ENTREPRENEUR YAYASAN KUNTUM INDONESIA DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA DI DESA TEGAL WARU KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Yulia Yusyunita 1110054000012
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian surat pernyataan ini saya buat denga penuh rasa tanggung jawab.
Jakarta, 31 Desember 2014
Yulia Yusyunita
ABSTRAK
Yulia Yusyunita Entrepreneur Yayasan KUNTUM Indonesia dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga di desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dalam pembangunan perekonomian Indonesia saat ini, tingkat pengangguran pemuda masih cukup tinggi, sehingga mengakibatkan masalah sosial yang cukup tinggi pula. Beberapa masalah sosial dipengaruhi oleh tingginya pengangguran diantaranya kemiskinan. dengan meningkatkan semangat kewirausahaan pada setiap individu yang ada di masyarakat. Pengembangan kewirausahaan Yayasan Kuntum Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi keluarga desa Tegal waru dapat menciptakan masyarakat yang mandiri menjadi landasan karakter budaya lokal yang kuat. Dalam penelitian ini peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui proses entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi keluarga dan untuk mengetahui hasil yang diperoleh keluarga desa Tegal Waru dalam pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pengamatan, wawancara atau study dokumentasi secara mendalam. Agar dapat memperoleh data-data yang akurat, dan menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa program Entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia bukan sekedar menciptakan laba tetapi bagaimana mengajak orang memberikan kontribusi pada perbaikan kehidupan masyarakat untuk menggerakkan aktivitas warga desa tegal waru dalam memberikan pelatihan dan keterampilan dalam bidang entrepreneur kepada anggota keluarga desa Tegal Waru termasuk peluang besar dalam meningkatkan ekonomi keluarga untuk bisa mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya skripsi yang berjudul Entrepreneur Yayasan KUNTUM Indonesia dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain rasa syukur yang mendalam, dalam penyelesaian skripsi ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada : 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, sebagai
Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arif Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Wati Nilamsari M,SI dan M. Hudri M.Ag. masing-masing sebagai ketua jurusan dan sekretaris jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
ii
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. Yusra Kilun , M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Dr.Tantan Hermansah, M.Si, Bapak Tedi Muhtadi, M.Si, Bapak Dicky Andika, M.Si, Bapak Dr. Asep Usmani, M.A, Ibu Nurul Hidayati,S.Ag,M.Pd, Ibu Dra. Rini Laili Prihatini yang telah memberikan Ilmu yang sangat bermanfaat selama saya kuliah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 6. Kedua orang tua saya tercinta Mamah Mulyani dan Bapak Yasin yang tak pernah berhenti mendo’akan, memotivasi dan memberikan semangat demi keberhasilan peneliti. 7. Kakaku Tersayang Ririn Meiliana S.Pd dan adik-adik ku, M.Ihsan Sanusi dan Jaza Al-Aufa yang selalu memberikan semangat dan kebahagian kepada penulis. 8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang tercinta : Badzlia, Maya, Enci, Mia, Eca, Salamah, Lilis, Nurul, Vivih, Nisa, Nunung, Ika, Desya, Iqbal, Taufik, Ujang, Fikri, Arya, Irfan, Givano, Ade, Hery, Viqih, Rendy,Wawan. Atas segala motivasi kalian yang selalu memberikan semangat kepada penulis, semoga tali sillaturrahmi kita tidak pernah putus sampai kita sukses nanti. 9. Kepada Ibu Tatiek Kancaniati selaku Pendamping Program Social Entrepreneur di Yayasan KUNTUM Indonesia yang telah membantu
iii
dan meluangkan waktunya kapada penulis selama penelitian skripsi di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru 10. Kepada Sekretaris Desa Ibu Erna yang telah memberikan bantuan dan informasi tentang Masyarakat Desa Tegal Waru 11. Kapada Mba Rara Terimakasih banyak yang tidak pernah letih dan lelah mengantarkan penulis berkeliling kampung Tegalwaru dari RW 01 sampai RW 06 demi keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini 12. Kepada peserta Social Entrepreneur yakni para TKW Hongkong yang tidak pernah peneliti lupakan kenangan bersama kalian : Mba Anna, Mba Martin, Mba Lia, Mba Nurul, dan Mas Dedi yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis serta menjadi mitra kerja selama di lapangan. 13. Kepada Masyarakat Desa Tegal Waru yang telah memberikan begitu banyak pelajaran yang bisa di petik dan di aplikasikan oleh penulis. Akhirnya, peneliti mohon maaf apabila didalam skripsi ini ditemukan banyak kekeliruan dan kekurangan. Semoga karya sederhana ini bergunan dan bermanfaat bagi orang yang membacanya. Jakarta, 28 Desember 2014
Yulia Yusyunita
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..............................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Fokus Masalah dan Batasan Masalah ................................
6
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
6
D. Metodelogi Penelitian .......................................................
7
E. Tinjauan Pustaka ................................................................
13
F. Sistimatika Penulisan......................................................
16
BAB II LANDASAN TEORI .........................................................
18
A. Pemberdayaan Masyarakat................................................
18
1. Definisi Pemberdayaan ................................................
18
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat .............................
20
3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan ................................
21
B. Pemberdayaan Ekonomi.....................................................
23
1. Pengertian Ekonomi .....................................................
23
2. Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi ..............................
26
3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi .................................
27
4. Pendekatan dalam Pemberdayaan Ekonomi ................
30
C. Pemberdayaan Entrepreneurship ........................................
31
1. Pengertian Entrepreneurship ........................................
31
2. Langkah –Langkah Menuju Wirausaha………………..
34
v
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI WILAYAH DAN PROFIL YAYASAN……………………………………………………
37
A. Profil Desa Tegal Waru……………………………...... ……
37
1. Letak Geografis………………………………… ……...
37
2. Komposisi Penduduk…………………………… ……...
38
3. Mata Pencaharian………………………………………..
40
4. Agama …………………………………………..………
42
5. Pendidikan……………………………………… ………
43
6. Sarana dan Prasarana Kesehatan……………….. ………
44
7. Prasarana Prekonomian……………………… .. ….……..
45
B. Profil Yayasan Kuntum Indonesia……………………………. 46 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………….… 54
A. Temuan……………………………………………...……...…
54
B. Analisis …………….…………………………………..……..
58
1. Analisis Proses Entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Desa Tegal waru………………….……………………………………. 58 2. Analisis Hasil Entrepreneur yang diperoleh Keluarga desa Tegal Waru dalam Pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia………………….………………………………... 63 BAB V PENUTUP.………………………………………………...…… 69 A. Simpulan…………………………………………………..….
69
B. Saran………………………………………………….……....
70
DAFTAR PUSTAKA.....………………………………………..……..… 72 LAMPIRAN………………………………………..…………………..… 74
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Penduduk Desa Tegalwaru berdasarkan jenis kelamin…….38 2. Tabel 2. Kompisisi Penduduk desa Tegal Waru berdasarkan usia…..49 3. Tabel 3. Kompisisi Penduduk berdasarkan mata pencaharian……....40 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis Entrepreneur …..…….41 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama……………………..42 6. Tabel 6. Jumlah sarana Pendidikan…………………………………..43 7. Tabel 7. Komposisi Penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan……..43 8. Tabel 8. Sarana dan Prasarana Kesehatan……………………………44 9. Tabel 9. Bantuan Tenaga Medis desa Tegalwaru…………………....45 10. Tabel 10. Berdasarkan Saran dan Prasarana Perekonomian…………46
vii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pemberdayaan masyarakat adalah langkah tepat untuk memenuhi kebutuhan hidup, dengan cara menggiatkan pemberdayaan masyarakat dan mengorbankan kepentingan pribadi untuk bergiat memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Payne menjelaskan pengembangan masyarakat seperti yang dikutip oleh Edi Suharto adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui sumbersumber yang ada pada mereka serta menekankan prinsip partisipasi sosial.1 Bagi Gunawan Sumodiningrat2 “Pemberdayaan merupakan kemampuan atau meningkatkan kemandirian masyarakat dalam kerangka pembangunan nasional. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sudut pandang : Pertama, penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang. Kedua, peningkatan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah. Ketiga, perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.”
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama, 2005), h.37 2 Syamsir Salam dan Amir Fadhillah, Sosiologi Pedesaan , (Jakarta : Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah,2008),h.235
2
Sebagai pengembangan masyarakat memungkinkan pemberi dan penerima pelayanan terlibat dalam proses perencanaan, pengawasan dan evaluasi. Pengembangan masyarakat meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat mulai dari pelayanan preventif untuk mencegah anak-anak terlantar sampai pelayanan kuratif dan pengembangan untuk keluarga yang berpendapatan rendah. Sebagai makhluk sosial, seseorang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat nilai-nilai sosial yang berbentuk kearifan lokal (local wisdom) dan telah menjadi kehidupan seharihari.Misalnya, gotong-royong, kekeluargaan, musyawarah untuk mufakat dan toleransi. Nilai-nilai kearifan lokal ini dijalankan tidak semata-mata untuk menjaga keharmonisan hubungan antar manusia, tetapi menjadi bentuk pengabdian manusia kepada sang pencipta. Kearifan lokal inilah yang mendorong manusia berkelompok dan membentuk entitas. Bagi Francis Fukuyama, penulis buku Trust the Social Virtues and the Creation of Prosperity, kearifan lokal merupakan modal sosial yang dipandang sebagai bumbu vital bagi perkembangan pemberdayaan ekonomi masyarakat.3 Termotivasi oleh permasalahan masyarakat muncullah inisiatif untuk menciptakan manfaat ekonomi sehingga berdirilah pemberdayaan entrepreneur Sejak tahun 1755 ada seorang yang bernama Richard Cantillon, ahli ekonomi Irlandia yang nenek moyangnya berasal dari Prancis dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur dan entrepreneurship 3
Islamic School Support Network (ISSN), Buku Panduan Guru Kewirausahaan Sosial, (Jakarta: ISSN,2014),h.5
3
dalam karya akbarnya yang berjudul Essai Sur La Nature Du Commerce en General. Bahwasannya seorang entrepreneur sebagai orang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu untuk kemudian dijualnya untuk harga yang tak pasti, sambil membuat keputusan – keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima resiko berusaha.4 Istilah entrepreuner sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan pada tahun 1776, seperti yang dijelaskan oleh Adam Smith, bapak ilmu ekonomi, dalam karya akbarnya yang berjudul An Inquiry into The Nature and The Wealth of Nation, menggambarkan seorang entrepreneur sebagai seorang individu yang menciptakan sebuah organisasi untuk tujuan – tujuan komersial. Ia mengaitkan peranan sang entrepreneur dengan peranan seorang industrialis. Tetapi, ia juga memandang seorang entrepreneur sebagai seorang yang memiliki pandangan ke depan hingga ia berkemampuan untuk menditeksi permintaan pontensial akan barang dan jasa tertentu.5 Sampai saat ini, dijumpai masih banyak warga masyarakat yang berada dalam kondisi kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. 6 Dalam bangunan perekonomian Indonesia saat ini, tingkat pengangguran pemuda masih cukup tinggi, sehingga mengakibatkan masalah sosial yang cukup tinggi pula. Beberapa masalah sosial dipengaruhi oleh tingginya pengangguran diantaranya kemiskinan, penyalah gunaan narkoba, kriminalitas, pergaulan bebas dan premanisme, jual-beli manusia (human trafficking), dan lain sebagainya.
4
J. Winardi, Entrepreuner dan Entrepreneurship, (Jakarta,Prenada Media,2003), h. 110 Ibid,h. 110 6 Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, ( Yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar, 2006), h.276 5
4
Kondisi tersebut akan mengganggu pembangunan di segala bidang dan stabilitas nasional. Oleh karna itu Pemberdayaan ekonomi pada hakikatnya merupakan suatu proses yang dinamis, artinya perubahan yang terjadi menuntut adanya dinamika masyarakat dalam meningkatkan income per capita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dan mempersiapkan kondisi ekonomi di masa mendatang. Yang dibutuhkan saat ini adalah suatu solusi yang dapat membantu mengatasi permasalahan di atas. Salah satu solusi tersebut adalah dengan meningkatkan semangat kewirausahaan pada setiap individu yang ada di masyarakat, terutama kaum muda sebagai tulang punggung bangsa7. Pengembangan kewirausahaan Yayasan Kuntum
Indonesia dalam
pemberdayaan ekonomi keluarga desa Tegal Waru Kec. Ciampea Kab. Bogor. Dapat menciptakan masyarakat yang mandiri menjadi landasan karakter budaya lokal yang kuat. Kampung Wisata Tegalwaru mempunyai berbagai wirausaha diantaranya : selai kelapa, nata de coco, rumah herbal, handycraft, tas anyaman, daur ulang kertas dan briket. Kampung ini mempromosikan usaha rumahan melalui program pelatiahan entrepreneur yang diadakan oleh Yayasan Kuntum Indonesia. Lebih dari 15.000 pengunjung dari berbagai kota datang untuk mengikuti pelatihan entrepreneur dan belajar bisnis sesuai minatnya masingmasing. Tentu hal ini memberikan tambahan income bagi para pelaku wirausaha karna hubungannya yang intens dan terbukanya pasar dengan berbagai pihak.8
7
Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CED Center for Enterpreneurship Devlopment, 2005), h. 56 8 Hendry Ismono, “Memberdayakan Warga Lewat Kampong Wisata oleh Tatiek Kancaniati”, Nova, 27 April 2014, h.48
5
Dengan demikian masyarakat Desa serta menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan menjadi fenomena yang semakin kompleks, pembangunan pedesaan dalam perkembangannya tidak semata-mata terbatas pada peningkatan produksi pertanian. Pembangunan pedesaan juga tidak hanya mencangkup implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah sebuah upaya dengan sepektrum kegiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai macam kebutuhan sehingga segenap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri, tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu struktural yang membuat hidup sengsara.9 Dan permasalahan di atas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dalam rangka memenuhi tugas skripsi
mencapai gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S.Kom.I), pada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini penulis beri judul : “Entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.” B. Fokus dan Batasan Masalah 1. Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka untuk mempermudah dalam penyusunan penelitian dan penulisan skripsi ini agar lebih terarah, jelas,
9
Moelyono Mauled, Menggerakkan Ekonomi Kreatif antara Tuntutan dan Kebutuhan,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h.274
6
fokus dan tidak meluas, penulis memfokuskan pada Entrepreneur dan Pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia. 2. Batasan Masalah Sesuai fokus masalah yang dikemukakan di atas, agar penulisan skripsi ini menjadi terstruktur dan tidak melebar maka pembahasan skripsi atau penelitian ini, penulis batasi pada 2 hal yaitu : 1. Bagaimana proses entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi keluarga desa Tegal Waru kecamatan Ciampea kabupaten Bogor? 2. Bagaimana hasil entrepreneur yang diperoleh keluarga desa Tegal Waru dalam pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian Penelitian dengan judul Entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga di Desa Tegalwaru Kec.Ciampea Kab. Bogor. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut: Tujuan : 1. Untuk mengetahui proses entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi keluarga di desa Tegal Waru kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. 2. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh oleh keluarga di desa Tegal Waru dalam pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia.
7
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Bogdam dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati secara lansung.10 Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu yang terlibat secara holistik (utuh).Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.Penelitian jenis ini yang lazimnya disebut penelitian deskriptif dimaksudkan sebagai upaya eksplorasi atau klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial.Hasil dari penelitian ini bisa menjadi masukan bagi kegiatan penelitian lebih lanjut.11 Dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif
peneliti
dapat
memperoleh data-data yang akurat, dan menggambarkan fenomena yang ada di lapangan. Seperti kondisi kelompok entrepreneur,
mengetahui
tentang perubahan yang terjadi dari segi ekonomi keluarga serta peningkatan pendapatan yang akhirnya dapat meningkatkan taraf 10
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-25,h.5 11
Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2005), h.18
8
kehidupan keluarga di desa Tegalwaru setelah bergabung dalam pelatihan atau pembinaan entrepreneur oleh Yayasan Kuntum Indonesia. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data berupa observasi dan wawancara selama berada di lapangan, serta studi dokumentasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dan dibandingkan dengan teori yang digunakan. 2. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjeknya adalah para entrepreneur desa Tegal Waru yang termasuk dalam pemberdayaan Yayasan. Peneliti menentukan 5 orang entrepreneur yang menjadi subjek penelitian. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Yayasan Kuntum Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi keluarga di desa Tegal Waru kecamatan Ciampea kabupaten Bogor. 3. Macam dan Sumber Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data yaitu : a. Data primer Data primer, yaitu data yang berasal dari hasil wawancara dan hasil pengamatan dilapangan. Data ini terbagi menjadi dua sumber yaitu : 1. Sumber utama, diperoleh secara lansung dilapangan dalam pengamatan lansung. Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang lansung diperoleh dari sumber-sumber terpecaya. Sebelumnya peneliti melakukan wawancara lansung dengan pelopor utama yaitu Ibu Tatiek Kancaniati, selaku pemberdaya masyarakat kampung wisata Tegal Waru dengan
9
melakukan pembinaan serta pelatihan entrepreneur dapat merubah ekonomi keluarga di desa Tegalwaru, Ciampea – Bogor . 2. Sumber umum, yaitu data yang diperoleh lansung dari masyarakat kampung
Tegalwaru
yang
bergabung
berwirausaha
dalam
pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia di desa Tegalwaru Kec.Ciampea - Kab.Bogor. b. Data Skunder Data Sekunder, yaitu data
yang diperoleh dari catatan-catatan,
media kabar atau yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait. Berupa foto, video tape, arsip, dan majalah ilmiah. Berasal dari dokumen pribadi Yayasan Kuntum Indonesia kampung wisata tegalwaru. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data yang bersifat kualitatif, seperti : a. Observasi Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistimatik gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian12 Dalam observasi ini penulis ikut turun ke lapangan berkunjung ke para entrepreneur di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru serta berpatisipasi dalam kegiatan pelatihan di Yayasan Kuntum Indonesia, untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif dari setiap kegiatan. 12
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi aksara, 1998). Cet. Ke-2 h. 54.
10
Penulis melakukan pencatatan apa yang bisa dilihat, didengar, serta diraba oleh pancaindra kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi sesuai dengan data yang dibutuhkan. b. Wawancara Wawancara. merupakan semacam dialog atau tanya jawab antara pewancara dengan responden atau narasumber dengan tujuan meperoleh jawaban-jawaban yang dikehendaki.13 Untuk keperluan data penelitian ini maka penulis akan mewancarai
ketua atau pendamping pelatihan entrepreneur Yayasan KUNTUM Indonesia dengan alasan mereka adalah orang-orang yang memahami dalam pemberdayaan ekonomi keluarga di desa Tegal Waru. Peneliti mengadakan tanya jawab yang berkenaan dengan proses dan hasil membentuk kelompok entrepreneur dalam pemberdayaan ekonomi keluarga di desa Tegal Waru kecamatan Ciampea kabupaten Bogor. c. Studi Dokumen Dalam studi dokumen ini peneliti mengumpulkan dan mempelajari berbagai macam bentuk data yang diperlukan berupa cacatan harian penulis, makalah, majalah, foto dan sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan pembinaan dan pelatihan Entrepreuner di desa Tegalwaru Kec.Ciampea Kab.Bogor. Yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian skripsi ini, juga untuk mengetahui segala sesuatu yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.
13
Parker Ian, Psikologi Kualitatif ( Yogyakarta : Andi), 2008, h.81
11
5. Analisa Data Langkah yang harus ditempuh setelah pengumpulan data yaitu analisis data.Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara peneliti terhadap masyarakat yang bergabung dalam kelopok entrepreneur dalam pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia . dari hasil data yang diperoleh beraneka ragam yaitu dapat dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah berikutnya ialah reduksi datayang dilakukan dengan jalan membuatrangkuman inti atau abstraksi, pada tahap ini peneliti menggabungkan hasil rangkuman wawancara, observasi, dan dokumendokumen selama di lapangan. Setelah melakukan abstraksi data disusun dengan tema-tema kemudian dilanjutkan penafsiran sebagai hasil temuan sementara.14 6. Keabsahan Data untuk menetapkan keabsahan data diperlakukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan tehnik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada tiga kriteria yang digunakan yaitu15: a.
Kredibilitas (Drajat Kepercayaan) Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) dengan menggunakan teknik tringulasi sebagai pemeriksaan keabsahan data. Triangulasi adalah temuan-temuan dari satu jenis studi dapat di cek
14
Parker Ian,Psikologi Kualitatif, h.192 15 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),h.324
12
pada temuan-temuan yang diperoleh dari jenis studi yang lain.16 Dalam hal ini peneliti akan melakukan cek dan recek data antara data yang didapat melalui dokumentasi, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang ada di Yayasan dengan hasil dari observasi dan wawancara yang akan peneliti lakukan nantinya, dengan begitu keabsahan data yang di dapat oleh peneliti menjadi valid. b. Keteralihan Keteralihan sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima.17 Untuk melakukan pengalihan tersebut penulis mencari dan mengumpulkan data-data yang akurat selama di lapangan dan harus mengacu pada fokus permasalahan atau penelitian yang sedang penulis teliti. Dengan demikian peneliti dapat bertanggung jawab atas penelitiannya c. Kepastian Yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil
penelitian
sesuai
dengan
data
yang
dikumpulkan
dan
dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang.18 Dalam penemuan ini maka peneliti harus mendapatkan persetujuan dan kesepakatan dari Dosen Pembimbing agar hasil dapat lebih objektif. 16
Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Pustaka Pelajar , 2005) Cet. Ke- VI 17 Ibid, h.324 18 Ibid, h.326
(Yogyakarta:
13
7. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Wisata Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 27 Oktober 2014 sampai 05 Desember 2014. Peneliti menetapkan Kampung Wisata Tegalwaru sebagai lokasi penelitian karena, Kampung Wisata
Tegalwaru
merupakan
salah
satu
daerah
yang
dapat
memberdayakan warga kampungnya untuk dapat mandiri dan kreatif melalui pelatihan dan pembinaan entrepreuner dapat meningkatkan ekonomi keluarga oleh Yayasan Kuntum Indonesia dan memiliki struktur pengurusan yang jelas.
E. Tinjauan Pustaka Dalam Penyusunan Skripsi ini sebelum peneliti mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah awal yang peneliti tempuh adalah merangkai terlebih dahulu beberapa karya tulis penelitian yang memiliki tema yang sama dengan yang akan peneliti teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang peneliti teliti sekarang tidak sama dengan peneliti sebelumnya.
Adapun setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan peneliti akhirnya menemukan beberapa karya tulis hasil penelitian yang memiliki tema sama dengan yang akan peneliti teliti. Judul-judul tersebut antara lain adalah :
14
Skripsi Pertama
Judul
: Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Kelompok UPPKS Cut Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pucung, Kota Tangerang Selatan)
Penulis
: Erna Milana 108054000004
Isi Skripsi
: Penelitian ini menjelaskan bagaimana praktek perencanaan dalam pemberdayaan Ekonomi Keluarga yang dilakukan UPPKS. Perencanaan yang dilakukan UPPKS pada tahap awal adalah pendekatan kepada warga agar dapat berpatisipasi,
dengan
melibatkan
warga
akan
mempermudah dalam mengenali masalah yang dihadapi dan mencari alternative kegiatan untuk mengatasi masalah yang ada pada warga.
Universitas
:
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Ilmu
Dakwah
dan
Komunikasi
Jurusan
Pengembangan Masyratakat Islam
Skripsi Kedua
Judul Skripsi
: Analisis Program Social Entrepreneur Wanita terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru Bogor
Penulis
: Siti Nurfajar Octaviani (S. 0913.059)
15
Isi Skripsi
: Skripsi ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel Program Social Entrepreneur (SE)terhadappengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Ciampea Bogor . Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Program SE (Peningkatan kapasitas SDM, pembiayaan usaha
mikro
berbasis
kelompok,
pengembangan
kelembagaan komunitas, pemupukan modal suwadaya, pembangunan
jaringan
dan
sinergi,
pengembangan
teknologi informasi tepat guna) dan pengembangan UMKM dengan menggunakan metode Analisis Regresi Berganda Universitas
: Sekolah Tinggi Ekonomi Islam TAZKIA Bogor, Jurusan Bisnis Manajemen Islam
Skripsi Ketiga
Judul
: Pelaksanaan Program Raksa Desa Dalam Pemberdayaan Wirausaha di Desa Tarikolot Kec.Citeureup – Kab.Bogor
Penulis
: Nurul Zamal (103054028800)
Isi Skripsi
:
Skripsi
ini
mengkaji
tentang
pelaksanaan
Program
RaksaDesa dalam pemberdayaan ekonomi wirausaha di Desa Tarikolot. Banyaknya program-program pemerintah untuk mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat kurang efektif dalam pelaksanaannya. Maka dari itu peneliti
16
bertujuan untuk mengetahui apa saja Program Raksa Desa serta dampak yang diharapkan terjadi pada masyarakat khususnya pada wirausaha di Desa Tarikolot. Ternyata pada akhir tahun 2006-2007 kurang efektif karena beberapa faktor seperti pilkades dan kurangnya partisipasi masyarakat Program Raksa Desa di Desa Tarikolot tidak lagi berjalan efektif.
Universitas
: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyratakat Islam.
Sedangkan Skripsi yang penulis bahas yaitu fokus terhadap proses pengembangan entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi keluarga di desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor serta hasil entrepreneur yang diperoleh oleh keluarga di desa Tegal Waru dalam pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, penulis berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan menggelompokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada.
BAB I
:
Pendahuluan, pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, fokus dan batasan masalah, tujuan penelitian, metodelogi, tijauan pustaka serta sistimatika penulisan
17
BAB II
:
Tinjauan Teoritis, dalam bab ini menguraikan tentang Pemberdayaan: Definisi pemberdayaan, sttrategi pemberdayaan, tujuan dan proses pemberdayaa.
Pemberdayaan Ekonomi:
Pengertian ekonomi, langkah-langkah pemberdayaan ekonomi. Entrepreunershi (Kewirausahaan) : Pengertian Entrepreunership (Kewirausahaan), langkah-langkah menuju kewirausahaan.
BAB III
:
Pada Bab ini terdapat dua sumber yang akan peneliti paparkan. Suber pertama mengenai gambaran umum lokasi Kampung Wisata Tegalwaru Kec.Ciampea, kedua tentang profil Yayasan Kuntum Indonesia
BAB IV
:
Bab ini berisikan tentang Proses entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam pemberdayaan masyarakat desa tegal waru kecamatan ciampea kabupaten bogor serta hasil entrepreneur yang di peroleh oleh masyarakat desa tegal waru dalam pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia.
BAB V
:
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan Saran peneliti
18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan 1. Definisi Pemberdayaan Pemberdayaan
merupakan
terjemahan
dari
bahasa
inggris
yaitu
empowerment yang secara harfiah berarti pemberkuasaan. Pemberkuasaan itu sendiri dapat dipahami sebagai upaya memberikan atau meningkatkan kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah atau kurang beruntung. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertian di atas. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’(kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.1 Bagi Gunawan sumodiningrat “Pemberdayaan merupakan kemampuan atau meningkatkan kemandirian masyarakat dalam kerangka pembangunan nasional. Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sudut pandang : 1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama, 2005), h.59
19
Pertama, penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang. Kedua, peningkatan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah. Ketiga, perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.’ 2 Bagi Persons “ Pemberdayaan adalah sebuah proses yang membantu orang menjadi cukup kuat untuk berpatisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap,
kejadian-kejadian
mempengaruhi
kehidupannya.
