perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 1 KARANGANOM TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: SELLY DIAH AYU ALAMI X 3307033
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 1 KARANGANOM TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : SELLY DIAH AYU ALAMI X 3307033
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:……………………………
Tanggal
:……………………………
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Haryono, M.Pd.
......................
Sekretaris
: Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si.
Anggota I
: Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si.
Anggota II
: Budi Utami, S.Pd., M.Pd.
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. commit to user
iv
....................... ....................... .......................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NIP. 19600727 198702 1 001 PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Selly Diah Ayu Alami NIM
: X3307033 Menyatakan
dengan
sesungguhnya
bahwa
skripsi
yang berjudul
“EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 1 KARANGANOM TAHUN AJARAN 2011/2012” adalah benar-benar karya sendiri. Hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini dikutip atau dirujukberdasarkan kode etik ilmiah.
Surakarta,
Februari 2012
SELLY DIAH AYU ALAMI X3307033
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Selly Diah Ayu Alami. X3307033. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DILENGKAPI PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM KELAS X SEMESTER I SMA NEGERI 1 KARANGANOM TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Januari 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga pada materi pokok struktur atom pada siswa kelas X SMA N 1 Karanganom. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain Randomized Control Group Pretest Postest Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganom tahun ajaran 2011/ 2012. Sampel diambil dengan teknik Cluster Random Sampling sejumlah 2 kelas. Kelas kontrol dikenai metode pembelajaran yang diterapkan disekolah yaitu metode ceramah dan kelas eksperimen dikenai metode Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik tes dan nontes (angket). Teknik tes untuk prestasi kognitif, sedangkan teknik nontes (angket) untuk prestasi afektif. Analisa data menggunakan uji tpihak kanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran yang biasa dipakai disekolah yaitu metode ceramah. Hal ini terlihat dari rata-rata selisih prestasi kognitif sebesar 35.75 untuk kelas eksperimen dan 29.08 untuk kelas kontrol. Dimana hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 2,777> ttabel = 1,66 dan untuk prestasi belajar afektif diperoleh thitung = 1,925 > ttabel = 1,66. Kata Kunci: Efektivitas, Teams Games Tournament (TGT), Ular Tangga, Prestasi Belajar, Struktur Atom
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Selly Diah Ayu Alami. X3307033. THE EFFECTIVENESS OF CHEMICAL LEARNING USED LEARNING METHODS IN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) IS COMPLETED WITH SNAKE LADDER GAME ON SUBJECT MATTER ON ATOMIC STRUCTURE BY STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT AT FIRST GRADE IN SMA N 1 KARANGANOM ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Januari 2012. The aim of this study was to know the effectiveness of learning chemistry used learning methods Teams Games Tournament (TGT) is completed with snake ladder game on the subject matter on the atomic structure of class X SMA N 1 Karanganom. This research used experimental methods to the design Randomized Control Group Pretest - Postest Design. The population of research was all of the tenth grade students of SMA Negeri 1 Karanganom academic year 2011/2012. The sample was taken by Cluster Random Sampling technique, in 2 classes. The first control class was treated teaching methods are employed in schools of class lectures and experimental methods are methods Teams Games Tournament (TGT) is completed with a snake ladder game. Test technique for cognitive achievement, while non-test technique (questionnaire) for affective achievement. Mechanical tests for cognitive performance, whereas nontes technique (questionnaire) for affective achievement. The technique of analizing data were used t-test right side. The results showed that learning methods Teams Games Tournament (TGT) is completed with a snake ladder game is more effective than the methods commonly used in school learning the lecture method. It shown with the average of cognitive achievement differences are 35.75 for experiment class and 29.08 for control class. Where the t-test results on the right for cognitive learning achievement gained thitung = 2.777> ttable = 1.66 and for affective learning achievements obtained thitung = 1.925> ttable = 1.66. Keywords: Effectivity, Teams Games Tournament (TGT), Snake Ladder Game, Student’s Achievement, Atomic Structure
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “ Bismillahirrohmaanirrohiim “ (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang) (QS. Al Fatihah: 1) ” Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” ( QS.Ar. Ra’du: 11)
“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.” (Abu Bakar Sibli)
“Agar dapat membahagiakan seseorang, isilah tangannya dengan kerja, hatinya dengan kasih sayang, pikirannya dengan tujuan, ingatannya dengan ilmu yang bermanfaat, masa depannya dengan harapan, dan perutnya dengan makanan” (Frederick E. Crane)
” Hidup adalah perjuangan, dan setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan dan kesabaran” (Penulis)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk: Ayah dan Ibuku tercinta Adik – adik ku tersayang, ”Drajad n Daud” Nenek Q tersayang, Alm. Maria Sumiati Keluarga Besar Prof. Drs. Anton Sukarno, M.Pd. Sahabat-sahabatku (Okty, Fio, Devi, Yaya, Erni & Eni) Teman-teman P. Kimia 2007 Almamaterku commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Dilengkapi Permainan Ular Tangga Terhadap Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Struktur Atom Kelas X Semester I SMA Negeri 1 Karanganom Tahun Ajaran 2011/2012”. Penyusunan skripsi
ini
dimaksudkan
untuk
memenuhi
persyaratan
dalam
rangka
menyelesaikan studi tingkat sarjana (S1) di Program Kimia Jurusan P. MIPA, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penelitian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan – kesulitan yang timbul dapat teratasi. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini. 2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini. 3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program P. Kimia FKIP UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini. 4. Drs. Haryono, M.Pd., selaku Koordinator Skripsi Program P.Kimia FKIP UNS yang telah membimbing penulis selama ini. 5. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 6. Budi Utami, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 7. Nurma Yunita Indriyanti, S.Pd, M.Si, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik to user yang telah memberi semangat commit dan bimbingannya bagi penulis selama ini.
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi semangat dan bimbingannya bagi penulis selama ini. 9. Drs. H.Sukarno, M.M, selaku Kepala SMA N 1 Karanganom yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. 10. Wardoyo, S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah SMA N 1 Karanganom yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 11. Dra. Elisa Mojowarni Suprapto, selaku guru bidang studi kimia SMA N 1 Karanganom yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan,
dan
bimbingannya selama penulis melakukan penelitian. 12. Siswa-siswi kelas XC dan XD SMA N 1 Karanganom yang telah memberikan respon yang baik dalam pembelajaran. 13. Orangtua dan adik tercinta yang telah memberikan motivasi, pengorbanan, dan do’a restu yang tulus. 14. Keluarga besar Prof. Drs. Anton Sukarno, M.Pd. yang telah memberikan support untuk saya. 15. Sahabatku Okty, Erni, Yaya, Fiona, Eni dan Devinta yang telah memberi dukungan, do’a, dan bantuannya selama ini, serta teman - teman Pend. Kimia 2007 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Demikian skripsi ini disusun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam karya ini. Demi sempurnanya karya ini, maka segala keterbatasan dan kekurangan tersebut perlu senantiasa diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, ide, dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan memberikan sedikit kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan.
Surakarta, Februari 2012
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………….
i
HALAMAN PENGAJUAN ..............................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................
iv
PERNYATAAN ................................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………...
vi
HALAMAN MOTTO ………………………………………………
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………................
ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………...
x
DAFTAR ISI ………………………………………………………..
xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………..
xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………..
xviii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………......
5
C. Pembatasan Masalah ………………………………….
6
D. Perumusan Masalah …………………………………..
6
E. Tujuan Penelitian ……………………………………..
6
F. Manfaat Penelitian ……………………………………
7
BAB II. LANDASAN TEORI ……………………………………..
8
A. Tinjauan pustaka ……………………………………...
8
1. Efektivitas ………………………………………….
8
2. Belajar ……………………………………………...
9
3. Pembelajaran Kimia ……………………………......
13
4. Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) …………………………………………….. commit to user
xii
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Permainan Ular Tangga ……………………………
19
6. Prestasi Belajar …………………………………….
20
7. Materi Struktur Atom ………………………………
22
B. Penelitian yang Relevan ………………………………
37
C. Kerangka Berpikir …………………………………….
38
D. Hipotesis ……………………………………………...
40
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………….
41
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………...
41
1. Tempat Penelitian .....................................................
41
2. Waktu Penelitian .......................................................
41
B. Metode Penelitian …………………………………….
41
1. Variabel Penelitian …………………………………
42
2. Prosedur Penelitian ………………………………...
42
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...................
43
1. Populasi Penelitian …………………………………
43
2. Sampel Penelitian ………….………………………
43
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................
43
E. Instrumen Penelitian ………………………………….
43
1. Instrumen Penilaian Kognitif .....................................
44
a. Taraf Kesukaran Suatu Item ................................
44
b. Taraf Pembeda Suatu Item ...................................
45
c. Validitas Instrumen Penelitian .............................
46
d. Reliabilitas Instrumen Penelitian .........................
47
2. Instrumen Penilaian Afektif .......................................
47
1) Uji Validitas ....................................................
48
2) Uji Reliabilitas .................................................
50
F. Teknis Analisis Data .....................................................
50
1. Uji Prasyarat .............................................................
51
a. Uji Normalitas ......................................................
51
b. Uji Homogenitas .................................................. to user 2. Uji Hipotesiscommit .............................................................
51
xiii
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….
54
A. Deskripsi Data ………………………………………...
54
1. Perbandingan Selisih Nilai (Pretest – Posttest) Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol …...
54
2. Perbandingan Nilai (Posttest) Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol …………………………...
56
B. Pengujian Prasyarat Analisis …………………………
57
1. Uji Normalitas ……………………………………...
57
2. Uji Homogenitas …………………………………...
57
C. Hasil Pengujian Hipotesis …………………………….
58
1. Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai (Pretest – Posttest) Kognitif …………………………………………....
58
2. Uji t-Pihak Kanan Nilai Afektif ……………………
58
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………..
59
1. Situasi Kegiatan Belajar Mengajar ...........................
59
2. Penilaian Kognitif ………………………………….
60
3. Penilaian Afektif …………………………………...
62
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……………
65
A. Kesimpulan …………………………………...............
65
B. Implikasi ……………………………………………...
65
C. Saran ………………………………………………….
65
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………
67
LAMPIRAN ………………………………………………………...
80
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Tabel Sifat – Sifat Partikel Sub Atom ………………….
24
Tabel 2.
Tabel Susunan Isotop Pada Unsur Hidrogen …………...
33
Tabel 3.
Tabel Massa Beberapa Isotop (dalam sma) …………….
34
Tabel 4.
Tabel Desain Penelitian ………………………………...
41
Tabel 5.
Tabel Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen Try Out Kognitif …………………………….
45
Tabel 6.
Tabel Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal Instrumen Try Out Kognitif …………………………….
46
Tabel Rangkuman Uji Validitas Soal Instrumen Try Out Kognitif …………………………………………………
46
Tabel Rangkuman Uji Reabilitas Soal Instrumen Try Out Kognitif ……….……………………………………
47
Tabel 9.
Tabel Skor Penilaian Afektif …………………………...
48
Tabel 10.
Tabel Rangkuman Uji Validitas Butir Soal Instrumen Try Out Afektif …………………………………………
49
Tabel 11.
Tabel Rangkuman Uji Reabilitas Instrumen Try Out Afektif ……..……………………………………………
50
Tabel Rangkuman Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi Belajar Afektif …………………..
54
Tabel Distribusi Frekuensi Perbandingan Selisih Nilai (Pretest – Posttest) Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………………………………………
55
Tabel Distribusi Frekuensi Perbandingan Nilai (Posttest) Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………………………………………………….
56
Tabel Rangkuman Hasil Uji Normalitas Aspek Kognitif dan Afektif ……………………………………………...
57
Tabel 7. Tabel 8.
Tabel 12. Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15. Tabel 16.
Tabel Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Aspek Kognitif dan Afektif ……….……... commit to user
xv
58
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 17. Tabel 18.
digilib.uns.ac.id
Tabel Hasil Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai (Pretest – Posttest) Kognitif ……………………………………….
58
Tabel Hasil Uji t-Pihak Kanan Nilai (Posttest) Afektif ...
58
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Siklus Pembelajaran Kimia …………………………
14
Gambar 2.
Bagan Penempatan Siswa dalam Meja Turnamen untuk Tim ……………………………………………
18
Gambar 3.
John Dalton dan Model Atomnya …………………...
22
Gambar 4.
JJ Thomson dan Model Atomnya ……...……………
24
Gambar 5.
Ernest Rutherford dan Model Atomnya ……………..
25
Gambar 6.
Niels Bohr dan Model Atomnya …………………….
26
Gambar 7.
Model Atom Mekanika Gelombang ………………...
27
Gambar 8.
Tabung Sinar Katoda ………………………………..
29
Gambar 9.
Tabung Sinar Terusan ……………………………….
30
Gambar 10. Susunan Atom ……………………………………….
