1
Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Perkalian Bilangan Bulat Di Kelas Tinggi SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango Nurma Martianty Nalole 1 Samsiar RivaI 2 Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2013 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango ? Tujuan penelitian ini Untuk menggambarkan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi SDN 1 Kabila, Kab. Bone Bolango. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan jenis penelitian kualitatif. Metode ini dimaksud untuk menggabarkan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi SDN 1 Kabila, Kab. Bone Bolango dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diperoleh hasil penelitian bahwa upaya-upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi yaitu membiasakan siswa menghafal perkalian sebelum memulai pelajaran, menjelaskan materi perkalian bilangan bulat, memberikan soal-soal latihan dan menjelaskan kembali materi tersebut jika ada soal yang belum dipahami, serta siswa diberikan PR yang berhubungan dengan perkalian bilangan bulat. Sehingga disimpulkan bahwa upaya guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi sudah optimal, dimana sebagian besar siswa telah memahami dan mampu menyelesaikan perkalian bilangan bulat. Key Word : upaya, kemampuan, perkalian, bilangan bulat. A. Pendahuluan Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan amat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Sehingga dalam perkembangannya atau pembelajarannya
di
sekolah
harus
memperhatikan
perkembangan-
2
perkembangannya, baik di masa lalu, masa sekarang maupun kemungkinannya untuk masa depan. Matematika merupakan suatau bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan maka perlu dilakukan upaya-upaya positif salah satunya dengan memilih model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang digunakan haruslah model yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Standar proses pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan menuntut agar proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, Depdiknas (dalam Abay, 2009:2). Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama mengikuti PPL II di SDN 1 Kabila, perkalian bilangan bulat adalah materi yang ternyata cukup sulit untuk dipahami. Dikarenakan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan perkalian bilangan bulat. Siswa cenderung bingung dalam mengalikan bilangan bulat tersebut, apalagi untuk bilangan-bilangan besar. Tanpa kalkulator siswa akan kesulitan dalam menghitung perkalian tersebut. Selain itu juga siswa tidak memiliki keberanian untuk bertanya tentang materi yang tidak dimengerti, tidak berlatih mengerjakan soal-soal perkalian bilangan bulat sehingga pada saat guru memberikan tugas, siswa merasa takut untuk mengemukakann hasil pekerjaannya. Ditambah lagi guru jarang menggunakan alat peraga, padahal alat peraga akan sangat membantu siswa menghitung perkalian bilangan bulat, seperti dalam menjumlahkan bilangan bulat. Padahal pengunaan alat peraga dapat mewujudkan konsep-konsep abstrak yang ada dalam pikiran siswa menjadi benda konkret yang tentunya akan lebih mudah dimengerti. Sahingga bukan hanya siswa bahkan masyarakat beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, karena membutuhkan nalar yang tinggi dari pembelajarannya, begitu pula bagi
3
sebagian guru yang mengajar matematika beranggapan bahwa matematika sulit karena membutuhkan metode mengajar yang susah dilaksanakan oleh guru, juga harus menyediakan berbagai alat peraga sesuai dengan materi. Hal tersebut di atas sering dirasakan oleh guru disebabkan guru yang mengajar matematika tersebut tidak memiliki bekal dan kemampuan yang sangat dibutuhkan oleh seorang pengajar. Sehingga peneliti mengharapkan, Guru matematika harus mempunyai kompetensi akademis yang memadai dan keterampilan mengajarnya, agar mampu mengajar matematika dengan baik dan benar. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Meningkatkan berasal dari kata dasar Tingkat, yang artinya menaikkan (derajat, taraf, dsb), mempertinggi, memperhebat (produksi, dsb) dan mengangkat diri, sedangkan Kemampuan berasal dari kata Mampu, yang berarti Kuasa, sanggup melakukan sesuatu (dapat berada, kaya atau mempunyai harta yang berlebihan). Mampu dalam hal ini tentu berkaitan dengan kesanggupan seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang dibebankan padanya. Seseorang dikatakan mampu tentu mempunyai keahlian yang harus dimiliki dan merupakan suatu hasil dari belajar. Sehingga, Meningkatkan kemampuan artinya menaikan atau memperhebat keahlian yang dimiliki oleh seseorang yang merupakan suatu hasil dari belajar. Bilangan adalah ide yang bersifat abstrak yang bukan simbol atau lambang yang
memberikan
keterangan
mengenai
banyaknya
anggota
himpunan.
Sedangkan (Depdiknas, 2006:1), mengatakan Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Pembahasan bilangan bulat tidak bisa dipisahkan dari uraian tentang bilangan asli. Pembentukan bilangan bulat dari proses operasi hitung pada bilangan asli. Seperti diketahui bilangan asli terbentuk dengan sendirinya atau secara alami. Cara yang digunakan memperkenalkan bilangan kepada anak yaitu dengan mempergunakan jemari anak tersebut dalam mengenal bilangan satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya. Selanjutnya proses pembentukan bilangan bulat dengan memperluas bilangan asli. Pada himpunan bilangan asli, kita dapat melakukan proses perhitungan yang menghasilkan bilangan bulat asli, Misalnya 2 + 5 = 7. Kita ketahui bahwa 2 dan 5
4
adalah bilangan asli, sedangkan hasil penjumlahan tersebut yaitu 7 merupakan anggota dari himpunan bilangan asli. Berarti pada setiap bilangan asli a dan b selalu ada bilangan asli c untuk melengkapi kalimat a + b = c. Sekarang kalimat yang berbentuk a + ... = b, jika a = 4 dan b = 9 (a < b), maka bentuk kalimat 4 + ... = 9, pelengkapnya berupa bilangan asli 5, dan untuk mendapat bilangan 5 dapat diperoleh dengan mengubah kalimat 4 + ... = 9 menjadi 9 – 4 dengan mengenalkan suatu operasi pengurangan (-) yang pelengkapnya juga 5, sehingga 4 + 5 = 9 sama artinya dengan 9 – 4 = 5. Proses menentukan bentuk pelengkap dari a + ...= b atau a – b = ..., jika a = 9 dan b = 4 ( a > b). Tentunya pelengkap dari kalimat tersebut bukanlah merupakan bilangan asli. Bentuk kalimat-kalimat ini akan memperluas himpunan semua bilangan asli. Bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5...atau yang kita ketahui bilangan cacah dan dapat disajikan dalam garis bilangan. Untuk mempermudah penulisan garis bilangannya, berdasarkan kesepakatan para ahli matematika 0 – 1, 0 – 2, 0 – 3 dan seterusnya ditulis sebagai negatif 1, negatif 2, negatif 3 (ditulis -1, -2,-3,...) dan seterusnya. Jadi 0 – 1 = -1, 0 – 2 = -2, 0 – 3 = -3 dan seterusnya. Dengan demikian kita mendapatkan bilangan-bilangan baru dari perluasan bilangan asli, yaitu -1,-2,-3,-4,-5 dan seterusnya. Sehingga bilangan bulat terdiri dari : 1. Bilangan-bilangan yang bertanda negatif (-1,-2,-3,-4,-5, ...) yang selanjutnya disebut bilangan bulat negatif. 2. Bilangan 0 (Nol), dan 3. Bilangan-bilangan yang bertanda positif (1,2,3,4,5,...) yang selanjutnya disebut bilangan bulat positif. Pada bilangan bulat terdapat empat macam operasi hitung yang berlaku, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Keempat operasi hitung pada bilangan bulat ini hanya memfokuskan pada opersi perkalian. (Depdiknas, 2011:7) Perkalian adalah operasi penjumlahan berulang atau operasi matematika penskalaan satu bilangan dengan bilangan lain. Operasi perkalian ini adalah salah satu dari empat operasi dasar di dalam aritmetika dasar (yang lainnya adalah perjumlahan, pengurangan, dan pembagian). Perkalian terdefinisi untuk
5
seluruh bilangan di dalam suku-suku perjumlahan yang diulang-ulang, misalnya, 3 dikali 4 (seringkali dibaca “3 kali 4”) dapat dihitung dengan menjumlahkan 3 salinan dari 4 bersama-sama : 3 x 4 = 4 + 4 + 4 = 12 Perkalian dapat juga digambarkan sebagai pencacahan objek yang disusun di dalam persegi panjang (untuk semua bilangan) atau seperti halnya penentuan luas persegi panjang yang sisi-sisinya memberikan panjang (untuk bilangan secara umum). Kebalikan dari perkalian adalah perbagian, ketika 3 kali 4 sama dengan 12, maka 12 dibagi 3 sama dengan 4. Dalam perkalian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni : 1. Pengenalan Operasi Perkalian Pengenalan operasi perkalian dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa contoh pengenalan operasi perkalian adalah sebagai berikut : a. Peragaan dengan mengumpulkan benda secara berulang, misalnya untuk 3 x 4 dikumpulkan/diambil 4 buah benda sebanyak 3 kali, kemudian dihitung seluruhnya. b. Menghitung berulang, misalnya untuk 3 x 4, siapkan 4 benda kemudian benda tersebut dihitung 3 kali secara berulang, hitungan akhir merupakan jawaban. c. Penjumlahan berulang (defenisi), misalnya :
3 x 4 = 4 + 4 + 4 (tiga kali empatnya), bukan 3 + 3 + 3 + 3.
3 x 6 = 6 + 6 + 6 (tiga kali enamnya), bukan 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3.
2. Pemahaman terhadap Operasi Perkalian Pada
tahap
pemahaman
terhadap
operasi
perkalian
proses
pengajarannya berangsur-angsur mengurangi alat peraga dari benda konkret sampai akhirnya hanya menggunakan simbol-simbol bilangan dan perkalian serta diberikan latihan-latihan. 3. Pembinaan Keterampilan Perkalian Pembinaan
keterampilan
pada
perkalian
dimaksudkan
untuk
memberikan bekal pengetahuan siap bagi peserta didik. Dengan berbekal
6
pengetahuan siap, diharapkan siswa dapat mengerjakan soal-soal dengan cepat dan tepat. Dalam rangka membantu siswa cepat menghafal perkalian diperlukan kegiatan belajar mengajar yang disajikan secara variatif dan kreatif. Sebagai contoh kreasi dalam mengajar perkalian adalah sebagai berikut :
Perkalian dengan menggunakan jari
Perkalian Istimewa Perkalian istimewa adalah perkalian bilangan tertentu dengan bilangan tertentu, sehingga hasilnya pun tertentu.
4. Penerapan Operasi Perkalian Agar operasi perkalian tidak hanya merupakan pengetahuan semata, maka harus diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk soal cerita. Operasi Perkalian pada bilangan bulat menurut Karim (dalam Abay, 2009:20) yaitu:
Jika a dan b bilangan cacah, maka (-a).(-b) = a . b
Jika a dan b bilangan cacah, maka a .(-b) = - (a.b).
Dengan kata lain, Hasil kali dua bilangan bulat yang berlainan tanda adalah bilangan bulat negatif dan Hasil kali bilangan bulat dengan tnda yang sama adalah bilangan bulat positif. Karim (dalam Abay, 2009:20) lebih lanjut menguraikan sifat- sifat perkalian pada bilangan bulat adalah sebagai berikut:
Sifat tertutup, Jika a dan b bilangan bulat, maka a. B juga bilangan bulat.
Sifat pertukaran, Jika a dan b bilangan bulat, maka a.b = b. A.
Sifat penyebaran ada dua yaitu sifat penyebaran perkalian terhadap penjumlahan yaitu a.(b+c)=(a.b)+(a.c) dan sifat penyebaran perkalian terhadap pengurangan yaitu a.(b-c)=(a.b)-(a.c).
Sifat pengelompokan, Jika a, b , dan c adalah bilangan bulat, maka (a.b) .c = a . (b.c).
7
Upaya adalah aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu upaya, menurut Soeharto dan Soekamto (dalam Fauziah, 2006:20). Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara, juga dapat dimaksud sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal agar tidak meluas atau timbul. Guru memiliki peranan yang besar dan strategis, karena gurulah yang langsung berhadapan dengan siswa, dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Maka harus terus mengembangkan kapasitasnya agar bertindak semakin mampu mengajar. Kemampuan mengajar merupakan hal yang sangat penting, karena semakin baik kemampuan mengajar guru maka akan semakin tinggi prestasi yang dapat dicapainya. Tanpa adanya kemampuan mengajar guru yang baik, sulit bagi pendidikan/sekolah untuk mencapai hasil yang maksimal. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, pembelajaran kurang bermakna bagi siswa, monoton, metode yang digunakan kurang bervariasi, kurangnya media pembelajaran. Akibatnya kebosanan tumbuh pada siswa sehingga minat dan motivasi belajar siswa menjadi sulit dikembangkan. Mencermati hal tersebut di atas, sudah satnya untuk diadakan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mindset ke arah pencapaian tujuan pendidikan di atas. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu
pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi bagi para guru. Siswa diarahkan pada kegiatan pembelajaran yang bisa membawa perubahan pada dirinya secara terencana. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, antara lain: guru, bahan/materi,
berbagai sumber belajar, dan media pembelajaran. Guru
8
bukanlah satu-satunya sumber belajar. Siswa bisa belajar melalui media. Karena itu, siswa dapat berinteraksi dengan media atau sumber belajar lain. Guru dituntut untuk mampu memilih, membuat sendiri atau menggunakan media yang ada secara tepat, dan efisisien. Semua yang ada di sekeliling kita adalah media. Tugas guru adalah sejauh mana bisa memanfaatkan benda yang ada di sekitar kita menjadi media yang tepat, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan mampu memberikan hasil yang maksimal. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yang juga disebut penelitian naturalistik, dimana datanya didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi secara alamiah, serta lebih bersifat naratif berupa kata-kata. Data penelitian kualitatif merupakan data berbentuk paparan dan mengandung makna tentang permasalahan yang telah diteliti, yaitu mengenai bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tiga cara yaitu Observasi digunakan untuk mengumpulkan data umum, yaitu dengan mengamati secara langsung kondisi fisik sekolah, keadaan guru dan siswa di SDN 1 Kabila, Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan perkalian bilangan bulat, dalam hal ini wawancara dilakukan dengan guru, kepala sekolah dan siswa kelas tinggi, Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen berupa daftar nilai tugas siswa kelas IV, V, dan VI mengenai perkalian bilangan bulat , gambar dan sebagainya. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan guru kelas tinggi, kepala sekolah dan beberapa siswa kelas tinggi diperoleh data bahwa upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi saya uraikan sebagai berikut berdasarkan jawaban tiap guru kelas.
9
1. Upaya dari Ibu EM yaitu : - Membiasakan siswa untuk menghafal perkalian sebelum memulai pelajaran - Menjelaskan materi perkalian bilangan bulat secara berulang-ulang - Mengajarkan cara pengerjaan materi bilangan bulat - Memberikan soal-soal serta PR untuk mempermantap materi perkalian bilangan bulat - Memberikan pelajaran tambahan serta remedial kepada siswa yang belum memahami materi perkalian bilangan bulat. 2. Upaya dari Ibu FA yaitu : - Membiasakan menghafal perkalian sebelum pelajaran matematika akan dimulai - Menjelaskan materi dan menekankan perbedaan antara bilangan bulat positi dan negatif - Memberikan soal-soal tentang perkalian bilangan bulat. 3. Upaya dari Ibu SS yaitu : - Siswa kelas VI semua harus wajib menghafal perkalian, karena perkalian merupakan kunci dari materi perkalian bulat bulat - Menjelaskan kembali materi perkalian bilangan bulat jika masih ada siswa yang belum memahaminya - Memberikan soal-soal latihan sebagai implementasi siswa dalam memahami materi - Memberikan PR yang berhubungan dengan perkalian bilangan bulat. Berbanding lurus dengan hasil wawancara kepala sekolah dan siswa bahwa upaya yang dilakukan oleh guru memang benar adanya seperti itu, dimana menurut kepala sekolah bahwa upaya guru yaitu dengan penanaman konsep dasar matematika itu sendiri, menjelaskan kembali materi jika ada siswa yang belum memahaminya, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya, serta memberikan soal-soal latihan yang dikerjakan bersama kelompok belajar ataupun tutor sebayanya. Sedangkan menurut siswa jika ada materi yang mereka tidak mengerti guru akan menjelaskan kembali materi tersebut dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kemudian memberika soal-soal latihan. Bersadarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan ketiga sumber utama yaitu guru, kepala sekolah dan siswa, dapat disimpulkan secara keseluruhan upaya-upaya tersebut yaitu membiasakan siswa menghafal perkalian sebelum memulai pelajaran, menjelaskan materi perkalian bilangan bulat, memberikan
10
soal-soal latihan dan menjelaskan kembali materi tersebut jika ada soal yang belum dipahami, serta siswa diberikan PR yang berhubungan dengan perkalian bilangan bulat. Sehingga upaya guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi sudah optimal, dimana sebagian besar siswa telah memahami dan mampu menyelesesaikan perkalian bilangan bulat, walaupun tanpa menggunakan alat peraga atau media pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran. D. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango, Secara keseluruhan upaya-upaya tersebut yaitu membiasakan siswa menghafal perkalian sebelum memulai pelajaran, menjelaskan materi perkalian bilangan bulat, memberikan soal-soal latihan dan menjelaskan kembali materi tersebut jika ada soal yang belum dipahami, serta siswa diberikan PR yang berhubungan dengan perkalian bilangan bulat. Sehingga upaya guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi sudah optimal, dimana sebagian besar siswa telah memahami dan mampu menyelesesaikan perkalian bilangan bulat. Berdasarkan simpulan-simpulan tersebut, maka dapat dikemukakan saransaran sebagai berikut : 1. Bagi Guru Dalam upaya meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian bilangan bulat di kelas tinggi, guru harus menggunakan upaya-upaya yang lebih inovasi, misalnya dalam pembelajaran harus menggunakan alat peraga atau media pembelajaran, agar siswa lebih termotivasi dalam belajar serta diharapkan guru dapat menggunakan model pembelajaran inovatif dalam meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan perkalian bilangan bulat. 2. Bagi Sekolah Dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan perkalian bilangan
bulat
hendaknya
kepala
sekolah
mendukung
pelaksanaan
11
pembelajaran dan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan. 3. Bagi Siswa Diharapkan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh guru, siswa lebih termotivasi untuk belajar. 4. Bagi Peneliti Diharapkan dengan adanya penelitian ini, peneliti akan lebih mengembangkan upaya-upaya yang lebih inovatif dalam pembelajaran jika kelak menjadi seorang pendidik. DAFTAR PUSTAKA Abay, Veky. 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penjumlahan Bilangan Bulat Dengan Menggunakan Alat Peraga Garis Bilangan Di Kelas IV SDN Soginti Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. UNG Adi Putranto, Erwin. 2007. Matematika Itu Menyenangkan. Jakarta : PT. Bengawan Ilmu Depdiknas.
2006.
Buku Pintar Matematika SD.
Depok :
Depdiknas R.I
Depdiknas. 2011. Pedoman Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas R.I Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset Fauziah, Nur. 2006. Upaya Pemerintah Dalam Pembinaan Olahraga di Sooko Mojokerto. Surabaya. http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/08/pengertianupaya.htm (Online, diakses tanggal 26 Maret 2013, jam 07.00 Wita) Karso, dkk. 2007.
Pendidikan Matematika 1.
Jakarta :
Universitas Terbuka
Muhsetyo, Gatot dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka Panu, Warni Giu. 2010. Deskripsi Pengelolaan Program Kecakapan Hidup Kewirausahaan Pada PKBM Yotama Di Desa Bongo Kecamatan Batudaa Pantai. UNG Popy M. 2008. BELIA (Belajar Ilmu Aritmatika Dan Aljabar). Bandung : TIM Belia Purwanto, M. Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset