UNIVERSITAS INDONESIA
PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN JASA PT ABC INDONESIA
LAPORAN MAGANG
LAVIMIA LARASATI 1006712406
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JUNI 2014
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN JASA PT ABC INDONESIA
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
LAVIMIA LARASATI 1006712406
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JUNI 2014
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
IIALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi/TesisA)isertasi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
Lavimia Larasati
NPM
1006712406
Tanda Tangan
Tanggal
23 Juni20l4
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
lil
TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG
Nama Mahasiswa
: Lavimia Larasati
Nomor Pokok Mahasiswa
:1006712406
Judul Laporan Akhir Magang
: Prosedur
Audit atas Pendapatan Jasa PT ABC
Indonesia Tanggal
:23 luni2014
Pembimbing Magang
: Kurnia Irwansyah Rais, S.E.,
TTD
(Kurnia Irwansyah Rais, S.E., M.Ak)
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
M.Ak.
l IV
HALAMAN PENGESAIIAN
Laporan magang ini diajukan oleh
:
Nama
Lavimia Larasati
NPM
1006712406
Program Studi
Akuntansi
Judul
Prosedur
Audit
atas Pendapatan Jasa PT
ABC Indonesia
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Kurnia Irwansyah Rais,
S.E.,
M.Ak.
Ketua
Anggota
Ditetapkan
di
Tanggal
: Deddi Sukrisnady, S.E., BAP
: Depok
:23 Juni2014 Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
v
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan magang ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya sangat menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan magang ini, saya mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Kurnia Irwansyah Rais selaku dosen pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan membantu saya dalam penyusunan laporan magang ini. 2. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang serta menjadi motivator utama penulis dalam penyelesaian laporan magang ini. 3. Pihak KAP Razikun Tarkosunaryo atas kesempatan yang diberikan untuk bergabung sebagai salah satu junior auditor dan pengalaman kerja yang telah diberikan. 4. Mbak Dyah Pramesthi atas supervisi pada saat melakukan proses audit PT ABC Indonesia serta kesabarannya dalam menjawab segala pertanyaan yang saya ajukan berkaitan dengan penyusunan laporan magang. 5. Teman-teman seperjuangan saya selama melaksanakan program magang, yaitu Arum Rusmanovia, Ditya Ekasapta Septian, Erlangga Putera, Adlin Syafrizal, Adi Riyanto, Lutfi Samulo, Ihsan Irjami, Ratih Lia Asputri, Pettia Weharima, Ita Puspitasari, Panggih Arinadi. Terima kasih atas canda, tawa, pengalaman, dan persahabatan yang terjalin hingga sekarang. 6. Sahabat-sahabat seperjuangan saya selama di FEUI, yaitu Adam Sakti Laksana, Meigendaris Surtiabadi, Nenih Apriani, Fajar Sulistyaningsih, Ilevany Siami Setyoasih, Garinzafira Shabrina. Terima kasih sudah menjadi partner in crime yang ‘baik’ selama masa perkuliahan, terima kasih atas
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
vi
persahabatannya dan terima kasih atas kehadiran kalian
di saat suka maupun
duka. Togetherwe can, guys!
7. Sahabat-sahabat SMA saya, yaitu Karis Raditya,
Yuanita Alamsyah, Alvian
Yanuar, Herlina. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya dalam menjalani masa-masa sulit pengerjaan tugas akhir.
8.
'Konsultan' pribadi saya, yaitu Kak Laksono Budi Satrio dan Dewi Nindyastuti, yang selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan laporan serta menjadi tempat saya bertanya.
9.
Andika Dewangga Yudha, terima kasih atas semangat, dukungan, kesabaran, dan kasih sayang yang telah diberikan hingga saat ini.
i0. Seluruh pihak yang telah membantu dan membimbing saya baik dalam penyusunan laporan magang ini maupun dalam kehidupan.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT mencatat
dan membalas amal baik pihak-
pihak yang telah membantu saya. Semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dan bagi pihak yang membacanya.
Depok,23 Juni2014
Iaruw{f Lavimia Larasati
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bahwa
*
ini
:
Nama
Lavimia Larasati
NPM
1006712406
Program Studi
S1
Departemen
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi
Jenis Karya
Laporan Magang
demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul
:
Prosedur Audit atas Pendapatan Jasa PT ABC Indonesia beserta perangkat yang ada
Nonekslusif ini
fiika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Universitas Indonesia berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat
di
Padatanggal
: Jakarta :
23 Juni20l4
Yang menyatakan
Irv,rnw (Lavimia Larasati) Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
viii
ABSTRAK
Nama
: Lavimia Larasati
Program Studi : Akuntansi Judul
: Prosedur Audit atas Pendapatan Jasa PT ABC Indonesia
Pendapatan bidang jasa konstruksi merupakan pendapatan yang berasal dari aktivitas konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor berdasarkan kontrak yang diberikan oleh pemberi kerja. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menghitung jumlah pendapatan yang dapat diakui oleh kontraktor. Metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia adalah metode persentase penyelesaian. Laporan magang ini berisi tentang proses audit yang dilakukan oleh penulis atas akun pendapatan PT ABC Indonesia untuk memastikan bahwa pendapatan yang diakui oleh PT ABC Indonesia telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan PSAK 34 mengenai Kontrak Konstruksi. Kata Kunci : Jasa konstruksi, pendapatan kontrak, metode persentase penyelesaian, prosedur audit.
ABSTRACT
Name
: Lavimia Larasati
Study Program : Accounting Title
: Audit Procedure of Service Revenue PT ABC Indonesia
Revenue from construction contract is obtained from construction activity done by contractor based on contract given by client. There are some methods to calculate the amount of revenue recognized by contractor. PT ABC Indonesia uses percentage-of-completion method to recognize its revenue. This internship report contains audit process of construction revenue done by the writer to ensure that construction revenue recognized by PT ABC Indonesia is fairly presented and has been recorded based on PSAK 34 accounting standard about Construction Contract. Keywords : Construction services, contract revenue, percentage of completion method, audit procedure.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ............................ iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH .......................................
v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ............................ vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii 1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Tujuan Pelaksanaan Program Magang ......................................... 1.3. Tujuan Penulisan Laporan Magang ............................................. 1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang ..................... 1.5. Pelaksanaan Program Magang ..................................................... 1.6. Latar Belakang dan Tujuan Tema Laporan Magang .................... 1.7. Pembatasan Masalah .................................................................... 1.8. Metode Penulisan Laporan Magang ............................................. 1.9. Sistematika Penulisan .................................................................. 2. PROFIL PERUSAHAAN ......................................................................... 2.1. Profil KAP STR ........................................................................... 2.2. Profil PT ABC Indonesia sebagai Klien ...................................... 2.2.1. Sejarah Singkat PT ABC ................................................ 2.2.2. PT ABC di Indonesia ...................................................... 2.2.3. Kebijakan Akuntansi Umum PT ABC Indonesia ........... 2.2.4. Kebijakan Akuntansi Akun Pendapatan ......................... 3. LANDASAN TEORI ................................................................................. 3.1. PSAK No. 23 (Revisi 2010) ......................................................... 3.1.1. Ruang Lingkup dan Definisi ......................................... 3.1.2. Pengukuran Pendapatan ................................................ 3.1.3. Pengakuan Pendapatan Jasa ........................................... 3.1.4. Pengungkapan Pendapatan ............................................ 3.2. PSAK No. 34 (Revisi 2010) ......................................................... 3.2.1. Tujuan ........................................................................... 3.2.2. Ruang Lingkup dan Definisi ......................................... 3.2.3. Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi ........... 3.2.4. Pendapatan dan Beban Kontrak ....................................
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
1 1 2 2 3 3 4 5 5 5 7 7 8 9 10 12 12 14 14 14 15 16 18 18 18 19 20 21
x
3.2.5. Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak .................. 3.2.6. Pengungkapan Akuntansi Kontrak Konstruksi ............. 3.3. Metode Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi ................... 3.4. Teori Audit ................................................................................... 3.4.1. Definisi Audit ................................................................ 3.4.2. Risiko Audit dan Materialitas ....................................... 3.4.3 Audit atas Pendapatan ................................................... 4. PEMBAHASAN ........................................................................................ 4.1. Program Audit Akun Pendapatan ................................................. 4.2. Akuntansi Pendapatan PT ABC Indonesia .................................. 4.2.1. Sistem Akuntansi Pendapatan Kontrak ......................... Metode Pengakuan Pendapatan ..................................... 4.2.2. 4.2.3 Pencatatan Pendapatan Jasa Konstruksi ........................ 4.3. Pelaksanaan dan Temuan Audit PT ABC Indonesia .................... 5. PENUTUP .................................................................................................. 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 5.2 Saran ............................................................................................. DAFTAR REFERENSI .................................................................................. LAMPIRAN .....................................................................................................
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
22 23 24 28 28 29 31 34 34 35 35 37 41 44 51 51 52 54 55
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2.1.1. Siklus Pendapatan PT ABC Indonesia .................................... 37
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Grafik Perbandingan Profit Tahun 2013 per Bulan ........................ 49
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Vouching Akun Piutang ....................................................... 55 Lampiran 2 Perbandingan Pendapatan 2013-2012 ........................................... 56 Lampiran 3 Working Paper Akun Pendapatan PT ABC Indonesia .................. 57
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pelaksanaan Magang Era globalisasi yang semakin berkembang dewasa ini memberikan sebuah
tantangan tersendiri kepada para pelaku bisnis. Kemajuan teknologi yang seolah menghilangkan batas antar negara membuat persaingan bisnis semakin ketat. Hal ini tentunya secara tidak langsung juga memengaruhi persaingan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang juga semakin kompetitif. Tidak hanya dari negaranya sendiri, saat ini para tenaga kerja, khususnya di Indonesia, juga harus bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari luar negeri yang mana taraf pendidikannya lebih baik. Dibutuhkan sebuah kompetensi dan profesionalitas yang tinggi untuk dapat bertahan dalam persaingan yang semakin kompetitif tersebut. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, salah satu Fakultas Ekonomi pencetak lulusan terbaik Indonesia, merupakan sebuah fakultas yang berwawasan internasional. Demi mencetak lulusan berkualitas dan berdaya saing tinggi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk terjun langsung ke dalam dunia kerja melalui program magang sebagai syarat kelulusan pengganti skripsi. Program magang ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja yang sebenarnya. Mahasiswa ditantang untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat di bangku kuliah pada kehidupan kerja nyata. Selain itu, melalui program magang ini, mahasiswa juga bisa mendapatkan pengalaman atau ilmu baru yang tak bisa didapat di bangku kuliah, seperti kemampuan untuk beradaptasi, berkomunikasi, dan bekerjasama dengan orang lain. Dengan begitu, diharapkan mahasiswa lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dapat lebih siap untuk menghadapi
dunia
kerja
dan
mempunyai
daya
saing
1 Universitas Indonesia Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
2
dan kompetensi yang tinggi dalam menghadapi persaingan tenaga kerja di era globalisasi ini. 1.2
Tujuan Pelaksanaan Program Magang Terdapat beberapa tujuan dari pelaksanaan program magang yang
disediakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, antara lain: 1.
Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dan mempelajarinya lebih dalam.
2.
Mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja dengan terjun langsung ke dalam dunia kerja nyata yang sangat berbeda dengan kehidupan perkuliahan.
3.
Mengasah soft skill mahasiswa, seperti kemampuan presentasi, adaptasi, komunikasi, team work, dan problem solving, serta sebagai sarana bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas diri.
4.
Membangun hubungan yang saling menguntungkan antara mahasiswa sebagai peserta magang dengan perusahaan tempat pelaksanaan program magang.
1.3
Tujuan Penulisan Laporan Magang Laporan magang ini berisi mengenai segala aktivitas yang dilakukan
penulis selama periode magang serta teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan topik laporan magang. Adapun tujuan dari penulisan laporan magang, yaitu: a. Salah satu syarat kelulusan program magang b. Sebagai bentuk kontribusi mahasiswa kepada Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
dan
perusahaan
tempat
mahasiswa
melaksanakan program magang. c. Sarana pemberi informasi
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
3
1.4
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang Penulis melaksanakan program magang di Kantor Akuntan Publik STR
yang terletak di bilangan TB Simatupang, Jakarta Selatan. KAP STR merupakan sebuah Kantor Akuntan Publik yang bergabung dengan PQR Global Alliance, sebuah perusahaan berkantor pusat di London, yang menyediakan jasa konsultasi bisnis dan penasehat hukum. Penulis melaksanakan program magang selama kurang lebih tiga bulan terhitung sejak tanggal 6 Januari 2014 sampai 4 April 2014 sebagai junior auditor. 1.5
Pelaksanaan Program Magang Selama pelaksanaan program magang, penulis diberikan tanggung jawab
untuk ikut melakukan proses audit terhadap beberapa perusahaan yang sudah menjadi klien KAP STR. Berikut rincian perusahaan klien yang mana penulis melakukan proses audit beserta tugas penulis di dalam tim audit: 1. PT XYZ Merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, baik perdagangan besar maupun perdagangan impor. Perusahaan yang berlokasi di kawasan Sudirman ini didirikan oleh XYX, Inc. dan XYY, Inc. pada tahun 2004. Pada klien ini, penulis diberikan tugas untuk membantu auditor senior dalam mengaudit akun penjualan, harga pokok penjualan, biaya-biaya, hutang usaha dan hutang lain-lain, serta perpajakan. Penulis terlibat dalam pelaksanaan test of detail balance, sampling, vouching, dan pembuatan kertas kerja. 2. PT ABC Indonesia Merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa konsultasi konstruksi di bidang sipil, elektrikal dan mekanikal. Perusahaan yang terletak di daerah Pulo Mas ini pertama kali mengerjakan proyeknya di Indonesia pada tahun 1980. Pada klien ini, penulis diberikan tugas untuk membantu auditor senior dalam mengaudit akun kas dan setara kas, piutang dan piutang lain-lain, perpajakan, beban, serta pendapatan. Penulis
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
4
terlibat dalam pelaksanaan test of detail balance, sampling, vouching, dan pembuatan kertas kerja. 3. PT MGD Merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang siaran pertelevisian. Perusahaan yang berdomisili di Kota Madiun ini memulai usaha komersialnya pada tahun 2006. Penulis terlibat dalam pelaksanaan test of detail balance, sampling, vouching, pembuatan kertas kerja, hingga penyusunan draft untuk laporan audit. 1.6
Latar Belakang dan Tujuan Tema Laporan Magang Laporan magang ini akan membahas mengenai audit atas pendapatan PT
ABC Indonesia yang bergerak di bidang penyedia jasa konsultan teknik dan manajemen. PT ABC Indonesia dalam mengakui pendapatannya menggunakan metode percentage-of-completion input measures, dimana untuk mengakui seberapa besar pendapatan yang dapat diakui, PT ABC Indonesia menggunakan jumlah man-hours yang telah terjadi sebagai tolak ukurnya. Latar belakang penulis mengambil tema ini adalah karena metode percentage-of-completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia dalam mengakui pendapatannya berbeda dengan metode percentage-of-completion pada umumnya, dimana metode percentage-of-completion yang digunakan PT ABC Indonesia hampir mirip dengan metode pengakuan pendapatan cost-recovery yang menggunakan jumlah biaya, dalam hal ini man-hours, yang terjadi sebagai dasar dari pengakuan jumlah pendapatan. Adapun tujuan dari pemilihan tema laporan magang adalah: 1. Bagaimana metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia, apakah sudah sesuai dengan apa yang diatur dalam PSAK 34 mengenai Kontrak Konstruksi? 2. Apa perbedaan antara metode pengakuan pendapatan percentage of completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia dengan metode pengakuan pendapatan cost-recovery?
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
5
3. Bagaimana penerapan ilmu teori dengan yang dipraktikkan oleh PT ABC Indonesia sehingga dapat menjadi bahan pembelajaran?
1.7
Pembatasan Masalah Penulis hanya sebatas membahas mengenai audit atas pendapatan PT ABC
Indonesia pada tahun 2013. Penulis tidak bertanggung jawab atas audit atas pendapatan pada tahun sebelumnya dan tahun berikutnya. 1.8
Metode Penulisan Laporan Magang Penulis dalam penyusunan laporan magang ini menggunakan metode
observasi dan studi literatur, dimana penulis terjun langsung dalam rangka melaksanakan proses audit atas PT ABC Indonesia, klien dari KAP STR, dan mengumpulkan data-data yang terkait dengan pembahasan masalah laporan magang dari beberapa sumber. 1.9
Sistematika Penulisan Penyusunan laporan magang ini terbagi ke dalam lima bagian yang
dilengkapi oleh lampiran-lampiran pendukung, yaitu: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, tempat dan waktu, pelaksanaan program magang, ruang lingkup serta sistematika penulisan laporan magang. BAB II: PROFIL PERUSAHAAN Bab ini memberikan penjelasan singkat mengenai profil perusahaan tempat penulis melaksanakan program magang, yaitu KAP STR, serta profil PT ABC Indonesia, salah satu perusahaan klien yang menjadi tempat penugasan penulis selama periode magang.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
6
BAB III: LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai landasan-landasan teori yang penulis gunakan dalam penyusunan laporan magang ini, seperti teori mengenai pendapatan, metode pengakuan pendapatan, PSAK 23 mengenai pendapatan, PSAK 34 mengenai kontrak konstruksi, serta teori mengenai audit. BAB IV: PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai akuntansi pendapatan PT ABC Indonesia, analisis penulis mengenai metode pengakuan pendapatan percentage-of-completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia, serta pelaksanaan dan temuan audit atas akun pendapatan PT ABC Indonesia. BAB V: PENUTUP Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari keseluruhan laporan magang ini serta saran yang penulis berikan baik untuk PT ABC Indonesia selaku perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis, serta KAP STR selaku tempat dimana penulis melaksanakan program magang.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
2.1
Profil KAP STR KAP STR merupakan sebuah Kantor Akuntan Publik yang bekerjasama
dengan PQR Global Alliance, sebuah perusahaan akuntan dan legal, serta konsultan bisnis dan legal, yang berkantor pusat di London, United Kingdom. Visi dari KAP STR adalah untuk menjadi sebuah perusahaan audit yang terdepan di Indonesia dengan mengedepankan nilai etik, sedangkan misi dari KAP STR adalah menyediakan jasa assurance dan konsultan yang berstandar internasional; memberikan jasa terbaik untuk klien dengan penguasaan ilmu yang sangat baik, keahlian profesional, serta etik dan sikap yang baik; menawarkan best value kepada seluruh pemangku kepentingan. Terdapat enam bidang jasa yang disediakan oleh KAP STR, yaitu:
General Audit Jasa ini merupakan jasa yang berhubungan dengan pemeriksaan dan pemberian opini atas kewajaran laporan keuangan klien berdasarkan Generally Accepted Accounting Standards. Hasil dari laporan audit ini akan berguna bagi manajemen, shareholders, dan stakeholders.
Internal Audit Jasa ini membantu klien dalam membangun sistem kontrol internal yang efektif dan efisien, peraturan dan prosedur pelaporan, serta sistem tata kelola perusahaan.
7 Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
8
Special Audit Jasa ini berhubungan dengan pemeriksaan dan pemberian opini atas kewajaran laporan keuangan klien berdasarkan prosedur yang disetujui oleh klien. Jasa ini memastikan perusahaan menjalankan hal-hal yang berkaitan dengan finansial sesuai dengan praktik akuntansi yang benar.
Review and Compilation Jasa review adalah jasa atas review laporan keuangan klien tanpa melakukan jasa audit secara penuh. Laporan dari review tersebut akan mengungkapkan keterbatasan assurance atas kewajaran laporan keuangan. Sedangkan jasa compilation adalah jasa bantuan untuk klien dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan standar yang berlaku. Tidak ada opini yang dikeluarkan berhubungan dengan jasa ini.
Other Assurance Service Jasa ini membantu klien dalam menjalankan perusahaannya secara lebih efektif. Adapun jasa-jasa yang disediakan adalah:
Menyiapkan laporan keuangan prospektif, forecast dan proyeksi
Membantu klien dengan penelitian yang memungkinkan
Menyediakan pengukuran performa, termasuk benchmarking
Menganalisa laporan keuangan dan menyediakan advis mengenai akuntansi
Menyediakan asurans atas kepatuhan perusahaan dengan peraturan yang ada
Mengembangkan laporan khusus atas hal-hal yang terdapat pada laporan keuangan
2.2
Melaksanakan prosedur akuisisi bisnis dengan ketekunan
Profil PT ABC sebagai Perusahaan Klien Pada sub bab ini akan dipaparkan profil dari PT ABC, klien dari KAP STR
yang penulis gunakan sebagai objek penelitian. Adapun hal-hal yang dipaparkan
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
9
pada sub bab ini adalah sejarah singkat dari PT ABC, PT ABC di Indonesia, kebijakan akuntansi umum PT ABC Indonesia, serta kebijakan akuntansi PT ABC Indonesia berkaitan dengan akun pendapatan. 2.2.1. Sejarah Singkat PT ABC PT ABC pertama kali didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1927. Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan hasil merger dari dua perusahaan, yaitu perusahaan spesialis listrik serta perusahaan kondensor dan teknik mesin. Pada masa awal berdirinya, PT ABC terfokus pada bisnis intinya yaitu desain dan manufaktur boilers serta perangkat-perangkatnya. Seiring dengan berjalannya waktu, PT ABC melakukan ekspansi ke lingkup internasional dengan mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang hampir tersebar di seluruh dunia. PT ABC memulai lini bisnis barunya, yaitu bisnis teknik mesin (engineering) dan konstruksi, pada sekitar tahun 1920. Berikut adalah bidang-bidang teknik mesin dan konstruksi yang menjadi bisnis dari PT ABC:
Upstream Oil and Gas
Refining
Pharmaceuticals
Power
Fired Heaters
LNG / Gas Monetization
Chemicals
Minerals & Metals
Environmental
Pada tahun 1929, PT ABC terdaftar sebagai perusahaan listed di New York Stock Exchange, dan re-listed pada tahun 2005 di Nasdaq Stock Exchange melihat perkembangan posisi keuangan PT ABC yang terus meningkat sebagai dampak dari restrukturisasi program yang dilakukan PT ABC pada tahun 20022004. Kantor pusat PT ABC pada awalnya berlokasi di New York City, namun kemudian pindah ke New Jersey. Pada saat ini, kantor eksekutif PT ABC terletak di United Kingdom.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
10
Terdapat lima pedoman nilai inti yang dianut oleh PT ABC dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, yaitu: 1. Integritas PT ABC akan bertindak secara etis, mengedepankan keselamatan, berperilaku jujur, dan mematuhi peraturan yang berlaku. 2. Akuntabilitas PT ABC
akan menyelesaikan tanggung jawabnya secara
transparan, terlibat langsung dalam manajemen dan pengambilan keputusan, serta menerima imbalan dan konsekuensi yang sesuai. 3. Performa yang Baik PT ABC secara konsisten akan memenuhi atau melebihi ekspektasi dan fokus kepada prinsip perbaikan yang berkesinambungan. 4. Menghargai Orang Lain PT ABC akan memperlakukan orang lain dengan penuh hormat dan bermartabat serta berkomunikasi secara jelas dan jujur. PT ABC juga membuka kesempatan bagi para karyawannya untuk menggali potensi mereka secara maksimal. 5. Kerjasama Tim PT ABC akan bekerjasama dalam rangka pencapaian tujuan bersama 2.2.2. PT ABC di Indonesia PT ABC pertama kali memenangkan tender proyeknya di Indonesia pada sekitar tahun 1980-an. Semenjak itu, PT ABC memasukkan proyek rel kereta, pengolahan (refinery), bahan kimia, minyak dan gas, LNG dan farmasi pada portfolio nya di Indonesia. PT ABC mulai membuka cabangnya di Indonesia pada tahun 2010, berdasarkan Akta Notaris No. 86 Mala Mukti, S.H, LL.M tertanggal
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
11
29 November 2010, yang berlokasi di kawasan Perkantoran Pulo Mas, Jakarta Timur. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU02325.AH.01.01.Tahun 2011 tertanggal 17 Januari 2011 dan Dewan Koordinasi Investasi No.01906/1/PPM/PMA/2010 tertanggal 20 September 2010. Susunan Dewan Direksi PT ABC Indonesia pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Ketua Dewan Komisaris
: Mr. Robert Penno
Komisaris
: Mr. John Edward Denham Hodson
Ketua Dewan Direksi
: Joe Benyamin
Direksi
: Christopher Allan
Di Indonesia, PT ABC memfokuskan kegiatan usahanya pada penyediaan jasa kontrak, termasuk teknik mesin, pembelian (procurement) dan pekerjaan konstruksi, jasa konsultan konstruksi dan proyek, serta jasa konsultan minyak dan gas. PT ABC Indonesia bertindak sebagai pelaksana konstruksi dari proyek yang didapatkan oleh PT ABC Singapore. PT ABC Indonesia mempunyai 17 orang karyawan yang terbagi ke dalam tiga departemen, yaitu Direct Operating Department, Sales Department, dan General Overhead Department. Adapun penjelasan mengenai departemendepartemen di atas adalah sebagai berikut: 1. Direct Operating Department, departemen ini berisi para konsultan teknik yang turun langsung ke lapangan untuk membantu klien dalam pengerjaan proyeknya. 2. Sales Department, departemen ini bertugas untuk melakukan penawaran kepada klien, serta membuat proposal yang nantinya akan diajukan kepada klien. 3. General Overhead Department, departemen ini menangani bidang keuangan dan pajak PT ABC, serta menangani semua hal yang berhubungan dengan administrasi.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
12
2.2.3. Kebijakan Akuntansi Umum PT ABC Indonesia Laporan keuangan PT ABC Indonesia terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba/rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. PT ABC Indonesia menggunakan basis going concern dalam penyusunan laporan keuangannya. Semua elemen dari laporan keuangan, kecuali laporan arus kas, disusun menggunakan historical cost dan basis akrual. Terdapat beberapa revisi pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) yang berlaku efektif pada tahun 2013 dan relevan dengan kegiatan operasi PT ABC Indonesia, yaitu:
PSAK 10 (Revisi 2011) : “Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”
PSAK 16 (Revisi 2011) : “Aset Tetap”
PSAK 46 (Revisi 2010) : “Pajak Penghasilan”
PSAK 50 (Revisi 2010) : “Instrumen Keuangan : Penyajian”
PSAK 55 (Revisi 2011) : “Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran”
PSAK 60 : “Instrumen Keuangan : Pengungkapan” Mata uang fungsional yang digunakan oleh PT ABC Indonesia adalah US
Dollar. Namun, dalam hal pencatatan transaksi dan penyajian di laporan keuangan, perusahaan menggunakan mata uang rupiah, sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Transaksi yang menggunakan mata uang selain rupiah nilainya akan disetarakan dengan rupiah menggunakan nilai tukar pada saat transaksi terjadi atau pada saat unit diukur kembali. Pada saat tanggal pelaporan, akun moneter yang menggunakan mata uang selain rupiah nilainya akan disetarakan dengan rupiah menggunakan nilai tukar pada saat tanggal penutupan. Keuntungan atau kerugian pertukaran nilai mata uang akan dicatat pada laporan laba/rugi. 2.2.4. Kebijakan Akuntansi Akun Pendapatan Akun contract in process merupakan piutang yang berasal dari kontrak konstruksi klien, namun kontrak tersebut masih dalam tahap penyelesaian. Contract in process diakui sebagai pendapatan berdasarkan metode percentage of
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
13
completion berbasis cost-to-cost yang dinyatakan dalam menit penyelesaian pekerjaan (man- hours) yang belum diterbitkan fakturnya karena perbedaan antara tanggal sertifikat kemajuan fisik dan pengajuan penagihan pada tanggal laporan posisi keuangan. Akun pendapatan mencerminkan PPN, retur, rabat dan diskon, setelah mengurangi nilai penjualan yang terjadi di dalam perusahaan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB III LANDASAN TEORI
PSAK No. 23 (Revisi 2010)
3.1.
PSAK No. 23 merupakan PSAK yang membahas mengenai perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi kejadian tertentu. Adapun yang dibahas dalam PSAK ini adalah ruang lingkup dan definisi dari pendapatan, pengukuran pendapatan, pengakuan pendapatan, serta pengungkapan pendapatan. Pada sub bab ini penulis akan memfokuskan pembahasan kepada pendapatan jasa. 3.1.1
Ruang Lingkup dan Definisi Penghasilan merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
menyebabkan naiknya ekuitas suatu entitas pada suatu periode tertentu akibat dari kegiatan operasional entitas, bukan akibat dari kontribusi pemilik. Penghasilan (income) terdiri dari pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain). Pendapatan berasal dari aktivitas normal perusahaan dan dikenal dengan berbagai macam sebutan, seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, dan royalti. Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri. Terdapat tiga transaksi yang menyebabkan munculnya pendapatan, yaitu : 1. Penjualan barang, meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk nantinya dijual kembali, seperti barang yang dibeli oleh pengecer atau tanah yang akan dijual kembali. 2. Penjualan jasa, berkaitan dengan kinerja atas tugas yang telah disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode tertentu. 3. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga (pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terutang pada entitas), royalti (pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas), dan dividen (distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas).
14 Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
15
3.1.2 Pengukuran Pendapatan Pendapatan diukur berdasarkan nilai wajar dari imbalan yang diterima atau dapat diterima. Nilai wajar merupakan jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeingan untuk melakukan transaksi wajar. Jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu entitas ditentukan pada perjanjian antara entitas tersebut dengan pembeli atau pengguna aset. Pendapatan yang dapat diakui dari penjualan tersebut dihitung dengan mengurangkan nilai wajar pendapatan yang diterima atau dapat diterima dengan jumlah diskon atau rabat volume. Pada umumnya, imbalan yang diterima atau dapat diterima berbentuk kas atau setara kas. Namun apabila imbalan tersebut ditangguhkan seperti pemberian kredit bebas bunga atau penerimaan wesel tagih dari pembeli yang bunganya di bawah harga pasar, maka untuk mengetahui nilai wajar dari imbalan tersebut, entitas harus mendiskontokan seluruh penerimaan di masa mendatang dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat dapat ditentukan melalui dengan melihat mana yang lebih mudah ditentukan antara : 1. Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit dengan penilaian kredit yang sama; atau 2. Tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal dari instrumen tersebut ke harga jual tunai saat ini. Apabila terjadi perbedaan antara nilai wajar dengan nilai nominal imbalan, maka perbedaan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Hal ini dijelaskan pada PSAK 23 Revisi 2010 paragraf 30 dan 31, serta PSAK 55 mengenai Instrumen Keuangan. Penukaran barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang serupa bukanlah termasuk transaksi yang menghasilkan pendapatan. Sebagai contoh, sebuah penyalur menukar persediaan barang komoditas seperti minyak atau susu untuk memenuhi permintaan dalam suatu lokasi. Transaksi tersebut tidak menghasilkan pendapatan. Transaksi pertukaran dapat dikatakan menghasilkan pendapatan
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
16
apabila barang atau jasa yang ditukarkan memiliki sifat dan nilai yang berbeda. Pendapatan diukur dengan cara membandingkan nilai wajar dari barang atau jasa yang ditukarkan dengan kas atau setara kas yang diterima. 3.1.3 Pengakuan Pendapatan Jasa Jika hasil dari transaksi penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil dari transaksi dikatakan dapat diestimasi secara andal apabila : 1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal; 2. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat diperoleh entitas; 3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan 4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. Apabila terjadi ketidakpastian pada hal kolektibilitas pendapatan, maka jumlah yang tidak tertagih diakui sebagai beban, bukan sebagai penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui di awal. Entitas pada umumnya dapat membuat estimasi secara andal setelah entitas mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain yang terlibat dalam transaksi : 1. Hak yang dapat dipaksakan dari masing-masing pihak terkait dengan jasa yang disediakan dan diterima para pihak; 2. Imbalan yang dipertukarkan; dan 3. Cara dan persyaratan penyelesaian Biasanya, entitas juga perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan keuangan internal yang efektif. Entitas tersebut menelaah dan jika perlu merevisi estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan atas revisi tersebut tidak
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
17
berarti mengindikasikan bahwa hasil dari transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal. Pengakuan pendapatan yang mengacu pada tingkat penyelesaian suatu transaksi disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Dalam metode ini, pendapatan diakui pada periode akuntansi saat jasa ditunaikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja entitas dalam suatu periode. Tingkat penyelesaian transaksi dapat ditentukan dengan berbagai macam metode, sesuai dengan sifat transaksi. Metode tersebut dapat meliputi : 1. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan; 2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang harus dilakukan; atau 3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan atau yang harus dilakukan, dimasukkan ke dalam estimasi total biaya transaksi tersebut. Selama tahap awal transaksi, seringkali entitas tidak dapat mengestimasi hasil dari transaksi secara andal. Oleh karena itu, pendapatan diakui hanya sebesar beban yang diharapkan dapat terpulihkan. Karena hasil transaksi tidak dapat diestimasi secara andal, maka tidak ada laba yang diakui. Jika hasil transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kemungkinan kecil biaya yang terjadi akan terpulihkan, pendapatan tidak diakui dan biaya yang timbul diakui sebagai beban. Jika tidak ada lagi kondisi semula yang mengakibatkan hasil kontrak tidak dapat diestimasi dengan andal, maka pendapatan diakui sesuai dengan metode yang telah dijelaskan di atas.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
18
3.1.4 Pengungkapan Pendapatan Entitas diwajibkan untuk mengungkapkan hal-hal berikut berkaitan dengan pendapatan pada laporan keuangannya : 1. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan pemberian jasa; 2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalty, dividen; dan 3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan. 3.2.
PSAK No. 34 (Revisi 2010) Pada sub bab ini akan dibahas mengenai isi dari PSAK No. 34 mengenai
Kontrak Konstruksi. Adapun komponen-komponen dari PSAK No. 34 yang akan dibahas pada sub bab ini adalah tujuan dari penyusunan PSAK No. 34, ruang lingkup dan definisi, penyatuan dan segmentasi kontrak konstruksi, pendapatan dan beban kontrak, pengakuan pendapatan dan beban kontrak, dan pengungkapan akuntansi kontrak konstruksi. 3.2.1. Tujuan Tujuan dari PSAK No. 34 adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Permasalahan utama yang dihadapi oleh akuntansi kontrak konstruksi adalah pada pengalokasian biaya dan pendapatan kontrak di setiap periodenya. Hal ini dikarenakan sifat dari aktivitas pada kontrak konstruksi itu sendiri, dimana tanggal dimulai dan berakhirnya aktivitas kontrak konstruksi berada di periode akuntansi yang berbeda. Oleh karena itu, PSAK ini mengatur tentang waktu pengakuan pendapatan dan beban aktivitas konstruksi pada laporan laba rugi berdasarkan kriteria pengakuan yang diatur dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
19
3.2.2. Ruang Lingkup dan Definisi PSAK 34 mempunyai ruang lingkupnya, yaitu pernyataan ini diterapkan pada akuntansi untuk kontrak konstruksi dalam laporan keuangan kontraktor. Adapun beberapa definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam PSAK ini, yaitu sebagai berikut : 1. Kontrak Biaya-Plus adalah kontrak dimana kontraktor mendapatkan pengganti untuk biaya yang telah ditentukan atau telah diizinkan, ditambah imbalan dengan persentase terhadap biaya atau imbalan. 2. Kontrak Harga Tetap adalah kontrak dimana kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang ditentukan, atau tariff yang telah ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuan-ketentuan kenaikan biaya. 3. Kontrak Konstruksi adalah kontrak yang merupakan hasil dari negosiasi khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan. 4. Penyimpangan adalah suatu instruksi yang diberikan pelanggan mengenai perubahan dalam lingkup pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan kontrak. 5. Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pelanggan atau pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak. 6. Pembayaran Insentif adalah jumlah tambahan yang dibayarkan kepada kontraktor apabila standar-standar pelaksanaan yang telah ditentukan telah terpenuhi atau dilampaui. 7. Retensi adalah jumlah termin yang tidak dibayar hingga pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah diperbaiki. 8. Termin adalah jumlah yang ditagih atas pekerjaan yang dilakukan dalam suatu kontrak, baik yang telah dibayar maupun yang belum dibayar oleh pelanggan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
20
9. Uang Muka adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum pekerjaan dilakukan
3.2.3. Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi Kontrak konstruksi merupakan sebuah kontrak yang berisi mengenai konstruksi atas aset tunggal maupun aset yang berkaitan satu sama lain. Kontrak ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu kontrak biaya-plus dan kontrak harga tetap. Kontrak konstruksi meliputi : 1. Kontrak pemberian jasa yang berhubungan dengan konstruksi aset, misalnya pelayanan jasa untuk manajer proyek dan arsitek 2. Kontrak untuk penghancuran atau restorasi aset dan restorasi lingkungan setelah penghancuran aset Jika suatu kontrak mencakup sejumlah aset, maka konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika : 1. Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset 2. Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah serta kontraktor dan pelanggan dapat
menerima atau
menolak
bagian kontrak
yang
berhubungan dengan masing-masing aset tersebut; 3. Biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasi. Jika suatu kelompok kontrak dengan satu atau beberapa pelanggan diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi gabungan jika : 1. Kelompok kontrak dinegosiasikan sebagai satu paket 2. Kontrak-kontrak tersebut berhubungan sangat erat, kontrak tersebut merupakan bagiandari satu proyek tunggal dengan suatu margin laba 3. Kontrak-kontrak tersebut dilaksanakan secara serentak atau secara berkesinambungan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
21
Suatu kontrak mungkin saja berisi mengenai klausul akan konstruksi aset tambahan yang diminta oleh pelanggan. Oleh karena itu, konstruksi aset tambahan ini diperlakukan sebagai kontrak konstruksi terpisah jika : 1. Aset tambahan berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak semula; atau 2. Harga aset tambahan tersebut dinegosiasikan tanpa memerhatikan harga kontrak semula.
3.2.4. Pendapatan dan Beban Kontrak Pendapatan kontrak konstruksi terdiri dari : 1. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak 2. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan dan dapat diukur secara andal. Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan diterima. Pendapatan kontrak bergantung pada hasil dari peristiwa di masa depan yang tidak pasti, sehingga seringkali diperlukan revisi atas estimasi sesuai dengan realisasi di masa mendatang. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari satu periode ke periode berikutnya. Biaya kontrak konstruksi dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu : 1. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu 2. Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak. 3. Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak. Biaya kontrak merupakan biaya-biaya yang dapat diatribusikan pada suatu kontrak sejak tanggal diperolehnya kontrak sampai dengan tanggal penyelesaian kontrak. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak dan muncul dalam rangka memperoleh kontrak dapat dimasukkan ke dalam biaya kontrak jika
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
22
biaya-biaya tersebut dapat diidentifikasi secara terpisah, dapat diukur secara andal, dan memiliki probabilitas yang besar akan diperolehnya kontrak. Jika biaya-biaya yang muncul dalam rangka memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kontrak ketika kontrak tersebut diperoleh pada periode berikutnya. 3.2.5. Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak Pendapatan dan beban kontrak konstruksi dapat diakui jika pendapatan dan beban tersebut dapat diestimasi secara andal dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan. Pendapatan pada kontrak harga tetap dan kontrak biaya-plus dikatakan dapat diestimasi secara andal apabila seluruh kondisi berikut terpenuhi : 1. Kontrak Harga Tetap a. Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal b. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan mengalir ke entitas c. Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal d. Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur secara andal sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya.
2. Kontrak Biaya-Plus a. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan mengalir ke entitas b. Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat ditagih atau tidak ke pelanggan, dapat diidentifikasi dengan jelas, serta dapat diukur secara andal. Pengakuan pendapatan yang memperhatikan tahap penyelesaian disebut dengan metode persentase penyelesaian. Pada metode ini pendapatan, beban, serta laba yang dilaporkan diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
23
proporsional. Metode ini dinilai dapat memberikan informasi mengenai cakupan aktivitas kontrak pada suatu periode. Pendapatan kontrak diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi pada periode akuntansi dimana pekerjaan dilakukan. Sedangkan beban kontrak diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi pada periode akuntansi dimana pekerjaan yang berhubungan dilakukan. Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima oleh entitas dari pelanggan seringkali tidak mencerminkan tahap penyelesaian. Tahap penyelesaian suatu kontrak dapat ditentukan dalam berbagai cara. Entitas dapat menggunakan tiga pilihan metode yang sesuai agar pekerjaan yang dilakukan dapat diukur secara andal. Metode-metode tersebut antara lain : 1. Proporsi biaya kontrak yang terjadi untuk pekerjaan yang dilaksanakan
sampai tanggal perhitungan dibandingkan dengan estimasi total biaya kontrak 2. Survei atas pekerjaan yang telah dilaksanakan 3. Penyelesaian suatu bagian secara fisik dari pekerjaan kontrak.
Pada tahap awal suatu kontrak, seringkali entitas tidak bisa mengestimasi dari hasil kontrak konstruksi secara andal. Jika hal tersebut terjadi, maka pendapatan yang dapat diakui oleh entitas hanya sebesar biaya yang telah dikeluarkan yang diperkirakan dapat dipulihkan dan biaya kontrak diakui sebagai beban pada periode dikeluarkannya biaya tersebut. Hasil kontrak yang tidak dapat diestimasi juga mengakibatkan entitas tidak bisa mengakui adanya laba. Apabila terjadi selisih antara total pendapatan dan total biaya kontrak, maka selisih tersebut akan diakui segera sebagai beban. Begitu juga apabila terdapat taksiran akan total biaya kontrak yang melebihi total pendapatannya (kerugian) maka taksiran tersebut akan segera diakui sebagai beban. 3.2.6. Pengungkapan Akuntansi Kontrak Konstruksi Pada laporan keuangannya, entitas melaporkan beberapa hal berikut : 1. Jumlah pendapatan yang diakui pada periode tersebut 2. Metode yang digunakan untuk mengakui pendapatan kontrak 3. Metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
24
Berkaitan dengan pekerjaan yang masih dalam proses penyelesaian pada akhir periode pelaporan, entitas melaporkan beberapa hal berikut : 1. Jumlah akumulasi biaya yang dikeluarkan dan laba yang diakui (dikurangi dengan kerugian yang diakui) sampai tanggal pelaporan 2. Jumlah uang muka yang diterima 3. Jumlah retensi Entitas menyajikan jumlah tagihan bruto kepada pelanggan sebagai aset, sedangkan jumlah utang bruto dari pelanggan sebagai liabilitas. Jumlah tagihan bruto merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan ditambah laba yang diakui dengan jumlah kerugian dan termin yang diakui. Sedangkan jumlah utang bruto merupakan selisih dari biaya yang dikeluarkan ditambah laba yang diakui dengan jumlah kerugian yang diakui dan termin. 3.3
Metode Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi Penjual pada kontrak konstruksi jangka panjang dapat mengirimkan
tagihan kepada pembeli dalam jangka waktu tertentu, seiring dengan perkembangan penyelesaian proyek. Menurut Kieso et al. (2011), terdapat dua metode akuntansi yang dapat digunakan untuk mengakui pendapatan kontrak konstruksi jangka panjang, yaitu metode persentase penyelesaian (percentage-ofcompletion method) dan metode pemulihan biaya (cost-recovery method). 1. Metode Persentase Penyelesaian (Percentage-of-Completion Method) Pada metode ini, entitas mengakui pendapatan dan laba kotornya pada setiap periode sesuai dengan perkembangan penyelesaian proyek. Entitas kemudian mengakumulasikan seluruh biaya konstruksi serta laba kotor yang didapat sampai dengan tanggal pengakuan pada akun persediaan (Contruction in Process) serta mengakumulasikan progress billing pada akun kontra persediaan (Billings on Construction in Progress). Suatu entitas diharuskan untuk menggunakan metode ini apabila tahap penyelesaian, pendapatan, dan beban dapat diestimasikan secara andal. Selain itu,
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
25
terdapat beberapa situasi dimana suatu entitas diharuskan untuk menggunakan metode persentase penyelesaian ini, yaitu :
Total dari pendapatan kontrak dapat diukur secara andal
Terdapat probabilitas yang tinggi akan masuknya manfaat ekonomi yang berhubungan dengan kontrak kepada entitas
Biaya untuk menyelesaikan kontrak dan tahapan penyelesaian kontrak dapat diukur secara andal pada saat tanggal pelaporan.
Biaya kontrak dapat diidentifikasikan dan diukur secara andal sehingga pada akhirnya dapat dibandingkan antara biaya yang diestimasi dengan biaya yang benar-benar muncul. Alasan untuk menggunakan metode persentase penyelesaian adalah karena
dengan menggunakan metode ini penjual dan pembeli sama-sama mempunyai hak yang bersifat memaksa (enforceable rights). Pembeli mempunyai hak untuk mendapatkan kinerja dari penjual sesuai dengan yang tertera dalam kontrak, sedangkan penjual mempunyai hak untuk mendapatkan progress payment dari pembeli. Penjualan muncul seiring dengan tahapan penyelesaian kontrak. Oleh karena itu, entitas harus mengakui pendapatannya sesuai dengan tahapan penyelesaian kontrak. Permasalahan utama yang dihadapi entitas dalam menggunakan metode persentase penyelesaian adalah bagaimana caranya entitas dapat mengestimasi tahapan penyelesaian dan laba bersih akhir secara akurat dan layak. Oleh karena itu, entitas menggunakan berbagai macam metode untuk menentukan tingkat kemajuan penyelesaian proyek. Terdapat dua metode yang paling sering digunakan oleh entitas, yaitu metode biaya ke biaya (cost-to-cost method) dan metode unit pengiriman (units-of-delivery method). Tujuan dari penggunaan metode ini adalah untuk mengukur sejauh mana tingkat kemajuan penyelesaian kontrak dalam konteks biaya, unit, atau nilai tambah. Entitas harus dapat mengukur pekerjaan yang telah dikerjakannya. Oleh karena itu, entitas dapat menggunakan dua metode pengukuran yang sesuai
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
26
dengan kebutuhan entitas, yaitu ukuran masukan (input measure) dan ukuran keluaran (output measure). Metode pengukuran ukuran masukan menunjukkan usaha (effort) yang telah dilakukan oleh entitas terhadap kontrak. Contoh dari ukuran masukan adalah biaya yang telah dikeluarkan entitas, dan jam kerja. Terdapat Terdapat dua metode yang digunakan dalam ukuran masukan, yaitu metode biaya ke biaya (cost-to-cost method) dan metode upaya diperluas (effort expanded method). a. Metode Biaya ke Biaya (Cost-to-Cost Method) Metode pengukuran yang paling sering digunakan oleh entitas untuk mengukur pendapatannya adalah metode biaya ke biaya. Adapun rumus dari metode persentase penyelesaian biaya ke biaya adalah sebagai berikut :
Nilai persentase penyelesaian didapatkan dari rasio antara biaya yang telah dikeluarkan dengan estimasi total biaya terbaru. Selanjutnya, nilai dari persentase penyelesaian tersebut dikalikan dengan estimasi total pendapatan atau laba kotor untuk mengetahui jumlah pendapatan atau laba kotor yang dapat diakui sampai tanggal saat ini.
Percent Complete
x
Estimated Total Revenue (or Gross Profit)
=
Revenue (or Gross Profit) to be Recognized to Date
Untuk mengetahui jumlah pendapatan atau laba kotor yang dapat diakui pada periode sekarang, maka pendapatan atau laba kotor yang diakui sampai tanggal saat ini dikurangi oleh pendapatan atau laba kotor yang diakui di periode sebelumnya.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
27
Revenue (or Gross Profit) to be Recognized to Date
-
Revenue (or Gross Profit) Recognized in Prior Periods
=
Current-Period Revenue (or Gross Profit)
b. Metode Upaya Diperluas (Effort Expanded Method) Pada dasarnya, perhitungan nilai persentase penyelesaian yang digunakan pada metode ini sama dengan perhitungan yang digunakan pada metode biaya ke biaya, yaitu dengan menghitung rasio ukuran masukan yang telah dikeluarkan oleh entitas dengan estimasi total ukuran masukan. Namun, metode ini menggunakan dasar ukuran tertentu dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh entitas. Ukuran tersebut meliputi jam kerja, upah, jam mesin, atau kuantitas bahan. Metode pengukuran ukuran keluaran (output measure) menunjukkan hasil dari pekerjaaan yang telah dilakukan oleh entitas terhadap kontrak. Dasar dari kategori yang termasuk dalam metode pengukuran ini adalah unit yang telah diproduksi, tahapan kontrak yang telah tercapai, dan nilai tambah (value added). 2. Metode Pemulihan Biaya (Cost-Recovery Method) Pada metode ini pendapatan diakui sebesar biaya yang diharapkan dapat dipulihkan. Entitas mengakui laba pada saat entitas mengakui beban. Entitas lalu mengakumulasikan biaya konstruksi pada akun persediaan (Construction in Process), dan mengakumulasikan progress billing pada akun kontra persediaan (Billings on Construction in Process). Suatu entitas diperbolehkan untuk menggunakan metode pemulihan biaya pada situasi-situasi sebagai berikut :
Ketika entitas tidak bisa memenuhi persyaratan untuk menggunakan metode persentase penyelesaian, atau
Ketika terdapat risiko yang melekat pada kontrak di luar keadaan normal, seperti risiko bisnis yang berulang.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
28
3.4.
Teori Audit Pada sub bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
audit, baik audit secara umum maupun audit atas akun pendapatan. Adapun teoriteori yang akan dibahas adalah definisi dari audit, dan audit atas pendapatan. 3.4.1. Definisi Audit Arens et al. (2009) mendefinisikan audit sebagai sebuah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti audit mengenai informasi dan melaporkan kecocokan antara informasi tersebut dengan kriteria yang ada, serta harus dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Berdasarkan definisi di atas terdapat empat kata kunci penting, yaitu informasi dan kriteria, pengumpulan dan pengevaluasian bukti, pelaporan, dan seorang yang kompeten dan independen. 1. Informasi dan Kriteria Untuk dapat melaksanakan proses audit, harus ada standar atau kriteria yang dijadikan acuan untuk mengevaluasi informasi yang sedang diaudit. Kriteria yang dijadikan acuan bergantung kepada jenis informasi yang diaudit. Sebagai contoh, audit atas kewajaran laporan keuangan menggunakan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) sebagai acuannya. Lain halnya dengan audit atas kontrol internal perusahaan yang menggunakan acuan COSO Framework dan audit atas tax return yang menggunakan undang-undang pajak sebagai acuannya. 2. Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Audit Bukti audit merupakan informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit telah sesuai dengan standar atau kriteria yang berlaku. Untuk dapat memenuhi tujuan audit, seorang auditor harus mendapatkan bukti audit yang sesuai baik dalam
konteks
kualitas
ataupun
kuantitas.
Pengumpulan
dan
pengevaluasian bukti audit merupakan tahapan yang penting dalam setiap proses audit.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
29
3. Pelaporan Tahap akhir dalam proses audit adalah tahap pelaporan dimana pada tahap ini temuan audit dikomunikasikan kepada pengguna. Bentuk dari laporan tersebut bisa dalam bentuk yang bermacam-macam, namun inti dari laporan tersebut adalah hasil evaluasi auditor mengenai informasi yang diaudit, apakah sudah sesuai dengan standar atau kriteria yang berlaku. 4. Seorang yang Kompeten dan Independen Seorang auditor harus benar-benar mengerti mengenai standar yang berlaku dan kompeten untuk menentukan tipe dan jumlah bukti audit agar dapat mencapai kesimpulan yang wajar setelah memeriksa bukti-bukti audit yang ada. Seorang auditor juga harus independen agar dapat meyakinkan
pengguna
untuk
mengandalkan
laporan
audit
yang
dihasilkannya. 3.4.2. Risiko Audit dan Materialitas SA Seksi 312 mendefinisikan risiko audit sebagai risiko yang timbul akibat auditor tidak memberikan opini yang benar pada laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Konsep materialitas merupakan konsep yang mengakui bahwa beberapa hal adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan. Laporan yang mengandung salah saji material merupakan laporan yang mengandung salah saji yang dampaknya dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi umum yang berlaku di Indonesia. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalahmasalah yang mungkin material terhadap laporan keuangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji, yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak material terhadap laporan keuangan. Pertimbangan auditor mengenai tingkat materialitas merupakan pertimbangan professional dari auditor sendiri dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
30
kebutuhan pihak yang memiliki pengetahuan memadai, serta pihak yang nantinya menggunakan informasi dari laporan keuangan. Dalam merencakan audit, terdapat dua tingkat pertimbangan yang harus auditor pertimbangkan, yaitu pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat saldo akun individual atau golongan transaksi. Pada tingkat laporan keuangan, auditor harus merancang prosedur auditnya sedemikian rupa sehingga risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah namun memadai untuk dapat menyatakan opini atas laporan keuangan. Sedangkan pada tingkat saldo akun individual atau golongan transaksi, auditor perlu mempertimbangkan risiko-risiko yang berkaitan dengan saldo akun individual atau golongan transaksi. Adapun risiko-risiko tersebut adalah : 1. Risiko Bawaan (Inherent Risk) Merupakan kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadapt suatu salah saji material dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Akun yang terdiri dari jumlah yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relative rutin dan berisi data berupa fakta. 2. Risiko Pengendalian (Control Risk) Merupakan risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena terbatasnya setiap pengendalian internal. 3. Risiko Deteksi (Detection Risk) Merupakan risiko dimana auditor tidak dapat mendeteksi akan adanya salah saji material pada suatu asersi. Risiko ini berkaitan dengan efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini muncul karena auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, atau karena adanya ketidakpastian walaupun saldo akun atau golongan transaksi telah diperiksa 100%.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
31
3.4.3. Audit atas Pendapatan Menurut Arens et al. (2009) terdapat dua tahapan dalam melaksanakan audit atas pendapatan, yaitu pengujian pengendalian (test of control) dan pengujian substansi transaksi (substantive tests of transaction). Pengujian pengendalian ditujukan agar auditor dapat memahami pengendalian internal perusahaan atas akun penjualan (sales), sementara pengujian substansi transaksi ditujukan untuk memastikan bahwa jumlah yang disajikan pada laporan keuangan sudah disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Hasil dari pengujian pengendalian akan dijadikan dasar dari perancangan pengujian substansi transaksi pada nantinya. Adapun metode yang digunakan untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansi adalah sebagai berikut : 1. Memahami Pengendalian Internal Perusahaan Auditor dapat memahami pengendalian internal perusahaan melalui flowchart perusahaan, menyiapkan kuesioner pengendalian internal, dan melalukan walkthrough pengujian penjualan. 2. Menilai Risiko Pengendalian Perusahaan Auditor menggunakan informasi yang dihasilkan dari pemahaman atas pengendalian internal perusahaan untuk menilai risiko atas sistem pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. Terdapat empat tahap yang esensial terhadap proses penilaian ini, yaitu : a. Auditor membutuhkan sebuah framework dalam proses penilaian risiko. b. Auditor harus dapat mengidentifikasi kunci dan kelemahan dari pengendalian internal c. Auditor
harus
dapat
menghubungkan
kunci
dan
kelemahan
pengendalian internal dengan tujuan audit d. Auditor melakukan proses penilaian risiko pengendalian melalui pengevaluasian kunci dan kelemahan pengendalian internal pada setiap
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
32
tujuan audit untuk nantinya dijadikan dasar penentuan lingkup pengujian kepatuhan atas penjualan Salah satu tahap di atas menyebutkan bahwa seorang auditor harus dapat menghubungkan kunci dan kelemahan pengendalian internal dengan tujuan audit. Tujuan dari audit atas pendapatan terbagi ke dalam enam jenis,
yaitu
occurrence,
completeness,
accuracy,
posting
and
summarization, classification, dan timing. a. Occurrence, memastikan bahwa transaksi penjualan yang terjadi benar-benar dilakukan kepada pelanggan yang tidak fiktif. b. Completeness, memastikan bahwa transaksi penjualan yang terjadi sudah dicatat. c. Accuracy, memastikan bahwa penjualan yang telah dicatat merupakan penjualan yang barangnya telah dikirimkan kepada pelanggan, serta jumlah tagihan telah sesuai dan dicatat. d. Posting and Summarization, memastikan bahwa penjualan telah terkandung dalam master file piutang dan telah diringkas secara benar. e. Classification,
memastikan
bahwa
transaksi
penjualan
telah
diklasifikasikan secara benar. f. Timing, memastikan bahwa transaksi penjualan telah dicatat pada periode yang benar
2. Menentukan Lingkup Pengujian Pengendalian dan Merancang Pengujian Pengendalian atas Penjualan Auditor menggunakan hasil dari penilaian risiko atas pengendalian internal perusahaan sebagai dasar untuk menentukan lingkup pengujian pengendalian internal. Setelah menentukan lingkup pengujian, auditor lalu merancang pengujian pengendalian internal atas akun penjualan, dimana pada tahap ini auditor melakukan pengujian pengendalian pada setiap pengendalian inti untuk memastikan keefektifan dari pengendalian tersebut.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
33
3. Merancang Pengujian Substansi Transaksi atas Penjualan Pengujian substansi transaksi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah terdapat salah saji moneter pada transaksi. Biasanya pengujian substansi transaksi dilakukan pada keadaan-keadaan tertentu dimana terdapatnya kelemahan atas pengendalian internal.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB IV PEMBAHASAN
Program Audit Akun Pendapatan
4.1.
Program
audit
merupakan
kumpulan
dari
prosedur
audit
yang
menggambarkan secara rinci tahapan atau prosedur audit apa saja yang menurut keyakinan auditor harus dilakukan untuk mencapai tujuan audit. Program audit yang baik harus mencantumkan: 1. Tujuan pemeriksaan 2. Prosedur audit yang akan dijalankan 3. Kesimpulan pemeriksaan Program audit akun pendapatan KAP STR tercantum pada program audit kategori profit and loss account. Program audit ini nantinya akan dilampirkan bersama dengan working paper profit and loss account. Berdasarkan kriteria di atas, program audit akun pendapatan yang disusun oleh KAP STR sudah termasuk ke dalam kategori program audit yang baik, dimana di dalam program audit tersebut terdapat tujuan pemeriksaan, prosedur audit, serta kesimpulan pemeriksaan. Adapun tujuan pemeriksaan yang berkaitan dengan akun pendapatan, yaitu: 1. Untuk memastikan bahwa akun pendapatan tidak under stated dan telah terklasifikasi secara benar. 2. Untuk memastikan bahwa item yang membutuhkan pengungkapan spesifik dilaporkan secara benar. 3. Untuk memastikan bahwa nominal ledger dikelola secara benar. 4. Untuk mengkonfirmasi semua pengungkapan yang diperlukan berkaitan dengan akun laba/rugi telah dibuat dan informasi telah disajikan dan dijelaskan secara wajar.
34 Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
35
Selain itu, prosedur audit yang berkaitan dengan akun pendapatan adalah sebagai berikut : 1. Siapkan lead schedule untuk tahun berjalan dan cocokkan dengan nominal ledger. 2. Periksa jurnal yang material atau penyesuaian yang dibuat selama pembuatan laporan keuangan 3. Melaksanakan analytical procedures, seperti : a. Membandingkan angka tahun berjalan dengan angka periode sebelumnya b. Meninjau key ratios atau performance indicator 4. Meninjau luasnya ketergantungan kepada pengendalian internal yang telah direncanakan dan mempertimbangkan apakah ketergantungan tersebut wajar. 5.
Menilai apakah terdapat tingkat materialitas dan/atau penilaian risiko awal yang harus direvisi berdasarkan bukti audit yang didapatkan.
6. Mengidentifikasi sumber pendapatan yang material dan menentukan bagaimana setiap sumber tersebut diaudit. 7. Melakukan vouching terhadap supporting document
4.2.
Akuntansi Pendapatan PT ABC Indonesia Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai akuntansi pendapatan PT ABC
Indonesia. Penjelasan akan dimulai dari sistem akuntansi pendapatan kontrak PT ABC Indonesia, gambaran umum dari Proyek Kota C sebagai proyek yang akan dijadikan objek penelitian, metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia, pencacatan pendapatan jasa konstruksi. 4.2.1. Sistem Akuntansi Pendapatan Kontrak PT ABC Indonesia Siklus pendapatan kontrak PT ABC Indonesia dimulai dari keikutsertaan PT ABC Singapore dalam tender yang diselenggarakan oleh perusahaan klien. Setelah PT ABC Singapore berhasil memenangkan tender tersebut, kemudian PT ABC Singapore membuat perjanjian kontrak dengan perusahaan klien dengan mengatasnamakan PT ABC Indonesia sebagai pihak kontraktor. Isi dari perjanjian
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
36
kontrak itu sendiri adalah mengenai hak dan kewajiban PT ABC Indonesia selaku kontraktor dengan perusahaan klien, nilai kontrak, estimasi biaya, dan mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan klien. PT ABC Singapore lalu menyerahkan proyek tersebut kepada PT ABC Indonesia, selaku pelaksana konstruksi, untuk dikerjakan. Dalam setiap kontraknya, PT ABC Indonesia bertugas untuk menyediakan tenaga ahli yang bertindak sebagai konsultan di lapangan. PT ABC Indonesia mencatat semua biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas konstruksi proyek lalu memberikan pencatatan biaya tersebut kepada PT ABC Singapore untuk nantinya diganti. Divisi Project Accountant PT ABC Indonesia mengirimkan invoice kepada perusahaan klien pada saat PT ABC Indonesia telah mencapai tingkat persentase penyelesaian tertentu, sesuai dengan yang tertera pada perjanjian kontrak. Invoice tersebut berisi mengenai jumlah man-hours yang telah dikeluarkan oleh PT ABC Indonesia beserta jumlah pendapatan yang ditagihkan. Selain itu pada saat pengiriman invoice, PT ABC Indonesia juga menyertakan berita acara yang berisi mengenai persentase tingkat penyelesaian dari proyek sebagai bukti dari progress pekerjaan yang telah dilakukan oleh PT ABC Indonesia. Perusahaan klien lalu membayar tagihan tersebut langsung kepada PT ABC Singapore. Dalam hal ini, pihak yang bertugas untuk mencatat pengakuan pendapatan atas jasa konstruksi adalah PT ABC Indonesia karena PT ABC Indonesia lah yang mengeluarkan invoice kepada perusahaan klien. PT ABC Indonesia, sebagai kantor cabang dari PT ABC Singapore, bertugas untuk melakukan pencatatan atas segala transaksi yang berkaitan dengan proyek, sementara PT ABC Singapore bertindak sebagai penerima dana yang berasal dari tagihan yang dibayarkan oleh klien.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
37
Tender Proyek oleh PT ABC Singapore
Pengerjaan Proyek oleh PT ABC Indonesia
Pembuatan Kontrak oleh PT ABC Singapore
Pembayaran kepada PT ABC Singapore
Pengiriman Invoice kepada klien
Gambar 4.2.1.1 Siklus Pendapatan PT ABC Indonesia Sumber pendapatan PT ABC Indonesia hanya terdiri dari satu sumber, yaitu pendapatan operasi yang berasal dari aktivitas penyediaan jasa ahli konstruksi yang dilakukan oleh PT ABC Indonesia kepada perusahaan klien. 4.2.2. Metode Pengakuan Pendapatan PT ABC Indonesia dalam mengakui pendapatannya menggunakan metode percentage-of-completion dengan menggunakan man-hours sebagai tolak ukurnya. Jumlah pendapatan yang diakui PT ABC Indonesia dihitung berdasarkan jumlah man-hours yang telah dikeluarkan oleh PT ABC Indonesia dalam rangka pengerjaan aktivitas konstruksi dikalikan dengan rate per hour yang telah ditentukan dalam kontrak. Sebagai contoh, sampai dengan bulan Agustus 2013, PT ABC Indonesia telah mengeluarkan man-hours sebanyak 63.030 jam dari total man-hours pada kontrak
sebanyak
197.931
jam.
Maka,
rincian
perhitungan
persentase
penyelesaian dari Proyek Kota C adalah sebagai berikut : Percentage of Completion
=
= =
Expended Man-Hours Cummulation Total Contract Man-Hours 63.030 197.931
x 100%
x 100%
32%
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
38
Untuk mengetahui persentase penyelesaian Proyek Kota C, PT ABC Indonesia membandingkan man-hours yang telah dikeluarkan dengan total manhours yang tertera pada kontrak. Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa sampai dengan bulan Agustus, persentase penyelesaian PT ABC Indonesia atas Proyek Kota C adalah sebesar 32%. Sedangkan untuk mengetahui jumlah pendapatan yang dapat diakui, PT ABC Indonesia mengalikan jumlah man-hours yang telah dikeluarkan dengan rate per jam dari pekerja. Sebagai contoh, sampai dengan bulan Agustus 2013, PT ABC Indonesia telah mengeluarkan man-hours sebanyak 63.030 jam dengan rate per jam dari pekerja sebesar Rp 443.057, sehingga perhitungan pendapatan PT ABC Indonesia sampai dengan bulan Agustus adalah sebagai berikut : Revenue
=
Expended Man Hours
X
Rate per Hours
=
63.030
X
Rp 443.057
=
Rp 27.925.882.710
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pendapatan yang dapat diakui oleh PT ABC Indonesia atas Proyek Kota C sampai dengan bulan Agustus 2013 adalah sebesar Rp 27.925.882.710 (dua puluh tujuh miliar sembilan ratus dua puluh lima juta delapan ratus delapan puluh dua ribu tujuh ratus sepuluh rupiah). Penggunaan metode pengakuan pendapatan percentage-of-completion oleh PT ABC Indonesia memang sedikit berbeda dengan apa yang diatur dalam PSAK 34 mengenai kontrak konstruksi. Apabila dilihat dari segi pengukuran pekerjaan yang telah dilakukan, perhitungan persentase penyelesaian yang digunakan PT ABC Indonesia telah sesuai dengan apa yang diatur oleh PSAK 34, dimana PSAK 34 menyatakan bahwa : “… Entitas menggunakan metode yang mengukur secara andal pekerjaan yang dilakukan. Bergantung pada sifat kontrak, metode tersebut antara lain meliputi: (a) proporsi biaya kontrak yang terjadi untuk pekerjaan yang
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
39
dilaksanakan sampai tanggal perhitungan dibandingkan dengan estimasi total biaya kontrak…” Berdasarkan perhitungan di atas, dapat terlihat bahwa dalam menghitung persentase penyelesaiannya, PT ABC Indonesia telah membandingkan man-hours (biaya) yang telah dikeluarkan dengan total man-hours yang tertera pada kontrak, sehingga untuk perhitungan persentase penyelesaian PT ABC Indonesia telah sesuai dengan PSAK 34. Perbedaan terlihat pada saat PT ABC Indonesia menghitung nilai dari pendapatan yang dapat diakui oleh PT ABC Indonesia. Perhitungan pengakuan yang dicontohkan pada PSAK 34 menunjukkan bahwa untuk mengetahui jumlah pendapatan yang dapat diakui pada metode percentage-of-completion, entitas mengalikan nilai persentase penyelesaian dengan nilai kontrak. Hal ini berbeda dengan cara perhitungan pendapatan yang dilakukan oleh PT ABC Indonesia, dimana jumlah pendapatan yang diakui oleh PT ABC Indonesia berasal dari hasil kali antara man-hours (biaya) dengan rate pekerja per jamnya. Perhitungan jumlah pendapatan inilah yang menyebabkan metode percentage-of-completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia dikatakan hampir mirip dengan metode cost recovery. PSAK 34 menyatakan bahwa pada metode cost recovery, pendapatan diakui sebesar biaya yang telah terjadi sepanjang biaya tersebut diperkirakan dapat dipulihkan. Hal tersebut mirip dengan perhitungan pendapatan PT ABC Indonesia, dimana jumlah pendapatan yang diakui sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini biaya yang dikeluarkan oleh PT ABC Indonesia adalah jumlah man-hour. Namun, terdapat perbedaan antara metode percentageof-completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia dengan metode cost recovery, yaitu pada perihal ada atau tidaknya profit yang diakui. Pada metode cost recovery, karena hasil dari kontrak (pendapatan dan beban) tidak dapat diestimasi secara andal, maka entitas tidak bisa mengakui akan adanya estimasi profit. Berbeda hal nya dengan kontrak pada PT ABC Indonesia, dimana hasil dari kontrak (pendapatan dan beban) dapat diestimasi secara andal sehingga PT ABC Indonesia dapat mengakui akan adanya estimasi profit.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
40
Metode percentage-of-completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia memang berbeda dengan metode percentage-of-completion yang diatur oleh PSAK 34, namun hal ini masih tetap bisa diterima oleh auditor karena auditor menggunakan PSAK 23 sebagai dasar penilaian apakah metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia telah sesuai dengan standar yang berlaku. Alasan auditor menggunakan PSAK 23 sebagai dasarnya adalah karena jasa konstruksi yang disediakan oleh PT ABC Indonesia memang berbeda dengan perusahaan jasa konstruksi lainnya, dimana PT ABC Indonesia tidak melakukan pembangunan aset atau kombinasi aset seperti perusahaan jasa konstruksi lainnya. Peran PT ABC Indonesia dalam suatu proyek adalah menyediakan jasa ahli yang bertindak sebagai konsultan di lapangan. PSAK 23 menyatakan bahwa pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Selain itu, PSAK 23 juga mendefinisikan nilai wajar yaitu : “… jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeingan untuk melakukan transaksi wajar.” Metode perhitungan pendapatan yang dilakukan oleh PT ABC Indonesia telah sesuai dengan PSAK 23 karena untuk menghitung pendapatannya, PT ABC Indonesia telah menggunakan nilai wajar. Hal ini dikarenakan dasar perhitungan pendapatan PT ABC Indonesia adalah jumlah man-hours yang telah dikeluarkan. Jumlah man-hours ini mencerminkan dari liabilitas yang telah diselesaikan oleh PT ABC Indonesia untuk memenuhi angka persentase penyelesaian dimana PT ABC Indonesia dapat mengirimkan invoice kepada perusahaan klien. Apabila dilihat dari metode yang digunakan untuk menghitung besarnya persentase penyelesaian, PT ABC Indonesia juga telah mengikuti PSAK 23 dimana PT ABC Indonesia telah memproporsikan biaya yang timbul hingga tanggal tertentu (expended man-hours cummulation) dibagi dengan estimasi total biaya (total contract man-hours).
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
41
4.2.3. Pencatatan Pendapatan Jasa Konstruksi Terdapat beberapa jurnal yang dibuat oleh PT ABC Indonesia yang berkaitan dengan pencatatan pendapatan jasa, yaitu jurnal pada saat klien membayarkan uang muka atas pengerjaan proyek, pada saat PT ABC Indonesia melakukan proyeksi atas pendapatan per bulan beserta jurnal pembaliknya, pada saat PT ABC Indonesia mengirimkan invoice (billing) kepada klien, dan pada saat klien melakukan pembayaran tagihan. Berikut adalah penjelasan dari jurnal-jurnal tersebut : 1. Jurnal Penerimaan Pembayaran Uang Muka Jurnal ini dibuat ketika perusahaan klien membayarkan uang muka kepada PT ABC Indonesia atas proyek. Jurnal tersebut adalah : Kas
xxx Uang Muka
xxx
PPN (10%)
xxx
Sebagai
contoh
pada
awal
perjanjian,
perusahaan
klien
membayarkan uang muka sebesar Rp 16.373.800.000 (20% dari nilai kontrak senilai Rp 81.869.000.000). Maka jurnal yang dibuat untuk mencatat hal tersebut adalah : Kas
18.011.180.000 Uang Muka
16.373.800.000
PPN (10%)
1.637.380.000
Uang muka ini nantinya akan mengurangi jumlah tagihan pertama yang ditagihkan kepada perusahaan klien. Sebagai contoh, PT ABC Indonesia telah mencapai persentase penyelesaian 30% dengan jumlah pendapatan sebesar Rp 27.925.882.710 dan akan mengirimkan invoice kepada perusahaan klien. Perhitungan jumlah pendapatan yang ditagihkan adalah sebagai berikut :
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
42
Pendapatan
27.925.882.710
Uang Muka
(16.373.800.000) 11.552.082.710
PPN (10%)
1.155.208.271 12.707.290.981
Maka jurnal yang dibuat untuk mencatat hal tersebut adalah : Piutang
12.707.290.981
Uang Muka
16.373.800.000
Pendapatan
27.925.882.710
PPN (10%)
1.155.208.271
2. Jurnal Proyeksi Pendapatan Jurnal proyeksi pendapatan dibuat setiap awal bulan untuk memproyeksikan jumlah pendapatan yang mungkin dapat diakui pada bulan tersebut. Tujuan dari pembuatan jurnal ini adalah agar PT ABC Indonesia dapat melakukan perencanaan keuangan setiap bulannya. Berikut adalah jurnal proyeksi pendapatan : Kontrak dalam Penyelesaian
xxx
Pendapatan
xxx
Sebagai contoh, PT ABC Indonesia memproyeksikan pendapatan jasa konstruksi yang mungkin didapat pada bulan Agustus adalah sebesar Rp 27.500.000.000. Maka jurnal yang dibuat untuk mencatat hal tersebut adalah : Kontrak dalam Penyelesaian
27.500.000.0000
Pendapatan
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
27.500.000.000
Universitas Indonesia
43
3. Jurnal Pembalik Proyeksi Pendapatan Jurnal ini dibuat pada saat akhir bulan untuk membalik jurnal proyeksi pendapatan yang telah dibuat pada awal bulan. Jurnal tersebut adalah : Pendapatan
xxx
Kontrak dalam Penyelesaian
xxx
Masih berhubungan dengan contoh di atas, pada akhir Agustus PT ABC Indonesia membalik jurnal atas proyeksi pendapatan yang telah dibuat pada awal bulan Agustus. Jurnal pembalik tersebut adalah : Pendapatan
27.500.000.000
Kontrak dalam Penyelesaian
27.500.000.000
4. Jurnal Pengiriman Tagihan (Billing) Jurnal ini dibuat pada saat PT ABC Indonesia mengirimkan invoice kepada perusahaan klien atas progress pekerjaannya pada satu periode tertentu. Jurnal tersebut adalah : Piutang
xxx
Pendapatan
xxx
PPN (10%)
xxx
Sebagai contoh PT ABC mengirimkan tagihan kepada perusahaan klien sebesar Rp 22.700.000.000. Maka jurnal yang dibuat untuk mencatat hal tersebut adalah : Piutang
24.970.000.000
Pendapatan
22.700.000.000
PPN (10%)
2.270.000.000
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
44
5. Jurnal Penerimaan Pembayaran Termin Jurnal ini dibuat ketika PT ABC Indonesia telah mendapat konfirmasi dari PT ABC Singapore bahwa PT ABC Singapore telah menerima pembayaran termin dari perusahaan klien. Jurnal tersebut adalah: Kas
xxx Piutang
xxx
Menggunakan contoh jurnal pengiriman tagihan di atas, PT ABC Singapore telah mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima pembayaran termin dari perusahaan klien sebesar Rp 24.970.000.000. Maka, jurnal yang dibuat untuk mencatat hal tersebut adalah : Kas
24.970.000.000 Piutang
4.3.
24.970.000.000
Pelaksanaan dan Temuan Audit PT ABC Indonesia Pada dasarnya, tujuan dari audit atas akun pendapatan adalah untuk
memastikan bahwa jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan sesuai dengan keadaan saat pelaporan, serta memastikan bahwa total pendapatan telah disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan. Adapun risiko yang terkait dengan audit atas akun pendapatan secara umum adalah sebagai berikut : 1. Risiko Inheren
Risiko entitas menyatakan terlalu tinggi pendapatan demi mencapai target atau profitabilitas yang ditetapkan.
Risiko entitas melakukan kesalahan pada penentuan waktu dan jumlah pendapatan yang akan diakui.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
45
Risiko entitas salah mengklasifikasikan piutang, apakah itu piutang jangka panjang atau jangka pendek karena kesulitan pengestimasian waktu penagihan.
Risiko entitas melakukan kesalahan pencatatan karena kompleksitas perhitungan, serta tidak memadainya penguasaan standar akuntansi yang berlaku.
2. Risiko Prosedur Analitis (Detection Risk) Risiko dimana prosedur analitis yang ditetapkan oleh auditor gagal mengidentifikasikan akun-akun yang kemungkinan mengandung salah saji yang potensial dalam siklus pendapatan sehingga auditor gagal mendeteksi salah saji yang material. Untuk mencapai tujuan audit atas akun pendapatan, auditor menetapkan dua prosedur audit. Kedua prosedur audit tersebut adalah : 1. Vouching, dimana pada prosedur ini auditor melakukan pemeriksaan atas transaksi
dengan
memeriksa
dokumen-dokumen
atau
bukti-bukti
pendukung yang membuat auditor yakin bahwa transaksi tersebut benarbenar terjadi (occurence), telah dicatat (completeness), telah diautorisasi secara benar, telah dicatat dengan nilai yang benar (accuracy), dan telah dicatat pada periode pembukuan yang benar (timing). Selain itu pelaksanaan vouching juga dapat dijadikan salah satu alat untuk mengetahui keandalan dari pengendalian internal perusahaan atas akun yang divouching. 2. Analytical Review, dimana pada prosedur ini auditor membandingkan saldo pendapatan pada tahun berjalan dengan saldo pendapatan tahun sebelumnya guna mengetahui apakah terjadi kenaikan atau penurunan pada saldo pendapatan. Selain itu, pada prosedur ini auditor juga melakukan analisis tren dari pendapatan per bulannya guna mengetahui fluktuasi dari pendapatan perusahaan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
46
Kedua prosedur audit di atas terdapat dalam konten prosedur audit yang terkandung dalam lead schedule dari working paper akun pendapatan yang disusun oleh auditor. Tujuan dari penyusunan lead schedule ini sendiri adalah untuk memastikan bahwa asersi auditor berkaitan dengan akun pendapatan dapat tercapai. Adapun konten-konten yang terkandung dalam lead schedule adalah sebagai berikut : 1. Nomor Akun (COA) 2. Nama Akun (Description) 3. Saldo berdasarkan pembukuan perusahaan klien (balance per book) periode berjalan 4. Jurnal penyesuaian, jika ada 5. Saldo berdasarkan hasil audit (balance per audit) periode berjalan 6. Saldo berdasarkan hasil audit (balance per audit) periode sebelumnya 7. Selisih saldo audit periode berjalan dengan periode sebelumnya 8. Nature dari akun-akun yang ada dalam lead schedule 9. Prosedur audit Untuk dapat mengisi lead schedule dari akun pendapatan ini, auditor harus mengikuti prosedur audit yang tertera pada lead schedule tersebut. Seperti yang telah dijelaskan di atas, prosedur audit yang tertera pada lead schedule antara lain: 1. Menguji secara sampel invoice dari piutang, dan membandingkannya dengan dokumen agreement, biaya, bank statement, dan buku besar. Tujuan dari prosedur audit ini adalah untuk memastikan bahwa pengendalian internal perusahaan atas piutang telah memadai dan tercapainya tujuan audit existence, valuation, dan cut-off. Vouching atas piutang menjadi hal yang penting karena jumlah dari piutang ini pada akhirnya akan berpengaruh kepada pengakuan pendapatan. Piutang dari PT ABC Indonesia terdiri dari tiga jenis, yaitu trade receivables, intercompany receivables, dan other receivables. Dari setiap jenis piutang tersebut, auditor mengambil beberapa sampel invoice untuk diuji dengan tingkat materialitas 5% dari profit PT ABC Indonesia pada
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
47
tahun 2013. Dasar penentuan tingkat materialitas ini adalah berdasarkan standar atau professional judgement yang ditetapkan oleh KAP STR sendiri, dimana sampel dengan materialitas 5% dari profit dianggap telah mewakili untuk melakukan proses vouching. Berdasarkan hasil vouching yang terdapat pada Lampiran 1, pengendalian internal PT ABC Indonesia atas piutang cukup memadai terlihat pada dari dilakukannya autorisasi terhadap setiap dokumen yang terkait dengan piutang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa PT ABC Indonesia telah memberikan otorisasi yang benar atas akun piutang. Tujuan audit dari vouching, yaitu existence, valuation, dan cut-off juga tercapai. Piutang yang terdapat pada general ledger benar-benar terjadi, dicatat dengan nilai yang benar, serta dicatat pada periode pembukuan yang benar. Oleh karena jumlah piutang nantinya akan berpengaruh terhadap jumlah pengakuan pendapatan, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah pendapatan PT ABC Indonesia diperkirakan telah disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan.
2. Membandingkan
saldo
pendapatan
tahun
berjalan
dengan
saldo
pendapatan tahun sebelumnya. Tujuan dari prosedur audit ini adalah untuk mengetahui apakah saldo pendapatan PT ABC Indonesia pada tahun berjalan mengalami kenaikan atau penurunan apabila dibandingkan dengan saldo pendapatan pada tahun sebelumnya. Untuk melakukan prosedur ini, auditor membandingkan jumlah pendapatan pada balance per book 2013 dengan balance per audit 2012. Berdasarkan tabel perbandingan pendapatan yang terdapat pada Lampiran
2,
telah
terjadi
penurunan
pendapatan
sebesar
Rp
32.462.343.001 (tiga puluh dua miliar empat ratus enampuluh dua juta tiga ratus empat puluh tiga ribu satu rupiah) atau sebesar 53% apabila dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Diperkirakan,
turunnya
Universitas Indonesia
48
pendapatan PT ABC Indonesia disebabkan karena pada tahun 2013, PT ABC Indonesia lebih sedikit mengirimkan invoice kepada perusahaan kliennya sehingga pendapatan yang diakui oleh PT ABC Indonesia pada tahun 2013 tidak sebanyak pada tahun 2012. Penurunan pendapatan ini akan lebih jelas terlihat pada prosedur audit berikutnya, dimana auditor membandingkan pendapatan yang diakui oleh PT ABC Indonesia pada tahun 2013 setiap bulannya. 3. Membandingkan profit per bulan Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mengetahui fluktuasi profit PT ABC Indonesia setiap bulannya selama tahun 2013 dan menganalisis penyebab dari fluktuasi profit tersebut. Berdasarkan Grafik 4.1, terlihat pada bulan April PT ABC Indonesia mengalami penurunan profit yang cukup tajam dari kisaran angka positif Rp 2.000.000.000 menjadi negatif Rp 2.000.000.000. Profit yang negatif menunjukkan bahwa pada bulan tersebut pendapatan yang didapat oleh PT ABC Indonesia lebih kecil daripada pengeluaran yang dikeluarkannya. Diperkirakan, hal seperti ini dapat terjadi karena pada bulan April, PT ABC Indonesia tidak dapat mengakui pendapatan karena belum memenuhi tingkat persentase penyelesaian yang disyaratkan untuk dapat mengirimkan invoice. Sementara itu di saat yang bersamaan, PT ABC Indonesia juga harus tetap mengeluarkan biaya untuk mengerjakan proyek, sehingga biaya pada bulan April lebih besar daripada pendapatan yang diakui. Hal inilah yang menyebabkan negatifnya profit pada bulan April. Alasan yang sama juga berlaku pada penurunan profit yang drastis pada bulan Desember.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
49
Grafik 4.1 Perbandingan Profit Tahun 2013 per Bulan Berbanding terbalik dengan bulan April dan Desember, profit PT ABC Indonesia melonjak pada bulan Mei. Diperkirakan, pada bulan ini PT ABC
Indonesia
telah
memenuhi
persyaratan
tingkat
persentase
penyelesaian pada proyek-proyeknya sehingga dapat mengirimkan invoice kepada perusahaan klien dan mengakui pendapatannya. Setelah melakukan prosedur-prosedur audit di atas, maka auditor dapat mengisi secara lengkap lead schedule dari working paper akun pendapatan PT ABC Indonesia. Lampiran 3 merupakan lead schedule working paper akun pendapatan. Pertama-tama, auditor mengisi angka pada kolom Balance per Book December 31, 2013. Angka ini berasal dari laporan keuangan yang diberikan oleh PT ABC Indonesia kepada auditor pada awal proses audit. Lalu auditor memeriksa apakah terdapat adjustment atau penyesuaian yang harus dilakukan terhadap angka balance per book tersebut dengan melakukan prosedur-prosedur audit yang tertera pada lead schedule. Setelah semua prosedur audit dilaksanakan, auditor mengambil kesimpulan bahwa tidak ada adjustment yang dibutuhkan, sehingga angka Balance per Book December 31, 2013 sama dengan angka Balance per Audit December 31, 2013.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
50
Selanjutnya auditor memasukkan angka Balance per Audit December 31, 2012 yang berasal dari working paper PT ABC Indonesia tahun lalu untuk dibandingkan dengan Balance per Audit December 31, 2013. Hasil dari perbandingan tersebut menyatakan bahwa pendapatan PT ABC Indonesia pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 53% apabila dibandingan dengan pendapatan PT ABC Indonesia pada tahun 2012.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk menilai seberapa baik
kinerja dari sebuah entitas. Setiap entitas yang bergerak di bidang usaha yang berbeda tentunya menggunakan metode pengakuan pendapatan yang juga berbeda. Salah satu bidang usaha yang mempunyai metode pengakuan pendapatan yang berbeda dengan bidang usaha lainnya adalah bidang usaha konstruksi, dimana entitas yang bergerak di bidang usaha ini mengakui pendapatannya sepanjang masa kontrak konstruksi tersebut. Metode pengakuan pendapatan percentage-of-completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia berbeda dengan metode pengakuan pendapatan percentage-of-completion yang diatur dalam PSAK 34 mengenai Kontrak Konstruksi. Namun, auditor tetap menerima metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia karena PT ABC Indonesia merupakan perusahaan jasa konstruksi yang hanya menyediakan tenaga ahli sehingga auditor menggunakan PSAK 23 sebagai dasar penilaiannya. Selain itu, metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia juga berbeda dengan cost recovery apabila dilihat dari segi ada atau tidaknya profit, dimana PT ABC Indonesia mengakui adanya profit sementara pada metode cost recovery, profit tidak diakui. Apabila dibandingkan antara teori-teori yang ada dengan praktiknya di lapangan, berdasarkan studi kasus pada PT ABC Indonesia, praktik di lapangan memang berbeda dengan apa yang dipaparkan dalam teori. Hal ini dikarenakan kondisi dari PT ABC Indonesia itu sendiri yang memang berbeda dengan perusahaan penyedia jasa konstruksi pada umumnya. Namun, berdasarkan PSAK 23, metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia telah sesuai dengan standar yang berlaku.
51 Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
52
Untuk memastikan bahwa pendapatan PT ABC Indonesia telah disajikan secara wajar, penulis bersama KAP STR melakukan beberapa prosedur audit atas akun pendapatan PT ABC Indonesia. Terdapat dua prosedur audit inti terkait dengan akun pendapatan yang dilakukan oleh KAP STR, yaitu analytical review dimana auditor membandingkan saldo pendapatan PT ABC Indonesia pada tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, serta vouching dimana auditor memeriksa bukti-bukti pendukung atas transaksi dengan tujuan untuk menilai pengendalian internal PT ABC Indonesia dan
mencapai beberapa audit objectives seperti
occurrence, completeness, accuracy, dan timing. Proses audit yang dilakukan penulis bersama KAP STR pada akhirnya memberikan kesimpulan bahwa jumlah pendapatan PT ABC Indonesia telah disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan dan jumlah pendapatan yang tercantum dalam laporan keuangan telah sesuai dengan keadaan saat pelaporan. 5.2.
Saran Penulis mempunyai beberapa saran baik untuk PT ABC Indonesia sebagai
perusahaan klien dan KAP STR sebagai tempat penulis melaksanakan program magang. Saran penulis untuk PT ABC Indonesia adalah PT ABC Indonesia sebaiknya memegang kontrak proyek yang sedang dikerjakan, baik kontrak asli yang dibuat oleh PT ABC Singapore dengan perusahaan klien, ataupun kontrak yang berisi tentang hak dan kewajiban PT ABC Indonesia selaku pelaksana aktivitas konstruksi dengan perusahaan klien. Hal ini ditujukan agar PT ABC Indonesia, walaupun hanya bertindak sebagai pelaksana konstruksi, mengetahui mekanisme-mekanisme yang ada pada kontrak tersebut, seperti mekanisme pembayaran, mekanisme pengerjaan proyek, hak dan kewajiban kontraktor dan perushaan klien, serta hal lainnya yang berkaitan dengan kontrak. Saran penulis untuk KAP STR adalah sebaiknya KAP STR memberikan pelatihan kepada mahasiswa yang melaksanakan program magang, mengingat mahasiswa belum mempunyai pengalaman sama sekali dalam melaksanakan rangkaian proses audit sehingga seringkali mahasiswa magang kebingungan pada
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
53
saat turun langsung ke lapangan untuk melakukan audit fieldwork. Pelatihan ini ditujukan agar mahasiswa magang lebih siap untuk terjun ke lapangan dan menghadapi klien. Adapun bentuk dari pelatihan yang disarankan seperti pelatihan untuk membaca program audit, simulasi audit fieldwork, ataupun pelatihan pengisian draft laporan keuangan klien.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
54
DAFTAR REFERENSI
Arens, A. A., Beasley, M. S., & Elder, R. J. (2009). Auditing and Assurance Services : An Integrated Approach. Singapore: Prentice Hall. Boynton, W. C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. (2001). Modern Auditing. John Wiley & Sons, Inc. Godfrey, J. (2010). Accounting Theory. Australia: Wiley. Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2011). Intermediate Accounting : Volume 2 IFRS Edition. United States of America: Wiley.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Vouching Akun Piutang
55 Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
56
Lampiran 2 Perbandingan Pendapatan 2013-2012
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
57
Lampiran 3 Working Paper Akun Pendapatan PT ABC Indonesia
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
Universitas Indonesia