Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD Made Renny Wijayanthi1), I Made Suarjana2), Putu Nanci Riastini3) 123
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected] [email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri 4 Suwug, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 setelah penerapan metode snowball throwing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 18 orang siswa kelas V Semester II SD Negeri 4 Suwug. Untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa digunakan metode tes. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa penerapan metode snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 4 Suwug. Hal ini terlihat dari persentase hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 64,44% (tergolong rendah) dan meningkat pada siklus II sebesar 82,78% (tergolong tinggi). Peningkatan persentase yang terjadi sebesar 18,34%.
Kata Kunci: Snowball throwing, hasil belajar IPA
Abstract This study aims to determine the learning outcome Science second semester of fifth grade students of SD Negeri 4 Suwug, District Sawan, Buleleng academic year 2013/2014 after the implementation of throwing the snowball method. This research is a classroom action research by using two cycles. The subjects were 18 students of class V Semester II Elementary School 4 Suwug. To collect data on student learning outcomes test method is used. The data that has been collected analyzed by quantitative descriptive analysis method. The study found that the implementation of throwing the snowball method can improve science learning outcomes fifth grade students of SD Negeri 4 Suwug. This can be seen from the percentage of student learning outcomes in the first cycle of 64.44% (relatively low) and increased in the second cycle was 82.78% (relatively high). Percentage increase occurred at 18.34%. Key words: Snowball throwing, science learning result
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Saat ini, inovasi pendidikan sedang hangat dibicarakan maupun dilakukan. Inovasi yang dilakukan adalah pergeseran dari teacher centered ke student centered. Hal ini seperti yang tercantum pada Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah direvisi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum tersebut menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan paradigma pembelajaran yang dituntut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid, metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori, dan pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Selain itu, KTSP juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari konsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan seharihari. Tingkatan materi pun tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hapalan atau pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan (Permendiknas No. 24 Tahun 2006). Namun sayangnya, proses pembelajaran hingga dewasa ini masih belum sesuai dengan ketentuan KTSP. Pembelajaran masih didominasi oleh guru. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara mandiri melalui proses berpikir dan penemuan. Hal ini tentunya tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik. Akibatnya, problema pembelajaran yang selalu dihadapi guru adalah masih rendahnya hasil belajar siswa. Permasalahan rendahnya hasil belajar siswa hampir terjadi di semua pelajaran dan semua tingkatan kelas. Salah satu buktinya adalah rendahnya hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 4 Suwug. Berdasarkan hasil tes IPA pada tanggal 25 Juli 2013, hanya 6 orang siswa (40%) yang berhasil memenuhi nilai 65 dari
14 orang siswa. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga kurang, hanya 6 orang dari 14 orang siswa atau 40% siswa yang aktif (Arsip Buku Nilai Siswa Kelas V SD Negeri 4 Suwug, Kecamatan Sawan). Berdasarkan hasil refleksi guru pada tanggal 26 Juli 2013, permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu 1) Guru kurang memanfaatkan metode atau strategi pembelajaran yang bervariasi, inovatif, dan sesuai dengan karakteristik anak SD. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas dalam pembelajaran. Hal ini karena kurang pahamnya guru tentang strategi-strategi baru yang inovatif. Akibatnya, siswa menjadi apatis dan kurang antuasias karena pembelajaran IPA tidak menarik dan menantang. 2) Guru kurang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran, sehingga siswa beranggapan bahwa IPA adalah pelajaran yang membosankan, kaku, dan tidak kreatif, dan 3) Guru kurang aktif memberikan respon atau umpan balik secara fisik, sosial, dan mental agar siswa memahami dan mampu mengembangkan kecakapan hidup menuju belajar yang mandiri. Salah satu upaya yang pernah dilakukan dalam pembelajaran adalah metode eksperimen. Pada dasarnya metode eksperimen dapat digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses baik secara mandiri maupun kelompok. Metode eksperimen dapat mengembangkan keterampilan siswa selama kegiatan pembelajaran. Namun, berdasarkan hasil refleksi guru, kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan metode eksperimen antara lain a) Guru memiliki keterbatasan kemampuan dalam penerapan metode eksperimen, b) Memerlukan peralatan dan bahan yang lengkap serta umumnya mahal, c) Dapat menghambat laju pembelajaran, sebab eksperimen memerlukan waktu yang cukup lama, d) Fasilitas eksperimen yang kurang memadai, e) Guru tidak memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan kebutuhan eksperimen. Hal-hal tersebut menyebabkan guru beralih kembali ke metode yang digunakan sebelumnya.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” (Trianto, 2007:99). Selanjutnya IPA didefinisikan sebagai “sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah” (Tim Penyusun, 2006:1). Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Lebih lanjut Iskandar (1996:1) menyatakan ”produk ilmu pengetahuan alam adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. Untuk menemukan produk tersebut melalui sebuah proses yaitu pengamatan, klasifikasi, pengukuran, hipotesa, menarik kesimpulan, dan memprediksi”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, IPA merupakan proses dan produk. Sebagai produk, IPA menghasilkan fakta, konsep, prinsip, dan teori. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya sebagai proses. IPA membahas tentang gejalagejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Menurut Powler (dalam Winataputra, 2008:122), “Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen”. Berdasarkan hal tersebut, maka IPA mesti dipelajari oleh siswa SD. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip
dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992:12), “hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh pebelajar setelah mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu”. Pendapat ini menyatakan bahwa hasil siswa juga berarti hasil guru. Dengan dihasilkannya hasil belajar siswa yang baik maka hal itu menunjukkan keberhasilan seorang guru dalam mengajar dan begitu pula sebaliknya. Hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran. Nasution (1982:29) memberikan pengertian bahwa “hasil belajar adalah suatu kegiatan belajar pada siswa yang dilaksanakan melalui tes. Hasil belajar biasanya memuaskan maupun kurang memuaskan tergantung dari ketekunan, kemampuan dan kegigihan untuk mencapai nilai yang tinggi.” Pendapat ini memiliki maksud bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang dapat merefleksikan tentang suasana yang diciptakan oleh guru, sarana atau fasilitas, dan pendekatan yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Hasil ini mencerminkan proses belajar siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan aktual ranah kognitif yang berbentuk skor siswa. Skor siswa merupakan respon verbal yang diperoleh melalui tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah proses perlakuan dilaksanakan. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu psikologis dan fisiologis. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Gagne (dalam Roestiyah, 1994: 39), bahwa pada proses belajar mengajar terdapat beberapa komponen yang menunjang proses belajar mengajar dan menentukan organisasi pengelolaan interaksi belajar mengajar, antara lain : “1) tujuan belajar, 2) materi belajar, 3) metode
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) mengajar, 4) sumber belajar, 5) media untuk belajar, 6) manajemen interaksi belajar mengajar, 7) evaluasi belajar, 8) anak yang belajar, 9) guru yang mengajar yang kompeten, 10) pengembangan dalam proses belajar mengajar”. Lebih lanjut disebutkan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: “1) bakat anak, 2) mutu pembelajaran, 3) kemampuan memahami pembelajaran, 4) ketekunan belajar, dan 5) jumlah waktu yang disediakan” (Roestiyah, 1994: 40). Begitu pula Mudzakir dan Joko Sutrisno (1996:135-136) menyatakan “Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang datang dari dalam diri (faktor internal), dan faktor yang datang dari luar diri atau faktor lingkungan (faktor eksternal)”. Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran berasal dan faktor dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dan luar diri siswa (faktor eksternal). Faktor internal terdiri dari kondisi fisik dan panca indra anak, bakat, minat, kecerdasan, kemampuan anak untuk memahami pelajaran, ketekunan belajar, dan motivasi anak. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan, instrumen yang mencakup kurikulum, guru, sarana, dan prasarana, media, metode, administrasi atau manajemen serta motivasi yang datang dari luar diri siswa. Komponen-komponen ini bekerja sama secara integral dan harmonis, saling ketergantungan, serta berinteraksi satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengan terlaksananya proses pembelajaran dengan baik, maka akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan kelemahan solusi sebelumnya, maka salah satu solusi yang dapat diterapkan sebagai perbaikan adalah metode snowball throwing. Metode snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari metode bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan. Metode ini dikemas dalam sebuah permainan yang menarik, yaitu saling melempar bola salju
(snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Permainan ini bisa dilakukan oleh hampir semua siswa dan sesuai dengan karakteristik anak SD sehingga mampu membuat suasana kelas menyenangkan serta siswa termotivasi untuk belajar. Tidak hanya itu, siswa dapat menggali informasi, mengkorfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Sesuai dengan karakteristik anak SD, mereka seharusnya belajar berdasarkan pengalaman langsung untuk menemukan pengetahuan. Pendapat tersebut juga sejalan dengan pendapat Sugiyanto (2012:4), ”karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/melakukan sesuatu secara langsung”. anak usia SD berada pada masa operasional konkret. Mereka memerlukan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa melakukan sendiri sebuah proses sehingga memahami suatu konsep dengan lebih dalam. Metode snowball throwing berasal dari dua kata, yaitu snowball dan throwing. Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia (Gunardi,2003:158) “snowball artinya bola salju”, sedangkan “throwing artinya melempar” (Gunardi,2003:182). Berdasarkan kedua kata tersebut, maka snowball throwing artinya melempar bola salju. Metode pembelajaran snowball throwing dilakukan dengan cara siswa menulis pertanyaan yang berhubungan dengan materi di atas kertas yang dibentuk seperti bola salju. Kemudian, bola tersebut dilemparkan ke siswa lain kemudian dijawab. Metode snowball throwing adalah metode pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk membuat pertanyaan dalam kertas berbentuk bola salju, yang nantinya dilemparkan kepada temannya dan dijawab. Metode ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Langkah-langkah umum pembelajaran dengan metode snowball throwing adalah 1) ketua kelompok
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) mendapat penjelasan dari guru, 2) ketua kelompok menjelaskan materi kepada anggota kelompoknya, 3) membuat pertanyaan, 4) melempar bola salju, 5) menjawab pertanyaan, 7) membahas pertanyaan, 8) menyimpulkan materi, 8) evaluasi, 9) penutup. Maka dari itu, dalam penelitian ini ditterapkan metode snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II di SD Negeri No. 4 Suwug Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Karakteristik anak usia SD yang berada pada fase operasional konkret memerlukan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA memerlukan keterlibatan aktif siswa untuk menemukan konsep yang dipelajari, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Berdasarkan hal tersebut, penerapan metode pembelajaran snowball throwing menjadi satu pilihan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD. Metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dan bermain dalam memperoleh pengetahuan. Selain itu metode snowball throwing berfungsi sebagai sarana komunikasi yang efektif dan lebih menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi polapola interaksi siswa, sehingga siswa sungguh-sungguh belajar mengembangkan minat kepribadiannya sesuai batas kemampuannya. Dengan meningkatnya aktivitas dan interaksi siswa, maka diharapkan hasil belajar siswa meningkat pula. Hipotesis penelitian ini adalah jika penerapan metode pembelajaran snowball throwing diterapkan dengan efektif dan efisien maka akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 SD Negeri 4 Suwug, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Penelitian yang dilakukan F. Fuandi (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode snowball throwing pada pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SD Negeri Kartika Siliwangi 2 Bandung dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa meningkat, hasilnya mencapai 77,38% dari penelitian sebelumnya. b. Penelitian yang dilakukan oleh Bothmir (2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II setelah penerapan model Snowball Throwing. Pada siklus I, siswa yang dikatakan tuntas sebanyak 25 siswa (55,56%). Pada siklus II, siswa yang tuntas sebanyak 42 (93,34%). Kedua hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa metode snowball throwing dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa. Rumusan masalah penelitian tindakan kelas ini adalah apakah penerapan metode pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri Negeri 4 Suwug, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014? Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri 4 Suwug, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 setelah penerapan metode snowball throwing. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya bidang pembelajaran IPA. Bagi guru, hasil penelitian ini menjadi penambah wawasan dan pengetahuan strategi pembelajaran yang tepat dan efisien. Bagi siswa, menjadikan siswa antusias untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.Bagi sekolah, Hasil penelitian ini menjadi masukan yang berharga bagi Kepala Sekolah untuk mengambil kebijakan berkaitan dengan proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan mutu lulusan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2007:15) mendefinisikan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) bersama”. PTK yang dilakukan termasuk jenis kolaboratif, yaitu kolaborasi atau kerjasama antar guru dan peneliti sebagai pengamat. Peneliti dan guru menyiapkan perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan, instrumen/observasi, ikut terlibat dalam pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang sudah dipersiapkan bersama. Tempat penelitian tindakan kelas adalah kelas V di SD Negeri 4 Suwug, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014.
Merencanakan
Melaksanakan
a. Perencanaan. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah 1) Guru bersama peneliti menetapkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), serta indikator yang digunakan dalam penelitian. 2) Guru bersama peneliti menyiapkan materi pembelajaran berdasarkan topik yang diberikan untuk setiap pertemuan. 3) Guru bersama peneliti membuat RPP, 4) Guru bersama peneliti menyiapkan media pembelajaran, dan 5) Guru bersama peneliti menyiapkan instrumen penilaian. b. Tindakan. Pada tahap ini, dilaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran (RPP) yang sudah dipersiapkan. Guru bertugas mengajar dan peneliti sebagai pengamat. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah 1) Guru menginformasikan kepada siswa mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. 2) Guru memberikan apersepsi yang terkait dengan materi, 3) Guru menjelaskan materi. 4) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat pertanyaan dalam bentuk bola salju. 5) Siswa menjawab pertanyaan dalam bentuk bola salju yang diterima. 6) Guru dan siswa membahas jawaban siswa. 7) Guru dan siswa menyimpulkan
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 4 Suwug yang berjumlah 18 orang. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan metode snowball throwing dan hasil belajar ranah kognitif mata pelajaran IPA. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari “kegiatan perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi” (Dantes, 2012:137). Adapun bagan penelitian tindakan kelas tampak pada Gambar. 01Gambar 01: Desain PTK (Dantes, 2012:137)
Mengobservasi /Memantau
Refleksi
materi, dan 8) Siswa mengerjakan evaluasi. Pertemuan yang dilakukan dalam satu siklus adalah sebanyak 4 kali, 3 kali tatap muka dan 1 kali tes akhir siklus. c. Observasi/Evaluasi. Observasi/evaluasi dilakukan untuk mengamati segala kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran IPA. Setiap hal yang telah diamati akan dicatat dalam dokumen observasi. Pada akhir siklus diadakan evaluasi akhir siklus. d. Refleksi. Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus dan hasil belajar ranah kognitif mata pelajaran IPA. Tujuan refleksi adalah untuk membangun kekuatan-kekuatan yang ditemukan, kelemahan-kelamahan, dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Hasil refleksi ini dapat digunakan sebagai dasar atau acuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan tahap-tahapan penelitian pada siklus selanjutnya. Pelaksanaan tindakan dihentikan, apabila hasil evaluasi telah menunjukkan hasil yang ingin dicapai. Metode pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan. Data ranah kognitif siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Tes digunakan dalam mengumpulkan data untuk hasil belajar ranah kognitif siswa. Agung (2010:66) menyatakan “metode tes artinya cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan seseorang atau kelompok orang yang dites. Dari tes dapat menghasilkan suatu data berupa skor”. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda dengan jumlah 20 item. Aspek yang disasar adalah kognitif tingkat 1 (C1) sampai kognitif tingkat 3 (C3). Skor benar masing-masing soal adalah 1. Kisi-kisi tes hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 01 Tabel 01 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar TINGKAT KOMPETENSI KOGNITIF INDIKATOR DASAR C1 C2 C3 7.4. 7.4.1 Mendiskripsikan Membuat √ daur air dan bagan daur kegiatan air manusia yang 7.4.2. dapat Memapark mempengaruhin an proses ya daur air √ dengan mengguna kan bagan. 7.4.5. Mengidentif ikasi √ kegiatan manusia yang dapat empengaru hi keadaan daur air 7.4.6 Menyebutk an cara √ penanggul angan kegiatan manusia yang mempenga ruhi daur air 7.5. 7.5.1. Mendiskripsik Menjelaskan √
KOMPETENSI INDIKATOR DASAR an perlunya cara-cara penghematan menghemat air penggunaan air. 7.5.2 Menjelaska n manfaat penggunaa n air bagi kelestarian sumber air. 7.6. 7.6.1. Mengidentifik Mengidenti asi peristiwa fikasi alam beberapa peristiwa alam yang terjadi di Indonesia 7.6.2. Menjelaska n beberapa peristiwa alam yang terjadi di Indonesia. 7.6.3. Menyebutk an peristiwa alam yang pernah terjadi di lingkungan 7.6.4 Menjelaska n peristiwa alam yang berdampak bagi makhluk hidup dan lingkungan nya.
TINGKAT KOGNITIF C1 C2 C3
√
√
√
√
√
Selanjutnya data dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan setelah seluruh data diperoleh. Agung
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) (2010:60) menyatakan, “metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Adapun analisis data hasil belajar siswa dijelaskan secara berurut sebagai berikut. a. Untuk mencari mencari mean atau rata-rata digunakan rumus sebagai berikut. M=
fX n
(dalam Agung, 1998:95) Keterangan : M : Rerata fX : Jumlah skor hasil belajar n : Jumlah siswa/peserta tes b. Selanjutnya, untuk mengetahui persentase rata-rata skor digunakan rumus sebagai berikut.
M%
M x100 SMI
(dalam Agung, 2011:96) Keterangan : M% = Rata-rata persen M = Rata-rata skor SMI = Skor Maksimal Ideal Kriteria keberhasilan adalah standar yang ditetapkan oleh peneliti sebagai patokan atau tolak ukur keberhasilan suatu penelitian. Kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bila hasil belajar ranah kognitif siswa mencapai nilai 70 dengan tingkat kriteria hasil belajar mencapai 80% (tinggi), maka penelitian dihentikan. Adapun pedoman ranah kognitif yang digunakan seperti berikut.
Tabel 02 Pedoman Konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima Persentase Kriteria 90-100 Sangat tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat rendah (Sumber: Agung, 2011:97) HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada setiap pertemuan, pembelajaran dimulai dengan melaksanakan kegiatan awal yaitu memberi salam, melakukan absensi, menginformasikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari, memberi apersepsi dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Pada pembelajaran inti tahap eksplorasi, ketua kelompok dipanggil dan diberikan penjelasan materi. Selanjutnya, ketua kelompok kembali ke kelompoknya dan memberikan penjelasan kepada anggota kelompoknya. Pada tahap elaborasi, siswa diberikan kertas kerja untuk menuliskan pertanyaan, kemudian kertas kerja di bentuk seperti bola salju. Kertas bola salju dilemparkan kepada anggota kelompok lain dan siswa menjawab pertanyaan pada kertas kerja yang diperoleh. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk membahas pertanyaan dan jawaban siswa. Pada tahap konfirmasi, guru memberikan penguatan tentang materi. Pada kegiatan akhir, Guru bersama siswa membuat kesimpulan, mengadakan evaluasi, dan guru memberikan tugas di rumah kepada siswa. Setelah pertemuan III, siswa diberikan tes hasil belajar Rata-rata hasil belajar IPA pada siklus I sebesar 64,44 dengan nilai rata-rata persen sebesar 64,44%. Setelah hasil belajar siswa dibandingkan ke dalam PAP skala lima, maka tingkat hasil belajar siswa pada siklus I tergolong rendah, sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan, kelemahan atau hambatan yang ditemui dalam siklus I adalah siswa belum terbiasa dengan tugas membuat soal. Karena selama ini siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Kendalanya adalah siswa belum terbiasa membuat soal dengan baik sehingga mudah dimengerti oleh temannya, sehingga banyak siswa yang bertanya kembali tentang maksud pertanyaan yang harus mereka jawab. Maka dari itu, pada pelaksanaan siklus II diupayakan untuk membimbing siswa membuat pertanyaan yang dapat dimengerti oleh siswa lain, dan mengoptimalkan peran teman sebaya dalam memberikan materi kepada anggota kelompokknya. Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada setiap pertemuan, pembelajaran dimulai dengan melaksanakan kegiatan awal yaitu memberi salam, melakukan absensi, menginformasikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari, memberi apersepsi, dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Pada pembelajaran inti tahap eksplorasi, ketua kelompok dipanggil dan diberikan penjelasan materi. Selanjutnya, ketua kelompok kembali ke kelompoknya dan memberikan penjelasan kepada anggota kelompoknya. Pada tahap elaborasi, siswa diberikan kertas kerja untuk menuliskan pertanyaan dengan bimbingan guru, kemudian kertas kerja di bentuk seperti bola salju. Kertas bola salju dilemparkan kepada anggota kelompok lain dan siswa menjawab pertanyaan pada kertas kerja yang diperoleh. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk membahas pertanyaan dan jawaban siswa. Pada tahap konfirmasi, guru memberikan penguatan tentang materi. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat kesimpulan, mengadakan evaluasi, dan guru memberikan tugas di rumah kepada siswa. Setelah pertemuan III, siswa diberikan tes hasil belajar, Rata-rata hasil belajar IPA pada siklus II sebesar 82,78 dengan nilai rata-rata persen sebesar 82,78%. Setelah hasil belajar siswa dibandingkan ke dalam PAP skala lima, maka tingkat hasil belajar siswa pada siklus II tergolong tinggi, sehingga penelitian dihentikan hingga siklus II. Berdasarkan hasil observasi dan analisis data maka terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa tergolong rendah, dan pada siklus II tergolong tinggi.
Pada siklus II siswa telah mampu membuat soal yang dapat dipahami oleh temannya. Belajar melalui teman sebaya yang membuat siswa lebih mudah memahami materi. Siswa menjadi lebih mudah berkomunikasi dalam hal bertanya dibandingkan jika siswa harus bertanya kepada guru. Dengan demikian, metode pembelajaran snowball trowing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data, terdapat peningkatan persentase hasil belajar siswa sebesar 18,34% dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I persentase hasil belajar siswa sebesar 64,44% yang tergolong rendah, meningkat pada siklus II menjadi 82,78% yang tergolong tinggi dan telah melampaui indikator keberasilan penelitian (80%). Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan penelitian. Keberhasilan penelitian ini disebabkan karena pada proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran snowball trowing siswa termotivasi untuk aktif pada sistem belajar kelompok melalui teman sebaya, membuat pertanyaan, dan menjawab pertanyaan sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan lebih baik dan hasil belajarpun meningkat. Peningkatan ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran snowball trowing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD No. 4 Suwug tahun pelajaran 2013/2014.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan rumusan masalah dan analisis data, maka simpulan yang dapat diperoleh adalah penerapan model pembelajaran snowball trowing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 4 Suwug. Pada siklus I persentase hasil belajar sebesar 64,44% (tergolong rendah) dan meningkat pada siklus II sebesar 82,78% (tergolong tinggi). Peningkatan persentase yang terjadi sebesar 18,34%. Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan bagi siswa adalah 1) Bagi siswa, pengalaman belajar yang telah berhasil meningkatkan hasil belajar serta interaksi siswa dalam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) berkelompok hendaknya selalu dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi untuk memproleh hasil belajar yang lebih maksimal. 2) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Bagi Kepala Sekolah, selaku mengambil kebijakan agar dapat memotivasi guru agar selalu melakukan perbaikan pembelajaran. 4) Bagi penelitian lain, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan bandingan untuk melakukan penelitian yang relevan selanjutnya. Daftar Rujukan Agung,A.A.Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsini. dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Gunardi,Edy. 2003. Kamus Lengkap Milleniu. Surabaya:Apollo Fuandi, F. (2010) Penerapan Model Pembelajaran Komperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kartika Siliwangi 2 Bandung. (Skripsi). Tidak diterbitkan. Salatiga: Universitas
Kristen Satya wacana Institutional Repositori Negeri Salatiga. Mudzakir, Ahmad dan Joko Sutrisno. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Nurkancana dan Sunartana 1992. Strategi Pembelajaran. Surabaya : Usaha Nasional. Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Peraturan Menteri Nomor 24 tahun 2006 tentang Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006. Roestiyah, MK. 1994. Masalah Pembelajaran sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyanto. 2012. Karakteristik Anak Usia SD. staff.uny.ac.id/sites/default/files/ .../Karakteristik%20Siswa%20SD.pdf. Diakses tanggal 20 Desember 2012. Tim Penyusun. 2006. Buku Ajar Pendidikan Sains. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. Winataputra, dkk. 2008. Strategi Belajar Mengajar Cet-3. Jakarta : Universitas Terbuka. Iskandar, M. Srini. 1996/1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan