V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Penyusunan I-O antar wilayah Kalimantan Timur wilayah Utara dan Selatan dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa: (1) untuk menyusun I-O banyak wilayah (multiregion) dengan melibatkan seluruh kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur tidak dapat dilakukan karena keterbatasan data, (2) kondisi faktual menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur di Kalimantan Timur lebih banyak mengarah kepada daerah-daerah di sebelah Selatan karena sebagian besar sektor industri lebih terkonsentrasi pada wilayah tersebut. Sedangkan sektor pertanian masih sangat dominan di wilayah Utara, (3) dengan demikian keterkaitan transaksi antar wilayah di pengaruhi oleh pola distribusi barang, pengiriman barang ke Kalimantan Timur adalah melalui pelabuhan-pelabuhan yang berada di wilayah Selatan, dan (4) adanya wacana yang berkembang bahwa Kabupaten/Kota Tarakan, Bulungan, Malinau, Berau dan Nunukan yang berada di sebelah Utara Provinsi Kalimantan Timur ingin memekarkan diri dari daerahdaerah Kalimantan Timur yang berada di wilayah Selatan yaitu Kabupaten/Kota Pasir, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Samarinda dan Bontang. 5.1.
Penyusunan I-O Wilayah Sendiri dan Antar wilayah Pertama kali I-O wilayah sendiri Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003 d i
update ke tahun 2006 dengan menggunakan metode RAS. Miller dan Blair (1985) menjelaskan pada prinsipnya prosedur RAS tersebut berupaya menghasilkan matriks koefisien teknologi pada tahun ke-1 [A(1)], berdasarkan informasi matriks
120
I-O WILAYAH TUNGGAL KALTIM 2003
I-O ANTAR WILAYAH INDONESIA 2006
PDRB SEKTORAL WILAYAH KALTIM TAHUN 2005
UPDATE METODE RAS
PDRB SEKTORAL WILAYAH SELAT AN T AHUN 2006
PDRB SEKTORAL WILAYAH UT ARA TAHUN
LQ WILAYAH SELATAN TAHUN 2006
LQ WILAYAH UTARA TAHUN 2006
I-O T UNGGAL KALTIM TAHUN 2006
METODE SIMPLE LQ
INPUT OUTPUT KALTIM SELAT AN T AHUN 2006
INPUT OUTPUT KALTIM UT ARA T AHUN 2006
DOMESTIC SUPPLY PERCENTAGE
INPUT OUTPUT DOMESTIK KALTIM SELATAN T AHUN
PEMISAHAN IMPOR
INPUT OUTPUT DOMESTIK KALTIM UTARA TAHUN 2006
METODE PROPORSIONAL ASAL DAN TUJUAN
FINAL DEMAND DAN INPUT PRIMER KALTIM UT ARA
T RANSAKSI PERDAGANGAN DARI WILAYAH KALTIM UT ARA KE KALTIM SELAT AN T AHUN 2006
T RANSAKSI PERDAGANGAN DARI WILAYAH KALTIM SELAT AN KE KALTIM UT ARA T AHUN 2006
FINAL DEMAND DAN INPUT PRIMER KALTIM UT ARA
INPUT-OUTPUT ANTAR WILAYAH KALTIM UTARA DENGAN KALTIM SELAT AN TAHUN 2006 MENYEIMBANGKAN I-O DIGUNAKAN MET ODE CROSS ENTROPHY
Gambar 7. Kerangka Penyusunan Tabel Input-Output Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
121
koefisien teknologi pada tahun ke-0 [A(0)], tanpa harus memiliki informasi sebanyak n2 +n = n(n+1). Informasi yang dibutuhkan pada tahun ke-1 untuk mendapatkan matriks koefisien teknologi A(1) hanyalah sebanyak 3n informasi, yaitu: (1) total gross output X i , (2) total penjualan output antar sektor V j , dan (3) total pembelian input antar sektor U i . Dalam bentuk matriks ketiga informasi ini masing- masing dapat dijabarkan sebagai berikut:
x1 (1) u1 (1) x (1) u (1) X (1) = 2 ; U (1) = 2 ; V (1) = [v1 (1) v 2 (1) v n (1)] ...... [72] x n (1) u n (1) Dengan demikian, bila dalam suatu perekonomian terdapat n = 20 sektor, maka untuk mengestimasi matriks koe fisien teknologi A(1) yang memiliki elemen sebanyak n x n = 400 melalui prosedur RAS hanya dibutuhkan informasi pada tahun ke-1 sebanyak 3n = 60. Dalam hal ini terlihat bahwa metode RAS menggunakan data dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingka n metode survei yang lengkap. Adapun referensi utama yang digunakan untuk membangun I-O 2006 dengan metode RAS tersebut adalah I-O Kalimantan Timur 2003 yang telah dipublikasikan oleh BPS Kalimantan Timur struktur I-O Kalimantan Timur tahun 2005 (permintaan input dan output antara, serta permintaan akhir) yang telah dibangun oleh Bappenas sewaktu menyusun I-O antar wilayah Indonesia, dan PDRB Provinsi Kalimantan Timur tahun 2006. Sebagai ilustrasi, misalkan matriks transaksi untuk lima kelompok lapangan usaha utama yang telah di update ke tahun 2006 berdasarkan metode RAS, adalah sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 15 berikut ini.
122
Tabel 15. Matriks Transaksi Kalimantan Timur untuk Lima Kelompok Lapa ngan Usaha Utama Tahun 2006 ( milyar rupiah ) 1
2
3
4
5
Total
FD
Impor
Total
1
310
6
3 844
533
371
5 064
4 856
645
9 275
2
147
31 820
1 519
1 354
2 042
36 882
76 699
2 318
111 263
3
687
629
3 537
2 270
1 671
8 795
12 117
3 580
17 332
4
180
348
29
5
383
945
11 939
4 428
8 456
5
470
1 568
2 139
1 165
4 795
10 138
15 962
741
25 359
Total
1 794
34 371
11 068
5 328
9 263
VA
7 481
76 892
6 264
3 128
16 096
Total
9 275
111 263
17 332
8 456
25 359
Keterangan : (1) (2) (3) (4) (5)
sektor pertanian sektor pertambangan dan penggalian sektor industri sektor bangunan sektor jasa
Berdasarkan rumus koefisien input bahwa : a ij = Zij / Xi , maka matriks koefisien input untuk lima kelompok lapangan usaha utama ini sebagaimana terlihat pada Tabel 16. Tabel 16. Matriks Koefisien Input Kalimantan Timur untuk Lima Kelompok Lapangan Usaha Utama Tahun 2006
1
1 0.03342
2 0.00005
3 0.22176
4 0.06304
5 0.01464
2
0.01582
0.28599
0.08765
0.16017
0.08052
3 4
0.07409 0.01938
0.00565 0.00313
0.20409 0.00166
0.26846 0.00058
0.06590 0.01512
5
0.05072
0.01409
0.12344
0.13781
0.18909
Nilai koe fisien input pada sel a 11 diperoleh dengan cara membagi nilai sel matriks transaksi Z11 = 310 dengan total output sektor pertanian (1) sebesar 9 275 atau a 11 = 310/9 275 = 0.03342 Selanjutnya menghitung PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kalimantan Timur wilayah Utara (Kaltimtara) dan PDRB Kalimantan Timur wilayah Selatan (Kaltimsela). PDRB Kaltimtara merupakan penjumlahan PDRB
123
dari Tarakan, Bulungan, Malinau, Berau dan Nunukan. Seda ngkan PDRB Kaltimsela berasal dari penjumlahan PDRB Pasir, K utai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Samarinda dan Bontang. Sebagai contoh sederhana, berikut ini disampaikan PDRB Kaltimtara dan Kaltimsela menurut lima kelompok lapangan usaha utama pada tahun 2006. Tabel 17. Produk Domestik Regional Bruto Kalimantan Timur Wilayah Selatan dan Utara Menurut Lima Kelompok Lapangan Usaha Utama Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2006 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Lapa ngan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Bangunan Jasa Total PDRB
Kaltimsela 7 322 508.84 139 634 734.76 3 650 746.52 7 039 242.06 19 762 225.28 177 409 457.46
(juta rupiah) Kaltimtara 2 497 297.59 3 338 096.55 1 031 685.28 427 130.80 3 780 260.76 11 074 470.99
Berdasarkan matriks koefisien input Kalimantan Timur tahun 2006, PDRB Kaltimtara dan Kaltimsela tahun 2006, maka dibangun tabel I-O tunggal untuk setiap wilayah dengan metode SL Q (Simple Location Quotient). Sebagai contoh perhitungan matriks koefisien input untuk lima kelompok lapangan usaha utama Kalimantan Timur wilayah Selatan dan Utara tahun 2006 berdasarkan metode SLQ dengan sumber data yang ada pada Tabel 18. Tabel 18. Perhitungan LQ untuk Lima Kelompok Lapangan Usaha Utama pada Kalimantan Timur Wilayah Selatan dan Utara Tahun 2006 No
Lapangan Usaha
LQ i
Kalt imsela
Kalt imtara
Kalt im
v i /vt
v i /vt
V i /Vt
Kalt imsela
Kalt imtara
1.
Pertanian
0.0413
0.2255
0.0521
0.7922
4.3283
2.
Pertambangan & Penggalian
0.7871
0.3014
0.7585
1.0376
0.3974
3.
Industri
0.0206
0.0932
0.0248
0.8283
3.7500
4.
Bangunan
0.0397
0.0386
0.0396
1.0016
0.9736
5.
Jasa
0.1114
0.3413
0.1249
0.8918
2.7329
124
Berdasarkan ketentuan bahwa jika LQ ≥ 1 maka a ij w = a ij , dan jika LQ < 1 maka a ij w = LQ i . a ij , b entuk matriks koefisien input pada masing- masing wilayah berdasarkan pendekatan SLQ adalah sebagai berikut. Tabel 19. Matriks Koefisien Input Kalimantan Timur Wilayah Selatan Berdasarkan Pendekatan SLQ Tahun 2006 1
2
3
4
5
1
0.02647
0.00004
0.17568
0.04994
0.01160
2
0.01582
0.28599
0.08765
0.16017
0.08052
3
0.06137
0.00468
0.16905
0.22236
0.05459
4
0.01938
0.00313
0.00166
0.00058
0.01512
5
0.04523
0.01256
0.11008
0.12290
0.16863
Tabel 20. Matriks Koefisien Input Kalimantan Timur Wilayah Utara Berdasarkan Pendeka tan SLQ Tahun 2006 1
2
3
4
5
1
0.03342
0.00005
0.22176
0.06304
0.01464
2
0.00629
0.11365
0.03483
0.06365
0.03200
3
0.07409
0.00565
0.20409
0.26846
0.06590
4
0.01886
0.00304
0.00162
0.00057
0.01472
5
0.05072
0.01409
0.12344
0.13781
0.18909
Oleh karena nilai LQ sektor pertanian pada wilayah Kaltimsela adalah 0.7922 < 1 maka berdasarkan ketentuan metode SLQ nilai-nilai sel yang terdapat pada vektor baris sektor pertanian (1) yang ada pada Tabel 19 adalah : a 11 = 0.7922 x 0.03342 = 0.02647 a 12 = 0.7922 x 0.00005 = 0.00004 a 13 = 0.7922 x 0.22176 = 0.17568 a 14 = 0.7922 x 0.06304 = 0.04994 a 15 = 0.7922 x 0.01464 = 0.01160
125
Sedangkan untuk sektor pertambangan dan penggalian, karena mempunyai nilai LQ = 1.0376 > 1, maka nilai- nilai sel pada vektor baris sektor pertambangan dan penggalian (2) menjadi : a 21 = 0.01582 a 22 = 0.28599 a 23 = 0.08765 a 24 = 0.16017 a 25 = 0.08052 dengan kata lain semua nilai sel pada vektor baris (2) Kaltimsela sama dengan vektor baris (2) Kalimantan Timur (lihat Tabel 16). Untuk nilai- nilai sel yang lain, diperoleh dengan teknik yang sama seperti yang telah disampaikan pada kedua cara di atas baik itu pada wilayah Kaltimsela maupun Kaltimtara. Seandainya berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa total output atau input di Kaltimsela untuk sektor pertanian sebesar 5 512, pertambangan dan penggalian sebesar 75 111.01, industri sebesar 4 532.62, bangunan sebesar 2 949.08 dan jasa sebesar 11 629.11, sehingga dapat dibuat matriks diagonal total output yakni : Tabel 21. Matriks Diagonal Output Kalimantan Timur Wilayah Selatan Tahun 2006 1
2
3
4
5
1
5 512.00
0
0
0
0
2
0
75 111.01
0
0
0
3
0
0
4 532.62
0
0
4
0
0
0
2 949.08
0
5
0
0
0
0
11 629.11
126
Kemudian, dengan menggunakan beberapa ketentuan ba hwa : 1. Rumus koe fisien input a ij = Zij / Xi sehingga Zij = a ij Xi 2. Ketentuan keseimbangan bahwa : Total Input
= Total Input Antara + Value Added
Total Output = Total Output Antara + Final Demand Sehingga masing- masing dapat diturunkan kembali menjadi : Value Added
= Total Input - Total Input Antara
Final Demand = Total Output - Total Output Antara Maka, tabe l I-O tunggal untuk wilayah Kaltimsela misalkan dapat ditentukan dengan cara : Pertama, kalikan matriks koefisien input dengan matriks diagonal output untuk memperoleh matriks transaksi Zii
0.0264
0.0004
0.1757
0.0499
0.0116
5512.00
0
0
0
0
0.0158
0.2859
0.0877
0.1602
0.0805
0
75111.01
0
0
0
0.0614
0.0047
0.1691
0.2224
0.0546
0
0
4532.62
0
0
0.0193
0.0031
0.0017
0.0006
0.0151
0
0
0
2949.08
0
0.0452
0.0126
0.1101
0.1229
0.1686
0
0
0
0
11629.11
Z
=
0.84 217.37 6.15 3.78 29.12
45.82 4 995.13 187.83 153.59 128.24
0.37 8.95 10.71 0.59 0.07
2.30 2.64 6.38 6.79 46.13
1.24 21.46 4.82 4.15 172.60
Kedua, masukan matriks transaksi Zii tersebut pada tabel transaksi, yang dilanjutkan dengan menghitung input primer dan permintaan akhir berdasarkan ketentuan keseimba ngan I-O sebagaimana yang telah disampaikan pada asumsi sebelumnya. Sebagai contoh : Nilai VA pertanian = 5 254.74 diperoleh dengan cara : 5 512.001– 257.26
127
Nilai FD pertanian = 5 461.44 diperoleh de ngan cara: 5 512.000 – 50.56 Cara seperti di atas juga diberlakukan sama dalam menyusun I-O tunggal untuk wilayah Kaltimtara. Tabel 22. Matriks Transaksi Total Kalimantan Timur Wilayah Selatan Tahun 2006 ( milyar rupiah ) 1
2
3
4
5
Total
FD
Impor
Total
1
0.84
45.82
0.37
2.30
1.24
50.56
5 782.44
321
5 512.00
2
217.37
4 995.13
8.95
2.64
21.46
5 245.54
10 5109.5
35 244
75 111.01
3
6.15
187.83
10.71
6.38
4.82
215.90
5 724.73
1 408
4 532.62
4
3.78
153.59
0.59
6.79
4.15
168.91
3 607.17
827
2 949.08
5
29.12
128.24
0.07
46.13
172.60
376.15
15 490.96
4 238
11 629.11
Total
257.26
5 510.60
20.69
64.24
204.26
VA
5 254.74
69 600.40
4 511.93
2 884.84
11 424.85
Total
5 512.00
75 111.01
4 532.62
2 949.08
11 629.11
Sesudah diperoleh matriks transaksi total pada masing- masing wilayah studi, maka langkah berikutnya adalah mengubah tabel I-O transaksi total tersebut menjadi transaksi domestik. Tabel I-O ini menggambarkan transaksi antar sektor yang tidak dipengaruhi lagi oleh komponen impor, baik dari luar negeri maupun regional. Keunggulan dari tabel transaksi domestik adalah hubungan antar sektor hanya mencakup barang dan jasa hasil produksi wilayah setempat saja, sementara impor dipisahkan pada suatu sel tersendiri. Akan tetapi karena informasi untuk memisahkan komponen impor dari setiap input di masing- masing sektor sangat terbatas maka digunakan suatu rasio yang disebut Domestic Supply Percentage (DSP).
128
Pada ilustrasi sekarang, misalkan telah diketahui komponen ekspor dan impor dari wilayah Kaltimsela, maka perhitungan DSP sebagai faktor koreksi dalam membangun I-O transaksi domestik adalah : Tabel 23. Perhitungan DSP untuk Kalimantan Timur Wilayah Selatan Tahun 2006 Sektor
X
E
M
X- E
X+ M - E
(X-E)/(X+M +E)
1
5 512.00
1 745.81
4 687.03
3 766.19
8 453.22
0.4455
2
75 111.01
55 543.40
20 148.91
19 567.61
39 716.52
0.4927
3
4 532.62
779.99
111.71
3 752.63
3 864.34
0.9711
4
2 949.08
0.00
2 949.08
2 949.08
5 898.16
0.5000
5
11 629.11
3 072.06
10 181.29
8 557.05
18 738.35
0.4567
Selanjutnya kalikan DSP dengan matriks transaksi total Kaltimsela yang telah dihitung sebelumnya (lihat Tabel 23), untuk menghasilkan matriks transaksi domestik. Matriks Transaksi Total
1 2 3 4 5
DSP
1
2
3
4
5
0.84 217.37 6.15 3.78 29.12
45.82 4 995.13 187.83 153.59 128.24
0.37 8.95 10.71 0.59 0.07
2.30 2.64 6.38 6.79 46.13
1.24 21.46 4.82 4.15 172.60
x
Matriks Transaksi Domestik
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
0.37 107.09 5.98 1.89 13.30
20.41 2461.01 0.00 76.79 58.56
0.16 4.41 64.00 0.30 0.03
1.02 1.30 0.00 3.40 21.07
0.55 10.57 308.65 2.08 78.82
0.4455 0.4927 0.9711 0.5000 0.4567
=
129
Masukkan transaksi domestik ini ke dalam tabel I-O baru yang disebut matriks transaksi domestik, sekaligus dengan melakukan proses penyesuaian juga untuk input primer dan permintaan akhir, jika hal tersebut dibutuhkan. Tabel 24. Matriks Transaksi Domestik Kalimantan Timur Wilayah Selatan Tahun 2006 ( milyar rupiah ) 1
2
3
4
5
Total
FD
Total
1
0.37
20.41
0.16
1.02
0.55
22.53
5 782.44
5 804.97
2
107.09
2 461.01
4.41
1.30
10.57
2 584.38
10 5109.5
10 7693.9
3
5.98
0.00
64.00
0.00
308.65
378.63
5 724.73
6 103.36
4
1.89
76.79
0.30
3.40
2.08
84.45
3 607.17
3 691.62
5
13.30
58.56
0.03
21.07
78.82
171.77
15 490.96
15 662.73
Total
128.63
2 616.78
68.90
26.79
400.67
Impor
421.6
35 476.71
1 522.53
779.99
3 837.21
VA
5 254.74
69 600.4
4 511.93
2 884.84
11 424.85
Total
5 804.97
10 7693.9
6 103.36
3 691.62
15 662.73
Masing- masing matriks transaksi domestik yang berhasil di bangun melalui tahap di atas kemudian ditempatkan dalam sebuah tabel I-O antar wilayah awal (lihat kembali Tabel 10). Pada tabel awal ini belum diketahui besarnya transaksi antar wilayah Kaltimtara dengan Kaltimsela atau sebaliknya, sehingga dalam kuadran antar wilayah nilai selnya terlihat kosong. Sedangkan untuk nilai- nilai selnya diperoleh dari tahap kuadr an dalam wilayah yakni ZijUU dan ZSS ij yang kedua. Tahap berikutnya adalah yang pa ling pe nting yaitu menentuka n transaksi ke luar dari satu wilayah ke wilayah lain dengan kata lain menghitung: (1) nilai transaksi dari wilayah Kaltimtara ke wilayah Kaltimsela, ROI (Rest Of Indonesia)
130
dan ROW (Rest Of the World), dan (2) nilai transaksi dari wilayah Kaltimsela ke wilayah Kaltimtara, ROI da n ROW. Penyusunan seluruh transaksi antar wilayah ini dilakukan dengan cara mendisagregasi vektor baris impor (IM) pada masingmasing wilayah ke luar wilayah. Dimana metode yang digunaka n untuk melakukan hal tersebut adalah metode propo rsional O-D (Origin and Destination) yakni dengan cara mengalikan total impor antar wilayah domestik (Kalimantan Timur) da ri suatu wilayah, misalkan Kaltimsela dari Kaltimtara, dengan matriks koefisien perdagangan antar wilayah. Dimana matriks koefisien tersebut diperoleh dari BPS Kalimantan Timur dan Departemen Perhubungan mengenai Proyek Asal Tujuan unt uk wilayah Kalimantan Timur . Cara yang sama juga diberlakukan untuk memperoleh nilai transaksi impor untuk wilayah Kaltimtara dari Kaltimsela. 5.2. Metode Cross Entrophy Meskipun pada tahap ini sudah diperoleh matriks transaksi antar wilayah Kalimantan Timur wilayah selatan dan utara yang lengkap, namun matriks tersebut belum dapat diolah. Oleh karena nilai vektor kolom output dengan vektor baris input tidak sama untuk masing- masing sektor. Ini terjadi akibat dalam proses pengisian sel-sel matriks transaksi tersebut dilakukan pada satu sisi saja yakni sisi pengeluaran. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa data-data mengenai pengeluaran sektoral lebih mudah diperoleh daripada pendapatan. Selanjutnya untuk menyeimbangkan kedua sisi tersebut (Input dan Output) digunakan metode cross entrophy. Metode ini telah digunakan oleh Golan, et al. (1994) dalam Robinson, et al. (2000) untuk mengestimasi matriks koefisien pada tabel InputOutput. Ide yang disampaikan adalah bagaimana caranya memperoleh matriks
131
koefisien A dengan meminimumkan jarak entropy antara koefisien A pada matriks sebelumnya dan matriks koe fisien yang baru hasil estimasi, atau secara matematik hal tersebut dapat disampaikan sebagai berikut. Aij min ∑∑ Aij ln Aij i j
= min ∑ ∑ Aij ln Aij − ∑ ∑ Aij ln Aij ......................................... [73] i j i j dengan kendala :
∑A Y ij
* j
= Yi * .................................................................................... [74]
j
∑A
ji
= 1 …………………………………………………...….. ..... [75]
j
dimana : A
adalah matriks koefisien A sebelumnya
A
adalah matriks koe fisien A estimasi yang akan menghasilkan tabel I-O yang seimbang.
Y*
adalah matriks vektor kolom output i da n j
adalah sektor i dan
sektor j Melalui estimasi dengan metode CE akan diperoleh matriks transaksi antar wilayah Kalimantan Timur wilayah Selatan dan Utara yang baru, dimana jumlah kolom dan baris telah sama. Matriks transaksi ini harus dikoreksi, oleh karena kemungkinan terdapat nilai- nilai yang tidak logis sesuai dengan kondisi obyektif perekonomian Kalimantan Timur wilayah Selatan atau Utara. Pekerjaan ini dilakukan berulang kali sehingga diperoleh keseimbangan antara input dan output yang logis sesuai dengan kondisi eksisting perekonomian wilayah masing- masing.