31
Gambar 11. Histogram Perbandingan Selisih Nilai (Pretest – Posttest) Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………………………………………………
55
Gambar 12. Histogram Perbandingan Nilai (Posttest) Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...………
56
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Silabus ………………………………………………….
72
Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………………
75
Lampiran 3.
Kisi-kisi Instrumen Aspek Kognitif ……………….
101
Lampiran 4.
Instrumen Try Out Aspek Kognitif ………………..
104
Lampran 5.
Kunci Jawaban Instrumen Try Out Aspek Kognitif..
111
Lampiran 6.
Lembar Jawab Instrumen Try Out Aspek Kognitif ..
112
Lampiran 7.
Instrument Pretest/ Posttest Aspek Kognitif ………
113
Lampiran 8.
Kunci Jawaban Instrumen Pretest/ Posttest Aspek Kognitif …………………………………………....
120
Lampiran 9.
Lembar Jawab Instrumen Pretest/ Posttest Aspek Kognitif ……………………………………….…...
121
Lampiran 10.
Indikator Angket Afektif ..........................................
122
Lampiran 11.
Angket Penilaian Aspek Afektif .............................
123
Lampiran 12.
Penskoran Aspek Afektif .........................................
125
Lampiran 13.
Angket Penilaian Afektif (Posttest) .........................
127
Lampiran 14.
Uji Validitas Aspek Kogniitif ..................................
129
Lampiran 15.
Uji Validitas Aspek Afektif .....................................
133
Lampiran 16.
Data Induk Penelitian ...............................................
136
Lampiran 17.
Distribusi Frekuensi Data Kognitif ..........................
137
Lampiran 18.
Distribusi Frekuensi Data Afektif ............................
139
Lampiran 19.
Uji Normalitas Aspek Kognitif ................................
141
Lampiran 20.
Uji Normalitas Aspek Afektif ..................................
149
Lampiran 21.
Uji Homogenitas Aspek Kognitif dan Afektif .........
152
Lampiran 22.
Uji t-Pihak Kanan Aspek Kognitif ...........................
156
Lampiran 23.
commit to user Uji t-Pihak Kanan Aspek Afektif .............................
157
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 24.
Daftar Nama Sampel Penelitian ...............................
158
Lampiran 25.
Daftar Nama Kelompok Eksperimen .......................
159
Lampiran 26.
Uji t-matching Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol .....................................................................
160
Lampiran 27.
Instrumen Penilaian Permainan Ular Tangga I ........
161
Lampiran 28.
Pertanyaan Permainan Ular Tangga I ......................
163
Lampiran 29.
Instrumen Penilaian Permainan Ular Tangga II .......
168
Lampiran 30.
Pertanyaan Permainan Ular Tangga II .....................
170
Lampiran 31.
Kunci Jawaban Permainan Ular Tangga ..................
177
Lampiran 32.
Instrumen Penilaian Kartu Kesempatan I ................
178
Lampiran 33.
Instrumen Kartu Kesempatan I ................................
180
Lampiran 34.
Instrumen Penilaian Kartu Kesempatan II ...............
183
Lampiran 35.
Instrumen Kartu Kesempatan II ...............................
184
Lampiran 36.
Kunci Jawaban Kartu Kesempatan ..........................
186
Lampiran 37.
Aturan Permainan Ular Tangga ...............................
187
Lampiran 38.
Skema Ular Tangga ..................................................
189
Lampiran 39.
Hasil Data Perolehan Skor Permainan Ular Tangga.
190
Lampiran 40.
Penghargaan Kelompok ...........................................
192
Lampiran 41.
Dokumentasi Penelitian ...........................................
193
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang, dimana memiliki sasaran yang berperan dalam melaksanakan pembangunan disegala sektor, baik di sektor industri, perdagangan maupun di sektor pendidikan. Dalam menunjang keberhasilan pembangunan di setiap sektor, maka perlunya peranan pendidikan, yang menempatkan manusia sebagai kedudukan sentral dalam pembangunan. Pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan di setiap sektor, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan berperan sebagai upaya pencerdasan,
pendewasaan,
kemandirian
manusia
yang
dilakukan
oleh
perorangan, kelompok dan lembaga. Upaya ini dimulai sejak berabad-abad silam, pola pendidikan mengalami kemajuan yang pesat berkat kerja keras para pakar pendidikan terdahulu (Herlina, Yuke Indrati, 2010 : 1). Menurut Yuli Kwartolo (2007: 66) salah satu komponen yang paling penting dalam suatu sistem pendidikan adalah adanya sebuah kurikulum, karena melalui kurikulumlah peserta didik diantar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, segenap potensinya dikembangkan seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran. Kurikulum di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, dimulai dengan kurikulum pendidikan yaitu kurikulum tahun 1968, kurikulum 1976, kurikulum 1984 yang disebut juga kurikulum 1976 yang disempurnakan, kurikulum tahun 1994 yang disebut Program kegiatan Belajar 1994, kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan KTSP hingga sekarang. KTSP merupakan pengembangan kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang mengacu pada standar nasional pendidikan terutama standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berupa penguasaan siswa terhadap seperangkat kompetensi tertentu (pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang digunakan) dalam berbagai bidang kehidupan.
commit1 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Penerapan KTSP bukan sekadar pergantian kurikulum, tetapi menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran dan persekolahan, karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan konsep, metode dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga pola pikir, filosofis, komitmen guru, sekolah dan pihak yang terkait dalam pendidikan. Pada kegiatan pembelajaran KTSP ini adalah kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas, kontekstual, menantang dan menyenangkan, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan belajar melalui berbuat. Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Perhatian utama pada siswa yang belajar, bukan pada disiplin atau guru yang mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa paradigma baru pendidikan yang diantaranya dengan mulai diberlakukannya KTSP ini, menuntut partisipasi yang tinggi dari siswa dalam kegiatan pembelajaran (Herlina, Yuke Indrati, 2010 : 2). SMAN 1 Karanganom merupakan salah satu lembaga pendidikan yang formal di daerah Klaten. Di SMAN 1 Karanganom mulai menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kurang lebih tiga tahun yang lalu. Meskipun di SMA ini sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tetapi masih banyak kendala yang dihadapi. Salah satu di antara masalah yang adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar kimia khususnya pada materi pokok Struktur Atom. Materi pokok struktur atom adalah salah satu materi pokok yang terdapat pada pelajaran kimia SMA kelas X semester 1. Materi pokok ini membahas tentang perkembangan teori atom, struktur atom, jumlah proton, jumlah elektron, jumlah neutron, nomor atom, nomor massa, isotop, isobar, isoton, dan massa atom relatif. Materi Struktur Atom ini berkesinambungan dengan materi selanjutnya sehingga pemahaman materi ini sangat penting. Rendahnya pretasi belajar siswa ini dapat dilihat pada prestasi akademik siswa tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pokok Struktur Atom dimana lebih dari 65% nilai siswa kurang dari nilai KKM yang ditentukan yaitu 70 (<70).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Selain itu masih banyak siswa yang mengalami ketegangan dalam mengikuti pelajaran kimia. Sehingga pendidikan ini kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran khusunya kimia, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan cooperative learning. Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal (Slavin, 2008 : 3-4). Salah satu metode pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yang diharapkan siswa mampu memahami materi struktur atom serta hal yang terkait dengan itu dengan sistem belajar sambil bermain. Dalam penelitian sebelumnya yang berjudul “The Effects of TeamsGames-Tournaments on Achievement, Retention, and Attitudes of Economics Education Student” mengungkapkan bahwa “The TGT technique is more effective than the lecture method with regard to economics student achievement and student retention of economics content”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa teknik Teams Games Tournament (TGT) lebih efektif bila dibandingkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
dengan metode ceramah. Dalam metode pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar dengan perlombaan atau pertandingan yang dirancang memungkinkan siswa untuk dapat lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat serta keterlibatan belajar. Selain itu, pentingnya penerapan metode pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) adalah karena juga mempunyai manfaat yang bersar terhadap pembelajaran, baik dari segi proses, minat atau hasil belajar yang dicapai. Kelebihan dari metode Teams Games Tournament (TGT) sendiri yaitu dalam pembelajaran keterlibatan siswa akan lebih tinggi sehingga siswa akan menjadi bersemangat dalam belajar. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga melalui konstruksi sendiri oleh siswa. Selain itu dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa, seperti kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta bisa menerima pendapat orang lain serta melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya (http://www.ingealitalya.co.cc). Menurut Steve Parsons (Robert E. Slavin, 2008: 167) metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu teknik terbaik yang pernah digunakannya untuk mengajar. Metode ini memberikan kesempatan kepada guru untuk menggunakan kompetisi dalam suasana yang konstruktif/ positif. Dengan metode pembelajaran ini siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar menggunakan permainan yang menarik dan menyenangkan ini dan siswa diharapkan tidak akan megalami ketegangan dalam mengikuti pelajaran kimia. Penelitian ini menggunakan permainan ular tangga yang dirancang untuk proses pembelajaran kimia pada materi struktur atom. Permainan dalam metode Teams Games Tournament (TGT) didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan disusun dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan yang relevan dengan materi dan latihan soal. Dari penelitian sebelumnya yang berjudul “Educational Games in Higher Education: a case study in teaching recursive algorithms” oleh Eleni Rossiou and Spyros Papadakis, University of Macedonia and The Hellenic Open University menyebutkan bahwa ular tangga merupakan salah satu contoh permainan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
pendidikan. Dalam penelitian ini metode Teams Games Tournament (TGT) akan dilengkapi dengan permainan ular tangga dimana dalam permainannya akan menekankan kerjasama kelompok dalam mencapai finish, keaktifan siswa dalam mencari jawaban sendiri dengan cepat sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup sebelum bermain, suasana pertandingan cenderung lebih menyenangkan karena dalam bermain ular tangga anak tidak selalu dituntut untuk berpikir keras, motivasi siswa akan lebih besar karena untuk mencapai finish dapat diperoleh dengan keberuntungan mengocok dadu. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul:
Pembelajaran
“Efektivitas
Pembelajaran
Kimia
Menggunakan
Metode
Teams Games Tournament (TGT) Dilengkapi Permainan Ular
Tangga Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X Semester I SMA N 1 Karanganom Tahun Pelajaran 2011/2012”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan pada materi sttruktur atom sebagai berikut : 1. Adanya prestasi belajar yang rendah dalam pelajaran kimia karena metode pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan selama ini kurang variatif. 2. Banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran karena metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat teacher centered. 3. Metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) belum banyak digunakan di SMA khususnya di SMA N 1 Karanganom. 4. Media pembelajaran ular tangga belum banyak digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya materi pokok struktur atom di SMA N 1 Karanganom. 5. Metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga belum banyak digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya untuk materi pokok seperti struktur atom.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
C. Pembatasan Masalah Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu diberikan batasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada : 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas XC dan XD SMA N 1 Karanganom Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). 3. Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah powerpoint dan ular tangga. 4. Materi Pelajaran Materi pelajaran dibatasi pada materi pokok struktur atom. 5. Prestasi Belajar Prestasi belajar dalam penelitian ini ditinjau prestasi belajar kognitif dan prestasi belajar afektif.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga efektif diterapkan pada materi pokok struktur atom kelas X semester I SMA N 1 Karanganom Tahun Ajaran 2011/2012”.
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui efekivitas pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
pada materi pokok struktur atom pada siswa kelas X SMA N 1 Karanganom Tahun Ajaran 2011/2012”.
F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat secara teoritis Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan, khususnya tentang teori pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga pada materi struktur atom. 2. Manfaat secara praktis a. Memberikan bahan pertimbangan kepada guru dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran. b. Menambah wawasan pada guru dalam menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga dalam proses belajar mengajar. c. Sebagai bahan pemikiran bagi pendidik bahwa perlu adanya inovasi model dan media pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Efektivitas Menurut Margono (1995: 3) “efektif berarti semua potensi yang dapat dimanfaatkan dan semua tujuan dapat dicapai. Sedangkan menurut Roestiyah N.K (2001: 1), efektif menunjuk pada sesuatu yang mampu memberikan dorongan atau bantuan dalam mencapai suatu tujuan. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektif adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan, sehingga efektivitas pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kesanggupan yang menimbulkan perubahan – perubahan yang diinginkan pada diri siswa. Pengajaran dikatakan efektif apabila pengajaran itu dapat memberikan pengetahuan otentik pada para siswa, suatu pengetahuan yang tahan lama dan siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya suatu tujuan yang telah ditentukan. Hasil yang semakin mendekati tujuan yang telah ditetapkan menunjukkan semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini dapat diukur menggunakan pendekatan eksperimen dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dua kelompok yang dibandingkan ini harus dalam kondisi yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Dengan memperhatikan perbedaan hasil belajar maka dapat diketahui efektivitas perlakuan tersebut. Perlakuan akan dikatakan efektif bila hasil kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. Dalam penelitian ini kelas eksperimen diberi perlakuan berupa pengajaran dengan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa metode ceramah dilengkapi media powerpoint. commit to user 8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Belajar Dalam perkembangan hidup manusia ada dua sebab yang menjadikan manusia mengalami peningkatan kemampuan yakni peningkatan kemampuan karena kematangan, dan peningkatan kemampuan karena belajar. Keduanya sering terjadi bersama – sama dalam kehidupan manusia. Perubahan yang disebabkan kematangan disebut pertumbuhan (growth), sedangkan perubahan karena belajar dikatakan sebagai perkembangan atau development (E.R. Hilgrad, 1962 dalam Mulyati 2007 : 2). Menurut pendapat para ahli Psikologi modern berpendapat bahwa dalam proses belajar terjadi proses perubahan yang menuju kearah lebih baik. Dari tidak dapat menjadi dapat, dari tidak tahu menjadi tahu, sedangkan perubahan itu relatif permanen dalam arti tidak mudah hilang. Dan perubahan itu terjadi bukan semata – mata karena kematangan atau pertumbuhan. Pengertian belajar yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan adalah belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan atau kontruksi kognitif dalam diri peserta didik yang dilakukan dengan jalan bekerja sama dengan peserta didik lain serta terlibat komunikasi dengan lingkungan belajar yang ada disekitar peserta didik. Dari pengertian belajar diatas maka akan dalam bahasan ini akan membahas beberapa teori belajar yang relevan dengan masalah yang dibahas pada penelitian ini yaitu teori belajar kontruktivisme Jean Piaget, Vygotsky dan Ausubel. a. Teori Belajar Kontruktivisme Jean Piaget Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan manusia adalah kontruksi (bentukan) manusia sendiri (Von Lasersfeld, 1987 dalam Paul Suparno, 1997: 18). Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan yang dilakukan seseorang. Seseorang membentuk struktur kognitif meliputi skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Pola pembelajaran melalui pendekatan kontruktivisme merupakan salah satu pola pendekatan pembelajaran sains. Dengan pendekatan ini siswa diajak untuk aktif to user baru yang dikaitkan dengan mempelajari konsep-konsep dancommit prinsip-prinsip
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konsep dan prinsip yang sudah dikenal sebelumnya. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan inti dari pola pembelajaran dengan pendekatan kontrukstivisme. Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman - pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu individu ke dalam bentuk kelompok - kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan - gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi. (http://lunnablog-luna.blogspot.com) Berdasarkan ciri pembelajaran kontruktivisme dan perkembangan kognitif Piaget maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivis dari Jean Piaget sesuai dengan pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT (Teams Games commit topembelajaran user Tournament) karena dengan metode TGT (Teams Games
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tournament) dan media ular tangga siswa dituntut aktif dalam membentuk pengetahuan mereka sendiri. b. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky Tokoh konstruktivis lain adalah Vygotsky. Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari pebelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pebelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing – masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas – tugas yang belum dipelajari namun tugas- tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri
dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan
dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap – tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu 1) Menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi – strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing – masing zone of proximal development mereka 2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. (http://lunnablog-luna.blogspot.com) Vygotsky percaya bahwa kita dapat belajar dari orang lain baik yang commit to usertingkat perkembangan yang lebih seumur maupun yang lebih tua dan memiliki
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
tinggi. Bagi Vygotsky, co-operation (kerja sama)lah yang menjadi dasar belajar. Instruksi (pengajaran) formal dan informal yang diberikan oleh orang lain yang diberikan oleh orang lain yang lebih berpengalaman seperti orang tua, teman sebaya, nenek/ kakek atau gurulah yang merupakan sarana transisi utama pengetahuan tentang budaya tertentu. Bagi Vygotsky, seperti halnya bagi Piaget, pengetahuan melekat di dalam tindakan dan interaksi dengan lingkungan (budaya), tetapi berbeda dengan Piaget, Vygotsky menekankan tentang pentingnya interaksi dengan wakil – wakil budaya yang masih hidup (Daniel Muijs dan David Reynolds, 2008: 26-27). Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep – konsep dan pemecahan masalah. c. Teori Belajar Bermakna Ausubel Ausubel berpendapat bahwa banyak dikalangan pendidik menyamakan belajar penemuan dengan belajar hafalan, sebab mereka berpendapat bahwa belajar bermakna hanya terjadi bila peserta didik menemukan sendiri pengetahuan. Inti dari teori Ausubel tentang belajar bermakna adalah merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Ausubel dan Novak (1978) dalam Mulyati (2007: 77) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu : 1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat. 2) Informasi yang telah tersubsumsi/ digolongkan peningkatan deferensial dari penggolongan – penggolongan, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip. 3) Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif/ penggolongan terhapus (obliterate = menghapuskan), meninggalkan efek residual (sisa) pada subsumer, sehingga mempermudah belajar hal – hal yang mirip. Walaupun commit to user telah terjadi lupa.
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
Menurut Ausubel faktor – faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam satu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat – sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti yang timbul waktu masuknya informasi baru ke dalam struktur kognitif. Jika hal itu stabil, jelas, dan diatur dengan baik, maka arti yang sahih dan jelas akan timbul dan cenderung bertahan. Prasyarat belajar bermakna diantaranya yaitu : 1) Materi yang dipelajari harus bermakna secara potensial 2) Orang yang akan belajar harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor yaitu : 1) Pertama a) Materi tersebut harus memiliki kebermaknaan logis b) Gagasan – gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa Materi yang mempunyai kebermaknaan logis merupakan materi yang non arbriter dan substantif. Materi non arbriter ialah materi yang ajeg (konsisten) dengan apa yang telah diketahui. Materi substantive artinya dapat dinyatakan dalam berbagai cara, tanpa merubah arti. 2) Kedua Tentang kebermaknaan potensial adalah bahwa dalam struktur kognitif siswa harus ada gagasan yang diperhatikan tentang pengalaman mereka,tingkat perkembangan mereka, intelegensi dan usia. Jadi jika salah satu komponen (makna logis dan gagasan relevan) tidak ada, maka system belajar yang terjadi adalah secara hafalan. Berdasarkan faktor kebermaknaan pada prasyarat belajar bermakna pembelajaran kontruktivisme dan perkembangan kognitif Ausubel maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivis dari Ausubel sesuai dengan pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) commit user Games Tournament) dan media karena dengan metode pembelajaran TGTto(Teams
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ular tangga sebagian besar sistem belajar yang terjadi adalah secara hafalan (Mulyati, 2007: 76-78).
3. Pembelajaran Kimia Ilmu kimia sebagai rumpun dari IPA merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan energitika zat (Depdiknas, 2004: 1). Konsep-konsep yang dipelajari dalam kimia diperoleh dari hasil-hasil eksperimen dan penalaran. Dalam penalaran kimia, semua konsep tersebut disusun dalam suatu urutan berjenjang yang sistematis dan saling berkaitan satu sama lain. Pembelajaran kimia tidak terlepas dari dua komponen pembelajaran yang saling berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar. Pembelajaran kimia merupakan suatu siklus yang terdiri atas tiga tahap, yaitu a. perencanaan pelaksanaan pembelajaran kimia, b. pelaksanaan proses pembelajaran kimia, dan c. penilaian hasil pembelajaran/ belajar kimia. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: (Sukardjo dan Lis Permana Sari, 2007: 4) Perencanaan pelaksanaan pembelajaran kimia
Penilaian hasil pembelajaran/ belajar kimia
Pelaksanaan proses pembelajaran kimia
Feedback
Feedback
Gambar 1. Siklus pembelajaran kimia Standar kompetensi dalam mata pelajaran kimia dirumuskan atas dasar commit to user struktur ilmu kimia dan keterampilan-keterampilan proses sains. Selanjutnya
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
standar
kompetensi
dikembangkan
menjadi
kompetensi
dasar.
Materi
pembelajaran kimia adalah materi pelajaran atau bahan ajar yang harus dipelajari peserta didik sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar. Materi pembelajaran kimia dapat berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum-hukum kimia (Sutiman dan Rohaeti, 2004: 40-41). Materi pembelajaran kimia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu materi struktur atom, dimana materi ini berupa teori – teori dari beberapa ilmuwan yang menguatkan tentang adanya atom. Selain itu juga berupa pemahaman konsep mengenai hal – hal yang berkaitan tentang atom.
4. Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan
sengaja mengembangkan interaksi yang saling membantu untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. (Nurhadi, 2004: 112). Pembelajaran
kooperatif
merujuk
pada
berbagai
macam
metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok – kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing – masing (Robert E. Slavin, 2008: 4). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu : a. Student Teams Achievement Division (STAD); b. Teams Games Tournament (TGT); c. Teams Assisted Individualization (TAI). to user d. Coopertive Integrated Readingcommit and Composition (CIRC);
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Jigsaw; f. Learning Together (LT); (Robert E. Slavin, 2008: 11) Metode Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri tiga sampai lima siswa yang heterogen baik dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Aktivitas pembelajaran metode Teams Games Tournament (TGT) ini sebenarnya merupakan pengembangan dari Student Teams Achievement Division (STAD). Tujuan utamanya adalah kerja sama antara sesama anggota kelompok dalam suatu tim sebagai persiapan mengadapi turnamen yang dipersiapkan antar kelompok dengan pola permainan yang dirancang oleh guru. Dalam jurnal yang berjudul “The Effects of Teams-Games-Tournaments on Achievement, Retention, and Attitudes of Economics Education Student” mengungkapkan bahwa “The TGT technique is more effective than the lecture method with regard to economics student achievement and student retention of economics content” (Teknik TGT lebih efektif bila dibandingkan dengan metode ceramah). Dalam penelitian ini dicoba salah satu pembelajaran kooperatif metode Teams Games Tournament (TGT). Dalam pembelajaran metode Teams Games Tournament (TGT) terdapat lima komponen utama, yaitu : a. Presentasi Kelas/ Pengamatan Langsung Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan pembelajaran kooperatif metode TGT, membagi kelompok sesuai dengan hasil pretest siswa serta menyebutkan konsep – konsep yang harus dipelajari, memberikan motivasi untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan sehingga lebih menarik perhatian siswa untuk mendalami materi. Materi pelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam kelompok dan dalam turnamen, Bentuk rancangan tersebut dikemas dalam satu perangkat pembelajaran yang terdiri dari rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku materi pelajaran kimia, kelengkapan media commit to turnamen user turnamen yang akan digunakan dalam akademik (ular tangga), tes
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang akan diujikan sebelum (pretest) permainan ular tangga dan setelah (posttest) pembelajaran, dan angket afektif . Selama kegiatan kelompok berlangsung masing – masing siswa bertugas untuk mempelajari materi yang telah disajikan guru, dan saling membantu apabila ada teman sekelompoknya belum menguasai materi pelajaran tersebut. Disini guru juga menekankan bahwa apabila siswa mempunyai suatu permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada anggota kelompoknya, jika tidak mampu baru ditanyakan pada guru. b. Tim Tim terdiri dari 4 sampai 5 siswa anggota kelas dengan kemampuan yang berbeda. Anggota mewakili kelompok yang ada dikelas dalam hal kemampuan akademik. Kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota kelompok. Tim merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif metode
Teams Games Tournament (TGT).
Tekanannya terletak pada anggota tim dalam melakukan sesuatu yang terbaik untuk timnya dan dalam memberikan dorongan untuk meningkatkan kemampuan akademik anggotanya selama kerja. Tim juga memberikan perhatian dan penghargaan yang sama terhadap setiap anggota, sehingga timbul rasa saling dihargai bagi setiap anggotanya. Dalam penelitian ini setiap tim beranggotakan 4 atau 5 siswa yang terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang. Selain itu dalam penempatan tim memperhatikan juga perbedaan jenis kelamin. Diperhatikan pula untuk tidak membebaskan siswa memilih timnya sendiri. Disini guru langsung mengelompokkan murid – murid menjadi 7 kelompok yang masing – masing kelompok beranggotakan 4 atau 5 siswa yang terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah serta memperhatikan jenis kelamin pula.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Game Game disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan dan didesain untuk menguji pengetahuan siswa dari penyajian materi dan latihan tim. Game dimainkan oleh tiga siswa pada sebuah meja, dan masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda yang dipilih secara acak. Kebanyakan game berupa sejumlah pertanyaan bernomor pada lembar-lembar khusus. Siswa mengambil kartu bernomor dan berusaha menjawab pertanyaan yang bersesuaian dengan nomor tersebut. d. Turnamen / Pertandingan Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan disusun dalam pertanyaan – pertanyaan yang relevan dengan materi dan latihan lain. Turnamen/ pertandingan adalah saat dimana permainan berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir materi struktur atom selesai. Dalam turnamen 4 atau 5 siswa yang setara yang mewakili tim yang berbeda akan bersaing. Persaingan setara ini memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya. AI (Tinggi)
Meja Turnamen 1
B1 Tinggi
B2 Sedang
A2 (Sedang)
Meja Turnamen 2
B3 Sedang
B4 Rendah
A3 (Sedang)
Meja Turnamen 3
C1 Tinggi
C2 Sedang
A4 (Rendah)
Meja Turnamen 4
C3 Sedang
C4 Rendah
commit to user e.Gambar Pengha 2. Bagan penempatan siswa dalam meja turnamen untuk tim (Robert E. Slavin, 2008: 168)
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Penghargaan Tim – tim yang berhasil mencapai finish pada permainan ular tangga adalah sebagai pemenang. Tim yang menang mendapatkan hadiah dari guru yaitu seperangkat alat tulis. Dengan pembelajaran kooperatif metode Teams Games Tournament (TGT) diharapkan bisa merangsang siswa untuk lebih siap belajar khususnya belajar struktur atom. Selain itu selama siswa bekerja dalam kelompoknya, guru akan bertindak sebagai fasilitator yang akan membantu kegiatan masing – masing (Robert E. Slavin, 2008: 166 - 167).
