PERBEDAAN HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE SNOWBALL THROWING (Quasi Eksperimen di SMA Negeri 1 Pangkalan-Karawang)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH : OBAY SOBARI 105016200548
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2010 M
ABSTRAK
Obay Sobari, Perbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Siswa Yang Menggunakan Metode Make A Match Dengan Metode Snowball Throwing (Quasi Eksperimen di SMA Negeri 1 Pangkalan-Karawang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing. Metode penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X-5 dan X-6 SMAN I Pangkalan Karawang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dan diuji melelui uji t dengan taraf signifikansi 0,05. Dari perhitungan data diperoleh nilai thitung= 4,5424 dan dikonsultasikan dengan ttabel= 2,000. Hsilnya menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kimia siswa anatar yang menggunakan metode make a match dan yang menggunakan metode snowball throwing. Kata Kunci : Metode Make a Match, Metode Snowball Throwing, Hasil Belajar Kimia Siswa.
ABSTRACT
Obay Sobari, The Difference of Student’s Achievement in Chemistry Using Make A Match Method and Using Method of Snowball Throwing. (A Quasi Experiment in Senior High School State 1 Pangkalan Karawang). The purpose of the present study at knowing the difference of student’s achievement in chemistry using make a match method with using method of snowball throwing. The method used in the research is quasi experiment. Subject of research is student of class X-5 and X-6 in SMAN 1 Pangkalan Karawang. Research instrument is 20 test type multiple choice and result have been tested ttest with significant 0,05. The result in counting of hypothesis examination shows tcount = 4,5424 and consulted by ttable= 2,000. The result of the study showed that there is the difference of student’s achievement in chemistry is significant between using make a match method and using snowball throwing method. Key Word : Method Make A Match, Snowball Throwing, Student's Achievement in Chemistry
KATA PENGANTAR
ÉΟŠÏm§9$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0 Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha pemberi kekuatan, ketabahan serta kesabaran kepada penulis selama menjalani proses penyusunan skripsi yang berjudul, "Perbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Siswa Yang Menggunakan Metode Make A Match dengan Yang Menggunakan Metode Snowball Throwing". Tak lupa pula penulis lantunkan shalawat serta salam panjatkan kepada junjungan besar Rasulullah SAW, pembawa sinar penerang umat hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini merupakan manifestasi dari sebuah proses yang cukup panjang dan melelahkan bagi penilis, namun hal tersebut sungguh membawa harapan baru bagi penulis agar menjadi yang lebih baik dimasa yang akan datang. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S-1). Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Sudah sepatutnyalah pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dedi Irwandi M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia terima kasih atas kesempatan yang diberikan. 4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas telah meluangkan waktu, memberi saran dan arahan selama penyususnan skripsi. 5. Bapak Adi Riyadhi, M.Si, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas telah meluangkan waktu, memberi saran dan arahan selama penyusunan skripsi.
6. Bapak Drs. Taryana Sumawjaya, sebagai kepala sekolah SMA Negeri I Pangkalan Karawang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkautan. 7. Bapak Azis Supyana, S.Pd, sebagai guru mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 1 Pangakalan Karawang, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya. 8. Kedua orang tuaku, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, ananda ucapkan terima kasih. Jasa-jasa kalian adalah anugerah terindah yang tiada tara dan tak terbalaskan. Untuk kakak-kakak adan adikadikku hiasilah hidup ini dengan cinta. 9. Sahabat-sahabatku Pendidikan Kimia Angkatan 2005, PMII Rayon IPA, KMIK Jakarta dan KMC Jakarata persahabatan kita adalah tali Tuhan. 10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas do’a dan bantuanya.
Akhirnya, tiada kata yang tersirat selain kata syukur atas karunia-Mu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan laporan ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari berbagi pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ciputat, 21 April 2010
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ........................................................................................................ i DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 9 C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 9 D. Perumusan Masalah….. ................................................................. 10 E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10
BAB II
DESKRIPSI
TEORITIK,
KERANGKA
PIKIR,
DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis .......................................................................... 11 1. Metode Pembelajaran ............................................................... 11 a. Metode Pembelajaran Make A Match ................................. 14 b. Metode Pembelajaran Snowball Throwing .......................... 16 2. Hakikat Pembelajaran ............................................................... 18 a. Pengertian Belajar ................................................................ 18 b. Domain dan Hakikat Hasil Belajar ...................................... 20 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ......................................................................... 25 3. Hakikat Pembelajaran Kimia .................................................... 26 i
ii
4. Konsep Tata Nama Senyawa dan Persamaan reaksi ................ 29 5. Penelitian Relevan .................................................................... 37 B. Kerangka Pikir ............................................................................... 39 C. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 40
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tujuan Operasional Penelitian ...................................................... 41 B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 41 C. Metode Penelitian .......................................................................... 41 D. Rancangan Penelitian .................................................................... 42 1. Rancangan Penelitian................................................................ 42 2. Prosedur Perlakuan ................................................................... 42 E. Populasi dan Sampel...................................................................... 42 F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 43 1. Variabel..................................................................................... 43 2. Sumber Data ............................................................................. 43 3. Instrumen Penelitian ................................................................. 44 4. Pegujian Validitas ..................................................................... 45 5. Pengujian Reliabilitas ............................................................... 45 6. Pengujian Taraf Kesukaran....................................................... 46 7. Pengujian Daya Pembeda ......................................................... 46 G. Hipotesis Statistik .......................................................................... 46 H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 47 1. Analisis Data Kuantitatif .......................................................... 47 2. Analisis Data Deskriptif ........................................................... 49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Kognitif ................................................................. 50 1. Deskripsi Data Nilai Kelas Make a Match ............................... 51 2. Deskripsi Data Nilai Kelas Snowball Throwing ....................... 53 B. Analisis Data ................................................................................. 52
iii
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ............................................ 56 2. Pengujian Hipotesis .................................................................. 58 C. Interpretasi Data ............................................................................ 59 D. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 60
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 63 B. Saran ............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Beberapa Contoh Penulisan Rumus Empiris ......................................29
Tabel 2.2
Contoh Nama Senyawa Biner Logam dan Non-Logam .....................30
Tabel 2.3
Rumus dan Nama Kimia ....................................................................31
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian .........................................................................42
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen ............................................................................45
Tabel 4.1
Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Make a Match ...........................51
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Make a Match ...................52
Tabel 4.3
Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Make a Match ..........................52
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelas Make a Match ................53
Tabel 4.5
Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing ...................54
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing .........54
Tabel 4.7
Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Snowball Throwing ..................55
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing ..........56
Tabel 4.9
Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Make a Match ...............57
Tabel 4.10
Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Snowball Throwing.......57
Tabel 4.11
Uji Homogenitas Hasil Tes Akhir Kelas Make a Match dan Snowball Throwing .............................................................................58
Tabel 4.12
Hasil Uji Hipotesis Hasil Tes Akhir ...................................................59
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ...................................................................... 40 Gambar 4.1 Perbedaan Mean Kelas Make a Match dan Kelas Snowball Throwing ....................................................................... 63
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Korelasi Skor Butir Dg Skor Total .................................................... 70
Lampiran 2
Reliabilitas Tes ................................................................................... 71
Lampiran 3
Tingkat Kesukaran ............................................................................. 72
Lampiran 4
Daya Beda .......................................................................................... 73
Lampiran 5
Data Distribusi Frekuensi................................................................... 74
Lampiran 6
Rekapitulasi Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......... 79
Lampiran 7
Perhitungan Uji Normalitas................................................................ 81
Lampiran 8
Perhitungan Uji Homogenitas ............................................................ 89
Lampiran 9
Perhitungan Uji –t .............................................................................. 95
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan Kelas Eksperimen .................. 99 Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan Kelas Kontrol .......................130 Lampiran 12 Kisi-kisi Instrumen ...........................................................................149 Lampiran 13 Soal Tes dan Kunci Jawaban ...........................................................157
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin berkembang dan ditemukannya berbagi teori baru sebagai senjata canggih untuk mengatasi berbagai tantangan zaman, tentu harus didukung oleh perkembangan diberbagai bidang khususnya dibidang pendidikan. Sejatinya pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, berbagai upaya pun dilakukan manusia untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan merupakan tindakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada seseorang dengan tujuan agar orang tersebut dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan itu mutlak sifatnya, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan masyarkat, berbangsa dan bernegara. Dimanapun pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan, lebihlebih di era industrialisasi dan globalisasi sekarang ini. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu pesat menuntut generasi penerus mempersiapkan diri untuk menjadi lebih matang dan lebih baik. Menuntut ilmu merupakan satu-satunya cara agar manusia dapat menjadi lebih baik sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan zaman agar mereka tak tertinggal jauh oleh kemajuan teknologi. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu. Hal tersebut Allah perintahkan dalam firman-Nya yang berbunyi: #sŒÎ)uρ ( öΝä3s9 ª!$# Ëx|¡øtƒ (#θßs|¡øù$$sù ħÎ=≈yfyϑø9$# †Îû (#θßs¡¡xs? öΝä3s9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ $yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& t⎦⎪Ï%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# Æìsùötƒ (#ρâ“à±Σ$$sù (#ρâ“à±Σ$# Ÿ≅ŠÏ% ∩⊇⊇∪ ×Î7yz tβθè=yϑ÷ès? 1
2
"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. AlMujaadillah : 11) Nabi Muhammad SAW pun menyampaikan prihal kewajiban menuntut melalui sabdanya tentang kewajiban setiap umat Islam untuk menuntut ilmu.
ﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﺮﻳﻀﺔ ﻋﻠﻰ آﻞ ﻣﺴﻠﻢ وﻣﺴﻠﻤﺔ " Menuntut ilmu itu merupakan kewajiban atas tiap-tiap orang muslim laki-laki maupun muslim perempuan." (HR. Abdul Bar) Di dalam Islam, setiap manusia dianjurkan untuk menuntut ilmu guna mendapatkan pendidikan, baik pendidikan umum (dunia) maupan pendidikan agama (akhirat). Namun pada dasarnya tidak ada dualisme pendidikan dalam Islam. Hanya dengan ilmu-ilmu tersebut, maka cita-cita manusia untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat dapat terwujud. Dalam hal ini Negara memegang peranan penting dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan, hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembentukan manusia indonesia yang seutuhnya. Sebagaimana yang termaktub dalam UndangUndang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Bab II pasal 3 Tahun 2003 Menjelaskan: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, Berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1
1
Undang-Undang SISDIKNAS (SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL) 2003(UU RI NO. 20 TH. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.5-6
3
Dewasa ini dunia pendidikan secara umum terpengaruhi oleh adanya perkembangan dan penemuan-penemuan dalam bidang keterampilan, ilmu dan teknologi. Perkembangan upaya-upaya pemerintah dengan memepercepat pencanangan Millenium Development Goals, yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Oleh karena itu, pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan keniscayaan yang tak dapat ditawar-tawar lagi.2 Pengaruh perkembangan tersebut tampak jelas terhadap upaya-upaya pembaharuan sistem pendidikan. Pembaharuan itu bukan hanya berupa sarana fisik atau fasilitas pendidikan saja, melainkan juga sarana non-fisik seperti pengembangan kualitas tenaga pengajar yang
memiliki kemampuan,
keterampilan, dan pengetahuan memanfaatkan fasilitas yang ada, cara kerja yang inovatif, serta sikap positif terhadap tugas-tugas kependidikan yang diembannya, dan salah satu bagian yang integral dari upaya pembaharuan pendidikan tersebut adalah media pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan berbagai
terobosan,
baik
dalam
pengembangan
kurikulum,
inovasi
pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka guru dituntut untuk membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar secara optimal baik belajar secara mandiri maupun di dalam pembelajaran di kelas. Variasi penggunaan metode ataupun model-model pembelajaran sangat diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar lebih baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan. Agar pembelajaran lebih optimal maka pemilihan metode pembelajaran harus efektif dan selektif sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan di dalam meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang 2
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 2
4
memberikan
wahana
yang
memungkinkan
perkembangan
tersebut.
Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan hakikat dan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Hakikat ilmu IPA menurut Frank dalam Yanti Herlanti adalah membangun sistem sederhana prinsip-prinsip keilmuan, yang dari padanya fakta-fakta yang telah terobservasi yang dapat dijabarkan secara matematis.3 Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut kreatifitas dan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini siswa yang harus ditingkatkan melaui jalur pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas siswa melalui pengajaran IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami disiplin ilmu IPA, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang mencakup tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, pengalaman belajar IPA harus memberikan pertumbuhan dan perkembangan siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja (produk ilmiah) tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Jadi, metode ilmiah itu merupakan bagian dari IPA termasuk salah satunya IPA-Kimia. Selama proses belajar mengajar sejalan dengan hakikat IPA maka pemahaman siswa terhadap IPA menjadi lebih bermakna. Keberhasilan pembelajaran kimia siswa sendiri ditentukan oleh bagaimana pembelajaran itu berlangsung dengan baik. Dengan adanya proses pembelajaran kimia, diharapkan siswa dapat berfikir secara ilmiah yang merupakan manifestasi dari hasil belajar kimia. Oleh karena itu, penguasaan dan cara penyampaian materi kimia perlu adanya variasi dan persiapan yang matang baik bagi guru maupun siswa. Namun kenyataan sehari-harinya, dalam suatu kelas ketika sesi kegiatan belajar mengajar berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa 3
Yanti, Herlanti, Strategi Pengolahan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN JKT, EDUSAINS Vol. 1 no. 1 Juni 2008), hal. 26
5
belum belajar sewaktu guru mengajar. Jika masalah ini dibiarkan berlanjut, maka generasi penerus bangsa dalam hal ini para peserta didik akan sulit mencerna apa yang disampaikan oleh guru. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi serta melahirkan gagasan yang penuh dengan kreatifitas. Kegiatan belajar mengajar adalah salah satu bentuk kegiatan pendidikan yang secara sistematis dan berkesinambungan di dalam sekolah yang dipadukan dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. Kegiatan ini merupakan wadah kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pengalaman. Mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, yang hanya menempatkan siswa sebagai objek belajar dan guru sebagai subjek, akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai proses pengaturan kondisi lingkungan agar siswa belajar. Yang dimaksud belajar itu sendiri bukan hanya sekedar menumpuk pengetahuan akan tetapi merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman belajar sehingga diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam individu, seperti aspek minat, bakat, kemampuan, potensi dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk
memahami
informasi
yang
diingatnya
itu
untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.4
4
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2006) h. xiii
6
Kimia merupakan pelajaran yang sangat penting peranannya didalam dunia pendidikan, karena mata pelajaran kimia berfungsi untuk memahami peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, menemukan zatzat yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, dan mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja. Kimia dipandang sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan seperti kedokteran, teknik, farmasi dan lain-lain. Karena melalui belajar kimia dapat dibentuk pola fikir ilmiah. Oleh karena itu, kimia sebagai suatu mata pelajaran di sekolah sangat diperlukan keberadaannya. Kimia menjadi momok karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini, para siswa menganggap konsep-konsep yang ada di dalam pelajaran kimia sebagai konsep-konsep yang abstrak dan sulit. Akibatnya, konsep-konsep kimia menjadi semakin jauh jaraknya dengan realita keseharian dalam kehidupan mereka.5 Kesulitan dalam mempelajari kimia sebenarnya berawal dari kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia. Untuk menanamkan pemahaman akan konsep-konsep tersebut diperlukan adanya penggunaan sebuah metode ataupun media pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi kepada siswa dalam proses belajar mengajar, kiranya penggunaan media yang dibarengi dengan metode pembelajaran yang tepat merupakan faktor yang penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Konsep pembelajaran IPA khususnya kimia menuntut adanya perubahan peran guru. Pada konsep tradisional guru lebih berperan sebagai transformator artinya guru berperan hanya sebagai penyampai pesan dengan menggunakan komunikasi langsung pola ini membuat siswa kurang aktif hanya menerima materi saja, seperti halnya analogi gelas yang siap diisi air. Kondisi ini tidak sesuai dengan konsep pembelajaran (instructional). Pembelajaran memandang
5 Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII. h. 354
7
siswa sebagai individu yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang perlu dieksplorasi secara optimal. Selain memandang penting peran aktif siswa dalam belajar, pembelajaran juga menuntut peran guru lebih luas. Diantara tugas guru tersebut adalah sebagai desainer pembelajaran dalam kata lain mampu merancang sebuah pembelajaran yang baik dan menyenangkant.6 Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkap masalah tersebut, mungkin strategi pembelajarannya yang menyajikan aturan-aturan yang kurang jelas. Masalah lain mungkin karena keterbatasan sarana belajar. Berbagai upaya pun telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia, antara lain perbaikan kurikulum, penyediaan alat peraga dan perubahan metode pembelajaran. Oleh karena itu, kreatifitas seorang guru dalam mengajar kimia menjadi faktor penting agar kimia menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik didalam kelas. Kreatifitas bukanlah suatu bakat tetapi bisa dipelajari dan harus dilatih. Hal yang harus dilakukan oleh seorang guru antara lain dengan menerapkan metode yang sesuai dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi kimia itu sendiri. Kegiatan-kegiatan di dalam pembelajaran kimia merupakan upaya untuk bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep kimia. Pemahaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diukur dengan memberikan tes kepada siswa sehingga perlu diadakan penelitian untuk mencari metode yang efektif dalam proses belajar di kelas sehingga dapat memberikan alternatif pendekatan atau metode yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kimia dengan kekhususan pokok bahasan pada pelajaran kimia itu sendiri. Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran kimia selama ini belum berhasil meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep dan aturan-aturan kimia. Selama ini siswa 6
Teknik Pembuatan Media dapat diakses di http://kurtek.upi.edu/media/sources/4-teknik pembuatan media.pdf 19-01-09
8
cenderung menghafal konsep-konsep yang ada dalam kimia, tanpa memahami maksud dan isinya. Dengan demikian pembelajaran kimia disekolah merupakan masalah. Jika konsep dasar diterima murid secara salah, maka sangat sukar memperbaiki kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal kimia. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran kimia. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar kimia. Salah satunya adalah melalui pendekatan dengan metode-metode pembelajaran miasalnya make a match ataupun snowball thrawing. Metode make a match atau metode mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Sedangkan metode pembelajaran snowball throwing merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya.7 Penerapan metode snowball throwing ini dalam proses pembelajarannya melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah dengan lebih baik. Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba melakukan penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Perbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Siswa Yang Menggunakan Metode Make A Match Dengan Metode Snowball Throwing”
7 Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc. 25/01/09
9
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di identifikasikan dan dijadikan alasan penulis untuk membahas judul penelitian di atas adalah sebagai berikut: 1. Adanya konsep-konsep yang abstrak dalam pembelajaran kimia. Sehingga belajar kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit. 2. Ketika Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar 3. Kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia menjadi alasan utama kenapa materi kimia dianggap sulit oleh sebagian siswa. 4. Keterbatasan akan metode pembelajaran dan lemahnya kemampuan guru mennerapkan metode yang pada akhirnya penerapan metode ceramah menjadi alternatif yang selalu dipilih.
C. Pembatasan Masalah Dari beberapa pertanyaan yang timbul dalam identifikasi masalah di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kimia masih jauh apa yang kita harapkan. Penulis juga menyadari dalam melakukan penelitian ini memiliki keterbatasan baik secara tenaga, biaya, maupun waktu. Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian dibatasi pada permasalahan ”perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing pada pokok bahasan rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi”. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X5 dan X6 SMA Negeri 1 Pangkalan Semester I Tahun Ajaran 2009-2010. Adapun hasil belajar yang akan dibandingkan adalah rata-rata hasil belajar siswa dari segi kognitifnya saja.
10
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing?”. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi peneliti, dapat memperoleh dan menyampaikan informasi tentang perbedaan dari penggunaan metode make a match dan snowball throwing terhadap hasil belajar kimia dan seberapa besar pengaruhnya. 2. Bagi guru bidang studi khususnya kimia dapat menjadikan metode pembelajaran make a match atau snowball throwing sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan efektif dalam proses belajar mengajar sehingga materi yang disampaikan dapat difahami oleh siswa dengan mudah. 3. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan, bertanggung
jawab
pada
setiap
tugasnya,
mengembangkan
kemampuan berfikir, meningkatkan interaksi sosial, dan memberikan bekal untuk dapat bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar maupun dalam masyarakat.
11
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis 1. Metode Pembelajaran Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.1 Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran.2 Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.3 Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya seorang siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar menerima apa yang diberikan oleh guru, belajar secara mekanik, materi seragam, sesuai pola yang telah 1
Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008) h.124 3 Dharma,Surya, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS 2008), hal. 5 2
11
12
disepakati,
memberikan
kebebasan
kepada
anak
untuk
berkreasi,
berimajinasi, berfantasi, berinovasi sesuai dengan kekuatan dan keunikan anak. Untuk itu perlu adanya alternatif pemilihan penggunaan metode pembelajaran yang lebih konstruktif, menekankan kepada kebebasan anak baik secara individu maupun kelompok yang diliputi oleh motivasi belajar yang didasari oleh sikap senang dalam proses belajar mengajar. Jadi, secara garis besar metode pembelajaran adalah suatu cara atau prosedur yang ditempuh pendidik dalam mengelola pembelajaran, sehingga dicapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Secara umum metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam,
yaitu
metode
pembelajaran mandiri.
4
pembelajaran
kolaboratif
dan
metode
Metode pembelajaran kolaboratif merupakan
metode pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar khususnya pembelajaran konstruktivisme yang dipelopori oleh Vigotsky. Dia memperkenalkan gagasan bahwa belajar adalah sebuah pengalaman sosial. Pertama individu berpikir secara sendiri-sendiri membuat makna pribadi, kemudian mereka menguji hasil pemikirannya dalam dialog dengan yang lain untuk membangun pengertian yang didiskusikannya. Collaborative Learning juga mendasarkan teori Piaget yaitu Construtivist Theory yang memperkenalkan dengan gagasannya Active Learning. Ia percaya bahwa siswa bekerja lebih baik jika mereka berpikir secara
bersama
dalam
kelompok,
merekam
pemikirannya,
dan
menjelaskannya dengan mempresentasikan hasil karyanya. Mereka secara aktif mendorong dengan yang lain untuk berpikir bersama, agar mereka menjadi lebih tertarik dalam belajar. Jadi yang dimaksud metode pembelajaran kolaboratif adalah metode pembelajaran di mana anak belajar dalam satu kelompok dan memiliki rasa saling ketergantungan dalam penyelesaian tugas, bekerja bersama, adanya sharing pengetahuan dan interaksi di antara anggota dalam kelompok. 4Parwoto, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Kreativitas Anak dalam Bermain Komputer, E-Learning BPPLSP Regional V.
