalam
kehidupannya, diperkirakan lebih dari satu juta anak meninggal tiap tahun akibat diare, penyakit saluran nafas dan infeksi lainnya dikarenakan mereka tidak disusui secara memadai. Dalam rangka meningkatkan keberhasilan menyusui pada bayi perlu untuk selalu meningkatkan promosi ASI eksklusif melalui posyandu, poskeskel, dan pemberdayaan masyarakat.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
115
B. Cakupan Pemberia MP-ASI pada Balita Gakin Usia 6-24 bulan Pada tahun 2014 telah dilaksanakan pemberian makanan tambahan pendamping ASI yang bersumber dari APBD Provinsi Lampung dengan sasaran balita Gakin usia 6 – 24 bulan. PTM yang diberikan berupa biskuit, dan bubur susu. Sasaran balita Gakin 6-24 bulan adalah 10.236. Adapun jumlah cakupan Balita Gakin 6-24 bulan yang mendapatkan MP-ASI berjumlah 4.513 balita (44,1%). Namun dari evaluasi yang didapat bahwa daya terima masyarakat terhadap pemberian bubur susu kurang begitu disukai. Sedangkan untuk dana APBD Kota Bandar Lampung 2014 tidak dapat melaksanakan kegiatan pemberian makanan tambahan pendamping ASI dikarenakan keterbatasan waktu dan kendala non teknis. C. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe (Fe3) Dalam rangka menaggulangi anemia zat besi (AGB) yang telah dilaksanakan adalah pemberian tablet Fe (zat besi) pada ibu hamil selama 90 hari. Ibu hamil yang mendapat 90 TTD adalah ibu hamil yang telah mendapat minimal 90 TTD (Fe3) selama periode kehamilannya di suatu wilayah kerja. Parameter yang digunakan adalah cakupan ibu hamil yang mendapat 90 TTD dalam kurun waktu tertentu. Dari hasil laporan LB3 gizi tahun 2014, secara keseluruhan cakupan ibu hamil mendapat TTD tahun 2014 di Kota Bandar Lampung adalah 80,4 % dimana cakupan terendah adalah Puskesmas Satelit sebesar 34% dan cakupan tertinggi Puskesmas Simpur sebesar 130,4%.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
116
D. Cakupan
Rumah
Tangga
yang
Mengkonsumsi
Garan
Beryodium. Survei
garam
beryodium
tingkat
masyarakat
sebaiknya
dilaksanakan minimal setiap 6 bulan sekali. Tahun 2014 telah dilaksanakan
survei
konsumsi
garam
beryodium
pada
pemantauan bulan Februari maupun bulan Agustus dan hasilnya 94,1% rumah tangga. Pelaksanaan
survei
konsumsi
garam
beryodium
tidak
dilaksanakan oleh semua puskesmas, hal ini terkait dengan masuk tidaknya kegiatan survei komsumsi garam beryodium pada anggaran BOK di Puskesmas masing-masing. E. Cakupan Balita Dapat Kapsul Vitamin A 2 Kali per Tahun Cakupan balita yang mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi yang berumur 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A satu kali dengan dosis 100.000 SI (Kapsul warna biru) dan anak umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI (kapsul warna merah) sebanyak 2 kali yaitu pada setiap bulan Februari dan Agustus di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Cakupan pemberian vitamin A Kota Bandar lampung tahun 2014 Tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar 85 % yaitu 80,5% sedangkan cakupan pemberian vitamin A Kota Bandar lampung berkisar antara 46,0% - 104,7%. Untuk
tahun
2015
diharapkan
pemberian
vitamin
A
bisa
mencapai target yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu lebih ditingkatkan promosi/sosialisaso pemberian vitamin A pada balita umur 6-59 bulan sebanyak 2 kali setiap tahunnya dengan menggunakan peran kader dalam kegiatan promosi tersebut.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
117
F. Surveilans Surveilans gizi yang dimaksud dalam petunjuk pelaksanaan ini adalah proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil pengolahan data secara terus menerus dan teratur dan
teratur
tentang
indikator
yang
terkait
dengan
kinerja
pembinaan gizi masyarakat. Adapun data-data yang tersedia antara lain : 1) Persentase balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan 2) Persentase balita yang ditimbang berat badannya 3) Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI eksklusif 4) Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium 5) Persentase balita 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A 6) Persentase ibu hamil mendapatkan 90 tablet Fe 7) Persentase Puskesmas melaksanakan surveilans gizi 8) Penyediaan bufferstok MP-ASI untuk daerah bencana. G. Cakupan Ibu Hamil KEK Mendapatkan PMT Pemulihan Tahun
2014
telah
dilaksanakan
pemberian
makanan
tambahan untuk pemulihan ibu hamil kurang energi kronis (KEK) yang bersumber dana dari APBD Propinsi dengan sasaran ibu hamil KEK di Kota Bandar Lampung sebanyak 300 orang. Jumlah ibu hamil KEK mendapatkan PMT pemulihan (Biskuit) sebanyak 300 orang. Jadi cakupan bumil KEK yang mendapatkan PMT tahun
2014
sebesar
30,3%.
Angka
tersebut
masih
belum
mencukupi target yang telat ditetapkan sebesar 100%. H. Persentase Keluarga Sadar Gizi Keluarga
sadar
gizi
(KADARZI)
adalah
keluarga
yang
berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali, mencegah dan Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
118
mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Yang dimaksud gizi seimbang adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga meliputi mengkonsumsi makanan seimbang dan berperilaku hisup sehat. Sedangkan yang dimaksud makanan seimbang adalah pilihan
makanan
keluarga
yang
mengadung
semu
yang
diperlukan masing-masing anggota keluarga dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan bebas dari pencemaran. Adapun indikator KADARGIZI : 1. Menimbang/memantau berat badan secara teratur 2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 tahun (ASI Ekslusif) 3. Makan beraneka ragam makanan 4. Menggunakan garam beryodium 5. Minum suplemen gizi (TTD, kapsul vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran. Kegiatan dilakukan
pematauan
setiap
keluarga
kelurahan.
sadar
Pemantauan
gizi
(KADARGIZI)
dilakukan
dengan
menggunakan kuesioner untuk megetahui apakah keluarga yang menjadi sampel memenuhi semua indikator KADARZI sesuai dengan
karakteristik
keluarganya.
