Woro Sumarni, dkk., Efektivitas Penerapan Metode Kasus ...
345
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Woro Sumarni, Soeprodjo, Krida Puji Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari penerapan metode kasus menggunakan media audio-visual terhadap hasil belajar kimia ditinjau berdasarkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan teknik cluster random sampling yaitu kelas XI IPA-4 sebagai kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan menerapkan metode kasus menggunakan media audio-visual setelah dilakukan uji homogenitas. Berdasarkan hasil uji estimasi rata-rata diperoleh rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen antara 74,24-78,54 dan kelompok kontrol antara 66,08-70,94 dan berdasarkan hasil uji estimasi proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada kelompok eksperimen berkisar antara 93,7%-100%, sedangkan pada kontrol berkisar antara 63%-89%. Berdasarkan hasil uji ketuntasan belajar diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal untuk kelompok eksperimen sebesar 98% dan kelompok kontrol sebesar 76%. Adapun hasil observasi terhadap ranah afektif dan ranah psikomotorik diperoleh nilai rata-rata siswa pada kelompok eksperimen e” 65, sedangkan berdasarkan hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran, siswa yang menjawab termotivasi untuk belajar sebesar 78,05% dan 17,07% tidak termotivasi. Siswa juga merasa senang untuk belajar sebesar 75,6% dan yang tidak merasa senang sebesar 10,76%. Kata Kunci: metode kasus, media audio-visual
PENDAHULUAN Era globalisasi merupakan tantangan bagi
bidang studi kimia ibu Dra. Niken Andjaswati
bangsa Indonesia khususnya dunia pendidikan.
diperoleh data hasil belajar siswa kelas XI IPA untuk
Dunia pendidikan dituntut mempersiapkan sumber
tahun ajaran 2007/2008 pada materi kelarutan
daya manusia yang kompeten agar mampu
dan hasil kali kelarutan yaitu ketuntasan klasikal
bersaing dalam pasar kerja global. Persoalan
siswa dalam menguasai materi kurang dari 85%,
pendidikan selalu saja sangat menarik untuk
sehingga dapat dikatakan nilai rata-rata siswa tidak
dikembangkan dan dibahas di setiap zaman.
mencapai standar kelulusan kompetensi di sekolah
Tidak saja karena persoalan pendidikan atau
tersebut. Beliau juga menyatakan bahwa kurang
yang lebih spesifik mendidik, selalu merupakan
lebih hanya 3 sampai 4 siswa yang aktif bertanya
tugas para guru, orang tua atau mereka yang
pada guru, selalu ada siswa yang terlambat dan
berhubungan langsung dengan dunia pendidikan,
tidak mengerjakan tugas, siswa lebih banyak diam
tetapi persoalan pendidikan telah menjadi polemik
dan bergurau dengan teman sebangkunya saat
manusia generasi ke generasi.
pelajaran berlangsung maka dapat disimpulkan
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
rendahnya aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu,
peneliti di SMA Negeri 4 Semarang kelas XI IPA
perlu upaya yang terus-menerus untuk mencari
dengan melakukan wawancara terhadap guru
dan menemukan metode pembelajaran kimia yang
346
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 345-353
mampu memotivasi siswa untuk terus aktif dalam
yang terjadi di lingkungan sekitar atau dari keluarga
mengikuti pembelajaran.
(Sanjaya, 2006:213).
Penelitian yang dilakukan Sudarman (2006)
Ciri-ciri metode kasus adalah (Jogiyanto
dengan menggunakan metode kolaboratif mampu
2006:28): 1) siswa-siswa dan guru berpartisipasi
meningkatkan hasil belajar sebesar 84% dan
pada diskusi langsung, 2) yang didiskusikan adalah
Cahyasari (2008) menggunakan metode SEQIP
kasus-kasus yang terkait dengan pokok materi, 3)
(Science Education Quality Improvement Project)
kasus itu dibaca, dipelajari dan didiskusikan oleh
mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa
siswa-siswa, 4) kasus itu menjadi dasar dari diskusi
kelas XI pada materi kelarutan dan hasil kali
kelas di bawah arahan dari instruktur, 5) aktifitas
kelarutan sebesar 87%. Berdasarkan hasil
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
penelitian tersebut, peneliti terdorong untuk
kasus, 6) pemecahan kasus dilakukan dengan
menerapkan suatu metode yang efektif dalam
pendekatan berpikir secara ilmiah.
