PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT KELUARGA MELALUI PERAN SERTA MASYARAKAT (Studi Kasus di Kampung Gunung Leutik Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Bogor)
SUSAN ROSMIATI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT KELUARGA MELALUI PERAN SERTA MASYARAKAT (Studi Kasus di Kampung Gunung Leutik Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Bogor)
SUSAN ROSMIATI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN Susan Rosmiati (E34050745). Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga Melalui Peran Serta Masyarakat (Studi Kasus di Kampung Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea, Bogor). Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan EDHI SANDRA. Masalah kesehatan merupakan aspek penting di dalam mencapai kesejahteraan hidup keluarga dan masyarakat. Namun bagi sebagian kalangan masyarakat akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, maupun obat-obatan modern sangat kurang. Dalam mengatasi hal tersebut, masyarakat perlu mencari alternatif untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut, yaitu kembali ke alam dengan memanfaatkan obat-obatan bahan alami, khususnya tumbuhan yang relatif lebih murah. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui tentang potensi dan manfaat tumbuhan obat di sekitarnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan mereka. Program tumbuhan obat keluarga (TOGA) akan berhasil apabila ada dukungan dan kesadaran masyarakat akan pengembangan tumbuhan sebagai bahan pengobatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi tumbuhan obat yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara mandiri, menggali pengetahuan, pemanfaatan dan budidaya tumbuhan obat keluarga (TOGA) sebagai sarana pengobatan dan pemeliharaan kesehatan keluarga, mengidentifikasi permasalahan dan keinginan masyarakat dalam pengembangan tumbuhan obat keluarga (TOGA) serta pemecahannya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2009 di Kampung Gunung Leutik Desa Benteng Kecamatan Ciampea, Bogor. Bahan dan alat yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi : dokumen dari berbagai instansi, peta, kamera, kuisioner untuk masyarakat Gunung Leutik dalam kaitannya pengetahuan, pemanfaatan dan budidaya tumbuhan obat, alat tulis menulis. Gunung Leutik memiliki potensi tumbuhan obat yang sangat besar yaitu 216 spesies tumbuhan obat dari 70 famili yang tersebar di 6 rukun tetangga. Tumbuhan obat yang banyak dibudidayakan tumbuh di pekarangan dan kebun. Berdasarkan tipologi habitat, pekarangan rumah dan kebun merupakan tempat yang banyak ditemukan tumbuhan obat. Habitus terbanyak dari potensi tumbuhan obat adalah herba sementara jika dilihat dari bagian yang dimanfaatkan adalah daun dan akar. Potensi tumbuhan obat Kampung Gunung Leutik ini mampu mengobati 25 kelompok penyakit yang merupakan penyakit yang biasa dialami oleh masyarakat. Potensi tumbuhan obat ini masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat karena hanya 45,37% yang diketahui oleh masyarakat, 21,76% yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat dan 26,85% yang dibudidayakan. Salah satu pengembangan TOGA yang dapat dilakukan yaitu melalui budidaya tumbuhan obat penting. Sehingga melalui pengembangan TOGA ini, masyarakat benar-benar dapat memanfaatkan TOGA untuk menjaga kesehatan keluarga, masyarakat sekitar dan berdampak pada kesejahteraan hidup yang lebih baik. Kata kunci : Tumbuhan obat, Tipologi habitat, Habitus, Keluarga, Kesehatan
SUMMARY Susan Rosmiati (E34050745). Family’s Medicinal Plants Development through Community Participation (Case Study in Gunung Leutik Village, Ciampea Subdistrict, Bogor). Under supervision of : AGUS HIKMAT and EDHI SANDRA Health is a crucial aspect to reach family and social welfare. Unfortunately, it is still difficult for some people to access health services and modern medicines. The alternative solutions are needed to solve health problems. One of the best solutions is back to the nature by consuming natural medicines obtained from medicinal plants, which is relatively safer and cheaper. Therefore people need to understand about the potencies and benefits of medicinal plants surround them in order to build community’s interest on natural medicines and develop family’s medicinal plants. The objective of this research is identifying the medicine plant potency which can be developed to increase the family health independently, searching knowledge, using and cultivating the family’s medicinal plants as a medicine facility and family health preservation. This study was conducted during May until June 2009 in Gunung Leutik Village, Ciampea Subdistrict, Bogor. Materials and tools that were used such documents from certain institutions; map; camera; questioner related to the community’s knowledge, utilization and cultivation of medicinal plants and writing equipments. This research was conducted in May until June 2009 at Kampung Gunung Leutik, Benteng Village, Kecamatan Ciampea, Bogor. Materials and devices that needed in this research are: documents from many instances, map, camera, questionnaire for citizen of Gunung Leutik in the relationship with knowledge, usage and cultivation of medicine plant, writing tools. Gunung Leutik Village possesses big medicinal plants potencies that consist of 216 species, 70 family spread at 6 RT. Based on habitat typology, the potencies of medicinal plants are mostly found at house yards and gardens. The habitus is dominated by herbs. Leaves and roots are parts of plants that mostly used. The potencies of medicinal plants in Gunung Leutik village are able to be used for treating 25 kinds of illness. The potencies of medicinal plants are not used optimally yet. Out of 216 species of medicinal plants, only 45, 37% was known by people, 21, 76% was usually used and 26, 85% was cultivated. One of solution to develop family’s medicinal plants is cultivating important medicinal plants. It is hopefully, the family’s medicinal plants will be used properly to maintain family’s and community’s health toward better quality of life. Keywords: Medicinal plants, habitat typology, habitus, family, health
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga Melalui Peran Serta Masyarakat (Studi Kasus di Kampung Gunung Leutik Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Bogor)” adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2010 Susan Rosmiati E34050745
Judul Skripsi
: Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga Melalui Peran Serta Masyarakat (Studi Kasus di Kampung Gunung Leutik Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Bogor)
Nama Mahasiswa
: Susan Rosmiati
NIM
: E34050745
Menyetujui :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. Agus Hikmat, M. Sc. F NIP. 19620918 198903 1 002
Ir. Edhi Sandra, MSi NIP. 19661019 199303 1 002
Mengetahui : Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga Melalui Peran Serta Masyarakat (Studi Kasus di Kampung Gunung Leutik Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Bogor). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Dalam kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada: 1. Dr. Ir. Agus Hikmat, MSc.F dan Ir. Edhi Sandra, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan berharga dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini serta Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam skripsi ini. 2. Dr. Lina Karlinasari, S. Hut, M. ScF sebagai dosen penguji wakil dari Departemen Hasil Hutan dan Ir. Muhdin, M ScF, Trop sebagai dosen penguji Manajemen Hutan dan Dr. Ir. Istomo, MS sebagai dosen penguji Silvikultur. 3. Kedua orang tua tercinta, ibunda Eros Rosidah, ayahanda Ano Sulaeman kakakku, Ir. P. Rahmat Efendi, Dra. E. Kenrossilawati dan Rahadian Rangga Purnama atas segala do’a, kasih sayang, cinta dan pengertiannya 4. Pemerintahan Desa dan masyarakat Kampung Gunung Leutik Desa Benteng atas kerjasamanya dalam pengambilan data penelitian. 5. Sahabat-sahabat
tersayang
Risna
Trisnawati,
Shanti
Susanti,
Amelia
Rahmatika, Tresika Deryanti, Marlina Nurul Maghribi, Dini Martharina, Lina Nurhayati, dan teman-teman KSHE Tarsius 42 atas semangat dan bantuannya, serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai suatu kebaikan di sisi-Nya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun demikian penulis berharap semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia kehutanan pada khususnya. Bogor, Januari 2010 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pameungpeuk-Garut, Jawa Barat pada tanggal 7 Desember 1986 sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Ano Sulaeman dan Ibu Eros Rosidah. Penulis mengawali pendidikan di SDN Pameungpeuk-Garut II tahun 1993-1999. Selanjutnya di SMP Negeri I PameungpeukGarut tahun 1999-2002, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri I Pameungpeuk-Garut tahun 2002-2005. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA I Pameungpeuk-Garut dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yakni sebagai staf Departemen Pengembangan Sumberdaya manusia DKM Ibaadurrahman
tahun
2007,
anggota
Himpunan
Mahasiswa
Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan menjadi anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF) pada tahun 2007. Tahun 2009 penulis menjadi asisten mata kuliah Konservasi Tumbuhan Obat. Tahun 2007 penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di BKPH Gunung Slamet, KPH Banyumas Timur Jalur BaturradenCilacap dan BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat. Tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Umum Konservasi Ek-situ di Kebun Tanaman Obat Karyasari, Leuwiliang-Bogor, dan Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Tahun 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Sukabumi-Jawa Barat. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga Melalui Peran Serta Masyarakat (Studi Kasus di Kampung Gunung Leutik Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Bogor) “ di bawah bimbingan Dr. Ir. Agus Hikmat, M. ScF. dan Ir. Edhi Sandra MS.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................
i
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................... 1.3 Manfaat Penelitian .........................................................................
1 2 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat ............................................................................. 2.2 Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) ................................................ 2.3 Pengembangan Tumbuhan Obat di Indonesia ................................. 2.4 Pelayanan Kesehatan ....................................................................... 2.5 Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Peranan Pekarangan ................... 2.6 Masyarakat Desa ............................................................................
3 4 5 6 8 9
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................... 3.2 Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 3.3 Metode Penelitian .......................................................................... 3.3.1 Tahapan penelitian ................................................................ 3.3.2 Pengumpulan data ................................................................. 3.3.2.1 Studi literatur .............................................................. 3.3.2.2 Pengamatan potensi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) .................................................................. 3.3.2.3 Wawancara .................................................................. 3.3.2.4 Pengolahan dan Analisis Data .....................................
10 10 10 10 11 11 12 12 12
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Desa Benteng ................................................................................... 4.1.1 Letak dan Luas Kawasan ......................................................... 4.1.2 Topografi, iklim dan tanah ....................................................... 4.1.3 Kondisi demografi, sosial dan ekonomi ................................... 4.1.4 Keadaan sarana dan prasarana untuk kesehatan ......................
14 14 15 15 16
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Karakteristik Responden ............................................................. 5.1.1 Umur responden ........................................................................ 5.1.2 Pendidikan responden .............................................................. 5.1.3 Luas kepemilikan lahan responden ......................................... 5.1.4 Mata pencaharian responden ...................................................
17 17 17 18 18
5.1.5 Pendapatan total responden .................................................... 5.2 Potensi Tumbuhan Obat Kampung Gunung Leutik ........................ 5.2.1 Potensi tumbuhan obat berdasarkan familinya ....................... 5.2.2 Potensi tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat ................ 5.2.3 Data frekuensi perjumpaan tumbuhan obat ............................. 5.2.4 Data potensi tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit 5.2.5 Potensi tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan .. 5.2.6 Potensi tumbuhan obat berdasarkan habitus ........................... 5.3 Jenis Penyakit Masyarakat ............................................................... 5.4 Pendapat, Pengetahuan, Pemanfaatan dan Budidaya Tumbuhan Obat 5.4.1 Pendapat terhadap TOGA ....................................................... 5.4.2 Pengetahuan terhadap TOGA ................................................. 5.4.3 Pemanfaatan TOGA ................................................................ 5.4.4 Budidaya TOGA ..................................................................... 5.5 Permasalahan, Keinginan Masyarakat dan Strategi Pengembangan TOGA .............................................................................................. 5.5.1 Permasalahan dan Keinginan Masyarakat dalam Pengembangan TOGA.............................................................. 5.5.2 Strategi dalam PengembanganTOGA .....................................
19 20 20 21 22 23 25 26 27 28 28 31 32 35 36 36 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 6.2 Saran ..................................................................................................
48 48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
49
LAMPIRAN .................................................................................................
55
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1
Jenis kegiatan dan aspek yang dikaji dalam penelitian ............................
11
2
Pemanfaatn lahan/ penggunaan lahan di Desa Benteng ..........................
15
3
Jumlah penduduk Desa Benteng .............................................................
15
4
Jenis mata pencaharian penduduk Desa Benteng ....................................
16
5
Jumlah pemeluk agama di Desa Benteng .................................................
16
6
Jumlah responden menurut kelompok umur ...........................................
17
7
Tingkat pendidikan responden ................................................................
17
8
Luas kepemilikan lahan responden .........................................................
18
9
Mata pencaharian responden ...................................................................
19
10 Pendapatan total responden .....................................................................
20
11 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok familinya ...........
21
12 Data frekuensi perjumpaan tumbuhan obat .............................................
22
13 Kelompok penyakit yang bisa diobati berdasarkan jumlah spesies tumbuhan obat terbanyak ........................................................................
24
14 Jumlah dan persentase spesies tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan ........................................................................................
26
15 Rekapitulasi jumlah dan persentase spesies tumbuhan obat di desa berdasarkan nama habitusnya ..................................................................
26
16 Penyakit yang banyak diderita masyarakat .............................................
27
17 Tindakan berobat yang dilakukan oleh responden jika sakit ...................
28
18 Kelompok penyakit umum yang sering diobati dengan tumbuhan obat pada responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng ..............
29
19 Tingkat pengetahuan responden terhadap spesies tumbuhan obat ..........
32
20 Spesies tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan responden ................
33
21 Spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan ...........................................
35
22 Spesies tumbuhan obat yang dapat dikembangkan ..................................
40
23 Strategi pengembangan tumbuhan obat ...................................................
47
DAFTAR GAMBAR
No. 1.
Halaman Denah Desa Benteng .................................................................................. 14
2. Potensi tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat ................................... 22 3. Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng .................................................. 34 4. Strategi pengembangan tumbuhan obat keluarga .......................................
39
DAFTAR LAMPIRAN No. 1
Halaman Rekapitulasi kuesioner Kampung Gunung Leutik,Desa Benteng ..................................................................................................
2
Potensi tumbuhan obat berdasarkan manfaat dan wilayah administratif ...........................................................................................
3
53 54
Rekapitulasi jumlah famili dari potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik ......................................................................
83
4
Data frekuensi perjumpaan tumbuhan obat ...........................................
85
5
Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan klasifikasi kelompok penyakit atau penggunaannya .............................
6
Tingkat
pengetahuan
responden
terhadap
spesies
tumbuhan obat ....................................................................................... 7
89
Daftar spesies tumbuhan obat keluarha yang diketahui oleh responden dan sudah dimanfaatkan ........................................................
8
87
90
Rekapitulasi data penyakit UPTD Puskesmas Ciampea Tahun 2007 ............................................................................................
91
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan aspek penting di dalam mencapai kesejahteraan hidup keluarga dan masyarakat. Namun, bagi sebagian kalangan masyarakat akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, maupun obat-obatan modern sangat kurang. Dalam mengatasi hal tersebut, masyarakat perlu mencari alternatif untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut, yaitu kembali ke alam dengan memanfaatkan obat-obatan bahan alami, khususnya tumbuhan yang relatif lebih murah. Pengetahuan pemanfaatan tumbuhan obat telah diwariskan secara turun temurun sebagai budaya bangsa dan perlu terus ditingkatkan, karena berbagai masalah penyakit dapat diobati dengan memanfaatkan tumbuhan yang dapat ditemui di lingkungan sekitar rumah atau pekarangan. Keberadaan tumbuhan obat dapat membangun kemandirian masyarakat untuk menjaga kesehatan keluarga sehari-hari, sehingga dapat menghemat pengeluaran keluarga. Pemerintah telah lama mencanangkan program tumbuhan /taman obat keluarga (TOGA), untuk mengatasi penyakit dan menjaga kesehatan keluarga yang murah dan mandiri. Namun, dalam perjalanannya tidak banyak berkembang. Oleh
karena
itu,
untuk
menumbuhkan
ketertarikan
masyarakat
dalam
mengembangkan dan memajukan TOGA, masyarakat perlu mengetahui tentang potensi dan manfaat tumbuhan obat di sekitarnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian pengembangan TOGA diharapkan dapat memberikan pengaruh positif dan menumbuhkan motivasi kembali yang besar terhadap masyarakat lainnya untuk dikembangkan lebih lanjut, dengan cara menanam tumbuhan obat di pekarangan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemandirian dalam pengobatan dan pemeliharaan kesehatan keluarga atau masyarakat. Program TOGA akan berhasil apabila ada dukungan dan kesadaran masyarakat
akan
pengembangan
tumbuhan
sebagai
bahan
pengobatan.
Pengembangan TOGA merupakan bagian penting dalam ketahanan obat masyarakat untuk mengatasi berbagai jenis penyakit. Kampung Gunung Leutik Desa Benteng Kecamatan Ciampea merupakan kampung yang berbatasan langsung dengan Kampus IPB Darmaga. Kondisi sarana dan prasarana kesehatan yang ada di kampung atau desa tersebut umumnya masih belum berkembang, dengan akses pelayanan kesehatan yang jaraknya cukup jauh. Hal ini yang menjadi pertimbangan, pentingnya pengembangan tumbuhan obat dilakukan di kampung tersebut. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara mandiri. 2. Menggali pengetahuan, pemanfaatan dan budidaya tumbuhan obat keluarga (TOGA) di Kampung Gunung Leutik sebagai sarana pengobatan dan pemeliharaan kesehatan keluarga. 3. Mengidentifikasi permasalahan dan keinginan masyarakat di Kampung Gunung Leutik dalam pengembangan tumbuhan obat keluarga (TOGA) serta pemecahannya. 1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam pengembangan tumbuhan obat keluarga (TOGA) berbasis pada peran serta masyarakat secara lebih luas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Menurut Departemen Kesehatan RI dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan No.149/SK/Menseknes/IV/1978 diacu dalam Kartikawati (2004), definisi tumbuhan obat adalah tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku obat (prokursor), atau tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat. Suhirman (1990) menyebutkan bahwa tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar, batang, daun, umbi, buah, biji dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional. Selanjutnya Zuhud et al. (1994) lebih rinci mengemukakan bahwa tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya berkhasiat obat, dan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok : 1. Tumbuhan obat tradisional : spesies tumbuhan yang diketahui dan dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. 2. Tumbuhan obat modern : spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 3. Tumbuhan obat potensial : spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri. Tumbuhan obat terdiri dari beberapa macam habitus. Habitus berbagai spesies tumbuhan (Tjitrosoepomo 1988 diacu dalam Damayanti 1999) adalah sebagai berikut : a) Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki suatu batang yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan.
b) Perdu adalah tumbuhan berkayu yang tidak seberapa besar dan bercabang dekat dengan permukaan. c) Herba adalah tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair. d) Liana adalah tumbuhan berkayu dengan batang menjulur/ memanjat pada tumbuhan lain. e) Tumbuhan memanjat adalah herba yang memanjat pada tumbuhan lain atau benda lain. f) Semak adalah tumbuhan tidak seberapa besar, batang berkayu, bercabangcabang dekat permukaan tanah atau di dalam tanah. g) Rumput adalah tumbuhan dengan batang yang tidak keras, mempunyai ruasruas nyata dan seringkali berongga. Menurut Sumarto (1989) habitus spesies tumbuhan bambu adalah tumbuhan yang tergolong famili Gramineae (Poaceae) yang umumnya berumpun dan dapat mencapai ketinggian 40 m dan tebalnya 30 cm. 2.2 Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Menurut Departemen Kesehatan RI (1990) TOGA adalah sebidang tanah baik di halaman atau kebun yang dimanfaatkan untuk menumbuhkan tumbuhan yang berkhasiat obat dalam upaya memenuhi kebutuhan keluarga akan obat. Dalam kondisi tertentu TOGA dapat pula dibuat dengan memanfaatkan pot, atau benda-benda lain yang dapat dan cocok untuk menumbuhkan tumbuhan yang berkhasiat obat. Pengadaan tumbuhan untuk TOGA tidak boleh membebani masyarakat dan oleh sebab itu jenis-jenis tumbuhan obat yang ditanam di TOGA harus memenuhi kriteria (persyaratan) sebagai berikut : 1. Tumbuhan tersebut sudah terdapat di daerah pemukiman yang bersangkutan 2. Tumbuhannya mudah dikembangbiakkan, tidak perlu cara penanaman khusus dan tidak memerlukan cara pemeliharaan yang rumit. 3. Dapat dipergunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk sumber makanan, bumbu dapur, kayu bakar, bahan kerajinan tangan, dan sebagainya. 4. Dapat diolah menjadi simplisia dengan cara sederhana 5. Tumbuhannya sudah terancam kepunahan.
