1
EFEKTIVITAS SL-PTT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 SL-PTT EFFECTIVENESS OF IMPROVED AND RICE FARMERS IN DISTRICT REVENUE CIAMPEA , KABUPATEN BOGOR YEAR 2014 Azhar, Elih Juhdi Muslihat, dan Hj Kusmiyati Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor
Abstrak Salahsatu upaya Kementerian Pertanian dalam mencapai swasembada pangan berkelanjutan adalah dengan melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) bagi komoditas pangan utama seperti Padi, Jagung dan Kedelai. Kegiatan SL-PTT dilaksanakan diberbagai daerah, termasuk di Kabupaten Bogor. Kabupaten yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat ini memiliki luas lahan sebesar 304.472 ha, terdiri dari lahan sawah 47.760,2 ha dan lahan darat seluas 256.711,8 ha. Mengingat potensi lahan yang besar ini maka tidak heran jika semua kecamatan di Kabupaten ini telah melaksanakan kegiatan SL-PTT terutama untuk komoditas padi, termasuk di kecamatan Ciampea. Dengan memperkenalkan inovasi teknologi secara spesifik, efisien dan seimbang serta ramah lingkungan diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan mengurangi biaya. Penggunaan atau pelaksanaan SL-PTT di Bogor, Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani relatif lebih tinggi daripada pendapatan usahatani padi dalam metode konvensional. Pendekatan SL-PTT layak untuk dikembangkan, karena terbukti secara teknis lebih efisien dan secara ekonomi relatif lebih menguntungkan. Hasil
Analisa Usahatani padi sawah dalam luasan 1 ha per periode adalah sebagai berikut: Biaya tetap Rp. 3.450.000,-; Biaya Variabel Rp. 5.535.000 (total biaya Rp. 8.985.000); Sedangkan penerimaan (gabah kering giling) 6.400 kg x Rp. 3.600 = Rp. 23.040.000. Sehingga pendapatan (keuntungan) SL PTT per periode adalah Rp. 14,055,000, dengan R/C Rationya adalah 1,64. Dan nilai (1,64) artinya setiap total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali usaha budidaya padi sawah akan menghasilkan keuntungan sebesar 0,64. Berdasarkan hal ini maka usaha tani padi sawah dinyatakan relatif cukup menguntungkan. Kata Kunci : SL-PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu), Padi Sawah, Kemampuan, dan Pendapatan Abstract One of the efforts of the Ministry of Agriculture in achieving sustainable food security is to implement activities Integrated Crop Management Field School (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)) for major food commodities such as rice, soybeans and this Rice. Activities are conducted in various areas, Including in Bogor, West Java. Kabupaten with an area of 3044.72 km2 has an area of 304 472 ha of agricultural land, consisting of 7760.2 ha of wetland and terrestrial land area of 256,711.8 ha. Given
2
the potential of this great land it is no wonder if all the districts in this district has implemented SLPTT activities especially for paddy, including in the district Ciampea. By introducing a specific technological innovation, efficient and balanced fertilization and environmentally friendly are expected to provide an opportunity for farmers to improve farm productivity by reducing costs. The use or implementation of SL-PTT in Bogor, West Java Province hopefully can improve productivity and farm income is relatively higher than the income of rice farming in the conventional method. SL-PTT approach to rice farming is technically and economically feasible to be developed, because the farming elsewhere proved to be technically more efficient and relatively more economically profitable. Results Analysis of paddy farming in the area of 1 ha per period are as follows : Fixed costs Rp . 3.450.000 , - ; Variable costs Rp . 5.535 million ( total cost of Rp . 8.985 million ) ; While admission ( milled rice ) 6,400 kg x Rp . 3600 = Rp . 23,040,000 . So that income ( profit ) SL PTT per period is Rp . 14,055,000 , with R / C ratio is 1.64 . And the value ( 1.64 ) means that each total cost incurred for one-time cultivation of paddy will generate a gain of 0.64 . Based on this, the paddy field farm otherwise relatively favorable
Key words: Integrated Crop Manajement Field School, Rice, ability, and Revenue.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan salah satu persoalan yang tengah dihadapi oleh hampir semua negara di dunia saat ini. Sehingga wajar jika persoalan ini tidak hanya menjadi isu dalam negeri suatu negara, tapi telah menjadi isu global. Persoalan ini juga tidak hanya dihadapi oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, tapi juga dihadapi oleh negara-negara berkembang. Bila negara maju mampu mendikte negara berkembang dalam berbagai forum pertemuan seperti Asia Pacific of Economic Country atau pertemuan bilateral dan multilateral lainnya, maka negara berkembang relatif harus berjuang sendiri menghadapi persoalan ini demi menjaga kestabilan politik dalam negerinya, karena persoalan pangan di negara-negara berkembang sejatinya tidak hanya menjadi persoalan individu dan sosial tapi dapat melebar menjadi persoalan politik yang besar.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang juga menghadapi persoalan ini, bahkan lebih kompleks. Kondisi iklim yang tidak menentu, adanya alih fungsi lahan, penguasaan lahan oleh asing, infrastruktur yang buruk, distribusi sarana produksi pertanian yang masih bermasalah, koordinasi antar lembaga yang kurang, persoalan kualitas aparatur dan masih rendahnya kemampuan mayoritas petani dalam memproduksi tanaman pangan menjadi persoalan klasik yang sulit diselesaikan. Alih-alih mencapai surplus beras, untuk mencapai swasembada pangan saja butuh energi dan anggaran yang tidak sedikit jumlahnya. Selanjutnya, Kementerian Pertanian sebagai satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap pemenuhan pangan penduduk Indonesia telah menetapkan berbagai kebijakan dan strategi baik melalui penetapan visi, misi, maupun rencana kerja operasional. Salahsatu upaya Kementerian Pertanian dalam mencapai swasembada pangan berkelanjutan adalah dengan melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang
3
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) bagi komoditas pangan utama seperti Padi, Jagung dan Kedelai. Kegiatan SL-PTT dilaksanakan diberbagai daerah, termasuk di Kabupaten Bogor. Kabupaten yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat ini memiliki luas lahan sebesar 304.472 ha, terdiri dari lahan sawah 47.760,2 ha dan lahan darat seluas 256.711,8 ha. Mengingat potensi lahan yang besar ini maka tidak heran jika semua kecamatan di Kabupaten ini telah melaksanakan kegiatan SL-PTT terutama untuk komoditas padi, termasuk di kecamatan Ciampea. Kecamatan Ciampea memiliki luas wilayah sebesar 4,134 ha dan secara administratif kecamatan ini terbagi ke dalam tiga belas desa. Salah satu kendala yang dihadapi dalam peningkatan produksi padi melalui kegiatan SL-PTT padi sawah di Kecamatan ini adalah rendahnya kemampuan petani dalam melaksanakan budidaya padi sesuai dengan prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sehingga target peningkatan produksi padi belum sepenuhnya tercapai dan secara teknis tingkat penerapan teknologi pertaniannya rata-rata baru mencapai<50%. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian yang akan di laksanakan di kecamatan ini mengambil judul Efektivitas SL-PTT Padi Sawah dalam Meningkatkan Kemampuan dan Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Sejauh mana efektivitas SL-PTT dalam meningkatkan kemampuan petani?
2. Kemampuan dan pendapatan yang mana dari petani penerima program SL-PTT yang perlu ditingkatkan? C. Tujuan Tujuan dilaksanakannya Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sejauhmana efektivitas Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) 2. Mengetahui kemampuan dan pendapatan petani penerima program SL-PTT yang perlu ditingkatkan D. Manfaat Manfaat yang bisa diambil setelah kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti a. Melatih Peneliti bermasyarakat dengan kondisi sosio-kultur masyarakat yang beragam. b. Mengetahui permasalahan terkait dengan berbagai program pertanian yang dihadapi oleh petani serta upaya pemecahannya 2. Bagi Pemerintah Daerah a. Mengetahui efektivitas program pemerintah di bidang pertanian terutama kegiatan SL-PTT terhadap peningkatan kemampuan petani di wilayah tersebut b. Menentukan langkah dan kebijakan selanjutnya sebagai upaya peningkatan kemampuan petani serta pemenuhan terhadap target-target pembangunan pertanian yang telah ditetapkan baik dalam Rencana Strategis Daerah, maupun Rencana Strategis Dinas Pertanian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas 1. Pengertian
4
Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif (Ravianto, 1986). Kemudian Siagian (1997) mengemukakan bahwa efektivitas adalah “pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar diterapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya”. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas sebagai suatu kegiatan yang tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan dalam implementasi suatu kegiatan tertentu. Pengertian lain menyatakan bahwa efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Robbins, 2001). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan kondisi dimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan dengan menggunakan berbagai sumberdaya dan kemampuan secara tepat. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Menurut Richard M Steers (1993) terdapat empat faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu organisasi, yaitu: a. Karakteristik Organisasi b. Karakteristik Lingkungan
c. Karakteristik Pekerja d. Karakteristik Manajemen B. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) 1. Definisi, Tujuan dan Azas SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar-mengajarnya dilakukan di lapangan. Hamparan sawah milik petani peserta program penerapan PTT disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparan sawah tempat praktek sekolah lapang disebut Laboratorium Lapang (LL). Sekolah lapang seolah-olah menjadikan petani peserta sebagai murid dan pemandu lapang (PL I atau PLII) sebagai guru. Namun pada sekolah lapang tidak dibedakan antara guru dengan murid, karena aspek kekeluargaan lebih diutamakan, sehingga antara guru dan murid saling memberi pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman (Panduan Pelaksanaan SL-PTT) (Deptan, 2008). Adapun Tujuan dari SL-PTT menurut Panduan Pelaksanaan SL-PTT Deptan (2008) adalah mempercepat alih teknologi dari peneliti ke petani melalui penyuluh yang telah menerima pelatihan SL-PTT yang disebut Pemandu Lapang, dimana Pemandu Lapang I (PL I) adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Penggangu Tanaman, dan Pengawas Benih Tanaman di tingkat provinsi dan PL II adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman, dan Pengawas Benih Tanaman di tingkat Kabupaten. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta kemudian berlangsung difusi alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SLPTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT yang dikembangkan.
5
Selanjutnya beberapa azas SLPTT yang perlu dipahami oleh pemandu dan petani peserta SL-PTT adalah sebagai berikut: a. Sawah Sebagai Sarana Belajar b. Belajar Lewat Pengalaman dan Penemuan Sendiri c. Penelitian Agroekosistem Sawah d. Metode Belajar Praktis e. Kurikulum Berdasarkan Keterampilan yang dibutuhkan 2. Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTT hendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan orang dewasa berdasarkan pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikan yang akan diberikan dalam SL-PTT mencakup aspek yang diperlukan oleh kelompok tani di wilayah pengembangan PTT. Dalam kaitan itu, tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian: a. Aspek Teknologi (Keterampilan dan Pengetahuan) b. Aspek Hubungan Antar Petani (Interaksi dan Komunikasi) c. Aspek Pengelolaan (Manajer di Lahan Usahatani Sendiri) 3. Komponen Teknologi Unggulan SLPTT Menurut Pedoman Umum, SL-PTT 2008, komponen-komponen teknologi unggulan PTT padi adalah sebagai berikut: a. Penggunaan varietas unggul baru (VUB) berlabel yang berdaya hasil tinggi dan bernilai ekonomi tinggi. b. Pemupukan berimbang dengan penggunaan pupuk secara berimbang dan sesuai kebutuhan tanaman spesifik lokasi. c. Penggunaan pupuk organik berupa kompos dan pupuk kandang sebagai penyedia hara dan pembenah tanah. d. Penggunaan alat dan mesin (alsin)
berupa alat pra panen dan pascapanen untuk menekan kerusakan hasil. e. Pengairan dan pompanisasi dengan pemanfaatan air irigasi, air hujan, embung, sumur pantek, dan sumber air permukaan (sungai, danau, sumurbuatan). f. Penggunaan benih bermutu dengan varietas unggul akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik. Benih bermutu yang dianjurkan adalah benih bersertifikat dan benih vigor tinggi, karena: 1). Benih bermutu, menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak. 2). Benih yang baik, menghasikan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam. 3). Ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan tegar. 4). Dari benih yang baik akan diperoleh hasil yang tinggi (BPTP Jawa Tengah, 2009). g. Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi. Salahsatu sistem penanaman padi yang dianjurkan adalah penanaman dengan sistem jajar legowo. Prinsip sistem tanam jajar legowo adalah menghilangkan 1 baris dan disisipkan ke dalam barisan sebelahnya (kanan) serta menambahkan tanaman di sela-sela barisan sebelahnya (kiri). Keuntungan tanam sistem jajar legowo antara lain: 1) Lebih banyak barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi
6
hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir). 2) Pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah. 3) Menyediakan ruang kosong untuk penyediaan air, pengumpul keongmas atau untuk mina padi. 4) Penggunaan pupuk lebih berdayaguna. h. Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi. i. Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah j. Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan serangan OPT tanaman. k. Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal 4. Mekanisme Pelaksanaan SLPTT Secara garis besar, pelaksanaan kegiatan SL-PTT terbagi dalam empat tahap yaitu kegiatan persiapan, pelaksanaan, pengorganisasian dan evaluasi. Kegiatan persiapan meliputi pemilihan hamparan lahan sawah seluas 25 ha, pemilihan petani peserta, tempat dan areal laboratorium lapang untuk proses belajar mengajar seluas 1 ha, bahan dan alat belajar, materi dan waktu belajar. Kegiatan persiapan ini dibahas dalam pertemuan tingkat desa/kecamatan dan ditingkat kelompok tani. Pertemuan ditingkat desa dan kecamatan diperlukan untuk memperoleh dukungan dari aparat desa dan pejabat kecamatan dalam hal penentuan lokasi, jumlah, dan nama calon peserta. Pada pertemuan ini juga ditentukan wilayah
pertemuan di tingkat kelompok tani. Sedangkan untuk pertemuan di tingkat kelompok tani, merupakan upaya dalam inventarisasi kelompok tani, nama dan luas garapan masing-masingpetani di kawasan SL-PTT seluas 25 ha. Dalam pertemuan ini dibicarakan waktu pelaksanaan SL-PTT, kegiatan mingguan, lokasi laboratorium lapang, tempat belajar, materi pelajaran dan PRA. Kemudian setelah tahap persiapan selesai maka dilanjutkan ke tahap pelaksanaan, ditahap ini, meliputi penentuan waktu belajar, pengamatan agroekosistem, pengamatan pada petak laboratorium lapang, menggambar keadaan agroekosistem, melakukan diskusi kelompok dan pleno, pembahasan topik khusus, dinamika kelompok, studi kasus, kegiatan praktek petani di lahan sekolah lapang, dan mengadakan temu lapang petani. Sementara itu, untuk kegiatan lainnya adalah pengorganisasian kegiatan SL-PTT, dimana setiap desa SL-PTT akan dipandu oleh pemandu lapang dengan peserta pelatihan adalah petani dalam kawasan 25 ha. Petani dibagi ke dalam beberapa sub kelompok tani yang jumlahnya sekitar 20-30 orang per sub kelompok. Dari 25 ha lahan SL-PTT 24 ha diantaranya dikelola oleh sub kelompok tani dan sisanya 1 ha untuk laboratorium lapang dikelola oleh pemandu lapang atau petugas PL II dari Dinas Pertanian, Balai Penyuluhan Pertanian, dan atau Balai Pengembangan penelitian Teknologi Pertanian setempat. Selanjutnya, kegiatan yang dilakukan sesuai dengan mekanisme pelaksanaan SL-PTT adalah evaluasi dan pelaporan. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi terhadap petani dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kehadiran petani, aktivitas, dan pemahaman peserta terhadap materi yang dipelajari, serta tingkat implementasinya di lahan sekolah lapang. Evaluasi yang
7
dilakukan melalui pengamatan, wawancara langsung, pengisian matrik penanda adopsi teknologi, dan matrik kualitas SL-PTT. Terakhir adalah laporan pelaksanaan SL-PTT dimana PL II membuat laporan kegiatan mingguan dan laporan akhir musim. Laporan berisikan data dan informasi tentang analisis agroekosistem mingguan, produktivitas, peningkatan produksi dan masalah yang terkait dengan SL-PTT. Laporan tersebut disampaikan oleh PL II kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada PL I. Laporan diteruskan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi dengan tembusan kepada Kepala BPTP setempat. Dari Dinas Provinsi laporan diteruskan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementrian Pertanian. C.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir dimaksudkan untuk memperjelas batasan suatu penelitian dan menjadi dasar untuk menentukan metode analisis yang akan digunakan. Penelitian Efektivitas SL-PTT dalam Meningkatkan Kemampuan dan Pendapatan Petani ini memiliki kerangka pikir sebagai berikut: Kemampuan Petani (X) X1. Penggunaan Benih Unggul X2. Penanaman X3. Pemupukan Berimbang X4. Perlindungan Tanaman X5. Penanganan Panen
Efektivitas SL-PTT (Y)
Variabel dengan Efektivitas Terendah
Kemampuan dan Pendapatan Petani Meningkat
Kegiatan Penyuluhan
Gambar 1. Kerangka Pikir Sistem Penelitian SLPTT di Kecamatan Ciampea, Kab. Bogor.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Penelitian Efektivitas SL-PTT 1. Waktu dan Tempat Berdasarkan Proposal, pelaksanaan kegiatan penelitian efektivitas SL-PTT dijadwalkan pada tanggal 1 Maret 2014 sampai dengan 31 Juli 2014 di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. 2. Sasaran Sasaran dalam pelaksanaan penelitian ini adalah anggota kelompok tani yang telah melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah, kelompok tani yang akan dijadikan responden adalah Kelompok Tani Harapan Mekar, Sinar Harapan dan Cahaya Makmur. 3. Penentuan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dimana kriteria sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti. Dalam penelitian ini, sampel yang dipilih merupakan kelompok tani yang telah melaksanakan kegiatan SLPTT Padi Sawah, Pengurus kelompok dan petani yang aktif, serta bersedia untuk menjadi responden dan mendapat rekomendasi dari Balai Penyuluhan Kecamatan. Mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka kelompok tani yang dijadikan sampel sebanyak tiga kelompok tani dari dua desa di Kecamatan Ciampea yaitu Desa Ciampea Udik dan Desa Cihideung Hilir. Kemudian jumlah responden per kelompoknya sebanyak 10 orang, sehingga jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 30 orang.