Pemberdayaan
serta
lembaga-lembaga
menekankan
bahwa
yang orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.3 Samuel Paul menyatakan bahwa “pemberdayaan berati pembagian kekuasaan yang adil sehingga meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil pembangunan. Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan.’4 Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
2
Syamsir Salam dan Amir Fadhillah, Sosiologi Pedesaan , (Jakarta : Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah,2008),h.235 3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama, 2005), h.59 4 Soetandyo Wignyosoebroto, dkk., Dakwah Pemberdayaan Masyarakat ,(Yogyakarta : LKIS Pustaka Pesantren, 2005), h.169
20
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial. Yaitu, masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpatisipasi dalam
kegiatan
sosial,
dan
mandiri
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
kehidupannya. 2. Strategi Pemberdayaan Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dilakukan secara individual. Meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan : mikro, mezzo, dan makro. a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas. b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai
21
media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosila, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyrakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pemberdayaan ini. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.5 3. Tujuan Dan Proses Pemberdayaan Pemberdayaan adalah sebuah tujuan dan proses. Pengertian pemberdayaan sebagai
tujuan
sering
kali
digunakan
sebagai
indikator
keberhasilan
pemberdayaan sebagai sebuah proses. Pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu, masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpatisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan 5
Ibid, h.66
tugas-tugas
kehidupannya.
Sebagai
proses,
maka
22
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu : Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan, dan Pemeliharaan.6 a. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat . b. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap
kemampuan
dan
kepercayaan
diri
masyarakat
yang
menunjang kemandirian mereka. c. Perlindungan : melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang antara yang kuat dan yang lemah, mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat dan kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
6
Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.67
23
d. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu
menjalankan
peranan
dan
tugas-tugas
kehidupannya.
Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. e. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagi kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan
yang
memungkinkan
setiap
orang memperoleh
kesempatan berusaha.
B. Pemberdayaan Ekonomi 1. Pengertian Ekonomi Pakar-pakar ilmu sosial mempunyai perhatian besar pada masalah penerapan ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan seperti ilmu ekonomi, guna memecahkan berbagai masalah sosial. Misalnya, masalah kemiskinan, besar pengaruhnya pada pembangunan, untuk tercapainya kondisi ekonomi masyarakat yang baik perlu adanya pendekatan non direktif (partisipatif). Maka yang harus dilakukan yaitu :7
7
Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CED Center for Enterpreneurship Devlopment, 2005), h. 56
24
a) Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwirausaha bergelut dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat. b) Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah sukses dari sejahtera c) Membantu masyrakat untuk membuat analisis situasi usaha yang prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah berbisnis. d) Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan. J.M Keynes menyatakan, “bahwa cacat utama dari masyarakat ekonomi tempat kita hidup adalah kegagalannya untuk memberikan kesempatan kerja penuh dan kesewenangannya dalam distribusi pendapatan dan kekayaan yang tidak merata.8 Bagi Sayogyo “ bahwa untuk menggerakkan ekonomi masyarakat yang bermula pada pada komunitas lokal, ada 3 syarat terlebih dahulu yang harus dipenuhi yaitu :9 Pertama, restrukturisasi kelembagaan ekonomi masyarakat sebagai dasar komunitas. Hal ini sebagai tatanan dasar ekonomi yang mengatur kehidupan komunitas perlu diorentasikan Kedua, meninjau kembali segala kebijakan yang memperlemah ekonomi masyarakat, dan menggantinya dengan kebijakan yang lebih memihak pada upaya 8 9
Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : PT.Refika Aditama,2008).h.240 Lili Bariadi,dkk., Zakat dan Wirausaha, h.57
25
peningkatan keberdayaan ekonomi masyarakat desa untuk memperbaiki nasib sendiri. Ketiga, pada aras program , pendekatan top-down harus segera diganti pendekatan botton-up, yang tercermin dari mekanisme pengambilan keputusan dana penyelenggaraan program. Istilah program pemberdayaan ekonomi masyarakat seharusnya tidak lagi berkonotasi program masuk desa, melainkan program dari desa. Dari asumsi-asumsi di atas, lahirlah hak, nilai dan keyakinan dalam ekonomi masyarakat yang harus dihormati, antara lain yaitu : a) Hak
menentukan
keputusan-keputusan
yang
mempengaruhi
kesejahteraan mereka. Hak ini muncul karena adanya keyakinan bahwa masyarakat memiliki realibilitas (kemampuan) memecahkan masalahnya sendiri dalam ekonomi. b) Masyarakat mempunyai hak untuk berusaha menciptakan lingkungan yang diinginkannya dan menolak suatu lingkungan sesuai keinginan ini tetap didasari ketenangan dan ketentraman lingkungan lainnya, mengingat dalam diri masyarakat telah terjadi interaksi sosial aktif dan adaptif. c) Masyarakat harus diyakini mampu berkerjasama rasional dalam bertindak
untuk
mengindentifikasi
masalah
dan
kebutuhan
komunitasnya serta bertindak dalam menggapai tujuannya secara bersama. Karena itulah menjadi penting dalam pemberdayaan ekonomi
26
masyarakat
itu
guna
memperhatikan
karakteristik
komunitas
masyarakat pada umumnya. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu proses yang dinamis, artinya perubahan yang terjadi menuntut adanya dinamika masyarakat dalam meningkatkan income per capita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dan mempersiapkan kondisi ekonomi di masa mendatang. 2. Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi Elly Irawan menjelaskan bahwasannya “pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai cirri-ciri atau unsur-unsur pokok sebagai berikut :10 a) Mempunyai tujuan yang hendak dicapai b) Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir c) Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya setempat. d) Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait e) Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap pemberdayaan. f) Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha.
10
Ibid, h.55
27
g) Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khusunya masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama sulit tercapai. h) Akan lebih efektif bila program pengembangan masyarakat pada awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu sumber-sumber dari organisasi sukarela non-pemerintah harus dimanfaatkan. Dengan demikian pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan, melainkan dipahami sebagai konstribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pemeberdayaan ekonomi masyarakat. Terutama dalam tahapan perumusan kebutuhan yang harus dipenuhi asumsinya bahwa masyarakatlah yang paling tahu kebutuhan permasalahan yang mereka hadapi. 3. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Secara umum, pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dibagi menjadi empat strategi, yaitu :11 a) The Growth Strategy : Penerapan strategi pertumbuhan ekonomi masyarakat pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan pendapatan yang cepat dalam nilai ekonomis melalui peningkatan pendekatan perkapita penduduk, produktivitas, sektor pertanian,
11
Soetandyo Wignyosoebroto, dkk., Dakwah Pemberdayaan Masyarakat ,(Yogyakarta : LKIS Pustaka Pesantren, 2005), h.8-11
28
permodalan dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan kemampuan konsumsi masyarakat, terutama di pedesaan. b) The Walfare strategy : strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. c) The responsive strategy : strategi ini merupakan reaksi terhadap startegi kesejahteraan melalui pengadaan tekhnologi serta sumbersumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan. d) The Integrated or Holistic Strategy : Dalam strategi ini, terdapat tiga prinsip dasar sebagai konsep kombinasi dari unsure-unsur pokok ketiga strategi di atas, yaitu : 1. Persamaan, keadilan, pemerataan dan partisipasi merupakan tujuan yang secara eksplisit harus ada dari tiga startegi yang menyeluruh maka badan publik yang ditugasi harus melakukan untuk melaksanakan harus : a. Memahami dinamika sosial masyarakat sebagai intervensinya b. Intervensi
dilakukan
untuk
memperkokoh
masyarakat
sendiri
dalam
memecahkan
dihadapiny,
serta
untuk
mengambil
kemampuan
masalah
yang
langkah-langkah
instrumental yang membutuhkan kemampuan aparatur untuk melakukan intervensi sosial 2. Memerlukan perubahan-perubahan mendasar, baik dalam konitmen maupun dalam gaya dan cara bekerja, maka badan publik yang belum memiliki kemampuan intervensi sosial akan memerlukan
29
pemimpin yang kuat komitmen pribadinya terhadap tercaapainya tujuan strategi holistic tersebut, yakni untuk : a. Menentukan arah nilai organisasi, energy dan proses menuju strategi. b. Memelihara
integritas
organisasi
yang
didukung
oleh
institusional leadership. 3. Keterllibatan badan publik dan organisasi sosial secara terpadu, maka memerlukan suatu pedoman untuk memfungsikan organisasi yang bertugas antara lain : a. Membangun dan memelihara perspektif menyeluruh b. Melaksanakan
rekutmen
dan
pengembangan
pimpinan
kelembagaan, dan c. Membuat mekanisme kontrol untuk mengatur saling berkaitan antara organisasi formal dan informal melalui system management startegis. Dengan demikian strategi itu diperlukan keterlibatan banyak ahli yang bekerja secara professional sesuai dengan bidangnya masingmasinng. Maka pola strategi pemberdayaan masyarakat haruslah mencapai berbagai aspek dengan memperhatikan hal, nilai, dan keyakinan yang harus dihormati dan harus disertai kesadaran bahwa tujuan akhir dan perubahan
yang
dilakukan
adalah
untuk
memperbaiki
tingkat
30
kesejahteraan masyarakat, bukan sekedar menaikkan pendapatan satu kelompok saja12 4. Pendekatan dalam Pemberdayaan Ekonomi Pendekatan pemberdayaan ekonomi dapat dibagi pada tiga pendekatan, yaitu :13 a) Pendekatan yang memandang masyarakat yang menjadi sasaran proses diffusi. b) Pendekatan dilakukan dengan memberikan ransangan dan motivasi kepada masyarakat yang dijadikan sasaran diffusi untuk memikirkan problem dan menemukan pemecahan yang terbaik untuk problem yang mereka hadapi, jadi sasaran diperlakukan sebagai subyek sasaran. c) Kombinasi dari pendekatan di atas, pada pendekatan ini masyarakat selain dipandang sebagai kelompok manusia yang perlu dituntun kejalan yang tepat, juga diberi kesempatan yang luas untuk memikirkan dan merancang pengembangan potensi mereka sendiri.
12
Ibid Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CED Center for Enterpreneurship Devlopment, 2005), h.62 13
31
C. Pemberdayaan Entrepreunership 1. Pengertian Entrepreneurship Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai “the backbone of economy”, yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa. Secara epistemologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pandangan ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengombinasikan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya. Dengan kata lain wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengorganisasikan faktor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga, modal, dan keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan jasa.14 Marzuki Usman bahwa wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampialan untuk menghasilkan produk, proses prosuksi bisnis dan organisasi usaha baru. Wirausaha seorang yang
14
Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, (Jakarta : Salemba Empat,2008),h.15
32
memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan, semangat, dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha.15 Bagi Thommas W. Zimmerer kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Sedangkan Inovasi, diartikan sebagai kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan. 16 Richard Cantillon mengatakan bahwa wirausaha adalah orang yang spesialis dalam mengambil resiko. Pekerja yang ‘yakin’ bekerja dengan membeli output untuk maksud menjualnya kembali sebelum para consumer menyadari berapa besar harga yang pantas bagi mereka untuk membayarnya. Para pekerja ini menerima pemasukan yang terjamin (sekurangnya dalam jangka pendek), sementara wirausaha memikul resiko yang disebabkan oleh fluktuasi dan di pasar konsumsi. Istilah wirausaha merupakan sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di daerah-daerah yang kemudian menjualnya dengan harga yang tak pasti.17 Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan
15
Ibid, h.16 Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, h.16 17 Mark Casson, Entrepreneurship Teori Jejaring Sejarah , (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h.8 16
33
bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi wirausaha adalah orangorang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasi usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karna itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya. Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara, misalnya di Belanda dikenal dengan “ondernemer” dan di Jerman dikenal dengan dengan “unternehmer”.
Di
beberapa negara, kewirausahaan memiliki banyak tanggung jawab, antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian, pada tahun 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara seperti di Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan, sejak tahun 1970-an, banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan, menejemen usaha kecil atau menejemen usaha baru. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di AS memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu.18 Pada mulanya kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan di berbagai bidang lain seperti industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan seperti institusi lainnya. Di bidang bisnis, misalnya, 18
Ibid, h.10
34
perusahaan sukses dan memperoleh peluang besar karna memiliki kreatifitas dan inovasi. Melalui proses kreatif dan inovatif, wirausaha menciptkan nilai tambah atas barang dan jasa. Nilai tambah barang dan jasa yang menciptakan melalui proses inovatif dan kreatif banyak menciptakan keunggulan, termasuk keunggulan bersaing. Ada empat strategi yang biasanya digunakan wirausaha dalam menghadapi lingkungan eksternal, yaitu : (1) Berada pertama di pasar dengan produk dan jasa baru, (2) Memosisikan produk dan jasa tadi dalam relung yang tidak terlayani, (3) Memfokuskan produk dan jasa tadi pada relung yang kecil tetapi bisa tertahan, (4) Mengubah karakteristik produk, pasar, dan industri. 2. Langkah – Langkah Menuju Wirausaha Dari beberapa pengertian tentang entrepreneurship dan social entrepreneur di atas, dapat disimpulkan bahwa peran social entrepreneur dalam perekonomian masyarakat sangat signifikan. Usaha tersebut merupakan model pencaharian masyarakat kebanyakan. Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, dan aktif dalam proses pembangunan nasional demi tujuan-tujuan sosial. Dapat digambarkan bahwa social entrepreneur lebih mengedepankan sektor ekonomi masyarakat, seperti petani, nelayan, buruh dan pedagang kecil. Konsepsi kewirausahaan sosial secara teknis dan prosedurnya sama dengan kewirausahaan biasa, namun, dalam segi kebermanfaatan, kewirausahaan sosial memiliki manfaat yang sangat luas dalam segi pemecahan masalah sosial yang
35
ada di masyarakat. Dalam rangka mempermudah dan memperlancar proses pemberdayaan ekonomi masyarakat.19 Untuk memberdayakan industri kecil seperti industri rumahan terutama untuk memperbesar peranannya dalam struktur perekonomian nasional, maka langkah-langkah berikut dipertimbangkan sebagai strategi : Pertama, peningkatan akses kepada akses produktif. Masalah yang mendasar dalam rangka perluasan iklim usaha dan pemberdayaan wirausaha ini akses kepada dana. Akses kepada modal harus diartikan sebagai keterjangkauan, yang memiliki dua sisi ada pada saat diperlukan dan di sisi yang lain dalam jangkauan kemampuan untuk memanfaatkannya. Selain itu yang lebih penting dalam meningkatkan akses produksi adalah akses kepada tekhnologi. Akses kepada tekhnologi ini terkait dengan peningkatan keterampilan teknik produksi, teknik pemasaran, dan teknik manajerial. Karna itu, peningkatan pelatihanpelatihan untuk memperkuat keterampilan tersebut bagi industri kecil seperti industri rumahan sangat diperlukan. Kedua, memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha antara indutri kecil dan industri menengah /besar. Peningkatan posisi tawar ini bisa dilakukan melalui pengembangan dan pembangunan prasarana dan sarana perhubungan yang akan memperlancar pemasaran produknya.
19
Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CED Center for Enterpreneurship Devlopment, 2005), h.43-49
36
Ketiga, kebijaksanaan pengembangan industri harus mengarah pada penguatan industri kecil. Proses indutrialisasi harus mengarah ke pedesaan dengan memanfaatkan potensi setempat. Keempat, kebijaksanaan ketenagakerjaan yang merangsang tubuhnya tenaga kerja mandiri sebagai cikal-bakal wirausaha yang kuat dan saling menunjang. Dalam rangka itu secara luas harus disediakan pelatihan keterampilan teknis, menejemen dan perdagangan, termasuk pengetahuan mengenai pasar serta cara untuk memperoleh pendanaan. Kelima, adanya perangkat peraturan perundangan yang benar-benar melindungi dan mendukung pengembangan wirausaha yang ditunjukan khusus untuk kepentingan rakyat kecil. Munculnya UU No.90/1995 tentang usaha kecil merupakan perwujudan dari komitmen itu. Namun, tanpa diberlakukannya peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksanaan maka UU tersebut masih belum cukup efektif untuk melindungi wirausaha.
37
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI WILAYAH DAN PROFIL YAYASAN KUNTUM INDONESIA
A. Profil Desa Tegal Waru 1. Letak Geografis Desa Tegal Waru merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Desa Tegal Waru memiliki luas wilayah 338,843 Ha, berada di ketinggian 200 - 500 mil diatas permukaan laut umumnya merupakan Daerah Agraris Pertanian Suhu rata-rata harian di daerah Desa adalah 25-35 oC. dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :1 a. Sebelah utara
: Berbatesan dengan Desa Bojong Jengkol
b. Sebelah Selatan
: Berbatesan dengan Desa Cinangka
c. Sebelah Barat
: Berbatesan dengan Desa Bojong Rangkas
d. Sebelah Timur
: Berbatesan dengan Desa Bojong Jengkol
Desa Tegal Waru merupakan tempat wisata yang sangat unik, keunikannya bukan hanya sekedar kental akan nuansa pedesaanya, tapi di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) para wisatawan dapat belajar dan melihat lansung proses produksi dari sebuah usaha berbasis home industry. Nama Tegalwaru berasal dari sebuah nama sebuah desa
1
Laporan Penanggung Jawaban Kepala Desa Tegalwaru tahun 2013 s/d 2014
38
yang berada di kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Desa ini terkenal sebagai lumbung berbagai produksi pertanian serta wirausaha. Orbitasi ( Jarak Dari Pusat Pemerintahan)
:
a. Jarak Antara Pemerintahan Desa ke Ibu Kota Kecamatan
: 3Km
b. Jarak Antara Pemerintahan Desa ke Ibu Kota Kabupaten
: 25Km
c. Jarak Antara Pemerintahan Desa ke Ibu KotaPropinsi
: 60Km
d. Jarak Antara Pemerintahan Desa ke Ibu Kota Negara
: 40Km
2. Koposisi Penduduk Penduduk desa Tegal Waru hingga saat ini tercatat sebanyak 12.315 jiwa, Dan jumlah Penduduk Pria dan wanita di desa Tegal Waru dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin dalam tabel berikut : Tabel 1 Penduduk Desa Tegal Waru Berdasarkan Jenis Kelamin No 1
Jenis Kelamin Pria
Jumlah (Jiwa)
2
Wanita
6.162
Jumlah
6.153 12.315
Sumber : Laporan Penanggung Jawaban Kepala Desa Tegal Waru Tahun 2013
Berdasarkan tabel 2 di atas jumlah penduduk wanita lebih banyak sebesar 6.162 jiwa sedangkan Laki-laki sebanyak 6.153 jiwa. Jika dilihat perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah yang ada, desa Tegal Waru merupakan wilayah berpenduduk jarang (kurang padat).
39
Dilihat dari kelompok usia, penduduk desa tegal waru, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2 Komposisi Penduduk Desa Tegal Waru Berdasarkan Usia No Kelompok Umur Jumlah Jiwa Jumlah Laki-Laki
Perempuan
1
0- 12 Bulan
90 orang
193 orang
283
2
13 Bulan – 4 Tahun
382 orang
359 orang
741
3
5 Tahun – 9 Tahun
439 orang
405 orang
844
4
10 Tahun – 14 Tahun
447 orang
494 orang
941
5
15 Tahun – 19 Tahun
446 orang
399 orang
845
6 7
20 Tahun – 24 Tahun 25 Tahun – 29 Tahun
417 orang 409 orang
364 orang 488 orang
781 897
8
30 Tahun – 34 Tahun
458 orang
454 orang
912
9
35 Tahun – 39 Tahun
455 orang
399 orang
854
10
40 Tahun – 49 Tahun
902 orang
859 orang
1761
11 12
50 Tahun – 54 Tahun 55 Tahun – 59 Tahun
450 orang 372 orang
470 orang 387 orang
920 759
13
60 Tahun – 64 Tahun
281 orang
280 orang
561
14
65 Tahun – 69 Tahun
336 orang
320 orang
656
15
70 Tahun Ke atas
441 orang
421 orang
862
Total
12617
Sumber : Laporan Penanggung Jawaban Kepala Desa Tegal Waru Tahun 2013
Berdasarkan tabel
di atas bahwa Penduduk usia muda yaitu,
dibawah usia 15 tahun (0-14 tahun) terdapat 2.809 jiwa sedangkan penduduk usia produktif yaitu, dari umur 15-59 tahun terdapat 7.729 jiwa dan. Penduduk usia lanjut yaitu, umur 60 tahun ke atas terdapat 2.079 jiwa.
40
3. Mata Pencaharian Desa Tegal Waru terdiri dari 3.209 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri 6 Rukun Warga (RW) dan 38 Rukun Tetangga (RT), Penduduk desa Tegal Waru mempunyai mata pencaharian beraneka ragam mulai dari petani hingga menjadi saudagar kaya seperti pedagang besar maupun pedagang kecil. Tabel berikut ini menjelaskan mata pencaharian masyarakat desa Tegal Waru sebagai berikut :
Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan 1. Petani 250 Orang 2. Buruh Tani 306 Orang 80 Orang 3. Buruh Migran 670 Orang 702 Orang 4. Pegawai Negeri Sipil 70 Orang 50 Orang 5. Pengrajin Industri Rumah Tangga 510 Orang 300 Orang 6. Pedagang Keliling 128 Orang 102 Orang 7. Peternak 12 Orang 8. Montir 20 Orang 9. Dokter Swasta 1 Orang 10. Bidan Swasta 2 Orang 11. TNI 10 Orang 12. POLRI 10 Orang 13. Dukun Kampung Terlatih 2 Orang 14. Buruh Pabrik 175 Orang 100 Orang Jumlah 2.342 Orang 1.338 Orang Sumber : Laporan Penanggung Jawaban Kepala Desa Tegal Waru Tahun 2013 dan masing-masing RW memiliki spesifikasi usaha masyarakat berdasarkan survai yang peneliti lakukan, bahwa warga memilih alternatif pencaharian keluarganya sebagai wirausaha dapat dilihat pada tabel berikut ini :
41
Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan RW dan Jenis Entrepreneur RW Home Industri 01 Pengrajin Anyaman, Bambu Bilik, Produksi Tas, Industri accesoris dan Industri krupuk 02 Industri Pandai Besi, Industri Sendal 03 Industri Obat-obat Herbal, dan Tananama Hias Industri Selai Kelapa, Nata de coco, dan 04 Pembiakan Ikan patin, Industri Wayang Golek dan Ternak Sapi 05 Kecap, cuka, saus, minuman orson, dan produksi ikan pindang 06
Budidaya tanaman DAS , Budidaya Jamur Total
Jumlah 5 Industri 2 Industri 2 Industri 5 Industri 5 Industri 2 Industri 21 Industri
Sumber : Berdasarkan Hasil Pengamatan Peneliti di Lapangan dan Data dari Yayasan Kuntum Indonesia
Berdasarkan tabel diatas menunjukan di RW 01 beberapa warga memilih alternatif pencaharian keluarganya sebagai pengrajin anyaman, bambu bilik, produksi tas, accesoris dan produksi krupuk. RW 02 terdapat pengrajin pandai besi, dan produksi sepatu dan sandal. RW 03 karena wilayahnya yang masih luas oleh lahan pertanian, menjadikan warga 03 menggrap lahan mereka dengan tanaman obat herbal, buah dan tanaman hias lainnya Beranjak dari RW 03 kita beralih ke RW 04 disini begitu banyak berbagai industri selai kelapa dan pembiakan ikan patin. Dari limbah industri selai kelapa, berpotensi melahirkan aneka usaha seperti brikat arang, nata de coco dan hiasan/accesoris. Di RW 05 pun terdapat entrepreneur berupa pengolahan kecap, cuka, saus dan minuman orson, produksi ikan pindang walau mengunakan
42
media produksi yang sangat sederhana telah memberikan income keluarga yang cukup menjanjikan. Kemudian terakhir di RW 06 masyarakat dominan sebagai pedagang dan tukang bangunan tapi di beberapa area terdapat budidaya jamur dan tanaman DAS yang telah cukup diakui banyak pihak. Melihat potensi SDA yang terdapat di Desa Tegalwaru tentulah menjadikan satu prestasi yang membanggakan untuk kesuburan Desa dan pergerakan/mobilitas penduduk terlihat semakin padat. Jika hal tersebut di jadikan sebagai indikator dan dapat dikatakana bahwa masyarakat di desa Tegalwaru sedang mengalami perkembangan 4. Agama Pemeluk agama dalam desa Tegal Waru beraneka ragam, adapun agama yang dianut masyarakat desa Tegal Waru mayoritas adalah muslim. Berikut jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut :
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Agama Laki-Laki Perempuan Islam 6218 Orang 6271 Orang Kristen 9 Orang 6 Orang Katolik Hindu Budha Khong Hu Cu Jumlah 6237 Orang 6277 Orang
Sumber : Laporan Penanggung Jawaban Kepala Desa Tegal Waru Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa di desa Tegal Waru hampir semua memeluk agama islam sebanyak Laki-laki 6218 orang, sedangkan pemeluk agama islam Perempuan 6271 orang. Adapun sarana
43
ibadah yang ada di desa Tegal Waru seperti Masjid terdapat 17 unit, Mushollah sebanyak 24 unit. Kehidupan beragama di desa Tegal Waru cukup baik. Hal ini dapat dilihat pengamatan sementara, sampai saat ini tidak pernah terjadi konflik berlatar agama ataupun SARA (Suku Agama Ras Dan Antar Golongan) di desa Tegal Waru. Masing-masing pemeluk agama saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai. 5. Pendidikan Untuk menunjang kemajuan pendidikan penduduk, Desa Tegal Waru juga memiliki sarana dan prasarana pendidikan baik yang bersifat religius (agama) maupun umum yang ada di Desa Tegal Waru untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6 NO 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Sarana Pendidikan Pendidikan TK SD MI MTS MA Ponpes Majlis Ta'lim
Jumlah 8 Unit 5 Unit 2 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 16 Unit
Sumber : Laporan Penanggung Jawaban Kepala Desa Tegal Waru Tahun 2013
Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 TK (Taman Kanak-Kanak) 55 Orang 2 SD 1235 Orang 3 SMP 219 Orang 4 SMA 93 Orang 5 Akademik (D1-D3) 27 Orang 6 Sarjana (S1-S3) 51 Orang Sumber : Laporan Penanggung Jawab Kepala Desa Tegal Waru 2013
44
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa masyarakat desa Tegal Waru masih banyak yang tidak peduli akan pentingnya pendidikan dapat tercatat bahwa ada sekitar 1235 Orang yang tidak melanjutkan sekolah hanya di tingkat Sekolah Dasar (SD). Namun semakin bertambah tahun banyak perubahan zaman yang membuat masyarakat manjadi peduli akan sarana pendidikan anak bangsa
dengan cara mendirikan sarana
pendidikan yang baik seperti Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 8 unit, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 5 Unit, Madrasah Ibtida’iyah (MI) sebanyak 2 unit, Madrasah Tsanawiyyah (MTS) sebanyak 1 unit, Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 1 unit, Pondok Pesantren (PONPES) sebanyak 1 unit, dan Majlis Ta’lim sebanyak 16 unit. 6. Sarana dan Prasarana Kesehatan Sarana dan Prasarana kesehatan di Desa Tegal waru masih dibilang sangat terbatas, Puskesdes atau Posyandu adalah salah satu tempat yang diandalkan warga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena untuk ke klinik atau Rumah Sakit butuh jarak tempuh sekitar letaknya di Kecamatan Ciampea.
Dan berikut
3 KM yang
tabel 9 sarana dan
prasarana kesehatan Desa Tegalwaru dibawah ini : Tabel 8 Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa Tegal Waru NO Prasarana Jumlah 1 Poliklinik 2 POSYANDU 10 Unit 3 Puskesdes 1 Unit Total 11 Unit Sumber : Laporan Penanggung Jawaban Kepala Desa Tegal Waru Tahun 2013
45
Selain keterbatasan sarana dan prasarana kesahatan, bantuan tenaga medis juga sangat minim. Karena keterbatasan tenaga medis dan obatobatan, warga seringkali memanfaatkan pengobatan tradisional seperti obat-obatan herbal yang diracik sendiri atau mengkonsumsi sembarang obat yang dijual diwarung-warung. Berdasarkan bantuan tenaga medis desa Tegalwaru dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9 Bantuan Tenaga Medis Desa Tegal Waru NO Tenaga Medis Jumlah 1 Dokter Praktek Swasta 1 Orang 2 Bidan Desa 1 Orang 3 Bidan Praktek Swasta 4 Dukun Beranak Terlatih 1 Orang 5 Kader Posyandu 50 Orang Total 53 Orang Sumber : Laporan Penanggung Jawaban Kepala Desa Tegal Waru Tahun 2013
Berdasarkan pada tabel di atas, menunjukan bahwa pelayanan kesehatan atau bantuan tenaga medis di desa-desa sangat minim, seperti di desa tegalwaru
bantuan tenaga medis hanya terdapat Dokter Praktek
Swasta 1 orang, Bidan Desa 1 orang dan Kader Posyandu 50 orang dan Desa Tegal waru terdiri dari 12.315 jiwa 6 Rukun Warga (RW) dan 38 Rukun Tetangga (RT) 7. Prasarana Perekonomian Sarana dan prasarana perekonomian dapat membantu kebutuhan sehari-hari masyarakat desa Tegal Waru dengan adanya prasarana perekonomian dapat menggali potensi sumber daya manusia untuk bisa mandiri. Masyarakat desa Tegalwaru hampir sekian besar mata
46
pencaharian masyarakatnya adalah wirausaha. Dapat kita lihat pada tabel berikut dibawah ini : Tabel 10 NO 1 2 3 4 5 6 7
Berdasarkan Sarana dan Prasarana Perekonomian Prasarana Jumlah kios/toko/warung 300 Unit Matrial/bahan bangunan 1 Unit Wartel Counter HP 15 Unit Bengkel Besi 8 Unit Bengkel Kendaraan 2 Unit Mini Market Total 126 Unit
Sumber : Laporan Penanggung Jawaban Kepala Desa Tegal Waru Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas, dapat dibuktikan bahwa masyarakat Desa Tegalwaru
menggantungkan
kehidupan
sehari-harinya
dengan
berwirausaha. Masyarakat sudah menekuni usaha ini bertahun-tahun hingga saat ini, dan ada juga yang melanjutkan usaha keluarga yang turun menurun sampai pergantian generasi. B. Profil Yayasan Kuntum Indonesia 1. Sejarah Kampong Wisata Bisnis Tegalwaru awalnya dimotori oleh seorang wanita penduduk asli yang tinggal di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru yang bernama Tatiek Kancaniati. Beliaulah yang smapai saat ini berkonsentrasi penuh dalam memajukan wisata kampong ini. Ide awal pada tahun 2008 didirikan bisnis ini adalah dimulai dari keinginan membantu masyarakat di sekitar tempat tinggalnya
47
mendapatkan penghasilan tambahan, ada harapan lain yang ingin dicapai, paling tidak daerahnya dapat menjadi alternatif destinasi ecotourism yang dapat dikenal sampai mancanegara. Obrolan dan nasehat dari beberapa teman dekatnya ditambah dengan dukungan dari RUMAH KREATIFITAS EKONOMI – MEKAR MITRA MANDARI sebagai LSM yang fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, akhirnya tercetus ide untuk mewujudkan salah satu perkampungan yang ada di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, menjadi
KAMPUNG
WISATA BISNIS yang memberikan pelatihan Entrepreneur untuk masyarakat sekaligus sebagai proyek percontohan yang mungkin akan dikembangkan juga untuk daerah lainnya di Kabupaten Bogor atau Kabupaten di daerah lainnya. Yayasan Kuntum Indonesia merupakan yayasan yang berada di pedesaan, awal berdirinya Yayasan ini pada tanggal 18 Juni 2008 sejak itu dituntut untuk bisa berkiprah lebih banyak dalam melayani masyarakat dengan melakukan “Pelatihan Entrepreneur” untuk membantu meningkatkan kapisitas pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui programnya yaitu ”Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru” (KWBT). Masyarakat yang ada disekitar Tegalwaru sebagian besar telah mengikuti Pelatihan Entrepreneur di Yayasan Kuntum Indonesia dan
Potensi
yang
dimiliki
masyarakat
Tegalwaru
mayoritas
entrepreneur terbukti bahwa ada 300 unit toko/kios/warung. Saat ini memiliki omset dan produksi yang sangat variatif dan baik merupakan
48
nilai jual KWBT untuk mengembangkan kualitas pemasaran Home Industry dan pencitraan desa Tegalwaru sebagai Desa Mandiri2 2. Identitas Yayasan Nama
: Yayasan Kuntum Indonesia.
Alamat Sekretariat
: Kampung Pulekan No 31 Desa Tegalwaru kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor – Jawa Barat
Kantor Pemasaran
: Jl. H. Mad Nur No. 43 desa Jampang kecamatan Kemang kabupaten Bogor – Jawa Barat
Telphone
: (0251)8621751 atau 081382433432
Situs Web
: www.facebook. Kampoeng Wisatabisnis www.kampoengwisatabisnistegalwaru.blo gspot.com www.tegalwarukreatif.com
Tanggal Berdiri
:18 Juni 2008
Jenis Home Industry dan UKM :
2
a. Industri Tas
g. Peternakan Kelinci
b. Industri Accesoris
h. Peternakan Kambing
c. Industri Krupuk
i. Tanaman herbal
d. Industri data de coco
j. Budidaya Jamur
e. Industri Wayang Golek
k. Budidaya Ikan Mas
f. Industri Sepatu dan Sendal
l. Budidaya Ikan Patin
Profil Yayasan KUNTUM (Kreatifitas Usaha Unit Muslimah) Indonesia
49
3. Visi dan Misi Yayasan Kuntum Indonesia a. Visi 1. Mengembangkan Potensi Sumber Daya Masyarakat dan Alam 2. Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Berbasis Modal Sosial yang Ada b. Misi 1. Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Melalui Pendampingan Kewirausahaan dan Leadership 2. Memberikan
Pembiayaan
Usaha
dan
Menghilangkan
Ketergantungan Terhadap Ekonomi Ribawi 3. Memberikan Pelayanan Sosial Masyarakat
4. Tujuan Yayasan Kuntum Indonesia a. Mengembangkan Potensi Sumber Daya Masyarakat dan Alam b. Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Berbasis Modal Sosial yang Ada c. Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Melalui Pendampingan Kewirausahaan dan Leadership d. Memberikan
Pembiayaan
Usaha
Ketergantungan Terhadap Ekonomi Ribawi e. Memberikan Pelayanan Sosial Masyarakat
dan
Menghilangkan
50
5. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat a. Meningkatkan pengetahuan seputar tekhnologi tepat guna dan applicable dalam keseharian masyarakat. b. Memberdayakan masyarakat desa Tegalwaru dengan pengenalan teknologi pembuatan briket biomassa dan tehnologi pemanfaat limbah industri seperti pemanfaatan air kelapa menjadi Coctail Nata de Coco, pemanfaatan batok dan serabut menjadi aksesoris serta pemanfaatan bambu menjadi aneka anyaman dengan berbagai jenis dan manfaatnya. c. Turut serta dalam mensukseskan program pemerintah yaitu “Program Desa Mandiri Energi”. d. Menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya ibu-ibu pedesaan dalam menambah income keluarga serta memberdayakan home industri guna menciptakan kemadirian. 6. Program Kegiatan a. Membentuk kelompok usaha besek 50 bambu sebanyak 80 orang di 4 kelurahan (2009) b. Membentuk kelompok usaha daur ulang kertas, inspirasi dari kelompok komunitas reggae dan slanker, membina remaja (2010) c. Membentuk pernak-pernik terigu kepada remaja mesjid Tegalwaru. Inspirasi produk dari anak-anak pengamen jalanan d. Menggagas dan bekerjasama dengan dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengembangkan Kampoeng Wisata Bisnis
51
Tegalwaru (2010) Kegiatan ini diliput dan ditayangkan di MNC TV, TRANS TV, AN TV, Metro TV, Net TV, Megaswara TV dll. e. Membentuk kelompok ibu-ibu super kreatif f. Membentuk asosiasi Keluarga Alumni Migran Indonesia (KAMI) Hongkong g. Membentuk sekolah Aku Bisa Mandiri kepada 40 anak-anak dhuafa Tegalwaru
7. Pendekatan Program a. Pembentukan Kelompok Secara Partisipatif b. Pendampingan Lansung c. Penumbuhan Kader Lokal d. Pengembangan Kelembagaan Komunitas e. Menjalin Kerjasama lintas pelaku (multistakeholders) 8. Komponen Program a. Pembiyaan modal usaha berbasis home industry b. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia c. Pengembangan kelembagaan komunitas d. Pemupukan modal swadaya e. Pembangunan jaringan dan sinergi f. Pembangunan informasi dan tekhnologi tepat guna
52
9. Stuktur Organisasi Gambar 1 Struktur Organisasi Yayasan KUNTUM Indonesia
Yayasan KUNTUM Indonesia
DIVISI EKONO MI
DIVISI SOSIAL
Program Klinik Sehat Terpadu 1. Kampoeng Ternak 2. Kampoeng Industri 3. Kampoeng Etnik 4. Kampoeng Wisata 5. Kampoeng Organik 6. Kampoeng Energi
Program Taman Bacaan Program Santunan Kemanusiaan Program Beasiswa
DIVISI LEADER SHIP
Pelatihan Kewirausaha an Pelatihan Jurnalistik Pelatihan Pertanian Unggul Dan Lain-lain
Sumber : Data Yayasan Kuntum Indonesia
1. Dewan Pembina
: Arief Munawar
2. Dewan Pengawas
:
a. Ketua
: Romli Suja’i
b. Anggota
: Lalu Suryade H.Sadiman Ukay Sukarna
53
3. Dewan Pengurus a. Ketua
: Tatiek Kancaniati
b. Sekertaris
: Syaiful
c. Bendahara
: Nina
d. Divisi Sosial
: Nuri
e. Divisi Ekonomi
: Amy Yanti
f. Divisi Leadership : Novi 4. Tim Project Pemberdayaan Ekonomi a. Ketua Project
: Amiyanti
b. Nama Anggota
: 1. Evi Rosiantie, Sekretaris 2.
M. Fajri Ghozali, Ahli Arang
3. Acim, Kerajinan Anyaman Bambu 4. Ajul, Pengrajin Briket Biomosa 5. Taruna Petani Tanaman Hias&Obat 6.
Tatiek K : Ahli Nata De Coco
7. Badan Amil zakat KoKab Bogor 8. Media : Radar, Jurnal Bogor, Radio Mars FM, Blog Kuntum2008.multiply.com
54
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
A. Temuan 1. Proses Program Enterpreneur Yayasan Kuntum Indonesia Entrepreneur adalah program pemberdayaan yang ditunjukan untuk membangun kemandirian ekonomi keluarga serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat mengembangkan kearah kegiatan yang bersifat positif, serta mampu menciptakan atau membangun tingkat kesejahteraan keluarga.1 Untuk tercapainya kondisi ekonomi keluarga desa tegal waru yang baik, perlu adanya pendekatan non direktif (partisipatif) maka Yayasan harus melakukan tugas di bawah ini, sebagaimana menurut Isbandi Rukminto Adi yaitu :2 “Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta bergelut dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya diskusi tentang apa yang menjadi masalah dalam masyarakat, dan memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah sukses dan sejahtera serta membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang prospektif secara sistimatik penyebab dari masalah berbisnis dan menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan”
1
Wawancara Pribadi, Ibu Tatiek Kancaniati (Pendamping Program Social Entrepreneur), Bogor, 28 November 2014 2 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CED Center for Enterpreneurship Devlopment, 2005), h. 56
55
Dalam hal ini Yayasan KUNTUM Indonesia melakukan pendampingan atau pembinaan terhadap keluarga desa Tegalwaru yaitu untuk mencegah pengangguran
dan
kemiskinan
yang
terjadi,
maka
entrepreneur
dapat
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan masyarakat mengenai hak dan kewajibannya serta meningkatkan keterampilan keluarga dalam mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Yayasan Kuntum Indonesia melakukan 5 pendekatan dalam proses entrepreneur dalam meningkatkan ekonomi keluarga dengan cara, yaitu :3 a. Pembentukan Kelompok secara Partisipatif Pada tahun 2008 Yayasan KUNTUM Indonesia membentuk sebuah kelompok usaha rumahan, proses yang ditunjukan ialah untuk menciptkan kemajuan sosial dan meningkatkan ekonomi keluarga melalui partisipatif aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. mereka memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan. Maka kelompok ini kemudian dimotivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemapuan-kemampuan mereka. Para entrepreneur berbasis kelompok diberikan modal utama melalui program pembiayaan,akses mendapatkan pembiayaan, dan upaya penanggulangan kemiskinan memiliki pengaruh terhadap pengembangan ekonomi keluarga
3
Ibid
56
b. Pendampingan Lansung ke Lapangan Pada tahap ke dua yaitu pendampingan lansung ke lapangan untuk membantu memecahkan persoalan yang dihadapi keluarga adalah permasalahan ekonomi dan bagaimana cara untuk meningkatkan ekonomi kelurga. Oleh karena itu Yayasan KUNTUM Indonesia melakukan pendampingan lansung ke lapangan untuk dapat meningkatkan hasil kapasitas SDM
melalui pelatihan, pengembangan karir, pembinaan,
bantuan pendidikan, dan identifikasi potensi diri. c. Membentuk Kader Lokal Pembentukan kader lokal, yaitu unsur warga pada lokasi program yang akan melanjutkan peran, fungsi dan tugas-tugas pedamping ketika program telah memasuki
tahap
kemandirian.