Satu
keluarga
dikatakan
sebagai keluarga SADAR GIZI bila keluarga tersebut telah memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Kegiatan pemantauan keluarga sadar gizi (KADARGIZI) di Kota Bandar Lampung tidak dilaksanakan oleh semua Puskesmas, hal itu terkait dengan ada atau tidaknya alokasi kegiatan pemantauan ini didalam anggaran BOK Puskesmas. Sehingga hasil pemantauan yang didapat pada tahun 2014 tidak bisa mencakup seluruh daerah di Kota Bandar Lampung. Hasil pemantauan KADARGIZI Kota Bandar lampung tahun 2014 didapatkan keluarga yang telah memenuhi semua indikator KADARZI sebesar 73.00%, namun hasil tersebut belum mencapai target (80%). Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
119
5.3 Progran Penyehatan Lingkungan Kes
ehatana
sebagai
hak
asasi
manusia
ternyata
belum
sepenuhnya menjadi milik setiap manusia berbagai hal seperti kendala geografis, kemampuan serta yang berpengetahuan dan berpendapatan
rendah
masih
diperjuangankan
secara
terus
menerus dengan mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan masih kurang. Program penyehatan lingkungan yang merupakan bagian dari pembangunan kesehatan lebih
menitikberatkan
pada
pemecahan
masalah
kesehatan
lingkungan guna mewujudkan lingkungan yang lebih sehat berkualitas
agar
dapat
melindungi
masyarakat
dari
segala
kemampuan yang dapat menimbulkan gangguan dan atau bahaya kesehatan. Upaya peningkatan kesehatan lingkungan dilakukan dngan cara memutuskan mata rantai penularan penyakit yang berbasis lingkungan, terutama pengawasan kualitas air dan lingkungan serta pengendalian penemaran air dan lingkungan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut : a. Kegiatan Penyehatan TTU dan TUPM Tujuan pelaksanaan kegiatan penyehatan tempat-tempat umum (TTU) dan tempat umum pengelolaan makanan (TUPM) adalah meningkatnya kesehatan masyarakat, mencegah terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan bagi masyarakat, tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan yang sehat dapat mendorong pengembangan sektor pariwisata daerah. Pengawasan TP2M dilakukan terhadap rumah makan dan restoran, warung makan, home industri makanan minuman. Bentuk hasil pengawasan dan pembinaan (Sertifikat Laik Hygiene yang dikeluarkan 3 tahun sekali).
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
120
Pengawasan terhadap istitusi dilakukan terhadap Institusi Kesehatan, Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin, Puskesmas, Laboratorium, Perkantoran, sementara TTU dialkukan dihotel, restoran/rumah makan, pasar, dan TUPM lainnya. Berbagai pengawasan
permasalahan
dan
pembinaan
yang
timbul
karena
pada
kegiatan
keterbatasan
petugas,
keterbatasan kemampuan sumber daya. Kegiatan Klinik Sanitasi dilaksanakan di dalam dan diluar gedung Puskesmas. Untuk kegiatan dalam gedung yaitu apabila didapatkan pasien menderita penyakit berbasis lingkungan maka petugas medis di Poliklinik merujuk ke klinik sanitasi dengan kriteria sebagi berikut : -
Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan dengan faktor lingkungan
-
Pada
kunjungan
sebelumnya
pasien
pernah
mederita
penyakit yang sama -
Pada 1 keluarga terdapat 2 orang atau lebih penderita penyakit yang sama ( Khusus TB paru)
-
Ada
kecenderungan
jumlah
penderita
meningkat
atau
potensial KLB Kegiatan luar gedung di lakukan apabila Kriteria pasien/klien yang
perlu
di
tindaklanjuti
dengan
kunjungan
rumah
atau/lapangan adalah sama dengan kriteria pasien yang perlu di rujuk, di taambah dengan kriteria alain terutama bila pasien/klien yang hndak di kunjungi di suatu wilayah jumlahnya relatif banyak. Kota Bandar Lampung dengan 28 puskesmas daan hanya satu puskesmas yang tidak memiliki klinik sanitasi. Upaya pemecahan dari permasalahan yang ada adalah dengan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap TTU, Institusi, T2M, TP Pestisida berdampingan dengan Lintas Sektor (Dinas Pasar, Dinas Kebersihan, Pariwisata, Perizinan, PKK dll) dengan dana pembinaan yang bersumber dari APBD I dan II, melakukan
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
121
peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. b. Kegiatan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Kegiatan penyehatan lingkungan pemukiman dilaksanakan melalui program pengawasan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan upaya-upaya penyehatan Jamban Keluarga (JAGA), air limbah, dan sampah terhadap kesehatan, dan melindungi masyarakat dari bahaya penyakit yang berkaitan dengan pencemaran kotoran (Limbah dan Sampah). Penyelenggaraan upaya penyeatan lingkungan pemukiman, upaya dilaksanakan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan lingkungannya dapat mewujudkan kualitas lingkungan pemukiman yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan media lingkungan,
yaitu
meliputi
pengelolaan
sampah,
saluran
pembuangan air limbah (SPAL), jamban Keluarga dan lain-lain. c. Penyehatan Air Bersih dan Air Minum Kegiatan penyehatan air di Kota Bandar Lampung bertujuan untuk meningkatkan pengamanan kualitas air bagi berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untk seluruh penduduk baik yang berada di perkotaan maupun di pinggiran kota. Sasaran pada tahun ini dilakukan selain saran air bersih yang ada di rumah tangga, juga dilakssanakan pemeriksaan pada titik-titik jaringan perpipaan air minum. Pemerikasaan kualitas air yang dilakukan meliputi pemeriksaan kualitas bakteriologis da bakteriologis air minum. Kegiatan klinik sanitasi dilaksanakan di dalam dan di luar gedung Puksesmas.
1. Dalam Gedung Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
122
Apabila
didapatkan
pasien
menderita
penyakit
berbasis
lingkungan maka petugas medis di poliklinik merujuk ke klinik sanitasi dengan kriteria sebagai berikut : -
Pasien menderita penyakit yang diduga kuat berkaitan dengan faktor lingkungan
-
Pada kunjungan sebelumnya pasien menderita penyakit yang sama
-
Pada satu keluarga terdapat dua orang atau lebih menderita penyakit yang sama (khusus TB Paru)
-
Ada
kecenderungan
jumlah
penderita
meningkat
atau
potensial KLB. 2. Luar Gedung Kriteria pasien yang perlu ditindaklanjuti dengan kunjungan rumah/lapangan adalah sama dengan kriteria pasien yang perlu dirujuk, ditambah dengan kriteria lain terutama : -
Bila pasien yang hendak berkunjungan disuatu wilayah jumlahnya relatif banyak atau
5.4
Alamat pasien berana di daerah yang endemis. Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat Program Promosi Kesehatan mempunyai peran yang sangat
penting
dalam
proses
pemberdayaan
masyarakat.
Program
promosi kesehatan bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga
dan
masyarakat
dalam
bidang
kesehatan
untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri, produktif.
Adapun kegiatan – kegiatan program ini adalah : Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
123
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Upaya merubah atau menciptakan perilaku sehat melalui promosi kesehatan dengan harapan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS dan terbentuknya perilaku masyarakat yang lebih mengarah pada upaya promotif dan preventif, seperti peningkatan hiegine dan sanitasi perorangan, pemanfaatan saran dan jamban, pemanfaatan sarana air bersih dan pencegahan penyakit dengan imunisasi. Hasil pelaksanaan PHBS di rumah tangga tahun 2014 diketahui bahwa kondisi perilaku hidup bersih dan sehat di Kota Bandar Lampung dari 416.479 rumah tangga yang ada, sebanyak 130.088 (31,2%) rumah tangga yang dipantau, diperoleh hasil rumah tangga yang berPHBS sebanyak 81.950 (63%) dengan target nasional 55%. Bisa dilihat pada gambar berikut ini :
GAMBAR 5.01 Jumlah RT ber PHBS 2014
416479
RT
130088
81950
RT dipantau
RT berPHBS
Sumber : Bidang MK & PKM tahun 2014
Dengan demikian rumah tangga yang ada di Kota Bandar Lampung sudah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, meskipun secara target nasional dibawah target yang diharapkan. Oleh karena itu penyuluhan/promosi kesehatan masih harus terus digalakkan karena program preventif merupakan program yang tidak bisa langsung dirasakan hasilnya. b. Peran serta masyarakat Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
124
Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah
melalui
peningkatan
perberdayaan
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya agar masyarakat tahu, mau, dan mampu untuk hidup sehat, berdasarkan potensi yang dimilikinya. Salah satu wujud pemberdayaan masyarakat adalah tumbuh dan kembangnya upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM). Posyandu yang ada di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 sebanyak 674 Posyandu. Strata Posyandu tahun 2014 yaitu Posyandu Pratama 8,01 %, Posyandu Madya 30,12%, Posyandu Purnama 40,21%, Posyandu Mandiri 21,66%. Jika digambarkan dengan diagram, bisa dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar- 5.02 Strata Posyandu tahun 2014
pratama madya purnama mandiri
Sumber : : Seksi MK & PKM Dinkes Kota Tahun 2014
5.5
Program Peningkatan Upaya Kesehatan
a. Kebijakan Program Pelayanan Kesehatan 1. Meningkatkan cakupan kunjungan rawat inap dan rawat jalan Puskesmas dan jaringannya
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
125
2. Peningkatan
pelayanan
kesehatan
di
unit
pelayanan
kesehatan dasar pemerintah dan swasta 3. Menurunkan angka kesehatan di masyarakat 4. Peningkatan pelayanan kegawatdaruratan dii unit pelayanan pemerintah dan swasta 5. Meningkatkan
manajemen
pelayanan
kesehatan
di
Puskesmas melalui evaluasi kinerja Puskesmas 6. Peningkatan prestasi kerja melalui Pemilihan Dokter dan Paramedis Teladan 7. Pemetaan prestasi kerja melalui pemilihan Dokter dan Paramedis Teladan 8. Peningkatan
upaya
penanggulangan
bencana
dan
kegawatdaruratan bagi masyarakat awam. c. Pemanfaatan Sarana Kesehatan Dari hasil rekapitulasi laporan SP2TP Puskesmas, LB4 Tahun 2014
dapat
diketahui
cakupan
kunjungan
penduduk
ke
Puksesmas dan rumah Sakit sebagai berikut : Tabel. 5.01 Jumlah Kunjungan ke Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 No.
Jenis Fasilitas Pelayanan
Jumlah Kunjungan Absolut
Persen
1
Puskesmas Rawat Jalan
763.780
49,9%
2
Puskesmas Rawat Inap
4.817
0,31%
3
Rumah Sakit Rawat Jalan
484.474
31,71%
4
Rumah Sakit Rawat Inap
274.737
17,98%
TOTAL
1.527.808
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
126
Dari tabel diatas, tampak angka kunjungan penduduk yang memiliki keluhann ke fasilitas pelayanan kesehatan terutama Puskesmas sangat tinggi terutama untuk melakukan rawat jalan. Hal ini terjadi kemungkinan karena kesadaran masyarakat akan status kesehatannya makin baik, atau kemungkinan lain adalah dengan adanya pelayanan berobat gratis. Jumlah Puskesmas induk di Kota Bandar Lampung tahun 2014 sebanyak 30 Puskesmas yang terdiri dari 12 Puskesmas Rawat Inap dan 18 Puskesmas Non Rawat Inap, dengan jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 50 Puskesmas, 126 Poskeskel. Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas 763.780 kunjungan lebih rendah
dibandingkankan
tahun
sebelumnya.
Sedangkan
kunjungan rawat inap sebanyak 4.817 kunjungan. Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung sebanyak 17 Rumah Sakit, dengan rincian Rumah Sakit milik pemerintah sebanyak 4 rumah sakit yaitu RSUAM, RSUD_ADT, RSU DKT, dan RSU Bhayangkara. 5.6.
Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya
a.