8
4. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari sumbernya yaitu responden. Adapun pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara dengan instrumen berupa kuesioner terstruktur. Kemudian responden tinggal memilih salahsatu jawaban yang sesuai dengan fakta. Sedangkan data sekunder atau data yang telah diolah diperoleh dari Kantor Desa, Kantor Kecamatan, dan Dinas/Instansi, UPTD Pertanian Ciampea, serta Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Ciampea. Selain itu, data sekunder yang lain juga didapatkan dari hasil observasi lapangan 5. Variabel dan Indikator Variabel dan Indikator yang digunakan dalam penelitian Efektivitas Tabel 1. Variabel dan Indikator No Variabel 1 Penggunaan Benih Unggul (X1)
2 Penanaman serempak dan sesuai populasi(X2)
3 Pemupukan Berimbang (X3)
4 Perlindungan Tanaman (X4)
5 Penanganan Panen dan Pasca Panen (X5)
SL-PTT dalam Meningkatkan Kemampuan Petani ini diambil berdasarkan komponen teknologi pengelolaan tanaman (PTT) yang biasa disampaikan dalam Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu. Komponen yang diambil untuk dijadikan variabel dan selanjutnya diuji adalah penggunaan benih unggul, penanaman serempak dan sesuai populasi, pemupukan berimbang sesuai kebutuhan tanaman, perlindungan tanaman serta panen dan pasca panen. Kegiatan penelitian ini memang terbatas pada lima komponen PTT tersebut meskipun masih ada komponenkomponen PTT lainnya, dengan pertimbangan bahwa waktu tenaga dan biaya tidak mumpuni jika semua komponen PTT tersebut dijadikan variabel untuk diuji atau dianalisis. Secara rinci tabel variabel dan indikator dapat dilihat pada Tabel 1. Indikator a. b. c. d. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c.
Varietas Mutu Benih Seleksi Benih Kelas Benih Jumlah Bibit Sistem Tanam Umur Bibit Jarak Tanam Tanam Serempak Jenis Pupuk Waktu Memupuk Dosis Pupuk Cara Pemupukan Tempat Memupuk Sistem Pengamatan Cara Pengendalian Dosis Pestisida Penggunaan Pestisida Penerapan Kultur Teknis Kerjasama Anggota Penggunaan Alat Panen Fase Kematangan
9
d. Proses Pengeringan e. Metode Penyimpanan 6. Uji Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas menggunakan uji alpha Cronbach yang diukur berdasarkan skala 0 (nol) sampai 1 (satu). Kemudian jika skala itu dikelompokan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut: a. Nilai alpha Cronbach 0,00 s. d. 0,20, berarti kurang reliabel b. Nilai alpha Cronbach 0,21 s. d. 0,40, berarti agak reliabel c. Nilai alpha Cronbach 0,42 s. d. 0,60, berarti cukup reliabel d. Nilai alpha Cronbach 0,61 s. d. 0,80, berarti reliabel e. Nilai alpha Cronbach 0,81 s. d. 1,00, berarti sangat reliabel Hasil uji Reliablitas dari kuesioner yang akan diberikan kepada responden target adalah 0,72 dengan demikian kuesioner yang disiapkan termasuk reliabel dan siap digunakan. 7. Analisis dan Interpretasi Data Analisis dan interpretasi data dilaksanakan setelah data primer dan sekunder berhasil dikumpulkan, data yang diolah adalah data primer, Tabel 2. Interval Koefisien (Sugiyono, 2011) No Variabel Sangat Rendah 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi 4 Sangat Tinggi 5 Analisis lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis efektivitas dan uji statistik Konkordansi Kendall’ W menggunakan SPSS 18. Tabel 3. Tabel Efektivitas SL-PTT No 1 2 3 4
Variabel Penggunaan Benih Unggul Penanaman Serempak Pemupukan Berimbang Perlindungan Tanaman
Efektivitas (%) 89.40 85.60 86.80 60.80
sementara data sekunder hanya menjadi pembanding. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner pada kelompok tani yang telah dipilih tersebut selanjutnya ditabulasi dalam Microsoft Excel. Kemudia dilakukan Scoring atau pemberian kode tertentu berdasarkan skala pengujian yang ditetapkan. Skala pengujian dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, sehingga jumlah alternatif jawaban masing-masing pertanyaan sebanyak 5 buah. Pemberian skor terhadap masing-masing alternatif jawaban tersebut adalah: a. Tidak Setuju (1) b. Kurang Setuju (2) c. Ragu-ragu (3) d. Setuju (4) e. Sangat Setuju (5) Setelah proses scoring selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap data yang telah di beri skor tersebut. Pisau analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan interval yang digunakan untuk menentukan apakah variabel tersebut layak untuk dilakukan kegiatan penyuluhan seperti pada tabel 2. Interval 1 – 1,7 1,8 – 2,5 2,6 – 3,3 3,4 – 4,1 4,2 - 5 5
Panen dan Pasca Panen Rerata
67.20 77.96