5. Permainan Ular Tangga Penelitian yang berjudul “Educational Games in Higher Education: a case study in teaching recursive algorithms” oleh Eleni Rossiou and Spyros Papadakis, University of Macedonia and The Hellenic Open University menyebutkan bahwa ular tangga merupakan salah satu contoh permainan pendidikan. Permainan Ular Tangga atau dalam Bahasa Inggrisnya disebut Snake and Ladder adalah suatu permainan yang menggunakan papan permainan (board game) dan sebuah dadu (dice). Papan permaian tersebut berisikan 20 kotak perintah yang harus dilakukan oleh pemain. Dalam hal ini kotak perintah sudah dimodifikasi berisikan perintah mendeskripsikan sesuatu benda, orang, tempat atau kegiatan. Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga - setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. commit to user Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir. Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali
lagi.
Bila
tidak,
maka
giliran
jatuh
ke
pemain
selanjutnya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Ular_tangga). Permainan sangat memotivasi dan menghibur, dan mereka dapat memberikan siswa pemalu lebih mempunyai kesempatan mengekspresikan pendapat mereka dan perasaan mereka (Hansen 1994:118 dalam Agus Suganda, Arif Hidayat, Indri Widyastuti, dan Euis Rini (2008: 5-6). Ia juga dapat memberi kemampuan pada siswa mendapatkan pengalaman baru dalam pembelajaran bahasa asing yang tidak selalu mungkin terjadi selama mengalamai bahasan tertentu. Lebih jauh lagi, menegaskan pendapat Richard-Amato (1988:147) dalam Agus Suganda, Arif Hidayat, Indri Widyastuti, dan Euis Rini (2008: 5-6) mereka menambahkan bahwa permainan dapat dijadikan kegiatan ”ice breaking” pada kegiatan rutin pembelajaran di kelas, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkenalkan gagasan-gagasan baru. Mudahnya, suasana yang menyenangkan yang tercipta karena permainan, siswa dapat mengingat sesuatu lebih cepat dan lebih baik (Wierus and Wierus 1994 dalam jurnal Agus Suganda, Arif Hidayat, Indri Widyastuti, dan Euis Rini (2008: 5-6).
6. Prestasi Belajar Menurut W.S Winkel (1996: 149), prestasi belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam pengertian kognitif, pengalaman, ketrampilan, nilai, sikap, yang bersifat konstan. Menurut Bloom taksonomi hasil belajar terbagi menjadi 3 taksonomi atau klasifikasi yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. a.
Ranah kognitif Ranah/kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengenalan dan
pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Jenjang taksonomi pendidikan dalam kawasan kognitif yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan evaluasi. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Ranah afektif Ranah/kawasan afektif berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta
pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan afektif terbagi menjadi 5 jenjang yaitu penerimaan (receiving), pemberian respon (responding), pemberian nilai atau penghargaan (valuing), pengorganisasian (organizing) dan karakterisasi (characterization). c.
Ranah psikomotor Ranah/kawasan psikomotor berkenaan dengan otot, keterampilan
motorik, atau gerak yang membutuhkan koordinasi otot (neomuscular coordination). Kawasan psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian dan naturalisasi. Prestasi belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi belajar atau penilain hasil belajar. Dari hasil penilaian hasil belajar tersebut dapat diperoleh informasi sehingga guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan, ketepatan atau keefektifan metode mengajar, mengetahui kedudukan siswa di kelas atau kelompoknya. Jadi prestasi belajar memiliki peranan penting. Prestasi belajar dapat dijadikan umpan balik (feed back)
terhadap proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern siswa misalnya intelegensi, sikap, bakat, keingintahuan, dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern misalnya metode pembelajaran, materi pelajaran, fasilitas yang ada, kondisi lingkungan, dan lain-lain. Dari uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang berupa perubahan tingkah laku yang diperoleh dari proses belajar mengajar yang dapat diketahui dengan mengadakan penilaian belajar. Dan dalam penelitian ini prestasi belajar yang diamati yaitu dari segi kognitif dan afektif saja. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Struktur Atom a. Perkembangan Atom Atom merupakan bagian yang sangat kecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat unsur itu. Pada jaman dahulu tidak ada satupun alat yang mampu untuk melihat bentuk dan susunan atom. Adapun model atom hanya merupakan rekaan para ahli sebagai kesimpulan atas data eksperimen yang dilakukan dan untuk menjelaskan keadaan suatu atom yang sebenarnya. Pandangan tentang atom oleh para ahli adalah: 1) Model Atom Dalton
Gambar 3. John Dalton dan Model Atomnya Pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, dalam mempelajari reaksi kimia secara kuantitatif ditemukan sejumlah hukum yang dikenal sebagai hukum – hukum persenyawaan kimia atau hukum – hukum pokok reaksi kimia. Hukum – hukum ini termasuk Hukum Kekekalan Massa, Hukum Perbandingan Tetap, dan Hukum Kelipatan Perbandingan. Dalam usahanya untuk menerangkan hukum – hukum tersebut, pada permulaan abad ke-9 Dalton mengemukakan hipotesis bahwa zat tidak bersifat kontinu melainkan terdiri atas partikel – partikel kecil yang disebut atom. Atom – atom dari suatu unsur tertentu adalah identik (Hiskia Achmad dan M.S. Tupamalu, 1988: 1). John Dalton menggambarkan atom sebagai bola pejal (padat) yang sangat kecil. Bola pejal ini seperti bola pejal pada olah raga tolak peluru tetapi ukurannya sangat kecil. Model atom ini tidak bisa menerangkan bagaimana suatu larutan commit to user dapat menghantarkan listrik, padahal listrik merupakan elektron yang bergerak.
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teori atom Dalton dikemukakan berdasarkan dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut: 1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi. 2. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda. 3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen. 4. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Teori atom Dalton dikembangkan selama periode 1803-1808 dan didasarkan atas tiga asumsi pokok, yaitu: a. Setiap unsur kimia tersusun oleh partikel-partikel kecil yang tidak dapat dihancurkan dan dipisahkan yang disebut atom. Selama mengalami perubahan kimia, atom tidak bisa diciptakan dan dimusnahkan. b. Semua atom dari suatu unsur mempunyai massa dan sifat yang sama, tetapi atom-atom dari suatu unsur berbeda dengan atom-atom dari unsur yang lain, baik massa maupun sifat-sifatnya yang berlainan. c. Dalam senyawa kimiawi, atom-atom dari unsur yang berlainan melakukan ikatan dengan perbandingan angka sederhana. (Budi Utami, dkk, 2009: 4) Namun demikian. Teori tersebut juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya: a. Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur yang lain. b. Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi. c. Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelemahan-kelemahan
seperti
yang
dikemukakan
di
atas
dapat
terpecahkan setelah percobaan-percobaan lebih lanjut yang dilakukan para ahli menunjukan bahwa atom bukanlah sesuatu yang tidak dapat terbagi, melainkan terdiri atas berbagai jenis partikel sub atom. Tiga diantaranya adalah proton, elektron dan neutron. Tabel 1. Sifat-sifat Partikel Sub Atom Massa Partikel
Lambang Gram
sma
Muatan
Penemu
Proton
p
1,6726231 x 10-24
1
+1
Goldstein/Rutherford
Elektron
n
9,1093897 x 10-28
1/1840
-1
J.J. Thomson
Neutron
e
1,672492716 x 10-24
1
netral
J. chadwick
(Michael Purba, 2006: 21)
2) Model Atom J.J. Thomson
Gambar 4. J.J. Thomson dan Model Atomnya Thomson adalah orang pertama yang berusaha membayangkan bentuk atom ditinjau dari sudut kelistrikannya pada tahun 1904. Menurut Thomson bentuk atom menyerupai agar – agar yang tersusun dari muatan listrik positif dan negatif. Muatan positif menyebar secara merata dalam bulatan yang merupakan commit to user atom dan elektron (muatan negatif) terdapat didalamnya. Model atom Thomson
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat diumpamakan sebagai roti kismis dengan roti sebagai muatan positif dan kismis sebagai muatan negatif. Suatu bola pejal yang permukaannya dikelilingi elektron dan partikel lain yang bermuatan positif sehingga atom bersifat netral (Hiskia Achmad dan M.S. Tupamalu, 1988: 15). Dari teori yang disampaikan oleh Thomson dapat diketahui bahwa atom bukanlah bagian terkecil dari suatu materi. Sebab, atom masih tersusun oleh partikel positif dan negatif. Setelah J.J. Thomson menemukan bahwa di dalam atom terdapat elektron, maka Thomson membuat model atom sebagai berikut: 1. atom merupakan suatu materi berbentuk bola pejal bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron-elektron (model roti kismis); 2. atom bersifat netral, jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negatif. Model atom Thomson tidak bertahan lama. Hal indisebabkan karena model atom Thomson tidak dapat menjelaskan adanya inti atom.
3) Model Atom Rutherford
Gambar 5. Rutherford dan Model Atomnya Pada tahun 1911, Ernest Rutherford (1871-1937) melakukan pengujian terhadap model atom Thomson dengan menggunakan hamburan sinar alfa yang ditembakkan pada lapisan logam emas tipis. Menurut Rutherford, jika model atom Thomson benar, seluruh sinar alfa akan diteruskan tanpa ada yang dibelokkan. Pada kenyataannya, sinar alfa ada yang dibelokkan bahkan ada juga yang dipantulkan membentuk sudut antara 90–180. Rutherford menyatakan bahwa commit to user muatan positif suatu atom tidak tersebar merata di seluruh atom, melainkan
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkumpul pada pusat atom. Pusat tempat berkumpulnya muatan positif dikenal sebagai inti atom. Elektron (bermuatan negatif) bergerak mengelilingi inti atom, seperti beredarnya planet mengelilingi matahari (Khamidinal, dkk, 2009: 3). Beberapa tahun kemudian yaitu tahun 1911, Ernest Rutherford mengungkapkan teori atom modern yang dikenal sebagai model atom Rutherford. a. Atom tersusun dari: 1. Inti atom yang bermuatan positif. 2. Elektron-elektron yang bermuatan negatif dan mengelilingi inti. b. Semua proton terkumpul dalam inti atom, dan menyebabkan inti atom bermuatan positif. c. Sebagian besar volum atom merupakan ruang kosong. Hampir semua massa atom terpusat pada inti atom yang sangat kecil. Jari-jari atom sekitar 10–10 m, sedangkan jari-jari inti atom sekitar 10–15 m. (Budi Utami, dkk, 2009: 6)
4) Model Atom Neils Bohr
Gambar 6. Neils Bohr dan Model Atomnya Suatu kemajuan dari teori Rutherford adalah ditemukannya inti atom. Meskipun demikian, teori atom Rutherford masih memiliki kelemahan. Menurut teori fisika klasik, jika suatu partikel bermuatan bergerak mengelilingi partikel lain dengan muatan berlawanan, maka semakin lama partikel itu akan jatuh ke pusatnya. Padahal, elektron tersebut tidak pernah tertarik ke inti atom. Seorang to user melakukan percobaan dengan fisikawan Denmark, Niels Bohrcommit (1885-1962)
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengamati spektrum atom menggunakan unsur hidrogen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spektrum hidrogen merupakan garis-garis yang terpisah menurut aturan tertentu. Garis-garis terpisah itu merupakan lintasan elektron dengan tingkat energi tertentu. Berdasarkan hasil pengamatannya, Bohr menyusun teori atom sebagai berikut: a. Atom terdiri atas inti atom bermuatan positif dan elektron bermuatan negatif yang bergerak mengelilingi inti atom. b. Elektron bergerak mengelilingi inti atom pada jarak tertentu yang disebut lintasan elektron. c. Selama bergerak mengelilingi inti atom, elektron tidak memancarkan maupun menyerap energi. d. Elektron dapat berpindah ke lintasan yang lebih tinggi dengan menyerap energi dan dapat pula berpindah ke lintasan yang lebih rendah dengan memancarkan energi. (Khamidinal, dkk, 2009: 4) Model atom Bohr dapat dianalogkan seperti sebuah tata surya mini. Pada tata surya, planet-planet beredar mengelilingi matahari. Pada atom, elektron – elektron beredar mengelilingi atom, hanya bedanya pada sistem tata surya, setiap lintasan (orbit) hanya ditempati 1 planet, sedangkan pada atom setiap lintasan (kulit) dapat ditempati lebih dari 1 elektron (Budi Utami, dkk, 2009: 7).
5) Model Atom Mekanika Gelombang
Gambar 7. Model Atom Mekanika gelombang Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger seorang ilmuwan dari Austria mengemukakan teori atom yang disebut teori atom mekanika kuantum atau commit to user mekanika gelombang. Menurut teori atom mekanika kuantum, meski elektron
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
mempunyai tingkat energi tertentu, posisinya tidak dapat dipastikan. Yang dapat dikatakan tentang posisi elektron adalah peluang untuk menemukannya disetiap titik disekitar inti atom. Daerah dengan peluang terbesar untuk menemukan elektron tersebut disebut orbital. Struktur atom menurut teori atom mekanika kuantum mempunyai kesamaam dengan teori atom Neils Bohr dalam hal tingkat-tingkat energi dalam atom. Keduanya menyatakan bahwa elektron dalam atom berada pada tingkattingkat tertentu. Bedanya adalah dalam hal posisi elektron dalam atom tersebut. menurut Bohr, posisi elektron dipastikan yaitu berada pada orbit berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu. Dalam teori atom mekanika kuantum posisi elektron tidak pasti yang dapat dikatakan hanya peluang untuk menemukannya, yaitu dalam orbital. Perhatikan bahwa Bohr menggunakan istilah orbit, sedangkan mekanika kuantum menggunakan orbital. Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada ganbar berikut ini. Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau hamper sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit. Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi orbitalnya belum tentu sama. a) Ciri Khas Model Atom Mekanika Gelombang 1) Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi dari kebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom). 2) Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan commit to user kuantum tersebut).
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi boleh jadi merupakan peluang terbesar b) Kelemahan Model Atom Modern Persamaan gelombang Schrodinger hanya dapat diterapkan secara eksak untuk partikel dalam kotak dan atom dengan elektron tunggal. (Michael Purba, 2006: 30-31) b. Partikel Penyusun Atom 1. Elektron
Gambar 8. Tabung Sinar Katoda Pada tahun 1834, Faraday menemukan bahwa materi dan listrik dalah ekivalen. Penemuan elektron dimulai dengan pembuatan tabung sinar katoda oleh J. Plucker dan dipelajari lebih lanjut oleh W. Crookes dan J.J. Thomson. Dibuktikan bahwa sinar yang kehijau – hijauan itu dipancarkan dari katoda. Sinar ini disebut sinar katoda. Setelah diteliti secara mendalam dapat dilihat sifat – sifat berikut : a) Sinar itu berasal dari katoda dan menurut garis lurus b) Sinar katoda bermuatan negatif. Hal ini dibuktikan dari fakta bahwa sinar ini tertarik oleh pelat bermuatan positif dan dibelokkan oleh medan magnet c) Sinar katoda memiliki momentum oleh karena itu mempunyai massa, hingga dapat menggerakkan baling – baling yang terdapat di dalam tabung commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Sifat – sifat diatas tidak bergantung pada bahan yang digunakan untuk membuat katoda, sisa gas yang terdapat dalam tabung maupun kawat penghubung katoda dan bahan alat penghasil arus (Hiskia Achmad dan M.S. Tupamalu, 1988: 2) 2. Proton Pada keadaan dasar, suatu atom tidak bermuatan (netral). Tetapi, setelah diketahui bahwa partikel dasar penyusun atom adalah elektron yang bermuatan negatif, hal ini menimbulkan dugaan bahwa partikel dasar penyusun atom juga mengandung muatan positif. Seorang ahli fisika dari Jerman, Eugene Goldstein melakukan eksperimen menggunakan tabung hampa bermuatan listrik dengan menggunakan lempeng katoda yang berlubang. Dari percobaan ini diketahui adanya sinar yang bergerak berlawanan arah dengan sinar katoda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sinar tersebut merupakan partikel bermuatan positif yang disebut sinar anoda. (Khamidinal, dkk, 2009: 4)
Gambar 9. Tabung Sinar Terusan Partikel sinar terusan ternyata bergantung pada jenis gas dalam tabung. Partikel terusan terkecil diperoleh dari gas hidrogen. Jika gas dalam tabung diganti, ternyata dihasilkan partikel sinar terusan dengan ukuran yang berbeda. Partikel sinar terusan ini kemudian disebut proton. Massa 1 proton = 1,6726486 x 10-24 garam = 1 sma Muatan 1 proton = +1 = +1,6 x 10-19 C Muatan maupun massa partikel sinar terusan dari gas lain selalu merupakan kelipatan bulat dari massa dan muatan proton sehingga diduga bahwa partikel itu commit to user terdiri atas proton-proton.
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemudian pada tahun 1919, ruthrford menemukan proton terbentuk ketika alfa ditembakan pada inti atom nitrogen. Hal serupa juga terjadi pada penembakan inti atom lain. Hal ini membuktikan bahwa inti atom terdiri atas proton sebagaimana diduga oleh Goldstein (Michael Purba, 2006: 32). 3. Neutron Setelah para ilmuwan mempercayai adanya elektron dan proton dalam atom, maka timbul masalah baru, yaitu jika hampir semua massa atom terhimpun pada inti (sebab massa elektron sangat kecil dan dapat diabaikan), ternyata jumlah proton dalam inti belum mencukupi untuk sesuai dengan massa atom. Jadi, dalam inti pasti ada partikel lain yang menemani proton-proton. Pada tahun 1932, James Chadwick (1891–1974) menemukan neutron-neutron, partikel inti yang tidak bermuatan. Massa sebutir neutron adalah 1,675 × 10–24 gram, hampir sama atau boleh dianggap sama dengan massa sebutir proton.Jadi sekarang diketahui dan dipercayai oleh para ilmuwan bahwa inti atom tersusun atas dua partikel, yaitu proton (partikel yang bermuatan positif) dan neutron (partikel yang tidak bermuatan). Proton dan neutron mempunyai nama umum, nukleon-nukleon, artinya partikel – partikel inti (Budi Utami, dkk, 2009: 15).
c. Susunan Atom Dengan penemuan struktur atom, perbedaan antar atom unsur dapat dijelaskan. Pebedaan tersebut terletak pada jumlah partikel dasar penyusun atom serta susunan partikel dasar tersebut. Pada bagian ini, kita akan melihat jumlah proton, elektron, dan neutron dalam atom serta cara menentukannya.
commit to user Gambar 10. Susunan Atom
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Nomor Atom Nomor atom menunjukkan jumlah muatan positif dalam inti atom (jumlah proton). Menurut Henry Moseley (1887–1915) jumlah muatan positif setiap unsur bersifat karakteristik, jadi unsur yang berbeda akan mempunyai nomor atom yang berbeda. Untuk jumlah muatan positif (nomor atom) diberi lambang Z. Jika atom bersifat netral, maka jumlah muatan positif (proton) dalam atom harus sama dengan jumlah muatan negatif (elektron). Jadi, nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron. Nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron (Ari Harnanto dan Ruminten, 2009: 8) 2. Nomor Massa Atom terdiri atas proton, neutron, dan elektron. Jadi, Massa atom = (massa p + massa n) + massa e Massa elektron jauh lebih kecil dari pada massa proton dan massa neutron, maka massa elektron dapat diabaikan. Dengan demikian: Massa atom = massa p + massa n Massa atom dinyatakan sebagai nomor massa dan diberi lambang A. Jadi: Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron (Ari Harnanto dan Ruminten, 2009: 9) 3. Notasi Susunan Atom Jumlah proton, elektron, dan neutron dalam suatu atom ditunjukan dengan lambang sebagai berikut:
A Z
X
X = lambang atom (=lambang unsur) Z = nomor atom = nomor proton (p) = jumlah elektron (e) A = nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron = p + n commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Oleh karena A = p + n, sedangkan p = Z, maka A = Z + n atau n = A – Z. jadi, jumlah neutron dalam suatu atom sama dengan selisih nomor massa dengan nomor atomnya. Jumlah neutron (n) = A - Z
4. Susunan Ion Susunan atom dapat kehilangan elektron atau mendapatkan elektron tambahan. Atom yang kehilangan elektron akan menjadi ion positif, sedangkan atom yang mendapat tambahan elektron akan menjadi ion negatif. a. Dalam atom netral Jumlah proton = jumlah elektron = nomor atom (Z) b. Dalam ion bemuatan positif Jumlah proton = nomor atom (Z) Jumlah elektron = nomor atom – muatan ion (Z – x) c. Dalam ion bermuatan negatif Jumlah proton = nomor atom (Z) Jumlah elektron = nomor atom + muatan ion (Z + x) (Michael Purba, 2006: 40) 5. Isotop, Isoton dan Isobar a. Isotop Isotop adalah unsur – unsur sejenis yang memiliki nomor atom sama tetapi massa atom berbeda. Perbedaan massa terjadi karena perbedaan jumlah neutron dalam atom. Contoh : Unsur hidrogen terdiri dari 3 jenis isotop, yaitu 11 H ; 12 H ; dan 13 H . Susunan ketiga isotop itu adalah sebagai berikut Tabel 2. Susunan isotop pada unsur hidrogen Isotop Jumlah Proton Jumlah Elektrom Jumlah Neutron 1 1
H
1
1
0
2 1
H
1
1
1
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3 1
H
Isotop
1 1 1
1
2
biasa disebut hidrogen, isotop
H
3 1
sedangkan isotop
2 1
H disebut deuterium,
H disebut tritium (hidrogen satu-satunya unsur yang
mempunyai nama khusus untuk isotop-isotopnya). Oleh karena isotop dari satu unsur mempunyai nomor atom sama, maka isotop itu dapat dibedakan hanya dengan menyatakan nomor masssanya. Jadi, isotop-isotop H dapat dinyatakan sebagai H-1, H-2, H-3. b. Isoton Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai jumlah neutron sama disebut isoton. Contoh : 136C dengan
14 7
N
c. Isobar Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai nomor massa sama disebut isobar. Contoh : 146C dengan 147 N ,
24 11
Na dengan
24 12
Mg
6. Satuan Massa Atom Pada bagian dahulu telah disebutkan bahwa penggunaan massa satuan atom (sma) untuk menyatakan massa partikel. Yang dimaksud dengan 1 sma adalah
1 12
dari masssa atom C-12. Dengan kata lain para ahli sepakat menetapkan
massa 1 atom C-12 adalah 12 sma. Massa 1 atom C-12 = 12 sma 1 sma =
1 12
dari massa 1 atom C-12
1 sma = 1,66 x 10-24 gram Tabel 3. Massa Beberapa Isotop (dalam sma) Isotop
Massa
Isotop
Massa
Isotop
Massa
H-1
1,00783
O-16
15,9949
Si-30
29,9738
H-2
2,02410
O-17
16,9991
Cl-35
34,9689
H-3
3,01605
O-18
17,9992
Cl-37
36,9659
C-12
12,00000
Si-28 27,9769 commit to user
Ar-38
37,9627
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C-13
13,00335
Si-29
28,9765
Ar-40
39,9624
(Michael Purba, 2006: 42) 7. Massa Atom Relatif Massa atom relatif adalah perbandingan massa antara atom yang satu terhadap atom yang lainnya. Massa pembanding yang telah disepakati adalah
1 12
dari massa 1 atom C-12. Oleh karena umumnya unsur terdiri dari beberapa isotop, maka pada penetapan massa atom relatif degunakan massa rata-rata dari isotopisotopnya. Dengan demikian, massa atom relatif adalah perbandingan antara massa rata-rata dari 1 atom suatu unsur terhadap
1 12
massa 1 atom C-12.