Alokasi Anggaran Pengadaan Obat Di antara berbagai alternatif yang ada, intervensi dengan
obat
merupakan
intervensi
yang
banyak
digunakan
dan
merupakan teknologi yang tepat dan murah. Ketersediaan obat berkaitan langsung dengan sumber dana pengadaan obat yang dimiliki oleh suatu daerah, komitmen politik dan kemampuan Dinas Kesehatan dalam perencanaan serta usulan anggaran. Pada tahun
2014
alokasi
anggaran
Rp.4.792.248.672 realisasi
pengadaan
obat
sebesar
sebesar Rp. 4.380.166.802 (91,40%)
yang mana didukung oleh 4 kegiatan diantaranya : (1) Peningkatan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan (2) Monitoring, evaluasi dan pelaporan Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
127
(3) Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan (4) Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan ( APBD ) Realisasi
pencapaian
kinerja
output
kegiatan
tersebut
adalah berupa tersedianya obat, bahan habis pakai dan reagen sebanyak 75 item tercapai sebesar 100 persen. Dimana Obat tersebut selanjutnya diserahkan kepada Kepala UPTD Farmasi dan Perbekalan Kesehatan untuk didistribusikan ke 30 Puskesmas di Kota Bandar Lampung. Anggaran total pengadaan obat di Kota Bandar Lampung pada tahun terakhir yaitu taun 2010 sampai tahun 2011 berada di kisaran tiga milyar, sementara pada tahun 2012 dan 2013 meningkat anggaran pengadaan obat karena jumlah pasien di Kota Bandar Lampung yang terus meningkat juga status puskesmas juga
terus
meningkat
dari
puskesmas
pembantu
menjadi
puskesmas induk rawat jalan, puskesmas rawat jalan meningkat menjadi puskesmas rawat inap. b.
Ketersediaan Obat Generik Berlogo Ketersediaan
Obat
di
Pusat
Puskesmas
jumlahnya
memenuhi kebutuhan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampun. Tingginya kebutuhan masyarakat akan obat sudah mampu dicukupi oleh persediaan obat yang ada. Jenis Obat yang ada di Instalasi Farmasi Kota Bandar Lampung yang dilaporkan sesuai format
baru
ketersediaan
obat
terdapat
144
jenis
yang
ketersediaannya bervariasi ada yang tercukupi ada yang belum (table 67). 5.7.
Program Manajemen dan Kebijakan Kesehatan Perencanaan Kesehatan sudah disusun terintegrasi dengan
pembangunan
Kota
Bandar
Lampung.
Namun
demikian,
perencanaan kesehatan ini belum optimal, karena belum adanya
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
128
dukungan data dan informasi yang ada belum semuanya dapat terselesaikan dengan baik. Sebagaimana mempunyai
diketahui
peran
yang
bahwa
sangat
data
penting
dan
informasi
sebagai
bahan
pengambilan keputusan dalam suatu manajemen. Data atau informasi yang salahakan menghasilkan keputusan yang salah pula
sehingga
tidak
jarang
permasalahan
kesehatan
yang
sebenarnya tidak pernah dapat terselesaikan dengan baik. Selama ini, sumber data dan informasi yang dipergunakan oleh Dinas Kesehatan untuk pengambilan keputusan hanya berdasarkan laporan dari bulanan Puskesmas (SP2TP dan laporan program yang lain), serta Laporan Rumah Sakit (SP2RS). Pada Tahun 2013 ini, dari 28 Puskesmas di Kota Bandar Lampung, yang mengirim laporan SP2TP secara tepat waktu dan lengkap, sebagaimana tersebut dalam tabel di bawah ini: Tabel
5.02
Persentase
Ketepatan
dan
Kelengkapan
Laporan SP2TP di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 Jenis Laporan
Jml Puskesmas
SP2TP
30
Pelaporan
Yang Melapor
Tepat
%
Lengkap
%
28
20
74,07
28
100
Sumber: Subbag. Perenc, Monitoring & Evaluasi Dinkes. Kota Bandar Lampung 2014
Melihat tabel 5.02, tampak bahwa seluruh Puskesmas mengirimkan laporan SP2TP. Dari sejumlah itu yang mengirimkan secara tepat waktu (di bawah tanggal 10 tiap bulan) sebanyak 74.07% dan yang mengirim secara lengkap (LB1, LB3, LB4) berjumlah 100%. Dalam perjalanannya, pelaksanaan SP2TP banyak menemui kendala dan hambatan yang menyangkut personil dan peralatan. Untuk personil, diketahui bahwa sebanyak 28 puskesmas di Kota Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
129
Bandar Lampung belum memiliki tenaga yang khusus menangani data dan informasi. Tercatat sebesar 95%tenaga pengelola SP2TP memiliki jabatan rangkap di Puskesmas. Pelaksanaan
Program
Kebijakan
dan
Manajemen
Pembangunan Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014, telah memperoleh hasil yang cukup menggembirakan. Adapun beberapa indikator yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan dibandingkan dengan hasil yang dicapai Kota Bandar Lampung, tampak seperti pada tabel berikut ini : Berikut ini adalah beberapa kegiatan dari sub program, Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan : a.
Kebijakan Kesehatan Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2014 adalah : Terlaksananya Rapat koordinasi Dinas Kesehatan 12 kali dalam setahun Akreditasi Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan Penempatan Tenaga Kesehatan Sesuai Kebutuhan
b.
Pengembangan Manajemen Kesehatan Hasil yang dicapai Program Pengembangan Manajemen
Kesehatan
adalah
dihasilkannya
perencanaan
pembangunan
kesehatan tahun 2014, seperti: Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Kesehatan 2014 Penyusunan DPA 2014 RKA 2015 Advocacy
pembiayaan
kesehatan
ke
sektor
dan
departemen terkait
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
130
c.
Pengembangan
Sistem
Informasi
Kesehatan
Daerah
(SIKDA) Hasil yang dicapai Program Pengembangan Sistem Informasi dan Kesehatan Daerah pada tahun 2014 adalah tersedianya informasi yang akurat, tepat waktu, lengkap dan sesuai dengan kebutuhan
sebagai
bahan
pengambilan
keputusan,
dengan
kegiatan sebagai berikut : Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Pengolahan Data SP2TP Pengembangan
Sistem
Informasi
Manajemen
Kepegawaian Penyusunan
Laporan
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014, dan Penyusunan Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014 Kota Bandar Lampung telah diberikan bantuan sarana prasarana berupa seperangkat komputer dan internet untuk kelancaran SIKNAS online, namun sayangnya sejak tahun 2011 ini tidak dapat dipergunakan lagi karena kerusakan pada komputer dan jaringan.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
131
BAB VI SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 6.1 SARANA KESEHATAN
S
arana kesehatan yang berada di Kota Bandar Lampung tahun 2014
dibedakan
kesehatan
menjadi
3
kepemilikan,
dengan kepemilikan
yaitu
sarana
Pemerintah, Swasta dan
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM). A. Sarana Kesehatan dengan Kepemilikan Pemerintah Sarana kesehatan dengan kepemilikan pemerintah adalah sarana mulai dari perencanaan, penyelenggaraan dan lain sebaginya dikelola oleh Pemerintah. Sarana kesehatan dengan kepemilikan Pemerintah antara lain Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. 1. Rumah Sakit Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung sampai saat ini sudah memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang diberi nama RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit
Tipe
C
dan
sudah
terakreditasi.
