VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP
Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal dan ikan Karang. Hasil tangkapan dari setiap kelompok ikan diperoleh dari penggunaan beberapa jenis alat tangkap, sehingga prosedur analisis estimasi harus menggunakan alat tangkap standar yang ditentukan berdasarkan nilai Fishing Power Index (FPI) tertinggi. Estimasi potensi sumberdaya ikan dilakukan dengan cara menganalisis data total hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan dari beberapa jenis alat tangkap. Hasil yang diperoleh dari estimasi merupakan jumlah tangkapan ikan maksimum yang diperbolehkan agar ketersediaan sumberdaya perikanan tangkap tetap lestari (berkelanjutan) atau MSY (Tabel 15). Tabel 15. Effort Optimum dan MSY di Perairan Kabupaten Morowali, Tahun 2003 No.
Kelompok Ikan
( )
( )
EOpt= 7 804 3 942 20 754 8 163 40 663
1. 2. 3. 4.
2
MSY= 3 788.95 2 968.63 1 348.98 946.94 9 053.50
Pelagis Kecil 0.971 -6.221E-05 Pelagis Besar 1.506 -1.910E-04 Demersal 0.130 -3.132E-06 Karang 0.232 -1.421E-05 Total Sumber : Data Sekunder (Diolah) Keterangan : CPUE = + = konstanta ; = koefisien regresi dari effort Eopt = Effort optimum (trip) MSY = Maximum Sustainable Yield (ton)
Tabel 15 menunjukkan bahwa total potensi lestari sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali sebesar 9 053.50 ton per tahun dan sampai akhir tahun 2003, data pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap menunjukkan angka 7 305.95 ton per tahun atau telah termanfaatkan 80.70% dari seluruh potensi perikanan tangkap yang ada. Keadaan ini sesuai dengan kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan yang menganjurkan penangkapan ikan tidak lebih dari 80.00% terhadap total MSY.
86 Pemanfaatan potensi perikanan tersebut umumnya dilakukan nelayan dengan mengoperasikan sejumlah alat tangkap terutama jenis alat tangkap Bubu, Jaring Insang dan Bagan untuk daerah penangkapan di bawah 4 mil, sementara alat tangkap Pancing dan Purse seine diperuntukkan bagi daerah penangkapan ikan antara 4–10 mil dari garis pantai dengan ukuran kapal maksimum 5 GT. Wilayah perairan ini merupakan daerah operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan tradisional, sedangkan nelayan moderen yakni di atas 10 mil, kedalaman di atas 500 meter dan jenis alat tangkap yang digunakan adalah Pole Line (Huhute) dan Purse seine dengan alat bantu rumpon. Jika diasumsikan teknologi penangkapan ikan tidak mengalami perubahan yang signifikan antara tahun 2000 dengan 2003, maka total hasil penangkapan pada dua kurun waktu tersebut dianggap sama. Karena keterbatasan data sekunder, maka data penelitian ini menggunakan data tahun 2000 sebagai data proyeksi pemanfaatan perikanan tahun 2003. Tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Tangkap di Perairan Kabupaten Morowali, Tahun 2003 No.
Kelompok Ikan
MSY (ton)
C2003 (ton)
C2003 = C2003/MSY (%) 111.32 38.48 96.37 68.21 78.60
3 788.95 4 217.75 Pelagis Kecil 2 968.63 1 142.33 Pelagis Besar 1 348.98 1 300.01 Demersal 946.94 645.86 Karang Rata-rata Sumber : Data Sekunder (Diolah) Keterangan : C 2003 = total hasil tangkapan pada tahun 2003 (ton) % C 2003 = tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tahun 2003
1. 2. 3. 4.
Keterangan Overfishing Underfishing Underfishing Underfishing Underfishing
Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan tangkap (9 053.50 ton) pada tahun 2003 mencapai 78.60%, yang berarti bahwa pemanfaatan potensi hampir mencapai titik keseimbangan maksimum lestari.
87 Pemanfaatan sumberdaya ikan tertinggi terjadi pada kelompok ikan Pelagis Kecil ikan Demersal dan ikan Karang. Kecenderungan adanya pemanfaatan sumberdaya ikan Pelagis Kecil yang berlebih (overfishing). Muhammad (2002) mengemukakan bahwa tingkat pemanfaatan perikanan di atas 100% menunjukkan adanya perluasan wilayah penangkapan ikan sehingga jumlah tangkapan ikan juga meningkat. 7.1. Ikan Pelagis Kecil Jenis ikan yang tergolong dalam kelompok ikan Pelagis Kecil di perairan Kabupaten Morowali terdiri atas ikan Teri, Layang dan Kembung. Produksi perikanan kelompok ikan Pelagis Kecil diperoleh nelayan melalui upaya penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap Pancing, Bagan dan Purse seine. Alat tangkap standar berdasarkan kriteria yakni Purse seine (Lampiran 1) dan kurva MSY ikan Pelagis Kecil diperlihatkan pada Gambar 5. 4 00 0 3 50 0
C a tc h (ton)
3 00 0 2 50 0 2 00 0 1 50 0 1 00 0 5 00 0 0
1561
3122
4682
6243
7804
9365
10926
12486
14047
15608
E f f o r t (trip)
G amb ar 5 . K urva M S Y K elo mpo k Ik an P elagis K ecil Hasil regresi dengan menggunakan model Schaefer terhadap data CPUE dan effort menunjukkan nilai estimasi effort optimum yang diperbolehkan dalam usaha penangkapan kelompok ikan Pelagis Kecil agar tetap lestari yakni 7 804 trip per
88 tahun dengan nilai estimasi MSY 3 788.95 ton per tahun, yang berarti bahwa potensi maksimum lestari per unit effort adalah 0.4855 ton. Jika dibandingkan dengan pemanfaatan sumberdaya sampai tahun 2003, besarnya upaya tangkap yang telah dilakukan nelayan yakni 5 786 trip dengan hasil tangkapan mencapai 4 217.75 ton atau 74.14% dari effort optimum lestari. Jika ditinjau dari pengelolaannya, pemanfaatan sumberdaya ikan Pelagis Kecil telah mencapai titik potensi maksimum lestari. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya upaya eksplorasi pada wilayah perairan baru (perluasan daerah penangkapan ikan) dan penggunaan alat tangkap yang baru seperti Purse seine, sehingga jangkauan melaut nelayan menjadi lebih luas. Peningkatan effort yang diiringi oleh hasil tangkapan yang lebih besar disebabkan oleh pergeseran dan masuknya teknologi baru penangkapan ikan seperti penggunaan alat Purse seine. Penggunaan alat tangkap dengan hasil tangkapan yang lebih besar ini pulalah selanjutnya
dapat
diketahui
apakah
eksploitasi
nelayan
memperlihatkan
kecenderungan ancaman terhadap kelestarian sumberdaya ikan (Ihsan, 2000). Kondisi pemanfaatan
sumberdaya ikan laut seperti ini merupakan arahan bagi
pengembangan perikanan, dimana daerah yang telah mengalami eksploitasi secara berlebihan seharusnya ditutup atau tidak layak dikembangkan. 7.2. Ikan Pelagis Besar Potensi sumberdaya ikan Pelagis Besar di perairan Kabupaten Morowali, dimanfaatkan nelayan dengan menggunakan alat tangkap Pancing dan Rawai Tuna. Potensi sumberdaya ikan ini dapat diduga melalui standarisasi alat tangkap dengan kriteria alat tangkap standar yakni memiliki nilai CPUE tertinggi, dalam hal ini dipilih alat Pancing (Lampiran 1). Data effort dan hasil tangkapan menunjukkan
89 adanya peningkatan intensitas pemanfaatan sumberdaya ikan Pelagis Besar. Peningkatan effort nelayan menyebabkan pula peningkatan dalam hasil tangkapan yang diperoleh, di lain pihak CPUE memperlihatkan kecenderungan penurunan. Berdasarkan hasil regresi linear dengan menggunakan model Schaefer terhadap data CPUE dan effort, diperoleh nilai effort optimum kelompok ikan Pelagis Besar 3 942 trip dengan nilai estimasi hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) 2 968.63 ton, yang berarti bahwa potensi maksimum lestari per unit effort adalah 0.753 ton. Titik effort optimum penangkapan dan maksimum hasil tangkapan ikan yang diperbolehkan diperlihatkan oleh Gambar 6.
3000
C a tch (to n )
2500 2000 1500 1000 500 0 0
591
1183
1774
2365
2957
3548
4139
4730
5322
5913
6504
7096
7687
E f f o rt (trip )
G a m ba r 6. K urva M S Y K e lom pok Ika n P e la gis B e s a r
Gambar 6 menunjukkan bahwa jika faktor di luar effort diabaikan, maka akibat penambahan effort secara terus-menerus, hasil tangkapan akan mengalami penurunan. Ini berarti bahwa pada effort di atas 7 687 trip, nelayan tidak akan memperoleh hasil tangkapan lagi dan secara ekonomi mengalami kerugian. Jika dibandingkan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan Pelagis Besar tahun 2003, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya oleh nelayan baru mencapai 38.48%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penambahan effort oleh nelayan
90 untuk saat ini masih dapat dilakukan, karena belum mengancam kelestarian stok kelompok ikan Pelagis Besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara variasi alat tangkap Pancing, Rawai Tuna dan Huhute. Alat tangkap Pancing merupakan alat tangkap turun temurun, sedangkan Rawai Tuna dan Huhute merupakan alat tangkap yang baru diperkenalkan, hanya saja modal yang diperlukan cukup besar meskipun hasil tangkapan keduanya lebih besar dari Pancing. 7.3. Ikan Demersal Kelompok ikan Demersal yang umum ditangkap oleh nelayan di perairan Kabupaten Morowali terdiri atas ikan Kakap dan Lencam. Upaya penangkapan kelompok ikan tersebut dilakukan nelayan dengan menggunakan alat tangkap Bubu, Jaring Insang, Sero dan Pancing. Alat tangkap yang dijadikan standar dari kriteria yang ditetapkan yakni Pancing (Lampiran 1). Daerah operasi penangkapan ikan berada pada kedalaman 1-200 meter dengan jarak melaut di bawah 3 mil dari pemberangkatan kapal. Kondisi ini menunjukkan daerah operasi penangkapan ikan Demersal oleh nelayan relatif terbatas, sehingga intensitas penangkapan ikan juga relatif tinggi. Untuk itu diperlukan estimasi potensi sumberdaya ikan yang tersedia sampai saat ini sebagai dasar dalam pemanfaatannya, yang secara grafik ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan nilai upaya penangkapan ikan yang optimum untuk mencapai hasil tangkapan maksimum. Nilai tersebut diperoleh dari hasil regresi linear sederhana dengan menggunakan model Schaefer. Nilai effort optimum untuk penangkapan kelompok ikan Demersal di perairan Kabupaten Morowali yakni 20 754 trip dengan hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) 1 348.98 ton, yang berarti bahwa potensi tangkapan maksimum lestari hanya 0.065 kilogram per trip.
C a tc h ( to n )
91
1500 1350 1200 1050 900 750 600 450 300 150 0 0
41 51
8302
1 2452 1 6603 20754 24905 29056 33206 37357 41 508
E f f o rt ( tr ip )
G a mb a r 7 . Kurv a M S Y K e lo mp o k Ik a n D e m e rsa l Jika dibandingkan dengan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pada tahun 2003, mencapai 96.37% potensi sumberdaya ikan Demersal telah termanfaatkan (pemanfaatan mendekati titik maksimum). Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan effort oleh nelayan untuk saat ini masih dapat dilakukan, dengan syarat daerah penangkapan ikan juga harus diperluas, sehingga kelestarian stok kelompok ikan Demersal dapat dipertahankan. 7.4. Ikan Karang Kelompok sumberdaya ikan Karang di perairan Kabupaten Morowali terdiri dari Kerapu (Sunu), Baronang dan Kakatua (data catch tidak tersedia). Upaya penangkapan kelompok ikan tersebut umumnya dilakukan nelayan dengan menggunakan alat tangkap Bubu, Jaring Insang, Pancing dan Sero. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, maka alat tangkap standar yakni Pancing (Lampiran 1). Berdasarkan habitatnya, kelompok ikan Karang sangat rentan dengan penurunan jumlah populasi dan kelestarian sumberdaya. Hal ini disebabkan oleh adanya upaya eksploitasi ikan dalam skala besar dengan cara-cara yang tidak bertanggungjawab dan cenderung merusak habitat ikan, terutama pada kedalaman
92 di bawah 20 meter.
Agar usaha pengelolaan perikanan tetap berlanjut dan
kelestarian sumberdaya ikan Karang tetap dipertahankan, maka diperlukan estimasi potensi maksimum ikan yang tersedia untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan. Hasil regresi dari model Schaefer terhadap data CPUE dan effort, diperoleh nilai effort optimum yang diperbolehkan dalam upaya penangkapan kelompok ikan Karang yakni 8 163 trip dengan hasil tangkapan maksimum 946.94 ton, yang berarti bahwa potensi tangkapan maksimum lestari 116 kilogram per trip. Secara grafik, kurva MSY kelompok ikan Karang diperlihatkan oleh Gambar 8.
C a tc h ( ton)
1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 0
1 306 261 2 391 8
5224
6530
7836
91 43 1 0449 1 1 755 1 3061 1 4367 1 5673
E f f o r t (trip )
G amb ar 8. K urva M S Y K elo mp ok Ik an K arang
Hasil simulasi pada Gambar 8 menunjukkan bahwa penambahan effort pada kondisi di atas effort optimum menyebabkan penurunan hasil tangkapan. Jika dibandingkan dengan upaya penangkapan ikan Karang tahun 2003,
tingkat
pemanfaatan sumberdaya kelompok ikan Karang masih rendah 68%. Jadi, penambahan intensitas penangkapan ikan Kerapu dan Baronang (yang berorientasi ekspor) masih dapat dilakukan, karena belum mengancam kelestarian sumberdaya ikan tersebut.