UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET – 5 APRIL 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET – 5 APRIL 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 ii
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
iii
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI 2. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI dan Pembimbing Akademis atas dukungan yang diberikan serta waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk seluruh mahasiswa Apoteker. 3. Dra. Anik Sulfiyah, Apt., selaku Pembimbing PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakata Pusat, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat selama PKPA dan penyusunan laporan. 4. Dr. Berna Elya, M.Si., Apt. selaku Pembimbing dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, atas bimbingan, arahan, dan nasehat yang diberikan selama masa PKPA dan penyusunan laporan. 5. dr. Angliana Dianawati, selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat yang telah memberikan izin dan kesempatan, serta menyediakan sarana dan prasarana melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat. 6. Drs. Heri Ismuwardhana selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat yang telah membantu untuk memfasilitasi kegiatan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakart Pusat. iv
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
7. Seluruh Karyawan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat atas kerjasama, bantuan, dan nasehat selama masa PKPA. 8. Seluruh Dosen pengajar dan Staf Program Profesi Apoteker Departemen farmasi FMIPA UI atas bimbingan dan bantuan selama masa studi dan PKPA. 9. Seluruh teman-teman Apoteker UI Angkatan LXXIV yang telah memberi dukungan dan semangat selama perkuliahan sampai selesai PKPA serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk melakukan perbaikan di kesempatan yang akan datang. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama PKPA dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis 2012
v
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
ii iii iv vi viii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Tujuan............................................................................................ 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT ................................................................................................. 4 2.1. Instansi Kesehatan ......................................................................... 4 2.1.1. Kementerian Kesehatan....................................................... 4 2.1.2. Dinas Kesehatan .................................................................. 4 2.1.3. Suku Dinas Kesehatan ......................................................... 4 2.1.4. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) .......................... 5 2.2. Dinas Kesehatan ............................................................................ 5 2.2.1. Visi dan Misi ....................................................................... 5 2.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi ..................................................... 6 2.3. Struktur Organisasi ........................................................................ 7 2.3.1. Kepala Suku Dinas .............................................................. 8 2.3.2. Subbagian Tata Usaha ......................................................... 8 2.3.3. Seksi Kesehatan Masyarakat ............................................... 9 2.3.4. Seksi Pelayanan Kesehatan ................................................. 10 2.3.5. Seksi Sumber Daya Kesehatan ............................................ 11 2.3.6. Seksi pengendalian Masalah Kesehatan .............................. 13 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN ......................................................... 15 3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan ...................................................... 15 3.2. Struktur Organisasi ........................................................................ 15 3.2.1. Farmasi Makanan Minuman................................................ 16 3.2.2. Tenaga Kesehatan ............................................................... 17 3.2.3. Standarisasi Manajemen Mutu Kesehatan .......................... 17 3.3. Ruang Lingkup Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman ....................................................................................... 18 3.3.1. Apotek ................................................................................. 18 3.3.2. Pedagang Eceran Obat (Toko Obat).................................... 22 3.3.3. Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan................................. 23 3.3.4. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT).............................. 24 3.3.5. Industri Makanan dan Minuman Rumah Tangga ................ 26 3.4. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) ............ 29 vi
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 32 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 37 5.1. Kesimpulan.................................................................................... 37 5.2. Saran .............................................................................................. 37 DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 38
vii
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan ................................. 39 Lampiran 2. Alur Pedoman Pemberian Izin Yang Diterbitkan Oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat ..................... 40 Lampiran 3. Retribusi Daerah Suku Dinas Kesehatan ..................................... 41 Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Apotek Baru ..................................... 42 Lampiran 5. Formulir Permohonan Izin Pedagang Toko Obat ........................ 43 Lampiran 6. Formulir Permohonan Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga ............................................................................ 44 Lampiran 7. Lembar Data Produk Makanan / Minuman ................................ 45 Lampiran 8. Formulir Permohonan Surat Izin Depo Farmasi.......................... 46 Lampiran 9. Formulir Permohonan Surat Izin Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan .................................................................................... 48 Lampiran 10. Surat Izin Apotek ....................................................................... 50
viii
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2006 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan
kesehatan
diselenggarakan
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber daya di bidang kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat. Sumber daya di bidang kesehatan meliputi tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan, serta teknologi dan produk teknologi kesehatan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36, 2006). Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk dari tanggung jawab tersebut meliputi jaminan atas ketersediaan fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial untuk masyarakat, ketersediaan sumber daya kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat, ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau serta tanggung jawab terhadap upaya memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36, 2006).
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
2
Dalam melaksanakan tanggung jawab pemerintah di bidang kesehatan secara menyeluruh, perlu dilakukan pembagian tugas berupa sistem desentralisasi di bidang kesehatan. Salah satu bentuk desentralisasi tersebut adalah pemberian wewenang dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang kesehatan, kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Menurut Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta,
Pemerintah DKI Jakarta mendirikan Suku Dinas Pelayanan Kesehatan
(Sudin Yankes) di setiap Kotamadya yang berada di DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Namun, berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.150 tahun 2009, terjadi perubahan struktur organisasi dalam Suku Dinas Pelayanan Kesehatan. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan disatukan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dalam bentuk Suku Dinas Kesehatan. Perubahan ini berakibat pada perubahan struktur organisasi secara keseluruhan. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi dimana secara teknis administratif bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan secara teknis operasional bertanggung jawab kepada Walikota Administratif yang bersangkutan (Peraturan Daerah DKI Jakarta No.10, 2008; Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.150, 2009). Tuntutan masyarakat terhadap jaminan mutu pelayanan kesehatan dan pekerjaan kefarmasian yang optimal telah semakin meningkat, sehingga dibutuhkan profesionalisme dari Apoteker sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan. Sebagai sumber daya yang berperan dalam pelayanan kesehatan, Apoteker perlu dibekali pengalaman praktek tentang perizinan serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebagai bekal di dunia kerja nanti. Oleh karena itu, Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia mewajibkan mahasiswa Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
3
untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat.
1.2 Tujuan Tujuan dari pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat adalah: a. Mahasiswa dapat memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kota Administrasi. b. Mahasiswa dapat memahami tugas pokok dan fungsi dari Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. c. Mahasiswa dapat memahami tata cara perizinan, serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana pelayanan farmasi makanan dan minuman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT
2.1 Instansi Kesehatan Instansi pemerintah yang khusus menangani bidang kesehatan terdiri dari Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan, dan Pusat Kesehatan Masyarakat.
2.1.1 Kementerian Kesehatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008) Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan. Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Kesehatan bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional.
2.1.2 Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Dinas Kesehatan adalah badan pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
2.1.3
Suku Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Suku Dinas Kesehatan terdiri dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
dan Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kotamadya dan kabupaten di setiap Provinsi. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat merupakan salah satu perangkat pada tingkat kotamadya 4
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
5
di Provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang bersangkutan.
2.1.4 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran aktif masyarakat. Puskesmas menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
2.2
Suku Dinas Kesehatan
2.2.1
Visi dan Misi Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat yaitu “Dengan pelayanan prima
menuju Jakarta Pusat SEHAT”. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan misi, yaitu : a. Mengembangkan sistem informasi dan profesionalisme sumber daya manusia. b. Menerapkan sistem pelayanan prima. c. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. d. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara profesional. e. Mengembangkan program-program kesehatan dan menggalang kemitraan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
6
Kebijakan mutu dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat adalah Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat bertekad mewujudkan pelayanan prima, selalu melakukan perbaikan berkelanjutan dengan cara mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia, sistem informasi dan mengembangkan program-program kesehatan serta menggalang kemitraan dalam rangka pemberdayaan masyarakat menuju Jakarta Pusat Sehat.
2.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.150 tahun 2009, Suku Dinas Kesehatan merupakan gabungan dari dua suku dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat, Suku Dinas Kesehatan mempunyai fungsi : a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. c. Pembinaan,
pengawasan
dan
pengendalian
penyelenggaraan
kesehatan
lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian. d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB). e. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular. f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian. g. Pelaksanaan surveilans kesehatan. h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
7
i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. j. Pelaksanaan
pemungutan,
penatausahaan,
penyetoran,
pelaporan
dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas. k. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi, perizinan/ rekomendasi/ sertifikasi di bidang kesehatan. l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota/Kabupaten Administrasi. m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota/Kabupaten Administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana Suku Dinas. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang. q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan. r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas. s. Penyiapan bahan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas. t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
2.3 Struktur Organisasi Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009 terdiri dari Kepala suku Dinas, Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian masalah kesehatan. Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
8
kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan. Bagan struktur organisasi Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dapat dilihat pada lampiran 1.
2.3.1 Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas mempunyai tugas sebagai berikut: a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional. c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
Unit
Kerja
Perangkat
Daerah
(UKPD)
dan/atau
instansi
pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
2.3.2
Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas Kesehatan
dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Angggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. d. Melaksanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
9
f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas. g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor. i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan Suku Dinas. j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas. k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan. l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha. m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) Suku Dinas. n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.
2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai ruang lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dalam lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelaksanaan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
10
d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi. f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota Administrasi. h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM. j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.
2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d. Menghimpun,
mengolah,
menyajikan,
memelihara,
mengembangkan,
memanfaatkan, data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
11
e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan masyarakat. f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. g. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional. i. Melaksanakan siaga 24 jam setiap Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes). j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan.
2.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman. d. Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
12
f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. i. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan. j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assesor dan auditor mutu pelayanan kesehatan. m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kefarmasian, yang meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga. n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat generik dan persediaan cadangan obat esensial. o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kota administrasi. p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dibagi menjadi beberapa koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan. Koordinator yang terdapat pada Seksi Sumber Daya Kesehatan adalah Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Pengelola Standarisasi Mutu Kesehatan dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
13
tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dari Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).
2.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan. d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji. e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta/masyarakat. h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
14
i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan
Dini
Kejadian
Luar
Biasa
(SKD-KLB)
pada
lingkup
Kabupaten/Kota Administrasi. j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan. k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian. m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
(AMDAL),
upaya
pengelolaan
lingkungan/upaya
pemantauan lingkungan. o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. p. Penyajian materi pelatihan teknis dalam bidang Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. r. Melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugas
Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN
3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai regulator yang membuat kebijakan, pedoman maupun persyaratan dalam pelaksanaan hal-hal yang berkenaan dengan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan yang merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan berperan sebagai auditor terhadap regulasi yang telah dibuat Dinas Kesehatan untuk dilaksanakan oleh subjek atau sasaran regulasi tersebut. Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan peran dan fungsinya mempunyai struktur tertentu sebagaimana diatur oleh Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 tahun 2009. Dalam Peraturan tersebut Suku Dinas Kesehatan terdiri dari Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dan Seksi Sumber Daya Kesehatan.
3.2 Struktur Organisasi Seksi Sumber Daya Kesehatan yang secara garis besar mempunyai peran dalam lingkup tenaga kesehatan, mutu kesehatan, serta kefarmasian, makanan, dan minuman, yang dibagi menjadi beberapa koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi. Koordinator yang terdapat pada Seksi Sumber Daya Kesehatan adalah Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Pengelola Standarisasi Mutu Kesehatan, serta Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dari Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).
15
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
16
3.2.1 Farmasi Makanan Minuman Tugas dan tanggung jawab bagian farmasi makanan dan minuman antara lain : a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) Seksi Sumber Daya Kesehatan. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) Seksi Sumber Daya Kesehatan. c. Melaksanakan supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana Farmakmin seperti Apotek, Apotek Rakyat, Sub Penyalur Alat Kesehatan (Sub-PAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO). d. Melaksanakan pengelolaan dan layanan perizinan Apotek, Apotek Rakyat, Sub Penyalur Alat Kesehatan (SPAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan Pedagang Eceran Obat (PEO). e. Bimbingan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap Sarana Pelayanan Kesehatan Kefarmasian Pemerintahan dan swasta. f. Melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan. g. Mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian klinik. h. Melakukan pengelolaan bidang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat. i. Melaksanakan pemantauan harga obat generik, dan persediaan cadangan obat esensial. j. Melakukan pengamanan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, makanan dan minuman. k. Memantau dampak lingkungan. l. Melaksanakan rekapitulasi laporan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) Puskesmas. m. Pembinaan produsen, distributor dan penggunaan obat, termasuk narkotika, psikotropika dan zat aditif (NAPZA).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
17
n. Melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan sertifikat penyuluhan industri rumah tangga makanan dan minuman. o. Melaksanakan pengelolaan laporan narkotik. p. Pengelolaan terhadap hasil supervisi. q. Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya. r. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian komunitas, melalui saran, rekomendasi perbaikan, penilaian, pemberian penghargaan, sanksi dan rehabilitasi terhadap sarana farmasi, makanan dan minuman. s. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dilaporkan profesi dan masyarakat. t. Mensosialisasikan perundangan dan program. u. Bekerja sama dalam tim dengan Subseksi Standarisasi Mutu dan Subseksi Tenaga Kesehatan. v. Menilai dan mempertanggungjawabkan kinerja. w. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung.
3.2.2 Tenaga Kesehatan Tugas dan tanggung jawab bagian tenaga kesehatan (NAKES) adalah: a. Membantu Kepala Seksi menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran Seksi Sumber Daya Kesehatan. b. Menyusun jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan. c. Menganalisa dan melaksanakan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. d. Membantu terlaksananya program kegiatan di Seksi Sumber Daya Kesehatan. e. Mengendalikan dan mengkoordinir tugas dan wewenang tenaga kesehatan.
3.2.3 Standarisasi Manajemen Mutu Kesehatan Tugas dan tanggung jawab bagian standarisasi manajemen kesehatan adalah: a. Memastikan proses yang diperlukan untuk Sistem Manajemen Mutu ditetapkan, diterapkan dan dipelihara. b. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
18
c. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas. d. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen mutu di Jakarta Pusat. e. Melaksanakan fasilitas peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assesor dan auditor mutu pelayanan kesehatan. f. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu. g. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal serta tinjauan manajeman dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu.
3.3 Ruang Lingkup Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Ruang lingkup perizinan dari sarana kesehatan farmasi makanan minuman yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat adalah apotek, toko obat, industri kecil obat tradisional, serta industri makanan dan minuman rumah tangga.
3.3.1. Apotek Berdasarkan PerMenKes No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek menyebutkan bahwa apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat dan sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Pengelolaan apotek merupakan tugas dan tanggung jawab seorang apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
19
Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan serta tidak melakukan perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik seperti perubahan/pindah alamat maupun perubahan non fisik seperti perubahan/pergantian kepemilikan, perubahan/pergantian
tenaga
ahli
sarana
kesehatan
(apoteker),
perubahan/pergantian nama sarana kesehatan serta perubahan surat izin kesehatan jika hilang. Setiap perubahan baik fisik maupun non fisik tersebut, harus disertai dengan perubahan izin apotek dan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan. Untuk mendapatkan SIA baru, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan kamar kerja Apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama yang memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor Surat Izin Apotek (SIA) dan alamat apotek. Selain itu, apotek juga harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok dan sebagainya. Khusus untuk pemakaian narkotika dan psikotropika, apotek harus melaporkan pemakaiannya setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat. Seorang Apoteker sebagai APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker. c. Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi profesi. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
20
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek lain.
Secara Umum Persyaratan Izin Apotek yang bekerjasama dengan pihak lain adalah sebagai berikut: a. Surat permohonan izin apotek dari Apoteker pengelola apotek ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat diatas materai Rp. 6000,00 dan dibuat rangkap tiga. b. Fotokopi KTP Jabodetabek Apoteker Pengelola Apotek (APA). c. Fotokopi surat izin kerja (SIK). d. Fotokopi akte status bangunan (akte hak milik/sewa/kontrak) dilengkapi dengan bukti kepemilikan. e. Surat izin tempat usaha (SITU) berdasarkan undang-undang gangguan (UUG). f. Asli dan salinan daftar terperinci alat perlengkapan apotek. g. Surat pernyataan dari APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja tetap, pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA di tempat lain di atas materai Rp. 6000,00. h. Asli dan fotokopi surat izin dari atasan bagi APA PNS/ABRI/Pegawai Instansi Pemerintahan lainnya. i. Fotokopi denah bangunan dan ruangan serta peta lokasi. j. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat, dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat diatas materai Rp. 6000,00. k. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan, disertai dengan lampiran fotokopi ijazah, fotokopi surat izin kerja Asisten Apoteker/D3 farmasi. l. Surat keterangan lolos butuh bagi SP yang berasal dari luar DKI. m. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi. n. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
21
o. Pas foto apoteker pengelola apotek (APA) berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar. p. NPWP.
Apabila Apotek buka 24 jam, maka apotek tersebut harus ada Apoteker Pendamping, dan apabila APA dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam hal ini kepada Sudin Kesehatan Kota Administrasi setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dan Menteri Kesehatan RI di Jakarta. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping maupun Apoteker Pengganti, dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, SIA atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker Pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka pertamatama diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain APA, Asisten Apoteker (AA) yang bekerja di apotek juga harus memiliki Surat Izin Asisten Apoteker (SIAA) dan Surat Izin Kerja AA (SIKAA) di apotek tempat AA tersebut bekerja. SIAA ini dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi sedangkan SIKAA diperoleh dengan mengajukan permohonan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
22
3.3.2. Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) Toko obat adalah orang atau badan hukum di Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat bebas dan obat terbatas (daftar W) serta untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat menjual obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) dalam bungkusan pabrik yang membuatnya secara eceran. Kepemilikan sarana untuk toko obat berbentuk perorangan atau badan hukum (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain (PerMenKes No. 1331/MenKes/SK/X/2002, 2002): a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudin Kesehatan Kota Administrasi setempat sebanyak 3 rangkap, 1 rangkap diatas materai Rp. 6000,00. b. Surat pernyataan pemilik tidak menjual obat G, diatas materai Rp. 6000,00. c. Surat
pernyataan
kesediaan
asisten
apoteker
untuk
menjadi
pimpinan/penanggung jawab teknis pada toko obat di atas materai Rp. 6000,00. d. Fotokopi KTP DKI Jakarta dari pemilik toko obat. e. Fotokopi KTP Jabodetabek asisten apoteker penanggung jawab. f. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada Menkeh HAM. g. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan. h. Fotokopi ijazah dan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA). i. Status bangunan tempat usaha milik sendiri lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal 2 tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik. j. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). k. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002):
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
23
a. Terjadi pergantian Asisten Apoteker Penanggungjawab Teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi. d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak.
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat. b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.
3.3.3. Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan Cabang/sub penyalur alat kesehatan adalah perwakilan usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah mendapatkan izin. Kepemilikan sarana untuk cabang/sub penyalur alat kesehatan harus berbentuk perorangan dan berbadan hukum Nomor 143/Menkes/Per/III/1991 tentang Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan (C/SPAK) antara lain: a. Surat permohonan dari Direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan (UPAK) bukan dari C/SPAK ditujukan kepada Sudin Kesehatan setempat sebanyak 3 rangkap dan 1 rangkap diatas materai Rp. 6000,00. b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai C/SPAK diatas materai Rp. 6.000,00. c. Fotokopi izin UPAK. d. Akte perusahaan C/SPAK bila bentuk PT terdaftar pada Menkeh HAM. e. Denah bangunan/ruangan dari C/SPAK. f. Peta lokasi C/SPAK. g. SIUP C/SPAK. h. NPWP C/SPAK. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
24
i. UUG. j. Domisili perusahaan. k. Status bangunan bila milik sendiri lampirkan sertifikat bila sewa minimal 2 tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik. l. Penanggungjawab Teknis (AA/SMU yang mempunyai sertifikat pengelolaan alkes).
Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002) : a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (baik meninggal dunia maupun lainnya). b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan tanpa pemindahan lokasi. d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan hilang atau rusak.
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan. b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan.
3.3.4. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Industri Kecil Obat Tradisional adalah perusahaan yang memproduksi obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari enam ratus juta rupiah tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Kepemilikan sarana untuk Industri Kecil Obat Tradisional berbentuk perorangan dan Badan Hukum sesuai dengan Keputusan Menkes RI Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional dan Surat Edaran Direktur Jenderal Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
25
Obat Tradisional Nomor 111/DD-IZ/VI/89 perihal Rekomendasi Izin Usaha Industri Obat Tradisional (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Industri Kecil Obat Tradisional antara lain: a. Permohonan izin prinsip/izin tetap dari direktur/pimpinan/perorangan, ditujukan kepada Sudin Kesehatan setempat sebanyak 3 rangkap beserta lampirannya dan 1 rangkap diatas materai Rp. 6000,00. b. Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk PT disahkan oleh Menkeh HAM. c. Ijazah Apoteker Penanggungjawab teknis. d. KTP DKI dari Penanggungjawab teknis. e. Surat perjanjian kerjasama antara Asisten Apoteker dengan pihak perusahaan diatas materai Rp. 6000,00. e. Surat izin tempat usaha berdasarkan UUG. f. Peta Lokasi. g. Denah ruangan produksi, kantor, gudang bahan baku, gudang produk jadi. h. Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi. i. Peralatan dan pengolahan serta pengemasan. j. Peralatan laboratorium. k. Sumber daya/energi yang dipakai. l. Jumlah tenaga kerja. m. Nilai investasi. n. Rencana pemasaran. o. Buku peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan lain-lain. p. Status gedung (sewa/milik sendiri), lampirkan fotokopi sertifikat bila sewa, lampirkan surat sewa minimal 5 tahun beserta fotokopi KTP pemilik. q. Analisa dampak lingkungan/Surat Pernyataan Pengelolahan Limbah (SPPL). r. Peralatan pengendalian pencemaran.
Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Terjadi pergantian direktur/pimpinan sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
26
b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan IKOT. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan IKOT tanpa pemindahan lokasi. d. Terjadi pergantian penanggungjawab teknis sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan IKOT hilang atau rusak.
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan IKOT. b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan IKOT. c. Terjadi perluasan/penambahan jenis produksi dari sarana kesehatan IKOT.
3.3.5. Industri Makanan dan Minuman Rumah Tangga Industri Makanan dan Minuman Rumah Tangga adalah perusahaan, perorangan/ badan hukum dengan asset tidak lebih dari sepuluh juta rupiah diluar harga tanah dan bangunan yang memproduksi makanan dan minuman yang daya tahannya lebih dari tujuh hari diluar sediaan susu dan hasil olahannya, makanan bayi, makanan kalengan, steril komersial, dan minuman keras. Kepemilikan sarana untuk Industri Makanan dan Minuman Rumah tangga hanya berbentuk perorangan sesuai dengan Keputusan menkes RI Nomor 02912/B/SK/IX/86 tentang Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002).
3.3.5.1 Persyaratan Sertifikasi Persyaratan yang harus dilengkapi untuk Sertifikasi Industri Makanan dan Minuman Rumah Tangga antara lain: a. Surat keterangan/Tanda Daftar Industri dari Sudin Perindustrian. b. Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notaris. c. Fotokopi Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan pemilik/pemimpin. d. Data produk makanan yang akan diproduksi. e. Peta lokasi. f. Denah ruangan produksi. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
27
g. Rancangan etiket. h. Pemeriksaan laboratorium. i. Fotokopi KTP Pemilik (DKI). j. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar. k. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk. l. Status bangunan, untuk milik sendiri lampirkan sertifikat dan bila sewa lampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik.
Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Terjadi pergantian pimpinan/penanggung jawab sarana kesehatan produksi makanan minuman olahan rumah tangga (baik karena meninggal dunia maupun lainnya). b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan produksi olahan makanan minuman olahan rumah tangga. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan produksi olahan makanan minuman olahan rumah tangga tanpa pemindahan lokasi. d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan produksi olahan makanan minuman olahan rumah tangga hilang atau rusak.
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002): a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan produksi olahan makanan minuman olahan rumah tangga. b. Terjadi perluasan/penambahan jenis produksi dari sarana kesehatan industri makanan minuman olahan rumah tangga.
3.3.5.2 Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT, yang pertama adalah mengajukan permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
28
pangan yang diproduksi berupa susu, daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku, pangan kaleng, pangan bayi, minuman beralkohol, air minum dalam kemasan, pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI, serta pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM. Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan telah melewati tahap pemeriksaan saran produksinya oleh Sudin Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat. Tahap penyelenggaraan yang kedua adalah menyelenggarakan dan melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan. Penyuluhan Keamanan Pangan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku dinas Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu : a. Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya serta pengawetan pangan. b. Higiene dan sanitasi sarana PPIRT. c. Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB). d. Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga, misalnya pengemasan dan penyimpanan Produk Pangan Industri Rumah Tangga, pengembangan Usaha Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga termasuk etika bisnis. Tahap penyelenggaraan yang ketiga adalah pemeriksaan sarana produksi. Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat melakukan pemeriksaan ke sarana produksi
IRTP. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus
memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT. Tahap penyelenggaraan yang keempat adalah Sertifikasi Produksi Pangan IRT. Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari 2 jenis, yaitu Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
29
Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan dan Sertifikasi Produksi Pangan. Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai minimal 1 orang tenaga yang telah memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan. Sedangkan Sertifikasi Produksi Pangan diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk 1 jenis pangan produk IRTP.
3.3.5.3 Sistem Pendataan dan Pelaporan Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudin Yankes Kota Administrasi Jakarta Pusat harus dilaporkan kepada Badan POM atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta selambat lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudin Yankes Kota Administrasi setempat dan bekerjasama dengan Balai Besar POM. Balai Besar POM melaporkan Rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM.
3.4 Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Pembinaan (Counseling) adalah kegiatan untuk menyiapkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan agar mempunyai kompetensi untuk memenuhi persyaratan. Pengawasan (Supervision/Inspection) adalah evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan penetapan, jika perlu dengan pengukuran, uji atau cara lain. Pengendalian (Controlling) adalah bagian dari kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi yang fokus kepada pemenuhan persyaratan/peraturan Perundangan. Tujuan pelaksanaan binwasdal oleh farmasi, makanan dan minuman antara lain: Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
30
a. Tujuan umum, yaitu terbinanya sarana pelayanan farmasi maupun sarana farmasi makanan dan minuman serta alat kesehatan agar mampu memberikan pelayanan kefarmasian baik di sarana pelayanan kefarmasian. b. Tujuan khusus antara lain, yaitu terjaminnya mutu pelayanan kefarmasian baik pada sarana produksi maupun sarana distribusi serta terjamin dan tersedianya perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, aman dan berkhasiat serta terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Adapun sasaran binwasdal di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat antara lain yaitu apotek, depo farmasi, toko obat, industri kecil obat tradisional (IKOT), industri rumah tangga pangan (IRTP) dan cabang/sub penyalur alat kesehatan (C/SPAK) (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005). Pelaksanaan binwasdal perlu memperhatikan adanya hierarki atau jenjang kewenangan dalam organisasi dengan batasan yang berbeda-beda. Hierarki tersebut antara lain:
a. Dinas Kesehatan Propinsi Batas kewenangan Dinkes Propinsi meliputi penentu/pembuat kebijakan, penentu/pembuat pedoman, melakukan pembinaan dengan Suku Dinas Kesehatan terhadap sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman yang izinnya masih diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, serta penentu saran pencatatan izin yang masih diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah).
b. Suku Dinas Kesehatan Batas kewenangan Suku Dinas Kesehatan meliputi pelaksanaan binwasdal, aspek manajerial dan teknis untuk izin yang diterbitkan oleh Sudinkes, pencabutan dan pembekuan izin untuk izin yang ditertibkan oleh Sudinkes (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).
Metode-metode dalam pelaksanaan binwasdal antara lain: a. Kunjungan ke lapangan : kuesioner dan analisa b. Observasi ke lapangan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
31
c. Berita acara pemeriksaan (BAP) (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005)
Berdasarkan Tupoksi Kesehatan FMM Pasal 33 SK Gub DKI No. 58 Tahun 2002, maka lingkup Pelayanan Binwasdal meliputi: a. Mengendalikan Mutu Pelayanan meliputi Bimbingan Teknis dan Self Assessment Mutu Pelayanan pada Sarana Farmasi Makanan dan Minuman b. Audit Mutu Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman (FMM) c. Rekomendasi Perbaikan dan Penyeliaan (Supervisi) d. Memberikan sanksi e. Memfasilitasi Penyelesaian Perselisihan/Pengaduan/Keluhan dari Organisasi Profesi dan Masyarakat f. Mensosialisasikan Peraturan Perundangan Tentang Mutu Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman
Semua perizinan Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman dalam memberikan pelayanan atau operasionalnya selalu mempunyai tujuan yaitu untuk memberikan kesehatan jasmani dan rohani bagi konsumen yang dilayani. Oleh sebab itu, bila pengelola atau pemilik sarana kesehatan tersebut tidak menjalankan seperti apa yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan maka akan diberikan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Sanksi yang akan diberikan bagi pengelola atau pemilik yang tidak menjalankan peraturan perundang-undangan atau pelanggaran dalam mengelola sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman dapat dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu : a. Sanksi Administratif Sanksi administratif memiliki bentuk berupa peringatan, penghentian sementara kegiatan, dan pencabutan izin. b. Sanksi Pidana yang diajukan ke pengadilan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat pada tanggal 12 Maret 2012 sampai dengan 5 April 2012, tugas pokok dan fungsi dari suku dinas kesehatan telah dilaksanakan dengan baik. Pada kesempatan PKPA ini, tugas pokok yang sempat dijalani langsung oleh mahasiswa adalah berupa pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana farmasi makanan dan minuman serta rumah sakit. Dalam struktur organisasinya, Kepala Suku Dinas Kesehatan membawahi satu Subbag Tata Usaha dan lima seksi antara lain Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan serta Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Subbagian dipimpin oleh seorang kepala subbagian dan setiap seksi dipimpin seorang kepala seksi yang akan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan tugasnya. Seksi Kesehatan
Masyarakat
dalam
pelaksanaan
kegiatannya
melakukan
dan
pengembangan kesehatan masyarakat, sedangkan Seksi Pelayanan Kesehatan (Yankes) bertugas dalam memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan serta pengendalian tatalaksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat dipimpin oleh seorang kepala Seksi SDK yang membawahi 3 koordinator, yaitu koordinator tenaga kesehatan (Nakes), koordinator standardisasi mutu kesehatan, serta koordinator farmasi makanan dan minuman (Farmakmin). Ketiga koordinator ini bertanggung jawab langsung kepada kepala Seksi SDK dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya masing – masing. Dalam pelaksanaannya, tugas pokok dan fungsi dari SDK antara lain menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya, melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya, melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, 32
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
33
makanan, dan minuman, memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan, melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan, menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan, melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan, melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu, melaksanakan
survei
kepuasan pelanggan
kesehatan,
melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem
menajemen
mutu
kepada
Puskesmas,
melaksanakan
kegiatan
pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator, melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assesor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana pelayanan kefarmasian, melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat generik dan persediaan cadangan obat esensial, melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kota administrasi, melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan, menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan, dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. Dalam pemberian izin sarana kesehatan, pelaksanaannya dilakukan dengan sistem satu atap dan satu pintu dimana mempunyai kebijakan yang sama dan seluruh berkas perizinan diserahkan dan diterima ditempat yang sama. Pemberian izin sarana kesehatan diberikan setelah pemohon melengkapi persyaratan administrasi. Selanjutnya Seksi SDK akan melakukan peninjauan ke lokasi disertai dengan surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes). Dalam peninjauan ke lokasi diperiksa sarana, prasarana dan personil sarana kesehatan. Jika sarana kesehatan memenuhi syarat, dalam jangka waktu satu minggu setelah peninjauan ke lokasi maka Seksi SDK akan menerbitkan surat izin yang dimohon. Tetapi jika sarana kesehatan masih belum memenuhi persyaratan, maka sarana kesehatan tersebut diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan dalam jangka waktu maksimal satu bulan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
34
Seksi SDK melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) secara rutin terhadap sarana kesehatan, seperti apotek, toko obat, industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (C/SUPAK) dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP). Seksi SDK melakukan Binwasdal minimal satu kali dalam setahun yang telah disesuaikan dengan jadwal binwasdal dan anggaran dana yang tersedia. Kegiatan Binwasdal apotek selama masa PKPA dilakukan kunjungan pada lima apotek di daerah Cempaka Putih. Pada pelaksanaan Binwasdal, pemeriksaan sarana kesehatan apotek berlaku bagi sarana apotek yang akan didirikan maupun sarana apotek yang telah lama beroperasi di Kota Administrasi setempat. Jenis perizinan yang diberikan oleh seksi SDK terhadap apotek adalah izin tetap, dimana izin tersebut berlaku selama apotek tersebut berdiri dan dimaksudkan bahwa pihak penyelenggara sudah dapat beroperasional penuh karena seluruh persyaratan sarana/prasarana sudah lengkap. Pemeriksaan dalam rangka perizinan apotek dan pengawasan yang dilakukan meliputi kelengkapan fisik apotek seperti kartu stok, buku wajib apotek atau penaraan timbangan dan lain-lain. Hal yang mendapat perhatian khusus adalah penyimpanan, penjualan, pelaporan, serta pemusnahan narkotika dan psikotropika di apotek tersebut. Dalam pelaksanaan binwasdal secara rutin, dilakukan kunjungan ke sarana kesehatan dalam rangka pembinaan dan pengawasan yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan apotek, laporan harga obat generik, dan surat perizinan apotek serta tenaga kerja kefarmasian. Hal ini diperlukan untuk memantau suatu sarana kesehatan tetap dapat memenuhi persyaratan standar mutu pelayanan di apotek. Petugas pemeriksa dari Suku Dinas Kesehatan akan memberikan saran - saran untuk perbaikan bila ditemukan hal-hal yang masih kurang dan tidak sesuai. Namun bila ditemukan pelanggaran, akan diberikan peringatan baik secara lisan maupun tertulis. Jika pelanggaran masih tetap dilaksanakan oleh apotek tersebut, maka dilakukan penindakan, pemberian sanksi hingga pencabutan izin apotek. Kegiatan Binwasdal Rumah Sakit dilakukan pada Rumah Sakit Husada dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Sarana yang dikunjungi antara lain Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) rawat jalan 1, depo rawat inap, depo IGD dan gudang obat. Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan Binwasdal di rumah Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
35
sakit, yaitu pemeriksaan sarana apotek, pemeriksaan kelengkapan apotek, melakukan pemeriksaan resep, dispensing, pemeriksaan pengaturan obat, pemeriksaan lemari narkotika, pemeriksaan kartu stok, pemeriksaan etiket dan wadah, memeriksa kelengkapan buku standar yang diwajibkan, sampling obat generik, monitoring penggunaan obat generik, tanggal tera timbangan, dan mendata sumber daya manusia. Selain Binwasdal di sarana apotek dan rumah sakit, mahasiswa juga mendapatkan kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan Binwasdal di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan Johar baru serta salah satu puskesmas kelurahan yakni Puskesmas Gelora. Puskesmas Gelora merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Tanah Abang. Tujuan kunjungan tersebut adalah dalam rangka Binwasdal sarana pelayanan kefarmasian yang dimiliki oleh puskesmas tersebut. Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di puskesmas kecamatan antara lain penyaluran obat melalui apotek puskesmas kecamatan dan pendistribusian obat ke puskemas-puskesmas kelurahan yang berada di kecamatan Tanah Abang, sedangkan kegiatan kefarmasian di puskesmas kelurahan hanya terbatas pada penyaluran obat melalui apotek puskesmas. Kunjungan dilakukan secara berkala minimal satu tahun sekali untuk pelaksanaan kegiatan Binwasdal di apotek yang terdapat di setiap Puskesmas. Kegiatan Binwasdal yang dilakukan antara lain pemeriksaan keadaan apotek yang dilakukan sesuai form yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan Binwasdal di Puskesmas, yaitu melakukan pemeriksaan resep, dispensing, pemeriksaan pengaturan obat, pemeriksaan kartu stok, sampling obat generik, monitoring obat generik, memeriksa tempat penyimpanan obat, tanggal tera timbangan, pelayanan apotek, penyerahan obat, mendata 10 penyakit terbesar di puskesmas tersebut dan mendata sumber daya manusia. Kegiatan Binwasdal Toko Obat dilakukan pada beberapa toko obat di Pasar Senen. Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan Binwasdal di toko obat antara lain identitas pemilik sarana, kelengkapan dokumen asisten apoteker penanggung jawab, kelengkapan dokumen took obat, meliputi peta lokasi, denah
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
36
ruangan, NPWP, status tempat usaha, surat izin tempat, dan alamat, serta obat yang dijual. Kegiatan Binwasdal Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dilakukan pada IKOT yang berlokasi di Jalan Salemba Tengah, Jakarta Pusat. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang dikunjungi merupakan suatu industri jamu. Kegiatan yang dilakukan pada saat Binwasdal antara lain melakukan pemeriksaan perlengkapan dan kelengkapan sarana produksi obat tradisional. Hal-hal yang diperiksa antara lain identitas sarana, nomor izin sarana, nama badan hukum, nama penanggung jawab produksi, bangunan sarana produksi, perlengkapan produksi, dan perlengkapan khusus. Perlengkapan khusus diperiksa berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Produk-produk yang dihasilkan oleh Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) antara lain produk obat tradisional bentuk serbuk, pil, cairan (obat dalam atau obat luar), parem, pilis, mangir, dan obat oles (salep atau krim). Perusahaan pangan industri rumah tangga yang dikunjungi untuk kegiatan Binwasdal yaitu sebuah Perusahaan pangan industri rumah tangga yang bergerak dalam bidang pembuatan saus, kecap, dan cuka di jalan Paseban. Hal-hal yang dilakukan antara lain penanggung jawab sarana, meninjau proses produksi, memeriksa sarana produksi, peralatan produksi perlengkapan sarana produksi, ruang penyimpanan bahan baku dan produk jadi, fasilitas dan higienitas, etiket, lingkungan produksi, dan sumber daya manusia. Kegiatan Binwasdal di Cabang Penyalur Alat Kesehatan dilakukan pada cabang penyalur alkes di daerah Menteng. Kegiatan yang dilakukan antara lain identitas cabang penyalur alkes, pengurus cabang penyalur alkes (nama pimpinan, nama penanggung jawab, dan jumlah karyawan), bangunan cabang penyalur alkes, perlengkapan administrasi (kartu persediaan dan kartu penjualan), dan gudang. Bangunan cabang penyalur alkes harus memiliki ruang administrasi, sumber air yang jelas, ventilasi dan pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan, kamar mandi/WC, dan alat pemadam kebakaran. Gudang harus memiliki luas yang cukup, penempatan dan penataan alkes yang memenuhi syarat, dan terhindar dari serangga dan pengotoran lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan a. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat membawahi satu Subbag Tata Usaha) dan lima seksi, antara lain Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan serta Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. b. Tugas pokok dan fungsi dari Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain memberikan
rekomendasi/perizinan
sarana
melaksanakan
kegiatan
pengawasan
pembinaan,
pelayanan serta
kesehatan, pengendalian
tatalaksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan dengan ruang lingup Jakarta Pusat.. c. Tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat sudah berjalan dengan baik.
5.2. Saran a. Kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian perlu ditingkatkan pada seluruh sarana kesehatan yang ada di wilayah Jakarta Pusat agar terbina dan terawasi secara berkelanjutan agar berjalan lebih baik. b. Tindak lanjut kegiatan pembinaan pengawasan dan pengendalian perlu dilakukan lebih tegas terhadap sarana pelayanan kesehatan yang belum memiliki izin dan berizin namun melakukan pelanggaran perundangundangan. c. Perlu ditingkatkannya kegiatan sosialisasi informasi dan peraturan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan yang ada.
37
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ACUAN
Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Propinsi DKI Jakarta. Jakarta Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1331/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan
Atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor.
167/Kab/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta
38
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
39
Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan
Kepala Suku Dinas Kesehatan
Subbagian Tata Usaha
Seksi Kesehatan Masyarakat
Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi Sumber Daya Kesehatan
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
40
Lampiran 2. Alur Pedoman Pemberian Izin Yang Diterbitkan Oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat
Berkas masuk
Diteliti oleh petugas loket
Berkas lengkap
Berkas tidak lengkap Berkas dikembalikan ke Customer
Pemberian kartu kendali
Tidak perlu cek lokasi
Perlu cek lokasi Penentuan jadwal CEK LOKASI Sesuai jadwal yang ditentukan
Memenuhi syarat Tanda terima berkas masuk
Tidak memenuhi syarat Berkas dikembalikan ke Customer
Proses di Seksi SDK Max 12 hari kerja SERTIFIKAT Pemberitahuan
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
41
Lampiran 3. Retribusi Daerah Suku Dinas Kesehatan
PEMBERITAHUAN Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah maka, Tarif Retribusi Pelayanan Perizinan Sudin Yankes Jakarta Pusat sebagai berikut : 1.
Apotek
: Rp. 1.000.000,-
2.
Toko Obat
: Rp.
300.000,-
3.
Industri Kecil Obat Tradisional
: Rp.
500.000,-
4.
Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan
: Rp.
750.000,-
5.
Sertifikat PIRT
: Rp
200.000,-
6.
Praktek Berkelompok Dr/Drg Spesialis
: Rp. 1.000.000,-
7.
Laboratorium Klinik Swasta
: Rp. 1.500.000,-
8.
Balai Pengobatan Umum/Gigi
: Rp. 500.000,-
9.
Praktek Berkelompok Dr/Drg Umum
: Rp. 300.000,-
10. Rumah Bersalin
: Rp
700.000,-
11. Balai Kesehatan Masyarakat
: Rp.
50.000,-
12. Panti Pengobatan Tradisional
: Rp. 250,000,-
13. Salon Kecantikan Type D
: Rp. 100.000,-
Type C
: Rp. 150.000,-
Type B
: Rp. 300.000,-
Type A
: Rp. 400.000,-
14. Praktek Dr. Umum/Gigi
: Rp. 100.000,-
15. Praktek Bidan
: Rp. 100.000,-
16. Praktek Perawat/Perawat Gigi
: Rp.
17. Praktek Dr. Spesialis/ Drg. Spesialis
: Rp. 300.000,-
18. Praktek Fisioterapi
: Rp. 100.000,-
19. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker
: Rp.
50.000,-
20. Akupunktur
: Rp.
50.000,-
21. Ahli Kecantikan
: Rp.
50.000,-
22. Tanda Daftar Pengobat Tradisional
: Rp.
50.000,-
50.000,-
TIDAK ADA PEMBAYARAN LAIN, SELAIN RETRIBUSI
KEPALA SUKU DINAS PELAYANAN KESEHATAN KOTAMADYA JAKARTA PUSAT, TTD dr. Angliana Dianawati
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
42
Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Apotek Baru
NO
:
Lamp
:
Hal
: Permohonan Surat Izin Apolek,
No. Dokumen
:
CM-01/PM-01/PKJS-PF
No. Revisi
:
01
Jakarta,
Kepada Yth, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di Jakarta
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Apotek ditangan datadata sebagai berikut: 1.
PEMOHON Nama
2.
3.
:
No. SIK/SP
:
No. KTP
:
Alamat & No. Telp
:
Pekerjaan sekarang.
:
NPWP
:
APOTEK Nama
:
Alamat & No. Telp.
:
Kelurahan/Kecamatan
:
Provinsi
: DKI Jakarta
Dengan menggunakan sarana : milik sendiri / milik pihak lain. Nama Pemilik sarana
:
Alamat & No telp.
:
NPWP
:
Akta perjanjian kerjasama Nomor
:
Yang dibuat di hadapan Notaris
:
di
:
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir.
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujannya kami ucapkan terinia kasih. Pemohon,
Materai 6.000 (………………………..)
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
43
Lampiran 5. Formulir Permohonan Izin Pedagang Toko Obat No. Dokumen
:
CM-01/PM-02/PKJS
No. Revisi
:
01
Jakarta, Nomor: Lamp : Hal
: Permohonan Ijin Pedagang Eceran Obat Kepada Yth, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di Jakarta Bersama ini kami
mengajukan
permohonan untuk mendapatkan
izin. Pedagang Eceran
Obat dengan data-data sebagai berikut: Nama Pemilik
:
...................................................................................
Alarnat / Telepon
:
...................................................................................... ………………………………………………………...
Nama Toko Obat
:
…………………………………………………………
Alamat Toko Obat
:
…………………………………………………………
Nama AA P. Jawab
:
…………………………………………………………
Nomor S.I.K/SIAA
:
…………………………………………………………
Alamat / telepon
:
………………………………………………………… …………………………………………………………
Sebagai pertimbangan bersama ini kami lampirkan surat-surat sebagai berikut : 1.
Foto Copy KTP Pemohon / Pemilik Toko Obat
2.
Akte pendirian perusahaan bila berbentuk badan'hukum yang disahkan terdaftar pada Menkeh HAM.
3.
Gambar Denah Lokasi 1 empat Usaha dan Denah ruangan | Toko |
4.
Foto Copy Ija/ah & S.I.K/ SI A. A.
5.
Surat Pernyataan Kesediaan Bekerja sebagai A .A Penanggung Jauah teknis pada Toko Obat diatas
6.
Fotocopy Tanda Bukti Pemilikan Tempat / status bangunan tempat usarui milik sendiri lampirkan
materai Rp 6.000,-
sertifikat dan bila sevva minimal 2 (dua) lahun dengan melampirkan surat sewa ian fotocopy KTP pemilik 7.
Foto Copy STUP [TDUP] ( Bila Bentuk Badan Hukum )
8.
Fotocopy NPWP Pemilik
9.
Surat Pernyataan Tidak Akan Menjual Obat Daftar G dan Tidnk Melayani Resep Dokter.
10. Pasphoto berwarna Pemohon dan AA Penanggung jawab [2 Lembar. uk 4x6 Demikian permohonan ini kami buat dengan sebenarnyu dengan harapun dapat dikabulkan Hormat kami. Cap / Stempel Materai 6.000 ( ……………………)
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
44
Lampiran 6. Formulir Permohonan Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga No. Dokumen
CM-01/PM-04/PKJS-PF
No. Revisi
00 Jakarta ,
Lamp : Hal
: Permohonan Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di Jakarta Yang bertanda tangan di bawah ini saya
Nama Pemilik
:…………………………………………………
Nama Perusahaan
:……………………………………....................
Alamat / telepon
: ………………………………….......................
Nama Penanggung Jawab
: ……………………………………...................
Alamat / telepon
: ………………………………………………...
Sebagai pertimbangan bersama ini kami lampirkan surat-surat sebagai berikut : 1.
Data Perusuhaan Pangan Tndustri Rumah Tangga
2.
Peta Lokasi Tempat Usaha
3.
Denah Ruangan beserta ukuran
4.
Rancangan etiket / label
5.
Foto Copy KTP Penanggung j awab / Pemilik
6.
Pasfoto berwarna Pemohon / Penanggang Jawab 3 x 4 (2 lembar
7.
Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil bagi perusahaan yang memiliki
8.
Modal Peralatan lebih dan Rp. 5.000.000
9.
DataProduk
10. Surat Keterangan penunjukan , bila repacking 11. Copy Tanda Bukti Pemilik Tempat / status bangunan tempat usaha milik 12. sendiri lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal 2 (dua) tahuri dengan 13. melampirkan surat sewa dan fotocopy KTP pemilik 14. Sertifikat Keamanan Pangan ( Mengikuti Penyuluhan Keamanari Pangan )
Demikianlah pe/mohonan ini kami buat dengan sebenarnya dengan harapan dapat dikabulkan
Hormat kami Cap Perusahaan
Materai 6.000 ( ……………………..)
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
45
Lampiran 7. Lembar Data Produk Makanan / Minuman
DATA PRODUK MAKANAN / MINUMAN 1. Nama Jenis Makanan/ Minuman : ……………………………………………. 2. Nama Merk Dagang
: …………………………………………….
3. Bahan Baku
: ……………………………………………. …………………………………………….. ………………………………………………
4. Bahan Tambahan Makanan
: …………………………………………….
b) Pewama c) Pengawet d) Lain-Jain
5. Bahan wabah/ kemasan : Kaca
Plastik
Karton/kertas
Tetrapak
Kaleng
Aluminium
Komposid
Ganda
Stainless Steel
Lain-lain : ……
6. Cara Pengolahan 7. Masa Simpan
……………….bulan ……………….hari
8. Tabel
Terlampir
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
46
Lampiran 8. Formulir Permohonan Surat Izin Depo Farmasi No. Dokumen
:
CM-03/PM-01/PKJS-PF
No. Revisi
:
01
Jakarta , Lamp : Hal
: Permohonan Surat Izin Depo Farmasi Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di Jakarta
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Depo Farmasi dengan data-data sbb :
I PEMOHON Nama Apoteker No. SIK / SP
: :
Alamat dan no. telp
:
NPWP
:
2. DEPO FARMASI
:
Nama Depo Farmasi
:
Alamat
:
No Izin Klinik/ SIP Dokter
:
yg masih berlaku
:
Alamat Klinik/ praktek Dokter
:
No. Telp.
:
Kelurahan
:
Kecamatan
:
Provinsi
: DKI Jakarta
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan sbb : 1.
Fotocopy Izin Klinik / Surat izin Praktek Dokter yang masih berlaku.
2.
Fotocopy KTP DKI Apoteker Pengelola Depo Farnasi dan Pasphoto berwarna uk 4x6 sebanyak 2 ( dua) lembar
3.
Data –data Apoteker : • Fotoco’py Surat Izin Kerja / Surat Penugasan Apoteker Pengelola Apotek • Fotocopy Surat Selesai Masa Bakti bagi Apoteker Non Pegawai Negeri. •
Fotocopy Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA dari luar Provinsi DKI Jakarta
• Surat Izin dari Atasan bagi PNS/ABRI bagi APA yang PNS/ ABRI 4.
Surat pengangkatan Apoteker sebagai Penanggung Jawab Depo Farmasi.
5.
Proposal untuk mendirikan Depo Farmasi.
6.
Kelengkapan Surat AA / D3 Farmasi
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
47 • Surat Izin Kerja / Surat Izin Asisten Apoteker •
Fotocopy KTP
• Surat Pernyataan Bersedia Bekerja Diatas Materai Rp 6000 ,7.
Peta Lokasi seatap/sepekarangan dengan / Klinik
8.
Denah bangunon (tertutup )
9.
NPWP Klinik/Dokter
10. Syarat Pernyataan Apoteker hanya melayani R/ dari Klinik / Dokter ( bukan R/ dari umum) kecuali atas nama pasien Klinik 11. Folocopy KTP Pemilik Depo farmasi. 12. Surat Pemyataan Pemilik Depo Farmasi tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi /obat2an dan tidak ikut campur dalam pengelolaan obat di atas meterai Rp 6000,-. 13. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Depo tunduk dan patuh pada peraturan perundangundangan yang berlaku di atas meterai Rp 6000,-. 14 Daflar buku wajib Peraturan Perundangundangan dibidang Farmasi 15. Perlengkapan Administrasi ( Etiket, Kartu Stock, Copy resep, blanko SP & bianko faktur).
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan bapak kami sampaikan terima kasih. Pemohon.
Materai 6.000 ( .......................................)
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
48
Lampiran 9. Formulir Permohonan Surat Izin Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan
No. Dokumen :
CM-01/PM-05/PKJS-PF
No. Revisi
00
:
KOP PERUSAHAAN ---------------------------------------------------------------------------------------------------
Jakarta, No
:
Lamp : Hal
: Permohonan Persetujuan Pendirian Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di Jakarta
Bersama
ini
kami
mengajukan
permohonan
untuk
mendapatkan
Persetujuan Pencirian Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan dengan data-data sbb :
1. PEMOHON Nama Direktur UPAK Pusat
:
Alamat dan no. telp
:
No Izin Usaha PAK Pusat
:
2. CABANG/ SUB PAK Nama Cab / Sub PAK
:
Alamat Kantor & No. telp.
:
Alamat Gudang dan No. telp
:
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
49
Nama Pimpinan Cab/Sub PAK : Nama Penanggung Jawab teknis :
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan sbb : 1. Surat Penunjukkan dari UPAK sebagai Sub/Cab PAK diatas meterai Rp 6000,-. 2. Fotocopy Izin UPAK Pusat. 3. Fotocopy Akte Notaris Badan hukum dan fotocopy pengesahan dari Dep Kehakiman dan HAM bila berbentuk badan hukum Cabang/Sub PAK 4. Denah bangunan kantor /ruangan beserta ukuran dan fiingsi 5. PetaLokasL 6. Fotocopy SIUP Cabang/Sub PAK 7. Fotocopy NPWP Perusahaan Cabang/Sub PAK. 8. Fotocopy Undang-undang Gangguan Cabang/Sub PAK 9. Foto copy Domisili Perusahaan 10. FotoCopy 1MB dan surat sewa minimal 2 (dua) tahun (bila sewa) fotocopy KTP pemilik 11. Fotocopy KTP Pemohon/ Pimpinan Cabang/Sub PAK. 12. Surat Pernyataan bersedia bekerja sebagai penanggungjawab teknis di atas meterai Rp 6000,13. Fotocopy Ijazah dari Penanggung Jawab teknis 14. Fotocopy KTP Penanggung Jawab Teknis. 15. Surat Pernyataan tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi di atas materai Rp 6000,-
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan bapak kami sampaikan terima kasih.
Pemohon,
Cap Perusahaan Direktur UPAK Pusat
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
50
Lampiran 10 Surat Izin Apotek
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
51
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN (BINWASDAL) INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL (IKOT) DI JAKARTA PUSAT
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI APOTEKER DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Tujuan ............................................................................................ 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3 2.1. Sarana Farmasi Makanan dan Minuman........................................ 3 2.2. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) ........................................ 4 2.3. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian .................................. 5 2.3.1. Pembinaan ............................................................................ 5 2.3.2. Pengawasan .......................................................................... 6 2.3.3. Pengendalian ........................................................................ 6 2.3.4. Pencatatan dan Pelaporan .................................................... 7 2.3.5. Perbaikan ............................................................................. 7 BAB 3 METODOLOGI KEGIATAN ............................................................. 8 3.1. Lokasi Industri Kecil Obat Tradisional.......................................... 8 3.2. Pelaksanaan Kegiatan Binwasdal Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) ........................................................................ 8 BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 9 4.1. Kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT).................... 9 4.2. Kegiatan Binwasdal Pabrik Jamu Bukti Mentjos .......................... 9 4.2.1. Sarana Produksi ...................................................................10 4.2.2. Perlengkapan Produksi ........................................................10 4.2.3. Perlengkapan Khusus ...........................................................11 4.3. Hasil Binwasdal Pabrik Jamu Bukti Mentjos ................................12 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................13 5.1. Kesimpulan ....................................................................................13 5.2. Saran ..............................................................................................13 DAFTAR ACUAN .............................................................................................14
ii
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Berita Acara Pemeriksaan Industri Kecil Obat Tradisional ............15 Lampiran 2 Formulir Pemeriksaan Industri Kecil Obat Tradisional ..................16
iii
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan di Ibukota Jakarta. Hal ini bisa dilihat dalam visinya “Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua” yang mengandung arti bahwa sejahtera merupakan perwujudan derajat kehidupan penduduk Jakarta yang sehat, layak, dan manusiawi. Begitu kompleksnya pemasalahan kesehatan yang ada di DKI Jakarta dan antisipasi terhadap perubahan globalisasi maka diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasinya (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2009). Penerapan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah membawa implikasi terhadap organisasi kesehatan baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota. Demikian juga dengan keadaan farmasi makanan minuman. Jakarta sebagai ibukota Negara merupakan hal yang mempunyai daya tarik tersendiri. Banyaknya sarana farmasi, alat kesehatan, dan makanan minuman tentu saja membawa kondisi tertentu yang membutuhkan perhatian khusus dalam penanganannya. Demikian pula dengan program farmasi makanan minuman yang terus harus dilaksanakan dalam rangka mencapai indikator yang telah ditentukan. (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2009) Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal. Salah satu misi pembangunan kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu. Dalam hal pemerintah perlu melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan untuk terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan serta bertanggung jawab untuk melakukan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk merealisasikan sistem desentralisasi di bidang kesehatan, maka Dinas Kesehatan DKI Jakarta, sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang kesehatan, telah memberikan wewenang yang lebih besar kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Suku 1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
2
Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perencanaan, pengendalian dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan. Selain itu, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi juga memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan. (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009). Salah satu sarana farmasi makanan dan minuman yang perlu dilakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) adalah Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Kegiatan Binwasdal dilakukan untuk pemantauan produk yang dihasilkan agar tetap terjamin mutunya. Dalam upaya peningkatan manajemen mutu kesehatan, Dinas Kesehatan menerapkan sistem manajemen mutu sesuai dengan persyaratan Internasional. Salah satu persyaratan yang ditetapkan yaitu fungsi pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) yang akan memantau proses-proses dan produk-produk layanan dibidang kesehatan yang efektif dan efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan akan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada. (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005)
1.2. Tujuan Mengaplikasikan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Sarana Farmasi Makanan dan Minuman merupakan sarana yang perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendaliannya berada dibawah tanggung jawab seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya yang berada di Provinsi DKI Jakarta. Semua jenis sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman di Provinsi DKI Jakarta harus mempunyai izin, hal ini dapat dilihat berdasarkan beberapa peraturan yang diterbitkan oleh Menteri Kesehatan RI dan hal ini diperkuat kembali oleh Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 59 ayat 1 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan sarana kesehatan harus mempunyai izin. Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan tersebut, penyelenggaraan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman di wilayah Provinsi DKI Jakarta harus mempunyai izin, yang terdiri dari izin prinsip dan izin tetap (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Setelah memperoleh izin, sarana farmasi makanan dan minuman harus selalu dipantau untuk meningkatkan mutu dari proses atau produk layanan di bidang kesehatan secara efektif. Cara yang dilakukan untuk pemantauan tersebut dinamakan kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005). Ruang lingkup pelayanan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman diwilayah DKI Jakarta yang proses pembinaan, pengawasan, dan pengendaliannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya antara lain : a. Apotek seperti apotek kerja sama, apotek profesi, apotek dari toko obat, dan depo obat/farmasi. b. Toko Obat. c. Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan. d. Industri Kecil Obat Tradisional. e. Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga dan tata boga (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). 3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
4
2.2. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah industri yang memproduksi obat tradisional dengan total asset tidak lebih dari enam ratus juta rupiah, tidak termasuk harga tanah dan harga bangunan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) nerupakan salah satu sarana farmasi makanan dan minuman. Sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, dinyatakan bahwa upaya kesehatan dapat dilakukan oleh Pemerintah atau masyarakat dan sarana kesehatan tertentu yang diselenggarakan masyarakat harus berbadan hukum. Kepemilikan sarana kesehatan farmasi makanan minuman berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Menteri Kesehatan RI ada yang diperbolehkan perorangan dan berbadan hukum tergantung jenis dari sarana kesehatan farmasi makanan minuman (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Berdasarkan keputusan Menkes RI Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional dan Surat Edaran Direktur Jenderal Obat Tradisional Nomor 111/DD-IZ/VI/89 perihal Rekomendasi izin Industri Obat Tradisional, usaha Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) wajib memenuhi persyaratan, yaitu dapat dilakukan oleh perorangan warganegara Indonesia atau badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas atau koperasi dan wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002). Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan. Persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh penanggung jawab teknis sarana Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah apoteker atau D3 (Diploma Farmasi). Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) wajib mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) harus
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
5
memiliki sertifikat CPOTB yang dikeluarkan oleh pejabat setempat yang berwenang (Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002).
2.3. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Tujuan umum dari kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) adalah terlaksananya Binwasdal di bidang kesehatan sesuai persyaratan/peraturan yang berlaku dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Provinsi DKI Jakarta untuk mencapai visi Jakarta Sehat tahun 2010. Tujuan khusus dari kegiatan Binwasdal yaitu tersedianya pedoman yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan Binwasdal; terwujudnya pengembangan sistem manajemen mutu kesehatan melalui proses Binwasdal; serta terwujudnya peningkatan mutu kegiatan Binwasdal di Provinsi DKI Jakarta (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005). Pembinaan
adalah
kegiatan
untuk
menyiapkan,
mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan petugas agar mempunyai kompetensi untuk memenuhi persyaratan. Pengawasan adalah teknik pemantauan yang tujuannya adalah melihat adanya kesesuaian antara pelaksanaan suatu kegiatan/program dengan standar/prosedur atau dan peraturan yang berlaku. Pengendalian adalah kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan agar memenuhi standar maupun persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak terjadi pengulangan adanya pelayanan yang tidak sesuai (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).
2.3.1. Pembinaan Pembinaan dilaksanakan agar pelayanan kesehatan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sehingga mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat serta meluas kearah penerapan sistem manajemen mutu kesehatan yang efektif dan efisien; penerapan fungsi sosialnya; pelaksanaan upaya kesehatan baik promotif, preventif, dan kuratif; menjalankan sistem rujukan yang benar; dan pencatatan dan pelaporan yang akurat (lengkap dan tepat waktu). Pembinaan dilakukan melalui sosialisasi, pertemuan berkala atau pertemuan koordinasi, pendidikan dan pelatihan, ceramah ilmiah, dan bantuan sarana dan prasarana. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
6
Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu profesi tenaga kesehatan. Pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan dilaksanakan melalui bimbingan teknis, pelatihan dibidang kesehatan, dan penetapan standar profesi tenaga kesehatan. Kegiatan pembinaan dapat dilakukan secara berkala minimal sekali dalam setahun. Petugas pelaksanaan pembinaan harus memiliki kompetensi yang memadai berdasarkan kesesuaian pendidikan dan keterampilan dan pengalaman. Ruang lingkup pembinaan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja serta memenuhi kebutuhan pelanggannya (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).
2.3.2. Pengawasan Pengawasan upaya pelayanan kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat dilakukan secara berjenjang sesuai peraturan/ketetapan yang berlaku. Dalam rangka pengawasan, pimpinan dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi kesehatan yang bersangkutan. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan melakukan pengawasan terhadap sarana dan tenaga kerja yang menjalankan praktek di wilayah kerjanya. Kegiatan pengawasan dapat dilakukan melalui pemantauan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun. Hasil pengawasan dianalisa, dilaporkan, dan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. Kompetensi petugas pengawasan harus ditetapkan. Dinas Kesehatan melakukan pengawasan sesuai dengan aturan yang berlaku (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).
2.3.3. Pengendalian Kegiatan pengendalian dilakukan melalui pengawasan dan pengendalian penerapan peraturan
perundang-undangan dibidang Pelayanan Kesehatan
perorangan/kesehatan masyarakat, validasi data oleh unit yang bersangkutan, dan penyampaian laporan ke unit yang diawasi sebagai umpan balik dan ke supra sistem sebagai laporan. Pengendalian dilakukan melalui metode pengendalian teknis pelayanan meliputi umpan balik, surat teguran, surat panggilan, penindakan, bantuan pengendalian kejadian luar biasa (KLB), pengendalian dokumen dan catatan mutu, tinjauan manajemen, tindakan perbaikan dan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
7
pencegahan, pengukuran kepuasan pelanggan maupun penanganan keluhan pelanggan, pendidikan, dan pelatihan, serta peningkatan kesadaran dan motivasi (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).
2.3.4. Pencatatan dan pelaporan Hasil kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) dicatat dan dianalisis. Hasil kegiatan Binwasdal dilaporkan secara berkala ke unit tingkat diatasnya (supra sistem) dan ke unit yang dibina sebagai umpan balik. Hasil kegiatan Binwasdal dibahas dalam pertemuan yang dilaksanakan secara berkala.
Dalam
melaksanakan
kegiatan
pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian, petugas harus mencatat hasil kegiatan dan membuat rekapitulasi sebagai dasar untuk pembuatan laporan. Data yang dilaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Unit pelaksanaan teknis harus melakukan pencatatan dan pelaporan yang mencakup Binwasdal penyelenggaraan upaya kesehatan. Hasil kegiatan Binwasdal dikomunikasikan kepada pimpinan unit pada pertemuan tinjauan manajemen serta kemudian hasilnya ditindaklanjuti (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).
2.3.5. Perbaikan Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil tinjauan manajemen, hasil audit, hasil pengukuran sasaran mutu dengan hasil pengukuran, dan analisis kegiatan yang diarahkan untuk pencapaian sasaran mutu dan mencegah terulangnya kesalahan. Hasil kegiatan perbaikan harus didokumentasikan. Pimpinan unit kerja memastikan
bahwa
kegiatan
Binwasdal
yang
tidak
sesuai
dengan
persyaratan/ketentuan harus diidentifikasi dan dikendalikan untuk mencegah kerugian pada pelanggan. Setiap ketidaksesuaian kegiatan Binwasdal harus ditindaklanjuti
dengan
menghilangkan
ketidaksesuaian
melalui
tindakan
perbaikan dan pencegahan. Bukti ketidaksesuaian harus didokumentasikan (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2005).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 3 METODOLOGI KEGIATAN
3.1. Lokasi Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Pabrik Jamu Bukti Mentjos yang berlokasi di Jalan Salemba Tengah No. 48, Jakarta Pusat.
3.2. Pelaksanaan Kegiatan Binwasdal Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Pelaksanaan dilakukan dengan cara ikut serta dengan petugas Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat dalam kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) di Pabrik Jamu Bukti Mentjos. Sebelum dilakukan kegiatan Binwasdal, petugas mengirim fax ke pabrik jamu tersebut untuk memberitahukan bahwa akan dilakukan kegiatan Binwasdal di pabrik tersebut. Setelah mengirim fax, petugas menghubungi pabrik untuk melakukan konfirmasi mengenai kunjungan dalam rangka Binwasdal. Pada saat menghubungi, petugas menyampaikan hal-hal yang akan dilakukan dalam kegiatan Binwasdal. Pada saat kunjungan Binwasdal, petugas melakukan pemeriksaan sesuai dengan hal-hal yang tercantum dalam formulir pemeriksaan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Pemeriksaan lebih dititikberatkan pada temuan yang didapatkan dalam kegiatan Binwasdal sebelumnya atau pada hal-hal yang dianggap kritis. Pada saat pelaksanaan Binwasdal, hal-hal yang harus dilakukan antara lain : a. Memeriksa
bangunan
sarana
prooduksi,
perlengkapan
produksi,
dan
perlengkapan khusus. b. Mencatat hasil pemeriksaan Binwasdal. c. Menyampaikan kepada penanggung jawab Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang bersangkutan mengenai hasil pemeriksaan Binwasdal. d. Petugas memberikan saran kepada penanggung jawab Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang bersangkutan.
8
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Kegiatan Binwasdal dilakukan dengan cara mengunjungi sarana farmasi makanan dan minuman. Kegiatan ini dilakukan minimal sekali dalam waktu satu tahun. Salah satu sarana farmasi makanan dan minuman yang dikunjungi antara lain Industri Kecil Obat Tradisional yang berlokasi di Kotamadya Jakarta Pusat dan telah memperoleh izin untuk memprooduksi obat tradisional. Kegiatan yang dilakukan pada saat Binwasdal antara lain melakukan pemeriksaan perlengkapan dan kelengkapan sarana produksi obat tradisional. Halhal yang diperiksa antara lain identitas sarana, nomor izin sarana, nama badan hukum, nama penanggung jawab produksi, bangunan sarana produksi, perlengkapan produksi, dan perlengkapan khusus. Perlengkapan khusus diperiksa berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Produk-produk yang dihasilkan oleh Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) antara lain produk obat tradisional bentuk serbuk, pil, cairan (obat dalam atau obat luar), parem, pilis, mangir, dan obat oles (salep atau krim). Kegiatan Binwasdal ini harus dicatat dan didokumentasikan. Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah suatu sarana telah memenuhi syarat IKOT yang baik dan IKOT tersebut telah memperbaiki kesalahan ataupun temuan dari Binwasdal sebelumnya. IKOT yang baik dapat dilihat dari perlengkapan dan kelengkapan sarana serta proses produksi obat tradisional. Dari hasil kegiatan tersebut, petugas Binwasdal akan mencatat hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Selain itu, petugas juga memberikan saran dan perbaikan kepada penanggung jawab produksi.
4.2. Kegiatan Binwasdal Pabrik Jamu Bukti Mentjos Pada PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat, penulis mendapatkan kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan Binwasdal di sebuah 9
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
10
Industri Kecil Obat Tradisional bernama Pabrik Jamu Bukti Mentjos yang berlokasi di Jalan Salemba Tengah No. 48, Jakarta Pusat. Pabrik jamu ini telah berdiri cukup lama yaitu sejak tahun 1950. Pabrik jamu ini awalnya hanya menghasilkan beberapa produk. Saat ini, pabrik jamu tersebut telah menghasilkan berbagai macam produk. Pabrik jamu ini berada di bawah tanggung jawab seorang apoteker yang dibantu oleh dua orang karyawan yang bertugas melakukan proses produksi.
4.2.1. Sarana Produksi Sarana produksi Pabrik Jamu Bukti Mentjos terletak di lantai dua dan lantai tiga. Pada lantai dua, terdapat ruangan khusus untuk penyimpanan, ruangan pengeringan menggunakan oven, ruangan produksi, dan ruangan untuk pengujian mutu. Ruangan penyimpanan terdiri dari ruang penyimpanan bahan baku berbentuk simplisia, bahan baku yang telah dikeringkan, bahan baku yang telah dirajang, bahan baku yang telah dihaluskan, penyimpanan label, etiket, dan kemasan. Ruangan tersebut cukup luas dan bentuknya cukup sesuai dengan jumlah dan bentuk sediaan obat tradisional yang diproduksinya serta jumlah karyawan. Ruangan-ruangan ini berlantai ubin, dinding tembok, dan langit-langit asbes. Ruangan produksi berukuran cukup luas untuk meletakkan peralatan yang digunakan untuk proses produksi. Ruangan penyimpanan, pengeringan, produksi, dan pengujian mutu tersebut tidak digunakan untuk keperluan lain yang tidak berhubungan dengan fungsinya. Ruangan tersebut juga terhindar dari serangga atau binatang pengerat. Pada lantai tiga, terdapat ruangan khusus untuk dilakukan proses pencucian simplisia dan proses pengeringan simplisia. Ruangan pengeringan berupa ruangan terbuka untuk penjemuran simplisia menggunakan bantuan sinar matahari. Pada lantai ini juga digunakan sebagai tempat untuk menanam beberapa jenis tanaman obat, seperti tanaman jambu biji.
4.2.2. Perlengkapan Produksi Ditinjau dari perlengkapan produksi, Pabrik Jamu Bukti Mentjos memiliki fasilitas yang lengkap untuk melakukan proses produksi obat tradisional mulai Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
11
dari proses pencucian, pengeringan, perajangan, penghalusan, pengayakan, pengadukan, penimbangan, dan pengemasan. Pabrik jamu ini memiliki alat dan tempat pencucian simplisia yang mampu membersihkan simplisia dari debu dan kotoran lain. Alat atau tempat pencucian simplisia tidak digunakan sebagai kamar mandi/WC dan letaknya tidak berdekatan dengan kamar mandi/WC. Setelah dicuci, simplisia akan mengalami proses pengeringan. Pada saat musim kemarau, pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur simplisia dengan bantuan sinar matahari. Jika musim hujan, pengeringan dapat dibantu dengan menggunakan alat pengering berupa oven. Penjemuran dengan bantuan sinar matahari atau pengeringan menggunakan oven mampu mengeringkan simplisia sehingga kadar airnya tidak memungkinkan pertumbuhan jamur atau kapang. Tahap selanjutnya simplisia akan dirajang dengan sebuah alat. Simplisia dihaluskan dengan menggunakan mesin giling yang mampu menghaluskan simplisia atau campuran menjadi serbuk dengan derajat halus yang dikehendaki sejumlah minimal 90% dari jumlah simplisia yang diserbuk. Proses dilanjutkan dengan pengayakan menggunakan alat atau mesin pengayak yang mampu mengayak serbuk sehingga diperoleh serbuk dengan derajat halus yang dikehendaki sejumlah minimal 90% dari jumlah serbuk yang diayak. Serbuk diaduk dengan alat/mesin pengaduk sehingga serbuk simplisia menjadi campuran yang homogen. Campuran serbuk akan ditimbang dan dimasukkan ke dalam kemasan untuk melindungi serbuk dari pengaruh lembab udara, serangga, dan pengotor lainnya.
4.2.3. Perlengkapan Khusus Pabrik Jamu Bukti Mentjos hanya menghasilkan produk dalam bentuk serbuk. Pabrik jamu ini telah memenuhi syarat perlengkapan khusus yang harus dimiliki untuk menghasilkan produk serbuk. Perlengkapan tersebut berupa alat dan tempat pencucian simplisia yang mampu menbersihkan simplisia dari debu dan kotorannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
12
4.3. Hasil Binwasdal Pabrik Jamu Berdasarkan hasil Binwasdal, bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi jamu yaitu berbagai macam tanaman obat-obatan yang telah diproses menjadi simplisia. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, petugas tidak ditemukan bahan baku berupa bahan kimia obat. Pabrik jamu Bukti Mentjos memiliki sarana produksi dan perlengkapan produksi yang baik dan lengkap untuk sebuah IKOT. Sarana dan perlengkapan produksi tersebut merupakan salah satu pendukung untuk proses atau alur produksi yang sesuai dengan persyaratan. Proses produksi yang dilakukan hanya menghasilkan produk berupa serbuk. Pabrik ini juga memiliki tingkat kebersihan yang baik. Tingkat kebersihan akan menentukan produk yang dihasilkan. Semakin higienis proses pembuatan suatu produk, maka mutu yang dihasilkan akan lebih baik. Oleh karena itu, produk jamu yang dihasilkan oleh pabrik ini memiliki mutu yang terjamin kualitasnya. Pada lokasi yang sama juga digunakan untuk usaha toko jamu Bukti Mentjos. Toko jamu ini terletak di lantai satu. Toko jamu ini menjual berbagai macam produk yang diproduksi oleh pabrik jamu tesebut dan tentunya memiliki manfaat bagi kesehatan. Produk yang dijual antara lain berbagai macam produk jamu yang merupakan hasil produksi sendiri, makanan tradisional, dan minuman tradisional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Pabrik Jamu Bukti Mentjos dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat. Kegiatan Binwasdal yang dilakukan meliputi pemeriksaan sarana produksi, pemeriksaan kelengkapan produksi dan perlengkapan khusus. Dari kegiatan tersebut, Pabrik Jamu Bukti Mentjos dinyatakan telah memenuhi persyaratan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang baik. Pabrik jamu tersebut terbukti memiliki sarana produksi dan perlengkapan produksi yang memadai. Selain itu, tingkat kebersihan pada saat proses produksi baik. Hal ini mendukung terciptanya suatu produk jamu berupa serbuk yang terjamin mutunya.
5.2. Saran 1. Kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) sebaiknya dilaksanakan rutin setahun sekali dan dibuat jadwal kegiatan pada saat awal tahun agar semua sarana farmasi makanan minuman dapat terpantau dengan baik. 2. Dalam kegiatan Binwasdal, perlu dilakukan peningkatan jumlah sumber daya manusia karena banyaknya jumlah sarana farmasi makanan minuman yang terdapat di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat.
13
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ACUAN
Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Propinsi DKI Jakarta. Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2005). Pedoman Binwasdal Manajemen Mutu Kesehatan Volume 9 Edisi 1. Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2009) Profil Farmasi Makanan Minuman Tahun 2009. Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 246/Menkes/Per/V/1990 Tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta.
14
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
15
Lampiran 1 Berita Acara Pemeriksaan Industri Kecil Obat Tradisional PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT
SUKU DINAS KESEHATAN Jl. Percetakan Negara No.82 Tlp.4247306,4241194,42802910
J AK A R T A
Kode Pos : 10560
BERITA ACARA HASIL PEMERIKSAAN
Nama Perusahaan
: …………………………………………………………………
Alamat
: …………………………………………………………………
Surat Tugas No.
: …………………………………………………………………
Sehubungan dengan : …………………………………………………………………
Hasil Pemeriksaan
:
Mengetahui,
Jakarta, ……………………
Pihak yang diperiksa :
Petugas Pemeriksa :
1. ……………………
1. ………………………….
2. ……………………
2. …………………………. 3. ………………………..... 4. ……………………….....
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
16
Lampiran 2 Formulir Pemeriksaan Industri Kecil Obat Tradisional PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT
SUKU DINAS KESEHATAN Jl. Percetakan Negara No.82 Tlp.4247306,4241194,42802910
J AK A R T A
Kode Pos : 10560 FORMULIR PEMERIKSAAN PERLENGKAPAN & KELLENGKAPAN PRODUKSI OBAT TRADISIONAL ( IKOT ) Nama Sarana Alamat No Telp No. Izin Sarana Nama Badan Hukum Nama Penanggung Jawab Produksi Tanggal Pemeriksaan
: …………………………………………………... : …………………………………………………... : …………………………………………………... : …………………………………………………... : …………………………………………………... : …………………………………………………... : …………………………………………………...
A. BANGUNAN SARANA PRODUKSI : 1 Memiliki ruangan khusus untuk produksi penyimpanan bahan baku ,penyimpanan obat jadi dan ruangan untuk pengujian mutu 2 Ruangan tsb (1) luas & bentuknya cukup sesuai dengan jumlah & bentuk sediaan obat tradisional yang diproduksi serta jumlah karyawan 3 Ruangan tsb tidak digunakan untuk keperluan lain 4 5
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ruangan tsb pada (1) berlantai ubin, dinding tembok & langit-langit Ya asbes/semen/beton/kayu Tidak Ruangan tsb terhindar dari pengotoran serangga/binatang pengerat lainnya Ya Tidak
B. PERLENGKAPAN PRODUKSI : 1 Memiliki alat/tempat pencucian simplisia yang mampu membersihkan simplisia dari debu & kotorang lainnya 2 Alat/tempat pencucian simplisia tidak digunakan sebagai Kamar Mandi/WC & letakknya tidak berdekatan dengan Kamar Mandi/WC 3 Memiliki alat/ruang pengering yang mampu mengeringkan simplisia, sehingga kadar airnya tidak memungkinkan pertumbuhan jamur/kapang 4 Alat/ruang pengering tsb bebas dari pengotoran serangga dan lainnya 5
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Memiliki mesin giling yang mampu menghaluskan simplisia atau campuran Ya menjadi serbuk dengan derajat halus yang dikehendaki sejumlah minimal 90% Tidak dari jumlah simplisia yang diserbuk
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
Lanjutan
17
6
Ya Tidak
7 8 9
Memiliki alat/mesin pengayak yang mampu mengayak serbuk sehingga dioeroleh serbuk dengan derajat halus yang dikehendaki sejumlah minimal 90 % dari jumlah serbuk yang diayak Memiliki alat/mesin pengaduk yang mampu mencampur serbuk simplisia menjadi campuran yang homogen Memiliki timbangan kilogram, gram dan milligram yang telah ditera setiap tahun Memiliki wadah serbuk yang dapat melindungi serbuk dari pengaruh lembab udara serangga & kotoran lainnya
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
C. PERLENGKAPAN KHUSUS 1. Produksi Obat Tradisional Bentuk Serbuk a
Memiliki alat/tempat pencucian simplisia yang mampu membersihkan Ya simplisia dari debu & kotoran lainnya Tidak
2. Produksi Obat Tradisional Dalam Bentuk Pil a b c
Memiliki alat/mesin pembuat masa pil yang mampu membuat masa pil yang baik dan homogen Memiliki alat/mesin pembuat pil yang mampu membentuk masa pil menjadi butiran pil yang bobot dan besarnya sama dan bentuknya bulat sempurna Memiliki alat pengukur waktu hancur
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
3. Produksi Obat Tradisional Bentuk Cairan (Obat Dalam, Obat Luar) a b c
Memiliki alat/mesin pengaduk cairan yang mampu mencampur cairan menjadi homogen (Moserator) Memiliki alat/mesin pencampur sehingga didapatkan hasil penyaringan yang jernih Memiliki alat/mesin pengisian cairan yang mampu mengisikan cairan kedalam wadah secara higienis dan perbedaan volume cairan tiap wadah tidak boleh lebih dari 5% dari volume rata-rata 10 wadah
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
4. Produksi Obat Tradisional Bentuk Parem, Pilis, Mangir a b
c
Memiliki alat/mesin pembuat masa (adonan) yang mampu membuat masa parem/pilis/mangir yang baik dan homogen dengan cara higienis Memiliki alat/mesin pencetak atau alat/mesin pemotong yang mampu mencetak atau memotong masa parem/pilis/mangir menjadi bagian-bagian seragam ukuran dan bentuknya Memiliki alat/ruang pengering yang mampu mengeringkan parem/pilis/mangir sehingga kadar airnya tidak memungkinkan pertumbuhan cendawan/kapang.
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
18
Lanjutan
5. Produksi Obat Tradisional Bentuk Obat Oles (Salep, Krim) a b
Memiliki alat/mesin pengaduk yang mampu membuat masa oles/salep/krim yang halus dan homogen Memiliki alat/mesin pengisian obat oles yang mampu mengisikan masa obat/salep/krim kedalam wadah secara higienis dan perbedaan bentuk bobot oles tiap wadah tidak boleh lebih dari 5% dari bobot rata-rata 10 wadah
Ya Tidak Ya Tidak
SARAN PERBAIKAN : 1 2. 3. 4. 5. Mengetahui : Pimp / Penanggung Jawab Sarana
Jakarta, Petugas Pemeriksa : 1. ………………………… 2. …………………………
(
)
3. ………………………… 4. …………………………
Laporan praktek..., Mega Dewi Suryani, FMIPA UI, 2012