Yayasan
Kuntum
Indonesia
mendorong anak-anak yatim bisa mandiri dengan cara memotivasi mereka agar tidak putus sekolah. Sekolah memberikan pendidikan dan pelatihan kepada mereka.Selain itu juga pembentukan PKK seperti Karang Taruna, dan Kelompok Usaha Mandiri. adalah untuk membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan potensi sosial dan potensi ekonomi kelurga dalam mencapai tujuan-tujuan
yang diharapkan dalam
membangun potensi ekonomi kelurga yaitu munculnya suatu produk baru yang lahir dari masyarakat, meluasnya produk yang dikenal oleh orang luar, meningkatnya omset penjulan.
57
d. Pengembangan Kelembagaan Komunitas Pengembangan kelembagaan komunitas yaitu upaya mengembangkan suatu kelembagaan yang berbasis moral dan aktif menampung kebutuhan serta aspirasi keluarga, pengembangan kelompok yang telah didampingi lebih lanjut adalah pengorganisasian kelompok melalui pembentukan komunitas, pembentukan wadah konsolidasi, dan membuat forum kegiatan bersama. Memiliki pengaruh terhadap pengembangan entrepreneur selain itu juga meningkatkan peran kepemimpinan yang berasal dari komunitas. e. Menjalin kerja sama lintas pelaku (Multi Stakeholders) Menjaga kerja sama lintas pelaku (Multi Stakeholders) dengan pemerintah tingkat desa seperti Balai desa, Dengan Lazis Indosat dan Dompet Dhuafa yaitu untuk pengumpulan dan pengorganisasian dana dalam meningkatkan pendidikan, ekonomi dan kesehatan warga. Tujuan dari pemberdayaan ekonomi kelurga yang telah dilakukan oleh Yayasan Kuntum Indonesia melalui kegiatan-kegiatan entrepreneur untuk menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, artinya tidak ada masyarakat yang tanpa daya. Dalam hal ini pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya kreasi masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta upaya untuk mengembangkannya.
58
B. Analisis 1. Analisis Proses Entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Desa Tegal waru Proses entrepreneur diawali dengan adanya inovasi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi entrepreneur diantaranya ialah faktor internal dan eksternal. Faktor internal, meliputi hak kepemilikan, kemampuan, kompetensi dan insentif. Sedangkan faktor eksternal, meliputi lingkungan. Dalam hal ini lingkungan mempengaruhi di antaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, faktor eksternal sangat mempengaruhi Yayasan Kuntum Indonesia selaku model peran, untuk menggerakkan aktivitas warga desa tegal waru dalam memberikan pelatihan, dan keterampilan dalam bidang entrepreneur kepada anggota keluarga, di desa tegal waru termasuk peluang besar dalam meningkatkan ekonomi keluarga, untuk bisa mengatasi kemiskinan, dan pengangguran. Pada saat diwawancarai, Ibu Tatiek Kancaniati selaku leader Program entrepreneur menjelaskan bahwasannya :4 “program entrepreneur sudah berjalan lansung sejak tahun 2008 hingga saat ini. Bermula dari saya menggandeng ibu-ibu pengajian sekitar 20 orang, untuk membuat kerajinan tangan. Seperti daur ulang kertas, handycraft, nata de coco dan lain-lain. Dan menjadi sebuah kelompok-kelompok kecil, ternyata dari
4
Wawancara Pribadi, Ibu Tatiek Kancaniati (Pendamping Program Entrepreneur), Bogor, 28 November 2014
59
kebiasaan kami ngumpul-ngumpul dipengajian menjadi sebuah wirausaha yang tak terduga, yang tadinya kecil-kecilan menjadi besar dan akhirnya saya menggerakkan para anggota keluarga di desa, untuk ikut bergabung membuat sebuah wirausaha. Ternyata jumlah entrepreneur (wirausaha) di desa Tegal Waru semakin meningkat.” “Sebenarnya wirausaha di desa dulunya sudah ada, dan lumayan banyak. Tetapi mereka tidak bisa mengembangkan usahanya, alasannya mereka tidak bisa memasarkan produk buatan mereka sendiri, dan akhirnya banyak yang gulung tikar karna tidak bisa mengembangkan usahanya. Saya cukup prihatin melihat warga desa yang gampang menyerah dan akhirnya kembali menjadi buruh migran dan buruh pabrik di kota, padahal sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di desa tegal waru sangat berlimpah. Oleh karna itu saya, melakukan aktivitas di desa tegal waru. Seperti penyuluhan, serta pelatihan kapada masyarakat. Dan menggerakkan anggota-anggota keluarga agar mereka bisa meningkatkan ekonomi keluarga.”5 Penelusuran wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan. Bahwa sebagian warga desa tegal waru tidak melanjutkan sekolah, karena sudah nyaman dengan dunia mereka sendiri yaitu wirausaha. Warga desa tegal waru, sudah diajarkan teknik berjualan dari kecil oleh orang tua mereka masing-masing. Dan semakin majunya zaman membuat mereka semakin terbelakang. Karena kurangnya pendidikan membuat mereka sulit untuk mengembangkan usaha.
5
Ibid
60
Oleh
karena
itu,
Yayasan
berperan
aktif
dalam
memberikan
pendampingan, pelatihan, serta ketrampilan, kepada para masyarakat desa tegal waru, dalam menambahkan income keluarga. Bagi Johnson6, pengetahuan dan ketarampilan harus sangat dikusai oleh pekerja sosial yang terlibat dalam pengembangan masyarakat. Meliputi pengetahuan dan keterampilan tersebut tentang masyarakat, dinamika kelompok, program sosial, dan yang terakhir pemasaran sosial (social marketing). Keterampilan yang perlu dikuasai meliputi keterampilan interview, relasi sosial, studi sosial, pengumpulan dan pengorganisasian dana, pengembangan dan evaluasi program, serta identifikasi kebutuhan (needs assessment). Dalam hal ini, Yayasan Kuntum mampu mengangkat entrepreneur dalam pemberdayaan ekonomi keluarga desa tegal waru. Dengan memberikan pendampingan usaha selama 3 tahun, seperti pembuatan tas, handycraft, brikat, herbal
dan nata de coco. Saat di wawancarai Ibu Tatiek Kancaniati, Pada
dasarnya entrepreneur di desa tegal waru sudah lama terbentuk, yang dibutuhkan tinggal pendampingan berupa pelatihan-pelatihan dan bantuan modal. Pada tahun 2008 bantuan modal yang diberikan kepada kelompok entrepreneur,
mulai dari Rp500.000 – Rp2.000.000 untuk mengembangkan
usaha. Dan Yayasan menjalin kerjasama atau lintas pelaku dengan Lembagalembaga Swadaya Masyarakat atau Pemerintah Daerah setempat. Untuk dapat
6
Edi Suharto, Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat, (Bandung : PT Refika Aditama, 2005), h.45
61
memberikan pinjaman modal kepada masyarakat desa, dan membantu ekonomi keluarga berupa entrepreneur.7 Seperti yang dikatakan oleh Ibu Rara
:8
“Sejak dulu wirausaha di desa tegal waru sudah banyak, tapi tidak berkembang. Setelah diberikan pengarahan atau pendampingan berupa pelatihan wirasusaha oleh Yayasan, akhirnya bisa lebih maju lagi.” Pernyataan serupa juga diutarakan oleh Bapak Jaja : “Proses program entrepreneur ini diharapkan dapat membantu warga, khususnya dalam pendapatan ekonomi keluarga, bukan hanya sosialnya saja. dan juga menambah wawasan buat saya dan para usaha agar bisa lebih pintar lagi dalam berbisnis”9 Untuk mendukung keberlansungan program Entrepreneur, Yayasan Kuntum Indonesia bukan sekedar menciptakan laba, tetapi bagaimana mengajak orang memberikan kontribusi pada perbaikan kehidupan masyarakat. Jadi, lebih hati-hati karena harus dijaga perimbangannya yakni, tujuan finansial dan non finansial, profit dan benefit. Dengan adanya profit program kewirausahaan akan berkelanjutan kalau hanya sosial kecenderungannya tidak berkelanjutan. Pernyataan Bu Sutiah : “proses entrepreneur sangat membantu saya dalam segi ekonomi, karena pada dasarnya saya punya tanah lebar tapi tidak dipakai, sayang kan kalo tidak dimanfaatkan. dan akhirnya bu tatiek (ketua Yayasan Kuntum) menyarankan saya agar ditanamkan tanaman herbal dan hasil racikannya dapat dijual dipasaran dan juga memberikan saya cara-cara atau pelatihan tentang tanaman”10 Dalam hal ini hendaknya pelaku bisnis atau entrepreneur, menyesuaikan dengan latar belakang kompetensi dan minatnya dalam berwirausaha. Misalnya dimulai dari lingkup kegiatan dan lingkungan, seperti pemberdayaan ekonomi,
7
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tatiek Kancaniati (Pendamping Program Entrepreneur) Wawancara Pribadi dengan Ibu Rara, Bogor, 3 November 2014 9 Wawancara pribadi dengan Bapak Jaja, Bogor 5 November 2014 10 Wawancara pribadi dengan Ibu Sutiah, Bogor 5 November 2014 8
62
kesehatan, pendidikan. Dan mengetahui kebutuhan lingkungan setempat, titik masalah masyarakat tidak mengandalkan pikirannya sendiri atau merasa tau. Bisa diambil contoh desa Tegal Waru, ibu Tatiek Kancaniati sebagai ketua Yayasan Kuntum Indonesia serta pemerhati sosial, melakukan pengamatan terlebih dahulu. Desa tegal waru memiliki potensi ekonomi yang cukup menarik, masyarakatnya cekatan hingga mampu menciptakan produk unggulan yang beragam. Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap program enterepenur Yayasan KUNTUM Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi keluarga, di desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya proses entrepreneur berkembang melalui tiga proses, menurut Suryana dalam buku Kewirausahaan11 yaitu : a. Proses imitasi dan duplikasi b. Proses duplikasi dan pengembangan c. Proses menciptakan penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda. Pada tahap petama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para usaha mulai meniru ide dari orang lain, misalnya menciptkan jenis produk yang sudah ada, baik dari segi teknik produksi, desain, pemprosesan, organisasi usaha, ataupun pola pemasarannya. Keterampilan pada tahap awal ini diperoleh melalui magang atau pengalaman pribadi, baik dari lingkungan keluarga ataupun orang lain. Pada tahap kedua, yaitu duplikasi dan pengembangan, para entrepreneur mulai mengembangkan
11
ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi
mulai
Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, (Jakarta : Salemba Empat,2008) h. 71
63
mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan desain sendiri, begitu pula dengan kegiatan organisasi usaha dan pemasaran. Pada tahap ketiga, yaitu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Pada tahap ini, entrepreneur biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada mulai timbul sehingga tercipta semangat dan keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul. Penciptaan produk sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan kebutuhan konsumen serta ada keinginan untuk menjadi penantang, bahkan pemimpin pasar. Produk-produk unik yang digerakkan oleh pasar mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada. 2. Analisis Hasil Entrepreneur yang diperoleh Keluarga desa Tegal Waru dalam Pemberdayaan Yayasan Kuntum Indonesia Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, peneliti melihat
bahwa,
Pemberdayaan
Yayasan
KUNTUM
Indonesia
dalam
meningkatkan ekonomi keluarga melalui program Entrepreneur bisa dikatakan berhasil, karena program-program pelatihan entrepreneur sudah teraplikasikan dan sudah menjadi aktivitas warga dalam sehari-hari. Dengan meningkatnya ekonomi, dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Peningkatan keberhasilan ini tidak hanya menyangkut pada finansial semata atau hanya ekonomi semata. Melainkan pula pada sebagian aspek, yaitu hubungan antara peningkatan ekonomi dengan peningkatan sosial sangat berpengaruh terhadap keluarga dan masyarakat terkait antara satu dengan yang lainnya.
64
Perubahan peningkatan ekonomi keluarga, dalam hal ini mampu memberikan gajih terhadap orang lain, merupakan salah satu tingkat keberhasilan Yayasan dalam pemberdayaan ekonomi keluarga desa Tegal waru, seperti di kutip dari hasil wawancara Bapak Ibad Badrusalam produksi tas di desa Tegal Waru : “Alhamdulilah Bahkan semenjak desa tegalwaru di kenal sebagai kampung wisata bisnis oleh Yayasan KUNTUM Indonesia banyak para pengunjung datang dan mengajak saya untuk bermitra dengan mereka menurut saya itu cukup menguntungkan untuk meningkatkan mutu produk selain menambah wawasan juga. Saat ini pemesanan semakin meningkat, dalam jangka 1 minggu bisa menghasilkan 250 per lusin harga satu tas Rp35.000-Rp170.000 keuntungan dari satu tas Rp5.000 berarti, dalam satu minggu bila di rupiahkan bisa menghasilkan keuntungan bersih kisaran Rp15.000.000 . Bahkan suka ada pemesanan lebih kami suka kewalahan karena kurangnya pekerja, salah satu solusi kami mengajak sekitar 200 KK (Kepala Keluarga) yang bekerja membantu pasang-pasang besi atau accessories pada tas. Dan saat ini produksi tas kami belum ada brand atau label tersendiri, hanya kami memberi nama tas koleksi Tegal Waru. Di sini banyak yang pesan tas tapi di jual lagi ke pasaran dan bisa pake label mereka sendiri 12
12
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ibad Badrusalam, Bogor, 03 November 2014
65
Serupa juga dinyatakan oleh Bapak Risna Jaya yaitu : “saya semakin semangat berwiarusaha mba, apalagi saya sering sekali mengikuti seminar wirausaha dan bazaar yang diadakan oleh yayasan yang tadinya saya tidak tau apa-apa cara pemasaran produk sekarang akhirnya bisa juga, dan Alhamdulillah ada aja yang pesan. Dan yang paling penting bisa meningkatkan kebutuhan ekonomi keluarga aja mba”.13 Hal ini diperkuat oleh Bapak Nanang yaitu : “ sekarang mah desa tegal waru tidak seperti dulu lagi, wirausaha sekarang lumayan pintar-pintar, karena sudah bisa dibantu sama yayasan begaimana cara memasarkan produk dan meningkatkan kualitas produk dan saya jadi kebawa semangat jualannya untuk nambah penghasilan buat bayaran sekolah anak14 Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat menganalisis bahwa sebagian hasil entrepreneur yang diperoleh keluarga desa tegal waru dengan kemampuan ekonomi mampu membangun kemadirian dan kesejahteraan masyarakat desa Tegal Waru dan akhirnya masyarakat sadar akan potensi yang mereka miliki, melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis yang bermanfaat dapat meningkatkan kebutuhan ekonomi keluarga. Kini desa tidak lagi statis tetapi menjadi desa yang dinamis yang bisa memotivasi para entrepreneur. Seperti yang dikemukakan oleh Robert Agrene (dalam Lili Bariadi : Zakat dan Wirausaha, 2005) seorang wirausaha seharusnya memiliki sifat-sifat yang dapat memotivasi kehidupannya yaitu15 :
13
Wawancara pribadi dengan Bapak Risna Jaya, Bogor, 05 November 2014 Wawancara pribadi dengan Bapak Nanang, Bogor, 05 November 2014 15 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CED Center for Enterpreneurship Devlopment, 2005), h. 39 14
66
a. Confidence (Percaya Diri) Adalah langkah awal menjadi wirausahawan dengan percaya diri anda dapat memprioritaskan diri anda menjadi bisa/sanggup dalam menjalani setiap usaha-usaha tanpa harus malu memulai dari kecil. b. Energi (Semangat/Tenaga/Kekuatan) Bagai layaknya seekor kuda dalam berlari, seekor kerbau dalam membajak, dan seekor burung dalam mencengkram.Mereka semuanya mempunyai kekuatan dan kegigihan berbeda-beda.Oleh karena itu kita mempunyai potensi diri lebih besar, apabila dikembangkan dan dilatih. Kekuatan akan begitu dahsyat jika terus dipacu dan digerakkan dengan kemauan yang ada. c. Mengkalkulasi resiko yang akan terjadi Kecermatan, ketelitian, kehati-hatian merupakan sikap yang harus dimiliki dari seorang wirausaha harus mampu dan bisa mengkalkulasi kesemuanya
itu.