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki tingkat efektivitas tertinggi adalah pada penggunaan benih unggul 89,40%, sedangkan pada efektivitas terendah ada pada penanganan hama penyakit secara
10
Terpadu, serta panen dan pasca panen sebesar 60,80% dan 67,20%. . Penggunaan benih unggul telah disadari sangat penting oleh petani karena dianggap berpengaruh pada peningkatan produksi dan kualitas beras yang dihasilkan, selain itu benih unggul padi hingga saat ini masih mendapat subsidi pemerintah sehingga kemampuan petani dalam mengadakannya relatif mudah dan murah. Sedangkan untuk penanganan hama dan penyakit, petani masih berpegang pada penggunaan pestisida sebagai satu-satunya solusi yang efektif, sehingga kegiatan pengamatan, penanganan dengan cara lain seperti penggunaan agensia hayati, atau pestisida nabati masih kurang dan perlu upaya sosialisasi yang lebih intensif, baik oleh Penyuluh Pertanian setempat atau dengan kegiatan yang didanai dari anggaran pemerintah seperti program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT). Kemudian untuk kegiatan panen dan pasca panen secara garis besar kendalanya adalah pada tidak adanya alat panen yang efektif, sehingga tingkat kehilangan panen masih tinggi. B. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan penyuluhan dilaksanakan setelah mengetahui variabel dan indikator terlemah terhadap efektivitas SL-PTT dalam meningkatkan kemampuan petani. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan dengan dua pendekatan yakni pendekatan Individu dan Kelompok. Untuk lebih jelasnya penyajian data hasil penelitian terhadap efektivitas SL-PTT dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 2. Grafik Efektivitas SL-PTT
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penyuluhan terhadap kelompok tani dilaksanakan pada tanggal 1 April sampai dengan 30 April 2014, bertempat di Desa Cihideung Hilir dan Ciampea Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kegiatan tersebut diawali dengan persiapan dan koordinasi dengan petani dan penyuluh setelah itu dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasinya. 2. Sasaran Penyuluhan Sasaran pemberdayaan adalah kelompok tani penerima SL-PTT di Desa Ciampea Udik, Cihideung Hilir dan Cihideung Udik yakni Kelompok Tani Kertaraharja, Sumber Harapan dan Sumber Tani. 3. Materi Penyuluhan Materi penyuluhan yang diberikan kepada anggota dan kelompok tani sasaran merupakan materi yang terlemah efektivitasnya dalam meningkatkan kemampuan petani berdasarkan analisis deskriptif, maupun uji mean rank Kendall’ W. Selanjutnya dalam penyampaian materi disesuaikan dengan keadaan saat itu, karakteristik petani, dan budaya serta kebiasaan setempat. Hal ini dimaksudkan agar petani memberikan akseptansi yang baik kepada pemateri (yang menyampaikan penyuluhan). 4. Evaluasi Kegiatan Evalausi yang dilakukan adalah pretest dan post test yang diberikan
11
kepada petani sebelum dan sesudah penyampaian materi penyuluhan. Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pengetahuan pada kegiatan penyuluhan tersebut adalah sebagai berikut: a. Sangat Baik : 85-100 b. Baik : 69-84 c. Cukup : 51-68 d. Kurang : < 50 Cara menghitungnya menggunakan Rumus:
Keterangan:
N1 = Nilai total test awal N2 = Nilai total tets akhir
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Keadaan Wilayah 1. Keadaan Umum a. Letak wilayah Binaan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibungbulang merupakan salah satu BP3K yang berada disebelah Barat Kabupaten Bogor, jarak menuju ibu kota kabupaten sekitar 35 km.
b. Luas Wilayah Binaan Wilayah binaan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibungbulang meliputi 4 Kecamatan 50 Desa dengan potensi : 16.385 ha terdiri dari lahan sawah 8.313 ha, lahan darat 8.072 ha. Adapun jumlah penduduk 477.069 orang meliputi laki-laki 243.324 orang, perempuan 233.743 orang dengan jumlah Kepala Keluarga 123.117. c. Batas Wilayah binaan Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan (BP3K) wilayah Cibungbulang berbatasan dengan beberapa Kecamatan antara lain : Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Leuwiliang Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Dramaga Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Ranca Bungur Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Sukabumi Kedudukan Kantor BP3K Wilayah Cibungbulang Berlokasi di Jalan Raya Dasuki Bakri Km 2, Desa Cibatok II, Kecamatan Cibungbulang kabupaten Bogor, Telephon (0251) 647319 dan dibangun diatas tanah seluas + 1,460 ha.
Tabel 4. Deskripsi Umum Wilayah No
Kecamatan
Jumlah Desa
Keterangan
1.
Cibungbulang
15
-
2.
Pamijahan
15
-
3.