13
Kozma, Belle, William (1978) mengartikan “Belajar mandiri sebagai usaha individu yang otonom untuk mencapai suatu kompetensi akademis”. Belajar mandiri tidak sama dengan “pengajaran individu” (individualized instruction). Personalized System of Instruction (Keller), Computer Assisted Instruction, Programmed Instruction (Skinner) merupakan contoh dari pangajaran individu, namun bukan pembelajaran individual. Walaupun demikian, sistem pengajaran individu merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan proses belajar mandiri anak. Brookfield (1984) menyatakan bahwa “belajar mandiri memberikan kesempatan
kepada
anak
untuk
menentukan
tujuan
belajarnya,
merencanakan proses belajarnya, menggunakan sumber-sumber yang dipilihnya, membuat keputusan-keputusan akademis, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang dipilihnya untuk mencapai tujuan belajarnya”. Dengan pendapat ini, berarti anak secara aktif berpartisipasi dalam menentukan apa yang akan dipelajarinya dan bagaimana cara belajarnya. Belajar mandiri bukan merupakan usaha mengisolasi anak dari bimbingan pendidik karena pendidik berfungsi sebagai sumber, pemandu, dan pemberi semangat.5 Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud belajar mandiri adalah usaha individu dengan kemampuannya sendiri untuk mencapai suatu kompetensi belajar tertentu sehingga anak akan mampu mengatasi tantangan baru tanpa ketergantungan pada pemecahan masalah pada guru atau pada orang lain. Salah satu contoh metode kolaboratif adalah metode make a match atau mencari pasangan yang merupakan metode pembelajaran yang didasarkan atas falsafah homo homini socius, dan juga metode pembelajaran snowball throwing yang merupakan metode pembelajaran aktif (active learning), yang dalam pelakksanaanya banyak melibatkan peran siswa,
5Parwoto, Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Kreativitas Anak dalam Bermain Komputer, ….ibid.
dan
Motivasi
14
kedua metode ini dapat dijadikan sebagai metode alternatif bagi guru dalam mengajar di kelas. a. Metode Pembelajaran Make A Match Metode pembelajaran make a match adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran yang didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.6 Menurut Arends model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan
penerimaan
terhadap
keanekaragaman,
dan
pengembangan
keterampilan sosial.7 Sedangkan Slavin, meskipun cooperative learning mencakup beragam tujuan sosial, tetapi juga dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting.8 Ada banyak alasan yang membuat model cooperative learning memasuki jalur utama praktik pendidikan, salah stunya adalah untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lainnya adalah tumbuhnya sebuah kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir,
6
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestaka Pustaka, 2007), h. 44 7 Richard I. Arends, Learning To Teach (Belajar untuk Mangajar), diterjemahkan oleh Helly Prajitno dan Sri Mulyantini (Yogyakarta: Pustaka pelajar . 2008), hal . 5 8 Ibid…..h. 5
15
menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.9 Metode make a match atau metode mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:10 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
9Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Sebuah Terjemahan dari Coopertive Learning Theory, Research, and Practice Karya Allymand Bacon), (Bandung: Nusa media, 2009), h. 4-5 10 Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc. 25/01/09
16
7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. Penerapan metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masingmasing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok. b. Metode Pembelajaran Snowball Throwing Snowball throwing merupakan salah satu metode pembelajaran aktif (active learning), yang dalam pelakksanaanya banyak melibatkan siswa. Sedangkan peran guru disini hanya berposisi sebagai pemberi arahan awal mengenai topic atau materi pembelajaran, dan selanjutnya bertanggung jawab menertibkan jalannya proses pembelajaran. Secara etimologi, snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Jadi snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam snowball throwing bola salju merupakan kertas yang berisikan pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temanya sendiri untuk dijawab.11 Dalam metode pembelajaran ini, guru bertugas membentuk kelompok siawa yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas
11 Forum Guru Madin (Media Komunikasi Guru Madrasah Diniyah). “Snowball Thrrowing”. Diakses: http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowballthrowing_08.html.,(03/08/ 2010 Jam 12.41)
17
dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Adapun dalam penerapannya dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masingmasing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian
menjelaskan
materi
yang
disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit. 6) Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7) Guru memberikan kesimpulan.12 Metode
pembelajaran
snowball
throwing
pada
hakikatnya
mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun, dalam penerapannyapun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Factor-faktor tersebut antara lain kondisi peserta didik, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa dituntut untuk bisa menjawap pertanyaan dari temanya sendiri.
12 Forum Guru Madin (MediaKomunikasi Guru Madrasah Diniyah), “Snowball Thrrowing”. Diakses: http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html., (03/08/ 2010 Jam 12.41)
18
2. Hakikat Pembelajaran a. Pengertian Belajar Menurut Zikri, belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).13 Belajar juga merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangakan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.14 Hilgard mengungkapkan: “learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs(wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from change by factors not attributable to training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.15 Morgan dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan bahawa “belajar adalah setiap perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.16 Dari beberapa pernyataan mengenai pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan hal yang mengandung perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar melalui latihan atau pengalaman di dalam laboratotrium belajar maupun di luar laboratorium belajar.
13 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006). h. 76 14 Mulyati Arifin dkk. Strategi Belajar Mengajar Kimia (Prinsip dan Aplikasinya Menuju Pembelajaran yang Efektif), (bandung: 2006), h. 8 15 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008) h.110 16 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) h. 84
19
Perubahan itu sendiri dapat terjadi karena ada pengalaman atau praktik yang dilakukan siswa dengan sengaja dan disadari ataupun tak disadari oleh siswnya, dimana perubahan itu dapat bersifat bermanfaat sesuai dengan yang menjadi harapan siswa, disamping itu juga perubahan dapat menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik dibandingkan dengan yang telah ada sebelumnya. Selain itu perubahan sendiri dapat terjadi karena usaha yang dilakukan oleh siswa itu sendiri ataupun terjadi bukan karena dengan sendirinya seperti proses kematangan atau kedewasaan yang terjadi pada siswa itu sendiri. Menurut Winkel, belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang dapat
menghasilkan
sejumlah
perubahan
dalam
pengetahuan-
pemahaman, sebuah keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.17 Sedangkan menurut Reber dalam kamus susunannya yang terkenal modern, Dictionary of Psychology membatasi pengertian belajar kedalam dua definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai latihan yang diperkuat. Pengertian yang pertama biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif, karena oleh sebagian ahli dipandang kurang
representatif
karena
tidak
mengikutsertakan
perolehan
18
keterampilan nonkognitif. Timbulnya
keanekaragaman
pendapat
para
ahli
mengenai
pengertian belajar merupakan suatu fenomena perselisihan yang wajar karena adanya titik
perbedaan cara pandang. Namun secara umum
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku 17
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran. (Jakarta: PT. Grasindo, 1996), h. 53 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 91 18
20
individu yang relatif menetap sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan di sekitarnya yang melibatkan proses kognitif. b. Domain dan Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.19 Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Menurut Bloom, terdapat tiga ranah yang merupakan hasil belajar diantaranya ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psychomotor domain)20.
Untuk tujuan pengukuran, ketiga domain
tersebut disusun secara hirarki dalam tingkat-tingkat mulai tingkat terendah dan sederhana hingga tertinggi dan paling kompleks: 1) Ranah kognitif (cognitive domain), ranah kognitif hasil belajar dibedakan ke dalam beberapa tingkat yaitu C1 (mengenal atau menghafal), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi). a) Hapalan atau pengetahuan (C1) mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, prinsip atau istilah serta metode yang diketahui. 19
Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal No.16/IX/TEKNODIK/Juni/2005), h.155 20 Suharsimi Arikunto, “ Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 117
21
b) Pemahaman (C2) mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk yang lain, seperti rumus matematika ke dalam kata-kata, membuat kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti data dalam grafik. c) Penerapan (C3) meliputi kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru atau kongkrit. d) Analisis (C4) meliputu kemampuan menganalisa atau merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. e) Sintesis (C5) meliputi kemampuan menemukan hubungan yang unik, seperti mengkomunikasikan gagasan atau pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar dan simbol ilmiah. f) Evaluasi (C6) merupakan kemampuan yang mencakup kemampuan untuk membentuk pandangan mengenai sesuatu atau beberapa hal dengan pertanggungjawaban pendapat yang berdasarkan kriteria tertentu. 2) Ranah afektif (affective domain), ranah afektif hasil belajar dibedakan menjadi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. a) Penerima: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. b) Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. c) Penilaian atau penentuan sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penlilaian itu.
22
d) Organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. e) Pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehudupannya sendiri. 3) Ranah psikomotorik (psychomotoric domain), ranah psikomotorik hasil belajar dibedakan menjadi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, dan gerakan kompleks. a) Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. b) Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. c) Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). d) Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. e) Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar tepat, dan efisien. f) Penyesuaian
pola
gerakan:
mencakup
kemampuan
untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi
setempat
atau
dengan
menunjukkan
keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
suatu
taraf
23
g) Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. 21 Sedangkan menurut Gagne dalam Dahar, penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut sebagai kemampuan (capabilitis). Menurutnya, terdapat lima macam kemampuan, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Kelima kemampuan tersebut diantaranya: keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik. 22 1) Keterampilan Intelektual Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinterasi dengan lingkungannya melalui penggunaan symbol-simbol atau gagasangagasan. Belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkatan pertama sekolah dasar atau bahkan sewaktu taman kanak-kanak dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang. Selama
bersekolah,
banyak
sekali
jumlah
keterampilan-
keterampilan intelektual yang dipelajari seseorang. Keterampilanketerampilan yang didapat melalui berbagai mata pelajaran yang dapat digolongkan berdasarkan tingkat kompleksitasnya. Selama proses belajar inilah perkembangan intelektual seseorang dapat berubah. Semakin tinggi jenjang pendidikan dan semakin dewasa seseorang semakin banyak pula tantangan dan hambatan yang akan menjadi masalah. Oleh karena itu untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturan-aturan yang tinggi, yaitu aturan-aturan yang kompleks.
21 22
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), h. 245-250 Ratna Wilis Dahar , Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga.1996) h. 134-140
24
2) Strategi-Strategi Kognitif Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berfikir ialah strategi kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir. Strategi-strategi dikelompokkan
kognitif
menjadi
sesuai
beberapa
dengan
macam
fungsinya
diantaranya:
dapat strategi
menghafal (rehearsal strategies), strategi elaborasi, strategi pengaturan (organizing strategies), strategi metakognitif, dan strategi afektif. 3) Informasi Verbal Informasi verbal juga disebut dengan pengetahuan verbal, nama lain untuk pengetahuan verbal ini ialah pengetahuan deklaratif. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi, dan media lainnya. 4) Sikap-sikap Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadiankejadian, atau makhluk-makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Dalam pelajaran sains misalnya, sikap sosial ini dipelajari selama siswa melakukan percobaan di laboratorium. Antara lain disebutkan, selama memanaskan zat-zat dalam tabung reaksi hendaknya para siswa jangan menghadapkan mulut tabung reaksi itu pada temannya, agar temannya jangan sampai kena percikan zat yang dipanaskan. Perlu diingat bahwa, suatu sikap dapat mempengaruhi perilaku khusus seseorang.
25
5) Keterampilan-keterampilan Motorik Keterampilan-keterampilan
motorik
tidak
hanya
mencakup
kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik, atau misalanya dalam pelajaran sains tentang cara menggunakan mikroskop, menggunakan neraca timbangan dan sebagainya. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Belajar yang baik dapat menghasilkan nilai yang baik, begitupun sebaliknya belajar yang buruk maka hasilnya pun akan buruk. Baik buruknya hasil yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah: 1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang terdiri : a) Faktor-faktor nonsosial Kelompok ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat peraga dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat plajaran. b) Faktor-faktor sosial Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia
(sesama
manusia),
baik
manusia
itu
ada
maupun
kehadirannya tidak dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. 2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, yang terdiri dari : a) Faktor-faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tonus jasmani dan fungsi-fungsi fisiologis tertentu (fungsi pancaindera).
26
b) Faktor-faktor psikologis Faktor-faktor psikologis siswa merupakan faktor rohani yang didalamnya mencakup intelgensi, sikap, minat, dan motivasi yang dapat mempengaruhi belajar siswa.23 3) Faktor Instrumental24 Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat sebagai sarana agar tercapainya tujuan-tujuan yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan gurunya sendiri. Kalau sudah berbicara kurikulum berarti kita akan berbicara mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas bahawa faktor instrumental ini sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar. 3. Hakikat Pembelajaran Kimia Pembangunan pada era globalisasi akan dapat berjalan dan berhasil apabila oleh oleh SDM yang benar-benar menguasai Iptek. Untuk menguasai iptek diperlukan sebuah dasar yang kuat, yakni penguasaan terhadap
mata
pelajaran
Matematika
dan
IPA
(Sains).
Seiring
perkembangan sains dan teknologi, peranan pendidikan kimia sebagaiu bagian dari sains mempunyai peranan yang semakin penting. Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari
237
23
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (jakarta: Rja Grafindo Persada, 2005), h. 233-
24
(Jakarta:Gaung
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru), Persada Press, 2008), h. 32
27
berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.25 Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya.26 Ilmu kimia ini sarat dengan konsep (terutama konsep) bersifat abstrak dan konsep-konsep ini berjenjang, berkembang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks. Pelajaran kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan menjadi momok dikalangannya. Kimia menjadi momok karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini, para siswa menganggap konsep-konsep yang ada di dalam pelajaran kimia sebagai konsep-konsep yang abstrak dan sulit. Akibatnya, konsep-konsep kimia menjadi semakin jauh jaraknya dengan realita keseharian dalam kehidupan mereka.27 Pernyataan di atas sampai sekarang pun masih menjadi problematika utama para guru kimia untuk menghilangkan pandangan para peserta didik. Sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung para peserta didik sudah tak merasa pesimis melainkan akan termotivasi dan antusias dalam untuk meneriam materi yang akan disampaikan oleh guru. Sehingga dengan demikian tujuan yang ingin diraihpun akan tercapai. Kenyataan yang ada sekarang, PBM di sekolah bahkan belum memberikan kesempatan yang maksimal kepada siswa untuk dapat mengembangkan kreativitas dan keterampilnnya. Menurut Hadiat dalam Atiek Winarti, fenomena umum pembelajaran IPA (Sains) termasuk kedalamnya kimia yang nampak pada saat ini antara lain sebagai berikut :
25 26
h. 4
http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia. 27/07/09 21:47 J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004),
27 Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboiratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII, h. 354
28
a. Gaya belajar guru yang selalu mendrill siswa untuk menghafalkan berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep itu sendiri, dengan alasan untuk mengejar target ujian akhir. b. Pengajaran sains hanya dipelajari dengan cara menghapal tanpa disertai kerja laboratorium. c. Pada umumnya guru masih berpendapat bahwa mngajar adalah suatu kegiatan menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang konsep,
dan
bukan
bagaimana
mengajarkan
siswa
untuk
menemukan konsepnya sendiri. d. Beberapa buku yang digunakan di sekolah sering kali kurang memenuhi kaidah-kaidah pendidikan, seperti buku tanya jawab yang tanpa disertai penalaran jawaban.28 Permasalahan dalam pembelajaran sebenarnya dapat diatasi dengan cara merancang suatu sistem pembelajaran yang sedemikian rupa sehingga pembelajaran terasa menyenangkan bagi siswa, dengan cara melalui pemilihan pendekatan, metode, dan media yang tepat. Maka selain dapat mempermudah para peserta didik dalam memahami keabstrakan konsep kimia, juga dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan proses siswa. Pemilihan pendekatan, metode dan media sangat penting karena mengingat pada sekarang ini pengajaran IPA terutama pengajaran kimia yang tidak hanya diharapkan sekedar memberikan kemampuan siswa agar dapat memecahkan soal-soal kimia, akan tetapi juga secara konkrit harus ikut membentuk cara berpikr kritis, logis serta ilmiah para peserta didik. Karena dengan kemampuan tersebut siswa diharapkan dapat menghadapi semua perubahan-perubahan yang terjadi begitu cepat pada era globalisasi ini dengan sikap yang terbuka.
28 Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboiratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII, h. 356-357
29
4. Konsep Tata Nama Senyawa, dan Persamaan Resaksi a. Rumus Kimia Rumus kimia pertama kali ditemukan oleh ilmuwan dari Swedia yang bernama Jons Jakob Berzelius, yang mengusulkan penulisan rumus kimia
zat
mengunakan
lambang
unsur
yang
ditulis
secara
berdampingan.29 Rumus kimia di bedakan menjadi rumus molekul dan rumus empiris. 1) Rumus Molekul Rumus molekul menyatakan jenis dan perbandingan atom-atom unsur dalam molekul unsur atau senyawa. Ada beberapa pengecualian dalam penulisan rumus molekul, antara lain penulisan rumus kimia etanol yang pada umumnya ditulis sebagai C2H5OH bukan C2H6O. hal ini untuk menunjukan adanya gugus fungsi OH sebagai karakteristik senyawa alcohol. 2) Rumus Empiris Rumus empiris digunakan untuk menyatakan jenis dan perbandingan sederhana dari atom-atom unsur dalam zat (unsur atau senyawa). Perhatikan contoh berikut. Tabel 2.1 Beberapa Contoh Penulisan Rumus Empiris Unsur Hidrogen Oksigen Fosfor Belerang
Rumus molekul H2 O2 P4 S8
Rumus empiris H O P S
Jenis rumus empiris ada 2 macam, rumus empiris senyawa molekul/senyawa kovalen, dan rumus empiris senyawa ion.
29
149
J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.
30
Yang dimaksud rumus kimia
untuk unsur dan senyawa
molekul/kovalen adalah rumus molekul sedangkan yang dimaksud rumus kimia untuk senyawa ion adalah rumus empiris. b. Tata Nama Senyawa Tatanama kimia merujuk pada sistem penamaan senyawa kimia. Telah dibuat sistem penamaan spesies kimia yang terdefinisi dengan baik. Senyawa organik diberi nama menurut sistem tatanama organik. Senyawa anorganik dinamai menurut sistem tatanama anorganik.30 Tatanama
yang
biasa
dilakukan
adalah
tatanama
IUPAC
(International Union of Pure and Applied Chemistry) yang didasarkan atas rumus kimia senyawa. 1) Tata Nama Senyawa Anorganik Tata nama senyawa anorganik dapat dikelompokkan menjadi: a) Senyawa biner dari logam dan non logam Jenis senyawa ini pada umunya adalah senyawa ion. Logam membentuk ion positif (kation) dan non logam membentuk ion negatif (anion). Adapun tata nama senyawa biner logam dan non logam dalah sebagai berikut: - Penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion non logam. Tabel 2.2 Contoh Nama Senyawa Biner Logam dan Non-Logam Nama Kation
Anion nonlogam
Rumus kimia
Kation logam
NaCl
Na+
Natrium
Cl-
MgF2
Mg2+
Magnesium
F-
Ag2S
Ag+
Perak
S2-
30
http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia. 27/07/09 21:47
Nama anion
Nama senyawa
Natrium klorida Magnesium Fluorida fluorida Perak Sulifida sulfida Klorida
31
- Untuk logam yang dapat membentuk beberapa kation dengan muatan berbeda, maka muatan kationnya dinyatakan dengan angka Romawi Sebagai contoh, senyawa FeO dan Fe2O3. Fe dapat membentuk kation Fe3+ dan Fe2+,. Oleh karena itu oksida (O2-) mempunyai muatan 2-, maka: - Kation besi pada FeO haruslah Fe2+ agar dapat menetralkan muatan O2-. Jadi namanya adalah besi(II) oksida. - Kation besi pada F2O3 haruslah Fe3+ karena 2Fe3+ (total muatan +6) dapat menetralkan 3O2- (total muatan -6). Jadi namanya adalah besi (III) oksida. b) Senyawa biner dari non logam dan non logam Senyawa biner dari dua non logam umunya adalah senyawa molekul. Tata nama senyawanya adalah sebagai berikut: - Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut: B-Si-As-C-P-N-H-S-I-Br-Cl-O-F Contoh : HCl (Nama H lalu nama Cl) ClF ( Nama Cl lalu nama F) PCl3 (Nama P lalu nama Cl) - Penamaan dimulai dari atom non logam pertama diikuti nama non logam kedua yang diberi akhiran –ida Contoh: HCl (dinamakan hidrogen klorida) ClF (dinamakan klorin fluorida) - Jika dua jenis non-logam dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya Perhatikan contohnya sebagai berikut: Tabel 2.3 Rumus dan Nama Kimia Rumus kimia CO CO2 NO NO2 N2 O
Nama Karbon monooksida Karbon dioksida Nitrogen monooksida Nitrogen dioksida Dinitrogen monooksida
32
- Tata nama IUPAC tidak perlu digunakan untuk senyawa yang memiliki nama umum. Contoh: Rumus kimia H2 O NH3 N2 H 4
Nama Air Ammonia Hidrazin
c) Senyawa yang mengandung poliatom Banyak senyawa ion yang mengandung ion poliatom. Ion poliatom ini dapat berupa kation poliatom atau anion poliatom. Akan tetapi, kebanyakan ion poliatom berupa anion poliatom (bermuatan negatif). Tata nama senyawa yang mengandung ion poliatom adalah sebagai berikut: - Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam dan anion poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion poliatom Contoh: Rumus kimia NaOH KCN PbSO4 Al2(SO4)3
Kation logam Na+ K+ Pb2+ Al3+
Anion poliatom OHCNSO42SO42-
Nama senyawa Natrium hidroksida Kaliumsianida Timbal(II) sulfat Aluminium sulfat
- Untuk senyawa yang terdiri kation poliatom dan anion monoatom/poliatom, penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti nama anion monoatom/poliatom Contoh: NH4Cl NH4CN NH4OH (NH4)2SO4
: amonium klorida : amonium sianida : amonium hidroksida : amonium sulfat
33
d) Senyawa asam Asam dapat didefinisikan sebagai zat kimia yang dalam air melepas ion H+. contohnya dalah HCl. Dalam keadaan murni, HCl adalah senyawa molekul dan berada sebagai gas. Akan tetapi, jika HCl dilarutkan ke dalam air, maka HCl akan melepas atom H sebagai ion H+. senyawa demikian disebut dengan senyawa asam. Tata nama senyawa asam adalah sebagai berikut : - Untuk senyawa asam biner (terdiri dari 2 jenis unsur), penamaan dimulai dari kata ‘asam’ diikuti nama sisa asamnya, yakni anion non-logam (sisa asam adalah asam tanpa H) Contoh:
HCl HF H2S
: asam klorida : asam fluorid : asam sulfide
- Untuk senyawa asam yang terdiri dari 3 jenis unsur, penamaan dimulai dari kata ‘asam’ diikuti nama sisa asamnya, yakni anion poliatom. Contoh:
HCN : asam sianida H2SO4 : asam sulfat H2CO3 : asam karbonat HCH3COO atau CH3COOH : asam asetat
2) Tata Nama Senyawa Organik Tata nama organik atau lengkapnya tatanama IUPAC untuk kimia organik adalah suatu cara sistematik untuk memberi nama senyawa organik yang direkomendasikan oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Idealnya, setiap senyawa organik harus memiliki nama yang dari sana dapat digambarkan suatu formula struktural dengan jelas31 Adapun tata nama senyawa organik adalah sebagai berikut: 31
http://id.wikipedia.org/wiki/Tatanama_organik. 27/07/09. 21:52
34
a) Senyawa organik paling sederhana hanya mengandung atom C dan H yang dikenal sebagai senyawa hidrokarbon. Nama senyawa dimulai dengan awalan sesuai jumlah atom C yang dimiliki, dan diberi akhiran –ana. Jumlah atom C CH4 C2H6 C3H8
1 2 3
Awalan
Nam senyawa
MetEtProp-
Metana Etana Propana
b) Untuk senyawa yang jika atom atau gugus atom pada senyawa diganti dengan atom atau gugus atom lainnya adalah sebagai berikut: Rumus kimia - Jika atom H diganti CH2OH dengangugus –OH, maka akhiran –ana diganti -anol - Jika atom H diganti atom CH3Cl halogen (Cl, F, I, Br), maka CH2Cl2 diberi awalan ‘halo-’, jika lebih CHCl3 dari 1 atom H diganti dengan CCl4 lebih dari 1 atom halogen sejenis, maka gunakan awalan di, tri, tetra, dan seterusnya. - Jika atom H diganti dengan CH3NH2 gugus –NH2, maka akhiran -ana diganti -ilamina - Jika atom H diganti gugus -NO2 CH2NO2 maka diberi awalan nitro- Jika gugus –CH3 diganti gugus HCOOH –COOH, maka nama pertama senyawa adalah ‘asam’, didikuti nama senyawa tetapi akhiran – ana diganti dengan -anoat
Nama senywa metanol
Klorometana Diklorometana Triklorometana Bromometana
Metilamina Nitrometana Asam metanoat
c) Senyawa organik penting lainnya adalah benzena mempunyai rumus kimia C6H6. Perhatikan penamaan senyawa jika satu atom H diganti dengan atom atau gugus atom lainnya.
35
Rumus kimia C6H6 C6H5OH C6H5NH2 C6H5NO2 C6H5COOH
Nama senyawa Benzena Hidroksibenzena Aminabenzena Nitrobenzena Asam karboksilat benzena
Nama lazim Fenol Anilina Asam benzoat
c. Persamaan Reaksi Pada prinsipnya, reaksi kimia adalah suatu perubahan materi yang melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Pemutusan ikatan kimia menyebabkan zat-zat pereaksi terpisah menjadi atom-atomnya. Atom-atom ini akan disusun ulang sebelum bergabung kembali membentuk ikatan kimia dalam zat-zat produk reaksinya.32 Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi searah, untuk reaksi dua arah, dan ֖ untuk reaksi kesetimbangan. Misalnya, persamaan reaksi pembakaran metana (suatu gas pada gas alam) oleh oksigen dituliskan sebagai berikut: CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O Misalnya proses Haber (reaksi sintesis amonia) dengan perubahan entalpi (∆H) dituliskan sebagai berikut: N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ∆H = -92.4 kJ/mol. Suatu persamaan disebut setara jika jumlah suatu unsur pada sebelah kiri persamaan sama dengan jumlah unsur tersebut di sebelah kanan, dan dalam reaksi ionik, jumlah total muatan harus setara juga.33 Persamaan reaksi menggambarkan zat-zat kimia yang terlibat sebelum dan sesudah reaksi kimia baik secara kualitatif maupun kuantitaif. Hal ini dinyatakan oleh rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud zat-zat. 159
32
J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.
33
http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_reaksi. 27/07/09. 21:52
36
1) Rumus kimia zat-zat Zat-zat yang terlibat dalam reaksi dinyatakan oleh rumus kimianya. Zat yang berada di ruas kiri disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat diruas kanan disebut produk reaksi (hasil reaksi). 2) Koefisien reaksi Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel (atom, molekul, ion) atau unit rumus (senyawa ion). Nilai koefisien reaksi sedemikian rupa agar persamaan reaksi menjadi setara yakni memenuhi Hukum Kekekalan Massa dari Lavoisier 3) Wujud zat dalam persamaan reaksi, wujud atau keadaan zat dalam suatu persamaan reaksi dapat disertakan atau dituliskan. Ada 4 wujud atau keadaan zat yang diutulis sebagai subkrip (huruf kecil setelah rumus kimia). Seringkali pada suatu persamaan reaksi, wujud zat yang bereaksi dituliskan dalam singkatan di sebelah kanan rumus kimia zat tersebut. Padat atau solid ditulis denghan lambang s Cair atau liquid ditulis denghan lambang l Gas atau gas ditulis denghan lambang g Larur dalam air atau aqueous ditulis denghan lambang aq Contoh: 2K (s) + 2H2O (l) → 2KOH (aq) + H2 (g) Cara Penulisan Persamaan Reaksi 1) Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui. 2) Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. a) Pilih zat dengan rumus kimia paling kompleks. Tetapkan nilai koefisien reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien sementara untuk zat-zat lainnya dengan huruf a, b, c, dan sterusnya.
37
b) Setarakan atom-atom pada zat paling kompleks tersebut. Jika terdapat ion poliataom di ruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom. c) Setarakan atom-atom lainnya. Jika terdapat ion poliataom diruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom. d) Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi) 5. Penelitian Relevan Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
Tarmizi,
dengan
menggunakan metode pencarian kartu pasangan ini siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal dan dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya
dengan
sederhana
dan
jelas
secara
bersama-sama.
pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut: a. mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan b. materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa c. mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50%.34 Hasil penelitian Fatmawati menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dari Siklus I ke Siklus II, yaitu rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat dari 66,67 ± 7,35 di Siklus I menjadi 77,50 ± 6,39 di Siklus II. Adapun jumlah siswa yang berada pada kategori tuntas sebanyak 21 orang di Siklus I menjadi 28 orang di Siklus II, sedangkan siswa yang berada pada kategori tidak tuntas sebanyak 9 orang di Siklus I menjadi 2 orang di Siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil
34 Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc. 25/01/09
38
belajar siswa kelas VIII4 SMP Negeri 26 Makassar melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif make a match.35 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rizca Safitri, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa : Ada pengaruh penggunaan metode kolaborasi quantum teaching-snowaball throwing hal ini dapat dilihat pada taraf kontigensi C yang menempati taraf C = 0,79 dan Cmaks = 0,87 sehingga, C termasuk dalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan penggunaan metode kolaborasi quantum teaching-snowball throwing mempunyai pengaruh tinggi terhadap hasil belajar.36 Mawaridah dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan melalui metode pembelajaran quantum teaching-snowball throwing dan metode ceramah bermakna (thitung (2,326) dan ttabel (2,001); thitung > ttabel). Sehingga ada korelasi yang kuat antara motivasi belajar dengan hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan melalui metode quantum teaching-snowball throwing (eksperimen = 0,634).37 B. Kerangka Pikir Belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku pada individu yang belajar dan perubahan itu menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku. Proses belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan 35
Fatmawati, Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VIII4 Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match (Mencari Pasangan) pada Konsep Sistem Peredaran Darah Pada Manusia SMPN 26 Makassar. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Pro.Dr. Musyafar, M.Pd dan Drs. Adnan, M.S). diakses : http://blog.unm.ac.id/adnanbio/2010/06/ 03/08/010 Jam 13:37. 36 Rizca Safitri, Pengaruh Penggunaan Metode Kolaborasi Quantum Teaching-Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X Sma Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009. Diakses : http://skripsi.unila.ac.id/2009/08/07/pengaruh-penggunaan-metodekolaborasi-quantum-teaching-snowball-throwing-terhadap-hasil-belajar-sejarah-siswa-kelas-xsma-negeri-12-bandar-lampung-tahun-ajaran-20082009/, 31/07/2010 Jam 11.40 37 Nurul Mawaridah, Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Teaching-Snowball Throwing terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Malang pada Materi Senyawa Hidrokarbon Tahun Pelajaran 2009/2010 . diakses: http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/7427. (03/08/2010 Jam 13.07)
39
fakror ekstenal dari sisw tersebut. Faktor internal meliputi minat, bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas guru, lingkungan, keluarga dan masyarakat. Hasil belajar siswa akan tercapai bila kedua faktor tersebut dapat mendukung dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran ilmu kimia merupakan pembelajaran yang sarat dengan konsep-konsep abstrak. Sehingga belajar kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu pelajaran yang paling sulit. Ilmu kimia yang sarat dengan konsep (terutama konsep) yang bersifat abstrak dan konsep-konsep ini berjenjang, berkembang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks. Metode pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Para guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, begitu juga dengan pengunaan metode akan terasa sulit untuk mentransfer materi kepada para siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek misalnya seperti materi IPA, khususnya kimia. Salah satu faktor eksternal yang memepengaruhi hasil belajar adalah pengunaan metode yang bervariasi dalam pembelajran di kelas. variasi metode diharapkan menjadi sebuah terobosan yang ditunggu dari guru-guru yang mempunyai kreatifitas dan profesional, yang secara tidak langsung akan memotivasi siswa untuk ikut serta dalam proses belajar mengajar, sehingga akan tercipta suasana yang mengasyikan bagi siswa ditambahkan dengan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan media yang digunakan. Bila semua itu dilakukan maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar pun akan lebih baik. Metode make a match atau metode pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Kedua metode ini dalam proses pembelajarannya sangat melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan motivasi, keaktifan, komunikasi dan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat
40
terarah dengan lebih baik sehingga kesulitan belajar pun dapat dikurangi. Dengan begitu materi atau konsep yang disampaikan dapat difahami dan hasil belajar pun meningkat. Metode Make a Match & Snowball Throwing
Faktor Eksternal
- Meningkatkan minat dan motivasi siswa - Mengaktifkan siswa - Meningkat komunikasi dan kerjasama antar siswa - Mengurangi kesulitan belajar
Belajar
Penerimaan dan penguasaan konsep meningkat
Faktor Internal
Hasil belajar siswa meningkat Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pikir C. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan landasan dan kerangka pikir yang telah dijelaskan di atas maka perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ho
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang
menggunakan
metode
make
a
match
dengan
yang
menggunakan menggunakan metode snowball throwing. Ha
: Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan
metode
make
a
match
menggunakan metode snowball throwing.
dengan
siswa
yang
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Operasional Penelitian Tujuan operasional dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empirik perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan siswa yang menggunakan metode snowball throwing dalam pembelajaran kimia. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tangggal 04 November s/d 09 Desember tahun ajaran 2009/2010. Sedangkan tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri I Pangkalan yang beralamat di Jln. Raya Pangkalan-Loji Kec. Pangkalan-Karawang 41362. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian quasi eksperimen, disini peneliti menggunakan dua kelas sebagai objek penelitian, yang pertama kelas diberi perlakuan dengan menngunakan metode make a match (kelas X6) dan kedua kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode snowball throwing (kelas X5). Dua kelas tersebut diberikan materi kimia yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini metode make a match dan metode snowball throwing sedangkan variabel bergantung atau terikat yaitu hasil belajar kimia siswa kelas X pada mata pelajaran kimia pada pokok bahasan tata nama senyawa dan persamaan reaksi kimia.
41
42
D. Rancangan Penelitian 1. Rancangan Penelitian Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pretest
Perlakuan
Posttest
A1
Metode Make A Match
A2
B1
Metode Snowball Throwing
B2
Keterangan: A
: Kelas X6 (diberi perlakuan dengan metode make a match)
B
: Kelas X5 (diberi perlakuan dengan metode snowball throwing)
2. Prosedur Perlakuan Secara garis besar penelitian yang akan dilakukan ini menngunakan kelompok, yaitu kelompok yang diberikan pengajaran menggunakan metode make a match. dan kelompok yang diberikan pengajaran dengan menngunakan metode snowball throwing. Sebelum memulai mengajar di kelas, terlebih dahulu menetapkan tujuan pengajaran, mempersiapkan materi yang akan diajarkan dan mempersiapkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan pada masing-masing kelompok. Sebelum perlakuan terhadap masing-masing kelompok dilakukan tes awal (pre-test), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Setelah perlakuan selesai dilaksanakan siswa kembali diberikan tes (post-test), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. E. Populasi dan Sampel Suharsimi Arikunto mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan dari subjek penelitian.1 Maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi targetnya adalah seluruh siswa SMAN 1 Pangkalan yang terdaftar pada tahun ajaran 1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), h. 130
43
2009/2010. Sedangkan yang menjadi populasi terjangkau yaitu seluruh siswa kelas X SMAN Negeri 1 Pangkalan yang terdaftar di Sekolah tersebut pada semester I tahun ajaran 2009/2010. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.2 Pengambilan sampel berasal dari populasi terjangkau yang diambil dari seluruh siswa kelas X SMAN 1 Pangkalan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling. Yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu misalnya karena terbatasan waktu, tenaga, biaya serta kondisi sampel, sehingga tidak dapat mengambil dalam jumlah yang besar. Dalam penelitain ini sampel yang diambil berjumlah dua kelas. Selanjutnya untuk menentukan kelas yang diberi perlekuan dengan menggunakan metode make a match dan kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan snowball throwing dilakukan dengan cara random dari dua kelas yang telah ditentukan. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : a) Variabel bebas
: Metode make a match, dan snowball throwing
b) Variabel terikat
: Hasil belajar kimia
2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sampel siswa SMA Negeri 1 Pangkalan kelas X semester I tahun ajaran 2009/2010 yang terpilih sebagai sampel penelitian. Adapun hal-hal yang dilakukan adalah : a. Kelompok I, yaitu kelas X6 yang diberikan pengajaran menggunakan metode make a match. b. Kelompok II, yaitu kelas X5 yang diberikan pengajaran menggunakan snowball throwing. 2
Ibid, h. 131
44
c. Pada awal dan akhir pertemuan diberikan tes (pre-test dan post-test). 3. Instrumen Penelitian a. Definisi Konseptual Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar ini diperleh melalui evaluasi belajar yang meliputi beberapa tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Hasil belajar kimia adalah ukuran keberhsilan siswa dalam ranah kognitif yang diperoleh melalui evalusi belajar kimia. b. Definisi Operasional Hasil belajar merupakan gambaran tingkat pengetahuan siswa terhadap sasaran pada topik yang dieksperimenkan. Hasil belajar ini diukur berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal test yang telah disusun yang sesuai dengan sasaran belajar. c. Kisi-kisi Instrumen Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes pilihan ganda, yang terdiri dari 5 alternatif pilihan yaitu A, B, C, D, dan E. Soal yang di ujikan untuk mengukur kognitif siswa pada taraf hafalan (C1), pemahaman (2), dan penerapan(C3). Soal tes disusun berdasarkan ruang lingkup materi yang diajarkan. Siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal diberi nilai 1 dan siswa yang menjawab salah diberi nilai 0.
45
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen N O
Indikator
Konsep
1
Rumus kimia
- Menuliskan rumus molekul - Menuliskan rumus empiris
2
Tata Nama Senyawa
- Menuliskan nama senyawa biner - Menuliskan nama senyawa poliatomik - Menuliskan nama senyawa asam - Menuliskan senyawa organik sederhana - Menuliskan rumus kimia senyawa zat yang terlibat dalam persamaan reaksi - Menyetarakan persamaan reaksi sederhana Jumlah
3
Persamaan Reaksi
No. item C1 C2 17 16 15 1, 4, 14
Jumlah C3 2 4
10
19
2
6
12
2
8
1 3, 7
2
9
13
2,
3
5
20
11,18
4
8
7
5
20
4. Pengujian Validitas Menurut Suharsimi validitas suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, dan sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.3 Menurut Sofyan, dkk. Jika skor butir soal dis-kontinum (soal obyektif dengan skor 0 atau 1) maka pengujian validitasnya harus menggunakan korelasi biserial. 5. Pengujian Reliabilitas Selain harus memenuhi syarat validitas, juga harus realibilitas. Uji realibilitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini tetap atau tidak. Sehingga instrumen tes tersebut dapat digubakan di berbagai tempat. 3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), h. 168
46
6. Pengujian Taraf Kesukaran Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang sukar, sedang dan mudah. Taraf kesukaran ini menurut Suharsimi dapat diklasifikasikan sebagai berikut4 : Soal dengan P = 0,10 – 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,30 – 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,70 – 1,00 adalah soal mudah 7. Pengujian Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan siswa yang pandai, dan siswa yang kurang pandai. Angka yang menunjukan daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Harga indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 – 1,00. Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut: D = 00.00-0,20 jelek D = 0.0-0,20 cukup D = 0,20-0,40 baik D = 0,40-0,70 baik sekali Untuk penghitungan keempat uji di atas (validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda) dihitung dengan menggunakan penghitungan automatis yang tersedia dalam progaram khusus ANATES V4.5 G. Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistik untuk mengetahui apakah penggunaan media flash card dengan metode make a match berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah sebagai berikut : Ho
:
Ha
:
µ1 µ1
= >
µ2 µ2
4
h.210
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007).
Drs. Karno To, M.Pd dan Yudi Wibisono, ST. (No. Reg. Hak Cipta di Dirjen HAKI : C002004291-388.
47
Kriteria pengujian : Ho = ditolak jika thitung > ttabel Ho = diterima jika thitung < ttabel Keterangan :
µ1 = Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen. µ2 = Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol Ho = Hipotesis nihil Ha = Hipotesis alternatifH. Teknik Analisis Data Penyajian anlisis data ini penting agar data yang diperoleh dapat dipahami oleh penulis maupun oleh pembaca. 1. Analisis Data Kuantitatif a. Uji Prasyarat 1) Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Liliefors.6 a) Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang terbesar b) Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Zi = Dengan :
Xi − X S
Zi = Skor baku,
Xi = Skor data
X = nilai rata-rata
S = Simpangan baku
c) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel d) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka 6
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 466.
48
S ( Zi ) =
Banyakya M Z 1 M Z 2 ,........Zn M yang ≤ Zi n
e) Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. f) Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut, kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai mutlak) g) Memberikan interpretasi Lhitung dengan membandingkannya dengan Ltabel. Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors. h) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel) yang telah didapat. jika Lhitung ≤ Ltabel
= Data berdistribusi normal
jika Lhitung ≥ Ltabel
= Data tidak berdistribusi normal
2) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan menguji homogenitas dua varians, dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan yaitu kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.7 Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F =
S x2 n∑ fi xi2 − (∑ fi xi )2 2 dimana, S = S y2 n(n −1)
Dengan : F = homogenitas Sx2 = varians data pertama/varians data terbesar Sy2 = varians data kedua/varians terkecil Adapun kriteria pengujiannya adalah: jika Fhitung ≤ Ftabel
= Data bersifat homogen
jika Fhitung ≥Ftabel
= Data tidak bersifat homogen
7
Russeffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung: IKIP Bandung Press), h.295
49
b. Uji Hipotesis Pengujian
Hipotesis
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan uji-t karena: sampel acak, data interval, populasi berdistribusi normal dan memiliki kesamaan varians. Rumus yang digunakan untuk uji-t adalah sebagi berikut:8 (X – Y )
t=
Sx-y
dengan
∑
∑
Keterangan: ∑X2 = ∑(X - X )2 ∑Y2 = ∑(Y - Y )2 X
= rata-rata hasil belajar kelompok X
Y
= rata-rata hasil belajar kelompok Y
nx
= jumlah smpel kelompok X
ny
= jumlah sampel kelompok Y
Sn-y
= galat baku9
Kriteria pengujian dan taraf signifikan α = 0.05 sebagai berikut : Ho diterima jika thitung < ttabel Ho ditolak jika thitung > ttabel 2. Analisis data Deskriptif Data yang diperoleh dari hasil pengolahan data akan dianalisis secara deskriptif. Analisis ini diambil dari data terkait dengan topik yang dibahas yang telah terhimpun, kemudian dianalisis dan dipaparkan dalam bentuk deskriptif.
8 9
Ibid, h.279 Ibid, h.279
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Kognitif Hasil penelitian ini melibatkan dua variabel, yakni variabel bebas yaitu pengggunaan metode make a match dan metode sowball throwing sedangkan variabel terikatnya yaitu hasil belajar kimia siswa pada konsep rumus kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi. Penelitian dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan (1 kali uji pre-test, 4 kali pemberian materi dan perlakuan, dan 1 kali uji post-test) di kelas make a match dan kelas snowball throwing. Disini peneliti memberikan perlakuan yang berbeda kepada dua kelas yaitu kelas X5 dan kelas X6 di SMAN 1 Pangkalan, yang telah dipilih sebagai sampel penelitian. Kelas X6 dengan perlakuan pemberian pembelajaran dengan menggunakan metode make a match dan kelas X5 dengan diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode snowball throwing. Pada pengumpulan data dari hasil belajar kimia, penulis menggunakan tes soal kimia pada konsep rumus kima, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi. Tes ini meliputi pre-test dan post-test. Sebelum pemberian perlakuan pada kedua kedua kelas penulis memberikan pre-test unuk mengetahaui kemampuan awal siswa tentang konsep yang akan di ajarkan. Soal-soal pre-test terdiri dari 20 butir jenis pilihan ganda ganda dengan 5 alternatif pilihan jawaban. Setelah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas tersebut, kemudian peneliti kembali memberikan tes (post-test) dengan soal yang sama seperti pada tes awal (pre-test). Dalam penelitian ini penulis memberikan pre-test dan post-test bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan siswa yang menggunakan metode snowball throwing. Berikut ini penulis sajikan data dari dua kelompok subyek penelitian yang diambil dari pre-test dan post-test. 50
51
1. Deskripsi Data Nilai Kelas Make a Match a. Nilai Pre-test Kelas Make A Match Sebelum diberikan perlakuan, pada kelas ini, siswa diberikan pretest untuk diukur kemampuan awalnya. Adapun nilai hasil pre-test dari siswa kelas make a match yang menggunakan metode make a match dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.1. Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Make a Match Deskripsi Nilai Maksimum Nilai Minimum Rentang Mean Median Modus Standar Deviasi N
Nilai 50 15 35 33,03 32.5 25 dan 45 11,48 38
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa skor tertinggi pre-test yang diperoleh oleh 38 orang siswa kelas make a match sebelum diberikan perlakuan (pre-test) adalah sebesar 50 dan skor terendah yang diperoleh sebesar 15 sehingga mempunyai rentang sebesar 35. Pada nilai terendah ada 4 orang siswa yang memperoleh nilai tersebut dan hanya 5 orang siswa yang dapat mencapai nilai tertinggi. Sedangkan siswa terbanyak memperoleh nilai 25 dan 45. Dari hasil data perhitungan diperoleh nilai rata-rata atau mean nilai pre-test kelas make a match adalah sebesar 33,03, nilai tengah sebesar 32,5 dan nilai modusnya sebesar 25 dan 45. Sedangkan standar deviasi dari nilai pre-test kelas eksperimen ini adalah sebesar 11,48.1 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada deskripsi data skor nilai pre-test tertera dalam tabel distribusi frekuensi yang tertera dibawah ini :
1
Lampiran 5, Distribusi Frekuensi Pre-tes Kelas Make a Match, hal. 73-74
52
Tabel 4.2. Disrtibusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Make a Match Xi
Fi
FiXi
ഥ Xi-X
ഥ )2 (Xi-X
ഥ )2 f(Xi-X
15 20 25 30 35 40 45 50 ∑
4 4 6 5 5 3 6 5 38
60 80 150 150 175 120 270 250 1255
-18.03 325.08 -13.03 169.78 -8.03 64.48 -3.03 9.18 1.97 3.88 6.97 48.58 11.97 143.28 16.97 287.98 -4.24 1052.25
1300.32 679.12 386.89 45.90 19.40 145.74 859.69 1439.90 4876.97
Frekuensi Absolut Relatif (%) 4 10.53 4 10.53 6 15.79 5 13.16 5 13.16 3 7.89 6 15.79 5 13.16 38 100
b. Nilai Post-test Kelas Make A Match Nilai post-test ini diambil dari tes akhir setelah kelas ini diberikan perlakuan, adapun perlakuan yang diberikan kepada kelas ini adalah dengan menggunakan metode make a match. Berdasarkan hasil nilai post-test kelas yang telah diberikan perlakuan dengan menggunakan metode make a match pada konsep rumus kimia, tata nama senyawa dan rumus kimia maka diperoleh data sebagai berikut : Table 4.3. Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Make a Match Deskripsi Nilai Maksimum Nilai Minimum Rentang Mean Median Modus Standar Deviasi N
Nilai 80 45 35 64.34 65 60 9.88 38
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa skor tertinggi post-test yang diperoleh oleh 38 siswa kelas make a match setelah diberikan
53
perlakuan dengan menggunakan metode make a match adalah sebesar 80 dan skor terendah yang diperoleh kelas ini sebesar 45 sehingga mempunyai rentang sebesar 35. Pada nilai terendah dan tertinggi ada 3 orang siswa yang memperoleh nilai tersebut. Dari hasil data perhitungan juga diperoleh nilai rata-rata sebesar 64.34, nilai tengah sebesar 65 dan nilai modusnya sebesar 60 sedangkan standar deviasi dari nilai post-test kelas eksperimen ini adalah sebesar 9.88.2 Untuk lebih jelasnya berikut deskripsi data skor nilai post-test tertera dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini : Gambar 4.4. Disrtibusi Frekuensi Nilai Post-test Kelas Make a Match Xi
Fi
FiXi
ഥ Xi-X
ഥ )2 (Xi-X
ഥ )2 f(Xi-X
45 50 55 60 65 70 75 80 ∑
3 2 4 8 6 5 7 3 38
135 -19.21 369.02 100 -14.21 201.92 220 -9.21 84.82 480 -4.21 17.72 390 0.79 0.62 350 5.79 33.52 525 10.79 116.42 240 15.79 249.32 2440 -13.68 1073.39
1107.07 403.85 339.30 141.79 3.74 167.62 814.97 747.97 3726.32
Frekuensi Absolut Relatif (%) 3 7.89 2 5.26 4 10.53 8 21.05 6 15.79 5 13.16 7 18.42 3 7.89 38 100
2. Deskripsi Data Nilai Kelas Snowball Throwing a. Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing Seperti halnya pada kelas make a match, sebelum diberikan perlakuan pada kelas ini, siswa juga diberikan terlebih dahulu pre-test untuk diukur kemampuan awalnya. Berdasarkan nilai pre-test kelas yang menggunakan metode snowball throwing diperoleh data sebagai berikut :
2
Lampiran 5, Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Eksperimen, hal. 74-75
54
Table 4.5. Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing Deskripsi Nilai Maksimum Nilai Minimum Rentang Mean Median Modus Standar Deviasi N
Nilai 50 15 35 33,51 35 35 9,78 37
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh 37 orang siswa sebelum diberikan perlakuan pada kelas snowball throwing ini sebesar 50 dan skor terendah yang diperoleh sebesar 15 sehingga, kelas ini mempunyai rentang sebesar 35. Pada nilai terendah ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai tersebut dan hanya 2 orang pula siswa yang dapat mencapai nilai tertinggi Dari hasil data perhitungan tersebut dapat diperoleh nilai rata-rata sebesar 33,51, nilai tengah dan nilai modusnya sebesar 35. Sedangkan, standar deviasi dari nilai pre-test kels eksperimen ini adalah sebesar 9,78.3 Untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai pre-test kelas ini tertera dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini : Gambar 4.6. Disrtibusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing Xi
Fi
FiXi
15 20 25 30 35 40 45 50 ∑
2 4 5 5 7 6 6 2 37
30 80 125 150 245 240 270 100 1240
ഥ) (Xi-X
ഥ )2 (Xi-X
ഥ )2 f(Xi-X
-18.51 342.62 -13.51 182.52 -8.51 72.42 -3.51 12.32 1.49 2.22 6.49 42.12 11.49 132.02 16.49 271.92 -8.08 1058.16
685.24 730.08 362.10 61.60 15.54 252.72 792.12 543.84 3443.24
Frekuensi Absolut
Relatif (%)
2 4 5 5 7 6 6 2 37
5.41 10.81 13.51 13.51 18.92 16.22 16.22 5.41 100
3
Lampiran 5, Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Snowball Throwing, hal. 75-76
55
b. Nilai Post-test Kelas Snowball Throwing Berdasarkan nilai hasil post-test kelas yang tidak menggunakan metode snowball throwing pada konsep rumus kimia, tata nama senyawa dan rumus kimia diperoleh data sebagai berikut : Table 4.7. Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Snowball Throwing Deskripsi Nilai Maksimum Nilai Minimum Rentang Mean Median Modus Standar Deviasi N
Nilai 80 40 40 54,05 55 55 9,63 37
Berdasarkan data tabel di atas, dketahui bahwa skor tertinggi posttest dari yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode snowball throwing yang berjumlah 37 orang siswa, pada kelas kontrol ini sebesar 80 adapun skor terendah yang diperoleh sebesar 40. Sehingga kelas ini mempunyai rentang sebesar 40. Pada nilai terendah ada 4 orang siswa yang memperoleh nilai tersebut dan hanya 1 orang siswa yang dapat mencapai nilai tertinggi. Sedangkan siswa terbanyak memperoleh nilai 55. Dari hasil data perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 54,05, nilai tengah dan nilai modusnya sebesar 55. Sedangkan standar deviasi dari nilai post-test kelas kontrol ini adalah sebesar 9,63.4 Untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai post-test kelas kontrol tertera dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini :
4
Lampiran 5, Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Snowball Throwing, hal. 76-77
56
Gambar 4.8. Disrtibusi Frekuensi Nilai Post-Test Kelas Snowball Throwing Xi
Fi
FiXi
ഥ Xi-X
ഥ )2 (Xi-X
40 45 50 55 60 65 70 75 80 ∑
4 6 7 8 6 3 1 1 1 37
160 270 350 440 360 195 70 75 80 2000
-14.05 -9.05 -4.05 0.95 5.95 10.95 15.95 20.95 25.95 53.55
197.40 81.90 16.40 0.90 35.40 119.90 254.40 438.90 673.40 1818.62
ഥ )2 f(Xi-X
789.61 491.42 114.82 7.22 212.42 359.81 254.40 438.90 673.40 3341.89
Frekuensi Absolut Relatif (%)
4 6 7 8 6 3 1 1 1 37
10.81 16.22 18.92 21.62 16.22 8.11 2.70 2.70 2.70 100
B. Analisis Data 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap data yang diperoleh dalam penelitian. Pemeriksaan data yang diperoleh ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun prasyarat analisis datanya dijabarkan sebagai berikut : a. Uji Normalitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah saampel yang teliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji Liliefors,5 Adapun hasil yang diperoleh untuk uji normalitas dari nilai posttest hasil belajar kimia kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode make a match adalah Lo (Lhitung) sebesar 0,1174 dengan jumlah sampel 38 siswa dan pada tabel harga kritis uji liliefors dengan taraf kepercayaan atau taraf signifikasi 0,05 maka Ltabel-nya diperoleh sebesar 0,1437 (dari 0,886/√38).6 Dari data di atas dapat diketahui bahwa Lhitung < Ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa data hasil tes akhir pada kelas make a match 5 6
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), hal. 466 Lampiran 7, Penghitungan Uji Normalitas, hal. 80-83
57
berdistribusi normal dan dengan demikian berarti hipotesis nol (Ho) diterima. Data di atas dapat disimpulkan ke dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.9. Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Make a Match α
Lhitung
Ltabel
0,05
0,1174
0,1437
Kesimpulan Lhitung< Ltabel (data berdistribusi normal)
Sedangkan berdasarkan perhitungan uji normalitas untuk post-test pada kelas snowball throwing, diperoleh Lo post-test sebesar 0,1359 dengan jumlah sampel sebanyak 37 siswa dan pada pada tabel harga kritis uji liliefors dengan taraf kepercayaan atau taraf signifikasi 0,05 maka diperoleh Ltabel sebesar 0,1457.7 Dari data di atas dapat diketahui bahwa Lhitung < Ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa data sampel kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode snowball throwing data akhir hasil tes post-test berdistribusi normal dan dengan demikian berarti hipotesis nol (Ho) dapat diterima. Data tersebut di atas dapat disimpulkan ke dalam tabel seperti yang tertera di bawah ini : Tabel 4.10. Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Snowball Throwing α
Lhitung
Ltabel
0,05
0,1359
0,1457
Kesimpulan Lhitung< Ltabel (data berdistribusi normal)
b. Uji Homogenitas Setelah dilakukan uji normalitas dan diketahui data hasil penelitian baik pada kelas yang mengunakan metode make a match maupun pada
7
Lampiran 7, Penghitungan Uji Normalitas, hal. 84-87
58
kelas yang menggunakan metode snowball throwing berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan uji kesamaan dua varians pada kedua kelompok (kelas make a match dan kelas snowball throwing) dengan menggunakan rumus uji Fisher pada taraf signifikasi/kepercayaan sebesar 0,05. Adapun hasil yang didapat dideskripsikan sebagai berikut ; Berdasarkan perhitungan uji homogenitas hasil tes akhir kelompok yang mengunakan metode make a match dan yang menggunakan metode snowball throwing, didapatkan varian terbesar = 100,71 dan varian terkecil 92,83 sehingga diperoleh Fo(Fhitung) sebesar 1,3780, dan pada tabel F dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05)(37,36), maka diperoleh Ftabel sebesar 1,7560.8 Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa Fhitung (1,3780) < Ltabel (1,7560), maka dapat disimpulkan bahwa data pada saat tes akhir dari kelompok yang mengunakan metode make a match dan yang menggunakan metode snowball throwing bersifat homogen. Data tersebut dapat disimpulkan ke dalam tabel berikut : Tabel 4.11. Uji Homogenitas Hasil Tes Akhir Kelas Make a Match dan Snowball Throwing Varians terbesar
Varian terkecil
Fhitung
Ftabel
100,71
92,83
1,0849
1,7560
Kesimpulan Fhitung< Ftabel (data sampel homogen)
2. Pengujian Hipotesis Setelah melakukan pengujian prasyarat analisis (uji normalitas dan uji homogenitas), dan diketahui bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan varians dari kedua kelompok homogen. Karena kedua kelompok 8
Lampiran 8, Penghitungan Uji Homogenitas, hal. 91-93
59
berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya pengujian dapat diteruskan pada analisis data berikutnya, adapun uji selanjutnya adalah pengujian hipotesis penelitian yang menggunakan uji-t (lampiran 5). Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing pada konsep rumus kimis, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi. Adapun untuk pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu uji hipotesis (uji-t) terhadap nilai akhir tes dari kelas yang mengunakan metode make a match dan kelas yang menggunakan metode snowball throwing. berdasarkan data hasil perhitungan hasil nilai akhir tes dari kelas yang mengunakan metode make a match dan yang menggunakan metode snowball throwing diperoleh thitung = 4,5424, dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% (α : 0,05) dengan db = (38+37)-2 adalah sebesar 2,000 maka dapat disimpulkan bahwa thitung (4,5424) > ttabel (2,000), sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada hasil akhir tes dari kedua kelas terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan menggunakan metode make a match dengan metode snowball throwing pada konsep rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi.9 Data di atas dapat dsimpulkan ke dalam tabel berikut ini : Tabel 4.12. Uji Hipotesis Hasil Tes Akhir Data Nilai
thitung
ttabel
Kesimpulan
Post-test
4,5424
2,000
menerima Ha dan menolak Ho
C. Interpretasi Data Dengan ditolaknya Ho dan diterimanya Ha dari hasil penelitain yang telah dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t pada taraf signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar 9
Lampiran 9, Perhitungan Uji -t, hal. 96-97
60
kimia antara siswa yang diajarkan menggunakan metode make a match dengan siswa yang diajarkan menggunakan metode snowball throwing pada konsep rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi. D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMU Negeri 1 PangkalanKarawang, adapun yang menjadi sampel adalah kelas X5 dan X6, materi yang diajarkan adalah pada konsep rumus kimia, tatanama senyawa dan persamaan reaksi. Khusus pada kelas X6 pemberian konsep ini menggunakan metode make a match. Sedangkan pada kelas X5 sebagai pembanding diajarkan dengan menggunakan metode snowball throwing. Pada tahap pelaksanaan, peneliti terlebih dahulu memberikan pre-test pada kedua kelas untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap konsep yang akan diajarkan sebelum diberikan perlakuan apapun. Berdasarkan hasil pre-test, diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 33,03 dan kelas kontrol sebesar 33,51, hal ini menyimpulkan bahwa pengetahuan awal siswa dari kedua kelas tersebut hampir sama besar. Setelah pemberian pre-test kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi kepada kedua kelas tersebut. Pertama kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan metode make a match, kedua kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan metode snowball throwing. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil post-test diketahui nilai rata-rata dari kelas eskperimen dan kontrol adalah 64,34 dan 54,04.10 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa pada kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan metode make a match memiliki kenaikan nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingakan nilai rata-rata siswa pada kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan metode snowball throwing. Selanjutnya data-data nilai yang diperoleh dilakukan uji prasyarat, sebagai syarat sebelum dilanjutkan pada uji selanjutnya. Berdasarkan perhitungan uji normalitas kedua kelas berada pada posisi berdistribusi normal. 10
Lampiran 6, Rekapitulai Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol, hal. 78-79
61
Hal ini dapat dilihat pada hasil perhitungan normalitas (lampiran 7), yang menyatakan bahwa Lhitung < Ltabel dengan nilai Ltabel berada pada taraf signifikansi 0,05 atau 95% yakni sebesar 0,1437 untuk kelas make a match dan 0,1457 untuk kelas snowball throwing, dengan Lhitung untuk kelas yang menggunakan metode make a match yakni sebesar 0,1174 dan untuk kelas yang menggunakan metode snowball throwing sebesar 0,1359. Uji prasyarat selanjutnya adalah uji homogenitas yang dimaksudkan untuk menentukan apakah varians-varians sampel dari kedua kelas bersifat homogen atau tidak. Berdasarkan uji homogenitas, Fhitung 1,0849. Dan itu berarti varians sampel dari kedua kelas bersifat homogen, karena Fhitung dari kedua kelas tersebut lebih kecil dari Ftabel (1,7560). Selanjutnya pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji-t terhadap nilai post-test dari kelas kelas yang diberikan perlakuan dengan menggunakan metode make a match dan kelas yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan
metode
snowball
throwing.
Berdasarkan
hasil
perhitungan diperoleh thitung = 4,5424 dan ttabel = 2,000 maka diketahui bahwa pada hasil akhir tes (post-test) terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode make a match dengan hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode snowball throwing pada pokok pembahasan rumus kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi. Dengan demikian kelas make a match mempunyai peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan pada kelas snowball throwing. Berdasarkan data yang tersaji di atas, penerapan metode make a match pada kelas X6 dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan metode snowball throwing pada kelas X5. Sehingga dapat dikatakan bahwa efek dari perlakuan dari masing-masing kelas dapat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar yang diperoleh sangat memungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern, diantaran faktorfaktor tersebut adalah faktor guru, siswa, dan faktor metode pembelajaran. Metode yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran adalah metode
62
make a match dan snowball throwing. Dari kedua metode ini mempunyai langkah-langkah dan pelaksanaan yang hampir sama. Kondisi proses pembelajaran di kelas yang diajarkan dengan menggunakan metode snowball throwing, setelah materi sampaikan guru menyuruh siswa untuk siswa menyiapkan kertas dan menuliskan sebuah pertanyaan sesuai materi atau topik yang telah disampaikan guru. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola, dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa mendapat satu bola yang berarti satu pertanyaan, siswa tersebut diberikan kesempatan untuk memikirkan menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian hingga 1-5 siswa mendapat giliran untuk menjawab. Setelah selesai kemudian guru memberikan kesimpulan tentang materi tersebut. Di kelas ini kondisi siswa kelihatan kurang kondusif karena dalam penerapan snowball throwing banyak siswa yang membuat pertanyaan yang tak sesuai dengan materi yang telah disampaikan dan kadang-kadang pertanyaan yang dibuatnya susah difahami dan dimengerti maksudnya. Hal inilah yang menyebabkan lebih rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kontrol. Gejala-gejala ini disebabkan pertanyaan yang keluar dari koridor ketentuan materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa menjadi kurang mengerti yang akibatnya, dalam proses menjawab butir soal siswa-siswa yang berada di kelas kontrol kurang begitu mengerti sehingga banyaknya siswa yang tidak bisa menjawab butir soal yang di teskan. Sedangkan
kondisi
yang
berbeda
dalam
pembelajaran
yang
menggunakan metode make a match atau pembelajaran di kelas X6 setelah materi selesai disampaikan kepada siswa guru segera menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik telah disampaikan satu bagian kartu berbentuk soal dan bagian lainnya kartu berbentuk jawaban. Kemudian kartu tersebut dibagikan kepada siswa, setiap mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan
soal/jawaban.
Kemudian
tiap
disuruh
siswa
memikirkan
jawaban/soal yang sesuai dengan kartu yang dipegang dengan mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa yang dapat
63
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Setelah selesai semua, kartu dikumpulkan dan dikocok lagi kemudian ditukar denag kartu barisan sebelahnya agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Setelah selesai semua kemudaian guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. Dalam kegiatan tersebut terlihat dari pertemuan pertama hinnga pertemuan terakhir para siswa semakin aktif memikirkan dan mencari jawaban soal yang tertera dalam kartu, walaupun dalam proses ini membutuhkan pemantauan yang khusus dari guru yang bersangkutan itu dikarenakan takut mengganggu siswa-siswa kelas yang lain. Gambar 4.1. Perbedaan Mean Kelas Make A Match dan Kelas Snowball Throwing
70
64.34
60
54.05
Nilai
50 40
33.03
33.51
30
pre-test post-test
20 10 0
make a match
snowball throwing
Berdasarkan dari data di atas dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas yang menggunakan metode make a match maupun kelas yang menggunakan metode snowball throwing. Pada kelas yang menggunakan metode make a match terjadi kenaikan rata-rata sebesar 31,31 atau sebesar 48,70%, sedangkan pada kelas yang menggunakan metode snowball throwing terjadi kenaikan sebesar 20,54 atau sebesar 38,00%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelas yang menggunakan metode
64
make a match mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan metode snowball throwing. Faktor yang menyebabkan hasil belajar di kelas yang menggunakan metode make a match lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan metode snowball throwing, itu dikarenakan soal yang didapatkan oleh para siswa sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh guru, karena soal-soal kartu tersebut dibuat langsung oleh guru dan disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Sehingga ketika siswa menjawab tidak begitu kesulitan mencari pasangan kartu yang sesuai dengan jawabannya. Sedangkan di kelas yang menerapkan metode snowball throwing banyak siswa yang membuat siswa yang tak sesuai dengan materi yang telah disampaikan sehingga pertanyaan yang dibuatnya susah difahami dan dimengerti maksudnya. Hal inilah yang menyebabkan lebih rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kelas yang menerapkan metode snowball throwing. sehingga dalam post-test pun lebih banyak siswa di kelas kelas yang menerapkan metode make a match yang mampu menjawab benar dibandingkan dengan kelas yang menerapkan metode snowball throwing. Sehingga berdasarkan hasil uji hipotesis terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata di kelas yang menggunakan metode make a match dengan nilai rata-rata dari kelas yang menggunakan metode snowball throwing. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, kedua metode ini sama-sam mempunyai kelemahan, yaitu selain dari langkah-langkah dari kedua metode tersebut juga menyebabkan kondisi kelas yang tidak kondusif, membutuhkan pantauan guru secara khusus, terkesan main-main dan sedikit menganggu kegiatan pembelajaran kelas yang lain.
65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hsil penelitian dan analisa data yag telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan metode make a match menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan metode snowball throwing. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode make a match dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pada konsep rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan dari penelitaian ini, saran-saran yang perlu diajukan adalah sebagai berikut : 1. Guru bidang studi kimia hendaknya memilih dan menggunakan model, metode ataupun media pembelajaran yang melibatkan keakstifan siswa, yang menjadikan siswa sebagai subyek belajar bukannya hanya sebagai objek belajar, sehingga proses pembelajaran dapat lebih bermakna. Penggunaan metode make a match atau metode snowball throwing dapat dijadiakan alternatif agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Guru hendaknya dapat memahami dan dapat menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran semakain tinggi. 3. Kepala sekolah hendaknya mengadakan pendidikan dan latiahan (Diklat) mengenai pengunaan model-model, metode, media pembelajaran kepada 65
66
guru-guru bidang studi agar setiap guru dapat memahami dan dapat menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran semakain tinggi. 4. Pembelajaran dengan metode yang bervariasi dapat memberi pengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, dan diharapkan kedepannya ada penelitian lebih pada konsep yang berbeda.
67
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I., Learning To Teach (Belajar untuk Mangajar), diterjemahkan oleh Helly Prajitno dan Sri Mulyantini, Yogyakarta: Pustaka Pelajar . 2008. Arifin Mulyati dkk. Strategi Belajar Mengajar Kimia (Prinsip dan Aplikasinya Menuju Pembelajaran yang Efektif), Bandung, 2006. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2007. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta, 2006 Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboiratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII. Dahar, Ratna Wilis , Teori-Teori Belajar, Jakarta, Erlangga.1996 Dharma,Surya, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS 2008) Fatmawati, Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VIII4 Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match (Mencari Pasangan) pada Konsep Sistem Peredaran Darah Pada Manusia SMPN 26 Makassar. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Pro.Dr. Musyafar, M.Pd dan Drs. Adnan, M.S). diakses : http://blog.unm.ac.id/adnanbio/2010/06/ 03/08/010 Jam 13:37 Herlanti, Yanti, Strategi Pengolahan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN JKT, EDUSAINS Vol. 1 no. 1 juni 2008. http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html. (diakses: 03/08/ 2010 Jam 12.41) http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia. 27/07/09 21:47. http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_reaksi. 27/07/09. 21:52. 67
68
http://id.wikipedia.org/wiki/Tatanama_organik. 27/07/09. 21:52. J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, Jakarta, Erlangga, 2004. Mawaridah, Nurul, Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum TeachingSnowball Throwing terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Malang pada Materi Senyawa Hidrokarbon Tahun Pelajaran 2009/2010. diakses: http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/7427. (03/08/2010 Jam 13.07). Munadi Yudhi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta, Gaung Persada Press, 2008. Neni Iska, Zikri, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta, Kizi Brother’s, 2006. Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara Parwoto, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi Terhadap Kreativitas Anak dalam Bermain Komputer, E-Learning BPPLSP Regional V. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Sebuah Terjemahan dari Coopertive Learning Theory, Research, and Practice Karya Allymand Bacon), Bandung, Nusa media, 2009. Russeffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, Bandung: IKIP Bandung Press. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana, 2008. Safitri, Rizca, Pengaruh Penggunaan Metode Kolaborasi Quantum Teaching-Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X Sma Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009. Diakses : http://skripsi.unila.ac.id/2009/08/07/pengaruh-penggunaan-metode-kolaborasiquantum-teaching-snowball-throwing-terhadap-hasil-belajar-sejarah-siswa-kelasx-sma-negeri-12-bandar-lampung-tahun-ajaran-20082009/, 31/07/2010 Jam 11.40 Sofyan, Ahmad, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
69
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 1996. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rja Grafindo Persada, 2005. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Makea- Match?autodown=doc. 25/01/09.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta, Prestaka Pustaka, 2007. Undang-Undang SISDIKNAS (SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL) 2003(UU RI NO. 20 TH. 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2007. Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran. Jakarta, PT. Grasindo, 2006. .
74
Lampiran 5 DATA DISTRIBUSI FREKUENSI 1. Kelas X6 (Kelas Make a Match) a. Pre Test 1. Urutan data terkecil ke data terbesar 1 5555
4
10 2 0000555555 10 3 0000055555 9
4 000555555
5
5 00000
N = 38 2. Rentang (r) r = 50 – 15 r = 35 3. Banyak kelas (k) dengan banyak data (n) = 38 K = 1+ 3,3 log n K = 1+ 3,3 log 38 K = 6,214 = 6 (dibulatkan) 4. Panjang kelas interval (i) i=
= 5,632
,
= 6 (dibulatkan)
Data Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Make a Match Xi
Fi
fkb
FiXi
Xi-X
(Xi-X)2
f(Xi-X)2
15 20 25 30 35 40 45 50 ∑ X
4 4 6 5 5 3 6 5 38 33.03
4 8 14 19 24 27 33 38
60 80 150 150 175 120 270 250 1255
-18.03 325.08 -13.03 169.78 -8.03 64.48 -3.03 9.18 1.97 3.88 6.97 48.58 11.97 143.28 16.97 287.98 -4.24 1052.25
1300.32 679.12 386.89 45.90 19.40 145.74 859.69 1439.90 4876.97
Frekuensi Absolut Relatif (%) 4 10.53 4 10.53 6 15.79 5 13.16 5 13.16 3 7.89 6 15.79 5 13.16 38 100
75
5. Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada data pre-test ini adalah 25 dan 45. 6. Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pretest ini adalah 32,5. b. Postes 1. Urutan data terkecil ke data terbesar 3 6 14 12 3 N = 38
4 5 6 7 8
555 005555 00000000555555 000005555555 000
2. Rentang (r) r = 80 – 45 r = 35 3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 38 K = 1+ 3,3 log n K = 1+ 3,3 log 38 K = 6,214 = 6 (dibulatkan) 4. Panjang kelas interval (i) i=
= 5,63 = 6(dibulatkan)
6,18
,
Data Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Make a Match Xi 45 50 55 60 65 70 75 80 ∑ X
Fi 3 2 4 8 6 5 7 3 38 64.21
fkb
FiXi
Xi-X
(Xi-X)2
f(Xi-X)2
3 5 9 17 23 28 35 38
135 100 220 480 390 350 525 240 2440
-19.21 -14.21 -9.21 -4.21 0.79 5.79 10.79 15.79 -13.68
369.02 201.92 84.82 17.72 0.62 33.52 116.42 249.32 1073.39
1107.07 403.85 339.30 141.79 3.74 167.62 814.97 747.97 3726.32
Frekuensi Absolut Relatif (%) 3 7.89 2 5.26 4 10.53 8 21.05 6 15.79 5 13.16 7 18.42 3 7.89 38 100
76
5. Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada data post-test ini adalah 60. 6. Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data posttest kelas make a match ini adalah 65. 2. Kelas X5 (Kelas Snowball Throwing) a. Pre-test 1. Urutan data terkecil ke data terbesar 2
1
55
9
2
000055555
12
3
000005555555
12
4
000000555555
2
5
00
N = 37 2. Rentang (r) r = 50 – 15 r = 35 3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 37 K = 1+ 3,3 log n K = 1+ 3,3 log 37 K = 6,18 = 6 (dibulatkan) 4. Panjang kelas interval (i) i=
Xi 15 20 25 30 35 40 45 50
,
= 5,66
= 6 (dibulatkan)
Data Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Snowball Throwing Frekuensi Fi fkb FiXi (Xi-X) (Xi-X)2 f(Xi-X)2 Absolut Relatif (%) 2 2 30 -18.51 342.62 685.24 2 5.41 4 6 80 -13.51 182.52 730.08 4 10.81 5 11 125 -8.51 72.42 362.10 5 13.51 5 16 150 -3.51 12.32 61.60 5 13.51 7 23 245 1.49 2.22 15.54 7 18.92 6 29 240 6.49 42.12 252.72 6 16.22 6 35 270 11.49 132.02 792.12 6 16.22 2 37 100 16.49 271.92 543.84 2 5.41
77
∑ X
37 33.51
1240
-8.08
1058.16
3443.24
37
100
5. Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada data pre-test kelas ini adalah 35. 6. Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pretest kelas ini adalah 35. b. Postes 1. Urutan data terkecil ke data terbesar 10
4
0000555555
15
5
000000055555555
9
6
000000555
2
7
05
1
8
0
N = 37 2. Rentang (r) r = data terbesar – data terkecil r = 80 – 40 r = 40 3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 37 K = 1+ 3,3 log n K = 1+ 3,3 log 37 K = 1+ 3,3(1,57) K = 6,18 K = 6 (dibulatkan) 4. Panjang kelas interval (i) i= r
k i=
6,18
,
= 6,5 = 7 (dibulatkan)
78
Data Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Snowball Throwing Xi
Fi
40 4 45 6 50 7 55 8 60 6 65 3 70 1 75 1 80 1 ∑ 37 X 54.05
fkb
FiXi
Xi-X
(Xi-X)2
f(Xi-X)2
4 10 17 25 31 34 35 36 37
160 270 350 440 360 195 70 75 80 2000
-14.05 -9.05 -4.05 0.95 5.95 10.95 15.95 20.95 25.95 53.55
197.40 81.90 16.40 0.90 35.40 119.90 254.40 438.90 673.40 1818.62
789.61 491.42 114.82 7.22 212.42 359.81 254.40 438.90 673.40 3341.89
Frekuensi Absolut Relatif (%) 4 10.81 6 16.22 7 18.92 8 21.62 6 16.22 3 8.11 1 2.70 1 2.70 1 2.70 37 100
5. Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul. Modus pada data post-test ini adalah 55. 6. Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data posttest ini adalah 55.
79
Lampiran 6 Rekapitulasi Data Nilai Kelas Make a Match dan Kelas Snowball Throwing Siswa X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Pretest Postest 30 75 25 60 50 70 20 55 25 65 45 75 45 80 35 50 50 60 35 55 25 75 30 65 45 70 15 60 25 60 15 80 35 60 40 75 40 75 20 60 50 45 45 75 25 45 30 65 35 70 30 60 45 55 35 55 20 60 50 75
gain 45 35 20 35 40 30 35 15 10 20 50 35 25 45 35 65 25 35 35 40 -5 30 20 35 35 30 10 20 40 25
NGain 0.64 0.47 0.4 0.44 0.53 0.55 0.64 0.23 0.2 0.31 0.67 0.5 0.45 0.53 0.47 0.76 0.38 0.58 0.58 0.5 -0.1 0.55 0.27 0.5 0.54 0.43 0.18 0.31 0.5 0.5
Siswa X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
Pretest
Postest
gain
35 30 45 20 45 50 20 30 25 35 30 25 40 15 25 45 35 35 40 30 50 45 20 35 45 35 40 40 40 45
60 40 75 55 60 80 60 60 55 55 45 45 65 40 45 55 60 50 45 50 70 55 50 55 50 65 60 55 50 50
25 10 30 35 15 30 40 30 30 20 15 20 25 25 20 10 25 15 5 20 20 10 30 20 5 30 20 15 10 5
NGain 0.38 0.14 0.55 0.44 0.27 0.60 0.50 0.43 0.40 0.31 0.21 0.27 0.42 0.29 0.27 0.18 0.38 0.23 0.08 0.29 0.40 0.18 0.38 0.31 0.09 0.46 0.33 0.25 0.17 0.09
80
X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 ∑ Rata2 Max Min Me Mo SD
25 40 15 30 20 50 15 45 1255 33.02 50 15 32.5 25 11.48
65 40 80 40 70 55 55 25 45 25 70 20 65 50 65 20 2445 1190 64.34 31.32 80 45 65 60 9.88
X31 0.53 X32 0.67 X33 0.65 X34 0.36 X35 0.31 X36 0.4 X37 0.59 0.36 ∑ 17.37 Rata2 0.46 Max Min Me Mo SD
25 35 40 25 20 15 30 1240 33.51 50 15 35 35 9.78
55 40 50 45 65 45 40 2000 54.05 80 40 55 55 9.63
30 5 10 20 45 30 10 760 20.54 45
0.40 0.08 0.17 0.27 0.56 0.35 0.14 11.27 0.31 0.6
89
Lampiran 8 PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS Uji Homogenitas Pre-test Kelas Make A Match dan Snowball Throwing Langkah-langkahnya adalah : 1. Hipoteis Ho: sampel homogen Ha : sampel tidak homogen 2. Kriteria Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima Jika Fhitung > F table, maka Ho ditolak 3. Langkah perhitungan :…. a. Hitung rata-rata (X) b. Menentukan selisih X1‐
2
, X2‐
c. Menentukan kuadrat selisih X1‐
2 2
, X3‐
, X2‐
2 2
,……,……. Xn‐
, X3‐
d. Kuadrat-kuadrat tersebut dijumlahkan (Standar Deviasi) 4. Uji hipotesis dengan rumus. F hitung
S S
F = varians terbesar varians terkesil db = n-1 db1 (eksperimen) = 38-1 = 37 db2 (kontrol)
= 37-1 = 36
5. Menentukan Ftable Ftab
= F(@)(db1,db2) = F(0,05)(37,36) = 1,7560
2
,…… Xn‐
2 2
90
Tabel Distribusi Pre-test Kelas Kelas Make A Match Xi
Fi
fkb FiXi
Xi-X
15 20 25 30 35 40 45 50 ∑
4 4 6 5 5 3 6 5 38
4 8 14 19 24 27 33 38
-18.03 -13.03 -8.03 -3.03 1.97 6.97 11.97 16.97 -4.24
60 80 150 150 175 120 270 250 1255
(Xi-X)2
f(Xi-X)2
325.08 169.78 64.48 9.18 3.88 48.58 143.28 287.98 1052.25
1300.32 679.12 386.89 45.90 19.40 145.74 859.69 1439.90 4876.97
Tabel Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Snowball Throwing Xi
Fi
fkb FiXi
15 20 25 30 35 40 45 50 ∑
2 4 5 5 7 6 6 2 37
2 6 11 16 23 29 35 37
30 80 125 150 245 240 270 100 1240
-18.51 -13.51 -8.51 -3.51 1.49 6.49 11.49 16.49 -8.08
(Xi-X)2
f(Xi-X)2
342.62 182.52 72.42 12.32 2.22 42.12 132.02 271.92 1058.16
685.24 730.08 362.10 61.60 15.54 252.72 792.12 543.84 3443.24
∑
∑
1 4876,97 38 1 4876,97 37
1 3443,24 37 1 3443,24 36
131,81
95,65
F hitung
S S
131,81 95,65 1,3780 (FHitung)
(Xi-X)
91
Ftabel
= 1,756 didapat berdasarkan interpolasi dengan F(0,05,dk=30:36) adalah 1,78 dan F(0,05,dk=40:36) sebesar 1,72 (tabel frekuensi F), maka: 30
36
6
40
4
Ftabel = (6 x 1,78) + (4 x 1,72) = 1,756 6+4 Dari data yang diperoleh diketahui bahwa harga Fhitung = 1,3780 dan Ftabel sebesar = 1,7560, karena Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima sedangkan Ha ditolak sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kedua varian sampel bersifat homogen.
92
Uji Homogenitas Post-test Kelas Make A Match dan Snowball Throwing Langkah-langkahnya adalah : 1. Hipoteis Ho : sampel homogen Ha : sampel tidak homogen 2. Kriteria Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima Jika Fhitung > F table, maka Ho ditolak 3. Langkah perhitungan :…. a. Hitung rata-rata (X) b. Menentukan selisih X1‐
2
, X2‐
b. Menentukan kuadrat selisih X1‐
2 2
, X3‐
, X2‐
2 2
,……,……. Xn‐
, X3‐
2
,…… Xn‐
c. Kuadrat-kuadrat tersebut dijumlahkan (Standar Deviasi) 4. Uji hipotesis dengan rumus. F hitung
F
S S
= varians terbesar varians terkesil
db = n-1 db1 (eksperimen) = 38-1 = 37 db2 (kontrol)
= 37-1 = 36
5. Menentukan Ftable Ftab
= F(@)(db1,db2) = F(0,05)(37,36) = 1,7560 Tabel Distribusi Post-test Kelas Make A Match
Xi
Fi
fkb
FiXi
Xi-X
45 50
3 2
3 5
135 100
-19.21 -14.21
(Xi-X)2 369.02 201.92
f(Xi-X)2 1107.07 403.85
2 2
93
55 60 65 70 75 80 ∑
4 8 6 5 7 3 38
9 17 23 28 35 38
220 480 390 350 525 240 2440
-9.21 -4.21 0.79 5.79 10.79 15.79 -13.68
84.82 17.72 0.62 33.52 116.42 249.32 1073.39
339.30 141.79 3.74 167.62 814.97 747.97 3726.32
Tabel Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Snowball Throwing Xi
Fi
fkb
FiXi Xi-X
40 45 50 55 60 65 70 75 80 ∑
4 6 7 8 6 3 1 1 1 37
4 10 17 25 31 34 35 36 37
160 270 350 440 360 195 70 75 80 2000
∑
Ftabel
f(Xi-X)2
197.40 81.90 16.40 0.90 35.40 119.90 254.40 438.90 673.40 1818.62
789.61 491.42 114.82 7.22 212.42 359.81 254.40 438.90 673.40 3341.89 ∑
1
F hitung
-14.05 -9.05 -4.05 0.95 5.95 10.95 15.95 20.95 25.95 53.55
(Xi-X)2
3726,32 38 1 3726,32 37
1 3341,89 37 1 3341,89 36
100,71
92,83
S S
F
100,71 92,83
F
1,0849 (FHitung)
= 1,7560 didapat berdasarkan interpolasi dengan F(0,05,dk=30:36) adalah 1,78 dan F(0,05,dk=40:36) sebesar 1,72 (tabel frekuensi F), maka:
94
30
36
6
40
4
Ftabel = (6 x 1,78) + (4 x 1,72) = 1,756 6+4 Dari data yang diperoleh diketahui bahwa harga Fhitung = 1,0849 dan Ftabel sebesar = 1,756, karena Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima sedangkan Ha ditolak sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kedua varian sampel bersifat homogen.
81
Lampiran 7 PERHITUNGAN UJI NORMALITAS Persiapan Uji Normalitas Pre-test Kelas Make A Match Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan rumus uji Liliefors. Adapun proses perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang terbesar 2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Zi =
Xi − X S
Dengan :
Zi = Skor baku,
Xi = Skor data
X = nilai rata-rata
S = Simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel 4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
S ( Zi ) =
Banyakya M Z 1 M Z 2 ,........Zn M yang ≤ Zi n
5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut, kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai mutlak) 7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Ltabel. Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors. 8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel) yang telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal. 9. Untuk keseluruhan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
82
Tabel Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Make A Match Xi Fi Fk Xi2 FiXi Fi(Xi)2 15 4 4 225 60 900 20 4 8 400 80 1600 25 6 14 625 150 3750 30 5 19 900 150 4500 35 5 24 1225 175 6125 40 3 27 1600 120 4800 45 6 33 2025 270 12150 50 5 38 2500 250 12500 ∑ 38 1255 46325 Rata2 33.03 SD 11.48 L Tabel/Lt = 0.1437 L Hitung/Lo = 0.1264
Zi -1.5706 -1.1350 -0.6995 -0.2639 0.1716 0.6071 1.0427 1.4782
F(Zi) 0.0581 0.1492 0.242 0.4013 0.5675 0.7291 0.8508 0.0694
S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 0.1053 -0.0472 0.2105 -0.0613 0.3684 -0.1264 0.5000 -0.0987 0.6316 -0.0641 0.7105 0.0186 0.8684 -0.0176 1.0000 -0.9306
L Tabel diperoleh dari = 0.886/√n Lo < Lt = Normal
Dari tabel data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi (SD) dari nilai pre-test kelas eksperimen adalah sebesar 33,03 dan 11,48. Sehingga diperoleh Lhitung sebesar 0,1264 sedangkan Ltabel dari n=38 dengan taraf signifikan α = 0,05 adalah sebesar 0,886/√38 = 0,1437. Dari data tersebut diketahui bahwa Lhitung (0,1264) < Ltabel (0,1437), sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel pre-test dari kelas yang menggunakan make a match berdistribusi normal dan dengan demikian Ho dapat diterima.
83
Persiapan Uji Normalitas Post-test Kelas Make A Match Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan rumus uji Liliefors. Adapun proses perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang terbesar 2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Zi =
Xi − X S
Dengan :
Zi = Skor baku,
Xi = Skor data
X = nilai rata-rata
S = Simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel 4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
S ( Zi ) =
Banyakya M Z 1 M Z 2 ,........Zn M yang ≤ Zi n
5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut, kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai mutlak) 7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Ltabel. Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors. 8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel) yang telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal. 9. Untuk keseluruhan hasil perhitungan dapat dilihat pada table berikut ini :
84
Tabel Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Make A Match Xi Fi Fk Xi2 45 3 3 2025 50 1 4 2500 55 5 9 3025 60 8 17 3600 65 6 23 4225 70 5 28 4900 75 7 35 5625 80 3 38 6400 ∑ 38 Rata2 64.34 SD 9.88 L Tabel/Lt = 0.1437 L Hitung/Lo = 0.1174
FiXi 135 50 275 480 390 350 525 240 2445
Fi(Xi)2 6075 2500 15125 28800 25350 24500 39375 19200 160925
Zi -1.9575 -1.4514 -0.9453 -0.4393 0.0668 0.57287 1.07895 1.58502
F(Zi) 0.0250 0.0735 0.1711 0.3300 0.5279 0.7157 0.8599 0.9441
S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 0.0789 -0.0539 0.1053 -0.0318 0.2368 -0.0657 0.4474 -0.1174 0.6053 -0.0774 0.7368 -0.0211 0.9211 -0.0612 1 -0.0559
L Tabel diperoleh dari = 0.886/√n Lo < Lt = Normal
Dari tabel data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi (SD) dari nilai post-test kelas eksperimen adalah sebesar 64,34 dan 9,88. Sehingga diperoleh Lhitung sebesar 0,1174 sedangkan Ltabel dari n=38 dengan taraf signifikan α = 0,05 adalah sebesar 0,886/√38 = 0,1437. Dari data tersebut diketahui bahwa Lhitung (0,1174) < Ltabel (0,1437), sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel post-test dari kelas make a match berdistribusi normal dan dengan demikian Ho dapat diterima.
85
Persiapan Uji Normalitas Pre-test Kelas Snowball Throwing Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan rumus uji Liliefors. Adapun proses perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang terbesar 2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Zi =
Xi − X S
Dengan :
Zi = Skor baku,
Xi = Skor data
X = nilai rata-rata
S = Simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel 4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
S ( Zi ) =
BanyakyaM Z 1 M Z 2 ,........Zn M yang ≤ Zi n
5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut, kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai mutlak) 7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Ltabel. Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors. 8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel) yang telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal. 9. Untuk keseluruhan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di berikut :
86
Tabel Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing Xi Fi Fk Xi2 FiXi 15 2 2 225 30 20 4 6 400 80 25 5 11 625 125 30 5 16 900 150 35 7 23 1225 245 40 6 29 1600 240 45 6 35 2025 270 50 2 37 2500 100 ∑ 37 1240 Rata2 33.51 SD 9.78 L Tabel/Lt = 0.1457 L Hitung/Lo = 0.1051
Fi(Xi)2 450 1600 3125 4500 8575 9600 12150 5000 45000
Zi -1.8926 -1.3814 -0.8701 -0.3589 0.1524 0.6636 1.1748 1.6861
F(Zi) 0.0294 0.0838 0.1922 0.3594 0.5596 0.7454 0.879 0.9545
S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 0.0541 -0.0247 0.1622 -0.0784 0.2973 -0.1051 0.4324 -0.0730 0.6216 -0.0620 0.7838 -0.0384 0.9459 -0.0669 1 -0.0455
L Tabel diperoleh dari = 0.886/√n Lo < Lt = Normal
Dari tabel data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi (SD) dari nilai pre-test kelas kontrol adalah sebesar 33,51 dan 9,78. Sehingga diperoleh Lhitung sebesar 0,1328 sedangkan Ltabel dari n=37 dengan taraf signifikan α = 0,05 adalah sebesar 0,886/√37 = 0,1457. Dari data tersebut diketahui bahwa Lhitung (0,1328) < Ltabel (0,1457), sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel pre-test dari kelompok yang menggunakan metode snowball throwing berdistribusi normal dan dengan demikian Ho dapat diterima.
87
Persiapan Uji Normalitas Post-test Kelas Snowball Throwing Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan rumus uji Liliefors. Adapun proses perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang terbesar 2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Zi =
Xi − X S
Dengan :
Zi = Skor baku,
Xi = Skor data
X = nilai rata-rata
S = Simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel 4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
S ( Zi ) =
BanyakyaM Z 1 M Z 2 ,........Zn M yang ≤ Zi n
5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. 6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut, kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai mutlak) 7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Ltabel. Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors. 8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel) yang telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal. 9. Untuk keseluruhan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di berikut :
88
Tabel Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Snowball Throwing Xi Fi Fk Xi2 FiXi 40 4 4 1600 160 45 6 10 2025 270 50 7 17 2500 350 55 8 25 3025 440 60 6 31 3600 360 65 3 34 4225 195 70 1 35 4900 70 75 1 36 5625 75 80 1 37 6400 80 ∑ 37 2000 Rata-rata 54.05 SD 9.63 L Tabel/Lt = 0.1457 L Hitung/Lo = 0.1359
Fi(Xi)2 6400 12150 17500 24200 21600 12675 4900 5625 6400 45000
Zi -1.4590 -0.9398 -0.4206 0.0987 0.6179 1.1371 1.6563 2.1755 2.6947
F(Zi) 0.0721 0.1736 0.3372 0.5398 0.7324 0.8729 0.9515 0.985 0.9964
S(Zi) 0.1081 0.2703 0.4595 0.6757 0.8378 0.9189 0.9459 0.9730 1.0000
[F(Zi)-S(Zi)] -0.0360 -0.0967 -0.1223 -0.1359 -0.1054 -0.0460 0.0056 0.0120 -0.0036
L Tabel diperoleh dari = 0.886/√n Lo < Lt = Normal
Dari tabel data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi (SD) dari nilai post-test kelas kontrol adalah sebesar 54,04 dan 9,63. Sehingga diperoleh Lhitung sebesar 0,1359 sedangkan Ltabel dari n=37 dengan taraf signifikan α = 0,05 adalah sebesar 0,886/√37 = 0,1457. Dari data tersebut diketahui bahwa Lhitung (0,1359) < Ltabel (0,1457), sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel post-test dari kelas yang menggunakan metode snowball throwing berdistribusi normal dan dengan demikian Ho dapat diterima.
95
Lampiran 9
PERHITUNGAN Uji-t
Uji-t Nilai Pre-tes Make A Match
Snowball Throwing
SD
11,48
9,78
Rata-rata
33,02
33,51
S2
131,81
95,65
N
38
37
Rumus uji-t adalah 1
1 Dengan,
, 38
1 131,81 37 1 95,65 38 37 2
4876,97 3443,4 73 224,87
224,87 14,99 Maka, 33,02 14,99
33,51 1 38
1 37
96
33,02
33,51
14,99√0,026
0,027
0,49 3,4477 0.1421 Kriteria pengujian hipotesis adalah : Ho diterima, Jika thitung < ttabel Ha diterima, Jika thitung > ttabel ttabel = dengan taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) ; dan db = (n1 + n2 ) – 2 = (38 + 37) – 2 = 73 Jadi, ttabel = 2,00 Maka, diperoleh thitung 0.1421 < ttabel 2,00 Hal ini berarti thitung lebih kecil daripada ttabel, sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pre-test dari kelas make a match dengan pre-test dari kelas snowball throwing.
97
Uji-t Nilai Post-test Make A Match 9,88
9,63
64,34
54,05
S2
100,71
92,83
N
38
37
SD Rata-rata
Rumus uji-t adalah 1
1
Dengan, , 38
Snowball Throwing
1 100,71 37 1 92,83 38 37 2
3726,27
3341,88 73
96,82
96,82 9,84 Maka, 64,34 9,84
54,05 1 38
1 37
98
64,34
54,05
9,84√0,026
0,027
10,29 2,2653 4,5424 Kriteria pengujian hipotesis adalah : Ho diterima, Jika thitung < ttabel Ha diterima, Jika thitung > ttabel ttabel = dengan taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) ; dan db = (n1 + n2 ) – 2 = (38 + 37) – 2 = 73 Jadi, ttabel = 2,00 Maka, diperoleh thitung 4,5424 > ttabel 2,00 Hal ini berarti thitung lebih besar daripada ttabel, sehingga Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a match dengan metode snowball throwing.
99
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Make A Match
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Make A Match) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: Kimia : X/I :1 : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator 1. Menuliskan rumus molekul senyawa 2. Menuliskan rumus empiris senyawa A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 1. Menjelaskan rumus kimia 2. Menjelskan rumus molekul
100
3. Menuliskan rumus molekul 4. Menjelaskan rumus empiris unsur molekul 5. Menuliskan rumus empiris unsur molekul 6. Menjelaskan rumus empiris senyawa molekul 7. Menuliskan rumus empiris senyawa molekul 8. Menjelaskan rumus empiris senyawa ion 9. Menuliskan rumus empiris senyawa ion 10. Menyimpilkan rumus molekul dan empiris B. Materi Pembelajaran Rumus kimia C. Metode Pembelajaran 1. Model 2. Metode
: Cooperative Learning : Ceramah Bermakna dan Make A Match
D. Kegiatan Pembelajaran JENIS KEGIATAN Tahap Pendahuluan
Guru • Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
Siswa Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab
Indikator
101
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian rumus kimia kepada siswa Rumus kimia adalah suatu notasi yang memuat jenis dan perbandingan atom penyusun sebuah unsur atau senyawa. Secara umum rumus kimia dinyatakan dengan lambang unsur dan angka indeks. 2. Memberikan contoh penggunaan rumus kimia pada suatu unsur dan senyawa sambil memperlihatkan table periodik unsur. Contoh : - rumus kimia untuk hidrogen adalah H2 - rumus kimia untuk air adalah H2O
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat. 1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Memperhatikan penjelasan guru
3. Menjelaskan pembagian rumus kimia (sambil 3. Siswa menjawab pertanyaan guru - Rumus molekul dan rumus empiris menanyakan kepada siswa) Rumus kimia dapat dibedakan menjadi rumus molekul dan rumus empiris
1
102
4. Menjelaskan pengertian dari rumus 4. Siswa menjelaskan pengertian rumus molekul - Rumus molekul menyatakan jenis dan molekul..(sambil melempar pertanyaan kepada perbandingan atom-atom unsur dalam molekul siswa) atau senyawa. Rumus molekul adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan perbandingan atom-atom unsur dalam molekul atau senyawa. 5. Menyebutkan contoh dari rumus molekul….. H2, H2O, NH3,………dll.
5. Siswa ikut melafalkan dan mencatat contoh dari rumus kimia yang disebutkan guru..
6. Menunjukan table contoh penulisan rumus molekul.. 6. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dengan seksama. Molekul
Nama atom
Jenis atom unsur
Perbandingan
Molekul unsur
Hidrogen Fosfor Belerang
H P S
Molekul senyawa
Ammonia Glukosa
N, H C, H, O
2 atom H 4 atom P 8 atom S 1 N, 3 H 6 C, 12 H, dan 6O
Rumus molekul H2 P4 S8 NH3 C6H12O6
7. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya 7. Beberapa darai siswa bertanya… apabila ada yang belum dimengerti. Melanjutkan materi berikutnya……
Siap-siap untuk menerima materi selanjutnya….
8. Menjelaskan pengertian dari rumus empiris (sambil 8. Siswa menjawab….
2
103
menanyakan kepada siswa)… Rumus empiris adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan perbandingan paling sederhana dari atom-atom unsur dalam senyawa.
- Rumus yang menyatakan perbandingan sederhan dari ataom-atom unsur dalam suatu senyawa.
9. Siswa memperhatikn dan mencatat penjelasan dari guru dengan seksama.
9. Menjelaskan pembagian rumus empiris.. Rumus empiris ada tiga macam yaitu : a. Rumus empiris unsur molekul b. Rumus empiris senyawa molekul c. Rumus empiris senyawa ion
10. Menjelskan rumus empiris unsur dari sebuah 10. Siswa mengamati dan menelaah table sambil memperhatikan penjelasan guru.. molekul dengan menyajikan sebuah table…. Unsur
Rumus molekul
Rumus empiris
Hidrogen
H2
H
Hidrogen
H2
H
Oksigen
O2
O
Oksigen
O2
O
Fosfor
P4
P
Fosfor
P4
P
Belerang
S8
S
Belerang
S8
S
11. Menjelaskan rumus empiris molekul…(sambil menyajikan tabel ) Senyawa molekul Etana
Rumus molekul C2H6
Perbandingan atam-atom unsur 2:6
Perbandingan terkecil atomatom unsur 1 :3
Unsur
Rumus molekul
Rumus empiris
senyawa 11. Siswa mengamati dan menelaah table….
Rumus empiris CH3
Senyawa molekul Etana
Rumus molekul C2H6
Perbandingan atam-atom unsur 2:6
Perbandingan terkecil atomatom unsur 1 :3
Rumus empiris CH3
104 Glukosa Air Metana Propana
C6H12O6 H2O CH4 C3H8
6:12:6 2:1 1:4 3:8
1:2:1 2:1 1:4 3:8
CH2O H2O CH4 C3H8
Glukosa Air Metana Propana
C6H12O6 H2O CH4 C3H8
6:12:6 2:1 1:4 3:8
1:2:1 2:1 1:4 3:8
CH2O H2O CH4 C3H8
12. Menjelaskan rumus empiris senyawa ion…(sambil 12. Siswa mengamati dan menelaah table sambil memperhatikan penjelasan guru.. menyajikan tabel)
Natrium klorida
Jenis kation Na+
Jenis anion Cl-
Besi(II) oksida
Fe2+
O2-
Senyawa ion
Kalium oksida
+
K
O
-
Perbandingan terkecil katiaon dan anion 1 ion Na+ dan 1 ion Cl2 ion Fe2+ dan 2 ion O21 ion K+ dan 1 ion O-
Rumus empiris NaCl FeO KO
Natrium klorida
Jenis kation Na+
Jenis anion Cl-
Besi(II) oksida
Fe2+
O2-
Senyawa ion
Kalium oksida
K
+
O
-
Perbandingan terkecil katiaon dan anion 1 ion Na+ dan 1 ion Cl2 ion Fe2+ dan 2 ion O21 ion K+ dan 1 ion O-
Rumus empiris NaCl FeO KO
13. Siswa menyebutkan contoh yang lain… - Magnesium fluoride (MgF2) - Dll……. 14. Siswa mengikuti instruksi dari guru… 14. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain dengan metode make a match… - Siswa berdiri berbaris ke belakang disamping - Seluruh siswa disuruh berdiri berbaris ke tempat duduknya berdsakan barisannya. belakang disamping bangku/tempat berdasarkan barisan masing-masing. - Menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban. - Siswa mendengarkan aturan permainan yng - Membacakan aturan permainan dibacakan oleh guru. - Membagikan kartu kepada tiap-tiap barisan siswa - Siswa menerima satu buah kartu. (posisi kartu terbalik/tertutup), tiap siswa dalam 13. Meminta siswa menyebutkan contoh yang lain…
barisan mendaptkan kartu yang berbeda.
105
Penutup
- Tiap barisan mendaptakan kartu yamg berbeda. - Pembagian kartu tiap barisan berurutan dari depan ke belakang. - Setelah semua kartu selesai dibagikan, siswa disuruh membuka kartu dan mencari pasangannya dari siswa yang lain dalam stau barisan dengan diberi waktu ± 5-10 menit. - Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya sebelaum waktu yang disediakan habis mendapatkan skor. - Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda. • Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya • memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Kartu e. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
- Para siswa mencari pasangan kartunya dari teman sebarisannya.
- Siswa yang berhasil mencocokkan kartu denag pasanganya melapor ke guru..
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
106
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Tulis rumus kimia dari : a. Natrium klorida
b. Glukosa
c. Besi (II) oksida
Contoh kartu
Rumus Molekul dari
Rumus Molekul dari
Nama senyawa dari
Rumus Kimia dari
Rumus Empiris dari
Belerang
Glukosa
C6H12O6
Nitrogen dioksida
C6H12O6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Make A Match) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: Kimia : X/I : II : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator 1. Menuliskan nama senyawa biner 2. Menuliskan nama senyawa poliatomik A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 1. Mengelompokkan senyawa-senyawa anorganik 2. Menjelaskan senyawa biner dari logam dan non-logam dari tabel kation 3. Menjelaskan tata nama senyawa biner dari logam dan non-logam 4. Menyebutkan contoh senyawa biner dari logam dan non-logam 5. Menjelaskan senyawa biner dari non-logam dan non-logam 6. Menjelaskan tata nama senyawa biner dari non-logam dan non-logam 7. Menyebutkan contoh senyawa biner dari non-logam dan non-logam 8. Menjelaskan pengertian senyawa ion poliatomik 9. Menjelaskan tata nama senyawa ion poliatomik
10. Menyebutkan contoh senyawa ion poliatomik 11. Menyimpulkan aturan pemberian nama senyawa biner dan poliatomik
B. Materi Pembelajaran Tata nama senyawa anorganik C. Metode Pembelajaran 1. Model 2. Metode
: Cooperative Learning : Ceramah Bermakna dan Make A match
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap
Guru
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Siswa Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Indikator
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengelompokkan senyawa anorganik. Pembahsan mengenai tata nama senyawa anorganik dapat dikelompokkan menjadi : - Senyawa biner dari logam dan non-logam - Senyawa biner dari non-logam dan non-logam - Senyawa ion poliatomik - Senyawa asam
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Menjelaskan pengertian senyawa biner dari logam dan non-logam Senyawa biner dari logam dan non-logam pada umumnya adalah senyawa ion. Logam membentuk ion positif (katioan), sedangkan non-logam membentuk ion negative (anion).
2. Memperhatikan penjelasan guru
3. Menjelaskan tata nama untuk senyawa biner dari 3. Siswa ikut melafalkan dan mencatat tata nama logam dan non-logam… dari senyawa biner logam dan non-logam Tata nama senyawa biner dari logam dan non-logam adalah sebagai berikut: a. Penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion non logam b. Untuk logam yang dapat membentuk beberapa kation dengan muatan berbeda, maka muatan kationnya dinyatakan dengan angka Romawi. Contoh : - Kation besi pada FeO haruslah Fe2+ agar dapat menetralkan muatan O2-. Jadi namanya adalah besi(II) oksida.
1
- Kation besi pada F2o3 haruslah Fe3+ karena 2Fe3+ (total muatan +6) dapat menetralkan 3O2- (total muatan -6). Jadi namanya adalah besi (III) oksida. 4. Menampilkan tabel beberapa contoh senyawa biner 4. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh dari logam dan non-logam…(sambil menyuruh guru dan memperhatikan beberapa contoh dari siswa untuk menyebutkannya) senyawa biner dari logam dan non-logam dengan seksama. Rumus kimia
Kation logam
Nama Kation
Anion nonlogam
Nama anion
NaCl
Na+
Natrium
Cl-
Klorida
MgF2
Mg2+
Magnesium
F-
Fluorida
Ag2S
Ag
+
Perak
S
2-
Sulifida
Nama senyawa Natrium klorida Magnesium fluoride Perak sulfide
5. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya…
5. Beberapa dari siswa bertanya…
6. Menanggapi pertanyaan siswa.. 6. Mendengarkan tanggapan dari guru.. 7. Menjelaskan pengertian senyawa biner dari non- 7. Siswa dengan antusias mendengarkan penjelasan logam dan non-logam… dari guru Senyawa biner dari dua senyawa non-logam pada umumnya merupakan senyawa molekul. 8. Menjelaskan tata nama untuk senyawa biner dari 8. Siswa memperhatikan dan mencatat langkahdua senyawa non-logam. langkah penamaan senyawa biner darinon-logam Adpun tata nama untuk senyawa biner dari dua dan non-logam dari apa yang dijelaskan oleh senyawa non-log m dalah sebagai berikut :… guru…. a. Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut: B-Si-As-C-P-N-H-S-I-Br-Cl-O-F
Contoh : HCl (Nama H lalu nama Cl) ClF ( Nama Cl lalu nama F) b. Penamaan dimulai dari anam non logam pertama diikuti nama non logam kedua yang diberi akhiran –ida Contoh: HCl (dinamakan hidrogen klorida) ClF (dinamakan klorin fluorida) c. Jika dua jenis non-logam dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya. Contoh : CO (karbon monooksida) CO2 (karbon dioksida) d. Tata nama IUPAC tidak perlu digunakan untuk senyawa yang memiliki nama umum Contoh : Rumus kimia
Nama
H2O+
Air
NH3
Ammonia
N2H 4
Hidrazin
9. Meneruskan penjelasan pada bagian kedua yaitu tata 9. Siswa memperhatikn dan mencatat penjelasan nama senyawa anorganik kelompok senyawa dari guru dengan seksama. poliatomik. Senyawa ion poliatom dapat berupa kation poliatom atau anion poliatom. Akan tetapi, kebanyakan ion poliatom berupa anion poliatom (bermuatan negatif).
2
10. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan 10. Menjelaskan tata nama senyawa ion poliatomik mencatat langkah-langkahnya Tata nama senyawa yang mengandung ion poliatomik adalah sebagai berikut : a. Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam dan anion poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion poliatom Rumus kimia NaOH KCN PbSO4 Al2(SO4)3
Kation logam Na+ K+ Pb2+ Al3+
Anion poliatom OHCNSO42SO42-
Nama senyawa Natrium hidroksida Kalium sianida Timbal(II) sulfat Aluminium sulfat
b. Untuk senyawa yang terdiri kation poliatom dan anion monoatom/poliatom, penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti nama anion monoatom/poliatom Contoh: NH4Cl : amonium klorida NH4CN : amonium sianida NH4OH : amonium hidroksida (NH4)2SO4 : amonium sulfat 11. Mempersilahkan siswa bertanya bial ada yang 11. Siswa bertanya…. belum difahami… 12. Menanggapi pertanyaan siswa…. 12. Mendengarkan tanggapan dari guru…. 13. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain 13. Siswa mengikuti instruksi dari guru… dengan metode make a match… - Seluruh siswa disuruh berdiri berbaris ke - Siswa berdiri berbaris ke belakang disamping
-
-
-
-
Penutup
belakang disamping bangku/tempat berdasarkan barisan masing-masing. Menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban. Membacakan aturan permainan Membagikan kartu kepada tiap-tiap barisan siswa (posisi kartu terbalik/tertutup), tiap siswa dalam barisan mendaptkan kartu yang berbeda. Tiap barisan mendaptakan kartu yamg berbeda. Pembagian kartu tiap barisan berurutan dari depan ke belakang. Setelah semua kartu selesai dibagikan, siswa disuruh membuka kartu dan mencari pasangannya dari siswa yang lain dalam stau barisan dengan diberi waktu ± 5-10 menit. Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya sebelaum waktu yang disediakan habis mendapatkan skor. Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda.
Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya • memberikan tugas kepada siswa dan • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz…. ALHAMDULILLAH…………! •
tempat duduknya berdsakan barisannya.
- Siswa mendengarkan aturan permainan yng dibacakan oleh guru. - Siswa menerima satu buah kartu.
- Para siswa mencari pasangan kartunya dari teman sebriasannya.
- Siswa yang berhasil mencocokkan kartu denag pasanganya melapor ke guru..
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Siswa mendengarkan pengumuman Siswa mengucapkan lapadz……. ALHAMDULILLAH…….!
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Kartu e. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas F. Evaluasi dan Penilaian 2. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 3. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 4. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Tulis rumus kimia dari :
a. asam iodida
b. Asam nitrat
c. Asam klorida
Contoh kartu flash card
Rumus kimia dari
Ammonium klorida
Nama Senyawa dari
Nama senyawa dari
NaOH
NO2
NH4Cl
Natrium hidroksida
Nitrogen dioksida
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Make A Match) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: Kimia : X/I :3 : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator 1. Menuliskan nama senyawa asam 2. Menuliskan nama senyawa organik sederhana A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian senyawa asam 2. Menjelaskan tata nama senyawa asam 3. Menyebutkan contoh senyawa asam 4. Menyimpulkan aturan pemberian nama senyawa asam 5. Menjelaskan pengertian senyawa organik 6. Menjelaskan tata nama senyawa organik sederhana 7. Menyebutkan contoh senyawa organik sederhana 8. Menyimpulkan aturan pemberian nama pada senyawa organik sederhana
B. Materi Pembelajaran Tata nama senyawa anorganik (bag. II) Tata nama senyawa orgnaik sederhana C. Metode Pembelajaran
1. Model 2. Metode
: Cooperative Learning : Ceramah Bermakna dan Make A Match
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap
Guru
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Siswa Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Indikator
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian senyawa asam Senyawa asam dapat diartikan sebagai senyawa yang apabila dilarutkan ke dalam air akan melepaskan ataom H sebagai ion H+.
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Siswa ikut melafalkan dan mencatat tata nama 2. Menjelaskan tata nama senyawa asam… dari senyawa asam.. Tata nama dari senywa asam adalah sebagai berikut: a. Untuk senyawa asam biner (terdiri dari 2 jenis unsur), penamaan dimulai dari kata ‘asam’ didikuti nama sisa asamnya, yakni anion nonlogam (sisa asam adalah asam tanpa H) Contoh: HCl : asam klorida HF : asam fluorid H2S : asam sulfida b. Untuk senyawa asam yang terdiri dari 3 jenis unsur, penamaan dimulai dari kata ‘asam’ didikuti nama sis asamnya, yakni anion poliatom Contoh: HCN : asam sianida H2SO4 : asam sulfat H2CO3 : asam karbonat HCH3COO atau CH3COOH : asam asetat 3. Menjelaskan perbedaan molekul biner dengan asam 3. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dan memperhatikan perbedaan dari senyawa biner melalui tabel molekul biner dan sam biner dengan seksama. Rumus kimia Seny. Molekul biner Asam biner HCl HF
Hidrogen klorida Hidrogen fluorida
Asam klorida Asam fluorida
1
H2S
Hidrogen sulfida
Asam sulfida
4. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya bila ada materi yang belum dimengerti. 5. Menanggapi pertanyaan siswa….. 6. Menjelaskan definisi senyawa organik…(sambil bertanya kepada siswa) Senyawa organik adalah senyawa yang berasal dari sisa-sisa mahluk hidup dan umumnya mengandung karbon (C). 7. Menjelaskan tata nama senyawa organik Adapun tata nama senyawa organik adalah sebagai berikut: a. Senyawa organic paling sederhana hanya mengandung atom C dan H yang dikenal sebagai sernyawa hidrokarbon. Nama senyawa dimulai dengan awalan sesuai jumlah atom C yang dimiliki, dan diberi akhiran –ana. Jumlah atom C
Awalan
Nama senyawa
CH4
1
Met-
Metana
C2H6
2
Et-
Etana
C3H8
3
Prop-
Propana
b. Untuk senyawa yang jika atom atau gugus atom pada senyawa diganti dengan atom atau gugus atom lainnya adalah sebagai berikut:
4. Beberapa dari siswa bertanya… 5. Mendengarkan tanggapan dari guru.. 6. Siswa menjwab pertanyaan dari guru - Senywa yang bersala dari sisa-sia mahluk hidup.
7. Siswa memperhatikan dan mencatat langkahlangkah penamaan senyawa organik dari apa yang dijelaskan oleh guru….
2
Rumus kimia • •
• • •
Jika atom H diganti dengangugus –OH, maka akhiran –ana diganti –anol Jika atom H diganti atom halogen (Cl, F, I, Br), maka diberi awalan ‘halo-’ jika lebih dari 1 atom H diganti dengan lebih dari 1 atom halogen sejenis, maka gunakan awalan di, tri, tetra, dan seterusnya. Jika atom H diganti dengan gugus –NH2, maka akhiran ana diganti –ilamina Jika atom H diganti gugus NO2 maka diberi awalan nitroJika gugus –CH3 diganti gugus –COOH, maka nama pertama senyawa adalah ‘asam’, didikuti nama senyawa tetapi akhiran –ana diganti dengan –anoat
Nama senywa
CH2OH
metanol
CH3Cl CH2Cl2 CHCl3 CCl4
Klorometana Diklorometana Triklorometan a Bmetana
CH3NH2
Metilamina
CH2NO2
Nitrometana
HCOOH
Asam metanoat
c.
c. Senyawa organic penting lainnya adalah benzena mempunyai rumus kimia C6H6. Perhatikan penamaan senyawa jika satu atom H diganti dengan atom atau gugus atom lainnya. Rumus kimia C6H6 C6H5OH C6H5NH2 C6H5NO2 C6H5COOH
Nama senyawa
Nama lazim
Benzena Hidroksibenzena Aminabenzena Nitrobenzena Asam karboksilat benzena
Fenol Anilina Asam benzoat
8. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya… 9. Guru menanggapi pertanyaan dari siswa…
8. Siswa bertanya…. 9. Mendengarkan tanggapan dari guru…
Penutup
10. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain 10. Siswa mengikuti instruksi dari guru… dengan metode make a match… - Siswa berdiri berbaris ke belakang disamping - Seluruh siswa disuruh berdiri berbaris ke tempat duduknya berdsakan barisannya. belakang disamping bangku/tempat berdasarkan barisan masing-masing. - Menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban. - Membacakan aturan permainan - Siswa mendengarkan aturan permainan yng - Membagikan kartu kepada tiap-tiap barisan siswa dibacakan oleh guru. (posisi kartu terbalik/tertutup), tiap siswa dalam - Siswa menerima satu buah kartu. barisan mendaptkan kartu yang berbeda. - Tiap barisan mendaptakan kartu yamg berbeda. - Pembagian kartu tiap barisan berurutan dari depan ke belakang. - Setelah semua kartu selesai dibagikan, siswa disuruh membuka kartu dan mencari - Para siswa mencari pasangan kartunya dari pasangannya dari siswa yang lain dalam stau teman sebriasannya. barisan dengan diberi waktu ± 5-10 menit. - Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya sebelaum waktu yang disediakan - Siswa yang berhasil mencocokkan kartu habis mendapatkan skor. denag pasanganya melapor ke guru.. - Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda. • Meminta siswa memberikan kesimpulan dan Salah satu siswa menyimpulkan materi yang menanggapinya telah disampaikan. • memberikan tugas kepada siswa Siswa mendengarkan pengumuman
•
Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!
ALHAMDULILLAH…….!
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Kartu e. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes Tulis rumus kimia dari :
a. asam iodida
b. Etilamina
c. Etanol
Contoh Kartu Rumus kimia dari
Nama Senyawa dari
Klorometana
H2SO4
Nama senyawa molekul biner dari
HCl
CH3Cl
Asam Sulfat
Hidrogen klorida
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Make A Match) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: Kimia : X/I :4 : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator 1. Menuliskan rumus kimia senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia 2. Menyetarakan persamaan reaksi sederhana dengan diberikan nama-nama zat ang terlibat dalam reaksi atau sebaliknya. A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 1. Menyebutkan komponen-komponen dalam reaksi 2. Menentukan rumus kimia zat-zat dalam reaksi kimia 3. Menuliskan nama rumus kimia dari zat yang terlibat dalam reaksi 4. Menentukan koefisien suatu zat dalam persamaan reaksi 5. Menyetarakan persamaan reaksi 6. Menyebutkan senyawa-senyawa yang terlibat dalam persamaan reaksi 7. Menentukan produk dari suatu persamaan reaksi 8. Menentukan hasil reaksi dari persamaan reaksi
B. Materi Pembelajaran Persamaan reaksi C. Metode Pembelajaran 1. Model 2. Metode
: Cooperative Learning : Ceramah Bermakna, Diskusi Kelompok dan Make A match
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap
Guru
Pendahuluan
Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa •
Siswa
Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Indikator
Kegiatan Inti
1. Memperhatikan seksama Pada prinsipnya, reaksi kimia adalah suatu perubahan
1. Menjelaskan pengertian dari persamaan reaksi
penjelasan
guru
dengan
materi yang melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi searah, untuk reaksi dua arah, dan ֖ untuk reaksi kesetimbangan. Contoh : CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
2. Menjelaskan komponen-komponen yang terdapat 2. Melafalkan dan mencatat komponen-komponen yang terdapat dalam persamaan reaksi kimia…. reaksi kimia. …..”rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan Komponen yang terdapat dalam suatu reaksi kimia wujud zat.”……. adalah : rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud zat. 3. Mengelaborasi komponen-kompnen reaksi kimia 3. Memperhatikan penjelasan dari guru satu-persatu… a. Rumus kimia zat-zat Zat-zat yang terlibat dalam reaksi dinyatakan oleh rumus kimianya. Zat yang berada di ruas kiri disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat diruas kanan disebut produk reaksi (hasil reaksi). b. Koefisien reaksi Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel (atom, molekul, ion) atau unit rumus (senyawa ion). Nilai koefisien reaksi sedemikian rupa agar persamaan reaksi
menjadi setara yakni memenuhi Hukum Kekekalan Massa dari Lavoisier c. Wujud zat dalam persamaan reaksi, Wujud atau keadan zat dapat disertakan. Ada 4 wujud atau keadaan zat yang diutulis sebagai subkrip (huruf kecil setelah rumus kimia). Wujud/keadaan
Subskrip
Padat atau solid Cair atau liquid Gas atau gas Larut dalam air atau aqueous
s l g aq
4. Menjelaskan tata cara penulisan persamaan reaksi.. 4. Memperhatikan dan mencatat dengan seksama penjelasan dari guru… Cara Penulisan Persamaan Reaksi Cara Penulisan Persamaan Reaksi - Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk a. Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui. diketahui. - Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap b. Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas - Pilih zat dengan rumus kimia paling kanan. kompleks. Tetapkan nilai koefisien - Pilih zat dengan rumus kimia paling reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien kompleks. sementara untuk zat-zat lainnya dengan Setarakan atom-atom pada zat paling huruf a, b, c, dan sterusnya. kompleks tersebut. - Setarakan atom-atom pada zat paling - Setarakan atom-atom lainnya. kompleks tersebut. Jika terdapat ion - Pastikan setiap koefisien reaksi
poliataom di ruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom. - Setarakan atom-atom lainnya. Jika terdapat ion poliataom diruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom. - Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi)
merupakan bilangan bulat sederhana.
5. Memberikan latihan soal kepada siswa secara 5. Kelompk mengerjakan latihan soal yang diberikan guru….. kelompok (kelompok sudah diatur sebelumnya yang Langkah 1…. terdiri dari 3-4 orang/2 bangku).. - Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk - Tulislah persamaan reaksi lengkap dari. reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika • Logam padat seng (Zn) dengan larutan asam diketahui. klorida (HCl) yang menghasilkan larutan seng Zn(s) + HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g) klorida(ZnCl2) dan gas hydrogen (H2)……(sesuai langkah-langkah yag telah - Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari dijelaskan) setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. • Pilih zat dengan rumus kimia paling kompleks. Tetapkan nilai koefisien reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien - Mengawasi siswa…. sementara untuk zat-zat lainnya dengan huruf a, b, c, dan sterusnya
aZn(s) + bHCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + cH2(g) - Membimbing siswa dalam mengerjakan soal latihan….
•
Setarakan atom-atom pada zat paling kompleks tersebut.. atom ruas kiri = atom ruas kanan Zn a = 1 Cl b = 2 1Zn(s) + 2HCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + cH2(g)
- Setarakan atom-atom lainnya. atom ruas kiri = atom ruas kanan H 2 = 2c 1Zn(s) + 2HCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + 1H2(g) - Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi) Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g) (setara) 6. Siswa memeriksa jawaban masing-masing.. 6. Bersama-sama dengan siswa memeriksa jawaban soal latihan.. 7. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain 7. Siswa mengikuti instruksi dari guru… dengan metode make a match… - Siswa berdiri berbaris ke belakang disamping - Seluruh siswa disuruh berdiri berbaris ke tempat duduknya berdsakan barisannya. belakang disamping bangku/tempat berdasarkan barisan masing-masing. - Menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan dan
Penutup
jawaban. - Membacakan aturan permainan - Membagikan kartu kepada tiap-tiap barisan siswa (posisi kartu terbalik/tertutup), tiap siswa dalam barisan mendaptkan kartu yang berbeda. - Tiap barisan mendaptakan kartu yamg berbeda. - Pembagian kartu tiap barisan berurutan dari depan ke belakang. - Setelah semua kartu selesai dibagikan, siswa disuruh membuka kartu dan mencari pasangannya dari siswa yang lain dalam stau barisan dengan diberi waktu ± 5-10 menit. - Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya sebelaum waktu yang disediakan habis mendapatkan skor. - Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda. • Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya • memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!
- Siswa mendengarkan aturan permainan yng dibacakan oleh guru. - Siswa menerima satu buah kartu.
- Para siswa mencari pasangan kartunya dari teman sebriasannya.
- Siswa yang berhasil mencocokkan kartu denag pasanganya melapor ke guru..
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Kartu Flash Card e. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes Tulis rumus kimia dari : a. Tulis persamaan reaksi dari pembakaran gas metana (CH4) dengan gas oksigen (O2) yang membentuk gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O)...! Contoh Kartu Hasil Reaksi dari
2H2(g) + O2(g)
Reaktan dari
NaOH
Bila 2 hidrogen diresksikan dengan oksigen maka akan menghasilakan 2 dihidroksida (air) Tentukan persamaan rekasinya.!
2H2O(g) Air
Na+ + OH-
2H2(g) + O2(g) →2H2O(g)
130
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Snowball Throwing
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Snowball Throwing) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: Kimia : X/I :1 : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator 1. Menuliskan rumus molekul senyawa 2. Menuliskan rumus empiris senyawa A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 1. Menjelaskan rumus kimia 2. Menjelskan rumus molekul 3. Menuliskan rumus molekul
131 4. Menjelaskan rumus empiris unsur molekul 5. Menuliskan rumus empiris unsur molekul 6. Menjelaskan rumus empiris senyawa molekul 7. Menuliskan rumus empiris senyawa molekul 8. Menjelaskan rumus empiris senyawa ion 9. Menuliskan rumus empiris senyawa ion 10. Menyimpilkan rumus molekul dan empiris
B. Materi Pembelajaran Rumus kimia C. Metode Pembelajaran 1. Model 2. Metode
: Cooperative Learning : Ceramah Bermakna dan Snowball Throwing
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Pendahuluan
Guru • Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk
Siswa Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Indikator
132
memimpin do’a Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian rumus kimia kepada siswa Rumus kimia adalah suatu notasi yang memuat jenis dan perbandingan atom penyusun sebuah unsure atau senyawa. Secara umum rumus kimia dinyatakan dengan lambang unsur dan angka indeks. 2. Memberikan contoh penggunaan rumus kimia pada suatu unsur dan senyawa sambil memperlihatkan table periodik unsur. Contoh : - rumus kimia untuk hidrogen adalah H2 - rumus kimia untuk air adalah H2O
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat. 1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Memperhatikan penjelasan guru
3. Menjelaskan pembagian rumus kimia (sambil 3. Siswa menjawab pertanyaan guru - Rumus molekul dan rumus empiris menanyakan kepada siswa) Rumus kimia dapat dibedakan menjadi rumus molekul dan rumus empiris 4. Menjelaskan pengertian dari molekul..(sambil melempar pertanyaan siswa)
rumus 4. Siswa menjelaskan pengertian rumus molekul - Rumus molekul menyatakan jenis dan kepada perbandingan atom-atom unsur dalam molekul
1
133
Rumus molekul adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan perbandingan atom-atom unsur dalam molekul atau senyawa. Molekul
Nama atom
Jenis atom unsur
Perbandingan
Molekul unsur
Hidrogen Fosfor Belerang
H P S
Molekul senyawa
Ammonia Glukosa
N, H C, H, O
2 atom H 4 atom P 8 atom S 1 N, 3 H 6 C, 12 H, dan 6O
atau senyawa.
Rumus molekul H2 P4 S8 NH3 C6H12O6
5. Siswa ikut melafalkan dan mencatat contoh dari 5. Menyebutkan contoh dari rumus molekul….. rumus kimia yang disebutkan guru.. H2, H2O, NH3,………dll. 6. Menunjukan table contoh penulisan rumus molekul.. 6. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dengan seksama. 7. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya 7. Beberapa darai siswa bertanya… apabila ada yang belum dimengerti. Melanjutkan materi berikutnya……
Siap-siap untuk menerima materi selanjutnya….
8. Menjelaskan pengertian dari rumus empiris (sambil 8. Siswa menjawab…. menanyakan kepada siswa)… - Rumus yang menyatakan perbandingan Rumus empiris adalah rumus kimia yang sederhan dari ataom-atom unsure dalam suatu menyatakan jenis dan perbandingan paling senyawa. sederhana dari atom-atom unsur dalam senyawa.
2
134
9. Menjelaskan pembagian rumus empiris.. Rumus empiris ada tiga macam yaitu : a. Rumus empiris unsur molekul b. Rumus empiris senyawa molekul c. Rumus empiris senyawa ion
9. Siswa memperhatikn dan mencatat penjelasan dari guru dengan seksama.
10. Menjelskan rumus empiris unsur dari sebuah 10. Siswa mengamati dan menelaah table sambil memperhatikan penjelasan guru.. molekul dengan menyajikan sebuah table…. Rumus molekul
Rumus empiris
Hidrogen
Unsur
H2
H
Hidrogen
H2
H
Oksigen
O2
O
Oksigen
O2
O
Fosfor
P4
P
Fosfor
P4
P
Belerang
S8
S
Belerang
S8
S
11. Menjelaskan rumus empiris molekul…(sambil menyajikan tabel ) Senyawa molekul Etana Glukosa Air Metana Propana
Rumus molekul C2H6 C6H12O6 H2O CH4 C3H8
Perbandingan atam-atom unsur 2:6 6:12:6 2:1 1:4 3:8
Perbandingan terkecil atomatom unsur 1 :3 1:2:1 2:1 1:4 3:8
Unsur
Rumus molekul
Rumus empiris
senyawa 11. Siswa mengamati dan menelaah table….
Rumus empiris CH3 CH2O H2O CH4 C3H8
Senyawa molekul Etana Glukosa Air Metana Propana
Rumus molekul C2H6 C6H12O6 H2O CH4 C3H8
Perbandingan atam-atom unsur 2:6 6:12:6 2:1 1:4 3:8
Perbandingan terkecil atomatom unsur 1 :3 1:2:1 2:1 1:4 3:8
Rumus empiris CH3 CH2O H2O CH4 C3H8
12. Menjelaskan rumus empiris senyawa ion…(sambil 12. Siswa mengamati dan menelaah table sambil
135
menyajikan tabel)
memperhatikan penjelasan guru..
Natrium klorida
Jenis kation Na+
Jenis anion Cl-
Besi(II) oksida
Fe2+
O2-
Senyawa ion
Kalium oksida
+
K
O
-
Perbandingan terkecil katiaon dan anion 1 ion Na+ dan 1 ion Cl2 ion Fe2+ dan 2 ion O21 ion K+ dan 1 ion O-
Rumus empiris NaCl FeO KO
Natrium klorida
Jenis kation Na+
Jenis anion Cl-
Besi(II) oksida
Fe2+
O2-
Senyawa ion
Kalium oksida
K
+
O
-
Perbandingan terkecil katiaon dan anion 1 ion Na+ dan 1 ion Cl2 ion Fe2+ dan 2 ion O21 ion K+ dan 1 ion O-
Rumus empiris NaCl FeO KO
13. Siswa menyebutkan contoh yang lain… - Magnesium fluoride (MgF2) - Dll……. 14. Siswa mengikuti instruksi dari guru… 14. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain dengan metode snowball throwing… - Siswa menyipakan satu embar kertas - Setiap siswa disuruh menyiapkan satu lembar kertas - Menyuruh siswa untuk menulis satu buah - Siswa menulis sebuah pertanyaan sesuai pertanyaan (sesuai materi yang telah diajarkan) materi yang telah disampaikan. di atas selembar kertas. - Kertas tersebut kemudian di gulung-gulung - Siswa menggulung-gulung kertas. hingga menyerupai sebuah bola. - Kemudian gulungan kertas yang berisi - Para siswa melempar kertas gulungan ke pada pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa siswa yang lainnya. yang lain. - Waktu untuk menjawab pertanyaan ± 3-5menit. - Siswa menjawab pertanyaan… - Setiap barisan kelompok harus menjawab pertanyaan yang didapatnya sesuai waktu yang ditentukan. 13. Meminta siswa menyebutkan contoh yang lain…
136
- Siswa yang dapat menjawab dengan tepat diberi aplaus dan skor. - Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda. Meminta siswa memberikan kesimpulan menanggapinya • memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………! E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas Penutup
•
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Tulis rumus kimia dari : a. Natrium klorida
b. Glukosa
dan
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
c. Besi (II) oksida
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Snowball Throwing) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: Kimia : X/I :3 : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator 1. Menuliskan nama senyawa asam 2. Menuliskan nama senyawa organik sederhana A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian senyawa asam 2. Menjelaskan tata nama senyawa asam 3. Menyebutkan contoh senyawa asam 4. Menyimpulkan aturan pemberian nama senyawa asam 5. Menjelaskan pengertian senyawa organik 6. Menjelaskan tata nama senyawa organik sederhana
7. Menyebutkan contoh senyawa organik sederhana 8. Menyimpulkan aturan pemberian nama pada senyawa organik sederhana B. Materi Pembelajaran Tata nama senyawa anorganik (bag. II) Tata nama senyawa orgnaik sederhana C. Metode Pembelajaran 1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna dan Snowball Throwing D. Kegiatan Pembelajaran JENIS KEGIATAN Tahap
Guru
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Siswa Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Indikator
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian senyawa asam Senyawa asam dapat diartikan sebagai senyawa yang apabila dilarutkan ke dalam air akan melepaskan ataom H sebagai ion H+.
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Siswa ikut melafalkan dan mencatat tata nama 2. Menjelaskan tata nama senyawa asam… dari senyawa asam.. Tata nama dari senywa asam adalah sebagai berikut: a. Untuk senyawa asam biner (terdiri dari 2 jenis unsur), penamaan dimulai dari kata ‘asam’ didikuti nama sisa asamnya, yakni anion nonlogam (sisa asam adalah asam tanpa H) Contoh: HCl : asam klorida HF : asam fluorid H2S : asam sulfida b. Untuk senyawa asam yang terdiri dari 3 jenis unsur, penamaan dimulai dari kata ‘asam’ didikuti nama sis asamnya, yakni anion poliatom Contoh: HCN : asam sianida H2SO4 : asam sulfat H2CO3 : asam karbonat HCH3COO atau CH3COOH : asam asetat 3. Menjelaskan perbedaan molekul biner dengan asam 3. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dan memperhatikan perbedaan dari senyawa biner melalui tabel
1
Rumus kimia HCl HF H2S
Seny. Molekul biner Hidrogen klorida Hidrogen fluorida Hidrogen sulfida
Asam biner
4. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya bila ada materi yang belum dimengerti. 5. Menanggapi pertanyaan siswa….. 6. Menjelaskan definisi senyawa organik…(sambil bertanya kepada siswa) Senyawa organik adalah senyawa yang berasal dari sisa-sisa mahluk hidup dan umumnya mengandung karbon (C). 7. Menjelaskan tata nama senyawa organik Adapun tata nama senyawa organik adalah sebagai berikut: a. Senyawa organic paling sederhana hanya mengandung atom C dan H yang dikenal sebagai sernyawa hidrokarbon. Nama senyawa dimulai dengan awalan sesuai jumlah atom C yang dimiliki, dan diberi akhiran –ana. Jumlah atom C
Awalan
Nama senyawa
1
Met-
Metana
C2H6
2
Et-
Etana
C3H8
3
Prop-
Propana
CH4
molekul biner dan sam biner dengan seksama.
Asam klorida Asam fluorida Asam sulfida
4. Beberapa dari siswa bertanya… 5. Mendengarkan tanggapan dari guru.. 6. Siswa menjwab pertanyaan dari guru - Senywa yang bersala dari sisa-sia mahluk hidup.
7. Siswa memperhatikan dan mencatat langkahlangkah penamaan senyawa organik dari apa yang dijelaskan oleh guru….
2
b. Untuk senyawa yang jika atom atau gugus atom pada senyawa diganti dengan atom atau gugus atom lainnya adalah sebagai berikut: Rumus kimia • •
• • •
Jika atom H diganti dengangugus –OH, maka akhiran –ana diganti –anol Jika atom H diganti atom halogen (Cl, F, I, Br), maka diberi awalan ‘halo-’ jika lebih dari 1 atom H diganti dengan lebih dari 1 atom halogen sejenis, maka gunakan awalan di, tri, tetra, dan seterusnya. Jika atom H diganti dengan gugus –NH2, maka akhiran ana diganti –ilamina Jika atom H diganti gugus NO2 maka diberi awalan nitroJika gugus –CH3 diganti gugus –COOH, maka nama pertama senyawa adalah ‘asam’, didikuti nama senyawa tetapi akhiran –ana diganti dengan –anoat
Nama senywa
CH2OH
metanol
CH3Cl CH2Cl2 CHCl3 CCl4
Klorometana Diklorometana Triklorometan a Bmetana
CH3NH2
Metilamina
CH2NO2
Nitrometana
HCOOH
Asam metanoat
c.
c. Senyawa organic penting lainnya adalah benzena mempunyai rumus kimia C6H6. Perhatikan penamaan senyawa jika satu atom H diganti dengan atom atau gugus atom lainnya.
Rumus kimia C6H6 C6H5OH C6H5NH2 C6H5NO2 C6H5COOH
Nama senyawa
Nama lazim
Benzena Hidroksibenzena Aminabenzena Nitrobenzena Asam karboksilat benzena
Fenol Anilina Asam benzoat
8. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya… 9. Guru menanggapi pertanyaan dari siswa…
8. Siswa bertanya…. 9. Mendengarkan tanggapan dari guru…
10. Siswa mengikuti instruksi dari guru… 10. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain dengan metode Snowball Throwing… 11. Siswa mengikuti instruksi dari guru… - Setiap barisan siswa disuruh menyiapkan satu lembar kertas - Siswa menyipakan satu embar kertas - Menyuruh siswa untuk menulis satu buah pertanyaan (sesuai materi yang telah diajarkan) di atas selembar kertas. - Siswa menulis sebuah pertanyaan sesuai - Kertas tersebut kemudian di gulung-gulung materi yang telah disampaikan. hingga menyerupai sebuah bola. - Kemudian gulungan kertas yang berisi - Siswa menggulung-gulung kertas. pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa yang lain. - Para siswa melempar kertas gulungan ke pada - Waktu untuk menjawab pertanyaan ± 3-5 menit. siswa yang lainnya. - Setiap barisan kelompok harus menjawab pertanyaan yang didapatnya sesuai waktu yang - Siswa menjawab pertanyaan… ditentukan. - Siswa yang dapat menjawab dengan tepat diberi
aplaus dan skor. - Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda. Penutup
Meminta siswa memberikan kesimpulan menanggapinya • memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………! •
dan
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes Tulis rumus kimia dari :
a. asam iodida
b. Etilamina
c. Etanol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Snowball Throwing) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: Kimia : X/I :4 : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator 1. Menuliskan rumus kimia senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia 2. Menyetarakan persamaan reaksi sederhana dengan diberikan nama-nama zat ang terlibat dalam reaksi atau sebaliknya. A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 1. Menyebutkan komponen-komponen dalam reaksi 2. Menentukan rumus kimia zat-zat dalam reaksi kimia 3. Menuliskan nama rumus kimia dari zat yang terlibat dalam reaksi 4. Menentukan koefisien suatu zat dalam persamaan reaksi 5. Menyetarakan persamaan reaksi 6. Menyebutkan senyawa-senyawa yang terlibat dalam persamaan reaksi 7. Menentukan produk dari suatu persamaan reaksi 8. Menentukan hasil reaksi dari persamaan reaksi
B. Materi Pembelajaran Persamaan reaksi C. Metode Pembelajaran 1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna, Diskusi Kelompok dan Snowball Throwing D. Kegiatan Pembelajaran JENIS KEGIATAN Tahap
Guru
Pendahuluan
Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
•
Siswa
Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Indikator
Kegiatan Inti
1. Memperhatikan seksama Pada prinsipnya, reaksi kimia adalah suatu perubahan
1. Menjelaskan pengertian dari persamaan reaksi
penjelasan
guru
dengan
materi yang melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi searah, untuk reaksi dua arah, dan ֖ untuk reaksi kesetimbangan. Contoh : CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
2. Menjelaskan komponen-komponen yang terdapat 2. Melafalkan dan mencatat komponen-komponen reaksi kimia. yang terdapat dalam persamaan reaksi kimia…. …..”rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan Komponen yang terdapat dalam suatu reaksi kimia wujud zat.”……. adalah : rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud zat. 3. Mengelaborasi komponen-kompnen reaksi kimia 3. Memperhatikan penjelasan dari guru satu-persatu… a. Rumus kimia zat-zat Zat yang berada di ruas kiri disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat diruas kanan disebut produk reaksi (hasil reaksi). b. Koefisien reaksi Nilai koefisien reaksi sedemikian rupa agar persamaan reaksi menjadi setara yakni memenuhi Hukum Kekekalan Massa dari Lavoisier c. Wujud zat dalam persamaan reaksi, Wujud atau keadan zat dapat disertakan. Ada
4 wujud atau keadaan zat yang diutulis sebagai subkrip (huruf kecil setelah rumus kimia). Wujud/keadaan
Subskrip
Padat atau solid Cair atau liquid Gas atau gas Larut dalam air atau aqueous
s l g aq
4. Menjelaskan tata cara penulisan persamaan reaksi.. 4. Memperhatikan dan mencatat dengan seksama penjelasan dari guru… Cara Penulisan Persamaan Reaksi Cara Penulisan Persamaan Reaksi - Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk a. Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui. diketahui. - Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap b. Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas - Pilih zat dengan rumus kimia paling kanan. kompleks. Tetapkan nilai koefisien - Pilih zat dengan rumus kimia paling reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien kompleks. sementara untuk zat-zat lainnya dengan - Setarakan atom-atom pada zat paling huruf a, b, c, dan sterusnya. kompleks tersebut. - Setarakan atom-atom pada zat paling Setarakan atom-atom lainnya. kompleks tersebut. Jika terdapat ion - Pastikan setiap koefisien reaksi poliataom di ruas kiri dan kanan serta tidak merupakan bilangan bulat sederhana. berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom. - Setarakan atom-atom lainnya. Jika terdapat ion poliataom diruas kiri dan kanan serta
tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom. - Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi) 5. Memberikan latihan soal kepada siswa secara 5. Kelompk mengerjakan latihan soal yang kelompok (kelompok sudah diatur sebelumnya yang diberikan guru….. Langkah 1…. terdiri dari 3-4 orang/2 bangku).. - Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk - Tulislah persamaan reaksi lengkap dari. reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika • Logam padat seng (Zn) dengan larutan asam diketahui. klorida (HCl) yang menghasilkan larutan seng Zn(s) + HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g) klorida(ZnCl2) dan gas hydrogen (H2)……(sesuai langkah-langkah yag telah - Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari dijelaskan) setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. • Pilih zat dengan rumus kimia paling kompleks. Tetapkan nilai koefisien reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien - Mengawasi siswa…. sementara untuk zat-zat lainnya dengan huruf a, b, c, dan sterusnya aZn(s) + bHCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + cH2(g) • Setarakan atom-atom pada zat paling kompleks tersebut.. - Membimbing siswa dalam mengerjakan soal atom ruas kiri = atom ruas kanan latihan…. Zn a = 1 Cl b = 2 1Zn(s) + 2HCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + cH2(g)
- Setarakan atom-atom lainnya. atom ruas kiri = atom ruas kanan H 2 = 2c 1Zn(s) + 2HCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + 1H2(g) - Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi) Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g) (setara) 6. Bersama-sama dengan siswa memeriksa jawaban 6. Siswa memeriksa jawaban masing-masing.. soal latihan.. 7. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain 7. Siswa mengikuti instruksi dari guru… dengan metode Snowball throwing… - Setiap barisan siswa disuruh menyiapkan satu - Siswa menyipakan satu embar kertas lembar kertas - Menyuruh siswa untuk menulis satu buah - Siswa menulis sebuah pertanyaan sesuai pertanyaan (sesuai materi yang telah diajarkan) materi yang telah disampaikan. di atas selembar kertas. - Kertas tersebut kemudian di gulung-gulung - Siswa menggulung-gulung kertas. hingga menyerupai sebuah bola. - Kemudian gulungan kertas yang berisi - Para siswa melempar kertas gulungan ke pada pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa siswa yang lainnya. yang lain. - Waktu untuk menjawab pertanyaan ± 3-5 menit. - Siswa menjawab pertanyaan… - Setiap barisan kelompok harus menjawab pertanyaan yang didapatnya sesuai waktu yang
ditentukan. - Siswa yang dapat menjawab dengan tepat diberi aplaus dan skor. - Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda. Penutup
Meminta siswa memberikan kesimpulan menanggapinya • memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………! •
dan
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
E. Sumber Belajar a. b. c. d.
Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) Buku Paket Kimia (Erlangga) Tabel Periodik Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes Tulis rumus kimia dari : a. Tulis persamaan reaksi dari pembakaran gas metana (CH4) dengan gas oksigen (O2) yang membentuk gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O)...!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Snowball Throwing) Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu
: Kimia : X/I :2 : 2 x 45 menit
Standar Kompetensi 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator 1. Menuliskan nama senyawa biner 2. Menuliskan nama senyawa poliatomik A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 1. Mengelompokkan senyawa-senyawa anorganik 2. Menjelaskan senyawa biner dari logam dan non-logam dari tabel kation 3. Menjelaskan tata nama senyawa biner dari logam dan non-logam 4. Menyebutkan contoh senyawa biner dari logam dan non-logam 5. Menjelaskan senyawa biner dari non-logam dan non-logam 6. Menjelaskan tata nama senyawa biner dari non-logam dan non-logam
7. Menyebutkan contoh senyawa biner dari non-logam dan non-logam 8. Menjelaskan pengertian senyawa ion poliatomik 9. Menjelaskan tata nama senyawa ion poliatomik 10. Menyebutkan contoh senyawa ion poliatomik 11. Menyimpulkan aturan pemberian nama senyawa biner dan poliatomik B. Materi Pembelajaran Tata nama senyawa anorganik C. Metode Pembelajaran 1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna dan Snowball Throwing D. Kegiatan Pembelajaran JENIS KEGIATAN Tahap
Guru
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a Apersepsi/Motivasi
Siswa
Indikator
Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab Salah satu siswa memimpin do’a sebelum belajar
• Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Kegiatan Inti
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
1. Menjelaskan pengelompokkan senyawa anorganik. Pembahsan mengenai tata nama senyawa anorganik dapat dikelompokkan menjadi : - Senyawa biner dari logam dan non-logam - Senyawa biner dari non-logam dan non-logam - Senyawa ion poliatomik - Senyawa asam
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Menjelaskan pengertian senyawa biner dari logam dan non-logam Senyawa biner dari logam dan non-logam pada umumnya adalah senyawa ion. Logam membentuk ion positif (katioan), sedangkan non-logam membentuk ion negative (anion).
2. Memperhatikan penjelasan guru
1
3. Menjelaskan tata nama untuk senyawa biner dari 3. Siswa ikut melafalkan dan mencatat tata nama logam dan non-logam… dari senyawa biner logam dan non-logam Tata nama senyawa biner dari logam dan non-logam adalah sebagai berikut: a. Penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion non logam b. Untuk logam yang dapat membentuk beberapa kation dengan muatan berbeda, maka muatan
kationnya dinyatakan dengan angka Romawi. Contoh : - Kation besi pada FeO haruslah Fe2+ agar dapat menetralkan muatan O2-. Jadi namanya adalah besi(II) oksida. - Kation besi pada F2o3 haruslah Fe3+ karena 2Fe3+ (total muatan +6) dapat menetralkan 3O2- (total muatan -6). Jadi namanya adalah besi (III) oksida. 4. Menampilkan tabel beberapa contoh senyawa biner 4. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh dari logam dan non-logam…(sambil menyuruh guru dan memperhatikan beberapa contoh dari siswa untuk menyebutkannya) senyawa biner dari logam dan non-logam dengan seksama. Rumus kimia
Kation logam
Nama Kation
Anion nonlogam
Nama anion
NaCl
Na+
Natrium
Cl-
Klorida
MgF2
Mg2+
Magnesium
F-
Fluorida
Ag2S
Ag
+
Perak
S
2-
Sulifida
Nama senyawa Natrium klorida Magnesium fluoride Perak sulfide
5. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya… 6. Menanggapi pertanyaan siswa.. 7. Menjelaskan pengertian senyawa biner dari nonlogam dan non-logam… 8. Menjelaskan tata nama untuk senyawa biner dari
5. Beberapa dari siswa bertanya… 6. Mendengarkan tanggapan dari guru.. 7. Siswa dengan antusias mendengarkan penjelasan dari guru 8. Siswa memperhatikan dan mencatat langkah-
dua senyawa non-logam. Adpun tata nama untuk senyawa biner dari dua senyawa non-log m dalah sebagai berikut :… a. Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut: B-Si-As-C-P-N-H-S-I-Br-Cl-O-F
langkah penamaan senyawa biner darinon-logam dan non-logam dari apa yang dijelaskan oleh guru….
Contoh : HCl (Nama H lalu nama Cl) ClF ( Nama Cl lalu nama F) b. Penamaan dimulai dari anam non logam pertama diikuti nama non logam kedua yang diberi akhiran –ida Contoh: HCl (dinamakan hidrogen klorida) ClF (dinamakan klorin fluorida) c. Jika dua jenis non-logam dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya. Contoh : CO (karbon monooksida) CO2 (karbon dioksida) d. Tata nama IUPAC tidak perlu digunakan untuk senyawa yang memiliki nama umum Contoh : Rumus kimia H2O
+
Nama Air
NH3
Ammonia
N2H 4
Hidrazin
9. Meneruskan penjelasan pada bagian kedua yaitu tata nama senyawa anorganik kelompok senyawa 9. Siswa memperhatikn dan mencatat penjelasan dari guru dengan seksama. poliatomik. Senyawa ion poliatom dapat berupa kation poliatom atau anion poliatom. Akan tetapi, kebanyakan ion poliatom berupa anion poliatom (bermuatan negatif).
2
10. Menjelaskan tata nama senyawa ion poliatomik 10. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan Tata nama senyawa yang mengandung ion mencatat langkah-langkahnya poliatomik adalah sebagai berikut : a. Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam dan anion poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion poliatom Rumus kimia NaOH KCN PbSO4 Al2(SO4)3
Kation logam Na+ K+ Pb2+ Al3+
Anion poliatom OHCNSO42SO42-
Nama senyawa Natrium hidroksida Kalium sianida Timbal(II) sulfat Aluminium sulfat
b. Untuk senyawa yang terdiri kation poliatom dan anion monoatom/poliatom, penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti nama anion monoatom/poliatom Contoh:
NH4Cl NH4CN NH4OH (NH4)2SO4
: amonium klorida : amonium sianida : amonium hidroksida : amonium sulfat
11. Mempersilahkan siswa bertanya bial ada yang belum difahami… 11. Siswa bertanya…. 12. Menanggapi pertanyaan siswa…. 13. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain 12. Mendengarkan tanggapan dari guru…. dengan metode Snowball throwing… 13. Siswa mengikuti instruksi dari guru… - Setiap barisan siswa disuruh menyiapkan satu lembar kertas - Siswa menyipakan satu embar kertas - Menyuruh siswa untuk menulis satu buah - Siswa menulis sebuah pertanyaan sesuai pertanyaan (sesuai materi yang telah diajarkan) materi yang telah disampaikan. di atas selembar kertas. - Kertas tersebut kemudian di gulung-gulung hingga menyerupai sebuah bola. - Siswa menggulung-gulung kertas. - Kemudian gulungan kertas yang berisi pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa - Para siswa melempar kertas gulungan ke pada yang lain. siswa yang lainnya. - Waktu untuk menjawab pertanyaan ± 3-5menit. - Setiap barisan kelompok harus menjawab - Siswa menjawab pertanyaan… pertanyaan yang didapatnya sesuai waktu yang ditentukan. - Siswa yang dapat menjawab dengan tepat diberi
aplaus dan skor. - Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda. Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya • memberikan tugas kepada siswa dan • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz…. ALHAMDULILLAH…………! E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas Penutup
•
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen Contoh tes 1. Tulis rumus kimia dari :
a. asam iodida
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan. Siswa mendengarkan pengumuman Siswa mengucapkan lapadz……. ALHAMDULILLAH…….!
b. Asam nitrat
c. Asam klorida
149
Lampiran 12. Kisi-Kisi Instrumen
KISI-KISI INSTRUMEN
Standar Kompetensi 2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
perhitungan kimia Kompetensi Dasar 2.1 Mendiskripsikan tata nama senyawa an organik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
NO
Konsep
1
Rumus kimia
2
Tata Nama Senyawa
Indikator - Menuliskan rumus molekul - Menuliskan rumus empiris
- Menuliskan nama senyawa biner - Menuliskan nama senyawa poliatomik - Menuliskan nama senyawa asam - Menuliskan senyawa organik sederhana Persamaan 3 - Menuliskan rumus kimia Reaksi senyawa zat yang terlibat dalam persamaan reaksi - Menyetarakan persamaan reaksi sederhana Jumlah Ket: * yang digunakan (valid)
No. item
Jumlah
1,4,22,34*,36* 2*,7,9*,26*,32*
5 5
3,19*,21,29,39*
5
8,12*,17,23*,31
5
14,15*,24,30,35
5
6*,13*,16,27,33
5
5*,10*,11,25*,38
5
18*,20*,28,37*,40*
5
40
40
150
NO
Soal
Jenjang
1
Suatu senyawa mempunyai rumus kimia MgCl2, nama senyawa tersebut adalah.......(A) a. Magnesium (II) Klorida d. Magnesium Klorida b. Magnesium (I) Klorida e. Magnesium Klor c. Magnesium Fluorida
C1
Rumus empiris dari senyawa (C4H10) dan (C4H8), adalah....(B) a. (C4H10)n dan (C2H5)n d. (CH2)n dan (C2Hn) b. (C2H5)n dan (C2H4)n e. (CH2)n dan (C2H5)n c. (C2H5)n dan (CH2)n
C3
Perhatikan senyawa berikut ini : 1. CaCl2 3. CO2 5. N2O 2. PCl3 4. NaCl Dari daftar senyawa di atas, senyawa mana sajakah yang merupakan dari senyawa biner dari non logam dan non logam.......(C) a. 1, 2, dan 3 d. 2, 3 dan 4 b. 1, 2 dan 4 e. 3, 4 dan 5 c. 2, 3 dan 5
C2
Rumus kimia adalah.....(A) a. MgOH b. Mg(OH)2 c. MgHO
C1
2
3
4
5
molekul
senyawa
magnesium hidroksida
d. MgO e. MgH
1 molekul kalium oksida direaksikan dengan 1 molekul air, menghasilkan 2 molekul kalium hidroksida. Persamaan reaksi yang sesuai dengan pernyataan diatas adalah........(B)
→ KOH(aq) KO2 (s) + H2O(l) → 2KOH(aq) K2O2(s) + 2H2O(l) → KOH(aq) KOH(s) + 2H2O(l) → K2OH(aq) 2K2O(s) + H2O(l) → 2K2OH(aq)
a. K2O(s) + H2O(l) b. c. d. e. 6
Senyawa metanol mempunyai rumus kimia........(E)
C3
C3
151
a. CHO b. CHOH c. CH5OH 7
8
Berikut ini yang merupakan rumus empiris dari glukosa adalah…..(A) a. CH2O d. C6H12O6 b. C2H4O2 e. C12H24O12 c. C3H6O3 Dari beberapa senyawa berikut 4. FeO 1. PCl3 2. Cu2O 5. OH6. NO2 3. NH4 Manakah yang merupakan senyawa poliatomik........(B) a. b. c. d. e.
9
10
11
d. CH4OH e. CH3OH
Fosfous trioksida dan tembaga (II) oksida Ammonium dan hidroksida Fosfous trioksida dan amonium Tembaga (II) oksida dan besi (II) oksida Hidriksida dan nitrogen dioksida
C2
C2
Rumus empiris dari senyawa berikut berturut-turut H2PO4 dan H2SO3 adalah.......(C) a. HPO4 dan HSO3 d. H2PO8 dan H2SO3 b. HPO2 dan H1SO3 e. H2PO4 dan H2SO3 c. HPO2 dan H2SO3
C1
Berikut adalah reaksi yang belum sempurna C3H8 + 5O2 → ...................(A) Agar reaksi berlangsung sempurna maka produk dari reaksi tersebut adalah....... d. 4CO2 + 3H2O a. 3CO2 + 4H2O b. 3CO2 + 2H2O e. CO2 + 2H2O c. 4CO2 + 2H2O
C3
Perhatikan persamaan reaksi di bawah ini.! SrH2(s) + 2H2O(l) → Sr(OH)2(s) + 2H2(g) Dari persamaan reaksi diatas, senyawa mana yang bertindak sebagai pereaksi……………(D) a. 2H2O(l) dan 2H2(g) b. Sr(OH)2(s) dan 2H2(g) c. SrH2(s) dan Sr(OH)2(s) d. SrH2(s) dan 2H2O(l)
C2
152
e. SrH2(s) dan 2H2(g) 12
13
14
15
16
17
18
Nama senyawa dari NH4Cl dan NH4OH adalah........(D) a. amonium hidroksida dan sulfat b. amonium klorida dan amonium sianida c. amonium sianida dan amonium hidroksida d. amonium klorida dan amonium hidroksida e. amonium klorida dan amonium sulfat
C1
Bila atom H pada senyawa metana di gantikan oleh gugu –OH, maka nama senyawa tersebut menjadi........(E) a. metana hidroksida b. meta hidrooksida c. hidrooksida metana d. alkohol e. metanol
C3
Rumus kimia dari asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat berturut-turut adalah……........(D) a. HClO, H2S, H3PO3 d. HCl, H2SO4, H3PO4 b. HClO3, H2SO4, H3PO4 e. HCl, H2SO3, H2PO4 c. HCl, H2SO3, H3PO4
C1
Diantara senyawa dibawah ini yang bernama asam oksalat adalah .........(A) a. H2CO3 d. H2SO3 e. H2SiO3 b. H2C2O4 c. H2SO4
C2
Nama senyawa dari CH3Cl adalah.........(C) a. metakloro b. metanakloro c. klorometana d. klorometa e. klor meta
C1
Senyawa yang memiliki atom paling sedikit biasa diberi awalan.........(D) a. negatif d. hypo b. minus e. per c. mono
C1
Bila 2 molekul hidrogen direaksikan dengan setengah oksigen,
C3
153
maka akan di hasilkan senyawa........(C) a. 2 molekul air b. Setengah molekul air c. 1 molekul air d. 2 molekul hidrogen dan setengah molekul oksigen e. 2 setengah molekul air 19
20
Contoh rumus kimia dan nama senyawa biner yang terbentuk dari logam dan non logam........(A) a. NaCl (natrium klorida) b. NaOH (natrium hidroksida) c. MgOH (magnesium hidroksida) d. HCl (hidro klorida) e. H2O (dihidro oksida) Agar reaksi..... a HNO3 + b H2S → c NO + d S + e H2O menjadi reaksi yang setara, maka nilai a, b, c, d, dan e berturutturut adalah........(C) a. 3, 1, 3, 2, 1 d. 2, 2, 3, 3, 4 b. 3, 2, 4, 3, 2 e. 1, 3, 1, 3, 2 c. 2, 3, 2, 3, 4
21
22
23
C2
Penamaan senyawa biner berikut adalah……..(D) a. BCl3 = boron triklorida b. MgCl2= magnesium diklorida c. Na2SO4 = natrium sulfat d. Na2O = natrium oksida e. Cu2S = tembaga (II) sulfida
yang
tidak
C3
benar
Suatu senyawa mempunyai rumus empiris CH2O dan massa molekul relatif 60. Jika masa atom relatif H = 1, C = 12, dan O = 16, maka rumus molekul senyawa tersebut adalah…….(E) a. HCHO d. CH3CH2OH e. CH3COOH b. C2H6O2 c. CH3CH2O Kelompok senyawa dibawah ini yang namanya sesuai dengan tata nama IUPAC adalah…….(A) a. natrium nitrat, kalsium sulfida, besi (III) klorida b. natrium nitrat (V), kalsium sulfida, besi (III) klorida c. barium sulfat (VI), magnesium karbonat, tembaga (I) oksida
C1
C3
C2
154
d. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga(II) oksida e. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga oksida 24
25
26
27
28
29
30
Diketahui lima senyawa sebagai berikut…. 1. asam hipoklorit → HClO2 2. asam sulfit → H2SO3 3. asam periodat → HIO4 4. asam asetat → CH3COOH 5. asam nitrat → HNO3 Diantara lima senyawa di atas yang tidak sesuai dengan nama dan rumus kimianya adalah………(A) a. 1 d. 4 b. 2 e. 5 c. 3
C2
Senyawa yang terbentuk dari Fe3+ dan SO24- adalah……….(C) d. Fe(SO4)3 a. Fe4(SO4)2 b. Fe3(SO4)2 e. FeSO4 c. Fe2(SO4)3
C3
Senyawa berikut Fe3(SO4)2 mempunyai rumus empiris….(C) a. Fe3(SO4) d. Fe3/4(SO) e. Fe3/8(SO) b. Fe3/2(SO2) c. Fe3/2(SO4)
C1
Rumus kimia dari senyawa metanol adalah……….(B) a. CH4OH d. CH3H e. CH3HO b. CH3OH c. CH4
C2
Diantara persamaan reaksi berikut, yang sudah setara adalah………(B) a. Fe2O3 (s) + 2Al(s) → Al2O3 (s) + Fe b. C2H5OH(l) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 3H2O(l) c. Al(s) + 3H2SO4(s) → Al2 (SO4)3 (s) + 3H2O(l) d. Mg(OH)2(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2O(l) e. 3Cu(s) + 6HNO3(aq) → 3Cu(NO3)2(aq) + NO(g) + 3H2O(l) Senyawa yang terbentuk dari dua senyawa non logam berikut adalah……..(B) a. FeO d. NaCl b. CO e. NaOH c. MgCl Diketahui lima senyawa asam sebagai berikut…. 1. asam hipoklorit → HClO2 2. asam asetat → CH3COOH 3. asam periodat → HIO4
C2
C1
C3
155
4. asam sulfit → H2SO3 5. asam nitrat → HNO3 Dari kelima senyawa di atas, senyawa mana sajakah yang sesuai dengan tata nama dan rumus kimianya..………(B) a. 2, 3, 4 d. 1, 2, 3 b. 2, 4, 5 e. 1, 3, 4 c. 3, 4, 5 31
32
33
34
Senyawa poliatom yang terbentuk dari NH4+ dan SO42adalah………(A) a. ammonium sulfat d. ammonium (I) sulfit b. ammonium disulfat e. ammonium (II) sulfit c. diammonium sulfat Nama senyawa untuk rumus kimia MnO2 adalah…….(E) a. mangan (IV) oksida d. mangana (I) oksida b. mangan (III) oksida e. mangan dioksida c. mangan (II) oksida Glukosa mempunyai rumus kimia……..(B) d. C2H5OOH a. C12H22O11 b. C6H12O6 e. CH3COOH c. CH3OH Berikut ini pernyataan yang benar mengenai rumus molekul……....(D) a. perbandingan massa dan nomor suatu atom b. perbandingan sederhana nomor massa atom dalam senyawa c. jenis dan perbandingan sederhana atom unsur dalam senyawa d. jenis dan perbandingan atom unsur dalam senyawa e. jenis dan massa atom dalam senyawa
35.
Penamaan senyawaan berikut yang benar adalah.......(A) d. K2SO4 = kalium sulfit a. HClO4 = asam perklorat e. HNO2 = asam nitrat b. HIO2 = asam iodat c. H3PO4 = asam fosfit
36
Rumus empiris dari molekul senyawa yang mengandung 12 atom C, 22 atom H, dan 11 atom O adalah……(D) a. C6H11O11 d. C12H22O11 e. C12H44O22 b. C6H12O10 c. C6H11O11
C1
C2
C1
C1
C2
156
37
Persamaan reaksi yang belum setara. C2H6 + O2 → CO2 + H2O Di berikan data sebagai berikut. Atom
Ruas kiri
Ruas kanan
C H O
2 6 2a
B 2c 2c + b
C3
Maka nilai dari a, b, dan c, agar reaksi tersebut setara adalah........(A) a. 4, 2, 3 d. 2, 3, 3 b. 4, 3, 2 e. 3, 3, 2 c. 3, 4, 2 38
39
40
Nama senyawa yang terbentuk dari reaksi antara NH4+ dan SO42- adalah…..…..(C) a. ammonium (I) sulfit d. ammonium disulfat b. ammonium (II) sulfit e. diamonium disulfat c. ammonium sulfat Unsur logam yang dapat bersenyawa dengan ion Cladalah………(E) a. C d. K b. S e. H c. N Reaksi berikut yang sudah setara adalah…….(B) a. 2Al + H2SO4 → Al2(SO4)3 + H2 b. C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O c. N2 + H2 → NH3 d. 2Cr + H2SO4 → Cr2(SO4)3 + H2 e. 2Fe + O2 → Fe2O3 Jumlah
C3
C2
C3
40
157
Lampiran 13. Soal Tes dan Kunci Jawaban SOAL TES Nama :………………………… Kelas :………………………… Petunjuk Pengisian ! 1. Bacalah lafadz Basmallah terlebih dahulu sebelum memulai pengisian. 2. Tulislah nama dan kelas pada tempat yang telah di sediakan. 3. Jawaban ditulis langsung pada lembar jawaban dengan cara memberi tanda silang pada jawaban yang dianggap paling benar! 1. Rumus empiris dari senyawa (C4H10) dan (C4H8), adalah...... a. (C4H10)n dan (C2H5)n d. (CH2)n dan (C2Hn) b. (C2H5)n dan (C2H4)n e. (CH2)n dan (C2H5)n c. (C2H5)n dan (CH2)n 2. 1 molekul kalium oksida direaksikan dengan 1 molekul air, menghasilkan 2 molekul kalium hidroksida. Persamaan reaksi yang sesuai dengan pernyataan diatas adalah....... a. K2O(s) + H2O(l) → KOH(aq) b. KO2 (s) + H2O(l) → 2KOH(aq) c. K2O2(s) + 2H2O(l) → KOH(aq) d. KOH(s) + 2H2O(l) → K2OH(aq) e. 2K2O(s) + H2O(l) → 2K2OH(aq) 3. Senyawa metanol mempunyai rumus kimia......... a. CHO d. CH4OH b. CHOH e. CH3OH. c. CH5OH 4. Rumus empiris dari senyawa berikut berturut-turut H2PO4 dan H2SO3 adalah...... a. HPO4 dan HSO3 d. H2PO8 dan H2SO3 e. H2PO4 dan H2SO3 b. HPO2 dan H1SO3 c. HPO2 dan H2SO3 5. Berikut adalah reaksi yang belum sempurna C3H8 + 5O2 → ................... Agar reaksi berlangsung sempurna maka produk dari reaksi tersebut adalah....... a. 3CO2 + 4H2O d. 4CO2 + 3H2O b. 3CO2 + 2H2O e. CO2 + 2H2O c. 4CO2 + 2H2O 6. Nama senyawa dari NH4Cl dan NH4OH adalah..........
158
a. amonium hidroksida dan sulfat b. amonium klorida dan amonium sianida c. amonium sianida dan amonium hidroksida d. amonium klorida dan amonium hidroksida e. amonium klorida dan amonium sulfat 7. Bila atom H pada senyawa metana di gantikan oleh gugus –OH, maka nama senyawa tersebut menjadi.............. a. metana hidroksida d. alkohol b. meta hidrooksida e. metanol c. hidrooksida metana 8. Diantara senyawa dibawah ini yang bernama asam oksalat adalah ............ a. H2CO3 d. H2SO3 b. H2C2O4 e. H2SiO3 c. H2SO4 9. Bila 2 molekul hidrogen direaksikan dengan setengah oksigen, maka akan di hasilkan senyawa.............. a. 2 molekul air b. Setengah molekul air c. 1 molekul air d. 2 molekul hidrogen dan setengah molekul oksigen e. 2 setengah molekul air 10. Contoh rumus kimia dan nama senyawa biner yang terbentuk dari logam dan non logam.......... a. NaCl (natrium klorida) d. HCl (hidro klorida) b. NaOH (natrium hidroksida) e. H2O (dihidro oksida) c. MgOH (magnesium hidroksida) 11. Agar reaksi..... a HNO3 + b H2S → c NO + d S + e H2O menjadi reaksi yang setara, maka nilai a, b, c, d, dan e berturut-turut adalah........ a. 3, 1, 3, 2, 1 d. 2, 2, 3, 3, 4 b. 3, 2, 4, 3, 2 e. 1, 3, 1, 3, 2 c. 2, 3, 2, 3, 4 12. Kelompok senyawa dibawah ini yang namanya sesuai dengan tata nama IUPAC adalah……. a. natrium nitrat, kalsium sulfida, besi (III) klorida b. natrium nitrat (V), kalsium sulfida, besi (III) klorida c. barium sulfat( VI), magnesium karbonat, tembaga (I) oksida d. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga (II) oksida e. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga oksida
159
13. Senyawa yang terbentuk dari Fe3+ dan SO24- adalah………. a. Fe4(SO4)2 d. Fe(SO4)3 b. Fe3(SO4)2 e. FeSO4 c. Fe2(SO4)3 14. Senyawa berikut Fe3(SO4)2 mempunyai rumus empiris…… a. Fe3(SO4) d. Fe3/4(SO) b. Fe3/2(SO2) e. Fe3/8(SO) c. Fe3/2(SO4) 15. Nama senyawa untuk rumus kimia MnO2 adalah……. a. mangan (IV) oksida d. mangana (I) oksida b. mangan (III) oksida e. mangan dioksida c. mangan (II) oksida 16. Berikut ini pernyataan yang benar mengenai rumus molekul……... a. perbandingan massa dan nomor suatu atom b. perbandingan sederhana nomor massa atom dalam senyawa c. jenis dan perbandingan sederhana atom unsur dalam senyawa d. jenis dan perbandingan atom unsur dalam senyawa e. jenis dan massa atom dalam senyawa 17. Rumus empiris dari molekul senyawa yang mengandung 12 atom C, 22 atom H, dan 11 atom O adalah…… a. C6H11O11 d. C12H22O11 e. C12H44O22 b. C6H12O10 c. C6H11O11 18. Persamaan reaksi yang belum setara. C2H6 + O2 → CO2 + H2O Di berikan data sebagai berikut. Maka nilai dari a, b, dan c, agar reaksi Atom Ruas kiri Ruas kanan tersebut setara adalah........... C 2 B a. 4, 2, 3 d. 2, 3, 3 H 6 2c b. 4, 3, 2 e. 3, 3, 2 O 2a 2c + b c. 3, 4, 2 19. Unsur logam yang dapat bersenyawa dengan ion Cl- adalah… a. C d. K b. S e. H c. N 20. Reaksi berikut yang sudah setara adalah……. a. 2Al + H2SO4 → Al2(SO4)3 + H2 b. C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O c. N2 + H2 → NH3 d. 2Cr + H2SO4 → Cr2(SO4)3 + H2 e. 2Fe + O2 → Fe2O3
160
KUNCI JAWABAN 1. B
11. C
2. B
12. A
3. E
13. C
4. C
14. C
5. A
15. E
6. D
16. D
7. E
17. D
8. A
18. A
9. C
19. E
10. A
20. B