Sementara
rumah
sakit
pemerintah provinsi yang kedudukannya berada di Kota Bandar Lampung adalah Rumah Sakit Umum Dr. Abdul Moeloek yang merupakan Rumah Sakit rujukan tertinggi di Provinsi Lampung, Rumah Sakit Bhayangkara, dan Rumah Sakit DKT. Adapun rumah sakit tersebut yaitu RSU Imanuel, RSU Urip Sumohardjo, RSU Graha Husada, RSU Bumi Waras, RSU Advent, RSU Pertamina Bintang Amin. Rumah Sakit Khusus yaitu RS Mata Permana, RSIA Anugrah Medika, RSIA Mutiara Putri, RSIA Restu Bunda, RSIA Santa Ana, RSIA Puri Betik Hati dan RSIA Bunda Assyifa. Melihat data yang ada setiap tahunnya jumlah rumah sakit di Kota Bandar Lampung setiap tahunnya bertambah baik rumah sakit terutama untuk tahun ini rumah sakit khusus ibu dan anak.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
132
2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang
bertanggungjawab
menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas juga berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional dari Dinas Kesehatan Kab/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan. Pada tahun 2013 Kota Bandar Lampung terjadi pemekaran wilayah kecamatan yang semula berjumlah 13 menjadi 20 kecamatan dan kelurahan dari 98 menjadi 126. Berikut jumlah puskesmas di Kota Bandar Lampung setelah mengalami pemekaran. Tabel 6.01 Jumlah Puskesmas Per Kecamatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014
No 1
Koordinat Lokasi Lintang Bujur Selatan Timur (E) (S) 4 5
Puskesmas
Lokasi
Keterangan
6
7 Jl. Laksamana Malahayati No.11 TBS Jl. Yos Sudarso No.242 TBU
Non Rawat Inap
8
1
105.15.418
05.26.974
Pasar Ambon
2
105.15.984
05.26.547
Kupang Kota
3
105.15.528
05.26.052
Sumur Batu
Jl. Pulau Bangka No.3 TBU
Non Rawat Inap
4
105.17.407
05.26.634
Sukaraja
Jl. Yos Sudarso No.364 Bumi Waras
Rawat Inap
5
105.15.472
05.27.444
Kota Karang
Jl.Teluk Ratai No.65 TBT
Rawat Inap
6
105.24.490
05.47.026
Sukamaju
JL.Laksamana Martadinata TBT
Rawat Inap
7
105.24.819
05.45.493
Bakung
Ds. Bakung Kec. TBB
Non Rawat Inap
8
105.13.892
05.24.028
Simpur
JL. Imam Bonjol No.592 TKP
Rawat Inap
9
105.13.889
05.24.938
Palapa
Jl. MURAI no.01 TKP
Non Rawat Inap
10
105.26.133
05.41.456
Kebon Jahe
Non Rawat Inap
11
105.15.761
05.24.461
Satelit
12
105.15.187
05.22.387
Kp.Sawah
13
105.15.553
05.24.039
Susunan Baru
14
105.14.923
05.23.419
Gedong Air
JL.Kamboja Raya no/10/32 Enggal Jl. Pulau Pisang-Perum. Korpri Blok B Kedamaian Jl. H. Endro Suratmin No.28 TKT Jl. Rajabasa II-Perum. Way Halim TKB Jl. Sultan Badarudin NO 110 TKB
15
105.15.561
05.24.068
Kemiling
Jl. Teuku Umar No.62 Kemiling
Rawat Inap
16
105.15.621
05.23.593
Pinang Jaya
Jl. Pramuka No.1 Kemilinaga
Non Rawat Inap
17
105.03.508
05.23.500
Beringin Raya
Non Rawat Inap
18
105.15.804
05.23.589
Rajabasa Indah
19
105.14.666
05.22.483
Kedaton
20
105.15.612
05.22.182
Way Halim
21
105.25.391
05.36.034
Labuhan Ratu
Jl. Minak Sangaji no 01 Kemiling Jl. Pulau Damar Perumnas Way Kandis RJ. Basa Jl. Sisingamangaraja No.13 Kedaton Jl. Cut Nyak Dien Gg.Hidayat No.11 Way Halim Desa Lanuhan ratu Kec.Labuha ratu
22
105.17.963
05.22.026
Way Kandis
Jl. Tamin No.121 Tj. Seneng
Rawat Inap
23 No
105.17.543 05.23.193 Koordinat Lokasi
Sukarame Puskesmas
Jl. Patimura No.14 Sukarame Lokasi
Non Rawat Inap Keterangan
Non Rawat Inap
Rawat Inap Non Rawat Inap Non Rawat Inap Rawat Inap
Non Rawat Inap Rawat Inap Non Rawat Inap Non Rawat Inap
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
133
1 24
4 105.18.123
Lintang Selatan (S) 5 05.22.279
25
105.30.397
05.38.957
26
105.18.989
27
105.17.956
28
Bujur Timur (E)
7 Jl. Cut Mutia No.11 Sukarame
8 Non Rawat Inap
Jl. Pulau Sebesi Sukarame
Rawat Inap
05.26.450
6 Korpri Permata Sukarame Way laga
Jl. Arjuna No.14 TKT
Non Rawat Inap
05.23.257
Sukabumi
Rawat Inap
105.30.241
05.40.615
Campang Raya
Non Rawat Inap
29
105.18.118
05.26.900
Panjang
Jl. Jend. Sudirman No.69 TKT Jl. Mayjen Reyacudu no 39/41 Sukabumi Jl. Ir. Sutami Km.7 Panjang
30
105.23.584
05.39.192
Segala Mider
Jl. Pagar Alam no 207 Langkapura
Non Rawat Inap
Rawat Inap
Sumber : Subbag Perencanaan 2014
Dari Gambar 6.01, tampak pada tahun 2014 di Kota Bandar Lampung terdapat 30 Puskesmas yang menyebar di 20 Kecamatan, dan sebagian besar kecamatan memiliki satu puskesmas rawat inap. Dampak dari pemekaran wilayah, dua kecamatan belum memiliki puskesmas induk, untuk sementara puskesmas pembantu menjadi coordinator bagi pustu lainnya. Namun pada tahun ini puskesmas rawat inap Sukaraja dan Satelit belum operasional karena bangunan rawat inap masih dalam proses penyelesaian. Rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk di Kota Bandar Lampung tahun 2014 adalah 00.0. Angka ini memberikan gambaran bahwa setiap 1 Puskesmas melayani dan memberikan pelayanan kesehatan terhadap 000.000 penduduk. 3. Puskesmas Pembantu (Pustu) Dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan pada unit pelayanan dan tuntutan dari masyarakat atas pelayanan yang cepat dan terjangkau sudah menjadi kebutuhan mendesak sehingga berdirinya Puskesmas Pembantu. Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 terdapat 50 Puskesmas Pembantu, namun tidak semua puskesmas induk memiliki puskesmas pembantu. 4. Puskesmas Keliling dan Ambulance Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 ini memiliki 18 Unit Puskesmas
Keliling yang
berada di
18 Puskesmas
rawat jalan.
Sedangkan untuk 12 Puskesmas dengan fasilitas Ranap, dilengkapi juga dengan masing-masing 1 Unit Ambulance. Sampai saat ini dari beberapa Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
134
pusling yang ada sebanyak 6 (enam) buah mengalami kerusakan berat sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. B. Sarana Kesehatan dengan Kepemilikan Swasta Keberadaan sarana kesehatan dengan kepemilikan swasta di Kota Bandar Lampung tentunya bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang seoptimal mungkin sehingga diperoleh derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberadaan sarana kesehatan dengan kepemilikan swasta di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 antara lain rumah sakit khusus ibu anak 6 unit, Rumah Bersalin 1 unit, Balai Pengobatan/Klinik 15 unit, Praktek Dokter Perorangan 309 orang, Praktek Pengobatan Tradisional/battra 738 battra, Apotek 150 unit dan Toko Obat 23 unit. C. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumberdaya
yang
ada
di
masyarakat.
Upaya
kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu, Poskeskel (Pos Kesehatan Kelurahan) berjumlah, Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja) dan sebagainya. UKBM yang aktif Posyandu dan Poskeskel aktif pelaksanaannya karena mendapat dukungan penuh dari pemda berupa operasional. Selain posyandu dan poskeskel, situasi dan kondisi upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat lainnya sudah sulit dideteksi/ dipantau
sejak
pemberlakuan
otonomi
daerah
di
masing-masing
kab./kota. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ini perlu mendapat perhatian yang optimal kembali dari masing-masing pengelola program kesehatan. Berikut Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat yang terdapat di Kota Bandar Lampung tahun 2014. 1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di
masyarakat.
Posyandu
menyelenggarakan
minimal
5
program
prioritas yaitu; kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Pada tahun 2013 sebanyak 651 Posyandu Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
135
dan yang aktif 404 posyandu atau sekitar 62,06%. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), yang dimaksud dengan Posyandu Aktif adalah posyandu yang melaksanakan kegiatan hari buka dengan frekuensi lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas cakupan utama (Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Gizi, imunisasi dan pananggu-langan diare lebih dari 50.0% dan sudah ada satu atau lebih program tambahan serta cakupan dana sehat kurang dari 50.0%. Lebih lanjut diperoleh bahwa Puskesmas yang memiliki 100% Posyandu aktif berada di puskesmas Sumur Batu, Susunan Baru, Way Kandis. Posyandu dengan strata Pratama masih ada, yakni sebanyak 32 Posyandu atau baru sekitar 4,74% dari 674 Posyandu. Posyandu Pratama adalah posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan jumlah kader masih terbatas. Posyandu dengan strata Madya masih cukup tinggi di Kota Bandar Lampung sebanyak 203 (30.12)%. Pada tahun 2014 ini Posyandu dengan strata Purnama paling sebanyak 271 Posyandu atau sekitar 40,21% dari total Posyandu. Posyandu madya adalah posyandu dengan kegiatan lebih teratur dibandingkan dengan Posyandu Pratama dan jumlah kader 5 orang. Posyandu Purnama adalah posyandu dengan frekuensi kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya yaitu KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan Diare lebih dari 50,0% serta sudah ada program tambahan. Sedangkan Posyandu dengan strata mandiri sudah meningkat berjumlah 146 Posyandu (22,43) dibandingkan tahun sebelumnya hanya 37 posyandu. Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau 50.0% KK. Peningkatan jumlah posyandu mandiri ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah yang telah meluncurkan gema tapis berseri. Program ini memberikan operasional posyandu dan insentif kader sehingga posyandu dapat berjalan dengan baik. 2. Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
136
Poskeskel
merupakan
salah
satu
bentuk
UKBM
yang
baru
disosialisasikan oleh Departemen Kesehatan. Poskeskel diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa ( misalnya Pos Obat Desa, Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga, dan lain-lain ). Bentuk fisik Poskeskel disesuaikan dengan situasi dan kondisi di masing masing desa / kelurahan. Bangunan bisa merupakan perluasan bangunan Polindes yang telah ada dan selama ini dimanfaatkan oleh bidan di desa sebagai tempat pelayanan serta rumah tinggal. Bisa pula berupa bangunan baru yang terpisah dari Polindes atau bangunan/ sarana yang telah ada dan dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan UKBM. Dengan demikian, Poskeskel sekaligus berfungsi menjadi tempat koordinasi dari UKBM-UKBM tersebut. Di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 terdapat Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) sebanyak 126 unit atau 100% dari 126 kelurahan yang ada. Jumlah ini mengikuti dengan pemekaran wilayah yang ada di Kota Bandar Lampung. Sejak tahun 2011 poskeskel di Kota Bandar Lampung mendapat dukungan dari Walikota Bandar Lampung terlihat dari ketenagaan yang ada selain Bidan PTT masing-masing poskeskel satu orang, juga ditambah tenaga perawat kontrak masing-masing poskeskel 2 (dua) orang yang didanai melalui Program Gema Tapis Bidang Kesehatan Pemerintah Kota Bandar Lampung. Semua Poskeskel di Kota Bandar Lampung status masuk kategori poskeskel aktif strata madya.
3. Desa Siaga/ Kelurahan Siaga Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dankemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan, secara mandiri. Desa yang dimaksud disini dapat berarti kelurahan atau istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus
Pemerintah peningkatan
kepentingan
Negara
Kesatuan
kualitas
yang
diakui
Republik
kelurahan
sehat
dan
dihormati
Indonesia. sebagai
dalam
Dalam
upaya
strategi
untuk
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
137
mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan maka disetiap
kelurahan
mempermudah
akses
dibentuk
pos
masyarakat
kesehatan untuk
kelurahan
mendapatkan
guna
informasi
kesehatan dan pelayanan kesehatan. Hasil evaluasi Bidang MK&SDK Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, di Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 dari 98 kelurahan, desa siaga aktif mencapai 69 kelurahan (70,4%). Sejak tahun 2011 sampai 2012 seluruh desa (98 kelurahan) masuk dalam Desa/Kelurahan Siaga. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 dari 126 kelurahan tersebut, 76 kelurahan masuk dalam kategori kelurahan siaga Pratama, 50 kelurahan yang dinyatakan sebagai Desa Siaga Aktif kategori madya. 6.2 TENAGA KESEHATAN Diantara tiga sumber daya kesehatan, tenaga kesehatan merupakan faktor utama dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Tabel 6-02 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kategori di Puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2014 No 1.
Puskesmas
1
2
3
Kategori Tenaga 5 6 7
4
8
9
10
1
1
1
0
0
1
7
7
0
0
11
JML 18
2
Bakung (pustu koord) Kotakarang
3
1
0
1
1
1
4
6
0
0
2
19
3
Sukamaju
1
2
0
1
0
1
4
9
0
0
0
18
4
Pasar Ambon
2
1
0
2
0
1
5
7
0
0
2
20
5
Sukaraja
2
0
3
2
0
1
5
7
0
0
2
22
6
Panjang
1
0
1
1
1
5
11
0
0
0
23
7
Kampung Sawah
1
1
1
1
0
1
4
5
0
0
0
14
8
Satelit
4
3
1
3
1
1
8
11
0
0
1
33
9
Kupang Kota
3
1
0
1
0
1
3
4
0
0
0
13
10
Sumur Batu
4
1
0
1
0
1
2
6
0
0
0
15
11
Simpur
4
2
0
2
1
0
6
5
0
0
0
20
12
Palapa
2
1
2
1
0
0
5
5
0
0
0
16
13
Kebon Jahe
3
2
2
2
1
1
5
4
0
0
1
21
14
Gedong Air
2
1
0
2
1
1
12
10
0
0
2
31
15
Susunan Baru
1
2
0
3
0
1
3
7
0
0
2
19
16
Kemiling
4
2
1
4
0
1
16
15
0
0
17
Beringin Raya
1
2
0
1
0
1
8
9
0
0
3
0
45
2 0
22
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
138
No
Puskesmas
3
4
8
9
11 0
JML
18
Pinang Jaya
1
1
1
1
9
0
19
Segalamider
1
2
2
1
1
1
7
9
0
0
0
24
20
Kedaton
6
2
1
2
1
2
7
11
0
0
0
32
21
Rajabasa Indah
3
1
1
2
0
2
11
14
0
0
1
35
22
Way Kandis
4
2
1
3
1
1
20
20
0
0
1
23
Labuhan Ratu (pustu Koord) Sukarame
2
1
2
0
0
1
6
6
0
0
2
2
0
2
1
1
4
7
0
0
2
1
0
2
0
1
4
8
0
0
25
2
Kategori Tenaga 5 6 7 0 1 6
10 0
24
1
20
53 18
0
19
0
19
26
Permata Sukarame Korpri
2
1
1
1
0
1
8
8
0
1
23
27
Sukabumi
4
2
1
2
1
1
6
10
0
0
0
27
28
Campang Raya
2
1
0
2
0
1
3
7
0
0
1
17
29
Way Laga
1
2
0
1
0
1
3
4
0
0
1
13
30
Way Halim
3
2
1
3
1
1
10
15
0
0
0
36
JUMLAH
74
44
20
705
22
1 Dokter Dokter Gigi 2 Sarjana Kesehatan 3 Sanitarian 4 Apoteker/Kefarmasian 5 Gizi 6 Sumber : Sub Bagaian Umum
50
7 8 9 10 11
12
30
197
256
0
0
1
Bidan Perawat Analis Kes Fisioterapi Non Kesehatan
dan Kepegawaian 2014
Dari Tabel 6.02, tampak bawah jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 sebanyak 691 orang. Tenaga yang ada belum termasuk tenaga kontrak, PTT, honorer dan tenaga sukarela. Setiap tahunnya tenaga kesehatan di Kota Bandar Lampung bertambah, terlebih adanya pemekaran wilayah kelurahan dan kecamatan. Proporsi jenis tenaga kesehatan yang terbesar adalah perawat yaitu 25,69%, diikuti kemudian tenaga bidan (19,27%), Dokter Umum (6,86%), dokter gigi (4,54%), sanitarian (4,21%), tenaga gizi dan teknis medis masing-masing 3,43%, Apoteker/Kefarmasian (2,66%), Sarjana Kesehatan Masyarakat (1,663%).Tenaga kesehatan yang ada saat ini minimal memiliki pendidikan diploma tiga, dan hampir setiap tahun tenaga yang ada mengupgrade tingkat pendidikannya melalui program tugas belajar dan program izin belajar. Dari segi proporsi masih jauh dibawah standar nasional. Saat
ini
hampir
semua
program
kesehatan
langsung
ke
puskesmas seperti program BOK, Jamkesmas dan Jamkesda terlebih Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
139
lagi puskesmas saat ini menganut sistem keuangan BLUD sehingga timbul permasalahan baru tenaga kesehatan yang ada di puskesmas selain melayani pelayanan kesehatan, preventif dan promotif dan juga harus juga mengelola sistem keuangan. Umumnya tenaga yang ada mendapat tugas dan beban kerja lebih dari adalah persebaran tenaga sanitasi tersebut ke puskesmas masih belum tidak merata dan umumnya tenaga tersebut memiliki tugas rangkap. 6.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan program pembangunan kesehatan pada tahun 2014 berasal
dari
berbagai
sumber
antara
lain;
alokasi
anggaran
pembangunan Departemen Kesehatan (APBN), Alokasi APBD Provinsi untuk kesehatan dan alokasi APBD Kota untuk kesehatan serta pinjaman/ hibah luar negeri (PHLN). Tabel 6-03 Anggaran Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun 2014 ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER: 1 APBD KAB/KOTA
184.293.385.463,20
a. Belanja Langsung
98,37
138.541.749.000,00
b. Belanja Tidak Langsung
45.751.636.463,20
2 APBD PROVINSI
0,00
3 APBN :
2.500.050.000,00
1,33
- Dana Dekonsentrasi
0,00
- Dana Alokasi Khusus (DAK)
0,00
- JAMKESMAS
0,00
- Lain-lain (TP, BOK) 4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN)
2.500.050.000,00
1,33
553.015.797,00
0,30
- Pencegahan, Penanggulangan Penyakit Malaria (GF)
122.486.597,00
0,07
- Pencegahan, Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS (GF)
161.735.000,00
0,09
- Accelerating Progress Toward Universal Acces To
268.794.200,00
0,14
Quality DOTS 5 SUMBER PEMERINTAH LAIN
0,00
