TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang tumbuh lurus kebawah (AAK, 1991). Pohon mangga mempunyai batang tegak, bercabang agak kuat, daun lebat dan membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval, atau memanjang. Pohon mangga yang berasal dari biji pada umumnya tegak, kuat dan tinggi, sedang yang berasal dari sambungan atau tempel lebih pendek dan cabangnya membentang
(Pracaya, 1997).
Mangga berdaun tunggal, tanpa anak daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi antara 1,25-12,50 cm. Panjang daun 8-40 cm, Lebar 2-12,5 cm. Jumlah tulang daun 18-30 buah. Aturan letak daun pada batang (phillotaxy) biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung letaknya sangat berdekatan sehingga tampak seperti dalam lingkaran (Pracaya, 2004). Bunga tanaman mangga merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam rangkaian tandan berbentuk kerucut (segitiga). Panjang tandan/malai antara 10-40 cm. Bunga muncul dari ujung tunas, musim berbunga tidak serentak dalam satu pohon, akan tetapi bunga muncul pada musim kemarau dan pada akhir musim hujan dengan musim besar Maret-April, dan musim kecil November-Desember. Bentuk bunga seperti bintang, berwarna kuning muda, tangkai berwarna kuning muda semburat merah, jumlah kelopak 5 helai, mahkota bunga 5 helai, benag sari 5 helai, warna kepala putik warna kuning kemerahan. Sifat bunga menyerbuk sendiri, lamanya bunga muncul hingga panen antara
Universitas Sumatera Utara
23
3,5-4 bulan. Jumlah bunga yang menjadi buah dari setiap tandan 1-3 buah (Simatupang, dkk, 2009). Syarat Tumbuh Iklim Tanaman mangga dapat ditanam di dataran rendah sampai menengah dengan ketinggian 0-600 m di atas permukaan laut, rata-rata curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun, dan kecepatan angin tidak terlalu cepat. Mangga yang ditanam di dataran rendah dan menengah dapat menghasilkan buah yang lebih banyak dan lebih bermutu dari pada dataran tinggi (Ulifa, 2007). Temperatur optimum untuk pertumbuhan tanaman mangga adalah 24-270, pada temperatur ini pertumbuhannya menjadi baik dan hasilnya bagus, Pada temperatur maksimum 42-440 C, tanaman masih dapat hidup, tetapi produksi tidak seperti yang diharapkan (Pracaya, 1997). Pertumbuhan pohon mangga juga dapat terpengaruh oleh angin. Daerah yang mempunyai banyak angin kencang mengakibatkan penguapan air dari tanah lebih cepat, sehingga air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan optimum pohon mangga menjadi berkurang. Selain itu angin kencang juga dapat menyebabkan tanaman tumbang (Martulis, 1994). Tanah Pohon mangga dapat tumbuh pada jenis dan struktur tanah yang berbeda. Pohon mangga dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran 1000 meter dari permukaan laut, tetapi tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 300 meter (Martulis, 1994).
Universitas Sumatera Utara
24
Mangga Kelong sesuai tumbuh di Lempung berpasir atau tanah lempung dan tidak bercadas, dengan pH 5,5-6,0 dengan topografi yang datar dan landai. Pada lahan yang terlalu miring tidak baik untuk bertanam mangga Kelong, oleh karena pada musim kemarau tanaman akan mudah kekeringan dan pada waktu musim penghujan akan terjadi erosi dan pada lahan cekung pada saat musim hujan akan terjadi genangan air yang berlebihan yang sukar untuk mengeringkannya. Oleh karena itu dianjurkan pemakaian lahan yang miring sebaiknya dibuat teras-teras sebelum penanaman dilakukan (Simatupang, dkk, 2009). Perbanyakan Tanaman Secara Sambungan Penyambungan tanaman adalah proses penggabungan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa, sehingga tercapai persenyawaan. Dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru (Widianto, 1994). Bibit sambungan diperoleh dengan menggabungkan dua tanaman menjadi satu. Cara yang dilakukan merupakan kombinasi antara perbanyakan secara generatif dan vegetatif, karena untuk memperoleh bibit sambungan ini kita harus menyediakan batang bawah yang diperoleh secara generatif yaitu dengan menyemaikan biji terlebih dahulu. Batang tersebut disebut dengan batang bawah, Sedang batang yang disambungkan disebut batang atas atau entres (Saptarini, 2006). Teknik penyambungan ini bisa kita terapkan untuk beberapa keperluan, yaitu membuat tanaman unggul, memperbaiki bagian-bagian pohon yang rusak dan juga untuk membantu pertumbuhan tanaman (Widianto, 1994). Teknik perbanyakan/penyambungan tanaman secara generatif-vegetatif biasa dilakukan oleh penangkar tanaman karena dari satu pohon induk dapat diambil ratusan, bahkan ribuan mata tunas atau pucuk tanaman yang akan dijadikan tanaman baru. Selain
Universitas Sumatera Utara
25
itu, teknik perbanyakan ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan nilai jual suatu tanaman (Agromedia, 2009). Keunggulan teknik ini adalah tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran yang kuat dan lebat serta menghasilkan buah yang serupa dengan pohon induknya sehingga sangat cocok diterapkan pada tanaman buah-buahan. Namun, teknik perbanyakan secara generatif-vegetatif juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu hanya dapat dilakukan pada tanaman-tanaman berkayu, memerlukan biaya yang cukup besar karena memerlukan banyak bibit biji dan sekaligus pohon induk untuk batang atasnya, serta membutuhkan keterampilan teknis yang baik untuk melakukannya agar tingkat keberhasilannya tinggi (Agromedia, 2009). Syarat batang bawah yang digunakan adalah mempunyai pertumbuhan yang kekar, sehat, tahan terhadap penyakit akar, serta mempunyai sistem perakaran yang baik dan kuat (Pracaya 1997). Keadaan serta sifat batang atas yang baik yang dimiliki oleh mangga Kelong sebagai batang atas (entres) antara lain : 1. Daya hasil/produksi 300-400 buah/pohon/tahun (umur tanaman
10-15
tahun) 2. Umur mulai berbuah 2,5-3,0 tahun 3. Warna daging buah matang kuning keemasan 4. Serat daging buah halus 5. Rasa daging buah matang manis sekali (Simatupang, dkk, 2009).
Universitas Sumatera Utara
26
Dalam pelaksanaannya yang harus diperhatikan adalah penyambungan harus cermat dan tepat, sehingga lapisan kambium pada kedua batang yang telah disayat harus langsung menempel satu dengan yang lain (http://Deptan.com/2009). Selama proses penyambungan, penyiraman terus dilakukan, untuk menjaga supaya tidak terjadi kekeringan dan untuk mempercepat proses terjadinya penyatuan diantara kedua pohon tersebut (Martulis, 1994). Menurut Rukmana (1997) syarat keberhasilan penyambungan adalah : 1. Kecocokan (kompatibilitas) batang bawah dan batang atas (entres) 2. Cabang entres tumbuh kekar dan tidak mengalami etiolase. 3. Lapisan kambium batang bawah dan batang atas harus bersentuhan (bertautan) sempurna. 4. Waktu yang tepat. Berhasil tidaknya sambungan pada tanaman mangga sudah dapat dilihat pada 3 minggu setelah penyambungan. Jika tetap berwarna hijau berarti penyambungan berhasil, tetapi bila penyambungannya coklat atau hitam, atau menjamur, berarti sambungan tersebut gagal (AAK, 1991).
Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelat (GA3) Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik atau hormon yang mampu mendorong, mengatur dan menghambat proses fisiologis tanaman. Hormon yang bukan pupuk ini hanya diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT. Faktor-faktor tersebut antara lain kedewasaan tanaman, lingkungan dan dosis. Penggunaan dosis yang tepat sangat penting. Kalau terlalu
Universitas Sumatera Utara
27
rendah pengaruhnya tak akan ada. Sebaliknya kalau berlebih, pertumbuhan tanaman justru terhambat atau bahkan mati sama sekali (Untung, 2008). Kelompok zat pengatur tumbuh Giberelin terdiri atas kira-kira 60 macam senyawa, GA3 merupakan yang paling banyak jumpai didalam tanaman. Asam giberelat tidak tahan panas. Secara umum, peranan asam giberelat didalam tanaman adalah menginduksi pemanjangan ruas. Senyawa giberelin digunakan dalam media kultur untuk meningkatkan pemanjangan pucuk-pucuk yang sangat kecil dan merangsang pembentukan embrio dari kalus (Zulkarnain, 2009). Giberelin juga mempunyai peran dalam mendukung perpanjangan sel, aktifitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein disamping ini giberelin juga mempunyai pengaruh pada aktifitas kambium, aktifitas sel dan pertumbuhan. (Abidin, 1983) Penentuan zat pengatur tumbuh yang akan digunakan memerlukan pengetahuan tentang cara menghitung dosisnya. Hal ini sangat penting karena apabila perhitungannya keliru dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan jaringan. Zat pengatur tumbuh dengan dosis yang terlalu tinggi justru akan menghambat pertumbuhan kalus (Daisy dan Ari, 1994). Pengaturan tumbuh tanaman oleh kombinasi kegiatan sejumlah zat tumbuh terutama banyak dilaporkan dari penelitian tentang tumbuh vegetatif pada stadiun ini perkembangan tumbuhan tergantung pada pembelahan sel pembesaran sel dan diferensiasi sel. Adapun pengaruh pemberian giberelin terhadap pembelahan sel yaitu terjadi pembelahan sel di daerah meristem batang, tumbuh kambium dan hilangnya dormansi. Pengaruh pemberian giberelin terhadap pembesaran sel yaitu tumbuh tunas lateral pada
Universitas Sumatera Utara
28
bagian tanaman, asam giberelat juga mampu meningkatkan besar daun beberapa jenis tumbuhan (Heddy, 1983). Giberelin dapat memanjangkan tunas dan cabang tanaman juga mempunyai daya untuk mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif tumbuh-tumbuhan (Rismunandar, 1999). Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar, peranan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang (Dahab and Salem, 1987). Pupuk NPK (15-15-15) Keberhasilan bercocok tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah pemupukan, baik cara, dosis maupun waktu pemberiannya. Hal-hal yang menyangkut pupuk tidak asing bagi petani atau masyarakat. Namun, yang mereka kerjakan belum tentu sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman sehingga usaha budidayanya tidak berhasil dengan baik. Dengan mengetahui kebutuhan tanaman akan unsur hara, maka diharapkan kita dapat melakukan pemupukan yang tepat. Jenis pupuk (unsur hara) yang diberikan dapat disesuaikan dengan unsur yang sedang dibutuhkan tanaman. Biasanya tanaman yang sedang tumbuh berbeda kebutuhannya dengan tanaman yang sedang berbunga. Dosis yang diberikan sesuai dengan takaran yang ada, umumnya disesuaikan dengan umur tanaman. Selain itu, cara pemberian pupuk pun perlu diperhatikan agar pupuk dapat diserap tanaman efisien. Demikian pula, waktu pemberian harus diperhatikan agar tidak banyak pupuk yang terbuang percuma (Prihmantoro, 1997).
Universitas Sumatera Utara
29
Pada masa vegetatif tanaman buah semusim sedang membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau makanan sebanyak-banyaknya. Pertumbuhan ukuran lingkar batang, panjang dan jumlah tunas batang baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan tanaman buah, sepeti juga pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen. Contoh pupuk yang banyak dibutuhkan untuk masa vegetatif adalah urea, NPK (15-15-15), pupuk kandang dan humus (Prihmantoro, 1997). Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau tiga unsur hara primer. Pupuk majemuk diciptakan
dengan tujuan untuk memudahkan petani atau hobiis
mendapatkan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Masing-masing pupuk tersebut memiliki fase dan kegunaan yang berbeda, Pupuk majemuk dipakai pada semua fase pertumbuhan tanaman. Adapun kelebihan dari pupuk majemuk adalah tersedianya kandungan hara cukup tinggi dan mudah diserap oleh tanaman (Agromedia, 2007). Fungsi pupuk majemuk seimbang seperti pupuk NPK (15-15-15) dapat mempercepat perkembangan bibit dan dapat digunakan sebagai pupuk pada awal penanaman (Novizan, 2005) Jika faktor utama A dan B kedua-duanya berpengaruh nyata, sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata, maka hasil rekomendasi hasil percobaan adalah menyarankan agar faktor A dan B diterapkan secara terpisah atau salah satu saja. Hasil ini menunjukkan bahwa fungsi faktor asam giberelat (GA3) dan pupuk NPK sama saja atau bersifat antagonis (saling menekan pengaruh masing-masing) sehingga akan merugikan jika diterapkan bersama-sama (Hanafiah, 2000).
Universitas Sumatera Utara