2.3 Pengembangan Tumbuhan Obat di Indonesia Indonesia dengan mega biodiversity-nya memiliki ancaman kelestarian tumbuhan obat, diantaranya diakibatkan oleh kurangnya kebijakan pemerintah dan peraturan perundangan dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan obat. Pemanenan bahan baku obat dari alam, kerusakan habitat dan konversi hutan, kurangnya perhatian terhadap pengelolaan dan budidayanya, serta hilangnya budaya dan pengetahuan tradisional. Meskipun demikian terdapat prospek pengembangan tumbuhan obat Indonesia, yaitu dengan adanya permintaan bahan baku tumbuhan obat yang terus meningkat, sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, harga obat-obatan dari Barat yang semakin mahal, meningkatnya jumlah industri farmasi dan obat tradisional, serta kecenderungan masyarakat dunia untuk back to nature. Dengan ketersediaan sumber daya manusia, para pakar dan lembaga-lembaga penelitian akan mengembangkan pemanfaatan tumbuhan obat dan menemukan obat-obat baru (Zuhud & Siswoyo 2001) Pemanfaatan tumbuhan obat telah berkembang menjadi sektor usaha yang banyak diminati para inverstor, mulai dari skala industri rumah tangga, industri kecil hingga skala industri desa. Kondisi ini menyebabkan permintaan tumbuhan obat semakin meningkat dari tahun ke tahun, yang selanjutnya merangsang pemanenan berlebihan di alam, sehingga mengancam kelestarian berbagai spesies tumbuhan obat. Selain itu, pemanenan tumbuhan obat dari hábitat alaminya (hutan, maupun daerah liar lainnya) belum sepenuhnya didasarkan atas daya regenerasi alaminya (Zuhud et al. 1994) Tiga unsur dasar dalam strategi konservasi sumberdaya alam hayati yaitu perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan, dijadikan sebagai dasar dalam tujuan pelestarian pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan obat hutan tropika Indonesia, yaitu untuk memanfaatkan secara berkelanjutan keanekaragaman tumbuhan obat hutan tropika, melestarikan potensi keanekaragaman tumbuhan obat hutan tropika, dan mempelajari keanekaragaman tumbuhan obat hutan tropika. Kunci pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat dikelompokkan menjadi 4 aspek, yaitu aspek pelestarian, aspek pemanfaatan, aspek penelitian, dan aspek
kebijakan dan kelembagaan pengelolaan tumbuhan obat (Zuhud & Haryanto 1994). Sebagai bahan acuan dalam upaya pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat Indonesia, Strategi Konservasi Tumbuhan Obat Indonesia dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak di tingkat kabupaten dan kecamatan dengan program aksi sebagai berikut (Zuhud & Siswoyo 2001) : 1. Tata guna lahan/ruang 2. Konservasi in-situ 3. Konservasi ek-situ 4. Budidaya 5. Peningkatan nilai tambah tumbuhan obat melalui pemanfaatan pada pelayanan kesehatan formal 6. Menerapkan sistem sertifikasi/ekolabeling terhadap produk obat asli Indonesia 7. Membangun pusat informasi agribisnis tumbuhan obat 8. Membangun partisipasi semua stakeholder, antara lain para pengusaha, petani, pembuat kebijakan, dan pers. 9. Perlindungan dan kekayaan intelektual masyarakat 10. Kerjasama internasional Pola
pengembangan
tumbuhan
dan
tumbuhan
obat
di
Indonesia
mempertimbangkan dan memadukan pengkajian dari berbagai aspek meliputi tujuan
pengobatan,
pelayanan
kesehatn
masyarakat,
ekonomi,
sosial,
kelembagaan, teknologi, pelestarian, dan kondisi tumbuhan yang ada saat ini sebagian besar belum dibudidayakan (Sudiarto et al. 1999) 2.4 Pelayanan Kesehatan Masyarakat tetap membutuhkan pengobatan (obat) tradisional, sebagaimana dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, terdapat folk sector dan popular sector (kalangan tradisi), seperti tabib, dukun, penjual jamu gendong, akupuntur dan sebagainya, yang menggunakan cara dan metode pengobatan di luar standarisasi professional sector atau paradigma kedokteran. Siswanto (2000) menyatakan, hendaknya terdapat kemitraan antara folk sector dan professional sector untuk
mencapai tujuan normatif sistem pelayanan kesehatan (lebih ekuiti, lebih efisien, namun tetap mempertahankan kualitas). Selain itu, Puryono (1998) menambahkan bahwa obat tradisional tetap diperlukan oleh masyarakat untuk pemeliharaan kesehatan , pengobatan, dan pemulihan kesehatan. Kalngie (1994) diacu dalam Suciati (2004) menyatakan bahwa kelompokkelompok masyarakat memiliki bentuk perawatan kesehatan yang berbeda-beda. Perilaku kesehatan seseorang pun berbeda-beda dipengaruhi oleh pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkenaan pula dengan etiologi, terapi, dan jenis penyakit yang dideritanya. Kelompok masyarakat lapisan atas dan menengah relatif sangat mengutamakan perawatan medis pada institusi-institusi kesehatan modern. Sekalipun demikian kepercayaan dan praktek medis tradisional sedikit banyak tetap dipertahankan. Tentunya bentuk perawatan kesehatan tradisional di perkotaan berbeda dengan di pedesaan. Departemen Kesehatan (1995) membagi pengobatan tradisional menjadi 4 kelompok yaitu : 1. Pengobatan tradisional yang menggunakan ramuan obat tradisional, seperti shinse, tabib, battra ramuan, dan jamu gendong. 2. Pengobatan
tradisional
yang
menggunakan
keterampilan,
seperti
akupunturis, battra patah tulang, battra pijat urut, dan sebagainya. 3. Pengobatan tradisional berdasarkan agama dan kebatinan, seperti kyai. 4. Pengobatan tradisional bersifat magis, seperti paranormal, dukun anti teluh, dan sebagainya. Pengobatan tradisional yang semula dianggap sebagai pengobatan alternatif, yaitu sebagai upaya mencari cara-cara pengobatan baru, tidak bergantung pada obat-obatan keras atau perlakuan drastis seperti pembedahan, saat sekarang ini diterima sebagai pelengkap dalam menangani masalah kesehatan. Masyarakat juga menganggap bahwa pengobatan tradisional bersifat holistik, sedangkan pengobatan modern hanya melihat penyakit saja.
2.5 Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Peranan Pekarangan Sebagian besar penduduk Indonesia (menurut perkiraan 80%) berada di pedesaan. Pada daerah-daerah tersebut, hubungan antara manusia dan alam masih cukup erat. Secara tidak disadari pembangunan sebuah rumah banyak yang memenuhi syarat ideal. Hal ini disebabkan kebutuhan manusia akan lahan pemukiman masih sedikit sementara persediaan lahan masih melimpah. Kristyono (1992) diacu dalam Pari (2004) Arti pekarangan, untuk masyarakat desa tentunya lain daripada masyarakat kota, pekarangan bagi masyarakat kota dimanfaatkan untuk taman yang memberi keindahan dan kesegaran; sedangkan pekarangan bagi masyarakat desa dimanfaatkan sebagai lumbung hidup atau warung hidup, sehingga tidak jarang pekarangan dikenal pula dengan nama apotek hidup. Pekarangan berisi banyak tumbuhan dari berbagai spesies dan multi struktur. Hal ini menyatakan bahwa penggunaan lahannya memiliki banyak fungsi, seperti agroforestri, konservasi sumberdaya genetik, konservasi tanah dan air, produksi hasil, dan sosial budaya. Oleh karena itu pekarangan merupakan penggunaan lahan yang optimal dan lestari dengan produktivitas tinggi di daerah tropika. Menurut
Karyono (1985) diacu dalam Bahro (1991), fungsi lahan
pekarangan yang paling dirasakan manfaatnya adalah produksi, baik secara subsisten maupun komersial. Kedua fungsi tersebut sukar dipisahkan karena berfungsi subsisten tetapi pada saat lain akan berfungsi komersial. Fungsi komersial ditunjukkan oleh produksi yang berlebih, atau sengaja dijual untuk dapat membeli komoditi pangan yang lebih banyak walaupun kualitasnya lebih rendah. Menurut Basuki (1982), jenis-jenis tumbuhan pekarangan adalah sangat beragam dan memberikan banyak manfaat bagi pemiliknya, jenis-jenis yang dianggap penting yaitu : 1. Gadung (Dioscorea hispida Dennst) sebagai sumber karbohidrat. 2. Mengkudu (Morinda citrifolia L), kentangan (Coleus atropurpureus Bth), jeruk nipis (Citrus aurantifolia Christm.), kencur (Kaempteria galanga L), keci beling (Hemigraphis alternata), kumis kucing (Orthossiphon grandiflorus), dan lain-lain sebagai sumber obat. 3. Angsana (Pterocarpus indicus) sebagai sumber energi.
4. Melati (Jasminum sambac), tanjung (Mimosops elengii) sebagai tumbuhan hias/bunga. 5. Buah-buahan sebagai sumber vitamin. Salah satu manfaat pekarangan pedesaan adalah sebagai “apotik hidup” atau “apotik hijau”. Tumbuhan yang ditanam adalah tumbuhan obat yang dimanfaatkan sebagai sarana pengobatan dan usaha menjaga kesehatan keluarga. Usaha memberdayakan sistem pekarangan sebagai sumberdaya sudah lama menjadi bagian integrasi dalam usaha tani terpadu masyarakat pedesaan (Wahab 1998). 2.6 Masyarakat Desa Masyarakat
adalah
sekelompok
orang
yang
hidup
bersama
dan
menghasilkan kebudayaan. Struktur masyarakat terdiri dari beberapa unsur, yaitu manusia yang hidup bersama, berkumpul dalam waktu yang cukup lama sehingga terjadi sistem komunikasi dan timbul peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan kelompok tersebut sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan dan satu sistem hidup bersama sehingga menimbulkan kebudayaan (Soekanto 1982). Masyarakat biasanya digolongkan menjadi masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa adalah kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sudah sebagai suatu kesatuan dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka mencapai tujuan (Cohen 1983). Sistem kehidupan masyarakat desa biasanya berkelompok, atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto 1982). Menurut Kusumaatmadja (1995) kehidupan masyarakat tradisional adalah kehidupan yang harmoni dengan alam sekitar, sedangkan masyarakat modern dibentuk oleh jalan pikiran yang menyatakan bahwa manusia mempunyai hak untuk memanipulasi dan mengubah alam meskipun dewasa ini masyarakat modern telah meningkat kepeduliannya terhadap lingkungan dan alam sekitar.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan Mei sampai Juni 2009. Lokasi ini dipilih karena berbatasan langsung dengan Kampus IPB Darmaga. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat dan tumbuhan yang ada di lingkungan Kampung Gunung Leutik Desa Benteng, serta dokumen atau laporan yang telah dilakukan oleh semua instansi yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan alat yang digunakan adalah peta, kamera, kuesioner, alat tulis-menuis dan komputer beserta perlengkapannya. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Tahapan penelitian Tahapan pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) melalui peran serta masyarakat dilakukan secara bertahap, yaitu sebagai berikut : Tahap I
:
Studi
literatur,
laporan
penyakit
masyarakat,
internet,
dokumen-dokumen yang ada di Puskesmas, kantor desa dan kecamatan. Tahap II
:
Survei lapangan dengan melakukan wawancara dengan masyarakat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng.
Tahap III
:
Pengamatan potensi tumbuhan obat yang ada di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng.
Tahap IV
:
Pengolahan dan analisis data terhadap semua data dan informasi yang diperoleh dari tahap I, II, III.
Seluruh tahapan tersebut meliputi beberapa aspek. Aspek yang dikaji disesuikan dengan kelompok tahapan kegiatan (Tabel 1).
Tabel 1 Jenis kegiatan dan aspek yang dikaji dalam penelitian Jenis Kegiatan A. Kajian Kondisi Umum Kampung Gunung Leutik
B. Kajian Potensi Pengetahuan, Pemanfaatan, Budidaya dan permasalahan TOGA di masyarakat
. C. Pengolahan dan Analisis Data
Aspek yang dikaji 1. Letak dan luas 2. Topografi, iklim dan Tanah 3. Kondisi demografi penduduk, sosial-ekonomi masyarakat Kampung Gunung Leutik 4. Keadaan sarana dan prasarana untuk kesehatan 5. Data penyakit masyarakat Kampung Gunung Leutik 1.Potensi TOGA, spesies-spesies tumbuhan obat yang ada di desa
Sumber Data
Balai Desa Benteng dan Puskesmas Ciampea
Metode
Studi literatur
1. Pengamatan TO 2. Pengambilan sampel foto/gambar dan sampel untuk di identifikasi
2. Pengetahuan, pemanfaatan, budidaya TOGA yaitu spesies-spesies tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat dan permasalahan pengembangan TOGA di masyarakat.
Masyarakat Kampung Gunung Leutik serta lingkungan sekitarnya.
1.Survei lapang 2.Wawancara (kuesioner)
1. Pengolahan data 2. Analisis data
- Literatur - Hasil pengamatan di lapangan
Pengolahan dilakukan dengan tabulasi dan analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif yang selanjutnya dijelaskan secara deskriptif.
3.3.2 Pengumpulan data 3.3.2.1 Studi literatur Studi literatur dilakukan pada saat sebelum berangkat ke lokasi penelitian dan setelah pulang dari lokasi penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi dasar mengenai kondisi umum mencakup fisik, biotik kependudukan dan budaya masyarakat Kampung Gunung Leutik Desa Benteng.
Pengumpulan data dilakukan dengan merekapitulasi data-data terbaru dari seluruh sumber literatur yang ada. Data-data tersebut juga dijadikan acuan atau panduan untuk melengkapi data hasil pengamatan di lapangan. Selain itu juga dilakukan permintaan izin pada setiap instansi yang terkait dengan penelitian ini. 3.3.2.2 Pengamatan Potensi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) Pengamatan potensi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) dilakukan di halaman rumah-rumah warga dan daerah sekitarnya seperti sawah, kebun, sekitar sungai dan pemakaman umum yang ada di Kampung Gunung Leutik yang secara administratif Rukun Warga (RW) 5 meliputi 6 Rukun Tetangga (RT). Pengamatan potensi dilakukan dengan cara mengidentifikasi TOGA secara sensus, kemudian memisahkannya untuk setiap Rukun Tetangga, sehingga akan terlihat daerah mana yang memiliki potensi TOGA yang terbanyak. Identifikasi spesies tumbuhan obat menggunakan literatur : Dalimartha S (1999, 2000, 2006, 2008, 2009), Hariana A (2008, 2009), Heyne K (1987), Lasmadiwati E (2005, 2006) dan Yuniarti T (2008). 3.3.2.3 Wawancara Pengambilan data melalui wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan menggunakan kuesioner, yang dimaksud semi terstuktur disini adalah kuesioner disajikan dalam bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Kuesioner ditujukan pada responden masyarakat Kampung Gunung Leutik Desa Benteng yang terlihat memiliki ketertarikan terhadap Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA), dengan jumlah responden sebanyak 20 orang. Penelitian ini merupakan kajian deskriptif sehingga jumlah responden tidak didasarkan pada keterwakilan populasi, namun dipilih berdasarkan seberapa jauh responden tertarik pada tumbuhan obat dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan.
3.3.2.4 Pengolahan dan Analisis Data Data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari studi literatur, hasil pengamatan potensi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA) di lapangan, dan wawancara, diolah secara tabulasi dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif yang selanjutnya dijelaskan secara deskriptif. Data umum karakteristik responden disusun dan dikelompokkan kedalam lima karakteristik umum yaitu : (1) umur responden, (2) pendidikan responden, (3) luas kepemilikan lahan responden, (4) mata pencaharian responden dan (5) pendapatan responden. Data potensi TOGA hasil identifikasi disusun dan dikelompokkan berdasarkan (1) famili, (2) tipologi hábitat, (3) frekuensi perjumpaan, (4) klasifikasi berdasarkan kelompok penyakit, (5) klasifikasi berdasarkan bagian yang digunakan, (6) klasifikasi berdasarkan habitus (perawakan). Data penyakit masyarakat diperlukan untuk mengetahui potensi tumbuhan obat yang akan dikembangkan. Data penyakit didapat dari dua sumber yaitu, data penyakit dari UPTD Puskesmas Ciampea tahun 2007 dan data penyakit dari hasil wawancara dengan responden. Hasil wawancara dengan responden tentang tumbuhan obat diolah dan dikelompokkan kedalam : (1) pendapat responden terhadap tumbuhan obat, (2) pengetahuan responden terhadap tumbuhan obat, (3) pemanfaatan responden terhadap tumbuhan obat, (4) budidaya tumbuhan obat yang telah dilakukan responden. Spesies tumbuhan obat penting yang akan dikembangkan berdasarkan potensi tumbuhan obat Kampung Gunung Leutik Desa Benteng yang telah dikelompokkan, data penyakit masyarakat beserta data tentang pengetahuan, pemanfaatan dan budidaya tumbuhan obat yang sudah dilakukan oleh responden kemudian dianalisis agar diketahui strategi pengembangan tumbuhan obat yang sesuai dengan keinginan masyarakat dan kondisi kampungnya.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Desa Benteng 4.1.1 Letak dan Luas Kawasan Desa Benteng adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 248,5 ha terdiri dari 7 RW (Rukun Warga) dan 39 RT (Rukun Tetangga). Desa Benteng terletak 1 km dari ibukota Kecamatan Ciampea, 40 km dari ibukota Kabupaten Bogor, 133 km dari ibukota propinsi dan 25 km dari ibukota negara. Desa Benteng berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Desa Rancabungur
Sebelah Timur
: Kampus IPB Darmaga
Sebelah Selatan
: Desa Bojong Rangkas dan Desa Cibanteng
Sebelah Barat
: Desa Ciampea
Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Denah Desa Benteng.
4.1.2 Topografi, Iklim dan Tanah Topografi Desa Benteng berupa areal pesawahan dan tanah darat, terletak pada ketinggian 300 m dpl, temperatur udara di Desa Benteng rata-rata 23ºC– 25ºC, tekanan udara rata-rata 1,010 mlb, penyinaran matahari 66% dan kelembaban nisbi 80%. Angka curah hujan rata-rata tahunan adalah kisaran 12,55 mm/hari. Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di Desa Benteng disajikan dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Pemanfaatan lahan/ penggunaan lahan di Desa Benteng No
Pemanfaatan lahan
Luas (ha)
1
Pemukiman a. Pemukiman KPR-BTN b. Pemukiman Umum 2 Bangunan a. Sekolah b. Tempat Peribadatan c. Kuburan d. Jalan 3 Pertanian (Irigasi sederhana) 4 Perikanan (Empang) 5 Lainnya (Lapangan Olahraga) Jumlah Sumber: Desa Benteng (2009)
11 80,5 2,5 2 2,5 4 12 2 1,5 118
4.1.3 Kondisi Demografi, Sosial dan Ekonomi Kondisi demografi, sosial dan ekonomi meliputi jumlah penduduk, mata pencaharian, tingkat pendidikan dan agama. Jumlah penduduk Desa Benteng berdasarkan data monografi Desa Benteng tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Jumlah penduduk Desa Benteng Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk (Jiwa) 6.438 6.007 Total 12.445* Keterangan: * = Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.913 KK Sumber: Desa Benteng (2009) Laki-laki Perempuan
Penduduk Desa Benteng yang berjumlah 12.445 jiwa pada umumnya adalah penduduk lokal namun ada juga penduduk sebagai pendatang dari luar Bogor. Mata pencaharian masyarakat Desa Benteng beragam yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani sedangkan lainnya swasta, pensiun, pedagang, sopir, dan lain-lain (Tabel 4). Tingkat pendidikan penduduk Desa Benteng
pada
umumnya setingkat SLTA dan ada juga yang menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Tabel 4 Jenis mata pencaharian penduduk Desa Benteng No 1 2 3 4
Jenis Mata Pencaharian PNS Petani Pensiunan Perusahaan swasta Jumlah Sumber: Desa Benteng (2009)
Jumlah (jiwa) 622 554 438 227 1.841
Persentase (%) 33,80 30,10 23,80 12,33 100
Masyarakat di Desa Benteng mayoritas beragama Islam. Namun ada pula yang beragama Katholik, Protestan, Budha dan Hindu. Tabel 5 menunjukkan jumlah pemeluk agama Desa Benteng. Tabel 5 Jumlah pemeluk agama di Desa Benteng No. 1 2 3 4 5
Agama
Islam Katholik Protestan Budha Hindu Jumlah Sumber: Desa Benteng (2009)
Jumlah Pemeluk (jiwa)
Persentase (%)
10.133 631 686 853 142 12.445
81,42 5,07 5,51 6,86 1,14 100
4.1.4 Keadaan Sarana dan Prasarana untuk Kesehatan Desa Benteng tergolong masih belum berkembang dalam bidang kesehatannya, baik sarana dan prasarananya. Hal ini terlihat dengan tidak adanya poliklinik atau tempat-tempat berobat lainnya, sarana yang ada hanya Posyandu 13 pos. Jumlah tenaga medis yang ada dan melaksanakan praktek di desa adalah dokter praktek swasta 2 orang, bidan desa 1 orang, bidan praktek swasta 1 orang, dukun beranak terlatih 4 orang, dan kader posyandu 35 orang.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur responden Responden adalah ibu-ibu dan bapak-bapak yang umurnya bervariasi antara 20-60 tahun, seperti disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah responden menurut kelompok umur Kelompok Umur (tahun) 20−30 31−40 41−50 51−60 Jumlah
Jumlah Responden Kampung Gunung Leutik 3 3 13 1 20
% 15 15 65 5 100
Dari Tabel 6 dapat diiketahui bahwa jumlah responden terbanyak secara keseluruhan memiliki kelompok umur 41-50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok umur responden masih termasuk dalam usia produktif dan ada sebagian yang kurang produktif. Suyono (1991) menjelaskan bahwa usia produktif yaitu usia di atas 10 tahun dan kurang dari 50 tahun. 5.1.2 Pendidikan responden Sebagian responden hanya tamatan sekolah dasar (SD). Namun ada sebagian responden yang tidak tamat SD sehingga ada yang tidak dapat membaca dan menulis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 mengenai tingkat pendidikan responden. Tabel 7 Tingkat pendidikan responden Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA/SMA Jumlah
Jumlah Responden Kampung Gunung Leutik 3 8 6 3 20
% 15 40 30 15 100
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa responden terbanyak mempunyai latar belakang pendidikan tamatan SD, yaitu berjumlah 8 orang atau 40 % dari total responden. Menurut Alikodra (1985) diacu dalam Suyono (1991), latar belakang pendidikan yang rendah dari masyarakat merupakan salah satu faktor penting
terjadinya interaksi dalam masyarakat sekitar dengan sumber daya yang terdapat di alamnya, karena latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap pola berpikir dan pola hidup seseorang. Hal ini akan berpengaruh terhadap pandangan dan pengetahuan responden mengenai tumbuhan obat dan kesehatan keluarga. 5.1.3 Luas kepemilikan lahan responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng merupakan kawasan pedesaan tetapi termasuk pada wilayah kecamatan dengan akses yang kurang ke kota. Fungsi lahan sebagai areal pertanian masih cukup luas bila dibandingkan dengan lahan pemukiman. Lahan yang dimiliki responden untuk penggunaan di bidang pertanian terdapat dua jenis fungsi penggunaan yaitu pekarangan dan kebun. Pekarangan yang dimiliki juga merupakan areal TOGA masing-masing responden. Untuk kebun merupakan usaha responden di bidang pertanian, ada yang mengusahakannya sebagai mata pencaharian pokok tetapi lebih banyak hanya sebagai mata pencaharian sampingan. Jika hasilnya banyak dan berlebih kemudian dijual, Tabel 8 menunjukkan luas kepemilikan lahan responden. Tabel 8 Luas kepemilikan lahan Luasan Lahan (m²) <100 >100−500 501−1500
Jenis Fungsi Lahan Pekarangan Kebun ∑ Responden Kampung ∑ Responden Kampung Gunung Gunung Leutik (orang) Leutik (orang) 20 − − 5 − 2
Pada Tabel 8 terlihat bahwa luasan lahan yang dimiliki responden untuk pekarangan yaitu < 100 m , semua responden memiliki pekarangan. Kemudian untuk kebun luasannya > 100-500 m dan 501-1500 m , tidak semua responden memiliki kebun. Istilah pekarangan dan kebun ini lebih mengacu kepada status lahan saja menurut sang pemiliknya, yaitu fungsinya kadang sulit dibedakan. 5.1.4 Mata pencaharian responden Mata pencaharian responden dapat dikategorikan atas dua kelompok, yaitu pertanian dan non pertanian. Kategori pertanian adalah usaha pertanian, perkebunan, ternak dan perikanan. Sedangkan kategori non pertanian adalah usaha
selain bidang pertanian, yaitu : berdagang, pegawai negeri atau swasta dan wirausaha lain. Sebagian besar responden memiliki sumber pendapatan yang tidak tetap dan sebagian besar responden tidak memiliki lahan pertanian sehingga pertanian bukanlah sumber pendapatan utama meskipun lokasi penelitian kawasan pedesaan. Rata-rata responden bekerja sebagai pedagang dan wirasawasta. Dalam Tabel 9 menunjukkan jenis mata pencaharian/sumber pendapatan responden dari Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Tabel 9 Mata pencaharian responden No.