Tidak
ceroboh
dalam
mengambil
sikap,
menggampangkan apalagi menyepelekannya akan berakibat fatal bagi kemajuan usaha anda. d. Melakukan perubahan cara dalam penentuan lokasi Tempat strategis dapat memperoleh kemajuan yang pesat bagi usaha anda, sehingga seorang usahawan dituntut dapat melihat dan memilih tempat yang strategis untuk usaha yang akan dijalankan. e. Mempunyai sifat memimpin Apabila didalam diri wirausahawan mempunyai sifat kepemimpinan yang besar, ia akan menjadi orang hebat dalam mengelola usahanya.
67
f. Optimis Wirausahawan yang menanamkan sikap optimis akan mempunyai gambaran keberhasilan yang akan diperolehnya dalam menjalankan roda usaha. g. Kemampuan untuk mencapai target Target merupakan penyokong sebuah usaha. Dengan target dapat menentukan proyeksi keuntungan yang jelas. h. Kreatif Pencipta, mempunyai imajiner dan pembaharuan, cirri ini merupakan gambaran yang dapat diberikan oleh para pengusaha yang merubah keadaan, dari yang tidak ada menjadi nyata, serta dapat dipakai untuk kehidupan sehari-hari. Daya kreatif ini akan mengandung banyak manfaat bagi pelanggan agar mereka merasa tertarik dengan fitur-fitur baru dan unik. i. Fleksibel Seorang wirausahawan perlu mengambil langkah pasti untuk melakukanya.Fleksibel adalah jawabannya. Usahawan yang fleksibel dapat memanfaatkan keadaan dan situasi yang ada, selalu mencari jalan untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan yang ada dengan melihat apa yang saat ini digemari atau dibutuhkan customer.Mengikuti keadaan, mengambil langkah lalu tentukan apa yang harus kita lakukan.
68
j. Rasa tanggung jawab Tanggung jawab yang besar dapat membantu anda dalam menghadapi masalah resiko yang akan dialami. Tanggung jawab yang besar mengutamakan
keberhasilan
daripada
ketidakberhasilan
dalam
memecahkan kejadia-kejadian. Wirausahawan tidak melemparkan dan melimpahkan kesalahn itu kepada orang lain, dan mencari kambing hitam kejadian itu. k. Merdeka / Berdiri sendiri Mandiri, tidak mengandalkan orang lain adalah sikap yang harus dimiliki oleh wirausahawan. Pada awalnya memang tidak mudah melakukannya karena tanpa orang lain yang membantu, kita tidak akan bisa maju l. Inisiatif Inisiatif, merupakan strategi yang harus melekat bagi wirausahawan dalam mengungkapkan gagasan-gagasan tentang cara menggunakan inisiatif kita.16 Dari beberapa aspek diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwasannya entrepreneur atau wirausaha merupakan tonggak perekonomian, usaha tersebut merupakan model pencaharian masyarakat desa Tegal Waru kebanyakan. Merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan kesejahteraan masyarakat.
16
Lili Badriadi, dkk. Zakat dan Wirausaha (Jakarta : CED Center for Entrepreneurship Devlopment, 2005), h. 56
70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Proses Entrepreneur Yayasan KUNTUM Indonesia dalam meningkatkan ekonomi keluarga desa Tegal Waru Kecamatan Ciamapea Kabupaten Bogor yaitu : a. Pembentukan Kelompok secara Partisipatif, membentuk sebuah kelompok usaha, Proses yang ditunjukan ialah untuk menciptkan kemajuan sosial dan ekonomi kelurga melalui partisipatif aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. b. pendampingan lansung ke lapangan untuk membantu memecahkan persoalan yang dihadapi para entrepreneur yang sudah ada sejak dulu, permasalahan yang mereka alami adalah kurangnya pendidikan yang menyebabkan mereka sulit untuk memasarkan produk mereka ke berbagai daerah di Indonesia c. Penumbuhan kader lokal, yaitu unsur warga pada lokasi program yang akan melanjutkan peran, fungsi dan tugas-tugas pedamping ketika program telah memasuki tahap kemandirian d. pengembangan kelembagaan komunitas yaitu upaya mengembangkan suatu kelembagaan yang berbasis moral dan aktif menampung kebutuhan serta aspirasi warga, kelompok-kelompok yang telah didampingi dan merupakan bentuk pengembangan lebih lanjut.
71
e. pengorganisasian
kelompok.
melalui
pembentukan
komunitas,
pembentukan wadah konsolidasi, dan membuat forum kegiatan bersama f. Menjaga kerja sama lintas pelaku (Multi Stakeholders) dengan pemerintah tingkat desa seperti Balai desa, Dengan Lazis Indosat, dan Dompet Dhuafa, yaitu untuk pengumpulan dan pengorganisasian dana dalam meningkatkan ekonomi kelurga, pendidikan dan kesehatan warga. 2. Hasil entrepreneur yang diperoleh keluarga desa tegal waru dalam pemberdayaan Yayasan KUNTUM Indonesia, yaitu : a. hasil entrepreneur yang diperoleh keluarga desa tegal waru dengan kemampuan
ekonomi
mampu
membangun
kemadirian
dan
kesejahteraan masyarakat desa Tegal Waru dan akhirnya masyarakat sadar akan potensi yang mereka miliki, melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis yang bermanfaat b. hasil dari Pemberdayaan Yayasan KUNTUM Indonesia mampu menciptakan lapangan pekerjaan, dalam menambah income keluarga serta memberdayakan para entrepreneur. B. Saran Bedasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Dalam proses pelaksanaan program entrepreneur. Yayasan harus lebih meningkatkan program-program yang sudah ada agar
72
program-program
Yayasan
semakin
berkembang
baik
dan
berpengaruh pada ekonomi kelurga desa Tegal Waru. 2. Melihat
keberhasilan
dari
program
entrepreneur
dalam
meningkatkan ekonomi keluarga lebih dikembangkan lagi, oleh Yayasan Kuntum Indonesia. Maka studi banding, program penyuluhan
dan
seminar
harus
lebih
ditingkatkan
lagi.
Memperbanyak kerjasama kepada para Perusahaan-Perusahaan luar daerah untuk mengembangkan hasil produk industri desa tegalwaru lebih dikenal lagi di pasar Internasional.
72
DAFTAR PUSTAKA
Kutipan Buku : Badriadi, Lili. dkk. Zakat dan Wirausaha. Jakarta : CED Center for Enterpreneurship Devlopment, 2005 Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT Rineka Cipta,2008 Casson, Mark. Entrepreneurship Teori Jejaring Sejarah. Jakarta : Rajawali Pers, 2012 Emzir. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta ; PT.Raja Grafindo Persada,2010 Faisal,
Sanafiah. Format-Format Penelitian Sosial. Rajagrafindo Persada, 2005
Jakarta:
PT.
Herdiansyah, Haris. Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta : PT. Salemba Humanika,2010 Islamic School Support Network (ISSN). Buku Panduan Guru Kewirausahaan Sosial Berbasisi Sekolah. Jakarta: ISSN, 2014 Ismono, Hendry. “Memberdayakan Warga Lewat Kampong Wisata oleh Tatiek Kancaniati”. Nova, 27 April 2014 J. Moleong, lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008 Mikkelsen, Britha. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, DKI Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2003 Moelyono, Mauled. Menggerakkan Ekonomi Kreatif Antara Tuntutan dan Kebutuhan,Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2010 Parker, Ian. Psikologi Kualitatif.Yogyakarta:Andi,2008 Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : PT.Refika Aditama, 2008 Soetomo. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar,2006 S, Mulyadi. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003
73
Suharto, Edi. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan, Bandung: PT.Alfabeta,2009 Suryana. Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses,Bandung: Salemba Empat,2009 Suryana,Yuyus dan Bayu, Kartib. Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Jakarta:PT. Kencana Prenada Media Goup,2011 Salam, Syamsir dan Fadhillah, Amir. Sosiologi Pedesaan. Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah,2008 Usman
Sunyoto. Pembangunan dan Pemberdayaan Yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar,2006
Jakarta :
Masyarakat.
Wignyosoebroto, Soetandyo. dkk. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : LKIS Pustaka Pesantren, 2005 Yunus, Muhammad. Islam dan Kewirausahaan Inovatif. Malang : UIN Malang Press, 2008
Wawancara Pribadi
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tatiek Kancaniati (Pendamping Program Entrepreneur ), Bogor, 28 November 2014 Wawancara Pribadi dengan Mba Rara (Kordinator Lapangan Yayasan KUNTUM Indonesia), Bogor, 03 November 2014 Wawancara Pribadi dengan Bpk Risna Jaya warga desa Tegal Waru Bogor, 11 November 2014 Wawancara Pribadi dengan Bpk Budi Susilo Setiawan warga desa Tegal Waru Bogor, 05 November 2014 Wawancara Pribadi dengan Bpk Nanang warga desa Tegal Waru Bogor, 03 November 2014 Wawancara Pribadi dengan Bpk Jaja warga desa Tegal Waru Bogor, 03 November 2014 Wawancara Pribadi dengan Bpk Ibad Badrusalam warga desa Tegal Waru Bogor, 03 November 2014 Wawancara Pribadi dengan Bpk Irwansyah warga desa Tegal Waru Bogor, 03 November 2014
Yayasan KUNTUM Indonesia Akta Notaris Tuty Sriwahyuni : 03/23 April 2008 Kp Pulekan no 31 Rt 01.01 Tegalwaru Ciampae Kabupaten Bogor Jawa Barat. 081382433432/08568096624 Nomor : 00031/KUNTUM/08/2014 Bogor: 2 Januari 2015
Nomor
:003/I/2015
Lampiran
: 1 (Satu) bundel
Hal
: Pernyataan Penelitian /Wawancara
Kepada Yth, Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini, Nama
: Yulia Yusyunita
NIM
: 1110054000012
Jurusan/Semester : Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) / IX Menyatakan benar mahasiwi diatas telah melaksanakan penelitia/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Entrepreneur Yayasan Kuntum Indonesia dalam Pemberdayaan Ekonomi Keluarga di Desa Tegal Waru Kec. Ciampea Kab. Bogor Atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Hormat Kami
Tatiek Kancaniati Ketua Yayasan Kuntum Indonesia
WAWANCARA PENDAMPING PROGRAM ENTREPRENUR
Nama
: Tatiek Kancaniati
Jabatan
: Ketua Yayasan KUNTUM Indonesia
Umur
: 40 tahun
Pendidikan Akhir
: Sarjana
Waktu
: Jum’at 28-10-2014/10:45
1. Bagaimana awal mula berdirinya Yayasan KUNTUM (Kreativitas Usaha Unit Muslimah) dan program entrepreneur ? Jawab :
Pada tahun 2006 saya langsung mendirikan Yayasan KUNTUM
Indonesia. KUNTUM artinya Kreatifitas Usaha Unit Muslimah. Saat itu saya berpikir bagaimana agar para wanita pedesaan ini bisa diberdayakan dan isu pernikanan dini serta putus sekolah bisa terpecahkan dan dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Akhirnya saya membuat strategi pembinaan berbagai
keterampilan
usaha
rumahan
walau
saat
itu
hanya
sekedar share pengetahuan saja, belum terpikir untuk membentuk entrepreneur. Tetapi sekarang sudah terpikirkan dan sudah ada program entrepreneur dari yayasan walaupun di kampung ini sudah banyak entrepreneur tetapi mereka banyak mengalami kendala dan akhirnya saya memberikan solusi cara penjualan produk dan Alhamdulillah diterima baik oleh masyarakat hingga sampai saat ini.