Ciampea
13
-
4
Tenjolaya
7
-
50
-
Jumlah
Sumber : Data Kantor Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan, Ciampea dan Tenjolaya, Tahun 2014
12
Menyuluh, dan menyiapkan instrument evaluasi. Materi penyuluhan yang diberikan adalah materi yang sesuai dengan hasil analisa efektivitas dan uji Kendall’ W, yaitu tentang pengendalian hama Terpadu pada tanaman padi. Materi ini sebenarnya sangat tepat dengan kondisi petani di lapangan dimana tanaman mereka tengah diserang oleh hama Wereng Batang Coklat (WBC) dalam luasan yang besar. Media yang disiapkan untuk kegiatan penyuluhan adalah, Power Point, Kertas Karton, Spidol, Folder Penyuluhan, Video dan lain-lain. 2. Pelaksanaan Penyuluhan Setelah kegiatan persiapan penyuluhan diselesaikan kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan penyuluhan. Secara rinci kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan seperti pada Tabel 5.
B.
Kegiatan Penyuluhan Setelah diketahui komponen SLPTT apa yang harus di tingkatkan kemampuannya, melalui analisis efektivitas dan uji Kendall W maka tindakan selanjutnya adalah melakukan kegiatan penyuluhan atau pemberdayaan kepada petani. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 1 sampai dengan 30 April 2014, dan dilaksanakan di tiga kelompok tani responden di Desa Cihideung Hilir dan Desa Ciampea Udik. 1.
Persiapan Penyuluhan Kegiatan persiapan meliputi menentukan waktu penyuluhan, menawarkan kontrak belajar dengan petani, koordinasi dengan penyuluh pendamping, penyusunan materi penyuluhan, menentukan dan menyusun media penyuluhan yang akan diberikan, menyiapkan Lembar Persiapan
Tabel 5 Jadwal Pelaksanaan Penyuluhan No
Tanggal
Sasaran
Metode
Materi
1
04-04-2014
Kelompok Tani Sinar Petir
Ceramah, Diskusi dan Demonstrasi Hasil Pembuatan Agensia Hayati
Pre test, dan Pengendalian Hama Terpadu (Pengenalan)
2
07-04-2014
Kelompok Tani Harapan Mekar
Ceramah dan Diskusi
Pre Test, Pengendalian Hama Terpadu (Pengenalan)
3
11-04-2014
Kelompok Sinar Petir
Ceramah dan Diskusi,
PHT Lanjutan dan Post test
4
15-04-2014
Mugi Asih
Ceramah, Diskusi
5
20-04-2014
Harapan Mekar
Ceramah Diskusi
Pre testdan Pengendalian Hama Terpadu (Pengenalan) PHT Lanjutan dan Post test
6
28-04-2014
Mugi Asih
Ceramah Diskusi
3.
Evaluasi Keberhasilan Belajar Kegiatan evaluasi penyuluhan dimaksudkan untuk mengetahu sejauhmana perubahan perilaku petani setelah mendapatkan materi penyuluhan. Evaluasi yang dilakukan adalah dengan Tabel 6. Hasil Pre dan Post Test No Nama Kelompok Sinar Petir 1
PHT Lanjutan dan Post test,
memberikan pertanyaan yang sama antara sebelum dan sesudah penyuluhan. Bentuk pertanyaannya adalah pilihan ganda sederhana. Hasil rerata pre dan posttest dari masing-masing kelompok adalah pada Tabel 6. Pre test 64
Post test 82
13
Harapan Mekar Mugi Asuh Setelah diketahi nilai rerata Pre dan Post Test dari masing-masing kelompok, selanjutnya dilakukan analisas keberhasilan penyuluhan. Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan penyuluhan adalah sebagai berikut: a. Sangat Baik : 85-100 b. Baik : 69-84 Tabel 7 Tingkat Keberhasilan Penyuluhan No Nama Kelompok Sinar Petir 1 Harapan Mekar 2 Mugi Asih 3 2 3
Hasil evaluasi menunjukan bahwa tingkat keberhasilan tertinggi dalam kegiatan penyuluhan terdapat pada kelompok tani Sinar Petir yakni 78,04. Tingginya nilai rata-rata evaluasi belajar di kelompok tani Sinar Petir diakibatkan karena suasana belajar tercipta dengan baik, terutama adanya tambahan metode demonstrasi hasil pembuatan Corinus Bacteria, serta petani lebih antusias dalam memperhatikan penyampaian materi. Sedangkan nilai terendah ada pada pada kelompok tani Mugi Asih sebesar 73,49 yang tidak berbeda jauh dengan kelompok tani Harapan Mekar sebesar 74,07. Faktor lain yang menyebabkan nilai rata-rata petani berada pada tingkat keberhasilan 73,49, 74,07 dan 78,04 adalah adanya peran serta penyuluh lapangan setempat dalam membantu petani memberikan pemahaman terhadap pertanyaan yang diberikan dalam soal pre dan post test, serta adanya pengalaman petani dalam melaksanakan budidaya sesuai dengan pola PTT. Kombinasi antara pemahaman terhadap pertanyaan dan pengalaman petani di lapangan disinyalir menjadi faktor tingginya nilai evaluasi tersebut.