Mata Pencaharian
Jumlah Responden Kampung Gunung % Leutik
1
Sektor Pertanian*
4
20
2
Sektor Non Pertanian*
16
80
Jumlah 20 100 Keterangan: *Sektor Pertanian : Usaha pertanian hasil kebun, sawah, perikanan dan peternakan *Sektor Non Pertanian : pegawai negeri, swasta, berdagang dan wiraswasta lain
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa hanya 4 orang responden yang sumber pendapatannya dari sektor pertanian, yaitu 20 % dari total responden. Responden lainnya memiliki sumber pendapatan dari non sektor pertanian dalam hal ini pekerjaan suami dan usaha individu. Usaha di sektor pertanian, pada umumnya juga dilakukan oleh responden yang bermata pencaharian di sektor non pertanian, namun sifatnya hanya sekedar sampingan yang fungsinya tambahan penghasilan rumah tangga. Usaha yang dilakukan adalah hasil kebun, peternakan dan perikanan. 5.1.5 Pendapatan total responden Pendapatan total responden merupakan rata-rata pendapatan keseluruhan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian. Sumber pendapatan sektor pertanian yaitu seperti kebun, sawah, usaha tani pekarangan, peternakan dan perikanan. Sedangkan sumber pendapatan sektor non pertanian yaitu seperti pegawai negeri, berdagang, wirausaha jasa dan buruh bangunan. Hasil wawancara dan kuesioner yang diperoleh, responden memiliki pendapatan terendah sebesar Rp.210.000,-/bulan sampai teringgi Rp. > 2.526.000-/bulan. Pendapatan responden dapat dikelompokkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10 Pendapatan Total Responden Jumlah Pendapatan (Rp/Bulan) 210.000 – 1.368.000 > 1.368.000 – 2.526.000 > 2.526.000 Jumlah
Jumlah Responden Kampung Gunung % Leutik 15 75 4 20 1 5 20 100
Pada Tabel 10 terlihat bahwa pendapatan responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng rata-rata pada kisaran Rp. 210.000 - Rp. 1.368.000. Kontribusi masing-masing sumber pendapatan responden berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. 5.2 Potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng ditemukan 216 spesies tumbuhan obat dari 70 famili. Jumlah spesies tumbuhan obat terbanyak berturut-turut ditemukan di Rukun Tetangga (RT) 01 sebanyak 181 spesies, RT 04 sebanyak 154 spesies, RT 06 sebanyak 150 spesies, RT 02 sebanyak 147 spesies, RT 05 sebanyak 134 spesies dan RT 03 sebanyak 127 spesies. Rukun Tetangga (RT) 01 memiliki keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang tinggi dibandingkan dengan RT lainnya, banyaknya jumlah spesies yang ditemukan di RT 01 dipengaruhi oleh luasnya lahan terbuka hijau dan banyaknya spesies tumbuhan obat yang sudah dibudidayakan di pekarangan oleh responden di RT 01. Daftar potensi tumbuhan obat yang terdapat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng secara rinci disajikan pada Lampiran 2. Data potensi tumbuhan tersebut diperoleh dari tumbuhan obat yang ditanam pada lahan milik responden seperti pekarangan rumah, kebun, serta yang tumbuh liar sekitar pinggir jalan setapak, pinggir jalan besar, sawah, saluran irigasi, sungai besar dan lahan kering. 5.2.1 Potensi tumbuhan obat berdasarkan familinya Berdasarkan kelompok familinya, spesies-spesies tumbuhan obat yang ada di Kampung Gunung Leutik dikelompokkan ke dalam 70 macam famili, dimana jumlah spesies tumbuhan obat yang terbanyak termasuk ke dalam famili
Asteraceae dan Euphorbiaceae masing-masing sebanyak 16 spesies serta Fabaceae dan Zingiberaceae masing-masing sebanyak 10 spesies (Lampiran 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa famili Asteraceae dan Euphorbiaceae memiliki keanekaragaman spesies tertinggi dibanding dengan famili lainnya. Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok famili disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok familinya No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Nama Famili Asteraceae Euphorbiaceae Fabaceae Zingiberaceae Araceae Solanaceae Acanthaceae Amaranthaceae Malvaceae Rutaceae Cucurbitaceae Liliaceae Moraceae Famili lainnya (57 famili)
Jumlah spesies 16 16 10 10 7 7 6 6 6 6 5 5 5 111
5.2.2 Potensi tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat Potensi tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat dikelompokkan kedalam 9 tipologi habitat yaitu pekarangan rumah, kebun, pinggir jalan setapak, pinggir jalan besar, sawah, saluran irigasi (selokan), sungai besar, lahan kering dan pemakaman. Potensi tumbuhan obat menurut status pembudidayaannya, dibagi kedalam 3 klasifikasi yaitu dibudidayakan, liar serta dibudidayakan dan liar. Tumbuhan obat yang dibudidayakan hidup di pekarangan rumah dan kebun, tumbuhan obat yang liar hidup dipinggir-pinggir jalan desa, sawah, saluran irigasi, sungai besar dan lahan kering di desa, sedangkan tumbuhan obat yang dibudidayakan
dan
liar
umumnya
hidup
di
pemakaman.
Berdasarkan
pengelompokkan tipologi habitat, tumbuhan obat yang berasal dari pekarangan sebanyak 176 spesies (48 %), kebun sebanyak 59 spesies (16 %), pinggir jalan setapak sebanyak 41 spesies (11), pinggir jalan besar sebanyak 29 spesies (8 %), sawah sebanyak 21 spesies (6 %), saluran irigasi (selokan) sebanyak 16 spesies (4 %), lahan kering sebanyak 9 spesies (3 %), sungai besar sebanyak 8 spesies (2 %), dan pemakaman sebanyak 6 spesies (2 % ). Hal ini membuktikan bahwa peranan pekarangan sebagai penyedia tumbuhan obat masih tinggi di masyarakat
Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Spesies tumbuhan obat yang ada di pekarangan rumah ataupun kebun sebagian besar merupakan tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan masyarakat. Persentase tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Potensi tumbuhan obat berdasarkan tipologi habitat. 5.2.3 Data Frekuensi Perjumpaan Tumbuhan Obat Potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng berdasarkan frekuensi perjumpaan disajikan pada Tabel 12 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 4. Tabel 12 Data frekuensi perjumpaan tumbuhan obat Klasifikasi
Nama Tumbuhan Obat
∑ Spesies TO
1
Jarang ( 1-2 RT)
63
2
Sedang ( 3-4 RT)
35
16,20
3
Sering (5-6 RT)
Alamanda, anggur, bawang putih, bayam duri, boroco, bunga kertas, bunga lilin, bunga tasbih, bungur kecil, wudani. Alpukat, angsana, batrawali, bawang merah, bayam, beluntas, delima, jarak kaliki, jeruk purut, kaliandra. Alang-alang, andong, arben hutan, awar-awar, bambu kuning, bandotan, bangle, begonia, belimbing manis, belimbing wuluh.
Persentase (%) 29,17
118
54,62
No
Tabel 12 Menjelaskan bahwa spesies tumbuhan obat yang sering ditemukan ada 118 spesies atau 54,62 % yang ditemukan dari 5-6 RT, seringnya frekuensi perjumpaan spesies-spesies tersebut dipengaruhi oleh luas lahan terbuka hijau
yang dimiliki dan luas pekarangan rumah masyarakat serta banyaknya spesies tumbuhan obat yang sudah mulai dibudidayakan masyarakat. Spesies tumbuhan obat yang ditemukan sedang ada 35 spesies atau 16,20 % yang ditemukan di 3-4 RT. Spesies-spesies yang ditemukan sedang dipengaruhi oleh tidak terlalu luasnya lahan terbuka hijau dan spesies tersebut tidak terlalu sering dipakai oleh masyarakat. Sedangkan spesies tumbuhan obat yang ditemukan jarang ada 63 spesies atau 29,17 %, terlihat dari frekuensi perjumpaan spesies-spesies tersebut ditemukan yaitu di 1-2 RT. Spesies-spesies tersebut jarang ditemukan karena spesies tersebut sangat jarang dibudidayakan dan pada umumnya masyarakat menganggap spesies tersebut hanya sebagai tanaman hias, buah-buahan dan sayuran, bukan termasuk tumbuhan obat. 5.2.4 Data Potensi Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit Pengklasifikasian potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dibagi kedalam 25 kelompok penyakit atau penggunaan (Lampiran 5). Kelompok penyakit terbesar yang mampu diobati adalah saluran pencernaan sebanyak 100 spesies tumbuhan obat. Hal ini menunjukkan bahwa potensi tumbuhan obat memiliki kesesuian dengan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat yaitu gangguan pencernaan. Selain menjaga pola makan yang sehat dengan diketahuinya spesies tumbuhan obat tersebut, diharapkan dapat bermanfaat mencegah penyakit degeneratif (menurunnya fungsi jaringan tubuh) yang berawal dari terganggunya fungsi pencernaan sehingga kesehatan masyarakat meningkat lebih baik. Klasifikasi kelompok penyakit yang bisa diobati berdasarkan jumlah spesies tumbuhan obat terbanyak disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 13 Kelompok penyakit yang bisa diobati berdasarkan jumlah spesies tumbuhan obat terbanyak No
Kelompok penyakit
1
Penyakit saluran pencernaan
2
Penyakit saluran pembuangan
3
Penyakit kulit
4
Penyakit saluran pernafasan / THT
5
Penyakit lainnya
6 7
Penyakit mulut Perawatan kehamilan dan persalinan
8
Penyakit khusus wanita
9
Penyakit jantung dan pembuluh darah Pengobatan luka
10
Khasiat/ macam penyakit Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, mules, peluruhb kentut, karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lender, usus buntu, typus Susah kencing, sembelit, wasir, sakit saluran kemih, diuretic, susah buang air besar, ambeien, kencing darah, peluruh keringat, kencing malam Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksyim, cacar, campak, borok, gatal-gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dll Batuk, TBC, pilek, asma, sesak nafas, tenggorokan sakit, gondongan, mimisan, paru-paru Kaki gajah, menurunkan berat badan, susah tidur, sakit telinga, limpa bengkak, kanker, beri-beri, sakit kuku, mematikan jentik nyamuk, anti nyamuk perangsang syaraf, dll yang tidak tercantum di atas Sariawan, mulut bau, dan mengelupas Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan, nifas, penyubur kandungan, payudara bengkak, memperlancar ASI, dll yang berhubungan dengan hamil dan melahirkan Keputihan, terlambat haid, darah haid terlalu banyak, tidak dating haid, kanker payudara, nyeri haid, sakit leher rahim, dll yang berhubungan dengan penyakit wanita. Sakit jantung, stroke, jantung berdebardebar, tekanan darah tinggi/hipertensi. Luka, luka bakar, luka lainnya.
∑ spesies TO 100
85
66 58 36
34 32
32
27 27
Pada umumnya setiap spesies mempunyai kegunaan menyembuhkan lebih dari satu penyakit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tumbuhan untuk digunakan sebagai obat yaitu bagian tumbuhan, cara pemanenan, cara pengolahan dan aturan pemakaian. Bagian dari tumbuhan tersebut mempunyai peranan masing-masing dalam menyembuhkan penyakit, ada spesies tertentu yang seluruh bagiannya dapat digunakan, ada juga yang hanya bagian tertentu yang berpengaruh menyembuhkan penyakit. Beberapa spesies yang mempunyai banyak kegunaan untuk obat antara lain bawang putih (Allium sativum L.), sambiloto (Andrographis paniculata (Burn. F)
Ness), semanggi gunung (Hydrocotyle sibthorpioides Lam.). Spesies-spesies tersebut potensial sebagai bahan obat karena selain banyak berkhasiat untuk bermacam-macam penyakit, juga hampir seluruh bagiannya dapat berkhasiat obat. Adapun spesies-spesies yang berkhasiat mengobati penyakit yang sulit disembuhkan atau beresiko tinggi, seperti kelompok penyakit diabetes, ginjal, gangguan peredaran darah, kuning dan malaria, antara lain mengkudu (Morinda citrifolia L.), tempuyung (Sonchus arvensis L.), keladi tikus (Typhonium divaricatum (L). Dence.), ki koneng (Arcangelisia flava (L.) Merr.), meniran (Phyllanthus urinaria Linn.). Selain spesies tersebut di atas banyak spesies lain yang berguna sebagai obat untuk kelompok penyakit lainnya (Lampiran 2). 5.2.5 Potensi tumbuhan obat berdasarkan bagian yang digunakan Berdasarkan bagian dari tumbuhan obat yang digunakan, potensi spesies tumbuhan obat yang ada di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dapat dikelompokkan ke dalam 14 macam, yaitu daun, akar, buah, bunga, biji, semua bagian, batang, kulit batang, umbi, herba, getah, cabang/ranting/tangkai, rimpang dan air buah. Daun merupakan bagian tumbuhan yang berpotensi paling banyak digunakan sebagai obat, yaitu sebesar 123 spesies (31,86 %), sedangkan air buah merupakan bagian tumbuhan yang berpotensi paling sedikit digunakan sebagai obat, yaitu sebanyak 1 spesies ( 0,25 %), seperti tersaji pada Tabel 14. Bagian tumbuhan obat yang berupa akar, batang, kulit kayu, dan umbi membutuhakan upaya konservasi yang lebih besar dibandingkan bagian tumbuhan lainnya yang dimanfaatkan, karena jika tidak dibatasi dapat menimbulkan kematian pada tumbuhan tersebut . Hal ini sesuai dengan pernyataan Cunningham (1991) dalam Swanson (1995) yang menyatakan bahwa pemanfaatan bagian tumbuhan seperti akar, batang, kulit kayu, dan umbi untuk pengobatan perlu dibatasi, karena penggunaan bagian-bagian tumbuhan ini dapat langsung mematikan tumbuhan. Sedangkan pemanfaatan daun sebagai obat tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup tumbuhan. Jika penggunaan daun lebih besar dari pada bagian lainnya, hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tumbuhan obat dilakukan secara lestari, karena pada umumnya pengambilan tumbuhan tersebut tidak memberikan dampak/pengaruh yang besar pada
tumbuhan tersebut. Upaya konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan budidaya tumbuhan obat untuk mencegah kelangkaan dari tumbuhan obat tersebut. Tabel 14 Jumlah dan persentase spesies berdasarkan bagian yang digunakan No Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Daun Akar Buah (daging buah dan kulit buah) Bunga Biji (selaput biji) Semua bagian Batang Kulit batang (kulit kayu dan kulit dalam) Umbi Herba Getah Cabang/ranting /tangkai Rimpang Air buah
Jumlah spesies tumbuhan obat 123 60 48 30 28 20 19 18 13 10 9 4 3 1
Persentase (%) 31,86 15,54 12,43 7,77 7,25 5,18 4,92 4,66 3,36 2,59 2,33 1,03 0,77 0,25
5.2.6 Potensi tumbuhan obat berdasarkan habitus Berdasarkan habitus (perawakan), spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dapat dikelompokkan ke dalam 6 (enam) macam habitus, yaitu herba, pohon, perdu, semak, liana dan bambu. Informasi tentang habitus masing-masing spesies tumbuhan obat secara rinci disajikan pada Lampiran 2, sedangkan rekapitulasi jumlah dan persentase spesies tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng berdasarkan nama habitusnya tersaji pada Tabel 15. Tabel 15 No. 1 2 3 4 5 6
Rekapitulasi jumlah dan persentase spesies tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik berdasarkan nama habitusnya
Habitus Herba Pohon Perdu Semak Liana Bambu
Jumlah Spesies 87 45 42 38 3 1
Persentase (%) 40,27 20,83 19,44 17,59 1,38 0,46
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa spesies tumbuhan obat yang termasuk ke dalam habitus herba mempunyai jumlah spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitus lainnya, yaitu sebanyak 67 spesies (31,01%). Hal tersebut menunjukkan habitus herba mempunyai keanekaragaman spesies paling tinggi
diantara habitus lainnya. Adanya keanekaragaman bentuk hidup tumbuhan di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng menunjukkan kealamian dan mendukung kelestarian plasma nutfah sumberdaya yang terkandung di dalamnya.. Habitus suatu spesies sangat penting dilindungi hal ini terkait dengan upaya konservasi dalam hal perlindungan dan pemanfaatan, jika suatu habitus tidak dilindungi maka keberadaan spesies-spesies tumbuhan obat tersebut akan terancam langka. Salah satu usaha untuk melindungi spesies tumbuhan obat agar tidak langka maka perlu dilakukan budidaya dan pemanfaatan yang lestari. 5.3 Jenis penyakit masyarakat Jumlah penderita penyakit berdasarkan kelas umur menunjukkan bahwa, pada kelas umur 0-14 tahun jenis penyakit yang banyak diderita yaitu common cold, pada kelas umur 15-44 tahun penyakit yang banyak diderita yaitu Gasteritis, pada kelas umur 45-64 tahun penyakit yang banyak diderita yaitu penyakit pulpa dan pada kelas umur lebih dari 65 tahun penyakit yang banyak diderita yaitu penyakit hipertensi (Lampiran 9). Sedangkan secara keseluruhan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat berdasarkan pengelompokkan jenis penyakit di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng ada 16 penyakit utama yang disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16 Penyakit yang banyak diderita masyarakat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis penyakit Commond cold ( Flu, salesma ) Gangguan pencernaan ( Gasteritis/maag ) ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) Penyakit gigi dan jaringan ( penyakit pulpa ) Hipertensi/ darah tinggi Diare Demam Gangguan penyakit kulit ( Dermatitis/ Eksim, scabies /penyakit gatal-gatal ) Batuk Faringitis ( Radang tenggorokan ) Tonsilitis ( Radang amandel ) Sakit kepala Abse s ( Pengumpulan nanah dalam rongga yang terbentuk akibat kerusakan jaringan ) 14 Myalgia ( Nyeri otot ) 15 Diabetes 16 Rhematism ( Rematik) Sumber ; UPTD Puskesmas Ciampea Tahun 2007
5.4 Pendapat, Pengetahuan, Pemanfaatan dan Budidaya Tumbuhan Obat 5.4.1 Pendapat terhadap TOGA Pendapat responden sebagai sampel penelitian ini dapat dikatakan hampir keseluruhan responden yang diwawancara berpendapat baik/positif terhadap tumbuhan obat keluarga (TOGA) dan berpendapat TOGA memberikan manfaat karena TOGA sudah menjadi suatu tradisi (kebiasaan) keluarga secara turun temurun, sebagai pengobatan tradisional, murah dan mudah memperolehnya, sudah terpercaya khasiatnya dan merupakan pengobatan alami yang tidak berbahaya, aman dikonsumsi. Namun, tidak semua responden ikut memanfaatkan tumbuhan obat dari TOGA sebagai sarana pengobatan dan pemeliharaan kesehatan, karena sebagian lebih cenderung menggunakan obat-obatan modern dengan alasan lebih praktis, tidak repot seperti obat tradisional, lebih aman menggunakan obat dari dokter atau warung yang sudah jelas dosis dan aturan pakainya meskipun sebagian dari responden menyadari bahwa obat-obatan modern mempunyai efek samping. Tindakan berobat yang dilakukan oleh responden disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Tindakan berobat yang dilakukan oleh responden jika sakit Jumlah Responden Kampung Gunung Leutik
No.
Tindakan Pengobatan
1
Membuat obat sendiri secara tradisional dari pekarangan/kebun /hutan
9
45
2
Membeli obat ke warung
6
30
3
Berobat ke puskesmas/ klinik
5
25
%
Jumlah 20 100 Keterangan : obat-obatan warung (kimia) yang dibeli oleh responden: Rheumacyl, Oskadon, Konidin, Bintang Tujuh Puyer, Minyak Angin Mamo, Waisan, Neo Entrostop, Bodrex, Mixagrip, Paramex, Bodrexin, Promag, Inza, Procold, Neo Nafasin, Bodrex Flu, Mylanta.
Sebagian responden masih menggunakan jamu dan obat tradisional dengan membuat sendiri dengan bahan baku dari TOGA yang ada di pekarangan. Alasan mereka menggunakan obat tradisional umumnya karena percaya khasiatnya yang dapat menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit, selain itu mereka tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi untuk pengobatan. Responden umumnya menanam tumbuhan obat sebagai TOGA di lahan pekarangan karena kesadaran pentingnya apotek hidup di pekarangan rumah berdasarkan informasi yang
diperoleh dari sebagian responden. Beberapa responden menyatakan pemeliharaan dan pengobatan alami sudah biasa dilakukan sebagai pengobatan awal sebelum membeli obat ke warung dan pergi ke puskesmas atau dokter. Berdasarkan hasil wawancara ada 16 penyakit yang pernah diderita oleh responden dan sebagian besar dari 16 penyakit tersebut telah diobati dengan menggunakan obat tradisional ( Tabel 18) Tabel 18 Kelompok penyakit umum yang sering diobati dengan tumbuhan obat pada responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng Kelompok Penyakit Gangguan Sistem Pernafasan
Nama Penyakit Batuk
-
Gigi dan Mulut
Gangguan peredaran darah Penyakit kulit Penyakit kepala dan demam
Gangguan Ekskresi
Pembuatan Ramuan
Jumlah responden yang sakit
Direbus dan diminum airnya
1
Paru-paru
- Kunyit besar (herbal)
Diparut borehan
sebagai
1
Gigi
- Putri malu
Direbus dan dikumurkumur
1
Sariawan
- Saga - Dadap serep
Daun saga dan dadap dicuci bersih, diremas, diambil airnya, di minum.
1
-
-
1
-
-
1
-
-
10
-
Diiris daging buahnya, dijemur dan diseduh
2 1
- Daun tempuyung - Kunyit
Daun tempuyung direbus dicampur dengan parutan kunyit dan diminum airnya bersama ampas rebusannya.
3
- Kumis kucing - Ceplukan
Direbus dan diminum airnya
Darah rendah Alergi/gatalgatal Sakit kepala Demam
Penyakit Jantung
Tumbuhan obat yang sering digunakan Daun suji Akar alangalang Pegagan Ceplukan Sidaguri Daun sirih
Hipertensi Ginjal
- Mahkota dewa
Lanjutan Tabel 18 Kelompok Penyakit
Gangguan Sistem Pencernaan
Nama Penyakit
Diare
Maag
Gangguan Otot dan Tulang
Tumbuhan obat yang sering digunakan - Akar alangalang
Pembuatan Ramuan
Jumlah responden yang sakit
- Kunyit - Bandotan
Kunyit diparut, diambil airnya dicampur dengan air dari bandotan yang telah diremas, diminum.
- Daun papaya rente - Lempuyang
Daun pepaya rante ditumbuk dicampur dengan parutan lempuyang, diperas, diseduh dan ditambah kuning telur ayam kampung diminum.
- Pegagan - Meniran - Ceplukan
Daun pegagan dicampur dengan akar ceplukan, daun dan batang meniran, direbus dan diminum airnya. Diparut dicampur cuka dibalur/diboreh
15
-
2
Typus Rematik
- Jahe
1 3
Asam urat
- Kumis kucing
Dijemur sampai kering, digodog 3 L air = 4 gelas.
11
Sakit pinggang
- Daun sembung
Daun sembung dicuci, dipotong-potong, direbus, diminum airnya.
1
- Ciplukan - Alpukat
Semua bagian ceplukan dijemur, dicampur dengan daun alpukat, digodog, diambil airnya, diminum.
Pada Tabel 18 terlihat penyakit yang banyak diderita oleh responden paling tinggi adalah penyakit maag/ kelompok gangguan sistem pencernaan sebanyak 15 orang dan kelompok penyakit gangguan otot dan tulang /asam urat sebanyak 11 orang, serta penyakit sakit kepala sebanyak 10 orang. Tumbuhan obat yang sering digunakan oleh responden untuk mengobati penyakit pencernaan ada 9 spesies tumbuhan obat (Tabel 18). Sedangkan potensi yang ada untuk mengobati penyakit
pencernaan ada 100 spesies tumbuhan obat, jadi masih ada 91 spesies tumbuhan obat yang belum dimanfaatkan oleh responden. Dalam mengobati penyakit asam urat, responden menggunakan daun sembung (Blumea balsamifera). Berdasarkan Adi (2006) spesies tumbuhan obat sembung (Blumea balsamifera) memiliki khasiat dan manfaat dapat mengobati penyakit asam urat. Jadi antara pengetahuan masyarakat yang diperoleh dari turun temurun terdapat kesesuian dengan informasi ilmiah. Dengan adanya kesesuian antara pengetahuan masyarakat dengan pengetahuan ilmiah, harapannya akan semakin memperkuat keyakinan masyarakat dalam penggunaan spesies tumbuhan obat tradisional. Kurangnya pemanfaatan spesies tumbuhan obat selama ini, disebabkan kurangnya pengetahuan responden terhadap spesies tumbuhan yang memiliki khasiat obat. Sehingga dibutuhkan transfer informasi supaya responden mengetahui potensi yang ada secara optimal untuk mencegah dan mengobati penyakit yang umumnya diderita oleh masyarakat agar masyarakat sehat mandiri. 5.4.2 Pengetahuan terhadap tumbuhan obat keluarga (TOGA) Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, sebanyak 121 spesies tumbuhan obat telah diketahui. Spesies tumbuhan obat yang diketahui oleh responden dan ditemukan di lapangan selama penelitian sebanyak 98 spesies atau 45,37 % dari total potensi tumbuhan obat yang ada di lokasi penelitian. Sebanyak 23 spesies telah diketahui oleh responden, namun tidak ditemukan pada waktu penelitian (Lampiran 2). Dari jumlah spesies, perbedaan potensi tumbuhan obat yang diketahui responden melalui wawancara tetapi tidak ditemukan pada waktu di lapangan sebesar 10,64 % dari total potensi tumbuhan obat yang ada di lokasi penelitian. Pengetahuan tumbuhan obat keluarga (TOGA) yang diketahui oleh responden didapatkan dari pengalaman turun temurun, saling tukar menukar informasi dengan tetangga, dan penyuluhan yang pernah diadakan di lingkungan setempat. Spesies tumbuhan obat yang diketahui oleh responden disajikan pada Tabel 19 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 6.
Tabel 19 Tingkat pengetahuan responden terhadap spesies tumbuhan obat No 1
Klasifikasi Kurang (1-5 orang)
2
Sedang (6-10 orang)
3
Baik (11-16 orang)
Nama Tumbuhan Obat Mentimun, selasih, salak, lidah buaya, salam, sosor bebek, sirsak, pare, tomat, kamboja. Alang-alang, alpukat, asam jawa, bangle, beluntas, jahe, jarak pagar, keji beling, kencur, kunyit. Ceplukan, dadap serep, daun sendokan, jambu biji, jawer kotok, kumis kucing, sirih, papaya, pegagan, sembung.
∑ Spesies TO 92 19 10
Pada Tabel 19 terlihat bahwa 10 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi pengetahuan baik dengan jumlah responden yang mengetahui 11-16 orang, 19 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi sedang dengan jumlah responden yang mengetahui 6-10 orang, sedangkan 92 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi kurang dengan jumlah responden yang mengetahui 1-5 orang. Biasanya pengetahuan masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kemudahan mendapatkan spesies tumbuhan obat tersebut dan khasiat dari tumbuhan
obat
tersebut
yang
sudah
terpercaya
dapat
mencegah
dan
menyembuhkan penyakit. Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap potensi spesies tumbuhan obat yang ada di desa masih kurang, setengahnya dari potensi tumbuhan obat di desa belum mereka ketahui. Adanya perbedaan potensi yang terjadi antara pengetahuan tumbuhan obat yang diketahui oleh responden dengan potensi tumbuhan obat yang ada di desa, disebabkan kurangnya informasi pengetahuan mengenai spesies tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat di masyarakat. Oleh karena itu, penjelasan informasi mengenai tumbuhan obat yang ada di sekitar mereka menjadi penting, salah satunya melalui program TOGA. 5.4.3 Pemanfaatan tumbuhan obat keluarga (TOGA) Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui ada 47 (21,76 %) spesies tumbuhan obat dari 23 famili yang sudah dimanfaatkan dari potensi tumbuhan obat yang ada di lokasi penelitian. Sebanyak 169 atau 78,24 % spesies tumbuhan obat dari total potensi yang ada di lokasi penelitian belum dimanfaatkan
oleh responden. Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan responden berdasarkan tingkat penggunaannya secara rinci disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Spesies tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan responden No 1
Klasifikasi Kurang ( 1-3 orang )
2
Sedang ( 4-6 orang)
3
Sering (7-9 orang)
Nama Tumbuhan Obat Daun sendokan, kencur, kaca piring, tempuyung, mahkota dewa, beluntas, mahoni, keji beling, alang-alang, singkong, karuk, temulawak, mengkudu, angsana, sidaguri, kenikir, som jawa, sambiloto, jarak pagar, meniran, katuk, tekokak, sereh, temu kunci, lempuyang, lidah buaya, pacing, salam, sosor bebek, jawer kotok, kembang sepatu. Suji, pegagan, papaya, ceplukan, bangle, jambu biji, alpukat, bandotan, saga, lamak daging. Kunyit, jahe, sirih, kumis kucing, dadap serep, sembung. Jumlah
∑ Spesies TO 31
10 6 47
Pada Tabel 20 berdasarkan klasifikasi pemanfaatannya dapat dilihat bahwa 31 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi kurang dengan jumlah responden yang sering menggunakan tumbuhan obat 1-3 orang, 10 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi sedang dengan jumlah responden yang sering menggunakan tumbuhan obat 4-6 orang, sedangkan 6 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi sering dengan jumlah responden yang sering menggunakan tumbuhan obat 7-9 orang. Spesies-spesies tumbuhan obat yang intensitas penggunaannya sering biasanya terkait dengan manfaat dari spesies tumbuhan obat itu yang multi fungsi, dan khasiat dari tumbuhan obat tersebut sudah dirasakan dan dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Spesies tumbuhan obat yang sering digunakan sebagian besar mereka peroleh dengan mengambil langsung di pekarangan rumah atau sekitar pemukiman mereka tinggal, karena spesies tersebut sudah banyak ditanam atau dibudidayakan oleh masyarakat. Namun intensitas masyarakat menggunakan tumbuhan sebagai obat tidaklah sering, terkadang mereka lebih sering memakai obat modern ketika sakit, karena dinilai lebih efisien, atau pergi ke puskesmas karena mudah dan cepat penanganannya. Beberapa spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng tersaji pada Gambar 3.
(a) (b) (c) Gambar 3 Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar Kampung Gunung Leutik, Desa Bentenn : (a) Kunyit (Curcuma longa ( Linn.), (b) Sirih (Piper betle (L.), (c) Kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq) Spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh responden seperti kunyit berkhasiat mencegah dan mengobati demam, diare, perut kembung, tidak nafsu makan, keputihan, terlambat haid. Sirih berkhasiat sebagai antibiotik yang dapat mengobati batuk, menghilangkan bau badan, mata merah dan gatal, luka pendarahan gusi/ bau mulut, keputihan dan kumis kucing yang sudah banyak diketahui berkhasiat mengobati penyakit ginjal. Berdasarkan Tabel 20 tersebut diketahui bahwa responden Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng masih belum optimal memanfaatkan spesies potensi tumbuhan obat yang ada di kampung. Sedikitnya spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh responden, dipengaruhi oleh pengetahuan responden terhadap spesies tumbuhan yang memiliki khasiat obat masih kurang. Padahal apabila TOGA dimanfaatkan secara optimal kesehatan keluarga akan terjaga seperti yang dinyatakan oleh Sukmaji (2006) TOGA dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki gizi keluarga mengingat jenis tumbuhan obat dapat berupa sayuran dan buah-buahan. Melimpahnya spesies tumbuhan obat yang ada di desa, jika dimanfaatkan optimal oleh setiap keluarga sebagai upaya pencegahaan dan mengobati penyakit maka spesies tumbuhan obat yang ada akan lebih berkembang. Sehingga dengan banyaknya masyarakat memanfaatkan spesies tumbuhan obat, secara tidak langsung masyarakat telah membantu upaya konservasi. Sehingga semakin banyaknya khasiat tumbuhan obat yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit,
semakin tinggi pula kepedulian masyarakat akan melestarikan dan menjaga spesies tumbuhan obat tersebut serta pengetahuan tradisionalnya. 5.4.4 Budidaya tumbuhan obat keluarga (TOGA) Budidaya merupakan salah satu upaya penting dalam menjaga kelestarian manfaat dari suatu spesies tumbuhan obat, dengan demikian spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan dan banyak dimanfaatkan akan tetap terjaga kelestariannya. Spesies tumbuhan obat yang sudah dibudidayakan oleh responden sebanyak 58 spesies tumbuhan obat dari 31 famili atau 26,85 % total potensi spesies tumbuhan obat yang terdapat di lokasi penelitian. Berikut tumbuhan obat yang ditanam responden pada lahan pekarangan dan kebunnya. Spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Spesies tumbuhan obat yang di budidayakan No
Klasifikasi
1
Kurang (1-3 orang)
2
Sedang (4-6 orang )
3
Banyak (7-9 orang) Jumlah
Nama Tumbuhan Obat Som jawa, mawar, euphorbia, kumis kucing, keji beling, alpukat, sembung, daun dewa, zodia, mangkokan, lidah mertua, yodium, kembang sepatu, beluntas, temulawak, jambu air, tempuyung, pulai, pisang, jahe, kencur, jarak pagar, belimbing wuluh, meniran, bandotan, salam, petai cina, rosella, dadap serep, lamak daging, ceplukan, temu kunci, lengkuas, jambu biji, papaya, tapak dara, pacing, kamandilan, nanas kerang, tapak liman, katuk, wijaya kusuma, kenikir, nanas. Daun sendokan, lempuyang, pandan wangi, karuk, pegagan, suji, sereh, cabai rawit.. Kunyit, saga, mahkota dewa, jawer kotok, sirih, bangle.
∑ Spesies TO 44
Persentase (%) 75,86
8
13,79
6
10,34
58
100
Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa ada 6 spesies tumbuhan obat termasuk ke dalam klasifikasi yang banyak dibudidayakan. Hal ini terkait dengan manfaat obat tersebut yang sudah dipercaya masyarakat efektif dalam mencegah dan mengobati penyakit, seperti saga (Abrus precatorius L.) yang berkhasiat mengobati sariawan dan kunyit (Curcuma longa Linn.) yang multi fungsi, yaitu sebagai bumbu dapur/ rempah, kunyit juga dipakai sebagai obat saluran
pencernaan/ maag serta dapat digunakan sebagai pewarna alami. Selain dilihat dari khasiatnya, spesies tumbuhan obat tersebut sangat mudah dibudidayakan dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Tumbuhan obat yang termasuk ke dalam klasifikasi sedang ada 8 spesies, hal ini terkait dengan tumbuhan obat tersebut tidak terlalu sering dimanfaatkan dan biasanya tumbuhan obat tersebut sudah hampir banyak ditemukan atau tumbuh liar. Sedangkan tumbuhan obat yang termasuk klasifikasi kurang dibudidayakan ada 45 spesies tumbuhan obat. Tumbuhan obat tersebut kurang dibudidayakan karena manfaat dari obat tersebut belum banyak diketahui secara pasti oleh masyarakat, spesies tumbuhan obat tersebut tersedia melimpah di lingkungan pemukiman sebagai tanaman hias dan tanaman buah. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, spesies tumbuhan obat yang
dibudidayakan
masih
sedikit.
Semakin
sedikit
responden
yang
membudidayakan spesies tumbuhan obat sedangkan yang memanfaatkan spesies tumbuhan obat banyak, maka akan berdampak negatif terhadap pengembangan TOGA dan akan mengancam kelestarian spesies tumbuhan obat. Untuk menjaga spesies tumbuhan obat tetap lestari meskipun digunakan dalam jumlah yang cukup banyak, maka perlu dilakukan pengembangan potensi tumbuhan obat dengan cara budidaya. Adapun program budidaya yang dibuat harus mempertimbangkan kearifan tradisional, keseimbangan ekologi, pelestarian plasma nutfah dan kesejahteraan bagi masyarakat. 5.5 Permasalahan, Keinginan Masyarakat dan Strategi Pengembangan TOGA 5.5.1 Permasalahan dan Keinginan Masyarakat dalam pengembangan TOGA Ada beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi responden masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dalam pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA), yaitu : 1. Pengetahuan masyarakat mengenai spesies tumbuhan yang memiliki khasiat obat masih kurang, sehingga berpengaruh pada pemanfaatan spesies tumbuhan obat di masyarakat kurang.
2. Proses pembuatan dan pengolahan spesies tumbuhan obat yang baik oleh sebagian masyarakat belum diketahui. 3. Kecenderungan masyarakat melakukan pengobatan dengan obat-obatan modern mulai meningkat. Hal ini karena, tidak diketahuinya spesies tumbuhan obat yang memiliki khasiat yang penting dan unggulan. 4. Sebagian besar spesies tumbuhan obat penting belum dibudidayakan, pemanfaatan spesies tumbuhan obat masih membeli dari pasar dan mengambil dari tumbuhan liar. 5. Orientasi pengembangan tumbuhan obat selain untuk kesehatan dan tujuan pengobatan, proritas ekonomi/pasar (laku dan harga menarik) untuk meningkatkan pendapatan masyarakat menjadi dasar dalam mengembangkan tumbuhan obat, karena harga tumbuhan obat relatif lebih murah. 6. Belum adanya sistem kelembagaan yang mantap dan efisien, sehingga masyarakat belum mempunyai “bargaining position” yang baik. Akibatnya masyarakat kurang bersungguh-sungguh dalam menangani budidaya tumbuhan obat. Dalam rangka optimalisasi pengembangan TOGA yang tepat dan sesuai dengan keinginan responden masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Berdasarkan penilaian (evaluasi) melalui wawancara dengan responden dapat diketahui bahwa responden masyarakat Kampung Gunung Leutik menginginkan adanya arahan dan tanggapan yang positif, serta timbal balik dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun perguruan tinggi kepada masyarakat dalam hal informasi pengetahuan. Dengan demikian, sebaiknya dibentuk suatu wadah kegiatan yang dapat dibina oleh berbagai pihak terkait. Oleh karena itu, perlu dibuat rancangan program atau kerjasama antara masyarakat
(responden)
dengan
berbagai
pihak
terkait
dalam
rangka
pengembangan TOGA melalui peran serta masyarakat. Beberapa keinginan masyarakat dalam optimalisasi pengembangan TOGA yang tepat dan sesuai, yaitu : 1. Setelah potensi tumbuhan obat yang ada di Kampung Gunung leutik, Desa Benteng, baik yang liar maupun yang budidaya diamati dan dikaji, kemudian
diinformasikan kembali kepada masyarakat mengenai pengetahuan potensi tumbuhan obat yang ada di desa mereka. 2. Memasyarakatkan kembali penggunaan TOGA dan kesehatan keluarga meliputi pengenalan spesies TOGA dan khasiatnya bagi kesehatan keluarga, serta nilai estetika dalam mengoptimalkan lahan pekarangan sebagai usaha mengembangkan TOGA. 3. Adanya demo pemanfaatan dan pengolahan obat meliputi takaran dan cara meramu obat tradisional untuk pencegahan dan menyembuhkan penyakit, terutama penyakit yang sering diderita oleh masyarakat. 4. Adanya demo membuat makanan dan minuman bergizi dan sehat bagi keluarga dengan menggunakan TOGA yang ada di pekarangan . 5. Mengembangkan cara menanam atau budidaya yang kreatif, inovasi dan mudah pada lahan pekarangan yang sempit seperti penanaman organik. 6. Membangun pembibitan dan persemaian tumbuhan obat dalam jumlah yang banyak sehingga Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng ke depan menjadi produsen bibit tumbuhan obat dengan produk yang bersifat organik. Selain itu, masyarakat dapat memperoleh bibit secara mudah. 7. Pembentukan kelompok TOGA. Setelah dibentuk kelompok TOGA, harapannya setiap anggota dapat bekerjasama dalam upaya pengembangan kembali pekarangan. Selain tujuan utama untuk memelihara kesehatan, TOGA di pekarangan masyarakat juga dapat menambah pendapatan keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan konsumen memiliki pasar yang jelas dan menjanjikan untuk menjual daun tumbuhan obat dari TOGA di pekarangan. 8. Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dapat menjadi penghasil jamu atau obat tradisional atau penyedia bahan baku jamu atau obat tradisional. Dengan demikian, TOGA di pekarangan masyarakat dapat menambah pendapatan keluarga.
5.5.2 Strategi dalam Pengembangan TOGA Berdasarkan permasalahan dan keinginan responden (masyarakat) dalam pengembangan TOGA, maka diperlukan solusi agar program pengembangan TOGA oleh masyarakat dapat berjalan. Dalam hal ini dibutuhkan suatu strategi pengembangan TOGA. Dalam strategi pengembangan TOGA perlu dilakukan analisis spesies tumbuhan obat yang bisa dikembangkan dengan kriteria sebagai berikut : spesies tumbuhan obat yang ada di desa dan sudah dibudidayakan oleh masyarakat, tumbuhan obat tersebut memiliki khasiat dan manfaat penting, secara nyata dalam kehidupan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mudah dipasarkan di masyarakat.
Potensi tumbuhan obat Desa
Nilai Kerelaan budidaya dan penggunaan
Nilai Manfaat
Tumbuhan obat yang dikembangkan
Gambar 4 Strategi pengembangan tumbuhan obat keluarga. Berdasarkan strategi pengembangan tumbuhan obat keluarga pada Gambar 4 tersebut, maka beberapa spesies tumbuhan obat yang merupakan potensi Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng yang dapat dikembangkan di sajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Spesies tumbuhan obat yang dapat dikembangkan No 1
Spesies tumbuhan obat Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
2
Kunyit (Curcuma domestica)
3
Brotowali (Tinospora crispa)
4
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
5
Pegagan (Centella asiatica)
6
Jahe merah (Zingiber officinale)
7
Sambiloto (Andrographis paniculata)
8
Mengkudu (Morinda citrifolia)
9
Sembung (Blumea balsamifera)
10
Katuk (Saoropus androginus (L) Merr.) Takokak (Solanum torvum Swartz)
11
Khasiat dan manfaat Rasa sedikit pahit, berkhasiat sebagai antiradang, antisembelit, tonikum, diuretik. Khasiat temulawak sebagai antiradang diperoleh dari kandungan kurkuninoidnya. berkhasiat antiradang dan meringankan nyeri pada rematik Memiliki rasa pahit dan sejuk. Berkhasiat sebagai analgetik, menghilangkan rasa sakit, antipiretik/menurunkan panas, dan melancarkan meridian atau cairan limfa Mengobati rematik gout dan menurunkan asam urat darah pada jenis komplikasi batu urat di saluran kencing, sebagai diuretic, melarutkan batu di saluran kencing, anti-bakteri. Memiliki rasa manis dan sejuk. Berkhasiat sebagai antirematik, antitoksik, pembersih darah, penghenti pendarahan/hemostatis, peluruh kencing/ diuretic ringan, penenang/sedatif. Mengurangi rasa sakit, memperkuat khasiat obat lain yang dicampurnya dan merangsang selaput lender perut besar dan usus. Khasiat lain adalah obat flu, menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, perangsang aktivitas saraf pusat, merangsang ereksi, merangsang keluarnya ASi, merangsang kekebalan tubuh, merangsang regenerasi sel normal. Memiliki rasa pahit, dan berkhasiat sebagai antiradang, penghilang nyeri/analgesik, dan penawar racun. Berkhasiat sebagai penghilang hawa lembap pada tubuh, penambah kekuatan tulang, pembersih darah, peluruh kencing, peluruh haid, pelembut kulit, obat batuk, obat cacing, pencahar. Astringent, obat sakit perut, karminatif, obat batuk, obat bronchitis, dan tonikum. Demam, pelancar ASI, suara parau, lepra (obat luar), memperlancar keluarnya air seni. Bersifat rasa pedas, sejuk, agak beracun. khasiatnya melancarkan sirkulasi, menghilangkan darah beku, menghilangkan sakit gigi, menghilangkan batuk (antitusif), tonikum, memperlancar keluarnya air seni, perawatan darah tinggi (hipertensi).
Dilihat dari kondisi sarana dan prasarana kesehatan di desa, umumnya masih belum berkembang dengan akses pelayanan kesehatan yang jaraknya cukup jauh. Selain itu dilihat dari kondisi umum lapangan, Kampung Gunung Leutik
memiliki lahan ruang terbuka hijau yang cukup memadai untuk dilakukan pengembangan TOGA melalui budidaya. Sehingga melalui pengembangan TOGA ini, masyarakat benar-benar dapat memanfaatkan TOGA dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya serta pendapatannya meningkat lebih baik. Untuk mendukung pengembangan TOGA oleh masyarakat, maka dibutuhkan stimulus kepada masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Hal ini dibutuhkan karena menurut Zuhud (2007), masyarakat tradisional atau masyarakat yang memiliki kearifan lokal ternyata memiliki sikap dan perilaku pro-konservasi alam. Ada tiga stimulus yang hendaknya dimiliki masyarakat dalam pengembangan TOGA, yaitu stimulus alamiah, stimulus manfaat dan stimulus religius. Stimulus alamiah yaitu nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya (Zuhud 2007). Upaya pengembangan TOGA melalui peran serta masyarakat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng yang biasa dilakukan oleh responden (masyarakat) yaitu responden telah membudidayakan tumbuhan obat dan memahami sifat-sifat ekologis TOGA yang dibudidayakan meskipun masih belum optimal, selain itu responden juga telah mendapatkan penyuluhan tentang budidaya tumbuhan obat dengan baik. Pengembangan TOGA melalui peran serta masyarakat agar lebih optimal, dapat diwujudkan dengan meningkatkan pengetahuan dan minat budidaya masyarakat terhadap potensi tumbuhan obat supaya masyarakat mampu mengembangkan sendiri. Penyuluhan tentang budidaya tumbuhan obat melalui pola swadaya, mengingat kebutuhan konsumsi bahan obat yang terbatas. Dalam pengembangan tumbuhan obat secara pola swadaya ini, pola di lahan pekarangan perlu mendapatkan perhatian dan prioritas khusus. Pola pengembangan ini paling cocok untuk sifat kebutuhan tumbuhan obat dan untuk beberapa aspek tujuan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena: 1. Sifat kebutuhan bahan obat dari tumbuhan relatif rendah, volume dan dosis pemakaiannya. 2. Pengembangan di lahan pekarangan sejalan dengan pola pengembangan TOGA dan program kesejahteraan keluarga (PKK) yang melibatkan ibu-ibu.
