perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE STAD (StudentTeams Achievement Divisions) DENGAN EKSPERIMEN LABORATORIUM DAN EKSPERIMEN VIRTUAL DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SMP NEGERI 1 JATEN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : MAGDALENA DWI SETYANI K3307006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE STAD (StudentTeams Achievement Divisions) DENGAN EKSPERIMEN LABORATORIUM DAN EKSPERIMEN VIRTUAL DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM, BASA DAN GARAM KELAS VII SMP NEGERI 1 JATEN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : MAGDALENA DWI SETYANI K3307006
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Magdalena Dwi Setyani. K3307006. Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen Virtual Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam, Basa dan Garam Kelas VII SMP Negeri 1 Jaten Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi.Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Oktober.2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) pengaruh pembelajaran kimia menggunakan STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam, 2) pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam, 3) interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan STAD (Student Teams Achievement Divisions) metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa, dan Garam. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Jaten Tahun Pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling dari 6 kelas diambil 2 kelas, yaitu kelas VIIEsebagai kelas eksperimen I (STAD eksperimen laboratorium) dan kelas VIIF sebagai kelas eksperimen II (STAD eksperimen virtual). Teknik pengumpulan data prestasi kognitif menggunakan metode test, sedangkan prestasi belajar afektif dan sikap ilmiah siswa menggunakan metode angket. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) terdapat pengaruh metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan virtual pada prestasi kognitif maupun afektif siswa. Pada prestasi kognitif diperoleh Fobs = 4,393 > Ftabel = 4,00 sedangkan prestasi afektifdiperoleh Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00, sehingga metode STAD eksperimen laboratorium memberikan prestasi belajaryang lebih baik daripada metode STAD eksperimen virtual, 2) tidak terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, diperoleh Fobs = 1,957 < Ftabel = 4,00. Sedangkan untuk prestasi afektif diperoleh terdapat pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan rendah, diperoleh Fobs = 18,054 > Ftabel = 4,00. 3) terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif, diperoleh Fobs = 4,754 > Ftabel = 4,00. Sedangkan untuk prestasi afektif diperoleh tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah, diperoleh Fobs = 0,025 < Ftabel = 4,00. Kata Kunci : STAD(Student Teams Achievement Divisions), Eksperimen Laboratorium, Eksperimen Virtual, Prestasi Belajar commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Magdalena Dwi Setyani. K3307006. The Chemistry Learning By Using STAD (Student Teams Achievement Divisions) Method Through Laboratory Experiment and Virtual Experiment Over View From Student’s Scientific Attitude Toward Students’ Learning Achievement on Main Subject in Chemistry: Acid, Base, and Salt in Seventh Grade of SMP Negeri 1 Jaten in odd semester of 2011/2012 Academic Year. Thesis. Surakarta: Teacher Training And Education Faculty, Sebelas Maret University. October.2011. The objectives of this research are to find out: 1) the influence between Chemistry Learning using STAD (Student Teams Achievement Divisions)laboratory and virtual experiment toward student’s learning achievement in chemistry main subject, Acid, Base, and Salt, 2) the influence of student’s scientific attitude toward student’s learning achievement in chemistry main subject, Acid, Base, and Salt, 3) the interaction between chemistry learning using STAD (Student Teams Achievement Divisions) laboratory and virtual experiment and students’ scientific attitude toward student’slearning achievement in chemistry main subject, Acid, Base, and Salt. This research employs experimental method with 2 x 2 factorial design. The population in this research are students of seventh grade in SMP Negeri 1 Jaten in odd semester of 2011/2012 academic year. The sample of this research are collected by using cluster random sampling technique fromsix classes, two classes are taken,VIIE isthe experimental class I (STADlaboratory experimental)and VII F is the experimental class II (STAD virtual experimental). Thedatacollection on cognitive achievement is done by conducting a test, whereas the affective achievement and the student’s scientific achievement are done by distributing questionnaires.The data analysis is done by using two ways variance analysis technique with different cell. The research shows that: 1) there is an influence between laboratory experiment and virtual experiment STAD learning method both on student’s cognitive and affective achievement, whichFobs = 4,393 > Ftabel = 4,00. Whereas the affective achievement is Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00.So the result shows that laboratory experimental STAD method gives better learning achievement than virtual experiemental STAD,2) there is no influence between high and low student’sscientific attitude toward student’s cognitive achievement,which Fobs = 1,957 < Ftabel = 4,00. Whereas in affective achievement, the result shows that there is influence between high and low student’s scientific attitude toward student’s cognitiveachievement,which Fobs = 18,054 > Ftable = 4,00, 3)there is an interaction between STAD learning method and scientific attitude toward student’scognitive achievement, which Fobs = 4,754 > Ftable = 4,00. Whereas in affective achievement, the result shows that there is no interaction between STAD learning method and scientific attitude toward student’saffective, whichFobs = 0,025 < Ftable = 4,00. Keywords: STAD (Student Teams Achievement Divisions), Laboratory commit to user Experiment, Virtual Experiment, Learning Achievement.
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi kekuatan kepada ku (Filipi 4 : 13)
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan (Yeremia 17 : 7)
Hanya dekat Allah saja aku tenang, daripada-NYAlah keselamatanku (Mazmur 62 : 2)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibuku tercinta, terimakasih telah menjadi orang tua yang sangat luar biasa Mbak Sara, Enggar, Kesi, mbak Wida yang senantiasa memberi warna dalam hidup ku Yussy Kusumaheny, terimakasih telah rela menjadi gandum yang mati untuk diriku All Tim yang telah menjadi rekan sekerja, terus memberi semangat untuk bertumbuh dan mengerjakan tugas yang mulia Sahabat-sahabatku Mutiara Widyawati, Nanik Galih Mawarni, Gotri Ruswani, Bety Mulyani dan terkhusus Lian Retna Sari, terimakasih untuk doa, dukungan dan senantiasa menemani dalam suka dan duka ku. Seluruh keluarga besar kimia’o7 trimakasih untuk kebersamaan yang indah selama ini Dan untuk Almamater Tercinta
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala hormat dan puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan kasih, hikmat, dan kemurahanyang tiada henti-hentinya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS. Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian dari berbagai pihak.Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya dan setulus hati, kepada: 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi. 2. Bapak Sukarmin, Ph.D selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si. selaku ketua Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini. 4.
Ibu Endang Susilowati, S.Si,M.Si selaku pembimbing I yang memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga memperlancar penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra.Kus Sri Martini, M.Si selaku pembimbing II yang telah pula memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian sehingga memperlancar penulisan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Tri Redjeki, M.S. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan selama masa perkuliahan penulis. 7. BapakDrs. Suriyanto, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMPNegeri 1 Jaten yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. 8. Ibu Dra. Dwi Setyaningsihselaku guru biologi SMPNegeri 1 Jaten yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian. commit user atas bantuan dan kerjasamanya. 9. Siswa-siswi kelas VIIE dan VIIF, terimatokasih
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Bapak dan Ibu serta kakak dan adikku tersayang yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan serta semangat bagi penulis. 11. Sahabat dan teman-teman semua untuk segala dukungan, persahabatan dan bantuan serta semangatnya. 12. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis
berharap
semoga
karya
ini
bermanfaat
bagi
perkembangan ilmu pengetahuandan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi yang berkepentingan.
Surakarta, Oktober2011
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………........... ii HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… iv ABSTRAK ….................................................................................................
v
ABSTRACT …............................................................................................... vi MOTTO ….....................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN …......................................................................................
viii
KATA PENGANTAR …...............................................................................
ix
DAFTAR ISI ….............................................................................................. xi DAFTAR TABEL …...................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ….................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN …….......................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................
1
B. Identifikasi Masalah......................................................................
5
C. Pembatasan Masalah.....................................................................
6
D. Perumusan Masalah......................................................................
7
E. Tujuan Penelitian...........................................................................
7
F. Manfaat Penelitian.........................................................................
8
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar......................................................................................... 9 2. Metode Pembelajaran Kooperatif …………………………….. 11 3.Metode STAD (Student Teams-Achievement Divisions)........... commit to user
xi
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Metode Eksperimen...................................................................
16
5. Sikap Ilmiah …………………………………………………... 21 6. Prestasi Belajar ………………………………………………..
23
7. Asam, Basa, Garam …………………………………………...
28
B. Kerangka Berpikir ……………………………………………….
34
C. Hipotesis …………………………………………………………
37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................
38
B. Metode Penelitian........................................................................... 38 C.Variabel Penelitian .........................................................................
39
D. Populasi dan Sampel .....................................................................
40
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................
41
F. Instrumen Penelitian……..............................................................
41
1. Instrumen Penilaian Kognitif …………………………………. 41 2. Instrumen Penilaian Afektif dan Sikap Ilmiah ………………..
46
G. Teknik Analisis Data ……………………………………………. 50 1. Uji Prasyarat Analisis ................................................................
50
2. Pengujian Hipotesis...................................................................
52
3. Uji Komparasi Ganda …………………………………………
53
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data...............................................................................
55
1. Sikap Ilmiah Siswa ……………………………………………
55
2. Prestasi Belajar Siswa ………………………………………… 57 B. Uji Prasyarat Analisis ……………………………………………
59
1. Uji Keseimbangan …………………………………………….
59
2. Uji Normalitas...........................................................................
60
3. Uji Homogenitas........................................................................
61
C. Hasil Pengujian Hipotesis.............................................................
62
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama …………... 62 2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan ……………… D. Pembahasan Hasil Analisis ..........................................................
64 67
1. Hipotesis Pertama …………………………………………….. 68 commit to user 2. Hipotesis Kedua ………………………………………………. 71
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Hipotesis Ketiga ………………………………………………
72
BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................
75
B. Implikasi........................................................................................
75
C. Saran..............................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
77
LAMPIRAN...................................................................................................
80
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Halaman Beberapa Asam yang Dikenal …………………………………... 29
Tabel 2
Beberapa basa yang dikenal ……………………………………..
Tabel 3
Perbedaan Sifat Asam dan Basa ………………………………… 30
Tabel 4
Kegunaan Garam ........................................................................... 31
Tabel 5
Perubahan Warna Kertas Lakmus ………………………………
32
Tabel 6
Warna Larutan Indikator Asam Basa ……………………………
32
Tabel 7
Trayek pH Beberapa Indikator ......................................................
33
Tabel 8
Perubahan Warna Beberapa Indikator Cair ……………………... 34
Tabel 9
Desain Penelitian : Faktorial 2x2 ………………………………..
38
Tabel 10 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif ………………………
43
30
Tabel 11 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kognitif ……………………. 43 Tabel 12 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Kognitif .................
45
Tabel 13 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kognitif …………………...
46
Tabel 14 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif ………………………..
48
Tabel 15 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Sikap Ilmiah ………………….
48
Tabel 16 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Afektif ……………………... 49 Tabel 17 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Sikap Ilmiah ……………….. 49 Tabel 18 Rangkuman analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ................
53
Tabel 19 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Ilmiah Siswa dengan Metode STAD Menggunakan Eksperimen Laboratorium dan Virtuil ……………………………………………………….
56
Tabel 20 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ………………………….. 57 Tabel 21 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual …………………………
57
Tabel 22 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual …………………………
58
Perbandingan Persentase Aspek-Aspek Afektif Siswa .................
59
commit to Nilai user Kognitif ………………… Tabel 24 Ringkasan Hasil Uji Normalitas
60
Tabel 23
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 25 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif ……………………... 60 Tabel 26 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif ... 61 Tabel 27 Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Kognitif ………………………..
62
Tabel 28 Rangkuman Analisis Variansi Nilai Kognitif …………………...
62
Tabel 29 Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Afektif …………………………
63
Tabel 30 Rangkuman Analisis Variansi Nilai Afektif …………………….
63
Tabel 31 Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Antar Sel Nilai Kognitif ………………………………………………………….
commit to user
xv
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3
Halaman Kertas Indikator Universal dan Warnanya Sesuai pH ………... 33 Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Data Nilai SikapIlmiah Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual …. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual …………
Gambar 4
56
58
Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual …………
commit to user
xvi
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Halaman Silabus……………………………………………………... 80
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Laboratorium ……………………………………………….
Lampiran 3
82
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Virtual ……………………………………………………… 87
Lampiran 4
Petunjuk Kegiatan Praktikum 1 ............................................. 92
Lampiran 5
Petunjuk Kegiatan Praktikum 2 ............................................. 95
Lampiran 6
Soal Kuis I dan II …………………………………………... 98
Lampiran 7
Kelompok Praktikum ............................................................
100
Lampiran 8
Daftar Nilai Tes Potensi Akademik Siswa Baru …………...
102
Lampiran 9
Uji Normalitas Tes Potensi Akademik ……………………..
104
Lampiran 10 Uji Homogenitas Tes Potensi Akademik …………………..
105
Lampiran 11 Uji Keseimbangan Tes Potensi Akademik .………………...
106
Lampiran 12 Kisi – Kisi Angket Sikap Ilmiah …………………………...
107
Lampiran 13 Angket Sikap Ilmiah ……………………………………….. 109 Lampiran 14 Kisi – Kisi Soal Kognitif …………………………………...
112
Lampiran 15 Soal – Soal Instrumen Kognitif Asam, Basa dan Garam ….
113
Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Kognitif ……………………………… 118 Lampiran 17 Kisi – Kisi Instrumen Afektif ………………………………
124
Lampiran 18 Angket Afektif ....................................................................... 126 Lampiran 19 Hasil Validitas Isi Instrumen Sikap Ilmiah ...........................
129
Lampiran 20 Hasil Validitas Isi Instrumen Kognitif ..................................
130
Lampiran 21 Hasil Validitas Isi Instrumen Afektif ....................................
131
Lampiran 22 Hasil Tryout Sikap Ilmiah .....................................................
132
Lampiran 23 Hasil Tryout Kognitif ............................................................
134
Lampiran 24 Hasil Tryout Afektif ..............................................................
136
Lampiran 25 Data Sikap Ilmiah Siswa .......................................................
138
Lampiran 26 Data Induk Penelitian ............................................................
140
Lampiran 27 Distribusi Frekuensi Data ......................................................
142
Lampiran 28 Uji NormalitasPrestasi Belajar Kognitif ............................... commit to user
145
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 29 Uji NormalitasPrestasi Belajar Afektif .................................
147
Lampiran 30 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif ...........................
149
Lampiran 31 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif .............................
151
Lampiran 32 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak SamaAspek Kognitif .................................................................................
153
Lampiran 33 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak SamaAspek Afektif ...................................................................................
156
Lampiran 34 Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Kognitif) ...... 159 Lampiran 35 Gambar Eksperimen Virtual .................................................. 161 Lampiran 36 Dokumentasi Penelitian ......................................................... 164 Lampiran 37 Perbandingan Persentase Aspek-Aspek Afektif Siswa …….
165
Lampiran 38 Jurnal Internasional ...............................................................
167
Lampiran 39 Perijinan ................................................................................. 168
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengembangan metode mengajar guru merupakan salah satu unsur pengembangan
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP).
Dalam
pengembangan KTSP perlu didukung iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning). Iklim yang demikian akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna (E. Mulyasa, 2007:33). Oleh karena itu dalam KTSP guru diberi kesempatan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Guru
perlu
memanfaatkan
berbagai
metode
pembelajaran
yang
dapat
membangkitkan minat, perhatian dan kreativitas peserta didik. Karena dalam KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta didik, maka metode ceramah perlu dikurangi. Metode – metode lain seperti diskusi, pengamatan, tanya – jawab perlu dikembangkan (Isjoni, 2009:65). Sejak KTSP berlaku di Indonesia, maka ilmu kimia yang merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), menjadi mata pelajaran wajib bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan dimasukkan pada mata pelajaran biologi dan fisika. Menurut Mulyati Arifin (1995:220) kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu kimia bersumber pada kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan memahami konsep kimia dan kesulitan perhitungan. Di sisi lain metode mengajar guru yang kurang menarik dan cenderung berpusat pada guru (teacher centered) dapat menambah kebosanan siswa terhadap mata pelajaran kimia. Dampak lainnya adalah prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran kimia juga akan kurang maksimal. Oleh karena itu guru perlu mengadakan penyajian materi yang menarik dan perlu mengembangkan metode mengajarnya sedemikian rupa, supaya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga tercipta proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centered). commit to user Dengan keaktifan siswa ini, diharapkan siswa lebih tertarik dan termotivasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
mempelajari ilmu kimia, sehingga prestasi belajar siswa juga dapat tercapai dengan maksimal. Berdasarkan hasil wawancara kepada guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Jaten, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi pelajaran kimia belum tercapai maksimal karena banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 73. Pada nilai ulangan materi pelajaran kimia terdapat sekitar 40 % siswa yang tidak mencapai nilai KKM, dan 60 % sudah mencapai nilai KKM. Sekalipun rata-rata siswa yang diterima di sekolah ini adalah siswa-siwa yang memiliki prestasi belajar yang cukup baik, dimana pada tahun 2011 nilai rata-rata UAN Sekolah Dasar pada mata pelajaran IPA sebesar 8,63, namun siswa kurang tertarik terhadap mata pelajaran kimia. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa memiliki minat belajar yang rendah dan kebanyakan siswa malas belajar di rumah dan malas mengerjakan tugas ataupun PR dari guru. Di sisi lain, dalam pelaksanaan pembelajaran guru cenderung menggunakan metode konvensional atau ceramah, sedangkan metode diskusi dan praktikum jarang digunakan oleh guru. Padahal SMP Negeri 1 Jaten memiliki fasilitas sekolah yang cukup baik. Sekolah ini memilki fasilitas laboratorium IPA dan laboratorim komputer yang cukup memadahi. Namun laboratorium IPA jarang dimanfaatkan oleh guru, sehingga proses pembelajaran kebanyakan dilakukan di dalam kelas. Oleh karena itu siswa tidak terbiasa berpikir aktif menemukan pengetahuannya sendiri dan hanya bergantung pada informasi yang diberikan oleh guru. Sedangkan laboratorium komputer hanya dimanfaatkan pada mata pelajaran TIK saja, padahal laboratorium komputer juga dapat dimanfaatkan untuk menunjang mata pelajaran IPA. Sehingga laboratorium komputer juga kurang efektif penggunaanya. Terlebih lagi pada materi pokok Asam, Basa dan Garam cenderung sebagai materi yang hanya hafalan, akibatnya siswa akan merasa bosan, kurang tertarik dan pasif dalam mempelajari materi Asam, Basa dan Garam. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam memahami konsep Asam, Basa dan Garam, sehingga commit to user siswa tidak hanya menghafalkan saja, tetapi siswa benar-benar memahami konsep
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Asam, Basa dan Garam. Dengan mengaitkan konsep Asam, Basa dan Garam dengan kehidupan sehari-hari (Contextual Teaching Learning), maka siswa akan lebih mudah memahami konsep Asam, Basa dan Garam. Selain itu dengan mengembangkan kerjasama antar siswa (Cooperative Learning) dapat melatih siswa menemukan sendiri pengetahuannya (konstruktivis). Dengan menggunakan metode pembelajaran ini maka diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami konsep Asam, Basa dan Garam, sehingga prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Metode pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2010:74). Kelebihan STAD jika dibandingkan dengan metode pembelajaran kooperatif lainnya adalah STAD mudah diaplikasikan oleh guru dan dapat digunakan untuk mengajar pada berbagai mata pelajaran (Muhammad Iqbal Majoka et all, 2010:17). Selain itu STAD mudah untuk dilakukan modifikasi pada unsur-unsurnya, misalnya dengan metode ceramah, demonstrasi di kelas, presentasi siswa dengan role play, simulasi dan kelompok diskusi. (Micheal M. Van Wyk, 2010:1-2). Sehingga dimungkinkan modifikasi STAD juga dapat dilakukan dengan melakukan metode eksperimen. SMP Negeri 1 Jaten memiliki laboratorium IPA yang dapat dipakai untuk kegiatan eksperimen. Dengan metode eksperimen di laboratorium maka pembelajaran akan lebih berorientasi pada siswa, dan siswa juga mengalami pengalaman secara riil, maka diharapkan siswa aktif membangun sendiri pengetahuannya. Namun dengan berbagai kendala yang dihadapi untuk melakukan eksperimen di laboratorium, maka perlu alternatif lain untuk melakukan eksperimen. Dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium komputer yang ada di SMP Negeri 1 Jaten, maka eksperimen dapat dilakukan secara virtual, sehingga
juga
memungkinkan
siswa
terlibat
aktif
menemukan
sendiri
pengetahuannya dan terjadi interaksi antara siswa dengan komputer. Kelebihan commitmenarik to user perhatian siswa dan juga dapat dari eksperimen virtual adalah mampu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
membuat pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu maupun biaya yang dikeluarkan. Baik eksperimen laboratorium maupun eksperimen virtual keduanya memiliki potensi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, terkhusus untuk materi pokok Asam, Basa dan Garam. Prestasi belajar siswa selain ditentukan oleh metode dan media pembelajaran yang digunakan, prestasi belajar siswa juga ditentukan oleh faktor internal siswa, salah satunya adalah sikap ilmiah siswa, yaitu sikap yang diwujudkan dalam bentuk perilaku aktual yang bersifat keilmuan terhadap suatu stimulus tertentu. Di sisi lain kegiatan eksperimen erat kaitannya dengan sikap ilmiah seseorang. Jika seorang siswa memiliki sikap ilmiah yang tinggi, maka rasa ingin tahunya terhadap suatu materi pelajaran tertentu juga akan tinggi. Hal ini memungkinkan siswa tersebut berupaya menggali sendiri informasi yang dibutuhkan untuk menganalisis hasil eksperimen yang dilaksanakan, sehingga dimungkinkan siswa yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengungkap keefektifan metode pembelajaran STAD dengan eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual ditinjau dari sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam di SMP Negeri 1 Jaten, dengan judul : “Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen Virtual Ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam, Basa dan Garam Kelas VII SMP Negeri 1 Jaten Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka timbul berbagai masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Apakah laboratorium IPA dan laboratorium komputer di SMP Negeri 1 Jaten sudah dimanfaatkan secara optimal (khususnya untuk pembelajaran kimia)? 2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dengan eksperimen laboratorium efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Asam, Basa dan Garam di SMP Negeri 1 Jaten? 3. Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dengan eksperimen virtual efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Asam, Basa dan Garam di SMP Negeri 1 Jaten? 4. Apakah
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
eksperimen
laboratorium dan eksperimen virtual dapat dilaksanakan dengan baik di SMP Negeri 1 Jaten? 5. Apakah penggunaan media komputer untuk eksperimen virtual dapat digunakan sebagai pengganti eksperimen laboratorium? 6. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual? 7. Apakah sikap ilmiah siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi Asam, Basa dan Garam ? 8. Apakah terdapat
perbedaan pengaruh sikap ilmiah antara siswa yang
menggunakan eksperimen laboratorium dan siswa yang menggunakan eksperimen virtual? 9. Apakah terdapat interaksi antara eksperimen laboratorium maupun virtual dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
C. PEMBATASAN MASALAH Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka perlu diadakan pembatasan masalah, berdasarkan pada latar belakang masalah dan diidentifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dalam penelitian ini dititikberatkan pada: 1. Subyek penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jaten Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan metode eksperimen laboratorium dan metode eksperimen virtual 3. Media pembelajaran Media pembelajaran
yang digunakan
dalam
metode
eksperimen
laboratorium adalah peralatan dan bahan-bahan riil untuk melakukan praktikum Asam, Basa dan Garam, sedangkan pada metode eksperimen virtual digunakan software Macromedia Flash Player 8 yang berisi praktikum Asam, Basa dan Garam 4. Materi pokok Materi pokok dalam penelitian ini adalah Asam, Basa dan Garam yang mencakup sub materi : (a) Sifat Asam, Basa dan Garam; (b) Identifikasi Asam, Basa dan Garam dan (c) Penentuan skala keasaman (pH) 5. Prestasi belajar siswa Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek kognitif dan afektif 6. Sikap ilmiah siswa Sikap
ilmiah
dapat
diartikan
keinginan
untuk
tahu,
kepercayaan/keyakinan, nilai-nilai, gagasan/pendapat, jujur, objektif, untuk membuat keputusan setelah mendapatkan data-data yang berkaitan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
dengan problemnya. Sikap ilmiah siswa dikategorikan menjadi rendah dan tinggi. 7. Obyek penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pembelajaran STAD dengan metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual ditinjau dari prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah pada materi pokok Asam, Basa dan Garam
D. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh pada pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dengan eksperimen virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam? 2. Apakah terdapat pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam ? 3. Adakah interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual dengan sikap ilmiah siswa dilihat dari prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam ?
E. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Pengaruh pembelajaran kimia menggunakan STAD dengan metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam 2. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam 3. Interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan STAD dengan metode to user eksperimen laboratorium commit dan eksperimen virtual dengan sikap ilmiah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam
F.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Memberikan gambaran kepada tenaga pengajar sains, khususnya sains kimia pada materi Asam, Basa dan Garam untuk melakukan eksperimen di laboratorium dan laboratorium virtual sebagai media atau alat bantu dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : a. Untuk menambah ilmu pengetahuan dalam mendukung praktikum asam, basa dan garam b. Dapat memberikan informasi kepada tenaga pengajar mengenai manfaat yang bisa diperoleh dari eksperimen virtual sebagai pengganti praktikum di laboratorium. c. Memberikan
sumbangan
pemikiran
mengenai
pentingnya
memperhatikan sikap ilmiah siswa dalam proses pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Muhibbin Syah, 2006:89). a. Pengertian belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Pendapat lain menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi belajar merupakan suatu langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh (Oemar Hamalik, 2003:29). Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2009:35) menyatakan bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas, maka dapat disimpulkan belajar adalah proses perubahan keseluruhan tingkah laku individu melalui latihan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungan, yang menyangkut aspekaspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Teori belajar konstruktivisme Teori belajar yang mendukung penelitian ini adalah teori belajar konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivisme, belajar merupakan proses commit to user aktif si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan
dan
menghubungkan
pengalaman
atau
bahan
yang
dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimilki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Jadi belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek (siswa) membangun sendiri pengetahuannya (Sardiman, 2007:38). Von Galserfeld dalam C. Asri B. (2005:57) mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan, yaitu : 1) Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, 3) Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu daripada yang lainnya. Pendekatan konstruktivis menekankan bahwa peranan utama kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Dengan cara demikian siswa diberi
kesempatan
untuk
berpikir
sendiri,
memecahkan
masalah
yang
dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional (C Asri B, 2005:59-60). Secara sosiologis, pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi sosial dalam kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Keterlibatan dengan orang lain akan membuka kesempatan bagi peserta didik untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain dan saat mereka berpartisipasi dalam pencarian pemahaman bersama (Agus S, 2009:39-40). Dari uraian diatas, maka proses mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi kegiatan yang memungkinkan siswa secara aktif belajar merekonstruksi sendiri pengetahuannya dengan mengadakan interaksi/kerjasama dengan siswa lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
2. Metode Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001:57). Metode secara harfiah berarti suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk mencapai sesuatu. Dengan demikian metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang telah direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran (Robinson S, 2005:6.17). Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “Cooperative” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim (Isjoni, 2010:22). Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran (Isjoni, 2010:14-15). Menurut Anita Lie (2010:12) sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai pembelajaran “gotong-royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain (Isjoni, 2010:23). Beberapa ciri pembelajaran kooperatif adalah : a) Setiap anggota memiliki peran b) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
d) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Isjoni, 2010:27) Anita Lie (2010:41) menyatakan bahwa pengelompokkan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri menonjol dalam metode pembelajaran cooperative
learning.
Kelompok
heterogenitas
bisa
dibentuk
dengan
memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kemampuan akademis kurang.
Kelompok heterogen memliki
beberapa kelebihan diantaranya adalah memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung; meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender; memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang (Anita Lie, 2010:43). Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2010:33). Sedangkan menurut Slavin (2010:33) tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Dengan demikian pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor sebaya (Isjoni, 2010:35). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok heterogen yang terarah, terpadu, efektifefisien, untuk mempelajari sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu, sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang maksimal.
3. Metode STAD (Student Teams-Achievement Divisions) STAD (Student Teams-Achievement Divisions) yang dikembangkan oleh Slavin merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2010:74). Yang membedakan STAD dengan metode kooperatif lainnya adalah STAD mudah diaplikasikan oleh guru dan dapat digunakan untuk mengajar pada berbagai variasi mata pelajaran dari tingkat sekolah dasar sampai ke jenjang perguruan tinggi (Muhammad Iqbal Majoka et all, 2010:17). Tujuan utama STAD adalah untuk meningkatkan dan mempercepat prestasi belajar siswa secara drastis (Micheal M. Van Wyk, 2010:83). Slavin (2010:12) menyatakan bahwa metode STAD paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas seperti pada konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah. STAD terdiri dari 5 komponen utama : a. Presentasi kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran lansung yang sering kali dilakukan atau diskusikan pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuiskuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. b. Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, etnis. Fungsi utama dari commit to user tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
lebih khususnya lagi adalah utuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama,
membandingkan
jawaban,
dan
mengoreksi
tiap
kesalahan
pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. c. Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual.
Para
siswa
tidak
diperbolehkan
untuk
saling membantu
mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. d. Skor kemajuan individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal” yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikkan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. e. Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. (Slavin, 2010:143-146) Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pembelajaran antara lain : a) Materi, b) Membagi para siswa ke dalam tim, c) Menentukan skor awal pertama, d) commit to user Membangun tim (Slavin, 2010:147-151).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
STAD terdiri atas sebuah siklus instruksi kegiatan regular, sebagai berikut : a. Mengajar Tiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran tersebut di dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan praktis dari tiap komponen dari keseluruhan pelajaran, kegiatan-kegiatan tim dan kuisnya mencakup latihan dan penilaian yang independen, secara berturut-turut. b. Belajar tim Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang disampaikan di dalam kelas dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Para siswa mempunyai lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran dan untuk menilai diri mereka sendiri dan teman sekelasnya. c. Tes Membagikan kuisnya dan berikan waktu yang sesuai kepada siswa untuk menyelesaikannya. Pada saat ini para siswa harus memperlihatkan apa yang telah mereka pelajari secara individual. Kemudian membiarkan siswa saling bertukar kertas dengan anggota tim lain ataupun mengumpulkan kuisnya untuk dinilai setelah kelas selesai d. Rekognisi tim Pada tahap ini melakukan perhitungan skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikat penghargaan tim lainnya. (Slavin, 2010:151-159) Modifikasi STAD dapat dilakukan pada banyak unsur, seperti pada tahap belajar tim, perhitungan skor kemajuan individu, presentasi kelas/demonstrasi, dan perhitungan skor kuis. Modifikasi dapat dilakukan tiap kali tatap muka dengan memfokuskan pada suatu tahap tertentu (Micheal M. Van Wyk, 2010:84). Pada penelitian ini modifikasi STAD dilakukan pada tahap belajar tim dengan menggunakan metode eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
4. Metode Eksperimen Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen. Metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu (Mulyani S. dan Johar P, 2001:136). Menurut Mulyati Arifin (1995:111), fungsi dari metode eksperimen merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan prinsip-prinsip yang dikembangkan. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimen, siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2008:80). Oleh karena itu, metode eksperimen perlu dilakukan oleh guru sebab dengan metode eksperimen dapat memberi kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa sendiri yang membangun pengetahuannya sendiri (konstruktivis) dan pembelajaran tidak berpusat pada guru saja. Eksperimen ada yang langsung dilakukan di laboratorium oleh siswa dan ada pula yang berupa program yang ditampilkan dan dijalankan dengan komputer.
a. Eksperimen laboratorium Laboratorium dapat diartikan sebagai tempat atau ruangan dengan segala macam peralatan yang diperlukan untuk kegiatan ilmiah. Fungsi laboratorium tidak diartikan sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar yang sekedar mengecek atau mencocokkan kebenaran teori yang telah diajarkan dikelas. Laboratorium kimia bukanlah sekedar untuk mempraktekkan apakah reaksinya to user cocok dengan teori, tetapi juga commit harus mengembangkan proses berpikir dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
timbulnya pertanyaan, mengapa reaksinya demikian, bagaimana kalau, dalam kondisi lain apa yang terjadi dan seterusnya. Dengan kata lain laboratorium kimia tidak hanya mempersoalkan hasil akhirnya, tetapi bagaimana proses inkuiri dapat ikut berkembang (Mulyati Arifin, 1995: 111). Menurut Mujiyono (2005: 10) laboratorium adalah tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan untuk melaksanakan percobaan/praktikum baik fisika, kimia atau biologi. Di laboratorium siswa memperoleh data/informasi yang berasal dari benda yang asli maupun tiruannya, serta dapat mendudukkan cara
mempelajari
IPA
sebagaimana
seharusnya.
Dalam
kegiatan
praktikum/eksperimen di laboratorium siswa akan mengalami diantaranya : 1) Pengenalan Alat Dalam
eksperimen
laboratorium,
pengenalan
alat
dapat
ditunjukkan langsung, atau siswa memegang langsung. Siswa diberi pengertian untuk hati-hati dalam memegang alat agar tidak jatuh dan rusak. Dalam merangkai alat, siswa banyak tergantung pada petunjuk guru, dimungkinkan siswa ada rasa takut menggunakan alat secara bebas semaunya sendiri dalam merangkai sehingga dapat mengakibatkan kesalahan dan menyebabkan kerusakan pada alat. 2) Pengukuran Pengukuran adalah membandingkan sesuatu besaran dengan besaran lain sejenis yang dipakai sebagai satuan standar. Dengan menggunakan metode eksperimen laboratorium pengukuran dapat dilakukan dengan melihat langsung pada alat. Sehingga perlu pemahaman keterampilan dalam membaca alat. 3) Pengamatan Dengan menerapkan metode eksperimen laboratorium, kegiatan siswa
memusatkan
perhatian
terhadap
sesuatu
obyek
dengan
menggunakan alat indera terhadap alat riil yang dihadapinya melalui penglihatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
4) Percobaan Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dalam perunjuk praktikum
yang
sudah
disiapkan
sebelumnya
sehingga
setelah
mendapatkan data siswa mencatat data tersebut pada lembar data pengamatan. (Mujiyono, 2005:11-12) Menurut Roestiyah (2008:82) keunggulan menggunakan metode eksperimen laboratorium antara lain : 1)
Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah
2)
Siswa lebih aktif berpikir dan berbuat
3)
Siswa memperoleh ilmu pengetahuan dan menemukan pengalaman praktis serta keterampilan menggunakan alat-alat percobaan
4)
Siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori
Berdasarkan uraian diatas maka metode eksperimen laboratorium perlu dilaksanakan dalam proses pembelajaran karena siswa secara aktif berpikir dan menemukan sendiri pengetahuannya, selain itu siswa menemukan pengalaman praktis dan terampil menggunakan alat-alat laboratorium. Metode eksperimen yang dilakukan dengan berkelompok dapat memupuk rasa kerjasama diantara siswa dan siswa dapat saling membantu satu dengan lainnya.
b. Eksperimen virtual Perkembangan zaman dapat ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Kerena itu dalam proses belajar mengajar perlu juga dikembangkan cara-cara mengajar yang baru pula. Diantaranya adalah cara mengajar dengan menggunakan komputer. Pemanfaatan komputer sebagai media pendidikan didasarkan pada kemampuan komputer yang dapat meberikan umpan balik (feedback) kepada pemakainya secara langsung. Hujair AH. Sanaky (2009:177-178) menyatakan beberapa kelebihan komputer sebagai media pembelajaran antara lain karena penggunaan komputer dapat membuat pembelajar commit to user (siswa) melakukan kontrol terhadap aktivitas belajarnya, pembelajar dapat belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya memahami pengetahuan dan informasi yang ditayangkan, komputer memilki kemampuan mengintegrasikan komponen warna, musik dan animasi grafik (graphic animation) sehingga kegiatan pembelajaran yang bersifat simulasi dapat dilakukan. Selain itu penggunaan komputer dapat meningkatkan hasil belajar dengan penggunaan waktu dan biaya yang relatif kecil. Pengajaran dengan berbantuan komputer atau computer assisted instruction (CAI) adalah pengajaran yang menggunakan komputer sebagai alat bantu. Komputer ini membuka berbagai macam kemungkinan yang dapat dimanfaatkan
guna
pendidikan.
Bila
dibandingkan
dengan
pengajaran
konvensional, maka menurut pendapat murid, mereka dapat belajar lebih cepat, bila dibantu oleh komputer (S. Nasution, 2005 : 60-61). Menurut Azhar Arsyad (2005:96) CAI adalah komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya. Dalam menggunakan media komputer sebagai pembelajaran, sebaiknya direncanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan penggunaan komputer sebagai pembelajaran berjalan efektif pula. Pembelajaran menggunakan
komputer
perlu
direncanakan
dengan
baik
agar
dapat
menumbuhkan minat peserta didik, melibatkan peserta didik secara aktif dan mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Menurut
Mujiyono
(2005:12)
Eksperimen
virtual
adalah
alat-alat
laboratorium dalam program (software) komputer dan dioperasikan dengan komputer. Eksperimen virtual merupakan salah satu format multimedia pembelajaran. Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan laboratorium, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program ini menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk, kemudian mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya siswa dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya (Daryanto, 2010:55).commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Menurut Murniza Muhamad et all (2010 : 572) Beberapa keuntungan penggunaan laboratorium virtual dalam proses pembelajaran antara lain : 1) Dari segi waktu, laboratorium virtual lebih hemat waktu dan fleksibel 2) Laboratorium virtual dibuat berdasarkan reaksi kimia dan peralatan praktikum yang disesuaikan dengan keadaan sebenarnya 3) Laboratorium virtual memungkinkan siswa mengadakan eksperimen dirumah dengan lebih aman, menyenangkan, tanpa harus bersentuhan langsung dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya 4) Laboratorium virtual memungkinkan siswa mengadakan eksperimen secara mandiri dengan mengikuti petunjuk-petunjuk praktikum seperti pada percobaan di laboratorium Kelemahan laboratorium virtual adalah terkadang tidak dapat menyajikan eksperimen sama persis dengan eksperimen riilnya, karena laboratorium hanya menyajikan simulasi eksperimen (Murniza Muhamad et all, 2010 : 572). Karakteristik eksperimen virtual menurut Mujiyono (2005:14) antara lain: 1) Berisi alat-alat laboratorium yang dapat berfungsi sebagaimana alat-alat riil 2) Dapat dirangkai menjadi puluhan percobaan atau desain teknologi sederhana 3) Sangat mudah dioperasikan, satu pemakai dapat satu komputer atau satu komputer untuk dua atau tiga pemakai 4) Dalam program ini aktivitas 100% di tangan pemakai, pemakai bebas melakukan eksplorasi/eksperimen Dalam kegiatan eksperimen virtual siswa akan mengalami diantaranya : 1) Pengenalan alat Dalam pengenalan alat, siswa ditunjukkan langsung oleh guru karena siswa
sebelumnya
telah
menggunakan
komputer,
sehingga
dalam
pengenalan alat untuk praktikum dapat dilakukan dengan mudah. 2) Pengamatan Pada saat pengamatan siswa dapat bekerja secara mandiri dengan sedikit to user mungkin bantuan dari guru,commit siswa dapat berdiskusi dengan teman dekat dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
siswa mendapat umpan balik yang dilakukan secara baik oleh respon alat maupun guru. 3) Percobaan Siswa dapat melakukan sendiri secara bebas, tanpa ada rasa takut salah berdasarkan petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat mengembangkannya sendiri dari petunjuk praktikum yang ada. (Mujiyono, 2005: 12-15) Berdasarkan uraian diatas maka eksperimen virtual memilki fungsi yang sama dengan eksperimen laboratorium. Ekeperimen virtual memungkinkan siswa untuk berpikir kritis dan menemukan sendiri pengetahuannya (konstruktivis). Hanya saja eksperimen virtual disajikan dalam bentuk program pada komputer.
5. Sikap Ilmiah a. Pengertian sikap ilmiah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:1063), sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pendirian dan keyakinan. Menurut Winkel (2009:118), sikap (attitude) merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Ngalim Purwanto (2007:141) mendefinisikan sikap sebagai suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Gerungan (1966) dalam Bimo Walgito (2003:127) menerangkan bahwa attitude diterjemahkan sebagai sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap objek tadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:423), kata ilmiah berarti bersifat ilmu, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Dari uraian diatas, sikap ilmiah bisa dikaitkan dengan keilmuan, sehingga sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai suatu sikap yang diwujudkan dalam bentuk perilaku aktual yang bersifat keilmuan terhadap stimulus tertentu (ilmu pengetahuan). Dengan kata lain, sikap ilmiah adalah perbuatan yang bersifat ilmu pengetahuan dan memenuhi syarat ilmu pengetahuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Abdullah Aly dan Eny Rahma (2009:17) menyatakan bahwa ilmu atau ilmu pengetahuan (termasuk IPA) mempunyai ciri khas yaitu obyektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut, maka orang yang berkecimpung atau selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan terbimbing sedemikian hingga padanya terkembangkan suatu sikap yang disebut sikap ilmiah. Yang dimaksud dengan sikap ilmiah tersebut adalah sikap : 1) Mencintai kebenaran yang obyektif dan bersikap adil 2) Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolute 3) Tidak percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan 4) Ingin tahu lebih banyak 5) Tidak berpikir secara prasangka 6) Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya buktibukti nyata 7) Optimis, teliti, dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan alamiahnya adalah benar b. Aspek sikap ilmiah Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Maskoeri Jasin (2003:44-49) menyatakan ada 9 aspek ilmiah, yaitu : 1) Memilki rasa ingin tahu atau kuriositas yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar, 2) Tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti, 3) Jujur, 4) Terbuka, 5) Toleran, 6) Skeptis, 7) Optimis, 8) Pemberani, 9) Kreatif atau swadaya. Sedangkan Margono dkk (2000:23) menyatakan minimal terdapat 6 aspek dalam sikap ilmiah, diantaranya adalah : 1) Hasrat ingin tahu, 2) Jujur, tekun, teliti, 3) Obyektif, 4) Keterbukaan, 5) Mawas diri,6) Komunikatif dan sebagainya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007:133) disebutkan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran kimia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan diantaranya adalah memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Dapat disimpulkan aspek-aspek sikap ilmiah antara lain jujur, teliti/cermat, bertanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu, terbuka, rendah hati, menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat/ide, bekerja sama, kritis, tekun/tidak mudah putus asa, berpikir positif (tidak berprasangka), keinginan untuk menemukan sesuatu yang baru.
6. Prestasi Belajar Menurut Munawir Yusuf dan Edy Legowo (2007:40). prestasi belajar adalah cerminan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimilki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagiah terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah, dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi (Nana Syaodih S, 2003:102-103). Kata ” prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil usaha”. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang utama dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah. (Zainal Arifin 1990: 2-3). Fungsi utama prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990: 3-4) antara lain: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah commit to user dikuasai anak didik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Bloom (1956) dalam Robinson Situmorang dkk (2005:2.17) menyatakan bahwa tujuan pendidikan itu dapat diklisifikasikan menjadi tiga kawasan yaitu kawasan cognitive, affective, psychomotor. Karena itu dalam pembelajaran KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sistem penilaian prestasi belajar ditinjau dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. a. Aspek kognitif Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Aspek kognitif dibagi menjadi 6 kawasan yaitu : 1) Aspek pengetahuan (knowledge) Meliputi perilaku-perilaku (behaviours) yang menekankan pada kemampuan mengingat (remembering) seperti mengingat ide dan fenomena atau peristiwa. Misalnya, mengingat istilah dan fakta, rumus, isi peraturan perundangan, dan definisi. 2) Aspek pemahaman (comprehension) Meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpulkan, mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan kata-kata atau symbol-simbol lainyang dipilihnya sendiri. Dengan perkataan lain pemahaman perilaku yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menangkap pengertian suatu konsep. 3) Aspek penerapan (application) Meliputi penggunaan konsep atau ide, prinsip atau teori, dan prosedur atau metode yang telah dipahami siswa ke dalam praktik memecahkan masalah atau melakukan suatu pekerjaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
4) Aspek analisis (analysis) Meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (breakdown) konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar bagian-bagian tersebut. 5) Aspek sintesis (synthesis) Berkenaan dengan kemampuan menyatukan bagian-bagian sesuatu secara terintegrasi menjadi bentuk tetentu yang semula belum ada. 6) Aspek evaluasi (evaluation) Berarti suatu kemampuan membuat penilaian (judgement) tentang nilai (value) untuk maksud tertentu. Karena membuat penilaian maka prosesnya menggunakan kriteria atau standar untuk mengatakan sesuatu yang dinilai tersebut seberapa jelas, efektif, ekonomis, atau memuaskan. (Robinson Situmorang dkk, 2005:2.17-2.19) b. Aspek afektif Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, system nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakkan terhadap sesuatu (Martinis Yamin, 2005:32). Aspek afektif meliputi beberapa kawasan, yaitu : 1) Aspek penerimaan atau pengenalan (receiving) Meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut 2) Aspek pemberian respon (responding) Meliputi sikap ingin menilai merespon terhadap sistem, puas dalam memberi respon 3) Aspek pemberian nilai atau penghargaan (valuing) Meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai, dan memberikan komitmen untuk memberikan sistem nilai tertentu. 4) Aspek pengorganisasian (organization) to usersistem nilai yang akan digunakan. Meliputi memilah dan commit menghimpun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
5) Apek karakterisasi atau pengalaman (characterization)I Meliputi perilaku secara terus menerus sesuai denga sistem nilai yang telah diorganisasikannya. (Robinson Situmorang dkk, 2005:2.24) c. Aspek psikomotor Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot (Martinis Yamin, 2005:37). Dave
(1967)
dalam
Robinson
Situmorang
dkk
(2005:2.16-2.17)
mengklasifikasikan aspek psikomotor ke dalam lima tahapan, yaitu : 1) Peniruan Yaitu menafsirkan rangsangan (stimulus) dan kepekaan terhadap rangsang 2) Penggunaan Yaitu menyiapkan diri secar fisik 3) Ketepatan Yaitu berkonsentrasi untuk menghasilkan ketepatan 4) Perangkaian Yaitu merangkaikan berbagai keterampilan dan bekerja berdasarkan pola 5) Naturalisasi Yaitu menghasilkan karya cipta dan melakukan sesuatu dengan ketepatan tinggi Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Ngalim Purwanto (2007:107) antara lain : a. Faktor luar (eksternal) yaitu faktor yang berasal dari luar siswa, terdiri dari : 1) Lingkungan, yaitu Alam dan Sosial 2) Instrumental, yaitu Kurikulum / bahan pelajaran, Guru / pengajar, Sarana dan fasilitas, serta Administrasi / manajemen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
b. Faktor dalam (internal) yaitu faktor yang berasal dari dalam siswa, terdiri dari : 1) Fisiologi, yaitu kondisi fisik dan kondisi panca indera 2) Psikologi, yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif Faktor-faktor diatas dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain, karena pengaruh faktor-faktor tersebut maka muncul siswa-siswa yang high-achiever (berprestasi tinggi) dan under achiever (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka (Muhhibin Syah, 2006:132). Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau pengajaran tertentu yang hasilnya dapat ditentukan dengan melakukan penilaian. Penilaian dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pengetahuan siswa dan keterampilan yang yang dicapainya. Dengan penilaian maka kedudukan siswa di kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yang dicapainya, yaitu siswa tersebut termasuk pandai, sedang dan kurang. Dengan demikian prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting disamping sebagai indikator keberhasilan dalam mata pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas adalah sikap ilmiah siswa, sedangkan faktor eksternalnya adalah metode pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
7. Asam, Basa, Garam Kata ”asam” berasal dari bahasa Latin “acidum” atau “acid“ bahasa Inggris. Kata asam ini dikaitkan dengan rasa asam dari senyawa-senyawanya. Lawan dari asam yaitu ”alkali”, kata ini berasal dari bahasa Arab yang berarti abu tanam-tanaman. Senyawa alkali lebih dikenal dengan nama basa (Poppy K dkk, 2007:4). Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Selain kedua zat tersebut, zat lain yang dapat ditemukan di sekitar lingkungan adalah, yaitu garam. Asam, Basa dan Garam
terdapat dalam banyak bahan yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Asam, Basa dan Garam telah dikenal sebagai zat-zat menarik untuk dipelajari sejak jaman alkimia. Kimia asam-basa berperanan penting dalam banyak proses yang terjadi dalam tubuh. a. Sifat Asam, Basa dan Garam Berdasarkan sifatnya larutan dikelompokkan menjadi Asam, Basa dan Garam . 1. Asam Jeruk, tomat, cuka merupakan zat yang berasa masam, karena didalamnya terdapat zat kimia yang berupa asam. Asam merupakan zat yang larutannya berasa asam, dapat memerahkan warna lakmus biru. Senyawa asam sangat banyak tetapi dapat dikelompokkan berdasarkan jenis dan sifatnya. Sifat-sifat asam antara lain : a) Asam merupakan larutan elektrolit yang dalam air terurai menghasilkan ion positif dan ion negatif. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Untuk menguji apakah suatu larutan asam dapat menghantarkan listrik atau tidak, dapat digunakan alat uji elektrolit sederhana. b) Sifat khas dari asam adalah dapat bereaksi dengan logam-logam dan berbagai bahan lain. Logam besi dapat berekasi cepat dengan asam klorida (HCl) membentuk besi(II) klorida atau FeCl2 dan gas hidrogen (H2). Sifat ini dapat menjelaskan mengapa asam bersifat korosif terhadap sebagian commit to user besar logam.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
c) Dapat bereaksi dengan basa membentuk suatu garam dan bisa juga terjadi reaksi penetralan. (Ihsanudin dkk, 2010:50-52) Beberapa asam yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Beberapa Asam yang Dikenal Nama asam Keberadaan Asam asetat Larutan Cuka Asam askorbat Jeruk, tomat, sayuran Asam sitrat Jeruk Asam borat Larutan pencuci mata Asam karbonat Minuman berkarbonasi Asam klorida Asam lambung, obat tetes mata Asam nitrat Pupuk, peledak (TNT) Asam fosfat Detergen, pupuk Asam sulfat Baterai mobil, pupuk Asam tatrat Anggur Asam malat Apel Asam formiat Sengatan lebah Asam laktat Keju Asam benzoat Bahan pengawet makanan (Ihsanudin dkk, 2010:50) 2. Basa Basa mempunyai sifat kebalikan dari asam, larutannya dapat membirukan lakmus merah. Karena itu jika kita mereaksikan asam dengan basa pada jumlah yang sama akan menghasilkan larutan netral (Poppy K dkk, 2007:13). Sifat-sifat basa antara lain : a) Bila basa dilarutkan dalam air maka akan menghasilkan ion-ion, sehingga larutan basa dapat menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit) b) Sekalipun basa secara umum tidak bereaksi dengan logam, namun basa kuat juga bersifat kaustik, dan jika mengenai kulit akan mengakibatkan luka bakar dan merusak jaringan c) Dapat bereaksi dengan asam membentuk suatu garam dan bisa juga terjadi reaksi penetralan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Beberapa basa yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Beberapa basa yang dikenal Nama basa Keberadaan Amonia atau amonium Dalam pupuk dan bahan pembersih kaca hidroksida Kalsium hidroksida Dalam air kapur, untuk cat tembok Magnesium hidroksida Dalam obat antasid dan obat urus-urus Natrium hidroksida Dalam sabun dan pembersih saluran pipa Alumunium hidroksida Dalam deodorant dan antacid (Poppy K dkk, 2007:15) Perbedaan sifat asam dan sifat basa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbedaan sifat asam dan basa No. Asam Basa 1 Senyawa asam bersifat korosif Senyawa basa bersifat merusak kulit (kaustik) 2 Sebagian besar reaksi dengan Terasa licin ditangan, seperti sabun logam menghasilkan H2 3 Senyawa asam memiliki rasa Senyawa basa terasa pahit masam 4 Dapat mengubah warna zat yang Dapat mengubah warna zat lain (warna dimiliki oleh zat lain (dapat yang dihasilkan berbeda dengan asam) dijadikan indikator asam/basa) 5 Menghasilkan ion H+ dalam air Menghasilkan ion OH- dalam air (Teguh S, Eny I, 2008:37) 3. Garam Garam adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Terdapat beberapa contoh garam, antara lain : NaCl, CaCl2, ZnSO4, NaNO2, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak asing dengan garam. Contoh garam adalah garam dapur (NaCl) yang biasa digunakan untuk keperluan memasak. Reaksi antar asam dan basa dinamakan reaksi netralisasi. Sebagai contoh asam klorida bereaksi dengan natrium hidroksida (soda api) akan membentuk garam dapur dan air. Jika dengan menggunakan proses penguapan, maka air akan menguap dan tersisa endapan garam dapur saja. HCl + NaOH NaCl + H2O
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Reaksi kimia yang dapat menghasilkan garam antara lain : a) Asam + basa menghasilkan garam + air b) Basa + oksida asam menghasilkan garam + air c) Asam + oksida basa menghasilkan garam + air d) Oksida asam + oksida basa menghasilkan garam e) Logam + asam menghasilkan garam + H2 (Teguh S, Eny I, 2008:38) Beberapa kegunaan garam dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 4 No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 4. Kegunaan Garam Nama Garam Rumus Nama Dagang Manfaat Natrium klorida NaCl Garam dapur Penambah rasa masakan Natrium NaHCO3 Baking soda Pengembang kue bikarbonat Kalsium CaCO3 Kalsit Cat tembok dan bahan karbonat karet Kalium nitrat KNO3 Saltpeter Pupuk dan bahan peledak Kalium K2CO3 Potash Sabun dan kaca karbonat Natrium fosfat Na3PO4 TSP Detergent Ammonium NH4Cl Salmiak Baterai kering klorida (Teguh S, Eny I, 2008:38)
b. Identifikasi Asam dan Basa Sifat Asam, Basa dan Garam
dapat diidentifikasi dengan menggunakan
indikator. Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna dalam keadaan asam atau basa. Indikator asam basa ada yang berupa indikator buatan dan indikator alam (Poppy K dkk, 2007:23). Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus, indikator universal, fenolptalin, metal jingga dan sebagainya. Cara penentuan senyawa bersifat asam, basa atau netral dapat menggunakan kertas lakmus, larutan indikator dan indikator alami. 1. Kertas lakmus Untuk mengidentifikasi suatu larutan yang bersifat asam, basa atau netral secara sederhana, umumnya digunakan kertas lakmus. Warna kertas lakmus dalam larutan asam, basa dan larutan yang bersifat netral ditunjukkan dalam Tabel 5commit berikuttoini. user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Tabel 5. Perubahan warna kertas lakmus Indikator Larutan asam Larutan basa Larutan netral Lakmus merah Merah Biru Merah Lakmus biru Merah Biru Biru 2. Larutan indikator Larutan indikator asam basa adalah zat-zat warna yang mempunyai warna berbeda dalam larutan yang bersifat asam, basa dan netral. Di laboratorium,
indikator
yang
sering
digunakan
adalah
larutan
phenolphthalein, metil merah dan metal jingga. Warna-warna indikator tersebut dtunjukkan dalam Tabel 6 berikut : Tabel 6. Warna larutan indikator asam basa Indikator Larutan asam Larutan basa Larutan netral Phenolphthaleinn (PP) Tidak berwarna Merah Tidak berwarna Metal merah (MM) Merah Kuning Kuning Metal jingga (MJ) Merah Kuning Kuning 3. Indikator alami Sebenarnya berbagai bahan tumbuhan yang berwarna, seperti daun, mahkota bunga (kembang sepatu, bugenvil, mawar dan lain-lain), kunyit, kulit manggis dan kubis ungu dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Ekstrak bahan-bahan ini dapat memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam basa. (Ihsanudin dkk, 2010:54) c. Penentuan skala keasaman dan kebasaan Jumlah ion H+ dalam air digunakan untuk menentukan sifat derajat keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin zat tersebut keasaman tinggi, semakin banyak ion H+ di dalam air. Sedangkan semakin tinggi kebasaan zat tersebut, semakin banyak ion OH- dalam air (Teguh S, Eny I, 2008:41). Untuk menentukan berapa derajat keasaman suatu larutan digunakan skala pH dan alatnya dapat berupa kertas indikator universal , indikator universal cair dan pH meter. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
1. Pengujian pH indikator universal Indikator universal, umumnya berbentuk pita kertas berwarna kuning. Jika dicelupkan ke dalam larutan asam atau basa, warna kertas akan berubah sesuai keasaman dan kebasaan larutan tersebut. Untuk menentukan pH larutan yang diuji, bandingkan warna yang timbul dengan warna-warna pada skala pH indikator seperti pada Gambar 1 berikut :
Gambar 1. Kertas Indikator universal dan warnanya sesuai pH Indikator universal ada yang memiliki skala pH dari 1 sampai 11, 1 sampai 14, juga yang sangat akurat dengan harga pH pecahan. Skala pH digambarkan sebagai berikut :
Larutan yang bersifat asam mempunyai harga pH < 7 Larutan yang bersifat netral mempunyai harga pH = 7 Larutan yang bersifat basa mempunyai harga pH > 7 2. Pengujian pH dengan larutan indikator asam basa Untuk mengukur pH larutan dapat pula digunakan larutan indikator asam basa yang berubah warna pada pH tertentu, tetapi pH larutan yang didapat tidak seakurat pengujian dengan indikator universal kertas sebab perubahan warna indikator dalam trayek pH tertentu. Contoh trayek pH beberapa indikator tertera pada Tabel 7 berikut : Tabel 7. Trayek pH beberapa indikator Nama Trayek pH Metal jingga 3,0 – 4,4 Metal merah 4,2 – 6,2 Brom timol biru 6,0 – 7,8 Fenolftalein 8,0 – 9,2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Perubahan warna yang menunjukkan trayek pH indikator Metil Jingga, Metil Merah, Brom Timol Biru dan Fenolftalein tertera pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Perubahan warna beberapa indikator cair
3. Pengujian pH dengan pH meter Untuk menguji sifat larutan asam, basa larutan dapat pula menggunakan pH meter. Alat ini tinggal dicelupkan pada larutan yang akan diuji selanjutnya pada alat akan muncul angka skala pH dari larutan tersebut. Dari harga pH inilah larutan dapat ditentukan sifat asam basanya. (Poppy K dkk, 2007:26-31)
B. KERANGKA BERPIKIR Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Metode dan media pembelajaran merupakan faktor eksternal, sedangkan sikap ilmiah siswa merupakan faktor internal yang turut memberi pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan sikap ilmiah yang baik, metode dan media pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. 1. Pengaruh Metode Pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen Virtual commit to user Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Metode pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions) merupakan pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk berpikir aktif menemukan sendiri pengetahuannya dengan bekerjasama dengan siswa lain. Dengan demikian metode pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions) menjadikan proses pembelajaran berorientasi pada siswa (Student oriented), sehingga dengan metode ini siswa menjadi terampil dan aktif mempelajari materi kimia, yang pada akhirnya diharapkan prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan.
Metode
pembelajaran
STAD
(Student
Teams-
Achievement Divisions) dapat dilakukan modifikasi pada berbagai unsurunsurnya. Salah satu unsur yang dapat dimodifikasi adalah pada tahap belajar tim dengan menggunakan metode eksperimen, baik eksperimen laboratorium maupun eksperimen virtual. Penyampaian materi pada pelajaran kimia didekatkan pada keadaan sebenarnya yaitu dengan melakukan eksperimen. Eksperimen laboratorium dilaksanakan di laboratorium kimia menggunakan alat dan bahan kimia yang sebenarnya. Dengan eksperimen laboratorium siswa dapat membuktikan secara langsung pada kegiatan yang mereka lakukan, sehingga siswa terlibat secara langsung dalam penemuan-penemuan konsep sendiri. Pada laboratorium kimia membutuhkan kematangan konsep dari guru karena eksperimen tidak dapat diulangi dan kesalahan konsep mungkin saja terjadi dikarenakan kesalahan eksperimen yang menyebabkan hasil yang menyimpang serta sangat dipengaruhi oleh keahlian praktikan. Selain itu eksperimen laboratorium membutuhkan kejelian dan ketelitian. Karakteristik komputer yang digunakan sebagai media pembelajaran berbentuk program simulasi menyerupai praktikum yang sebenarnya di laboratorium. Pembelajaran eksperimen virtual dapat membantu siswa yang kurang terampil menggunakan alat-alat laboratorium yang dapat menyebabkan kesalahan pada praktikum, serta dapat membantu siswa yang lamban menerima pelajaran karena dengan eksperimen virtual dapat diulangi sehingga dapat disesuaikan dengan tingkat kecepatan belajar dan penguasaan siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Karekteristik dari materi Asam, Basa dan Garam adalah materi yang menyajikan konsep-konsep, hafalan dan berkaitan erat dengan kehidupan seharihari. Siswa akan lebih mudah memahami materi Asam, Basa dan Garam melalui pengalaman yang nyata dengan menggunakan bahan-bahan yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Metode eksperimen laboratorium memungkinkan siswa memperoleh prestasi yang lebih baik, karena konsep materi Asam, Basa dan Garam akan lebih mudah dimengerti dan dapat memberikan kesan yang mendalam bagi siswa. 2. Pengaruh Aspek Ilmiah Siswa terhadap Prestasi Belajar Mata pelajaran kimia adalah rangkaian konsep-konsep yang dimunculkan dari hasil eksperimen dan observasi sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan eksperimen dan observasi lebih lanjut. Sikap ilmiah berpengaruh pada prestasi belajar siswa dilihat dari sifat pelajaran sains kimia yang memerlukan kemampuan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan produk ilmiah. Kelompok yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi akan cenderung memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan terbuka terhadap hal-hal yang baru dan berusaha mengembangkannya, sehingga akan selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk meraih prestasi belajar lebih baik. Kelompok sikap ilmiah rendah cenderung tidak dapat melihat hal-hal yang baru dan tidak mempunyai rasa ingin tahu yang besar sehingga kemampuannya tidak berkembang (statis). Dengan keadaan seperti ini tidak akan ada usaha untuk memecahkan masalah untuk menemukan jawaban. Keadaan yang demikian akan menurunkan minat belajar sehingga prestasi belajar bisa menjadi rendah. 3. Interaksi
antara
Pembelajaran
Kimia
Menggunakan
Metode
Pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan Eksperimen Laboratorium dan Eksperimen Virtual dengan Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada penggunaan eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual dengan memperhatikan sikap ilmiah siswa, kemungkinan akan terjadi fenomena dimana to user siswa yang memiliki sikap ilmiahcommit yang tinggi akan memiliki prestasi belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
sama. Adapun siswa yang memiliki sikap ilmiah yang rendah dengan praktikum dilaboratorium akan memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan dibandingkan dengan siswa yang menggunakan eksperimen virtual, sebab siswa yang praktikum di laboratorium kimia dihadapkan pada banyak keterampilan dan ketelitian untuk menyelesaikan praktikum sesuai prosedurnya. Oleh karena itu, dimungkinkan ada interaksi antara eksperimen laboratorium dan penggunaan eksperimen virtual dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Asam, Basa dan Garam . Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut, dapat digambarkan bagan penelitian sebagai berikut : Sikap ilmiah tinggi Eksperimen laboratorium Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode STAD Eksperimen virtual
Sikap ilmiah rendah
Sikap ilmiah tinggi
Prestasi belajar
Sikap ilmiah rendah
C. HIPOTESIS Ditinjau dari kajian teori dan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh pembelajaran kimia menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam 2. Terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam 3. Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) dengan eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual dengan sikap ilmiah siswa terhadap to userBasa dan Garam prestasi belajar siswa padacommit materi Asam,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jaten, pada kelas VII semester ganjil Tahun Ajaran 2011/2012. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut : a. Pembuatan Proposal
Maret 2011-April 2011
b. Penelitian dan Pengambilan Data
Juli 2011- Agustus 2011
c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan
September 2011
B. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2. Adapun bagan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 : Kelas Eksperimen I Eksperimen II
Tabel 9. Desain Penelitian : Faktorial 2x2 Faktor A Faktor B (Sikap Ilmiah) (Metode Pembelajaran) Tinggi (B1) Rendah (B2) STAD, Eksperimen A1B1 A1B2 Laboratorium (A1) STAD, Eksperimen A2B1 A2B2 Virtual (A2)
Keterangan : A1
: Pembelajaran STAD menggunakan metode eksperimen laboratorium
A2
: Pembelajaran STAD menggunakan metode eksperimen virtual
B1
: Sikap ilmiah tinggi
B2
: Sikap
ilmiah rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
2. Langkah-langkah Penelitian a.
Memberikan angket sikap ilmiah siswa untuk diisi oleh siswa.
b.
Memberikan perlakuan A1 berupa pembelajaran STAD menggunakan eksperimen laboratorium pada kelas eksperimen I dan perlakuan A2 berupa pembelajaran
STAD menggunakan eksperimen virtual pada kelas
eksperimen II. c.
Memberikan tes (kognitif dan afektif) pada kelas eksperimen I dan kelompok eksperimen II untuk mengukur rata-rata kemampuan setelah diberi perlakuan A1 dan A2.
d.
Mengolah dan menganalisis data penelitian
C. VARIABEL PENELITIAN Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas a. Metode Pembelajaran STAD dengan Eksperimen Laboratorium 1. Definisi operasional : Metode pembelajaran STAD dengan eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium, dalam eksperimen laboratorium terdapat kegiatan pembelajaran dan dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kebenaran ilmiah dan penerapannya. 2. Indikator : disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang ditentukan Sebelumnya b. Metode STAD dengan Eksperimen Virtual 1. Definisi operasional : Metode pembelajaran STAD dengan eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium virtual, dalam eksperimen menggunakan perangkat komputer yang dapat menyimpan, memproses dan menampilkan tulisan, gambar, gerakan dan suara yang bersifat interaktif dengan siswa. 2. Indikator : disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang ditentukan sebelumnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
c. Sikap Ilmiah 1. Definisi operasional : Sikap ilmiah dapat diartikan keinginan untuk tahu, kepercayaan/keyakinan, nilai-nilai, gagasan/pendapat, jujur, objektif, untuk membuat keputusan setelah mendapatkan data-data yang berkaitan dengan problemnya. 2. Indikator : skor angket sikap ilmiah 3. Pengukuran : Dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor diatas/sama dengan rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor dibawah skor rata-rata dimasukkan dalam kategori rendah 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa mengenai materi pokok asam, basa dan garam kelas VII SMP Negeri 1 Jaten. a. Definisi operasional : segala sesuatu yang dapat dicapai atau hasil-hasil yang maksimal dari usaha belajar atau hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan ketelitian dalam belajar. b. Indikator : nilai tes kognitif dan afektif
D. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Jaten Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 6 kelas. 2. Sampel Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling yaitu menetapkan dua kelas dari 6 Kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Jaten secara acak yang memiliki kemampuan awal yang sama, diperoleh sampel penelitian kelas VIIE sebagai kelas eksperimen I dan kelas VIIF kelas eksperimen II. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan metode angket. 1. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data aspek kognitif pada prestasi belajar siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jaten semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan menggunakan tes bentuk objektif yang diberikan sesudah proses pembelajaran. 2. Metode Angket Metode angket dalam penelitian ini adalah angket aspek afektif untuk mengukur prestasi afektif siswa dan angket sikap ilmiah untuk mengukur sikap ilmiah siswa. Angket diisi langsung oleh siswa.
F. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari penilaian kognitif dengan menggunakan tes prestasi serta penilaian afektif dan sikap ilmiah siswa dengan menggunakan angket. 1. Instrumen Penilaian Kognitif Instrumen yang digunakan dalam penilaian aspek kognitif berupa soal-soal obyektif materi Asam, Basa dan Garam. Perangkat tes yaitu tes obyektif yang terdiri dari 38 butir soal dengan 4 alternatif jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda maka instrumen yang akan dipakai dalam penelitian ini perlu diujicobakan terlebih dahulu kepada sekelompok siswa yang telah menerima materi pokok Asam, Basa dan Garam. Kelompok siswa tersebut adalah kelas VIIB. a. Uji Validitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur atau tes melakukan fungsinya atau mengukur apa yang hendak diukur. Atau to user dengan kata lain validitas adalah commit kecocokan antara alat ukur (tes) dengan sasaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
ukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid pula. Pada instrumen kognitif digunakan validitas isi yaitu kecocokan antara isi alat ukur (isi) dengan sasaran ukur. Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh setelah melakukan penganalisaan, penelusuran, atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut (Anas S, 2008:164). Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujiam validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Uji validitas yang digunakan ada 2, yaitu : 1) Validitas isi Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi syarat atau tidak dapat digunakan formula Gregory untuk melihat validitas isi secara keseluruhan. Pada formula Gregorry diperlukan 2 orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrument, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut 𝐷
Content Validity (CV) = 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷 Dimana : A = jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B = jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C = jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan menurut panelis II D = jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan (Gregory, 2007:123). Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 20, diperoleh hasil seperti pada Tabel 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Tabel 10. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif Panelis I Panelis II Jumlah Soal Relevan Tidak relevan Relevan Tidak relevan 40 33 5 38 0 CV 0,868 Diperoleh CV sebesar 0,868 maka analisis dapat dilanjutkan. 2) Validitas item Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item adalah dengan menggunakan rumus validitas korelasi point biserial (r pbis), yaitu : r pbis =
[𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 ]
𝑝
𝑆𝑥
𝑞
Keterangan : r pbis = koefisien korelasi Mp = rerata skor total dari sejumlah subjek yang menjawab benar pada item Mt = rerata skor total seluruh peserta pada seluruh soal p = proporsi peserta yang menjawab benar q = proporsi peserta yang menjawab salah (q = p – 1) Klasifikasi validitas item adalah sebagai berikut : Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel (Depdiknas, 2009:26) Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 23, diperoleh hasil seperti pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kognitif Kriteria Jumlah Soal Valid Invalid 38 35 3 b. Uji Reliabilitas Reabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalm taraf ketepatan dan ketelitian hasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dengan suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas atau r11 yang dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara 0 sampai 1,00. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus KuderRichardson (KR.20) sebagai berikut: 𝑘
r11 = 𝑘−1 1 −
𝑝 (1−𝑝) (𝑆𝐷)2
Keterangan: r11
: koefisien reliabilitas
k
: jumlah item
(SD)2
: standar deviasi atau varian
p
: proporsi siswa yang menjawab benar (Depdiknas, 2009: 16)
Kriteria reliabilitas adalah jika nilai r11 lebih besar dari 0,70 maka tes dinyatakan reliabel atau reliabilitasnya tinggi. (Anas S, 2008:241) Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 23, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,822. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kognitif memiliki reliabilitas tinggi. c. Tingkat Kesukaran Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks yang disebut Tingkat Kesukaran (TK), yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu item. Untuk menghitung bilangan indeks kesukaran suatu item digunakan rumus sebagai berikut: Tingkat Kesukaran (TK) =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗 𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑠
Klasifikasi tingkat kesukaran adalah sebagai berikut: 0,00 – 0,30 : soal tergolong sukar 0,31 – 0,70 : soal tergolong sedang commit to user 0,71 – 1,00 : soal tergolong mudah
(Depdiknas, 2009: 9)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 23, diperoleh hasil seperti pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Kognitif Kriteria Jumlah Soal Mudah Sedang Sukar 2 35 12 20 d. Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal yang dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan Taraf pembeda suatu item adalah taraf sdan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam proporsi. Semakin tinggi daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang telah memahami materi dengan siswa yang belum memahami materi. Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat digunakan rumus korelasi point biserial (r pbis), yaitu: r pbis =
[𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 ]
𝑝
𝑆𝑥
𝑞
Keterangan : r pbis = koefisien korelasi Mp = rerata skor total dari sejumlah subjek yang menjawab benar pada item yang ditentukan daya bedanya Mt = rerata skor total seluruh peserta pada seluruh soal p = proporsi peserta yang menjawab benar q = proporsi peserta yang menjawab salah (q = p – 1) Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,40 – 1,00 : soal diterima dengan baik 0,30 – 0,39 : soal diterima tetapi perlu diperbaiki 0,20 – 0,29 : soal diperbaiki commit to user 0,19 – 0,00 : soal tidak dipakai / dibuang
(Depdiknas, 2009:11-12)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 23, diperoleh hasil seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Kognitif Kriteria Jumlah Diterima dan Baik Soal Dibuang Diperbaiki diperbaiki 4 31 38 3 0 2. Instrumen Penilaian Afektif dan Sikap Ilmiah Siswa Instrumen penilaian afektif dan sikap ilmiah siswa yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telang ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk angket afektif dan sikap ilmiah ini digunakan skala 1 sampai 4. Untuk item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut : Skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) Skor 3 untuk jawaban Setuju (S) Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) Sedangkan untuk item yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut : Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) Skor 2 untuk jawaban Setuju (S) Skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) Skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. Ujicoba commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
instrumen afektif diberikan di kelas VIIB dan instrumen sikap ilmiah di kelas VIIIB. a. Uji Validitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur atau tes melakukan fungsinya atau mengukur apa yang hendak diukur. Atau dengan kata lain validitas adalah kecocokan antara alat ukur (tes) dengan sasaran ukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid pula. Pada instrumen afektif dan sikap ilmiah digunakan validitas isi dan validitas item. 1) Validitas isi validitas isi yaitu kecocokan antara isi alat ukur (isi) dengan sasaran ukur. Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi syarat atau tidak dapat digunakan formula Gregory untuk melihat validitas isi secara keseluruhan. Pada formula Gregorry diperlukan 2 orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrument, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut 𝐷
Content Validity (CV) = 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷 Dimana : A = jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B = jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C = jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan menurut panelis II D = jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan (Gregory, 2007:123). Proses perhitungan instrumen afektif dapat dilihat pada Lampiran 21, diperoleh hasil seperti pada Tabel 14. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Tabel 14. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif Panelis I Panelis II Jumlah Soal Relevan Tidak relevan Relevan Tidak relevan 34 28 6 34 0 CV 0,824 Diperoleh CV sebesar 0,824 maka analisis dapat dilanjutkan. Sedangkan proses perhitungan instrumen sikap ilmiah dapat dilihat pada Lampiran 19, diperoleh hasil seperti pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Sikap Ilmiah Panelis I Panelis II Jumlah Soal Relevan Tidak relevan Relevan Tidak relevan 40 33 7 40 0 CV 0,825 Diperoleh CV sebesar 0,825 maka analisis dapat dilanjutkan. 2) Validitas item Teknik yang digunakan dalam validitas item adalah menggunakan rumus korelasi product moment (r xy), yaitu : r xy =
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan: rxy = koefisien validitas
X = skor butir item tertentu Y = skor total N = jumlah subyek Kriteria pengujian: Kriteria item dinyatakan valid jika rhitung ≥ rtabel . (Anas S, 2008:181) Proses perhitungan instrumen afektif dapat dilihat pada Lampiran 24, diperoleh hasil seperti pada Tabel 16.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Tabel 16. Hasil Uji Validitas Item Instrumen Afektif Kriteria Jumlah Soal Valid Invalid 34 30 4 Sedangkan proses perhitungan instrumen sikap ilmiah dapat dilihat pada Lampiran 22, diperoleh hasil seperti pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Uji Validitas Item Instrumen Sikap Ilmiah Kriteria Jumlah Soal Valid Invalid 40 35 5 b. Uji Reliabilitas Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0), yaitu sebagai berikut: 2 n Si rtt 1 2 St n 1
Keterangan: rt
: Koefisien reliabilitas suatu tes
n
: Jumlah item
S S 2t
2 i
: Jumlah kuadrat S dari masing-masing item : Kuadrat dari S total keseluruhan item (Depdiknas, 2009:15-16)
Kriteria reliabilitas adalah jika nilai r11 lebih besar dari 0,70 maka tes dinyatakan reliabel atau reliabilitasnya tinggi (Anas S, 2008:241). Proses perhitungan instrumen afektif dapat dilihat pada lampiran 24, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,974. Sehingga dapat disimpulkan bahwa commit to user instrumen afektif memiliki reliabilitas tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Sedangkan proses perhitungan instrumen sikap ilmiah dapat dilihat pada Lampiran 22, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,963. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen sikap ilmiah memiliki reliabilitas tinggi.
G. TEKNIK ANALISIS DATA 1. Uji Prasyarat Analisis Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tidak sama. a.
Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS Statistic 17.0. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis nol (H0) H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal 2) Tingkat Signifikansi : = 0,05 3) Kriteria Uji H0 diterima jika signifikansi > 0,05 H0 ditolak jika signifikansi < 0,05 (Singgih S, 2006: 154 -155) b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah metode Levene Test dengan bantuan program SPSS Statistic 17.0. Prosedur uji homogenitas dengan menggunakan
metode Levene Test adalah sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
1) Menentukan hipotesis nol (H0) H0 = sampel berasal dari populasi yang homogen (variansi sama) H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak homogen (variansi tidak sama) 2) Tingkat Signifikansi : = 0,05 3) Kriteria Uji Berdasarkan rata-rata (Based on Mean) : H0 diterima jika signifikansi > 0,05 H0 ditolak jika signifikansi < 0,05 (Singgih S, 2006: 154) c.
Uji Keseimbangan (t-matching) Uji keseimbangan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel
mempunyai kemampuan awal yang seimbang (sama)
sebelum diberi perlakuan yang berbeda. Dengan cara menguji rata-rata nilai Tes Potensi Akademik (TPA) antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Dalam penelitian ini uji keseimbangan yang digunakan adalah metode Independent Sample T-Test (Levene’s Test) dengan bantuan program SPSS Statistic 17.0. Prosedur uji keseimbangan
dengan menggunakan metode
Independent Sample T-Test (Levene’s Test) adalah sebagai berikut :
1)
Menentukan hipotesis nol (H0) H0 = sampel berasal dari populasi yang seimbang (kemampuan awal sama) H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak seimbang (kemampuan awal tidak sama)
2)
Tingkat Signifikansi : = 0,05
3)
Kriteria Uji H0 diterima jika signifikansi > 0,05 H0 ditolak jika signifikansi < 0,05 (Hartono, 2010 : 159 – 160) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2. Pengujian Hipotesis Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi kedua variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini analisis variansi dua jalan sel tak sama menggunakan bantuan program SPSS Statistic 17.0 yaitu dengan menggunakan menu pilihan General Linear Model-Univariate.
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan yaitu: 1. Menentukan Hipotesis 1) H0A
: Tidak ada perbedaan efek antara pembelajaran STAD disertai
metode eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD disertai metode eksperimen virtual terhadap prestasi belajar siswa. H1A
: Ada perbedaan efek antara pembelajaran STAD disertai metode
eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD disertai metode eksperimen virtual terhadap prestasi belajar siswa. 2) H0B
: Tidak ada perbedaan efek antara sikap ilmiah tinggi dan sikap
ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa. H1B
: Ada perbedaan efek antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah
rendah terhadap prestasi belajar siswa. 3) H0AB
: Tidak ada interaksi antara pembelajaran STAD dan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar siswa. H1AB
: Ada interaksi pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar siswa. 2. Menentukan Taraf Signifikansi α = 0,05 3. Komputasi Notasi dan Tata Letak Data B A B1 A1 AB
1 1
A2
A2B1 commit to user
B2 A1B2 A2B2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Keterangan : A1 :
Pembelajaran
STAD
menggunakan
metode
eksperimen
laboratorium A2 : Pembelajaran STAD menggunakan metode eksperimen virtual B1 : Sikap ilmiah tinggi B2 : Sikap ilmiah rendah Tabel 18. Rangkuman analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Sumber Variansi JK dK RK Fobs Sig. Baris (A) Kolom (B) Interaksi (AB) Galat Total
JKA JKB JKAB JKG
RKA RKB RKAB RKG
Fa Fb Fab
JKT
-
-
-
4. Keputusan Uji : Jika sign. > 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak Jika sign. < 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima Atau Jika Fobs < Ftabel maka H0 diterima, H1 ditolak Jika Fobs > Ftabel maka H0 ditolak, H1 diterima (Hartono, 2010 : 177 – 190) 3. Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe. Statistik Uji 1.
Komparasi rataan tiap baris Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel model pembelajaran maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan besarnya rerata marginal dari masing-masing metode commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
pembelajaran. Jika rataan marginal melalui pembelajaran STAD disertai metode eksperimen laboratorium lebih besar dari rataan marginal untuk pembelajaran STAD disertai metode eksperimen virtual berarti melalui pembelajaran STAD disertai metode eksperimen laboratorium dikatakan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran STAD disertai metode eksperimen virtual atau sebaliknya. 2.
Komparasi rataan antar kolom F.i .j
X
.i
X .j
2
1 1 RKG n .i n .j
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F α:q 1, N pq } 3.
Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
(X ij X kj ) 2 Fij-kj = 1 1 RKG n ij n kj dengan daerah kritik Dk = {Fij 4.
Fij.kj > (pq-1)F α:pq 1, N pq }
Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
(X ij X ik ) 2 Fij-ik = 1 1 RKG n ij n ik dengan daerah kritik Dk = {Fij
Fij.ik > (p-1)F α:p 1, N pq } (Budiyono, 2009: 215-217)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai sikap ilmiah siswa dan nilai prestasi belajar siswa materi pokok Asam, Basa dan Garam.Prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aspek kognitif dan aspek afektif.Data-data tersebut diambil dari kelas eksperimen I (metode STAD menggunakan eksperimen laboratorium) dan kelas eksperimen II (metode STAD menggunakan eksperimen virtual). Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 33 siswa dari kelas VIIE dan 32 siswa dari kelas VIIF SMP Negeri 1 Jaten tahun pelajaran 2011/2012. Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel.
1. Sikap Ilmiah Siswa Data nilai sikap ilmiah siswa diperoleh dengan cara angket. Angket yang diberikan disusun berdasarkan indikator yang isinya mencakup aspek-aspek yangmenunjukkan sikap ilmiah siswa seperti jujur, teliti/cermat, bertanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu, terbuka, rendah hati, menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat/ide, bekerja sama, kritis, tekun/tidak mudah putus asa, berpikir positif (tidak berprasangka), keinginan untuk menemukan sesuatu yang baru. Data dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu nilai sama dengan atau diatas rerata termasuk dalam kategori sikap ilmiah tinggi dan nilai dibawah rerata termasuk kategori sikap ilmiah rendah. Rerata yang dimaksud merupakan rerata hasil angket sikap ilmiah siswa untuk kedua kelas (kelas eksperimen I dan eksperimen II).Nilai rerata yang didapat adalah 78.Pembagian kategori sikap ilmiah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25. Pada kelas yang diberi perlakuan dengan metode STAD menggunakan eksperimen laboratorium, nilai sikap ilmiah tertinggi adalah 89 dan nilai sikap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
ilmiah terendah adalah 61.Jumlah siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi berjumlah 22 siswa dan yang mempunyai sikap ilmiah rendah berjumlah 11 siswa. Pada kelas yang diberi perlakuan dengan metode STAD menggunakan eksperimen virtual, nilai sikap ilmiah tertinggi adalah 91dan nilai sikap ilmiah terendah adalah 67.Jumlah siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi adalah 17 siswa dan yang mempunyai sikap ilmiah rendah adalah 15 siswa. Untuk lebih dapat membandingkan nilai sikap ilmiah siswa pada kelas yang diberi perlakuan dengan metode STAD menggunakan eksperimen laboratorium dan virtual, maka kedua data tersebut dijadikan satu dalam sebuah distribusi frekuensi seperti pada Tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Ilmiah Siswa dengan Metode STAD Menggunakan Eksperimen Laboratorium dan Virtual Nilai STAD-Laboratorium STAD-Virtual Interval Tengah Frekuensi Frekuensi 61 - 66 63.5 2 0 67 - 71 69 4 2 72 - 76 74 5 9 77 - 81 79 12 12 82 - 86 84 9 7 87 - 91 89 1 2 Jumlah 33 32 Selanjutnya sebagai perbandingan distribusi frekuensi data nilai sikapilmiah dari kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada histogram pada Gambar 2. 1212
12 9
Frekuensi
10
9 7
8 6 4 2
5
4 2
2
1
0
2
STAD-Laboratorium STAD-Virtual
0 63.5
69
74
79
84
89
Nilai Sikap Ilmiah
Gambar 2.Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Data Nilai SikapIlmiah commit todan user Kelas STAD Laboratorium Kelas STAD Virtual
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
2. Prestasi Belajar MateriPokokAsam, Basa dan Garam Data prestasi belajar dalam penelitian ini meliputi aspek kognitif dan aspek afektif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam pada kelas eksperimen I (STAD eksperimen laboratorium) dan kelas eksperimen II (STAD eksperimen virtual).Prestasi belajar kognitif yang dimaksud merupakan nilai ulangan.Sedangkan prestasi afektif merupakan nilai afektif yang diperoleh dari hasil angket.Dari hasil penelitian diketahui
bahwa perlakuan terhadap
kelasmemberikan rata-rata nilai yang berbeda.Data prestasi belajar dapat dilihat pada Lampiran 26, sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian Jenis Penilaian Nilai Rerata STAD Laboratorium STAD Virtual Kognitif 80,2424 73,0312 Afektif 81,783 75,609 a. Nilai Kognitif Materi PokokAsam, Basa dan Garam Pada kelas eksperimen I (STAD eksperimen laboratorium) nilai kognitif tertinggi adalah 98 dan nilai kognitif terendah adalah 53.Sedangkan pada kelas eksperimen II (STAD eksperimen virtual) nilai kognitif tertinggi adalah 94 dan nilai kognitif terendah adalah 50. Perbandingan distribusi frekuensi nilai kognitif siswa untuk kedua kelas eksperimen pada materi Asam, Basa dan Garam disajikan dalam Tabel 21 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 21. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual Nilai STAD-Laboratorium Tengah Frekuensi 50 - 57 53.5 1 58 - 65 61.5 3 66 - 73 69.5 5 74 - 81 77.5 10 82 - 89 85.5 7 90 - 98 94 commit7 to user Jumlah 33
Interval
STAD-Virtual Frekuensi 2 6 8 12 2 2 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
12 10
12 Frekuensi
10
8
8
6
6 4 2
7
5 STAD-Laboratorium
3
2
2
53.5 61.5 69.5 77.5 85.5
94
1
2
7
STAD-Virtual
0
Nilai Prestasi Belajar Kognitif
Gambar 3. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual b. Nilai Afektif Materi PokokAsam, Basa dan Garam Pada kelas eksperimen I (STAD eksperimen laboratorium) nilai afektif tertinggi adalah 92 dan nilai kognitif terendah adalah 70.Sedangakan pada kelas eksperimen II (STAD eksperimen virtual) nilai kognitif tertinggi adalah 91 dan nilai kognitif terendah adalah 65. Perbandingan distribusi frekuensi nilai kognitif siswa untuk kedua kelas eksperimen pada materi Asam, Basa dan Garam disajikan dalam Tabel 22 dan histogramnya dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 22. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual Nilai STAD-Laboratorium Tengah Frekuensi 65 - 69,5 67.25 0 69,6 - 74,1 71.85 4 74,2 - 78,7 76.45 7 78,8 - 83,5 81.15 8 83,6 - 88,1 85.85 11 88,2 - 92,7 90.45 3 Jumlah 33 Interval
commit to user
STAD-Virtual Frekuensi 6 9 6 6 4 1 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
11
12 9
Frekuensi
10 8
7
6
6
4
6
6 4
4 2
8
STAD-Laboratorium
3 1
0
STAD-Virtual
0 67.25 71.85 76.45 81.15 85.85 90.45 Nilai Prestasi Belajar Afektif
Gambar 4.Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas STAD Laboratorium dan Kelas STAD Virtual Tabel 23. Perbandingan Persentase Aspek-Aspek Afektif Siswa Aspek Afektif STAD-Eksperimen STAD-Eksperimen Laboratorium (%) Virtual (%) Minat 87,12 80,47 Sikap 82,58 71,99 Konsep Diri 75,5 67,58 Nilai 81,06 74,61 Moral 80,91 72,97 B. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Keseimbangan (t-matching) Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah keduakelompok mempunyai kemampuan awal yang seimbang sebelum diberi perlakuanyang berbeda.Yaitu antara kelas yang diberi perlakuan metode STAD menggunakan eksperimen laboratorium dan metode STAD menggunakan eksperimen virtuil. Uji keseimbangan diambil dari nilai Tes Potensi Akademik (TPA) yang diadakan pada waktu penerimaan siswa baru kelas VII SMP Negeri 1 Jaten tahun pelajaran 2011/2012. Untuk kelas VIIE (STAD eksperimen laboratorium) dengan jumlah siswa 33 diperoleh rerata 47,9063 dengan variansi 39,249. Sedangkan kelas VIIF (STAD eksperimen virtual) dengan jumlah siswa 32 diperoleh rerata 45,5152 dengan variansi 43,07. Sebelum dilakukan uji keseimbangan dilakukan uji normalitas dan uji commit to user homogenitas pada masing-masing kelas.Hasil uji normalitas dan uji homogenitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
dapat dilihat pada Lampiran9 dan Lampiran 10.Pada uji normalitas utuk kedua kelas diperoleh nilai sig. 0,200, maka dapat disimpulkan kedua kelas berdistribusi normal.Pada uji homogenitas diperoleh nilai sig. 0,609, maka dapat disimpulkan kedua kelas homogen. Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji Levene’s Test dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari hasil uji ini diperoleh sig. 0,737, karena nilai ini lebih besar dari (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa kelas VIIE (STAD
eksperimen laboratorium) dan kelas VIIF (STAD eksperimen virtual) mempunyai rerata kemampuan awal yang sama atau kedua kelas tersebut dalam keadaan seimbang.
2. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu populasi berdistribusi normal atau tidak, karena sebelum analisis variansi dilakukan, harus dipastikan bahwa sampel berasal dari popolasi yang berdistribusi normal.Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas nilai kognitif dan afektif tercantum pada Lampiran 28 dan 29.Hasil uji normalitas terangkum pada Tabel 23 dan Tabel 24 berikut. Tabel 24.Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif Kelompok Siswa Sig. α Kesimpulan A1 0,200 0,05 Normal A2 0,200 0,05 Normal A1 B1 0,200 0,05 Normal A1 B2 0,200 0,05 Normal A2 B1 0,200 0,05 Normal A2 B2 0,200 0,05 Normal B1 0,200 0,05 Normal B2 0,200 0,05 Normal Tabel 25.Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif Kelompok Siswa Sig. α Kesimpulan A1 0,200 0,05 Normal A2 0,200 0,05 Normal A1 B1 0,200 0,05 Normal A1 B2 0,200 0,05 Normal commit to user A2 B1 0,200 0,05 Normal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
A2 B2 B1 B2
0,095 0,200 0,200
0,05 0,05 0,05
Normal Normal Normal
Keterangan : A1
: Kelompok STAD Eksperimen Laboratorium
A2
: Kelompok STAD Eksperimen Virtual
B1
: Kelompok Sikap Ilmiah Tinggi
B2
: Kelompok Sikap Ilmiah Rendah
A1 B1 : Kelompok STAD Eksperimen Laboratorium - Sikap Ilmiah Tinggi A1 B2 : Kelompok STAD Eksperimen Laboratorium - Sikap Ilmiah Rendah A2 B1 : Kelompok STAD Eksperimen Virtual - Sikap Ilmiah Tinggi A2 B2 : Kelompok STAD Eksperimen Virtual - Sikap Ilmiah Rendah Tampak dari tabel-tabel tersebut bahwa nilai sig. lebih besar dari 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi selain populasi normal adalah populasi harus homogen. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah metode Levene Statistic.Hasil uji homogenitas nilai kognitif dan afektif ditinjau dari metode pembelajaran, sikap ilmiah, dan seluruh sel tercantum dalam Lampiran 30 dan lampiran 31.Ringkasan hasil uji homogenitas terangkum pada Tabel 25. Tabel 26.Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif Uji Homogenitas Ditinjau dari Sig. α Kesimpulan Nilai Kognitif Metode Pembelajaran 0,557 0,05 Homogen Sikap Ilmiah 0,645 0,05 Homogen Antar Sel 0,901 0,05 Homogen Nilai Afektif Metode Pembelajaran 0,509 0,05 Homogen Sikap Ilmiah 0,937 0,05 Homogen Antar Sel 0,665 0,05 Homogen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Tampak dari tabel tersebut diperoleh nilai sig. yang lebih besar dari 0,05 maka dapat dsimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Analisis Variansi DuaJ alan dengan Sel Tak Sama Setelah prasyarat analisis terpenuhi, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian yaitu dengan analisis variansi (ANAVA) dua jalan dengan sel tak sama. a. Aspek Kognitif Perhitungan analisis variansi nilai kognitif tercantum pada Lampiran 32.Adapun rangkuman hasil perhitungan disajikan pada Tabel 26 danTabel 27. Tabel 27.Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Kognitif Metode Pembelajaran Sikap Ilmiah Tinggi (B1) Rendah (B2) STAD Eksperimen 83,4091 73,9091 Laboratorium (A1) STAD Eksperimen 72,0588 74,1333 Virtual (A2) Total Rerata 78,4615 74,0385
Total Rerata 80,2424 73,0312 76,6923
Tabel 28.Rangkuman Analisis Variansi Nilai Kognitif JK dK RK Fobs Fα Sig. α
Sumber Variansi Baris 472,739 (A) Kolom 210,567 (B) Interaksi 511,619 (AB) Galat 6564,902 Total 390417 Corrected 8105,846 Total
Keputusan
1
472,739
4,393
4,00
0,040
0,05
H0A Ditolak
1
210,567
1.957
4,00
0,167
0,05
H0B Diterima
1
511,619
4,754
4,00
0,033
0,05
H0AB Ditolak
61 65 64
107,621
Berdasarkan Tabel 27 menunjukkan bahwa : 1) H0A ditolak, karena sig. 0,040 < 0,05 dan Fobs = 4,393 > Ftabel = 4,00. Hal commit to user ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara pembelajaran STAD
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
disertai metode eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD disertai metode eksperimen virtual terhadap prestasi belajarkognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. 2) H0B diterima, karena sig. 0,167 > 0,05 dan Fobs = 1,957 < Ftabel = 4,00. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. 3) H0AB ditolak, karena sig. 0,033 < 0,05 dan Fobs = 4,754 > Ftabel = 4,00. Hal ini berarti terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam.
b. Aspek Afektif Perhitungan analisis variansi nilai afektif tercantum pada Lampiran 33.Adapun rangkuman hasil perhitungan disajikan pada Tabel 28 danTabel 29. Tabel 29.Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Afektif Metode Pembelajaran Sikap Ilmiah Tinggi (B1) Rendah (B2) STAD Eksperimen Laboratorium 84,0455 77,6364 (A1) STAD Eksperimen Virtual 78,4118 72,4667 (A2) Total Rerata 81,5897 74,6538 Tabel 30.Rangkuman Analisis Variansi Nilai Afektif Sumber JK dK RK Fobs Fα Sig. α Variansi Baris 445,719 1 445,719 13,806 4,00 0,00 0,05 (A) Kolom 582,867 1 582,867 18,054 4,00 0,00 0,05 (B) Interaksi 0,822 1 0,822 0,025 4,00 0,874 0,05 (AB) Galat 1969,351 61 32,284 Total 406965 65 Corrected 3193,785 64 Total commit to user
Total Rerata 81,9091 75,6250 78,8154
Keputusan H0A Ditolak H0B Ditolak H0AB Diterima
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Berdasarkan Tabel 29 menunjukkan bahwa : 1) H0A ditolak, karena sig. 0,00< 0,05 dan Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00. Hal ini berarti bahwa terdapatperbedaan pengaruh antara pembelajaran STAD disertai metode eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD disertai metode eksperimen virtual terhadap prestasi afektif siswa. 2) H0B ditolak, karena sig. 0,00< 0,05 dan Fobs = 18,054 > Ftabel = 4,00. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi afektif siswa. 3) H0AB diterima, karena sig. 0,874 > 0,05 dan Fobs = 0,025 < Ftabel = 4,00. Hal ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi afektif siswa.
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan Setelah dilakukan uji anava untuk Ho yang ditolak perlu dilakukan uji lanjut anava untuk mengetahui bahwa perlakuan yang dikenakan pada suatu kelompok akan menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada yang lainnya. Pada penelitian uji lanjut anava dilakukan dengan metode Scheffe.Hasil uji lanjut anava dapat dilihat pada Tabel 30.Untuk hasil uji lanjut anava selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 34. a. Aspek Kognitif Pada prestasi belajar kognitif menunjukkan bahwa H0A ditolak yang berarti bahwa penggunaan metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual memberikan perbedaan prestasi belajar.Tetapi uji komparasi ganda pasca anava antar baris tidak perlu dilakukan karena variabel metode pembelajaran hanya mempunyai 2 nilai yaitu STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual. Oleh karena itu, meskipun dilakukan ujikomparasi ganda pasca anava antar baris maka dapat dipastikan hipotesis nolnya juga akan ditolak, sehingga uji komparasi ganda menjadi tidak berguna. Untuk mengetahui metode pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan
besarnya
jumlah rerata dari masing-masing metode commit to user pembelajaran.Besarnya jumlah rerata dapat dilihat pada Tabel 26.Dari jumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
rerata preatasi kognitif menunjukkan bahwa jumlah rerata metode STAD eksperimen laboratorium lebih tinggi daripada jumlah rerata metode STAD eksperimen virtual.Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode STAD eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode STAD eksperimen virtual. Selanjutnya pada prestasi belajar kognitif menunjukkan bahwa H0B diterima yang berarti bahwa siswa yang dengan sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah memiliki prestasi belajar yang tidak berbeda (sama).Oleh karena H0B diterima maka tidak perlu dilakukan uji lanjut pasca anava. Kemudian pada prestasi belajar kognitif menunjukkan bahwa H0AB ditolak yang berarti bahwa terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa. Untuk mengetahui bagaimana interaksi metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah, maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava antar sel pada kolom yang sama dan baris yang sama. Rangkuman hasil uji lanjut pasca anava antar sel dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 31.Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Antar Sel Nilai Kognitif Sel Komparasi F Hitung F Tabel Kesimpulan Kolom μA1B1 vs μ A2B1 11,480 12,00 Diterima yang sama μA1B2 vs μ A2B2 0,0030 12,00 Diterima Baris yang μA1B1 vs μ A1B2 6,1497 12,00 Diterima sama μA2B1 vs μ A2B2 0,3187 12,00 Diterima BerdasarkanTabel 30 dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode STAD
eksperimen
laboratorium
dan
STAD
eksperimen
virtual
tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi maupun rendah.Demikian juga siswa dengan sikap ilmiah yang tinggi dan rendah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif pada penggunaan metode STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual. Hal ini berarti baik penggunaan metode STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual, serta sikap ilmiah yang tinggi dan rendah akan memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar kognitif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Sekalipun tidak memberikan perbedaan yang signifikan, namunsecara umum jika dilihat berdasarkan rerata antar sel (Tabel 26) maka disimpulkan bahwa metode STAD eksperimen laboratorium dengan sikap ilmiah tinggi memberikan prestasi yang lebih tinggi daripada pada metode STAD eksperimen laboratorium dengan sikap ilmiah rendah. Dengan kata lain metode STAD eksperimen laboratorium cocok untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi. Sebaliknya pada metode STAD eksperimen virtual dengan sikap ilmiah rendah memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi daripada metode STAD eksperimen virtual dengan sikap ilmiah tinggi. Dengan kata lain metode STAD eksperimen virtual cocok untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. b. Aspek Afektif Pada prestasi belajar afektif menunjukkan bahwa H0A ditolak yang berarti bahwa penggunaan metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual memberikan perbedaan prestasi belajar.Tetapi uji komparasi ganda pasca anava antar baris tidak perlu dilakukan karena variabel metode pembelajaran hanya mempunyai 2 nilai yaitu STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual. Oleh karena itu, meskipun dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar baris maka dapat dipastikan hipotesis nolnya juga akan ditolak, sehingga uji komparasi ganda menjadi tidak berguna. Untuk mengetahui metode pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan
besarnya
jumlah
rerata
dari
masing-masing
metode
pembelajaran.Besarnya jumlah rerata dapat dilihat pada Tabel 28.Dari jumlah rerata preatasi afektif menunjukkan bahwa jumlah rerata metode STAD eksperimen laboratorium lebih tinggi daripada jumlah rerata metode STAD eksperimen virtual.Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode STAD eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode STAD eksperimen virtual. Hal yang sama juga terjadi pada hasil H0B ditolak, maka tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda antar kolom, karena variabel sikap ilmiah hanya meliputi 2 nilai yaitu sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah. Untuk commit to lebih user baik antara siswa yang memiliki mengetahui prestasi belajar manakah yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah, maka cukup dengan membandingkan besarnya jumlah rerata dari masing-masing sikap ilmiah.Besarnya jumlah rerata dapat dilihat pada Tabel 28.Dari jumlah rerata prestasi afektif tersebut menunjukkan bahwa rerata siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.Sehingga dapat disimpulkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang tinggi menghasilkan prestasi belajar afektif yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Pada hipotesis ketiga diperoleh hasil H0AB diterima yang berati tidak terdapat interaksi antara variabel metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar afektif siswa. Sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut pasca anava antar sel pada kolom/baris yang sama. Tidak ada interaksi antara metode pembalajaran STAD dan sikap ilmiah memberi arti bahwa apapun sikap ilmiah yang dimiliki siswa (baik tinggi dan rendah) maka metode STAD eksperimen laboratorium akan memberikan prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan metode STAD eksperimen virtual. Hal ini terjadi karena rerata prestasi afektif siswa dengan metode STAD eksperimen laboratorium selalu lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi siswa dengan metode STAD eksperimen virtual(Tabel 28). Demikian pula apapun metode STAD yang digunakan (baik eksperimen laboratorium dan eksperimen virtual) maka siswa dengan sikap ilmiah tinggi akan memberikan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Hal ini terjadi karena rerata prestasi afektif siswa dengan sikap ilmiah tinggi selalu lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi siswa dengan sikap ilmiah rendah (Tabel 28).
D. Pembahasan Hasil Analisis Prestasi
belajar
kognitif
yang
dimaksud
merupakan
nilai
ulangan.Sedangkan prestasi afektif merupakan nilai afektif yang diperoleh dari hasil mengisi angket. Dari hasil uji hipotesis, untuk prestasi belajar kognitif diperoleh hasil user bahwa hipotesis pertama (H0A) commit ditolak,to hipotesis kedua (H0B) diterima dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
hipotesis ketiga (H0AB) ditolak.Sedangkan untuk prestasi belajar afektif diperoleh hasil bahwa hipotesis pertama (H0A) ditolak, hipotesis kedua (H0B) ditolak dan hipotesis ketiga (H0AB) diterima.
1. Hipotesis Pertama (H0A) a. Prestasi Belajar Kognitif Dari hasil anava dua jalan dengan sel tak sama untuk aspek kognitif diketahui bahwa H0A ditolak, karena sig. 0,040 < 0,05 dan Fobs = 4,393 > Ftabel = 4,00. Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara pembelajaran STAD disertai metode eksperimen laboratorium dengan pembelajaran STAD disertai metode eksperimen virtual terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. Dari jumlah rerata baris A1 = 80,2424 lebih besar dari rerata baris A2 = 73,0312 menunjukkan bahwa metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar kognitif siswa yang lebih baik daripada metode pembelajaran STAD eksperimen virtual pada materi Asam, Basa dan Garam. Prestasi belajar kognitif siswa yang diajar dengan metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium lebih tinggi daripada metode pembelajaran STAD eksperimen virtual. Hal ini disebabkan karena materi Asam, Basa dan Garam merupakan materi yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dalam proses pembelajarannya diperlukan keterlibatan siswa untuk menemukan suatu konsep, sehingga konsep yang ditemukan siswa akan bertahan lama dan memberi kesan yang mendalam. Metode STAD adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif dimana siswa dibuat dalam kelompok-kelompok belajar untuk saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.Metode pembelajaran ini berpaham teori belajar konstruktivis yaitu siswa berperan aktif untuk menemukan konsep pengetahuannya sendiri. Sedangkan metode eksperimen laboratorium dapat memberi kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang proses dan hasil percobaan itu(Mulyani S. commit to userpembelajaran STAD dan metode dan Johar P, 2001:136). Perpaduan metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
eksperimen laboratorium memungkinkan siswa sendiri yang membangun pengetahuannya melalui pengalaman yang nyata dan dengan saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran Asam, Basa dan Garam. Sedangkan metode pembelajaran STAD eksperimen virtual merupakan metode pembelajaran STAD yang dimodifikasi dengan metode eksperimen atau percobaan secara virtual (dengan bantuan komputer).Metode pembelajaran STAD eksperimen virtual menekankan siswa saling bekerjasama menemukan sendiri pengetahuannya melalui eksperimen virtual tanpa harus mengalami pengalaman yang riil.Jadi siswa hanya dapat menjelaskan suatu konsep berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya.Berbeda dengan eksperimen laboratorium, eksperimen virtual hanya menyajikan simulasi percobaan melalui program komputer, sehingga siswa tidak secara langsung mengalami sendiri menemukan konsep pengetahuannya.Karena hal inilah yang menyebabkan prestasi belajar kognitif pada kelas eksperimen laboratorium lebih tinggi dibanding eksperimen virtual.Pada kelas eksperimen laboratorium siswa lebih paham tentang konsep materi Asam, Basa dan Garam, karena mereka mengalami sendiri secara riil atau nyata dan memberi kesan yang mendalam. Sedangkan pada kelas eksperimen virtual siswa hanya mengamati simulasi tentang konsep materi Asam, Basa dan Garam, sehingga konsep materi Asam, Basa dan Garam tidak berkesan mendalam bagi siswa. Hal ini juga terlihat dari hasil diskusi maupun kuis dari masing-masing kelas menunjukkan bahwa kelas dengan metode pembelajaran STAD eksperimen virtual masih ditemukan jawaban-jawaban yang kurang sesuai dengan konsep Asam, Basa dan Garam. Selain itu, berdasarkan hasil observasi karakteristik siswa SMP Negeri 1 Jaten sudah cukup aktif dan senang jika ada kegiatan percobaan.Oleh karena itu, metode pembelajaran STAD eksprimen laboratorium memberikan prestasi belajar yang lebih baik, karena dapat mendukung keaktifan dan kemandirian siswa. b. Prestasi Belajar Afektif Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan bahwa H0A ditolak, karena sig. 0,000 < 0,05 dan Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00. Hal commit to user ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara metode pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
STAD eksperimen laboratorium dengan metode pembelajaran STAD eksperimen virtual terhadap prestasi afektif siswa. Dari jumlah rerata baris A1 = 81,9091 lebih besar dari rerata baris A2 = 75,6250 menunjukkan bahwa metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar afektif siswa yang lebih baik daripada metode pembelajaran STAD eksperimen virtual pada materi Asam, Basa dan Garam. Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup watak perilaku yang merupakan sifat-sifat dari individu seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.Untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal maka diperlukan minat belajar yang tinggi pada materi Asam, Basa dan Garam.Oleh karena itu, kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang untuk mencapai keberhasilan prestasi belajar pada aspek lainnya, yaitu aspek kognitif. Metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium menghasilkan prestasi belajar afektif yang lebih tinggi, karena siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga setiap siswa merasa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang dapat mengembangkan aspek afektif dalam diri siswa.Dalam metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium menekankan siswa menemukan konsep pengetahuannya sendiri dengan pengalaman yang sesungguhnya dan dengan saling bekerjasama antar siswa. Dari hasil observasi yang dilakukan juga terlihat bahwa siswa pada kelas metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium mempunyai minat dan antusias yang lebih besar terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket prestasi afektif (Tabel 23) menunjukkan bahwa pada aspek afektif: minat siswa sebesar 87,12%, sikap siswa sebesar 82,58%, konsep diri sebesar 75,5%, nilai sebesar 81,06%, dan moral siswa 80,91%. Sedangkan pada kelas dengan metode STAD eksperimen virtual menunjukkan persentase yang lebih kecil dibandingkan kelas dengan metode STAD eksperimen laboratorium. Pada metode STAD eksperimen virtualdiperoleh minat siswa sebesar 80,47%, sikap siswa sebesar 71,99%, konsep diri sebesar 67,58%, nilai sebesar 74,61%, dan moral siswa 72,97%. Selain itu dari hasil diskusi masing-masing kelas commit to userpembelajaran STAD eksperimen menunjukkan bahwa kelas dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
laboratorium mengerjakan soal-soal diskusi dengan jawaban lebih benar dan dilakukan dengan sungguh-sungguh dibandingkan dengan kelas dengan metode pembelajaran STAD eksperimen virtual.
2. Hipotesis Kedua (H0B) a. Prestasi Belajar Kognitif Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan bahwa H0B diterima, karena sig. 0,167 > 0,05 dan Fobs = 1,957 < Ftabel = 4,00. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. Dari Tabel 26. Rerata dan Jumlah Rerata Nilai Kognitif terlihat bahwa pada kelas dengan metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium, siswa dengan sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Sebaliknya pada kelas dengan metode pembelajaran STAD eksperimen virtual, siswa dengan sikap ilmiah rendah memiliki prestasi kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memilki sikap ilmiah tinggi. Dari hasil inilah yang menyebabkan sikap ilmiah tinggi dan rendah tidak memberikan perbedaan prestasi belajar.Sekalipun secara rerata marginal siswa dengan sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daraipada siswa dengan sikap ilmiah rendah, namun perbedaan reratanya tidak terlalu signifikan atau tidak beda jauh. Menurut Bloom aspek kognitif siswa berkaitan dengan ingatan dan kemampuan intelektual siswa.Terlebih lagi karakteristik materi Asam, Basa dan Garam adalah hafalan dan konsep. Jadi siswa dengan daya ingat dan kemampuan intelektual yang tinggi akan lebih mudah memahami materi Asam, Basa dan Garam. Di sisi lain prestasi kognitif siswa tidak hanya dipengaruhi oleh sikap ilmiah siwa, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal siswa antara lain daya ingatdan kemampuan intelektual siswa. Siswa dengan sikap ilmiah tinggi belum tentu memiliki daya ingat dan kemampuan intelektual yang tinggi pula, demikian pula sebaliknya.Selain itu prestasi kognitif siswa juga dipengaruhi oleh faktorcommit tosiswa user dan lain sebagainya.Oleh karena faktor lain seperti bakat, minat, motivasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
itu, sikap ilmiah siswa tidak memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi kognitif siswa, karena dimungkinkan masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi kognitif siswa. b. Prestasi Belajar Afektif Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan bahwaH0B ditolak, karena sig. 0,000 < 0,05 dan Fobs = 18,054 > Ftabel = 4,00. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi afektif siswa. Dari hasil rerata kolom dimana rerata B1 = 81,5897 lebih tinggi dari rerata B2 = 74,6538, menunjukkan bahwa siswa dengan sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi afektif yang lebih baik daripada siswa dengan sikap ilmiah rendah. Siswa dengan sikap ilmiah tinggi akan memiliki rasa ingin tahu, rasa kerjasama dan tanggungjawab yang tinggi pula. Hal ini memungkinkan siswa dengan sikap ilmiah yang tinggi akan lebih aktif menggali sendiri konsep pengetahuannya dan menganalisis hasil temuannya. Dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran, siswa dengan sikap ilmiah yang tinggi cenderung lebih aktif bertanya, lebih cermat memperhatikan penjelasan guru, serta melakukan percobaan dan diskusi dengan sunggu-sungguh. Oleh karena itu, siswa dengan sikap ilmiah tinggi memiliki prestasiafektif
yang lebih baik daripada siswa
dengan sikap ilmiah rendah.
3. Hipotesis Ketiga (H0AB) a. Prestasi Belajar Kognitif Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan bahwaH0AB ditolak, karena sig. 0,033 < 0,05 dan Fobs = 4,754 > Ftabel = 4,00. Hal ini berarti terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. Namun dari hasil uji lanjut pasca anava diperoleh hasil bahwa penggunaan metode STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual, serta sikap ilmiah yang tinggi dan rendah akan memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi to user belajar kognitif atau tidak terjadicommit perbedaan yang signifikan. Tetapi jika ditinjau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
dari rerata masing-masing sel terlihat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa. Dari Tabel 26. terlihat bahwa metode STAD eksperimen laboratorium cocok untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi, karena memberikan nilai kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Sedangkan metode STAD eksperimen virtual cocok untuk siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah, karena memberikan nilai kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi.Jadi dapat disimpulkan terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif siswa. Menurut Ngalim Purwanto (2007:107) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Jadi prestasi yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) siswa. Dalam penelitian ini faktor internal yang berpengaruh adalah sikap ilmiah siswa, sedangkan faktor eksternalnya adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran dengan eksperimen laboratorium dapat melatih siswa berpikir atau bertindak secara ilmiah (scientific thinking). Kerena itu sikap ilmiah
yang
tinggi
diperlukan
dalam
pelaksanaan
eksperimen
laboratorium.Eksperimen laboratorium menuntut siswa untuk berpikir dan bersikap secara ilmiah, karena dengan eksperimen laboratorium siswa benar-benar mengalami sendiri menemukan kebenaran dari suatu teori sesuai dari hasil percobaan mereka.Dengan demikian metode STAD eksperimen laboratorium lebih cocok untuk siswa dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan eksperimen virtual hanya berisi simulasi serangkaian percobaan, sehingga siswa tidak terlibat langsung melakukan percobaan. Karena itu eksperimen virtual tidak diperlukan sikap ilmiah yang tinggi, sebab hasil percobaan sudah diatur dalam program komputer. Eksperimen laboratorium lebih mudah dioperasikan oleh siapapun, baik siswa dengan sikap ilmiah tinggi maupun dengan sikap ilmiah rendah dapat mengoperasikannya, bahkan dapat dilakukan secara berulang-ulang. Oleh karena itu, eksperimen virtual dapat menolong commit to user sikap ilmiah rendah. Dengan meningkatkan prestasi siswa yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
demikian metode pembelajaran STAD eksperimen virtual lebih cocok untuk siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang rendah. b. Prestasi Belajar Afektif Hasil dari perhitungan analisis anava dua jalan sel tak sama menunjukkan bahwa H0AB diterima, karena sig. 0,874 > 0,05 dan Fobs = 0,025 < Ftabel = 4,00. Hal ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi afektif siswa. Baik pada eksperimen laboratorium maupun virtual peran sikap ilmiah sangatdibutuhkan.Semakin tinggi sikap ilmiah siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang dapat dicapainya.Sehingga apapun metode pembelajaran yangdigunakan (eksperimen laboratorium dan virtual), maka siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan memiliki prestasi belajaryang lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Sebaliknyaberapapun tingkat sikap ilmiah siswa, baik tinggi maupun rendah, maka siswa yangmelakukan pembelajaran dengan eksperimen laboratoriumakan memiliki prestasibelajar yang lebih baik daripada dengan eksperimen virtual. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan sikap ilmiah yang tinggi dapat mendorong siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan sikap ilmiah yang tinggi akan memberikan prestasi belajar afektif yang lebih baik daripada metode pembelajaran STAD eksperimen virtual dan sikap ilmiah rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual pada prestasi kognitif maupun afektif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam, diperoleh Fobs = 4,393 > Ftabel = 4,00 sedangkan prestasi afektif diperoleh Fobs = 13,806 > Ftabel = 4,00, sehingga metode STAD eksperimen laboratorium (rerata kognitif = 80,2424, afektif = 81,9091) memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode STAD eksperimen virtual (rerata kognitif = 73,0312, afektif = 75,6250) 2. Tidak terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam, diperoleh Fobs = 1,957 < Ftabel = 4,00. Sedangkan untuk prestasi afektif diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah, diperoleh Fobs = 18,054 > Ftabel = 4,00. 3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam, diperoleh Fobs = 4,754 > Ftabel = 4,00. Sedangkan untuk prestasi afektif diperoleh hasil bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran STAD dan sikap ilmiah terhadap prestasi afektif siswa, diperoleh Fobs = 0,025 < Ftabel = 4,00. B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar secara maksimal. 2. Implikasi Praktis a. Pembelajaran kimia pada materi pokok Asam, Basa dan Garam dapat dilakukan dengan metode pembelajaran STAD disertai eksperimen laboratorium, karena dapat mendorong siswa menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengalaman yang nyata dan dapat meningkatkan kerjasama antar siswa. b. Perlu adanya upaya peningkatan sikap ilmiah siswa karena sikap ilmiah siswa secara tidak langsung berpengaruh terhadap prestasi afektif siswa pada materi pokok Asam, Basa dan Garam. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : 1. Guru hendaknya menggunakan metode pembalajaran STAD disertai eksperimen laboratorium pada materi pokok Asam, Basa dan Garam karena dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam menemukan konsep pengetahuanya sendiri dengan saling bekerjasama antar siswa, sehingga siswa akan lebih paham tentang materi Asam, Basa dan Garam. 2. Dalam proses pembelajaran kimia hendaknya memperhatikan sikap ilmiah siswa dan sebaiknya siswa terus dirangsang untuk memiliki sikap ilmiah tinggi, misalnya dengan menumbuhkan keingintahuan siswa melalui apersepsi seputar fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode pembelajaran STAD eksperimen laboratorium dan STAD eksperimen virtual dengan memperhatikan berbagai aspek faktor internal maupun faktor eksternal lainnya guna mengetahui pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa.
commit to user