membelajarkan siswa yaitu metode kasus dengan
Menurut Sanjaya (2007:160) media adalah
memanfaatkan media yang digunakan untuk
penyalur pesan. Dalam proses belajar mengajar
menampilkan berbagai kasus yang terkait dengan
kehadiran media mempunyai arti yang cukup
materi yang dibahas. Media yang dikembangkan
penting. Media dapat mewakili apa yang kurang
peneliti adalah media audio-visual berupa slide
mampu guru sampaikan melalui kata-kata atau
beraudio.
kalimat-kalimat tertentu. Pemanfaatan media
Metode kasus ialah pembelajaran dengan
pada tahap orientasi pengajaran akan sangat
menggunakan kasus-kasus dunia nyata untuk
membantu keefekifan proses pembelajaran dan
dibawa ke dalam ruang kelas. Kasus adalah suatu
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat
bentuk drama pendidikan yang berisi dengan
itu. Selain membengkitkan motivasi dan minat
cerita. Cerita ini menggambarkan situasi nyata
siswa, media pembelajaran juga dapat membantu
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari dan
siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
metode ini mencoba mensimulasi kondisi dunia
dengan menarik dan terperdaya, memudahkan
nyata ke dalam lingkungan yang dapat dikontrol di
penafsiran data dan memadatkan informasi.
ruang kelas dimana diskusi akan dilakukan untuk
Pengajaran melalui media audio-visual lebih
memahami proses pengambilan keputusan agar
menekankan pada hasil belajar yang diperoleh
mendapatkan hasil yang diinginkan atau yang tidak
melalui pengalaman tidak hanya didasarkan
diinginkan (Jogiyanto, 2006:27).
atas kata-kata belaka. Sebenarnya media audio-
Metode kasus lebih menekankan kepada
visual, menambahkan materi audio kepada materi
proses penyelesaian kasus atau permasalahan
pengajaran visual, yang secara konseptual tidak
yang dihadapi secara ilmiah, menempatkan kasus
banyak memberikan perbedaan yang berarti.
atau masalah sebagai kata kunci dari proses
Media yang digunakan adalah slide beraudio
pembelajaran. Implementasi metode kasus
yaitu kombinasi antara slide dan suara. Gabungan
dilakukan guru dengan memilih bahan pelajaran
slide (film berbingkai) dengan audio adalah jenis
yang memiliki kasus yang dapat dipecahkan.
sistem multimedia yang paling mudah diproduksi.
Kasus-kasus itu dapat diambil dari buku teks atau
Sistem multimedia ini serba guna, mudah digunakan
dari sumber-sumber lain, misalnya dari peristiwa
dan cukup efektif untuk pembelajaran kelompok
Woro Sumarni, dkk., Efektivitas Penerapan Metode Kasus ...
347
atau perorangan. Apabila didesain dengan baik,
tahun pelajaran 2008/2009. Pengambilan sampel
media dapat membawa dampak yang dramatis dan
dalam penelitian ini diambil dengan teknik
tentunya bisa meningkatkan hasil belajar (Arsyad,
cluster random sampling yaitu mengambil dua
2002: 154).
kelas secara acak dari populasi dan akhirnya
Hubungan audio-visual dalam proses
diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas XI-4 yang
komunikasi instruksional melahirkan suatu model
mendapatkan pembelajaran dengan metode kasus
yang memperlihatkan dengan tegas bahwa siswa
menggunakan media audio-visual sedangkan kelas
merupakan bagian integral dari proses teknologi
XI-3 mendapatkan pembelajaran seperti yang
instruksional. Pemanfaatan media menjadikan
biasa diterapkan guru mitra sebagai kelas kontrol.
siswa akan belajar lebih efektif sebab hal-hal yang
Metode pengumpulan data dilakukan
telah dilihat akan memberikan kesan penglihatan
dengan empat cara, yaitu metode dokumentasi
yang lebih jelas, mudah mengingatnya dan mudah
digunakan untuk memperoleh data yang digunakan
pula dipahami.
untuk analisis tahap awal, metode tes untuk
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
mendapatkan hasil belajar kognitif siswa dan
adalah apakah pembelajaran dengan menerapkan
metode observasi untuk mendapatkan data
metode kasus menggunakan media audio-visual
nilai psikomotorik, serta metode angket untuk
efektif digunakan untuk pembelajaran kimia pada
memperoleh nilai afektif dan tanggapan siswa
pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
terhadap pembelajaran di kelas.