Spesies-spesies tumbuhan yang dapat dimasukkan dalam pola pekarangan perlu dicari cocok atau toleran lingkungan pekarangan yang bernaungan pohon. Pola tanam yang dapat diterapkan pada pekarangan adalah pola tumpangsari dan tanaman campuran. Spesies yang dapat dikembangkan di lahan pekarangan cukup banyak, yaitu kumis kucing (Orthosiphon sp.), kelompok temu-temuan seperti temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma domestica), sambiloto (Andrographies paniculata), sembung (Blumea balsamifera). Pola pemanfaatan lahan pekarangan dipandang paling sesuai sepanjang spesies tumbuhannya sesuai untuk lingkungan tersebut. Karena sebagian besar spesies tumbuhan obat belum dibudidayakan, maka untuk kelompok komoditas ini pengembangannya bergantung dari ketersediaannya di desa. Program pengembangan spesies tumbuhan obat melalui budidaya dilakukan dengan cara : 1. Penerapan budidaya tumbuhan obat dengan teknik ramah lingkungan Penerapan ramah lingkungan dengan program organik harus dilakukan supaya kestabilan lingkungan terjaga, dengan mengurangi penggunaan pupuk pestisida atau buatan. Penerapan organik yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan pestisida yang berasal dari ekstrak tumbuhan lain sehingga lebih kecil kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan. Contoh pestisida organik adalah biji srikaya yang dapat mengendalikan hama belalang. 2. Kegiatan pembuatan pupuk organik Pupuk yang digunakan diusahakan tidak menggunakan pupuk kimia karena akan menimbulkan dampak negatif pada lingkungan terutama pada spesies tumbuhan obat yang akan dibudidayakan. Bahan baku yang dapat digunakan untuk pupuk kompos yaitu cacahan daun bambu dicampur dengan rumput segar, campur an abu daun dan batang pisang atau dapat menggunakan pupuk kandang. 3. Kegiatan pendidikan dan pelatihan budidaya tumbuhan obat Upaya
pembudidayaan
tumbuhan
obat
untuk
keperluan
sehari-hari
menunjukkan bahwa masyarakat masih sangat peduli dengan upaya konservasi alam. Pendidikan dan pelatihan budidaya tumbuhan obat tidak hanya untuk kalangan orang tua tetapi remaja dan anak-anak pun perlu mendapatkan
pendidikan dan pelatihan, hal ini dimaksudkan agar sedikit demi sedikit dapat mengenal dan mengetahui tumbuhan bermanfaat untuk kesehatan. 4. Prioritas spesies tumbuhan yang mudah dan murah dalam budidaya dan pemanfaatannya, yang dapat menciptakan produk unggulan. Stimulus manfaat adalah stimulus yang didasarkan pada nilai-nilai kepentingan manusia seperti manfaat obat, manfaat ekonomi, manfaat biologis atau ekologis dan manfaat lainnya (Zuhud 2007). Latar belakang yang memberi stimulus kepada masyarakat dalam pengembangan tumbuhan obat melalui peran serta masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng berdasarkan stimulus manfaat yaitu berawal dari biaya berobat ke dokter/ obat-obatan modern yang harganya tinggi, Puskesmas yang ada aksesnya cukup jauh sehingga memberatkan dalam biaya transportasi, serta adanya keinginan responden (masyarakat) dapat sembuh dari penyakit yang diderita dan sehat mandiri. Dari latar belakang tersebut stimulus manfaat di masyarakat dapat terwujud dalam rangka pengembangan TOGA. Dengan adanya khasiat dari tumbuhan obat yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat yang ada disekitar mereka, maka dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan manfaat ekonomi. Stimulus manfaat untuk kesehatan mandiri dapat terwujud dengan dikembangkannya 11 spesies tumbuhan obat penting dari 216 potensi spesies tumbuhan obat yang hidup dan ada di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng. Berdasarkan besarnya potensi spesies tumbuhan obat yang ada di desa, maka potensi spesies tumbuhan obat keluarga (TOGA) harus dimanfaatkan seoptimal mungkin mengingat banyaknya ragam penyakit yang diderita masyarakat dan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu fungsi TOGA adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang meliputi upaya preventif (pencegahan), upaya
promotif
(meningkatkan
derajat
kesehatan)
dan
upaya
kuratif
(penyembuhan penyakit). Stimulus sehat mandiri ini terkait dengan pemanfaatan yang terbatas pada upaya pengobatan saja, sehingga dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat maka obat tradisional perlu dimanfaatkan sebaikbaiknya. Dalam hubungan ini antara lain diprioritaskan pengembangan tumbuhan
obat sesuai dengan penyakit yang sering diderita masyarakat. Spesies tumbuhan obat di desa yang berpotensi untuk mencegah dan dapat mengobati penyakit perlu dikembangkan. Program yang dapat membantu masyarakat dalam upaya pengembangan tumbuhan obat agar potensi yang ada bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin yaitu dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Penyuluhan mengenai pengenalan spesies tumbuhan obat yang ada di desa untuk menjaga kesehatan (TOGA) serta memberikan pelatihan tumbuhan obat. Pelatihan tumbuhan obat yang diberikan meliputi pengenalan tumbuhan obat dan pemanfaatannya, membahas beberapa kasus penyakit dan cara pengobatannya, memberikan pelatihan (demo) cara meracik ramuan tumbuhan obat yang sederhana (skala rumah tangga) dan praktek membuat makanan dan minuman sehat seperti keripik bayam, keripik beluntas, cendol lidah buaya, jamu instan, teh pegagan, manisan calingcing 2. Pembinaan kader TOGA yang nantinya dapat menjadi wadah informasi bagi masyarakat lainnya untuk berbagi wawasan dan keterampilan yang berhubungan dengan TOGA. 3. Kunjungan kader TOGA ke kebun percontohan tumbuhan obat yang sudah maju. Mengenal spesies tumbuhan obat dengan buku panduan didampingi oleh para pemandu yang berpengalaman di bidangnya. Program kunjungan tumbuhan obat ialah melihat, memetik, dan belajar menanam aneka tumbuhan obat pada lahan pekarangan, yang diharapkan masyarakat akan termotivasi untuk mengembangkan TOGA di pekarangan maupun kebun yang nantinya selain kesehatan masyarakat meningkat, masyarakat juga dapat memperoleh nilai ekonomi dari usahanya. 4. Sosialisasi TOGA yang dapat dilakukan lebih intensif dan merata ke setiap masyarakat. Sosialisasi dapat melalui pembuatan poster atau iklan-iklan layanan masyarakat yang berkaitan dengan TOGA dan pemeliharaan kesehatan secara alami serta memberikan buku lengkap tentang tumbuhan obat yang berkhasiat agar dapat dipelajari. 5. Diskusi masalah kesehatan dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat. Diskusi ini dijalankan minimal setiap 3 bulan sekali, terutama saat
musim-musim rentan penyakit seperti pancaroba. Selain memberikan solusi kesehatan, dengan adanya diskusi ini pengetahuan masyarakat bertambah dalam hal tindakan yang harus dilakukan sebelum mereka sakit (preventif). Dalam pengembangan nilai ekonomi, pengembangan tumbuhan obat yang dipilih untuk diterapkan di masyarakat adalah pengembangan tumbuhan obat yang sederhana. Fokus pengembangan tumbuhan obat dengan skala home industry diharapkan dapat berkelanjutan, yang akhirnya dari kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, masyarakat sekitar dan berdampak pada kesejahteraan hidup yang lebih baik. Stimulus dari segi manfaat ekonomi dilakukan analisis pengembangan tumbuhan obat berdasarkan pasar, harga dan untuk tujuan peningkatan pendapatan masyarakat menurut Sudiarto et al. (1992) dapat ditempuh melalui: 1. Peningkatan produksi dan mutu tumbuhan obat 2. Prioritas komoditas yang dikembangkan 3. Peluang pemasaran baik di dalam kampung maupun di luar daerah 4. Diversifikasi produk Stimulus Religius adalah stimulus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan, terutama ganjaran dari sang pencipta alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan, budaya dan tradisional, kepuasan batin, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kerelaan dalam melakukan sesuatu (Zuhud 2007). Stimulus religius merupakan stimulus yang sangat penting dalam pengembangan tumbuhan obat melalui peran serta masyarakat, karena stimulus kerelaan dalam berkorban ini merupakan stimulus utama. Wujud kecintaan pada nilai-nilai kebaikan tidak akan mudah hilang jika dibandingkan dengan nilai keduniawian. Stimulus religius yang bisa dikembangkan oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng yaitu peran serta masyarakat dalam pengembangan TOGA sebagai sarana untuk mengkonservasi tumbuhan obat. Masyarakat dengan sukarela mau mempelajari, memahami arti penting dari nilai-nilai
kebaikan,
dan
mengembangkan
kerelaan
masyarakat
dalam
menggunakan dan membudidayakan tumbuhan obat yang nantinya akan bermanfaat bagi keluarga dan lingkungan sosial sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat bersedia membantu orang lain tanpa pamrih seperti tetangga yang
sakit dengan memberikan tumbuhan obat tersebut untuk mengobati penyakitnya. Namun stimulus religius ini di masyarakat masih lemah, karena ada sebagian masyarakat yang mengharapkan imbalan dari orang yang membutuhkan tumbuhan obat tersebut. Dari ketiga stimulus, stimulus religius merupakan stimulus utama dan paling mendasar yang memiliki nilai paling tinggi, sehingga stimulus ini perlu dilestarikan di masyarakat. Jika masyarakat sudah memahami dan sadar dengan pentingnya nilai dari stimulus religius, maka pengembangan TOGA melalui peran serta masyarakat akan berjalan. Hal ini karena penilaian stimulus religius hubungannya dengan sang pencipta atau merupakan sebuah amalan bagi seseorang yang sukarela membantu orang yang membutuhkan, sehingga dipandang memiliki nilai ibadah. Selain tiga stimulus itu dimiliki oleh masyarakat, partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, sistem pembangunan yang terencana dan terintegrasi memungkinkan pencapaian tujuan pengembangan tumbuhan obat secara maksimal. Keterlibatan antar insitusi seperti dinas kesehatan, pendidikan, kehutanan, pertanian, dan perguruan tinggi sangat diperlukan. Dalam konteks implementasi praktis, masyarakat dapat mengembangkan spesies tumbuhan obat dengan membudidayakan tumbuhan obat keluarga (TOGA) secara mandiri dan memanfaatkannya,
sehingga
akan
terwujud
prinsip
kemandirian
dalam
pengobatan keluarga. Program yang akan dilaksanakan diharapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program menjadi lebih tinggi. Rancangan program yang dibuat diharapkan dapat membantu masyarakat kuat dan mandiri dalam menjaga kesehatan keluarga dengan pemanfaatan potensi alam yang ada di ligkungan sekitar. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan yaitu peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap/perilaku dan peningkatan keterampilan. Tabel 23 menjelaskan strategi pengembangan tumbuhan obat keluarga (TOGA) di Kampung Gunung Leutik Desa Benteng, Kecamatan Ciampea.
Tabel 23 Strategi pengembangan tumbuhan obat keluarga No 1
Tujuan Pelestarian sumberdaya tumbuhan obat
Sasaran 1. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang prospek, potensi dan manfaat SDA tumbuhan obat
2.
3.
Melindungi dan melestarikan tumbuhan yang obat yang ada. Mengelola pekarangan dengan pola swadaya dan kebun serta lahan tidur untuk pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat.
1.
Program Penyuluhan mengenai pengenalan spesies TO yang ada di Desa
2. Pembinaan kader TOGA yang nantinya dapat menjadi wadah informasi bagi masyarakat lainnya. 3. Program kunjungan kader TOGA ke kebun percontohan tumbuhan obat yang sudah maju. 4. Sosialisasi TOGA yang dapat dilakukan lebih intensif dan merata ke setiap masyarakat. 5. Diskusi masalah kesehatan. 1. Penerapan budidaya tumbuhan obat dengan teknik ramah lingkungan 2.
Kegiatan pembuatan pupuk organik.
3.
2.
3.
Pemanfaatan sumberdaya tumbuhan obat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
Pengembangan tumbuhan obat skala rumah tangga (Home industry)
1. Membangun dukungan semua stakeholder untuk penggunaan/ pemanfaatan sumberdaya tumbuhan obat dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.
Pengembangan tumbuhan obat skala rumah tangga berbasis pemberdayaan masyarakat. 2. Pengembangan lembaga koperasi desa.
Kegiatan pendidikan dan pelatihan budidaya tumbuhan obat. 4. Prioritas spesies tumbuhan yang mudah dan murah dalam budidaya dan pemanfaatannya yang dapat menciptakan produk unggulan. 1. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang budidaya, manfaat dan cara penggunaan tumbuhan obat.
2. Pengembangan dan penguatan kader TOGA. 1. Pengembangan budidaya tumbuhan obatunggulan.
2. Pengembangan pengolahan tumbuhan obat skala rumah tangga. 3. Pengembangan pemasaran produk berbahan baku tumbuhan obat.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng memiliki potensi tumbuhan obat yang cukup besar yaitu 216 spesies dari 75 famili. Adapun spesies tumbuhan obat yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma domestica), brotowali (Tinospora crispa), kumis kucing (Orthosiphon aristatus), pegagan (Centella asiatica), jahe merah (Zingiber officinale), sambiloto (Andrographis paniculata), mengkudu (Morinda citrifolia), sembung (Blumea balsamifera), katuk (Sauropus androginus) dan tekokak (Solanum torvum). 2. Pengetahuan,
pemanfaatan
dan
pembudidayaan
tumbuhan
obat
oleh
masyarakat Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng masih belum optimal jika dibandingkan dengan potensi tumbuhan obat yang ada. 3. Pengetahuan masyarakat akan tumbuhan obat masih kurang, baik dalam hal spesies,
manfaat,
cara
pembudidayaan,
dan
pemasaran.
Masyarakat
menginginkan adanya arahan dan bimbingan dalam pengembangan TOGA. 6.2 Saran 1. Pengenalan berbagai spesies tumbuhan obat dan pemanfaatan yang bersumber dari pengetahuan tradisional dan pengetahuan ilmiah kepada masyarakat, sehingga masyarakat secara luas terdorong untuk menggunakan tumbuhan obat tersebut. 2. Membuat program TOGA sesuai dengan keinginan dan kondisi masyarakat, serta budidaya tumbuhan obat yang bernilai penting dari segi manfaat kesehatan dan manfaat ekonomi. 3. Membangun kerjasama kemitraan yang baik dengan berbagai pihak yang terkait dalam kegiatan budidaya, pengembangan, dan pemasaran tumbuhan obat, khususnya dalam skala rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA Adi TL. 2006. Tanaman Obat & Jus untuk Asam urat & Rematik. Agro Media Pustaka : Jakarta. Basuki B. 1982. Home garden (Pekarangan Keluarga). UGM Press : Yogyakarta Bahro E. 1991.Keragaan Pemanfaatan Pekarangan ditinjau dari Produktivitas dan Pemenuhan Gizi Keluarga [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Cohen J. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Sihamora S, penerjemah. Bina Aksara : Jakarta. Dalimartha S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid I. Trubus Agriwidya: Jakarta. .2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II. Trubus Agriwidya; Jakarta. .2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid IV. Puspa Swara: Jakarta. .2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid V. Pustaka Bunda: Jakarta. .2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI. Pustaka Bunda: Jakarta. Damayanti EK.1999. Kajian Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit Penting pada Berbagai Etnis di Indonesia. [skripsi]. Bogor : Fakultas kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Departemen Kesehatan.1990. Petunjuk dan Panduan Taman Obat Keluarga (TOGA). Jakarta: Depkes [Departemen Kesehatan]. Departemen Kesehatan. 1995. Taman Obat Keluarga. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Desa Benteng. 2009. Profil Kependudukan Desa Benteng, Kecamatan Ciampea Bogor. Periode Juli-Desember 2009. Tidak diterbitkan. Dinas Kesehatan. 2007. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Kecamatan Ciampea Tahun 2007. Bogor. Hariana A. 2009. Tumbuhan Obat dan Khasiat Obat seri 1. Penebar swadaya : Jakarta.
.2008. Tumbuhan Obat dan Khasiat Obat seri 2. Penebar swadaya : Jakarta. .2009. Tumbuhan Obat dan Khasiat Obat seri 3. Penebar swadaya : Jakarta. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia IV. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta : Departemen Kehutanan. Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pengunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Kusumaatmadja S. 1995. Sumbangan Kearifan Tradisional Terhadap Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup : Sebuah Pengantar. Jurnal : Kebudayaan, Kearifan Tradisional, dan Pelestarian Lingkungan. Centre for Strategic and international Studies : Jakarta Lasmadiwati E. 2005. Panduan Percontohan Tanaman Obat Taman Sringganis. Taman Sringganis : Bogor. . 2006. Album Foto Tanaman Obat Taman Sringganis. Taman Sringganis : Bogor. Mills S. 1996. Pengobatan Alternatif. Dian Rakyat : Jakarta. Pari R. 2004. Pengembangan Pekarangan Untuk Mendukung Gerakan Budaya Mandiri Kesehatan Alami (BUMIKITA) Di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor. [skripsi]. Bogor : Fakultas kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Puryono SKS. 1998. Mengoptimalkan lahan Pekarangan. Duta Rimba 214(XII):32-37. Siswanto. 2000. Opsi kebijakan Medikalisasi Pengobatan Tradisional vs Pemberdayaan pengobatan Tradisional. Di dalam: Prosiding Makalah Bebas Poster. Simposium Penelitian Bahan Obat. Kongres Nasional Obat Tradisional Indonesia. Surabaya. Soekanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. C.V. Rajawali : Jakarta. Suciati R. 2004. Perencanaan Program Konservasi Tumbuhan Obat Di Taman hutan Kampus Leuwikopo kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor: Fakultas kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sudiarto H. 1999. Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat makalah dalam Seminar Nasional. Bogor
. 1992. Pola Pengembangan Tumbuhan dan Tanaman Obat di Indonesia. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah hasil Penelitian Plasma Nutfah dan Budidaya Tanaman Obat. Bogor 2-3 Maret 1992. Halaman 105-112. Suhirman. 1990. Program Pengembangan Taman Obat makalah dalam Seminar Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat. Bogor. Sukmaji. 2006. Budidaya TOGA dapat memacu usaha di bidang obat-obat herbal. http//toga.com. [15 Oktoberr 2009]. Sumarto SS. 1989. Kamus Kehutanan Edisi Pertama. Jakarta : Departemen Kehutanan RI. Suyono Imam Mulyo. 1991. Studi Interaksi Masyarakat Desa Sekitar dengan Tumbuhan Obat di taman Nasional Baluran. [skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. IPB. Tidak diterbitkan. Swanson
TM. 1995. Intelectual Property Rights and Biodiversity Conservation’An Interdisciplinary Analysis of the Values of Medical Plants. Cambridge University Press, Cambridge.
Syukur C, Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar swadaya : Jakarta. Turana Y. 2001. Menuju Pengobatan Alternatif yang Lebih Rasional. http://.www.medikalholistik.com. [15 Oktober 2009]. Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Media Pressindo : Yogyakarta. Zuhud EAM. 2007. Tri-Stimulus AMAR Pro-Konservasi. Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata IPB. Bogor. Zuhud EAM, Ekarelawan, Ridwan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat dalam Zuhud EAM, dan Haryanto. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, IPB : Bogor. Zuhud EAM, Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Bogor. Zuhud EAM, Siswoyo. 2001. Rencana Strategi Konservasi Tumbuhan Obat Indonesia. Kerjasama Proyek Pengelolaan dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan BAPEDAL dan Fahutan IPB. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rekapitulasi kuesioner penelitian di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng No
3 4 5 6 7
Nama Responden Uton Eman Sulaeman H. Dudung Dedi Sukardi Maryanto Madsuhi Saefudin
8 9 10 11
Sukeji Rm Yusuf Mihad Aan
L L L P
43 45 55 50
12
Anih
P
48
13
Yanah
P
38
14
Ani
P
39
SMP SLTA SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD Tidak tamat SD SD
15 16 17 18 19
Nyai Odah Yeti Cicih sri L Sekaryati
P P P P P
46 25 47 30 46
SD SLTP SMP SMEA SMP
20
Umay
P
25
SD
1 2
Jenis Kelamin L L
Usia (Tahun) 47 41
Pendidikan
L L L L L
69 41 50 60 40
SR SMP SMP SD SD
SD SLTA
Pekerjaan Petani Bentuk sosial/ birokrasi (biro jasa) Tani/ dagang Penjahit Petani Buruh bangunan Petani dan pedagang Buruh bangunan Buruh wiraswasta Pedagang ikan tongkol masak Ibu rumah tangga
Jumlah keluarga 5 -
Karakteristik Keluarga Pendapatan (Rp…/Bulan) 600.000 900.000
9 3 6 3 5
3000.000 900.000 600.000 600.000 1.500.000
5 5 5 11
1.100.000 1.500.000 500.000 360.000
7
1.200.000
Ibu rumah tangga
7
1.050.000
Ibu rumah tangga/ buruh Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga, guru PAUD Pedagang jamu
4
210.000
5 3 4 5 6
450.000 1.500.000 1.350.000 800.000 2.000.000
4
1.100.000
Lampiran 2 Potensi tumbuhan obat berdasarkan manfaat dan wilayah administratif Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
1
Alamanda
Allamanda cathartica L
Apocynaceae
Daun, getah
2
Alang-alang
Imperata cylindrica L ***
Poaceae **
Akar
3
Alpukat *
Persea gratissima Gaertn ***
Lauraceae **
Buah, daun
4
Andong
Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval
Liliaceae **
5
Anggur
Vitis vinifera Linn
Vitaceae
Daun, biji. Kulit buah, buah
6
Angsana
Fabaceae**
Batang
Pterocarpus
Bunga, daun, akar
Demam, sembelit, penawar racun, penyakit kulit, mematikan belatung/jentik-jentik nyamuk (getah) Hepatitis akut menular, kencing berdarah, kencing nanah, muntah darah, mimisan, peluruh kencing, radang ginjal akut. Sariawan, peluruh air seni Kencing berdarah, mencegah keguguran, haid terlalu banyak, wasir berdarah, nyeri lambung dan ulu hati, TBC (tuberkolosis), terlambat haid Peluruh air seni, obat syphilis, kudis, sakit kepala, radang tenggorokan, kesehatan jantung, mengobati gangguan pencernaan, mencegah kanker, mengurangi gejala insomnia Sakit gigi
RT 2
RT 3
RT 4
Perdu
PR
2
V
Herba
PS, KB, LK
6
V
V
Pohon
KB, PR
4
V
V
Perdu
PR, KB, P
6
V
V
Semak
PR
1
V
Pohon
KB, PR
3
V
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
indicus Wild *** Arben hutan
Rubus reflexus Ker
Rosaceae
Daun, akar
Awar-awar
Ficus septicum Burm.B
Moraceae
Daun, akar
9
Bambu kuning
Gigantolochloa apus Kurz
Poaceae **
10
Bandotan*
Ageratum conyzoides L ***
11
Bangle *
12
Batrawali
7 8
13
Bawang merah
Diare, ambeien
Herba
PR
6
V
V
V
V
V
V
Bisul, borok, luka, penawar racun berbisa, sesak nafas
Perdu
Pinggir SB, PR
6
V
V
V
V
V
V
Biji rebung
Demam, peluruh air seni
Bambu
Dekat PB, dekat SB
6
V
V
V
V
V
V
Asteraceae **
Daun
Pengobatan luka baru, wasir, mencegah kehamilan
Herba
PR, KB, PB, PS, SW. P.
6
V
V
V
V
V
V
Zingiber purpureum Roxb ***
Zingiberaceae **
Rimpang
Demam, nyeri, sembelit, masuk angin, encok, obat cacing
Herba
PR
6
V
V
V
V
V
V
Tinospora crispa Miers. Hook. F. &Thems.
Menispermaceae **
Batang
Kudis, demam, peluruh air seni, reumatik
Liana
PR
3
V
V
V
Heba
PR
4
V
V
V
Allium cepa L.
