TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi
Menurut Aak (1990) klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Class
: Monocotyledonae
Ordo
: Graminales
Famili
: Graminae (Poaceae)
Genus
: Oryza
Species
: Oryza sativa L.
Akar padi dapat dibedakan menjadi beberapa bagian. Pertama, akar tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang. Kedua, akar serabut, akar ini tumbuh setelah 5-6 hari dari terbentuknya akar tunggang. Ketiga akar rambut yaitu merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang, merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar, dan ini penting dalam pengisian air serta zat-zat makanan. Kemudian akar tajuk yaitu akar yang tumbuh dari ruas batang terendah. Akar tajuk dibedakan menjadi akar tajuk dangkal dan dalam. Apabila kandungan udara dalam tanah rendah, maka akar tajuk dangkal mudah berkembang (Tjitrosoepomo, 2001). Sumbu utama batang dibedakan dari titik tumbuh embrio, yang pada awalnya tertutup oleh koleoptil. Tinggi batang utama tergantung pada jumlah ruas dan panjangnya, tetapi kemungkinan lebih dipengaruhi oleh lingkungan, dalam
Universitas Sumatera Utara
kondisi pertumbuhan yang sebanding yang lebih menentukan adalah karakteristik varietas. Varietas yang memiliki metode pematangan yang pendek umumnya memiliki ruas lebih sedikit dibandingkan dengan periode pematangan yang lama, tetapi tetap terdapat pengecualian. Jumlah ruas dapat bervariasi dari sekitar sepuluh sampai dua puluh (Girst, 1960). Daun terdiri dari dua bagian yaitu, sarung yang membungkus batang dan lidah atau lamina. Daun berada pada suatu sumbu yang jumlahnya sama dengan ruasnya. Daun yang pertama merupakan selubung daun atau koleoptil. Daun kedua muncul melalui celah koleoptil itu, ukurannya lebih kecil dan tidak memiliki lidah daun. Daun yang lain sama, kecuali daun yang paling atas atau daun bendera yang sedikit berbeda (Girst, 1960). Bunga padi merupakan bunga dioceus dan bakal buah berada diatasnya. Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Bulir – bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku terakhir pada batang. Panjang malai tergantung varietas, kultur teknis dan lingkungan. Dari sumbu utama pada ruas buku yang terakhir inilah biasanya panjang malai diukur. Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15 – 20 buah. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi rendemen tanaman (Aak, 1990). Tanaman padi berbentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan tumbuh pada dasar batang. Anakan pertama tumbuh diantara dasar batang dan daun sekunder, sedangkan pada pangkal batang anakan pertama berbentuk perakaran. Anakan ini tetap melekat pada batang utama hingga masa pertumbuhan berikutnya. Anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan pertama yaitu pada
Universitas Sumatera Utara
buku pertama, dan juga membentuk perakaran sendiri. Anakan ketiga tumbuh pada buku pertama pada batang anakan kedua. Jumlah anakan maksimum dicapai pada umur 50-60 hari setelah tanam (Aak,1990). Biji padi atau gabah terdiri dari dua penyusun utama yaitu 72-82% bagian yang dapat dimakan (kariopsis) dan 18-28% kulit gabah atau sekam. Kariopsis tersusun dari 1-2% perikarp, 4-6% aleuron dan testa, 2-3% lemma dan 89-94% endosperm (Haryadi,2006).
Syarat Tumbuh Padi Iklim Pertumbuhan padi gogo sangat tergantung pada hujan, yang terdistribusi cukup untuk setiap fase pertumbuhan. Panjang pendeknya musim tanam sangat menentukan keberhasilan panen padi gogo. Selain jumlah hujan dan distribusinya, umur padi gogo juga berperan dalam menentukan kualitas hasil panen, makin pendek umur padi makin baik kualitasnya. Padi gogo yang berumur 90 – 135 hari sangat baik ditanam di Indonesia karena musim hujan di Indonesia pendek. Curah hujan rata – rata yang diperlukan 200 mm/bulan dengan suhu 22 – 27° C (Suprayono dan Setyono, 1997). Pemakaian air yang optimal pada tanaman padi pada kondisi intensitas cahaya rendah adalah ± 150 mm/bulan dan pada intensitas cahaya tinggi ± 200 mm/bulan (Guslim, 2008)
Tanah Media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan padi adalah tanah dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu,
Universitas Sumatera Utara
dan diperlukan air dalam jumlah cukup. Ketebalan lapisan atasnya antara 18 – 22 cm dengan pH 4 – 7 (www. Ngraho. com, 2010) Padi gogo sebaiknya ditanam di tanah yang berhumus, struktur remah serta cukup mengandung air dan udara. Media yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah yang kasar, lapisan olah tanah sebaiknya berkisar antara 25 cm. Sebaiknya tanah tidak berbatu (www. BPP Teknologi. com, 2010).
Varietas Tidak semua varietas padi cocok dibudidayakan secara organik. Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan laboratorium. Walaupun merupakan varietas unggul tahan hama dan penyakit tertentu, tetapi umumnya padi hibrida hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah banyak. Tanpa pupuk kimia, padi tersebut tidak akan tumbuh subur dan berproduksi optimal. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas alami. Agar berproduksi optimal jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar (Andoko, 2006).
Pupuk Kascing Pupuk alam adalah pupuk yang diperoleh dari alam tanpa melalui proses industri atau tidak dibuat oleh pabrik pupuk. Pada umumnya pupuk ini bersifat organik karena terdiri atas senyawa dan bahan – bahan yang dihasilkan dari proses penguraian makhluk hidup (Hasibuan,2010).
Universitas Sumatera Utara
Jenis cacing yang sering digunakan untuk membuat kascing adalah Lumbricus teristis, Lumbricus rubellus, Pherettima defringes dan Eisenia foetida. Cara membuat kompos dengan bantuan cacing tanah ini disebut vermicomposting. Cacing tanah akan mengurai bahan kompos yang telah terdekomposisi oleh mikroorganisme. Keterlibatan dua jenis mikroorganisme ini dalam pengomposan menyebabkan cara kerjanya lebih cepat dan efisien. Hasil dari vermikompos ini disebut kascing. Kascing mengandung nitrogen, fosfor, mineral, hormon auksin, giberelin dan sitokinin serta beberapa enzim; seperti protease, lipase, selulase dan kitinase yang cukup tinggi. Dalam pengomposan, cacing tanah dapat memakan bahan organik sebanyak dua kali berat tubuhnya dalam waktu 24 jam, serta membantu
aerase
dan
mengaduk
bahan
melalui
pergerakannya
(Simamora dan Salundik, 2006). Syarat – syarat yang diperlukan agar pertumbuhan cacing dapat berjalan baik adalah; pH media harus netral 6 – 7,2 agar mikroorganisme dalam pencernaan cacing dapat hidup membantu pencernaan. Kelembaban media 15 – 30 % agar oksigen dapat masuk dan cacing dapat berespirasi. Suhu 15 - 25°C untuk menjaga metabolisme cacing. Tempat pengomposan yang ideal memiliki tinggi 30 cm panjang 2,5 dan lebar 1 m. Media mempunyai dua fungsi, sebagai tempat hidup sekaligus tempat bahan makanan cacing. Cara panen dengan melakukan penerangan pada bagian permukaan cacing agar cacing turun ke tempat yang lebih gelap. Ambil media sedikit demi sedikit sehingga akhirnya hanya tersisa cacingnya (Sinaga, 2010).
Universitas Sumatera Utara