Modul ke:
Erikson Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog.
Fakultas
PSIKOLOGI
Program Studi
PSIKOLOGI
Biografi
Evaluasi Teori
8 tahap psikososial
Daftar Pustaka
Biografi • •
•
Bernama lengkap Erik Homberger Erikson, lahir pada tahun 1902 didekat Frankurt, Jerman Erikson kecil bukanlah orang yang pandai. Meskipun bagus di pelajaran tertentu yaitu sejarah dan seni, namun ia tidak suka dengan atmosfer formal sekolah Pada saat pindah ke San Fransisco, Erikson memulai praktik klinisnya terhadap anak‐anak dan berpartisipasi didalam studi longitudinal Universitas California terhadap anak‐anak normal. Karya terpenting Erikson adalah Childhood and society (1950). Dalam buku ini ia memetakan delapan tahap kehidupan dan menunjukkan bagaimana tahap‐tahap ini bekerja dengan cara yang berbeda‐beda didalam budaya yang berbeda‐beda pula (Crain, 2007).
• •
•
Erikson memodifikasi dan mengembangkan teori Freud dengan menekankan pengaruh masyarakat terhadap perkembangan kepribadian Ia menentang pendapat Freud yang menyatakan bahwa pengalaman‐pengalaman masa kanak‐kanak awal membentuk kepribadian secara permanen. Erikson beranggapan bahwa perkembangan ego adalah sepanjang hidup Dalam teori Erikson, delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing‐masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang akan dihadapi (Papalia, 2008).
1. Basic trust vs mistrust (dari lahir sampai 12-18 bulan)
• Bayi mengembangkan kesadaran apakah dunia merupakan tempat yang baik dan aman. Kekuatan: harapan • Mistrust diperlukan untuk mendeteksi bahaya dan keadaan yang tidak menyenangkan serta untuk membedakan orang yang jujur dan tidak jujur • Jika mistrust berlebihan à frustrasi, menarik diri, curiga, kurang percaya diri. • Saat bayi menangis karena lapar, harus cepat diberi minum
Berhasil
Gagal
• Ibu sumber afeksi/kasih sayang • Ibu memenuhi kebutuhan anak • Ibu selalu ada saat dibutuhkan • Ibu sebagai figur dipercaya & diandalkan • Anak akan mengembangkan kepercayaan kepada orang lain & dirinya, serta belajar memperoleh & memberi
• Ibu menarik diri • Ibu tidak ada saat dibutuhkan • Ibu terlalu dini/mendadak menyapih/meninggalkan anak • Ibu membentak, memaki, memukul • Ibu menelantarkan anak • Anak mengembangkan ketakutan akan isolasi; kecemasan kehilangan ibu, kecemasan kebutuhan tidak terpenuhi, kecurigaan, ketidakpercayaan kepada diri dan lingkungan
2. Autonomy vs Shame and doubt (12-18 bulan sampai 3 tahun) •
• •
•
•
• •
Anak mengembangkan keseimbangan antara kemandirian serta kemampuan mencukupi kebutuhan diri dengan rasa malu dan ragu. Kekuatan: kehendak Secara fisik dan psikologis anak lebih mandiri Terdapat kerawanan baru Æ kecemasan bila berpisah dengan orang tua, kegagalan kontrol anal dan hilangnya self esteem bila mendapat kegagalan Shame & Doubt muncul bila basic trust tidak terbentuk, toilet training terlalu dini/keras atau keinginan anak dipatahkan oleh ortu. Anak menjumpai aturan‐aturan Æ tidak semua keinginan harus dipenuhi (misal: kapan boleh menonton TV) Anak belajar melepaskan diri dari orang tercinta Anak mengembangkan kesanggupan berdiri sendiri/otonomi
Sikap orangtua yang diharapkan
• Tegas tapi melindungi • Mendukung dan memberi kesempatan keinginan otonomi • Melindungi dari keraguan dan rasa salah
Berhasil
• Mengembangkan otonomi • Memandang diri sebagai pribadi yg terpisah dari orang tua tetapi masih bergantung
Gagal
• Mengembangkan rasa malu dan ragu • Merasa diri tidak mampu • Meragukan diri sendiri • Enggan belajar keterampilan dasar seperti berjalan dan bicara • Ingin menyembunyikan ketidakmampuannya