Liliaceae **
Umbi
Demam pada anak, perut kembung, masuk angin, kerokan, disentri, hipertensi, diabetes, kutu air, bisul/luka, payudara bengkak/mastitis, melancarkan air seni pada anak disertai demam
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
14
Bawang putih
Allium sativum L
Liliaceae **
Umbi
15
Bayam
Amaranthus tricolor L
Amaranthaceae
Daun, akar
16
Bayam duri
Amaranthus spirosus L
Amaranthaceae
Seluruh bagian
17
Begonia
Begonia fimbristipulata Hance
Begoniaceae
Daun, herba
18
Belimbing manis
Averhoa carambola L
Oxalidaceae **
Buah, daun, bunga
Hipertensi, sakit kepala, flu, disentri, batuk rejan dan bronchitis, borok, luka kena benda tajam dan berkarat, cacingan, nyeri haid, migran, perut kembung, bisul yang baru tumbuh, maag, asma, batuk, masuk angin, mengeluarkan serpihan kaca, kayu/duri, ambeien cantengan, asma, digigit serangga beracun Membersihkan darah sehabis bersalin, memperkuat akar rambut, tekanan darah rendah, kurang darah, gagal ginjal, disentri Bisul, disentri, keputihan, menambah produksi ASI, radang saluran pernapasan, TBC kelenjar, wasir. Penurun panas, pembersih darah, penekan batu, nyeri haid Pembesaran limpa karena malaria, menurunkan tekanan darah, susah BAB, malaria, radang
Herba
PR
1
Herba
PR
3
Herba
KB, PS, PR
2
V
Herba
PR
6
V
Pohon
PR, KB.
5
V
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat tenggorokan, sakit gigi, kencing sedikit sakit berwarna merah, batuk, sakit kepala Batuk pada anak, darah tinggi, jerawat, pegal linu, rematik, sakit gigi berlubang. Penurun panas, batuk, peluruh keringat
19
Belimbing wuluh *
Averhoa bilimbi L
Oxalidaceae **
Daun, bunga, buah.
20
Beluntas *
Pluchea indica (L) Less ***
Asteraceae **
Daun
Benalu
Loranthus parasiticus (L) Merr
Santalaceae **
semua bagian
Kanker payudara, campak, cacingan,
Beringin
Ficus benjamina L
Moraceae
Daun
Sariawan pada anak-anak
21 22
23
Boroco
24
Bugenvil
25
Bunga Kenop
Amaranthaceae
Biji, bunga, daun, akar
Bougainvillea glabra Choisy
Nyctaginaceae
Bunga, kulit batang
Gomphrena globosa L
Amaranthaceae
Bunga, daun
Celosia argentea L
Disentri, hipertensi, infeksi saluran kencing, infeksi mata luar dan dalam, keputihan, muntah darah, radang kornea (keratitis) Penyegar badan, keputihan, haid tidak teratur, hepatitis Asma bronchiale, buang air kecil tidak lancar, panas anak-anak/ liver, menambah nafsu makan
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
Pohon
PR, PB .
6
V
V
Perdu
PR, PS, PB
4
V
V
6
V
V
V
V
Herba
PR
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Pohon
PR, PB
5
Herba
PR
1
Perdu
PR, PB
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
6
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
26
27
28
Bunga kertas
Zinnia elegans Jacq
Bunga lilin
Pachytachys lutea L
Asteraceae
Seluruh bagian
Disentri, kencing nanah, bisul (furunculosis), sakit pada putting susu (papilla mammae)
Herba
PR
2
Acanthaceae
Daun, akar
Diare, obat cacing
Semak
PR, PB
1
Semak
PR
6
V
Herba
Kebun
2
V
Perdu
PR
1
Perdu
KB, PR
6
Bunga pagoda
Clerodendrum javonicum (Thunb).Sweet
Verbenaceae
Bunga tasbih
Canna indica Linn
Cannaceae
30
Bungur kecil
Lagerstroemia indica L.
Lythraceae
Bunga, akar, daun dan kulit kayu.
31
Cabai merah
Capsicum annum L
Solanaceae
Buah, daun
29
Bunga, daun, akar
Tepung umbi, bunga
Anti radang, haid tidak teratur, tekanan darah tinggi, batuk darah, wasir berdarah, susah tidur, koreng/ bisul Sakit lambung, hepatitis, sakit kuning, menghentikan pendarahan, luka berdarah, radang kulit bernanah, jerawat, wasir Batuk darah (hemoptysis), muntah darah (hematemesis), buang air besar berdarah, bisul (furunculus), koreng, biduran (urtikaria), campak, disentri, eksim, radang payudara, sakit kuning. Rematik, sariawan, sakit gigi, influenza, meningkatkan nafsu makan, mempermudah persalinan
RT 2
V
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
32 Seluruh bagian tumbuhan : buah, akar, daun dan batang
Semak
PR, KB, pinggir SL
5
V
V
V
V
Penawar racun akibat makanan Cacing kremi/ oxyriasis, cacing gelang/ Ascariasis, cacing tambang/ Ankylostamiasis, sakit kepala
Herba
SW, PR
6
V
V
V
V
Perdu
PB
1
Seluruh bagian
Bisul, demam dan urusurus, Herpes.
Heba
PR
6
Myrtaceae
Buah
Pelega perut, batuk, obat gosok
Pohon
PS
1
Euphorbiaceae
Daun, akar
Urus-urus, mual, sariawan
Pohon
PR
1
Akar, daun
Demam, perut mulas, sesak nafas, cantengan, panas dalam, tekanan darah tinggi, radang lambung, tipus
Perdu
PR
1
Cabai rawit*
Capsicum frutescens L
Solanaceae
33
Calingcing
Oxalis barrelieri L
Oxalidaceae
Daun, batang
34
Ceguk
Quisqualis indica L
Combretaceae**
Biji, daun
Cemplonan
Drymaria cordata Willd
Caryophyllaceae
36
Cengkeh
Syzygium aromaticum (L) Merr & Perry
37
Ceremai
Phyllanthus acidus (L) Skeels
35
38
Cincau rambat
Cylea barbata Miers
Menambah nafsu makan, menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas, batuk berdahak, melegakan radang hidung tersumbat pada sinusitis, migraine.
Menispermaceae **
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
39 Ciplukan *
Physalis angulata L ***
Solanaceae **
Akar, batang, daun, bunga, buah
40
Coklat
Sterculia treubii Hochr
Sterculiaceae
Biji
41
Dadap serep *
Erythirna lithosperma Miq.***
Papilionaceae **
Daun, kulit kayu
42
Daruju
Acanthus ilicifolius Linn.
Acanthaceae
Akar, daun, biji
43
Daun dewa*
Gynura segetum (Lour) Merr
Asteraceae **
Umbi, herba
44
Daun kupukupu
Bauhinia purpurea L
Fabaceae
Daun, akar
Daun
45
Daun sendok *
Plantago mayor L ***
Plantaginaceae **
Diabetes mellitus, sakit paru-paru, ayan, borok
Herba
PR, KB
5
Pohon
PR
2
Pohon
Pinggir SB, PR.
6
Semak
PR
1
Herba
PR
6
Demam, mencret
Pohon
PR
1
Air kemih berdarah, susah BAB/ wasir, keputihan, sakit kuning, batuk rejan, batuk kering, sariawan pada anak, salah
Herba
PR, KB
6
Pusing, wasir, darah rendah, obat cacing, perangsang syaraf Demam, pelancar ASI, sariawan perut, mencegah keguguran (obat luar), nifas (obat luar), pendarahan bagian dalam (obat luar), sakit perut (obat luar), batuk. Cacingan, hepatitis akut dan kronis, pembesaran hati serta limpa, kanker, terutama kanker hati, luka akibat panah beracun, obat batuk. Luka memar, digigit ular, telat datang haid, pendarahan, batuk dan muntah darah, kejang
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
urat
46
47
Daun suji *
Daun ungu
Pleomele angustifolia N. E Brown. ***
Graptophyllum pictum. (Linn), Griff.
Agavaceae **
Acanthaceae **
Daun, akar dan batang
Daun, bunga,
2
V
V
Herba
PR
3
V
V
V
V
V
V
Perdu
PR
6
V
V
V
V
V
V
Demam, sakit kulit, penghangat badan
Pohon
PR, KB
2
V
V
Perdu
PR
6
V
V
V
V
V
V
sakit lambung
Herba
KB, pinggir SW
1
V
Radang usus buntu,
Herba
PR
1
V
50
Drigo
Acorus calamus Linn
Araceae
Umbi, daun,
Durian
Durio zibethinus Murr Euphorbia pulcherrima Willd.
Bombacaceae **
Akar, daging buah
Euphorbiaceae
Getah, daun .
Canna edulis
Cannaceae
Gendola
PR
6
Daun
54
Perdu
PR, PB
Agavaceae
Ganyong
V
Perdu
Dracaena sanderiana Vand. Ex L)
53
V
Pelancar ASI, peluruh air seni , demam Ayan, stuip, jantung berdebar keras,/palpitasi, cacar/ variola
Drakaena
Euphorbia *
6
Lithraceae **
49
52
PR, LK
Terlalu gemuk, keputihan, cacing rambut/ Trichina, cacing pita, sakit perut, batuk
Delima
51
Ambeien, melancarkan buang air seni, memperlancar haid, rematik/enciok, bisul
Perdu
Buah, kulit akar, kulit buah, kuncup bunga, daging buah
48
Punica granatum Linn
Disentri dan beri-beri, kencing nanah, nyeri lambung, nyeri haid, penawar racun.
Obat luka
Basellaceae
Tepung umbi
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
Bunga, akar, buah
Iris kuning
Iris pallid Lamk
56
Jahe *
Zingiber officinale Rosc ***
57
Jambu air *
Syzygium aqueum Burm F
PR, PB
2
Zingiberaceae **
Rimpang
Herba
PR
6
V
V
V
V
V
V
Myrtaceae
Kulit batang
Sariawan
Pohon
KB, PR, PB, LK
6
V
V
V
V
V
V
Pohon
PB, PS, SL, PR
6
V
V
V
V
V
V
Pohon
PR
1
Pohon
PR, KB
4
V
V
V
V
Perdu
PR, PS
5
V
V
Myrtaceae **
Daun, buah, kulit batang, akar
59
Jambu monyet
Anacardium occidentale L
Anacardiaceae
Kulit batang
Jarak kaliki
Ricinus communis Linn
Euphorbiaceae
Biji, daun, akar
Jathropha curcas L ***
RT 6
Semak
Psidium guajava, Linn. ***
Jarak pagar *
V
RT 5
Pelega perut, batuk, reumatik, penawar racun
Jambu biji *
61
V
RT 4
Rimpang
Iridaceae
58
60
RT 3
disentri, berak darah, influenza, sembelit, radang kandung kencing, borok, bisul, campak, cacar air, pegal linu, rematik, radang selaput mata. Bedak penghalus kulit
Basella rubra Linn
55
RT 2
Euphorbiaceae **
Daun
Diabetes mellitus, mag, diare, mencret, diare pada bayi yang masih menyusui, masuk angin, beser ( sering kencing) berlebihan, prolapsisasi, sariawan, sakit kulit, obat luka baru. Obat urus-urus, sariawan, jerawat. Sembelit, bisul, koreng, TBC, bengkak, luka bakar Bengkak terpukul, terkilir, patah tulang, luka berdarah, gatal-gatal, eksim, jamur di kaki, lepra, penyubur rambut,
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
rematik. 62
Jarong
Achyranthes aspera L
Amaranthaceae
Akar, seluruh bagian
63
Jati belanda
Guazuma ulmifolia Lamk.
Verbenaceae
Daun, biji, kulit dalam jati belanda
64
Jawer kotok *
Coleus scutellariodes (L).Benth ***
Labiatea **
Daun, batang, bunga, akar.
Celosia cristata L
Amaranthaceae
Bunga
Citrus maxima/ grandis
Rutaceae
Buah
65
Jengger ayam
66
Jeruk bali
67
Jeruk manis
Citrus aurantium Linn
68
Jeruk nipis
Citrus aurantifolia (Christm&Panz) Swingle
69
Jeruk purut
Citrus hystrix D.C
Rutaceae
Buah
Rutaceae **
Buah
Rutaceae
Buah
Demam, peluruh air seni, reumatik, batuk, luka, gonongan Kolera, sakit perut, diare, penyakit kaki gajah, obesitas (kegemukan) Ambeien, diabetes mellitus, demam dan sembelit, sakit perut, datang bulan terlambat, bisul. Batuk darah (hemoptysis), mimisan (epistaxis), muntah darah (hematemesis), disentri, keputihan dan infeksi saluran kencing, Penambah Vitamin C Sariawan, menurunkan resiko terkena kardiovaskuler, kanker, katarak Batuk, penurun panas, pegal linu, menambah nafsu makan, Difteri, jerawat, pusing kepala, melangsingkan, influenza Influenza, kulit kotor, rambut bau dan
Herba
PR
1
V
Pohon
Lahan kering
2
V
V
Herba
PR
6
V
V
Semak
PR
1
V
Pohon
PR
2
V
V
Pohon
PR
6
V
Perdu
PR
6
Pohon
PR, KB, PB
3
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
berketombe. 70
Jukut pendul
71
Kaca piring
72
Kacang tanah
73
Kaliandra
74
Kamandilan *
Kyllinga brevifolia Rottb Gardenia augusta Merr *** Arachis hypogaea L Calliandra haematocephala Hassk Nasturtium heterophyllum Blume
Cyperaceae
Herba
Asteraceae **
Daun
Fabaceae
Biji
Fabaceae
Daun
Brassicaceae
Daun
75
Kamboja
Plumeria acuminate Ait.
Apocynaceae **
Akar, kulit batang, getah
76
Kangkung
Ipomea aquatica
Convolvulaceae **
Daun, batang, akar
Sakit kepala, bronchitis
Herba
PR, PB
2
V
V
Perdu
PR, P
5
V
V
V
V
V
Semak
KB
6
V
V
V
V
V
Luka baru
Perdu
PB
3
V
V
Obat mencret khususnya bagi anak-anak
Herba
KB
1
Pohon
PR, P
6
V
V
V
V
V
V
Herba
Pinggir SL, SW
6
V
V
V
V
V
V
Sariawan, demam, sesak nafas, hipertensi, jantung Pencahar, sakit sendi, memperkuat sperma
Kencing nanah, telapak kaki bengkak pecahpecah, benjolan keras/ tumor/ busung air, kepalan, kemasukan duri/ pecahan kaca, kaki gajah Keracunan makanan(jamur dan cendawan liar),keracunan arsen,gelsemium elegans, urine sedikit, kencing nanahh, mimisan, urine berdarahh, batuk darah, wasir bardarah, sulit tidur, sembelit, terkilir, digigit ular/serangga, keputihan, batuk lama, radang gusi, keringat dingin
V
V V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
77
Karuk *
Piper sermentosum ***
Piperaceae **
Buah, akar, daun
78
Katuk *
Sauropus androginus (L) Merr ***
Euphorbiaceae **
Daun, akar
79
Kayu manis
Cinnamomum burmani (nees) Bl.
Lauraceae
Kulit kayu, daun
80
Kedondong
Lannea grandis Engl.
Anacardiaceae
Kulit kayu, daun
81
Kedondong laut
Nothoponax fruticosa Miq
Araliaceae **
Daun, akar
82
Keji beling *
Acanthaceae **
Daun
83
Keladi hias
Strobilanthes crispus B.L *** Caladium biscolor (Waiit)Vent
Araceae
Umbi
84
Keladi tikus
Typhonium divaricatum (L). Dence.
Meningkatkan nafsu makan, malaria, sesak nafas Demam, pelancar ASI, suara parau, kencing sedikit, Lepra (obat luar) Mencret, membangkitkan nafsu makan, memberi aroma pada makanan dan obat tradisional, nyeri pinggang, rematik, sakit perut. Disentri, batuk Buang air kecil sakit/ kencing berbatu/ empedu berbatu, menghilangkan bau badan Peluruh seni
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
Semak
PR
4
V
Perdu
SL, LK, PR, KB
4
V
Pohon
PS
1
Pohon
PR
6
V
V
V
V
V
V
Perdu
PR
6
V
V
V
V
V
V
Semak
PB, PR
3
V
V
Herba
PR
1
Herba
Lahan kering
6
V
V
V
Bengkak pada ibu jari
Araceae **
Seluruh bagian
Borok, luka, koreng, frambusia, kanker: payudara, paru-paru, usus besar, rectum, lever, prostat, ginjal, leher rahim, temggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, pancreas, menetralisir racun narkoba.
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
85
Kelapa
Cocos nucifera Linn.
Arecaceae
Akar, air buah
86
Kemangi
Ocimum sanctum Linn
Lamiaceae **
Biji, daun
87
Kembang coklat
Zephyranthes candida Herb
Amaryllidaceae **
Herba,
88
Kembang kertas
Zinnia elegans Jacq
Asteraceae
89
90 91 92
Kembang merak
Sseluruh bagian
Caesalpinia pulcherrima (L).Sw
Fabaceae
Bunga, daun, kulit kayu, akar
Kembang pukul empat
Mirabilis jalava L
Nyctaginaceae
Daun, akar, biji
Kembang sepatu * Kembang telang
Hibiscus rosasinensis L *** Clitoria ternatea L
Malvaceae **
Daun
Fabaceae **
Bunga, daun
Manfaat/Khasiat Keracunan, sakit panas dalam, sakit panas, demam berdarah, kencing batu, mengurangi sakit waktu haid, influenza, morbili, mengusir cacing kremi, sakit gigi berlubang, ubanan, ketombe. Bayi muntah-muntah, kembung, urus-urus, penenang keguguran Epilepsi/ayan, kejang pada anak Disentri, batuk rejan, Haid tidak lancar, luka terpukul, panas, erysipelas, mata merah, diare, demam, kejang panas pada anak, perut kembung, hepatitis, sariawan, sakit kulit, disentri Bisul, sembelit, bengkak, bahan kosmetika Demam, sariawan, batuk Bisul, sakit mata, radang telinga
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
Pohon
Pinggir SW, pinggir SB, SL
6
V
V
V
V
V
V
Semak
PR
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
6
V
V
V
V
V
V
Perdu
PB, SW
2
V
V
Semak
PR
6
V
V
V
V
V
V
Perdu
PR, KB, PB
3
V
V
Semak
PR
3
V
V
V V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
93 Kemukus
Piper cubeba L. F.
Murraya paniculata (L.) Jack.
Piperaceae
Buah
Rutaceae **
Daun, ranting, akar
94
Kemuning
95
Kenanga
Cananga odorata (Lamk.) Hook
Annonaceae **
Bunga, biji, kulit batang
96
Kencur*
Kaempferia galanga L ***
Zingiberaceae **
Rimpang
97
Kenikir *
Cosmos caudatus H.B.K ***
Asteraceae **
Daun, batang
98
Ketapang
Terminalia catappa Roxb
Combretaceae
Kulit kayu, daun, biji
99
Ketepeng cina
Cassia alata L
Fabaceae
Daun
Obat sesak nafas, penghangat badan dan penghilang bau mulut. Radang buah zakar (orchitis), radang saluran napas (bronchitis), infeksi saluran kencing, kencing nanah, keputihan, datang haid tidak teratur, lemak tubuh berlebihan, pelangsing tubuh, yeri pada tukak (ulkus), sakit gigi, kulit kasar Nyeri haid, bahan kosmetik, demam kuning, kurap, kulit keriput, demam, menghaluskan kulit, mengharumkan badan. Batuk, kembung, mual, bengkak, bisul Kurang nafsu makan, lemah jantung, pengusir serangga Penutup luka, sariawan, peluruh keringat, reumatik, melancarkan ASI, susah buang air Kudis, malaria
Herba
PR
1
V
Pohon
PR, KB
4
V
V
Pohon
PR
6
V
V
Semak
PR, KB
5
V
V
Perdu
PR
5
V
Pohon
PB
2
Perdu
PS, PR
5
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V V
V
V
V V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
100 Ki koneng
Arcangelisia flava (L.) Merr.
Menispermaceae
Tangkai, batang
101
Ki tolod
Isotoma longiflora Presl
Campanulaceae **
Daun
102
Kluwih
Artocarpus communis J.R. Forster
Moraceae
Bunga jantan, daun
Kopi
Coffea robusta Lind De Wild
Rubiaceae
Daun, biji
104
Krokot
Portulaca oleraceae L
Portulacaceae
Herba
105
Kucingkucingan
Acalypha indica L
Euphorbiacea
Daun
103
106
Kumis kucing *
Orthosiphon aristatus (B1) *** Miq
Lamiaceae **
Seluruh bagian
107
Kunyit *
Curcuma longa Linn. ***
Zingiberaceae **
Rimpang
Sakit kuning, demam, gangguan pencernaan, cacingan, sariawan. Sakit gigi, obat luka, radang tenggorokan, bronchitis, katarak Sakit gigi, sakit kulit Penyegar badan, obat kuat, pencegah keracunan tempe, batuk, peluruh air seni Mencret, penurun panas, radang lambung Pencahar, sakit mata Infeksi ginjal (Acute dan chronic nephritis), infeksi kandung kemih (Cystitis), sakit kencing akut, encok (Gout arthritis), peluruh air seni, menghilangkan panas dan lembap. Demam, diare, Dispepsia (perut kembung, nyeri, mual, tidak nafsu makan), eksim dan borok (obat luar), gatal akibat cacar air ( obat luar), keputihan, radang amandel, radang rahim, radang usus buntu, hepatitis, sakit kuning,
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
Liana
PR
1
V
Herba
Pinggir SL, PS
6
V
Pohon
KB
1
Pohon
PS
1
V
Herba
PR
6
V
V
V
V
V
V
Semak
SW, KB
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR, LK
5
V
V
V
V
V
Herba
PR, KB
6
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Araceae
Daun
radang gusi, tekanan darah tinggi, terlambat haid. Tenggorokan, mulut bengkak
Cucurbita moschata Durch
Cucurbitaceae
Biji
Obat cacing
Semak
PR
5
V
V
Labu siam
Sechium edule Sw
Cucurbitaceae
Buah
Sariawan, penurun panas
Perdu
PR
2
V
V
Lada
Piper ningrum L
Piperaceae
Daun, buah, akar
Semak
KB
2
112
Lamak daging *
Graptophylum pictum ***
Asteraceae **
Daun
Perdu
PR, PS
6
V
V
113
Lempuyang emprit *
Zingiber amricans Bl ***
Zingiberaceae **
Akar rimpang
Herba
PR, KB
3
V
V
114
Lengkuas *
Alpinia galanga (L) Willd
Zingiberaceae **
Akar rimpang
Herba
PR, KB
6
V
V
V
V
V
V
115
Leunca
Solanum ningrum L
Solanaceae
Buah, daun
Perdu
PR, PS
5
V
V
V
V
V
116
Lidah buaya
Aloe vera L ***
Liliaceae **
Daun, bunga, akar
Semak
PR
6
V
V
V
V
V
108
Kuping gajah
Anthurium andreanum Linden
109
Labu kuning
110 111
Ginjal, disentri, demam, mules, lemah sahwat, obat gigi nyeri . Wasir Pusing sebelah, kaki bengkak pada wanita hamil, diare kronis pagi hari Exem, Gabag, radang anak telinga, radang lambung Buta malam, menurunkan tekanan darah, kurang darah, kencing manis, gatal-gatal Sakit kepala, pusing, sembelit (Constipation), kejang pada anak, kurang gizi, batuk rejan, muntah darah, kencing manis, wasir, peluruh haid,
Semak
PR
6
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
V
V
V
penyubur rambut
117
Lidah mertua *
Sansevieria trifasciata Prain.
Agavaceae
Buah, akar, kulit pohon, daun
118
Lobak
Brassicaceae
Umbi
119
Mahkota dewa *
Raphanus sativus L Phaleria macrocarpus (Sheff).Boerl ***
Thymelaeaceae **
Kulit buah, daun
120
Mahoni
121
Mangga
122
Mangkokan *
123
Markisa
124
Mawar *
Swietenia mahagoni Jacq. ***
Meliaceae **
Biji
Mangifera indica Linn Nothoponax scutellarium Merr Passiflora edulis Linn.
Anacardiaceae
Biji
Araliaceae **
Daun
Passifloraceae
Buah
Rosa chinensis Jacq.
Rosaceae **
Bunga
Diare, tekanan darah tinggi, edema, eksim, digigit ular berbisa, radang kulit, influenza, batuk, sakit tenggorokan, haus, kekurangan vitamin C, kencing manis (diabetes mellitus), penyubur rambut, radang saluran napas, radang lambung, dan radang usus. Peluruh air seni, obat dipteri, obat batuk Disentri, eksim Tekanan darah tinggi, kencing manis, kurang nafsu makan, rematik, demam, masuk angin, eksim Obat cacing Rambut rontok, bengkak, peluruh air seni Penambah vitamin C Nyeri haid, keputihan, bisul, koreng, batuk darah, bengkak
Semak
PR
6
V
Herba
PR
1
V
Herba
PR, PB, PS
6
V
V
Pohon
PR, KB, PB
2
V
V
6
V
V
V
V
V
V
6
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Pohon Perdu
PR, PB, SL, KB. PR, PB, PS.
Perdu
PR, KB
4
V
Perdu
PR
5
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
125
126
Melati
Jasminum sambac (L).Ait
Oleaceae **
Bunga, akar daun
Melinjo
Gnetum gnemon L
Gnetaceae
Kulit buah
Manfaat/Khasiat Bengkak akibat gigitan binatang, demam, sakit kepala, obat kompres, diare, influenza, jerawat, luka patah tulang, keseleo, menghentikan produksi ASI yang berlebihan, radang mata merah, sesak napas, susah tidur, tapel. Peluruh air seni Batuk, radang usus, masuk angin, amandel, mulas, diabetes Peluruh air seni, kencing batu, kencing nanah, nyeri ginjal, demam, mencret Tekanan darah tinggi, membersihkan ginjal, demam, jerawat, sariawan, selalu haus
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
Pohon
SL, PR
6
V
V
V
V
V
V
Pohon
PR, PS, KB
6
V
V
V
V
V
V
Herba
Pinggir SW, KB, PR.
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
2
V
V
Rubiaceae **
Buah, daun
128
Meniran*
Phyllanthus urinaria Linn. ***
Euphorbiacea **
Herba
129
Mentimun
Cucumis sativus L
Cucurbitaceae **
Buah
130
Nampu
Hamalomela javanica V. A. V. R
Araceae
Akar
Lemah syahwat
Herba
PR
1
Buah, daun
Rasa penuh di lambung, sembelit, radang tenggorokan, menurunkan berat badan, beri-beri, keseleo, bengkak terpukul, darah mudah menggumpal, penyempitan pembuluh
Herba
PR
4
Bromeliaceae**
RT 4
6
Morinda citrifolia L ***
Ananas comosus (L) Merr
RT 3
PR
Mengkudu
Nanas*
RT 2
Semak
127
131
RW 05 RT 1
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
132
Nanas kerang*
Rhoeo discolor (L. Her.) Hance)
Commelinaceae
Bunga, daun.
133
Nangka
Artocarpus heterophyllus Lamk
Moraceae
Daun, biji, akar, buah.
134
Nona makan sirih
Cloredendrum thomsone Balf, F
Verbenaceae
Daun
135
Ophiopogon
Ophiopogon japonicus (L.F).Ker.Gawl
Liliaceae
Umbi
Oyong
Luffa cylindrical
Cucurbitaceae
Buah, daun .
Pacar air
Impatiens platypetala Lindl
Balsaminaceae
Akar, bunga, daun, biji
136
137
Manfaat/Khasiat darah, menghambat pertumbuhan tumor, meningkatkan penyerapan obat, terlambat haid, cacingan Bronkitis, batuk, TBC kelenjar, mimisan, disentri, berak darah. Obat koreng, melancarkan ASI, malaria, demam, penguat syahwat, menyembuhkan luka, campak Kencing batu, pelancar air seni, mengusir ngenat buku, radang telinga Batuk kering/ darah, mulut dan kerongkongan kering, susah BAB Obat perut mulas. sesak nafas, peluruh air susu ibu, peluruh dahak, peluruh Haid. Bisul(furunculus), keputihan, Fraktur dan anti inflamasi, mempermudah persalinan, mengobati kanker saluran pencernaan, mencegah dan mengatasi kanker (karsinoma), nyeri haid (dissmenorrhoe),
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
Semak
PB, PS, PR
6
V
V
V
V
V
V
Pohon
Pinggir SB, PR, KB
6
V
V
V
V
V
V
Semak
PR
1
Herba
PR, PS
6
V
Semak
PR
1
V
Herba
PB, PS, PR
6
V
V V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
138
Pacing *
Costus speciosus (Koenig) J.E.Smith ***
139
Padi
Oryza sativa L
Famili
Zingiberaceae**
Poaceae
Bagian yang digunakan
Rimpang, batang
Selaput biji, biji, tangkai, akar selaput biji
Manfaat/Khasiat meluruhkan haid (emenagog), radang usus buntu kronis, (cronic appendicitis), rematik sendi, sakit pinggang (lumbago), leher kaku, kaku pinggang, hipertensi, terlambat haid dan pembekuan darah, tertusuk tulang/benda asing di kerongkongan. Urus-urus, kencing nanah, sifilis, trachoma, bahan baku kontrasepsi, disentri, luka bekas gigitan serangga, mencegah kehamilan, bengkak karena penyakit ginjal akut, busung perut, radang mata Lambung dan limpa lemah, tidak nafsu makan, gangguan pencernaan, rasa penuh di dada dan perut, beri-beri, tangan dan kaki rasa kesemutan, baal, rambut kotor, keguguran, demam, diare, gondongan, rematik, keseleo, radang payudara, radang kulit, bisul keringat berlebihan, berkeringat spontan,
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
Herba
KB, PR, PS
3
V
V
Semak
SW
6
V
V
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
filariasis 140
Pakis haji
Cycas rumphii Miq.
Cycadaceae
Getah, rambut batang, daun
141
Paku sarang burung
Asplenium nidus Linn
Polypodiaceae
Daun
142
Pala
Myristica fragrans Houtt.
Myristicaceae
Buah, minyak biji
143
Pandan wangi *
Pandanus amaryllifolius Roxb.
Pandanaceae**
Daun
144
Pare
Momordica charantia L
Cucurbitaceae **
Buah, biji, bunga, daun, akar
Disentri, luka baru, pembersih darah setelah melahirkan Melancarkan peredaran darah, sembelit, sakit kepala, demam, anti radang, bengkak, memar Susah tidur, pelega perut Lemah saraf, penambah nafsu makan, bahan kosmetika Batuk, radang tenggorokan, haus karena panas dalam, mata sakit dan merah, demam, malaria, pingsan karena udara panas, tidak nafsu makan, kencing manis, disentri, rematik gout, batu saluran kencing, ASI sedikit, nyeri waktu haid, sariawan, infeksi cacing gelang, pencernaan terganggu, cacingan, luka, abses, bisul, erysipelas, terlambat haid, sembelit, hepatitis, radang usus (colitis), sifilis, kencing nanah, menyuburkan
Pohon
PR
1
V
Herba
PR
1
V
Pohon
PR
1
V
Perdu
PR
6
V
Perdu
PR
5
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
145
Nama lokal
Patah tulang
146
Patikan cina
147
Patikan kebo
Nama ilmiah
Euphorbia tirucalli L
Famili
Euphorbiaceae **
Bagian yang digunakan
Getah, daun, batang
Euphorbia thymifolia L
Euphorbiaceae
Seluruh bagian
Euphorbia hirta L
Euphorbiaceae
Daun
148
Pegagan *
Centella asiatica (L) Urban ***
Apiaceae **
Daun
149
Pepaya *
Carica papaya, Linn ***
Cariccaceae **
Daun, akar, biji, getah
Manfaat/Khasiat rambut pada anak balita, wasiar, disfungsi ereksi, kanker HIV Luka baru, patah tulang, persendian Abses payudara , disentri basiler, enzema, dermatitis, dan kulit gatal, herpes zoster, wasir berdarah. Batuk, peluruh air seni, sariawan Pelancar air seni, sariawan , penurun panas, menambah nafsu makan, infeksi saluran kencing, lever bengkak, mata merah bengkak, campak, tekanan darah tinggi, kurang konsentrasi, pelupa. Batu ginjal, tekanan darah tinggi, malaria, sakit keputihan, kekurangan ASI, Rematik, malnutrisi (gejala kekurangan salah satu zat makanan pada balita), gangguan saluran kencing, haid berlebihan, sakit perut pada waktu haid.
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
Semak
PR
3
V
V
Herba
PR, Pinggir SW
6
V
V
Herba
PR, pinggir SW
2
V
V
Herba
SW, KB, PR
6
V
Semak
PR, KB, PS
6
V
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
150 Petai china *
Leucaena leucocephala, Lmk, de wit
151
Pisang*
Musa paradisiaca, Linn
152
Pohon merah
153
Fabaceae **
Biji, daun
Musaceae **
Buah, kulit buah, daun, batang
Jasminum quinquenervium BL
Euphorbiaceae
Daun, bunga
Pohon sigsag
Pedilanthus tithymaloides
Euphorbiaceae
Seluruh bagian
154
Pulai*
Alstonia scholaris (L)R.Br
Apocynaceae **
Kulit batang
155
Pulutan
Urena lobata L
Malvaceae
Seluruh tanaman diatas tanah
Diabetes mellitus, cacingan, meningkatkan gairah seks, luka baru dan bengkak, tlusuben (benda=benda yang masuk ke dalam daging : kayu, bambu) Pendarahan rahim, merapatkan vagina, sariawan usus, ambeien, cacar air, telinga dan tenggorokan bengkak, disentri amandel, kanker perut, sakit kuning (lever), pendarahan usus besar, diare. Melancarkan haid, haid berlebihan, melancarkan ASI, radang kulit, luka baru, memar, bengkak Bengkak terpukul, tulang patah, luka berdarah, mata merah bengkak Demam, darah tinggi, beri-beri, merangsang nafsu makan, malaria, kencing manis, sakit badan dan dada Disentri basiler, disentri amuba, diare, gangguan pencernaan, infeksi trikhomonas di saluran cerna, tyohus
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Pohon
Tepi SB, PR, KB
5
V
Semak
PR, saluran irigasi, pinggir SB, KB
6
V
Perdu
PR
1
V
Herba
PR, PS
6
V
V
V
V
V
V
Pohon
PR, KB
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR, PS
6
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
156
Puring
Codiaeum variegatum (L) BL
Euphorbiaceae
Daun, akar, seluruh bagian
157
Putri malu
Mimosa pudica L
Fabaceae
Daun, akar, seluruh tanaman
158
Rambutan
159
Rincik bumi
160
Rosella *
161
Rumput bambu
Nephelium lappaceum L Quamoclit pennata (Desr.) Boj.) Hibiscus sabdariffa L Pagonatherum crinitum (Thumb.) Kunth
Sapindaceae
Kulit buah, kulit kayu, daun, biji, akar.
Convolvulaceae
Herba
Malvaceae **
Kelopak buah
Poaceae
Batang dan daun muda, sebelum
Manfaat/Khasiat abdominalis, batuk, bronchitis kronik, sesak napas (asma), abses paru, radang ginjal, sariawan Cacingan, nafsu makan berkurang, sembelit, kejang lambung, kehilangan selera, penyakit saluran kencing pada anak, perut mulas, sakit perut pada anak, sifilis, sukar berkeringat dan eksim. Susah tidur (insomnia), radang saluran napas (bronchitis), panas tinggi pada anak-anak, Herpes (radang kulit karena virus), cacingan (ascariasis), rematik Disentri, demam, menghitamkan rambut beruban, kencing manis, sariawan. Demam, bisul di telinga, radang kulit bernanah, disentri, wasir brdarah Mual Gelisah dan rasa haus sewaktu demam, mimisan, sakit
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
Perdu
PB, PS P, PR, Pinggir SL
6
V
V
V
V
V
V
Semak
PR, PB, SW, KB
6
V
V
V
V
V
V
Pohon
PR, KB
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
1
Semak
KB
3
V
V
Herba
SW, PS
6
V
V
V V V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
tangkai bunga muncul
162
Rumput gewor
Commelina nudiflora L
Commelinaceae
Daun
163
Rumput mutiara
Rubiaceae
Seluruh bagian
164
Saga *
Hedyotis corymbosa Lamk Abrus precatorius L. ***
Fabaceae **
Daun
165
Sagu
Metroxylon sago
Arecaceae
Rimpang
166
Salak
Arecaceae **
Buah
167
Salam*
Myrtaceae **
Daun
168
Sambang colok
Acanthaceae
Daun
169
Sambang darah
Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Syzygium polyanthum Wight Walp *** Aerva sanguinolenta Bl Excoecaria cochinchinensis Lour
Euphorbiaceae
Daun
170
Sambiloto
Andrographis paniculata (Burm.F) Ness ***
Acanthaceae **
Seluruh bagian
tenggorokan, sariawan di mulut dan lidah, gusi bengkak, kencing panas dan nyeri, urine sedikit dan berwarna kuning, darah tinggi, urine berdarah Pelancar haid, demam, sakit kepala, peluruh keringat Radang usus buntu, hepatitis, bisul sariawan, batuk, radang tenggorokan Mencret, rematik, radang usus. Mencret Mencret, memperbaiki pencernaan, lemah lambung Nyeri haid, peluruh air seni, radang rahim Peluruh air seni, mencret, penambah darah Demam, sakit kulit, kencing manis, radang rahim, radang telinga, Typus Abdominalis, dysentri basiler, radang saluran napas, pharyngitis, sakit gigi
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
Herba
PS, SW
1
V
Herba
PS, PR
6
V
V
V
V
V
V
Liana
PR, LK
6
V
V
V
V
V
V
Semak
Pinggir SL
1
Perdu
LK, PR
3
V
V
V
Pohon
PS, PR, KB
4
V
V
Herba
PR, PS
6
V
V
V
Perdu
PR, KB
6
V
V
V
Herba
PR
2
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
171
Sawi
Brassica campestris L.Var.Oleifera D.C
172
Sawi langit
Vernonia cinerea (L.) Less.)
Asteraceae
Seluruh bagian
173
Sawi tanah
Nasturtium montanum Wall
Cruciferae
Herba
174
Sawo manila
Achras zapota L
Sapotaceae
Getah buah, buah, bunga
175
Selasih
Ocimum basilicum L.
Lamiaceae **
Daun, biji
176
Semanggi
Marsilea crenata Presl
Marsileaceae **
Daun, batang
177
Semanggi gunung
178
Sembung *
Hydrocotyle sibthorpioides Lam.
Brassicaceae
Daun, akar, biji
Apiaceae
Seluruh bagian
Asteraceae **
Akar, daun
Manfaat/Khasiat Peluruh air seni, batuk kering, nyeri tenggorokan, influenza, campak, reumatik persendian, diare Demam, disentri, batuk, susah tidur Peluruh air seni, sakit kuning, mencret, kencing darah Mencret, demam, memulihkan tubuh sehabis melahirkan. Radang lambung, sariawan, susah BAB, TBC, radang payudara, gugup, kencing nanah Peluruh air seni Sakit kuning, pengecilan hati dengan perut busung (liver cirrhosis dan ascites) dan batu empedu, batu dan infeksi saluran kencing, amandel, sariawan, radang tenggorokan, infeksi amandel, infeksi telinga tengah, kencing kurang lancar, batuk dan sesak napas. Kolera , obat cacing, penurun panas, sesak
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
Herba
KB, PR
6
V
V
V
V
V
V
Herba
SW, PS
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
2
Pohon
PR
4
Semak
PR
1
Herba
PS
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PS
6
V
V
V
V
V
V
Semak
PR
3
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
Blumea balsamifera (L) D.C ***
179
Senggani
180
Sente
181
182
Melastoma malabathricum Linn
Melastomataceae
Daun, akar, getah
Alocasia macrorrhiza (L) G.Don
Araceae
Rimpang, batang dan buah
Sereh*
Cymbopogon nardus (L).Rendle ***
Poaceae **
Akar, daun, rimpang
Sidaguri
Sida rhombifolia L ***
Malvaceae **
Daun, akar
nafas, bronchitis, nyeri dada, angina pectoris, haid tidak teratur, nyeri haid, batuk, badan lemah, mudah masuk angin, mudah kaget, telapak tangan mudah berkeringat Mencret, keputihan, radang usus, sariawan, kejang, ayan Epidemic influenza, panas tinggi, panas malaria, diare dan tifus akut (typhoid fever), rematik, TBC paru dan TBC kelenjar, sakit kepala karena angin panas, bisul dan kurap, digigit ular, anjing dan serangga, keputihan Peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak/obat batuk, bahan untuk kumur, penghangat badan, peluruh angin perut, penambah nafsu makan, pengobatan pasca melahirkan, penurun panas dan pereda kejang. Kulit gatal, bisul, borok, kudis, eksim, sariawan, bengkak, sengatan serangga, obat cacing
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
Semak
KB
5
V
Herba
PR, KB
6
V
V
V
V
V
V
Herba
Pinggir irigasi/ SL, KB
6
V
V
V
V
V
V
Semak
Pinggir KB, SW, P
6
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
183
Simbar menjangan
184
Singkong
Nama ilmiah Platycerum alcicorne Gaud Manihot utilissima Pohl. ***
Famili
Bagian yang digunakan
Polypodiaceae
Daun
Euphorbiaceae **
Umbi
185
Sirih *
Piper betle L ***
Piperaceae **
Daun
186
Sirsak
Annona muricata Linn
Annonaceae **
Buah, daun
187
Sisik naga
Drymoglossum piloselloides (L.)Presl
Polypodiaceae
188
Soka
Ixora coccinea L
Rubiaceae
189
Som jawa *
190
Sosor bebek
191
Sri rejeki
Talinum paniculatum (Jacq. Gaertn) *** Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers. *** Dieffenbachia dischotoma (Thunb). B.
Daun, seluruh herba segar atau yang telah dikeringkan. Kulit batnag, akar
Manfaat/Khasiat Kudis, gondok, tetes telinga Borok, beri-beri, penurun panas Batuk, bronchitis, menghilangkan bau badan, mata merah gatal, luka bakar, pendarahan gusi/ bau mulut Bisul, kejang, peluruh keringat, radang tenggorokan, empedu berbatu, sembelit, pinggang pegal dan nyeri, kurang nafsu makan. Menghentikan pendarahan, radang gusi, sariawan, radang kulit bernanah, batuk berdarah, muntah darah Luka baru
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
Herba
PR, PS
6
V
V
V
V
V
V
Perdu
KB, PR, SL, PB, PS, SW
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
6
V
V
V
V
V
V
Pohon
SL,PR
6
V
V
V
V
V
V
Herba
Dekat saluran SB, PR
6
V
V
V
V
V
V
Perdu
PR
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
4
V
V
V
V
Semak
PR
6
V
V
V
V
Herda
PR
2
V
Lemah syahwat Portulacaceae **
Akar
Crassulaceae **
Daun,
Aveaceae
Daun
Wasir, pusing, penurun panas, batuk, peluruh air seni Sakit tenggorokan dan mulut
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Manfaat/Khasiat
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
192
Annonaceae
Daun, biji, kulit batang
Bisul, encok, sakit kulit, mencret.
Sukun
Artocarpus communis Forst.
Moraceae
Daun dan kulit buah
Demam, menambah ASI
Suruhan
Peperomia pellucida (L) Kunth
Piperaceae
Daun
195
Tahi kotok
Tagetes erecta Linn.
Asteraceae **
Bunga, akar
196
Takokak
Solanaceae **
Buah
197
Talas
Solanum tervum Swartz *** Colocasia esculenta (L) Schott
Araceae **
Umbi, kulit tangkai
198
Tapak dara *
Catharanthus roseus (L).G.Don
Apocynaceae
Daun, batang, akar, bunga
199
Tapak liman *
Elephantopus scaber L
Asteraceae **
Daun
200
Tebu
Sacharum officinarum, Linn
Poaceae
Batang, akar
201
Teki
Cyperus rotundus L
Cyperaceae
Akar, umbi, herba
202
Tembelekan
Lantana camara L
Verbenaceae
Daun
Srikaya
Annona squamosa L
193
194
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
Pohon
PR, PB
1
V
Pohon
Pinggir irigasi/ SL, PS, PR
4
V
V
Pohon
PR, PS
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
6
V
V
V
V
V
V
Perdu
PR, PS
4
V
V
V
Herba
PR, SW, PS, SL
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR, KB
6
V
V
V
V
V
V
Herba
PR
5
V
V
V
V
V
Herba
KB
4
V
V
V
V
Herba
SW, PS
6
V
V
V
V
Perdu
KB, PB
1
V
Sakit gigi Gondongan, payudara bengkak, radang kulit bernanah, sakit mata, sakit gigi Tekanan darah tinggi, penambah nafsu makan Berak darah, pembalut luka baru Luka bakar, pitam/ stock, kanker, kencing manis, tekanan darah tinggi Mencret, batuk, sariawan Meredakan jantung berdebar, sakit panas, batuk Obat kejang, peluruh air seni, demam, anti nyeri, bahan kosmetika, busung air, haid berlebihan, bisul, reumatik, diare, mules Batuk, luka, peluruh air seni, bengkak
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No 203
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Tempuh wiyang
Emilia sonchifolia (L).D.C
Asteraceae
Akar, daun, batang
204
Tempuyung *
Sonchus arvensis L ***
Asteraceae **
Daun, akar
205
Temu hitam
Curcuma aeruginosa Roxb
Zingiberaceae**
Rimpang
Temu kunci *
Gastrochilus panduratum Ridl. ***
Zingiberaceae
Rimpang, daun
207
Temulawak *
Curcuma xanthorrhiza Roxb ***
Zingiberaceae **
Rimpang
208
Terong pipit
Solanum torvum Swart
Solanaceae
Buah
209
Tomat
Solanum lycopersicum Linn
Solanaceae **
Buah
206
Manfaat/Khasiat Kotoran telinga mengeras, cantengan, penurun demam, sariawan, wasir Peluruh air seni, sariawan, batuk, mencret Pendarahan rahim, mencegah rahim melorot sesudah melahirkan, membersihkan nifas, kurang nafsu makan, kudis, mencegah penyakit kotor pada ibu hamil, cacingan Memperbanyak ASI, penyegar tubuh sehabis bersalin, sariawan, demam nifas, radang indung telur, Exema, mulas, diare karena buahbuahan, keputihan Pelancar ASI, penyegar badan, pelega perut, kejang, kurang darah, ayan, hepatitis, nyeri haid, kolestrol tinggi Diabetes mellitus, hipertensi, penambah nafsu makan. Radang usus buntu, sakit kuning, demam, bronchitis, kurang nafsu makan, susah BAB, sariawan, mencegah
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
V
V
Herba
SW
6
V
Herba
PS, PR, KB
3
V
Herba
PR
1
Herba
PR
4
V
V
V
Semak
PR
5
V
V
V
V
V
Perdu
KB
3
V
Herba
PR
5
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Lanjutan Lampiran 2 Lokasi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
210
Ubi jalar
Ipomoea batatas Linn
Convolvulaceae**
Daun, umbi
211
Urang-aring
Tridax procumbens L
Asteraceae **
Seluruh tanaman di atas tanah
212
Waru lengis
Hibiscus tiliaceus L
Malvaceae
Daun
213
Wijaya kusuma *
Epiphyllum oxypetalum Haw
Cactaceae
Bunga, batang
Manfaat/Khasiat kanker prostat, tekanan darah tinggi, kencing manis, mata merah Luka bakar, bisul, buta malam, kencing manis Menghentikan pendarahan pada muntah darah, batuk darah, mimisan, kencing darah, berak darah, pendarahan rahim,hepatitis akut dan kronik, sirosis, diare, anak yang kurang gizi, keputihan, sesak napas, bronchitis, badan terasa lesu dan lemah, penglihatan kabur, vertigo, pembesaran kelenjar, mempercepat pemulihan setelah melahirkan, menghitamkan dan menyuburkan rambut, mencegah rambut beruban sebelum waktunya Obat demam, obat bisul, amandel. Tuberkulosis paru, batuk darah, radang tenggorokan, pendarahan rahim, asma, sukar buang air besar, bisul dan luka berdarah, hipertensi.
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
RW 05 RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6
V
V
V
V
V
Herba
KB
6
V
Herba
PS
1
V
Pohon
PR
1
V
Herba
PR
2
V
V
Lanjutan Lapiran 2 Lokasi No
Nama lokal
214
Nama ilmiah
Famili
Bagian yang digunakan
Yodium *
Jatropha multifida L
Euphorbiaceae **
Daun dan tangkai daun
215
Zebrina
Commelinaceae
Daun
216
Zodia *
Zebrine pandula BCHNIZL Euodia suaveolens Scheff.
Rutaceae **
Daun
Manfaat/Khasiat Melancarkan buang air besar, mengurangi sakit, menghentikan pendarahan Peluruh air kencing, bisul. Anti nyamuk
Jumlah
Habitus
Tipologi Habitat
Frekuensi perjumpaan
Semak
PR
3
Herba
PR
1
Perdu
PR
6
RW 05 RT 1
RT 2
V
V
RT 3
RT 4
RT 5
RT 6 V
V V
V
V
V
V
V
181
147
127
154
134
150
Keterangan : * Tumbuhan obat yang dibudidayakan. ** Tumbuhan obat yang diketahui oleh responden. TO yang diketahui oleh responden tapi tidak terdaftar pada tabel potensi : Asam jawa, babakungan, bawang sabrang, bengkoang, harendong, jengkol, kapas, kapolaga, katumpangan, kayu rapet, ketumbar, kunyit putih, sambung nyawa, sampang, seledri, senggugu, wortel, ketepeng kebo, mamam, daun hata, sirih keraton, pinang, sambung nyawa, kentang bulu. *** Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh responden. Keterangan : PR = Pekarangan rumah P = Pemakaman PB = Pinggir jalan Besar PS = Pinggir jalan setapak SL = Saluran irigasi/selokan SW = Sawah SB = Sungai besar KB = Kebun LK = Lahan kering
Lampiran 3 Rekapitulasi jumlah famili dari potensi tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Famili Acanthaceae Agavaceae Amaranthaceae Amarilydaceae Anacardiaceae Anonnaceae Apiaceae Apocynaceae Araceae Araliaceae Arecaceae Asteraceae Aveceae Balsaminaceae Basellaceae Begoniaceae Bombacaceae Brassicaceae Bromeliaceae Cactaceae Campalunaceae Cannaceae Cariccaceae Caryophyllaceae Combretaceae Commelinaceae Convolvulaceae Crassulaceae Cruciferaceae Cucurbitaceae Cycadaceae Cypcraceae Euphorbiaceae Fabaceae Gnetaceae Iridaceae Lamiaceae Liliaceae Lythraceae Malvaceae Marsileaceae Melastomataceae Meliaceae Menispermaceae Moraceae Musaceae
Jumlah Spesies 6 3 6 1 3 3 2 4 7 2 3 16 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 2 3 3 1 1 5 1 2 16 10 1 1 4 5 2 5 1 1 1 1 5 1
Lanjutan Lampiran 3 No. 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Famili Myristicaceae Myrtaceae Nyctaginaceae Oleaceae Oxalidaceae Pandanaceae Passifloraceae Piperaceae Plantaginaceae Poaceae Polypodiaceae Portulacaceae Rosaceae Rubiaceae Rutaceae Santalaceae Sapindaceae Sapotaceae Solanaceae Sterculiaceae Thymelaeaceae Verbenaceae Vitaceae Zingiberaceae Jumlah Total
Jumlah Spesies 1 4 2 1 3 1 1 5 1 6 3 2 2 4 6 1 1 1 7 1 1 4 1 10 216
Lampiran 4 Data frekuensi perjumpaan tumbuhan obat Klasifikasi
Nama Tumbuhan Obat
∑ Spesies TO
1
Jarang ( 1-2 RT)
63
2
Sedang ( 3-4 RT)
35
16,20
3
Sering (5-6 RT)
Alamanda, anggur, bawang putih, bayam duri, boroco, bunga kertas, bunga lilin, bunga tasbih, bungur kecil, ceguk, cengkeh, ceremai, cincau rambat, cokelat, daruju, daun kupu-kupu, daun ungu, durian, ganyong, gendola, iris kuning, jambu monyet, jarong, jati belanda, jengger ayam, jeruk bali, jukut pendul, kamandilan, kayu manis, keladi tikus, kembang merak, kemukus, ketapang, ki koneng, kluwih, kopi, labu siam, lada, lobak, mahoni, meniran, nampu, nona makan sirih, oyong, pakis haji, paku sarang burung, pala, pohon merah, rincik bumi, rumput gewor, sagu, sambiloto, sawi tanah, selasih, sri rejeki, srikaya, tembelekan, temu hitam, urang aring, waru lengis, wijaya kusuma, zebrine. Alpukat, angsana, batrawali, bawang merah, bayam. Beluntas, delima, jarak kaliki, jeruk purut, kaliandra, karuk, katuk, keji beling, kembang sepatu, kembang telang, lempuyang emprit, markisa, nanas, pacing, patah tulang, patikan kebo, rosella, salak, salam, sawo manila, sembung, som jawa, sukun, tekokak, tebu, tempuyung, temu kunci, terong pipit, yodium. Alang-alang, andong, arben hutan, awar-awar, bamboo kuning, bandotan, bangle, begonia, belimbing wuluh, benalu, belimbing manis, beringin, bugenvil, bunga kenop, bunga pagoda, cabai merah, cabai rawit, calingcing, cemplonan, ciplukan, dadap serep, daun dewa, daun sendok, daun suji, drakaena, drigo, euphorbia, jahe, jambu air, jambu biji, jarak pagar, jawer kotok, jeruk manis, jeruk nipis, kaca piring, kacang tanah, kamboja, kangkung, kedondong, kedondong laut, keladi tikus, kelapa, kemangi, kembang coklat, kembang kertas, kembang pukul empat, kenanga, kencur, kenikir, ketepeng cina, ki tolod. Krokot, kucing-kucingan, kumis kucing, kunyit, kuping gajah, labu kuning, lamak daging, lengkuas, leunca, lidah buaya, lidah mertua, mahkota dewa, mangga, mangkokan,
Persentase (%) 29,16
118
54,62
No
Lanjutan Lampiran 4 No
Klasifikasi
Nama Tumbuhan Obat mawar, melati, melinjo, mengkudu, meniran, nanas kerang, nangka, ophiopogon, pacar air, padi, pandan wangi, pare, patikan cina, pegagan, papaya, petai cina, pisang, pohon sig sag, pulai, pulutan, puring, putrid malu, rambutan, rumput bamboo, rumput mutiara, saga, sambaing colok, Smbang darah, sawi, sawi langit, semanggi, semanggi gunung, sente, sereh, sidaguri, simbar menjangan, singkong, sirih, sirsak, sisik naga, soka, sosor bebek, suruhan, tahi kotok, talas, tapak dara, tapak liman, teki, tempuh wiyang, temulawak, tomat, ubi jalar, zodia.
∑ Spesies TO
Persentase (%)
Lampiran 5 Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan klasifikasi kelompok penyakit atau penggunaanya No
Kelompok penyakit
1
Gangguan peredaran darah
2
Keluarga berencana
3 4
Penyakit tulang Penawar racun
5 6 7 8
Pengobatan luka Penyakit diabetes Penyakit gigi Penyakit ginjal
9 10
Penyakit jantung dan pembuluh darah Penyakit kelamin
11
Penyakit kepala dan demam
12
Penyakit khusus wanita
13
Penyakit kulit
14
Penyakit kuning
15
Penyakit malaria
16 17 18
Penyakit mata Penyakit mulut Penyakit otot dan persendian
19
Penyakit saluran pembuangan
20
Penyakit saluran pencernaan
21
Penyakit saluran pernafasan / THT
Khasiat/ macam penyakit Kurang darah, darah kotor, kanker darah, pembersih darah, penambah darah, kurang darah pada ibu hamil, dll yang berhubungan dengan darah. Pencegah kehamilan, KB, membatasi kelahiran, mandul, menjarangkan kehamilan, dll Patah tulang Penawar racun binatang, digigit serangga, keracunan makanan Luka, luka bakar, luka lainnya Kencing manis, diabetes Gusi bengkak, gigi berlubang, dan infeksi Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, dan kencing batu Sakit jantung, stroke, jantung berdebardebar, tekanan darah tinggi, hipertensi, Kencing nanah, sipilis, raja sinsa, gonorrhoe Sakit kepala, pusing, pening, demam pada orang tua, demam pada anak Keputihan, terlambat haid, darah haid terlalu banyak, tidak dating haid, kanker payudara, nyeri haid, sakit leher rahim, dll yang berhubungan dengan penyakit wanita. Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksyim, cacar, campak, borok, gatal-gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dll Liver, sakit kuning, penyakit hati, hati bengkak, dll Malaria, demam malaria, demam menggigil Mata meraqh, infeksi mata. Sariawan, mulut bau, dan mengelupas Kejang, kejang perut, kejang-kejang, nyeri otot, reumatik, sakit pinggang, sakit otot, keseleo, encok dll yang berhubungan dengan otot Susah kencing, sembelit, wasir, sakit saluran kemih, ixiuretic, susah buang air besar, ambeien, kencing darah, peluruh keringat, kencing malam Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, mules, peluruhb kentut, karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lender, usus buntu, typus Batuk, TBC, pilek, asma, sesak nafas, tenggorokan sakit, gondongan, mimisan,
∑ spesies TO 11
4 4 13 27 18 11 14 27 12 43 32
66 13 6 15 34 29
85
100
32
Lanjutan Lampiran 5 No
Kelompok penyakit
22
Perawatan kehamilan dan persalinan
23
Perawatan rambut, muka dan kulit (kosmetik)
24
Tonikum
25
Penyakit lainnya
Khasiat/ macam penyakit paru-paru Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan, nifas, penyubur kandungan, payudara bengkak, memperlancar ASI, dll yang berhubungan dengan hamil dan melahirkan Penyubur rambut, penghalus kulit, jerawat, menghilangkan ketombe, bau rambut, perawatan muka Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim, pencernaan, astringen/pengelat. Kaki gajah, menurunkan berat badan, susah tidur, sakit telinga, limpa bengkak, kanker, beri-beri, sakit kuku, mematikan jentik nyamuk, anti nyamuk perangsang syaraf, dll yang tidak tercantum di atas Jumlah
Keterangan: * Jumlah total spesies tumbuhan obat
∑ spesies TO 32
16 26
36
216*
Lampiran 6 Tingkat pengetahuan responden terhadap spesies tumbuhan obat (perjenis) No
Klasifikasi
1
Kurang (1-5 orang)
2
Sedang (6-10 orang)
3
Baik
(11-16 orangS)
Nama Tumbuhan Obat Mentimun, ubi jalar, temu hitam, sirih keratin, selasih, semanggi, sambung nyawa, kapas, pinang, pare, patah tulang, sirsak, pisang raja, sampang, rosella, petai cina, sambiloto, pandan, pisang batu, pulai, tempuyung, yodium, wortel, tomat, tahi kotok, senggugu, sosor bebek, salam, seledri, urang aring, pacing, ceguk, daun hata, tekokak, nanas, kahitutan, tapak liman, salak sidaguri, talas hitam, temulawak, melati, mangkokan, mamam, mahoni, lidah buaya, lengkuas merah, kunyit putih, ki tolod, ketumbar, ketepeng kebo, kentang bulu, kenanga, kemuning, kembang telang, kembang sepatu, kembang coklat, kemangi, keladi tikus, kedondong laut, kayu rapet, katumpangan, katuk, karuk, kapulaga, kangkung, kamboja, kaca piring, jeruk nipis, jengkol, som jawa, jarak wulung, harendong, durian, delima, daun ungu, daun dewa, cincau rambat, mawar, bengkoang, benalu, belimbing wuluh, belimbing manis, bawang sabrang, bawang putih, bawang merah, babakungan, bamboo kuning, brotowali, angsana, andong merah. Alang-alang, alpukat, asam jawa, bangle, beluntas, jahe, jarak pagar, keji beling, kencur, kunyit, lempuyang, mahkota dewa, singkong, lamak daging, daun suji, saga, mengkudu, sereh, meniran. Ciplukan, dadap serep, daun sendokan, jambu biji, jawer kotok, kumis kucing, sembung, sirih, papaya, pegagan.
∑ Spesies TO 92
Persentase (%) 42,59
19
15,70
10
4,62
Lampiran 7 Daftar spesies tumbuhan obat keluarga yang diketahui oleh responden dan sudah dimanfaatkan No
Spesies Tumbuhan Obat
Bagian yang digunakan
1
Alang-alang
2
Alpukat
3 4
Andong merah Angsana
5
Antawali/brotowali
6 7 8
Asam jawa Babakungan Bambu kuning
9
Bandotan
10
Bangle
11
Bawang merah
Umbi
12
Bawang putih
Umbi
13
Bawang sabrang
Umbi
14
Bayam merah
15 16
Belimbing manis Belimbing wuluh
Buah Buah
17
Beluntas
Daun
18
Benalu
19
Bengkoang
Buah
20 21
Bunga mawar Camcau minyak
Bunga Daun
22
Ceplukan
23
Dadap serep
Daun
24
Daun dewa
Umbi
25
Daun kahitutan
Sebua bagian
26
Daun sendokan
Daun
27 28 29 30
Daun ungu Delima Durian Harendong
31
Jahe
Pucuk ,akar Daun, buah, pucuk daun Daun Getah Getah, daun Polong asam jawa Daun Batang Daun, semua bagian Rimpang
Semua bagian
Batang, daun
Semua bagian
Daun Daun Buah, daun Pucuk daun Rimpang
Manfaat Demam, maag, sakit gigi, menjaga stamina tubuh, luka iris Sakit pinggang, maag, panas dalam, ginjal, kencing batu TBC Sariawan, sakit gigi Sakit gigi, liver, melancarkan darah Batuk, panas Sakit pinggang Liver Diare, hipertensi, maag, luka Panas, gatal-gatal, asma Panas, masuk angin Sakit kepala, masuk angin, rematik Kencing batu Penambah darah, bengkak Sariawan, hipertensi Hipertensi, panas Pasca melahirkan, keputihan, menghilangkan bau badan, keseleo Kanker Perawatan wajah, hipertensi Bisul Panas dalam, panas Sakit pinggang, sakit kepala, diabetes, sakit badan Panas dalam, batuk, paru-paru Hipertensi, pegalpegal, kanker Peluruh kentut Keseleo, pegal-pegal, encok Ambien, sakit perut Pasca melahirkan Abortus, bisul Sakit perut Asam urat, sakit gigi, batuk, rematik, penghangat tubuh,
Lanjutan Lampiran 7 No
Spesies Tumbuhan Obat
Bagian yang digunakan
32
Jambu biji
Daun
33
Jarak pagar
Daun, getah
34
Jarak wulung
35
Javasom
36
Jawer kotok
37
Jengkol
38
Jeruk nipis
Buah
39 40 41
Kaca piring Kamboja Kangkung
Daun Getah Daun, batang
42
Kapas
Bunga
43 44 45 46
Kapulaga Karuk Katuk Katumpangan
Biji Daun Daun Daun
47
Kayu rapet
Daun
48
Kedondong laut
Daun
49
Keji beling
Daun
50
Keladi tikus
Daun
51
Kelapa hijau
Air buah
52 53
Kemangi Kembang coklat
Daun Umbi
54
Kembang sepatu
Daun
55
Kembang telang
Bunga
56
Kemuning
Daun
57
Kenanga
Bunga
58
Kencur
Rimpang
59
Kenikir
Daun
60 61
Kentang bulu Ketepeng kebo
62
Ki tolod
63
Kumis kucing
Daun Daun, semua bagian. Daun Kulit buah
Buah, daun Daun Daun Semua bagian
Manfaat masuk angin, sakit kepala Diare, diabetes, demam berdarah Mules, sembelit, sakit gigi Sakit perut Melancarkan melahirkan, panas. Pasca melahirkan, keputihan, TBC, bisul, luka, gatal-gatal Diabetes Menurunkan berat badan, batuk Panas , panas dalam Sakit gigi Penambah darah Membersihkan mata (tetes) Penghangat tubuh Asma Penambah ASI Bisul Kesehtan reproduksi perempuan Melancarkan kencing Kencing batu, ginjal, sakit pinggang Kencing batu Susah buang air kecil, keracunan makanan Mengharumkan badan Turun bro Melancarkan melahirkan, keputihan, panas, paru-paru Membersihkan mata bayi Pasca melahirkan, perawatan tubuh Bau mulut Memar, bengkakbengkak, Penghangat badan, antioksidan, menghilangkan bau badan Panas Panu, kudis, gatal-gatal Membersihkan mata (tetes) Kencing batu, melancarkan buang air kecil, sakit pinggang,
Lanjutan Lampiran 7 No Spesies Tumbuhan Obat
Bagian yang digunakan
64 Kunyit besar
Rimpang
65
Kunyit putih
Rimpang
66
Lempuyang gajah
Rimpang
67
Lengkuas merah
Rimpang
68
Lidah buaya
Getah
69
Lidah mertua
Daging, daun
70
Mahkota dewa
Daging buah
71 72
Mahoni Mamam
Kulit , buah
73
Mangkokan
Daun
74
Melati
Bunga
Manfaat asma Maag, TBC, mengeluarkan toksik, hipertensi, maag, melancarkan haid, diare Kanker payudara (benjolan) Panu, rematik, penambah nafsu makan Rematik, kudis, menghangatkan tubuh Panas, luka tersiram air panas dan minyak Panas dalam, memar Hipertensi, asam urat, stroke, kanker, tumor, asma Pegal-pegal Keputihan, memperlancar ASI Membersihkan mata
Lampiran 8 Rekapitulasi data penyakit UPTD Puskesmas Ciampea Tahun 2007 Data 10 Besar Penyakit Penderita Umur 0-1 Tahun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Ciampea Tahun 2007 PENDERITA No JENIS PENYAKIT KODE ICD-10 JUMLAH % 1 Commond cold (flu) J.00 364 27 2 ISPA J.06 242 18 3 Diare A.09 154 11 4 Gejala & tanda lainnya R.68 97 7 5 Demam R.50 78 6 6 Gangguan penyakit kulit L.98 67 5 7 Batuk R.05 45 3 8 Dermatitis L.30 45 3 9 Scabies (kudis, kurap) B.86 39 3 10 Gangguan Pencernaan K.92 34 3 Penyakit lainnya 184 Data 10 Besar Penyakit Penderita Umur 1-4 Tahun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Ciampea Tahun 2007 PENDERITA No JENIS PENYAKIT KODE ICD-10 JUMLAH % 1 Commond cold J.00 950 24 2 ISPA J.06 721 18 3 Diare A.09 353 9 4 Gangguan penyakit kulit L.98 328 4 5 Gejala & tanda lainnya R.68 243 6 6 Diare A.09 239 6 7 Gangguan Pencernaan K.92 112 3 8 Dermatitis L.30 96 2 9 Abces L.02 95 2 10 Faringitis J.02 72 2 Penyakit lainnya 184 Data 10 Besar Penyakit Penderita Umur 5-14 Tahun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Ciampea Tahun 2007 PENDERITA No JENIS PENYAKIT KODE ICD-10 JUMLAH % 1 Commond cold J.00 829 15 2 ISPA J.06 633 12 3 Gangguan penyakit kulit L.98 453 8 4 Demam R.50 452 8 5 Batuk R.05 444 8 6 Gangguan Pencernaan K.92 285 5 7 Tonsilitis J.03 250 5 8 Gejala & tanda lainnya R.68 243 4 9 Faringitis J.02 172 3 10 Gasteritis K.25 155 3 Penyakit lainnya 1689
Data 10 Besar Penyakit Penderita Umur 15-44 Tahun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Ciampea Tahun 2007 PENDERITA No JENIS PENYAKIT KODE ICD-10 JUMLAH % 1 Gejala & tanda lainnya R.68 778 10 2 Gasteritis K.25 775 10 3 Commond cold J.00 711 9 4 Penyakit Pulpa K.04 684 9 5 Batuk R.05 671 9 6 Gangguan penyakit kulit L.98 618 8 7 Sakit Kepala R.51 485 6 8 ISPA J.06 420 5 9 Demam R.50 342 4 10 Myalgia M.79.1 261 3 Penyakit lainnya 2121 Data 10 Besar Penyakit Penderita Umur 45-54 Tahun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Ciampea Tahun 2007 PENDERITA No JENIS PENYAKIT KODE ICD-10 JUMLAH % 1 Penyakit Pulpa K.04 756 26 2 Batuk R.05 298 10 3 Gangg.Gigi & jaringan K.08 214 7 4 Sakit Kepala R.51 210 7 5 Myalgia M.79.1 193 7 6 Diabetes E.14 182 6 7 Hipertensi I.10 178 6 8 Gangguan lain pada kulit L.98 170 6 9 Gajala & tanda lainnya R.68 160 6 10 Commond cold J.00 159 5 Penyakit lainnya 384 Data 10 Besar Penyakit Penderita Umur 55-64 Tahun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Ciampea Tahun 2007 PENDERITA No JENIS PENYAKIT KODE ICD-10 JUMLAH % 1 Penyakit Pulpa K.04 480 25 2 Hipertensi I.10 191 10 3 Batuk R.05 154 8 4 Diabetes E.14 139 7 5 Gajala & tanda lainnya R.68 124 6 6 Myalgia M.79.1 182 6 7 Rhematism M.79.0 115 6 8 Sakit Kepala R.51 104 5 9 Gangguan lain pada kulit L.98 104 5 10 Gangg.Gigi & jaringan K.08 159 5 Penyakit lainnya 384
Data 10 Besar Penyakit Penderita Umur > 65 Tahun Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Ciampea Tahun 2007 PENDERITA No JENIS PENYAKIT KODE ICD-10 JUMLAH % 1 Hipertensi I.10 259 25 2 Penyakit Pulpa K.04 198 12 3 Sakit Kepala R.51 149 9 4 Batuk R.05 129 8 5 Myalgia M.79.1 125 7 6 Rhematism M.79.0 120 7 7 Gejala & tanda lainnya R.68 111 7 8 Gangguan lain pada kulit L.98 89 5 9 Diabetes E.14 81 5 10 Commond cold J.00 67 4 Penyakit lainnya 364