Massa rata-rata 1 atom unsur X Ar unsur X =
Oleh karena
1 12
1 12
massa 1 atom C-12
massa 1 atom C-12 sama dengan 1 sma, maka definisi diatas dapat
ditulis sebagai berikut: Ar unsur X =
Massa rata-rata 1 atom unsur X 1 sma
Sehingga diperoleh: Massa rata-rata 1 atom unsur X = Ar unsur X x 1 sma (Michael Purba, 2006: 42) 8. Konfigurasi Elektron Model atom Rutherford mempunyai suatu kelemahan. Tatkala elektron – elektron mengelilingi inti atom, mereka mengalami percepatan terus menerus sehingga elektron harus membebaskan energi. Lama kelamaan energi yang dimiliki oleh elektron makin berkurang dan elektron akan tertarik makin dekat kea rah inti, sehingga akhirnya jatuh ke dalam inti. Kenyataannya, elektron dalam atom tidak pernah jatuh ke inti. Jadi, model atom Rutherford harus disempurnakan, commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada
tahun
1913,
Niels
Hendrik
David
Bohr
dari
Denmark
menyempurnakan model atom Rutherford. Hasilnya dikenal sebagai Model Atom Rutherford-Bohr, yang dapat diterangkan sebagai berikut : 1. Elektron – elektron dalam atom hanya dapat menempati lintasan – lintasan tertentu yang disebu kuli – kulit atau tingkat – tingkat energi, yaitu lintasan dimana elektron berada pada keadaan stasioner, artinya tidak memancarkan energi 2. Kedudukan elektron dalam kulit – kulit dapat disamakan dengan kedudukan seseorang pada anak – anak tangga. Seseorang hanya dapat berada pada anak tangga pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, tetapi ia tidak mungkin berada di antara anak – anak tangga tersebut. Untuk mudahnya, suatu atom dapat diibaratkan sebagai suatu tata surya mini. Pada tata surya, planet – planet beredar mengelilingi matahari. Pada atom, elektron – elektron beredar mengelilingi inti atom. Perbedaannya adalah pada tatasurya setiap lintasan (orbit) hanya ditempati satu planet, sedangkan pada atom setiap lintasan (kulit) dapat ditempati lebih dari satu elektron. Susunan elektron pada masing – masing kulit disebut konfigurasi elektron. Dalam menuliskan konfigurasi elektron, data yang pertama sekali diperlukan adalah nomor atom suatu unsure yang menyatakan jumlah elektron dari atom unsure tersebut. Ada beberapa patokan yang harus diingat, yaitu : a. Dimulai dari lintasan yang terdekat dengan inti, masing – masing lintasan disebut kulit ke-1 (kulit K), kulit ke-2 (kulit L), kulit ke-3 (kulit M) dan seterusnya b. Jumlah elektron kulit maksimum (paling banyak) yang dapat menempati masing – masing kulit adalah 2n2 Dengan n = nomor kulit Kulit K dapat menampung maksimum 2 elektron Kulit L dapat menampung maksimum 8 elektron Kulit M dapat menampung maksimum 18 elektron, dan seterusnya c. Kulit yang paling luar hanya boleh mengandung maksimum 2 elektron commit to user (Irfan Anshory, 2000: 87-88)
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. Elektron Valensi Elektron valensi adalah elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kimia. Untuk unsur-unsur golongan utama, elektron valensinya adalah yang terdapat pada kulit terluar (Michael Purba, 2006: 50).
B. Penelitian Yang Relevan Studi yang dilakukan Dwikoranto, (2009: 1) yang berjudul “Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pelajaran Fisika” menyimpulkan bahwa 1) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dinilai sangat baik oleh pengamat, dengan nilai sebesar 81,37 2) Aktivitas guru selama proses pembelajaran telah sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) 3) Aktivitas siswa di kelas mencerminkan pembelajaran berpusat pada siswa, dan 4) Hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebesar 88,6 dan 5 respon siswa positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games
Tournament (TGT) (JPMS (Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains), Vol 14, No 1 (2009)). Penelitian yang dilakukan Nopiyanti, Dedi Rohendi, dan Heri Sutarno (2010: 1-4) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi” menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) berbasis multimedia lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional berbasis multimedia (Pendidikan Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) (cs.upi.edu) 2010). Penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan kemampuan bicara siswa dalam bahasa Inggris melalui permainan snake and ladder di kelas VII-A SMP Negeri 1 Cimahi” oleh Agus Suganda, Arif Hidayat, Indri Widyastuti, dan Euis to user Rini (2008: 5-6) telah melakukancommit penelitian penggunaan permainan ular tangga
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam meningkatkan kemampuan bicara pada mata pelajaran bahasa Inggris. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan permainan ular tangga dapat meningkatkan kemampuan bicara siswa dimana peningkatan durasi rata-rata 8 menit (Konsultan SMPN 1 Cimahi, Dosen Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung). Penelitian yang berjudul “Educational Games in Higher Education: a case study in teaching recursive algorithms” Eleni Rossiou and Spyros Papadakis, University of Macedonia and The Hellenic Open University menyebutkan bahwa ular tangga merupakan salah satu contoh permainan pendidikan. Selain itu juga penelitian lain yang dilakukan oleh Rita Kumar and Robin Lightner (2007: 53-63) yang berjudul “Games as an Interactive Classroom Technique: Perceptions of Corporate Trainers, College Instructors and Students”. (International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 2007, Volume 19, Number 1, 53-63) Penelitian lain yang juga mendukung adalah penelitian oleh Petros Lalos, Fotis Lazarinis, Dimitris Kanellopoulos dalam jurnal yang berjudul “e-SNAKES and LADDERS: A hypermedia educational environment for portable devices”. Dalam jurnal penelitian oleh Micheal M. van Wyk (2011: 183-193) yang berjudul “The Effects of Teams-Games-Tournaments on Achievement, Retention, and Attitudes of Economics Education Students” disebutkan bahwa metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih efektif digunakan daripada metode ceramah. C. Kerangka Berpikir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan pengembangan kurikulum 2004/ Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dimana dalam kurikulum ini siswa dituntut aktif dalam pembelajaran (student center) sedangkan guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan mediator. Sehingga penerapan kurikulum ini memungkinkan proses pembelajaran tergolong kurang diminati oleh siswa khususnya pada pembelajaran kimia. Struktur Atom adalah salah satu pelajaran kimia di SMA yang menuntut adanya pemahaman konsep dan perhitungan. Oleh karena itu diperlukan penguasaan konsep dasar yang kuat dan commit to user juga diperlukan banyak latihan soal untuk memecahkan masalah serta menguji
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Agar pembelajaran khususnya materi pokok Struktur Atom berhasil guru harus membimbing siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya. Berdasarkan teori Ausubel maka proses pembelajaran Struktur Atom dilakukan dengan pemahaman konsep dan proses pemecahan masalah. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran Struktur Atom terletak pada kemampuan siswa dalam mengambil peran pada kelompokknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran maka guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran kimia yang berlangsung di SMA Negeri 1 Karanganom selama ini seringkali masih menggunakan pembelajaran secara konvensional yaitu ceramah meskipun sudah dilengkapi media powerpoint sehingga siswa masih menjadi objek dalam proses belajar mengajar. Hal ini berlotak belakang dengan teori belajar Piaget. Menurut teori Piaget pengetahuan siswa itu dibentuk oleh siswa itu sendiri. Jadi pengetahuan siswa itu merupakan akibat dari konstruksi kognitif yang berupa skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan melalui kegiatan yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Oleh karena itu proses pembelajaran harus melibatkan partisipasi peserta didik sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik. Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar serta membuat siswa menjadi aktif dan partisipatif dalam proses pembelajaran. Dalam teori Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas sedangkan aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerja sama antara pelajar lainnya di bawah bimbingan guru. Dengan pembelajaran kooperatif inilah maka kemampuan to userhal tersebut maka perlu dilakukan kognitif dan afektif dapat tercapai.commit Berdasarkan
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian lebih lanjut menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini, pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga. Dengan penerapan metode ini diharapkan siswa saling bekerja sama antar sesama anggota kelompok satu tim sebagai persiapan menghadapi turnamen yang dipersiapkan antar kelompok dengan pola permainan yang dirancang oleh guru sehingga siswa dapat saling bersaing secara sehat dan dapat memperkecil perbedaan proses pemahaman materi pelajaran dalam diri siswa.
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir maka dapat dikemukakan perumusan hipotesis sebagai berikut : “ Pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi dilengkapi permainan ular tangga efektif diterapkan pada materi pokok struktur atom kelas X semester I SMA N 1 Karanganom Tahun Ajaran 2011/2012”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di kelas X Semester I SMA N 1 Karanganom untuk tahun pelajaran 2011/2012. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan tahap-tahap seperti berikut: a. Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal, permohonan ijin survey, dan konsultasi instrument penelitian pada pembimbing. Waktu pelaksanaan dari bulan Februari sampai Juni 2011. b. Tahap penelitian Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang dilaksanakan dilapangan yang meliputi uji instrument dan penelitian. Waktu pelaksanaan bulan Juni – September 2011. c. Tahap penyelesaian Tahap penyelesaian ini meliputi penyusunan laporan yang akan dilaksanakan bulan Oktober 2011 – Januari 2012.
B. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen dengan desain “Randomized Control Group Pretest Postest Design”. Adapun bagan desain penelitian di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Desain Penelitian Kelompok
Pretest
Perlakuan
Posttest
Eksperimen (E)
T1
X
T2
Kontrol (K)
T1
-
T2
commit to user 41
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan: E
: kelompok eksperimen
K
: kelompok kontrol
X
: pembelajaran dengan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga
Y
: pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan di SMA N 1 Karanganom yaitu metode ceramah dilengkapi media powerpoint
T1
: tes awal
T2
: tes akhir 1. Variabel penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permaianan ular tangga dan pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru SMA N 1 Karanganom dengan metode ceramah. b. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa (kognitif dan afektif) pada materi struktur atom.
2. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitiandilakukan secara bertahap dengan urutan sebagai berikut: 1. Memberikan pretest T1 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata ketrampilan kognitif sebelum objek diberi perlakuan 2. Memberikan perlakuan X berupa pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga. 3. Memberikan postest T2 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata ketrampilan kognitif setelah objek diberi perlakuan X commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Menentukan selisih nilai T1 dan T2 pada kelompok eksperimen untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-postest (z1) 5. Menentukan selisih nilai T1 dan T2 pada kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-postest (z2) 6. Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan, yaitu dengan uji-t pihak kanan. C. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester I SMA N 1 Karanganom tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 9 kelas 2. Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak dan semua mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Sehingga dalam penelitian ini menetapkan dua kelas X semester ganjil secara acak sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Teknik Pengambilan Data Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis. Pengumpulan data diperoleh dengan memberikan nilai pretes sebelum perlakuan dan postes setelah perlakuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar akibat perlakuan yang diberikan. Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa nilai kognitif siswa pada dengan menggunakan tes objektif dan nilai afektif pada materi pokok struktur atom.
E. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini menggunakan dua instrument yaitu penilaian kognitif dan afektif. commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Instrumen Penilaian Kognitif Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba soal ditunjukan untuk mengetahui tentang taraf kesukaran, taraf pembeda item soal, validitas dan reliabilitas dari suatu soal. a. Taraf Kesukaran Suatu Item Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu item. B
IK =
N x Skor maksimal
Keterangan : IK
: Indeks kesukaran
B
: Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N
: Kelompok siswa
skor maksimal
: Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawabab benar dari suatu item
N x skor maksimal : Jumlah jawaban yang benar yang harus diperoleh dari suatu item Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut : 0,81 ─ 1,00
: Mudah Sekali (MS)
0,61 ─ 0,80
: Mudah (Md)
0,41 ─ 0,60
: Sedang/Cukup (Sd-C)
0,21 ─ 0,40
: Sukar (Sk)
0,00 ─ 0,20
: Sukar Sekali (SS) (Masidjo, 2010: 189-192) commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen Try Out Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Soal-soal materi pokok Struktur Atom
35 soal
Kriteria Sukar
Sedang
Mudah
2
4
29
b. Taraf Pembeda Suatu Item Taraf pembeda soal adalah taraf sampai di mana jumlah jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (pandai=upper group) berbeda dengan siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah (bodoh=lower group) untuk suatu item (Masidjo, 2010: 196). Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID).
Keterangan : ID
: indeks diskriminasi
KA
: jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok atas
KB
: jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok
bawah NKA atau NKB
: jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah
NKA atau NKB x Skor maksimal : perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh. Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,0
-
0,2
: jelek (J)
0,21
-
0,4
: cukup (C)
0,41
-
0,7
: baik (B)
0,71
-
1,0
: baik sekali (BS) commit to user
(Masidjo,2010: 196-201)
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal Instrumen Try Out Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Soal-soal materi pokok Struktur Atom
35 soal
Kriteria BS
B
C
J
2
15
12
6
c. Validitas Instrumen Penelitian Suatu alat ukur dikatakan valid bilamana alat ukur tersebut isinya sesuai untuk mengukur objek yang seharusnya diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas butir soal. Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal. Dalam penelitian ini bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus product moment sebagai berikut :
rxy
N XY - X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan : rxy
: koefisien validitas
X
: hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y
: kriteria yang dipakai (Masidjo, 2010: 246) Koefisien korelasi biserial (rxy) menunjukkan validitas item dari suatu butir
soal yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%. Item dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rtabel. Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal Instrumen Try Out Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Soal-soal materi pokok Struktur Atom
35 soal
commit to user
Kriteria Valid Tidak Valid 30 5
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Reliabilitas Instrumen Penelitian Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Untuk menghitung koefisien realibilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus KR 20 yaitu sebagai berikut : 2 n S t pq rtt 2 n - 1 St
Keterangan : rtt
: Koefisien reliabilitas
n
: Jumlah
S
: Deviasi standar
p
: Indeks kesukaran
q
: (q=1–p)
∑ pq
: Jumlah hasil perkalian antara p dan q (Masidjo, 2010: 233)
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R) (Masidjo, 2010: 209)
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Try Out Kognitif Variabel Soal-soal materi pokok Struktur Atom
Jumlah Soal 35 soal
Reliabilitas 0,8357
Kriteria Tinggi
2. Instrument Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Siswa memberikan jawaban yaitu dengan commit to user memilih salah satu jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Adapun acuan penilaian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9 : Tabel 9. Skor Penilaian Afektif Skor untuk aspek
Nilai untuk item mengarah
Nilai untuk item mengarah
yang dinilai
jawaban positif
jawaban negatif
4
1
3
2
2
3
1
4
Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) Keterangan: Jumlah nilai ≥72
sangat baik (A)
Jumlah nilai 54 – 71 baik (B) Jumlah nilai 36 – 53 cukup (C) Jumlah nilai < 35
kurang (D)
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. a. Uji Validitas Validitas isi adalah kecocokan di antara isi alat ukur (tes) dengan isi sasaran ukur. Artinya alat ukur yang mempunyai validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam kurikulum. Oleh karena fungsinya adalah melihat kecocokan, maka perlu orang-orang yang ahli di bidangnya yang kita tunjuk sebagai panelis untuk memeriksa instrumen kita. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung indeks korelasi antara X dan Y yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut: rxy
N XY - X Y
N X
2
X
2
N Y
2
Y
2
Keterangan : rxy
: Koefisien validitas
X
: Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y
: Kriteria yang dipakai (Masidjo, 2010: 243)
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal Instrumen Try Out Afektif Variabel
Jumlah Soal
Angket Afektif
30 soal
Kriteria Valid Tidak Valid 25 5
b. Uji Reliabilitas Realibilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang sama. Untuk mengetahui tingkat realibilitas suatu butir soal yang menghendaki gradualisasi penilaian digunakan penilaian rumus alpha (digunakan untuk mencari realibilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut : 2 n Si rtt 1 S t2 n 1
Keterangan : rtt
: Realibilitas instrumen
n
: Jumlah item
ΣSi2
: Jumlah kuadrat S masing-masing
St2
: Kuadrat dari S total keseluruhan item
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
Negatif ─ 0,20
: Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 2010: 209 dan 238) Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Try Out Afektif Variabel Angket Afektif
Jumlah Soal 30 soal
Reliabilitas 0,90567
Kriteria Sangat Tinggi
F. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t pihak kanan. Oleh karena itu, perlu diuji persyaratan analisisnya, yaitu uji normalitas, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi yang normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Liliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan metode Liliefors adalah sebagai berikut : 1) Menentukan Hipotesis H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Tingkat Signifikasi : α = 0,05 3) Statistik Uji L0 = Maks | F(Zi)-S(Zi) | ; 1,2,3 Keterangan : F(Zi)
: Peluang Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi {P( Zn ≤ Zi )}
S(Zi)
: Proporsi cacah Zn lebih kecil terhadap seluruh Zi
Zi
: Skor standar
Lo
: Koefisien liliefors pengamatan
Zi
:
X
: Nilai rata-rata
Xi X S
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
S
: Standar deviasi
4) Daerah Kritis DK = {L| L>Lα;n} dengan n adalah ukuran sampel. 5) Keputusan Uji H0 ditolak jika L DK atau H0 diterima jika L DK (Budiyono, 2009: 170) b. Uji Homogenitas Untuk penggunaan statistik uji tertentu (misalnya analisis variansi) dipersyaratkan agar populasi-populasi
yang diperbandingkan mempunyai
variansi-variansi yang sama. Populasi-populasi yang mempunyai variansi yang sama disebut populasi-populasi yang homogen. Uji untuk menguji apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak disebut uji homogenitas populasi (Budiyono, 2009: 174). Salah satu uji homogenitas untuk populasi adalah uji Bartlet dengan rumus sebagai berikut : 1) Menentukan Hipotesis H0 = Sampel berasal dari variasi yang sama (Homogen) H1 = Sampel berasal dari variasi yang tidak sama (sampel tidak homogen) 2) Taraf Signifikasi : α = 0,05 3) Statistik Uji X2
2,3026 f log RKG - n i 1 log S 2 i c
Dengan : X 2 X 2(k-1) k = banyaknya populasi = banyaknya sampel N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j fj = nj – 1 = derajat kebebasan untuk sj2; j = 1, 2, …, k; f=N–k=
1
f
j
= derajat kebebasan untuk RKG
fj
c=1+
1 1 1 3(k 1) f j f commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RKG = rerata kuadrat galat =
SS f
j
j
SSj =
X
2 j
( X j ) 2 nj
4) Daerah Kritik
DK X 2 X 2 X12- ;k -1
= (nj-1) s 2j
5) Keputusan Uji H0 ditolak jika X 2 DK atau H0 diterima jika X 2 DK (Budiyono, 2009: 176) 2. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis penelitian maka data yang diperoleh dalam penelitian akan diolah dengan menguji selisih nilai pretest dan postest dari prestasi belajar kognitif dan prestasi belajar afektif. Uji yang digunakan adalah Uji t pihak kanan. 1) Menentukan Hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 (Nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas kontrol) H1 : µ1 > µ2 (Nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas kontrol) 2) Taraf Signifikasi : α = 0,05 3) Statistik Uji;
X1 X 2
t S
1 1 n1 n2
Keterangan : Sj2
= standar deviasi sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol.
S12
= standar deviasi kelascommit eksperimen to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
S22
= standar deviasi kelas kontrol
n1
= banyaknya sampel pada kelas eksperimen
n2
= banyaknya sampel pada kelas kontrol
t
= nilai uji kesamaan
X1
= rata-rata nilai tes kelas eksperimen
X2
= rata-rata nilai tes kelas kontrol
4) Daerah Kritik DK = n1+n2 – 2 5) Keputusan Uji H0 diterima jika t hitung < t tabel H0 ditolak jika t hitung > t tabel (Sudjana, 2005: 239)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai prestasi belajar pada materi struktur atom. Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif yang telah memenuhi validitas, reliabilitas, taraf pembeda, dan taraf kesukaran soal dan aspek afektif yang telah memenuhi validitas dan reliabilitas soal. Data diperoleh dari kelas eksperimen sebanyak 40 siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga dan kelas kontrol sebanyak 40 siswa yang diajar sesuai dengan metode pembelajaran yang ada disekolah yaitu menggunakan metode ceramah. Rangkuman data rerata nilai prestasi belajar kognitif dan afektif dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rangkuman Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi Belajar Afektif Kelas
Rerata Nilai
Eksperimen
Kontrol
Pretest Prestasi Belajar Kognitif
42,00167
42,08417
Posttest Prestasi Belajar Kognitif
77,74833
71,58333
Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif
35,33917
29,08333
78,025
75,4875
Postest Prestasi Belajar Afektif
Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing – masing data, maka akan disajikan data hasil penelitian berikut ini : 1. Perbandingan Selisih Nilai (Pretest-Posttest) Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Data perbandingan selisih nilai pretest-posttest kognitif dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 13 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. commit to user 54
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Perbandingan Selisih Nilai (Pretest-Posttest) Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7
Kelas Interval 6.7 – 14.3 14.4 – 22.0 22.1 – 29.7 29.8 – 37.4 37.5 – 45.1 45.2 – 52.8 52.9 – 60.5 Jumlah
Nilai Tengah 10.5 18.2 25.9 33.6 41.3 49 56.45
Frekuensi Eksperimen Kontrol 0 3 5 7 6 10 15 11 6 6 5 1 3 2 40 40
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 13 dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Histogram Perbandingan Selisih Nilai (Pretest-Posttest) Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Perbandingan Selisih Nilai (Posttest) Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Data perbandingan selisih nilai posttest afektif dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 14 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Tabel 14. Distribusi Frekuensi Perbandingan Selisih Nilai (Posttest) Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7
Kelas Interval 65 – 69 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89 90 – 94 95 – 99 Jumlah
Nilai Tengah 67 72 77 82 87 92 97
Frekuensi Eksperimen Kontrol 5 6 5 8 15 18 8 5 6 3 1 0 0 0 40 40
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 15 dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Histogram Perbandingan Selisih Nilai (Posttest) Afektif Siswa Kelas Eksperimen commit dan Kontrol to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Sesuai dengan teknik analisis yang akan dipakai untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu : uji normalitas da uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Perhitungan uji normalitas pretest, posttest, dan selisih nilai (pretsestpostest) menggunakan uji Liliefors pada taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil uji normalitas aspek kognitif dan aspek afektif dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Kelas
Kategori
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Lmaks
Ltabel
Kesimpulan
Pretest Kognitif
0,1373
0,1401
Normal
Posttest Kognitif
0,1355
0,1401
Normal
Selisih Nilai Kognitif
0,1384
0,1401
Normal
Nilai Afektif
0,1331
0,1401
Normal
Pretest Kognitif
0,1387
0,1401
Normal
Posttest Kognitif
0,1375
0,1401
Normal
Selisih Nilai Kognitif
0,1374
0,1401
Normal
Nilai Afektif
0,1145
0,1401
Normal
Berdasarkan hasil di atas, maka untuk setiap kelas siswa diperoleh harga Lmaks yang lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Setelah
diketahui
tingkat
kenormalan
data,
maka
selanjutnya
dilakukan analisis atau uji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui
tingkat
kesamaan
varians
antara
dua
kelompok,
yakni
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas selisih nilai prestasi belajar kognitif menggunakan uji Barlett dengan taraf signifikansi 0,05 dapat dilihat pada Tabel 16. Perhitungan uji homogenitas selisih nilai kognitif secara lengkap pada Lampiran 19.commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Aspek Kognitif dan Aspek Afektif. No.
Jenis Tes
X2hitung
X2tabel
Kesimpulan
1
Pretest Kognitif
0,2996
3,84
Homogen
2
Posttest Kognitif
0,2456
3,84
Homogen
3
Selisih Nilai Kognitif
1,2938
3,84
Homogen
4
Nilai Afektif
0,0066
3,84
Homogen
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh harga statistik uji yang tidak melebihi harga kritik (X2hitung < X2tabel). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan pada selisih nilai prestasi belajar kognitif nilai dan afektif siswa. 1. Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai (Pretest-Postest) Kognitif Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi kognitif siswa materi pokok Struktur Atom pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 17. Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 20. Tabel 17. Hasil Uji -Pihak Kanan Selisih Nilai (Pretest-Postest) Kognitif Kelas Eksperimen dan Kontrol
thitung
ttabel
Kriteria
2,777
1,66
H0 ditolak
2. Uji t-Pihak Kanan Nilai Afektif Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi afektif siswa materi pokok Struktur Atom pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 18. Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 20. Tabel 18. Hasil Uji -Pihak Kanan Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kontrol
thitung 1,925to user commit
ttabel
Kriteria
1,66
H0 ditolak
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Situasi Kegiatan Belajar Mengajar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Struktur Atom. Efektivitas pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui hasil prestasi belajar siswa apabila prestasi belajar siswa kelas eksperimen (Teams Games Tournament (TGT)) dilengkapi permainan ular tangga lebih tinggi disbanding kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran yang biasa dipakai disekolah, dalam hal ini metode ceramah. Prestasi belajar dalam penelitian ini meliputi aspek kognitif dan aspek afektif. Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok struktur atom, siswa diberikan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang akan diikuti yaitu materi pokok struktur atom. Hasil tes ini dapat digunakan untuk memperkirakan pada bagian materi mana yang belum dikuasai dan yang sudah dikuasai. Guru dapat memperkirakan materi apa yang harus diajarkan lebih mendalam dan yang tidak, sehingga waktu pembelajaran akan lebih efektif. Langkah
selanjutnya
adalah
pembagian
kelompok
dengan
mempertimbangkan hasil nilai pretest dan kemudian memberi perlakuan menggunakan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan posttest untuk mengukur prestasi kognitif. Adanya pretest dan posttest ini dapat digunakan untuk mengetahui perubahan prestasi belajar kognitif setelah diterapkan metode commit to user dilengkapi permainan ular tangga pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan metode yang biasa digunakan disekolah. Sedangkan penilaian afektif diperoleh dari angket diperoleh dari hasil chek list melalui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Penggunaan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga akan mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima materi struktur atom yang cenderung hafalan dan berkaitan dengan pemahaman konsep karena siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran dimana siswa dapat belajar sambil bermain secara kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung. Siswa juga dapat menemukan konsep sendiri melalui pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga akan membuat proses belajar menjadi menarik dan suasana belajar menjadi menyenangkan. 2. Penilaian Kognitif Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-pihak kanan. Dari hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh harga thitung = 2,777 yang melampaui harga ttabel = 1,66 pada taraf signifikansi 5% maka untuk prestasi belajar kognitif H0 ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan belajar kognitif yang signifikan. Hasil pengujian kemampuan kognitif menunjukkan kemampuan kognitif siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga lebih tinggi daripada kemampuan kognitif siswa yang diberi metode pembelajaran yang biasa digunakan disekolah yaitu metode ceramah. Hal ini terlihat pada rata – rata nilai pretest untuk kelas ekskperimen 42,00167 dan rata – rata nilai posttestnya 77,74833 sedangkan untuk kelas kontrol rata – rata nila pretestnya 42,08417 dan rata – rata nilai posttestnya 71,58333. Kelas yang dipakai dalam penelitian ini adalah kelas XC dan XD SMA N 1 Karanganom Tahun Ajaran 2011/2012. Sebelum diberi perlakuan terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan uji t-matching untuk nilai Ujian Akhir Nasional SMP Tahun Ajaran 2010/2011. Kemudian kelas yang telah ditentukan melalui undian yaitu kelas XC diberi perlakuan menggunakan metode commit to user dilengkapi permainan ular tangga pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
dan XD diberi perlakuan menggunakan metode pembelajaran yang biasa dipakai disekolah yaitu metode ceramah. Pada awalnya siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga karena penyampaian materi diberikan hanya inti dari materi struktur atom, dimana selanjutnya siswa dapat mempelajari dan menemukan sendiri pengetahuan mereka melalui bahan ajar bersama kelompoknya. Dimana dalam tiap kelompok tersebut akan terjadi kerjasama antar siswa, sesama siswa akan saling membantu bila salah satu siswa dalam kelompok belum memahami materi struktur atom sehingga siswa akan siap bersaing dalam turnamen akademik. Pada turnamen akademik hari pertama suasana kelas agak ribut karena karena siswa keluar dari kelompoknya dan saling berebut untuk mencari meja turnamen yang sesuai dengan penempatan mereka. Pada akhir turnamen dilakukan perhitungan skor yang diperoleh siswa untuk menentukan sumbangan skor siswa bagi kelompoknya, yang pada akhirnya akan menentukan kelompok mana yang mendapatkan Reward yang dimaksudkan agar siswa lebih giat belajar. Pada aspek kognitif prestasi belajar pada pembelajaran materi pokok Struktur Atom kelas Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga lebih tinggi karena siswa mempunyai kesempatan secara individu untuk memahami, merefleksi, dan memecahkan masalah. Setelah itu siswa juga masih berkesempatan untuk melakukan diskusi dengan kelompoknya serta berdiskusi lagi dengan seluruh kelompok dalam kelas. Sehingga setiap siswa telah memiliki pemikiran secara individu dan tidak menggantungkan kelompoknya. Hal ini membuat siswa memiliki pemahaman yang lebih tinggi dan hasil prestasi kognitif yang lebih baik pula. Sedangkan pembelajaran dengan metode yang sesuai dengan yang diterapkan di sekolah yaitu metode ceramah siswa hanya memiliki kesempatan sedikit dalam memahami soal, yaitu saat diskusi informasi dengan guru tanpa ada kesempatan memecahkan soal secara individu. Hal ini menjadikan tingkat pemahaman siswa cenderung kurang dalam memecahkan suatu soal atau commit to user permasalahan. Dimana akan nampak kondisi kelas yang cenderung tidak produktif
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
karena peran guru sangat dominan. Materi yang disampaikan dengan metode ceramah akan membuat siswa bosan dan pasif karena siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan guru. Hanya sebagian kecil siswa yang berani bertanya ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal – hal yang belum dikuasai. Metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga sebagai contoh dari metode pembelajaran kooperatif yang mempunyai kebaikan dalam memupuk kerja sama dan interaksi antar siswa serta melatih kemampuan siswa untuk mengeluarkan pendapatnya ketika proses pembelajaran berlangsung. Kerja sama dan interaksi antar siswa dalam kelompok akan memotivasi siswa dalam belajar karena keberhasilan dari suatu kelompok tergantung pada anggotanya. Materi yang kurang dipahami oleh salah seorang anggota kelompok dapat ditanyakan kepada teman sekelompoknya sebelum ditanyakan kepada guru. Adanya sumbangan yang diberikan oleh seorang anggota kelompok kepada semua anggota kelompok dapat membuat mereka memahami materi dan belajar lebih baik. Metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga lebih menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam belajar. Dalam metode ini setiap individu akan tertantang untuk memiliki nilai terbaik sebab dalam metode ini terdapat suatu turnamen akademik yang akan mengasah kemampuan antar siswa dalam menangkap materi selama pembelajaran sehingga akan dapat menyumbangkan nilai bagi kelompoknya. Selain itu siswa dapat menyumbangkan ide atau gagasan pada saat diskusi untuk membantu teman sekelompoknya yang belum memahami materi pelajaran. Perbedaan prestasi belajar aspek kognitif menunjukan bahwa kelas eksperimen (metode TGT dilengkapi permainan ular tangga) memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (Ceramah). Hal ini sesuai dengan penelitaian Kamuran Tarim dan Fikri Akdeniz (2008) dalam jurnalnya yang berjudul “The Effects of Teams-Games-Tournaments on Achievement, Retention, and Attitudes of Economics Education Student” dimana hasil penelitiannya menunjukkan “The TGT technique is more effective than the lecture method with commit to user regard to economics student achievement and student retention of economics
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
content” yang berarti perbandingan antara keduanya menunjukkan bahwa metode Teams Games Tournament (TGT) lebih efektif bila dibandingkan dengan metode ceramah. Hai ini dapat disebabkan karena pembelajaran TGT memiliki keunggulan yaitu adanya pertandingan yang memotivasi kerja sama dalam kelompok. Dalam setiap diskusi masing – masing siswa bertanggung jawab dalam kelompoknya diantaranya membantu siswa yang kurang paham sehingga dalam pembelajaran ini sesama siswa dapat bertukar pendapat dan mengembangkan pengetahuannya dalam mempelajari materi struktur atom. Akan tetapi pada awalawal pertemuan ketika berdiskusi tidak semuanya benar-benar aktif dalam kelompok. Untuk itu setiap awal pertemuan dilakukan refleksi tentang kerja sama dalam kelompok pada pertemuan sebelumnya. Selain itu siswa yang aktif akan mendapatkan apresiasi dari guru dengan diberikan tambahan nilai tugas dan juga bagi siswa yang paling aktif akan mendapatkan reward. Dengan demikian akan memotivasi siswa untuk bertanggung jawab penuh dalam kelompoknya dan memancing setiap kelompok untuk berlomba-lomba menjadi kelompok yang terbaik. Dengan adanya kerja sama ini sangat membantu anggota kelompoknya, sebab siswa yang sudah paham akan senantiasa membantu siswa yang kurang paham untuk dapat memahami materi pokok struktur atom.
3. Penilaian Afektif Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-pihak kanan. Dari hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar afektif diperoleh harga thitung = 1,925 yang melampaui harga ttabel = 1,66 pada taraf signifikansi 5% maka untuk prestasi belajar afektif H0 ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar afektif yang signifikan. Hasil pengujian kemampuan afektif menunjukkan kemampuan afektif kelas eksperimen rata – rata nilainya 78,025 sedangkan untuk kelas kontrol rata – rata nilai afektifnya 75,4875. Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, nilai, konsep diri dan moral dari siswa. Setiap aspek dalam penilaian afektif siswa memiliki indikator masing-masing. Misalnya indikator sikap siswa to user tugas, interaksinya dengan guru, dapat dilihat dari, sikapnya dalamcommit mengerjakan
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cara belajar dan berdiskusi. Indikator minat siswa dapat diketahui dari usaha melengkapi catatan kimia, mencari literatur tentang pelajaran kimia, kesanggupan mengerjakan tugas dari guru, dan membuat catatan materi Struktur Atom. Indikator penilaian siswa dapat diketahui dari penilaian terhadap kemampuan guru dalam mengajar. Indikator konsep diri siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam belajar materi pokok Struktur Atom dan kemandirian mengerjakan tugas materi pokok Struktur Atom. Sedangkan indikator moral siswa dapat dilihat dari kejujuran dan kepedulian siswa terhadap teman-temannya. Seorang siswa akan sulit mencapai keberhasilan studi yang optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, dalam hal ini adalah pelajaran kimia. Dari sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan pada aspek pembelajaran lain, yaitu kognitif. Bila siswa memiliki minat belajar yang tinggi maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Prestasi belajar afektif pada kelas Teams Games Tournament (TGT)
yang dilengkapi permainan ular tangga lebih dapat
meningkatkan sikap, minat, dan motivasi siswa dalam belajar. Dari hasil angket afektif yang telah diisi oleh siswa, dapat ditunjukkan bahwa sikap siswa pada kelas Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga (80,7%) lebih baik daripada sikap pada kelas kontrol (80,4%), hal ini terlihat bahwa interaksi antara siswa dan guru baik, sehingga proses pembelajaran berjalan lebih lancar dan siswa lebih mudah dalam menyerap ilmu. Minat siswa pada kelas Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga lebih tinggi (78,7%) lebih baik daripada minat pada kelas kontrol (78,1%), hal ini terlihat bahwa siswa lebih bersemangat ketika pembelajaran berlangsung. Konsep diri siswa pada kelas Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga (80%) lebih tinggi (80%) daripada konsep diri pada kelas kontrol (78%), hal ini dapat ditunjukkan bahwa saat pembelajaran, siswa tidak hanya terpancang pada materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa menjadi lebih aktif . Siswa pada kelas Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga memiliki penilaian yang to user lebih tinggi terhadap kemampuancommit guru dalam mengajar (74%) daripada penilaian
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada kelas kontrol terhadap kemampuan guru dalam mengajar (72%), hal ini dapat ditunjukkan bahwa siswa tidak meremehkan guru dalam mengajar meskipun guru hanya sebagai fasilitator dan mediator, sehingga siswa lebih memperhatikan dan suasana saat pembelajaran lebih terkondisikan dengan baik. Moral siswa pada kelas Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga lebih tinggi (82%) daripada moral siswa pada kelas kontrol, hal ini terlihat bahwa siswa memiliki interaksi yang positif saat berkelompok, selain itu juga siswa lebih percaya diri dalam menjawab soal waktu ulangan. Berdasarkan hasil analisis prestasi belajar kognitif dan afektif siswa dengan menggunakan uji t-pihak kanan dengan taraf signifikansi 5% dimana selisih prestasi belajar kognitifhasil uji t-pihak kanan untu prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 2,777> ttabel = 1,66 dan untuk prestasi belajar afektif diperoleh thitung = 1,925 > ttabel = 1,66 disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia materi pokok struktur atom dengan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran yang biasa dipakai disekolah yaitu metode ceramah dilengkapi media powerpoint.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis uji t-pihak kanan dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia materi pokok struktur atom dengan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran yang biasa dipakai disekolah yaitu metode ceramah dilengkapi media powerpoint. Hal ini terlihat dari rata-rata selisih prestasi kognitif sebesar 35.75 untuk kelas eksperimen dan 29.08 untuk kelas kontrol. Dimana hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 2,777> ttabel = 1,66 dan untuk prestasi belajar afektif diperoleh thitung = 1,925 > ttabel = 1,66.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian menimbulkan suatu pemikiran dalam proses belajar mengajar khususnya materi struktur atom, guru memiliki suatu metode untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dalam usaha untuk menemukan dan memahami konsep suatu materi pembelajaran kimia khususnya materi pokok struktur atom sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa yaitu antara lain metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Dalam menerapkan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga sebaiknya guru senantiasa mengawasi kelas untuk memberi motivasi kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam proses to userdapat tercapai. pembelajaran sehingga tujuan commit pembelajaran
66
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pada penggunaan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga, pembagian kelompok harus cermat dari segala segi sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik. 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dilengkapi permainan ular tangga pada pembelajaran kimia materi pokok yang lain.
commit to user