TINJUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Secara umum tanaman cabai dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan menurut Tarigan dan Wiryanta (2003) sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas
: Sympetalea
Ordo
: Tubiflorae
Family
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Species
: Capicum annum L.
Akar tanaman cabai menyebar, tetapi dangkal. Cabang-cabang akar dan rambutrambut banyak terdapat dipermukaan tanah, semakin kedalam akar-akar tersebut semakin berkurang. Ujung akar tanaman cabai hanya dapat menembus tanah sedalam 30-40 cm. (Tjahjadi, 1993). Batang dibedakan menjadi dua macam : batang utama dan percabangan (batang sekunder). Batang utama berwarna coklat hijau, berkayu, panjang antara 20-28 cm dan diameter percabangan adalah dikotom atau menggarpu. Cabang setiap waktu membentuk cabang baru yang berpasangan. Antara batang utama dengan cabang membentuk sudut 1350. Sehingga menyerupai huruf “Y”. Batang dan percabangan berbentuk silindris.
Universitas Sumatera Utara
5 Percabangan
tumbuh
dan
berkembang
beraturan
secara
berkesinambungan.
(Nawangsih, dkk, 2001). Daun cabai umumnya berwarna hijau muda sampai gelap, tergantung varietas. Daun cabai ditopang oleh tangkai daun dan memiliki tulang daun menyirip. Daun cabai umumnya berbentuk bulat telur, lonjong dan oval dengan ujung meruncing, tergantung dari jenis dan varietasnya. (Tarigan dan Wiryanta, 2003). Bunganya terbentuk pada ujung ranting. Pada tangkai bunga biasanya terbentuk ranting yang ujungnya juga terbentuk bunga lain dan seterusnya demikian. Bunga seakanakan terbentuk pada ketiak daun. Pada umumnya bunga hanya satu, menggantung, kadang-kadang juga ada yang berdiri, warna mahkota bunga putih, berbentuk seperti bintang bersudut 5-6. Benang sari 5-6 buah, kepala benang sari berwarna kebiruan bentuknya memanjang. Putik berwarna putih atau ungu dan berkepala. (Pracaya, 1995). Berdasarkan bentuk buah, cabai besar dapat digolongkan dalam tiga tipe : cabai merah besar, cabai keriting dan cabai paprika. Cabai merah besar buahnya rata atau halus, agak gemuk, kulit buah agak tebal, sedangkan paprika buahnya berbentuk segi empat panjang atau bel. (Santika, 1999). Buah cabai memanjang dengan ukuran 1-30 cm. Cabai merah keriting panjang 525 cm. Cabai merah besar panjangnya 10-38 cm. Buah cabai yang masih berwarna hijau dan tua berwarna merah kecoklatan hingga merah tua menyala. (Tjahjadi, 1993). Bentuk buah bervariasi mulai dari yang panjang lurus, mata kail (lurus dengan ujung agak melengkung), sampai melintir. Varietas cabe yang panjang lurus seperti Heru, Amando, Hot Chili, Red Beauty, Arinbi, dan Wonder Hot. Varietas Cabe yang mata kail contohnya Hot Beauty, Long Chili, Passion, dan Hot Chili. Varietas cabe yang melintir
Universitas Sumatera Utara
6 contohnya cabai keriting hibrida Hybrid TM-999, cabai semi keriting Ever-Flavor (462), dan Hybrid TM-888 panjang buah berkisar antara 9 – 18 cm tergantung pada varietas. (Prajnanta, 1998)
Syarat Tumbuh
Iklim Pada umumnya tanaman cabai merah dapat ditanamkan di antara dataran tinggi maupun dataran rengah, yaitu lebih dari 500-1200 m diatas permukaan laut, yang terdapat di seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa. Meskipun luas lahan yang cocok untuk cabai masih sangat luas tetapi penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Perkembangan tanaman cabai merah lebih diarahkan ke areal perkembangan dengan ketinggian sedikit dibawah 800 m diatas permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun. (Anonimous, 2003). Tanaman cabai dikenal sebagai tanaman yang memiliki daya adaptasi yang luas. Cabai dapat ditanam hampir di semua jenis tanah tipe iklim yang berbeda. Walaupun demikian, daerah yang paling cocok untuk penanaman cabai berdasarkan luas areal penanamannya dijumpai pada jenis tanah mediteran dan aluvial, tipe iklim D3/E3 (0-5 bulan basah dan 4-6 bulan kering, (Santika, 1999). Komponen iklim terdiri atas temperatur harian, kelembaban dan curah hujan, angin serta cuaca. Syarat iklim yang penting yang harus terpenuhi untuk pertumbuhan tanaman hot beauty atau cabai hibrida lainnya adalah tersedianya Intensitas cahaya yang cukup. (Nawangsih, dkk, 2001).
Universitas Sumatera Utara
7 Suhu paling ideal perkecambahan benih cabai adalah 25-300C. Untuk pertumbuhannya, tanaman cabai hibrida memerlukan suhu 24-280C. Suhu yang terlalu rendah kan menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu pertumbuhan dan perlembangan bunga dan buah menjadi kurang sempurna (Tarigan dan Wiryanta, 2003). Kelembapan udara merupakan perbandingan relatif antara udara dan uap air di suatu daerah. Semakin tinggi kandungan uap air di udara, maka kelembapan udara makin tinggi pula. Pada pertanaman cabai kelembapan lingkungan menjadi lebih penting diperhatikan karena berkaitan dengan perkembangan mikroorganisme pengganggu. Kelembapan relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman cabai sekitar 80% (Nawangsih, dkk, 2001). Lama penyinaran (fotoperiodesitas) yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10-12 jam penyinaran sehari. Di Indonesia ini akan terpenuhi, karena lama penyinaran di daerah ekuator sekitar 11 jam 56 menit sampai 12 jam 7 menit, sedangkan pada lintang 100 lama penyinaran antara 11 jam 17 menit sampai 11 jan 33 menit. Cabai termasuk tanaman berhari netral, artinya dapat berbunga sepanjang tahun baik pada hari-hari pendek maupun hari-hari panjang (Anonimous, 2002).
Tanah Tanaman cabai akan baik pertumbuhannya jika ditanam pada lahan datar dengan lereng kurang dari 50, dainase baik, tekstur tanah lempung, lempung liat berpasir, debu, lempung liat berdebu atau lempung berdebu. Kedalaman air relatif lebih dari 50 cm. (Widodo, 2002).
Universitas Sumatera Utara
8 Kisaran Ph yang cocok untuk tanaman cabai hibrida adalah 6-7. Jika tanah yang akan ditanami cabai hibrida terlalu asam, bisa ditambahkan kapur pertanian. Jika tanahnya
basa
atau
Ph
tanah
tinggi
bisa
ditambahkan
belerang
(Tarigan dan Wiryanta, 2003). Kandungan air tanah atau kelembapan tanah juga berkaitan dengan suhu tanah yang diperlukan akar tanaman. Pada tanaman cabai suhu tanah selama 24 jam setidaktidaknya bergeser antara 15-280C atau paling tinggi 300C. Dan selain itu, ada pula kaitan kelembapan dengan pemupukan dan kelembapan dengan pemanfaatan unsur hara terutama N dan P dalam tanah bagi tanaman. (Setiadi, 1989). Tanah dengan tingkat keasaman rendah (lebih kecil dari 5 skala pH) akan mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Meskipun jumlah huru hara di dalam tanah melimpah, tetapi karena pH terlalu rendah, maka unsur hara tersebut menjadi tidak tersedia bagi tanaman, sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Dalam batas-batas tetentu bahkan akan menimbulkan zat bercun yang merugikan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan (Nawangsih, dkk, 2001). Tanaman cabai akan baik pertumbuhannya jika ditanam pada lahan datar dengan lereng kurang dari 50, drainase baik, tekstur tanah lempung, lempung liat berpasir, debu, lempung liat berdebu dan lempung berdebu. Kedalam air efektif lebih dari 50 cm (Widodo, 2002). Adaptasi tanaman Setiap tumbuhan mempunyai mekanisme adaptasi yang memungkinkan tumbuhan tersebut dapat hidup secara berdampingan dengan lingkungannya. menjelaskan tentang parameter lingkungan menentukan habitat ekologi bagi banyak jenis tanaman budidaya.
Universitas Sumatera Utara
9 Faktor-faktor yang berinteraksi dengan mekanisme fisiologi tumbuhan untuk beradaptasi antara lain ialah suhu, lama penyinaran, angin, dan kelembapan. Faktor-faktor utama tadi dapat hidup dan berproduksi. Pada pemulia tanaman mempertimbangkan respons genetik terhadap lingkungan sebagai sekelompok gen adaptasi yang penting untuk keperluan produksi. (Welsh dan Johanis, 1991). Adaptasi adalah suatu proses dimana individu, populasi atau spesies berubah bentuk dan fungsinya untuk dapat hidup lebih baik pada kondisi lingkungan tertentu. Kemampuan beradaptasi disebabkan oleh kombinasi sifat yang dapat mengatasi perubahan lingkungan tadi. Ada dua pendekatan dalam perbaikan adaptasi tanaman. Yang pertama, lingkungan dapat diubah sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan tanaman. Pendekatan yang kedua ialah mengubah mekanisme fisiologi adaptasi tanaman (Allard, 1989) Penyebab suatu varitas beradaptasi dengan baik, kemungkinan disebabkan, Varitas terdiri dari satu macam genotip yang mempunyai susunan genetik sehingga mampu mengendalikan sifat morfologi dan fisiologi yang dapat menyesuaikan diri pada lingkungan tertentu atau perubahan lingkungan. Varitas terdiri dari sejumlah genotip yang berbeda, dimana masing-masing genotip mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap perbedaan kondisi lingkungan (Welsh dan Johanis, 1991) Stabilitas fenitip disebabkan oleh kemampuan organisme untuk dapat mengetahui dirinya terhadap lingkungan beragam, sehingga tanaman tidak banyak mengalami perubahan sifat fenitipnya. Pemulia mengharapkan agar varietas yang diciptakan tetap berpotensi,
walupun
ditumbuhkan
pada
macam-macam
lingkungan
(Poespodarsono, 1998).
Universitas Sumatera Utara
10 Kabupaten Labuhanbatu
Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Utara dan berbatasan langsung dengan propinsi Riau Kabupaten
Labuhanbatu. Kabupaten
Labuhanbatu secara administrasi dibagi ke dalam 22 Kecamatan 209 desa dan 33 kelurahan. Secara geografis kabupaten Labuhanbatu terletak antara 01o 30’ – 02 o58’ LU dan 99 o19’ – 100 o22’ BT dengan luas wilayah kurang lebih 922.138 ha. (Bapeda, 2007) Kondisi topografis di kabupaten Labuhanbatu di sebelah utara dan timur kelerengan relatif dasar antara 0-8 %, di sebelah selatan memiliki kelerengan antara 8-15 % dan 25-40 %. Kondisi topografis sebagaimana di atas ditunjang dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2586 mm/tahun, sedangkan temperatur udara berkisar antara 22,3 o C – 32,3 o C. Di sebelah utara Kabupaten Labuhanbatu berbatasan langsung dengan Selat Malaka, bagian timur berbatasan dengan Propinsi Riau, sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Asahan dan Tapanuli Utara, sedangkan bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Tapanuli Selatan. (BPS Kabupaten Labuhanbatu, 2003) Labuhan Batu berada pada daerah dataran rendah/rawa, bukit-bukit bergelombang sampai dengan dataran tinggi pada sisi Barat, dengan ketinggian 0-1200 m di atas permukaan laut. Luas lahan menurut kemiringan lereng di Pada umumnya lereng di wilayah ini didominasi kelerengan 0 – 2 % yaitu mencapai 64.88 % dari luas lahan Labuhan Batu (932,300 ha). Keadaan lereng
demikian sangat potensial untuk
pengembangan kawasan budidaya pertanian, perkebunan dan perikanan. Kelerengan terkecil adalah 2 – 15 % dan 15 – 20 %, masing-masing 16,23 dari luas wilayah Labuhan Batu
(151,293
ha)
dan
8.33
%
dari
luas
Labuhan
Batu
(77,688
ha).
(BPS Kabupaten Labuhanbatu, 2004)
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 100 sampai 500 diatas permukaan laut dan percobaan dilakukan di Kelurahan Janji di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara pada bulan September 2007 sampai Maret 2008.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih cabai merah yang terdiri dari 5 varietas yaitu : Laris, Taro F1, Super King, Red North Star, Kompos, Kapur Dolomit, Pupuk, Kandang, Urea, TSP, KCL, Za, PPC Solid, Mulsa Plastik Perak Hitam, Pestisida, Fungisida, serta bahan lain yang mendukung penelitian ini. Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, meteran, handsprayer, timbangan , serta bahan lain yang menduku ng penelitian ini.
Metode Penelitian
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang teridri dari 5 varietas cabai merah, yaitu : Varietas Laris, Varietas Taro F1, Varietas Super King, Varietas Red North, Varietas Lokal.
Universitas Sumatera Utara
12 Jumlah Ulangan (Blok)
=
5 Ulangan
Jumlah Plot
= 25 Buah
Jumlah Tanaman Perplot
=
8 Tanaman
Jumlah Sampel Perplot
=
4 Tanaman
Jumlah tanaman Seluruhnya
= 200 Tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier Y ij = µ + ρ i + τ j + E ij Dimana : Y ij
= Hasil Pengamatan Pada Blok Ke-i dan Varietas Ke-j
µ
= Efek tengah rata-rata
ρi
= Efek Blok Ke-i
τj
= Efek Varietas Ke-j
E ij
= Galat pada Blok Ke-i dengan Varietas Ke-j Apabila terdapat berbeda nyata dari perlakuan sidik ragam maka di lanjutkan
dengan Uji Jarak Bergandan Duncan (UJBD).
Universitas Sumatera Utara
13 Parameter Penelitian
Persen Perkecambahan (%) Persen perkecambahan pada saat mengecambahkan benih di bak perkecambahan kemudian dihitung jumlah yang berkecambang dibagikan dengan jumlah benih yang ditanam dikali seratus persen.
Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai titik tumbuh tanaman. Pengamatan tinggi tanaman diukur mulai 5 minggu setelah tanam, dengan interval pengukutran 1 minggu sampai tanaman panen.
Diameter Batang (cm) Diameter batang diukur dari leher akar dengan menggunakan jangka sorong, pengamatan diameter batang diukur mulai 5 minggu setelah tanam dengan interval pengukuran 2 minggu sampai panen.
Jumlah Daun (Helai) Jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang telah tumbuh sempurna. pengamatan jumlah daun dilakukan 5 minggu setelah tanah, dengan interval 2 minggu sampai panen.
Universitas Sumatera Utara
14 Jumlah Cabang (Cabang) Jumlah cabang yang dihitung adalah semua cabang primer, sekunder dan tersier pada tanaman sampel. Pengamatan jumlah cabang dihitung mulai 5 minggu setelah tanam, dengan interval 2 minggu sampai tanaman panen.
Umur Berbunga (Hari) Umur berbunga dihitung saat bunga pertama muncul yang telah membuka sempurna. Kemudian data yang diperoleh dirata-ratakan. Dihitung dari mulai penanaman benih. Pada batang utama muncul bunga pertama pada cabang utama dan percabangan.
Umur Panen (Hari) Umur panen dihitung saat buah pertama muncul dan sampai matang fisiologis. Data yang diperoleh dirata-ratakan dihitung mulai dari penanaman benih.
Berat Buah/Sampel (gr) Berat buah persampel dihitung dengan mengimbang produksi setiap sample pervarietas kemudian ditotalkan sampai hari kelima.
Berat Buah/Plot (gr) Berat buah perplot dihitung dengan mengimbang produksi setiap plot pervarietas kemudian ditotalkan sampai hari kelima.
Universitas Sumatera Utara
15 Pelaksanaan Penelitian
Sterilisasi Media Pembibitan Media pembibitan berupa campuran top soil, pasir halu, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Bahan media pembibitan dimasukkan ke dalam karung plastik yang porous lalu dimasukkan ke dalam drum (200 liter). Sepertiga bagian bawah di buat penyangga sehingga karung yang berisi media tidak langsung ke dasar drum. Bagian bawah di isi air, sedangkan dua pertiga dari volume drum digunakan untuk tempat media pembibitan. Drum yang sudah di isi media dipanasi dengan menggunakan kayu. Bagian drum di tutup rapat, tetapi dibuat lubang gas yang berdiameter 2-3 cm sehingga uap panas dari air akan memanasi tanah yang disimpan di atasnya. Setelah 2-4 jam, media pembibitan dikeluarkan dari karung lalu dihamparkan. Setelah dingin media dimasukkan ke dalam poly bag berdiameter 8 cm.
Pembibitan Pembibitan dilakukan dengan mempercepat perkecambahan benih terlebih dahulu. Plastik kemasan benih di potong menyamping lalu ditambahkan fungisida dan bakterisida, masing-masing satu sendok teh. Plastik kemasan benih di kocok-kocok sehingga benih bercampur rata dengan bahan fungisida dan bakterisida. Setelah itu benih bercampur rata dengan bahan fungisida dan bakterisida. Setelah itu benih langsung di tanam ke bak persemaian, sebelum dimasukkan ke dalam bak persemaian, media pembibitan dicampur pupuk NPK yang telah dihaluskan dengan dosis 100-150 gram. Setelah itu media tanam disiram dengan air biji cabai ditanam dengan jarak antar baris 5-
Universitas Sumatera Utara
16 6 dan dalam barisan 2,5 cm. Setelah bibit berumur 11 hari bibit dipindahkan ke dalam poly bag yang telah di isi media tanam.
Penyiapan Lahan Lahan yang sudah dibersihkan dari gulma di gemburkan dengan menggunakan cangkul, dibuat bedengan kasar dengan ukuran panjang 5 m lebar 110 cm tinggi 30 lebar parit 44 cm. Kemudian dilakukan pengapuran dengan menggunakan kapur dolomit. Kemudian dibentuk bedengan halus dan di pupuk dengan menggunakan pupuk NPK dan pupuk kandang dan dirapikan, bedengan yang sudah jadi disiram air secukupnya segera dengan mulsa plastik hitam perak.
Penanaman Penanaman dilakukan 6-7 hari setelah bedengan ditutup mulsa hitam perak dan pembuatan lubang tanam terlebih dahulu dilakukan 1 hari sebelum penanaman. Setelah benih dibibitkan, pada umur 15-24 hari bibit ditanam kebedengan yang telah disiapkan dengan jarak tanam 70 cm dalam barisan dan 50 cm antar barisan.
Pemeliharaan Penyulaman Penyulaman dilakukan 7-14 hari setelah penanaman dengan menanam sisa benih yang disiapkan dengan membedakan waktu semai 7-14 hari setelah persemaian benih pokok. Penyulaman dilakukan dengan menanam kembali tanaman yang mati dilapangan.
Universitas Sumatera Utara
17 Penyiraman Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari dengan menggunakan gembor sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan membersihkan rumput-rumput liar atau gulma yang ada di sekitar pertanaman yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Perempelan Perempelan dilakukan terhadap tunas air yang muncul pada batang utama untuk memperkuat batang utama agar mampu menopang pertumbuhan tajuk tanaman. Pengendalian Hama Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprot insektisida, bakterrisida dan fungisida. Insektisida yang digunakan pada seluruh permukaan tanaman dengan menggunakan hansprayer. Penyemprotan insektisida dilakukan seminggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Pemupukan Pemupukan dilakukan 3 kali yaitu pupuk dasar pada saat tanam dan pupuk lanjutan 2 minggu setelah tanam serta 4 minggu setelah tanam dengan menggunakan pupuk ZA, KCL, dan NPK sesuai dengan dosis anjuran. Dan pemberian PPC Solid dengan interval 2 minggu sekali. Panen Panen pertama dilakukan ketika buah cabai berwarna merah menyeluruh. Panen berikutnya interval 5 hari, dilakukan pagi hari setelah buah kering dari embun. Hasilnya dijumlahkan dari panen pertama hingga panen kelima.
Universitas Sumatera Utara