3. Initiative vs Guilt (3 tahun – 6 tahun) •
• •
•
•
Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba berbagai kegiatan baru dan tidak diliputi rasa bersalah. Kekuatan: tujuan Identifikasi dengan ortu yang berjenis kelamin sama Guilt disebabkan oleh conscience (kata hati) yang berlebihan Æ jadi kadang‐ kadang peraturan boleh dilanggar Masa eksplorasi lingkungan (menjelajah, memahami informasi melalui bahasa, pengembangan imajinasi) Mengembangkan pemahaman peran sesuai identitas seksual (identifikasi terhadap org tua)
Berhasil • Mengembangkan inisiatif • Kaya imajinasi • Memiliki keinginan untuk selalu menguji kenyataan • Meniru orang dewasa • Berusaha mendapat peranan (role)
Gagal • Mengembangkan rasa bersalah • Tidak ada spontanitas • Iri yang kekanak‐kanakan • Curiga • Mengindar/mengelak • Hambatan mendapat peranan (role)
4. Industry vs Inferiority (6 tahun – pubertas) •
• • • • • • • • •
Anak harus belajar berbagai keterampilan budaya atau menghadapi berbagai perasaan tidak mampu. Kekuatan: keterampilan Keinginan anak untuk masuk dunia pengetahuan dan pekerjaan Pengalaman keberhasilan menghasilkan sense of industry, perasaan kompeten dan menguasai Kegagalan menimbulkan perasaan tidak adekuat dan inferior Merupakan tahap yang lebih tenang Hobi mulai terbentuk Mengembangkan pengetahuan keterampilan Mengembangkan pengakuan lingkungan Mengembangkan upaya mencapai prestasi Orang tua diharapkan memberi dorongan dan penghargaan
Erikson juga yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak‐anak Æ Guru seharusnya secara lembut pati tegas memaksa anak‐ anak ke dalam pengembaraan untuk menemukan bahwa seseorang dapat belajar mencapai sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sendiri
Berhasil
Gagal
• Memiliki kemampuan sosial • Motivasi berkarya/berprestasi akademis • Melaksanakan tugas‐tugas nyata • Mengenal dunia perkakas • Memiliki identifikasi tugas • Menempatkan fantasi dan permainan pada perspektif yang lebih baik
• Menghindari persaingan • Tidak termotivasi berprestasi • Kebiasaan kerja buruk • Merasa tidak akan ada perubahan • Terlena arus pubertas • Merasa tidak berguna • Bersikap seperti budak
5. Identity vs Identity confusion (pubertas – dewasa muda) Remaja harus menentukan kediriannya sendiri (“siapakah saya?”) atau mengalami kebingungan mengenai berbagai peran. • Trust, autonomy, initiative dan industry memberi sumbangan pada identitas anak Æ dari orang yang memberi arti (misal: group band, tokoh2) • Tugas remaja adalah mengintegrasikan bermacam‐ macam identifikasi yang dibawa dari masa anak‐anak hingga memperoleh identitas yang lebih lengkap. • Identity diffusion muncul karena anak gagal mengintegrasikan identitas • Transisi dari masa anak ke masa dewasa • Perubahan fisik dan psikologis yang cepat • Pencarian identitas diri • Perlu dukungan dalam memenuhi tugas perkembangan. •
Berhasil • • • • • • •
Terbentuk identitas diri Memiliki sikap dan perspektif mantap tentang masa depan Memiliki keyakinan diri Berani mencoba peran Mau belajar sesuatu yang baru Mampu berperan sesuai identitas seksual Mampu membina hubungan heteroseksual
Gagal • • • • •
Memiliki kebimbangan peran Merasa tidak mampu melakukan suatu pekerjaan Kebimbangan peran sesuai identitas seks Kebimbangan otoritas Kebimbangan dlm hubungan heteroseksual
6. Intimacy vs Isolation (dewasa muda) •
•
•
•
•
Berusaha membuat komitmen dengan orang lain; jika tidak berhasil, bisa menderita keterasingan dan hanya tertarik pada diri dan kegiatannya sendiri. Kekuatan: cinta Intimasi (kedekatan) psikologis dengan orang lain dan diri sendiri dimungkinkan bila identitas terintegrasi dengan baik Remaja yang takut kehilangan dirinya karena kebersamaan dengan orang lain tidak dapat melebur identitasnya dengan orang lain Satu aspek dari intimasi adalah perasaan solidaritas “kami” dan mempertahankan terhadap “mereka” Jika usaha untuk intimasi gagal, seseorang akan mengasingkan diri. Hubungan sosial menjadi dingin dan hampa
Berhasil
Gagal
• Tumbuh rasa persatuan dan kasih sayang • Mampu berhubungan dengan orang lain • Mampu membina hubungan intim dengan lawan jenis. • Bercinta dan bekerja • Melakukan hubungan seksual dg pasangan
• Menghindari keakraban • Berganti‐ganti pasangan • Penyangkalan • Menyendiri • Menghindari hubungan intim dengan lawan jenis
7. Generativity vs Stagnation (dewasa tengah) •
•
• •
•
Orang dewasa yang matang peduli dengan kemapanan dan membimbing generasi berikutnya atau merasa lemah secara pribadi. Kekuatan: kepedulian Generativity Æ minat dalam mengembangkan dan membimbing generasi berikutnya melalu usaha pengasuhan anak atau usaha produktif dan kreatif Menyediakan mekanisme untuk kelanjutnan masyarakat dari generasi ke generasi. Kurangnya generativity diekspresikan dalam stagnasi, kebosanan, dan kurangnya pertumbuhan psikologis. Adanya kekhawatiran sebagai orang tua apakah harus menyediakan rumah bagi anak2nya, biaya perkawinan anak, dll
Gagal
Berhasil
• Mengembangkan kepuasan hidup • Melihat hidup sebagai suatu langkah maju yang berharga • Produktif dan kreatif bagi diri sendiri maupun orang lain • Memberi rasa bangga dan bahagia pada orang tua • Dewasa • Membangun dan membimbing generasi muda
• Menimbulkan stagnasi bahkan regresi • Egosentris • Tidak produktif • Belum‐belum sudah merasa tidak mampu • Cinta diri yang berlebihan • Pemiskinan pribadi • Mengasihani diri
8. Integrity vs Despair (dewasa akhir) •
•
•
Lansia mencapai penerimaan hidupnya sendiri, membuatnya dapat menerima kematian, atau putus asa atas ketidakmampuannya dalam menghidupkan kembali kehidupan. Kekuatan: Kebijaksanaan Integrity Æ penerimaan terhadap keterbatasan hidup, perasaan menjadi bagian dari sejarah yang melibatkan generasi sebelumnya, perasaan memiliki kearifan karena usianya, dan integrasi dari semua tahapan sebelumnya. Despair Æ penyesalan apa yang sudah atau tidak dilakukan dalam hidupnya, ketakutan akan datangnya kematian, dan perasaan jijik dengan diri sendiri
• • • • • •
Berhasil
Gagal
Memiliki Integritas Rasa berarti dalam hidup Bahagia Toleransi yang mendalam Menumbuhkan kebijaksanaan Menghargai kontinuitas masa lampau, sekarang dan yang akan datang
Rasa tidak berarti dalam hidup Merasa putus asa Menyesali diri Muak dan tidak dapat menerima kehidupannya Kehilangan kepercayaan pada diri sendiri maupun org lain Menginginkan kesempatan untuk mengulangi kembali hidup Takut kematian Tidak memiliki rasa spiritual
• • • • • • • •
Evaluasi Teori • Kelebihan: Teori Erikson lebih kuat dibandingkan teori Freud, terutama penekanannya pada pentingnya pengaruh sosial dan budaya serta pada perkembangan diluar remaja • Kekurangan: Beberapa konsep Erikson, sama halnya juga dengan konsep dari Freud, tidak dapat diuji secara empiris
Daftar Pustaka • Crain, William. (2007). Teori perkembangan: Konsep dan aplikasi – Edisi ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. • Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditomo, S.R. (2002). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. • Papalia, D.E., Old, S.W., Feldman, R.D. (2008). Human development 9th ed. Jakarta: Kencana • Santrock, J.W. (2002). Life‐span development 5h ed. Jakarta: Erlangga
Terima Kasih Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog.