VII. PENENTUAN DAN PENETAPAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN 7.1. Faktor-Faktor Strategis dalam Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis
Untuk mengetahui faktor-faktor strategis yang mempengaruhi dan menetukan keberhasilan pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, dilakukan analisis faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, dan analisis faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Untuk menentukan faktor internal dan eksternal terlebih dahulu dilakukan studi pustaka dan wawancara dengan dinaslinstansi terkait. Setelah didapat faktor-faktor strategis internal dan eksternal, dengan bantuan kuisioner diminta pendapat responden untuk menilai suatu faktor apakah merupakan ancaman atau peluang (eksternal), dan kekuatan atau kelernahan (internal) yang berpengaruh pada pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. 7.1.1. Faktor Strategis Internal
Berdasarkan wawancara melalui kuisioner dan rnasukan-masukan dari responden, diperoleh beberapa faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis sebagai berikut : a. Faktor Kekuatan Faktor kekuatan adalah bagian dari faktor strategis internal. Dianggap
sebagai
kekuatan
karena
dapat
rnendukung
terhadap
pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, oleh karena itu faktor kekuatan harus dimanfaatkan seoptimal mungkin. Dari masukan 11 orang responden didapat faktor kekuatan yang dimiliki Kabupaten Bengkalis dalam pengembangan usaha peternakan adalah sebagai berikut:
47 1. Keadaan surnber daya alam.
Dilihat dari aspek surnber daya alarn seperti luas lahan serta potensi bahan pakan yang masih cukup tersedia dan potensial untuk dikelola bagi pengernbangan usaha peternakan. Selain itu, posisi daerah yang strategis berhadapan langsung dengan jalur pelayaran internasional Selat Malaka serta berada pada kawasan perturnbuhan segitiga Indonesia-Malaysia-Singapura (IMS-
GT) dan segitiga Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) dapat dijadikan peluang pasar yang rnenjanjikan. 2. Lernbaga pernbina. Tersedianya lernbaga pernbina seperti Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan lnvestasi, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dan dinaslinstansi terkait lainnya dapat diharapkan rnenjadi fasilitator dan actor utarna dalarn upaya pernbinaan bagi pelaku usaha baik dibidang teknik budidaya, panen dan pasca panen, pemasaran hasil rnaupun rnanajernen usaha. 3. lnforrnasi pasar.
Cukup dekatnya jarak antar pelaku usaha dengan pasar di Kabupaten
Bengkalis
dan
adanya
siaran
televisi
lokal
yang
rnenayangkdn inforrnasi pasar, telah rnernbuat para pelaku usaha dengan cepat dapat rnengetahui perkernbangan inforrnasi pasar setiap harinya. Dengan dernikian, peluang ini rnerupakan kesernpatan untuk rnengernbangkan usaha dan rnensuplai kornoditas sesuai kebutuhan pasar terrnasuk kornoditas peternakan. 4. Sarana dan prasarana produksi. Sarana dan prasarana untuk rnelakukan kegiatan usaha peternakan di Kabupaten Bengkaiis dapat dikatakan cukup rnernadai,
48
karena
untuk
rnendapatkan
sarana
produksi
peternak
dapat
rnernbelinya di pasar kecarnatan dan pada sernua kecarnatan terdapat lebih dari satu toko yang rnenjual kebutuhan peternak berupa bibit, bahan pakan, dan peralatan. Akses ke lokasi usaha cukup rnudah dijangkau dan begitu pula sebaliknya, pengangkutan hasil juga cukup rnudah dilakukan karena harnpir sernua daerah dapat dijangkau oleh kendaraan angkutan. 5. Kernarnpuan rnernasarkan di dalarn daerah. Sifat urnurn konsurnen yang kadangkala rnenghadapi ketidakpastian tentang inforrnasi suatu produk yang sarna tetapi ditawarkan oleh produsen yang berbeda dan urnurnnya konsurnen lebih suka rnenghindari resiko, rnenyebabkan konsurnen lebih rnenyukai pilihan pasti dibanding yang tidak pasti walau pilihan itu rnernberikan nilai harapan yang sarna. Untuk itu produsen harus dapat dengan cepat rnenguasai perrnintaan dan kebirnbangan konsurnen. Hal ini dapat menjadi keunggulan peternak daerah ini dalarn rnernasarkan produknya,.karena dengan
dekatnya jarak
produsen produk peternakan di
antar konsurnen
Kabupaten Bengkalis,
rnernberikan tindkat kepercayaan konsurnen rnenjadllebih baik kepada produsen di dalarn daerah. Seperti alasan kearnanan pangan, produk peternakan di daerah ini dapat langsung diketahui dan dinilai kearnanannya oleh konsurnen. 6. Kernarnpuan modal usaha.
Karena berkernbangnya sistem gaduhan dan seduaan usaha ternak di daerah ini, sehingga rnernberi kesernpatan kepada peternak untuk rnengakses perrnodalan. Selain itu, daerah ini rnasih cukup kental
49
rasa kekeluargaan, sehingga peternak dapat rnenggadaikan ternaknya dengan sistern seduaan untuk rnernperoleh modal yang diperlukan. Dukungan program ekonorni kerakyatan di daerah ini juga rnendukung tersedianya modal bagi peternak untuk rnengernbangkan usaha peternakan. 7. Kornoditas yang dikernbangkan.
Dukungan surnber daya alarn dan sosial budaya rnasyarakat kabupaten ini, mernberikan peluang untuk pengernbangan berbagai jenis kornoditas peternakan. Meski rnayoritas berpenduduk rnuslirn, narnun keberadaan ternak lain tidak rnenjadi suatu perrnasalahan selagi dikelola dengan keadaan yang baik. Disarnping itu pennintaan berbagai jenis produk peternakan dari rnasyarakat daerah ini terus rneningkat sejalan dengan rneningkatnya jurnlah penduduk. b. Faktor Kelemahan
Faktor kelernahan adalah bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kelernahan karena akan rnenjadi kendala dalarn pengernbangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis. Setelah dilakukan perrnintaan pendapat dan pandangan dari 11 responden, terdapat 8 faktor kelernahan yang harus dirninirnalisir dalarn upaya pengernbangan usaha peternakan, antara lain: 1. Keadaan surnber daya rnanusia Salah satu surnber inefisiensi dalarn pengusahaan pengernbangan peternakan adalah ketidak harrnonisan antara pelaku usaha dan pernbina. Faktor penyebab ketidakhannonisan ini adalah rendahnya kualitas surnber daya manusia peternakan. Masih rendah dan
50
terbatasnya hambatan
kemarnpuan sumber daya dalam
pengetahuan
percepatan
kepada
proses
peternak
manusia akan transfer
dalam
menjadi
teknologi
dan
memanfaatkan
dan
mengembangkan sumber daya yang tersedia. Di Kabupaten Bengkalis permasalahan sumber daya manusia peternakan tidak hanya dari kualitas yang minim tetapi diperparah lagi dengan kuantitas yang juga
minim. Tercatat tenaga pembina
peternakan saat ini yang ada di Kabupaten Bengkalis adalah: Dokter Hewan sebanyak 1 orang; Sarjana Peternakan 2 orang; dan tenaga Paramedis Veteriner sebanyak 12 orang. Dari sisi peternak, dari hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar peternak responden berpendidikan SDIsederajat dan bahkan ada yang tidak tamat pendidikan dasar tersebut. 2. Pelaksanaan pembinaan Pelaksanaan pembinaan seharusnya tidak hanya dilakukan dalam ha1 teknis saja, namun juga pada masalah manajemen usaha, pemasaran,
dan
kelembagaan.
Pelaksanaan
pembinaan
yang
dilakukan oleh instansi berwenang selama ini dirasakan masih kurang optimal dan masih sangat tergantung pada pola proyek, sehingga pembinaan hanya dilaksanakan selama anggaran proyek berjalan. namun pembinaan pasca proyek sangat jarang dilaksanakan. Seharusnya pembinaan yang dilaksanakan mengacu pada program k e j a yang jelas, rutin, sinergis dan melibatkan semua unsur terkait dengan tingkat keberhasilan yang terukur (accountability). 3. Ketepatan kebijakan pemerintah
Kebijakan adalah suatu keputusan yang memberikan arahan untuk mencari solusi terhadap permasalahan khusus yang berkembang
51 dikalangan masyarakat. Kebijakan yang tepat akan memberikan dampak yang positif sesuai yang diharapkan. Dari 11 responden yang dimintakan tanggapan terhadap ketepatan kebijakan pemerintah, 7 responden rnemberikan nilai negatif terhadap ketepatan kebijakan pemerintah dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dengan demikian responden tersebut menilai bahwa kebijakan yang diambil belum memberikan darnpak yang positif terhadap tujuan kebijakan sesuai yang diharapkan. 4. Koordinasi antar lembaga terkait Sangat disadari bahwa program pengernbangan peternakan tidak rnungkin dapat dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan secara bersendirian, akan tetapi keteriibatan dari instansi lain dan stakeholder terkait sangat dibutuhkan. Untuk itu sangat diperlukan koordinasi yang baik antar lembaga-lernbaga tersebut. Sampai saat ini masih berkembang anggapan bahwa segala sesuatu yang menyangkut pengembangan peternakan adalah menjadi tanggung jawab Dinas Pertanian dan Peternakan. Walau ada suatu kesepahaman bahwa untuk pekerjaan tertentu seperti penyediaan sarana jalan dan pembinaan kelembagaan telah dilakukan oleh instansi berwenang namun dalam perencanaannya sering tidak ada koordinasi sehingga satu sama lain tidak terdapat kegiatan yang sinergis dan saling mendukung, malahan sering terjadi overlapping. 5. Manajemen usaha Dari hasil pengamatan dan wawancara, secara umum sistem usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis selama ini masih bersifat usaha sambilan. Hal ini tergambar dari ciri-ciri usaha peternakan peternak responden sebagian besar sesuai seperti apa yang diungkap
52
Diwyanto dkk. (1995) yang dikutip Wirosuhardjo dan Priyanti (1997) bahwa usaha peternakan bersifat sambilan adalah usaha yang dicirikan oleh skala pengusahaan ternak yang relatif kecil, input biaya produksi yang relatif rendah, kurang berorientasi ekonomi, serta bentuk usahanya
bersifat
pembibitan
dan
pembesaran.
Lebih
lanjut
Wirosuhardjo dan Priyanti (1997) menjelaskan bahwa sistem usaha seperti tersebut belum memperhitungkan semua faktor input produksi seperti curahan tenaga kerja keluarga, pakan (rumput) dan sewa lahan untuk
bangunan
kandang.
Pemasaran
produksi
juga
belum
berdasarkan target penjualan, akan tetapi pada umumnya lebih ditentukan oleh kebutuhan akan uang tunai. Hal ini menunjukkan masih lemahnya manajernen usaha peternak di daerah ini. Pada umumnya peternak masih mengelola usahanya dengan sederhana, padahal untuk pengembangan usaha peternakan dalarn suatu sistern agribisnis perlu dikelola dengan manajemen yang
lebih
baik.
Kegiatan agribisnis
memerlukan
manajemen usaha yang baik karena akan berpengaruh pada hasil yang dicapai. Manajemen usaha agribisnis modern harus dimulgi dari perencanaan, pelaksanan kegiatan usahatani, penanganan panen, pengolahan hasil dan pemasaran hasil.
-
6. Motivasi peternak
Motivasi adalah kondisi dalam diri individu yang berhubungan dengan rangsangan sehingga mendorong seseorang bertindak untuk mencapai tujuan (Sugema, 1999). Sahlan (2002) mengemukakan bahwa ada tiga motivasi yang sering dijumpai pada kehidupan manusia yaitu: Pertama, motivasi berprestasi yaitu dorongan yang timbul dalam diri individu sehubungan
53
dengan adanya
pengharapan bahwa tindakan
yang
dilakukan
rnerupakan alat untuk mencapai hasil yang lebih baik dari pada hasil yang telah dicapai sebelurnnya, bersaing dan menggauli orang lain, rnengatasi rintangan, serta mernelihara sernangat kerja yang tinggi; Kedua, motivasi berafiliasi yaitu dorongan yang tirnbul dalam diri individu sehubungan dengan adanya pengharapan bahwa tindakan yang dilakukan rnerupakan alat untuk mernbentuk, rnemelihara, diterirna serta bekerja sama dengan orang lain; dan Ketiga, motivasi berkuasa yaitu dorongan yang tirnbul dalarn diri individu sehubungan dengan adanya pengahrapan bahwa tindakan yang dilakukan merupakan alat untuk mernpengaruhi, menguasai, rnengendalikan serta memanipulasi perilaku orang lain. Dengan dernikian motivasi berperan dalarn
menentukan
perkembangan dan keberhasilan suatu usaha. Dikaitkan dengan keragaan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis, motivasi untuk berprestasi, berafiliasi dan berkuasa pada diri para peternak belurn begitu berkembang. Hal ini terlihat dari be!um bergesernya sebagian besar sistem usaha sambilan dan subsistens ke arah wawasan untuk rnenjadi pengusaha yang rnandiri. 7. Tingkat keuntungan usaha
Tingkat keuntungan usaha merupakan suatu pertirnbangan bagi para pengusaha untuk rnenekuni suatu usaha. Selama ini secara urnum rnasyarakat masih beranggapan bahwa usaha peternakan merupakan usaha yang high risk low return. 8. Kemampuan memasarkan ke luar daerah
Peluang pernasaran produk peternakan Kabuapten Bengkalis ke luar daerah sebenarnya terbuka lebar. Diantara daerah tujuan
54
pemasaran yang potensial adalah Pulau Batam. Karena adanya peluang ini, mengakibatkan daerah ini dihadapkan kepada berbagai tantangan dalam menghadapi persaingan dengan daerah lain. Sejauh ini keunggulan yang dimiliki daerah ini lebih banyak pada kegiatan produksi yang bersifat resource base dari pada kegiatan produksi yang bersifat technological base. Beberapa ha1 spesifik yang merupakan tantangan dalam bersaing untuk memasarkan produk peternakan ke luar daerah adalah rendahnya kualitas produk, belum adanya jaminan kontinuitas produk, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia.
7.1.2. Faktor Strategis Eksternal Faktor strategis eksternal terdiri dari
peluang yang
dapat
dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari untuk mencapai keberhasilan dalam upaya pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis. a. Peluang Faktor yang dianggap sebagai peluang adalah faktor yang bisa dimanfaatkan dalam upaya pencapaian tujuan. Dari wawancara terhadap responden terdapat 7 faktor yang merupakan peluang -yang dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan petemakan di Kabupaten Bengkalis. Peluang-peluang tersebut adalah: I.Teknologj informasi Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi seperti internet, televisi, telepon dan lain sebagainya, maka ada peluang yang cukup besar untuk dimanfaatkan dalam rangka pengembangan usaha peternakan. Peluang tersebut dapat berupa akses tentang informasi
55
teknologi baru, informasi pasar, permintaan pasar luar negeri, dan lainlain. Selain itu rnelalui teknologi inforrnasi, pelaku usaha dapat rnelakukan transaksi dengan cepat 2. Potensi pasar Letak geografis
Kabupaten Bengkalis yang
berhadapan
langsung dengan jalur pelayaran internasional Selat Malaka serta berada pada kawasan pertumbuhan segitiga Indonesia-MalaysiaSingapura (IMS-GT) dan segitiga Indonesia-Malaysia-Thailand (IMTGT) menjadikan negara-negara tetangga tersebut sebagai peluang target pasar kornoditas peternakan. 3. Otonorni daerah
Berlakunya Otonomi Daerah sejak tahun 1999 dengan lahirnya Undang-Undang Nornor 22 Tahun 1999 dan kemudian digantikan dengan Undang-Undang Nornor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, rnernberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah untuk rnengatur diri sendiri rnelalui local self government dan rnelaksanakan pernbangunan sesuai prakarsa dan karakteristik daerah (kondisi geografis, sumber daya alam, dan sosial budaya masyarakat) masingmasing. Dengan
terbukanya
kesempatan
tersebut,
diharapkan
masyarakat dan pernerintah kabupaten dapat terpacu untuk lebih kreatif dalarn rnembangun daerahnya masing-masing. 4. Ketersediaan kredit
Ketersediaan kredit dari lernbaga keuangan yang ada di Kabupaten Bengkalis saat ini seperti BRI, Bank Riau, Bank Perkreditan Rakyat dan Koperasi Simpan Pinjam merupakan peluang yang dapat
56
dimanfaatkan dalam menyediakan modal dan kesernpatan untuk mengembang usaha. Selain itu, saat ini tersedia skim kredit ketahanan pangan (KKP) yang khusus diperuntukkan bagi pengembangan usaha peternakan yang disediakan oleh Departemen Pertanian melalui Bank Riau.
5. Kesernpatan bermitra Pola kemitraan akan menciptakan kesempatan dan peluang kerjasama
antara
rnasyarakat,
pernerintah
dan
swasta
mengernbangkan suatu komoditas secara terpadu.
untuk
Kesempatan
bermitra dalam usaha peternakan cukup terbuka dengan adanya perusahaan besar di daerah ini seperti PT. Caltex Pacific Indonesia, PT. Kondur dan Pertamina. Yang dibutuhkan adalah adanya fasilitasi kemitraan antara pengusaha besar dengan petani dari pemerintah, rnereka harus rnenjalin kerjasama dengan pengusaha besarlkecil agar kemitraan bisa terwujud. Kemitraan sangat diperlukan terutarna dalarn ha1 pernasaran hasil, pembinaan manajemen usaha, pengolahan hasil dan permodalan. 6. Perturnbuhan ekonorni Besarnya laju perturnbuhan ekonorni Kabupaten Bengkalis dapat dilihat berdasarkan kenaikan PDRB setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonorni Kabupaten Bengkalis selama periode Tahun 2000-2004 yang mengacu pada tahun dasar 2000 telah tumbuh dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 7,54 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 ternyata meningkat dibandingkan dengan tahun 2004, yaitu sebesar 8,20 persen. Dengan semakin baiknya perturnbuhan ekonomi tersebut rnaka akan rneningkatkan daya beli masyarakat, dengan dernikian permintaan
57
komoditi peternakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat, akan semakin baik.
7. Ketersediaan teknologi Dalam pengembangan peternakan, ketersediaan teknologi terutama teknologi tepat guna merupakan salah satu ha1 yang cukup penting. Saat ini teknologi terapan yang tersedia di Kabupaten Bengkalis
adalah
teknologi
lnseminasi
Buatan.
Laserpuncture. Selain teknologi tersebut, juga
Teknologi
tersedia
mesin
pengolah pakan ternak, mesin tetas, yang dapat dengan mudah diakses oleh peternak. Paket-paket teknologi juga tersedia dan ditawarkan terus oieh balai-balai peneiitian dan pengkajian teknologi seperti teknologi pakan ternak (complete feed), teknologi pengolahan pasca panen dan limbah. b. Ancaman
Faktor ancaman adalah faktor yang dianggap bisa menghambat pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dari wawancara terhadap responden terdapat 7 faktor yang merupakan ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan upaya pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Ancaman-ancaman tersebut adaiah:
1. Tingkat inflasi Tingkat inflasi akibat tekanan krisis dan meningkatnya harga bahan bakar minyak berdampak pada semua sektor usaha terrnasuk usaha peternakan. Bank Indonesia memperkirakan akibat kenaikan bahan bakar minyak, akan mengakibatkan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung
59
yang jauh
lebih besar, sehingga terjadi ketidak seirnbangan
diantara petani dengan pedagang untuk rneraih pendapatan dari kornoditas yang sarna. Selain itu, kondisi yang ditentukan oleh sifat alarni kornoditas peternakan ditarnbah dengan ketidak seirnbangan antara jurnlah produksi dengan perrnintaan, sehingga proses penentuan harga sering tidak transparan dan lebih rnenguntungkan pedagang karena kenaikan harga ditingkat konsurnen sering tidak ditransrnisikan ke tingkat petani peternak. 4. Tuntutan kearnanan produk (Arnan. Sehat, Utuh dan Halal)
Selain
tuntutan
kuantitas
terhadap
kebutuhan
produk
peternakan, saat ini rnasyarakat luas telah rnulai sadar akan pentingnya kearnanan pangan. Pengertian kearnanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk rnencegah pangan dari kernungkinan cernaran biologis (rnikrobiologis), kirnia dan benda-benda lain yang dapat rnengganggu, rnerugikan dan rnernbahayakan kesehatan rnanusia. Penanganan produk peternakan secara tradisional dilakukan dengan rnetode sederhana tanpa rnernperhatikan rnetode penanganan yang sernpurna. Dalarn sistern tradisional kualitas produk belum rnernegang peran yang penting dan dikontrol sepenuhnya oleh produsen. Pada era saat ini standar kualitas ditentukan oleh konsurnen, konsurnen rnernpunyai kekuatan penuh untuk mernilih produk yang sesuai
dengan
spesifikasi
yang
diinginkannya.
Hal
ini
akan
rnenyebabkan penyernpitan pasar bagi produk peternakan yang tidak ditangani secara baik. 5. Tingkat suku bunga
60
Tingkat suku bunga kredit perbankan saat ini masih cukup tinggi diikuti dengan tingginya resiko usaha dalam bidang peternakan, mengakibatkan pengusaha kebanyakan menjadi
enggan
untuk
meminjam modal ke bank sehingga tertundanya kegiatan investasi ataupun ekspansi usaha. Pelaku usaha yang terlanjur meminjam kredit bank kesulitan untuk mencicil kredit yang diperoleh. 6. Fluktuasi harga
Seperti halnya produk pertanian secara umum, harga produk peternakan juga sangat fluktuatif. Penyebab terjadinya fluktuasi harga produk peternakan adalah karena: Pertama, Pertumbuhan berat badan ternak akan menemui titik optimum, sehingga konversi pakan (kebutuhan pakan untuk menghasilkan produksi) akan semakin meningkat yang akan mangakibatkan tingkat keuntungan peternak akan semakin menurun karena meningkatnya biaya pakan ternak; Kedua, Produk peternakan seperti daging, telur dan susu tidak dapat disimpan lama. Kedua ha1 ini menuntut peternak harus menjual hasil ternaknya walaupun saat itu harganya murah. Disisi lain, pada waktu-waktu tertentu seperti menghadapi hari-hari besar keagamaan, harga produk peternakan dapat meningkat tinggi. Selain terjadi pada produk peternakan, fluktuasi harga juga terjadi pada harga sarana prasarana produksi seperti harga pakan dan bibit yang sangat tidak menentu, sehingga peternak terkadang tidak dapat melakukan usahanya untuk sementara waktu.
7. Kejadian penyakit ternak Kejadian penyakit ternak akan mempengaruhi tingkat keamanan dan produksi ternak. Selain itu, beberap jenis penyakit terutama penyakit zoonosis (penyakit hewan menular kepada manusia) akan
61 mempengaruhi usaha peternakan dan permintaan produk peternakan. Isu Avian Influenza (Al), telah sangat mernpengaruhi kondisi peternakan di Indonesia. 7.2. Evaluasi Faktor-Faktor Strategis Alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap faktor-fator strategis yang mempengaruhi pengembangan peternakan di Kabuapten Bengkalis adalah matriks lnternal Factor Evaluation (IFE) untuk faktor strategis internal, dan External Factor Evaluation (EFE) untuk faktor strategis eksternal. Tujuan dari matriks IFEIEFE adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor strategis internalleksternal mempengaruhi keberhasilan pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. a. lnternal Factor Evaluation (IFE) Hasil perhitungan bobot dan rating dari faktor-faktor strategis internal yang mempengaruhi pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis disajikan dalam bentuk matriks Internal Factor Evaluation (IFE) seperti pada Tabel 22. Dari matriks IFF_tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Elemen Kekuatan Elemen kekuatdn terdiri dari tujuh faktor strategis internal yakni sumber daya alam, - lembaga pembina, informasi pasar, sarana dan prasarana produksi, kemampuan memasarkan di dalarn daerah, kemampuan modal usaha, dan kornoditas yang dikembangkan. Bobot masing-masing faktor kekuatan tersebut adalah: sumber daya alam 0,091, lembaga pembina 0,078, kornoditas yang dikembangkan 0,078, sarana dan prasarana produksi 0,076, informasi pasar 0,067, kemampuan memasarkan di dalam daerah 0,065, kemarnpuan modal usaha 0,063.
Tabel 22. Matriks IFE Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis.
I Bobot
Faktor Strategis Internal
Rating
I
1. 2.
1
A. Kekuatan Surnber dava alarn Lernbaga dernbina lnforrnasi pasar Sarana dan prasarana produksi Kernarnpuan rnernasarkan di dalarn daerah Kernarnpuan modal usaha Kornoditas yang dikembangkan Jumlah I B. Kelemahan Surnber daya rnanusia Pelaksanaan pernbinaan 1 Ketepatan kebijakan pemerintah Koordinasi antar lembaga terkait Manajernen usaha Motivasi peternak Tingkat keuntungan usaha Kernarnpuan rnernasarkan ke luar daerah Jumlah TOTAL
(
0.091 0:078 0,067 0,076 0,065 0,063 0,078 0.516 '
Total Skor
1
I
0,080 0,065
1
1,000
1
1 2
2,628
:umber :Tanggapan Responden (perhitungan disajikan pada Lampiran 26 s/d Lampiran 30).
Kekuatan utarna dalarn pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah surnber daya alarn, sarana dan prasarana produksi, dan komoditas yang dikernbangkan. Hal ini terlihat dari nilai rating 4 yang diberikan responden terhadap faktor-faktor tersebut. Sedangkan faktor kekuatan lainnya rnerniliki rating 3 yang berarti bahwa faktor tersebut merupakan kekuatan kecil. 2. Elemen Kelernahan
Terdapat delapan faktor strategis internal dalam elernen kelernahan yang rnernpengaruhi pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Kedelapan faktor tersebut adalah: surnber daya rnanusia, pelaksanaan pembinaan, ketepatan kebijakan pernerintah, koordinasi antar lernbaga terkait, rnanajemen usaha, rnotivasi peternak, tingkat keuntungan usaha, dan kemarnpuan memasarkan ke luar daerah.
63 Bobot masing-masing faktor tersebut adalah: surnber daya rnanusia 0,080, pelaksanaan pernbinaan 0,065, rnotivasi peternak 0,063, ketepatan kebijakan pernerintah 0.060, rnanajernen usaha 0,058, tingkat keuntungan usaha 0,054, koordinasi antar lernbaga terkait 0,052, dan kernarnpuan rnernasarkan keluar daerah 0,052. Dari delapan faktor kelernahan , tersebut, terdapat dua faktor kelernahan yang rnerniliki rating 1 yang rnenunjukkan bahwa kelernahan tersebut rnerupakan kelernahan utarna. Faktor kelernahan tersebut adalah: surnber daya rnanusia, dan rnanajernen usaha. Sedangkan faktor kelernahan lainnya rnerniliki rating 2 yang rnenunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut rnerupakan kelernahan kecil. Secara keseluruhan faktor strategis internal yang paling penting untuk dicerrnati adalah faktor sumberdaya alarn dan surnber daya rnanusia, dibandingkan dengan faktor strategis internal lainnya kedua faktor tersebut rnerniliki bobot yang paling besar, artinya tingkat kepentingan relatif dari kedua faktor ini adalah sangat rnenentukan dalarn pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Dilihat dari jurnlah skor total elernen kekuatan dan kelernahan sebesar 2,628 yang berada di atas rata-rata 2,500, berarti bahwa Kabupaten Bengkalis rnasih berada di atas rata-rata dalarn kekuatan icternal keseluruhannya untuk pengernbangan peternakan. Respon elernen kekuatan (total skor 1,796) lebih tinggi dibanding total elernen kelernahan (total skor 0,832). b. External Factor Evaluation ( E F E )
Hasil perhitungan bobot dan rating dari faktor-faktor strategis eksternal yang rnernpengaruhi pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis
disajikan dalarn bentuk rnatriks External Factor Evaluation (EFE) seperti pada Tabel 22. Dari rnatriks EFE tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Elernen Peluang Elernen peluang terdiri dari tujuh faktor strategis eksternal yakni teknologi inforrnasi, potensi pasar, otonorni daerah, ketersediaan kredit. kesempatan berrnitra, perturnbuhan ekonorni, dan ketersediaan teknologi yang masing-rnasing rnerniliki bobot berturut-turut adalah 0,066, 0.076, 0,081, 0,072, 0,066, 0,076, dan 0,074.
Tabel 23. Matriks EFE Pengembangan Usaha Petemakan di Kabupaten Bengkalis.
I I No
7.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Faktor Strategis Eksternal A. Peluanq Teknologi inforrnasi Potensi pasar Otonorni daerah Ketersediaan kredit Kesernpatan berrnitra Perturnbuhan ekonorni Ketersediaan teknologi Jumlah B. Ancaman Tingkat inflasi Produk sejenis dari daerah lain Kondisi tata niaga ternak Tuntutan kearnanan produk (ASUH) Tingkat suku bunga Fluktuasi harcla Kejadian penyakit ternak Jumlah TOTAL
I
Bobot
0,074 0,489 1,000
(
Rating
3
I
Total sknr
0,223 1,351 2,612
Sumber :Tanggapan Responden (perhitungan disajikan pada Lampiran 31 sld Lampiran 35).
Peluang yang dapat direspon dengan baik dalarn pengernbangan peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah: potensi pasar, otonorni daerah, dan perturnbuhan ekonorni, ha1 ini terlihat dari nilai rating 3 yang diberikan responden terhadap ketiga faktor peluang tersebut. Dari ketiga faktor peluang tersebut, peluang otonorni daerah rnerniliki bobot yang tertinggi yakni 0,081,
65 berarti peluang otonomi daerah darnpaknya sangat menentukan keberhasilan terhadap pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. 2. Elernen Ancaman Terdapat tujuh faktor strategis di dalam elemen ancarnan. Faktorfaktor strategis tersebut adalah tingkat inflasi memiliki bobot 0,057, produk sejenis dari daerah lain merniliki bobot 0,074, kondisi tata niaga ternak rnerniliki bobot 0,076, tuntutan kearnanan produk (ASUH-Arnan, Sehat, Utuh dan Halal) memiliki bobot 0,068, tingkat suku bunga merniliki bobot 0,063, fluktuasi harga memiliki bobot 0,076, dan kejadian penyakit ternak merniliki bobot 0,074. Terdapat lima faktor ancarnan yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Faktor-faktor tersebut adalah: ancaman produk sejenis dari daerah lain, kondisi tata niaga ternak, tuntutan kearnanan produk (ASUH), fluktuasi harga, dan kejadian penyakit ternak, ha1 ini terlihat dari nilai rating 3 yang diberikan responden terhadap faktor-faktor tersebut. Sedangkan dua faktor lainnya yakni tingkat inflasi dan tingkat suku bunga kurang kuat pengaruhnya terhad:
J
pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis. Faktor strategis eksternal yang paling penting untuk dicermati dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah adanya peluang potensi pasar,
otonomi daerah, dan pertumbuhan ekonomi; serta ancaman
produk sejenis dari daerah lain, kondisi tata niaga ternak, tuntutan keamanan produk (ASUH), fluktuasi harga, dan kejadian penyakit ternak. Dilihat dari skor total sebesar 2,612, nilai tersebut berada di atas ratarata 2,500; artinya Kabupaten Bengkalis masih di atas rata-rata dalam usahanya memanfaatkan peluang dan rnenghindari ancaman. Respon terhadap elemen peluang (total skor 1,261), lebih rendah dibanding elemen
ancarnan (total skor 1,351), berarti bahwa peluang yang ada belurn seluruhnya dapat dirnanfaatkan dengan baik, sedangkan ancaman belurn dapat dielerninir secara keseluruhan.
7.3. Matriks Internal Eksternal Analisis rnatriks internal eksternal (I-E) digunakan untuk mencari strategi urnurn (grand strategy) dalarn pengernbangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis. Matriks IE didasarkan pada dua dirnensi kunci yaitu skor total IFE pada surnbu-x dan skor total EFE pada sumbu-y. Berdasarkan perhitungan faktor-faktor strategis pengernbangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis diperoleh total skor IFE sebesar 2,628 dan total skor EFE sebesar 2,612. TOTAL NlLAl IFE YANG DlBERl BOBOT
Kuat
Rata-rata
Le~nah
3.0-4.0
2.0-2.99
1.0-1.99
3.0
4.0
+ 0
m c=
Tlnggi
3.0-4.0
I
1 .O
2.0
II
M
W
m 0
3.0
C1
Z w
Sedang
2.0-2.99
internal : 2.628 IV
-4 W
=!
v
VI
Eksternal : 2,612
U.
2.0
z
-I
u +
Rendah
1.0-1.99
- VII
Vlll
IX
1 .o
Gambar4.
Matriks I-E untuk Pengembangan Usaha Peternakan di Kabupaten Bengkalis.
Skor total IFE pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis berada pada posisi internal rata-rata, dan skor total EFE berada pada posisi eksternal menengah. Dengan dernikian posisi pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis berada pada sel V seperti terlihat pada gambar 4,
67
Posisi sel V berarti bahwa pengembangan usaha peternakan di Kabupten Bengkalis termasuk dalam divisi pertahankan dan pelihara. Dalarn posisi divisi pertahankan dan pelihara, strategi yang bisa diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar adalah berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar lewat usaha pernasaran yang lebih gencar, sedangkan strategi pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan rnemperbaiki atau modifikasi produk atau jasa yang sudah ada. Dalam upaya melaksanakan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk peternakan dapat dilakukan dengan mengupayakan agar pelaku usaha peternakan dapat melakukan perbaikan dan rnodifikasi terhadap proses produksi dan produk yang mereka hasilkan untuk menjaga kontiniutas ketersediaan produk, kualitas produk dan harga yang dapat bersaing dengan produk dari luar daerah. 7.4. Analisis SWOT Hasil analisis rnatriks SWOT rnenghasilkan beberapa alternatif strategi seperti ditampilkan pada tabel 23, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Strategi S - 0 (Strength-Opportunities) Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara pembinaan dan pengembangan wilayah kantong produksi peternakan. Kabupaten Bengkalis yang secara umum memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik untuk pengembangan usaha peternakan khususnya ternak ruminansia, untuk itu perlu dilakukan strategi pembinaan dan pengembangan wilayah kantong produksi peternakan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan wilayah yang mempunyai sumber daya alam yang potensial dan cocok untuk peternakan sesuai komoditas yang
akan
dikembangkan,
sehingga
berdampak
positif bagi
pendapatan
masyarakat, penciptaan lapangan kerja baru dan pengembangan wilayah Tabel 24. Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis. 2
KEKUATAN l S )
Faktor Internal S1. 52. $3. 54.
Sumbet daya alam Lembaga pembina lnformasi pasar Sarana dan prasarana produksi S5. Kemarnpuan memasaman di daiarn daerah S6. Kemarnpuan modal usaha 57. Komoditas yang dikembang-kan
KELEMAHAN ( W ) 0.363 0,234 0.201 0,303 0,195 0,188 0,312
Faktor Eksternal
0.121 0.104 0.059 0.126 0.108 0,104
0.132 0.230 0.243 0.145 0.132 0.230 0,149
1. Pembinaan dan
STRATEGI S-T
STRATEGI W-T
0,114
1. Mekaksanakan pengembangan dan penerapan teknologi pasca panen (52. S4. S5.56. T2. T3. T4. T6)
1. Penempan disiplin tindak karantina hewan dan pengawasan pemdongan hewan (Wl. WZ. W4, WE. TZ. T3, T4' T7)
wkyah k a n k poduksi petemakan
(SI. 52. 54. 02.03. 05.07)
0,223 0.230 0,204
,,,,, 0,127
1. Pembinaan dan pengembangan SDM pnyuiuh dan pembina paternakan (Wl. W2. W5. W7. 02. 04. 07) 2. Pengembangan jatingan disttibusi prcduk petemakan (Wl. W5, W7. 01. 02. 06)
ANCAMAN ( T 1 T l . Tlngkatinnasi TZ. Produk sejenis dari daerah lain T3. Kondisi tala niaga ternak T4. Tuntutan keamanan prcduk (ASUH) T5. Tingkatsuku bunga T6. Flukluasi harga T7. Kejadian penyakitternak
pengembangan
0.080 0.130
STRATEGI W-0
STRATEGI S-0
PELUANG ( 0 01. Teknologi infomasi 02. Potensi pasar 03. Otonorni daerah 04. Ketersediaan kredit 05. Kesempalan bermilra 06. Peltumbuhan ekonomi 07. Ketersediaanteknologi
W1. Sumber daya manusia WZ. Pelaksanaan pembinaan W3. Ketepatan kebijakan pem%ntah W4. Kwrdinasi antar lembaga terkaR Ws. Manajemen usaha WS. Motivasi petemak W7. lingkat keuntungan usaha W8. Kemampuan memasarkan ke luar daerah
Pembinaan pengffnbangan w h a petemakan @a skaia usaha yang layak s ~ a r a intensif (Sl. S2. S4. S5. T2.7'3. T6)
0.223
2. Strategi S-T (Strength-Treaths)
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada yang diwujudkan melalui strategi : 1) Pengembangan dan penerapan teknologi pasca panen; dan 2) Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. Kegiatan di sektor peternakan (on farm agribussines) selama ini belum dapat memberikan kehidupan yang layak yang disebabkan oleh belum mampunya produk peternakan merespon tuntutan konsumen saat ini yang menuntut kualitas tinggi, kontinuitas pasokan, ketepatan waktu penyampaian,
69
dan harga yang kornpetitif, oleh karena itu perlu diterapkan strategi pengernbangan
dan
penerapan
teknologi
pasca
panen.
Strategi
pengernbangan dan penerapan teknologi pasca panen dirnaksudkan untuk rnenurnbuhkan kernbangkan usaha peternakan agar efisien dan rnerniliki nilai tarnbah dan daya saing, serta rnendorong proses industrialisasi pedesaan (Gerinda). Secara
urnurn
usaha
peternakan
di
Kabupaten
Bengkalis
didorninasi oleh usaha peternakan rakyat dengan skala yang kecil, sehingga tingkat keuntungan yang diterirna peternak rnasih tergolong kecil. Pada kondisi ini usaha peternakan rnasih dipandang sebagai usaha sarnpingan dan urnurnnya bersifat subsisten. Dalarn rangka rneningkatkan pendapatan usaha peternakan dan rnenjaga kontinuitas pasokan produk ke konsurnen serta dapat rnernberikan harga yang kornpetitif, rnaka perlu dilakukan strategi pernbinaan dan pengernbangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. 3. Strategi W-0 (Weaknesses-Opportunities)
Merninirnalkan kelernahan pang dirniliki untuk rnernanfaalkan peluang yang ada. Untuk rnewujudkan ha1 tersebut, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah rnelalui strategi: 1) Pernbinaan dan pengernbangan SDM penyuluh dan pernbina peternakan; dan 2) Pengernb3ngan jaringan distribusi produk peternakan. Kondisi surnber daya rnanusia peternakan yang rnasih rendah rnenjadi kendala dalarn upaya pengernbangan peternakan untuk itu perlu dilakukan birnbingan terhadap pelaku usaha peternakan. Narnun dengan kondisi petugas penyuluh dan pernbina peternakan yang ada saat ini sangat minim tidak saja dari segi kualitas tetapi juga rnengakibatkan
rendahnya
kernarnpuan aparat
dalarn
kuantitas,
rnernberikan
70
pelayanan penyuluhan dan pembinaan. Untuk itu dirnasa yang akan datang perlu dilaksanakan peningkatan jurnlah dan kemarnpuan petugas penyuluh dan pembina peternakan. Langkah ini perlu dilakukan untuk mempersiapkan petugas yang tangguh dalarn ha1 rnenciptakan kebijakan yang rnantap dan efektif; tanggap terhadap perrnasalahan peternakan; mampu berkreasi secara dinamis untuk rnelahirkan berbagai inovasi; dan dapat rnendorong kreativitas masyarakat peternak untuk terus rnenerus meningkatkan keahlian, keterampilan dan produktivitasnya. Lemahnya kernarnpuan untuk rnernasarkan hasil produksi harus diatasi dengan pengernbangan jaringan distribusi produk peternakan. Pengembangan jaringan distribusi ditujukan untuk rnernfasilitasi, rnencari dan rnenciptakan pangsa pasar bagi produk peternakan. 4. Strategi W-T (Weaknesses- Treats)
Merninirnalkan kelernahan untuk rnenghadapi ancarnan, dengan strategi penerapan disiplin tindak karantina hewan dan pengawasan pemotongan hewan. Strategi ini dilakukan dalarn rangka perlindungan sumber daya untuk rnempertahankan wilayah. Selarna ini pemasukan produk peternakan dari luar daerah cukup tinggi baik yang dilakukan secara legal bahkan disinyalir terdapat pernasukan secara ilegal. Kondisi ini rnenggangu keupayaan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis. Salah satu langkah proteksi yang dapat dilakukan adalah dengan rnenerapkan disiplin tindak karantina hewan, sehingga produk ternak lokal dapat bersaing dengan ternak yang rnasuk dari luar daerah dan rnenjarnin tersedianya produk yang ASUH. Selain itu untuk rnernenuhi tuntutan produk yang ASUH perlu dilakukan pengawasan pernotongan hewan.
7.5. Rekomendasi Prioritas Strategi Alternatif strategi yang didapatkan dari rnatriks SWOT dianalisis dengan QSPM untuk rnenetapkan strategi prioritas. Penentuan peringkat berpedoman pada total nilai daya tarik (TNDT) masing-masing alternatif strategi yang ada. Jurnlah nilai yang tertinggi berarti rnenunjukkan bahwa strategi tersebut lebih menarik untuk dilaksanakan dibanding strategi lainnya. Tabel 25. Total Nilai Daya Tarik FNDT) Alternatif Strategi Pengembangan Peternakan di Kabupaten Bengkalis.
I I
ALTERNATIF STRATEGI
TNDT
Ranking
1. Pembinaan dan pengernbangan wilayah kantong produksi peternakan
5,718
v
2. Melaksanakan pengernbangan dan teknologi pasca panen
5,815
111
penerapan
3. Pernbinaan dan pengernbangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif
4. Pernbinaan dan pengembangan SDM penyuluh dan pernbina peternakan 5. Pengembangan peternakan
jaringan
distribusi
produk
6. Penerapan disiplin tindak karantina hewan dan pengawasan pernotongan hewan
1 1 /
6.028
5,872 5,721
5,152
1 / I
1
I I I
VI
Surnber :Tanggapan Responden (perhitungan disajikan pada Larnpiran 36 sampai dengan Larnpiran 42).
Berdasarkan hasil analisis QSPM seperti disajikan pada tabel 24, terlihat bahwa strategi yang rnerniliki TNDT tertinggi adalah sirategi pernbinaan dan pengernbangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif (6,028). Hal ini rnenunjukkan bahwa strategi prioritas untuk pengernbangan peternakan dalarn rangka rneningkat peran sub sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis dilakukan rnelalui strategi pembinaan dan pengernbangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif
72 Pemilihan strategi pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif sangat beralasan karena selama ini usaha peternakan yang ada rnasih bersifat subsisten dengan skala usaha yang kecil dan terpencar-pencar sehingga rnenyulitkan dalam proses pembinaan dan tidak terjaminnya kontiniutas ketersediaan produk, serta menyebabkan panjangnya rantai pernasaran yang rnenjadikan rnajin pemasaran semakin tinggi. 7.6. lkhtisar
1. Faktor Strategis Internal. Secara keseluruhan faktor strategis internal yang paling penting untuk dicermati adalah faktor surnberdaya alam (0,091 ; 4) yang merupakan kekuatan utama, dan faktor sumber daya manusia (0,080 ; 1) yang merupakan kelemahan utama. Dilihat dari jumlah skor total elemen kekuatan dan kelemahan (2,628>2,500), rnenunjukkan bahwa Kabupaten Bengkalis masih berada di atas rata-rata dalam kekuatan internal keseluruhannya untuk pengembangan peternakan. Respon elemen kekuatan (1,796) lebih tinggi dibanding total elemen kelernahan (0,832). 2. Faktor Strategis Eksternal. Faktor strategis eksternal yang paling penting untuk dicermati dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah adanya peluang potensi pasar (0,076 ; 3),
otonomi daerah (0,081 ; 3), dan
pertumbuhan ekonorni (0,076 ; 3); serta ancaman produk sejenis dari daerah lain (0,074 ; 3), kondisi tata niaga ternak (0,076 ; 3), tuntutan kearnanan produk (ASUH) (0,068 ; 3), fluktuasi harga (0,076 ; 3), dan kejadian penyakit ternak (0,074 ; 3).
73 Dilihat dari jurnlah skor total elemen peluang dan ancarnan (2,612>
2,500) rnenunjukkan bahwa Kabupaten Bengkalis masih di atas rata-rata dalarn usahanya rnernanfaatkan peluang dan rnenghindari ancaman. Respon terhadap elernen peluang (1,261),lebih rendah dibanding elernen ancarnan
( I 3 5 1 berarti bahwa peluang yang ada belurn seluruhnya dapat dirnanfaatkan dengan baik, sedangkan ancarnan belurn dapat dielerninir secara keseluruhan. Kondisi internal dan eksternal pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Bengkalis berada pada divisi pertahankan dan pelihara. Strategi urnurn yang dapat dilakukan pada posisi ini adalah dengan melaksanakan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Untuk itu perlu kebijakan atau strategi yang dapat mengupayakan agar pelaku usaha peternakan dapat rnelakukan perbaikan dan modifikasi terhadap proses produksi dan produk yang dihasilkan untuk rnenjaga kontinuitas ketersediaan produk, rneningkatkan kualitas produk dan harga yang dapat bersaing. Untuk mengetahui strategi pengembangan peternakan di Kabupaten Bengkalis, dilakukan analisis SWOT. Dari analisis SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi sebagai berikut:
1. Pembinaan dan pengembangan wilayah kantong produksi peternakan.
2. Pengernbangan dan penerapan teknologi pasca panen.
-
3. Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif. 4. Pembinaan dan pengembangan SDM penyuluh dan pembina peternakan.
5. Pengernbanganjaringan distribusi produk peternakan.
6. Penerapan disiplin tindak karantina hewan dan pengawasan pernotongan hewan.
74
Dari analisis QSPM, strategi prioritas yang terpilih untuk pengembangan peternakan dalarn rangka rneningkatkan peran sub sektor peternakan di Kabupaten Bengkalis adalah Strategi Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan pada skala usaha yang layak secara intensif (6,028).