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk
Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas
mengetahui apakah pembelajaran dengan
rencana pembelajaran, angket dan alat ukur hasil
menerapkan metode kasus menggunakan media
belajar yaitu lembar observasi dan soal pretes
audio-visual efektif digunakan untuk pembelajaran
dan postes, serta media berupa audio-visual dan
kimia pada pokok materi kelarutan dan hasil kali
lembar kerja siswa. Desain eksperimen yang
kelarutan ditinjau berdasarkan aspek kognitif,
digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test and
afektif dan psikomotorik.
post-test group design.
Hipotesis nihil dalam penelitian ini adalah penerapan metode kasus dengan menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
media audio-visual tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA-4 SMA N 4 Semarang pada pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, sedangkan hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah penerapan metode kasus dengan menggunakan media audio-visual efektif untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA-4 SMA N 4 Semarang pada pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Analisis Data Tahap Awal Analisis data tahap awal dilakukan untuk membuktikan bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari kondisi awal yang sama. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal diambil dari nilai UAS kimia kelas XI IPA SMA Negeri 4 Semarang pada semester I. Analisis data tahap awal terdiri dari tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini sebagai adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Semarang
keadaan awal populasi. Perhitungan hasil uji normalitas terangkum pada tabel 1.
348
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 345-353
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh ???hitung = 2,08 dan χ2tabel = 9,49 untuk
α = 5 %, dan
dk = 5-1 = 4. Harga ???hitung < χ2tabel maka dapat
< Ftabel (1,69) yang berarti bahwa kedua kelompok
disimpulkan bahwa populasi tersebut homogen
mempunyai varians yang sama.
dan pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik cluster random sampling.
Uji estimasi rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen yang menerapkan metode
Hasil analisis uji kesamaan keadaan awal
kasus menggunakan media audio-visual rata-
populasi terangkum pada tabel 2. Berdasarkan
rata hasil belajarnya berkisar antara 74,24–
hasil analisis tersebut harga Fhitung < Ftabel, sehingga
78,54, sedangkan pada kelompok kontrol yang
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata
menggunakan metode pembelajaran seperti yang
dari kelima anggota populasi.
dilakukan oleh guru mitra rata-rata hasil belajarnya berkisar antara 66,08–70,94.
Analisis Data Tahap Akhir Analisis data tahap akhir berdasarkan
Berdasarkan hasil uji estimasi proporsi pada kelompok eksperimen estimasi proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah antara 93,7% sampai 100%, sedangkan pada kelompok kontrol estimasi proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah antara 65% sampai 91%.
pada hasil belajar kimia siswa yang disajikan
Uji ketuntasan belajar klasikal, pada
dalam tabel 3. Analisis tahap akhir meliputi uji
kelompok eksperimen sudah mencapai ketuntasan
normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji
belajar karena persentase ketuntasan belajar
efektivitas pembelajaran yang meliputi uji estimasi
klasikal (keberhasilan kelas) yaitu sebesar 98%
rata-rata hasil belajar, uji estimasi proporsi dan uji
lebih dari 85% dari jumlah siswa yang ada di
ketuntasan belajar. Hasil uji normalitas nilai pretes
kelas tersebut yang telah mencapai ketuntasan
dan postes terangkum dalam tabel 4.
individu, sedangkan persentase ketuntasan belajar
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil untuk setiap data χ2hitung < χ2tabel maka dapat
klasikal pada kelompok kontrol sebesar 78% belum mencapai ketuntasan belajar.
disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Uji kesamaan 2 varians untuk nilai pretes diperoleh F hitung (1,54) < F tabel (1,69), sedangkan untuk nilai postes diperoleh Fhitung (1,31)
Hasil Belajar Ranah Afektif Aspek afektif diamati pada saat pembelajaran. Hasil belajar afektif siswa diperoleh melalui lembar kuesioner dan observasi. Rerata nilai aspek afektif
349
Woro Sumarni, dkk., Efektivitas Penerapan Metode Kasus ...
siswa pada kelompok eksperimen mencapai 65,18% dan kelompok kontrol sebesar 61,95%. Persentase skor ini termasuk dalam kriteria cukup. Hasil belajar ranah afektif pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 1.
Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Pada ranah psikomotorik yang digunakan untuk menilai siswa ada enam aspek. Hasil belajar psikomotorik diamati pada saat praktikum
dilakukan dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai pembelajaran yang menerapkan metode kasus dengan menggunakan media audio-visual karena lebih menyenangkan, menarik, dan dapat membuat siswa lebih mudah memahami materi, hal ini dapat dilihat dari rasa ingin tahu siswa yang meningkat dalam pembelajaran dan mereka lebih termotivasi untuk giat belajar. Pembahasan Tahap analisis awal dilakukan peneliti, mengenai reaksi pengendapan dan pengaruh pH
sebelum pelaksanaan penelitian. Berdasarkan
terhadap kelarutan. Berdasarkan analisis yang
perhitungan dengan menggunakan uji F, diperoleh
telah dilakukan pada kelompok eksperimen, rata-
Fhitung sebesar 1,89 sedangkan Ftabel yaitu 2,42.
rata nilai psikomotorik siswa mencapai 67,8 % dan
Harga Fhitung lebih kecil dari Ftabel, sehingga dapat
kelompok kontrol sebesar 61,3%. Persentase skor ini termasuk dalam kriteria cukup. Hasil observasi terhadap ranah psikomotorik dapat dilihat pada gambar 2. Pada kelompok eksperimen, rata-rata nilai psikomotorik siswa mencapai 67,8 % dan kelompok kontrol sebesar 61,3%. Persentase skor ini termasuk dalam kriteria cukup.
Analisis Angket Tanggapan Siswa terhadap pembelajaran Hasil analisis angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran juga dapat dilihat pada gambar 3. Berdasarkan hasil analisis yang
350
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 345-353
disimpulkan bahwa kelima populasi telah terbukti
kontrol. Hal ini disebabkan karena pembelajaran
normal dan homogen. Hasil perhitungan ini
kelompok eksperimen menerapkan metode
selanjutnya digunakan untuk menetapkan kelas
kasus disertai dengan tanya jawab menggunakan
yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen
media penunjang yaitu media audio-visual.
dan kontrol secara acak dengan teknik cluster
Pada pembelajaran kelompok eksperimen, guru
random sampling.
menggunakan metode ceramah, kasus, tanya
Pada kelas yang terpilih sebagai kelas
jawab dan diskusi. Pemberian kasus dilakukan oleh
eksperimen diberi pembelajaran kimia dengan
guru setelah setiap submateri selesai diberikan
menerapkan metode kasus menggunakan
dan guru selalu melakukan kegiatan tanya
media audio-visual yaitu memberikan kasus
jawab untuk melatih siswa dalam memecahkan
atau permasalahan yang terkait dengan materi
kasus. Banyaknya latihan soal, menjadikan
yang dibahas melalui media penunjang yaitu
siswa memiliki keterampilan dan ketangkasan
audio-visual berupa slide beraudio, sedangkan
serta terbiasa dalam mengerjakan soal dan tidak
pada kelas kontrol pembelajaran kimia diberikan
memerlukan banyak waktu dalam menyelesaikan
seperti yang biasa diajarkan guru mitra. Tes akhir
soal. Selain itu, guru juga mengadakan diskusi
baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk membahas kasus yang ada dalam lembar
dilaksanakan setelah proses pembelajaran usai,
kerja siswa yang bertujuan untuk mengetahui
untuk memperoleh hasil pembelajaran siswa.
kemampuan afektif siswa yaitu bekerja sama
Waktu pembelajaran untuk kelas eksperimen dan
dalam memecahkan kasus. Siswa juga diberi
kelas kontrol adalah sama yaitu 14 jam pelajaran.
kesempatan untuk bertanya dan menjawab kasus
Materi pokok bahasan kedua kelompok sama serta
baik dalam proses pembelajaran biasa maupun
urutan materinya juga sama.
diskusi. Dengan adanya keaktifan siswa tersebut
Hasil nilai rata-rata pretes dan postes
akan menumbuhkan motivasi belajar dan akan
pada kelompok eksperimen dan kelompok
berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Di akhir
kontrol, seperti yang ditunjukkan pada gambar
pembelajaran guru memberikan kasus melalui
4. Berdasarkan gambar 4 dapat disimpulkan
media audio-visual. Hal tersebut dilakukan agar
bahwa nilai rata-rata pretes dan postes kelompok
kemampuan kognitif siswa berkembang karena
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok
adanya tuntutan untuk menyelesaikan kasus yaitu kasus-kasus yang ada dalam slide beraudio yang dibuat sendiri oleh guru dan pembahasan kasus dilakukan bersama-sama antara guru dan siswa. Saat pemberian kasus, siswa sangat menyukai bagian pemecahan kasus karena pemaparan materi menggunakan media audiovisual yang membuat mereka lebih bersemangat dan termotivasi untuk menjawab kasus-kasus yang diberikan. Manfaat media audio-visual adalah sebagai media penunjang untuk menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi
Woro Sumarni, dkk., Efektivitas Penerapan Metode Kasus ...
belajar.
351
ranah afektif dan psikomotorik. Berdasarkan
Pada kelompok kontrol, guru menerapkan
data penilaian terhadap ranah afektif pada
metode pembelajaran seperti yang biasa
kelompok eksperimen, ternyata perhatian siswa
digunakan guru mitra tanpa menerapkan metode
terhadap materi diskusi dan keterampilan bertanya
kasus dengan menggunakan media audio-visual.
memiliki kriteria tinggi. Hal ini disebabkan karena
Dalam penelitian ini guru menggunakan metode
proses pemecahan kasus dalam diskusi dapat
pembelajaran konvensional. Pembelajaran
memberikan kesempatan kepada siswa dalam
tersebut kurang dapat memotivasi siswa untuk
berpikir serta memberikan kepuasan untuk
belajar atau aktif, sehingga tingkat penguasaan dan
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan.
Selain itu, metode kasus yang disertai proses
Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata postes
tanya jawab yang dilaksanakan dalam diskusi
siswa pada kelas kontrol adalah 68,68 sedangkan
dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen jauh
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima
lebih baik yaitu 76,39.
umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan
Pengujian terhadap efektivitas pembelajaran
kasus tanpa takut membuat kesalahan, karena
kimia digunakan uji estimasi rata-rata. Hasil
keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
pengujian menunjukkan bahwa hasil kisaran rata-
kelompoknya dan memberikan rangsangan untuk
rata hasil belajar kelas eksperimen sebesar 74,24
berpikir, sehingga memperlancar proses belajar
sampai 78,54, sedangkan untuk kelas kontrol
dan hasil belajar meningkat. Untuk penilaian
berkisar sebesar 66,22 sampai 71,14. Menurut
ranah psikomotorik pada kelompok eksperimen
Mulyasa (2002:99) pembelajaran akan mencapai
menggambarkan bahwa siswa cenderung serius
ketuntasan bila siswa menguasai kompetensi
memimpin kelompok, dan lebih menjaga kebersihan
minimal 65%, maka dapat disimpulkan bahwa
tempat dan alat.
kelompok eksperimen sebanyak 40 siswa sudah
Berdasarkan hasil analisis angket tanggapan
mencapai ketuntasan sedangkan kelompok
siswa terhadap pembelajaran dapat disimpulkan
kontrol hanya 32 siswa dari 41 siswa mencapai
bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan
ketuntasan belajar. Hasil tersebut juga didukung
penerapan metode kasus menggunakan
hasil uji estimasi proporsi yang menunjukkan
media audio-visual. Rerata siswa memberikan
bahwa kelompok eksperimen telah mencapai
tanggapan positif (senang) terhadap masing-
ketuntasan belajar berkisar antara 93,7% sampai
masing indikator yang terdapat dalam angket
100% dan kelompok kontrol berkisar antara
diantaranya: 1) pembelajaran menjadi menarik
65% sampai 91%. Sehingga dapat disimpulkan
dan menyenangkan dengan menerapkan
bahwa pembelajaran dengan penerapan metode
metode kasus dan menggunakan media audio-
kasus menggunakan media audio-visual efektif
visual, 2) pembelajaran membuat siswa lebih
terhadap pembelajaran kimia dan hasilnya lebih
mudah memahami materi pelajaran, 3) rasa
baik dibandingkan pembelajaran yang dilakukan
ingin tahu siswa semakin meningkat terhadap
pada kelompok kontrol.
materi pelajaran, 4) pembelajaran meningkatkan
Selain penilaian terhadap ranah kognitif,
kemampuan siswa untuk mengingat konsep
peneliti juga melakukan penilaian terhadap
pembelajaran, 5) pembelajaran menerapkan
352
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 345-353
metode kasus dengan menggunakan media
menjadikan pembelajaran lebih menarik karena
audio-visual sesuai untuk materi kelarutan dan
dapat memperkuat ingatan siswa pada materi yang
hasil kali kelarutan, Tanggapan-tanggapan siswa
telah diberikan oleh guru dan mendorong siswa
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang
untuk menggunakan banyak alat indera. Semakin
menerapkan metode kasus dengan menggunakan
banyak alat indera yang digunakan dalam proses
media audio-visual membuat siswa dapat
pembelajaran maka akan berpengaruh besar
memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
terhadap hasil belajar.
dengan lebih jelas, sehingga hasil belajarnya lebih baik.
Hal tersebut di atas merupakan kelebihan dari penerapan metode dan media pembelajaran yang
Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua
digunakan pada kelompok eksperimen. Namun,
kelompok, terlihat bahwa hasil belajar kedua
walaupun begitu terdapat juga beberapa kendala
kelompok tersebut berbeda. Hal ini ditunjukkan
dari penerapan metode kasus menggunakan media
dari hasil uji ketuntasan belajar untuk kelompok
audio-visual, antara lain: (1) kurangnya persiapan
eksperimen diperoleh persentase ketuntasan
guru dalam menyusun strategi pembelajaran, (2)
belajar klasikal sebesar 98% dan kelompok
terbatasnya waktu pembuatan media sehingga
kontrol sebesar 78%. Kelompok eksperimen
tujuan penggunaan media belum tercapai secara
sudah mencapai ketuntasan belajar karena
optimal, (3) waktu pembahasan kasus kurang,
persentase ketuntasan belajar klasikal lebih
sehingga ada beberapa kasus harus diselesaikan
dari 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas
mandiri oleh siswa, (4) guru berperan penting
tersebut yang telah mencapai ketuntasan individu.
dalam memimpin jalannya pembelajaran karena
Sedangkan persentase ketuntasan belajar klasikal
penggunaan media audio-visual menyebabkan
pada kelompok kontrol sebesar 78% belum
semangat siswa untuk kompetisi lebih besar maka
mencapai ketuntasan belajar, sehingga dapat
akan mengakibatkan kondisi kelas ramai sehingga
disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima
fungsi guru mengarahkan dan mengkondisikan
karena penerapan metode kasus menggunakan
agar pembelajaran efektif.
media audio-visual efektif terhadap pembelajaran kimia.
Dengan demikian, peneliti berusaha untuk mengatasi kelemahan yang menjadi hambatan
Adapun keefektifan dari pembelajaran ini
tersebut yaitu memberikan contoh-contoh kasus
dapat dilihat dari beberapa hal antara lain: (1)
terkait dengan materi yang dipelajari, menjelaskan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran maksimal,
secara global, dan memberi pernyataan, sehingga
(2) dengan adanya tanya jawab menjadikan
siswa dapat menemukan konsep setelah banyak
siswa aktif dalam berpikir kritis dan meningkatkan
melakukan latihan memecahkan kasus dan
aktivitas pembelajaran siswa, (3) seringnya
membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang
berlatih memecahkan kasus menjadikan siswa
diberikan. Guru juga berfungsi sebagai fasilitator,
memiliki keterampilan dan ketangkasan dalam
yaitu berperan memberikan pengarahan dan
menyelesaikan soal, (4) dengan penggunaan
bimbingan kepada siswa agar siswa menemukan
media audio-visual dapat membantu siswa dalam
konsep yang dipelajarinya dari kasus yang telah
memahami konsep yang abstrak dan kompleks,
diberikan. Selain itu guru lebih mengoptimalkan
(5) penyampaian kasus melalui slide beraudio
siswa saat diskusi berlangsung karena dapat
Woro Sumarni, dkk., Efektivitas Penerapan Metode Kasus ...
melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan dengan teman sebayanya. SIMPULAN Berdasarkan kerangka berpikir dan analisis data, maka dapat diambil simpulan bahwa penerapan metode kasus menggunakan media audio-visual efektif terhadap pembelajaran kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan pada siswa kelas XI IPA semester II SMA Negeri 4 Semarang yang ditunjukkan dengan estimasi rata-rata ketuntasan belajar pada kelas XI IPA4 sebesar 74,24 – 78,54 dan estimasi proporsi sebesar 93,7% – 100,0%. Sedangkan jika ditinjau dari ranah afektif dan psikomotorik diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 65,18 dan 67,8. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. Cahyasari, Septiana. 2008. Pengaruh Penggunaan metode SEQIP (Science Education Quality
353
Improvement Project) Terhadap Hasil belajar siswa kelas XI pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi: tidak diterbitkan. Jogiyanto. 2006. Metode Kasus. Jakarta: Andi. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Bandung: Prenada Media. Sudarman. 2006. Penerapan Metode Collaborative Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Jurnal Pendidikan Inovatif Vol 2 No.2