2. Adakah faktor penghambat berdirinya Yayasan KUNTUM Indonesia ? Jawab : Penghambat atau kendala bagi Yayasan dalam memperkenalkan program entrepreneur ke desa tegalwaru kendalanya adalah menghadapi para oknum-oknum pemerintah yang berorientasi materi. Apalagi oknum tersebut sampai mengalang massa untuk memboikot ketika pengunjung datang ke pelatihan dan menyebar isu negatif. Fitnah yang mereka lontarkan
adalah
bahwa
yayasan
KUNTUM
illegal
dan
hanya
memanfaatkan bisnis masyarakat untuk kekayaan pribadi, dan lain-lain. tapi semua tuduhan itu tidak terbukti sama sekali dan justru masyarakat
membela program entrepreneur adalah positif dan bisa membantu ekonomi keluarga desa tegal waru. 3. Adakah bantuan atau sumbangan yang diberikan oleh LSM atau pemerintah untuk kemajuan program entrepreneur ? Jawab : kalau untuk bantuan, alhamdulillah ada aja, baik itu dari pemerintah atau LSM 4. Berapa besar modal yang diberikan Yayasan KUNTUM Indonesia untuk anggota kelurga yang bergabung dalam program entrepreneur ? Jawab : modal awal yang berikan pada tahun 2008 berupa uang tunai Rp500.000-Rp2.000.000 dan akhirnya para warga bisa membuktikan dengan uang yang berikan usahanya bisa lebih maju lagi sampai saat ini 5. Apa tujuan utama dari program entrepreneur desa tegal waru? Jawab : bertujuan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat berkembang kearah kegiatan yang positif berupa entreprenur, sehingga mampu meningkatkan ekonomi keluarga. 6. Apa saja kegiatan entrepreneur warga desa tegal waru? Jawab : Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan itu banyak sekali dan kegiatan yang bertujuan kewirausahaan bertujuan sosial di antaranya yaitu contoh internal memberikan bantuan dan memotivasi anak-anak yatim kurang lebih 40 orang dan remaja-remaja masjid mendorong mereka untuk bisa berwirausaha dan menjadi anak-anak yang madiri. Pembuatan daur ulang kertas, manisan buah, dan lain sebaginya yang dapat mendorong ekonomi keluarga. 7. Adakah prestasi atau penghargaan yang didapat oleh warga beserta Yayasan dalam program entrepreneur? Jawab : Alhamdulillah beberapa sentra usaha yang menjadi mitra dipercaya mejadi sentra herbal terbaik se-Kabupaten Bogor dan beberapa kali mengikuti lomba tingkat provinsi. Para wirausahaan juga diliput di media TV nasional, tercatat pernah masuk dalam program ANTV : Perempuan Hebat, MNCTV : Program Acara Liputan Pagi, Inspirasi Sore, Diantara Kita, Trans 7, Laptop si Unyil, Merajut Asa, Metro TV, NET TV dll.
8. Sampai saat ini ada berapa entrepreneur yang sudah dibina dan diberikan pelatihan oleh Yayasan KUNTUM Indonesia? Jawab : Alhamdulillah sampai saat ini sudah banyak yang termasuk binaan Yayasan adalah Nata de coco, handycraft, kerajinan kertas, arang batok, herbal, tas dan masih banyak lagi. Dan para entrepreneur yang sudah ada pun banyak yang bergabung. 9. Bagimana respons warga desa tegal waru dengan adanya program entrepreneur? Jawab : Respons masyarakat berbeda-beda ada yang berfikir positif tentang kami dan ada juga yang negatif tergantung kepada merekanya bagimana menerima kita. 10. Apa hasil yang diperoleh keluarga desa tegal waru dalam pemberdayaan entrepreneur? Jawab : hasil yang diperoleh seperti tadi yang saya jelaskan. Bahwasannya warga yang tadinya pengangguran jadi punya kerjaan tidak harus pergi ke kota cari kerjaan, warga yang tidak mengerti masalah pemasaran / penjualan akhirnya bisa tau, warga yang kesulitan dalam modal bisa jadi punya modal dengan adanya pendampingan program entrepreneur untuk membantu ekonomi keluarga 11. Apa
harapan
Yayasan
KUNTUM
Indonesia
terhadap
program
entrepreneur ? Jawab : Saya ingin kedepannya Yayasan KUNTUM Indonesia punya fasilitas berupa bangunan tidak lagi harus di pendopo apabila ada yang pelatihan. Mimpi dan harapa saya masih besar, ke depan kegiatan yang dirintis ini bisa dicontoh tempat lain sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga desa tegal waru.
Pendamping Program
Tatiek Kancaniati
Pewancara
Yulia Yusyunita
HASIL WAWANCARA ENTREPRENEUR
Nama
: Ibad Badrusalam
Umur
: 52 tahun
Pendidikan Akhir
: SD
Waktu
: 10:45 WIB /03.11.2014
1. Apakah bapak/ibu tau tentang program sosial entrepreneur di Yayasan KUNTUM Indonesia ? Jawab : iya saya taunya ibu Tatiek Kancaniati yang bikin program entrepreneur dan bikin kampung tegal waru jadi kampung wisata.
2. Bagimanakah respons bapak/ibu dengan adanya program entrepreneur di desa tegal waru? Jawab : Ya bagus mbak, jadi banyak orang yang tau dan kampung kami jadi bahan percontohan untuk kampung-kampung yang lain karena banyak wiarausahanya.
3. Bagaimana dampak dari program entrepreneur terhadap perekonomian keluarga desa tegal waru ? Jawab : ya Alhamdulillah, sedikit ngebantu dalam segi pemasaran produk. cukup ngebantu perekonomian juga dan masyarakat jadi banyak yang tidak nganggur ada aja kerjaan.
4. Bagaiamana menurut bapak/ibu, apabila ada kunjungan masyarakat luar untuk wisata ke kampung tegal waru ? Jawab : kebanyakan kalau pengunjung datang, mereka ikut yang pelatihan entrepreneur dari ibu tatiek itu. Dan tas buatan saya banyak yang pesan.
5. Jenis usaha apa saja yang saat ini bapak/ibu tekuni ? Jawab : untuk saat ini bapak, masih fokus sama penjualan tas saja dulu.
6. Sudah berapa lama bapak/ibu berwirausaha? Jawab : Alhamdulillah, sudah cukup lama mbak, sudah 14 tahun.
7. Berapa omset penjualan bapak/ibu dalam 1 minggu atau 1 bulan? Jawab : dari pas ada KUNTUM Organizer, nah kampung kami jadi banyak yang kenal mba, ya Alhamdulillah dalam 1 minggu bisa ada yang pesan tas 250 lusin kalau di rupiahkan bisa mencapai 15 juta.
8. Apa harapan bapak/ibu untuk usaha ke depannya? Jawab : Harapan bapak ya, semoga pembuatan tas bapak ini, semakin laku dan untuk kampung wisata tegal waru juga makin banyak di kenal orang jadi makin banyak pengujung makin banyak pembeli juga.
HASIL WAWANCARA ENTREPRENEUR
Nama
: Irwansah
Umur
: 37 tahun
Pendidikan Akhir
: SMP
Waktu
: 11.30 WIB /03.11.2014
1. Apakah bapak/ibu tau tentang program sosial entrepreneur di Yayasan KUNTUM Indonesia ? Jawab : iya saya tau Ibu Tatiek Kancaniati yang mengubah kampung tegal waru jadi kampung wiasata saat ini.
2. Bagimanakah respons bapak/ibu dengan adanya program entrepreneur di desa tegal waru? Jawab : program entrepreneur itu bagus, tapi dari dulu juga sebelum ada program entrepreneur kapung tegal waru memang banyak wirausahanya, tapi tidak semaju sekarang ini
3. Bagaimana dampak dari program entrepreneur terhadap perekonomian keluarga desa tegal waru ? Jawab : Entreprenur ini membantu sekali buat ekonomi keluarga, apalagi kalau yang anak-anaknya banyak, bingung cari kerja, ya bergabung wirausaha aja dengan Yayasan.
4. Bagaiamana menurut bapak/ibu, apabila ada kunjungan masyarakat luar untuk wisata ke kampung tegal waru ? Jawab : kalau ada pengunjung ya jualan saya laku.
5. Jenis usaha apa saja yang saat ini bapak/ibu tekuni ? Jawab : sepatu dan sandal
6. Sudah berapa lama bapak/ibu berwirausaha? Jawab : kalau untuk usaha ini saya turun menurun dari orang tua udah 30 tahun tapi kalau saya sendiri baru 5 tahun.
7. Berapa omset penjualan bapak/ibu dalam 1 minggu atau 1 bulan? Jawab : kalau pemesanan dalam satu minggu banyak ya. Karena satu hari bisa ada pesanan 200 pasang sepatu. Dan itu dipasarkan didaerah bogor aja.
8. Apa harapan bapak/ibu untuk usaha ke depannya? Jawab : Harapan pengennya lebih maju lagi usahanya dan bisa memperbesar ruangan pembuatan sepatunya.
HASIL WAWANCARA ENTREPRENEUR
Nama
: Jaja
Umur
: 47 tahun
Pendidikan Akhir
: SD
Waktu
: 11.30 WIB /03.11.2014
1. Apakah bapak/ibu tau tentang program sosial entrepreneur di Yayasan KUNTUM Indonesia ? Jawab : Iya, Ibu tatiek itu ketua Yayasan KUNTUM Indonesia, dan beliau juga yang membuat kelompok besek dan golok untuk wirausaha warga. Dan saya juga bergabung dengan yayasan dalam program entrepreneur.
2. Bagimanakah respons bapak/ibu dengan adanya program entrepreneur di desa tegal waru? Jawab : tanggapan saya sih bagus-bagus aja, karena dengan begitu bisa mengurangi pengangguran.
3. Bagaimana dampak dari program entrepreneur terhadap perekonomian keluarga desa tegal waru ? Jawab : ya Alhamdulillah dengan entrepreneur saya bisa saling membantu keluarga tetangga dengan memberikan pekerjaan dengan warga yang nganggur itu berkah rejekinya.
4. Bagaiamana menurut bapak/ibu, apabila ada kunjungan masyarakat luar untuk wisata ke kampung tegal waru ? Jawab : kalau kunjungan itu banyak mbak, ada aja yang pengen belajar cara bikin besek dan golok yang pembeli dari luar daerah juga banyak, bahkan pernah ada yang pesar luar jawa seperti lampung.
5. Jenis usaha apa saja yang saat ini bapak/ibu tekuni ? Jawab : golok dan besek
6. Sudah berapa lama bapak/ibu berwirausaha? Jawab : dari semenjak saya SD sudah mulai belajar bikin sampai sekarang.
7. Berapa omset penjualan bapak/ibu dalam 1 minggu atau 1 bulan? Jawab : kalau dalam 1 bulan bisa sampai 90 juta belum bersihnya.
8. Apa harapan bapak/ibu untuk usaha ke depannya? Jawab : Pastinya pengen lebih maju lagi usahanya mbak, dan bermanfaat buat orang banyak.
HASIL WAWANCARA ENTREPRENEUR
Nama
: Risna Jaya
Umur
: 48 tahun
Pendidikan Akhir
: SMP
Waktu
: 10:45 WIB /05.11.2014
1. Apakah bapak/ibu tau tentang program sosial entrepreneur di Yayasan KUNTUM Indonesia ? Jawab : Iya saya tau ibu tatiek kancaniati, dan saya juga ikut bergabung dengan program entrepreneur seperti bazar-bazar yang diadakan oleh ibu tatiek sebagi ketua Yayasan KUNTUM Indonesia.
2. Bagimanakah respons bapak/ibu dengan adanya program entrepreneur di desa tegal waru? Jawab : bagus mbak, ya bapak sih mendukung aja selagi itu baik buat warga
3. Bagaimana dampak dari program entrepreneur terhadap perekonomian keluarga desa tegal waru ? Jawab : kalau untuk bapak pribadi, program entrepreneur ini ya bisa bantu kebutuhan ekonomi keluarga, ya apalagi warga-warga disini banyak yang gak ada kerjaan banyak yang lari ke Jakarta buat cari duit padahal disini juga kalau usahanya dikembangkan bisa lebih maju lagi. Apalagi kampung tegal waru sudah jadi kampung wisata jadi makin banyak pengunjung.
4. Bagaiamana menurut bapak/ibu, apabila ada kunjungan masyarakat luar untuk wisata ke kampung tegal waru ? Jawab : setiap ada pengunjung datang untuk pelatihan entrepreneur, pasti banyak yang nawarin bisnis, kayak waktu dulu saya pernah ditawarkan bisnis tapi bukannya untung malahan saya kebobolan karena sistem bisnisnya simpan barang kalau habis baru bikin lagi, kalau begitu saya malahan kewalahan karena modalnya kurang. Jadi sekarang ada pengunjung ada yang datang ya cukup lihat-lihat aja dulu kalau tertarik mereka baru pada beli.
5. Jenis usaha apa saja yang saat ini bapak/ibu tekuni ? Jawab : bapak dari dulu sampai sekarang pengrajin wayang golek.
6. Sudah berapa lama bapak/ibu berwirausaha? Jawab : Dari semenjak umur 12 tahun buat wayang dan usaha juga di wayang.
7. Berapa omset penjualan bapak/ibu dalam 1 minggu atau 1 bulan? Jawab : kalau lagi rame yang pesan wayang bisa 3 kali dalam satu minggu harganya juga bermacam-macam mulai dari Rp150.000Rp600.000 itu harga tergantung dengan ukurannya kalau lebih kecil murahan harganya kalau yang gede ya bisa mahal.
8. Apa harapan bapak/ibu untuk usaha ke depannya? Jawab : Harapan bapak, ya pengen usaha wayang ini lebih maju lagi dan bisa renovasi rumah.
Bahan Mentah Pembuatan Tas Tegal Waru
Hasil Tas Tegal Waru yang sudah jadi
Limbah Air Kelapa di manfaatkan oleh warga
Hasil air limbah kelapa di jadikan data de coco
Proses Pencetakkan Krupuk
Proses tahap akhir pengeringan krupuk
Pembuatan Briket dan Arang Batok
Hasil Arang Batok yang sudah jadi
Pelatihan Kerajinan tangan Para Peserta Social Entrepreneur dari TKW Hongkong
Sosialisasi para TKW Hongkong ke industri kerupuk Tegalwaru
Acara Bazar untuk melatih berwirausaha para TKW Hongkong