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN
187.346.451.260
TOTAL APBD KAB/KOTA
1.779.859.865.268
100,0
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA
10,35
204.905,41
Sumber : penyusunan program & monev 2014
Dari Tabel 6.03, tampak bahwa total pembiayaan kesehatan di Kota Bandar Lampung untuk tahun anggaran 2014 adalah sebesar Rp. Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
140
187.346.451260. Anggaran tersebut diperoleh dari berbagai sumber dana yaitu APBD Kota/Kota, APBN, Pinjaman/Hibah, Luar Negeri (PHLN) dan sumber pemerintah lain. Bila dilihat menurut jenis sumber dana, pembiayaan kesehatan yang tertinggi bersumber dari APBD Kota/Kota (98,24%), diikuti kemudian sumber dana dari APBN (1,33%). Sedangkan anggaran untuk pembangunan kesehatan di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 mencapai 10,35% dari total APBD.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
141
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 SIMPULAN A. Derajat Kesehatan 1. Mortalitas
M
ortalitas atau angka kematian merupakan salah satu indikator
yang
dalam
menilai
Derajat
kesehatan
Masyarakat, khususnya angka kematian bayi (AKB),
angka kematian anak balita (AKABA) dan angka kematian ibu (AKI). Angka kematian neonatal dan bayi 135 dan 49, anak balita 15, dan balita 49 dari 20.427 kelahiran hidup pada tahun 2014. Angka Kematian Ibu tahun 2013 sebanyak 7 kasus yang terjadi pada kelompok ibu nifas sebanyak 7 kasus. AKI di Kota Bandar Lampung lebih rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 13 kasus. 2. Morbiditas Morbiditas (angka kesakitan) masih merupakan ancaman dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kota Bandar Lampung. Bidang P3PL Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung melaporkan bahwa penyakit-penyakit menular yang masih tinggi kejadiannya di Kota Bandar Lampung antara lain Demam Berdarah Dengue, Campak, Diare Pneumonia, HIV/AIDS, Tuberkolosa (+), Kusta dan Malaria. Bahkan untuk kasus Malaria, Kota Bandar Lampung yang merupakan daerah perkotaan
namun berbatasan dengan daerah endemis malaria maka
masih juga ditemukan kasus Malaria setiap tahunnya. Selain penyakit menular, tentunya masyarakat di Kota Bandar Lampung
dihadapkan
pada
penyakit
tidak
menular,
terutama
Hipertensi, Jantung, Diabetes Mellitus, Kangker Serviks dan lain-lain. Namun tidak adanya data dan informasi yang akurat membuat penyakit-
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
142
penyakit tidak menular tersebut tidak dapat disajikan dalam Profil Kesehatan Tahun 2014 ini. 3. Status Gizi Status Gizi Masyarakat, khususnya pada kelompok bayi di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 ini secara persentase menunjukkan kecenderungan
yang
tetap
meskipun
secara
absolut
meningkat.
Indikator untuk menilai status gizi pada kelompok bayi tersebut dapat dilihat angka Berat badan Lahir Rendah (BBLR). Pada tahun 2014 ini, bayi yang memiliki berat badan lahir rendah adalah 223 kasus dari 17.052 kelahiran hidup. Berbeda dengan kelompok balita, dalam beberapa tahun terakhir ini balita dengan status gizi baik sudah mencapai target SPM dan cenderung meningkat. Saat ini anak dengan status gizi buruk sampai dengan Desember 2014 ditemukan sebanyak 6 kasus dan yang mendapat perawatan sampai saat ini 6 orang. B. Upaya Kesehatan Terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari upaya-upaya kesehatan yang dilakukan oleh dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung beserta jajarannya. Hal ini bisa dilihat dari upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak, dari 18 indikator SPM yang disajikan sebagian indikator SPM sudah mencapai target yang ditetapkan. Begitupun dengan indikator SPM Program Perbaikan Gizi, Program Pelayanan Imunisasi, Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Perilaku Hidup Masyarakat dan/ataupun indikator kesehatan lingkungan cenderung meningkat. C. Sumber Daya Kesehatan Jumlah tenaga kesehatan di Kota Bandar Lampung secara umum sudah mencukupi walaupun ada beberapa jenis tenaga yang masih kurang. Namun perlu mendapatkan perhatian dari para pengambilan keputusan mengenai penyebaran tenaga kesehatan yang sampai saat ini tidak merata. Sarana kesehatan yang ada di Kota Bandar Lampung belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat, karena terkendala oleh Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
143
wilayah geografis. Sedangkan anggaran untuk pembangunan kesehatan di Kota Bandar Lampung pada tahun 2014 mencapai 10,35% dari total APBD. Pembiayaan untuk kesehatan yang ada masih mendapat dukungan dana dari Pemerintah Pusat yang digulirkan melalui program BOK dana Global Fund.
7.2 SARAN 1.)
Diperlukan
berkesinambungan
peningkatan antara
koordinasi
pengelola
dan
program
kerjasama
yang
dilingkungan
Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung dan sektor-sektor terkait dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas dan produktif . 2.)
Dalam
meningkatkan
Derajat
Kesehatan
masyarakat
maka
diperlukan (a) Perbaikan Sistem Pelayanan Kesehatan, (b) Peningkatan peran serta masyarakat, (c) Peningkatan kualitas dan kwantitas Sumber Daya Manusia serta (d) Peningkatan Dana yang berasal dari berbagai sumber. 3.) Program Pembangunan Kesehatan yang direncanakan dan yang akan dilaksanakan harusnya lebih inovatif dan mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan. 4) Program pembangunan kesehatan yang direncanakan dan yang akan dilaksanakan harus menggunakan strategi yang lebih tepat sasaran dan dapat diukur melalui indicator kesehatan.
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
144
Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung | 2014
145