60 61 Cukup Kurang Dengan
81 83 c. : 51-68 d. : < 50 menggunakan rumus: dimana N1 adalah nilai rerata pre test dan N2 adalah nilai rerata post test maka tingkat keberhasilannya seperti pada Tabel 7
Tingkat Keberhasilan 78,04 74,07 73,49 Hasil Analisa Usahatani padi sawah dalam luasan 1 ha per periode adalah sebagai berikut: Biaya tetap Rp. 3.450.000,-; Biaya Variabel Rp. 5.535.000 (total biaya Rp. 8.985.000); Sedangkan penerimaan (gabah kering giling) 6.400 kg x Rp. 3.600 = Rp. 23.040.000. Sehingga pendapatan (keuntungan) SL PTT per periode adalah Rp. 14,055,000, dengan R/C Rationya adalah 1,64. Dan nilai (1,64) artinya setiap total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali usaha budidaya padi sawah akan menghasilkan keuntungan sebesar 0,64. Berdasarkan hal ini maka usaha tani padi sawah dinyatakan relatif cukup menguntungkan.
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setelah dilakukan analisa baik dengan uji efektivitas secara deskriptif dan uji bahan materi penyuluhan, maka dapat disimpulkan bahwa: a) Kegiatan SL-PTT Efektif meningkatkan kemampuan petani berdasarkan kelima variabel penelitian sebesar 77,96% b) Keuntungan atau pendapatan bersih dari analisa usaha padi sawah model
14
SL PTT per periode adalah Rp. 14,055,000, dengan R/C Rationya adalah 1,64. Dan nilai (1,64) artinya setiap total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali usaha budidaya padi sawah akan menghasilkan keuntungan sebesar 0,64. Berdasarkan hal ini maka usaha tani padi sawah dinyatakan cukup menguntungkan.
B. Saran Setelah melaksanakan penelitian dan pemberdayaan melalui kegiatan penyuluhan maka terdapat beberapa saran yang bisa diberikan terkait dengan kegiatan SL-PTT diantaranya adalah: Secara umum petani telah memahami konsep SL-PTT terutama pada penggunaan benih unggul, pemupukan dan penanaman. Sedangkan untuk penanganan hama penyakit secara Terpadu dan penanganan panen dan pasca panen masih harus ditingkatkan. Penyuluh Pertanian setempat sebaiknya mengarahkan petani agar tingkat penerapan teknologi PTT lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini F dkk, 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman Vol 1 No 2 Malang: Universitas Brawijaya BPTP Jateng, 2009. Panduan Pelaksanaan SL-PTT. Semarang:BPTP Jawa Tengah Budut W dkk, 2008. Benih Kunci Sukses Agribisnis. Jakarta: Gibon Books Publication:
Deptan, 2008. Pedoman SL-PTT Padi Sawah. Jakarta: Kementerian Pertanian Gani, A. Sukarman, dan S. O. Manurung, 1981. Pengaruh cara pemberian pupuk dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah tadah hujan. Laporan Kemajuan Penelitian Seri Fisiologi No. 15. Bogor: Balittan Bogor. Kementan, 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta: Kementerian Pertanian. Kementan, 2013. Pedoman Teknis SLPTT Padi dan Jagung. Jakarta: Kementerian Pertanian. Permentan No. 40/OT. 140/4/2007Tentang Rekomendasi Pemupukan N, P dan K Padi. Jakarta: Kementerian Pertanian Ravianto J, 1986. Produktivitas dan Manusia Kerja. Jakarta: PT. Binaman Teknika Aksara. Richard M. Steers. Gerald R. Ungson and Richard T, 1993. Managing Effective Organizations: An Introduction. Boston. Massachusetts;Kent Publishing Company. Robbins, S. P, Organisasi. Prenhallindo
2001. Perilaku Jakarta: PT.
Robbins, S. P, 1996. Perilaku Organisasi, Jilid 2. Jakarta: PT. Prehallindo, . Siagian, S. P, 1997. Filsafat Adminstrasi. Jakarta: Rineka Cipta, Siagian, S. P, 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
15
Aksara. Stoner, A. F. James, DKK, 1996. Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Prenhallindo. Sudir dan Suprihanto, 2003. Pengaruh Kualitas Benih Terhadap Pertumbuhan Tanaman, Perkembangan Penyakit dan Hasil padi, (Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Penunjang
P2BN 2008) Subang: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cetakan ke- 14. Jakarta: Alfabeta. Wangiyana W dkk, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Varietas Ciherang dengan Teknik Budidaya SRI. Jurnal Crop Agro. Mataram: Univeristas Mataram